BAB III Radang dan Kesembuhan Luka. Oleh : Dhirgo Adji. Radang
|
|
- Liani Iskandar
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III Radang dan Kesembuhan Luka Oleh : Dhirgo Adji Radang Radang adalah reaksi alamiah yang berupa respon vaskuler dan seluler dari jaringan tubuh sebagai reaksi terhadap adanya stimuli. Adanya rangsang/ iritasi akan menyebabkan munculnya respon neurogenik dan humoral (Celloti dan Laufer, 2001). Kemampuan tubuh dalam membuat reaksi radang bertujuan untuk mendukung jaringan pada proses kerusakan, pertahanan terhadap serangan mikroorganisme dan memperbaiki jaringan yang rusak serta proses kesembuhan luka (NN, 2003). Walaupun efek inflamasi sering digambarkan menyebabkan beberapa kerugian, namun proses tersebut tetap menguntungkan, antara lain adalah pengaruhnya dalam menanggulangi pengaruh stres yang selalu ada dalam kehidupan sehari-hari. Penyebab radang sangat banyak dan bervariasi, namun pada umumnya radang merupakan proses respon imun terhadap mikroorganisme penyebab infeksi. Beberapa penyebab radang lainnya adalah : trauma, operasi, bahan kimia kaustik, pangs dan dingin yang ekstrem dan iskhemia (Baratawidjaja, 2002 ;NN. 2003). Terdapat 2 tipe radang : (1) Akut (eksudatif): merupakan respon awal terhadap gangguan, merupakan reaksi non spesifik dan mungkin menimbulkan pengaruh yang fatal. Durasi biasanya pendek, umumnya terjadi sebelum respon immun menjadi jelas dan ditujukan terutama untuk menghilangkan agen penyebab gangguan dan membatasi jumlah jaringan yang rusak (2) Kronis (proliferatif): Berlangsung selama berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bisa bertahuntahun. Radang kronis bisa merupakan hasil perkembangan radang akut. Ciri radang kronis adalah adanya infiltrasi sel mononuklear (makrofag). limfosit dan proliferasi fibroblas. Agen penyebab biasanya merupakan iritan yang mengganggu secara persisten namun tidak mampu melakukan penetrasi lebih dalam atau menyebar secara cepat. Contoh konkret penyebab radang kronis antara lain : benda asing, talk, silikon, asbes dan benang jahit operasi. Universitas Gadjah Mada 1
2 Tujuan dari adanya keradangan secara umum adalah untuk mengeluarkan, membuang dan menetralkan agen iritan. Efek samping keradangan adalah hipersensitif akut, deformitas fibrotik, pembentukan keropeng, obstruksi dan pembatasan mobilitas. Komponen reaksi keradangan berupa plasma, sei-sel darah dalam sirkulasi berupa neutrofil, monosit, eosinofil, limfosit, basofil, platelet, komponen jaringan konektivus seperti sel Mast ; Fibroblas dan makrofag dan jaringan ekstraseluler seperti : protein penyusun jaringan fibrosa; kolagen; elastin; fibronektin; laminin dan pembuluh darah (Celloti dan Laufer, 2001). Gambar 1. Sebab-sebab keradangan akut (Baratawiwidjaja, 2002) Tanda-tanda keradangan Menurut Celloti dan Laufer (2001), keradangan akut ditandai dengan adanya warna merah (rubor), sebagai hasil peningkatan aliran darah pada daerah radang/hiperemi; panas (kalor) sebagai hasil hiperemi vaskuler; bengkak (tumor), sebagai hasil eksudasi seluler dan cairan; sakit (dolor) disebabkan oleh adanya iritasi akibat tekanan dan adanya produk metabolisme serta Kehilangan fungsi (functio laesa), karena fungsi jaringan berjalan secara tidak normal. Gejala tersebut merupakan gejala umum sebagai manifestasi yang berkaitan dengan proses konstriksii arteriola diikuti dengan dilatasi yang melanjut dengan dilatasi kapiler dan venula; kongesti venula; peningkatan permeabilitas pembuluh darah kecil; eksudasi cairan radang kaya protein (eksudat); hemokonsentrasi, marginasi dan adesi sel darah, transmigrasi menembus venula, kemotaksis, agregasi dan fagositosis. Universitas Gadjah Mada 2
3 Terdapat 3 komponen histologis dasar pada daerah keradangan : (1) vaskularisasi yang disertai peningkatan namun statis dari aliran darah yang menyebabkan panas dan kemerahan, (2) eksudasi seluler terutama sel fagosit (neutrofil dan monosit) yang menyebabkan kebengkakan dan (3) eksudasi cairan yang mengandung protein tinggi (fibrinogen) menyebabkan kebengkakan disertai iritasi nervus yang menyebabkan sakit dan gangguan fungsi. Manifestasi keradangan 1. Radang akut Manifestasi keradangan akut dibedakan menjadi 2 kategori : (a) respon vaskuler dan (b) respon seluler. Respon vaskuler atau respon hemodinamik terjadi scat timbulnya vasokonstriksi pembuluh darah kecil didaerah radang. Vasokonstriksi akan segera diikuti vasodilatasi arteriola dan venula yang mensuplai daerah radang. Sebagai hasil dari reaksi tersebut, maka daerah radang menjadi kongesti yang menyebabkan jaringan berwarna merah dan panas. Bersamaan dengan itu, permeabilitas kapiler akan meningkat, yang menyebabkan cairan berpindah ke jaringan dan menyebabkan kebengkakan, rasa sakit dan gangguan fungsi. Respon seluler pada keradangan akut ditandai dengan adanya proses fagositosis dari sel darah putih (Celloti dan Laufer,2001). 2. Radang kronis Berbeda dengan radang akut, radang kronis menciri dengan adanya infiltrasi sel mononuklear termasuk makrofag, limfosit dan plasma sel; jaringan yang terdestruksi, proliferasi pembuluh darah kecil (angiogenesis) dan fibrosis (Cotran dkk, 1994). Mediator dan efeknya lnflamasi akut terjadi akibat pelepasan berbagai mediator yang berasal dari jaringan yang rusak, sel mast, leukosit dan komplemen. Meskipun pemicu keradangan dapat berbeda-beda, namun jalur keradangan tetap sama, kecuali radang yang disebabkan oleh reaksi alergi (Ig-E-sel mast) yang terjadi Iebih cepat dan dapat menjadi sistemik. Mediator-mediator tersebut menimbulkan edema, kebengkakan, merah, sakit dan gangguan fungsi organ/ jaringan yang terkena. Jaringan yang rusak akan mengeluarkan mediator seperti trombin, histamin dan TNFa. Mikroba dapat melepaskan endotoksin dan/ atau eksotoksin, yang mana keduanya dapat memacu pelepasan mediator pro-inflamasi. Komponen bakteri LPS (lipopolisakarida) komponen dinding sel bakteri gram negatif, apabila diinjeksikan dapat menyebabkan munculnya berbagai sitokin pro-inflamasi seperti Interleukin (IL)-1, 6, 12, Universitas Gadjah Mada 3
4 18, TNF- dan TNF-β. Toksin bakteri juga menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan trombin, histamin, sitokin dan merusak ujung-ujung saraf. Mikroba juga dapat mengaktifkan komplemen jalur klasik atau alternatif. Kejadian pada tingkat molekuler/ seluler yang terjadi pada keradangan adalah vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskuler dan infiltrasi seluler. Hal tersebut berkaitan dengan kerja mediator kimia yang disebarkan keseluruh tubuh dalam bentuk aktif maupun non aktif. Mediator akan diaktifkan ditempat keradangan itu terjadi. TNF- dan IL-1 yang diproduksi makrofag dan diaktifkan oleh endotoksin mikroba, juga berperanan dalam perubahan permeabilitas vaskuler (Baratawidjaja, 2002). Komplemen Aktivasi komplemen terjadi melalui jalur klasik dan alternatif. Hal ini berhubungan dengan tahap awal dari invasi bakteri Aktivasi komplemen akan melepas berbagai mediator seperti C3a, C4a dan C5a yang merupakan anafilatoksin dan merangsang sel mast jaringan untuk melepas histamin dengan efek pelebaran serta peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Cairan dan protein yang keluar dari rongga intravaskuler, menimbulkan edema dan kebengkakan. Vasodilatasi akan melambatkan aliran darah yang memungkinkan timbulnya marginasi leukosit dan menempel pada endotel (Baratawidjaja, 2002). Mediator Asal Efek Histamin Sel mast, basofil Peningkatan permeabilitas kontraksi Otot polos, kemokinosis 1 5-Hidroksi triptamin Trombosit, mastosit Permeabilitas vaskuler Platelet activating Basofil, neutrofil, Pelepasan mediator dari trombosit, factor makrofag permeabilitas vaskuler meningkat, kontraksi otot polos, aktivasi neutrofil Neutrofil Mastosit Kemotaksis neutrofil chemotactic factor Chemokines Leukosit Merangsang kemotaksis C3a Komplemen C3 Degranulasi mastosit, kontraksi otot polos C5a Komplemen C5 Degranulasi mastosit, kemotaksin neutrofil dan makrofag, aktivasi neutrofil, kontraksi otot polos, permeabilitas vaskuler meningkat Universitas Gadjah Mada 4
5 Bradikinin Sistem kinin Vasodilatasi, kontraksi otot polos, peningkatan permeabilitas, rasa sakit Fibrinopeptida dan Sistem penjendalan Permeabilitas vaskuler, kemotaksis produk asal fibrin darah neutrofil dan makrofag Prostaglandin E-2 Jalur siklooksigenase Vasodilatasi, peningkatan permeabilitas vaskuler oleh histamin dan bradikinin Leukotrin B4 Jalur Lipoksigenase Kemotaksis neutrofil, sinergistik dengan prostaglandin E2 dalam meningkatkanpermeabilitas vaskuler Leukotrin D4 i Jalur lipoksigenase Kontraksi otot polos, permeabilitas vaskuler meningkat Tabel 1. Mediator pada inflamasi akut (Baratawidjaja, 2002).. Reaksi iaringan selama radang Berdasarkan proses kimiawi dan kerjasama berbagai sel dan jaringan dalam tubuh, penampakan perubahan jaringan selama keradangan dibedakan menjadi 3 stadium : (1). Stadium hiperemis : selama stadium ini, perubahan gambaran jaringan disertai dengan aaanya dilatasi pembuluh darah setempat, peningkatan aliran darah dan peningkatan aliran limfe. (2) Stadium stagnasi : Pada stadium ini aliran darah justru menurun, namun tekanan setempat meningkat. Timbul eksudasi leukosit di jaringan interseluler, perubahan sel menjadi fagosit dsan jaringan ikat setempat berubah menjadi fibroblas. (3) Stadium Resolusi : Stagnasi sedikit demi sedikit berkurang, sistem limfe kembali normal, deposit fibrin karena diserap leukosit dan munculnya kapiler-kapiler darah yang baru. Universitas Gadjah Mada 5
6 Gambar 2. Interaksi antara granulosit dan Kinin Pada keradangan (Thomson, 1978) Kesembuhan Luka Yang dimaksud dengan kesembuhan luka adalah proses pergantian sel-sel atau jaringan rusak dan mati dengan jaringan yang sehat derivat parenkim atau jaringan konektivus (Celluti dan Lauferb, 2001). Kesembuhan luka merupakan respon alamiah terhadap jaringan yang rusak, merupakan interaksi dari cascade kompleks dari sel-sel yang menghasilkan pembentukan jaringan baru sehingga jaringan yang rusak akan kembali baik dan memiliki kekuatan seperti sedia kala (Romo, 2001). Kesembuhan luka merupakan proses yang dinamis, interaktif yang melibatkan mediator, sel-sel darah, matriks ekstraseluler dan sel-sel parenkim (Singer and Clarck, 1999). Proses kesembuhan luka ini secara umum dibedakan atas 3 fase (1) Keradangan (2) Formasi jaringan dan (3) Pembentukan kembali jaringan luka (Singer dan Ciarck, 1999) sedangkan Romo (2001) membedakan fase kesembuhan menjadi (1) keradangan, (2) proliferasi dan (3) maturasi. Universitas Gadjah Mada 6
7 Keradangan Jaringan yang mengalami kerusakan menyebabkan disrupsi pembuluh darah dan ekstravasasi darah ketempat luka. Darah yang membeku sebagai hasil hemostasis dipergunakan untuk migrasi sel matriks ekstraseluler. Platelet tidak hanya memfasilitasi formasi proses hemostasis, namun jugs mensekresikan beberapa mediator kesembuhan luka seperti PDGF (Platelet Derived Growth factor), yang mengaktivasi makrofag dan fibroblas. Dalam keadaan tidak ada hemoragi, platelet tidak akan bermanfaat terhadap kesembuhan luka. Berbagai vasoaktif mediator dan kemotaktik faktor yang dihasilkan melalui proses koagulasi dan jalur faktor kemotaksis dan sel parenkim aktif atau luka. Substansi ini akan menarik leukosit pada daerah luka (Singer dan Clarck, 1999). Gambar 3: Luka pada kulit hari ke-3 setelah luka (Singer dan Clarck, 1999). Infiltrasi neutrofil akan membersihkan daerah luka terhadap adanya partikel asing dan bakteri kemudian dihancurkan oleh proses fagositosis makrofag. Sebagai respon terhadap kemoatraktan spesifik (protein matriks ekstraseluler, Transforming growth factor β, dan monocyte chemoattracttant-1), monosit juga menginfiltrasi tepi luka kemudian menjadi makrofag aktif yang mengeluarkan growth factor seperti PDGF dan VEGF (vascular endothelial growth factor) yang menginisiasi formasi jaringan granulasi. Makrofag berikatan dengan protein spesifik dari matriks ekatraseluler melalui reseptor integrin, yang selanjutnya akan menstimulasi fagositosis mikroorganisme dan fragmen dari matriks ekstraseluler. Sitokin Iainnya seperti : transforming Growth factor, transforming growth factor β, lnterleukin-1 dan Insulin-like growth factor 1 juga Universitas Gadjah Mada 7
8 diekspresikan oleh monosit. Monocyte dan Makrophag derived growth factor selalu diperlukan untuk inisisasi dan propagasi formasi jaringan Baru di daerah Iuka Gambar 4. Luka kulit pada hari ke 5 setelah luka (Singer dan Clarck, 1999). Epitelialisasi Reepitelialisasi dimulai dalam beberapa jam setelah luka. Sel epidermis kulit akan mengeluarkan jendalan darah dan stroma yang rusak dari permukaan luka. Pada waktu yang sama, sel akan berubah termasuk retraksi tenofilamen intraseluler; terputusnya kebanyakan desmosoma interseluler yang memungkinkan adanya hubungan antar sel; dan formasi filamen aktin sitoplasma perifer yang menyebabkan sel-sel bergerak. Selanjutnya sel-sel epidermis dan dermis akan lepas, disebabkan terputusnya hubungan hemidesmosomal dengan membrana basalis, yang memungkinkan sel epidermis dapat bergerak ke lateral. Universitas Gadjah Mada 8
9 Gambar Reepitelialisasi pada luka kulit babi (Snger dan Clarck, 1999) Ekspresi reseptor integrin pada sel epidermis memungkinkan untuk berinteraksi dengan berbagai protein matriks ekstraseluler (fibronektin dan vitronektin) yang akan berselang seling dengan kolagen stromal tipe-1 pada tepi luka dan menjalin dengan jendalan fibrin pada ruang luka. Migrasi epidermis akan memotong luka, memisahkan dan mengeringkan keropeng dari jaringan hidup. Degradasi matriks ekstraseluler, yang dibutuhkan jika sel epidermis bermigrasi antara kolagen dermis dan fibrin keropeng tergantung pada produksi kolagenase oleh sel epidermis sebagaimana aktivasi plasmin oleh aktivator plasminogen yang diproduksi oleh sel epidermis. Aktivator epidermis juga mengaktifkan kolagenase (matriks metalloproteinase-1) dan memfasilitasi degradasi kolagen dan protein matriks ekstraseluler. Satu sampai dua hari setelah luka, sel epidermis tepi luka mulai berproliferasi. Stimulus migrasi dan proliferasi sel epidermis selama reepitelialisasi mungkin berkaitan dengan tidak adanya sel tetangga pada tepi luka (the free edge effect) yang memberi sinyal untuk bermigrasi dan berproliferasi. Keluarnya growth factor lokal dan meningkatnya ekspresi reseptor growth factor kemungkinan juga akan menstimulasi proses ini. Menyebabkan persaingan termasuk epidermal growth factor, transforming growth factor dan keratinocyte growth factor. Seperti reepitelialisasi yang terjadi, protein membran basalis muncul kembali dengan rangkaian yang urut dari tepi luka kearah dalam. Sel-sel epidermis kembali ke fenotipenya, sekali lagi berada pada membrana basalis dan dermis. Universitas Gadjah Mada 9
10 Formasi jarinqan granulasi Stroma baru kemudian sering disebut sebagai jaringan granulasi, dimulai dengan masuk ke ruang luka kira-kira 5 hari setelah luka. Berbagai kapiler mendukung stroma baru dalam ujud jaringan granuler. Makrofag, fibroblas dan pembuluh darah bergerak ke ruang luka dalam waktu yang sama. Makrofag menjadi sumber grwoth factor yang perlu untuk stimulasi fibroplasia dan angiogenesis. Fibroblas menghasilkan matriks ekstraseluler baru yang perlu untuk mendukung pertumbuhan kedalam, dan pembuluh darah untuk mengangkut oksigen dan nutrisi yang diperlukan untuk mendukung metabolisme sel. Growth factor, kususnya PDGF dan TGF β1, bersama-sama dengan molekui matriks ekstraseluler memacu fibroblas dari jaringan sekitar luka untuk berproliferasi, mengekspresikan reseptor integrin yang sesuai dan berpindah kedalam ruang luka. Sebaliknya, PDGF mempercepat kesembuhan luka pada kondisi radang kronis dan ulcer diabetes, sementara fibroblas growth factor digunakan untuk menanggulangi gangguan kronis. Struktur molekul yang baru dibentuk matriks ekstraseluler membentuk jaringan granulasi yang berupa tangga-tangga atau pipa-pipa untuk migrasi sel. Molekul tersebut termasuk fibrin, fibronektin dan asam hialuronat. Kenyataannya munculnya fibronektin dan reseptor integrin yang sesuai akan mengikat fibronektin, fibrin atau keduanya. Fibroblas bertanggung jawab untuk sintesis, deposisi dan remodelling matriks ekstraseluler. Sel bergerak ke dalam jendalan darah atau melintasi fibrin atau anyaman matriks ekstraseluler mungkin membutuhkan sistem proteolitik aktif yang dapat memecah jalan untuk migrasi sel. Berbagai enzym derivat fibroblas sebagai tambahan serum derivat plasmin juga merupakan kandidat yang berpotensi pada jalan ini, termasuk aktivator plasminogen, kolagenase, gelatinase A dan stromelysin. Setelah bermigrasi kedalam luka, fibroblas memulai sintesis matriks ekstraseluler. Sedikit demi sedikit posisi matriks ekstraseluler diganti oleh matriks kolagen, kemungkinan sebagai hasil aksi TGF β1. Fibroblas kemudian berhenti memproduksi kolagen, dan fibroblas yang kaya jaringan granulasi ditempatkan oleh keropeng yaitu sel yang relatif tanpa inti. Sel pada luka kemudian mengalami apoptosis yang dipacu oleh sinyal yang tidak diketahui asalnya. Neovaskularisasi Formasi pembuluh darah baru sangat perlu untuk mendukung jaringan granulasi yang baru. Angiogenesis merupakan proses yang kompleks berkaitan dengan matriks ekstraseluler pada luka seperti halnya migrasi dan stimulasi mitogenik sel endothel. lnduksi angiogenesis pada awalnya dilengkapi dengan fibroblas growth Universitas Gadjah Mada 10
11 factor asam atau basa. Selanjutnya beberapa molekul akan ditemukan pada aktivitas angiogenesis tersebut. Urutan kejadian angiogenesis adalah sebagai berikut : Luka yang terjadi menyebabkan destruksi jaringan dan hipoksia. Faktor angiogenesis seperti asam dan basa fibroblast growth factor selanjutnya dikeluarkan oleh makrofag setelah sel rusak, dan produksi VEGF oleh sel epidermis yang distimulasi kondisi hipoksia. Enzim proteolitik kemudian dikeluarkan kedalam jaringan konektif dari protein matriks ekstraseluler terdegradasi. Fragmen dari protein ini akan menarik monosit darah perifer ke tepi luka. Ketika monosit menjadi makrofag aktif, makrofag akan mengeluarkan faktor angiogenesis. Makrofag-faktor angiogenesis menstimulasi sel endotel untuk mengeluarkan aktivator plasminogen dan prokolagenase. Aktivator plasminogen mengubah plasminogen menjadi plasmin, sedangkan prokolagenase menjadi kolagenase aktif. Masing-masing protease kemudian bergerak ke membrana basalis, fragmentasi membrana basalis memungkinkan sel endotel distimulasi oleh faktor angiogenesis untuk berpindah dan membentuk pembuluh darah baru. Luka diisi oleh jaringan granulasi baru, angiogenesis berhenti dan beberapa pembuluh darah baru dihancurkan melalui proses apoptosis. Program kematian sel kemungkinan diatur melalui berbagai molekul matriks seperti thrombospondins-1 dan 2, dan faktor antiangiogenesis, seperti angiostatin, endostatin dan angiopoietin 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesembuhan luka. Meskipun secara alamiah kesembuhan luka berjalan dengan sendirinya, banyak faktor dapat mempengaruhi kesembuhan luka, sehingga mekanisme yang seharusnya terjadi menjadi terhambat, sehingga kesembuhan berjalan lambat atau tidak terjadi sama sekali. Beberapa faktor yang berpengaruh pada proses kesembuhan luka antara lain : (1) Faktor Umum : defisiensi protein, defisiensi vitamin A, defisiensi asam askorbat, defisiensi Zn, obesitas, faktor genetik, anemia, leukopenia, hormon dan umur. (2) faktor Lokal : Vaskularisasi lokal, trauma luka, hematoma, durasi operasi, infeksi, adanya benda asing, jahitan yang tidak baik serta suplai nervus (Archibald, 1974). Universitas Gadjah Mada 11
12 Gambar 6. Neovaskularisasi kulit babi (Singer dan Clarck, 1999) Universitas Gadjah Mada 12
13 Pustaka Acuan Archibald, J., 1974, Canine Surgery, 2 ed, Baratawidjaja, K.G., 2002, Imunologi Dasar, Edisi ke 5,Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Celloti, F and Laufer, S., 2001, Inflammation, Healing and Repair Synopsis, J. Phar. Res., Vol. 43, No. 5, 2001 Cotran, R.S., Kumar, V., and Robbins, S.L., 1994, Robbins Pathologic basis of Disease, 5 ed, WB. Saunders Company, Philadelphia, London, toronto, Montreal, Sydney, Tokyo, NN, 2003, Inflammation, Tissue repair and Fever dalam Connection.lww.com/go/porth, Chapter 9. halaman Romo III, T.,2001, Skin Wound Healing, JMS., sepetmber 10, 2001, Department of Otolaryngology, Division of Plastic Surgery and reconstructive Surgery, New York Eye and ear Infirmy, Singer, A.J. and Clarck, R.A.F., 1999, Cutaneous Wound Healing, NEJM, Vol 341, September 2, 1999, Number 10, pp Thomson, R.G., 1978, General Veterinary Pathology, W.B. Saunders Company, Phyladelphia, London, Toronto, Universitas Gadjah Mada 13
BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar wilayah di Indonesia adalah wilayah dengan dataran rendah yaitu berupa sungai dan rawa yang di dalamnya banyak sekali spesies ikan yang berpotensi tinggi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan jumlah ookista dalam feses merupakan salah satu indikator bahwa zat yang diberikan dapat berfungsi sebagai koksidiostat. Rataan jumlah ookista pada feses ayam berdasarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma
3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma tajam, tumpul, panas ataupun dingin. Luka merupakan suatu keadaan patologis yang dapat menganggu
Lebih terperinciCATATAN SINGKAT IMUNOLOGI
CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem
Lebih terperinciMekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang
Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar
Lebih terperinciFAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS
FAKTOR IMUNOLOGI PATOGENESIS ENDOMETRIOSIS FATMAWATI MADYA SP2FER S ENDOMETRIOSIS Telah banyak hipotesa diajukan untuk menerangkan patogenesis endometriosis, tapi hingga kini belum ada satupun teori yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi didefinisikan sebagai tindakan pembedahan dengan tujuan penghilangan gigi dari soketnya (Wray dkk, 2003). Pencabutan gigi dilakukan karena berbagai hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis alergika adalah suatu peradangan pada kulit yang didasari oleh reaksi alergi/reaksi hipersensitivitas tipe I. Penyakit yang berkaitan dengan reaksi hipersensitivitas
Lebih terperinciSISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)
SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan
Lebih terperinciMigrasi Lekosit dan Inflamasi
Migrasi Lekosit dan Inflamasi Sistem kekebalan bergantung pada sirkulasi terusmenerus leukosit melalui tubuh Untuk Respon kekebalan bawaan - berbagai limfosit, granulosit, dan monosit dapat merespon Untuk
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. sebagai bahan dasar mini screw orthodontics terhadap reaksi jaringan dorsum
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tentang pengaruh implantasi subkutan logam kobalt kromium sebagai bahan dasar mini screw orthodontics terhadap reaksi jaringan dorsum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan
Lebih terperinciPENGETAHUAN DASAR. Dr. Ariyati Yosi,
PENGETAHUAN DASAR IMUNOLOGI KULIT Dr. Ariyati Yosi, SpKK PENDAHULUAN Kulit: end organ banyak kelainan yang diperantarai oleh proses imun kulit berperan secara aktif sel-sel imun (limfoid dan sel langerhans)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat diartikan
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
25 BAB 5 HASIL PENELITIAN Preparat jaringan yang telah dibuat, diamati dibawah mikroskop multinokuler dengan perbesaran 4x dan 10x. Semua preparat dapat dibaca berdasarkan tolok ukur skor tingkat peradangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal adalah kondisi patologis yang ditandai adanya kerusakan jaringan periodontal yang meliputi gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN
0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kandungan bahan tertentu. Faktor intrinsik diantaranya adalah penurunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging process merupakan proses alami yang akan dialami oleh setiap makhluk hidup di dunia ini, tetapi proses penuaan setiap orang tidaklah sama, ada beberapa
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak tiga jenis teripang yang berasal dari Pantai Timur Surabaya (Paracaudina australis,
Lebih terperinciPROSES PERADANGAN & PROSES INFEKSI
PROSES PERADANGAN & PROSES INFEKSI OLEH : MASYKUR KHAIR Pengantar... Jaringan atau organ tubuh pasti pernah cedera, agar dapat berjalan baik maka terjadi perbaikan & pemulihan pada jaringan & organ tsb.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dkk., 2006). Secara fisiologis, tubuh manusia akan merespons adanya perlukaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan bagian dari mukosa rongga mulut yang menutupi tulang alveolar pada kedua rahang dan mengelilingi leher gigi (Reddy, 2008). Perlukaan pada gingiva sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kasus cedera yang sering dialami oleh setiap manusia. Luka itu sendiri didefinisikan sebagai hilangnya integritas epitelial dari kulit. (Cohen
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian didapatkan dari perhitungan jumlah fibroblas dengan menggunakan mikroskop cahaya perbesaran 400x. Area pengamatan dan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyembuhan luka merupakan proses yang dinamis, meliputi empat fase, yaitu : hemostasis, inflamasi, proliferasi, dan remodeling. Setiap fase penyembuhan luka
Lebih terperinciSeminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PERAN MONOSIT (MAKROFAG) PADA PROSES ANGIOGENESIS DAN FIBROSIS
PERAN MONOSIT (MAKROFAG) PADA PROSES ANGIOGENESIS DAN FIBROSIS Barnabas Bonardo Hana Christina, Cindy Fransisca, Keshia Kristin, Caroline, Janti Sudiono Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pencabutan gigi adalah salah satu tindakan bedah minor yang dilakukan oleh dokter gigi untuk menghilangkan gigi dari dalam soketnya dan menyebabkan perlukaan (Wray dkk.,
Lebih terperinciTugas Biologi Reproduksi
Tugas Biologi Reproduksi Nama :Anggun Citra Jayanti Nim :09004 Soal : No.01 Mengkritisi tugas dari: Nama :Marina Nim :09035 Soal: No.05 factor yang memepengaruhi pematangan serviks Sebelum persalinan dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat mikrobiologi. Inflamasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk mengukur status kesehatan ibu disuatu negara. Dari hasil Survei Demografi dan Kesehatan Dasar Indonesia
Lebih terperinciDAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI
DAYA TAHAN TUBUH & IMMUNOLOGI Daya Tahan tubuh Adalah Kemampuan tubuh untuk melawan bibit penyakit agar terhindar dari penyakit 2 Jenis Daya Tahan Tubuh : 1. Daya tahan tubuh spesifik atau Immunitas 2.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Luka jaringan lunak rongga mulut banyak dijumpai pada pasien di klinik gigi. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan
Lebih terperinciMENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS
MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons, mencangkup beberapa komponen inflamasi, berpengaruh terhadap penyembuhan dan nyeri pascabedah.sesuai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba
Lebih terperinciBAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN. Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur
BAB 2 TERMINOLOGI SITOKIN Sitokin merupakan protein-protein kecil sebagai mediator dan pengatur immunitas, inflamasi dan hematopoesis. 1 Sitokin adalah salah satu dari sejumlah zat yang disekresikan oleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker telah menjadi masalah kesehatan di dunia, termasuk di Indonesia. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2014 menunjukkan kanker merupakan penyebab kematian
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi
Lebih terperinciBAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian BAB. IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan antara jumlah trombosit dengan kejadian pada pasien DBD (DSS) anak ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Bantul pada tanggal
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan pada
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Data hasil penelitian jumlah netrofil yang menginvasi cairan intraperitoneal mencit terinfeksi E. coli setelah pemberian tiga jenis teripang ditunjukkan
Lebih terperinciProses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang)
Proses Penyembuhan Fraktur (Regenerasi Tulang) Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan dari
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengalami penyembuhan luka (Fedi dkk., 2004). Proses penyembuhan luka meliputi beberapa fase yaitu fase inflamasi,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas sel dan jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma (Fedi dkk., 2004). Luka dapat disebabkan oleh trauma mekanis, suhu dan kimia (Chandrasoma
Lebih terperinciPENGATURAN JANGKA PENDEK. perannya sebagian besar dilakukan oleh pembuluh darah itu sendiri dan hanya berpengaruh di daerah sekitarnya
MAPPING CONCEPT PENGATURAN SIRKULASI Salah satu prinsip paling mendasar dari sirkulasi adalah kemampuan setiap jaringan untuk mengatur alirannya sesuai dengan kebutuhan metaboliknya. Terbagi ke dalam pengaturan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah sel Neutrofil pada proses. Tabel 1. Hasil Perhitungan Angka Neutrofil
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh pemberian gel biji jintan hitam (Nigella sativa) terhadap jumlah sel Neutrofil pada proses penyembuhan luka gingiva.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, terlihat adanya ketertarikan pada polypeptide growth factor (PGFs) sebagai mediator biologis dalam proses regenerasi periodontal. Bahan-bahan tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakkan jaringan untuk menghancurkan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit atau jaringan akibat adanya kontak dengan listrik, api, pajanan suhu yang tinggi dari matahari,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan rusak atau hilangnya sebagian dari jaringan tubuh. Penyebab keadaan ini dapat terjadi karena adanya trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Proses menjadi tua merupakan suatu proses menghilangnya secara bertahap
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Proses menjadi tua merupakan suatu proses menghilangnya secara bertahap kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, mempertahankan struktur dan fungsi normalnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu formula yang diberikan kepada bayi sebagai pengganti ASI, kerap kali memberikan efek samping yang mengganggu kesehatan bayi seperti alergi. Susu formula secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidens dan prevalensi diabetes melitus (DM) tipe 2 di berbagai penjuru dunia. WHO
Lebih terperinciNONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)
NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S) RESPON INFLAMASI (RADANG) Radang pada umumnya dibagi menjadi 3 bagian Peradangan akut, merupakan respon awal suatu proses kerusakan jaringan. Respon imun,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepsis merupakan kondisi yang masih menjadi masalah kesehatan dunia karena pengobatannya yang sulit sehingga angka kematiannya cukup tinggi. Penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciPROSES PENYEMBUHAN DAN PENANGANAN LUKA
PROSES PENYEMBUHAN DAN PENANGANAN LUKA Iwan Antara Suryadi; AAGN Asmarajaya; Sri Maliawan Bagian/SMF Ilmu Penyakit Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
Lebih terperinciTissue Repair: Regeneration, Healing, and Fibrosis. Alphania Rahniayu Nila Kurniasari Dept/ SMF Patologi Anatomi FK UNAIR
Tissue Repair: Regeneration, Healing, and Fibrosis Alphania Rahniayu Nila Kurniasari Dept/ SMF Patologi Anatomi FK UNAIR 1 Definisi Hal yg penting utk ketahanan suatu organisme kemampuan utk memperbaiki
Lebih terperinciBAB 6 PEMBAHASAN. pembentukan protein struktural yang berperan dalam pembentukan jaringan. 27
64 BAB 6 PEMBAHASAN Fibroblas merupakan elemen utama pada proses perbaikan untuk pembentukan protein struktural yang berperan dalam pembentukan jaringan. 27 Hasil uji Kruskal-Wallis pada jumlah fibroblas
Lebih terperincib) Luka bakar derajat II
15 seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka
Lebih terperinciTujuan : memusnahkan, melarutkan atau membatasi agen penyebab jejas dan merintis jalan untuk pemulihan jaringan yg rusak pada tempat itu.
R A D A N G REAKSI PERADANGANϖ GAMBARANϖ MAKROSKOPIS PERADANGAN AKUT ASPEK CAIRAN PERADANGAN ϖ ASPEK SELULARϖ PERADANGAN JENIS DAN FUNGSI LEUKOSITϖ BENTUK PERADANGANϖ PEMULIHANϖ JARINGAN A. Reaksi Peradangan
Lebih terperinciPERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR
Tinjauan Kepustakaan I 5 th August 2016 PERAN PRESSURE GARMENT DALAM PENCEGAHAN JARINGAN PARUT HIPERTROFIK PASCA LUKA BAKAR Neidya Karla Pembimbing : dr. Tertianto Prabowo, SpKFR Penguji : dr. Marietta
Lebih terperinciD A R A H DARAH. Jumlah sel darah 10/17/2009 PLASMA PURWO SRI REJEKI. Fungsi Darah : ERITROSIT : Fungsi: 1. Transport O 2. Darah merupakan 8% BB total
D R H DRH PURW SRI REJEKI Darah merupakan 8% total Terdiri dari : - 5% dalam bentuk plasma ( ekstra seluler ) - 3 % dalam sel darah ( intra seluler ) ph darah = 7,35 7,45 Fungsi Darah : 1.Transport (utama)
Lebih terperinciPADA SEL MAKROFAG JARINGAN LUKA PASCA PENCABUTAN GIGI PADA
Secretory Leukocyte Protease Inhibitor (SLPI) MENURUNKAN ESKPRESI IL-1β MELALUI PENGHAMBATAN EKSPRESI SELULER NF-Kβ PADA PADA SEL MAKROFAG JARINGAN LUKA PASCA PENCABUTAN GIGI PADA Rattus Novergicus ABSTRAK
Lebih terperinciA. DEFINISI Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusakatau hilang. Ketika luka tim
PERAWATAN LUKA by : Rahmad Gurusinga A. DEFINISI Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusakatau hilang. Ketika luka timbul, beberapa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Proses Penyembuhan Fraktur Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan
Lebih terperinciBAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN
BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam
Lebih terperinciDi seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya
Lebih terperinciKOMPLEMEN. Tabel 1 : Protein Sistem Komplemen Kaskade klasik Kaskade lektin Kaskade alternatif Kaskade lisis Protein fungsional: Clqrs C2 C3 C4
BAB 6 KOMPLEMEN 6.1. PENDAHULUAN Definisi: Komplemen, adalah senyawa yang mampu melisis sel yang diselimuti Ab, labil panas (rusak, jika dipanaskan pada suhu 56 C, selama 30 menit). Protein Sistem Komplemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kerusakan fisik yang ditandai dengan terganggunya kontinuitas struktur jaringan yang normal. 1 Luka sering terjadi dalam rongga mulut, yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia sekarang mengalami penderitaan akibat dampak epidemik dari berbagai penyakit penyakit akut dan kronik yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penyakit penyakit
Lebih terperinciSISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII
SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan
Lebih terperinciDarah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit
Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vulnus (luka) adalah terputusnya kontinuitas jaringan tubuh dan terganggunya integrasi normal dari kulit serta jaringan di bawahnya yang dapat disebabkan oleh trauma
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Udema (Inflamasi) Inflamasi merupakan respon pertahanan tubuh terhadap invasi benda asing, kerusakan jaringan. Penyebab inflamasi antara lain mikroorganisme, trauma mekanis,
Lebih terperinciSOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006
SOAL UTS IMUNOLOGI 1 MARET 2008 FARMASI BAHAN ALAM ANGKATAN 2006 1. Imunitas natural :? Jawab : non spesifik, makrofag paling berperan, tidak terbentuk sel memori 2. Antigen : a. Non spesifik maupun spesifik,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.
7 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan lunak rongga mulut dilindungi oleh mukosa yang merupakan lapisan terluar rongga mulut. Mukosa melindungi jaringan dibawahnya dari kerusakan dan masuknya mikroorganisme
Lebih terperinciKEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA Oleh Kelompok 7 Vera Tri Astuti Hsb (071101030) Nova Winda Srgh (071101031) Hafizhoh Isneini P (071101032) Rini Sri Wanda (071101033) Dian P S (071101034) Kulit merupakan
Lebih terperinciFISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed
FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker (Djajanegara dan Wahyudi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker merupakan pertumbuhan yang cepat dan abnormal pada sel, tidak terkontrol, dan tidak terlihat batasan yang jelas dengan jaringan yang sehat serta mempunyai sifat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mukosa rongga mulut memiliki fungsi utama sebagai pelindung struktur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mukosa rongga mulut memiliki fungsi utama sebagai pelindung struktur dibawahnya dari trauma mastikasi, dan mencegah masuknya mikroorganisme (Field dan Longman, 2003).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. trauma dan tindakan bedah mulut dan maksilofasial. Tindakan bedah mulut dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera saraf tepi merupakan salah satu komplikasi yang dapat terjadi pasca trauma dan tindakan bedah mulut dan maksilofasial. Tindakan bedah mulut dan maksilofasial
Lebih terperinciJaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.
Kelompok 2 : INDRIANA ARIYANTI (141810401016) MITA YUNI ADITIYA (161810401011) AYU DIAH ANGGRAINI (161810401014) NURIL NUZULIA (161810401021) FITRI AZHARI (161810401024) ANDINI KURNIA DEWI (161810401063)
Lebih terperinciE. Keaslian Penelitian (Tabel.1) No Penulis Judul Hasil
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang sangat dinamik, karena melalui fase inflamasi, proliferasi dan remodeling, penutupan luka segera dapat mengurangi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Luka adalah sebuah permasalahan umum yang ada pada masyarakat. 1 Luka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah sebuah permasalahan umum yang ada pada masyarakat. 1 Luka didefinisikan sebagai terganggunya kontinuitas jaringan secara seluler maupun anatomis. Luka dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. laesa. 5 Pada kasus perawatan pulpa vital yang memerlukan medikamen intrakanal,
laesa. 5 Pada kasus perawatan pulpa vital yang memerlukan medikamen intrakanal, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi pulpa dapat disebabkan oleh iritasi mekanis. 1 Preparasi kavitas yang dalam
Lebih terperinciMEKANISME FAGOSITOSIS. oleh: DAVID CHRISTIANTO
MEKANISME FAGOSITOSIS oleh: DAVID CHRISTIANTO 136070100011013 PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 1 DAFTAR ISI SAMPUL... 1 DAFTAR ISI... 2 BAB I. PENDAHULUAN...
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya semua manusia memiliki sistem imun. Sistem imun diperlukan oleh tubuh sebagai pertahanan terhadap berbagai macam organisme asing patogen yang masuk ke
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di zaman modern sekarang ini banyak hal yang memang dibuat untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitasnya, termasuk makanan instan yang siap saji. Kemudahan
Lebih terperinciPendahuluan. Harmas Yazid Yusuf & Nani Murniati 1
Pendahuluan Teori infeksi fokal, yang populer pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, menyebutkan bahwa fokus dari suatu kondisi spesies bertanggung jawab terhadap inisiasi dan berkembangnya sejumlah penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti histamin,
Lebih terperinciINFLAMASI AKUT DAN KRONIK. Etty Hary Kusumastuti Nila Kurniasari Dept/SMF Patologi Anatomi FK UNAIR
INFLAMASI AKUT DAN KRONIK Etty Hary Kusumastuti Nila Kurniasari Dept/SMF Patologi Anatomi FK UNAIR 1 GAMBARAN UMUM INFLAMASI Proses peradangan adalah reaksi kompleks protektif terhadap jejas serta membuang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Penyebab luka
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Luka (vulnus) Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Penyebab luka dapat berasal dari tusukan/goresan benda tajam, benturan benda tumpul,
Lebih terperinciBAB V HEMOSTASIS Definisi Mekanisme hemostasis Sistem koagulasi
BAB V HEMOSTASIS Definisi Hemostasis adalah mekanisme tubuh untuk menghentikan perdarahan karena trauma dan mencegah perdarahan spontan. Hemostasis juga menjaga darah tetap cair. Mekanisme hemostasis Jika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut organisasi kesehatan dunia WHO, kematian akibat PTM (Penyakit Tidak Menular) akan meningkat di seluruh dunia. Lebih dari dua per tiga (70%) populasi global
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan rusaknya permukaan kulit/mukosa yang menghasilkan perdarahan. Luka dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor fisik dan kimia. Terdapat beberapa
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi yang biasa disebut juga dengan peradangan, merupakan salah satu bagian dari sistem imunitas tubuh manusia. Peradangan merupakan respon tubuh terhadap adanya
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Skrining Fitokimia Hasil pengujian skrining fitokimia menunjukan bahwa ekstrak yang dioleskan pada hewan coba mengandung tannin, saponin, dan flavonoid (Tabel 1). Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kemajuan di bidang kedokteran merupakan hal yang. tidak dapat dipungkiri pada saat ini.
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan di bidang kedokteran merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri pada saat ini. Penemuan dan penelitian yang baru pun sangat dinantikan dan dibutuhkan manfaatnya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Inflamasi adalah respons protektif jaringan terhadap jejas yang tujuannya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Inflamasi adalah respons protektif jaringan terhadap jejas yang tujuannya adalah untuk melokalisir dan merusak agen perusak serta memulihkan jaringan menjadi
Lebih terperinci