NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA PIKIR DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA PIKIR DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN"

Transkripsi

1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA PIKIR DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN Oleh : Ajeng Prasetya Dewi Sonny Andrianto PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2006

2 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA PIKIR DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN Telah Disetujui Pada Tanggal Dosen Pembimbing ( Sonny Andrianto S. Psi., M. Si )

3 HUBUNGAN ANTARA POLA PIKIR DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FAKULTAS KEGURUAN Ajeng Prasetya Dewi Sonny Andrianto INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara pola pikir dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa Fakultas Keguruan. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara pola pikir dengan kecemasan berbicara di depan umum. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univeritas Muhammadiyah Purwokerto angkatan 2003 dengan jumlah subjek 125 orang. Skala yang digunakan adalah Skala Kecemasan Berbicara di Depan Umum yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan kesimpulan dari dua teori yang dikemukakan oleh Hudaniah dan Dayakisni (2003) dan Rogers (2004). Skala Pola pikir juga disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Rini (2002). Skala Pola Pikir lebih cenderung pada pola pikir negatif. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program SPSS versi 12,0 for windows untuk menguji apakah terdapat hubungan antara pola pikir dengan kecemasan berbicara di depan umum. Korelasi Product moment dari Pearson menunjukkan bahwa nilai r = 0,649 dengan nilai p = 0,000 (p < 0,01), artinya ada hubungan yang sigifikan antara pola pikir dengan kecemasan berbicara di depan umum. Jadi hipotesis penelitian diterima. Kata Kunci : Kecemasan Berbicara di Depan Umum, Pola Pikir

4 Pendahuluan Latar Belakang Masalah Sebagai seorang calon guru, Mahasiswa Fakultas Keguruan dituntut untuk mempunyai kemampuam berbicara di depan umum, disamping keahlian mengungkapkan pikirannya secara tertulis. Mengungkapkan pikiran secara lisan diperlukan kemampuan penguasaan bahasa yang baik supaya mudah dimengerti oleh orang lain dan pembawaan diri yang tepat. Pembawaan diri yang dimaksud adalah adanya kepercayaan diri, kemampuan dalam stabilitas emosi, sanggup menampilkan gagasan-gagasan secara lancar dan teratur, serta memperlihatkan suatu sikap gerakgerik yang tidak kaku. Sama halnya dengan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadyah Purwokerto (FKIP UMP) yang terdiri dari tujuh jurusan, dituntut untuk mempunyai kemampuan berbicara didepan umum. Oleh sebab itu mahasiswa yang telah memasuki semester enam diwajibkan untuk mengambil mata kuliah microteaching (mengajar dalam lingkup kecil) dan seminar. Selain itu, setiap jurusan mempunyai mata kuliah dengan nama yang berbeda-beda, tetapi pada intinya mata kuliah tersebut melatih kemampuan mahasiswa berbicara di depan umum. Tujuh mahasiswa angkatan 2003 FKIP UMP yang mewakili masing-masing jurusan diwawancarai oleh peneliti, dari tanggal Maret Seorang mahasiswa dari jurusan Matematika yang merupakan ketua dari Dewan Mahasiswa FKIP UMP mengaku dirinya tidak begitu canggung ketika sedang berbicara di depan umum. Selain karena dirinya sudah terbiasa berbicara di depan umum juga karena

5 dirinya selalu memikirkan hal-hal yang menyenangkan dari setiap aktivitasnya. Enam mahasiswa mengaku bahwa mereka sering mengalami kecemasan ketika membawakan presentasi di depan kelas. Adanya perasaan takut dan khawatir berbuat banyak kesalahan serta tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajukan temantemannya. Tujuh mahasiswa ini juga menilai bahwa hampir seluruh teman satu kelasnya mengalami hal yang serupa, perasan cemas tersebut sangat terlihat ketika setiap mahasiswa mendapat gilirannya untuk berbicara di depan kelas. Hanya beberapa orang saja yang terlihat santai ketika berbicara di depan kelas. Perasaan cemas atau grogi saat mulai berbicara di depan umum adalah hal yang hampir pasti dialami oleh semua orang. Bahkan seseorang yang telah berpengalaman berbicara di depan umum pun tidak terlepas dari perasaaan ini. Menurut Osborne (2004) perasaan cemas ini muncul karena takut secara fisik terhadap pendengar, yaitu takut ditertawakan orang, takut bahwa dirinya akan menjadi tontonan orang, takut bahwa apa yang akan dikemukakan mungkin tidak pantas untuk dikemukakan, dan rasa takut bahwa mungkin dirinya akan membosankan. Rini (2002) mengatakan bahwa perasaan ini muncul karena melemahnya rasa percaya diri sehingga dalam pikiran seseorang muncul pikiran-pikiran negatif mengenai dirinya. Ada juga anjuran supaya seseorang harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya sebelum berbicara di depan umum, tetapi perasaan cemas ini tetap ada. Keinginan untuk bersikap sebaik-baiknya mendorong munculnya perasaan cemas. Secara negatif, pikiran seseorang biasanya terbebani oleh ketakutan untuk

6 membuat kesalahan dan kekhawatiran akan gagal, kecemasan jika melakukan kekonyolan dan berbagai bayangan-bayangan negatif lainnya ( Individu yang pemalu dan cemas secara sosial cenderung untuk menarik diri dan tidak efektif dalam interaksi sosial, ini dimungkinkan karena individu tersebut mempersepsi akan adanya reaksi negatif. Kecemasan merupakan suatu kekurangan dalam hubungan sosial, karena individu yang gugup (nervous) dan terhambat mungkin menjadi kurang efektif secara sosial, misalnya ketika individu mengalami nervous, individu tersebut mungkin menunjukkan indikasi-indikasi seperti gemetar, gelisah, menghindari orang lain, tidak lancar berbicara dan kesulitan konsentrasi (Dayakisi & Hudaniah, 2003). Kecemasan yang terjadi pada diri individu akan membuat individu tersebut merasa rendah diri, meremehkan diri sendiri, menganggap dirinya tidak menarik dan menganggap dirinya tidak menyenangkan untuk orang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu yang cenderung mengalami kecemasan ditandai dengan ketegangan otot dan adanya tingkat kewaspadaan yang sangat tinggi. Kemudian, individu tersebut akan menolak untuk bersosialisasi dengan orang lain, keadaan individu akan membaik ketika ketegangannya berkurang (Teichman, 1974). Semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa pikiran seseorang sangat menentukan apa yang dapat dicapainya dalam kehidupan ini. Mapes (2003) menyatakan bahwa setiap orang memiliki pola-pola pikiran tertentu dan secara sadar atau tidak sadar mereka berusaha berperilaku untuk mewujudkan apa yang ada dalam

7 pikirannya itu. Pikiran yang kerdil akan membuat seseorang menjadi kerdil. Seseorang yang sering mengalami musibah kebanyakan berpola pikir takut musibah, selalu cemas atau selalu memikirkan kecelakaan. Sebaliknya, orang yang selalu bergembira memang berpola pikir gembira, mampu melihat kebaikan dalam setiap peristiwa, tidak ada kecenderungan menyakiti diri sendiri dan orang lain. Rahayu, dkk (2004) memaparkan hasil penelitiannya, bahwa semakin seseorang berpola pikir positif maka semakin rendah kecemasan berbicara di depan umum, sebaliknya semakin seseorang berpola pikir negatif maka akan semakin tinggi kecemasan berbicara di depan umum. Hal ini dapat disebabkan karena individu membangun pesan-pesan yang negatif dan memperkirakan hal-hal yang negatif sebagai hasil keikutsertaannya dalam interaksi komunikasi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinniah, dkk (2003) juga menunjukkan bahwa takut pada evaluasi negatif secara tidak langsung dapat mempengaruhi kesehatan mental melalui menghindari hubungan sosial dan distress. Artinya, ketika seseorang dikritik mengenai hal-hal negatif yang dilakukannya maka cenderung menyebabkan individu tersebut mengalami distress dan menghindari hubungan sosial, kemudian akan mempengaruhi kesehatan mentalnya. Sebagian besar, kecemasan berbicara di depan umum disebabkan karena individu membangun perasaan negatif dan memperkirakan hasil-hasilnya yang negatif sebagai hasil keterlibatannya dalam interaksi komunikasi, takut akan kesalahan-kesalahan yang dilakukannya, kemudian orang lain akan menertawakan dan memberikan sindiransindiran pedasnya.

8 Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Olfson, dkk (2000), dijelaskan bahwa kecemasan dalam interaksi sosial lebih sering dikarenakan adanya pikiran-pikiran negatif dalam diri individu. Individu merasa orang lain tidak dapat menerima dirinya karena perbedaan-perbedaan yang dimilikinya, seperti perbedaan status sosial, status ekonomi dan tingkat pendidikan. Tinjauan Pustaka Pengertian Kecemasan Berbicara di Depan Umum Daradjat (1969) menjelaskan kecemasan sebagai manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Ada beberapa jenis rasa cemas, yaitu cemas akibat mengetahui ada bahaya yang mengancam dirinya, rasa cemas berupa penyakit yang dapat mempengaruhi keseluruhan diri pribadi. Selanjutnya, rasa cemas karena perasaan berdosa atau bersalahyang nantinya dapat menyertai gangguan jiwa. Sedangkan Chaplin (2000) berpendapat bahwa kecemasan merupakan perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai rasarasa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut. Sementara itu, kecemasan menurut Lazarus (1976) mempunyai dua arti, yaitu: a. Kecemasan sebagai respon digambarkan sebagai suatu pengalaman yang dirasakan tidak menyenangakan serta diikuti dengan suasana gelisah, bingung, khawatir dan takut. Bentuk kecemasan ini dibedakan menjadi dua, yaitu:

9 1. State anxiety, merupakan gejala kecemasan yang sifatnya tidak menetap pada diri individu dihadapkan pada situasi tertentu, gejala ini akan tampak selama situasi tersebut masih ada. 2. Trait anxiety, kecemasan yang tidak tampak langsung dalam tingkah laku tetapi dapat dilihat frekuensi dan intensitas keadaan kecemasan individu sepanjang waktu, merupakan kecemasan yang sifatnya menetap pada diri individu dan timbul dari pengalaman yang tidak menyenangkan pada awal kehidupan. Kecemasan tersebut berhubungan dengan kepribadian individu yang merupakan disposisi pada individu untuk menjadi cemas. b. Kecemasan sebagai intervening variable disini lebih mempunyai arti sebagai motivating solution, artinya situasi kecemasan tersebut dapat mendorong individu agar dapat mengatasi masalah. Nevid, dkk (1997) menganggap kecemasan sebagai suatu keadaan takut atau perasaan tidak enak yang disebabkan oleh banyak hal seperti kesehatan individu, hubungan sosial, ketika hendak menjalankan ujian sekolah, masalah pekerjaan, hubungan internal dan lingkungan sekitar. Kemudian, menurut Hudaniah dan Dayakisni (2003) pada umumnya kecemasan berwujud ketakutan kognitif, keterbangkitan syaraf fisiologis dan suatu pengalaman subjektif dari ketegangan atau kegugupan. Beberapa individu juga mengalami perasaan tidak nyaman dengan keehadiran orang lain, biasanya disertai dengan perasaan malu yang ditandai dengan kekakuan, hambatan dan kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial. Keadaan individu yang seperti ini dianggap mengalami kecemasan sosial.

10 Burgoon dan Ruffner (1978) menjelaskan hambatan komunikasi (Communication Apprehension) sebagai suatu reaksi negatif dari individu berupa kecemasan yang dialami individu ketika berkomunikasi, baik komunikasi antar pribadi, komunikasi di depan umum maupun komunikasi masa. Penelitian kali ini yang akan ditekankan adalah pada kecemasan berbicara di depan umum. Batasan antara communication apprehension dengan kecemasan berbicara di depan umum adalah bahwa individu dengan communication apprehension yang tinggi akan mengalami kecemasan ketika menghadapi berbagai macam konteks komunikasi. Individu yang mengalami kecemasan berbicara di depan umum tidak mengalami kecemasan pada situasi komunikasi biasa. Individu biasanya menjadi cemas sehubungan dengan situasi berbicara di depan umum. Kecemasan berbicara di depan umum termasuk dalam bentuk komunikasi kelompok besar, generally anxious in variety of communication contexts. Kecemasan berbicara di depan umum biasa disebut dengan istilah Stage Fright, yaitu keadaan takut atau cemas pada saat membayangkan atau situasi nyata berbicara di depan umum. Penekanannya adalah bahwa fenomena kecemasan berbicara di depan umum berpusat pada pembicara. Individu yang mengalami kecemasan akan merasakan adanya perubahan psikis dan psikologis. Perubahan psikis yang dialami individu yang cemas ditandai dengan perasaan tegang, khawatir dan takut. Perubahan fisiologis yang terjadi misalnya denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah meningkat. Selanjutnya McCroskey (1984) menyebutkan ada empat jenis Communication Apprehension (CA), yaitu CA as a trait, CA in gereralized context, CA with

11 generalized people, CA as a state. Kecemasan berbicara di depan umum termasuk dalam jenis CA in generalized context. Beberapa individu mengalami kecemasan hanya pada kondisis tertentu, maksudnya ada tipe general dari setting/kondisi komunikasi yang menimbulkan kecemasan, yaitu komunikator. Penekanannya adalah bahwa fenomena kecemasan berbicara di depan umum berpusat pada pembicara. Konteks yang paling banyak ditemui adalah berbicara di depan umum (Public Speaking), misalnya memberikan pidato, presentasi di depan kelas, pada saat pertemuan atau meeting. Individu akan mengalami kecemasan ketika mulai membayangkan sampai berlangsungnya pengalaman berbicara di depan umum. Sejalan dengan itu, Beaty (Opt & Loffredo, 2000) juga menyebut kecemasan berbicara di depan umum dengan istilah communication apprehension. Beaty menjelaskan bahwa kecemasan berbicara di depan umum merupakan bentuk dari perasaan takut atau cemas secara nyata ketika berbicara di depan orang-orang sebagai hasil dari proses belajar sosial. Ada perbedaan antara berbicara di depan umum dengan pembicaraan biasa, pada konteks pembicaraan biasa individu merasa aman untuk menyampaikan pikiranpikirannya. Bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembicaraan biasa adalah adanya proses memberi dan menerima, proses komunikasi dua arah (dialog). Berbeda dengan berbicara di depan umum, begitu individu mulai berbicara di depan umum, secara otomatis individu teersebut menjadi pemimpin dan memegang kendali penuh dari banyak orang. Proses komunikasi berubah menjadi satu arah (monolog). Individu yang takut berbicara di depan umum biasanya akan menghindarinya, kemudian akan

12 berlanjut berubah menjadi fobia nyata. Ketakutan dan kecemasan berbicara di depan umum ditandai dengan perasaan gelisah dan perasaan tertekan (Rogers, 2004). Jadi, dapat disimpulkan bahwa kecemasan berbicara di depan umum adalah suatu keadaaan tidak nyaman yang sifatnya tidak menetap pada diri individu, pada situasi berbicara di depan orang banyak. Hal ini akan ditandai dengan reaksi fisik dan psikologis. Komponen-komponen dalam penyusunan skala ini merupakan kesimpulan dari dua teori yang dikemukakan oleh Hudaniah dan Dayakisni (2003) dan Rogers (2004), yaitu: aspek fisik, aspek kognitif, aspek perilaku dan aspek emosional. Semakin tinggi nilai pada skala ini, maka semakin tinggi kecemasan berbicara di depan umum. Semakin rendah nilai yang diperoleh dari skala ini, maka semakin rendah kecemasan berbicara di depan umum. Pengertian Pola Pikir Berpikir merupakan aktivitas mental, yang berbentuk pemrosesan informasi secara kognitif dengan memanfaatkan persepsi, konsep-konsep, symbol-simbol dan gambar (Bruno, 1989). Menurut Bono (1990), berpikir merupakan eksplorasi pengalaman yang dilakukan secara sadar dalam mencapai suatu tujuan. Sedangkan pola pikir mempunyai pengertian kecenderungan manusiawi yang dinamis, sehingga dapat berpengaruh terhadap kehidupan. Pola pikir seseorang dapat membantu dalam menyelesaikan masalahnya, dapat pula merugikannya (Williams, 2004). Pola pikir yang dimaksud terbagi menjadi dua macam :

13 1) Pola pikir positif, yaitu kecenderungan individu untuk memandang segala sesuatu dari segi positifnya dan selalu berpikir optimis terhadap lingkungan serta dirinya sendiri. Pola pikir inilah yang dapat membantu individu dalam mngatasi masalahnya. 2) Pola pikir negatif, yaitu kecendurngan individu untuk memandang segala sesuatu dari sisi negatif. Individu dengan pola pikir negaitif selalu menilai bahwa dirinya tidak mampu, terus menerus mengingat hal-hal yang menakutkan. Pola pikir negatif lebih memberikan dampak yang merugikan bagi kehidupan individu. Pola pikir yang dimaksud dalam penelitian ini tidak sama dengan self image. Batasannya, self image lebih pada gambaran diri individu yang diinginkan atau yang ingin dicapai (Wulyo, 1990). Individu dengan pola pikir tertentu bukan karena menginginkan sesuatu tapi lebih dikarenakan pengaruh keyakinan dirinya yang berhubungan dengan pengalaman sebelumnya. Misalnya, individu yang memakai pola pikir negatif dengan perasaan pesimisnya akan terus menerus mengingat sesuatu yang menakutkan berhubungan dengan pengalamannya maupun pengalaman orang lain. Akibatnya, rasa takut menjadi lebih besar dan individu tersebut meyakini bahwa apa yang ditakutkan dan dipikirkan aka akan menjadi kenyataan (Mapes, 2003). Menurut Rini (2002), pola pikir sangat berhubungan erat dengan kepercayaan diri. Individu dengan rasa percaya diri yang lemah, cenderung mempersepsi segala sesuatu dari sisi negatif. Individu tersebut tidak menyadari bahwa dari dalam dirinya lah semua negativisme itu berasal. Sedangkan individu dengan percaya diri yang

14 tinggi, cenderung mempersepsi segala sesuatu dari sisi positifnya. Sikap positif individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Albrecht (Rahayu dkk, 2004) memandang individu yang berpikir positif akan mengarahkan pikiran-pikirannya pada hal-hal yang positif, individu tersebut akan bersikap positif dalam menghadapi permasalahan. Lebih berbicara tentang kesuksesan daripada kegagalan, cinta kasih daripada kebencian, kebahagiaan daripada kesedihan, keyakinan daripada ketakutan, kepuasan daripada kekecewaan. Selanjutnya, Norem (2002) menyebut pola pikir negatif sama dengan berpikir negatif (Negative Thingking). Negative thingking merupakan manifestasi dari perasaan takut pada masa yang akan datang karena individu tersebut merasa tidak mempunyai teknik problem solving yang tepat dalam menyelesaikan permasalahannya. Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pola pikir adalah kecenderungan individu yang dipengaruhi oleh keyakinan diri dalam memandang segala sesuatu. Kemudian, pola pikir ini akan berpengaruh terhadap kehidupannya. Pola pikir yang diteliti lebih cenderung pada pola pikir negatif, sehingga yang digunakan merupakan komponen pola pikir negatif yang dikemukakan oleh Rini (2004). Komponen-komponen tersebut adalah keharusan pada diri sendiri, berpikir totalitas dan dualisme, pesimistik yang futuristik, tidak kritis dan selektif terhadap self-criticism, labeling, sulit menerima pendapat, dan mengecilkan arti keberhasilan

15 diri. Semakin tinggi nilai yang didapatkan dari skala ini, maka semakin tinggi pola pikir negatifnya. Semakin rendah nilai yang diperoleh, maka semakin rendah pula pola pikir negatifnya. Keterkaitan Pola Pikir dengan Kecemasan Berbicara di depan Umum Kemampuan berbicara di depan umum hampir selalu dibutuhkan dalam setiap jenis profesi. Ketidakmampuan untuk bicara di depan umum dapat menghambat pekerjaan dan menghancurkan kesempatan seseorang untuk menunjukkan kelebihan dan keahliannya. Ketidakmampuan ini lebih sering dikarenakan adanya kecemasan dalam diri individu tersebut (Rogers, 2004). Perasaan cemas merupakan naluri yang tidak dapat dihilangkan dengan cara apapun dan setiap manusia pasti pernah mengalami kecemasan (Freud dalam Hall & Calvin, 2000). Ketika perasaan cemas berbicara di depan umum tidak dikelola dengan baik, maka topik yang dibicarakan menjadi kurang efektif (Opt & Loffredo, 2000). Sebagian besar perasaan cemas muncul bukan disebabkan oleh kompetensi individu, tetapi lebih sering disebabkan oleh pola pikir yang keliru (Rahayu, dkk, 2004). Individu dengan pola pikir negatif, akan selalu memikirkan segala hal buruk yang akan terjadi padanya. Pemikiran seperti ini akan membuat individu merasa tertekan dan tidak nyaman (Norem, 2001). Akibatnya, individu tersebut mengalami reaksi fisik dengan cepat, seperti peningkatan detak jantung, gemetar pada bagian tangan dan kaki, keringat yang keluar terus-menerus (Nevid, 1997). Kemudian akan menghindari rasa malu dan melindungi diri dari ancaman ini. Berbeda dengan individu yang berpola pikir positif, memandang sesuatu dari sisi positifnya. Meskipun

16 mengalami ketegangan tetapi ketegangan ini menjadikannya segera bertindak untuk mencari solusinya (Rothciid, 1997). Seperti pernyataan Peale (1996), individu yang berpikir positif akan memandang segala persoalan yang muncul dari sudut pandang yang positif. Individu akan menanggapi dan mengatasi persoalannya secara lebih optimis. Pikiran yang negatif akan berdampak negatif, sebaliknya pikiran yang positif akan berdampak positif. Hipotesis Ada hubungan antara pola pikir dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa FKIP UMP. Metode Penelitian Identifikasi Variabel Penelitian Variabel tergantung Variabel bebas : Kecemasan berbicara di depan umum : Pola pikir Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadyah Purwokerto (FKIP UMP) angkatan 2003, jenis kelamin perempuan dan laki-laki.

17 Metode Pengumpulan Data Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan metode skala, yaitu metode penyelidikan dengan menggunakan suatu pernyataan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh individu yang menjadi subjek penelitian. Penelitian ini menggunakan dua macam skala yang disusun sendiri oleh peneliti, yaitu 1. Skala Kecemasan Berbicara di Depan Umum yang disusun berdasarkan kesimpulan dari dua teori yang dikemukakan oleh Hudaniah dan Dayakisni (2003) dan Rogers (2004). 2. Skala Pola Pikir disusun berdasarkan teori yang dinyatakan oleh Rini (2002). Metode Analisis Data Berdasarkan hipotesis yang telah diajukan dalam penelitian ini, maka metode analisis data yang digunakan adalah teknik korelasi product moment dari Pearson. Perhitungan analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 12,0 for Windows. Hasil Penelitian Deskripsi Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2003 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhhamadiyah Purwokerto. Mahasiswa angkatan 2003 paling tidak sedang mengambil mata kuliah yang membutuhkan ketrampilan berbicara di depan umum. Subjek untuk penelitian ini tidak ada batasan umur. Tidak semua mahasiswa angkatan 2003 merupakan lulusan SMA/yang sejajar

18 tahun 2003, tetapi ada juga yang sebenarnya lulus SMA/yang sejajar jauh sebelum tahun Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pola pikir dengan kecemasan berbicara di depan umum. Uji hipotesis dilakukan menggunakan SPSS 12.0 for windows dengan menggunakan korelasi dari Pearson. Hasil analisis data menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,649 dengan p = 0,000 ( p < 0,01 ), sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan anara pola pikir dengan kecemasan berbicara di depan umum dapat diterima. Hasil uji korelasi tersebut menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kedua variabel. Pembahasan Hasil analisis data dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pola pikir dengan kecemasan berbicara di depan umum. Skala Pola Pikir yang digunakan dalam penelitian ini lebih cenderung pada pola pikir negatif. Hasil uji korelasi menyatakan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara pola pikir negatif dengan kecemasan berbicara di depan umum. Individu dengan pola pikir negatif yang tinggi akan mengalami kecemasan berbicara di depan umum yang tinggi. Individu dengan pola pikir negatif yang rendah akan mengalami kecemasan berbicara di depan umum yang rendah pula. Hal senada juga dikemukakan oleh Rahayu (2004), bahwa pada umumnya kecemasan berbicara di depan umum lebih sering disebabkan oleh pikiran individu tersebut yang negatif dan tidak rasional. Munculnya perasaan-perasaan negatif dan ramalan hasil yang negatif. Individu

19 membayangkan sesuatu yang negatif akan terjadi, sebagai keterlibatannya dalam situasi berbicara di depan umum. Individu yang berbicara di depan umum seringkali menjadi rentan, bahkan terancam, karena pola pikir negatif yang ada dalam diri individu tersebut. Individu merasa bahwa dirinya sedang diadili oleh banyak orang. Perasaan akan adanya penilaian terhadap gerak-gerik, ucapan yang salah, menjadi individu yang sedang diamati secara cermat dan menjadi pusat perhatian. Ketika perasaan-perasaan seperti ini menguasai individu, maka akan muncul perasaan takut, sehingga menyebabkan individu tersebut menghindari kesempatan untuk berbicara di depan umum (Rogers, 2004). Hasil pengolahan kriteria kategorisasi pada tabel 10 menunjukkan bahwa dari 125 subjek dengan skor pola pikir 79,9 < X < 102,1, artinya mayoritas pola pikir subjek berada pada kategori sedang yaitu mencapai 69,6%. Kemudian, untuk skor kecemasan berbicara di depan umum yang tertulis dalam tabel 11 menunjukkan bahwa skor yang didapat 90,2 < X < 114,8, ini berarti mayoritas subjek berada pada tingkat kecemasan berbicara di depan umum yang sedang, yaitu mencapai 65,6%. Berdasarkan keterangan diatas dapat diketahui bahwa subjek mempunyai pola pikir yang cukup negatif, sehingga menyebabkan kecemasan berbicara di depan umum cukup tinggi. Hasil uji korelasi dari Pearson menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kedua variabel. Hal tersebut dapat dilihat dari kontribusi kecemasan berbicara di depan umum diketahui sebesar 42,1%, artinya bahwa pola pikir yang

20 cenderung negatif memberikan sumbangan efektif sebesar 42,1% terhadap kecemasan berbicara di depan umum. Sisanya sebesar 57,9% adalah faktor lain yang juga berpengaruh, tetapi tidak mendapatkam perhatian dalam penelitian ini. Individu yang pemikir lebih sensitif terhadap segala sesuatu terhadap segala sesuatu yang dipikirkannya, dibandingkan dengan individu yang lebih menggunakan intuisinya (Williams & Bicknell-Behr dalam Opt dan Loffredo, 2000). Pola pikir negatif dapat merusak individu yang mengalaminya (Williams, 2004). Individu yang mengalami kecemasan berbicara di depan umum (Stage Fright) karena faktor pola pikirnya yang negatif akan merasa takut, sulit dan cemas ketika harus berkomunikasi di depan banyak orang (Public Setting). Pola pikir negatif ini cenderung karena adanya pengalaman tidak menyenangkan yang pernah dirasakan individu Hal ini menyebabkan komunikasi menjadi tidak efektif (Burgoon & Ruffner, 1978). Russel (2003) menyatakan bahwa pikiran dapat merangsang timbulnya respon-respon otomatis tertentu dari tubuh. Pikiran tentang sesuatu yang menakutkan akan menyebabkan individu selalu dalam kondisi cemas, kemudian akan mempengaruhi kehidupannya sehari-hari. Pikiran juga dapat mengajari tubuh untuk menyembuhkan sesuatu. Ketika individu optimis terhadap kemampuannya berbicara di depan umum, maka individu tersebut akan merasa nyaman dalam menyampaikan materi-materi yang hendak disampaikan.

21 Penutup Kesimpulan Hasil analisis data yang telah dilakukan dengan menggunakan SPSS 12,0 for windows menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola pikir dengan kecemasan berbicapan umum. Kemudian, dari hasil uji korelasi kedua variabel menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara pola pikir yang cenderung negatif dengan kecemasan berbicara di depan umum. Artinya, bahwa individu dengan pola pikir negatif yang tinggi akan mengalami kecemasan berbicara di depan umum yang tinggi. Sebaliknya, individu dengan pola pikir negatif yang rendah akan mengalami kecemasan berbicara di depan umum yang rendah pula. Sumbangan efektif yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebesar 42,1 %. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah disampaikan, perlu kiranya disampaikan beberapa saran yang ditujukan kepada subjek penelitian dan peneliti selanjutnya. 1. Saran Bagi Subjek Penelitian Setiap mahasiswa Fakultas Keguruan selalu dituntut untuk mempunyai ketrampilan berbicara di depan umum. Sebagai calon guru yang nantinya akan berbicara di depan muridnya, tidak hanya membutuhkan kelancaran dalam berbicara tetapi juga harus dapat menarik perhatian para murid-muridnya, sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih efektif. Pola pikir yang cenderung negatif sering menyebabkan kecemasan berbicara di depan umum. Alangkah baiknya apabila pihak fakultas mengadakan pelatihan untuk mengubah pola pikir para mahasiswa dengan

22 tujuan dapat mengurangi pola pikir negatif para mahasiswanya ketika hendak berbicara di depan umum. 2. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi para peneliti selanjutnya yang mungkin tertarik meneliti dengan topik yang sama, disarankan untuk menggunakan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi kecemasan berbicara di depan umum. Misalnya harga diri, ketrampilan atau mungkin pengalaman berbicara di depan umum. Berdasarkan hasil penelitian ini, 57,9% merupakan faktor lain yang berpengaruh terhadap kecemasan berbicara di depan umum. Peneliti selanjutnya dapat menggunakan subjek yang berbeda dari penelitian ini, dengan pertimbangan sering terlibat dalam situasi berbicara di depan umum. Misalnya aktivis mahasiswa, Dosen, atau bahkan Kepala Desa. Peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya yang ingin menggunakan teori yang sama, sebelumnya diadaptasi terlebih dahulu oleh peneliti sesuai dengan kondisi yang ada. Lebih baik apabila teori yang digunakan adalah teori yang up to date dan bersifat ilmiah. Hendaknya penelitian didukung dengan perencanaan yang lebih baik dan lebih matang dengan mempertimbangkan waktu yang tepat untuk melaksanakan penelitian. Alasannya, masalah yang diteliti menyangkut masalah sosial dan psikologi dari subjek.

23 DAFTAR PUSTAKA Bono, E. D Mengajar Berfikir. Penerjemah, Soemardeo. Jakarta. Penerbit Erlangga Bruno, F. J Kamus Istilah Kunci Psikologi. Yogyakarta: Kanisius Burgoon, M. and Ruffner, M Human Communication. New York: Holt Rinehart and Winston Chaplin, J. P Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono. Jakarta: Raja Grafindo Persada Darajdat, Z Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung Dewi, R Hubungan Antara Berfikir Positif dengan Stress pada Remaja. Naskah Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia General Enterpreneur Smart Work. Menangani Grogi Saat Memulai Presentasi. Hall & Callvin Libido Kekuasaan Sigmun Freud. Penerjemah, S. Tasrif. Yogyakarta: Karawang Hudaniah & Dayakisni, T Psikologi Sosial, Edisi Revisi. Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah Lazarus Pattern Of Adjusment and Human Efectivenees. Kogakusha. Mc Graw Hill Book Compay Mapes, J. J Quantum Leap Thinking, Pedoman Lengkap Cara Berpikir. Penerjemah: Basuki Heri Winarno. Surabaya: Ikon Teralitera McCroskey The Communication Apprehension Perspective. Avaliable: Nawawi, H Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Nevid, J. S., Rathus, S. A. and Greene,B Abnormal Psychology in a Changing World Third Edition. Prentice Hall, Inc

24 Norem, J. K Book Review, The Positive Power of Negative Thinking. Journal The Futorist, Vol. 36. Olfson, M., dkk Barriers to the Treatment of Social Anxiety. Am J Psychiatry, 157: Opt, S. K. & Loffredo, D. A Rethinking Communication Apprehension: A Myers-Briggs Perspective. The Journal Psychology, 134(5), Osborne, J. W Kiat Berbicara di Depan Umum Untuk Eksekutif Jalan Menuju Keberhasilan. Jakarta: Bumi Aksara Peale, N. V Berpikir Positive. Jakarta: Bina Aksara Rupa Rahayu, I.T., Ardani, T.A. dan Sulistyaningsih Hubungan Pola Pikir Positif Dengan Kecemasan Berbicara di Depan Umum. Jurnal Psikologi UNDIP, Vol. 1, No. 2, Rini, J. F Memupuk Rasa Percaya Diri. Rogers, N Berani Bicara di Depan Publik, Edisi Revisi. Bandung: Penerbit Nuansa Rothcild, J Life: The Power of Positive Thinking. Journal Psychology Today, Vol: 30. Russel, B., et all Mind Power, Menjelajah Kekuatan Pikiran. Penerjemah: D. Hamdi Ridlo. Bandung: Penerbit Nuansa Sinniah, S. D., Teoh, Hsien-Jien and Shaharom, M. H Does Social Evaluative Anxiety Affect A Person s Mental Health?. Anima, Indonesian Psychological Journal, Vol. 18, No. 45, Teichman, Y Predisposition for Anxiety and Affiliation. Journal Of Personality and Social Psychology, Vol.29, N. 3, Triana, Ridha Hubungan Antara Citra Raga dengan Kecemasan Berbicara di Muka Umum. Naskah Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia

25 Williams, D Merubah Pola Pikir (Changing Mindset). 3/ shtml Wulyo Kamus Istilah Psikologi. Lamongan: CV Bintang Pelajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengalaman berbicara di depan umum pun tidak terlepas dari perasaaan ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengalaman berbicara di depan umum pun tidak terlepas dari perasaaan ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perasaan cemas atau grogi saat mulai berbicara di depan umum adalah hal yang seringkali dialami oleh kebanyakan orang. Bahkan seseorang yang telah berpengalaman

Lebih terperinci

Bayu Prakoso F

Bayu Prakoso F HUBUNGAN ANTARA BERPIKIR POSITIF DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persayaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: Bayu Prakoso F. 100 100

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN EKSTROVERT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA FKIP PBSID UMS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi hantu yang menakutkan

BAB I PENDAHULUAN. yang mana anggapan salah mengenai khalayak menjadi hantu yang menakutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan, manusia membutuhkan pergaulan dengan manusia lainnya. Hal ini berarti bahwa manusia tidak

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Arismunandar, Prof. W. (2003). Makalah Apresiasi Guru Besar Teknik Mesin.Komunikasi dalam Pendidikan.Departemen Teknik Mesin ITB.

DAFTAR PUSTAKA. Arismunandar, Prof. W. (2003). Makalah Apresiasi Guru Besar Teknik Mesin.Komunikasi dalam Pendidikan.Departemen Teknik Mesin ITB. 64 DAFTAR PUSTAKA Arismunandar, Prof. W. (2003). Makalah Apresiasi Guru Besar Teknik Mesin.Komunikasi dalam Pendidikan.Departemen Teknik Mesin ITB. Azwar, S. (2000).Sikap Manusia: Teori dan Pengukuran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI Diajukan oleh : Rachmad Darmawan F100090178 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk mencetak lulusan yang tidak saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahwa manusia itu pada hakikatnya zoo politicon yang berarti manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahwa manusia itu pada hakikatnya zoo politicon yang berarti manusia adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hampir semua orang memahami bahwa keberadaan dan perkembangan manusia sejak lahir hingga tua membutuhkan komunikasi. Aristoteles menyatakan bahwa manusia itu pada hakikatnya

Lebih terperinci

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi

Lebih terperinci

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : Amila Millatina

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Kecemasan dalam Menyusun Proposal Skripsi (Pindho Hary Kristanto, dkk.) HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN DALAM MENYUSUN PROPOSAL SKRIPSI Pindho

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anastasi, A. dan Urbina, S Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo.

DAFTAR PUSTAKA. Anastasi, A. dan Urbina, S Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo. DAFTAR PUSTAKA Anastasi, A. dan Urbina, S. 1997. Tes Psikologi. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid 1. Alih Bahasa : Imam, R.H. Jakarta : Prenhallindo. Apollo. 2007. Hubungan antara Konsep Diri dengan Kecemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dukungan komunikasi. Komunikasi menggambarkan bagaimana seseorang

BAB I PENDAHULUAN. dukungan komunikasi. Komunikasi menggambarkan bagaimana seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan sangat erat kaitannya dengan komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal. Tidak ada perilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh proses

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SBMPTN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh : AFIFAH MIFTACHUL JANNAH F100110087 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 HUBUNGAN

Lebih terperinci

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA PIKIR NEGATIF DAN KECEMASAN TERHADAP CARA BERBICARA DI DEPAN UMUM MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

HUBUNGAN POLA PIKIR NEGATIF DAN KECEMASAN TERHADAP CARA BERBICARA DI DEPAN UMUM MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA 16 HUBUNGAN POLA PIKIR NEGATIF DAN KECEMASAN TERHADAP CARA BERBICARA DI DEPAN UMUM MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA Riga Mardhika Program Studi Kepelatihan Olahraga Universitas PGRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin. angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Pengertian Kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perguruan tinggi merupakan satuan pendidikan yang menyelenggrakan pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk meningkat taraf pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PEMBERIAN PUNISHMENT OLEH GURU DENGAN KECEMASAN DI DALAM KELAS PADA SISWA KELAS VII SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA (SLTPN) 1 DAWE KUDUS SKRIPSI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diperhatikan, seperti waktu latihan, waktu makan, dan waktu istirahat pun diatur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi seorang atlet diperlukan kerja keras dari awal sampai akhir, seperti persiapan saat latihan yang keras, mempersiapkan kondisi fisik dan tubuh mereka,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 KecemasanPada Mahasiswa Dalam Menyusun Proposal Skripsi 2.1.1 Pengertian kecemasanmahasiswa dalam menyusun proposal Skripsi Skripsi adalah tugas di akhir perkuliahan yang harus

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA PSIKOLOGI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA PSIKOLOGI ejournal Psikologi, 2014,2(1): 50-64 ISSN 0000-0000, ejournal.psikologi.fisip-unmul.ac.id Copyright 2014 HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merasakan tentang dirinya (sense of self) serta bagaimana cara individu

BAB I PENDAHULUAN. merasakan tentang dirinya (sense of self) serta bagaimana cara individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan sangat erat kaitannya dengan komunikasi. Begitu juga dengan prilaku, tidak ada prilaku yang tidak membutuhkan komunikasi, baik komunikasi verbal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah salah satu individu yang telah memasuki masa dewasa muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25 tahun (Hurlock

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010).

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal. individu maupun kelompok. (Diah, 2010). BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kecemasan Komunikasi Interpersonal 2.1.1. Pengertian Kecemasan Komunikasi Interpersonal Burgoon dan Ruffner (1978) kecemasan komunikasi interpersonal adalah kondisi ketika individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk hidup yang harus terus berjuang agar dapat mempertahankan hidupnya. Manusia dituntut untuk dapat mengembangkan dirinya

Lebih terperinci

STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT STRATEGI PENGUBAHAN POLA PIKIR UNTUK MENGURANGI KECEMASAN SISWA DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT Yuni Nur Faridah 1 dan Retno Tri Hariastuti 2 Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan penggunaan strategi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA TERHADAP POLA ASUH ORANG TUA OTORITER DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA Oleh: Iffah Savitri Mira Aliza Rachmawati PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja mencerminkan kondisi manusia yang sehat lahir dan batin, sedangkan tidak bekerja sama sekali, mengindikasikan kondisi macet atau sakit atau adanya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa barada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berakhir ketika individu memasuki masa dewasa awal, tetapi

Lebih terperinci

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB V ANALISI DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Data Subjek yang sesuai dengan karakteristik penelitian berjumlah 30 orang. Setelah memperoleh data yang diperlukan, maka dilakukan pengujian hipotesis

Lebih terperinci

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang HUBUNGAN KELEKATAN DAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK USIA DINI Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK. Kelekatan (Attachment) merupakan hubungan emosional antara seorang anak dengan pengasuhnya

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG CACAT TUNARUNGU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG CACAT TUNARUNGU NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG CACAT TUNARUNGU Disusun oleh: Khalimatus Sa diyah H. Fuad Nashori FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Kecemasan 2.1.1. Definisi Menurut Kaplan, Sadock, dan Grebb (Fausiah&Widury, 2007), kecemasan adalah respons terhadap situasi tertentu yang mengancam, dan merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994).

BAB I PENDAHULAN. Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994). BAB I PENDAHULAN 1.1 Latar Belakang Kecemasan adalah sinyal akan datangnya bahaya (Schultz & Schultz, 1994). Seseorang mengalami kecemasan ketika mereka menjadi waspada terhadap keberadaan atau adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pembelajaran. Tetapi juga dalam hal membimbing siswa

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan pembelajaran. Tetapi juga dalam hal membimbing siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini peran guru dalam pendidikan tidak hanya dalam menyampaikan pembelajaran. Tetapi juga dalam hal membimbing siswa tersebut agar mencapai kematangan emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk individual dan makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan, manusia membutuhkan pergaulan dengan manusia lainnya (Gerungan, 2004). Hal ini berarti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Pedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Pedologi Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Kecemasan : Kecemasan (anxiety) dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah reaksi normal terhadap stressor yang membantu seorang individu untuk menghadapi situasi yang menuntut motivasi untuk mengatasinya, tetapi ketika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul dan diterima dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian

BAB I PENDAHULUAN. bergaul dan diterima dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi serta membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Sebagai makhluk sosial, manusianya bisa berkembang

Lebih terperinci

PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE ANTARA IBU BEKERJA DENGAN IBU TIDAK BEKERJA

PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE ANTARA IBU BEKERJA DENGAN IBU TIDAK BEKERJA PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE ANTARA IBU BEKERJA DENGAN IBU TIDAK BEKERJA Dwi Nastiti Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo email: nastitidwi19@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kejahatan atau perilaku kriminal selalu menjadi bahan yang menarik serta tidak habis-habisnya untuk dibahas dan diperbincangkan, masalah ini merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya wanita mengatakan bahwa menjadi hamil adalah suatu pengalaman yang membahagiakan. Kehamilan merupakan pengalaman yang luar biasa untuk wanita, dengan hadirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Teori 1. Kecemasan Situasi yang mengancam atau yang dapat menimbulkan stres dapat menimbulkan kecemasan pada diri individu. Atkinson, dkk (1999, p.212) menjelaskan kecemasan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tidak akan terlepas dari kegiatan bekerja sebab dengan bekerja manusia bisa memenuhi suatu kebutuhan, baik untuk aktualisasi diri maupun untuk mengurangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adaperilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh proses komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adaperilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh proses komunikasi, baik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan sangat erat kaitannya dengan komunikasi. Tidak adaperilaku pendidikan yang tidak dilahirkan oleh proses komunikasi, baik komunikasi verbal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart, 2006). Ketika mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart, 2006). Ketika mahasiswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Universitas merupakan dasar utama dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berfungsi menghadapi permasalahan sosial yang ada di masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. Kecemasan merupakan salah satu bentuk emosi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Dukungan Sosial 2.1.1 Definisi Persepsi dukungan sosial adalah cara individu menafsirkan ketersediaan sumber dukungan yang berperan sebagai penahan gejala dan peristiwa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu 43 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Subyek Gambaran umum subyek penelitian ini diperoleh dari data yang di isi subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF

LAMPIRAN A. Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF 52 LAMPIRAN A Data Try Out A-1DATA TRY OUT KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS A-2DATA TRY OUT BERPIKIR POSITIF 53 LAMPIRAN A-1 Data Try Out KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN KELAS 54 55 LAMPIRAN A-2 Data Try

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan suatu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga tersebut juga menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. besar siswa hanya berdiam diri saja ketika guru meminta komentar mereka mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan presentasi maupun diskusi biasanya melibatkan guru dan siswa maupun siswa dengan siswa dalam suatu proses belajar mengajar, di dalam kegiatan presentasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EFEKTIVITAS PELATIHAN REGULASI EMOSI TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EFEKTIVITAS PELATIHAN REGULASI EMOSI TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM EFEKTIVITAS PELATIHAN REGULASI EMOSI TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA MAHASISWA BIDANG KEGIATAN PKM-AI Diusulkan oleh: Putri Pusvitasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembawan diri yang tepat. Kemampuan mahasiswa berbicara di depan umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembawan diri yang tepat. Kemampuan mahasiswa berbicara di depan umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa fakultas psikologi di tuntut untuk memiliki kemampuan berbicara di depan umum, selain mengungkapkan pikirannya secara tertulis. Kemampuan mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita

BAB II LANDASAN TEORI. A. Wanita 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Wanita 1. Defenisi Wanita Murad (dalam Purwoastuti dan Walyani, 2005) mengatakan bahwa wanita adalah seorang manusia yang memiliki dorongan keibuan yang merupakan dorongan instinktif

Lebih terperinci

DEWI KUSUMA WARDHANI F

DEWI KUSUMA WARDHANI F HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhui Sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA Oleh : WINDA AYU LESTARI SUS BUDIHARTO FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB III Metode Penelitian

BAB III Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat peneliti melakukan penelitian tentang efektivitas teknik restrukturisasi kognitif dalam mereduksi kecemasan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN STRATEGI COPING PADA PENDERITA HIPERTENSI DI RSUD BANJARNEGARA Sugianto 1, Dinarsari Eka Dewi 2 1 Alumni Program Studi Psikologi,Univ Muhammadiyah Purwokerto 2 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007

BAB I PENDAHULUAN. upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu. (Abdullah, 2007 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada setiap fase kehidupan manusia pasti mengalami stres pada tiap fase menurut perkembangannya. Stres yang terjadi pada mahasiswa/i masuk dalam kategori stres

Lebih terperinci

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI

Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI Hubungan Antara Kematangan Emosi Dan Kepercayaan Diri Dengan Penyesuaian Diri Pada Remaja Awal Di SMK PGRI 3 KEDIRI Oleh: Hanggara Budi Utomo Dosen FKIP Universitas Nusantara PGRI Kediri Abstrak Seringkali

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB). Jika

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB). Jika 76 BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Obyek Penelitian JAFEB-UB merupakan salah satu jurusan dari tiga jurusan yang ada di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya (FEB-UB).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupannya, manusia akan selalu mengalami perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan periode, dimana setiap periode

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM MENGHADAPI MASA PENSIUN PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL Oleh : NOVI ARIYANI MUH. BACHTIAR PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa, salah satu dari tugas perkembangan kehidupan sosial remaja ialah kemampuan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapinya, baik masalah pribadi maupun masalah yang ada di sekitar lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dihadapinya, baik masalah pribadi maupun masalah yang ada di sekitar lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era Modern ini permasalahan dan problem hidup yang dihadapi individu semakin kompleks. Setiap kehidupan manusia tidak luput dari berbagai masalah yang dihadapinya,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KONFLIK PERAN GANDA PADA WANITA BEKERJA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Sebagian Syaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya bisa menghadapi masalah berupa tantangan, tuntutan dan tekanan dari lingkungan sekitar. Setiap tahap perkembangan dalam rentang kehidupan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecemasan 2.1.1 Pengertian kecemasan Kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan-ketakutan

Lebih terperinci

1. Bab II Landasan Teori

1. Bab II Landasan Teori 1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN OLAH RAGA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN OLAH RAGA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN OLAH RAGA Oleh : YOCE REZA FREDIAN RAVAIE RA. RETNO KUMOLOHADI. FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, olahraga merupakan hal sangat penting bagi kesehatan tubuh. Dengan berolahraga badan akan terasa segar dan sehat. Banyak macam olah raga yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan pada siswa. Menurut sebagian siswa UN merupakan proses biasa yang wajib dilalui oleh siswa kelas 6

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecemasan 1. Definisi Kecemasan Kecemasan atau anxietas adalah status perasaan tidak menyenangkan yang terdiri atas respon-respon patofisiologis terhadap antisipasi bahaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu kemampuan memahami

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA Oleh : Finda Fatmawati Hepi Wahyuningsih PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA SMU KOTA PALANGKARAYA. Oleh : Dina Fariza Tryani Syarif *

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA SMU KOTA PALANGKARAYA. Oleh : Dina Fariza Tryani Syarif * HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN STRES MENGHADAPI UJIAN NASIONAL SISWA SMU KOTA PALANGKARAYA Oleh : Dina Fariza Tryani Syarif * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya siswa, tujuan, dan. antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan proses belajar mengajar, diantaranya siswa, tujuan, dan. antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA PERANTAU NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dipandang sebagai proses yang dinamis yang dipengaruhi oleh sifat bakat seseorang dan pengaruh lingkungan dalam menentukan tingkah laku apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan masa dimana setiap individu mengalami perubahan yang drastis baik secara fisik, psikologis, maupun lingkup sosialnya dari anak usia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kecemasan Menghadapi Ujian Nasional 2.1.1 Pengertian Kecemasan Menghadapi Ujian Kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang

Lebih terperinci

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER.

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER. Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 4-9 4 ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER Ali Rachman* ABSTRAK Kecemasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan hal yang berjalan terus menerus dimulai dari bayi baru lahir, masa anak-anak, masa dewasa dan masa tua. Dalam pertumbuhannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Indonesia baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Indonesia baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masa depan bangsa sangatlah ditentukan oleh para generasi muda bangsa ini. Generasi muda adalah harapan bangsa. Oleh karena itu setiap pemuda Indonesia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci