BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suciati Rahayu Widyastuti, 2014
|
|
- Benny Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pengukuran pada proses pembelajaran di sekolah disebut pengukuran pendidikan. Ranah yang diukur dalam proses pendidikan menurut Binyamin S. Bloom dkk. dalam Azwar (2011:8) yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Tes merupakan salah satu bentuk instrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran (Mardapi, 2012:108). Dilakukannya tes dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan yang berkaitan dengan kognitif sedangkan untuk mengukur ranah selain kognitif digunakan istilah nontes atau survey (Susetyo, 2011). Hasil tes digunakan untuk menyampaikan informasi yang sesuai dengan tujuan dari pengukuran. Tes yang dibuat harus tepat mengukur apa yang ingin diukur. Terdapat beberapa jenis tes, salah satunya adalah tes prestasi atau tes hasil belajar yang merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa (Susetyo, 2011:7). Hasil tes prestasi digunakan untuk menilai, memotivasi siswa, memberi informasi kepada siswa, administrator sekolah, dan orang tua. Hasil tes diharapkan dapat benar-benar menggambarkan kemampuan peserta tes. Namun pada kenyataannya terkadang skor hasil tes tidak dengan benar memberikan informasi yang ingin didapat dari peserta tes. Apabila terjadi seperti itu maka kita berhadapan dengan skor yang tidak benar atau tidak wajar. Dalam psikologi perkembangan, siswa SMP kelas VII yang berusia antara tahun merupakan masa praremaja atau remaja awal menurut Konopka dalam Yusuf (2012:184) masa yang relatif singkat ini ditandai dengan sikap negatif seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, ataupun pesimistik (Yusuf, 2012:26). Kondisi psikologi yang seperti itu terbawa pada saat pembelajaran atau pun pelaksanaan tes. Siswa cenderung pesimistik, merasa tidak siap, karena belum menguasai materi dan juga tidak tenang dalam menghadapi tes.
2 2 Matematika merupakan salah satu bidang studi yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Pertama. Bidang studi matematika mempelajari konsepkonsep, struktur-struktur matematika, dan rangkaian pertanyaan-pertanyaan (sifat, teorema, dalil, prinsip). Tak jarang pula dalam mempelajari matematika peserta 1 didik disuguhkan banyaknya simbol, rumus dan notasi yang dapat menyebabkan peserta didik merasa tidak bersemangat, enggan, bahkan takut menghadapi pelajaran matematika. Begitu pula dalam menghadapi tes matematika, siswa cenderung merasa cemas atau was-was. Materi pada bidang studi matematika SMP kelas VII dirasa lebih kompleks dibandingkan dengan matematika ketika mereka masih duduk dibangku SD, karena masa peralihan tersebut mereka masih perlu beradaptasi dalam proses pembelajaran maupun pada saat mengadapi tes matematika. Ketika perasaan cemas dan tidak tenang yang dialami siswa dalam menghadapi tes matematika, hal ini dapat mengakibatkan siswa ceroboh menjawab butir tes, seperti salah menghitung atau salah dalam menafsirkan soal, terburu-buru menjawab soal karena waktu pengerjaan tes yang dirasa kurang bagi siswa. Terkadang siswa juga dihadapkan oleh tes hasil belajar matematika berbentuk tes objektif bentuk pilihan ganda, mereka memiliki peluang untuk menebak jawaban benar jika mereka tidak menguasai materi pada butir tes tersebut. Keadaan seperti itu dikhawatirkan dapat menghasilkan perolehan skor yang tidak dengan benar mencerminkan kemampuan dari siswa tersebut. Jawaban siswa yang diidentifikasi terdapat ketidakwajaran skor akan terlihat sangat ganjil, keganjilan tersebut bisa dilihat pada hasil analisis soal, soal diurutkan dari yang tingkat kesukarannya rendah ke tingkat kesukarannya tinggi. Ketidakwajaran skor juga dapat terdeteksi dari terdapatnya ketidakwajaran pada skor jika peserta tes dapat menjawab dengan benar butir soal yang sulit sedangkan butir soal yang mudah tidak dijawab dengan benar. Penting dilakukan pendeteksian ketidakwajaran skor jika kita sudah tidak dapat mencegah atau menghindari ketidakwajaran skor tersebut. Tujuan pendeteksian ketidakwajaran
3 3 skor adalah untuk mendeteksi skor peserta tes yang dicurigai tidak wajar. Ketidakwajaran skor dapat diantisipasi jika semua kegiatan dan langkah didalam pelaksanaan tes itu berlangsung dengan baik, selain itu kita juga akan memdapatkan gambaran kemampuan yang benar tentang peserta tes. Dari hasil pendeteksian ketidakwajaran skor tersebut dapat diambil keputusan tentang apa yang harus dilakukan berikutnya terhadap peserta tes yang dideteksi skornya tidak wajar atau juga dapat menjadi bahan evaluasi pada proses pelaksanaan tes. Kegiatan pendeteksian ketidakwajaran skor yang biasa guru lakukan dengan melihat hasil tes siswa, apabila tes tersebut berbentuk pilihan ganda tetapi disertai cara pengerjaannya pada setiap pengerjaan butir soal, kemudian ditemukan siswa yang menjawab dengan benar butir soal yang sukar namun tanpa disertai cara pengerjaannya, butir soal tersebut dianggap salah karena diduga merupakan hasil dari menebak atau mencontek, dan hasil dari tes tersebut tidak menggambarkan kemampuan peserta tes yang sebenarnya. Terdapat kendala jika tes hasil belajar berbentuk pilhan ganda namun tanpa disertai cara pengerjaan, siswa yang berhasil menjawab butir soal sukar namun tidak berhasil menjawab butir soal mudah, pada kondisi seperti ini guru merasa kebingungan apakah peserta tersebut curang atau tidak, dan skor peserta tersebut wajar atau tidak. Kemudian ada pula pendeteksian ketidakwajaran skor peserta tes yang biasa dilakukan oleh guru dengan melihat keidentikan jawaban salah satu hasil tes siswanya dengan siswa yang lainnya, yaitu skor dikatakan identik bila terjadi kesamaan letak butir soal yang benar maupun salah, menghadapi hal seperti ini guru biasanya mengambil kebijakan seperti mengurangi nilai atau teguran bagi peserta tes yang diduga mencontek untuk memberi efek jera agar tidak mengulangi hal tersebut lagi. Pendeteksian-pendeteksian yang biasa dilakukan oleh guru tersebut tidak berdasarkan suatu metode tertentu. Penggunaaan metode dalam mendeteksi ketidakwajaran skor dapat membantu mengatasi kebingungan guru dalam menentukan suatu skor peserta tes dinyatakan wajar atau tidak, dan
4 4 juga dengan penggunaan metode diharapkan pendeteksiannya dapat dilakukan secara sistematis sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk dapat mendeteksi ketidakwajaran skor adalah metode Jacob, SHL, Ghiselli, dan Donlon-Fisher. Metode-metode tersebut merupakan metode pendeteksian ketidakwajaran skor yang dalam mengestimasi skornya menggunakan teori skor klasik. Dari ke empat metode pendeteksian ketidakwajaran skor tersebut, masing-masing metode memiliki karakteristik yang tersendiri. Menurut Naga (1998) metode Ghiselli membutuhkan skor prediksi untuk dapat mendeteksi ketidakwajaran skor, dalam langkah perhitungan ketidakwajaran skornya metode ini menggunakan variabel Z untuk mendeteksi peserta tes yang memiliki skor yang tidak wajar di antara kelompok, variabel Z sangat bergantung dengan keadaan. Penggunaan skor prediksi pada metode Ghiselli juga harus benar-benar relevan dan juga harus mengukur sesuatu yang sama dengan skor yang akan dideteksi ketidakwajaran skornya. Metode Jacob membagi butir soal menjadi lima kelompok taraf sukar, pembagian lima kelompok taraf sukar dapat menjadi kelemahan metode tersebut, karena kita kehilangan informasi taraf sukar butir bagi butir di dalam peringkat yang sama dan juga berapapun jumlah butir soal pada tes akan tetap dibagi ke dalam lima kelompok taraf sukar walaupun jumlah soal tidak kelipatan lima, akibatnya tidak sama banyak jumlah soal disetiap kelompok taraf sukar. Selain pembagian lima kelompok taraf sukar metode Jacob juga memberi bobot besar pada butir yang sukar dan memberi bobot kecil pada butir yang mudah. Adanya pemberian bobot dikhawatirkan tidak dengan optimal karena jika peserta tes menjawab lebih banyak butir dengan benar, cenderung memperoleh indeks kewajaran tinggi, semata-mata nilai indeks kewajaran tidak lagi hanya mengukur kewajaran skor, dan itu dapat menjadi kelemahan dalam perhitungan indeks ketidakwajaran skor.
5 5 Dari keempat metode pendeteksian ketidakwajaran skor tersebut, untuk metode SHL dan metode Donlon-Fisher, keduanya tidak membutuhkan skor prediksi dan tidak ada pembagian peringkat dalam menghitung indeks ketidakwajaran skor peserta tes, dengan begitu kedua metode tersebut cocok apabila digunakan oleh guru-guru karena lebih mudah digunakan tidak perlu mencari skor prediksi yang belum tentu mengukur sesuatu yang sama seperti pada metode Ghiselli dan juga menghindari kelemahan dalam perhitungan ketidakwajaran skor dalam penggunaan metode Jacob. Metode SHL dan metode Donlon-Fisher pada proses perhitungannya berdasarkan teori skor klasik dalam mengestimasi skornya, ini mempermudah guru dalam mendeteksi ketidakwajaran skor karena telah sesuai dengan analisis butir soal yang biasa digunakan guru di sekolah untuk menganalisis butir soal yaitu menggunakan teori skor klasik. Dalam mendeteksi ketidakwajaran skor metode SHL dan Metode Donlon- Fisher terlebih dahulu mengurutkan butir mudah ke butir sukar, dan mengurutkan skor peserta tes dari yang tertinggi ke terendah, namun berbeda dalam menghitung kesukaran butir. Kesukaran butir pada metode SHL dinyatakan dengan jumlah jawaban benar dari setiap peserta, sedangkan kesukaran butir pada metode Donlon-Fisher dinyatakan dalam skala atau delta. Setelah itu metode SHL dan metode Donlon-Fisher membandingkan kecocokan antara skor peserta dengan skor kelompok peserta tersebut, tetapi dengan rumus yang berbeda. Perbedaan rumus dapat dilihat dari, jika pada metode SHL mendeteksi ketidakwajaran skor dengan menghitung selisih banyaknya jawaban salah pada butir mudah serta banyaknya jawaban benar pada butir sukar, kemudian bandingkan dengan indeks kehati-hatian peserta dalam bentuk proporsi terhadap jawaban benar dari seluruh peserta, sedangkan metode Donlon-Fisher menggunakan korelasi biserial untuk membandingkan pola kesukaran butir peserta dengan pola kesukaran butir kelompok peserta.
6 6 Pada dasarnya kedua metode tersebut memiliki fungsi yang sama yaitu untuk mendeteksi ketidakwajaran skor peserta tes, maka seharusnya menghasilkan indeks ketidakwajaran yang sama pula, namun pada prakteknya terdapat komponen yang berbeda seperti dijelaskan sebelumnya. Belum diketahui apakah perbedaan tersebut dapat menghasilkan indeks ketidakwajaran skor peserta tes yang berbeda pula, karena dikhawatirkan adanya perbedaan indeks ketidakwajaran skor yang dihasilkan oleh metode SHL dan metode Donlon-Fisher dapat menyebabkan guru atau pihak yang ingin mendeteksi ketidakwajaran skor menjadi bingung metode mana yang sebaiknya digunakan. Untuk itulah penting dilakukan penelitian membandingkan indeks ketidakwajaran skor yang dideteksi menggunakan metode SHL dan yang dideteksi menggunakan metode Donlon-Fisher terhadap tes hasil belajar matematika SMP kelas VII, karena apabila telah diketahui indeks ketidakwajaran skor dengan menggunakan metode SHL dan metode Donlon-Fisher terhadap tes hasil belajar siswa, maka akan sangat membantu dalam memilih metode pendeteksian ketidakwajaran skor yang tepat, lebih sensitif atau yang lebih praktis dalam penggunaannya. B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas peneliti dapat mengidentifikasi masalah yang timbul dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tingkat kecemasan diduga mempengaruhi indeks ketidakwajaran skor siswa SMP kelas VII pada mata pelajaran matematika. 2. Tingkat ketidakhati-hatian dalam mengerjakan setiap butir soal diduga mempengaruhi indeks ketidakwajaran skor siswa SMP kelas VII pada mata pelajaran matematika. 3. Sikap tidak tenang menghadapi tes diduga mengakibatkan ketidakwajaran skor siswa SMP kelas VII pada mata pelajaran matematika. 4. Guru belum dapat mendeteksi ketidakwajaran skor pada hasil tes matematika kelas VII.
7 7 5. Membandingkan indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL dan metode Donlon-Fisher pada tes hasil belajar matematika di SMP kelas VII. C. Batasan Masalah Dari identifikasi masalah di atas peneliti dapat mengetahui tentang masalah yang dihadapi, salah satu masalah yang akan diteliti adalah perbandingan indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL dan metode Donlon-Fisher pada tes hasil belajar matematika SMP kelas VII. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang akan diteliti, maka masalah yang akan dibahas dalam penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan antara metode SHL dan metode Donlon-Fisher dalam hal indeks ketidakwajaran skor pada tes hasil belajar matematika SMP kelas VII? 2. Bagaimana hasil analisis indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL pada tes hasil belajar matematika SMP kelas VII? 3. Bagaimana hasil analisis indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode Donlon-Fisher pada tes hasil belajar matematika SMP kelas VII? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui perbandingan hasil pendeteksian ketidakwajaran skor antara metode SHL dan metode Donlon dan Fisher pada mata pelajaran matematika SMP kelas VII. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL dan metode Donlon-Fisher pada mata pelajaran matematika di SMP kelas VII. 2. Untuk menganalisis indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL pada tes hasil belajar matematika SMP kelas VII.
8 8 3. Untuk menganalisis indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode Donlon-Fisher pada tes hasil belajar matematika SMP kelas VII. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis dalam pelaksanaan tes. 1. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan bukti empiris perbedaan indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL dan metode Donlon- Fisher pada tes hasil belajar matematika. Memberikan pula informasi kepada pembaca tidak semua hasil tes memberikan informasi yang benar tentang kemampuan peserta tes. 2. Manfaat secara praktis dari hasil penelitian ini nantinya adalah bagi pihak yang berkeinginan untuk mendeteksi ketidakwajaran skor baik guru maupun supervisor dapat memilih metode yang cocok digunakan untuk tujuan tertentu antara metode SHL ataupun metode Donlon-Fisher, karena penelitian ini tidak hanya akan menyajikan perbedaan indeks ketidakwajaran skor, tetapi juga penelitian ini hendak melihat secara deskriptif karakteristik dari metode pendeteksian ketidakwajaran skor tersebut.
PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR METODE SHL DAN METODE DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA
Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 1, Maret 2015 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR METODE SHL DAN METODE DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA Suciati Rahayu
Lebih terperinciatau siswa yang mendapatkan sekor lebih tinggi daripada kemampuan yang sebenarnya (spuriously high). Sekor bisa menjadi tidak wajar ketika responden
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mencerdaskan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan studi perbandingan kausal atau penelitian kausal komparatif. Studi perbandingan kausal hakikatnya dilakukan untuk memverifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan komponen penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, didefinisikan
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN
BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN A. Pendahuluan Dalam kegiatan pembelajaran segala sesuatu hal selayaknya dilakukan dengan tahapan yang jelas dan terarah. Oleh karena itu, penting
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketidakwajaran sekor dengan metode Jacob dilihat dari jumlah pilihan jawaban pada tes pilihan ganda. Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kompetensi yang harus dikembangkan dalam mata pelajaran fisika adalah aspek pemahaman. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Gardner (1999) bahwa salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai upaya dalam mengoptimalkan komponen komponen pengajaran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pendidikan dari tahun ke tahun terus dilakukan secara inovatif, baik dari sistem maupun teknik pengajaran oleh para guru di kelas. Peningkatan
Lebih terperinciANALISIS BUTIR ULANGAN HARIAN BIOLOGI KELAS XI IPA 3 SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MENGGUNAKAN KORELASI POINT BISERIAL
ANALISIS BUTIR ULANGAN HARIAN BIOLOGI KELAS XI IPA 3 SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MENGGUNAKAN KORELASI POINT BISERIAL Risya Pramana Situmorang 1, Andriyani Dea 2, Susanti Pudjihastuti 3, Lenni Oktarina
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Komparasi Estimasi Reliabilitas Pada Mata Pelajaran Sejarah Ditinjau Dari Homogenitas Dan Heterogenitas Kelompok
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengukuran berarti pemberian angka pada objek-objek atau kejadiankejadian menurut sesuatu aturan (Kerlinger, 1990, hlm. 687). Pengukuran dalam bidang pendidikan lebih
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Evaluasi dengan. Memperhatikan Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa
162 BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan Tentang Proses Pengembangan Perangkat Evaluasi dengan Memperhatikan Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotor Siswa Rangkaian proses pengembangan perangkat evaluasi pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung pada proses belajar yang dialami siswa
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seluruh proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan bukti-bukti atau karya-karya hasil belajar siswa meliputi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka dibuat definisi operasional sebagai berikut: 1. Asesmen portofolio Asesmen portofolio adalah penilaian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 4 Madiun yang beralamat di Jalan Serayu Kota Madiun. Waktu pelaksanaanya pada semester II tahun pelajaran 2014/2015
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengukuran merupakan suatu proses pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal atau objek tertentu menurut
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam
BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Kesulitan belajar siswa yang dimaksud adalah profil kemampuan siswa dalam merespon soal tes diagnosis serta latar belakang siswa yang mempengaruhi kemampuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
15 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Arikunto (2006), penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Perubahan tingkah laku dapat berupa hasil belajar siswa dalam sebuah
10 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hasil Belajar Perubahan tingkah laku dapat berupa hasil belajar siswa dalam sebuah proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciInisiasi IV ASESMEN PEMBELJARAN SD
Inisiasi IV ASESMEN PEMBELJARAN SD Saudara-saudara mahasiswa PGSD S-1 PJJ, selamat bertemu kembali dalam kegiatan tutorial bersama saya Yuni Pantiwati sebagai tutor mata kuliah Asesmen Pembelajaran SD.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempunyai standar yang telah disesuaikan UU No 20 tahun 2003 tentang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan penyelenggaraan pendidikan perlu adanya sebuah pertanggungjawaban dalam bentuk evaluasi untuk menentukan taraf kemajuan aktivitas di dalam pendidikan. Evaluasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Pernyataan ini bukan tanpa sebab,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Menurut Ali (2011:83) populasi pada dasarnya merupakan sumber data secara keseluruhan. Populasi dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu populasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. untuk menghasilkan suatu produk di bidang pendidikan. Sugiyono. menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah
BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan suatu produk di bidang pendidikan. Sugiyono menyatakan bahwa penelitian
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... viii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR LAMPIRAN... xi
v DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah
Lebih terperinciIndah Arsita Sari, Edy Wiyono, Ahmad Fauzi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia
PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FORMATIF FISIKA SMA NEGERI 2 SURAKARTA KELAS XI SEMESTER GENAP TAHUN 2013 Indah Arsita Sari, Edy Wiyono, Ahmad Fauzi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, latihan, proses,
Lebih terperinciJurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm
Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm. 33-40 PEMANFAATAN PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Hasil belajar dapat dikelompokkan
Lebih terperinciAlumni Program Studi Pendidikan Matematika UNRIKA Batam 2 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Unrika Batam,
KORELASI ANTARA KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA DAN PEMECAHAN MASALAHDENGAN TEKNIK POLYADENGAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIMTs USB SAGULUNG BATAM TAHUN PELAJARAN2013/2014 Wati Ritonga 1 dan Yudhi Hanggara
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menerapkan metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik di kelas VII
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan ini merupakan penelitian eksperimen semu yang dilaksanakan di SMP Negeri 4 Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Tujuan belajar adalah untuk mengadakan perubahan didalam diri seperti mengubah kebiasaan dari yang buruk menjadi baik, mengubah sikap dari yang negatif menjadi
Lebih terperinciPEMBUATAN TES TERTULIS
PEMBUATAN TES TERTULIS BENTUK SOAL 1. SOAL JAWABAN SINGKAT 2. SOAL BENAR- SALAH 3. SOAL MENJODOHKAN 4. SOAL PILIHAN GANDA 5. SOAL URAIAN SOAL JAWABAN SINGKAT KARAKTERISTIK: SOAL YANG MENUNTUT PESERTA TES
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpikir (cognitive), pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar dapat melibatkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses belajar kognitif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berpikir (cognitive),
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN OPEN ENDED
PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN OPEN ENDED Hafizah Delyana Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sumatera Barat Email: hafizahdelyana@yahoo.com.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Evaluasi (penilaian) dalam suatu pembelajaran merupakan komponen yang sangat penting dan juga merupakan salah satu tugas profesional seorang guru dalam melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian yang terjaring menggunakan seluruh instrumen penelitian
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data penelitian yang terjaring menggunakan seluruh instrumen penelitian dikelompokkan menjadi lima data utama berdasarkan pertanyaan penelitian. Bagian pertama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua potensi yang dimiliki siswa, termasuk kemampuan bernalar, kreativitas, kebiasaan bekerja keras,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di negara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
34 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang menuju ke arah yang lebih baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang menuju ke arah yang lebih baik berupa kemajuan dan peningkatan. Pendidikan dapat menjadi
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INSTRUMEN TES GEOMETRI DAN PENGUKURAN PADA JENJANG SMP
ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 2, No. 2, Mei - Agustus 2016 STKIP PGRI Banjarmasin PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES GEOMETRI DAN PENGUKURAN PADA JENJANG SMP Titin Muliyani, Dina
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpikir dalam menyelesaikan soal. Namun setelah diprediksi lebih lanjut,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu pengetahuan yang abstrak, sehingga kita membutuhkan pemahaman dan keterampilan yang mendalam untuk bisa menguasainya. Di antara keterampilan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung dengan mengambil subjek populasi seluruh siswa kelas VIII
Lebih terperinciKegiatan Belajar 4: Menelaah Tes Hasil Belajar
Kegiatan Belajar 4: Menelaah Tes Hasil Belajar Uraian Materi 1. Menelaah Kualitas Soal Tes Bentuk Objektif Sebagaimana telah anda pelajari sebelumnya, bahwa analisis kualitas perangkat soal tes hasil belajar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian terdiri dari dua kata,
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Secara umum, metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian terdiri dari dua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi hasil dan proses. Dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi hasil dan proses. Dari segi proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas, apabila setidaktidaknya sebagian
Lebih terperinciJurnal SAP Vol. 1 No. 1 Agustus 2016 ISSN: X
PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN CATATAN PERBAIKAN PADA LATIHAN MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA Ade Lukman Nulhakim Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email:
Lebih terperinciDAFTAR ISI. PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI PERNYATAAN... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semua orang yang mengalami sekolah secara formal, mungkin juga sekolah informal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua orang yang mengalami sekolah secara formal, mungkin juga sekolah informal dan nonformal, tak terhindar dari pengukuran (measurement) dan tes. Suatu tes
Lebih terperinciBAHAN AJAR EVALUASI PEMBELAJARAN
BAHAN AJAR EVALUASI PEMBELAJARAN ANALISIS POKOK UJI DRA. SITI SRIYATI, M.Si JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FPMIPA UPI ANALISIS POKOK UJI / TEKNIK ANALISIS SOAL TES ISTILAH YANG DIBERIKAN PADA PEKERJAAN YANG
Lebih terperinciANALISIS HASIL TEST. Classical Theory Test. Tingkat Kesukaran(
1 ANALISIS HASIL TEST by Juair mail: juair_jateng@yahoo.co.id Ulangan harian, mid semester, semester atau try out, uji SKL (TEST) adalah merupakan sarana untuk mengetahui kemampuan atau daya serap penguasaan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dibuat beberapa definisi operasional sebagai berikut:
41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. DEFINISI OPERASIONAL Agar tidak meluasnya beberapa pengertian dalam penelitian ini, maka dibuat beberapa definisi operasional sebagai berikut: 1. Asesmen Portofolio
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis butir soal atau analisis item adalah pengkajian pertanyaanpertanyaan tes agar diperoleh perangkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis butir soal atau analisis item adalah pengkajian pertanyaanpertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang memiliki kualitas yang memadai (Sudjana, 2006).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang sangat penting. Kegunaan matematika sangat besar bagi umat manusia pada umumnya dan siswa pada khususnya. Belajar matematika
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau
36 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan mengenai metode penelitian yang meliputi pemilihan lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen
Lebih terperinciMATA KULIAH EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA
TUGAS : KELOMPOK DOSEN: Dr. Busnawir, M.Si MATA KULIAH EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Penilaian Unjuk Kerja) OLEH KELOMPOK 3 1 SUPRATMAN (G2 I1 12 009) HERLINA (G2 I1 12 007) WAODE NURLINA MBAY
Lebih terperinciPENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL STRATEGI INKUIRI TERHADAP PEMAHAMAN JURUSAN IPA, IPS DAN BAHASA
Pengaruh Layanan Bimbingan Klasikal Strategi Inkuiri Terhadap Pemahaman Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa 77 PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL STRATEGI INKUIRI TERHADAP PEMAHAMAN JURUSAN IPA, IPS DAN BAHASA
Lebih terperinciPengukuran, Penilaian dan Evaluasi Pendidikan. Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB
Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi Pendidikan Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB Pengukuran Pengukuran dapat diartikan dengan kegiatan untuk mengukur sesuatu. Pada hakekatnya, kegiatan ini adalah membandingkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang unik, tidak ada seorang individu yang sama persis dengan individu yang lain. Salah satunya adalah dalam hal kecepatan dan kemampuan
Lebih terperinciDESKRIPSI PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS IV SD SE-KECAMATAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012
DESKRIPSI PENGUASAAN KOMPETENSI DASAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA KELAS IV SD SE-KECAMATAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Isna Riyanurani Program Studi Pendidikan Matematika Universitas
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Disain Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan merupakan jenis quasi experiment. Sedangkan disain penelitian yang akan diterapkan berupa static group
Lebih terperinciTEKNIK EVALUASI DAN INSTRUMEN EVALUASI HASIL BELAJAR
I. Pendahuluan TEKNIK EVALUASI DAN INSTRUMEN EVALUASI HASIL BELAJAR *) Oleh; D. Tiala Secara umum telah diketahui, bahwa melakukan evaluasi merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kita. Disadari atau tidak, pendidikanlah yang telah membuat kita menjadi lebih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu persoalan penting dalam kehidupan kita. Disadari atau tidak, pendidikanlah yang telah membuat kita menjadi lebih maju dan bermartabat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih banyak dibanding dengan pelajaran yang lain. Meskipun. matematika. Akibatnya berdampak pada prestasi belajar siswa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu bidang studi yang memiliki peranan penting dalam pendidikan. Hal itu dapat dilihat dari waktu jam pelajarannya yang lebih banyak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta di Kota Bandung. Pemilihan sekolah tersebut dikarenakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Menurut
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Menurut
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian tersebut dilakukan. Adapun penelitian yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif eksperimental. Eksperimen
3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif eksperimental. Eksperimen merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, sistem penilaian dan pengelolaan pendidikan. Pembenahan semua komponen pendidikan, pada tahun terakhir ini
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan untuk meningkatkan mutu pendidikan sangat bergantung pada berbagai unsur, antara lain program pendidikan, guru, siswa, sarana dan prasarana pendidikan,
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS VIID SMP N I SRANDAKAN
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS VIID SMP N I SRANDAKAN Oleh: Raras Dwi Asri 11144100129 Pendidikan Matematika Fakultas
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi tertentu.
III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan peneltiian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan prinsip expost facto dengan teknik korelasional. Metode survey adalah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Oprasional Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini,maka diperlukan penjelasan tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pendidikan merupakan sebuah program yang terencana yang melibatkan komponen yang akan bekerja sama untuk mancapai tujuan yang telah terprogramkan. Sebagai upaya untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematikadalamduniapendidikanmerupakansalahsatuilmudasar yangdapatdigunakanuntukmenunjangilmu-ilmulainsepertiilmu fisika,kimia,komputer,danlain-lain.pada
Lebih terperinciIII METODE PENELITIAN
III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen menurut
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. 1. Kemampuan afektif yang dianalisis dalam penelitian ini adalah perilaku siswa
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Kemampuan afektif yang dianalisis dalam penelitian ini adalah perilaku siswa selama kegiatan praktikum uji makanan berlangsung yang dijaring melalui
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor penentu kualitas kehidupan suatu bangsa adalah bidang pendidikan. Pendidikan sangat diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, terbuka
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan kegiatan percobaan untuk meneliti sesuatu peristiwa atau gejala
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
30 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 4 Bandung yang beralamat di Jalan Kliningan No. 6 Buah Batu Bandung, Jawa Barat. Populasi
Lebih terperincisuasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode praeksperimental. Sugiono (2013, hlm. 109) menyatakan bahwa, Penelitian praeksperimental hasilnya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. rombongan belajar kelas VII, 7 rombongan belajar kelas VIII, dan 7
59 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Pasundan 4 Bandung, dengan alamat Jalan Kebon Jati No. 30 Kota Bandung. Sekolah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode, Desain, dan Teknik Pengumpulan Data 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen yang merupakan bagian dari metode kuantitatif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif.
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam mewujudkan kesejahteraan umum dan upaya mewujudkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Secara umum metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sugiyono (2011:
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian ex post facto dengan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Adapun jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian ex post facto dengan pendekatan korelasional. Metode survey adalah suatu metode penelitian
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian komparatif. Menurut Harry Firman (2008: 10) penelitian komparatif meninjau hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siswa. Di dalam penilaian tersebut guru merancang jenis penilaian yang seperti
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru profesional merupakan guru yang mempunyai kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan dan mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai pendidik.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan merupakan salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mewujudkan hal itu, maka sekolah sebagai komponen utama
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh: Lia Yuliana, M.Pd. (Dosen FIP UNY)
PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENELITIAN TINDAKAN KELAS Oleh: Lia Yuliana, M.Pd. lia_yuliana@uny.ac.id (Dosen FIP UNY) A. Pendahuluan Sebagai praktisi yang merupakan ujung tombak dalam kegiatan pendidikan, guru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya, proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 19 Bandung tahun ajaran 2010/2011. Sampel dalam penelitian ini sebanyak tiga kelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu Negara. Semakin baik pendidikan di suatu Negara, maka Negara tersebut semakin baik pula. Undang-Undang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Terkait dengan keperluan penelitian yaitu untuk melihat peningkatan
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Terkait dengan keperluan penelitian yaitu untuk melihat peningkatan prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa, maka pada penelitian ini digunakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian 1.1.1 Lokasi Penelitian Objek penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Cimahi, Jalan Mahar Martanegara (Leuwigajah)
Lebih terperinci