UJI KEPEKAAN ANTIBIOTIKA VEROTOKSIGENIK E. coli (VTEC) YANG DIISOLASI DARI BEBERAPA PETERNAKAN SAPI PERAH DI JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UJI KEPEKAAN ANTIBIOTIKA VEROTOKSIGENIK E. coli (VTEC) YANG DIISOLASI DARI BEBERAPA PETERNAKAN SAPI PERAH DI JAWA BARAT"

Transkripsi

1 UJI KEPEKAAN ANTIBIOTIKA VEROTOKSIGENIK E. coli (VTEC) YANG DIISOLASI DARI BEBERAPA PETERNAKAN SAPI PERAH DI JAWA BARAT (Antibiotic Susceptibility Test of Verotoxigenic E. coli (VTEC) Isolated From Some Dairy Farm in West Java) WIDODO SUWITO 1 dan R. SETYADJI 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta Jl. Stadion Baru Maguwoharjo No 22,Karang Sari, Wedomartani, Ngemplak Sleman, Yogyakarta 2) Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor, Jl. RE. Martadinata no 30 Bogor ABSTRACT Verotoxigenic Escherichia coli (VTEC) is one of the strains that are responsible for serious human illnesses. These strain is one of bacteria contaminants in milk. Recently, many antibiotics are used freely in dairy cattle and impact of the use of antibiotic causing resistance. The aim of study is to investigate effectiveness of some antibiotics against VTEC collected from dairy farm in Bogor, Sukabumi dan Cianjur west java using standard national committee for clinical laboratory (NCCLS) disk diffusion. Antibiotic susceptibility test was determined for 2 isolates VTEC O157:H7, 11 isolates VTEC non O157:H7 and 4 isolates hemolytic E. coli. The results demonstrated that one isolate of VTEC O157:H7 from Sukabumi was resistant to Chloramphenicol, Sulfamethoxazole and Tetracycline, while from Bogor only Tetracycline. Three isolates of VTEC non O157:H7 from Sukabumi were resistant to Tetracycline and six isolates VTEC non O157:H7 respectively from Bogor two, Sukabumi three, Cianjur one to Erythromycin. All of isolates were resistant to Bacitracin. Key Words: E. Coli, VTEC O157: H7, Susceptibility, Antibiotic ABSTRAK Verotoksigenik Escherichia coli (VTEC) merupakan salah satu strain yang dapat menimbulkan penyaki serius pada manusia. Strain tersebut merupakan salah satu bakteri cemaran pada susu. Saat ini banyak antibiotika yang digunakan secara bebas pada peternakan sapi perah yang berdampak menimbulkan resistensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji kepekaan (VTEC) yang berasal dari peternakan sapi perah di Bogor, Sukabumi dan Cianjur Jawa Barat terhadap beberapa antibiotika dengan metode difusi cakram menurut National Committee for Clinical Laboratory Standards (NCCLS). Uji kepekaan tersebut dilakukan terhadap dua isolat VTEC O157:H7, 11 isolat VTEC non O157:H7 dan empat isolat E. coli hemolitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa satu isolat VTEC O157:H7 dari Sukabumi resisten terhadap Kloramfenikol, Sulfametoksasol dan Tetrasiklin, sedangkan dari Bogor hanya Tetrasiklin. Tiga isolat VTEC non O157:H7 dari Sukabumi resisten terhadaptetrasiklin dan 6 isolat VTEC non O157:H7 masing-masing dua dari Bogor, Tiga dari Sukabumi dan Satu dari Cianjur resisten terhadap Eritromisin. Semua isolat resisten terhadap Basitrasin. Kata Kunci: E. Coli, VTEC O157:H7, Kepekaan, Antibiotika PENDAHULUAN Antibiotika di kalangan peternak sering digunakan secara bebas tanpa mengetahui indikasi maupun dosis yang tepat untuk pengobatan penyakit ternak. Hal tersebut disebabkan antibiotika mudah diperoleh di poultry shop atau toko obat hewan. Penggunaannya yang tidak terkontrol dapat membahayakan konsumen. Kadang-kadang peternak tidak mengetahui waktu paruh obat serta dosis yang tepat, sehingga menimbulkan residu dalam daging, susu dan telur. Salah satu contoh tindakan peternak yang dapat 376

2 membahayakan konsumen adalah mencampur susu dari sapi yang sedang mendapatkan pengobatan antibiotika dengan susu dari sapi yang sehat.akibatnya susu menjadi tidak aman untuk dikonsumsi karena terkontaminasi oleh bakteri dan mengandung residu antibiotika (MURDIATI, 2004). Verotoksigenik Escherichia coli (VTEC) merupakan bakteri yang diisolasi dari saluran pencernaan sapi dan bersifat patogenik. Bakteri ini mempunyai beberapa strain antara lain E. coli O157:H7, E. coli non O157:H7 dan E. coli hemolitik (NATARO dan KAPER, 1998). Infeksi VTEC pada ternak khususnya sapi ada dua bentuk yaitu yang menimbulkan diare pada anak sapi terutama umur dua minggu sampai dua bulan dan sebagai karier terutama pada sapi yang dewasa (NATARO dan KAPER, 1998). Bakteri E. coli hemolitik yang diisolasi dari anak sapi penderita diare dan E. coli K88 dari anak babi termasuk dalam kelompok VTEC (KUSMIYATI dan SUPAR, 1998). Manusia yang terinfeksi VTEC akan mengalami gangguan kesehatan seperti Hemorrhagic Colitis (HC), Hemolytic Uremic Syndrome (HUS) dan Thrombocytopenia Purpura (TPP) (AAPHV, 2000; CHINYU dan BRANDT, 1995). Di Indonesia terdapat kasus Hemolytic Uremic Syndrome (HUS) dan empat dari 9 kasus tersebut meninggal dunia (TAMBUNAN et al., 2001). Kejadian VTEC O157:H7 pada manusia dapat ditularkan melalui makanan, susu, daging dan air. Meskipun di Indonesia belum ada laporan kasus infeksi VTEC O157:H7 melalui makanan namun bakteri tersebut telah berhasil diisolasi dari limbah cair di rumah potong ayam di Tangerang dan Parung (LUSIASTUTI, 1994), daging (PRAMONO, 2000) dan susu (SUWITO, 2009). Pengobatan terhadap infeksi VTEC tidak spesifik, kecuali pengobatan suportif dan manajemen perilaku konsumsi makanan sehingga kasus anemia karena Hemorrhagic Colitis (HC) dan gagal ginjal dapat dihindari. Antibiotik yang dapat digunakan pada infeksi VTEC umumnya sensitif antara lain: Ampisillin, Karbenisillin, Sepalotin, Kloramfenikol, Gentamisin, Kanamisin, Nalidix acid, Norfloksasin, Tetrasiklin, Tikarsilin, Tobramisin, Trimetoprim dan Sulfametoksasol (MCKEE et al., 2003). Pada manusia resistensi antibiotika muncul setelah mengkonsumsi susu atau makanan lain yang mengandung antibiotika dalam jangka waktu tertentu. Resistensi antibiotika pada manusia mengakibatkan tidak efektifnya pemberian antibiotika tersebut oleh dokter apabila terjadi infeksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji kepekaan terhadap beberapa antibiotika sebagai salah satu aspek yang mempengaruhi kesehatan masyarakat veteriner. Sampel bakteri MATERI DAN METODE Bakteri standar yang digunakan dalam uji kepekaan terhadap antibiotika adalah E. coli ATCC (NCCLS, 2002). Sampel bakteri yang diisolasi dari peternakan sapi perah di Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Cianjur diuji kepekaannya terhadap beberapa antibiotika terlihat dalam Tabel 1. Media Bakteri E. coli ditumbuhkan dalam media Tryptic Soy Broth (Difco) dan diinkubasikan Tabel 1. Sampel bakteri yang diisolasi dari peternakan sapi perah di Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Cianjur Asal daerah (kabupaten) Strain VTEC O157:H7 VTEC non O157:H7 E.coli Hemolitik Bogor Sukabumi Cianjur Total Total 377

3 pada suhu 37 C selama 24 jam. Kemudian subkultur pada Nutrien Agar Plate dan diinkubasikan pada suhu 37 C selama 24 jam. Koloni yang terpisah diambil dengan alat Ose dimasukkan dalam larutan NaCl Fisiologis, selanjutnya dibuat suspensi sel dengan kekeruhan setara dengan larutan Mac (MC) Farland no 5. Larutan standar MC Farland no 5 dibuat dengan cara mencampurkan larutan BaCl 2 1% sebanyak 0,5 ml dengan 9,5 ml larutan H 2 SO 4 1%. Konsentrasi larutan MC Farland no 5 setara dengan kandungan bakteri 2x10 9 cfu/ml (NCCLS, 2002). Uji kepekaan Uji kepekaan terhadap antibiotika dilakukan dengan cara agar difusi mengunakan kertas cakram (disc) antibiotika yang sudah diketahui konsentrasinya dan hasilnya dibaca menurut standar National Committee for Clinical Laboratory Standards (NCCLS) (NCCLS, 2002). Masing-masing sebanyak 1 ml dari suspensai VTEC O157:H7, VTEC non O157:H7 dan E. coli hemolitik diteteskan pada permukaan media MÜeller Hinton Agar selanjutnya diratakan dan dikeringkan di dalam inkubator selama 10 menit. MÜeller Hinton Agar yang sudah diinokulasi bakteri tersebut selanjutnya ditempeli kertas disc cakram antibiotika, kemudian diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam. Interpretasi hasil uji kepekaan antibiotika dilakukan menurut petunjuk dari NCCLS (NCCLS, 2002). HASIL DAN PEMBAHASAN Uji kepekaan VTEC O157:H7 dari kabupaten Sukabumi dan Bogor terhadap beberapa antibiotika terlihat pada Tabel 2 dan Gambar 1. Dari Tabel 2 terlihat bahwa isolat VTEC O157:H7 dari kabupaten Bogor resisten terhadap Basitrasin dan Tetrasiklin, sedangkan dari kabupaten Sukabumi resisten terhadap Basitrasin, Kloramfenikol, Sulfametoksasol dan Tertrasiklin. Resistensi Tetrasiklin pada isolat VTEC O157:H7 dari Sukabumi dan Bogor diduga disebabkan karena peternak sering menggunakan antibiotika tersebut untuk mengobati ternaknya tanpa memperhatikan aturan pakai atau dosis yang tepat. Hal ini akan menyebabkan bakteri beradaptasi dengan keberadaan antibiotika tersebut, akibatnya apabila ternak yang sakit dilakukan pengobatan dengan antibiotika tersebut bakteri akan kebal atau resisten. Saat ini antibiotika golongan Tetrasiklin dapat diperoleh dengan mudah di pasaran. Berdasarkan penelitian MENG et al. (1998) VTEC O157:H7 dari peternakan sapi perah di Amerika masih sensitif terhadap Tetrasiklin, sedangkan dari ternak dan manusia diare serta kasus waterborne di Missouri resisten terhadap Tetrasiklin, Streptomisin dan Tabel 2. Uji kepekaan VTEC O157:H7 yang diisolasi dari Kabupaten Bogor dan Sukabumi terhadap beberapa antibiotika Jenis antibiotik Bogor (1 isolat) Asal isolat Sukabumi (1 isolat) Resisten Sensitif Resisten Sensistif Amoksisilin (30 ug) Basitrasin (10 units) Ciprofloksasin (1ug) Eritromisin (30 ug) Enrofloksasin (5 ug) Kloramfenikol (30 ug) Nalidix acid (30 ug) Sulfametoksasol (100 ug) Tetrasiklin (30 ug) Trimetoprim (25 ug)

4 Gambar 1. Isolat VTEC O157:H7 dalam media MÜeller Hinton Agar terlihat ada zona bening atau peka terhadap Ciprofloksasin, Enrofloksasin, Amoksisilin dan resisten terhadap Basitrasin (tidak ada zona) Sulfametoksasol. Pada manusia resistensi kelompok Tetrasiklin dapat terjadi karena mengkonsumsi produk ternak yang mengandung residu Tetrasiklin dalam waktu yang lama, disamping itu karena mendapatkan pengobatan Tetrasiklin secara terus menerus. Resistensi antibiotika pada manusia dapat menjadi masalah yang penting karena antibiotika tersebut tidak dapat digunakan lagi untuk pengobatan, sehingga harus dicari antibiotika penggantinya. Resistensi Penisilin, Tetrasiklin, Kloramfenikol dan Streptomisin pada VTEC O157:H7 dari domba dan kambing terjadi apabila memiliki gen verotoksin (VT1) dan (VT2), sedangkan pada babi resisten terhadap Penisilin, Streptomisin dan Kloramfenikol (AZIZAH et al., 2002). Resistensi VTEC O157:H7 dari jus apel pernah dilaporkan oleh (SENKEL et al., 2003) yang menyebutkan bahwa sebanyak 64% isolat resisten terhadap Tetrasiklin dan 57% isolat resisten tehadap Streptomisin. Resistensi merupakan suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel bakteri oleh antibiotika (BRANDER et al., 1991). Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersepektrum luas dengan mekanisme kerja menghambat sintesis protein pada ribosom sub unit 50s dengan jalan menghambat pemasukan aminoasil t-rna pada fase perpanjangan atau elongasi (BRANDER et al., 1991). Resistensi Kloramfenikol terjadi pada isolat VTEC O157:H7 dari kabupaten Sukabumi Tabel 2. Penyebab risistensi Kloramfenikol pada VTEC O157:H7 diduga penggunaan antibiotika untuk pengobatan ternak dan adanya mutasi genetik. Penggunaan antibiotika dengan dosis yang tidak terkontrol dalam waktu yang lama merupakan salah satu penyebab terjadinya resistensi. Penelitian yang dilakukan oleh MENG et al. (1998) menunjukkan bahwa resistensi Kloramfenikol pada VTEC O157:H7 disebabkan adanya mutasi genetik. Kloramfenikol merupakan antibiotika pilihan untuk penyakit Tifus pada manusia, sehingga antibiotika tersebut tidak dianjurkan untuk ternak (BRANDER et al., 1991). Penyakit Tifus pada manusia tidak mampu lagi diobati dengan Kloramfenikol apabila telah terjadi resisten, sehingga hal ini yang sangat dikhawatirkan. Faktor lain penyebab terjadinya resistensi Kloramfenikol pada VTEC O157:H7 karena bakteri tersebut mampu mengasetilasi antimikroba. Asetilasi antimikroba disebabkan oleh faktor R dalam plasmid (BRANDER et al., 1991). Mutasi genetik pada kasus resistensi dapat diatasi apabila mutasi tersebut bersifat perolehan yaitu 379

5 dengan cara meningkatkan Minimum Inhibitor Concentration (MIC). Resistensi antibiotik dibagi menjadi resistensi alamiah (natural resistance) dan resistensi perolehan. Resistensi alamiah merupakan keadaan dimana antibiotika tidak mampu bekerja dalam spektrum dosis yang biasa maupun yang lebih tinggi. Bakteri yang sebelumnya sensitif terhadap antibiotika tertentu kemudian menjadi resisten, hal ini disebut resistensi perolehan (ABIDIN, 2004). Resistesi perolehan dapat bersifat relatif maupun absolut. Resistensi perolehan yang bersifat relatif ditujukan pada keadaan saat terdapat peningkatan MIC dari suatu bakteri terhadap antibiotika tertentu secara bertahap dari waktu ke waktu. Resistensi perolehan yang bersifat absolut terjadi apabila terdapat mutasi pada bakteri selama dan sesudah pengobatan (ABIDIN, 2004). Resistensi alamiah tidak dapat diatasi dengan meningkatkan dosis antibiotika. Demikian juga dengan resistensi perolehan yang bersifat absolut. Sebaliknya resistensi perolehan yang relatif dapat diatasi dengan meningkatkan dosis antibiotika 2 4 kali dosis atau lebih dari MIC bakteri yang resisten. Bakteri VTEC O157:H7 dari Sukabumi resisten terhadap Sulfametoksasol Tabel 2. Resistensi Sulfametoksasol pada VTEC O157:H7 dari kabupaten Sukabumi diduga karena golongan antibiotika tersebut sudah sering digunakan untuk pengobatan ternak atau adanya mutasi genetik. Sifat resistensi antibiotika Sulfametoksasol terdapat dalam plasmid atau DNA ekstra kromosom bakteri (BRANDER et al., 1991). Sifat resistensi dapat dipindahkan ke bakteri lain melalui konjugasi antara bakteri yang resisten kepada bakteri yang belum resisten. Sulfametoksasol merupakan antibiotika golongan sulfa yang bersifat bakteriostatik. Sulfametoksasol bekerja dengan cara menghambat Para amino benzoate acid (PABA), sehingga asam folat tidak terbentuk (BRANDER et al.,1991). Asam folat pada bakteri sangat penting dalam proses metabolisme. Eritromisin merupakan antibiotika golongan makrolide yang bekerja dengan cara menghambat sintesis protein pada ribosom sub unit 50s yaitu menghambat translokasi kompleks trna peptida dari lokasi asam amino ke lokasi peptida, akibatnya rantai polipeptida tidak dapat diperpanjang karena lokasi asam amino tidak dapat menerima kompleks trna asam amino yang baru (GAN et al., 1987). Uji kepekaan VTEC non O157:H7 dari Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Cianjur terhadap beberapa antibiotika terlihat pada Tabel 3. Dari Tabel 3 terlihat bahwa isolat VTEC non O157:H7 dari kabupaten Bogor, Sukabumi dan Cianjur semuanya resisten terhadap Basitrasin dan sebagian ada yang resisten terhadap Eritromisin. Tabel 3. Uji kepekaan VTEC non O157:H7 yang diisolasi dari Kabupaten Bogor, Sukabumi dan Cianjur terhadap beberapa antibiotika Jenis antibiotika Asal dan jumlah isolat yang diuji Bogor Sukabumi Cianjur Hasil uji Resisten Sensitif Resisten Sensitif Resisten Sensitif Amoksisilin (30 ug) Basitrasin (10 units) Ciprofloksasin (1 ug) Eritromisin (30 ug) Enrofloksasin (5 ug) Kloramfenikol (30 ug) Nalidix acid (30 ug) Sulfametoksasol (100 ug) Tetrasiklin (30 ug) Trimetoprim (25 ug)

6 Resistensi Eritromisin disebabkan karena peternak sering menggunakan antibiotika sebagai campuran dalam pakan ternak atau feed additive dan campuran vitamin dalam air minum ternak. Pemberian pakan dan minum yang dicampur dengan Eritromisin bertujuan untuk memacu pertumbuhan ternak, meningkatkan efisiensi pakan dan mengurangi kejadian infeksi. Selain hal tersebut, resistensi Eritromisin juga disebabkan karena VTEC non O157:H7 dapat juga mengalami mutasi genetik karena pengaruh lingkungan, sehingga resistensinya bersifat perolehan. Resistensi perolehan dapat diatasi dengan cara meningkatkan Minimum Inhibitor Concentration (MIC) sehingga antibiotika tersebut masih dapat digunakan. Bakteri VTEC non O157:H7 memperoleh faktor resistensi melalui tiga jalur yaitu transformasi, tranduksi dan konjugasi (MENG et al., 1998). Transformasi yaitu dengan jalan bakteri memasukkan faktor resistensi langsung dari media dilingkungan sekitarnya. Transduksi terjadi karena faktor resistensi dipindahkan dari bakteri yang resisten ke bakteri yang peka melalui perantara bakteriofage (BRANDER et al.,1991). Konjugasi merupakan perpindahan faktor resisten langsung dari bakteri yang resisten ke bakteri yang masih sensitif sehingga bakteri yang tadinya sensitif menjadi resisten. Faktor yang menentukan sifat resistensi bakteri terhadap antibiotika terdapat pada material genetik (ABIDIN, 2004). Berdasarkan lokasi material genetik resistensi dikenal dua macam yaitu resistensi dalam kromosom dan ekstrakromosom (BRANDER et al.,1991). Bakteri yang semula peka terhadap antibiotika tertentu dapat berubah sifat genetiknya menjadi resisten atau memerlukan kadar hambat minimal yang lebih tinggi. Perubahan sifat genetik terjadi karena bakteri memperoleh material genetik yang membawa sifat resistensi disebut resistensi perolehan. Material resistensi dapat diperoleh dari lingkungan sekitar yang akan berpengaruh terhadap DNA ektra kromosom atau plasmid dan mutasi genetik yang spontan akibat rangsangan dari luar. Faktor resistensi yang dipindahkan terdapat dalam dua bentuk yaitu plasmid dan episom. Plasmid merupakan DNA ekstrakromosom, sedangkan episom merupakan plasmid yang terikat pada DNA kromosom. Plasmid yang berperan dalam resistensi adalah plasmid faktor R. Plasmid ini terdiri dari 2 unit, yaitu segmen RTF (Resistance Transfer Factor) dan determinan-r (unit-r). Segmen RTF berperan dalam perindahan faktor R, sedangkan unit-r berfungsi membawa sifat resistensi terhadap antibiotika tertentu (ABIDIN, 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh GAN et al. (1987) mekanisme resistensi antimikroba ada enam yaitu: (1) mikroba mensintesis suatu enzim inaktivator atau penghancur antibiotika, misalnya enzim ß- laktamase (penisilinase) yang bekerja dengan memecahkan cincin ß-laktam penisilin; (2) mikroba mensintesis enzim yang baru untuk menggantikan enzim inaktivator atau penghancur antibiotika yang dihambat kerjanya contohnya golongan Eritromisin; (3) mikroba meningkatkan sintesis metabolit yang bersifat antagonis kompetitif terhadap antibiotika, misalnya peningkatan sintesis PABA oleh mikroba untuk melawan efek sulfonamid; (4) mikroba membentuk jalan metabolisme baru dengan menghindari reaksi metabolisme yang dihambat oleh antibiotika; (5) permeabilitas dinding atau membran sel mikroba menurun; dan (6) perubahan struktur atau komposisi ribosom sel mikroba. Uji kepekaan E. coli hemolitik dari kabupaten Bogor dan Sukabumi terhadap beberapa antibiotika terlihat pada Tabel 4. Dari Tabel 4 terlihat bahwa isolat E. coli hemolitik dari kabupaten Bogor dan Sukabumi semuanya sensitif terhadap beberapa antibiotika kecuali Basitrasin. Hal ini dapat disebabkan karena Basitrasin merupakan antibiotika yang ditambahkan dalam pakan sebagai feed additive yang bertujuan untuk memacu pertumbuhan atau growth promotor. Dari pengamatan di lapang menunjukkan bahwa konsentrat dari peternakan di Bogor, Sukabumi dan Cianjur mengandung Basitrasin walaupun dalam konsentrasi yang kecil atau sekitar 1 10 g/100 kg pakan sebagai feed aditif. Basitrasin merupakan antimikroba yang sering ditambahkan dalam pakan ternak sebagai pemacu pertumbuhan (INFOVET, 1999). Konsumsi pakan yang mengadung Basitrasin dalam jangka waktu yang lama menyebabkan terjadinya resistensi disamping itu akan menimbulkan masalah adanya residu dalam produk ternak. 381

7 Tabel 4. Uji kepekaan VTEC E. coli hemolitik yang diisolasi dari Kabupaten Bogor dan Sukabumi terhadap beberapa antibiotika Jenis antibiotika Bogor Asal dan jumlah isolat yang diuji Sukabumi 2 2 Hasil uji Resisten Sensitif Resisten Sensitif Amoksisilin (30 ug) Basitrasin (10 units) Ciprofloksasin (1ug) Eritromisin (30 ug) Enrofloksasin (5 ug) Kloramfenikol (30 ug) Nalidix acid (30 ug) Sulfametoksasol (100 ug) Tetrasiklin (30 ug) Trimetoprim (25 ug) Negara-negara Eropa pada tahun 1999 telah melarang 4 jenis antibiotika untuk dipergunakan sebagai pemacu pertumbuhan yaitu Basitrasin, Virginiamisin, Tilosin dan Spiramisin (INFOVET, 1994). Pemerintah Indonesia belum mengeluarkan peraturan untuk melarang pemakaian keempat antibiotika tersebut dalam bidang peternakan karena akan berdampak terhadap residu antibiotika dalam produk peternakan (INFOVET, 1999). Basitrasin saat ini masih banyak dijumpai dalam pakan ternak, sehingga antibiotika tersebut menimbulkan resisten pada ke tiga jenis isolat yang berasal dari kabupaten Bogor, Sukabumi dan Cianjur. Basitrasin merupakan antibiotika yang tidak broad spectrum atau tidak spektrus luas dan hanya sesnsitif untuk bakteri kelompok Gram positif. Resistensi Basitrasin disebabkan karena organ targetnya tidak sesuai, karena Basitrasin hanya bekerja efektif pada bakteri Gram positif. Berdasarkan jenis resistensi, maka resistensi Basitrasin pada ke tiga jenis isolat dari Bogor, Sukabumi dan Cianjur termasuk resistensi alamiah. Resistensi alamiah tidak dapat diatasi dengan meningkatkan dosis dari antibiotika tersebut, sehingga pengobatan menggunakan antibiotika tersebut tidak efektif lagi. KESIMPULAN Isolat VTEC O157:H7 dari Sukabumi resisten terhadap Sulfametoksasol, Kloramfenikol dan Tetrasiklin, sedangkan dari Bogor resisten terhadap Tetrasiklin. Bakteri VTEC non O157:H7 dari kabupaten Bogor, Sukabumi dan Cianjur resisten terhadap Eritromisin, sedangkan resistensi terhadap Tertasiklin hanya dari kabupaten Sukabumi. Semua isolat VTEC O157:H7, VTEC non O157:H7 dan E.coli hemolitik resisten terhadap Basitrasin. Pemakaian antibiotika harus sesuai dengan dosis dan penjualan antibiotika secara bebas harus dicegah sehingga kasus resistensi dapat diminimalisir. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada teknisi Bagian Bakteriologi di Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor yang telah membantu selama penelitian berlangsung. 382

8 DAFTAR PUSTAKA AMERICAN ASSOCIATION OF PUBLIC HEALTH VETERINARIANS [AAPHV] Position statement on raw (unpasteurized) milk produk. Public Health Veterinarian Coalition Committee htm (27 Juni 2000). ABIDIN, A.N Memahami resistensi untuk mengatasi infeksi bakteri. Medika 3(30): AZIZAH, N., M.K. ASTUTI., D. YUDHABUNTARA dan BUDIHARTA Resistensi isolat lokal pembawa gena VT1 dan VT2 asal babi dan domba/kambing terhadap 6 antibiotik. J. Sain. Vet. 20(2): BRANDER, G.C., D.M. PUGH., R.J. BYWATER and W.L. JENKINS Veterinary Applied Pharmacology & Therapeutics. Bailliere Tindall. CHINYU, S.U. and L.J. BRANDT Review E. coli O157:H7 Infection in Humans. Ann. Int. Med. 123(9): GAN, S., R. SETIABUDHY., U. SJAMSUDIN dan S.Z. BUSTAMI Farmakologi dan terapi. Bagian Farmakologi Universitas Indonesia, Jakarta. INFOVET Kronologi ketentuan penggunaan feed additive di Indonesia. 014: 12. INFOVET Mempertanyakan dasar ilmiah pelarangan AGP. 063: KUSMIYATI dan SUPAR E. coli verotoksigenik dari anak sapi perah penderita diare. Pros. Seminar Hasil-Hasil Penelitian Veteriner. Bogor, Pebruari hlm LUSIASTUTI, A.M Pengaruh Klorin Terhadap Daya Hidup dan Profil Resistensi Antibiotika Bakteri Fekal Koliform dan Escherichia coli O157:H7 dari Limbah Cair Rumah Potong Ayam. Tesis. Institut Pertanian Bogor. MENG, J.S., M.P. ZHAO, DOYLE and JOSEPH Antibiotic resistance of Escherichia coli O157:H7 and O157:NM isolated from animals, food and human. J. Food. Prot. 61(11): MCKEE, R., R.H. MADEN and A. GILMOUR Occurrence of verocytotoxin producing Escherichia coli in dairy and meat processing environment. J. Food. Prot. 66(9): MURDIATI, T.B Advanced and Management of Chemical Use in Farm Practices. Proc. of the 4 th Asian Conference on the Food, and Nutrition Safety Organized by ILSI, FAO and Bogor Agricultural University. pp NATARO, J.P. and J.B. KAPER Diarrhegenic Escherichia coli. Clin. Microbiol. Rev. Januari 1(11): NCCLS (NATIONAL COMMITTEE FOR CLINICAL LABORATORY STANDARDS) Performance standards for antimicrobial disk susceptibility tests. National Committee for Clinical Laboratory Standards. Villanova. Pa. PRAMONO, F Evaluasi Media Pengkayaan Selektif Untuk Mendeteksi Escherichia coli O157:H7 Dalam Daging Giling Lokal. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. SENKEL, I.A., J.R.B. JOLBITADO, Y. ZHANG, D.G. WHITE, S. AYERS and J. MENG Isolation and characterization of escherichia coli recovered from Maryland Apple Cider and The Cider Production Environment. J. Food. Prot. 66(12): SUWITO, W Escherichia coli verotoksigenik (VTEC) yang diisolasi dari susu sapi. JITV 14(13): TAMBUNAN, T.P.P. TRIHONO dan S.O. PARADEDE Sindrom hemolitik di bagian ilmu kesehatan anak FKUI-RSCM Jakarta. Bull. Penelitian Kesehatan. 29(2):

BAB I PENDAHULUAN. daging bagi masyarakat (BSN, 2008). Daging sapi sebagai protein hewani adalah

BAB I PENDAHULUAN. daging bagi masyarakat (BSN, 2008). Daging sapi sebagai protein hewani adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi Bali merupakan salah satu dari beberapa bangsa sapi potong asli Indonesia yang memegang peranan cukup penting dalam penyediaan kebutuhan daging bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Antibiotika di Peternakan Antibiotika adalah senyawa dengan berat molekul rendah yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Sebagian besar antibiotika

Lebih terperinci

Uji Kepekaan Escherichia coli O157:H7 Feses Sapi di Kecamatan Kuta Selatan Badung Bali Terhadap Antibiotik

Uji Kepekaan Escherichia coli O157:H7 Feses Sapi di Kecamatan Kuta Selatan Badung Bali Terhadap Antibiotik Uji Kepekaan Escherichia coli O157:H7 Feses Sapi di Kecamatan Kuta Selatan Badung Bali Terhadap Antibiotik (SENSITIVITY TEST OF ESCHERICHIA COLI O157:H7 FECES CATTLE AT SOUTH KUTA DISTRICT BADUNG BALI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya, bakteri, virus, dan parasit. Dari ketiga faktor tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan asal hewan sangat dibutuhkan untuk kesehatan manusia sebagai sumber protein fungsional maupun pertumbuhan, terutama pada anak-anak usia dini yang karena laju pertumbuhan

Lebih terperinci

25 Universitas Indonesia

25 Universitas Indonesia 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain potong lintang (cross-sectional) untuk mengetahui pola resistensi bakteri terhadap kloramfenikol, trimethoprim/ sulfametoksazol,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Abiansemal adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Badung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Abiansemal adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Badung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Geografis Kecamatan Abiansemal adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Badung Utara, berbatasan dengan Kecamatan Petang disebelah Utara, Kabupaten Gianyar disebelah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Sejumlah 205 sampel susu kuartir yang diambil dari 54 ekor sapi di 7 kandang peternakan rakyat KUNAK, Bogor, diidentifikasi 143 (69.76%) sampel positif mastitis subklinis (Winata 2011).

Lebih terperinci

membunuh menghambat pertumbuhan

membunuh menghambat pertumbuhan Pengertian Macam-macam obat antibiotika Cara kerja / khasiat antibiotika Indikasi dan kontraindikasi Dosis yang digunakan Efek samping dan cara mengatasinya Obat Antibiotika - 2 Zat kimia yang secara alami

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah desain cross-sectional (potong lintang) dengan menggunakan data sekunder, yaitu data hasil uji kepekaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keberadaan Residu Antibiotik

HASIL DAN PEMBAHASAN Keberadaan Residu Antibiotik HASIL DAN PEMBAHASAN Keberadaan Residu Antibiotik Pengujian residu antibiotik pada daging ayam dan sapi dalam penelitian ini dilakukan dengan metode uji tapis (screening test) secara bioassay, sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang

BAB I PENDAHULUAN. Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal dan usus pada manusia sangat erat kaitanya dengan bakteri Escherichia coli yang merupakan salah satu bakteri patogen. Strain E. coli yang bersifat zoonosis

Lebih terperinci

UJI-UJI ANTIMIKROBA. Uji Suseptibilitas Antimikrobial. Menggunakan cakram filter, mengandung sejumlah antibiotik dengan konsentrasi tertentu

UJI-UJI ANTIMIKROBA. Uji Suseptibilitas Antimikrobial. Menggunakan cakram filter, mengandung sejumlah antibiotik dengan konsentrasi tertentu UJI-UJI ANTIMIKROBA KIMIA BIOESAI PS-S2 KIMIA IPB 2014 Uji Suseptibilitas Antimikrobial Metode Difusi Menggunakan cakram filter, mengandung sejumlah antibiotik dengan konsentrasi tertentu Metode Dilusi

Lebih terperinci

Daya Hambat Perasan Daun Sirsak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli

Daya Hambat Perasan Daun Sirsak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli Daya Hambat Perasan Daun Sirsak Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli (The Inhibitory Power Of Soursop Leaf Juice On Escherichia Coli Bacteria Growth) GUSTI AGUNG AYU ANGGRENI PERMATASARI, I NENGAH

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Umum DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung dan Laboratorium. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dalam waktu 4

METODELOGI PENELITIAN. Umum DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung dan Laboratorium. Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dalam waktu 4 27 III. METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Daerah, Rumah Sakit Umum DR. H. Abdul Moeloek Bandar Lampung dan Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional.

BAB I PENDAHULUAN. kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional. BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Sebagian besar peternak sapi perah di Indonesia masih merupakan peternak kecil. Pengelolaan sapi perah rakyat pada kenyataannya masih bersifat tradisional. Cara beternak

Lebih terperinci

Obat yang termasuk golongan ini ialah : a. Sulfonamid, b. Trimetoprin, c. Asam p-aminosalisilat (PAS), dan

Obat yang termasuk golongan ini ialah : a. Sulfonamid, b. Trimetoprin, c. Asam p-aminosalisilat (PAS), dan 1. Antibiotik Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat atau membasmi mikroba jenis lain. Banyak antibiotik dewasa ini dibuat secara semisintetik atau

Lebih terperinci

Antibiotik untuk Mahasiswa Kedokteran, oleh V. Rizke Ciptaningtyas Hak Cipta 2014 pada penulis

Antibiotik untuk Mahasiswa Kedokteran, oleh V. Rizke Ciptaningtyas Hak Cipta 2014 pada penulis Antibiotik untuk Mahasiswa Kedokteran, oleh V. Rizke Ciptaningtyas Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-882262; 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Penyakit infeksi merupakan masalah di Indonesia. Salah satu penanganannya adalah dengan antibiotik.

Bab I Pendahuluan. Penyakit infeksi merupakan masalah di Indonesia. Salah satu penanganannya adalah dengan antibiotik. Bab I Pendahuluan a. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan masalah di Indonesia. Salah satu penanganannya adalah dengan antibiotik. Dengan semakin luasnya penggunaan antibiotik ini, timbul masalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Standar zona hambat antibiotik menurut CLSI

LAMPIRAN 1. Standar zona hambat antibiotik menurut CLSI LAMPIRAN 1. Standar zona hambat antibiotik menurut CLSI Jenis antibiotik Konsentrasi cakram antibiotik Diameter zona hambat (mm) Sensitif intermediate Resisten Kloramfenikol 30 µg 18 13 s/d 17 12 Sumber:

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah desain cross-sectional (potong lintang) dengan menggunakan data sekunder, yaitu data hasil uji kepekaan bakteri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Isolat Campylobacter jejuni yang diuji dalam penelitian ini berasal dari wilayah Demak dan Kudus. Berdasarkan hasil pengujian secara in vitro terdapat perbedaan karakter pola resistensi

Lebih terperinci

Efek Pasca Antibiotik Ciprofloxacin terhadap Staphylococcus aureus ATCC dan Escherichia coli ATCC 25922

Efek Pasca Antibiotik Ciprofloxacin terhadap Staphylococcus aureus ATCC dan Escherichia coli ATCC 25922 JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA, September 2009, hal. 99-03 ISSN 693-83 Vol. 7, No. 2 Efek Pasca Antibiotik Ciprofloxacin terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922 SHIRLY

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorik dengan metode difusi Kirby-Bauer (Triatmodjo, 2008). Hasil penelitian diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susu merupakan salah satu bahan alami yang mempunyai nilai gizi tinggi dan telah lama dimanfaatkan sebagai sumber protein yang cukup penting bagi manusia. Pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus

BAB I PENDAHULUAN. Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bakteri Escherichia coli merupakan bakteri yang umum menghuni usus hewan dan manusia dengan ratusan strain yang berbeda, baik yang berbahaya maupun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Produk pangan asal hewan merupakan sumber zat gizi, termasuk protein yang banyak mengandung asam amino, lemak, kalsium, magnesium dan fosfor sehingga bermanfaat bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Flora Normal Rongga Mulut Rongga mulut merupakan pintu gerbang masuknya berbagai macam mikroorganisme ke dalam tubuh, mikroorganisme tersebut masuk bersama makanan atau minuman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani menjadi sangat penting karena mengandung asam-asam amino

BAB I PENDAHULUAN. Protein hewani menjadi sangat penting karena mengandung asam-asam amino BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan asal ternak sangat dibutuhkan manusia sebagai sumber protein. Protein hewani menjadi sangat penting karena mengandung asam-asam amino yang dibutuhkan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data-data cemaran mikrobia pada produk susu mentah sudah ada dari

BAB I PENDAHULUAN. Data-data cemaran mikrobia pada produk susu mentah sudah ada dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Data-data cemaran mikrobia pada produk susu mentah sudah ada dari kelompok peternakan yakni Budiarso, 2001 Tingkat cemaran rata-rata Coliform yang mengkontaminasi susu

Lebih terperinci

PEMAKAIAN ULANG FASA GERAK TETRASIKIAN DALAM ANALISIS ANTIBIOTIKA PADA ALAT KHROMATOGRAFI CAIRAN KINERJA TINGGI RINGKASAN

PEMAKAIAN ULANG FASA GERAK TETRASIKIAN DALAM ANALISIS ANTIBIOTIKA PADA ALAT KHROMATOGRAFI CAIRAN KINERJA TINGGI RINGKASAN PEMAKAIAN ULANG FASA GERAK TETRASIKIAN DALAM ANALISIS ANTIBIOTIKA PADA ALAT KHROMATOGRAFI CAIRAN KINERJA TINGGI HENY YUSRINI Balai penelitian Veteriner, ARE Martadinata No : 30, Bogor 16114 RINGKASAN Tetrasiklin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan peristiwa masuknya mikroorganisme ke suatu bagian di dalam tubuh yang secara normal dalam keadaan steril (Daniela, 2010). Infeksi dapat disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di

BAB I PENDAHULUAN. Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis Kecamatan Kuta Selatan berada di ketinggian sekitar 0-28 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Kuta Selatan sejak tahun 2013 masih mempunyai beberapa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa

PENDAHULUAN. Latar Belakang. perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa PENDAHULUAN Latar Belakang Industri perunggasan di Indonesia, terutama broiler saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Penggunaan obat hewan pada masa pemeliharaan broiler untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Penambahan jumlah sel pada bakteri dilakukan secara biner (membelah diri) yaitu dari 1 sel membelah menjadi 2 sel yang identik dengan sel induk

Penambahan jumlah sel pada bakteri dilakukan secara biner (membelah diri) yaitu dari 1 sel membelah menjadi 2 sel yang identik dengan sel induk Firman Jaya 2 Diartikan sebagai penambahan jumlah sel Penambahan jumlah sel pada bakteri dilakukan secara biner (membelah diri) yaitu dari 1 sel membelah menjadi 2 sel yang identik dengan sel induk 3 4

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami. yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini

I. PENDAHULUAN. Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami. yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara alami hewan ternak, khususnya itik memiliki kekebalan alami yang berfungsi menjaga kesehatan tubuhnya. Kekebalan alami ini terbentuk antara lain disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Masyarakat yang sehat dan produktif dapat terwujud melalui perlindungan dan jaminan keamanan produk hewan yang aman, sehat, utuh, dan halal (ASUH). Salah satu upaya yang harus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sejak ditemukannya antibiotik oleh Alexander Fleming pada tahun 1928, antibiotik telah memberikan kontribusi yang efektif dan positif terhadap kontrol infeksi bakteri pada manusia

Lebih terperinci

Analisis Hayati KEPEKAAN TERHADAP ANTIBIOTIKA. Oleh : Dr. Harmita

Analisis Hayati KEPEKAAN TERHADAP ANTIBIOTIKA. Oleh : Dr. Harmita Analisis Hayati KEPEKAAN TERHADAP ANTIBIOTIKA Oleh : Dr. Harmita Pendahuluan Dewasa ini berbagai jenis antimikroba telah tersedia untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme. Zat anti

Lebih terperinci

Konsentrasi Konsentrasi Kultur campuran bakteri kandidat resisten antibiotik. Kultur murni kandidat bakteri resisten antibiotik

Konsentrasi Konsentrasi Kultur campuran bakteri kandidat resisten antibiotik. Kultur murni kandidat bakteri resisten antibiotik LAMPIRAN 1. Alur kerja isolasi bakteri resisten antibiotik Sampel Tanah Sampel Air Sampel Udang - Ditimbang sebanyak 1 g - Dihomogenkan dalam 10 ml aquadest steril. - Dipipet 1ml - Ditambah aquadest steril

Lebih terperinci

Gambaran Resistensi Antibiotika Kuman Salmonella sp yang Diisolasi dari Daging Sapi

Gambaran Resistensi Antibiotika Kuman Salmonella sp yang Diisolasi dari Daging Sapi Veterinaria Medika Vol 7, No. 1, Pebruari 2014 Gambaran Resistensi Antibiotika Kuman Salmonella sp yang Diisolasi dari Daging Sapi The Pattern of Antimicrobial Susceptibility of Salmonella sp Isolated

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Campylobacter spp. pada Ayam Umur Satu Hari Penghitungan jumlahcampylobacter spp. pada ayam dilakukan dengan metode most probable number (MPN). Metode ini digunakan jika

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2011 sampai dengan bulan Maret 2012. Kegiatan ini dilakukan di laboratorium Bagian Mikrobiologi Medik Departemen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk batang. Habitat alami bakteri ini berada pada sistem usus manusia dan binatang. Enterobacteriaceae

Lebih terperinci

ABSTRAK AKTIVITAS ANTIMIKROBA MADU IN VITRO TERHADAP ISOLASI BAKTERI DARI LUKA

ABSTRAK AKTIVITAS ANTIMIKROBA MADU IN VITRO TERHADAP ISOLASI BAKTERI DARI LUKA ABSTRAK AKTIVITAS ANTIMIKROBA MADU IN VITRO TERHADAP ISOLASI BAKTERI DARI LUKA Alvita Ratnasari, 2011,Pembimbing 1 : Triswaty Winata, dr., M.Kes Pembimbing 2: Roys A. Pangayoman, dr., SpB., FInaCS. Madu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kambing peranakan etawa (PE) merupakan salah satu ternak di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kambing peranakan etawa (PE) merupakan salah satu ternak di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing peranakan etawa (PE) merupakan salah satu ternak di Indonesia yang baik genetiknya, merupakan persilangan kambing etawa dan kambing lokal (Syukur dan Suharno,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging

BAB I PENDAHULUAN. komoditas ternak yang memiliki potensi cukup besar sebagai penghasil daging BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi merupakan hewan berdarah panas yang berasal dari famili Bovidae. Sapi banyak dipelihara sebagai hewan ternak. Ternak sapi merupakan salah satu komoditas ternak

Lebih terperinci

AKTIVITAS ANTIMIKROBA PADA PUTIH TELUR DARI BEBERAPA JENIS UNGGAS TERHADAP BAKTERI GRAM POSITIF DAN GRAM NEGATIF SKRIPSI CHAIRUL

AKTIVITAS ANTIMIKROBA PADA PUTIH TELUR DARI BEBERAPA JENIS UNGGAS TERHADAP BAKTERI GRAM POSITIF DAN GRAM NEGATIF SKRIPSI CHAIRUL AKTIVITAS ANTIMIKROBA PADA PUTIH TELUR DARI BEBERAPA JENIS UNGGAS TERHADAP BAKTERI GRAM POSITIF DAN GRAM NEGATIF SKRIPSI CHAIRUL PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2009. Pengambilan sampel susu dilakukan di beberapa daerah di wilayah Jawa Barat yaitu

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan perkapita masyarakat, kebutuhan bahan makanan semakin meningkat, tidak terkecuali pangan asal hewan terutama

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU PEMANASAN TERHADAP KANDUNGAN RESIDU ANTIBIOTIK DALAM AIR SUSU SAPI

PENGARUH SUHU PEMANASAN TERHADAP KANDUNGAN RESIDU ANTIBIOTIK DALAM AIR SUSU SAPI PENGARUH SUHU PEMANASAN TERHADAP KANDUNGAN RESIDU ANTIBIOTIK DALAM AIR SUSU SAPI ELLIN HARLIA, ROOSTITA L. BALIA dan DENNY SURYANTO Jurusan Teknologi Hasil Ternak Fakultas an Universitas Padjadjaran ABSTRAK

Lebih terperinci

Pengkajian Residu Tetrasiklin Dalam Daging Ayam Pedaging, Ayam Kampung Dan Ayam Petelur Afkir Yang Dijual Di Kota Kupang

Pengkajian Residu Tetrasiklin Dalam Daging Ayam Pedaging, Ayam Kampung Dan Ayam Petelur Afkir Yang Dijual Di Kota Kupang Jurnal Kajian Veteriner Vol. 2 No. 2 : 175-181 ISSN : 2356-4113 Pengkajian Residu Tetrasiklin Dalam Daging Ayam Pedaging, Ayam Kampung Dan Ayam Petelur Afkir Yang Dijual Di Kota Kupang Consalesius A. Ngangguk

Lebih terperinci

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIMIKROBA INFUSA DAUN ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) TERHADAP Escherichia coli SECARA IN VITRO

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIMIKROBA INFUSA DAUN ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) TERHADAP Escherichia coli SECARA IN VITRO ABSTRAK AKTIVITAS ANTIMIKROBA INFUSA DAUN ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) TERHADAP Escherichia coli SECARA IN VITRO Caroline Suryadi, 1010148. Pembimbing I: dr. Djaja Rusmana, M.Si. Pembimbing II:

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN...v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN...v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii PENDAHULUAN... DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN...v DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii PENDAHULUAN...1 BAB I TINJAUAN PUSTAKA...4 1.1 Tinjauan Antibiotik...4

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencernaan pada manusia. Bakteri Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh Theodor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pencernaan pada manusia. Bakteri Escherichia coli pertama kali ditemukan oleh Theodor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bakteri Escherichia coli O157:H7 Escherichia coli dikenal sebagai salah satu bakteri yang menyebabkan gangguan pencernaan pada manusia. Bakteri Escherichia coli pertama kali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Geografis Kecamatan Kuta Selatan Kecamatan Kuta Selatan terletak di selatan Kabupaten Badung tepatnya pada 8º46 58.7 LS dan 115º05 00-115º10 41.3 BT, berada pada ketinggian

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN IDENTIFIKASI DAN POLA KEPEKAAN BAKTERI YANG DIISOLASI DARI URIN PASIEN SUSPEK INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN Oleh : ESTERIDA SIMANJUNTAK 110100141 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

BAB I. PENDAHULUAN. Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya strain bakteri yang resisten terhadap banyak antibiotik termasuk bakteri Staphylococcus aureus, merupakan masalah yang serius, apalagi didukung kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotik Menurut definisinya, antibiotik adalah zat kimia yang mempunyai kemampuan dalam larutan encer untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Antibiotik dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan berbagai jenis penyakit infeksi sampai sekarang ini adalah dengan pemberian antibiotik. Antibiotik merupakan substansi atau zat yang dapat membunuh atau melemahkan

Lebih terperinci

RESISTENSI Escherichia coli TERHADAP ANTIBIOTIK DARI DAGING AYAM BROILER DI PASAR RUKOH

RESISTENSI Escherichia coli TERHADAP ANTIBIOTIK DARI DAGING AYAM BROILER DI PASAR RUKOH RESISTENSI Escherichia coli TERHADAP ANTIBIOTIK DARI DAGING AYAM BROILER DI PASAR RUKOH THE ANTIBIOTIC RESITANCE Escherichia coli IN BROILER MEAT AT RUKOH MARKET Akmal Mukti 1, Rastina 2, Abadul Harris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Antibiotik merupakan substansi yang sangat. bermanfaat dalam kesehatan. Substansi ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Antibiotik merupakan substansi yang sangat. bermanfaat dalam kesehatan. Substansi ini banyak BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Antibiotik merupakan substansi yang sangat bermanfaat dalam kesehatan. Substansi ini banyak dimanfaatkan oleh tenaga kesehatan sebagai obat untuk mengobati penyakit

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. tidak saja dapat tumbuh baik di air tawar, namun juga air payau dan laut. Sebagai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. tidak saja dapat tumbuh baik di air tawar, namun juga air payau dan laut. Sebagai PENDAHULUAN Latar Belakang Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan konsumsi yang tidak saja dapat tumbuh baik di air tawar, namun juga air payau dan laut. Sebagai sebuah komoditas perikanan,

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Infeksi merupakan masalah yang paling banyak dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Kasus infeksi disebabkan oleh bakteri atau mikroorganisme yang patogen, mikroba

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi

I. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi I. PENDAHULUAN Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri patogen oportunistik penting yang menyebabkan infeksi nosokomial terutama pada pasien yang mengalami penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke. dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu

I. PENDAHULUAN. Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke. dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu pertumbuhan atau meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

ANTIBAKTERIA DAN ANTIFUNGI. Irfan M. Setiawan, M.Sc., Apt

ANTIBAKTERIA DAN ANTIFUNGI. Irfan M. Setiawan, M.Sc., Apt ANTIBAKTERIA DAN ANTIFUNGI Irfan M. Setiawan, M.Sc., Apt 1. ANTIBAKTERIA Alexander Flemming (1881-1955) Penicillin ANTIBAKTERIA Bakteri memasuki tubuh penetrasi ke jaringan tubuh terjadi infeksi Sistem

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan bulan Desember 2011. Kegiatan ini dilakukan di laboratorium Bagian Mikrobiologi Medik Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Racangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial atau Completely Random Design pola faktorial.

Lebih terperinci

I. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah 1. untuk mengetahui potensi suatu antibiotika yang digunakan untuk membunuh mikroba 2.

I. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah 1. untuk mengetahui potensi suatu antibiotika yang digunakan untuk membunuh mikroba 2. I. Tujuan Praktikum Tujuan dari praktikum ini adalah 1. untuk mengetahui potensi suatu antibiotika yang digunakan untuk membunuh mikroba 2. untuk mengetahui cara-cara pengukuran dalam penentuan potensi

Lebih terperinci

UJI KEPEKAAN Escherichia coli O157:H7 HASIL ISOLASI FESES SAPI DI KECAMATAN KUTA SELATAN TERHADAP BEBERAPA JENIS ANTIBIOTIKA SKRIPSI

UJI KEPEKAAN Escherichia coli O157:H7 HASIL ISOLASI FESES SAPI DI KECAMATAN KUTA SELATAN TERHADAP BEBERAPA JENIS ANTIBIOTIKA SKRIPSI UJI KEPEKAAN Escherichia coli O157:H7 HASIL ISOLASI FESES SAPI DI KECAMATAN KUTA SELATAN TERHADAP BEBERAPA JENIS ANTIBIOTIKA SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Persyaratan untuk

Lebih terperinci

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica L. Less) TERHADAP ZONA HAMBAT BAKTERI Escherichia coli patogen SECARA IN VITRO Oleh: Ilma Bayu Septiana 1), Euis Erlin 2), Taupik Sopyan 3) 1) Alumni Prodi.Pend.Biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1998 WHO melaporkan bahwa infeksi merupakan penyebab kematian kedua setelah kardiovaskular dengan angka mencapai 13,3 juta orang yang meninggal

Lebih terperinci

ISOLASI DAN UJI POTENSI ANTIMIKROBA EKSTRAK ISOLAT AKTINOMISETES DARI SAMPEL TANAH ASAL TERNATE SERTA IDENTIFIKASI MOLEKULER ISOLAT AKTIF

ISOLASI DAN UJI POTENSI ANTIMIKROBA EKSTRAK ISOLAT AKTINOMISETES DARI SAMPEL TANAH ASAL TERNATE SERTA IDENTIFIKASI MOLEKULER ISOLAT AKTIF ISOLASI DAN UJI POTENSI ANTIMIKROBA EKSTRAK ISOLAT AKTINOMISETES DARI SAMPEL TANAH ASAL TERNATE SERTA IDENTIFIKASI MOLEKULER ISOLAT AKTIF SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Antibiotika 2.1.1 Definisi Antibiotika Antibiotika adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme (bakteri, jamur) yang mempunyai efek menghambat atau menghentikan suatu

Lebih terperinci

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIMIKROBA AIR PERASAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP Escherichia Coli SECARA IN VITRO

ABSTRAK. AKTIVITAS ANTIMIKROBA AIR PERASAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP Escherichia Coli SECARA IN VITRO ABSTRAK AKTIVITAS ANTIMIKROBA AIR PERASAN JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) TERHADAP Escherichia Coli SECARA IN VITRO Aghnia H. S., 2014 Pembimbing I : dr.djaja Rusmana, M.Si. Pembimbing II: Dra. Endang

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENANGANAN KASUS INFEKSI

PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENANGANAN KASUS INFEKSI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENANGANAN KASUS INFEKSI H M Bakhriansyah, dr., M.Kes., M.Med.Ed Bagian Farmakologi FK UNLAM BANJARBARU Pendahuluan Terminologi Antibiotik Antiparasit Antijamur Antiprotozoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan keturunan asli

BAB I PENDAHULUAN. Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan keturunan asli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia dan keturunan asli banteng dan telah mengalami proses domestikasi. Sapi bali telah tersebar di seluruh wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare, infeksi saluran nafas, malaria, tuberkulosis masih menjadi penyebab utama kematian.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Antibiotika 1. Definisi Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh jamur dan bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 8 media violet red bile agar (VRB). Sebanyak 1 ml contoh dipindahkan dari pengenceran 10 0 ke dalam larutan 9 ml BPW 0.1% untuk didapatkan pengenceran 10-1. Pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6

Lebih terperinci

Uji Potensi Bakteri dan Resistensi terhadap Antibiotik

Uji Potensi Bakteri dan Resistensi terhadap Antibiotik MODUL 7 Uji Potensi Bakteri dan Resistensi terhadap Antibiotik POKOK BAHASAN : 1. Uji Resistensi Bakteri terhadap Antibiotik 2. Uji potensi bakteri sebagai penghasil enzim ekstraseluler (proteolitik, celulase,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Sampel isolat lokal Campylobacter jejuni Hewan percobaan

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Materi Penelitian Sampel isolat lokal Campylobacter jejuni Hewan percobaan 26 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian berlangsung dari bulan April 2010 sampai dengan Juli 2011 di Laboratorium Kesehatan Masyarakat Veteriner, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK KLORAMFENIKOL TERHADAP PERTUMBUHAN Salmonella typhi INVITRO. Lindawati Sudisman, Pembimbing : Fanny Rahardja,dr.

ABSTRAK. EFEK KLORAMFENIKOL TERHADAP PERTUMBUHAN Salmonella typhi INVITRO. Lindawati Sudisman, Pembimbing : Fanny Rahardja,dr. ABSTRAK EFEK KLORAMFENIKOL TERHADAP PERTUMBUHAN Salmonella typhi INVITRO Lindawati Sudisman, 2004. Pembimbing : Fanny Rahardja,dr.,MSi Salmonella typhi telah dilaporkan sensitifterhadap kloramfenikol dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Deteksi Mutasi pada Quinolone Resistant Determining Regions (QRDRs ) gen gyra pada Salmonella typhi Isolat Klinik dan Galur Khas Indonesia

ABSTRAK. Deteksi Mutasi pada Quinolone Resistant Determining Regions (QRDRs ) gen gyra pada Salmonella typhi Isolat Klinik dan Galur Khas Indonesia ABSTRAK Deteksi Mutasi pada Quinolone Resistant Determining Regions (QRDRs ) gen gyra pada Salmonella typhi Isolat Klinik dan Galur Khas Indonesia Kirby Saputra, 2008 Pembimbing I : Ernawati Arifin Giri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Nigeria sering menggunakan kombinasi obat herbal karena dipercaya

BAB I PENDAHULUAN. dan Nigeria sering menggunakan kombinasi obat herbal karena dipercaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prinsip pengobatan kombinasi terhadap suatu penyakit telah lama dikembangkan dalam pengobatan kuno. Masyarakat Afrika Barat seperti Ghana dan Nigeria sering menggunakan

Lebih terperinci

Survei Resistensi Antibiotik pada E. coli di Ternak, Manusia dan Lingkungan di Peternakan

Survei Resistensi Antibiotik pada E. coli di Ternak, Manusia dan Lingkungan di Peternakan Survei Resistensi Antibiotik pada E. coli di Ternak, Manusia dan Lingkungan di Peternakan Tujuan Mengetahui pola kepekaan bakteri pada peternakan babi dan ayam petelur skala kecil Mengetahui pola kepekaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kajian ilmiah terhadap kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kajian ilmiah terhadap kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kajian ilmiah terhadap kejadian penyakit yang disebabkan oleh agen yang bersifat patogen merupakan prioritas utama untuk dilakukan pada bidang kesehatan,

Lebih terperinci

RESISTENSI SALMONELLA SPP. ISOLAT ITIK ALABIO TERHADAP BEBERAPA ANTIBIOTIKA

RESISTENSI SALMONELLA SPP. ISOLAT ITIK ALABIO TERHADAP BEBERAPA ANTIBIOTIKA RESISTENSI SALMONELLA SPP. ISOLAT ITIK ALABIO TERHADAP BEBERAPA ANTIBIOTIKA ISTIANA Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jalan Panglima Batur Barat No. 4 Banjarbaru, Kalimantan Selatan,

Lebih terperinci

BAB 1 P ENDAHULUAN. irasional dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri yaitu menggunakan

BAB 1 P ENDAHULUAN. irasional dapat menyebabkan terjadinya resistensi bakteri yaitu menggunakan BAB 1 P ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia terkait tingginya angka kejadian infeksi bakteri.penggunaan antibiotik yang irasional dapat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia serta negara-negara Asia lainnya berasal dari tumbuh-tumbuhan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia serta negara-negara Asia lainnya berasal dari tumbuh-tumbuhan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan protein yang tinggi masyarakat Indonesia yang tidak disertai oleh kemampuan untuk pemenuhannya menjadi masalah bagi bangsa Indonesia. Harper dkk.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Analis Kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Analis Kesehatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode deskriptif. B. Tempat dan waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Analis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi merupakan jenis penyakit yang paling banyak diderita oleh penduduk di negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu penyebab penyakit infeksi

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI

PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI PENUNTUN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI FARMASI Disusun oleh : Dra. Hj. Dewi Rusmiati Dra. Hj. Sulistianingsih Dr. Tiana Milanda Sri Agung F.K, M.Si. LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan sampel berdasarkan jumlah susu pasteurisasi yang diimpor dari Australia pada tahun 2011 yaitu 39 570.90 kg, sehingga jumlah sampel yang diuji dalam penelitian ini sebanyak

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Hewan

SKRIPSI. Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Hewan UJI KEPEKAAN (SENSITIVITY TEST) Escherichia coli O157:H7 ASAL FESES SAPI DI KECAMATAN ABIANSEMAL TERHADAP ANTIBIOTIKA PENISILIN G, AMPISILIN, SULFA, DAN STREPTOMISIN SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas

Lebih terperinci

Resistensi antimikroba pada hewan: Perspektif produksi ternak global dan korelasinya dengan penggunaan antimikroba

Resistensi antimikroba pada hewan: Perspektif produksi ternak global dan korelasinya dengan penggunaan antimikroba Resistensi antimikroba pada hewan: Perspektif produksi ternak global dan korelasinya dengan penggunaan antimikroba Drh. Tri Satya Putri Naipospos MPhil PhD Fenomena ini dikenal sebagai resistensi antimikroba

Lebih terperinci

PERSENTASE KARKAS AYAM PEDAGING YANG DIBERI TEPUNG CACING TANAH SEBAGAI SUPLEMEN PAKAN PENGGANTI ANTIBIOTIK

PERSENTASE KARKAS AYAM PEDAGING YANG DIBERI TEPUNG CACING TANAH SEBAGAI SUPLEMEN PAKAN PENGGANTI ANTIBIOTIK PERSENTASE KARKAS AYAM PEDAGING YANG DIBERI TEPUNG CACING TANAH SEBAGAI SUPLEMEN PAKAN PENGGANTI ANTIBIOTIK (The Percentages of Broiler Carcas Fed on Earthworm Meal as Feed Supplement for Antibiotic Substitution)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan yang utama di negara berkembang (Setyati dkk., 2012). Pneumonia dapat terjadi sepanjang

Lebih terperinci