HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN FREKUENSI DIARE DAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA SEGIRI KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN FREKUENSI DIARE DAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA SEGIRI KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG"

Transkripsi

1 HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN FREKUENSI DIARE DAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA SEGIRI KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III (tiga) kesehatan Bidang Gizi Disusun Oleh: PRASISTIYANI LARTIANA Nomor Induk Mahasiswa G PROGRAM DIPLOMA III GIZI FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi dibedakan menjadi kurang, baik, dan lebih. (Almatsier, 2003). Status gizi selain ditentukan oleh jumlah dan mutu pangan yang dikonsumsi secara langsung dipengaruhi juga oleh penyakit infeksi. Dalam keadaan gizi yang baik tubuh dapat mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi. dan sebaliknya gangguan gizi dapat memperburuk kemampuan anak untuk mengatasi penyakit infeksi. Kesehatan dan sanitasi lingkungan juga merupakan faktor yang akan mempengaruhi status gizi. Keadaan lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya berbagai penyakit antara lain diare dan infeksi saluran pernapasan. Seseorang yang kurang zat gizi akan mudah terserang penyakit dan pertumbuhan akan terganggu (Supariasa, 2001). Kebersihan lingkungan bukan merupakan faktor yang langsung berpengaruh terhadap status gizi seseorang, tetapi faktor ini justru paling besar peranannya. Secara keseluruhan dapat dikemukakan bahwa lingkungan hidup manusia dengan segala faktornya merupakan bagian dari lingkungan kehidupan manusia. (Wied, 1986). Penyakit diare merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan anak-anak di negara sedang berkembang. Diperkirakan sekitar 1000 juta kejadian diare tiap tahun menyerang anak balita dengan perkiraan 5 juta kematian setiap tahun. Sekitar 80 % kematian ini terjadi pada dua tahun pertama kehidupan anak (Depkes, RI, 1990). Diare sering terjadi secara tiba-tiba dan perkembangannya cepat sekali diberbagai daerah. Diare merupakan penyakit endemis yang terutama menyerang anak balita dan menyebabkan kematian. Di Indonesia diperkirakan 25 % dari kematian anak balita disebabkan oleh diare (Moehji, 1992). 1

3 Data dari Puskesmas Pabelan, bahwa di Desa Segiri prevalensi gizi kurang tahun ,8% dan angka kejadian diare tahun 2005 sebesar 20,8%. Angka ini menunjukkan persentase yang cukup tinggi. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, muncul permasalahan apakah ada hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan frekuensi diare dan status gizi pada balita di Desa Segiri Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan frekuensi diare dan status gizi pada balita di desa Segiri Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan sanitasi lingkungan keluarga balita b. Mendeskripsikan frekuensi diare pada balita 1 bulan terakhir c. Mendeskripsikan status gizi balita d. Menganalisis hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan frekuensi diare pada balita. e. Menganalisis hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan status gizi balita. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi perencana program di Puskesmas Dapat memberikan infomasi dan sebagai bahan intervensi petugas puskesmas tentang sanitasi lingkungan keluarga kaitannya dengan penyakit yang ditimbulkan 2. Bagi Masyarakat Supaya masyarakat memperhatikan sanitasi lingkungan keluarga serta bahaya penyakit yang ditimbulkan. 2

4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi adalah tingkat kesehatan sebagai akibat dari pemasukan semua zat gizi dalam makanan sehari-hari. Dapat pula dikatakan bahwa status gizi adalah derajat kesehatan seseorang yang dipengaruhi antara lain oleh tingkat kecukupan makanan yang dikonsumsi (Reksohadikusumo, 1989). 2. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu klinis, biokimia, biofisik dan antropometri. a. Penilaian secara klinis Penilaian secara klinis gizi adalah penilaian yang mempelajari dan mengevaluasi tanda fisik yang ditimbulkan sebagai akibat gangguan kesehatan dan penyakit kurang gizi. b. Penilaian Secara Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Penilaian keadaan gizi dengan cara ini, terutama di lapangan mengalami masalah khususnya tekhnis fasilitas laboratorium serta biaya yang relati mahal. c. Penilaian secara Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian epidemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap. 3

5 d. Penilaian secara Antropometri Penilaian status gizi secara antropometri didasarkan atas pengeluaran keadaan fisik dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Untuk entropometri yang digunakan dalam penentuan status gizi diantaranya: berat badan, tinggi badan, tinggi badan, lingkar badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada dan tebal lemak pada kulit. Dari semua ukuran itu yang paling sering digunakan adalah berat badan (BB), dan tinggi badan (TB) yaitu berat badan dibandingkan umur (BB/ U), tinggi badan dibandingkan umur (TB/ U), berat badan dibandingkan tinggi badan (BB/ TB). (Supariasa, 2001). 3. Klasifikasi Status Gizi Klasifikasi status gizi menurut standar WHO-NCHS berdasarkan widya karya Nasional pangan dan gizi VII adalah sebagai berikut: TABEL 1. KLASIFIKASI STATUS GIZI No Klasifikasi Skor (Baku WHO-NCHS) 1. Gizi lebih > 2.0 SD 2. Gizi baik SD s/d 2.0 SD 3. Gizi kurang < SD 4. Gizi buruk < SD Sumber : Widya Karya Nsional Pangan dan Gizi Tahun 2000 Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi a. Konsumsi Makanan Status gizi masyarakat ditentukan oleh konsumsi zat dan kemampuan tubuh menyerap makanan yang mengandung zat gizi untuk kesehatan. Jika konsumsi makan kurang akan mempermudah timbulnya penyakit yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan mengakibatkan status gizi menurun. Konsumsi makanan yang kurang memenuhi syarat-syarat gizi merupakan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan status gizi anak, terutama pada anak usia prasekolah (Roedjito, 1989). 4

6 b. Penyakit Infeksi Anak yang menderita gizi kurang akan mudah terkena penyakit infeksi khususnya diare dan penyakit saluran pernafasan. Masingmasing keadaan tersebut mendorong dan dapat memperburuk keadaan. Proses tersebut akan menimbulkan kesakitan yang semakin memburuk dan dapat menyebabkan kematian. Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi. Jika keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang berarti kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menjadi turun. Infeksi memperburuk status gizi, dan sebaliknya gangguan gizi memperburuk kemampuan anak untuk mengatasi penyakit infeksi (Aritonang, 1996). c. Sanitasi Lingkungan Keadaan lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit, antara lain diare dan infeksi saluran pencernaan. Seseorang yang kekurangan zat gizi akan mudah terserang penyakit dan pertumbuhan akan terganggu (Supariasa, 2001) d. Pendidikan Orang Tua Latar belakang pendidikan orang tua, merupakan salah satu unsur penting yang berperan dalam menentukan keadaan gizi anak. Pada masyarakat yang rata-rata tingkat pendidikannya rendah, menunjukkan prevalensi gizi kurang yang tinggi dan sebaliknya pada masyarakat yang tingkat pendidikannya cukup tinggi, prevalensi gizi kurang lebih rendah. e. Tingkat Pendapatan Tingkat pendidikan juga menentukan pola makan apa yang dibeli dengan uang tersebut. Jika pendapatan meningkat, pembelanjaan untuk membeli makanan juga bertambah. Dengan demikian pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas 5

7 makanan yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap zat gizi (Reksohadi Kusumo, 1989). B. Tinjauan Tentang Diare 1. Pengertian Diare Diare adalah suatu keadaan abnormal dari pengeluaran berak dengan frekuensi 3 kali atau lebih dengan melihat konsistensinya lembik cair sampai cair dengan/ tanpa darah dan lendir dalam tinja (Dep Kes RI, 1990). 2. Faktor-faktor penyebab Diare a. Faktor Makanan Makanan sebagai penyebab diare merupakan penyebab non infeksi yang paling sering, diantaranya: Makanan yang busuk, mengandung racun Perubahan susunan makanan yang mendadak, hal ini sering terjadi pada bayi. Susunan makanan yang tidak sesuai dengan umur bayi, yang berupa amolaritas yang tinggi ataupun terlalu banyak serat. b. Faktor Infeksi Faktor infeksi merupakan penyebab yang paling sering dari diare, dan pada garis besarnya dapat dibagi menjadi 2 golongan: Infeksi Parenteral Merupakan infeki di luar usus, diperkirakan melalui jalur susunan syaraf vegetatif mempengaruhi sistem saluran cerna sehingga terjadi diare. Infeksi Enternal Merupakan infeksi dalam usus. Dapat terjadi karena infeksi oleh organisme disentri basiler, bakteri, salmonella dan berbagai virus. c. Faktor Psikik Keadaan depresif pada umumnya melalui jalur susunan syaraf vegetatif dapat menganggu saluran cerna sehingga terjadi diare. Pada 6

8 anak-anak kondisi lingkungan sosiobiologik sering berperan dalam penanganan diare. d. Faktor lingkungan Kurangnya penyediaan air bersih, kurangnya fasilitas sanitasi dan hygiene perorangan juga dapat menyebabkan diare. 3. Akibat Diare Akibat yang ditimbulkan diare adalah kekurangan cairan tubuh dan garam-garam yang sangat berguna bagi kelangsungan hidup manusia. Akibat kekurangan cairan, kemungkinan akan menimbulkan kematian. Kehilangan cairan terus menerus akan berakibat dehidrasi. Selain itu, diare juga dapat mengakibatkan malnutrisi karena nafsu makan yang berkurang. Malnutrisi akan menyebabkan resiko terjadinya diare lebih berat dan lama. Yang pada akhirnya akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan dan kematian (Dep Kes RI, 1996). 4. Pencegahan Diare Pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara: Mengkonsumsi air minum yang aman dan sehat Mengkonsumsi makanan yang dimasak Menjaga kebersihan perorangan Menjaga lingkungan tetap sehat Makan makanan yang bergizi C. Sanitasi Lingkungan 1. Pengertian Kesehatan lingkungan pada hakekatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Ruang lingkup kesehatan lingkungan tersebut antara lain: perumahan, pembuangan kotoran manusia (tinja), penyediaan air bersih, pembuangan sampah, pembuangan air kotor (air limbah), rumah hewan ternak (kandang) dan sebagainya (Notoatmodjo, 1997). 7

9 Sehat menurut WHO sanitasi lingkungan merupakan usaha-usaha pengawasan terhadap semua faktor yang ada dalam lingkungan fisik yang memberi pengaruh atau memberi pengaruh buruk terhadap kesehatan, fisik, mental dan kesejahteraan sosial. Pengaruh lingkungan dalam rumah terhadap kegiatan sehari-hari tidaklah secara langsung. Lingkungan yang kelihatannya tidak memiliki potensi bahaya ternyata dapat menimbulkan gangguan kesehatan penghuninya. Lingkungan rumah bising, berdebu dan panas dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada akhirnya dapat menganggu kegiatan sehari-hari (Dep Kes RI, 1996). 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lingkungan Tingkat kesehatan lingkungan ditentukan oleh berbagai kemungkinan bahwa lingkungan berperan sebagai tempat pembiakan agen hidup, tingkat kesehatan lingkungan yang tidak sehat dapat diukur dengan: Penyediaan air bersih yang kurang Pembuangan air limbah yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. Penyediaan dan pemanfaatan tempat pembuangan kotoran serta cara buang kotoran manusia yang tidak sehat. Tidak adanya penyediaan dan pemanfaatan tempat pembuangan sampah rumah tangga yang memenuhi persyaratan kesehatan. Tidak adanya penyediaan sarana pengawasan penyehatan makanan. Penyediaan sarana perumahan yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan. 8

10 3. Hal-hal yang menyangkut Sanitasi a. Ventilasi Situasi perumahan penduduk dapat diamati melalui perumahan yang berada di daerah perkotaan dan pedesaan. Perumahan yang berpenghuni banyak dan ventilasi yang tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan dapat mempermudah dan memungkinkan adanya transisi penyakit dan mempengaruhi keehatan penghuninya. Ventilasi dalam rumah diperlukan untuk mengganti udara ruangan yang terpakai, menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam ruangan. Ventilasi ruangan harus memenuhi syarat: Luas lubang ventilasi tetap Udara yang masuk harus udara yang bersih, tidak dicemari oleh debu. Aliran udara jangan menyebabkan orang sakit. b. Pencahayaan Pencahayaan yang tidak mencukupi akan menyebabkan kelelahan mata, disamping itu kurangnya pencahayaan akan menyulitkan pemeliharaan kebersihan rumah. Pencahayaannya yang cukup untuk penerangan ruangan di dalam rumah merupakan kebutuhan kesehatan manusia. Pencahayaan dapat diperoleh dari pencahayaan dari sinar matahari. Pencahayaan dari sinar matahari masuk ke dalam rumah melalui jendela, celahcelah dan bagian rumah yang terkena sinar matahari hendaknya tidak terhalang benda lain. Cahaya matahari ini berguna untuk penerangan, juga dapat mengurangi kelembaban udara, memberantas nyamuk, membunuh kuman penyebab penyakit. pencahayaan dari lampu atau yang lain berguna unuk penerangan suatu ruangan (Suyono, 1985). c. Lantai Pada rumah yang berlantai tanah kelembaban lantainya akan lebih tinggi dibandingkan dengan yang diplester. Lantai tanah tidak bisa dibersihkan seperti halnya pada lantai berplester (pengepelan 9

11 lantai) dengan menggunakan bahan anti kuman. Sehingga pada lantai tanah kumah akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan lantai plester/ ubin. d. Dinding Resiko menempati rumah dengan jenis dinding yang tidak memenuhi syarat bukanlah faktor resiko langsung terhadap penyakit, namun berkaitan dengan kelembaban udara. Dinding rumah harus bersih, kering dan kuat. Dinding selain untuk penyangga, juga untuk melindungi dari panas, hujan dan sebaiknya untuk dinding rumah dibuatkan dari batu bata. (Dirjen PPM dan PLP, 1992). e. Kepadatan Penghuni Resiko yang ditimbulkan oleh kepadatan penghuni rumah terhadap terjadinya penyakit dimungkinkan karena: Kualitas udara dalam ruangan buruk Pemeliharaan ruangan tidak dilaksanakan dengan baik Jarak antar penghuni rumah lebih dekat. Adapun persyaratan rumah sehat adalah: Harus memenuhi kebutuhan psichologis Terhindar dari penyakit menular Terhindar dari kecelakaan f. Penyediaan air bersih Air yang bersih adalah air yang dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat diminum apabila sudah masak. Air untuk konsumsi rumah tangga yang didapatkan dari sumbernya harus diolah terlebih dahulu sehingga memenuhi syarat kesehatan. Menurut Indang Entjan, syarat air minum ditentukan oleh 3 syarat, yaitu: 10

12 1. Syarat fisik: air itu tidak berwarna, tidak mempunyai rasa, tidak berbau dan jernih. 2. Syarat bakteriologis : air itu harus bebas dari segala bakteri terutama bakteri pathogen. 3. Syarat kimia: tidak mengandung bahan kimia yang membahayakan kesehatan, misalnya CO 2, NH 4, H 2 S dan lainlain. g. Pembuangan kotoran manusia (jamban) Tempat pembuangan kotoran manusia (jamban) merupakan hal yang sangat penting, dan harus selalu bersih, mudah dibersihkan, cukup cahaya dan cukup ventilasi, harus rapat sehingga terjamin rasa aman bagi pemakainya, dan jaraknya cukup jauh dari sumber air. Syarat pembuangan kotoran manusia menurut Ehlers dan Steel dalam Indah Entjan adalah: Tidak mengotori tanah permukaan Tidak mengotori air tanah Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dipergunakan oleh lalat untuk bertelur dan berkembang biak Kakus harus terlindung dan tertutup h. Pembuangan air limbah atau sampah Air limbah merupakan exereta manusia, air kotor dari dapur, kamar mandi, WC, perusahaan-perusahaan, termasuk pula air kotor permukaan tanah. Pembuangan air limbah yang kurang baik akan menjadi sarang penyakit dan situasi rumah akan menjadi lembab. Pengaturan air limbah perlu dilakukan dengan baik, supaya: Mencegah pengotoran sumber air rumah tangga Kebersihan makanan terjaga Mencegah berkembangnya bibit penyakit Menghilangkan bau dan pemandangan tidak sedap 11

13 D. Kerangka Teori ekonomi budaya pendidikan kepadatan penghuni Higiene Makanan Sanitasi Lingkungan: - Ventilasi - Pencahayaan - Jenis dinding - Jenis lantai - Kepadatan penduduk - Penyediaan air bersih - Jamban - Pembuangan air limbah/ sampah Penyakit Infeksi - ISPA - Diare Konsumsi makanan Status Gizi Sumber : Supariasa,

14 E. Kerangka Konsep Sanitasi Lingkungan: - Ventilasi - Pencahayaan - Jenis dinding - Jenis lantai - Kepadatan penghuni - Penyediaan air bersih - Jamban - Pembuangan air limbah/ sampah Status Gizi Diare F. Hipotesis - Ada hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan frekuensi diare pada balita - Ada hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan status gizi balita 13

15 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan crossectional di bidang gizi masyarakat, yang meneliti tentang hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan Diare dan Status Gizi pada balita di Desa Segiri Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian ini dilakukan di Desa Segiri Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang. 2. Waktu Waktu penelitian dimulai dari pembuatan proposal sampai penyusunan karya tulis ilmiah yaitu mulai bulan Januari 2006 sampai bulan Juni 2006 Pengambilan data dilakukan pada bulan April C. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah semua balita, sebanyak 141 balita. Dan jumlah Sampel sebanyak 76 balita dengan menggunakan rumus (Lemeshow, 1997): n = d 2 Z 2 1 α / 2 ( N 1) + Z. P(1 P). N 2 1 α / 2. P(1 P) Keterangan: n : besar sampel N : besar populasi Z : Standar deviasi normal (1,64 dengan C1 95%) P : Target populasi (0,2) 14

16 D : Derajat ketepatan yang digunakan 95% α : Tingkat kepercayaan (5%) Dari proses perhitungan diperoleh sampel sebanyak 76 balita. Sampel dalam penelitian ini adalah semua balita yang terpilih untuk diteliti berdasarkan hasil pengambilan sampel secara systematic random sampling. Pengambilan sampel sistematik adalah suatu metode pengambilan sampel pada unsur pertama saja dari contoh secara acak, sedangkan unsur lainnya dipilih secara sistematik menurut pola tertentu untuk mendapatkan interval, yaitu dengan rumus: N K = n Keterangan : K : Kelipatan N : Total Populasi n : Jumlah sampel K : 141 / 76 = 2 Dengan demikian setiap kelipatan dua ditarik sebagai sampel dengan ketentuan pertama diambil secara acak. D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden tentang sanitasi lingkungan keluarga, frekuensi diare pada satu bulan terakhir dengan menggunaan kuesioner. Data status gizi dengan pengukuran atropometri berdasarkan indeks berat badan menurut umur. Pengukuran Berat Badan menggunakan timbangan dacin kapasitas 25 kg dengan ketelitian 0,1 kg. Data umur disesuaikan dengan tanggal lahir yang tertera dalam kartu kelahiran dengan bulan penuh. 15

17 2. Data sekunder Data sekunder berupa data monografi desa yang meliputi keadaan umum desa yang diperoleh dari sekretaris desa setempat. E. Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh diolah kedalam bentuk tabulasi, dianalisis, dan diuji dengan Korelasi Spearman. Data status gizi diolah dengan menggunakan Z skor baku WHO-NCHS menggunakan software Nutrisoft, dengan kategori sebagai berikut: - Gizi lebih : > 2.0 SD - Gizi baik : SD s/d 2.0 SD - Gizi kurang : < SD - Gizi buruk : < SD Dan rumus yang digunakan adalah: X m Z skor = SB Keterangan : X : Berat badan hasil penimbangan M : Nilai baku median SD : Nilai simpangan baku Data mengenai sanitasi lingkungan keluarga diperoleh dari kuesioner yang kemudian setiap jawaban diberikan skor satu (1) jika jawaban betul dan nol (0) jika jawaban salah, kemudian di dalam analisis deskriptif dikategorikan sebagai berikut: Baik : > 80%. Cukup : 60% - 80%. Kurang : < 60%. Frekuensi diare diperoleh dari kuesioner yang diisi berdasarkan pertanyaan yang diajukan kepada ibu balita tentang data klinis balita 1 bulan terakhir. Uji kenormalan dengan Uji Kolmogorof Smirnov. Untuk data yang berdistribusi normal diuji dengan Korelasi Person, untuk data yang berdistribusi tidak normal diuji dengan Korelasi Spearman. Dalam pengolahan data menggunakan program SPSS versi

18 Hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan frekuensi diare menggunakan uji korelasi Spearman, sedangkan hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan status gizi menggunakan uji korelasi Person. F. Definisi Operasional 1. Status gizi adalah tingkat kesehatan sebagai akibat dari pemasukan semua zat gizi dalam makanan sehari-hari, diukur dengan cara antropometri berdasarkan indeks Berat badan/umur dengan baku WHO-NCHS (skala data interval). 2. Frekuensi diare adalah diare yang dialami balita pada 1 bulan terakhir dengan frekuensi 3 kali atau lebih dengan melihat konsistensinya lembik cair sampai cair dengan atau tanpa darah dan lendir dalam tinja. Dengan cara menanyakan kepada responden berapa kali balita terkena diare selama satu bulan terakhir (skala data rasio). 3. Sanitasi lingkungan keluarga adalah kondisi lingkungan yang ada disekitar makhluk hidup yang meliputi lingkungan fisik, mental dan kesejahteraan sosial, yang diamati dalam penelitian ini dengan indikator lingkungan secara fisik yang terdiri dari ventilasi, pencahayaan, lantai, penyediaan air bersih, jamban, pembuangan air limbah atau sampah, yang masing-masing terdiri dari satu pertanyaan dan siberi skor satu (1) baik, skor nol (0) tidak baik (skala data interval). 17

19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Desa Segiri Desa Segiri merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang, yang luas wilayahnya adalah 225 Ha. Desa Segiri terdiri dari empat (4) dusun yaitu : Karang Salam, Segiri, Gamolan dan Gombang. Adapun jumlah penduduk Desa Segiri adalah jiwa. Adapun batas-batas wilayah Desa Segiri adalah sebagai berikut : sebelah Utara berbatasan dengan Desa Semowo dan Desa Terban, wilayah Selatan berbatasan dengan Desa Sumberejo, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Krandon dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Karanggondang. B. Sanitasi Lingkungan Lingkungan merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam riwayat penyakit, oleh karena itu pengetahuan mengenai segi-segi penyehatan (sanitasi) lingkungan sangat berperan dalam tiap upaya kesehatan baik secara individual maupun secara kelompok dalam masyarakat. Rata-rata skor sanitasi lingkungan keluarga dari 76 ibu balita dalam penelitian ini adalah 5,59 dan diperoleh nilai tertinggi 10 nilai terendah 1,00 dengan Standar Deviasi 2,26. Bila dikelompokkan menurut sanitasi lingkungan baik, cukup, dan kurang maka didapatkan hasil seperti pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa sanitasi lingkungan yang tergolong baik sebanyak 9 keluarga (12%), dan tergolong kurang sebanyak 48 keluarga (63%). TABEL 2 SANITASI LINGKUNGAN Sanitasi Lingkungan Jumlah Persentase (%) Baik 9 12 Cukup Kurang Jumlah

20 Dari 11 indikator yang digunakan dalam kuesioner sanitasi lingkungan keluarga diketahui bahwa kondisi terburuk terjadi pada indikator pembuangan air limbah rumah tangga. Dari 76 keluarga yang diteliti, terdapat 59 keluarga (77%) yang membuang limbah ketempat yang tidak memenuhi syarat yaitu dipekarangan rumah atau sungai yang menyebabkan kualitas sanitasi lingkungan menjadi rendah. Keadaan sanitasi lingkungan yang kurang dapat menyebabkan berbagai penyakit, terutama penyakit menular antara lain diare dan penyakit infeksi saluran pernafasan. Timbulnya penyakit tersebut dimungkinkan karena sanitasi lingkungan yang kotor, biasanya sebagai tempat sarang hewan perantara penyebab penyakit seperti lalat. C. Frekuensi Diare Data mengenai jumlah balita berdasar frekuensi diarenya dapat dilihat pada Tabel 3. Dari Tabel 3 diketahui bahwa terdapat 67 balita (88.2%) yang tidak menderita diare selama satu bulan terakhir, sedangkan balita yang menderita diare 3 kali dalam satu bulan terakhir sebanyak 1 balita (1.3%). Balita menderita diare diduga karena beberapa faktor antara lain karena lingkungan kotor sebagai tempat sarang hewan perantara penyebab penyakit seperti lalat, dimana lalat ini setelah hinggap dilingkungan kotor akan terbang dan hinggap dimakanan sehingga makanan tidak higienis. Selain itu diare juga disebabkan karena adanya infeksi dalam tubuh balita. TABEL 3 DISTRIBUSI BALITA MENURUT FREKUENSI TERKENA DIARE DALAM SATU BULAN TERAKHIR Diare (Kali) Jumlah Persentase (%) , , , ,6 Jumlah

21 D. Status Gizi Dari data yang diperoleh diketahui bahwa rata-rata status gizi yang diukur dengan perhitungan Z skor dari 76 balita sebesar ± dengan nilai Z skor tertinggi 5.1 dan nilai Z skor terendah Bila dikelompokkan menurut WHO-NCHS maka diperoleh hasil seperti pada Tabel 4. TABEL 4 DISTRIBUSI BALITA MENURUT STATUS GIZI Status Gizi Jumlah Prosentase Lebih 8 10,5% Baik 63 82,9% Kurang 4 5,3% Buruk 1 1,3% Jumlah % Dari Tabel 4 diperoleh data bahwa sebanyak 63 balita (82.9%) status gizi baik. Ditemukan status gizi buruk 1 balita (1.3%), status gizi kurang 4 balita (5.3%) dan status gizi lebih sebanyak 8 balita (10.5%). Terdapatnya status gizi lebih, gizi kurang dan gizi buruk dimungkinkan karena pola konsumsi makan yang salah. E. Hubungan Sanitasi Lingkungan Keluarga dengan Frekuensi Diare Pada diagram tebar diketahui bahwa ada kecenderungan semakin baik sanitasi lingkungan keluarga tidak diikuti dengan semakin rendah balita yang menderita diare. Sedangkan dari hasil uji Korelasi Spearman diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan sanitasi lingkungan keluarga dengan frekuensi diare yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar - 0,052 dengan p > 0,05. Hasil dari penelitian ini bertantangan dengan pernyataan yang ditulis oleh Supariasa 2001, bahwa keadaan lingkungan yang kurang baik memungkinkan terjadinya berbagai jenis penyakit infeksi antara lain diare dan infeksi saluran pernafasan. Hal ini karena faktor penyebab diare tidak hanya sanitasi lingkungan saja, melainkan juga disebabkan oleh faktor makanan, infeksi dan psikis. 20

22 GAMBAR 1 HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN FREKUENSI DIARE 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 Frekuensi Diare,5 0,0 -, Sanitasi Lingkungan F. Hubungan Sanitasi Lingkungan Keluarga dengan Status Gizi GAMBAR 2 HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI BALITA Status Gizi Sanitasi Lingkungan 21

23 Dari diagram tebar diketahui bahwa semakin baik sanitasi lingkungan keluarga tidak diikuti dengan semakin baiknya status gizi. Dari hasil uji korelasi Pearson diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara sanitasi lingkungan keluarga dengan status gizi yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi sebesar 0,004 dengan p > 0,05. Hal ini dikarenakan status gizi selain dipengaruhi oleh sanitasi lingkungan, juga dipengaruhi oleh beberapa fakor antara lain penyakit infeksi dan konsumsi makanan. Dalam keadaan gizi yang baik tubuh dapat mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi dan sebaliknya gangguan gizi dapat memperburuk kemampuan anak untuk mengatasi penyakit infeksi. Jika konsumsi makan kurang akan mempermudah timbulnya penyakit yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan mengakibatkan status gizi menurun. Anak yang menderita kurang gizi akan mudah terkena infeksi khususnya diare dan penyakit saluran pernafasan. Masing-masing faktor tersebut akan memperburuk keadaan. 22

24 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Sanitasi lingkungan pada keluarga balita sebanyak 63% tergolong kurang. 2. Balita yang terkena frekuensi diare 1 kali 7,9%. 3. Balita dengan status gizi kurang 5,3% dan balita dengan status gizi buruk 1,3%. 4. Tidak ada hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan frekuensi diare pada balita. 5. Tidak ada hubungan sanitasi lingkungan keluarga dengan status gizi balita. B. Saran 1. Perlu adanya peningkatan sanitasi lingkungan dengan cara penyuluhan kepada ibu balita. 2. Terhadap balita gizi buruk, perlu ada tindak lanjut dari puskesmas dengan cara pendataan dan penyuluhan kepada ibu balita, serta perawatan dan pemberian makanan tambahan kepada penderita gizi buruk 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan akan zat-zat gizi dan penggunaannya dalam tubuh. Status gizi dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018 KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018 PENYEBAB??? Status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih dan sebagainya. Pentingnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN FREKUENSI DIARE DAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA SEGIRI KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN FREKUENSI DIARE DAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA SEGIRI KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN KELUARGA DENGAN FREKUENSI DIARE DAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA SEGIRI KECAMATAN PABELAN KABUPATEN SEMARANG KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA

SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS GIZI PADA BALITA Sanitasi Lingkungan Yang Tidak Baik Mempengaruhi Status Gizi Pada Balita Di Wilayah RW VI Kelurahan Bangsal Natalia Puspitawati, Tri Sulistyarini SANITASI LINGKUNGAN YANG TIDAK BAIK MEMPENGARUHI STATUS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian / lebih dari saluran nafas mulai hidung alveoli termasuk adneksanya

Lebih terperinci

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar RUMAH SEHAT Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Pengertian Rumah Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah

Lebih terperinci

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida Rumah Sehat edited by Ratna Farida Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian itu adalah Explanatory Research, yaitu untuk menjelaskan hubungan antara variabel pendidikan ibu, pendapatan perkapita dengan status gizi

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Air dan kesehatan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Kualitas air yang dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang terutama di Indonesia, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis

Lebih terperinci

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG Volume, Nomor, Tahun 0, Halaman 535-54 Online di http://ejournals.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan penyebab utama penyakit pada bayi usia 1-6 tahun. ISPA merupakan kelompok penyakit yang komplek dan heterogen yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dimanapun berada membutuhkan tempat untuk tinggal yang disebut rumah. Rumah berfungsi sebagai tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Rumah Pengertian sanitasi adalah usaha usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan penyakit 3. Sedangkan

Lebih terperinci

Berapa penghasilan rata-rata keluarga perbulan? a. < Rp b. Rp Rp c. > Rp

Berapa penghasilan rata-rata keluarga perbulan? a. < Rp b. Rp Rp c. > Rp LAMPIRAN 1 LEMBAR PERTANYAAN ANALISIS PENILAIAN RUMAH SEHAT DAN RIWAYAT PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PADA BALITA DI DESA SIHONONGAN KECAMATAN PARANGINAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 2016 I. Identitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Responden Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap orangtua yang memiliki anak balita usia 1-4 tahun dengan riwayat ISPA di Kelurahan Kopeng Kecamatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas periode pertumbuhan (Golden Age Periode) dimana pada usia ini sangat baik untuk pertumbuhan otak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia.ispa menyebabkan hampir 4 juta orang meninggal setiap

Lebih terperinci

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar Sehat merupakan kondisi optimal fisik, mental dan sosial seseorang sehingga dapat memiliki produktivitas, bukan hanya terbebas dari bibit penyakit. Kondisi sehat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Keadaan Demografis Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo, dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyakit yang sering mengenai bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai lebih dari sepuluh kali sehari,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA

HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN ENYAKIT ISA ADA BALITA (Suatu enelitian Di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten ) SISKA RISTY YOLANDA ADAM DJAFAR NIM : 811409020

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel 343 KK. Adapun letak geografis Kecamatan Bone sebagai berikut : BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1. Gambaran Lokasi penelitian Lokasi penelitian ini di wilayah Kecamatan Bone, Kabupaten Bone Bolango. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia yang mempengaruhi atau mungkin dipengaruhi, sehingga merugikan perkembangan fisik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Konsep diare a. Definisi Diare Diare pada dasarnya adalah buang air besar dengan konsistensi encer dengan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) 32 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas) Puskesmas yang ada di Kabupeten Pohuwato, dimana

Lebih terperinci

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita 22 KERANGKA PEMIKIRAN Status gizi yang baik, terutama pada anak merupakan salah satu aset penting untuk pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Balita Balita adalah kelompok anak yang berumur dibawah 5 tahun. Umur balita 0-2 tahun merupakan tahap pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, terutama yang penting adalah

Lebih terperinci

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 33-38 33 GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU Rusmini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan masyarakat. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal dapat diwujudkan jika masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah survey analitik dengan pendekatan cross sectional di bidang gizi masyarakat, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

PENGELOLAAN AIR LIMBAH

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PENGELOLAAN AIR LIMBAH 1. PENDAHULUAN Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah merupakan buangan/bekas

Lebih terperinci

Sanitasi Penyedia Makanan

Sanitasi Penyedia Makanan Bab 6 Sanitasi Penyediaan Makanan Sanitasi Penyedia Makanan Sanitasi Jasa Boga Sanitasi Rumah Makan & Restoran Sanitasi Hotel Sanitasi Rumah Sakit Sanitasi Transportasi Penggolongan Jasa Boga Jasa boga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit yang menyerang pada balita yang terjadi di saluran napas dan kebanyakan merupakan infeksi virus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN.  1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran

PENDAHULUAN. waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah genangan pasang adalah daerah yang selalu tergenang air laut pada waktu terjadi pasang. Daerah genangan pasang biasanya terdapat di daerah dataran rendah di dekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi. kesehatan lingkungan. (Munif Arifin, 2009)

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi. kesehatan lingkungan. (Munif Arifin, 2009) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit berbasis lingkungan. Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja Puskesmas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses tumbuh kembang balita. Balita pendek memiliki dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi (Notoatmodjo S, 2004). Salah satu penyakit infeksi pada balita adalah diare.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan tertuang dalam Undang- Undang No 36 Tahun 2009. Kesehatan merupakan suatu keadaan sehat, baik secara fisik, mental,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang mempunyai potensi sumber daya pesisir dan lautan yang berlimpah dan beragam sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

Lebih terperinci

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran : Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak Gambar lampiran 2: saluran limbah yang kotor dan tidak tertutup dekat dengan Pengolahan sambal Gambar lampiran 3: keadaan dapur yang

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai meninggal, hal ini karena manusia memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakancg Pada negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan (mordibity) dan angka kematian (mortality).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia yang terus terjadi di suatu tempat tertentu biasanya daerah pemukiman padat penduduk, termasuk penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk makanan dari jasaboga. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya kegiatan pekerjaan di luar rumah, akan meningkatkan kebutuhan jasa pelayanan makanan terolah termasuk makanan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga Negara Indonesia, termasuk anak-anak. Setiap orang tua mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sehat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah materi essensial didalam kehidupan. Tidak satupun makhluk hidup di dunia ini yang tidak memerlukan dan tidak mengandung air. Sel hidup, baik tumbuhan maupun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 1 N

METODE PENELITIAN 1 N 32 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini merupakan bagian dari data baseline pada kajian Studi Ketahanan Pangan dan Coping Mechanism Rumah Tangga di Daerah Kumuh yang dilakukan Departemen

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO PENGARUH JARAK ANTARA SUMUR DENGAN SUNGAI TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA TALUMOPATU KECAMATAN MOOTILANGO KABUPATEN GORONTALO Indra Anggriani Buka, Rany Hiola, Lia Amalia 1 Program Studi Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan sebagai salah satu

Lebih terperinci

KONDISI SUMUR GALI dan KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli PADA AIR SUMUR GALI DI DESA BOKONUSAN KECAMATAN SEMAU KABUPATEN KUPANG TAHUN 2017

KONDISI SUMUR GALI dan KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli PADA AIR SUMUR GALI DI DESA BOKONUSAN KECAMATAN SEMAU KABUPATEN KUPANG TAHUN 2017 KONDISI SUMUR GALI dan KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli PADA AIR SUMUR GALI DI DESA BOKONUSAN KECAMATAN SEMAU KABUPATEN KUPANG TAHUN 2017 Albina Bare Telan 1, Agustina 2, Dison Baok 3 1 Jurusan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pengambilan data sekunder dari rekam medis di RS KIA Rachmi Yogyakarta 2015. Pengambilan sampel data dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN a. Jenis / Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Penelitian ini termasuk jenis penelitian Explanatory Recearch atau penelitian penjelasan yaitu menjelaskan adanya hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tuberkulosis Primer 1. Definisi Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang biasa menyerang paru tetapi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013 HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013 Marinawati¹,Marta²* ¹STIKes Prima Prodi Kebidanan ²STIKes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi dari ancaman yang merugikannya. perilaku sangat mempengaruhi derajat kesehatan. Termasuk lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak dasar manusia dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan kualitas Sumber Daya Manusia.Oleh karena itu kesehatan perlu dipelihara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi ini disebabkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4

TINJAUAN PUSTAKA. B. PENILAIAN STATUS GIZI Ukuran ukuran tubuh antropometri merupakan refleksi darik pengaruh 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. STATUS GIZI Status gizi anak pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu makanan yang dikonsumsi dan kesehatan anak itu sendiri. Kualitas dan kuantitas bahan makanan yang dikonsumsi

Lebih terperinci

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE PENELITIAN PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE Andreas A.N*, Titi Astuti**, Siti Fatonah** Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal, ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini paling sering menyerang organ paru dengan sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik bidang gizi klinik yang menggunakan pendekatan crossectional. B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN a. Tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. Pengertian Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada lendir atau darah dalam faeces (Ngastiyah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah zat di alam yang dalam kondisi normal di atas permukaan bumi ini berbentuk cair, akan membeku pada suhu di bawah nol derajat celcius dan mendidih pada suhu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan ayam merupakan salah satu sektor yang penting dalam memenuhi kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging dan telur

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab timbulnya masalah gizi salah satunya yaitu status gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab timbulnya masalah gizi salah satunya yaitu status gizi yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyebab timbulnya masalah gizi salah satunya yaitu status gizi yang dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya umur, tingkat pendidikan, status gizi balita dan sanitasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan tujuan yang akan dicapai, penelitian ini termasuk Explanatory Reseach, yaitu penjelasan hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Pneumonia 1. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli) yang disebabkan terutama oleh bakteri dan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari. Secara klinis ISPA ditandai dengan gejala akut akibat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research dibidang gizi masyarakat, yaitu penelitian yang menjelaskan hubungan antar variabel. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Cara Pemilihan Contoh METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian mengenai Pemberian Makanan Tambahan (PMT) biskuit yang disubstitusi tepung Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) pada balita gizi kurang dan gizi buruk

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah. KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN 2014 Nama : Umur : Tingkat Pendidikan : Tidak Tamat Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health Organization (1) pada tahun 1984 mendefinisikan diare sebagai berak cair tiga kali atau lebih

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan : Kesehatan Lingkungan Masyarakat Sub Pokok Bahasan : SPAL yang memenuhi standar kesehatan. Sasaran : Waktu : Tempat : I. A. Tujuan Instruksi Umum Setelah mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) disertai peningkatan frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/ hari) disertai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka

BAB I PENDAHULUAN. juga dipengaruhi oleh tidak bersihnya kantin. Jika kantin tidak bersih, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Higiene makanan sangatlah bermanfaat untuk menjaga kesehatan. Makanan merupakan kebutuhan manusia dan semua makhluk hidup untuk dapat melangsungkan hidupnya secara sehat,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Berdasarkan jenisnya penelitian ini adalah penelitian observasional, karena di dalam penelitian ini dilakukan observasi berupa pengamatan, wawancara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi Status gizi adalah tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat yang di pengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi di nilaidengan ukuran atau parameer gizi.balita yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius. 5 Tb paru ini bersifat menahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius. 5 Tb paru ini bersifat menahun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tuberculosis Paru 2.1.1.1 Definisi Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius. 5 Tb paru ini bersifat menahun dan secara khas ditandai oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan subtropis di seluruh

Lebih terperinci

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3 Rizka Firdausi Pertiwi, S.T., M.T. Rumah Bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga. Perumahan Kelompok rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan. Pertumbuhan adalah perubahan jumlah, ukuran, atau dimensi sel, organ, maupun individu yang dapat diukur dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan. Pertumbuhan adalah perubahan jumlah, ukuran, atau dimensi sel, organ, maupun individu yang dapat diukur dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu penciri dari kehidupan. Pertumbuhan adalah perubahan jumlah, ukuran, atau dimensi sel, organ, maupun individu yang dapat

Lebih terperinci

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012

Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012 Summary HUBUNGAN SANITASI RUMAH DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS MARISA KECAMATAN MARISA KABUPATEN POHUWATO TAHUN 2012 ABSTRAK Likyanto Karim. 2012. Hubungan Sanitasi Rumah Dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung berjudul Dampak Program Warung Anak Sehat (WAS) terhadap Perilaku Hygiene-Sanitasi Ibu WAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekurangan Energi Kronis (KEK) 1. Pengertian Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan ibu hamil dan WUS (Wanita Usia Subur) yang kurang gizi diakibatkan oleh kekurangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula

BAB 1 PENDAHULUAN. berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks, yang berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri. Demikian pula pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis bersifat tahan

Lebih terperinci

UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO.

UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO. UJI KUALITAS FISIK DAN BAKTERIOLOGIS AIR SUMUR GALI BERDASARKAN KONSTRUKSI SUMUR DI DESA DILONIYOHU KECAMATAN BOLIYOHUTO KABUPATEN GORONTALO. Oleh : Novrianti Kaharu Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 5 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH, PERSONAL HYGIENE DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ISPA 1. Pengertian ISPA ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi

Lebih terperinci