ABSTRAK KELIMPAHAN DAN DINAMIKA POPULASI ODONATA BERDASARKAN HUBUNGANNYA DENGAN FENOLOGI PADI. DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ABSTRAK KELIMPAHAN DAN DINAMIKA POPULASI ODONATA BERDASARKAN HUBUNGANNYA DENGAN FENOLOGI PADI. DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT"

Transkripsi

1 ABSTRAK KELIMPAHAN DAN DINAMIKA POPULASI ODONATA BERDASARKAN HUBUNGANNYA DENGAN FENOLOGI PADI. DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT Oleh Irwandi Ansori Penelitian keanekaragaman Odonata (Dragonflies) telah dilakukan pada 4 lokasi persawahan di Bandung, yaitu Antapani, Cigadung, Dago Pakar dan Dago Pojok. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis-jenis Odonata, dan mengetahui kelimpahan dan dinamika populasinya. Penangkapan Odanata dewasa dilakukan menggunakan sweeping net (kedalam 60 cm, Ø cm). Pencuplikan tersebut dilakukan sejalan dengan perkembangan padi. Odonata dewasa yang berhasil diidentifikasi terdiri dari 2 famili (Libellulidae dan Aeshnidae) dan 4 spesies, yaitu Orthetrum sabina (Libellulidae), Crocothemis servilia (Libellulidae), Neurothemis terminata (Libellulidae) dan Anaciaeshna jaspidea (Aeshnidae). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Crocothemis servilia (Libellulidae) dan Orthetrum sabina (Libellulidae) merupakan spesies yang dominan di empat lokasi penelitian. Pada awal pertumbuhan padi (fase vegetatif sampai fase bunting ~ hari), menunjukkan jumlah individu terbesar dibandingkan dengan fase lain, dan populasi Odonata akan menurun sejalan dengan umur padi yang semakin tua. Hasil analisis indeks keanekaragaman untuk Odonata dewasa di empat lokasi penelitian menunjukkan bahwa persawahan Dago Pojok memiliki indeks keanekaragaman tertinggi. Indeks kemerataan tertinggi Odonata dewasa diperoleh di persawahan Antapani dan Dago Pakar.

2 ABSTRACT THE DIVERSITY OF ODONATA (Dragonflies) IN SOME PADDY FIELDS IN BANDUNG By Irwandi Ansori The research on Odonata diversity was conducted in Antapani, Cigadung, Dago Pakar and Dago Pojok paddy fields located in Bandung. The objectives of the study were to identify Odonata species, to analyse the population dynamics and abundance of Odonata. Adults of Odonata were taken by sweeping net (depth 60 cm, Ø cm). The samples were done taken paddy growth. Adults. Two (2) families of adult Odonata were identified and consist of 4 species, i.e Orthetrum sabina (Libellulidae), Crocothemis servilia (Libellulidae), Neurothemis terminata (Libellulidae) and Anaciaeshna jaspidea (Aeshnidae). The result of this research showed that Crocothemis servilia (Libellulidae) and Orthetrum sabina (Libellulidae) were dominant species in four research location. In the early paddy growth (vegetatif phase to pregnant phase ~ day) showed the highest number of Odonata compared with the other phase, by the time there will be a decrease in the population of Odonata. Dago Pojok paddy field has the highest index diversity of an adult Odonata. Highest similarity index of adult Odonata showed in Antapani and Dago Pakar paddy field.

3 Pendahuluan Capung (Odonata) mempunyai peranan penting pada ekosistem persawahan (Shepard et al, 1992). Capung dapat berfungsi sebagai serangga predator, baik dalam bentuk nimfa maupun dewasa, dan memangsa berbagai jenis serangga serta organisme lain termasuk serangga hama tanaman padi, seperti: penggerek batang padi (Chilo sp), wereng coklat (Nilaparvata lugens), dan walang sangit (Leptocorisa acuta) (Borror et al., 1992; Shepard et al, 1992). Selain itu, capung dapat dijadikan sebagai indikator kualitas ekosistem (Jhon, 2001). Hal ini dikarenakan capung memiliki 2 habitat : air dan udara. Odonata dewasa betina dalam melakukan oviposisi memilih habitat perairan yang jernih dan bersih, serta nimfa rentan terhadap kualitas air terpolusi (Borror et al., 1992; Jhon, 2001). Odonata adalah serangga yang relatif besar (panjangnya kira-kira 20 sampai lebih dari 135 mm), seringkali berwarna menarik dan menggunakan sebagaian besar hidupnya dalam dalam kondisi terbang (Borror et al., 1992). Capung sering terlihat terbang berkelompok di daerah pertanian, padang rumput dan kebanyakan di daerah sawah atau perairan. Odonata mempunyai kemampuan menangkap mangsanya saat terbang, kecepatan terbangnya dapat mencapai 60 Km/jam (Sastrodiharjo, 1971). Menurut (Borror et.al., 1992) beberapa ciri utama Odonata yang dapat dibedakan dari serangga lain, yaitu : (a) Odonata adalah serangga dengan daur hidup hemimetabola atau yang mengalami metamorfosis tidak sempurna dari telur menjadi nimfa kemudian terakhir menjadi serangga dewasa. (b) Nimfa Odonata hidup di daerah akuatik, sedangkan serangga dewasanya sebagian besar sebagai penerbang yang baik dan mampu menempuh jarak yang jauh hingga beberapa mil. Nimfa dan dewasa bertindak sebagai predator, memangsa nyamuk, lalat, berbagai hama tanaman padi, terutama yang terbang dan serangga-serangga kecil lainnya. (c) Bagian mulut dari Odonata baik nimfa maupun dewasa pada umumnya termodifikasi untuk menangkap dan mengigit mangsanya. Toraks relatif kecil dan kompak (protoraks selalu kecil, dan ruas toraks lainnya membentuk hampir seluruh toraks), serta permukaan dorsal pterotoraks antara pronotum dan dasar sayap terbentuk oleh sklerit-sklerit pleura. Antena sangat kecil seperti rambut, serta abdomen panjang dan langsing. Sersi tidak beruas dan berfungsi sebagai organ-organ pendekap pada yang jantanodonata adalah kelompok serangga yang berukuran sedang sampai besar dan seringkali berwarna menarik. Serangga ini menggunakan sebagian besar hidupnya untuk terbang. Capung juga memiliki tubuh yang langsing dengan dua pasang sayap, dan memiliki pembuluh darah jala. Selain itu capung juga memiliki antenna pendek yang berbentuk rambut, kaki yang berkembang baik, alat mulut tipe pengunyah, mata majemuk yang besar, abdomen panjang dan langsing (Boror et al., 1992).

4 Telur capung akan diletakan pada atau di dekat air dengan berbagai cara. Beberapa disuntikan kedalam air atau kayu yang membusuk dan berair atau diletakan pada objek yang terletak tepat dibawah permukaan air. Selain itu, telur juga dapat disuntikan kedalam lumpur yang terdapat dipinggiran perairan. Setelah telur menetas, nimfa akan melakukan proses metamorfosis tidak sempurna menjadi Odonata dewasa. Nimfa merupakan hewan air yang terutama hidup didaerah persawahan, kolam, danau atau hulu sungai. Nimfa ini tidak berenang, tetapi berjalan sepanjang dasar atau diantara serasah dan vegetasi. Nimfa serangga ini merupakan predator, selain memakan organisme akuatik yang kecil dan larva nyamuk, diketahui juga memangsa nimfa wereng, thrips, larva dari familia Agromyzidae yang jatuh kepermukaan air (Borror et.al., 1992). Beberapa penelitian mengenai Odonata telah banyak dilakukan, diantaranya penelitian mengenai keanekaragaman Odonata dan hubungannya dengan ekosistem dan penggunaan lahan di Semenanjung Utara Malaysia (Siregar et al., 2004), juga penelitian kehadiran nimfa Odonata di berbagai habitat persawahan (Ahmad, 1982). Penelitian tersebut lebih menekankan pada faktor lingkungan yang mempengaruhi populasi Odonata. Beberapa aspek lain, seperti hubungan populasi Odonata dengan fenologi padi (perkembangan tanaman) belum banyak dikaji. Populasi Odonata juga dipengaruhi oleh faktor abiotik dalam perkembangan hidupannya, seperti penggunaan insektisida. Insektisida yang digunakan secara tidak langsung dapat berdampak pada populasi Odonata. Hal ini telah dilaporkan Kobayashi (1961), dalam Asahina et al., 1970; dalam Ahmad 1982, yang menyatakan bahwa Odonata merupakan salah satu predator insekta yang mengalami kerugian hebat akibat penggunaan insektisida terhadap penggerek batang padi. Asahina et al., 1970 dalam Ahmad 1982 juga melaporkan bahwa akibat penggunaan insektisida terhadap penggerek batang padi yang dilakukan tahun di Jepang, mengakibatkan populasi Odonata mengalami penurunan yang drastis. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian mengenai dinamika populasi Odonata dan hubungannya dengan fenologi padi, dengan penekanan pada inventarisasi spesies Odonata. Kajian dilakukan di areal persawahan sekitar Bandung. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan observasi pendahuluan yang menunjukkan bahwa banyak petani yang menggunakan insektisida untuk mengendalikan hama padi. Deltamethrin (Decis) adalah insektisida yang banyak digunakan, dan merupakan insektisida yang sangat beracun terhadap ikan-ikan kecil yang berada di ekosistem persawahan. Penelitian ini juga diharapkan dapat mengetahui keanekaragaman spesies Odonata, baik nimfa maupun dewasa di persawahan sekitar Bandung. Kajian ini juga diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentang dinamika populadi Odonata.

5 Metode Penelitian 1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di areal persawahan sekitar Bandung, yang meliputi wilayah Dago Pakar, Dago Pojok, Cigadung dan Antapani (Gambar III.1). Daerah Antapani merupakan daerah yang paling rendah dibanding daerah penelitan lainnya (Antapani 690 m dpl, Cigadung 710 m dpl, Dago pojok 890 m dpl dan Dago Pakar 910 m dpl). Selain itu persawahan yang dipilih adalah persawahan yang memiliki pengairan yang baik. serta luas area sekitar 1000 m². Pengamatan kelimpahan populasi Odonata dihubungkan dengan fenologi padi, mulai dari fase vegetatif (F.Vg), fase primordia (F.Pr), fase buting (F.Bt), Perkembangan malai dan bunga (P.M.B), fase masak susu (F.Ms), fase masak penuh (F.Mp), masak panen (M.P). 2 Fluktuasi Kelimpahan Odonata Pencacahan capung dewasa dilakukan dengan penangkapan menggunakan jaring udara. Jaring berbentuk kerucut dengan kedalam 60 cm, Ø cm, dan panjang tongkat jaring 1 meter (Gambar III.3). Penangkapan dilakukan mulai pukul WIB. Hal ini dilakukan karena Odonata termasuk kelompok serangga yang aktif pada siang hari. Capung yang tertangkap dimasukkan kedalam botol-botol pembunuh yang berisi beberapa kertas tissue dan diisi eter. Setelah Odonata mati, segera dikeluarkan dari botol pembunuh kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Hal ini dilakukan agar warna cemerlang Odonata tidak memudar. Kemudian Odonata disimpan dalam amplop-amplop kertas segitiga yang berukuran 30 x 20 cm dengan posisi sayap terlipat diatas tubuh. Untuk setiap amplop disimpan satu capung. Setelah itu Odonata diidentifikasi dan diamati jenis kelaminnya di laboratorium Entomologi SITH ITB. Identifikasi capung dilakukan sampai dengan spesies dengan menggunakan kunci identifikasi Watson et al, (1991); Miller, (1995); Orr, (2005), selain itu juga dilakukan perbandingan spesimen dengan spesimen Odonata di Laboratorium Zoologi LIPI Cibinong serta komunikasi langsung dengan Dra. Puji Aswari MS. sebagai ahli Odonata.

6 Gambar III.2 Jaring Udara (arial net) untuk digunakan menangkap capung dewasa Capung yang telah diidentifikasi dan dihitung jumlah populasinya, kemudian ditentukan spesies dominannya, yaitu spesies yang kelimpahan relatifnya lebih dari 5% (Irmler, 2003) dan dianalisis keanekaragamannya dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon (Zar, 1996) dengan rumus sebagai berikut : H = - pi log pi Dimana H : Indeks keanekaragaman pi : proporsi spesies ke i di dalam sampel total Indeks ini digunakan dengan pertimbangan kemampuan diskriminan dan sensitifitasnya terhadap ukuran sample cukup moderat, perhitungannya tidak terlalu sulit dan umum digunakan dalam studi keanekaragaman spesies. Selain itu dihitung juga Indeks Kemerataaan spesies di masing-masing kawasan persawahan, dengan menggunakan indeks Shannon s (Zar, 1996) dengan rumus sebagai berikut : J = H H max Dimana H max = Log k Keterangan k : jumlah spesies Selain itu untuk mengetahui hubungan antara jumlah individu Odonata dengan fenologi padi (umur padi) maka digunakan rumusan korelasi (Zar, 1996). 3 Pengukuran Faktor Lingkungan Pada penelitian ini dilakukan pengukuran faktor lingkungan selama periode pencuplikan, yang terdiri dari pengukuran suhu air dan suhu udara dilakukan dengan menggunakan termometer air raksa, derajat keasaman (ph) diukur dengan menggunakan kertas ph, kelembaban relatif (Rh) diukur dengan higrometer, serta

7 pengukuran kadar materi organik tanah. Pengukuran kadar materi organik tanah dilakukan dengan cara tanah (Lumpur) diambil secukupnya dan disimpan dalam kantung-kantung plastik. Pengerjaan selanjutnya dilakukan di Laboratorium Entomologi SITH ITB. Untuk menghilangkan air dari lumpur (tanah) ditimbang 20 gram kemudian dimasukkan kedalam oven pada suhu 105 C selama dua jam. Lima gram tanah kering dipanaskan didalam furnace muffle pada suhu 600 ºC selama tiga jam. Untuk mengetahui persentase kadar materi organiknya maka dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Berat kering tanah berat abu Zat Organik tanah (%) = Berat kering tanah X 100% (Adianto, 1980 dalam Ahmad, 1982) Pengukuran faktor lingkungan ini dilakukan dengan asumsi perbedaan kondisi lahan akan menyebabkan perbedaan kondisi mikroklimat sehingga berpengaruh juga kepada kelimpahan populasi Odonata. Hasil dan Pembahasan 1 Identifikasi Odonata Hasil identifikasi Odonata dewasa dari empat lokasi penelitian (Antapani, Cigadung, Dago Pakar, Dago Pojok) terdiri dari famili Libellulidae dan Aeshnidae. Capung dari Famili Libellulidae terdiri dari 3 spesies, yaitu: Orthetrum sabina, Crocothemis servilia, dan Neurothemis terminata. Sedangkan capung dari famili Aeshnidae hanya terdiri dari satu spesies, yaitu Anaciaeshna jaspidea (Gambar 2). Ciri utama dari O. sabina adalah mempunyai abdomen ramping, ruas abdomen ke 7 sampai 9 memipih; tubuh berwarna hijau kekuningan dan hitam. Pada bagian samping dari synthoraks berwarna belang hitam dan kuning, subtriangel pada sayap depan terdiri dari 3 sel atau lebih dan memiliki distal antenodal crossvein pada sayap depan sempurna (Watson et al., 1991). C. servilia mempunyai ciri sayap belakang lebih lebar sedikit daripada sayap depan, pangkal sayap belakang tidak berlekuk, ujung anal loop pada sayap belakang bertipe tertutup, subtriangel pada sayap depan terdiri dari tiga sel, Discoidal pada sayap depan terdiri dari 3 baris, tubuh berwarna merah cerah atau kuning kecoklatan. Capung N. terminata memiliki ciri utama, yaitu tiga perempat dari kedua sayapnya tidak transparan, berwarna merah hati sama dengan warna tubuhnya, hypertriangle pada sayap depan dilintasi satu atau lebih crossvein, triangel pada sayap belakang dilintasi oleh crossvein. A. jaspidea mempunyai ciri utama tubuh yang besar, mata majemuk berwarna biru dan bertemu pada sisi dorsal kepala (Watson et al, 1991; Miller, 1995; Orr, 2005). Dari berbagai literatur, semua spesies Odonata dari lokasi penelitian sangat umum dijumpai pada areal persawahan di beberapa daerah tropis, kecuali di Myanmar, Vietnam, Singapura, Sri langka, Kamboja, Laos, Nepal dan Papua New Guinea yang hanya ditemukan dua jenis, yaitu : C. servilia dan O. sabina (Paulson, 2004)

8 Orthetrum sabina (Libellulidae) Crocothemis servilia (kuning) (Libellulidae) Crocothemis servilia (merah) (Libellulidae) Neurothemis terminata (Libellulidae) Anaciaeshna jaspidea (Aeshnidae) Gambar 2 Jenis-jenis Odonata dewasa pada empat areal persawahan

9 2 Dinamika populasi Odonata dewasa di empat kawasan persawahan Total hasil tangkapan capung dari empat kawasan persawahan adalah 275 individu yang terdiri dari 2 famili (Libellulidae dan Aeshnidae) dan 4 spesies. Famili Libellulidae merupakan famili yang dominan, dengan jumlah tangkapan sebesar 258 individu. Hasil tangkapan capung dewasa pada setiap lokasi penelitian disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Populasi Odonata dewasa pada empat lokasi penelitian Lokasi Jumlah individu O. sabina (Libellulidae) C. servilia (Libellulidae) N. terminata (Libellulidae) A. jaspidea (Aeshnidae) Antapani Cigadung Dago Pakar Dago Pojok Jumlah Hasil kajian diatas sesuai dengan hasil penelitian Paulson (2004) pada beberapa daerah di wilayah tropis. Dua famili Odonata yang dominan berhasil ditemukan dalam penelitiannya, yaitu Libellulidae dengan 966 individu dan Coenagrionidae dengan 1070 individu. Selain itu penelitian yang dilaporkan oleh Siregar et al., (2004) juga menyatakan bahwa Platycnemididae (Subordo Zygoptera) dan Libellulidae (Subordo Anisoptera) adalah dua famili yang dominan ditemukan di ekosistem persawahan Semenanjung Utara Malaysia. Berdasarkan hasil kajian diatas terdapat kecenderungan bahwa familia Libellulidae dan Coenagrionidae banyak ditemukan di Asia, khususnya di daerah Persawahan Muda Malaysia (Abdullah et al., 1998 dalam Bambaradeniya et al., 2004). Jumlah total individu capung pada empat lokasi penelitian menunjukkan bahwa C. servilia merupakan spesies yang terbesar ditemukan hampir diseluruh areal persawahan (jumlah total individu 158). Hal ini berbeda dengan data penelitian Paulson (2004), yang melaporkan bahwa Orthetrum memiliki jumlah individu yang terbanyak dibandingkan Crocothemis dengan jumlah individu 60 dan 10. Perbedaan jumlah individu Odonata ini diduga karena pengaruh faktor kualitas lingkungan suatu habitat, seperti : ph, temperatur, kelembaban udara, kondisi faktor kimia, dan ketersediaan makanan (Corbet, 1980) Jumlah individu Odonata dewasa untuk masing-masing lokasi penelitian menunjukkan bahwa C. servilia merupakan spesies Odonata dewasa yang paling banyak ditemukan di persawahan Cigadung, dengan jumlah 55 individu, sedangkan O. sabina ditemukan terbanyak di persawahan Antapani dengan jumlah 32 individu. Tingginya jumlah individu Odonata dewasa C. servilia dan O. sabina di persawahan Cigadung dan Antapani dimungkinkan adanya pengaruh faktor lingkungan, terutama temperatur udara, dimana capung lebih suka memilih terbang pada lokasi yang memiliki temperatur udara yang panas (Miller, 1995) dan berdasarkan hasil observasi dilapangan persawahan Antapani dan Cigadung memiliki rata-rata temperatur udara, temperatur air dan kelembaban udara yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan persawahan lain (Dago Pakar dan Dago Pojok).

10 Jumlah individu Odonata dewasa N. terminata dan A. jaspidea hanya sedikit ditemukan pada persawahan Cigadung dan Dago Pojok. Hal ini sesuai dengan data base Dragonfly-Asia yang menyebutkan bahwa, N. terminata yang ditemukan hanya satu spesies pada beberapa negara Asia, yaitu : Jepang, Malaysia dan Philipina. Begitu juga dengan A. jaspidea yang ditemukan hanya 4 individu pada beberapa negara Asia, yaitu : Hongkong, Jepang, India, Philipina dan Taiwan. Kecilnya jumlah individu dewasa N. terminata dan A. jaspidea yang ditemukan mungkin karena keturunan yang dihasilkan memang sedikit (satu keturunan setiap tahun) atau tahapan nimfanya lama (Borror et al., 1992). Selain itu kemungkinan capung jenis ini sangat sensitif terhadap perubahan faktor kimia, khususnya pestisida. Hal ini sesuai dengan kajian penelitian yang dilakukan Salmah et al., (2005) yang menyatakan bahwa aplikasi pestisida dapat menyebabkan kepadatan populasi Odonata menjadi rendah. Berdasarkan analisis kelimpahan relatif dari 4 spesies Odonata dewasa yang ditemukan di empat lokasi penelitian, terdapat beberapa spesies dengan kelimpahan individu relatif lebih dari 5%. Spesies-spesies itu menunjukkan spesies-spesies dominan yang terdapat di keempat lokasi penelitian (Tabel 2). Tabel 2. Kelimpahan relatif individu spesies Odonata dominan di empat lokasi penelitian No Spesies Lokasi Penelitian Antapani Cigadung D. Pakar D. Pojok 1 O. sabina 11,5% 7,6% 9,7% 7,2% 2 C. servilia 11,9% 19,9% 9,4% 15,9% 3 N. terminata 0,36% 4 A. jaspidea 6,5% Tabel 2. menunjukkan bahwa O. Sabina dan C. Servilia merupakan spesies yang dominan di seluruh lokasi penelitian. Sedangkan A. Jaspidea ditemukan dominan di persawahan Dago Pojok.. Nilai indeks keanekaragaman dan indek kemerataan spesies Odonata dewasa pada masing-masing lokasi penelitian terlihat pada tabel 3. pada tabel tersebut menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman tertinggi diperoleh pada persawahan Dago pojok (0,438) dan nilai indeks keanekaragaman terendah diperoleh di areal persawahan Cigadung (0,277). Nilai indeks keanekaragaman yang tinggi pada persawahan Dago Pojok mengindikasikan bahwa persawahan Dago Pojok memiliki keanekaragam spesies Odonata dewasa yang tinggi. Hal ini dimungkinkan karena berdasarkan komunikasi langsung dengan petani yang menyatakan bahwa, penyemprotan pestisida untuk membunuh hama tanaman padi tidak selalu dilakukan. Penyemprotan hanya dilakukan pada waktu serangan hama tanaman padi tinggi dan diperkirakan dapat merusak tanaman padi sehingga menurunkan hasil produksi. Hal ini sesuai dengan penelitian Whilm dan Dorris (1968) dalam Ahmad (1982) yang menyatakan bahwa penggunaan pestisida dapat berpengaruh pada keanekaragaman Odonata.

11 Tabel 3. Analisis indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan Odonata dewasa pada masing-masing kawasan persawahan Lokasi Indeks keanekaragaman Indeks kemerataan Antapani 0,301 1,0 Cigadung 0,277 0,581 Dago Pakar 0,301 1,0 DagoPojok 0,438 0,918 Indeks kemerataan, secara umum di seluruh lokasi penelitian menunjukkan nilai lebih dari 0,5 dan 1,0. Artinya di setiap lokasi penelitian, distribusi jumlah individu masing-masing spesies Odonata dewasa relatif terdistribusi secara merata, dengan nilai indeks kemerataan tertinggi diperoleh di kawasan persawahan Antapani dan Dago Pakar (1,0) dan indeks kemerataan terendah diperoleh di persawahan Cigadung (0,581). 3 Dinamika Populasi Odonata Tiap Fase Fenologi Padi Secara meruang terdapat perbedaan perolehan jumlah individu Odonata ditiap fase fenologi padi (Gambar 2. s/d Gambar 5.). Secara umum, dari ke 4 grafik menunjukkan bahwa Odonata dewasa banyak dijumpai pada awal fase fenologi padi (fase vegetatif s/d fase bunting), terutama pada fase vegetatif. Hasil observasi menunjukkan bahwa pada fase tersebut banyak terlihat Odonata dewasa yang melakukan perkawinan dan meletakkan telur. Setelah fase vegetatif jumlah capung yang tertangkap cenderung menurun, tapi ada beberapa grafik yang menunjukkan jumlah penangkapan yang meningkat, walaupun tidak terlalu signifikan. Penurunan jumlah Odonata dewasa diduga karena pengaruh faktor lingkungan, seperti keterbatasan air (Salmah et al., 2005). Hal ini dikarenakan semakin tua umur padi (mendekati fase masak panen), air di persawahan semakin berkurang atau tidak ada, sehingga diduga dapat mempengaruhi jumlah populasi Odonata di tiap fase fenologi padi. Ini sesuai dengan penelitian Jhon (2001) yang menyatakan bahwa Odonata merupakan serangga yang daur hidupnya sangat tergantung pada lingkungan perairan.

12 40 37 ju m la h to tal O d o n ata Odonata Dewasa Nympha Fase F.Vg F.Pr F.Bt F. M & B F.Ms F.Mp M. P fenologi Padi Umur (hari) Air (+/-) Gambar 2. Jumlah total Odonata dewasa dan nympha pada persawahan Antapani Keterangan : F.Vg : Fase vegetatif, F.Pr: Fase primordial, F.Bt: Fase bunting, P.M.B: Perkembangan malai dan bunga, F.Ms : Fase masak susu, F.Mp: Fase masak penuh, M.P: masak panen. +/- : ada atau tidak ada air

13 jumlah total Odonata Odonata Dewasa Nympha Fase F.Vg F.Pr F.Bt F. M & B F.Ms F.Mp M. P fenologi Padi Umur (hari) Air (+/-) Gambar 3 Jumlah total Odonata dewasa dan nympha pada persawahan Cigadung Keterangan : F.Vg : Fase vegetatif, F.Pr: Fase primordial, F.Bt: Fase bunting, P.M.B: Perkembangan malai dan bunga, F.Ms : Fase masak susu, F.Mp: Fase masak penuh, M.P: masak panen. +/- : ada atau tidak ada air

14 jumlah total Odonata Odonata Dewasa Nympha Fase F.Vg F.Pr F.Bt F. M & B F.Ms F.Mp M. P fenologi Padi Umur (hari) Air (+/-) Gambar 4 Jumlah total Odonata dewasa dan nympha pada persawahan Dago Pakar Keterangan : F.Vg : Fase vegetatif, F.Pr: Fase primordial, F.Bt: Fase bunting, P.M.B: Perkembangan malai dan bunga, F.Ms : Fase masak susu, F.Mp: Fase masak penuh, M.P: masak panen.+/- : ada atau tidak ada air

15 jumlah total Odonata Odonata Dewasa Nympha Fase F.Vg F.Pr F.Bt F. M & B F.Ms F.Mp M. P fenologi Padi Umur (hari) Air (+/-) Gambar 5. Jumlah total Odonata dewasa dan nympha pada persawahan Dago Pojok Keterangan : F.Vg : Fase vegetatif, F.Pr: Fase primordial, F.Bt: Fase bunting, P.M.B: Perkembangan malai dan bunga, F.Ms : Fase masak susu, F.Mp: Fase masak penuh, M.P: masak panen. +/- : ada atau tidak ada air Hasil dari dinamika populasi ini secara umum sebenarnya mempertegas hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ahmad (1982) yaitu, dosis pestisida yang digunakan oleh petani belum terlalu tinggi, sehingga residu pestisida yang berada didalam air dan di lingkungan persawahan masih mampu ditoleransi oleh Odonata dan menolak kekhawatiran Furtado (1981) dalam Ahmad (1982) bahwa nympha Odonata yang hidup di air sudah terancam habis oleh dampak kimia secara langsung karena aplikasi pestisida terhadap hama padi. Walau demikian penelitian ini ada keterbatasan ialah hasil penelitian ini belum dapat mewakili seluruh penyebaran populasi Odonata yang ada di persawahan. Grafik jumlah total Odonata dewasa pada empat lokasi penelitian (Antapani, Cigadung, Dago Pakar, Dago Pojok) di tiap fase fenologi padi sama dengan dinamika

16 populasinya (Gambar 6). Secara umum pada grafik tersebut menunjukkan bahwa, jumlah total Odonata dewasa meningkat pada awal fase fenologi padi (fase vegetatif s/d fase bunting), dan kecenderungan akan mengalami penurunan menjelang akhir fase fenologi padi (fase perkembangan malai dan bunga s/d fase masak panen) atau sejalan dengan umur padi yang semakin tua. Penurunan jumlah total komunitas odonata dewasa kemungkinan karena pengaruh faktor lingkungan, seperti yang dijelaskan di atas. Walaupun menurut penelitian Salmah et al., (2005), yang menyatakan bahwa faktor fisik dan kimia seperti ph, temperatur, larutan oksigen, nitrat, fosfat dan klorofil tidak berpengaruh terhadap kelimpahan populasi nympha neurothemis tulia (Odonata: Libellulidae) di daerah persawahan di Malaysia. 25 jumlah total Odonata Antapani Cigadung Dago Pakar Dago Pojok 0 Fase F.Vg F.Pr F.Bt F. M & B F.Ms F.Mp M. P fenologi Padi Umur (hari) Air (+/-) Gambar 6. Jumlah total Odonata dewasa berdasarkan fase fenologi padi pada empat lokasi penelitian Keterangan : F.Vg : Fase vegetatif, F.Pr: Fase primordial, F.Bt: Fase bunting, P.M.B: Perkembangan malai dan bunga, F.Ms : Fase masak susu, F.Mp: Fase masak penuh, M.P: masak panen. +/- : ada atau tidak ada air

17 Kesimpulan dan Saran 1 Kesimpulan 1. Odonata dewasa yang berhasil diidientifikasi di empat lokasi penelitian, yaitu Orthetrum sabina (Libellulidae), Crocothemis servilia (Libellulidae), Neurothemis terminata (Libellulidae) dan Anaciaeshna jaspidea (Aeshnidae). 2. Crocothemis servilia (Libellulidae) merupakan spesies yang paling dominan diempat lokasi penelitian 3. Odonata yang terbesar ditemukan pada awal fase pertumbuhan padi (fase vegetatif sampai fase bunting ~ hari) dibandingkan dengan fase-fase lain, dan populasi Odonata akan menurun sejalan dengan umur padi yang semakin tua. 2. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian yang relatif lebih lama untuk mengetahui gambaran yang lebih jelas mengenai dinamika populasi Odonata, baik nimfa maupun dewasa 2. Perlu dilakukan Penelitian lebih lanjut mengenai faktor lingkungan yang berpengaruh pada kelimpahan populasi Odonata. 3. Penelitian lebih lanjut mengenai dinamika populasi, strategi reproduksi, perilaku yang berpotensi sebagai spesies indikator kualitas lingkungan dan kontrol hama sangat perlu dilakukan khususnya untuk mengetahui peran masing-masing spesies tersebut secara fungsional sebagai indikator kualitas lingkungan dan kontrol hama Daftar Pustaka 1. Ahmad, I. (1982), Kehadiran Nimfa Odonata di Beberapa Habitat Persawahan, Skripsi Program Sarjana, Institut Teknologi Bandung. 2. Asahina, S. (1970), Indian Paddy Field Odonat, Taken by Miss I Hattori, Mushi, Pp Anonim, Asia-dragonfly data base, Asia-dragonfly.net/forum/forum list.php, Diakses 28 juni Bambaradeniya, N.C., and Amerasinghe, P.F. (2004), Biodiversity Associated With the Rice Field Agroecosystem in Asian Countries: A Brief Review, International Water Management Institute. 5. Berryman, A.A. (2003), On principles, laws and theory in population ecology, Oikos 103: Berryman, A.A. (2002a, Population: a central concept for ecology, Oikos 93: Berryman, A.A. (2002b), Population regulation, emergent properties, and a requiem for density dependence, Oikos 99:

18 8. Borror,.J., Triplehorn, C.A., and Johnson, N.F. (1992), An Introduction to Study of Insect, 6 ed, Saunders College Pub., A Division of Holt Rinehaest Winston, Inc. 9. Brooks, S., and Lewington, R. (1997), Dragonfly and Damselflies Of Grent Britain and Ireland, Wild Life Publishing. 10. Chiang, H.C. (1995), Insects and their environments. In R.E. Pfadt (ed), Fundamentals of Applied Entomology. Fourth edition MacMillan Publ. Co. pp: Corbet, P. S. (1995), Biology Of Odonata, Department Of Zoology, Universitas Of Canterbury, Christtchuch, New Zealand. 12. Curds, C. R., and Hawkes., H. A. (1978), Ecological Aspect Of Used Water Treatment, Academic Press, New york. 13. Gallagher, K., Nurhidayati, L., dan Indah, K. (1995), Buku Petunjuk Lapangan Untuk PHT Padi, Departemen Pertanian, Pp Gratton, C. & R.F. Denno (2003), Seasonal shift from bottom up to top down impact in phytophagous insect populations, Oecologia 134: Irmler, U.(2003), The Spatial and temporal pattern od carabid beetles on arable filed in northern Germany (Schleswig-Hosltein) and their value as ecological indicators, Agriculture, Ecosystem and Enviroment 98, ElsevierScience, John, T. (2001.), life History Odonata. School of Botany and Zoology, Australian, National University., Canberra, ACT 0200, AUSTRALIA. Diakses 20 Maret Miller, P.L (1995), Dragonflies, The Queen s College, Oxford 18. Mugrran, A.E. (1988), Ecological Diversity and and Its Measurement, Chapman and Hall, Magrrum, A. E. (2004), Measuring Biological Diversity, Blackwell Publishing, 21-22; 66-70; ; Needham, J. G. (1937). Culture Methods for Invertebrata Animals, Ithaca, N.Y: Comstock pp: 590. Field Key to Adult Washington Dragonflies (Odonata). 21. Orr, A. G. (2005), Dragonflies Of Peninsular Malaysia and Singapura, Natural History Publications (Borneo). 22. Panggabean, P. R. (1988), Distribusi Makrozoobentos di Jeram Sungai Cikapundng Bandung, Thesis Jurusan Biologi, Institute Teknologi Bandung. 23. Paulson, D. (1998), Field Key to Adult Dragonflies (Odonata), University of Puget Sound USA, pdf, Diakses 20 Maret Paulson, D. (2004), Families and Genera Odonata. University of Puget Sound USA, pdf, Diakses 20 Maret Paulson, D. (2004), Collection Inventory Odonata, Slater Maseum Of Natural History, Universitas of Puget Sound USA, Diakses 27 juni Price, P. W. (1992), Plant resources as the mechanistics basis for insect herbivore population dynamic,. In M.D. Hunter, T. Ohgushi & P.W. Price (eds), Effect of Resource Distribution in Animal-Plant Interaction. Academic Press, New York, pp:

19 27. Price, P. W. (1997), Insect Ecology, Third Edition, John Wiley & Sons, Inc. New York. 874 p. 28. Salmah, M. R., Hassan, A., Abu Hassaan, A., and Ali, A. B. (2005),Influence of physical and chemical factors on the larval abundance of Neurothemis tullia (Drury) (Odonata:Libellulidae) in rice fed rice field, School of Biological Sciences, University Sains Malaysia and Departement of Biology, Faculty of Science and Enviroment, Universiti Putra Malaysia. 29. Sastrodiharjo, S. (1979), Mengenal kelompok Serangga Bandung, Penerbit ITB 30. Shepard, B. M., Barrion, A. T., dan Litsinger. (1995), Serangga, Laba-Laba dan Patogen yang membantu, Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI). Pp Siregar, A.Z., Che Salmah., M. D.R., and Ahmad, H. (2004), Keanekaragaman Odonata dan Hubungannya Dengan Ekosistem dan Penggunaan Lahan di Semenanjung Utara Malaysia, Universitas Sumatera Utara dan School of Biological Science, University of Science Malaysia. USU.com notepad. Diakses 27 Maret Susanti, S and Puji, A. (1998), Mengenal Capung, Puslitbang Biologi LIPI. 33. Rowe, J.R. (1997) Characteristics of Odonata Larvae. :Richard.Rowe@jcu.edu.au. Department of Zoology & Tropical Ecology, School of Tropical Biology, James Cook University of North Queensland, Townsville, QLD 4811, Australia. Diakses 15 april Untung, K., Lanya, H., dan Rusyadi, Y. (1995), Permasalahan Lapangan Tentang Padi di Daerah Tropika, Lembaga Penelitian Padi Internasional (IRRI). Pp Van Tol, J. (1992), An Annotated Index to Names Of Odonata Used in Publications by M. A Lieftinck, Zoologische Verhan Deligen, National Natuur historisch Museum Leiden, The Netherlands. 36. Varley, G.C., G.R. Gradwell & M.P. Hassel (1973). Insect Population Ecology: An Analytical Approach. University of California Press, Berkeley. 37. Watanabe, M and Higashi, T. (1989), Sexual Difference of Lifetime Movement in Adults of the Japanese Skimmer, Othetrum japonicum (Odonata: Libellulidae), in a Forest-Paddy Field Complex, Department of Biology, Faculty of Education, Mie University, Tsushi, Mie, 514 Japan. 38. Welch, C. R. (1952), Lymnology, Mc Hill Book, New york. 39. Anonim, Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, (2006). Capung. ensiklopedia Indonesia. Diakses 17 mei Zar, H.J. (1996),. Biostatistical Analysis. Prentice-Hall Internasional, INC. pp:

KELIMPAHAN DAN DINAMIKA POPULASI ODONATA BERDASARKAN HUBUNGANNYA DENGAN FENOLOGI PADI. DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT

KELIMPAHAN DAN DINAMIKA POPULASI ODONATA BERDASARKAN HUBUNGANNYA DENGAN FENOLOGI PADI. DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT KELIMPAHAN DAN DINAMIKA POPULASI ODONATA BERDASARKAN HUBUNGANNYA DENGAN FENOLOGI PADI. DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT Irwandi Ansori Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN NIMFA ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT

KEANEKARAGAMAN NIMFA ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT KEANEKARAGAMAN NIMFA ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT Irwandi Ansori Program Studi Biologi JPMIPA FKIP Universitas Bengkulu ABSTRACT The research on nymph Odonata

Lebih terperinci

ISSN Jurnal Exacta, Vol. VI No. 2 Desember 2008

ISSN Jurnal Exacta, Vol. VI No. 2 Desember 2008 KEANEKARAGAMAN NIMFA ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT Irwandi Ansori Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRACT The research on Odonata diversity

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN NIMFA ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT

KEANEKARAGAMAN NIMFA ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT KEANEKARAGAMAN NIMFA ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT Irwandi Ansori Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan PMIPA FKIP UNIB ABSTRACT The research of Nymph Odonata

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN NIMFA ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT. Oleh Irwandi Ansori

KEANEKARAGAMAN NIMFA ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT. Oleh Irwandi Ansori KEANEKARAGAMAN NIMFA ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN SEKITAR BANDUNG JAWA BARAT Oleh Irwandi Ansori Program Studi Biologi FKIP Universitas Bengkulu ABSTRAK Penelitian keanekaragaman nimfa

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN BERDASARKAN SEX RASIO ODONATA DEWASA DAN PANJANG TUBUH (INSTAR) NIMFA ODONATA

KEANEKARAGAMAN ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN BERDASARKAN SEX RASIO ODONATA DEWASA DAN PANJANG TUBUH (INSTAR) NIMFA ODONATA KEANEKARAGAMAN ODONATA (Dragonflies) DI BEBERAPA PERSAWAHAN BERDASARKAN SEX RASIO ODONATA DEWASA DAN PANJANG TUBUH (INSTAR) NIMFA ODONATA The Diversity Of Odonata (Dragonflies) in Some Paddy Fields Based

Lebih terperinci

Inventarisasi Jenis Capung (Odonata) Pada Areal Persawahan Di Desa Pundenarum Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak

Inventarisasi Jenis Capung (Odonata) Pada Areal Persawahan Di Desa Pundenarum Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak BIOMA, Juni 015 ISSN: 1410-8801 Vol. 17, No. 1, Hal. 16-0 Inventarisasi Jenis Capung (Odonata) Pada Areal Persawahan Di Desa Pundenarum Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak Samsul Rizal 1 dan Mochamad

Lebih terperinci

KEPADATAN NIMFA CAPUNG (ODONATA) PADA PERTANAMAN PADI SAWAH DI KANAGARIAN AIR BANGIS KECAMATAN SUNGAI BEREMAS KABUPATEN PASAMAN BARAT

KEPADATAN NIMFA CAPUNG (ODONATA) PADA PERTANAMAN PADI SAWAH DI KANAGARIAN AIR BANGIS KECAMATAN SUNGAI BEREMAS KABUPATEN PASAMAN BARAT 1 KEPADATAN NIMFA CAPUNG (ODONATA) PADA PERTANAMAN PADI SAWAH DI KANAGARIAN AIR BANGIS KECAMATAN SUNGAI BEREMAS KABUPATEN PASAMAN BARAT Weni Yuhelfa, Jasmi dan Ismed Wahidi Program Studi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

Oleh Nuri Gustia, Jasmi, dan Putri Pratiwi

Oleh Nuri Gustia, Jasmi, dan Putri Pratiwi KEPADATAN POPULASI CAPUNG Crocothemis servilia (Odonata: Libellulidae) PADA PERTANAMAN PADI SAWAH DI KELURAHAN ANDURING KECAMATAN KURANJI PADANG SUMATERA BARAT Oleh Nuri Gustia, Jasmi, dan Putri Pratiwi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi Pengamatan Keempat tempat penelitian terletak di Kebun Raya Bogor. Posisi masingmasing lokasi tertera pada Gambar 1. a. Taman Lebak Sudjana Kassan Taman ini berada di pinggir

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Capung

TINJAUAN PUSTAKA. Capung TINJAUAN PUSTAKA Capung Klasifikasi Capung termasuk dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, klas Insecta, dan ordo Odonata. Ordo Odonata dibagi ke dalam dua subordo yaitu Zygoptera dan Anisoptera. Kedua

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis-Jenis Predator pada Tanaman Padi Hasil pengamatan predator pada semua agroekosistem yang diamati sebagai berikut: 1. Tetragnatha sp. Klas : Arachnida Ordo : Araneae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ordoodonata, danmemiliki 2 sub ordoyakni sub ordoanisoptera (dragonflies)

TINJAUAN PUSTAKA. ordoodonata, danmemiliki 2 sub ordoyakni sub ordoanisoptera (dragonflies) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Morfologi Capung Capungdiklasifikasikankedalam kingdom animalia, kelasinsekta, ordoodonata, danmemiliki 2 sub ordoyakni sub ordoanisoptera (dragonflies) dansubordozygopteraa (damselflies)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. 1. Bapak Dr. Anthony Agustien selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univeritas Andalas.

KATA PENGANTAR. 1. Bapak Dr. Anthony Agustien selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univeritas Andalas. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis atas kehadirat Allah Yang Esa karena dengan berkah nikmat kesehatan, waktu dan kekukatan yang senantiasa dilimpahkan-nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Walang Sangit (Leptocorisa acuta T.) berikut : Menurut Kalshoven (1981), hama walang sangit dapat di klasifikasikan sebagai Kelas Ordo Famili Genus Species : Insekta : Hemiptera

Lebih terperinci

SURVEI ODONATA DI KAWASAN BEKOL TAMAN NASIONAL BALURAN KABUPATEN SITUBONDO JAWA TIMUR

SURVEI ODONATA DI KAWASAN BEKOL TAMAN NASIONAL BALURAN KABUPATEN SITUBONDO JAWA TIMUR SURVEI ODONATA DI KAWASAN BEKOL TAMAN NASIONAL BALURAN KABUPATEN SITUBONDO JAWA TIMUR SKRIPSI Oleh Huda Ilmiawan NIM 091810401019 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999).

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang. sensus atau dengan menggunakan sampel (Nazir,1999). 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Wereng batang coklat (WBC) dapat menyebabkan kerusakan dan kematian total

II. TINJAUAN PUSTAKA. Wereng batang coklat (WBC) dapat menyebabkan kerusakan dan kematian total II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens Stall) Wereng batang coklat (WBC) dapat menyebabkan kerusakan dan kematian total pada tanaman padi (hopperburn) sebagai akibat dari hilangnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis Serangga Hama Berdasarkan hasil identifikasi serangga hama dilokasi Agroekosistem berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies Scripophaga

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Fauna Tanah 4.1.1. Populasi Total Fauna Tanah Secara umum populasi total fauna tanah yaitu mesofauna dan makrofauna tanah pada petak dengan jarak pematang sempit (4 m)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah (S. coarctata) Secara umum tampak bahwa perkembangan populasi kepinding tanah terutama nimfa dan imago mengalami peningkatan dengan bertambahnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Relung Ekologi Relung (niche) menunjukkan peranan fungsional dan posisi suatu organisme dalam suatu komunitas atau ekosistem tertentu (Indriyanto, 2006). Relung ekologi juga

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Peta kawasan kars Pracimantoro (sumber : Pemerintah Kab. Wonogiri)

Lampiran 1 : Peta kawasan kars Pracimantoro (sumber : Pemerintah Kab. Wonogiri) LAMPIRAN 36 Lampiran 1 : Peta kawasan kars Pracimantoro (sumber : Pemerintah Kab. Wonogiri) 37 Lampiran 2 : Dokumentasi kegiatan Lokasi Penelitian Gambar 2 : Telaga aliran sungai (Foto : Abdu) Gambar 3

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Alat yang digunakan adalah jaring serangga ( insect net), jaring serangga

MATERI DAN METODE. Alat yang digunakan adalah jaring serangga ( insect net), jaring serangga III. MATERI DAN METODE 3.1.TempatdanWaktuPenelitian Penelitian ini telahdilaksanakan dari bulan September 2014 sampai November 2014 dikawasan Kampus Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN DAN AKTIVITAS CAPUNG (ORDO : ODONATA) DI KEBUN RAYA BOGOR SITI NURUL INDAH HIDAYAH

KEANEKARAGAMAN DAN AKTIVITAS CAPUNG (ORDO : ODONATA) DI KEBUN RAYA BOGOR SITI NURUL INDAH HIDAYAH KEANEKARAGAMAN DAN AKTIVITAS CAPUNG (ORDO : ODONATA) DI KEBUN RAYA BOGOR SITI NURUL INDAH HIDAYAH PROGRAM STUDI ILMU HAMA & PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK SITI

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN DISTRIBUSI CAPUNG (ODONATA) DIKAWASAN KARS GUNUNG SEWU KECAMATAN PRACIMANTORO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH SKRIPSI

KEANEKARAGAMAN JENIS DAN DISTRIBUSI CAPUNG (ODONATA) DIKAWASAN KARS GUNUNG SEWU KECAMATAN PRACIMANTORO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH SKRIPSI KEANEKARAGAMAN JENIS DAN DISTRIBUSI CAPUNG (ODONATA) DIKAWASAN KARS GUNUNG SEWU KECAMATAN PRACIMANTORO, KABUPATEN WONOGIRI, JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas Serangan Hama Penggerek Batang Padi (HPBP) Hasil penelitian tingkat kerusakan oleh serangan hama penggerek batang pada tanaman padi sawah varietas inpari 13

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Predator Pada Tanaman Jagung Jenis-jenis predator yang tertangkap pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari adalah sama yakni sebagai

Lebih terperinci

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT Hesti Wahyuningsih Abstract A study on the population density of fish of Jurung (Tor sp.) at Bahorok River in Langkat, North

Lebih terperinci

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian PEMBAHASAN Spesies yang diperoleh pada saat penelitian Dari hasil identifikasi sampel yang diperoleh pada saat penelitian, ditemukan tiga spesies dari genus Macrobrachium yaitu M. lanchesteri, M. pilimanus

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI SEKITAR MERAK BANTEN DAN PANTAI PENET LAMPUNG

KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI SEKITAR MERAK BANTEN DAN PANTAI PENET LAMPUNG KEANEKARAGAMAN FITOPLANKTON DI PERAIRAN PANTAI SEKITAR MERAK BANTEN DAN PANTAI PENET LAMPUNG Sri Handayani dan Imran SL Tobing Fakultas Biologi Universitas Nasional, Jakarta ABSTRACT A study of phytoplankton

Lebih terperinci

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep) HAMA PENGGEREK BATANG PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Status Penggerek batang padi merupakan salah satu hama utama pada pertanaman padi di Indonesia. Berdasarkan luas serangan pada tahun 2006, hama penggerek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memiliki keanekaragaman spesies tertinggi di dunia, jumlahnya lebih dari

I. PENDAHULUAN. memiliki keanekaragaman spesies tertinggi di dunia, jumlahnya lebih dari 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serangga (Kelas Insekta) merupakan kelompok makhluk hidup yang memiliki keanekaragaman spesies tertinggi di dunia, jumlahnya lebih dari separuh jumlah spesies makhluk

Lebih terperinci

Inventarisasi Keanekaan Anggota Ordo Odonata di Cagar Alam Nusakambangan Timur dan Sekitarnya Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah

Inventarisasi Keanekaan Anggota Ordo Odonata di Cagar Alam Nusakambangan Timur dan Sekitarnya Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah Inventarisasi Keanekaan Anggota Ordo Odonata di Cagar Alam Nusakambangan Timur dan Sekitarnya Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah Mokhamad Nur Zaman, Muhammad Yusuf, Mochamad Romli, Imam Syafii, Tri Hardhaka,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau dengan menggunakan

Lebih terperinci

INVENTARISASI CAPUNG (INSECTA: ODONATA) DAN VARIASI HABITATNYA DI RESORT TEGAL BUNDER DAN TELUK TERIMA TAMAN NASIONAL BALI BARAT (TNBB)

INVENTARISASI CAPUNG (INSECTA: ODONATA) DAN VARIASI HABITATNYA DI RESORT TEGAL BUNDER DAN TELUK TERIMA TAMAN NASIONAL BALI BARAT (TNBB) INVENTARISASI CAPUNG (INSECTA: ODONATA) DAN VARIASI HABITATNYA DI RESORT TEGAL BUNDER DAN TELUK TERIMA TAMAN NASIONAL BALI BARAT (TNBB) Alfin Galih Wijayanto, Nur Apriatun Nafisah, Zainul Laily, Mokhamad

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Serangga predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan serangga predator sudah dikenal

Lebih terperinci

SILABUS & KONTRAK PEMBELAJARAN

SILABUS & KONTRAK PEMBELAJARAN Silabus Matakuliah Entomologi Pertanian - Sem. Ganjil 2017-2018 Page 1 of 12 SILABUS & KONTRAK PEMBELAJARAN Mata Kuliah Kode Mata Kuliah/ sks : HPT616202 / 3 (2-1) Dosen PJ. : Prof. Dr. Ir. F.X. Susilo,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah deskriptif - eksploratif, yang merupakan suatu penyelidikan terhadap sejumlah individu, baik secara sensus atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi sekarang, pemanfaatan pestisida, herbisida dan pupuk kimia sangat umum digunakan dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi sekarang, pemanfaatan pestisida, herbisida dan pupuk kimia sangat umum digunakan dalam usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kondisi sekarang, pemanfaatan pestisida, herbisida dan pupuk kimia sangat umum digunakan dalam usaha mempertahankan hasil pertanian di sawah khususnya. Dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap

Lebih terperinci

KERAGAMAN SERANGGA PADA Oryza sativa L. DI KECAMATAN PILANGKENCENG DAN KECAMATAN KARE KABUPATEN MADIUN

KERAGAMAN SERANGGA PADA Oryza sativa L. DI KECAMATAN PILANGKENCENG DAN KECAMATAN KARE KABUPATEN MADIUN Florea Volume 1 No. 1, April 2014 (54-58) KERAGAMAN SERANGGA PADA Oryza sativa L. DI KECAMATAN PILANGKENCENG DAN KECAMATAN KARE KABUPATEN MADIUN Eni Nur Fadilah 1, Cicilia Novi Primiani 2 1,2) Program

Lebih terperinci

TEKNIK PENGAMATAN POPULASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN MUSUH ALAMI SERTA ANALISIS KERUSAKAN

TEKNIK PENGAMATAN POPULASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN MUSUH ALAMI SERTA ANALISIS KERUSAKAN TEKNIK PENGAMATAN POPULASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN MUSUH ALAMI SERTA ANALISIS KERUSAKAN TEKNIK PENGAMATAN POPULASI ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN DAN MUSUH ALAMI SERTA ANALISIS KERUSAKAN Yos. F.

Lebih terperinci

Sistem Populasi Hama. Sistem Kehidupan (Life System)

Sistem Populasi Hama. Sistem Kehidupan (Life System) Sistem Populasi Hama Dr. Akhmad Rizali Materi: http://rizali.staff.ub.ac.id Sistem Kehidupan (Life System) Populasi hama berinteraksi dengan ekosistem disekitarnya Konsep sistem kehidupan (Clark et al.

Lebih terperinci

commit to users I. PENDAHULUAN

commit to users I. PENDAHULUAN I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah dan tingkat kesejahteraan penduduk, maka kebutuhan akan hasil tanaman padi ( Oryza sativa L.) yang berkualitas juga semakin banyak. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitan ini adalah penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode yang dilakukan dengandesain tujuan utama untuk membuat

Lebih terperinci

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25-

I. MATERI DAN METODE PENELITIAN Letak Giografis Lokasi Penelitian Pekanbaru terletak pada titik koordinat 101 o o 34 BT dan 0 o 25- I. MATERI DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) dan lahan kampus Universitas Islam Negeri Sultan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) A. Identitas Mata Kuliah 1. Nama mata kuliah : ENTOMOLOGI 2. Kode : PAB 522 3. SKS : 3 4. Status MK : Pilihan 5. Semester : Genap 6. Dosen Pengampu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat 1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat Wereng coklat, (Nilaparvata lugens Stal) ordo Homoptera famili Delphacidae. Tubuh berwarna coklat kekuningan - coklat tua, berbintik coklat gelap pd

Lebih terperinci

HASIL. ujung tandan. tengah tandan. pangkal tandan

HASIL. ujung tandan. tengah tandan. pangkal tandan 2 dihitung jumlah kumbang. Jumlah kumbang per spikelet didapat dari rata-rata 9 spikelet yang diambil. Jumlah kumbang per tandan dihitung dari kumbang per spikelet dikali spikelet per tandan. Lokasi pengambilan

Lebih terperinci

BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(2):12-18, 2017

BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(2):12-18, 2017 ANALISIS KERAGAMAN JENIS SERANGGA PREDATOR PADA TANAMAN PADI DI AREAL PERSAWAHAN KELURAHAN TAMALANREA KOTA MAKASSAR ANALYSIS OF BIODIVERSITYOF PREDATOR INSECT IN PADDY FIELD AT TAMALANREA OF MAKASSAR CITY

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian organik dan sistem pertanian intensif (Notarianto, 2011). Salah satu desa

I. PENDAHULUAN. pertanian organik dan sistem pertanian intensif (Notarianto, 2011). Salah satu desa 10 I. PENDAHULUAN Indonesia adalah negara agraris di mana sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam

Lebih terperinci

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Vol. 2 (1): 1 6 Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Gustap Baloari 1, Riza Linda 1, Mukarlina 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian.

Gambar 1 Diagram alir kegiatan penelitian. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Harjobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 343 meter

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Tanaman Jagung berikut : Menurut Rukmana (1997), sistematika tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem Peran Varietas Tahan dalam PHT Dr. Akhmad Rizali Stabilitas Agroekosistem Berbeda dengan ekosistem alami, kebanyakan sistem produksi tanaman secara ekologis tidak stabil, tidak berkelanjutan, dan bergantung

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN UMUM. Komunitas laba-laba pada ekosistem padi sangat penting untuk

BAB VII PEMBAHASAN UMUM. Komunitas laba-laba pada ekosistem padi sangat penting untuk BAB VII PEMBAHASAN UMUM Komunitas laba-laba pada ekosistem padi sangat penting untuk dipahami dalam usaha mengoptimalkan peranan laba-laba sebagai musuh alami yang potensial mengendalikan populasi serangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sayuran daun merupakan salah satu sumber vitamin dan mineral essensial yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia, selain itu sayuran daun banyak mengandung serat. Serat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilaksanakan di Sungai Bone. Alasan peneliti melakukan penelitian di Sungai Bone, karena dilatar belakangi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) TINJAUAN PUSTAKA Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae) Seekor imago betina dapat meletakkan telur sebanyak 282-376 butir dan diletakkan secara kelompok. Banyaknya telur dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Aktivitas penyerbukan terjadi pada tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, kacangkacangan,

I. PENDAHULUAN. Aktivitas penyerbukan terjadi pada tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, kacangkacangan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Serangga merupakan golongan hewan yang dominan di muka bumi. Dalam jumlahnya serangga melebihi jumlah semua hewan melata yang ada baik di darat maupun di air, dan keberadaannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Sawah organik dan non-organik Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang menghindari penggunaan pupuk buatan, pestisida kimia dan hasil rekayasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 41 Hasil Identifikasi Berdasarkan hasil wawancara terhadap peternak yang memiliki sapi terinfestasi lalat Hippobosca sp menyatakan bahwa sapi tersebut berasal dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METOE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METOE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan BAB III METOE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan data menggunakan metode eksplorasi yaitu dengan mengadakan pengamatan terhadap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae) Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa

Lebih terperinci

DESAIN KONSERVASI PREDATOR DAN PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA PERTANAMAN PADI

DESAIN KONSERVASI PREDATOR DAN PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA PERTANAMAN PADI DESAIN KONSERVASI PREDATOR DAN PARASITOID UNTUK PENGENDALIAN HAMA PADA PERTANAMAN PADI DESIGN OF PREDATOR CONSERVATION AND PARASITOID FOR PEST CONTROL IN RICE FIELD Tamrin Abdullah 1), Abdul Fattah 2),

Lebih terperinci

CAPUNG DI KAWASAN RAWA DESA SUNGAI LUMBAH, KABUPATEN BARITO KUALA

CAPUNG DI KAWASAN RAWA DESA SUNGAI LUMBAH, KABUPATEN BARITO KUALA CAPUNG DI KAWASAN RAWA DESA SUNGAI LUMBAH, KABUPATEN BARITO KUALA Odonata in the Swamp Area of Sungai Lumbah Village, Barito Kuala Regency Muhammad Lutvi Ansari 1 *, Mochamad Arief Soendjoto 2, Dharmono

Lebih terperinci

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Chironomida Organisme akuatik yang seringkali mendominasi dan banyak ditemukan di lingkungan perairan adalah larva serangga air. Salah satu larva serangga air yang dapat ditemukan

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013)

II. TELAAH PUSTAKA. Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Aedes spp. (Wikipedia, 2013) II. TELH PUSTK Nyamuk edes spp. dewasa morfologi ukuran tubuh yang lebih kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Keanekaragaman Jenis imago capung di Telaga Madirda (TM) lebih

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Keanekaragaman Jenis imago capung di Telaga Madirda (TM) lebih BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Keanekaragaman Jenis imago capung di Telaga Madirda (TM) lebih tinggi dibanding dengan di Air Terjun Jumog (ATJ) yaitu berturut turut 16 spesies dan 10 spesies,

Lebih terperinci

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata) Wereng batang cokelat (Nilaparvata lugens) merupakan salah satu hama penting pada pertanaman padi karena mampu menimbulkan kerusakan baik secara langsung maupun tidak langsung. WBC memang hama laten yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Pupuk merupakan bahan alami atau buatan yang ditambahkan ke tanah dan dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan menambah satu atau lebih hara esensial. Pupuk dibedakan menjadi

Lebih terperinci

MUSUH ALAMI PREDATOR TANAMAN PADI (Oryza Sativa L) PADA AGROEKOSISTEM BERBEDA ABSTRAK

MUSUH ALAMI PREDATOR TANAMAN PADI (Oryza Sativa L) PADA AGROEKOSISTEM BERBEDA ABSTRAK MUSUH ALAMI PREDATOR TANAMAN PADI (Oryza Sativa L) PADA AGROEKOSISTEM BERBEDA Abdul Azis Wadia 1), Rida Iswati 2), Wawan Pembengo 3)**) ABSTRAK Abdul Azis Wadia/613408001. Predator Pada Tanaman Padi (Oryza

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sistematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya.

BAB III METODE PENELITIAN. Sistematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sumber mata air Kuluhan dan alirannya di Desa Jabung Kecamatan Panekkan Kabupaten Magetan. Sumber mata air Kuluhan terletak

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG DESA KAMPUNG BARU KECAMATAN KUBU KABUPATEN KUBU RAYA The Diversity Of Kantong Semar (Nepenthes spp) Protected Forest

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Walet memiliki beberapa ciri khas yang tidak dimiliki oleh burung lain. Ciri khas tersebut diantaranya melakukan hampir segala aktivitasnya di udara seperti makan

Lebih terperinci

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul) PENDAHULUAN Pengairan berselang atau disebut juga intermitten adalah pengaturan kondisi lahan dalam kondisi kering dan tergenang secara bergantian untuk:

Lebih terperinci

HEWAN BENTOS SEBAGAI INDIKATOR EKOLOGI DI SUNGAI CIKAPUNDUNG, BANDUNG

HEWAN BENTOS SEBAGAI INDIKATOR EKOLOGI DI SUNGAI CIKAPUNDUNG, BANDUNG HEWAN BENTOS SEBAGAI INDIKATOR EKOLOGI DI SUNGAI CIKAPUNDUNG, BANDUNG T591. 526 32 RON ABSTRAK Penelitian tentang hewan bentos sebagai indikator ekologi di S. Cikapundung telah dilakukan dari tanggal 15

Lebih terperinci

Konsep Keanekaragaman METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Konsep Keanekaragaman METODE Tempat dan Waktu Penelitian 5 salinitas, ph, kandungan bahan-bahan, suhu dll.), dan atmosfer (atmosphere, udara: iklim, cuaca, angin, suhu, dll.) (Tarumingkeng 1991). Tarumingkeng (1991) menambahkan bahwa lingkungan biotik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora.

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis yang dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, termasuk juga keanekaragaman

Lebih terperinci

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta Andhika Rakhmanda 1) 10/300646/PN/12074 Manajamen Sumberdaya Perikanan INTISARI Makrozoobentos merupakan salah satu kelompok terpenting dalam

Lebih terperinci

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut: Berikut merupakan beberapa contoh hama. a. Tikus Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini diesbabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas ha. Sekitar

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas ha. Sekitar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Gorontalo memiliki wilayah seluas 1.221.544 ha. Sekitar 463.649,09 ha adalah areal potensial untuk pertanian, tetapi baru seluas 293.079 ha yang dimanfaatkan.

Lebih terperinci

ABSTRAK DIVERSITAS SERANGGA HUTAN TANAH GAMBUT DI PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH

ABSTRAK DIVERSITAS SERANGGA HUTAN TANAH GAMBUT DI PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH viii ABSTRAK DIVERSITAS SERANGGA HUTAN TANAH GAMBUT DI PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman serangga (insecta) dan tumbuhan yang digunakan sebagai habitat

Lebih terperinci

Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut

Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut Terbuka lebar peluang ekspor dari budidaya belut Karya Ilmiah Di susun oleh : Nama : Didi Sapbandi NIM :10.11.3835 Kelas : S1-TI-2D STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 / 2011 Abstrak Belut merupakan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Ringkasan Skripsi. Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya Alamat pos elektronik:

Lampiran 1 Ringkasan Skripsi. Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya Alamat pos elektronik: 1 Lampiran 1 Ringkasan Skripsi HUBUNGAN KUALITAS AIR SUNGAI DENGAN STRUKTUR POPULASI DAN FAKTOR KONDISI LOBSTER AIR TAWAR DI SUNGAI HOA TEMINABUAN, PAPUA BARAT Nanda Sendy Rumbiak a * Agoes Soegianto a,

Lebih terperinci