GROUP COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PADA MAHASISWA UM PALANGKARAYA YANG AKAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GROUP COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PADA MAHASISWA UM PALANGKARAYA YANG AKAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI"

Transkripsi

1 GROUP COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PADA MAHASISWA UM PALANGKARAYA YANG AKAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI Oleh : Esty Aryani Safithry * Abstrak Diperkirakan 30% dari mahasiswa UMP mengalami kecemasan menjelang ujian. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa UMP semester akhir yang akan mengikuti ujian skripsi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah Group Cognitive Behavior Therapy yang diterapkan dapat menurunkan kecemasan menghadapi ujian. Hasil penelitian menunjukkan Group Cognitive Behavior ini dapat menurunkan kecemasan menghadapi ujian, ditandai oleh menurunnya tingkat kecemasan, berkurangnya pemikiran dan tingkah laku negatif setelah terapi diberikan dan relatif menetap hingga masa tindak lanjut. Kata kunci : Group CBT, Kecemasan, Ujian Skripsi PENDAHULUAN Kecemasan adalah sebuah kondisi psikologis dan fisiologis yang ditandai oleh manifestasi kognitif, emosional, dan perilaku. Komponen-komponen ini bergabung untuk membuat yang perasaan tidak menyenangkan yang biasanya dikaitkan dengan kegelisahan, ketakutan, atau khawatir. Kecemasan adalah kondisi umum yang terjadi tanpa diidentifikasi memicu rangsangan. Dengan demikian, kecemasan tersebut dibedakan dari rasa takut, yang terjadi terhadap ancaman yang dihadapi. Selain itu, ketakutan adalah berkaitan dengan perilaku tertentu untuk melarikan diri dan penghindaran, sedangkan kecemasan adalah hasil dari ancaman yang dianggap tak terkendali atau tidak dapat dihindari. Kecemasan menghadapi ujian adalah masalah serius bagi siswa yang digambarkan sebagai "hambatan yang paling berbahaya dalam pendidika. Kecemasan ujian dikaitkan dengan ketakutan negatif, tidak suka ujian, dan membuat kemampuan belajar kurang efektif Siswa yang cemas saat ujian mengalami kesulitan dalam pengkodean ketika belajar dan mengalami gangguan kognitif selama menghadapi ujian. Diperkirakan bahwa 30% dari semua mahasiswa UMP menderita berbagai tingkat kecemasan ujian. Kecemasan yang mereka alami dicirikan oleh kebiasaan dan sikap yang melibatkan diri pada persepsi negatif dan harapan saat ujian. Kebiasaan mencela diri sendiri, rasa takut dan aktivitas fisiologis yang tinggi dalam situasi ujian dimana mereka sedang dievaluasi akan mempengaruhi cara mereka menafsirkan dan merespon kejadian dilingkungan. Rafika (2008 ) menyatakan bahwa kecemasan ujian adalah "Konstruk kompleks multidimensi yang melibatkan reaksi kognitif, afektif, fisiologis, dan perilaku dalam situasi ujian". Reaksi tersebut kurang terkendalikan oleh mahasiswa sehingga dapat memicu kecemasan dalam menghadapi ujian. Perilaku seperti kegelisahan yang mendorong ke arah penghindaran tugas, menarik diri tidak siap melaksanakan tes, menolak mengerjakan dan membuat tugas, * Esty Aryani Shafithry, M.Psi Dosen Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 42

2 kegelisahan meningkat, tidak tenang, ketidaksabaran tinggi dan lain-lain. Untuk itulah diperlukan suatu terapi yang dapat memunculkan pemikiran positif klien mengenai ujian agar dapat mengurangi kecemasan mereka. Salah satu terapi yang efektif untuk kecemasan dan memfokuskan pada pemikiran atau keyakinan negatif dan perubahan perilaku adalah Cognitive Behavior Therapy (CBT). Para terapis kognitif behavior mempercayai fikiran menjadi penyebab masalah emosional dan perilaku, fokus pendekatan ini adalah merubah cara berfikir (Martin, 2005). CBT merupakan perpaduan teknik terapi kognitif dan perilaku. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah restrukturisasi kogntif dan relaksasi yang merupakan perpaduan teknik dari terapi kognitif dan terapi perilaku. Restrukturisasi kognitif memfokuskan pada perubahan pemikiran negatif menjadi positif. Pada prosesnya subjek diajak untuk menghubungkan pikiran emosi tingkah laku sedangkan pada relaksasi lebih menfokuskan kepada pengenalan gejalagejala kecemasan dan bagaimana mereduksinya, subjek diajarkan untuk menegangkan beberapa otot dan merilekskanya sehingga tercapai keadaan rileks. Data yang didapat oleh peneliti adalah ada beberapa mahasiswa yang mengalami masalah yang sama, maka akan lebih efektif dan efisien jika teknik terapi digunakan pada setting kelompok. Ada beberapa keuntungan dari terapi kelompok dibandingkan terapi individu, selain lebih efektif dan efisien dalam hal waktu, tenaga dan biaya, dimana setiap anggota kelompok diberikan terapi dalam waktu yang bersamaan, tidak perlu satu per satu dan tidak perlu mengeluarkan biaya lebih, juga adanya perasaan senasib sehingga mereka dapat saling mendukung dan sama-sama memecahkan masalah pada proses terapi. Oleh karena itu CBT yang diterapkan pada penelitian ini adalah Group CBT Group CBT adalah CBT yang diberikan secara berkelompok. Kelompok merupakan tempat mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku yang adaptif. Peran setiap anggota kelompok sangat penting pada kelangsungan proses terapi, mereka berbagi pengalaman, saling membantu satu sama lain dan saling percaya untuk mencapai tujuan kelompok. Maka dari itu group CBT menekankan pada dinamika kelompok dimana faktor penting tercapainya tujuan kelompok tergantung dari bagaimana interaksi masing-masing anggota dalam kelompok. Interaksi yang baik membuat anggota kelompok merasa memiliki, diakui dan dihargai eksistensinya oleh anggota kelompok yang lain (Rafika, 2008). Berdasarkan uraikan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Group CBT dapat mengurangi kecemasan dalam menghadapi ujian skripsi pada mahasiswa UMP. METODE PENELITIAN Subyek Penelitian Subjek yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 6 mahasiswa dari berbagai fakultas yang memiliki ciri-ciri atau simtom kecemasan, mahasiswa semester akhir yang akan menghadapi ujian skripsi dan belum pernah diberikan terapi kognitif perilaku sebelumnya. Penelitian ini dilaksanakan pada selama 1 bulan pada bulan September Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian studi kasus tunggal yang merupakan sebuah desain * Esty Aryani Shafithry, M.Psi Dosen Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 43

3 penelitian untuk mengevaluasi efek suatu perlakuan dengan kasus tunggal. Kasus tunggal dapat berupa beberapa subjek dalam suatu kelompok atau subjek tunggal. Desain studi kasus tunggal banyak digunakan pada area penelitian seperti psikologi, psikiarti, pendidikan, rehabilitasi, sosial, konseling dan disiplin ilmu yang lain (Kazdin, 2005). Elemen desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah ABA design, di mana A adalah fase sebelum terapi, B adalah fase terapi atau intervensi yang kemudian dilanjutkan dengan fase tindak lanjut A (Kazdin, 2005). Setiap studi kasus tunggal diawali dengan fase pengamatan atau pencatatan mengenai perilaku maladaptif beberapa hari sebelum diberikan intervensi, fase ini disebut dengan fase baseline yang berisi informasi mengenai tingkat dari perilaku maladaptif tersebut (Kazdin, 2005). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rancangan penelitian multiple baseline yang merupakan sebuah desain dengan dua atau lebih baseline Pada penelitian ini menggunakan desain multiplebaseline-across-subject dimana ada beberapa orang yang akan diberikan perlakuan dan melihat sejauh mana perlakuan tersebut dapat efektif pada masing-masing subjek (Kazdin 2005). Pada rancangan penelitian multiplebaseline-across-subject, fase baseline diberlakukan pada beberapa subjek, pada penelitian ini berjumlah 6 orang dengan perilaku target yang sama yaitu kecemasan menghadapi ujian, pada fase baseline ini dilakukan pengukuran tingkat kecemasan subjek sebelum diberikan perlakuan selama beberapa hari kemudian fase treatmen dan dilanjutkan dengan fase tindak lanjut setelah beberapa waktu proses intervensi berakhir, pada fase ini kembali dilakukan asesmen untuk melihat sejauh mana manfaat terapi. Metode Pengumpulan Data Wawancara dilakukan sebagai metode untuk melakukan asesmen pada tahap pra terapi, selama proses terapi, pasca terapi dan tindak lanjut. Wawancara pada saat praterapi dilakukan untuk mengetahui keadaan awal subyek. Wawancara dilakukan kepada subjek, dan orang-orang terdekat mereka. Wawancara ini bertujuan untuk menggali permasalahan seputar kecemasan. Wawancara juga diperlukan dalam untuk memperkuat data dari skala yang telah diisi oleh subyek. Wawancara selama proses terapi dilakukan Wawancara selama proses terapi (treatment) dilakukan untuk mengetahui apa yang dirasakan subyek, serta untuk mengetahui hambatan apa saja yang dirasakan oleh subyek, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan treatment yang diberikan oleh peneliti. Wawancara saat pasca terapi Wawancara dilakukan untuk mengetahui bagaimana progress atau perubahan yang dirasakan oleh subyek setelah perlakuan diberikan, sehingga dapat diketahui juga ada tidaknya pengaruh atau efek dari treatment tersebut. Pada tahap tindak lanjut wawancara dilakukan untuk mengetahui perkembangan kecemasan subyek setelah terapi dihentikan. Observasi dalam penelitian ini bersifat non partisipan yang berarti peneliti tidak terlibat dalam aktivitas yang diamatinya (Poerwandari, 2007). Observasi dilakukan oleh peneliti dan subyek sendiri terhadap tingkah laku yang menjadi fokus terapi. Observasi oleh peneliti terutama dilakukan pada saat pelaksanaan diskusi kelompok dalam seting terapi. Observasi yang dilakukan oleh subyek adalah dalam bentuk self monitoring pada proses terapi dan pada tahap tindak lanjut. Menurut Martin & Pear (2007), self-monitoring adalah observasi * Esty Aryani Shafithry, M.Psi Dosen Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 44

4 langsung yang dilakukan oleh klien sendiri terhadap tingkah lakunya. Dalam penelitian ini self report dibuat oleh subyek pada saat pelaksanaan tugas restrukturisasi kognitif, setelah melakukan diskusi kelompok dan pada tahap tindak lanjut. Kuesioner yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuesioner riwayat hidup yang memberikan data demografi seperti tempat tinggal, status perkawinan, agama dan latar belakang keluarga, kesehatan, riwayat pendidikan dan sebagainya (Martin & Pear, 2007). Kuesioner riwayat hidup diberikan kepada subyek untuk mendapatkan gambaran mengenai diri pribadi subyek secara menyeluruh dan hal-hal yang perlu digali lebih lanjut akan diperdalam melalui wawancara. Kuesioner kedua adalah berupa form evaluasi yang meliputi: (1) Penilaian subyek terhadap dirinya sendiri setelah mengikuti terapi; (2) Penilaian subyek terhadap terapi itu sendiri. Kuesioner evaluasi ini sebagai data pelengkap dari wawancara pada tahap pasca terapi, yaitu saat dilakukannya evaluasi setelah terapi dihentikan. Skala perlu diberikan untuk memperkuat data yang telah didapat, sehingga peneliti dapat memperoleh subyek yang tepat untuk terapi ini. Skala yang digunakan adalah skala kecemasan berupa Taylor Manifest Anxiety Scale (T-Mas) berisi peryataan-peryataan yang harus diisi ya atau tidak yang berjumlah 40 item. Prosedur Intervensi Tahap praterapi Tahap pra-terapi ini dibagi menjadi 2 kali pertemuan, pertemuan pertama kegiatanya adalah perkenalan dan pembentukan kelompok, masing-masing anggota menyusun tujuan kelompok serta peraturan kegiatan yang akan mereka laksanakan, memberi penjelasan tentang nama terapi yaitu terapi kelompok serta mengidentifikasi tingkat kecemasan awal dengan skala Pada pertemuan kedua, terapis memberikan materi mengenai kecemasan menghadapi ujian Saat terapi Dalam penelitian ini intervensi yang digunakan adalah latihan relaksasi dan restrukturisasi kognitif. Pada kegiatan relaksasi ini jumlah pertemuan adalah 4 kali. Latihan relaksasi diajarkan 4 kali pertemuan dengan alokasi waktu menit. Latihan relaksasi yang digunakan adalah relaksasi progresif atau otot dimana subjek dilatih untuk merasakan keadaan rileks dengan membandingkan situasi pada otot tegang dan rileks. Latihan relaksasi ini diberikan dengan tujuan mengenali simptom-simptom cemasnya sehingga dapat dikurangi Restrukturisasi kognitif bertujuan untuk mengganti pikiran ataupun keyakinan yang irasional dan self defeating dengan pemikiran atau keyakinan yang lebih adaptif dalam rangka membantu subjek untuk mendapatkan konsekuensi yang lebih positif (Nevid, 2005). Tahap pascaterapi Kegiatan paska terapi ini kegiatanya adalah mengidentifikasi tingkat kecemasan akhir, identifikasi pemikiran negatif dan positif serta pemberian lembar evaluasi yang berisi apa saja perubahan yang telah mereka rasakan, teknik Tahap follow up Tahap ini dilakukan untuk melihat apakah hasil dari proses terapi bisa bertahan permanen, meskipun sudah tidak ada lagi penaganan. Tahap ini akan dilakukan 2 minggu setelah proses terapi berakhir. Metode Penilaian dan Pengukuran Metode penilaian dan pengukuran dalam penelitian ini menggunakan SUDS (Subjective Unit of Discomfort Scale) yaitu berupa skor tingkat kecemasan subjek Penilaian dan pengukuran ini * Esty Aryani Shafithry, M.Psi Dosen Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 45

5 dilakukan sebelum treatment (baseline), selama terapi berlangsung, setelah terapi selesai diberikandan pada tahap follow up. Penilaian pada sesi restrukturisasi kognitif dilakukan dengan cara meilhat sejauh mana subjek dapat merubah pemikiran negatifnya menjadi pemikiran positif. Selain itu penilaian dapat dilihat dari tugas rumah yang telah mereka lakukan. HASIL PENELITIAN Hasil dan analisis terapi keseluruhan subjek Berdasarkan hasil terapi dapat diketahui bahwa subjek mengalami perubahan yang cukup berarti setelah beberapa proses terapi. Perubahan tersebut terdiri dari penurunan tingkat kecemasan dan perubahan pikiran negatif menjadi positif. Tingkat kecemasan Gejala kecemasan dapat dikenali seiring dengan ketrampilan melakukan relaksasi dapat kecemasan dapat mereka turunkan melalui latihan relaksasi. Penurunan tingkat kecemasan dapat dilihat mulai dari proses praterapi sampai follow up. Tabel Tingkat kecemasan (praterapi-followup) Praterapi Proses terapi Pasca terapi Subjek Follow up Sesi 1 Sesi 2 Sesi 3 Sesi 4 Sesi 5 Sesi 6 Sesi 7 Sesi 8 GB HT DF BC FA RP Pada sesi pra terapi yaitu sesi 1 dan 2 dapat dilihat bahwa tingkat kecemasan subjek berkisar pada angka Mulai pada sesi 3 latihan relaksasi diberikan, setelah latihan tidak banyak kemajuan yang didapat karena semua subjek masih belum terbiasa dan masih merasa kesulitan dalam mengikuti kegiatan diskusi, mulai pada sesi 4 saat restukturisasi diberikan, tingkat kecemasan subjek sudah jauh menurun ini dikarenakan selain sudah mulai terapilnya latihan relaksasi dan semakin aktifnya mereka melakukan diskusi, mereka juga sudah mampu mempraktekan restukturisasi kognitif walaupun masih banyak kendala dalam mencari pemikiran positifnya. Pada sesi 5, penurunan tingkat kecemasan subjek sudah jauh menurun dari sesi sebelumnya, hal ini seiring dengan terampilnya mereka melakukan latihan relaksasi dan restrukturisasi kognitif. Pada sesi 6 juga tingkat kecemasan sudah jauh menurun seiring dengan keterampilan mereka melakukan proses terapi dan tugas rumah serta motivasi dari setiap anggota untuk tetap mempertahankan kemajuan yang telah mereka dapatkan. Pada sesi 7 atau paska terapi tingkat kecemasan juga semakin turun. Pikiran negatif juga dapat mereka rubah menjadi pikiran positif. Tingkat kecemasan ini juga dapat mereka pertahankan sampai fase follow up, mereka mampu menerapkan proses terapi secara mandiri dan mendapatkan hasil yang maksimal. Pemikiran dan tingkah laku positif subjek * Esty Aryani Shafithry, M.Psi Dosen Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 46

6 Sebelum menjalani proses restrukturisasi kognitif, pikiran subjek masih menunjukan bahwa menghadapi ujian skripsi merupakan suatu tanda hal Tabel Pemikiran dan tingkah laku positif subjek yang menakutkan. Perubahan pikiran yang dialami dapat diketahui dari perbandingan isi pikiran sebelum dan sesudah proses terapi. Sub GB Praterapi Pemikiran negatif Apapun yang saya jawab saat ujian nanti pasti akan dibantah oleh tim penguji Tingkah laku yang muncul Saya jadi sangat memikirkan hal tersebut sampai hal lain yang lebih penting tidak saya hiraukan Paskaterapi Pemikiran positif Mereka hanya ingin mengetahui apakah saya mengerti atau tidak tentang skripsi yang saya buat Tingkah laku yang muncul Saya memperbanyak membaca referensi, saya cemas karena sebenarnya saya kurang memahami skripsi yang saya buat sendiri. HT Saya benar-benar tidak suka jika ada teman-teman yang menanyakan tentang skripsi saya. Saya berharap mereka tidak menanyakan tentang skripsi saya yang terbengkalai Justru bagus jika ada yang membicarakan tentang skripsi siapa tahu ada teman saya yang dapat membantu Saya tidak menghindari saat teman-teman saya bertanya mengenai skripsi karena dapat berbagi informasi DF BC FA RP Saya termasuk yang paling lambat dalam mengerjakan skripsi Jika teman-teman mengetahui nilai skripsi saya buruk maka banyak yang membicarakan saya. Saya sudah belajar sungguh-sungguh tetapi saat ujian nanti semua yang saya pelajari hilang Tidak ada yang benar, apapun jawaban saya pasti akan salah dimata penguji Saya jadi minder, apalagi ada teman saya yang akan ujian. Saya menjadi lebih sering curiga mereka membicarakan saya dari belakang walaupun saya tahu semuanya itu tidak beralasan Saya gemetar, bingung apa yang harus saya lakukan Saya tidak peduli apapun nilai saya, hanya belajar seadanya Saya lambat karena saya malas bimbingan, selalu menunda pekerjaan akhirnya menumpuk dan membuat saya semakin malas Orang lain tidak akan membenci saya hanya karena saya tidak maksimal. Jika ada yang mengkritik itu adalah hal biasa tidak perlu terlalu dipikirkan. Merasa gugup dan takut itu wajar, semua orang takut ujian tetapi semua harus dihadapi demi kelulusan Saya yang membuat skripsi maka saya yang paling mengetahui tentang skripsi saya, penguji tugasnya adalah menguji apakah skripsi saya layak diluluskan Saya bisa memberanikan diri untuk bimbingan, semakin sering bombingan semakin cepat saya dapat ujian Saya sudah tidak curiga lagi terhadap teman saya karena mereka tidak pernah membicarakan kejelekan saya. Saya berlatih didapan cermin saat menjawab pertanyaan dari penguji, untuk melihat bagaimana ekspresi saya. Saya berusaha memprediksi kira-kira pertanyaan apa yang akan diajukan pennguji agar saya lebih siap. * Esty Aryani Shafithry, M.Psi Dosen Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 47

7 PEMBAHASAN Berdasarkan data penelitian di atas menunjukan bahwa group CBT mampu mengurangi kecemasan. Group CBT ini dapat menurunkan tingkat kecemasan keenam subjek serta dapat merubah pikiran negatif mengenai menghadapi ujian skripsi menjadi pikiran yang lebih positif. Hal ini tidak terlepas dari teknik terapi yang diberikan yaitu latihan relaksasi dan restrukturisasi kognitif disertai dengan dinamika kelompok pada setiap sesinya. Teknik kognitif yang dikombinasikan dengan teknik behavioral sangat efektif dalam menangani gangguan kecemasan (Nevid, 2005) Keluhan awal menunjukan bahwa keenam subjek mengalami gejala-gejala kecemasan menghadapi ujian yang membuat mereka berfikiran bahwa meraka tidak dapat menjawab pertanyaan penguji dengan benar dan mempercayai bahwa ujian skripsi adalah hal yang mankutkan. Pikiran-pikiran tersebut akhirnya mempengaruhi aspek emosi mereka yaitu munculnya simptom kecemasan. Sesuai dengan pernyataan Bielling (2007) group CBT berdampak positif bagi orang-orang yang mengalami kondisi seperti kecemasan, panik, depresi, gangguan keluarga, ketergantungan, dan sejenisnya. Dinamika kelompok diterapkan mulai dari sesi pertama sampai terakhir agar anggota kelompok dapat semakin terlatih dalam mengembangkan kemampuan komunikasi mereka. Pada awal sesi mereka saling mengungkapkan dan saling bertukar gagasan tentang permasalahan mereka yaitu menghadapi ujian skripsi. Pada awalnya, memang mereka merasa canggung membeberkan masalahnya di depan kelompok. Akan tetapi, fakta bahwa mereka juga mengalami situasi yang sama membuat mereka lebih terbuka dalam mendiskusikan masalah pribadi mereka dan yang terpenting, apa pun yang dibicarakan dalam setiap sesi akan tetap menjadi rahasia terapis dan anggota kelompok saja. Pada sesi-sesi selanjutnya seperti pada latihan relaksasi dan restruktukturisasi kognitif dinamika kelompok tetap diterapkan dengan tujuan setiap subjek dapat belajar dari keberhasilan atau hambatan dari anggota yang lain serta saling memotivasi untuk dapat melakukan proses terapi dengan lancar. Seiring dengan terlatih dalam berdiskusi, setiap anggota kelompok dapat dengan mudah mengungkapkan perasaanya, memberikan pendapat, umpan balik dan motivasi kepada anggota yang lain. Pada group CBT ini, dinamika kelompok sangat ditekankan karena dapat tercapai atau tidak suatu tujuan kelompok tergantung pada bagaimana pola komunikasi antar anggotanya (Bieling, 2007). Pola komunikasi yang baik ditandai dengan adanya saling mendukung, memberikan pendapat, masukan dan kritik (Supratiknya, 2008). Pada prosesnya mereka mampu memberikan dukungan untuk dapat melaksanakan proses terapi dengan lancar, memberikan pendapat saat anggota yang lain mengungkapkan permasalahanya, memberikan masukan saat anggota yang lain mengalami kesulitan serta memberikan kritik disaat ada anggota yang melakukan kesalahan. Teknik yang digunakan pada group CBT ini adalah latihan relaksasi dan restrukturisasi kognitif. Terapi ini berfokus untuk menurunkan tingkat kecemasan dan membantu mengidentifikasi serta memperbaiki pemikiran negatif dan tingkahlaku yang menyertainya. Emosiemosi negatif seperti kecemasan disebabkan oleh interpretasi klien terhadap peristiwa yang menggangu, bukan pada peristiwa itu sendiri. Kecenderungan untuk membesar- * Esty Aryani Shafithry, M.Psi Dosen Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 48

8 besarkan pentingnya kegagalan kecil adalah sebuah contoh dari suatu kesalahan dalam berpikir yang disebut Beck sebagai distorsi kognitif (Nevid, 2005). Teknik yang pertama kali diajarkan kepada subjek adalah relaksasi. Relaksasi diberikan karena subjek mengalami gejala kecemasan, kecemasan yang mereka alami karena adanya pikiran negatif mengenai gejala-gejala kecamasan yang merasa alami. Relaksasi diberikan sebanyak 4 sesi dengan tujuan subjek dapat mempunyai ketrampilan dalam melakukan teknik tersebut. Relaksasi dilakukan selama menit, dua kali sehari secara teratur selama dua minggu. Subjek dapat mengenali gejala-gejela cemas yang sering kali muncul seperti tegang, jantung berdetak kencang, berkeringat dingin. Hal tersebut di atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh Edmund Jacobson dalam Soewondo (2008) bahwa latihan relaksasi otot progresif yang dilaksanakan menit, satu kali sehari secara teratur selama satu minggu cukup efektif dalam menurunkan kecemasan. Proses dinamika kelompok dapat terlihat dengan saling mengungkapkan apa saja yang mereka rasakan saat berlatih, mereka berdiskusi apa saja keberhasilan yang mereka dapatkan dan hambatanya, dengan begitu anggota kelompok dapat belajar dari pengalaman anggota yang lain. Begitu pula saat pengerjaan tugas rumah yang mewajibkan mereka menuliskan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah berlatih relaksasi dan apa saja hambatan dan keberhasilanya. Bieling (2007) mengungkapkan bahwa dengan berdiskusi mengenai keberhasilan dan hambatan dari subjek lain dapat membantu dalam memetik pelajaran dari beraneka ragam pengalaman serta saling membantu memecahkan masalah. Restrukturisasi kognitif diberikan dengan alasan bahwa adanya pemikiran negatif mengenai gejala kecemasan yang kini mereka rasakan, dalam Nevid (2005) menjelaskan bahwa pola pikir yang terdistorsi atau tidak rasional dapat menyebakan masalah emosional dan perilaku tidak adaptif. Pada fase follow up dapat diketahui bahwa penurunan tingkat kecemasan dapat terus mereka pertahankan, serta pola peurunan tingkat kecemasan keenam subjek tampak sama yaitu penurunan yang sedikit demi sedikit pada awal-awal sesi kemudian penurunan semakin banyak pada sesi selanjutnya hal ini dikarenakan semakin terampilnya mereka untuk bekerja sama dan saling membantu agar tujuan dari terapi ini dapat dicapai dengan cara menerapkan dinamika kelompok seperti mengungkapkan permasalahan, pendapat, kritik dan memberikan motivasi. Menurut Walgito (2006) apabila suatu kelompok bekerja sama secara kooperatif dalam mencapai tujuan, maka masing-masing individu berperan di dalamnya. Jadi, masing-masing individu berusaha mencapai hasil yang bermanfaat bagi seluruh anggota, bukan untuk diri pribadinya. Selain penurunan tingkat kecemasan, pemikiran negatif dan tingkahlakunya juga dapat mereka ganti menjadi pikiran positif dan tingkah laku positif serta penerapan dinamika kelompok pada setiap sesi terapi sangat membantu dalam melatih keterbukaan terhadap permasalahan kecamasan yang akhirnya memunculkan sikap saling memahami, menghargai dan memotivasi membuat subjek penelitian memiliki keyakinan diri bahwa mereka dapat melalui ujian skripsi dengan lancar. Adanya perubahan yang dialami subjek tersebut tidak lepas dari motivasi yang kuat dari diri mereka masing-masing, * Esty Aryani Shafithry, M.Psi Dosen Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 49

9 selain itu adanya dukungan dari orangorang sekitar terutama sesama anggota kelompok yang mengalami masalah yang sama membuat mereka merasakan bahwa mereka tidak sendiri dalam menghadapi ujian dan meyakini bahwa ujian skripsi itu harus dihadapi agar segera lulus dan mendapatkan gelar S1. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahawa penerapan teknik Group Cognitive Behavior Therapy yang diberikan kepada 6 orang subjek selama 8 kali pertemuan dapat mengurangi kecemasan pada mahasiswa yang menghadapi ujian skripsi. Teknik yang digunakan adalah latihan relaksasi dan restukturisasi kognitif. Adapun perubahan-perubahan yang dialami subjek setelah mengikuti proses terapi adalah sebagai berikut : 1. Kecemasan menghadapi ujian skripsi mengalami penurunan selama menjalani proses terapi. Penerapan latihan relaksasi dan restrukturisasi kognitif sangat membantu dalam mengurangi tingkat kecemasan. 2. Pikiran-pikiran negatif subjek mengenai ujian dapat berubah menjadi pikiran positif setelah menjalani proses restrukturisasi kognitif. 3. Penerapan dinamika kelompok pada setiap sesi terapi sangat membantu dalam melatih keterbukaan terhadap permasalahan kecemasan yang akhirnya memunculkan sikap saling memahami, menghargai dan memotivasi membuat subjek penelitian memiliki keyakinan diri bahwa mereka dapat menghadapi ujian skripsi dengan lancar 4. Munculnya tingkahlaku positif dimana subjek sudah tidak lagi menghindari segala sesuatu mengenai ujian skripsi seiring dengan pikiran positif mereka bahwa ujian skripsi bukan suatu hal yang harus ditakuti serta tidak ada lagi perilaku menghindar. SARAN Peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi subjek penelitian sebaiknya tetap menerapkan teknik terapi yang telah dilakukan secara mandiri agar hasil yang telah dicapai dapat terus dipertahankan, bahkan mungkin ditingkatkan. 2. Bagi subjek penelitian sebaiknya lebih sering berkomunikasi mengenai masalah ujian dengan pembimbing skripsi, teman-teman dan keluarga. Pengertian, penerimaan dan dukungan dari mereka sangat besar artinya bagi subjek. 3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mempertimbangkan waktu dan tempat penelitian sehingga proses terapi dapat berjalan secara maksimal serta mengalokasikan waktu lebih panjang karena adanya proses diskusi yang juga panjang. 4. Penelitian ini memberikan perlakuan berupa terapi kognitif perilaku secara kelompok, sehingga tidak diketahui bagaimana hasilnya bila dilakukan secara indiviual, diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat memberikan perlakuan berupa terapi kognitif perilaku secara individu untuk mengurangi kecemasan menghadapi ujian skripsi. 5. Penelitian ini dilakukan pada subjek yang mengalami kecemasan menghadapi ujian skripsi dan tidak menutup kemungkinan dapat diterapkan pada kasus kecemasan yang lain * Esty Aryani Shafithry, M.Psi Dosen Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 50

10 DAFTAR PUSTAKA American Psychiatric Association. Diagnostic and Statistical Manual Of Mental Disorders. Fourth Edition. Revised (2000). Washington, DC. Bieling, P., McCabe, R., & Antony, M., Cognitive behavioral therapy in groups. New York : Guilford Press Kazdin, A.E. (2005). Methodological issues & strategies in clinical research. Washington DC: American Psychological Association. Martin, G., & Pear, J. (2008). Behavior Modification What It Is And How To Do It. Seventh Edition. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Nevid, J.S., Rathus, S.A., & Green, E.B. (2007). Abnormal Psychology In Changing World. 3 rd edition. New Jersey: Prentice Hall Poerwandari, K. (2008). Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Rafika, S Konsep dasar terapi kelompok, Akses 18 November 2014 Supratiknya, A., Merancang Program dan Modul Psikoedukasi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma Soewondo, S. (2008). Modul latihan relaksasi. Jakarta: Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia. Walgito, Bimo., Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi * Esty Aryani Shafithry, M.Psi Dosen Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Palangkaraya 51

COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK MENGATASI GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF

COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK MENGATASI GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY (CBT) UNTUK MENGATASI GANGGUAN OBSESIF KOMPULSIF Cahyaning Suryaningrum Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang csuryaningrum@yahoo.co.id Prevalensi gangguan obsesif-kompulsif

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III. Metode Penelitian. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian BAB III Metode Penelitian A. Identifikasi Variabel Penelitian 1. Variabel bebas : Pelatihan shalat khusyuk 2. Variabel tergantung : Kecemasan B. Defenisi Operasional Variabel Penelitian Defenisi operasional

Lebih terperinci

GROUP COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PADA WANITA YANG MENGHADAPI MENOPAUSE

GROUP COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PADA WANITA YANG MENGHADAPI MENOPAUSE GROUP COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY UNTUK MENGURANGI KECEMASAN PADA WANITA YANG MENGHADAPI MENOPAUSE Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mencapai derajat Sarjana S-2 Program Studi Profesi Psikologi

Lebih terperinci

COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY UNTUK MENGURANGI SIMTOM SOMATISASI. Oleh: ABSTRAK

COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY UNTUK MENGURANGI SIMTOM SOMATISASI. Oleh: ABSTRAK SULUH Jurnal Bimbingan Konseling, Agustus 216, Volume 2 Nomor 2 (17-22) http://jurnal.umpalangkaraya.ac.id/ejurnal/suluh COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY UNTUK MENGURANGI SIMTOM SOMATISASI Oleh: ABSTRAK Gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada masa ini anak belum memiliki kemampuan berpikir yang baik. Hal ini membuat mereka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel tergantung (dependent) : Kecemasan ibu hamil hipertensi 2. Variabel bebas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan manusia, tidak ada kegiatan yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kazdin (2000) dalam American Psychological Association mengatakan kecemasan merupakan emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu

I. PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu dengan tingkat yang berbeda - beda. Kecemasan merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah satunya, rasa ini timbul akibat perasaan terancam terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Tindakan operasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dipandang sebagai proses yang dinamis yang dipengaruhi oleh sifat bakat seseorang dan pengaruh lingkungan dalam menentukan tingkah laku apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah suatu keadaan yang sangat serius pada pasien pre operasi yang ditandai dengan perasaan ketakutan dan gelisah serta menggambarkan perasaan keraguraguan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah seseorang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah seseorang yang 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Menurut Durand & Barlow (2006), kecemasan adalah keadaan suasana hati yang ditandai efek negatif dan gejala-gejala ketegangan jasmaniah seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa madya di RT 02 RW 06 Kelurahan Isola yang berjumlah 61 orang. Peneliti menggunakan teknik sampling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa, salah satu dari tugas perkembangan kehidupan sosial remaja ialah kemampuan memahami

Lebih terperinci

BAB III Metode Penelitian

BAB III Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat peneliti melakukan penelitian tentang efektivitas teknik restrukturisasi kognitif dalam mereduksi kecemasan

Lebih terperinci

MODUL VII COGNITIVE THERAPY AARON BECK

MODUL VII COGNITIVE THERAPY AARON BECK www.mercubuana.ac.id MODUL VII COGNITIVE THERAPY AARON BECK Aaron Beck adalah psikiater Amerika yang merintis penelitian pada psikoterapi dan mengembangkan terapi kognitif. Ia dianggap sebagai bapak cognitive

Lebih terperinci

LATIHAN RELAKSASI UNTUK MENGURANGI GEJALA INSOMNIA. Oleh : Esty Aryani Safithry *

LATIHAN RELAKSASI UNTUK MENGURANGI GEJALA INSOMNIA. Oleh : Esty Aryani Safithry * LATIHAN RELAKSASI UNTUK MENGURANGI GEJALA INSOMNIA Oleh : Esty Aryani Safithry * Abstrak Kekurangan tidur dapat menyebabkan gangguan mood, emosi, konsentrasi dan menimbulkan malas. Latihan relaksasi dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun teori-teori yang dijelaskan adalah teori mengenai

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun teori-teori yang dijelaskan adalah teori mengenai 13 II. TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini, peneliti akan menjelaskan teori yang digunakan dalam penelitian. Adapun teori-teori yang dijelaskan adalah teori mengenai kecemasan yang meliputi: kecemasan tes,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan masa dimana setiap individu mengalami perubahan yang drastis baik secara fisik, psikologis, maupun lingkup sosialnya dari anak usia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam

I. PENDAHULUAN. Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Proses belajar mengajar merupakan aktivitas yang paling penting dalam keseluruhan upaya pendidikan. Siswa dengan segala karakteristiknya

Lebih terperinci

2. Faktor pendidikan dan sekolah

2. Faktor pendidikan dan sekolah BAB IV ANALISIS APLIKASI TERAPI LIFE MAPPING DENGAN PENDEKATAN COGNITIVE BEHAVIOR DALAM MENANGANI SISWI YANG MEMBOLOS DI SMA AL-ISLAM KRIAN SIDOARJO A. Faktor yang menyebabkan siswi sering membolos di

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive

BAB V PENUTUP. 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive 121 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka di sini peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut: 1. Proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan cognitive

Lebih terperinci

PEMETAAN PENERAPAN MODIFIKASI PERILAKU KOGNITIF PADA ANAK USIA DINI OLEH PENDIDIK PAUD DI KOTA PEKANBARU

PEMETAAN PENERAPAN MODIFIKASI PERILAKU KOGNITIF PADA ANAK USIA DINI OLEH PENDIDIK PAUD DI KOTA PEKANBARU PEMETAAN PENERAPAN MODIFIKASI PERILAKU KOGNITIF PADA ANAK USIA DINI OLEH PENDIDIK PAUD DI KOTA PEKANBARU Program Studi PG PAUD FKIP Universitas Riau email: dr_erish@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

Teknik lainnya dalam modifikasi perilaku

Teknik lainnya dalam modifikasi perilaku Modul ke: 12 Rizka Fakultas Psikologi Teknik lainnya dalam modifikasi perilaku Restrukturisasi kognisi, relaksasi, dan desensitisasi Putri Utami, M.Psi Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Restukturisasi

Lebih terperinci

1. Bab II Landasan Teori

1. Bab II Landasan Teori 1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

TERAPI KOGNITIF PERILAKU UNTUK MEREDUKSI TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PASCA STROKE

TERAPI KOGNITIF PERILAKU UNTUK MEREDUKSI TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PASCA STROKE TERAPI KOGNITIF PERILAKU UNTUK MEREDUKSI TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PASCA STROKE COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY TO REDUCE THE PATIENT S POST STROKE ANXIETY Susanti Prasetyaningrum Siti Suminarti Fasikhah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada

BAB III METODE PENELITIAN. dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif yang analisisnya dengan data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pada dasarnya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010). BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kecemasan Komunikasi Interpersonal 2.1.1. Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal Burgoon dan Ruffner (1978) kecemasan komunikasi interpersonal adalah kondisi ketika individu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan model penelitian eksperimen semu yaitu dengan pemasangan subyek melalui tes awal dan tes akhir dan kelompok kontrol (Ardhana 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang yang bermakna 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang dan Masalah Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh. Dengan berolahraga badan akan terasa segar dan sehat. Banyak macam olah raga yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI

PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI Pedoman Wawancara 1. Latar belakang berkaitan dengan timbulnya kecemasan - Kapan anda mulai mendaftar skripsi? - Bagaimana perasaan anda ketika pertama kali mendaftar skripsi?

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi Self Efficacy Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk berhasil melakukan tugas tertentu (Bandura, 1997).

Lebih terperinci

DEWI KUSUMA WARDHANI F

DEWI KUSUMA WARDHANI F HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhui Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu dan sekaligus makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Manusia perlu berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa barada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berakhir ketika individu memasuki masa dewasa awal, tetapi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Februari 2017 hingga 5 Maret 2017 di Panti Wreda Pengayoman Semarang. Adapun rincian pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah reaksi normal terhadap stressor yang membantu seorang individu untuk menghadapi situasi yang menuntut motivasi untuk mengatasinya, tetapi ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada akhir perkuliahan, mahasiswa diwajibkan untuk membuat skripsi. Skripsi adalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada akhir perkuliahan, mahasiswa diwajibkan untuk membuat skripsi. Skripsi adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di Perguruan Tinggi. Pada akhir perkuliahan, mahasiswa diwajibkan untuk membuat skripsi. Skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupannya, manusia akan selalu mengalami perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan periode, dimana setiap periode

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri atas respon-respon patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan dalam Menyusun Proposal Skripsi (Pindho Hary Kristanto, dkk.) HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Pindho

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan nasional tidak terlepas dari proses pembelajaran di

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pendidikan nasional tidak terlepas dari proses pembelajaran di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pendidikan nasional tidak terlepas dari proses pembelajaran di sekolah. Sekolah merupakan salah satu unsur yang dominan dalam penyelenggaraan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengalaman berbicara di depan umum pun tidak terlepas dari perasaaan ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengalaman berbicara di depan umum pun tidak terlepas dari perasaaan ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perasaan cemas atau grogi saat mulai berbicara di depan umum adalah hal yang seringkali dialami oleh kebanyakan orang. Bahkan seseorang yang telah berpengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu interaksi atau hubungan timbal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dasar utama dalam mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kadang berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Salah satu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang pasti menginginkan mendapatkan nilai yang bagus dalam setiap ujian yang mereka lakukan, ataupun dalam tugas tugas yang mereka kerjakan, dan kadang

Lebih terperinci

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi Konseling Kelompok Salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik dan pengalaman belajar

Lebih terperinci

STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT Yuni Nur Faridah 1 dan Retno Tri Hariastuti 2 Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan penggunaan strategi

Lebih terperinci

PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN SISWA MENJELANG UJIAN NASIONAL (UN)

PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN SISWA MENJELANG UJIAN NASIONAL (UN) PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN SISWA MENJELANG UJIAN NASIONAL (UN) Oleh : Andi Riswandi BP * Abstrak Merasa sedikit cemas ketika menghadapi UN adalah sesuatu yang normal, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk mencetak lulusan yang tidak saja

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

#### SELAMAT MENGERJAKAN ####

#### SELAMAT MENGERJAKAN #### Apakah Anda mahasiswa Fakultas Ekonomi Unika? Apakah Anda berstatus sebagai mahasiswa aktif? Semester berapakah Anda saat ini? Dengan Hormat, (Ya/ Bukan) (Ya/ Tidak) (Empat/ Enam) Disela-sela kesibukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI Diajukan oleh : Rozi Januarti F. 100 050 098 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009 BAB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketegangan dalam kehidupan yang dapat menimbulkan ansietas diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Ketegangan dalam kehidupan yang dapat menimbulkan ansietas diantaranya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anxiety (kecemasan) adalah suasana perasaan (mood) yang ditandai oleh gejala-gejala jasmaniah seperti ketegangan fisik dan kekhawatiran tentang masa depan (American

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya siswa, tujuan, dan. antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya siswa, tujuan, dan. antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibawah situasi yang menekan/stres (Torres et. al, 2012). Menurut Bowlby

BAB I PENDAHULUAN. dibawah situasi yang menekan/stres (Torres et. al, 2012). Menurut Bowlby BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelekatan (attachment) adalah sebuah ikatan afektif yang terus bertahan, yang ditandai oleh kecendrungan untuk mencari dan memelihara kedekatan dengan figur tertentu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus

BAB I PENDAHULUAN. dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Skripsi adalah karya ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Bimbingan Dan Konseling.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi Bimbingan Dan Konseling. PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI TERHADAP KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM SISWA KELAS X SMA KATOLIK WIJAYA KUSUMA BLORA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

Lebih terperinci

A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan. Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Trauma Seorang Remaja

A. Analisis Proses Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam dengan. Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Trauma Seorang Remaja BAB IV ANALISIS (BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN TERAPI RASIONAL EMOTIF DALAM MENANGANI TRAUMA SEORANG REMAJA KORBAN PENCULIKAN DI KELURAHAN KEBRAON KARANG PILANG SURABAYA Pada bab ke empat ini peneliti

Lebih terperinci

Subjek I T10 T11 T12

Subjek I T10 T11 T12 LAMPIRAN 43 Subjek I B1 B2 B3 T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9 T10 T11 T12 F1 F2 F3 3 3 3 3 3 1 3 3 3 1 2 2 2 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 1 1 0 3 3 3 3 2 3 3 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 0 2 2 2 2 3 2 2 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya.

BAB I PENDAHULUAN. muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia hidup di zaman global yang menuntut perubahan sangat pesat, serta muncul berbagai tantangan dan persoalan serba kompleksitasnya. Di bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan merupakan suatu keadaan tegang dimana kita termotivasi untuk melakukan sesuatu dan memperingatkan individu bahwa adanya ancaman yang membahayakan individu

Lebih terperinci

#### Selamat Mengerjakan ####

#### Selamat Mengerjakan #### Mohon pilih yang sesuai dengan identitas Anda, dengan cara melingkarinya. Apakah Anda Mahasiswa Fak. Psikolgi Unika? Apa Anda telah menempuh masa kuliah lebih dari lima tahun? Apakah Anda Tidak pernah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Desain dan Teknik Pengumpulan Data. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif yang dilengkapi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Desain dan Teknik Pengumpulan Data. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif yang dilengkapi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Desain dan Teknik Pengumpulan Data 1. Pendekatan Penelitian Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif yang dilengkapi dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa. Merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi hantu yang menakutkan

BAB I PENDAHULUAN. yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi hantu yang menakutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan, manusia membutuhkan pergaulan dengan manusia lainnya. Hal ini berarti bahwa manusia tidak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subyek Responden dalam penelitian ini diambil dari jumlah populasi mahasiswa fakultas psikologi dan kesehatan yang sedang mengambil program dan mengerjakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres Kerja 2.1.1 Pengertian Stres Kerja Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Stepen P. Robbins (2003 : 793), bahwa stress kerja adalah kondisi dinamik yang didalamnya individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan suatu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga tersebut juga menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi perubahan pertumbuhan dan perkembangan. Masa remaja mengalami perubahan meliputi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah. Setiap anak pada umumnya senang bergaul dan bermain bersama dengan teman

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah. Setiap anak pada umumnya senang bergaul dan bermain bersama dengan teman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap anak pada umumnya senang bergaul dan bermain bersama dengan teman sebayanya. Saat bersama dengan teman, seorang anak biasanya selalu penuh dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional. TNI di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional. TNI di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Proses Bimbingan Konseling Islam dengan Terapi Rasional Emotif dalam Menangani Kecemasan pada Pemuda yang Gagal Tes TNI di Desa Sambibulu Taman Sidoarjo Proses pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian yang akan dilaksanakan haruslah berdasarkan kajian-kajian dan metode penelitian yang telah didesain sebelum penelitian dilaksanakan. Penelitian didasari oleh masalah

Lebih terperinci

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER.

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER. Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 4-9 4 ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER Ali Rachman* ABSTRAK Kecemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semester (SKS). Dalam Sistem Kredit Semester terdapat satuan kredit yang

BAB I PENDAHULUAN. Semester (SKS). Dalam Sistem Kredit Semester terdapat satuan kredit yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Perguruan Tinggi di Indonesia menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS). Dalam Sistem Kredit Semester terdapat satuan kredit yang menyatakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 12 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Suatu keadaan yang mengancam keberadaan kehidupan seseorang, akan menimbulkan suatu perasaan yang tidak menyenangkan pada diri orang tersebut.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen kasus tunggal (singlecase

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen kasus tunggal (singlecase BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain eksperimen kasus tunggal (singlecase experimental design). Merupakan sebuah desain penelitian untuk mengevaluasi efek suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki masa pensiun merupakan salah satu peristiwa di kehidupan yang membutuhkan adaptasi bagi siapa saja yang akan menjalankannya. Setiap individu yang akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. prosedur penelitian, dan (6) teknik analisis data.

BAB III METODE PENELITIAN. prosedur penelitian, dan (6) teknik analisis data. 32 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini diuraikan secara berurutan: (1) pendekatan penelitian, (2) sasaran perbaikan, (3) setting dan subyek penelitian, (4) rancangan penelitian, (5) prosedur penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan pada siswa. Menurut sebagian siswa UN merupakan proses biasa yang wajib dilalui oleh siswa kelas 6

Lebih terperinci

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15 Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini PERSETUJUAN DALAM KEADAAN SADAR UNTUK BERPARTISIPASI SEBAGAI SUBJEK RISET

Lebih terperinci

MODUL TERAPI RELAKSASI ZIKIR UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA PENDERITA GAGAL GINJAL. Disusun Oleh : Anggi Permana

MODUL TERAPI RELAKSASI ZIKIR UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA PENDERITA GAGAL GINJAL. Disusun Oleh : Anggi Permana 122 MODUL TERAPI RELAKSASI ZIKIR UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA PENDERITA GAGAL GINJAL Disusun Oleh : Anggi Permana 14320102 123 PENDAHULUAN Manual ini berisikan sebuah panduan terapi yang dirancang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pembelajaran. Tetapi juga dalam hal membimbing siswa

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pembelajaran. Tetapi juga dalam hal membimbing siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini peran guru dalam pendidikan tidak hanya dalam menyampaikan pembelajaran. Tetapi juga dalam hal membimbing siswa tersebut agar mencapai kematangan emosional

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk memperoleh

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk memperoleh 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang digunakan untuk memperoleh hasil sesuai yang diharapkan dari penelitian yang dilakukan. Penggunaan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan intervensi pada sasaran penelitian. Eksperimen yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan intervensi pada sasaran penelitian. Eksperimen yang dilakukan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penenlitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimen, karena peneliti memberikan intervensi pada sasaran penelitian. Eksperimen yang dilakukan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 31 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Way Lima Jln. Baturaja kecamatan Way Lima kabupaten Pesawaran, dan waktu penelitian adalah pada

Lebih terperinci

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Pedologi Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Kecemasan : Kecemasan (anxiety) dapat diartikan

Lebih terperinci