BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Profil Direktorat Lalu Lintas Polda DIY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Profil Direktorat Lalu Lintas Polda DIY"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum a. Profil Direktorat Lalu Lintas Polda DIY Ditlantas Polda adalah Badan Staf dan pelaksanaan di tingkat Polda yang bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi Lalu Lintas Kepolisian yang mendukung pelaksanaan Operasi Kepolisian Tingkat Kewilayahan. Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta dalam memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas, berupaya meningkatkan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat khususnya bagi pengguna jalan di Yogyakarta melalui pengembangan Traffic Management Centre (TMC) dengan pemberdayaan teknologi komunikasi dan informasi dengan harapan dapat memberikan segala bentuk pelayanan informasi kepada seluruh masyarakat yang berada di Yogyakarta serta para wisatawan domestik dan mancanegara sehingga mendapatkan kemudahan akses dalam berlalulintas di Yogyakarta. 44

2 45 b. Visi Direktorat Lalu Lintas Polda DIY Terwujudnya Polantas yang profesional, bermoral dan modern sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat yang terpercaya dalam memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas serta penegakan hukum di bidang lalu lintas. c. Misi Direktorat Lalu Lintas Polda DIY Berdasarkan pernyataan visi yang dicita-citakan tersebut selanjutnya diuraikan dalam misi yang mencerminkan koridor tugastugas sebagai berikut: 1) Memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat di bidang lalu lintas. 2) Memberikan pendidikan masyarakat di bidang lalu lintas sehingga dapat meningkatkan kesadaran, ketaatan dan kepatuhan hukum masyarakat di bidang lalu lintas. 3) Melaksanakan penelitian dan pengkajian terhadap faktor penyebab gangguan kamseltibcar lantas serta memberikan saran berupa langkah-langkah perbaikan. 4) Melaksanakan penegakan hukum di bidang lalu lintas secara profesional dan proporsional dengan menjunjung tinggi Hak Asazi Manusia dalam rangka menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan.

3 46 5) Melaksanakan pemeriksaan pengetahuan dan kemampuan serta ketrampilan calon pengemudi kendaraan bermotor, dalam penyelenggaraan penerbitan SIM dan Registrasi Identifikasi kendaraan bermotor. 6) Mengelola secara profesional, proporsional, transparan, akuntabel dan modern seluruh sumber daya Polantas guna mendukung operasional tugas-tugas Polri. d. Tugas dan Kewajiban Direktorat Lalu Lintas Polda DIY Dalam rangka pelaksanaan tugas Dit Lantas Polda mempunyai tugas kewajiban sebagai berikut : 1) Dit lantas adalah unsur pelaksanaan utama Polda yang merupakan pemekaran dari Dit Samapta dan berada dibawah Kapolda. 2) Dit Lantas bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi lalu lintas yang meliputi kegiatan pendidikan masyarakat, penegak hukum, pengkajian masalah lalu lintas, administrasi registrasi dan identifikasi pengemudi dan kendaraan bermotor serta melaksanakan patroli jalan raya antar wilayah.

4 47 e. Fungsi Direktorat Lalu Lintas Polda DIY fungsi : Dalam melaksanakan tugas Ditlantas menyelenggarakan 1) Pembinaan fungsi lalulintas kepolisian dalam lingkungan Polda 2) Penyelenggaraan dan pembinaan partisipasi masyarakat melalui kerjasama lintas sektoral, pendidikan masyarakat dan pengajian masalah dibidang lalulintas 3) Penyelenggaraan operasi kepolisian bidang lalulintas dalam rangka penegakan hukum dan ketertiban lalulintas 4) Penyelenggaraan Administrasi Registrasi dan Identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi yang dilaksanakan oleh Polres 5) Penyelenggaraan Patroli jalan raya dan penindakan pelanggaran serta penanganan kecelakaan lalulintas dalam rangka penegakan hukum dan ketertiban lalulintas serta menjamin kelancaran arus lalulintas di jalan raya.

5 48 Gambar 2. Struktur Organisasi Ditlantas Polda DIY Sumber : Data Ditlantas Polda DIY Dalam bagan di atas digambarkan bahwa Ditlantas Polda DIY dipimpin oleh Direktur Lantas, disingkat Dirlantas yang bertanggung jawab kepada Kapolda dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Wakapolda. Dirlantas dibantu oleh Wakil Dirlantas disingkat Wadir Lantas yang bertanggung jawab kepada Dirlantas. Melaksanakan pengawasan dan bimbingan tehnis serta evaluasi pelaksanaan pembinaan kemampuan dan operasional lalu lintas Kepolisian.

6 49 Sub Bagian Perencanaan dan Administrasi Direktorat Lalu Lintas (Subbag Renmin) mempunyai tugas kewajiban sebagai berikut: 1) Subbag Renmin adalah unsur pembantu pimpinan dan pelayanan staf pada Ditlantas yang berada dibawah Dirlantas. 2) Subbag Renmin bertugas merumuskan atau menyiapkan rencara atau program kerja dan anggaran. termasuk rencana dan administrasi opersional dan pelatihan, dan menyelenggarakan pelayanan urusan administrasi personil dan logistik, urusan ketatausahaan dan urusan dalam, dan pelayanan keuangan Ditlantas Polda. 3) Subbag Renmin dipimpin oleh Kepala Subbagrenmin disingkat Kasubbag Renmin, yang bertanggung jawab kepada Dirlantas dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Wadir Lantas. Sub Direktorat Pembinaan Hukum Direktorat Lalu Lintas (Subdit Gakkum) mempunyai tugas kewajiban sebagai berikut : 1) Subdit Gakkum adalah unsur pelaksana pada Ditlantas yang berada dibawah Dirlantas. 2) Subdit Gakkum bertugas membina pelaksanaan penegakan Hukum termasuk tata tertib lalu lintas oleh satuan pelaksana dalam lingkungan Polda. 3) Subdit Gakkum dipimpin oleh Kepala Subdit Gakkum disingkat

7 50 Kasubdit Gakkum yang bertanggung jawab kepada Dirlantas dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Wadir Lantas. Sub Direktorat Administrasi Registrasi dan Identifikasi Direktorat Lalu Lintas (Subdit Minregident) mempunyai tugas kewajiban sebagai berikut : 1) Subdit Minregident adalah unsur pelaksana pada Ditlantas yang berada dibawah Dirlantas. 2) Subdit Minregident bertugas menyelenggarakan dan membina pelaksanaan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi. 3) Subdit Minregident dipimpin oleh Kepala Subdit Minregident disingkat Kasubdit Minregident yang bertanggung jawab kepada Dirlantas dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Wadir Lantas. Satuan Patroli Jalan Raya Direktorat Lalu Lintas (PJR) mempunyai tugas kewajiban sebagai berikut : 1) Sat PJR adalah unsur pelaksana pada Ditlantas yang berada dibawah Dirlantas. 2) Sat PJR bertugas menyelenggarakan dan melaksanakan Patroli Jalan Raya dan tindakan pertama pada tempat kejadian perkara termasuk kecelakaan lalu lintas serta tindakan pertolongan. 3) Sat PJR dipimpin oleh Kepala Sat PJR disingkat Kasat PJR

8 51 yang bertanggung jawab kepada Dirlantas dan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari dibawah kendali Wadir Lantas. 4) Sat PJR terdiri dari sejumlah induk dan atau Unit PJR. (sumber : 2. Deskripsi Data a. Tingkat Kecelakaan Lalu Lintas di DIY Kesadaran berlalu lintas yang rendah oleh para pengendarakendaraan di DIY mengungkapkan fakta tentang tingkat keamanan berkendara dan berlalu lintas. Fenomena kecelakaan yang berakibat fatal terhitung semakin tinggi dari tahun ketahun. Data konkret dari Korlantas Polri pada 2012 terjadi kecelakaan, dan yang meninggal akibat fatalitas kecelakaan sebanyak Jumlah ini menurun pada 2013.Angka kecelakan berjumlah kasus dan meninggal dunia akibat fatalitas kecelakaan mencapai Pada 2013 kecelakaan yang disebabkan karena lengah berjumlah dan lelah mencapai Penurunan kasus kecelakaan dari tahun ini merupakan suatu hasil dari upaya jajaran kepolisian untuk melakukan berbagai program guna memberikan keamanan, ketertiban pengendara dan pengguna lalu lintas. Jumlah kecelakaan yang terjadi di DIY berdasarkan data yang diperoleh dari Ditlantas Polda DIY selama tahun 2012 dan

9 mengalami penurunan. Data tersebut dijelaskan pada tabel sebagai berikut : Tabel 3. Perbandingan Jumlah Kecelakaan di DIY tahun 2012 dan 2013 NO Kesatuan Jumlah Kecelakaan Tahun 2012 Tahun 2013 Jumlah Jumlah Korban Kecelakaan Meninggal Jumlah Korban Meninggal 1. Polresta Yka Res. Bantul Res. K.Progo Res. Gunung Kidul Res. Sleman Total Sumber : Data Ditlantas Polda DIY Berdasarkan tabel di atas, jumlah kecelakaan lalu lintas di DIY pada tahun 2012 terjadi kejadian dan pada tahun 2013 menurun menjadi kejadian. Begitu pula dari korban meninggal, pada tahun 2012 berjumlah 431 korban dan pada tahun 2013 menurun menjadi 353 korban. b. Program Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalulintas Angka kematian akibat fatalitas kecelakaan lalu lintas, masih memprihatinkan. Berdasarkan data Korlantas (Korps Lalu Lintas) Polri (Polisi Republik Indonesia) pada tahun 2012 terjadi kasus kecelakaan, dan orang meninggal dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan angka ini, setiap harinya orang

10 53 yang meninggal karena kecelakaan lalu lintas mencapai 80 orang dan setiap jamnya 3 orang meninggal sia-sia di jalan raya. Tingginya jumlah angka kecelakaan bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga seluruh dunia yang memiliki mobilitas lalu lintas yang tinggi. Hal ini yang membuat World Health Organization (WHO), lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadikan lalu lintas sebagai masalah kesehatan. Pada tanggal 11 Mei 2011 disepakati seluruh anggota PBB untuk membuat Decade of Action for Safety (DoA) Target aksi ini untuk mengurangi jumlah korban meninggal dunia pada tahun 2020 sebesar 50%. Selain itu, Undang-Undang No. 22 tahun 2009 tentang LLAJ pasal 203 juga mengamanahkan agar pemerintah membuat Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK) dan tentunya rencana aksi atas DoA menjadi bagian dari RUNK. Indonesia mengimplementasikannya melalui Intruksi Presiden (Inpres) Nomor 4 tahun Untuk mengangkat dan meningkatkan kampanye pelopor Keselamatan Berlalulintas, Kapolri membuat program Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalulitas. Gerakan nasional tersebut dimaksudkan untuk menjadikan semangat keselamatan berlalulintas menjadi budaya dan akhirnya menjadi kebutuhan hidup sehari-hari.

11 54 Pelaksanaan program tersebut menggunakan dasar lima pilar, yaitu: 1) Manajemen Keselamatan Jalan (Road Safety Management). Manajemen keselamatan jalan adalah tanggung jawab pembuat kebijakan pada level nasional. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menjadi institusi pernerintah yang bisa membuat perencanaan pembangunan infrasruktur jalan yang berorientasi pada keselamatan. Cetak biru perencanaan jalan berorientasi keselamatan ini akan menjadi pedoman bagi kementerian pekerjaan umum, dinas pekerjaan umum provinsi dan kabupaten, serta para investor serta kontraktor pembangunan jalan. Senada dengan hal tersebut, Kompol Sulasmi, SH. mengatakan: Pada pilar ini Ditlantas bekerjasama dengan bappenas untuk melaksanakan infrastruktur, tujuan utamanya supaya tidak terjadi kecelakaan, dan untuk meminalisasi angka kecelakaan turun, nah makanya dibutuhkan banyak kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait. (hasil wawancara 28 Mei 2014). Dengan infrastruktur yang memadahi maka akan sangat mempengaruhi keadaan di jalan raya. Misalnya, dengan kondisi jalan yang halus maka dapat menekan atau meminimalisir jumlah kecelakaan yang terutama diakibatkan

12 55 oleh jalan berlubang. Dengan begitu maka pengendara akan merasa nyaman dalam berkendara di jalan raya. 2) Jalan Berkeselamatan dan Mobilitas (Safer Roads and Mobility). Implementasi kebijakan Road Safety Management akan dilaksanakan oleh kementerian pekerjaan umum, dinas pekerjaan umum provinsi, dinas pekerjaan umum kota/kabupaten, investor dan kontraktor mengacu pada kelancaran berlalu lintas. Banyak teknologi harus yang bisa diterapkan untuk membangun konstruksi jalan yang lancar, tidak bergelombang, nyaman dan berkeselamatan. Rambu-rambu jalan harus dipasang demi memberi peringatan terhadap pengemudi mengenai kondisi jalan. Mobilitas atau kelancaran adalah kunci utama arus pergerakan orang dan barang yang berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Mengaskan hal tersebut Kompol Sulasmi, SH. mengatakan: Nah, kemudian pada pilar kedua Ditlantas kembali bekerjasama dengan kementrian Pekerjaan Umum baik provinsi maupun kota untuk membangun teknologi-teknologi baru yang diterapkan di jalan raya untuk memperlancar arus lalu lintas. (hasil wawancara 28 Mei 2014).

13 56 Selain itu Ditlantas Polda DIY juga bekerja sama dengan Jasa Raharja cabang Yogyakarta melaksanakan pemasangan rambu-rambu sebagai upaya untuk mencegah dan menekan angka kecelakaan lalu lintas jalan serta merekayasa lalu lintas jalan guna mengurangi dan mencegah kemacetan lalu lintas. Rambu-rambu yang dipasang akan dapat memberikan informasi bagi pengendara akan keadaan jalan raya yang akan dilaluinya. Gambar 8. Pemasangan rambu-rambu lalu lintas. Sumber : Dokumentasi Jasa Raharja Pada gambar di atas merupakan kegiatan yang dilaksanakan Jasa Raharja D.I. Yogyakarta bersama Ditlantas Polda DIY memasang rambu-rambu peringatan bagi pengguna kendaraan bermotor, di daerah rawan kecelakaan dan daerah

14 57 padat lalu lintas tepatnya di Jalan Mangkubumu (Tugu Jogja) dan titik nol kilometer (Malioboro) Kota Yogyakarta. Pemasangan rambu-rambu tersebut sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya, yakni selain papan peringatan dan petunjuk jalan, Jasa Raharja D.I. Yogyakarta bersama Direktorat Lalu Lintas Polda D.I. Yogyakarta menambahkan speaker atau pengeras suara dan papan himbauan berbentuk digital. Hal ini akan menambahkan kewaspadaan pengendara dalam mengendarai kendaraannya. Seperti yang dikatakan oleh Priakas, selaku masyarakat umum pengendara kendaraan : Rambu-rambu dijalan itu sangat membantu mas, karena dengan adanya rambu yang dipasang di pinggir jalan mempermudah para pengendara dalam mengendarai kendaraan di jalan yang akan dilewati. (hasil wawancara 20 agustus 2014). Dengan banyaknya program dan kegiatan antara Ditlantas Polda DIY dengan dinas terkait menambah kenyamanan serta dapat meningkatkan keamanan di jalan raya. Hal ini dapat mengurangi jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di jalan raya. Pengendara kendaraanpun di beri kemudahan serta kenyamanan dalam berkendara di jalan raya.

15 58 3) Kendaraan berkeselamatan (Safer Vehicles). Kondisi kendaraan harus menjadi perhatian pemilik kendaraan maupun otoritas yang mengeluarkan regulasi produksi dan kelayakan jalan kendaraan. Kementerian perindustrian yang mengeluarkan regulasi produksi kendaraan menerapkan aturan yang ketat. Kementerian perhubungan semestinya konsisten menerapkan regulasi kelayakan jalan kedaraan, termasuk aturan batasan tonase muatan agar tidak cepat merusak konstruksi jalan, seperti yang dikatakan Kompol Sulasmi, SH. sebagai berikut: Ketegasan Dishub ini memperketat regulasi buat kendaraan yang layak untuk dapat digunakan di jalan raya, jadi sekarang banyak kendaraan yang boleh jalan itu adalah kendaraan yang layak jalan. (hasil wawancara 28 Mei 2014). Dalam hal ini Ditlantas Polda DIY bekerja sama dengan Dinas Perhubungan Provinsi DIY dengan melaksanakan uji kelayakan kendaraan yang dilakukan setiap enam bulan sekali, seperti yang dikatakan Ibu Liana Nevi, selaku staff Dishub : Kami selalu melakukan uji kelayakan kendaraan setiap enam bulan sekali, dengan bekerja sama dengan pihak kepolisian tentunya. (hasil wawancara 27 Agustus 2014).

16 59 Dalam hal kelayakan kendaraan, Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Yogyakarta selalu melaksanakan uji kelayakan kendraan secara rutin. Hal ini dilaksanakan untuk dapat menyeleksi kendaraan yang beroperasi di jalan raya. Kondisi kendaraan yang sehat atau dalam keadaan normal akan dapat menekan jumlah kecelakaan di jalan raya yang diakibatkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya komponen dari kendaraan itu sendiri. 4) Manusia atau Pengguna Jalan Berkeselamatan (Safer People or Road User). Korps Polisi Lalu Lintas menjalankan fungsi keselamatan pengguna jalan dengan cara melakukan aksi preemtif melalui edukasi kepada para pengguna jalan, melakukan aksi preventif untuk mencegah terjadinya kecelakaan, dan penegakan hukum (law enforcement) terhadap para pelanggar aturan berlalu lintas. Kompol Sulasmi, SH. mengatakan: Disinilah Ditlantas turun penuh ke lapangan untuk melakukan aksi preentif dan preventif misalnya razia tilangan kepada para pengendara di jalan raya. (hasil wawancara 28 Mei 2014).

17 60 Korlantas Polri sudah mencanangkan Gerakan Nasional Keselamatan Berlalu Lintas dan dilengkapi pula dengan prinsip Trisiap yaitu Siap Menaati Peraturan LaluLintas, Siap Fisik Pengendarai, dan Siap Fisik Kendaraan. Pihak kepolisian juga melakukan aksi penertiban bagi pengendara kendaraan dengan penilangan. Apabila pengendara tersebut tidak dilengkapi dengan surat-surat kendraan bermotor maka pihak kepolisian menindaknya dengan memberikan teguran ataupun dapat memberikan denda bagi pengendara tersebut. Hal ini dilakukan supaya memberikan efek jera bagi pengendara. 5) Respon terhadap Setelah Kejadian (Post Crash Responsse). Kesamaptaan pertolongan pertama kecelakaan sangat penting bagi penyelamatan pengemudi dan penumpang kendaraan. Bila terjadi kecelakaan di jalan tol, mungkin respon cepat datangnya mobil ambulan dan paramedik lebih cepat daripada kejadian berlangsung di jalan non-tol. Koordinasi kepolisian dan rumah sakit perlu diintensifkan mengingat frekuensi kecelakaan di Indonesia sangat tinggi. Senada dengan hal tersebut, Kompol Sulasmi, SH. menyatakan: Tugas dari Jasa Raharja yang harus melakukan pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan di jalan raya, dan tentunya dibantu dari petugas kepolisian yang ada di TKP. (hasil wawancara 28 Mei 2014).

18 61 Jasa Raharja cabang Yogyakarta mendukung program ini dengan selalu siap memberikan pelayanan prima bagi masyarakat. Jasa Raharja Sebagai Badan Usaha Milik Negara yang ditunjuk untuk mengelola Undang - Undang No. 33 dan 34 tahun 1964, selain mengemban tugas menghimpun dana dari masyarakat melalui sumbangan wajib dana kecelakaan lalu lintas dan iuran wajib serta memberikan santunan kepada korban kecelakaan lalu lintas dan penumpang umum, Jasa Raharja juga berperan dalam upaya mencegah dan menekan jumlah kecelakaan lalu lintas serta memberikan pelayanan prima bagi korban kecelakaan lalu lintas. Bapak Arlnold Dwi Novrianto, selaku Humas Jasa Raharja cabang Yogyakarta mengatakan : Kami selalu melakukan komunikasi dengan pihak kepolisian setiap hari Senin di Ditlantsa Polda DIY. Dan kami melaksanakan program pasca kecelakaan dengan pelaksanaan data kecelakaan online untuk proses pemberian santunan dan jemput bola ke rumah sakit. (hasil wawancara 25 Agustus 2014). Tujuan Program Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalu Lintas antara lain :

19 62 1) Terselenggaranya edukasi tentang keselamatan yang terarah dan ditekankan kepada penanaman nilai-nilai keselamatan jalan guna menciptakan budaya selamat di jalan. 2) Terselenggaranya model pengujian bagi masyarakat dalam mencapai kompetensi mengemudi kendaraan bermotor roda empat sehingga benar-benar memahami tentang syarat pengetahuan, kecakapan dan sikap yang menjadi standar bagi pengemudi. Manfaat Program Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalu Lintas bagi masyarakat adalah 1) mendapatkan pengetahuan tentang lalu lintas dan keselamatan jalan. 2) Meningkatkan kompetensi sebagai pengemudi serta memiliki bekal pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang lebih siap dalam menghadapi ujian SIM. 3) Meningkatkan perannya sebagai masyarakat yang peduli dan mengutamakan keselamatan di jalan. Manfaat bagi Pemerintah adalah membantu mewujudkan misi penyelenggaraan keselamatan jalan yaitu dalam: 1) Upaya mengurus utamakan keselamatan jalan menjadi prioritas nasional. 2) Bagian dari upaya membangun budaya penyelenggaraan lalu lintas jalan yang mengutamakan keselamatan.

20 63 3) Manjadi model sinergitas dari segala potensi dalam memaksimalkan kinerja keselamatan jalan, antara pemerintah, kepolisian, dunia usaha, lembaga pendidikaan, dan masyarakat. 4) Upaya menumbuhkembangkan kesadaran masyarakat untuk yang berperilaku yang mengutamakan keselamatan dalam berkendaraan. c. Faktor Pendukung dan Penghambat Ditlantas Polda DIY dalam Menekan Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas Pelaksanaan Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalu lintas sudah dilakukan Ditlantas Polda DIY dalam upayanya menekan jumlah kecelakaan yang terjadi di Yogyakarta dan melaksanakan agenda Korlantas POLRI. Dalam pelaksanaan gerakan tersebut tentunya Ditlantas Polda DIY memiliki beberapa faktor penghambat dan pendukung, antara lain : 1) Faktor Penghambat Dalam melaksanakan program Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalu lintas, Ditlantas Polda DIY menghadapi beberapa hambatan antara lain : a) Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menguasai teknologi dan pengetahuan.

21 64 Perkembangan zaman yang sangat modern saat ini sudah pasti setiap aktifitas dalam sebuah organisasi menggunakan alat teknologi khususnya penggunaan komputer yang sesuai kebutuhan. Namun, dalam pelaksanaannya terkadang di dalam organisasi pasti masih ada sumber daya manusia yang belum bisa atau sulit untuk mengikuti perkembangan zaman tersebut. Berbagai faktor yang menimbulkan, tapi yang paling dasar adalah faktor usia. Dengan usia yang mungkin tidak lagi muda, sulit bagi mereka untuk dapat cepat memahami atau mengikuti untuk dapat menggunakan alat-alat yang mungkin di zamannya belum banyak digunakan. Untuk mengatasi hal tersebut, Polda DIY melakukan penyegaran sumber daya manusia. Faktor usia dan perubahan jaman yang cepat menuntut SDM harus memiliki kemampuan dalam bidang teknologi, namun kenyataannya SDM yang sudah senior mengalami kesulitan dalam mengusai hal tersebut. Hal tersebut senada yang disampaikan oleh Kompol Sulasmi, SH sebagai berikut: Untuk penyegaran selalu dilakukan mas, misalnya untuk anggota yang melakukan siaran di jogja TV setiap jam satu dan jam empat sore, itu kan dibutuhkan anggota kepolisian yang tau dalam bidangnya, ya yang cantik juga, polwan disitu bertugas menyampaikan informasi untuk info lalu

22 65 lintas yang ada di Yogyakarta. Dan yang terpenting bisa berkomunikasi dengan baik, tidak hanya cantiknya saja. (hasil wawancara 28 Mei 2014). Dikalangan staff pun juga dilakukan hal yang sama, untuk dapat memberikan pelayanan yang prima sudah pasti dibantu dengan peralatan yang canggih. Ditlantas Polda DIY sering melakukan pelatihan-pelatihan bagi anggotanya yang mungkin sudah senior untuk dapat paling tidak mengetahui perkembangan teknologi canggih di zaman yang modern saat ini, seperti yang dikatakan oleh Bapak Rochmadi sebagai berikut : Kami tidak jarang diberikan pelatihan untuk dapat menunjang pekerjaan kami, khususnya mungkin dalam hal adminitrasi yang hampir semua sudah menggunakan komputer mas. (hasil wawancara 28 Mei 2014). Ditlantas Polda DIY melakukan tindakan yang tepat guna menghadapi hambatan tersebut. Dengan pelatihan komputerisasi atau pemposisian anggota sesaui kebutuhan menjadi solusi yangtepat. Dengan demikian kinerja kepolisian dapat berjalan dengan lancer sehingga tujuan dapat dicapai.

23 66 b) Kesadaran pengendara kendaraan di jalan raya yang masih sangat rendah. Tingkat kesadaran pengendara merupakan salah satu faktor penting yang berpotensi menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Apabila tingkat kesadaran masyarakat atau pengendara masih rendah maka pelanggaran-pelanggaran yang terjadi masih banyak. Untuk itu Ditlantas Polda DIY selalu berperan aktif dalam bersosialisasi atau memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal keselamatan berlalu lintas. Dengan segala kegiatan atau program-program yang telah di jelaskan pada bab sebelumnya. Namun dalam kenyataannya yang terjadi masih banyak terjadi pelangaran yang terjadi di lalu lintas, seperti banyak pengendara yang melanggar rambu lalu lintas dan banyak pengendara yang belum memiliki surat ijin mengemudi di jalan raya. Hal tersebut berpotensi menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Seperti yang diakui oleh Priakas seorang pengendara mengatakan : Saya sebenarnya sering melakukan pelanggaran lalu lintas, terutama yang sering itu melanggar marka jalan. Saya juga sering tidak memakai helm jika tujuan saya dekat. (hasil wawancara 20 Agustus 2014).

24 67 Itu merupakan salah satu contoh perilaku atau tingkat kesadaran masyarakat yang belum taat dalam berlalu lintas. Ditlantas Polda DIY bertindak dengan sering melakukan aksi penertiban dan pemeriksaan surat-surat atau kelengkapan dalam berkendara. Hal ini dilakukan dengan tujuan meminimalisir pelanggaran-pelanggaran yang terjadi. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh Ditlantas Polda DIY untuk mengatasi hambatan dalam pelaksanaan program Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalu lintas sudah sangat tepat. Dalam bidang SDM dengan melakukan pelatihan teknologi dan pemposisisan anggota sesuai kebutuhan. Kemudian untuk mengatasi kesadaran masyarakat yang rendah pihak kepolisian memberikan pneidikan serta penindakan bagi para pengendara yang melanggar. 2) Faktor Pendukung Selain faktor penghambat, Ditlantas Polda DIY juga memiliki beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan program gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalu lintas, antara lain : a) Penggunaan teknologi, sarana dan prasarana yang sangat memadai.

25 68 Perkembangan jaman yang sangat modern saat ini, dituntut untuk dapat menggunakan alat-alat yang modern pula. Sistem komputerisasi hampir semua instansi menggunakannya untuk melakukan atau menyelesaikan tugas-tugas mereka. Saat ini peralatan yang dimanfaatkan oleh Ditlantas Polda DIY sudah sangat canggih dengan adanya RTMC (Regional Traffic Management Centre) yang melakukan pemasangan CCTV (Closed-Circuit Television) dan kemudian dipasang di 15 titik di Daerah Istimewa Yogyakarta. Peralatan canggih tersebut dipasang di beberapa titik yang dinilai strategis oleh Ditlantas Polda DIY. Senada dengan hal tersebut, Kompol Sulasmi, SH. mengatakan: Sekarang ada 15 kamera yang dipasang oleh kami, yang terhubung sama RTMC. Karean tempatnya strategis, sering terjadi kemacetan dan mobilitas disitu sangat tinggi mas. (hasil wawancara 28 Mei 2014). Selain menggunakan teknologi yang canggih, menurut Bapak Rocmadi sarana dan prasarana yang dimiliki ditlantas sudah sangat cukup untuk melaksanakan tugas, saat ini Ditlantas Polda DIY memiliki 60 unit kendaraan

26 69 roda 2 dan 60 unit kendaraan roda empat yang digunakan untuk operasional petugas Ditlantas Polda DIY. Dengan sarana yang dimiliki Ditlantas Polda DIY tersebut sudah sangat membantu segala aktivitas atau kebutuhan yang dilakukan oleh Ditlantas Polda DIY itu sendiri. b) Jumlah Sumber Daya Manusia yang dimiliki Ditlantas. Dalam melaksanakan setiap tugas dari atasan pasti setiap divisi atau bagian mebutuhkan sumber daya manusia yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas tersebut. Saat ini jumlah Sumber Daya Manusia yang dimiliki Ditlantas sudah sangat cukup untuk dapat meng-cover kebutuhan untuk tugas setiap bagiannya. Senada dengan hal tersebut, Kompol Sulasmi, SH. mengatakan : Saat ini kami memiliki 236 anggota, 214 anggota polri dan 22 nya itu Pegawai Negeri Sipil mas. (hasil wawancara 28 Mei 2014). Selain itu setiap anggota polisi juga dituntut untuk dapat memiliki kedisiplinan yang tinggi dalam melaksanakan setiap tugas yang diberikan dari atasan mereka. Kompol Sulasmi, SH. mengatakan :

27 70 Anggota harus memiliki kedisiplinan dan selalu siap siaga untuk menjadi anggota polisi. Karena dua sikap tersebut sangat perlu bahkan wajib untuk dimiliki anggota kepolisian. (hasil wawancara 28 Mei 2014). Dengan kelebihan tersebut sudah sangat dapat mendukung setiap kegiatan atau program yang dilaksanakan oleh Ditlantas Polda DIY. Hal-hal tersebut sangat membantu Ditlantas Polda DIY untuk dapat menekan jumlah kecelakaan yang terjadi di jalan raya. Faktor pendukung lainya berasal dari masyarakat. Masyarakat diberi kesempatan untuk dapat memberikan masukan atau atau kritikan yang kemudian akan dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi Ditlantas Polda DIY. Seperti yang dikatakan oleh Kompol Sulasmi, SH sebagai berikut : Kami sangat terbuka bagi masyarakat siapa saja yang mau memberi masukan atau pengaduan kepada kami. Sekarang ada RTMC jogja, bisa Mas lewat situ. Atau bisa juga memasukkan pada kotak surat yang tersedia di depan. Dari situ nanti akan di tindak lanjuti dalam rapat rancangan program dan bahan evaluasi buat kami. (hasil wawancara 28 Mei 2014). Masukan tersebut memudahkan bagi Ditlantas Polda DIY dalam merumuskan kebijakan atau tindakan yang akan

28 71 dilakukan dalam periode yang akan datang. Selain itu, IMI yang merupakan komunitas otomotif juga turut mendukung program tersebut, seperti yang dikatakan Galih P.J. sebagai berikut : Kami selalu mendukung program tersebut, tidak jarang kamu melakukan kegiatan dengan mengundang dari pihak kepolisian terkait sosialisasi keselamatan dalam berkendara di jalan raya. (hasil wawancara 22 Agustus 2014). Dengan demikian tugas kepolisian dalam menekan jumlah kecelakaan akan dapat terwujud. Didukung dengan hal-hal yang menunjang pekerjaan bagi setiap anggotanya. Teknologi yang mumpuni dan jumlah anggota yang mencukupi untuk dapat memenuhi kebutuhan serta jumlah sarana dan prasarana yang sangat memadahi menambah kemudahan serta menunjang keberhasilan dari program yang dilakukan oleh Ditlantas Polda DIY. B. Pembahasan Jumlah kecelakaan setiap tahun semakin bertambah jumlahnya, oleh karena itu Korlantas POLRI membuat agenda program Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalu lintas yang berkerjasama dengan kementrian

29 72 terkait yang telah ditunjuk sesuai inpres nomor 4 tahun 2013 melalui Dekade Aksi Keselamatan Jalan yaitu antara lain Kementerian Perhubungan, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kesehatan, Kementerian Komunikasi dan Informasi; Kementrian Riset dan Teknologi, Kementrian Pendidikan dan Budaya, dan Kementrian Perinsdustrian Indonesia. Gerakan ini bergelora di berbagai daerah. Salah satunya yang dilaksanakan wilayah Yogyakarta. Ditlantas Podal DIY merupakan pihak yang berwenang untuk menjalankan program ini. Gerakan ini tentunya bertujuan mewujudkan keselamatan berlalu lintas sehingga dapat menekan jumlah kecelakaan yang terjadi di lalu lintas. Ditlantas Polda DIY dalam melakukan program tersebut bekerjasama dengan dinas-dinas terkait yaitu antara lain Dinas Perhubungan (Dishub), Dinas Pekerjaan Umum (Dinas PU), Dinas Kesehatan, Badan Komunikasi dan Informasi (Bakominfo), dan lainnya sesuai dengan Inpres Nomor 4 tahun Dinas-dinas tersebut bekerjasama denga Ditlantas Polda DIY melakukan agenda program Korlantas Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalulintas untuk dapat menciptakan kondisi lalu lintas yang aman, nyaman, dan tertib sehingga dapat menekan jumlah kecelakaan yang terjadi di jalan raya. Menurut Riant Nugroho (2012:107) pada dasarnya ada lima tepat yang perlu dipenuhi dalam hal keefektifan implementasi kebijakan. Efektivitas implementasi program Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan

30 73 Berlalu lintas akan dibahas menggunakan indikator tersebut, yaitu sebagai berikut : 1. Tepat Kebijakan. Ketepatan kebijakan ini dinilai dari melihat bagaimana ketepatan kebijakan ini dinilai dari sejauh mana kebijakan yang ada telah bermuatan hal-hal dapat memecahkan masalah yang hendak dipecahkan. Kedua, kebijakan dilihat dari apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan sesuai dengan karakter masalah yang hendak dipecahkan. Ketiga, apakah kebijakan tersebut dibuat oleh lembaga yang mempunyai kewenangan (misi kelembagaan) yang sesuai dengan karakter kebijakannya. Dalam menjalankan agenda tersebut, Ditlantas Polda DIY melaksanakan beberapa program guna menjalankan tugas tersebut, antara lain : a. Memperbaiki perilaku pengguna jalan melalui pendidikan keselamatan berlalu lintas. Upaya yang dilakukan Ditlantas Polda DIY untuk memperbaiki perilaku pengguna jalan melalui pendidikan keselamatan berlalu lintas adalah dengan melakukan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan meningkatkan pemahaman tentang keselamatan berlalu lintas. Sesuai Peraturan KAPOLRI No. 9 Tahun 2012 dan Standar Kompetensi Lulusan bidang Mengemudi

31 74 Kendaraan Bermotor, materi pembekalan yang disampaikan diantaranya adalah mengenai: 1) Peraturan perundang-undangan di bidang lalu lintas dan angkutan jalan. 2) Teknik dan etika mengemudi kendaraan bermotor. 3) Keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran (kamseltibcar) berlalu lintas. 4) Berbagai bentuk pelanggaran lalu lintas dan akibatnya. 5) Prosedur / tata cara permohonan dan pengujian SIM. Gambar 3. Pemeriksaan kelengkapan berkendara.

32 75 Gambar 4. Penertiban dan penindakan pelanggaran. Sumber : Dokumentasi Data Primer Pada gambar 3 dan 4 diatas adalah salah satu kegiatan Polisi Lalu Lintas (Polantas) dalam menertibkan dan memeriksa kelengkapan pengendara dalam berkendara di jalan raya. Kegiatan tersebut bertujuan untuk dapat meningkatkan kesadaran pengendara dan menertibkan pelanggaran-pelanggaran terkait kelengkapan kendaraan bermotor. Hasilnya masih banyak pengendara yang belum memiliki atau tidak membawa kelengkapan dalam berkendara di jalan raya, seperti Surat Ijin Mengemudi atau Surat Tanda Nomor Kendaraan. Selain itu, dalam hal pendidikan keselamatan berlalu lintas Polda DIY juga melaksanakan pendekatan dari anak usia dini yaitu

33 76 dengan program Posa (Polisi Sahabat anak), SSDP (Satu Sekolah Dua Polisi), dan memasukkan etika berlalu lintas yang dimasukkan ke dalam kurikulum dari Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pendidikan etika berlalu lintas ini juga merupakan terobosan yang dilakukan Ditlantas Polda DIY dan merupakan yang pertama di Indonesia. Program lainnya yaitu Polisi Sahabat anak yang dilaksanakan oleh Ditlantas Polda DIY. Program tersebut dilaksanakan dengan bekerja sama dengan IGTK (Ikatan Guru Taman Kanak-Kanak). Program-program pendidikan keselamatan berlalu lintas dengan sasaran pelajar dan anak usia dini bertujuan untuk menekan jumlah kecelakaan yang melibatkan pelajar. Selain itu, program tersebut berusaha menanamkan nilai-nilai pentingnya keamanan dan keselamatan dalam berkendara bagi anak usia dini. Karena dari data yang diperoleh dari data Ditlantas Polda DIY selama tahun berdasarkan pelaku kecelakaan lalu lintas, pelajar menduduki peringkat kedua setelah karyawan/swasta. b. Meningkatkan kualitas sistem uji surat izin mengemudi dan penegakan hukum di jalan. c. Mengembangkan sistem pendataan kecelakaan lalu lintas.

34 77 Dalam pelaksanaan program tersebut, Ditlantas Polda DIY telah melakukan program-program lain guna meningkatkan upaya dalam menekan jumlah kecelakaan lalu lintas. Dengan melakukan beberapa program Ditlantas Polda DIY mengoptimalkan tujuan yaitu dapat menekan jumlah kecelakaan yang terjadi di jalan raya. Program yang telah berjalan antara lain Satu Sekolah Sua Polisi (SSDP) yang telah dilakukan dibeberapa sekolah setiap pagi saat siswa masuk sekolah dan memberikan pengetahuan serta penyuluhan kepada siswa atau pelajar. Karena dari data yang diperoleh dari data Ditlantas Polda DIY selama tahun 2011 hingga 2012 berdasarkan pelaku kecelakaan lalu lintas, pelajar menduduki peringkat kedua setelah karyawan/swasta. Pada tahun 2011 yaitu berjumlah 809 kasus, dan pada tahun 2012 yaitu berjumlah 816 kasus. Jumlah ini meningkat, maka dari itu Ditlantas Polda DIY menerjunkan beberapa anggotanya untuk melaksanakan program SSDP tersebut. Bahkan Ditlantas Polda DIY melakukan terobosan yaitu sebagai pelopor dalam bidang pendidikan yaitu dengan memasukkan kurikulum etika berlalu lintas dari jenjang Teman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) yang merupakan pertama kalinya di Indonesia seuai Pergub nomor 54 tahun 2011 tentang Pendidikan Etika Berlalu Lintas. Sesuai dengan penyataan yang dikatakan oleh Kompol Sulasmi, SH sebagai berikut :

35 78 Ini pertama kalinya di Indonesia, yang memasukkan dalam kurikulum pendidikan tentang etika berlalu lintas. Peraturannya di Pergub nomor 54 tahun 2011 mas. Ditlantas ini pelopor di bidang pendidikan. (hasil wawancara 28 Mei 2014). Hal ini dilakukan bertujuan memberikan pendidikan dalam berlalu lintas dari usia dini. Karena pada usia inilah rentan terjadinya banyak pelanggaran dalam berlalulintas. Kemudian program yang lain adalah dengan melakukan program Polisi Sahabat Anak yang dilakukan Ditlantas Polda DIY bekerja sama dengan IGTK (Ikatan Guru Taman Kanak Kanak). Anggota polisi melakukan penyuluhan atau pengenalan beberapa rambu dan peraturan saat berkendara di jalan raya. Pendekatan yang dilakukan Polisi ini bertujuan supaya anak usia dini mengenal dan dapat mengerti pentingnya keamanan dan keselamatan dalam berkendara. Senada dengan hal tersebut Kompol Sulasmi, SH mengatakan : Kami juga melakukan kerjasama dengan IGTK, untuk memberikan pelatihan-pelatihan untuk anak TK. Tentunya dengan kemasan yang menarik untuk anak seusia itu. Dengan belajar dan bermain, supaya anak-anak paham dan tau tata tertib saat di jalan raya. (hasil wawancara 28 Mei 2014).

36 79 Gambar 5. Kegiatan Polisi Sahabat Anak. Sumber : Dokumentasi Kepolisian. Pada gambar 5 di atas merupakan bentuk kegiatan kegiatan yang dilakukan kepolisian dalam upaya memberikan pendidikan tentang berlalu lintas kepada anak-anak usia dini. Gambar 5 adalah kegiatan yang dilakukan Sat Lantas Polres Bantul dengan menggelar kegiatan Polisi Sahabat Anak (PSA) di Gedung serbaguna Desa Donotirto Kretek, Selasa, 20 Mei Kegiatan PSA dipimpin Aiptu Puji Astuti melibatkan sejumlah anggota, para guru dan murid gugus 3 Kecamatan Kretek yang terdiri dari TK ABA Busuran, TK Masyithoh Greges, TK Pamedisiwi Greges, TK ABA Mersan, TKIT Ar Rahman Mersan, TPA Karunia Aisyiyah, KB Ar Rahman, SPS Mawar dan SPS Permata Bunda sejumlah 346 murid.

37 80 Gambar 6. Kegiatan Polisi Sahabat Anak. Sumber : Dokumentasi Kepolsian Pada gambar 6 merupakan kegiatan siswa SD melakukan pembelajaran rambu-rambu jalan lalu lintas dipandu oleh Polwan Polresta di kawasan Titik Nol Kilometer Jl. Marga Mulya, Minggu (26/1/2014). Polisi melakukan sosialisasi Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalu lintas serta Pemkot Kota Jogja dan Dinas Perhubungan Kota Jogja. Program-program pendidikan keselamatan berlalu lintas dengan sasaran pelajar dan anak usia dini bertujuan untuk menekan jumlah kecelakaan yang melibatkan pelajar. Selain itu, program tersebut berusaha menanamkan nilai-nilai pentingnya keamanan dan keselamatan dalam berkendara bagi anak usia dini. Dari uraian diatas, tepat kebijakan dalam artian sejauh mana kebijakan yang ada telah bermuatan hal-hal yang dapat memecahkan

38 81 masalah dan sesuai dengan karakter masalah yang hendak dipecahkan telah diwujudkan oleh Ditlantas Polda DIY. Ditlantas Polda DIY telah melakukan program-program yang bertujuan untuk menunjang program Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalu lintas guna menekan jumlah kecelakaan dengan memberikan pendidikan serta sosialisasi kepada masyarakat, khususnya dari anak usia dini. 2. Tepat Pelaksanaan. Aktor implementasi kebijakan tidaklah hanya pemerintah saja. Ada tiga lembaga yang dapat menjadi pelaksana, yaitu pemerintah, kerjasama antara pemerintah pemerintah-masyarakat/swasta, atau implementasi kebijakan yang diswastakan. Kebijakan-kebijakan yang bersifat monopoli sebaiknya diselenggarakan oleh pemerintah. Kebijakan yang bersifat memberdayakan masyarakat sebaiknya diselenggarakan pemerintah bersama masyarakat. Kebijakan yang bertujuan mengarahkan kegiatan masyarakat sebaiknya diselenggarakan oleh masyarakat. Berkaitan dengan interaksi sebuah organisasi dengan pihak luar atau masyarakat yang sebagai sasaran dari program-program atau jasa yang dibuat oleh Ditlantas Polda DIY. Lingkungan digunakan sebagai input yang kemudian diproses oleh Ditlantas Polda DIY sehingga menghasilkan output untuk masyarakat dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh pusat yaitu dapat menekan jumlah kecelakan yang terjadi di jalan raya.

39 82 Ditlantas Polda DIY merupakan pihak yang berwenang untuk menjalankan program ini. Gerakan ini tentunya bertujuan mewujudkan keselamatan berlalu lintas sehingga dapat menekan jumlah kecelakaan yang terjadi di lalu lintas. Ditlantas Polda DIY dalam melakukan program tersebut bekerjasama dengan dinas-dinas terkait yaitu antara lain Dinas Perhubungan (Dishub), Dinas Pekerjaan Umum (Dinas PU), Dinas Kesehatan, Badan Komunikasi dan Informasi (Bakominfo), dan lainnya sesuai dengan Inpres Nomor 4 tahun Dinas-dinas tersebut bekerjasama denga Ditlantas Polda DIY melakukan agenda program Korlantas Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalulintas untuk dapat menciptakan kondisi lalu lintas yang aman, nyaman, dan tertib sehingga dapat menekan jumlah kecelakaan yang terjadi di jalan raya. Gambar 7. Kerjasama Jasa Raharja dan Ditlantas Polda DIY. Sumber : Dokumentasi Jasa Raharja cabang Yogyakarta.

40 83 Gambar di atas merupakan kegiatan pencanangan program Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalu lintas yang dilaksanakan di titik nol kilometer Yogyakarta pada tanggal 27 Januari Menurut Kompol Sulasmi, kegiatan tersebut berjalan lancar dan semua pihak terkait mendukung pencanangan program tersebut. Hadir pula Kepala Cabang Jasa Raharja DI. Yogyakarta, H. jajang Miharja, di dampingi Kepala Unit Operasional, Sri Mulyana yang mendukung pencanangan program tersebut. Pada program Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalu lintas dilaksanakan program utama lima pilar yang memperinci kerjasama yang dilakukan oleh Ditlantas Polda DIY dalam pelaksanaan program tersebut. Dalam perekrutan anggota kepolisian sangat memperhatikan bagaimana perilaku individu yang akan dijakdikan anggota kepolisian. Kedisiplinan, tanggung jawab, dan kesiap siagaan adalah kunci kesukssean untuk melaksanakan program-program atau kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Ditlantas Polda DIY. Untuk itu rekruitmen dan penyegaran selalu dilakukan Ditlantas Polda DIY. Penyegaran yang dilakukan Ditlantas Polda DIY bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja para anggota kepolisian yang melaksanakan program atau kegiatan di masing-masing divisi atau bagiannya. Hal ini dilakukan saat suatu divisi dirasa perlu untuk mengganti atau menambah anggota sesuai kebutuhannya. Misalnya untuk bagian RTMC yang

41 84 melakukan sosialisasi kepada masyarakat umum, dibutuhkan anggota kepolisian yang masih segar dan mampu dalam hal komunkasi. Senada dengan hal tersebut, Kompol Sulasmi, SH. mengatakan : Untuk penyegaran selalu dilakukan mas, misalnya untuk anggota yang melakukan siaran di jogja TV setiap jam satu dan jam empat sore, itu kan dibutuhkan anggota kepolisian yang tau dalam bidangnya, ya yang cantik juga, polwan disitu bertugas menyampaikan informasi untuk info lalu lintas yang ada di Yogyakarta. Dan yang terpenting bisa berkomunikasi dengan baik, tidak hanya cantiknya saja. (hasil wawancara 28 Mei 2014). Selain itu, perhatian manajemen terhadap karyawan sangat penting guna meningkatkan motivasi para anggotanya. Pihak Ditlantas Polda DIY selalu setiap bulannya memberikan penghargaan atau reward kepada para anggotanya yang memperoleh prestasi dan memberikan hukuman atau punishment kepada para anggotanya yang melakukan pelanggaran. Kegiatan ini dilakukan setiap bulan dan diumumkan pada saat apel pagi. Seperti yang dikatan oleh Kompol Sulasmi, SH sebagai berikut : Untuk anggota yang melakukan prestasi selalu setiap bulan saat apel pagi diberikan penghargaan, dan yang melakukan pelanggaran jelas dapat hukuman. Ini dilakukan didepan anggota lainnya saat apel pagi. Bukan dari besarnya penghargaan tapi dari perhatian manajemen untuk memotivasi yang lain. (hasil wawancara 28 Mei 2014).

42 85 Jelas seperti yang dikatakan Kompol Sulasmi, SH tersebut bahwa hal tersebut dilakukan supaya menambah motivasi para anggota kepolisian yang lain supaya melakukan prestasi-prestasi guna mencapai tujuan yang diharapkan oleh Ditlantas Polda DIY. Dan memberikan peringatan kepada para anggota kepolisian yang melakukan pelanggaran dan supaya tidak diulangi atau diikuti oleh anggota kepolisian yang lain. Dengan demikian, tepat pelaksanaan diwujudkan oleh Ditlantas Polda DIY dengan melaksanakan kerja sama dalam rangka pelaksanaan program Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalu lintas dengan beberapa dinas antara lain Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, Dinas Perindustrian, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Jasa Raharja, serta Badan Perencanaan Pembagunan Daerah. Akhir dari proses tersbut akan menghasilkan output berupa kegiatan atau program yang akan dirasakan oleh masyarakat. 3. Tepat Target. Ketepatan disini berkenaan dengan tiga hal. Pertama, target yang diintervensi sesuai dengan apa yang telah direncanakan, tidak ada tumpang tindih dengan intervensi lain, dan tidak bertentangan dengan dengan intervensi kebijakan lain. Kedua, target tersebut dalam kondisi siap untuk diintervensi atau tidak. Ketiga, intervensi implementasi kebijakan tersebut bersifat baru atau memperbaharui implementasi kebijakan sebelumya.

43 86 Gerakan Nasional Keselamatan Berlalu Lintas merupakan agenda Korlantas POLRI. Gerakan ini merupakan upaya untuk menekan jumlah kecelakaan yang kemudian dilaksanakan oleh semua daerah di Indonesia terutama dalam melaksanakan pilar nomor 4 yakni Safer People or Road User atau Manusia atau Pengguna Jalan Berkeselamatan. Pada pilar yang ke-empat tersebut, di dalamnya merupakan tugas dari Korlantas POLRI kemudian didisposisikan kepada setiap kantor kepolisiian yang ada di daerah-daerah. Dalam hal ini Ditlantas Polda DIY merupakan salah satu pihak yang didisposisikan untuk melaksanakan tugas dari pusat tersebut. Target dari program ini tentunya masyarakat pengendara kendaraan bermotor di jalan raya. Program ini dilakukan untuk dapat menekan jumlah kecelakaan lali lintas yang terjadi di jalan raya. Dengan arus lalu lintas yang padat dan tingkat mobilitas yang tinggi sangat riskan menimbulkan kecelekaan lalu lintas. Oleh karena itu Korlantas membuat program Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalulintas guna menekan jumlah kecelakaan lalu lintas yang masih tinggi. Tingkat kesadaran masyarakat akan keselamatan berlalulintas masih rendah. Masih banyak para pengendara kendaraan yang belum mematuhi peraturan serta rambu-rambu lalu lintas. Sebagian besar pelakunya dari usia remaja. Kondisi jalan raya yang saat ini semakin padat menuntut pengendara untuk lebih berkonsentrasi dalam mengendarai kendaraannya di jalan raya. Kesadaran atau ketaatan untuk mematuhi rambu-rambu di

44 87 jalan raya sangat penting untuk dilakukan oleh pengendara. Namun, masih banyak pengendara yang masih melanggar atau tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas, seperti yang dikatakan oleh Priakas sebagai berikut : Sekarang ini semakin banyak banyak kendraan jadi semakin macet di jalan raya mas. Ditambah dengan banyaknya pengendara yang melanggar rambu-rambu lalu lintas, itu yang menimbulkan banyaknya kecelakaan di jalan raya. (hasil wawancara 20 Agustus 2014). Program ini ditekankan pada bagaimana perilaku para anggota kepolisian dalam melaksanakan tugas di masing-masing divisi atau bagian. Kedisiplinan dan kesiap siagaan adalah hal utama bagi semua anggota kepolisian dalam menjalankan tugas. Keberhasilan program akan berhasil atau bahkan gagal tergantung dari para anggota kepolisian yang memegang tanggung jawab tersebut. Seperti yang dikatakan oleh Bripka Heri Toto sebagai berikut: Dalam melaksanakan tugas, kami di lapangan harus selalu siap mas, siap untuk apa saja. Bisa siap melaksanakan perintah, siap untuk menangani pengendara yang melanggar dan terutama kami dituntut harus disiplin. (hasil wawancara 18 Juni 2014).

45 88 Fenomena kecelakaan yang berakibat fatal terhitung semakin tinggi dari tahun ketahun. Data konkret dari Korlantas Polri pada 2012 terjadi kecelakaan, dan yang meninggal akibat fatalitas kecelakaan sebanyak Jumlah ini menurun pada Angka kecelakan berjumlah kasus dan meninggal dunia akibat fatalitas kecelakaan mencapai Pada 2013 kecelakaan yang disebabkan karena lengah berjumlah dan lelah mencapai Penurunan kasus kecelakaan dari tahun ini merupakan suatu hasil dari upaya jajaran kepolisian untuk melakukan berbagai program guna memberikan keamanan, ketertiban pengendara dan pengguna lalu lintas. Jumlah kecelakaan lalu lintas di DIY pada tahun 2012 terjadi kejadian dan pada tahun 2013 menurun menjadi kejadian. Begitu pula dari korban meninggal, pada tahun 2012 berjumlah 431 korban dan pada tahun 2013 menurun menjadi 353 korban. Tepat target yang diwujudkan oleh Ditlantas Polda DIY sudah sangat tepat, dengan program yang masih baru dan keadaan masyarakat menginginkan kenyamanan dalam berkendara di jalan raya. Dengan Gerakan Nasional Pelopor Keselamatan Berlalu lintas ini terbukti dapat menekan jumlah kecelakaan yang terjadi di jalan raya dari tahun 2012 hingga tahun 2013.

46 89 4. Tepat Lingkungan. Ada dua lingkungan yang paling menentukan, yaitu lingkungan kebijakan dan lingkungan eksternal kebijakan. Lingkungan kebijakan yaitu interaksi di antara lembaga perumus kebijakan dan pelaksana kebijakan dengan lembaga lain yang terkait. Kemudian lingkungan eksternal kebijakan yang terdiri atas public opinion, yaitu persepsi publik akan kebijakan dan implementasi kebijakan; interpretive instution yang berkenaan dengan interpretasi lembaga-lembaga strategis dalam masyarakat, seperti media massa, kelompok penekan, kelompok kepentingan, dalam menginterpretasikan kebijakan dan implementasi kebijakan; individuals, yakni individu-individu tertentu yang mampu memainkan peran penting dalam menginterpretasikan kebijakan dan implementasi kebijakan. Dalam menjaga interaksi kerjasama antar dinas terkait, Ditlantas Polda DIY melaksanakan pertemuan rutin untuk saling bertukar pikiran menyangkut program yang telah atau akan dilaksanakan. Komunikasi yang dijalin baik akan memudahkan para aktor kebijakan publik dalam melaksanakan program yang telah di rencanakan sejak awal. Seperti yang dikatakan Kompol Sulasmi, SH. sebagai berikut: Kami selalu mengadakan pertemuan rutis dengan dinasdinas untuk mengkomunikasikan segala urusan yang menyangkut pelasnaan program itu setiap hari senin di sini mas, karena bagi kami komunikasi merupakan hal yang sangat penting demi kelancaran pelajsanaan program tersebut. (hasil wawancara 28 Mei 2014).

BAB I PENDAHULUAN. pembelian kendaraan bermotor yang tinggi. motor meningkat setiap tahunnya di berbagai daerah.

BAB I PENDAHULUAN. pembelian kendaraan bermotor yang tinggi. motor meningkat setiap tahunnya di berbagai daerah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kendaraan merupakan alat yang digunakan untuk bermobilitas setiap orang untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Kendaraan itu sendiri bermacam ragamnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan masyarakat saat ini maka kebutuhan sarana dan prasarana yang terkait dengan transportasi guna mendukung produktivitas di berbagai bidang yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Program yang dilaksanakan oleh Ditlantas Polda DIY dalam menekan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Program yang dilaksanakan oleh Ditlantas Polda DIY dalam menekan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, peneliti mengambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Program yang dilaksanakan oleh Ditlantas Polda DIY dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam meningkatkan mobilitas sosial masyarakat, sehingga Negara merasa penting untuk mengaturnya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat 57 IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat pertahanan negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR DI INDONESIA (2013) : 104,211 JUTA UNIT JUMLAH SEPEDA MOTOR : 86,253 JUTA UNIT 82,27 %

JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR DI INDONESIA (2013) : 104,211 JUTA UNIT JUMLAH SEPEDA MOTOR : 86,253 JUTA UNIT 82,27 % JUMLAH KENDARAAN BERMOTOR DI INDONESIA (2013) : 104,211 JUTA UNIT JUMLAH SEPEDA MOTOR : 86,253 JUTA UNIT 82,27 % PASAR SEPEDA MOTOR TAK PERNAH KRISIS PERTUMBUHAN PER THN : 14 % (+/-12 JT) PERTUMBUHAN YANG

Lebih terperinci

DIREKTORAT LALU LINTAS POLDA D.I.YOGYAKARTA

DIREKTORAT LALU LINTAS POLDA D.I.YOGYAKARTA DIREKTORAT LALU LINTAS POLDA D.I.YOGYAKARTA Visi Terwujudnya Direktorat Lalu Lintas Polda D.I. Yogyakarta yang profesional, unggul, terpercaya, berkepribadian dan semakin dicintai masyarakat guna mendukung

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DITLANTAS POLDA DIY

BAB II GAMBARAN UMUM DITLANTAS POLDA DIY BAB II GAMBARAN UMUM DITLANTAS POLDA DIY A. SEJARAH DITLANTAS POLDA DIY 1. Profil Ditlantas Polda DIY Ditlantas Polda adalah Badan Staf dan pelaksanaan di tingkat Polda yang bertugas membina dan menyelenggarakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di dalamnya diatur oleh hukum. Tujuan dibuatnya hukum ini adalah untuk menciptakan suatu masyarakat yang

Lebih terperinci

BAB III SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

BAB III SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN BAB III SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Sajian Data 1. Latar Belakang Penyelenggaraan Kampanye Tingginya jumlah angka kecelakaan bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga seluruh dunia yang memiliki mobilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan alat komunikasi jaman moderen yang sangat praktis karena dapat dibawa kemanamana. Kecanggihan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kepolisisan Batavia pada jaman penjajahan Belanda yang di bentuk pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kepolisisan Batavia pada jaman penjajahan Belanda yang di bentuk pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Perusahaan Kepolisian daerah Metropolitan Jakarta Raya diawali dari kepolisisan Batavia pada jaman penjajahan Belanda yang di bentuk pada tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang kegiatan tertentu (Winarno, 2007:16). Kebijakan (policy) berbeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang kegiatan tertentu (Winarno, 2007:16). Kebijakan (policy) berbeda BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritik 1. Kebijakan Publik Secara umum, istilah kebijakan atau policy digunakan untuk menunjuk perilaku seorang aktor (misal seorang pejabat, suatu kelompok maupun

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN 1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA BARAT RESOR PARIAMAN Jalan Imam Bonjol 37 Pariaman 25519 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN Pariaman, 02 Januari 2012 2 KEPOLISIAN

Lebih terperinci

KESELAMATAN TRANSPORTASI DARAT Disampaikan Dalam Rangka Peringatan Hari Korban Kecelakaan Lalu Lintas Sedunia Tahun 2012

KESELAMATAN TRANSPORTASI DARAT Disampaikan Dalam Rangka Peringatan Hari Korban Kecelakaan Lalu Lintas Sedunia Tahun 2012 KESELAMATAN TRANSPORTASI DARAT Disampaikan Dalam Rangka Peringatan Hari Korban Kecelakaan Lalu Lintas Sedunia Tahun 2012 Oleh: Ir. HOTMA SIMANJUNTAK, Ms.Tr Direktur Keselamatan Transportasi Darat Direktorat

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KEGIATAN KAMSELTIBCAR LANTAS KEPADA SISWA SMK YKPP BONTANG PADA HARI SELASA, 25 SENIN 2016

LAPORAN HASIL KEGIATAN KAMSELTIBCAR LANTAS KEPADA SISWA SMK YKPP BONTANG PADA HARI SELASA, 25 SENIN 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KALIMANTAN TIMUR RESOR BONTANG LAPORAN HASIL KEGIATAN KAMSELTIBCAR LANTAS KEPADA SISWA SMK YKPP BONTANG PADA HARI SELASA, 25 SENIN 2016 I. PENDAHULUAN 1. U m

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini terlihat dari banyaknya perubahan yang terjadi, terutama dalam bidang teknologi transportasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada kehidupan sehari-hari transportasi merupakan sarana utama yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk dapat mencapai tempat tujuannya. Banyak kepentingan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemantapan integrasi nasional guna memperkukuh ketahanan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pemantapan integrasi nasional guna memperkukuh ketahanan nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas beribu pulau, terletak memanjang di garis khatulistiwa, serta di antara dua benua

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM DEKADE AKSI KESELAMATAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM DEKADE AKSI KESELAMATAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN TENTANG PROGRAM DEKADE AKSI KESELAMATAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka penguatan koordinasi antar pemangku kepentingan di bidang jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan pertimbangan Undang-undang nomor 22 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan pertimbangan Undang-undang nomor 22 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan pertimbangan Undang-undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Lalu lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang permasalah Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah dari tempat yang satu ketempat yang lainnya, terutama manusia, sejak lahir sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkatnya berbagai aktivitas pemenuhan kebutuhan, salah satunya adalah

I. PENDAHULUAN. meningkatnya berbagai aktivitas pemenuhan kebutuhan, salah satunya adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan suatu kota dikaitkan dan dipengaruhi oleh jumlah penduduknya. Pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk yang besar menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas

Lebih terperinci

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (Studi Kasus pada Satlantas Kepolisian Resor Subang Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahun ini. Hal itu terbukti dengan adanya bagian khusus yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. beberapa tahun ini. Hal itu terbukti dengan adanya bagian khusus yang mengatur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keamanan dan keselamatan lalu lintas telah menjadi perhatian khusus beberapa tahun ini. Hal itu terbukti dengan adanya bagian khusus yang mengatur keamanan dan keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya perubahan serta akselerasi dalam berbagai bidang. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya perubahan serta akselerasi dalam berbagai bidang. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan informasi dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan mendorong terjadinya perubahan serta akselerasi dalam berbagai bidang. Perubahan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, terutama di kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak penduduk. Selain itu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bogor merupakan salah satu kota yang sedang berkembang di Indonesia dari segi wisata dan fasilitas umum yang terus dikembangkan oleh pemerintahan Kota Bogor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian Republik Indonesia memiliki peran penting dalam tonggak perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi hukum, mulai dari pengamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Lalu lintas di Yogyakarta sudah semakin padat dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Lalu lintas di Yogyakarta sudah semakin padat dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Selain dikenal sebagai kota wisata budaya, Yogyakarta juga dikenal sebagai kota pelajar. Tidak heran apabila Yogyakarta dibanjiri warga pendatang yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas di Jakarta periode : Jumlah Pelanggaran Jumlah Kecelakaan

BAB I PENDAHULUAN. pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas di Jakarta periode : Jumlah Pelanggaran Jumlah Kecelakaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemacetan lalu lintas sudah menjadi masalah sehari-hari warga Jakarta. Hal ini disebabkan pertumbuhan jalan dan pertambahan jumlah kendaraan yang tidak seimbang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap individu mengalami perubahan melalui serangkaian tahap perkembangan. Pelajar dalam hal ini masuk dalam tahap perkembangan remaja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan dalam kehidupan masyarakat diatur oleh hukum. Hukum di Indonesia dimuat dalam bentuk konstitusi,

Lebih terperinci

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI LANTAS POLRES SUMBAWA 2016

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI LANTAS POLRES SUMBAWA 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI SAT LANTAS POLRES SUMBAWA 0 Sumbawa, Desember 0 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan jumlah penduduk merupakan permasalahan yang memiliki dampak terhadap seluruh aspek kehidupan, salah satunya terhadap lalu lintas. Semakin banyakn

Lebih terperinci

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 %

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 % Traffic safety (keselamatan lalulintas) l li Penyebab kecelakaan di Indonesia: a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 % Manusia penyebab utama kecelakaan lalulintas Penyebab

Lebih terperinci

BAB II KAMPANYE CARA BERKENDARA DENGAN SELAMAT (SAFETY RIDING)

BAB II KAMPANYE CARA BERKENDARA DENGAN SELAMAT (SAFETY RIDING) 46 BAB II KAMPANYE CARA BERKENDARA DENGAN SELAMAT (SAFETY RIDING) 2.1. Program Kampanye Keselamatan Jalan Dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada Bab XI tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting dalam memperlancar pembangunan yang pemerintah laksanakan, karena merupakan sarana untuk masyarakat

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini permasalahan jumlah penduduk merupakan permasalahan yang memiliki dampak terhadap seluruh seluruh aspek kehidupan, salah satunya adalah permasalahan lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengguna jalan itu bukan hanya satu, dua atau tiga orang. Belasan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengguna jalan itu bukan hanya satu, dua atau tiga orang. Belasan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengguna jalan itu bukan hanya satu, dua atau tiga orang. Belasan, puluhan, bahkan ratusan orang yang duduk di atas mesin dilengkapi kemampuan melaju dengan kecepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan Polri lebih dari 50 Tahun yang lalu hingga saat ini, dalam kurun

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan Polri lebih dari 50 Tahun yang lalu hingga saat ini, dalam kurun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembuatan Surat Ijin Mengemudi (SIM) telah dilakukan Polri lebih dari 50 Tahun yang lalu hingga saat ini, dalam kurun waktu lebih dari setengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang meninggal dunia setiap tahun nya dan lebih dari 50 jt jiwa mengalami luka luka

BAB I PENDAHULUAN. orang meninggal dunia setiap tahun nya dan lebih dari 50 jt jiwa mengalami luka luka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keselamatan jalan merupakan isu yang cenderung mengemuka dari tahun ke tahun dan saat ini sudah menjadi permasalahan global. Hal ini sangat tepat terutama

Lebih terperinci

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 4 TAHUN 2013 TANGGAL : 11 APRIL 2013

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 4 TAHUN 2013 TANGGAL : 11 APRIL 2013 LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 4 TAHUN TANGGAL : 11 APRIL PROGRAM DEKADE AKSI KESELAMATAN JALAN PILAR I : MANAJEMEN KESELAMATAN JALAN Terwujudnya pengarusutamaan jalan sebagai prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Surakarta atau sering disebut kota Solo terletak di pertemuan antara jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya strategis sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa ini membawa dampak positif bagi masyarakat Indonesia, yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM DEKADE AKSI KESELAMATAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM DEKADE AKSI KESELAMATAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM DEKADE AKSI KESELAMATAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka penguatan koordinasi antar pemangku kepentingan di bidang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta akuntabilitas penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Profil Polres Sleman Dalam melaksanakan tugas Polres Sleman selalu bekerjasama dengan instansi terkait maupun seluruh lapisan masyarakat. Keberhasilan Polres Sleman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingginya kepadatan lalu lintas yang disebabkan mudahnya kepemilikan kendaraan bermotor serta perkembangan sarana dan prasarana lalu lintas yang lebih lambat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia saat ini sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia saat ini sangat mencemaskan. Berdasarkan data BPS 1, dalam satu dekade terakhir jumlah kecelakaan lalu lintas dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pentingnya keamanan mengendarai mobil saat ini sudah tidak di ragukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pentingnya keamanan mengendarai mobil saat ini sudah tidak di ragukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pentingnya keamanan mengendarai mobil saat ini sudah tidak di ragukan lagi,mengingat jumlah kendaraan semakin meningkat. Hal ini membuat jalur lalu lintas semakin padat

Lebih terperinci

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SAT LANTAS POLRES SUMBAWA TENTANG TATA CARA PENANGANAN LAKA LANTAS

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SAT LANTAS POLRES SUMBAWA TENTANG TATA CARA PENANGANAN LAKA LANTAS KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA Jl. Hasanuddin No. 105 Sumbawa Besar 84313 STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SAT LANTAS POLRES SUMBAWA TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KEGIATAN KAMSELTIBCAR LANTAS KEPADA SISWA SMK RIGOMASI BONTANG PADA HARI SELASA TGL 12 JULI 2016

LAPORAN HASIL KEGIATAN KAMSELTIBCAR LANTAS KEPADA SISWA SMK RIGOMASI BONTANG PADA HARI SELASA TGL 12 JULI 2016 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KALIMANTAN TIMUR RESOR BONTANG LAPORAN HASIL KEGIATAN KAMSELTIBCAR LANTAS KEPADA SISWA SMK RIGOMASI BONTANG PADA HARI SELASA TGL 12 JULI 2016 I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai Pengendalian Sosial Pada Pelanggaran Lalu Lintas Sepeda Motor Oleh Pelajar SMA di Kota Tasikmalaya, maka diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. peristiwa pengambil alihan atau nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. peristiwa pengambil alihan atau nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan 1 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum PT. Jasa Raharja 1. Sejarah Singkat PT. Jasa Raharja Sejarah berdirinya Jasa Raharja tidak terlepas dari adanya peristiwa pengambil alihan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat mungkin dialami oleh setiap pengguna jalan. Hal ini terjadi karena pengemudi kendaraan

Lebih terperinci

ESTIMASI TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS NASIONAL DAN 6 PROPINSI DI PULAU JAWA INDONESIA

ESTIMASI TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS NASIONAL DAN 6 PROPINSI DI PULAU JAWA INDONESIA ESTIMASI TINGKAT KECELAKAAN LALU LINTAS NASIONAL DAN 6 PROPINSI DI PULAU JAWA INDONESIA Najid Staf Pengajar Jurusan Teknik.Sipil Untar Email : najid2009@yahoo.com Telp. 0818156673 Abstrak Tingkat keselamatan

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN

BAB I BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh suatu negara kepada rakyatnya. Transportasi adalah kegiatan pemindahan manusia/barang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembangunan negara Indonesia. Kemajuan dan perkembangan lalu lintas dan angkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas yang sangat tinggi. Sektor transportasi merupakan hal mutlak untuk mempermudah mobilisasi penduduk

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Tinjauan Umum Data yang digunakan untuk menunjang proyek Tugas Akhir ini didapat dari berbagai sumber, yaitu : Data teori dan literatur yang didapat dari buku-buku referensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1 Pernyataan tersebut secara tegas tercantum

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak hukum di Indonesia harus ditegakkan dengan sebaik mungkin. Hukum di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi atau pengangkutan merupakan bidang kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Pentingnya transportasi bagi masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang semakin banyak, serta kemajuan teknologi yang semakin canggih membawa implikasi semakin ramainya transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan dampak luas terhadap berbagai segi kehidupan, khususnya bagi lalu lintas dan angkutan jalan. Seiring

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu 120 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu lintas yang dilakukan di SMA Negeri I Cipatat maka penulis dapat mengambil kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat untuk melayani pergerakan manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi yang serba modern saat ini salah satu produk modern yang banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan sepeda

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang 120 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan mengenai upaya polisi dalam menanggulangi pelanggaran Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki populasi penduduk ke - 5 terbanyak di dunia setelah negara Brazil. Jumlah penduduk Negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi rahasia umum apabila perkembangan lalu lintas pada saat ini begitu pesat hal ini beriringan pula dengan perkembangan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas dan angkutan jalan memegang peranan penting dalam menunjang, memperlancar dan meningkatkan pembangunan perekonomian baik regional maupun nasional. Kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini permasalahan jumlah penduduk merupakan permasalahan yang memiliki dampak terhadap seluruh aspek kehidupan, salah satunya adalah permasalahan lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia 1.

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kemajuan zaman dalam bidang IPTEK memberikan fasilitas yang dapat memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan. Mulai dari kebutuhan yang bersifat primer sampai

Lebih terperinci

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AMANAT PADA APEL GELAR PASUKAN OPERASI KETUPAT 2014 TANGGAL 21 JULI 2014

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AMANAT PADA APEL GELAR PASUKAN OPERASI KETUPAT 2014 TANGGAL 21 JULI 2014 KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA AMANAT PADA APEL GELAR PASUKAN OPERASI KETUPAT 2014 TANGGAL 21 JULI 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita sekalian. Yang saya hormati : Segenap

Lebih terperinci

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang selanjutnya d

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang selanjutnya d No.205, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERHUBUNGAN. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Keselamatan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6122) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-undang dasar No. 22 Tahun 2009, lalu lintas mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN SKALA DISIPLIN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Bila melanggar rambu-rambu lalu lintas, saya siap ditindak. Saya akan memaki-maki pengendara lain jika tiba-tiba memotong jalan saya. Menurut saya penggunaan lampu

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL No.119,2016 Bagian Organisasi Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAH DAERAH. ORGANISASI. TATA LAKSANA. Kedudukan. Susunan Organisasi. Tugas. Fungsi. Tata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi darat berperan sangat penting dalam mendukung pembangunan nasional serta mempunyai kontribusi terbesar dalam melayani mobilitas manusia maupun distribusi

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN SALINAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi jalan raya masih menjadi idaman dalam rangka pergerakan dan perpindahan orang maupun barang di Indonesia, khususnya untuk Pulau Jawa walaupun telah tersedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara Republik Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TAWURAN DAN PENGGUNAAN KENDARAAN BERMOTOR BAGI PESERTA DIDIK DI KABUPATEN PURWAKARTA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk di Indonesia dewasa ini telah mengalami proses integrasi damai ataupun konflik dalam bidang politik, ekonomi, perdagangan, dan sosial. Proses tersebut sejalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepatuhan hukum masyarakat merupakan salah satu bagian dari budaya hukum, dalam budaya hukum dapat dilihat dari tradisi perilaku masyarakat kesehariannya yang sejalan

Lebih terperinci

HAMBATAN POLISI DALAM PENANGGULANGAN PELANGGARAN SYARAT TEKNIS DAN LAIK JALAN OLEH PENGEMUDI SEPEDA MOTOR

HAMBATAN POLISI DALAM PENANGGULANGAN PELANGGARAN SYARAT TEKNIS DAN LAIK JALAN OLEH PENGEMUDI SEPEDA MOTOR Hambatan Polisi Dalam... (Ulfah Nuurul Azizah) 287 HAMBATAN POLISI DALAM PENANGGULANGAN PELANGGARAN SYARAT TEKNIS DAN LAIK JALAN OLEH PENGEMUDI SEPEDA MOTOR POLICE BARRIERS IN TECHNICAL AND TECHNICAL VIOLATION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman sekarang ini membawa perubahan besar terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat dan terus bertambah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998, BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998, Polri sebagai salah satu organ pemerintahan dan alat negara penegak hukum mengalami beberapa

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Nomor... Tahun... TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Nomor... Tahun... TENTANG KESELAMATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dikerjakan oleh: Bagian Hukum dan Kerjasama, Sari Hayu Hutami : Diperiksa oleh: Kasubbag Peraturan Perundang-undangan, : Terlebih dahulu: 1. Kepala Bagian Hukum dan Kerjasama : 2. Direktur KTD : 3. Direktur

Lebih terperinci

BUTIR-BUTIR SAMBUTAN MENTERI PERHUBUNGAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2014 YOGYAKARTA, 14 OKTOBER 2014

BUTIR-BUTIR SAMBUTAN MENTERI PERHUBUNGAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2014 YOGYAKARTA, 14 OKTOBER 2014 BUTIR-BUTIR SAMBUTAN MENTERI PERHUBUNGAN PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS BIDANG PERHUBUNGAN DARAT TAHUN 2014 YOGYAKARTA, 14 OKTOBER 2014 Yth. Gubernur DI Yogyakarta, atau yang Mewakili, Yth.

Lebih terperinci