PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR METODE SHL DAN METODE DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR METODE SHL DAN METODE DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA"

Transkripsi

1 Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 1, Maret 2015 PERBANDINGAN INDEKS KETIDAKWAJARAN SKOR METODE SHL DAN METODE DONLON-FISHER PADA TES HASIL BELAJAR MATEMATIKA Suciati Rahayu Widyastuti suciati.rahayu@student.upi.edu Universitas Nahdatul Ulama Cirebon ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL (Sato-Harnisch-Linn) dan metode Donlon-Fisher pada tes hasil belajar matematika SMP kelas VII. Metode penelitian kausal komparatif. Subjek penelitian ini adalah skor peserta tes, sedangkan peserta tes merupakan responden penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh skor peserta tes kelas VII di suatu SMP Negeri Bandung sebanyak 342 skor. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 202 skor peserta tes kelas VII. Penetapan sampel dilakukan menggunakan teknik cluster random sampling atau teknik memilih sampel secara acak dan berdasarkan kelompok atau kelas. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes yang dibuat oleh peneliti sendiri. Instrumen penelitian berupa tes hasil belajar matematika di SMP. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon untuk uji perbedaan dua rata-rata sampel yang berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL dan metode Donlon-Fisher pada tes hasil belajar matematika SMP kelas VII. Kata kunci: Indeks Ketidakwajaran skor, metode SHL, dan metode Donlon-Fisher. ABSTRACT The purpose of this research is to know the comparison of inappropriate score Index using the SHL methods (Sato-Harnisch-Linn methods) and Donlon-Fisher methods on mathematics achievement test at Junior High School. This is a comparative causal research. The subjects of the research were participants test scores, while a test participant survey respondents. The population in this study were all participants scores on a test of class VII Junior High School Bandung as many as 342 scores. The samples in this study were 202 VII grade test scores of participants. Sampling technique for this research using random cluster sampling technique. Data collection techniques using test. The research instrument is math achievement test Junior High School. Analysis of the data using the Wilcoxon test to test the average difference of two paired samples.the result showed that there are not differences of the inappropriate score index using SHL methods Donlon-Fisher methods on mathematics achievement test at Junior High School. Keywords: The inappropriate score index, SHL method, and Donlon-Fisher method. Pendahuluan Pengukuran yang biasa dilakukan pada saat proses pembelajaran di sekolah disebut pengu kuran pendidikan. Ranah yang diukur da lam proses pendidikan me nurut Binyamin S. Bloom dkk. dalam Azwar (2011:8) yai tu kog nitif, afektif, dan psikomotor. Tes merupakan salah satu bentuk instrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran (Mar dapi, 2012:108). Dilakukannya tes dimaksudkan untuk mengungkap kemampuan yang berkaitan dengan kognitif sedang kan un - 72

2 Suciati Rahayu Widyastuti, Perbandingan Indeks Ketidakwajaran tuk mengukur ranah selain kognitif di gu na kan istilah nontes atau survey (Susetyo, 2011). Setelah proses pembelajaran berlangsung, peserta didik akan diberikan tes hasil belajar, untuk mengetahui hasil pencapaian tujuan pembelajaran sebagai penilaian maupun sebagai umpan balik, bagi guru atau pendidik. Tes prestasi atau tes hasil belajar yang merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa (Susetyo, 2011:7). Hasil tes diharapkan dapat benar-benar menggambarkan kemampuan peserta tes. Namun pada kenyataannya terkadang skor hasil tes tidak dengan benar memberikan informasi yang ingin didapat dari peserta tes. Apabila terjadi seperti itu maka kita berhadapan dengan skor yang tidak benar atau tidak wajar. Ketidakwajaran skor peserta didik dapat disebabkan apabila terdapat kecurangan dalam mengerjakan tes, misalkan peserta tes menyontek (Hullin, 1983). Ketidakwajaran skor juga dapat disebabkan oleh persepsi, cara belajar, kemandirian belajar, dan tingkat kecemasaan. Terdapat pula penelitian oleh Ali Kaku (2005) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara persepsi dan cara belajar siswa dengan ketidakwajaran skor. Pada penelitian Naswiati (2012) pula menyimpulkan bahwa persepsi, kemandirian belajar, dan tingkat kecemasan berpengaruh positif terhadap ketidakwajaran skor hasil belajar siswa. Menurut Nitko (1996) bahwa tekanan mental peserta tes seperti perasaan cemas, khawatir, takut akan gagal, kekurang mampuan dalam penulis, dan perasaan tidak sukai, menyebabkan peserta tes tidak berhasil menjawab benar butir tes. Sebagai akibatnya siswa akan mendapatkan skor yang tidak sesuai dengan kemampuan mereka yang sebenarnya. Penggambaran penyebab terjadinya ketidakwajaran skor tes dapat tercermin pada sikap siswa SMP kelas VII. Dalam psikologi perkembangan, siswa SMP kelas VII yang berusia antara tahun merupakan masa praremaja atau remaja awal menurut Konopka dalam Yusuf (2012:184) masa yang relatif singkat ini ditandai dengan sikap negatif seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, ataupun pesimistik (Yusuf, 2012:26). Kondisi psikologi yang seperti itu terbawa pada saat pembelajaran atau pun pelaksanaan tes. Siswa cenderung pesimistik, merasa tidak siap, karena belum menguasai materi dan juga tidak tenang dalam menghadapi tes. Tes hasil belajar matematika diindikasi menjadi salah satu yang dapat membuat peserta tes melakukan kecurangan seperti menyontek, was-was dalam mengerjakan tes, khawatir, serta takut gagal, karena pada prakteknya matematika merupakan mata pelajaran yang mempelajari konsep-konsep, struktur-struktur matematika, dan rangkaian pertanyaan-pertanyaan (sifat, teorema, dalil, prinsip), serta tidak jarang pula peserta didik disuguhkan banyaknya simbol, rumus dan notasi. Materi mata pelajaran matematika SMP kelas VII dirasa lebih kompleks dibandingkan dengan matematika ketika mereka masih duduk dibangku SD, karena masa peralihan tersebut mereka masih perlu beradaptasi dalam proses pembelajaran. Terkait hal tersebut, peserta didik merasa tidak bersemangat, enggan, bahkan takut menghadapi pelajaran maupun pada saat tes hasil belajar matematika. Sikap terhadap matematika seperti perasaan cemas dan tidak tenang yang dialami siswa dalam menghadapi tes matematika, dapat mengakibatkan siswa ceroboh menjawab butir tes, seperti salah menghitung atau salah dalam menafsirkan soal, terburu-buru menjawab soal karena waktu pengerjaan tes yang dirasa kurang bagi siswa. Senada dengan pernyataan tersebut dalam penelitian yang dilakukan oleh Simanungkalit (1987) tentang hubungan antara sikap terhadap matematika, kekhawatiran tes matematika dan locus of control tentang matematika dengan ketidakwajaran jawaban siswa pada tes hasil belajar matematika, hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa sikap terhadap matematika mempunyai peranan 73

3 Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 1, Maret 2015 yang negatif terhadap ketidakwarajan jawaban tes, kekhawatiran pada tes matematika juga berperan dalam tingkat ketidakwajaran siswa, dan Locus of Control tentang matematika juga berperan dalam tingkat ketidakwajaran jawaban pada tes hasil belajar matematika. Simanungkalit menghitung menghitung indeks ketidakwajaran siswa menggunakan metode SHL. Seperti disebutkan sebelumnya ketidakwajaran skor dapat terjadi pada peserta tes yang melakukan kecurangan yaitu mencontek, kecurangan tersebut lebih mudah lagi dilakukan apabila tes matematika berbentuk tes pilihan ganda, dan juga memberi peluang untuk menebak jawaban benar jika mereka tidak menguasai materi pada butir tes tersebut. Jawaban siswa yang diidentifikasi terdapat ketidakwajaran skor akan terlihat sangat ganjil dan bisa terlihat setelah skor selesai dianalisis, soal diurutkan dari yang tingkat kesukarannya rendah ke tingkat kesukarannya tinggi, kemudian terlihatlah ketidakwajaran skor ketika terdapat peserta tes yang dapat menjawab benar butir soal sulit sedangkan butir soal mudah tidak mampu dijawab benar. Apabila sudah ada indikasi bahwa skor peserta tes itu tidak wajar, maka penting dilakukan pendeteksian ketidakwajaran skor, hal ini dilakukan apabila kita sudah tidak dapat mencegah atau menghindari ketidakwajaran skor tersebut, karena itulah fungsi dari pendeteksian ketidakwajaran skor, yaitu suatu metode untuk mendeteksi skor peserta tes yang dicurigai tidak wajar. Ketidakwajaran skor dapat diantisipasi jika semua kegiatan dan langkah pelaksanaan tes berlangsung dengan baik, selain itu kita juga akan memdapatkan gambaran kemampuan yang benar tentang peserta tes. Dari hasil pendeteksian ketidakwajaran skor tersebut dapat diambil keputusan tentang apa yang harus dilakukan berikutnya terhadap peserta tes yang dideteksi skornya tidak wajar atau juga dapat menjadi bahan evaluasi pada proses pelaksanaan tes. Pendeteksian ketidakwajaran skor yang biasa dilakukan guru disekolah termasuk yang dilakukan oleh beberapa guru matematika kelas VII di suatu SMP di kota Bandung adalah dengan melihat hasil tes siswa, apabila tes tersebut berbentuk pilihan ganda dan disertai cara pengerjaannya, kemudian terdapat siswa yang menjawab benar butir soal sukar tetapi tanpa disertai cara pengerjaannya, guru menilai butir soal tersebut dianggap salah karena diduga merupakan hasil dari menebak atau mencontek. Terdapat kendala jika tes hasil belajar berbentuk pilhan ganda namun tanpa disertai cara pengerjaan, siswa yang berhasil menjawab butir soal sukar namun tidak berhasil menjawab butir soal mudah, pada kondisi seperti ini guru merasa kebingungan apakah peserta tersebut curang atau tidak, dan skor peserta tersebut wajar atau tidak. Kemudian ada pula pendeteksian ketidakwajaran skor peserta tes yang biasa dilakukan oleh guru dengan melihat keidentikan jawaban salah satu hasil tes siswanya dengan siswa yang lainnya, yaitu skor dikatakan identik bila terjadi kesamaan letak butir soal yang benar maupun salah, menghadapi hal seperti ini guru biasanya mengambil kebijakan seperti mengurangi nilai atau teguran bagi peserta tes yang diduga mencontek untuk memberi efek jera agar tidak mengulangi hal tersebut lagi. Pendeteksianpendeteksian yang biasa dilakukan oleh guru tersebut tidak berdasarkan suatu metode tertentu. Penggunaaan metode pendeteksian ketidakwajaran skor dapat membantu mengatasi kebingungan guru dalam menentukan suatu skor peserta tes dinyatakan wajar atau tidak, serta penggunaan metode tersebut dapat dilakukan secara sistematis sehingga hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Guru-guru dapat menggunakan salah satu metode-metode pendeteksian ketidakwajaran skor yang telah ditemukan oleh ahli-ahli pengukuran, metode-metode tersebut adalah metode Jacob, SHL, Ghiselli, dan Donlon-Fisher. Metode- 74

4 Suciati Rahayu Widyastuti, Perbandingan Indeks Ketidakwajaran metode tersebut merupakan metode pendeteksian ketidakwajaran skor yang dalam mengestimasi skornya menggunakan teori skor klasik. Menurut Naga (1992) metode Ghiselli membutuhkan skor prediksi untuk dapat mendeteksi ketidakwajaran skor, dalam langkah perhitungan ketidakwajaran skornya metode ini menggunakan variabel Z untuk mendeteksi peserta tes yang memiliki skor tidak wajar di antara kelompoknya, variabel Z sangat bergantung dengan keadaan. Penggunaan skor prediksi pada metode Ghiselli juga harus benar-benar relevan dan juga harus mengukur sesuatu yang sama dengan skor yang akan dideteksi ketidakwajaran skornya. Pada metode Jacob, metode ini membagi butir soal menjadi lima kelompok taraf sukar, pembagian lima kelompok taraf sukar dapat menjadi kelemahan metode Jacob, karena kita kehilangan informasi taraf sukar butir bagi butir di dalam peringkat yang sama dan juga berapapun jumlah butir soal pada tes akan tetap dibagi ke dalam lima kelompok taraf sukar walaupun jumlah soal tidak kelipatan lima, akibatnya tidak sama banyak jumlah soal disetiap kelompok taraf sukar. Selain pembagian lima kelompok taraf sukar metode Jacob juga memberi bobot besar pada butir yang sukar dan memberi bobot kecil pada butir yang mudah. Adanya pemberian bobot dikhawatirkan tidak dengan optimal karena jika peserta tes menjawab lebih banyak butir dengan benar, cenderung memperoleh indeks kewajaran tinggi, semata-mata nilai indeks kewajaran tidak lagi hanya mengukur kewajaran skor, dan itu dapat menjadi kelemahan dalam perhitungan indeks ketidakwajaran skor. Sedangkan untuk metode SHL dan metode Donlon-Fisher, keduanya tidak membutuhkan skor prediksi dan tidak ada pembagian peringkat dalam menghitung indeks ketidakwajaran skor peserta tes, dengan begitu kedua metode tersebut cocok apabila digunakan oleh guru-guru karena lebih mudah digunakan tidak perlu mencari skor prediksi yang belum tentu mengukur sesuatu yang sama seperti pada metode Ghiselli dan juga menghindari kelemahan dalam perhitungan ketidakwajaran skor dalam penggunaan metode Jacob. Metode SHL dan metode Donlon- Fisher pada proses perhitungannya berdasarkan teori skor klasik dalam mengestimasi skornya, ini mempermudah guru dalam mendeteksi ketidakwajaran skor karena telah sesuai dengan analisis butir soal yang biasa digunakan guru di sekolah dalam menganalisis butir soal yaitu menggunakan teori skor klasik. Pendeteksian ketidakwajaran skor metode SHL dan metode Donlon-Fisher terlebih dahulu mengurutkan butir mudah ke butir sukar, dan mengurutkan skor peserta tes dari yang tertinggi ke terendah, namun berbeda dalam menghitung kesukaran butir. Kesukaran butir pada metode SHL dinyatakan dengan jumlah jawaban benar dari setiap peserta, sedangkan kesukaran butir pada metode Donlon-Fisher dinyatakan dalam skala atau delta. Setelah itu metode SHL dan metode Donlon-Fisher membandingkan kecocokan antara skor peserta dengan skor kelompok peserta tersebut, tetapi dengan rumus yang berbeda. Perbedaan rumus dapat dilihat jika metode SHL mendeteksi ketidakwajaran skor dengan menghitung selisih banyaknya jawaban salah pada butir mudah serta banyaknya jawaban benar pada butir sukar, kemudian bandingkan dengan indeks kehati-hatian peserta dalam bentuk proporsi terhadap jawaban benar dari seluruh peserta, sedangkan metode Donlon- Fisher menggunakan korelasi biserial untuk membandingkan pola kesukaran butir peserta dengan pola kesukaran butir kelompok peserta. Seperti yang telah dijabarkan di atas, kedua metode tersebut memiliki fungsi yang sama yaitu untuk mendeteksi ketidakwajaran skor peserta tes, sehingga seharusnya menghasilkan indeks ketidakwajaran yang sama pula, tetapi pada perhitungan 75

5 Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 1, Maret 2015 membandingkan pola kesukaran peserta dengan pola kesukaran kelompok terdapat perbedaan. Sampai saat ini masih belum diketahui apakah perbedaan tersebut dapat menghasilkan indeks ketidakwajaran skor peserta tes yang berbeda pula, karena dikhawatirkan adanya perbedaan indeks ketidakwajaran skor yang dihasilkan oleh metode SHL dan metode Donlon-Fisher memberi dampak kepada guru atau pihak yang ingin mendeteksi ketidakwajaran skor bingung memilih metode mana yang sebaiknya digunakan. Untuk itulah penting dilakukan penelitian yang berkaitan dengan membandingkan indeks ketidakwajaran skor yang dideteksi menggunakan metode SHL dan menggunakan metode Donlon-Fisher terhadap tes hasil belajar matematika SMP kelas VII, karena apabila telah diketahui indeks ketidakwajaran skor dengan menggunakan metode SHL dan metode Donlon-Fisher terhadap tes hasil belajar siswa, akan sangat membantu dalam memilih metode pendeteksian ketidakwajaran skor yang tepat, lebih sensitif atau yang lebih praktis dalam penggunaannya. Tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil analisis (1) indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL pada tes hasil belajar matematika SMP kelas VII; (2) indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode Donlon-Fisher pada tes hasil belajar matematika SMP kelas VII; (3) perbedaan indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL dan metode Donlon-Fisher pada mata pelajaran matematika di SMP kelas VII. Metode Penelitian ini merupakan studi perbandingan kausal atau penelitian kausal komparatif. Penelitian ini dinyatakan sebagai studi perbandingan kausal karena ingin memverifikasi penyebab atau alasan munculnya perbedaan indeks ketidakwajaran skor pada hasil belajar matematika siswa SMP kelas VII, apakah benar dikarenakan perbedaan dalam penggunaan metode pendeteksian ketidakwajaran skornya yaitu dengan menggunakan metode SHL dan metode Donlon-Fisher. Subjek penelitian ini adalah skor peserta tes, sedangkan peserta tes merupakan responden penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh skor peserta tes kelas VII di suatu SMP Negeri Bandung yang berjumlah 342. Penarikan sampel dilakukan dengan teknik cluster random sampling terhadap kelompok kelas VII, yaitu antara kelas VII-A sampai VII-I. Dari penarikan tersebut didapat kelas VII-C, VII-D, VII-F, VII-G, VII-H, dan VII-I. Sehingga diperoleh sebanyak 202 siswa yang dijadikan responden. Instrumen dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar matematika SMP kelas VII semester genap pada materi trasnformasi dan merupakan tes objektif bentuk pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban. 1. Alur Penelitian dan Pengumpulan Data 1) Membuat soal matematika Pembuatan soal matematika yang akan dijadikan instrumen penelitian berpedoman kepada kurikulum yang berlaku pada sekolah yang siswanya akan dijadikan subjek penelitian dan berdasarkan kisi-kisi tes yang telah dirancang terlebih dahulu. Penulis memilih pokok bahasan transformasi yang dipelajarai oleh siswa kelas VII SMP dengan jumlah butir tes sebanyak 30. 2) Uji validitas isi butir soal Validitas isi butir soal terdiri dari uji keterbacaan butir soal, uji kecocokan kompetensi dasar dengan indikator, dan kecocokan indikator dengan butir soal. Uji keterbacaan butir soal dilakukan oleh siswa kelas VII, sedangkan uji kecocokan kompetensi dasar dengan indikator dan uji kecocokan indikator dengan butir dilakukan oleh jugment ahli yang bertujuan untuk melihat kecocokan antara kompetensi dasar dengan indikator dan 76

6 Suciati Rahayu Widyastuti, Perbandingan Indeks Ketidakwajaran juga melihat kecocokan antara indikator dengan butir soal. Perhitungan validitas isi butir soal selanjutnya menggunakan persentase kecocokan. 3) Uji coba soal Butir soal yang telah di jugment oleh sejumlah ahli dan telah dinyatakan valid, kemudian soal tersebut diujicobakan kepada siswa yang bukan subjek penelitian. 4) Melakukan analisis butir Setelah mendapatkan skor hasil uji coba tes, penulis melakukan analisis terhadap reliabilitas, daya beda, tingkat kesukaran, dan distraktor. Dari hasil analisis butir soal terdapat satu butir soal yang memiliki daya pembeda yang kurang, sehingga hanya 29 butir soal yang dapat digunakan sebagai instrumen penelitian. 5) Pengujian Soal Matematika di Kelas VII. Butir soal yang sudah valid dan reliabel kemudian diujikan pada siswa kelas VII di suatu SMP Negeri di kota Bandung sebanyak 202 siswa. 6) Pendeteksian ketidakwajaran skor Pengujian soal matematika pada kelas VII menghasilkan sejumlah skor peserta tes yang kemudian dilakukan pendeteksian ketidakwajaran skor terhadap semua skor peserta tes. Pendeteksian ketidakwajaran skor dilakukan menggunakan dua metode yaitu metode SHL dan juga metode Donlon-Fisher. 7) Melakukan perhitungan statistik deskriptif Pada tahap ini hasil pendeteksian ketidakwajaran skor menghasilkan indeks kehati-hatian dan indeks kewajaran skor siswa. Menampilkan jumlah peserta tes yang dinyatakan skornya wajar dan tidak wajar berdasarkan metode pendeteksian ketidakwajaran skor yaitu metode SHL dan metode Donlon-Fisher, kemudian untuk menginterpretasikan hasil perhitungan menggunakan statistika deskriptif yang meliputi mean, median, modus, standar deviasi, indeks terkecil, dan indeks terbesar. 8) Mentransformasi Indeks Ketidakwajaran Skor Sebelum membandingkan rata-rata ke dua indeks ketidakwajaran skor, terlebih dahulu semua indeks ketidakwajaran skor ditransformasikan ke dalam skor baku T. 9) Menghitung Perbandingan secara Statistik Inferensial Setelah semua indeks ketidakwajaran skor ditransformasi ke dalam skor baku T, kemudian dilakukan pengujian perbandingan dua rata-rata sampel yang berpasangan. Deskripsi uraian alur penelitian di atas dapat secara jelas terlihat pada gambar Teknis Analisis Data Teknik untuk menganalisis data memiliki beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut: 1) Hasil analisis Pendeteksian Ketidakwajaran Skor menggunakan metode SHL dan metode Donlon-Fisher Hasil pendeteksian ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL dan metode Donlon-Fisher menghasilkan indeks kehati-hatian dan indeks kewajaran skor, dari data tersebut diklasifiksaikan skor peserta tes yang dinyatakan wajar dan tidak wajar sesuai batasan dari metode masing-masing. 2) Transformasi Indeks Ketidakwajaran Skor ke Dalam Skor Baku T Semua indeks ketidakwajaran peserta tes yang sudah dihitung menggunakan metode SHL maupun metode Donlon- Fisher, kemudian ditransformasi ke dalam skor baku T, terlebih dahulu ditranformasikan ke dalam skor baku z. Skor z dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: dimana: z = skor baku z = rata-rata skor (Sudjana,1995:116) 77

7 Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 1, Maret 2015 Gambar 1. Alur Penelitian dan Pengambilan Data S = simpangan baku X = skor T = skor baku T 3) Pengujian Persyaratan Analisis Uji persyaratan digunakan untuk menentukan data yang telah didapat akan dianalsis menggunakan statistika parametrik atau statistika nonparametrik. Uji persyaratan analisis menggunakan uji normalitas saja tanpa ada uji homogenitas, karena dua kelompok data yang didapat berasal dari sampel yang sama. Uji normalitas dilakukan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Pengujian normalitas pada taraf signifikansi 5% dengan pengujian hipotesis sebagai berikut: H 0 : data tidak berdistribusi normal H 1 : data berdistribusi normal Kriteria pengujian: (I) jika P-value < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal, tolak H 0, sedangkan (II) jika P-value 0,05, maka data berdistribusi normal, terima H 0. 4) Hipotesis Statistik H 0 : = 0 H 1 : 0 Pengujian dua perbedaan rata-rata sampel yang berpasangan menggunakan teknik analisis statistika nonparametrik yaitu menggunakan uji Wilcoxon karena data tidak berdistribusi normal. Berikut merupakan rumus dari uji Wilcoxon tersebut: 78

8 Suciati Rahayu Widyastuti, Perbandingan Indeks Ketidakwajaran T = nilai terkecil dari merupakan nilai yang didapat dari perhitungan atau formula merupakan nilai dari formula merupakan nilai dari formula ES merupakan nilai dari formula (Corder, W.G., & Foreman, D.I., 2009: 39) Pengujian hipotesis menggunakan uji dua perbedaan rata-rata populasi yang berhubungan pada taraf signifikansi 5% atau 0,05, dengan kriteria pengujian: (I) jika P-value 0,05 maka terima H 0, sedangkan (II) jika P-value < 0,05 maka tolak H 0 Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Analisis Pendeteksian Ketidakwajaran Skor Menggunakan Metode SHL Dari jumlah sampel yaitu 202 terdapat 3 peserta tes yang mendapatkan skor 29 atau benar semua, skor peserta tes tersebut tidak diikut sertakan dalam pendeteksian ketidakwajaran skor. Sehingga hanya 199 skor peserta tes yang dideteksi ketidakwajaran skornya. Metode SHL menggunakan istilah indeks kehati-hatian untuk menyatakan kewajaran skor peserta tes. Berikut merupakan hasil perhitungan indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL: Tabel 1 Hasil Analisis Pendeteksian Ketidakwajaran Skor Menggunakan Metode SHL KELAS INTERVAL FREKUENSI 0,000 0, ,081 0, ,162 0, ,243 0, ,324 0, ,405 0, ,486 0, ,567 0, ,648 0,728 1 Berdasarkan Tabel 1 di atas indeks kehati-hatian peserta tes terbanyak terdapat pada interval 0,162 sampai 0,242, yaitu 61 siswa, sedangkan hanya terdapat 1 peserta tes yang indeks kehati-hatian terdapat pada interval 0,648 sampai 0,728. Pendeteksian ketidakwajaran skor ditemukan dari 199 peserta tes terdapat 21 peserta tes skornya dinyatakan wajar dan 178 peserta tes skornya dinyatakan tidak wajar. Indeks kehati-hatian antara 0 0,104 merupakan indeks kehatihatian peserta tes yang skornya dinyatakan wajar. Dari hasil tersebut dihitung pula statistik deskripsinya, sebagai berikut: Tabel 2. Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Indek Kehati-hatian N Valid Missing Mean Median Mode Std. Deviation Minimal Maksimal ,248 0,238 0,056 0, ,726 Berdasarkan Tabel 2 di atas, nilai rata-rata indeks kehati-hatian (mean) adalah 0,248, nilai tengah indeks kehati-hatian (median) adalah 0,238, nilai indeks kehatihatian terbanyak (modus) adalah 0,056, simpangan baku indeks kehati-hatian sebesar 0,120, indeks kehati-hatian terendah sebesar 0 dan indeks kehati-hatian tertinggi sebesar 0,726. 1) Hasil Analisis Pendeteksian Ketidakwajaran Skor Menggunakan Metode Donlon-Fisher Metode Donlon-Fisher menggunakan istilah indeks indeks kewajaran skor. Berikut merupakan hasil perhitungan indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode Donlon-Fisher: 79

9 Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 1, Maret 2015 Tabel 3. Hasil Analisis Pendeteksian Ketidakwajaran Skor Menggunakan Metode Donlon-Fisher KELAS INTERVAL FREKUENSI -0,157-0, ,030 0, ,097 0, ,224 0, ,351 0, ,478 0, ,605 0, ,732 0, ,859 0,985 7 Berdasarkan Tabel 3 di atas indeks kewajaran skor peserta tes terbanyak terdapat pada interval 0,478 sampai 0,604, yaitu 55 siswa, sedangkan hanya terdapat 2 peserta tes yang indeks kewajaran skor terdapat pada interval -0,030 sampai 0,096. Dari hasil tersebut dihitung pula statistik deskripsinya, sebagai berikut: Tabel 4. Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif Indek Kewajaran Skor N Valid Missing Mean Median Mode Std. Deviation Minimal Maksimal ,523 0,543 0,826 0,209-0,157 0,985 Berdasarkan Tabel 4 di atas, nilai ratarata indeks kewajaran (mean) adalah 0,523, nilai tengah indeks kewajaran (median) adalah 0,543, nilai indeks kewajaran terbanyak (modus) adalah 0,826, simpangan baku indeks kewajaran sebesar 0,209, indeks kewajaran terendah sebesar -0,157 dan indeks kewajaran tertinggi sebesar 0,985. Hasil pendeteksian ketidakwajaran skor menggunakan metode Donlon-Fisher, dari 199 peserta tes 40 peserta tes skornya dinyatakan wajar dan 159 peserta tes skornya dinyatakan tidak wajar. Indeks kewajaran antara 0 0,70 merupakan indeks kewajaran peserta tes yang skornya dinyatakan wajar. 2. Hasil Analisis Perbedaan Indeks Ketidakwajaran Skor Menggunakan Metode SHL dan Metode Donlon-Fisher Pada Mata Pelajaran Matematika di SMP Kelas VII Setelah dilakukan uji normalias data, diketahui data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Oleh karena itu uji hipotesis yang dilakukan menggunakan statistik nonparametrik yaitu uji Wilcoxon yang merupakan metode statistika yang digunakan untuk menguji perbedaan dua rata-rata sampel yang berpasangan pada taraf signifikansi 5% dengan kriteria pengujian: jika P-value 0.05 maka terima H 0, sedangkan jika P-value < 0.05 maka tolak H 0. Pengujian hipotesis bertujuan ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan indeks ketidakwajaran skor antara metode SHL dan metode Donlon-Fisher pada pelajaran matematika SMP kelas VII. Sebelum dilakukan uji Wilcoxon semua indeks ketidakwajaran skor peserta tes baik yang menggunakan metode SHL maupun metode Donlon-Fisher terlebih dahulu ditransformasikan ke dalam skor baku T, karena kedua sebaran indeks tersebut memiliki standar yang berbeda, metode SHL menghasilkan indeks kehati-hatian yang semakin mendekati nol semakin wajar skor peserta tes, sedangkan untuk indeks kewajaran yang dihasilkan dari metode Donlon-Fisher semakin mendekati nilai 1 maka semakin wajar. Untuk membandingkan indeks ketidakwajaran skor yang dihasilkan oleh ke dua metode pendeteksian ketidakwajaran skor peserta tes tersebut maka dilakukanlah transformasi ke dalam skor baku T agar memiliki sebaran skor yang sama. Hasil perhitungan uji hipotesis perbedaan indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL dan metode Donlon-Fisher menggunakan uji Wilcoxon pada taraf signifikansi 5% atau 0,05 menghasilkan P-value = 0,586. Dari hasil tersebut maka dapat dinyatakan bahwa hipotesis nol (H 0 ) diterima karena P-value 80

10 Suciati Rahayu Widyastuti, Perbandingan Indeks Ketidakwajaran = 0,586 > α = 0,05. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL dan metode Donlon-Fisher pada hasil belajar matematika SMP kelas VII. Ketidakwajaran skor pada tes hasil belajar matematika dapat terjadi pada peserta tes yang pada tes berlangsung mereka merasa cemas, was-was, belum siap menghadapi tes karena merasa tidak cukup belajar, terburu-buru menjawab karena waktu yang terbatas, salah menafsirkan soal karena jarang melakukan latihan soalsoal, mencontek, ataupun menebak butir soal, jika tes hasil belajar matematika yang diberikan siswa berbentuk pilihan ganda. Pada saat tes berlangsung kondisi-kondisi tersebut juga didapati oleh peserta tes yang menjadi responden penelitian ini. Setelah dilakukan tes, karena dicurigai terdapat skor-skor dari peserta tes tersebut yang tidak wajar, oleh karena itu kemudian skor-skor tersebut dideteksi menggunakan dua metode pendeteksian ketidakwajaran skor yaitu metode SHL dan metode Donlon-Fisher. Metode SHL dikemukakan oleh Sato serta dimodifikasi oleh Harnish dan Linn. Dari ketiga nama tersebut maka metode ini dinamakan metode Sato-Harnish-Linn atau metode SHL. Metode ini menggunakan istilah indeks kehati-hatian (caution index) untuk menyatakan kewajaran skor peserta tes. Prinsipnya metode ini mengurutkan butir dari mudah ke sukar. Dalam keadaan yang wajar, seharusnya peserta tidak menjawab dengan salah butir yang mudah serta tidak menjawab dengan benar butir yang sukar. Butir dikatakan mudah ketika skor pada butir tersebut tinggi dan butir dikatakan sukar ketika skor pada butir tersebut rendah (Linn, 1989). dengan: A g =skor jawaban salah Setelah diurutkan butir tes dari yang mudah ke yang sukar, metode ini membagi dua bagian yaitu bagian pertama adalah bagian butir mudah dan bagian kedua adalah bagian butir sukar. Bagian pertama merupakan sebanyak jawaban betul yang seharusnya sesuai dengan kemampuan peserta tes dan bagian kedua adalah sisanya. Jika dari 10 butir dijawab betul 6 butir maka bagian pertama terdiri atas 6 butir dan bagian kedua terdiri atas 4 butir. (Naga, 2013:397) Gambar 2. Bagian Pertama dan Kedua pada Metode SHL Jawaban betul dinyatakan dengan angka 1 dan jawaban salah dinyatakan dengan angka 0. Jika responden berhati-hati maka seharusnya bagian pertama semuanya berisi angka 1 dan bagian kedua semuanya berisi angka 0. Tetapi karena kurang berhati-hati, pada bagian pertama yang mudah terdapat angka 0 dan pada bagian ke dua yang sukar terdapat angka 1 seperti pada gambar 2. Apabila semakin jauh ke kiri jawaban salah atau semakin jauh ke kanan jawaban betul maka responden semakin tidak berhatihati. Letak angka 0 di bagian pertama dan letak angka 1 di bagian kedua menjadi dasar perhitungan ketidakhati-hatian. Besaran indeks kehatian-hatian c g untuk responden ke-g adalah seperti pada rumus di bawah ini dengan A g, B g, C, dan D yang didasarkan kepada jumlah skor butir sesuai dengan keadaan setiap responden : (Susetryo, 2014) B g = skor jawaban benar 81

11 Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 1, Maret 2015 Besaran yang digunakan pada rumus indeks kehati-hatian: X gi : jawaban responden ke-g terhadap butir ke-i; X gi : 1 jawaban betul; X gi : 0 jawaban salah; f gi : Skor butir kei; f t : Banyaknya jawaban betul dan pemisah bagian; dan N : Banyaknya butir. Butir diurut dari f gi tertinggi ke terendah. (Linn, 1989) Semakin besar nilai indeks kehatihatian, semakin tidak wajar skor peserta tes. Skor peserta yang terwajar mempunyai nilai indeks kehati-hatian sebesar 0 (Linn, 1989). Pola skor pada gambar 2 dapat dijadikan pertimbangan klasifikasi indeks kehati-hatian peserta tes, karena pengklasifikasian yang dinyatakan oleh Linn di atas tidak secara jelas batasan wajar dan tidak wajarnya skor peserta tes. Penulis memberikan batasan skor peserta tes yang wajar maupun tidak untuk metode SHL yaitu dengan pertimbangan berdasarkan pola jawaban peserta tes yang masih termasuk kategori dinyatakan wajar dengan indeks kehati-hatian sebesar 0-0,104 Hasil pendeteksian ketidakwajaran skor peserta tes menggunakan metode SHL pada tes hasil belajar matematika, yaitu indeks kehati-hatian peserta tes yang dinyatakan paling wajar sebesar 0, sedangkan indeks kehati-hatian peserta tes yang dinyatakan paling tidak wajar sebesar 0,726. Dari 199 peserta tes atau responden, terdeteksi 21 peserta tes memiliki skor yang wajar dan 178 peserta tes memiliki skor tidak wajar, 21 peserta tes tersebut berdasarkan pertimbangan yang penulis buat. Sedangkan metode Donlon-Fisher merupakan jenis pendeteksian ketidakwajaran skor yang dilakukan melalui korelasi biserial. Metode ini mengkorelasikan secara biserial pola kesukaran butir yang dilihat secara individu dengan pola kesukaran dilihat secara kelompok, serta menyatakan koefisien korelasi biserial tersebut adalah indeks kewajaran skor peserta. Kesukaran setiap butir dinyatakan dalam skala (delta), koefisien biserial pada skala delta itu menghasilkan indeks kewajaran sebagai berikut: dimana: = koefisien korelasi biserial; = rata-rata kesukaran butir dalam skala delta untuk butir yang terkerjakan oleh peserta ujites; = rata-rata kesukaran butir dalam skala delta untuk butir yang dijawab dengan benar oleh peserta ujites ke-i; = simpangan baku kesukaran butir di dalam skala delta untuk semua butir yan dikerjakan; = proporsi jawaban benar terhadap butir yang dikerjakan; dan = probabilitas pada distribusi probabilitas normal baku di titik yang dibagi oleh. (Naga, 1992:450). Semakin tinggi koefisien korelasi biserial maka semakin tinggi indeks kewajaran Donlon-Fisher, artinya semakin cocok skor peserta itu dengan skor kelompok peserta sehingga semakin wajar skor peserta. Semakin rendah atau bahkan negatif nilai koefisien korelasi biserial maka semakin tidak cocok skor peserta dengan skor kelompok peserta sehingga semakin tidak wajar skor peserta itu (Naga, 1992). Pendeteksian ketidakwajaran skor menggunakan metode Donlon-Fihser, perhitungannya menggunakan korelasi biserial, acuan dalam menyatakan tingginya suatu indeks kewajaran skor peserta tes sebagai pembanding dapat menggunakan indeks daya beda butir soal yang dinyatakan oleh Ebel (Susetyo, 2011:161) yaitu: indeks daya beda antara 0,70-1,00 dinyatakan butir memiliki daya beda baik sekali; 0,40-0,69 dinyatakan butir memiliki daya beda cukup baik; 0,30-0,39 dinyatakan butir memerlukan revisi sedikit atau tidak; 0,20-0,29 dinyatakan butir memerlukan revisi atau disisihkan; dan 0,00-0,19 dinyatakan butir direvisi total atau disisihkan. Klasifikasi indeks daya beda pada besaran 1,00 sampai 0,70 digunakan sebagai batasan indikator yang menyatakan skor peserta tes wajar, karena mempertimbangkan korelasi antara pola kesukaran butir soal responden secara individu dengan pola 82

12 Suciati Rahayu Widyastuti, Perbandingan Indeks Ketidakwajaran kesukaran butir soal secara kelompok, memiliki daya pembeda yang baik sekali, maka pada batas indeks 0,70 terlihat adanya perbedaan butir soal yang mudah dan sukar yang baik sekali dan begitu pula apabila dilihat dari pola kesukaran butir soal responden secara individu sesuai dengan pola kesukaran butir soal secara kelompok pada klasifikasi baik sekali. Jika pada responden tidak terlihat dengan jelas antara butir mudah dan butir sukar maka dapat dinyatakan bahwa responden tersebut terdeteksi memiliki skor yang tidak wajar. Menurut Mahuddin dan Wardhani (2007) metode Donlon-Fisher akan efektif digunakan apabila kelompok yang akan dideteksi ketidakwajaran skornya berdistribusi normal. Hasil pendeteksian ketidakwajaran skor menggunakan metode Donlon-Fisher disebut dengan indeks kewajaran peserta tes. Indeks kewajaran tertinggi sebesar 0,985, sedangkan indeks kewajaran terendah sebesar -0,157. Metode Donlon-Fisher menggunakan pertimbangan dengan acuan indeks daya pembeda Ebel, batasan indeks kewajaran peserta tes yang dinyatakan wajar adalah sebesar 0,70, sehingga dari pendeteksian menggunakan metode Donlon-Fisher diperoleh 40 peserta tes yang dinyatakan memiliki skor wajar dan 159 peserta tes yang memiliki skor tidak wajar. Pendeteksian ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL maupun menggunakan metode Donlon-Fisher, dalam menghitung indeks ketidakwajaran skornya memiliki dua langkah, tetapi dalam prakteknya perhitungan menggunakan metode Donlon-Fisher dengan bantuan Ms. Excel lebih mudah dan lebih cepat, sedangkan perhitungan menggunakan metode SHL lebih rumit dan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan menggunakan metode Donlon-Fisher. Indeks ketidakwajaran skor yang dihasilkan menggunakan metode SHL berbeda dengan indeks ketidakwajaran skor yang dihasilkan menggunakan metode Donlon-Fisher, oleh karena itu dibutuhkan transformasi ke dalam skor baku T untuk dapat membandingkan dua indeks ketidakwajaran skor tersebut. Digunakan tranformasi ke dalam skor baku T bertujuan agar nilai yang didapat tidak ada yang bertanda negatif. Hasil pengujian hipotesis dinyatakan Hipotesis nol (H 0 ) diterima, artinya tidak terdapat perbedaan antara metode SHL dan metode Donlon-Fisher dalam hal indeks ketidakwajaran skor pada pelajaran matematika SMP kelas VII. Dalam hal ini indeks ketidakwajaran skor yang dihitung menggunakan metode SHL maupun menggunakan metode Donlon- Fisher menghasilkan rata-rata yang tidak berbeda. Dapat disimpulkan bahwa indeks ketidakwajaran skor yang dihasilkan melalui metode SHL dan metode Donlon-Fisher adalah sama. Hasil pengujian hipotesis berbeda dengan hipotesis penelitian yang diajukan oleh peneliti. Hipotesis penelitian yang diajukan oleh peneliti awalnya menduga bahwa indeks ketidakwajaran skor yang dihasilkan oleh metode SHL berbeda dengan indeks ketidawajaran skor yang dihasilkan oleh metode Donlon-Fisher. Dugaan sementara peneliti dibangun atas dasar teori-teori dan penelitian yang terdahulu yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Awalnya peneliti mempunyai anggapan bahwa penggunaan rumus perhitungan indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL yang dasar perhitungan kesukaran butirnya menggunakan banyaknya jawaban benar peserta tes pada butir soal, sedangkan metode Donlon-Fisher menyatakan kesukaran butir dalam skala. Bukan dari segi perhitungan kesukaran butir saja, tetapi dalam menghitung indeks ketidakwajaran skornya metode SHL menggunakan perbandingan antara indeks kehati-hatian peserta tes dengan indeks kehati-hatian kelompok peserta tes dan juga penginterpretasian indeks ketidakwajaran skor peserta tes, menghitung indeks 83

13 Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 1, Maret 2015 ketidakwajaran skor menggunakan metode Donlon-Fisher mengkorelasikan secara biserial pola kesukaran peserta tes dengan pola kesukaran kelompok peserta tes. Ternyata dugaan peneliti tidak tepat dalam menyimpulkan dugaan sementara mengenai adanya perbedaan indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL dan metode Donlon-Fisher yang dikarenakan oleh penggunaan rumus dan penentuan nilai besaran kesukaran butir soal. Perbedaan dasar perhitungan kesukaran butir soal pada metode SHL dan metode Donlon-Fisher yaitu metode SHL memiliki dasar perhitungan kesukaran butir soalnya menggunakan banyaknya jawaban benar peserta tes pada setiap butir soal, sedangkan metode Donlon-Fisher menyatakan kesukaran butir dalam skala tidak memberikan pengaruh terhadap indeks ketidakwajaran skor yang dihasilkan oleh kedua metode tersebut, ini dikarenakan sekalipun kesukaran butir dinyatakan dalam skala namun kesukaran butir tersebut masih berkaitan dengan banyaknya jawaban benar dari peserta tes pada setiap butir soal, kesukaran butir soal yang dinyatakan dalam skala memang menghasilkan bentuk kesukaran butir soal yang baru, namun tidak merubah besaran kesukaran butir soal, misalnya butir soal yang dihitung kesukarannya menggunakan perhitungan banyak jawaban peserta yang benar merupakan butir soal yang mudah dengan ditransformasi ke dalam skala tidak merubah tingkat kesukaran butir soal menjadi mudah atau sedang. Tujuan kesukaran butir soal dinyatakan dalam skala adalah karena skor peserta tes yang dideteksi menggunakan metode Donlon-Fisher ingin dihitung menggunakan korelasi biserial yang mengharuskan skor butirnya atau kesukaran butirnya berupa skor kontinu berdistribusi normal, maka kesukaran butirnya harus dinyatakan terlebih dahulu ke dalam skala yang merupakan taraf kesukaran butir yang ditransforamsi ke dalam distribusi probabilitas normal baku. Penginterpretasian peserta tes yang dinyatakan wajar dari metode SHL dan metode Donlon-Fisher dan besarnya indeks kehati-hatian (SHL) dengan indeks kewajaran (Donlon-Fisher) yang berbanding terbalik, yaitu jika skor peserta tes ketidawkwajaran skornya dideteksi dengan metode SHL menghasilkan indeks kehati-hatiannya tinggi maka skor peserta tes tersebut dinyatakan tidak wajar, sebaliknya jika skor peserta tes dideteksi ketidakwajaran skornya dengan metode Donlon-Fisher menghasilkan indeks kewajaran tinggi maka skor peserta tes tersebut dinyatakan wajar, ternyata hal tersebut juga tidak memberikan pengaruh terhadap hasil indeks ketidakwajaran skor peserta tes yang diperoleh, karena penginterpretasian hasil indeks ketidakwajaran skor tersebut disesuaikan dengan rumus yang digunakan masing-masing metode, seperti metode SHL menghitung indeks kehati-hatiannya dengan selisih antara indeks kehati-hatian kelompok butir mudah untuk peserta dengan indeks kehati-hatian kelompok butir sukar untuk peserta kemudian dibagi selisih antara indeks kehati-hatian kelompok butir mudah untuk jawaban seluruh peserta dengan indeks kehati-hatian kelompok sukar untuk jawaban seluruh peserta. Maka dikatakan wajar apabila perbandingan selisih tersebut menghasilkan angka nol, yang artinya tidak terdapat selisih antara indeks kehati-hatian kelompok butir mudah untuk peserta dengan indeks kehatihatian kelompok butir sukar untuk peserta, peserta tersebut dapat menjawab semua butir soal mudah dan tidak berhasil menjawab butir soal sukar. Metode Donlon-Fisher menghitung indeks kewajarannya berdasarkan korelasi biserial, maka metode ini mengkorelasi secara biserial pola kesukaran butir soal peserta tes dengan pola kesukaran butir soal kelompok peserta tersebut. Indeks kewajaran merupakan koefisien korelasi biserial yang bergerak antara -1 sampai 1, maka indeks kewajaran tertinggi adalah 1. Alasan itulah yang membuat interpretasi 84

14 Suciati Rahayu Widyastuti, Perbandingan Indeks Ketidakwajaran ketidakwajaran skor antara metode SHL dan metode Donlo-Fisher berbanding terbalik, namun sebenarnya menghasilkan indeks ketidakwajaran skor yang sama ketika sudah ditranformasi ke dalam skor baku T. Hasil penelitian terdahulu yang menunjukkan ada perbedaan hasil pendeteksian ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL dan metode Donlon-Fisher dikarenakan oleh pengambilan keputusan batasan skor peserta tes yang dinyatakan wajar dan tidak wajar memiliki acuannya masing-masing, sama halnya seperti hasil penelitian ini secara deskriptif, terdapat perbedaan jumlah peserta tes yang skornya dinyatakan wajar. Tidak terdapatnya perbedaan indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL dan metode Donlon-Fisher dapat dilihat pada peserta tes kelompok tinggi pada metode SHL akan tetap berapa pada kelompok tinggi pada metode Donlon-Fisher walaupun nilai indeks ketidakwajaran skor peserta tes tersebut berbeda, dan begitu pula indeks ketidakwajaran skor peserta tes pada kelompok rendah pada metode SHL akan tetap berapa pada kelompok rendah pada metode Donlon-Fisher. Perhitungan indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL maupun metode Donlon-Fisher terlebih dahulu mengurutkan butir soal yang tingkat kesukarannnya paling mudah ke paling susah dan mengurutkan peserta tes yang skornya paling tinggi ke skor yang paling rendah, peserta tes nomor urut 10 berasal dari kelas VII-G, skor peserta tersebut dideteksi ketidakwajaran skornya menggunakan metode SHL indeks kehati-hatiannya sebesar 0,726 dan jika dideteksi ketidakwajaran skornya menggunakan metode Donlon- Fisher indeks kewajarannya sebesar -0,157. Peserta tes nomor urut 10 dari kelas VII-G masih tetap pada kategori indeks ketidakwajaran skor pada kelompok tinggi dan indeks ketidakwajaran skornya tetap berada pada tingkat ketidakwajaran skor yang tertinggi atau paling tidak wajar skornya dideteksi dengan metode SHL maupun menggunakan metode Donlon- Fisher diantara peserta tes yang lain. Begitu pula pada peserta tes nomor urut 16 berasal dari kelas VII-H memiliki indeks kehatihatian sebesar 0 dinyatakan memiliki skor yang wajar, dan memiliki indeks kewajaran sebesar 0,985 yang dinyatakan memiliki skor yang wajar. Peserta tes nomor urut 16 dari kelas VII-H masih tetap pada kategori indeks ketidakwajaran skor pada kelompok rendah dan indeks ketidakwajaran skornya tetap berada pada tingkat ketidakwajaran skor yang terendah atau paling wajar skornya dideteksi dengan metode SHL maupun menggunakan metode Donlon-Fisher. Walaupun urutan indeks ketidakwajaran skornya tidak tepat sama persis dimasing-masing metode pendeteksian ketidakwajaran SHL dan Donlon-Fisher, namun peserta-peserta tes tersebut masih pada kategori kelompok indeks ketidakwajaran skor yang sama. Tetapi pada pengambilan keputusan suatu skor peserta tes dinyatakan wajar atau tidak pada masing-masing metode tidak terlalu jelas batasannya maka peneliti menggunakan pendekatan-pendekatan yang berbeda pada masing-masing metode. Selain itu ketidaktepatan perbedaan indeks ketidakwajaran skor menggunakan metode SHL dan metode Donlon-Fisher dapat dikarenakan data tidak berasal dari populasi berdistribusi normal, sehingga metode Donlon-Fisher tidak mendeteksi secara efektif ketidakwajaran skor setiap peserta tes, seperti yang diketahui metode Donlon-Fisher menggunakan korelasi biserial untuk menghitung indeks ketidakwajaran skornya, sehingga ketika dihadapkan oleh data yang tidak berdistribusi normal maka dikhawatirkan metode ini tidak dengan tepat menghasilkan indeks kewajaran peserta tes tersebut. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) pendeteksian ketidakwajaran skor menggunakan metode 85

15 Edusentris, Jurnal Ilmu Pendidikan dan Pengajaran, Vol. 2 No. 1, Maret 2015 SHL terhadap hasil tes belajar matematika kelas VII menghasilkan indeks kehati-hatian dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,248, nilai tengah (median) sebesar 0,238, nilai terbanyak (modus) sebesar 0,056, simpangan baku sebesar 0,120, indeks kehati-hatian terendah sebesar 0, dan indeks kehati-hatian tertinggi sebesar 0,726. Dari 199 skor peserta tes yang dideteksi menggunakan metode SHL terdapat 178 peserta tes memiliki skor tidak wajar dan 21 peserta tes memiliki skor yang wajar; (2) pendeteksian ketidakwajaran skor menggunakan metode Donlon-Fisher terhadap hasil tes belajar matematika kelas VII menghasilkan indeks kewajaran skor dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,523, nilai tengah (median) sebesar 0,543, nilai terbanyak (modus) sebesar 0,826, simpangan baku sebesar 0,209, indeks kewajaran terendah sebesar -0,157, dan indeks kewajaran tertinggi sebesar 0,985. Pendeteksian ketidakwajaran skor menggunakan metode Donlon-Fisher berhasil mendeteksi 159 peserta tes yang memiliki skor tidak wajar dan 40 peserta tes memiliki skor yang wajar; dan (3) Tidak terdapat perbedaan antara metode SHL dan metode Donlon-Fisher dalam hal indeks ketidakwajaran skor pada hasil belajar matematika SMP kelas VII. Berdasarkan pembahasan dari kesimpulan tersebut maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut, (1) pendeteksian ketidakwajaran skor peserta tes dengan jumlah yang tidak terlalu banyak sebaiknya menggunakan metode SHL, karena data dikhawatirkan tidak berdistribusi normal, sedangkan metode SHL tidak bergantung dengan data yang berdistribusi normal atau tidak. Walaupun dalam proses perhitungannya rumit dan membutuhkan waktu yang cukup lama, tetapi lebih sensitif mendeteksi ketidakwajaran skornya, sehingga lebih akurat hasil yang didapat; (2) Pendeteksian ketidakwajaran skor dengan data yang banyak dengan harapan data tersebut berdistribusi normal, hendaknya menggunakan metode Donlon-Fisher karena lebih praktis dan cepat. Metode Donlon- Fisher akan efektif bila data yang hendak dideteksi berdistribusi normal, karena metode ini menggunakan korelasi biserial yang diharuskan kesukaran butirnya berbentuk skor kontinu berdistribusi normal; (3) bagi guru yang ingin melakukan pendeteksian ketidakwajaran skor peserta didiknya lebih baik menggunakan metode SHL, karena jumlah peserta tes pada setiap kelas umumnya berjumlah tidak terlalu banyak yaitu 30 sampai 40; dan (4) Mengingat tujuan penelitian ini terbatas ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan yang antara metode SHL dan metode Donlon-Fisher dalam hal indeks ketidakwajaran skor pada tes hasil belajar matematika SMP kelas VII dengan pokok bahasan transformasi, maka untuk penelitian selanjutnya perlu dicoba pada kelas yang berbeda, pokok bahasan, serta pada bidang studi yang berbeda pula, agar didapat bukti empirik yang lebih luas. Daftar Rujukan Azwar, S. (2011). Tes Prestasi: fungsi dan pengembangan pengukuran pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Corder, W.G., & Foreman, D.I. (2009). Nonparametric statistics for nonstatisticians: a step by step approach. New Jersey: A John Wiley & Sons, Inc. Hullin. et al. (1983). item response theory: app;ication to psychological measurement. Homewood, III.: Dow Jones-Irwin. Kaku, Ali. (2005). Ketidakwajaran skor pada tes hasil belajar siswa ditinjau dari persipsi siswa terhadap matematika dan cara belajarnya. Retrivied June 2, [Online]. Avalilable at Linn, Robert L. (1989). Educational measurement. Third edition. New York: American Council on Education/ Mcmillan Publishing Company. Mardapi, D. (2012). Pengukuran penilaian dan evaluasi pendidikan. Yogyakarta: Nuha Lentera. 86

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suciati Rahayu Widyastuti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suciati Rahayu Widyastuti, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pengukuran pada proses pembelajaran di sekolah disebut pengukuran pendidikan. Ranah yang diukur dalam proses pendidikan menurut Binyamin S. Bloom

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan studi perbandingan kausal atau penelitian kausal komparatif. Studi perbandingan kausal hakikatnya dilakukan untuk memverifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif komparatif yang secara umum bertujuan untuk melihat adanya perbedaan koefisien reliabilitas tes hasil belajar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitan ini merupakan sebuah penelitian deskriptif komparatif, karena dalam penelitian ini peneliti akan melakukan perbandingan dalam penetapan skor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian yaitu metode eksperimen semu (Quasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode merupakan cara yang ditempuh dalam suatu penelitian dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode merupakan cara yang ditempuh dalam suatu penelitian dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode merupakan cara yang ditempuh dalam suatu penelitian dengan tujuan untuk menjaring data yang diperlukan. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketidakwajaran sekor dengan metode Jacob dilihat dari jumlah pilihan jawaban pada tes pilihan ganda. Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian dilakukan di Program Keahlian Teknik Audio Video SMK Negeri 7 yang beralamat di Jalan Siliwangi km 15 Baleendah,

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen menurut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. semester genap tahun ajaran Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 20

BAB III METODE PENELITIAN. semester genap tahun ajaran Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 20 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai pada tanggal 03-29 Maret 2014 pada semester genap tahun ajaran 2013-2014. Penelitian ini dilaksanakan di SMP

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Tuntang, Kabupaten Semarang. Pertimbangan yang mendasari memilih sekolah ini sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian tersebut dilakukan. Adapun penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang diberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Menurut BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi eksperimen. Menurut

Lebih terperinci

r P1, r P2,..., r p30 r R1, r R2,..., r R30

r P1, r P2,..., r p30 r R1, r R2,..., r R30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Metode Penelitian ini merupakan perbandingan reliabilitas tes hasil belajar matematika berdasar metode penskoran number-right score dan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Di dalam penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh metode observasi lingkungan alam sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Jawa Barat.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Jawa Barat. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian dilakukan di Program Keahlian Teknik Audio Video SMK Negeri 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Untuk menjawab beberapa rumusan masalah yang telah disebutkan dalam Bab I halaman 6-7, dibutuhkan data-data terkait penelitian ini.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian Secara garis besar variabel penelitian mengenai keterbandingan reliabilitas berdasar metode penskoran number-right score dengan metode penskoran correction

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mengetahui tujuan penelitian tercapai atau tidak, maka dipergunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk mengetahui tujuan penelitian tercapai atau tidak, maka dipergunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Untuk mengetahui tujuan penelitian tercapai atau tidak, maka dipergunakan suatu metode yang diharapkan mengungkapkan ketercapaian penelitian. Adapun metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar dengan bahasa akhlak dalam menyelesaikan persoalan penjumlahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan analisis siswa kelas XI IIS SMA Negeri 6 Bandung pada mata pelajaran ekonomi. Penelitian ini menganalisa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan 53 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif komparatif. Alasan menggunakan pendekatan komparatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dipakai adalah penelitian inferensial. Penelitian inferensial

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dipakai adalah penelitian inferensial. Penelitian inferensial 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian inferensial. Penelitian inferensial adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari salah penafsiran variabel yang digunakan dalam penelitian ini, berikut ini adalah penjelasan operasionalnya: 1. Model Pembelajaran

Lebih terperinci

Metode penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam. suatu penelitian, dimana langkah-langkah tersebut meliputi pengumpulan,

Metode penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam. suatu penelitian, dimana langkah-langkah tersebut meliputi pengumpulan, 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu penelitian, dimana langkah-langkah tersebut meliputi pengumpulan, penyusunan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 4 Madiun yang beralamat di Jalan Serayu Kota Madiun. Waktu pelaksanaanya pada semester II tahun pelajaran 2014/2015

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan data dan analisa data yang diperlukan. Sejalan dengan hal ini Suryana (2010:5) mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian menurut Sugiyono (2012: 3) adalah cara ilmiah

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian menurut Sugiyono (2012: 3) adalah cara ilmiah 45 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian menurut Sugiyono (2012: 3) adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Secara umum metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sugiyono (2011:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan metode Pre eksperimental design.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan metode Pre eksperimental design. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penilitian Dalam penelitian ini digunakan metode Pre eksperimental design. Menurut Suharsimi Arikunto (2013: 84), pre eksperimental design seringkali dipandang sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian dilakukan di Program Keahlian Teknik Audio Video Negeri 4 Bandung yang beralamat di Jl. Kliningan No.6 Buah

Lebih terperinci

0 0 (Ruseffendi, 1994: 53) Keterangan: 0 : Pretes dan postes X : Kelompok yang memperoleh perlakuan

0 0 (Ruseffendi, 1994: 53) Keterangan: 0 : Pretes dan postes X : Kelompok yang memperoleh perlakuan BAB III METODE PENELITIAN A. Disain Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis pada siswa yang pembelajarannya melalui model LAPS-Heuristik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perkiraan bagi peneliti yang dapat diperoleh melalui eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. perkiraan bagi peneliti yang dapat diperoleh melalui eksperimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metodologi dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Tujuan penelitian yang mengunakan metode kuasi eksperimen adalah untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan kegiatan percobaan untuk meneliti sesuatu peristiwa atau gejala

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen 47 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen yang dilakukan terhadap dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan penerapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Waktu, Populasi, Sampel Penelitian 1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Cimahi, yang beralamat di Jl. Kamarung No. 69 Km 1,5 Cimahi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode eksperimen yang berdesain posttest-only control design, karena tujuan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian akan dilaksanakan di UPT Balai Pengembangan Instrumentasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuasi. Eksperimen kuasi disebut juga eksperimen semu. Tujuannya adalah untuk memprediksi

Lebih terperinci

(Sumber: Fraenkel dan Wallen, 2007)

(Sumber: Fraenkel dan Wallen, 2007) 48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan capaian pemahaman konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa pada penerapan kombinasi metode Inkuiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa. Penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa. Penelitian ini 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Bentuk penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimen karena peneliti tidak mampu mengontrol semua variabel yang mungkin dapat mempengaruhi pemahaman

Lebih terperinci

atau siswa yang mendapatkan sekor lebih tinggi daripada kemampuan yang sebenarnya (spuriously high). Sekor bisa menjadi tidak wajar ketika responden

atau siswa yang mendapatkan sekor lebih tinggi daripada kemampuan yang sebenarnya (spuriously high). Sekor bisa menjadi tidak wajar ketika responden BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suatu pendekatan metode penelitian digunakan untuk memecahkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suatu pendekatan metode penelitian digunakan untuk memecahkan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Suatu pendekatan metode penelitian digunakan untuk memecahkan masalah yang akan diselidiki. Metode merupakan cara yang dilakukan oleh seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

BAB III METODE PENELITIAN. generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan 53 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi Sugiyono (015:117) menjelaskan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dapat sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang. mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. 1

BAB III METODE PENELITIAN. dapat sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang. mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. 1 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Desain eksperimen yang digunakan pada penelitian ini adalah Quasi Experimental Design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat sepenuhnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 METODE PENELITIAN Metode penelitian pendidikan yaitu cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan dibuktikan suatu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi eksperimental, kelompok yang akan terlibat dalam penelitian ini yaitu kelompok eksperimen. Kelompok ini akan mendapatkan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Pendekatan penelitian merupakan keseluruhan cara atau kegiatan yang dilakukan peneliti, mulai dari perumusan masalah sampai dengan penarikan kesimpulan. Pendekatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 22 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 4 Bukit Kemuning Lampung Utara tahun pelajaran 2012/2013 yaitu sebanyak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukoharjo kelas XI semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 yang beralamat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pembahasan mengenai bab ini akan dikemukakan mengenai rancangan

III. METODE PENELITIAN. Pembahasan mengenai bab ini akan dikemukakan mengenai rancangan 64 III. METODE PENELITIAN Pembahasan mengenai bab ini akan dikemukakan mengenai rancangan penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi penelitian, sampel penelitian, teknik pengumpulan data, definisi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas tentang Metode Penelitian, Desain Penelitian, Populasi dan Sampel, Teknik Pengembangan Instrumen, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data dan Prosedur

Lebih terperinci

Kelas Eksperimen : O X O

Kelas Eksperimen : O X O 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, penelitian ini merupakan penelitian Quasi-Eksperimen. Penelitian kuasi eksperimen terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Gorontalo, karena pada sekolah tersebut kemampuan pemecahan masalah matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian dengan data berupa

Lebih terperinci

UNON: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014

UNON: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014 UNON: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 2 No 1, Maret 2014 HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN PERHATIAN ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuasi eksperimen. Metode kuasi eksperimen ini digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuasi eksperimen. Metode kuasi eksperimen ini digunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan judul yang telah dirumuskan sebelumnya adalah menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam suatu penelitian meliputi pengumpulan, penyusunan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam suatu penelitian meliputi pengumpulan, penyusunan dan 60 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan langkah-langkah yang diambil dalam suatu penelitian meliputi pengumpulan, penyusunan dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Menurut Ali (2011:83) populasi pada dasarnya merupakan sumber data secara keseluruhan. Populasi dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 7 Medan yang beralamat di Adam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 7 Medan yang beralamat di Adam BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di SMP Negeri 7 Medan yang beralamat di Adam Malik No. 12 Medan. Penelitian ini pelaksanaannya pada Tahun Pelajaran 2013/2014,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen atau

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen atau BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen atau percobaan semu yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono, penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen yang menempatkan subyek penelitian ke dalam dua kelas yaitu kelas kontrol

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini digolongkan ke dalam jenis penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Eksperimen yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan eksperimen bentuk quasi eksperimental design, kelompok kontrol tidak dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN X O

BAB III METODE PENELITIAN X O BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen. Penelitian ini berdesain One-Shot Case Study. yaitu dengan

Lebih terperinci

THE QUALITY OF TRYOUTS ITEM ANALYSIS FOR EVERY SENIOR HIGH SCHOOL CLASS XII IN PEKANBARU BY USING ITEM ANALYSIS PROGRAM

THE QUALITY OF TRYOUTS ITEM ANALYSIS FOR EVERY SENIOR HIGH SCHOOL CLASS XII IN PEKANBARU BY USING ITEM ANALYSIS PROGRAM 1 THE QUALITY OF TRYOUTS ITEM ANALYSIS FOR EVERY SENIOR HIGH SCHOOL CLASS XII IN PEKANBARU BY USING ITEM ANALYSIS PROGRAM Jenlifita Marla Putri 1, Muhammad Nasir 2, Azhar 3 Email:jenlifitamarlap.utie@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan tentang metode penelitian yang berisi lokasi,populasi, dan sampel penelitian, desain penelitian, pendekatan dan metode penelitian, teknik pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam menyelesaikan masalah penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif dipilih penulis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimen kuasi. Dalam penelitian, yang menjadi fokus adalah pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimen kuasi. Dalam penelitian, yang menjadi fokus adalah pengaruh 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Alur Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Eksperimen kuasi. Dalam penelitian, yang menjadi fokus adalah pengaruh pembelajaran PKn

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Hasil Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 013 sampai 30 Mei 013 di Madrasah Ibtida iyah Miftahul Ahlakiyah semarang. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian

BAB III. Metode Penelitian BAB III Metode Penelitian A. Jenis dan Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti hasil belajar siswa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode B A B I I I. M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015 di MAN 1 Pringsewu Kabupaten Pringsewu. 3.2 Populasi Penelitian Populasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatifeksperimen, karena penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain eksperimennya kelompok kontrol non ekuivalen. Ruseffendi (2005) menjelaskan bahwa desain

Lebih terperinci

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 1, Maret 2015

UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 1, Maret 2015 UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 1, Maret 2015 HUBUNGAN KEMAMPUAN NUMERIK DAN PERSEPSI SISWA TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 2 JOGONALAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran di SMP

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran di SMP 6 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 013-014 di SMP Negeri 1 Pagelaran. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 29 Bandar Lampung. Populasi yang III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 9 Bandar Lampung. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang terbagi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kuantitatif dengan metode penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu (quasi experimental) dengan disain nonequivalent control group design.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semu (quasi experimental) dengan disain nonequivalent control group design. 66 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experimental) dengan disain nonequivalent control group

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini diarahkan sebagai penelitian Quasi Eksperimen, karena peneliti tidak mampu mengontrol semua variabel yang mungkin dapat mempengaruhi pemahaman

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan merupakan salah satu aspek yang tidak dapat dipisahkan dalam suatu penelitian. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metoda, Waktu dan Tempat Penelitian Pada Bab III ini akan dibahas berbagai aspek yang berkaitan dengan metodologi penelitian seperti metoda penelitian, waktu dan tempat

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Data Hasil Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 25 hari, mulai dari tanggal 21 Maret 2012 sampai 14 April 2012 di MA Manbaul Ulum Demak. Populasi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Metode ini merupakan pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment, yaitu metode penelitian yang merupakan pengembangan dari true experimental design yang sulit dilaksanakan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O (Sugiyono, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O (Sugiyono, 2013) BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan sebelumnya, jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuasi eksperimen. Pada kuasi eksperimen, subjek

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sribhawono.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sribhawono. III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sribhawono. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap tahun pelajaran 01-013 sebanyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan membandingkan kemampuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan membandingkan kemampuan 60 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan membandingkan kemampuan pemahaman dan generalisasi matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran yang

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. penelitian eksperimen adalah penelitian deskriptif yang ingin mencari

BAB III METODA PENELITIAN. penelitian eksperimen adalah penelitian deskriptif yang ingin mencari BAB III METODA PENELITIAN A. Metoda Penelitian Penelitian ini menggunakan metoda penelitian eksperimen, penelitian eksperimen adalah penelitian deskriptif yang ingin mencari jawaban secara mendasar tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Perlakuan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Perlakuan dalam A. Jenis dan Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Perlakuan dalam penelitian ini adalah penerapan pendekatan RME dengan strategi pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode peer lessons terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika materi pokok

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan (Sugiyono, IPS siswa dengan perlakuan yang berbeda.

III. METODOLOGI PENELITIAN. berarti menguji parameter populasi yang berbentuk perbandingan (Sugiyono, IPS siswa dengan perlakuan yang berbeda. III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini tergolong penelitian komparatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian komparatif adalah suatu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang terkandung di dalam judul

Lebih terperinci