Ditambahkan permasalahan yang menonjol dalam upaya PKK.
|
|
- Sonny Sasmita
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN Berbagai kejadian krisis kesehatan akibat bencana terjadi di Indonesia sepanjang tahun 204. Berdasarkan data Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan tercatat sebanyak 456 kali kejadian bencana. Bencana alam masih mendominasi dengan 227 kejadian, selanjutnya bencana non alam 97 kejadian dan bencana sosial, 32 kejadian, dengan frekuensi tertinggi pada bencana banjir, 88 kejadian. Data Dibandingkan dengan tahun 203 Diceritakan mengenai isi buku secara ringkas, pembagian isi buku/pengklasifikasian bab Dicantumkan sumber rujukan, metode pengumpulan data, Kejadian bencana besar diceritakan secara ringkas saja. Jenis kejadian bencana yang memiliki dampak cukup besar. Awal tahun 204, terjadi banjir bandang dan longsor yang menerjang sejumlah kota dan kabupaten di Sulawesi Utara, pada 5 Januari 204. Daerah tersebut antara lain, Kota Manado, Kota Tomohon, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Sitaro Kejadian erupsi gunung api juga banyak terjadi sepanjang tahun 204. Mulai Gunung Sinabung di Tanah Karo, Sumatera Utara, pada Februari 204, mengakibatkan 7 orang meninggal, terkena awan panas, Gunung Kelud di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Gunung Slamet di Jawa Tengah dan erupsi Gunung Api Sangeang yang terletak di Pulau Sangeang, Kecamatan Wera, Bima, Nusa Tenggara Barat. Akhir tahun 204, bencana besar kembali terjadi. Tanah longsor yang menimbun Desa Jemblung, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah pada Jumat 2 Desember, diperkirakan 08 orang tertimbun material longsor, 97 korban ditemukan meninggal. Jelang tutup tahun, 28 Desember, terjadi kecelakaan transportasi udara jatuhnya pesawat Air Asia QZ850 rute Surabaya-Singapura di perairan Selat Karimata dengan korban 69 orang, yang merupakan penumpang dan awak pesawat.
2 Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi risiko bencana, baik oleh pemerintah, masyarakat maupun dunia usaha. Pengurangan risiko bencana sudah menjadi fokus perhatian para pelaku penanggulangan bencana nasional dan internasional. Paradigma baru dalam penanggulangan bencana, berbagai permasalahan bencana memerlukan kerjasama dan dukungan semua pihak dalam penanggulangannya, terutama dalam upaya mengembangkan budaya pengurangan risiko bencana, sehingga dapat dilaksanakan secara terarah dan terpadu. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan 3 Oktober sebagai hari peringatan Pengurangan Risiko Bencana yang sudah dimulai sejak tahun 989. Peringatan tersebut merupakan salah satu cara untuk mempromosikan budaya pengurangan risiko bencana, termasuk pencegahan bencana, mitigasi dan kesiapsiagaan pada masyarakat. Ditambahkan permasalahan yang menonjol dalam upaya PKK. Upaya DRR dilakukan dengan lesson learnt kejadian bencana sebelumnya, yg dapat diperoleh dari buku ini Untuk meningkatkan efektifitas penanggulangan bencana terpadu melalui koordinasi dan kolaborasi dilakukan dengan pendekatan klaster. Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan ditunjuk oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebagai koordinator klaster kesehatan yang mengkoordinir beberapa sub klaster kesehatan, antara lain sub klaster pelayanan kesehatan, gizi, kesehatan ibu dan anak, kesehatan reproduksi, kesehatan jiwa, sanitasi dan air bersih dan Disaster Victim Investigation (DVI). 8 sub Klaster Buku ini memberikan gambaran upaya penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan tahun 204. Pengumpulan data dilakukan melalui koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor serta pemantauan 24 jam dan berbagai program serta kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 204. PPKK mengumpulkan, menganalisa data dan informasi penanggulangan krisis kesehatan yang ada dan meyajikannya dalam buku ini. Data dan 2
3 informasi serta dokumentasi yang disajikan diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran, evaluasi dan masukan bagi para pemangku kepentingan untuk membuat suatu kebijakan... TUJUAN A. Tujuan umum: Tersedianya informasi kejadian dan upaya penanggulangan krisis kesehatan tahun 204 B. Tujuan khusus: Tersedianya informasi: a. Krisis Kesehatan di Indonesia tahun 204 meliputi frekuensi kejadian krisis kesehatan, korban (meninggal, hilang, luka/dirawat, dan pengungsi) serta fasilitas kesehatan yang rusak. b. Upaya penanggulangan krisis kesehatan oleh Kementerian Kesehatan di tingkat nasional baik pada pra, saat tanggap darurat maupun pasca krisis kesehatan serta permasalahannya. c. Upaya Kementerian Kesehatan dalam kesiapsiagaan bidang kesehatan pada acara khusus..2. DASAR HUKUM a. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 2 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. d. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana e. Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non-Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana. f. Peraturan Presiden No 72 tahun 202 tentang Sistem Kesehatan Nasional 3
4 g. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 44/MENKES/PER/VIII/200tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan h. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 876/MENKES/SK/XI/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Penanganan Krisis dan Masalah Kesehatan Lain. i. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/MENKES/SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional; j. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 203 tentang Penanggulangan Krisis Kesehatan k. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 77 tahun 204 tentang Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan. l. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 36 tahun 204 tentang Penilaian Kerusakan, Kerugian dan Kebutuhan Sumber Daya Kesehatan Pasca Bencana.3. RUANG LINGKUP Tinjauan penanggulangan krisis kesehatan tahun 204 menggambarkan kejadian krisis kesehatan akibat bencana di Indonesia dan upaya penanggulangannya baik pada saat pra krisis kesehatan, saat tanggap darurat krisis kesehatan maupun pasca krisis kesehatan, yang terjadi selama tahun 204 serta peran Kementerian Kesehatan dan lintas sektor terkait dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan. Informasi yang disajikan mencakup:. Frekuensi kejadian krisis kesehatan berdasarkan jenis bencana; 2. Korban dan pengungsi yang meliputi korban meninggal, hilang, luka/dirawat; 3. Kerusakan fasilitas kesehatan; 4. Upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan dan lintas sektor terkait dalam penanggulangan krisis kesehatan ; 5. Peran Kementerian Kesehatan dalam kesiapsiagaan bidang kesehatan pada acara khusus 4
5 5
6 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan izin dan karunianya penyusunan Buku Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 204 dapat diselesaikan. Buku ini menggambarkan kejadian krisis kesehatan akibat bencana yang terjadi selama tahun 204 baik akibat bencana alam, non alam dan sosial meliputi frekuensi, jumlah korban dan kerusakan fasilitas kesehatan yang diakibatkan. Buku ini juga memaparkan upaya penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada tahap pra, saat dan pasca krisis kesehatan. Buku Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 204 ini disusun berdasarkan data dan laporan kejadian krisis kesehatan dari Dinas Kesehatan Provinsi Kabupaten/Kota dan PPK Regional/Sub Regional yang dikumpulkan oleh Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan selama tahun 204. Kita harapkan berbagai kejadian krisis kesehatan akibat bencana yang terjadi selama tahun 204 dan upaya penanggulangannya dapat kita jadikan bahan pembelajaran, evaluasi serta masukan bagi para pengambil kebijakan dalam untuk menentukan arah dan kebijakan upaya penanggulangan krisis kesehatan di tahun-tahun berikutnya. Kepada semua pihak yang telah berpastisipasi dalam penyusunan buku ini kami mengucapkan terima kasih. Semoga Buku Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 204 ini bermanfaat dalam mewujudkan upaya penanggulangan krisis kesehatan yang lebih baik. Jakarta, Maret 204 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan dr. Achmad Yurianto NIP
7 BAB III GAMBARAN KEJADIAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 204
8 Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, kejadian bencana digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu bencana alam, non alam dan sosial. Selama tahun 204 telah terjadi 456 kali kejadian bencana, terdiri dari bencana alam 227 kejadian (50%), bencana non alam 97 kejadian (43%) dan bencana sosial 32 kejadian (7%). Pada Bab III ini akan dibahas secara terperinci kejadian krisis kesehatan yang diakibatkan 3 jenis bencana tersebut. Dibandingkan dengan data tahun 203 Kejadian krisis kesehatan selama tahun 204 paling banyak terjadi pada Bulan Januari sebanyak 54 kejadian (2%). Kejadian krisis kesehatan paling sedikit terjadi pada Bulan Juni sebanyak 25 kejadian (5%). Dari Grafik 3.7 terlihat bahwa fluktuasi jumlah kejadian krisis kesehatan setiap bulan berkisar antara kali kejadian krisis kesehatan. Grafik 3. Jumlah Kejadian Krisis Kesehatan Tahun (2%) (%) 42(9%) 49(%) 50 3(7%) 39(9%) 36(6%) 37(8%) 34(7%) 27(6%) 3(7%) 25(5%)
9 3.. KEJADIAN KRISIS KESEHATAN BERDASARKAN JENIS BENCANA Bencana alam yang terjadi selama tahun 204 adalah banjir, banjir bandang, tanah longsor, banjir dan tanah longsor, erupsi gunung api, gempa bumi, angin puting beliung, banjir lahar dingin dan gelombang pasang. Bencana non alam yang terjadi selama tahun 204 adalah kebakaran pemukiman, kebakaran hutan, kabut asap, kecelakaan transportasi (darat,laut dan udara), ledakan, kegagalan teknologi, kecelakaan industri dan KLB penyakit. Bencana sosial yang terjadi selama tahun 204 adalah konflik sosial. Gambar 3. Erupsi Gunung Api Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara Bulan Februari 204
10 Gambar 3.2 Banjir Bandang di Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara Bulan Februari 204 Grafik 3.2 Jumlah dan Proporsi Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana Tahun ; 7% 227; 50% 97; 43% Alam Non Alam Sosial Kejadian bencana yang paling sering terjadi pada Tahun 204 tidak jauh berbeda dibandingkan dengan kejadian bencana Tahun 203, yaitu banjir dan kecelakaan transportasi. Pada Tahun 204 tercatat kejadian krisis kesehatan akibat banjir sebanyak 88 kejadian atau 9% dari jumlah total kejadian krisis kesehatan di Tahun
11 204 dan kejadian kecelakaan transportasi sebanyak 74 kejadian atau 6% dari jumlah total kejadian krisis kesehatan di Tahun 204, sedangkan pada Tahun 203 jumlah kejadian krisis kesehatan akibat bencana banjir sebanyak 8 kejadian (27,%) dan kecelakaan transportasi sebanyak 55 kejadian (2,6%). Untuk lebih jelasnya frekuensi kejadian krisis kesehatan berdasarkan jenis bencana di Indonesia pada Tahun 204 dapat dilihat pada Grafik 3.2. Grafik 3.3 Frekuensi dan Persentase Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Jenis Bencana Tahun 204 Banjir Lahar Dingin (0%) Kecelakaan Industri (0%) 2 (0%) Kabut Asap KLB 3 (%) Gelombang Pasang 3 (%) 4 (%) Kegagalan Teknologi 3 (%) Gempa Bumi 6 (%) Erupsi Gunung Api 9 (2%) Ledakan 0 (2%) Kebakaran Hutan 5 (3%) Banjir dan Tanah Longsor 2 (5%) Banjir Bandang 32 (7%) Konflik Sosial 33 (7%) Angin Puting Beliung 39 (9%) Keracunan 55 (2%) Kebakaran Pemukiman 57 (3%) Tanah Longsor 74 (6%) Kecelakaan Transportasi 88 (9%) Banjir Jenis kejadian bencana dengan frekuensi tertingi di tahun 204 adalah banjir sebanyak 88 kejadian (9%), kecelakaan transportasi 74 kejadian (6%), tanah longsor 57 kejadian (3%), kebakaran pemukiman 55 kejadian (2%) dan keracunan makanan/minuman 39 kejadian (9%). 90
12 3.2. FREKUENSI KEJADIAN KRISIS KESEHATAN BERDASARKAN PROVINSI Frekuensi kejadian krisis kesehatan terbesar terjadi di Provinsi Jawa Barat sebanyak 88 kejadian, diikuti oleh Provinsi Jawa Tengah sebanyak 50 kejadian, Provinsi Jawa Timur sebanyak 47 kejadian dan Provinsi DKI Jakarta sebanyak 39 kejadian. Provinsi dengan frekuensi kejadian paling sedikit adalah Provinsi DI Yogyakarta dan Gorontalo masing-masing sebanyak kejadian. Provinsi yang tidak mengalami kejadian krisis kesehatan selama tahun 204 adalah Provinsi Sulawesi Barat dan Provinsi Kalimantan Utara. Grafik 3.4 Jumlah Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan Provinsi Sulawesi Barat DI Yogyakarta Kalimantan Utara Kep. Riau Gorontalo Papua Barat Kalimantan Barat Bali Sulawesi Tenggara Bengkulu Jambi Bangka Belitung Kalimantan Tengah Nusa Tenggara Timur Kalimantan Selatan Maluku Utara Kalimantan Timur Riau Maluku Papua Lampung Banten Sulawesi Tengah Sumatera Selatan Sulawesi Utara Nusa Tenggara Barat Sumatera Barat Sumatera Utara Sulawesi Selatan Aceh DKI Jakarta Jawa Timur Jawa Barat Jawa Tengah
13 Gambar 3.3 Peta Frekuensi Kejadian Krisis Kesehatan Tahun 204 Keterangan : (frekuensi kejadian) >50 kali kali 24 kali 0 kali 3.3. FREKUENSI JENIS KRISIS KESEHATAN BERDASARKAN PPK REGIONAL/SUB REGIONAL PPK Regional yang memiliki frekuensi kejadian krisis kesehatan tertinggi selama tahun 204 adalah PPK Regional DKI Jakarta sebanyak 50 kejadian (33%), terdiri dari Provinsi Lampung 9 kejadian, Provinsi DKI Jakarta 39 kejadian, Provinsi Banten 0 kejadian, Provinsi Jawa Barat 88 kejadian dan Provinsi Kalimantan Barat 4 kejadian. PPK Regional dengan frekuensi kejadian krisis kesehatan paling sedikit adalah PPK Sub Regional Papua dengan 2 kejadian (3%).
14 Grafik 3.5 Frekuensi dan Persentase Kejadian Krisis Kesehatan Berdasarkan PPK Regional/Sub Regional (33%) 47(0%) 5(%) 49(%) 43(9%) 23(5%) 22(5%) 22(5%) 9(4%) 8(4%) 2(3%) Gambar 3.4 Kerusakan Rumah Penduduk Akibat Erupsi Gunung Api Kelud di Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur
15 3.4. ANALISIS KEJADIAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 204 Frekuensi kejadian krisis kesehatan Tahun 204 mengalami peningkatan dibandingkan pada Tahun 203. Pada Tahun 203 terjadi 436 kejadian krisis kesehatan, sedangkan pada Tahun 204 terjadi 456 kejadian krisis kesehatan. Kejadian krisis kesehatan pada Tahun 204 yang frekuensinya cukup besar adalah sebagai berikut : A. Banjir Bencana banjir merupakan jenis bencana yang paling banyak meyebabkan kejadian krisis kesehatan selama tahun 204 dengan 88 kali kejadian (9%). Jika dibandingkan dengan frekuensi kejadian krisis kesehatan yang diakibatkan oleh bencana banjir di tahun 203 sebanyak 8 kejadian, terjadi penurunan frekuensi bencana banjir pada tahun 204 sebanyak 30 kejadian (25%). Bencana banjir selama tahun 204 terjadi di setiap bulan, dengan frekuensi tertinggi pada bulan Januari sebanyak 28 kejadian diikuti bulan Desember sebanyak 5 kejadian. Salah satu penyebabnya adalah pada bulan Desember dan Januari musim hujan mencapai puncaknya dengan curah hujan yang tinggi. Selain di bulan Januari dan Desember, frekuensi kejadian banjir cenderung menurun antara 2 0 kejadian per bulan. Grafik 3.6 Frekuensi Kejadian Banjir Tahun
16 Pada tahun 204 kejadian krisis kesehatan yang disebabkan oleh bencana banjir terjadi di 2 provinsi. Frekuensi kejadian banjir tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat sebanyak 5 kejadian. Grafik 3.7 Frekuensi Banjir berdasarkan Provinsi pada Tahun Gambar 3.5 Banjir di Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah Bulan Februari 204
17 Gambar 3.6 Banjir di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat Bulan Januari 204 B. Kecelakaan Transportasi Jumlah kejadian kecelakaan transportasi selama tahun 204 sebanyak 74 kejadian (6%), meliputi kecelakaan transportasi darat 35 kejadian, kecelakaan transportasi udara 4 kejadian, kecelakaan transportasi laut 30 kejadian, kecelakaan transportasi sungai 3 kejadian dan kecelakaan transportasi danau 2 kejadian. Frekuensi kecelakaan transportasi mencapai puncaknya pada bulan April dan Juli masing-masing sebanyak 2 kejadian. Grafik 3.8 Kecelakaan Transportasi Tahun 204
18 Grafik 3.9 Jenis Kecelakaan Transportasi Tahun Kecelakaan Transportasi Darat Kecelakaan Transportasi Laut Kecelakaan Transportasi Udara Kecelakaan Transportasi Sungai Kecelakaan Transportasi Danau Frekuensi kejadian kecelakaan transportasi tertinggi selama tahun 204 terjadi di Provinsi Jawa Barat sebanyak 5 kejadian, terdiri dari 4 kecelakaan transportasi darat dan kecelakaan transportasi danau. Grafik 3.0 Kecelakaan Transportasi Tahun 204 Berdasarkan Provinsi
19 5 2 Sumatera Utara Lampung DKI Jakarta Maluku Bali Nusa Tenggara Timur Kalimantan Tengah 2 Kalimantan Timur 2 Sulawesi Selatan 2 Sulawesi Tenggara 2 Banten 3 Sulawesi Utara 3 Nusa Tenggara Barat 3 Sumatera Selatan 4 Maluku Utara 4 Maluku 4 Bangka Belitung Sumatera Barat Jawa Tengah Jawa Timur 4 Aceh 6 Jawa Barat C. Tanah Longsor Tanah longsor terjadi sebanyak 57 kali selama tahun 204. Selama tahun 204 frekuensi kejadian tanah longsor berfluktuasi antara 0 kejadian dengan frekuensi tertinggi terjadi pada bulan Desember sebanyak 0 kejadian. Grafik 3. Frekuensi Kejadian Tanah Longsor Tahun Selama tahun 204 bencana tanah longsor terjadi di 3 provinsi, dengan frekuensi terbanyak di provinsi Jawa Barat sebanyak 29 kejadian (5%), diikuti oleh provinsi Jawa Tengah sebanyak 9 kejadian (6%) Grafik 3.2
20 Frekuensi Kejadian Tanah Longsor berdasarkan Provinsi Tahun Gambar 3.7 Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah Desember 204 Gambar 3.8 Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah Desember 204
21 Gambar 3.9 Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah Desember 204 D. Keracunan Selama tahun 204 terjadi 39 kejadian keracunan, meliputi keracunan makanan (34 kejadian), keracunan minuman (2 kejadian) dan keracunan gas (3 kejadian). Frekuensi kejadian keracunan tertinggi terdapat pada bulan Desember sebanyak 6 kejadian. Kejadian keracunan makanan massal sering terjadi akibat hidangan/makanan yang disajikan pada acara pesta sudah kadaluarsa atau hygiene makanan yang kurang. Keracunan minuman akibat meminum minuman oplosan
22 yang diracik menggunakan bahan-bahan yang mengandung racun bagi tubuh. Keracunan gas terjadi di pabrik-pabrik akibat bocornya gas kimia beracun, sehingga mengakibatkan keracunan pegawai yang menghirup gas tersebut. Grafik 3.3 Kejadian Keracunan Tahun Kejadian keracunan selama tahun 204 terjadi di provinsi. Frekuensi keracunan terbanyak terdapat di provinsi Jawa Barat sebanyak 4 kejadian (36%), terdiri dari 3 kejadian keracunan makanan dan kejadian keracunan gas. Grafik 3.4 Kejadian Keracunan berdasarkan Provinsi Tahun 204
23 E. Angin Puting Beliung Frekuensi kejadian angin puting beliung pada tahun 204 mencapai 33 kejadian, terbanyak pada bulan Desember sebanyak 7 kejadian. Angin Puting Beliung tidak terjadi pada bulan Juni dan Juli 204. Grafik 3.5 Kejadian Angin Puting Beliung Tahun Kejadian angin puting beliung selama tahun 204 terjadi di 4 provinsi, dengan frekuensi kejadian terbanyak terdapat di provinsi Jawa Timur sebanyak 6 kejadian (9%), diikuti oleh provinsi Jawa Tengah sebanyak 5 kejadian (5%). Grafik 3.6 Kejadian Angin Puting Beliung berdasarkan Provinsi Tahun 204
24 F. Erupsi Gunung Api Selama tahun 204 terjadi 6 kali Erupsi Gunung Api, yaitu :. Erupsi Gunung Api Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara Erupsi gunung api Sinabung di tahun 204 merupakan lanjutan dari erupsi tahun 203. Terjadi 2 kali erupsi gunung api Sinabung selama tahun 204 yaitu pada tanggal Februari 204 dan 9 Oktober 204. Secara keseluruhan erupsi gunung api Sinabung mengakibatkan jatuhnya korban meninggal sebanyak 52 orang, di mana 7 orang diantaranya akibat terkena awan panas pada erupsi tanggal Februari 204, sedangkan 35 korban meninggal lainnya merupakan pengungsi yang menderita penyakit kronis. Korban luka berat/rawat inap sebanyak 229 orang, sedangkan korban luka ringan/rawat jalan sebanyak.4 orang Jumlah pengungsi akibat erupsi gunung Sinabung mencapai jiwa pada bulan Januari 204. Gambar 3.0 Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara
25 Januari Erupsi Gunung Api Kelud di Provinsi Jawa Timur. Setelah terakhir kali mengalami erupsi pada tahun 2006, Erupsi gunung api Kelud kembali terjadi pada tanggal 3 Februari 204. Erupsi ini mengakibatkan muntahan abu vulkanik. Daerah terdampak meliputi Kab. Kediri, Kab. Malang, Kab. Blitar dan Kota Surabaya. Abu vulkanik muntahan erupsi gunung api Kelud juga mencapai Kab. Klaten, Kota Surakarta di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi DI Yogyakarta. Jumlah korban meninggal akibat erupsi gunung api Kelud sebanyak 6 orang, korban luka berat/rawat inap 75 orang, korban luka ringan/rawat jalan 8.83 orang dan pengungsi jiwa. Gambar 3. Erupsi Gunung Api Kelud di Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur
26 Februari Erupsi Gunung Sangeang Api di Provinsi Nusa Tenggara Barat Gunung Sangeang Api yang berlokasi di Pulau Sangiang, Kab. Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat mengalami erupsi pada tanggal 30 Juni 204 pukul WITA. Sebelumnya gunung api ini tercatat pernah 3 kali mengalami erupsi, yaitu pada tahun 52, 989 dan 202. Tidak ada korban jiwa akibat erupsi ini, tetapi mengakibatkan terjadinya pengungsian sebanyak 30 jiwa yang merupakan penduduk pulau Sangiang. Gambar 3.2 Erupsi Gunung Sangeang Api di Kabupaten Bima,
27 Provinsi Nusa Tenggara Barat Mei Erupsi Gunung Api Gamalama di Provinsi Maluku Utara Gunung Api Gamalama yang berlokasi di Pulau Ternate, Provinsi Maluku Utara kembali mengalami erupsi pada tanggal 8 Desember 204. Erupsi sebelumnya terjadi pada tahun 20 dan 202. Erupsi gunung api Gamalama berupa muntahan abu vulkanik. Daerah yang terdampak adalah Kota Ternate yang berada di pulau dengan Gunung Api Gamalama. Erupsi ini tidak mengakibatkan korban jiwa dan pengungsian, orang yang sedang melakukan pendakian mengalami luka ringan/dirawat jalan. G. KEBAKARAN HUTAN/KABUT ASAP Selama tahun 204 terjadi 2 kali kejadian kebakaran hutan/kabut asap. Kebakaran hutan terjadi akibat pembukaan lahan pertanian/perkebunan baru secara luas yang dilakukan dengan cara pembakaran sehingga menimbulkan kabut asap dan menurunnya kualitas udara hingga tingkat berbahaya. Luasnya wilayah yang mengalami kebakaran hutan dan abut asap juga terjadi karena musim kemarau panjang. Kabut asap hasil pembakaran hutan mencapai daerah perkotaan sehingga menimbulkan banyak kasus gangguan pernafasan dan ISPA di masyarakat.
28 Masyarakat di beberapa derah juga terpaksa mengungsi ke daerah lain akibat kualitas udara yang berbahaya untuk pernafasan. Frekuensi kejadian kebakaran hutan mencapai puncaknya pada bulan September dan Oktober, di mana 2 bulan tersebut merupakan puncak dari musim kemarau. Kebakaran hutan/kabut Asap selama tahun 204 terjadi di 8 provinsi, dengan frekuensi tertinggi Provinsi Kalimantan Tengah sebanyak 3 kejadian, diikuti dengan Provinsi Riau dan Sumatera Selatan masing-masing sebanyak 2 kejadian. Grafik 3.7 Kejadian Kebakaran Hutan/Kabut Asap Tahun
29 Grafik 3.8 Frekuensi Kejadian Kebakaran Hutan/Kabut Asap berdasarkan Provinsi Tahun Gambar 3.3 Kabut Asap Akibat Kebakaran Hutan Yang Menyelimuti Kota Pekanbaru, Provinsi Riau
30 Gambar 3.4 Kabut Asap Akibat Kebakaran Hutan Yang Menyelimuti Kota Pekanbaru, Provinsi Riau H. KONFLIK SOSIAL Selain bencana alam dan non alam, bencana sosial kerap kali terjadi setiap tahun di Indonesia. Bencana sosial ini berupa konflik sosial antar warga, antar kelompok masyarakat serta antara masyarakat dan aparat pemerintah. Kejadian konflik sosial juga menimbulkan terjadinya krisis kesehatan akibat jatuhnya korban meninggal, luka berat, luka ringan dan pengungsian. Selama tahun 204 terjadi 32 kejadian konflik sosial, dengan frekuensi tertinggi pada bulan Agustus 204 sebanyak 6 kejadian.
31 Grafik 3.9 Kejadian Konflik Sosial Tahun Kejadian konflik sosial selama tahun 204 terjadi di 7 Provinsi, dengan frekuensi tertinggi di Provinsi Sulawesi Tengah dan Lampung, masing-masing sebanyak 4 kejadian (3%). Provinsi Sulawesi Tengah, Lampung, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan dan Maluku merupakan daerah rawan konflik sosial di mana setiap tahun terjadi konflik antar warga. Grafik 3.20 Kejadian Konflik Sosial berdasarkan Provinsi Tahun
32
33 BAB IV GAMBARAN KORBAN KRISIS KESEHATAN
34 Kejadian krisis kesehatan kerap kali menimbulkan permasalahan kesehatan yang diakibatkan jatuhnya korban manusia, baik korban meninggal, luka berat/rawat inap, luka ringan/rawat jalan, hilang dan pengungsian. Untuk tahun 204 jumlah korban akibat kejadian krisis kesehatan mencapai orang, meningkat sebanyak orang (260%) jika dibandingkan dengan jumlah korban kejadian krisis kesehatan tahun 203. Tabel 4. Korban Krisis Kesehatan Tahun 203 dan 204 JUMLAH NO. KORBAN Meninggal Luka Berat/ Rawat inap Luka Ringan/Rawat Jalan 4 Hilang 5 Pengungsi TOTAL KORBAN MENINGGAL a. Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Kejadian Krisis Kesehatan Korban meninggal akibat kejadian krisis kesehatan selama tahun 204 berjumlah 957 orang. Selama 2 tahun berturut-turut (203 dan 204), kecelakaan transportasi (darat, laut, udara, sungai dan danau) masih merupakan penyebab korban meninggal terbanyak. Pada tahun 203 sebanyak 332 orang meninggal akibat kecelakaan transportasi, sedangkan di tahun 204 jumlah korban meninggal akibat kecelakaan
35 transportasi sebanyak 282 orang atau turun sebanyak 50 orang (7%). Jumlah dan proporsi korban meninggal berdasarkan jenis kejadian krisis kesehatan dapat dilihat pada Grafik 4.. Grafik 4. Jumlah dan Persentase Korban Meninggal Berdasarkan Jenis Krisis Kesehatan Tahun (29%) (24%) (%) 73(8%) 63(7%) 40(4%) 23(2%) 5(2%) 44(5%) 5(%) 33(3%) 8(%) 6(2%) 0(%) 7(%) 2 0 Jenis kejadian krisis kesehatan yang menyebabkan korban meninggal paling sedikit di tahun 204 adalah kebakaran hutan dan kecelakaan industri, masing-masing sebanyak orang. 2
36 Gambar 4. Korban Meninggal Akibat Awan Panas Erupsi Gunung Api Sinabung Di RSUD Kabanjahe, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara Bulan Februari 204 3
37 Gambar 4.2 Korban Meninggal Akibat Tanah Longsor di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah Bulan Desember 204 b. Berdasarkan Provinsi Korban meninggal akibat kejadian krisis kesehatan pada tahun 204 terdapat di 30 provinsi, dengan jumlah korban meninggal terbanyak terdapat di Provinsi Jawa tengah sebanyak 5 orang (6%), diikuti oleh Provinsi Jawa Barat sebanyak 38 orang (4%) dan Provinsi Sumatera Utara sebanyak 09 orang ( orang). Jumlah Provinsi yang tidak memiliki korban meninggal akibat kejadian krisis kesehatan sebanyak 4 provinsi, yaitu Provinsi Papua Barat, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Gorontalo dan Provinsi Kalimantan Utara. Provinsi Kalimantan Utara dan Provinsi Sulawesi Barat tidak mengalami kejadian krisis kesehatan pada tahun
38 Grafik 4.2 Jumlah dan Persentase Korban Meninggal Berdasarkan Provinsi Tahun 204 0(0%) 0(0%) 0(0%) 0(0%) (0,) 4(0,4) 4(0,4%) 4(0,4%) 4(0,4%) 4(0,4%) 5(%) 6(%) 7(%) (%) (%) 6(2%) 8(2%) 8(2%) 9(2%) 20(2%) 20(2%) 20(2%) 22(2%) 26(3%) 28(3%) 3(3%) 34(4%) 4(4%) 4(4%) 46(5%) Papua Barat Sulawesi Barat Gorontalo Kalimantan Utara DI Yogyakarta Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Bengkulu Kep. Riau Nusa Tenggara Barat Jambi Bali Kalimantan Selatan Banten Lampung Riau Kalimantan Timur Bangka Belitung Nusa Tenggara Timur Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Aceh Maluku Sulawesi Selatan Sumatera Selatan Maluku Utara Papua Sulawesi Utara Sumatera Barat DKI Jakarta Jawa Timur Sumatera Utara Jawa Barat Jawa Tengah 98(0%) 09(%) 38(4%) 5(6%)
39 Gambar 4.3 Peta Korban Meninggal Tahun 204 Keterangan : (jumlah korban meninggal) 00 orang 5 00 orang 50 orang 0 c. Berdasarkan PPK Regional/Sub Regional Jumlah korban meninggal terbanyak terdapat di Wilayah PPK Regional DKI Jakarta sebanyak 226 orang (24%), terdiri dari Provinsi Lampung orang, Provinsi Jawa Barat 38 orang, Provinsi DKI Jakarta 46 orang, Provinsi Kalimantan Barat 20 orang dan Provinsi Banten orang. Jumlah korban meninggal paling sedikit terdapat di Wilayah PPK Regional Bali sebanyak 29 orang (3%). Jumlah dan proporsi korban meninggal tahun 204 berdasarkan PPK Regional/Sub Regional dapat dilihat pada Grafik 4.5. dan Grafik 4.6. Grafik 4.3 Jumlah dan Persentase Korban Meninggal Berdasarkan PPK Regional/Sub Regional 6
40 (24%) (6%) 49(6%) 50 98(0%) 00 72(7%) 56(6%) 5(5%) 45(5%) 45(5%) 50 34(3%) 29(3%) 0 2. KORBAN LUKA BERAT/RAWAT INAP a. Berdasarkan Jenis Kejadian Krisis Kesehatan Korban luka berat/dirawat inap terbanyak disebabkan oleh Keracunan (makanan dan minuman) sebanyak 775 orang (40%). Keracunan makanan dan makanan ini biasanya terjadi pada acara massal, akibat menkonsumsi makanan dan minuman yang kadaluarsa atau mengandung bahan yang bersifat racun bagi tubuh. Kecelakaan transportasi merupakan jenis kejadian krisis kesehatan yang menyebabkan korban luka berat/rawat inap terbanyak kedua selama tahun 204 sebanyak 333 orang (7%). Kecelakaan transportasi meliputi kecelakaan transportasi darat, laut, udara, sungai dan danau. Jenis kejadian krisis kesehatan yang menyebabkan jatuhnya korban luka berat/rawat inap paling sedikit selama tahun 204 sebanyak orang. Grafik 4.4 7
41 Jumlah dan Persentase Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Jenis Kejadian Krisis Kesehatan 775(40%) (7%) 333(7%) 53(8%) 8(6%) 2(%) 79(4%) 53(3%) 43(2%) 23(%) 6(%) Gambar 4.4 Pengungsi Korban Erupsi Gunung Api Sinabung yang dirawat inap di RS Efarina Etaham, Berastagi, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara b. Berdasarkan Provinsi 8
42 Provinsi yang memiliki jumlah korban luka berat/rawat inap akibat kejadian krisis kesehatan terbanyak selama tahun 204 adalah Provinsi Jawa Barat sebanyak 440 orang (23%), diikuti oleh Provinsi Sumatera Utara sebanyak 264 orang (4%). Provinsi dengan jumlah korban luka berat/rawat inap paling sedikit adalah Provinsi DI Yogyakarta sebanyak orang. Provinsi yang tidak memiliki korban luka berat/rawat inap sebanyak 7 provinsi, yaitu Provinsi Gorontalo, Provinsi Kalimantan Barat, Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi Kalimantan Utara, Provinsi Riau, Provinsi Bengkulu dan Provinsi Sulawesi Barat. Gambar4.5 Menteri Kesehatan RI mengunjungi korban erupsi Gunung Api Sinabung Yang dirawat inap di RS Efarina Etaham, Berastagi, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara Grafik 4.5 9
43 Jumlah dan Persentase Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan Provinsi (0,05%) DI Yogyakarta Jambi 2(0,%) Papua Barat 3(0,%) Kalimantan Timur 3(0,%) Sulawesi Tenggara 4(0,2%) Kalimantan Tengah 5(0,2%) Bangka Belitung 6(0,3%) Maluku Utara 8(0,4%) Sulawesi Tengah 0(%) Sulawesi Selatan 4(%) Sumatera Barat 5(%) Sumatera Selatan 7(%) 24(%) Kep. Riau Maluku 29(2%) Lampung 3(2%) 36(2%) Nusa Tenggara Barat 4(2%) Nusa Tenggara Timur Papua 67(3%) Bali 69(4%) Sulawesi Utara 72(4%) Banten 74(4%) 80(4%) Aceh Jawa Tengah 94(0%) DKI Jakarta 96(0%) 227(2%) Jawa Timur 264(4%) Sumatera Utara 440(23%) Jawa Barat
44 Gambar 4.6 Peta Korban Luka Berat/Rawat Inap Tahun 204 Keterangan : (jumlah korban luka berat) 500 orang orang 250 orang 0 Gambar 4.7 Korban Rawat Inap Akibat Bencana Banjir di Kabupaten Pati Provinsi Jawa Tengah
45 c. Berdasarkan PPK Regional/SubRegional Korban luka berat/rawat inap akibat kejadian krisis kesehatan terbanyak terdapat di wilayah PPK Regional DKI Jakarta sebanyak 74 orang (38%), terdiri dari Provinsi DKI Jakarta 96 orang, Provinsi Lampung 3 orang dan Provinsi Banten 74 orang, sedangkan Provinsi Kalimantan Barat tidak memiliki korban luka berat/rawat inap. Grafik 4.6 Jumlah dan Persentase Korban Luka Berat/Rawat Inap Berdasarkan PPK Regional/Sub Regional 2
46 (38%) 368(9%) 227(2%) 95(0%) 46(8%) 80(4%) 70(4%) 57(3%) 25(%) 5(%) 8(0,4%) KORBAN LUKA RINGAN/RAWAT JALAN a. Berdasarkan Jenis Kejadian Krisis Kesehatan Jenis kejadian krisis kesehatan yang paling banyak mengakibatkan korban luka ringan/rawat jalan adalah Erupsi Gunung Api sebanyak orang (40,3%), terdiri dari Erupsi Gunung Gamalama 6 orang, Erupsi Gunung Sangeang Api 584 orang, Erupsi Gunung Sinabung orang dan Erupsi Gunung Kelud 8.83 orang. Korban luka ringan/rawat jalan terbanyak kedua disebabkan oleh kebakaran hutan sebanyak orang (39,8%). Kebakaran hutan yang terjadi di Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Kalimantan Tengah mengakibatkan timbulnya kabut asap yang menggangu pernafasan menyebabkan penyakit ISPA. Grafik 4.7 Jumlah dan Persentase Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Jenis Kejadian Krisis Kesehatan 3 dan
47 Kegagalan Teknologi 2 Gempa Bumi 8 Ledakan 9 KLB 4(0,002%) Angin Puting Beliung 57(0,002%) Konflik Sosial 208(0,03%) Kebakaran Pemukiman 28(0,03%) Kecelakaan Transportasi 407(0,05%) Keracunan.56(0,2%) Tanah Longsor.700(0,2%) Kabut Asap 2.267(0,3%) Banjir Bandang 9.000(,2%) Banjir dan Tanah Longsor 9.496(,3%) 2.575(6,2%) Banjir (39,8%) Kebakaran Hutan (40,3%) Erupsi Gunung Api Gambar 4.8 Pengungsi Erupsi Gunung Api Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara mendapatkan pelayanan kesehatan rawat jalan di Pos Kesehatan
48 b. Berdasarkan Provinsi Korban luka ringan/rawat jalan terbanyak terdapat di Provinsi Sumatera Utara sebanyak orang (43,4%), di mana orang diantaranya merupakan korban luka ringan/rawat jalan akibat Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Grafik 4.8 Jumlah dan Persentase Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Provinsi 5
49 (0,00%) 8(0,00%) 84(0,0%) 884(0,0%).064(0,%) 2.885(0,4%) 4.377(0,6%) 8.409(,2%) 8.969(,2%) 0.20(,4%) 5.733(2,2%) 9.987(2,8%) (5%) 39.32(5,6%) (8,5%) 6.099(8,8%) Papua Barat Kep. Riau Bangka Belitung Sumatera Barat Sulawesi Tenggara Nusa Tenggara Timur Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Maluku Utara Bali Papua Maluku Kalimantan Selatan Nusa Tenggara Barat Aceh Lampung Kalimantan Timur Sumatera Selatan Banten Sulawesi Utara Kalimantan Tengah Jawa Tengah Jawa Timur Jawa Barat Kalimantan Barat DKI Jakarta Jambi Riau Sumatera Utara (8%) 30.47(43,4%) Provinsi yang tidak memiliki korban luka ringan/rawat jalan sebanyak 5 provinsi yaitu Provinsi DI Yogyakarta, Provinsi Bengkulu, Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Gorontalo dan Provinsi Kalimantan Utara. Gambar 4.9 Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan Provinsi Tahun 204 6
50 Keterangan : orang orang orang c. Berdasarkan PPK Regional/Sub Regional 0 c. Berdasarkan PPK Regional/Sub Regional Korban luka ringan/rawat jalan terbanyak terdapat di wilayah PPK Regional Sumatera Utara sebanyak orang (6,5%), terdiri dari Provinsi Aceh 884 orang, Provinsi Sumatera Utara orang, Provinsi Riau orang dan Provinsi Kepulauan Riau 2 orang. Grafik 4.0 Jumlah dan Persentase Korban Luka Ringan/Rawat Jalan Berdasarkan PPK Regional/Sub Regional 7
51 8 SUMATERA BARAT 64 PAPUA 57(0,002%) SULAWESI SELATAN 920(0,%) BALI 9.07(,2%) SULAWESI UTARA KALIMANTAN SELATAN 3.76(,8%) JAWA TENGAH 5.733(2,2%) 9.987(2,8%) JAWA TIMUR 65.48(9,4%) SUMATERA SELATAN 42.45(20,5%) DKI JAKARTA (6,5%) SUMATERA UTARA Gambar 4.0 Korban Rawat Jalan Akibat Banjir di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat mendapatkan pelayanan kesehatan di Pos Kesehatan 8
52 4. KORBAN HILANG a. Berdasarkan Jenis Kejadian Krisis Kesehatan Korban hilang yang paling besar disebabkan oleh kecelakaan transportasi (darat, laut, udara, sungai dan danau) sebanyak 36 orang (8%). Grafik 4. Jumlah dan Persentase Korban Hilang Berdasarkan Jenis Kejadian Krisis Kesehatan 9
53 (8%) 29(7%) 20(5%) 4(4%) 6(2%) 5(%) (0,2%) b. Berdasarkan Provinsi Korban hilang akibat kejadian krisis kesehatan selama tahun 204 terjadi di 5 provinsi dengan jumlah korban hilang terbesar terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah sebanyak 7 orang (43,7%) yang 69 orang diantaranya akibat kecelakaan transportasi udara pesawat Air Asia QZ 850 yang jatuh di Perairan Kab. Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah tanggal 28 Desember 204. Grafik
54 Jumlah dan Persentase Korban Hilang Berdasarkan Provinsi Bangka Belitung 0(0%) Kepulauan Riau (0,2%) Sumatera Barat (0,2%) Aceh (0,2%) Nusa Tenggara Timur (0,2%) 3(0,7%) Kalimantan Barat 9(2,3%) Sumatera Utara (2,8%) Bali 3(3,3%) Jawa Timur Maluku Utara 5(3,8%) Jawa Tengah 5(3,8%) 7(4,3%) Nusa Tenggara Barat 29(7,4%) Papua 32(8,%) Sulawesi Utara 72(8,4%) Jawa Barat 7(43,7%) Kalimantan Tengah
55 Gambar 4. Peta Korban Hilang Tahun 204 Keterangan : 00 orang 50 orang 5-00 orang 0 c. Berdasarkan PPK Regional / Sub Regional Korban hilang terbesar terdapat di wilayah PPK Regional Kalimantan Selatan sebanyak 7 orang (43,7%), yang seluruhnya diakibatkan oleh kecelakaan transportasi udara di perairan Selat Karimata, Provinsi Kalimantan Tengah. Korban hilang paling sedikit berada di wilayah PPK Sub Regional Sumatera Barat sebanyak orang (%). PPK Regional yang tidak memiliki korban hilang adalah wilayah PPK Regional Sulawesi Selatan. Grafik 4.3 Jumlah dan Persentase Korban Hilang Berdasarkan PPK Regional/Sub Regional 22
56 (43,7%) 75(9%) 47(2%) 29(8%) 29(7%) 5(4%) 3(3%) (3%) (0,2%) PENGUNGSI a. Berdasarkan Jenis Kejadian Krisis Kesehatan Pengungsi terbanyak pada tahun 204 disebabkan oleh bencana banjir sebanyak jiwa (59,9%) dan erupsi gunung api sebanyak jiwa (28%). 23
57 Grafik 4.4 Jumlah dan Persentase Pengungsi Berdasarkan Jenis Kejadian Krisis Kesehatan Banjir Lahar Dingin 32 Gempa Bumi 60 Konflik Sosial 602 Angin Puting Beliung 806(0,008%) Kebakaran Pemukiman 6.455(0,6%) Banjir Bandang 9.42(0,9%) 24.72(2,4%) Tanah Longsor (7,8%) Banjir dan Tanah Longsor (28%) Erupsi Gunung Api (59,9%) Banjir b. Berdasarkan Provinsi Jumlah pengungsi terbanyak pada tahun 204 terdapat di Provinsi DKI Jakarta sebanyak jiwa (30,7%) yangdiakibatkan oleh bencana banjir. 24
58 Grafik 4.5 Jumlah dan Persentase Pengungsi Berdasarkan Provinsi (0,00%) 46(0,00%) 574(0,005%) 870(0,008%) 872(0,008%) 975(0,009%) 985(0,009%).746(0,%).860(0,%) 4.625(0,4%) 6.435(0,6%) 8.58(0,8%) 2.682(,2%) 4.89(,4%) Jambi Bali Maluku Utara Kalimantan Selatan Gorontalo Bengkulu Papua Barat Maluku Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sumatera Barat Nusa Tenggara Barat Sulawesi Utara Lampung Riau Banten (7,2%) (7,7%) (7,9%) 8.40(8,%) 3.98(,3%) Aceh Sumatera Utara Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Barat (2,3%) Jawa Timur (30,7%) DKI Jakarta
59 Gambar 4.2 Peta Pengungsi Tahun 204 Keterangan : c orang orang orang 0 Berdasarkan PPK Regional/ Sub Regional Jumlah pengungsi paling besar berada di wilayah PPK Regional DKI Jakarta sebanyak jiwa (44,3%), terdiri dari Provinsi Lampung 8.58 jiwa, Provinsi Banten 4.89 jiwa, Provinsi DKI Jakarta jiwa, Provinsi Jawa Barat 3.98 jiwa. Grafik 4.6 Jumlah dan Persentase Pengungsi Berdasarkan PPK Regional/Sub Regional 26
60 20 SUMATERA SELATAN KALIMANTAN SELATAN 46(0,00%) PAPUA 872(0,008%) SUMATERA BARAT 2.730(0,2%) SULAWESI SELATAN 3.706(0,3%) BALI 4.687(0,4%) SULAWESI UTARA 7.29(0,7%) (6%) JAWA TENGAH 63.29(6,3%) SUMATERA UTARA (2,3%) JAWA TIMUR (44,3%) DKI JAKARTA Gambar 4.3 Pengungsi Korban Erupsi Gunung Api Sinabung Di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara 27
61 Gambar 4.4 Pengungsi Korban Erupsi Gunung Api Sinabung Di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara Gambar 4.5 Pengungsi Korban Bencana Banjir di Provinsi DKI Jakarta 28
62 Gambar 4.6 Pengungsi Korban Bencana Erupsi Gunung Api Kelud Di Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur 29
63 Gambar 4.7 Pengungsi Korban Bencana Erupsi Gunung Api Kelud Di Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur 30
64 6. ANALISIS KORBAN KRISIS KESEHATAN TAHUN 204 A. KORBAN MENINGGAL Korban meninggal akibat kejadian krisis kesehatan selama tahun 204 berjumlah 957 Orang. Jika dibandingkan dengan jumlah korban meninggal tahun 203 sebanyak 823 orang, maka pada tahun 204 ini jumlah korban meninggal akibat kejadian krisis kesehatan meningkat sebanyak 34 orang (6%). Jenis kejadian krisis kesehatan penyebab korban meninggal terbanyak pada tahun 204 sama seperti tahun 203 yaitu kecelakaan transportasi (darat, laut, udara, sungai dan danau) sebanyak 282 orang atau 29% dari keseluruhan jumah korban meninggal. Selain kecelakaan transportasi, korban meninggal juga disebabkan oleh tanah longsor sebanyak 230 orang (24%). Kejadian tanah longsor yang mengakibatkan jumlah korban meninggal terbanyak adalah tanah longsor di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah pada tanggal 2 Desember 204 sebanyak 97 orang. Erupsi Gunung Api menyebabkan korban meninggal sebanyak 04 orang (%), terdiri dari erupsi Gunung Api Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara sebanyak 88 orang (7 orang diantaranya merupakan akibat langsung erupsi karena terkena awan panas), sebanyak 7 orang lainnya merupakan pengungsi yang menderita penyakit kronis dan meninggal dalam perawatan di rumah sakit. Erupsi Gunung Api Kelud di Kabupaten Kediri Jawa Timur mengakibatkan korban meninggal sebanyak 6 orang. Provinsi dengan korban meninggal terbanyak adalah Provinsi Jawa Tengah sebanyak 5 orang (6%). Penyebab terbanyak korban meninggal di Provinsi Jawa Tengah adalah kejadian tanah longsor di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah sebanyak 97 orang. 3
65 B. KORBAN LUKA BERAT/RAWAT INAP Korban luka berat/rawat inap akibat kejadian krisis kesehatan pada tahun 204 berjumlah.932 orang. Jika dibandingkan dengan korban luka berat/rawat inap pada tahun 203 sebanyak orang,maka pada tahun 204 ini terjadi penurunan jumlah korban luka berat/rawat inap sebanyak 86 orang (29%). Jenis kejadian krisis kesehatan penyebab terbanyak korban luka berat/rawat inap pada tahun 204 sama seperti tahun 203 yaitu keracunan (makanan, minuman dan gas) sebanyak 775 orang atau 40% dari total jumlah korban luka berat/rawat inap. Keracunan makanan ini terjadi secara massal akibat mengkonsumsi makanan yang kadaluarsa atau mengandung racun pada acara hajatan. Orang-orang yang mengkonsumsi makanan tersebut mengalami gejala keracunan seperti sakit kepala, mual dan mutah sehingga perlu dirawat inap di rumah sakit. Untuk itu Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota perlu untuk meningkatkan pengawasan terhadap kualitas makanan yang disajikan untuk acara-acara massal tersebut. Korban luka berat/rawat inap juga disebabkan oleh kecelakaan transportasi, erupsi gunung api, banjir, konflik sosial, tanah longsor dan kebakaran pemukiman. Provinsi dengan korban luka berat/rawat inap terbanyak adalah Provinsi Jawa Barat sebanyak 440 orang atau 23% dari total jumlah korban luka berat/rawat inap. C. KORBAN LUKA RINGAN/RAWAT JALAN Korban luka ringan/rawat jalan akibat kejadian krisis kesehatan pada tahun 204 berjumlah orang. Jika dibandingkan dengan jumlah korban luka ringan/rawat pada tahun 203 sebanyak orang, maka pada tahun 204 ini terdapat peningkatan sebanyak orang (348%). Jenis kejadian krisis kesehatan penyebab korban luka ringan/rawat jalan terbanyak adalah erupsi gunung api sebanyak orang atau 40% dari total jumlah korban luka ringan/rawat jalan di tahun
66 Erupsi Gunung Api menyebarkan debu vulkanik mengakibatkan penyakit ISPA, Dermatitis dan Konjungtivitis. Selain itu korban luka ringan/rawat jalan juga disebabkan oleh kebakaran hutan, dimana asap yang ditimbulkan menyebabkan penyakit saluran pernafasan seperti ISPA, bronkhitis, pneumonia dan asma. Korban luka ringan/rawat jalan juga terjadi akibat bencana yang menyebabkan terjadinya pengungsian seperti banjir, tanah longsor, erupsi gunung api dan banjir bandang. Pengungsian yang berlangsung lama disertai kondisi sanitasi lingkungan yang kurang baik menyebabkan warga yang mengungsi mudah terserang penyakit seperti ISPA, diare, hipertensi, gastritis, dermatitis dan anxietas. Para pengunsi yang terserang penyakit tersebut mendapatkan pelayanan kesehatan di pos kesehatan dilokasi pengungsian dan puskesmas terdekat. D. KORBAN HILANG Korban hilang akibat kejadian krisis kesehatan pada tahun 204 berjumlah 39 orang. Jika dibandingkan dengan jumlah korban hilang pada tahun 203 sebanyak 92 orang, maka pada tahun 204 mengalami peningkatan sebanyak 99 orang (03%). Korban hilang terbanyak pada tahun 204 disebabkan oleh kecelakaan transportasi sebanyak 36 orang atau 8% dari keseluruhan jumlah korban hilang. Kecelakaan transportasi yang terbanyak menyebabkan korban hilang adalah kecelakaan transportasi udara di perairan selat Karimata Provinsi Bangka Belitung pada tangal 28 Desember 204 dengan korban hilang sebanyak 69 orang. Selain kecelakaan transporasi, korban hilang pada tahun 204 juga disebabkan oleh banjir bandang, tanah longsor, banjir, banjir dan tanah longsor, kebakaran hutan dan ledakan. 33
67 E. PENGUNGSI Pengungsi akibat kejadian krisis kesehatan pada tahun 204 berjumlah jiwa. Jika dibandingkan dengan jumlah pengungsi akibat kejadian krisis kesehatan pada tahun 203 sebanyak orang, maka pada tahun 204 ini mengalami peningkatan sebanyak jiwa (2%). Jumlah pengungsi terbanyak disebabkan oleh bencana banjir sebanyak jiwa atau 60% dari total jumlah pengungsi. Banjir merendam rumah-rumah penduduk sehinga menyebabkan warga terpaksa mengungsi. Pengungsian juga disebabkan oleh erupsi gunung api sebanyak jiwa atau 28% dari jumlah total pengungsi. Erupsi gunung api yang menyebabkan terjadinya pengungsian adalah erupsi gunung api Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, erupsi gunung api Kelud di Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur dan erupsi gunung Sangeang Api di Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Provinsi yang paling banyak memilki jumlah pengungsi adalah Provinsi DKI Jakarta sebanyak jiwa atau 3% dari jumlah total pengungsi. Pengungsi di Provinsi DKI Jakarta diakibatkan oleh bencana banjir. 34
68 Gambar 4.7 Pengungsi Korban Bencana Tanah Longsor Di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah Bulan Desember
69 BAB V GAMBARAN KERUSAKAN FASILITAS KESEHATAN
70 . Jenis Kerusakan Fasilitas Kesehatan Fasilitas kesehatan yang rusak akibat kejadian krisis kesehatan di tahun 204 sebanyak 20 unit. Jika dibandingkan dengan jumlah fasilitas kesehatan yang mengalami kerusakan akibat kejadian krisis kesehatan di tahun 203 sebanyak 202, maka pada tahun 204 ini terdapat penurunan sebanyak unit. Jenis fasilitas kesehatan yang paling banyak mengalami kerusakan adalah Puskesmas yaitu sejumlah 66 unit (33%). Grafik 5.. Jumlah dan Persentase Fasilitas Kesehatan yang Rusak Akibat Krisis Kesehatan Tahun 204
71 Grafik 5.2. Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Jenis Krisis Kesehatan Kejadian krisis kesehatan yang paling banyak menyebabkan kerusakan fasilitas kesehatan adalah banjir. Kejadian banjir selama tahun 203 telah menyebabkan rusaknya 202 unit fasilitas kesehatan dengan proporsi terbesar adalah Puskesmas Pembantu (Pustu) sebanyak 68 unit (34%), lalu diikuti oleh Polindes/Poskesdes sejumlah 67 unit (33%). Banjir di Provinsi Jambi pada tanggal 8 Januari 203 penyebab terbanyak rusaknya fasilitas kesehatan, 55 unit. Tabel 5.. Fasilitas Kesehatan yang Rusak Berdasarkan Jenis Kejadian Krisis Kesehatan Jenis Kejadian Krisis Kesehatan No. 2 3 Fasilitas Kesehatan Banjir Banjir &Tanah Longsor Banjir Bandan g Erupsi Gunun g Api Gemp a Bumi Angin Puting Beliung Kebakara n Dinas Kesehatan Rumah Sakit Puskesmas
72 Pustu Polindes/Poskesd es PKM Posyandu Gudang Farmasi Rumdin Puskesmas JUMLAH 3
73 2.Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Provinsi Kerusakan fasilitas kesehatan paling banyak terjadi di Provinsi Jambi yaitu sebanyak 74 unit (30%). Selama periode Januari-Februari 203, di beberapa Kabupaten di Provinsi Jambi terjadi banjir yang menyebabkan rusaknya fasilitas kesehatan, dengan rincian 4 unit puskesmas, 40 unit pustu, dan 30 unit polindes/poskesdes. Grafik 5.3. Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Provinsi 3. Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan PPK Regional/Sub Regional Fasilitas kesehatan yang paling banyak rusak terdapat di Regional Sumatera Selatan, yaitu sebanyak 74 unit ( 30%), kesemuanya merupakan kerusakan yang terjadi di Provinsi Jambi. Sedangkan regional dengan jumlah kerusakan terkecil yaitu Regional Bali (3%). 4
74 Grafik 5.4 Kerusakan Fasilitas Kesehatan Berdasarkan Regional 4. Analisis Kerusakan Fasilitas Kesehatan Tahun 203 Jenis fasilitas kesehatan yang paling banyak mengalami kerusakan selama tahun 203 adalah polindes/poskesdes (33%), diikuti oleh puskesmas pembantu (29%). Kerusakan tersebuat umumnya disebabkan oleh bencana banjir (8 kejadian). Fasilitas kesehatan terendam menyebabkan rusaknya struktur bangunan dan beberapa peralatan kesehatan sehingga tidak dapat digunakan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara maksimal. Selain karena banjir, kerusakan fasilitas kesehatan juga disebabkan karena banjir bandang, tanah longsor, gempa bumi, angin puting beliung, erupsi gunung api, dan kebakaran. 5
75 6
76 7
77 BAB VI UPAYA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN
78 Upaya penanggulangan krisis kesehatan harus dilakukan secara menyeluruh dan terpadu mulai dari saat sebelum terjadinya krisis, pada saat terjadinya dan setelah terjadinya krisis kesehatan. Upaya yang dilakukan pada tahap pra krisis kesehatan meliputi upaya pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan, pada saat terjadinya krisis kesehatan dengan melakukan upaya tanggap darurat, serta pada pasca krisis kesehatan melakukan upaya pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi. Gambar 6. Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan Siklus penanggulangan krisis diatas menggambarkan upaya penanggulangan krisis kesehatan mulai tahap pra, saat dan pasca krisis. Upaya tersebut dilakukan pada semua tahapan siklus manajemen penanggulangan krisis, yang membedakan pada besaran atau fokus kegiatan. Upaya terbesar yang dilakukan pada saat pra krisis kesehatan adalah
79 pencegahan, mitigasi dan kesiapsiagaan, tapi upaya ini tetap dilakukan pada saat terjadinya krisis dan pasca terjadinya krisis dengan porsi kegiatan yang lebih kecil. Demikian pula untuk upaya tanggap darurat dan upaya pemulihan rehabilitasi dan rekonstruksi. 6.. UPAYA PRA KRISIS KESEHATAN Upaya yang telah dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 204 pada tahap pra krisis kesehatan antara lain: penyusunan kebijakan, pedoman, peningkatan kapasitas petugas kesehatan, pengembangan sistem informasi penanggulangan krisis kesehatan, penyiapan logistik kesehatan, pemetaan kesiapsiagaan serta penyiapan anggaran penanggulangan krisis kesehatan Penyusunan Kebijakan/Pedoman Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Kementerian Kesehatan adalah menyusun pedoman/kebijakan terkait penanggulangan krisis kesehatan. Selama tahun 204 telah dilakukan penyusunan kebijakan/pedoman/modul terkait penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana sebanyak 20 produk yang telah selesai disusun, berupa Peraturan Presiden, Peraturan Menteri Kesehatan, Surat Keputusan Menteri Kesehatan, pedoman/petunjuk teknis, modul pelatihan dan media informasi terkait penanggulangan krisis kesehatan. Produk-produk tersebut dihasilkan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Pusat Promosi Kesehatan, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Surveilans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra, Direktorat Bina Kesehatan Jiwa, Direktorat Kesehatan Ibu dan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan. 2
80 Tabel 6.. Pedoman/Kebijakan/Modul/SK terkait penanggulangan krisis kesehatan yang disusun oleh Kementerian Kesehatan selama tahun 204 No Unit Kerja Kebijakan/Pedoman/Modul/SK Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 77 Tahun 204 Tentang Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 204 Tentang Penilaian Kerusakan, Kerugian dan Kebutuhan Sumber Daya Kesehatan Pasca Bencana Surat Keputusan Tentang Penetapan Tim Koordinasi Pasca Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan Pedoman Penanggulangan Krisis Kesehatan di Daerah Konflik (Dalam proses uji coba) Draft Rancangan Peraturan Presiden Tentang Penyelenggaraan Fasilitas Kesehatan Yang Aman Terhadap Bencana Surat Keputusan No. HK.03.0//Tim/IX/SK/097/204 Tentang Tim Reaksi Cepat Kementerian Kesehatan Pedoman bantuan operasional penanggulangan bencana Petunjuk teknis verifikasi klaim perawatan pasien korban bencana Bahan media informasi penanggulangan krisis kesehatan Buku saku kesehatan petugas lapangan penanggulangan krisis Buku saku Peralatan Kesehatan Rumah Sakit Lapangan 2 PPK Sub Regional SK Tim Penanggulangan Bencana Sumatera Barat (2Kabupaten, 7 Kota dan 9 RSUD) Bidang Kesehatan 3
81 3 Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Rancangan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu (dalam pembahasan di Biro Hukum dan Organisasi) 4 Direktorat Penyehatan Lingkungan Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Pada Situasi Kedaruratan Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kedaruratan Bidang Kesehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat Pedoman Umum Fasilitasi Masyarakat di Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) Peraturan Presiden Nomor 66 Tahun 204 Tentang Kesehatan Lingkungan 5 Direktorat Surveilans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra Revisi SK Dirjen PP dan PL No HK.02.03/D/II.4/264/204 tentang Kelompok Kerja Penanggulangan Krisis Kesehatan Bidang PP dan PL Revisi SK Dirjen PP dan PL No HK.02.03/D/II.4/340/204 tentang Penetapan UPT Ditjen PP dan PL sebagai Sentra Regional Penanggulangan Krisis Kesehatan Dalam Bidang PP dan PL SK Dirjen PP dan PL Nomor: HK.02.03/D/II.4/338/204 Tentang Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Krisis Kesehatan Bidang PP DAN PL 6 Pusat Promosi Kesehatan Pengembangan beberapa Media cetak berupa : leaflet, booklet, poster, buku tulis, komik anak-anak berisikan tentang PHBS di daerah pengungsian Pengembangan media permainan anak-anak : ular tangga Modul pemberdayaan masyarakat bagi petugas promkes di Puskesmas Modul pemberdayaan masyarakat bagi Bidan di desa 7 Direktorat Kesehatan Ibu Bina Pedoman Paket Pelayanan Awal Minimum Kesehatan Reproduksi pada Krisis Kesehatan (PPAM) 4
82 Kurikulum dan GBPP Pelatihan PPAM 8 Direktorat Bina Penyusunan Kerangka Kerja Kesehatan Jiwa dan Dukungan Kesehatan Jiwa Psikososial Penanggulangan Bencana Kurikulum dan Modul PFA (Psychological First Aid) bagi Tenaga Kesehatan di Pelayanan Kesehatan Dasar 9 Direktorat Bina Gizi Keputusan Direktur Bina Kesehatan Jiwa Tentang Pembentukan Narasumber Peningkatan Kapasitas Dukungan Psikologi Awal (PFA) Bagi Petugas Siaga Bencana Provinsi Sumatera Barat : No. HK.02.04/VI.5/886/204 Provinsi Jawa Timur : No.HK.02.04/VI.5/383/204 Provinsi Sulawesi Utara : No. HK.02.04/VI.5/432/204 Provinsi DKI Jakarta : No.HK.02.04/VI.5/809/204 Provinsi Jawa Tengah : No.HK.02.04/VI.5/802/204 Surat Keputusan Direktur Bina Gizi Nomor : HK.00.06/B.V/0836/204 tentang Pembentukan Tim Antisipasi KLB Gizi Buruk dan Kegiatan Gizi dalam Penanggulangan Bencana Gambar 6.2. Penyusunan Buku Tinjauan Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 203 5
83 Gambar 6.3 Workshop Penyusunan Draft Rancangan Peraturan Presiden Tentang Penyelenggaraan Fasilitas Kesehatan Yang Aman Terhadap Bencana 6
84 Gambar 6.4 Workshop Pedoman Bantuan Operasional Penanggulangan Bencana Gambar 6.5 Pedoman dan Peraturan Penanggulangan Krisis Kesehatan 7
85 8
86 6..2. Peningkatan Kapasitas SDM Pada tahun 204 Kementerian Kesehatan telah melakukan upaya peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dalam penanggulangan krisis kesehatan, baik dalam hal manajemen maupun teknis terdiri dari kegiatan peningkatan kapasitas, workshop dan geladi penanggulangan krisis kesehatan. Sasaran peningkatan kapasitas adalah petugas kesehatan di diselenggarakan tingkat oleh provinsi 5 unit maupun kerja di kabupaten/kota.kegiatan Kementerian Kesehatan tersebut yaitu Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Pusat Promosi Kesehatan, Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Direktorat Bina Kesehatan Jiwa dan Direktorat Bina Gizi. Tabel 6.2 Peningkatan Kapasitas SDM Dalam Penanggulangan Krisis Kesehatan No Unit Kerja Jenis Kegiatan Jumlah Peserta Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Peningkatan Kapasitas Petugas Dalam Pengelolaan Data dan Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan 42 orang Peningkatan Kapasitas Petugas Dalam Penggunaan Alat Komunikasi Untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan 59 orang Peningkatan Kapasitas Tim Reaksi Cepat Kabupaten/Kota Dalam Melakukan Penilaian Cepat dan Pelayanan Kesehatan 38 orang Pendampingan Penyusunan Rencana Kontinjensi Kesehatan Kabupaten/Kota tanggal orang 9
87 No Unit Kerja Jenis Kegiatan Jumlah Peserta November 204 di Jayapura. Peningkatan Kapasitas SDM Kesehatan dalam Manajemen Bencana Bidang Kesehatan tanggal 2 28 April 204 di Bogor 44 orang Peningkatan kapasitas petugas pengelola PPK Regional/sub regional 30 orang dalam administrasi pergudangan Pelatihan Pengurangan Risiko Bencana (Internasional) Sektor Kesehatan (International Training Consortium on Disaster Risk Reduction - ITC-DRR) tanggal 20 s.d 26 Oktober 204 di Kota Denpasar, Provinsi Bali Peningkatan Kapasitas Petugas PPK Regional Sumatera Selatan Kabupaten/Kota Dalam Penyusunan Rencana Kontinjensi Bidang Kesehatan Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan Dalam Rangka Pemilihan Umum 204 PPK Sub Regional Pelatihan Manajemen Bencana Sumatera Barat Pelatihan Dasar SAR Pelatihan Tim Reaksi Cepat (TRC) Pelatihan Teknis Tim Penanggulangan Bencana Direktorat Advokasi dan Sosialisasi PRA Penyehatan Kedaruratan Bidang Kesehatan Lingkungan Lingungan/KLB Bimbingan, Monitoring dan Evaluasi Penyehatan Kawasan Sanitasi Darurat 3 orang 30 orang 390 orang 250 orang Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Unit 0
88 No Unit Kerja Jenis Kegiatan Jumlah Peserta Pelaksana Teknis Ditjen PP dan PL serta lintas sektor terkait di 3 kab/kota. 5 Pusat Promosi Kesehatan 6 Direktorat Kesehatan Ibu 7 Direktorat Bina Kesehatan Jiwa 8 Direktorat Bina Gizi Pelatihan Pemberdayaan Masyarakat untuk petugas promosi kesehatan, bidan desa dan kader desa Orientasi Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada situasi bencana Peningkatan kemampuan dukungan psikologis awal bagi petugas siaga bencana (PFA) Peningkatan kemampuan dukungan psikologis awal bagi petugas siaga bencana (PFA) Sampai Implementasi (Dana WHO) Peningkatan Kapasitas Fasilitator dalam Tatalaksana Anak Gizi Buruk Pelatihan ToT Konselor Air Susu Ibu (ASI) Pelatihan Konselor Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) 7 orang 30 orang 44 orang 24 orang 20 orang 70 0rang
89 Gambar 6.6 Peningkatan Kapasitas Petugas Kabupaten/Kota Dalam Pengelolaan Data dan Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Gambar 6.7 Peningkatan Kapasitas Petugas Kabupaten/Kota Dalam Pengelolaan Data dan Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan 2
90 Gambar 6.8 Peningkatan Kapasitas Petugas Kabupaten/Kota Dalam Pengelolaan Data dan Informasi Penanggulangan Krisis Kesehatan Gambar 6.9 Peningkatan Kapasitas Petugas Kabupaten/Kota Dalam Penggunaan Alat Komunikasi Untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan 3
91 Gambar 6.0 Peningkatan Kapasitas Petugas Kabupaten/Kota Dalam Penggunaan Alat Komunikasi Untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Gambar Peningkatan Kapasitas Petugas Kabupaten/Kota Dalam Penggunaan Alat Komunikasi Untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Gambar Pelatihan Pengurangan Resiko Bencana Internasional (ITC DRR) Ke- 6 4
92 Gambar Peningkatan Kapasitas Tim Reaksi Cepat (TRC) Dalam Melakukan Penilaian Cepat dan Pelayanan Kesehatan Gambar 5
93 Peningkatan Kapasitas Tim Reaksi Cepat (TRC) Dalam Melakukan Penilaian Cepat dan Pelayanan Kesehatan Gambar Peningkatan Kapasitas Tim Reaksi Cepat (TRC) Dalam Melakukan Penilaian Cepat dan Pelayanan Kesehatan 6
94 Gambar Peningkatan Kapasitas Tim Reaksi Cepat (TRC) Dalam Melakukan Penilaian Cepat dan Pelayanan Kesehatan Gambar Peningkatan kemampuan dukungan psikologis awal bagi petugas siaga bencana (PFA) 7
95 Gambar Peningkatan kemampuan dukungan psikologis awal bagi petugas siaga bencana (PFA) 8
96 6..3.Pertemuan Koordinasi Upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana dapat dilakukan secara optimal apabila dilakukan secara terkoordinasi, terintegrasi dan terpadu antara pelaku upaya penanggulangan krisis kesehatan. Upaya penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat dilakukan dengan koordinasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) di tingkat pusat dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota. Untuk memperkuat jejaring dan kerjasama dalam penanggulangan krisis kesehatan perlu dilakukan pertemuan koordinasi dengan unit-unit lintas program di Kementerian Kesehatan dan unit-unit lintas sektor terkait secara berkala dan terusmenerus. Pertemuan dan Penguatan Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan yang Diselenggarakan Kementerian Kesehatan pada Tahun 204 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 9
97 Tabel Pertemuan Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan tahun 204 No Unit Organisasi Kegiatan Peserta Rapat Koordinasi Teknis I Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan PPKK, Seluruh Regional dan Sub Regional Regional dan Tanggal Maret 204 di Regional Palembang, Sumatera Selatan Dinkes, BPBD, RSUD (Kab. Banyumas, Brebes, Tegal, Prubalingga, Pemalang), PPKK, PPKK Reg Jawa Tengah Kementerian/lembaga Workshop Lintas Batas dan Lintas terkait, Lintas Program Negara dalam Rangka Koordinasi Kementerian Kesehatan, Kesiapsiagaan Penanggulangan Akademisi, lembagakrisis Kesehatan tanggal s.d 4 lembaga nasional Maret 204 di Jakarta maupun internasional, Swasta, RSUP/RSUD Kementerian/lembaga terkait, Lintas Program Lokakarya Klaster Kesehatan Kementerian Kesehatan, Nasional tanggal 02 Oktober 204 Akademisi, lembagadi Jakarta lembaga nasional maupun internasional dan swasta Unit lintas program di Kemenkes, unit lintas sektor, perwakilan Worskhop Pembentukan Forum organisasi internasional, Fasilitas Kesehatan yang Aman Ikatan profesi, LSM, terhadap Bencana dunia usaha serta akademisi. Rapat Koordinasi Kesiapsiagaan Gunung Slamet, Banyumas, Jawa Tengah, 2-23 Agustus 204 Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan PPKK Sub 20
98 No Unit Organisasi Kegiatan Pertemuan Evaluasi Dalam Upaya Tanggap Darurat dan Pemulihan Penanggulangan Krisis Kesehatan Workhop Penyusunan Pedoman Penyelenggaraan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Yang Aman Peserta Unit Lintas Program Kemenkes, TNI, Polri, Kemensos, Kemenhub, BNPB, Universitas, NGO, PPK Regional dan Sub Regional, BPBD, Dinkes Provinsi, Dinkes Kab/Kota Unit Lintas Program Kemenkes, TNI, Polri, Kemensos, Kemendagri, Bapeten, BNPB, RSUD, RSUP, Universitas, NGO, PPK Regional dan Sb Regional, BPBD, Dinkes Provinsi, Dinkes Kab/Kota Workshop Pembentukan Tim Unit Lintas Program Pasca Krisis Kesehatan Kemenkes Kementerian Kesehatan Unit Lintas Program Kementerian Kesehatan, BNPB, Kementerian Workshop Integrasi Data Sosial, BMKG, Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Informasi Geospasial Rapat koordinasi penyusunan algoritme kegawatdaruratan 2 Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Rapat koordinasi pengembangan SPGDTS berbasis teknologi informasi Pertemuan penggalangan komitmen Pemerintah daerah untuk mengintegrasikan pelayanan gawat darurat ke SPGDTS call center 9. Dit. BUKR, Dinkes Provinsi DKI Jakarta, ARVI, Telkom Dit. BUKR, Dinkes Provinsi DKI Jakarta, ARVI, Telkom Dit. BUKR, Dinkes Provinsi, Dinkes Kab/Kota, ARVI, Telkom 2
99 No 3 Unit Organisasi Direktorat Penyehatan Lingkungan Kegiatan Lokakarya Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Dit. BUKR, Dinkes Provinsi, RSUD, ARVI, Telkom Pertemuan fasilitasi pengembangan SPGDTS di 6 Provinsi (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, DIY, NTB dan Bali) Dit. BUKR, Dinkes Provinsi DKI Jakarta, ARVI, Telkom Pertemuan koordinasi Dit. Penyehatan Penyehatan Kawasan dan Sanitasi Lingkungan, Dinkes Darurat Kab/Kota Pembinaan Kemitraan Penyehatan Kawasan dan Sanitasi Darurat BB/BTKL-PP, Dinas Kesehatan, Badan Lingkungan Hidup Daerah, PDAM dan instansi terkait Pertemuan Koordinasi Review Kebutuhan Alat dan Obat Kit Kesehatan Reproduksi pada Situasi Bencana Unit Lintas Program Kementerian Kesehatan, Organisasi Profesi, UNFPA Pertemuan Koordinasi Pembahasan Bentuk Peraturan untuk Pengadaan Kit Kesehatan Reproduksi pada Situasi Bencana 5 Direktorat Kesehatan Ibu Peserta Pertemuan Pembahasan Akreditasi Pelatihan Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi pada Krisis Kesehatan Pertemuan Koordinasi Pembahasan Standar Alat dan Bahan Kit Kesehatan Reproduksi pada Situasi Bencana Unit Lintas Program Kementerian Kesehatan, Organisasi Profesi, UNFPA Unit Lintas Program Kementerian Kesehatan, Organisasi Profesi, UNFPA Unit Lintas Program Kementerian Kesehatan, Organisasi Profesi, UNFPA 22
100 No 6 Unit Organisasi Direktorat Bina Kesehatan Jiwa Kegiatan Pertemuan Koordinasi terkait permasalahan kesehatan jiwa pada erupsi Gunung Sinabung Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota RS Jiwa Provinsi CMHN (Community Mental Health Nursing) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Psikologi Toma/Toga Pertemuan Koordinasi terkait persiapan pelayanan kesehatan jiwa pada erupsi Gunung Kelud Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota RS Jiwa Provinsi CMHN (Community Mental Health Nursing) Fakultas Kedokteran dan Fakultas Psikologi Toma/Toga Direktorat Bina Gizi, Dinkes Provinsi, Dinkes kab/kota, Poltekkes, dan lintas program terkait (Badan Litbangkes, Direktorat Kesehatan Anak, Direktorat Kesehatan Ibu, Pusat Data dan Informasi) Sosialiasi Surveilans Gizi dan Pemantauan Status Gizi di 34 provinsi dan 50 kab/kota 7 Peserta Direktorat Bina Gizi Sosialisasi Surveilans Gizi di 9 provinsi prioritas dan 64 kabupaten/kota Direktorat Simkarkesma Rapat Koordinasi Inventarisasi Kegiatan PP DAN PL Pada Erupsi Gunung Api Sinabung Direktorat Bina Gizi, Dinkes Provinsi, Dinkes kab/kota, dan lintas program terkait (Badan Litbangkes, Direktorat Kesehatan Anak, Direktorat Kesehatan Ibu, Pusat Data dan Informasi) Direktorat Jenderal PP DAN PL (5 Direktorat) 23
101 No Unit Organisasi Kegiatan Rapat Koordinasi Revisi SK Kelompok Kerja Bencana PP DAN PL, Penetapan UPT Regional dan Tim Reaksi Cepat Peserta Direktorat Jenderal PP DAN PL (5 Direktorat) Gambar Pertemuan Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor Gambar Lokakarya Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan 24
102 Gambar Pertemuan Evaluasi Dalam Upaya Tanggap Darurat dan Pemulihan Penanggulangan Krisis Kesehatan Gambar Lokakarya Klaster Kesehatan Nasional 25
103 Gambar Workshop Pembentukan Forum Fasilitas Kesehatan Aman Bencana 26
104 6..4. Penguatan Kerja Sama Lintas Program, Lintas Sektor dan Internasional Tabel Penguatan Kerja Sama Lintas Program, Lintas Sektor dan Internasional Terkait Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 204 No Unit Organisasi Direktorat BUKR 2 Direktorat Penyehatan Lingkungan 3 Pusat Promosi Kesehatan 4 Direktorat Kesehatan Ibu Instansi Terkait Pemerintah Daerah, Dinas Kesehatan Prov. DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat, Dinas Kesehatan Kab. Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kab. Tangerang, Kota Tangerang, Kab. Tangerang Selatan, Kab. Bekasi, dan Kota Bekasi. Komitmen untuk integrasi ke SPGDTS call center 9 BB/BTKL-PP, Dinas Kesehatan, Badan Lingkungan Hidup Daerah, PDAM dan instansi terkait Pembinaan Kemitraan Penyehatan Kawasan dan Sanitasi Darurat Dinas Kesehatan Provinsi ( DKI Jakarta, Sumatera Utara dan Jawa Barat) PPKK Direktorat Surveilans, Imunisasi, Karantina dan Kesehatan Matra United Nations Population Fund (UNFPA) 5 Direktorat Kesehatan Jiwa Bentuk Kerjasama Pusat Krisis, Fakultas Psikologi UI WHO Dukungan teknis, manajemen dan logistik Pelatihan TOT Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM ) Kesehatan Reproduksi Pada Krisis Kesehatan untuk 9 Regional dan 2 Sub Regional PPK Penyediaan RH Kit, Individual Kit Dukungan teknis dan manajemen Dukungan Narasumber pada pelatihan Psychological First Aid (PFA) di 5 provinsi. Pembiayaan pelatihan Psychological First Aid (PFA) PFA bagi Nakes dan Non Nakes di Kab Karo, Sumut 27
105 RS Jiwa dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang Community Mental Health Services (CMHN) RS Jiwa Soerojo Magelang Pusat Krisis, Fakultas Psikologi UI RS Jiwa Soerojo Magelang Dukungan tenaga Psikiater, Perawat dan Psikolog Dukungan tenaga lokal perawat jiwa Bakti Sosial dan Pelayanan Keswa pasca bencana di Manado Dukungan tenaga Psikiater, Perawat dan Psikolog Dukungan Nara Sumber pada pelatihan Psychological First Aid (PFA) di 5 provinsi. Pelayanan Kesehatan Jiwa pasca bencana Tanah Longsor di Kab. Banjarnegara, Prov. Jawa Tengah Dukungan tenaga Psikiater, Perawat dan Psikolog Kegiatan Kesiapsiagan Pada Situasi Khusus Situasi khusus yang dimaksud adalah kondisi pada suatu penyelenggaraan kegiatan yang berskala besar dan melibatkan banyak orang, yang memiliki kerentanan serta risiko tinggi terjadinya krisis kesehatan. Kegiatan kesiapsiagaan pada situasi khusus ini dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan (Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan, Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Jenderal PP dan PL, Diektorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, Direktorat Bina Gizi dan Pusat Promosi Kesehatan).. Mentawai Megathrust Disaster Relief Exercise (MM DiRex) A. TUJUAN KEGIATAN :. Meningkatkan Kapasitas Kesiapsiagaan melalui pertukaran informasi penanggulangan bencana 2. Memperkuat Kementrian/Lembaga/Instansi dan meningkatkan keterpaduan Operasi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan Bencana. 28
106 3. Mengidentifikasi keterlibatan Kementrian /lembaga/instansi/organisasi dalam kegiatan Penanggualnagan Bencana. 4. Terciptanya kesamaan persepsi Kementrian /lembaga/instansi/organisasi dalam kegiatan Penanggualnagan Bencana. B. SASARAN : a. Tercapainya sistem informasi penanggulangan bencana yang efektif. b. Terwujudnya peningkatan kapasitas dan kerjasama serta kemitraan dalam penanggulangan bencana. c. Terwujudnya prosedur penerimaan bantuan asing. d. Keterpaduan operasional antar sistem komando tanggap darurat e. Manajemen koordinasi pada manajemen operasi tanggap darurat. C. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN a. Tanggal Pelaksanaan : 7 s/d 23 Maret 204. b. Tempat Pelaksanaan : Kota Padang dan Kab. Kep. Mentawai. D. BENTUK KEGIATAN :. COMMAND POST EXERCISE/GELADI POSKO Menguji dan memperkuat Sistem Komando tanggap darurat bencana yang melibatkan bantuan asing di Indonesia, termasuk dalam kontek sipil, militer dimana Klaster Kesehatan terlibat Langsung pada Pos Komando, untuk memahami mekanisme proses pengambilan keputusan melalui :. Analisa Situasi 2. Penentuan tujuan dan strategi. 3.Pengembangan rencana Operasi. 4. Pembagian Kewenangan ( IC Area Commend MAC ) 29
107 5.Penyiapan Sumber Daya Operasi. 6. Eksekusi, 7.Evaluasi dan Perbaikan Rencana Operasi. 2. FIELD TRAINING EXERCISE / GELADI LAPANGAN Sinergi Sumber Daya Kementrian/Lembaga/Instansi/Organisasi Pemerintah Non Pemerintah Sumber Daya dalam satu Sistem Komando tangap darurat bencana pada Skala besar, terwujudnya mekanisme koordinasi dan kerjasama antar instansi Sipil dan Militer Dalam penanggulangan Bencana Gabungan secara terstruktur, instansi serta NGO Internasional. Kegiatan ini melibatkan : - SAR darat/laut/udara - Evakuasi Medis - Layanan Medik Psiko Sosial dan DVI - Pemulihan darurat ( Jaringan Komunikasi, Air, PLN dan dll ) - AirCargo drop Helly BOX - Rapid Asessmen - Bantuan Kemanusian oleh Militer - Koordinasi Bantuan Internasional oleh AHA Center ( SASOPS) 3. EVAKUASI MANDIRI. Meningkatkan kapasitas masyarakat, sekolah dan pemerintah untuk melakukan evakuasi mandiri terhadap ancaman bencana tsunami melalui serangkaian kegiatan bersama para pihak dalam rangka membangun ketangguhan masyarakat. Dimana Tim Klaster Kesehatan mendampingi masyarakat dalam melaksanakan evakuasi mandiri dan membantu korban bencana Tsunami. Lokasi Evakuasi Mandiri : 30
108 - Pantai Purus dengan sasaran tempat Mengunsi adalah Skep Building Kantor Gubernur. - Pantai Ulak Karang dengan sasaran tempat mengungsi adalah SMA dan SMP 25 Padang. 4. HUMANITARIAN CIVIL ACTION ( HCA). Menyediakan dukungan untuk Komunitas Lokal dalam meningkatkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana serta layanan kesehatan dan infrastruktur yang dibutuhkan dalam peningkatan ketahanan masyarakat dalam menghadapi bencana sbb; - Perbaikan tempat layanan kesehatan dan Posyandu. - EOC peralatan Komunikasi. - Jalur dan rambu Evakuasi - Shelter - Dukungan lain dalam pembentukan Desa Tangguh untuk memperkuat masyarakat dalam menghadapi bencana. E. PESERTA KEGIATAN NO JENIS INSTANSI Pemerintah Pusat UNIT YANG TERLIBAT BNPB, BPBD, Kemenkes, Kemensos, Kemenhan, Kominfo, Kementerian PU, Ditjen. Imigrasi Kemenkum dan HAM, Ditjen Kerasama ASEAN Kemenlu, Ditjen. Perhubungan Laut, TNI AU, TNI AD, TNI AL, POLRI, Badan Karantina, BMKG, BASARNAS, Angkasa Pura dan LIPI 3
109 2 Pemerintah Daerah DINAS KESEHATAN PROVINSI SUMATERA BARAT DINAS KESEHATAN KOTA PADANG DINAS KESEHATAN KEP.MENTAWAI RSUP DR. M DJAMIL PADANG KKP PADANG POLTEKES PADANG RSUDSUNGAI SAPIH KOTA PADANG RSUD MENTAWAI RSJ PADANG RS SEMEN PADANG RS ISLAM SITI RAHMAH RS POLRI RST REKSODIWIRYO PUSKESMAS SEKOTA PADANG PMI PROPINSI DAN KOTA /KAB SUMBAR 3 4 Lembaga Non WHO, KOGAMI, MERCY CORP, UNOCHA, UNICEF, Pemerintah WFP, UNDP, IFRC, IFDR, PMI Internasional Amerika Serikat, Darussalam, Malaysia Singapura,,Filipina, Australia, Brunai Myanmar, Kamboja, China, India, Korea, Jepang, Rusia, New Zealand, Rusia Gambar Rapat Persiapan dan Drill Teknis Geladi MM DiREx
110 Gambar Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan Dalam Rangka MM DiREx
111 2. SAIL RAJA AMPAT Dalam rangka persiapan Sail Raja Ampat, Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan melakukan Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan untuk meningkatkan kapasitas petugas kesehatan di Kabupaten Raja Ampat dalam penanggulangan krisis kesehatan. Geladi penanggulangan krisis kesehatan adalah bentuk latihan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan menanggulangi krisis kesehatan yang timbul akibat bencana. Geladi ini dilaksanakan dalam rangka menguji rencana kontinjensi bidang kesehatan yang telah disusun sebelumnya oleh berbagai satuan kerja di Kabupaten Raja Ampat yang terlibat dalam penanggulangan bencana dan terlibat dalam penyelenggaraan Sail Raja Ampat 204. Rangkaian kegiatan geladi penanggulangan krisis kesehatan tersebut terdiri dari : 34
112 . Rapat persiapan guna menyusun rancangan skenario geladi, Rencana Informasi Geladi (RIG), Rencana Operasional Geladi (ROG) dan struktur organisasi penyelenggara geladi yang dimaksud. Rapat persiapan awal dilaksanakan pada tanggal -5 April 204, di Hotel Maras Risen, Waisai, Kab. Raja Ampat, Papua Barat, yang dihadiri oleh 29 orang peserta yang terdiri dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Dinas Kesehatan Kabupaten Papua Barat, Kesdam XVII/Cendrawasih, RSUD Raja Ampat, BPBD Kab. Raja Ampat, KKP Sorong dan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan. 2. Rapat persiapan akhir dilaksanakan pada tanggal 6-8 Mei 204 di Hotel Maras Risen, Waisai, Kab. Raja Ampat, Papua Barat, yang dihadiri oleh 29 orang peserta yang terdiri dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Dinas Kesehatan Kabupaten Raja Ampat, BPBD Kab. Raja Ampat, Puskesmas Waisai, RSUD Raja Ampat, Pemda Kab. Raja Ampat, Dinas Sosial Kab. Raja Ampat, Kodim 704/Sorong, Danramil 03/Saonek, TNI AL dan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan. Tujuan rapat persiapan ini adalah untuk penyempurnaan rancangan skenario geladi, Rencana Informasi Geladi (RIG), Rencana Operasional Geladi (ROG) dan struktur organisasi penyelenggaran geladi. 3. Drill teknis dilaksanakan pada tanggal 8-20 Mei 204, di Hotel Raja Ampat, Waisai, Kab. Raja Ampat, Papua Barat. Drill teknis merupakan satu bentuk bentuk latihan untuk membiasakan melakukan suatu jenis tindakan/aktivitas/kegiatan menurut aturan yang telah ditetapkan secara baku. Aturan tersebut dapat berupa SOP (Standard Operating Procedure), SPM (Standar Pelayanan Minimal), protap (Prosedur Tetap), pedoman, atau lainnya yang telah disepakati sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, drill teknis terdiri dari dua sesi berurutan, yaitu sesi dalam kelas (teori) yang kemudian dilanjutkan dengan sesi luar kelas (praktek). Sesi dalam kelas adalah sesi penyampaian teori tentang bagaimana melakukan suatu tindakan/aktivitas/kegiatan sesuai SOP, sedangkan sesi luar kelas adalah sesi 35
113 pelaksanaan latihan/praktek untuk membiasakan melakukan suatu tindakan/aktivitas/kegiatan. Peserta drill berjumlah 50 orang yang berasal dari Dinas Kesehatan Kab. Raja Ampat, KKP Wilker Raja Ampat, BPBD Kab. Raja Ampat, RSUD Raja Ampat, Pos SAR Raja Ampat, Pol Air Raja Ampat, Relawan. Materi yang dilatihkan dalam drill ini adalah Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, Human Resources Preparedness, Primary Trauma Care (Pengantar), Primary Trauma Care (A-B-C-D), Triage (To Sort and Collect), Cardio Pulmonary Resuscitation, AHA Guideline 200, Bebat dan Bidai,Transportasi (Stabilisasi Memindahkan Merujuk). 4. Geladi lapang dimana situasi bencana disimulasikan di suatu lapangan/tempat terbuka sehingga mendekati situasi bencana yang sebenarnya. Pada hari pertama kegiatan (2 Mei 204), dilaksanakan geladi kotor dan geladi resik di lokasi geladi, dilanjutkan dengan geladi lapang pada hari kedua (22 Mei 204). Pelaku geladi berjumlah 70 orang berasal dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Dinas Kesehatan Kabupaten Raja Ampat, KKP Sorong, BPBD Kab. Raja Ampat, Puskesmas Waisai, RSUD Raja Ampat dan masyarakat Waisai. Gambar Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan Dalam Rangka Sail Raja Ampat
114 Gambar Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan Dalam Rangka Sail Raja Ampat
115 Gambar Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan Dalam Rangka Sail Raja Ampat 204 Gambar Geladi Penanggulangan Krisis Kesehatan Dalam Rangka Sail Raja Ampat
116 Tabel Kegiatan Penanggulangan Krisis Kesehatan Pada Situasi Khusus Tahun 204 Jenis Situasi No Khusus Mentawai Megathrust Disaster Relief Exercise (MM DiREx) 2 Sail Raja Ampat Unit Kerja Tempat Waktu Kegiatan Pusat Padang, Penanggulangan Sumatera Krisis Kesehatan Barat Februari 204, 4-6 Maret 204, 7-22 Maret 204 Rapat persiapan Drill teknis Geladi Lapang MM Direx (Mentawai Megathrust Disaster Relief Exercise) Bidang Kesehatan Waisai, Pusat Kabupaten Penanggulangan Raja Ampat, Krisis Kesehatan Provinsi Papua Barat Geladi Penyelenggaraan Kesiapsiagaan 2-23 Mei Penanggulangan Krisis 204 Kesehatan dalam Rangka Sail Raja Ampat 204 (Penanggulangan Krisis 39
117 Kesehatan akibat Kecelakaan Transportasi Laut) Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan Pusat Promosi Kesehatan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Mobilisasi Tim Kesehatan (RS Wahidin Sudirohusodo, PPK Regional Makassar, Tim BUKR) Penyiapan Mini ICU di 2 tempat (penginapan presiden di rumah jabatan pemda Kab. Raja Ampat dan di lokasi event/pantai WTC). Penyiapan ambulans emergency untuk VVIP Penyiapan ruang pelayanan VIP Koordinasi dengan LP/LS untuk pelayanan kesehatan di Mini ICU, RSUD, Pos Kesehatan. Dukungan teknis, pameran dan sarana dan prasarana promosi kesehatan Rapat koordinasi bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan di Jakarta dan Raja Ampat Survei faktor risiko penyakit dan lingkungan oleh tim Ditjen PP dan PL, Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Pengendalian Penyakit (BBTKL-PP) Ambon, dan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) kelas 40
118 Sorong bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat dan Dinas Kesehatan Kabupaten Raja Ampat (April-Agustus 204). Kegiatan cegah tangkal penyakit dan pelayanan kesehatan di entry point (KKP kelas III Sorong, KKP kelas II Ambon, KKP kelas III Bitung) bulan JuniAgustus 204 Penguatan surveilans penyakit melalui asistensi teknis penguatan SKD dan respon KLB serta asistensi teknis verifikasi rumor (April, Mei, dan Agustus 204) Pemantauan Media Lingkungan (air, tanah, udara, vektor, makanan, minuman, manusia) melalui survey vektor Pemetaan, pengawasan dan pengendalian vektor nyamuk dan lalat, Pengawasan TTU dan TPM, Kajian Filariasis, dan Pengawasan kualitas lingkungan tempat wisata oleh Dit. PPBB, BBTKL-PP Ambon, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Sorong, Dinas Kesehatan Provinsi Papua Barat, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Raja Ampat Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Perilaku 4
119 melalui Pelatihan dan workshop STBM dan Pelatihan Wira Usaha Sanitasi (Maret dan April 204) Promosi dan Edukasi : Sosialisasi Kesehatan Matra dan Kesehatan Penyelaman Distribusi media KIE PP dan PL (leaflet, standing banner, dsb) Peningkatan kapasitas petugas kesehatan : Diklat Karantina Kesehatan Penyusunan Renkon Penanggulangan PHEIC Simulasi Penanggulangan Kedaruratan Kes. Masyarakat yg meresahkan Dunia (PHEIC) Dukungan logistik bidang PP dan PL untuk Dinkes Kabupaten Raja Ampat, Dinkes Provinsi Papua Barat, dan KKP Sorong: Water test Kit Microbiologi (paket), Keramik Filter, Insektisida (Cypermetrin), Larvasida (Temepos), Buku Saku DBD, Buku saku Malaria, Buku Pedoman Kelambu Malaria, Bahan KIE Pengendalian Zoonosis (Roll Banner Leptospirosis, Roll Banner Rabies, Roll Banner Flu Burung), Lembar fakta 42
120 rabies, KIT Posbindu, Emergency Kit Matra, Tenda Lapangan Situasi Khusus, Rompi dan topi (atribut lapangan), Kantong Jenazah Kacamata Selam, Masker non bedah, Paket obat, Oralit, dan RDT Malaria Sail Raja Ampat Sail Raja Ampat 3 Direktorat Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Waisai, Raja Ampat 2 23 Mei Dukungan bantuan obat dan 204 perbekalan kesehatan Diektorat Bina Gizi Waisai, Raja Ampat 2 23 Mei Distribusi MP-ASI, 204 Bumil, dan PMT AS Direktorat Penyehatan Lingkungan, Direktorat Simkarkesma, Direktorat PTM,BTKL-PP dan KKP Arus Mudik dan Arus balik Idul Fitri : Terminal Pulo Gadung Jakarta, Banten, Karawang, Bakaheuni, Yogyakart a, Purwokert o, Semarang, Solo, Banyuwan gi, Surabaya Arus Mudik Pemberian logistik di posko-posko pelayanan kesehatan Melakukan Survei lalat, di tempat pengelolaan makanan Pengendalian vektor di wilayah Juli, pelabuhan dengan Agustus melakukan fogging dan Pemeriksaan sampel air Desember dan makanan pada kantin, 204 restoran/rumah makan dan kapal serta pemeriksaan sanitasi tempat-tempat umum di wilayah pelabuhan, terminal bus dan angkutan umum Arus Mudik dan Arus Balik Idul Fitri 204 dan Arus Mudik Natal dan Tahun Baru 43 PMT
121 Natal dan Tahun Baru : Palembang, Lampung, Padang, Banten dan Surabaya 4 Pengawasan Musabaqah Tilawatil Qur an (MTQ) sanitasi lingkungan Pengendalian Direktorat Penyehatan Lingkungan, BTKL-PP dan KKP Batam, Provinsi Kepulauan Riau Koordinasi vektor lintas sektor Penyuluhan Memberikan logistik bantuan sesuai dengan kebutuhan daerah Tentara Manunggal Masuk Desa ( TMMD) ke-92 Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Mei dan Dukungan bantuan obat Oktober dan perbekalan kesehatan 204 Dukungan sarana, prasarana, logistik dan dana operasional Kementerian Kesehatan pada tahun 204 telah memobilisasi sarana, prasarana dan logistik untuk kegiatan penanggulangan krisis kesehatan. Tabel Dukungan Sarana, Pra Sarana, Logistik dan Dana Operasional Terkait Upaya Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 204 NO UNIT KERJA JENIS DUKUNGAN SARANA LOGISTIK DANA OPERASIONAL PRASARANA Pusat Pengadaaan Pengadaan Masker Bantuan Dana 44
122 Penanggulangan Peralatan, Fasilitas dan Krisis Kesehatan Meubel Air Perkantoran buah dalam rangka penanganan tanggap darurat bencana kabut asap di Provinsi Riau senilai Rp ,- Operasional Renovasi Gedung Kantor Seketariat dan Gudang PPK Regional Sumatera Selatan Pemasangan CCTV 2 titik di PPK Regional Sumatera Selatan Pengadaan Masker untuk Bencana Kabut Asap dan erupsi gunung Marapi di Provinsi Sumatera Barat senilai Rp ,- Bantuan Pengadaan obat dan Logistik Habis Pakai untuk penanggulangan dampak Kabut asap di Provinsi Riau senilai ,- Pembayaran Pengadaan Pengadaan Alat Pengolah jaringan listrik Data, Alat dan air Gedung printer Display untuk 9 9 Regional dan 2 Sub Regional Total operasional penanggulangan bencana total Rp ,- Pelayanan Klaim Kesehatan Pasien Korban Bencana Total Rp ,- dan PPK PPK Rp Regional Sumatera Pengadaan Alat Komunikasi berbasis radio Untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota 34 dengan nilai total Rp Direktorat Bina Upaya penyediaan Rp ,- Seketariat dan Regional dengan nilai total Gudang PPK dan 45
123 Obat Publik dan distribusi logistik obat dan Perbekalan perbekalan Kesehatan untuk kesehatan penanggulangan krisis kesehatan dengan nilai total Rp ,80 3 Direktorat Penyediaan dukungan Penyehatan logistik kesehatan Lingkungan lingkungan untuk BBTKLPP, KKP dan Dinas Kesehatan Provinsi berupa : Polybag PAC Antiseptik Lantai Masker Non Kain Hygiene Kit Water Purifier Repellent Lalat 4 Pusat Promosi Kesehatan Peyediaan dukungan media informasi PHBS dalam kedaruratan berupa leaflet, poster, booklet, komik, permainan, film 5 Direktorat Penyediaan Kit Hygiene, Kit Kesehatan Ibu Ibu Hamil, Kit Ibu Bersalin dan Kit Bayi untuk pengungsi korban kejadian 46
124 krisis kesehatan 6 7 Direktorat Penyediaan alat peraga Kesehatan Jiwa permainan anak dan media Pusat informasi (CD, DVD dan Intelegensia buku bacaan) manajemen Kesehatan stress bagi pengungsi korban kejadian krisis kesehatan 8 Direktorat Bina Penyediaan MP ASI, PMT Gizi Anak Sekolah dan PMT Ibu Hamil untuk korban pengungsi kejadian krisis kesehatan Gambar Dukungan Logistik PP dan PL untuk Upaya Tanggap Darurat Krisis Kesehatan Akibat Bencana Banjir di Provinsi DKI Jakarta 47
125 48
126 Gambar Dukungan Water Purifier dari Ditjen. PP dan PL untuk Upaya Tanggap Darurat Krisis Kesehatan Akibat Bencana Banjir di Provinsi DKI Jakarta Gambar Dukungan Logistik Makanan Tambahan Untuk Ibu Hamil Oleh Direktorat Bina Gizi 49
127 Gambar Dukungan Logistik Obat-Obatan Untuk Pelayanan Kesehatan Bagi Korban Bencana 50
128 Gambar Dukungan Logistik Kesehatan Lingkungan Untuk Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah Gambar Dukungan Logistik MP ASI Untuk Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah 5
129 Gambar Dukungan Logistik Kesehatan Lingkungan Untuk Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah 52
130 6.2. UPAYA TANGGAP DARURAT KRISIS KESEHATAN Upaya tanggap darurat adalah serangkaian kegiatan penanggulangan krisis kesehatan yang dilakukan pada saat terjadinya krisis kesehatan untuk menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan. Setiap kejadian krisis kesehatan direspon secara berjenjang oleh jajaran kesehatan mulai dari tingkat, Kabupaten/ Kota, Provinsi sampai Nasional. Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan bersama unit lintas program terkait di Kementerian selama tahun 204 telah memobilisasi bantuan untuk penanggulangan krisis kesehatan. Adapun kegiatan mobilisasi yang dilakukan pada saat tanggap darurat meliputi mobilisasi SDM kesehatan, logistik, bantuan dana operasional, klaim biaya pengobatan bagi korban bencana. Kementerian Kesehatan memberikan dukungan kepada Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota Dalam melakukan upaya penanggulangan krisis kesehatan pada tahap tanggap darurat Upaya Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Pada masa tanggap darurat kejadian krisis kesehatan PPKK melaksanakan upaya-upaya sebagai berikut :. Melakukan pemantauan untuk memperoleh informasi kejadian bencana. 2. Melakukan koordinasi upaya penanggulangan krisis kesehatan dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota, dan rumah sakit 3. Mengkoordinasi upaya tanggap darurat krisis kesehatan yang dilakukan oleh unit-unit lintas program terkait di Kementerian Kesehatan terkait mobilisasi SDM dan Logistik. 4. Mengkoordinasikan mobilisasi sumberdaya lintas program di Kementerian Kesehatan dan lintas sektor terkait. 5. Mobilisasi sumber daya PPK Regional dan Sub Regional ke wilayah yang mengalami kejadian krisis kesehatan. 53
131 6. Pemberian dukungan dana operasional penanggulangan krisis kesehatan pada masa tanggap darurat kepada PPK Regional/Sub Regional, Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami kejadian krisis kesehatan Upaya Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan menjadi sangat penting pada saat terjadinya krisis kesehatan, dimana semakin cepat pelayanan kesehatan dilakukan, semakin banyak nyawa yang terselamatkan. Pelayanan kesehatan yang diberikan berupa pelayanan kesehatan dasar, pelayanan kesehatan rujukan dan kesehatan lingkungan di lokasi pengungsian. Pelayanan kesehatan dilakukan secara berjenjang dimulai dari Pemerintah Kabupaten Kota (Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Kabupaten/Kota). Pemerintah Kabupaten/Kota dapat meminta bantuan tenaga kesehatan, obat dan alat kesehatan kepada Pemerintah Provinsi (Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit Provinsi) apabila dibutuhkan. Pemerintah Provinsi dapat meminta bantuan tenaga kesehatan, obat dan alat kesehatan kepada Pemerintah Pusat (Kementerian Kesehatan) apabila dibutuhkan. Pelayanan kesehatan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan baik yang bersifat darurat/sementara maupun fasilitas kesehatan yang sudah ada, antara lain :. Pos Kesehatan di lokasi bencana dan lokasi pengungsian 2. Puskesmas Pembantu (Pustu) 3. Pos Bersalin Desa (Polindes) 4. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) 5. Puskesmas 6. Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta 7. Rumah Sakit Lapangan 54
132 Mobilisasi tenaga kesehatan, obat, alat kesehatan dan rumah sakit lapangan telah dilakukan oleh Kementerian Kesehatan melalui unit-unit lintas program terkait maupun UPT yang ada di daerah, PPK Regional dan Sub Regional, Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota serta unit lintas sektor TNI, POLRI, dan Rumah Sakit Swasta. Gambar Pos Kesehatan di Lokasi Pengungsian sebagai Fasilitas Pelayanan Kesehatan bagi Korban Bencana Erupsi Gunung Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara 55
133 Gambar Pelayanan Kesehatan rawat Jalan di Pos Kesehatan yang didirikan di lokasi pengungsian Gambar Pelayanan Kesehatan Rawat Inap di RSUD Kabanjahe Bagi Korban Erupsi Gunung Api Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara 56
134 Upaya Pelayanan Gizi Upaya yang dilakukan pada pra bencana yaitu membentuk tim antisipasi kegiatan gizi dalam penanggulangan bencana berdasarkan Surat Keputusan dari Direktur Bina Gizi, dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : Mengkoordinasikan pendistribusian bantuan bahan makanan Menganalisis kebutuhan gizi dan faktor penyulit berdasarkan hasil Rapid Health Assesment (RHA) Menghitung kebutuhan gizi pengungsi Memberikan bantuan teknis dalam pengelolaan penyelenggaraan makanan di dapur umum berkoordinasi dengan Kementerian Sosial Pengumpulan data antropometri Mengkoordinasikan pemberian makanan tambahan dan suplemen gizi Mengkoordinasikan penyelenggaraan Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) di lokasi bencana Melaksanakan penanganan gizi pada situasi bencana dibawah koordinasi Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan. 57
135 Upaya pelayanan gizi sangat penting dilakukan pada masa tanggap darurat krisis kesehatan, terutama di lokasi pengungsian. Upaya pelayanan gizi yang dilakukan pada masa tanggap darurat krisis kesehatan antara lain : a. Melakukan Screening Masalah Gizi Screening masalah gizi pada bayi, balita dan ibu hamil pada saat darurat dilakukan dengan menggunakan pita lila (pengukuran lingkar lengan atas). Setelah kondisi stabil akan dilakukan screening dengan mengukur tinggi badan dan berat badan. b. Melakukan Surveilans Gizi Darurat Surveilans gizi darurat dengan melakukan registrasi pengungsi, pengumpulan data dasar gizi dan screening masalah gizi. c. Konseling Menyusui Konseling menyusui dilakukan di pengungsian dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang ada di lokasi krisis kesehatan; d. Pengawasan Distribusi Susu Formula Pendistribusian dan pemanfaatan susu formula/pasi harus diawasi secara ketat oleh petugas kesehatan, puskesmas dan dinas kesehatan setempat karena penyiapan dan pemberian susu formula yang tidak benar dapat menimbulkan timbulnya wabah diare di pengungsian yang dapat memperburuk status gizi anak. Memfasilitasi penyediaan tenaga relawan pengawas distribusi susu formula di posko pengungsi (mahasiswa jurusan gizi/kesehatan). Tenaga relawan mengawasi apakah pemberian susu formula sudah sesuai aturan dan distribusi susu formula sudah sesuai peruntukannya. e. Memfasilitasi penyediaan tenaga relawan pengawas dan perancang susunan menu di posko pengungsi (mahasiswa tingkat akhir jurusan gizi Poltekkes atau FKM). Tenaga relawan bertugas membantu menyusun menu di posko pengungsi dari bahan-bahan yang ada dan mengawasi pengolahan makanan di dapur umum. 58
136 Kegiatan penanganan gizi pada masa tanggap darurat krisis kesehatan dilakukan berkoordinasi dengan Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan (PPKK) di pusat maupun PPK Regional/Sub Regional melibatkan lintas program dan lintas sektor termasuk LSM nasional maupun meliputi antara lain :. Perhitungan kebutuhan Ransum 2. Penyusunan menu 2.00 kkal, 50 g protein dan 40 gr lemak 3. Penyusunan menu untuk kelompok rentan 4. Pendampingan penyelenggaraan makanan sejak dari persiapan sampai pendistribusian 5. Pengawasan logistik bantuan bahan makanan, termasuk bantuan susu formula bayi 6. Pelaksanaan surveilans gizi untuk memantau keadaan gizi pengungsi khususnya balita dan ibu hamil dan tindak lanjutnya 7. Konseling gizi khususnya konseling menyusui dan MP-ASI 8. Suplementasi gizi meliputi : pemberian MP-ASI biskuit, pemberian kapsul vitamin A untuk balita dan tablet besi untuk ibu hamil. Pada situasi tanggap darurat krisis kesehatan kelompok rentan (bayi dan anak, ibu hamil, ibu menyusui, dan kelompok lanjut usia) perlu mendapat prioritas pemberian makanan. Logistik gizi yang didistribusikan pada masa tanggap darurat krisis kesehatan antara lain berupa MP ASI Biskuit dan Paket Makanan Tambahan untuk Ibu Hamil (PMT Bumil), sementara kebutuhan makanan untuk orang dewasa dan lanjut usia diharapkan dapat diperoleh dari sumber lokal. Kegiatan gizi yang telah dilakukan di lokasi bencana bertujuan mempertahankan dan meningkatkan status gizi pengungsi khususnya kelompok rawan balita dan ibu hamil. Kegiatannya yang biasanya dilakukan meliputi : 59
137 a. Pendistribusikan MP-ASI dan PMT bumil ke lokasi pengungsian. b. Pemantauan bantuan bahan makanan dan dapur umum, termasuk pengawasan susu formula. Masih ditemukannya bantuan susu formula dalam beberapa gudang logistik di lokasi bencana, dan segera mengkomunikasikan kepada penanggung jawab gudang susu formula agar tidak diberikan pada bayi 0-6 bulan kecuali atas indikasi medis dan diberikan oleh Tenaga Kesehatan c. Dukungan Pemberian Makan Bayi dan Anak Konseling menyusui Peragaan Pengolahan MPASI darurat berbahan biskuit MP-ASI d. Pemberian suplementasi gizi : Pemberian suplementasi gizi pada situasi bencana tetap dilakukan. Bayi 6- bulan diberikan kapsul vitamin A SI (warna biru) dan kapsul vitamin A SI (warna merah) untuk anak 2-59 bulan Ibu nifas diberikan 2 kapsul vitamin A selama masa nifas Ibu hamil diberikan tablet tambah darah. e. Pemeriksaan kesehatan dan pengukuran antropometri di lokasi pengungsian Untuk memantau perkembangan status kesehatan dan gizi kelompok rawan khususnya balita dan ibu hamil dilakukan penimbangan berat badan balita dan pengukuran LiLA ibu hamil di lokasi pengungsian Hasil pengukuran tersebut, dikonfirmasi dengan indeks antropometri lainnya yaitu PB/U-TB/U dan BB/PB-BB/TB sehingga dapat lebih sensitif untuk memantau perkembangan status gizi balita. 60
138 . Mobilisasi Bantuan Pelayanan Gizi Saat Tanggap Darurat selama tahun 204 No Lokasi Jenis Kejadian Mobilisasi SDM Kes Logistik Kabupaten Malang dan Kabupaten Kediri, Jawa Timur Kabupaten Karo, Sumatera Utara Kabupaten Banjarnegara Manado, Sulawesi Utara Dukungan Operasional Erupsi Gunung Kelud Dit. Bina Gizi MP-ASI, PMT Bumil KEK - Erupsi Gunung Sinabung Dit. Bina Gizi MP-ASI, PMT Bumil KEK Bencana Longsor Dit. Bina Gizi MP-ASI, PMT Bumil KEK MP-ASI dan PMT Bumil Rp (WHO) - Banjir Bandang Dit Bina Gizi 2. Upaya Pelayanan Gizi Darurat selama tahun 204 No Lokasi Jenis Kejadian Bencana Kabupaten Malang dan Kabupaten Kediri, Jawa Timur Erupsi Gunung Kelud 2 Kabupaten Karo, Sumatera Utara Erupsi Gunung Sinabung - Pelayanan Gizi a. Promosi pemberian ASI dan MP-ASI melalui kegiatan konseling menyusui oleh 26 konselor menyusui b. Pengawasan pemberian susu formula pada bayi dan Balita c. Pemberian MP-ASI dan PMT Bumil d. Pemberian suplementasi gizi (Kapsul Vitamin A untuk Balita, Tablet Tambah Darah untuk Ibu Hamil) e. Pelatihan motivator ASI bagi kader di Desa Kunjang, Kecamatan Kunjang, Kediri f. Pengawasan penyelenggaraan makanan di dapur umum g. Pemantauan pertumbuhan balita dan ibu hamil di Kranggan dan SIman a. Pengumpulan data antropometri b. Distribusi MP-ASI dan PMT Bumil 6
139 c. Pemantauan bantuan bahan makanan dan dapur umum, termasuk pengawasan susu formula d. Konseling menyusui e. Pemberian suplementasi gizi 3 Kabupaten Banjarnegara Bencana Longsor 4 Manado, Sulawesi Utara Banjir Bandang a. Pengumpulan data antropometri b. Menghitung kebutuhan gizi pengungsi (balita dan bumil) c. Distribusi MP-ASI dan PMT Bumil d. Pemantauan bantuan bahan makanan dan dapur umum, termasuk pengawasan susu formula a. Menghitung kebutuhan sasaran rawan (Balita dan Bumil) untuk kebutuhan MP-ASI dan PMT Bumil b. Distribusi MP-ASI c. Pengawasan distribusi bantuan susu formula Gambar Dukungan Logistik MP ASI Oleh Direktorat Bina Gizi 62
140 Gambar Pengukuran Lingkar Lengan Atas sebagai upaya Screening Status Gizi Pada Anak Korban Bencana Tanah Longsor di Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah 63
141 Gambar Dapur Umum di Lokasi Pengungsian yang merupakan tempat pengolahan makanan untuk memenuhi kebutuhan gizi para pengungsi 64
142 Upaya Pelayanan Kesehatan Jiwa Upaya pelayanan kesehatan jiwa dan psikososial di daerah bencana bertujuan untuk memberikan bantuan bagi korban bencana atau penyintas yang memerlukan penanganan khusus di bidang kesehatan jiwa untuk pemulihan dampak traumatik akibat bencana dan peningkatan derajat kesehatan jiwa. Dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan jiwa, Direktorat Bina Kesehatan Jiwa di tingkat Pusat berkoordinasi dengan CMHN (Community Mental Health Nursing) dan PPKK, sedangkan di tingkat Provinsi/Kabupaten/kota berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan, Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Jiwa setempat. Tabel Upaya pelayanan kesehatan jiwa saat tanggap darurat penanggulangan krisis kesehatan selama tahun 204 NO LOKASI JENIS KEJADIAN UPAYA KESEHATAN JIWA YANG BENCANA. Kabupaten Karo, Erupsi Gunung Sinabung DILAKUKAN. Koordinasi dengan dinas Provinsi Sumatera kesehatan dalam penanganan Utara kesehatan jiwa bencana 2. Assesmen pengungsi pada tiap tiap posko mengetahui untuk jumlah pengungsi yang mengalami masalah kesehatan jiwa 3. Pengenalan masalah kesehatan jiwa pengungsi, meliputi Pertolongan kesehatan pada : pertama jiwa dan 65
143 Manajemen stress 4. Memberikan latihan relaksasi terhadap pengungsi 5. Melakukan Terapi Kelompok 6. Melakukan Kegiatan bermain bagi Anak-Anak 7. Asuhan Keperawatan dan Penyuluhan kesehatan 8. Membagikan Leaflet bencana 9. Melakukan pengobatan psikiatri baik mediakamentosa maupun psikoterapi bagi yang mengalami gangguan jiwa pasca bencana 2 Provinsi Jakarta DKI Banjir. Koordinasi dengan dinas kesehatan dalam penanganan kesehatan jiwa bencana 2. Assesmen pengungsi pada tiap tiap posko mengetahui untuk jumlah pengungsi yang mengalami masalah kesehatan jiwa 3. Pengenalan masalah kesehatan jiwa pengungsi, meliputi Pertolongan pada : pertama 66
144 kesehatan jiwa dan Manajemen stress 4. Memberikan latihan relaksasi terhadap pengungsi 5. Melakukan kegiatan bermain bagi Anak-Anak 6. Melakukan pengobatan psikiatri bagi yang mengalami gangguan jiwa pasca bencana 3 Kabupaten Kediri, Erupsi Gunung Kelud Provinsi Timur Jawa. Koordinasi dengan dinas kesehatan dalam penanganan kesehatan jiwa bencana 2. Assesmen pengungsi pada tiap tiap posko mengetahui untuk jumlah pengungsi yang mengalami masalah kesehatan jiwa 3. Pengenalan masalah kesehatan jiwa pengungsi, meliputi Pertolongan kesehatan pada : pertama jiwa dan Manajemen stress 4. Memberikan latihan relaksasi terhadap pengungsi 5. Melakukan Terapi Kelompok 67
145 orang dewasa dan lansia 6. Melakukan kegiatan bermain bagi anak-anak 7. Asuhan Keperawatan dan Penyuluhan kesehatan 8. Membagikan Leaflet bencana 9. Melakukan pengobatan psikiatri baik dengan obat maupun psikoterapi bagi yang mengalami gangguan jiwa 4 Kota Manado, Banjir Bandang. Koordinasi dengan dinas Provinsi Sulawesi kesehatan dalam penanganan Utara kesehatan jiwa bencana 2. Assesmen pengungsi pada tiap tiap posko mengetahui untuk jumlah pengungsi yang mengalami masalah kesehatan jiwa 3. Pengenalan masalah kesehatan jiwa pengungsi, meliputi Pertolongan kesehatan pada : pertama jiwa dan Manajemen stress 4. Memberikan latihan relaksasi terhadap pengungsi 68
146 5. Melakukan kegiatan bermain bagi Anak-Anak 6. Melakukan bakti sosial dan pengobatan psikiatri bagi yang mengalami gangguan jiwa pasca bencana 5 Kab. Tanah Longsor. Pelayanan oleh Tim Keswa Banjarnegara, dan Provinsi Suroyo Magelang Tengah Jawa Psikososial 2. Koordinasi dari RSJ. dengan dinas kesehatan dalam penanganan kesehatan jiwa bencana 3. Assesmen pengungsi pada tiap tiap posko mengetahui untuk jumlah pengungsi yang mengalami masalah kesehatan jiwa 4. Pengenalan masalah kesehatan jiwa pengungsi, meliputi Pertolongan kesehatan pada : pertama jiwa dan Manajemen stress 5. Memberikan latihan relaksasi terhadap pengungsi 6. Melakukan kegiatan bermain 69
147 bagi Anak-Anak 7. Melakukan bakti sosial dan pengobatan psikiatri bagi yang mengalami gangguan jiwa pasca bencana Gambar Pelayanan Konseling Kesehatan Jiwa Bagi Penyintas Kejadian Bencana 70
148 Gambar Kunjungan pasien jiwa ke unit pelayanan kesehatan jiwa bergerak Gambar Kegiatan Manajemen Stress oleh Tim Pelayanan Kesehatan Jiwa Pasca Bencana di Blitar 7
149 Gambar Penyuluhan Keswa & deteksi dini di sekolah (TK/Paud) oleh Tim Pelayanan Kesehatan Jiwa Pasca Bencana di Blitar Gambar Penyuluhan Keswa & deteksi dini di sekolah (SMP) oleh Tim Pelayanan Kesehatan Jiwa Pasca Bencana di Blitar 72
150 Upaya Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Kegiatan bidang PP dan PL dalam penanggulangan krisis kesehatan meliputi :. Pelaksanaan RHA dan Need assessment 2. Surveilans Epidemilogi 3. Pengendalian penyakit melalui tatalaksana kasus 4. Penyehatan lingkungan melalui sanitasi darurat 5. Pengendalian vektor penyakit di lokasi pengungsian 6. Pelaksanaan imunisasi terbatas bila diperlukan 7. Mobilisasi sumber daya yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan diatas Direktorat Jenderal PP dan PL memobilisasi logistik untuk keperluan sanitasi lingkungan dan penyediaan air bersih pada situasi darurat. Unit yang melakukan mobilisasi logistik sanitasi lingkungan dan penyediaan air bersih di Direktorat Jenderal PP DAN PL adalah Direktorat Penyehatan Lingkungan dan Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi dan Kesehatan Matra. Mobilisasi logistik dilakukan baik pada beberapa tahap, yaitu :. Tahap pra krisis kesehatan untuk keperluan bufferstock di Dinas Kesehatan Provinsi dan PPK Regional 2. Tahap tanggap darurat krisis kesehatan untuk keperluan penanggulangan krisis kesehatan di Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota yang mengalami kejadian krisis kesehatan untuk selanjutnya didistribusikan ke lokasi-lokasi pengungsian 3. Tahap pasca krisis kesehatan untuk pemulihan sarana sanitasi lingkungan lokasi-lokasi yang terkena kejadian krisis kesehatan Jenis logistik PP dan PL yang disitribusikan antara lain berupa repellent lalat, repellent nyamuk, kaporit, insektisida lalat, polybag sampah, masker, mesin fogging, mist blower, sarung tangan, jerigen air bersih, penyemprot lalat dan nyamuk, air rahmat, penjernih air cepat (PAC), aquatab, lysol, sepatu boot, jamban darurat, personal kit, family hygiene kit, emergency kit dan Pakaian Alat Pelindung Diri (APD). 73
151 Tabel Upaya Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Pada Saat Tanggap Darurat Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 204 No. Jenis Kejadian Bencana Erupsi Gunung Sangeang Api Lokasi Kab. Bima, Prov. NTB Kegiatan PP DAN PL Unit yang terlibat. Berkoordinasi dengan Dinkes Kab. PPKK dan Dinkes Kab. Bima Bima dalam menyiapkan tim asistensi lapangan dan melakukan penilaian cepat kesehatan (RHA) 2. Menurunkan Tim penanggulangan pasca erupsi gunung Sangeang bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan BBTKL-PP Surabaya KKP Kelas II Mataram Dinkes Kab. Bima 3. Melakukan kunjungan ke lokasi meliputi kecamatan Wera (2 desa), Ambalawi ( desa), Sape ( desa) dan Wawo ( desa) BBTKL-PP Surabaya KKP Kls II Mataram Dinkes Kab. Bima 4. Surveilans penyakit / SKD Dinkes Kab. KLB pasca erupsi G. Bima Sangeang. 5. Upaya peningkatan kualitas lingkungan pada wilayah yg terpapar debu erupsi 6. Mengirim logistik PP dan PL berupa: a. Masker : buah b. Family higiene kit : 50 74
152 set c. Emergency kit : 4 set d. Polybag sampah: 400 lembar e. Rompi + topi : 0 set f. Buku Juknis Bencana: 2 buah 7. Melakukan Pemeriksaan kualitas udara udara ambient di 5 titik, yaitu : 8. Hasil pemeriksaan parameter Debu PM 0 mendapatkan 2 lokasi melebihi baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 4/999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara (> 50 µg/nm3) yaitu Depan Pos Kesehatan Puskesmas Wera/Pustu Desa Sangeang, Kecamatan Wera (530 µg/nm3). 2 Erupsi Gunung Kab. Karo, Sinabung Prov. Sumut Memberikan dukungan Ditjen PP dan logistik berupa : PL dan BTKL Polybag sampah.600 PP Medan lembar Lem lalat Dus Alat penyaring air minum 20 buah RDT test DBD 2 box media KIE DBD, Diare NSPK Kesehatan Matra Insektisida lalat 20 liter 5 dus lem lalat 5 liter insektisida lalat 75
153 Pelaksanaan imunisasi campak dan pengambilan sampel darah. Pemberian polybag, lem lalat, kaporit, dan abate di 25 lokasi pengungsian. Pelaksanaan pembasmian lalat dengan alat mist blower di posko pengungsian. Pengambilan sampel dan uji kualitas air di posko pengungsian. 3 Erupsi Gunung Kelud Kab. Kediri Memobilisasi tim untuk Ditjen PP & melakukan penilaian cepat Kab. Malang PL, Dinkes kesehatan (RHA) Kab. Blitar Kab. Kediri, Kota Malang Dinkes Kab. Kota Surabaya Malang Provinsi Jawa BBTKL-PP Timur Surabaya KKP Kls I Surabaya KKP Kls II Probolinggo Melakukan surveilans penyakit pasca erupsi Melakukan pengawasan lingkungan dan sanitasi di lokasi pengungsian Mendistribusikan bantuan logistik berupa masker, hygiene kit, emergency kit, pembalut wanita, kaporit dan obat-obatan 76
154 4 Banjir Bandang Pemberian Imunisasi campak Pemeriksaan kualitas udara ambient di Kota Surabaya, Kab. Kediri, Kab. Malang, Kab. Blitar Pengawasan kualitas makanan dan minuman di lokasi pengungsian Pemeriksaan kualitas air di lokasi pengungsian Kota Manado, Memobilisasi tim untuk melakukan penilaian cepat Provinsi kesehatan (RHA) Sulawesi Mendistribusikan bantuan logistik berupa kantong Utara sampah, masker, hygiene kit, pembalut wanita, kaporit dan obat-obatan PPKK, Dinkes Prov. Sulut, Dinkes Kota Manado Percepatan pembersihan sampah dan lumpur serta genangan-genangan air lainnya untuk mengurangi bahkan menghilangkan bau busuk dan potensial berkembangnya bakteri dan kuman yang menyebabkan tingginya kasus ISPA, Dermatitis dan Vulnus. Pelaksanaan KIE pada masyarakat tentang PHBS 5 Kabut Asap Provinsi Riau Meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman penyakit yang mungkin terjadi akibat kabut asap, yaitu : ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) PPKK, Ditjen PP dan BBTKLBatam, Dinkes 77 PL, PP
155 Pneumonia, asma Kab/Kota, bronkiale, bronkitis, Dinkes Prov. dan infeksi saluran Riau nafas bawah lainnya Iritasi mata Iritasi kulit, infeksi, dan alergi Gangguan saluran cerna Perburukan dari penyakit kronik yang sudah lama dihadapi Mengintensifkan sistem surveilans penyakit akibat kabut asap. Melakukan pemeriksaan sanitasi Melakukan pemeriksaan kualitas udara, kualitas air dan makanan Melakukan respon bidang pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan Memberikan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat agar : Menghindari keluar rumah bila tidak perlu sekali Hindari berkendara terutama dengan sepeda motor Bila terpaksa keluar rumah gunakan 78
156 masker dan pelindung diri seperti helm dan pakaian yang tertutup Segera berobat ke sarana pelayanan kesehatan terdekat bila menderita batuk, sesak nafas, iritasi mata, dan iritasi kulit Bila memiliki penyakit kronik, pastikan obat rutin yang biasa dimakan harus selalu dikonsumsi Membiasakan cuci tangan dengan sabun terutama saat sebelum makan, sebelum mengolah makanan, dan setelah BAB Menjaga kebersihan diri dan lingkungan Mendistribusikan logistik masker, polybag, paket obat, trauma kit 6 Banjir Provinsi Jakarta DKI Mengirimkan surat edaran tentang himbauan pengendalian penyakit ke Bidang PP DAN PL Propinsi DKI Jakarta PPKK Ditjen PP dan PL BBTKL-PP Memobilisasi Tim untuk Jakarta melakukan RHA ke lokasi Dinkes Prov. kejadian banjir di Kampung DKI Jakarta Melayu, Jakarta Timur 79
157 7 8 Banjir Tanah Longsor Mendistribusikan logistik PP dan PL berupa : Larvasida (abate), PAC, Polybag sampah, sepatu boot,repelent lalat Masker non kain, Tablet zink, Oralit, Desinfectan, paket obat dasar, Emergency kit, leaflet banjir, lisol, hygiene kit Melakukan pemeriksaan kualitas makanan dan minuman di lokasi pengungsian Mendistribusikan water purifier Kota Bekasi, Koordinasi dengan PPKK Prov. Jawa Kemkes, Dinkes Prov.Jawa Barat, jajaran Pemkot Kota Barat Bekasi, Dinkes Kota Bekasi. Memobilisasi Tim untuk melakukan RHA di lokasi banjir Memberikan bantuan dukungan logistik berupa : a. PAC : 250 sachet b. Desinfectan lantai: 44 liter c. Refellent lalat: 864 stik d. Sepatu boot: 0 pasang e. Oralit: 360 sachet f. Zink Kab. PPKK, Ditjen. PP&PL, BBTKL-PP Jakarta, Dinkes Bekasi Tim PP DAN PL (Matra, PPKK 80 Kota
158 Banjarnegara, Surveilans dan Dit.PL) Ditjen PP&PL Prov. Jawa bersama PPKK dan Dinkes Dinkes Kab. Kabupaten Banjarnegara Tengah Banjarnegara turun ke lokasi bencana dan pengungsian Melakukan disinfeksi/penyemprotan di lokasi pemulasaran jenazah (lokasi bencana) dan kamar jenazah di Puskesmas Karangkobar Melakukan asistensi penguatan surveilans penyakit pada pengungsian Memberikan penyuluhan PHBS pada pengungsi Menyampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Banjarnegara untuk memberikan rekomendasi kepada Dinas PU dan PDAM untuk menyediakan sarana sanitasi dan menambah ketersedian air bersih. Melakukan pengawasan tempat pengolahan makanan (TPM) di dapur umum dengan pengambilan sampel makanan dan air bersih Mendistribusikan bantuan logistik berupa:. Polybag.200 lembar 2. PAC 500 sachet 3. Kaporit 40 kg 4. Insektisida lalat 20 liter 5. Repellent lalat 72 pcs 8
159 6. Kelambu 50 buah 7. Lysol 60 liter 8. Family hygiene kit 4 paket 9. Masker 200 buah 0. Sarung tangan karet 20 pasang. Sepatu boot 20 psg 2. Jamban darurat PeePoo 40 buah 3. Rompi petugas 20 pasang 9 0 Banjir Banjir Kab. Subang Koordinasi dengan BBTKL Prov. Jawa PP Jakarta, Dinkes Provinsi Jawa Barat, Subdit Barat Kesmatra, Direktorat PL, dan Subdit Arbovirosis dengan jajaran Pemkot Subang, Dinas Kesehatan Kab. Subang. Pengambilan dan pemeriksaan sampel air di 3 titik badan air serta sampel makanan di posko pengongsian di Posko Fly Over (Kec, Pamanukan) Direktorat Penyehatan Lingkungan memberikan bantuan logistic berupa: PAC : 500 sachet PAC Desinfektan lantai: 24 liter Polybag: 500 lembar Kab. Koordinasi dengan Dinkes Indramayu, Provinsi Jawa Barat, Subdit Prov. Jawa Kesmatra, Direktorat PL, Barat dan Subdit Arbovirosis Ditjen PP dan PL, BBTKL-PP Jakarta Dinkes Kab. Subang Ditjen PP&PL. BBTKL-PP Jakarta Dinkes Kab. 82
160 dengan jajaran Pemkab Indramayu Indramayu, Dinas Kesehatan Kab. Indramayu. Direktorat Penyehatan Lingkungan memberikan bantuan logistic berupa: PAC : 500 sachet PAC Desinfectan lantai: 24 liter Polybag: 500 lembar Upaya Pelayanan Kesehatan Reproduksi Kesehatan reproduksi merupakan bagian dari hak asasi manusia yang harus dijamin sekalipun dalam situasi darurat bencana. Banyak usaha telah dilakukan untuk mengatasinya, namun masih sedikit yang memberikan perhatian untuk kesehatan reproduksi. Dalam situasi normalpun banyak permasalahan di bidang kesehatan reproduksi dan kondisi ini akan menjadi lebih buruk dalam situasi darurat bencana. Kebutuhan terhadap kesehatan reproduksi akan tetap ada dan kenyataannya justru meningkat saat bencana. Dalam kondisi darurat, tetap ada kebutuhan akan layanan kesehatan reproduksi: ibu melahirkan, komplikasi kehamilan, layanan KB, dan lain sebagainya, kebutuhan akan perlindungan saat menstruasi (pembalut dan hygiene kit) serta kebutuhan untuk melakukan hubungan seksual dengan suami/istri. 83
161 Permasalahan kesehatan reproduksi saat tanggap darurat krisis kesehatan antara lain : Ibu hamil tetap membutuhkan pelayanan Ante Natal Care (ANC) Ibu bersalin sewaktu-waktu dapat melakukan proses persalinan serta dapat terjadi selama perpindahan populasi Ibu hamil,bersalin,nifas yang dapat sewaktu-waktu mengalami komplikasi maternal Pasangan Usia Subur yang membutuhkan kontrasepsi (KTD) Perempuan/anak perempuan yang berisiko mengalami kekerasan seksual, yang dapat meningkat selama ketidakstabilan sosial Setiap individu yang berisiko tertular IMS/HIV pada pelayanan yang tidak sesuai standar dan adanya risiko penularan meningkat pada populasi padat Pada masa tanggap darurat krisis kesehatan upaya kesehatan reproduksi yang dilakukan berupa : penerapan pelayanan kesehatan reproduksi melalui Paket Pelayanan Awal Minimal (PPAM) Kesehatan Reproduksi situasi darurat. Mobilisasi tim siaga kesehatan reproduksi untuk melakukan penilaian awal secara cepat. Tabel Mobilisasi Saat Tanggap Darurat Krisis Kesehatan Tahun 204 No 2 Nama Barang Kit Hygiene Kit Ibu Hamil Jumlah Jenis Bencana.500 Kit Banjir Provinsi DKI Jakarta 00 Kit Erupsi Gunung Sinabung 00 Kit Banjir Provinsi DKI Jakarta 25 Kit Erupsi Gunung Sinabung 84
162 3 4 Kit Ibu Bersalin Kit Bayi 00 Kit Banjir Provinsi DKI Jakarta 25 Kit Erupsi Gunung Sinabung 00 Kit Banjir Provinsi DKI Jakarta 25 Kit Erupsi Gunung Sinabung Upaya Penyediaan Dan Distribusi Obat Serta Perbekalan Kesehatan Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Farmasi dan Alat Kesehatan mendukung penyediaan logistik obat dan perbekalan kesehatan untuk mendukung upaya penanggulangan krisis kesehatan. Upaya penyediaan dan distribusi obat dilakukan dengan perencanaan dan penyediaan buffer stok obat dan perbekalan kesehatan di Instalasi Farmasi Pusat dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Provinsi serta mengalokasikan anggaran pengadaan obat KLB / emergency. Apabila Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang terkena kejadian krisis kesehatan mengalami kekurangan obat dan perbekalan kesehatan dapat meminta melalui Dinas Kesehatan Provinsi, PPKK maupun langsung ke Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Distribusi/pengiriman obat bantuan dapat secara langsung, melalui PPKK/Instansi lain, atau pihak lain (ormas, LSM, dll) Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan juga telah mendukung penyediaan SDM Kefarmasian (Apoteker/Asisten Apoteker) ke lokasi kejadian krisis kesehatan untuk membantu Dinas Kesehatan setempat dalam pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan saat tanggap darurat krisis kesehatan. 85
163 Tabel Distribusi Bantuan Obat dan Perbekaan Kesehatan untuk Penanggulangan Krisis Kesehatan Tahun 204 NO. TANGGAL LOKASI / TUJUAN 4 Jan 204 PPKK 2 6 Jan Jan Jan Jan Jan Feb Feb Feb Mar Mar 204 JENIS KEJADIAN Erupsi Gn. JUMLAH KOLI JUMLAH RUPIAH ,00 Banjir ,00 Banjir , ,80 Banjir ,00 Dinkes Kab. Subang Banjir ,00 RSU Kabanjahe Erupsi Gn. (melalui PPKK) Sinabung , ,00 Sinabung PPKK untuk Manado Dinkes Prov. Sulawesi Utara RSU Kabanjahe Dinkes Kab. Karawang Dinkes Kab. Pati (melalui PPKK ) Erupsi Gn. Sinabung Banjir Dinkes Prov. Jawa Erupsi Gn. Timur Kelud Dinkes Prov. Riau Kebakaran (melalui PPKK) Hutan Dinkes Erupsi DI.Yogyakarta Merapi , , ,00 86
164 2 29 Sep 204 Dinkes Prov. Kebakaran Sumatera Selatan Hutan TOTAL , , Upaya Promosi Kesehatan Upaya promosi kesehatan dilakukan pada kejadian krisis kesehatan yang mengakibatkan terjadinya pengungsian. Upaya yang dilakukan berupa penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat pada keadaan kedaruratan di lokasi pengungsian yang bertujuan agar para pengungsi selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat di lokasi pengungsian mereka. Upaya promosi kesehatan ini dilakukan dengan bantuan media-media seperti video, poster, booklet,leaflet dan permainan bagi para pengungsi. Tabel Upaya Promosi Kesehatan yang dilakukan pada saat tanggap darurat penanggulangan krisis kesehatan Tahun 204 Mobilisasi No Lokasi Jenis Kejadian SDM Kes DKI Jakarta Banjir 5 Petugas Promkes Logistik - Media2 Kesehatan (poster, leaflet, booklet, poster, komik, permainan ular Dukungan operasional Dukungan assistensi penyuluhan kesehatan di pengungsian 87
165 Mobilisasi No Lokasi Jenis Kejadian SDM Kes Dukungan operasional Logistik tangga) Upaya promosi kesehatan yang dilakukan saat tanggap darurat kejadian krisis kesehatan tahun 204 : No Lokasi Jenis Kejadian Upaya Promosi Kesehatan Bencana 2 3 DKI Jakarta Sinabung, Sumut Banjarnegara, Jateng Banjir Gunung meletus Longsor - Penyuluhan kelompok - Penyuluhan Massa - Permainan dengan anak2 degan ular tangga - Nonton film kesehatan bersama - Konseling - Penyebarluasan media cetak (leaflet dan komik anak2) 6.3. UPAYA PASCA KRISIS KESEHATAN Upaya yang dilakukan pasca krisis kesehatan terdiri dari dua kegiatan yaitu :. Rehabilitasi Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek pelayanan publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca krisis kesehatan dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah pascabencana. Tahun
166 dilakukan pertemuan koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait untuk melakukan penilaian kerusakan dan kerugian pasca bencana. 2. Rekonstruksi Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pascabencana. Sesuai dengan UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana. Pemulihan adalah serangkaian kegiatan untuk mengembalikan kondisi masyarakat dan lingkungan hidup yang terkena bencana dengan memfungsikan kembali kelembagaan, prasarana, dan sarana dengan melakukan upaya rehabilitasi. Upaya pelayanan pasca krisis dilaksanakan oleh unit utama sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Dari kejadian krisis kesehatan sepanjang tahun 204, Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan melakukan penilaian kerusakan dan kerugian bidang kesehatan pasca bencana banjir bandang Kota Manado Prov. Sulawesi Utara dan Erupsi Gunung Sinabung di Kab. Karo Prov Sumatera Utara N Lokasi o Jenis Kejadian Kegiatan PPKK Keterangan Bencana Kota Banjir Manad Bandang o a. Melakukan penilaian kerusakan dan kerugian bidang kesehatan Nilai total kerusakan dan kerugian Rp pasca banjir bandang b. Melakukan rakor untuk menyusun rencana aksi rehabilitasi dan Kegiatan dilakukan melalui sejumlah rapat koordinasi 89
167 rekonstruksi yang dikoordinasikan oleh BNPB serta rapat koordinasi internal sektor kesehatan yang dikoordinasikan oleh PPKK. Total kebutuhan pasca bencana Kota Manado yaitu Rp ,- dengan rincian Rp 22,94 M merupakan permintaan Dinkes Kota Manado dan Rp ,merupakan permintaan Poltekkes Manado. c. Melakukan bimbingan teknis ke Bimbingan teknis dilakukan Dinkes Kota Manado dan Dinkes PPKK bekerja sama dengan Provinsi Sulut untuk perencanaan Biro Perencanaan, BUKD pemenuhan kebutuhan. dan Dit. Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan. d. Melakukan rakor dengan LP untuk pemenuhannya PPKK berkoordinasi dengan Ditjen BUK, PP DAN PL dan Roren e. Mengirimkan bantuan pinjam Barang-barang pinjam pakai pakai 3 unit cold chain, freezer dimobilisasi dari PPK dan 6 unit fogas Regional DKI Jakarta, Sulut dan Sulsel. Barang 90
168 tersebut dipinjamkan karena belum ada alokasi dana untuk pemenuhannya. f. Melakukan pemantauan Ditjen BUK pada tahun 204 implementasi dari kesepakatan telah mengalokasi dana TP oleh LP di Kemenkes ke Dinkes Kota Manado sebesar Rp 500 juta untuk pengadaan alkes dasar. Pada tahun 205 Ditjen BUK telah mengalokasikan DAK untuk Kota Manado untuk yankes dasar sebesar Rp dan pelayanan kefarmasian sebesar Rp ,- 2 Kab. Erupsi a. Melakukan penilaian kerusakan Karo Gunung dan kerugian bidang kesehatan Sinabung pasca erupsi Nilai total kerusakan dan kerugian Rp b. Melakukan bimbingan teknis ke Kegiatan dilakukan pada Dinkes Kab. Karo dan Dinkes saat penilaian kerusakan Provinsi Sumut untuk serta pada saat rapat penghitungan kebutuhan serta koordinasi dengan daerah perencanaan pemenuhan di Kota Denpasar pada kebutuhan. tanggal 27 November 204 bersama-sama LP dari Dit. Oblik Perbekkes, Dit. BUKR, Dit. Gizi dan Dit. Keswa. 9
169 Melakukan koordinasi LP dan LS Disepakati bahwa untuk menyusun rencana aksi kebutuhan rehabilitasi dan rehabilitasi dan rekonstruksi di rekonstruksi saat ini Kab. Karo difokuskan pada upaya relokasi 7 desa ke Desa Siosar Kec. Merek. Dibutuhkan pembangunan 7 Pustu beserta sarana prasarananya sebesar Rp ,- Daerah akan mengusulkan untuk dukungan pembangunan Pustu 7 unit dengan bersurat dari Kepada Daerah kepada menteri Kesehatan Kegiatan penilaian kerusakan dan kerugian bidang kesehatan pasca banjir bandang Kota Manado dilakukan pada tanggal 29 Januari s.d. 2 Februari 204, dikoordinir oleh BNPB. Untuk penilaian sektor kesehatan PPKK bekerja sama dengan Dit. Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan serta Dinkes Provinsi dan Dinkes Kota Manado. Hasil penilaian total kerusakan dan kerugian setelah dikoreksi oleh BNPB dan mendapatkan masukan dari Poltekkes Manado yaitu sebagai berikut : No Uraian Jumlah Nilai (Rp) Kerusakan A Bangunan Kerugian Total
170 B C D E F Puskesmas beserta obat-obatan, alkes dan sarana prasarana Bangunan Pustu beserta obat-obatan, alkes dan sarana prasarana Bangunan Klinik/Balai Pengobatan beserta obat-obatan, alkes dan sarana prasarana Bangunan Rumah Dinas dan peralatannya Bangunan Gudang Vaksin beserta obatobatan dan sarana prasarana Bangunan Poltekkes Manado dan sarana prasarananya Jumlah Total n.a Sejumlah rapat koordinasi dilakukann untuk menyusun rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi yang dikoordinasikan oleh BNPB sedang rapat koordinasi internal sektor kesehatan dikoordinasikan oleh PPKK. Total kebutuhan pasca bencana Kota Manado yaitu Rp ,- dengan rincian Rp 22,94 M merupakan permintaan Dinkes Kota Manado dan Rp ,-merupakan permintaan Poltekkes Manado. Menindaklanjuti rapat koordinasi, dilakukan bimbingan teknis oleh PPKK, bekerjasama dengan Biro Perencanaan, BUKD dan Dit. Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan, dengan hasil sebagai berikut : a. Permintaan bantuan ke Kementerian Kesehatan dengan dana APBN sebesar Rp ,- dengan rincian : 93
171 - Rp ,- untuk memenuhi kebutuhan alat kesehatan di 3 Puskesmas, 0 Pustu, 3 klinik dan gudang vaksin beserta cold chain, freezer dan alat fogging. - Rp ,- untuk Poltekkes Manado telah diajukan pada Badan PPSDM b. Sisanya yaitu sekitar Rp 6 M ditangani oleh Pemerintah Daerah dengan dana APBD Sedang untuk kegiatan penilaian kerusakan dan kerugian pasca erupsi Gunung Sinabung dilakukan pada tanggal 2-25 April 204 oleh PPKK bekerja sama dengan Dit. Bina Pelayanan Medik dan Sarana Kesehatan, Dinkes Prov. Sumut, Dinkes Kota Karo dan Dinas PU Kab. Karo dengan pembiayaan dari WHO. Hasil Penilaian kerusakan dan kerugian setelah dikoreksi BNPB sebagai berikut : No Uraian Jumlah Nilai (Rp) Kerusakan Kerugian Total A Bangunan Puskesmas beserta obat-obatan, alkes dan sarana prasarana B Bangunan Pustu beserta obat-obatan, alkes dan sarana prasarana C Bangunan Pos Kesehatan Desa beserta alkes dan sarana prasarana Jumlah Total Permasalahan yang ditemui dalam melaksanakan upaya penanggulangan krisis kesehatan pada tahap pasca bencana - Sistem rehabilitasi dan rekonstruksi bidang kesehatan masih belum memadai hal ini dikarenakan Peraturan/kebijakan/pedoman sektor kesehatan mengenai manajemen 94
172 - - maupun teknis pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi bidang kesehatan masih minim. Masih sangat langkanya SDM kesehatan yang memiliki pengetahuan dan skill mengenai manajemen dan teknis perencanaan maupun pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi bidang kesehatan. Aktor-aktor pelaku kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi bidang kesehatan pasca bencana masih berjalan sendiri-sendiri. Ketersediaan dana cadangan untuk rehabilitasi dan rekonstruksi belum memadai baik di pusat maupun daerah. Gambar Penilaian Kerusakan dan Kerugian Fasilitas Kesehatan Pasca Bencana di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara 95
173 Gambar Penilaian Kerusakan dan Kerugian Fasilitas Pasca Bencana di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara Upaya Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan a. Upaya Surveilans Epidemiologi Aktivasi lanjutan surveilans epidemiologi pasca bencana yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan setempat b. Upaya Penyehatan Lingkungan Upaya Pasca Krisis Yang dilakukan Oleh Dit. Penyehatan Lingkungan : - Pemenuhan kebutuhan logistik pasca kedaruratan - Pemantauan kualitas lingkungan baik udara maupun kualitas air - Pemeriksaan laboratorium lingkungan - Melakukan desifeksi pada daerah fakto risiko lingkungan - Pembinaan kepada petugas kesehatan di daerah bidang sanitarian tentang kedaruratan 96
PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA OKTOBER 2014
PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA OKTOBER ACEH Angin Puting Beliung Banjir Banjir Bandang KALBAR Tanah Longsor KALSEL Kebakaran Hutan KALTENG Kebakaran Hutan SULUT Konflik Sosial
Lebih terperinciPENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA AGUSTUS 2014
PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA AGUSTUS 2014 ACEH Kebakaran KALSEL Banjir GORONTALO Banjir SUMBAR Kecelakaan Transportasi Laut SULSEL Kebakaran Konflik Sosial PAPUA Kecelakaan
Lebih terperinciPENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA MEI 2014
PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA MEI 2014 ACEH Tanah Longsor SUMUT Angin Puting Beliung SUMBAR Kebakaran Angin Puting Beliung KEPRI Angin Puting Beliung JAMBI Tanah Longsor KALTIM
Lebih terperinciBUKU TINJAUAN PUSAT KRISIS KESEHATAN TAHUN 2015
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Krisis Kesehatan Jl. Rasuna Said Blok X-5 Kav. No. 4-9 Gedung A Lantai VI, Jakarta Selatan Telp. : 021 526 5043, 521 0411 Fax. : 021 527 1111 Call Center
Lebih terperinciPENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA
PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA (APRIL 2009) RIAU Banjir, Angin Siklon Tropis JABAR Banjir, Tanah Longsor, Banjir disertai Tanah Longsor KALTENG Banjir, Banjir Bandang SULTENG
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP
KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, buku Buku Profil Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana Tahun 2008 ini dapat diselesaikan sebagaimana yang telah direncanakan. Buku ini menggambarkan
Lebih terperinciPENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA
PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA (April 2010) ACEH Gempa Bumi DKI JAKARTA Konflik Kebakaran KALSEL MALUKU UTARA KEPRI Konflik KALTIM SUMUT Bandang PAPUA Konflik SUMBAR, Tanah
Lebih terperinciDAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009
ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya dan dapat menimbulkan korban luka maupun jiwa, serta mengakibatkan kerusakan dan
Lebih terperinciPENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA
PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA (MARET 2009) SUMUT RIAU Sambaran Petir JABAR, Tanah Longsor, Angin Siklon Tropis SULTENG Angin Siklon Tropis PAPUA Tanah Longsor NAD SUMBAR,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis, hidrologis, dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana. Badan Nasional Penanggulangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jenis Bencana Jumlah Kejadian Jumlah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bencana banjir berdasarkan data perbandingan jumlah kejadian bencana di Indonesia sejak tahun 1815 2013 yang dipublikasikan oleh Badan Nasional Penanggulangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Indonesia yang terdiri dari gugusan kepulauan mempunyai potensi bencana yang sangat tinggi dan sangat bervariasi dari jenis bencana. Kondisi alam serta keanekaragaman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade terakhir, skala bencana semakin meningkat seiring dengan peningkatan urbanisasi, deforestasi, dan degradasi lingkungan. Hal itu didukung oleh iklim
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan bencana, baik yang disebabkan kejadian alam seperi gempa bumi, tsunami, tanah longsor, letusan
Lebih terperinciTINJAUAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA TAHUN 2008
TINJAUAN MASALAH KESEHATAN AKIBAT BENCANA TAHUN 28 PUSAT PENANGGULANGAN KRISIS DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Tinjauan
Lebih terperinciPembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.
ANALISIS BENCANA DI INDONESIA BERDASARKAN DATA BNPB MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING DATA MINING MAHESA KURNIAWAN 54412387 Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D. Bencana merupakan peristiwa yang dapat
Lebih terperinciPENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA
PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA DI INDONESIA (Februari 2010) SUMUT Bandang, DKI JAKARTA KALIMANTAN TIMUR SUMSEL SUMBAR LAMPUNG Bandang BANTEN Angin Siklon Tropis JABAR, Bandang,, Angin Siklon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini Indonesia banyak ditimpa musibah
BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini Indonesia banyak ditimpa musibah bencana alam. Data dari Badan PBB untuk Strategi Internasional Pengurangan Risiko Bencana (UN-ISDR)
Lebih terperinci2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh
No.1368, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Hasil Pemetaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG HASIL PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah negara Indonesia memiliki kerawanan tinggi terhadap terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam maupun faktor manusia. Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dalam keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Republik Indonesia memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik yang disebabkan oleh faktor alam,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imbas dari kesalahan teknologi yang memicu respon dari masyarakat, komunitas,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Parker (1992), bencana ialah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun ulah manusia, termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gunung Merapi merupakan gunung api tipe strato, dengan ketinggian 2.980 meter dari permukaan laut. Secara geografis terletak pada posisi 7 32 31 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidrologis serta demografis. Dampak dari terjadinya suatu bencana akan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Terjadinya bencana alam di suatu wilayah merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan. Hal ini disebabkan karena bencana alam merupakan suatu gejala alam yang tidak
Lebih terperinciKEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG
KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.03.01/VI/432/2010 TENTANG DATA SASARAN PROGRAM KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SEKRETARIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau utama dan ribuan pulau kecil disekelilingnya. Dengan 17.508 pulau, Indonesia menjadi negara
Lebih terperinciPopulasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),
Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 220/MENKES/SK/VI/2013 TENTANG TIM BINAAN WILAYAH BIDANG KESEHATAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 220/MENKES/SK/VI/2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG
1 dari 8 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 783/MENKES/SK/X/2006. TENTANG REGIONALISASI PUSAT BANTUAN PENANGANAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.
No.1562, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciBADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B )
BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) JI. Ir. H. Juanda 36. Jakarta 020 Indonesia Telepon : (02) 345 8400 Fax : (02) 345 8500 LAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Selasa, 27 Januari 2009 Pada hari
Lebih terperinciBPS PROVINSI SUMATERA SELATAN
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR
Lebih terperinciBKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA
No.1058, 2014 BKN. Kantor Regional. XIII. XIV. Pembentukan. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 20 TAHUN 20142014 TENTANG PEMBENTUKAN KANTOR REGIONAL XIII DAN KANTOR REGIONAL XIV
Lebih terperinciNOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir
NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : April 2017 Bersama ini kami
Lebih terperinciRekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)
Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha) Kawasan Hutan Total No Penutupan Lahan Hutan Tetap APL HPK Jumlah KSA-KPA HL HPT HP Jumlah Jumlah
Lebih terperinciRUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN
Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22
Lebih terperinciPEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KESATUAN BANGSA PROPINSI
Lebih terperinciTABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011
TABEL 1 GAMBARAN UMUM No. Provinsi Lembaga Pengelola Pengunjung Judul Buku 1 DKI Jakarta 75 83 7.119 17.178 2 Jawa Barat 1.157 1.281 72.477 160.544 3 Banten 96 88 7.039 14.925 4 Jawa Tengah 927 438 28.529
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER-61/K/SU/2012 TENTANG PERUBAHAN KELIMA ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP-06.00.00-286/K/2001
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016
BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.39/07/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR
Lebih terperinciDefinisi dan Jenis Bencana
Definisi dan Jenis Bencana Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat
Lebih terperinciESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI BANTEN TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Banten
Lebih terperinciPENDAHULUAN BAB I A. LATAR BELAKANG
Bagian V.1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia secara geografis dan demografis merupakan negara yang rawan akan bencana, baik bencana alam (natural disaster) maupun bencana karena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. peristiwa atau serangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu
BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Indonesia menjadi negara yang paling rawan terhadap bencana di duniakarena posisi geografis Indonesia terletak di ujung pergerakan tiga lempeng dunia yaitu Eurasia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan lebih dari 13.466 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Wilayah Indonesia terbentang
Lebih terperinci4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut:
NOMOR: NOTA DINAS Yth. : Direktur Jenderal Tanaman Pangan Dari : Plh. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan Hal : Laporan Perkembangan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan Tanggal : Maret 2017 Bersama ini
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN
No.54/9/13/Th. XIX, 1 ember 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,331 Pada 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk
Lebih terperinciLAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
LAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Alamat : Jl. Arah Bandara SMB II Palembang Telp. 0711-385108, Fax. 0711-385107 Email: bpbdprovsumsel@gmail.com / bpbd.sumsel@yahoo.com
Lebih terperinci2
2 3 c. Pejabat Eselon III kebawah (dalam rupiah) NO. PROVINSI SATUAN HALFDAY FULLDAY FULLBOARD (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. ACEH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kejadian alam di dunia yang terjadi selama tahun mengalami fluktuasi dengan kecenderungan terus mengalami peningkatan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian alam di dunia yang terjadi selama tahun 2005-2014 mengalami fluktuasi dengan kecenderungan terus mengalami peningkatan. Berdasarkan data dari World Disater
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 86 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN, SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah lama diakui bahwa Negara Indonesia memiliki posisi yang sangat strategis secara geografis dimana letaknya berada diantara Australia dan benua Asia serta diantara
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.3
SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.3 1. Daerah di Indonesia yang memiliki risiko terhadap bencana gempa bumi adalah... Palangkaraya
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI
Lebih terperinciPROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014
PROFIL SINGKAT PROVINSI MALUKU TAHUN 2014 1 Jumlah kabupaten/kota 8 Tenaga Kesehatan di fasyankes Kabupaten 9 Dokter spesialis 134 Kota 2 Dokter umum 318 Jumlah 11 Dokter gigi 97 Perawat 2.645 2 Jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan berisi latar belakang dilakukannya penelitian tugas akhir, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika dalam penulisan proposal tugas akhir ini.
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN
No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016
No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan
Lebih terperinciPROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT
No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga
Lebih terperinciPerkembangan Jumlah Penelitian Tahun
Pada tahun anggaran 2012, Badan Litbang Perhubungan telah menyelesaikan 368 studi yang terdiri dari 103 studi besar, 20 studi sedang dan 243 studi kecil. Perkembangan jumlah studi dari tahun 2008 sampai
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN NOMOR: KEP-06.00.00-286/K/2001 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
Lebih terperinciUANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS KELUAR DAERAH DAN DALAM DAERAH
LAMPIRAN III TENTANG PERUBAHAN ATAS NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERJALANAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA NO. TUJUAN UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap berbagai jenis bencana, termasuk bencana alam. Bencana alam merupakan fenomena alam yang dapat mengakibatkan terjadinya
Lebih terperinciPertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS
Pertumbuhan Simpanan BPR Dan BPRS Semester I Tahun 2014 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik
Lebih terperinciDesa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Desa Hijau Untuk Indonesia Hijau dan Sehat Direktorat Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga
Lebih terperinciLAPORAN HARIAN PUSDALOPS BNPB Selasa, 26 Mei 2009
P BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA ( B N P B ) JI. Ir. H. Juanda 36, Jakarta 1010 Indonesia Telepon : (01) 345 8400 Fax : (01) 345 8500 Email : posko@bnpb.go.id Website : http://www.bnpb.go.id LAPORAN
Lebih terperinciLAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
LAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Alamat : Jl. Arah Bandara SMB II Palembang Telp. 0711-385108, Fax. 0711-385107 Email: bpbdprovsumsel@gmail.com / bpbd.sumsel@yahoo.com
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,
www.bpkp.go.id PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER- 786/K/SU/2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR KEP-58/K/SU/2011
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki karakteristik bencana yang kompleks, karena terletak pada tiga lempengan aktif yaitu lempeng Euro-Asia di bagian utara, Indo-Australia di bagian
Lebih terperinciESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI GORONTALO TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Gorontalo
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan.
No.526, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Pelimpahan Urusan Pemerintahan. Gubernur. Dekonsetrasi. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinci- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018
- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018 MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dan dilihat secara geografis, geologis, hidrologis dan demografis, merupakan wilayah yang tergolong rawan bencana, bahkan termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas dan terletak digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan kondisi alam
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN
Lebih terperinciPRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 08 Desember 2016 s/d 12 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 08 Desember 2016 s/d 12 Desember 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA Jakarta, 08 Desember 2016 Kamis, 8 Desember 2016 PERAIRAN ACEH, PERAIRAN
Lebih terperinciESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia :
ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK INDONESIA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk Indonesia : 255.461.686 Sumber : Pusdatin, 2015 ESTIMASI JUMLAH PENDUDUK PROVINSI KALIMANTAN UTARA TAHUN 2015 Estimasi Jumlah Penduduk
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP
KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan
Lebih terperinciDefinisi dan Jenis Bencana
Definisi dan Jenis Bencana Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa
Lebih terperinci2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan
No.1864, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Perwakilan. Orta. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN
Lebih terperinciPertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS
Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS Semester I Tahun 2015 Divisi Statistik, Kepesertaan, dan Premi Penjaminan Direktorat Penjaminan dan Manajemen Risiko DAFTAR ISI Jumlah BPR/BPRS Peserta Penjaminan Grafik
Lebih terperinciTabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi
Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86
Lebih terperinciLAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH
LAPORAN HARIAN UPTB PUSDALOPS PB BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH Alamat : Jl. Arah Bandara SMB II Palembang Telp. 0711-385108, Fax. 0711-385107 Email: bpbdprovsumsel@gmail.com / bpbd.sumsel@yahoo.com
Lebih terperinciPEDOMAN BANTUAN PERALATAN
PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN BANTUAN PERALATAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA (BNPB) DAFTAR ISI 1. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Korban Bencana dan Kecelakaan. Pencarian. pertolongan. Evakuasi. Standar Peralatan.
No. 1523, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Korban Bencana dan Kecelakaan. Pencarian. pertolongan. Evakuasi. Standar Peralatan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK
Lebih terperinciKOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA
KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA PENGERTIAN BENCANA Peristiwa atau rangkaian peristiwa yg mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.366, 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. Organisasi. Tata Kerja. Perubahan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
Lebih terperinciBUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciReview upaya PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA KEKERINGAN DIPROVINSI NTB 2014
Review upaya PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN AKIBAT BENCANA KEKERINGAN DIPROVINSI NTB 2014 DINAS KESEHATAN PROVINSI NTB PENINGKATAN UPAYA PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN, KUTA-BALI 25-28 NOVEMBER 2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit ISPA merupakan
Lebih terperinciNusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.
LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan
Lebih terperinciTINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN
BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,
Lebih terperinciINSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH
INSTRUKSI GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR : 360 / 009205 TENTANG PENANGANAN DARURAT BENCANA DI PROVINSI JAWA TENGAH Diperbanyak Oleh : BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH JALAN IMAM BONJOL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN
KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KRISIS KESEHATAN PUSAT KRISIS KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA achmad yurianto a_yurianto362@yahoo.co.id 081310253107 LATAR BELAKANG TREND KEBENCANAAN MANAJEMEN
Lebih terperinci