Laporan Kegiatan Bulan November

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Kegiatan Bulan November"

Transkripsi

1 Laporan Kegiatan Bulan November

2 BAB I PENDAHULUAN Pada Bulan November 2013, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah melaksanakan beberapa kegiatan utama antara lain, Rapat Pembahasan Background Study RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, Rapat Persiapan Kegiatan Seminar Internal Bappenas mengenai Kajian Background Study RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan dengan Tenaga Ahli, FGD Kajian Background Study RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, serta Penyusunan TOR Kegiatan Lanjutan (SCDRR II). Selain itu juga telah dilaksanakan beberapa kegiatan pendukung dan eksternal antara lain adalah Rapat Mingguan dan Bulanan, Rapat Sertipikasi Publikasi Batas Kawasan Hutan, Rapat Koordinasi Eselon III dalam rangka persiapan Rakernas BKPRN 2013, Rapat Kerja Nasional BKPRN 2013, Konsinyasi Pasca Rakernas BKPRN 2013, Rapat Persiapan Rapat Kerja Direktorat TRP, Rapat Persiapan Lokakarya Penyelarasan Implementasi UU No. 26 Tahun 2007 dan UU No. 27 Tahun Kegiatan yang telah selesai terlaksana adalah Rapat Kerja Nasional (RAKERNAS) BKPRN 2013 dan Konsinyasi Pasca Rakernas BKPRN Sedangkan kegiatan Background Study RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, Lokakarya Penyelarasan Implementasi UU No. 26 Tahun 2007 dan UU No. 27 Tahun 2007, Rapat Sertipikasi Publikasi Batas Kawasan Hutan, serta Penyusunan TOR Kegiatan Lanjutan (SCDRR II) masih dalam tahap proses persiapan sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan. Pada laporan ini akan dijelaskan secara mendetail kegiatan-kegiatan utama maupun pendukung yang telah dilaksanakan pada Bulan November Laporan Kegiatan Bulan November

3 BAB II KEGIATAN INTERNAL Untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat pencapaian kinerja atas kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan secara rutin melaksanakan evaluasi kinerja seluruh bagian melalui mekanisme rapat rutin internal yang diselenggarakan setiap minggu dan setiap bulan. Evaluasi kinerja dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana kerja dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan dimasa yang akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (output) dari pelaksanaan rencana kerja. Berikut ini adalah hasil evaluasi kinerja yang dilaksanakan oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, yang merupakan gambaran mengenai pencapaian kinerja kegiatan yang telah dilaksanakan oleh semua bagian yang dirinci berdasarkan tahapan kegiatan yang telah ditetapkan sesuai kerangka acuan kerja masing-masing kegiatan. A. Kegiatan Utama 1. Evaluasi dan Pemantuan Kegiatan Pembangunan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan di Provinsi Sulawesi Utara Pelaksanaan kegiatan pada hari Senin tanggal 11 November 2013 bertempat di Kantor Bappeda Sulawesi Utara. Beberapa isu bidang tata ruang yang teridentifikasi: Raperda RTRW Provinsi Sulawesi Utara (sebelumnya adalah Perda 3/1991) sudah memperoleh Persub BKPRN dan akan dievaluasi di Kemendagri pada tanggal 19 November Dari aspek kehutanan, telah diterbitkan SK Menhut untuk kawasan hutan non-dpcls. Namun masih terdapat juga kawasan hutan DPCLS, dimana kondisi eksisting sudah berupa pemukiman. Kawasan DPCLS ditetapkan pada status holding zone. Daerah mengharapkan agar proses pembahasan rencana detail tidak serumit RTRW. Apabila memungkinkan diberi bantuan insentif dari pusat. Selain itu daerah juga memerlukan dukungan untuk sinkronisasi RPJPD, RPJMD, RTRW, karena akan dilaksanakan penyusunan RPJMD tahap 3. Pansus di provinsi menyiapkan SKPD bidang penataan ruang. Penataan ruang belum memiliki posisi yang cukup kuat, mengingat saat ini kelembagaan hanya setingkat bidang eselon 3 di Dinas PU. Selain itu, jumlah PPNS yang masih terbatas di tingkat provinsi maupun kab/kota juga terkadang masih sulit membedakan ranah dari objek yang disidiknya. Diusulkan Sekda Provinsi sebagai ketua BKPRD harus ditingkatkan pemahaman bidang tata ruang, karena saat ini banyak yang tidak paham tata ruang. Dari segi dekonsentrasi, titik beratnya adalah pada percepatan RTRW dan RTH. Persub utk RDTR juga akan didekonsentrasikan, namun belum ada informasi resmi dari Kementerian PU. Laporan Kegiatan Bulan November

4 Beberapa isu bidang pertanahan yang teridentifikasi: Untuk mendukung pembangunan wilayah, BPN Kanwil telah memiliki neraca penatagunaan tanah. Neraca ini pada dasarnya dapat digunakan sebagai salah satu instrumen pengendali penataan ruang. Untuk itu, perlu adanya keterkaitan antara rencana pembangunan (RTRW) dan neraca tata guna tanah. Belum sinkronnya data luas kawasan pertanian di Provinsi Sulawesi Utara oleh 3 instansi (Dinas Pertanian, Dinas PU, dan BPN Kanwil) terkait dengan isu ketahanan pangan daerah, disebabkan oleh belum adanya keterkaitan dengan neraca penatagunaan tanah. Saat ini 3 instansi tersebut telah melakukan beberapa pertemuan untuk memperoleh data akhir, sehingga selanjutnya BPN dapat melakukan pengendalian pada kawasan pertanian-lp2b (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan) yang telah ditetapkan oleh Dinas Pertanian. Terdapat sengketa tanah ulayat yang berkepanjangan di Pulau Lembeh (Kecamatan Lembeh Utara dan Lembeh Selatan). Terjadi kesimpangsiuran pada batasan tanah negara dan ulayat selama puluhan tahun. Untuk mengantisipasi hal yang lebih buruk, pada tahun 2005 Kepala Kanwil BPN memutuskan untuk menghentikan segala bentuk pelayanan pertanahan di Pulau Lembeh. 2. Evaluasi dan Pemantuan Kegiatan Pembangunan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan di Provinsi Papua Barat Pelaksanaan kegiatan pada hari Rabu tanggal 13 November 2013 bertempat di Kantor Bappeda dan Kanwil BPN Provinsi Papua Barat. Beberapa isu bidang tata ruang yang teridentifikasi dalam kegiatan ini adalah: Perkembangan Penyusunan RTRW Propinsi, Kabupaten, dan Kota - Evaluasi rancangan peraturan daerah (raperda) RTRW Papua Barat telah dilakukan di dalam forum yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri. Saat ini, sedang dalam proses penomoran Perda di daerah. Adapun terkait penyelesaian masalah kawasan hutan yang menjadi kendala penyelesaian RTRW Propinsi ini, direncanakan akan diselesaikan melalui mekanisme Holding Zone (HZ), karena luasnya yang tidak terlalu besar (sekitar 3%). Untuk RTRW Kab/Kota yang telah diperdakan sebelum penetapan Perda RTRW Provinsi, akan dilakukan penyesuaian. - Terkait proses perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan, Pemprov menyampaikan kendala pembiayaan. Ini menyebabkan proses tersebut terlambat dan baru sampai di tingkat Tim Terpadu. Penguatan peran BKPRD BKPRD Provinsi secara rutin telah mengadakan pertemuan guna membahas penyelesaian RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota, juga rencana rincinya. Untuk itu, Pemprov bermaksud menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan BKPRD secara rutin kepada BKPRN dan membutuhkan arahan terkait format laporan. Kualitas dan Kuantitas PPNS di daerah Saat ini, Provinsi Papua Barat tidak memiliki PPNS sama sekali. Hal ini dikarenakan satu satunya PPNS yang ada, dipindahkan keluar kota. Namun, dinas PU telah mengupayakan pencarian calon PPNS yang berminat, untuk segera diusulkan mengikuti pelatihan PPNS. Sinkronisasi Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan Terkait sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana pembangunan, yang di dalam RPJMN merupakan Prioritas Nasional dan berbentuk dana dekonsentrasi Ditjen Penataan Laporan Kegiatan Bulan November

5 Ruang Kementerian PU, diperoleh informasi bahwa tidak ada kegiatan yang dimaksud. Penggunaan dana dekonsentrasi lebih diarahkan untuk sosialisasi penyelenggaraan penataan ruang. Pemprov mengusulkan adanya Bimbingan Teknis (Bintek) dan sosialisasi terkait sinkronisasi Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan. Selain itu, Pemprov juga mengusulkan agar pemanfaatan dana dekonsentrasi lebih fleksibel dalam rangka mengakomodir kebutuhan Daerah. Penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang Prioritas penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang di tahun 2013 adalah RTR Kawasan Perbatasan (dengan bantuan BNPP) dan RTR KSN Raja Ampat. Beberapa isu bidang pertanahan yang teridentifikasi: Pemetaan Tanah Adat/Ulayat - Provinsi Papua Barat belum memiliki Peraturan Daerah (Perda) khusus yang mengatur mengenai pengelolaan tanah ulayat/adat di daerah tersebut. - Perlu dilakukan penataan batas tanah adat/ulayat yang melibatkan ketua adat di daerah tersebut kemudian dituangkan dalam peta tanah adat/ulayat. - Perlu sosialisasi Peraturan Menteri Agraria No. 5/1999 tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat dan mendorong Pemda agar melakukan penelitian terkait keberadaan tanah adat/ulayat di daerah tersebut. - Perlu sosialisasi mengenai pentingnya pemetaan tanah adat/ulayat kepada masyarakat hukum adat. Penanganan Kasus Pertanahan - Kasus pertanahan yang sering muncul di Papua Barat terkait dengan pengelolaan tanah adat/ulayat selama ini dibawa ke peradilan umum. Namun secara hukum peradilan umum tidak berwenang menangani kasus adat. - Berkenaan rencana pembentukan pengadilan khusus pertanahan, perlu mengakomodir kewenangan penanganan kasus adat/ulayat yang melibatkan tokoh adat setempat. Pemetaan Kawasan hutan dan non hutan Perlu mendorong agar dilakukan pemetaan kawasan hutan dan non hutan, karena di lapangan batas kawasan hutan tidak diketahui dengan jelas sehingga menyulitkan penerbitan sertifikat tanah. 3. Lokakarya Background Study Buku III RPJMN Pelaksanaan kegiatan pada hari Kamis tanggal 14 November 2013 bertempat di Hotel Grand Kemang Jakarta. Pokok-pokok penting dalam diskusi ini disampaikan oleh pemerintah provinsi antara lain: Komitmen pembangunan perlu diperkuat untuk pembangunan KSN, terutama di daerah perbatasan. Perlu penguatan kerangka regulasi, tidak hanya berfokus pada kerangka pendanaan. Perlu adanya konsolidasi kebijakan 'masa lalu' seperti KAPET dengan 'kebijakan masa kini' seperti KEK agar tidak membingungkan pemda. PPP perlu dibatasi untuk KBI, KTI masih harus didukung penuh oleh APBN karena pasar belum tercipta. Untuk 14 provinsi di KTI perlu penajaman per pulau kemudian per provinsi. Laporan Kegiatan Bulan November

6 Diperlukan strategi baru, namun bukan BAU untuk memperbaiki berbagai program yang tidak berjalan saat ini. 4. Rapat Pembahasan Background Study RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan Pelaksanaan kegiatan pada tanggal 15 November 2013 bertempat di Bappenas, yang bertujuan menyiapkan paparan Background Study RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan. Secara umum. disepakati draft paparan Direktur Tata Ruang dan Pertanahan mengenai Background Study RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan untuk disampaikan dalam Rapat Kerja Kedeputian Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah. 5. Rapat Persiapan Kegiatan Seminar Internal Bappenas mengenai Kajian Background Study RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan dengan Tenaga Ahli Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 19 November 2013 bertempat di Bappenas, yang bertujuan menyiapkan bahan paparan dan ringkasan Background Study RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan untuk seminar internal Bappenas. Dalam rapat berhasil disepakati draf paparan Background Study RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, berikut ringkasannya. 6. Penyusunan TOR Kegiatan Lanjutan (SCDRR II) Pelaksanaan kegiatan pada tanggal 26 November 2013 bertempat di Bappenas yang bertujuan untuk melakukan konsultasi dan memperoleh masukan dari Direktorat TRP terhadap Draft TOR SCDRR II. Pada saat ini telah dilakukan perbaikan TOR untuk kegiatan tersebut. 7. FGD Kajian Background Study RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan Pelaksanaan kegiatan FGD pada tanggal 28 November 2013 bertempat di Hotel Cemara Jakarta, yang bertujuan menyampaikan hasil kajian Background Study RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan kepada unit kerja di Bappenas. Pada FGD tersebut, telah berhasil disosialisasikan Background Study RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan dan terjaring masukan dan tanggapan terhadap Background Study RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan. Beberapa hal penting yang didiskusikdan dalam rapat antara lain, sebagai berikut: Perlu dikaji secara mendalam apakah regulasi bidang tata ruang dan pertanahan sudah disusun semua dan bagaimana keterkaitan antar regulasi tersebut. Selain itu perlu dipastikan peraturan perundangan yang disusun tidak saling bertabrakan ; Peran dan fungsi Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah perlu diperkuat untuk mengatasi permasalahan pemanfaatan ruang di daerah. Selain itu, perlu peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) perlu dirumuskan dengan lebih seksama; Penyusunan RTRW perlu mempertimbangkan kebutuhan masyarakat miskin dan anggota masyarakat rentan seperti anak dan lansia; Komunikasi lintas sektor perlu dibuka untuk kegiatan lintas sektor seperti redistribusi tanah dan access reform; Laporan Kegiatan Bulan November

7 Perlu dilakukan kajian komprehensif untuk perubahan sistem publikasi menjadi sistem publikasi positif; Pembentukan pengadilan khusus pertanahan lebih baik menjadi bagian dari peradilan umum namun sistemnya dibuat bagian khusus atau kamar khusus yang hanya diperuntukan mengadili kasus pertanahan. Implikasinya perlu meningkatkan kemampuan penegak hukum termasuk polisi, jaksa dan hakim dalam Bidang Pertanahan. Percepatan penyediaan peta pertanahan secara digital dengan sistem koordinat yang pasti untuk menyediakan sistem informasi pertanahan yang lebih baik sehingga dapat mengurangi konflik pertanahan di dalam kawasan non-hutan maupun antara kawasan hutan dan nonhutan. B. Kegiatan Pendukung 1. Rapat Koordinasi Eselon III Dalam Rangka Persiapan Rakernas BKPRN 2013 Pelaksanaan kegiatan pada tanggal 4 November 2013 bertempat di Hotel Morrissey Jakarta yang bertujuan untuk persiapan terakhir pelaksanaan Rakernas BKPRN Rapat Koordinasi Akhir Penyelenggaraan Rakernas BKPRN 2013 membahas dan melaporkan status perkembangan terkini mengenai hal-hal sebagai berikut: Ditjen Bina Pembangunan Daerah telah selesai melakukan distribusi undangan kepada para peserta Rakernas BKPRN 2013 dan sampai pada saat rapat berlangsung beberapa Peserta Rakernas telah mengonfirmasi kehadirannya. Pimpinan K/L Anggota BKPRN yang terjadwalkan untuk hadir dalam Rakernas BKPRN 2013 yaitu: i) Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; ii) Menteri PPN/Kepala Bappenas; iii) Menteri Pekerjaan Umum; dan iv) Kepala BIG. Pimpinan K/L Anggota BKPRN yang tidak dapat menghadiri Rakernas BKPRN 2013: i) Menteri Pertahanan terjadwalkan untuk menerima Wakil Menteri Pertahanan Australia; dan ii) Menteri Lingkungan Hidup terjadwalkan melakukan Kunjungan Kerja ke Luar Negeri. Status kehadiran Menteri Dalam Negeri masih diusahakan untuk menghadiri Rakernas 2013 karena pada saat yang bersamaan terjadwal untuk melakukan Pelantikan Gubernur Sumatera Selatan. Perwakilan Gubernur yang terjadwalkan untuk hadir dalam Rakernas 2013: i) Gubernur Provinsi Kalimantan Timur (diwakilkan oleh Wakil Gubernur); ii) Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur; iii) Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara; dan iv) Gubernur Provinsi Papua. Untuk mekanisme pelaksanaan Sidang Komisi 3, Pimpinan Sidang hanya akan memaparkan kisi-kisi Sidang Komisi yang berisi isu startegis. Menko Perekonomian selaku Ketua BKPRN telah menyampaikan surat permohonan kepada Presiden RI (tertanggal 25 Oktober 2013) untuk melakukan penetapan dan pencanangan Hari Tata Ruang Nasional. Namun hingga saat ini belum ada konfirmasi dari Protokoler Presiden RI atas kesediaan Presiden RI untuk melakukan Pencanangan Hari Tata Ruang Nasional di Istana Negara. Indikator kinerja dari kegiatan ini adalah terumuskannya Agenda Rakernas Capaian yang diperoleh adalah disepakatinya susunan acara Rakernas BKPRN 2013 dan terbentuknya susunan kepanitiaan Rakernas BKPRN. Laporan Kegiatan Bulan November

8 2. Rapat Kerja Nasional BKPRN 2013 Pelaksanaan kegiatan pada tanggal 6 8 November 2013 bertempat di Hotel Borobudur Jakarta yang bertujuan menyusun dan menyepakati Agenda Kerja BKPRN Tahun Dalam rapat, berhasil disepakati beberapa hal: Komisi 1 dengan tema Pelaksanaan Penataan Ruang dengan beberapa isu strategis sebagai berikut : - Belum selesainya peraturan perundang-undangan dibidang penataan ruang. Rumusan yang dihasilkan: a. Percepatan penyelesaian peraturan presiden tentang RTR KSN melalui penyederhanaan prosedur; b. Perlu penguatan peran BKPRN dalam penetapan usulan pemekaran wilayah untuk memperhatikan RTRW sebagai salah satu syarat utama dalam pemekaran wilayah; c. Permasalahan pola ruang kehutanan akan dibahas pada sidang pleno tingkat Menteri BKPRN. - Konsistensi implementasi rencana tata ruang yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. Rumusan yang dihasilkan: a. Indikasi program dalam RTRW sebagai dasar proses screening dalam penyusunan program sektoral untuk menjaga konsistensi dengan RTRW; b. Penyusunan SOP pengendalian pemanfaatan ruang, yang meliputi pelaporan, survei lapangan, verifikasi pelanggaran, sampai penerbitan surat dari BKPRD untuk menertibkan pelanggaran yang terjadi; c. Peningkatan peran PPNS di daerah, baik dari sisi jumlah maupun kualitas dan peran aktif dalam pengendalian pemanfaatan ruang; d. Peningkatan peran BKPRD melalui penerbitan SOP tentang tata laksana BKPRD, guna mendukung implementasi RTRW. - Percepatan Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR). Rumusan yang dihasilkan: a. Percepatan penyusunan peta oleh masing-masing kabupaten/kota dengan kesiapan fasilitasi asistensi teknis oleh BIG, sesuai ketentuan peraturan perundangan; b. Penyusunan KLHS wajib dilakukan untuk setiap RDTR; c. Perlunya review Permendagri Nomor 28 Tahun 2008 tentang Tata Cara Evaluasi Perda yang disesuaikan dengan mekanisme dekonsentrasi persetujuan substansi raperda RDTR; d. Untuk mendapatkan kelengkapan persyaratan permohonan persetujuan substansi oleh gubernur, cukup digunakan surat pengantar yang ditandatangani oleh bupati/walikota dan DPRD kabupaten/kota (tanpa harus melalui pembahasan pansus); e. Perlu penetapan target waktu untuk persetujuan substansi (materi teknis dan peta). - Keberadaan Tanah Ulayat, perlu peningkatan perhatian terhadap tanah ulayat di dalam Penataan Ruang. Laporan Kegiatan Bulan November

9 Komisi 2 dengan tema: Kelembagaan Penyelenggaraan Penataan Ruang dengan beberapa isu strategis sebagai berikut yaitu: - Masih terbatasnya kapasitas SDM bidang penataan ruang. Rumusan yang dihasilkan sebagai berikut : a. Perlu dilakukan peningkatan kapasitas SDM bidang penataan ruang melalui pelaksanaan pelatihan dan bimbingan teknis sesuai dengan kebutuhan daerah (substansi perpetaan, mekanisme penyusunan rencana tata ruang dan sebagainya) secara berkelanjutan; b. Perlu adanya upaya untuk meningkatkan profesionalisme pelaksanaan tugas aparat penataan ruang di daerah; c. Penyusunan mekanisme perekrutan SDM bidang penataan ruang; dan d. Perlunyakaderisasi SDM yang memiliki latar belakang di bidang penataan ruang untuk diposisikan sebagai pejabat fungsional perencana. - Masih lemahnya penegakan hukum di bidang penataan ruang. Rumusan yang dihasilkan : a. Penguatan peran Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) daerah dalam melakukan pengawasan penyelenggaraan pemanfaatan ruang melalui dukungan serta komitmen dari Kepala Daerah sebagai penanggung jawab BKPRD, termasuk dukungan pendanaan untuk pelaksanaan tugas dan fungsinya; b. Untuk mengoptimalkan fungsi BKPRD dalam memfasilitasi penegakan hukum di bidang penataan ruang, yang ditindaklanjuti dengan penambahan jumlah PPNS yang dibutuhkan di daerah sesuai dengan kondisi dan dinamika daerah; dan c. Pengembangan pedoman mekanisme dan tata kerja PPNS dalam penegakan Perda Tata Ruang. - Masih terbatasnya ketersediaan data dan informasi yang diperlukan dalam penyusunan rencana tata ruang, khususnya dalam penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang. Rumusan yang dihasilkan: a. BKPRD dapat menggunakan peta yang disusun setelah mendapatkan verifikasi oleh Badan Informasi Geospasial dalam rangka percepatan penyusunan rencana rinci tata ruang; b. Perlu dilakukan pengembangan sistem informasi dan komunikasi di bidang penataan ruang (pengembangan e-bkprn dan e - bkprd) melalui sistem online dan terpadu; c. Perlu adanya tertib pelaporan koordinasi penataan ruang secara hierarkis, dari Kabupaten/Kota kepada Provinsi dan dari Provinsi kepada Kementerian Dalam Negeri. - Kinerja BKPRD dalam koordinasi penataan ruang di daerah belum optimal, baik dalam proses penyusunan dan penetapan rencana tata ruang maupun dalam pemanfaatan dan pengendaliannya. Rumusan yang dihasilkan: a. Perlu adanya petujuk teknis tentang Mekanisme dan Tata kerja (Standard Operating Procedure/SOP) BKPRD dengan berpedoman pada Mekanisme Tata Kerja Sekretariat BKPRN; b. Perlunya penguatan peran BKPRD Provinsi untuk memfasilitasi penyelesaian permasalahan penataan ruang Kabupaten/Kota sebelum dibawa ke tingkat BKPRN; c. Perlu adanya komitmen Pemerintah Daerah untuk mengalokasikan anggaran guna membiayai pelaksanaan tugas dan fungsi BKPRD; dan d. Perlu adanya reward and punishment terhadap pelaksanaan kinerja BKPRD dalam mendukung penyelenggaraan penataan ruang daerah. Laporan Kegiatan Bulan November

10 - Masih belum efektifnya peran BKPRD dalam pengendalian pemanfaatan ruang. Diperlukan adanya pedoman pengawasan penyelenggaraan penataan ruang. Komisi 3 dengan tema: Sinergi Kebijakan, Rencana, Dan Program Pembangunan Nasional Dan Daerah dengan beberapa isu strategis sebagai berikut : - Kurang sinergisnya berbagai peraturan perundangan sektoral yang mengatur pemanfaatan ruang. Rumusan yang dihasilkan: a. Perlu ada penyesuaian kembali UU 41/1999 tentang Kehutanan dengan UU 26/2007 tentang Penataan Ruang; b. RTRW Provinsi dan Kab/Kota agar mengakomodir materi teknis rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (RZWP3K) sehingga dapat ditetapkan menjadi satu Perda, termasuk di dalamnya rencana pengelolaan pesisir, pulau-pulau kecil dan laut sampai dengan 12 mil laut; c. Seluruh peraturan perundangan sektoral yang mengindikasikan penggunaan ruang perlu mewajibkan pencantuman peta pada peraturan perundangan turunannya (misal: Perda). UU 41/2009 mengamanatkan penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) ke dalam Perda, tapi tidak dicantumkan peta. Sementara itu LP2B harus jelas lokasinya; d. BKPRN perlu memfasilitasi Pemerintah Daerah dalam proses penyusunan Perda yang mengakomodasi hak ulayat. - Belum terintegrasinya rencana pembangunan dengan rencana tata ruang. Rumusan yang dihasilkan: a. Indikasi program dalam RTR seringkali tidak diacu di dalam RPJP dan RPJM. Usulan solusi: penyusunan pedoman penyerasian antara kedua rencana, sesuai amanat PP 15/2010 pasal 102. Sebagai contoh RPI2JM. Program pembangunan yang sesuai dengan indikasi program akan memudahkan evaluasi, pengendalian dan pengawasan; b) penyusunan RPJMD Provinsi dan Kab/Kota harus mengacu kepada RTRW Provinsi dan Kab/Kota; b. Perlu penguatan kapasitas kelembagaan BKPRD, terutama dalam rangka proses persetujuan substansi RDTR yang didekonsentrasikan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Provinsi; c. RTRW dengan RPJMN: perlu mekanisme penyerasian keduanya, misalnya melalui forum BKPRD atau melalui Musrenbang; d. Perlu dikaitkan antara proses penganggaran dengan penyusunan rencana tata ruang. Misal: melalui program besar lintas sektor (perkotaan, pedesaan, P3KT, dlsb); e. Untuk pembangunan Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Strategis Nasional Tertentu, harus ada penganggaran di dalam RPJM Nasional. Demikian juga untuk pembangunan Kawasan Strategis Provinsi di dalam RPJM Provinsi; f. Perlu ada percepatan penetapan Perda RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota dan Perda RZWP3K. - Isu-isu lainnya, diusulkan batas waktu Holding Zone paling lama 5 (lima) tahun sejak rencana tata ruang ditetapkan dengan Perda. Komisi 4 dengan tema Penyelesaian Permasalahan Penataan Ruang dengan beberapa isu strategis sebagai berikut: - Penyelesaian konflik penataan ruang di dalam kawasan KSN dan bersifat strategis nasional dilaksanakan oleh BKPRN, sedangkan penyelesaian konflik penataan ruang di luar KSN dan di dalam 1 Provinsi diselesaikan pada BKPRD Provinsi; Laporan Kegiatan Bulan November

11 - Terkait dengan perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) untuk mendukung ketahanan pangan: a. Pada akhir 2013 Kementerian Pertanian akan menerbitkan peta LP2B tingkat nasional (skala 1:50.000) dan peta tersebut akan dibahas dalam forum BKPRN; b. BKPRN perlu mempertahankan keberadaan sawah eksisting dan memfasilitasi proses integrasi LP2B ke dalam RTRW (yang sudah dan belum perda); c. Integrasi LP2B ke dalam RTRW perlu mempertimbangkan potensi minerba dan migas bawah tanah. - Langkah tindak lanjut terkait perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan di Provinsi (termasuk Kepulauan Riau): a. Perlu melakukan integrasi kawasan hutan ke dalam pola ruang RTRW; b. Terhadap kawasan hutan yang belum mendapatkan persetujuan perubahan oleh Menteri Kehutanan, integrasi kawasan hutan ke dalam pola ruang RTRW menggunakan mekanisme holding zone (Inpres no. 8 Tahun 2013); c. Terhadap lokasi yang berkategori Dampak Penting Cakupan Luas dan Strategis (DPCLS) agar BKPRN mendorong percepatan persetujuan dari DPR RI; d. Tanpa menunggu persetujuan DPCLS oleh DPR RI, terhadap lokasi yang di luar DPCLS agar diselesaikan melalui mekanisme tata batas dan perubahan kawasan hutan secara parsial (tukar menukar, pelepasan kawasan hutan) serta pinjam pakai kawasan hutan; e. Khusus penyelesaian Perda RTRW Provinsi Kepri, perlu segera disusun langkah tindak lanjut dan dijadwalkan dalam Rakor tingkat Menteri BKPRN. - Tindak lanjut terkait dengan penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K), maka perlu dilakukan beberapa hal: a. Percepatan penyusunan RZWP3K pada tingkat Provinsi dan Kabupaten / Kota (workshop nasional, sosialisasi, bimbingan teknis, dan penyediaan dana dekonsentrasi); b. BKPRN perlu memfasilitasi percepatan penyusunan RZWP3K. - Tindak lanjut terkait dengan rencana reklamasi di Teluk Benoa, akan dilakukan: a. Diperlukan pertemuan untuk memfasilitasi masalah pengembangan Teluk Benoa oleh BKPRN, Pemerintah Provinsi Bali, Pemerintah Kabupaten Badung dan Pemerintah Kota Denpasar; b. Segera diselesaikan RZWP3K di Teluk Benoa dan pencadangan/penetapan kawasan konservasi perairan Teluk Benoa. - Tindak lanjut pemanfaatan ruang di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL): a. Diperlukan pertemuan antara Pemerintah Aceh dan BKPRN untuk percepatan penyelesaian Perpres RTR KSN KEL; b. Diperlukan kejelasan penafsiran UU no. 11/2006 tentang Pemerintahan Aceh khususnya mengenai pengelolaan Kawasan Ekosistem Leuser yang berstatus Area Penggunaan Lain (di luar kawasan hutan). 3. Rapat Sertipikasi Publikasi Batas Kawasan Hutan Rapat ini diadakan pada tanggal 14 November 2013 bertempat di Bappenas sebagai salah satu upaya dalam memberikan kepastian hukum hak atas tanah dengan mendorong pada perubahan sistem pendaftaran tanah dari negatif menjadi positif. Publikasi batas kawasan hutan yang dimaksud adalah pemetaan batas kawasan hutan dalam skala kadastral 1:5.000 untuk dapat Laporan Kegiatan Bulan November

12 mengurangi konflik baik antarpemerintah, swasta maupun dengan masyarakat. Pokok-pokok pembahasan dalam rapat ini adalah sebagai berikut: Dalam pelaksanaan penetapan batas hutan berdasarkan mekanisme penetapan dari kehutanan didokumentasikan melalui 3 dokumen yaitu berita acara, peta dan buku ukur. Kementerian kehutanan, BPN serta Bappenas telah setuju dengan pelaksanaan kegiatan publikasi batas kawasan hutan yang diawali dengan pilot project di 3 lokasi yang sebelumnya telah di survei yaitu Hutan Yeh Ayah Bali, Hutan Mangkol dan Hutan Pantai Rebo di Bangka belitung. Pelaksanaan pilot project akan dilaksanakan padan tahun 2014 dengan pendanaan yang akan dibicarakan lebih lanjut. Pihak BPN menyampaikan bahwa pendanaan akan diusahakan melalui alokasi PNBP. 4. Konsinyasi Pasca Rakernas BKPRN 2013 Pelaksanaan kegiatan pada tanggal November 2013 bertempat di Denpasar, Bali yang bertujuan untuk membahas isu konflik penataan ruang sebagai bahan Sidang BKPRN, review hasil Sidang Komisi Rakernas BKPRN 2013 dan penyusunan Agenda Kerja BKPRN Tahun Konsinyasi Pasca Rakernas BKPRN 2013 membahas mengenai penyiapan bahan sidang Menteri BKPRN untuk pembahasan konflik pemanfaatan ruang, review hasil sidang komisi Rakernas BKPRN 2013 dan penyusunan agenda kerja BKPRN Pokok-pokok penting pada pembahasan Penyiapan Bahan Sidang Menteri BKPRN untuk Pembahasan Konflik Pemanfaatan Ruang: Pembahasan terhadap perbedaan SK Menhut dengan hasil Timdu dan langkah-langkah penyelesaiannya (kasus Provinsi KEPRI, Provinsi Aceh-KEL). Finalisasi SEB Holding Zone. Adanya usulan perubahan substansi dari Menteri Kehutanan dan hasil rakernas BKPRN (jangka waktu paling lama 5 tahun). Penyelesaian rencana reklamasi Teluk Benoa. Penyebutan kawasan konservasi perairan (L3) pada Perpres No. 45 tahun 2011 tentang KSN Sarbagita yang pada Perpres 122 tahun 2012 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil, bahwa kawasan tersebut tidak dapat direklamasi sehingga diperlukan pengaturan khusus (dengan RZWP3K). Pembahasan penetapan KP2B dan LP2B ke dalam RTRW dan Rencana Rinci (RDTR). Penyelesaian Raperpres KSN Borobudur. Dalam konsinyasi berhasil disepakati inventarisasi isu penataan ruang yang akan dibahas pada Sidang BKPRN dan terumuskannya agenda kerja BKPRN Tahun Rapat Persiapan Rapat Kerja Sekretariat BKPRN Pelaksanaan kegiatan pada tanggal 27 November 2013 di Bappenas yang bertujuan untuk membahas evaluasi kegiatan Tahun 2013 dan rencana kerja tahun Sekretariat BKPRN. Dalam rapat disepakati rancangan kegiatan Sekretariat BKPRN Capaian pada Bulan November 2013 adalah mengidentifikasikan kegiatan berdasarkan tupoksi Sekretariat BKPRN. Laporan Kegiatan Bulan November

13 6. Rapat Persiapan Lokakarya Penyelarasan Implementasi UU No. 26 Tahun 2007 dan UU No. 27 Tahun 2007 Pelaksanaan rapat pada tanggal 27 November 2013 di Bappenas yang bertujuan mempersiapkan penyelenggaraan Lokakarya Penyelarasan Implementasi UU No. 26 Tahun 2007 dan UU No. 27 Tahun Secara umum berhasil disepakati skenario dan agenda lokakarya yang tertuang dalam Kerangka Acuan Kerja Lokakarya Penyelarasan Implementasi UU No. 26 Tahun 2007 dan UU No. 27 Tahun Tabel Terlaksananya Kegiatan Internal Bulan November 2013 No Kegiatan Terlaksana 1 Evaluasi dan Pemantuan Kegiatan Pembangunan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan di Provinsi Sulawesi Utara 2 Evaluasi dan Pemantuan Kegiatan Pembangunan Bidang Tata Ruang dan Pertanahan di Provinsi Papua Barat 3 Lokakarya Background Study Buku III RPJMN Rapat Pembahasan Background Study RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 5 Rapat Persiapan Kegiatan Seminar Internal Bappenas mengenai Kajian Background Study RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan dengan Tenaga Ahli 6 Penyusunan TOR Kegiatan Lanjutan (SCDRR II) 7 FGD Kajian Background Study RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan 8 Rapat Koordinasi Eselon III Dalam Rangka Persiapan Rakernas BKPRN Rapat Kerja Nasional BKPRN 2013 Tidak Terlaksana Selesai - Selesai - Selesai - Berlanjut - Berlanjut - Selesai - Selesai 10 Rapat Sertipikasi Publikasi Batas Kawasan Hutan - Berlanjut 11 Konsinyasi Pasca Rakernas BKPRN Selesai 12 Rapat Persiapan Agenda Kerja Sekretariat BKPRN - Berlanjut 13 Rapat Persiapan Lokakarya Penyelarasan Implementasi UU No. 26 Tahun 2007 dan UU No. 27 Tahun Berlanjut Keterangan Kegiatan evaluasi dan pemantauan terus berlanjut pada Bulan Desember 2013 Kegiatan evaluasi dan pemantauan terus berlanjut pada Bulan Desember 2013 Laporan Kegiatan Bulan November

14 BAB III KEGIATAN EKSTERNAL Di bawah ini adalah ulasan singkat mengenai partisipasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh eksternal Direktorat, baik oleh unit kerja/unit organisasi di lingkungan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional ataupun kementerian/lembaga lain, sampai dengan akhir Bulan November Kegiatan eksternal ini ada yang dihadiri langsung oleh Direktur atau didisposisikan ke Kepala Sub Direktorat maupun Staf. 1. Pembahasan Raperda RDTR Kawasan Perkotaan Parigi - Kabupaten Parigi Moutong dalam rangka Persetujuan Substansi, pada hari Rabu tanggal 6 November 2013 bertempat di Kementerian PU. Rapat ini diselenggarakan untuk membahas materi Raperda RDTR Kawasan Perkotaan Parigi. Pembahasan persetujuan substansi RDTR di Provinsi Sulawesi Tengah sendiri belum didekonsentrasikan oleh Kementerian PU, karena Perda RTRW Provinsi belum ditetapkan. Beberapa hal yang menjadi pembahasan dalam rapat ini adalah: Terdapat perbedaan skala peta minimal RDTR antara PP 8/2013 tentang Tingkat Ketelitian Peta Rencana Tata Ruang dan Permen PU tentang pedoman penyusunan RDTR. Pada PP tercantum 1: dan pada Permen PU adalah 1: Lampiran V A tentang zoning text belum memuat kegiatan terkait hankam. Dipandang perlu alokasi ruang untuk satuan tempur. Kawasan Perkotaan Parigi belum menetapkan LP2B, namun sebenarnya terdapat kawasan pertanian. Perlu dijelaskan mengenai ketetapan kawasan perkotaan di dalam LP2B. 2. Evaluasi Pelaksanaan 4 Tahun RPJMN , pada hari Rabu tanggal 6 November 2013 bertempat di Hotel Oasis Amir Jakarta. Workshop bertujuan untuk melakukan updating/konfirmasi data capaian indikator untuk 14 Prioritas Nasional RPJMN sampai dengan Juni 2013; mendiskusikan permasalahan pencapaian target indikator; dan mendiskusikan tindak lanjut. Dalam rapat ini, seluruh K/L dengan indikator terpilih memaparkan capaian kinerja sampai dengan saat ini. Termasuk di dalamnya indikasi pencapaian target RPJMN pada akhir periode pelaksanaannya. Adapun masalah yang diidentifikasi dalam rapat tersebut adalah: Perubahan cara pengambilan data dan indeksasi sehingga indikator yang ditetapkan tidak lagi sesuai. Penambahan jumlah target sehingga prosentase pencapaian tidak meningkat (saran: perhitungan prosentase tetap menggunakan target yang ada dalam RPJMN, perubahan jumlah target masuk ke dalam (footnote tabel). Beberapa K/L menyarankan perubahan indikator yang lebih sesuai dengan sasaran Prioritas Nasional (PN). Indikator kegiatan BPN dan Kementerian PU termasuk dalam Prioritas Nasional 6 Infrastruktur. Untuk BPN indikator kegiatan yang disampaikan adalah Inventarisasi Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (IP4T). BPN menyampaikan capaian pelaksanaan kegiatan IP4T sampai dengan Juni 2013 adalah sebanyak bidang dari total target RPJMN sebanyak bidang dan pada tahun 2014 Laporan Kegiatan Bulan November

15 ditargetkan sebanyak bidang. Melihat trend pencapaian yang semakin menurun dan diperkirakan sampai dengan tahun 2014 target RPJMN tidak akan tercapai. Menurunnya target IP4T karena pelaksanaan kegiatan tersebut hanya terbatas pada inventarisasi namun tidak ditindaklanjuti dengan penerbitan sertifikat hak atas tanah. 3. Seminar Akhir Tahun Kajian Peranan Masyarakat Dalam Pengembangan Pariwisata Bahari, pada hari Kamis tanggal 7 November 2013 bertempat di Bappenas. Tujuan seminar adalah untuk memahami pola dan bentuk peran serta masyarakat dalam pembangunan pariwisata bahari. Beberapa inti sari paparan pembicara adalah sebagai berikut: Pengembangan PNPM Pariwisata melalui kegiatan utama, yaitu Pengembangan kapasitas masyarakat, fasilitas sarana dan prasarana, serta fasilitas usaha kepariwisataan. Salah satu contoh keberhasilan adalah model klaster Desa Wisata dengan Desa Terkait di sekitar Desa Wisata. Contoh yang sudah berhasil di Desa Manding, Bantul DIY. Contoh lain desa-desa wisata Kabupaten Magelang (dekat dengan Borobudur). Pariwisata menjadi sektor unggulan negara. Tantangannya adalah bagaimana menangkap peluang tersebut. Isu utama pengembangan pariwisata adalah data potensi pariwisata, kesiapan masyarakat (sebagian besar masyarakat di pesisir dikategorikan miskin), fasilitas infrastruktur (khususnya bandara), koordinasi lintas sektor, keamanan, pembangunan pariwisata berkelanjutan (isu lingkungan dan perubahan iklim). Kebijakan pendukung sudah banyak untuk mendukung konsep pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan pariwisata. Namun konsep tersebut masih belum optimal berjalan. Untuk peran koordinator, diharapkan Bappenas dapat menjadi wasit. Pemerintah hanya berfungsi sebagai regulator dan koordinator. Aktifitas dalam memberdayakan masyarakat adalah ingin memperkuat peran pemerintah daerah dan pemerintah desa dalam mengawasi pembangunan. Bantuan project dari lembaga diharapkan bisa memperkuat lembaga adat. Diharapkan tidak membentuk lembaga baru. Kedepan perlu memperkuat lembaga lokal untuk pengembangan pariwisata. Program Mandiri bersama Bank Mandiri di dua wilayah (Wakatobi dan Desa Bayan Lombok). Bank Mandiri memiliki kepedulian tentang kualitas usaha dan kualitas pariwisata. Manfaatnya dipandang belum dirasakan oleh masyarakat. Tujuannya adalah berkontribusi mendorong ekonomi masyarakat (community economy). Jika berjalan, bisa direplikasi saat ini ada pada tahapan perencanaan dan pelaksanaan. Seharusnya project berbasis masyarakat perlu didesain multi years. Menyepakati pariwisata bahari berbasis masyarakat, berbasis lingkungan (konservasi). Permasalahan utama pariwisata bahari adalah sumberdaya manusia, terutama dipulau-pulau kecil dan infrastruktur. 4. Harmonisasi Rancangan Peraturan Presiden Tentang Batas Sempadan Pantai, pada hari Kamis tanggal 7 November 2013 bertempat di Kementerian Hukum dan HAM. Rapat ini merupakan kelanjutan rapat sebelumnya pada tanggal 9 Oktober 2013 dan diselenggarakan untuk membahas masukan Bappenas terkait RPerpres Batas Sempadan Pantai. Hasil dari rapat ini adalah disepakatinya penetapan Perda tentang Batas Sempadan Pantai tidak harus melalui perda tersendiri dan dapat diintegrasikan ke dalam Perda RTRW Kab/Kota atau RZWP3K. Adapun terkait usulan Bappenas agar jenis pemanfaatan ruang sempadan pantai tidak perlu dicantumkan, tidak diakomodir karena sudah merupakan kesepakatan lintas sektor dalam pembahasan RPerpres. Laporan Kegiatan Bulan November

16 Namun, disepakati bahwa pemberian izin pemanfaatan ruang di sempadan pantai tetaplah menjadi kewenangan Pemerintah Daerah. 5. Workshop Peningkatan Kapasitas Perencana Pembangunan Nasional Dalam Proses Pengarusutamaan REDD+ ke dalam Agenda Pembangunan Nasional, pada hari Jumat tanggal 8 November 2013 bertempat di Hotel Novotel Bogor. Workshop ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan perencana pembangunan nasional di tingkat pusat mengenai kebijakan terkait dan skema REDD+, meningkatkan pemahaman stakeholder mengenai penyusunan Reference Emissions Level (REL) pada sektor berbasis lahan, dan memperdalam pemahaman tentang metode penyusunan penurunan emisi (MRV) dan pemantauan kegiatan penurunan emisi berbasis lahan. Adapun pokok-pokok penting dari workshop ini adalah: REDD+ merupakan mekanisme untuk mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dengan cara memberikan kompensasi kepada pihak-pihak yang melakukan pencegahan deforestasi dan degradasi hutan dan melakukan perlindungan hutan. REDD+ ini bagian dari RAN-GRK (Perpres No.61/2011) yang kemudian akan disusun RAD sektor kehutanan dan lahan gambut yang akan berkontribusi minimal 22% dari 26% total penurunan emisi yang ditargetkan pada tahun Dalam workshop ini diajarkan mengenai LUWES yaitu perangkat yang membantu pemangku kebijakan dalam merancang pembangunan agar mampu menurunkan emisi dari sektor lahan, namun tetap mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Secara umum, Perencanaan Penggunaan Lahan untuk Strategi Pembangunan Rendah Emisi (LUWES) terdiri dari 6 (enam) tahapan, meliputi: - Membangun unit perencanaan - Mengenali perubahan penggunaan lahan di masa lampau dan emisi yang ditimbulkan - Membangun skenario baseline dan Reference Emission Level (REL) - Penyusunan skenario mitigasi dan simulasi perubahan penggunaan lahan - Memilih skenario terbaik (trade-off analysis) - Implementasi dan penyusunan rencana aksi penurunan emisi 6. Konsultasi Triwulanan III Bappenas-Bappeda Provinsi Seluruh Indonesia, pada hari Rabu tanggal 6 November 2013 bertempat di Bappenas. Pertemuan ini bertujuan untuk menyinergikan perencanaan pembangunan antara pusat dan daerah. Agenda pertemuan ini dibagi kedalam 2 (dua) sesi yaitu sesi I dengan agenda pembukaan dan arahan Ibu Menteri PPN/Kepala Bappenas, Pembahasan Panel dan Diskusi. Untuk sesi II dilakukan setelah makan siang dengan agenda pemaparan SIMREG, pemaparan UKPPD On Line dan Diskusi isu strategis masing-masing provinsi. Beberapa hal yang penting yang disampaikan dalam pertemuan tersebut antara lain sebagai berikut: Menteri PPN/Kepala Bappenas - Bappenas saat ini sedang menyusun Background Study RPJMN melalui pendekatan teknokratik dengan mendasarkan pada hasil evaluasi RPJMN Fokus dalam penyusunan RPJMN adalah pembangunan yang berkeadilan atau pertumbuhan yang inklusif. - Harapan untuk pemerintah provinsi adalah untuk dapat mendukung program dan kegiatan yang dilakukan pemerintah pusat. Laporan Kegiatan Bulan November

17 Deputi Bidang Pendanaan Pembangunan, Bappenas - Pagu Indikatif telah dibahas bersama K/L dan pemerintah daerah dalam rangkaian Pertemuan Tiga Pihak dan Musrenbangnas. Namun, dalam perkembangannya telah dilakukan pemutakhiran sesuai kesepakatan Musrenbangnas dan sebagai akibat perubahan asumsi makro. - Kesepakatan dalam musrenbangnas antara lain adalah perkuatan pembangunan infrastruktur konektivitas, irigasi, sarana pengendalian banjir, sarana kesehatan, transmigrasi. Sedangkan perubahan akibat asumsi makro adalah perkuatan belanja K/L (infrastruktur konektivitas dan listrik, transportasi massal perkotaan, irigasi, pembangunan Papua Papua Barat, sarana kesehatan) dan perkuatan transfer daerah (DAU dan DAK) - Beberapa hal yang diharapkan dari pemerintah daerah adalah mempersiapkan isu strategis yang memiliki daya ungkit tinggi, fokus dan konkret pada penyelesaian isu, serta jelas kebutuhan serta tahapan pendanaannya. Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, Bappenas - Fakta saat ini yang ada adalah kesenjangan (disparitas) antara wilayah Jawa dan Luar Jawa masih tetap tinggi dan tidak banyak berubah. Hal ini dibuktikan dengan angka indeks Gini yang tinggi. - Fokus Pengembangan Wilayah dalam penyusunan Buku III ini adalah penguatan daya saing daerah melalui keunggulan kompetitif. Strategi yang akan dilakukan adalah pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru, MP3EI, pengembangan ekonomi kreatif dan berbasis pengetahuan (knowledge based economy) - Buku III ini merupakan sinergi dari perencanaan wilayah yang sifatnya lintas sektor. Kerangka pikir penyusunan Buku III RPJMN dibagi kedalam 8 (delapan) langkah yaitu kondisi saat ini, proyeksi, prakiraan , isu strategis, skenario, sasaran , strategi pengembangan, investasi dan regulasi. - Beberapa hal yang diharapkan dari pemerintah provinsi adalah koordinasi dalam rancangan teknokratik dan memberikan masukan atas rancangan Buku III, menjaga kesinambungan substansi perencanaan dan pentahapan pembangunan dengan rancangan nasional, memastikan kabupaten/kota menjaga kesinambungan substansi perencanaan dan pentahapan pembangunan dengan Provinsi dan Nasional. Sekretaris Menteri PPN/ Sestama Bappenas - Pemberian dana dekonsentrasi Kementerian PPN/Bappenas bertujuan untuk meningkatkan sinergi perencanaan pusat dan daerah dalam rangka pencapaian sasaran prioritas pembangunan nasional. - Fokus pelaksanaan dana dekonsentrasi Tahun 2013 adalah Fasilitasi Perkuatan Koordinasi Pelaksanaan MP3EI, MDG s, RAD Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, RAD Pangan dan Gizi, serta MP3KI. Untuk Tahun 2014, fokus kegiatan kurang lebih masih sama dengan tahun Jumlah dan alokasi dana dekonsentrasi tahun 2014 sama dengan alokasi tahun 2013 namun, terdapat tambahan alokasi untuk Provinsi Kalimantan Utara. - Beberapa hal yang diharapkan dari pemerintah provinsi adalah mempersiapkan dokumen persiapan pelaksanaan dana dekonsentrasi tersebut seperti pernyataan kesanggupan, dan penetapan pengelolaan keuangan. Laporan Kegiatan Bulan November

18 Kasubdit Data dan Informasi Kewilayahan, Bappenas - Saat ini Bappenas (c.q Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah) sedang menyusun sistem UKPPD on line sampai tingkat kabupaten/kota dan Sistem Informasi dan Manajemen Data Dasar Regional (SIMREG). - Sistem UKPPD merupakan sistem yang memuat data dan informasi secara terpadu yang digunakan untuk menyelaraskan kebutuhan daerah dan pusat dengan cara menyandingkan Usulan Kegiatan dan Pendanaan Pemerintah Daerah (UKPPD) dan Rancangan Kerja (Renja) K/L dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP). - Tujuan sistem ini adalah mempermudah dalam melaksanakan pengusulan dan pembahasan kegiatan dan anggaran dalam Musrenbang dari tingkat Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional serta mempermudah dalam melakukan monitoring dan evaluasi. - Sistem SIMREG dibuat untuk mendukung kebutuhan data dan informasi kewilayahan yang mudah diakses dan disebarluaskan bagi seluruh unit kerja perencana baik di pusat maupun di daerah. Diharapkan daerah dapat membantu pengisian data tersebut. Beberapa hal penting dalam diskusi yang disampaikan oleh peserta rapat adalah: - Terdapat perbedaan tahun pelaksaan RPJMN dan RPJMD sehingga perlu dipikirkan bagaimana penyelesaiannya. - Mekanisme pemberian dana transfer kedaerah (DAU dan DAK) perlu ditinjau ulang tidak hanya berdasarkan luas wilayah tapi juga jumlah penduduk. - Perlu ada pemberian insentif bagi pemerintah daerah yang memberikan sumbangan tinggi bagi pencapaian target nasional. - Penyusunan Buku III RPJMN sebaiknya memperhitungkan dampak pemberlakuan Asian Economic Community (AEC) sehingga bisa diidentifikasi kesiapan wilayah-wilayah dalam menghadapi AEC tersebut. Selain itu perlu ada keberpihakan pada pembangunan wilayah tertinggal. - Perlu dilakukan reviu oleh Bappenas terhadap dokumen RPJMD Provinsi seluruh Indonesia untuk melihat kesesuaian RPJMD Provinsi dengan RPJMN. - Sinkronisasi peraturan di pusat yang mengatur proses perencanaan pembangunan di daerah terutama antara Bappenas dengan Kementerian Dalam Negeri. 7. Ekspose Usulan Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan dalam RTRWP NTT, pada hari Selasa tanggal 12 November 2013 bertempat di Gedung Manggala Wanabhakti. Rapat ini diselenggarakan dalam rangka dengar pendapat atas usulan Pemerintahan Provinsi NTT terkait usulan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan. Usulan tersebut disampaikan langsung oleh Gubernur Provinsi NTT. Kawasan hutan yang diusulkan untuk perubahan peruntukan dan fungsi menjadi APL yaitu seluas ,53 Ha. Usulan perubahan tersebut telah dilengkapi dengan data-data di lapangan. Dengan adanya pengurangan kawasan hutan tersebut, Kementerian Kehutanan mengharapkan Pemprov NTT juga telah memikirkan replacement dengan adanya pengurangan fungsi tutupan lahan misalnya melalui penanaman vegetasi lain di kawasan yang diusulkan. Pemprov NTT mengharapkan pada tahun 2014 Kementerian Kehutanan selesai menetapkan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan tersebut. Laporan Kegiatan Bulan November

19 8. Diskusi Perencanaan Pembangunan Bidang Transportasi di Kawasan Perbatasan, Daerah Tertinggal, Papua dan Papua Barat, pada hari Senin tanggal 11 November 2013 bertempat di Hotel Millenium. Adapun hal-hal penting dalam diskusi ini adalah sebagai berikut: Kebijakan pembangunan transportasi dalam RPJMN (disusun oleh Direktorat Transportasi Bappenas) akan mewujudkan sinkronisasi moda dan industri transportasi yang handal dengan: i) membangun konektivitas nasional, ii) membangun industri transportasi yang efisien dan berdaya saing tinggi serta iii) dilakukannya integrasi isu strategis sektor dan lintas sektor. Kementerian Perhubungan dalam melakukan percepatan pembangunan bidang transportasi di Provinsi Papua dan Papua Barat mendapatkan anggaran direktif Presiden yaitu pembangunan 3 dermaga dan 3 bandara, namun belum dapat terlaksana dikarenakan permasalahan koordinasi dengan Komisi V DPR RI. Kementerian Perhubungan menyarankan agar kegiatan Percepatan Pembangunan Propinsi Papua dan Papua Barat (P4B) dialokasikan penganggarannya melalui BA.022 (anggaran Kementerian Perhubungan) sehingga dapat terrealisasi dengan efisien. Peningkatan kualitas SDM bidang transportasi juga diperlukan karena berimplikasi pada kualitas realisasi termasuk penyerapan anggaran. Termasuk pembinaan SDM yang perlu disesuaikan dengan kondisi wilayah, seperti Provinsi Papua dan Papua Barat yang perlu pembinaan intensif. Diharapkan UP4B tidak memaksakan kebijakan (misalnya usulan lokasi pembangunan infrasturktur bidang transportasi) dengan alasan kegiatannya merupakan direktif presiden, hal ini dikarenakan usulan-usulan lokasi pembangunan yang masuk di Kementerian Perhubungan setelah peninjauan lapangan tidak layak untuk pembangunan Dalam percepatan pembangunan infrastruktur bidang transportasi, dokumen rencana yang memiliki keterkaitan substansi variasinya sangat tinggi, misalnya Sistem Logistik Nasional, MP3EI, RPJMN, RPJMD, RTRW, KLHS. Hal ini dapat diantisipasi dengan melakukan pengelompokkan berdasarkan tingkatan prioritasnya untuk mengimplementasikan dokumen rencana tersebut. Direktorat Transportasi Bappenas juga mengusulkan agar dokumen RPI2JM menjadi alat untuk mengoordinasikan berbagai dokumen perencanaan yang ada. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) telah mendukung pembangunan infratruktur bidang transportasi khususnya transportasi laut di wilayah pulau terpencil dan terluar dengan memberikan bantuan sosial dalam pembangunan banyak dermaga dan pengadaan kapal-kapal penumpang yang menghubungkan antar pulau dan kabupaten sejak Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) juga melaporkan bahwa hingga saat ini pos-pos lintas batas sedang dalam proses pembangunan. 9. Diskusi Perencanaan Pembangunan Bidang Energi di Kawasan Perbatasan, Daerah Tertinggal, Papua dan Papua Barat, pada hari Senin tanggal 11 November 2013 bertempat di Hotel Millenium. Pembahasan dalam diskusi ini adalah menjelaskan posisi Indonesia saat ini dalam kondisi krisis energi karena bukan merupakan negara pengekspor minyak, memiliki populasi penduduk tinggi, pertumbuhan ekonomi yg sedang berkembang, sedangkan pasokan energi yang dimiliki Indonesia belum mencukupi. Hal ini memicu kebutuhan energi semakin besar sehingga energi harus menjadi fokus kedepan. Aksesibilitas dan sistem konektivitas energi di Indonesia yang sudah cukup memadai yaitu di Pulau Jawa, Pulau Madura dan Pulau Kalimantan. Laporan Kegiatan Bulan November

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Disampaikan oleh: Direktur Jenderal Penataan Ruang Komisi Pemberantasan Korupsi - Jakarta, 13 Desember 2012 Outline I. Isu

Lebih terperinci

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

Optimalisasi Peran BKPRD: Bercermin dari BKPRN

Optimalisasi Peran BKPRD: Bercermin dari BKPRN Optimalisasi Peran BKPRD: Bercermin dari BKPRN Oleh: Oswar Mungkasa Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas Disampaikan pada Kegiatan Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan BKPRD 1 Palembang,

Lebih terperinci

Kesepakatan Rakernas BKPRN 2013 terkait Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Kesepakatan Rakernas BKPRN 2013 terkait Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Kesepakatan Rakernas BKPRN 2013 terkait Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Oleh: Direktur Tata

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL / BADAN PERENCANAAN NASIONAL (BAPPENAS) SEKRETARIAT REFORMA AGRARIA NASIONAL

Lebih terperinci

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Dalam Acara Rapat Kerja Nasional Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional Tahun 2015 Jakarta, 5 November 2015 INTEGRASI TATA RUANG DAN NAWACITA meningkatkan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SESI PANEL MENTERI - RAKERNAS BKPRN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Jakarta, 5 November 2015 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Disampaikan pada Rakor BKPRD Provinsi Jawa Tengah Tahun

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA, MEKANISME DAN TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA, MEKANISME DAN TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA, MEKANISME DAN TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. b. bahwa

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) SERI REGIONAL DEVELOPMENT ISSUES AND POLICIES (14) PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) November 2011 1 KATA PENGANTAR Buklet nomor

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menserasikan

Lebih terperinci

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK)

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK) PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK) Disampaikan oleh : Dr. H. Sjofjan Bakar, MSc Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup Pada Acara

Lebih terperinci

Mekanisme Pembahasan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017

Mekanisme Pembahasan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Mekanisme Pembahasan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 Oleh : Deputi Bidang Pengembangan Regional Jakarta,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) M E D A N

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) M E D A N PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) 6619431 6623480 M E D A N - 20222 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN

KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN Ir. Diah Indrajati, M.Sc Plt. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Disampaikan dalam acara: Temu Konsultasi Triwulan I Bappenas Bappeda Provinsi Seluruh Indonesia Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10 REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL ARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL 2015-2019 Oleh Oswar Mungkasa Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Daerah dan Isu Strategis Tahun

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING II

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING II KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING II Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas JADWAL PENYUSUNAN RKP 2017

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI MALUKU TENGGARA

BUPATI MALUKU TENGGARA SALINAN N BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 3.a TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PERENCANAAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALUKU

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 PAPARAN Palangka Raya, 20 Maret 2017 FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 KEPALA BAPPEDALITBANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH Oleh: Kedeputian Bidang Pengembangan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, B U P A T I K U D U S PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

Jambi, Desember 2013 Penulis

Jambi, Desember 2013 Penulis Laporan pelaksanaan Sosialisasi Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (PEP RAD GRK) ini, menguraikan tentang : pendahuluan, (yang terdiri dari latar belakang,

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jakarta, Desember 2013 Direktur Tata Ruang dan Pertanahan. Oswar M. Mungkasa

Kata Pengantar. Jakarta, Desember 2013 Direktur Tata Ruang dan Pertanahan. Oswar M. Mungkasa 1 Kata Pengantar Kebijakan pengembangan wilayah ditujukan sebagai upaya untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah melalui berbagai strategi kebijakan dengan dimensi kewilayahan. Strategi kebijakan pembangunan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018

RINGKASAN EKSEKUTIF. Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018 RINGKASAN EKSEKUTIF Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018 Percepatan Penyelenggaraan Informasi Geospasial untuk Mendukung Prioritas Pembangunan Nasional Berkelanjutan Jakarta, 21 Maret

Lebih terperinci

KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENATAAN RUANG

KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENATAAN RUANG KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENATAAN RUANG Oleh : MENTERI DALAM NEGERI Pada Acara: Rapat Kerja Nasional Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Disampaikan oleh: MENTERIDALAMNEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI Bangka Tengah, 7 April 207 2 PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN NASIONAL (Pasal

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 3 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang :

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.1312, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Raperda tentang RPJP Daerah dan RPJM Daerah serta Perubahan RPJP

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN Jakarta, Juni 2012 KATA PENGANTAR Buku ini merupakan penerbitan lanjutan dari Buku Statistik Bidang Planologi Kehutanan tahun sebelumnya yang

Lebih terperinci

CATATAN KECIL MENIGKUTI ASISTENSI DAN SUPERVISI DAERAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPERDA TENTANG RTR DERAH YANG MENGAKOMODIR LP2B

CATATAN KECIL MENIGKUTI ASISTENSI DAN SUPERVISI DAERAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPERDA TENTANG RTR DERAH YANG MENGAKOMODIR LP2B CATATAN KECIL MENIGKUTI ASISTENSI DAN SUPERVISI DAERAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPERDA TENTANG RTR DERAH YANG MENGAKOMODIR LP2B Oleh: Ir. ADRY NELSON PENDAHULUAN Kegiatan Asistensi dan Supervisi

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik Deputi Bidang Pengembangan Regional Bappenas REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN DAK REPUBLIK INDONESIA DEFINISI DAK SESUAI UU No.33/2004 Dana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.03-0/AG/2014 DS 9057-0470-5019-2220 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas I. Pendahuluan UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 6 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAK TAHUN 2018

KEBIJAKAN DAK TAHUN 2018 KEBIJAKAN TAHUN 2018 - DirekturOtonomi Daerah Bappenas - REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN REPUBLIK INDONESIA DEFINISI SESUAI UU No.33/2004 Dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa salah satu

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 0310-1636-8566-5090 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 116 TAHUN 2017 TENTANG KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - Temu Triwulanan II 11 April 2017 1 11 April 11-21 April (7 hari kerja) 26 April 27-28 April 2-3 Mei 4-5 Mei 8-9 Mei Rakorbangpus

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Knowledge Management Forum April

Knowledge Management Forum April DASAR HUKUM DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERAN PEMDA UNTUK MEMBERDAYAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN IKLIM INDONESIA UU 23 tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

PEDOMAN TATA KERJA BKPRD PROVINSI SUMATERA SELATAN

PEDOMAN TATA KERJA BKPRD PROVINSI SUMATERA SELATAN PEDOMAN TATA KERJA BKPRD PROVINSI SUMATERA SELATAN LATAR BELAKANG BKPRD merupakan lembaga ad-hoc lintas sektor yang dibentuk sebagai respon atas kebutuhan berbagai instansi pemerintah dalam menangani masalah

Lebih terperinci

O U T L I N E WAKTU, TEMPAT NARASUMBER & PESERTA I. TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG RPJMD DASAR PENYELENGGARAAN TEMA, MAKSUD & TUJUAN

O U T L I N E WAKTU, TEMPAT NARASUMBER & PESERTA I. TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG RPJMD DASAR PENYELENGGARAAN TEMA, MAKSUD & TUJUAN SEMARANG, 12 NOPEMBER 2013 O U T L I N E I. TEKNIS PENYELENGGARAAN MUSRENBANG RPJMD 2013 2018 DASAR PENYELENGGARAAN TEMA, MAKSUD & TUJUAN TAHAPAN PENYUSUNAN RPJMD WAKTU, TEMPAT NARASUMBER & PESERTA II.

Lebih terperinci

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan dalam acara: Workshop Perencanaan Pembangunan Daerah Metro Lampung, 30-31 Oktober 2017 Digunakan dalam perumusan: Rancangan awal RPJPD

Lebih terperinci

Republik Indonesia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BUKU PANDUAN

Republik Indonesia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BUKU PANDUAN Republik Indonesia Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BUKU PANDUAN SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK)

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

SINKRONISASI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH

SINKRONISASI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH SINKRONISASI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH Ir. Diah Indrajati, M.Sc Plt. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Disampaikan dalam acara: Rapat Koordinasi Teknis Pembangunan Tahun 2017

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

ASPEK HUKUM PENATAAN RUANG PULAU KEPULAUAN

ASPEK HUKUM PENATAAN RUANG PULAU KEPULAUAN ASPEK HUKUM PENATAAN RUANG PULAU KEPULAUAN Oleh RR. Rita Erawati, S.H., LL.M. Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi dan Sumber Daya Alam, Kedeputian Bidang Perekonomian Sekretariat Kabinet Makassar,

Lebih terperinci

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SELAKU SEKRETARIS BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL,

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SELAKU SEKRETARIS BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL, SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SELAKU SEKRETARIS BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL NOMOR KEP. 46/M.PPN/HK/03/2013 TENTANG

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri TATA CARA EVALUASI DOKUMEN PERENCANAAN DAERAH RAPERDA TENTANG RPJPD, RPJMD DAN PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) SESUAI DENGAN PERMENDAGRI 86 TAHUN 2017 Direktorat Jenderal Bina Pembangunan

Lebih terperinci

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyerasikan dan mensinergikan

Menimbang : a. bahwa dalam rangka menyerasikan dan mensinergikan GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2H TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN

Lebih terperinci

Musrenbang 2011 untuk penyusunan RKP Bappenas, 10 Maret 2011

Musrenbang 2011 untuk penyusunan RKP Bappenas, 10 Maret 2011 Musrenbang 2011 untuk penyusunan RKP 2012, 10 Maret 2011 1 Tujuh Titik Kritis Musrenbangnas 2 Solusi Tujuh Titik Kritis No Titik Kritis Solusi 1 Tujuan dan sasaran kurang tajam 2 Hanya membahas dana Dekonsentrasi/

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN Banjarbaru, 10 Mei 2016 Kepada Yth. Sdr. Kepala Perangkat Daerah lingkup Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan di - tempat SURAT EDARAN NOMOR: 050/ 350 /PMP/Bappeda/2016. TENTANG

Lebih terperinci

DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA. 1. Manajemen Perubahan. 4. Penataan Ketatalaksanaan. 6. Penguatan Pengawasan

DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA. 1. Manajemen Perubahan. 4. Penataan Ketatalaksanaan. 6. Penguatan Pengawasan REFORMASI BIROKRASI DAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Disampaikan dalam Seminar Kemenpan dan RB bersama Bakohumas, 27/5/13. DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA 1 PROGRAM PERCEPATAN

Lebih terperinci

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RPJMD PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE TAHUN

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RPJMD PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE TAHUN KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RPJMD PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE TAHUN 2017-2022 Jakarta, 27 Desember 2017 Arti Penting Forum Musrenbang RPJMD Lapangan

Lebih terperinci

KONSULTASI REGIONAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR 2016

KONSULTASI REGIONAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR 2016 KONSULTASI REGIONAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR 2016 Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sumber Daya Air untuk Mendukung Ketahanan Air, Ketahanan Pangan dan Ketahanan Energi. ***

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI RI Jakarta 2011 Sasaran program K/L Kesesuaian lokus program dan kegiatan K/L & daerah Besaran anggaran program dan kegiatan K/L Sharing pendanaan daerah

Lebih terperinci

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan BAB I PENDAHULUAN

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanahkan Pemerintah Daerah untuk menyusun perencanaan pembangunan sesuai dengan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci