Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan DAFTAR ISI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pusat Penanggulangan Krisis Departemen Kesehatan DAFTAR ISI"

Transkripsi

1

2 DAFTAR ISI

3 KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN... BAB II KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA YANG TERJADI PADA TAHUN Frekuensi dan Jenis Bencana yang Terjadi pada Tahun Frekuensi Bencana Berdasarkan Provinsi pada Tahun Jumlah Korban Berdasarkan Jenis Bencana Tahun a. Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Bencana Tahun b. Jumlah Korban Rawat Inap Berdasarkan Jenis Bencana Tahun c. Jumlah Korban Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Bencana Tahun d. Jumlah Pengungsi Berdasarkan Jenis Bencana Tahun e. Jumlah Korban Hilang Berdasarkan Jenis Bencana Tahun Rasio Frekuensi Bencana dengan Jumlah Korban Tahun a. Rasio Frekuensi Bencana dengan Jumlah Korban Meninggal pada Tahun b. Rasio Frekuensi Bencana dengan Jumlah Korban Rawat Inap pada Tahun

4 c. Rasio Frekuensi Bencana dengan Jumlah Korban Rawat Jalan pada Tahun d. Rasio Frekuensi Bencana dengan Jumlah Pengungsi pada Tahun Gambaran Umum Bencana yang Terjadi pada Tahun 7 dan Dampaknya di Bidang Kesehatan Jenis Bencana yang Sering Terjadi Sepangang Tahun a. Banjir... 3 b. Tanah Longsor... 6 c. Banjir dan Tanah Longsor... 8 d. Angin Puting Beliung... e. Gempa Bumi... 3 f. Gelombang Pasang... 5 g. Peningkatan Status Gunung Api... 7 h. KLB Keracunan Makanan... 9 i. Kecelakaan Industri Kerusakan Fasilitas Kesehatan BAB III BENCANA TERBESAR TAHUN Banjir di Provinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat Banjir dan Tanah Longsor di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur Gempa Bumi Tektonik di Provinsi Sumatera Barat Banjir dan Tanah Longsor di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah Gempa Bumi Tektonik di Provinsi Bengkulu, Jambi dan Sumatera Barat Banjir dan Tanah Longsor di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur BAB IV KESIMPULAN... 46

5

6

7

8

9 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran : BANTUAN YANG DIBERIKAN DEPARTEMEN KESEHATAN R.I. DALAM RANGKA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA TAHUN 7 Lampiran : BANTUAN YANG DIBERIKAN DEPARTEMEN KESEHATAN R.I. DALAM RANGKA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI PPK REGIONAL DAN SUB REGIONAL TAHUN 7

10

11 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR GRAFIK BAB I PENDAHULUAN... BAB II KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA YANG TERJADI PADA TAHUN Frekuensi dan Jenis Bencana yang Terjadi pada Tahun Frekuensi Bencana Berdasarkan Provinsi pada Tahun Jumlah Korban Berdasarkan Jenis Bencana Tahun a. Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Bencana Tahun b. Jumlah Korban Rawat Inap Berdasarkan Jenis Bencana Tahun c. Jumlah Korban Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Bencana Tahun d. Jumlah Pengungsi Berdasarkan Jenis Bencana Tahun e. Jumlah Korban Hilang Berdasarkan Jenis Bencana Tahun Rasio Frekuensi Bencana dengan Jumlah Korban Tahun a. Rasio Frekuensi Bencana dengan Jumlah Korban Meninggal pada Tahun b. Rasio Frekuensi Bencana dengan Jumlah Korban Rawat Inap pada Tahun

12 c. Rasio Frekuensi Bencana dengan Jumlah Korban Rawat Jalan pada Tahun d. Rasio Frekuensi Bencana dengan Jumlah Pengungsi pada Tahun Gambaran Umum Bencana yang Terjadi pada Tahun 7 dan Dampaknya di Bidang Kesehatan Jenis Bencana yang Sering Terjadi Sepangang Tahun a. Banjir... 3 b. Tanah Longsor... 6 c. Banjir dan Tanah Longsor... 8 d. Angin Puting Beliung... e. Gempa Bumi... 3 f. Gelombang Pasang... 5 g. Peningkatan Status Gunung Api... 7 h. KLB Keracunan Makanan... 9 i. Kecelakaan Industri Kerusakan Fasilitas Kesehatan BAB III BENCANA TERBESAR TAHUN Banjir di Provinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat Banjir dan Tanah Longsor di Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur Gempa Bumi Tektonik di Provinsi Sumatera Barat Banjir dan Tanah Longsor di Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah Gempa Bumi Tektonik di Provinsi Bengkulu, Jambi dan Sumatera Barat Banjir dan Tanah Longsor di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur... 4 BAB IV KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran : BANTUAN YANG DIBERIKAN DEPARTEMEN KESEHATAN R.I. DALAM RANGKA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA TAHUN 7 Lampiran : BANTUAN YANG DIBERIKAN DEPARTEMEN KESEHATAN R.I. DALAM RANGKA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI PPK REGIONAL DAN SUB REGIONAL TAHUN 7

14 DAFTAR GRAFIK Grafik Frekuensi dan jenis bencana yang terjadi pada tahun 7... Grafik Frekuensi bencana berdasarkan provinsi pada tahun 7... Grafik 3 Grafik 4 Grafik 5 Grafik 6 Grafik 7 Grafik 8 Jumlah korban meninggal berdasarkan jenis bencana pada tahun 7... Jumlah korban rawat inap berdasarkan jenis bencana pada tahun 7... Jumlah korban rawat jalan berdasarkan jenis bencana pada tahun 7... Jumlah pengungsi berdasarkan jenis bencana pada tahun 7... Jumlah korban hilang berdasarkan jenis bencana pada tahun 7... Gambaran umum kejadian bencana pada tahun 6 dan 7... Grafik 9 Banjir yang terjadi sepanjang tahun 7... Grafik Perbandingan banjir pada tahun 6 dan 7... Grafik Korban meninggal akibat banjir pada tahun 7... Grafik Korban rawat inap dan rawat jalan akibat banjir pada tahun 7... Grafik 3 Pengungsi akibat banjir pada tahun 7... Grafik 4 Frekunesi banjir berdasarkan provinsi pada tahun 7... Grafik 5 Tanah longsor yang terjadi pada tahun 7... Grafik 6 Perbandingan tanah longsor pada tahun 6 dan 7... Grafik 7 Korban meninggal akibat tanah longsor pada tahun 7... Grafik 8 Korban rawat inap dan rawat jalan akibat tanah longsor pada tahun 7... Grafik 9 Pengungsi akibat tanah longsor pada tahun 7...

15 Grafik Frekuensi tanah longsor berdasarkan provinsi pada tahun 7... Grafik Banjir disertai tanah longsor yang terjadi pada tahun 7... Grafik Perbandingan banjir disertai tanah longsor pada tahun 6 dan 7... Grafik 3 Grafik 4 Korban meninggal akibat banjir disertai tanah longsor pada tahun 7... Korban rawat inap dan rawat jalan akibat banjir disertai tanah longsor pada tahun 7... Grafik 5 Pengungsi akibat banjir dan tanah longsor pada tahun 7... Grafik 6 Frekuensi banjirn disertai tanah longsor berdasarkan provinsi pada tahun 7...

16 BAB I PENDAHULUAN Penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana di Indonesia merupakan upaya untuk mengatasi masalah kesehatan saat dan pasca bencana yang harus selalu ditingkatkan kualitasnya. Hal ini mengingat angka kejadian bencana di Indonesia yang tinggi serta kerusakan dan jatuhnya korban jiwa yang tentu saja akan menghambat proses pembangunan negara Indonesia sebagai negara berkembang. Berdasarkan hasil pemantauan Pusat Penanggulangan Krisis, sepanjang tahun 7 tercatat 5 kali kejadian bencana yang mengakibatkan krisis kesehatan dan terjadi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Jenisnya pun beraneka ragam seperti banjir, tanah longsor, kecelakaan transportasi, angin puting beliung, kecelakaan industri dan konflik sosial. Beberapa di antaranya merupakan bencana besar yang meyebabkan puluhan korban jiwa dan ratusan bahkan ribuan korban luka-luka serta adanya pengungsi, yaitu kejadian banjir di Prov. DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat, banjir dan tanah longsor di Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tengah, gempa bumi tektonik Prov. Bengkulu dan Sumatera Barat dan yang cukup menarik perhatian di akhir tahun adalah kejadian banjir yang melanda sejumlah kabupaten/kota di Prov. Jawa Timur dan Jawa Tengah. Berbagai kejadian bencana tersebut merupakan pelajaran berharga bagi kita untuk dianalisis baik dari segi trend kejadiannya maupun dampaknya di bidang kesehatan sehingga bisa menjadi bahan untuk meningkatkan upaya kesiapsiagaan di masa mendatang. Sebagaimana kebijakan dan strategi nasional saat ini, upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana lebih dititikberatkan pada upaya sebelum terjadinya bencana. Dengan upaya pencegahan, kesiapsiagaan dan mitigasi yang tepat serta pengembangan sistem informasi yang akurat diharapkan upaya penanggulangan krisis kesehatan saat bencana dapat lebih cepat dan tepat sehingga dapat meminimalkan jumlah korban dan kerusakan. Laporan ini disusun berdasarkan data-data kejadian bencana yang dikumpulkan oleh Pusat Penanggulangan Krisis selama tahun 7 serta beberapa informasi hasil penelitian lembaga tertentu mengenai teori kejadian bencana, kondisi iklim dan potensi bencana di Indonesia pada tahun 7. Tujuannya adalah untuk melihat trend kejadian bencana dan dampaknya di bidang kesehatan serta sebagai pembelajaran dari beberapa kejadian bencana besar pada tahun 7. Selain itu dinilai pula tingkat kefatalan maupun potensi suatu jenis bencana untuk menimbulkan permasalahan kesehatan serta pola bantuan yang diberikan pada suatu daerah. Analisis yang dilakukan merupakan analisis deskriptif yang diolah secara sederhana dan ditampilkan dalam bentuk tabel atau grafik dalam memberikan gambaran kejadian bencana di Indonesia beserta dampaknya.

17 BAB II KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA YANG TERJADI PADA TAHUN 7. Frekuensi dan Jenis Bencana yang Terjadi pada Tahun 7 Sepanjang tahun 7 telah terjadi 5 kali bencana yang mengakibatkan krisis kesehatan di Indonesia dan terdiri dari 5 jenis kejadian bencana. Banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi dengan frekuensi 48,9% dari seluruh kejadian bencana. Jenis kejadian bencana lain yang juga sering terjadi berturut-turut yaitu angin puting beliung (,73%), banjir yang disertai tanah longsor (9,76%), dan tanah longsor (8,78%). Sebagaimana yang terlihat pada grafik..73% Grafik. Frekuensi dan jenis bencana yang terjadi pada tahun 7.95%.95% 6.34%.49%.46%.49%.93% 48.9%.95% 3.4%.49%.98% 9.76% 8.78% Banjir Tanah longsor Banjir dan tanah longsor Banjir bandang Banjir bandang dan tanah longsor Gempa bumi Status Awas Gn berapi Gelombang pasang Angin puting beliung Kecelakaan transportasi Kecelakaan Industri Ledakan bom Konflik sosial KLB Angin kencang dan tanah longsor. Frekuensi Bencana Berdasarkan Provinsi pada Tahun 7 Selama periode bulan Januari sampai Desember 7, bencana terjadi di 8 provinsi dengan frekuensi yang bervariasi. Jawa Timur merupakan provinsi yang paling banyak tertimpa bencana yaitu 3 kali kejadian disusul oleh Jawa Barat 5 kali kejadian kemudian Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan sebanyak kali kejadian bencana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

18 Grafik Frekuensi Bencana Berdasarkan Provinsi pada Tahun 7 Irian Jaya Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Bangka Belitung Kepulauan Riau Papua Lampung Sumatera Selatan Nusa Tenggara Barat Kalimantan Selatan Bengkulu Maluku Sulawesi Tenggara Bali Kalimantan Timur DI Yogyakarta Jambi Nusa Tenggara Timur Banten DKI Jakarta Maluku Utara Sulawesi Barat Gorontalo Riau Sumatera Utara Sulawesi Utara Sumatera Barat Sulawesi Tengah NAD Sulawesi Selatan Jawa Tengah Jawa Barat Jawa Timur

19 3. Jumlah Korban Berdasarkan Jenis Bencana Tahun 7 a. Jumlah Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Bencana Tahun 7 Angka kematian tertinggi diakibatkan dari kejadian banjir disertai tanah longsor dengan jumlah yang cukup jauh melampaui kejadian lainnya yaitu 65 jiwa. Peringkat kedua dan ketiga yaitu banjir 4 jiwa dan gempa bumi 99 jiwa. Untuk jelasnya dapat dilihat pada grafik 3. Grafik 3 Jumlah korban meninggal berdasarkan jenis bencana pada tahun 7 Konflik sosial Angin kencang dan tanah longsor Kecelakaan Industri Status Awas Gn berapi Banjir Bandang Gelombang pasang Ledakan bom KLB Banjir bandang dan tanah longsor Angin puting beliung Tanah Longsor Gempa Bumi Banjir Kecelakaan Transportasi Banjir dan Tanah Longsor

20 b. Jumlah Korban Rawat Inap Berdasarkan Jenis Bencana Tahun 7 Korban rawat inap akibat bencana sepanjang tahun 7 tertinggi diakibatkan oleh banjir yaitu sebanyak.33 jiwa, kedua dan ketiga tertinggi diperoleh dari gempa bumi 468 jiwa dan kecelakaan transportasi 63 jiwa. Selengkapnya dapat dilihat grafik 4. Grafik 4 Jumlah korban rawat inap berdasarkan jenis bencana pada tahun 7,5,,33,5, Banjir Gempa Bumi Kecelakaan Transportasi KLB Banjir dan Tanah Longsor Angin puting beliung Status Awas Gn berapi Tanah Longsor Kecelakaan Industri Konflik sosial Banjir bandang dan tanah longsor Gelombang pasang Ledakan bom Angin kencang dan tanah longsor Banjir Bandang c. Jumlah Korban Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Bencana Tahun 7 Jumlah korban rawat jalan akibat bencana dalam tahun 7 paling tinggi diakibatkan oleh banjir sebanyak jiwa, diikuti gempa bumi jiwa dan banjir disertai tanah longsor 7.66 jiwa. Selengkapnya lihat grafik 5.

21 Grafik 5 Jumlah korban rawat jalan berdasarkan jenis bencana pada tahun 7 3, 99,44 5,, 5,, 5, 36,385 Banjir Gempa Bumi Banjir dan Tanah Longsor 7,66 Status Awas Gn berapi Angin puting beliung 6, Gelombang pasang Kecelakaan Transportasi Tanah Longsor Konflik sosial Kecelakaan Industri KLB Ledakan bom Banjir bandang dan tanah longsor Angin kencang dan tanah longsor Banjir Bandang d. Jumlah pengungsi berdasarkan jenis bencana tahun 7 Jumlah pengungsi tertinggi pada tahun 7 diakibatkan oleh bencana banjir sebanyak 6.65 jiwa, sedangkan gempa bumi jiwa dan banjir yang disertai tanah longsor.37 jiwa. Untuk jelasnya lihat grafik 6. Grafik 6 Jumlah pengungsi berdasarkan jenis bencana pada tahun 7 Angin kencang dan tanah longsor KLB Konflik sosial Ledakan bom Kecelakaan Industri Kecelakaan Transportasi Angin puting beliung 8 Banjir bandang dan tanah longsor 76 Banjir Bandang 3,545 Tanah Longsor 5,95 Gelombang pasang 8,584 Status Awas Gn berapi 8,98 Banjir dan Tanah Longsor,37 Gempa Bumi 39,494 6,65 Banjir 5,, 5,, 5, 3, 35, 4, 45, 5, 55, 6, 65,

22 e. Jumlah korban hilang berdasarkan jenis bencana tahun 7 Jumlah korban hilang tertinggi pada tahun 7 diakibatkan oleh kecelakaan transportasi sebanyak 399 jiwa, jauh dibandingkan bencana lainnya yang juga mengakibatkan korban hilang. Untuk jelasnya lihat grafik 7. Grafik 7 Jumlah korban hilang berdasarkan jenis bencana pada tahun Kecelakaan transportasi Banjir Banjir dan tanah longsor Tanah longsor Banjir bandang Banjir bandang dan tanah longsor Gempa bumi Status Awas Gn berapi Gelombang pasang Angin puting beliung Kecelakaan Industri Ledakan bom Konflik sosial KLB Angin kencang dan tanah longsor 4. Rasio Frekuensi Bencana dengan Jumlah Korban pada Tahun 7 a. Rasio frekuensi bencana dengan jumlah korban meninggal pada tahun 7 Tabel berikut menunjukkan bahwa kejadian gempa bumi merupakan bencana yang paling fatal pada tahun ini dengan rasio antara frekuensi bencana dan korban jiwa meninggal yaitu : 4,4. Hal ini berarti bahwa dalam rata-rata dalam satu kejadian gempa mengakibatkan 4 korban meninggal. Bencana lain yang cukup fatal dengan mengakibatkan tingginya korban meninggal perkejadiaannya adalah banjir disertai tanah longsor dengan rasio : 3,5.

23 Tabel Rasio frekuensi bencana dengan jumlah korban meninggal pada tahun 7 No Jenis Bencana Frekuensi Jumlah Korban Meninggal Perbandingan Gempa bumi 7 99 : 4,4 Banjir dan tanah longsor 65 :3,5 3 KLB keracunan makanan 3 : 3,33 4 Kecelakaan transportasi 65 :,95 5 Tanah longsor 8 46 :,55 6 Banjir bandang dan tanah longsor : 7 Angin puting beliung 6 :,67 8 Banjir 99 4 :,4 9 Ledakan bom 4 4 : Gelombang pasang 4 :,5 Konflik sosial 4 : Angin kencang dan tanah longsor : 3 Banjir bandang : 4 Peningkatan status gunung api 4 4 : 5 Kecelakaan industri 3 3 : b. Rasio frekuensi bencana dengan jumlah korban rawat inap pada tahun 7 Berdasarkan perbandingan frekuensi bencana dengan jumlah korban rawat inap pada tahun 7, terlihat bahwa bencana gempa bumi merupakan bencana paling tinggi mengakibatkan korban rawat inap yaitu : 66,86. Hal ini berarti bahwa rata-rata korban rawat inap dalam satu kejadian gempa adalah jiwa. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel.

24 Tabel Rasio frekuensi bencana dengan jumlah rawat inap pada tahun 7 No Jenis Bencana Frekuensi Jumlah Rawat Inap Perbandingan Gempa Bumi : 66,86 KLB keracunan makanan 3 86 : 6 3 Banjir 99,33 : 3,6 4 Kecelakaan Transportasi 3 63 :,3 5 Konflik sosial : 6 Peningkatan status gunung api 4 33 : 8,5 7 Banjir bandang dan tanah longsor 8 : 8 8 Banjir dan Tanah Longsor 9 : 6,45 9 Kecelakaan Industri 4 3 : 3,5 Angin puting beliung 35 :,59 Tanah Longsor 8 8 : Gelombang pasang 6 6 : 3 Ledakan bom 4 4 : 4 Angin kencang dan tanah longsor : 5 Banjir Bandang : c. Rasio frekuensi bencana dengan jumlah korban rawat jalan pada tahun 7 Pada tabel berikut terlihat bahwa gempa bumi merupakan bencana paling tinggi mengakibatkan korban rawat jalan berdasarkan rasio yaitu : 597,86. Hal ini berarti bahwa rata-rata korban rawat jalan dalam satu kejadian gempa adalah 597 jiwa. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.

25 Tabel 3 Rasio frekuensi bencana dengan jumlah rawat jalan pada tahun 7 No Jenis Bencana Frekuensi Jumlah Rawat Jalan Perbandingan Gempa bumi 7 36,385 : 597,86 Banjir 99 99,44 : 34,38 3 Peningkatan status gunung api 4 6,868 : 77 4 Banjir dan tanah longsor 7,66 : Gelombang pasang : 74,33 6 Konflik sosial 3 : 3 7 Angin puting beliung 568 : 5,8 8 Kecelakaan transportasi 3 8 : 7,54 9 Tanah longsor 8 87 :,39 KLB keracunan makanan 3 : 7,33 Kecelakaan Industri 4 7 : 6,75 Ledakan bom 4 : 5 3 Banjir bandang dan tanah longsor : 4 Angin kencang dan tanah longsor : 5 Banjir bandang : d. Rasio frekuensi bencana dengan jumlah pengungsi pada tahun 7 Berdasarkan perbandingan frekuensi bencana dengan jumlah pengungsi pada tahun 7, terlihat bahwa bencana gempa bumi merupakan bencana paling tinggi mengakibatkan pengungsi yaitu : 9.97, 7. Hal ini berarti bahwa rata-rata pengungsi dalam satu kejadian gempa adalah 9.98 jiwa. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.

26 Tabel 4 Rasio frekuensi bencana dengan jumlah pengungsi pada tahun 7 No Jenis Bencana Frekuensi Jumlah Pengungsi Perbandingan Gempa bumi 7 39,494 : 997,7 Banjir 99 6,65 : 66,7 3 Peningkatan status gunung api 4 8,98 : Banjir bandang 3,545 : 77,5 5 Gelombang pasang 6 8,584 : 43,67 6 Banjir dan tanah longsor,37 :,85 7 Banjir bandang dan tanah longsor 76 : 76 8 Tanah longsor 8 5,95 : 33,6 9 Angin puting beliung 8 : 9,45 Konflik sosial : Angin kencang dan tanah longsor : KLB keracunan makanan 3 3 : 3 Kecelakaan industri 4 4 : 4 Ledakan bom 4 4 : 5 Kecelakaan transportasi 3 3 : 5. Gambaran Umum Bencana yang Terjadi pada Tahun 6 dan Tahun 7 dan Dampaknya di Bidang Kesehatan Perbandingan kejadian bencana pada tahun 6 dan 7 dapat dilihat pada grafik 8. Kejadian bencana yang dinilai adalah jenis kejadian sama yang pernah terjadi pada tahun 6 dan 7.

27 Grafik 8 Gambaran umum kejadian bencana pada tahun 6 dan Banjir Tanah longsor Banjir dan tanah longsor Banjir bandang Gempa bumi Bencana 7 Bencana 6 Gempa bumi dan tsunami Status Awas Gn api Gelombang pasang Angin puting beliung Kecelakaan transportasi Kecelakaan Industri Ledakan bom Konflik sosial KLB Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa secara umum terjadi peningkatan frekuensi dari beberapa jenis kejadian bencana pada tahun 7 jika dibandingkan dengan tahun 6. Hal yang cukup menarik adalah peningkatan tersebut terjadi pada jenis bencana yang disebabkan oleh alam seperti banjir, banjir disertai tanah longsor, gempa bumi, peningkatan status gunung api, angin puting beliung dan gelombang pasang. Sedangkan bencana yang disebabkan oleh ulah manusia cenderung menurun seperti kecelakaan industri, ledakan bom dan konflik sosial. Perbandingan jumlah korban sebagai dampak dari kejadian bencana tahun 6 dan 7, tampak pada tabel 5 dibawah.

28 No Tabel 5. Jumlah korban akibat bencana pda tahun 6 dan 7. Jumlah korban Kondisi korban Tahun 6 (jiwa) Tahun 7 (jiwa). Meninggal Rawat inap Rawat jalan Hilang Pengungsi Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada tahun 6 jumlah korban akibat bencana secara umum lebih tinggi dibanding tahun 7. Tingginya angka korban meninggal, rawat inap, korban hilang dan pengungsi pada tahun 6 disebabkan oleh kejadian gempa bumi yang mengguncang DI Yogyakarta dan mengakibatkan korban meninggal, 6.48 dirawat inap, dan jiwa mengungsi. Sedangkan pada tahun 7, jumlah rawat jalan lebih tinggi dibanding tahun 6. Hal ini disebabkan tingginya frekuensi banjir pada tahun 7 dan meningkatnya aktivitas gunung api. Kedua jenis bencana tersebut mengakibatkan pengungsian dan biasanya berdampak pada tingginya angka rawat jalan yang berobat ke pos-pos kesehatan. 6. Jenis Bencana yang Sering Terjadi Sepanjang Tahun 7 Terdapat jenis bencana pada tahun 7 yang mengakibatkan krisis kesehatan dengan jumlah korban yang signifikan, yaitu banjir, tanah longsor, banjir disertai tanah longsor, angin puting beliung, gempa bumi, gelombang pasang, peningkatan aktifitas gunung api, kecelakaan transportasi, kecelakaan industri, KLB keracunan makanan dan ledakan bom. A. Banjir Bencana banjir mencapai puncaknya pada penghujung tahun 7. Bulan Januari hingga April 7 kejadian banjir cenderung meningkat dan kembali menurun sampai bulan Agustus. Kemudian berfluktuasi, meningkat pada bulan Oktober dan menurun bulan November 7. Frekuensi bencana banjir pada tahun 7 lebih sering terjadi disetiap bulannya jika dibandingkan tahun 6 kecuali pada bulan Januari dan Juni. Korban meninggal tertinggi pada bulan Februari dan Desember 7. Bencana ini menimbulkan dampak pasien rawat jalan lebih banyak daripada rawat inap. Provinsi yang paling sering mengalami banjir yaitu Jawa Timur, disusul Jawa Tengah, NAD, Sulawesi Selatan, Jawa Barat dan Sulawesi Tengah. Lengkapnya dapat dilihat pada grafik 9-4 di bawah ini.

29 Grafik 9 Banjir yang terjadi sepanjang tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Grafik Perbandingan banjir pada tahun 6 dan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Banjir 6 Banjir 7 Grafik Korban meninggal akibat banjir pada tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des

30 Grafik Korban rawat inap dan rawat jalan akibat banjir pada tahun 7 4, 3,,,, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3,,,, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3,,, Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Rawat jalan Rawat inap Grafik 3 Pengungsi akibat banjir pada tahun 7 5, 48, 46, 44, 4, 4, 38, 36, 34, 3, 3, 8, 6, 4,,, 8, 6, 4,,, 8, 6, 4,, 468,78 7,834 3,73 4,64 6,5 3,639,7 4,63 89 Jan Feb Mar Apr Mei Juni Jul Agst Sept Okt Nov Des

31 Grafik 4 Frekuensi banjir berdasarkan provinsi pada tahun 7 Sulawesi Utara Bali DI Yogyakarta Banten Bengkulu Sumatera Selatan Sulawesi Barat Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Jambi Gorontalo DKI Jakarta Sumatera Barat Sumatera Utara Riau Sulawesi Tengah Jawa Barat Sulawesi Selatan Jawa Tengah NAD Jawa Timur B. Tanah Longsor Bencana tanah longsor paling tinggi pada bulan Maret setelah cenderung meningkat pada bulan sebelumnya, berfluktuasi pada bulan April hingga November dan meningkat kembali pada bulan Desember 7. Frekuensi bencana tanah longsor pada tahun 6 lebih sering terjadi disetiap bulannya jika dibandingkan tahun 7. Korban meninggal terbanyak pada bulan Februari 7 dibanding bulan lainnya, sedangkan angka pasien rawat jalan jauh melebihi rawat inap. Wilayah rawan tanah longsor pada tahun 7 adalah Provinsi Jawa Barat jika dilihat seringnya tertimpa bencana tersebut. Lihat grafik 5 dibawah.

32 Grafik 5 Tanah longsor yang terjadi pada tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Grafik 6 Perbandingan tanah longsor pada tahun 6 dan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Longsor 7 Longsor 6 Grafik 7 Korban meninggal akibat tanah longsor pada tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Jul Agst Sept Okt Nov Des

33 Grafik 8 Korban rawat inap dan rawat jalan akibat tanah longsor pada tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Rawat Jalan Rawat Inap Grafik 9 Pengungsi akibat tanah longsor pada tahun 7 6, 5,5 5, 4,5 4, 3,5 3,,5,,5, 5 5,63 8 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Grafik Frekuensi tanah longsor berdasarkan provinsi pada tahun 7 Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Sulawesi Barat Sulawesi Utara Banten Sumatera Utara Sumatera Barat Jawa Tengah Jawa Barat

34 C. Banjir dan Tanah Longsor Bencana banjir disertai tanah longsor hanya lebih berfluktuasi dan tertinggi frekuensinya pada bulan Juli 7. Bencana ini lebih sering terjadi pada tahun 7 jika dibandingkan dengan tahun 6. Korban meninggal akibat bencana ini cukup banyak dan paling tinggi pada bulan Juli dan Desember 7. Sedangkan korban rawat jalan lebih banyak dibandingkan rawat inap. Bencana ini paling sering terjadi di Provinsi Sulawesi Utara diikuti Jawa Tengah. Untuk jelasnya lihat grafik - 6. Grafik Banjir disertai tanah longsor yang terjadi pada tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Grafik Perbandingan banjir disertai tanah longsor pada tahun 6 dan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Banjir dan Tanah Longsor 7 Banjir dan Tanah Longsor 6

35 Grafik 3 Korban meninggal akibat banjir disertai tanah longsor pada tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Grafik 4 Korban rawat inap dan rawat jalan akibat banjir disertai tanah longsor pada tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Rawat Jalan Rawat Inap Grafik 5 Pengungsi akibat banjir disertai tanah lonsor pada tahun 7 7,5 7, 6,5 6, 5,5 5, 4,5 4, 3,5 3,,5,,5, 5 4,95 6,87 7,7, Januari Februari Maret April Mei Juni Jul Agst Sept Okt Nov Des

36 Grafik 6 Frekuensi banjir disertai tanah longsor berdasarkan provinsi pada tahun 7 Maluku Utara Nusa Tenggara Timur Kalimantan Timur Jawa Timur Gorontalo Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sumatera Utara Jawa Tengah Sulawesi Utara D. Angin Puting Beliung Bencana angin puting beliung adalah salah satu fenomena alam yang sering terjadi pada tahun 7 dan tertinggi pada bulan Oktober. Bencana ini lebih sering terjadi pada tahun 7 jika dibandingkan dengan tahun 6. Korban meninggal akibat bencana ini relatif kecil dan paling tinggi pada bulan Maret 7. Korban rawat jalan lebih banyak dibandingkan rawat inap. Bencana ini paling sering terjadi di Provinsi Jawa Barat dan Jawa Timur diikuti Bali dan Sulawesi Selatan. Lihat grafik 7-3. Grafik 7 Angin puting beliung yang terjadi pada tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des

37 Grafik 8 Perbandingan angin puting beliung pada tahun 6 dan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Angin puting beliung 7 Angin puting beliung 6 Grafik 9 Korban meninggal akibat angin puting beliung pada tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Grafik 3 Korban rawat inap dan rawat jalan akibat angin puting beliung pada tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Rawat Jalan Rawat Inap

38 Grafik 3 Frekuensi angin puting beliung berdasarkan provinsi pada tahun 7 Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Sulawesi Barat DI Yogyakarta Banten Lampung Sumatera Barat Sulawesi Selatan Bali Jawa Timur Jawa Barat 3 4 E. Gempa Bumi Bencana gempa bumi pada tahun 7 terjadi 7 kali dan paling tinggi pada bulan September 7. Frekuensi bencana gempa bumi pada tahun 7 lebih sering terjadi jika dibandingkan tahun 6. Korban meninggal terbanyak pada bulan Maret 7, sedangkan angka pasien rawat jalan jauh melebihi rawat inap. Wilayah paling sering terkena gempa pada tahun 7 dan mengakibatkan krisis kesehatan adalah Provinsi Sumatera Barat dan Maluku Utara. Lihat grafik Grafik 3 Gempa bumi yang terjadi pada tahun 7 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des

39 Grafik 33 Perbandingan gempa bumi pada tahun 6 dan 7 3 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Gempa bumi 7 Gempa bumi 6 Grafik 34 Korban meninggal akibat gempa pada tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Grafik 35 Korban rawat inap dan rawat jalan akibat gempa pada tahun 7 3, 5,, 5,, 5, Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Rawat Jalan Rawat Inap

40 Grafik 36 Pengungsi akibat gempa pada tahun 7 5, 4, 3,,,, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3,,, 37, Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Grafik 37 Frekuensi gempa berdasarkan provinsi pada tahun 7 Sulawesi Utara Nusa Tenggara Barat Jawa Timur Bengkulu Jambi Maluku Utara Sumatera Barat F. Gelombang Pasang Gelombang pasang terjadi pada bulan Februari, Mei dan Juli 7, namun tertinggi pada bulan Mei 7. Tahun 7 terjadi peningkatan kejadian gelombang pasang dibanding tahun 6. Korban meninggal, rawat inap dan rawat jalan tertinggi terjadi pada bulan Mei. Ada 5 provinsi yang tertimpa bencana tersebut dan provinsi yang paling sering mengalaminya adalah Provinsi Jawa Barat. Lihat grafik 38-4.

41 Grafik 38 Gelombang pasang yang terjadi pada tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Grafik 39 Perbandingan gelombang pasang pada tahun 6 dan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Gelombang pasang 7 Gelombang pasang 6 Grafik 4 Korban meninggal gelombang pasang pada tahun 7 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des

42 Grafik 4 Korban rawat inap dan rawat jalan akibat gelombang pasang pada tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Rawat Jalan Rawat Inap Grafik 4 Frekuensi gelombang pasang berdasarkan provinsi pada tahun 7 Sulawesi Utara DKI Jakarta Sumatera Barat NAD Jawa Barat G. Peningkatan Status Gunung Api Peningkatan status gunung api pada tahun 7 terjadi pada bulan Juli, Agustus dan Oktober 7, namun tertinggi pada bulan Oktober 7. Tahun 7 terjadi peningkatan status gunung api dibanding tahun 6. Tidak ada korban meninggal akibat bencana ini, sedangkan rawat inap dan rawat jalan tertinggi terjadi pada bulan Oktober 7. Ada 3 provinsi yang terancam kejadian tersebut, yaitu Sulawesi Utara, Maluku Utara dan Jawa Timur, sedangkan provinsi yang paling sering mengalaminya adalah Provinsi Sulawesi Utara. Lihat

43 Grafik 43 Peningkatan status gunung api yang terjadi pada tahun 7 3 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Grafik 44 Perbandingan peningkatan status gunung api pada tahun 6 dan 7 3 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Status awas gunung api 7 Status awas gunung api 6 Grafik 45 Korban rawat inap dan rawat jalan akibat peningkatan status gunung api pada tahun 7 6, 5, 4, 3,,, Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Rawat Jalan Rawat Inap

44 Grafik 46 Pengungsi akibat peningkatan status gunung api,, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 9,758 8,447,, 73 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Grafik 47 Frekuensi peningkatan status gunung api berdasarkan provinsi pada tahun 7 Maluku Utara Jawa Timur Sulawesi Utara H. KLB Keracunan Makanan KLB keracunan makanan paling tinggi terjadi pada bulan Juli 7. Korban meninggal dan rawat inap tertinggi pun terjadi pada bulan tersebut. Provinsi Papua, Jawa Tengah dan Jawa Barat adalah daerah yang terjangkit KLB keracunan makanan pada tahun 7. Lihat grafik 48 5.

45 Grafik 48 KLB keracunan makanan yang terjadi pada tahun 7 3 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Grafik 49 Perbandingan KLB keracunan makanan pada tahun 6 dan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des KLB 7 KLB 6 Grafik 5 Korban meninggal akibat KLB keracunan makanan pada tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des

46 Grafik 5 Korban rawat inap dan rawat jalan akibat KLB keracunan makanan pada tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Rawat Jalan Rawat Inap Grafik 5 Frekuensi KLB keracunan makanan berdasarkan provinsi pada tahun 7 Papua Jawa Tengah Jawa Barat I. Kecelakaan Industri Kecelakaan industri pada tahun 7 terjadi pada bulan Mei, Juni, Juli dan Agustus dengan frekuensi yang sama. Jika dibandingkan dengan tahun 6, terlihat penurunan frekuensi kejadian yang cukup bermakna. Tidak korban meninggal akibat bencana ini dan angka rawat jalan lebih tinggi dibandingkan dengan rawat inap. Provinsi yang terkena dampaknya adalah DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Lihat grafik 53-56

47 Grafik 53 Kecelakaan industri yang terjadi pada tahun 7 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Grafik 54 Perbandingan kecelakaan industri pada tahun 6 dan 7 3 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Kecelakaan industri 7 Kecelakaan industri 6 Grafik 55 Korban rawat inap dan rawat jalan akibat kecelakaan industri pada tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des Rawat Jalan Rawat Inap

48 Grafik 56 Frekuensi kecelakaan industri berdasarkan provinsi pada tahun 7 Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat DKI Jakarta 7. Kerusakan Fasilitas Kesehatan Grafik berikut memperlihatkan bahwa beberapa jenis bencana yang terjadi pada tahun 7 mengakibatkan kerusakan berbagai fasilitas kesehatan, yaitu gempa bumi, banjir, banjir disertai tanah longsor, gelombang pasang dan angin puting beliung. Bencana gempa bumi paling banyak mengakibatkan kerusakan fasilitas kesehatan dibandingkan dengan bencana lainnya. Fasilitas kesehatan yang paling banyak mengalami kerusakan akibat bencana pada tahun 7 adalah Pustu. Grafik 57 Kerusakan fasilitas kesehatan akibat bencana RS Puskesmas Pustu Polindes Rumah Dinas Nakes GF Institusi Pendidikan Dinkes Bapelkesda Gempa bumi Banjir dan tanah longsor Angin puting beliung Angin puting beliung Gelombang pasang Banjir dan tanah longsor Banjir Gempa bumi

49 BAB III BENCANA TERBESAR TAHUN 7 Sepanjang tahun 7 terdapat 6 jenis bencana besar yang menimbulkan dampak korban jiwa dan kerusakan yang cukup besar sehingga menarik perhatian seluruh dunia. Bencana tersebut yaitu Banjir yang menimpa Prov. DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat ( Februari), banjir dan tanah longsor di Prov. Nusa Tenggara Timur (3 Maret), Gempa Bumi Tektonik Prov. Sumatera Barat (6 Maret), Banjir dan Tanah Longsor Prov. Sulawesi Tengah ( Juli), Gempa Bumi Prov. Bengkulu dan Sumatera Barat ( September), Banjir dan Tanah Longsor Prov. Jawa Tengah dan Prov. Jawa Timur (5 Desember 7). Berikut ini akan dibahas lebih mendalam mengenai 6 kejadian tersebut.. Banjir di Prov. DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat a. Kronologis Kejadian Hujan lebat yang berlangsung sejak sore hari tanggal Februari hingga keesokan harinya tanggal Februari, ditambah banyaknya volume air 3 sungai yang melintasi Jakarta yang berasal dari Bogor-Puncak-Cianjur, dan air laut yang sedang pasang, mengakibatkan hampir 6% wilayah DKI Jakarta terendam banjir dengan ketinggian - 5 meter di beberapa daerah, sbb : Prov. DKI Jakarta (terjadi di Kodya Jakarta Pusat, Jakarta Timur, Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Jakarta Selatan). Prov. Banten (Kota Tanggerang dan Kab. Tanggerang) dan Prov. Jawa Barat (Kota Bekasi, Kab. Bekasi, Kab. Bogor, Kota Bogor dan Kota Depok), banjir ini terjadi selama 6 hari (sampai dengan tanggal 7 Februari 7). b. Teori Penyebab Kejadian Selain sistem drainase yang buruk, banjir berawal dari Pantauan di pos pengamatan hujan milik Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) menunjukkan, hujan yang terjadi pada Jumat, Februari, malam lalu mencapai rata-rata 35 mm, bahkan tertinggi di stasiun pengamat Pondok Betung mencapai 34 mm. Hujan rata-rata di Jakarta yang mencapai 35 mm itu sebanding dengan periode ulang hujan tahun dengan probabilitas kejadiannya persen. Dengan kepadatan penduduk dan area terbangun, Jakarta hanya mempunyai 8,8 hektar Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk menyerap air ke dalam tanah. Akibatnya, setiap musim penghujan air hujan tidak dapat tertampung dan menggenangi sebagian besar daerah Jakarta, serta juga tidak dapat menyimpan cadangan air setiap musim kering.

50 c. Permasalahan kesehatan Banjir mengakibatkan korban meninggal dunia sebanyak 4 orang (saat banjir sebanyak 69 orang, pasca banjir sebanyak 55 orang) Korban dirawat inap sebanyak.4 orang, rawat jalan sebanyak orang dan pengungsi sebanyak 4.44 orang. Permasalahan kesehatan yang di timbulkan paska banjir seperti Demam Berdarah Dengue dan Gastro Enteritis Acute, serta ditemukan juga kasus Leptospirosis dan Tetanus. Bencana tersebut juga menyebabkan rusaknya beberapa bangunan rumah dan sarana pelayanan umum termasuk 577 sarana kesehatan dengan rincian 3 Dinkes, RS, Puskesmas, 3 Pustu, 5 Polindes, 9 instansi Diknakes dan 6 rumah dinas. d. Upaya yang dilakukan Berbagai upaya telah dilakukan oleh jajaran kesehatan untuk menanggulangi permasalahan kesehatan pasca gempa antara lain melakukan evakuasi korban, mendirikan Pos Kesehatan di tiap tempat pengungsian dan lain-lain. Upaya yang dilakukan Depkes, antara lain : Pada tanggal Februari 7, Depkes mendirikan 8 unit tenda rumah sakit lapangan di RSUD Koja. 7 unit tenda untuk rawat inap yang dilengkapi dengan 5 veltbed, unit genset dan 6 AC standing serta unit tenda untuk rawat jalan. Hingga saat ini rumah sakit lapangan tersebut masih beroperasi. Mulai Tanggal 4 Februari 7 sampai dengan tanggal Februari 7, Depkes memobilisasi sebanyak 877 tenaga kesehatan ke berbagai fasilitas kesehatan yang membutuhkan. Ditjen PP-PL mengirimkan Tim Surveilans Epidemiologi ke Jakarta Utara untuk investigasi penyakit diare. Mengirimkan bantuan sebagai berikut : RSUD Tarakan : 3 bed site monitor, EKG 3 channel, suction pump, 4 syringe pump, 4 infusion pump, baby ventilator dan transport incubator. RSUD Budhi Asih : 3 unit ventilator dan 5 unit bed site monitor. RSUD Koja : 3 unit ventilator portable, 5 bedsite monitor, tiang infus, IV Catheter No 4 5 pcs, No. sebanyak pcs, No.4 sebanyak 3 pcs, Cairan RL botol dan infus set pcs.

51 Menyediakan water purifier sebanyak 3 unit yang mobile setiap jam dengan kapasitas 5. liter perjam di Ciledug, Petamburan, Cipinang dll. Mendistribusikan logistik Leptotek (Rapid Test Leptosirosis) ke RSUD Tarakan ( kit) dan PPK regional DKI Jakarta (5 kit). Memberikan bantuan 5 buah veltbed di rumah sakit di wilayah PPK Regional DKI Jakarta, 5 veltbed untuk RSUD Tarakan dan 5 veltbed untuk Prov. Jawa Barat. Memberikan 7 paket dan koli obat siaga banjir, 54 botol cairan RL dan botol cairan NaCl, box Cotrimoxazol, 4 box Vit. B Kompleks, 6 box Aminofilin dan 6 dus oralit, 36 ton MP ASI, dus mie instan, nasi kotak, Memobilisasi perahu karet sebanyak 33 unit, Emergency kit, 4 unit tenda. Untuk kelengkapan identitas petugas berupa rompi, topi dan sepatu boot. Memberikan 8 galon desinfektan ke PPK Regional DKI Jakarta. Memberikan bantuan alat untuk penyehatan lingkungan dan sanitasi berupa 8.3 set hygiene kit, 34.7 botol PAC,.664 botol air rahmat, 5.76 sachet repellent nyamuk, 7. buah polybag/kantong sampah, 3. tablet aquatab,. liter lysol,. buah masker, liter icon, 3 buah jerigen air minum, buah mist blower, 55 pot kaporit, box abate dan 87 drum kaporit.. Banjir dan Tanah Longsor di Kab. Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur a. Kronologis Kejadian Pada tanggal 3 Maret 7 pukul. WITA, terjadi tanah longsor di 6 kecamatan yaitu Kec. Lambaleda (Desa Goreng Meni, Tengku Leda), Kec. Ruteng (Desa Dimpong, Golo Langkok, Bangka Ajang, Compang Ndari), Kec. Cibal (Desa Riung/Wotok, Gapong, Perak), Kec. Wae Rii (Desa Colo Watu), Kec. Rocaranaka (Desa Compang Wunis, Leong), Kec. Langke Rembong (Desa Wali), serta banjir di Kec. Reo (Desa Daerah Pesisir), Kab. Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur b. Teori Penyebab Kejadian Berdasarkan tinjauan fisiografis sebagai faktor statis penyebab tanah longsor di Kabupaten Manggarai merupakan daerah yang didominasi oleh morfologi perbukitan dan pengunungan dengan kondisi relief terjal yang berpotensi menjadikan wilayah tersebut menjadi rawan longsor. Dengan adanya curah hujan dengan intensitas yang relatif tinggi selama beberapa hari di daerah tersebut menyebabkan tanah menjadi jenuh dengan air karena air sudah tidak mampu ter-infiltrasi ke dalam tanah, sehingga hal inilah yang dapat memicu terjadinya longsor.

52 c. Permasalahan Kesehatan Bencana tersebut mengakibatkan korban meninggal sebanyak 43 orang. Korban yang menjalani rawat inap di RSUD Ruteng sebanyak 5 orang dan 3 orang di rawat di Puskesmas setempat. Korban hilang sebanyak 6 orang. Penduduk yang mengungsi sebanyak 5.73 jiwa yang tersebar di 6 titik pengungsian, yaitu di Kec. Lambaleda sebanyak.663 orang, Kec. Ruteng 655 orang, Kec. Cibal.97 orang, Kec. Pocoranaka.85 orang, Kec. Sambi Rampas 73 orang dan Kec. Wae Rii 66 orang. d. Upaya yang dilakukan Berbagai upaya telah dilakukan oleh jajaran kesehatan untuk menanggulangi permasalahan kesehatan pasca longsor antara lain evakuasi korban, melakukan pelayanan kesehatan, perawatan korban di RSUD Ruteng dan di Puskesmas setempat serta membuat Pos Kesehatan di dekat lokasi bencana. Dinas Kesehatan Provinsi NTT mengiriman bantuan logistik (makanan, obat-obatan, kantong jenazah, peralatan medis lain) dan memberikan bantuan berupa paket obat-obatan, buah kantong jenazah, buah masker dan pasang sarung tangan evakuasi. Kantor Kesehatan Pelabuhan Kupang telah memberikan bantuan berupa paket obat-obatan, 5 buah masker dan pasang sepatu boot. Kantor Kesehatan Pelabuhan Denpasar telah memberikan bantuan berupa. lembar kantong sampah plastik, set personal hygiene kit, lembar kelambu, botol penjernih air cepat, 45 kg kaporit, 8 botol larutan chlorin desinfektan, buah pot kaporit dan 5 buah jerigen air. Departemen Kesehatan telah mengirimkan petugas untuk melakukan pemantauan serta membawa. buah masker, buah kantong jenazah, 5 pasang sarung tangan evakuasi, paket obat-obatan, 4 ton MP-ASI, 5 buah jas hujan, 5 pasang sepatu bot, unit hygiene kit dan unit ambulans emergency untuk Dinkes Prov. NTT. 3. Gempa Bumi Tektonik di Sumatera Barat a. Kronologis Kejadian Pada tanggal 6 Maret 7 pukul.49 WIB telah terjadi bencana gempa bumi tektonik 5,8 SR dengan kedalaman 33 km dan pusat gempa berlokasi di,55 LS-,47 BT yaitu 6 km Barat Daya Batusangkar Sumatera Barat. Gempa dirasakan di seluruh wilayah Sumatera Barat terutama di Kab/Kota Solok, Kab. Tanah Datar, Kota Padang Panjang, Kota Bukit Tinggi dan Kota Payakumbuh serta di beberapa provinsi lainnya di Pulau Sumatera. Gempa susulan terjadi pada tanggal 6 Maret 6 pukul.49 WIB dengan kekuatan 5,8 SR dan kedalaman 3 km. Pusat gempa berada di,47 LS-,49 BT yaitu km Barat Daya Batusangkar Sumatera Barat.

53 b. Teori Penyebab Kejadian Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari tektonik plate (plat tektonik) menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik. Gempa bumi tektonik memang unik. Peta penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian (geologi), kerangka teoretis tektonik lempeng merupakan postulat untuk menjelaskan fenomena gempa bumi tektonik yang melanda hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan batas pertemuan lempeng tektonik. c. Permasalahan Kesehatan Bencana ini menyebabkan korban meninggal 66 orang, pasien yang dirawat inap kumulatif sebanyak 34 orang, pasien rawat jalan kumulatif sebanyak.37 orang, lima kasus penyakit terbanyak hasil surveilans terhadap 5.4 pasien sebagai berikut : ISPA (43,4%), pnemonia (8,%), kecelakaan dan ruda paksa (7,69%), penyakit kulit (6,4%) serta diare tanpa dehidrasi (3,63%), pengungsi sebanyak jiwa, sarana kesehatan yang rusak sebanyak 74 buah tersebar di 9 kabupaten/kota. Sarana kesehatan tersebut terdiri dari 3 rumah sakit, 4 Puskesmas, 6 Pustu, Polindes, 5 rumah dokter, 8 rumah paramedis, 3 GFK dan Dinkes d. Upaya yang dilakukan Berbagai upaya telah dilakukan oleh jajaran kesehatan untuk menanggulangi permasalahan kesehatan pasca gempa antara lain : Evakuasi korban Mendirikan Pos Kesehatan di lokasi bencana Membentuk Posko Bencana 4 jam di Dinkes Prov. Sumbar, membentuk Tim Penanggulangan Bencana untuk pemantauan di lokasi bencana dan mengirimkan bantuan obat-obatan ke RSUD Solok, RSU Prof. Dr. M. A. Hanafiah, RSU Padang Panjang dan RSU Dr. Achmad Mochtar. Depkes mengirimkan petugas untuk pemantauan dan bantuan berupa 4 buah veltbed, unit tenda komando, unit emergency kit, ton MP-ASI biskuit, ton MP-ASI bubur dan ton obat-obatan. Bantuan Tim Kesehatan yang dikirim untuk menangani korban gempa berasal dari RSUD Dr. M. Jamil, RSU Pariaman, RSU Dr. Ahmad Muchtar Bukit tinggi. Padang dan Pariaman, Pemda sumatera Selatan, Provinsi Pekanbaru, RSUD Dr. M. Jamil dan Fakultas Kedokteraan Universitas Andalas, IMC, Dinkes Propinsi Sumbar.

54 4. Banjir dan Tanah Longsor di Sulawesi Tengah a. Kronologis Kejadian Pada tanggal Juli 7 sekitar pukul 9. WITA telah terjadi bencana banjir dan tanah longsor di Kecamatan Bungku Utara, Desa Ueruru dan Desa Boba serta bencana banjir di Kecamatan Sohojaya, Kecamatan Mamosalato dan Kecamatan Petasia, Kabupaten Morowali. Jumlah penduduk yang terancam + 3. jiwa. Kejadian tersebut mengakibatkan terisolirnya 6 desa di Kecamatan Bungku Utara dengan jumlah penduduk diperkirakan 6. jiwa. b. Teori Penyebab Kejadian Ada 4 penyebab utama banjir dan longsor di Kab. Morowali saat ini yaitu: Peningkatan curah hujan akibat ketidakpastian iklim, kesalahan urus pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan indikasi dampak langsung dari tindakan destruktif logging yang telah berlangsung sepanjang tahun dan penyalahgunaan izin terhadap eksploitasi pada kawasan hutan Penyebab pertama, peningkatan curah hujan diluar kondisi cuaca pada bulan Juli sebelumnya, adalah suatu fenomena dari ketidakpastian iklim sebagaimana apa yang telah menjadi kekhawatiran penduduk dunia saat ini. Secara khusus, berdasarkan informasi masyarakat, biasanya pada bulan Juli di wilayah Sulawesi Tengah maupun Morowali bukan suatu kelaziman adanya peningkatan curah hujan diatas normal seperti ini, akan tetapi pada 3 tahun terakhir justru telah mengalami kondisi yang sebaliknya. Perubahan cuaca secara ekstrim ini, akibat adanya pergerakan angin disertai awan tebal dari wilayah tenggara Indonesia yang melewati pulau Sulawesi,Kalimantan,dan berputar menuju Sumatera. Hasil pantauan satelit BMG menunjukkan,kecepatan angin mencapai knot perjam hingga berpotensi memunculkan hujan deras serta menngkatkan ketinggian gelombang laut di berbagai wilayah. Penyebab kedua, adalah akibat peningkatan deforestrasi hutan. Berdasarkan analisa Walhi Sulteng, Kabupaten Morowali yang dulunya memiliki tutupan hutan yang cukup luas dalam perkembangannya telah mengalami peningkatan deforestrasi yang cukup significant dengan tingkat degradasi hutan rata-rata berkisar sekitar.6 hektar pertahun atau sekitar 3,9% dari total luasan hutan Kabupaten Morowali. Fakta tersebut ditunjukkan dengan melihat luasan tutupan hutan Kabupaten Morowali saat ini, yang tersisa dengan total sekitar.3.93 hektar, dengan klasifikasi kawasan: Hutan Lindung (HL) hektar, Hutan Produksi (HP) hektar, Hutan Produksi Terbatas (HPT) hektar, Hutan Produksi yang dapat di Konversi 8.94 hektar, dan Hutan Suaka Alam 6.5 hektar. Kondisi kerusakan tutupan hutan terparah

55 sesunguhnya secara dominan berada didalam kawasan, yang diakibatkan oleh penguasaan kawasan hutan atas nama Hak Guna Usaha perkebunan sawit dengan total luasan 9.59 hektar, pertambangan 7.59,7 hektar, HPH 5. hektar dan IPKTM.77 hektar. Selain penguasaan hutan atas nama konsesi, deforestrasi hutan di Morowali juga dipicu oleh tindakan illegal logging yang melibatkan masyarakat setempat yang dibacking oleh para cukong-cukong lokal, belum lagi tindakan para pemiliki IPKTM yang melakukan tebangan diluar areal konsesinya. Secara khusus misalnya di lokasi Banjir saat ini tepatnya di Kec. Petasia teridentifikasi 3 (tiga) perusahaan yang memiliki IPKTM yang mengantongi izin operasi IPKTM masing-masing: CV.Karya Abadi dengan 6 hektar, Koperasi Tani Usaha Bersama dengan luasan 36 hetar, CV Karya Utama Jaya dengan luasan 8 hektar. Penyebab ketiga, adalah akibat salah urus Daerah Aliran Sungai. Kodisi ini ditunjukkan dengan belum adanya suatu strategi perlakuan dan penanganan pada Daerah Aliran Sungai secara serius yang dilakukan oleh pemerintah daerah; baik propinsi maupun kabupaten. Padahal kondisi sungai di Morowali seperti: Sungai Laa, Sungai Salato, Sungai Bongka dan Sungai Morowali sejauh ini telah mengalami kerusakan baik di hulu maupun di hilir. Hampir rata-rata sungai-sungai tersebut mengalami kerusakan pada sisi kiri-kananya akibat tindakan penebangan kayu, belum lagi diperparah dengan tindakan yang dilakukannya oleh para pemilikpemilik IPKTM dengan membuat sungai-sungai buatan yang merubah rona lingkungan dan bentangan alam. Penyebab Keempat, adalah ketimpangan kebijakan pemanfaatan ruang, yang sangat liberal dalam memberikan legalisasi terhadap eksploitasi pada kawasan hutan yang ditunjukkan melalui izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK), Izin Pemanfaatan Kayu (IPK), Izin Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IPHHK), Hak Guna Usaha, Izin konversi hutan untuk pertambangan dan lain-lain atas nama kepentingan pembangunan dan pendapatan ekonomi daerah, tanpa mengidahkan pola keseimbangan alam maupun fungsi ruang. c. Permasalahan Kesehatan Korban meninggal sebanyak 73 orang, Korban hilang sebanyak 7 orang, Korban luka sebanyak 56 orang, jumlah pasien rawat jalan di Pos Kesehatan sebanyak.35. Pengungsi sebanyak 3.5 jiwa d. Upaya yang dilakukan Berbagai upaya telah dilakukan oleh jajaran kesehatan untuk menanggulangi permasalahan kesehatan pasca gempa antara lain :

56 Evakuasi korban Mendirikan 8 Pos Kesehatan ( Pos Kesehatan di Kec. Bungku Utara, 5 Pos Kesehatan di Kec. Pettasia dan 3 Pos Kesehatan di Kec. Sohojaya), memberikan pelayanan kesehatan, pasien patah tulang dirujuk ke RSU Kolonodale Memobilisasi Tim Bantuan Kesehatan ke RSU Kolonodale, yang berasal dari puskesmas Uekuli, Ampana ( dokter), puskesmas Matako, Ampana ( dokter), RSU Poso ( dokter spesialis bedah dan 6 perawat). Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah mengirim Tim ke lokasi kejadian untuk melakukan pemantauan dan koordinasi serta memberikan bantuan berupa obat-obatan, bahan habis pakai dan Ringer laktat infus 5 kolf, BTKL Makassar mengirimkan bantuan berupa : polybag (5 koli), kaporit (3 drum) dan aquatab ( kotak), memobilisasi dokter spesialis dari Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar. PPK - Depkes mengirimkan satu orang staf untuk melakukan pemantauan dan koordinasi di lokasi bencana. 5. Gempa Bumi Tektonik di Provinsi Bengkulu, Jambi dan Sumatera Barat a. Kronologis Kejadian Pada tanggal September 7 pukul 8. WIB terjadi bencana gempa bumi tektonik 7,9 SR dengan kedalaman km dan pusat gempa berlokasi di 4,6 LS-,3 BT yang berpusat di 59 km Barat Daya Bengkulu. Gempa dirasakan di beberapa provinsi antara lain Provinsi Bengkulu, Jambi dan Sumatera Barat. Hingga tanggal 4 September pukul 5. WIB telah terjadi + kali gempa susulan dengan pusat gempa bervariasi di Bengkulu, Jambi dan Sumatera Barat dan kekuatannya berkisar antara 4,5 hingga 7,7 SR. Bencana tersebut menyebabkan 5.77 rumah rusak di Prov. Bengkulu dengan rincian.74 rusak berat dan rusak ringan. b. Teori Penyebab Kejadian Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi. Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 6 km. Gempa bumi di Provinsi Bengkulu dan Sumatera Barat di sebabkan oleh tiga patahan rawan gempa, yakni Patahan Kepahiang, Ketahun dan Siberut.Ketiga patahan masuk dalam Patahan Semangko atau Patahan

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA YANG TERJADI PADA TAHUN

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA YANG TERJADI PADA TAHUN DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR GRAFIK BAB I PENDAHULUAN... BAB II KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA YANG TERJADI PADA TAHUN 7.... Frekuensi dan Jenis Bencana yang Terjadi pada

Lebih terperinci

TINJAUAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA TAHUN 2008

TINJAUAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA TAHUN 2008 TINJAUAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA TAHUN 28 PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Tinjauan

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA (MARET 2009) SUMUT RIAU Sambaran Petir JABAR, Tanah Longsor, Angin Siklon Tropis SULTENG Angin Siklon Tropis PAPUA Tanah Longsor NAD SUMBAR,

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA OKTOBER 2014

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA OKTOBER 2014 PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA OKTOBER ACEH Angin Puting Beliung Banjir Banjir Bandang KALBAR Tanah Longsor KALSEL Kebakaran Hutan KALTENG Kebakaran Hutan SULUT Konflik Sosial

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA (APRIL 2009) RIAU Banjir, Angin Siklon Tropis JABAR Banjir, Tanah Longsor, Banjir disertai Tanah Longsor KALTENG Banjir, Banjir Bandang SULTENG

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA MEI 2014

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA MEI 2014 PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA MEI 2014 ACEH Tanah Longsor SUMUT Angin Puting Beliung SUMBAR Kebakaran Angin Puting Beliung KEPRI Angin Puting Beliung JAMBI Tanah Longsor KALTIM

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG 1 dari 8 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG REGIONALISASI PUSAT BANTUAN PENANGANAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA AGUSTUS 2014

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA AGUSTUS 2014 PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA AGUSTUS 2014 ACEH Kebakaran KALSEL Banjir GORONTALO Banjir SUMBAR Kecelakaan Transportasi Laut SULSEL Kebakaran Konflik Sosial PAPUA Kecelakaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, buku Buku Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ini dapat diselesaikan sebagaimana yang telah direncanakan. Buku ini menggambarkan

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA (Februari 2010) SUMUT Bandang, DKI JAKARTA KALIMANTAN TIMUR SUMSEL SUMBAR LAMPUNG Bandang BANTEN Angin Siklon Tropis JABAR, Bandang,, Angin Siklon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam,

Lebih terperinci

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) JI. Ir. H. Juanda 36. Jakarta 020 Indonesia Telepon : (02) 345 8400 Fax : (02) 345 8500 LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Selasa, 27 Januari 2009 Pada hari

Lebih terperinci

Ditambahkan permasalahan yang menonjol dalam upaya PKK.

Ditambahkan permasalahan yang menonjol dalam upaya PKK. BAB I PENDAHULUAN Berbagai kejadian krisis kesehatan akibat bencana terjadi di Indonesia sepanjang tahun 204. Berdasarkan data Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan tercatat sebanyak 456 kali kejadian

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Press Release BMKG Jakarta, 12 Oktober 2010 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA 2 BMKG A F R I C A A S I A 3 Proses EL NINO, DIPOLE MODE 2 1 1963 1972 1982 1997 1 2 3 EL NINO / LA NINA SUHU PERAIRAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jenis Bencana Jumlah Kejadian Jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jenis Bencana Jumlah Kejadian Jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bencana banjir berdasarkan data perbandingan jumlah kejadian bencana di Indonesia sejak tahun 1815 2013 yang dipublikasikan oleh Badan Nasional Penanggulangan

Lebih terperinci

BUKU TINJAUAN PUSAT KRISIS KESEHATAN TAHUN 2015

BUKU TINJAUAN PUSAT KRISIS KESEHATAN TAHUN 2015 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Krisis Kesehatan Jl. Rasuna Said Blok X-5 Kav. No. 4-9 Gedung A Lantai VI, Jakarta Selatan Telp. : 021 526 5043, 521 0411 Fax. : 021 527 1111 Call Center

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA

PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA (April 2010) ACEH Gempa Bumi DKI JAKARTA Konflik Kebakaran KALSEL MALUKU UTARA KEPRI Konflik KALTIM SUMUT Bandang PAPUA Konflik SUMBAR, Tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini Indonesia banyak ditimpa musibah

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini Indonesia banyak ditimpa musibah BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini Indonesia banyak ditimpa musibah bencana alam. Data dari Badan PBB untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

KEJADIAN BENCANA GERAKAN TANAH TAHUN 2007

KEJADIAN BENCANA GERAKAN TANAH TAHUN 2007 KEJADIAN BENCANA GERAKAN TANAH TAHUN 2007 RACHMAN SOBARNA Penyelidik Bumi Madya pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Indonesia adalah negara kepulauan yang secara tektonik menjadikan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. bumi dan dapat menimbulkan tsunami. Ring of fire ini yang menjelaskan adanya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang tergolong rawan terhadap kejadian bencana alam, hal tersebut berhubungan dengan letak geografis Indonesia yang terletak di antara

Lebih terperinci

Review upaya PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA KEKERINGAN DIPROVINSI NTB 2014

Review upaya PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA KEKERINGAN DIPROVINSI NTB 2014 Review upaya PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA KEKERINGAN DIPROVINSI NTB 2014 DINAS KESEHATAN PROVINSI NTB PENINGKATAN UPAYA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN, KUTA-BALI 25-28 NOVEMBER 2014

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung yang berada dibagian selatan Pulau Sumatera mempunyai alam yang kompleks sehingga menjadikan Provinsi Lampung sebagai salah satu daerah berpotensi tinggi

Lebih terperinci

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) JI. Ir. H. Juanda 36. Jakarta 10120 Indonesia Telepon : (021) 345 8400 Fax : (021) 345 80 Email : posko@bnpb.go.id Website : http://www.bnpb.go.id LAPORAN

Lebih terperinci

LAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

LAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH LAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Alamat : Jl. Arah Bandara SMB II Palembang Telp. 0711-385108, Fax. 0711-385107 Email: bpbdprovsumsel@gmail.com / bpbd.sumsel@yahoo.com

Lebih terperinci

Pendahuluan II. Kawasan rawan bencana III. Pokok permasalahan waspada

Pendahuluan II. Kawasan rawan bencana III. Pokok permasalahan waspada LAPORAN KESIAPSIAGAAN STATUS WASPADA GUNUNG KERINCI DI KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA MEI 2006 1 I. Pendahuluan Kabupaten Kerinci merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gempa bumi sebagai suatu kekuatan alam terbukti telah menimbulkan bencana yang sangat besar dan merugikan. Gempa bumi pada skala kekuatan yang sangat kuat dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) JI. Ir. H. Juanda 36. Jakarta 020 Indonesia Telepon : (02) 345 8400 Fax : (02) 345 8500 LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Minggu, 25 Januari 2009 Pada hari

Lebih terperinci

Gbr1. Lokasi kejadian Banjir dan sebaran Pos Hujan di Kabupaten Sidrap

Gbr1. Lokasi kejadian Banjir dan sebaran Pos Hujan di Kabupaten Sidrap BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BALAI BESAR METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH IV MAKASSAR STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I MAROS JL. DR. RATULANGI No. 75A Telp. (0411) 372366 Fax. (0411)

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013

Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS. Semester I Tahun 2013 Pertumbuhan Simpanan BPR/BPRS Semester I Tahun 2013 DAFTAR ISI Pertumbuhan Simpanan pada BPR/BPRS Grafik 1 10 Dsitribusi Simpanan pada BPR/BPRS Tabel 9 11 Pertumbuhan Simpanan Berdasarkan Kategori Grafik

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunikan geologi kepulauan Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Ketiga lempeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidro-meteorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. hidro-meteorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berlokasi di wilayah yang rawan terhadap berbagai kejadian bencana alam, misalnya bahaya geologi (gempa, gunung api, longsor,

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester I Tahun 2015 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan Indonesia tersebar sepanjang nusantara mulai ujung barat Pulau

Lebih terperinci

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2013 Pada Februari, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh tercatat sebesar 103,36 turun sebesar 0,08 persen dibandingkan bulan Januari. Hal ini disebabkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan peningkatan urbanisasi, deforestasi, dan degradasi lingkungan. Hal itu didukung oleh iklim

Lebih terperinci

KONDISI CUACA TERKINI WIL. INDONESIA

KONDISI CUACA TERKINI WIL. INDONESIA BMKG PRESS CONFERENCE KONDISI CUACA TERKINI WIL. INDONESIA OLEH SOEPRIYO, S.Si, Dipl.AIT Deputi Bidang Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika - BMKG Jakarta, 16 Januari 2013 1 TATASAJI

Lebih terperinci

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2013

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2013 Pada Januari 2013, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh tercatat sebesar 103,44 turun sebesar 0,36 persen dibandingkan bulan Desember 2012. Hal ini disebabkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Rabu, 25 Maret 2009

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Rabu, 25 Maret 2009 BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) JI. Ir. H. Juanda 36. Jakarta 10120 Indonesia Telepon : (021) 345 8400 Fax : (021) 345 8500 Email : posko@bnpb.go.id Website : http://www.bnpb.go.id LAPORAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah negara Indonesia memiliki kerawanan tinggi terhadap terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia. Hal ini

Lebih terperinci

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) JI. Ir. H. Juanda 36. Jakarta 10120 Indonesia Telepon : (021) 345 8400 Fax : (021) 345 8500 Email : posko@bnpb.go.id Website : http://www.bnpb.go.id LAPORAN

Lebih terperinci

LAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

LAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH LAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Alamat : Jl. Arah Bandara SMB II Palembang Telp. 0711-385108, Fax. 0711-385107 Email: bpbdprovsumsel@gmail.com / bpbd.sumsel@yahoo.com

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester II Tahun 2013 GROUP PENJAMINAN DIREKTORAT PENJAMINAN DAN MANAJEMEN RISIKO 0 DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik 1 3 Pertumbuhan Simpanan pada

Lebih terperinci

1. Kecamatan dan desa rawan Jumlah penduduk di 3 (tiga) kecamatan rawan dan desa rawan adalah sebagai berikut :

1. Kecamatan dan desa rawan Jumlah penduduk di 3 (tiga) kecamatan rawan dan desa rawan adalah sebagai berikut : KESIAPSIAGAAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI AKIBAT SIAGA I GUNUNG MERAPI DI KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 19 APRIL 2006 I. Pokok Permasalahan Telah terjadi peningkatan

Lebih terperinci

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D. ANALISIS BENCANA DI INDONESIA BERDASARKAN DATA BNPB MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING DATA MINING MAHESA KURNIAWAN 54412387 Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D. Bencana merupakan peristiwa yang dapat

Lebih terperinci

Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia. a. Banjir dan Kekeringan

Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia. a. Banjir dan Kekeringan Peristiwa Alam yang Merugikan Manusia a. Banjir dan Kekeringan Bencana yang sering melanda negara kita adalah banjir dan tanah longsor pada musim hujan serta kekeringan pada musim kemarau. Banjir merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara

Lebih terperinci

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) JI. Ir. H. Juanda 36. Jakarta 10120 Indonesia Telepon : (021) 345 8400 Fax : (021) 345 8500 Email : posko@bnpb.go.id Website : http://www.bnpb.go.id LAPORAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang banyak memberikan sumber kehidupan bagi rakyat Indonesia dan penting dalam pertumbuhan perekonomian. Hal tersebut

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester I Tahun 2014 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016 BADAN PUSAT STATISTIK. 29/03/Th. XIX, 15 Maret 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016 RUPIAH TERAPRESIASI 3,06 PERSEN TERHADAP DOLAR AMERIKA Rupiah terapresiasi 3,06 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas dan terletak digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan kondisi alam

Lebih terperinci

PENANGANAN DARURAT BENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN LOMBOK UTARA. Oleh : Ir, Tri Budiarto, M.Si (Direktur Tanggap Darurat BNPB)

PENANGANAN DARURAT BENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN LOMBOK UTARA. Oleh : Ir, Tri Budiarto, M.Si (Direktur Tanggap Darurat BNPB) PENANGANAN DARURAT BENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN LOMBOK UTARA Oleh : Ir, Tri Budiarto, M.Si (Direktur Tanggap Darurat BNPB) Jakarta, 17 Juli 2013 Waktu Kejadian 22 Juni 2013 (12:42:36 WIB), Magnitude

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada

Lebih terperinci

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Desa Hijau Untuk Indonesia Hijau dan Sehat Direktorat Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Lebih terperinci

UJI KOMPETENSI SEMESTER I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban paling tepat!

UJI KOMPETENSI SEMESTER I. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban paling tepat! UJI KOMPETENSI SEMESTER I Latihan 1 Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban paling tepat! 1. Bencana alam yang banyak disebabkan oleh perbuatan manusia yang tidak bertanggung

Lebih terperinci

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha) Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha) Kawasan Hutan Total No Penutupan Lahan Hutan Tetap APL HPK Jumlah KSA-KPA HL HPT HP Jumlah Jumlah

Lebih terperinci

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013

STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 STATISTIK KETAHANAN PANGAN TAHUN 2013 BADAN KETAHANAN PANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 1 I. Aspek Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Perkembangan Produksi Komoditas Pangan Penting Tahun 2009 2013 Komoditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modul tinjauan umum manajemen bencana, UNDRO

BAB I PENDAHULUAN. Modul tinjauan umum manajemen bencana, UNDRO BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bumi sebenarnya merupakan sebuah sistem yang sangat kompleks dan besar. Sistem ini bekerja diluar kehendak manusia. Suatu sistem yang memungkinkan bumi berubah uaitu

Lebih terperinci

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) JI. Ir. H. Juanda 36. Jakarta 10120 Indonesia Telepon : (021) 345 8400 Fax : (021) 345 8500 Email : posko@bnpb.go.id Website : http://www.bnpb.go.id LAPORAN

Lebih terperinci

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) JI. Ir. H. Juanda 36. Jakarta 020 Indonesia Telepon : (02) 345 8400 Fax : (02) 345 8500 LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Jumat, 23 Januari 2009 Pada hari

Lebih terperinci

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester II Tahun 2014 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan di Sub Dinas Kesehatan Gawat Darurat dan Bencana Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, yang dilaksanakan dari

Lebih terperinci

25/02/2015. Manajemen bencana Perencanaan,kedaruratan dan pemulihan. Jenis Bencana (UU 24/2007) Terjadinya Bencana. Potensi Tsunami di Indonesia

25/02/2015. Manajemen bencana Perencanaan,kedaruratan dan pemulihan. Jenis Bencana (UU 24/2007) Terjadinya Bencana. Potensi Tsunami di Indonesia Keperawatan Medikal Bedah Fikes UMMagelang Universitas Muhammadiyah Magelang Manajemen bencana Perencanaan,kedaruratan dan pemulihan Disaster Nursing I Program studi Ilmu sarjana keperawatan Rabu, 25 Februari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Penghitungan Deforestasi Indonesia Periode Tahun 2009-2011

Lebih terperinci

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN OKTOBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN OKTOBER 2015 BPS PROVINSI ACEH No.52/11/Th.XVIII, 2 November 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN OKTOBER 2015 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah longsor adalah suatu produk dari proses gangguan keseimbangan yang menyebabkan bergeraknya massa tanah dan batuan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih

Lebih terperinci

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) JI. Ir. H. Juanda 36. Jakarta 10 Indonesia Telepon : (021) 345 8400 Fax : (021) 345 80 Email : posko@bnpb.go.id Website : http://www.bnpb.go.id LAPORAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BERBINTANG DAN STATISTIK TRANSPORTASI PROVINSI BENGKULU, NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BERBINTANG DAN STATISTIK TRANSPORTASI PROVINSI BENGKULU, NOVEMBER 2016 No. 04/01/17/Th.IV, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL BERBINTANG DAN STATISTIK TRANSPORTASI PROVINSI BENGKULU, NOVEMBER 2016 A. TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR DAN RATA-RATA LAMA MENGINAP

Lebih terperinci

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Selasa, 26 Mei 2009

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Selasa, 26 Mei 2009 P BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) JI. Ir. H. Juanda 36, Jakarta 1010 Indonesia Telepon : (01) 345 8400 Fax : (01) 345 8500 Email : posko@bnpb.go.id Website : http://www.bnpb.go.id LAPORAN

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017 Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA Volume 7, Agustus 2017 IKLIM DAN KETAHANAN PANGAN April - Juni 2017 Rendahnya kejadian kebakaran hutan Musim panen utama padi dan jagung lebih tinggi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap berbagai jenis bencana, termasuk bencana alam. Bencana alam merupakan fenomena alam yang dapat mengakibatkan terjadinya

Lebih terperinci

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Sabtu, 21 Maret 2009

LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Sabtu, 21 Maret 2009 BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) JI. Ir. H. Juanda 36. Jakarta 1010 Indonesia Telepon : (01) 345 8400 Fax : (01) 345 8500 Email : posko@bnpb.go.id Website : http://www.bnpb.go.id LAPORAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I A. LATAR BELAKANG Bagian V.1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia secara geografis dan demografis merupakan negara yang rawan akan bencana, baik bencana alam (natural disaster) maupun bencana karena

Lebih terperinci

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262, Tromol Pos. 7019 / Jks KL, E-mail

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak dan Luas Lokasi penelitian terletak di dalam areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Unit Seruyan (Kelompok Hutan Sungai Seruyan Hulu) yang berada pada koordinat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI *) DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI *) DAN HARGA PRODUSEN GABAH No. 54 / VII / 1 Oktober 2004 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI *) DAN HARGA PRODUSEN GABAH Pada bulan Juli 2004, petani mampu menjual hasil produksinya 1,00 persen lebih tinggi dibanding harga bulan Juni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya dan dapat menimbulkan korban luka maupun jiwa, serta mengakibatkan kerusakan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa banjir, letusan gunung berapi, gempa bumi,

Lebih terperinci

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2015 BPS PROVINSI ACEH No.44/09/Th.XVIII, 1 September 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2015 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan

Lebih terperinci

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH

INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL

Lebih terperinci

LAPORAN SEMENTARA PENANGANAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA ALAM BANJIR DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2013

LAPORAN SEMENTARA PENANGANAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA ALAM BANJIR DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2013 LAPORAN SEMENTARA PENANGANAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA ALAM BANJIR DI KECAMATAN BALEENDAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2013 (PERIODE 05 S.D 07 PEBRUARI 2013) PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

LAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

LAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH LAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Alamat : Jl. Arah Bandara SMB II Palembang Telp. 0711-385108, Fax. 0711-385107 Email: bpbdprovsumsel@gmail.com / bpbd.sumsel@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana yang sangat tinggi dan sangat bervariasi dari jenis bencana. Kondisi alam serta keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami dan aktivitas manusia. Kerugian atau dampak negatif dari suatu bencana tergantung pada populasi

Lebih terperinci

LAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

LAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH LAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Alamat : Jl. Arah Bandara SMB II Palembang Telp. 0711-385108, Fax. 0711-385107 Email: bpbdprovsumsel@gmail.com / bpbd.sumsel@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kepulauan Indonesia secara astronomis terletak pada titik koordinat 6 LU - 11 LS 95 BT - 141 BT dan merupakan Negara kepulauan yang terletak pada

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan Oktober 2017

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan Oktober 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Kalimantan Timur* Menurut Sub Sektor Bulan Oktober 2017 NTP Oktober 2017 sebesar 96,75 atau naik 0,61 persen dibanding

Lebih terperinci

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )

BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) JI. Ir. H. Juanda 36. Jakarta 020 Indonesia Telepon : (02) 345 8400 Fax : (02) 345 8500 LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Sabtu, 24 Januari 2009 Pada hari

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH JULI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH JULI 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 78/08/Th. XVIII, 18 Agustus 2015 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR ECERAN RUPIAH JULI 2015 JULI 2015 RUPIAH TERDEPRESIASI 1,25 PERSEN TERHADAP DOLAR AMERIKA Rupiah terdepresiasi 1,25 persen

Lebih terperinci

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015 BPS PROVINSI ACEH No.02/01/Th.XIX, 4 Januari 2016 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN No.39/07/15/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,335 Pada Maret 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis,hidrologis dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN KARAKTERISTIK HUJAN TERHADAP FENOMENA BANJIR DI AMBON

DAMPAK PERUBAHAN KARAKTERISTIK HUJAN TERHADAP FENOMENA BANJIR DI AMBON DAMPAK PERUBAHAN KARAKTERISTIK HUJAN TERHADAP FENOMENA BANJIR DI AMBON Happy Mulya Balai Wilayah Sungai Maluku dan Maluku Utara Dinas PU Propinsi Maluku Maggi_iwm@yahoo.com Tiny Mananoma Fakultas Teknik

Lebih terperinci