FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAJUAN TERAPIANAK AUTIS DI KOTA PADANG TAHUN Aida Minropa*

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAJUAN TERAPIANAK AUTIS DI KOTA PADANG TAHUN Aida Minropa*"

Transkripsi

1 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAJUAN TERAPIANAK AUTIS DI KOTA PADANG TAHUN Aida Minropa* ABSTRAK Autis merupakan gangguan perkembangan neurobiologis yang ditandai dengan gangguan intereksi sosial, komunikasi dan bahasa serta perilaku. Jumlah kasus autis mengalami peningkatan di Indonesia, tahun 2008 rasio anak autis 1 dari 100 anak, tahun 2012 menjadi 1 dari 88 orang anak yang mengalami autis Keberhasilan terapi tergantung beberapa faktor berikut derajat autis, usia mulai terapi, kecerdasan, kemampuan anak bicara, intensitas terapi, lama terapi serta dukungan orang tua. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat faktor dominan yang mempengaruhi kemajuan terapi anak autis di kota Padang tahun Penelitian dilaksanakan di Kota Padang pada bulan April 2013 sampai dengan Januari 2014 dengan desain crossectional studi, Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua dan anak menjalani terapi yang sudah didiagnosa autis saja 109 orang dan sampel diambil dengan proporsional stratified random sampling yang berjumlah 51 orang. Teknik pengolahan data bivariat dengan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan α 0,05 dan multivariat dengan uji regresi logistik. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara derajat autis, intensitas terapi, dukungan orang tua dengan kemajuan terapi anak autis di Kota Padang tahun Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia mulai terapi, lama terapi dengan kemajuan terapi anak autis di Kota Padang tahun Variabel yang paling dominan pada penelitian ini adalah variabel dukungan orang tua dengan OR 27, 03 dan nilai ρ 0,000. Saran yang dapat disampaikan pada penelitian ini antara lain kepada orang tua diharapkan mengikuti kelompok orang tua dengan anak autis serta mengikuti seminar tentang anak autis. Kepada pemerintah diharapkan melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan program Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Kata kunci : Faktor Kemajuan terapi, anak autis Alamat Korespondensi : *Aida Minropa Staf Pengajar Program Studi D III Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang Jln. Jamal Jamil Pondok Kopi - Siteba 1

2 PENDAHULUAN Autis merupakan gangguan perkembangan neurobiologis yang sangat komplek dalam kehidupan yang panjang. Gangguan tersebut meliputi aspek intereksi sosial, komunikasi dan dan bahasa serta perilaku. Penatalaksanaan anak autis ditawarkan berbagai metode di seluruh dunia. Metode yang sering dipkai antara lainapplied Behavior Analisis (ABA), biomedical intervention, speech therapy, occupation therapy, dolphin therapy, picture Exchange Communikation System (PECS), son rice, music therapy, hyperbaric oxygen therapy. Terapi yang dipakai di Indonesia adalah terapi wicara, terapi okupasi, terapi sensori dan terapi prilaku. Jumlah kasus autisme mengalami peningkatan, tahun 2008 rasio anak autis 1 dari 100 anak, tahun 2012 menjadi 1 dari 88 orang anak yang mengalami autisme. Provinsi Sumatera Barat dan kota Padang belum ada angka yang pasti untuk anak penderita autis. Keberhasilan terapi tergantung beberapa faktor berikut : derajat autis, usia mulai terapi, kecerdasan, kemampuan anak bicara, intensitas terapi, lama terapi (Handojo, 2004). Dukungan orang tua juga memegang peranan penting dalam kemajuan terapi anak autis. Karena orang tua adalah orang yang terdekat dengan anak dan kebersamaan orang tua lebih banyak dengan anak di bandingkan dengan kebersamaan terapis. Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat distribusi frekuensi masing-masing variabel yang diteliti yaitu derajat autis, usia mulai terapi, intensitas terapi, lama terapi, dukungan orang tua dan kemajuan. Pada penelitian ini juga dilihat hubungan derajat autis, usia mulai terapi, intensitas terapi, lama terapi, dukungan orang tua dengan kemajuan terapi. Sekaligus melihat faktor dominan yang mempengaruhi kemajuan terapi anak autis di kota Padang tahun METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Mitra Ananda, Buah Hati Ibu, Yayasan Pengembangan Potensi Anak (YPPA), Yayasan Bina Mandiri (Bima) dan Harapan Bunda yang ada di Kota Padang pada bulan April sampai dengan Desember 2013 dengan desain crossectional study, Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua dan anak menjalani terapi yang sudah didiagnosis autis oleh dokter Psikiater yang berjumlah 109 orang dan sampel diambil dengan proportional stratified random sampling yang berjulah 51 orang. Teknik pengolahan data bivariat dengan uji chi-square dengan tingkat kepercayaan α 0,05 dan multivariat dengan uji regresi logistik. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Responden rata-rata berusia 10 tahun, usia minimal 5 tahun dan usia maksimal 16 tahun, 74.6 % laki-laki, 56,9 % ibu responden bekerja. 2. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Terapi Anak Autis Hasil menunjukan lebih separuh responden yaitu 57 % mengalami kemajuan terapi autis. Kurang separuh responden yaitu 27 % berada pada derajat autis berat. Kurang separuh responden yaitu 26 % memulai terapi pada usia yang tidak baik (> 5 tahun). Lebih separuh responden yaitu 63 % menjalani terapi tidak intens. Hampir seporuh responden yaitu 45 % menjalani terapi pada waktu yang maksimal. Kurang separuh responden yaitu 31 % menjalani terapi dengan adanya dukungan orang tua. Hasil penelitian menjelaskan bahwa kurang separuh responden yaitu 43 % tidak mengalami kemajuan terapi. Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Jannifer dan Brenda (2008) yang menyatakan bahwa kurang separuh yaitu 47 % reponden tidak mengalami kemajuan terapi dan penelitian Doveriyanti (2009) yang menyatakan bahwa kurang separuh yaitu 39 % responden yang tidak mengalami kemajuan setelah mendapatkan terapi. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori dari Ginanjar (2003) yaitu anak autis yang diberikan terapi akan mengalami kemajuan. Sebelum terapi setiap anak mendapat evaluasi yang lengkap. Hasil analisis evaluasi dibuatkan kurikulum yang bersifat individual disesuaikan dengan keadaan anak. 2

3 Kenyataan pada tempat penelitian, masingmasing orang tuaresponden mengisi format yang sudah disediakan oleh tempat terapi diawal mulai terapi. Hasil dari pengisian format tersebut disepakati sebagai dasar menetapkan program terapi kepada anak yang bersifat individual. Program yang sudah ditetapkan ini dipakai setiap responden untuk menjalankan terapi, tetapi masih ada juga responden yang belum mengalami kemajuan terapi. Hasil penelitian menjelaskan bahwa sebagian kecil responden yaitu 27 % berada pada derajat berat. Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian Asti (2008) yang mendapatkan lebih separuh yaitu 53 % anak yang menjalani terapi dengan derajat autis berat. Permasalahan atau gangguan yang komplek terjadi pada neurobiologi otak anak autis. Gangguan pada otak pada anak terjadi pada lobus frontalis sebagai pusat pengendali fungsi eksekutif (paning judment), hippocampus sebagai fungsi memori dan belajar, lobus temporalis sebagai pengendali fungsi auditori, bicara dan memori, Amigdala sebagai pusat pengendali fungsi emosi dan serebelum sebagai pusat pengendali fungsi skill motorik dan pengalihan perhatian (APA, 1999). Gangguan yang terjadi pada lobus otak anak autis menyebabkan anak tersebut menunjukan gejala gangguan perkembangan. Gejala yang muncul sesuai dengan lobus yang mengalami kerusakan tersebut seperti adanya gangguan bicara, emosi, motorik dan perhatian. Jika banyak lobus yang mengalami kerusakan maka gejala yang akan muncul juga lebih banyak. Hal ini yang akan mempengaruhi derajat autis. Hasil penelitian menjelaskan bahwa sebagian kecil responden yaitu 26 % memulai usia terapi pada usia tidak yang baik (> 5 tahun). Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Asti (2009) dengan hasil sebagian kecil yaitu 32 % responden melaksanakan terapi pada usia yang tidak baik. Awalnya anak mereka berkembang dengan normal tetapi akhirnya menampakan gejala yang tidak wajar. Gejala yang tidak wajar terjadi pada anak seperti awalnya anak sudah mampu mengucapkan satu atau dua kata tetapi tiba-tiba hilang. Sebagian anak belum bisa megucapkan satu suku kata pada usia 2 tahun dan anak tidak mau melihat atau berespon kalau di panggil. Keterlambatan perkembangan diikuti dengan munculnya perilaku yang tidak sesuai seperti menggigit jari sendiri, sering memukul kepala dan marah atau menangis tanpa sebab. Gejala ini lah yang menyebabkan orang tua mencari tempat untuk mengatasi gejala yang muncul pada anaknya seperti datang ke dokter dan akhirnya mengantarkan anaknya ke tempat terapi. Disamping itu ketelambatan terapa juga disebabkan orang tua tidak tahu tentang pengobatan dan tempat terapi anak autis. Keterlambatan menyadari kejadian autis pada anak dapat dikurangi dengan dilakukannya pemantauan tumbuh kembang anak. Program ini sudah ditetapkan pemerintah yang dikenal dengan program Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK). Kegiatan SDIDTK dapat menemukan secara dini penyimpangan pertumbuhan, penyimpangan perkembangan dan penyimpangan mental emosional pada anak. Hasil pemantauan ini dapat dilakukan intervensi dan stimulasi sedini mungkin untuk mencegah terjadinya penyimpangan pertumbuhan, penyimpangan perkembangan dan penyimpangan mental emosional yang menetap (Depkes RI, 2009). Hasil penelitian menjelaskan bahwa lebih separuh yaitu 63 % responden menjalani terapi tidak intens atau kurang dari 40 jam perminggu. Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian Roseann, 1983 yaitu lebih separuh responden menjalankan terapi dengan intensitas yang tidak baik Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori Lovaas dalam Davidson (2009) yang menjelaskan bahwa intensitas terapi anak autis yang baik dilaksanakan 40 jam dalam satu minggu. Anak autis harus mendapatkan terapi yang intensif. Semakin intensif anak autis mendapat terapi, maka semakin besar kemungkinan mengalami kemajuan terapi. Terapi formal dilakukan 4-8 jam sehari di tempat terapi. Keluarga melanjutkan terapi di rumah minimal 2 jam sehari dan keluarga harus sering 3

4 berkomunikasi dengan anak mulai pagi hingga tidur malam hari. Perbedaan teori dengan hasil penelitian ini terjadi karena pada tempat terapi anak hanya menjalankan terapi selama 2-4 jam sehari. Sedikitnya jam terapi disebabkan oleh biaya terapi yang cukup mahal. Terapi dilakukan memakai alat dan fasilitas yang sudah ada di tempat terapi. Satu orang anak autis diterapi oleh satu orang terapi. Tempat terapi anak autis ini adalah yayasan swasta sehingga pembelian fasiltas dan alat terapis serta jasa terapis ini di bebankan kepada orang tua anak yang menjalankan terapi. Hal ini yang menyebabkan biaya terapi anak menjadi mahal. Terapi dilanjutkan oleh keluarga di rumah hanya 2 jam dalam seharinya. Keadaan inilah yang menyebabkan jumlah terapi anak dalam seminggu tidak mencapai 40 jam perminggunya. Hasil penelitian menjelaskan bahwa banyak responden menjalani terapi pada waktu yang maksimal ( 5 tahun) yaitu 45 %. Autis merupakan gangguan perkembangan neurobiologis yang sangat komplek/berat dalam kehidupan yang panjang. Gangguan tersebut meliputi gangguan pada aspek interaksi sosial, komunikasi dan bahasa, dan perilaku serta gangguan emosi dan persepsi sensori bahkan pada aspek motoriknya (Yuwono, 2009). Autis ini merupakan gangguan perkembangan yang terjadi pada anak. Gejala yang muncul masing-masing anak berbeda, mulai dari gejala dengan derajat ringan sampai gejala derajat berat. Perbedaan derajat ini memberikan dampak pada lama waktu terapi yang dijalaani oleh anak autis. Gejala pada autis derajat berat tidak dapat dikurangi pada waktu yang singkat. Hasil penelitian menjelaskan bahwa kurang separuh responden yaitu 31 % menjalankan terapi dengan orang tua tidak mendukung pelaksanaan terapi. Hasil ini hampir sama dengan penelitian Roseann (1983) yaitu kurang separuh responden menjalankan terapi tanpa dukungan orang tua yaitu 46 %. Hasil ini tidak sama dengan penelitian Doveriyanti ( 2009) yang mendapatkan hasil sebagian kecil yaitu 13 % orang tua memberikan dukungan yang negatif terhadap pelaksanaan terapi. Bentuk dukungan orang tua yang memiliki anak autis adalah memastikan diagnosa, sekaligus mengetahui ada tidaknya gangguan lain pada anak untuk ikut diobati. Orang yang kompeten menegakkan diagnosa autis adalah dokter, psikiater dan psikolog. Orang tua harus memperkaya pengetahuannya tentang autisme, terutama pengetahuan tentang terapi yang tepat dan sesuai untuk anak. Hal ini dapat dilakukan orang tua dengan mengikuti kegiatan seminar atau event-event tentang autis. Orang tua sebaiknya sering berdiskusi dengan terapis tentang terapi yang dijalankan anak. Hal lain yang juga sangat membantu orang tua dalam menghadapi anak autis adalah dengan mengikuti parentsuport group. Pada wadah ini orang tua dapat berbagi rasa, pengalaman, informasi dan pengetahuan (Priyatna, 2010). 3. Hubungan Derajat Autis dengan Kemajuan Terapi Persentase terapi yang tidak mengalami kemajuan paling tinggi pada responden yang mengalami autis derajat berat yaitu 76,8 %. Hasil uji statistik menunjukan nilai ρ = 0,005 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara derajat autis dengan kemajuan terapi.penelitian Asti (2008) menyatakan bahwa persentase terapi yang tidak mengalami kemajuan lebih tinggi pada autis dengan berat yaitu 84 % dibandingkan persentase terapi yang tidak mengalami kemajuan pada derajat ringan yaitu 16 %. Hasil penelitian ini sesuai teori Maulana (2007) yang menyatakan bahwa semakin ringan gangguan autis maka kemajuan terapi akan cepat tercapai. 4. Hubungan Usia Mulai Terapi dengan Kemajuan Terapi Persentase terapi yang tidak mengalami kemajuan lebih tinggi pada responden yang mulai terapi pada usia yang tidak baik yaitu 69,2 % dibandingkan dengan mulai terapi pada usia yang baik yaitu 69,2 %. Hasil uji statistik menunjukkan nilai ρ = 0,061 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan 4

5 antara usia mulai terapi dengan kemajuan terapi. Hal ini diperkuat oleh penelitian Asti (2008) menyatakan bahwa persentase terapi yang tidak mengalami kemajuan terapi lebih tinggi pada responden yang mulai terapi berusia lebih dari 3 tahun yaitu 67,8 % dibandingkan dengan persentase terapi yang tidak mengalami kemajuan terapi pada responden yang mulai terapi berusia kurang dari 3 tahun yaitu 32,2 %. Penelitian lain yang memperkuat hasil penelitian ini adalah penelitian Grandgoerge (2009) menyatakan bahwa persentase terapi yang tidak mengalami kemajuan terapi lebih tinggi pada responden yang mulai terapi berusia lebih dari 3 tahun yaitu 91,4 % dibandingkan dengan persentase terapi yang tidak mengalami kemajuan terapi pada responden yang mulai terapi berusia kurang dari 3 tahun yaitu 8,6 %. %. Hasil uji statistik menunjukan nilai ρ = 0,001 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara usia mulai terapi dengan kemajuan terapi. Perbedaan hasil uji statistik penelitian ini dengan penelitian Grandgoerge dapat disebabkan karena perbedaan faktor yang jumlah faktor yang diteliti dan jumlah responden. Pada penelitian Grandgoerge faktor yang di teliti hanya faktor usia mulai terapi, dukungan orang tua dengan kemajuan terapi sementara pada penelitian ini faktor yang diteliti adalah faktor derajat autis, intensitas terapi, lamanya terapi dan dukungan orang tua dengan kemajuan terapi. Masing-masing faktor saling mempengaruhi. Pada penelitian ini responden berjumlah 51 orang sedangkan pada penelitian Grandgoerge respondennya lebih banyak yaitu 152 orang. Sementara kesamaan penelitian ini dengan penelitian orang lain adalah respondennya sama menjalankan terapi selama 3 tahun. Anak usia 3 tahun masih mengalami perkembangan otak. Rangsangan yang dlakukan dari luar berupa program terapi akan memberikan peluang anak dapat berkembang dengan baik. Perkembangan yang diharapkan mendekati perkembangan anak yang normal Usia antara 2-5 tahun adalah usia yang sangat ideal untuk memulai menangani anak dengan auits. Prinsip penanganan sedini mungkin lebih baik dari pada intervensi yang terlambat. Penanganan secara dini terhadap perkembangan anak yang mengalami gangguan sangat menguntungkan. Anatomi otak usia 3 tahun masih bersifat plastik sehingga masih dapat dikembangakan (Hadis, 2006). Sebaliknya penatalaksanaan terapi setelah usia 5 tahun hasilnya berjalan lebih lambat. Jika sudah terdeteksi sejak dini tentunya akan semakin cepat proses penanganannya. Banyak metode dan cara untuk mendidik anak autis (Maulana, 2007). Usia lebih dari 5 tahun otak anak tidak mengalami perkembangan lagi. Pada usia ini jika dilakukan rangsangan dari luar berupa program terapi maka akan sulit menampakan kemajuan. Selain itu pada usia ini anak sudah terbiasa dengan keadaannya yang terbatas. Anak autis sulit untuk dilakukan perubahan. 5. Hubungan Intensitas Terapi dengan Kemajuan Terapi Persentase terapi yang tidak mengalami kemajuan lebih tinggi pada pelaksanaan terapi yang tidak intens yaitu 56,3 % dibandingkan pelaksanaan terapi yang intens yaitu 21,1 %. Hasil uji statistik menunjukan nilai ρ = 0,031 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara intensitas terapi dengan kemajuan terapi.hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Roseann (1983) yang menjelaskan bahwa persentase terapi yang tidak mengalami kemajuan lebih tinggi pada pelaksanaan terapi yang tidak intens yaitu 69 % dibandingkan pelaksanaan terapi yang intens yaitu 31 %. Hasil uji statistik menunjukan nilai ρ = 0,003 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara intensitas terapi dengan kemajuan terapi. Teori Lovaas dalam Davidson (2009) menjelaskan bahwa terapi anak autis dilaksanakan 40 jam dalam satu minggu. Terapi autis yang dilakukan kepada anak harus dilakukan sangat intensif. Semakin intensif anak autis mendapat terapi, maka semakin besar mengalami kemajuan. Terapi formal dilakukan 4-8 jam sehari. Keluarga melanjutkan terapi di rumah selama 2 jam dalam sehari. Anak autis mempunyai kecenderungan asik dengan dirinya sendiri. Pemberian rangsangan 5

6 dalam bentuk terapi pada waktu yang cukup lama yaitu 40 jam atau lebih dalam seminggu akan dapat menarik anak tersebut ke dunia nyata. Intensitas yang baik ini akan dapat tercapai jika waktu terapi yang dilaksanakan di tempat terapi hanya 2-4 jam dalam sehari dilanjutkan oleh orang tua di rumah minimal 4 jam dalam sehari. 6. Hubungan Lama Terapi dengan Kemajuan Terapi Persentase terapi yang tidak mengalami kemajuan paling tinggi pada responden yang menjalani terapi dalam waktu yang maksimal 52,23 %. Hasil uji statistik menunjukan nilai ρ = 0,105 maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara lama terapi dengan kemajuan terapi. Hasil penelitian ini terjadi karena panjang atau lamanya terapi yang dijalani oleh anak bukan merupakan faktor satu-satunya yang mempengaruhi kemajuan terapi. Ada faktor lain yang mempengaruhi kemajuan terapi seperti intensitas waktu terapi yang baik yaitu 40 jam dalam seminggu. Jadi walaupun anak sudah melaksanakan terapi yang cukup lama yaitu lebih dari 5 tahun tetapi jika intensitasnya tidak baik maka kemajuan akan lama tercapai. Disamping itu faktor derajat autis juga mempengaruhi kemajuan terapi. Derajat autis ini dapat memberikan kita gambaran sejauh mana anak mengalami gangguan pada otak anak autis. Derajat berat berarti mengalami gangguan yang cukup berat pula pada otaknya. Sebaliknya anak autis yang menjalani terapi dalam waktu yang tidak lama yaitu kurang dari 5 tahun dan melaksanakan terapi dengan waktu yang intensif yaitu lebih dari 40 jam seminggu dan berada pada derajat yang tidak berat akan menampakan kemajuan terapi yang baik. 7. Hubungan Dukungan Orang Tua dengan Kemajuan Terapi Persentase terapi yang tidak mengalami kemajuan lebih tinggi pada responden yang menjalani terapi dengan orang tua yang tidak mendukung pelaksanaan terapi yaitu 87,5 % dibandingkan dengan orang tua yang mendukung pelaksanaan terapi yaitu 22.9 %. Hasil uji statistik menunjukan nilai ρ = 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan orang tua dengan kemajuan terapi. Sama dengan hasil penelitian Doveriyanti (2009) yaitu persentase terapi yang tidak mengalami kemajuan lebih tinggi pada orang tua yang memberikan dukungan negatif yaitu 61 % di bandingkan dengan dukungan orang tua yang positif yaitu 39 %. Hasil uji statistik menunjukan nilai ρ = 0,001 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan orang tua dengan kemajuan terapi. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Grandgeorge (2009) yang menyatakan bahwa persentase terapi yang tidak mengalami kemajuan lebih tinggi pada orang tua memberikan dukungan negatif yaitu 54 % di bandingkan dengan dukungan orang tua yang positif yaitu 46 %. Hasil uji statistik menunjukan nilai ρ = 0,01 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan orang tua dengan kemajuan terapi. Dukungan orang tua juga memegang peranan penting dalam kemajuan terapi anak autis. Karena orang tua adalah orang yang paling kenal dan terdekat dengan anak. Kebersamaan orang tua lebih banyak dengan anak di bandingkan dengan kebersamaan terapis. Waktu anak di tempat terapi hanya selama 2-4 jam sehari. Pengalaman ahli menyatakan bahwa orang tua yang melaksanakan terapi secara intensif kepada anaknya akan memperoleh hasil yang sangat memuaskan karena anak menunjukkan kemajuan terapi yang sangat pesat (Priyatna,2010). Bentuk dukungan orang tua terhadap kemajuan terapi anak salah satunya adalah bekerjasama dengan terapis dengan cara melanjutkan program terapi di rumah. Orang tua juga dituntut bijak dan sabar menghadapi anak autis (Milza,2007). Anak autis membutuhkan bimbingan dan dukungan yang lebih dari orang tua dan lingkungan untuk tumbuh dan berkembang agar dapat hidup mandiri, mampu berkomunikasi, bersosialisasi dan pengelolaan perilaku yang positif (Ginanjar, 2001). 6

7 Hasil penelitian ini terjadi karena waktu anak dengan orang tua lebih kenal, lebih memahami dan lebih dekat dengan anak. Kebersamaan orang tua lebih banyak dibandingkan kebersamaan anak dengan dengan terapisnya. Sehingga program terapi yang sudah ditetapkan untuk anak perlu dilanjutkan di rumah. Orang tua yang disiplin dan tegas dalam melaksanakan program terapi di rumah dapat mempengaruhi kemajuan terapi anak. Penerimaan orang tua akan keadaan anaknya juga mempengaruhi kemajuan terapi. Maksudnya orang tua yang mempunyai anak dengan autis harus merawat anak autis tersebut dengan penuh perhatian, kesabaran dan kasih sayang yang lebih di bandingkan anak normal, termasuk saat melanjutkan terapi di rumah. Jika pada anak normal menyampaikan sesuatu satu kali anak dapat memahami tetapi pada anak autis sudah di sampaikan berkali-kali belum memahami juga, maka orang tua harus sabar dan tetap mengulanginya sampai anak autis tersebut memahami apa yang disampaikan. 8. Faktor Dominan Yang Mempengaruhi Kemajuan Terapi Anak Autis Untuk mengetahui variabel yang dominan pada faktor-faktor yang mempegaruhi kemajuan terapi anak autis dilakukan analisis multivariat, dengan mempergunakan uji statistik regresi logistik. Analisis pemodelan multivariat pada penelitian ini menggunakan metoda Back ward LR, dimana dapat dilihat pada tabel 1di bawah ini : Step 1 Step 2 Step 3 Step 4 Sig. OR Sig. OR Sig. OR Sig. OR Derajat autis 0,277 1,988 0,294 1, Usia mulai terapi 0,135 4,682 1,136 4,131 0,133 4, Intensitas 0,076 5,610 0,073 5,687 0,033 7,303 0,044 5,948 Lama terapi 0,749 0, Dukungan 0,040 18,948 0,004 19,032 0,001 22,908 0,000 27,030 Tabel 1. Uji Regresi Logistik Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemajuan Terapi Anak Autis Hasil analisis pemodelan terakhir dengan menggunakan regresi logistik pada tabel 1 menjelaskan bahwa variabel yang paling dominan pada penelitian ini adalah variabel dukungan orang tua dengan nilai ρ 0,000 dan OR yaitu 27, 03. Variabel yang paling dominan pada penelitian ini adalah variabel dukungan orang tua. Setelah dilakukan pemodelan ke 5 variabel yaitu variabel derajat autis, usia mulai terapi, intensitas terapi, lama terapi dan dukungan orang tua hasilnya adalah variabel dukungan orang tua mendapatkan nilai ρ = 0,000 dengan OR tertinggi yaitu 27, 03. Artinya responden yang menjalankan terapi dengan dukungan tua mempunyai peluang mengalami kemajuan terapi 27,03 kali dibandingkan responden yang menjalankan terapi tanpa dukungan orang tua. Hasil penelitian ini tidak sama dengan penelitian Asti (2008) variabel yang dominan adalah derajat autis. Perbedaan hasil penelitian terjadi karena responden pada peneltian ini sebagian besar berada pada derajat sedang sehingga hasil kemajuan terapi juga lebih tinggi pada derajat sedang. Penelitian Asti perponden sebagian besar berada pada derajat berat. 7

8 KESIMPULAN DAN SARAN Setelah dilakukan penelitian dengan judul Faktor-faktor yang mempengaruhi kemajuan terapi anak autis di kota Padang tahun 2013 kepada 51orang responden, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : kurang separuh responden tidak mengalami kemajuan terapi autis, sebagian kecil responden berada pada derajat autis berat, sebagian kecil responden memulai terapi pada usia yang tidak baik, lebih separuh responden menjalani terapi tidak intens, hampir separuh responden menjalani terapi pada waktu yang maksimal, kurang separuh responden menjalani terapi dengan tidak adanya dukungan orang tua. Terdapat hubungan yang signifikan antara derajat autis, intensitas terapi, dukungan orang tua dengan kemajuan terapi anak autis di Kota Padang tahun Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia mulai terapi, lama terapi dengan kemajuan terapi anak autis di Kota Padang tahun Variabel yang paling dominan pada penelitian ini adalah variabel DAFTAR PUSTAKA Adnil Edwin Nurdin Tumbuh Kembang Perilaku Manusia.Jakarta: EGC Metode Cepat Assessment intensitas letupan Emosi ( AI LE ): Universitas Airlangga. American Psychiatric Association ( APA ) Diagnosis and Statiscal Manual of Mental Disorder (DSM) IV,Four Edition.APA Publ. Washington DC. American Psychiatric Association ( APA ) Special Report on Autism. Seattle. Asti Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Lama Keberhasilan terapi Anak Autis di Harapan Bunda Surabaya. Barry, Terapist and Parent Rating of Change in Adaptif Social Skill Following a Summer Treatment Camp for Children with Autis Spectrum disorder. dukungan orang tua dengan OR tertinggi yaitu 27, 03 dengan nilai ρ 0,000. Saran yang dapat disampaikan pada penelitian ini antara lain kepada orang tua yang belum memberikan dukungan diharapkan memberikan dukungan penuh dalam pemberian terapi dengan cara sering diskusi dengan terapis dan melanjutkan program terapi dirumah dan mengikuti kelompok orang tua dengan anak autis serta mengikuti seminar atau event-event yang berkaitan dengan kejadian autis pada anak. Kepada pemerintah diharapkan memberikan bantuan tempat pelaksanaan terapi anak autis berupa fasilitas atau alat-alat pelaksanaan terapi dan diharapkan dilakukan pemantauan terhadap pelaksanaan program Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) di tingkat pelayanan kesehatan dasar. Kepada peneliti selanjutnya agar data dalam penelitian dapat dijadikan data untuk penelitian selanjutnya dan dilanjutkan penelitian pada faktor-faktor yang belum diteliti pada penelitian. Cherian MG, Jayasurya A, Bay BH Metallothioneins in Human Tumors and Potential roles in Carcinogenesis. Mutation Research 533. Davidson, Geralt. C Psikologi Abnormal. Jakarta: PT Raja Gravindo Persada. Doveriyanti Hubungan Dukungan Orang Tua dengan Tingkat Kemajuan Terapi Tingkah Laku pada Anak Autis di Rumah sakit Jiwa Ketergantungan Obat Soeprapto Bengkulu. Grandgoerge,2009.Environment Factors Influence Development In Children with Autism Spectrum Disorder. San Francicco. Hadis Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Autistik. Bandung : Alfabeta Hendry Guntur Tarigan Bicara Sebagai Satu Keterampilan Berbahasa. Bandung. Angkasa Hidayah Alimul Aziz Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika 8

9 Isabelle.2010, The Integration of Prosodic in High Functioning Autism. San Francisco. Jannifer and Brenda Behavioral and Developmental Intervension For Autis Disorder. San Francisco. Kaplan and Shaddock Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis jilid Dua. Jakarta : Bina Rupa Aksara Mangunsong, Frieda Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Lembaga Pengembangan SSarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi ( LPSP3 ) Notoadmodjo, Soekidjo.(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Peters,Ph Panduan Autisme Lengkap. Jakarta : Dian Rakyat Prasetyono Serba Serbi Anak Autis. Yogyakarta : Diva Press Priyatna Amazing Autism. Jakarta: Gramedia Rahmachandra VS and Oberman LM. Broken mirror A theory of Autism. Scientific American. Rizzolati G and Craighero L The Mirror Neuron System. Annu.Rev. Neurosci Roseann, An Intervention for Sensory Difficulties in Children with Autism. San Francisco. Safaria, Triantoro Autisme: Pemahaman Baru Untuk Hidup Bermakna bagi Orang Tua. Yogyakarta : Graha Ilmu Setiadi Konsep & Penulisan Riset keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Suhaidi Terapi Untuk Anak Autis.Jakarta : Alfabeta Suharsimi Arikunto, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta Sutadi Pencegah Autis Pada Anak. Jakarta : Salemba Medika Sneyder AW.et al Savant Like Skill Exposed in Normal Peopleby Suppresing The Left Fronto-Temporal Lobe. J Integrative Neuroscience. Videbeck, Seila Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta. EGC WHO International Clasifikation of Menthal and behavioral Disorder ( ICD-10 ). Churchill Livengston. New York Yuwono, Joko Memahami Anak Autistik (Kajian Teoritik Dan Empirik). Bandung : Alfabeta Depkes RI Pedoman Pelaksanaan Stimuasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta 9

10 10

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sumber kebahagiaan dan penerus dari suatu keluarga. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sumber kebahagiaan dan penerus dari suatu keluarga. Setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Anak merupakan sumber kebahagiaan dan penerus dari suatu keluarga. Setiap orang tua mempunyai keinginan untuk selalu mencurahkan segenap perhatian dan kasih sayang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis gangguan perkembangan pervasif anak yang mengakibatkan gangguan keterlambatan pada bidang kognitif,

Lebih terperinci

PENELITIAN. Perbandingan Kemajuan Terapi Anak Autisme Dengan Diet CFGF Dan Tanpa Diet CFGF Pada Yayasan Pengembangan Potensi Anak (YPPA) Padang

PENELITIAN. Perbandingan Kemajuan Terapi Anak Autisme Dengan Diet CFGF Dan Tanpa Diet CFGF Pada Yayasan Pengembangan Potensi Anak (YPPA) Padang PENELITIAN Ners JURNAL KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS Perbandingan Kemajuan Terapi Anak Autisme Dengan Diet Dan Tanpa Diet Pada Yayasan Pengembangan Potensi Anak (YPPA) Padang Yonrizal Nurdin a Autisme

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kasihan Bantul Yogyakarta. SLB N 1 Bantul Yogyakarta merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kasihan Bantul Yogyakarta. SLB N 1 Bantul Yogyakarta merupakan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Gambaran umum lokasi penelitian Sekolah Luar Biasa Negeri (SLB) 1 Bantul ini berdiri sejak tahun 1971 dan beberapa kali melakukan perubahan nama serta

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PROGRAM SON-RISE PADA KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU OFF-TASK PADA ANAK AUTIS

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PROGRAM SON-RISE PADA KELUARGA DALAM MENGURANGI PERILAKU OFF-TASK PADA ANAK AUTIS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autis bukan sesuatu hal yang baru lagi bagi dunia, pun di Indonesia, melainkan suatu permasalahan gangguan perkembangan yang mendalam di seluruh dunia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme merupakan suatu kumpulan gejala (sindrom) yang diakibatkan oleh kerusakan saraf. Gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Penyandang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 88 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sekolah Luar Biasa Negeri (SLB) 1 Bantul ini berdiri sejak tahun 1971 dan beberapa kali melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Autis merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis

BAB I PENDAHULUAN. Autis merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis gangguan perkembangan pervasif anak yang mengakibatkan gangguan keterlambatan pada bidang kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Autisme merupakan suatu kumpulan gejala yang diakibatkan oleh kerusakan saraf. Gejalanya sudah tampak sebelum anak mencapai usia tiga tahun. Penyandang autisme

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU PENELITIAN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU Yusari Asih* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Yusariasih@gmail.com Masa balita adalah masa keemasan (golden

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI MONITORING PERKEMBANGAN TERAPI AUTISME PADA SEKOLAH INKLUSI

SISTEM INFORMASI MONITORING PERKEMBANGAN TERAPI AUTISME PADA SEKOLAH INKLUSI SISTEM INFORMASI MONITORING PERKEMBANGAN TERAPI AUTISME PADA SEKOLAH INKLUSI Tan Amelia 1, M.J. Dewiyani Sunarto 2, Tony Soebijono 3 1 Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya, Jl. Raya Kedung Baruk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Autisme merupakan fenomena yang masih menyimpan banyak rahasia walaupun telah diteliti lebih dari 60 tahun yang lalu. Sampai saat ini belum dapat ditemukan penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pada anak bersifat terus menerus. Banyak hal baru diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pada anak bersifat terus menerus. Banyak hal baru diperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pada anak bersifat terus menerus. Banyak hal baru diperoleh selama perkembangan sejak dilahirkan dan sesuai keadaan dan tingkatan tahapan perkembangan.

Lebih terperinci

TERAPI APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS SKRIPSI. Oleh: Prestisia Noviarta Hapsari

TERAPI APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS SKRIPSI. Oleh: Prestisia Noviarta Hapsari TERAPI APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS SKRIPSI Oleh: Prestisia Noviarta Hapsari 06810249 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011 TERAPI APPLIED BEHAVIOUR

Lebih terperinci

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH

Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Oleh TIM TERAPIS BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KHUSUS DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH Pendahuluan Tidak ada anak manusia yang diciptakan sama satu dengan lainnya Tidak ada satupun manusia tidak memiliki

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN FAKTOR POSTNATAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERKEMBANGAN ANAK BALITA DI WILAYAH LAMPUNG UTARA Ricca Dini Lestari*, Nora Isa Tri Novadela* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang e-mail

Lebih terperinci

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA Nurlaila*, Nurchairina* Masa balita adalah Masa Keemasan (golden age) dimana peranan ibu sangat diperlukan untuk tumbuh kembang yang optimal.

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 46 HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012 Oleh : Siti Dewi Rahmayanti dan Septiarini Pujiastuti STIKES Jenderal Achmad Yani Cimahi ABSTRAK Pola asuh orang

Lebih terperinci

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER)

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER) TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Early Childhood Education Studies

Indonesian Journal of Early Childhood Education Studies IJECES 1 (1) (2012) Indonesian Journal of Early Childhood Education Studies http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijeces STUDI DESKRIPTIF TERAPI TERHADAP PENDERITA AUTISME PADA ANAK USIA DINI DI MUTIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan

BAB I PENDAHULUAN. Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri. Kelainan ini dikenal dan diperkenalkan tahun 1943 oleh seorang psikolog anak di Amerika Serikat bernama Leo Kanner

Lebih terperinci

Volume 08 No. 02. November 2015 ISSN :

Volume 08 No. 02. November 2015 ISSN : HUBUNGAN RIWAYAT UMUR KEHAMILAN DENGAN RESIKO MENDERITA AUTIS PADA ANAK UMUR 18-36 BULAN DI POSYANDU WILAYAH DESA MENGANTI Ita Rahmawati 1 Dosen Akademi Kebidanan Islam Al Hikmah Jepara Email : rahma.safii@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak autis di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Data UNESCO pada tahun 2014 mencatat bahwa jumlah anak autis di dunia mencapai 35 juta jiwa

Lebih terperinci

Penelitian Keperawatan Jiwa

Penelitian Keperawatan Jiwa SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KELUARGA DALAM MEMBERIKAN DUKUNGAN TERHADAP KLIEN GANGGUAN JIWA DI POLIKLINIK RSJ PROF. HB SAANIN PADANG TAHUN 2010 Penelitian Keperawatan Jiwa YULIANA

Lebih terperinci

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme

AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme AUTISME MASA KANAK-KANAK Autis berasal dari kata auto, yg berarti sendiri. Istilah autisme diperkenalkan oleh Leo Kanner, 1943 Pandangan lama: autisme mrpk kelainan seumur hidup. Fakta baru: autisme masa

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH TERAPI MUROTTAL SURAT AL-MULK TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK AUTIS DI SLB N 01 BANTUL YOGYAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH TERAPI MUROTTAL SURAT AL-MULK TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK AUTIS DI SLB N 01 BANTUL YOGYAKARTA 1 KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH TERAPI MUROTTAL SURAT AL-MULK TERHADAP KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK AUTIS DI SLB N 01 BANTUL YOGYAKARTA Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana

Lebih terperinci

SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN

SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN SIKAP ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN SOSIALISASI ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB C/C1 SHANTI YOGA KLATEN Retno Yuli Hastuti, Esri Rusminingsih, Riya Dewi Wulansari Program Studi S1 Keperawatan STIKES Muhammadiyah

Lebih terperinci

Sudarti 1, Afroh Fauziah 2 INTISARI PENDAHULUAN

Sudarti 1, Afroh Fauziah 2 INTISARI PENDAHULUAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TUMBUH KEMBANG BALITA DENGAN PERKEMBANGAN KOGNITIF BALITA 1-3 TAHUN DI POSYANDU JINTEN 12 RW XII BADRAN,BUMIJO, JETIS,YOGYAKARTA Sudarti 1, Afroh Fauziah

Lebih terperinci

MENGATASI PERMASALAHAN PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA

MENGATASI PERMASALAHAN PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA i MENGATASI PERMASALAHAN PERILAKU ANAK PENYANDANG AUTISME DENGAN METODE APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA) DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hasil survei Badan Pusat Statistik pada tahun 2010 menyatakan bahwa dari 237.641.326 jiwa total penduduk Indonesia, 10% diantaranya yaitu sebesar + 22.960.000 berusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan setiap manusia pasti diikuti dengan beberapa macam perkembangan, mulai dari perkembangan kognisi, emosi, maupun sosial. Secara umum, seorang individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. kadangkala mengalami gangguan baik sebelum proses kelahiran maupun

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. kadangkala mengalami gangguan baik sebelum proses kelahiran maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap makhluk hidup selalu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak kadangkala mengalami gangguan baik sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, metode kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti: bisnis, militer, pendidikan, psikologi, permainan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan di seluruh dunia. Jumlah penyandang autis di Indonesia naik delapan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan di seluruh dunia. Jumlah penyandang autis di Indonesia naik delapan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, prevalensi anak penyandang autisme telah mengalami peningkatan di seluruh dunia. Jumlah penyandang autis di Indonesia naik delapan kali lipat dalam

Lebih terperinci

Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik)

Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik) Analisis Kemampuan Berkomunikasi Verbal dan Nonverbal pada Anak Penderita Autis (Tinjauan psikolinguistik) Oleh Kartika Panggabean Drs. T.R. Pangaribuan, M.Pd. ABSTRAK Anak Autisme merupakan salah satu

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI MUROTTAL SURAT AL-MULK TERHADAP RESPON KOGNITIF PADA ANAK AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 01 BANTUL YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI MUROTTAL SURAT AL-MULK TERHADAP RESPON KOGNITIF PADA ANAK AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 01 BANTUL YOGYAKARTA 1 NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI MUROTTAL SURAT AL-MULK TERHADAP RESPON KOGNITIF PADA ANAK AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 01 BANTUL YOGYAKARTA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus (Heward dan Orlansky, 1992) adalah anak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus (Heward dan Orlansky, 1992) adalah anak dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak berkebutuhan khusus (Heward dan Orlansky, 1992) adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. akan merasa sedih apabila anak yang dimiliki lahir dengan kondisi fisik yang tidak. sempurna atau mengalami hambatan perkembangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelahiran anak merupakan dambaan setiap keluarga yang tidak ternilai harganya. Anak adalah anugerah yang diberikan Tuhan, yang harus dijaga, dirawat, dan diberi bekal

Lebih terperinci

Pengembangan Interaksi dan Komunikasi

Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Tim Dosen Pengembangan Interaksi dan Komunikasi Anak Autis Kurang dari 5% anak autis diduga akan mencapai kemadirian walaupun tetap akan terlihat karakteristik autisnya Menyediakan pandangan secara singkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2003, hlm Faisal Yatim, Autisme (Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-Anak), Pustaka Populer Obor,

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 2003, hlm Faisal Yatim, Autisme (Suatu Gangguan Jiwa pada Anak-Anak), Pustaka Populer Obor, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rehabilitasi merupakan usaha yang perlu dikaji untuk dapat diambil dengan nempertimbangkan perbagai aspek, terutama pemulihan kesehatan fisik jasmaniah, pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Pada awal tahun 1990-an, jumlah penyandang autisme diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Pada awal tahun 1990-an, jumlah penyandang autisme diperkirakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, jumlah kasus autisme mengalami peningkatan yang signifikan di seluruh dunia. Pada awal tahun 1990-an, jumlah penyandang autisme diperkirakan sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berbagai macam vitamin, gizi maupun suplemen dikonsumsi oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah suatu titipan Tuhan yang sangat berharga. Saat diberikan kepercayaan untuk mempunyai anak, maka para calon orang tua akan menjaga sebaik-baiknya dari mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlaku dengan anak autisme. Menurut DSM-IV (Diagnostic Statisctical Manual,

BAB I PENDAHULUAN. berlaku dengan anak autisme. Menurut DSM-IV (Diagnostic Statisctical Manual, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam diri seorang anak yang normal, perkembangan usia mental anak dan perkembangan fisik anak sama dengan usia kronologinya. Namun hal ini tidak berlaku dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi berbagai aspek kehidupan (Pervasive Developmental Disorder) yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi berbagai aspek kehidupan (Pervasive Developmental Disorder) yang sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan yang meluas, meliputi berbagai aspek kehidupan (Pervasive Developmental Disorder) yang sudah ditemukan oleh

Lebih terperinci

FAKTOR DETERMINAN KINERJA PETUGAS GIZI DALAM PENANGANAN GIZI BURUK DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

FAKTOR DETERMINAN KINERJA PETUGAS GIZI DALAM PENANGANAN GIZI BURUK DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR ISSN : 2477 0604 Vol. 2 No. 1 Januari - Maret 2016 69-75 FAKTOR DETERMINAN KINERJA PETUGAS GIZI DALAM PENANGANAN GIZI BURUK DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR 1 Wahyu Cahyono, 1 Rahmani, 1 Staf

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN ABSTRAK

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN ABSTRAK HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN Anggrita Sari 1, RR Dwi Sogi Sri Redjeki 2, Rizky Puteri Anggarani 2 1 Akademi Kebidanan Sari

Lebih terperinci

PENGARUH STIMULASI MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4 5 TAHUN DI TAMAN KANAK KANAK PERTIWI TIRIPAN BERBEK NGANJUK

PENGARUH STIMULASI MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4 5 TAHUN DI TAMAN KANAK KANAK PERTIWI TIRIPAN BERBEK NGANJUK PENGARUH STIMULASI MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4 5 TAHUN DI TAMAN KANAK KANAK PERTIWI TIRIPAN BERBEK NGANJUK Rahayu Budi Utami STIKes Satria Bhakti Nganjuk ayu_stikes_sb@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Autis merupakan suatu gangguan perkembangan yang kompleks yang menyangkut masalah komunikasi, interaksi sosial, dan aktivitas imajinasi. Istilah autis hingga kini masih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

Penerapan Model Lingusitik Klinis dalam Terapi Anak-anak Penderita Autis

Penerapan Model Lingusitik Klinis dalam Terapi Anak-anak Penderita Autis Judul Penerapan Model Lingusitik Klinis dalam Terapi Anak-anak Penderita Autis 1. Pendahuluan Penderita autis di Indonesia sampai tahun 2004 telah mencapai angka 7000 orang (Depkes, 2004). Setiap tahunnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

PENANGANAN ANAK AUTISME MELALUI TERAPI PERILAKU DI PAUD SAYMARA KARTASURA TAHUN AJARAN 2013/2014

PENANGANAN ANAK AUTISME MELALUI TERAPI PERILAKU DI PAUD SAYMARA KARTASURA TAHUN AJARAN 2013/2014 PENANGANAN ANAK AUTISME MELALUI TERAPI PERILAKU DI PAUD SAYMARA KARTASURA TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN ANAK AUTIS. Sukinah,M.Pd Staf pengajar Jurusan Pendidikan luar Biasa FIP UNY

PEMBELAJARAN ANAK AUTIS. Sukinah,M.Pd Staf pengajar Jurusan Pendidikan luar Biasa FIP UNY PEMBELAJARAN ANAK AUTIS Sukinah,M.Pd Staf pengajar Jurusan Pendidikan luar Biasa FIP UNY PENGERTIAN Istilah autisme berasal dari kata autos yang berarti sendiri, dan Isme yang berati aliran. Autisme berarti

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sikap orangtua pada anak autis dapat diketahui bahwa sebagian besar orangtua memiliki sikap

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA MAHASISWA AKBID TINGKAT I STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh: Inna Antriana, S.SiT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi Siti Hardianti, Sri Janatri janatrisri@yahoo.co.id Abstrak Periode penting dalam tumbuh

Lebih terperinci

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi

Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Study Tingkat Kecemasan Penderita Diabetes Mellitus Di Poli Rawat Jalan Puskesmas Ngawi Purba Kabupaten Ngawi Oleh : Nurul Hidayah, S.Kep.Ns ABSTRAK Latar belakang : Diabetes mellitus adalah penyakit kronis

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN Uji validitas dan reliabilitas Uji signifikansi

HASIL PENELITIAN Uji validitas dan reliabilitas Uji signifikansi HASIL PENELITIAN Uji validitas dan reliabilitas Validitas alat ukur dalam penelitian ini adalah validitas isi, yaitu taraf sejauh mana isi atau item item alat ukur dianggap dapat mengukur hal hal yang

Lebih terperinci

SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN

SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN SIKAP LANSIA DAN PELAYANAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KUNJUNGAN DI POSYANDU WILAYAH PKM PATIHAN Asrina Pitayanti (STIKES Bhakti HUsada Mulia) ABSTRAK Pelayanan pada lansia untuk meningkatkan derajad kesehatan

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI AUTIS TERHADAP KEMAJUAN ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTISME DI KOTA PADANG Rika Sabri,* Eti Yerizel,** Adisti Mira,***

PENGARUH TERAPI AUTIS TERHADAP KEMAJUAN ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTISME DI KOTA PADANG Rika Sabri,* Eti Yerizel,** Adisti Mira,*** PENGARUH TERAPI AUTIS TERHADAP KEMAJUAN ANAK AUTIS DI SEKOLAH KHUSUS AUTISME DI KOTA PADANG Rika Sabri,* Eti Yerizel,** Adisti Mira,*** Ringkasan Autisme adalah gangguan perkembangan pervasif pada anak

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN

HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN HUBUNGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-5 TAHUN DI DESA TAWANREJO BARENG KLATEN Nur Aini Rahmawati ABSTRAK Perkembangan anak usia dini di Jawa Tengah masih sangat belum optimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar anak berkembang dengan kondisi fisik atau mental yang normal. Akan tetapi, sebagian kecil anak mengalami hambatan dalam perkembangannya atau memiliki

Lebih terperinci

PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS. Mohamad Sugiarmin

PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS. Mohamad Sugiarmin PENDIDIKAN BAGI ANAK AUTIS Mohamad Sugiarmin Pengantar Perhatian pemerintah dan masyarakat Upaya bantuan Sumber dukungan Tantangan dan Peluang Konsep Anak Autis dan Prevalensi Autism = autisme yaitu nama

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI MUROTTAL TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI (SLBN) 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH TERAPI MUROTTAL TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI (SLBN) 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI PENGARUH TERAPI MUROTTAL TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANAK AUTIS DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI (SLBN) 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN BOLA BOCCE PADA ANAK AUTIS DI SLB INSAN MANDIRI DLINGO JURNAL SKRIPSI

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN BOLA BOCCE PADA ANAK AUTIS DI SLB INSAN MANDIRI DLINGO JURNAL SKRIPSI PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN BOLA BOCCE PADA ANAK AUTIS DI SLB INSAN MANDIRI DLINGO JURNAL SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. klien. Setelah data diperoleh dari lapangan dengan cara wawancara, observasi dan

BAB IV ANALISIS DATA. klien. Setelah data diperoleh dari lapangan dengan cara wawancara, observasi dan BAB IV ANALISIS DATA Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif komparatif untuk mengeksplorasi mengenai permasalahan yang diteliti yang terjadi pada klien. Setelah data diperoleh dari

Lebih terperinci

Moh. Saifudin, S.Kep., Ns., S.Psi., M.Kes.*, Iwanina Syadzwina** Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

Moh. Saifudin, S.Kep., Ns., S.Psi., M.Kes.*, Iwanina Syadzwina** Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK PENGARUH TERAPI ABA (APPLIED BEHAVIOUR ANALYSIS) TERHADAP PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL PADA ANAK AUTIS USIA 6-12 TAHUN DI SLB PKK SUMBERREJO KABUPATEN BOJONEGORO Moh. Saifudin, S.Kep., Ns., S.Psi., M.Kes.*,

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN WUS (USIA TAHUN) TENTANG MANFAAT PAP SMEAR. Surya Mustika Sari¹, Titiek Idayanti²

TINGKAT PENGETAHUAN WUS (USIA TAHUN) TENTANG MANFAAT PAP SMEAR. Surya Mustika Sari¹, Titiek Idayanti² TINGKAT PENGETAHUAN WUS (USIA -50 TAHUN) TENTANG MANFAAT PAP SMEAR Surya Mustika Sari¹, Titiek Idayanti² Program Studi Kebidanan, STIKES Dian Husada Mojokerto E-mail : surya.mustikasari@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, 2005). Memiliki

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, 2005). Memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan individu yang berbeda dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, 2005). Memiliki anak adalah suatu kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan. Bahkan di dalam Undang-Undang Dasar Negara di sebutkan bahwa setiap warga Negara berhak dan wajib mendapat pendidikan.

Lebih terperinci

Fenomena-fenomena Anak-anak anak tuna grahita merupakan individu yang utuh dan unik yang pada umumnya juga memiliki potensi atau kekuatan dalam mengim

Fenomena-fenomena Anak-anak anak tuna grahita merupakan individu yang utuh dan unik yang pada umumnya juga memiliki potensi atau kekuatan dalam mengim TANGGUNG JAWAB MORAL ORANG TUA ANAK ABK DALAM MENGHADAPI PERMASALAHAN PENDIDIKAN DAN SOLUSINYA Oleh: Rahayu Ginintasasi JURUSAN PSIKOLOGI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2009 Fenomena-fenomena

Lebih terperinci

: Lingkar Kepala, Perkembangan Anak

: Lingkar Kepala, Perkembangan Anak HUBUNGAN LINGKAR KEPALA DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 12 24 BULAN DI POSYANDU TLOGOWATU KEMALANG KLATEN Anna Uswatun Q.S 1), Annisa Wulandari 2) Abstrak : Berdasarkan hasil pelayanan Stimulasi Deteksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. JOGJA.AUTISM.CARE Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. JOGJA.AUTISM.CARE Pusat Terapi Anak Autis di Yogyakarta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Saat ini Autistic Spectrum Disorder (ASD) yang lebih dikenal dengan nama autisme, telah merebak menjadi permasalahan yang menakutkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian yang akan dilaksanakan haruslah berdasarkan kajian-kajian dan metode penelitian yang telah didesain sebelum penelitian dilaksanakan. Penelitian didasari oleh masalah

Lebih terperinci

PENANGANAN LAYANAN PENDIDIKAN ANAK AUTISTIK. Mata Kuliah PENDIDIKAN ANAK AUTIS

PENANGANAN LAYANAN PENDIDIKAN ANAK AUTISTIK. Mata Kuliah PENDIDIKAN ANAK AUTIS PENANGANAN LAYANAN PENDIDIKAN ANAK AUTISTIK Mata Kuliah PENDIDIKAN ANAK AUTIS PROGRAM INTERVENSI DINI Discrete Trial Training (DTT) dari Lovaas (Metode Lovaas) ABA (Applied Behaviour Analysis) TEACCH (Treatment

Lebih terperinci

Pengaruh Permainan Menamai Benda Terhadap Kemampuan Komunikasi Verbal Pada Anak Autis Di Yayasan Cahaya Kirana Semarang.

Pengaruh Permainan Menamai Benda Terhadap Kemampuan Komunikasi Verbal Pada Anak Autis Di Yayasan Cahaya Kirana Semarang. Pengaruh Permainan Menamai Benda Terhadap Pada Anak Autis Di Yayasan Cahaya Kirana Semarang Sri Rejeki Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK [[ Autis merupakan suatu gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebahagiaan terbesar orang tua adalah adanya kehadiran anak. Anak yang tumbuh sehat merupakan harapan setiap orang tua. Namun kebahagiaan dan harapan tersebut

Lebih terperinci

Sandu Siyoto* *Progam Studi Pendidikan Ners STIKES Surya Mitra Husada Kediri Jl. Manila Sumberece No. 37 Kediri

Sandu Siyoto* *Progam Studi Pendidikan Ners STIKES Surya Mitra Husada Kediri Jl. Manila Sumberece No. 37 Kediri VISUAL SCHEDULE TERHADAP PENURUNAN BEHAVIOR PROBLEM SAAT AKTIVITAS MAKAN DAN BUANG AIR PADA ANAK AUTIS (Visual Schedule towards the Decline of Behavioral Problems in Feeding Activities and Defecation in

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia

BABI PENDAHULUAN. Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia dan perhiasan dunia bagi para orangtua. Banyak pasangan muda yang baru

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO Dwi Helynarti, S.Si *) Abstrak Kanker serviks uteri merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian ini. A. Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendalam di seluruh dunia dikarenakan jumlah penderita autisme yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. mendalam di seluruh dunia dikarenakan jumlah penderita autisme yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Autisme kini sudah menjadi permasalahan gangguan perkembangan yang mendalam di seluruh dunia dikarenakan jumlah penderita autisme yang semakin banyak. Data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat berkembang secara baik atau tidak. Karena setiap manusia memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Setiap orang tua menginginkan anaknya lahir secara sehat sesuai dengan pertumbuhannya. Akan tetapi pola asuh orang tua yang menjadikan pertumbuhan anak tersebut dapat

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK

KERANGKA ACUAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK KERANGKA ACUAN STIMULASI DETEKSI DAN INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG (SDIDTK) ANAK 1. PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya membangun manusia seutuhnya antara lain diselenggarakan

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA PASIEN HALUSINASI DI RSJD DR. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG 4 ABSTRAK Gangguan jiwa tidak dianggap

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK. HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK 4 Abdul Muchid *, Amin Samiasih **, Mariyam *** Abstrak Latar belakang:

Lebih terperinci

NORMAL, ABNORMAL, KLASIFIKASINYA DALAM PSIKOLOGI KLINIS

NORMAL, ABNORMAL, KLASIFIKASINYA DALAM PSIKOLOGI KLINIS NORMAL, ABNORMAL, KLASIFIKASINYA DALAM PSIKOLOGI KLINIS Normal, abnormal atau patologis? Normal/sehat; sesuai atau tidak menyimpang dengan kategori umum Abnormal/tidak sehat; tidak sesuai dengan kategori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu elemen yang penting untuk menentukan maju

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu elemen yang penting untuk menentukan maju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan salah satu elemen yang penting untuk menentukan maju atau tidaknya suatu bangsa. Karena pada suatu hari, mereka akan menjadi generasi penerus yang akan

Lebih terperinci

PENGARUH TERAPI OKUPASI DENGAN TEKNIK KOLASE TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK AUTIS DI TERAPI ANAK MANDIRI CENTER SETIABUDI MEDAN TAHUN 2015

PENGARUH TERAPI OKUPASI DENGAN TEKNIK KOLASE TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK AUTIS DI TERAPI ANAK MANDIRI CENTER SETIABUDI MEDAN TAHUN 2015 PENGARUH TERAPI OKUPASI DENGAN TEKNIK KOLASE TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK AUTIS DI TERAPI ANAK MANDIRI CENTER SETIABUDI MEDAN TAHUN 2015 Tiurlan Mariasima Doloksaribu, Martianus Giawa Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di

BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di mana-mana. Hal ini mengindikasikan bahwa perkembangan autisme semakin lama semakin meningkat. Namun,

Lebih terperinci

Koping individu tidak efektif

Koping individu tidak efektif LAPORAN PENDAHULUAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI I. PROSES TERJADINYA MASALAH Isolasi social merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT IQ TERHADAP KEMAJUAN TERAPI ANAK AUTISME DI SLB BIMA KOTA PADANG TAHUN 2011 OLEH NOVERY HARIZAL BP

GAMBARAN TINGKAT IQ TERHADAP KEMAJUAN TERAPI ANAK AUTISME DI SLB BIMA KOTA PADANG TAHUN 2011 OLEH NOVERY HARIZAL BP GAMBARAN TINGKAT IQ TERHADAP KEMAJUAN TERAPI ANAK AUTISME DI SLB BIMA KOTA PADANG TAHUN 2011 OLEH NOVERY HARIZAL BP. 0910325120 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG,

Lebih terperinci

PENINGKATAN PERAWATAN KEHAMILAN MELALUI KELAS IBU HAMIL DI PUSKESMAS LAMONGAN

PENINGKATAN PERAWATAN KEHAMILAN MELALUI KELAS IBU HAMIL DI PUSKESMAS LAMONGAN PENINGKATAN PERAWATAN KEHAMILAN MELALUI KELAS IBU HAMIL DI PUSKESMAS LAMONGAN Faizatul Ummah.......ABSTRAK....... Perawatan kehamilan yang baik dapat mencegah terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan

Lebih terperinci

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan ISSN 2460-4143 PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penelitian yang dilakukan oleh Center for Diesease Control and Prevention

BAB I PENDAHULUAN. penelitian yang dilakukan oleh Center for Diesease Control and Prevention BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap tahun jumlah penyandang autis semakin bertambah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Center for Diesease Control and Prevention di Amerika Serikat, jumlah

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN MAHASISWA KEBIDANAN TINGKAT III TENTANG SADARI DENGAN FREKUENSI MELAKUKAN SADARI. Nanik Nur Rosyidah

HUBUNGAN PENGETAHUAN MAHASISWA KEBIDANAN TINGKAT III TENTANG SADARI DENGAN FREKUENSI MELAKUKAN SADARI. Nanik Nur Rosyidah HUBUNGAN PENGETAHUAN MAHASISWA KEBIDANAN TINGKAT III TENTANG SADARI DENGAN FREKUENSI MELAKUKAN SADARI Nanik Nur Rosyidah Program Studi Kebidanan, STIKES Dian Husada Mojokerto Email : naniknurrosyidahdh@gmail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK 0-3 TAHUN DI DESA SOKO KEC. GLAGAH KAB. LAMONGAN.

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK 0-3 TAHUN DI DESA SOKO KEC. GLAGAH KAB. LAMONGAN. HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK 0-3 TAHUN DI DESA SOKO KEC. GLAGAH KAB. LAMONGAN Lilis Maghfuroh.......ABSTRAK....... Stimulasi merupakan kegiatan merangsang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan sebuah proses yang indah di mata orang tua. Karena anak merupakan buah cinta yang senantiasa ditunggu oleh pasangan yang telah menikah.

Lebih terperinci

Universitas Mercu Buana BAB I PENDAHULUAN

Universitas Mercu Buana BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian penting dalam kehidupan. Bahkan di dalam Undang-Undang Dasar Negara di sebutkan bahwa setiap warga Negara berhak dan wajib mendapat pendidikan.

Lebih terperinci