Segmentasi Cortical Bone Pada Citra Dental Panoramic Radiograph Dengan Kombinasi Filter Gaussian Dan Modifikasi Watershed Gradient-Barrier

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Segmentasi Cortical Bone Pada Citra Dental Panoramic Radiograph Dengan Kombinasi Filter Gaussian Dan Modifikasi Watershed Gradient-Barrier"

Transkripsi

1 Segmentasi Cortical Bone Pada Citra Dental Panoramic Radiograph Dengan Kombinasi Filter Gaussian Dan Modifikasi Watershed Gradient-Barrier Arif Fadllullah Tegar Palyus Fiqar Muhamad Nasir Agus Zainal Arifin ABSTRAK Osteoporosis merupakan penyakit kelainan tulang yang disebabkan hilangnya sebagian kalsium dalam tulang. Sifatnya yang silent disease membuat penderita kurang menyadari apakah mereka terserang penyakit osteoporosis atau tidak, sehingga perlu adanya tindakan pencegahan sejak dini. Salah satu penelitian yang telah berkembang adalah mendiagnosis osteoporosis berdasarkan lebar segmentasi cortical bone pada citra dental panoramic radiograph. Untuk mengatasi perpendaran cahaya dan ambiguitas konsistensi tepi segmentasi diperlukan beberapa metode pengolahan citra. Penelitian ini mengkombinasikan filter gaussian dengan modifikasi watershed gradient-barrier. Filter gaussian digunakan sebagai tahapan awal segmentasi untuk menghaluskan citra agar kompleksitas watershed berkurang. Kemudian modifikasi watershed gradient-barrier berguna untuk mereduksi region overlapping. Hasil reduksi inilah yang kemudian dimerging hingga mendapatkan bentuk segmentasi cortical bone. Uji coba penelitian dilakukan pada sampel cortical bone pada sisi kiri dan kanan dengan filter gaussian round mask 5 dan threshold gradient-barrier,25. Hasil kinerja segmentasi modifikasi watershed gradient-barrier memiliki rata-rata misclassification error (ME) 1,43%, relative foreground area error (RAE) 1,5%, modified Hausdorff distance (MHD),6, dan waktu eksekusi 2,53 detik. Kata Kunci Coritcal bone, dental panoramic radiograph, filter gaussian, segmentasi, watershed gradient-barrier. 1. PENDAHULUAN Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai dengan pengurangan massa tulang yang disertai kemunduran mikroarsitektur dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan kerapuhan. Keadaan ini berisiko tinggi karena tulang menjadi rapuh dan mudah retak bahkan patah. Resiko ini dapat dicegah jika orang yang dicurigai memiliki skeletal bone mineral density (BMD) rendah melakukan kontrol dan pencegahan sejak dini. BMD dapat diukur berdasarkan lumbar spine dan femoral neck menggunakan scanner tulang, seperti Dual-energy X-ray absorptiometry (DXA) (Arifin A. Z., et al., 26b). Faktor jumlah peralatan tersebut yang terbatas dan biaya kontrol yang masih mahal menjadi hambatan tersendiri bagi sebagian besar kalangan, sehingga perlu adanya alternatif lain dalam mengatasi permasalahan ini. Di sisi lain, di bidang kedokteran gigi, telah lama dikenal citra dental panoramic radiograph yang diambil untuk menyediakan informasi tentang struktur oral tidak kasat mata. Bahkan, citra ini sering diambil saat dilakukan pemeriksaan gigi karies dan harga pemeriksaannya terbilang murah. Beberapa studi menunjukkan bahwa pengukuran lebar rahang bawah cortical bone berdasarkan citra dental panoramic radiograph berguna untuk mengidentifikasi penyakit osteoporosis (Arifin A. Z., et al., 26b) (Taguchi, et al., 26). Tantangan inilah yang kemudian coba dijawab oleh para peneliti, khususnya dibidang medical image processing untuk membuat sistem yang mampu mengolah citra dental panoramic, guna menghasilkan output berupa informasi deteksi dan prediksi penyakit secara otomatis. Sistem ini meminimalkan adanya pengamatan dan penilaian dari dokter. Cukup banyak peneliti yang fokus dalam penelitian ini, dimulai dengan penelitian membuat sebuah computer-aided system untuk mengukur secara otomatis lebar dari mandibular inferior cortex suatu cortical bone dan mencari korelasinya terhadap BMD yang diukur oleh scanner DXA pada tulang belakang dan paha (Arifin A. Z., et al., 26a). Pada penelitian tersebut sensitifitas dan spesifisitas rata-ratanya mampu mencapai 94.4 % dan 64. %. Kinerja ini masih terhitung rendah bila dilihat dari masih banyaknya pasien yang salah didiagnosis oleh sistem. Penelitian lain berkaitan dengan segmentasi cortical bone pada dental panoramic radiograph menggunakan watershed dan active contour generalized gradient vector flow (GGVF) Snake. Penelitian ini cukup berhasil melakukan segmentasi, serta mendeteksi tepi obyek yang berbentuk cekung, dalam, dan sempit. Akan tetapi, untuk evolusi kurva terjebak oleh obyek-obyek lain yang bukan cortical bone membuat susah untuk mencapai tepi cortical bone (Denny, Arifin, & Soelaiman, 28). Berikutnya, penelitian tentang metode watershed yang diintegrasikan dengan active contour berbasis level set. Dimana watershed berfungsi sebagai proses awal dalam menghasilkan region contour tertutup dengan ketebalan satu piksel, sedangkan active contour level set berfungsi untuk mendeteksi tepi hingga dihasilkan segmentasi cortical bone (Indriyani, Arifin, & Soelaiman, 29). Selain itu, terdapat juga penelitian tentang penerapan multi direction gradient vector flow (MDGVF) dalam melakukan segmentasi berdasarkan arah gradien dari setiap piksel objek sehingga pergerakan kurva tidak terjebak dalam tepi yang bukan merupakan cortical bone. Hasil segmentasi dengan Jurnal Cybermatika Vol. 3 No. 1 Juni 215 Artikel 2 7

2 MDGVF menunjukkan tingkat akurasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode active contour yang lain (Hendra, Arifin, & Soelaiman, 29). Hanya saja kompleksitas segmentasi pada beberapa penelitian terkait masih terhitung tinggi. Belum lagi metode watershed yang diterapkan secara langsung ke citra asal, tanpa adanya preprocessing tentu akan sulit untuk mereduksi region yang overlapping, sehingga proses region merging untuk mendapatkan representasi objek cortical bone membutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu, pada penelitian ini diusulkan metode baru untuk melakukan segmentasi cortical bone pada citra dental panoramic radiograph. Metode ini mengkombinasikan filter gaussian dan modifikasi watershed berbasis gradient-barrier. Filter gaussian merupakan tahapan preprocessing sebelum melakukan watershed guna mencegah region yang overlapping. Sedangkan modifikasi watershed gradient-barrier digunakan untuk membentuk dan mereduksi region catchment basin berdasarkan fitur gradien citra objek sebagai threshold hingga didapatkan segmentasi cortical bone yang tepat. Diharapkan dengan penelitian ini, dapat memecahkan masalah ambiguitas konsistensi tepi segmentasi sebelum masuk ketahapan perhitungan lebar cortical bone untuk klasifikasi penyakit osteoporosis. 2. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Filter Penghalusan (Smoothing) Pada penelitian ini, teknik smoothing yang digunakan adalah filter gaussian sebagai salah satu filter penghalus yang dapat mencegah kesalahan deteksi tepi citra. Hal ini sebagai akibat adanya intensitas noise berlebih. Proses filter bekerja dengan mengganti nilai setiap piksel dalam citra dengan rata-rata dari level intensitas dalam piksel tetangga (Wieclawek & Pietka, 215). Matriks kernel (mask) gauss didasarkan pada fungsi distribusi peluang gaussian, seperti persamaan 1 dan 2 (Basu, 22): ( )... (1) Dengan adalah standar deviasi dari distribusinya. Sedangkan fungsi gauss 2D adalah: ( )... (2) 2.2 Potensi Gradien Citra (Gradient Magnitude) Pada tahapan menghitung potensi gradien citra ada dua buah informasi yang dibutuhkan yaitu kekuatan tepi (edge strength/magnitude) dan arah tepi (edge direction/orientation). Dalam hal ini, penelitian kami menggunakan operator sobel. Untuk kekuatan edge dapat digunakan persamaan 3 (Gonzales, Woods, & Eddins, 29). ( ) ( )... (3) Jika hanya menggunakan persamaan 3, maka kekuatan tepi yang dihasilkan hanya pada arah horizontal. Untuk itu, digunakan rumus yang sama dengan mengganti nilai x (kolom) menjadi y (baris) sehingga dihasilkan kekuatan tepi untuk arah vertikal. Total gradien dari dua daerah tersebut dapat ditentukan sebagai jarak Euclidean dengan menerapkan hukum phytagoras pada persamaan 4 (Gonzales, Woods, & Eddins, 29).... (4) Dimana Gx dan Gy adalah gradien pada arah x dan y. Sedangkan arah gradien ditentukan dengan menggunakan persamaan 5 (Gonzales, Woods, & Eddins, 29). ( )... (5) 2.3 Watershed Gradient-Barrier Watershed merupakan salah satu cara untuk segmentasi sebuah citra. Konsep ini memvisualisasikan sebuah citra dalam tiga dimensi (Indriyani, Arifin, & Soelaiman, 29), yaitu dua koordinat ruang versus tingkat keabu-abuan. Proses pembentukan watershed ditunjukan pada Gambar 1. Gambar 1. (a) Pada waktu t belum dibangun dam. (b) pada waktu t+b, dibangun dam Salah satu aplikasi dasar dari segmentasi watershed yaitu ekstraksi dari seragam objek yang dekat dari background. Bagian citra yang mempunyai sifat variasi kecil di tingkat keabuan mempunyai nilai gradien yang kecil, sebaliknya nilai gradien yang besar untuk variasi tingkat keabuan yang besar. Segmentasi watershed diaplikasikan secara langsung ke gradien yang beragam dari sebuah citra itu sendiri. Pada perumusan ini, regional minimal dari kolam penangkapan dibentuk dengan nilai kecil dari gradien yang berhubungan ke objek yang diamati. Jika ini dilakukan, maka dihasilkan garis watershed berdasarkan bentuk shape (daerah) dari pertemuan aliran air dua atau lebih objek dengan tidak memperdulikan besar kecilnya nilai gradien, sehingga pembuatan garis dengan teknik ini tentu akan menghasilkan region yang overlapping. Watershed gradientbarrier (Yang & Ahuja, 214) merupakan satu dari sekian banyak metode pengembangan watershed yang tidak hanya ditentukan berdasarkan lokasi dimana air dari marker yang berbeda bertemu, tetapi juga menambahkan fitur penggunaan gradien citra objek dengan threshold (ambang batas) tertentu secara langsung untuk memandu water-flow (aliran air) dalam proses watershed. Gradien yang kuat bertindak sebagai penghalang bagi water-flow; air hanya dapat mengalir di sekitar region isolated islands. Alur kerja watershed gradient barrier adalah sebagai berikut: a) Lakukan input citra awal L dan tentukan marker citra berdasarkan intensitas tingkat keabuan. b) Berikan label yang berbeda (lbl i i=1,2, n) untuk semua marker hingga dihasilkan kandidat region. c) Untuk setiap lbl i, cek ketetanggaan semua piksel L i(x,y) baik ke kiri L (x-1,y), kanan L (x+1,y), atas L (x,y-1), bawah L (x,y+1), dan diagonalnya. d) Jika piksel tetangga memiliki lbl i yang sama, maka cek apakah nilai piksel gradien tetangga >= threshold (T). e) Jika ya, maka ganti nilai lbl i tetangga menjadi garis watershed (relabel(lbl i )=). Jika tidak, maka lbl i piksel tetangga tidak perlu diganti. f) Jika piksel tetangga memiliki lbl i yang berbeda, maka ganti nilai lbl i tetangga menjadi garis watershed (relabel(lbl i )=). 8 Arif Fadllullah, Tegar Palyus Fiqar, Muhamad Nasir, Agus Zainal Arifin

3 g) Lakukan kembali langkah c, d, e, dan f hingga benar-benar didapatkan region catchment basin dengan kontur tertutup. 2.4 Usulan Metode Penelitian dimulai dengan pengambilan Region of Interest (ROI) citra cortical bone, kemudian citra dinormalisasi dan dikenai filter gaussian dengan round mask 5. Filter ini selain akan menghaluskan citra, juga akan menyeragamkan beberapa piksel dengan intensitas yang mendekati sama guna mencegah kecilnya area región yang dihasilkan. Berikutnya, membentuk region catchmen basin menggunakan modifikasi gradient-barrier watershed yang menyertakan fitur gradien dengan threshold, T=,25 agar region yang merepresentasikan cortical bone saja yang dihasilkan. Jika region yang dihasilkan di area cortical bone masih terdiri dari banyak label, maka dilakukan region merging hingga benar-benar dihasilkan satu label segmentasi cortical bone. Desain sistem ditunjukkan pada Gambar 2. Metode watershed sangat sensitif terhadap sekecil apapun intensitas warna yang beragam. Semakin banyak region pada citra yang memiliki intensitas warna beragam maka semakin banyak pula garis watershed yang dihasilkan. Untuk itu, filter gaussian diperlukan untuk meminimalkan noise dan mengurangi detail intensitas warna yang tidak perlu, sehingga diharapkan mampu mencegah region yang overlapping. Hasil filter ini ditunjukkan pada Gambar 3. Citra hasil gaussian masih memungkinkan terjadinya segmentasi yang overlapping, karena sesuai dengan karakteristik watershed yang akan membentuk garis watershed dengan intensitas warna sekecil apapun. Untuk itu, pembentukan region harus dibatasi dengan mencari gradient magnitude terlebih dulu. Gradient magnitude yang digunakan adalah sobel. Hasil dari gradient Mulai Input Citra Cortical Bone Normalisasi Citra Pilih 1 Region sebagai Flood Minimal, pertimbangan intensitas piksel dan luas wilayah tertinggi Cek Flood Minimal dengan Region Watershed Tetangganya Filter Gaussian, round mask = 5 Ada Bobot Region Watershed Tetangga < Flood Minimal? Tidak Ubah ke Citra Gradient Magnitude dengan Sobel Ya Urutkan intensitas setiap Piksel Gradient Magnitude Region Merging, Ganti Label Tetangga = Label Flood Minimal. Intensitas Piksel Gradient Magnitude > T barrier (,25)? Tidak Urutkan kembali Label-Label Region Watershed, karena ada Label yang hilang Ya Reduksi Gradient Flood Minimal baru terbentuk Pertahankan Gradient Segmentasi Flood Minimal Lakukan Watershed, beri Label yang berbeda untuk tiap Region yang dihasilkan Selesai Gambar 2. Blok Diagram Sistem Jurnal Cybermatika Vol. 3 No. 1 Juni 215 Artikel 2 9

4 magnitude dapat dilihat pada Gambar 4. Hasil citra gradient magnitude kemudian diproses ke dalam algoritma watershed. Hasil segmentasi watershed pada tahap awal dapat dilihat pada Gambar 5. Pada tahapan ini, walaupun representasi tepi citra cortical bone telah tampak, tetapi masih banyak sekali catchment basin (kolam tangkapan) yang terdapat pada citra watershed. Oleh karena itu, diperlukan teknik tambahan yang mampu meminimalisir region yaitu dengan modifikasi gradient-barrier. Alur dari modifikasi gradient-barrier diantaranya: a) membuat dan mengurutkan daftar (baris dan kolom) intensitas piksel gradient magnitude dari terkecil hingga terbesar; b) mereduksi gradien yang memiliki kedalaman kurang dari ambang batas (T) yang diberikan; dan c) hasil reduksi dimasukkan ke dalam proses watershed untuk kemudian mendapatkan catchment basin dan diberi label. Penentuan ambang batas menjadi bagian terpenting dalam proses segmentasi watershed pada penelitian ini, sehingga diperlukan pencarian ambang batas yang tepat untuk seluruh sampel. Berdasarkan Gambar 6, nilai T yang tepat untuk sampel tersebut adalah,6. Akan tetapi, nilai T ini masih belum bisa dijadikan acuan sebagai magic number untuk citra tes, karena perlu diuji lebih lanjut untuk seluruh sampel lainnya hingga mendapat kemungkinan magic number T yang tepat. Gambar 3. Citra asli dan citra hasil filter gaussian Gambar 4. Gradient magnitude cortical bone kiri dan kanan Gambar 6. Hasil segmentasi watershed gradient-barrier pada salah satu sampel dengan ambang batas, T 1 =,1, T 2 =,3, T 3 =.5, T 4 =,6 Setelah proses watershed berbasis gradient-barrier dilakukan, output citra berupa segmentasi dengan beberapa catchment basin yang telah direduksi. Jika catchment basin disekitar cortical bone yang dihasilkan satu, maka bisa secara langsung dilakukan segmentasi akhir. Akan tetapi, bagaimana catchment basin disekitar wilayah cortical bone yang dihasilkan lebih dari satu, maka perlu adanya tahapan tambahan. Salah satunya dengan region merging, dimana region-region catchment basin yang saling berdekatan untuk kemudian digabungkan menjadi catchment basin yang baru. Ada beberapa aturan terkait proses ini, diantaranya: a) Labeli region catchment basin watershed yang ada; b) pilih region watershed yang menjadi kandidat flood minimal (R f ) dan pemilihan ini didasarkan pada pertimbangan tingginya intensitas warna dan luas wilayah; c) cek ketetanggaan catchment basin (R i i=1,2, n) dari flood minimal baik pada posisi atas bawah kiri dan kanan dengan terlebih dahulu menghapus garis watershed; d) menggabungkan catchmen basin yang memiliki bobot kurang (union) dari flood minimal ( ); e) overwrite label catchmen basin yang telah bergabung menjadi label yang sama dengan flood minimalnya (relabel(r i )=R f ); f) mengurutkan kembali label-label catchmen basin karena ada label yang hilang; g) lakukan kembali langkah c, d, e,dan f hingga benar-benar catchmen basin yang dihasilkan disekitar cortical bone hanya satu label; h) Segmentasi label cortical bone. Gambar 5. Watershed pada cortical bone kiri dan kanan Gambar 7. Pengambilan sampel cortical bone kiri dan kanan 1 Arif Fadllullah, Tegar Palyus Fiqar, Muhamad Nasir, Agus Zainal Arifin

5 3. METODE PENELITIAN Uji coba menggunakan total 2 sampel berupa citra tif dental panoramic radiograph dengan ukuran 256x256 piksel. Sampel ditunjukkan pada Gambar 7 yang diambil dari penelitian sebelumnya (Arifin A. Z., et al., 26b) berdasarkan posisi foramen mental untuk setiap citra orisinil digital panaromic yang area penentuannya dibantu oleh penguji ahli. Pengambilan sampel dilakukan pada dua sisi, yaitu cortical bone sisi kiri dan sisi kanan. 1 sampai 1 untuk sampel sisi kiri dan 11 sampai 2 untuk sampel sisi kanan cortical bone. Pada tahapan ini, dihitung evaluasi kinerja terhadap citra cortical bone dengan dua metode sebagai pembanding. Dua metode yang digunakan adalah metode watershed dan metode watershed berintegrasi dengan active contour berbasis level set. Evaluasi penelitian ini menggunakan misclassification error (ME), relative foreground area error (RAE), modified Hausdroff distance (MHD), dan waktu eksekusi (Sezgin & Sankur, 24). ME didefinisikan sebagai bentuk korelasi antara citra segmentasi dari sistem dengan observasi ahli. Hal ini sesuai dengan rasio perbandingan dari piksel background yang dikenali sebagai foreground dan rasio perbandingan dari piksel foreground yang dikenali sebagai background. Formula ME yang digunakan persamaan 6 (Sezgin & Sankur, 24) sebagai berikut....(6) Dimana dan dinotasikan sebagai background dan foreground dari citra original (ground truth), sedangkan dan dan dinotasikan sebagai background dan foreground dari citra hasil segmentasi sistem. RAE mengukur jumlah perbedaan properti objek seperti area dan bentuk, pengukuran perbedaan ini dilakukan terhadap segmentasi citra yang dihasilkan oleh sistem terhadap citra referensi (observasi ahli). Formula RAE yang digunakan persamaan 7 (Sezgin & Sankur, 24) sebagai berikut. {... (7) Dimana adalah area dari referensi citra, dan adalah area dari citra hasil. Distorsi bentuk dari citra yang dihasilkan dan referensi citra (ground truth) dapat diukur dengan metode MHD. Formula MHD yang digunakan persamaan 8 dan 9 (Sezgin & Sankur, 24). ( ) ( ( ) ( ))...(8) Dimana ( )...(9) dan dinotasikan piksel area citra referensi dan piksel area citra hasil dari sistem. Gambar 8. (a) citra asli, (b) modifikasi watershed gradientbarrier, region merging (c) iterasi=1, (d) iterasi=2, dan (e) segmentasi cortical bone Pada Gambar 9, rata-rata nilai misclassification error (ME) terkecil diperoleh dari metode watershed dengan active contour berbasis level set sebesar,47%, kemudian metode yang diusulkan dan sebesar 1,43% dan 7,4%. Pada Gambar 1, rata-rata nilai relative foreground area error (RAE) terkecil diperoleh dari sebesar 1,5%, kemudian metode watershed dengan active contour berbasis level set dan sebesar 1,89% dan 6,97%. Pada Gambar 11, rata-rata nilai modified Hausdroff distance (MHD) terkecil diperoleh dari metode watershed dengan active contour berbasis level set sebesar,4, kemudian dan sebesar,6 dan,8. Pada Gambar 12, rata-rata eksekusi waktu terkecil diperoleh dari hanya sebesar 2,53 detik, sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan metode dan watershed dengan active contour berbasis level set yang memperoleh rata-rata waktu eksekusi sebesar 157 dan 177 detik. Secara keseluruhan, diketahui bahwa kesalahan klasifikasi (ME) dan kesalahan deteksi area (RAE) hasil segmentasi metode yang diusulkan untuk semua citra hasil terhadap citra referensi masih terhitung kecil, hanya di bawah 3%. Selain itu, kesalahan distorsi atau perubahan ukuran dan bentuk hasil segmentasi semua citra hasil (MHD) kurang dari,1. Selisih rata-rata hasil ME, RAE dan MHD untuk juga tidak berbeda jauh dengan metode watershed yang berintegrasi dengan active contour berbasis level set yang hanya sebesar,96,,84, dan,2. Akan tetapi, dari sisi waktu eksekusi 9 kali lebih cepat terhadap kedua metode lainnya. Dengan kata lain, metode yang ditawarkan mampu menyelesaikan permasalahan berkaitan dengan region yang overlapping dan ambiguitas konsistensi tepi, sehingga hasil segmentasi menjadi lebih tepat, akurat, dan juga cepat. Akan tetapi, pada sebagian sampel, khususnya untuk segmentasi sampel dengan kesalahan tertinggi, masih memiliki kelemahan. Ini disebabkan sampel tersebut memiliki intensitas warna dan kontras yang rendah, serta intensitas noise berlebih disekitar tepi cortical bone. Distorsi noise sekitar tepi cortical bone turut mempengaruhi dalam mengaburkan garis tepi yang pada gilirannya masih terjadi kesalahan untuk melakukan segmentasi tepi cortical bone. Hal tersebut bisa dilihat pada Gambar HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian untuk salah satu sampel seperti ditunjukkan pada Gambar 8. Jurnal Cybermatika Vol. 3 No. 1 Juni 215 Artikel 2 11

6 modified Hausdroff distance relative foreground area error misclassification error waktu (s) Gambar 9. Hasil Perbandingan Nilai ME Gambar 1. Hasil Perbandingan Nilai RAE Gambar 11. Hasil Perbandingan Nilai MHD Gambar 12. Hasil Perbandingan Nilai Waktu Eksekusi Gambar 13. (a) Citra Asli, (b) Citra Groundtruth, (c) Citra Hasil Segmentasi Metode Usulan 5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian yaitu metode baru yang ditawarkan telah memberikan hasil yang tepat, akurat, dan cepat dalam melakukan segmentasi cortical bone pada citra dental panoramic radiograph. Pengunaan filter gaussian mampu menyeragamkan intensitas warna antar piksel yang nilainya mendekati sama, sehingga area region menjadi lebih lebar dan mencegah region yang overlapping. Penggunaan modifikasi watershed gradientbarrier dengan nilai threshold untuk membentuk garis watershed sangat efektif mereduksi region yang overlapping, serta mempercepat waktu eksekusi dengan mengurangi jumlah iterasi saat proses penggabungan catchment basin hingga membentuk segmentasi cortical bone. Dari 2 sampel data uji cortical bone diperoleh rata-rata ME 1,43%, RAE 1,5%, MHD,6, dan waktu eksekusi 2,53 detik. Saran pada penelitian ini yaitu diperlukannya pengambilan dan pemilihan citra dental panoramic radiograph yang memiliki intesitas warna dan kontras yang tinggi, serta intensitas niose yang rendah untuk mengatasi kesalahan hasil pengkasifikasian citra segmentasi cortical bone. Penelitian selanjutnya dapat dikembangkan sistem dengan penentuan parameter round mask filter gaussian dan threshold fitur gradien secara otomatis terhadap masing-masing citra dental panoramic radiograph, serta pengembangan metode ini lebih lanjut hingga ke tahapan pengukuran lebar cortical bone untuk klasifikasi penyakit osteoporosis. 12 Arif Fadllullah, Tegar Palyus Fiqar, Muhamad Nasir, Agus Zainal Arifin

7 6. REFERENSI Arifin, A. Z., Asano, A., Taguchi, A., Nakamoto, T., Ohtsuka, M., Tsuda, M.,... Tanimoto, K. Computer-aided system for Measuring the Mandibular Cortical Width on Dental Panaromic Radiographs in Identifying Postmenopausal Women with Low Bone Mineral Density. International Osteoporosis Foundation and National Osteoporosis Foundation, 17, (26a). Arifin, A. Z., Asano, A., Taguchi, A., Nakamoto, T., Ohtsuka, M., Tsuda, M.,... Tanimoto, K. A Fuzzy Expert System Design for Diagnosing Osteoporosis Based on Mandibular Cortex Measurement on Dental Panoramic Radiograph. 15th Indonesian Scientific Conference in Japan Proceedings. (26b). Basu, M. Gaussian-Based Edge-Detection Methods-A Survey. IEEE Transactions on Systems, Man, and Cybernetics, 32(3), (22). Denny, Arifin, A. Z., & Soelaiman, R. Segmentasi Cortical Bone Pada Dental Panoramic Radiograph Menggunakan Watershed dan Active Contour GGVF Snake. Industrial Electronics Seminar. Surabaya: Electronics engineering Polytechnic Institute. (28). Gonzales, R. C., Woods, R. E., & Eddins, S. L. Digital Image Processing Using Matlab (2nd ed.). Knoxville, Tennesee, United States of America: Gatesmark Publishing. (29). Hendra, A., Arifin, A. Z., & Soelaiman, R. Penerapan Multi Direction Gradient Vector Flow (MDGVF) untuk Segmentasi Cortical Bone pada Citra Medis Dental Panoramic Radiograph. Seminar Nasional Pascasarjana. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember. (29). Indriyani, T., Arifin, A. Z., & Soelaiman, R. Segmentasi Cortical Bone Pada Dental Panoramic Radiograph Menggunakan Watershed berintegrasi dengan Active Contour berbasis Level Set. Seminar Nasional Manajemen Teknologi IX. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. (29). Sezgin, M., & Sankur, B. A Survey over Image Thresholding and Quantitative Performance Evaluation. Journal of Electronic Imaging, 13(1), (24). Taguchi, A., Tsuda, M., Ohtsuka, M., I, K., Sanada, I., Sanada, M.,... Bollen, A. M. Use of Dental Panoramic Radiograph in Identifying Younger Postmenopausal Women with Osteoporosis. Osteoporosis International, 17, (26). Wieclawek, W., & Pietka, E. Watershed based Intelligent Scissors. Computerizad Medical Imaging and Graphics. (215). Yang, H., & Ahuja, N. Automatic Segmentation of Granular Objects in Images: Combining Local Density Clustering and Gradient-Barrier Watershed. Pattern Recognition, 47, (214). Jurnal Cybermatika Vol. 3 No. 1 Juni 215 Artikel 2 13

SEGMENTASI CORTICAL BONE PADA CITRA DENTAL PANORAMIC RADIOGRAPH MENGGUNAKAN WATERSHED BERINTEGRASI DENGAN ACTIVE CONTOUR BERBASIS LEVEL SET

SEGMENTASI CORTICAL BONE PADA CITRA DENTAL PANORAMIC RADIOGRAPH MENGGUNAKAN WATERSHED BERINTEGRASI DENGAN ACTIVE CONTOUR BERBASIS LEVEL SET SEGMENTASI CORTICAL BONE PADA CITRA DENTAL PANORAMIC RADIOGRAPH MENGGUNAKAN WATERSHED BERINTEGRASI DENGAN ACTIVE CONTOUR BERBASIS LEVEL SET Tutuk Indriyani, Agus Zainal Arifin, dan Rully Soelaiman Teknik

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA CT SCAN TUMOR OTAK MENGGUNAKAN MATEMATIKA MORFOLOGI (WATERSHED) DENGAN FLOOD MINIMUM OPTIMAL

SEGMENTASI CITRA CT SCAN TUMOR OTAK MENGGUNAKAN MATEMATIKA MORFOLOGI (WATERSHED) DENGAN FLOOD MINIMUM OPTIMAL SEGMENTASI CITRA CT SCAN TUMOR OTAK MENGGUNAKAN MATEMATIKA MORFOLOGI (WATERSHED) DENGAN FLOOD MINIMUM OPTIMAL Andi Hendra 1 1 Jurusan Matematika MIPA Universitas Tadulako ABSTRAK Penelitian pengolahan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KETEBALAN TULANG KORTIKAL PADA CITRA PANORAMIK GIGI BERBASIS KURVA POLINOMIAL

PENGUKURAN KETEBALAN TULANG KORTIKAL PADA CITRA PANORAMIK GIGI BERBASIS KURVA POLINOMIAL PENGUKURAN KETEBALAN TULANG KORTIKAL PADA CITRA PANORAMIK GIGI BERBASIS KURVA POLINOMIAL Dini Adni Navastara 1, Agus Zainal Arifin 2, Anjar Mustika 3, Chastine Fatichah 4 (1) Teknik Informatika, Fakultas

Lebih terperinci

METODE ACTIVE CONTOUR BERBASIS LEVEL SET UNTUK SEGMENTASI TINGKAT KERUSAKAN JALAN RAYA (STUDI KASUS JALAN DI SURABAYA)

METODE ACTIVE CONTOUR BERBASIS LEVEL SET UNTUK SEGMENTASI TINGKAT KERUSAKAN JALAN RAYA (STUDI KASUS JALAN DI SURABAYA) Seminar Nasional Sains dan Teknologi Terapan III 5 ISBN 978-6-98569-- METODE ATIVE ONTOUR BERBASIS LEVEL SET UNTUK SEGMENTASI TINGKAT KERUSAKAN JALAN RAYA (STUDI KASUS JALAN DI SURABAYA) Tutuk Indriyani,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian ini. Terdapat beberapa dasar teori yang digunakan dan akan diuraikan sebagai berikut. 2.1.1 Citra Digital

Lebih terperinci

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi

Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi Segmentasi Dan Pelabelan Pada Citra Panoramik Gigi Nur Nafi iyah 1, Yuliana Melita, S.Kom, M.Kom 2 Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Teknik Surabaya Email: nafik_unisla26@yahoo.co.id 1, ymp@stts.edu

Lebih terperinci

Segmentasi Tulang Kortikal pada Citra Dental Panoramic Radiograph

Segmentasi Tulang Kortikal pada Citra Dental Panoramic Radiograph IJEIS, Vol.6, No.1, April 2016, pp. 37~46 ISSN: 2088-3714 37 Segmentasi Tulang Kortikal pada Citra Dental Panoramic Radiograph Thohiroh Agus Kumala* 1, Agus Harjoko 2 1 Prodi S2/S3 Ilmu Komputer, FMIPA

Lebih terperinci

Pengukuran Otomatis Lebar Cortical Bone pada Dental Panoramic Radiograph

Pengukuran Otomatis Lebar Cortical Bone pada Dental Panoramic Radiograph Pengukuran Otomatis Lebar Cortical Bone pada Dental Panoramic Radiograph Putra Prima Arhandi 1, Agus Zainal Arifin 2, Wijayanti Nurul Khotimah 3 Institut Teknologi Sepuluh Nopember e-mail: putraprima@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu komputer dalam bidang medis sekarang ini sudah sangat maju. Banyak penelitian yang dilakukan untuk membantu dokter dalam menganalisis suatu penyakit,

Lebih terperinci

Segmentasi Citra Berwarna Menggunakan Deteksi Tepi dan Fuzzy C-Means yang Dimodifikasi Berdasarkan Informasi Ketetanggaan

Segmentasi Citra Berwarna Menggunakan Deteksi Tepi dan Fuzzy C-Means yang Dimodifikasi Berdasarkan Informasi Ketetanggaan Segmentasi Citra Berwarna Menggunakan Deteksi Tepi dan Fuzzy C-Means yang Dimodifikasi Berdasarkan Informasi Ketetanggaan Septi Wulansari (5109100175) Pembimbing I: Prof. Ir. Handayani Tjandrasa, M.Sc.,

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR

ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR ANALISIS PERBANDINGAN METODE PREWITT DAN CANNY UNTUK IDENTIFIKASI IKAN AIR TAWAR Gibtha Fitri Laxmi 1, Puspa Eosina 2, Fety Fatimah 3 1,2,3 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PENGUKURAN KETEBALAN TULANG KORTIKAL PADA CITRA PANORAMA GIGI BERBASIS MODEL

PENGUKURAN KETEBALAN TULANG KORTIKAL PADA CITRA PANORAMA GIGI BERBASIS MODEL Navastara, Anggraeni, dan Arifin Pengukuran Ketebalan Tulang Kortikal pada Citra Panorama Gigi Berbasis Model PENGUKURAN KETEBALAN TULANG KORTIKAL PADA CITRA PANORAMA GIGI BERBASIS MODEL Dini Adni Navastara

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 )

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 ) SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 ) Pramuda Akariusta Cahyan, Muhammad Aswin, Ir., MT., Ali Mustofa, ST., MT. Jurusan

Lebih terperinci

Review Paper. Image segmentation by histogram thresholding using hierarchical cluster analysis

Review Paper. Image segmentation by histogram thresholding using hierarchical cluster analysis Review Paper Image segmentation by histogram thresholding using hierarchical cluster analysis Agus Zainal Arifin a,*, Akira Asano b a Graduate School of Engineering, Hiroshima University, 1-4-1 Kagamiyama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau yang disebut dengan cardiomegaly. Pemantauan pembesaran jantung

BAB I PENDAHULUAN. atau yang disebut dengan cardiomegaly. Pemantauan pembesaran jantung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung merupakan pembunuh yang paling berbahaya saat ini yang menjadikannya sebagai penyebab kematian nomor satu di dunia (WHO, 2012). Salah satu tanda penyakit

Lebih terperinci

Oleh Yuli Wijayanti. Dosen Pembimbing : 1. Bilqis Amaliah, S.Kom, M.Kom 2. Anny Yuniarti, S.Kom, M.Com.Sc

Oleh Yuli Wijayanti. Dosen Pembimbing : 1. Bilqis Amaliah, S.Kom, M.Kom 2. Anny Yuniarti, S.Kom, M.Com.Sc Oleh Yuli Wijayanti Dosen Pembimbing : 1. Bilqis Amaliah, S.Kom, M.Kom 2. Anny Yuniarti, S.Kom, M.Com.Sc TEKNIK INFORMATIKA-ITS 26 JULI 2010 Latar Belakang Segmentasi gambar merupakan salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit silent epidemic, yang

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit silent epidemic, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit silent epidemic, yang berarti pengeroposan tulang yang berlangsung secara diam-diam dan terus menerus. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Identifikasi Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Identifikasi Masalah Penggunaan citra digital telah menjadi semakin popular akhir-akhir ini. Hal ini menyebabkan program pengolah grafis untuk memanipulasi citra

Lebih terperinci

KOMBINASI METODE MORPHOLOGICAL GRADIENT DAN TRANSFORMASI WATERSHED PADA PROSES SEGMENTASI CITRA DIGITAL

KOMBINASI METODE MORPHOLOGICAL GRADIENT DAN TRANSFORMASI WATERSHED PADA PROSES SEGMENTASI CITRA DIGITAL KOMBINASI METODE MORPHOLOGICAL GRADIENT DAN TRANSFORMASI WATERSHED PADA PROSES SEGMENTASI CITRA DIGITAL Rudy Adipranata Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya. Telp. (031) 8439040

Lebih terperinci

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram Shabrina Mardhi Dalila, Handayani Tjandrasa, dan Nanik

Lebih terperinci

PENGGUNAAN PERSAMAAN DIFUSI NONLINIER DAN DETEKSI TEPI CANNY UNTUK SEGMENTASI CITRA MELANOMA

PENGGUNAAN PERSAMAAN DIFUSI NONLINIER DAN DETEKSI TEPI CANNY UNTUK SEGMENTASI CITRA MELANOMA Seminar Sistem Informasi Indonesia (SESINDO2010) ITS, Surabaya 4 Desember 2010 PENGGUNAAN PERSAMAAN DIFUSI NONLINIER DAN DETEKSI TEPI CANNY UNTUK SEGMENTASI CITRA MELANOMA Bilqis Amaliah 1, Dwi Lailatul

Lebih terperinci

Metode Segmentasi Paru-Paru dan Jantung Pada Citra X-Ray Thorax

Metode Segmentasi Paru-Paru dan Jantung Pada Citra X-Ray Thorax Metode Segmentasi Paru-Paru dan Jantung Pada Citra X-Ray Thorax Abstrak Segmentasi citra merupakan salah satu tahapan dalam pengolahan citra yang penting, terutama dalam dunia medis. Apabila seorang dokter

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PULPITIS MENGGUNAKAN METODE WATERSHED

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PULPITIS MENGGUNAKAN METODE WATERSHED PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PULPITIS MENGGUNAKAN METODE WATERSHED Imam Abdul Hakim 1), Bambang Hidayat 2), Suhardjo 3) 1),2) Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom Jl. Telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen, dengan tahapan penelitian sebagai berikut: 3.1 Pengumpulan Data Tahap ini merupakan langkah awal dari penelitian. Dataset

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Sistem Sistem yang akan dibangun dalam penelitian ini adalah Implementasi Algoritma Template Matching dan Feature Extraction untuk Pengenalan Pola Angka Untuk

Lebih terperinci

DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL

DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL Muhammad Affandes* 1, Afdi Ramadani 2 1,2 Teknik Informatika UIN Sultan Syarif Kasim Riau Kontak Person : Muhammad

Lebih terperinci

ALGORITMA SOBEL UNTUK DETEKSI KARAKTER PADA PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR

ALGORITMA SOBEL UNTUK DETEKSI KARAKTER PADA PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR Pengolahan citra digital by Jans Hry / S2 TE UGM 09 ALGORITMA SOBEL UNTUK DETEKSI KARAKTER PADA PLAT NOMOR KENDARAAN BERMOTOR Edge atau tepi merupakan representasi dari batas objek dalam citra. Hal ini

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK (FT) PROGRAM TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

FAKULTAS TEKNIK (FT) PROGRAM TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016 DETEKSI KEMUNCULAN BULAN SABIT MENGGUNAKAN METODE CIRCULAR HOUGH TRANSFORM ARTIKEL Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom) Pada Program

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA PANORAMIK GIGI MENGGUNAKAN SIMILARITAS ANTAR GRAY LEVEL BERDASARKAN INDEX OF FUZZINESS

SEGMENTASI CITRA PANORAMIK GIGI MENGGUNAKAN SIMILARITAS ANTAR GRAY LEVEL BERDASARKAN INDEX OF FUZZINESS Pratamasunu, Arifin, Yuniarti, Wijaya, Khotimah, dan Navastara Segmentasi Citra Panoramik Gigi Menggunakan Similaritas antar Gray Level erdasarkan Index of Fuzziness SEGMENTASI CITRA PANORAMIK GIGI MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

PERANGKAT LUNAK SEGMENTASI CITRA DENGAN METODE WATERSHED

PERANGKAT LUNAK SEGMENTASI CITRA DENGAN METODE WATERSHED PERANGKAT LUNAK SEGMENTASI CITRA DENGAN METODE WATERSHED Gunawan 1, Fandi Halim 1, Erni Wijaya 2 STMIK Mikroskil Jl. Thamrin No. 112, 124, 140 Medan 20212 1 gunawan@mikroskil.ac.id, 1 fandi@mikroskil.ac.id,

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA X-RAY DARI CITRA CT MENGGUNAKAN ACTIVE CONTOUR

SEGMENTASI CITRA X-RAY DARI CITRA CT MENGGUNAKAN ACTIVE CONTOUR SEGMENTASI CITRA X-RAY DARI CITRA CT MENGGUNAKAN ACTIVE CONTOUR Indrawati Program Studi Teknik Informatika Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Lhokseumawe Jln. Banda Aceh Medan Km. 80.5 Buketrata

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pengesahan Pembimbing... ii Lembar Pengesahan Penguji... iii Halaman Persembahan... iv Halaman Motto... v Kata Pengantar... vi Abstrak... viii Daftar Isi... ix Daftar

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B

IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN ANALISIS DETEKSI TEPI PADA ARM 11 OK6410B Heri Setiawan, Iwan Setyawan, Saptadi Nugroho IMPLEMENTASI PENTERJEMAH KODE ISYARAT TANGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan

Lebih terperinci

Implementasi Deteksi Tepi Canny pada Citra Mammografi

Implementasi Deteksi Tepi Canny pada Citra Mammografi JURNAL APLIKASI FISIKA VOLUME 11 NOMOR 1 FEBRUARI 2015 Implementasi Deteksi Tepi Canny pada Citra Mammografi Nurhasanah 1, *) dan Okto Ivansyah 2 1 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura, Indonesia

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra digital adalah citra yang bersifat diskrit yang dapat diolah oleh computer. Citra ini dapat dihasilkan melalui kamera digital dan scanner ataupun citra yang

Lebih terperinci

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt Ardi Satrya Afandi Fakultas Teknologi Industri Universitas Gunadarma Depok, Indonesia art_dhi@yahoo.com Prihandoko,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,

Lebih terperinci

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses implementasi dari metode pendeteksian paranodus yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terbagai menjadi empat bagian, bagian 3.1 menjelaskan

Lebih terperinci

Implementasi Metode Watershed Transformation Dalam Segmentasi Tulisan Aksara Bali Berbasis Histogram

Implementasi Metode Watershed Transformation Dalam Segmentasi Tulisan Aksara Bali Berbasis Histogram Konferensi Nasional Sistem & Informatika 2015 STMIK STIKOM Bali, 9 10 Oktober 2015 Implementasi Metode Watershed Transformation Dalam Segmentasi Tulisan Aksara Bali Berbasis Histogram Komang Budiarta,

Lebih terperinci

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA Yusti Fitriyani Nampira 50408896 Dr. Karmilasari Kanker Latar Belakang Kanker

Lebih terperinci

SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM)

SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM) SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM) Jani Kusanti Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik Elektro dan Informatika Universitas Surakarta (UNSA),

Lebih terperinci

SALIENT POINTS PADA CITRA TULANG CORTICAL BERBASIS TRANSFORMASI WAVELET

SALIENT POINTS PADA CITRA TULANG CORTICAL BERBASIS TRANSFORMASI WAVELET SALIENT POINTS PADA CITRA TULANG CORTICAL BERBASIS TRANSFORMASI WAVELET Oleh: Ika Usfarina Dhamasari(5106100040) DosenPembimbing1: Dr. AgusZainalArifin, S. Kom, M. Kom Dosen Pembimbing 2: Diana Purwitasari,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan diuraikan penjelasan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Pada bab ini dibahas mengenai konsep-konsep yang mendasari ekstraksi unsur jalan pada citra inderaja. Uraian mengenai konsep tersebut dimulai dari ekstraksi jalan, deteksi tepi,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. dan GVF Snake yang telah selesai dibuat. Dimulai dari modified

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. dan GVF Snake yang telah selesai dibuat. Dimulai dari modified BAB IV PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem yang dilakukan merupakan pengujian terhadap preprocessing dan GVF Snake yang telah selesai dibuat. Dimulai dari modified tophat filter, Gaussian cropping, dan GVF

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Fungsi utama perancangan program aplikasi tugas akhir ini adalah melakukan konversi terhadap citra dengan format raster atau bitmap ke format vektor dengan tipe

Lebih terperinci

DETEKSI DAN SEGMENTASI OTOMATIS DERET PADA CITRA METERAN AIR

DETEKSI DAN SEGMENTASI OTOMATIS DERET PADA CITRA METERAN AIR DETEKSI DAN SEGMENTASI OTOMATIS DERET PADA CITRA METERAN AIR Naser Jawas STIKOM Bali Jl. Raya Puputan, No.86, Renon, Denpasar, Bali Email: naser.jawas@gmail.com ABSTRAK Meter air adalah sebuah alat yang

Lebih terperinci

Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *)

Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *) Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *) *) Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Tanjungpura Abstrak CT scan mampu menghasilkan citra organ internal (struktur

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pengujian Distorsi Menggunakan Concentric Circle Method Pada Kaca Spion Kendaraan Bermotor Kategori L3 Berbasis Edge Detection

Rancang Bangun Sistem Pengujian Distorsi Menggunakan Concentric Circle Method Pada Kaca Spion Kendaraan Bermotor Kategori L3 Berbasis Edge Detection JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (22) -6 Rancang Bangun Sistem Pengujian Distorsi Menggunakan Concentric Circle Method Pada Kaca Spion Kendaraan Bermotor Kategori L3 Berbasis Edge Detection Muji Tri Nurismu

Lebih terperinci

Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt

Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt Romindo Polikteknik Ganesha Medan Jl. Veteran No. 190 Pasar VI Manunggal romindo4@gmail.com Nurul Khairina Polikteknik Ganesha Medan Jl. Veteran

Lebih terperinci

SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD

SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD Murinto, Resa Fitria Rahmawati Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad

Lebih terperinci

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram

Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram Modifikasi Algoritma Pengelompokan K-Means untuk Segmentasi Citra Ikan Berdasarkan Puncak Histogram Shabrina Mardhi Dalila (5109100049) Dosen Pembimbing 1 Prof. Ir. Handayani Tjandrasa, M.Sc., Ph.D. Dosen

Lebih terperinci

ANALISIS PENELUSURAN TEPI CITRA MENGGUNAKAN DETEKTOR TEPI SOBEL DAN CANNY

ANALISIS PENELUSURAN TEPI CITRA MENGGUNAKAN DETEKTOR TEPI SOBEL DAN CANNY Proceeding, Seminar Ilmiah Nasional Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT 28) Auditorium Universitas Gunadarma, Depok, 2-21 Agustus 28 ISSN : 1411-6286 ANALISIS PENELUSURAN TEPI CITRA MENGGUNAKAN DETEKTOR

Lebih terperinci

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana Oleh: Riza Prasetya Wicaksana 2209 105 042 Pembimbing I : Dr. I Ketut Eddy Purnama, ST., MT. NIP. 196907301995121001 Pembimbing II : Muhtadin, ST., MT. NIP. 198106092009121003 Latar belakang Banyaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan metode penelitian sebagai berikut: 1) Pengumpulan Data Tahap ini dilakukan sebagai langkah awal dari suatu penelitian. Mencari

Lebih terperinci

Operasi Bertetangga (1)

Operasi Bertetangga (1) Operasi Bertetangga () Kartika Firdausy - UAD kartika@ee.uad.ac.id blog.uad.ac.id/kartikaf Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan mampu: menjelaskan alasan diperlukannya operasi bertetangga

Lebih terperinci

Deteksi Tepi pada Citra Digital menggunakan Metode Kirsch dan Robinson

Deteksi Tepi pada Citra Digital menggunakan Metode Kirsch dan Robinson Deteksi Tepi pada Citra Digital menggunakan Metode Kirsch dan Robinson Veronica Lusiana Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank email: verolusiana@yahoo.com Abstrak Segmentasi citra sebagai

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Model Pengembangan Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi fitur yang terdapat pada karakter citra digital menggunakan metode diagonal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh)

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh) BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Remote Sensing (Penginderaan Jauh) Remote Sensing didefinisikan sebagai ilmu untuk mendapatkan informasi mengenai obyek-obyek pada permukaan bumi dengan analisis data yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh

Lebih terperinci

ANALISIS KERAPATAN TRABECULAR BONE BERBASIS GRAPH BERBOBOT PADA CITRA PANORAMA GIGI UNTUK IDENTIFIKASI OSTEOPOROSIS

ANALISIS KERAPATAN TRABECULAR BONE BERBASIS GRAPH BERBOBOT PADA CITRA PANORAMA GIGI UNTUK IDENTIFIKASI OSTEOPOROSIS Abidin, Analisis Kerapatan Trabecular Bone Berbasis Graph Berbobot pada Citra Panorama Gigi untuk Identifikasi Osteoporosis ANALISIS KERAPATAN TRABECULAR BONE BERBASIS GRAPH BERBOBOT PADA CITRA PANORAMA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan jasmani merupakan aspek penting yang harus dijaga. Sebagai contoh yaitu kesehatan gigi dan mulut. Gigi sangat berperan dalam mencerna secara mekanik

Lebih terperinci

BINERISASI CITRA DOKUMEN DENGAN FILTERISASI HOMOMORPHIC

BINERISASI CITRA DOKUMEN DENGAN FILTERISASI HOMOMORPHIC BINERISASI CITRA DOKUMEN DENGAN FILTERISASI HOMOMORPHIC Naser Jawas STMIK STIKOM BALI naser.jawas@stikom-bali.ac.id Abstrak Binerisasi citra dokumen adalah sebuah langkah awal yang sangat penting dalam

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisa Program Aplikasi Dalam proses identifikasi karakter pada plat nomor dan tipe kendaraan banyak menemui kendala. Masalah-masalah yang ditemui adalah proses

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN METODE VEKTOR MEDIAN FILTERING DAN ADAPTIVE MEDIAN FILTER UNTUK PERBAIKAN CITRA DIGITAL

ANALISA PERBANDINGAN METODE VEKTOR MEDIAN FILTERING DAN ADAPTIVE MEDIAN FILTER UNTUK PERBAIKAN CITRA DIGITAL ANALISA PERBANDINGAN METODE VEKTOR MEDIAN FILTERING DAN ADAPTIVE MEDIAN FILTER UNTUK PERBAIKAN CITRA DIGITAL Nur hajizah (13111171) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK Budidarma Medan Jl.

Lebih terperinci

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB II TI JAUA PUSTAKA BAB II TI JAUA PUSTAKA Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menunjang tugas akhir ini. Antara lain yaitu pengertian citra, pengertian dari impulse noise, dan pengertian dari reduksi noise.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI METODE BERBASIS MULTISCALE FEATURE EXTRACTION UNTUK SEGMENTASI PEMBULUH DARAH CITRA RETINA RED-FREE DAN FLUORESCEIN

IMPLEMENTASI METODE BERBASIS MULTISCALE FEATURE EXTRACTION UNTUK SEGMENTASI PEMBULUH DARAH CITRA RETINA RED-FREE DAN FLUORESCEIN IMPLEMENTASI METODE BERBASIS MULTISCALE FEATURE EXTRACTION UNTUK SEGMENTASI PEMBULUH DARAH CITRA RETINA RED-FREE DAN FLUORESCEIN Dosen Pembimbing Dr. Agus Zainal Arifin, S.Kom., M.Kom. Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Aplikasi Metoda Random Walks untuk Kontrol Gerak Robot Berbasis Citra

Aplikasi Metoda Random Walks untuk Kontrol Gerak Robot Berbasis Citra Abstrak Aplikasi Metoda Random Walks untuk Kontrol Gerak Robot Berbasis Citra R. Febriani, Suprijadi Kelompok Keahlian Fisika Teoritik Energi Tinggi dan Instrumentasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL. Lia Amelia (1) Rini Marwati (2) ABSTRAK

PERBANDINGAN METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL. Lia Amelia (1) Rini Marwati (2) ABSTRAK PERBANDINGAN METODE ROBERTS DAN SOBEL DALAM MENDETEKSI TEPI SUATU CITRA DIGITAL Lia Amelia (1) Rini Marwati (2) ABSTRAK Pengolahan citra digital merupakan proses yang bertujuan untuk memanipulasi dan menganalisis

Lebih terperinci

PERBANDINGAN SEGMENTASI CITRA BERWARNA DENGAN FUZZY CMEANS CLUSTERING PADA BEBERAPA REPRESENTASI RUANG WARNA

PERBANDINGAN SEGMENTASI CITRA BERWARNA DENGAN FUZZY CMEANS CLUSTERING PADA BEBERAPA REPRESENTASI RUANG WARNA PERBANDINGAN SEGMENTASI CITRA BERWARNA DENGAN FUZZY CMEANS CLUSTERING PADA BEBERAPA REPRESENTASI RUANG WARNA Naser Jawas Sistem Komputer STMIK STIKOM Bali Jl Raya Puputan No.86 Renon, Denpasar, Bali 80226

Lebih terperinci

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 30 BAB IV SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 4.1 Gambaran Umum Sistem Diagram sederhana dari program yang dibangun dapat diilustrasikan dalam diagram konteks berikut. Gambar

Lebih terperinci

APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL

APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL Murien Nugraheni Prodi Teknik Informatika Fak FTI UAD Jl. Prof. Dr. Soepomo, Janturan, Yogyakarta 55164,

Lebih terperinci

OPTIMASI ALGORITMA IDENTIFIKASI STRABISMUS

OPTIMASI ALGORITMA IDENTIFIKASI STRABISMUS OPTIMASI ALGORITMA IDENTIFIKASI STRABISMUS PADA MATA MANUSIA BERBASIS IMAGE PROCESSING DENGAN EUCLIDEAN DISTANCE PADA SISTEM MEKANIKAL AUTOMATED OPTICAL INSPECTION (AOI) AHMAD RIFA I RIF AN NRP. 2106 100

Lebih terperinci

Perbaikan Komponen Garis pada Citra Dental dengan Metode Histogram Modification Local Contrast Enhancement untuk Identifikasi Periodontitis

Perbaikan Komponen Garis pada Citra Dental dengan Metode Histogram Modification Local Contrast Enhancement untuk Identifikasi Periodontitis Perbaikan Komponen Garis pada Citra Dental dengan Metode Histogram Modification Local Contrast Enhancement untuk Identifikasi Hardika Khusnuliawati Institut Teknologi Sepuluh Nopember hardika.khusnulia@gmail.com

Lebih terperinci

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH

PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH PENGOLAHAN CITRA RADIOGRAF PERIAPIKAL PADA DETEKSI PENYAKIT PULPITIS MENGGUNAKAN METODE ADAPTIVE REGION GROWING APPROACH Rikko Ismail Hardianzah 1), Bambang Hidayat 2), Suhardjo 3) 1),2) Fakultas Teknik

Lebih terperinci

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness

GLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness 753 GLOSARIUM Adaptive thresholding (lihat Peng-ambangan adaptif). Additive noise (lihat Derau tambahan). Algoritma Moore : Algoritma untuk memperoleh kontur internal. Array. Suatu wadah yang dapat digunakan

Lebih terperinci

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer

Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Pengolahan Citra / Image Processing : Proses memperbaiki kualitas citra agar mudah diinterpretasi oleh manusia atau komputer Teknik pengolahan citra dengan mentrasformasikan citra menjadi citra lain, contoh

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Metode GLCM ( Gray Level Co-Occurrence Matrix)

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Metode GLCM ( Gray Level Co-Occurrence Matrix) BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Metode GLCM ( Gray Level Co-Occurrence Matrix) Metode GLCM menurut Xie dkk (2010) merupakan suatu metode yang melakukan analisis terhadap suatu piksel pada citra dan mengetahui

Lebih terperinci

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY Minati Yulianti 1, Cucu Suhery 2, Ikhwan Ruslianto 3 [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Jl. Prof.

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE PENDETEKSI TEPI STUDI KASUS : CITRA USG JANIN

PERBANDINGAN METODE PENDETEKSI TEPI STUDI KASUS : CITRA USG JANIN PERBANDINGAN METODE PENDETEKSI TEPI STUDI KASUS : CITRA USG JANIN 1) Merly Indira 2) Eva Yuliana 3) Wahyu Suprihatin 4) Bertalya Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Gunadarma Jl.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

DETEKSI NOMINAL MATA UANG DENGAN JARAK EUCLIDEAN DAN KOEFISIEN KORELASI

DETEKSI NOMINAL MATA UANG DENGAN JARAK EUCLIDEAN DAN KOEFISIEN KORELASI DETEKSI NOMINAL MATA UANG DENGAN JARAK EUCLIDEAN DAN KOEFISIEN KORELASI Marina Gracecia1, ShintaEstriWahyuningrum2 Program Studi Teknik Informatika Universitas Katolik Soegijapranata 1 esthergracecia@gmail.com,

Lebih terperinci

Operasi Bertetangga KONVOLUSI. Informatics Eng. - UNIJOYO log.i. Citra kualitas baik: mencerminkan kondisi sesungguhnya dari obyek yang dicitrakan

Operasi Bertetangga KONVOLUSI. Informatics Eng. - UNIJOYO log.i. Citra kualitas baik: mencerminkan kondisi sesungguhnya dari obyek yang dicitrakan KONVOLUSI Informatics Eng. - UNIJOYO log.i Citra kualitas baik: mencerminkan kondisi sesungguhnya dari obyek yang dicitrakan Citra ideal: korespondensi satu-satu sebuah titik pada obyek yang dicitrakan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SEGMENTASI PEMBULUH DARAH RETINA PADA CITRA FUNDUS MATA BERWARNA MENGGUNAKAN PENDEKATAN MORFOLOGI ADAPTIF

IMPLEMENTASI SEGMENTASI PEMBULUH DARAH RETINA PADA CITRA FUNDUS MATA BERWARNA MENGGUNAKAN PENDEKATAN MORFOLOGI ADAPTIF IMPLEMENTASI SEGMENTASI PEMBULUH DARAH RETINA PADA CITRA FUNDUS MATA BERWARNA MENGGUNAKAN PENDEKATAN MORFOLOGI ADAPTIF Dini Nuzulia Rahmah 1, Handayani Tjandrasa 2, Anny Yuniarti 3 Teknik Informatika,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEKNIK WATERSHED DAN MORFOLOGI PADA CITRA SATELIT UNTUK SEGMENTASI AREA UNIVERSITAS BRAWIJAYA

IMPLEMENTASI TEKNIK WATERSHED DAN MORFOLOGI PADA CITRA SATELIT UNTUK SEGMENTASI AREA UNIVERSITAS BRAWIJAYA Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK) Vol. 1, No. 1, April 24, hlm. 5-13 IMPLEMENTASI TEKNIK WATERSHED DAN MORFOLOGI PADA CITRA SATELIT UNTUK SEGMENTASI AREA UNIVERSITAS BRAWIJAYA Sutrisno

Lebih terperinci

Segmentasi pada Citra Panoramik Gigi dengan Metode Two-Stage SOM dan T-CLUSTER

Segmentasi pada Citra Panoramik Gigi dengan Metode Two-Stage SOM dan T-CLUSTER Segmentasi pada Citra Panoramik Gigi dengan Metode Two-Stage SOM dan T-CLUSTER Khoirul Umam 1, Fidi Wincoko Putro 2, Gulpi Qorik Oktagalu Pratamasunu 3 Program Studi Magister Teknik Informatika, Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama lebih dari dua puluh tahun terakhir, penelitian tentang tumor otak yang dilakukan oleh National Cancer Institute Statistics (NCIS) menyebutkan penyakit tumor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini penggunaan citra digital semakin meningkat karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh citra digital tersebut, di antaranya adalah kemudahan dalam mendapatkan

Lebih terperinci

Implementasi Deteksi Copy-move Forgery pada Citra menggunakan Metode Histogram of Oriented Gradients (HOG)

Implementasi Deteksi Copy-move Forgery pada Citra menggunakan Metode Histogram of Oriented Gradients (HOG) JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Implementasi Deteksi Copy-move Forgery pada Citra menggunakan Metode Histogram of Oriented Gradients (HOG) Ni Luh Made Asri Mulyasari,

Lebih terperinci

Traffic IP Camera untuk Menghitung Kendaraan Roda Empat Menggunakan Metode Luasan Piksel

Traffic IP Camera untuk Menghitung Kendaraan Roda Empat Menggunakan Metode Luasan Piksel 1 Traffic IP Camera untuk Menghitung Kendaraan Roda Empat Menggunakan Metode Luasan Piksel Andi Muhammad Ali Mahdi Akbar, Arief Kurniawan, Ahmad Zaini Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Industri Institut

Lebih terperinci

Pengukuran Blok Window Terbaik Berdasarkan MSE...

Pengukuran Blok Window Terbaik Berdasarkan MSE... Pengukuran Blok Window Terbaik Berdasarkan MSE... (Dwiyanto dkk.) PENGUKURAN BLOK WINDOW TERBAIK BERDASARKAN MSE UNTUK SEGMENTASI CITRA SIDIK JARI BERBASIS MEAN DAN VARIANS Dwiyanto *, Agus Bejo, Risanuri

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN

PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN PENDETEKSIAN TEPI OBJEK MENGGUNAKAN METODE GRADIEN Dolly Indra dolly.indra@umi.ac.id Teknik Informatika Universitas Muslim Indonesia Abstrak Pada tahap melakukan ekstraksi ciri (feature extraction) faktor

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

Segmentasi Citra Sel Tunggal Smear Serviks Menggunakan Radiating Component Normalized Generalized GVFS

Segmentasi Citra Sel Tunggal Smear Serviks Menggunakan Radiating Component Normalized Generalized GVFS JNTETI, Vol. 6, No. 1, Februari 2017 107 Segmentasi Citra Sel Tunggal Smear Serviks Menggunakan Radiating Component Normalized Generalized GVFS Nursuci Putri Husain 1, Chastine Fatichah 2 Abstract Component

Lebih terperinci

Implementasi Deteksi Seam Carving Berdasarkan Perubahan Ukuran Citra Menggunakan Local Binary Patterns dan Support Vector Machine

Implementasi Deteksi Seam Carving Berdasarkan Perubahan Ukuran Citra Menggunakan Local Binary Patterns dan Support Vector Machine JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-346 Implementasi Deteksi Seam Carving Berdasarkan Perubahan Ukuran Citra Menggunakan Local Binary Patterns dan Support Vector

Lebih terperinci

DETEKSI WAJAH BERBASIS SEGMENTASI WARNA KULIT MENGGUNAKAN RUANG WARNA YCbCr & TEMPLATE MATCHING

DETEKSI WAJAH BERBASIS SEGMENTASI WARNA KULIT MENGGUNAKAN RUANG WARNA YCbCr & TEMPLATE MATCHING DETEKSI WAJAH BERBASIS SEGMENTASI WARNA KULIT MENGGUNAKAN RUANG WARNA YCbCr & TEMPLATE MATCHING Rony Wijanarko *, Nugroho Eko Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang Jl. Menoreh Tengah X/22 Semarang

Lebih terperinci

APLIKASI PENGENALAN RAMBU BERBENTUK BELAH KETUPAT

APLIKASI PENGENALAN RAMBU BERBENTUK BELAH KETUPAT APLIKASI PENGENALAN RAMBU BERBENTUK BELAH KETUPAT Andhika Pratama, Izzati Muhimmah Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas, Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia

Lebih terperinci

Gambar 15 Contoh pembagian citra di dalam sistem segmentasi.

Gambar 15 Contoh pembagian citra di dalam sistem segmentasi. dalam contoh ini variance bernilai 2000 I p I t 2 = (200-150) 2 + (150-180) 2 + (250-120) I p I t 2 = 28400. D p (t) = exp(-28400/2*2000) D p (t) = 8.251 x 10-4. Untuk bobot t-link {p, t} dengan p merupakan

Lebih terperinci