Laporan Kegiatan Bulan Januari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Kegiatan Bulan Januari"

Transkripsi

1 Laporan Kegiatan Bulan Januari

2 BAB I PENDAHULUAN Pada Bulan Januari 2014, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah melaksanakan beberapa kegiatan utama antara lain, Lokakarya Nasional Realisasi Hak Atas Tanah dan Rumah di Daerah Tertinggal Sebagai Bahan Masukan RPJMN , Knowledge Management Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Koordinasi melalui e-bkprn dan e-bkprd, Kegiatan Evaluasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Tahun 2014, serta Rapat persiapan penerbitan buletin Tata Ruang dan Pertanahan Edisi II. Selain itu juga telah dilaksanakan beberapa kegiatan pendukung dan eksternal antara lain adalah Rapat Persiapan Rapat Koordinasi Menteri BKPRN dan Pertemuan Bilateral dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Diskusi Bilateral Bersama Direktorat Analisa Peraturan Perundang-Undangan dan Direktorat Hukum dan Ham Mengenai Pembentukan Pengadilan Tanah, Persiapan Sidang BKPRN 2014, Konsinyasi Sekretariat BKPRN 2014, Rapat Koordinasi BKPRN Tingkat Eselon II, serta Rapat Persiapan Hibah SAPOLA. Kegiatan yang telah selesai terlaksana adalah Rapat persiapan penerbitan buletin Tata Ruang dan Pertanahan Edisi II, Diskusi Bilateral Bersama Direktorat Analisa Peraturan Perundang-Undangan dan Direktorat Hukum dan Ham Mengenai Pembentukan Pengadilan Tanah, Konsinyasi Sekretariat BKPRN 2014, Rapat Koordinasi BKPRN Tingkat Eselon II. Sedangkan kegiatan Lokakarya Nasional Realisasi Hak Atas Tanah dan Rumah di Daerah Tertinggal Sebagai Bahan Masukan RPJMN , Knowledge Management Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Koordinasi melalui e-bkprn dan e-bkprd, Kegiatan Evaluasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Tahun 2014, Rapat Persiapan Rapat Koordinasi Menteri BKPRN dan Pertemuan Bilateral dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Persiapan Sidang BKPRN 2014, serta Rapat Persiapan Hibah SAPOLA masih dalam tahap proses pelaksanaan sesuai dengan target waktu yang telah ditetapkan. Pada laporan ini akan dijelaskan secara mendetail kegiatan-kegiatan utama maupun pendukung yang telah dilaksanakan pada Bulan Januari Laporan Kegiatan Bulan Januari

3 BAB II KEGIATAN INTERNAL Untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat pencapaian kinerja atas kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan secara rutin melaksanakan evaluasi kinerja seluruh bagian melalui mekanisme rapat rutin internal yang diselenggarakan setiap minggu dan setiap bulan. Evaluasi kinerja dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana kerja dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan dimasa yang akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (output) dari pelaksanaan rencana kerja. Berikut ini adalah hasil evaluasi kinerja yang dilaksanakan oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, yang merupakan gambaran mengenai pencapaian kinerja kegiatan yang telah dilaksanakan oleh semua bagian yang dirinci berdasarkan tahapan kegiatan yang telah ditetapkan sesuai kerangka acuan kerja masing-masing kegiatan. A. Kegiatan Utama 1. Lokakarya Nasional Realisasi Hak Atas Tanah dan Rumah di Daerah Tertinggal Sebagai Bahan Masukan RPJMN Pelaksanaan kegiatan pada tanggal 15 Januari 2014 bertempat di Hotel Sari Pan Pacific Jakarta, yang bertujuan untuk menyampaikan hasil kegiatan UNHABITAT mengenai Realisasi hak atas tanah dan rumah bagi pengungsi di NTT. Pokok-pokok pembahasan adalah: Pengaturan dan penetapan tanah ulayat perlu segera diselesaikan agar tidak menjadi konflik di masa depan. Penetapan Perda mengenai tanah ulayat yang telah di tetapkan oleh Pemerintah Daerah sebagian besar belum memenuhi 3 persyaratan penetapan tanah ulayat yang meliputi, (i) Keberadaan Masyarakat Hukum Adat yang eksis, (ii) Hukum/Aturan Adat yang masih dianut, dan (iii) Batas wilayah tanah adat yang disepakati. Pengaturan mengenai Hak adat melalui Perda diharapkan dapat melindungi dan menjaga kesejahteraan masyarakat adat. Perlu ada pembagian peran yang jelas dalam penyelesaian permasalahan tanah adat meliputi penyusunan regulasi untuk penyelesaian sengketa hukum adat oleh pemerintah pusat, identifikasi struktur masyarakat serta batas wilayah adat oleh pemerintah Kabupaten/Kota, dan pembinaan masyarakat serta sosialisasi regulasi oleh pemerintah desa. Perlu dilakukan evaluasi program pemerintah dalam pemberian bantuan kepada masyarakat khususnya dalam pembangunan perumahan yang berada di atas tanah adat sehingga tidak menimbulkan konflik di masa depan. Selain itu perlu dilakukan kerjasama antara pemerintah pusat dan daerah dalam penangan sengketa tanah adat. Laporan Kegiatan Bulan Januari

4 2. Knowledge Management Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Pelaksanaan kegiatan pada tanggal 16 Januari 2014 bertempat di Bappenas, yang bertujuan untuk mengadakan pertemuan dengan Bapak Haitan (Ahli Knowledge Management) dan menyiapkan Seminar Knowledge Management Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan di lingkungan Kedeputian Regional. Dalam rapat berhasil disepakati rumusan konsep Knowledge Management Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan. 3. Koordinasi Melalui e-bkprn dan e-bkprd Pelaksanaan kegiatan pada tanggal 16 Januari 2014 bertempat di Hotel All Season Jakarta, yang bertujuan untuk menyiapkan Sosialisasi II e-bkprn dan pembuatan e-bkprd. Dalam rapat ini berhasil disepakati adanya perbaikan sistem modul e-bkprn, namun untuk e-bkprd akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. 4. Rapat Persiapan Penerbitan Buletin Tata Ruang dan Pertanahan Edisi II Pelaksanaan kegiatan pada tanggal 16 Januari 2014 bertempat di Hotel All Season Jakarta, yang bertujuan untuk menyusun tema dan konsep Buletin TRP Edisi II Tahun Dalam rapat berhasil disepakati penyusunan akhir buletin TRP Edisi II tahun Kegiatan Evaluasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Tahun 2014 Pelaksanaan kegiatan pada tanggal 27 Januari 2014 bertempat di Bappenas, yang bertujuan untuk mengadakan Kick off Kegiatan Evaluasi, menginformasikan kegiatan evaluasi tahun 2014 dan hasil kegiatan evaluasi tahun 2013, serta meminta komitmen untuk koordinasi dalam kegiatan evaluasi. Dalam rapat ini berhasil disepakati untuk mengadakan kick off meeting yang direncanakan pada bulan Maret B. KegiatanPendukung 1. Rapat Persiapan Rapat Koordinasi Menteri BKPRN dan Pertemuan Bilateral dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Pelaksanaan kegiatan pada tanggal 9 Januari 2014 bertempat di Hotel Aryaduta Jakarta, yang bertujuan untuk menyiapkan bahan Sidang BKPRN yang direncanakan pada Senin tanggal 13 Januari Beberapa hal penting yang dibahas sebagai berikut: Bahan Sidang BKPRN direkomendasikan meliputi isu pokok penataan ruang sebagai berikut:i) Rencana reklamasi pada kawasan konservasi Teluk Benoa; ii)percepatan penetapan Perda RTRW Provinsi Kepulauan Riau dan Kota Surabaya; iii)proses Legalisasi SEB Holding Zone; dan iv)pelaporan Agenda Kerja BKPRN Selain itu, dilakukan pertemuan bilateral dengan Kemenko Perekonomian dengan agenda: i) proses penetapan agenda kerja BKPRN ; ii) perkembangan penyiapan laporan BKPRN Semester II/2013 kepada presiden RI; iii) perkembangan proses legalisasi SEB Holding Zone dan tindak lanjut; dan iv) penanganan berbagai current issue bidang penataan ruang: i) rencana reklamasi di teluk Benoa; ii) penolakan terhadap revitalisasi Terminal Baranangsiang Laporan Kegiatan Bulan Januari

5 di Kota Bogor; dan iii) permohonan pemda Provinsi Jawa Tengah untuk memfasilitasi penyediaan peta dasar untuk penyelesaian RDTR kab/kota oleh BKPRN. 2. Diskusi Bilateral Bersama Direktorat Analisa Peraturan Perundang-Undangan dan Direktorat Hukum dan Ham Mengenai Pembentukan Pengadilan Tanah Pelaksanaan kegiatan pada tanggal 10 Januari 2014 bertempat di Bappenas, yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai kemungkinan pembentukan Pengadilan Tanah dengan penyesuaian regulasi yang ada. Dalam rangka penyusunan RPJMN Bidang Tata Ruang dan Pertanahan, terdapat dua isu besar yang terkait dengan peraturan perundangan dan hukum, yaitu: Harmonisasi peraturan perundang-undangan terkait bidang TRP. - Disharmoni peraturan perundangan tersebut antara lain terlihat dari UU No. 26/2007 tetang Penataan Ruang dan UU 27/2007 tentang Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Untuk itu diperlukan upaya-upaya harmonisasi peraturan tersebut. - Perlu dilakukannya langkah-langkah sebagai berikut: - Perlu koordinasi lintas sektoral terutama direktorat mitra di Bappenas dan K/L terkait. - Selanjutnya dilakukan inventarisasi berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait. - Melakukan analisis terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait sehingga menghasilkan rekomendasi apakah peraturan tersebut harus dicabut, direvisi atau dipertahankan. - Kesemua langkah tersebut dikenal dengan simplifikasi regulasi. Rencana Pembentukan Pengadilan Khusus Pertanahan. - Data kasus pertanahan yang masuk ke Mahkamah Agung sangat besar dan kerangka waktu penyelesaian kasus yang cukup lama. Selain itu, kasus pertanahan dapat masuk ke beberapa lingkungan peradilan dan keputusannya dapat berbeda-beda sehingga di lapangan keputusan peradilan tidak dapat dilaksanakan. Sehingga perlu membentuk Pengadilan Khusus Pertanahan, dimana keputusan yang dihasilkan bersifat final dan dan mengikat, selain itu perkara harus disidang pada satu pengadilan dan tidak bisa masuk kepada peradilan lain. Ada usulan untuk membentuk komisi, namun kemungkinan tidak dukungan oleh berbagai pihak. - Perlu dilakukannya langkah-langkah sebagai berikut: - Penyelesaian kasus pertanahan dapat dilakukan secara formal melalui pengadilan (litigasi) maupun informal melalui pendekatan community base. Misalnya di Aceh, permasalahan tanah diselesaikan secara adat. Berdasarkan UU tentang Kekuasaan Kehakiman membagi empat jenis lingkungan peradilan yaitu: peradilan umum, peradilan agama, militer, peradilan tata usaha Negara. Selain itu, Mahkamah Agung sudah membuat blue print untuk membatasi pembentukan pengadilan khusus. Pengadilan khusus yang ada saat ini yaitu: Pengadilan Perburuhan, Tipikor, Pengadilan Niaga, Ham, Anak, Pajak. Pembatasan tersebut karena adanya implikasi pendanaan yang cukup besar, kebutuhan SDM termasuk jenjang karier hakim dan infrastruktur. - Diusulkan cukup dengan peradilan yang ada saat ini hanya membentuk special chamber (kamar khusus) karena lebih memberikan path career yang jelas bagi hakim untuk Laporan Kegiatan Bulan Januari

6 menjadi hakim agung dengan spesialisasi khusus. Namun memiliki kelemahan sistem peradilan seperti ini tidak bisa menghadirkan hakim yang berasal dari luar pengadilan. - Perlu dilakukan assessment terlebih dahulu mengenai kasus-kasus pertanahan yang ada saat ini seperti apa dan bagaimana klasifikasi kasus tersebut. - Alternatif lain yang dapat diusulkan untuk penyelesaian kasus di luar pengadilan yaitu melalui alternative dispute resolution/adr (mediator) sehingga tidak perlu dilaksanakan di pengadilan. - Untuk itu, perlu assessment secara mendalam terhadap beberapa hal: pengadilan khusus, special chamber, mediasi, regulasi yang diperlukan dan berbagai kelemahan dan keuntungan pembentukan masing-masing sistem peradilan tersebut. - Dalam pembentukan pengadilan tersebut substansi yang diharapkan adalah keputusan keputusan final dan kasus yang masuk hanya terkait dengan pertanahan dan tidak bisa masuk ke pengadilan lain. 3. Persidangan BKPRN 2014 Pelaksanaan kegiatan pada tanggal 13 Januari 2014 bertempat di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Beberapa hal penting yang dibahas dalam kegiatan ini adalah: Pelaporan Agenda Kerja BKRPN Permohonan penetapan Rancangan Agenda Kerja BKPRN telah disampaikan oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas selaku Sekretaris BKPRN kepada Menko Perekonomian selaku Ketua BKPRN melalui surat No. 006/M.PPN/01/2014 tertanggal 8 Januari Terkait muatan Agenda Kerja BKPRN tersebut, Pimpinan Sidang menggarisbawahi pentingnya: i) Percepatan penetapan Perda RTRW dan Perda Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil (RZWP-3-K) di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota; serta ii) Sinkronisasi peraturan perundang-undangan terkait penataan ruang. Peninjauan Peraturan Presiden No. 45 Tahun 2011 mengenai Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional Sarbagita terkait Reklamasi di kawasan Teluk Benoa - Terdapat usulan investasi oleh pihak swasta mengembangkan kegiatan pariwisata di kawasan Teluk Benoa dengan melaksanakan reklamasi pada kawasan tersebut. - Sementara itu, dalam Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita), yang selanjutnya disebut dengan Perpres RTR KSN Sarbagita, Teluk Benoa termasuk Zona Lindung atau kawasan konservasi. Dengan demikian, untuk pelaksanaan reklamasi diperlukan perubahan Perpres RTR KSN Sarbagita. - Dalam Sidang BKPRN disepakati untuk terlebih dahulu melakukan kajian ilmiah, yang mencakup aspek teknis, sosial dan lingkungan kawasan Teluk Benoa. Hasil kajian tersebut akan menjadi dasar untuk memutuskan perlu atau tidaknya perubahan Perpres RTR KSN Sarbagita. - Kementerian Pekerjaan Umum mengingatkan bahwa perubahan perpres tata ruang dapat dilakukan 5 (lima) tahun sekali, terhadap mekanisme dapat dan tidaknya perpres direvisi, seskab akan melakukan kajian terkait hal tersebut. Laporan Kegiatan Bulan Januari

7 - Kementerian Kelautan dan Perikanan menyampaikan telah melakukan kajian dalam rangka penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil (RZWP-3-K) di Teluk Benoa. Percepatan penetapan Rancangan Perda RTRW Provinsi Kepulauan Riau - Rancangan Perda RTRW Provinsi Kepulauan Riau belum ditetapkan karena adanya proses perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan yang telah ditetapkan melalui SK Menhut No. 463/Menhut II/2013, yang tidak sesuai dengan Rekomendasi Tim Terpadu/Timdu. - SK Menhut No. 463/Menhut II/2013 digugat di PTUN oleh Kamar Dagang dan Industri Kota Batam (Kadin Kota Batam). Selanjutnya melalui Penetapan PTUN Tanjung Pinang tertanggal 4 Desember 2013, PTUN memerintahkan untuk melakukan penundaan terhadap pelaksanaan SK No. 463/Menhut II/2013 tersebut. - Dalam Sidang BKPRN, Kementerian Kehutanan menyampaikan telah memberi penjelasan kepada Kadin Kota Batam bahwa penundaan pelaksanaan terhadap SK Menhut No. 463/Menhut II/2013, dapat mengakibatkan tertundanya penetapan Rancangan Perda RTRW Provinsi Kepulauan Riau. Oleh karenanya disarankan agar Kadin Kota Batam dapat melakukan pencabutan gugatan. Dengan demikian, kawasan yang telah disepakati (perubahan peruntukan dan fungsinya) dapat ditindaklanjuti, sementara yang masih belum disepakati dapat didiskusikan jalan keluarnya. Percepatan penetapan Rancangan Perda RTRW Kota Surabaya - Rancangan Perda RTRW Kota Surabaya belum dapat ditetapkan karena adanya perbedaan dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) dan RTRW Provinsi Jawa Timur. Kementerian Pekerjaan Umum (melalui Surat Dirjen Penataan Ruang Kementerian PU, tanggal 12 Nopember 2012) menyatakan bahwa Substansi Raperda RTRW Kota Surabaya tidak sesuai dengan RTRWN dan RTRW Provinsi Jawa Timur. - RTRWN dan RTRW Provinsi Jawa Timur mencantumkan rencana pembangunan ruas jalan bebas hambatan Waru (Aloha)-Wonokromo-Tanjung Perak. Sementara Walikota Surabaya (melalui surat nomor 650/1604/ /2013, tertanggal 13 Maret 2013) menyampaikan permohonan kepada Menteri Pekerjaan Umum untuk memberikan persetujuan substansi atas Raperda RTRW Kota Surabaya, yang didalamnya mencantumkan ruas jalan Menanggal- Tanjung Perak. 4. Konsinyasi Sekretariat BKPRN 2014 Pelaksanaan kegiatan pada tanggal Januari 2014 bertempat di Hotel All Season Jakarta, yang bertujuan untuk menyiapkan bahan Roadmap penyelarasan implementasi UU 26/2007 & UU 27/2007, penajaman Agenda Kerja BKPRN (yang berkaitan dgn bahan roadmap, serta pembahasan draft SOP Internal Sekretariat BKPRN. Beberapa hal penting yang dibahas dalam kegiatan ini adalah: Agenda konsinyering ini meliputi 3 (tiga) hal yaitu Pendetailan Agenda Kerja Bappenas sebagai Penanggungjawab Tahun , Pendetailan Agenda Kerja Bappenas sebagai Fasilitator tahun 2014, dan Pembahasan draft SOP Internal Sekretariat BKPRN. Agenda Kerja Bappenas sebagai Penanggung jawab meliputi i) Kegiatan Pengembangan E- BKPRN melalui sosialisasi intensif, meliputi : a) Uji coba Internal Sekretariat BKPRN; b) Pertemuan koordinasi dengan 4 (empat) Kementerian anggota BKPRN (Menko, PU, Dagri, dan Laporan Kegiatan Bulan Januari

8 Bappenas) untuk implementasi e-bkprn yang lebih efektif, dan c) Sosialisasi kepada seluruh Anggota BKPRN sekaligus sosialisasi SOP BKPRN; ii) Penyusunan e- BKPRD Provinsi, meliputi: a) Inisiasi penyusunan sistem e-bkprd ; dan b) Pemilihan Provinsi sebagai pilot project; iii)kajian pelaksanaan UU 27/2007 dan implikasinya terhadap implementasi UU 26/2007, meliputi: a) identifikasi ketidaksesuaian kedua UU, baik dari sisi substansi maupun implementasi di lapangan; b) Menarik pembelajaran dari Pemda yang telah mengintegrasikan substansi RTRW dan RZWP-3-K kedalam satu Perda; iv)kajian pelaksanaan UU 41/1999 dan implikasinya terhadap implementasi UU 26/2007,meliputi: a) identifikasi ketidaksesuaian kedua UU, baik dari sisi substansi maupun implementasi di lapangan; b) Implikasi dan rekomendasi penyelesaian; v)penyusunan materi teknis peraturan integrasi rencana tata ruang dengan rencana pembangunan, akan dilakukan kaji ulang kajian integrasi Rencana Tata Ruang dengan Rencana Pembangunan. Agenda kerja Bappenas sebagai Fasilitator meliputi kegiatan i) Penyelarasan Implementasi RZWP-3-K; ii) Penyelarasan Implementasi LP2B; iii) Sosialisasi pedoman tata batas kehutanan; iv)penyusunan SOP BKPRD; v) Monitoring Implementasi mekanisme Holding Zone; vi) Penyusunan Pedoman Penyelesaian Konflik Penataan Ruang; vii) Penyusunan pedoman Pengawasan Penataan Ruang; viii) Fasilitasi Penyusunan Raperda Penetapan Batas Tanah Ulayat ke Dokumen Rencana Tata Ruang; ix) Fasilitasi Integrasi kawasan hutan dalam pola RTRW Prov/Kab/Kota. Pembahasan draf SOP Internal Sekretariat BKPRN, i) Perlu diperlengkap dengan kolom Sekretaris BKPRN; dan ii) Mekanisme koordinasi dengan infosos meliputi penyampaian daftar hadir rapat melalui naskah dinas kepada subdit infosos, dan pengumpulkan file yang akan diupload kedalam server 204 Subdit Infosos. 5. Rapat Koordinasi BKPRN Tingkat Eselon II Pelaksanaan kegiatan pada tanggal 22 januari 2014 bertempat di Hotel Sultan Jakarta, yang bertujuan untuk me-review pencapaian dan permasalahan/kendala pada kegiatan yang dilakukan BKPRN dan menyepakati tindak lanjut. Kegiatan yang dibahas antara lain: (i) Penyelesaian Penetapan Raperda RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota dan RZWP3K sampai dengan akhir Tahun 2014; (ii) Penyediaan peta rencana tata ruang; (iii) Peninjauan kembali PP 26/2008 tentang RTRWN; dan (iv) Peninjauan kembali Perpres 54/2008 tentang Penataan Ruang Jabodetabekpunjur. Hal-hal penting yang dibahas pada diskusi: Penyelesaian penetapan perda RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota dan RZWP3K ditargetkan akan selesai dalam periode RPJMN Dukungan penting untuk mempercepat penyelesaian penetapan perda RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota dan RZWP3K adalah penyediaan Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) dan Rupa Bumi Indonesia (RBI) dari BIG. Permasalahan dalam penyelesaian Perda RTRWP/K/K, antara lain adalah (i) Permasalahan sengketa batas daerah; (ii) Luasan RTH di kota dan perkotaan; (iii) Permasalahan bagian kawasan hutan yang belum memperoleh persetujuan peruntukan ruangnya. Diperlukan Skenario Rencana penyelesaian penetapan Rancangan Perpres RTR KSN dalam rangka mendukung peninjauan kembali RTRWN. Laporan Kegiatan Bulan Januari

9 Diperlukan Skenario Rencana penyelesaian penetapan Rancangan Perda RTRW dan RDTR yang dilengkapi dengan tahun dan target jumlah penyelesaiannya. Diperlukan Skenario Rencana penyelesaian penetapan Rancangan Perda RZWP-3-K. Implementasi SEB Holding Zone harus bisa menyelesaikan seluruh permasalahan kehutanan. Dalam rangka peninjauan kembali RTRWN dan Jabodetabekpunjur, dalam penentuan revisi atau tidaknya PP dan Perpres tersebut, backbone yang berupa rencana struktur ruang dan pola ruang harus dipertahankan karena menyangkut kepastian hukum dan untuk menjaga wibawa dari rencana tata ruang. Dukungan dari BIG antara lain dalam mendukung penyelenggaraan penataan ruang: (i) Memenuhi ketersediaan peta RBI dan penyediaan Citra Tegak Resolusi Sangat Tinggi (CTRST) untuk RDTR; (ii) Pembangunan Infrastrukutr Ina-Geoportal (platform) yang dapat difungsikan sebagai; (iii) Pembinaan teknis perpetaan untuk penyusunan peta rencana tata ruang; (iv) Mengintegrasikan peta-peta tematik sektoral untuk mewujudkan One Map melalui kelompok kerja IGT; (v) Menyiapkan NSPK perpetaan; dan (vi) Pelatihan SDM di bidang IG. Diperlukan Penyusunan roadmap penyediaan peta RTRW, RDTR, dan RZWP3K. Substansi materi peninjauan kembali RTRWN dan Jabodetabekpunjur harus segera diselesaikan sebelum Tahun RPJMN Diperlukan Skenario Rencana penyelesaian penetapan Rancangan Perda RZWP-3-K. Diperlukan Penyusunan roadmap penyelenggaraan penataan ruang dari BKPRN tahun sebagai masukan penyusunan RPJMN. 6. Rapat Persiapan Hibah SAPOLA Pelaksanaan kegiatan pada tanggal 27 Januari 2014 bertempat di Bappenas. Beberapa hal penting yang dibahas dalam rapat ini adalah: Terdapat beberapa kebijakan dalam penyusunan RPJMN di Bidang pertanahan yang sesuai dengan fokus kegiatan SAPOLA dalam penanganan daerah kumuh meliputi pembentukan bank tanah, land consolidation, penyusunan peta dasar pertanahan dan review peraturan undang-undang terkait. Kegiatan tersebut sangat urgent untuk dilaksanakan dan didanai, sehingga diharapkan mekanisme hibah dapat dilakukan secara langsung sehingga pada bulan April dapat dilakukan pelaporan. Pendanaan melalui hibah dengan nama kegiatan SAPOLA sebelumnya sudah dan sedang dilaksanakan di Direktorat Permukiman, pendanaan melalui hibah dengan nama kegiatan yang sama tidak dapat dilakukan sehingga disarankan tidak mengusulkan hibah baru namun dengan melakukan amandemen terhadap kegiatan yang sedang berjalan. Amandemen pada hibah yang sedang berjalan dilakukan melalui koordinasi dengan direktorat permukiman dengan mengirimkan memo kepada Deputi yang akan disampaikan kepada direktorat pendanaan melalui Sesmen Bappenas. Memo tersebut ditulis oleh direktorat permukiman sebagai home base kegiatan SAPOLA pada saat ini. Agar dapat mengajukan hibah dibawah Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan secara langsung dapat dilakukan persiapan dengan menggunakan format hibah baru untuk kegiatan SAPOLA pada bulan September Laporan Kegiatan Bulan Januari

10 Tabel Status Pelaksanaan Kegiatan Internal Bulan Januari 2014 No Kegiatan Terlaksana Tidak Terlaksana Keterangan Kegiatan Utama 1 Lokakarya Nasional Realisasi Hak Atas Tanah dan Rumah di Daerah Tertinggal Sebagai Bahan - Berlanjut Masukan RPJMN Knowledge Management Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan - Berlanjut 3 Koordinasi melalui e-bkprn dan e-bkprd - Berlanjut 4 Kegiatan Evaluasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Tahun Berlanjut 5 Rapat persiapan penerbitan buletin Tata Ruang dan Pertanahan Edisi II - Selesai Kegiatan Pendukung 6 Rapat Persiapan Rapat Koordinasi Menteri BKPRN dan Pertemuan Bilateral dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian - Berlanjut 7 Diskusi Bilateral Bersama Direktorat Analisa Peraturan Perundang-Undangan dan Direktorat Hukum dan Ham Mengenai Pembentukan - Selesai Pengadilan Tanah 8 Persiapan Sidang BKPRN Berlanjut 9 Konsinyasi Sekretariat BKPRN Selesai 10 Rapat Koordinasi BKPRN Tingkat Eselon II - Selesai 11 Rapat Persiapan Hibah SAPOLA - Berlanjut Laporan Kegiatan Bulan Januari

11 BAB III KEGIATAN EKSTERNAL Di bawah ini adalah ulasan singkat mengenai partisipasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh eksternal Direktorat, baik oleh unit kerja/unit organisasi di lingkungan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional ataupun kementerian/lembaga lain, sampai dengan akhir Bulan Januari Kegiatan eksternal ini ada yang dihadiri langsung oleh Direktur atau didisposisikan ke Kepala Sub Direktorat maupun Staf. 1. FGD Review CPAP Outcome 4.3 Pengurangan Risiko Bencana, pada tanggal 9 Januari 2014 bertempat di Hotel Sari Pan Pacific Jakarta. FGD ini bertujuan untuk me-review dan memberikan masukan terhadap kemajuan dan pencapaian Country Programme Action Plan (CPAP) outcome dan output khususnya untuk Outcome 4.3 Pengurangan Risiko Bencana (PRB) dari Program Pencegahan dan Pemulihan Krisis. Beberapa hal penting yang dibahas sebagai berikut: Hasil yang diharapkan dari Outcome 4.3 adalah pemerintah dan masyarakat mampu meminimalisasi resiko-resiko yang timbul dari dampak negatif bencana, melalui penerapan berbagai kebijakan, regulasi dan praktek-praktek PRB. Indikator outcome dan indikator output yang tertera dalam draf tidak terlihat perbedaan levelnya, perlu diperjelas dulu apa yang dimaksud dengan output dan outcome dalam CPAP. Masukan untuk indikator outcome 1, menunjukkan bahwa kualitas KRB yang telah selesai disusun tidak seragam. Contohnya, KRB Jakarta Timur tidak dapat digunakan sebagai input untuk penyusunan RTRWK. Indikator outcome yang dipilih bisa saja hanya satu, yaitu indikator outcome 2. Namun, mengingat bahwa penurunan risiko ini harus dilaporkan pada Tahun 2015, sedangkan data mungkin baru tersedia pada akhir Tahun Kami menyarankan untuk menggunakan indikator yang dapat mengukur perubahan kapasitas masyarakat. Rapat memutuskan mengambil rekomendasi ini dan mengusulkan penggunaan nilai Local Government Self Assessment Tool (LGZAT) untuk menilai outcome ini. 2. Konsultasi dan Koordinasi Mengenai Raperda Tentang Bangunan Gedung, pada tanggal 8 Januari 2014 bertempat di Bappenas. Beberapa hal penting yang dibahas adalah: Mengenai Pasal 95 dan 96 tentang Ketentuan Bangunan Gedung dan arsitektur Bangunan Gedung dalam Raperda RTRW Kabupaten Bangka Selatan. Ketentuan mengenai Bangunan Gedung telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun Pada dasarnya bangunan Gedung diselenggarakan berlandaskan asas kemanfaatan, keselematan, keseimbangan, serta keserasian bangunan gedung dengan lingkungannya. Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung. Laporan Kegiatan Bulan Januari

12 Persyaratan arsitektur bangunan gedung meliputi persyaratan penampilan bangunan gedung, tata ruang dalam, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya, serta pertimbangan adanya keseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya setempat terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa. Kabupaten Bangka Selatan masih belum memiliki identitas yang menonjolkan ciri khas wilayahnya, sehingga belum bisa menentukan persyaratan arsitektur bangunan yang ingin diterapkan. Terdapat ayat-ayat dalam pasal ketentuan bangunan yang tidak sesuai dengan kondisi geografis Kabupaten Bangka Selatan, khususnya mengenai kebencanaan. 3. Konsensus Draf Rapermen Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Penyelenggaraan Penataan Ruang (KSNPPR), pada tanggal 15 Januari 2014 bertempat di Hotel Grand Kemang Jakarta. Kegiatan hari ini merupakan kegiatan lanjutan dari pertemuan pembahasan Kebijakan Nasional Penyelenggaraan Penataan Ruang sebelumnya dalam rangka penyempurnaan dan penyepakatan draf Kebijakan Nasional Penyelenggaraan Penataan Ruang. Beberapa hal penting yang dibahas adalah: Sasaran pertemuan ini adalah penyepakatan tiap bab, bentuk legal drafting dan time frame. Mandat Kebijakan dan Strategi Nasional Penyelenggaraan Penataan Ruang berdasarkan Pasal 8 ayat 5 UU 26/2007, dalam rangka penyelenggaraan penataan ruang, pemerintah berwenang menyusun dan menetapkan bidang penataan ruang. Kedudukan Kebijakan dan Strategi Nasional Penyelenggaraan Penataan Ruang mengacu pada UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang serta pada PP No.15 Tahun 2010 tentang penyelenggaraan Penataan Ruang dan PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dengan penyepakatan legal draft yaitu Peraturan Menteri PU. Penyelenggaraan Penataan ruang merupakan unsur manajemen yang memuat Pengaturan, Pembinaan, Pelaksanaan dan Penagawasan. Beberapa Acuan Normatif yang harus ditambahkan: (i) UU 41/99 Pasal 32, persetujuan Menteri Kehutanan diintegrasikan oleh RTRWP; (ii) UU tentang Rumah Susun; (iii) UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Pembahasan Substansi pada Bab 1, 2, 3, dan 4 terdapat pada lampiran Berita Acara sebagai bahan perbaikan draf. 4. Rapat Finalisasi Peta Jalan Pembaruan Hukum, pada tanggal 15 Januari 2014 bertempat di kantor Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, yang bertujuan untuk mendapatkan masukan serta saran dari K/L terkait atas draf Peta Jalan Pembaruan Hukum. Peta Jalan Pembaruan Hukum merupakan kajian yang disusun sebagai amanat dari Inpres Nomor 6 Tahun 2013 tentang penundaan pemberian izin baru dan penyempurnaan hutan alam primer dan lahan gambut. Kajian tersebut juga berfungsi untuk memastikan terlaksananya harmonisasi regulasi dalam rangka penyelarasan wilayah usaha sektoral (misal dalam hal pemberian izin). Beberapa hal penting dalam diskusi adalah: Telah ditetapkan 66 RUU yang masuk dalam Prolegnas 2014, sehingga bila dalam Peta Jalan Pembaruan Hukum merekomendasikan untuk merevisi-menyusun UU maka sifatnya hanya Laporan Kegiatan Bulan Januari

13 sebatas usulan. Dalam penyusunan RPJMN , penyusunan regulasi harus diakomodir dalam RPJMN (konsep reformasi regulasi). Dalam pengukuhan kawasan hutan dapat menggunakan peta yang sudah ada yaitu peta rencana tata ruang. Terkait proses perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan melalui timdu, terdapat perbedaan antara rekomendasi Timdu dengan penetapannya melalui SK Menhut. Namun sangat disayangkan tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai perbedaan tersebut. Di tahun 2014 terdapat target untuk menetapkan 76 Perpres RTR KSN. Terkait hal tersebut terdapat kemungkinan untuk mengkaji lebih lanjut melalui proses Revisi RTRWN. Strategi mempercepat proses penyusunan 76 Perpres RTR KSN yaitu melalui pembahasan dalam forum BKPRN yang merupakan forum koordinasi antar K/L dan sebetulnya telah melalui proses harmonisasi (berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan, disebut forum Pembahasan Antar Kementerian). Melalui BKPRN diharapkan tuntas dibahas mengenai substansinya. Mengenai penganggaran dalam proses pelepasan kawasan hutan, relokasi, dan sebagainya telah dilakukan pembahasan antara Kemenkeu dengan Kemenhut, dan saat ini pembahasan terhenti pada proses pembahasan untuk penempatan alokasi anggaran dianatara 2 K/L tersebut. Untuk mendukung Implementasi Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN GRK), Indonesia perlu segera meratifikasi Persetujuan ASEAN tentang Pencemaran Asap Lintas Batas/ASEAN Agreement on Transboundary Haze Pollution. Kawasan hutan dimanfaatkan oleh berbagai sektor baik pemanfaatan secara langsung misalnya untuk lahan pertanian dan eksplorasi dan eskploitasi minerba panas bumi. RUU Pertanahan dan RUU Masyarakat Hukum Adat merupakan RUU Inisiasi DPR dan akan masuk dalam pembahasan periode Peta Jalan Pembaruan Hukum dapat digunakan KPK sebagai dokumen acuan dalam rangka pencegahan korupsi bidang Lingkungan Hidup. 5. Kapitalitasi Modalitas Geospasial Nasional sebagai Instrumen dan Sistem Kendali Penataan Ruang dan Dinamika Wilayah, pada tanggal 17 Januari 2014 bertempat di Kantor Badan Informasi Geospasial Cibinong. Beberapa hal penting yang mengemuka adalah: Paparan Ketua Badan Informasi Geospasial (BIG); Ketua BIG menyampaikan paparan tentang Peran BIG dalam Penyelesaian Peraturan Rencana Tata Ruang; beberapa hal penting yang disampaikan, antara lain: - Dasar hukum bahwa dalam kewenangan pengelolaan informasi geospasial, terutama sebagai sumber data Pemerintah, ada pada BIG; - Berbagai Informasi Geospasial Dasar (IGD) telah disiapkan oleh BIG, sehingga K/L dapat segera menyusun informasi geospasial tematik yang dibutuhkan. Untuk skala 1:50.000, telah tersedia 64 % dari kebutuhan, dan untuk skala 1: telah tersedia 24 % dari kebutuhan yang ada. - Dukungan BIG juga meliputi bantuan teknis berupa konsultasi dan bimbingan teknis berupa NSPK dan quality control, bila Pemda menyediakan secara mandiri informasi geospasial yang dibutuhkan. Laporan Kegiatan Bulan Januari

14 Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Menko Perekonomian selaku Ketua Delegasi BKPRN; Hal penting yang disampaikan Deputi Menko Perekonomian adalah bahwa BIG seharusnya tidak hanya bertanggung jawab dalam pengelolaan Informasi Geospasial Dasar (IGD), namun karena sudah ber-transformasi dari Bakosurtanal ke BIG, seharusnya juga bertanggung jawab dalam pengelolaan Informasi Geospasial Tematik (IGT). Ketua BIG melakukan demo Jaringan Informasi Geospasial Nasional (JIGN) yang menunjukan kemampuan tidak hanya penyajian data dan informasi spasial, namun juga kemampuan melayani penggunan sistem untuk mengolah data dan informasi spasial tanpa harus memiliki software GIS. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas menyampaikan bahwa akan dilaksanakan Breakfast Meeting BKPRN Eselon II pada tanggal 22 Januari 2014, dan meminta agar Pejabat Eselon II BIG dapat ikut menghadiri rapat tersebut. Untuk itu kemudian Kepala BIG menugaskan Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas, BIG untuk ikut hadir. Terkait butir 4, Direktur Tata Ruang dan Pertanahan memberi arahan agar staf Subdit Pertanahan, Bappenas untuk dapat ikut hadir. 6. Sesi I: Kelembagaan Kemitraan Regional Rimba, Sesi II: Social Marketing, pada tanggal 20 Januari 2014 bertempat di Kantor Kementerian Dalam Negeri. Beberapa hal penting yang mengemuka dalam pertemuan ini adalah: Sesi I: Jumlah hibah USD9.5juta untuk Perjanjian akan ditandatangani antara UNEP dengan Kemdagri. UNEP bertindak sebagai pemberi hibah. Hibah akan diproses sebagai hibah terencana dan harus tercatat dalam DRKH untuk meningkatkan akuntabilitas. Jenis lembaga yang akan digunakan adalah BKPRN mengingat di dalam Rimba terdapat beberapa KSN, dalam pelaksanaan akan menggunakan BKPRD sebagai forum koordinasi di tingkat provinsi dan kabupaten. Sesi II: Social marketing akan digunakan untuk mensosialsiasikan konsep green economy kepada seluruh pemangku kepentingan. Identifikasi yang perlu dilakukan adalah konsep yang cocok untuk setiap pemangku kepentingan, pengelompokan pemangku kepentingan dan tingkat pengetahuan pemangku kepentingan. 7. Seminar Laporan Akhir Background Study RPJMN Bidang Desentraslisasi dan Otonomi Daerah, pada tanggal 15 Januari 2014 bertempat di Hotel Borobudur Jakarta. Beberapa hal penting yang dibahas adalah: Pada kelembagaan, pemekaran yang cenderung meningkatkan jumlah daerah tertinggal bukan mengentaskannya. Selain itu juga harmonisasi peraturan sektoral dan daerah untuk memudahkan pelaskanaan oleh pemeirntah daerah. Laporan Kegiatan Bulan Januari

15 Aparatur yang memiliki kualitas rendah, serta mutasi sangat sering terjadi. Dalam hal keuangan terdapat beberapa hambatan, yaitu: pajak dan retribusi yang menurunkan daya saing daerah; simplifikasi perizinan; insentif untuk daerah yang mampu meningkatkan PAD dan mengubah struktur belanja dengan menambah belanja modal; serta peningkatan efektivitas dana transfer. 8. Diskusi dengan Direktur Kelautan dan Perikanan Bappenas, pada tanggal 22 Januari 2014 bertempat di Bappenas. Beberapa hal penting yang dibahas adalah: Terdapat 33 provinsi dan sekitar 300 kabupaten yang memiliki pesisir dan harus menyusun RZWP3K. Untuk kabupaten dengan skala peta 1: dana yang dibutuhkan adalah sekitar Rp. 2.5 milyar. Penyusunan RZWP3K dan persetujuan substansinya oleh KKP dari sisi kelembagaan, rencana kerja dan nomenklatur harus mulai diinternalisasikan dengan kegiatan BKPRN. Penulisan tentang perencanaan tata ruang wilayah pesisir dalam rancangan RPJMN akan disinergikan, dimana Narasi akan dicantumkan di Bab Wilayah dan Tata Ruang dan Bab SDA-LH (termasuk prioritas tahap penyusunan RZWP3K per tahunnya), sementara Matriks akan tetap di Bab SDA-LH karena instansi yang bertanggungjawab adalah KKP. Akan dilakukan sinkronisasi data, dimulai dengan inventarisir provinsi, kabupaten dan kota yang akan merevisi Perda RTRW pada tahun ini, sehingga akan diupayakan prov, kab dan kota tersebut untuk didorong penyusunan RZWP3K nya dan direncanakan alokasi pendanaannya agar kemudian dapat diintegrasikan. Setelah ada kesepakatan di level Bappenas, baru akan didiskusikan dengan KKP untuk internalisasi dengan kegiatan BKPRN. 9. Kepemimpinan dan Tata Kelola Pemerintahan Desa yang Responsif Gender, pada tanggal 22 Januari 2014 bertempat di Hotel Santika Yogyakarta. Beberapa hal pentingyang dibahas dalam rapat ini adalah: Permasalahan mengenai gender dalam penyusunan Background Study RPJMN oleh Direktorat Kependudukan Bappenas terdiri dari i) Kualiatas hidup perempuan yang masih rendah, ii) tingginya tingkat eksploitasi dan kekerasan terhadap perempuan. Fokus penyusunan RPJMN terkait gender terdiri dari i) Harmonisasi peraturan perundang-undangan mengenai pengarusutamaan gender, ii) strategi pencegahan kekerasan dan pelecahan perempuan, iii) Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender. Peran bappenas dalam penyusunan program yang terkait dengan pengarusutamaan gender terbatas pada kewenangan dalam mengawal penganggaran dan melakukan sosialisasi penganggaran terkait PUG di tingkat pusat. Hingga saat ini belum ada indikator yang menentukan tahapan pembangunan desa yang mengarah aktif gender. Dalam pelaksanaan musrenbang desa tidak diperlukan musrenbang khusus perempuan, pembangunan yang mendukung terhadap pengarusutamaan gender bukan hanya dilakukan Laporan Kegiatan Bulan Januari

16 oleh perempuan namun bagaimana pembangunan tersebut mendukung dan melihat kebutuhan dalam pengembangan kapasitas perempuan. Pembangunan pedesaan khususnya yang terkait dengan pengarusutamaan gender diharapkan dapat memacu pemenuhan sarana prasarana pelayanan di tingkat desa dengan kualitas layanan yang sama dengan perkotaan namun tetap tidak menghilangkan kekhasan pedesaan (desa lestari). 10. Penelaahan Usul Revisi Anggaran Hasil Persetujuan DPR RI, pada tanggal 24 Januari 2014 bertempat di Kementerian Keuangan, yang bertujuan untuk membahas usulan revisi anggaran hasil persetujuan DPR RI atas RKAKL BPN Tahun Anggaran Beberapa hal yang dibahas dalam pertemuan tersebut adalah: Terdapat perbedaan data target dan alokasi anggaran antara DJA, Kementerian Keuangan yang menggunakan aplikasi versi lama dan data BPN yang menggunakan aplikasi versi terbaru. Terdapat pergeseran alokasi antar program untuk pemenuhan kebutuhan lanjutan pembangunan gedung pendidikan dan pelatihan sebesar Rp ,-. Pergeseran alokasi untuk pembangunan gedung diklat tersebut berasal dari (i) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BPN sebesar Rp ,- dan (ii) Program Pengelolaan Pertanahan Nasional sebesar Rp ,-. Pergeseran alokasi anggaran antar program tersebut tidak mempengaruhi alokasi anggaran untuk kegiatan prioritas nasional. Namun, karena ada kesalahan teknis dalam input aplikasi RKAKL maka terdapat perubahan target untuk kegiatan penyusunan peta pertanahan dari target RKP 2,8 juta hektar menjadi hektar. Beberapa target mengalami peningkatan yaitu. - Kegiatan Inventarisasi Wilayah Pesisir, Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan Wilayah Tertentu (WP3WT) dari 154 SP menjadi 157 SP dengan kenaikan alokasi anggaran dari Rp. 14,2 Milyar menjadi Rp. 14,38 Milyar. - Kegiatan sertipikasi tanah (legalisasi aset) dari target RKP bidang menjadi bidang dengan kenaikan alokasi anggaran dari Rp. 378,4 Milyar menjadi Rp. 391,24 Milyar. Beberapa catatan dalam pembahasan tersebut sebagai berikut: - Untuk kegiatan legalisasi aset (sertipikasi tanah) terdapat perubahan target dan alokasi anggaran padahal sudah ada SBK yang mengatur mengenai hal tersebut. - Untuk kegiatan penyusunan peta pertanahan, apakah target yang ada merupakan gabungan antara peta dasar pertanahan dan peta tematik atau hanya peta dasar pertanahan saja. 11. Rapat Koordinasi Anggaran PPK D7, pada tanggal 22 Januari 2014 bertempat di Bappenas, yang bertujuan sebagai konsolidasi awal pelaksanaan kegiatan dan anggaran TA Rapat dipimpin oleh PPK Kedeputian Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah dan dihadiri oleh para koordinator (perwakilan) dari unit kerja Eselon II (Direktorat) dan para staf PPK Kedeputian Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah. Beberapa hal penting yang mengemuka adalah: PPK Kedeputian Regional dan Otonomi Daerah akan mengeluarkan SOP sebagai pedoman operasional kegiatan dalam rangka melaksanakan pengelolaan dan penatausahaan kegiatan Laporan Kegiatan Bulan Januari

17 dan anggaran di lingkungan kedeputian pengembangan regional dan otonomi daerah tahun anggaran 2014; Berkenaan dengan memorandum PPK D7 kepada Inspektur Bidang administrasi umum perihal penjelasan atas pengadaan jasa lainnya, honorarium panitia kegiatan dan uang saku konsinyering, pada intinya (1) untuk pengadaan jasa lainnya dengan nilai diatas 50 juta s.d 200 juta dapat dilakukan melalui penunjukan langsung. Namun perlu dicermati apakah tenaga kontrak tersebut termasuk dalam komponen jasa lainnya atau jasa konsultan, (2) Terkait honorarium panita kegiatan pada dasarnya honor dapat diberikan kepada pegawai negeri yang diberi tugas sebagai panitia untuk melaksanakan kegiatan seminar/rakor/sosialisasi/desiminasi/fgd atau kegiatan sejenisnya dengan jumlah panitia 10% dari jumlah peserta, (3) terhadap belanja perjalanan dinas paket meeting luar kota, uang saku yang diberikan dikenakan PPh sesuai ketentuan peraturan perundangan yang berlaku. Ada penambahan staf baru untuk membantu kesekretariatan PPK yaitu Sdr. Virdiansyah dalam membantu penyelesaian laporan dan administrasi di sekretariat PPK D7; Perencanaan Kas Anggaran di masing-masing direktorat harus disusun berdasarkan mendekati realisasinya. Pola umum penyerapan akan diterapkan di PPK Kedeputian sebagai berikut : Triwulan I (15%), Triwulan II (37,5%), Triwulan III (65%), Triwulan IV (100%). Pengadaan Barang dan Jasa. Panitia Pengadaan Barang dan Jasa di PPK D7 bersedia akan menandatangani tenaga kontrak untuk jasa lainnya dengan nilai gaji maksimal 6 juta. Untuk jasa konsultan yang akan dilelangkan harus dilakukan secara online oleh individual tenaga kontrak yang bersangkutan. Akan ada pemberitahuan revisi anggaran akhir Januari Semua dokumen revisi anggaran dari tiap-tiap kegiatan masing-masing direktorat harus disiapkan. 12. Rapat Koordinasi Penyusunan Kebijakan DAK Tahun 2015, pada tanggal 27 Januari 2014 bertempat di Bappenas. Beberapa hal penting yang mengemuka dalam rapat ini adalah: Perlu dilakukan penyempurnaan bidang-bidang DAK, khususnya terkait bidang transportasi. Sebagaimana amanat UU 33/2004 dan PP 55/2005, Daerah harus fokus terhadap DAK dan DAK diberikan sesuai Prioritas Nasional. Diusulkan untuk dilakukan analisis menyeluruh terkait dana transfer dari APBN dan postur APBD. Terkait pengalihan dana dekonsentrasi dan TP menjadi DAK, Bappenas (cq. Direktorat Alokasi Pendanaan Pembangunan) menjadi leading institution. Secara khusus, di internal Bappenas Direktorat Keuangan Negara, Direktorat Alokasi Pendanaan Pembangunan dan Diterktorat Otonomi Daerah harus sering berkomunikasi. Musrenbang tidak memberikan angka DAK final, tapi sebaiknya memberikan masukan terkait penetapan besaran DAK. Selain DAK dan dana transfer APBN, perlu menjadi catatan juga penggunaan dana Bantuan Sosial (Bansos) yang tidak terkendali dan hanya dilandasi oleh Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Terlepas dari proses revisi UU 33/2004 yang sedang dilakukan di DPR-RI, sebaiknya acuan dalam merumuskan DAK tetap pada UU 33/2004 versi asli. Mengingat masa bakti DPR-RI sudah sedikit lagi dan diragukan dapat menyelesaikan revisi UUKN tersebut. Laporan Kegiatan Bulan Januari

18 Perlu disusun skenarion pesimis dan optimis terkait restrukturisasi DAK. 13. Ekspose Hasil Penelitian Terpadu Terhadap Perubahan Kawasan Hutan dalam Usulan Revisi RTRW Provinsi Papua Barat, pada tanggal 28 Januari 2014 bertempat di Kantor Kementerian Kehutanan. Rapat ini diselenggarakan dalam rangka mendengarkan hasil penelitian terpadu dalam rangka pengkajian perubahan kawasan hutan dalam revisi RTRW Provinsi Papua Barat. Beberapa hal penting yang mengemuka adalah: Usulan perubahan kawasan yang diajukan oleh Gubernur total seluas ± ha, dengan rincian: (i) Usulan perubahan peruntukan kawasan hutan ± ha; (ii) Usulan perubahan fungsi kawasan hutan ± ha; (iv) Usulan penunjukan kawasan hutan ± ha. Hasil penelitian tim terpadu usulan yang direkomendasikan total seluas ± ha, dengan rincian: (i) perubahan peruntukan kawasan hutan ± ha; (ii) perubahan fungsi kawasan hutan ± ha; (iii) penunjukan kawasan hutan ± ha. Hasil penelitian terpadu atas usulan perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan, telah mempertimbangkan beberapa hal yaitu: (i) memperhatikan dan menghormati perizinanperizinan yang ada, serta optimalisasi dan pemantapan pemanfaatan kawasan hutan; (ii) dilakukan atas dasar kebutuhan, bukan keinginan guna mendukung peningkatan perekonomian masyarakat; (iii) dilakukan bukan untuk pemutihan pelanggaran pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan; (iv) untuk menyelesaikan permasalahan hak-hak masyarakat dalam kawasan hutan guna kepastian hak; (iv) hasil kajian terpadu juga telah diproses mengikuti kaidah kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) dengan melibatkan para pihak. Menurut Pemerintah Provinsi, Kabupaten, dan Kota Provinsi Papua Barat hasil penelitian Tim Terpadu tidak sesuai dengan keadaan eksisting, maka mereka menolak hasil rekomendasi tersebut. 14. Lokakarya Review CPAP-CPR, pada tanggal 28 Januari 2014 bertempat di Hotel Sari Pan Pacific Jakarta. Rapat bertujuan untuk memberikan masukan terhadap review kemajuan dan pencapaian CPAP outcome dan output khususnya untuk Komponen Pencegahan dan Pemulihan Krisis (Crisis Prevention and Recovery) di Tahun 2013 sehingga dapat memperlihatkan sejauhmana pencapaian outcome dan relevansi berbagai output proyek dukungan UNDP dalam berkontribusi terhadap usaha maupun hasil pencapaian outcome. Isu penting yang dibahasa dalam kegiatan ini adalah: UNDP bekerjasama dengan Pemerintah Indonesia (Bappenas) telah menyusun Country Programme Action Plan (CPAP) Tahun yang mendukung pelaksanaan RPJMN Terdapat beberapa Undang-undang baru yang perlu dipertimbangkan terkait sosial dan bencana, seperti UU Desa. Aspek Mitigasi Bencana perlu dimasukan dalam perencanaan tata ruang wilayah, termasuk RTRW yang akan direvisi. Diperlukan penyusunan kriteria-kriteria dalam pengelompokkan konflik sosial, misal berdasarkan intensitas terjadinya konflik yang menyangkut kepentingan banyak stakeholders. Laporan Kegiatan Bulan Januari

19 Hingga saat ini, pengurangan resiko bencana sudah menjadi perhatian Pemerintah Daerah dan sudah diintegrasikan ke dalam substansi RTRW. 15. FGD Penyusunan RPJMN Bidang Penanggulangan Kemiskinan, pada tanggal 29 Januari 2014 bertempat di Hotel Oria Jakarta. FGD bertujuan untuk mendiskusikan berbagai masukan unit kerja terkait di Bappenas dalam rangka penyusunan RPJMN bidang penanggulangan kemiskinan dan peningkatan pemerataan. Beberapa hal penting yang dibahas adalah: Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan menyampaikan masukan utama terkait program Reforma Agraria, melalui kegiatan asset reform (redistribusi tanah) dan access reform (pemberian akses). Direktorat Penanggulangan Kemiskinan sangat mendukung program Reforma Agraria karena secara umum memiliki prinsip serupa dengan upaya penanggulangan kemiskinan yang selama ini dilakukan, yaitu melalui penanggulangan secara terfokus (mengarahkan berbagai macam bantuan pada lokus-lokus tertentu). Dengan demikian dalam penanggulangan kemiskinan tidak dilakukan hanya oleh masih-masing K/L tetapi dilakukan secara bersama-sama lintas sektor. Beberapa isu bidang pertanahan lainnya terkait bidang penanggulangan kemiskinan yang disampaikan dalam FGD dimaksud meliputi: - Pengenaan pajak (BPHTB) yang dinilai sangat memberatkan masyarakat miskin penerima hak pertama atas tanah. Saat ini pengaturan pengenaan pajak tersebut diserahkan kepada Pemda masing-masing sesuai UU 28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Terkait dengan pengenaan BPHTB, kedepan perlu dilakukan koordinasi dengan Kemenkeu, Kemendagri dan Pemda agar dapat membebaskan bagi pendaftaran tanah untuk pertama kali. - Sertipikasi di kawasan perbatasan, yang dinilai selain dapat menanggulangi kemiskinankesenjangan (misal perbatasan dengan Malaysia) juga dapat menjaga kedaulatan wilayah NKRI. - Sertipikasi untuk beberapa permukiman tertentu yang berada di wilayah perairan sungai. Beberapa permukiman adat secara historis telah bermukim di wilayah perairan sungai (misal permukiman di Kalimantan). Melalui keberadaan sertipikat masyarakat tersebut diharapkan akan dapat mengakses lembaga perbankan. Di sisi lain sampai saat ini BPN melakukan sertipikasi hanya pada objek tanah, sehingga sertipikasi hak atas tanah tidak dapat dilakukan untuk rumah yang berada di atas sungai. - Sertipikasi tanah nelayan yang umumnya terhambat karena sebagian besar nelayan tinggal di daerah yang dekat sungai dan pantai. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan sepadan sunagai atau pantai tidak dapat dilakukan penerbitan sertipikat karena kawasan lindung. Sertipikasi untuk permukiman yang berada di kawasan sempadan pantai dan sempadan sungai. Masyarakat biasanya bermukim berdasarkan pertimbangan mata pencaharian (mayoritas di bidang perikanan), sehingga sertipikasi diharapkan dapat menjadi sebuah aset dalam upaya peningkatan pemerataan masayarakat bersangkutan. Adapun pembangunan di beberapa kawasan seperti pada sempadan pantai dan sempadan sungai telah diatur secara rinci pada dokumen rencana tata ruang. Laporan Kegiatan Bulan Januari

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK)

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK) PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK) Disampaikan oleh : Dr. H. Sjofjan Bakar, MSc Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup Pada Acara

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Disampaikan oleh: Direktur Jenderal Penataan Ruang Komisi Pemberantasan Korupsi - Jakarta, 13 Desember 2012 Outline I. Isu

Lebih terperinci

Konsinyering Pemantauan dan Evaluasi Program Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan PENDAHULUAN

Konsinyering Pemantauan dan Evaluasi Program Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan PENDAHULUAN Konsinyering Pemantauan dan Evaluasi Program Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pelaksanaan program kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dilakukan proses

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jakarta, Desember 2013 Direktur Tata Ruang dan Pertanahan. Oswar M. Mungkasa

Kata Pengantar. Jakarta, Desember 2013 Direktur Tata Ruang dan Pertanahan. Oswar M. Mungkasa 1 Kata Pengantar Kebijakan pengembangan wilayah ditujukan sebagai upaya untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah melalui berbagai strategi kebijakan dengan dimensi kewilayahan. Strategi kebijakan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23

Lebih terperinci

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SESI PANEL MENTERI - RAKERNAS BKPRN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Jakarta, 5 November 2015 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

Kesepakatan Rakernas BKPRN 2013 terkait Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

Kesepakatan Rakernas BKPRN 2013 terkait Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Kesepakatan Rakernas BKPRN 2013 terkait Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Oleh: Direktur Tata

Lebih terperinci

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) SERI REGIONAL DEVELOPMENT ISSUES AND POLICIES (15) PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) 11 November 2011 1 KATA PENGANTAR Buklet nomor

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA PADA TINGKAT KETELITIAN PETA SKALA 1:50.000 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.03-0/AG/2014 DS 9057-0470-5019-2220 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

Optimalisasi Peran BKPRD: Bercermin dari BKPRN

Optimalisasi Peran BKPRD: Bercermin dari BKPRN Optimalisasi Peran BKPRD: Bercermin dari BKPRN Oleh: Oswar Mungkasa Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas Disampaikan pada Kegiatan Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan BKPRD 1 Palembang,

Lebih terperinci

One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik

One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik Nama Inovasi One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik Produk Inovasi Pembangunan Satu Peta Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut Melalui Percepatan

Lebih terperinci

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM

BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis merupakan upaya yang terus-menerus dilakukan, sampai seluruh bangsa Indonesia benar-benar merasakan keadilan dan

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR... TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN KOORDINASI

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamba

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.966, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Penetapan Perda tentang RTRWP dan RTRWK. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG EVALUASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL / BADAN PERENCANAAN NASIONAL (BAPPENAS) SEKRETARIAT REFORMA AGRARIA NASIONAL

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 0310-1636-8566-5090 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Dalam Acara Rapat Kerja Nasional Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional Tahun 2015 Jakarta, 5 November 2015 INTEGRASI TATA RUANG DAN NAWACITA meningkatkan

Lebih terperinci

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH Drs. Eduard Sigalingging, M.Si Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 87 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH KOTA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA PADA TINGKAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA PADA TINGKAT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA PADA TINGKAT KETELITIAN PETA SKALA 1:50.000 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.28, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA WILAYAH. Satu Peta. Tingkat Ketelitian. Kebijakan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN EVALUASI TERPADU PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

TABEL 4.1 TUJUAN DAN SASARAN JANGKA MENENGAH PELAYANAN SKPD

TABEL 4.1 TUJUAN DAN SASARAN JANGKA MENENGAH PELAYANAN SKPD NO. 1. TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA TUJUAN Mewujudkan Sinergitas Pembangunan antar SKPD dan Kabupaten/ 2012 2013 2014 2015 2016 2017 1. Terlaksananya Sinergitas Pembangunan antara dan 1. Jumlah SKPD

Lebih terperinci

CATATAN KECIL MENIGKUTI ASISTENSI DAN SUPERVISI DAERAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPERDA TENTANG RTR DERAH YANG MENGAKOMODIR LP2B

CATATAN KECIL MENIGKUTI ASISTENSI DAN SUPERVISI DAERAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPERDA TENTANG RTR DERAH YANG MENGAKOMODIR LP2B CATATAN KECIL MENIGKUTI ASISTENSI DAN SUPERVISI DAERAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPERDA TENTANG RTR DERAH YANG MENGAKOMODIR LP2B Oleh: Ir. ADRY NELSON PENDAHULUAN Kegiatan Asistensi dan Supervisi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI TERPADU PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KELAUTAN

Lebih terperinci

KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN

KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN Ir. Diah Indrajati, M.Sc Plt. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Disampaikan dalam acara: Temu Konsultasi Triwulan I Bappenas Bappeda Provinsi Seluruh Indonesia Tahun

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 PAPARAN Palangka Raya, 20 Maret 2017 FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 KEPALA BAPPEDALITBANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL ARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL 2015-2019 Oleh Oswar Mungkasa Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Daerah dan Isu Strategis Tahun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 21/DPD RI/I/2013 2014 HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2013 PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Bulan November

Laporan Kegiatan Bulan November Laporan Kegiatan Bulan November 2013 1 BAB I PENDAHULUAN Pada Bulan November 2013, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah melaksanakan beberapa kegiatan utama antara lain, Rapat Pembahasan Background

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010 MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN BIDANG: WILAYAH DAN TATA RUANG (dalam miliar rupiah) PRIORITAS/ KEGIATAN PRIORITAS 2012 2013 2014 I PRIORITAS BIDANG PEMBANGUNAN DATA DAN INFORMASI SPASIAL A

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) M E D A N

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) M E D A N PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) 6619431 6623480 M E D A N - 20222 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG

Lebih terperinci

Kemajuan PENETAPAN KAWASAN HUTAN

Kemajuan PENETAPAN KAWASAN HUTAN Kemajuan PENETAPAN KAWASAN HUTAN Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Jakarta, 10 November 2014 1. Latar Belakang 2. Substansi NKB 3. Target Percepatan Penetapan KH 4. Realisasi Penetapan KH 5. Pengakuan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menserasikan

Lebih terperinci

Peran Data dan Informasi Geospasial Dalam Pengelolaan Pesisir dan DAS

Peran Data dan Informasi Geospasial Dalam Pengelolaan Pesisir dan DAS BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Bersama Menata Indonesia yang Lebih Baik Peran Data dan Informasi Geospasial Dalam Pengelolaan Pesisir dan DAS Priyadi Kardono Kepala Badan Informasi Geospasial Disampaikan dalam

Lebih terperinci

PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) SERI REGIONAL DEVELOPMENT ISSUES AND POLICIES (14) PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) November 2011 1 KATA PENGANTAR Buklet nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2017 TENTANG PENYELESAIAN PENGUASAAN TANAH DALAM KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2017 TENTANG PENYELESAIAN PENGUASAAN TANAH DALAM KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2017 TENTANG PENYELESAIAN PENGUASAAN TANAH DALAM KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

HASIL PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA 2016 DAN RENCANA AKSI KEBIJAKAN SATU PETA 2017

HASIL PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA 2016 DAN RENCANA AKSI KEBIJAKAN SATU PETA 2017 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN HASIL PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA 2016 DAN RENCANA AKSI KEBIJAKAN SATU PETA 2017 SEKRETARIAT TIM PKSP-2017 HASIL PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA TAHUN 2016

Lebih terperinci

BAHAN INFORMASI RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG

BAHAN INFORMASI RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM PADA RAKERNAS BKPRN Jakarta, 7 November 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI RI Jakarta 2011 Sasaran program K/L Kesesuaian lokus program dan kegiatan K/L & daerah Besaran anggaran program dan kegiatan K/L Sharing pendanaan daerah

Lebih terperinci

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2018 KEMENPU-PR. DAK Infrastruktur PU-PR. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2017 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

Press Briefing. Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (PMK Nomor 50/PMK.07/2017)

Press Briefing. Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (PMK Nomor 50/PMK.07/2017) KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Press Briefing Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (PMK Nomor 50/PMK.07/2017) Jakarta, 13 April 2017 1 MENGAPA PERLU? DITETAPKAN PMK 50/PMK.07/2017 Adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2013

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2013 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2013 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA. 1. Manajemen Perubahan. 4. Penataan Ketatalaksanaan. 6. Penguatan Pengawasan

DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA. 1. Manajemen Perubahan. 4. Penataan Ketatalaksanaan. 6. Penguatan Pengawasan REFORMASI BIROKRASI DAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Disampaikan dalam Seminar Kemenpan dan RB bersama Bakohumas, 27/5/13. DisampaikanOleh : DR. MUH. MARWAN, M.Si DIRJEN BINA BANGDA 1 PROGRAM PERCEPATAN

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10 REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS

Lebih terperinci

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas I. Pendahuluan UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

OSWAR MUNGKASA DIREKTUR TATA RUANG DAN PERTANAHAN

OSWAR MUNGKASA DIREKTUR TATA RUANG DAN PERTANAHAN OSWAR MUNGKASA DIREKTUR TATA RUANG DAN PERTANAHAN Disampaikan dalam Sosialisasi Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang RTR Pulau Sumatera Padang, 16 April 2014 OUTLINE Definisi, Peran dan Fungsi RTR Pulau Sumatera

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018

RINGKASAN EKSEKUTIF. Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018 RINGKASAN EKSEKUTIF Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018 Percepatan Penyelenggaraan Informasi Geospasial untuk Mendukung Prioritas Pembangunan Nasional Berkelanjutan Jakarta, 21 Maret

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT SALINAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 2012 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka percepatan

Lebih terperinci

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RPJMD PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE TAHUN

MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RPJMD PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE TAHUN KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN RPJMD PROVINSI DKI JAKARTA PERIODE TAHUN 2017-2022 Jakarta, 27 Desember 2017 Arti Penting Forum Musrenbang RPJMD Lapangan

Lebih terperinci

PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Disampaikan oleh: MENTERIDALAMNEGERI TJAHJO KUMOLO KEMENTERIAN DALAM NEGERI Bangka Tengah, 7 April 207 2 PENCAPAIAN TARGET PEMBANGUNAN NASIONAL (Pasal

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

KERANGKA PRIORITAS NASIONAL

KERANGKA PRIORITAS NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KERANGKA NASIONAL REFORMA AGRARIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

BEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK

BEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK BEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK Lien Rosalina KEPALA PUSAT PEMETAAN & INTEGRASI TEMATIK BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Workshop One Data GHG

Lebih terperinci

KAWASAN PESISIR KAWASAN DARATAN. KAB. ROKAN HILIR 30 Pulau, 16 KEC, 183 KEL, Pddk, ,93 Ha

KAWASAN PESISIR KAWASAN DARATAN. KAB. ROKAN HILIR 30 Pulau, 16 KEC, 183 KEL, Pddk, ,93 Ha LUAS WILAYAH : 107.932,71 Km2 LUAS DARATAN 86.411,90 Km2 LAUTAN 21.478,81 Km2 GARIS PANTAI 2.078,15 Km2 KAWASAN DARATAN KAB. ROKAN HULU 16 KEC,153 KEL, 543.857 Pddk, 722.977,68 Ha KAB. KAMPAR 21 KEC,245

Lebih terperinci

PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN SPASIAL DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN SPASIAL DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional PENATAAN RUANG SEBAGAI ARAH KEBIJAKAN SPASIAL DALAM RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH O l e h : M e n t e ri A g r a r i a d a n Ta t a R u a n g

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENINJAUAN

Lebih terperinci

Click to edit Master title style

Click to edit Master title style KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ Click to edit Master title style BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Kebijakan Penataan Ruang Jabodetabekpunjur Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bogor,

Lebih terperinci

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan I. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Lebih terperinci

SINKRONISASI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH

SINKRONISASI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH SINKRONISASI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH Ir. Diah Indrajati, M.Sc Plt. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Disampaikan dalam acara: Rapat Koordinasi Teknis Pembangunan Tahun 2017

Lebih terperinci

1. NAMA JABATAN: Direktur Pendapatan dan Kapasitas Keuangan Daerah.

1. NAMA JABATAN: Direktur Pendapatan dan Kapasitas Keuangan Daerah. LAMPIRAN IV KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KM.1/2016 TENTANG URAIAN JABATAN STRUKTURAL DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN 1. NAMA JABATAN: Direktur Pendapatan

Lebih terperinci

Kementerian Kelautan dan Perikanan

Kementerian Kelautan dan Perikanan Jakarta, 6 November 2012 Wilayah Pesisir Provinsi Wilayah Pesisir Kab/Kota Memiliki 17,480 pulau dan 95.181 km panjang garis pantai Produktivitas hayati tinggi dengan keanekaragaman hayati laut tropis

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, B U P A T I K U D U S PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

TINDAK LANJUT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN DAERAH. Ir. Diah Indrajati, M.Sc Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

TINDAK LANJUT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN DAERAH. Ir. Diah Indrajati, M.Sc Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri TINDAK LANJUT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN DAERAH Ir. Diah Indrajati, M.Sc Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri KERANGKA UMUM RAKORTEK GAMBARAN HASIL RAKORTEK PROVINSI JAMBI

Lebih terperinci

REKLAMASI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH -Tantangan dan Isu-

REKLAMASI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH -Tantangan dan Isu- Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian REKLAMASI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH -Tantangan dan Isu- ASISTEN DEPUTI URUSAN PENATAAN RUANG DAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL Jakarta, 12 Februari 2014 Pengembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1 BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT

MATERI TEKNIS RTRW PROVINSI JAWA BARAT BAB VIII KELEMBAGAAN DAN PERAN MASYARAKAT 8.1 KELEMBAGAAN Lembaga penataan ruang memegang peran krusial dalam proses penyelenggaraan penataan ruang. Proses penyelenggaraan penataan ruang memerlukan lembaga

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 71...TAHUN 2009 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP DEPARTEMEN DALAM NEGERI TAHUN 2010 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka percepatan pemulihan

Lebih terperinci

oleh: Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

oleh: Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan oleh: Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Seminar Transmigrasi Dalam Perspektif Pengembangan Wilayah, Kependudukan dan Ekonomi Pedesaan Jakarta, 4 Desember 2013 OUTLINE PAPARAN

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA Jl. Lapangan Banteng Timur No. 2-4, Jakarta 10710 Telp: +62 21 345 6714; Fax: +62 21 345 6817 KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) TENAGA PENDUKUNG

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH Oleh: Kedeputian Bidang Pengembangan

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA --------- CATATAN RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMITE I DPD RI DENGAN DIRJEN KEUANGAN DAERAH - KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN DEPUTI PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1344, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pemerintahan. Pelimpahan. Penugasan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN DAN

Lebih terperinci

DEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN

DEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DEPUTI BIDANG PENDANAAN PEMBANGUNAN DISAMPAIKAN DALAM ACARA KICK OFF MEETING PENYUSUNAN RKP 2012 JAKARTA, 21 JANUARI

Lebih terperinci

Mekanisme Pembahasan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017

Mekanisme Pembahasan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Mekanisme Pembahasan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 Oleh : Deputi Bidang Pengembangan Regional Jakarta,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan sektor sanitasi dari berbagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a.

Lebih terperinci

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 DALAM KERANGKA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENATAAN RUANG

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 DALAM KERANGKA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENATAAN RUANG KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 DALAM KERANGKA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENATAAN RUANG Oleh : Ir. DIAH INDRAJATI, M.Sc Plt.

Lebih terperinci

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA

IMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA IMPLEMENTASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Ir. Wahyuningsih Darajati, M.Sc Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Disampaikan ik dalam Diskusi

Lebih terperinci

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik

KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik KEYNOTE SPEECH Sosialisasi dan Pelatihan Aplikasi e-planning DAK Fisik Deputi Bidang Pengembangan Regional Bappenas REGULASI TERKAIT KEBIJAKAN DAK REPUBLIK INDONESIA DEFINISI DAK SESUAI UU No.33/2004 Dana

Lebih terperinci

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS

Lebih terperinci

Evaluasi Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria untuk Input Penyusunan RPJMN

Evaluasi Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria untuk Input Penyusunan RPJMN Evaluasi Prioritas Bidang Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Reforma Agraria untuk Input Penyusunan RPJMN 2015-2019 Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan 2013 i Penyusun Rekomendasi Kebijakan Pengarah:

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN 2015-2019 DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI DAERAH Jakarta, 21 November 2013 Kerangka Paparan 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

[Opini] Maria SW Sumardjono Jum at, 23 September Menghadirkan Negara

[Opini] Maria SW Sumardjono Jum at, 23 September Menghadirkan Negara Menghadirkan Negara Agenda prioritas Nawacita yang kelima mengamanatkan negara untuk meningkatkan kesejahteraan dengan mendorong reforma agraria (landreform) dan program kepemilikan tanah 9 juta hektar.

Lebih terperinci

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, -1- PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.74/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016... TENTANG PEDOMAN NOMENKLATUR PERANGKAT DAERAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1 - 2-5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82); 6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Lebih terperinci