PPPPTK MATEMATIKA - KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PPPPTK MATEMATIKA - KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN"

Transkripsi

1 ISSN IDEAL MATHEDU INDONESIAN DIGITAL JOURNAL OF MATHEMATICS AND EDUCATION PPPPTK MATEMATIKA - KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Volume 2 Nomor 3 Tahun 2015 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMBANDINGKAN PECAHAN MENGGUNAKAN MEDIA GARIS BILANGAN LIMBAH TRIPLEK PADA SISWA KELAS 3 SDN BATOK 01 KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN Mohamad Ridwan PENINGKATAN HASIL BELAJAR PROGRAM LINEAR MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DAN APLIKASI GEOGEBRA SISWA KELAS XII IPA1 SMA N 1 TOMPOBULU Sulfiaty Idris PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Suprapto, M.Pd. CASYOPEE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Nelly Yuliana PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARANTEAMS GAMES TOURNAMENT DENGAN PENDEKATANSAINTIFIK PADA MATERI OPERASIALJABAR Via Yustitia PEDOMAN PENSKORAN Sumaryanta TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVIS PIAGET DAN VYGOTSKY Sri Wulandari Danoebroto KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN MATEMATIKA YOGYAKARTA Nomor

2

3 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMBANDINGKAN PECAHAN MENGGUNAKAN MEDIA GARIS BILANGAN LIMBAH TRIPLEK PADA SISWA KELAS 3 SDN BATOK 01 KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN Mohamad Ridwan SDN Batok 01, Kec. Gemarang Kab. Madiun, ridwan.poerbo.sapoetro@gmail.com Abstrak, Hasil belajar matematika pada siswa kelas III SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun, materi membandingkan pecahan semester II tahun pelajaran 2013/2014, pada kondisi awal masih banyak dibawah KKM. Hasil belajar siswa yang dilihat dari nilai rata-rata kelas tes individu menunjukan bahwa dari siswa 15 anak, sebanyak 11 anak tidak tuntas, dan hanya 4 anak tuntas. Hal ini disebabkan karena kurangngya pemahaman siswa terhadap materi pelajaran, tidak adanya media belajar yang tepat, siswa masih pada tahap operasional konkret, aktifitas siswa dan guru yang kurang optimal dalam proses pembelajaran dan penggunaan model pembelajaran yang masih konvensional. Dengan menggunakan media belajar berupa media garis bilangan yang terbuat dari limbah triplek, maka dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai upaya peningkatan hasil belajar terhadap materi pelajaran tersebut. Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran melalui PTK selama 2 siklus, maka hasil belajar siswa dari instrumen tes individu mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata kelas dari tesindividu sebesar dengan rincian 7 siswa tuntas, dan 8 Siswa tidak tuntas. Meningkat lagi pada siklus II dengan nilai rata-rata kelas sebesar 88,67 sebanyak 13 siswa tuntas dan 2 siswa tidak tuntas. Dengan demikian media garis bilangan dari limbah triplek dapat meningkatkan hasil belajar membandingkan pecahan Kata Kunci: PTK, Media Pembelajaran, Hasil Belajar. 1. Pendahuluan Lahirnya Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, mengubah paradigma baru dalam proses pembelajaran di sekolah, khususnya bagi guru atau pendidik yang mengajar di dalam kelas. Jika sebagian besar proses pembelajaran masih menggunakan model pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran terpusat pada guru, siswa hanya diam mendengarkan, mencatat dan mengerjakan tugas yang diberikan, maka dengan lahirnya UU dan perkembangan zaman, paradigma baru telah muncul yaitu dengan model pembelajaran modern yang berorintasikan sebuah proses pembelajaran yang terpusat pada siswa. Dalam model pembelajaran modern ini, guru atau pendidik hanya bersifat sebagai fasilitator saja dalam proses pembelajaran. Kegiatan atau proses belajar mengajar di dalam kelas, tidak lepas dari berbagai masalah yang ada. Dimuai dari keadaan kelas, psikis siswa, hingga pada hasil bekajar siswa terhadap suatu materi pelajaran yang dismpaikan oleh guru kepada siswa. Perubahan paradigma baru 134

4 tersebut, tentunya tidak semudah membalikan telapak tangan. Perlu adanya pendekatan atau model pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang disampaikan kepada diswa. Pemilihan sebuah model, metode, atau media belajar yang menarik dan mudah dipahami oleh siswa, tentunya akan membawa dampak yang baik pula terhadap hasil belajar siswa di dalam kelas dalam memahami dan mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru. Beberapa mata pelajaran yang disampaikan kepada siswa tentunya mempunyai struktur dan karakteristik yang berbeda antara pelajaran satu dan lainnya. begitu juga dengan karakteristik siswa yang berbeda jika dilihat dari segi tingkat satuan pendidikan. Anak susia SD tentu berbeda dengan abak seusia SMP atau SMA. Pada anak usia SD yang masih diselimuti usia anak-anak khususnya pada kelas rendah ( kelas 1-3 ) masih pada tahap operasional konret. Yang artinya, proses pembelajaran masih perlu bantuan atau bimbingan dengan memberikan contoh-contoh konkret yang mudah dipahami. Berbeda dengan anak usia SMP dan SMA yang telah masuk pada tahap operasional abstrak. Salah satu mata pelajaran yang mempunyai karakteristik dan ciri khusus yang memerlukan contoh contoh konkret adalah matematika. Mata pelajaran matematika, baik yang diberikan pada tingkat dasar mauun menengah, memerlukan pemahaman dan logika berpikir yang lebih optimal. Sesuai dengan salah sau cirinya, bahwa matematika terdiri dari angka, simbol abstrak dan sebagainya, maka tidak heran jika mata pelajaran matematika untuk sebagian besar siswa merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit dan menakutkan. Kondisi demikian berujung pada hasil belajar siswa yang masih rendah dan tidak sedikit terjadi angka mengulang kelas, terutama pada siswa tingkat sekolah dasar. Sesuai dengan kenyataan di lapangan, bahwa matematika dirasa sulit dan menakutkan bagi siswa terutama untuk siswa SD, maka guru sebagai pendidik hendaknya mempunyai suatu strategi pembelajaran, baik berupa model, metode atau media pembelajaran yang sesuai dengan materi pelajaran matematika yang akan disampaikan kepada siswa. Hasil belajar siswa kelas III SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun semester II tahun pelajaran 2013/2014 pada mata pelajaran matematika materi membandingkan pecahan yang dinilai dari tes individu, sebagian besar masih dibawah KKM yang ditentukan yaitu nilai 70, baik secara individu maupun nilai rata-rata kelas. Setelah dilakukan rekapitulasi terhadap nilai tes individu, maka didapatkan nilai rata-rata kelas sebesar 62,67, dengan perincian bahwa dari 15 siswa kelas III, sejumlah 4 siswa telah memenuhi standart KKM yang ditetapkan. Namun, sebanyak 11 siswa masih mendapatkan nilai dibawah KKM. Berdasarkan kondisi awal nilai hasil belajar siswa tersebut, maka peneliti melakukan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK) pada mata pelajaran matematika materi membandingkan pecahan dengan alternatif pemecahan masalah menggunakan media garis bilangan dari limbah triplek. Materi membandingkan pecahan yang terdapat pada mata pelajaran matematika kelas III SD yang akan diteliti adalah membandingkan pecahan sederhana mulai dari pecahan sampai dengan pecahan. Pada materi ini, siswa masih merasa kesulitan dalam membandingkan pecahan antara lebih besar, sama dengan atau lebih kecil. Hal ini karena pada penyampaian materi guru tidak menggunakan metode dan media belajar yang tepat dalam menjelaskan dan menanamkan 135

5 pemahaman konsep materi pelajaran kepada siswa, guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional dalam mengajar. Lebih lanjut, materi membandingkan pecahan ini, perlu diberikan media belajar yang konkret agar siswa dapat memahami materi sehingga hasil belajar siswa akan meningkat. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah dalam penelitian ini, yaitu, (1) pembelajaran yang bersifat konvensional atau tradisional. Pembelajaran terpusat pada guru, (2) tidak digunakannya media belajar yang konkret dalam penyampaian materi pelajaran, (3) kinerja guru yang kurang maksimal dalam proses pembelaaran, (3) aktifitas siswa yang kurang terlibat pada proses pembelajaran di dalam kelas, (4) rendahnya minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika khususnya materi membandingkan pecahan, dan (5) rendahnya nilai belajar siswa pada materi pelajaran membandingkan pecahan tesebut. Dari beberapa identifikasi masalah diatas, dapat ditarik beberapa analisis masalah yang dijadikan acuan dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu (1) model pembelajaran yang konvensional dalam proses pembelajaran, (2) media belajar yang belum ada dalam proses pembelajaran, (3) aktifitas siswa yang kurang maksimal, dan (4) hasil belajar siswa pada materi membandingkan pecahan. Dengan adanya berbagai permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini, maka dapat dirumuskan masalah yaitu, apakah menggunakan media garis bilangan dapat meningkatkan hasil belajar membandingkan pecahan pada siswa kelas III SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014?. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja dan aktfitas guru dalam proses pembelajaran dikelas, menumbuhkembangkan minat belajar siswa melalui model, metode dan media belajar yang interaktif dan menarik. Selain itu, tujuan pokok dari penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar membandingkan pecahan pada siswa kelas III SDN Batok 01 Kecamaan Gemarang Kabupaten Madiun pada semester II tahun pelajaran 2013/2014 sesuai atau lebih besar dari KKM yang ditetapkan. Lebih lanjut, penelitian tindakan kelas ini pada akhirnya dapat bermanfaat bagi siswa khususnya siswa kelas 3 SD antara lain, memberikan sajian proses pembelajaran yang menarik, melatih siswa untuk aktif terlibat serta melatih siswa untuk lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran. Bagi guru penelittian ini dapat meningkatkan profesionalitasnya sebagai seorang pendidik, meningkatkan kinerjanya dalam mengajar siswa, mengenbangkan ide dan gagasan serta kreativitasnya dalam mengajar, khususnya di SDN Batok 01 kecamaan Gemarang kabupaten Madiun. Sedangkan bagi sekolah, sebagai tolok ukur dalam meningkatkan kemajuan pendidikan di sekolah, sebagai sarana dalam meningkatkan kemampuan dan kreatifitas para gurunya, serta dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian lainnya. Indikator keberhasilan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah, (1) jika nilai tes individu setiap siswa lebih besar atau sama dengan KKM (70) maka dinaytakan tuntas, (2) nilai rata rata kelas lebih besar atau sama dengan KKM 70, maka pembelajaran dinyatakan tuntas, dan (3) tingkat ketuntasan seluruh kelas > 75 %. 136

6 2. Kajian Teori 2.1. Media belajar Media belajar dapat digunakan berbagai alat peraga sesuai dengan materi dan mata pelajaran yang ingin disampaikan. Media belajar dapat berupa buku teks pelajaran, alat peraga, atau audio visual. Tergantung bagaima guru memilih dan menerapkan media tersebut untuk pembelajaran di dalam kelas. Alat peraga merupakan bagian dari media pembelajaran yang diartikan sebagai semua benda (dapat berupa manusia, objek atau benda mati) sebagai perantara di mana digunakan dalam proses pembelajaran (Sitanggang, 2013:4). Lebih lanjut Sukayati dan Suharjana (2009) menyatakan bahwa media pembelajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya pembelajaran. Berdasar fungsinya media dapat berbentuk alat peraga dan sarana. Dalam penyampaian suatu mata pelajaran di kelas, masih banyak guru yang tidak menggunakan alat perga sebagai media pembelajaran. Masih banyak juga guru yang menggunakan pengelolaan kelas secara klasikal. Artinya, semua siswa diperlakukan sama untuk menerima materi pembelajaran. Dari uraian dan pendapat beberapa ahli diatas, maka media pembelajaran atau media belajar adalah suatu alat bantu yang digunakan oleh guru dalam memyampaikan sebuah materi pelajaran agar siswa mampu menerima materi pelajaran dengan baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai Hasil Belajar Oemar Hamalik dalam Isriyanto (2010) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar. Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil dan bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar. Oleh karena itu hasil belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari guru, Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian guru terhadap siswa setelah siswa menjalani berbagai uji kompetensi terkait hasil pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru, sedangkan hasil belajar siswa bisa berupa instrumen tes tulis baik kelompok maupun individu, tes lisan, observasi dan sebagainya. Dalam penelitian ini, maka hasil belajar siswa didasarkan pada perolehan penilaian atau skor akhir dari tes tertulis yang diberikan oleh peneliti atau guru setelah menyampaikan materi pembelajaran matematika materi membandingkan pecahan sederhana. Dalam hasil belajar ini akan dilihat berapa siswa yang tuntas maupun tidak tuntas dalam mengikuti proses pembelajaran matematika dengan acuan KKM yang ditetapkan yaitu

7 2.3. Matematika Musetyo (2013) menyatakan bahwa matematika mempunyai ciri ciri yaitu a) abstrak, b) dedukif, c) konsisten, d) hierarkis dan d) logis. Lebih jauh Sumardyono (2004) menyebutkan bahwa matemtika mempunyai karakteristik sebagai a) memiliki kajian objek yang abstrak, b) bertumpu pada kesepakatan, c) berpola pikir deduktif, d) konsisten dalam sistemnya, e) memiliki simbol yang kosong dari arti, f) memperhatikan semesta pembicaraan. Dengan demikian maka matemtika dapat disimpulkan sebagai mata pelajaran yang bersifat abstrak, konsisten, deduktif, konsiten dan memiliki simbol sombol dari arti. Sehingga pada pembelajaran matemtika khususnya di jenjang sekolah dasar memerlukan sebuah strategi dan model pembelajaran yang mudah diserap dan dipahami oleh peserta didik. Dalam penelitian ini, fokus penelitian pada materi membandingkan bilangan pecahan sederhana pada mata pelajaran matematika kelas III sekolah dasar Media Garis Bilangan Limbah Triplek Media belajar ini merupakan modifikasi dan pengembangan dari cara membandingkan pecahan menggunakan garis bilangan. Jika menggunakan garis bilangan yang terdapat pada buku ataupun siswa membuat, menggambar garis bilangan masih banyak kelemahan, maka media ini membantu siswa untuk memahami konsep sekaligus meningkatkan hasil belajarnya pada materi membandingkan pecahan sederhana. Media Garis Bilangan pecahan ini terbuat dari limbah triplek dengan ukuran 20 cm x 2,5 cm. Dengan disertai gambar geometri, maka media ini merupakan bentuk konkret dari garis bilangan untuk membandingkan pecahan. Penggunaan media garis bilangan limbah triplek ini dengan menysuun dua atau lebih garis bilangan sesuai dengan pecahan yang akan dibandingkan. Kemudian menbandingkan pecahan dengan ketentuan jika pecahan berada di sebelah kiri pecahan lain, maka pecahan bernilai lebih kecil dengan simbol <, sedangkan bila berada si belah kanan pecahan lainnya maka pecahan tersebut bernilai lebih besar >, dan apabila pecahan tersebut sejajar lurus ke bawah dengan pecahan lain, maka bernilai sama besar dengan simbol =. Gambar 1. Contoh penggunaan media garis bilangan triplek pada pecahan 138

8 3. Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN Batok 01 Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun, dengan populasi seluruh siswa kelas III sejumlah 15 anak terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 5 siswa perempuan. Waktu pelaksanaan penelitian yaitu selama 3 bulan dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret tahun 2014, pada kurun waktu semester II tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, setiap siklus terdiri dari 1 x pertemuan masing-masing pertemuan menggunakan alokasi waktu 3 x 35 menit ( 3 jam pelajaran ). Agar tidak mengganggu kegiatan proses belajar mengajar di sekolah, maka pelaksanaan setiap siklus disesuaikan dengan jadwal yang sudah ada. Siklus I dilaksanakan pada tanggal 17 Februari 2014 dan siklus II pada tanggal 06 Maret PTK yang dilakukan adalah PTK Kolaboratif yakni peneliti bekerjasama dengan teman sejawat yang bertindak sebagai observer. Observer membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian termasuk didalamnya memantau, mengamati dan memberikan masukan serta kesimpulan di setiap siklus penelitian. PTK yang dilaksanakan ini mengacu pada jenis PTK Kemmis & Mc Taggart (1998), yang terdiri dari empat tahapan untuk setiap siklusnya yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi dari hasil penelitian setiap siklus untuk dijadikan tolok ukur dan tindak lanjut serta mengambil kesimpulan dari hasil penelitian. Instrumen dalam pengumpulan data yang digunakan dalam peneneitian ini berupa lembar observasi dan lembar tes individu. Lembar observasi digunakan oleh observer untuk mengamati, memantau dan mencatat serta memberikan masukan terkait proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.terdiri dari beberapa indikator yang telah disesuaikan dan disepakati bersama dengan observer. Lembar tes individu digunakan untuk mengukur dan melihat hasil belajar siswa setiap siklusnya. Hasil nilai dari tes ini, akan dibandingkan dengan indikator kberhasilan sebelumnya, untuk selanjutnya diambil kesimpulan terhadap proses pembelaaran berlangsung. Tes individu berisi 20 soal isian dimana jawaban yang akan digunakan hanya berupa tanda > (lebih besar), = (sama dengan) atau < (lebih kecil) diantara dua pecahan yang disajikan dalam soal. Analisis data terhadap instrumen yang ada, menggunakan teknik analisis data kalitatif dan kuantitatif. Tehnik analissi data kualitatif digunakan pada lembar observasi yang ada dengan memberikan tanda ceklist ( ) pada kolom yang sudah disediakan. Selanjutnya, observer akan memberikan kesimpulan terhadap PTK yang dilakukan dengan memberikan catatan atau komentar deskriptif. Sedangkan teknik analisisi tes ini, berupa teknik analisis data kuantitif dimana pengolahan dan penyajian data menggunakan perhitungan dan kriteria penilaian berupa tes indiviu didasarkan pada skor yang diperoleh terhadap beberapa soal pertanyaan tersebut. Setiap nomor atau jawaban benar maka mendapatkan nilai 1, sedangkan jawaban salah mendapatkan nilai nol ( 0 ). Nilai akhir (NA) yang digunakan sebagai tolok ukur ketuntasan siswa menggunakan rumus : 139

9 Selanjutnya untuk menghitung nilai rata rata kelas digunakan rumus : Dimana adalah rata-rata kelas, adalah jumlah nilai akhir seluruh siswa, adalah jumlah seluruh siswa kelas 3. Sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan sebelumnya, maka jika NA 70 maka siswa dinyatakan tuntas, jika > 70 maka proses pembelajaran dinyatakan tuntas dengan prosenstasi siswa tuntas minimal sebanyak 75 % dari seluruh siswa kelas III. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Deskripsi per Siklus Kondisi awal sebelum penelitian atau pra siklus, nilai rata-rata kelas hasil belajar yang diperoleh dari tes individu pada materi membandingkan pecahan sebesar 62,67 dengan perincian bahwa dari 15 siswa, sebanyak 4 siswa (27%) sudah tuntas dan sebanyak 11 siswa (73%) tidak tuntas. Dengan melihat hasil tersebut, maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran menggunakan media garis bilangan dari limbah triplek. Berdasarkan hasil pembelajaran pada kondisi awal tersebut (pra siklus), maka dilaksanakan perbaikan pembelajaran sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Penggunaan media garis bilangan limbah triplek diterapkan pada proses pembelajaran siklus I. Hasil belajar siklus I setelah menggunakan media garis bilangan limbah triplek, menunjukkan bahwa dari 15 siswa, sebanyak 7 siswa (47%) sudah tuntas dan sebanyak 8 siswa (53%) tidak tuntas. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh sebesar 68,33. Hasil perbaikan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan media garis bilangan limbah triplek, nilai rata-rata kelas 88,67 dengan rincian sebanyak 13 siswa (87%) tuntas sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu > KKM. Sedangkan 2 siswa (23%) tidak tuntas karena memperoleh nilai dibawah KKM dan memang mempunyai prestasi rendah dan faktor lain yang tidak diteliti dalam PTK Pembahasan Hasil nilai belajar yang dilihat dari nilai rata-rata seluruh kelas mengalami peningkatan pada setiap siklusnya dibandingkan dengan nilai rata-rata pada kondisi awal atau pra siklus. Pada kondisi awal (pra siklus) nilai rata-rata kelas sebesar 62,67 dengan tingkat ketuntasan sebesar 27 % ( 4 siswa ). Tidak adanya media belajar sebagai alat bantu dalam memperjelas materi yang disampaikan merupakan faktor utama nilai hasil belajar siswa masih dibawah KKM selain kinerja guru yang kurang maksimal dan model pembelajaran yang masih konvensional tersebut. Setelah dilakukan kajian bersama dengan teman sejawat, maka akan dilakukan perbaikan pembelajaran selama dua siklus. Melalui empat tahapan dalam PTK yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi, maka hasil pembelajaran matematika materi membandingkan pecahan mengalami peningkatan. Pada siklus I, siswa diberikan media garis bilangan limbah triplek, guru menjelaskan tentang cara mempergunakan, dan berdiskusi mengerjakan soal kelompok, terlihat siswa semakin antusias dan berminat mengikuti proses pebelajaran matematika. Dengan bantuan media ajar 140

10 berupa garis bilangan limbah triplek tersebut, siswa semakin kreatif dan paham bagaimana membandingkan pecahan dengan memasangkan 2 buah garis bilangan pecahan yang akan dibandingkan. Namun demikian masih ada beberapa siswa yang kesulitan dalam menggunakan alat peraga, masih ada beberapa siswa yang ramai dan gaduh saat guru berkeliling membantu siswa atau kelompk lain, kinerja gurupun dalam membimbing siswa kurang maksimal, guru belum banyak melibatkan siswa dalam pemecahan masalah, pembelajaran masih dominan menggunakan ceramah dan guru banyak memberikan jawaban alternatif dibandingkan siswa yang menjawab pertanyaan. Peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari nilai rata-rata kelas sebesar 9 % atau menjadi 68,33 dengan tingkat ketuntasan sebesar 47%. ( 7 siswa ). Sesuai dengan indikator keberhasilan, maka pembelajaran siklus I dinyatakan belum tuntas dan perlu perbaikan dan peningkatan pada siklus selanjutnya. Hasil refleksi yang telah dilakukan setelah pelaksanaan siklus I, maka proses perbaikan pembelajaran dilanjutkan pada siklus II. Pada siklus II ini tahapan proses pembelajaran mengacu pada RPP yang telah disusun sebelumnya, dan tidak berbeda dengan siklus I. Proses pembelajaran di dalam kelas, berdasarkan pengamatan observer sudah mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan pada kondisi awal (pra siklus) dan siklus I. Aktifitas siswa sudah terlihat meningkat dalam mengikuti semua proses pembelajaran di dalam kelas. Siswa semakin aktif dan antusias dalam menjawab pertanyaan atau soal yang diberikan. Hal ini dikarenakan siswa sudah mulai terbiasa dan mengerti bagaimana cara mempergunakan media belajar berupa media garis bilangan limbah triplek yang dibagikan oleh guru untuk setiap kelompoknya. Kinerja guru pada siklus II ini juga sudah mengalami peningkatan. Guru menjelaskan kepada siswa secara runtut, sesuai dengan tujuan pembelajaran. Guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator saja. Guru sudah banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa lebih banyak diminta mempraktekan ke depan kelas dengan menggunakan alat peraga media garis bilangan limbah triplek. Lebih lanjut, guru menyampaikan kepada siswa jika dalam proses pembelajaran tidak ada alat peraga yang sejenis, siswa dapat menggunakan kertas berpetak karena pembagian dan garis bilangan yang dibuat akan lebih mudah dibagi atau dipecah. Hasil belajar siswa siklus II dilihat dari nilai rata-rata kelas tes individu, maka hasil yang didapat mengalami kenaikan sebesar 30% menjadi 88,67 dengan tingkat ketuntasan naik sebesar 86 % dari siklus I menjadi 86 % ( 13 siswa ). Berdasarkan hasil pembelajaran siklus II tersebut, maka sesuai dengan indikator keberhasilan yang telah ditentukan, pembelajaran siklus II dinyatakan sebagai siklus pemantapan dan penelitian berhenti pada siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat perbandingan ketuntasan pada tabel dan grafik dibawah ini. Tabel 1. Jumlah Ketuntasan per Siklus No Ketuntasan Siklus Pra I II 1 Tidak Tuntas Tuntas Jumlah

11 (1) Pra Siklus, (2) Siklus I, (3) Siklus II 2 Tidak Tuntas Tuntas Gmbar 2. Grafik Jumlah Ketuntasan per Siklus Sedangkan nilai rata-rata kelas per siklus dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 2. Nilai Rata-rata Kelas per Siklus Nilai Rata-rata Kelas Pra Siklus Siklus I Siklus II 62,67 68,33 88, Pra Siklus Siklus I Siklus II 5. Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan Gambar 3. Perbandingan Nilai Rata-rata Kelas per Siklus Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan selama dua siklus, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model, media dan metode pembelajaran yang menarik dapat membuat aktifitas belajar siswa tumbuh dan meningkat sehingga hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan. Lebih lanjut sesuai dengan tujuan penelitian maka media garis bilangan limbah triplek dapat meningkatkan hasil belajar 142

12 membandingkan pecahan pada siswa kelas 3 SDN Batok 01 Kec. Gemarang Kab. Madiun semester II tahun pelajaran 2013/ Saran Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika khusunya untuk tingkat SD, para guru atau pendidik dapat mempergunakan alat perga atau media belajar sebagai alat bantu dalam menyampaikan materi pelajaran, salah satunya dengan menggunaan media garis bilangan limbah triplek pada materi membandingkan pecahan kelas III Sekolah Dasar. Daftar Pustaka Dirjendikdas.(2009). Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di SD. Jakarta. Depdiknas. Mujiyani Yustina, (2012). Peningkatan Prestasi Belajar Pecahan Menggunakan Media Garis Bilangan Pecah pada Siswa Kelas III SD Tampirwetan Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang Tahun Yogyakarta. Jurnal UNY Vol. I No. 1 Tahun 2012 Sitanggang, A. (2013). Alat Peraga Matematika Sederhana Untuk Sekolah Dasar. Sumatera Utara. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. Sukayati. (2003). Pecahan. Yogyakarta. Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPG) Matematika.. Supinah, dkk (2009). Strategi Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Sleman. PPPTK Matemtika. Taufik, Agus. (2012). Pendidikan Anak di SD. Jakarta. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Untung. (2010). Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Dasar Bilangan Pecahan Menggunakan Model Pembelajaran Kontekstual Pada Siswa Kelas III SD Negeri Guci 01, Kecamatan Bumijawa,Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta. FIKIP UNS. Wardhani.dkk (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. 143

13 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PROGRAM LINEAR MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DAN GEOGEBRA SISWA KELAS XII IPA1 SMA N 1 TOMPOBULU Sulfiaty Idris SMA Negeri 1 Tompobulu, Perm.Saumata Indah Blok I no 19 Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa; sulfy_jie@yahoo.co.id Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Program Linear melalui Strategi Pembelajaran Inkuiri dan aplikasi GeoGebra Siswa Kelas XII IPA1 SMA Negeri 1 Tompobulu pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014, dengan jumlah siswa sebanyak 28 orang. Siklus I dilaksanakan selama 5 kali pertemuan dan Siklus II juga dilaksanakan selama 5 kali pertemuan termasuk pemberian akhir tes Siklus I dan tes Siklus II. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar dan lembar observasi. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1). Nilai rata-rata hasil belajar Siswa Kelas XII IPA1 SMA Negeri 1 Tompobulutes akhir siklus I adalah 59,14 dengan kategori sedang sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II adalah 73,64 dengan kategori tinggi dan (2). Hasil belajar siswa Kelas XII IPA1 SMA Negeri 1 Tompobulu pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan melalui strategi pembelajaran inkuiri dan aplikasi GeoGebra. Kata Kunci. Hasil Belajar, Program Linear, Inkuiri, GeoGebra 1. Pendahuluan Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan formal memegang peranan penting, karena matematika merupakan sarana berpikir ilmiah yang sangat mendukung untuk mengkaji IPTEK. Realisasi pentingnya pelajaran matematika diajarkan pada peserta didik, tercermin pada ditempatkannya matematika sebagai salah satu ilmu dasar untuk semua jenis dan jenjang pendidikan. Dalam pembelajaran matematika banyak guru yang mengeluhkan rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika. Hal ini terlihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam mengerjakan soal dan rendahya prestasi belajar siswa (nilai) baik dalam ulangan harian, ulangan semester, maupun UN. Padahal dalam pelaksanaan proses pembelajaran di kelas biasanya guru memberikan tugas secara kontinyu berupa latihan soal. Tetapi ternyata latihan tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah matematika. Berdasarkan pengalaman mengajar, program linear merupakan salah satu materi matematika yang sulit dipahami siswa. Ini terkait materi prasyarat yang harus dikuasai siswa untuk mempelajari program linear. Misalnya sistem persamaan dan pertidaksamaan linear. Siswa kadang berdalih mengatakan bahwa materi prasyarat belum dipahami padahal materi itu 144

14 sebenarnya telah ada di jenjang sebelumnya (SMP). Namun yang paling dominan muncul adalah kesulitan siswa dalam memahami soal cerita sehingga berakibat pada rendahnya nilai hasil tes mereka. Hal ini dibuktikan dengan hasil tes materi program linear pada siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Tompobulu tahun pelajaran 2012/2013 dengan nilai rata-rata 53. Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Strategi pembelajaran ini dimaksudkan untuk lebih memberikan kesempatan yang luas kepada siswa agar merasa ikut ambil bagian dan berperan aktif dalam proses belajar mengajar untuk mengatasi masalah atau menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Selain itu, model pembelajaran yang dapat meningkatkan motifasi belajar siswa adalah pembelajaran berbasis komputer. Karena dengan komputer, penyajian materi pelajaran dapat ditampilkan lebih menarik dengan berbagai modifikasi program yang ada. Misalnya saja tampilan power point dengan animasi yang beragam akan membawa pembelajaran lebih menyenangkan bagi siswa. Hal ini tentu saja akan meningkatkan perhatian dan konsentrasi belajar mereka. GeoGebra adalah salah satu software komputer untuk pendidikan matematika. Software ini dapat digunakan untuk belajar (visualisasi, komputasi, ekplorasi dan eksperimen) dan mengajar materi geometri, aljabar, dan kalkulus. Hal paling sederhana yang dapat dilakukan dengan GeoGebra adalah menggambar titik, ruas garis, vektor, garis, poligon, irisan kerucut, dan kurva dua dimensi. Program linear merupakan salah satu materi matematika yang dapat diselesaikan dengan pemanfaatan GeoGebra. Mulai dari persamaan linear dua variabel, pertidaksamaan linear sampai kepada penyelesaian optimalisasi dengan metode uji titik pojok atau dengan garis selidik. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dalam penelitian ini diterapkan Strategi Pembelajaran Inkuiri dan aplikasi GeoGebra dalam pembelajaran program linear untuk meningkatkan hasil belajar Siswa Kelas XII IPA1 SMA Negeri 1 Tompobulu. Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1)Bagi siswa. diharapkan dengan penggunaan Strategi Pembelajaran Inkuiri dan aplikasi GeoGebra khususnya pada materi program linear dapat memperoleh hasil yang lebih baik. 2)Bagi guru, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan atau bahan pertimbangan alternatif pembelajaran untuk mata pelajaran matematika sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa. 3)Bagi sekolah, hasil penelitian ini memberikan sumbangan yang baik kepada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran guna meningkatkanhasil belajar siswa sehingga dapat menopang pencapaian target yang diharapkan. 2. Kajian Teori 2.1. Hasil Belajar Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan alat evaluasi yang biasanya disebut tes hasil belajar sedangkan hasil belajar matematika yang dikemukakan oleh Hudoyo (1990) adalah tingkat keberhasilan atau penguasaan seorang siswa terhadap bidang studi 145

15 matematika setelah menempuh proses belajar mengajar yang terlihat pada nilai yang diperoleh dari tes hasil belajarnya. Adapun Soedijarto (Masnaini, 2003) menyatakan bahwahasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Hasil belajar dalam kerangka studi ini meliputi kawasan kognitif, afektif, dan kemampuan/kecepatan belajar seorang pelajar. Sedangkan Keller (Abdurrahman, 1999), mengemukakan hasil belajar adalah prestasi aktual yang ditampilkanoleh anak, hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha (perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugastugas belajar) yang dilakukan oleh anak. Hasil belajar siswa dapat diukur dengan menggunakan alat evaluasi yang biasanya disebut tes hasil belajar sedangkan hasil belajar matematika yang dikemukakan oleh Hudoyo (1990) adalah tingkat keberhasilan atau penguasaan seorang siswa terhadap bidang studi matematika setelah menempuh proses belajar mengajar yang terlihat pada nilai yang diperoleh dari tes hasil belajarnya. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika adalah tingkat keberhasilan dalam menguasai bidang studimatematika setelah memperoleh pengalaman atau proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu yang akan diperlihatkan melalui skor yang diperoleh dalam tes hasil belajar. Hasil belajar matematika dalam penelitian ini merupakan kecakapan nyata yang dapat diukur langsung dengan menggunakan tes hasil belajar matematika. Kecakapan tersebut menyatakan seberapa jauh atau seberapa besar tujuan pembelajaran atau instruksional yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar matematika Program Linear Pemecahan masalah dengan rumusan program linear ditemukan oleh seorang matematikawan Rusia L.V. Kantorovich pada 1939 (Khairuddin, 2012). Ketika itu Kantorovich bekerja untuk Kantor Pemerintah Uni Soviet. Ia diberi tugas untuk mengoptimalkan produksi pada industri plywood. Ia kemudian muncul dengan teknik matematis yang dikenal sebagai pemrograman linear. Seorang matematikawan Amerika George Bernard Dantzig secara independen juga mengembangkan pemecahan masalah tersebut, di mana hasil karyanya pada masalah tersebut pertama kali dipublikasikan pada tahun Ketika itu tahap-tahap yang dilakukan dalam modelisasi dan optimasi solusi suatu masalah meliputi (1) pendefinisian masalah, (2) merumuskan model, (3) memecahkan model, (4) pengujian keabsahan model dan (5) implementasi hasil akhir.program linear (linear programming) merupakan model optimasi persamaan linear yang berkenaan dengan masalah-masalah pertidaksamaan linear, Masalah program linear berarti masalah nilai optimum (maksium atau minimum) sebuah fungsi linear pada suatu sistem pertidaksamaan linear yang harus memenuhi optimasi fungsi objektif Strategi Pembelajaran Inkuiri Strategi Pembelajaran inkuiri (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berfikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran 146

16 ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan (Sanjaya, 2008). Menurut Gulo (2002) dalam Trianto (2010), menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Strategi pembelajaran ini menekankan pada proses mencari dan menemukan. Jerome S.Bruner seorang ahli psikologi (1915) dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, mengemukakan bahwa belajar dengan menggunakan metode penemuan memberikan hasil yang baik sebab anak dituntut untuk berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung, peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing untuk belajar (Sanjaya, 2010). Secara umum proses pembelajaran dengan menggunakan Strategi Pembelajaran Inkuiri (SPI) dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1) orientasi, 2) merumuskan masalah, 3) merumuskan hipotesis, 4) mengumpulkan data, 5) menguji hipotesis, dan 6) merumuskan kesimpulan GeoGebra GeoGebra = Geometri + Aljabar. Oleh pengembangnya, GeoGebra diberi sebutan Dynamic Mathematics for Schools (Sahid dalam Idris, 2013), maksudnya sebagai software untuk mengerjakan matematika secara dinamis di sekolah. Semula GeoGebra ditulis oleh Markus Hohenwarter(sejak 2001) dari Universitas Atlantik di Florida (FAU), kemudian secara bersama-sama oleh Yves Kreis (Universitas Luxembourg, sejak 2005), Loic Le Coq (Perancis, 2006), Joan Carles Naranjo, Victor Franco, Eloi Puertas (Universitas Barcelona, 2007), dan Philipp Weissenbacher (Austria, 2007). Antarmuka GeoGebra sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa termasuk bahasa Indonesia. Pengembangan software GeoGebra didukung oleh bergai pihak, baik individu maupun lembaga serta menggunakan software-software pendukung gratis lain. Dalam pembelajaran (TIM, 2013), GeoGebra dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misalnya:1)membuat dokumen terkait pembelajaran matematika, misalnya untuk penyiapan bahan ajar, modul belajar, makalah, bahan presentasi dll. Sebagai contoh GeoGebra digunakan untuk melukis bangun geometri. Gambar yang dihasilkan ini dapat disalin ke aplikasi lain semisal ke aplikasi pengolah kata (misalnya MS Word), aplikasi presentasi (misalnya MS Powerpoint), atau aplikasi lain untuk diolah lebih lanjut. 2)Membuat media pembelajaran atau alat bantu pengajaran matematika. Media ini dapat digunakan untuk menjelaskan konsep matematika atau dapat juga digunakan untuk eksplorasi, baik untuk ditayangkan di depan kelas oleh guru atau siswa bereksplorasi menggunakan komputer sendiri. 3)Membuat lembar kerja digital dan interaktif. 4)Menyelesaikan atau mem-verifikasi permasalahan matematika. Dalam hal ini dapat dimanfaatkan untuk mengecek jawaban soal. Namun, perlu diperhatikan bahwa siswa jangan diarahkan untuk mencari jawaban dengan 147

17 GeoGebra tapi lebih kepada mengecek jawaban, penekanannya adalah kepada proses yang benar. 3. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang terdiri dari beberapa tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi.subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA1 SMAN 1 Tompobulu sebanyak 28 orang, pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian tindakan kelas (PTK) dilaksanakan sebanyak dua siklus yaitu dengan siklus I sebanyak 5 kali pertemuan dan siklus II sebanyak 5 pertemuan dengan masing-masing 4 kali pertemuan pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dan aplikasi GeoGebra dan 1 kali pertemuan untuk tes di akhir siklus. Gambaran umum prosedur penelitian untuk tiap siklus adalah sebagai berikut: Tahap Perencanaan Hal-hal yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah: (1) menelaah kurikulum matematika SMA kelas XII IPA, (2) menyusun alokasi waktu penelitian dan menyiapkan bahan ajar, (3) membimbing siswa untuk menginstal GeoGebra pada laptop mereka, (4) membuat RPP, lembar observasi dan tes akhir siklus. Tahap Tindakan Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah: (1) melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang menerapkan Strategi Pembelajran Inkuiri dan aplikasi GeoGebra dengan model pembelajaran kooperatif (2) melakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran di kelas serta respon yang diberikan siswa serta menganalisis hasil belajar yang diperoleh. Tahap Observasi Pada tahap ini observasi dilakukan terhadap pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan dengan mencatat semua kejadian yang terjadi dalam pelaksanaan tindakan serta pada saat mengadakan evaluasi. Tahap Refleksi Hasil yang diperoleh dari tahap obervasi dan evaluasi kemudian dianalisis pada tahap ini, untuk melihat apakah kegiatan yang dilakukan telah dapat meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dan aplikasi GeoGebra. Pada tahap ini dilihat sampai dimana faktor-faktor yang diselidiki telah dicapai. Hal-hal yang dipandang masih kurang akan ditindak lanjuti pada siklus II dengan menggunakan keempat tahap seperti pada siklus I dan memberikan model tindakan yang lebih memperbaiki dengan tetap mempertahankan apa yang sudah baik. Jenis data yang didapatkan adalah data kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes hasil belajar dan data kualitatif yang diperoleh dari hasil observasi tentang kondisi pelaksanaan pembelajaran. 148

18 Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Data mengenai hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan analisis deskriptif yang terdiri atas rataan (mean), rentang, median, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum yang diperoleh.adapun teknik analisis data kualitatif adalah dengan menggunakan hasil observasi. Kriteria yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah teknik kategorisasi standar yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Nuramar, 2006) sebagai berikut: Tabel.1.Kriteria Analisis Kuantitatif Skor Kategori 0 34 Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada siklus I hasil belajar siswa diukur dari hasil tes hasil belajar program linear yang diberikan di akhir siklus. Hasil analisis deskriptif skor siswa yang diperoleh setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri dan aplikasi geogebra adalah sebagai berikut: Tabel 2. Statistik Skor Tes Hasil Belajar Program LinearSiklus I Statistik Nilai Subjek 28 Skor Ideal 100 Skor Tertinggi 97 Skor Terendah 26 Rentang Skor 71 Skor Rata-rata 59,14 Median 58,50 Standar Deviasi 24,31 Jika skor hasil belajar matematika siswa dikelompokkan ke dalam skala lima, maka distribusi skor siswa seperti adalah sebagai berikut: Tabel 3.Distribusi Frekuensi Kriteria Tes Hasil Belajar Program Linear Siswa Siklus I. No. Skor Kategori Frekuensi Persentase (%) Sangat Rendah 7 25, Rendah 6 21, Sedang 2 7,14 149

19 Tinggi 8 28, Sangat Tinggi 5 17,86 Jumlah Dari catatan hasil observasi selama siklus I diperoleh bahwa: a. Umumnya siswa belum mampu mengkonstruksi sendiri ide-ide atau pengetahuan yang dimiliki untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari masalah yang diberikan. b. Meskipun pada awalnya guru telah memberikan arahan cara-cara menyelesaikan LKS dan menjelaskan intisari materi yang ingin dipelajari, namun siswa tetap bingung menyelesaikan pertanyaan dari LKS yang diberikan. c. Hampir semua kelompok selalu bertanya dan meminta bimbingan yang penuh dalam mengaplikasikan Geogebra dan menyelesaikan LKS, sehingga untuk membimbing semua kelompok memerlukan waktu yang banyak, sementara waktu yang tersedia terbatas. d. Pada saat berlangsungnya belajar kelompok terdapat beberapa siswa dari kelompok tertentu yang hanya berbincang-bincang di luar masalah diskusi, ada pula yang melakukan pekerjaan lain di laptop mereka semisal main game, facebookan dan melihatlihat foto.yang paling antusias menyelesaikan tugas dalam setiap kelompok rata-rata hanya 2-3 siswa. Mereka adalah siswa-siswi yang memang kemampuan awalnya tergolong tinggi, yang lain hanya berpartisipasi saja, tetapi masih ada juga siswa yang pura-pura ikut aktif apabila diawasi oleh peneliti atau observer. e. Dalam hal merangkum atau menyimpulkan materi, siswa masih takut mengeluarkan pendapat serta cara penyampaian dan isi rangkuman belum terlalu tepat. Sedangkan hasil analisis deskriptif tes hasil belajar program linear setelah dilaksanakan pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri dan aplikasi GeoGebra pada siklus II adalah sebagai berikut: Tabel 4. Statistik Skor Tes Hasil Belajar Program Linear Siswa Siklus II Statistik Nilai Statistik Subjek 28 Skor Ideal 100 Skor Tertinggi 100 Skor Terendah 35 Rentang Skor 65 Skor Rata-rata 73,64 Median 69,00 Standar Deviasi 18,24 Apabila skor tes hasil belajar matematika siswa pada Siklus II dikelompokkan ke dalam skala lima maka distribusi skor hasil belajar matematika siswa dapat dilihat pada Tabel berikut: 150

20 Tabel 5. Distribusi Frekuensi Kriteria Tes Hasil Belajar Program Linear Siswa Siklus II No. Skor Kategori Frekuensi Persentase Sangat Rendah 0 0, Rendah 14 14, Sedang 2 7, Tinggi 12 42, Sangat Tinggi 10 35,71 Jumlah Dalam siklus II ini, lembar observasi yang digunakan sama dengan di siklus I menyangkut aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Beberapa perubahan tidakan yang dilakukan adalah upaya perbaikan berdasarkan refleksi dari siklus I diantaranya: (1) dilakukan pergantian anggota kelompok tanpa mengubah struktur kelompok, (2) lebih memperketat pengawasan pada siswa yang melakukan perbuatan kurang positif, (3) lebih memotivasi dan memberikan penghargaan kepada siswa yang aktif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan observer selama siklus II, tercatat bahwa: a. Perhatian siswa mendengarkan arahan guru menjelaskan langkah kerja dalam melakukan kegiatan penemuan juga semakin meningkat. b. Siswa sudah mulai aktif dalam mengaplikasikan Geogebra dan mengerjakan LKS secara berkelompok, kekompakan siswa dalam bekerja secara kelompok sudah mulai terlihat. c. Sebagian siswa sudah mampu mencari sendiri jawaban dari pertanyaan yang diberikan, ini terlihat dari kurangnya siswa yang memerlukan bimbingan dalam menyelesaikan LKS. d. Kemampuan siswa dalam merangkum materi pelajaran sudah mengalami kemajuan. Tercatat disetiap pertemuan dalam siklus II, sudah ada beberapa siswa yang bisa merangkum materi, meskipun hasil kesimpulannya belum terlalu sempurna. Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar program linear siswa kelas XII IPA1 SMANegeri 1 Tompobulu yang diajar dengan Strategi Pembelajaran Inkuiri dan aplikasi GeoGebra mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini terlihat disebabkan karena dengan pendekatan inkuiri dan aplikasi GeoGebra yang dipadu dengan model pembelajaran kooperatif, siswa mengembangkan kemampuan berfikir kreatifnya dalam memecahkan berbagai masalah yang ada dalam pemikirannya. Sehingga siswa dapat membangun kemampuan diri mencari dan menemukan sendiri jawaban dari masalah yang diberikan. Siswa juga lebih termotivasi dengan GeoGebra karena selain tampilannya yang menarik, GeoGebra juga membantu siswa untuk menemukan jawaban dari masalah yang diberikan. Siswa merasa senang karena dalam belajar program linear mereka juga dapat menambah pengetahuan mereka tentang IT. Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi dari siklus I sampai II ternyata strategi pembelajaran inkuiri dan aplikasi GeoGebra yang diterapkan pada pokok bahasan program linear menjadikan siswa memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan dan keaktifan siswa dapat ditumbuhkembangkan. Dengan menggunakan strategi pembelajaran inkuiri dan aplikasi GeoGebra pada proses belajar mengajar maka siswa lebih termotivasi karena materi 151

21 yang disajikan tidak langsung disampaikan oleh guru dan mereka merasa tertarik dengan hasil tampilan GeoGebra. Siswa yang mengkonstruksi sendiri materi yang akan dipelajari. Guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan membimbing siswa seperlunya, sehingga pembelajaran lebih menyenangkan dan lebih bermakna. Pada pendekatan ini pula siswa dituntut lebih aktif dimana pengetahuan yang mereka peroleh merupakan hasil dari mereka sendiri dengan bimbingan dari guru dan bantuan GeoGebra sehingga pengetahuan tersebut akan membekas lebih lama dipikiran mereka. Tetapi tidak semua topik atau pokok bahasan bisa disajikan dengan menggunakan strategi inkuiri dan juga dalam menyajikan materi dengan strategi ini membutuhkan waktu yang agak lama. Siswa merasa tertarik dengan masalah yang harus diselesaikan dalam evaluasi sehingga mereka termotivasi untuk belajar. Selain itu, materi yang didapatkan menjadi pengetahuan yang melekat dalam jangka waktu yang tidak singkat karena di diperoleh dari hasil penemuan siswa sendiri dengan sedikit bimbingan dari guru.dengan demikian hipotesis tindakan dan indikator kinerja dapat dicapai sehingga tidak perlu dilakukan pelaksanaan siklus selanjutnya. 5. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan data-data hasil penelitian tindakan kelas yang berlangsung selama dua siklus maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: a. Nilai rata-rata hasil belajar Siswa Kelas XII IPA1 SMA Negeri 1 Tompobulu tes akhir siklus I adalah 59,14 dengan kategori sedang sedangkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus II adalah 73,64 dengan kategori tinggi b. Hasil belajar siswa Kelas XII IPA1 SMA Negeri 1 Tompobulu pada siklus I ke siklus II mengalami peningkatan melalui strategi pembelajaran inkuiri dan aplikasi GeoGebra. Dari hasil penelitian ini disarankan: a. Dalam kegiatan pembelajaran dengan strategi pembelajaran inkuiri, peneliti harus lebih memotivasi siswa dan siswa dituntut untuk aktif sehingga terjalin komunikasi yang baik antar siswa, maupun guru dengan siswa. b. Mengaplikasikan GeoGebra dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan motivasi belajar siswa c. Sebagai tindak lanjut penerapan, pada saat proses belajar mengajar berlangsung, diharapkan guru lebih kreatif menyajikan permasalahan yang bervariasi agar siswa lebih termotivasi, lebih aktif dan lebih terlatih untuk menemukan penyelesaian. Daftar Pustaka Abdurrahman, M Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:Penerbit Rineka Cipta. Hudojo, Herman Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang:IKIP Malang. Khairuddin, 22 Oktober 2013 Masnaini Meningkatkan Hasil Belajar Matematika melalui Pemberian Kuis Dengan Mencongak di Awal Setiap Pertemuan Pada Siswa Kelas V SDN 353 Patalabunga. Skripsi. Makassar:Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar. 152

22 Nuramar Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII 4 SMP Negeri 3 Makassar Melalui Pembelajatan Koperatif dengan Mengintensifkan Scaffolding. Skripsi. Makassar:Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Makassar. Sahid, Aktivitas Belajar Persamaan Lingkaran dan Garis Singgungnya dengan Software GeoGebra, diakses 20 Oktober Sanjaya, Wina Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Prenada Media Grup. TIM PPPPTK Matematika Matematika. Pengenalan Aplikasi GeoGebra, Diklat Online-PPPPTK Trianto Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:Kencana. 153

23 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN REPRESENTASI DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA Suprapto, M.Pd. SMPN 3 Pringsewu, Kab.Pringsewu Lampung, s2suprapto@gmail.com Abstrak. Penelitian dilatarbelakangi pada kenyataan bahwa sebagian besar siswa merasa kesulitan menyelesaikan soal pemecahan masalah. Sementara itu, kemampuan representasi matematis mempunyai peranan penting dalam pemecahan masalah matematis. Siswa yang memiliki kemampuan representasi baik akan dapat memecahkan masalah matematis dengan baik pula. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain pretest posttest control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini melibatkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Instrumen yang dipergunakan adalah soal kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis yang berbentuk uraian. Hasil analisis terhadap data skor pretest ditemukan bahwa sebelum diberi perlakuan kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama, dan hasil analisis terhadap data skor posttest ditemukan bahwa kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Sebagai kesimpulan, penelitian ini membuktikan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa. Kata Kunci. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, Representasi Matematis, Pemecahan Masalah Matematis. 1. Pendahuluan Matematika termasuk mata pelajaran yang wajib dipelajari pada jenjang pendidikan dasar maupun menengah. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi mata pelajaran matematika SMP/MTs menyebutkan tujuan diberikannya mata pelajaran matematika pada jenjang SMP/MTs antara lain agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh serta dapat mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Namun kenyataannya sebagian besar siswa merasa kesulitan menyelesaikan soal pemecahan masalah yang disebabkan rendahnya kemampuan representasi matematis siswa. Populasi dalam penelitian ini memiliki karakteristik terbiasa belajar secara individu, sebagian siswa bersikap tertutup terhadap teman dan bergaul hanya kepada orang tertentu 154

24 saja. Para siswa umumnya enggan untuk bertanya atau bekerja sama dalam menyelesaikan tugas-tugas matematis yang diberikan guru, sehingga siswa yang memiliki kemampuan yang rendah akan semakin tertinggal prestasi belajarnya. Bila kondisi seperti ini dibiarkan, maka akan berdampak kurang baik terhadap prestasi belajar matematika, khususnya pada aspek kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) menganalisis kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, 2) menganalisis kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. 2. Kerangka Dasar Teori 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Teori belajar telah banyak dikemukakan oleh para ahli pendidikan, salah satunya adalah teori belajar kostruktivisme. Dalam pandangan konstruktivisme, pengetahuan seseorang dibangun (dikonstruksi) dari hasil pengalaman belajarnya. Para konstruktivis menekankan pentingnya interaksi dengan teman sebaya melalui pembentukan kelompok belajar. Slavin (1995) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain. Pembelajaran kooperatif juga dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Dengan alasan tersebut, penggunaan model pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan kualitas pembelajaran karena siswa dapat berpartisipasi aktif dalam satu kelompok kecil dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Johnson & Johnson (Khan & Inamullah,2011) yang mengemukakan, Cooperative learning is a method used by educators can help students develop necessary social skills. Healthy interaction skills, success of the individual student and group members, and formation of personal and professional relationships are the results of cooperative learning. STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan model pembelajaran kooperatif yang berlandaskan pada pendekatan konstruktivisme dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 hingga 6 orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dalam STAD guru menyampaikan pokok materi pelajaran dan setiap siswa dalam kelompok harus memastikan bahwa semua anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa mengikuti kuis yang bersifat individu dan pada saat kuis mereka tidak diperkenankan saling membantu. Selanjutnya, nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata mereka sendiri yang diperoleh sebelumnya. Berdasarkan nilai-nilai tersebut, siswa diberi penghargaan atau reward menurut peningkatan nilai yang mereka capai. Nilai-nilai yang 155

25 diperoleh anggota kelompok kemudian dijumlahkan untuk mendapat nilai kelompok. Kelompok yang mencapai kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau reward lainnya. 2.2 Kemampuan Representasi Matematis Kemampuan representasi matematis adalah kemampuan seseorang untuk melakukan translasi suatu masalah atau ide matematis dalam bentuk baru berupa diagram, gambar, tabel dan ekspresi matematis termasuk didalamnya dari gambar atau model fisik ke dalam bentuk simbol, kata-kata atau kalimat. Kemampuan representasi mempunyai peranan yang amat penting dalam pembelajaran matematika sehingga perlu dimiliki oleh setiap siswa. Arti penting kemampuan representasi matematis dinyatakan dalam NCTM (National Council of Teacher of Mathematics) bahwa representasi merupakan salah satu dari lima kemampuan berpikir matematis yang harus dimiliki siswa. Kelima kemampuan tersebut adalah problem solving, reasoning, communication, connection, dan representation. Siswa yang memiliki kemampuan representasi yang baik akan dapat menyelesaikan masalah matematis dengan baik pula. Kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis ini akan berimplikasi terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Nakahara (2008) mengklasifikasikan representasi ke dalam lima kategori, yaitu : (1) symbolic representation, yaitu representasi yang menggunakan notasi matematika seperti angka, huruf, dan simbol; (2) linguistic representation, yaitu representasi yang menggunakan bahasa sehari-hari; (3) illustrative representation, yaitu representasi yang menggunakan ilustrasi, angka, grafik, dan sebagainya; (4) manipulative representation, yaitu representasi yang menggunakan alat peraga yang dibuat secara artifisial atau model; (5) realistic representation, yaitu representasi yang menggunakan benda-benda aktual. 2.3 Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan untuk melakukan suatu tindakan dalam menyelesaikan suatu masalah matematis, yang menuntut untuk diselesaikan tetapi belum diketahui dengan segera prosedur ataupun cara penyelesaiannya. Reys, Suydams, Lindquist dan Smith (Afgani,2011) menyatakan bahwa masalah (problem) adalah suatu keadaan di mana seseorang menginginkan sesuatu, akan tetapi tidak mengetahui dengan segera apa yang harus dikerjakan untuk mendapatkannya. Kusumah (2011) menyatakan matematika benar-benar penting dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari karena terdapat masalah nyata yang dapat disederhanakan dan diselesaikan dengan menggunakan ide dan konsep matematis. Oleh karena itu, seorang guru matematika perlu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa secara optimal, karena para siswa akan menghadapi berbagai permasalahan sehari-hari yang kompleks dan rumit. Baroody (Afgani,2011) membedakan tiga jenis masalah, yakni exercises, problems, dan enigmas. Exercises adalah equates a problems with an assigment, maksudnya adalah, guru biasanya memberikan sesuatu prosedur atau rumus/formula, kemudian memberikan latihan, 156

26 tugas problem perhitungan. Dengan demikian, anak telah siap dengan strategi untuk memperoleh penyelesaiannya karena cara menentukan jawaban dari masalah yang diberikan telah diketahuinya. Problems dapat didefinisikan sebagai suatu situasi puzzling, dimana seseorang tertarik untuk mengetahui penyelesaiannya, akan tetapi strategi penyelesaiannya belum diketahui. Lebih jelasnya suatu problems memuat (1) keinginan untuk mengetahui; (2) tidak adanya cara yang jelas untuk mendapatkan penyelesaiannya; dan (3) memerlukan suatu usaha dalam menyelesaikannya. Enigmas adalah suatu tugas yang diterima oleh seseorang sebagai suatu masalah yang tidak terselesaikan (unsolvable) karena orang yang mendapatkan masalah tersebut tidak tertarik untuk mendapatkan jawabannya. Reys, Suydams, Lindquist dan Smith (Afgani,2011) menyebutkan bahwa masalah dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu masalah rutin dan masalah tidak rutin. Masalah rutin adalah masalah yang telah diketahui prosedur penyelesaiannya, siswa tinggal mengikuti langkah-langkah penyelesaian yang telah diajarkan gurunya. Sedangkan masalah tidak rutin adalah masalah yang memuat banyak konsep serta belum dapat diketahui prosedur penyelesaiannya. Sementara itu Polya (Muzdalipah,2009) menyatakan bahwa terdapat empat langkah dalam pemecahan masalah, yaitu memahami masalah, membuat rencana penyelesaian, melakukan perhitungan, mengecek kembali jawaban yang diperoleh. 3. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain pretest - posttest control group design. Dalam penelitian kuasi eksperimen subyek penelitian tidak dikelompokkan secara acak akan tetapi subyek diterima apa adanya. Hal ini karena kelas sudah terbentuk sebelumnya. Rancangan eksperimen dalam penelitian ini disajikan pada tabel berikut : Tabel 1. Rancangan Eksperimen Kelompok Pretest Treatment Posttest Eksperimen T 1 X 1 T 2 Keterangan : T 1 : Pretest T 2 : Posttest Kontrol T 1 X 2 T 2 (dalam Sudjana dan Ibrahim,2009) X 1 : Perlakuan pembelajaran STAD X 2 : Perlakuan pembelajaran konvensional Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas IX SMP Negeri 3 Pringsewu Tahun Pelajaran 2013/2014. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen diberikan pembelajaran kooperatif tipe STAD, sedangkan pada kelompok kontrol diberikan pembelajaran konvensional. Instrumen dalam penelitian ini adalah soal tes kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis. 157

27 4. Hasil Penelitian Pada kedua kelompok diberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum diberi perlakuan. Kemampuan awal siswa tercermin dari hasil pretest kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis. Rata-rata skor pretest kemampuan representasi matematis siswa pada kelompok eksperimen adalah 8,086 sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh rata-rata 8,063. Hasil pretest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelompok eksperimen diperoleh rata-rata 9,143 sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh rata-rata 8,000. Setelah diberikan perlakuan, rata-rata skor posttest kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD adalah 13,343 dan rata-rata skor posttest kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional adalah 12,630. Rata-rata skor posttest kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD lebih tinggi daripada rata-rata skor posttest kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diberi perlakuan dengan pembelajaran STAD diperoleh rata-rata 12,743 sedangkan rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diberi perlakuan pembelajaran konvensional adalah 11,719. Rata-rata skor posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diberi perlakuan dengan pembelajaran STAD lebih tinggi daripada siswa yang diberi perlakuan pembelajaran konvensional. 4.1 Uji Normalitas Uji normalitas menggunakan software SPSS 17 dengan Uji Kolmogorov-Smirnov pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan kaidah pengambilan keputusan bila nilai p-value (sig) < α maka tolak H 0. H 0 : Data berdistribusi normal H 1 : Data berdistribusi tidak normal Hasil uji normalitas skor kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa sebelum diberi perlakuan sebagai berikut : Kemampuan Representasi Pemecahan Masalah Tabel 2. Hasil Uji Normalitas Skor Pretest Kolmogorov- Kelompok Smirnov Kesimpulan Keterangan statistic sig. Eksperimen 0,125 0,184 H 0 diterima Normal Kontrol 0,150 0,065 H 0 diterima Normal Eksperimen 0,133 0,123 H 0 diterima Normal Kontrol 0,143 0,096 H 0 diterima Normal Pada Tabel 2 nampak bahwa pada kolom Kolmogorov-Smirnov nilai sig. kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa pada kedua kelompok lebih besar dari α = 0,05 dengan demikian H 0 diterima, sehingga penyebaran data skor kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa sebelum diberi perlakuan berdistribusi 158

28 normal. Adapun hasil uji normalitas skor kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa setelah diberi perlakuan adalah sebagai berikut Kemampuan Representasi Pemecahan Masalah Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Skor Posttest. Kolmogorov- Pembelajaran Smirnov Kesimpulan Keterangan statistic sig. STAD 0,137 0,093 H 0 diterima Normal Konvensional 0,152 0,059 H 0 diterima Normal STAD 0,217 0,000 H 0 ditolak Tidak Normal Konvensional 0,332 0,000 H 0 ditolak Tidak Normal Pada Tabel 3 nampak bahwa pada kolom Kolmogorov-Smirnov nilai sig. untuk kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional lebih besar dari α = 0,05 dengan demikian H 0 diterima, sehingga penyebaran data skor posttest kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD maupun konvensional berdistribusi normal. Selanjutnya, nilai sig. kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional lebih kecil dari α = 0,05 sehingga H 0 ditolak. Jadi penyebaran data skor posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD maupun konvensional berdistribusi tidak normal. 4.2 Uji Homogenitas Uji homogenitas menggunakan software SPSS 17 dengan Uji Homogeneity of Variance (Uji Levene) pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan kaidah pengambilan keputusan bila nilai p- value (sig) < α maka tolak H 0. H 0 : = H 1 : Hasil uji homogenitas terhadap data skor kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa sebelum diberi perlakuan disajikan pada tabel berikut : Tabel 4. Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Pretest Homogeneity of Variance Kemampuan Levene Kesimpulan Keterangan df1 df2 sig. Statistic Representasi 0, ,758 H 0 diterima Homogen Pemecahan Masalah 0, ,781 H 0 diterima Homogen Pada Tabel 4 nampak bahwa pada kolom Homogeneity of Variance, nilai sig. kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis lebih besar dari α = 0,05 maka H 0 diterima, yang berarti bahwa variansi skor pretest kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen. 159

29 Adapun hasil uji homogenitas terhadap data skor kemampuan representasi matematis siswa setelah diberi perlakuan disajikan pada tabel berikut : Kemampuan Representasi Matematis Tabel 5. Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Posttest Kemampuan Representasi Matematis Homogeneity of Variance Levene Statistic df1 df2 sig. Kesimpulan Keterangan 0, ,644 H 0 diterima Homogen Pada Tabel 5 nampak bahwa pada kolom Homogeneity of Variance, nilai sig. lebih besar dari α = 0,05 maka H 0 diterima, yang berarti bahwa variansi skor posttest kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD dan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional homogen, sedangkan data skor posttest kemampuan pemecahan masalah matematis tidak perlu dilakukan uji homogenitas, karena data skor posttest kemampuan pemecahan masalah matematis berdistribusi tidak normal. 4.3 Uji Kesamaan Rata-rata Data skor kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa sebelum diberi perlakuan berdistribusi normal dan homogen, maka untuk mengetahui sama atau tidaknya rata-rata kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa sebelum diberikan perlakuan dilakukan uji kesamaan rata-rata dengan uji t. Pengujian hipotesis menggunakan software SPSS 17 dengan uji t (compare means independent samples t test) pada taraf signifikansi α = 0,05 dengan kaidah pengambilan keputusan bila nilai p-value (sig) < α maka tolak H 0. H 0 : = H 1 : > Hasil uji t terhadap skor kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa sebelum diberi perlakuan disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 6. Hasil Uji Kesamaan Rata-Rata Skor Pretest Kemampuan T Df sig. Kesimpulan Keterangan Representasi Matematis Pemecahan Masalah Matematis Tidak ada 0, ,974 Terima H 0 perbedaan Tidak ada 1, ,088 Terima H 0 perbedaan Dari hasil uji t diperoleh nilai sig. kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis lebih besar dari α = 0,05 sehingga H 0 diterima. Hal ini berarti sebelum dilakukan eksperimen kedua kelompok memiliki kemampuan awal yang sama pada aspek kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis. Berdasarkan hasil uji normalitas dan uji homogenitas terhadap skor kemampuan representasi matematis siswa setelah diberi perlakuan ditemukan bahwa data skor posttest kemampuan 160

30 representasi matematis berdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, untuk mengetahui sama atau tidaknya kemampuan representasi matematis, maka dilakukan uji kesamaan rata-rata dengan uji t. Hasil uji t terhadap skor posttest kemampuan representasi matematis disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 7. Hasil Uji Kesamaan Rata-rata Skor Posttest Kemampuan Representasi Matematis Kemampuan T Df sig. Kesimpulan Keterangan Reperesentasi Matematis 2, ,037 Tolak H 0 Ada Perbedaan Pada Tabel 7 nampak bahwa nilai sig. lebih kecil dari α = 0,05 maka H 0 ditolak. Hal ini berarti kemampuan representasi matematis siswa yang diberikan perlakuan dengan pembelajaran STAD lebih baik daripada kemampuan representasi matematis siswa yang diberi perlakuan dengan pembelajaran konvensional. 4.4 Uji Mann-Whitney Berdasarkan hasil uji normalitas terhadap skor posttest kemampuan pemecahan masalah diperoleh kesimpulan bahwa skor kemampuan pemecahan masalah matematis berdistribusi tidak normal, sehingga untuk mengetahui sama atau tidaknya kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diberikan pembelajaran STAD dengan siswa yang diberikan pembelajaran konvensional dilakukan dengan uji non parametrik menggunakan Uji Mann- Whitney 2 Independent Sampel pada taraf signifikansi α = 0,05. Adapun kaidah pengambilan keputusan adalah sebagai berikut bila nilai p-value (sig).< α maka tolak H 0. Hasil analisis uji mann-whitney terhadap skor posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, disajikan pada tabel berikut ini : Tabel 8. Hasil Uji Mann-Whitney Skor Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Pemecahan Masalah Matematis Mann-Whitney U 399,500 Wilcoxon W 927,500 Z -2,101 Asymp.sig 0,036 Dari hasil uji mann-whitney diperoleh nilai sig. lebih kecil dari α = 0,05 maka H 0 ditolak. Hal ini berarti kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD lebih baik dari kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional 5. Pembahasan Sebelum diberikan perlakuan, kedua kelompok diberikan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada aspek kemampuan representasi dan pemecahan masalah 161

31 matematis. Setelah perlakuan, kedua kelompok diberikan posttest untuk mengetahui peningkatan kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis. Hasil uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data skor kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa sebelum diberi perlakuan diperoleh hasil bahwa populasi berdistribusi normal dan homogen. Selanjutmya, dari hasil uji t pada taraf signifikansi α = 0,05 terhadap skor kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa sebelum diberi perlakuan diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal representasi dan pemecahan masalah matematis siswa, atau dengan kata lain, sebelum diberi perlakuan, kedua kelompok memiliki kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis yang setara. Setelah diberikan perlakuan, rata-rata skor kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD lebih tinggi daripada rata-rata skor kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diberi perlakuan dengan pembelajaran STAD diperoleh rata-rata 12,743 sedangkan rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diberi perlakuan pembelajaran konvensional adalah 11,719. Rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang diberi perlakuan dengan pembelajaran STAD lebih tinggi daripada siswa yang diberi perlakuan pembelajaran konvensional ,343 12, Eksperimen 5 Kontrol 0 Pre Test Post Test Gambar 1. Rata-rata skor pretest dan posttest kemampuan representasi matematis Pada Gambar 1 nampak bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal siswa pada aspek kemampuan representasi matematis sebelum diberi perlakuan. Setelah siswa diberikan perlakuan, terjadi peningkatan kemampuan representasi matematis baik pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Peningkatan kemampuan representasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD lebih tinggi daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD ternyata dapat meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa. 162

32 ,743 11,719 Eksperimen Kontrol 0 Pre Test Post Test Gambar 2. Rata-rata skor pretest dan posttest kemampuan pemecahan masalah matematis Pada Gambar 2 nampak bahwa sebelum diberi perlakuan rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematis siswa pada kelompok kontrol. Namun demikian, dari hasil uji kesamaan rata-rata dengan uji t dengan taraf signifikansi α = 0,05 diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Setelah siswa diberikan perlakuan, terjadi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol. Hal ini tercermin dari rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematis yang meningkat pada kedua kelompok. Rata-rata skor posttest kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran STAD lebih tinggi daripada rata-rata skor siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. 6. Kesimpulan dan Saran Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Sebagai kesimpulan, penelitian ini membuktikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan representasi dan pemecahan masalah matematis siswa. Saran yang dapat dikemukakan adalah perlu adanya penelitian lanjutan untuk mengkaji korelasi kemampuan representasi matematis terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis. 163

33 Daftar Pustaka Afgani, J Analisis Kurikulum Matematika. Jakarta : Universitas Terbuka. Khan, G. N. & Inamullah, M. H Effect of Student s Team Achievement Division (STAD) on Academic Achievement of Students. Diambil 28 Desember 2012, dari situs Kusumah, Y. S Literasi Matematis. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pendidikan MIPA tanggal 26 November Bandar Lampung : FKIP - Universitas Lampung Muzdalipah, I Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui Pendekatan Problem Posing. Jurnal Matematika volume 1, nomor 1, Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Nakahara, T Cultivating Mathematical Thinking through Representation. Diambil 1 Desember 2012, dari situs Nakahara_Japan.pdf. NCTM Principles and Standarts for School Mathematics.Reaston,VA: NCTM. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Slavin, R. E Cooperative Learning,Theory,Research,and Practice (2th). Boston : Allyn and Bacon. 164

34 CASYOPEE DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA Nelly Yuliana SMAN 1 Koba, Bangka Tengah; nee_ana@yahoo.com Abstrak. Artikel ini merupakan kajian pustaka mengenai software matematika yaitu Casyopee. Casyopee adalah singkatan dari Cacul Symbolique des Possibillites a l Eseignant et aux Eleves (peluang penawaran komputasi simbolik untuk guru dan siswa). Casyopee bagian dari CAS (Computer Algebra System) yang lahir dari inisiatif guru dan peneliti pendidikan lebih dari 10 tahun yang lalu yang tergabung ke dalam wadah yang bernama Remath Eropa. Casyopee diperuntukkan penggunaannya pada jenjang SMP ke atas ini merujuk kepada fitur-fitur yang disediakan. Casyopee dapat bekerja lebih baik pada materi fungsi mengingat fitur khas Casyopee yang dapat membuat parameter secara interaktif. Dengan penggunaan Casyopee dalam jangka waktu yang lama dan terusmenerus telah berhasil meningkatkan kemampuan matematis siswa khususnya di negara asal software Casyopee yaitu Perancis. Kata Kunci. Casyopee, CAS, kemampuan matematis 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information and Communication Technologies (ICT) secara bahasa diartikan seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. Dari kata Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sendiri dapat dipahami bahwa TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Aspek teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi tidak dapat dipisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemprosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media. Pengertian TIK tersebut juga menimbulkan pengertian bahwa TIK juga berhubungan dengan pemrosesan, manipulasi, dan pemindahan informasi termasuk ke dalam media TIK. Media TIK meliputi diantaranya adalah telepon, handphone, komputer, internet, radio, televise, dan lain-lain. Ditinjau dari media bagian TIK tersebut maka segala segi kehidupan manusia tidak akan luput dari penggunaan TIK itu sendiri. Penggunaan media TIK juga berimplikasi kepada berkembangannya model dan media pembelajaran. Pembelajaran yang biasanya guru dan siswa yang selalu berada di satu tempat maka dengan adanya penggunaan TIK dapat dilakukan dengan menggunakan media yang sudah dirancang dengan baik. Contohnya, adanya distance learning, yang merupakan pembelajaran jarak jauh dimana guru dan siswa tidak berada disatu lokasi yang sama dan proses pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan media TIK. Dan dewasa ini semakin 165

35 banyak diterapkannya model dan media pembelajaran yang memanfaatkan TIK diantaranya seperti e-learning, mobile learning, video pembelajaran online, online learning, televisi edukasi serta program atau software khusus yang dirancang untuk mata pelajaran tertentu. Khusus pada pembelajaran matematika yang merupakan pelajaran wajib dilalui oleh semua siswa pada tiap jenjangnya telah dikembangkan software yang dirancang untuk mempermudah proses pengajaran matematika yang sulit dilakukan secara manual atau konvensional. Software-sofware yang ada dan berkembang saat ini sebagian besar sudah banyak digunakan khususnya di Indonesia, seperti Maple, Macromedia Flash, Cabri, Corel, GSP, Geogebra, Autograph dan lain sebagainya. Khusus dalam makalah ini penulis akan mengkaji salah satu software matematika yang bernama Casyopee. Sengaja dipilih software ini karena selama ini belum ada atau bisa jadi Casyopee belum banyak digunakan di Indonesia. Ini terlihat dari jurnal-jurnal referensi yang dapat dijadikan rujukan penulisan belum ada yang berasal dari Indonesia. Semuanya berasal dari negara dikembangkannya software Casyopee itu sendiri yaitu Perancis. Untuk itu penulis tertarik untuk mengkaji lebih jauh tentang apa dan bagaimana software ini digunakan dalam pelajaran matematika, sekaligus memperkenalkan software ini kepada rekan-rekan guru serta akademisi matematika lainnya Rumusan Masalah Secara umum masalah dalam makalah yang ingin dikaji adalah, bagaimana penggunaan Casyopee dalam pembelajaran matematika?. Masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut: 1) Apakah yang dimaksud dengan Casyopee? 2) Bagaimana menggunakan Casyopee dalam pembelajaran matematika? 3) Apa saja kelebihan dan kekurangan penggunaan Casyopee dalam pembelajaran matematika? 1.3. Tujuan Penulisan Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui penggunaan Software Casyopee dalam pembelajaran matematika, dengan rincian sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Casyopee. 2) Untuk mengetahui bagaimana menggunakan Casyopee dalam pembelajaran matematika. 3) Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan penggunaan Casyopee dalam pembelajaran matematika. 2. Pembahasan 2.1. Software Casyopee Casyopee adalah singkatan dari Cacul Symbolique des Possibillites a l Eseignant et aux Eleves (peluang penawaran komputasi simbolik untuk guru dan siswa). Casyopee bagian dari CAS (Computer Algebra System) yang lahir dari inisiatif guru dan peneliti pendidikan lebih dari 10 tahun yang lalu yang tergabung ke dalam wadah yang bernama Remath Eropa (software lain dari Remath adalah Anulset, Aplusix, Machine Lab, Cruislet, dan Mopix). Proyek penggunaan casyopee ini telah sukses dilakukan di Perancis. 166

36 Casyopée cukup mudah diakses siswa, software ini dapat didownload secara gratis melalui situs Setelah didownload dan terinstal pada PC/notebook software ini dapat dipelajari siswa sendiri ataupun dengan bantuan guru. Casyopée memiliki dua jendela utama, yaitu jendela simbolis dan jendela geometris. Gambar 1. Tampilan Jendela Casyopee Gambar 2. Penggunaan Jendela Geometris dan Jendela Simbolis/Aljabar Fitur Casyopée kompatibel untuk Windows XP, Vista, Seven, Macintosh dan sistem operasi lainnya. Jendela aljabar dan simbolis memberikan fasilitas yang berbeda namun saling berkaitan satu sama lain. Fasilitas yang tersedia dalam jendela aljabar:1) perhitungan fungsi, misalnya: faktorisasi; 2) representasi grafik fungsi; 3) penggunaan parameter fungsi; 4) perhitungan numerik atau simbolik perhitungan dengan fungsi; 4) sebagai bantuan untuk membuktikan membuktikan sifat dari suatu fungsi; 5) membantu untuk menulis laporan penelitian dalam bentuk file html, formula matematika (yang dibuat oleh Casyopée atau dengan Latex), grafik dan angka geometris. Fasilitas di jendela geometri dinamis: 1) geometris konstruksi dari objek (titik, segmen, garis, lingkaran); 2) penciptaan perhitungan geometris dari formula simbolik yang prosedural; 3) eksplorasi numerik; 4) penciptaan fungsi geometris menggunakan perhitungan; 5) pemodelan fungsi-fungsi geometris menjadi fungsi aljabar di tab aljabar. Casyopee lebih menekankan penggunaannya kepada siswa SMP ke atas mengingat fitur-fitur 167

37 khas dalam software ini sesuai dengan materi matematika di jenjang pendidikan menengah. Penggunaan software Casyopee dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi matematika dengan cara penggunaan software dilakukan dalam waktu yang cukup lama dan terus menerus (Lagrange: 2010). Peran guru disini sebagai fasilitator siswa yang mengalami kesulitan dalam penggunaan Casyopee. Intinya adalah bagaimana guru dapat membuat bahan ajar atau instrumen Casyopee yang tepat sehingga dapat dieksplorasi oleh siswa untuk dapat menyelesaikan masalah matematika dengan ide-ide yang didapat mereka selama belajar matematika dengan menggunakan Casyopee Penggunaan Casyopee dalam Pembelajaran Matematika Casyopee sebagai salah satu software matematika yang dapat membantu guru dalam mengajar dikelas, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan efektif. Berikut akan disajikan penggunaan casyopee dalam proses pembelajaran matematika khususnya materi yang diajarkan di jenjag Sekolah Menengah Atas (SMA) Materi dimensi dua Casyopee dapat digunakan untuk menetukan luas daerah bangun datar, contoh luas bidang segitiga. Untuk membuat bidang datar segitiga, pada jendela geometri, klik menu polygon lalu gambarkan tiga titik pada kertas kerja lalu klik sehingga muncul luas daerah yang dimaksud Lingkaran Gambar 4. Contoh gambar tampilan luas daerah segitiga Casyopee dapat digunakan untuk menjelaskan konsep lingkaran. Lingkaran adalah kurva tertutup sederhana yang khusus, yang tiap titik pada lingkaran itu berjarak sama dari suatu titik yang disebut pusat lingkaran. Membuat lingkaran pada jendela geometri, hampir sama caranya dengan membuat bidang datar yang dicontohkan segitiga diatas. Pada jendela geometri, dibuat dua buah titik yaitu titik pertama sebagai pusat lingkaran dan titik kedua yang jaraknya tertentu terhadap titik pertama sebagai jari-jari lingkaran. Klik 168

38 circle lalu circle by center and radius by 2 points. Untuk menggambar lingkaran klik pada titik pertama (titik pusat) dilanjutkan titik kedua kemudian klik sebarang titik ketiga dan kembali ke titik pusat. Persamaan lingkaran dapat diketahui dengan mengklik kanan lingkaran maka akan muncul persamaan lingkaran tersebut. Gambar 5. Contoh gambar lingkaran dengan pusat O (0,0) Dapat pula digunakan untuk menggambar lingkaran dengan pusat lingkaran lainnya. dan konsep Materi fungsi Materi fungsi adalah materi yang khas dengan fitur Casyopee, jadi siswa dapat mengeksplorasi kemampuan matematis dengan menggunakan software ini. Cara untuk menggambar fungsi pada Casyopee dengan langkah-langkah sebagai berikut: Mengaktifkan jendela simbolis atau aljabar lalupilih menu create function. Masukkan parameter yang diinginkan, kemudian masukkan fungsi yang akan digambar grafiknya. Gambar 6. Tampilan Jendela Casyopee untuk menggambar fungsi 169

39 Lalu klik evaluate, selanjutnya klik create, terakhir tutup jendela create function, lalu klik f pada jendela simbolis untuk menampilkan grafik. Langkah-langkah diatas sama penggunaannya untuk fungsi linier, fungsi kuadrat, fungsi kuadrat dan fungsi linear, fungsi berpangkat tiga atau polinom, yaitu dengan memasukkan fungsi yang ingin digambar lalu tentukan parameternya.untuk menentukan titik-titik pada fungsi dapat diketahui dengan mengklik menu Tabulate Function pada jendela simbolis Faktorisasi fungsi Gambar 7. Contoh gambar fungsi linear Menentukan faktor dari suatu fungsi dapat dilakukan dengan cara mengklik menu evaluate formula lalu pilih menu factorisation kemudian masukkan fungsi yang akan difaktorkan Perhitungan atau komputasi Casyopee juga memberikan fitur layaknya kalkulator untuk melakukan perhitungan yang sulit dilakukan secara manual, misalnya untuk menghitung nilai sinus dan cosinus untuk sudut yang tidak istimewa.namun biasanya perhitungan secara manual dapat dilakukan dengan rumus jumlah atau selisih dua sudut. Perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan menu create calculation lalu masukkan nilai yang akan dihitung Kelebihan dan Kekurangan Casyopee Banyaknya jenis software yang secara khusus diperuntukan untuk matematika, membuat guru ataupun akademisi matematika dapat memilah dan membandingkan keunggulan dan kelemahan masing-masing program. Sesuai dengan dasar pemilihan media banyak faktor yang dapat dipertimbangkan, misalnya kesesuaian atau kekhasan dengan materi yang akan diajarkan sehingga dapat mempermudah memanipulasi dan mengeksplor materi sesuai 170

40 dengan tujuan kompetensi matematika yang hendak dicapai. Untuk itu berikut akan disajikan kelebihan dari Casyopee: 1. Casyopee dapat diakses secara mudah di internet dan gratis di Jadi membuka peluang bagi siapa saja yang ingin memanfaatkan software ini dalam pembelajaran matematika. 2. Casyopee terdiri dari dua jendela yaitu jendela simbolis/aljabar dan jendela geometri sehingga suatu ekspresi pada jendela aljabar bersesuaian dengan suatu objek pada jendela geometri dan sebaliknya. 3. Fitur Casyopee yang khas yaitu dapat membuat perintah set angka dan parameter untuk menentukan domain interaktif sangat bersesuaian dengan materi fungsi. Fungsi didefinisikan dengan formula yang melibatkan fungsi variabel, dan domain yang memadai. Jadi Casyopee dapat menjadi media pembelajaran yang efektif dalam mengajarkan materi fungsi 4. Casyopee tidak menggunakan bahasa perintah, jadi mempermudah siswa untuk menggunakan setiap menu dan fiturnya 5. Hasil pekerjaan pada jendela Casyopee dapat disalin ke Word, Excel, ataupun ke dalam Microsoft Office lainnya. 6. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan di negara asal software ini, Casyopee dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam belajar matematika 7. Casyopee dapat meningkatkan komunikasi matematis siswa dalam belajar matematika karena siswa dituntut dapat mengubah bahasa verbal pada materi pelajaran menjadi bahasa matematika untuk dituangkan pada menu software ini 8. Guru dapat menggunakan bahan ajar matematika dengan menggunakan Casyopee yang bersifat eksploratif bukan informatif, sehingga siswa dapat menuangkan ide dan gagasan dalam menyelesaikan masalah matematika 9. Software Casyopee dapat menggeser porsi peran guru menjadi lebih kecil yang bersifat fasilitator, sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Selain kelebihan-kelebihan yang telah disebutkan, ada beberapa kekurangan Casyopee ini dalam pembelajaran matematika, diantaranya adalah: 1. Pada awal penggunaan software casyopee, siswa akan mendapat sedikit kesulitan karena baru menyesuaikan dengan software baik itu menu ataupun fitur-fiturnya. Dibutuhkan peran guru dan waktu penggunaan yang cukup lama serta terus-menerus sehingga Casyopee dapat digunakan oleh siswa dalam pembelajaran secara optimal. 2. Belum adanya buku petunjuk penggunaan versi yang terbaru yaitu Casyopee versi baru ada manual book versi 01, sehingga menuntut seseorang yang ingin memperdalam mempelajari secara otodidak. 3. Casyopee diperuntukkan pada jenjang menengah ke atas, sehingga untuk pembelajaran jenjang dasar kurang tepat. 3. Kesimpulan Salah satu pilihan software yang dapat diaplikasikan penggunaannya dalam pelajaran matematika adalah Casyopee. Casyopee dapat melakukan kerja pada dua jendela sekaligus yang saling berhubungan, yaitu jendela geometris dan jendela aljabar. Casyopee diperuntukkan penggunaannya pada jenjang menengah ke atas ini merujuk kepad fitur-fitur 171

41 yang disediakan. Casyopee dapat bekerja lebih baik pada materi fungsi mengingat fitur khas casyopee yang dapat membuat parameter secara interaktif. Terlepas dari beberapa kelemahan yang lazim dimiliki suatu software, penggunaan casyopee dalam jangka waktu yang lama dan terus-menerus telah berhasil meningkatkan kemampuan matematis siswa khususnya di negara asal software Casyopee yaitu Perancis. Selain itu siswa menjadi lebih tertarik mempelajari sendiri materi matematika karena mereka merasakan dapat menerapkan ide serta memperoleh banyak pengalaman belajar dalam proses penyelesaian masalah matematika dengan menggunakan Casyopee. 4. Saran Casyopee pada awalnya akan mengakibatkan sedikit kesulitan dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk beradaptasi, maka peran guru menjadi penting sebagai fasilitator. Maka diharapkan guru lebih dahulu harus melek TIK khusunya komputer serta Casyopee itu sendiri. Dikarenakan belum banyaknya penelitian-penelitian tentang penggunaan Casyopee dalam pembelajaan matematika, maka diharapkan dilakukan penelitian lebih lanjut sehingga dapat menjadi bahan rujukan dalam pelaksanaan pembelajaran matematika berbasis TIK. Daftar Pustaka Lagrange, JB & Le Feuvre, B. (2007).User Manual V Lagrange, JB & Kiem Minh Tran. (2010). Learning about Function with a Geometrical and Symbolic Software Environment: a Study of Students Instrumental Genesis along Two Years. Lagrange, JB. (2009). Casyopee, a symbolic environment for secondary student and teachers. nge.pdf Lagrange, Jean Baptise & Chiappini, Giampaolo. (2007) Integrating The Learning of Algebra with Technology at The European Level: Two Examples in The Remath Project. Team of MKPBM. (2001). Contemporary Mathematics Learning Strategies. Bandung: Indonesia University of Education. Casyopee (n.d.)

42 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA MATERI OPERASI ALJABAR Via Yustitia Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, Jl. Dukuh Menanggal XII, Surabaya; Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan pengembangan perangkat pembelajaran matematika dengan model TGT dengan pendekatan saintifik pada materi operasi aljabar yang valid dan praktis; (2) mengetahui keefektifan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut. Pengembangan perangkat pembelajaran dilakukan dengan menggunakan model 4-D Thiagarajan, dkk, namun peneliti hanya menempuh 3D (define, design, dan develop). Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah RPP, LKS, dan tes kemampuan pemecahan masalah. Subjek ujicoba adalah siswa kelas VIII SMPN 2 Pemalang. Hasil validasi perangkat pembelajaran dinyatakan valid menurut ahli dengan diperoleh rata-rata validasi dalam rentang skor antara 1 4 dan telah memenuhi validitas isi, taraf kesukaran baik, daya pembeda baik, dan reliabel. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan praktis, dengan hasil ujicoba: (1) adanya respons positif dari siswa; (2) adanya respons yang baik dari guru; (3) keterlaksanaan RPP dalam pembelajaran pada kategori baik. Pembelajaran efektif pada kelas eksperimen karena setelah diujicobakan diperoleh hasil: (1) aktivitas siswa kelas uji coba berkategori baik; (2) rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa kelas uji coba perangkat lebih baik dari kelas kontrol; (3) kemampuan pemecahan masalah siswa telah mencapai ketuntasan klasikal. Dapat disimpulkan bahwa pengembangan perangkat TGT dengan pendekatan saintifik memenuhi kriteria valid, praktis, dan pembelajarannya efektif. Kata Kunci: pengembangan perangkat pembelajaran, pendekatan saintifik, TGT 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu upaya pemerintah meningkatkan kualitas pendidikan adalah melakukan perubahan terhadap Kurikulum 2006 menjadi Kurikulum Permendikbud Nomor 58 Tahun 2014 menjelaskan salah satu tujuan pembelajaran Matematika di SMP adalah mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Inti pembelajaran Matematika terletak pada problem solving, namun problem solving yang dilakukan secara otomatis juga menyentuh persoalan penalaran untuk membangun pola berpikir kritis siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa guru Matematika SMPN 2 Pemalang, siswa masih kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang mengacu pada aspek pemecahan masalah, salah satunya pada materi operasi aljabar kelas VIII. Hal itu ditunjukkan dengan nilai rata-rata ulangan harian kelas VIII pada materi operasi aljabar belum mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan observasi yang dilakukan di kelas, diperoleh beberapa kondisi yang menunjukkan bahwa: (1) siswa belum mampu untuk menyatakan situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam model Matematika; (2) siswa belum terbiasa 173

43 untuk berdiskusi secara berkelompok; (3) siswa sering mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan pada buku siswa apabila soal yang diberikan sedikit berbeda dengan permasalahan sebelumnya; (4) aktivitas belajar siswa yang belum maksimal dapat diamati dengan hanya 15% siswa yang bertanya selama proses pembelajaran berlangsung, siswa belum berani mengemukakan pendapatnya saat berdiskusi. Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pendekatan saintifik dan tujuan pengembangan kemampuan pemecahan masalah. Pemecahan masalah Matematika tidak semata-mata bertujuan untuk mencari sebuah jawaban yang benar, tetapi menghubungkan antara apa yang mereka pelajari, kemampuan yang mereka miliki, dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan sesuai dengan situasi (Freitas: 2008). Menurut Polya, dalam pemecahan masalah terdapat empat langkah yang harus dilakukan yaitu memahami masalah, merencanakan penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai rencana dan menafsirkan, dan melihat kembali. Kim (2012) menjelaskan bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran yang berpusat pada siswa. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran kooperatif. Hasil penelitian Winarni (2014) menyatakan bahwa guru Matematika sebaiknya menggunakan model pembelajaran kooperatif dalam menerapkan pendekatan saintifik. Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT). Hasil penelitian Tampubolon (2013) menyatakan bahwa model pembelajaran TGT dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan pemahaman Matematika. Sejalan dengan itu, hasil penelitian Rohendi (2010) menyatakan bahwa aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks, menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat, dan siswa aktif dalam belajar bersama kelompoknya. Oleh karena itu, model pembelajaran kooperatif TGT sangat relevan digunakan sesuai dengan karakteristik dari pembelajaran Matematika di SMP. Pembelajaran Matematika di kelas tidak cukup hanya dilakukan dengan mengintegrasikan model dan pendekatan, tapi juga diperlukan perangkat pembelajaran Matematika yang sesuai dengan karakteristik Kurikulum Beberapa perangkat pembelajaran yang perlu dipersiapkan diantaranya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), dan soal tes. Berdasarkan hasil observasi peneliti bahwa perangkat pembelajaran yang digunakan oleh guru Matematika SMPN 2 Pemalang, belum cukup mampu memfasilitasi guru untuk mempersiapkan antisipasi terhadap kemungkinan beragamnya respons siswa dalam pembelajaran. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan dan kondisi lapangan yang memerlukan adanya upaya pemecahan masalah, salah satu cara pemecahannya adalah peneliti melakukan pengembangan perangkat pembelajaran model kooperatif TGT dengan pendekatan saintifik sehingga diperoleh perangkat pembelajaran yang valid, praktis, dan efektif untuk pembelajaran Matematika pada materi operasi aljabar kelas VIII SMP Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut. 174

44 1. Bagaimana pengembangan dan hasil pengembangan perangkat pembelajaran Matematika model TGT dengan pendekatan saintifik pada materi operasi aljabar yang valid dan praktis? 2. Bagaimana keefektifan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran Matematika model TGT dengan pendekatan saintifik pada materi operasi aljabar? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan proses dan hasil pengembangan perangkat pembelajaran Matematika dengan model TGT dengan pendekatan saintifik pada materi operasi aljabar yang valid dan praktis; (2) mengetahui keefektifan pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran Matematika dengan model TGT dengan pendekatan saintifik pada materi operasi aljabar. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk dalam penelitian pengembangan. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 2 Pemalang Tahun Pelajaran 2014/2015. Uji coba penelitian ini dilakukan di kelas VIII SMPN 2 Pemalang. Sampel penelitian sebanyak 70 responsden yang terdiri atas 35 siswa sebagai kelas eksperimen dan 35 siswa sebagai kelas kontrol. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan meliputi: (1) RPP; (2) LKS; (3) Tes Kemampuan Pemecahan Masalah pada materi operasi aljabar. Pengembangan perangkat pembelajaran dalam penelitian ini mengacu pada model pengembangan 4-D Thiagarajan dkk (dalam Rochmad, 2012), namun dalam penelitian ini peneliti hanya menempuh 3D, yaitu define, design, dan develop. Tujuan tahap define adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran. Dalam menentukan dan menetapkan syarat-syarat pembelajaran diawali dengan analisis tujuan dan batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Ada 5 langkah pokok dalam tahap pendefinisian yaitu analisis awal akhir, analisis siswa, analisis materi, analisis tugas, dan perumusan tujuan pembelajaran. Tahap design adalah tahap untuk menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Perancangan awal ini merupakan perancangan perangkat pembelajaran beserta instrumen yang akan dikembangkan. Tahap develop adalah tahapan untuk memodifikasi prototipe perangkat pembelajaran sehingga menghasilkan perangkat pembelajaran. Tahap develop ini terdiri atas validasi perangkat pembelajaran, uji keterbacaan, dan uji coba. Uji efektivitas bertujuan untuk mengetahui keefektifan perangkat pembelajaran yang telah dikembangkan. Uji efektivitas menggunakan penelitian eksperimental semu. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar Matematika aspek pemecahan masalah, sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran. Metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, observasi, angket, dan tes. Instrumen yang digunakan yaitu lembar validasi, lembar observasi keterlaksanaan RPP, lembar observasi aktivitas siswa, angket respons siswa, dan angket respons guru. Kualitas produk yang dikembangkan sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nieveen (dalam Rochmad, 2012), yaitu jika memenuhi aspek kualitas yang dilihat dari validitas, kepraktisan, 175

45 dan keefektifan. Analisis data kevalidan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran dikatakan valid jika rata-rata skor masing-masing perangkat berada pada kategori baik atau sangat baik. Analisis data kepraktisan perangkat pembelajaran, meliputi: (1) analisis data respons siswa terhadap pembelajaran. Respons siswa dikatakan mempunyai respons positif jika rata-rata persentase respons siswa lebih dari75%; (2) Analisis respons guru terhadap perangkat pembelajaran dikategorikan praktis jika respons guru terhadap perangkat pembelajaran minimal baik; (3) analisis data keterlaksanaan RPP dalam pembelajaran dikatakan praktis jika termasuk dalam kategori baik atau sangat baik. Analisis data keefektifan perangkat pembelajaran, meliputi: (1) Analisis data aktivitas siswa termasuk dalam kategori baik atau sangat baik; (2) kemampuan pemecahan masalah siswa yang dikenai pembelajaran TGT dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada yang dikenai pembelajaran klasikal dengan pendekatan saintifik, yang diuji menggunakan uji perbedaan rata-rata; (3) kemampuan pemecahan masalah siswa kelas pembelajaran TGT dengan pendekatan saintifik pada materi operasi aljabar mencapai ketuntasan belajar klasikal. Ketuntasan klasikal dihitung menggunakan uji proporsi pihak kanan dengan proporsi ketuntasan klasikal sebesar 75%. 3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil validasi perangkat pembelajaran oleh ahli, diperoleh bahwa masing perangkat pembelajaran valid dengan kategori baik, artinya perangkat pembelajaran dapat digunakan dengan sedikit revisi. Secara umum, hasil validasi oleh para ahli ditunjukkan pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran Perangkat Skor dari Validator Skor Kriteria Pembelajaran I II III IV V Rata-rata RPP 3,25 3,46 3,25 3,32 3,32 3,32 Baik LKS 3,11 3,44 3,67 3,44 3,44 3,42 Baik TKPM 3,44 3,33 3,56 3,33 3,56 3,44 Baik Berdasarkan komentar dan saran dari validator dilakukan evaluasi dan ditindaklanjuti dengan melakukan revisi pada bagian yang perlu diperbaiki. RPP yang dikembangkan memiliki karakteristik antara lain: (1) RPP mencantumkan kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian kompetensi yang jelas; (2) penyusunan RPP mengacu pada tuntutan Kurikulum 2013 yang diterapkan di SMP; (3) memuat fase-fase model pembelajaran Teams Games Tournament; (4) memuat komponen 5M yang merupakan prinsip dari pendekatan saintifik; (5) memberikan siswa pengalaman belajar mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui model pembelajaran TGT dengan pendekatan saintifik; (6) penyajian materi diawali dengan fenomena dan masalah nyata di sekitar siswa; (7) mengarahkan siswa untuk memecahkan masalah melalui tahapan kegiatan pembelajaran dan media LKS yang digunakan. LKS yang dikembangkan memiliki karakteristik antara lain: (1) LKS mencantumkan kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi yang jelas; (2) LKS berisi latihan soal dan kegiatan siswa yang diharapkan mampu melatih kemampuan pemecahan masalah siswa; (3) LKS memfasilitasi siswa dalam belajar kelompok sehingga 176

46 LKS diharapkan dapat memfasilitasi siswa secara aktif bereksplorasi dengan cara berdiskusi kelompok untuk menyelesaikan soal pemecahan masalah; (4) LKS memberikan siswa kesempatan untuk memikirkan berbagai alternatif solusi dalam menyelesaikan permasalahan karena format yang dipilih juga disesuaikan dengan 5M pendekatan saintifik dan langkahlangkah penyelesaian masalah menurut Polya. Contoh tampilan LKS yang telah dikembangkan ditunjukkan pada Gambar 1 berikut. Gambar 1. Tampilan LKS yang telah dikembangkan Soal tes kemampuan pemecahan masalah yang dikembangkan memiliki karakteristik antara lain: (1) soal tes disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi pada materi operasi aljabar; (2) soal tes disesuaikan dengan kriteria soal pemecahan masalah dan jawabannya harus melalui proses 4 tahap pemecahan masalah menurut Polya. Produk akhir tes kemampuan pemecahan masalah adalah seperangkat soal yang memenuhi kriteria validitas isi, tingkat kesukaran baik, daya pembeda baik, dan reliabel. Setelah soal dinyatakan valid secara kualitatif berdasarkan konten, konstruk, dan bahasa kemudian soal tes kemampuan pemecahan masalah diujicobakan. Uji coba perangkat tes kemampuan pemecahan masalah dilakukan di kelas VIII C. Soal uji coba terdiri dari 8 soal uraian yang harus dikerjakan siswa dalam waktu 80 menit. Berdasarkan hasil uji coba tes tersebut, diperoleh 5 soal yang memenuhi kriteria tingkat kesukaran, daya beda, dan reliabilitas baik. Berdasarkan hasil validasi yang dilakukan oleh lima orang ahli, diperoleh bahwa perangkat pembelajaran matematika yang dikembangkan berada dalam kategori valid.tercapainya kriteria valid tersebut disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: (1) komponen-komponen perangkat pembelajaran matematika model TGT dengan pendekatan saintifiktelah sesuai landasan teori dan indikator yang terdapat pada instrumen validitas perangkat pembelajaran; (2) penyusunan perangkat pembelajaran matematika mengacu pada tuntutan standar proses SMP Kurikulum 2013; (3) RPP, LKS, dan tes kemampuan pemecahan masalah 177

Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Nomor 3 Tahun 2015

Indonesian Digital Journal of Mathematics and Education Volume 2 Nomor 3 Tahun 2015 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MEMBANDINGKAN PECAHAN MENGGUNAKAN MEDIA GARIS BILANGAN LIMBAH TRIPLEK PADA SISWA KELAS 3 SDN BATOK 01 KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN Mohamad Ridwan SDN Batok 01, Kec. Gemarang

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PROGRAM LINEAR MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DAN GEOGEBRA SISWA KELAS XII IPA1 SMA N 1 TOMPOBULU

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PROGRAM LINEAR MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DAN GEOGEBRA SISWA KELAS XII IPA1 SMA N 1 TOMPOBULU PENINGKATAN HASIL BELAJAR PROGRAM LINEAR MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DAN GEOGEBRA SISWA KELAS XII IPA1 SMA N 1 TOMPOBULU Sulfiaty Idris SMA Negeri 1 Tompobulu, Perm.Saumata Indah Blok I no 19

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli Jeane Santi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek Isna Basonggo, I Made Tangkas, dan Irwan Said Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 4 ISSN X. Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perkalian Bilangan Cacah di Kelas II SDN Inpres 1 Birobuli Maspupah SDN Inpres 1 Birobuli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

Lebih terperinci

Lasyuri, Peningkatan Hasil Belajar...

Lasyuri, Peningkatan Hasil Belajar... PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI OPERASI HITUNG CAMPURAN BILANGAN BULAT MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MEDIA SIKATUBIL PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI 1 GEMAWANG

Lebih terperinci

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK

Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala Sulawesi Tengah ABSTRAK Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII B SMPN 2 Sirenja pada Materi Teorema Pythagoras Jamidar Kepala SMP Negeri 2 Sirenja Kab. Donggala

Lebih terperinci

Elistina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Elistina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Penerapan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Berbantuan Gambar Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 5 Basi Kecamatan Basidondo Tolitoli Elistina Mahasiswa

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura Ni Wayan Lasmini SD Negeri 2 Tatura, Palu, Sulawesi Tengah ABSTRAK Permasalahan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR PENERAPAN METODE INKUIRI DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Ulfatun Rohmah 1, Suhartono 2, Ngatman 3 PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jalan Kepodang 67A Panjer Kebumen

Lebih terperinci

Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Volume Kubus dan Balok Menggunakan Alat Peraga di Kelas V SDN Pebatae Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali

Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Volume Kubus dan Balok Menggunakan Alat Peraga di Kelas V SDN Pebatae Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali Peningkatan Pemahaman Siswa Pada Materi Volume Kubus dan Balok Menggunakan Alat Peraga di Kelas V SDN Pebatae Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali Darwis, Gandung Sugita, Anggraini Mahasiswa Program

Lebih terperinci

Pemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Sebagai Sumber Belajar Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SDN 10 Gadung

Pemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Sebagai Sumber Belajar Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SDN 10 Gadung Pemanfaatan Lingkungan Alam Sekitar Sebagai Sumber Belajar Dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas III SDN 10 Gadung Muzria M. Lamasai, Mestawaty As. A., dan Ritman Ishak Puadi Mahasiswa Program

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 PURWOSARI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 PURWOSARI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 PURWOSARI Samsi SD Negeri 1 Purwosari Email: samsisaba@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh peneliti yang menggunakan rancangan penelitian model

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Ngurensiti 02 Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati pada semester I Tahun 2011/2012. Subyek

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU Saatima

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Di Kelas V SDN 3 Tompoh

Penerapan Model Pembelajaran Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Di Kelas V SDN 3 Tompoh Penerapan Model Pembelajaran Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Di Kelas V SDN 3 Tompoh Rahmawati, Mestawaty As. A, dan Lilies Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03 MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KENAMPAKAN PERMUKAAN BUMI MELALUI PEMBUATAN MINIATUR MUKA BUMI PADA SISWA KELAS 3 SD NEGERI SIDOMULYO 03 Sri Widayati 1 Abstrak. Di kelas 3 SDN Sidomulyo 03 untuk

Lebih terperinci

Hasmiati, Baharuddin, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Hasmiati, Baharuddin, dan Sukayasa. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pengurangan Bilangan Sampai Dengan 500 Kelas II SDN 2 Tinigi Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli Hasmiati,

Lebih terperinci

Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatakan Hasil Belajar IPA

Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatakan Hasil Belajar IPA Siti Hairunnisa dan Fitri Hilmiyati 135 Penggunaan Metode Pembelajaran Inquiry Untuk Meningkatakan Hasil Belajar IPA Oleh: Siti Hairunnisa 1 dan Fitri Hilmiyati 2 Abstrak Studi ini dilatarbelakangi oleh

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 1 Binangga Kecamatan Marawola Palu

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 1 Binangga Kecamatan Marawola Palu Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Dalam Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 1 Binangga Kecamatan Marawola Palu Andi Mamas, Amran Rede, dan Fatmah Dhafir Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Seting dan Karateristik Subjek Penelitian 4.1.1 Seting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IV pada Semester I tahun 2012/2013 SDN Sukoharjo

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO Prosiding Seminar Nasional Volume 2, Nomor 1 ISSN 2443-119 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Tindakan Kelas ( PTK ) atau classroom action reseaech, penelitian tindakan

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Tindakan Kelas ( PTK ) atau classroom action reseaech, penelitian tindakan 34 BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A.Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) atau classroom action reseaech, penelitian tindakan

Lebih terperinci

Arun Haryanto, Siti Nuryanti, dan Minarni R.J. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Arun Haryanto, Siti Nuryanti, dan Minarni R.J. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SDN Pembina Toli-Toli Pada Pokok Bahasan Fungsi Organ Pencernaan Manusia Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif dan Edutainment Arun Haryanto, Siti Nuryanti, dan Minarni

Lebih terperinci

Fachry Erick Mohammad, Baharuddin Paloloang, dan Sukayasa

Fachry Erick Mohammad, Baharuddin Paloloang, dan Sukayasa Penerapan Metode Latihan Berstruktur Pada Pembelajaran Materi Persegi Panjang Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Salumpaga Kabupaten Tolitoli Fachry Erick Mohammad, Baharuddin

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli Samriah Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun Hildayanti Anwar Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK KUPANG LIGITARANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 4 B SDN SIDOMEKAR 08 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER

PENERAPAN TEKNIK KUPANG LIGITARANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 4 B SDN SIDOMEKAR 08 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER PENERAPAN TEKNIK KUPANG LIGITARANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 4 B SDN SIDOMEKAR 08 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER Suprapto 27 Abstrak. Matematika merupakan ilmu terstruktur yang

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi Dikelas V SDN 10 Biau

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi Dikelas V SDN 10 Biau Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Dengan Metode Demonstrasi Dikelas V SDN 10 Biau Fatimah Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Inquiri di Kelas IV SD Inpres 4 Kasimbar

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Inquiri di Kelas IV SD Inpres 4 Kasimbar Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 2 No. 3 ISSN 2354-614X Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran IPA Melalui Metode Inquiri di Kelas IV SD Inpres 4 Kasimbar Ni Wayan Ratnawathi, Fatmah Dhafir

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing di Kelas IV SD Negeri 3 Marowo

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing di Kelas IV SD Negeri 3 Marowo Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Menghitung Luas Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing di Kelas IV SD Negeri 3 Marowo Nurhasnah, Rizal, dan Anggraini Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

Muhamad Mahmud Surel : Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam

Muhamad Mahmud Surel : Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPA SISWA KELAS IX-A DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING BERBANTUKAN MEDIA REALIA SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Muhamad Mahmud Surel : muhamadmahmud28@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus Gambaran yang dijadikan pangkal menentukan permasalahan upaya peningkatan hasil belajar IPA di kelas V SD menggunakan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah ISSN 0854-2172 SMP N 1 Wonokerto Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui metode

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISKUSI BERBANTUAN MEDIA BAGAN PECAHAN DI KELAS III SDN KALISARI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISKUSI BERBANTUAN MEDIA BAGAN PECAHAN DI KELAS III SDN KALISARI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISKUSI BERBANTUAN MEDIA BAGAN PECAHAN DI KELAS III SDN KALISARI 1 Oleh: Sri Mulyati SDN Kalisari 1 Kecamatan Sayung Kabuapaten Demak ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Kondisi awal hasil observasi penelitian diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa kelas enam SD Negeri Simpar masih rendah. Hal tersebut

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A.2014/2015 Martogi Bangun Sianturi Guru Mata Pelajaran Fisika SMA

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII MTs AL-MAARIF 01 SINGOSARI Oleh: Cendika M Syuro Mahasiswi Jurusan Matematika FMIPA UM email: cendikahusein@yahoo.com

Lebih terperinci

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN:

PROSIDING Kajian Ilmiah Dosen Sulbar ISBN: PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 2 BUDONG-BUDONG Muhammad Ali P 1, Fatimah 2, Wiwik Rudjatiningsih 3 Program Studi

Lebih terperinci

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar   1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Question Student Have (QSH) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pengukuran pada Siswa Kelas IV Aminudin 1 1 SDN Sukorejo 01, Kota Blitar Email:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas

Lebih terperinci

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan 4.1.1 Diskripsi Siklus 1 1) Perencanaan Tindakan Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perencanaan tindakan didasarkan pada hasil studi pendahuluan yang bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Sumono 38. Kata kunci : Metode STAD, Hasil Belajar, IPA. 38 Guru Kelas VI SDN Darungan 02 Tanggul Kabupaten Jember

Sumono 38. Kata kunci : Metode STAD, Hasil Belajar, IPA. 38 Guru Kelas VI SDN Darungan 02 Tanggul Kabupaten Jember PENGGUNAAN METODE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG MENGIDENTIFIKASI CIRI KHUSUS YANG DIMILIKI HEWAN PADA SISWA KELAS VI SDN DARUNGAN 02 TANGGUL Sumono 38 Abstrak. Penelitian ini diterapkan

Lebih terperinci

Kata Kunci: model STAD, pembelajaran, IPA

Kata Kunci: model STAD, pembelajaran, IPA PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN MULTIMEDIA DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA TENTANG ADAPTASI HEWAN DAN TUMBUHAN BAGI SISWA KELAS V SD NEGERI KEBONSARI TAHUN AJARAN 2016/2017

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) atau classroom action reseaech, penelitian tindakan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase. operasional konkret. Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa Sekolah Dasar (SD) umurnya berkisar antara 6 atau 7 tahun, sampai 12 atau 13 tahun. Menurut Piaget, mereka berada pada fase operasional konkret. Kemampuan

Lebih terperinci

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Inpres Pandaluk Pada Materi Penjumlahan Bilangan Bulat Lia Agustin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIS DAN RASA INGIN TAHU SISWA KELAS XI MIPA SMA NEGERI 6 SEMARANG MELALUI MODEL PBL

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIS DAN RASA INGIN TAHU SISWA KELAS XI MIPA SMA NEGERI 6 SEMARANG MELALUI MODEL PBL PRISMA 1 (201 8 ) PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/ MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIS DAN RASA INGIN TAHU SISWA KELAS XI MIPA SMA

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PENUGASAN PADA SISWA KELAS X1 SMA NEGERI 1 MARE

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PENUGASAN PADA SISWA KELAS X1 SMA NEGERI 1 MARE Pedagogy Volume 1 Nomor 1 ISSN 2502-3802 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PENUGASAN PADA SISWA KELAS X1 SMA NEGERI 1 MARE Patmaniar 1, Darma Ekawati 2 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau Harsono M. Timumun, Muchlis L. Djirimu, Lestari M.P. Alibasyah Mahasiswa

Lebih terperinci

Kanti Sukowati 9. Kata Kunci: metode demonstrasi, hasil belajar. Guru Kelas VI A SDN Darungan 01 Kec. Tanggul

Kanti Sukowati 9. Kata Kunci: metode demonstrasi, hasil belajar. Guru Kelas VI A SDN Darungan 01 Kec. Tanggul MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MATERI GAYA DAN GERAK MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS VIA SDN DARUNGAN 01 KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN JEMBER Kanti Sukowati 9 Abstrak. Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Sekolah Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Gabahan Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 dengan Subjek Penelitian Siswa

Lebih terperinci

Kata-kata Kunci : metode kooperatif, kartu kalino, perkalian, matematika SD.

Kata-kata Kunci : metode kooperatif, kartu kalino, perkalian, matematika SD. PENERAPAN METODE KOOPERATIF MENGGUNAKAN KARTU KALINO UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL PERKALIAN PADA SISWA KELAS III SD TERPADU MUHAMMADIYAH 1 BESUKI SITUBONDO Oleh Herlin Nur Hasanah (1), Vidya

Lebih terperinci

MENYELESAIKAN KASUS PROGRAM LINEAR MELALUI GEOGEBRA

MENYELESAIKAN KASUS PROGRAM LINEAR MELALUI GEOGEBRA MENYELESAIKAN KASUS PROGRAM LINEAR MELALUI GEOGEBRA By: Khairuddin, S.Pd *) A. Pendahuluan Pemecahan masalah dengan rumusan program linear ditemukan oleh seorang Matematikawan Rusia L.V. Kantorovich pada

Lebih terperinci

ABSTRAK. Oleh: Wahyuning Triyadi, Aminuddin P. Putra, Sri Amintarti

ABSTRAK. Oleh: Wahyuning Triyadi, Aminuddin P. Putra, Sri Amintarti ABSTRAK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 6 RSBI BANJARMASIN PADA KONSEP SISTEM GERAK MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN WORKSHEET BERBASIS WEB Oleh: Wahyuning Triyadi, Aminuddin

Lebih terperinci

Pi: Mathematics Education Journal 8

Pi: Mathematics Education Journal  8 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI SEGIEMPAT DAN SEGITIGA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DI SMP ISLAM SOERJO ALAM Enny Ristanty 1, Riski Nur Istiqomah Dinnullah 2, Nur Farida

Lebih terperinci

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X-A SMA AL-HUDA PEKANBARU Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** )

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT)

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENTS (TGT) Kodiran Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Email:

Lebih terperinci

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 164519 KOTA TEBING TINGGI Syarigfah Guru SD Negeri 164519 Kota Tebing Tinggi Surel : syarigfah16@gmail.com

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kelas V SDN Tatarandang Pada Materi FPB Dan KPK

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kelas V SDN Tatarandang Pada Materi FPB Dan KPK Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kelas V SDN Tatarandang Pada Materi FPB Dan KPK Heriyanto Nggodulano. A., Dasa Ismaimusa, dan Mustamin Mahasiswa Program

Lebih terperinci

Ahmad Nurhayatna 35. Kata Kunci :Meningkatkan, Aktivitas, Hasil Belajar, Media Gambar Balok Pecahan

Ahmad Nurhayatna 35. Kata Kunci :Meningkatkan, Aktivitas, Hasil Belajar, Media Gambar Balok Pecahan MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MENJUMLAHKAN DAN MENGURANGKAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BALOK PECAHAN PADA SISWA KELAS V SDN DARUNGAN 04 KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN JEMBER

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Gendongan 01 yang terletak di Jl. Margorejo No.580 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Siswa

Lebih terperinci

Shanty Della Setiasih¹, Regina Lichteria Panjaitan², Julia³. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurahman No.

Shanty Della Setiasih¹, Regina Lichteria Panjaitan², Julia³. Program Studi PGSD Kelas UPI Kampus Sumedang Jl. Mayor Abdurahman No. Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENGGUNAAN MODEL INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SIFAT-SIFAT MAGNET DI KELAS V SDN SUKAJAYA KECAMATAN JATINUNGGAL KABUPATEN SUMEDANG

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Dengan Menggunakan Media Gambar di Kelas II SD Inpres 2 Mepanga Kecamatan Mepanga

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Dengan Menggunakan Media Gambar di Kelas II SD Inpres 2 Mepanga Kecamatan Mepanga Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Dengan Menggunakan Media Gambar di Kelas II SD Inpres 2 Mepanga Kecamatan Mepanga Wirda, Muhammad Jamhari, dan Ritman Ishak Paudi Mahasiswa Program

Lebih terperinci

Penerapan Teori Bruner Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Simetri Lipat di Kelas IV SDN 02 Makmur Jaya Kabupaten Mamuju Utara

Penerapan Teori Bruner Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Simetri Lipat di Kelas IV SDN 02 Makmur Jaya Kabupaten Mamuju Utara Penerapan Teori Bruner Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Simetri Lipat di Kelas IV SDN 02 Makmur Jaya Kabupaten Mamuju Utara Dewi Lestari Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal 4.1.1.1 Kondisi Proses Pembelajaran Kondisi pembelajaran yang terpusat pada guru terjadi pada pembelajaran matematika di

Lebih terperinci

Andriani, Mestawaty, AS.A. dan Ritman Ishak Paudi. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Andriani, Mestawaty, AS.A. dan Ritman Ishak Paudi. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Tentang Pengaruh Gaya Terhadap Gerak Benda di Kelas IV SDN 1 Ogowele Andriani, Mestawaty, AS.A. dan Ritman Ishak Paudi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Kondisi awal hasil observasi penelitian diketahui bahwa hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Batiombo 02 masih rendah. Hal tersebut

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA UNTUK SISWA KELAS VII-F SMP NEGERI 7 MALANG

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA UNTUK SISWA KELAS VII-F SMP NEGERI 7 MALANG MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA UNTUK SISWA KELAS VII-F SMP NEGERI 7 MALANG Umar Wirahadi Kusuma Universitas Negeri Malang Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN Langgenharjo 02 Kecamatan Juwana Kabupaten Pati pada semester I (gasal) tahun pelajaran 2013/2014.

Lebih terperinci

Penerapan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sains (Sifat Benda) di Kelas IV SDN 2 Karamat

Penerapan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sains (Sifat Benda) di Kelas IV SDN 2 Karamat Penerapan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sains (Sifat Benda) di Kelas IV SDN 2 Karamat Maria Ulpa Djuanda, Fatmah Dhafir, dan Minarni Rama Jura Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti melakukan kegiatan observasi dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ACCELERATED TEACHING DENGAN SETTING COOPERATIVE LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI RESPON

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 9 Bokat Dengan Memanfaatkan Lingkungan Sekolah

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 9 Bokat Dengan Memanfaatkan Lingkungan Sekolah Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN 9 Bokat Dengan Memanfaatkan Lingkungan Sekolah Nursam, Mestawaty, dan Fatmah Dhafir Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Sarina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Sarina. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako Penerapan Metode Demonstrasi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Energi di Kelas IIIB SD Integral Rahmatullah Tolitoli Sarina Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK. Sri Suwarni

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK. Sri Suwarni PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK Sri Suwarni Guru SDN Mlirip1 Kec. Jetis Kabupaten Mojokerto ssuwarni.13@gmail.com Tersedia Online di http://www.jurnal.unublitar.ac.id/

Lebih terperinci

Penerapan Metode Kerja Kelompok Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas III di SDN 15 Biau

Penerapan Metode Kerja Kelompok Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas III di SDN 15 Biau Penerapan Metode Kerja Kelompok Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas III di SDN 15 Biau Sri Wahyuni, Hasdin, dan Nurvita Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

Abstrak. Nurina Rahma

Abstrak.   Nurina Rahma PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP GAYA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS IV DI SEKOLAH BERKEBUTUHAN KHUSUS TUNAS KASIH SURABAYA Nurina Rahma E-mail: nurina_rahma@yahoo.com

Lebih terperinci

Rinendah Sihwinedar 16

Rinendah Sihwinedar 16 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, DAN INTELEKTUAL) PADA SISWA KELAS III SDN REJOAGUNG 01 SEMBORO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Rinendah Sihwinedar

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Tanya Jawab Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas IV SDN No. 4 Siboang Kamelia, Arif Firmansyah, dan Andi Imrah Dewi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene

Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene Meningkatkan Prestasi Belajar IPA melalui Penggunaan Media Gambar pada Kelas IV SDN Majene Muh. Jupriadi, Bustamin, dan Lilies Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SDN 1 Baleharjo Kecamatan Eromoko Kabupaten Wonogiri. SDN 1 Baleharjo terletak di lingkungan pedesaan yang jauh

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Kontekstual (CTL) Pada Perubahan Sifat Benda Siswa Kelas V SDN 3 Ogotua

Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Kontekstual (CTL) Pada Perubahan Sifat Benda Siswa Kelas V SDN 3 Ogotua Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Kontekstual (CTL) Pada Perubahan Sifat Benda Siswa Kelas V SDN 3 Ogotua Andi Sahati, Lilies, Muhammad Jamhari Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 BALONG TAHUN AJARAN 2013/2014

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 BALONG TAHUN AJARAN 2013/2014 PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI INKUIRI SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 1 BALONG TAHUN AJARAN 2013/2014 Kiki Pramudita Amalia Program Studi Pendidikan Matematika Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. (Trianto 2011:30), berpendapat bahwa :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. (Trianto 2011:30), berpendapat bahwa : 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pengertian PTK Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research yang dikembangkan

Lebih terperinci

Penerapan Experiential Learning

Penerapan Experiential Learning Penerapan Experiential Learning dalam Pembelajaran IPA pada Materi Ciri Khusus Makhluk Hidup Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SDN Inpres Mandok Resni Taung, I Made Tangkas, dan Ratman Mahasiswa

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW FAHRUDDIN Guru SMA Negeri 1 Medan Email: fahruddin1958@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PROSIDING ISBN :

PROSIDING ISBN : P 54 UPAYA MENINGKATKAN KARAKTER POSITIF SISWA DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE KOOPERATIF DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TRAVEL GAME DI SMP NEGERI 14 YOGYAKARTA Laela Sagita, M.Sc 1, Widi Asturi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Berdasarkan pengamatan hasil belajar kelas I SD Negeri 4 Boloh pada awal semester 2 Tahun pelajaran 2011 / 2012, banyak siswa yang kurang aktif,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN T.SERI AMINAH Guru SMP Negeri 29 Medan Email : bangunsardiana@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum SDN Rejowinangun Utara 03 Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SDN Rejowinangun Utara 03 Kota Magelang pada semester II tahun pelajaran 2012/

Lebih terperinci

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 1 No.1 ISSN 2354-614X Penerapan Metode Tanya Jawab untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Sumber Daya Alam di Kelas IV SDN FatufiaKecamatan Bahodopi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Ngajaran 03, yaitu sekolah dasar di desa Ngajaran Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang,

Lebih terperinci

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN-ENDED SMP SULTAN AGUNG PURWOREJO

PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN-ENDED SMP SULTAN AGUNG PURWOREJO PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN OPEN-ENDED SMP SULTAN AGUNG PURWOREJO Nur Chanifah Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Email: Hany_chacha@ymail.com

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Meggunakan Alat Peraga Pada Pembelajar Gerak Benda Bidang Studi IPA Di Kelas 1 SDN No 3 Siboang

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Meggunakan Alat Peraga Pada Pembelajar Gerak Benda Bidang Studi IPA Di Kelas 1 SDN No 3 Siboang Peningkatan Hasil Belajar Siswa Meggunakan Alat Peraga Pada Pembelajar Gerak Benda Bidang Studi IPA Di Kelas 1 SDN No 3 Siboang Subhi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci