PANDUAN BAGI PETUGAS LABORATORIUM PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS TUBERKULOSIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PANDUAN BAGI PETUGAS LABORATORIUM PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS TUBERKULOSIS"

Transkripsi

1 PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS TUBERKULOSIS

2 Diterbitkan oleh: Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan supported by Global Fund Acknowledgment Buku Pedoman Pemeriksaan Mikroskopis Tuberkulosis disusun dengan referensi utama: Buku Pedoman Diagnosis Tuberkulosis secara Laboratorium dengan Pemeriksaan Mikroskopis Dahak Pengarang: Richard Lumb, Ivan Bastian, Gunawan Yamin Diterbitkan oleh: Institute of Medical & Veterinary Science From Road Adelaide, South Australia Tahun 2004 Ilustrasi oleh: Kerry Raid

3 Terima Kasih Buku Panduan ini diterbitkan atas bantuan dan masukan serta dukungan: Seluruh Direksi dan staf RSUP Persahabatan - Jakarta Terutama staf Instalasi Laboratorium Patologi Klinik dan Mikrobiologi RSUP Persahabatan, Jakarta Prof. dr. Agus Sjahrurrachman, Sp.MK. Ph.D Guru Besar FK UI - Ketua POKJA Lab TB Dr. Sri Widyastuti Dit. Bina Pelayanan Penunjang Medik - Ketua Tim Manajemen POKJA Lab TB Dr. Sri Prihatini, Sp.P Konsultan TB Nasional - WHO Dr. Harini Djaniar, Sp.PK Ka. Balai Pengembangan Laboratorium Kesehatan Provinsi Jawa Barat Dr. dr. Ni Made Mertaniasih, Sp.MK. MS Ka Instalasi Laboratorium Mikrobiologi FK UNAIR/RS. Dr. Soetomo - Surabaya Ivan Bastian, Richard Lumb, Gunawan Yamin selaku pengarang dan Kerry Raid selaku ilustrator dan artist pada Buku Pedoman Diagnosis Tuberkulosis secara Laboratorium dengan Pemeriksaan Mikroskopis Dahak IMVS, Adelaide, South

4 Tim Penyusun POKJA LAB TBC 1. Dr. Lia Gardenia Partakusuma, Sp.PK Instalasi Laboratorium Patologi Klinik dan Mikrobiologi RS. Persahabatan Ketua Tim Teknis POKJA Lab TB 2. Dr. Tjahyani Mirawati Sudiro, Ph.D, Sp.MK Departemen Mikrobiologi FK UI 3. Dr. Retno Kadarsih S., Sp. MK Departemen Mikrobiologi FK UI 4. Dr. Elly Trisnawati Dit. Bina Pelayanan Penunjang Medik, Ditjen Yanmedik, Depkes RI 5. W.D. Murwheni, S.Si Balai Laboratorium Kesehatan DKI Jakarta 6. Dr. Syahrial Harun Puslitbang P2M, Badan Penelitian dan Pengembangan, Depkes RI 7. Ir. Parulian Balai Besar Teknologi Kesehatan Lingkungan DKI Jakarta, Depkes RI Subdit P2TBC, Depkes RI 1. Dr. Carmelia Basri, M.Epid 2. Dr. Siti Nadia 3. Sudarman S., SKM, MM 4. Dr. Ratih Pahlesia 5. Mikyal Faralina, SKM

5 Daftar Isi Terima Kasih... i Tim Penyusun...ii Daftar Isi...iii Kata Pengantar...iv Sambutan...v Bab 1 Pendahuluan...1 Bab 2 Pengumpulan Dahak...2 waktu Pengumpulan Dahak...2 Tempat Pengumpulan Dahak...2 Pengumpulan Dahak...3 cara Pengumpulan Dahak...4 Kualitas Spesimen...5 Registrasi Spesimen...6 Bab 3 Pembuatan Sediaan Apus...8 Alat-alat yang dibutuhkan...8 cara Membuat Sediaan Apus...9 Bagaimana Membuat Sediaan Apus yang Baik Bab 4 Alat dan Bahan Pewarnaan Bab 5 Pewarnaan Metoda Ziehl-Neelsen Bab 6 Pembacaan Sediaan Apus Bab 7 Pelaporan Bab 8 Penyimpanan Bab 9 Keamanan Kerja Bab 10 Pemantapan Mutu Bab 11 Lampiran Pot Dahak yang Ideal Formulir Permohonan Laboratorium TB (TB 05) Formulir Register Laboratorium TB (TB 04) Daftar Tilik Pemantapan Mutu Internal Mikroskop cara Pengiriman Sediaan Apus Informasi Untuk Pasien i

6 Kata Pengantar Sebagai negara yang sedang berkembang, penyakit infeksi masih merupakan salah satu penyebab kematian di Indonesia dan penyakit TB masih merupakan penyakit infeksi yang utama penyebab kematian tersebut. Untuk menurunkan angka kesakitan TB tersebut, salah satu upaya yang perlu mendapat perhatian adalah penegakan diagnosis dengan pemeriksaan laboratorium secara mikros-kopis dahak yang berkualitas. Karena pemeriksaan mikroskopis BTA ini dilaksanakan pada berbagai jenis dan tingkat laboratorium maka perlu adanya standarisasi dalam prosedur pemeriksaan mikroskopis dahak. Direktorat P2ML bersama-sama dengan Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik melalui Pokja Laboratorium TB telah selesai menyusun Buku Pedoman Pemeriksaan Mikros-kopis Tuberkulosis (TB) Paru. Untuk itu kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan buku pedoman ini kami mengucapkan terima kasih. Kami sangat mengharapkan agar semua tenaga laboratorium dalam melakukan pemeriksaan mikroskopis dahak TB meng-acu pada pedoman ini sehingga diharapkan mutu pemeriksaan laboratorium dapat merata di semua jenis dan tingkat laboratorium, serta kemampuan dapat terus ditingkatkan. Kami menyadari buku ini belum sempurna, oleh karena itu usul perbaikan sangat kami harapkan untuk penyempurnaan buku ini di masa yang akan datang. MEDIK Jakarta, Januari 2006 DIREKTUR BINA PELAYANAN PENUNJANG ii

7 Sambutan Saat ini Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Jumlah Pasien TB di Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak di dunia. Kerugian yang diakibatkannya sangat besar, baik dari aspek kesehatan maupun dari aspek sosial dan ekonomi. WHO sejak awal tahun 1990-an telah memperkenalkan strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse). Strategi tersebut dinilai sebagai strategi intervensi yang sangat cost-effective dan dianjurkan oleh WHO dan Bank Dunia untuk diterapkan secara terpadu pada setiap unit pelayanan kesehatan. Target utama pengendalian TB ini adalah menemukan pasien TB menular (BTA positif) sedikitnya 70 % pada akhir tahun 2005 dan menyembuhkan pasien TB yang diobati sedikitnya 85 %. Dengan memprioritaskan pada penemuan pasien TB dengan BTA positif, maka laboratorium merupakan kunci utama dalam mendiagnosa pasien TB. Hal ini ditegaskan pada komponen kedua strategi DOTS, yaitu penegakan diagnosis menggunakan pemeriksaan mikroskopis. Walaupun strategi DOTS telah diadopsi sejak tahun 1995, di lapangan tetap masih dijumpai kendala-kendala terutama dalam hal kualitas pemeriksaan laboratorium. Berdasarkan hal tersebut, maka dirasakan perlu adanya suatu standar pemeriksaan mikroskopis TB di seluruh laboratorium. Kami menyambut gembira dengan diterbitkannya Buku Pedoman Pemeriksaan Mikroskopis Tuberkulosis ini, diharapkan buku ini dapat berguna bagi petugas di lapangan sehingga pemeriksaan dahak mikroskopis TB dapat sesuai dengan standar dan kualitas yang telah ditetapkan. Tak lupa kami sampaikan terima kasih atas dukungan dan kerjasama Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, serta kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah menyumbangkan tenaga dan pikiran demi tersusunnya buku ini. Jakarta, Februari 2006 iii

8 1PENDAHULUAN Tujuan dari panduan ini adalah untuk penggunaan praktis petugas teknis laboratorium dalam melakukan pemeriksaan mikroskopis dahak langsung untuk menemukan kuman Basil Tahan Asam (BTA) dalam upaya menegakkan diagnosis TB, serta sistem pencatatan dan pelaporan yang dibutuhkan. Dalam program pengendalian TB, diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung yang diambil 3 kali berturut-turut : Sewaktu-Pagi- Sewaktu (SPS). Pemeriksaan 3 spesimen (SPS) dahak secara mikroskopis langsung menjadi pilihan, karena nilainya setara dengan pemeriksaan dahak secara kultur atau biakan. Pemeriksaan kultur memerlukan waktu lebih lama (paling cepat sekitar 6 minggu) dan mahal. Tujuan pemeriksaan mikroskopis dahak adalah : Menegakkan diagnosis TB Menentukan potensi penularan Memantau hasil pengobatan pasien 1

9 PENGUMPULAN DAHAK2 Waktu pengumpulan spesimen Dibutuhkan tiga spesimen dahak untuk menegakkan diagnosis TB secara mikroskopis. Spesimen dahak paling baik diambil pada pagi hari selama 3 hari berturut-turut (pagi-pagi-pagi), tetapi untuk kenyamanan penderita pengumpulan dahak dilakukan : Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS) dalam jangka waktu 2 hari. Sewaktu hari -1 (dahak sewaktu pertama = A) Kumpulkan dahak spesimen pertama pada saat pasien berkunjung ke UPK (Unit Pelayanan Kesehatan) Beri pot dahak pada saat pasien pulang untuk keperluan pengumpulan dahak pada hari berikutnya. Pagi hari -2 (dahak pagi = B) Pasien mengeluarkan dahak spesimen kedua pada pagi hari kedua setelah bangun tidur dan membawa spesimen ke laboratorium. Sewaktu hari -2 (dahak sewaktu kedua = C) Kumpulkan dahak spesimen ketiga di laboratorium pada saat pasien kembali ke laboratorium pada hari kedua saat membawa dahak pagi (B). TEMPAT PENGUMPULAN DAHAK Pengumpulan dahak dilakukan di ruang terbuka dan mendapat sinar matahari langsung atau di ruangan dengan ventilasi yang baik, untuk mengurangi kemungkinan penularan akibat percikan dahak yang infeksius. Jangan mengambil dahak di ruangan tertutup dengan ventilasi yang buruk, misalnya: Kamar kecil / toilet Ruang kerja (ruang pendaftaran, ruang pengumpulan sampel, laboratorium, dsb) 2

10 2 PENGUMPULAN DAHAK PANDUAN BAGI PETUGAS LABORATORIUM Ruang tunggu, ruang umum lainnya. PENGUMPULAN DAHAK Petunjuk sebelum Formulir Permohonan pengumpulan Laboratorium dahak TB untuk pemeriksaan dahak (TB 05) Periksa Formulir permohonan Laboratorium TB 05 Lengkapi isian formulir Tandai ( ) untuk Diagnosis atau Follow-up Beri label yang jelas pada dinding pot dahak sesuai dengan nomor identitas sediaan dahak (TB 06) Label ditempelkan pada dinding pot, jangan pada tutupnya Pot dahak sekali pakai (tidak harus steril), di- 3

11 PENGUMPULAN DAHAK2 Cara pengumpulan dahak Jangan berdiri di depan pasien saat pengumpulan Beri petunjuk pada pasien untuk: 1. Kumur dengan air sebelum mengeluarkan dahak 2. Bila memakai gigi palsu, lepaskan sebelum berkumur 3. Tarik nafas dalam 2 3 kali dan setiap kali hembuskan nafas dengan kuat 4. Letakkan pot yang sudah dibuka dekat dengan mulut dan keluarkan dahak ke dalam pot 5. Batukkan dengan keras dari dalam dada 6. Tutup pot dengan rapat dengan cara memutar tutupnya 7. Setelah mengeluarkan dahak, bersihkan mulut dengan tissue, kemudian buang tissue di tempat sampah yang bertutup, kemudian cuci tangan Bila perlu hal di atas dapat diulang sampai mendapatkan dahak yang berkualitas baik dan volume yang cukup (3-5 ml) Bila dahak sulit dikeluarkan, dapat dilakukan hal sebagai berikut: 1. Lakukan olah raga ringan kemudian menarik nafas dalam beberapa kali. Bila terasa akan batuk, nafas ditahan selama mungkin lalu disuruh batuk. 2. Malam hari sebelum tidur, banyak minum air atau menelan 1 tablet gliseril guayakolat 200 mg. Bila spesimen jelek, pemeriksaan tetap dilakukan dengan : 1. Mengambil bagian yang paling mukopurulen / kental kuning kehijauan 2. Diberi catatan bahwa spesimen tidak memenuhi syarat / air liur Bila tidak ada spesimen dahak yang dapat dikeluarkan, pot dahak harus dibuang, tidak dapat digunakan untuk pasien lain. 4

12 2PENGUMPULAN DAHAK PANDUAN BAGI PETUGAS LABORATORIUM Kualitas spesimen Dahak mukoid Dahak purulen X Dahak tercampur darah Bukan dahak, tetapi air liur (encer dan seperti air, atau sebagian besar terdiri dari gelembung-gelembung) Pengumpulan spesimen diulang bila : Spesimen jelas air liur Data pada pot dahak tidak sesuai dengan data dalam formulir permohonan laboratorium TB (formulir TB 05) 5

13 PENGUMPULAN DAHAK2 Spesimen dikumpulkan bukan dalam pot dahak Registrasi spesimen Identitas spesimen harus dicatat lebih dahulu pada formulir TB 04 sebelum /05/757 A 2 5 Register Laboratorium (TB 04) Formulir Permohonan Laboratorium TB (TB 6

14 2PENGUMPULAN DAHAK PANDUAN BAGI PETUGAS LABORATORIUM diproses. Keterangan bagan : 1. Periksa data pasien di pot dahak dan cocokkan dengan yang ada di formulir permohonan laboratorium TB (Formulir TB 05) 2. Pindahkan data pasien dari formulir permohon laboratorium TB (TB 05) ke register laboratorium TB (Formulir TB 04) 3. Tulis nomor register laboratorium pada formulir TB Tulis nomor register laboratorium pada formulir permohonan laboratorium TB (TB 05) 5. Berilah tanda pada kolom yang sesuai di register laboratorium alasan pemeriksaan dahak sesuai formulir permohonan laboratorium TB. Untuk setiap pasien, gunakan nomor identitas sediaan yang sama dan beri huruf A,B,C untuk identifikasi spesimen : Sewaktu (A) Pagi (B) Sewaktu (C) 7

15 PEMBUATAN SEDIAAN APUS3 4 Spesimen air liur harus dilaporkan pada formulir permohonan laboratorium TB (TB 05) ALAT-ALAT YANG DIBUTUHKAN Kaca sediaan yang baru, bersih, jangan memakai ulang kaca sediaan yang telah Aplikator dari bambu/lidi lancip, bambu/lidi ujung tidak rata atau ose. Botol berisi pasir dan disinfektan (alkohol 70% / lisol) untuk membersihkan ose Lampu spiritus/bunsen Wadah pembuangan berisi disinfektan (misalnya lisol 5%) Wadah pembuangan untuk aplikator Aplikator dari bambu/kayu yang bersih lebih baik, sebab: Dapat lebih cepat memisahkan bagian yang purulen dari air liur Dapat mengangkat dahak lebih banyak daripada ose Lebih mudah didapat dan lebih aman karena dapat langsung dibuang 8

16 3PEMBUATAN SEDIAAN APUS PANDUAN BAGI PETUGAS LABORATORIUM Pemakaian lebih cepat Meja kerja harus kokoh, kedap air, mudah dibersihkan dengan disinfektan. Cara Kode membuat Kabupaten/ sediaan Kode UPK apus Satu kaca sediaan digunakan hanya untuk satu spesimen dahak Nomor sediaan Waktu pengumpulan B A Spesimen dahak dengan bagian yang purulen (A) di dalam air liur (B) Tulis nomor identitas pasien pada bagian ujung kaca. Bila menggunakan kaca frosted tulis dengan meng-gunakan pensil 2B pada bagian yang buram/frosted. Bila menggunakan kaca biasa, tulis dengan spidol permanen pada stiker yang dilekatkan di balik Pilih dan ambil bagian dari dahak yang purulen menggunakan ose atau lidi yang 3 cm 2 cm Pola 2 cm x 3 cm 9

17 PEMBUATAN SEDIAAN APUS3 BAGAIMANA MEMBUAT sediaan apus YANG BAIK Jangan terlalu tipis untuk menghindari apusan menjadi kering sebelum diratakan. Untuk meratakan sediaan buat spiral-spiral kecil sewaktu apusan setengah kering dengan menggunakan lidi lancip sehingga didapat sebaran lekosit lebih rata dan area baca lebih homogen. Cara membuat sediaan apus Jangan membuat spiral-spiral kecil pada apusan yang sudah kering, karena dapat terkelupas dan menjadi aerosol yang berbahaya. Ose yang telah digunakan dicelupkan dalam botol pasir disinfektan, kemudian bakar sampai ose membara Bila menggunakan lidi, langsung dibuang ke dalam botol berisi disinfektan. 10

18 3PEMBUATAN SEDIAAN APUS PANDUAN BAGI PETUGAS LABORATORIUM Keringkan di udara. Setelah kering lakukan fiksasi dengan pemanasan. Pastikan apusan menghadap ke atas Lewatkan 3 x melalui api dari lampu spiritus. Keringkan apusan di atas rak sediaan, hindari sinar matahari langsung. Gunakan pinset atau penjepit kayu untuk memegang kaca Pemanasan yang berlebihan akan merusak hasil. Sediaan apus yang baik ialah : Cuci tangan setelah selesai membuat sediaan apus. Berasal dari dahak mukopurulen, bukan air liur. Berbentuk spiral-spiral kecil berulang (coil type), yang tersebar merata, ukuran 2 x 3 cm. Tidak terlalu tebal atau tipis. Setelah dikeringkan sebelum diwarnai, tulisan pada surat kabar 4-5 cm di bawah sediaan apus masih terbaca. Sediaan yang baik dapat dinilai dengan cara membaca tulisan di bawahnya Cara penanganan dahak yang bercampur darah 1. Dahak dengan darah sedikit: Pilih bagian dahak yang tidak mengandung darah, dan buat sediaan seperti biasa 2. Dahak dengan darah sedang Buat sediaan, kemudian fiksasi, genangi dengan air bersih/aquades lalu digoyanggoyang sampai warna merah darah hilang. Lalu air dibuang dan bilas lagi dengan air kemudian warnai dengan Ziehl-Neelsen. Cara penanganan dahak yang encer 11

19 5 4 ALAT DAN BAHAN PEWARNAAN Untuk mewarnai sediaan apus dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen diperlukan : Rak sediaan untuk meletakkan sediaan. Rak diletakkan di atas bak cuci atau baskom. Pinset atau Penjepit kayu Air mengalir atau botol sem- Lampu spiritus Rak untuk mengeringkan sediaan yang telah diwarnai. Pengatur waktu Methylene blue 0,3% Carbol fuchsin 0,3% Asam alkohol (3% HCl dalam etanol) Sulut api 12

20 PEWARNAAN METODA ZIEHL-NEELSEN 1 2 Letakkan sediaan dengan bagian apusan meng-hadap ke atas pada rak yang ditempatkan di atas bak cuci atau baskom, antara satu sediaan dengan sediaan lainnya masing-masing berjarak kurang lebih 1 jari. Jumlah maksimum 3 4 Genangi seluruh permukaan sediaan dengan carbol fuchsin. Saring zat warna setiap kali akan melakukan pewarnaan sediaan 5 Panasi dari bawah dengan menggunakan sulut api setiap sediaan sampai keluar uap. Diamkan selama minimal 5 menit. Waktu yang lebih lama juga boleh, tetapi pewarna di atas sediaan tidak boleh Bilas sediaan dengan hati-hati dengan Jangan ada percikan ke sediaan lain 13

21 PEWARNAAN METODA ZIEHL-NEELSEN 6 7 Miringkan sediaan menggunakan penjepit kayu atau pinset untuk membuang air Genangi dengan asam alkohol sampai tidak tampak warna merah carbol fuchsin 8 9 Genangi permukaan sediaan dengan methylene blue selama Bilas sediaan dengan air mengalir Jangan ada percikan ke sediaan lain Miringkan sediaan untuk mengalirkan Keringkan sediaan pada rak pengering Jangan keringkan dengan kertas tissue 14

22 5PEWARNAAN METODA ZIEHL-NEELSEN Sediaan apus yang telah diwarnai dengan Hasil pewarnaan apusan dengan teknik pembuatan yang kurang baik Terlalu tebal Terlalu tipis Kurang di tengah, terlalu tipis dan kurang dekolorisasi Pewarnaan tidak merata, ukuran terlalu besar 15

23 PEMBACAAN SEDIAAN APUS Sediaan apus harus diperiksa secara sistematis untuk memastikan bahwa hasil yang dilaporkan telah mewakili seluruh bagian sediaan. Jangan memeriksa sediaan sebelum kering. Langkah-langkah pembacaan sediaan apus : 1 2 Gunakan lensa objektif 10 x untuk menetap-kan fokus dan menemukan lapang pandang. Periksa sediaan untuk menentu-kan kualitas sediaan. Pada sediaan dahak umumnya ditemukan lebih banyak sel lekosit atau sel radang Teteskan satu tetes minyak emersi, aplikator minyak emersi tidak boleh menyentuh kaca objek. Tetesan harus jatuh bebas ke permukaan sediaan apus agar aplikator minyak emersi tidak terkontaminasi dengan 3 4 Putarlah lensa objektif 100x dengan hati-hati ke atas sediaan apus. Jangan sekali-kali lensa menyentuh kaca sediaan. Sesuaikan fokus dengan hati-hati sampai sel-sel terlihat dengan 16

24 6PEMBACAAN SEDIAAN APUS Sebelum melakukan pembacaan, lakukan penilaian sediaan apus yang telah di- A A. Kualitas dahak Kualitas dahak yang baik dinilai dengan melihat di bawah mikroskop, yaitu terlihat lebih dari 25 lekosit (sel radang) per lapang pandang pada pembesaran 100 x (10 x pembesaran lensa objektif / 10 x pem-besaran lensa okuler), juga dapat dilihat sel debu (dust cells) atau } lapang pan- B. Ukuran sediaan apus Ukuran sediaan apus yang baik adalah 2 x 3 cm, karena dengan ukuran tersebut dapat dibaca minimal 100 lapang pandang sepanjang garis tengah. C. Kerataan sediaan apus Dahak tersebar merata, tidak ter-lihat daerah yang kosong pada kaca objek. D. Ketebalan sediaan apus Diperiksa dengan cara memegang sediaan apus 4-5 cm di atas surat kabar atau tulisan cetakan. Ketebalan sediaan apus dianggap baik bila hurufhuruf tulisannya masih dapat 17

25 PEMBACAAN SEDIAAN APUS E. Pewarnaan sediaan apus BTA terlihat jelas berwarna merah terang dengan latar belakang biru tanpa ada sisa-sisa zat warna fuchsin. F. Kebersihan sediaan apus Sediaan apus harus bebas dari sisa-sisa zat warna fuchsin, kotoran serta kristal yang dihasilkan dari pemanasan berlebih saat pewarnaan. Dekolorisasi yang tidak baik 18

26 6PEMBACAAN SEDIAAN APUS Untuk menghindari kelelahan pembacaan sediaan apus, lakukan pemeriksaan dengan sikap tubuh yang benar Sikap yang benar Sikap yang salah Beri penyangga pada kaki agar punggung menjadi lurus Kaki menggantung Sikap yang benar Naikkan mikroskop untuk membantu meluruskan punggung dan letakkan kaki rata dengan lantai Sikap yang salah Mikroskop terlalu rendah dan kaki tidak rata dengan lantai 19

27 PEMBACAAN SEDIAAN APUS A B Sediaan apus dahak dengan pewarnaan Zielh-Neelsen (banyak sel radang) Sediaan apus air liur dengan pewarnaan Zielh-Neelsen (banyak sel epitel) Lakukan pembacaan sediaan apus secara sistematis untuk memastikan hasil yang dilaporkan mewakili seluruh bagian sediaan. Pembacaan dimulai dari ujung kiri ke ujung kanan dan dilakukan pada sediaan yang sel-selnya terlihat, bila sediaan tampak kosong, geser pada lapang pandang Setelah selesai pembacaan, bersihkan minyak dari sediaan apus dengan menggunakan pelarut organik. Setelah kering, tempatkan sediaan apus tersebut dengan hati-hati dalam kotak penyimpanan guna pengontrolan kualitas oleh laboratorium rujukan/cross-check. Ini harus dikerjakan berdasarkan petunjuk yang ditetapkan oleh Program TB Na- Sebelum menguji sediaan apus selanjutnya, bersihkan lensa dengan menggunakan tissue. 20

28 7 PELAPORAN Apa yang terlihat Tidak ditemukan BTA minimal dalam 100 lapang pandang 1 9 BTA dalam 100 lapang pandang BTA dalam 100 lapang pandang 1 10 BTA dalam 1 lapang pandang, periksa minimal 50 lapang pandang Lebih dari 10 BTA dalam 1 lapang pandang, periksa minimal 20 lapang Apa yang dilaporkan BTA negatif Tuliskan jumlah BTA yang ditemukan/100 lapang pandang BTA yang ditemukan menegakkan diagnosis TB dan jumlah BTA yang ditemukan menunjukkan beratnya penyakit. Oleh karena itu sangat penting untuk mencatat dengan benar apa yang terlihat. Skema pelaporan ini mengacu pada skala International Union Against Tuberculosis and Lung Diseases (IUATLD). 21

29 PELAPORAN7 Formulir Permohonan Laboratorium TB 1 4 Catat Hasil Beri tanggal dan tandatan- Kembalikan ke dokter atau Register Laboratorium (TB 04) 1. Periksa Nomor Register Laboratorium, cocokkan dengan formulir Permohonan Laboratorium (TB 05) 2. Catat hasil pemeriksaan pada Formulir Permohonan Laboratorium (TB 05) 3. Beri tanggal dan tandatangani Formulir Permohonan Laboratorium (TB 05) 4. Catat hasil pemeriksaan pada Register Laboratorium (TB 04) 5. Kembalikan Formulir Permohonan Laboratorium TB 05 kepada dokter atau UPK yang mengirimkan Pelaporan disampaikan secepatnya pada dokter pengirim, petugas harus menjaga kerahasiaan hasil laboratorium. Jangan menuliskan hasil pemeriksaan pada sediaan karena sediaan dibutuhkan untuk cross check/uji silang pemantapan mutu. 22

30 8 PENYIMPANAN Hapus dengan hati-hati minyak imersi pada sediaan dengan menggunakan ujung kertas tissue yang bersih. Untuk setiap sediaan digunakan satu kertas tissue. Jangan menggunakan 1 kertas tis- Simpan sediaan dalam kotak sediaan secara berurutan menurut nomor register laboratorium untuk keperluan pemantapan mutu/uji silang (cross check) minimal Kertas tissue yang telah digunakan dibuang ke tempat pembuangan yang telah diberi disinfektan. 23

31 KEAMANAN KERJA9 Penularan TB terjadi karena percikan dahak infeksius di udara terhirup orang lain. Pemeriksaan dahak yang dilakukan sesuai prosedur standar oleh petugas laboratorium menjamin tidak akan berisiko penularan TB. Keamanan Kerja Laboratorium: 1. Selain petugas laboratorium tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan pemeriksaan laboratorium. (Petugas kebersihan dan teknisi alat hanya diperkenankan masuk setelah mempelajari keamanan kerja laboratorium dan mendapat izin dari pimpinan unit laboratorium) 2. Setiap petugas laboratorium hendaknya menyadari bahwa sedang bekerja dengan bahan-bahan yang berbahaya, karena itu harus mengenakan jas lab. 3. Dilarang makan, minum atau merokok di dalam ruangan laboratorium. 4. Dilarang memakai perhiasan pada tangan selama bekerja dan dilarang menyentuh wajah dengan tangan atau peralatan laboratorium. 5. Dilarang menggunakan pipet dengan mulut. 6. Setelah selesai bekerja, bersihkan meja kerja, peralatan dan lantai dengan disinfektan. 7. Bersihkan tangan setelah melakukan setiap kegiatan. Setelah menyelesaikan semua pekerjaan, cucilah tangan dengan sabun sampai bersih. 8. Tanggalkan jas lab sebelum meninggalkan ruangan laboratorium dan cuci tangan kembali 9. Pekerjaan administratif sebaiknya di kerjakan di luar ruangan laboratorium. 10. Ruangan harus mempunyai ventilasi yang baik. Bila ruang memakai AC, exhaust fan harus dipasang setiap 6 jam selama 30 menit. 11. Setiap orang yang bekerja di laboratorium dianjurkan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. 12. Penggunaan masker tidak menjamin keamanan kerja dan tidak diharuskan. Pengelolaan limbah : 1. Buang aplikator bambu, lidi lancip bekas pakai, dan kaca sediaan yang sudah tidak dipakai ke dalam ember yang telah dilapisi kantung plastik dan diisi disinfektan 2. Buka tutup pot dahak bekas, isi dengan desinfektan sama banyak dengan sisa dahak, tutup kembali lalu masukkan ke dalam ember yang telah dilapisi kantung plastik yang telah diisi disinfektan untuk dibuang 3. Untuk limbah cair (bekas pewarnaan) ditampung dulu dalam wadah yang diberi disinfektan sebelum dibuang. 4. Semua bahan bekas pakai direndam dalam disinfektan selama minimal 12 jam, 24

32 9KEAMANAN KERJA PANDUAN BAGI PETUGAS LABORATORIUM Tuangkan disinfektan ke dalam wadah dahak yang telah selesai diperiksa sebelum Buang wadah dahak yang telah diberi disinfektan ke dalam tempat pembuangan yang telah diberi Seluruh limbah yang telah direndam dalam disinfektan dibakar atau dikubur dalam lubang sedalam minimal 1,5 25

33 PEMANTAPAN MUTU Untuk menjamin ketepatan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, harus dilakukan kegiatan pemantapan mutu yang meliputi: 1. Pendidikan dan pelatihan 2. Pelaksanaan pemantapan mutu internal: persiapan penderita, pengumpulan dan penanganan spesimen, pemeliharaan alat/mikroskop, uji kualitas reagen / larutan pewarna, penyusunan prosedur tetap, dan pencatatan serta pelaporan. 3. Pelaksanaan pemantapan mutu eksternal : Melakukan uji silang/cross check. Mengikuti uji profisiensi/uji panel. Supervisi. 4. Melaksanakan praktek laboratorium yang benar. 5. Menindaklanjuti pemantapan mutu internal dan eksternal dengan kegiatan peningkatan mutu. 26

34 LAMPIRAN POT DAHAK YANG IDEAL Syarat : Sekali pakai. Bahan kuat, tidak bocor dan tidak mudah pecah. Tutup berulir, dapat menutup rapat. Plastik jernih/ tembus pandang. Mulut lebar, diameter 6 cm. Dapat ditulisi dengan pena per- X X X X Pot dahak yang tidak dianjurkan: Tidak tembus pandang Terlalu kecil Tutup tidak berulir 27

35 LAMPIRAN FORMULIR PERMOHONAN LABORATORIUM TB (TB 05) 28

36 LAMPIRAN FORMULIR REGISTER LABORATORIUM TB (TB 04) 29

37 LAMPIRAN DAFTAR TILIK PEMANTAPAN MUTU INTERNAL No. Kegiatan Ya* Tidak* 1. Mengikuti pelatihan pemeriksaan mikroskopis dahak dalam 3 tahun terakhir. 2. Memberi instruksi yang benar tentang cara mengeluarkan dahak pada pasien. 3. Menyediakan wadah dahak yang sesuai dengan persyaratan. 4. Ada SOP mengenai cara pemeriksaan mikroskopis dahak: Membuat apusan sesuai dengan SOP. Mewarnai sediaan apus menggunakan pewarnaan Ziehl Neelsen sesuai dengan SOP. Melakukan pembacaan sediaan apus sesuai SOP. Melaporkan hasil pembacaan sesuai SOP. 5. Melakukan uji kualitas reagen menggunakan kontrol positif (1+) dan negatif. 6. Melakukan pemeliharaan berkala mikroskop dan peralatan lain. 7. Tidak menggunakan reagensia kadaluarsa. 8. Pemeriksaan ulang oleh pengawas. 9. Menyimpan seluruh sediaan sekurangkurangnya selama 3 bulan (untuk cross check/uji silang). * Beri tanda ( ) pada kolom yang sesuai 30

38 LAMPIRAN MIKROSKOP BAGIAN-BAGIAN MIKROSKOP Bagian penting dari mikroskop adalah lensa okuler, lensa objektif, tabung mikroskop, makrometer/pengatur fokus kasar, mikrometer/pengatur fokus halus, revolver/lempeng objektif, lengan, meja sediaan, penjepit sediaan, skala, kondensor, pengatur iris/diafragma, penggeser sediaan dan pengatur lampu. a. Bagian mekanik 1) Kaki, bentuknya bermacam-macam tergantung pabrik pembuatnya, ada yang berbentuk V, bulat, segi empat. 2) Lengan menghubungkan kaki dan tabung mikroskop (untuk dipegang pada waktu mengangkat mikroskop). 3) Tabung mikroskop, menghubungkan antara lensa okuler dan lensa objektif, merupakan jalan cahaya. Pada mikroskop berprisma antara tabung mikroskop dan lempeng objektif terdapat lensa prisma. 4) Makrometer (Pengatur fokus kasar). Untuk menggerakkan meja sediaan ke atas dan ke bawah secara makro. 5) Mikrometer (Pengatur halus). Untuk menggerakkan meja sediaan ke atas dan ke bawah secara mikro sehingga objek dapat terlihat dengan lebih jelas. 6) Pengatur kondensor, untuk menggerakkan kondensor ke atas dan ke bawah. 7) Pengatur iris/diafragma, untuk mengatur kekuatan cahaya. 8) Meja sediaan, untuk meletakkan kaca sediaan. 9) Penjepit sediaan untuk menjepit kaca sediaan. 10) Penggeser sediaan, berfungsi menggeser kaca sediaan ke depan dan ke belakang atau ke kiri dan ke kanan untuk mendapatkan lapangan pandang yang baik. 31

39 LAMPIRAN MIKROSKOP 11) Skala, terletak pada meja sediaan berguna untuk menandai letak objek yang terlihat. 12) Lempeng objektif dengan 3 atau 4 lubang tempat lensa objektif melekat, dan dapat diputar. b. Bagian optik 1) Lensa okuler Lensa yang berhadapan dengan mata, terletak di ujung tabung mikroskop, dapat diangkat dengan menariknya ke atas. Ukuran pembesaran 5 x dan 10 x. Untuk pemeriksaan dahak BTA, digunakan yang 10 x. Fungsi dari lensa okuler memberikan perbesaran kedua kalinya pada benda/objek. 2) Lensa objektif Lensa objektif berada tepat di bawah tabung mikroskop, melekat pada lempeng objektif. Lensa ini berfungsi memberi pembesaran pertama pada benda. Terdapat objektif dengan perbesaran 10 x (pembesaran kecil), 40 x /45 x (pembesaran sedang) dan 100 x (pembesaran besar). Ukuran lensa dapat diatur dengan memutar lempeng objektif, bila kedudukan lensa sudah tepat akan terdengar bunyi klik. Untuk pembesaran 100 x sediaan harus ditetesi minyak emersi. 3) Kondensor Fungsi kondensor adalah memfokuskan cahaya agar menjadi kuat sehingga jatuh sebagai titik cahaya di atas sediaan. Kondensor dapat dinaik turunkan dengan memutar-mutar pengatur kondensor. Bila tidak memerlukan cahaya yang terlalu kuat maka kondensor diturunkan. Pada pemeriksaan dahak kondensor dinaikkan sampai maksimal. Pada kondensor terdapat juga tempat filter yang bersifat menyaring cahaya, tetapi pada pemeriksaan mikroskopik dahak, filter ini tidak digunakan. 4) Iris/Diafragma Terletak pada kondensor, berfungsi mengatur banyak sedikitnya cahaya 32

40 LAMPIRAN MIKROSKOP 33

41 yang masuk ke dalam mikroskop. Untuk pemeriksaan BTA diafragma harus dibuka maksimal. 5) Sumber cahaya Di bawah kondensor terdapat sumber cahaya yang dapat berupa cermin atau lampu. Untuk cahaya yang jauh, digunakan cermin datar, sedangkan untuk cahaya dekat (misalnya menggunakan lampu meja) digunakan cermin cekung. Untuk dapat melihat benda atau objek dengan mikroskop maka perlu diketahui prinsip kerja mikroskop dan cara penggunaannya. a. Prinsip kerja mikroskop Cahaya yang berasal dari sumber cahaya (cermin atau sinar lampu) diteruskan ke diafragma, kondensor dan kaca sediaan yang diperiksa. Cahaya dari lensa objektif diteruskan melalui tabung mikroskop ke lensa okuler dan selanjutnya diterima oleh mata sehingga objek terlihat. b. Cara menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan dahak 1) Letakkan mikroskop di meja yang permukaannya datar, tidak licin dan dekat sumber cahaya. 2) Bila menggunakan sumber cahaya lampu : a) Atur tegangan lampu ke minimum. b) Nyalakan mikroskop memakai tombol ON. c) Sesuaikan dengan pelan-pelan sampai intensitas cahaya yang diinginkan tercapai. 3) Bila menggunakan cermin, arahkan cermin ke sumber cahaya. 4) Letakkan sediaan yang telah diwarnai ke atas meja sediaan. 5) Putar lempeng objektif ke objektif 10 x. 6) Atur dengan tombol pengatur fokus kasar dan pengatur fokus halus sampai sediaan terlihat jelas. Selalu gunakan tombol pengatur focus untuk menurunkan meja sediaan menjauhi LAMPIRAN MIKROSKOP 34

42 LAMPIRAN MIKROSKOP lensa 7) Sesuaikan jarak antar pupil sampai gambar kiri dan gambar kanan menyatu dengan cara menggeser-geser kedua lensa okuler karena setiap orang mempunyai jarak antar pupil yang berbeda-beda). 8) Fokuskan gambar dengan mata kanan dengan cara melihat ke dalam okuler kanan dan sesuaikan dengan tombol pengatur focus halus. 9) Fokuskan gambar dengan mata kiri dengan cara melihat ke dalam okuler kiri dan putar. cincin penyesuai diopter sampai didapatkan gambar yang paling jelas, baik untuk mata kiri maupun mata kanan. 10) Buka iris/diafragma sampai 70 80%, hingga lapangan pandang terang dengan merata. 11) Teteskan minyak imersi di atas sediaan (aplikator jangan menyentuh sediaan) dan putar lensa objektif 100 x ke tempatnya sampai berbunyi klik. 12) Fokuskan dengan menggunakan tombol pengatur fokus halus (jangan menggunakan tombol pengatur fokus kasar sebab dapat menyebabkan pecahnya lensa objektif maupun kaca sediaan) sampai didapatkan gambar yang paling jelas. 13) Gunakan pengatur tegangan lampu untuk mendapatkan cahaya yang tepat. 35

43 LAMPIRAN MIKROSKOP 14) Begitu sediaan selesai dibaca, putar objektif 100 x menjauhi kaca sediaan, tempatkan objektif 10 x di atas sediaan, lalu sediaan diambil. 15) Bila telah selesai, atur kembali pengatur tegangan lampu ke minimum dan matikan mikroskop dengan menekan tombol OFF. 16) Setiap selesai menggunakan mikroskop, bersihkan dengan hati-hati minyak emersi dari lensa objektif 100 x dengan menggunakan kertas lensa/kain halus, masukkan dalam kotak mikroskop yang telah dikontrol kelembabannya dengan menempatkan lampu 5 watt yang menyala. Perawatan mikroskop Jangan sekali-kali membongkar bagian dalam mikroskop. Membersihkan lensa Untuk membersihkan lensa sebaiknya gunakan Ethyl ether atau pembersih lensa yang sesuai anjuran pabrik. Beberapa bahan pembersih dapat merusak permukaan lensa atau melarutkan perekat lensa setelah digunakan beberapa waktu. Bahan pembersih Penggunaan jangka panjang Pengunaan sekali-sekali Rekomendasi pabrik Ethyl ether/ethanol Alkohol X Bensin X Aseton/ keton X Xylol X X Gunakan sesedikit mungkin cairan pembersih. Letakkan sedikit cairan pada kertas lensa untuk membersihkan. Kertas lensa adalah yang terbaik untuk membersihkan lensa, dapat pula digunakan kain halus (flannel). Kertas tissue dapat menggores permukaan lensa. 36

44 LAMPIRAN MIKROSKOP Sumber cahaya Jangan sekali-sekali menyentuh permukaan bola lampu dengan tangan telanjang, karena lemak kulit yang tertinggal akan mengurangi terangnya sinar. Gunakan kertas tissue/ kertas lensa/ pembungkus lampu untuk memegang bola lampu saat memasangnya ke mikroskop. Sebaiknya selalu tersedia cadangan lampu dan sekering. Pastikan voltase yang digunakan sesuai, 110V atau 220V, dan bilamana perlu gunakan stabilisator voltase. Harus ada ventilasi yang cukup agar panas yang dihasilkan lampu dapat diatasi. Sebelum menyalakan lampu, putarlah regulator voltase ke minimum. Setelah Penghembus udara Jangan menyentuh bola lampu saat memasang, gunakan tissue 37

45 Okuler harus tetap pada tempatnya, jamur atau debu dapat masuk melalui lubang kosong tempat objektif bila lensa tidak terpasang. Bila lensa ada yang hilang, tutup rapat dengan penutup yang tersedia. Bila gambar terlihat buram atau ada bintik hitam, periksa adanya debu atau kotoran pada lensa objektif, okuler, kondensor, dan kaca sumber cahaya. Bintik hitam bergerak bila okuler diputar, berarti debu pada okuler. Bintik hitam bila sediaan digerakkan, berarti debu pada kaca sediaan. Debu pada lensa dapat dihilangkan dengan menggunakan sikat halus atau dengan meniupkan udara dengan penghembus udara di atas permukaan lensa. Pemeliharaan bagian-bagian mekanik dari mikroskop Sulit digerakkan Hal ini terjadi karena akumulasi debu atau karena saluran penggeser/ rak dan/roda Jamur Jamur gigi telah menjadi kasar. Atasi dengan cara membersihkan kotoran dan meminyakinya dengan minyak gemuk/ silicone grease. Debu dibersihkan dengan penghembus tumbuh tumbuh di di bagian udara atau kuas, dapat pula dibersihkan dengan pelarut, misalnya bensin. bagian dalam Gangguan ini dapat pula terjadi akibat ada bagian yang melengkung. dalam kepala tabung Longgar Hal ini sering terjadi karena ulir kondensor telah aus. Laporkan pada teknisi alat. Pertumbuhan jamur LAMPIRAN MIKROSKOP Jamur yang tumbuh di lensa, tabung okuler dan prisma menyebabkan gambar 38

46 LAMPIRAN MIKROSKOP Kotak penghangat untuk menyimpan mikroskop Untuk pertukaran udara Penempatan bahan pengering 39

47 1. Periksa masing-masing pot dahak dengan menuliskan: - Nama Pasien - Tanggal Tutup masing-masing pot dalam Kantong bio-hazard secara bersamaan 3. Periksa ulang spesimen dengan formulir pemeriksaan 4. Letakkan kantong bio-hazard yang sudah disegel ke dalam kotak pengiriman 5. Letakkan formulir dan daftar asli ke dalam kantong segel 6. Aturlah pengiriman agar tidak bergerak 7. Kemudian masukkan kantong LAMPIRAN CARA PENGIRIMAN SEDIAAN APUS Kirimkan sediaan apus di dalam kotak sediaan. Bila tidak tersedia kotak sediaan lakukan pengiriman dengan cara berikut: Bungkus sediaan apus dengan kertas tissue satu persatu. 2. Ikat dengan karet agar gulungan tidak terlepas. Masukkan gulungan kedalam kantong plastik yang tertutup rapat kemudian masukkan kedalam amplop untuk dikirim ke laboratorium rujukan 40

48 LAMPIRAN INFORMASI UNTUK PASIEN 1. Dokter/perawat mengirim anda ke laboratorium karena mereka menduga bahwa mungkin anda mempunyai gejala TB. 2. Untuk mendiagnosa TB dibutuhkan 3 spesimen dahak yang akan dikumpulkan: - Pemeriksaan pertama - Esok paginya sebelum sarapan - Ketika kembali ke laboratorium keesokan harinya 3. Contoh kualitas dahak yang baik adalah dari paru-paru, bukan dari air liur atau lendir hidung. 4. Berkumur dengan air jika anda baru saja makan, atau jika anda memakai gigi palsu (cabut terlebih dahulu). 5. Untuk menghasilkan contoh dahak yang baik: - Tarik nafas dalam-dalam 2 sampai 3 kali, hembuskan dengan kuat setiap kali membuang nafas. - Batukkan yang dalam melalui dada. - Letakkan pot dalam keadaan terbuka dan tutupkan pada mulut untuk menampung spesimen dahak. - Tutup dengan rapat bila telah selesai. 6. Anda mungkin diminta untuk mengulang pengumpulan dahak untuk mempe- 41

PEMERIKSAAN BTA ( BAKTERI TAHAN ASAM )

PEMERIKSAAN BTA ( BAKTERI TAHAN ASAM ) UPT. PUSKESMAS NUSA PENIDA I SOP PEMERIKSAAN BTA ( BAKTERI TAHAN ASAM ) No. Dokumen : 23/SOP/Lab-NPI/2016 No. Revisi : 01 Tgl. Terbit : 01 April 2016 Halaman : 1-5 Kepala UPT Puskesmas Nusa Penida I dr.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitan 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten Purbalingga.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 24 3.1 Desain Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bentuk desain penelitian yang akan digunakan adalah bentuk deskriptif cross sectional untuk mengetahui pola sensitivitas Mycobacterium tuberculosis

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN PEMERIKSAAN SPUTUM BTA

BUKU PANDUAN PEMERIKSAAN SPUTUM BTA BUKU PANDUAN PEMERIKSAAN SPUTUM BTA Disusun Oleh : Bagian Mikrobiologi FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 PENGANTAR Buku panduan skill lab ini berisi 4 (empat) keterampilan utama dalam hal

Lebih terperinci

Standar Prosedur Operasional Pemeriksaan Mikroskopis TB

Standar Prosedur Operasional Pemeriksaan Mikroskopis TB DAFTAR PUSTAKA Depkes, 2006, Pemeriksaan Miroskopis Tuberkulosis, Panduan Bagi Petugas Laboratorium 616.995 1 Ind s Kemenkes, 2011, Modul Pelatihan Pemeriksaan Mikroskopis TB WHO, 1998, Laboratory Services

Lebih terperinci

STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP) MIKROSKOP

STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE (SOP) MIKROSKOP MIKROSKOP Ambil mikroskop dengan hati-hati dengan cara memegang lengan mikroskop, lalu letakkan diatas meja datar. Hindari sentuhan-sentuhan terhadap lensa, apabila bagian lensa mikroskop terlihat kotor

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM UPT. PUSKESMAS PENANAE PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM No. Dokumen : No Revisi : SOP Tanggal terbit: Halaman: Ttd.Ka.Puskesmas : N u r a h d i a h Nip.: 196612311986032087 1. PENGERTIAN Limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular akibat infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis (MTB). TB paling sering menjangkiti paru-paru dan TB paru sering

Lebih terperinci

MIKROSKOP A. PENDAHULUAN

MIKROSKOP A. PENDAHULUAN MIKROSKOP A. PENDAHULUAN Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kegiatan laboratorium sains, khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati obyek

Lebih terperinci

2. Prosedur Isolasi ke Media Padat

2. Prosedur Isolasi ke Media Padat 1. Prosedur Isolasi ke Media Cair 1. Seluruh proses dilakukan didekat api 2. Pegang jarum inokulasi di tangan kanan dan tabung berisi biakan bakteri di tangan kiri 3. Buka kapas penutup tabung dengan jari

Lebih terperinci

PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEWARNAAN BASIL TAHAN ASAM ( BTA ) Acid Fast Staining

PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEWARNAAN BASIL TAHAN ASAM ( BTA ) Acid Fast Staining PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEWARNAAN BASIL TAHAN ASAM ( BTA ) Acid Fast Staining BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI Edisi 1, 2016 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI & PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion

Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion NACC10 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 TUJUAN Mampu membuat, mewarnai dan melakukan pemeriksaan mikroskpis sediaan darah malaria sesuai standar : Melakukan

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.3

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.3 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.3 1. Pengamatan dengan mikroskop dimulai dengan menggunakan lensa objektif... Cahaya lemah Cahaya kuat Perbesaran lemah

Lebih terperinci

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif

Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif NBID42 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan benar.

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM

PROSEDUR TETAP PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM Halaman CANCER CHEMOPREVENTION RESEARCH CENTER FAKULTAS FARMASI UGM Dokumen nomor : -02-001-00 Tanggal : Mengganti nomor : - Tanggal : - URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan

Lebih terperinci

PROSEDUR TETAP PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM

PROSEDUR TETAP PERSIAPAN KERJA IN VITRO DI LABORATORIUM Hal. 1 dari 6 Dokumen nomor : -03-001-01 Tanggal : Mengganti nomor : -02-001-00 Tanggal : 26 Februari 2009 URAIAN DIBUAT OLEH DIPERIKSA OLEH DIPERIKSA OLEH DISETUJU OLEH Jabatan Staf Staf Supervisor Pimpinan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN JENIS JENIS PEMERIKSAAN

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN JENIS JENIS PEMERIKSAAN PUSKESMAS PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN JENIS JENIS PEMERIKSAAN Pemeriksaan penunjang Laboratorium untuk menentukan penyakit. 3.kebijakan Pemeriksaan Lab. Dilakukan untuk menegakkan diagnosa pasien Laboran

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini

DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini 1 KETERAMPILAN PENGAMBILAN DARAH TEPI, MEMBUAT APUSAN, PEWARNAAN GIEMSA DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK APUSAN DARAH TEPI (Dipersiapkan oleh Sitti Wahyuni) TUJUAN Umum: Setelah selesai melaksanakan kegiatan

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN PENGELOLAAN PERALATAN LABORATORIUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS JEMBER

INVENTARISASI DAN PENGELOLAAN PERALATAN LABORATORIUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS JEMBER INVENTARISASI DAN PENGELOLAAN PERALATAN LABORATORIUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FKIP UNIVERSITAS JEMBER LABORATORIUM??? Laboratorium mempunyai peran sentral di sekolah lanjutan yaitu sebagai tempat

Lebih terperinci

2.1. Supervisi ke unit pelayanan penanggulangan TBC termasuk Laboratorium Membuat Lembar Kerja Proyek, termasuk biaya operasional X X X

2.1. Supervisi ke unit pelayanan penanggulangan TBC termasuk Laboratorium Membuat Lembar Kerja Proyek, termasuk biaya operasional X X X 26/03/08 No. 1 2 3 4 5 6 URAIAN TUGAS PROGRAM TBC UNTUK PETUGAS KABUPATEN/KOTA URAIAN TUGAS Ka Din Kes Ka Sie P2M Wasor TBC GFK Lab Kes Da Ka Sie PKM MEMBUAT RENCANA KEGIATAN: 1.1. Pengembangan unit pelayanan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 110 Lampiran 2 111 112 Lampiran 3 KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI KINERJA PETUGAS TB (TUBERCULOSIS) DI RUMAH SAKIT YANG TELAH DILATIH PROGRAM HDL (HOSPITAL DOTS LINGKAGE)

Lebih terperinci

Kegiatan Pembelajaran 5: Prinsip dan prosedur kerja Peralatan Laboratorium

Kegiatan Pembelajaran 5: Prinsip dan prosedur kerja Peralatan Laboratorium Kegiatan Pembelajaran 5: Prinsip dan prosedur kerja Peralatan Laboratorium Ruang lingkup materi ini meliputi : pengenalan prinsip dan prosedur peralatan laboratorium, untuk menunjang keterampilan siswa

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang umumnya menimbulkan tanda-tanda dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang umumnya menimbulkan tanda-tanda dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Tuberculosis Paru Tuberculosis adalah penyakit infeksi yang umumnya menimbulkan tanda-tanda dan gejala sangat bervariasi pada masing-masing penderita, mulai dari tanpa

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH-INTERVIEW

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH-INTERVIEW 101 PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH-INTERVIEW) IMPLEMENTASI PROGRAM PENANGGULANGAN TB PARU DI PUSKESMAS BATANG PANE II KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA TAHUN 2016 1. Pedoman wawancara mendalam mengenai

Lebih terperinci

MAKALAH BIOLOGI DAN PERKEMBANGAN TENTANG VAGINA SWAB

MAKALAH BIOLOGI DAN PERKEMBANGAN TENTANG VAGINA SWAB MAKALAH BIOLOGI DAN PERKEMBANGAN TENTANG VAGINA SWAB Oleh : RAHMAWATI (2015056) DOSEN PEMBIMBING : dr. ANITA BERLIANA, M. Kes YAYASAN SEKUNDANG BENGKULU SELATAN AKADEMI KEBIDANAN MANNA Jl. Datuk Nazir

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA UPT. PUSKESMAS NUSA PENIDA I SOP No. Dokumen : 21/SOP/Lab-NPI/2016 No. Revisi : 01 Tgl. Terbit : 01 April 2016 Halaman : 1-4 Kepala UPT Puskesmas Nusa Penida I dr. I Ketut

Lebih terperinci

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair :

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair : Jumlah bagian air = (% larutan konsentrat : % larutan yang diinginkan)- 1 Contoh : Untuk membuat larutan klorin 0,5% dari

Lebih terperinci

PENUNTUN PEMBELAJARAN

PENUNTUN PEMBELAJARAN PENUNTUN PEMBELAJARAN TEKNIK PENGAMBILAN, PEMBUATAN PRAPARAT LANGSUNG DAN PENGIRIMAN SEKRET URETHRA Diberikan pada Mahasiswa Semester IV Fakulytas Kedokteran Unhas SISTEM UROGENITAL FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 4.3 ELEKTIF Topik 2.A KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2016 1. PANDUAN KESELAMATAN UNTUK PETUGAS KESEHATAN I. Pengantar Panduan

Lebih terperinci

KETERAMPILAN MEMBUAT APUSAN, MEWARNAI, MENGAWETKAN TINJA, DAN MENGIDENTIFIKASI PARASIT PADA APUSAN TINJA

KETERAMPILAN MEMBUAT APUSAN, MEWARNAI, MENGAWETKAN TINJA, DAN MENGIDENTIFIKASI PARASIT PADA APUSAN TINJA 1 KETERAMPILAN MEMBUAT APUSAN, MEWARNAI, MENGAWETKAN TINJA, DAN MENGIDENTIFIKASI PARASIT PADA APUSAN TINJA Sitti Wahyuni, MD, PhD Bagian Parasitologi Universitas Hasanuddin, wahyunim@indosat.net.id INDIKASI

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH 1. Pengertian Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi

Lebih terperinci

No.Revisi : Tanggal terbit : Halaman :

No.Revisi : Tanggal terbit : Halaman : STANDAR SENAM USILA Senam lansia adalah satu bentuk latihan fisik yang memberikan pengaruh baik terhadap tingkat kemampuan fisik manusia, bila dilaksanakan dengan baik dan benar. Untuk menjaga tubuh dalam

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten :

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten : PEDOMAN PRAKTIKUM Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten : FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 KEGIATAN i MIKROSKOP Prosedur A. Memegang dan Memindahkan Mikroskop 1. Mikroskop dipindahkan

Lebih terperinci

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS) OTC (OVER THE COUNTER DRUGS) Obat adalah bahan atau panduan bahan-bahan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,

Lebih terperinci

1. Setiap penggunaan alat dan laboratorium harus diketahui teknisi/laboran atas izin kepala lab atau penanggung jawab praktikum.

1. Setiap penggunaan alat dan laboratorium harus diketahui teknisi/laboran atas izin kepala lab atau penanggung jawab praktikum. Contoh Prosedur Peminjaman Alat/Laboratorium 1. Setiap penggunaan alat dan laboratorium harus diketahui teknisi/laboran atas izin kepala lab atau penanggung jawab praktikum. 2. Setiap mahasiswa yang melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik. BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik. 2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian di lakukan di laboratorium klinik

Lebih terperinci

INOVASI KEPERAWATAN PENCEGAHAN DAN PERAWATAN TBC ANAK. Perawatan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan merawat. Keperawatan

INOVASI KEPERAWATAN PENCEGAHAN DAN PERAWATAN TBC ANAK. Perawatan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan merawat. Keperawatan 1 Lampiran 1 INOVASI KEPERAWATAN PENCEGAHAN DAN PERAWATAN TBC ANAK I. Pengertian Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2007) pencegahan adalah proses, cara, tindakan mencegah atau tindakan menahan agar

Lebih terperinci

CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1

CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1 1 MANUAL KETERAMPILAN PENGAMBILAN DARAH TEPI, MEMBUAT APUSAN, PEWARNAAN GIEMSA DAN PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK APUSAN DARAH TEPI Sitti Wahyuni, MD, PhD Bagian Parasitologi Universitas Hasanuddin, sittiwahyunim@gmail.com

Lebih terperinci

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun.

Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN PEMANAS AIR (WATER HEATER) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

Pengertian. Tujuan. b. Persiapan pasien - c. Pelaksanaan

Pengertian. Tujuan. b. Persiapan pasien - c. Pelaksanaan PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PUSKESMAS SIMAN Jl. Raya Siman No. 48 Telp. ( 0352 ) 485198 Kode Pos 63471 PONOROGO STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENCATATAN DAN PELAPORAN PASIEN TB Pengertian Tujuan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah di lakukan di Kecamatan Pancoran Mas pada bulan Oktober 2008 April 2009 dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut : 1.

Lebih terperinci

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal) Lampiran 1. No.Responden : Tanggal : Karakteristik Responden 1. Pendidikan Bidan a. DI b. DIII c. DIV d. S2 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. a. < 5 Tahun b. 5-10 Tahun c. >10 Tahun 3.Mengikuti pelatihan

Lebih terperinci

Teknik Pengelolaan Sediaan Sitologi

Teknik Pengelolaan Sediaan Sitologi Teknik Pengelolaan Sediaan Sitologi ( Dibacakan pada Simposium Prosedur dan Analisis FNAB yang Tepat dalam Meningkatkan Akurasi Diagnosis ) Oleh : Bethy S. Hernowo, dr., Sp.PA(K)., Ph.D Sitologi adalah

Lebih terperinci

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 8. MENULIS TERBATASLatihan soal 8.2. Petunjuk menghilangkan rasa sakit karena tertusuk duri yang tepat adalah...

SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 8. MENULIS TERBATASLatihan soal 8.2. Petunjuk menghilangkan rasa sakit karena tertusuk duri yang tepat adalah... SD kelas 6 - BAHASA INDONESIA BAB 8. MENULIS TERBATASLatihan soal 8.2 1. Perhatikan pernyataan berikut! 1. Lalu bakarlah di atas api sampai cukup panas! 2. Ambilah sebatang sereh kemudian memarkan sedikit!

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi, yang juga dikenal sebagai communicable disease atau transmissible

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi, yang juga dikenal sebagai communicable disease atau transmissible BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi, yang juga dikenal sebagai communicable disease atau transmissible disease adalah penyakit yang secara klinik terjadi akibat dari keberadaan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa proses pembuatan kaos

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tuberkulosis Tuberkulosis adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang penyakit parenkim paru. Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel yang berarti tonjolan kecil dan

Lebih terperinci

PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM SENAM KAKI DIABETIK. Oleh. Tim Endokrin dan Metabolik

PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM SENAM KAKI DIABETIK. Oleh. Tim Endokrin dan Metabolik PANDUAN CLINICAL SKILL LABORATORIUM SENAM KAKI DIABETIK Oleh Tim Endokrin dan Metabolik PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014 TATA TERTIB Sebelum Praktikum

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN SETERIKA DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN SETERIKA DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN SETERIKA DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahuntahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian ini dengan seksama,

Lebih terperinci

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang 7 menit dibutuhkan Tujuan station Menilai kemampuan prosedur perawatan jenazah HIV/AIDS di RS Area kompetensi 1. Komunikasi efektif pada

Lebih terperinci

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang manusia dengan

Lebih terperinci

MODUL I MIKROSKOP. TUJUAN Mahasiswa mampu menggunakan mikroskop optik, untuk pengamatan preparat biologi.

MODUL I MIKROSKOP. TUJUAN Mahasiswa mampu menggunakan mikroskop optik, untuk pengamatan preparat biologi. 1 MODUL I MIKROSKOP TUJUAN Mahasiswa mampu menggunakan mikroskop optik, untuk pengamatan preparat biologi. TEORI Mikroskop digunakan untuk memperbesar gambaran dari benda yang terlalu kecil untuk dilihat

Lebih terperinci

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO

SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO SELAMAT ATAS PILIHAN ANDA MENGGUNAKAN LEMARI PENDINGIN (REFRIGERATOR) DOMO Dengan cara pemakaian yang benar, Anda akan mendapatkan manfaat yang maksimal selama bertahun-tahun. Bacalah buku petunjuk pengoperasian

Lebih terperinci

Instruksi Kerja Alat Laboratorium Patologi Klinik Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran

Instruksi Kerja Alat Laboratorium Patologi Klinik Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran Instruksi Kerja Alat Laboratorium Patologi Klinik Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran MALANG 2013 Instruksi Kerja Alat Laboratorium Patologi Klinik Jurusan Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBONG PUSKESMAS MUARA AMAN. Jalan Lapangan Hatta No. 1 Kelurahan Pasar Muara aman

DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBONG PUSKESMAS MUARA AMAN. Jalan Lapangan Hatta No. 1 Kelurahan Pasar Muara aman DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBONG PUSKESMAS MUARA AMAN Jalan Lapangan Hatta No. 1 Kelurahan Pasar Muara aman SURAT KEPUTUSAN KEPALA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT MUARA AMAN Nomor : TENTANG PERMINTAAN, PEMERIKSAAN,

Lebih terperinci

- Rakel dengan lebar sesuai kebutuhan. - Penggaris pendek atau busur mika untuk meratakan emulsi afdruk;

- Rakel dengan lebar sesuai kebutuhan. - Penggaris pendek atau busur mika untuk meratakan emulsi afdruk; CARA SABLON MANUAL ALAT DAN BAHAN CETAK SABLON Alat: - Meja sablon, selain digunakan untuk menyablon meja ini digunakan pada saat afdruk screen. Bagian utama meja adalah kaca (tebal 5 mm), lampu neon 2

Lebih terperinci

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol Standar Nasional Indonesia SNI 7729:2011 Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol ICS 93.080.20; 19.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. A. WAKTU BEKU DARAH Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. Prinsip Darah yang keluar dari pembuluh darah akan berubah sifatnya, ialah dari sifat

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri. BAB I DEFINISI APD adalah Alat Pelindung Diri. Pelindung yang baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah eksplanatori research adalah menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan melalui

Lebih terperinci

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI - 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI A. BANGUNAN 1. Lokasi Lokasi jasaboga tidak berdekatan dengan sumber pencemaran seperti tempat sampah umum, WC umum, pabrik cat dan sumber pencemaran

Lebih terperinci

a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.

a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda. b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda. Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu. Kamar Operasi 1 A. PENGERTIAN Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan suci hama (steril). B.

Lebih terperinci

PENGUMPULAN DAHAK SPS DI RAWAT INAP No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 / 1 RSKB RAWAMANGUN STANDAR PROSEDUR OPERASION AL. dr, Elviera Darmayanti, MM

PENGUMPULAN DAHAK SPS DI RAWAT INAP No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 / 1 RSKB RAWAMANGUN STANDAR PROSEDUR OPERASION AL. dr, Elviera Darmayanti, MM PENGUMPULAN DAHAK SPS DI RAWAT INAP OPERASION AL dr, Elviera Darmayanti, MM PENGERTIAN Pengambilan dahak sebagai penunjang penegakan diagnosa TB dengan pemeriksaan 3 spesimen Sewaktu Pagi Sewaktu (SPS)

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi Mycobacterium tuberculosis (M.tuberculosis) yang dapat mengenai berbagai organ tubuh, tetapi paling sering mengenai

Lebih terperinci

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT BUKU PANDUAN LEBIH DEKAT DENGAN OBAT LAILATURRAHMI 0811012047 FAKULTAS FARMASI KKN-PPM UNAND 2011 Bab DAFTAR ISI Halaman I. Pengertian obat 2 II. Penggolongan obat 2 1. Obat bebas 2 2. Obat bebas terbatas

Lebih terperinci

Pengemasan dengan sterilisasi steam/gas. Sterilisasi dengan steam/gas. Pembungkus dapat ditembus oleh uap/gas Impermiabel bagi mikroba Tahan lama

Pengemasan dengan sterilisasi steam/gas. Sterilisasi dengan steam/gas. Pembungkus dapat ditembus oleh uap/gas Impermiabel bagi mikroba Tahan lama PERAWATAN DAN MAINTENANCE PREPARASI OPERASI Dr. Drh.Gunanti S,MS Bag Bedah dan Radiologi PERSIPAN PENGEMASAN Prinsip : bebas dari kontaminasi Peralatan dan bahan harus bersih : Alat dibersihkan manual/pembersih

Lebih terperinci

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 PENDAHULUAN KEWASPADAAN ISOLASI PELAKSANAAN PPI DI RS & FASILITAS PETUNJUK PPI UNTUK

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN ERYTROSIT CARA PIPET

PEMERIKSAAN ERYTROSIT CARA PIPET PEMERIKSAAN ERYTROSIT CARA PIPET UPT. PUSKESMAS NUSA PENIDA I SOP No. Dokumen : 05/SOP/Lab-NPI/2016 No. Revisi : 01 Tgl. Terbit : 01 April 2016 Halaman : 1-4 Kepala UPT Puskesmas Nusa Penida I dr. I Ketut

Lebih terperinci

Penyiapan Mesin Tetas

Penyiapan Mesin Tetas Dian Maharso Yuwono Pemeliharaan unggas secara intensif memerlukan bibit dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga penetasan dengan mesin semakin diperlukan. Penetasan telur unggas (ayam, itik, puyuh,

Lebih terperinci

Philips NL9206AD-4 Drachten

Philips NL9206AD-4 Drachten Philips NL9206AD-4 Drachten 4213.354.3927.1 Keterangan umum Dot Natural terletak pada bagian atas botol Natural dan merupakan tempat keluarnya cairan. Dot terbuat dari silikon yang memiliki 1 atau beberapa

Lebih terperinci

WD (06/16)

WD (06/16) WD 1 59674110 (06/16) Daftar Isi Petunjuk umum ID 5 Petunjuk Keamanan ID 5 Penjelasan tentang perangkat ID 7 Layanan ID 8 Pemeliharaan dan perawatan ID 9 Pemecahan Masalah ID 9 Data Teknis ID 9 Pelanggan

Lebih terperinci

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan

Tuberkulosis Dapat Disembuhkan Tuberkulosis Dapat Disembuhkan Erlina Burhan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Apakah Penyakit Tuberkulosis atau TB itu? Penyakit menular Kuman penyebab: Mycobacterium tuberculosis Bukan penyakit keturunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Penyakit Tuberkulosis paru Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut biasanya masuk ke dalam

Lebih terperinci

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan. Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk Cara nya Pembersihan sangat mengencerkan suatu larutan. adalah dibersihkan, dikalibrasi, lalu disarankan busa / dikeringkandengan lap.

Lebih terperinci

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN Area Renovasi : Tanggal pemantauan : KELAS III N O KEGIATAN YA TIDAK NA KETERANGAN 1 Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TBC 1. Pengertian TBC adalah suatu penyakit menular yang sebagian besar di sebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis, kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) atau dalam program kesehatan dikenal dengan TB.Paru merupakan penyakit yang mudah menular dan bersifat menahun, disebabkan oleh kuman Mycobacterium

Lebih terperinci

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS MENCUCI INSTRUMEN BEDAH L KEPERAWATA N Agar instrumen bedah yang dipakai dapat dibersihkan dari bahan berbahaya pasien 1. Siapkan larutan chlorine 0.5% secukupnya. 2. Selesai melakukan operasi, prosedur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian dilakukan di laboratorium klinik Analis Kesehatan fakultas

Lebih terperinci

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI II. PEWARNAAN SEL BAKTERI TUJUAN 1. Mempelajari dasar kimiawi dan teoritis pewarnaan bakteri 2. Mempelajari teknik pembuatan apusan kering dalam pewarnaan bakteri 3. Mempelajari tata cara pewarnaan sederhana

Lebih terperinci

PETUNJUK PENGAMBILAN SAMPEL DNA SATWA LIAR. Petunjuk Penggunaan Kit (Alat Bantu) untuk Pengambilan Sampel DNA Satwa Liar

PETUNJUK PENGAMBILAN SAMPEL DNA SATWA LIAR. Petunjuk Penggunaan Kit (Alat Bantu) untuk Pengambilan Sampel DNA Satwa Liar PETUNJUK PENGAMBILAN SAMPEL DNA SATWA LIAR Petunjuk Penggunaan Kit (Alat Bantu) untuk Pengambilan Sampel DNA Satwa Liar Panduan ini dirancang untuk melengkapi Kit atau Alat Bantu Pengambilan Sampel DNA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara identifikasi bakteri dari probiotik yang berpotensi sebagai bahan biodekomposer.

Lebih terperinci

MC-CL481. Petunjuk Pengoperasian. Penghisap Debu

MC-CL481. Petunjuk Pengoperasian. Penghisap Debu Petunjuk Pengoperasian No Model Penghisap Debu MC-CL48 Kami merekomendasikan agar anda mempelajari Petunjuk Pengoperasian ini secara cermat sebelum mencoba untuk mengoperasikan alat ini, serta memperhatikan

Lebih terperinci

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan.

Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan. Nama Alat Fungsi Cara Kerja Alat Cara Membersihkan 1. Labu Ukur Untuk mengencerkan suatu larutan. Cara menggunakannya adalah dibersihkan, dikalibrasi, lalu dikeringkandengan lap. Kemudian dimasukkan larutan

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN. PENGENALAN ALAT Dan STERILISASI ALAT : MHD FADLI NST NIM : : AGROEKOTEKNOLOGI

JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN. PENGENALAN ALAT Dan STERILISASI ALAT : MHD FADLI NST NIM : : AGROEKOTEKNOLOGI JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN PENGENALAN ALAT Dan STERILISASI ALAT O L E H NAMA : MHD FADLI NST NIM : 1109008817 PRODI GROUP : AGROEKOTEKNOLOGI : A LABORATORIUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BAGI PETUGAS No. Dokumen : No. Revisi : 00. Tanggal Terbit : Halaman : 1/2

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA BAGI PETUGAS No. Dokumen : No. Revisi : 00. Tanggal Terbit : Halaman : 1/2 No Dokumen : No Revisi : 00 drhjnilawati NIP 19621030 200210 2 001 1 2 3 Pengertian Tujuan Kebijakan Berbagai alat dan pemrosesan spesimen di laboratorium dapat menimbulkan bahaya bagi petugas Untuk mencegah

Lebih terperinci

MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI Klasifikasi Alat : 1. Alat untuk Pengamatan (Koloni dan Morfologi) 2. Alat untuk Sterilisasi 3. Alat untuk Kultivasi 4. Alat untuk Kuantifikasi Mikroorganisme

Lebih terperinci

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA SOP KEAMANAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA TUJUAN Memelihara lingkungan kerja yang sehat. Mencegah, dan mengobati kecelakaan yang disebabkan akibat pekerjaan sewaktu bekerja. Mencegah dan mengobati

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian 4.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Penelitian ini mencakup ilmu bidang Obstetri dan Ginekologi, dan Mikrobiologi Klinik. 4.1.2 Ruang Lingkup Tempat

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 3. MELAKUKAN PENGAMATANLatihan Soal Menyimpan dalam kedaan off merupakan salah satu cara memperlakukan alat...

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 3. MELAKUKAN PENGAMATANLatihan Soal Menyimpan dalam kedaan off merupakan salah satu cara memperlakukan alat... 1. Alat dari bahan gelas aman apabila dibawa dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 3. MELAKUKAN PENGAMATANLatihan Soal 3.1 Satu Tangan Dua Tangan Dua Jari Lima Jari Alat-alat laboratorium dari bahan gelas,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuberkulosis Paru 2.1.1 Etiologi Penyebab dari penyakit ini adalah bakteri Mycobacterium tuberculois. Ukuran dari bakteri ini cukup kecil yaitu 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sampel tanah diambil dari Hutan Larangan Adat Rumbio Kabupaten Kampar. Sedangkan Enumerasi dan Analisis bakteri dilakukan di Laboratorium Patologi,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan mulai bulan Februari sampai April 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUP H.Adam Malik Medan.

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan mulai bulan Februari sampai April 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUP H.Adam Malik Medan. III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan mulai bulan Februari sampai April 2015 di Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUP H.Adam Malik Medan. 3.2 Bahan dan Alat 3.2.1

Lebih terperinci

Lampiran 1. Denah Rumah Tahanan Negara Kelas I Tanjung Gusta Medan

Lampiran 1. Denah Rumah Tahanan Negara Kelas I Tanjung Gusta Medan Lampiran 1. Denah Rumah Tahanan Negara Kelas I Tanjung Gusta Medan Lampiran 2. Data angka penyebab kematian pada narapidana dan tahanan di Indonesia tahun 2011 No Nama Penyakit Jumlah 1 HIV/AIDS 105 2

Lebih terperinci