MATA KULIAH EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MATA KULIAH EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA"

Transkripsi

1 TUGAS : KELOMPOK DOSEN: Dr. Busnawir, M.Si MATA KULIAH EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (Penilaian Unjuk Kerja) OLEH KELOMPOK 3 1

2 SUPRATMAN (G2 I ) HERLINA (G2 I ) WAODE NURLINA MBAY (G2 I ) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala rahmat dan hidayah yang diberikan kepada sehingga kami dapat menyusun makalah penilaian unjuk kerja Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah evaluasi dalam pembelajaran matematika pada Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Halu Oleo Kendari Tahun 2013, yang dibimbing oleh Bapak Dr. Busnawir, M.Si. 2

3 Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kelemahan dalam hal kedalaman teoritis dan analisis empirisnya. Karena itu, kami mengharapkan saran dan kriktik konstruktif dari Bapak Dosen dan juga rekan-rekan mahasiswa, serta khalayak pada umumnya demi kesempurnaan makalah ini. Kendari, Desember 2013 Penyusun DAFTAR ISI 3

4 HALAMAN JUDUL... PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii iii BAB I PENDAHULUAN... 1 A.Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 2 C. Tujuan Penulisan Makalah... 2 BAB II PEMBAHASAN... 3 A. Definisi penilaian unjuk kerja... 3 B. Contoh penilaian unjuk kerja... 4 C. Tehnik penilaian unjuk kerja BAB III KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA iii A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penilaian dalam Kurikulum 2004 mempunyai kedudukan yang penting. Siswa 4

5 dinilai dari berbagai hal. Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran dan juga terhadap hasil pembelajaran. Selain itu perbedaan yang sangat mendasar antara Kurikulum 2004 dan Kurikulum 1994 adalah ranah penilaian. Dalam Kurikulum 2004 siswa dinilai ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sementara dalam Kurikulum 1994 siswa hanya dinilai ranah kognitifnya saja. Namun demikian, untuk mata pelajaran matematika siswa hanya dinilai dalam ranah kognitif dan afektif. Penilaian dalam ranah kognitif pada pembelajaran matematika menuntut guru untuk melakukan variasi jenis-jenis penilaian, karena tuntutan Kurikulum 2004 mata pelajaran matematika menghendaki siswa untuk mempunyai kemampuan dalam: 1. Pemahaman konsep. Dalam hal ini siswa mampu mendefinisikan konsep, mengidentiftkasi dan memberi contoh atau bukan contoh dari konsep. 2. Prosedur. Siswa mampu mengenali prosedur atau proses menghitung yang benar dan tidak benar. 3. Komunikasi. Siswa mampu menyatakan gagasan matematika secara lisan, tertulis atau mendemonstrasikan. 4. Penalaran. Siswa mampu memberikan alasan induktif dan deduktif sederhana. 5. Pemecahan masalah. Siswa mampu memahami masalah, memilih strategi penyelesaian, dan menyelesaikan masalah. Salah satu jenis penilaian yang memenuhi tuntutan tersebut adalah penilaian kinerja atau penilaian unjuk kerja. Mungkin banyak guru yang belum terbiasa untuk melakukan jenis penilaian ini dikarenakan mereka tidak terbiasa untuk mendesain penilaian unjuk kerja padahal pekerjaan ini merupakan salah satu bentuk aspek profesional guru. Hal ini bisa disebabkan karena guru tidak mempunyai cukup waktu untuk mendesainnya atau bisa saja karena guru tidak mempunyai cukup pengetahuan untuk membuatnya. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan penilaian unjuk kerja dalam pembelajaran matematika? 2. Bagaimana penilaian unjuk kerja beserta rubrik mata pelajaran matematika untuk jenjang SD, SMP dan SMA dilakukan? 3. Bagaimanakah contoh-contoh tersebut diterapkan dengan kondisi sekolah dan siswa? C. Tujuan Penelitian 5

6 Tulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan guru untuk mendesain penilaian unjuk kerja. Tulisan ini juga memberikan beberapa contoh instrumen penilaian unjuk kerja beserta rubriknya untuk jenjang SD, SMP, dan SMA yang dapat digunakan guru. Contohcontoh itu dapat langsung diterapkan atau dimodifikasi dulu sesuai dengan kondisi sekolah dan siswa. BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Penilaian Unjuk Kerja Penilaian unjuk kerja adalah suatu prosedur penugasan kepada siswa yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang sejauh mana siswa telah belajar. Berbeda dengan bentuk tes klasik, instrumen penilaian unjuk kerja menghendaki siswa untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam beberapa 6

7 bidang guna mendemonstrasikan penguasaan mereka terhadap tujuan belajar. Dengan demikian, penilaian unjuk kerja menghendaki siswa untuk mengerjakan atau memberi tanggapan terhadap suatu tugas tertentu misalnya penilaian unjuk kerja dalam menulis menghendaki siswa untuk menulis secara benar. Penilaian unjuk kerja adalah suatu pendekatan dalam pengukuran status siswa, baik melalui pengamatan langsung oleh guru ataupun dengan cara menyuruh siswa untuk menanggapi instrumen tertentu. Suatu instrument unjuk kerja mencakup dua bagian, yaitu: butir-butir instrumen itu sendiri dan seperangkat krieria penskoran yang dikenal dengan rubrik. Tugas yang harus dilengkapi siswa dapat berupa penilaian proses, penilaian produk, penilaian hasil kerja, dan/atau pertanyaan yang meminta siswa untuk menuliskan jawaban dengan menerapkan keterampilan berfikir kritis. Beberapa contoh tugas dalam penilaian unjuk kerja adalah penulisan karangan, praktek berpidato, beberapa jenis karya seni, proyek penelitian, proyek yang berhubungan dengan sains, pemecahan masalah matematika serta analisis dan interpretasi sejarah yang telah dibaca oleh siswa. Menurut Nitko (1996), untuk menjamin kesahihan hasil penilaian maka kedua bagian dari penilaian unjuk kerja (tugas dan rubrik) harus dipadukan yang berarti bahwa: (1) harus mendaftarkan semua tugas-tugas, kemudian menentukan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa. Contoh: jika tujuan belajar yang akan dicapai adalah kemampuan siswa dalam menimbang bahan kimia di laboratorium, maka tugas siswa adalah mengidentifikasi persyaratan menimbang, bukan penjelasan bagaimana menggunakan skala, (2) tidak cukup bagi siswa jika hanya menampilkan tujuan belajar, tetapi guru harus mengevaluasi secara adil kualitas penampilan siswa. Misalnya, pada tugas menimbang bahan kimia bagi siswa SMP, guru harus melihat seberapa benar prosedur pengukuran bahan kimia yang telah dilakukan, tidak hanya melihat bahan-bahan kimia yang telah diukur. Beberapa alasan penggunaan penilaian unjuk kerja adalah: 1) Ketidak puasan terhadap tes objektif; para ahli evalausi percaya bahwa tes pilihan ganda dan tes benar salah hanya menuntut sebagaian dari pengetahuan siswa, tes seperti ini kurang cocok digunakan untuk mengukur kemampuan berfikir tingkat tinggi seperti memecahkan masalah dan kemampuan berfikir secara bebas. 2) Pengaruh aliran psikologi kognitif, para penganut psikologi kognitif percaya bahwa dalam pembelajaran tercakup isi dan prosedur pengetahuan, mereka menganjurkan agar tugas-tugas kognitif harus mencakup kedua jenis pengetahuan 7

8 ini, sebab keduanya mempunyai penekanan yang berbeda. Karena secara khusus pengetahuan yang berhubungan dengan prosedur tidak dapat diukur dengan bentuk tes klasik, maka dianjurkan untuk meningkatkan penggunaan penilaian unjuk kerja dalam pendidikan untuk melengkapi bentuk tes yang biasa digunakan 3) Pengaruh penggunaan bentuk tes klasik yang merugikan pembelajaran, guru cenderung menekankan pembelajaran pada materi yang tercakup dalam tes, akibatnya skor tes siswa meningkat kendatipun sebenarnya cakupan tes tidak mewakili keseluruhan materi utama yang harus dikuasai siswa. B. Contoh Penilaian Unjuk Kerja 1. Penilaian Unjuk Kerja Untuk SD Mata pelajaran Kelas Kompetensi Dasar Hasil belajar Indikator Materi pokok : Matematika : IV : melakukan dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan dalam pemecahan maasalah : memecahkan masalah yang melibatkan ruang : menentukan banyak barang yang dibeli dengan uang tertentu : operasi hitung campuran Berbelanja Kamu diberi uang Rp ,00 oleh ibumu dan kamu ingin membelanjakan uang itu untuk keperluan sekolah. Kamu ingin membeli buku tulis, pensil, penghapus pensil dan penggaris, tetapi kamu ingin membeli buku tulis yang terbanyak jumlahnya dibandingkan barang-barang lain. Harga 1 buku tulis Rp 2500, 00; 1 pensil RpI500,00; penghapus pensil Rpl000,00 dan 1 penggaris Rp l000,00. Jika semua uangkamu belanjakan, berapa banyak masing-masing barang yang dapat kamu peroleh? Jelaskan dan tunjukkan semua perhitungan sehingga kamu sampai pada keputusan itu. Konsep Matematika Dalam tugas ini siswa harus menentukan banyak barang yang dibeli dengan uang yang sudah tertentu. Siswa harus menghitung harga barang-barang yang dibeli dan jumlahnya Rp ,00 8

9 Penyelesaian Ada beberapa penyelesaian, antara lain: a. 6 buku tulis, harganya = 6 x Rp 2.500,00 = Rp ,00 2 pensil, harganya = 2 x Rp 1.500,00 = Rp 3.000,00 1 penghapus pensil = 1 x Rp 1.000,00 = Rp 1.000,00 1 penggaris = 1 x Rp 1.000,00 = Rp 1.000,00 Junlah = Rp ,00 b. 5 buku tulis, harganya = 5 x Rp 2.500,00 = Rp ,00 2 pensil, harganya = 3 x Rp 1.500,00 = Rp 4.500,00 1 penghapus pensil = 2 x Rp 1.000,00 = Rp 2.000,00 1 penggaris = 1 x Rp 1.000,00 = Rp 1.000,00 Junlah = Rp ,00 Pendekatan pemecahan masalah Rubrik Kriteria Tidak terorganisir, tidak sistematik Ketepatan perhitungan Penjelasan prosedur Banyak kesalahan perhitungan, dan tidak memperhatikan jumlah soal yang ditentukan Tidak jelas, sukar diikuti dan tidak memahami masalah Ada usaha untuk mengorganisir tetapi tidak dilakukan dengan baik Beberapa perhitungna masih salah, sehingga jumlah total tidak tepat Agak jelas, tetapi kurang menunjukkan memahami masalah Terorganisir, diikuti dengan penyelesaian yang benar Hanya sedikit kesalahan dalam perhitungan Jelas dan menunjukkan memahami masalah Sangat terorganisir dan sistematik dengan perencanaan yang baik Tidak ada kesalahan perhitungan Jelas dan menunjukkan memahami masalah serta disajikan dengan baik 2. Penilaian Unjuk Kerja Untuk SMP Mata pelajaran Kelas Kompetensi Dasar : Matematika : VII : menyelesaiakan operasi bilangan bulat dan mengenal sifat operasi bilangan bulat 9

10 Indikator Materi pokok : menyelesaikan operasi perkalian bilangan bulat : bilangan bulat Jadwal Stand Misalkan Anda diberi tugas untuk menjadwalkan orang-orang yang bekerja dalam stand barang-barang antik di suatu pameran. Susunlah jadwal yang memenuhi kriteria di bawah ini dan sajikan dengan cara yang baik dan terorganisir sehingga mudah dimengerti baik oleh pemilik stand maupun oleh para penjaga stand. Syarat-syarat penyusunan jadwal adalah sebagai berikut. 1. Stand buka pukul hanya pada dua hari Sabtu dan dua hari Minggu 2. Akan ada satu, dua atau tiga penjaga stand dalarn suatu shift tergantung pada ramainya pengunjung pada shift tertentu. Satu shift terdiri dari 2 jam. 3. Tiap-tiap penjaga stand dibayar Rp per jarn dan setiap penjaga tidak boleh. bekerja lebih dari satu shift per hari. 4. Total anggaran untuk membayar penjaga stand selarna empat hari adalah Rp tetapi Anda tidak harus menghabiskan uang tersebut. 5. Jika mungkin, untuk tiap-tiap shift yang berbeda, pasangan penjaga stand tidak saran Penjaga stand tidak harus bekerja setiap hari, Tugas Anda selengkapnya meliputi: a. Jadwal untuk empat hari (dua Sabtu dan dua Minggu) dengan identiftkasi masing masing shift dan jumlah pekerja tiap-tiap shift. b. Jumlah pekerja tiap-tiap shift menunjukkan perkiraan Anda seberapa ramainya pengunjung stand. c. Jumlah penjaga stand yang Anda perlukan. d. Rencana anggaran untuk membayar para penjaga stand. e. Deskripsi tertulis mengapa Anda anggap bahwa jadwal tersebut adalah yang terbaik. Konsep Matematika Dalam menyelesaikan masalah ini, siswa diminta untuk mengorganisasi informasi yang kompleks dan mengerjakan rencana anggaran. Penyelesaian Akan ada banyak penyelesaian untuk masalah ini, salah satunya adalah sebagai berikut 10

11 Jam Shift Jumlah Pekerja Hari Sabtu Jumlah Pekerja Hari Mingg u Jumla h Jam Kerja Upah Per Jam Upah Hari Sabtu Dan Minggu Upah 2 Hari Sabtu Dan 2 Hari Minggu Rp ,00 Rp ,00 Rp , Rp ,00 Rp ,00 Rp , Rp ,00 Rp ,00 Rp , Rp ,00 Rp ,00 Rp , Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 19 Total Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 Rubrik Kriteria Tidak terorganisir atau tidak ada bukti perencanaan Pengorganisasia n dan perencanaan Ketepatan perhitungan Penjelasan Banyak kesalahan perhitungan Sedikit atau tidak ada penjelasan, atau tidak bisa diikuti. Ada perencanaan kasar atau tetapi tidak cukup untuk mengorganisir informasi yang kompleks Ada beberapa kesalahan, tetapi bisa menghasilkan kesimpulan yang benar. Ada penjelasan, tetapi sukar untuk dimengerti. Terorganisir dan ada perencanaan untuk membuat jadwal dan anggaran Tidak ada kesalahan dan mendapatkan kesimpulan yang benar Sangat jelas, hanya proswes berfikir kadangkadang tidak mudah diikuti Sangat terorganisir dan sistematik dalam menyususn jadwal dan anggaran Seperti tingkat 3, ditambah jadwal dan rencana anggaran mencerminkan asumsi situasi yang bagus Sangat jelas dan proses berfikir mudah diikuti 11

12 3. Penilaian Unjuk Kerja Untuk SMA Mata pelajaran Kelas Kompetensi Dasar Indikator Materi pokok : Matematika : XI/Ilmu Alam, Ilmu Sosial dan Bahasa : merumuskan dan menentukan peluang kejadian dari berbagai situasi serta tafsirannya : menentukan peluang kejadian dari berbagai situasi : Peluang Koin Keberuntungan Sebuah koin yang setimbang dilambungkan ke atas. Jika koin itu jatuh ke tanah maka bagian sisi koin yang terlihat akan berupa gambar (G) atau angka (A). a. Jika koin dilambungkan 3 kali, berapa peluang: 1) paling sedikit terdapat dua gambar 2) paling sedikit terdapat dua gambar tetapi satu lambungan koin sudah dipastikan adalah gambar. b. Jika koin dilambungkan sebanyak 25 kali, berapa peluang bahwa semua hasil yang muncul adalah gambar? Jelaskan jawaban Anda. c. Seseorang dikatakan menang taruhan jika koin yang dilambungkan menghasilkan gambar semua, Tentukan jumlah lambungan koin minimum supaya peluang memenangkan taruhan adalah 0,002. Konsep matematika Diagram pohon membuat siswa dapat mengorganisasi ruang sampel yang diperoleh untuk pertanyaan sehingga dapat menentukan anggota ruang sampel yang memenuhi pertanyaan a. Untuk menyelesaikan pertanyaan b, siswa harus menemukan pola. Penyelesaian: Lambungan I Lambungan II Lambungan III G G A G 12

13 G A A G A A G A G A Siswa mungkin akan menggunakan diagram pohon seperti di atas atau mereka mungkin langsung menggunakan teori peluang. Ruang Sampel S = {GGG, GGA, GAG, GAA, AGG, AGA, AAG, AAA}.Anggota ruang sampel n(s) = 8 al) Paling sedikit 2 gambar ada 4 kemungkinan, yaitu GGG, GOA, GAG, AGG Peluang paling sedikit terdapat 2 gambar = 4/8 =1/2 a2) Jika satu lambungan koin sudah pasti terjadi gambar maka mustahil akan terjadi angka semua sehingga AAA harus dihilangkan. Dengan demikian anggota ruang sampel yang baru adalah n(s) = 7. Jadi peluang paling sedikit terdapat 2 gambar 4/7 b) Jika koin dilambungkan sebanyak 25 kali, maka anggota ruang sampel adalah Dari semua kemungkinan tersebut hanya ada satu kemungkinan berupa gambar semua. Jadi peluang yang muncul gambar semua = c) Jika koin dilambungkan sebanyak n kali maka banyak anggota ruang sampel Dari semua kemungkinan tersebut hanya ada satu kemungkinan yang menghasilkan gambar semua. Jadi 1 2 n = 0,002 =

14 2 n = log 500 = n n = log500 log2 8, 96 9 Jadi, supaya peluang menang 0,002 maka jumlah lambungan koin minimal 9 kali Rubrik Tingkat 4: jawaban jelas dan menunjukkan alasan berdasarkan pengetahuan matematika yang mendalam yang berhubungan dengan tugas ini. Ciri-ciri: Semua jawaban benar ditunjukkan dengan metode yang sesuai. Sedikit kesalahan perhitungan dapat diterima. Tingkat 3: jawaban menunjukkan pengetahuan matematika mendasar yang berhubungan dengan tugas ini. Ciri-ciri: Semua jawaban benar tetapi ada cara yang tidak sesuai atau ada satu jawaban yang salah. Sedikit kesalahan perhitungan dapat diterima. Atau: Salah satu bagian a atau kedua-duanya dijawab salah. Siswa tidak membuat diagram pohon tetapi jawaban lain benar. Sedikit kesalahan perhitungan dapat diterima. Atau: Bagian a dijawab benar, tetapi bagian b atau c salah atau tidak dijawab tetapi metode yang digunakan sesuai. Tingkat 2: jawaban menunjukkan keterbatasan atau kurangnya pengetahuan matematika yang berhubungan dengan masalah ini. Ciri-ciri: Dua bagian pertanyaan dijawab salah atau tidak selesai dikerjakan tetapi satu pertanyaan dijawab dengan tepat menggunakan prosedur yang benar. Tingkat 1: jawaban hanya menunjukkan sedikit atau sama sekali tidak ada pengetahuan matematika yang berhubungan dengan masalah ini. Ciri-ciri: 14

15 Semua jawaban salah Atau: Jawaban benar tetapi tidak ada bukti bahwa jawaban diperoleh melalui prosedur yang benar. C. Tehnik Penilaian Unjuk Kerja 1. Rubrik Holistik Rubrik Holistik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan kesan keseluruhan atau kombinasi semua kriteria. Untuk rubrik seperti ini, salah satu contoh penyebutan yang digunakan adalah tingkat 1 (tidak memuaskan), tingkat 2 (cukup memuaskan dengan banyak kecurangan), tingkat 3 (memuaskan dengan sedikit kekurangan), dan tingkat 4 (supervisor) atau tingkat 0, tingkat 1, tingkat 2, dan tingkat 3 (masingmasing dengan sebutan yang sama). Contoh Rubrik Holistik Skala 4 Secara Umum. Tngkat level kriteria umum 4. Supervisor Menunjukkan pemahaman yang lebih terhadap konsep-konsep Menggunakan strategi-strategi yang sesuai 3. Menemukan dengan sedikit kekurangan 2. Cukup memuaskan dengan banyak kekurangan Komputasinya (perhitungannya) benar Penjelasan patut di contoh Diagram/tabel/grafik tepat (sesuai dengan permintaan) Melebihi pemecahan masalah yang diinginkan Menunjukkan pemahaman terhadap konsep-konsep Menggunakan strategi-strategi yang sesuai Komputasi sebagian besar benar Penjelasan efektif Diagram/tabel/grafik sebagian besar tepat Mememnuhi semua pemecahan masalah yang diinginkan Menunjukkan pemahaman terhadap sebagian besar konsep-konsep Tidak menggunakan strategi-strategi yang sesuai 15

16 Komputasi sebagian besar benar Penjelasan memuaskan Diagram/tabel/grafik sebagian besar tepat Memenuhi sebagian besar pemecahan masalah yang diinginkan 1. Tidak memuaskan Menunjukkan sedikit atau tidak ada pemahaman terhadap konsep-konsep Tidak menggunakan strategi-strategi yang sesuai Komputasi tidak benar Penjelasan tidak memuaskan Diagram/tabel/grafik tidak tepat Tidak memenuhi pemecahan masalah yang diinginkan 3. Rubrik Analitik Rubrik analitik adalah pedoman untuk menilai berdasarkan beberapa kriteria yang ditentukan. Jenjang SD Kriteria yang dinilai adalah pendekatan pemecahan masalah, ketepatan perhitungan, dan penjelasan prosedur. Skala penilaian adalah skala 4 dengan penyebutan tingkat 1, tingkat 2, tingkat 3, dan tingkat 4. Misalnya kriteria penilaian hasil belajar siswa. Misalkan dianggap bahwa ketepatan perhitungan adalah kriteria yang terpenting dalam penilaian hasil belajar siswa, sehingga ketepatan perhitungan diberi skor 3 sedangkan yang lainnya diberi skor 2. Misalkan seorang guru yang bernama Pak David ingin menilai hasil belajar salah seorang muridnya yang bernama Candra kelas IV SD, maka tehnik analitiknya sebagai berikut. Skala Kriteria 1. Pendekatan pemecahan masalah Sistematika pemecahan masalah Bentuk penyelesaian masalah Skor

17 2. Ketepatan perhitungan Ketepatan perhitungan dalam penggunaan rumus Disajikan dengan rapi dan baik 3. Penjelasan prosedur Kejelasan penulisan Pemahaman terhadap aspek hubungan Jumlah Skor 46 Skor Maksimum 56 Nilai 82, Penjelasan: Skor yang diperoleh = tingkat x bobot Skor untuk kriteria pendekatan pemecahan masalah = (3 x 2) + (3 x 2) = 12 Skor untuk kriteria ketepatan perhitungan = (3 x 3) + (3 x 3) = 18 Skor untuk kriteria penjelasan prosedur = (4 x 2) + (4 x 2) = 16 Skor total = 40 Skor maksimum = 56 Nilai Candra jika dikonversikan ke skala = Skor total Skor maksimum x 100 = = x = 82,14 Jadi, nilai Candra adalah 82. Jenjang SMP Kriteria yang dinilai adalah pendekatan pemecahan masalah, ketepatan perhitungan, dan penjelasan prosedur. Skala penilaian adalah skala 4 dengan penyebutan tingkat 1, tingkat 2, tingkat 3, dan tingkat 4. Misalnya kriteria penilaian hasil belajar siswa. Misalkan dianggap bahwa pendekatan pemecahan masalah adalah kriteria yang terpenting dalam penilaian hasil belajar siswa, sehingga pendekatan pemecahan masalah diberi skor 3 sedangkan yang lainnya diberi skor 2. Misalkan seorang guru yang bernama Pak Imran ingin menilai hasil belajar salah seorang muridnya yang bernama Wilyan kelas VII SMP, maka tehnik analitiknya sebagai berikut. 17

18 Skala Kriteria 1. Pendekatan pemecahan masalah Sistematika pemecahan masalah Bentuk penyelesaian masalah 2. Ketepatan perhitungan Ketepatan perhitungan dalam penggunaan rumus Disajikan dengan rapi dan baik 3. Penjelasan prosedur Kejelasan penulisan Pemahaman terhadap aspek hubungan Skor Jumlah Skor 52 Skor Maksimum 56 Nilai 92, Penjelasan: Skor yang diperoleh = tingkat x bobot Skor untuk kriteria pendekatan pemecahan masalah = (4 x 3) + (4 x 3) = 24 Skor untuk kriteria ketepatan perhitungan = (3 x 2) + (3 x 2) = 12 Skor untuk kriteria penjelasan prosedur = (4 x 2) + (4 x 2) = 16 Skor total = 52 Skor maksimum = 56 Nilai Wilyan jika dikonversikan ke skala = Skor total Skor maksimum x 100 = = x = 92,86 18

19 Jadi, nilai Wilyan adalah 93. Jenjang SMA Kriteria yang dinilai adalah pendekatan pemecahan masalah, ketepatan perhitungan, dan penjelasan prosedur. Skala penilaian adalah skala 4 dengan penyebutan tingkat 1, tingkat 2, tingkat 3, dan tingkat 4.misalnya kriteria penilaian hasil belajar siswa. Misalkan dianggap bahwa penjelasan prosedur adalah kriteria yang terpenting dalam penilaian hasil belajar siswa, sehingga penjelasan prosedur diberi skor 3 sedangkan yang lainnya diberi skor 2. Misalkan seorang guru yang bernama Pak Yasir ingin menilai hasil belajar salah seorang muridnya yang bernama Indah SMA kelas XI/Ilmu Alam, maka tehnik analitiknya sebagai berikut. Kriteria Skala Skor 1. Pendekatan pemecahan masalah Sistematika pemecahan masalah Bentuk penyelesaian masalah Ketepatan perhitungan Ketepatan perhitungan dalam penggunaan rumus Disajikan dengan rapi dan baik 3. Gambar Kejelasan gambar Ketepatan gambar Kesesuaian gambar dengan ukuran Kerapian dan penyajian 4. Penjelasan prosedur Kejelasan penulisan Pemahaman terhadap aspek hubungan Jumlah Skor 62 Skor Maksimum 88 Nilai 70, Penjelasan: Skor yang diperoleh = tingkat x bobot Skor untuk kriteria pendekatan pemecahan masalah = (2 x 3) + (2 x 3) = 12 19

20 Skor untuk kriteria ketepatan perhitungan = (2 x 2) + (2 x 2) = 8 Skor untuk kriteria gambar = (2 x 3) + (2 x 3) + (2 x 3) + (2 x 3) = 24 Skor untuk kriteria penjelasan prosedur = (3 x 3) + (3 x 3) = 18 Skor total = 62 Skor maksimum = 88 Nilai Indah jika dikonversikan ke skala = Skor total Skor maksimum x 100 = = x Jadi, nilai Indah adalah 71. = 70,45 20

21 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Penilaian yang dilakukan terhadap siswa harus bervariasi bentuknya, salah satu diantaranya adalah penilaian unjuk kerja. Penilaian unjuk kerja adalah suatu prosedur penugasan kepada siswa yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi tentang sejauh mana siswa telah belajar. Beberapa contoh penilaian unjuk kerja untuk SD, SMP dan SMA yang diambil dari berbagai sumber dapat digunakan sewaktu guru mengajar untuk materi yang sesuai. Jika kita mengambil contoh penilaian unjuk kerja, maka sebelum diterapkan dapat dilakukan perubahan baik instrumen maupun rubriknya agar sesuai dengan kondisi siswa. Rubrik yang digunakan bisa rubrik analitik atau rubrik holistik atau kombinasi keduanya. 21

22 DAFTAR PUSTAKA Ahiri, Jafar Teknik penilaian kelas dalam pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press Gunawan, Ali, Muhammad Penilaian unjuk kerja matematika. Artikel Iryanti, Puji Paket pembinaan penataran (penilaian unjuk kerja). Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah PPPGM 22

PENILAIAN UNJUK KERJA

PENILAIAN UNJUK KERJA PAKET PEMBINAAN PENATARAN Dra. Puji Iryanti, M.Sc.Ed. PENILAIAN UNJUK KERJA 45 O 1 2 3 4 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PUSAT PENGEMBANGAN PENATARAN GURU

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP. Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP. Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA Kode Makalah PM-1 PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA Abstrak Dalam KBK telah dimasukkan tujuan-tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mengukur dan menilai tingkat pencapaian kurikulum dan keberhasilan proses pembelajaran. Penilaian digunakan

Lebih terperinci

TUJUAN ASESMEN ALTERNATIF

TUJUAN ASESMEN ALTERNATIF 1 TUJUAN ASESMEN ALTERNATIF Merupakan upaya memperbaiki dan melengkapi tes baku sehingga penilaian hasil belajar tidak hanya berhubungan dengan hasil akhir tetapi merupakan bagian penting dlm proses pembelajaran

Lebih terperinci

Penilaian Unjuk Kerja (Performance Assessment) Jarnawi Afgani Dahlan

Penilaian Unjuk Kerja (Performance Assessment) Jarnawi Afgani Dahlan Penilaian Unjuk Kerja (Performance Assessment) Jarnawi Afgani Dahlan Latar Belakang - Penilaian pembelajaran masih didominasi pada penilaian kognitif melalui pensil-kertas yang hanya mengukur informsi

Lebih terperinci

PEMBUATAN TES TERTULIS

PEMBUATAN TES TERTULIS PEMBUATAN TES TERTULIS BENTUK SOAL 1. SOAL JAWABAN SINGKAT 2. SOAL BENAR- SALAH 3. SOAL MENJODOHKAN 4. SOAL PILIHAN GANDA 5. SOAL URAIAN SOAL JAWABAN SINGKAT KARAKTERISTIK: SOAL YANG MENUNTUT PESERTA TES

Lebih terperinci

TEKNIK PENILAIAN NON TES

TEKNIK PENILAIAN NON TES TEKNIK PENILAIAN NON TES Penilaian Unjuk Kerja Dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Cocok untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar Menurut arti leksikal Hasil adalah sesuatu yang diadakan. 10 Sedangkan belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. 11 Slameto merumuskan pengertian belajar

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK BAB VIII PENILAIAN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN Prof. Dr. Sunardi, M.Sc Dr. Imam Sujadi, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG NOMOR 9 Tahun 2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN HASIL BELAJAR MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG NOMOR 9 Tahun 2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN HASIL BELAJAR MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG NOMOR 9 Tahun 2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN HASIL BELAJAR MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REKTOR UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 3: Menulis Tes Hasil Belajar

Kegiatan Belajar 3: Menulis Tes Hasil Belajar Kegiatan Belajar 3: Menulis Tes Hasil Belajar Uraian Materi Secara umum, langkah-langkah kegiatan penilaian hasil belajar yang dilakukan Guru meliputi: (1) Perencanaan penilaian dan pengembangan perangkat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gaung Persada Press, 2007), hlm Masnur Muslich, KTSP; Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Gaung Persada Press, 2007), hlm Masnur Muslich, KTSP; Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual, (Jakarta: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan penilaian dalam pembelajaran mempunyai kedudukan yang penting utamanya dilakukan dalam rangka mengambil keputusan tentang penampilan peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Di dalam penilaian tersebut guru merancang jenis penilaian yang seperti

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Di dalam penilaian tersebut guru merancang jenis penilaian yang seperti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru profesional merupakan guru yang mempunyai kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan dan mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai pendidik.

Lebih terperinci

K UNIVERSITAS SEBELAS MARET

K UNIVERSITAS SEBELAS MARET Implementasi metode latihan berstruktur disertai media diagram untuk meningkatkan prestasi belajar konsep mol siswa kelas X SMA N 1 Banyudono tahun pelajaran 2006/2007 Erlika Setyaningsih K.3302020 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi.

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 1 Nomor 2, Mei 2005 SISTEM PENILAIAN PEMBELAJARAN EKONOMI BERBASIS KOMPETENSI Oleh: Barkah Lestari (Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan pembangunan bangsa Indonesia pada abad ke-21 khususnya di bidang pendidikan adalah menyiapkan generasi muda yang luwes, kreatif,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP ) 116 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP ) NAMA SEKOLAH : SMAN 4 Kota Solok MATA PELAJARAN : Matematika KELAS : XI IPA (Sebelas IPA) SEMESTER : 2 (Dua) JUMLAH PERTEMUAN : 1 Pertemuan A. Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang yang mencakup

BAB II KAJIAN TEORI. bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang yang mencakup 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang yang mencakup perubahan tingkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. butuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari baik dalam sains, teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. butuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari baik dalam sains, teknologi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang.. Matematika merupakan pelajaran yang di ajarkan disekolah dari tingkat SD sampai SMA, bahkan di perguruan tinggi. Hal ini disebabkan matematika sangat di butuhkan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) NAMA SEKOLAH : SMAN 4 Kota Solok MATA PELAJARAN : Matematika : XI IPA (Sebelas IPA)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) NAMA SEKOLAH : SMAN 4 Kota Solok MATA PELAJARAN : Matematika : XI IPA (Sebelas IPA) 125 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) NAMA SEKOLAH : SMAN 4 Kota Solok MATA PELAJARAN : Matematika KELAS : XI IPA (Sebelas IPA) SEMESTER : II (Dua) JUMLAH PERTEMUAN : 1 Pertemuan A. Standar Kompetensi

Lebih terperinci

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA YOGYAKARTA 2015 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, sistem penilaian dan pengelolaan pendidikan. Pembenahan semua komponen pendidikan, pada tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, sistem penilaian dan pengelolaan pendidikan. Pembenahan semua komponen pendidikan, pada tahun terakhir ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan untuk meningkatkan mutu pendidikan sangat bergantung pada berbagai unsur, antara lain program pendidikan, guru, siswa, sarana dan prasarana pendidikan,

Lebih terperinci

antara ketiganya. Untuk memahami apa persamaan, perbedaan, ataupun hubungan akan memilih yang panjang. Kita tidak akan memilih yang pendek, kecuali

antara ketiganya. Untuk memahami apa persamaan, perbedaan, ataupun hubungan akan memilih yang panjang. Kita tidak akan memilih yang pendek, kecuali A. Arti Penilaian Istilah pengukuran, penilaian, dan evaluasi, seringkali digunakan dalam dunia pendidikan. Ketiga kata tersebut memiliki persamaan, perbedaan, ataupun hubungan antara ketiganya. Untuk

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Standar Isi BSNP yang diterapkan di SD Kreatif The naff Deskripsi dan analisis data penelitian ini menggambarkan data yang diperoleh di lapangan melalui instrumen

Lebih terperinci

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang dewasa ini telah berkembang cukup pesat, baik secara teori maupun praktik. Oleh sebab itu maka konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting terhadap perkembangan bangsa dan negara. Karena pendidikan merupakan tolak ukur maju atau tidaknya suatu bangsa. Agar pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penilaian merupakan kegiatan yang sangat penting di dalam proses pembelajaran. Penilaian juga merupakan ujung tombak dari suatu kegiatan pencapaian taraf berhasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 82 3.1 Pendekatan dan Desain Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang menggunakan Design One Group Pretest

Lebih terperinci

PERENCANAAN TES. Retno Wahyuningsih ENAM HAL YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN

PERENCANAAN TES. Retno Wahyuningsih ENAM HAL YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN PERENCANAAN TES Retno Wahyuningsih 1 ENAM HAL YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN 2 1 ENAM HAL YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN 1. Pengambilan sampel dan pemilihan butir soal, 2. Tipe tes yang akan digunakan, 3. Aspek

Lebih terperinci

C. Langkah-langkah Penelitian Langkah-langkah dalam penelitian yang dilakukan, penulis menyusun alur penelitian seperti pada Gambar 3.

C. Langkah-langkah Penelitian Langkah-langkah dalam penelitian yang dilakukan, penulis menyusun alur penelitian seperti pada Gambar 3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010). Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah, guru adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas hasilnya. Dengan demikian, guru patut dibekali dengan evaluasi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar di sekolah atau yang lebih dikenal dengan istilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar di sekolah atau yang lebih dikenal dengan istilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar di sekolah atau yang lebih dikenal dengan istilah pengajaran merupakan sebuah proses yang tidak hanya bersifat mekanisme saja, tetapi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menerapkan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang merupakan penelitian model Kemmis

Lebih terperinci

tertentu. Penilaian performans menurut Nathan & Cascio (1986) berdasarkan pada analisis pekerjaan.

tertentu. Penilaian performans menurut Nathan & Cascio (1986) berdasarkan pada analisis pekerjaan. Bentuk-Bentuk Tes Bentuk tes yang digunakan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes non-objektif. Objektif di sini dilihat dari sistem penskorannya, yaitu siapa saja yang memeriksa

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP ) 108 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP ) NAMA SEKOLAH : SMAN 4 Kota Solok MATA PELAJARAN : Matematika KELAS : XI IPA (Sebelas IPA) SEMESTER : 2 (Dua) JUMLAH PERTEMUAN : 1 Pertemuan A. Standar Kompetensi

Lebih terperinci

LISAN TULISAN OBSERVASI SKALA PENILAIAN SOSIOMETRI STUDI KASUS CHECKLIST

LISAN TULISAN OBSERVASI SKALA PENILAIAN SOSIOMETRI STUDI KASUS CHECKLIST BAHAN AJAR EVALUASI PEMBELAJARAN TES URAIAN DAN TES OBJEKTIF LISAN INDIVIDUAL KELOMPOK ESAI BERSTRUKTUR BEBAS TULISAN TERBATAS ALAT PENILAIAN TES OBSERVASI OBJEKTIF B-S MENJDHKAN MELENGKAPI NON TES KUESIONER/WAWANCARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan merupakan unsur dasar yang menentukan kecakapan berpikir tentang dirinya dan lingkungannya. Seseorang yang

Lebih terperinci

Kelompok Tes Uraian. Gronlund & Linn (1990) mengelompokkan tes uraian dalam dua kelompok yaitu : 1. Tes Uraian Terbuka (Extended Response Question)

Kelompok Tes Uraian. Gronlund & Linn (1990) mengelompokkan tes uraian dalam dua kelompok yaitu : 1. Tes Uraian Terbuka (Extended Response Question) OLEH: DEDI H. HAFID Kelompok Tes Uraian Gronlund & Linn (1990) mengelompokkan tes uraian dalam dua kelompok yaitu : 1. Tes Uraian Terbuka (Extended Response Question) 2. Tes Uraian Tertutup (Restricted

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Tengah Kota Banjarmasin yang terdiri dari 6 SMP. Profil masing-masing sekolah

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Tengah Kota Banjarmasin yang terdiri dari 6 SMP. Profil masing-masing sekolah BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri se Kecamatan Banjarmasin Tengah Kota Banjarmasin yang terdiri dari SMP. Profil masingmasing sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memperjelas istilah pada permasalahan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi untuk memperjelas istilah pada permasalahan yang ada. BAB I PENDAHULUAN Bab satu ini membahas tentang latar belakang permasalahan mengenai assesment afektif yang merupakan penilaian pada jenjang pendidikan selain penilaian kognitif dan psikomotor. Pada sub

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi di era globalisasi yang sangat cepat ini mengakibatkan masyarakat sudah terbiasa dengan penggunaan komputer sebagai

Lebih terperinci

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Sukanti Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam pembelajaran yaitu: (1) minat, 2) sikap, 3) konsep diri, dan 4) nilai. Penilaian afektif

Lebih terperinci

Penilaian Unjuk kerja Oleh Kusrini & Tatag Y.E. Siswono

Penilaian Unjuk kerja Oleh Kusrini & Tatag Y.E. Siswono washington College of education, UNESA, UM Malang dan LAPI-ITB. 1 Pebruari 8 Maret dan 8-30 April 2002 di Penilaian Unjuk kerja Oleh Kusrini & Tatag Y.E. Siswono Dalam pembelajaran matematika, sistem evaluasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya membangun interaksi bermakna antara guru dengan peserta didik lewat

BAB I PENDAHULUAN. upaya membangun interaksi bermakna antara guru dengan peserta didik lewat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran merupakan bagian yang berkaitan dengan upaya membangun interaksi bermakna antara guru dengan peserta didik lewat materi fisika baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suciati Rahayu Widyastuti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pengukuran pada proses pembelajaran di sekolah disebut pengukuran pendidikan. Ranah yang diukur dalam proses pendidikan menurut Binyamin S. Bloom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan era globalisasi menuntut sumber daya manusia (SDM) yang lebih berkualitas. Dalam menciptakan SDM yang berkualitas tidak terlepas dari peran pendidikan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 100 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) NAMA SEKOLAH : SMAN 4 Kota Solok MATA PELAJARAN : Matematika KELAS : XI IPA (Sebelas IPA) SEMESTER : 2 (Dua) JUMLAH PERTEMUAN : 1 Pertemuan A. Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Suatu bangsa dikatakan cerdas apabila penduduk dalam suatu bangsa tersebut mampu memajukan negaranya dan ikut berpartisipasi aktif dalam dunia pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Tujuan belajar adalah untuk mengadakan perubahan didalam diri seperti mengubah kebiasaan dari yang buruk menjadi baik, mengubah sikap dari yang negatif menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini teknologi berkembang sangat cepat. Hal ini diikuti oleh perkembangan teknologi yang berbasis sistem informasi. Perkembangan dari sistem informasi membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kimia merupakan salah satu mata pelajaran bidang dari kelompok peminatan matematika dan Ilmu alam berdasarkan kurikulum 2013 yang sudah mulai diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan yang cukup besar baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam pengembangan ilmu dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkup persekolahan. Suherman mendefinisikan pembelajaran adalah proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. lingkup persekolahan. Suherman mendefinisikan pembelajaran adalah proses BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses pendidikan dalam ruang lingkup persekolahan. Suherman mendefinisikan pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menghasilkan suatu produk di bidang pendidikan. Sugiyono. menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. untuk menghasilkan suatu produk di bidang pendidikan. Sugiyono. menyatakan bahwa penelitian pengembangan adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan suatu produk di bidang pendidikan. Sugiyono menyatakan bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dikemukakan mengenai metode penelitian yang digunakan meliputi lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen,

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm. 74-82 PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam

Lebih terperinci

Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan. dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode,

Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan. dimaksud adalah kemampuan seorang guru dalam memilih metode, 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan belajar mengajar sangat ditentukan oleh kerjasama antara guru dan siswa. Guru dituntut

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode dengan pendekatan kuantitatif adalah metode eksperimen dengan desain eksperimen semu (Quasi Experiment).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) membangun kesadaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) membangun kesadaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) membangun kesadaran tentang keteraturan dan keindahan alam sebagai wujud kebesaran

Lebih terperinci

REFERENSI 1 source : Cara Menentukan Ruang Sampel Suatu Kejadian

REFERENSI 1 source :  Cara Menentukan Ruang Sampel Suatu Kejadian REFERENSI 1 source : http://mafia.mafiaol.com/2014/06/cara-menentukan-ruang-sampel-suatu-kejadian.html Cara Menentukan Ruang Sampel Suatu Kejadian I. Peluang Kita ketahui bahwa pengertian dari ruang sampel

Lebih terperinci

OLIMPIADE MATEMATIKA DAN IPA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH

OLIMPIADE MATEMATIKA DAN IPA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH OLIMPIADE MATEMATIKA DAN IPA SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH Disajikan pada Diklat Instruktur/Pengembang Matematika SD Jenjang Lanjut di PPPG Matematika, 6 s.d. 19 Agustus 2004 Oleh Wiworo, S.Si., M.M.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya, setiap manusia senantiasa menghadapi masalah, dalam skala sempit maupun luas, sederhana maupun kompleks. Tantangan hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Beberapa penerapan pola peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Beberapa penerapan pola peningkatan kualitas pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sebuah agen untuk menciptakan generasi yang berkarakter, intelektual, dan berdedikasi tinggi. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan manusia untuk perkembangan diri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan manusia untuk perkembangan diri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan manusia untuk perkembangan diri. Pendidikan yang berkualitas menjadi faktor penting bagi kemajuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 92 B. TUJUAN 92 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 92 D. UNSUR YANG TERLIBAT 93 E. REFERENSI 93 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 93

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 92 B. TUJUAN 92 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 92 D. UNSUR YANG TERLIBAT 93 E. REFERENSI 93 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 93 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 92 B. TUJUAN 92 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 92 D. UNSUR YANG TERLIBAT 93 E. REFERENSI 93 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 93 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 96 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, penelitian ini akan mendeskripsikan atau menggambarkan kemampuan komunikasi tulis dan lisan siswa dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian Penelitian dilaksanakan di beberapa lokasi di Kota Bandung. Pemilihan lokasi berdasarkan pada tempat pelaksanaan pendampingan pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pembuka dalam penelitian yang dilakukan. Pada bab ini dibahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas 2003:5).

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas 2003:5). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam pengertian pengajaran di sekolah adalah suatu usaha yang bersifat sadar, sistematis dan terarah agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmen 1. Definisi asesmen Menurut Phelps dkk (1997), asesmen merupakan masalah penting bagi pendidik kimia. Dalam rangka untuk membuat perubahan nyata di ruang kelas kimia, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama/setara SMP/MTs. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kemajuan suatu Negara. Semakin baik pendidikan di suatu Negara, maka Negara tersebut semakin baik pula. Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sorotan yaitu pada sektor pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. sorotan yaitu pada sektor pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang terus-menerus melakukan pembangunan dalam segala bidang kehidupan. Salah satu yang mendapat sorotan yaitu pada sektor pendidikan.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TIGA PADA PEMBELAJARAN SAINS SMP. Universitas Darussalam Ambon. Diterima ; Terbit

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TIGA PADA PEMBELAJARAN SAINS SMP. Universitas Darussalam Ambon. Diterima ; Terbit Bimafika, 2014, 6, 717-727 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TIGA PADA PEMBELAJARAN SAINS SMP Abdullah Derlean 1, Nurlaila Sehuwaky 2 1,2 Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

LAMPIRAN XII NASKAH SOAL SOAL UJI COBA (Tes Tertulis)

LAMPIRAN XII NASKAH SOAL SOAL UJI COBA (Tes Tertulis) 24 LAMPIRAN XII NASKAH SOAL SOAL UJI COBA (Tes Tertulis) Satuan Pendidikan : SMP 2 Nan sabaris Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VIII- / 2 (Genap) Materi : Peluang Kompetensi Dasar : Menentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 4 Madiun yang beralamat di Jalan Serayu Kota Madiun. Waktu pelaksanaanya pada semester II tahun pelajaran 2014/2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Jrakahpayung 01 Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang sebanyak

Lebih terperinci

PENILAIAN PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN

PENILAIAN PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN SMA MUHAMMADIYAH WONOSOBO PENILAIAN PROSES DAN HASIL PEMBELAJARAN Nomor Dokumen Nomor Revisi : 00 Tanggal Berlaku Halaman : 1 dari 4 : SPN.2-MUH-KUR/IX/2016 : 21 September 2016 DIBUAT Oleh Waka Kurikulum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penelitian dilakukan di SMK Negeri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena I. PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, karena pendidikan dapat membentuk manusia yang cerdas dan berkualitas. Salah satu hal yang tak bisa

Lebih terperinci

Inisiasi IV ASESMEN PEMBELJARAN SD

Inisiasi IV ASESMEN PEMBELJARAN SD Inisiasi IV ASESMEN PEMBELJARAN SD Saudara-saudara mahasiswa PGSD S-1 PJJ, selamat bertemu kembali dalam kegiatan tutorial bersama saya Yuni Pantiwati sebagai tutor mata kuliah Asesmen Pembelajaran SD.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Mind Map dalam penelitian ini digunakan sebagai tugas yang harus

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Mind Map dalam penelitian ini digunakan sebagai tugas yang harus 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Mind Map dalam penelitian ini digunakan sebagai tugas yang harus dikerjakan siswa sebelum dimulainya PBM. Pembuatan mind map dalam penugasan tersebut

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 1 Try Fauzi Nur Imanuddin, Skripsi: Analisis Tingkat Kognitif Soal Apersepsi Pada

BAB V PEMBAHASAN. 1 Try Fauzi Nur Imanuddin, Skripsi: Analisis Tingkat Kognitif Soal Apersepsi Pada BAB V PEMBAHASAN A. Tingkat Kognitif Soal Analisis tingkat kognitif soal menggunakan Taksonomi Bloom Dua Dimensi pada item soal latihan pada buku paket matematika kelas VII kurikulum 2013 selanjutnya diklasifikasikan

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PENILAIAN PORTOFOLIO D ALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA RANAH PSIKOMOTOR PAD A MATA PELAJARAN PROD UKTIF

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PENILAIAN PORTOFOLIO D ALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA RANAH PSIKOMOTOR PAD A MATA PELAJARAN PROD UKTIF 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Produktif merupakan materi pendidikan dan pelatihan yang akan dipelajari siswa SMK. Mata pelajaran Produktif berfungsi untuk membekali siswa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan bukti-bukti atau karya-karya hasil belajar siswa meliputi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan bukti-bukti atau karya-karya hasil belajar siswa meliputi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka dibuat definisi operasional sebagai berikut: 1. Asesmen portofolio Asesmen portofolio adalah penilaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. siswa secara fisik dan emosional dimana siswa diberi tugas untuk kemudian

I. PENDAHULUAN. siswa secara fisik dan emosional dimana siswa diberi tugas untuk kemudian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2001:82).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mengembangkan cara berfikir. Sehingga matematika sangat diperlukan baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk mengembangkan cara berfikir. Sehingga matematika sangat diperlukan baik 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakekat Matematika Banyak sekali pengertian matematika yang dikemukakan oleh para ahli. Hudojo (2001: 45) 8, menyatakan bahwa matematika adalah merupakan suatu alat untuk mengembangkan

Lebih terperinci

ANALISIS MUATAN IPA PADA BUKU TEKS PELAJARAN TEMATIK TERPADU SD KELAS V TEMA 1 SUBTEMA 1 WUJUD BENDA DAN CIRINYA

ANALISIS MUATAN IPA PADA BUKU TEKS PELAJARAN TEMATIK TERPADU SD KELAS V TEMA 1 SUBTEMA 1 WUJUD BENDA DAN CIRINYA ANALISIS MUATAN IPA PADA BUKU TEKS PELAJARAN TEMATIK TERPADU SD KELAS V TEMA 1 SUBTEMA 1 WUJUD BENDA DAN CIRINYA Degi Alrinda Agustina Prodi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu ujung tombak kemajuan suatu bangsa. Bangsa akan menjadi maju jika pendidikan diperhatikan dengan serius oleh para pemegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, latihan, proses,

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm. 33-40 PEMANFAATAN PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Hasil belajar dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dhelvita Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dhelvita Sari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran yang menjadi perhatian dalam dunia pendidikan. Perhatian ini dikarenakan matematika salah satu mata pelajaran yang wajib

Lebih terperinci

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x BAB

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting bagi kelangsungan kehidupan manusia. Berawal dari kesuksesan di bidang pendidikanlah suatu bangsa menjadi maju. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Abidin (2016:

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Abidin (2016: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu proses dan tujuan yang penting dalam pembelajaran di sekolah adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Menurut Abidin (2016: 1), kompetensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan. (Kusaeri dan Suprananto, 2012). Dalam Permendiknas Nomor 20 tahun

I. PENDAHULUAN. seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan. (Kusaeri dan Suprananto, 2012). Dalam Permendiknas Nomor 20 tahun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penilaian atau asesmen adalah suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi untuk menentukan seberapa

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENILAIAN PROYEK

INSTRUMEN PENILAIAN PROYEK 1 LP. 1 Lembar penilaian proyek INSTRUMEN PENILAIAN PROYEK Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : X / 2 Kompetensi Dasar : Materi : Fluida Statis Kelompok :. Nama Proyek :... No Aspek 1 Perencanaan :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Berbagai penemuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Berbagai penemuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan yang cepat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Berbagai penemuan teori-teori baru

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) NAMA SEKOLAH : SMAN 4 Kota Solok MATA PELAJARAN : Matematika : XI IPA (Sebelas IPA)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) NAMA SEKOLAH : SMAN 4 Kota Solok MATA PELAJARAN : Matematika : XI IPA (Sebelas IPA) 133 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) NAMA SEKOLAH : SMAN 4 Kota Solok MATA PELAJARAN : Matematika KELAS : XI IPA (Sebelas IPA) SEMESTER : II (Dua) JUMLAH PERTEMUAN : 1 Pertemuan A. Standar Kompetensi

Lebih terperinci