PROYEK PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR KOTA TERNATE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROYEK PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR KOTA TERNATE"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR KEGIATAN TAHUN 2013 PROYEK PEMBANGUNAN MASYARAKAT PESISIR KOTA TERNATE (COASTAL COMMUNITY DEVELOPMENT PROJECT INTERNATIONAL FUND FOR AGRICULTURAL DEVELOPMENT) DISUSUN KONSULTAN PIU KOTA TERNATE SYAHNUL SARDI TITAHELUW KARIM ABUBAKAR 13 JANUARI 2014 LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 1 of 141

2 KATA PENGANTAR Coastal Community Development International Fund for Agricultural Development (CCD-IFAD) atau disebut Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir (PMP) merupakan kerjasama Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan IFAD berdasarkan Financing Agreement antara Pemerintah Republik Indonesia, dalam hal ini diwakili oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan dengan President IFAD yang ditandatangani pada tanggal 23 Oktober Proyek tersebut sebagai respon langsung terhadap kebijakan dan prakarsa Pemerintah Indonesia, yang mencerminkan kebijakan pemerintah, khususnya KKP untuk pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan yang berkelanjutan (pro-poor, pro-job, pro-growth and pro-sustainability) yang sejalan dengan kebijakan dan program IFAD. Program ini sejalan dengan visi misi dari Kota Ternate dalam mengetaskan kemiskinan, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi dan pembengunan yang berkelanjutan di wilayah pesisir kota ternate. Selain itu, ssekitar ¾ wilayah pemerintahan kota ternate merupakan perairan yang menghubungkan kecamatan-kecamatan yang satu dengan lainnya. Sehingga kehadiran program tersebut sangat di dukung oleh pemerintah Kota, yang di jabarkan melalui dana pendamping setiap tahun yang dikelola oleh dinas kelautan dan perikanan (DKP) Kota ternate. Kehadiran program ini cukup dirasakan langsung baik dimsyarakat maupun pemerintah. Akhir kata kami sangat mengharapkan semoga laporan ini bisa menjada manfaat untuk pengelolaan program CCDP-IFAD kedepannya. LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 2 of 141

3 GLOSSARY / DAFTAR ISTILAH LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 3 of 141

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR GLOSSARY / DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Pendahuluan Latar belakang Tujuan Kelembagaan Proyek Tahapan Kegiatan, Strategi dan Implementasi Proyek Pemantauan, Evaluasi dan Indikator Kinerja Proyek Deskripsi Singkat Capaian Kegiatan Tahun Gambaran Umum Lokasi CCDP IFAD Profile Singkat 9 Desa Target CCDP-IFAD Potensi Ekonomi Kelautan dan Perikanan Distribusi dan Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan Peran Konsultan PIU Kota Ternate Tugas dan Tanggung Jawab Kegiatan dan Intervensi Yang Dilakukan Hasil Yang Dicapai dan Indikatornya Implementasi Kegiatan Atau Proyek Analisis/Strategis Untuk Optimalisasi Pendampingan Pemberdayaan Masyarakat Dalam CCDP Tahun Analisis/Strategis Untuk Efektifitas Pemasaran dan Pengembangan Usaha Dalam CCDP Tahun Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pemantauan Kegiatan Kelompok Evaluasi Kegiatan Pelaporan Gender Perspektif Gambaran Singkat Pola Keterlibatan Wanita Dalam Berbagai Aktifitas Kelautan dan Perikanan Kota Ternate 79 LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 4 of 141

5 8.2. Keterlibatan Perempuan Dalam Berbagai Aktifitas Ccdp-Ifad (Termasuk Di Piu, Lokakarya, Danaktifitaslainnya) Keterlibatan Perempuan Dalam Kelompok Masyarakat/Usaha Ccdp Hal Yang Perlu Dilakukan Untuk Meningkatkan Peran Perempuan Pengembangan Kapasitas / Pelatihan / Workshop Peran Strategis Dan Koordinasi Kelembagaan PMO PIU Kabupaten Kota Ternate Komite Pesisir (DOB) Provinsi / BPSPL Tim Pendamping Desa / Penyuluh Kelompok Masyarakat Kendala dan Tantangan Yang Di Hadapi Kendala Teknis Kendala Non-Teknis Focus dan Rencana Imlementasi Program Tahun Rencana Kegiatan / Kegiatan Prioritas Yang Akan Dilakukan tahun 2014 (RKAKL dan AWPB) Tahapan Pelaksanaa Strategi Untuk Mengimplementasikan Proyek Strategi Pemberdayaan dan Pendampingan Masyarakat Strategi Pemasaran dan Pengembangan Usaha/Value Chain Kordinasi dan Kelembagaan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Kegiatan Rekomendasi Strategis Pembelajaran Penutup 111 LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 5 of 141

6 DAFTAR TABEL 1. Tabel 1. Luas Wilayah Kota Ternate (Kota Ternate dalam angka 2009) 9 2. Tabel 2 Perbandingan Luas Wilayah Tahapan Kegiatan, Komponen Dan Strategi Implementasi Proyek Tabel 4. Jumlah Masyarakat Pesisir yang menggantungkan hidupnya dari sektor Perikanan Table 6 kegiatan pengembangan kapasitas / pelatihan / worshop Tabel 6 jumlah Fasilitator dan Desa yang yang menjadi priorotas proyek selama 5 tahun Tabel 7. Pembentukan dan Fungsi Kelompok di Desa Table 8 Rencana Kegiatan Table 9 tahapan Pelaksanaan proyek 2014 Kota Ternate 98 LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 6 of 141

7 DAFTAR GAMBAR 1. Struktur kelembagaan proyek Gambar. 2 Peta Administrasi Kota Ternate Gambar 3. Peta administrasi Kecamatan Moti, Kota Ternate Gambar 4. Peta administrasi Kecamatan Moti, Kota Ternate Gambar 5. Peta administrasi Kelurahan Moti Kota Kecamatan Moti Struktur kelembagaan PIU Kota Ternate Struktur dan pengaturan pengelolaan untuk proyek di pusat, kabupaten dan desa 90 LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 7 of 141

8 RINGKASAN EKSLUSIVE Proyek Pembangunan Masyarakat Pesisir (PMP) atau disebut Coastal Community Development Project - International Fund for Agricultural Development (CCDP-IFAD) merupakan kerjasama Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan IFAD berdasarkan Financing Agreement antara Pemerintah Republik Indonesia, dengan IFAD yang ditandatangani pada tanggal 23 Oktober Proyek tersebut sebagai respon langsung terhadap kebijakan Pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk pengentasan kemiskinan, penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan yang berkelanjutan (pro-poor, pro-job, pro-growth and prosustainability) yang sejalan dengan program IFAD. Pemberian atau penyaluran BLM kepada POKMAS dapat dilakukan pada 9 desa target program, baik POKMAS Usaha (Penangkapan, Dibo-Dibo, Ikan Fufu-Fufu, Abon IKan) dan Infrastruktur juga berhasil dilakukan 100%. Untuk kelompok SDA, tahun 2013 tidak diberikan BLM karena POKMAS tersebut diproyeksikan untuk tahun 2014 yang akan melakukan rehabilitasi berbagai sumberdaya pesisir dan lautan yang ada di Desa bersangkutan sesuai dengan perencanaan berbasisi Desa yang sudah dibuat. Pembangunan pondok informasi dapat terlaksankan bagi semua desa yang benjadi target program untuk tahun 2013 maupun 2014 di 9 desa tersebut, diantaranya Desa Sulamadaha, Tobololo, Kulaba, Dorai Isa, Togolobe, Mado, Moti Kota, Tadenas dan Tafaga. Pembangunan pondok informasi tersebut sudah mencapai % sampai awal januari Dukungan berbagai Stakeholder yang terkait dengan program ini cukup membantu dalam memprcepat kegiatan di tahun 2013 sangat dirasakan. Oleh karena itu, spr=irit ini harus dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi sehingga proyek ini dapat terlaksana sesuai dengan yang diharap bersama oleh pemerintah Pusat (KKP) maupun pemerintah daerah. LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 8 of 141

9 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG GAMBARAN UMUM KOTA TERNATE Kondisi Fisik Geografis Wilayah Wilayah Kota Ternate mempunyai luas 5.795,4 km 2, terdiri dari luas perairan 5.544,55 km 2 atau 95,7 % dan luas daratan 250,85 km 2 atau 4,3% dengan bentangan pantai sepanjang ± 124 km. Secara geografis wilayah Kota Ternate terletak antara 3 0 LS dan 3 0 LU serta BT, dan terdiri dari 8 buah pulau, 3 diantaranya tidak berpenghuni. Kawasan daerah ini seluruhnya dikelilingi oleh laut dan mempunyai batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara dengan Laut Maluku Sebelah Selatan dengan Laut Maluku Sebelah Timur dengan Selat Halmahera Sebelah Barat dengan Laut Maluku Tabel 1. Luas Wilayah Kota Ternate (Kota Ternate dalam angka 2009) Kecamatan Ternate Utara Ternate Selatan Pulau Ternate Darat Laut Jumlah Km 2 Ha Km 2 Ha Km 2 Ha Pulau Moti Luas Wilayah LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 9 of 141

10 Sebaran Wilayah Pesisir Secara administratif Kota Ternate terdiri dari 7 Kecamatan dan 77 Kelurahan, dimana terdapat 62 Kelurahan (86%) diantaranya berada di kawasan pesisir. Adapun penyebaran kelurahahn dalam wilayah Kota Ternate masingmasing adalah sebagai berikut : Kecamatan Ternate Utara terbagi menjadi 14 Kelurahan Kecamatan Ternate Selatan terbagi menjadi 17 Kelurahan Kecamatan Ternate Tengah terbagi menjadi 15 Kelurahan Kecamatan Pulau Ternate terbagi menjadi 13 Kelurahan Kecamatan Pulau Hiri terbagi menjadi 6 Kelurahan Kecamatan Pulau Moti terbagi menjadi 6 Kelurahan Kecamatan Pulau Batang Dua terbagi menjadi 6 Kelurahan Sebaran Pulau-Pulau Kecil Wilayah Kota Ternate mencakup delapan pulau yaitu Pulau Ternate (110,7 km 2 ), Pulau Moti (24,6 km 2 ), Pulau Hiri (12,4 km 2 ), Pulau Mayau (78,4 km 2 ), Pulau Tifure (22,1 km 2 ), Pulau Maka (0,5 km 2 ), Pulau Mano (0,05 km 2 ) dan Pulau Gurida (0,05 km 2 ). Ketiga pulau terakhir disebut sebagai Gura Mangofa atau pulau tidak berpeng-huni. Pulau-pulau tersebut terletak dalam lingkup yang bergerak melalui kepulauan Filipina, Sangihe Talaut dan Minahasa serta dilengkapi dengan lengkung Sulawesi dan Pulau Sangihe. Tabel 2 Perbandingan Luas Wilayah Luas Wilayah (Ha) No PULAU Data Digitasi Citra (%) Data BPS (%) Selisih (Ha) 1 P. Gurida P. Hiri LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 10 of 141

11 3 P. Mako P. Mano P. Mayau P. Moti P. Ternate P. Tifure Jumlah Geologi Lingkungan Kota Ternate Fisiografi Pulau Ternate secara geografis terletak di sebelah timur laut Maluku dan sebelah barat Pulau Halmahera di kepulauan Maluku. Pulau Ternate berada di barat laut Pulau Tidore berjarak sekitar 2 km dan diantaranya terdapat Pulau Maitara yang merupakan pulau kecil. Kota Ternate yang terletak di pantai tenggara Pulau Ternate pernah berperan sebagai pusat perdagangan cengkeh merupakan ibukota Kabupaten Maluku Utara, dimana saat ini menjadi Provinsi Maluku Utara. Hampir separuh penduduk di Pulau Ternate hidup di Kota Ternate. Daerah lain yang dihuni sebagai permukiman penduduk sebagian besar berada di sepanjang pantai, dengan matapencaharian sebagai nelayan atau petani. Di Pulau Ternate terdapat Gunung Gamalama merupakan salah satu gunung api aktif yang terletak di sepanjang busur Pulau Halmahera di sebelah timur laut Maluku. Topografi Wilayah Topografi wilayah Kota Ternate sebagian besar adalah daerah bergunung dan berbukit, yang terdiri dari pulau vulkanis dan pulau karang dengan jenis tanah: Regosol : Pulau Ternate, Pulau Hiri dan Pulau Moti LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 11 of 141

12 Rensika : Pulau Mayau, Pulau Tifure, Pulau Malea, Pulau Mano dan Pulau Gurita Geomorfologi Geomorfologi adalah kenampakan bentang alam dengan ciri karakteristik seperti elevasi, kemiringan lereng, bentuk geometri dan lain-lain. Geomorfologi ini dipengaruhi oleh jenis batuan, struktur geologi, serta proses-proses geologi antara lain magmatisme, pengangkatan, erosi, pelapukan, sedimentasi dan lainlain. Pulau Ternate karena terbentuk dari kegiatan magmatisme sehingga terbentuk geomorfologi gunung api. Puncak Gunung Api Di Pulau Ternate terdapat puncak gunung api Gamalama yang mempunyai tipe strato. Puncak tertinggi berelevasi sekitar 1715 m di atas permukaan laut (m dpl) berada ditengah-tengah pulau. Mempunyai kemiringan lereng curam, umumnya lebih dari 25 %, batuan dominan tersusun oleh produk gunung api Gamalama Muda dan proses erosi belum berjalan terlalu kuat. Sebagian besar relief terbentuk oleh bentuk asal aliran lava muda, dengan kawah berdia-meter sekitar 200 m dengan kedalaman 30 m Lereng Gunung Api Lereng gunung api mempunyai elevasi antara m dpl, berada mengeliling puncak. Kemiringan lereng sedang hingga curam, yaitu sekitar 15 % hingga lebih dari 25 %, batuan dominan tersusun oleh produk gunung api Gamalama Dewasa, erosi sebagian telah berjalan kuat. Sebagian relief curam hingga halus, terdapat bukit-bukit di bagian barat P. Ternate dengan puncaknya berbentuk sabit berarah barat ke timur dikenal sebagai bukit Keramat atau Bukit Madiena. Kaki Gunung Api dan Dataran Aluvial Kaki gunung api dan dataran alluvial mempunyai elevasi m dpl, berada di pesisir pantai mengelilingi pulau. Kemiringan lereng datar hingga sedang, setempat curam, yaitu sekitar 0 % hingga 15 %, setempat > 25%. Batuan LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 12 of 141

13 dominan tersusun oleh produk gunung api Gamalama Tua di selatan, Gamalama Muda di utara dan alluvium lanau, pasir dan kerikil. Proses erosi, baik di lahan ataupun di pantai berjalan kuat, sedangkan sedimentasi terdapat di muaramuara sungai. Mempunyai relif kasar dan topografi tertoreh pada kaki gunung, puncaknya memanjang dari timur laut ke baratdaya dikenal dengan Bukit Melayu atau Gunung Kekau. Di lereng selatan terdapat danau Marr Laguna, di lereng barat laut terdapat danau Marr Tolire Jaha dengan luas kawah berukuran 500 x 700 m 2 kedalaman 80 m. Sejauh 250 m diutaranya terdapat Danau Maar yaitu Tolire Kecil dengan luas 150x300 m 2, kedalaman 5-10 m. Pesisir pantai terdapat pasir hitam halus, sebagian terumbu karang dan bertebing, membentuk tanjung antara lain Tg. Marikaso, Tg. Kaome, Tg. Amo, Tg. Tomboko. Permukimanpermukiman antara lain kota Ternate, Dufa-dufa, Sulamadaha, Togopo dan Jambula terkonsentrasi pada geomorfologi ini. Jumlah Sebaran dan Kepatan Penduduk Distribusi atau timgkat persebaran penduduk hingga akhir tahun perencanaan diperkiraan akan masih sama dengan pola perkembangan penduduk eksiiesting. Dimana jumlah konsentrsi penduduk akan relative terkonsentrsi pada pusat-pusat aktifitas ekonomi dengan kelngkapan sarana dan infrasturktur yang pada umunya terletak pada kawasan perkotaan. Selain itu analisis distribusi penduduk akan berpengaruh pula terhadap rencana kebutuhan sarana dan prasarana pendukung penduduk di kemudian hari. Jumlah penduduk Kota Ternate pada akhir tahun 2010 berjumlah jiwa, dan tersebar di tujuh kecamatan. Dengan tingkat penyebaran penduduk menurut kecamatan dapat dilihat seperti uraian berikut : Kecamatan Pulau Ternate : jiwa (7.97 %) Kecamatan Moti : jiwa (2.37%) Kecamatan Ternate Selatan : jiwa ( 34,31 %) Kecamatan Ternate Utara : jiwa ( %) Kecamatan Ternate Tengah : jiwa (28.08 %) LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 13 of 141

14 Kecamatan Pulau Batang Dua : jiwa (1.33 %) Kecamatan Pulau Hiri : jiwa (1.47 %) Potensi Kelautan dan Perikanan Kota Ternate : Potensi Sumber Daya Perikanan Tangkap ,00 ton/tahun Standing stock ikan ,38 ton/thn MSY sebesar ,25 ton/thn Sampai dengan Tahun 2010 Total Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di Perairan Kota Ternate baru mencapai 21,91% dari Potensi MSY Tingkat Pemanfaatan Ikan Tuna & Cakalang baru mencapai 21, 17 % Produksi Perikanan Tangkap Tahun 2010 yg didaratkan di Dua Pelabuhan Perikanan Kota Ternate sebesar , 58 ton, terdiri dari pendaratan di PPN Bastiong sebesar 5.147, 58 ton dan yg didaratkan di PPI Dufa-Dufa sebesar Ton Produksi Perikanan Budidaya Tahun 2010 sebesar Kg Memiliki fasilitas perikanan yang cukup memadai dengan 2 Pelabuhan Perikanan (PPI & PPN) & 3 Unit pasar ikan konsumsi Konsumsi Ikan per kapita untuk Tahun 2010 adalah 22 kg Lembaga Keuangan Mikro Yang Terkait Dengan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Sampai dengan saat ini lembaga-lembaga keuangan mikro yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya perikanan di Kota Ternate adalah Koperasi Unit Desa (KUD) yang tersebar pada setiap kecamatan dan Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina (LEPP-M3). LEPP-M3 adalah lembaga yang dibentuk dari Kegiatan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) di Kota Ternate, dimana lembaga ini pendanaan awal bersumber dari dana APBN dan APBD Kota Ternate dan untuk wilayah kerjanya mencakup seluruh wilayah dikota Ternate. Sumber ekonomi utama masyarakat Kota Ternate sekarang ini sebagaian besar bergantung pada hasil pertanian dan perikanan. LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 14 of 141

15 1.2. TUJUAN DAN SASARAN PROYEK Tujuan Tujuan proyek ini untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga masyarakat pesisir yang terlibat dalam kegiatan kelautan dan perikanandi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Sasaran Sasaran Proyek PMPadalah: 1. Terfasilitasinya rumah tangga di 180 desa pesisir dan pulaupulau kecil di 12 kabupaten/kota; dan 2. Terfasilitasinya pusat pembelajaran (learning center) di 1 kabupaten (Kabupaten Badung). LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 15 of 141

16 1.3. STRUKTUR KELEMBAGAAN PROYEK Gambar 1 Struktur Kelembagaan Proyek NSC (Panitia Pengarah Nasional) Kantor Pengelola Proyek Direktur PMO Kelompok Kerja Teknis ad hoc Propinsi Pemerintah Propinsi UPT KP3K Dinas KP Kabupaten Pemerintah Kabupaten/Kota Bupati Dinas KP Kabupaten/Kota Unit Pelaksana Proyek (PIU) Komite Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Desa Pemerintah Desa Tenaga Pendamping Desa / Penyuluh dengan Konsultan Kabupaten Desa-desa pesisir lainnya Kelompok Prasarana Kelompok Jasa Kelompok Kerja Desa Kelompok Usaha (VWG) Kelompok Pengelolaan Pesisir Terpadu Kelompok Tabungan Catatan: Garis Perintah Garis Koordinasi Garis Kegiatan Utama LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 16 of 141

17 1.4. TAHAPAN KEGIATAN, KOMPONEN DAN STRATEGI IMPLEMENTASI PROYEK No Komponen Kegiatan Status Pelaksanaan Keterangan 1. Pembentukan Layanan Fasilitator Telah dilakukan - 2 Sosialisasi Desa Telah dilakukan 3 Penilaian Desa Berbasis Masyarakat Telah dilakukan 10,11,12 Des 4 Pertemuan Desa (Perencanaan, Pengawasan dan Evaluasi) 5 Pelatihan dan Pengawasan Kapasitas Pokmas 6 Inventori Sumberdaya Pesisir Berbasis Masyarakat Telah dilakukan Telah dilakukan Telah dilakukan 7 Pembangunan Pondok Informasi Telah dilakukan 8 Pembentukan dan Pelatihan Co- Omanagement Group 9 Persiapan Detailed Village Coastal Marine Co-Omanagement Plant 10 Workshop Coastal Marine Resources Co-Omanagement Telah dilakukan Telah dilakukan Telah dilakukan 11 Fasilitasi P3MP Telah dilakukan 12 Penyusun dan Pelatihan Sistem Monitoring Sumberdaya Pesisir 13 Dana Community Enterprice Group and Infrastrukture Telah dilakukan Telah dilakukan 14 Pelatihan Market Awarness Telah dilakukan 15 Pengembangan Alternative Income Generating dan Jaringan Pemasaran 16 Singkronisasi Perencanaan dan Koordinasi Telah dilakukan Telah dilakukan 17 Pertemuan Tim Teknis Telah dilakukan 24, 25, 26, 27 Juni. 24,25 Okt 21,22,23 Okt. 13,14,15 Des. LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 17 of 141

18 1.5. PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN INDIKATOR KINERJA PROYEK Monitoring & Evaluasi (M&E) merupakan kegiatan yang sebaiknya tidak dilakukan hanya pada akhir tahuna semata, namun melaikan ditentukan waktu untuk setiap triwulan untuk lebih mengawal tujuan dari program. Sehingga akan menjadi bagian terpadu dari proyek pada semua tingkat dan tugas spesifik M & E akan disertakan dalam kerangka kerja. Seluruh stakeholder yang tergabung PIU konsultan, TPD dan Penyuluh terus akan memantau dan mengarahkan pokmas dalam pengelolaan BLM dan memberikan pehaman kepada POKMAS akan pentingnya nilai sumberdaya untuk untuk saat ini dan akan datang dalam bentuk pengelolaan yang berwawasan pelestarian sumberdaya pesisir. Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu. Pelaksanaan yang efektif dari rencana pengelolaan sumber daya desa. Pembangunan Ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Kelompok usaha yang menguntungkan dan tabungan kelompok yang efektif yang didukung oleh prasarana yang tepat. Keberlanjutan. Operasi dan perluasan yang berkelanjutan dan menguntungkan dari rantai pasok (value chain) dan operasi yang efektif dan diperpanjang dari rencana pengelolaan sumber daya pesisir. Indikator keberhasilan kinerja proyek dapat dilihat dari perspektif perencanaan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu dan pengelolaan sumberdaya pesisir dikelola dengan efektif. Dalam proyek CCDP-IFAD, pokmas diarahkan untuk memanfaatkan sumberdaya pesisir untuk jangka panjang dan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Hal ini tergambar dalam salah satu implementasi kegiatannya, yaitu pelatihan sistem monitoring dan evaluasi sumberdaya alam pesisir. Indikator kinerja proyek juga dapat dilihat dari peningkatan perekonomian masyarakat/pokmas. Sehingga tingkat kemiskinan di wilayah pesisir dapat ditekan untuk mengurangi jumlah penduduk nelayan miskin. LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 18 of 141

19 1.6. DESKRIPSI SINGKAT CAPAIAN KEGIATAN TAHUN 2013 Capaian program di Kota Ternate hingga akhir Desember 2013 mencapai target 100 % dalam pelaksanaan kegiatan CCDP-IFAD T.A 2013 termaksud pembangunan pondok informasi di 9 desa target. Status pembangunan pondok informasi sampai pada bulan januari 2014 masih dalam tahap pembangunan untuk 9 desa tersebut. Beberapa desa target seperti Tafaga dan Tadenas sudah mencapai 80 % atau hanya menunggu pemasangan atap pondok dan pengecetan. Sedangkan untuk desa Moti Kota suda memualai pembangunan pondok, keterlambatan di desa tersebut dikarenakan permasalahan tanah yang sudah dihibahkan oleh pemerintah desa yang kemudian di gugat oleh masyarakat, namun permasalahan tersebut sudah diselesaikan pada tanggal 2 januari dan pembangunan sudah mulai dilaksanakan. Sedangkan pembangunan pondok informasi untuk desa Mado, Togolobe dan Dorari Isa sudah mencapai 70 % dari pemantauan yang dilakaukan pada tanggal 28 Desember 2013 di ketiga desa tersebut. Percepatan permabangunan pondok ini karena tingkat kordinasi yang dilakukan dengan pihak pemerintahan kelurahan, TPD dan Penyuluh yang begitu intensif sehingga percepatan pembangunan bisa dilakukan. Pembangunan keseluruhan pondok informasi baru mencapai 60 % jika di rata-ratakan, ini berdasarkan hasil pemantauan terakhir pada tanggal 28 desember Selain pembangunan pondok informasi untuk 9 desa, perencanaan pengelolaan umberdaya berbasisi desa juga sudah dimiliki yang nantinya dikembangkan sesuai perencanaan tahunan. Berbagai perencanaan untuk 9 desa lebih focus pada rehabilitasi sumberdaya desa yang memang sudah mengalami kerusakan atau degradasi untuk tahun pertama. Selanjutnya pengembangan program rahbilitasi lebih ditekankan pada konsep ekowisata berbasis desa. LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 19 of 141

20 2. GAMBARAN UMUM LOKASI CCDP-IFAD 2.1. PROFIL SINGKAT 9 DESA TARGET CCDP-IFAD KECAMATAN PULAU TERNATE Secara geografis wilayah Kota Ternate terletak pada posisi 0 o -2 o Lintang Utara dan 126 o -128 o Bujur Timur, Kota Ternate berbatasan dengan : Sebelah Utara dengan Laut Maluku. Sebelah Selatan dengan Laut Maluku. Sebelah Timur dengan Selat Halmahera, dan. Sebelah Barat dengan Laut Maluku Jumlah penduduk Kota Ternate berdasarkan proyeksi penduduk yang didasari pada hasil Survei Penduduk Antar Sensus dan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas 2009) adalah sejumlah jiwa, dan tersebar di tujuh kecamatan. Tingkat penyebaran penduduk untuk Kecamatan Pulau Ternate adalah Kecamatan Pulau Ternate adalah jiwa atau 7,97 % dari total jumlah penduduk Kota Ternate. Topografi lahan Kepulauan Ternate adalah berbukit-bukit dengan sebuah gunung berapi yang masih aktif dan terletak di tengah Pulau Ternate. Permukiman masyarakat secara intensif berkembang di sepanjang garis pantai kepulauan. Dari 5 (lima) pulau besar yang ada, umumnya masyarakat mengolah lahan perkebunan dengan produksi rempah-rempah sebagai produk unggulan dan perikanan laut yang diperoleh di sekitar perairan pantai. Pulau Ternate memiliki kelerengan fisik terbesar di atas 40% yang mengerucut ke arah puncak Gunung Gamalama dan terletak di tengah-tengah pulau Kondisi Ekonomi Potensi unggulan daerah (Kota Ternate) yang memiliki peluang dalam rangka pengembangan diklasifikasikan dalam beberapa sektor untuk Perikanan Wilayah perairan laut Kota Ternate memiliki standing stock ikan sebesar ,28 ton/tahun, dengan potensi lestari (MYS) sebesar ,25 ton/tahun. Komoditi perikanan tersebut terdiri dari ikan pelagis besar seperti Tuna, LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 20 of 141

21 Cakalang, tongkol, ikan pelagis kecil seperti Selar, Layang, Kembung, Julung, Ekor Kuning, Teri, dan ikan dasar seperti Kerapu, Bawal, Kakap merah, dan beberapa ikan lainnya. Hasil identifikasi jenis-jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan di sekitar pantai terdapat sekitar 217 jenis ikan, 45 iantaranya bernilai ekonomis penting, 172 jenis telah dikomersialkan termasuk didalamnya cumi-cumi, udang lobster, penaed, ikan teri dan nener estuary, serta 9 jenis ikan hias ekonomis penting. Hasil identifikasi dan estimasi produksi sumber daya perikanan tangkap di perairan Kota Ternate tahun 2010 mencapai ,56 ton, dengan penyebaran sumber daya ikan yang hampir merata di seluruh wilayah Kecamatan Pulau Ternate dan Kota Ternate secara umum. Jasa dan Perdagangan Salah satu potensi Kota Ternate yang cukup menonjol adalah sektor jasa dan perdagangan, yang sekaligus salah satu misi pembangunan Kota Ternate, perkembangan sektor jasa dan perdagangan dalam beberapa tahun ini mengalami peningkatan yang cukup pesat, sehingga memberikan kontribusi dalam pembentukan struktur ekonomi, meliputi sektor perdagangan, perhotelan dan restoran, jasa, transportasi dan komunikasi. Beberapa faktor potensial sebagai penunjang adanya peluang-peluang dimaksud yaitu : letak strategis Kota Ternate sebagai titik sentral transportasi/perhubungan (laut dan udara) dalam wilayah Maluku Utara, sehingga menjadikan Ternate sebagai pintu masuk dan titik temu perdagangan lokal (perdagangan), adanya sarana dan prasarana penunjang seperti Bandara Babullah dan Pelabuhan Laut (Dermaga Ahmad Yani) serta didukung dengan ketersediaan sarana transportasi lokal lainnya yang menghubungkan Kota Ternate dengan beberapa kabupaten/kota, dan ketersediaan ruang publik pengembangan investasi melalui kebijakan pengembangan kawasan khusus sebagai pusat bisnis dan perdagangan (central bussines distric). Sejalan dengan tingginya aktivitas pembangunan sektor perdagangan telah ditandai dengan adanya peningkatan jumlah sarana perbankan. LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 21 of 141

22 Kelurahan Kulaba, Tobololo dan Sulamadaha sebagai tiga calon lokasi kegiatan CCD-IFAD 2012 adalah kelurahan tiga kelurahan yang secara geografis terletak pada wilayah Kecamatan Pulau Ternate sekaligus berada didalam pulau Ternate. Hal ini sangat mendukung karena lokasinya yang sangat strategis dan dekat dengan pusat jasa dan perdagangan. Selain itu potensi perikanan dan kelautan dari ketiga kelurahan ini masih sangat potensial untuk dikelola dan dikembangkan Pariwisata Potensi pariwisata merupakan salah satu primadona Kota Ternate, oleh karena itu pariwisata merupakan bagian dari misi pembangunan, fokus pengembangan sektor pariwisata mencakup wisata sejarah, hal ini ditandai dengan adanya peninggalan beberapa situs bersejarah, seperti Keraton dan Masjid Kesultanan, serta benteng-benteng peninggalan yang terus dilestarikan sebagai objek wisata sejarah. Kemudian wisata bahari ditandai dengan karakteristik Kota Ternate yang memiliki panorama alam yang sangat indah, dimana Kelurahan Sulamadaha memiliki potensi pariwisata yang sangat menarik, pesisir dan terumbu karangnya yang masih alami memumngkinkan daerah ini untuk dikembangan. LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 22 of 141

23 Gambar. 2 Peta Administrasi Kota Ternate Keadaan Penduduk Kelurahan Kulaba, Kelurahan Tobololo dan Kelurahan Sulamadaha Keadaan masyarakat yang ada Kelurahan Kulaba, Tobololo dan Sulamadaha pada umumnya hampir sama karena letak lokasinya yang berdekatan sehingga pola hidup dan budaya yang ada pada tiga kelurahan ini hampir sama dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Dilihat dari keragaman masyarakatnya, masyarakat ketiga kelurahan ini memiliki susunan masyarakat yang lebih seragam dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini dilihat dari agama, budaya, tingkat pendidikan serta mata pencaharian penduduk. Kelurahan Kulaba dan Tobololo hampir LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 23 of 141

24 seluruhnya didominasi oleh nelayan yang semuanya beragama Islam. Sedangkan masyarakat Kelurahan Sulamadaha sebagian adalah petani dan sebagian lagi adalah nelayan. Keadaan Lingkungan Pesisir Kelurahan Kulaba, Kelurahan Tobololo dan Kelurahan Sulamadaha Umumnya ketiga Kelurahan ini merupakan daerah pesisir dengan daerah pantai bertopografi landai umumnya garis pantainya merupakan garis pantai yang melekuk ke dalam, yang antara lain beberapa bagian lekukannya disebabkan oleh abrasi namun pada umumnya masih dalam kondisi baik. KECAMATAN PULAU HIRI Kecamatan Pulau Hiri merupakan salah satu, Kecamatan yang berada dalam wilayah Kota Ternate, yang secara geografis berbatasan dengan Laut Maluku di bagian Utara dan Barat, Selat Halmahera di Bagian Timur serta dengan Kecamatan Kota Ternate Utara di bagian Selatan. Secara, astronomi Kecamatan Pulau Hiri terletak pada posisi 00 52' 30" ' 00" LU dan ' 30" ' 45" BT. Luas wilayah daratan Kecamatan Pulau Hiri adalah seluas 13 km 2, yang terdiri dari luas pulau utama (Pulau Hiri) ditambah dengan pulau-pulau kecil disekitarnya. Kecamatan Pulau Hiri terdiri atas 6 (enam) kelurahan, yakni Kelurahan Togolobe, Kelurahan Mado, Kelurahan Faudu, Kelurahan Tomajiko, Kelurahan Dorari Isa, dan Kelurahan Tafraka. Kelurahan Mado Kelurahan Mado adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Pulau Hiri yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Ternate nomor 2 tahun 2009 tentang pembentukan kelurahan Mado dan Tafraka dalam wilayah kecamatan pulau ternate dalam rangka meningkatkan pelayanan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di Kecamatan. Pada umumnya dan adanya tuntutan / aspirasi masyarakat untuk memperoleh pelayanan dan pemberdayaan LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 24 of 141

25 yang lebih efisien serta dalam upaya memperpendek rentang kendali pemerintahan pada wilayah-wilayah yang berada di pulau-pulau terluar. Kelurahan Mado secara administratif tertetak di Kecamatan Pulau Hiri dan termasuk dalam wilayah Kota Ternate dengan luas wilayah seluas 7,43 km2 (742,54 hektar) dan memiliki panjang garis pantai sepanjang 7 kilometer. Secara, geografis kelurahan ini berbatasan dengan Laut Maluku di sebelah Utara, Kelurahan togolobe di sebetah Selatan, Kelurahan Tomajiko dan Kelurahan Dorari Isa di sebelah Barat dan di sebelah Timur berbatasan dengan Selat Halmahera. Secara astronomi Kelurahan ini terletak pada 00 54'24" '26" LU dan '37" '68" BT Keadaan topografi kelurahan ini umumnya merupakan daerah perbukitan dengan tipe bentukan lahan adalah bentuk lahan asal vulkanik dicirikan dengan topografi bergunung dan berlereng terjal dengan kemiringan lereng antara 15 40%, dan memiliki ketinggian sekitar meter diatas permukaan laut. Untuk dapat mencapai wilayah kelurahan ini dapat ditempuh melalui jalur laut sejauh 1,6 mil laut dari Kota Ternate, dengan waktu tempuh kurang lebih selama 45 menit. Sebagian besar lahan wilayah kelurahan Mado adalah lahan perkebunan rakyat dengan luas sekitar 5,69 km 2 atau 568,81 hektar. Hasil utama dari lahan tersebut diantaranya adalah kelapa. Wilayah permukiman penduduk di Kelurahan Faudu berpusat di bagian tengah dari kelurahan ini, dengan pola penyebaran pemukiman penduduk yang cukup dekat antara satu rumah dengan rumah lainnya. Kondisi Masyarakat Kelurahan Mado hingga tahun 2010 memiliki jumlah penduduk sebanyak 311 jiwa. Mayoritas penduduk di kelurahan ini beragama Islam dan memiliki 1 buah mesjid sebagai sarana peribadatannya. Sebagian besar penduduknya merupakan penduduk asli Maluku Utara, dan masih menggunakan bahasa asli Ternate sebagai bahasa keseharian mereka. LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 25 of 141

26 Kondisi Perekonomian Mata pencaharian utama sebagian besar masyarakat di Kelurahan Mado adalah sebagai petani, nelayan, pengumpul dan pengolah ikan, pengrajin, dan lain-lain. Barang kebutuhan pokok untuk kelurahan ini diperoleh dari wilayah kelurahan ini sendiri, dan juga disuplai dari kelurahan-kelurahan disekitarnya serta dari wilayah Kota Ternate dan sekitarnya pula. Fasilitas pendukung kegiatan jual beli di kelurahan ini adalah Koperasi Unit Desa (KUD) sebanyak 1 buah yang bergerak dalam bidang usaha simpan pinjam, sementara itu di kelurahan ini juga terdapat 3 buah kios yang menunjang aktifitas ekonomi masyarakat. Untuk fasilitas pasar di kelurahan ini tidak tersedia, umumnya masyarakat melakukan kegiatan jual beli langsung di pasar-pasar di Kota Ternate dan sekitarnya. Kondisi Pemukiman Kondisi pemukiman masyarakat di Kelurahan Mado umumnya didominasi oleh jenis pemukiman dengan tipe rumah semi permanen, dengan pola penyebaran pemukiman yang terpusat pada bagain tengah dari wilayah kelurahan ini. Kelurahan Mado memiliki 2 kilometer jalan lingkungan yang terbuat dari aspal dan semen. Kondisi jalan tersebut cukup baik. Di wilayah kelurahan ini juga telah dibuka jalan lintas Pulau Hiri yang menghubungkan Kelurahan Mado dengan kelurahan kelurahan lain disekitarnya, dan memberikan akses bagi transportasi darat bagi masyarakat diwilayah Utara Pulau Hiri ini. Untuk konsumsi air bersih, umumnya masyarakat menggunakan air sumur bagi keperluan sehari-harinya. Sementara itu, untuk jenis angkutan dan sarana, transportasi yang digunakan oleh masyarakat dalam kesehariannya adalah kendaraan roda 2 dan gerobak serta angkutan perahu motor tempel untuk angkutan laut dari dan menuju kelurahan ini. LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 26 of 141

27 Kelurahan Togolobe Kondisi Geografis Kelurahan Togolobe adalah kelurahan yang secara administratif tertetak di Kecamatan Pulau Hiri dan termasuk dalam wilayah Kota Ternate dengan luas wilayah seluas 3,39 km2 (339,09 hektar) dan memiliki panjang garis pantai sepanjang 3,4 kilometer. Secara, geografis kelurahan ini berbatasan dengan Kelurahan Tafraka di sebelah Utara dan Timur, Laut Maluku di sebetah Selatan, dan Kelurahan Dorari Isa di sebelah Barat. Secara astronomi terletak pads 00 53'2" '5" LU dan '8" '5"BT. Kelurahan ini Keadaan topografi kelurahan ini umumnya merupakan daerah perbukitan dengan tipe bentukan lahan adalah bentuk lahan asal vulkanik dicirikan dengan topografi bergunung dan berlereng terjal dengan kemiringan lereng antara, 15 40%, dan memiliki ketinggian sekitar meter diatas permukaan laut. Untuk dapat mencapai wilayah kelurahan ini dapat ditempuh melalui jalur laut sejauh 1,5 mil laut dari Kota Ternate, dengan waktu tempuh kurang lebih selama 30 menit. Sebagian besar lahan wilayah kelurahan Togolobe adalah lahan perkebunan rakyat dengan luas sekitar 2,43 km2 atau 243,49 hektar. Hasil utama dari lahan tersebut diantaranya adalah kelapa. Wilayah permukiman penduduk di Kelurahan Togolobe berada diwilayah pesisir dan penyebarannya cenderung terpusat, dengan pola penyebaran pemukiman penduduk yang cukup dekat antara satu rumah dengan rumah lainnya. Kondisi Masyarakat Kelurahan Togolobe hingga tahun 2010 memiliki jumlah penduduk sebanyak 379. Mayoritas penduduk di kelurahan ini beragama Islam dan memiliki 2 buah mesjid sebagai sarana peribadatannya. Sebagian besar penduduknya merupakan penduduk asli Maluku Utara, dan masih menggunakan bahasa asli Ternate sebagai bahasa keseharian mereka. LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 27 of 141

28 Kondisi Perekonomian Mata pencaharian utama sebagian besar masyarakat di Kelurahan Togolobe adalah sebagai petani, nelayan, pengumpul dan pengolah ikan. Barang kebutuhan pokok untuk kelurahan ini diperoleh dari wilayah kelurahan kelurahan disekitarnya serta dari wilayah Kota Ternate dan sekitarnya pula. Fasilitas pendukung kegiatan jual beli di kelurahan ini masih sangat minim, sementar untuk fasilitas pasar di kelurahan ini juga tidak tersedia, umumnya masyarakat melakukan kegiatan jual beli langsung di pasar-pasar di Kota Ternate dan sekitarnya. Kondisi Pemukiman Kondisi pemukiman masyarakat di Kelurahan Togolobe umumnya didominasi oleh jenis pemukiman dengan tipe rumah permanen, semi permanen dan rumah gubuk, dengan pola penyebaran pemukiman yang terpusat pada wilayah pesisir Barat dari wilayah kelurahan ini. Kelurahan Togolobe memiliki 1,5 kilometer jalan lingkungan yang terbuat dari aspal dan semen, dengan jalan aspal sepanjang 1,2 km dan jalan yang belum beraspal sepanjang 0,3 km. Kondisi jalan tersebut cukup baik. Di wilayah kelurahan ini juga telah dibuka jalan lintas Pulau Hiri yang menghubungkan Kelurahan Togolobe dengan kelurahan-kelurahan disekitarnya dan memberikan akses bagi transportasi darat bagi masyarakat diwilayah Utara Pulau Hiri ini. Kelurahan togolobe memiliki fasiltas penunjang berupa dermaga tambat perahu 1 unit. Umumnya masyaraka menambat perahu atau kapalnya di sekitar pesisir pantai togolobe. Untuk konsumsi air bersih, umumnya masyarakat mengambil dari kelurahan lain disekitarnya, mengingat di wilayah ini tidak terdapat sarana air bersih bagi keperluan sehari-hari mereka. Sementara itu, untuk jenis angkutan dan sarana transportasi yang digunakan oleh masyarakat dalam kesehariannya adalah kendaraan rods dua dan gerobak (transportasi dalam wilayah kelurahan dan antar kelurahan di Pulau Hiri). LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 28 of 141

29 Kondisi Sumberdaya Alam Ekosistem kelapa dan kebun campuran mendominasi sebagian besar wilayah Kelurahan Togolobe sebagaimana pada wilayah lain di Kecamatan Pulau Hiri. Ekosistem ini juga dibarengi dengan berbagai sumberdaya alam lainnya yang tersebar diwilayah kelurahan. ini. Selain itu, di wilayah kelurahan ini, juga memiliki ekosistem terumbu karang yang cukup luas, yang tersebar hampir di seluruh pesisir kelurahan ini. Berdasarkan hasil analisis spasial dengan menggunakan data Citra Satelit Landsat 7 ETM+ (akuisisi 13 Agustus 2007) dan data spasial pendukung lainnya, pola pemanfaatan lahan dan sebaran ekosistem yang ada di Kelurahan Togolobe, dibedakan atas wilayah pemukiman, kebun campuran, hutan tersier, suaka alam dan daerah berbatu, serta wilayah terumbu karang. Berdasarkan hasil analisis spasial yang dilakukan oleh CV. Langkie Pratama 2009, maka didapatkan hasil kondisi sumberdaya alam di Kelurahan Togolobe tersebar hampir disebagian besar wilayah kelurahan ini, dengan didominasi oleh wilayah yang sesuai untuk pengembangan pertanian/perkebunan rakyat. Dengan melihat pads kondisi sumberdaya ala mini, maka pengembangan potensi ekonomi masyarakat di kelurahan ini dapat ditingkatkan melalui pemanfaatan sumberdaya alam yang dimiliki. Untuk bidang kelautan dan perikanan, terlihat jelas bahwa besarnya wilayah terumbu karang yang dimiliki oleh kelurahan ini, memiliki peluang yang besar untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan ekonomi masyarakat di wilayah ini, dengan tetap memperhatikan pads kaidah-kaidah pengelolaan yang lestari dan berkelanjutan. Kelurahan Dorari Isa Kondisi Geografis Kelurahan Dorari Isa, secara administratif tertetak di Kecamatan Pulau Hiri dan termasuk dalam wilayah Kota Ternate dengan luas wilayah seluas 5,41 km2 (541,18 hektar) dan memiliki panjang garis pantai sepanjang 5,41 LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 29 of 141

30 kilometer. Secara, geografis kelurahan Dorari Isa berbatasan dengan Kelurahan Tafraka di sebelah Utara, Kelurahan Tomajiko di sebelah Selatan, Laut Maluku di sebelah Barat dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Togolobe. Secara astronomi Kelurahan ini terletak pada 00 53'58" '26" LU dan '38" ' 68" BT. Keadaan topografi kelurahan ini umumnya merupakan daerah perbukitan dengan tipe bentukan lahan adalah bentuk lahan asal vulkanik dicirikan dengan topografi bergunung dan berlereng terjal dengan kemiringan lereng antara 15 45%, dan memiliki ketinggian sekitar meter diatas permukaan laut. Untuk dapat mencapai wilayah kelurahan ini dapat ditempuh melalui jalur laut sejauh 2 mil laut dari Kota Ternate, dengan waktu tempuh kurang lebih selama 60 menit. Sebagian besar lahan wilayah kelurahan Dorari Isa adalah lahan perkebunan rakyat dengan luas sekitar 4,70 km2 atau 469,88 hektar. Hasil utama dari lahan tersebut diantaranya adalah kelapa dan tanaman produksi lainnya. Wilayah permukiman penduduk di Kelurahan Dorari Isa berpusat di bagian tengah dan pesisir dari kelurahan ini, dengan pola penyebaran pemukiman penduduk yang cukup dekat antara satu rumah dengan rumah lainnya. Kondisi Masyarakat Kelurahan Dorari Isa hingga Tahun 2010 memiliki jumlah penduduk sebanyak 493 jiwa yang terdiri dari 702 jiwa. Ini adalah merupakan jumlah jiwa yang terbesar di antara Kelurahan-Kelurahan di Kecamatan Pulau Hiri. Mayoritas penduduk di keurahan ini beragama Islam dan memiliki sebuah mesjid sebagai sarana peribadatannya. Sebagian besar penduduknya merupakan penduduk asli Maluku Utara, dan masih menggunakan bahasa asli Ternate sebagai bahasa keseharian mereka. Kondisi Perekonomian Mata pencaharian utama sebagian besar masyarakat di Kelurahan Dorari Isa adalah sebagai petani, nelayan, pengumpul dan pengolah ikan, pengrajin, dan pedagang. Kebutuhan pokok untuk kelurahan ini diperoleh dari wilayah LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 30 of 141

31 kelurahan ini sendiri, dan juga disuplai dari kelurahan-kelurahan disekitarnya serta dari wilayah Kota Ternate dan sekitarnya pula. Untuk fasilitas pasar di kelurahan ini tidak tersedia, umumnya masyarakat melakukan kegiatan jual beli langsung di pasar-pasar di Kota Ternate dan sekitarnya. Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan, tingkat kesejahteraan penduduk di kelurahan ini umumnya berada pada tingkat keluarga pra-sejahtera dan keluarga miskin, dengan tingkat persentasi dapat dilihat pada lampiran tabel. KECAMATAN MOTI Sesuai dengan kondisi geografis wilayah, Pulau Moti merupakan bagian dari wilayah Kota Ternate yang memiliki spesifikasi tersendiri, ini dikarenakan kondisi flora dan fauna yang tidak sama dengan pulau-pulau lainnya di Kota Ternate. Pulau Moti yang luas keseluruhan wilayahnya Km 2. Sedangkan Jarak Pulau Moti dengan Pulau Ternate adalah 11 Mil laut, dimana rute perjalanan harus ditempuh melalui lautan dengan transportasi motor laut selama kurang lebih 2 Jam. Pulau Moti terbagi atas 6 kelurahan dengan jumlah penduduk 5140 jiwa dengan mata pencaharian sebagian besar adalah nelayan dan petani. Hal ini dikarenakan semua wilayah kelurahan berada pada wilayah pesisir, sedangkan potensi wilayah dibidang Perikanan yang dimiliki dapat digambarkan sebagai berikut : Potensi Perikanan Laut Budidaya Laut Pulau Moti sebagian wilayahnya ada yang bisa dikembangkan rumput laut, teripang dan budidaya ikan kerapu. Hal ini karena secara alami bibit ikan kerapu laut sudah tumbuh secara alami di daerah ini, demikian juga teripang. Selain itu kondisi perairan yang cukup aman terlindung dari ombak karena terlindung dari pulau-pulau dan berbentuk teluk sehingga potensial untuk dikembangkan budidaya ikan kerapu. Di samping itu potensi ikan dasar juga sangat baik di wilayah ini. LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 31 of 141

32 Pulau Tifure Pulau Mayau Pulau Ternate Pulau Moti I A B II A B Pulau Hiri # $ # $ $ # $ # # Pemu kiman $ Titik Tingg i Jal an Sung ai Danau Danau Laguna BWK VII VII/I Danau Tolire Besar Danau Tolire Kecil Batas Desa VII/II PEMERINTAH DAERAH KOTA TERNATE BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN D AERAH (BAPPEDA) PROYEK PEMBUATAN SISTIM INFORMASI DATA POKOK (SIDP) KOTA TERNATE PROPINSI MALUKU UTAR A A. Ta hu n B. Ta hu n TK 2. SD 3. SLTP 4. SLTA 5. SLTA Khusus 6. Balai Pengobatan (B P) 7. BKIA + Rum ah Bersalin 8. Apo tik 9. Puskesmas P embantu + BP 10. Pu skesm as + B P 11. Rumah Sakit Wilayah TING KAT RUKUN WARGA 12. Po s H ansip + Ba la i Pe rt em uan + Bis S urat 13. Pa rkir U mu m + MC K TING KAT LINGKUNGAN 14. Kantor Lingkungan 15. Pos Polisi 16. Kantor Pos Pembantu 17. Pos Pemadam K ebakaran 18. Pa rkir U mu m + MC K 19. Biosko p TIN GKAT KEC AM ATAN 20. Kantor Kecamatan 21. Kantor Polisi 22. Kantor Pos Cabang 23. Kantor Telepon 24. Pos Pemadam K ebakaran 25. Parkir Umum 26. W arun g 27. Perto koa n 28. Pusat Perbelanjaan Lingkungan 29. Pusat Perbelanjaan + Niaga 30. Tam an, Tem pa t M ain Pen du du k 25 0 Jiwa 31. Tam an, Tem pa t M ain Pen du du k Jiwa 32. Tam an, Tem pa t M ain, La pa nga n Olahrag a Pen du duk Jiwa 33. Ma sjid 34. Mu sha lla /La ng gar 35. Gereja Protestan 36. Gere ja K ato lik 37. Ku buran 38. Terminal Bis W N S E Coastal Community Development Project IFAD (CCDP-IFAD) Penangkapan Sesuai dengan karakteristik Pulau Moti, bahwa para nelayan didaerah ini banyak yang melakukan penangkapan dengan Purse seine, Hand line, Gill net, Keramba apung, Bubu dan Pancing tonda. Selain itu jenis ikan yang dominan di pulau Moti antara lain ikan layang, ikan tongkol, kuwe, cakalang, kerapu, ikan dasar dan lain-lain. Potensi Perikanan Darat / Air Payau Selain Potensi Perikanan laut, Pulau Moti juga mempunyai potensi untuk dikembangkan perikanan darat. Hal ini karena ditunjang dengan adanya hutan bakau (mangrove) yang tumbuh subur disebagian pesisir wilayah Pulau Moti. Dengan demikian kegiatan budidaya yang bisa dikembangkan diantaranya adalah tambak udang dan ikan bandeng serta Jenis ikan air tawar. Kelurahan Tadenas Kondisi Geografis batas Administrasi, Luas Wilayah dan Topografi Kondisi Geografis Secara umum kondisi geografis terletak antara 120 bujur timur dan 124 bujur barat serta 33 lintang selatan, sementara iklim secara umum adalah Kotamadya Ternate PETA PEMBAGIAN BLOK BWK VII KOTAMADYA TERNATE PROPINSI MALUKU UTARA 220 m Kota Moti Keterangan : Tafamutu II Pulau Moti 875 m 950 m 180 m I Tafaga Takofi Tanggal No. Peta Jumlah Lembar Sekala : 1:36002 Gambar 3. Peta administrasi Kecamatan Moti, Kota Ternate. LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 32 of 141

33 subtropis, selain itu jarak tempuh dari Kota Ternate ke Kecamatan Moti jaraknya berkisar 18 mil. Batas Administrasi Penentuan batas administrasi sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Ternate nomor 11 tahun 2001 tentang Pembentukan Kelurahan Tadenas dan Kelurahan Figur adalah sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Moti Kota - Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Tafaga - Sebelah Timur berbatasan dengan Gunung Tuanane - Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Halmahera - Luas Wilayah Luas Wilayah Kecamatan Moti secara keseluruhan adalah Ha dengan panjang keliling Pulau Moti berkisar + 18,42 Km, sedangkan luas wilayah kelurahan Tadenas berkisar 8,7 Ha - Topografi Dilihat dari kondisi serta karakteristik, maka kondisi topografi kelurahan Tadenas pada umumnya bervariasi mulai dari tanah datar, lereng, berbukit serta pegunungan dan juga ada sebagian wilayah yang berawa. Perkembangan Kelurahan Sejarah Kelurahan ditetapkannya Wujud nyata dari salah satu tuntutan perubahan adalah dengan UU nomor 11 tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Ternate, seiring dengan ditetapkannya UU tersebut maka sejak saat itu Pulau Moti yang awalnya berada pada Pemerintah Kecamatan Makian Malifut Kabupaten Maluku Utara pada akhirnya dimasukkan dalam wilayah Pemerintah Daerah Kotamadya Ternate di bawah wilayah pemerintahan Kecamatan Pulau Ternate. Kemudian dengan berbagai pertimbangan yang ada di Pemerintah Kota Ternate diantaranya untuk memperluas jangkauan pelayanan, memperluas LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 33 of 141

34 penyediaan fasilitas publik, memudahkan pengawasan dan pengendalian kawasan, memudahkan pengelolaan potensi untuk meningkatkan kesejahteraan serta perimbangan geografis dan kultur budaya, maka Pemerintah Kota Ternate meningkatkan status pulau Moti diresmikan menjadi kecamatan definitif sesuai dengan surat Keputusan Walikota Ternate nomor 10 tahun 2000 tentang Pembentukan Kecamatan Moti sudah diresmikan menjadi kecamatan definitif sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Ternate nomor 01 tahun 2000 tentang Peresmian Kecamatan Moti walaupun Kecamatan Moti sudah diresmikan menjadi satu kecamatan definitif namun tuntutan perubahan masih terus disuarakan salah satu diantaranya yaitu pemekaran wilayah kelurahan. Dengan memperhatikan berbagai masukan, usulan dan saran dari berbagai elemen masyarakat maka dengan berbagai pertimbangan antaranya yaitu, memperpendek rentan kendali serta memudahkan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat serta didukung dengan persyaratan lain yang sudah terpenuhi, maka Kecamatan Moti yang sebelumnya terdiri dari empat kelurahan kemudian dimekarkan lagi dua kelurahan berdasarkan peraturan daerah Kota Ternate nomor 11 tahun 2001 tentang pembentukan kelurahan Figur dan kelurahan Tadenas. Kelurahan Tadenas yang merupakan paduan 2 lingkungan yaitu Tadena dan Nanas yang disingkat menjadi Tadenas. Struktur Pemerintahan Desa Kelembagaan Kelurahan Tadenas sudah lengkap sebagaimana di Kelurahan Kelurahan definitif lain di Indonesia., Ketua LKMD, Lurah, Sekretaris Sekretaris Lurah., Kepala Urusan Umum, Kepala Urusan Pemerintahan, Kepala Urusan Pembangunan. Sarana dan Prasarana Kelurahan Kelurahan Tadenas Mempunyai Jalan dalam kelurahan masih berupa jalan Aspal dan jalan tanah dan sebagian besar bisa dilalui oleh kendaraan roda LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 34 of 141

35 empat dan roda dua,sampai saat ini belum ada peningkatan kualitas jalan dalam kelurahan. Permukiman penduduk umumnya terdapat di sepanjang jalan raya dan pingiran pantai. Kelurahn Tadenas belum menikmati aliran listrik PLN, sementara yang lainnya belum didukung. Sarana lainnya yang sudah ada, yaitu satu Sekolah Dasar Negeri (SDN), satu sanawiyah (MTs), dan satu Taman Kanakkanak. Sarana ibadah yang ada terdiri dari satu masjid. Fasilitas kesehatan belu ada. Kependudukan Penduduk kelurahan Tadenas semenjak dahulu telah dihuni oleh dua suku yang saling berdampingan yaitu Suku Tidore dan Suku Makian, dengan bahasa daerah yang digunakan adalah bahasa Tidore dan bahasa Ternate. Secara keseluruhan jumlah penduduk sampai pada akhir bulan April 2011, berjumlah 443 jiwa, dengan perbandingan laki-laki berjumlah 243 jiwa dan berjumlah 200 jiwa, sementara kepala keluarga secara keseluruhan berjumlah 108 KK. Peranan Kaum Perempuan Peran dan Sumbangan Perempuan dalam Kehidup lain didapatkan bahwa perempuan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan di Kelurahan, terutama dalam bidang sosial, ekonomi, kesehatan, dan pendidikan, sedangkan dalam struktur kekuasaan dan pemerintahan Kelurahan hampir tidak ada. Tingkat pendidikan perempuan (rata-rata SD, SLTP) lebih rendah dari kaum laki-laki (rata-rata SMU). Bekal keterampilan yang dimiliki perempuan, seperti membuat makanan, menjahit, menjadi dukun, Pedagang Ikan, Kebun, dan lain-lain. pada umumnya ditangani oleh kaum perempuan, seperti pembuatan keripik pisang dan singkong, makanan gorengan, dan lain-lain. Sumbangan perempuan terhadap pendapatan keluarga sangat bervariasi mulai dari tidak memberikan sumbangan sampai dengan yang penghasilannya lebih besar dari kaum laki-laki, dan ternyata hal ini tidak menjadikan beban psikologis dalam hubungan keluarga. Di samping itu perempuan melakukan LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 35 of 141

36 Survival strategy dengan berbagai cara, antara lain pinjam meminjam uang, gadai, mengambil barang di toko untuk dibayar kemudian bagi keperluan khusus, berhutang pada pedagang keliling, memelihara ternak dan menanam sayuran di rumah, selain melakukan kegiatan ekonomi utama. Lembaga-lembaga yang berperan di Kelurahan dan secara nyata mempengaruhi kehidupan perempuan antara lain Dasawisma, yasinan (lembaga informal keagamaan), arisan, rukun kematian (sosial ekonomi), Perekonomian Desa Pertanian dan Perikanan Kegiatan utama pertanian di Kelurahan Tadenas adalah usaha tani (Pala, Cengkeh, Kelapa) dan sayuran (cabai, bawang merah). Dalam menghadapi kondisi pertanian yang demikian sulit, para petani di Kelurahan Tadenas hingga saat ini hanya menghadapi masalah tersebut dengan caranya sendiri-sendiri. Sampai saat ini belum ada kelompok yang mampu berkembang untuk menghadapi masalah-masalah yang ada secara bersama-sama dalam satu garis perjuangan - membangkitkan nasib petani dan menuju kemandirian. Disisi Lain Sumber ekonomi utama masyarakat Kelurahan Tadenas sekarang ini bergantung pada hasil Perikanan Tangkap. Ini telah memberi manfaat secara langsung pada masyarakat Kelurahan Tadenas untuk meningkatkan perekonomian mereka, sarana penangkapan masi terbatas dan bersifat tradisional. sementara penyedian Selain Potensi perikanan laut, Kelurahan Tadenas juga mempunyai potensi untuk dikembangkan perikanan darat. Hal ini karena ditunjang dengan adanya hutan bakau (mangrove) yang tumbuh subur disebagian pesisir wilayah kelurahan Tadenas. Dengan demikian kegiatan budidaya yang bisa dikembangkan di antaranya adalah tambak udang dan ikan bandeng serta ikan air tawar. Perdagangan Sarana dan prasarana perdagangan yang terdapat di kelurahan Tadenas masih relatif kecil seperti kios kios yang sehari hari melayani Sembilan bahan LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 36 of 141

37 pokok untuk kebutuhan masyarakat itu sendiri, sementara produksi pertanian dan perikanan yang terkonsentrasi di Kecamatan dan ternate sebagai pusat perdagangan. Status Potensi Sumberdaya Perikanan Kelurahan Tadenas memiliki potensi-potensi sumberdaya perikanan yang potensial untuk dikembangkan diantaranya adalah potensi budidaya dan perikanan tangkap.hal ini terlihat sebagaimana pada tabel dibawah ini. Namun demikian Tabel 4. Jumlah Masyarakat Pesisir yang menggantungkan hidupnya dari sektor Perikanan Jumlah Penduduk Jumlah Nelayan Jumlah Pengolah Ikan Jumlah Pedagang Ikan Jumlah Pembudidaya ikan Jumlah pembudidaya rumput laut Perahu Tanpa Mesin Perahu dengan Mesin < 10 GT Kelurahan Tafaga Secara umum kondisi geografis Kelurahan Tafaga terletak antara 120 bujur timur dan 124 bujur barat serta 33 lintang selatan, sementara iklim secara umum adalah subtropis, selain itu jarak tempuh dari Kota Ternate ke Kecamatan Moti jaraknya berkisar 18 mil. - Batas Administrasi Penentuan batas administrasi sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Ternate nomor 11 tahun 2001 tentang Pembentukan Kelurahan Tafaga dan dusun Dobang, dusun sapongo sebagai berikut : - Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Tadenas - Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Takofi - Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Halmahera LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 37 of 141

38 Pulau Tifure Pulau Mayau Pulau Ternate Pulau Moti I A B II A B Pulau Hiri Danau Titik Tingg i Jal an Sung ai Danau Laguna Danau Tolire Besar Danau Tolire Kecil Batas Desa BWK VII VII/I VII/II PEMERINTAH DAERAH KOTA TERNATE BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN D AERAH (BAPPEDA) PROYEK PEMBUATAN SISTIM INFORMASI DATA POKOK (SIDP) KOTA TERNATE PROPINSI MALUKU UTAR A A. Ta hu n B. Ta hu n TK 2. SD 3. SLTP 4. SLTA 5. SLTA Khusus 6. Balai Pengobatan (B P) 7. BKIA + Rum ah Bersalin 8. Apo tik 9. Puskesmas P embantu + BP 10. Pu skesm as + B P 11. Rumah Sakit Wilayah TING KAT RUKUN WARGA 12. Po s H ansip + Ba la i Pe rt em uan + Bis S urat 13. Pa rkir U mu m + MC K TING KAT LINGKUNGAN 14. Kantor Lingkungan 15. Pos Polisi 16. Kantor Pos Pembantu 17. Pos Pemadam K ebakaran 18. Pa rkir U mu m + MC K 19. Biosko p TIN GKAT KEC AM ATAN 20. Kantor Kecamatan 21. Kantor Polisi 22. Kantor Pos Cabang 23. Kantor Telepon 24. Pos Pemadam K ebakaran 25. Parkir Umum 26. W arun g 27. Perto koa n 28. Pusat Perbelanjaan Lingkungan 29. Pusat Perbelanjaan + Niaga 30. Tam an, Tem pa t M ain Pen du du k 25 0 Jiwa 31. Tam an, Tem pa t M ain Pen du du k Jiwa 32. Tam an, Tem pa t M ain, La pa nga n Olahrag a Pen du duk Jiwa 33. Ma sjid 34. Mu sha lla /La ng gar 35. Gereja Protestan 36. Gere ja K ato lik 37. Ku buran 38. Terminal Bis W N S E Coastal Community Development Project IFAD (CCDP-IFAD) - Sebelah Barat berbatasan dengan Gunung Tuanane Kotamadya Ternate PETA PEMBAGIAN BLOK BWK VII KOTAMADYA TERNATE PROPINSI MALUKU UTARA 220 m $ # Kota Moti Keterangan : # Pemu kiman $ Tafamutu # II Pulau Moti 875 m $ 950 m $ # 180 m $ I # Tafaga Takofi Tanggal No. Peta Jumlah Lembar Sekala : 1:36002 Gambar 4. Peta administrasi Kecamatan Moti, Kota Ternate - Luas Wilayah Luas Wilayah Kecamatan Moti secara keseluruhan adalah Ha dengan panjang keliling Pulau Moti berkisar + 18,42 Km, sedangkan luas wilayah Daratan Kelurahan Tafaga 131 Ha dan Garis pantai 6,5 KM - Topografi Dilihat dari kondisi serta karakteristik, maka kondisi topografi kelurahan Tafaga pada umumnya bervariasi mulai dari tanah datar, lereng, berbukit serta pegunungan dan juga ada sebagian wilayah yang berawa. Perkembangan Desa Pemerintah Kota Ternate meningkatkan status pulau Moti diresmikan menjadi kecamatan definitif sesuai dengan surat Keputusan Walikota Ternate nomor 10 tahun 2000 tentang Pembentukan Kecamatan Moti sudah diresmikan menjadi kecamatan definitif sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Ternate nomor 01 tahun 2000 tentang Peresmian Kecamatan Moti walaupun Kecamatan Moti sudah diresmikan menjadi satu kecamatan definitif namun tuntutan perubahan masih terus disuarakan salah satu diantaranya yaitu pemekaran LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 38 of 141

39 wilayah kelurahan. Dengan memperhatikan berbagai masukan, usulan dan saran dari berbagai elemen masyarakat maka dengan berbagai pertimbangan antaranya yaitu, memperpendek rentan kendali serta memudahkan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat serta didukung dengan persyaratan lain yang sudah terpenuhi, maka Kecamatan Moti yang sebelumnya terdiri dari empat kelurahan kemudian dimekarkan lagi dua kelurahan berdasarkan peraturan daerah Kota Ternate nomor 11 tahun 2001 tentang pembentukan kelurahan Tafaga. Kelurahan Tafaga yang merupakan paduan 3 lingkungan yaitu Tafaga, Sapongo dan Dobang. Struktur Pemerintahan Desa Kelembagaan Kelurahan Tafaga sudah lengkap sebagaimana di Kelurahan Kelurahan definitif lain di Indonesia., Ketua LKMD, Lurah, Sekretaris Sekretaris Lurah., Kepala Urusan Umum, Kepala Urusan Pemerintahan, Kepala Urusan Pembangunan. Sarana dan Prasarana Kelurahan Kelurahan Tafaga Mempunyai Jalan dalam kelurahan masih jalan tanah dan sebagian besar bisa dilalui oleh roda dua,sampai saat ini belum ada peningkatan kualitas jalan dalam kelurahan. Permukiman penduduk umumnya terdapat di sepanjang jalan raya dan pingiran pantai. Kelurahn Tafaga belum menikmati aliran listrik PLN, sementara yang lainnya belum didukung dengan Sarana lainnya yang sudah ada, yaitu satu Sekolah Dasar Negeri (SDN), satu Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan satu Taman Kanak-kanak. Sarana ibadah yang ada terdiri dari satu masjid. Fasilitas kesehatan belum ada. Kependudukan Penduduk kelurahan Tafaga semenjak dahulu telah dihuni oleh dua suku yang saling berdampingan yaitu Suku Tidore dan Suku Makian, dengan bahasa daerah yang digunakan adalah bahasa Tidore dan Makian. Secara keseluruhan jumlah penduduk sampai pada akhir bulan April 2011, berjumlah 791 jiwa, LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 39 of 141

40 dengan perbandingan laki-laki berjumlah 403 jiwa dan berjumlah 388 jiwa, sementara kepala keluarga secara keseluruhan berjumlah 175 KK Peranan Kaum Perempuan Peran dan Sumbangan Perempuan dalam Kehidup lain didapatkan bahwa perempuan terlibat aktif dalam berbagai kegiatan di Kelurahan, terutama dalam bidang sosial, ekonomi, kesehatan, dan pendidikan, sedangkan dalam struktur kekuasaan dan pemerintahan Kelurahan hampir tidak ada. Tingkat pendidikan perempuan (rata-rata SD, SLTP) lebih rendah dari kaum laki-laki (rata-rata SMU). Bekal keterampilan yang dimiliki perempuan, seperti membuat makanan, menjahit, menjadi dukun, Pedagang Ikan, Kebun, dan lain-lain. pada umumnya ditangani oleh kaum perempuan, seperti pembuatan keripik pisang dan singkong, makanan gorengan, dan lain-lain. Sumbangan perempuan terhadap pendapatan keluarga sangat bervariasi mulai dari tidak memberikan sumbangan sampai dengan yang penghasilannya lebih besar dari kaum laki-laki, dan ternyata hal ini tidak menjadikan beban psikologis dalam hubungan keluarga. Di samping itu perempuan melakukan Survival strategy dengan berbagai cara, antara lain pinjam meminjam uang, gadai, mengambil barang di toko untuk dibayar kemudian bagi keperluan khusus, berhutang pada pedagang keliling, memelihara ternak dan menanam sayuran di rumah, selain melakukan kegiatan ekonomi utama. Lembaga-lembaga yang berperan di Kelurahan dan secara nyata mempengaruhi kehidupan perempuan antara lain Dasawisma, yasinan (lembaga informal keagamaan), arisan, rukun kematian (sosial ekonomi), Kelurahan Moti Kota Kelurahan Moti Kota merupakan Ibu Kota Kecamatan Pulau Moti, dimana kelurahan Moti Kota Merupakan pusat transportasi dan ekonomi dari Kecamatan Pulau Moti. Sesuai dengan kondisi geografis wilayah, Pulau Moti merupakan bagian dari wilayah Kota Ternate yang memiliki spesifikasi tersendiri, ini dikarenakan kondisi flora dan fauna yang tidak sama dengan pulau-pulau lainnya di Kota Ternate. Sedangkan Jarak Pulau Moti dengan Pulau Ternate adalah 11 LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 40 of 141

41 PEMERINTAH DAERAH KOTA TERNATE BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) PROYEK PEMBUATAN SISTIM INFORMASI DATA POKOK (SIDP) KOTA M OTI KOTA TERNATE PROPINSI MALUKU UTARA W N S E Coastal Community Development Project IFAD (CCDP-IFAD) Mil laut, dimana rute perjalanan harus ditempuh melalui lautan dengan transportasi motor laut selama kurang lebih 2 Jam. Penduduk kelurahan Moti semenjak dahulu telah dihuni oleh satu suku yang saling berdampingan yaitu Suku Tidore, dengan bahasa daerah yang digunakan adalah bahasa Tidore. Secara keseluruhan jumlah penduduk sampai pada akhir bulan Oktoberl 2011, berjumlah 1210 jiwa, dengan perbandingan laki-laki berjumlah 62 jiwa dan berjumlah 588 jiwa, sementara kepala keluarga secara keseluruhan berjumlah 307 KK Batas Administrasi Penentuan batas administrasi sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Kota Ternate nomor 11 tahun 2001 tentang Pembentukan Kelurahan Moti Kota sebagai berikut : - Sebelah Selatan berbatasan dengan kelurahan Tadenas - Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Tafamutu - Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Halmahera - Sebelah Barat berbatasan dengan Gunung Tuanane PETA ADMINISTRASI DESA KOTA MOTI KOTA TERNATE PROPINSI MALUKU UTARA Keterangan : $ Titik Tinggi Garis Kontur Ja la n Su nga i Pe mu kim an Desa/Kelurahan : Kota Moti m $ 700 T a n g g a l N o. Pet a J u m l a h L e m b a r m $ m Sekala : 1:16054 Gambar 5. Peta administrasi Kelurahan Moti Kota Kecamatan Moti LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 41 of 141

42 Luas Wilayah Luas Wilayah Kecamatan Moti secara keseluruhan adalah Ha dengan panjang keliling Pulau Moti berkisar + 18,42 Km, sedangkan luas wilayah Daratan Kelurahan Tafaga 131 Ha dan Garis pantai 6,5 KM Topografi Dilihat dari kondisi serta karakteristik, maka kondisi topografi kelurahan Tafaga pada umumnya bervariasi mulai dari tanah datar, lereng, berbukit serta pegunungan dan juga ada sebagian wilayah yang berawa. Perkembangan Desa Pulau Moti yang awalnya berada pada Pemerintah Kecamatan Makian Malifut Kabupaten Maluku Utara pada akhirnya dimasukkan dalam wilayah Pemerintah Daerah Kotamadya Ternate di bawah wilayah pemerintahan Kecamatan Pulau Ternate. Kemudian dengan berbagai pertimbangan yang ada di Pemerintah Kota Ternate diantaranya untuk memperluas jangkauan pelayanan, memperluas penyediaan fasilitas publik, memudahkan pengawasan dan pengendalian kawasan, memudahkan pengelolaan potensi untuk meningkatkan kesejahteraan serta perimbangan geografis dan kultur budaya, maka Struktur Pemerintahan Desa Kelembagaan Kelurahan Moti Kota sudah lengkap sebagaimana di Kelurahan Kelurahan definitif lain di Indonesia., Ketua LKMD, Lurah, Sekretaris Sekretaris Lurah., Kepala Urusan Umum, Kepala Urusan Pemerintahan, Kepala Urusan Pembangunan. Sarana dan Prasarana Kelurahan Kelurahan Moti Kota Mempunyai Jalan dalam kelurahan masih jalan Aspal dan tanah dan sebagian bias dilalui kendara Roda empat dan roda dua, dan sampai sampai saat ini belum ada peningkatan kualitas jalan dalam kelurahan yang juga merupakan ibu Kota Kecamatan. Permukiman penduduk umumnya LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 42 of 141

43 terdapat di sepanjang jalan raya dan pingiran pantai. Kelurahn Moti Kota telah menikmati aliran listrik PLN yang dikelolah langsung oleh Masyarakat, sementara yang lainnya didukung antara lain yang sudah ada, yaitu satu Sekolah Dasar Negeri (SDN), satu Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMA) satu Taman Kanak-kanak. Sarana ibadah yang ada terdiri dari satu masjid. Serta Fasilitas kesehatan (Puskesmas) POTENSI EKONOMI KELAUTAN DAN PERIKANAN Kecamatan kota ternate yang terdiri dari 3 desa target (sulamadaha, tobololo dan kulaba) memiliki potensi yang perikanan tangkap yang sama, dalam hal ini sama-sama merupakan desa pesisir. Selain potensi perikanan tangkap, potensi lain yang belum dioptimalakan ialah pariwisata yang merupakan andalan beberapa desa (sulamadaha dan Tobololo) target program di kota ternate dalam skala lokal. selain potensi pariwisata, hutan mangrove dan terumbu karang juga terdapat di kecamatan pulau ternate, namun kesemuanya dalam kondisi yang memprihatinkan. Kerusakan yang terjadi lebih disebabkan oleh kegiatan antropogenik akibat ketidak tahuan fungsi dari potensi-potensi oleh masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya tersebut. Kondisi yang sama juga dialami oleh kecamatan pulau hiri, potensi terumbu karang dan hutan mangrove yang dimiliki kecamatan tersebut juga dalam kondisi yang memprihatinkan. Selain kurangnya pemahaman masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya tersebut secara serampangan, kondisi geografis yang dimiliki oleh kecamatan pulau hiri tersebut menyebabkan potensipotensi seperti hutan mangrove tidak bisa tumbuh dikarenakan kondisi geografis yang bebatuan tersebut. Diantara tiga desa target yang berada di pulau hiri, hanya desa Mado yang masih memiliki potensi terumbu karang yang sedikit lebih bagus bila dibandingkan dengan desa Togolobe dan Dorari Isa. Potensi inilah masih coba untuk dipertahankan dan dikembangkan kedepannya melalui program CCDP-IFAD. Salah satu program yang direncanakan untuk dilaksanakan LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 43 of 141

44 desa tersebut ialah MANCING BARSYARAT dengan konsep wisata untu jangka waktu 3 tahun. Berbeda halnya dengan 2 kecamatan sebelumnya, kecamatan pulau moti masih mempunyai potensi yang cukup besar dan belum dioptimalkan. Salah satu potensi yang masih besar tersebut ialah hutan mangrove yang masih terdapat di dua desa (Tadenas dan Tafaga). Sepanjang pesisir masih ditumbuhi hutan mangrove dengan kepadatan yang cukup tinggi yang bisa ditemukan di pesisir kedua desa tersebut. Walapun di beberapa tempat sudah mengalami kerusakan akibat dari pemanfaatan yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Sehingga perencanaannya kedepannya untuk kedua desa tersebut diperuntukan untuk melndungi atau memperbaiki yang telah terjadi kerusakan untuk tahun pertama tersebut. Tahun selanjutnya akan dibangun konsep wisata mangrove yang nantinya ditunjang dari sisi infrastruktur untuk pengembangannya, hingga menjadi suatu kawasan penataan wisata yang optimal yang nantinya dijadikan sebagai kawasan konservasi DISTRIBUSI DAN PEMASARAN HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN Kelompok-kelompok usaha yang berada pada Kelurahan terget dalam kegiatan CCDP-IFAD biasanya menjual hasil produk perikanan dan kelautan ke pedagang pengumpul maupun langsung ke pasar atau ke kelurahan-kelurahan tetangga yang masih satu pulau. Untuk Kelurahan Moti Kota yang berada jauh dari Kota Ternate yang merupakan pusat pemerintahan biasanya menjual sebagian hasil produk perikanan dan kelautan ke pedagang pengumpul (Dibo- Dibo) kemudian sebagiannya lagi dipasarkan ke kelurahan-kelurahan tetangga yang masih satu pulau dengan Kelurahan Moti Kota. Jika hasil produk perikanan dan kelautan tidak habis terjual, maka dijual ke kelompok usaha ikan asap untuk dijadikan ikan asap, selanjutnya dijual ke Kota Ternate. Sedangkan Kelurahan yang tidak jauh aksesnya ke Kota Ternate seperti Kelurahan Sulamadaha dan Kelurahan Mado biasanya langsung menjual hasil LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 44 of 141

45 produk perikanan dan kelautan ke pasar ikan yang berada di Kota Ternate. Fokus kajian produk pada komoditi hasil tangkapan Cakalang, Tuna, Julung-Julung dan potensi pengembangan olahan. Hasil produk perikanan dan kelautan oleh kelompok usaha penangkapan secara umum dapat diserap oleh pasar lokal maupun domestik. Rantai pasok atau distribusi dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Nelayan Dibo-Dibo Pengecer Konsumen Pola distribusi yang selama ini dilakukan oleh kelompok nelayan di desa target program selalu menuju ke kota ternate yang merupakan sebagai pusat kota pemerintahan. Hal ini berkaitan dengan nilai jual dari produk yang dihasilkan lebih tinggi dibandingkan dengan di jual di wilayah sekitar desa, namun kadang-kadang juga dijual diwilayah sekitar desa terkait. Karena faktor efesiensi dan kekwatiran akan mutu ikan yang dihasilkan jika tidak dijual dalam waktu yang lama untuk ikan mentah tersebut. Selain factor nilai jual yang merupakan factor utama, kebiasaan masyarakat ketika menjual hasil tangkapan telah selesai, uang dari hasil penjualan tersebut digunakan untuk membeli kebutuhan sehari-hari di kota ternate yang memang lebih murah bila dibandingkan dengan di desa berdangkutan. Factor-faktor inilah yang menyebabkan setiap hasil produksi selalu menuju ke kota ternate dan menjadikan kota ternate sebagai sentral pengolahan pasca panen JENIS KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN NELAYAN / MASYARAKAT PESISIR 3. PERAN KONSULTAN PIU KOTA TERNATE 3.1. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB Pemberdayaan Masyarakat, Pembangunan dan Pengelolaan Sumberdaya LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 45 of 141

46 1.1. Fasilitasi masyarakat, perencanaan dan monev Sub-komponen ini berbasis implementasi terhadap semua kegiatan dalam masyarakat pesisir dan menetapkan lokasi yang menjadi prioritas panduan dalam pengembangan sumberdaya untuk kab/kota selanjutnya. Pelaksanaan sub-komponen ini fokus kepada setiap populasi masyarakat kab/kota di daerah yang telah ditetapkan dan hasil akhir dari sub komponen ini adalah rencana pembangunan kelautan berbasis desa, panduan alokasi proyek dan pelaksanaan kegiatan proyek. Inti dari kegiatan sub komponen ini adalah fasilitasi kegiatan proyek yang dikembangkan oleh masyarakat, proses rekayasa sosial yang dikomendasikan dalam tahapan-tahapan yang tersusun: kompilasi strukutur informsi berbasis desa untuk koordinasi dan pengelolaan proyek; penilaian keragaan sumberdaya secara holistik mengenai potensi perikanan kelautan (resource inventory); identifikasi kegiatan prioritas untuk didukung oleh proyek(fisheries marine plan): dan pembentukan dan penguatan kelompok masyarakat yang mengambil bagian dalam pelaksanaan kegiatan proyek Penilaian sumberdaya, perencanaan dan pengelolaan kolaboratif Sub komponen ini menyiapkan dukungan untuk pembangunan pelaksanaan dalam pengelolaan kooperatif pada desa-desa lokasi proyek yang berada dalam satu wilayah hamparan pesisir dengan tujuan untuk memfasiltasi masyarakat mengelola sumberdaya pesisir secara berkelanjutan Pengembangan Usaha dan Pembangunan Desa Pesisir Inti dari sub komponen ini adalah menyiapkan dana untuk merespon prioritas investasi pembangunan desa yang diusulkan kelompok masyarakat binaan dalam dua skala proritas utama: (1) Pengembangan produksi perikanan perikanan kelautan, apakah meningkatkan nilai tambah terhadap produksi yang ada sekarang atau meningkatkan produksi dari kegiatan budidaya atau perikanan tangkap. (2) Infrastruktur ekonomi berbasis masyarakat yang dikelola oleh masyarakat sebagai aset yang akan mendukung kegiatan produksi kelautan perikanan dan pendapatan mereka. (3) Pembangunan ekonomi berbasis LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 46 of 141

47 kelautan/perikanan tingkat kabupaten/kota Komponen ini memfokuskan pada sebaran atau jenis aktifitas yang akan disediakan/dijalankan dalam rangka mendukung proyek yang dilakukan masyarakat dan pengembangan dibutuhkan untuk inisiatif mereka, serta dukungan secara umum dalam mengembangkan pembangunan perikanan/kelautan skala kecil di tingkat kabupaten/kota. Hasil yang diharapkan dari komponen ini adalah: infrastruktur tingkat kabupaten, kelembagaan dan proses penyediaan dukungan untuk pemasaran perikanan/kelautan skala kecil. Konsultan Pemasaran dan Value Chain Kabupaten/Kota bertanggung jawab kepada Ketua PIU dan memiliki tanggung jawab utama sebagai berikut: a. Sebagai bagian dari dua tim pendukung teknis PIU dan disokong oleh Penasehat PMO untuk Jaringan Pasar dan Harga, bertanggung jawab atas perencanaan dan pelaksanaan Sub-Komponen 1.3, Pembangunan Desa Berfokus Pasar dan Sub-Komponen 1.2, Dukungan Jaringan Pasar dan Harga. b. Bekerja sama dengan anggota PIU lainnya untuk membangun keterkaitan dan koordinasi antara rencana dan program di bawah Sub-Komponen 1.3 dan kegiatan di bawah Sub-Komponen 2.2 serta kegiatan dalam rencana dan prioritas Pembangunan PMP desa dan rencana pengelolaan bersama sumber daya pesisir desa. c. Bekerja sama dengan Penasehat PMO untuk Jaringan Pasar dan Harga dalam menfasilitasi kajian jaringan pasar di kabupaten/kota. d. Memberikan bantuan teknis kepada PIU dalam kegiatan kelompok usaha dan Pembangunan jaringan pasar dan harga dalam kerangka proyek serta mengadakan loka karya, pemaparan dan pelatihan bagi pemangku kepentingan di kabupaten/kota mengenai pasar, jaringan harga, serta pendekatan Pembangunan usaha bagi Pembangunan usaha perikanan/kelautan skala kecil. e. Mengkoordinasikan monitoring kinerja yaitu pembangunan pasar, jaringan bisnis dan harga. LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 47 of 141

48 Tanggung Jawab secara terinci bagi konsultan Pemasaran dan Value Chain Kabupaten/Kota diuraikan secara luas sebagai berikut: a. Berkonsultasi dengan para konsultan Pemasaran dan value chain Kabupaten/Kota lainnya bekerja sama dengan Penasehat PMO. b. Melakukan penilaian pasar kabupaten/kota. c. Merancang format standar rencana konsep bisnis serta persiapan rencana bisnis dan model finansial sederhana. d. Menyiapkan modul dan bahan pelatihan keterampilan bisnis dasar bagi kelompok usaha. e. Bekerja sama dengan para tenaga pendamping, memberikan dukungan teknis kepada kelompok-kelompok peminat untuk menyiapkan rencana/konsep bisnis mereka guna pengajuan kebutuhan investasi ke Dana BLM dan Infrastruktur yang diperuntukkan bagi kelompok usaha dan usaha jasa. f. Mengkaji, mengatur, memfasilitasi dan membantu pengelolaan serta penggunaan Dana BLM dan Infrastruktur di Kabupaten/ Kota. g. Bersama para tenaga pendamping, mengorganisasikan desa dalam memilih dan melaksanakan pembangunan infrastruktur, membentuk Kelompok Infrastruktur Desa guna mengawasi pengelolaan proyek infrastruktur. h. Membantu menyiapkan rencana bisnis dan model finansial sederhana sesuai dengan kondisi dan studi jaringan pasar di kabupaten/kota masing-masing. i. Bersama para Tenaga Pendamping, mengidentifikasi dan membentuk kelompok penabung yang terdiri dari keluarga-keluarga beresiko. j. Mengkaji proposal kelompok usaha, melakukan saringan kelayakan, memberikan prioritas akhir dan memilih kelompok usaha yang harus disokong. k. Melakukan kajian banding atas pemilihan proposal kelompok usaha dari kabupaten/kota lainnya. l. Memberikan pelatihan teknis dan pelatihan bisnis serta dukungan kepada kelompok usaha dan berkoordinasi dengan Penasehat PMO. LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 48 of 141

49 m. Memberikan pelatihan dan bimbingan berjalan kepada kelompok usaha dan jasa yang didukung sebagaimana diperlukan. n. Bekerja sama dengan Penasehat PMO bagi Pemasaran dan value chain, berkonsultasi dengan konsultan Pemasaran dan value chain Kabupaten/kota lainnya, mengkaji dan menjabarkan rancangan pelaksanaan pengelolaan dan pelatihan manajemen tabungan dan pinjaman bagi kelompok usaha. o. Berkenaan dengan pelaksanaan Sub-Komponen 2.2, menyelesaikan pekerjaan penilaian pasar kabupaten/kota, termasuk seleksi jaringan harga prioritas dan penyelenggaraan pertemuan di desa proyek untuk mendiskusikan temuan dan dampak terhadap setiap desa. p. Mengadakan lokakarya validasi strategi dan peluang pasar serta rapat dengan calon pembeli dan kalangan bisnis swasta. q. Menyiapkan strategi intervensi terinci untuk setiap jaringan harga produk prioritas sangat potensial, dengan menyertakan jaringan terkait, strategi dan rencana aksi dengan kejelasan tahapan, tanggung jawab, dan komitmen para pemangku kepentingan. r. Mengkoordinasikan pelaksanaan strategi intervensi dan rencana aksi. s. Mengkoordinasikan pembentukan kerangka kerja monitoring hasil sederhana bagi setiap strategi intervensi guna memantau kemajuan, hasil dan dampak serta memberikan umpan balik untuk pemutakhiran dan pengkajian strategi intervensi berjalan. t. Mengkoordinasikan pelaksanaan, analisis dan penyebaran survei tahunan penelusuran jaringan pasar bagi setiap jaringan pasar prioritas di kabupaten/kota dengan dukungan staf M&E (Monitoring dan Evaluasi) PIU dan PMO. u. Memimpin persiapan dan penyebaran arahan tahunan jaringan pasar dan harga serta pemutakhiran daftar kontak pembeli/produsen/pemasok. v. Menyelenggarakan dan memfasilitasi lokakarya tahunan pemangku kepentingan. jaringan harga bersama-sama pembeli, perusahaan, produsen dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengkaji persoalan yang timbul LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 49 of 141

50 dalam jaringan harga, kemajuan atas tahapan yang disepakati, serta pemutakhiran strategi intervensi dan rencana aksi bagi setiap jaringan harga. w. Menyelenggarakan survey standar tahunan penelusuran industri, catatan arahan standar dua tahunan, dan daftar kontak pembeli/produsen/pemasok. x. Memfasilitasi dan menjalin hubungan dan kontak dengan pembeli potensial dan mitra bisnis di jaringan harga prioritas yang sesuai dengan lebih dari satu kabupaten/kota. y. Membantu agar proyek berjalan secara efektif sesuai dengan penetapan harga nasional dan daerah permintaan dan penawaran bagi produk perikanan dan kelautan yang dihasilkan proyek KEGIATAN DAN INTERVENSI YANG DILAKUKAN Kegiatan yang dilakukan selama menjalankan tugas sebagai konsultan pemberdayaan di Kota Ternate ialah menjadi salah satu narasumber dari setiap kegiatan yang ada dalam program untuk mempercepat akselarasi di tingkatat kabupaten. Melakukan pendampingan akan pemahaman program serta tujuan dan maksud dari program serta hasil yang diharapkan untuk masyarakat serta program. Selain menjadi pemateri di berbagai kegiatan yang tentunya berdasarkan tupoksi dari konsultan pemberdayaan, juga mendampingi kelompok dalam melakukan pembukaan rekening serta melakukan pendampingan dalam pembelanjaan setiap kebuthan kelompok untuk menjalankan usaha. Pendampingan yang dilakukan tidak hanya berfokus pada perencanaan dan pengelolaan saja, akan tetapi juga melakukan pendampingan untuk memastikan pekerjaan dari setiap kelompok berdasarkan proposal yang diajukan. Sehingga diharapkan hala ini dapat meminimalisir terjadinya penyimpangan oleh kelompok karena ketidak tahuan kelompok dalam melakukan pengelolaan keuangan BLM tersebut. Pendampingan juga dilakukan dalam konteks pemberian pemahaman kepada masyarakat akan pentinganya sumberdaya serta uapaya untuk melakukan perlindungan akan sumberdaya tersebut. LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 50 of 141

51 Salah satu intervensi yang dilakukan ialah ketika sekembalinya dari bimbingan teknis, kami langsung melakukan rapat koordinasi dengan PIU, TPD dan Penyuluh untuk mempercepat pembukaan rekening kelompok akibat dari keterlambatan dan fakumnya kegiatan selama beberapa bulan belakangan. Hal ini juga direspon psotive oleh PIU dengan menunjuk salan satu bank (BRI) sebagai sentral untuk semua kelompok membuka rekening. Intervensi selanjutnya konsultan melakukan rapat dengan ketua PIU serta TPD dan Penyuluh untuk menyampaikan proses pencairan BLM, dalam rapat kordinasi tersebut, konsultan mengusulkan dalam proses pencairan selain menggunakan surat rekomendasi dari PIU, juga harus ada RENCANA PENGELOLAAN KEUANGAN KELOMPOK setiap POKMAS yang mau melakukan pencairan BLM tersebut. Hal ini dimaskudkan untuk melihat kemajuan aktifitas POKMAS dalam hal penggunaan anggaran serta aktifitas. Intervensi lain yang dilakukan ialah pembukuan dari setiap POKMAS, yang meliputi buku tamu, buku notulen rapat dan buku keuangan. Hal ini dimaksudkan untuk melakukan pendampingan secara administrasi secara sederhana dari kelompok untuk mempermudah dalam melakukan evaluasi program kelompok. Dari sisi pemasaran, intervensi yang dilakukan selama masa program di kota ternate ialah Kegiatan hasil produk perikanan dan kelautan yang dilakukan di 3 Kelurahan yakni Kelurahan Sulamadaha, Kelurahan Mado dan Kelurahan Moti Kota adalah mempromosikan hasil produk perikanan dan kelautan ikan asap cakalang, ikan asap julung-julung, abon ikan dan ikan pindang di Kota Badung Nusa 2 Bali. Intervensi yang telah dilakukan yaitu memberikan saran kepada kelompok usaha ikan asap dan abon ikan berupa kemasan yang menarik, produk yang dijual harus higienis, menggunakan sistem teknologi produksi. Kemasan yang menarik terhadap produk perikanan dan kelautan. Jika kemasan produk bisa menarik perhatian konsumen maka besar kemungkinan penjualan ikan asap bukan hanya dijual dipasar tradisional tetapi dapat juga dijual di pasar LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 51 of 141

52 modern (Mall, Swalayan, Hypermart dan lain-lain). Sehingga harga produk perikanan dan kelautan ikan asap mengalami kenaikan harga yang tentunya dianggap sangat potensial dan menguntungkan pihak penjual ikan asap. Higienis agar produk bersih dan aman jika dikonsumsi, menggunakan sistem teknologi produksi karena seperti yang diketahui ikan asap tidak tahan lama, sehingga diharapkan bisa dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Diharapkan setelah ketiga saran ini telah dilakukan maka mempunyai pangsa pasar yang luas HASIL YANG DICAPAI DAN INDIKATORNYA Pencapaian yang telah hasilkan di PIU Kota ternate tidak sama seperti kab/kota yang lain diantara 12 daerah tersebut, namun untuk saat ini yang dapat dibagi atau ditulis dalam laporan ini ialah dari sisi penyerapan anggaran yang diproyeksikan 95 % dapat terealisai hingga akhir desember Selain penyerapan anggara, pencapaian lain yang dihasikan ialah telah berproduksi berbagai kelompok. Pembangunana pondok sudah mencapai lebih dari 70 % untuk semua desa target. Dari sisi pemasaran Memberikan arahan kepada kelompok usaha agar dapat berinovasi baik dari segi kemasan, higienis dan penerapan sistem teknologi produksi yang akan berdampak pada tingginya kualitas produk dan harga ikan asap dan abon ikan itu sendiri STRATEGI YANG DILAKUKAN DALAM MELAKUKAN KONSULTANSI Banyak cara yang sering dilakukan dalam hal konsultasi untuk mempercepat program, salah satu bentuk yang sering dilakukan yakni sering berkonsultasi dengan orang PIU yang memang mempunyai kapabilitas untuk menjalankan program atau kegiatan tersebut. Salah satu pihak yang sering diajak konsultasi oleh konsultan ialah sekretaris dan ketua PIU yang memang mempunyai kapabilitas tersebut. Selain ketua dan sekretaris, pihak lain ialah bidang perencanaan yang ada dalam struktur CCDP-IFAD. Pemilihan pihak ini dikarenakan orang yang berada LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 52 of 141

53 dalam lingkup perencanaan tersebut akan lebih mengerti konsep yang dibangun dari awal perencanaan tersebut. Sehingga kesepahaman maksud dan tujuan dari kegiatan tersebut dapat dijabarkan dalam hasil yang nantinya dicapai. Untuk POKMAS, konsultan lebih banyak melakukan pendekatan kepada TPD, Penyuluh dan kelompok VWG. Karena kelompok ini beranggotakan orangorang yang mempunyai pengaruh dalam desa yang menjadi target program, sehingga kinerja kelompok dapat diawasi langsung oleh kelompok tersebut dan juga merupakan sala satu tugas dari kelompok tersebut. Selain itu, TPD dan Penyuluh juga sering diajak konsultasi untuk mengetahui karakter dari setiap anggota POKMAS, kondisi sosial desa bersangkutan, serta kebiasaan dan adat istiadat yang ada dalam desa tersebut. Sisi pemasaran akan memanfaatkan Pondok informasi merupakan salah satu tempat pertemuan para kelompok usaha infrastruktur. Seperti yang diketahui proses pendirian tempat pertemuan memakan waktu yang lama. Tetapi yang terjadi di tobololo memakan waktu yang sangat cepat. Hal ini dapat terjadi karena setiap anggota infrastruktur memiliki keinginan, tekad dan kerja sama yang baik. Sehingga dalam waktu yang singkat pondok informasi ini sudah hampir selesai proses pengerjaannya. 4. IMPLEMENTASI KEGIATAN / PROYEK KOMPONEN 1. Pemberdayaan Masyarakat, Pembangunan dan Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Sub-Komponen 1.1. Fasilitasi, Perencanaan dan Pemantauan Masyarakat Menyusun rencana pengelolaan desa berbasis masyarakat yang disepakati oleh masyarakat secara bersama, sehingga setiap desa kedepannya akan melakukan pembangunan melalui perencanaan yang sudah dibuat dalam jangka waktu 3 tehun tersebut. Dalam implementasinya, masyarakat akan didukung oleh infrastruktur yang diambil alih oleh kelompok infrastruktur tersebut. Dari pemantauan yang dilakukan selama masa proyek di 9 desa LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 53 of 141

54 tersebut, ada beberapa desa yang sebenarnya belum layak untuk menerima bantuan tersebut. Alasannya, karena masyarakat yang bermukim didesa yang bersangkutan sudah mempunyai pola hidup yang hamper mirip dengan orang kota moderen. Hal ini akan berefek pada besarannya jumlah BLM yang harus dikelolah dalam 1 kelompok tersebut, bila di bandingkan dengan biaya hidup untuk wilayah Kota Ternate. Sub-Komponen 1.2. Penilaian, Perencanaan dan Pengelolaan Sumberdaya pesisir Beberapa desa yang menjadi target program memang mempunyai sumberdaya pesisir dan laut yang cukup besar namun belum sempat dikelolah dengan maksimal. Seperti desa Tadenas dan Tafaga kecamatan Pulau Moti yang masih memiliki potensi hutan Mangrove yang cukup lebat dan juga terumbu karang yang luas. Namun saying, kesemuanya potensi yang ada tersebut, hanya hutan mangrove yang masih sedikit masih bisa dipertahankan. Selain hutan mangrove, potensi lainnya sudah dalam kategori memprihatinkan atau rusak oleh aktifitas antropogenik tersebut. Sehingga pengelolaan kedepannya akan berusaha untuk memperbaiki yang sudah rusak dan mencoba untuk mempertahankan yang masih ada. Sub-komponen 1.3. Pembangunan Desa yang Berorientasi Pasar Pengembangan desa yang berorientasi pasar pada 3 Kelurahan yakni Kelurahan Sulamadaha, Kelurahan Mado dan Kelurahan Moti Kota adalah pengembangan usaha dengan memberikan stimulus untuk usaha produk perikanan dan kelautan berupa pengelolaan proses produksi produk ikan asap, ikan asap julung-julung, abon ikan dan ikan pindang dengan cara yang lebih baik (dari tradisional ke modern). Jika proses produksi sudah tertata dengan baik maka tim konsultan pemasaran dan value chain berupaya bekerja sama dengan mitra kerja (pihak ketiga) agar dapat memperbaiki sejumlah sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan desa yang berorientasi pasar seperti perbaikan jalan, pembuatan akses pelabuhan, dan pengadaan transportasi laut. LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 54 of 141

55 Selain itu juga, memberikan stimulus untuk bergabung dengan kelompok usaha kepada masyarakat yang tidak tergabung dalam kelompok-kelompok usaha (kelompok tabungan) dengan cara membagikan dana bersama (tabungan) sebagai modal awal dengan proporsi yang berbeda dengan kelompok-kelompok usaha yang sudah ada. KOMPONEN 2. Pengembangan Ekonomi Berbasis Kelautan dan Perikanan Bekerja sama dengan PIU dan mitra kerja (pihak swasta) agar dapat menunjang terselenggaranya pengembangan ekonomi berbasis kelautan pesisir dengan melakukan pembaharuan pada sejumlah fasilitas prasarana, mengasah ketrampilan yang lebih baik, dan mengelolanya guna mendukung terwujudnya ekonomi berbasis kelautan pesisir. Sub-Komponen 2.1. Dukungan Pengembangan Usaha Skala Kecil di Kab/Kota Dukungan pengembangan usaha perikanan yaitu dengan cara mengoptimalkan dukungan dana pembangunan yang prakarsai oleh PIU untuk menyediakan prasana utama guna mendukung kegiatan yang inovatif. Seperti, membangun mini pabrik es guna mendukung kumpulan nelayan kecil, berupaya menciptakan transaksi dilokasi penangkapan ikan (bukan hanya di pasar), menyediakan akses transportasi darat dan laut. Selain itu, dukungan juga diberikan untuk pengelolaan pengetahuan, pelatihan, kepemimpinan dan pembuatan kegiatan proyek yang lebih baik. Seperti melakukan studi banding pembelajaran hasil produksi di badung, melakukan seminar lokakarya dan melakukan substitusi hasil produksi antar desa lain guna membandingkan hasil yang lebih baik. Sub-Komponen 2.2. Dukungan Pemasaran, Tata Niaga, dan Rantai Pasok Dukungan pemasaran, tata niaga dan rantai pasokan yaitu dengan cara mengidentifikasi, menyusun dan mendukung pembangunan dari berbagai rantai pasok, menghubungkan produsen desa pesisir ke pasar, LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 55 of 141

56 mengemas produk sesuai dengan klusterisasi, meningkatkan kualitas, standarisasi dan peningkatan nilai tambah produk. Seperti menekan biaya penyediakan fasilitas transportasi yang memadai dari desa pesisir ke pasar (low cost strategy), memberikan kemasan yang menarik pada produk yang masih dikemas secara tradisional (differentiation strategy), menggunakan sistem teknologi produksi karena seperti yang diketahui ikan asap tidak tahan lama dan bisa dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama. Sehingga diharapkan pendapatan/pemasukan yang nantinya diterima oleh kelompok-kelompok usaha menjadi lebih baik (cost driver strategy). KOMPONEN 3. Pengelolaan Proyek 1. Pembentukan Kelembagaan PIU Pembentukan kelembagaan Project Implementation Unit sebaiknya tidak hanya terfokus pada satu bidang semata, namun sebaiknya lebih kepada pendekatan pemahaman program. Walaupun secara kordinasi kegiatan ini berada langsung dibawah komado KP3K, penekanan ini lebih dimaksud untuk menjalankan program sesuai dengan output yang diharapkan dari program tersebut. Keterlibatan dari bidang lainnya seperti tangkap, P2HP dan perijinan untuk memberikan gambaran dari segi perencanaan, pelaksanaan kegiatan atau implementasi lapangan. Sehingga penyusunan strategi output kegiatan dari sisi pemberdayaan, pengawasan dan pemasaran bisa tersusun secara terperinci dan sinergi. 2. Rekruitmen TPD/Fasilitator Rekruitmen TPD harus yang benar-benar berlatar belakang kelautan dan perikanan, mempunyai pengalaman dalam perikanan dan kelautan atau harus bisa memahami basik perikanan dan kelautan, hal ini untuk lebih mempertajam maksud dari setiap kegiatan yang dilakukan serta lebih memahami hasil yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut, dikarenakan TPD lebih banyak berinteraksi dengan kelompok. Rekruitmen TPD juga harus mempertimbangkan beban kerja LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 56 of 141

57 dari TPD, yang artinya jikalau TPD sudah menjadi pegawai honorer di dinas yang bersangkutan, jangan lagi melibatkan dalam program ini, karena nantinya beban kerja tersebut menjadi besar. Selain harus yang berlatar belakang pengetahuan kelautan dan perikanan, seorang TPD harus atau lebih diutamakan yang berdomisili di desa yang menjadi target program, karena lebih memahami kondisi sosial, ekonomi dan nelayan-nelayan di desa tersebut. Dengan demikian, pemilihan anggota kelompok lebih tepat sasaran dan bukan hanya pada tingkat kordinasi dengan pihak kelurahan semata yang selama ini dilakukan, dan untuk lebih memperbesar ketrlibatan TPD, sebaiknya dalam setiap kegiatan yang berada di desa tempatnya bertugas, harus melibatkan dalam struktur kepengurusan atau kepanitiaan. 3. Pembentukan Komite Pesisir (DOB) Pembentukan Komite Pesisir sudah mencakup semua unsur pada tahun 2103 antara lain dari BAPPEDA Kota Ternate, DKP Kota Ternate, DKP Provinsi Maluku Utara dan LSM. Namun kedepannya harus juga melibatkan unsur pengusaha yang dan dari tokoh perempuan yang mewakili kaum mereka, hal ini dimaksud untuk melakukan penyetaraan atau pembagian tugas pengawasan yang ada dalam komite. Untuk lebih mengintensifkan lagi peranannya di dalam setiap kegiatan, maka perlu melibatkan dan lebih sering lagi untuk lebih menjabarkan tujuan kepada kelompok dari setiap kegiatan yang dilakukan. 4. Sosialisasi Desa di 6 Desa Kegiatan ini sudah dilakukan di enam desa yang menjadi sasaran program untuk tahun 2014, diantaranya kelurahan Tafaga dan Tadenas untuk kecamatan Moti Kota, kelurahan Dorari Isa dan Togolobe untuk kecamatan Pulau Hiri dan kelurahan Tobololo dan Kulaba untuk kecamatan Pulau Ternate. Kegiatan ini dilakukan untuk memperkenalkan kepada desa sasaran 2014 tentang maksud dan tujuan program CCDP-IFAD di masing-masing desa. LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 57 of 141

58 Kegiatan ini lebih difokuskan pada sosialisasi program CCDP-IFAD yang meliputi tujuan program, proses, hasil, serta keberlanjutan dari kehadiran program setelah jangka waktu 5 tahun. Dalam pelaksanaan kegiatan ini semua unsur masyarakat dilibatkan dengan tujuan agar program ini dapat dipahami oleh semua stakeholder masyarakat yang ada di dalam desa tersebut. Jumlah peserta yang terlibat dalam kegiatan tersebut sebanyak orang. Setiapa kegiatan yang dilakukan akan di akhiri dengan pembacaan doa dari tokoh agama setempat. 5. Penilaian Desa berbasis Masyarakat di 9 desa Berbagai perencanaan yang diusulkan pada pertemuan desa sebelumnya, dievaluasi dalam kegiatan ini untuk melihat atau menyesuaikan dengan kondisi untuk tahun Selain mengevaluasi perencanaan pengelolaan masyrakat berbasisi desa, dalam kegiatan ini juga mengevaluasi kinerja kelompok yang menerima BLM tahun pertama dan juga mengevaluasi kegiatan (kemajuan) kelompok penerima tersebut. Beberapa kendala yang ditemukan dalam kegiatan ini antara lain: Pencapai target kelompok infrastruktur tidak sesuai dengan jadwal yang disepakati sebelumnya (akhir Desember). Hal ini karena ada beberapa kendala teksni seperti masalah pembebasan lahan untuk lokasi pondok Setiap desa belum memiliki atau perencanaan pengelolaan yang mengerah ke perikanan dan kelautan, atau pembangunan desa masih bersifta darat Kelompok-kelompok yang terbentuk masih banyak yang belum mengerti atau memahami tujuan dari proyek atau harapan proyek terhadap masyrakat Pemahaman yang terbentuk didalam anggota kelompok usaha bukan secara berkelompok, malaikan perorangan. Sehingga banyak muncul LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 58 of 141

59 pertanyaan (apakah setelah dana BLM tersebut cair, bisakah dibagi-bagi ke anggota kelompok) Jenis usaha yang dilakukan bukan merupakan usaha unggulan, melaikan jenis usaha yang hamper semua masyarakat di pesisir bisa mengetahui atau mempunyai keahlian tersebut 6. Pertemuan Desa di 9 desa Kegiatan pertemuan desa di desa sasaran pada tahun pertama sudah dilakukan pada tanggal Juni Kegiatan dimulai dari Kecamatan Pulau Moti pada tanggal 24 Oktober 2013 di desa Tadenas pada jam 9:00 wit dan dilanjutkan ke desa Tafaga pada jam 13:00 wit bertempat di kantor lurah yang juga merupakan desa sasaran program untuk tahun Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan perencanaan desa berbasis kelautan dan perikanan yang melibatkan seluruh stokeholder dan masyarakat ditingkat desa untuk menyepakati perencanaan tersebut serta menyusun rencana yang nantinya didanai oleh program serta merupakan kegiatan yang prioritas dari desa tersebut. Perbaikan sumberdaya merupakan usulan yang banyak diusulkan dalam kegiatan tersebut. Kegiatan transplantasi dan rahabilitasi hutan mangrove merupakan usulan dari kedua desa tersebut, hal ini dianggap penting karena selain tadenas dan tafaga yang mempunyai sumberdaya tersebut (mangrove dan terumbu karang) dikarenakan ekosistem terumbu karang di desa tersebut sudah mengalami kerusakan sehingga perlu untuk di perbaiki dalam lingkup perencanaan berbasis desa. Pengembangan usaha menjadi kelompok juga banyak diusulkan dalam pertemuan tersebut, hal ini dikarenakan ketersediaan sumberdaya yang cukup untuk mendukung aktifitas dari masing-masing keahlian tau usaha yang diguluti dalam desa tersebut. Selain di Kecamatan Pulau Moti (Tadenas dan Tafaga), kegiatan serupa juga dilakukan di dua kecamatan lainnya yaitu kecamatan Pulau Hiri (Togolobe LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 59 of 141

60 dan Dorari Isa) dan Kecamatan Pulau Ternate (Tobololo dan Kulaba). Proses yang dilakukan juga sama dengan desa Tafaga, yakni melibatkan semua pihak dan stokeholder untuk melakukan perencanaan berbasis dimasing-masing desa sasaran proyek. 7. Pelatihan Kelompok Masyarakat (Pokmas) di 9 desa Kegiatan Pelatihan ini sudah kami lakukan di tiga desa yang merupakan desa target program dan sekaligus merupakan desa penerima BLM tahun Kegiatan POKMAS ini dilakukan di desa MADO Kec. Pulau Hiri pada tanggal 21 Oktober, Sulamadaha 22 Oktober dan Moti Kota tanggal 23 Oktober Desadesa yang menjadi tujuan dari kegiatan tersebut merupakan merupakan desa sasaran program tahun pertama. Dalam pelatihan kapasitas pokmas ini, kelompok dibekali oleh beberapa materi yang dibawakan oleh PIU, Konsultan dan Dinas Kelautan dan Perikanan (bidang P2HP). Kegiatan pokmas dilakukan di setiap desa sasaran IFAD yang juga merupakan desa penerima BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) tahun pertama. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah memberikan pelatihan secara tehnik dari tata cara pembuatan proposal secara terperinci dari setiap kelompok. Namun dalam kegiatan ini lebih banyak di tekankan pada pelatihan penggunaan atau pengelolaan keuangan dengan lebih terperinci atau tidak keluar dari setiap RAB yang telah ada dalam proposal tersebut. Selain rencana pengelolaan keuangan, materi (P2HP) yang diberika juga pada masalah tehnik tentang pengelohan ikan dengan lebih baik agar ketahanannya bisa bertahan dalam waktu yang lama. Kerja sama dalam kelompok untuk mencapai hasil yang lebih baik juga merupakan salah satu fokus materi yang diberikan dalam pemahaman kelompok. Hal ini dianggap penting karena hilang atau hancurnya setiap kegiatan yang melibatkan kelompok dimulai dari setiap kecurigaan dalam kelompok sendiri. Sehingga akan berdampak pada kegagalan dari setiap program yang sudah direncanakan. Jumlah kelompok yang hadir dalam pertemuan tersebut sebanyak LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 60 of 141

61 15 orang, baik kelompok sendiri maupun tokoh agama, masyarakat dan pihak kelurahan. 8. Inventory Sumberdaya di 9 desa Inventori merupakan kegiatan untuk menginventarisi sumber daya yang berkaitan terhadap aspek pembangunan atau pembangunan yang mendukung aspek sumber daya dimasing-masing desa sasaran proyek. Dalam kegiatan ini kami mencoba untuk menginventarisir sumberdaya yang ada dan pembangunan yang mendukung keberlanjutan dari sumber daya tersebut. Kegiatan ini dilakukan di 9 desa sasaran proyek, 3 desa sasaran (Sulamadaha, Moti Kota dan Mado) penerima BLM tahun 2013 dan 6 desa (Tafaga, Tadenas, Togolobe, Dorari Isa, Tobololo dan Kulaba) penerima BLM Kegiatan ini turut melibatkan stokeholder terkait dan masyarakat dari tiap-tiap desa. Kegiatan ini dimulai di Kecamatan Moti yakni desa Tafaga tanggal 26 oktober, desa Tadenas tanggal 27 oktober, desa Tafaga tanggal 28 oktober 2013, Kecamatan Pulau Ternate desa Kulaba tanggal 29 oktober, desa Tobololo tanggal 30 oktober, desa Sulamadaha 31 oktober, dan Kecamatan Pulau Hiri desa Mado tanggal 1 November, desa Togolobe tanggal 2 November dan desa Dorari Isa Tanggal 3 November. Desa-desa yang menjadi sasara proyek baik 2013 maupun 2014 mempunyai karakteristik sumberdaya yang hampir sama. Untuk Kecamatan Pulau Ternate contohnya, desa Sulamadaha, Tobololo dan Kulaba yang mempunyai karakteristik sumber daya yang sama dari ke tiga desa tersebut. Sulamadaha dan Tobololo mempunyai sumber daya terumbu karang dan hutan mangrove yang semuanya juga sudah mengalami kerusakan akibat dari kegiatan taau aktifitas manusia. Seperti tambang pasir, pembuangan jangkar disembarangan tempat. Desa sulamadaha mempunyai berbagai sumber daya, salah satu sumber daya yang perlu di tangani untuk mencegah dari kerusakan yang lebih besar adalah terumbu karang. Sumber daya ini mempunyai nilai dari sisi ekonomis yang cukup besar, karena sering digunakan sebagai lokasi LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 61 of 141

62 wisata dan setiap pengunjung yang masuk dikenakan biaya. Kerusakan terumbu karang yang terjadi di desa ini banyak diakibatkan oleh aktifitas manusia (jangkar), sehingga perlu untuk di buat sutu sentuhan baik berupa tempat tambat labuh atau jembatan untuk mencegah kerusakan itu menjadi lebih besar. Kecamatan Moti juga mempunyai karakteritik yang sama antara desa Moti Kota, Tadena dan Tafaga. Selain terumbu karang, hutan mangrove juga merupakan salah satu sumber daya yang ada di Kecamatan Moti yang perlu untuk di perbaiki atau menjadi perhatian dalam pembangunan kedepan. Peran atau fungsi dari hutan mangrove untuk kecamatan ini sangat besar, selain sebagai sumber makanan, bertelur dan tempat tinggal bagi berbagai biota yang berasosiasi dengan hutan mangrove. Dampak yang paling besar dan dilihat secara nyata dari hilangnnya hutan mangrove di kecamata Moti ialah terjadinya abrasi yang cukup besar yang terjadi sekarang ini. Kecamatan Pulau Hiri juga tidak jau berbeda karakteristik sumber daya yang ada, setiap desa memiliki ekosistem terumbu karang dan semuanya sudah mengalami kerusakan. Penyebab kerusakan juga sama seperti desa-desa yang yang lain yaitu disebabkan oleh aktifitas manusia. Ekosistem mangrove hanya dimiliki di desa Togolobe dan sudah mengalami kerusakan sedangkan dua desa lainnya tidak memiliki sumber daya tersebut, hal ini dikarenakan karakteristik tanah dari desa tersebut yang tidak bisa di tumbuhi oleh hutan mangrove. Kegiatan ini lebih dititik beratkan pada kelompok SDA yang merupakan tugas pokok utama dari kelompok ini yaitu mengelola sumber daya di desa tersebut. Namun dalam kegiatan ini melibatkan semua unsur masyarakat yang ada di desa tersebut. Jumlah peserta yang terlibat dalam kegiatan ini sebanyak 20 orang dari semua stakeholder di desa. 9. Pelatihan Co-Management Group di 9 desa LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 62 of 141

63 10. Pembangunan Pondok Informasi di 9 desa Setelah melakukan pencairan pada tanggal 25 November 2013 lalu, sebagian kelompok langsung melakukan pembelian barang pada tanggal 26 dan 27 November Proses pembelanjaan barang tersebut tentunya didampingi oleh Tenaga Pendamping Desa dan Penyuluh dari tiap-tiap Kecamatan guna mengontrol item-item pembelanjaan barang sesuai pada rencana Pengelolaan Keuangan sederhana yang telah dimasukan sebelumnya sebagai persyaratan pencairan BLM tersebut. Status pembangunan pondok informasi disetiap desa yang menjadi target maupun sasaran dalam tahap pembangunan. Item-item pembelanjaan untuk pondok informasi pada tahap pertama antara lain; 1. Semen 2. Besi 3. Pasir 4. Serta batu Status pembangunan pondok informasi sampai pada bulan januari 2014 masih dalam tahap pembangunan untuk 9 desa tersebut. Beberapa desa target seperti Tafaga dan Tadenas sudah mencapai 80 % atau hanya menunggu pemasangan atap pondok dan pengecetan. Sedangkan untuk desa Moti Kota suda memualai pembangunan pondok, keterlambatan di desa tersebut dikarenakan permasalahan tanah yang sudah dihibahkan oleh pemerintah desa yang kemudian di gugat oleh masyarakat, namun permasalahan tersebut sudah diselesaikan pada tanggal 2 januari dan pembangunan sudah mulai dilaksanakan. Sedangkan pembangunan pondok informasi untuk desa Mado, Togolobe dan Dorari Isa sudah mencapai 70 % dari pemantauan yang dilakaukan pada tanggal 28 Desember 2013 di ketiga desa tersebut. Percepatan permabangunan pondok ini karena tingkat kordinasi yang dilakukan dengan pihak pemerintahan LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 63 of 141

64 kelurahan, TPD dan Penyuluh yang begitu intensif sehingga percepatan pembangunan bisa dilakukan. Pembangunan keseluruhan pondok informasi baru mencapai 60 % jika di rata-ratakan, ini berdasarkan hasil pemantauan terakhir pada tanggal 28 desember Detailed Village Co-Management Plan di 9 desa Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari pertemuan desa, yang membahas tentang rencana pengelolaan berbasis desa di 9 desa sasaran program. Kegiatan ini dilakukan selama 9 hari mulai pada tanggal 4 November di desa Tafaga, Tadenas, Moti Kota, Kulaba, Tobololo, Sulamadaha, Dorari Isa, Togolobe dan tanggal 9 Mado. Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ini antarai lain, PIU, Konsultan, Pemerintah Daerah (Lurah), Kelompok dan tokoh-tokoh masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan ini untuk menyusun rencana yang nantinya akan dilakukan oleh masyarkat sendiri yang merupakan pengelola sekaligus juga menjalankan rencan dari hasil atau pengelolaan tersebut. Berbagai kegiatan yang telah direncanakan dalam pertemuan desa sebelumnya lebih dimatangkan atau petenkan kembali untuk mendukung aktifitas-aktifitas yang berikan dengan kelompok-kelompok penerima BLM serta mendukung upaya dalam menjaga dan melindungi sumberdaya yang ada di desa tersebut. Dukungan infrastruktur juga untuk memudahkan berbagai akses oleh kelompok, baik berupa akses ke sumberdaya ataupun akses untuk mendistribusikan hasil olahan produk kelompok di desa tersebut. 12. Workshop Coastal Marine Resources management Workshop ini telah dilaksanakan pada tanggal 3 di hotel Grand Majang yang melibatkan stakeholder yang terkait diantaranya: BAPEDA Kota Ternate, DKP Provinsi, Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan UNKHAIR, PPN Perikani Kota Ternate, Poliarut, Camat dan Lurah Se-Kota Ternate serta perwakilan kelompok - kelompok usaha dan TPD. Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan selaku ketua PIU Bpk Hi Ruslan Bian yang membuka kegiatan menekankan pada LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 64 of 141

65 bentuk pengelolaan yang tidak bersifat sektoral namun pada pengelolaan secara bersama-sama. Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan UNKHAIR Dr. Ir, Irham, M.Si membawakan materi tentang pentingnnya pengelolaan sumber daya secara swakelola dan lebih menitik beratkan pada pentingnnya sumber daya dan peranan dari masing-masing isntansi atau stakeholder dalam melindungi sumber daya tersebut. Hal ini untuk menghindari lempar tanggung jawab ketika terjadinya suatu masalah. Sehingga setiap stakeholder harus mengetahui peranannya masing-masing atau mengetahui bagian mana yang menjadi tanggung jawab dalam pengelolaan sumber daya. Instansi yang terkait lainnya seperti LANAL dan POLAIRUT lebih menekankan pada bidang hukum yang harus diketahui oleh setiap nelayan yang merupakan subjek dalam pemanfaatan sumber daya tersebut. Hal ini dianggap penting karena nelayan yang melakukan pemanfaatan akan sumber daya selama ini selalu melanggar hukum dikarenakan ketidak tahuan akan aktifitas yang merusak tersebut. Sehingg dengan pemahaman tersebut, nelayan bisa mengurangi dampak yang ditimbulakan oleh aktifitas tersebut, sehingga pemanfaatan kedepannya tidak lagi bertentangan dengan tugas dan tanggung jawab oleh instansi-instansi yang terkait dengan pengelolaan sumberdaya hayati pesisir dan laut. 13. Fasilitasi P3MP 1 kali 14. Pelatihan system Monev 1 kali Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan pelatihan atau memonitoring setiap sumber daya di wilayah pesisir dari masing-masing desa, sehingga setiap perubahan baik yang bersifat alami atau antropogenik bisa di minimalisir bentuk kerusakan, terutama kerusakan yang disebabkan oleh aktifitas manusia seperti pengeboman ikan, pengambilan batu karang untuk fondasi rumah, pengambilan hutan bakau untuk dijadikan bahan bakar kayu. LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 65 of 141

66 Dalam pelatihan keterlibatan dari unsur akademisi di ikut sertakan sebagai pemateri, yang membawakan pentingnya sumber daya pesisir untuk di jaga dan dikelola sebaik-baiknya. Karena potensi atau sumber daya yang ada di wilayah pesisir mempunyai potensi yang sangat besar, baik dari sisi ekonomi, ekologi dan budaya yang kesemuanya berkaitan dengan keberlangsungan atau ketergantungan akan masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan maupun yang menggantungkan hidup di laut. Dari sisi ekonomi sumber daya pesisir bisa menjadi suatu peluang ekonomi yang besar apabila sumber daya tersebut dijadikan sebagai tempat wisata dalam lingkup yang besar, tempat mencari ikan bagi nelayan. Selain dari unsur akademisi, pihak komite juga memberikan materi tentang pentingnnya program ini dilaksanakan untuk bisa menjamin kelangsungan dari ekosistem maupun keberlanjutan dari program ini. Karena program ini merupakan bantuan yang harus menjadi tanggungan bangsa atau menjadi tanggungan kita semua. Peserta yang terlibat dalam kegiatan ini sebanyak 27 orang yang terdiri dari kelompok SDA sebanyak 2 orang dan salah satu tokoh dari masing-masing desa sasaran mapun target program. Keegiatan ini dilaksanakan di hotel grand majang di kota ternate selama 1 hari. 15. Penyaluran BLM di 3 desa Proses pencairan BLM di kota Ternate sudah dilakukan di semua kelompok, baik untuk 3 desa target tahun 2013 (Desa Sulamadaha, Desa Mado dan Desa Moti Kota) maupun tahun 2014 untuk 6 desa untuk kelompok infrastruktur. Pencairan dilakukan pada hari senin tanggal 25 November 2013 di kantor cabang BANK BRI kota ternate pada jam 8:00 14:00 wit. Proses pencairan BLM untuk Kota Ternate dilakukan disemua kelompok yang dibagi dalam dua tahapan, tahapan pertama 50% dan tahap ke dua 50%. Hal ini LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 66 of 141

67 dimaksudkan untuk memudahkan pengontrolan terhadap penggunaan anggaran atau BLM yang nantinya digunakan oleh kelompok. Monitoring BLM yang dilakukan di Kota Ternate dalam hal penggunaan anggaran oleh kelompok ialah dengan dengan melalui rencana penggunaan anggaran secara sederhana. Hal ini memudahkan semua pihak, baik konsultan, PIU maupun tenaga pendamping desa dan penyuluh dalah memonitoring hal ini. Proses yang dilakukan di Kota Ternate antara lain: 1. Kelompok membuat proposal 2. Proposal kemudian di verifikasi oleh TIM PIU dan Konsultan kemudian diserahkan ke komite. 3. Proposal yang masuk lalu di seleksi, verifikasi dan di tetapkan sebagai kelompok penerima BLM 4. Setelah penetapan, proposal di kembalikan ke PIU untuk melakukan pengusulan ke KPPN untuk pencairan dana BLM ke rekening kelompok. 5. Setelah pemasukan atau pengajuan ke KPPN Kota Ternate selang waktu sampai dua hari lalu dana BLM masuk ke Rekening Kelompok. 16. Pelatihan Pemasaran di 9 desa Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 13 dan 14 Nopember 2013 di sekretariat CCDP-IFAD PIU Kota Ternate. Peserta yang terlibat dalam kegiatan ini adalah tim PIU, Konsultan pemasaran, TPD dan Penyuluh. Peserta pelatihan adalah kelompok usaha dan kelompok pemasaran. Kemudian bersama-sama kelompok usaha dan kelompok pemasaran melakukan kunjungan lapangan yaitu mengunjungi Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Ternate dalam rangka melihat penyadaran pasar (market awarness). Kunjungan ini untuk melihat sejauhmana proses pengolahan tuna loin dan proses pengasapan ikan asap (fufu) hingga ke pasar. LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 67 of 141

68 17. Pengembangan AIG dan jaringan Pasar 1 kali Kegiatan AIG dan Jejaring Pemasaran dilaksanakan pada tanggal November 2013 di Kota Ternate bertempat di Hotel Grand Majang. Peserta pelatihan adalah kelompok usaha dan kelompok pemasaran. Sedangkan pemateri dalam kegiatan ini adalah Bapak Saefudin selaku PMO, beberapa instansi terkait dan konsultan pemasaran. Kegiatan ini lebih difokuskan pada pengembangan kelompok usaha dan kelompok pemasaran terkait penguasaan informasi, akses pemasaran, dan menjalin kerja sama dengan mitra usaha dengan harapan produk perikanan dan kelautan bisa diterima oleh pelaku pasar. Seperti yang diketahui telah terjalin kerja sama antara beberapa mitra usaha dalam rangkan menampung hasil produk perikanan dan kelautan. 18. Sinkronisasi perencanaan 1 kali Kegiatan ini telah dilaksanakan sebelum masuknya konsultan kedalam proyek atau bergabungnnya konsultan dengan Project Implementation Unit (PIU) Kota Ternate. Dalam kegiatan ini hadir beberapa narasumber yang berasal dari project management operation (PMO) jakarta dibawah naungan Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) 19. Pertemuan Tim Teknis 3 kali Pertemuan dimulai dengan kata sambutan oleh kepala dinas keluatan dan perikanan kota ternate Bpk. Rusli Bian, M.Si. dalam kata sambutan tersebut, kepala dinas yang selaku ketua PIU (Project Implemetation Unit) menekankan kepada semua pihak agar benar-benar melaksanakan kegiatan CCDP-IFAD ini dengan sungguh-sungguh. Karena kegiatan ini sangat membantu kelompokkelompok nelayan miskin untuk meningkatkan tingkat kesejahtraan mereka. Untuk itu, semua pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut agar harus melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing secara maksimal guna mencapai tujuan akhir dari kegiatan ini. Selain menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan sabaik-baiknya, ketua PIU juga menekankan kepada LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 68 of 141

69 semua pihak agar cepat dan tanggap dalam menilai atau mengetahui apa yang menjadi keinginan kelompok. Sehingga proyek ini bukan hanya saja sebagai upaya menghambur-hamburkan uang semata, melaikan kita bias menghasilkan sesuatu dari proyek ini yang juga merupakan tujuan akhir dari proyek CCDP-IFAD. Agenda pertemuan tersebut untuk Menindak lanjuti beberapa rekomendasi penting (review proposal kelompok) dari pertemuan yang dilakukan oleh TIM PIU, konsultan, TPD dan Penyuluh pada tanggal 4 Oktober kemarin, maka pada tanngal 12 Oktober dilakukan pertemuan lanjutan TIM TEKNIS guna membahas proposal dari kelompok yang dimasukan oleh kelompok melalui TPD tersebut. Dalam pembahasan proposal tersebut, konsultan pemberdayaan dan pemasaran lebih menekankan pada besaran nilai swadaya yang harus ada dalam setiap kelompok yang mengusulkan/diusulkan untuk menjadi penerima bantuan langsung masyarakat (BLM). Ada beeberapa cacatan yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut, diantaranya ialah: Waktu sudah masuk akhir triwulan, sehingga semua kegiatan harus dipercepat Tahapan sudah masuk pencairan dana BLM, semua pihak yang terlibat harus lebih mempercepat proses pencairan dana BLM tersebut Pondok informasi harus segera mungkin untuk di bangun dalam tahun ini dan dibangun di 9 desa. Setiap proposal yang masuk harus menyertakan nilai swadaya minimal 20 % Dana BLM harus sudah cair di akhir bulan oktober atau maksimal minggu pertama bulan November. Pembukaan nomor rekening kelompok penerima dana BLM LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 69 of 141

70 20. BASELINE RIMS RIMS dilakukan di desa Sulamadaha yang merupakan desa target program Pelaksanaan RIMS dilakukan selama tiga hari, pada Tanggal 11 November sampai 13 November 2013 yang dibantu oleh penyuluh dan TPD. Sebelum melakukan RIMS, tim Konsultan telah melakukan penjelasan kepada TPD maupun Penyuluh untuk mengetahui cara-cara pengembilan data tersebut dan dilatih berulang kali sampai mereka dianggap mampu untuk melakukan sendiri. Responden RIMS di ditentukan berdasarkan nama-nama yang telah diberikan kepada masing-masing TPD dan Penyuluh yang diambil secara acak oleh konsultan dengan asumsi sudah mewakili semua kelompok yang menjadi target program tahun pertama. Proses wawancara yang dilakukan cukup mudah, karena TPD maupun Penyuluh mampu menguasai bahasa daerah setempat yang menjadi sasaran RISM tersebut, sehingga proses wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa daerah (Ternate). Ada dua bahan kuisioner yang dilakukan, yaitu survey impact dan tambahan RIMS. Secara umum, pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner survey impact mudah untuk dipahami para responden. Namun demikian ada juga beberapa responden yang kesulitan untuk menjawab point tertentu, misalnya umur anggota keluarga dan tanggal lahir anak. Oleh sebab itu, untuk mempermudah dan menghindari kesalahan pencatatan demografi rumah tangga, maka tim selalu meminta agar Kartu Keluarga diperlihatkan kepada kami bagi yang memiliki kartu keluarga sehingga lebih mudah untuk melakukan pengecekatan serta pencatatan data tersebut. 21. ANNUAL OUTCOME SURVEY Annual outcome survey (AOS) dilakukan di kota ternate di empat desa, dimana dua desa merupakan target (Sulamadaha dan Moti Kota) kegiatan tersebut dan dua lagi merupakan desa (Dorari Isa dan Taduma) pembanding yang mempunyai karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan desa yang merupakan LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 70 of 141

71 target dari kegiatan AOS tersebut. AOS mulai dilakukan pada tanggal 8 November 2013 di desa Sulamadaha yang merupakan desa target pada jam 9:00 wit sampai jam 15:00 wit yang dimapingi oleh konsultan, TPD dan penyuluh. Tanggal 9 November 2013 dilakukan di desa Dorari Isa yang merupakan desa pembanding dengan karakteritik yang tidak jauh berbeda dengan kota ternate yang juga di dampingi oleh Konsultan, TPD dan Penyuluh. Tanggal 11 November 2013 di desa Moti Kota yang merupakan desa Target dan tanggal 12 di desa Taduma yang menjadi desa pembanding ke dua. Kegitan ini dilakukan oleh pihak universitas Insitut Pertanian Bogor (IPB) yang terdiri dari tiga orang dalam melaksanakn kegiatan tersebut. Tim memulai dengan melakukan proses FGD atau diskusi kelompok dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar hasil tangkapan masyarakat setiap pergi melaut. Proses FGD juga bertujuan untuk melihat masalah yang sering dihadapai oleh kelompok (nelayan) dalam memasarkan hasil yang didapat. Selain itu, proses FGD juga bertujuan untuk mendalami permasalahan, keinginan dari tiap kelompok. 22. MARKET STUDY Secara umum distribusi pemasaran produk perikanan Kota Ternate tersebar hingga ke Bitung, Jakarta, Surabaya dan Makassar. Volume produk perikanan tertinggi secara kontinyu didistribusikan ke wilayah Jakarta sedangkan lainnya relatif besarannya dengan produk unggulan Kota Ternate yaitu Tuna, Tongkol dan Cakalang (TTC). Selain itu terdapat juga beberapa produk yakni ikan pelagis kecil, ikan dasar, ikan asap dan ikan asin. Untuk itu ada beberapa isu strategi dan aktualnya dalam rangka memproteksi hasil tangkapan produk perikanan Kota Ternate yaitu over fishing dan under fishing, kerusakan habitat, mutu hasil tangkapan, IUU fishing (Illegal, un-reported and un-regulated fishing), dan penjualan ikan di laut (Hasil Survei dari Universitas IPB, 2013). LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 71 of 141

72 Gambar Saluran Distribusi Pemasaran Produk Perikanan Kota Ternate Gambar Daerah Distribusi Pemasaran Produk Perikanan Kota Ternate 23. GENDER STUDY Kegiatan ini juga belum dilaksanakan di PIU kota ternate, namun kami akan tetap siap untuk menunggu tim atau mendampingi tim ini dalam melakukan aktifitas di Kota Ternate. Namun dalam setiap kegiatan yang dilakukan di desa target maupun sasaran, keterlibatan gender cukup besar. Selain untuk lebih memperbesar peran dari gender, hal ini juga dimaksudkan untuk lebih memberikan ruang yang besar untuk kaum perempuan dan terlibat katif dalam kegiatan. LAPORAN AKHIR KEGIATAN CCDP-IFAD TAHUN 2013 Page 72 of 141

PENYAMPAIAN PROGRESS KEGIATAN PROGRAM CCD-IFAD KOTA TERNATE TAHUN 2013

PENYAMPAIAN PROGRESS KEGIATAN PROGRAM CCD-IFAD KOTA TERNATE TAHUN 2013 PENYAMPAIAN PROGRESS KEGIATAN PROGRAM CCD-IFAD KOTA TERNATE TAHUN 2013 PIU-CCDP IFAD Kota Ternate Disampaikan Pada Acara : Sinkronisasi Perencanaan dan Review Kegiatan Proyek PMP CCD-IFAD Jakarta, 17 20

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 40 V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Kondisi Fisik Geografis Wilayah Kota Ternate memiliki luas wilayah 5795,4 Km 2 terdiri dari luas Perairan 5.544,55 Km 2 atau 95,7 % dan Daratan 250,85 Km 2 atau

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA 4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Tobelo 4.1.1 Kondisi kewilayahan Kecamatan Tobelo 1) Letak geografis Kabupaten Halmahera Utara terletak pada posisi koordinat 0 o 40

Lebih terperinci

REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN

REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN REALISASI KEGIATAN CCDP-IFAD PIU YAPEN TAHUN 2013 DAN RENCANA KEGIATAN TAHUN 2014 OLEH WILLIAM MANOBI SEKERTARIS PIU YAPEN Realisasi Dana PIU YAPEN Sampai Dengan Bulan November sebanyak 68 % (Sisa 32%)

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT 4.1 Wilayah Kabupaten Lampung Barat dengan Ibukota Liwa terbentuk pada tanggal 24 September 1991 berdasarkan Undang-undang Nomor 06 tahun 1991. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Geografis merupakan wilayah kepulauan yang terletak di pesisir Barat Pulau Halmahera dan merupakan bagian dari wilayah Provinsi Maluku Utara. Luas wilayah adalah

Lebih terperinci

- 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 3 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PERATURAN WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN INFRASTRUKTUR CCDP-IFAD KELURAHAN PESISIR KOTA PAREPARE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

COASTAL COMMUNITY DEVELOPMENT PROGRAM- INTERNATIONAL FUND FOR AGRICULTURAL DEVELOPMENT (CCDP-IFAD) DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA TERNATE

COASTAL COMMUNITY DEVELOPMENT PROGRAM- INTERNATIONAL FUND FOR AGRICULTURAL DEVELOPMENT (CCDP-IFAD) DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KOTA TERNATE Rancangan Perencanaan Pembangunan Kelurahan Mado Kecamatan Pulau Hiri Selama 3 (tiga) Tahun Berbasis Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Program Pengelolaan Sumber Daya Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO

PROFIL KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO PROFIL KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO Perjalanan panjang dalam kurun waktu 45 tahun sejak aspirasi pembentukan Kabupaten Daerah Swatantra Tingkat II Kepulauan Siau Tagulandang dicetuskan pada

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN DI PULAU-PULAU KECIL PROVINSI MALUKU UTARA

PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN DI PULAU-PULAU KECIL PROVINSI MALUKU UTARA 1 PENGEMBANGAN KOMODITAS UNGGULAN PERIKANAN DI PULAU-PULAU KECIL PROVINSI MALUKU UTARA Chairullah Amin, S.E., M.Si. Fakultas Ekonomi, Universitas Khairun Ternate Anggota Peneliti JiKTI Provinsi Maluku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam 10 tahun terakhir, jumlah kebutuhan ikan di pasar dunia semakin meningkat, untuk konsumsi dibutuhkan 119,6 juta ton/tahun. Jumlah tersebut hanya sekitar 40 %

Lebih terperinci

PERENCANAAN DESA TAHUN 2015

PERENCANAAN DESA TAHUN 2015 PERENCANAAN DESA TAHUN 2015 CCDP-IFAD KUBU RAYA PERENCANAAN DESA SASARAN CCDP-IFAD TAHUN 2013-2014 KABUPATEN KUBU RAYA, KALIMANTAN BARAT Potensi sumberdaya pesisir yang sedemikian besar seharusnya dimanfaatkan

Lebih terperinci

GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA

GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA GEOMORFOLOGI BALI DAN NUSA TENGGARA PULAU BALI 1. Letak Geografis, Batas Administrasi, dan Luas Wilayah Secara geografis Provinsi Bali terletak pada 8 3'40" - 8 50'48" Lintang Selatan dan 114 25'53" -

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK

KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI. Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK KARAKTERISTIK PANTAI GUGUSAN PULAU PARI Hadiwijaya L. Salim dan Ahmad *) ABSTRAK Penelitian tentang karakter morfologi pantai pulau-pulau kecil dalam suatu unit gugusan Pulau Pari telah dilakukan pada

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.50/MEN/2011 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

Katalog BPS

Katalog BPS Katalog BPS 1403.8271.012 Kecamatan Pulau Batang Dua Dalam Angka 2012 PULAU BATANG DUA DALAM ANGKA 2012 Nomor Katalog : 1403.8271.012 Nomor Publikasi : 8271.000 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki ± 18.110 pulau dengan garis pantai sepanjang 108.000 km, serta

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas keseluruhan sekitar ± 5,18 juta km 2, dari luasan tersebut dimana luas daratannya sekitar ± 1,9 juta

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Sejarah Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota dari Provinsi Lampung. Provinsi Lampung pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN ALAK KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN ALAK KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN ALAK KECAMATAN ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Sejak terbentuknya Provinsi Nusa Tenggara Timur pada 20 Desember 1958

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT di Bumi ini tiada lain untuk kesejahteraan umat manusia dan segenap makhluk hidup. Allah Berfirman dalam Al-Qur an Surat An-Nahl, ayat 14 yang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

Jumlah Desa Bukan Pesisir Jumlah 250, Sumber : BPS Kota Ternate (2010) Luas Daratan Jumlah. Kecamatan 65,88.

Jumlah Desa Bukan Pesisir Jumlah 250, Sumber : BPS Kota Ternate (2010) Luas Daratan Jumlah. Kecamatan 65,88. 65 GAMBARAN UMUM KOTA TERNATE Letak Geografis dan Batas Administratif Lokasi penelitian berada di Kota Ternate, Provinsi Maluku Utara dengan letak geografis pada 0-2 Lintang Utara dan 126-128 Bujur Timur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam. pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor yang memiliki peranan yang cukup besar dalam pembangunan perekonomian nasional adalah sektor pariwisata. Dunia pariwisata Indonesia sempat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 21 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Umum Fisik Wilayah Geomorfologi Wilayah pesisir Kabupaten Karawang sebagian besar daratannya terdiri dari dataran aluvial yang terbentuk karena banyaknya sungai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang

Lebih terperinci

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG

DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG 1. PENGELOLAAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT (DPL) 1. Menjaga dan memperbaiki kualitas ekosistem terumbu karang dan habitat yang berhubungan

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi Secara geografis Kabupaten Halmahera Utara terletak antara 127 O 17 BT - 129 O 08 BT dan antara 1 O 57 LU - 3 O 00 LS. Kabupaten

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari 17.000 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km atau dua kali keliling bumi melalui khatulistiwa.

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PELALAWAN BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempercepat proses pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya upaya

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PELALAWAN BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempercepat proses pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemekaran wilayah pada dasarnya salah satu upaya untuk mempercepat proses pelaksanaan pembangunan dan hasil-hasilnya upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada pertemuan 3 (tiga) lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Pada daerah pertemuan

Lebih terperinci

REVIEW KEGIATAN PIU CCD IFAD KOTA KUPANG 2013 DAN PERENCANAAN ROBBY ADAM, S.St.Pi SEKRETARIS PIU Jakarta, 17 November 2013

REVIEW KEGIATAN PIU CCD IFAD KOTA KUPANG 2013 DAN PERENCANAAN ROBBY ADAM, S.St.Pi SEKRETARIS PIU Jakarta, 17 November 2013 REVIEW KEGIATAN PIU CCD IFAD KOTA KUPANG 2013 DAN PERENCANAAN 2014 ROBBY ADAM, S.St.Pi SEKRETARIS PIU Jakarta, 17 November 2013 1 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 2 5 PRIORITAS

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. luas, yang mengkaji sifat-sifat dan organisasi di permukaan bumi dan di dalam

BAB I. PENDAHULUAN. luas, yang mengkaji sifat-sifat dan organisasi di permukaan bumi dan di dalam 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Geografi sebagai salah satu disiplin ilmu mempunyai cakupan sangat luas, yang mengkaji sifat-sifat dan organisasi di permukaan bumi dan di dalam ruang, dengan pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 8 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4. Keadaan Wilayah Kepulauan Seribu merupakan sebuah gugusan pulaupulau kecil yang terbentang dari teluk Jakarta sampai dengan Pulau Sibera. Luas total Kabupaten

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tual adalah salah satu kota kepulauan yang ada di Provinsi Maluku dengan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang cukup melimpah serta potensi pariwisata yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara geografis terletak pada 104 0 50 sampai 109 0 30 Bujur Timur dan 0 0 50 sampai 4 0 10 Lintang

Lebih terperinci

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNBAUN SABU KEC. ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR

INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNBAUN SABU KEC. ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR INVENTORY SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR KELURAHAN NUNBAUN SABU KEC. ALAK KOTA KUPANG - NUSA TENGGARA TIMUR I. PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Dari sisi geografis Kota Kupang memiliki luas 260,127 km² atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang terletak 6 55-7 6 LS dan 110 15-110 31 BT, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut : sebelah utara : Laut Jawa sebelah selatan : Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan kawasan Pesisir dan Laut Kabupaten Maluku Tenggara sebagai satu kesatuan wilayah akan memberikan peluang dalam keterpaduan perencanaan serta pengembangan

Lebih terperinci

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM 69 4. DESKRIPSI SISTEM SOSIAL EKOLOGI KAWASAN PENELITIAN 4.1 Kondisi Ekologi Lokasi studi dilakukan pada pesisir Ratatotok terletak di pantai selatan Sulawesi Utara yang termasuk dalam wilayah administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan akses terhadap sanitasi layak perkotaan dimana didalamnya setiap

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Buru Selatan Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN

Memorandum Program Sanitasi (MPS) Kabupaten Buru Selatan Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Seram Bagian Timur memiliki luas wilayah 20.656.894 Km 2 terdiri dari luas lautan 14,877.771 Km 2 dan daratan 5,779.123 Km 2. Dengan luas

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar 1.1. Latar Belakang Makassar merupakan kota yang strategis dimana terletak ditengah-tengah wilayah Republik Indonesia atau sebagai Center Point of Indonesia. Hal ini mendukung posisi Makassar sebagai barometer

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)

Lebih terperinci

WALIKOTA TERNATE PERATURAN WALIKOTA TERNATE NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KOTA TERNATE TAHUN

WALIKOTA TERNATE PERATURAN WALIKOTA TERNATE NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KOTA TERNATE TAHUN WALIKOTA TERNATE PERATURAN WALIKOTA TERNATE NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KOTA TERNATE TAHUN 2011 2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA TERNATE TAHUN 2010 WALIKOTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI. Administrasi KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI Administrasi Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Sukabumi dibagi ke dalam 45 kecamatan, 345 desa dan tiga kelurahan. Ibukota Kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

Memorandum Program Sanitasi Tidore Kepulauan

Memorandum Program Sanitasi Tidore Kepulauan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sumberdaya perikanan di Indonesia cukup besar, baik sumberdaya perikanan tangkap maupun budidaya. Sumberdaya perikanan tersebut merupakan salah satu aset nasional

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Sejarah Kota Bekasi Berdasarkan Undang-Undang No 14 Tahun 1950, terbentuk Kabupaten Bekasi. Kabupaten bekasi mempunyai 4 kawedanan, 13 kecamatan, dan 95 desa.

Lebih terperinci

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN A. Visi Visi yang telah ditetapkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pelalawan adalah Menjadi Fasilitator dan Penggerak Ekonomi Masyarakat Perikanan

Lebih terperinci

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR Oleh : FRANSISKUS LAKA L2D 301 323 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian Sejarah Desa Bale Luas, Batas dan Topografi Wilayah

BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian Sejarah Desa Bale Luas, Batas dan Topografi Wilayah BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian 4.1.1 Sejarah Desa Bale Desa Bale terletak diwilayah timur Indonesia tepatnya di wilayah Maluku Utara. Pada tahun 1800an kesultanan ternate berkunjung

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 2.1 Geografis dan Administratif Sebagai salah satu wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kendal memiliki karakteristik daerah yang cukup

Lebih terperinci

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR

KELURAHAN BAROMBONG KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat, Taufik dan Hidayah-Nya hingga Laporan Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu (Integrated Coatal Managemen-ICM)

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Bangun Rejo merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan Bangun Rejo merupakan pemekaran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KOTA TERNATE TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KOTA TERNATE TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KOTA TERNATE TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TERNATE, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.63/MEN/2009 TENTANG PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NASIONAL KEPULAUAN ARU BAGIAN TENGGARA DAN LAUT DI SEKITARNYA DI PROVINSI

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM Jaringan jalan merupakan salah satu prasarana untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Berlangsungnya kegiatan perekonomian

Lebih terperinci

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI

GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI GUBERNUR BALI GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBERDAYA ALAM INDONESIA SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI BALI PROGRES IMPLEMENTASI 4 FOKUS AREA RENCANA AKSI GUBERNUR BALI 1 KONDISI GEOGRAFIS DAN WILAYAH ADMINISTRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Welly Yulianti, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki luas sekitar enam juta mil persegi, 2/3 diantaranya berupa laut, dan 1/3 wilayahnya berupa daratan. Negara

Lebih terperinci