IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 55 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Budidaya Tanaman Kelapa Sawit Guna memperoleh produk akhir yang baik, semua kegiatan dalam perkebunan kelapa sawit harus tersusun dan terencana dengan baik. Terlebih lagi perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu jenis usaha jangka panjang, dimana kelapa sawit yang ditanam saat ini baru akan memberikan hasil beberapa tahun kemudian dan setiap satu kesalahan dapat berakibat fatal dalam jangka panjang nantinya. Adapun kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit yang dilaksanakan di PT. Bina Pratama Sakato Jaya, Solok Selatan II, Sei. Jujuhan Estate dalam rangka kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) adalah sebagai berikut: Persiapan Lahan Tanaman kelapa sawit dapat ditanam pada daerah-daerah hutan primer, hutan sekunder dan juga bekas dari areal tanaman pekebunan lainnya. Yang sangat perlu diperhatikan adalah cara mengelola dan mengatur lahan tersebut sehingga sesuai dengan syarat tumbuh yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit. Kegiatan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan lahan yang sesuai tersebut adalah:

2 56 luasan yang akan ditanami kelapa sawit, jenis dan kondisi vegetasi, topografi dan jenis tanah. Hasil survei areal digunakan sebagai dasar untuk penataan kebun dan penentuan sistem konservasi tanah, sistem jaringan jalan, blok tanaman, kantor, dan lain-lain. Hasil survei juga berguna sebagai dasar untuk menyusun rencana kerja, sistem kerja, kebutuhan alat dan kebutuhan dana. Jenis survei yang dilakukan adalah survei awal bertujuan untuk menentukan batas-batas areal, survei dasar yang bertujuan untuk memeriksa kondisi didalam areal, dan survei lanjutan yang bertujuan untuk memeriksa kondisi areal lebih rinci. Setelah itu hasil survey tersebut dipetakan. B. Pembersihan lahan (land clearing) Kegiatan yang dilakukan dalam land clearing adalah: - Babat dan imas yaitu membabat dan menebang semak dan pohon berdiameter <10 cm, yang dilakukan secara manual agar memudahkan pekerjaan tumbang. Alat yang digunakan adalah parang dan kampak. Pekerjaan mengimas dilakukan dengan sistem borong yang membutuhkan tenaga kerja 7 HK/ha untuk areal datar sampai 10 Hk/ha untuk areal berbukit.

3 57 Gambar 9. Contoh pembersihan lahan ( kegiatan imas) di PT. BPSJ SS II - Tumbang yaitu menebang pohon berdiameter >10 cm secara manual atau mekanis. Alat yang digunakan adalah chainsaw, kampak, dan bulldozer. Kegiatan penumbangan dilakukan dengan sistem borongan yang membutuhkan tenaga kerja 8-12 JKT/ha. Gambar 10. Contoh hasil penumbangan pohon di PT. BPSJ SS II - Perun yaitu memotong cabang-cabang pohon untuk memudahkan perumpukan. Alat yang digunakan adalah chainsaw dan kampak. Norma tenaga yang dibutuhkan dalam kegiatan perun adalah HK/ha. - Cincang yaitu memotong pohon-pohon yang telah tumbang untuk memudahkan perumpukan. Alat yang digunakan adalah chainsaw dan

4 58 kampak. Norma tenaga yang dibutuhkan dalam kegiatan cincang ini adalah HK/ha. - Rumpuk yaitu mengumpulkan kayu-kayu, beserta cabang dan ranting yang telah ditumbang menjadi jalur tumpukan yang rapi dan teratur. Alat yang digunakan adalah bulldozer, kabel baja, dan lain-lain. Norma tenaga yang dibutuhkan dalam kegiatan merumpuk jika dilakukan secara manual adalah 8-12 HK/ha. Dalam pembersihan lahan di PT. BPSJ SS II sudah baik, namun perlu memperhatikan jenis tanah dan topografi lahan. Pada areal yang topografi yang sangat miring dihindarkan pemakaian alat berat dan juga untuk daerah yang kemiringannya sangat curam hendaknya digunakan sebagai areal konservasi. C. Pemancangan Berdasarkan jenisnya, pancang yang digunakan saat melakukan pemancangan di PT BPSJ SS II adalah : - Pancang induk yaitu pancang yang dibuat dan ditancapkan pada interval 100 x 100 m, tinggi pancang yang digunakan adalah 4 meter dan berwarna kuning. - Pancang kepala yaitu pancang yang dibuat dan ditancapkan antar pancang induk dimana jarak antar pancang kepala sama dengan jarak tanam yang digunakan. Pancang kepala tingginya 2.5 meter dan berwarna merah. - Pancang isi yaitu pancang yang ditancapkan pada setiap titik tanam diantara pancang kepala. Tinggi pancang isi 1,5 meter dan warnanya putih.

5 59 Alat yang digunakan saat melakukan kegiatan pemancangan adalah teodolit, kompas, water pass, pita ukur, kawat, pancang, cat dan lain-lain. Norma tenaga yang dibutuhkan dalam kegiatan pemancangan adalah 3-4 HK/ha. Pemancangan adalah penandaan titik tanam dengan jarak dan pola barisan yang teratur, dengan tujuan untuk memberikan akses yang sama dan cukup akan sinar matahari untuk setiap pokok tanaman sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan yang optimal dan produksi yang maksimal. Pada areal datar sampai kemiringan 20º pola pemancangan yang digunakan adalah pola segitiga sama sisi. Sedangkan pada areal yang sangat miring (20º-40º) adalah berdasarkan garis kontur dan pola pemancangan yang digunakan adalah pola segitiga tak sama sisi. Dalam melakukan kegiatan pemancangan hendaknya lebih diperhatikan ukuran jarak tanam yang digunakan dan kelurusan barisan pancang. Gunanya adalah untuk menghindari penebangan pohon sawit yang telah ditanam jika jarak antar pancang terlalu dekat. Gambar 11. Hasil pemancangan di PT. BPSJ SS II

6 60 D. Pembuatan teras Teras yang dibuat di PT. BPSJ SS II adalah teras tapak kuda dan teras kontur. Tuhuan dilakukan pembuatan teras adalah untuk menjaga dan mengurangi terjadinya kerusakan tanah sebagai akibat dari proses erosi yang dapat mengikis permukaan tanah. Berdasarkan bentuk teras yang dibuat ada 2 yaitu teras tapak kuda (Individual terace) dan teras kontur (Countour terace). a. Teras tapak kuda Pembuatan teras tapak kuda dilakukan dengan cara menggali tanah yang telah dipancang menggunakan cangkul, kemudian tanah digali dan ditimbun kearah bibir teras. Tujuan dari pembuatan teras tapak kuda adalah: - Untuk memberikan tempat tanam yang sesuai dan sarana yang memadai bagi kegiatan pemeliharaan, pemupukan, dan panen di daerah yang bergelombang - Untuk menekan terjadinya erosi tanah dan kehilangan hara - Untuk mengurangi aliran permukaan (run off) akibat air hujan - Untuk meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah Teras tapak kuda umumnya dibuat pada areal yang memiliki kemiringan Satu teras tapak kuda dipakai untuk satu tanaman pokok dengan ukuran lebar 4 m dan panjang 4 m. b. Teras kontur (teras bersambung) Pembuatan teras kontur dilakukan secara mekanis menggunakan buldozer. Lebar teras dibuat 4 meter dengan kemiringan mengarah kedalam bukit.

7 61 Tujuan pembuatan teras sambung adalah: - Untuk menciptakan tempat tanam atau jalan setapak yang datar sehingga memudahkan dalam kegiatan pemeliharaan, pemupukan dan panen di daerah berbukit. - Untuk mengurangi laju aliran permukaan (run off). - Untuk meningkatkan infiltrasi air ke dalam tanah. Teras kontur dibuat pada lahan-lahan yang mempunyai kemiringan 20-35, pancang dibuat atau terletak segaris dengan arah kemiringan bukit (berkesinambungan). Gambar 12. Bentuk teras kontur di PT. BPSJ SS II Pembuatan teras pada areal yang akan ditanam agar lebih memperhatikan jenis teras yang akan digunakan dengan topografi wilayah tersebut. Selain itu pada areal dengan kemiringan > 40, jangan dilakukan pembuatan teras dan menanam

8 62 sawit karena teras yang dibuat akan mudah runtuh dan longsor, areal sulit dipelihara atau dikontrol, dan lain-lain Persiapan Bahan Tanam ( Pembibitan ) A. Persiapan lahan pembibitan Tujuan dari persiapan lahan pembibitan adalah untuk memberikan tempat tumbuh yang sesuai bagi bibit kelapa sawit dan memudahkan dalam kegiatan pemeliharaan bibit. Kegiatan yang dilakukan untuk mempersiapkan lahan pembibitan di PT. BPSJ SS II adalah sebagai berikut : 1. Pembuatan lokasi Syarat lokasi pembibitan adalah dekat dengan sumber air dengan jumlah air yang tersedia cukup banyak, drainasenya baik, mudah dijangkau, dan lokasi pembibitan sedapat mungkin dibuat diareal datar dan bersih. Lokasi pembibitan yang telah direncanakan dibersihkan dari pohon, semak, atau gulma lunak lainnya. Kemudian areal tersebut didatarkan sesuai dengan luasan yang telah ditetapkan. Setelah itu dilakukan pembuatan saluran drainase sesuai dengan desain yang telah ditentukan. Lahan yang disiapkan adalah lahan yang digunakan untuk pembibitan di Pre Nursery dan Main Nursery. Lokasi pembibitan di PT. BPSJ sudah memenuhi semua persyaratan tersebut. 2. Pembuatan kolam penampung air dan pemasangan pipa Ukuran kolam penampung air di PT. BPSJ SS II adalah 6 meter 8 meter. Setelah selesai membuat kolam penampung air, maka dari kolam tersebut di pasang

9 63 pipa penghisap dengan diameter 4, panjang pipa 7 meter dimana kedalaman pipa masuk kedalam kolam penghisap adalah 3 meter. Kemudian dari pipa penghisap tersebut dihubungkan dengan pipa primer yang berdiameter 3, dimana panjang 1 pipa primer adalah 6 meter. Pipa primer ini berada pada tepi petakan ( jalan ). Setelah pipa primer dipasang maka dipasang pipa skunder yang berdiameter 2,5. Pipa skunder ini berhubungan langsung dengan pipa primer. Panjang pipa skunder ini adalah 4 meter. Setelah pipa skunder terpasang, maka dipasang saluran tertier. Jarak antar saluran tertier adalah 8 meter dimana saluran tertier ini menghubungkan 2 bedengan. Diujung saluran tertier dipasangkan pipa kecil yang ujungnya di pipihkan yang bertujuan untuk mengatur air yang keluar. Cost dalam pemasangan pipa adalah Rp ,00/ 1 batang pipa. Pembuatan kolam penampung air dan pemasangan pipa bertujuan untuk memberikan fasilitas dan memperlancar kegiatan dalam penyiraman bibit. Kolam penampung air hendaknya lebih diperhatikan kebersihannya. Gulma dan sampah yang terdapat didalam kolam dibuang keluar. B. Penyediaan benih Benih yang akan digunakan haruslah jelas, sebab benih yang ditanam akan menentukan berhasil atau tidaknya suatu usaha budidaya karena akan berpengaruh terhadap produksi yang dihasilkan nantinya. Dalam penyediaan benih PT.BPSJ SS II memesan benih dari jenis tenera ( hasil persilangan dari dura dan pisifera ) yang didatangkan dari Marihat Research Station (MRS) dan PT. Socfindo Sumatera Utara dalam bentuk kecambah.

10 64 C. Pembibitan di Pre Nursery Pembibitan di Pre Nursery dilakukan dengan tujuan memudahkan pemeliharaan bibit dan memberikan waktu panjang dalam mempersiapkan pembibitan utama (Main Nursery). Kegiatan yang dilakukan di pembibitan Pre Nursery adalah : a. Pembuatan bedengan Bedengan di Pre Nursery dibuat berbentuk persegi panjang dengan panjang 10 meter dan lebar 1,2 meter dengan memanjang utara-selatan. Kemudian pinggir bedengan diberi dinding dengan papan setebal 2 cm, lebar 15 cm, dan setiap jarak 100 cm papan diapit dengan sepasang patok kecil yang ditancapkan ketanah sampai tingginya sama dengan papan (jarak antar bedengan adalah 50 cm). Cost pembuatan bedengan 1 HK adalah 4 bedengan. Sedangkan alat dan bahan yang digunakan saat pembuatan bedengan adalah cangkul, palu, meteran, papan, paku, dan kayu patok. Satu bedengan berisi 1200 polybag. Tujuan pembuatan bedengan adalah untuk sebagai tempat menyusun polybag kecil, mengelompokkan bibit sesuai jenisnya, menyangga tegaknya polybag kecil, dan memudahkan dalam pemeliharaan. Sedangkan tujuan pembuatan bedengan dengan lebar 1,2 meter adalah untuk untuk memudahkan dalam menjangkau bibit saat melakukan perawatan. Dan pemberian jarak antar bedengan 50 cm adalah sebagai tempat berjalan bagi pekerja. Secara teori pemberian naungan bertujuan agar dapat melindungi bibit dari sinar matahari secara langsung. Jika jumlah sinar matahari yang diterima tanaman

11 65 dengan intensitas yang tinggi dapat mengakibatkan rusaknya jaringan tanaman sehingga tanaman dapat layu atau kering. Selain itu naungan juga berfungsi melindungi bibit dari terpaan air hujan secara langsung. Namun pembibitan Pre Nursery di PT. BPSJ SS II tidak dibuatkan naungan. Ini dilakukan karena pertimbangan biaya yang dikeluarkan tinggi, dan berdasarkan beberapa kegiatan pembibitan yang dilakukan, tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan bibit. b. Pengisian polybag Sebelum melakukan pengisian polybag, terlebih dahulu tanah yang digunakan untuk mengisi polybag diambil dan diangkut dengan truk lalu ditumpuk didekat bedengan. Tanah yang sudah ditumpuk, kemudian dilansir/ diangkut dengan gerobak sorong kedalam setiap bedengan. Polyabag diisi sampai penuh namun disisakan ± 2 cm dibawah bibir polybag. Polybag yang telah diisi, kemudian disusun rapi polybag didalam bedengan. Setelah polybag tersusun dengan rapi didalam bedengan lalu diberikan pupuk rock phosphate kedalam polybag dengan dosis 10 gram/ polybag yang berguna untuk menambahkan unsur hara kedalam tanah yang ada dalam polybag. Kemudian polybag tersebut disemprotkan larutan insektisida dan disiram. Pengisian polybag di Pre Nursery harus disiapkan ± 4 minggu sebelum kecambah ditanam. Alat dan bahan yang digunakan saat melakukan kegiatan pengisisan polybag adalah cangkul, gerobak, truk, tanah, polybag, dan pupuk Rock Phospate. Norma tenaga yang digunakan saat melakukan kegiatan pengisisan polibag di Pre Nursery adalah 1000 polybag/ HK dan pemberian pupuk adalah plybag/ HK.

12 66 Pengisian polybag yaitu mengisi polybag kecil dengan tanah yang sesuai dan menyusunnya didalam bedengan, yang bertujuan untuk menciptakan media dan tempat tanam yang sesuai bagi tanaman. Tanah yang digunakan untuk mengisi polybag di PT. BPSJ SS II adalah tanah yang gembur, bebas dari hama dan penyakit dan diusahakan tanah tersebut berasal dari tanah topsoil. Ukuran polybag yang digunakan di pembibitan Pre Nursery adalah 18 cm x 22 cm. Sehingga untuk mencari kebutuhan media (tanah dan pupuk) yang digunakan adalah sebagai berikut: Diketahui : Panjang = 22 cm Lebar = 18 cm Ditanya : Kebutuhan media tanam untuk di Pre Nursery? Jawab : R = 18 cm/ π = 18 cm/ 3,14 = 5,73 cm Tinggi polybag = 22 cm - 5,73 cm - 2cm = 14,27 cm Luas lingkaran = πr² = 3,14 x (5,73cm) ² = 103,1 cm² v.1 polybag = luas alas(lingkaran) x tinggi = 103,1 cm² x 14,27 cm = 1471,24 cm³/ polybag a) Kebutuhan tanah untuk 5000 polybag = 5000 polybag x 1471,24 cm³/ polybag = cm³ = 7,3562 m³ 1 m³= 700 kg = 7,3562 m³ x 700 kg/ m³

13 67 = 5.149,4 kg = 5,1494 ton b) Kebutuhan pupuk Rock Phospat untuk 5000 polybag = 5000 polybag x 10 gram/ polybag = gram = 50 kg c. Penanaman kecambah Setelah kecambah datang, dilakukan seleksi terhadap kecambah tersebut, dimana kecambah yang rusak dibuang atau dipisahkan(max kecambah afkir 2%) dengan cara merendam didalam air. Kecambah yang mengapung dibuang, sedangkan kecambah yang tenggelam di ambil untuk dijadikan sebagai bahan tanam. Setelah kecambah tersebut diseleksi maka kecambah dilangsir. Kemudian dilakukan penanaman pada permukaan tanah polybag tepatnya dibagian tengah polybag yang dibuat lubang. Lalu kecambah ditanam dengan plumula diatas dan radikula dibawah. Radikula (calon akar) ditandai dengan bentuknya yang tumpul, kasar, dan warnanya kecoklatan. Sedangkan plumula (calon batang) ditandai dengan bentuknya yang seperti tombak, halus dan berwarna putih. Kecambah yang ditanam dikubur ± 2 cm dari permukaan tanah polybag. Setelah selesai melakukan penanaman dilakukan penyiraman. Alat dan bahan yang digunakan saat melakukan kegiatan penanaman kecambah adalah ember, tugal, kecambah, dan air. Sedangkan norma tenaga yang digunakan saat melakukan penanaman kecambah 1 HK adalah kecambah.

14 68 Penanaman kecambah pada Pre Nursery di PT. BPSJ SS II bertujuan untuk menyiapkan bibit yang tahan/ mudah beradaptasi, dan memudahkan dalam melakukan perawatan. Penanaman kecambah lebih baik dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Dengan tujuan agar pertumbuhan kecambah tidak terganggu atau stress jika langsung terkena sinar matahari dengan intensitas yang tinggi pada siang hari. d. Pemeliharaan bibit di Pre Nursery Penyiraman bibit kecil (bibit di Pre Nursery) Penyiraman dilakukan dengan menggunakan selang air dimana ujungya diberi pipa yang dipipih kan sehingga air yang keluar berbentuk embun. Bibit disiram sampai basah namun tidak sampai tergenang. Norma tenaga yang digunakan saat melakukan kegiatan penyiraman adalah bibit/ HK. Penyiraman yaitu memberikan suplai air kebibit kecil sesuai dengan kebutuhannya dengan aturan dan cara tertentu. Penyiraman bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman sehingga tanaman tidak akan mengalami kekurangan air. Kegiatan penyiraman hendaknya dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Karena jika dilakukan pada siang hari maka dapat merusak jaringan pada tanaman. Pengendalian gulma ( penyiangan bibit kecil ) Dalam melakukan penyiangan gulma ini, gulma yang terdapat antara polybag dan didalam polybag dibersihkan dengan cara dicabut. Sedangkan gulma yang berada pada antar bedengan dibersihkan dengan cara disiangi dengan

15 69 menggunakan cangkul atau garu. Norma tenaga yang digunakan saat melakukan kegiatan pengendalian gulma adalah 10 bedengan untuk 1 HK. Penyiangan yaitu membersihkan gulma yang terdapat didalam polybag kecil dan disela-sela polybag. Penyiangan bertujuan untuk menghilangkan kompetisi terhadap bibit dalam mendapatkan hara, air, dan cahaya. Pengendalian hama dan penyakit Pengendalian hama dan penyakit dilakukan setelah kecambah berumur 4 minggu yaitu dengan melakukan penyemprotan guna menanggulangi hama dan penyakit. Penyemprotan dilakukan dengan menggunakan campuran larutan fungisida, insektisida, dan pupuk daun. Larutan tersebut disemprotkan secara merata pada bibit di Pre Nursery dengan menggunakan knapsack sprayer. Penyemprotan ini dilakukan 3 1 minggu. Norma tenaga yang digunakan saat melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit adalah penyemprotan polybag untuk 1 HK. Sedangkan bahan yang digunakan adalah Dithane 2 gr/ liter air, Decis 2 ml/ liter air, dan Bayfolan 2 ml/ liter air. Pengendalian hama dan penyakit yaitu kegiatan menekan kehidupan organisme pengganggu bibit dari golongan serangga, jamur, dan virus. Tujuan dilakukan pengendalian hama penyakit adalah untuk mengendalikan kehidupan organisme pengganggu bibit dari golongan serangga, jamur, dan virus. Sehingga dapat mencegah kerusakan bibit dari serangan hama dan penyakit. Hama yang sering menyerang sadalah kumbang malam ( Apogonia sp dan Adoretus sp), belalang (Valangan nigricornis) dan penyakit yang menyerang adalah penyakit bercak daun yang disebabkan oleh jamur Pestalotiopsis.

16 70 Pemupukan bibit kecil Pemupukan dilakukan setelah bibit berumur 4 minggu. Pupuk yang digunakan terlebih dahulu dilarutkan dengan air di dalam ember. Setelah larut, lalu disiramkan ke tanah polybag dengan menggunakan gembor atau takaran sampai merata. Norma tenaga yang digunakan saat melakukan kegiatan pemupukan di pembibitan Pre Nursery adalah memupuk pokok bibit untuk satu HK. Jenis pupuk yang diberikan di pembibitan Pre Nursery adalah: Tabel 8. Jenis pupuk yang diberikan di pembibitan Pre Nursery Umur Urea / ZA (2x) NPK Air 4 minggu 250 gram ml 5 minggu 300 gram ml 6 minggu 100 gram 500 gram 200 ml 7 minggu 100 gram 800 gram 200 ml 8 minggu 100 gram 800 gram 200 ml 9 minggu 100 gram 800 gram 200 ml 10 minggu 200 gram 1000 gram 200 ml 11 minggu 200 gram 1000 gram 200 ml 12 minggu 200 gram 1000 gram 200 ml Pemupukan bibit kecil yaitu penambahan unsur hara untuk kebutuhan bibit kecil dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan bibit akan hara sehingga dapat mendukung pertumbuhan bibit yang optimal. Setelah melakukan pemupukan

17 71 dilakukan penyraman teerhadap bibit atay kecambah. Dengan tujuan agar mencuci pupuk yang lengket pada daun. e. Seleksi bibit Penyeleksian bibit dilakukan saat bibit berumur 3 bulan. Dimana bibit yang kerdil atau pertumbuhannya abnormal dibuang. Jumlah bibit yang afkir maksimal 12%. Bibit yang telah berumur 3 bulan, pertumbuhannya baik dan telah mempunyai daun 3-4 helai. Kegiatan penyeleksian bibit merupakan kegiatan mengamati pertumbuhan bibit dan menyisihkan bibit yang abnormal. Tujuan penyeleksian bibit adalah untuk menyingkirkan bibit yang abnormal dari pembibitan awal. D. Pembibitan di Main Nursery Tujuan dilakukan pembibitan di Main Nursery adalah untuk menghasilkan perkembangan tanaman yang optimal, menyiapkan tanaman yang siap ditransfer ke lapangan dan memudahkan dalam perawatan. Sehingga nantinya diharapkan memiliki potensi produksi yang maksimal. Kegiatan yang dilakukan di pembibitan Main Nursery adalah : a. Pengisian polybag Tanah tersebut digemburkan dengan menggunakan cangkul, lalu akar-akaran dan sampah di pisahkan dan dibuang. Kemudian polybag diisi sampai setengah dan dipadatkan lalu di isi sampai penuh kira-kira sampai 2 cm dari tepi polybag. Ukuran polybag yang digunakan adalah 35 cm x 45 cm. Norma tenaga yang digunakan saat melakukan pengisisan polybag adalah 400 polybag untuk satu HK.

18 72 Untuk mencari kebutuhan tanah yang dibutuhkan untuk mengisi polybag sebanyak 5000 polybag adalah sebagai berikut: Diketahui : Panjang = 45 cm Lebar = 35 cm Ditanya : Jumlah tanah yang dibutuhkan dalam mengisi polybag di Main Nursery? Jawab : R = 35 cm/ π = 35 cm/ 3,14 = 11,15 cm Tinggi polybag = 45 cm 11,15 cm - 2cm = 31,85 cm Luas lingkaran = πr² = 3,14 x (11,15) ² = 390,37 cm² v.1 polybag = luas alas(lingkaran) x tinggi = 390,37 cm² x 31,85cm = ,28 cm³/ polybag Kebutuhan tanah untuk 5000 polybag : = 5000 polybag x ,28 cm³/ polybag = cm³ = 62,1664 m³ 1 m³= 700 kg = 62,1664 m³ x 700 kg/ m³ = ,48 kg = 43,51648 ton = 43,52 ton Tujuan pengisian polybag adalah untuk menyediakan media tumbuh yang sesuai bagi bibit asal Pre Nursery. Tanah yang digunakan untuk mengisi polybag di Main Nursery adalah tanah yang gembur agar akar lebih mudah berkembang.

19 73 b. Penyusunan polybag Polybag yang telah siap diisi, disusun dengan menggunakan bantuan kawat yang telah disiapkan yang berguna sebagai pengatur/ patokan jarak antar polybag. Kawat tersebut dibentangkan dengan arah utara-selatan dan timur barat sesuai panjang lahan (T-B= 70 cm dan U-S = 60 cm). Polybag tersebut disusun tepat pada tanda putih yang ada dikawat, peletakan poybag diseragamkan pada arah selatan. Kemudian penarikan kawat dan penyusunan polybag selanjutnya dilakukan baris demi baris, dimana setiap pergeseran baris kawat juga digeser searah barisan sejauh 35 cm. Kawat yang digeser adalah kawat yang membentang dari arah timurbarat. Penyusunan polybag di Main Nursery dengan menggunakan sistim mata lima. Setelah polybag siap disusun dilakukan pemberian pupuk Rock Phospat dengan dosis per polybag = 30 gram. Norma tenaga yang digunakan dalam pengisian polybag adalah 600 polybag untuk 1 HK, dan pemberian pupuk Rock Phospate adalah 5000 polybag untuk 1 HK. Penyusunan polybag yaitu menyusun polybag yang sudah diisi tanah dengan jarak yang sama dan barisan teratur. Tujuan penyusunan polybag dengan jarak 70 cm arah T-B agar semua bibit memperoleh kesempatan yang sama dalam mendapatkan sinar matahari. Sedangkan jarak 60 cm arah U-S adalah untuk mengoptimalkan penggunaan lahan. Tujuan penyusunan polybag adalah c. Penanaman bibit di Main Nursery Bibit yang telah berumur ± 3 bulan di prenursery telah siap ditanam atau dipindahkan ke Main Nursery. Bibit ditanam ke polybag yang telah tersedia dengan

20 74 cara tanah pada polybag di Main Nursery dibuat lobang dengan menggunakan bor tanam dengan kedalaman ± 20 cm. Kemudian polybag dilepas dengan hati-hati, dimana tanah masih utuh melekat pada bibit. Setelah itu bibit ditanam persis lurus ditengah-tengah. Norma tenaga yang digunakan saat melakukan kegiatan penanaman bibit di Main Nursery adalah 800 batang bibit untuk 1 HK. Tujuan penanaman di main nursery adalah untuk memberikan media tumbuh yang cukup bagi bibit yang sudah mulai besar dan menempatkan bibit secara teratur sesuai kelompok persilangannya. Kegiatan penanaman dilakukan pada pagi atau sore hari dengan tujuan untuk menghindari stres bibit setelah ditanam di Main Nursery. d. Pemeliharaan bibit Penyiraman. Bibit disiram sampai lembab atau basah dengan menggunakan selang. Dimana air yang keluar dari selang tersebut dalam bentuk butiran-butiran yang kecil agar tidak merusak kondisi tanah dalam polybag. Norma tenaga yang digunakan dalam melakukan kegiatan penyiraman adalah 500 batang untuk 1 HK. Kegiatan penyiraman bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman sehingga tanaman tidak akan mengalami kekurangan air. Dalam melakukan kegiatan penanaman, air yang digunakan tidak boleh dalam kondisi yang deras dengan butiran-butiran yang besar. Kerena dapat merusak kondisi tanah dalam polybag dan juga dapat merusak kondisi bibit.

21 75 Pengendalian gulma / penyiangan Pengendalian gulma di Main Nursery dilakukan dengan dua cara yaitu secara manual dan chemis. Secara manual dilakukan saat melakukan pengendalian gulma dalam polybag. Pengendalian secara chemis dilakukan untuk mengendalikan gulma yang terdapat diantara polybag. Untuk mengedalikan gulma ini digunakan herbisida dengan bahan aktif parakuat (Gramoxone) dengan dosis yang digunakan adalah 30 cc/ 15 liter air. Larutan herbisida tersebut disemprotkan dengan menggunakan knapsack sprayer. Nozel yang digunakan adalah nozel kancing (nozel kipas). Jarak nozel dari tanah saat melakukan kegiatan penyemprotan adalah ± 20 cm. Tujuan pengendalian gulma yaitu untuk menghindari atau menghilangkan kompetisi terhadap bibit dalam mengambil unsur hara, air dan cahaya. Pengendalian gulma secara chemis lebih cepat dan hemat dalam penggunaan tenaga kerja sehingga sangat cocok digunakan untuk luasan yang besar di bandingkan secara manual. Namun penggunaan secara terus-menerus sangat berbahaya bagi tanah dan dapat mengganggu organisme tanah. Pemberian mulsa Mulsa yang digunakan adalah mulsa fiber. Mulsa yang telah disiapkan dimasukkan dalam karung, lalu diangkut menggunakan gerobak dorong. Kemudian mulsa tersebut ditumpuk secara selang seling dalam barisan bibit di Main Nursery. Sebelum mulsa diletakkan dipermukaan polybag, jika ada gulma maka dicabut terlebih dahulu kemudian mulsa baru ditaburkan secara merata dengan ketebalan 2-3 cm. Dosis pemberian mulsa adalah 250 gram/ polybag. Norma tenaga yang

22 76 digunakan saat pemberian mulsa adalah 600 polybag yang harus diisi mulsa untuk 1 HK. Pemberian mulsa pada polybag di Main Nursery sangatlah bermanfaat. Selain dapat melindungi tanah dari percikan air secara langsung, juga dapat berfungsi untuk mengendalikan gulma, menambah unsur hara, menjaga kelembaban tanah dalam polybag. Pengendalian hama dan penyakit Hama yang menyerang bibit di Main Nursery adalah kumbang malam ( Apogonia sp dan Adoretus sp), belalang (Valangan nigricornis), Setora nitans, dan Spider mith. Sedangkan penyakit yang biasa menyerang adalah bercak daun, dan penyakit akar (Apogonia sp). Dalam melakukan kegiatan pengendalian hama dan penyakit insektisida yang digunakan adalah Decis 45 WP dengan dosis 30 cc/ 15 liter air, dan fungisida yang digunakan adalah Dithane M 45 dengan dosis 30 cc/ 15 liter air. Selain insektisida dan fungisida yang digunakan, juga ditambahkan pupuk daun (Bayfolan) dengan dosis 30cc/ 15 liter air. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan cara menyemprotkan campuran larutan insektisida, fungisida, dan pupuk daun kepada bibit di Main Nursery secara merata. Norma tenaga yang dikeluarkan saat melakukan kegiatan pengendalian hama dn penyakit adalah menyemprot bibit untuk 1 HK. Pengendalian hama penyakit yaitu upaya untuk mengendalikan populasi dan serangan organisme pengganggu bibit dengan menggunakan berbagai cara agar tetap berada dibawah ambang ekonomis. Tujuan pengendalian hama dan penyakit

23 77 adalah untuk melindungi bibit dari kerusakan dan kematian akibat serangan hama penyakit. Dalam melakukan pengendalian hama dan penyakit pekerja harus memakai alat pelindung agar tidak mengancam kesehatan dan juga alat yang digunakan harus selalu dalam keadaan baik dan dilakukan kalibrasi dan pembersihan setiap selesai atau sebelum memakai alat tersebut. Pemupukan Pemupukan dilakukan pada saat bibit telah berumur dua minggu setelah bibit di tanam di Maen Nusery. Pupuk yang digunakan adalah pupuk NPK, urea, dan kieserit. Pupuk diberikan dengan cara ditebar melingkar di sekeliling bibit ± 2 cm dari bibit. Dosis pemberian pupuk dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 9. Jenis pupuk yang diberikan di pembibitan Main Nursery Umur Urea / ZA NPK Kieserite 16 minggu 5 gr / pk minggu 7 gr / pk minggu - 5 gr / pk - 22 minggu - 7 gr / pk - 24 minggu - 10 gr / pk - 26 minggu - 10 gr / pk - 28 minggu - 15 gr / pk - 30 minggu gr / pk 34 minggu - 15 gr / pk - 36 minggu - 15 gr / pk - 38 minggu - 20 gr / pk -

24 78 40 minggu gr / pk 42 minggu - 20 gr / pk - 44 minggu - 20 gr / pk - 46 minggu - 25 gr / pk - 48 minggu - 25 gr / pk - 50 minggu gr / pk 51 minggu - 30 gr / pk - 52 minggu - 30 gr / pk - Pemupukan yaitu menambahkan unsur hara melalui bahan pupuk ke tanah polybag besar sesuai dengan kebutuhan bibit. Pemupukan dilakukan dengan tujuan untuk menjamin kecukupan hara bagi pertumbuhan bibit yang baik dan menghindarkan bibit dari mengalami gejala defisiensi hara. Dalam melakukan pemupukan, pupuk yang ditebar tidak boleh dalam keadaan menggumpal. e. Seleksi bibit Kegiatan seleksi bibit bertujuan untuk memisahkan bibit yang baik dengan bibit yang terganggu pertumbuhannya, sehingga bibit yang baik (normal) dapat dipindahkan kelapangan dan bibit yang pertumbuhannya terganggu akan diberikan perawatan yang lebih intensif (khusus) sehingga pertumbuhannya menjadi normal kembali dan akhirnya bisa ditanam dilapangan. Selain itu juga memisahkan bibit jantan dengan bibit betina.

25 79 E. Penanaman Sebelum melakukan penanaman terlebih dahulu direncanakan permintaan bibit dan transportasi dalam mengangkut bibit tersebut dari pembibitan Main Nursery menuju kelokasi penanaman. Selain itu, 1 minggu sebelum tanam dilakukan kegiatan pemancangan dan pembuatan lobang tanam dengan diameter ± 50 cm dimana pancang terletak ditengahnya. Lobang digali dengan cangkul dengan kedalaman ± 60 cm(seukuran polybag di Main Nursery). Saat melakukan penggalian, tanah topsoil dengan subsoil dipisah peletakannya. Setelah selessai membuat lubang tanam, maka ditaburkan pupuk NPK yang dicampurkan dengan pupuk RP kedalam lubang tersebut. Saat melakukan penanaman terlebih dahulu bibit direbahkan, lalu dasar polybag disayat dan dilepas. Kemudian bibit dimasukkan kedalam lobang dengan posisi tegak lurus dan tepat ditengah-tengah lobang. Setelah itu lobang ditimbun dengan menggunakan tanah topsoil. Setelah selesai lakukan pemagaran bibit untuk menghindari dari serangan babi. Pemagaran dilakukan dengan cara menancapkan kayu di sekitar bibit dimana bentuk pemasangannya berbentuk segitiga dimana kayu dijadikan untuk penyangga. Kemudian dipasangkan kawat setinggi ± 1 meter mengelilingi bibit. Norma tenaga yang di keluarkan untuk melakukan kegiatan pembuatan lubang tanam adalah 30 lobang untuk 1 HK, melangsir, menanam, dan memagar bibit adalah 20 batang untuk 1 HK.

26 80 Gambar 12. Bibit yang telah siap ditanam yang di pagari dengan menggunakan kawat dan pelepah sawit di PT. BPSJ SS II. Penanaman sawit adalah menanam bibit kelapa sawit yang telah berumur 9-15 bulan pada titik tanam yang telah dipancang pada areal bukaan baru atau areal konversi dan tanam ulang. Tujuan penanaman bibit adalah untuk menempatkan bibit kelapa sawit yang sehat pada tempat tanam yang sesuai sehingga nantinya dapat tumbuh dengan normal. Penanaman dilakukan pada saat musim hujan. F. Pemeliharaan Tanaman Adapun kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) adalah sebagai berikut : a. Pengendalian gulma Pada tanaman menghasilkan pengendalian gulma dilakukan pada daerah piringan dan daerah gawangan.

27 81 Pengendalian gulma didaerah piringan ( rawat piringan ) Kegiatan rawat piringan dilakukan secara manual yaitu dengan cara membabat dengan menggunakan parang atau menggaru dengan menggunakan cangkul atau garu. Secara khemis yaitu dengan menyemprot gulma dengan larutan herbisida sistemik dengan bahan aktif yang sesuai dengan golongan gulma. Selain itu dapat juga memadukan kedua cara tersebut, yaitu secara manual dan khemis, dimana gulama dipiringan terlebih dahulu dibabat, setelah dua minggu dilakukan penyemprotan. Gulma yang ada di piringan kerapatannya tidak boleh lebih dari 50 %. Waktu penyemprotan gulma yang tepat adalah pada saat cuaca cerah dan gulma masih berumur muda dan sedang tumbuh aktif. Rawat piringan pada TBM dan TM I-II dilarang secara kimiawi/semprot, karena dapat berisiko merusak daun dan titik tumbuh tanaman.sedangkan ukuran lebar pembersihan piringan & rotasinya adalah: - TBM I : 150 cm dari pokok (12 kali/thn). - TBM II : 200 cm dari pokok (8 kali/thn). - TBM III : 250 cm dari pokok (6 kali/thn). - TM I-II : 250 cm dari pokok (6 kali/thn). Norma tenaga pada saat malakukan babat piringan adalah pada Tabel beriku: Tabel 10. Norma tenaga babat piringan. Umur kelapa sawit Rotasi / tahun Tenaga TBM I (0-12 bulan) 12 kali 2 HK / ha TBM II (12-24 bulan) 8 kali 3 HK / ha TBM III (24-36 bulan) 6 kali 4 HK / ha

28 82 Norma tenaga pada saat malakukan garu piringan adalah pada Tabel 10: Tabel 11. Norma tenaga garuk piringan. Umur kelapa sawit Rotasi / tahun Tenaga TM I-II (3-5 tahun) 3 kali 1 HK / ha TM III-IV (5-7 tahun) 2 kali 1 HK / ha TM > V (> 7 tahun) 1 kali 1 HK / ha Piringan adalah bundaran yang mengelilingi pangkal batang kelapa sawit yang harus bersih menurut ukuran tertentu sesuai dengan umur tanaman. Pengendalian gulma pada daerah piringan bertujuan untuk : - Mendukung dan memacu pertumbuhan kelapa sawit dengan mengurangi kompetisi dari gulma terhadap air, hara, dan cahaya matahari. - Memudahkan operasi pemeliharaan dan pemanenan yang efektif. - Menciptakan piringan yang bersih bagi pengumpulan buah / brondolan. Piringan mulai disemprot saat tanaman mulai memasuki TM III. Alat semprot yang digunakan pada areal datar berbeda dengan areal berbukit. Pada areal datar dengan menggunakan CKS (Conventional knapsack Sprayer) contohnya alpha 16, solo spraying. Sedangkan pada areal berbukit dengan menggunakan CDA contohnya Herbi-4. Herbisida yang digunakan saat musim panas bebeda dengan saat musim hujan. Musim panas digunakan campuran herbisida sistemik (glifosat 2 lt/ha + metil metsulfuron 75 gr/ha). Sedangkan musim hujan digunakan herbisida kontak (paraquat 2 lt/ha). Norma tenaga yang digunakan saat menyemprot piringan adalah pada Tabel 11 :

29 83 Tabel 12. Norma tenaga semprot piringan. Umur kelapa sawit Rotasi / tahun Tenaga TM III-IV (5-7 tahun) 4 kali 2-3 ha / HK TM > V (> 7 tahun) 3 kali 2-3 ha / HK b. Pruning Pada tanaman sawit, kegiatan pruning dilakukan setelah tanaman memasuki usia TM III. Pelepah yang dipotong adalah pelepah yang melebihi dari jumlah pelepah optimum, pelepah yang menghalangi akses kegiatan pemanenan, pelepah gantung dan lain-lain. Ketentuan yang harus diperhatikan saat melakukan kegiatan pruning dapat dilihat pada tabel 12 : Tabel 13. Ketentuan umum pelaksanaan pruning Umur tanaman Jumlah pelepah yang Jumlah songgo harus dipertahankan < 7 tahun ( TM III-IV) 56 pelepah Songgo tahun ( TM V- X) 48 pelepah Songgo 2 >12 tahun (TM XI dst) 40 pelepah Songgo 1 Pada tanaman muda (TM III-IV) pelaksanaan pruning dilakukan dengan menggunakan alat dodos dimana seluruh pelepah yang berada di bawah songgo 3 dipruning. Sedangkan pada saat tanaman memasuki TM V maka digunakan egrek dan pelepah yang dipruning adalah pelepah yang berada dibawah songgo 2 atau 1. Alat yang digunakan saat melakukan pruning dapat dilihat pada gambar :

30 84 Gambar 14. Alat yang digunakan saat melakukan kegiatan pruning. Pelepah yang telah dipruning kemudian dilakukan pemotongan menjadi dua atau tiga bagian, lalu disusun rapi di gawangan antar barisan dan gawangan antar pokok. Pada areal berteras, pelepah disusun disepanjang bibir teras dimana lebar susunan 1 meter dari bibir teras. Kondisi tanaman sebelum dan sesudah di pruning dapat dilihat pada gambar 15, sedangkan pelaksanaan pruning dapat dilihat pada gambar 15. Gambar 15. Kondisi tanaman sebelum pruning (kiri) dan sesudah di pruning (kanan) di PT BPSJ SS II Pruning yaitu kegiatan pemotongan pelepah tanaman kelapa sawit yang melebihi jumlah pelepah optimum. Tujuannya yaitu untuk mempertahankan jumlah

31 85 pelepah optimum dan indeks luas daun optimum guna memaksimalkan cahaya yang masuk. Pruning yang dilakukan yaitu pruning rutin dan pruning pemeliharaan. Pruning rutin dilakukan sambil panen, dimana pelepah yang dipotong adalah pelepah yang menghalangi panen. Sedangkan pruning pemeliharaan dilakukan pada bulan produksi sedang atau rendah (2 kali setahun). Norma tenaga yang digunakan saat kegiatan pruning yaitu pada saat pruning ringan untuk 1 HK areal yang harus di pruning yaitu 1,5 ha. Sedangkan pada saat pruning berat untuk 1 HK areal yang harus di pruning yaitu 0,5 ha. c. Pemupukan Cara pengaplikasian pupuk pada TM yaitu dengan sistem tabur rata pada daerah tumpukan pelepah, kecuali aplikasi pupuk Boron yang dilakukan di pangkal pokok tanaman atau pada ketiak pelepah tanaman. Dosis standar aplikasi pemupukan pada tanah mineral untuk tanaman sudah menghasilkan dapat dilihat pada tabel 14: Tabel 14. Dosis standar aplikasi pemupukan pada tanah mineral untuk TM Umur (tahun) Dosis pupuk (kg/pk/tahun) Urea SP-3 MOP Kies 3-8 2,00 1,50 1,50 1, ,75 2,25 2,25 1, ,50 2,00 2,00 1, ,75 1,25 1,25 1,00

32 86 Pupuk yang digunakan di PT. BPSJ SS II, adalah pupuk NPK Granular dengan dosis 4,5 kg per pokok tanaman, pupuk RP sebanyak 1,5 kg per pokok tanaman, Kieserite dengan dosis 1,5 kg per pokok tanaman, pupuk Borate dengan dosis 100 gram per pokok tanaman, dan janjang kosong sebanyak 300 kg per petakan antara pokok tanaman. Norma tenaga yang digunakan dalam aplikasi pupuk yaitu : NPK yaitu untuk 1 HK harus mengaplikasikan 15 zak dengan berat 1 zak adalah 50 kg. RP yaitu untuk 1 HK harus mengaplikasikan 11 zak dengan berat 1 zak adalah 50 kg. Kieserite yaitu untuk 1 HK harus mengaplikasikan 11 zak dengan berat 1 zak adalah 50 kg. Borate yaitu untuk 1 HK harus mengaplikasikan 1 zak dengan berat 1 zak adalah 50 kg. Dalam pengaplikasian pupuk ini, setelah pupuk dimuat di gudang lalu di angkut menuju tempat lokasi yang akan dipupuk. Pupuk tersebut dilangsir, dimasukkan kedalam ember. Kemudian pupuk di tebarkan sesuai dengan jenis pupuk yang diaplikasikan. Pemupukan adalah kegiatan pemberian hara tambahan untuk tanaman dalam bentuk bahan pupuk, baik bahan organik maupun bahan anorganik. Tujuan dilakukan pemupukan adalah : Untuk menyediakan kebutuhan hara tambahan bagi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal dan berproduksi secara maksimal.

33 87 Untuk mengganti hara yang diambil tanaman berupa TBSdan pelepah tunasan. Untuk meningkatkan daya tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Efisiensi dan efektivitas pemupukan ditentukan oleh beberapa faktor : a. Faktor pada tanaman berupa indeks luas daun, dan masa perakaran aktif. b. Faktor cuaca berupa lama dan intensitas penyinaran dan suhu udara. c. Faktor tanah berupa kandungan hara tanah, kelembaban tanah, keasaman tanah, struktur dan tekstur tanah, mikroorganisme dan bahan organik, juga sarana konservasi. d. Faktor pada aplikasi pupuk berupa ketepatan jenis, ketepatan dosis, ketepatan cara, dan ketepatan waktu. Sedangkan dalam aplikasi janjang kosong (jankos), jangkos dilangsir dengan menggunakan gerobak dan disusun berbentuk persegi panjang. Penyusunan jangkos dilakukan di atas pelepah. Jarak petakan jangkos dari pokok adalah 1,5 meter. Aplikasi jangkos dapat dilihat pada gambar 16. Gambar 16. Aplikasi janjang kosong di PT. BPSJ SS II

34 88 d. Monitoring atau sensus ulat api Ulat pemakan daun kelapa sawit merupakan hama yang lazim dijumpai pada tanaman kelapa sawit. Ulat yang paling banyak menyerang saat melaksanakan PKPM di PT. BPSJ SS II adalah ulat api. Ulat ini memakan jaringan daun tanaman sehingga dapat menganggu proses fotosintesis tanaman. Tujuan pengendalian ulat api ini adalah agar dapat mengendalikan tingkat populasi hama ulat api tersebut, sehingga secara ekonomis tidak merugikan terhadap produksi tanaman. Sensus ulat api dilakukan secara rutin setiap bulan pada setiap blok. Kriteria serangan ulat api adalah sebagai berikut : Tabel 15. Kriteria kelas serangan ulat api TBM TM Jenis ulat api Ringan Sedang Berat Ringan Sedang Berat (ekor/pelepah) Setora nitens < >5 < >10 Setothosea asigna <3 3-5 >5 < >10 Thosea bisura < >10 < >20 Ploneta diducta < >10 < >20 Darna trima < >25 < >50 Pelaksanaan sensus ulat api dilakukan dengan cara menentukan pokok pusat sensus dimana dalam satu hektar memiliki satu pokok poko pusat sensus. Jarak titik pokok pusat sensus adalah selang 12 baris. Pokok contoh diambil dari pokok tanaman yang mengelilingi pokok pusat yakni satu lingkaran pertama (= 6 pokok),

35 89 dan satu lingkaran kedua (= 12 pokok). Dari setiap pokok contoh, diambil pelepah yang telah ditentukan dan dilihat apakah ada gejala serangan ulat api. Jika terdapat ulat api, maka dilakukan perhitungan dan pengutipan. Jika populasinya sangat banyak maka akan direncanakan tindakan yang akan diambil selanjutnya. Jenis ulat api yang ditemukan saat praktek adalah : Gambar 17. Thosea asigna (kiri) dan Setora nitens (kanan). Sensus ulat api dilakukan bertujuan untuk melacak peningkatan populasi hama sedini mungkin, sehingga pengendalian hanya perlu dilakukan pada areal sempit dan kerusakan ke tanaman dapat di perkecil. Dan juga mengendalikan tingkat populasi hama ulat sehingga secara ekonomis tidak merugikan terhadap produksi tanaman. G. Sensus buah hitam Saat praktek kegiatan sensus buah hitam dilakukan dengan cara menghitung seluruh buah sawit yang masih berwarna hitam (tidak termasuk bunga) pada setiap pohon sampel. Penetapan pohon sampel dilakukan dengan system kelipatan tiga. Setelah selesai maka dijumlahkan dan dirata-ratakan. Sensus buah hitam bertujuan untuk menaksir jumlah produksi untuk 3-4 bulan kedepan, menjaga kestabilan pabrik, kesiapan pemanen, pengadaan transportasi dan sebagai bisnis perusahaan dimana taksiran CPO yang akan

36 90 dihasilkan telah dipesan oleh perusahaan lain. Taksasi produsi dilakukan 1 x 4 bulan,dengan jumlah sampel 5 % dari luas areal. Dalam pelaksanaan kegiatan sensus buah hitam tenaga kerja harus memperhatikan dan mengamati dengan cermat keadaan tanaman dan jumlah buah pada tanaman tersebut. Sehingga hasil yang didapat lebih akurat. H. Panen Kriteria tandan buah yang boleh dipanen adalah apabila terdapat 1 brondolan per tandan untuk areal berbukit dan 5 brondolan per tandan untuk areal datar. Seluruh tandan yang masak dipanen kemudian tangkai tandan dipotong mepet ke buah dengan bentuk huruf V, dan brondolan yang jatuh dikutip dimasukkan kedalam karung kemudian dilangsir dan disusun di TPH dimana dalam 1 baris terdapat 5 TBS yang telah dipanen dan brondolan di tempatkan disamping susunan TBS. Rotasi panen adalah 7-12 hari. Sistem yang digunakan adalah sistem borongan dimana pengupahannya Rp ,00 per ton. Satu tenaga borongan memanen 7 ancak. 1 ancak luasnya 1,5 ha. Alat yang digunakan dalam kegiatan panen adalah kampak, garu, egrek, karung, dan lain-lain. Panen TBS adalah rangkaian kegiatan pengutipan hasil tandan buah segar kelapa sawit yang dimulai dari pengamatan tandan buah segar kelapa sawit. Kegiatan ini dimulai dari pengamatan tandan masak, pemotongan tandan masak, pemotongan dan penyusunan pelepah, pengutipan brondolan, sampai dengan pelangsiran dan pengumpulan TBS dan brondolan ke TPH. Tujuan panen TBS adalah:

37 91 - Untuk mengutip semua buah yang ada di pokok pada tingkat kemasakan rata-rata yang optimum, sehingga diperoleh jumlah minyak dan inti maksimum, dengan kualitas minyak yang optimum. - Untuk mencegah semua kemungkinan kehilangan minyak dan inti di lapangan, baik melalui panen buah belum masak maupun uah tinggal atau tak dilangsir ke TPH Dalam melaksanakan kegiatan panen, harus memperhatikan kondisi buah yang akan di panen. Jika buah yang di panen adalah buah yang belum masak atau masih termasuk buah hitam, maka nantinya akan berpengaruh pada mutu dan jumlah CPO yang di hasilkan Pengolahan Hasil Tanaman Kelapa Sawit PT. BPSJ. SS. II, melaksanakan pengolahan kelapa sawit untuk menghasilkan CPO ( Crude Palm Oil ) dan kernel ( Palm Kernel ) serta hasil sampingan berupa janjang kosong, cangkang ( shell ), dan serabut ( fiber ). Adapun tahap- tahap yang dilakukan dalam pengolahan hasil tanaman kelapa sawit di PT. BPSJ. SS II adalah : Penimbangan TBS Sebelum TBS diolah, terlebih dahulu dilakukan penimbangan di stasiun penimbangan. Tujuan penimbangan yaitu untuk mengetahui jumlah TBS yang masuk ke pabrik, memperkirakan CPO dan PK yang dihasilkan, laporan kepada pengirim TBS dan laporan kepada manajemen. Alat yang digunakan dalam penimbangan TBS adalah timbangan dengan sistem komputer.

38 Stasiun Penerimaan Buah TBS yang sudah ditimbang kemudian dibongkar di loading pengumpul buah untuk dilakukan sortasi. Sortasi buah dilakukan dengan memisahkan buah yang normal dengan buah hitam ( mentah ), buah busuk, jangkos, atau benda lainnya. Buah hitam terlebih dahulu diperam selama 3 hari. Loading pengumpul buah dapat dilihat pada gambar 18. Gambar 18. Loading pengumpul buah / TBS Buah yang telah lolos seleksi lalu dimasukkan kedalam loading ramp. Loading ramp terdiri dari kisi-kisi baja, sehingga pada saat TBS melewatinya, maka kotoran akan jatuh. Loading ramp mempunyai kapasitas 60 ton TBS dan terdiri dari 12 pintu yang digerakkan dengan motor hidrolik. Loading ramp merupakan tempat penampung sementara TBS yang baru diterima dari kebun sebelum dilakukan proses perebusan. Loading ramp mempunyai kemiringan 45 0 dan memiliki kisi-kisi yang berguna untuk menyaring kotoran yang terikut bersama buah. Di PT. BPSJ SS II pintu loading ramp terbuka secara otomatis yang di atur oleh mesin pengontrol. Kemudian buah tersebut di kirim melalui FFB

39 93 Horizontal Conveyor menuju lori. Kapasitas satu lori adalah 30 ton TBS. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 19. a. Pintu loading ramp terbuka b. Buah di transfer menuju ke lori c. Buah masuk ke dalam lori d. Alat pengontrol motor Gambar 19. Proses pengiriman buah dari loading ramp menuju ke lori Stasiun Perebusan (Sterilizer Station) Setelah lori terisi penuh, kemudian lori ditransfer menuju stasiun perebusan (sterilizer) dengan dikontrol oleh mesin pengontrol secara otomatis. Kemudian lori masuk kedalam stasiun perebusan. Pada stasiun sterilizer dilakukan perebusan dengan menggunakan uap panas dengan suhu 135º C. Proses perebusan terdiri dari

40 94 3 puncak dengan lamanya perebusan adalah 95 menit. Puncak pertama dengan tekanan 1,2-1,7 bar selama 15 menit yang berfungsi untuk pembuangan udara. Puncak kedua dengan tekanan 2-2,5 bar selama 15 menit yang berfungsi untuk pembuangan air. Puncak ketiga dengan tekanan 2,8 3 bar selama 65 menit yang berfungsi untuk pematangan buah. Perebusan bertujuan untuk melunakkan daging buah, mehkan cangkang darmudahkan pemisahan brondolan dengan tandan, memudahkan memisahkan cangkang dengan inti, dan menghentikan aktifnya enzim lipase penyebab kenaikan ALB. PT. BPSJ SS II memiliki 3 unit sterilizer yang berkapasitas 2 lori per unit atau 17,5 ton TBS/ unit. Pengontrolan perebusan dilakukan dengan menggunakan mesin pengontrol. Bentuk lori dan sterilizer dapat dilihat pada gambar 20. Gambar 20. Lori sedang memasuki Sterilizer (kiri), dan mesin pengontrol sterilizer (kanan) Stasiun perontokan (Thresing station) Lori yang telah keluar dari sterilizer dikirim kebagian pemipilan dan tandan buah sawit yang ada didalamnya dituangkan ke bak penampung. Buah tersebut dikirim ke alat pemipil (thresher) dengan bantuan hosting crane atau transfer

41 95 carriage. Pada thresher atau alat pemipil ini terjadi proses pemisahan brondolan dengan janjangan. Proses pemipilan ini dapat terjadi akibat tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa tandan buah ikut berputar sehingga membantingbanting tandan buah tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Pada bagian dalam dari pemipil, dipasang batang-batang besi perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang menyebabkan brondolan keluar dari pemipil. Brondolan yang keluar dari pemipil dan ditampung oleh sebuah screw conveyor untuk dikirim ke bagian digesting dan pressing. Sementara, tandan kosong yang keluar dari bagian belakang pemipil ditampung oleh elevator. Kemudian, hasil tersebut dikirim ke hopper untuk dijadikan pupuk janjang kosong. Gambar 21. Transfer carriage (kiri) dan alat pemipil atau thresher (kanan) Stasiun pencacahan (digester) dan pengempaan (presser) Brondolan yang telah dipipil dari stasiun pemipilan masuk kebagian pengadukan/pencacahan atau digester. Pada alat digester ini brondolan tersebut dilumatkan dan diaduk dengan kecepatan putaran berkisar rpm. Brondolan yang telah mengalami pencacahan dan keluar melalui bagian bawah digester sudah

42 96 berupa bubur. Hasil cacahan tersebut langsung masuk ke alat pengempaan (screw press) yang berada persis di bagian bawah digester. Minyak dapat terpisah dari ampas akibat adanya putaran screw yang mendesak bubur buah keatas, sedangkan dari arah yang berlawanan tertahan oleh sliding cone. Screw dan sliding cone ini berada di dalam sebuah selubung baja yang disebut press cage, dimana pada permukaannya terdapat lubang-lubang kecil. Sehingga minyak dari bubur buah yang didesak ini akan keluar melalui lubanglubang press cage tersebut, sedangkan ampasnya keluar melalui celah antara sliding cone dan press cage. Minyak selanjutnya disaring di vibrating screen sebelum masuk ke stasiun klarifikasi. Gambar 22. Minyak disaring di vibrating screen Stasiun klarifikasi atau pemurnian ( Clarification station ) Kotoran yang tersaring di vibrating screen (berupa serabut kasar) dialirkan ke tangki penampung minyak kasar (crude oil tank). Minyak kasar yang terkumpul di crude oil tank (COT) dipanaskan hingga mencapai temperatur C sehingga

43 97 minyak, air, dan sludge terpisah saat pengendapan di COT. Minyak yang telah terpisah disalurkan ke tangki pengendapan (contious settling tank/clarifer tank). Di clarifer tank, minyak kasar terpisah menjadi minyak dan sludge karena proses pengendapan. Minyak dari clarifer tank selanjutnya dikirim ke oil tank, sedangkan sludge dikirim ke sludge tank. Sludge merupakan fasa campuran yang masih mengandung minyak. Minyak yang terdapat di oil tank, kemudian dimurnikan di oil purifier. Dari oil purifier minyak diteruskan menuju vakum drier tank untuk membuang uap dan mengurangi kadar air. Minyak yang masuk atau terhisap ke dalam vacuum drier akan keluar melalui nozzle, sehingga minyak tersebut dapat tersebar dan uap air yang terkandung diminyak terhisap ke atas oleh clean oil pump dan minyak yang telah murni akan mengalir ke bawah kemudian di pompa ke storage tank Stasiun pengolahan inti (palm kernel station) Pemisahan biji dengan serabut dilakukan dengan cara pneumatis yaitu dengan menggunakan tarikan atau gumpalan hisapan udara pada sebuah kolom pemisah. Ampas yang berasal dari presser akan masuk ke cake breaker conveyor. Pada cake breaker conveyor terjadi pemecahan gumpalan ampas tersebut. Setelah itu hasil pemisahan dijatuhkan dari bagian samping atas kolom pemisah, dimana pada bagian tengah atas, diberi hisapan udara yang berasal dari depericarper fan. Pemisahan biji dengan fiber terjadi akibat adanya perbedaan berat antara dua kejenis bahan. Fiber akan tertarik ke atas, sedangkan biji akan jatuh ke bawah. Biji yang jatuh ke bawah langsung memasuki nut polishing drum (tromol pembersih biji)

KATA PENGANTAR. rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengalaman

KATA PENGANTAR. rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengalaman iii KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa ( PKPM )

Lebih terperinci

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU

VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU VII. FAKTOR-FAKTOR DOMINAN BERPENGARUH TERHADAP MUTU Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi mutu komoditas dan produk sawit ditentukan berdasarkan urutan rantai pasok dan produk yang dihasilkan. Faktor-faktor

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii A. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO. 1 B. PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI PKO...6 KESIMPULAN 8 DAFTAR PUSTAKA...9 PROSES PENGOLAHAN KELAPA SAWIT MENJADI CPO

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB2 TINJAUAN PUSTAKA BAB2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Secara umum pengolahan kelapa sawit terbagi menjadi dua hasil akhir, yaitu pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) dan pengolahan inti sawit (kernel).

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB III PERSIAPAN LAHAN TANAMAN PERKEBUNAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut. A. Jenis atau Varietas Kelapa Sawit Jenis (varietas)

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2007 di UPT Fakultas Pertanian Universitas Riau, Kampus Bina Widya, Jl. Bina Widya Km.

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

PERKIRAAN BIAYA PEMBUKAAN LAHAN PER HEKTAR

PERKIRAAN BIAYA PEMBUKAAN LAHAN PER HEKTAR PERKIRAAN PEMBUKAAN LAHAN PER HEKTAR PEKERJAAN HK URIAN VOLUME 1. Lahan Bekas Hutan : Survey dan Blocking (Manual) 3 Peralatan, Bahan dll (PO) Babat - Imas (Manual) 1 o Excavator 6 JK 25, 1,5, 25 1,5,

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan

PANEN KELAPA SAWIT Pengrtian Panen Sistim Panen 2.1 Kriteria Matang Panen 2.2 Komposisi TBS Fraksi Komposisi (%) Kematangan PANEN KELAPA SAWIT 1. Pengrtian Panen Panen adalah serangkaian kegiatan mulai dari memotong tandan matang panen sesuai criteria matang panen, mengumpulkan dan mengutipbrondolan serta menyusun tandan di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit 1. Akar Kelapa sawit termasuk sebagai tanaman monokotil, mempunyai akar serabut. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut radikula

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pembibitan Kelapa Sawit Pembibitan merupakan awal kegiatan lapangan yang harus dimulai setahun sebelum penanaman di lapangan. Waktu yang relatif lama ini sangat memegang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan di PT. National Sago Prima adalah kegiatan pembibitan, persiapan lahan, sensus tanaman, penyulaman, dan pemeliharaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 o 22 10 LS dan 105 o 14 38 BT dengan ketinggian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil yang diperoleh selama periode Maret 2011 adalah data operasional PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan TBS di PMS Gunung Meliau, distribusi penerimaan fraksi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Panen Kelapa sawit Panen merupakan suatu kegiatan memotong tandan buah yang sudah matang, kemudian mengutip tandan dan memungut brondolan, dan mengangkutnya dari pohon ke tempat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan i KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG

PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG PELAKSANAAN TEKNIS MAGANG Pelaksanaan teknis magang yang dilakukan di PT National Sago Prima meliputi persiapan lahan (Land clearing), pengambilan anakan, persemaian, sensus, penanaman dan penyulaman,

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH Budidaya bawang merah umumnya menggunakan umbi sebagai bahan tanam (benih). Pemanfaatan umbi sebagai benih memiliki beberapa kelemahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara. Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya. Penyiangan Penyiangan terhadap gulma dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau, Jalan Bina Widya Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru Kecamatan Tampan Kota

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM

KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI. Disampaikan Pada Materi Kelas PAM KASTRASI DAN MANAJEMEN KANOPI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Disampaikan Pada Materi Kelas PAM Pundu Learning Centre - 2012 DEFINISI Kastrasi, adalah kegiatan membuang

Lebih terperinci

m. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian

m. BAHAN DAN METODE Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian m. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun percobaan Fakuteis Pertanian Universitas Riau, Kampus BinaWidya Km 12,5 Kelurahan Simpang Baru, Kecamatan Tampan Pekanbaru,

Lebih terperinci

MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT

MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT MODUL BUDIDAYA KELAPA SAWIT I. PENDAHULUAN Agribisnis kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), baik yang berorientasi pasar lokal maupun global akan berhadapan dengan tuntutan kualitas produk dan kelestarian

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut

Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut Pengendalian Gulma di Lahan Pasang Surut Penyusun E. Sutisna Noor Penyunting Arif Musaddad Ilustrasi T. Nizam Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area, Jalan Kolam No.1 Medan Estate kecamatan Percut Sei

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut selama 5 bulan,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Ubikayu Persiapan lahan. Pengolahan lahan dilakukan dengan traktor. Pembajakan dilakukan dua sampai tiga kali. Pembajakan dilakukan pada saat cuaca sedang cerah.

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R. Soebrantas No.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL 5.1 Gambaran Umum Perusahaan PT Panafil Essential Oil ialah anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk yang baru berdiri pada bulan Oktober 2009. PT Panasia Indosyntec

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT. Oleh: TIM

KELAPA SAWIT. Oleh: TIM KELAPA SAWIT Oleh: TIM UMP_Pelantaran Agro Estate- 2015 APA KEUNGGULAN KELAPA SAWIT? 1. Tumbuh terbatas hanya di Daerah Tropis 2. Manfaat luas 3. Risiko sosial dan teknis lebih terkendali 4. Produksi lebih

Lebih terperinci

MAGANG PROGRAM UNGGULAN INSTIPER

MAGANG PROGRAM UNGGULAN INSTIPER SILABUS MAGANG PROGRAM UNGGULAN INSTIPER INSTIPER YOGYAKARTA TAHUN 2018 1 M a g a n g I N S T I P E R 1. Budidaya Kelapa Sawit (Kultur Teknik) 2. Pabrik Kelapa Sawit (PKS) 3. Administrasi (Kebun, Gudang,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai November 2009 di PTP Nusantara VI pada unit usaha Rimbo Satu Afdeling IV (Gambar Lampiran 5), Rimbo Dua Afdeling

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau Desa Simpang Barn Kecamatan Tampan Kotamadya Pekanbaru Propinsi Riau dengan

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Unit Usaha Marihat, Provinsi Sumatera Utara selama 4 bulan yang dimulai dari tanggal 1 Maret 2010

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN

BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN BAB II PROSES BISNIS PERUSAHAAN Bisnis utama PT Paya Pinang saat ini adalah industri agribisnis dengan menitikberatkan pada industri kelapa sawit diikuti dengan karet. Proses bisnis baik tanaman karet

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro pada bulan Maret Mei 2014. Jenis tanah

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 12 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Kebun Padang Halaban dipimpin oleh senior estate manager (SEM) yang merupakan pemegang puncak keputusan atas pengelolaan kebun secara efektif dan profesional

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. ANUGERAH UREA SAKTI KECAMATAN MUARA KAMAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. ANUGERAH UREA SAKTI KECAMATAN MUARA KAMAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA 1 LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL) DI PT. ANUGERAH UREA SAKTI KECAMATAN MUARA KAMAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Oleh : MEJISON NIM. 070500084 PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk Indonesia. Kelapa sawit

I. PENDAHULUAN. dapat tumbuh di luar daerah asalnya, termasuk Indonesia. Kelapa sawit 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa sawit merupakan tumbuhan tropis yang tergolong dalam famili palmae dan berasal dari Afrika Barat. Meskipun demikian kelapa sawit juga dapat tumbuh di luar daerah

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit

Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit Proses Pengolahan CPO (Crude Palm Oil) Minyak Kelapa Sawit 1. LOADING RAMP Setelah buah disortir pihak sortasi, buah dimasukkan kedalam ramp cage yang berada diatas rel lori. Ramp cage mempunyai 30 pintu

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI & PENANGGULANGAN HAMA KUMBANG TANDUK (Oryctes rhinoceros) NO. ISK/AGR-KBN/29 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 25 Februari 2015 Dimpos Giarto V. Tampubolon

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor, pada bulan Januari sampai April 2008. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 220 m di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua

BAB II LANDASAN TEORI. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua BAB II LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum Tentang Kelapa Sawit. Tanaman kelapa sawit adalah jenis tanaman palma yang berasal dari benua Afrika dan cocok ditanam di daerah tropis, seperti halnya dinegara

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

= pemanen. Sistem Penunasan

= pemanen. Sistem Penunasan PEMBAHASAN Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan Percobaan, di daerah Ketep, kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa tengah, dengan ketinggian tempat

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. 21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan

Lebih terperinci

Teknik Penyediaan Bibit Kelapa

Teknik Penyediaan Bibit Kelapa Teknik Penyediaan Bibit Kelapa Engelbert Manaroinsong, Novalisa Lumentut dan Maliangkay, R.B. BALAI PENELITIAN TANAMAN KELAPA DAN PALMA LAIN PENDAHULUAN Usaha perbaikan produktifitas tanaman kelapa harus

Lebih terperinci

Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim

Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim Lampiran 1 Curahan Tenaga Kerja (HK) Tanaman Tebu Per Ha Per Musim Tanam 2009/2010 No Uraian Kegiatan Norma 1 Persiapan Lahan pembersihan lahan 25 Hk pembukaan jaringan drainase 10 Hk 2 Menanam Menanam

Lebih terperinci