Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download ""

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN TEORI II. 1 Definisi Definisi dari kata kunci pada tema adalah limbah, benang, limbah benang, produk fashion. II.2 Sejarah II.2.1 Limbah Benang II.2.2 Limbah Teori ini dikutip dari tesis dengan judul pemanfaatan limbah untuk pengembangan produk rajut Binong jati (2009), pengertian limbah dalam kamus Webster.s Collegiate Dictonary (2004) yang diterjemahkan kedalam bahasa inggrisnya menjadi waste berarti:.4 a:damaged, devective, or superfluous material produced by manufacturing prosess: as (1) : material rejected during a textile manufacturing prosess 4 a: telah rusak, tidak sempurna, atau material produksi yang tidak diperlukan sepanjang proses manufaktur sebagai (1): material yang ditolak selama proses manufaktur tekstil berlangsung. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, edisi ke-3 (2001), arti limbah adalah sisa proses produksi. Limbah atau sampah yaitu hasil dari buangan selama pabrik tekstil berlangsung berproduksi. Limbah atau sampah merupakan suatu bahan

2 yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat dengan proses yang baik dan benar. Limbah tekstil adalah limbah yang dihasilkan pada saat proses pengkajian, proses penghilang kanji, proses penggelantangan, proses pewarna dan proses penyempurnaan. Limbah pabrik dibagi menjadi dua, yaitu limbah cair dan limbah padat. Limbah cair adalah limbah yang berupa cairan sisa-sisa pengolahan proses pewarnaan dalam pembuatan produk tekstil. Sedangkan limbah padat adalah limbah berupa sisa dari suatu hasil kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya berbentuk limbah padat rumnah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran, perternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum lainnya. II.2.3 Benang II Pengertian Benang Teori ini dikutip dari segalanya.com tentang materi pengantar manufaktur tekstil (2011), Benang adalah istilah generik untuk berkas serat kontinyu dalam bentuk yang sesuai atau cocok untuk proses pertenunan, perajutan, atau silangan (interlacing) lainnya guna membentuk kain atau untuk tujuan tertentu lainnya. proses membuat benang dilakukan dengan cara memberi puntiran atau antihan (twist) kepada rangkaian berkas serat yang relatif sejajar sehingga terbentuk struktur yang koheren dan panjang.

3 Proses membuat benang dikenal sebagai proses pemintalan (spinning). Menurut (hartanto dan watanabe, 1979:3) Benang adalah bahan yang dibuat dari seikat serat yang dipilin benang sebagai unsur utama dalam proses pembuatan tekstil yang terbuat dari berbagai macam serat dan dapat dijadikan sebagai tekstil, serat yang akan digunakan sebagai tektil harus memenuhi persyaratan tertentu. Salah satu ciri yang dimiliki oleh serat adalah ukuran panjang yang lebih besar dari pada lebar. Dikutip dari makalah tugas akhir yang berjudul penerapan teknik flock pada limbah benang rajut untuk busana casual wanita remaja (2010) II Ukuran Benang Teori ini dikutip dari tesis tentang pemanfaatan limbah benang untuk pengembangan produk rajut (2009) ukuran benang tidak dinyatakan oleh besarnya diameter, tetapi ukuran benang dinyatakan dengan nomor dalam dua cara, yakni cara langsung dan cara tidak langsung. 1. Cara langsung Semakin berat benang per satuan panjang maka ukurannya semakin besar. jadi ukurannya berbanding lurus dengan beratnya. tex dan denier adalah ukuran benang dengan cara langsung. 2. Cara tidak langsung Semakin panjang benangnya per satuan berat maka ukurannya semakin kecil. jadi, ukurannya berbanding terbalik dengan panjangnya. ne1 dan nm adalah ukuran benang dengan cara tidak

4 langsung. Ukuran serat juga bisa dinyatakan dengan cara yang sama seperti ukuran benang. II Pengelompokan benang Berikut tabel dari pengelompokan limbah benang yang menyertai sebagai berikut : Tabel II.1 Pengelompokan Benang (Sumber, google.com) no Pengelompokan Nama benang Gambar benang 1 Jenis benang Benang stapel Benang tenun Benang tekstur Benang filamen Benang rajut Benang fency Benang twist z (kanan),

5 2 Arah dan jumlah putaran (twist) Benang twist s (kiri), a. Benang twist rendah b. Benang twist tinggi c. Benang twist sedang 3 Bentuk benang Benang tunggal Benang rangkap Tali (rope). Tambang (cordage) II Stuktur Benang Berdasarkan srtukturnya benang tekstil yang dikutip dari tugas akhir tentang penerapan teknik flock pada limbah benang rajut untuk busana kasual wanita remaja (2010), dapat digolongkan menjadi: 1. Benang yang tersusun dari serat-serat stapel dengan pemberian antihan jenis benang ini biasanya disebut benang pintal.

6 2. Benang yang tersusun dari dua benang single atau lebih dan digintir satu sama lain, jenis benang ini biasanya disebut dengan benang gintir. 3. Benang yang terbuat dari dua buah benang yang digintir atau lebih, jenis benang ini biasanya disebut dengan benang tali. 4. Benang yang terbuat dari dua benang tali atau lebih yang digintir lagi, jenis benang ini biasanya disebut benang kabel. 5. Benang yang terbuat dari satu serat yang panjang saja, jenis benang ini biasa disebut monofilamen. 6. Benang yang disusun dari beberapa filamen tanpa antihan, jenis benang ini biasanya disebut dengan multifilamen. 7. Benang yang tersusun dari beberapa filamen dengan dberi antihan. 8. Benang hias 9. Benang yang terbuat dari serat filamen dan mengalami proses sehingga kenampakan ataupun bentuknya menjadi keriting, jeratan mengkerut dan lain sebagainya. Jenis benang ini biasanya disebut dengan benang tanpa antihan. 10. Benang yang tersusun dari serat-serat stapel diberi antihan, jenis benang ini biasanya disebut dengan benang tanpa antihan. Pada teori tesis tentang pemanfaatan limbah benang untuk pengembangan produk rajut Binong jati (2009) menjelaskan secara garis besar limbah benang dapat dibagi menjadi beberapa macam antara lain:

7 1. Benang lebihan Benang lebihan didapat ketika proses produksi sudah selesai, namun masih ada benang yang tersisa. Benang ini biasanya dijual kepada para penadah lain (penadah kedua). Penadah kedua akan mengemas menjadi gulungan-gulungan kecil dan menjualnya kepada pengrajin/penghobi rajut. Namun terkadang, penadah pertama langsung menjual benang lebihan kepada pengrajin/penghobi rajut. Gambar II.1 Benang Lebihan (Sumber, Best B2B.Com) 2. Benang gagal Benang gagal merupakan benang yang sudah tidak sempurna karena didapat dari penguraian produk rajut yang gagal. Para penandah biasanya menjual benang kepada produsen keset untuk dijadikan bahan baku. Tekadang, penadah juga memperbaiki ketidak-sempurnaan benang, lalu mengemas dan menjualnya kepada pengrajin/penghobi rajut.

8 Gambar II.2 Benang Gagal (Sumber, pribadi) 3. Benang kusut Benang kusut atau benang buangan merupakan potongan-potongan benang dari produk rajut. Dalam istilah para penandah dan pengrajin, benang limbah sering juga disebut benang kusut atau majun. Benang limbah ini suka disebut sampah karena dianggap tidak memiliki nilai ekonomis. Gambar II.3 Benang Kusut

9 (Sumber, pribadi) II Persyaratan Benang Pada teori tesis tentang pemanfaatan limbah benang untuk pengembangan produk rajut Binong jati (2009), benang dipergunakan sebagai bahan baku untuk membuat beemacam-macam jenis kain termasuk bahan pakaian, tali dan sebagainya. Supaya penggunaan pada proses selanjutnya tidak mengalami kesulitan, maka benang harus mempunyai persyaratan-persyaratan tertentu antara lain ialah: kekuatan, kemuluran dan kerataan. II Kekuatan Benang Kekuatan benang diperlukan bukan saja untuk kekuatan kain yang dihasilkan, tetapi juga diperlukan selama proses pembuatan kain. Hal-hal yang dapat mempengaruhi kekuatan pada teori tesis tentang pemanfaatan limbah benang untuk pengembangan produk rajut Binong jati (2009) ini ialah : a. Sifat-sifat baha baku antara lain dipengaruhi oleh : 1. Panjang serat Makin panjang serat yang dipergunakan untuk bahan baku pembuatan benang, makin kuat benang yang dihasilkan. 2. Kerataan panjang serat

10 Makin rata serat yang dipergunakaan, artinya makin kecil selisih panjang antara masing-masing serat, makin kuat dan rata benang yang dihasilkan. 3. Kekuatan panjang serat Makin kuat serat yang digunakan, makin kuat benang yang dihasilkan. 4. Kehalusan serat Makin halus serat yang dipergunakan, makin kuat benang yang dihasilkan. Kehalusan serat ada batasnya, sebab pada serat yang terlalu halus akan mudah terbentuk neps yang selanjutnya akan mempengaruhi kerataan benang serta kelancaran prosesnya. II Mulur Benang Mulur ialah perubahan panjang benang akibat tarikan atau biasanya dinyatakan dalam presentasi terhadapa panjang benang. Mulur benang selain menuntukan kelancaran da;am pengolahan benang selanjutnya, juga menentukan mutu kain yang akan dihasilkan. Benang yang mulurnya sedikit akan akan sering putus pada pengolahan selanjutnya. Sebaliknya benang yang terlalu mulur akan menyulitkan dalam proses selanjutnya. Mulur pada benang dipengaruhi antara lain oleh: a. Kemampuan mulur dari serat yang dipakai b. Konstruksi dari benang II Kerataan Benang Kerataan Benang stapel sangat dipengaruhi antara lain oleh:

11 1. Kerataan panjang serat Makin halus dan makin panjang seratnya, makin tinggi pula kerataannya. 2. Halus kasarnya benang Tergantung dari kehalusan serat yang dipergunakan, makin halus benangnya makin baik kerataannya. 3. Kesalahan dalam pengolahan Makin tidak rata panjang serat yang dipergunakan, makin sulit penyetelannya mesin. Kesulitan pada penyetelan ini akan mengakibatkan benang yang dihasilkan tidak rata. 4. Kerataan antihan Antihan yang tidak rata akan menyebabkan benang yang tidak rata pula. II Klasifikasi Benang Gambar II.1Konsrtuksi/Sruktur benang (Sumber, Sulam 2008)

12 II Benang Menurut Panjang Seratnya Sulam Abdul L, 2008, Teknologi Pembuatan Benang Dan Pembuatan Kain, Departemen Pendidikan Nasional (Sumber Sulam, 2008), pada teori tesis tentang pemanfaatan limbah benang untuk pengembangan produk rajut Binong jati (2009) Menurut panjang seratnya benang dapat dibagi menjadi : 1. Benang stapel Benang yang dibuat dari serat-serat stapel. Serat setapel ada yang berasal dari serat alam yang panjangnya terbatas dan ada yang berasal dari serat buatan yang dipotong-potong dengan panjang tertentu. Gambar II.2 Benang Stapel (Sumber, Sulam 2008) Ada beberapa macam benang stapel antara lain : 1) Benang stapel pendek : Benang yang dibuat dari serat-serat stapel yang pendek. Contohnya ialah : benang kapas, benang rayon dan lain-lain. 2) Benang stapel sedang

13 Benang yang dibuat dari serat-serat stapel yang panjang seratnya sedang. Dontohnya ialah : benang wol, benang serat buatan. 3) Benang stapel panjang Benang yang dibuat dari serat-serat stapel yang panjang. Contohnya ialah : bennag rosella, benang nanas dan lain-lain. 2. Benang Filamen Benang filamen yang berasal dari serat-serat buatan misalnya : 1. Benang rayon yaitu benang yang dibuat dari bahan dasar selulosa. 2. Benang nylon yaitu benang filamen yang dibuat dari bahan dasar poliamida yang berasal dari petrokimia. 3. Benang poliakrilik yaitu benang yang dibuat dari bahan dasar poliakrilonitril yang berasal dari pertokimia. Selain dari benang filamen, serat-serat buatan tersebut dapat juga dbuat menjadi benang stapel. Gambar II.3 Benang stapel (Sumber, Sulam 2008)

14 Ada beberapa macam benang filamen antara lain : 1. Benang monofilamen Benang yang terdiri dari satu helai filamen saja. Benang ini terutama dibuat untuk keperluan khusus, misalnya tali pancing, senar raket, sikat, jala dan sebagainya. 2. Benang multifilamen Benang yang terdiri dari serat-serat sebagian besar benang filamen dibuat dalam bentuk multifilamen. Gambar II.4 Benang Stapel (Sumber, Sulam 2008) II Benang Menurut Kontruksinya Menurut konstruksinya benang dapat dibagi menjadi : 1) Benang tunggal 2) Benang rangkap 3) Benang gintir 4) Benang tali

15 1. Benang tunggal Benang yang terdiri dari satu helai benang saja. Benang ini terdiri dari susunan serat-serat yang dberi antihan yang sama. Gambar II.5 Benang Stapel (Sumber, Sulam 2008) 2. Benang rangkap Benang yang terdiri dari bua benang tunggal atau lebih yang dirangkap menjasi satu. Gambar II.6 Benang Stapel (Sumber, Sulam 2008) 3. Benang gintir Benang yang dibuat dengan menggintir dua helai benang atau lebih bersama-sama biasanya arah gintiran benang gintir berlawanan dengan arah antihan benang tunggalnya. Benang yang digintir lebih kuat daripada benang tunggalnya.

16 4. Benang tali Gambar II.7 Benang Stapel (Sumber, Sulam 2008) Benang yang dibuat dengan menggintir dua helai benang gintir atau lebih bersama-sama. Gambar II.8 Benang Stapel (Sumber, Sulam 2008) 5. Benang hias benang Benang yang mempunyai corak-corak atau kontruksi tertentu yang dimaksudkan sebagai hiasan benang ini dibuat pada mesin pemintalan dengan suatu peralatan khusus. Gambar II.9 Benang Stapel (Sumber, Sulam 2008)

17 II Fenomena Limbah Benang Berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Nur beserta keluagranya nenuturkan, untuk saat ini kebanyakan limbah benang hanya dijadikan sebagai pengganti isian bantal atau sofa, keset, dan karpet. Keberadaannya dianggap sebagai masalah karena nilai jualnya sangat kurang, namun jumlahnya sangat besar. Setiap minggunya sekitar 1 ton benang limbah. Sebagai penadah hanya dihargai dengan harga sangat murah, yakni Rp 2 00,-s/d Rp 1.000,- per kilo. Dan dijualnya kembali kepada penadah lain per kilonya hanya mendapatkan keuntungan Rp 1 00,- saja. Yang paling besar keuntungannya, dijual kepada penadah yang akan dijadikan karpet yaitu Rp ,- per ton. Belum begitu banyak pendaur ulang limbah benang untuk dijadikan produk kriya lainnya yang lebih bernilai estetis. Hanya ada beberapa orang yang mengembangkan limbah benang yang dijadikan produk kriya seperti merajutkan benang sehingga menghasikan benang baru dan menempelkan benang dengan teknik flock atau mengaplikasikan desain permukaan pada kain. Dengan ini sedikit demi sedikit limbah benang akan menjadi lebih berharga dan bernilai juga tidak hanya sekedar limbah saja. Semakin banyak orang yang memanfaatkan limbah benang dalam karyanya dan akan semakin tinggi nilai jual limbah benang. Ini akan menjadi solusi baru dalam pendaur atau memanfaatkan limbah benang tanpa menjadikan limbah benang sebagai amcaman polusi atau penyakit karena banyaknya orang menyadarin akan limbah tidak sebagai sampah melainkan sebagai peluang atau solusi.

18 II.2.4 Fashion Pengertian fashion dalam kamus dictionary of fashion (2003) : a socio cultural phenomenon in which a preference is shared by a large number of people for a particular style that lasts for a relatively short time, and than is replaced by another style. fashion change in the western world is generally considered to have begun in the middle ages and although it is evident in many different kinds of material goods, it is particularly pronounced and rapid in apparel. by the 20th c., an enormous fashion industry had grown up to design, produce, distribute, and sell fashionable goods both domestically and internationally. Sebuah fenomena sosial budaya di mana pilihan terbagi atas sejumlah besar orang dengan gaya tertentu yang berlangsung dalam waktu yang relatif singkat, lalu digantikan oleh gaya yang lain. Pada umumnya perubahan fashion di dunia barat telah ada sejak abad pertengahan dan meskipun ini terlihat jelas dalam perubahan berbagai macam material, tetapi perubahanya sangat cepat dalam hal busana. Pada abad ke-20, industri fashion mendesain, memproduksi, mendistribusikan, dan menjual barang-barang fashion baik secara domestik maupun internasional. Fashion pada kata benda adalah suatu kebiasaan atau suatu gaya berpakaian. Fashion pada pakaian adalah cara yang digunakan individu untuk membedakan dirinya sendiri sebagai individu dan menyatakan beberapa keunikannya kepada orang lain. Serta mendefinisikan peran

19 sosial yang dimiliki seseorang yang berpakaian yang berbeda, memungkinkan adanya interaksi sosial yang berbeda pula. Fashion atau pakaian kerap digunakan untuk menunjukan nilai ekonomi atau status seseorang. Fashion adalah sebuah fenomena komunikatif dan kultural yang digunakan oleh suatu kelompok untuk mengkonstrusikan dan mengkomunikasikan identitasnya, karena fashion mempunyai cara nonverbal untuk memproduksi serta mempertukarkan makna dan nilainilai. Fashion sebagai aspek komunikatif tidak hanya sebagai sebuah karya seni akan tetapi fashion juga dipergunakan sebagai simbol dan cerminan budaya yang dibawa. Berikut ini pengertian fashion menurut shvoong.com (2011). beberapa intilah mengenai fashion dalam busana adalah : 1. Fashion Trend Dalam Kamus Mode (2010) menuturkan, pada umumnya istilah Fashion Trend dipakai untuk menggambarkan arah umum, ke mana fashion cencerung bergerak, atau kecenderungan umum mode. Namun Fashion Trend bisa pula diartikan sebagai gaya yang popular sekarang. Contohnya dalam ungkapan: the lasest trend in fashion. 2. Fashion Mode

20 Istilah Mode berarti pakaian pada umumnya. Atau lebih menggambarkan pada bentuk atau karakter dari busana tersebut. 3. FAD Yang disebut Fad adalah fashion yang tiba-tiba muncul, disukai orang banyak, namun hanya bertahan sebentar sebelum akhirnya menghilang. II Eco Fashion Majari magazine.com Organic and EcoFashion (2011), menuturkan bahwa eco fashion adalah pakaian dan produk fashion yang telah diproduksi menggunakan produk-produk ramah lingkungan serta Eco-fashion tidak selalu harus dibuat menggunakan serat organik. Melainkan produk eco fashion dapat menggunakan bahan-bahan pakaian lama yang didaur ulang atau menggunakan material recycle lainnya yang diproduksi dari limbah khususnya limbah benang. II Organic Fashion Organic fashion merupakan pakaian yang di produksi dengan meminimalisir penggunaan bahan kimia dan kerusakan pada lingkungan. Ini termasuk minimalisasi bahan kimia yang digunakan pada setiap langkah pemrosesan, mulai dari proses penanaman dan pemeliharaan bahan baku, pengupasan, pemintalan, sampai dengan ke finishing menjadi produk jadi berupa pakaian, tas, dan lainnya.

21 Masih belum banyak orang untuk membuat produk fashion yang ramah lingkungan, baik dari segi bahan yang digunakan sampai dengan proses pengerjaannya. Akan tetapi seiring waktu dan banyaknya orang mengkampanyekan tentang global warming, masyarakat tersadar akan bahaya limbah dan mengoptimalkan limbah tersebut. II Eco Fashion di Indonesia Pasar kreasi.com tentang eco fashion dari global ke lokal (2011), menjelaskanindustri mode selalu menawarkan acuan gaya hidup terkini. Ini adalah sebagai salah satu bukti sumbangan insdustri mode kepada lingkungan hidup. Konsep eco fashion tidak selamanya bermakna organik, melainkan mendapatkan penyikapan yang lebih kaya untuk mencapai tujuan, menjaga relasi hubungan harmonis antara manusia dan alam. Beberapa merk internasional mulai menerapkan paham-paham ramah lingkungan dalam kegiatan produksi sandang. Contohnya merk celan jins internasional, Levi s, yang menggunakan bahan celana jins dengan material 100% katun organik bertajuk Levi s Eco pada akhir Dan Giorgio Armani sebagai salah satu merk mewah mulai menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan semacam rami dan bambu sebagai material produksinya. Beberapa perancang Indoensia yang tergabung dalam komunitas dagang Fashion First di Senayan City Jakarta sempat mensosialisasikan eco fashion dalam salah satu kampanyenya bertema Greener Nation. Dari lima desainer Indonesia mempersembahkan Ecofriendly collection mereka. Dalam acara kampanye Greener Nation

22 dihadiri oleh beberapa pablik figur Indonesia. Masing-masing perancang memiliki idenya tersendiri dalam bagaimana menciptakan lingkungan yang lebih baik dengan fashion sebagai medianya. Salah satunya adalah merancang baju yang dapat dipakai dalam berbagai gaya untuk mengejar penghematan melalui multifungsi, meluncurkan kaus berslogan ramah lingkungan walaupun belum sampai memakai pewarna ramah lingkungan, tenun lokal untuk mengurangi polusi lantaran transportasi kain impor, dan memanfaatkan tekstil sutera alam yang pengerjaannya ramah lingkungan. Nampaknya, pemilihan material sandang menjadi hal penting dalam rangka menciptakan produk ramah lingkungan. Akan tetapi Pengalihan proses produksi bahan menjadi lebih ramah lingkungan tampaknya bukan proses yang mudah. Hal ini diakui oleh pemimpin perusahaan tekstil Testex Swiss, Dr.Jean-Pierre Haug. "Tidak mudah menghasilkan sesuatu yang benar-benar ramah lingkungan. Semua itu memerlukan proses yang begitu rumit dan saling berkaitan. Selain itu dibutuhkan biaya yang sangat besar untuk mewujudkannya". Akan tetapi manusia sudah dapat memanfaatkan limbah serta meminilalisir dalam penggunaan limbah berlebih. II Produk Fahion Produk fashion merupakan produk pelengkap busana atau pakaian yang merupakan produk wajib sebagai penunjang penampilan. Dalam dunia fashion, fashion tidak hanya diartikan sebagai pakaian melainkan

23 fashion adalah sebagai karakter manusia dalam jati dirinya atau identitasnya. Dalam tugas akhir ini, produk fashion yang akan diaplikasikan dengan limbah benang adalah produk tas, sepatu, aksesoris kalung, jepitan, bando dan pakaian. Berikut adalah beberapa produk fashion yang akan selalu dibutuhkan oleh manusia. Karena dalam setiap tahunnya manusia selalu berubah-ubah dalam penampilannya baik tren saat ini atau pun masa yang akan datang. II.3 Fenomena Saat Ini Limbah benang dapat menjadi produk fashion yang bernilai tinggi dengan pengolahan yang tidak menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat dan berkurang terhadap limbah benang dengan pemanfaatan limbah benang secara optimal. Banyak masyarakat yang kurang menyadari manfaat dari limbah benang yang dapat dimanfaat kan yang lebih dari pemanfaatan limbah sebagai isian, keset, dan pengganti dakron. Akan tetapi pemanfaatan limbah benang semacam itu dinilai sangat minim dan kurang inovatif. Karena pemanfaatan limbah benang tidak Nampak terlihat indah apabila dijadikan sebagai perlengkapan rumah tangga. Suatu upaya penciptaan desain dengan melakukan berbagai eksperiman terhadap limbah benang dengan memberikan bentuk, tekstur, dan perpaduan warna pada limbah benang yang dapat diproses dengan menggunakan teknik tufting, layering, quiling, jahit mesin dan bordir, itu

24 merupakan teknik yang sangat tidak asing bagi masyarakat. Karena beberapa teknik tersebut dengan mudah ditemukan dipasaran yang merupakan buku-buku kriya. Selain teknik berikut, ada teknik yang biasa ada dipasaran yaitu teknik merajut. Ini merupakan pemananfaatan terhadap limbah benang dengan membuat benang baru pada limbah benang. Berikut adalah beberapa contoh produk desain dari harian kompas.com pada kliping butik rajutan, memaksimalkan limbah benang pada tanggal 2011, yang memanfaatkan limbah benang dengan mendaur ulang benang sehingga menjadi benang baru dengan teknik merajut. Gambar II.10 Topi dan syal Rajutan dari limbah benang (Sumber, compas.com 2011)

25 Gambar II.11 Produk pakaian dari limbah benang (Sumber, compas.com 2011) Gambar II.12 Produk sepatu dari limbah benang (Sumber, compas.com 2011) Gambar II.13 Produk tas diaplikasikan dari limbah benang dengan teknik merajut (Sumber, compas.com 2011) Gambar II.14 produk kebaya yang terbuat dari limbah benang dengan cara merajut (Sumber, compas.com 2011)

26 Serta beberapa produk desain yang menggunakan benang. Seperti Dolce and Gabanna dengan teknik merajut pada produk fashion sepatu. Gambar II.15 produk fashion sepatu Dolce and Gabanna (Sumber, google 2011) Gambar II.16 produk fashion sepatu Dolce and Gabanna (Sumber, google 2011)

27 Gambar II.17 produk fashion sepatu Dolce and Gabanna (Sumber, google 2011) Gambar II.18 produk fashion ikat rambut (Sumber, google 2011) Dari beberpa contoh produk diatas dapat disimpulkan bahwa, pengolahan limbah benang rajutan dengan merajutkannya kembali hanya menghasilkan motif pada struktur lain. Ini merupakan peluang yang termotifasi dari limbah benang sebagai produk fashion dengan teknik tuffting, layering, quiling, jahit mesin, twesting dan dengan membordir, serta menambahkan bahan limbah lainnya pada produk-produk fashion yang berperan sebagai produk wajib yang sesuai untuk wanita dewasa awal.

BAB III EKSPLORASI DAN ANALISIS DATA III.1 Eksplorasi Eksplorasi yang dilakukan terhadap limbah benang dengan berbagai pendekatan dari teknik/ pola pada limbah benang, maka dapat dikenali beberapa karakter

Lebih terperinci

HANDOUT PENGUJIAN BENANG. Oleh: Widihastuti, M.Pd.

HANDOUT PENGUJIAN BENANG. Oleh: Widihastuti, M.Pd. HANDOUT PENGUJIAN BENANG Oleh: Widihastuti, M.Pd. widihastuti@uny.ac.id Sifat-sifat yang menentukan mutu benang antara lain: A. Grade dan kenampakan benang B. Kehalusan benang C. Kekuatan benang D. Twist

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan industri tekstil di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat. Perkembangan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Sejak zaman purba, manusia sudah mulai menghias benda-benda yang mendukung kegiatannya sehari-hari. Berbagai macam cara dilakukan untuk membuat suatu benda agar nampak

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Ambor Baju Pesta Balita Perempuan merupakan baju pesta untuk usia 1-5 tahun. Faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

15 KERAJINAN TEKSTIL DARI LIMBAH

15 KERAJINAN TEKSTIL DARI LIMBAH 15 KERAJINAN TEKSTIL DARI LIMBAH 1. Tas Laptop Dari Kain Perca Anda punya baju/rok batik yang kekecilan/robek? Mau makai bikin nggak pede, padahal kain batiknya masih bagus. Apa boleh buat, daur ulang

Lebih terperinci

A. Bagan Pemecahan Masalah

A. Bagan Pemecahan Masalah 39 BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Dampak Fast Fashion dan Pewarna Sintetis Permasalahan Merancang karya tekstil dengan eco printing yang maksimal dengan menggunakan potensi alam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Wig yaitu rambut palsu yang terbuat dari serat alami (rambut manusia, rambut kuda, wol, bulu binatang) maupun sintetis (polyester, nylon) yang digunakan di

Lebih terperinci

III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN

III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN III DATA DAN ANALISIS PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Kerajinan limbah tekstil ialah kerajinan yang terbuat dari bahan tekstil Contoh kerajinan limbah tekstil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Busana merupakan kebutuhan dasar manusia sepanjang hidupnya. Semakin tinggi taraf ekonomi seseorang, kebutuhan berbusana juga akan meningkat. Peningkatan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang La Belle Epoque merupakan jaman keemasan dan jaman kemakmuran di Perancis. Periode La Belle Epoque dalam sejarah Perancis yang konvensional di mulai pada tahun 1871

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Proses perancangan Bahan dasar Serat katun Tali katun Pewarnaan Simpul Eksplorasi Hasil eksplorasi terpilih Perancangan produk Proses produksi KARYA Proses perancangan 42

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Ruang Lingkup Tekno logi Tekstil Pengertian Berdasarkan Modifikasi Bahan dan Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Ruang Lingkup Tekno logi Tekstil Pengertian Berdasarkan Modifikasi Bahan dan Fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Ruang Lingkup Tekno logi Tekstil 1.1.1 Pengertian Tekstil 1.1.2 Pengertian Berdasarkan Etimologi Kata tekstil berasal dari bahasa latin (bahasa Yunani Kuno), yaitu kata texere yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Meningkatnya kebutuhan pokok manusia akan pakaian, sangat berpengaruh pada perkembangan industri tekstil. Tidak sedikit dri industry berskala basar maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia kaya dengan aset kebaharian. Terutama bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan, Indonesia kaya dengan aset kebaharian. Terutama bagi BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Sebagai negara kepulauan, Indonesia kaya dengan aset kebaharian. Terutama bagi masyarakat yang menghuni kawasan pesisir, laut adalah sumber penghidupan. Dengan keberadaan

Lebih terperinci

Media Workshop. Kain dan Serat Pembentuknya. Oleh: Yuliab Koersen. May 22, Rahasia Kain untuk Kenyamanan Tidur

Media Workshop. Kain dan Serat Pembentuknya. Oleh: Yuliab Koersen. May 22, Rahasia Kain untuk Kenyamanan Tidur Media Workshop Rahasia Kain untuk Kenyamanan Tidur May 22, 2013 Kain dan Serat Pembentuknya Oleh: Yuliab Koersen 1. Flow Proses Pembuatan Kain (Fabric) Kain Satu jenis serat Katun, Rayon, Polyester, Nylon,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah tekstil. Manusia melalui tekstil dapat membuat pakaian untuk melindungi tubuh atau sebagai pemuas hasrat manusia untuk menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dahulu, penggunaan handuk di lingkungan masyarakat umumnya terbatas pada kegiatan higienitas jasmani maupun lingkungan, seperti untuk mengeringkan tubuh maupun tangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Penjelasan Judul Perancangan Promo Eksplorasi Dan Aplikasi Ragam Hias Ulos Batak merupakan kegiatan rancangan kerja yang berlandaskan pada teknik eksplorasi dan aplikasi kain tenun

Lebih terperinci

IV. KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN 1. Lingkungan Hidup a. Limbah Limbah merupakan buangan atau sisa yang dihasilkan dari suatu proses atau kegiatan dari industry maupun domestik ( rumah tangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenun ikat atau kain ikat adalah kriya tenun Indonesia berupa kain yang ditenun dari helaian benang pakan atau benang lungsin yang sebelumnya diikat dan dicelupkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan industri khususnya industri tesktil diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat. Namun bila dalam perumusan kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ikat celup merupakan upaya penciptaan ragam hias permukaan kain setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di Indonesia tersebar

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desain produk menjadi hal yang penting dalam mempertahankan serta menjaga minat beli konsumen maupun pasar. Produk yang terkesan monoton dan tidak variatif akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III SURVEY LAPANGAN

BAB III SURVEY LAPANGAN BAB III SURVEY LAPANGAN 3.6 Perolehan Material Renda di Indonesia Renda yang banyak ditemukan di pasaran adalah jenis renda yang digunakan sebagai bahan dekorasi atau benda aplikasi. Biasanya renda digunakan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: sebagai jaring nelayan untuk menangkap ikan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: sebagai jaring nelayan untuk menangkap ikan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN VI.1. KESIMPULAN Dari hasil tinjauan data, baik data teoritis maupun data lapangan, dan hasil eksplorasi estetis atas kain seser, diperoleh kesimpulan bahwa: a. Kain seser adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Perkembangan fashion yang sangat pesat di Indonesia disebabkan karena adanya globalisasi dan media masa yang menunjang, hal ini membuat Indonesia menjadi salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak era 80-an, permasalahan lingkungan mendapat perhatian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sejak era 80-an, permasalahan lingkungan mendapat perhatian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak era 80-an, permasalahan lingkungan mendapat perhatian yang sangat besar dari masyarakat dunia, khususnya mengenai isu-isu yang berhubungan dengan kerusakan-kerusakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat merupakan pelaku kegiatan ekonomi dimana masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap barang dan jasa. Masyarakat dalam kegiatan ekonomi melibatkan

Lebih terperinci

ANALISA PROSES PRODUKSI SULAMAN KERAWANG KHAS GORONTALO. Hariana Jurusan Teknik Kriya - Universitas Negeri Gorontalo

ANALISA PROSES PRODUKSI SULAMAN KERAWANG KHAS GORONTALO. Hariana Jurusan Teknik Kriya - Universitas Negeri Gorontalo ANALISA PROSES PRODUKSI SULAMAN KERAWANG KHAS GORONTALO Hariana Jurusan Teknik Kriya - Universitas Negeri Gorontalo Trifandi Lasalewo Jurusan Teknik Industri - Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Setiap

Lebih terperinci

PENGARUH NOMOR BENANG COTTON TERHADAP HASIL TATTING PADA KERUDUNG

PENGARUH NOMOR BENANG COTTON TERHADAP HASIL TATTING PADA KERUDUNG PENGARUH NOMOR BENANG COTTON TERHADAP HASIL TATTING PADA KERUDUNG Tiwi Setianingsih Mahasiswa S1 Tata Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya tiwi.setia@gmail.com Inty Nahari Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. namun memiliki keuangan yang terbatas. Saat berbelanja di Boutique

BAB VI PENUTUP. namun memiliki keuangan yang terbatas. Saat berbelanja di Boutique 1 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dapat disimpulkan bahwa pakaian bekas merupakan suatu fenomena yang sudah tidak asing lagi dikalangan mahasiswa, khususnya mahasiswa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2. Latar Belakang Perancangan

I. PENDAHULUAN. 2. Latar Belakang Perancangan I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI 1. Penjelasan Tema/ Ide/ Judul Perancangan Pada judul laporan Desain Sofa Ruang Tamu Menggunakan Material Daur Ulang, dengan konsep Go-Green. Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah tekstil yang terdapat pada pabrik garmen di Indonesia memiliki jumlah yang cukup besar, termasuk pabrik yang berada di kawasan kota Sukabumi, Jawa Barat. Menurut

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS 1. Ulasan Karya Sejenis a. Bohemian Style Produk 1 : Baju Blouse Lengan Kalong Gambar 2. 1 Baju Blouse (Sumber: www.pinterest.com, 2017) Gambar diatas adalah beberapa

Lebih terperinci

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER PRAKARYA KELAS VII

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER PRAKARYA KELAS VII SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER PRAKARYA KELAS VII 1. Arti dari kata kerajinan adalah? a. Kreativitas pada suatu barang melalui ketrampilan tangan. b. Kreativitas pada suatu barang dari bahan alam. c. Barang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki banyak potensi dalam bidang pertanian. Setiap daerahnya memiliki ciri hasil produksi pertanian tersendiri.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Waste (inggris) : limbah, sampah, ampas

I. PENDAHULUAN. 1 Waste (inggris) : limbah, sampah, ampas I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini, manusia terus mencoba mencari cara untuk dapat hidup berbaur dengan alam. Kesadaran ini muncul ketika manusia semakin meyakini bahwa alam merupakan bagian penting

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

massa mirip batuan. Terkadang, satu atau lebih bahan tambah ditambahkan untuk

massa mirip batuan. Terkadang, satu atau lebih bahan tambah ditambahkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini bidang konstruksi semakin berkembang. Salah satu bahan yang paling sering digunakan dalam pekerjaan konstruksi adalah beton, karena mudah dibentuk dan harga

Lebih terperinci

LIMBAH INDISTRI TEKSTIL. Oleh Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI

LIMBAH INDISTRI TEKSTIL. Oleh Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI LIMBAH INDISTRI TEKSTIL Oleh Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI 1. Konsep Ekologi Menurut Eugene (1975:1) ekologi berasal dari kata Yunani Oikos berarti rumah tangga dan logos

Lebih terperinci

SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS)

SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS). SERAT ALAMI DAN SERAT BUATAN (SINTETIS) Pengertian serat. SERAT adalah suatu benda yang berbanding panjang diameternya sangat besar sekali. asal serat bahan tekstil

Lebih terperinci

EKSPLORASI SIMPUL PADA TALI KATUN UNTUK PELENGKAP BUSANA

EKSPLORASI SIMPUL PADA TALI KATUN UNTUK PELENGKAP BUSANA Laporan Mata Kuliah Tugas Akhir Kria Tekstil KR40ZJ EKSPLORASI SIMPUL PADA TALI KATUN UNTUK PELENGKAP BUSANA Disusun oleh : Amelia H Devita NIM : 17203019 Dosen pembimbing : DR. Biranul Anas Zaman PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. kerajinan logam, kerajinan gerabah, dan kerajinan tenun.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. kerajinan logam, kerajinan gerabah, dan kerajinan tenun. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki berbagai macam budaya dan karya seni, diantara beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. Beberapa seni kerajinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari yang namanya gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin factio,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN

BAB III METODE PENCIPTAAN 38 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Konsep Penciptaan Karya seni rupa merupakan suatu perwujudan karya yang diciptakan berdasarkan ide-ide dari para kreatornya. Macam karya seni rupa khususnya seni kriya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara agraris yang berpotensi menghasilkan Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara agraris yang berpotensi menghasilkan Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.8 Latar Belakang Indonesia termasuk negara agraris yang berpotensi menghasilkan Sumber Daya Alam dan memanfaatkannya lebih lanjut untuk kesejahteraan rakyatnya. Hasil alam yang mampu

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Cina yang merupakan salah satu dengan penduduk terbanyak di dunia memiliki berbagai seni budaya maupun mitos yang masih sangat kental. Acara-acara besar yang

Lebih terperinci

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL TEKNIK RAGAM JENIS PENGERTIAN DAN HIAS SIFAT BAHAN TEKSTIL BAHAN PEWARNA TEKSTIL Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakaian merupakan kebutuhan dasar yang memiliki beragam. makna bagi manusia. Pakaian tidak hanya berfungsi sebagai pelindung

I. PENDAHULUAN. Pakaian merupakan kebutuhan dasar yang memiliki beragam. makna bagi manusia. Pakaian tidak hanya berfungsi sebagai pelindung I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakaian merupakan kebutuhan dasar yang memiliki beragam makna bagi manusia. Pakaian tidak hanya berfungsi sebagai pelindung tubuh, tetapi juga berfungsi sebagai identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Obyek Hai anak Adam sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika

Gambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika BAHAN AJAR BAGIAN III SEJARAH MODE PERKEMBANGAN BENTUK DASAR BUSANA DI NEGARA TIMUR A. Thailand Thailand adalah salah satu negara tetangga Indonesia sehingga busan antara kedua negara tersebut terdapat

Lebih terperinci

a. Katun Combed Nama cotton combed (katun combed) diambil dari nama mesin pemintalnya, yaitu mesin combing. Mesin combing sendiri berfungsi untuk memb

a. Katun Combed Nama cotton combed (katun combed) diambil dari nama mesin pemintalnya, yaitu mesin combing. Mesin combing sendiri berfungsi untuk memb BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. KELOMPOK DATA BERKAITAN DENGAN ASPEK FUNGSI PRODUK RANCANGAN Buku merupakan salah satu media yang bisa digunakan dalam hal penyampaian informasi. Diantara faktor-faktor

Lebih terperinci

Pengembangan Jenis Tenun Polos dan Tenun Kepar ABSTRAK

Pengembangan Jenis Tenun Polos dan Tenun Kepar ABSTRAK Pengembangan Jenis Tenun Polos dan Tenun Kepar ABSTRAK Terbentuknya kain tenun, pada mulanya manusia purba menemukan cara membuat tambang, kemudian tali dan juga benang dari tumbuhantumbuhan merambat dan

Lebih terperinci

1

1 BAB III KONSEP, PROSES PEARANCANGAN DAN VISUALISASI KARYA 3.1 Konsep Perancangan Berawal dari keprihatinan akan banyak tumpukan limbah media reklame yang dibiarkan begitu saja tanpa di manfaatkan, menimbulkan

Lebih terperinci

Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak

Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak Pemakaian busana kini telah menjadi trend di dunia remaja, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan tradisi yang memiliki latar belakang kuat dengan bangsa dan rakyat Indonesia dalam segala bidang dan bentuk kebudayaan maupun kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN TESA APRILIANI, 2015 APLIKASI TEKNIK SABLON DENGAN OBJEK SIMBOL NAVAJO SEBAGAI ELEMENT ESTETIK RUANGAN

BAB I PENDAHULUAN TESA APRILIANI, 2015 APLIKASI TEKNIK SABLON DENGAN OBJEK SIMBOL NAVAJO SEBAGAI ELEMENT ESTETIK RUANGAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia merupakan salah satu negara yang mengikuti perkembangan mode (trend) di dunia. Menurut buku Perancangan Buku Ilustrasi Motif Navajo pada Pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari. gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi juga untuk menyalurkan A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Seiring dengan berkembangnya zaman, fungsi busana mengalami sedikit pergeseran yaitu tidak hanya sebagai pelindung tubuh dari gangguan alam dan untuk kesopanan, tetapi

Lebih terperinci

1.2 Asumsi Dasar 1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

1.2 Asumsi Dasar 1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semangat untuk memahami dan menguasai keterampilan dan teknik menangani material (tertentu) merupakan bagian yang harus hadir dalam pembekalan pendidikan tinggi seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam siklus hidupnya tidak dapat melepaskan diri dari busana. Busana merupakan salah satu penunjang yang digunakan manusia agar bisa berinteraksi dan berkomunikasi

Lebih terperinci

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akar wangi merupakan tumbuhan jenis rumput yang memiliki banyak manfaat dan BAB 1 PENDAHULUAN dikenal dengan aromanya yang khas. Akar tumbuhan yang termasuk dalam jenis rumput yang

Lebih terperinci

TEKNIK BORDIR SASAK. Oleh: Emy Budiastuti PT. Busana FT UNY

TEKNIK BORDIR SASAK. Oleh: Emy Budiastuti PT. Busana FT UNY TEKNIK BORDIR SASAK Oleh: Emy Budiastuti PT. Busana FT UNY Pendahuluan Membordir merupakan salah satu teknik menghias kain yang dikerjakan menggunakan mesin jahit atau mesin bordir. Namun seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ragam hias merupakan ciri khas dari setiap suku yang memilikinya. Indonesia yang merupakan negara dengan suku bangsa yang beraneka ragam tentulah juga menjadi negara

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN DAN PROSES PRODUKSI

BAB IV KONSEP PERANCANGAN DAN PROSES PRODUKSI BAB IV KONSEP PERANCANGAN DAN PROSES PRODUKSI IV. 1 Ide Dasar Karya tugas akhir ini akan diwujudkan dalam beberapa produk fashion. Rancangan produk tentunya tidak akan lepas dari inspirasi yang muncul

Lebih terperinci

BAHAN PERKULIAHAN KRIYA TEKSTIL. Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds

BAHAN PERKULIAHAN KRIYA TEKSTIL. Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds BAHAN PERKULIAHAN KRIYA TEKSTIL Disusun Oleh : Dra. Marlina, M.Si Mila Karmila, S.Pd, M.Ds PRODI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KERAJINAN ALUMINIUM LAMINATED PLASTIC FILM UNTUK DESAIN TAS WANITA

PENGEMBANGAN KERAJINAN ALUMINIUM LAMINATED PLASTIC FILM UNTUK DESAIN TAS WANITA PENGEMBANGAN KERAJINAN ALUMINIUM LAMINATED PLASTIC FILM UNTUK DESAIN TAS WANITA Putu Kartika Yudhasari Jurusan Desain Produk Industri, FTSP ITS. Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111, Telp. (031) 5931147

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknik ikat celup sudah mendunia di berbagai Negara, Contohnya di Negara India mempunyai teknik Bandhni, Jepang dengan Shibori, dan Thailand dengan Mudmeenya

Lebih terperinci

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF. Kebutuhan manusia dapat dibagi sesuai tingkat kepentingan atau prioritas

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF. Kebutuhan manusia dapat dibagi sesuai tingkat kepentingan atau prioritas BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Kebutuhan manusia dapat dibagi sesuai tingkat kepentingan atau prioritas yaitu kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer adalah kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Salah satu keanekaragaman yang dimiliki adalah pakaian adat. Pakaian

Lebih terperinci

Irfatus Syahiroh Mahasiswa S1 Tata Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

Irfatus Syahiroh Mahasiswa S1 Tata Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya PENGARUH JENIS BENANG TERHADAP HASIL JADI HALTER NECK MACRAME Irfatus Syahiroh Mahasiswa S1 Tata Busana, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya Irfa.oich@gmail.com Deny Arifiana Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

7 DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN

7 DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN 7 DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN TEKNIK MENJALIN Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengertian teknik menjalin desain dan prinsip teknik menjalin, jenis bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Identifikasi Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Identifikasi Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Limbah merupakan produk sisa hasil pengolahan pabrik atau industri kecil berupa sampah atau cairan kimia. Bagi masyarakat yang kurang mengerti akan cara penangulangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini menjelaskan mengenai rencana model bisnis Distro balita

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini menjelaskan mengenai rencana model bisnis Distro balita BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini menjelaskan mengenai rencana model bisnis Distro balita yang akan diberi nama Dista. Dista merupakan bisnis distro khusus untuk balita yang memberikan pelayanan pembungkus

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Budaya adalah sebuah warisan sosial, sesuatu yang tercipta atau dilakukan oleh sekumpulan individu disuatu tempat tertentu di masa lampau dan terus dipertahankan dalam

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS 1. Karya sejenis 1.1. Sepatu Boots Pengguna sepatu boots sekarang dapat memilih jenis apa yang akan mereka kenakan, apakah sepatu boot kulit, sepatu boot kanvas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA-1

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Melihat dunia fashion yang dinamis, selalu berkembang dan memiliki perubahan seiring berjalannya waktu dan kebutuhan yang meningkat. Desain-desain ready to wear yang

Lebih terperinci

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT

4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT 4 PENGETAHUAN BAHAN DAN ALAT KRIYA TEKSTIL Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengetahuan bahan dan alat kriya tekstil. Setelah mempelajari pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinalitas Produk : Gambar 1 : Pakaian dan Celana yang beredar di pasaran (Sumber : www. Pinterest.com, 2017) Gambar diatas adalah beberapa jenis pakaian dan celana yang

Lebih terperinci

Bulu hewan kasar, digaruk atau disisir -Coarse animal hair, carded or combed NT

Bulu hewan kasar, digaruk atau disisir -Coarse animal hair, carded or combed NT 3526 5105.39.00.00 --Lain-lain. --Other 5 0 0 0 0 NT 3527 5105.40.00.00 -Bulu hewan kasar, digaruk atau disisir -Coarse animal hair, carded or combed 5 0 0 0 0 NT 51.06 Benang dari wol digaruk, tidak disiapkan

Lebih terperinci

PELATIHAN MEMBUAT TAS MAKRAME BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI UPTD BINA HARAPAN REMAJA PADANGPANJANG UNTUK MENUMBUHKAN MINAT BERWIRAUSAHA

PELATIHAN MEMBUAT TAS MAKRAME BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI UPTD BINA HARAPAN REMAJA PADANGPANJANG UNTUK MENUMBUHKAN MINAT BERWIRAUSAHA PELATIHAN MEMBUAT TAS MAKRAME BAGI REMAJA PUTUS SEKOLAH DI UPTD BINA HARAPAN REMAJA PADANGPANJANG UNTUK MENUMBUHKAN MINAT BERWIRAUSAHA Desi Trisnawati, Ranelis, Wendra, Lucy Prasilia Prodi Desain Komunikasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Nako terdiri dari 7 orang pengrajin kemudian kelompok ketiga diketuai oleh Ibu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Nako terdiri dari 7 orang pengrajin kemudian kelompok ketiga diketuai oleh Ibu 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Kain Karawo Di Desa Tabongo Barat Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo terdapat empat kelompok pengrajin, kelompok pertama diketuai oleh Ibu Sarta Talib terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia. Diantara berbagai jenis kain tradisional Indonesia lainnya yang dibuat dengan proses celup rintang

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/M-DAG/PER/6/2009 TANGGAL : 19 Juni 2009 DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/M-DAG/PER/6/2009 TANGGAL : 19 Juni 2009 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/M-DAG/PER/6/2009 TANGGAL : 19 Juni 2009 DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran I : Daftar Tekstil dan Produk Tekstil 2. Lampiran II : Laporan Realisasi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUMIHIMO 2.1 Sejarah Kumihimo Kumihimo dikenal mulai sejak zaman Edo. Kumihimo pertama kali diciptakan oleh suatu bentuk jari loop mengepang. Kemudian alat takaida seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang sangat kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar memakai konsep

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Setelah mengikuti serangkaian kegiatan, peserta didik diharapkan mampu:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. Setelah mengikuti serangkaian kegiatan, peserta didik diharapkan mampu: RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata pelajaran Kelas/ Semester Alokasi Waktu A. Tujuan Pembelajaran : SMP N 3 MAGELANG : Prakarya / Kerajinan : VII / 1 (satu) : 1 pertemuan (2 JP) Setelah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri sepatu di era globalisasi seperti sekarang ini berada dalam persaingan yang semakin ketat. Terlebih lagi sejak tahun 2010 implementasi zona perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Produk sejenis yang berkaitan dengan dompet kulit yang ingin penulis buat yaitu dompet kulit produksi Guten Inc. Dompet Guten Inc dibuat khusus untuk pria dengan

Lebih terperinci

Proses Manufaktur Benang Sistem Rotor

Proses Manufaktur Benang Sistem Rotor Asmanto Subagyo Proses Manufaktur Benang Sistem Rotor Oleh: Ir. Asmanto Subagyo, M.Sc. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2003 Hak Cipta 2003 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan. (malam) batik untuk menutup bagian-bagian yang dikehendaki tidak berwarna,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perancangan. (malam) batik untuk menutup bagian-bagian yang dikehendaki tidak berwarna, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan Batik merupakan upaya pembuatan ragam hias pada kain dengan lilin (malam) batik untuk menutup bagian-bagian yang dikehendaki tidak berwarna, melalui proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tasikmalaya merupakan salah satu kota di Jawa Barat yang lokasinya sekitar 120 KM dari Kota Bandung ibu kota Propinsi Jawa Barat. Tasikmalaya, terutama pada

Lebih terperinci

II. METODE PERANCANGAN A. ORISINALITAS Perancangan tas wanita batok kelapa yang dibuat ini orisinalitas sendiri berdasarkan penggunaan bahan yang berasal dari limbah dan sistem yang digunakan pada tas

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kreasi Baru. Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan BAB III PROSES PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Batik Kreasi Baru Sumber: Makanan Hidangan Istimewa Kampung Permasalahan : 1. Bagaimana merancang motif batik dengan sumber ide makanan hidangan istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan terapannya dalam industri di setiap negara sangat diperlukan karena dapat menunjang perekonomian dan kesejahteraan masyarakat pada

Lebih terperinci

ABSTRAK. Keywords: Songket, Limasan, cutting, ready-to-wear. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Keywords: Songket, Limasan, cutting, ready-to-wear. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Limastrical adalah judul dari koleksi busana Tugas Akhir yang terinspirasi dari tren 2014 Imperium. Limas merupakan nama rumah adat yang ada di Palembang sedangkan Trical berasal dari kata symmetrical

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampah merupakan suatu barang atau material sisa yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga, perindustrian, perdagangan, pertanian, serta kegiatan lain yang

Lebih terperinci

BAB III BUTIK LATIFAH DAN PEMASARAN PRODUK. 1. Sejarah Berdirinya Butik Latifah Way Halim Bandar Lampung

BAB III BUTIK LATIFAH DAN PEMASARAN PRODUK. 1. Sejarah Berdirinya Butik Latifah Way Halim Bandar Lampung BAB III BUTIK LATIFAH DAN PEMASARAN PRODUK A. Profil Butik Latifah 1. Sejarah Berdirinya Butik Latifah Way Halim Bandar Lampung Menurut Rita Anomsari (Owner) bahwa sejarah berdiri Butik Latifah pada tanggal

Lebih terperinci