BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL KATA PENGANTAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL KATA PENGANTAR"

Transkripsi

1 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, LAKIP BATAN tahun 2012 telah kami selesaikan sesuai jadwal yang telah ditetapkan oleh Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Pada tahun 2012, BATAN memasuki tahun ketiga dari periode Renstra BATAN , BATAN mempunyai tugas melakukan pengembangan iptek nuklir untuk kesejahteraan masyarakat. Tugas ini harus dilaksanakan dengan penuh kesungguhan, kreatif, inovatif, efektif, efisien, dan akuntabel. Sejalan dengan itu, diperlukan komitmen dari seluruh Pimpinan BATAN beserta seluruh jajarannya untuk melaksanakan program dan kegiatan litbang iptek nuklir agar sasaran strategis dan target kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan dapat dicapai secara optimal. Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kinerja BATAN selama tahun 2012, BATAN menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) sesuai Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang diterbitkan pada tanggal 31 Desember Penyusunan LAKIP BATAN tahun 2012 telah didukung dengan sistem pengelolaan data kinerja di lingkungan BATAN yang berbasis web, dengan menggunakan Sistem Informasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SIAKIP), sedangkan pengelolaan keuangan didukung dengan Sistem Akuntansi Instansi (SAI). Dalam LAKIP tersebut juga diuraikan realisasi kinerja BATAN tahun 2012 dibandingkan dengan Penetapan Kinerja BATAN tahun Hasil pembandingan tersebut menunjukkan bahwa rata-rata capaian kinerja BATAN atas 14 indikator kinerja utama dari 5 sasaran strategis memuaskan. Disamping itu diuraikan hasil capaian reformasi birokrasi dan keberhasilan BATAN lainnya. Namun demikian, masih terdapat beberapa indikator kinerja utama yang belum mencapai target dan perlu mendapat perhatian. LAKIP BATAN Tahun 2012 juga menginformasikan perbandingan antara realisasi capaian kinerja tahun 2011 dengan realisasi capaian kinerja 2012 serta target di akhir periode Renstra tahun LAKIP BATAN tahun 2012 ditujukan sebagai bahan untuk mengevaluasi kinerja organisasi selama satu tahun agar dapat meningkatkan kinerja di tahun berikutnya, baik dari aspek i

2 perencanaan, pengorganisasian, manajemen keuangan maupun koordinasi pelaksanaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dalam mendukung terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance) di lingkungan BATAN. Jakarta, Maret 2013 Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional, Prof. Dr. Djarot Sulistio Wisnubroto ii

3 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar isi i iii IKHTISAR EKSEKUTIF (EXECUTIVE SUMMARY) v BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kedudukan, Tugas Pokok Struktur Organisasi 2 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Perencanaan Kinerja Visi Misi Tujuan dan Sasaran Strategis Indikator Kinerja Arah Kebijakan Penetapan Kinerja 9 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Pengukuran Kinerja Evaluasi dan Analisis Kinerja Pencapaian target kinerja terhadap tujuan dan sasaran Realisasi pencapaian Indikator Kinerja Utama Capaian Indikator Kinerja s/d Tahun Berjalan dengan Rencana 5 76 Tahun Keberhasilan BATAN Lainnya 81 a Capaian Reformasi Birokrasi 81 b Capaian Layanan Iptek Nuklir 82 c Pembentukan Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) 88 iii

4 3.3. Evaluasi Program Analisis Akuntabilitas Keuangan 90 BAB IV PENUTUP 92 Lampiran 1. Rencana Kinerja Tahunan BATAN 2012 L-1 2. Penetapan Kinerja BATAN 2012 L-2 3. Pengukuran Kinerja BATAN 2012 L-4 4. SK Pelepasan a. Varietas Padi Inpari Mugibat L-6 b. Varietas Padi Suluttan Unsrat 1 L-9 c. Varietas Padi Suluttan Unsrat 2 L Berita Acara Pelepasan Varietas Kedelai L Daftar Publikasi Ilmiah Nasional & Internasional Tahun 2012 L Data dan Status Paten BATAN pada Ditjen HKI L Penghargaan Karya Inovasi 2012 dari Menteri Negara Riset dan Teknologi L Daftar Kerja Sama Dalam Negeri & Luar Negeri L-44 iv

5 IKHTISAR EKSEKUTIF (EXECUTIVE SUMMARY) Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BATAN tahun 2012 ini merupakan tahun ketiga dari periode Renstra BATAN yang menyajikan pencapaian kinerja jangka pendek dan menengah dan informasi akuntabilitas kinerja selama tahun BATAN sebagai lembaga litbang, mendapat tugas melakukan pengembangan iptek nuklir untuk kesejahteraan masyarakat. Di tahun 2012 BATAN telah melaksanakan seluruh program dan kegiatan yang menjadi komitmennya untuk melaksanakan kegiatan litbang iptek nuklir. LAKIP merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja kepada Presiden. LAKIP juga berfungsi sebagai sumber informasi untuk perbaikan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan serta dapat memenuhi kebutuhan pengguna. Rencana Strategis (Renstra) BATAN Tahun mengalami perubahan yaitu dengan memperbaiki rumusan tujuan, sasaran, dan indikator kinerja utama, Renstra perubahan tersebut telah ditetapkan dengan Perka BATAN Nomor 202/KA/X/2012 pada tanggal pada tanggal 30 Oktober Sesuai dengan Renstra BATAN Tahun Rev.2, Tujuan strategis BATAN adalah : 1. Meningkatnya kemampuan litbang energi nuklir, isotop dan radiasi yang dibutuhkan masyarakat; 2. Meningkatnya pemanfaatan hasil litbang energi nuklir, isotop dan radiasi; 3. Meningkatnya sistem manajemen kelembagaan litbang untuk memacu inovasi iptek nuklir dalam rangka mendukung penelitian, pengembangan dan penerapan energi nuklir, isotop dan radiasi. Untuk mendukung tercapainya tujuan strategis, BATAN menetapkan 5 (lima) sasaran strategis sebagai berikut: 1. Meningkatnya hasil penelitian dasar dan terapan isotop dan radiasi yang siap dimanfaatkan di masyarakat, dengan indikator kinerja utama: Jumlah varietas unggul tanaman pangan untuk menunjang ketahanan pangan nasional (padi, kedelai, kacang hijau, gandum dan sorgum) Jumlah dokumen teknis peyiapan infrastruktur, tapak PLTN dan penyusunan spesifikasi teknis yang siap dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan Jumlah paket teknologi hasil litbangyasa energi nuklir, isotop dan radiasi yang siap dimanfaatkan masyarakat Jumlah prototipe hasil litbangyasa energi nuklir, isotop dan radiasi yang siap dimanfaatkan v

6 masyarakat Jumlah PI (publikasi ilmiah) nasional dan internasional hasil litbangyasa energi, isotop dan radiasi yang dapat diacu oleh masyarakat ilmiah 2. Meningkatnya pemanfaatan hasil litbang energi nuklir, isotop dan radiasi, dengan indikator kinerja utama: Persentase peningkatan penerimaan masyarakat terhadap iptek nuklir di Indonesia. Jumlah mitra komersial yang menerapkan hasil litbangyasa iptek nuklir Jumlah jenis hasil litbangyasa iptek nuklir yang dikomersilkan 3. Terserapnya lulusan pendidikan teknik nuklir di sektor industri, dengan indikator kinerja utama: Persentase serapan lulusan pendidikan teknik nuklir di industri 4. Meningkatnya kualitas sumber daya di bidang iptek nuklir, dengan indikator kinerja utama: Jumlah SDM yang diterima mengikuti pendidikan iptek nuklir jenjang S2/S3 menuju kepakaran Jumlah pegawai BATAN yang lulus S2 dan S3 menuju kepakaran bidang iptek nuklir Jumlah Standar Nasional Indonesia (SNI) yang ditetapkan BSN 5. Meningkatnya kinerja manajemen kelembagaan litbang menuju tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), dengan indikator kinerja utama: Hasil penilaian kinerja keuangan dalam opini WTP Hasil Penilaian LAKIP dengan predikat Baik Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, pada bulan Maret tahun 2012 BATAN berjanji akan mewujudkan target kinerja tahunan yang telah ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja tahun Pengukuran tingkat capaian kinerja tahun 2012 dilakukan dengan membandingkan antara realisasi dengan target masing-masing indikator kinerja sasaran. Tingkat capaian kinerja BATAN tahun 2012 berdasarkan hasil pengukurannya dapat dilihat dalam tabel berikut. vi

7 PENGUKURAN KINERJA Lembaga : Badan Tenaga Nuklir Nasional Tahun Anggaran : 2012 Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi % Program 1. Meningkatnya hasil penelitian dasar dan terapan isotop dan radiasi yang siap dimanfaatkan di masyarakat. Jumlah varietas unggul tanaman pangan untuk menunjang ketahanan pangan nasional (padi, kedelai, kacang hijau, gandum tropikal dan sorgum). Jumlah dokumen teknis penyiapan infrastruktur, tapak PLTN dan penyusunan spesifikasi teknis yang siap dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan. 5 Varietas 5 Varietas Penelitian Pengembangan dan Penerapan Energi Nuklir, Isotop dan Radiasi 3 Dokumen 3 Dokumen 100 Anggaran % Pagu Realisasi 657,788, ,119, Meningkatnya pemanfaatan hasil litbang energi Jumlah paket teknologi hasil litbangyasa energi nuklir, isotop dan radiasi yang siap dimanfaatkan masyarakat. Jumlah prototipe hasil litbangyasa energi nuklir, isotop dan radiasi yang siap dimanfaatkan masyarakat. Jumlah PI (publikasi ilmiah) nasional dan internasional hasil litbangyasa energi, isotop dan radiasi yang dapat diacu oleh masyarakat ilmiah. Persentase peningkatan penerimaan masyarakat terhadap iptek nuklir di Indonesia. 6 Paket Teknologi 6 Paket Teknologi Prototipe 5 Prototipe PI Nasional, 8 PI Internasional 257 PI Nasional, 30 PI Internasional 363,30 62% 52,93% 85,37 vii

8 Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi % Program nuklir, isotop dan radiasi. 3. Terserapnya lulusan pendidikan teknik nuklir di sektor industri. 4. Meningkatnya kualitas sumber daya di bidang iptek nuklir. 5. Meningkatnya kinerja manajemen kelembagaan litbang menuju tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Jumlah mitra komersial yang menerapkan hasil litbangyasa iptek nuklir Jumlah jenis hasil litbangyasa iptek nuklir yang dikomersilkan Persentase serapan lulusan pendidikan teknik nuklir di industri Jumlah SDM yang diterima mengikuti pendidikan iptek nuklir jenjang S2/S3 menuju kepakaran Jumlah pegawai BATAN yang lulus S2 dan S3 menuju kepakaran bidang iptek nuklir Jumlah Standar Nasional Indonesia (SNI) yang ditetapkan BSN Hasil penilaian kinerja keuangan dalam opini WTP Hasil Penilaian LAKIP dengan predikat Baik 3 Mitra 7 Mitra Jenis 2 Jenis % 93,80% 126,67 2. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BATAN 10 Orang 8 Orang 80 8 Orang 11 Orang 137,50 3 SNI 5 SNI 166,67 WTP WTP 100 B B 100 Anggaran % Pagu Realisasi 114,002, ,968,038 94,71 viii

9 Berdasarkan hasil pengukuran kinerja dapat dikatakan bahwa tujuan dan sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam Renstra BATAN Rev.2 berhasil dicapai dengan memuaskan. Dari 14 indikator kinerja utama (IKU) di tahun 2012, 12 IKU tercapai, dan masih ada 2 (dua) IKU yang belum mencapai target, yaitu: 1. Persentase penerimaan masyarakat terhadap iptek nuklir di Indonesia seperti yang ditargetkan dalam Renstra BATAN Rev.2 pada tahun 2014 sebesar 66%. Sampai dengan tahun 2012 telah mencapai 52,93%, walaupun capaian ini belum sesuai dengan target 2012 (62%) namun bila dibandingkan dengan capaian tahun 2011 (49,5%) terjadi kenaikan. Target 66% pada tahun 2014 dapat tercapai bila didukung sumberdaya yang memadai, stakeholder lebih berperan dan kebijakan pemerintah yang lebih konkrit dalam upaya memutuskan status pemanfaatan PLTN sebagai energy mix sertaan energi nasional. 2. Jumlah SDM yang diterima mengikuti pendidikan iptek nuklir jenjang S2/S3 menuju kepakaran dengan target 10 pegawai hanya terealisasi sebesar 8 orang atau 80% yang berasal dari dana DIPA BATAN, Ketidakberhasilan pencapaian target disebabkan pada tahun 2012 ini Kementerian Riset dan Teknologi membuka kuota program pendidikan S2 dalam negeri yang cukup besar sehingga banyak calon PTB (pegawai tugas belajar) BATAN yang memilih program beasiswa Kemenristek. Selain itu terdapat 2 calon PTB yang telah lulus seleksi Pusdiklat BATAN tetapi baru diterima di Perguruan Tinggi pada akhir tahun 2012 ini sehingga belum dimasukan, dan 2 calon PTB lainnya tidak diterima di Perguruan Tinggi tujuannya. Adapun 18 pegawai lainnya mendapatkan beasiswa ikatan dinas dengan pendanaan di luar DIPA BATAN, yang berasal dari Kementerian Riset dan Teknologi RI (13 orang), Bappenas (1 orang), dan sponsor luar negeri (4 orang), sehingga total seluruh PTB berjumlah 26 orang. Pencapaian tujuan dan sasaran strategis BATAN, didukung pula oleh prestasi BATAN lainnya, yaitu: 1. Reformasi Birokrasi Pada tahun 2012, Reformasi Birokrasi di BATAN sudah pada tahap implementasi yang dimulai dengan kegiatan sosialisasi dan internalisasi untuk membangun kesamaan persepsi, komitmen, konsistensi, serta keterlibatan pada seluruh tingkatan pegawai BATAN. 2. Layanan Iptek Nuklir Layanan BATAN adalah layanan yang diberikan oleh BATAN kepada masyarakat, baik perorangan maupun lembaga/instansi dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh BATAN yang berada di Jakarta (Kuningan dan Lebak Bulus), Serpong-Tangerang, Bandung, Yogyakarta. Jenis Pelayanan Publik Di BATAN, diantaranya: Layanan Pendidikan dan Pelatihan ix

10 Layanan Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi Layanan Pengolahan Limbah Layanan Iradiasi Layanan Sertifikasi Personel 3. Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) BATAN telah melakukan penilaian Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) kepada unit kerja setingkat Eselon II di BATAN yang memenuhi kriteria yang ditetapkan. Pembentukan WBK merupakan salah satu dari 11 Instruksi Presiden No.5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Sampai dengan tahun 2012, terdapat 15 Unit Kerja yang memperoleh predikat WBK dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala BATAN. Pencapaian tujuan dan sasaran strategis BATAN didukung oleh pagu anggaran BATAN tahun 2012 sebesar Rp 771,791,119,- dan terealisasi sebesar Rp 731,087,702,- atau 94,73%. Dari hasil evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerja, BATAN merumuskan beberapa langkah penting sebagai strategi pemecahan masalah yang akan dijadikan masukan atau sebagai bahan pertimbangan untuk merumuskan Rencana Kinerja Tahun 2013, yaitu sebagai berikut: 1. BATAN melaksanakan koordinasi mengenai jadwal dan persyaratan teknis pelepasan varietas dengan TP2V-Kementan, konsorsium gandum bersama Balai Penelitian Sereal (Balitsereal) Kementerian Pertanian, Fakultas Pertanian IPB, dan Balai Besar Biogen. 2. Sertifikasi produk hasil litbangyasa memerlukan beberapa persyaratan yang bersifat administratif industrial seperti SIUP dan lain-lain, sehingga diperlukan keterlibatan badan usaha lain. BATAN perlu membuka peluang kerjasama yang lebih intensif dan konstruktif dengan mitra pengguna atau produsen, sesuai peraturan yang berlaku, dalam rangka pemanfaatan produk/hasil litbangyasa iptek nuklir tersertifikasi pada masyarakat. 3. Rata-rata akurasi (konsistensi) atas rencana penarikan dana pada tahun 2012 sebesar 78,86%, hal tersebut memperlihatkan bahwa tingkat akurasi masih kurang. Oleh sebab itu, kedepannya diharapkan perencanaan penarikan dana BATAN harus lebih akurat dan presisi, sehingga realisasi penarikan dana bisa mendekati perencanaan awal. Hal ini pun menjadi bagian dari upaya BATAN dalam rangka penyempurnaan perencanaan sehingga target sasaran dan tujuan BATAN dapat tercapai melalui dukungan capaian semua kegiatan yang telah direncanakan. x

11 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Sesuai dengan target kinerja yang telah ditetapkan pada tahun 2012, BATAN berkewajiban untuk mencapai target-target tersebut sebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja instansi. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan maupun kegagalan organisasi dalam upaya pencapaian sasaran strategisnya dan juga sebagai bahan evaluasi akuntabilitas kinerja, maka diperlukan suatu gambaran tentang capaian-capaian kinerja tersebut. Di bawah ini diuraikan hasil capaian kinerja BATAN seperti capaian dari penetapan kinerja, kontrak kinerja Kepala BATAN dengan Presiden, capaian reformasi birokrasi dan keberhasilan BATAN lainnya Pengukuran Kinerja Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang bersih dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, pada tahun 2012 BATAN berkomitmen mewujudkan target kinerja tahunan seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja tahun Adapun Penetapan Kinerja BATAN tahun 2012 disajikan pada Tabel 2.2. Terdapat perbedaan rumusan sasaran dan indikator kinerja antara PK (Penetapan Kinerja) dan IKU (Indikator Kinerja Utama) dikarenakan: 1. PK Tahun 2012 telah ditetapkan pada bulan Maret tahun 2012; sedangkan 2. IKU hasil revisi baru ditetapkan pada bulan November 2012; IKU direvisi karena adanya penyempurnaan rumusan tujuan, sasaran, dan indikator kinerja sebagaimana hasil evaluasi atas LAKIP BATAN 2010 oleh Kementerian PAN dan RB. Sasaran dan Indikator Kinerja yang dipergunakan dalam pengukuran kinerja (LAKIP BATAN) tahun 2012 adalah sasaran dan indikator kinerja yang terdapat pada IKU tahun Pengukuran tingkat capaian kinerja tahun 2012 dilakukan dengan membandingkan antara realisasi dengan target masing-masing indikator kinerja sasaran. Tingkat capaian kinerja BATAN tahun 2012 berdasarkan hasil pengukurannya dapat dilihat dalam tabel

12 Tabel Pengukuran Kinerja Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % 1. Meningkatnya hasil penelitian dasar dan terapan isotop dan radiasi yang siap dimanfaatkan di masyarakat. 2. Meningkatnya pemanfaatan hasil litbang energi nuklir, isotop dan radiasi 3. Terserapnya lulusan pendidikan teknik nuklir di sektor industri. 4. Meningkatnya kualitas sumber daya di bidang iptek nuklir. Jumlah varietas unggul tanaman pangan untuk menunjang ketahanan pangan nasional (padi, kedelai, kacang hijau, gandum tropikal dan sorgum). Jumlah dokumen teknis peyiapan infrastruktur, tapak PLTN dan penyusunan spesifikasi teknis yang siap dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan. Jumlah paket teknologi hasil litbangyasa energi nuklir, isotop dan radiasi yang siap dimanfaatkan masyarakat. Jumlah prototipe hasil litbangyasa energi nuklir, isotop dan radiasi yang siap dimanfaatkan masyarakat. Jumlah PI (publikasi ilmiah) nasional dan internasional hasil litbangyasa energi, isotop dan radiasi yang dapat diacu oleh masyarakat ilmiah. Persentase peningkatan penerimaan masyarakat terhadap iptek nuklir di Indonesia. Jumlah mitra komersial yang menerapkan hasil litbangyasa iptek nuklir Jumlah jenis hasil litbangyasa iptek nuklir yang dikomersilkan Persentase serapan lulusan pendidikan teknik nuklir di industri Jumlah SDM yang diterima mengikuti pendidikan iptek nuklir jenjang S-2/S-3 menuju kepakaran 5 varietas 5 Varietas Dokumen 3 Dokumen Paket Teknologi 6 Paket Teknologi Prototipe 5 Prototipe PI Nasional, 8 PI Internasional 257 PI Nasional, 30 PI Internasional 363,30 62 % 52,93% 85,37 3 Mitra 7 Mitra Jenis 2 Jenis % 93,8% Orang 8 Orang 80 14

13 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi % 5. Meningkatnya kinerja manajemen kelembagaan litbang menuju tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Jumlah pegawai BATAN yang lulus S2 dan S3 menuju kepakaran bidang iptek nuklir Jumlah Standar Nasional Indonesia (SNI) yang ditetapkan BSN Hasil penilaian kinerja keuangan dalam opini WTP Hasil Penilaian LAKIP dengan predikat Baik *) Tabel Pengukuran Kinerja selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran Evaluasi dan Analisis Kinerja Pencapaian target kinerja terhadap tujuan dan sasaran 8 Orang 11 Orang 137,50 3 SNI 5 SNI 166,67 WTP WTP 100 B B 100 Pengukuran dan penilaian capaian kinerja BATAN 2012 telah didukung dengan sistem pengelolaan data kinerja yang dapat diandalkan yang berisi database rencana dan realisasi kinerja. Sistem Informasi Aplikasi Akuntabilitas Instansi Pemerintah (SIAKIP) diterapkan pada seluruh unit kerja di lingkungan BATAN. Dari tabel 3.1. pengukuran kinerja di atas, didapat hasil rata-rata capaian kinerja terhadap tujuan dan sasaran strategis sebagai berikut. Tabel 3.2. Rata-rata capaian kinerja per Sasaran Strategis Tujuan 1. Meningkatnya kemampuan litbang energi nuklir, isotop dan radiasi yang dibutuhkan masyarakat 2. Meningkatnya pemanfaatan hasil litbang energi nuklir, isotop dan radiasi 3. Meningkatnya sistem manajemen kelembagaan litbang untuk memacu inovasi iptek nuklir dalam rangka Sasaran Strategis 1. Meningkatnya hasil penelitian dasar dan terapan isotop dan radiasi yang siap dimanfaatkan di masyarakat 2. Meningkatnya pemanfaatan hasil litbang energi nuklir, isotop dan radiasi 3. Terserapnya lulusan pendidikan teknik nuklir di sektor industri 4. Meningkatnya kualitas sumber daya di bidang iptek nuklir Rata-rata capaian kinerja 152,66% 120,12% 126,67% 128,06% 15

14 Tujuan mendukung penelitian, pengembangan dan penerapan energi nuklir, isotop dan radiasi Sasaran Strategis 5. Meningkatnya kinerja manajemen kelembagaan litbang menuju tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) Rata-rata capaian kinerja 100% Rata-rata capaian kinerja 125,50% Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa tujuan dan sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam Renstra BATAN Rev.2 berhasil dicapai dengan memuaskan, dengan rata-rata capaian kinerja sebesar 125,50%. Terhadap hasil kinerja yang telah dicapai BATAN pada tahun 2012, baik yang tidak tercapai maupun yang melebihi target, BATAN akan melakukan evaluasi terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi hasil kinerja tersebut dan melakukan analisis secara komprehensif untuk melakukan langkah perbaikan yang konkrit Realisasi pencapaian Indikator Kinerja Utama Sasaran Strategis 1: MENINGKATNYA HASIL PENELITIAN DASAR DAN TERAPAN ISOTOP DAN RADIASI YANG SIAP DIMANFAATKAN DI MASYARAKAT Tabel 3.3. Pencapaian Target Kinerja atas Sasaran Strategis 1 Sasaran Strategis 1: Meningkatnya hasil penelitian dasar dan terapan isotop dan radiasi yang siap dimanfaatkan di masyarakat Indikator Kinerja Target Realisasi % Jumlah varietas unggul tanaman pangan untuk menunjang ketahanan pangan nasional (padi, kedelai, kacang hijau, gandum dan sorgum) Jumlah dokumen teknis peyiapan infrastruktur, tapak PLTN dan penyusunan spesifikasi teknis yang siap dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan Jumlah paket teknologi hasil litbangyasa energi nuklir, isotop dan radiasi yang siap dimanfaatkan masyarakat Jumlah prototipe hasil litbangyasa energi nuklir, isotop dan radiasi yang siap dimanfaatkan masyarakat 5 Varietas 5 Varietas Dokumen 3 Dokumen Paket Teknologi 6 Paket Teknologi Prototipe 5 Prototipe 100 Jumlah PI (publikasi ilmiah) nasional dan 71 PI Nasional, 257 PI Nasional, 363,30 16

15 Sasaran Strategis 1: Meningkatnya hasil penelitian dasar dan terapan isotop dan radiasi yang siap dimanfaatkan di masyarakat Indikator Kinerja Target Realisasi % internasional hasil litbangyasa energi, isotop dan radiasi yang dapat diacu oleh masyarakat ilmiah 8 PI Internasional 30 PI Internasional Evaluasi atas pencapai indikator kinerja utama terhadap sasaran strategis 1 adalah sebagai berikut: 1. Jumlah Varietas Unggul Tanaman Pangan Untuk Menunjang Ketahanan Pangan Nasional (Padi, Kedelai, Kacang Hijau, Gandum Tropikal dan Sorgum) Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 230 juta jiwa dan masih akan tetap tumbuh sekitar 1,49 persen per tahun maka ketersediaan pangan yang cukup sangatlah penting dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional. Kebutuhan yang besar jika tidak diimbangi peningkatan produksi pangan tentu akan menimbulkan masalah antara kebutuhan dan ketersediaan yang harus dipenuhi. BATAN berupaya melakukan perbaikan varietas tanaman pangan melalui pemuliaan mutasi dengan tujuan untuk mendapatkan varietas unggul yang mampu berproduksi tinggi, umur genjah dan tahan terhadap berbagai hama penyakit utama. BATAN telah mentargetkan di dalam dokumen Penetapan Kinerja tahun 2012 sejumlah 5 varietas. Adapun rincian capaian kinerja dijelaskan sebagai berikut. 1) Varietas Padi Varietas Inpari Mugibat Inpari Mugibat merupakan varietas unggul baru hasil konsorsium BATAN dengan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi dan Institut Pertanian Bogor pada tahun Varietas Inpari Mugibat telah lulus sebagai varietas unggul baru dalam sidang pelepasan varietas oleh TP2V- Kementan dan telah mendapatkan Surat Keputusan Pelepasan dari Menteri Pertanian No. 2419/Kpts/SR.120/7/2012 (Lampiran 4), dengan keunggulan sebagai berikut : 17

16 a. dibandingkan dengan varietas Ciherang: lebih tahan terhadap WBC biotipe 1, 2 dan 3; lebih tahan terhadap blas ras 133 dan 173; serta umur setara; b. dibandingkan dengan Inpari 1: produktivitas lebih tinggi; lebih tahan WBC biotipe 1, 2 dan 3; lebih tahan blas ras 033 dan 173; dan setara ketahanannya terhadap blas ras 133; serta umur setara; c. dibandingkan dengan Cimelati: produktivitas setara; lebih tahan terhadap WBC biotipe 1, 2, dan 3; lebih tahan terhadap blas ras 133; dan umur setara. Gb Varietas Mugibat Varietas Suluttan Unsrat 1 Varietas Suluttan Unsrat 1 merupakan varietas unggul baru berasal dari Galur Harapan OBS 1750 merupakan hasil kerjasama BATAN dengan Universitas Sam Ratulangi, Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Sulawesi Utara pada tahun Varietas Suluttan Unsrat 1 telah lulus sebagai varietas unggul baru dalam sidang pelepasan varietas oleh tim TP2V- Kementan dan telah mendapatkan Surat Keputusan Pelepasan dari Menteri Pertanian No. 2436/Kpts/SR.120/7/2012 (Lampiran 4), dengan keunggulan sebagai berikut: a. dibandingkan dengan Mira-1: produktivitas lebih tinggi 7,89%; rendemen beras giling setara; rendemen beras kepala lebih tinggi; beras patah lebih 18

17 rendah; ketahanan terhadap WBC biotipe 1 setara; lebih tahan terhadap WBC biotipe 2; dan ketahanan terhadap HDB strain III setara; b. dibandingkan dengan Super Win: produktivitas lebih tinggi 27,42%; umur lebih pendek 12 hari; postur tanaman lebih rendah 25 cm; bentuk tanaman lebih tegak; rendemen beras giling lebih tinggi; rendemen beras kepala lebih tinggi; beras patah lebih rendah; kadar amilosa setara; serta lebih tahan terhadap WBC biotipe 1 dan 2; c. dibandingkan dengan Ciherang: produktivitas lebih tinggi 12,58%; umur setara; tinggi tanaman setara; rendemen beras giling setara; rendemen beras kepala lebih tinggi; beras patah lebih rendah; lebih tahan terhadap WBC biotipe 2. Gambar 3.2.a. Galur Harapan OBS 1750 telah dilepas menjadi varietas Suluttan Unsrat 1 Gambar 3.2.b. Varietas Suluttan Unsrat 1 paska panen Varietas Suluttan Unsrat 2 Varietas Suluttan Unsrat 2 merupakan varietas unggul baru berasal dari Galur Harapan OBS 1750, merupakan hasil kerjasama BATAN dengan Universitas Sam Ratulangi dan Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara pada tahun Varietas Suluttan Unsrat 2 telah lulus sebagai varietas unggul baru dalam sidang pelepasan varietas oleh TP2V- Kementan dan telah mendapatkan Surat Keputusan Pelepasan dari Menteri Pertanian No. 2438/Kpts/SR.120/7/2012 (Lampiran 4), dengan keunggulan sebagai berikut: a. dibandingkan dengan Mira-1: produktivitas lebih tinggi 5,95%; rendemen beras giling setara; serta lebih tahan terhadap WBC biotipe 1 dan 2; b. dibandingkan dengan Super Win: produktivitas lebih tinggi 25,13%; umur lebih genjah 13 hari; postur tanaman lebih pendek dan lebih tegak; 19

18 rendemen beras giling lebih tinggi; kadar amilosa setara; dan lebih tahan terhadap WBC biotipe 1; c. dibandingkan dengan Ciherang: produktivitas lebih tinggi 10,56%; umur setara; tinggi tanaman setara; rendemen beras giling setara; rendemen beras kepala setara; serta lebih tahan terhadap WBC biotipe 1 dan 2. Gambar 3.3.a. Galur Harapan OBS 1759 telah dilepas menjadi varietas Suluttan Unsrat 2 Gambar 3.3.b. Varietas Suluttan Unsrat 2 paska panen 2) Varietas Kedelai Gamasugen 1 dan Gamasugen 2 Varietas kedelai Gamasugen 1 dan Gamasugen 2 sudah direkomendasikan untuk dilepas sebagai varietas kedelai unggul baru dalam sidang pelepasan varietas oleh TP2V-Kementan tanggal 3 Desember 2012, berdasarkan Berita Acara Sidang Pelepasan Varietas Tanaman Pangan No. 106/BBN.TP/12/12 (Lampiran 5). Keunggulan kedua varietas kedelai tersebut dibandingkan dengan varietas kedelai nasional sebagai pembanding (Tidar, Argomulyo, Grobogan dan Burangrang), yaitu: a. umur super genjah dibawah 70 hari (Gamasugen 1: 65 hari dan Gamasugen 2: 68 hari), varietas pembanding memiliki umur tanaman 85 hari; b. produksi rata-rata Gamasugen 1 adalah 2,42 Ton/Ha dan Gamasugen 2 adalah 2,41 Ton/Ha, dengan produksi rata-rata varietas pembanding 2,10 Ton/Ha; c. potensi produksi Gamasugen 1 mencapai 2,56 Ton/Ha dan Gamasugen 2 mencapai 2,55 Ton/Ha; d. lebih tahan terhadap penyakit karat daun (Phakopshora Pachyrhizi.Syd); e. lebih tahan terhadap penyakit bercak daun coklat (Cercospora); f. Gamasugen 1 dan Gamasugen 2 lebih tahan terhadap hama kutu hijau (Aphis Glycines Matsumura); g. lebih tahan terhadap hama penggerek pucuk (Melanagromyza Sojae); 20

19 h. lebih baik digunakan pada industri pangan seperti tahu dan tempe dengan rendemen 336,6% (Gamasugen 1) dan 370% (Gamasugen 2). Selain itu, kedua varietas tersebut juga mempunyai rendemen yang sama dengan kedelai impor dari USA; i. kandungan protein dan lemak lebih tinggi dibandingkan varietas pembanding; j. cocok ditanam dengan pola tanam padi-padi-kedelai, sehingga memanfaatkan lahan lebih optimal di akhir musim hujan. Gambar 3.4.a. Galur harapan varietas Gamasugen 1 dengan ciri bentuk daun agak membulat Gambar 3.4.b. Galur harapan varietas Gamasugen 2 dengan ciri bentuk daun melancip Dalam rangka menghasilkan varietas kedelai unggul baru tersebut, BATAN melaksanakan beberapa kerja sama antara lain yaitu: a. pengujian uji daya hasil multi lokasi dilakukan di Banjarnegara-Jateng pada musim hujan (MH) dan musim kemarau (MK), Temanggung-Jateng pada MK dan MH, Malang-Jatim pada MH dan MK, Citayam-Jabar pada MH dan MK, Indralaya-Sumsel pada MH dan MK, Pasaman-Sumbar pada MK, Purbalingga- Jateng pada MH dan MK, Banyumas-Jateng pada MH, dan Majalengka-Jabar pada MH; b. pengujian uji daya hasil multi lokasi bersama Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi)-Malang; c. pengujian uji daya hasil multi lokasi bersama Universitas Jenderal Soedirman Jawa Tengah. 21

20 Gambar 3.5.a. Varietas Gamasugen 1 pada uji multilokasi Gambar 3.5.b. Varietas Gamasugen 2 pada uji multilokasi 3) Varietas Kacang Hijau Gambar 3.6. Galur Harapan PsJ-S telah diusulkan dengan nama MURI Keunggulan calon varietas Kacang Hijau (PSJ S 31) dibandingkan varietas Gelatik (Induk) dan Varietas Perkutut (kontrol nasional), yaitu: a. Calon Varietas Kacang Hijau (PSJ S 31) BATAN mempunyai produktivitas yang lebih tinggi (2,48 Ton/Ha) dibandingkan varietas Gelatik (1,76 Ton/Ha) dan varietas Perkutut (1,90 Ton/Ha). b. Lebih tahan terhadap penyakit bercak daun disebabkan oleh jamur Cercospora. c. Mempunyai kandungan protein lebih tinggi (24,55 mg/100gr) dibandingkan dengan varietas Gelatik (21,84 mg/100gr) dan varietas Perkutut (20,80 mg/100gr). d. Kandungan Vitamin B1 calon varietas Kacang Hijau (PSJ S 31) lebih tinggi (0,90 mg/100gr) dibandingkan dengan varietas Gelatik (0,79 mg/100gr) dan varietas Perkutut (0,65mg/100 gr). 22

21 e. Kandungan nutrisi (P, Zn, Sn) calon varietas Kacang Hijau (PSJ S 31) lebih tinggi dibandingkan dengan varietas Gelatik dan varietas Perkutut. f. Calon varietas Kacang Hijau (PSJ S 31) BATAN toleran terhadap kekeringan. Pada tahun 2012 dilakukan pengujian terhadap calon varietas Kacang Hijau dan telah dipresentasikan di hadapan TP2V-Kementan. Dari hasil pengujian tersebut, dihasilkan rekomendasi terkait penambahan beberapa data baru seperti data daya tahan terhadap kekeringan. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji daya tahan terhadap kekeringan bagi galur PSJ S 31. Calon varietas kacang hijau sudah pernah digunakan/diuji coba/dimanfaatkan di daerah Yogyakarta, Malang, Mataram, dan Sulawesi Selatan. 4) Varietas Sorgum Sejak tahun 2010 BATAN telah mengusulkan 3 galur mutan sorgum yaitu B- 76, B-100 dan Zh-30 untuk dilepas menjadi varietas sorgum baru oleh Kementerian Pertanian. Ketiga galur tersebut memiliki keunggulan berproduksi tinggi dan sangat tahan terhadap kondisi kekeringan. Galur B-76 tergolong sebagai sorgum manis dengan kadar gula relatif tinggi yaitu 17,6% dan ideal untuk bahan baku pembuatan bioetanol. Galur B-100 memiliki produksi biomassa yang relatif tinggi dan ideal untuk pakan ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing dsb). Galur Zh-30 memiliki produktivitas biji tertinggi dengan kualitas biji dan tepung yang baik dan ideal untuk pangan. Pada tahun 2011, galur Zh-30 telah dilakukan pengajuan proposal pelepasan menjadi varietas sorgum baru dengan nama Pahat (singkatan Pangan Sehat). Selanjutnya, pada tahun 2012 dilakukan pengujian dan telah dipresentasikan di hadapan TP2V-Kementan. Untuk memenuhi pembaharuan persyaratan pelepasan varietas hasil pengujian di tahun 2012, maka diperlukan penambahan beberapa data baru seperti data daya tahan terhadap kekeringan. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji daya tahan terhadap kekeringan bagi galur Zh-30. Keunggulan calon varietas Pahat dibandingkan dengan varietas nasional, yaitu: a. Produksi biji rata-rata mencapai 5,7 Ton/Ha dan potensi produksi hasil mencapai 8 Ton/Ha. Tingkat produktivitas ini lebih tinggi dibandingkan 23

22 dengan varietas nasional (produksi rata-rata 4,2 Ton/Ha dan potensi hasil 6 Ton/Ha). b. Memiliki kandungan tanin yang rendah (0,011% polifenol) dibanding varietas nasional (kisaran antara 0,015-0,030% polifenol). c. Struktur fisik tanaman yang rendah dengan warna biji yang bening dan mudah rontok. Daerah pengujian/pemanfaatan galur harapan Zh-30 meliputi Banyuwangi, Boyolali, NTT, NTB, Lampung, Yogyakarta, dan Balikpapan. Hingga akhir tahun 2012, galur harapan Zh-30 telah dilakukan uji coba penelitian yang dilakukan oleh: a. PT. Multi Usaha Wisesa dalam pemanfaatan biji sorgum sebagai bahan industri pangan. b. Semeo Biotrop dalam pemanfaatan biji sorgum untuk aneka pangan. c. Riset Perkebunan Nusantara (RPN) dalam pemanfatan biji sorgum sebagai pangan alternatif. d. PT. Blue Energi dalam pemanfaatan biji dan batang sorgum sebagai bahan baku bioetanol. e. CV. Adas Wangi dalam pemanfaatan biji dan batang sorgum sebagai pakan ternak. 5) Varietas Gandum Hingga akhir tahun 2012, telah dilakukan uji multilokasi terhadap galurgalur mutan gandum bersama dengan konsorsium gandum nasional, yaitu galur mutan CPN-01, CPN-02, CBD-16, CBD-17, CBD-18, CBD-19, CBD-20, CBD-21, CBD- 23. Pada tahun 2013 akan dibuat proposal pelepasan varietas gandum yang melibatkan galur-galur mutan BATAN yang diajukan oleh konsorsium gandum nasional. Kegunaan varietas : a. Varietas gandum tropis dapat berkontribusi dalam program diversifikasi pangan yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan berbasis tepung terigu (mie, roti, dan lain-lain). b. Varietas gandum tropis dapat berperan dalam produksi tepung terigu sehingga mengurangi ketergantungan impor tepung terigu. c. Varietas gandum tropis dapat mendukung ekonomi rakyat dengan pengembangan gandum di tingkat petani pada agroekosistem yang cocok 24

23 Gambar 3.7.a. Uji multilokasi terhadap varietas gandum Gambar 3.7.b. Galur harapan gandum tropis Keunggulan varietas : a. Varietas gandum tropis merupakan varietas gandum yang tidak bergantung pada suhu rendah seperti varietas gandum pada umumnya sehingga dapat berproduksi dengan baik walaupun ditanam pada daerah dataran rendah. b. Varietas gandum tropis berpotensi menjadi sumber karbohidrat bagi pemenuhan kebutuhan gizi dan pangan di Indonesia. Pengguna yang berpotensi menggunakan varietas gandum, adalah produsen tepung terigu seperti PT. Bogasari dan petani yang ingin mengembangkan gandum. Kendala yang dihadapi untuk pelepasan varietas unggul gandum adalah dibutuhkan waktu untuk uji multilokasi galur-galur mutan gandum yang diuji bersama galur-galur lain dalam konsorsium gandum nasional. Kerjasama telah dilakukan dengan lembaga yang tergabung dalam konsorsium gandum bersama Balai Penelitian Sereal (Balitsereal) Kementerian Pertanian, Fakultas Pertanian IPB, dan Balai Besar Biogen. Tabel 3.4. Perbandingan Realisasi dan Capaian Kinerja Tahun 2010, 2011, dan 2012 Indikator Kinerja Utama Jumlah varietas unggul tanaman pangan untuk menunjang ketahanan pangan nasional (padi, kedelai, kacang hijau, gandum dan sorgum) Realisasi/Capaian Kinerja (1) (2) (3) (4) 2 Varietas 66,67% 1 Varietas 50% 5 Varietas 100% Dari tabel di atas, menunjukkan perbandingan realisasi dan capaian kinerja selama 3 tahun mengalami peningkatan. Ketidakberhasilan pencapaian target di tahun 25

24 2010 dan 2011 disebabkan karena belum lulus dari tim TP2V-Kementan. Pelepasan varietas ditetapkan melalui TP2V-Kementan yang memerlukan waktu cukup panjang, serta pengujian multilokasi yang bergantung pada musim tanam. Dalam upaya memenuhi target Renstra di bidang pangan, BATAN akan melaksanakan koordinasi mengenai jadwal dan persyaratan teknis pelepasan varietas dengan TP2V-Kementan, konsorsium gandum bersama Balai Penelitian Sereal (Balitsereal) Kementerian Pertanian, Fakultas Pertanian IPB, dan Balai Besar Biogen, sehingga target perolehan 19 varietas pada tahun 2014 bisa tercapai seluruhnya. 2. Jumlah Dokumen Teknis Peyiapan Infrastruktur, Tapak PLTN dan Penyusunan Spesifikasi Teknis yang Siap Dimanfaatkan oleh Pemangku Kepentingan Berdasarkan proyeksi Dewan Energi Nasional (DEN), pada tahun 2025 diperkirakan Indonesia membutuhkan pasokan listrik sebesar MW. Kapasitas terpasang saat ini sekitar MW, sehingga Indonesia masih membutuhkan sekitar MW. Kekurangan ini akan dipenuhi melalui pemanfaatan berbagai macam sumber energi dalam bauran energi yang optimal. Energi nuklir menjadi salah satu opsi dalam rencana bauran energi tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, BATAN melakukan studi penyiapan tapak PLTN di Pulau Bangka Provinsi Kepulauan Bangka- Belitung. Calon tapak Bangka Barat diperkirakan mempunyai kapasitas maksimum MW, dan Bangka Selatan maksimum MW. Namun demikian, kapasitas maksimum tersebut harus diperhitungkan berdasarkan pengembangan kapasitas jaringan. Selain Pulau Bangka, Indonesia juga melakukan studi penyiapan tapak di dua lokasi lain, yaitu di Muria-Jawa Tengah dengan kapasitas MW, dan Banten (masih studi awal) dengan kapasitas MW. Pada tahun 2012 telah dihasilkan beberapa dokumen pendukung penyiapan infrastruktur PLTN, yaitu: 1. Dokumen Penyusunan Pedoman Infrastruktur Dasar Pendukung Program Energi Nuklir Nasional Evaluasi Infrastruktur Pembangunan PLTN, terdiri dari: a. Dokumen Survei tapak Banten tahap penapisan 3 yang memuat hasil survei gravity, geomagnet, serta survei radon awal untuk konfirmasi sesar (patahan geologi) Banten. Salah satu aspek yang sangat penting dalam penentuan tapak adalah analisis mendalam terhadap potensi sesar aktif yang menjadi sumber potensi gempa. Studi saat ini masih difokuskan pada konfirmasi keberadaan sesar di 26

25 sekitar Banten. Analisis gravity, geomagnet dan radon dilakukan dengan cakupan wilayah near regional meliputi pantai Banten dan Anyer, Kabupaten Serang, Kota Cilegon dan sebagian wilayah Pandeglang. Hasil analisis menunjukkan adanya indikasi sesar Bojonegara di sekitar Banten. Namun demikian, data yang ada belum dapat digunakan untuk memastikan apakah sesar ini merupakan sesar aktif. Akan dilakukan studi lanjutan pada aspek sesar permukaan dengan melakukan gravity ke arah Selatan (Serang bagian Selatan) untuk menemukan indikasi sesar lain di wilayah Banten (dalam skala near regional). Gambar 3.8. Survey geomagnetik (kiri) dan gravity (kanan) di Bojonegara b. Dokumen Penyusunan Konsep Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) PLTN Banten yang memuat konsep dokumen AMDAL PLTN Kramatwatu Banten, dan hasil pemutakhiran data rona lingkungan awal berdasarkan Site Data Report (SDR) Kramatwatu. Studi ini dilakukan berdasarkan ketentuan UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2012 Lampiran I Nomor II huruf M Bidang Ketenaganukliran nomor 1a. BATAN sebagai lembaga pemerintah non kementerian berinisiatif untuk memfasilitasi penyusunan konsep dokumen AMDAL untuk PLTN di Kramatwatu Banten. Studi AMDAL ini mengkaji dampak pembangunan PLTN dengan daya 4 x MW, antara lain: Aspek fisik dan kimia, terutama pada kualitas udara (emisi, ambient, dan kebisingan), kualitas air (ceceran minyak pelumas, limbah bahang), serta air tanah. 27

26 Aspek sosial, ekonomi dan budaya, terutama pada saat pembebasan lahan dan relokasi penduduk. Keberadaan PLTN harus dapat menjamin keberlanjutan sosial (social sustainability), keberlanjutan ekonomi (economic sustainability) dan yang lebih utama adalah keberlanjutan fungsi lingkungan hidup (environmental sustainability). Dalam rangka persiapan pembangunan PLTN dan kelengkapan infrastrukturnya, maka perlu disusun dokumen AMDAL PLTN sebagai insentif pemerintah. Dalam studi ini hanya akan dibuat konsep dokumen Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan (KA-ANDAL). Konsep dokumen KA-ANDAL ini akan menjadi dokumen pembanding atau acuan bagi pemrakarsa/owner PLTN Banten dalam menyusun dokumen AMDAL PLTN nantinya. c. Dokumen Penyiapan Tapak PLTN di Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang berisi hasil pelaksanaan konsultan pelaksana aspek tapak (17 aspek) dan non tapak (3 aspek). Konsultan pelaksana adalah PT. Surveyor Indonesia dan AF Consult, serta konsultan pengawas adalah PT. KOGAS Driyap Konsultan. Studi ini menghasilkan banyak data yang sangat penting untuk menilai kelayakan tapak PLTN. Di samping itu juga dapat dimanfaatkan oleh Pemda setempat dalam merencanakan pengembangan ekonomi, pengembangan wilayah sosial dan industri, keamanan, transportasi, pertanian, pelayaran dan lain-lain. Dalam studi ini telah dilakukan pemantauan gempa melalui alat pemantau gempa di 10 stasiun: 8 stasiun di Pulau Bangka dan 2 stasiun di Sumatera. Pemantauan meteorologi antara lain telah menghasilkan data profil curah hujan, kecepatan angin, arah angin, kelembaban nisbi, tekanan udara, radiasi matahari, dan frekuensi petir. Dalam studi ini juga telah didapatkan peta kontur (topografi rinci), peta geologi, profil stratigrafi darat-laut, pola aliran air tanah, aliran air laut, potensi pendangkalan pantai, dan kedalaman air laut (batimetri) rinci, serta pasang-surut dan gelombang laut. Telah pula dibuat perkiraan potensi banjir dan intrusi air laut ke dalam daratan. Berdasarkan hasil analisis dan survei geologi, geofisika, dan geoteknik telah didapatkan umur batuan dan profil batuan di bawah permukaan tanah, yang dapat digunakan sebagai dasar penetapan fondasi untuk PLTN. 28

27 Penyelidikan sesar permukaan dimaksudkan untuk memastikan bahwa tapak benar-benar aman dari ancaman bahaya gempa akibat bergeraknya struktur (tektonik). Hasil penelitian aspek vulkanologi menunjukkan bahwa tidak terjadi aktivitas vulkanik di wilayah Bangka-Belitung. Studi ini juga memetakan pola penduduk seperti piramida penduduk Bangka berdasarkan umur dan jenis kelamin, peta sebaran dan kepadatan penduduk. Dalam aspek tataguna lahan dan air serta ekologi, telah diproduksi peta tata guna lahan rinci, serta kelimpahan dan keanekaragaman biota laut/air, tanah, dan terestrial. Gambar 3.9. Pemantauan meteorologi (kiri) dan Pemantauan oceanology (kanan) Dalam rangka penyusunan program kesiapsiagaan nuklir, telah dianalisis rencana penanggulangan bencana seperti inventarisasi jalan, sungai, rute dan shelter evakuasi. Berdasarkan analisi berbagai data terkait, dibuatlah lay out PLTN di Bangka Barat dan Bangka Selatan. Kegiatan studi kelayakan ini memberikan manfaat juga bagi pengembangan SDM Nasional secara umum, dan SDM BATAN secara khusus dalam hal penyiapan tapak PLTN. Pada tahun 2013, studi ini akan dilanjutkan dengan penekanan pada analisis data dan penulisan laporan terintegrasi. d. Dokumen Penyusunan Sistem Informasi tapak PLTN Berbasis Data Spasial di Bangka Belitung, Banten, dan Muria yang berisi data spasial tapak tahap pemutakhiran. Studi ini dilakukan untuk menghimpun semua studi tapak yang terkait dengan data geospasial. Peta yang dihasilkan antara lain peta struktur ruang, 29

28 tutupan lahan, peta lingkungan dan profil infrastruktur. Hasil studi tahun 2011 dan tahun 2012 disusun dalam bentuk pangkalan data (database) sistem informasi tapak berbasis SIG (Sistem Informasi Geografis). Data yang dikumpulkan selama 2 tahun belum menunjukkan adanya perubahan struktur ruang, tutupan lahan, dan kondisi lingkungan, tetapi sudah menunjukkan adanya perubahan infrastruktur di wilayah Muria. Pada tahun 2013, kegiatan ini akan dikembangkan menjadi sebuah sistem informasi berbasis WebGIS yang bisa diakses melalui intranet atau internet. Hasil studi ini tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk penyiapan tapak, tetapi juga oleh pemerintah daerah setempat bagi perencanaan tata ruang, pengelolaan lingkungan, dan pengembangan infrastruktur. e. Dokumen Monitoring Kegempaan, Meteorologi dan Lingkungan di Tapak Muria yang berisi data gempa mikro dari 8 stasiun gempa mikro di sekeliling gunung Muria. Pengolahan data untuk memperoleh hasil berupa date/time, koordinat epicenter, Peak Ground Acceleration (PGA), Magnitude, dan kedalaman pada setiap kejadian gempa. Data sebaran gempa secara geospasial terutama gempa mikro sampai Desember 2012 telah ditampilkan. Pengumpulan data meteorologi, pengolahan, dan analisis data berdasarkan parameter dan ketinggian sensor telah dilakukan. Dalam penelitian ini juga telah dilakukan pembuatan grafik pada setiap parameternya, windrose sampai dengan akhir Desember 2012, pengumpulan data lingkungan darat dan laut wilayah tapak Muria hingga akhir Desember 2012, dan pelaksanaan kalibrasi peralatan meteorologi untuk menjaga keakuratan data yang dihasilkan. f. Dokumen Hasil Pemantauan Ground Deformation Menggunakan GPS Geodetik di Tapak Muria yang berisi hasil monitoring deformasi di Muria menggunakan Global Positioning System (GPS) geodetik, bekerjasama dengan Fakultas Geodesi ITB. Studi ini dilakukan untuk mengetahui pergeseran posisi koordinat suatu lokasi yang mungkin terjadi akibat aktivitas vulkanik. GPS digunakan untuk mengamati perubahan posisi koordinat tersebut per tahun dalam rentang waktu 5 tahun hingga tahun Telah dikumpulkan data primer dari tahun 2010 hingga 2012 berupa posisi koordinat teliti (dengan akurasi lebih kecil 30

29 daripada 1 mm). Sampai saat ini belum ditemukan adanya pergeseran posisi koordinat di wilayah Muria. Masih diperlukan akuisisi data posisi koordinat teliti paling tidak sampai tahun 2014 untuk dapat mengambil kesimpulan tentang adanya pergeseran. Pada akhirnya semua data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan Gunung Muria aktif kembali. Informasi mengenai Gunung Muria ini sangat penting terkait dengan keselamatan tapak PLTN. Kegiatan tahun 2012 ini adalah kelanjutan dari tahun 2011 untuk mendapatkan posisi koordinat teliti. Gambar 3.10.a. Pemantauan deformasi di lokasi benchmark Desa Danyang Mulyo Gambar 3.10.b. Pemantauan deformasi di lokasi benchmark Desa Mijen 2. Dokumen Studi Infrastruktur Pengembangan SDM dan Partisipasi Industri Nasional, terdiri dari : a. Dokumen Draft Cetak Biru Partisipasi Industri Nasional dan Alih Teknologi PLTN (final), yang berisikan konsep program partisipasi industri nasional untuk mendukung pembangunan PLTN, konsep program alih teknologi untuk meningkatkan kemampuan industri nasional dan meningkatkan angka partisipasi industri nasional (TKDN - Tingkat Komponen Dalam Negeri). Dokumen ini didukung oleh beberapa naskah akademis, antara lain: Ringkasan kode dan standar kualitas yang diperlukan dalam PLTN dan pembangkit konvensional (termal-fosil). Ringkasan kondisi industri terkait dan perkembangannya. Beberapa peraturan dan kebijakan yang terkait dengan peningkatan TKDN. Dibandingkan dengan kegiatan tahun sebelumnya, dokumen yang dihasilkan tahun 2012 ini merupakan kegiatan final yang nantinya akan 31

30 disampaikan ke Kementerian Perindustrian sebagai masukan untuk pembuatan kebijakan TKDN khususnya untuk pembangunan PLTN. b. Dokumen Penyusunan Pangkalan Data Industri Nasional, yang berisikan sistem dan laporan database/pangkalan data industri nasional untuk mendukung pembangunan PLTN. Pangkalan data ini memuat informasi dan spesifikasi komponen PLTN dan produk industri nasional yang diperkirakan dapat berpartisipasi dalam industri nuklir, khususnya PLTN. Pemutakhiran pangkalan data sebelumnya dilakukan pada tahun 2009, dan pada tahun 2012 dilakukan kembali pemutakhiran data serta modifikasi program. Arsitektur program sistem pangkalan data ini adalah merangkai dan menghubungkan komponen PLTN dengan produk yang dihasilkan oleh industri nasional. Pada akhirnya dapat diketahui kemampuan industri nasional untuk memproduksi komponen PLTN dengan informasi TKDN secara nasional. Pangkalan data ini menjadi basis proses transfer teknologi PLTN. c. Dokumen Program Pengembangan SDM dan Penyusunan Dokumen Fasilitas Pelatihan PLTN, yang berisikan penyempurnaan dokumen konsep pengembangan SDM PLTN, kajian kebutuhan SDM (dengan pertimbangan kasus Jepang dan Korea), konsep pelatihan, serta konsep sarana dan prasarana (Nuclear Training Center - NTC) untuk pengembangan SDM PLTN. Kegiatan tahun 2012 adalah tahun terakhir sejak tahun Dokumen ini dapat digunakan sebagai masukan kepada pengambil keputusan dan sebagai dasar pengembangan SDM PLTN di Indonesia, pengembangan kompetensi personel, serta fasilitas pelatihan yang harus disiapkan. Dokumen ini mencakup pokok bahasan: Kajian Kebutuhan SDM PLTN. Infrastruktur Pengembangan SDM PLTN. Rencana Tindak Penyiapan SDM PLTN. Fasilitas Pelatihan dan Jejaring Kerjasama. 32

31 3. Dokumen Studi Infrastruktur Sistem Kelistrikan Opsi Nuklir (Ekonomi dan Pendanaan, Perencanaan Energi), terdiri dari : a. Dokumen Studi High Voltage Direct Current (HVDC) Bangka-Belitung, yang berisikan estimasi keuntungan dan kerugian pemanfaatan HVDC apabila PLTN dibangun di Pulau Bangka. Dokumen ini meliputi uraian kemampuan sistem untuk mengirimkan sejumlah besar daya pada jarak jauh dengan pengeluaran biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan sistem lainnya. Hasil studi adalah perbandingan nilai tekno-ekonomi dengan sistem HVDC dan tanpa sistem HVDC, serta perkiraan biaya total. Analisis dilakukan untuk skenario kapasitas dan panjang saluran transmisi dari Bangka Barat dan Bangka Selatan sebagai daerah interest tapak PLTN ke wilayah di sekitar selatan Jakarta dan ke Muara Enim - Sumatera Selatan, sesuai rencana PT. PLN yang membangun saluran transmisi HVDC dari PLTU batubara mulut tambang ke wilayah di sekitar selatan Jakarta. Data dasar biaya diperoleh dari berbagai sumber pada proyek HVDC. Dari hasil analisis biaya diperoleh bahwa estimasi biaya total untuk sistem HVDC untuk kapasitas 1000, 2000 dan 4000 MW. Perhitungan dilakukan untuk sistem HVDC dari Bangka Barat dan Bangka Selatan ke wilayah Selatan Jakarta maupun Muara Enim. b. Dokumen Statistik Energi Nuklir 2012, yang berisikan informasi kondisi penduduk Indonesia, ekonomi energi, harga energi berbagai sumber energi, konsumsi energi tiap sektor, ketersediaan sumber daya energi, dan statistik energi nuklir. c. Dokumen Studi Kelayakan PLTN Bangka Non Tapak Aspek Ekonomi, Teknologi dan Pengelolaan, yang berisikan perhitungan ekonomi dengan biaya investasi PLTN sebesar USD/kW. Secara teknologi diperoleh bahwa jenis PLTN PWR yang cocok untuk dibangun di Indonesia adalah AP1000, OPR1000, dan ATMEA. Dari aspek manajemen didapatkan bahwa sistem public-private partnership (PPP) merupakan pilihan terbaik dalam pembangunan dan pengoperasian PLTN. 33

32 d. Dokumen Spesifikasi Teknis Konsep Sistem Kogenerasi PLTN, yang berisikan spesifikasi teknis konsep sistem kogenerasi PLTN. Konsep sistem kogenerasi PLTN adalah sebuah konsep penggunaan PLTN bukan hanya untuk menghasilkan listrik, namun juga untuk menghasilkan produk lain seperti pemanfaatan panas untuk gasifikasi/pencairan batubara dan produksi air bersih (desalinasi). Studi ini dilakukan untuk menyusun spesifikasi teknis konsep sistem kogenerasi PLTN dengan instalasi gasifikasi/pencairan batubara dan instalasi desalinasi. Spesifikasi teknis ini disusun berdasarkan hasil pra-rancangan sebelumnya. Jenis PLTN yang digunakan adalah reaktor bertemperatur tinggi (HTR). Gasifikasi/pencairan batubara dilakukan dengan metode pencairan tidak langsung (indirect coal liquefaction), sedangkan instalasi desalinasi menggunakan teknologi LT-HT- MED (Low temperature horizontal tube multi effect desalination). Spesifikasi teknis yang disusun untuk gasifikasi/pencairan batubara meliputi spesifikasi bahan baku, bahan bantu, dan alat. Bahan baku yang digunakan adalah batubara sebanyak Ton/tahun dan steam Ton/ tahun. Gasifikasi/pencairan batubara menghasilkan fraksi produk berupa gasoline, kerosene, diesel, hidrokarbon berat, dan fuel gas. Penerapan konsep ini akan membantu pemerintah dalam penyediaan bahan bakar alternatif. Selain itu, telah dapat diidentifikasi komponen untuk gasifikasi/pencairan batubara, yang terpenting di antaranya adalah intermediate heat exchanger, reaktor Fischer Tropsch, dan menara destilasi. Spesifikasi teknis yang disusun untuk desalinasi meliputi spesifikasi bahan baku, bahan bantu, dan alat. Kapasitas produksi instalasi desalinasi adalah Ton/jam. Telah diidentifikasi spesifikasi komponen peralatan untuk instalasi desalinasi, terutama evaporator, flash tank, heat exchanger, dan pompa dengan filter (kapasitas Ton/jam). Studi ini adalah kelanjutan dari yang telah dilakukan tahun-tahun sebelumnya yaitu kajian tekno-ekonomi desalinasi nuklir dan gasifikasi/pencairan batubara. Hasil studi ini bermanfaat untuk kalangan industri produksi batubara cair dan air bersih dengan spesifikasi yang sudah dikaji. 34

33 Tabel 3.5. Perbandingan Realisasi dan Capaian Kinerja Tahun 2012, 2011, dan 2010 Indikator Kinerja Utama Realisasi/Capaian Kinerja (1) (2) (3) (4) Jumlah dokumen teknis peyiapan infrastruktur, tapak PLTN dan penyusunan spesifikasi teknis yang siap dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan 3 Dokumen teknis 100% 3 Dokumen teknis 100% 3 Dokumen teknis 100% Dari tabel di atas, menunjukkan perbandingan realisasi dan capaian kinerja selama 3 tahun menunjukkan hasil yang senantiasa bagus karena mencapai 100%. 3. Jumlah Paket Teknologi Hasil Litbangyasa Energi Nuklir, Isotop dan Radiasi yang Siap Dimanfaatkan Masyarakat BATAN sebagai lembaga litbang menghasilkan produk berupa teknologi proses maupun barang (prototipe) sebagai kelengkapan hasil litbang yang siap di scale up untuk diproduksi yang dilengkapi dengan dokumen teknis terhadap produk tersebut, dan disebut dengan paket teknologi. Dalam Renstra BATAN Rev.2, target yang direncanakan pada tahun 2012 sebanyak 6 paket teknologi telah tercapai 100%, dengan rincian sebagai berikut. 1) Paket teknologi pengendalian hama tanaman Paket Teknologi Sofatan-3G merupakan insektisida berbentuk butiran dengan bahan aktif Dimehipo digunakan untuk mengendalikan hama penggerek batang padi kuning (Scirpopaga incertulas). Insektisida ini bersifat sistemik, dan penggunaannya dilakukan dengan cara ditanam di dalam tanah sehingga dapat dihisap oleh tanaman. Hama yang ada pada tanaman tersebut akan terkena racun dari insektisida dan akhirnya mati. Selama ini produk Insektisida dengan bahan aktif yang sama sudah beredar di pasar dengan nama dagang Spontan 400 EC. Sofatan-3G memiliki keunggulan dibandingkan dengan Spontan 400 EC, antara lain: a. Sofatan-3G berbentuk butiran, sehingga aplikasinya lebih mudah dan lebih efisien dibandingkan dengan Spontan 400 EC yang berbentuk cairan 35

34 b. Penggunaan Sofatan-3G lebih efisien, selama masa tanam cukup diberikan dua kali, sedangkan bentuk insektisida yang lain diberikan setiap minggu pada saat tanaman berusia 21 hari setelah tanam sampai dengan tanaman berusia 42 hari setelah tanam c. Sofatan-3G bisa mengurangi resiko pencemaran lingkungan, dibandingkan produk insektisida komersial yang lain d. Sofatan-3G mempunyai nilai ekonomis (Rp ,-/kg) yang lebih tinggi dibandingkan dengan Spontan 400 EC (Rp ,-/kg). Gb a. Uji coba insektisida Sofatan-3G pada tanaman padi (kiri) Gb b Hama Penggerek batang yang ditemui pada tanaman kontrol (kanan) Insektisida berbentuk butiran dengan bahan aktif Dimehipo hasil litbang BATAN telah mendapatkan merek dagang Sofatan-3G dari Ditjen HAKI Kementerian Hukum dan HAM. Saat ini Sofatan-3G sedang dalam proses untuk mendapatkan sertifikasi dari Komisi Pestisida Kementerian Pertanian. 2) Paket Teknologi Pembuatan Irradiated Biodegradable Cellulose Microbial Membrane untuk GBR (Guided Bone Regeneration ) Guided Bone Regeneration (GBR) adalah suatu prosedur atau tindakan operasi terutama dibidang periodontal untuk memperbaiki kerusakan tulang. Operasi ini biasanya dilakukan dengan menggunakan graft tulang dan suatu membran steril. Membran berfungsi sebagai penghalang fisik terhadap invasi jaringan lunak yang tidak diinginkan sehingga proses oseosis tidak terganggu oleh intrusi jaringan lunak disekitarnya dapat penyembuhan berjalan lebih cepat dan sempurna. Gambar 3.7 memperlihatkan mekanisme proses operasi GBR pada 36

35 kasus penanganan kerusakan tulang periodontal. Ada dua jenis membran yang biasa digunakan yaitu membran yang tidak dapat didegradasi oleh cairan tubuh (non biodegradable membrane) dan membran biodegradasi (biodegradable membrane). Membran non biodegradable mempunyai kelemahan yaitu tidak dapat didegradasi oleh cairan tubuh sehingga memerlukan tindakan operasi kedua setelah proses penyembuhan tulang selesai. Hal ini sangat tidak nyaman karena selain memerlukan biaya yang sangat mahal, juga dapat menyebabkan komplikasi pada pasien dan waktu penyembuhan menjadi lama. Sebaliknya membran biodegradasi tidak memerlukan tindakan operasi kedua setelah proses penyembuhan tulang selesai. Pemberian xenograft Freeze dried xenograft steril Radiasi (granul) Pemasangan membran Penutupan gum Membran GBR Gambar Teknik GBR pada penanganan kasus kerusakan tulang periodontal BATAN telah berhasil mensintesis membran cellulose microbial yang bersifat biodegradasi yang diperoleh dari proses fermentasi mikroba A. xylinum dalam suatu media yang mengandung air kelapa sebagai sumber mikronutrien dan meradiasi membran tersebut untuk mendapatkan membran yang bersifat biodegradabel. Gambar adalah membran cellulose microbial yang dihasilkan BATAN. Beberapa karakteristik membran seperti sifat fisiko-kimia, mekanik, toksisitas, biodegradasi, sterilitas dan biokompatibilitas menggunakan hewan percobaan telah dilakukan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa membran irradiated cellulosa microbial mempunyai sifat fisik yang kuat dan cukup elastis dengan kekuatan tarik yaitu 927 kg/cm2. Nilai kekuatan tarik ini sangat cukup untuk mempertahankan kondisi fisik membran selama menjalankan fungsinya. 37

36 Gambar Contoh membrane cellulose microbial yang dihasilkan BATAN Selain itu membran cellulose microbial bersifat biodegradabel secara invitro dimana setelah perendaman dalam larutan synthetic body fluid selama 6 bulan menunjukkan penurunan berat membran hingga 39% sebagai akibat dari terlarutnya senyawa selulosa yang mempunyai berat molekul yang rendah. Hasil pengujian morfologi membran cellulose microbial menunjukkan indikasi yang sangat jelas bahwa membran cellulosa microbial terdegradasi akibat iradiasi sebagaimana diperlihatkan pada Gambar Hasil pengujian toksisitas membran cellulose microbial menggunakan hewan percobaan menunjukkan bahwa membran cellulose microbial tidak bersifat toksik. Selain itu, membran cellulose microbial menunjukkan sifat biokompatibel terhadap jaringan tubuh hewan percobaan. Oleh karena itu membran irradiated cellulose microbial sangat potensial digunakan sebagai membran GBR. Untuk membuktikan potensi membran cellulose microbial sebagai membran GBR, penelitian uji efikasi pada hewan percobaan dan uji klinik pasien perlu dilakukan. Dibandingkan dengan membran komersial seperti e-ptfe, membran irradiated cellulose microbial mempunyai keunggulan yaitu dapat terdegradasi oleh cairan tubuh sehingga tidak perlu dilakukan operasi kedua setelah proses penyembuhan tulang selesai. a b Putusnya jaringan ikat membran selulosa mikrobial Gambar Foto struktur mikro membran cellulosa microbial non iradiasi (kiri) dan iradiasi 50 kgy dengan pembesaran 2 x 104 (kanan) 38

37 Dalam aplikasinya membran irradiated cellulosa microbial dapat digunakan oleh dokter gigi spesialis periodontodologi, dokter gigi spesialis bedah mulut, dokter mata, dokter spesialis bedah tulang untuk menangani berbagai kasus kerusakan tulang. Proses produksi membran irradiated cellulosa microbial telah didaftarkan untuk mendapatkan paten ke Ditjen HAKI - Kementerian Hukum dan HAM, dan telah mendapatkan nomor pendaftaran P ) Paket Teknologi Pembuatan Produk Pangan Fungsional Berbasis Nabati (Aneka Sayur) Iradiasi Skala Semi Pilot Diperoleh paket teknologi pembuatan produk pangan fungsional berbasis nabati (aneka sayur) iradiasi skala semi pilot. Hasil percobaan menunjukkan bahwa jamur shiitake (L. edodes) dan jamur kuping (A. auricula) adalah kedua jenis jamur pangan yang kaya protein dan rendah lemak dapat dikeringkan dengan cara pengeringan menggunakan sinar matahari kadar air sekitar 11-12%, yang memiliki ph berkisar 6-7 dan aktivitas air (Aw) berkisar 0,6-0,8. Iradiasi gamma dengan dosis 5 kgy dapat menekan secara nyata pertumbuhan mikroba pada kedua jenis jamur pangan (L. edodes dan A.auricula) kering yang dikemas PE laminasi vakum sebesar 5 log cycle, dengan tanpa mengubah secara nyata sifat fisiko-kimia seperti kadar air, ph, aw, kadar protein, lemak dan karbohidrat serta mempertahankan kualitas asam amino, aktivitas antioksidan, mineral mikronutrisi fungsional dan sifat organoleptik jamur kering. Sedangkan kandungan beberapa vitamin dan karoten agak menurun, namun demikian secara umum kualitas gizi fungsional kedua jenis jamur kering tersebut dapat dipertahankan dan lebih higienis. Gambar 3.15.a. Jamur pangan fungsional Lentinula edodes yang tidak diiradiasi (0 kgy) setelah Penyimpanan 6 bulan Gambar 3.15.b. Jamur pangan fungsional Lentinula edodes yang diiradiasi 5 kgy setelah penyimpanan 6 bulan 39

38 Gambar 3.15.c. Jamur pangan fungsional Auricularia auria yang tidak diiradiasi (0 kgy) setelah penyimpanan 6 bulan Gambar 3.15.d. Jamur pangan fungsional Auricularia auria yang diiradiasi 5 kgy setelah penyimpanan 6 bulan Pada kedua jenis jamur pangan kering tersebut tidak ditemukan logam berat (Cd, Hg dan As), kecuali sedikit Pb yang masih di bawah ambang batas, sehingga aman untuk digunakan sebagai bahan pangan bergizi. Sampai masa penyimpananan 6 bulan, secara umum kedua jenis jamur kering iradiasi tersebut dapat dikatakan masih memiliki kualitas cukup baik sebagai bahan pangan yang bergizi. Hasil pencapaian target paket teknologi ini adalah 100%. 4) Paket Teknologi Pembuatan Inokulan Mikroba (Kompos Starter/Bio-Aktivator) Pengurai Limbah Organik dan Perunut untuk Remediasi Lahan Marginal. Telah diperoleh paket teknologi pembuatan inokulan mikroba (kompos starter/bio-aktivator) pengurai limbah organik dan perunut untuk remediasi lahan marginal. Teknologi ini merupakan pengembangan Super Carrier yakni berupa bahan pembawa berbasis kompos teriradiasi. Analisis pengaruh aplikasi inokulan berbasis kompos teriradiasi terhadap penyimpanan dan laju pengembalian karbon di tanah menggunakan isotop C-13 sebagai perunut. Paket teknologi ini dalam proses pengajuan Paten ke Dirjen HAKI- Kemenkumham pada bulan April 2012, dengan capaian 100% dari target. Kegunaan/manfaat inokulan mikroorganisme, antara lain: a. Mengandung kumpulan mikroorganisme fungsional terpilih yang efektif sebagai pengurai limbah organik, penambat nitrogen, pelarut fosfat dan pengendali hayati (biocontrol). b. Meningkatkan kesehatan tanah dan tanaman. c. Berpotensi meningkatkan agregasi tanah. 40

39 d. Mengandung mikroorganisme yang mampu berperan sebagai chelating agent untuk mereduksi beberapa logam berat. e. Meningkatkan efisiensi serapan unsur hara oleh tanaman. f. Menurunkan penggunaan pupuk anorganik dan agrochemical lain. g. Meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Gambar Produk inokulan mikroorganisme pengurai limbah organik dan perunut untuk remediasi lahan marginal hasil litbang BATAN Beberapa produk inokulan mikroorganisme sejenis yang ada di pasaran antara lain EM4, Superfarm, Stardec, Orgadec dan produk inokulan mikroorganisme komersial lainnya. Dibandingkan dengan produk inokulan mikroorganisme komersial tersebut, inokulan mikroorganisme BATAN memiliki keunggulan sebagai berikut: 1. Beberapa produk komersial menggunakan mikroorganisme yang bukan berasal dari Indonesia sehingga berpotensi mengganggu keragaman hayati Indonesia. Sedangkan inokulan mikroorganisme BATAN menggunakan mikroorganisme asli Indonesia dengan kemampuan adaptasi yang baik. 2. Produk komersial berbahan pembawa padat menggunakan produk tambang yang dapat mengganggu bentang alam, sedangkan produk komersial berbahan pembawa cair menggunakan bahan sintetis yang mahal. Inokulan mikroorganisme BATAN dikembangkan dengan bahan pembawa padat dan cair berbasis kompos yang murah, terbarukan dan ramah lingkungan. 3. Produk komersial umumnya menggunakan sterilisasi uap panas dengan jaminan sterilitas dan kualitas yang kurang baik, sehingga media mudah terkontaminasi dan viabilitas mikroba target cepat turun. Sedangkan Bioinokulan mikroorganisme BATAN dalam bentuk padat menggunakan bahan 41

40 pembawa berbasis kompos yang disterilkan dengan iradiasi pada dosis 25 kgy dengan jaminan sterilitas dan kualitas yang baik. 4. Sebagian besar produk komersial hanya mengandung pengurai bahan organik meskipun diantaranya ada juga yang menambahkan pelarut fosfat, sehingga lebih bersifat sebagai bioaktivator kompos saja. Sedangkan inokulan mikroorganisme BATAN mengandung kumpulan mikroorganisme pengurai bahan organik, pemfiksasi N, pelarut fosfat dan pengendali hayati, sehingga bersifat multifungsi baik sebagai bioaktivator kompos maupun biostimulan tanaman. 5. Sebagian besar produk komersial tidak dapat dikombinasikan dengan perlakuan biologi dan kimia lain, namun inokulan mikroorganisme BATAN dapat dikombinasikan dengan perlakuan biologi dan kimia lain. 6. Keunggulan inokulan mikroorganisme BATAN yang lain adalah kandungan mikroorganisme fungsional yang berperan sebagai chelating agent, sehingga menstimulasi reduksi beberapa cemaran logam berat dan meningkatkan agregasi tanah. Beberapa pengguna potensial produk ini, antara lain : a. Penggiat pertanian organik; b. Industri pupuk organik; c. Agroindustri pertanian, perkebunan dan kehutanan termasuk pengelolaan limbah organiknya. Sertifikasi produk inokulan mikroorganisme BATAN akan dilaksanakan pada tahun ini (tahun 2013). Sertifikasi produk tersebut memerlukan beberapa persyaratan yang bersifat administratif industrial seperti SIUP dan lain-lain, sehingga diperlukan keterlibatan badan usaha lain. Dalam rangka mengaplikasikan produk inokulan mikroorganisme, BATAN telah menjalin beberapa kerjasama dengan pihak swasta terkait, yaitu : a. Kerjasama dalam bentuk MoU dengan PT. MB Plus Agro dilakukan untuk uji produksi dan efektivitas produk dalam rangka meningkatkan produksi padi varietas Sidenuk dan Mira I. b. Industri lain yang berminat adalah PT. Usaha Maju Bersama (Cirebon) dan PT Rexa Satria Integra (Jakarta). 42

41 5) Paket Teknologi Difusi Teknologi Produksi Seed I-125 Seed I-125 adalah sumber radiasi laju dosis rendah yang dapat digunakan untuk terapi kanker payudara dan prostat dengan cara menanamkan (implantasi) sumber radiasi ke dalam jaringan kanker. Sumber radiasi ini berukuran kecil, panjang sekitar 10 mm dengan diameter 1 mm. Penanganan kanker dengan seed I-125 ini tidak memerlukan rawat inap serta memiliki dampak yang kecil terhadap sel sel tubuh di sekitarnya. Sampai dengan tahun 2011 telah berhasil dikembangkan teknologi produksi dan kendali kualitas seed I-125. Kegiatan difusi teknologi seed I-125 di tahun 2012 bertujuan untuk menyebarluaskan teknologi ini kepada mitra pengguna, badan regulasi, dan mitra industri. Mitra industri telah dilibatkan dalam kegiatan sertifikasi yang terkait sisi kualitas serta registrasi yang terkait sisi legalitas. Proses registrasi produk diajukan ke Kementerian Kesehatan untuk mendapatkan ijin edar. Berbagai dokumen yang diperlukan baik untuk proses sertifikasi maupun proses registrasi ke kementerian kesehatan telah disusun oleh BATAN bersama dengan mitra industri. Proses registrasi produk ke Direktorat Jenderal Bina Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan dilakukan oleh mitra industri yaitu PT. Kimia Farma. Terhadap seed I-125, telah dilakukan pula uji klinis pada pasien penderita kanker. Uji klinis dilakukan oleh dokter spesialis radiologi dan onkologi radiasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin - Bandung. BATAN berperan dalam penyediaan seed dan pengujian kualitasnya. Hasil uji klinis ini merupakan salah satu syarat yang dibutuhkan dalam proses registrasi produk Seed I-125 untuk memastikan sisi safety, efficacy, dan quality dari seed yang dihasilkan. Gambar Pengaplikasian seed I-125 pada pasien 43

42 Seed I-125 merupakan produk baru yang belum banyak dikenal di Indonesia. Oleh sebab itu, telah digelar pula beberapa kali diskusi dengan menghadirkan akademisi, praktisi/klinisi serta badan regulasi dengan tujuan untuk tukar menukar informasi dan pandangan terkait dengan seed ini. Dengan kegiatan ini seluruh pihak mendapatkan gambaran yang utuh serta memiliki pemahaman yang sama terhadap produk litbang ini. Dari diskusi ini telah dihasilkan beberapa kesimpulan, diantaranya kesimpulan sementara pada sisi regulasi bahwa seed brakhiterapi termasuk ke dalam kelompok alat kesehatan, bukan kelompok obat. Kesimpulan sementara ini akan didalami lebih lanjut oleh badan regulasi yaitu Kementerian Kesehatan dan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Di beberapa negara, seed brakhiterapi telah dimanfaatkan untuk terapi kanker. Beberapa pasien dari Indonesia pun dilaporkan pernah mendapatkan penanganan dengan seed brakhiterapi di luar negeri (China). Keberhasilan pengembangan teknologi produksi dan pemanfaatan seed brakhiterapi ini dapat mendorong penggunaannya untuk penanganan kanker di tanah air sehingga ketergantungan penanganan kanker kepada luar negeri dapat dikurangi. 6) Paket Teknologi Produksi Gd-DTPA-Folat Skala Laboratorium. Gd-DTPA-folat merupakan senyawa yang tersusun dari unsur gadolinium (Gd), gugus diethylene triamine pentaacetic acid (DTPA) dan gugus folat. Senyawa ini dapat digunakan sebagai senyawa pengkontras (contrast agent) Magnetic Resonance Imaging (MRI) untuk diagnosis spesifik penyakit kanker. Senyawa pengontras digunakan untuk memperjelas gambaran atau citra (image) dari organ/jaringan yang sulit dibedakan melalui teknik pencitraan MRI. Senyawa Gd- DTPA-folat ini dapat membantu memperjelas pencitraan untuk diagnosis penyakit kanker seperti kanker ovarium, kanker payudara, kanker nasofaring, kanker serviks dan kanker kolorektal. Teknologi produksi Gd-DTPA-Folat ini merupakan hasil kerja sama antara BATAN, Fakultas MIPA dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Pada tahun 2012, bergabung pula Rumah Sakit Kanker Dharmais - Jakarta bersama dengan Rumah Sakit Hasan Sadikin - Bandung dalam penyiapan uji klinis paket teknologi Gd-DTPA-Folat ke pasien. Uji klinis merupakan salah satu syarat dalam 44

43 registrasi untuk mendapatkan ijin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Gambar 3.18.a. Gd-DTPA-Folat dalam bentuk serbuk kristal halus Gambar 3.18.b. Proses pengukuran ketepatan tingkat radioaktivitas dari radiofarmaka Gd-DTPA-Folat Hasil pengembangan teknologi produksi Gd-DTPA-Folat ini telah dikomunikasikan pula ke mitra industri yaitu PT. Kimia Farma. Industri di bidang farmasi tersebut telah melakukan survei pasar contrast agent di Indonesia dan melihat bahwa produk ini memiliki peluang yang besar mengingat saat ini kebutuhan contrast agent untuk MRI di Indonesia telah cukup tinggi dan terus menunjukkan peningkatan. Saat ini, seluruh contrast agent untuk MRI masih didatangkan dari luar negeri, sehingga kehadiran contrast agent produk dalam negeri akan meningkatkan kemandirian nasional di bidang kesehatan. Tabel 3.6. Perbandingan Realisasi dan Capaian Kinerja Tahun 2010, 2011, dan 2012 Realisasi/Capaian Kinerja Indikator Kinerja Utama (1) (2) (3) (4) Jumlah Paket Teknologi Hasil Litbangyasa Energi Nuklir, Isotop Dan Radiasi Yang Siap Dimanfaatkan Masyarakat 7 Paket Teknologi 100% 5 Paket Teknologi 100% 6 Paket Teknologi 100% Dari tabel di atas, menunjukkan perbandingan realisasi dan capaian kinerja selama 3 tahun menunjukkan kinerja yang bagus karena mencapai 100%. 45

44 4. Jumlah Prototipe Hasil Litbangyasa Energi Nuklir, Isotop dan Radiasi yang Siap Dimanfaatkan Masyarakat Perangkat Nuklir adalah perangkat yang digunakan pada berbagai fasilitas nuklir, fasilitas kesehatan, dan industri yang prinsip kerjanya menggunakan aplikasi teknik nuklir yaitu pemanfaatan sifat interaksi radiasi dengan materi. Pada instalasi nuklir, perangkat nuklir digunakan untuk memonitor radiasi untuk kepentingan keselamatan maupun untuk memonitor proses yang melibatkan zat radioaktif maupun reaksi nuklir. Pada instalasi kesehatan, perangkat nuklir digunakan sebagai peralatan untuk terapi dan diagnostik. Pada industri, perangkat nuklir banyak digunakan untuk pemantauan proses dan analisis unsur yang fungsinya sulit digantikan dengan teknikteknik non nuklir lainnya. Hampir seluruh perangkat nuklir yang digunakan pada instalasi nuklir, kesehatan maupun industri merupakan produk luar negeri. Sebagai akibatnya, ketergantungan terhadap produsen luar negeri dalam hal pengoperasian dan perawatan menjadi masalah utama selain mahalnya biaya perawatan dan perbaikan. BATAN sebagai instansi litbang nuklir berupaya melakukan penguasaan, pengembangan, dan inovasi yang lebih mengutamakan desain dan penggunaan muatan lokal sehingga biaya investasi, perawatan, dan perbaikan menjadi semakin murah. Penguasaan teknologi perekayasaan juga mendorong pemanfaatan aplikasi teknik nuklir untuk dapat dipergunakan oleh masyarakat yang lebih luas lingkupnya. Pada tahun 2012 BATAN menargetkan 5 prototipe berupa 1 prototipe bidang industri, 3 prototipe bidang kesehatan, serta 1 prototipe bidang instalasi nuklir. Prototipe-prototipe tersebut adalah: 1) Prototipe Perangkat Pencitraan Material Dalam Reaktor Petrokimia dengan Teknik Serapan Sinar Gamma Perangkat pencitraan material dalam reaktor petrokimia dengan teknik serapan sinar gamma umumnya digunakan pada industri petrokimia yang mengolah bahan baku nafta dari minyak mentah menjadi Polyethylene dan kemudian menjadi bijih plastik. Pendeteksian terjadinya penggumpalan material dalam reaktor menggunakan metoda pengukuran temperatur yang dikombinasi dengan tekanan ternyata tidak akurat sehingga sering menimbulkan kerugian material dan waktu yang sangat besar karena terjadinya gagal proses yang akhirnya menimbulkan kerugian karena proses pabrik harus terhenti. 46

45 Penggunaan teknik serapan sinar gamma telah terbukti unggul dalam mendeteksi terjadinya penggumpalan dalam reaktor petrokimia yang memiliki lingkungan ekstrim dan ukuran diameter reaktor yang cukup besar. Dalam teknik ini, sumber sinar gamma berumur paruh panjang diletakkan di tengah-tengah reaktor, sedangkan detektor pemantau diletakkan di luar reaktor sehingga tidak bersinggungan secara fisik dengan material yang diproses. Teknik pemantauan yang dilakukan di luar reaktor memiliki keunggulan dalam hal keakuratan dan kestabilan sistem. Apabila terjadi penggumpalan pada fase awal, sistem akan segera dapat mendeteksi sehingga tindakan penambahan zat-zat anti penggumpalan dapat segera dimasukkan dalam jumlah dan waktu yang tepat. Keunggulan perangkat pencitraan ini adalah Instalasinya tidak mengganggu proses, karena detektor ditempatkan di luar reaktor dan pemancar radiasi gamma disisipkan di tengah reaktor. Prinsip kerja sistem ini adalah pengukuran intensitas radiasi gamma yang diterima oleh detektor di sekeliling reaktor yang tergantung dari densitas serta tebalnya material dalam reaktor, makin tinggi tingkat densitas serta makin tebal material maka makin kecil intensitas yang diterima detektor. Terdapat 12 detektor terpasang di luar dinding reaktor dimana intensitas yang diterima oleh masing-masing detektor digambarkan pada layar komputer di ruang kendali berupa topografi dua dimensi. Gambar 3.19.a. Konfigurasi pengujian perangkat pencitraan material dalam reaktor dengan teknik serapan sinar gamma di laboratorium Gambar 3.19.b. Tampilan topografi di layar komputer yang menunjukkan kondisi dalam reaktor pada saat pengujian Pengujian prototipe di laboratorium menunjukkan sistem mampu mendeteksi perubahan densitas di dalam reaktor secara akurat dan on-line sehingga tampilan layar komputer dapat menggambarkan keadaan dalam reaktor 47

46 saat itu juga dan perkembanggannya dari waktu ke waktu. Aplikasi pada skala industri membutuhkan wadah bagi detektor dan sumber yang memenuhi standar industri sesuai dengan jenis material yang digunakan serta lingkungan rekator yang dipersyaratkan. Standar sinyal yang digunakan sudah menggunakan standar sinyal dan komunikasi standar yang digunakan dalam industri petrokimia pada umumnya. Bentuk kerjasama kegiatan yang pernah dilakukan pada pengguna sistem pencitraan reaktor petrokimia yang sesungguhnya, sudah dilakukan dalam bentuk kerjasama konsultasi pemeliharaan sistem dengan PT. Chandra Asri dan PT. Titan Petrochemical. Dengan dikuasainya teknologi perekayasaan perangkat pencitraan reaktor petrokimia dengan teknik sinar gamma, pada masa mendatang penggunaan sistem ini dapat diaplikasikan pada reaktor LLDPE PT. Chandra Asri dan PT. Titan Petrochemical, Reaktor Polyethilen PT. Pasific Asian Fiber dan PT. Indorama. 2) Prototipe Pencacah RIA Untuk Diagnosa Tumor Payudara Pencacah RIA adalah perangkat bidang kedokteran nuklir untuk menganalisis zat-zat yang ada di dalam cairan tubuh seperti: urin, hormon, darah dan lainnya, atau kultur media yang berkadar rendah dan memiliki matriks komplek. Teknik pengukuran RIA didasarkan pada reaksi immunologi dengan menggunakan radioisotop sebagai perunutnya. Teknik ini digunakan untuk mengetahui kandungan zat biologik tertentu dalam tubuh yang jumlahnya sangat kecil, misalnya hormon insulin, tiroksin, enzim, dan lain-lain. Prinsip pemeriksaan RIA adalah kompetisi antara antigen (bahan biologi yang diperiksa) dengan antigen radioaktif dalam memperebutkan antibodi yang jumlahnya sangat terbatas. Aplikasi teknik nuklir dengan teknik Radioimmuno Assay (RIA) bidang kesehatan digunakan dalam diagnosis beberapa penyakit seperti Hepatitis B, Kelenjar Gondok, dan Kanker Payudara. Pada tahun 2012, teknik RIA difokuskan pada diagnosis kanker payudara. Teknik immunoradiometric assay (IRMA) merupakan salah satu teknik imumonoassay yang menggunakan radioisotop sebagai perunut agar mudah dideteksi. Teknik assay ini didasarkan pada reaksi antara antigen (Ag) yang terdapat pada cuplikan/standar (tumor marker) dengan antibodi (Ab*) yang berada dalam jumlah berlebih membentuk kompleks antigen antibodi (Ag-Ab*). 48

47 Carbohydrate Antigen-15.3 (CA 15.3) adalah sejenis glikoprotein antigenik yang terbentuk di payudara serta dilepaskan ke dalam aliran darah pasien penderita kanker payudara. Kit IRMA CA 15.3 digunakan untuk deteksi dini kanker payudara dan pemantauan perkembangan terapi kanker pada pasien. Perangkat pencacah RIA terdiri dari Detektor Scintilasi NaI(Tl), catu daya tegangan tinggi, penguat awal, penguat linier, penganalisa saluran tunggal, dan pencacah. Perangkat ini diintegrasikan dengan Sample Changer yang secara otomatis mengendalikan proses pencacahan kandungan radioisotop berumur paruh sangat pendek pada sejumlah sampel yang dianalisis. Gambar Sistem Pencacah RIA Sistem pencacah RIA sebelumnya menggunakan sistem manual, artinya penempatan sampel dilakukan dengan manual satu persatu, kemudian dilakukan pencacahan, serta tidak ada fasilitas memori sebagai penyimpan data. Di tahun 2012, pencacah RIA hasil dari Libangyasa BATAN telah mengalami penyempurnaan dengan menggunakan sistem otomatis dan perangkat lunak yang digunakan disesuaikan dengan peruntukannya, yaitu untuk pendeteksian kanker payudara. Inovasi ini dilakukan agar pengoperasian pencacah RIA berjalan secara otomatis, sehingga jumlah sampel yang diperiksa akan lebih banyak dan cepat, dengan meniadakan kemungkinan kesalahan dan kelelahan operator. Keunggulan lainnya adalah sifat portabilitas dan programmable, sehingga analisis sampel dapat berlangsung secara efektif. Kerjasama dengan pihak luar BATAN telah dan masih terus berlangsung berupa kerja sama dengan PT. Kimia Farma dalam rangka pemanfaatan serta pemasyarakatan peralatan perangkat nuklir dalam bidang kesehatan. 49

48 3) Prototipe Perangkat Pemantau Radioaktivitas Lingkungan Perangkat pemantau radioaktivitas lingkungan sangat penting peranannya dalam memantau radioaktivitas alam dan memastikan tingkat keamanan sebuah instalasi nuklir terhadap lingkungannya. Perangkat ini diletakkan di alam terbuka, dan dapat dioperasikan serta dimonitor dari jarak jauh. Perangkat ini secara rutin akan melakukan pengukuran dan menyimpan parameter yang berhubungan dengan radiasi dan non-radiasi serta mengirimkan hasil pengukuran ke stasiun pusat data. Peralatan jenis ini umumnya merupakan produk luar negeri sehingga pengoperasiaan dan perawatannya sering mengalami kendala. Keadaan ini menjadi lebih sulit karena umumnya produsen perangkat ini memiliki sistem, komponen, dan protokol komunikasi yang dirancang khusus hanya untuk produk tertentu, dan sifatnya tertutup sehingga sulit untuk diperbaiki atau dimodifikasi sesuai kebutuhan. Kondisi lingkungan yang lembab dan panas akibat lingkungan tropis membutuhkan desain khusus pada perangkat pemantau lingkungan di Indonesia. Sistem Pengukur Sistem Pengendali Gambar Sistem pengukur dan sistem pengendali pada perangkat pemantau radioaktivitas lingkungan Perangkat yang dikembangkan terdiri dari sistem pengukur dan sistem pengendali. Sistem pengukur terdiri atas sub-sub modul yang befungsi melakukan pengukuran radiasi, arah dan kecepatan angin. Alat ini memiliki detektor pengukur radiasi berupa tabung Geiger-Muller (GM). Detektor GM dioperasikan sebagai rate counter untuk mendapatkan pengukuran cacah per detik (cps) yang dapat dikalibrasi, sehingga akan memberikan hasil pembacaan dalam dosis radiasi 50

49 dalam mikrosievert. Penampil LED berukuran 6 inci juga disediakan agar mempermudah pembacaan data secara lokal. Sistem Pengukur berkomunikasi dengan data collector melalui radio modem berdasarkan topologi jaringan master-slave. Beberapa remote station dapat ditempatkan di beberapa lokasi yang berbeda, dan dapat mengirimkan datanya ke data collector (sebagai master). Untuk membedakan sistem pengukur satu sama lainnya, setiap remote station tersebut dapat diberi kode ID unik. Sehingga cukup banyak remote station dapat dikendalikan oleh satu master. Ini akan sangat bermanfaat dalam melakukan studi penyebaran radiasi. Sistem Pengendali berfungsi untuk mengendalikan/mengumpulkan data pengukuran dari beberapa sistem pengukur. Sebagai master alat ini akan mengatur pengumpulan data. Data dibaca dari sistem pengukur secara bergiliran. Hasil pengukuran ini diperagakan secara grafis dalam layar komputer dan juga disimpan secara kronologis sehingga dapat dianalisa lebih lanjut. Hasil rekayasa perangkat digunakan dalam memonitor radioaktivitas lingkungan di kawasan nuklir BATAN Serpong. 4) Prototipe Perangkat Pemantau Radon di Udara Gas radon merupakan gas radioaktif yang memberikan kontribusi terbesar dari radiasi alam yang diterima manusia. Bila gas radon terhirup lewat saluran pernafasan, sebagian kecil radon akan tertinggal dalam paru-paru. Jika terjadi pengendapan, maka dapat menimbulkan kanker paru-paru. Makin tinggi konsentrasi radon di udara, makin tinggi kemungkinan terjadinya kanker paruparu bagi manusia. Mengingat resiko yang dapat terjadi, sangat diperlukan adanya alat yang dapat memantau tingkat radiasi radon di udara. Tahun 2012 telah dilakukan perekayasaan perangkat pemantau radon di udara dan dihasilkan prototipe perangkat pemantau radon di udara. Perangkat yang dibuat sudah dapat berfungsi untuk mendeteksi adanya radiasi alfa sesuai karakteristik radon. Sistem dilengkapi dengan perangkat lunak operasi untuk mencatat besarnya cacah dan spektrum energinya. Perangkat pemantau radon di udara yang dirancang bangun terdiri dari: sistem pencuplik, sistem deteksi, sistem elektronik, dan sistem pengolah data. Sistem pencuplik terdiri dari motor penghisap udara (air sampling), flow meter, 51

50 pengatur debit udara, dan filter udara. Partikulat udara yang tertangkap pada filter akan dicacah dalam sistem instrumentasi pengukur radon. Sistem deteksi menggunakan detektor sintilasi radon flash detector dan alpha beta sample counter. Sistem elektronik terdiri atas modul penguat sinyal, catu daya tegangan rendah dan tinggi, serta modul MCA (Multi Channel Analyzer). Sistem pengolah data diintegrasikan dengan modul MCA untuk dapat mengidentifikasi serta mengukur kandungan gas radon di udara. Gambar 3.22.a. Perangkat pemantau radon yang dilengkapi dengan radon flash detector Gambar 3.22.b. Pengoperasian perangkat pemantau radon Prototipe perangkat pemantau radon di udara dapat digunakan sebagai alat pemantau keselamatan bagi pekerja terutama di lingkungan pertambangan, industri, dan laboratorium. 5) Prototipe Sistem Instrumentasi dan Kendali Reaktor Riset dan Reaktor Daya (Computer Integrated System Pada Level Supervisory) Sistem instrumentasi dan kendali memiliki peran utama dalam menjamin tingkat keselamatan sebuah reaktor nuklir, baik itu reaktor riset maupun reaktor daya. Kegiatan perekayasaan ini dilakukan secara multiyears dimana setiap tahunnya menghasilkan prototipe berupa sub-sub item yang pada akhirnya akan diintegrasikan dalam sebuah sistem yang lengkap. Pada tahun 2012, perekayasaan dilakukan pada tingkat supervisory control. Keinginan untuk mampu secara mandiri melakukan desain, pengelolaan, perawatan, dan inovasi terkait instrumentasi dan kendali nuklir merupakan motivasi utama kegiatan ini. Untuk mencapai penguasaan desain dan inovasi diperlukan SDM yang handal dan perangkat/fasilitas pendukung. Konfigurasi supervisory control yang dibangun pada komputer supervisor akan dapat 52

51 memberikan perintah ke controller. Model matematis reaktor nuklir ditanamkan pada modul NI PXI. Sedangkan PLC sebagai controller akan mengendalikan proses di dalam model reaktor nuklir. Input-output model dapat dihubungkan ke perangkat riil melalui konektor I/O. Keunggulan konfigurasi ini adalah terbentuknya sistem hardware-in-the-loop, dimana model plant direpresentasikan dalam bentuk simulasi komputer, sedangkan input-output dari lingkungan luar berupa perangkat keras sistem riil (sensor dan aktuator). Dengan demikian, simulasi komputer dapat dikomunikasikan dengan sistem riil. Gambar Prototipe sistem instrumentasi dan kendali reaktor Programmable Logic Controller (PLC) Local Controller Supervisory Control NI-PXI : Model Reaktor Nuklir Konektor Input- Output 53

52 Penguasaan teknologi sistem instrumentasi kendali reaktor sangat dibutuhkan dalam rangka menjaga kelangsungan sistem instrumentasi reaktor yang ada. Seperti diketahui sistem instrumentasi reaktor yang terpasang di RSG- GAS saat ini sudah mengalami penuaan, sehingga dalam beberapa tahun lagi harus dilakukan peremajaan (refurbishment) dengan menggunakan teknologi terkini yang sesuai dengan tingkat keselamatan yang sudah direkomendasikan oleh International Atomic Energy Agency (IAEA). Bentuk kerjasama telah dilakukan di lingkungan internal BATAN sebagai pengguna utama, dan dengan pihak luar negeri dalam bentuk keikut-sertaan dalam forum internasional yang membahas desain-desain sistem instrumentasi reaktor yang digunakan dalam perancangan dan pembangunan reaktor baru di berbagai negara. Tabel 3.7. Perbandingan Realisasi dan Capaian Kinerja Tahun 2010, 2011, dan 2012 Realisasi/Capaian Kinerja Indikator Kinerja Utama (1) (2) (3) (4) Jumlah Prototipe Hasil Litbangyasa Energi Nuklir, Isotop dan Radiasi yang Siap Dimanfaatkan Masyarakat 100% 100% 100% Dari tabel di atas, menunjukkan perbandingan realisasi dan capaian kinerja selama 3 tahun menunjukkan kinerja yang bagus karena mencapai 100%. 5. Jumlah Publikasi Ilmiah Nasional dan Internasional Hasil Litbangyasa Energi, Isotop dan Radiasi yang Dapat Diacu Oleh Masyarakat Ilmiah Publikasi ilmiah baik di tingkat nasional dan internasional bagi suatu lembaga litbang merupakan pengakuan serta daya saing tersendiri bagi karya ilmiah yang dihasilkan oleh para penelitinya. Dari target tahun 2012 yang direncanakan sejumlah 71 publikasi ilmiah nasional dan 8 publikasi internasional, dapat terealisasi sejumlah 287 publikasi ilmiah (363,30%), yang terdiri dari publikasi nasional sejumlah 257 judul dan internasional sejumlah 30 judul (Lampiran 6). Publikasi ilmiah ini juga ditunjang oleh sejumlah usulan paten/hki yang terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual - Kementerian Hukum dan HAM (Ditjen HAKI-KemenkumHAM). Tahun 2012, usulan Paten BATAN yang diajukan 54

53 ke Ditjen HAKI-KemenkumHAM berjumlah 13 judul (lampiran 7). Disamping itu, pada bulan Agustus 2012, lima penelitian BATAN memperoleh penghargaan Karya Inovasi 2012 dari Menteri Negara Riset dan Teknologi, Prof. Dr. Ir. H. Gusti Muhammad Hatta, MS., serta masuk dalam Buku 104 Inovasi Indonesia pada Business Innovation Center (BIC) dibawah pembinaan Kementerian Riset dan Teknologi. Penghargaan tersebut dijabarkan dalam Tabel 3.8. Tabel 3.8. Penerima Penghargaan Karya Inovasi 2012 NO Bidang Judul Inovasi Inovator Status Paten 1 Ketahanan Pangan 2 Ketahanan Pangan 3 Energi Baru dan Terbarukan 4 Teknologi Kesehatan & Obat-obatan Pertumbuhan Sehat dari Lautan Oligoalginat Iradiasi Sebagai Zat Pengatur Tumbuh Organik Hama Tamat, Ozon Selamat Menembus Pasar Ekspor Buah-Buahan dengan Iradiasi Aditif Pelumas Karet Alam Peningkatan Indeks Viskositas Pelumas dari Kopolimer Radiasi Lateks Karet Alam-Stirena Emas Cerdas untuk Kanker Hati Pembuatan dan Pemanfaatan Nanopartikel Emas Radioaktif Terbungkus Dendrimer PAMAM (198Au- PAMAM) sebagai Nanodevice Brachytherapy Kanker Hati 5 Material Maju Bijih Plastik dari Limbah Biomassa Bijih Kayu Plastik dari Komposit Serbuk Kayu Gergaji, Sekam Padi, Limbah Tapioka Menggunakan Teknologi Radiasi PATIR Tita Puspitasari M.Si; Dr. Hendig Winarno; Dr. Darmawan Darwis; Dian Iramani; Dewi Sekar Pangertini B.Sc; Sri Susilawati; Nunung Nuryanthi S.Si PATIR Dra. Murni Indarwatmi, M.Si; A. Nasroh Kuswadi; Indah Arastuti Nasution PATIR Dr. Meri Suhartini, M.Si; Akhmad Rasyid Syahputra, S.Si; Rahmawati, S.Si; Prof. Marga Utama PRR Anung Pujiyanto, S.Si; Herlan Setiawan S.Si; Mujinah; Dede K; Rien Ritawidjaya S.Si; Dr. Abdul Mutalib; Hotman Lubis, Triyanto PATIR Drs. Sudrajat Iskandar Telah didaftarkan Tidak ingin dipatenkan Dalam proses pengajuan Telah didaftarkan Telah didaftarkan 55

54 Tabel 3.9. Perbandingan Realisasi dan Capaian Kinerja Tahun 2010, 2011, dan 2012 Indikator Kinerja Utama Jumlah Publikasi Ilmiah Nasional dan Internasional Hasil Litbangyasa Energi, Isotop dan Radiasi yang Dapat Diacu oleh Masyarakat Ilmiah Realisasi/Capaian Kinerja (1) (2) (3) (4) 73 PI 128,07% 167 PI 303,63% 287 PI 363,30% Dari tabel di atas, menunjukkan perbandingan realisasi dan capaian kinerja selama 3 tahun mengalami peningkatan baik publikasi nasional maupun internasional. 56

55 Sasaran Strategis 2 : MENINGKATNYA PEMANFAATAN HASIL LITBANG ENERGI NUKLIR, ISOTOP DAN RADIASI YANG SIAP DIMANFAATKAN DI MASYARAKAT Tabel Pencapaian Target Kinerja atas Sasaran Strategis 2 Sasaran Strategis 2 : Meningkatnya pemanfaatan hasil litbang energi nuklir, isotop dan radiasi Indikator Kinerja Target Realisasi % Persentase peningkatan penerimaan masyarakat terhadap iptek nuklir di Indonesia Jumlah mitra komersial yang menerapkan hasil litbangyasa iptek nuklir Jumlah jenis hasil litbangyasa iptek nuklir yang dikomersilkan 62% 52,93% 85,37 3 Mitra 7 Mitra 233,33 2 Jenis 2 Jenis 100 Evaluasi atas pencapai indikator kinerja utama terhadap sasaran strategis 2 adalah sebagai berikut: 6. Persentase Peningkatan Penerimaan Masyarakat Terhadap Iptek Nuklir di Indonesia Kebijakan diseminasi hasil litbang rekayasa iptek nuklir BATAN dilakukan melalui Public Information, Public Education, dan Pemanfaatan hasil litbangyasa di daerah. Diseminasi dan sosialisasi iptek nuklir ditujukan kepada masyarakat untuk memahami iptek nuklir seutuhnya. Berbagai sarana dan metoda yang digunakan melalui seminar, ceramah, workshop, pameran, penerbitan publikasi, dialog interaktif di radio dan TV, dan sebagainya, dengan peserta kegiatan yang terdiri atas kalangan siswa, guru, masyarakat umum, pondok pesantren, pegawai dinas/instansi, hingga kelompok tani/ternak. Di sisi lain, BATAN secara sistematis juga berusaha untuk membangun jejaring yang erat antara lembaga eksekutif, legislatif, akademisi, LSM dan masyarakat umum melalui media campaign, pengembangan stakeholder, pemberdayaan masyarakat, dan pengukuran penerimaan masyarakat terhadap iptek nuklir. Untuk mengetahui sejauh mana tanggapan dan pengetahuan masyarakat umum tentang iptek nuklir dan pemanfaatannya, diperlukan suatu kegiatan evaluasi tingkat penerimaan masyarakat terhadap hasil litbangyasa iptek nuklir. Kegiatan tersebut berupa jajak yang hasilnya dapat merepresentasikan penerimaan masyarakat 57

56 secara umum terhadap iptek nuklir. Kegiatan ini dilaksanakan secara nasional yang dapat merepresentasikan pendapat masyarakat yang terdapat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Bali, mengingat daerah-daerah inilah yang nantinya akan menjadi target konsumen listrik dari PLTN. Kegiatan jajak pendapat tersebut merupakan impelementasi evaluasi tingkat penerimaan terhadap iptek nuklir yang telah ditetapkan dalam Renstra BATAN Gambar 3.24.a. Dialog interaktif mengenai energi nuklir yang ditayangkan melalui media televisi Gambar 3.24.b. iklan layanan masyarakat dalam tujuan mengedukasi pengetahuan publik melalui media televisi Pada tahun 2012 telah dilakukan jajak pendapat iptek nuklir yang dilaksanakan oleh lembaga independen, yaitu PT. Andira Karya Persada, tanggal 7-21 Oktober 2012 dengan sebaran responden sebanyak orang yang meliputi 33 Provinsi. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah kombinasi penarikan acak bertingkat (multistage sampling) dan acak sederhana (simple random sampling). Teknik ini digunakan agar variabilitas dan probabilitas terwakili sama dalam penarikan sample point dan responden. Secara keseluruhan, jumlah responden dalam survei ini adalah responden, yang didistribusikan berdasarkan kategori lokasi jajak pendapat, yaitu (i) responden untuk jajak pendapat nasional dengan margin of error (MoE) 1,8%; (ii) responden untuk wilayah Provinsi Bangka-Belitung dengan MoE 3,2%; dan (iii) responden wilayah klaster yang terdiri dari wilayah yang pernah dilakukan jajak pendapat sebelumnya, dengan MoE 3,2%. Nilai MoE dalam jajak pendapat ini ditentukan pada tingkat kepercayaan 95%. 58

57 Dari hasil jajak pendapat tersebut diperoleh tingkat penerimaan masyarakat terhadap pembangunan PLTN di Indonesia, yaitu: 52,93% setuju, 24,23% tidak setuju, dan 22,84% menjawab tidak tahu. Gambar 3.25 Tingkat Penerimaan Masyarakat terhadap Pembangunan PLTN Gambar Pelaksanaan jajak pendapat di Kabupaten Boyolali Tiga alasan utama masyarakat setuju terhadap pembangunan PLTN didasarkan pada: (i) upaya untuk menjamin pasokan listrik sebesar 28,54%; (ii) banyak manfaatnya 28,22%; (iii) masyarakat merasa yakin bahwa harga listrik akan menjadi murah 23,42%; (iv) mendorong perkembangan teknologi Indonesia 19,82%. Sementara alasan responden tidak setuju dengan pembangunan PLTN disebabkan: (i) adanya bahaya yang ditimbulkan PLTN 81,13%; (ii) keyakinan bahwa pembangkit lain masih mencukupi 12,17%; (iii) biaya pembangunan PLTN yang mahal 6,67%; (iv) dan SDM Indonesia belum siap 0,07%. Hasil secara keseluruhan dapat digunakan sebagai bahan rekomendasi dalam menentukan kebijakan terhadap pemanfaatan Iptek Nuklir, khususnya dalam persiapan pembangunan PLTN. 59

PENETAPAN KINERJA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

PENETAPAN KINERJA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL Lembaga : Program Anggaran (4) (5) Jumlah varietas unggul tanaman pangan untuk menunjang ketahanan pangan nasional (padi, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, gandum tropis dan shorgum) 5 Varietas (1 padi,

Lebih terperinci

Penyiapan Infrastruktur PLTN. Mitra Komersial BATAN

Penyiapan Infrastruktur PLTN. Mitra Komersial BATAN 16 Penyiapan Infrastruktur PLTN Varietas Unggul 20 44 Mitra Komersial BATAN Paket Teknologi BATAN 26 39 Survey Penerimaan Masyarakat Terhadap Iptek Nuklir 31 Prototipe Publikasi Ilmiah 36 LAKIP BATAN -

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015

Lebih terperinci

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015 Jl. Angkasa I No. 2 Kemayoran, Jakarta 10720 Phone : (62 21) 65866230, 65866231, Fax : (62

Lebih terperinci

RENSTRA BHHK BIRO HUKUM, HUMAS DAN KERJA SAMA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL RENCANA STRATEGIS

RENSTRA BHHK BIRO HUKUM, HUMAS DAN KERJA SAMA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL RENCANA STRATEGIS RENCANA STRATEGIS RENSTRA BHHK 2015 2019 BIRO HUKUM, HUMAS DAN KERJA SAMA Prima dalam layanan hukum, informasi, kerjasama, dan keamanan nuklir BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL Jln. Kuningan Barat, Mampang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2037, 2014 BATAN. Loka Pemantauan Tapak dan Lingkungan. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM Kedudukan 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1. KONDISI UMUM 1.1.1. Kedudukan Balai Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 52/PMK.1/2011 tanggal 22 Maret 2011 tentang

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN TAHUN 2014 BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semarang, Pebruari 2014 KEPALA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH

KATA PENGANTAR. Semarang, Pebruari 2014 KEPALA DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI JAWA TENGAH KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 disusun dalam rangka memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan Lakip BKPPP A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Gambaran Umum 1.1. Geografi Kabupaten Bandung, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat dengan ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN)

5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN) 5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN) DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK NILAI-NILAI DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN SIAK Pelayanan Memberikan layanan yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF disusun untuk menyajikan informasi tentang capaian komitmen kinerja yang telah diperjanjikan Sekretariat Kabinet kepada kepada pimpinan dan stakeholders selama tahun 2015. Laporan Kinerja

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

KEDELAI VARIETAS UNGGUL BARU HASIL PEMULIAAN MUTASI RADIASI

KEDELAI VARIETAS UNGGUL BARU HASIL PEMULIAAN MUTASI RADIASI KEDELAI VARIETAS UNGGUL BARU HASIL PEMULIAAN MUTASI RADIASI Kedelai merupakan komoditas pertanian yang sangat penting, karena memiliki multi guna. Kedelai dapat dikonsumsi langsung dan dapat juga digunakan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surakarta, 24 Januari 2017 Direktur Poltekkes Surakarta. Satino, SKM. M.Sc.N. NIP

KATA PENGANTAR. Surakarta, 24 Januari 2017 Direktur Poltekkes Surakarta. Satino, SKM. M.Sc.N. NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja ini disusun sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Politeknik Kesehatan Surakarta selama menjalankan tugas-tugas kedinasan dan dimaksudkan

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

BATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 20132013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 205/KA/XI/2012 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 1012/Kpts/SR.120/7/2008

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 1012/Kpts/SR.120/7/2008 KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 1012/Kpts/SR.120/7/2008 TENTANG PELEPASAN GALUR MUTAN PADI SAWAH Obs-1692/PsJ SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN NAMA BESTARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

Lebih terperinci

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN RENCANA STRATEGIS PUSAT INFORMASI DAN DOKUMENTASI STANDARDISASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN 2015-2019 BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 KATA PENGANTAR Rencana Strategis Pusat Informasi dan Dokumentasi

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 KATA PENGANTAR R encana Kinerja merupakan dokumen yang berisi target kinerja yang diharapkan oleh suatu unit kerja pada satu tahun tertentu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENYETARAAN DAN PENEMPATAN PEGAWAI PADA JABATAN DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan BAB IV A. Simpulan Laporan kinerja Sekretariat Kabinet tahun 2015 ini merupakan laporan pertanggungjawaban atas pencapaian visi dan misi Sekretariat Kabinet dalam rangka menuju organisasi yang efektif,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2010 2014 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana. MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: SUMBER DAYA ALAM dan LINGKUNGAN HIDUP I Prioritas: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan A Fokus Prioritas:

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGEMBANGAN PERAMALAN SERANGAN ORGANISME PENGGANGGUN TUMBUHAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN BALAI BESAR

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN PENGHARGAAN ADIBAKTI MINA BAHARI.

MEMUTUSKAN: : PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN PENGHARGAAN ADIBAKTI MINA BAHARI. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/212 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN PENGHARGAAN ADIBAKTI MINA BAHARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

Nuklir Nomor 7 Tahun 2016 tentang

Nuklir Nomor 7 Tahun 2016 tentang SALINAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2OI7 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung, 2016 CATATAN/REVIEW PEJABAT ESELON 1 Bagian ini diisi catatan/review

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2 TAHUN 2014 TENTANG KELAS JA DAN PENEMPATAN PEGAWAI PADA KELAS JA DI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR

Lebih terperinci

BATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

BATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL, PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 205/KA/XI/2012 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL TAHUN 2010 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung, 2016 CATATAN/REVIEW PEJABAT ESELON 1 Bagian ini diisi catatan/review pejabat

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KLATEN NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN SUSUNAN ORGANISASI TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERTANIAN KETAHANAN PANGAN DAN PERIKANAN KABUPATEN

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIT 11 (LANTAI 2 DAN 3)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera,

KATA PENGANTAR. Salam Sejahtera, KATA PENGANTAR Salam Sejahtera, Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunianya, penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Kabupaten Rote Ndao Tahun 2015 dapat diselesaikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surakarta, Januari 2016 Direktur Poltekkes Surakarta. Satino, SKM. M.Sc.N. NIP

KATA PENGANTAR. Surakarta, Januari 2016 Direktur Poltekkes Surakarta. Satino, SKM. M.Sc.N. NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja ini disusun sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Politeknik Kesehatan Surakarta selama menjalankan tugas-tugas kedinasan dan dimaksudkan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii

RINGKASAN EKSEKUTIF. Halaman ii RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Kubu Raya merupakan wujud dari pertanggungjawaban atas kinerja yang dilaksanakan serta sebagai alat kendali dan penilaian

Lebih terperinci

ORGANISASI, MEKANISME, DAN INSTRUMEN PENILAIAN BAB I PENDAHULUAN

ORGANISASI, MEKANISME, DAN INSTRUMEN PENILAIAN BAB I PENDAHULUAN 2013, No.43 6 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN PENGHARGAAN ADIBAKTI MINA BAHARI ORGANISASI, MEKANISME,

Lebih terperinci

Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Badan Litbang Pertanian Tahun 2014 BAB V. PENUTUP

Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Badan Litbang Pertanian Tahun 2014 BAB V. PENUTUP BAB V. PENUTUP Sekretariat Badan Litbang Pertanian sesuai tugas pokok dan fungsinya untuk memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada semua unsur Badan Litbang Pertanian, pada tahun 2014 mengimplementasikan

Lebih terperinci

Dokumen Usulan Program Percepatan (Quick Wins)

Dokumen Usulan Program Percepatan (Quick Wins) Dokumen Usulan Program Percepatan (Quick Wins) Badan Tenaga Nuklir Nasional 2011 Perumusan, Penetapan dan Penerapan Program Percepatan (Quick Wins) di BATAN Latar Belakang Program percepatan (Quick wins)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Administratif Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas 14 Kabupaten/Kota, namun sejak tgl 25 April 2013 telah dikukuhkan Daerah

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA TAHUN

RENCANA STRATEGIS BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA TAHUN RENCANA STRATEGIS BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA TAHUN 2015-2019 N W E S RENCANA STRATEGIS TAHUN 2015-2019 BIRO PERENCANAAN, KEUANGAN DAN TATA USAHA - BSN BADAN STANDARDISASI NASIONAL 2015 DAFTAR

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIDANG SISTEM KOMUNIKASI DATA DAN JARINGAN INFORMASI STANDARDISASI TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIDANG SISTEM KOMUNIKASI DATA DAN JARINGAN INFORMASI STANDARDISASI TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIDANG SISTEM KOMUNIKASI DATA DAN JARINGAN INFORMASI STANDARDISASI TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN STANDARDISASI NASIONAL JAKARTA 2017 KATA PENGANTAR Puji dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) MEDAN KATA PENGANTAR Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan target kinerja berikut kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 21 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 21 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 21 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 567 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PENETAPAN KINERJA DAN PELAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR D engan memanjatkan

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dimana pimpinan

dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dimana pimpinan RINGKASAN EKSEKUTIF Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Industri merupakan salah satu prioritas pembangunan dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015-2035, dimana yang menjadi fokusnya

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RPJMN 2010-2014 Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) menjelaskan bahwa Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii Halaman I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran...... 2 D. Dasar Hukum... 2 II. Arah Kebijakan Pembangunan 3 A. Visi dan

Lebih terperinci

LAKIP Kab. Lamandau Tahun 2013 BAB IV PENUTUP

LAKIP Kab. Lamandau Tahun 2013 BAB IV PENUTUP BAB IV PENUTUP Sebagai bagian penutup dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kabupaten Lamandau Tahun 2013, dapat disimpulkan bahwa secara umum Pemerintah Kabupaten Lamandau telah

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN II 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016

RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016 RENCANA KINERJA TAHUN ANGGARAN 2016 BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI BESAR TEKNOLOGI PENCEGAHAN PENCEMARAN INDUSTRI Jalan Ki Mangunsarkoro 6 Semarang 50136 Tromol Pos 829 Telp.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan atau strategis instansi.

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.844, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BATAN. Unit Kerja. Rinvian Tugas. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIT 11 (LANTAI 2 DAN 3)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN PANGAN DAN GIZI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa sehubungan

Lebih terperinci

13. Untuk pencapaian kinerja program yang terbagi dalam 2 (dua) program, terlihat nilai pencapaian kinerjanya sebagai berikut :

13. Untuk pencapaian kinerja program yang terbagi dalam 2 (dua) program, terlihat nilai pencapaian kinerjanya sebagai berikut : RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Sekretariat Jenderal Tahun 2011 adalah perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan

Lebih terperinci

b) Melaksanakan koordinasi antar pelaku pembangunan dalam perencanaan pembangunan daerah. c) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan

b) Melaksanakan koordinasi antar pelaku pembangunan dalam perencanaan pembangunan daerah. c) Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan IKHTISAR EKSEKUTIF Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, memberikan kewenangan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan kinerja Badan Litbang Perhubungan tahun 2016 ini merupakan laporan pertanggungjawaban kegiatan dan anggaran yang berisi informasi tentang keberhasilan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OKTOBER 2017 2017 Laporan Kinerja Triwulan III DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP), melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor KEP.70/DJ-P2HP/2010 tanggal 17

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan No.60, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Pangan. Gizi. Ketahanan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5680) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah b LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.146, 2015 Sumber Daya Industri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5708). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 Tahun 2015

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 99/M-IND/PER/8/2010 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci