PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG"

Transkripsi

1 MODUL 1 PERCOBAAN 1 PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Melihat bentuk gelombang keluaran dari penyearah setengah gelombang tanpa beban. 2. Melihat bentuk gelombang yang dihasilkan pada beban yang berbeda. II. TEORI Dioda merupakan bahan semi konduktor yang terdiri dari anoda dan katoda. Prinsip kerja dari dioda dapat digambarkan secara umum adalah dioda akan on ( konduksi ) apabila tegangan yang diberikan pada anoda lebih besar dari tegangan katoda ( Vs > 0 ). Pada saat on dioda dapat digambarkan sebagai rangkaian short circuit, sedangkan pada saat off dioda dapat digambarkan sebagai rangkaian open circuit. Berdasarkan prinsip kerja dioda maka dalam aplikasinya dalam elektronika daya dioda digunakan sebagai penyearah. Dioda dilambangkan seperti pada gambar di bawah ini : Vs Penyearah setengah gelombang merupakan penyearah tegangan bolak balik ( AC ) menjadi tegangan DC dengan melewatkan tegangan pada saat tegangan yang diberikan pada anoda lebih besar dari tegangan pada katoda. Sehingga bentuk gelombang keluaran yang dihasilkan akan terjadi pada setengah perioda dengan tegangan yang dihasilkan adalah nol pada period yang lainnya. Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang : Vd Beban 1

2 III. ALAT-ALAT PERCOBAAN PE481 Control Unit PE481A Single thristor Circuits PE481 Load Unit Osciloscope dan probe Kabel-kabel penghubung IV. PROSEDUR PERCOBAAN IV.A. BEBAN RESISTIF 1. Rangkaian percobaan seperti gambar 1. Sebelum rangkain dijalankan, cek kembali rangkaian, kalibrasi osciloscope dan set kontrol unit dengan : Flywheel dioda : in Variabel resistor : 50 % ( 25 OHM ) OSCILOSCOPE : Sensitivitas 20 V/cm Waktu dasar : 5 ms/cm 2. Apabila telah siap, hidupkan suplai utama. 3. Gambarkan bentuk gelombang beban ( Y1 ) dan tegangan suplai ( Y2 ). 4. Catat hasil percobaan untuk Vrms dan Irms suplai dan beban. IV.B. BEBAN RESISTIF - INDUKTIF 1. Rangkaian percobaan seperti gambar Atur induktor dan resistor dengan perbandingan yang telah ditentukan. 3. Hidupkan suplai utama, gambar dan amati bentuk gelombang beban untuk tegangan ( Y2 ) dan arus ( Y1 ). 4. Gambarkan bentuk gelombang beban ( Y1 ) dan tegangan suplai ( Y2 ). 5. Catat hasil percobaan untuk Vrms dan Irms suplai dan beban. 6. Keluarkan inti induktor. 7. Catat dan amati juga perubahan peningkatan induktansi dengan memasukan kembali inti induktor secara perlahan lahan sampai masuk secara penuh. 2

3 IV.C. BEBAN RESISTIF - KAPASITIF 1. Rangkaian percobaan seperti gambar 3. Perhatikan polaritas kapasitor. 2. Set beban menjadi 100 % (50 ohm). 3. Hidupkan suplai utama, gambarkan dan amati bentuk gelombang beban untuk tegangan ( Y2 ) dan arus ( Y1 ). 4. Catat hasil percobaan untuk Vmean, beban, Vrms suplai, I mean beban I rms suplai. V. TUGAS 1. Tuliskan tabel data hasil percobaan diatas. 2. Gambarkan rangkaian percobaan percobaan di atas dengan komponenkomponennya ( sumber, komponen penyearah dan beban ) serta gambarkan gelombang dan tuliskan besaran yang telah diperoleh pada percobaan ). 3. Analisa percobaan yang telah dilakukan. 4. Buat kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan. 5. Gambarkan bentuk gelombang keluaran di atas untuk masing masing beban. 3

4 VI. GAMBAR RANGKAIAN PERCOBAAN A. RANGKAIAN RESITIF MURNI 4

5 B. RANGKAIAN RESITIF INDUKTIF 5

6 C. RANGKAIAN RESITIF KAPASITIF 6

7 PERCOBAAN 2 PENYEARAH GELOMBANG PENUH I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Melihat bentuk gelombang keluaran dari penyearah gelombang penuh tanpa beban. 2. Melihat bentuk gelombang yang dihasilkan pada beban yang berbeda. II. TEORI Pada saat tegangan input ( Vs ) yang diberikan >0 maka D1 dan D4 akan menghantar ( konduksi ) dan selama Vd<0 maka D2 dan D3 akan menghantar. Fungsi dari dua buah dioda yang bekerja secara bersamaan adalah sebagai pembalik gelombang sehingga gelombang keluaran yang didapat pada setiap periodanya tidak ada gelombang yang bernilai nol. Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh : D1 D2 Vs Beban D3 D4 III. ALAT-ALAT PERCOBAAN PE481 Control Unit PE481A Single thristor Circuits PE481 Load Unit Osciloscope dan probe Kabel-kabel penghubung 7

8 IV. PROSEDUR PERCOBAAN IV.A. BEBAN RESISTIF 1. Rangkai hubungan seperti gambar Hubungkan link 1, link 2 jangan dihubungkan. 3. Gambarkan bentuk gelombang beban ( Y1 ) dan tegangan suplai ( Y2 ). 4. Catat hasil percobaan untuk Vmean beban, Vrms suplai, I mean beban, I rms Suplai. IV.B. BEBAN RESISTIF - INDUKTIF 1. Rangkaian seperti pada percobaan beban resitif. 2. Lepaskan hubungan link Hidupkan suplai utama dan amati pengaruh pada ebntuk gelombang untuk variasi beban induktif. 4. Gambarkan bentuk gelombang arus dan tegangan beban untuk beban induktif maksimum. 5. Catat hasil percobaan untuk Vmean beban, Vrms suplai, Imean beban, I rms suplai. IV.C. BEBAN RESISTIF - KAPASITIF 1. Rangkaian tetap sama. 2. Lepaskan link 1 dan hubungkan link Atur osciloscope dengan sensitivitas chanel Y1 20 V/cm dan Y1 1 V/cm. 4. Hidupkan supali utama, gambarkan bentuk gelombang arus suplai ( Y2 ) dan tegangan beban ( Y1 ). 5. Catat hasil percobaan untuk Vmean, beban, Vrms suplai, Imean beban, I rms suplai. 8

9 V. TUGAS 1. Tuliskan tabel data hasil percobaan diatas. 2. Gambarkan rangkaian percobaan percobaan di atas dengan komponenkomponennya ( sumber, komponen penyearah dan beban ) serta gambarkan gelombang dan tuliskan besaran yang telah diperoleh pada percobaan ). 3. Analisa percobaan yang telah dilakukan. 4. Buat kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan. 5. Gambarkan bentuk gelombang keluaran di atas untuk masing masing beban. 9

10 MODUL 2 APLIKASI PENGONTROLAN PHASA THYRISTOR PADA PENGATURAN MOTOR DC I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Menunjukkan teknik pengontrolan phasa (yaitu menentukan saat dimulainya konduksi) dan mengamati pengaruhnya pada setengah gelombang. 2. Mengetahui aplikasi pengontrolan phasa pada pengaturan kecepatan motor DC. II. TEORI Pada percobaan terdahulu, telah diketahui bahwa SCR dapat digunakan untuk memperoleh hasil penyearahan yang terkontrol pula. Yang mana pengontrolan tersebut dilakukan dengan cara mengatur besarnya sinyal trigger (arus pada gerbang) dan besarnya tegangan anoda-katoda (besarnya arus anoda) dengan menggunakan tegangan variabel DC yang dicatu pada terminal gate-katoda. Namun, unjuk kerja yang dihasilkan kurang memuaskan. Pada percobaan ini, akan diperlihatkan teknik pengontrolan yang lebih baik, yaitu dengan pengontrolan phasa. Dengan teknik ini, dapat diatur saat-saat SCR tersebut menghantar arus listrik. Pengontrolan phasa ini dilakukan dengan cara pemberian sinyal trigger berupa sederetan pulsa pada elektroda gerbang. Vs Ia Va 2 0 o o 360 o 1 = sudut penyalaan (firing angle) 2 = sudut extinction Gambar 1. Sudut penyalaan dan bentuk gelombang arus dan tegangannya Aplikasi dari pengontrolan phasa pada penyearah ini antara lain pada pengaturan kecepatan motor DC. 10

11 Va Ia Ra Ea M Rf I f + Vf _ Gambar 2. Rangkaian ganti motor DC Pengontrolan kecepatan motor dapat dilakukan dengan pengaturan tegangan terminal, sesuai dengan rumus berikut : Ea = C.n. Ea = Va Ia.Ra di mana : = (I f ) n = Va Ia. Ra C. Jadi dari perumusan tersebut dapat diketahui bahwa pengaturan kecepatan motor DC Shunt berpenguat terpisah tersebut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan pengaturan tegangan jangkar Va dan dengan pengaturan arus medan penguat atau I f. Pada percobaan ini akan dilakukan pengontrolan kecepatan motor DC dengan pengaturan tegangan jangkar Va, di mana pengontrolan tersebut dilakukan dengan mengatur besarnya tegangan keluaran rata-rata dari rangkaian penyearahnya. III. ALAT-ALAT PERCOBAAN PE 481 Control Unit PE 481 Load Unit PE 481A Single Thyristor Circuits PE 481B Full-Wave Thyristor Circuits Module PE 481C AC Thyristor Circuit PE 481D Basic Trigger Circuit PE 481E Unijunction Trigger Circuit PE 482A Motor Control Circuits Module PE 482B DC Shunt Motor Unit PE 482C Loading Unit 11

12 Oscilloscope Kabel-kabel penghubung IV. PROSEDUR PERCOBAAN IV.A. Penyearah setengah gelombang dengan pengontrolan phasa Beban Resistif 1. Tempatkan modul PE 481D pada posisi "control module", dan set switch selector circuit-nya pada A. 2. Tempatkan module PE 481A pada posisi "power module". 3. Susun rangkaian percobaan seperti pada gambar 1, namun dengan sedikit perubahan yaitu: pindahkan probe Oscilloscope Y1 ke terminal dioda untuk melihat bentuk gelombang tegangan suplai. 4. Set alat-alat ukur sebagai berikut : - meter 2 : 60 V - meter 3 : 2 A - meter 4 : 2 A - meter 5 : 50 V - switch trigger : ext - dioda Fly Wheel : out - beban variabel resistor : 50% ( 25 Ohm ) - suplai tegangan DC variabel : minimum ; dengan range 0-5 V - Oscilloscope : - sensitivitas channel 20 V/cm - time base 5 ms/cm - Setting trigger kontrol (PE 481D) : minimum 5. Setelah semuanya siap, hidupkan suplai utama. 6. Atur suplai tegangan DC variabel, amati bagaimana pengaruhnya terhadap arus beban. Catat besarnya arus dan tegangan pada beban dan sumber. Gambarkan bentuk gelombangnya. Catat juga besarnya arus dan tegangan yang ditunjukkan. Minimumkan variabel DC apabila telah selesai. 7. Switch trigger pada posisi 'int'. Gambarkan bentuk gelombang tegangannya. 8. Atur setting trigger kontrol (PE 481D) pada posisi minimum, mid (tengah), dan maximum. Amati bagaimana pengaruhnya terhadap arus beban, gambarkan juga 12

13 bentuk gelombang tegangan beban. Catat juga besarnya arus dan tegangan yang ditunjukkan. Bandingkan dengan pada saat switch trigger pada posisi 'ext' (prosedur 6). 9. Set arus beban rata-rata 0,5 A kemudian untuk setiap penurunan 0,1 A, amati perubahan bentuk gelombang tegangan (dan arus) pada beban dan lengkapi tabel 1.2. Untuk setiap setting switch trigger kontrol (PE 481D), gambarkan juga bentuk gelombang tegangan anoda-katoda dan gate-katoda, dengan cara memindahkan probe Oscilloscope yang bersesuaian seperti gambar berikut : A K G Y1 Y2 10. Setelah selesai turunkan tegangan variabel DC kemudian matikan suplai utama. IV.B. Pengontrolan Kecepatan dengan menggunakan Thyristor 1. Tempatkan modul PE 482A pada posisi control module 2. Tempatkan modul PE 481B pada posisi power module 3. Susun rangkaian percobaan seperti pada gambar Set alat-alat ukur sebagai berikut : - meter 1 : 50 V - meter 2 : 60 V - meter 3 : 2 A - meter 4 : 2 A - meter 5 : 10 V - Oscilloscope : - sensitivitas channel, Y1:10 V/cm; Y2: 1V/cm - Y1 (tegangan jangkar) ; Y2 (arus jangkar) - time base 5 ms/cm 13

14 Kontrol Kecepatan dengan Thyristor 5. Tetapkan besarnya set value pada modul PE 482A pada posisi minimum. Atur saklar pada modul PE 482A untuk memilih penyalaan 'multi pulse'. 6. Setelah semuanya siap, nyalakan suplai utama. 7. Buat set value control bervariasi, mulai dari nol sampai skala ke-2. Perhatikan pada saat kapan ggl lawan (back-emf) atau Ea pada kumparan jangkar motor (Y1) mulai tampak dan bagaimanakah kaitannya dengan perubahan kecepatan motor. Catat hasil pengamatan Anda. 8. Set kecepatan motor menjadi 1500 rpm, kemudian gambarkan bentuk gelombang arus dan tegangannya pada sumbu horizontal 0 V yang sama. Tandai letak sudut penyalaan 1, dan sudut extinction 2. Dan catat juga besarnya tegangan, arusnya, dan periode ( 2-1 ). 9. Berikan beban pada motor, mulai posisi 0 sampai 10. Perhatikan apa pengaruhnya terhadap bentuk gelombang tegangan (Y1) dan arus (Y2). Bagaimanakah perubahan yang terjadi pada bentuk gelombang arus. 10. Hentikan perlahan-lahan putaran motor, dengan cara memegang piringan unit beban (hati-hati dengan tangan Anda!). Perhatikan bagaimana perubahan bentuk gelombang arusnya, mengapakah bentuk gelombang arus menjadi demikian? Hubungan antara back-emf dengan Kecepatan 11. Kembalikan posisi beban ke 0, kemudian buat kecepatan motor menjadi 400 rpm (atur set value control). 12. Dapatkan data-data pada tabel 2.2, di mana kecepatan motor mulai dari 0 sampai 2000 rpm, dengan kenaikan kecepatan sebesar 400 rpm. Lihat pada Oscillsocope besar Ea (Y1), Va (meter 1), sudut penyalaan dan sudut extinction. Hubungan antara Kecepatan dengan Beban 13. Buat kecepatan awal motor menjadi 1000 rpm. 14. Set beban motor pada posisi 2, 4, 6, dan 8. Untuk tiap posisi tersebut, catat data-datanya seperti pada tabel Ulangi langkah 14 dan 15, untuk kecepatan awal 2000 rpm dan 3000 rpm. 14

15 16. Setelah selesai, turunkan set value control minimum, kemudian matikan suplai utama. V. TUGAS Penyearah setengah gelombang dengan pengontrolan phasa 1. Untuk setiap setting trigger PE 481D, gambarlah bentuk gelombang tegangan/arus beban, kemudian gambarkan juga bentuk gelombang tegangan anoda-katoda dan gate-katoda dari SCR. 2. Apakah perbedaan yang Anda temukan pada output penyearahan, bila pengontrolan penyearahan dilakukan dengan mengatur variabel DC suplai dan dengan pengontrolan phasa. 3. Tentukan hubungan antara arus beban dengan sudut penyalaan. Pengontrolan Kecepatan dengan menggunakan Thyristor 4. Buat grafik : a. back-emf vs kecepatan b. kecepatan vs sudut penyalaan c. kecepatan vs arus jangkar, untuk masing-masing kecepatan awal Catatan : Untuk setiap percobaan, gambarkan rangkaian penggantinya. 15

16 MODUL 3 PERCOBAAN 1 OPERASI MOTOR ARUS SEARAH TERKONTROL DENGAN MENGGUNAKAN DC DRIVE I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Memperkenalkan praktikan dengan pengoperasian DC drive. 2. Mengetahui dan menentukan hubungan kecepatan dan tegangan jangkar terhadap perubahan tegangan medan pada Motor Arus Searah berpenguat terpisah terkontrol menggunakan DC Drive dengan umpan balik tegangan jangkar dan tachogenerator, baik pada kondisi tanpa beban maupun berbeban. 3. Membandingkan unjuk kerja DC Drive antara penggunaan umpan balik tegangan jangkar dan tachogenerator. II. TEORI II.1 Dasar Pengaturan Kecepatan Motor Arus Searah Motor Arus Searah umumnya digunakan pada aplikasi yang membutuhkan kecepatan variabel. Dua jenis pengaturan yang biasa digunakan untuk memvariasikan kecepatan adalah pengaturan tegangan jangkar dan pelemahan fluks medan stator. Pada motor arus searah, selain tegangan terminal Vt dan fluks kumpuran medan, kecepatan n tergantung juga pada arus jangkar Ia, tahanan jangkar Ra dan konstanta mesin k seperti yang terlihat pada rumus dibawah ini : Vt Ia. Ra n k. Pada Motor Arus Searah Penguat Terpisah (MAS-PT), metode pengaturan tegangan jangkar digunakan untuk mendapatkan variasi kecepatan motor sampai kecepatan dasar (base speed) atau kecepatan ratingnya (rated speed). Dalam metode ini, tegangan yang diaplikasikan dibuat bervariasi sedangkan tegangan medan maupun arus medan dijaga tetap. Oleh karena tidak adanya perubahan beban, maka 16

17 arus jangkar pun tetap sehingga besar torsi elektromagnetik untuk metode ini tetap, seperti yang ditunjukkan pada rumus di bawah ini : k..ia Berdasar hal itulah maka daerah operasi motor arus searah dengan kontrol tegangan jangkar berada pada daerah torsi tetap. Metode pelemahan fluks digunakan untuk mendapatkan variasi kecepatan motor di atas kecepatan dasarnya. Dalam metode ini, arus medan yang diaplikasikan dibuat bervariasi sedangkan tegangan jangkar maupun beban motor dibuat tetap sehingga sehingga daya keluaran yang dihasilkan juga tetap. Karena itulah, motor arus searah dengan metode pelemahan fluks ini beroperasi pada daerah daya keluaran tetap. Karakteristik kerja kedua metode pengaturan kecepatan ini dapat dilihat dari grafik berikut ini : N N N > Nb N N N < Nb V If Va If rating a b Pengaturan Kecepatan: a) Pengaturan Tegangan Jangkar b) P / Torsi Kecepatan Daya N Pengaturan Tegangan Pelemaha n Variasi Kecepatan terhadaptorsi dan 17

18 II.2 Pengaturan Kecepatan Motor Arus Searah Penguatan Terpisah Dengan Sistem Umpan Balik Kecepatan Diagram blok sistem kontrol kecepatan lup tertutup MAS-PT dengan suatu pembatas arus ditunjukkan oleh gambar berikut ini : Referensi Kecepatan Suplai Daya AC + -- Pengontrol Kecepatan + -- Pengontrol Arus Rangkaian Penyalaan Konvert MAS Beban Umpan Balik Arus Umpan Balik Kecepatan Diagram blok kontrol kecepatan lup tertutup dengan pembatas arus Pada sistem pengaturan kecepatan tanpa umpan balik (konvensional), perubahan beban maupun perubahan arus medan akan mengakibatkan perubahan kecepatan. Namun untuk sistem pengaturan dengan umpan balik kecepatan, hal ini tidak terjadi karena kecepatan yang dihasilkan motor akan diumpanbalikkan dalam bentuk sinyal untuk selanjutnya dibandingkan dengan sinyal masukan (referensi). Sinyal kesalahan yang merupakan selisih antara kedua sinyal tersebut akan diteruskan melalui suatu rangkaian kontroler. Keluaran kontroler inilah yang nantinya akan mempengaruhi besar sudut tunda penyalaaan konverter sehingga suplai tegangan jangkar akan terkontrol untuk mempertahankan kecepatan motor pada kondisi semula (sesuai dengan referensi yang dikehendaki). Dalam pengaturan kecepatan motor tersebut, sistem akan menyesuaikan perubahan kecepatan selama perioda peralihan (transient) dan apabila pada saat perioda peralihan, motor mengalami kelebihan arus akibat penambahan beban yang besar dan tiba-tiba maka dalam sistem kontrol dengan umpan balik kecepatan dapat ditambahkan sebuah lup pengontrol arus yang berfungsi sebagai pembatas arus dengan batas spesifikasi arus yang dapat diatur untuk nilai yang dikehendaki. Lup pengontrol arus ini juga berguna pada saat start motor. Apabila arus jangkar melewati batas spesifikasi ini, maka arus 18

19 akan dipenggal sampai arus jangkar kembali tidak melewati batas spesifikasi arus tersebut. Adanya pembatas arus akan mempengaruhi efek kestabilan terhadap kecepatan motor. II.3 Pengaturan Kecepatan Motor Arus Searah Penguatan Terpisah Dengan Sistem Umpan Balik Tegangan Jangkar. Pengaturan dengan sistem umpan balik ini bertujuan untuk mempertahankan besar tegangan jangkar tetap sesuai referensi yang dikehendaki. Besar tegangan jangkar yang sebelumnya dikonversikan dalam bentuk sinyal, akan diumpanbalikkan dan dibandingkan terhadap sinyal referensinya. Selisih kedua sinyal tersebutnya akan mempengaruhi besarnya sudut tunda penyalaan konverter sehingga besar tegangan tegangan jangkar motor akan konstan. III. ALAT-ALAT PERCOBAAN 1 Unit TecQuipment NE 7019 Four Quadran Drive Console 1 Motor Arus Searah yang dilengkapi dengan fasilitas pembebanan Kabel-kabel penghubung. IV. PROSEDUR PERCOBAAN IV.A PERCOBAAN TANPA BEBAN DENGAN UMPAN BALIK TACHOGENERATOR 5. Buatlah rangkaian percobaan seperti pada gambar terlampir dan pastikan rangkaian sudah tersusun dengan benar. 6. Pastikan saklar feedback pada posisi tacho dan kontrol pengatur beban dalam kondisi tanpa beban. Kemudian nyalakan DC drive dengan cara menaikan saklar MCCB sehingga menunjukan kondisi ON. 7. Putarlah saklar excitation supply ke posisi ON dan aturlah excitation supply hingga tegangan medan mencapai tegangan 80 V. 8. Tekanlah tombol start dan tunggulah beberapa detik sampai LED 7 tetap menyala. Jika LED 7 tidak menyala, hentikan prosedur percobaan berikutnya dan panggillah asisten yang sedang bertugas saat itu. 19

20 9. Putarlah set speed searah jarum jam secara perlahan hingga kecepatan motor mencapai 1400 rpm. Kemudian naikkan tegangan medan hingga 120 V dan catatlah besar arus medan, tegangan jangkar, arus jangkar dan kecepatan pada masing-masing alat ukur 10. Catat pula arus medan, tegangan jangkar, arus jangkar dan kecepatan untuk setiap penurunan 10 V tegangan medan, hingga mencapai 40 V IV.B PERCOBAAN BERBEBAN DENGAN UMPAN BALIK TACHOGENERATOR 1. Atur kembali tegangan medan hingga mencapai tegangan 80 V dan atur beban dengan kontrol pengatur beban hingga mencapai setengah beban penuh kira-kira 4,5 A atau sebanding kira-kira 3,7 Nm. Pastikan tegangan jangkar tidak mencapai 250 V. 2. Naikkanlah tegangan medan secara perlahan hingga mencapai 120 V dan catatlah besar arus medan, tegangan jangkar, arus jangkar dan kecepatan pada masingmasing alat ukur. 3. Catat pula arus medan, tegangan jangkar, arus jangkar dan kecepatan untuk setiap penurunan 10 V tegangan medan, hingga mencapai 40 V. 4. Atur kembali tegangan medan hingga mencapai tegangan 80 V. Kemudian kembalikan posisi kontrol pengatur beban ke kondisi tanpa beban. 5. Putarlah set speed berlawanan arah jarum jam hingga kecepatan motor nol dan Matikan pengoperasian drive dengan menekan tombol stop. 6. Kurangilah tegangan medan hingga nol dan putarlah saklar excitation supply ke posisi off. Kemudian turunkan saklar MCCB. IV.C PERCOBAAN TANPA BEBAN DENGAN UMPAN BALIK TEGANGAN JANGKAR. 1. Pastikan saklar feedback pada posisi armature dan kontrol pengatur beban dalam kondisi tanpa beban. Kemudian nyalakan DC drive dengan cara menaikan saklar MCCB sehingga menunjukan kondisi ON. 2. Putarlah saklar excitation supply ke posisi ON dan aturlah excitation supply hingga tegangan medan mencapai 80 V. 20

21 3. Tekanlah tombol start dan tunggulah beberapa detik sampai LED 7 tetap menyala. Jika LED 7 tidak menyala, hentikan prosedur percobaan berikutnya dan panggillah asisten yang sedang bertugas saat itu. 4. Putarlah set speed hingga tegangan jangkar mencapai 200 V dan aturlah excitation supply hingga tegangan medan mencapai 120 V. Catatlah besar arus medan, tegangan jangkar, arus jangkar dan kecepatan pada masing-masing alat ukur. 5. Catat pula arus medan, tegangan jangkar, arus jangkar dan kecepatan untuk setiap penurunan 5 V tegangan medan, hingga mencapai 80 V.Perhatikan tegangan medan, arus medan, tegangan jangkar, arus jangkar dan kecepatan terutama untuk nilai medan di bawah 100 V ( ketika kecepatan bertambah ). IV.D PERCOBAAN BERBEBAN DENGAN UMPAN BALIK TEGANGAN JANGKAR. 1. Atur kembali tegangan medan pada tegangan 80 V dan aturlah kontrol pengatur beban hingga mencapai setengah beban penuh ( kira-kira 4,5 A ). 2. Naikkan tegangan medan hingga 120 V dan catatlah besar arus medan, tegangan jangkar, arus jangkar dan kecepatan pada masing-masing alat ukur. 3. Catat pula arus medan, tegangan jangkar, arus jangkar dan kecepatan untuk setiap penurunan 5 V tegangan medan, hingga mencapai 80 V. Perhatian khusus harus diberikan pada nilai medan di bawah 100 V bersamaan dengan peningkatan kecepatan motor. 4. Atur kembali tegangan medan hingga mencapai tegangan 80 V. Kemudian kembalikan posisi kontrol pengatur beban ke kondisi tanpa beban. 5. Putarlah set speed berlawanan arah jarum jam hingga kecepatan motor nol dan Matikan pengoperasian drive dengan menekan tombol stop. 6. Kurangilah tegangan medan hingga nol dan putarlah saklar excitation supply ke posisi off. Kemudian turunkan saklar MCCB. V. TUGAS 1. Buatlah data hasil pengamatan dalam bentuk tabel untuk masing-masing percobaan. 21

22 2. Buatlah grafik hubungan antara tegangan jangkar dan tegangan medan untuk percobaan dengan feedback tacho. 3. Buatlah grafik hubungan antara kecepatan terhadap tegangan dan arus jangkar untuk kondisi pembebanan setengah beban penuh pada percobaan feedback tegangan jangkar. 4. Dalam kasus umpan balik tacho tanpa beban, mengapa kecepatan motor konstan dan mengapa tegangan jangkar turun ketika tegangan medan dikurangi. 5. Dalam kasus umpan balik tacho kondisi setengah beban penuh, mengapa arus jangkar meningkat sebanding dengan penurunan tegangan jangkar. 6. Jelaskan apa yang terjadi dalam kasus umpan balik tegangan jangkar untuk kondisi tanpa beban dan setengah beban penuh. 7. Jelaskan hubungan yang diperoleh antara sistem pengaturan motor arus searah dengan umpan balik tacho dan umpan balik tegangan jangkar. 22

23 VI. GAMBAR RANGKAIAN PERCOBAAN 23

24 PERCOBAAN 2 PENGARUH SUDUT TUNDA PENYALAAN KONVERTER TERHADAP KECEPATAN MOTOR ARUS SEARAH I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mengetahui dan menentukan hubungan antara set speed, sinyal referensi dan sinyal umpan balik terhadap besarnya sudut tunda penyalaan konverter. 2. Mengetahui dan menentukan pengaruh antara sudut tunda penyalaan konverter dengan gelombang tegangan keluaran konverter. 3. Mengetahui dan menentukan hubungan antara sudut tunda penyalaan konverter dan kecepatan motor. II. TEORI II.1 Operasi Empat Kuadran Motor Arus Searah Motor arus searah dikatakan beroperasi dalam empat kuadran jika motor tersebut dapat mencapai karakteristik operasi sebagai pembalik kecepatan motor dan regenerasi daya (sebagai generator/pengereman motor) di kedua arah putaran motor, yaitu arah putaran maju (forward direction) dan arah putaran berbalik (reverse direction). Kondisi operasi empat kuadran, tergantung dari karakteristik torsi dan kecepatan yang dihasilkan seperti yang ditunjukkan gambar di bawah ini : (Ea) Kuadran II Pengereman Maju 1 Kuadran I Motor Arah Maju -1 1 (Ia) Kuadran III Motor Arah Berbalik -1 Kuadran IV Pengereman Berbalik Untuk mencapai operasi empat kuadran motor yang diinginkan maka konverter yang diperlukan berupa jembatan tiristor tiga fasa anti-paralel atau satu 24

25 jembatan tiristor penuh tiga fasa dengan dua buah kontaktor sebagai pembalik terminal jangkar motor. Pada alat percobaan ini, konverter yang digunakan adalah konverter jembatan tiristor anti paralel. II.2 Konverter Jembatan Tiristor Tiga Fasa Anti-Paralel Konfigurasi utama dari suatu konverter jembatan tiristor penuh tiga fasa (three-phase thyristor converter) terdiri dari enam buah tiristor yang berfungsi sebagai saklar semikonduktor. Suplai berupa tegangan bolak-balik 3 fasa sedangkan keluaran dari konverter berupa tegangan arus searah terkontrol. Satu buah konverter ini akan memberikan polaritas tegangan jangkar yang dapat dibalik tergantung pada sinyal sudut tunda penyalaan konverter namun arus jangkar pada terminal jangkar motor arus searah tetap dalam satu arah sehingga kondisi ini hanya dapat mengoperasikan motor dalam operasi dua kuadran saja. Untuk menerapkan operasi motor arus searah dalam keempat kuadran, baik tegangan maupun arus pada terminal jangkar harus dapat dibalik dalam arah yang berlawanan. Hal ini dapat dicapai dengan pemakaian konverter jembatan tiristor tiga fasa yang dipasang secara paralel dan terbalik satu dengan yang lainnya. Konverter ini lebih dikenal dengan sebutan jembatan tiristor tiga fasa anti-paralel (anti-parallel threephase bridge thyristor). Konverter ini dapat juga disebut sebagai jembatan tiristor ganda pulsa 6 (6-pulse bridge dual converter) seperti yang terlihat pada gambar berikut ini : Vr Vs Vt Konverter Jembatan Tiristor Tiga Fasa Anti Paralel Unjuk kerja dari operasi empat kuadran ini, tergantung pada tegangan keluaran konverter yang terhubung ke rangkaian jangkar. Dan proses pengontrolan tegangan 25

26 keluaran konverter dilakukan melalui pengontrolan sudut penyalaan masing-masing tiristor. III. ALAT-ALAT PERCOBAAN 1 Unit TecQuipment NE 7019 Four Quadran Drive Console 1 Motor Arus Searah yang dilengkapi dengan fasilitas pembebanan. 1 Unit Osiloskop. Kabel-kabel penghubung IV PROSEDUR PERCOBAAN IV.A PERCOBAAN ARUS MEDAN PENUH KONDISI TANPA BEBAN. 1. Buatlah rangkaian percobaan seperti pada gambar terlampir dan pastikan rangkaian sudah tersusun dengan benar. 2. Hubungkan kedua channel osiloskop ke titik uji ( Test Point ) TP11 dan TP16 untuk memonitor masukan ramp dan tegangan keluaran tacho.gunakan salah satu hubungan channel osiloskop secara bergantian ke titik uji TP27 untuk memonitor tegangan dari rangkaian penyalaan konverter. 3. Pindahkan posisi saklar feedback ke tacho dan kontrol pengatur beban ke posisi tanpa beban. 4. Aturlah resistor variabel ( rheostat ) ke posisi minimum ( 0% ). 5. Nyalakan osiloskop, naikkan saklar MCCB, aturlah saklar excitation supply hingga tegangan medan mencapai 80 V dan tekanlah tombol start untuk mengoperasikan drive. Jika LED 7 menyala, berarti drive siap untuk dioperasikan. Jika tidak, hentikan prosedur percobaan berikutnya dan panggillah asisten yang sedang bertugas. 6. Putarlah secara perlahan kontrol set speed searah jarum jam hingga kecepatan motor mencapai 200 rpm. Catatlah posisi set speed, tegangan jangkar, tegangan input ramp TP11, tegangan keluaran tacho TP16 dan tegangan rangkaian penyalaan konverter TP Ulangi prosedur 6, untuk setiap kenaikan 200 rpm kecepatan motor hingga mencapai 1400 rpm. 26

27 8. Ulangi prosedur 6 dan 7, untuk mendapatkan arah putaran reverse dengan memutar set speed berlawanan arah jarum jam. IV.B PERCOBAAN ARUS MEDAN PENUH KONDISI BERBEBAN. 1. Atur set speed hingga kecepatan motor mencapai 200 rpm. Aturlah kontrol pengatur beban hingga mencapai setengah beban penuh kira-kira 4,5 A. Pastikan tegangan jangkar tidak mencapai 250 V. 2. Catatlah posisi set speed, tegangan jangkar, tegangan input ramp TP11, tegangan keluaran tacho TP16 dan tegangan rangkaian penyalaan konverter TP Ulangi prosedur 2, untuk setiap kenaikan 200 rpm kecepatan motor hingga mencapai 1400 rpm. 4. Ulangi prosedur 2 dan 3, untuk mendapatkan arah putaran reverse dengan memutar set speed berlawanan arah jarum jam. IV.C PERCOBAAN ARUS MEDAN SETENGAH PENUH KONDISI BERBEBAN. 1. Atur set speed hingga kecepatan motor mencapai 200 rpm dan aturlah resistor variabel ( rheostat ) ke posisi 50%. 2. Catatlah posisi set speed tegangan jangkar, tegangan input ramp TP11, tegangan keluaran tacho TP16 dan tegangan rangkaian penyalaan konverter TP Ulangi prosedur 2, untuk setiap kenaikan 200 rpm kecepatan motor hingga mencapai 1400 rpm. 4. Ulangi prosedur 2 dan 3, untuk mendapatkan arah putaran reverse dengan memutar set speed berlawanan arah jarum jam. 5. Aturlah kembali rheostat ke posisi minimum (0%) dan aturlah kontrol pangatur beban ke kondisi tanpa beban. 6. Kemudian putarlah set speed hingga kecepatan motor nol. Matikan pengoperasian drive dengan menekan tombol stop. 7. Kurangilah tegangan medan hingga nol dan putarlah saklar excitation supply ke posisi off. Kemudian turunkan saklar MCCB. 27

28 V. TUGAS 1. Buatlah data hasil pengamatan dalam bentuk tabel untuk masing-masing percobaan. 2. Hitunglah sudut tunda penyalaan konverter untuk setiap kondisi pembebanan dan penyuplaian tegangan medan. Gunakan rumus berikut : Dimana : V DC : Tegangan keluaran konverter V.35 V cos V LL : Tegangan masukan konverter DC 1 L : Sudut tunda penyalaan konverter 3. Buatlah grafik hubungan masukan ramp dan keluaran tacho terhadap kecepatan motor untuk kedua arah putaran motor. 4. Buatlah grafik hubungan kecepatan terhadap tegangan jangkar dan sudut tunda penyalaan konverter untuk setiap kondisi pembebanan dan besar penyuplaian tegangan medan dalam satu gambar. 5. Apa hubungan tegangan masukan ramp dan keluaran tacho terhadap kecepatan motor? Jelaskan! 6. Apa yang terjadi pada arah putaran motor ketika set speed diputar searah dan berlawanan arah jarum jam? Jelaskan! 7. Jelaskan pengaruh kondisi pembebanan dan besar penyuplaian tegangan medan terhadap sudut tunda penyalaan konverter yang diinginkan untuk menghasilkan kecepatan motor tertentu. 28

29 VI. GAMBAR RANGKAIAN PERCOBAAN 29

30 MODUL 4 PERCOBAAN 1 OPERASI MOTOR INDUKSI TERKONTROL DENGAN MENGGUNAKAN PWM INVERTER AC DRIVE I. TUJUAN PERCOBAAN 4. Memperkenalkan praktikan dengan pengoperasian PWM Inverter AC drive. 5. Mengetahui karakteristik kerja AC drive pada kondisi V/f linier dan pengaruhnya terhadap kinerja motor induksi. 6. Mempelajari dan menganalisa hubungan antara tegangan output dan frekuensi output inverter terhadap kecepatan motor. 7. Mempelajari efek dari voltage boost terhadap karakteristik tegangan per frekuensi. II. TEORI Teori terdapat pada bagian TEORI PERCOBAAN AC DRIVE. III. PERALATAN 1 Unit TecQuipment NE 7021 AC Machine Control Console 1 Motor Induksi yang dilengkapi dengan fasilitas pembebanan 1 Unit Power Faktor Meter 1 Unit Voltmeter AC 1 Unit Osiloskop Kabel-kabel penghubung. IV. PROSEDUR PERCOBAAN IV.A Pengenalan PWM Inverter 11. Buatlah rangkaian percobaan seperti pada gambar terlampir dan pastikan rangkaian sudah tersusun dengan benar. 12. Putarlah set speed kontrol hingga mencapai posisi minimum (berlawanan arah jarum jam). Pastikan torsi beban dalam keadaan bebas (nol). 13. Nyalakan dan kalibrasi osiloskop. 14. Nyalakan suplai utama dengan cara menaikkan MCCB sehingga lampu indikator suplai ON akan menyala. Alat ukur kecepatan digital pada panel akan menunjukkan nilai nol. 30

31 15. Tekanlah tombol start pada panel untuk mengaktifkan inverter. Jika inverter dalam keadaan baik, maka LED health pada inverter akan menyala. 16. Atur setting startup - control mode inverter pada kondisi remote (dilakukan oleh asisten). 17. Naikkan kecepatan motor perlahan-lahan dengan cara memutar kontrol set speed searah jarum jam. Perhatikan gelombang keluaran dari PWM inverter yang tertera pada layar osiloskop. 18. Turunkan kecepatan secara perlahan-lahan sehingga motor berhenti berputar. IV.B Operasi PWM Inverter dalam kondisi V/f linier 1. Pilihlah menu diagnostic - drive frequency pada papan kontrol MMI pada inverter. Pada kondisi ini, drive frequency harus menunjukkan nilai nol (dilakukan oleh asisten). 2. Naikkan kecepatan motor perlahan-lahan dengan cara memutar kontrol set speed searah jarum jam. Untuk setiap kenaikkan 50 rpm, catat nilai torsi, frekuensi drive, tegangan motor, arus motor dan faktor daya hingga kecepatan motor mencapai 600 rpm. 3. Mulai dari 600 rpm naikkan kecepatan perlahan-lahan hingga kecepatan mencapai 1800 rpm. Setiap kenaikkan 100 rpm catat nilai torsi, frekuensi drive, tegangan motor, arus motor dan factor daya. PERHATIAN Proses pengambilan data untuk kondisi kecepatan motor diatas 1300 rpm harus dilakukan sesegera mungkin, karena apabila terlalu lama dapat menyebabkan kerusakan pada mesin. 4. Tekan tombol stop dan putarlah kontrol set speed berlawanan arah jarum jam hingga posisi minimum. Tunggu hingga motor berhenti berputar. 5. Ubahlah setting dari fixed voltage boost ke posisi 6% melalui papan kontrol MMI pada inverter. Pilihlah operasi fixed boost dan disable -kan autoboost. Perubahan setting ini harus di-save melalui papan kontrol MMI (dilakukan oleh asisten). 6. Untuk setiap setting voltage boost, ulangi prosedur nomor 2 dan Tekan tombol stop dan putarlah kontrol set speed berlawanan arah jarum jam hingga posisi minimum. Tunggu hingga motor berhenti berputar. 8. Kembalikan setting voltage boost ke semula (0 %) melalui papan kontrol MMI. Save perubahan setting ini. 9. Matikan suplai utama (MCCB utama). 31

32 Praktikum Elektronika Daya V. TUGAS 8. Buatlah data hasil pengamatan dalam bentuk tabel untuk masing-masing percobaan! Voltage boost = 0 % N T f V I pf Pin Pout V/f Pin = Pout = 3 V I pf T n Pout = 100% Pin 9. Buatlah grafik hubungan antara : a. V/f vs n b. T vs n c. I vs n d. V vs n e. pf vs n f. vs n untuk percobaan pada voltage boost = 0 % dan 6 %! 10. Buatlah analisa dari tiap-tiap grafik diatas! 11. Mengapa daerah torsi konstan merupakan daerah kerja yang paling luas? Jelaskan! 12. Mengapa tegangan motor tidak lagi proposional terhadap frekuensi motor ketika beroperasi diatas basis frekuensi? 13. Mengapa voltage boost hanya ada saat motor beroperasi pada kecepatan rendah? 32

33 PERCOBAAN 2 KARAKTERISTIK MOTOR INDUKSI PADA VARIASI FREKUENSI DAN VARIASI BEBAN I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari dan menganalisa karakteristik kerja motor pada kondisi frekuensi yang berbeda-beda dengan variasi beban. 2. Mempelajari efek dari frekuensi operasi terhadap efisiensi motor. 3. Mempelajari efek dari frekuensi operasi terhadap faktor daya motor. II. TEORI Teori terdapat pada bagian TEORI PERCOBAAN AC DRIVE. III. PERALATAN 1 Unit TecQuipment NE 7021 AC Machine Control Console 1 Motor Induksi yang dilengkapi dengan fasilitas pembebanan. 1 Unit Power Faktor Meter 1 Unit Voltmeter AC Kabel-kabel penghubung IV. PROSEDUR PERCOBAAN IV.A Karakteristik Drive pada kondisi frekuensi tetap 1. Buatlah rangkaian percobaan seperti pada gambar terlampir dan pastikan rangkaian sudah tersusun dengan benar. 5. Putarlah set speed kontrol hingga mencapai kecepatan nol (minimum). Pastikan torsi beban dalam keadaan bebas (nol). 6. Nyalakan suplai utama dengan cara menaikkan MCCB sehingga lampu indikator suplai ON akan menyala. Alat ukur kecepatan digital pada panel akan menunjukkan nilai nol. 7. Tekanlah tombol start pada panel untuk mengaktifkan inverter. Jika inverter dalam keadaan baik, maka LED health pada inverter akan menyala. 8. Atur setting startup - control mode inverter pada kondisi remote. 9. Pilihlah menu diagnostic - drive frequency pada papan kontrol MMI pada inverter. Pada kondisi ini, drive frequency harus menunjukkan nilai nol. 33

34 10. Naikkan kecepatan motor perlahan-lahan dengan cara memutar kontrol set speed searah jarum jam hingga frekuensi meter menunjukkan nilai 45 Hz. Tinggalkan kontrol set speed pada posisi ini. 11. Variasikan torsi beban dari keadaan tanpa beban hingga keadaan beban penuh dengan tingkat kenaikkan 0,5 Nm. Untuk setiap kondisi kenaikkan torsi beban, catat nilai torsi motor, kecepatan, tegangan motor, arus motor, dan faktor daya. 12. Ulangi prosedur nomor 7 dan 8 untuk frekuensi 30 Hz dan 15 Hz. 13. Kembalikan torsi beban pada posisi minimum (bebas). IV.B Karakteristik Drive pada kondisi frekuensi variabel 1. Frekuensi drive saat ini pada posisi 15 Hz. Atur torsi beban sehingga torsi meter menunjukkan angka 3,5 Nm. Tinggalkan torsi beban dalam keadaan ini. 2. Naikkan frekuensi motor dengan cara memutar kontrol set speed searah jarum jam. Untuk setiap kenaikkan frekuensi 5 Hz, catat besarnya torsi motor, kecepatan, tegangan motor, arus motor dan faktor daya motor. Lakukan proses ini hingga frekuensi motor mencapai 50 Hz. 3. Lepaskan torsi beban. Tekan tombol stop dan putarlah kontrol set speed berlawanan arah jarum jam hingga posisi minimum. Tunggu hingga motor berhenti berputar. Matikan suplai utama (MCCB utama). V. TUGAS 8. Buatlah data hasil pengamatan dalam bentuk tabel untuk masing-masing percobaan! 9. Untuk percobaan IV.A., buatlah grafik hubungan antara : a. T vs n b. I vs n c. Pin vs n untuk f = 45 Hz, f= 30 Hz, dan f = 15 Hz! Berikan analisa grafik! 10. Untuk percobaan IV.B., buatlah grafik hubungan antara : a. T vs f b. Pin vs f c. I vs f d. n vs f e. pf vs f f. vs f Berikan analisa grafik! 11. Buatlah kurva hubungan antara efisiensi dan daya keluaran untuk f = 15 Hz, 30 Hz, dan 45 Hz dalam satu grafik! 12. Pada kondisi frekuensi tetap, jelaskan pengaruh dari peningkatan torsi beban terhadap arus, faktor daya, dan efisiensi! 34

35 13. Hitung prosentase pengaturan kecepatan ketika beban divariasikan pada frekuensi 45 Hz dan 10 Hz! Jelaskan perbedaannya! 14. Pada kondisi frekuensi variabel, jelaskan pengaruh perubahan frekuensi terhadap arus, faktor daya dan efisiensi! 35

MODUL 1: DIODA DAYA PERCOBAAN 1 PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG SATU FASA. Dioda dilambangkan seperti pada gambar di bawah ini :

MODUL 1: DIODA DAYA PERCOBAAN 1 PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG SATU FASA. Dioda dilambangkan seperti pada gambar di bawah ini : MODUL 1: DIODA DAYA PERCOBAAN 1 PENYEARAH SETENGAH GELOMBANG SATU FASA I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Melihat bentuk gelombang keluaran dari penyearah setengah gelombang tanpa beban pada sumber satu fasa. 2. Melihat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Generator Sinkron Satu Fasa Pabrik Pembuat : General Negara Pembuat

Lebih terperinci

TRAINER FEEDBACK THYRISTOR AND MOTOR CONTROL

TRAINER FEEDBACK THYRISTOR AND MOTOR CONTROL TRAINER FEEDBACK THYRISTOR AND MOTOR CONTROL FAKULTAS TEKNIK UNP JOBSHEET/LABSHEET JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO NOMOR : I PROGRAM STUDI : DIV WAKTU : 2 x 50 MENIT MATA KULIAH /KODE : ELEKTRONIKA DAYA 1/ TEI051

Lebih terperinci

Modul Laboratorium Sistem Kendali. Penyusun: Isdawimah,ST.,MT dan Ismujianto,ST.,MT

Modul Laboratorium Sistem Kendali. Penyusun: Isdawimah,ST.,MT dan Ismujianto,ST.,MT Modul Laboratorium Sistem Kendali Penyusun: Isdawimah,ST.,MT dan Ismujianto,ST.,MT Prodi D-IV Teknik Otomasi Listrik Industri Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Jakarta-Tahun 2013 DAFTAR ISI Modul

Lebih terperinci

PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI

PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI FAKULTAS TEKNIK UNP PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI JOBSHEET/LABSHEET JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO NOMOR : VI PROGRAM STUDI :DIV WAKTU : x 50 MENIT MATA KULIAH /KODE : ELEKTRONIKA DAYA / TEI05 TOPIK : PENYEARAH

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4 LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4 DOSEN PEMBIMBING : Bp. DJODI ANTONO, B.Tech. Oleh: Hanif Khorul Fahmy LT-2D 3.39.13.3.09 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI

PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI FAKULTAS TEKNIK UNP PENYEARAH SATU FASA TERKENDALI JOBSHEET/LABSHEET JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO NOMOR : VIII PROGRAM STUDI :DIV WAKTU : x 5 MENIT MATA KULIAH /KODE : ELEKTRONIKA DAYA 1/ TEI51 TOPIK : PENYEARAH

Lebih terperinci

REGULATOR AC 1 FASA. Gambar 1. Skema Regulator AC 1 fasa gelombang penuh dengan SCR

REGULATOR AC 1 FASA. Gambar 1. Skema Regulator AC 1 fasa gelombang penuh dengan SCR FAKULTAS TEKNIK UNP REGULATOR AC 1 FASA JOBSHEET/LABSHEET JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO NOMOR : XIV PROGRAM STUDI :DIV WAKTU : x 5 MENIT TOPIK : REGULATOR AC 1 FASA MATA KULIAH /KODE : ELEKTRONIKA DAYA 1/ TEI51

Lebih terperinci

BAHAN PERKULIAHAN. Disusun Oleh : Istanto W. Djatmiko

BAHAN PERKULIAHAN. Disusun Oleh : Istanto W. Djatmiko BAHAN PERKULIAHAN Disusun Oleh : Istanto W. Djatmiko PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JANUARI 2007 KATA PENGANTAR Praktik Kendali Elektronis (DEL 230) dalam Kurikulum

Lebih terperinci

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami.

Gambar 2.1. Rangkaian Komutasi Alami. BAB II DASAR TEORI Thyristor merupakan komponen utama dalam peragaan ini. Untuk dapat membuat thyristor aktif yang utama dilakukan adalah membuat tegangan pada kaki anodanya lebih besar daripada kaki katoda.

Lebih terperinci

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian

TEORI DASAR. 2.1 Pengertian TEORI DASAR 2.1 Pengertian Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan arus/tegangan dalam satu arah saja, dimana dioda merupakan jenis VACUUM tube yang memiliki dua buah elektroda. Karena

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik yang

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik yang BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Daya 3.1.1 Daya motor Secara umum, daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1. Metodologi Pengujian Alat Dengan mempelajari pokok-pokok perancangan yang sudah di buat, maka diperlukan suatu pengujian terhadap perancangan ini. Pengujian dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

Penyusun: Isdawimah,ST.,MT dan Ismujianto,ST.,MT Prodi D-IV Teknik Otomasi Listrik Industri

Penyusun: Isdawimah,ST.,MT dan Ismujianto,ST.,MT Prodi D-IV Teknik Otomasi Listrik Industri Penyusun: Isdawimah,ST.,MT dan Ismujianto,ST.,MT Prodi D-IV Teknik Otomasi Listrik Industri Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Jakarta-Tahun 2013 DAFTAR ISI Modul Pokok Bahasan Halaman 1 Rangkaian

Lebih terperinci

NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : INSTRUMENTASI DAN OTOMASI. Struktur Thyristor THYRISTOR

NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : INSTRUMENTASI DAN OTOMASI. Struktur Thyristor THYRISTOR NAMA : WAHYU MULDAYANI NIM : 081910201059 INSTRUMENTASI DAN OTOMASI THYRISTOR Thyristor adalah komponen semikonduktor untuk pensaklaran yang berdasarkan pada strukturpnpn. Komponen ini memiliki kestabilan

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik 1 Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik Pada motor DC berlaku persamaan-persamaan berikut : V = E+I a Ra, E = C n Ф, n =E/C.Ф Dari persamaan-persamaan diatas didapat : n = (V-Ra.Ra) / C.Ф

Lebih terperinci

Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun

Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun 2007 1 Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun 2007 2 Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun 2007 3 PENGATURAN ARUS STARTING DAN KECEPATAN MOTOR DC PENGUAT MEDAN SERI MENGGUNAKAN PLC

Lebih terperinci

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k I-2. MAKSUD PERCOBAAN : Menentukan besar kecepatan putar motor

Lebih terperinci

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa Indah Pratiwi Surya #1, Hafidh Hasan *2, Rakhmad Syafutra Lubis #3 # Teknik Elektro dan Komputer, Universitas Syiah

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PENGAMATAN GENERATOR

PERCOBAAN I PENGAMATAN GENERATOR PERCOBAAN I PENGAMATAN GENERATOR I. Tujuan : 1. Mengenal generator 2. Memahami cara kerja generator dan pengaturannya II. Peralatan yang Dibutuhkan : Peralatan keselamatan Modul percobaan Kebel jumper

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... i iii iv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah... 1 1.2. Permasalahan... 1 1.3. Batasan masalah... 2 1.4. Tujuan dan manfaat penelitian...

Lebih terperinci

Nama Praktikan :... NIM :... Program Studi :... Kelas :... Dosen Pengampu :...

Nama Praktikan :... NIM :... Program Studi :... Kelas :... Dosen Pengampu :... Nama Praktikan :... NIM :... Program Studi :... Kelas :... Dosen Pengampu :... LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAYA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 Tatap Muka

Lebih terperinci

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart 1. Hipotesis tentang gejala kelistrikan dan ke-magnetan yang disusun Maxwell ialah... a. perubahan medan listrik akan menghasilkan medan magnet b. di sekitar muatan listrik terdapatat medan listrik c.

Lebih terperinci

LABSHEET PRAKTIK MESIN LISTRIK MESIN ARUS BOLAK-BALIK (MESIN SEREMPAK)

LABSHEET PRAKTIK MESIN LISTRIK MESIN ARUS BOLAK-BALIK (MESIN SEREMPAK) LABSHEET PRAKTIK MESIN LISTRIK MESIN ARUS BOLAK-BALIK (MESIN SEREMPAK) ALTERNATOR DAN MOTOR SEREMPAK Disusun : Drs. Sunyoto, MPd PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTUI

LABORATORIUM SISTEM TENAGA LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FTUI MODUL 2 STARTING GENERATOR SINKRON DAN SINKRONISASI GENERATOR SINKRON DENGAN JALA-JALA I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari karakteristik pengaturan tegangan kecepatan putaran dan eksitasi pada generator

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem kontrol (control system) Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, memerintah dan mengatur keadaan dari suatu sistem. [1] Sistem kontrol terbagi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. arus dan tegangan yang sama tetapi mempunyai perbedaan sudut antara fasanya.

BAB II DASAR TEORI. arus dan tegangan yang sama tetapi mempunyai perbedaan sudut antara fasanya. BAB II DASAR TEORI 2.1 Sumber Tegangan Tiga Fasa Hampir semua listrik yang digunakan oleh industri, dibangkitkan, ditransmisikan dan didistribusikan dalam sistem tiga fasa. Sistem ini memiliki besar arus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Penampang kumparan rotor dari atas.[4] permukaan rotor, seperti pada gambar 2.2, saat berada di daerah kutub dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Penampang kumparan rotor dari atas.[4] permukaan rotor, seperti pada gambar 2.2, saat berada di daerah kutub dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor DC 2.1.1. Prinsip Kerja Motor DC Motor listrik adalah mesin dimana mengkonversi energi listrik ke energi mekanik. Jika rotor pada mesin berotasi, sebuah tegangan akan

Lebih terperinci

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA BAB III 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik,. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan

Lebih terperinci

Module : Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC

Module : Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC Module : Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC PERCOBAAN 2 SISTEM PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC 2.1. PRASYARAT Memahami komponen yang digunakan dalam praktikum sistem pengaturan kecepatan motor dc Memahami

Lebih terperinci

LAB SHEET ILMU BAHAN DAN PIRANTI

LAB SHEET ILMU BAHAN DAN PIRANTI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO NOMOR : O1 MATA KULIAH ILMU BAHAN DAN PIRANTI TOPIK :KARAKTERISTIK DIODA I. TUJUAN 1. Pengenalan komponen elektronika dioda semi konduktor 2. Mengetahui karakteristik dioda semi

Lebih terperinci

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK )

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK ) MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK ) BAB I GENERATOR SINKRON (ALTERNATOR) Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam tugas akhir ini, penulis memaparkan empat penelitian terdahulu yang relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed Drive

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2018 1 MODUL 1 BRIEFING PRAKTIKUM Briefing praktikum dilaksanakan hari

Lebih terperinci

TUGAS DAN EVALUASI. 2. Tuliska macam macam thyristor dan jelaskan dengan gambar cara kerjanya!

TUGAS DAN EVALUASI. 2. Tuliska macam macam thyristor dan jelaskan dengan gambar cara kerjanya! TUGAS DAN EVALUASI 1. Apa yang dimaksud dengan elektronika daya? Elektronika daya dapat didefinisikan sebagai penerapan elektronika solid-state untuk pengendalian dan konversi tenaga listrik. Elektronika

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 PENDAHULUAN... 3 PEDOMAN UMUM... 3 PERCOBAAN Teori Dasar Prosedur Percobaan Ringkasan...

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 PENDAHULUAN... 3 PEDOMAN UMUM... 3 PERCOBAAN Teori Dasar Prosedur Percobaan Ringkasan... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 PENDAHULUAN... 3 PEDOMAN UMUM... 3 PERCOBAAN 1... 5 1. Teori Dasar... 5 2. Prosedur Percobaan... 6 3. Ringkasan... 7 PERCOBAAN 2... 8 1. Teori Dasar... 8 2. Prosedur Percobaan...

Lebih terperinci

BAB II PENYEARAH DAYA

BAB II PENYEARAH DAYA BAB II PENYEARAH DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai karakteristik penyearah setengah-gelombang dan gelombang-penuh satu fasa dan tiga

Lebih terperinci

PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC DENGAN DC DRIVE SINAMICS DCM PADA SIZE PRESS

PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC DENGAN DC DRIVE SINAMICS DCM PADA SIZE PRESS JETri, Volume 12, Nomor 1, Agustus 2014, Halaman 89-104, ISSN 1412-0372 PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC DENGAN DC DRIVE SINAMICS DCM PADA SIZE PRESS Maula Sukmawidjaja, Budhi Nursulistyo Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

A. Dasar Pengendalian Posisi Blok diagram kendali posisi kita adalah sebagai berikut

A. Dasar Pengendalian Posisi Blok diagram kendali posisi kita adalah sebagai berikut ANALOG SERVO MOTOR DC A. Tujuan praktikum: 1. Memahami prinsip dasar pengendalian posisi dan kecepatan pada motor DC 2. Memahami unjuk kerja pada saat transient dan steady state pada pengendalian kecepatan

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA modul praktikumelektronika daya MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2016

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER

SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER SISTEM PENGENDALIAN MOTOR SINKRON SATU FASA BERBASIS MIKROKONTROLER Deni Almanda 1, Anodin Nur Alamsyah 2 1) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA

MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA modul praktikumelektronika daya MODUL PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA LABORATORIUM KONVERSI ENERGI LISTRIK DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA 2016 1 MODUL 1 BRIEFING PRAKTIKUM Briefing

Lebih terperinci

pada CCM R adalah: Vd (DCM) cosα 3

pada CCM R adalah: Vd (DCM) cosα 3 PENYEARAH TIGA FASA FAKULTAS TEKNIK UNP JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI :DIV MATA KULIAH /KODE : ELEKTRONIKA DAYA 1/ TEI51 JOBSHEET/L LABSHEET NOMOR : XIII WAKTU : x 5 MENIT TOPIK : PENYEARAH TIGA

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harmonisa Dalam sistem tenaga listrik dikenal dua jenis beban yaitu beban linier dan beban tidak linier. Beban linier adalah beban yang memberikan bentuk gelombang keluaran

Lebih terperinci

LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRO UNIVER SITAS ISL AM K ADI R I PENDAHULUAN

LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRO UNIVER SITAS ISL AM K ADI R I PENDAHULUAN PENGUKURAN BESARAN LISTRIK LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM KADIRI KEDIRI PENDAHULUAN A. UMUM Sesuai dengan tujuan pendidikan di UNISKA, yaitu : - Pembinaan

Lebih terperinci

BAB 10 ELEKTRONIKA DAYA

BAB 10 ELEKTRONIKA DAYA 10.1 Konversi Daya BAB 10 ELEKTRONIKA DAYA Ada empat tipe konversi daya atau ada empat jenis pemanfatan energi yang berbedabeda Gambar 10.1. Pertama dari listrik PLN 220 V melalui penyearah yang mengubah

Lebih terperinci

Pengendali Kecepatan Motor Induksi 3-Phase pada Aplikasi Industri Plastik

Pengendali Kecepatan Motor Induksi 3-Phase pada Aplikasi Industri Plastik Pengendali Kecepatan Motor Induksi 3-Phase pada Aplikasi Industri Plastik Sri Hardiati Pusat Penelitian Elektronika dan ash_egt@yahoo.com Folin Oktafiani Pusat Penelitian Elektronika dan Joni Pristianto

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem perangkat keras dari UPS (Uninterruptible Power Supply) yang dibuat dengan menggunakan inverter PWM level... Gambaran Sistem input

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap Proses Perancangan Alat Perancangan rangkaian daya Proteksi perangkat daya Penentuan strategi kontrol Perancangan rangkaian logika dan nilai nominal Gambar 3.1 Proses

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. LST/EKO/EKO221/04 Revisi : 01 31 Oktober 2011 Hal 1 dari 5 A. Kompetensi : Setelah melakukan melakukan pengamatan/observasi, diharapkan mahasiswa dapat memilih, menggunakan alat-alat/instrumen,yang

Lebih terperinci

MODUL 1 GENERATOR DC

MODUL 1 GENERATOR DC Nama NIM Kelompok Hari/Tgl MODUL 1 GENERATOR DC Asisten A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari proses terbangkitnya tegangan pada generator DC penguatan terpisah 2. Memperoleh kurva karakteristik tegangan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron BAB II MTR SINKRN Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan medan pada rotor.

Lebih terperinci

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan M O T O R D C Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan motor induksi, atau terkadang disebut Ac Shunt Motor. Motor

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 2 BAB III METODE PENELITIAN Pada skripsi ini metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai adalah membuat suatu alat yang dapat mengkonversi tegangan DC ke AC.

Lebih terperinci

I D. Gambar 1. Karakteristik Dioda

I D. Gambar 1. Karakteristik Dioda KEGIATAN BELAJAR 1 A. Tujuan a. Mahasiswa diharapkan dapat memahami karakteristik switching dari dioda b. Mahasiswa diharapkan dapat menggambarkan kurva karakteristik v-i diode c. Mahasiswa diharapkan

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI

BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI BAB IV SISTEM KONVERSI ENERGI LISTRIK AC KE DC PADA STO SLIPI 4.1 Umum Seperti yang telah dibahas pada bab III, energi listrik dapat diubah ubah jenis arusnya. Dari AC menjadi DC atau sebaliknya. Pengkonversian

Lebih terperinci

DIODA SEBAGAI PENYEARAH (E.1) I. TUJUAN Mempelajari sifat dan penggunaan dioda sebagai penyearah arus.

DIODA SEBAGAI PENYEARAH (E.1) I. TUJUAN Mempelajari sifat dan penggunaan dioda sebagai penyearah arus. DIODA SEBAGAI PENYEARAH (E.1) I. TUJUAN Mempelajari sifat dan penggunaan dioda sebagai penyearah arus. II. DASAR TEORI 2.1 Pengertian Dioda Dioda adalah komponen aktif bersaluran dua (dioda termionik mungkin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI Renny Rakhmawati, ST, MT Jurusan Teknik Elektro Industri PENS-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya Phone 03-5947280

Lebih terperinci

BAB III SISTEM EKSITASI TANPA SIKAT DAN AVR GENERATOR

BAB III SISTEM EKSITASI TANPA SIKAT DAN AVR GENERATOR 28 BAB III SISTEM EKSITASI TANPA SIKAT DAN AVR GENERATOR 3.1 Karakteristik Generator Sinkron Terdapat dua metode untuk dapat mengetahui karakteristik generator sinkron, yaitu Analisis grafis dan pengukuran

Lebih terperinci

BAB III CARA KERJA INVERTER

BAB III CARA KERJA INVERTER BAB III CARA KERJA INVERTER 4.1. Umum Inverter adalah sebuah peralatan pengubah frekuensi yang digunakan untuk merubah arus listrik searah (DC) menjadi arus listrik bolak-balik (AC) dengan teknik switching

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motor Induksi Tiga Fasa Motor induksi adalah suatu mesin listrik yang merubah energi listrik menjadi energi gerak dengan menggunakan gandengan medan listrik dan mempunyai slip

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konverter Elektronika Daya Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan daya elektrik dari satu bentuk ke bentuk daya elektrik lainnya di bidang elektronika

Lebih terperinci

Elektronika Daya dan Electrical Drives. AC & DC Driver Motor

Elektronika Daya dan Electrical Drives. AC & DC Driver Motor Elektronika Daya dan Electrical Drives AC & DC Driver Motor Driver Motor AC Tujuan : Dapat melakukan pengontrolan dan pengendalian pad motor AC : Motor induksi atau motor asinkron adalah motor arus bolak-balik

Lebih terperinci

1.KONSEP SEGITIGA DAYA

1.KONSEP SEGITIGA DAYA Daya Aktif, Daya Reaktif dan Dan Pasif 1.KONSEP SEGITIGA DAYA Telah dipahami dan dianalisa tentang teori daya listrik pada arus bolak-balik, bahwa disipasi daya pada beban reaktif (induktor dan kapasitor)

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. LST/EKO/ 223/02 Revisi : 00 Tgl : 21 Juni 2010 Hal 1 dari 7 1. Kompetensi a. Merangkai, mengoperasikan, melakukan pengukuran, dan membuat laporan rangkaian elektronika daya. b. Merangkai, mengoperasikan,

Lebih terperinci

4.2 Sistem Pengendali Elektronika Daya

4.2 Sistem Pengendali Elektronika Daya 4.2 Sistem Pengendali Elektronika Daya 4.2.1 Pendahuluan Elektronika daya merupakan salah satu bagian bidang ilmu teknik listrik yang berhubungan dengan penggunaan komponen-komponen elektronika untuk pengendalian

Lebih terperinci

Tujuan Mempelajari penggunaan instrumentasi Multimeter, Osiloskop, dan Pembangkit Sinyal Mempelajari keterbatasan penggunaan multimeter Mempelajari ca

Tujuan Mempelajari penggunaan instrumentasi Multimeter, Osiloskop, dan Pembangkit Sinyal Mempelajari keterbatasan penggunaan multimeter Mempelajari ca Percobaan 1 Pengenalan Instrumentasi Laboratorium Tujuan Mempelajari penggunaan instrumentasi Multimeter, Osiloskop, dan Pembangkit Sinyal Mempelajari keterbatasan penggunaan multimeter Mempelajari cara

Lebih terperinci

Desain Sistem Kontrol Sudut Penyalaan Thyristor Komutasi Jaringan Berbasis Mikrokontroler PIC 16F877

Desain Sistem Kontrol Sudut Penyalaan Thyristor Komutasi Jaringan Berbasis Mikrokontroler PIC 16F877 16 Jurnal Rekayasa Elektrika Vol. 9, No. 1, April 010 Desain Sistem Kontrol Sudut Penyalaan Thyristor Komutasi Jaringan Berbasis Mikrokontroler PIC 16F877 Tarmizi Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

Politeknik Gunakarya Indonesia

Politeknik Gunakarya Indonesia THYRISTOR DAN APLIKASI SCR Disusun Oleh : Solikhun TE-5 Politeknik Gunakarya Indonesia Kampus A : Jalan Cutmutiah N0.99 Bekasi Telp. (021)8811250 Kampus B : Jalan Cibarusaah Gedung Centra kuning Blok C.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan dilaboratorium konversi energi listrik Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik. Penelitian akan dilaksanakan setelah proposal

Lebih terperinci

PRAKTIKAN : NIM.. PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

PRAKTIKAN : NIM.. PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PRAKTIKAN :. NIM.. PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAPORAN PRAKTIK KENDALI ELEKTRONIS Topik Praktik : Pengenalan Unit Praktikum Tanggal Praktik : (PKE-01) Kelas/

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK Tim penyusun: Diana Rahmawati, S. T., M. T. Haryanto, S. T., M. T. Koko Joni, S. T., M. Eng. Achmad Ubaidillah, S. T., M. T. Riza Alfita, S. T., M. T. Miftachul

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK TIM PENYUSUN DIANA RAHMAWATI, S.T., M. T HARYANTO, S.T., M.T KOKO JONI, S.T., M.Eng ACHMAD UBAIDILLAH, S.T., M.T RIZA ALFITA, S.T., MT MIFTACHUL ULUM, S.T., M.T

Lebih terperinci

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik JURNA TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil istrik A. M. Husni, M. Ashari Prof,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras ( Hardware) Dalam pembuatan tugas akhir ini diperlukan penguasaan materi yang digunakan untuk merancang kendali peralatan listrik rumah. Materi tersebut merupakan

Lebih terperinci

MODUL PERCOBAAN I MOTOR DC (ARUS SEARAH)

MODUL PERCOBAAN I MOTOR DC (ARUS SEARAH) MODUL PERCOBAAN I MOTOR DC (ARUS SEARAH) 1.1 PENDAHULUAN 1.1.1 Motor Arus Searah Motor arus searah adalah mesin kolektor arus searah yang merubah energi listrik menjadi energi mekanik dengan prinsip induksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Dalam tugas akhir ini ada beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam merancang bangun, yaitu : 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam perancangan Variable

Lebih terperinci

PERCOBAAN 9 RANGKAIAN COMPARATOR OP-AMP

PERCOBAAN 9 RANGKAIAN COMPARATOR OP-AMP PERCOBAAN 9 RANGKAIAN COMPARATOR OP-AMP 9.1 Tujuan : 1) Mendemonstrasikan prinsip kerja dari rangkaian comparator inverting dan non inverting dengan menggunakan op-amp 741. 2) Rangkaian comparator menentukan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi sistem yang dibuat. Gambar 3.1 menunjukkan blok diagram sistem secara keseluruhan. Anak Tangga I Anak Tangga II Anak

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 5 Triode AC (TRIAC)

Mekatronika Modul 5 Triode AC (TRIAC) Mekatronika Modul 5 Triode AC (TRIAC) Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari Triode AC (TRIAC) Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan

Lebih terperinci

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda.

Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda. OSILOSKOP Osiloskop (Gambar 1) merupakan alat ukur dimana bentuk gelombang sinyal listrik yang diukur akan tergambar pada layer tabung sinar katoda. Gambar 1. Osiloskop Tujuan : untuk mempelajari cara

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM DASAR KONVERSI ENERGI. Disusun oleh: Ervan Hasan Harun, ST.,MT NIP

PANDUAN PRAKTIKUM DASAR KONVERSI ENERGI. Disusun oleh: Ervan Hasan Harun, ST.,MT NIP PANDUAN PRAKTIKUM DASAR KONVERSI ENERGI Disusun oleh: Ervan Hasan Harun, ST.,MT NIP. 19741125 2001 12 1 002 PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Juni 2010 KATA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

Analisa dan Pemodelan PWM AC-AC Konverter Satu Fasa Simetri

Analisa dan Pemodelan PWM AC-AC Konverter Satu Fasa Simetri 1 Analisa dan Pemodelan PWM AC-AC Konverter Satu Fasa Simetri Rizki Aulia Ratnani, Mochamad Ashari, Heri Suryoatmojo. Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

Elektronika daya. Dasar elektronika daya

Elektronika daya. Dasar elektronika daya Elektronika daya Dasar elektronika daya Pengertian Elektronika daya merupakan cabang ilmu elektronika yang berkaitan dengan pengolahan dan pengaturan daya listrik yang dilakukan secara elektronis Elektronika

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK LABORATORIUM TTPL DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2013 PERCOBAAN I DASAR KELISTRIKAN, LINEARITAS ANALISA MESH DAN SIMPUL I. TUJUAN

Lebih terperinci

Penggunaan & Pengaturan Motor Listrik PENGEREMAN MOTOR LISTRIK

Penggunaan & Pengaturan Motor Listrik PENGEREMAN MOTOR LISTRIK Penggunaan & Pengaturan Motor Listrik PENGEREMAN MOTOR LISTRIK PENDAHULUAN Dalam banyak aplikasi, maka perlu untuk memberikan torsi pengereman bagi peralatan yang digerakkan oleh motor listrik. Dalam beberapa

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK LABORATORIUM TTPL DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2014 PERCOBAAN I BRIEFING PRAKTIKUM Briefing praktikum dilaksanakan hari Selasa

Lebih terperinci

PENYEARAH TIGA FASA. JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO NOMOR : XI PROGRAM STUDI :DIV WAKTU : 2 x 50 MENIT MATA KULIAH /KODE : ELEKTRONIKA DAYA 1/ TEI051

PENYEARAH TIGA FASA. JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO NOMOR : XI PROGRAM STUDI :DIV WAKTU : 2 x 50 MENIT MATA KULIAH /KODE : ELEKTRONIKA DAYA 1/ TEI051 FAKULTAS TEKNIK UNP PENYEARAH TIGA FASA JOBSHEET/LABSHEET JURUSAN : TEKNIK ELEKTRO NOMOR : XI PROGRAM STUDI :DIV WAKTU : x 5 MENIT MATA KULIAH /KODE : ELEKTRONIKA DAYA 1/ TEI51 TOPIK : PENYEARAH TIGA FASA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, penelitian mengenai sumber energi terbarukan sangat gencar dilakukan. Sumber-sumber energi terbarukan yang banyak dikembangkan antara lain sumber energi tenaga

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR

BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR BAB III KARAKTERISTIK SENSOR LDR 3.1 Prinsip Kerja Sensor LDR LDR (Light Dependent Resistor) adalah suatu komponen elektronik yang resistansinya berubah ubah tergantung pada intensitas cahaya. Jika intensitas

Lebih terperinci

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan Teknik Industri 1

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan Teknik Industri 1 TOPIK 12 MESIN ARUS SEARAH Suatu mesin listrik (generator atau motor) akan berfungsi bila memiliki: (1) kumparan medan, untuk menghasilkan medan magnet; (2) kumparan jangkar, untuk mengimbaskan ggl pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pembangkit Listrik Tenaga Angin memberikan banyak keuntungan seperti bersahabat dengan lingkungan (tidak menghasilkan emisi gas), tersedia dalam

Lebih terperinci