BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengontrolan Sistem pengontrolan telah memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Disamping sangat diperlukan pada pesawat ruang angkasa, peluru kendali, sistem pengemudian pesawat, dan sebagainya, sistem pengontrolan telah menjadi bagian yang penting dan terpadu dalam prosesproses dalam pabrik dan industri. Misal pada proses pengontrolan tekanan, suhu, kelembapan, viskositas, arus, dan aliran dalam industri proses. Variabel yang dikontrol adalah besaran atau keadaan yang diukur dan dikontrol, dalam keadaan normal, variabel yang dikontrol adalah keluaran dari sistem, dan sistem adalah kombinasi dari beberapa komponen yang bekerja samasama dan melakukan sasaran tertentu. Sistem tidak dibatasi hanya pada sasaran fisik saja, konsep sistem dapat digunakan pada gejala yang abstak saja. Oleh karena istilah sistem kontrol dapat saja digunakan pada bidang ilmu lain. Maka dapat disimpulkan sistem pengontrolan berarti mengukur nilai dari variabel sistem yang dikontrol dan menerapkan variabel yang dimanipulasi dalam sistem untuk mengoreksi atau membatasi penyimpangan nilai yang diukur dari nilai yang dikehendaki.

2 2.2 Karakteristik Pengontrolan Karakteristik sistem pengontrolan dapat kita bagi dalam dua jenis sistem, yaitu : 1. Sistem Kontrol Loop Tertutup ( closed loop control system ) 2. Sistem Kontrol Loop Terbuka ( open loop control system ) Sistem Kontrol Loop Tertutup Sistem kontrol umpan balik sering kali disebut sebagai sistem kontrol loop tertutup. Praktisnya, istilah kontrol umpan balik dan kontrol loop tertutup dapat saling dipertukarkan penggunaannya. Pada sistem kontrol loop tertutup, sinyal kesalahan yang bekerja, yaitu antara sinyal masukan dan sinyal umpan balik (yang mungkin sinyal keluarannya sendiri atau fungsi dari sinyal keluaran dan turunannya), disajikan ke kontroler sedemikian rupa untuk mengurangi kesalahan dan membawa keluaran sistem ke nilai yang dikehendaki. Istilah kontrol loop tertutup selalu berarti penggunaan aksi kontrol umpan balik untuk mengurangi kesalahan sistem. Dapat kita lihat pada gambar 2.1 dibawah ini. Input + PROSES Output - UMPAN BALIK Gambar 2.1 Diagram Blok Sistem Kontrol Rangkaian Tertutup

3 2.2.1 Sistem Kontrol Loop Terbuka Suatu sistem yang keluarannya tidak mempunyai pengaruh terhadap aksi kontrol disebut sistem kontrol loop terbuka. Dengan kata lain, sistem kontrol loop terbuka keluarannya tidak dapat dipergunakan sebagai perbandingan umpan balik dengan masukan. Suatu contoh sederhana adalah mesin cuci. Perendaman, pencucian, dan pembilasan dalam mesin cuci dilakukan atas basis waktu. Mesin ini tidak mengatur sinyal keluaran yaitu tingkat kebersihan pakaian. Dalam suatu sistem kontrol loop terbuka, keluaran tidak dapat dibandingkan dengan masukan acuan. Jadi, untuk tiap masukan acuan berhubungan dengan kondisi operasi tertentu; sebagai akibat, ketetapan dari sistem tergantung pada kalibrasi. Dengan adanya gangguan, sistem kontrol loop terbuka tidak dapat melaksanakan tugas seperti yang diharapkan. Sistem kontrol loop terbuka dapat digunakan, hanya jika hubungan antara masukan dan keluaran diketahui dan tidak terdapat gangguan internal maupun eksternal. Dapat kita lihat pada gambar 2.2 dibawah ini. Input Proses Output Gambar 2.2 Diagram Blok Sistem Kontrol Rangkaian Terbuka Masing - masing dari sistem kontrol baik itu loop terbuka maupun loop tertutup mempunyai kelebihan dan kelemahan, yaitu :

4 Kelebihan sistem kontrol loop tertutup adalah : 1. Tidak memerlukan kalibrasi ulang dari waktu ke waktu. 2. Dapat digunakan untuk komponen - komponen yang relatif kurang teliti dan murah untuk mendapatkan pengontrolan "plant" yang teliti. 3. Dapat digunakan pada sistem jika terdapat gangguan yang tidak dapat diramalkan pada komponen sistem. Kelemahan sistem kontrol loop tertutp adalah : 1. Kestabilan selalu merupakan persoalan utama karena cenderung terjadi akibat kesalahan koreksi berlebih yang dapat menimbulkan osilasi pada amplitude konstan maupun berubah. 2. Harga lebih mahal dari pada sistem kontrol loop terbuka. Sedangkan kelebihan sistem kontrol loop terbuka adalah : 1. Konstruksinya sederhana dan perawatannya mudah. 2. Lebih murah dari pada sistem kontrol loop tertutup. 3. Tidak ada persoalan kestabilan. Kelemahan sistem kontrol loop terbuka adalah : 1. Gangguan dan perubahan kalibrasi akan menimbulkan kesalahan, sehingga keluaran mungkin berbeda dengan yang diinginkan. 2. Untuk menjaga kualitas yang diperlukan pada keluaran diperlukan kalibrasi ulang dari waktu ke waktu.

5 2.3 Pengertian Alat Kontrol Variabel yang dikontrol adalah besaran atau keadaan yang diukur dan dikontrol. Variabel yang dimanipulasi adalah besaran atau keadaan yang diubah oleh kontroller untuk mempengaruhi nilai variabel yang dikontrol. Dalam keadaan normal, variabel yang dikontrol adalah keluaran dari sistem. Kontrol berarti mengukur nilai dari variabel yang dikontrol dan menerapkan variabel yang dimanipulasi ke sistem untuk mengoreksi atau membatasi penyimpangan nilai yang diukur dari nilai yang dikehendaki. Jadi kesimpulannya, alat kontrol adalah suatu alat yang sengaja diproses dan diprogram sesuai dengan keinginan dari pemakai. Sebagai contoh adalah sistem kontrol suhu ruangan, dengan suhu ruangan sebenarnya dan membandingkannya dengan suhu acuan ( Suhu yang dikehendaki ), termostat menjalankan alat pemanas atau pendingin, atau mematikannya sedemikian rupa, sehingga memastikan suhu ruangan tetap pada suhu yang nyaman tidak tergantung dari keadaan suhu di luar rungan. 2.4 Kontroller dan Kerangan Kontrol Kontroller Kontroller berfungsi untuk mengatur agar keadaan yang sedang berlangsung dari suatu proses dapat berlangsung sesuai dengan keadaan yang diinginkan dari proses itu. Pengontrolan dapat dilakukan dengan tangan manusia dan dapat dilakukan dengan alat pengatur otomatis. Akan tetapi, sebelum kita masuk ke pokok pembicaraan, terlebih dahulu kita akan melihat beberapa istilah yang erat hubungannya dengan Kontroller.

6 1. Range Batasan selalu terdiri dari dua nilai yaitu nilai terendah dan nilai tertinggi. Misalnya batasan sebuah Kontroller adalah Nilai 0 disebut nilai batasan terendah ( Lower Range Valve ). Sedang nilai 100 disebut nilai batasan tertinggi ( Upper Range Valve ). 2. Span Bila batasan kontroller dari maka span dari kontroller itu adalah 0, Span yang dimulai dengan angka 0 disebut Eleveted Span, sedangkan yang dimulai dengan angka dibawah 0 ( minus ) disebut Supressed Span. 3. Reading Reading adalah nilai yang sedang berlaku dalam proses, reading terdiri dari dua jenis yaitu : - Correct Reading, yaitu nilai sebenarnya - Instrument Reading, yaitu nilai yang ditunjukkan oleh alat ukur. 4. Sinyal Fisik Sinyal pneumatik atau listrik yang digunakan pada kontroller yaitu : -. Untuk sinyal pneumatik 3 15 Psi atau 0,2 1 Kg/Cm 2 -. Untuk Sinyal Elektrik 1 5 Volt 4 20 ma 5. Sinyal Skala Sinyal indikasi yang diberikan Kontroller dalam bentuk persen. Umumnya %. 6. Gangguan ( Disturbancies ) Perubahan yang terjadi pada operasi kontroller. Perubahan ini biasanya ditimbulkan oleh :

7 -. Perubahan Set Point -. Perubahan input -. Perubahan beban Dan masih banyak istilah istilah lain yang di pakai pada proses kontroller. Pada proses kontrol, kecematan terhadap alat penunjuk haruslah tetap diperhatikan.agar kita mendapatkan produk sesuai dengan yang kita inginkan Kerangan Kontrol Kerangan kontrol mengatur catu materi atau energi untuk satu proses dengan mengatur suatu bukaan melalui mana materi itu mengalir. Jadi, kerangan kontrol adalah Orifice yang berubah-ubah, yang ditempatkan pada satu pipa proses. Rumus untuk aliran melalui orifice adalah : Q = C. A P Dimana : Q = Besarnya aliran, cairan ( gpm ), gas ( scfh ), uap ( lb/h ) C A = Konstanta ( tetepan ) untuk keadaan aliran = Luas penampang pipa P = Tekanan yang melalui kerangan. ( Psi ) Besaran aliran melalui suatu kerangan adalah berbanding pada bidang bukaan dan jatuh melalui kerangan itu. Bidang bukaaan kerangan berubah ubah

8 sesuai dengan persen langkah kerangan sedang tekanan jatuh melalui kerangan berubah ubah sesuai dengan kondisi hilir kerangan itu. Kondisi hilir suatu kerangan ditentukan oleh proses yang bersangkutan, seperti keadaan pipa pipa, bejana dan peralatan peralatan lainnya dalam proses itu ditempatkan. Kapasitas melalui sebuah kerangan kontrol dinyatakan dengan notasi C v, C v adalah sejumlah laju aliran air dalam satuan gallon/menit yang dapat dialirkan melalui kerangan ketika kerangan itu terbuka penuh dan terdapat pressure drop sebesar 1 psi pada keadaan suhu dan tekanan standart. Untuk Cairan : C v = Q G P Untuk Gas G C v = 1360 TfG P( P 2 ) Untuk uap : C v = Q 63,3 V P Dimana : Q = Laju aliran cairan ( gpm ), gas ( scfh ), uap ( lb/h ) G = Berat jenis ( Kg/cm 3 ) Tf = Suhu aliran dalam derajat rankine ( 0 R )

9 P = Pressure drop dalam psi ( Psi ) P 1 = Tekanan mutlak upstream kerangan ( Psi ) P 2 = Tekanan mutlak downstream kerangan ( Psi ) V = Spesifikasi volume downstream ( feet/lb ) Kerangan kontrol pada umumnya terdiri dari dua bagian pokok, yaitu : 1. Penggerak ( Aktuator ) 2. Perakit Badan Kerangan ( Valve Body ) PELAT DIAFRAGMA DIAFRAGMA SAMBUNGAN SINYAL PENGGERAK RUMAH DIAFRAGMA PEGAS PENGGERAK TIANG PENGGERAK DUDUKAN PEGAS PENYETEL PEGAS PENGHUBUNG TIANG PENGERAK SKALA PENUNJUK BUKAAN YOKE Gambar 2.3 Penggerak Aksi Lurus

10 RUMAH DIAFRAGMA SAMBUNGAN SINYAL PENGGERAK DIAFRAGMA PELAT DIAFRAGMA PEGAS PENGERAK DUDUKAN PEGAS PENGHUBUNG TIANG PENGGERAK TIANG PENGGERAK PENYETEL PEGAS SKALA PENUNJUK BUKAAN TOKE Gambar 2.4 Aksi Terbalik Gambar 2.3 menunjukkan skematik alat penggerak aksi lurus sedangkan gambar 2.4 menunjukkan skematik aksi terbalik, penggerak ini diproduksi oleh perusahaan fisher dan termasuk penggerak pneumatik. Bagian bagian penting dari penggerak ini adalah : 1. Sambungan sinyal penggerak 2. Rumah difragma 3. Diafragma 4. Plat diafragma 5. Pegas penggerak 6. Dudukan pegas 7. Penyetel pegas 8. penghubung tiang penggerak 9. Yoke 10. Skala penunjuk bukaan

11 Sinyal pneumatik dari kontroler atau alat bantu kontroler atau positioner masuk rumah diafragma melalui sambungan sinyal penggerak, sinyal ini ditumpukkan pada diafragma yang ditompang dengan plat diafragma, gaya yang dihasilkan sinyal ( diafragma ) kemudian dilawan oleh pegas penggerak. Pegas ini mempunyai nilai penekanan awal tertentu yang kemudian dapat diatur melalui penyetel pegas, jadi letak kedudukan penggerak adalah hasil keseimbangan kedua gaya itu. Sedangkan gaya gaya itu adalah tergantung pada luas bidang diafragma pegas seperti ini dapat digunakan pada kerangan kerangan globe, Saunder, Butterfly, dan kerangan Ball. Sewaktu tekanan sinyal pneumatik hilang, pegas penggerak akan mengembalikan ke posisi sebelum tekanan pneumatik atau listrik masuk ke rumah diafragma, sifat ini sangat baik untuk sistem keselamatan pada proses dimana pegas itu memungkinkan aksi udara untuk menutup ( Air To Close ), dan udara untuk membuka ( Air To Open ) pada kerangan yang bersangkutan. TIAMG SUMBAT KERANGAN PERAKITAN BONNET SUMBAT KERANGAN BADAN Gambar 2.5 Perakitan badan kerangan

12 Gambar 2.5 menunjukkan skematik perakitan badan kerangan, Perakitan badan kerangan terdiri dari bagian bagian pokok sebagai berikut : 1. Tiang Sumbat Kerangan 2. Sumbat Kerangan 3. Perakitan Bonnet 4. Badan 2.5 Transmitter Dalam dunia industri, biasanya digunakan dua jenis transmitter, yang kedua duanya digunakan untuk mengetahui skala pengontrolan yang biasanya dipasang atau digunakan pada control valve. Jenis transmitternya adalah : 1. Transmitter Pneumatik 2. Transmitter Elektrik Transmitter Pneumatik Pada dasarnya Transmitter pneumatik berfungsi untuk mengubah sinyal proses menjadi sinyal pneumatik. Serta mengirimkan sinyal pneumatik itu ke alat penerima seperti pencatat, pengatur, dan penunjuk. Transmitter pneumatik pada umumnya terdiri dari dua bagian yaitu : -. Bagian perasa -. Bagian pengirim Karena pneumatik proses yang umum ada empat macam yaitu Pressure, Level, Temperatur dan Flow, maka transmitter yang mengirimkan sinyal proses

13 dari keempat variabel ini sering disebut Pressure Transmitter ( PT ), Level Transmitter ( LT ), Temperatur Transmitter ( TT ), dan Flow Transmitter ( FT ). A. Bagian Perasa ( Detektor ) Bagian perasa berfungsi untuk mengubah sinyal proses kedalam bentuk gerak gerak mekanik. Misalnya, suhu dari minyak sebelumnya adalah C, beberapa detik kemudian menjadi C, maka perubahan 10 0 C ini merupakan sinyal yang harus diubah oleh bagian perasa ( detektor ) kedalam bentuk pergerakan mekanik. Detektor yang sering digunakan pada sistem transmisi pneumatik adalah : -. Meterbodi ( Meterbody ) -. Sel Beda Tekanan -. Penggeser ( Displacer ) -. Bola Berisi Cairan ( Liquid filled Buld ) a. Meterbodi Pada meterbodi menunjukkan penampang dari meterbodi yang dipergunakan untuk mendeteksi tekanan. Meterbodi seperti ini disebut Remote Seal Diaphram Bourdoun Tube Meterbody. Meterbodi jenis ini dapat kita lihat pada gambar 2.6 di bawah ini Gambar 2.6 Meterbodi

14 Remote Seal Diaphram terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut : 1. Plensa Penghubung (Process Connecting Flange) 2. Diafragma Penyekat (Seal Diaphram) 3. Pipa Kapiler (Capility Tube) 4. Elemen Perasa (Sensing Element) 5. Lengan Pemuntir (Torque arm) 6. Batang Pemuntir (Torque Rod) 7. badan (Body) 8. Penutup (Cover) Prinsip kerja dari Remote Seal Diaphram Meterbody adalah sebagai berikut : - Pipa Kapiler, bagian dalam diafragma Penyekat Tabung Bourdoun diisi dengan cairan kental. - Perubahan tekanan proses mengakibatkan diafragma penyekat bergerak mundur-maju. Ini mengakibatkan tekanan cairan kental berubah. - Berubahnya tekanan cairan kental pada elemen perasa (sensing Element) mengakibatkan Tabung Bourdon itu bergerak-gerak mengembang atau menyusut. - Pergerakan Lengan Pemuntir kemudian diterima oleh Batang Pemuntir dan diteruskan ke Bagian Pengirim dari Transmitter Tekanan (Pressure Transmitter) - Dengan kalibrasi yang sempurna maka pergerakan dari Batang Pemuntir dapat dibuat sebanding dengan perubahan tekanan proses.

15 Meterbodi dan jenis diafragma Penyekat bila tidak dilengkapi dengan Pipa Kapiler, Diafragma penyekat dan cairan kental disebut sebagai : Meterbody Tabung Bourdon Gambar 2.7 Meterbody tabung Bourdon Keterangan Gambar : 1. Perasa 2. Lengan Pemuntir 3. Batang Pemuntir 4. Badan 5. Penutup Gambar 2.7 menunjukkan penampang dari Bourdon Tube Meterbody. Meterbodi ini sebenarnya sama dengan Remote Seal Diaphram Meterbody tanpa diafragma penyekat dan Pipa Kapiler.

16 Berbeda dengan Seal Diaphram Meterbody dimana gas atau cairan proses tidak langsung berhubungan dengan Element Perasa maka pada Meterbodi Tabung Bourdon dari gambar 2.7 materi proses adalah berhubungan dengan Elemen Perasa, karena itu Meterbodi seperti ini tidak cocok dipergunakan untuk uap, gasgas korosif dan cairan-cairan berat. Untuk uap, gas-gas korosif dan cairan-cairan berat biasanya dipergunakan Seal Diaphram Meterbody. Seal Diaphram Meterbody dapat kita lihat pada gambar 2.8 di bawah ini. Gambar 2.8 Menunjukkan penampang meterbodi jenis lain yang disebut : Meterbodi penghembus Keterangan gambar : 1. Penutup 2. Elemen Perasa 3. Lengan Pemuntir

17 4. Batang Pemuntir 5. Badan 6. Pembatas Langkah Perbedaan antara Penghembus dan Meterbodi tabung Bourdon adalah terletak pada elemen Perasanya dimana Meterbodi Tabung Bourdon memakai tabung Bourdon sedangkan Meterbodi penghembus memakai penghembus sebagai Elemen Perasa. Sama halnya dengan Meterbodi Tabung Bourdon, Meterbodi penghembus juga dapat dimodifikasi sehingga menjadi Remote Seal Diaphram Bellow Meterbody dengan menambahkan diafragma penyekat, pipa cairan ini umumnya sama seperti yang dipergunakan pada Termometer Isi Cairan (Liquid Filled Thermometer). Prinsip kerja dari Meterbodi penghembus juga sama seperti Meterbodi Tabung Bourdon dimana perubahan tekanan proses menghasilkan gerak mundurmaju pada penghembus. Kemudian gerak mundur-maju dirobah menjadi gerak setengah melingkar pada Batang pemutir melalui Lengan Pemulir. b. Sel Beda Tekanan ( Diffrential Pressure Cell ) Sel beda tekanan dapat dipergunakan untuk pressure transmitter, level transmitter, dan flow transmitter.elemen perasa dari detektor sel beda tekanan dapat berupa diafragma dan penghembus. Sel beda tekanan dapat kita lihat pada gambar 2.9 di bawah ini.

18 BATANG GAYA DIAFRAGMA PENYEKAT DIAFRAGMA BENTUK KAPSUL BATANG LENTUR Gambar 2.9 Sel Beda Tekanan jenis Diafragma Detektor ini tidak mempunyai batang pemuntir dengan gerak memuntir, melainkan hanya mempunyai batang lentur yaitu batang penghubung yang menghubungkan dengan difragma dengan batang gaya. c. Penggeser ( Displacer ) Penggeser dapat dipergunakan sebagai detektor pada level transmitter. Perubahan tinggi permukaan cairan akan menghasilkan pergerakan pada penggeser ( Elemen Perasa ). Selanjutnya pergerakan dari penggeser diteruskan melalui batang pemuntir yang dihubungkan dengan lengan pemuntir sehingga menghasilkan gerak memuntir pada batang pemuntir, dapat kita lihat pada gambar di bawah 2.10 ini

19 TUAS PEMUNTIR TABUNG PEMUNTIR POROS GERAK PENGGESER Gambar 2.10 Menunjukkan Penampang dari Penggeser d. Bola Berisi Cairan ( Liquid Filled Bulb ) Bola berisi cairan yang disambungkan dengan meterbodi dapat dipergunakan sebagai detektor untuk mengukur suhu.perubahan suhu proses menyebabkan cairan pada bola mengembang dan memberikan tekanan yang lebih besar pada meterbodi element perasa sehingga elemen perasa ini bergerak, dapat kita lihat pada gambar 2.11 di bawah ini. PENERIMA TEKANAN PIPA KAPILER SAMBUNGAN DAPAT DISETEL BOLA Gambar 2.11 Menunjukkan Bola Berisi Cairan

20 B. Bagian Pengirim Bagian pengirim dari transmitter pneumatik berfungsi untuk mengubah gerak-gerak mekanik detektor kedalam bentuk sinyal pneumatik, salah satu contoh dari bagian pengirim transmitter pneumatik adalah : Transmitter gaya seimbang. Bagian bagian pokok dari transmitter ini adalah : 1. Penyetel titik nol Berfungsi untuk mendapatkan titik nol dari batasan operasi transmitter. 2. Pengimbang kedua Berfungsi sebagai batang yang meneruskan gaya gerak balas terhadap gaya gerak pengimbang utama. 3. Kapsul pengimbang balik Kapsul yang berisi diafragma penggerak pengimbang kedua. 4. Pemancar Berfungsi sebagai buangan udara penggerak diafragma besar pada relay pilot. 5. Pembalik Berfungsi sebagai penutup. 6. Pembatas beban balik berlebih Berfungsi sebagai ganjal pembatas gerak pengimbang utama 7. Pengimbang utama Berfungsi sebagai batang penerus gerak gerak mekanik setengah melingkar dari batang pemuntir pada detektor.

21 8. Pipa pipa kapsul pengimbang Berfungsi sebagai pipa penyalur udara penghasil gaya gerak balas terhadap gaya gerak utama 9. Pipa untuk pemancar Berfungsi sebagai pipa penyalur udara untuk pemancar 10. Penyetel batasan lebar Berfungsi sebagai penyetelan untuk memperlebar bidang gerak pengimbang utama 11. Penyetel batasan sempit Berfungsi sebagai penyetelan untuk mempersempit bidang gerak pengimbang utama 12. Relai pitot Berfungsi sebagai kerangan pengatur tekanan udara instrumen output dari transmitter 13. Pegas peninggi atau penekan Berfungsi sebagai penyetelan untuk menaikkan skala perbandingan antara variabel proses dengan tekanan udara instrumen output. Prinsip kerja dari transmitter gaya seimbang adalah 1. Pergerakan dari batang pemuntir menghasilkan pergerakan maju mundur pada pengimbang utama 2. Bergeraknya pengimbang utama akan mengubah kedudukan pembalik sehingga menjauhi atau mendekati pemancar

22 3. Bila pembalik menjauhi pemancar maka tekanan balik udara penggerak diafragma besar pada relai pilot akan berkurang dari sebelumnya, sebaiknya bila pembalik mendekati pemancar, tekanan balik udara penggerak diafragma besar pada relay pilot akan bertambah dari sebelumnya 4. Berubahnya tekanan balik udara penggerak diafragma besar pada relay pilot akan mengubah perubahan karangan pilot pada relay untuk membuka atau menutup 5. Bila kerangan pilot membuka maka tegangan udara instrumen output bertambah, sebaliknya bila kerangan pilot menutup, tekanan udara instrumen output menjadi berkurang. Dengan demikian pergerakan dari batang pemuntir menghasilkan perubahan pada tekanan udara instrument output 6. Perhatikan bahwa udara instrumen output juga dikirim ke kapsul pengimbang balik 7. Tekanan udara instrumen output akan terus bertambah atau berkurang sampai pengimbang mendapat gaya balas yang sama besar dari kapsul pengimbang balik melalui pengimbang utama. 8. Sekali gaya pada pengimbang utama sama dengan gaya pengimbang kedua maka tekanan udara instrumen output tidak berubah lagi.

23 2.5.2 Transmitter Listrik Sama halnya dengan transmitter pneumatik, transmitter listrik juga terdiri dari dua bagian pokok, yaitu : -. Bagian Perasa -. Bagian Pengirim Transmitter listrik ini dapat kita lihat pada gambar di bawah 2.10 ini. Gambar 2.12 Transmitter Listrik Keterangan gambar : 1. Pengimbang utama 2. Pegas peninggi dan pegas titik nol 3. Peredam 4. penyetelan batasan 5. Pengimbang Kedua 6. Pembatas Langkah

24 7. Kesatuan Magnet 8. Pegas Bias 9. Detektor 10. Kesatuan O.P.D 11. Menunjukkan Out-put Transmitter ini juga termasuk gaya seimbang, detektor pada transmitter ini dapat berupa meterbodi, sel beda tekanan, bola berisi cairan, dan penggeser. Prinsip kerja dari transmitter listrik ini adalah : 1. Batang pemuntir dari detektor ( Bagian Perasa ) disambungkan dengan pengimbang utama dari bagian pengirim, sehingga pergerakan dari batang pemuntir menghasilkan pergerakan dari pengimbang utama. 2. Pergerakan dari pembanding utama mengubah jarak antara kedua ferrite dari detektor bagian pengirim. 3. Berubahnya jarak antara kedua ferrite menghasilkan perubahan pada induktansi pick-up coil 4. Perubahan induktansi dari pick-up coil menghasilkan perubahan pada out-put osilator 5. Perubahan pada out-put osilator menghasilkan perubahan pada nilai arus listrik yang keluar dari transmitter. Dengan demikian, perubahan pada variabel proses yang dirasakan oleh detektor pada bagian perasa dapat menghasilkan perubahan pada nilai arus listrik yang keluar pada bagian pengirim

25 6. Perhatikan bahwa sebagian dari out-put osilator dikirim ke kesatuan magnet sehingga akan terjadi gaya tolak menolak pada kesatuan magnet. Gaya tolak menolak pada kesatuan magnet akhirnya akan menghasilkan pergerakan pada penghubung kedua. 7. Pergerakan atau gaya pada penghubung kedua diteruskan ke pengimbang utama melalui penyetelan batasan. Gaya pengimbang kedua adalah melawan gaya pada pengimbang utama. Dengan demikian akan dihasilkan kedudukan dimana perubahan jarak antara ferrite akan sebanding dengan perubahan variabel proses yang dirasakan oleh detektor.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menunjukkan tinggi dari permukaan cairan disebut sebagai alat ukur level.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menunjukkan tinggi dari permukaan cairan disebut sebagai alat ukur level. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengenalan Alat Ukur Level Setiap alat ukur instrument yang dipergunakan untuk mengukur dan menunjukkan tinggi dari permukaan cairan disebut sebagai alat ukur level. Pengukuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengukuran level adalah yang berkaitan dengan keterpasangan terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengukuran level adalah yang berkaitan dengan keterpasangan terhadap BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Pengertian Pengukuran Level Alat-alat Instrument yang digunakan untuk mengukur dan menunjukkan tinggi permukaan cairan dikenal dengan istilah Level. Pengukuran level adalah

Lebih terperinci

PENGGUNAAN CONTROL VALVE PADA STERILIZIER DENGAN FIG UNTUK MENGONTROL ALIRAN STEAM (Aplikasi PTPN IV UNIT USAHA ADOLINA SUMATERA UTARA)

PENGGUNAAN CONTROL VALVE PADA STERILIZIER DENGAN FIG UNTUK MENGONTROL ALIRAN STEAM (Aplikasi PTPN IV UNIT USAHA ADOLINA SUMATERA UTARA) 1 PENGGUNAAN CONTROL VALVE PADA STERILIZIER DENGAN FIG 360 104 UNTUK MENGONTROL ALIRAN STEAM (Aplikasi PTPN IV UNIT USAHA ADOLINA SUMATERA UTARA) OLEH : EVA FEBRINA SINULINGGA 035203002 Tugas Akhir ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan atau pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variable, parameter) sehingga berada pada suatu harga

Lebih terperinci

BAB II DASAR SISTEM KONTROL

BAB II DASAR SISTEM KONTROL BAB II DASAR SISTEM KONTROL II.1. Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan ataupun pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu harga

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Alat ukur level adalah alat-alat instrumentasi yang dipergunakan untuk. 1. Mencegah kerusakan dan kerugian akibat air terbuang

BAB II DASAR TEORI. Alat ukur level adalah alat-alat instrumentasi yang dipergunakan untuk. 1. Mencegah kerusakan dan kerugian akibat air terbuang BAB II DASAR TEORI II. 1 Pengertian Alat Ukur Level Alat ukur level adalah alat-alat instrumentasi yang dipergunakan untuk mengukur dan menunjukkan tinggi permukaan air. Dimana alat ukur ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI DIGITAL

SISTEM KENDALI DIGITAL SISTEM KENDALI DIGITAL Sistem kendali dapat dikatakan sebagai hubungan antara komponen yang membentuk sebuah konfigurasi sistem, yang akan menghasilkan tanggapan sistem yang diharapkan. Jadi harus ada

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengenalan Alat Ukur Permukaan Cairan / Level

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengenalan Alat Ukur Permukaan Cairan / Level BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengenalan Alat Ukur Permukaan Cairan / Level Setiap alat instrument yang dipergunakan untuk mengukur dan menunjukan tinggi permukaan cairan disebut sebagai alat ukur level, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENGENALAN SISTEM KONTROL. Apakah yang dimaksud dengan sistem kendali?

BAB I PENDAHULUAN PENGENALAN SISTEM KONTROL. Apakah yang dimaksud dengan sistem kendali? 1 BAB I PENDAHULUAN PENGENALAN SISTEM KONTROL 1. Pendahuluan Apakah yang dimaksud dengan sistem kendali? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita dapat mengatakan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, terdapat

Lebih terperinci

BAB II TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan

BAB II TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan BAB II TEORI 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan Pengertian kontrol atau pengaturan adalah proses atau upaya untuk mencapai tujuan. Sebagai contoh sederhana dan akrab dengan aktivitas sehari-hari dari konsep

Lebih terperinci

Pneumatik Bab B4 1. Bab 4 Katup katup

Pneumatik Bab B4 1. Bab 4 Katup katup Pneumatik Bab B4 1 Bab 4 Katup katup 4.1 Katup Satu Arah Katup satu arah adalah bagian yang menutup aliran ke satu arah dan melewatkannya ke arah yang berlawanan. Tekanan pada sisi aliran membebani bagian

Lebih terperinci

Pertemuan-1: Pengenalan Dasar Sistem Kontrol

Pertemuan-1: Pengenalan Dasar Sistem Kontrol Pertemuan-1: Pengenalan Dasar Sistem Kontrol Tujuan Instruksional Khusus (TIK): Mengerti filosopi sistem control dan aplikasinya serta memahami istilahistilah/terminology yang digunakan dalam system control

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Destilasi Prinsip pada destilasi biasa adalah pemisahan dua zat atau lebih yang mempunyai perbedaan titik didih. Jika zat-zat yang dipisahkan mempunyai perbedaan titik didih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur.

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur. BAB II LANDASAN TEORI II.I. Pengenalan Alat Ukur. Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang

Lebih terperinci

2. Pengendalian otomat dengan tenaga hydroulic

2. Pengendalian otomat dengan tenaga hydroulic 2. Pengendalian otomat dengan tenaga hydroulic Keuntungan : Pengontrolan mudah dan responnya cukup cepat Menghasilkan tenaga yang besar Dapat langsung menghasilkan gerakan rotasi dan translasi 1 P a g

Lebih terperinci

VIII Sistem Kendali Proses 7.1

VIII Sistem Kendali Proses 7.1 VIII Sistem Kendali Proses 7.1 Pengantar ke Proses 1. Tentang apakah pengendalian proses itu? - Mengenai mengoperasikan sebuah proses sedemikian rupa hingga karakteristik proses yang penting dapat dijaga

Lebih terperinci

BAB II PNEUMATIK. - sekitar 78 % dari volum adalah Nitrogen. - sekitar 21 % dari volum adalah Oksigen

BAB II PNEUMATIK. - sekitar 78 % dari volum adalah Nitrogen. - sekitar 21 % dari volum adalah Oksigen BAB II PNEUMATIK 2. 1. Dasar-dasar Pneumatik 2.1.1. Sifat-sifat fisika dari udara Permukaan bumi ini ditutupi oleh udara. Udara adalah campuran gas yang terdiri atas senyawa : - sekitar 78 % dari volum

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah

BAB II LANDASAN TEORI. berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Didalam dunia industri, dituntut suatu proses kerja yang aman dan berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah banyak serta dengan waktu

Lebih terperinci

BAB 5 KOMPONEN DASAR SISTEM KONTROL

BAB 5 KOMPONEN DASAR SISTEM KONTROL BAB 5 KOMPONEN ASAR SISTEM KONTROL 5. SENSOR AN TRANSMITER Sensor: menghasilkan fenomena, mekanik, listrik, atau sejenisnya yang berhubungan dengan variabel proses yang diukur. Trasmiter: mengubah fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu perkembangan pengaplikasian teknologi yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu perkembangan pengaplikasian teknologi yang telah lama BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan teknologi elektronika dewasa ini, sudah sangat maju baik dibidang industri, pertanian, kesehatan, pertambangan, perkantoran, dan lain-lain.

Lebih terperinci

1 P a g e SISTEM KONTROL

1 P a g e SISTEM KONTROL 1 P a g e SISTEM KONTROL SISTIM KONTROL Alat ukur adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk mengukur besaran fisik pada suatu tempat yang tidak terjangkau oleh manusia. Instrument Mekanik DEFINISI-DEFINISI

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Temperatur Temperatur adalah suatu penunjukan nilai panas atau nilai dingin yang dapat diperoleh/diketahui dengan menggunakan suatu alat yang dinamakan termometer. Termometer

Lebih terperinci

BAB II DASAR SISTEM KONTROL. satu atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu

BAB II DASAR SISTEM KONTROL. satu atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu BAB II DASAR SISTEM KONTROL II.I. Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan ataupun pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu harga

Lebih terperinci

Strategi Pengendalian

Strategi Pengendalian Strategi Pengendalian Strategi apa yang dapat kita gunakan dalam pengendalian proses? Feedback (berumpan-balik) Feedforward (berumpan-maju) 1 Feedback control untuk kecepatan 1. Mengukur kecepatan aktual

Lebih terperinci

BAB 1 KONSEP KENDALI DAN TERMINOLOGI

BAB 1 KONSEP KENDALI DAN TERMINOLOGI BAB 1 KONSEP KENDALI DAN TERMINOLOGI Bab 1 ini berisi tentang konsep kendali dan terminologi yang dipakai dalam pembahasan tentang sistem kendali. Uraiannya meliputi pengertian kendali, sistem kendali,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

SISTEM PENGATURAN LOOP TERTUTUP

SISTEM PENGATURAN LOOP TERTUTUP SISTEM PENGATURAN LOOP TERTUTUP PENGANTAR Dalam bahasan ini akan dijelaskan tentang sistem pengaturan loop tertutup : apa yang dimaksud dengan sistem pengaturan loop tertutup, bagaimanakah perilakunya

Lebih terperinci

ISTILAH-ISTILAH DALAM SISTEM PENGATURAN

ISTILAH-ISTILAH DALAM SISTEM PENGATURAN ISTILAH-ISTILAH DALAM SISTEM PENGATURAN PENGANTAR Sistem pengaturan khususnya pengaturan otomatis memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Dalam bahasan ini, akan diberikan

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI SISTEM KENDALI. control signal KENDALIAN (PLANT) Isyarat kendali. Feedback signal. Isyarat umpan-balik

SISTEM KENDALI SISTEM KENDALI. control signal KENDALIAN (PLANT) Isyarat kendali. Feedback signal. Isyarat umpan-balik SISTEM KENDALI Pertemuan-2 Sistem kendali dapat dikategorikan dalam beberapa kategori yaitu sistem kendali secara manual dan otomatis, sistem kendali jaringan tertutup (closed loop) dan jaringan terbuka

Lebih terperinci

IX Strategi Kendali Proses

IX Strategi Kendali Proses 1 1 1 IX Strategi Kendali Proses Definisi Sistem kendali proses Instrumen Industri Peralatan pengukuran dan pengendalian yang digunakan pada proses produksi di Industri Kendali Proses Suatu metoda untuk

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Pengaturan

Pengantar Sistem Pengaturan Pendahuluan 1 Pengantar Sistem Pengaturan Sistem pengaturan memiliki peranan penting dalam perkembangan dan kemajuan peradaban dan teknologi modern. Dalam prakteknya, setiap aspek aktivitas sehari-hari

Lebih terperinci

Dasar Dasar Sistem kontrol

Dasar Dasar Sistem kontrol Dasar Dasar Sistem kontrol Tujuan : 1. Mempelajari dasar dasar system kontrol 2. Mempelajari kontrol lup terbuka dan tertutup 3. Mempelajari prinsip-prinsip disain system kontrol Kompetensi 1. Mampu memahami

Lebih terperinci

ISTILAH ISTILAH DALAM SISTEM PENGENDALIAN

ISTILAH ISTILAH DALAM SISTEM PENGENDALIAN ISTILAH ISTILAH DALAM SISTEM PENGENDALIAN PENGANTAR Sistem pengendalian khususnya pengendalian otomatis memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Dalam bahasan ini, akan

Lebih terperinci

BAB II ALAT UKUR TINGGI PERMUKAAN CAIRAN (LEVEL) besarnya tinggi permukaan cairan digunakan diferensial transmitter elektrik yang

BAB II ALAT UKUR TINGGI PERMUKAAN CAIRAN (LEVEL) besarnya tinggi permukaan cairan digunakan diferensial transmitter elektrik yang BAB II ALAT UKUR TINGGI PERMUKAAN CAIRAN (LEVEL) 2.1. Umum Alat-alat instrumentasi yang dipergunakan untuk mengukur dan menunjukkan besarnya tinggi permukaan cairan digunakan diferensial transmitter elektrik

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek CONTROL SYSTEM PADA FURNACE 12F1(FOC I) PT. PERTAMINA RU IV CILACAP

Makalah Seminar Kerja Praktek CONTROL SYSTEM PADA FURNACE 12F1(FOC I) PT. PERTAMINA RU IV CILACAP Makalah Seminar Kerja Praktek CONTROL SYSTEM PADA FURNACE 12F1(FOC I) PT. PERTAMINA RU IV CILACAP Indra Permadi (L2F006080) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ABSTRAK Sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Teori Pengukuran Level Maksud dari pengukuran level adalah untuk mengetahui volume atau berat dari suatu cairan yang ada didalam tangki tersebut. Ada dua cara utama untuk mengukur

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM KONTROL PADA VESSEL 11V2 DI FOC I PT PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP

ANALISA SISTEM KONTROL PADA VESSEL 11V2 DI FOC I PT PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP ANALISA SISTEM KONTROL PADA VESSEL 11V2 DI FOC I PT PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP Oleh: Ahmad Shafi Mukhaitir (L2F 606 003) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

Instrument adalah alat-alat atau perkakas. Instrumentation adalah suatu sistem peralatan yang digunakan dalam suatu sistem aplikasi proses.

Instrument adalah alat-alat atau perkakas. Instrumentation adalah suatu sistem peralatan yang digunakan dalam suatu sistem aplikasi proses. Instrument adalah alat-alat atau perkakas. Instrumentation adalah suatu sistem peralatan yang digunakan dalam suatu sistem aplikasi proses. Contoh : sistem instrumentasi pesawat terbang, sistem instrumentasi

Lebih terperinci

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI KOMPONEN DASAR DCS Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2012 BAB IV KOMPONEN DASAR DCS

Lebih terperinci

BAB III DINAMIKA PROSES

BAB III DINAMIKA PROSES BAB III DINAMIKA PROSES Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami Dinamika Proses dalam Sistem Kendali. Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah mengikuti kuiah ini

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI OTOMATIS

SISTEM KENDALI OTOMATIS SISTEM KENDALI OTOMATIS Sistem Kendali Manual Fungsi Pengendali/Kontroler: Mengukur Membandingkan Menghitung Mengkoreksi Sistem Kendali Otomatis Manusia sebagai kontroller Manusia sebagai kontroller

Lebih terperinci

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan dalam pengontrolan dan kemudahan dalam pengoperasian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem kontrol adalah proses pengaturan ataupun pengendalian

BAB II LANDASAN TEORI. Sistem kontrol adalah proses pengaturan ataupun pengendalian BAB II LANDASAN TEORI II.1. Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan ataupun pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu harga atau dalam

Lebih terperinci

Diagram blok sistem pengukuran

Diagram blok sistem pengukuran TEKNIK PENGUKURAN Mengukur adalah membandingkan parameter pada obyek yang diukur terhadap besaran yang telah distandarkan. Pengukuran merupakan suatu usaha untuk mendapatkan informasi deskriptif-kuantitatif

Lebih terperinci

Rotameter adalah suatu alat ukur yang mengukur laju aliran berupa cairan atau gas dalam tabung tertutup.

Rotameter adalah suatu alat ukur yang mengukur laju aliran berupa cairan atau gas dalam tabung tertutup. 12/10/2014 1 DEFINISI Rotameter adalah suatu alat ukur yang mengukur laju aliran berupa cairan atau gas dalam tabung tertutup. 12/10/2014 2 CODE DAN STANDARD ASME MFC-18M, Measurement of Fluid Flow Using

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pengertian Dongkrak Dongkrak merupakan salah satu pesawat pengangkat yang digunakan untuk mengangkat beban ke posisi yang dikehendaki dengan gaya yang kecil. 2.1.1 Dongkrak

Lebih terperinci

5/12/2014. Plant PLANT

5/12/2014. Plant PLANT Matakuliah : Teknik Kendali Tahun : 2014 Versi : Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : menjelaskan gambaran umum dan aplikasi sistem pengaturan di industri menunjukkan kegunaan dasar-dasar

Lebih terperinci

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur

BAB II MESIN PENDINGIN. temperaturnya lebih tinggi. Didalan sistem pendinginan dalam menjaga temperatur BAB II MESIN PENDINGIN 2.1. Pengertian Mesin Pendingin Mesin Pendingin adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mendinginkan air, atau peralatan yang berfungsi untuk memindahkan panas dari suatu tempat

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA SISTEM FLOW CONTROL amdea DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA SISTEM FLOW CONTROL amdea DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA SISTEM FLOW CONTROL amdea DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG Bambang Nur Cahyono (L2F008013) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang Jln.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Perpipaan Dalam pembuatan suatu sistem sirkulasi harus memiliki sistem perpipaan yang baik. Sistem perpipaan yang dipakai mulai dari sistem pipa tunggal yang sederhana

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek KONTROL TEMPERATUR PADA RICH SOLUTION HEATER (101-E) DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG

Makalah Seminar Kerja Praktek KONTROL TEMPERATUR PADA RICH SOLUTION HEATER (101-E) DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG Makalah Seminar Kerja Praktek KONTROL TEMPERATUR PADA RICH SOLUTION HEATER (101-E) DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG Lilik Kurniawan (L2F008053) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

PENGANTAR SISTEM PENGUKURAN

PENGANTAR SISTEM PENGUKURAN PENGANTAR SISTEM PENGUKURAN Teknik pengukuran telah berperan penting sejak awal peradaban manusia, ketika pertama kali digunakan untuk mengatur transfer barang dalam perdagangan barter agar terjadi pertukaran

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 12 Pneumatik (2)

Mekatronika Modul 12 Pneumatik (2) Mekatronika Modul 12 Pneumatik (2) Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari komponen Pneumatik Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI

PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI PENGENALAN TEKNIK PENGENDALI ALAT LISTRIK INDUSTRI 1. Saklar magnet (Kontaktor) Kontaktor adalah sejenis saklar atau kontak yang bekerja dengan bantuan daya magnet listrik dan mampu melayani arus beban

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG

Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG Paisal Tajun Aripin 1, Erna Kusuma Wati 1, V. Vekky R. Repi 1, Hari Hadi Santoso 1,2 1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR. besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari kawat

BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR. besaran suatu temperatur/suhu dengan menggunakan elemen sensitif dari kawat BAB II RESISTANCE TEMPERATURE DETECTOR Resistance Temperature Detector (RTD) atau dikenal dengan Detektor Temperatur Tahanan adalah sebuah alat yang digunakan untuk menentukan nilai atau besaran suatu

Lebih terperinci

Komponen Sistem Pneumatik

Komponen Sistem Pneumatik Komponen Sistem Pneumatik Komponen Sistem Pneumatik System pneumatik terdiri dari beberapa tingkatan yang mencerminkan perangkat keras dan aliran sinyal. Beberapa tingkatan membentuk lintasan kontrol untuk

Lebih terperinci

Konsep Umum Sistem Kontrol

Konsep Umum Sistem Kontrol Konsep Umum Sistem Kontrol 1 1 Konsep Umum Sistem Kontrol 1.1. Pendahuluan Perkembangan ilmu dan teknologi selalu beriringan dengan tingkat peradaban manusia. Dengan bertambahnya ilmu dan teknologi yang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RESUME PID. Oleh: Nanda Perdana Putra MN / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Padang

TUGAS AKHIR RESUME PID. Oleh: Nanda Perdana Putra MN / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro. Fakultas Teknik. Universitas Negeri Padang TUGAS AKHIR RESUME PID Oleh: Nanda Perdana Putra MN 55538 / 2010 Teknik Elektro Industri Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang PROPORSIONAL INTEGRAL DIFERENSIAL (PID) Pendahuluan Sistem

Lebih terperinci

BAB II TEORI. Proses pengaturan atau pengendalian suatu atau beberapa besaran

BAB II TEORI. Proses pengaturan atau pengendalian suatu atau beberapa besaran BAB II TEORI II.. Sistem Kontrol Proses pengaturan atau pengendalian suatu atau beberapa besaran (Variabel,Parameter) agar berada pada suatu harga tertentu disebut dengan sistem control. Pengontrolan ini

Lebih terperinci

Komponen mesin pendingin

Komponen mesin pendingin Komponen mesin pendingin Berdasarkan fungsi atau kegunaannya komponen mesin pendingin sistem kompresi dibedakan menjadi 2 bagian yaitu : A. Komponen pokok Yang dimaksud dengan komponen pokok adalah komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aliran Aliran dapat diklasifikasikan (digolongkan) dalam banyak jenis seperti: turbulen, laminar, nyata, ideal, mampu balik, tak mampu balik, seragam, tak seragam, rotasional,

Lebih terperinci

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp

pengendali Konvensional Time invariant P Proportional Kp Strategi Dalam Teknik Pengendalian Otomatis Dalam merancang sistem pengendalian ada berbagai macam strategi. Strategi tersebut dikatakan sebagai strategi konvensional, strategi modern dan strategi berbasis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Sensor Sensor adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi gejala gejala atau sinyal sinyal yang berasal dari perubahan suatu energi seperti energi listrik,

Lebih terperinci

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2

Sistem Hidrolik. Trainer Agri Group Tier-2 Sistem Hidrolik No HP : 082183802878 Tujuan Training Peserta dapat : Mengerti komponen utama dari sistem hidrolik Menguji system hidrolik Melakukan perawatan pada sistem hidrolik Hidrolik hydro = air &

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

Lembar Latihan. Lembar Jawaban.

Lembar Latihan. Lembar Jawaban. DAFTAR ISI Daftar Isi Pendahuluan.. Tujuan Umum Pembelajaran.. Petunjuk Penggunaan Modul.. Kegiatan Belajar 1 : Penggambaran Diagram Rangkaian.. 1.1 Diagram Alir Mata Rantai Kontrol. 1.2 Tata Letak Rangkaian.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tidak terdefinisi. Standar tersebut dapat berupa barang yang nyata, dengan syarat

BAB II LANDASAN TEORI. tidak terdefinisi. Standar tersebut dapat berupa barang yang nyata, dengan syarat BAB II LANDASAN TEORI II. 1. Teori Pengukuran II.1.1. Pengertian Pengukuran Pengukuran adalah proses menetapkan standar untuk setiap besaran yang tidak terdefinisi. Standar tersebut dapat berupa barang

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG SISTEM KENDALI ANALOG DAN DIGITAL Disusun Oleh: SELLA MARSELIA NIM. 061330310905 Dosen Mata Kuliah : Ir. Siswandi, M.T. PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

Lebih terperinci

Bab 3 Katup Kontrol Arah

Bab 3 Katup Kontrol Arah 1 Bab 3 Katup Kontrol Arah Katup kontrol arah adalah bagian yang mempengaruhi jalannya aliran udara. Biasanya ini meliputi satu atau keseluruhan dari uraian berikut Mem; perbolehkan udara m elewati dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor perubahan suhu

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor perubahan suhu BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah cara mengatur suhu dan kelembaban di dalam rumah kaca (greenhouse), dengan memonitor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya

BAB II LANDASAN TEORI. dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengukuran Laju Aliran Fluida dapat dilakukan berdasarkan persamaan kontinuitas yang mana prinsif dasarnya berasal dari hukum kekekalan massa seperti yang terlihat pada Gambar

Lebih terperinci

1.1. Definisi dan Pengertian

1.1. Definisi dan Pengertian BAB I PENDAHULUAN Sistem kendali telah memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Peranan sistem kendali meliputi semua bidang kehidupan. Dalam peralatan, misalnya proses

Lebih terperinci

Bab III. Metodelogi Penelitian

Bab III. Metodelogi Penelitian Bab III Metodelogi Penelitian 3.1. Kerangka Penelitian Analisa kinerja AC split 3/4 PK dengan mengunakan refrigeran R-22 dan MC-22 variasi tekanan refrigeran dengan pembebanan terdapat beberapa tahapan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN

PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN Nazrul Effendy 1), Masrul Solichin 2), Teuku Lukman Nur Hakim 3), Faisal Budiman 4) Jurusan Teknik Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian, perancangan, dan pembuatan tugas akhir ini dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung (khususnya Laboratorium

Lebih terperinci

1. Sistem Kontrol pada Blender. Blok Diagram Sistem Kontrol Lup Tertutup. Input : Arus listrik yang mengalir. Controller : Manusia

1. Sistem Kontrol pada Blender. Blok Diagram Sistem Kontrol Lup Tertutup. Input : Arus listrik yang mengalir. Controller : Manusia 1. Sistem Kontrol pada Blender Blok Diagram Sistem Kontrol Lup Tertutup Input : Arus listrik yang mengalir Controller : Manusia Aktuator : Tombol on/off Plan : Putaran pisau blender Output : Hasil blender

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RESISTANCE PRESSURE TRANSMITTER PADA PENGONTROLAN SUPLAI UDARA INSTRUMEN DALAM PROSES SQUEEZING PADA ALAT FILTER PRESS

PENGGUNAAN RESISTANCE PRESSURE TRANSMITTER PADA PENGONTROLAN SUPLAI UDARA INSTRUMEN DALAM PROSES SQUEEZING PADA ALAT FILTER PRESS PENGGUNAAN RESISTANCE PRESSURE TRANSMITTER PADA PENGONTROLAN SUPLAI UDARA INSTRUMEN DALAM PROSES SQUEEZING PADA ALAT FILTER PRESS (APLIKASI PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN) Oleh : LANY UTAMI PUTRI NIM. 025203009

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI FUNGSI DAN CARA KERJA DCS Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2012 BAB III FUNGSI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu dalam meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidup manusia di

BAB I PENDAHULUAN. membantu dalam meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidup manusia di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) telah banyak membantu dalam meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidup manusia di dunia. Dengan perkembangan

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1)

Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1) Mekatronika Modul 11 Pneumatik (1) Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari komponen Pneumatik Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan

Lebih terperinci

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik 1. Saklar Elektro Mekanik (KONTAKTOR MAGNET) Motor-motor listrik yang mempunyai daya besar harus dapat dioperasikan dengan momen kontak yang cepat agar tidak menimbulkan

Lebih terperinci

AC (AIR CONDITIONER)

AC (AIR CONDITIONER) AC (AIR CONDITIONER) AC adalah suatu jenis mesin pendingin yang berfungsi sebagai penyejuk ruangan. Ditinjau dari konstruksi, AC bias dibagi menjadi dua bagian, yakni sisi luar dan sisi dalam. Sisi luar

Lebih terperinci

Sensor Tekanan. Laila Katriani.

Sensor Tekanan. Laila Katriani. Sensor Tekanan Laila Katriani laila_katriani@uny.ac.id Sensor tekanan Pressure sensor (sensor tekanan) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tekanan, yaitu dengan cara mengubah tegangan mekanis

Lebih terperinci

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING)

PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING) PERALATAN INDUSTRI KIMIA (MATERIAL HANDLING) Kimia Industri (TIN 4206) PERALATAN INDUSTRI KIMIA YANG DIBAHAS : I Material Handling II Size Reduction III Storage IV Reaktor V Crystallization VI Heat treatment

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI Pada Bab III akan dibahas perancangan simulasi kontrol level deaerator. Pada plant sebenarnya di PLTU Suralaya, untuk proses kontrol level deaerator dibuat di

Lebih terperinci

a. Pressure Control Valve (Katup Pengontrol Tekanan) b. Directional Control Valve (Katup Control Arah) c. Flow control valve (katup pengontrol aliran)

a. Pressure Control Valve (Katup Pengontrol Tekanan) b. Directional Control Valve (Katup Control Arah) c. Flow control valve (katup pengontrol aliran) 2.1.14 Katup Sistem control pneumatik terdiri dari komponenkomponen sinyal dan bagian kerja. Komponen-komponen sinyal dan control mempergunakan rangkaian atau urut-urutan operasi dari bagian kerja, dan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi

Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-153 Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi

Lebih terperinci

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI KONSEP DASAR SISTEM KONTROL Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2012 0 BAB I KONSEP DASAR

Lebih terperinci

STUDY PERHITUNGAN RANGE d/p CELL TRANSMITTER UNTUK PENGUKURAN LEVEL DENGAN METODE DRY OUTSIDE LEG dan WET OUTSIDE LEG

STUDY PERHITUNGAN RANGE d/p CELL TRANSMITTER UNTUK PENGUKURAN LEVEL DENGAN METODE DRY OUTSIDE LEG dan WET OUTSIDE LEG STUDY PERHITUNGAN RANGE d/p CELL TRANSMITTER UNTUK PENGUKURAN LEVEL DENGAN METODE DRY OUTSIDE LEG dan WET OUTSIDE LEG Oleh : Dwi Heri Sudaryanto *) ABSTRAK Transmitter adalah salah satu instrument yang

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS 1. Dongkrak Hidrolik Dongkrak hidrolik merupakan salah satu aplikasi sederhana dari Hukum Pascal. Berikut ini prinsip kerja dongkrak hidrolik. Saat pengisap

Lebih terperinci

BAB VIII SISTEM KENDALI

BAB VIII SISTEM KENDALI BAB VIII SISTEM KENDALI VIII.1 Struktur Sistem Kendali Sistem kendali proses dapat didefinisikan sebagai fungsi dan operasi yang perlu untuk mengubah bahan baik secara fisik maupun kimia. Kendali proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai Unit Pelaksana Teknis dari PT. Angkasa Pura II (Persero), maka

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai Unit Pelaksana Teknis dari PT. Angkasa Pura II (Persero), maka BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Sebagai Unit Pelaksana Teknis dari PT. Angkasa Pura II (Persero), maka Bandara Soekarno-Hatta harus mengikuti dan memenuhi standar yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA PENGUKURAN LAJU ALIRAN PADA PIPA DENGAN MENGGUNAKAN PLAT ORIFICE DENGAN TRANSMITTER ELEKTRIK

PRINSIP KERJA PENGUKURAN LAJU ALIRAN PADA PIPA DENGAN MENGGUNAKAN PLAT ORIFICE DENGAN TRANSMITTER ELEKTRIK PRINSIP KERJA PENGUKURAN LAJU ALIRAN PADA PIPA DENGAN MENGGUNAKAN PLAT ORIFICE DENGAN TRANSMITTER ELEKTRIK (Aplikasi Laboratorium PTKI Medan Sumut) OLEH : DEDIANTO HS 035203038 PROGRAM DIPLOMA IV TEKNOLOGI

Lebih terperinci

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N.

MAKALAH. SMK Negeri 5 Balikpapan SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE. Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. MAKALAH SISTEM PENDINGIN PADA SUATU ENGINE Disusun Oleh : 1. ADITYA YUSTI P. 2.AGUG SETYAWAN 3.AHMAD FAKHRUDDIN N. Kelas : XI. OTOMOTIF Tahun Ajaran : 2013/2014 SMK Negeri 5 Balikpapan Pendahuluan Kerja

Lebih terperinci

MATERI KULIAH TEKNIK PENGATURAN. Oleh: Ganda Samosir. Ir, M.Sc. UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN

MATERI KULIAH TEKNIK PENGATURAN. Oleh: Ganda Samosir. Ir, M.Sc. UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN MATERI KULIAH TEKNIK PENGATURAN Oleh: Ganda Samosir. Ir, M.Sc. UNIVERSITAS MERCU BUANA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN 12 1 TEKNIK PENGATURAN Pertemuan-1 1.1. Pendahuluan Sistem pengaturan/kendali

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1 Metode Pengasapan Cold Smoking Ikan asap merupakan salah satu makanan khas dari Indonesia. Terdapat dua jenis pengasapan yang dapat dilakukan pada bahan makanan yaitu hot smoking

Lebih terperinci