Penelitian Deskriptif

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penelitian Deskriptif"

Transkripsi

1 Penelitian Deskriptif Deskripsi sesi: Materi pembelajaran ini mencakup penelitian deskriptif dengan rancangan crosssectional survey serta penelitian analitik dengan rancangan penelitian case-control dan cohort. Karakteristik rancangan penelitian serta kelebihan-kekurangan dari setiap jenis rancangan akan dibahas dalam materi ini. Tujuan sesi: Setelah mempelajari materi ini, diharapkan mahasiswa mampu: 1. Memahami rancangan penelitian cross-sectional survey, case control dan cohort serta contoh aplikasinya di bidang manajemen rumah sakit 2. Mengidentifikasi kekuatan dan kekurangan setiap jenis rancangan tersebut. Materi pembelajaran: 1. Hand-out penelitian deskriptif dan penelitian analitik 2. Artikel untuk critical appraisal: Sorokin R, Riggio JM, Hwang C. Attitudes about patient safety: a survey of physicians-in-training. Am J of Med Quality 2005; 20 (2): Bahan bacaan: a. Mann CJ. Observational research methods. Research design II: cohort, cross sectional and case-control studies. Emerg Med 2003; 20: b. Garcia MLG, Jimenez-Corona A, Jimenez-Corona E, Solis-Bazaldua M, Villamizar-Archiniegas V, Valdespino-Gomez JL. Nosocomial infections in a community hospital in Mexico. Infect Control Hosp Epidemiol 2001: 22(6): c. Luthi J, Lund MJ, Sampietro-Colom L, Kleinbaum DG, Ballard DJ, Mcclellan WM. Readmissions and the quality of care in patients hospitalized with heart failure. Int J Qual Health Care 2003; 15(5) : d. Cooper DR and Emory CW Metode Penelitian Bisnis. Edisi terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga; hal Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 1

2 Penelitian Observasional PENGANTAR Masalah kesehatan di populasi cukup beragam, mulai dari munculnya berbagai gejala (symptom) yang sifatnya ringan dan tidak mengganggu aktivitas sehari-hari hingga gejala yang sama sekali dapat menghentikan aktivitas fisik atau bahkan penyakit yang sifatnya berat dan memerlukan perawatan serius di rumahsakit. Masalah-masalah kesehatan ini harus dipahami sebagai fenomena alamiah yang dapat terjadi kapanpun di sekitar kita. Mengapa demikian? Oleh karena ada 3 faktor yang selalu berpengaruh, yaitu host (pejamu), agent (perantara), dan environment (lingkungan). Hampir semua penyakit dapat dijelaskan melalui ketiga faktor tersebut. Sebagai contoh adalah common cold atau sering dikenal sebagai flu, yang penyebabnya adalah virus dan sangat mudah ditularkan dari satu ke lain orang melalui perantara udara (airborne) karena adanya lingkungan yang mempermudah penularan tersebut (misalnya di kelas, tempat keramaian, dan rumah). Di rumahsakit, masalah epidemiologi penyakit juga beragam dan kompleks karena adanya ketiga faktor tersebut di atas. Hal yang sering memperberat dan memperburuk keadaan adalah karena orang yang dirawat di rumahsakit umumnya dalam kondisi yang tidak sebaik dengan populasi di komunitas, sehingga risiko penularan penyakit relatif lebih mudah dan cepat serta cenderung berat. Infeksi nosokomial adalah salah satu di antaranya, yang antara lain dapat berupa hospital aqcuired pneumonia atau pneumonia yang di dapat di rumahsakit. Rantai penularan penyakit, di manapun, harus diputus agar tidak membebani masyarakat dan sebaiknya dikendalikan dan dicegah dengan cara-cara medik yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Namun demikian tentu diperlukan studi-studi yang dapat digunakan untuk dasar pengambilan keputusan, agar intervensi apapun yang dilakukan dapat menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi. Dalam Modul-4 dan Modul-5 akan dibahas secara berurutan jenis-jenis penelitian yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah kesehatan di rumahsakit, baik yang sifatnya observasional maupun eksperimental. Secara rinci juga akan dibahas mulai dari syarat- Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 2

3 syarat untuk melakukan masing-masing studi, pengukuran kejadian penyakit, mencari hubungan sebab akibat, menemukan hubungan definitif antar 2 variabel, hingga menginterpretasikan hasil dari penelitian masing-masing. 1. PENDAHULUAN Penelitian epidemiologi dilakukan untuk beberapa tujuan, antara lain adalah pengendalian penyakit dan pencegahan penyakit. Penelitian epidemiologi juga dilakukan untuk mengidentifikasi risiko penyakit, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya penyakit hingga menetapkan upaya intervensi yang sesuai baik dalam bentuk promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam pelaksanaannya seorang peneliti harus menetapkan rancangan penelitian yang paling tepat untuk menjawab permasalahan yang muncul. Strategi penelitian tersebut harus mencakup definisi variabel, tingkat-tingkatnya, dan hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya. Dalam menguji hipotesis, sebagai contoh, seorang peneliti mungkin tertarik untuk mengkaitkan hubungan antara dependent variable (variabel terikat) dan independent variable (variabel bebas). Sebagai contoh adalah berat badan anak (variabel terikat) dan umur anak (variabel bebas), yang artinya adalah bahwa peningkatan berat badan anak akan senantiasa tergantung pada umurnya, yaitu makin bertambah umur, makin bertambah pula berat badan anak, bukan sebaliknya. Di lingkungan rumahsakit, analogi yang sama misalnya adalah outcome klinik bedah (misalnya infeksi pasca bedah) yang kejadiannya akan sangat tergantung pada prosedur bedah yang steril. Dalam hal ini maka kejadian infeksi pasca bedah (variabel terikat) sangat ditentukan oleh baik/buruknya prosedur sterilitas alat, lingkungan, dan petugas (variabel bebas). Apabila seorang peneliti secara sederhana hanya ingin menjelaskan distribusi suatu penyakit, kejadian atau luaran (outcome) suatu program maka rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian tanpa intervensi dan umumnya tanpa hipotesis terlebih dahulu. Di lain pihak apabila seorang peneliti ingin mengetahui apakah merokok dapat menyebabkan kanker paru maka rancangan penelitian yang tepat untuk ini adalah studi analisis deskriptif, dalam hal ini dapat berupa case-control study. Epidemiologi merupakan ilmu yang mempelajari distribusi dan determinandeterminan penyakit dan kesehatan pada populasi manusia. Penelitian epidemiologik mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan distribusi frekuensi penyakit berdasar orang, Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 3

4 waktu, dan tempat. Selain itu penelitian epidemiologi juga bertujuan untuk memperoleh penjelasan tentang berbagai faktor penyebab penyakit dan menilai keberhasilan intervensi yang dilakukan terhadap berbagai permasalahan kesehatan yang ada di masyarakat. Berdasarkan definisi di atas, riset epidemiolgi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu: (1) Penelitian observasional dan (2) Penelitian eksperimental Rancangan Studi Epidemiologi Observasional Eksperimental Deskriptif Analitik Murni Semi Eksposur dan outcome diukur pada waktu yang bersamaan Outcome Penyebab Eksposur Penyakit Randomisasi Intervensi Tanpa Randomisasi Case report Case series Cross-sectional Case Control Study Cohort Study RCT (Randomized Clinical Trial) Quasi experimental 2. TIPE-TIPE PENELITIAN EPIDEMIOLOGI Dari bagan di atas terlihat bahwa penelitian epidemiologi dapat diklasifikasikan menjadi penelitian observasional dan penelitian eksperimental. (1) Penelitian Observasional. Pada penelitian observasional peneliti hanya mengamati suatu fenomena ataupun kejadian dan sama sekali tidak melakukan intervensi. Studi observasional dapat dilakukan dengan pendekatan deskriptif maupun analitik. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinan penyakit berdasar populasi, letak geografik, dan waktu. Berbagai indikator dapat dipakai untuk menggambarkan distribusi dan determinan penyakit di masyarakat. Indikator yang digunakan mencakup faktor-faktor sosio-dermografik seperti umur, jenis kelamin, ras, status perkawinan, pekerjaaan, dsb; maupun variabelvariabel lain seperti gaya hidup (life style) dan sosial seperti jenis makanan, pemakaian obatobatan tertentu, perilaku seksual, dsb. Penelitian deskripsi hanya akan memberikan sebuah Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 4

5 gambaran tentang keadaan kesehatan yang terjadi di masyarakat, dan biasanya merupakan langkah awal dari sebuah penelitian epidemiologi yang lebih mendalam. Contoh penelitian deskriptif adalah apabila seorang peneliti ingin mengetahui prevalensi infeksi pasca bedah pada suatu rumahsakit. Penelitian deskriptif antara lain dapat berupa laporan kasus (case report), studi kasus serial (case series), dan studi cross-sectional. Walaupun penelitian deskriptif umumnya hanya akan memberikan sedikit informasi, tetapi sangat bermanfaat untuk memacu penelitian epideimiologi lebih lanjut. Misalnya Gottileb et al. (1981) melakukan penelitian deskriptif dalam bentuk laporan kasus pneumonia pada 4 orang pemuda. Meskipun hanya 4 kasus, penelitian tersebut ternyata memicu keingintahuan banyak orang karena jenis pneumonia yang dididerita oleh 4 pemuda tersebut merupakan kasus pneumonia yang jarang terjadi. Rasa ingin tahu tersebut memicu penelitian lebih mendalam sampai akhirnya ditemukan bahwa pneumonia pada ke empat penderita tersebut disebabkan oleh penyakit AIDS. (2) Penelitian Eksperimental. Berbeda dengan penelitian observasional, pada penelitian eksperimental seorang peneliti secara sengaja melakukan intervensi. Intervensi yang dilakukan dapat berupa pemberian terapi pada suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok lain yang mendapat terapi yang berbeda. Ada 3 macam studi eksperimental yaitu randomized controlled trial yang menggunakan pasien sebagai subyek penelitian, dan penelitian uji lapangan dan intervensi komunitas yang menggunakan orang sehat dan komunitas sebagai subyek penelitian. 3. PENELITIAN DESKRIPTIF Penelitian deskriptif umumnya dilakukan untuk menggambarkan status kesehatan masyarakat pada suatu saat. Pengukuran prevalensi suatu event yang terjadi di rumahsakit (misalnya flebitis) juga dilakukan dengan metode ini. Penelitian jenis ini biasanya mengandalkan data yang sudah ada (data sekunder) atau dapat juga data primer yang diperoleh melalui suatu survei (misalnya survei kepuasan pasien terhadap pelayanan persalinan di rumahsakit). Penelitian deskriptif biasanya hanya merupakan suatu awal dari penelitian epidemiologik yang lebih mendalam. Di banyak negara, penelitian deskriptif tentang status kesehatan masyarakat dilakukan oleh biro pusat statistik nasional. Penelitian deskriptif Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 5

6 sama sekali tidak mencoba menganalisis adanya hubungan antara faktor risiko/keterpaparan/ expossure dan akibat yang ditimbulkan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian deskriptif biasanya meliputi angka kejadian penyakit pada suatu populasi, penyebaran dan frekuensi penyakit, morbiditas, dan mortalitas dalam suatu populasi. Deskripsi data dapat dikelompokkan menurut (1) ciri karakteristik individu (umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, status sosioekonomik, status perkawinan, status kesehatan, dsb); (2) tempat (rumahsakit, puskesmas, kecamatan, pedesaan, dsb); dan (3) waktu (musim, siklus, dsb). Sebuah penelitian deskriptif dapat memberikan beberapa manfaat yaitu : (1) Memberikan masukan kepada para pemberi pelayanan kesehatan, perencana kesehatan, administrator kesehatan tentang pengalokasian sumberdaya dalam rangka perencanaan kesehatan yang lebih efisien di masa mendatang, (2) Memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu variabel adalah faktor risiko penyakit. Hipotesis tersebut kelak akan diuji lebih lanjut pada studi analitik. Contoh penelitian deskriptif adalah penelitian tentang Angka kejadian infeksi di rumahsakit yang berkaitan dengan penggunaan alat medik (Tabel 1) Table 1 Angka kejadian infeksi akibat penggunaan alat medik7 Tipe ICU Pneumonia akibat penggunaanventilator* Mean (10% 90%) Infeksi saluran kencing akibat penggunaan kateter, Mean (10% 90%) Coronary 10.2 ( ) 7.1 ( ) Medical 8.9 ( ) 8.0 ( ) Medical/surgical 11.8 ( ) 5.4 ( ) Neurosurgical 18.3 ( ) 8.5 ( ) Pediatric 5.8 ( ) 5.3 ( ) Surgical 14.5 ( ) 5.3 ( ) *Jumlah kasus pneumonia akibat penggunaan ventilator per 1,000 ventilator-hari. Nilai pooled mean, nilai 10 percentile, dan 90 th percentile data yang dilaporkan rumahsakit ke CDC. Jumlah infeksi per 1,000 pengguna kateter-hari. Hasil penelitian di atas hanya merupakan deskripsi tanpa memberikan pengujian hipotesis ataupun membuktikan penyebab. Hasil tersebut memberikan informasi yang cukup baik Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 6

7 mengenai kejadian infeksi pada pasien-pasien yang menggunakan alat medik seperti ventilator dan kateter urin. Dari Tabel 1 terlihat bahwa angka kejadian pneumonia pada penderita yang menggunakan ventilator, tertinggi adalah mereka yang menjalani operasi bedah saraf, disusul dengan bedah umum, dan koroner. Contoh lain penelitian deskriptif adalah penelitian tentang sebab utama kematian menurut kelompok umur berdasar pada SKRT tahun 1992 sebagai berikut: Tabel 2. Penyebab utama kematian penduduk di Indonesia menurut kelompok umur versi SKRT tahun 1992 Kelompok penyakit th th th >55 th penyebab utama N % N % n % N % kematian Tuberkulosis 10 19, , 20 17, ,3 3 Infeksi dan parasit 4 7,7 6 7,3 6 5,2 26 5,3 Neoplasma 1 1, , 6 5,2 25 5,1 9 Kardiovaskuler 3 5, , ,2 Infeksi saluran nafas 1 1, ,9 15 3,1 Bronkitis dan asthma ,5 9 7,8 36 7, PENELITIAN CROSS-SECTIONAL/POTONG LINTANG Pada studi cross-sectiona/potong lintang atau juga dikenal sebagai studi prevalensi maka status eksposur (paparan) dan status penyakit diukur pada waktu yang bersamaan pada suatu populasi. Studi prevalensi yang menitikberatkan pada etiologi biasanya dilakukan untuk mempelajari kemungkinan faktor risiko dari suatu penyakit yang onsetnya lambat dan durasinya panjang. Dalam penelitian potong lintang, peneliti biasanya memotret frekuensi dan karakter penyakit, serta paparan faktor penelitian pada suatu populasi dan pada suatu saat tertentu. Data yang dihasilkan penelitian potong lintang adalah data prevalensi dan bukan Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 7

8 insidensi, artinya, seorang penderita yang datang berulang-ulang ke rumahsakit akibat suatu penyakit akan terhitung beberapa kali sesuai dengan jumlah kedatangannya di rumahsakit untuk periksa. Dengan kata lain, semua pasien dengan diagnosis yang sama akan dihitung sebagai numerator tanpa melihat apakah kasus baru atau kasus lama. Salah satu prinsip utama dari studi cross sectional adalah bahwa studi ini tidak dapat digunakan untuk menjawab hubungan sebab-akibat. Mengapa demikian? Oleh karena baik outcome (penyakit) maupun eksposur (faktor risiko) diukur pada saat yang bersamaan, sehingga tidak dapat diketahui secara definitif apakah eksposur mendahului outcome atau sebaliknya outcome mendahului eksposur. a. Penentuan populasi penelitian Pertanyaan pertama yang biasanya muncul ketika seseorang ingin memulai penelitian adalah siapa yang akan dipilih menjadi populasi penelitian? Dalam studi cross sectional maka populasi penelitian menjadi sangat penting dan harus spesifik. Sebagai contoh adalah jika ingin mengetahui angka kejadian pneumia akibat penggunaan alat medik, maka populasinya ada 2 macam, yaitu (1) penderita yang mengalami pneumonia dan (2) penderita yang tidak mengalami pneumonia. Dari masing-masing kelompok tersebut tentu juga akan terdiri dari mereka yang menggunakan alat medik dan yang tidak menggunakan alat medik. Dapat juga dibandingkan prevalensi pneumonia akibat penggunaan alat medik di suatu rumah sakit vs. rumahsakit yang lain. Untuk jenis studi ini dapat juga kita membandingkan risiko terjadinya pneumonia akibat alat medik pada laki-laki vs. wanita. b. Pengukuran eksposur Untuk mengukur adanya paparan pada subyek penelitian dapat dilakukan antara lain dengan menggunakkan kuesioner, catatan medik, hasil pemeriksaan laboratorium, maupun hasil pemeriksaan fisik. Salah satu contoh pengukuran eksposur adalah pada kasus flebitis. Pasien yang dirawat inap di rumahsakit adalah subyek penelitian. Selanjutnya diamati berapa yang mendapat terapi melalui infus. Diantara yang mendapat terapi infus, berapa yang kemudian terbukti mengalmi flebitis. Dalam hal ini tentu ada juga pasien-pasien yang mendapat Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 8

9 infus tetapi tidak mengalami flebitis. Kelompok kedua ini dapat digunakan sebagai pembanding. c. Pengukuran kejadian penyakit/prevalensi Pengukuran kejadian penyakit dapat dilakukan dengan menghitung prevalensi. Terdapat beberapa jenis formula, tergantung konteksnya. Sebagai contoh, jika tidak disebutkan secara spesifik, maka biasanya berupa point prevalence, yaitu prevalensi suatu penyakit pada suatu waktu tertentu. Point prevalence suatu penyakit per 1000 populasi dihitung dengan formula berikut Jumlah individu yang sakit pada suatu saat X 1000 Jumlah populasi pada saat itu Numerator di sini adalah jumlah total orang yang sakit pada suatu saat, tanpa memperhitungkan sejak kapan yang bersangkutan sakit. Sedangkan denominator adalah jumlah total populasi pada saat itu, termasuk yang sehat maupun yang sakit. Point prevalence juga dapat digunakan untuk menghitung prevalensi penyakit pada kelompok umur dan jenis kelamin tertentu, misalnya adalah prevalensi penyakit pada laki-laki usia tahun, maka formulanya adalah sebagai berikut Jumlah laki-2 umur tahun yang sakit pada suatu saat X 1000 Jumlah populasi laki-2 umur pada saat itu Berbeda dengan point prevalence maka period prevalence biasanya menggambarkan angka kejadian penyakit pada suatu populasi dalam satu periode tertentu, misalnya dalam 1 tahun. Adapun formulanya adalah sbb. Jumlah individu yang sakit pada satu periode waktu X 1000 population at risk Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 9

10 Pada period prevalence maka numerator adalah jumlah orang yang sakit dalam satu periode waktu tertentu, sedangkan denominator adalah jumlah rata-rata populasi dalam periode waktu tersebut, biasanya digunakan rata-rata populasi pada awal dan akhir tahun atau jumlah populasi pada tengah-tengah tahun. d. Mengukur dan menghitung adanya hubungan antara 2 variabel Seperti telah diuraikan sebelumnya, keterbatasan dari penelitian cross sectional adalah tidak dapat digunakan untuk mencari sebab-akibat antara eksposur dengan penyakit. Yang dapat dilakukan adalah menghitung/estimasi adanya kemungkinan hubungan atau asosiasi antara 2 variabel. Dalam hal ini maka besarnya risiko terjadinya suatu penyakit akibat eksposur dinyatakan dengan RR atau relative risk atau risiko relatif. Eksposur Penyakit Ya Tidak Ya a b a + b Tidak c d c + d a + c b + d N RR = a a + b c c + d Sebagai contoh adalah kemungkinan adanya hubungan antara obesitas dengan kejadian osteoartritis. Osteoartritis Ya Tidak Ya Obese Tidak Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 10

11 PERTANYAAN: Apa arti Risiko Relatif (RR) dalam studi cross sectional? Bagaimana menginterpretasikan RR pada studi cross sectional? Pada Tabel hubungan osteoartritis dan obesitas, hitunglah RR dan 95% CI serta buat interpretasinya 4. PENELITIAN ANALITIK Berbeda dengan penelitian deskriptif yang umumnya hanya dapat menggambarkan distribusi frekuensi suatu penyakit dan kemungkinan hubungan antara 2 atau lebih variabel, maka penelitian analitik bertujuan untuk memberikan jawaban atas adanya hubungan sebab-akibat antara 2 variabel. Secara sederhana penelitian analitik dapat dilakukan dengan 2 pendekatan, yaitu (1) casecontrol study atau studi kasus-kontrol, dan (2) cohort study CASE CONTROL STUDY Case-control study selalu dimulai dari kasus. Seorang peneliti yang tertarik pada suatu kasus/penyakit, yang insidensinya relatif jarang dan ingin mengetahui apa saja yang menyebabkan timbulnya suatu penyakit dapat menggunakan design penelitian ini. Mengapa demikian? Bayangkan jika kita menemukan suatu sindrom, katakan Reye syndrome, yang diduga ada kaitannya dengan konsumsi aspirin pada bayi. Laporan kasus menyatakan bahwa insidensi sindrom Reye sangat jarang, yaitu 1 di antara 2500 bayi yang mendapat aspirin. Untuk mencari hubungan sebab akibat antara aspirin dengan sindrom Reye maka tidak mungkin kita melakukan studi prospektif, karena untuk menemukan 1 kasus saja kita harus menunggu hingga ada minimal 2500 bayi yang mendapat aspirin. Padahal diketahui bahwa untuk mendapatkan bayi dengan terapi aspirin saja sangat sulit diperoleh. Dengan demikian tentu tidak mungkin kita melakukan studi observasional prospektif, karena di samping akan membuang-buang waktu, biaya, dan kesempatan, hasilnyapun belum tentu dapat menjawab pertanyaan penelitian kita. Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 11

12 Rancangan case-control study Secara ringkas, rancangan case control study adalah seperti berikut: Eksposur (+) Eksposur (-) Kasus Eksposur (+) Eksposur (-) Kontrol Meskipun secara sepintas terlihat sederhana, rancangan studi case control ini harus dibuat secara sangat hati-hati, oleh karena rentan terhadap risiko bias. Sebagai contoh adalah jika ingin mencari hubungan antara merokok dan Ca pulmo, maka eksposur dalam bentuk merokok harus diukur dengan sangat cermat, oleh karena beberapa faktor seperti jumlah rokok yang dihisap per hari (heavy vs. light smoker), jenis rokok, lamanya merokok, apakah pernah punya riwayat merokok (past smoker) atau saat ini masih merokok (current user). Masing-masing variabel tersebut akan berfungsi sebagai confounder. Dalam studi case control maka kasus harus didefinisikan secara sangat rinci, antara lain adalah: apa yang dimaksud dengan kasus atau penyakit, bagaimana menegakkan diagnosis penyakit tersebut, kriteria apa saja yang harus ada untuk dapat dikatakan sebagai kasus dari mana dan kapan (periode waktu) kasus diambil bagaimana cara memperoleh kasus dsb Demikian pula halnya dengan kontrol yang juga harus didefinisikan secara rinci. Kontrol harus bersifat independen dari kasus. Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 12

13 Bias dan confounding Masalah yang sering menyertai suatu studi case control adalah potensi untuk terjadinya bias atau confounding. Apa yang dimaksud dengan bias dan apa pula yang dimaksud dengan confounding? Selection bias, yaitu bias yang terjadi pada saat seleksi subyek. Sebagai contoh adalah ketika ingin mengetahui hubungan antara merokok dan Ca pulmo, maka peneliti cenderung memasukkan orang-orang yang secara nyata memang perokok. Akibatnya ketika dilakukan analisis, seolah-olah memang rokoklah penyebab Ca pulmo. Measurement bias, yaitu bias yang terjadi pada saat pengukuran eksposur. Sebagai contoh, ketika ingin mengetahui hubungan sebab akibat antara stroke dan hipertensi, pemeriksa yang berbeda melakukan pengukuran tekanan darah dengan cara yang berbeda atau menggunakan alat ukur yang tidak sama. Akibatnya hasil pengukuran menjadi tidak valid. Information bias, yaitu bias yang terjadi pada saat peneliti menggali informasi dari subyek. Sebagai contoh, ketika pemeriksa mengetahui bahwa subyek menderita Ca pulmo, maka pertanyaan mengenai merokok pada subyek tersebut dilakukan secara mendalam, sedangkan yang bukan penderita Ca pulmo, pertanyaan dilakukan secara pintas lalu. Recall bias, yaitu bias dalam menjaring informasi dari responden. Sebagai contoh adalah ketika peneliti ingin mengetahui apakah terjadinya low birth weight disebabkan oleh intake makanan yang buruk selama kehamilan. Lalu dilakukanlah interview untuk menanyakan apa saja yang dimakan dalam 2 minggu terakhir. Kalaupun dijawab oleh responden, maka jawaban tersebut tidaklah valid, karena kemampuan untuk mengingat setiap subyek sangat terbatas. Confounder. Kadar kolesterol ataupun kadar trigliserida yang tinggi merupakan confounder untuk terjadinya stroke pada penderita hipertensi. Mengapa demikian? Oleh karena pada penderita hipertensi yang disertai kadar kolesterol atau kadar trigliserida yang tinggi memiliki risiko menderita stroke yang lebih besar dari pada jika hanya menderita hipertensi saja. Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 13

14 Mengendalikan risiko bias Mengendalikan risiko terjadinya bias bukan merupakan cara yang sederhana, namun hal ini harus dilakukan untuk menjamin validitas hasil penelitian. Beberapa upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah: Restriksi. Dalam hal ini peneliti dapat saja membatasi populasi penelitian agar tidak terlalu banyak memiliki faktor-faktor risiko untuk terjadinya outcome. Sebagai contoh, stroke dapat terjadi pada seorang penderita hipertensi, hiperkolesterolemia, hipertrigliserida, obesitas, stress, dan diabetes mellitus. Untuk mengurangi risiko terjadinya bias, dapat saja penderita dengan obesitas dan stress dikeluarkan dari penelitian. Randomisasi. Cara ini dimaksudkan untuk menghindari bias karena setiap subyek mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih. Randomisasi juga dilakukan untuk menjamin agar heterogenitas kedua populasi (kasus dan kontrol) dapat terjaga. Matching. Jika umur merupakan confounder untuk terjadinya suatu penyakit (misalnya umur tua berisiko untuk terjadinya Alzheimer disease), maka dapat dilakukan matching. Dalam hal ini setiap 1 kasus dipadankan (matched) dengan 1 atau lebih kontrol dengan usia yang hampir sama. Stratifikasi. Sebagai contoh adalah angka kematian bayi hingga umur 28 hari, yang salah satu confoundernya adalah low birth weight atau berat badan lahir rendah. Untuk itu maka ketika melakukan analisis dilakukan stratifikasi, mereka yang memiliki berat badan lahir kurang dari 2500 gram dikelompokkan sendiri dan dibandingkan dengan yang berat lahirnya di atas 2500 gram Analisis Jika pada penelitian cross-sectional kita dapat mengukur risiko relatif maka dalam penelitian case-control yang dihitung adalah Odds Ratio (OR), yang formulanya adalah sbb: Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 14

15 OR = ad b c Odds Ratio ini menyatakan adanya hubungan sebab akibat antara eksposur dan outcome, yang dinyatakan dengan berapa kali risiko untuk terjadinya outcome pada kelompok eksposur dibandingkan dengan kelompok tanpa eksposur COHORT Jika penelitian case control selalu berawal dari kasus atau penyakit, maka penelitian cohort bermula dari eksposur. Sebagai contoh, ketika kita sedang membeli bensin akan terlihat banyak anak kecil yang menjajakan koran dan makanan. Mengingat bahwa di sekitar pom bensin tentu banyak kandungan timbalnya, maka pertanyaannya adalah apa yang akan terjadi pada anak-anak tersebut setelah sekian lama terpapar lingkungan pom bensin yang notabene mengandung banyak timbal. Atas dasar pertanyaan tersebut kemudian peneliti melakukan observasi secara prospektif pada anak-anak yang berada di sekitar pom bensin dan diamati hingga muncul outcome, baik berupa penyakit atau hanya gejala sakit. Sedangkan kelompok kontrol adalah anakanak yang sama sekali tidak terpapar oleh timbal, atau tidak bekerja di sekitar pom bensin. Pendekatan penelitian cohort harus banyak memperhitungkan segi logistik, karena pengamatan pada kelompok eksposur untuk terjadinya outcome bisa sangat lama dan sering tidak menentu. Dapat dibayangkan apabila kita mengamati dan melakukan follow up terhadap semua orang yang merokok dan menunggu hingga timbul outcome berupa Ca pulmo. Waktu yang diperlukan untuk pengamatan tersebut tentu akan sangat lama, bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun. Oleh sebab itu jarang sekali orang melakukan penelitian jenis ini jika kemungkinan terjadinya outcome sangat lama. Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 15

16 Adapun design cohort adalah sebagai berikut Follow up Eksposur (+) Eksposur (-) Outcome (+) Eksposur (+) Eksposur (-) Outcome (-) DAFTAR PUSTAKA Kelsey JL, Whittemore AS, Evans AS, Thomson WD (1996) Methods in Observational Epidemiology. 2 nd Ed. Oxford University Press, New York, pp Troidi H, McKneally MF, Mulder DS, Wechsler AS, McPeek B, Spitzer WO (1998) Surgical Research. Basic Principles and Clinical Practice. 3 rd Ed. Springer Verlag, Heidelberg, pp DAFTAR BACAAN 1. Abramson JH. (1998) Cross sectional studies. In: R Detels, WW Holand, J McEwen, GS Omenn. Oxford Text Book of Public Health. 3 rd Ed Vol 2. New York. Oxford University Press, pp: Rothman KJ and Greenland S. (1998) Causation and causal inference. In: KJ Rothman and S Greenland. Modern Epidemiology. Philadelphia (PA), Lippincott- Raven, pp:7-28. Magister Manajemen Rumahsakit Fakultas Kedokteran UGM 16

Pengukuran Kejadian Penyakit

Pengukuran Kejadian Penyakit Pengukuran Kejadian Penyakit Deskripsi sesi: Pengukuran adalah bagian terpenting dari suatu penelitian epidemiologi. Aspek pengukuran meliputi alat ukur, cara pengukuran dan hasil pengukuran. Secara umum

Lebih terperinci

Studi epidemiologi deskriptif

Studi epidemiologi deskriptif Studi epidemiologi deskriptif Penelitian Crosectional Adalah rancangan studi epidemiologi yg memepelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit

Lebih terperinci

6/5/2010. Analytic. Descriptive Case report Case series Survey. Observational Cross sectional Case-control Cohort studies

6/5/2010. Analytic. Descriptive Case report Case series Survey. Observational Cross sectional Case-control Cohort studies Disampaikan oleh: Retna Siwi Padmawati KMPK-2009 Tujuan Memberi pengantar tentang disain metode penelitian Memahami perbedaan penelitian deskriptif dan analytic Mengidentifikasi hirarki disain penelitian,

Lebih terperinci

Aplikasi Penelitian Epidemiologis di RS

Aplikasi Penelitian Epidemiologis di RS Aplikasi Penelitian Epidemiologis di RS Deskripsi Sesi Tujuan Sesi Sesi ini membahas tentang penggunaan penelitian epidemiologi pada konteks pelayanan kesehatan di rumahsakit terutama dalam mengukur kejadian

Lebih terperinci

Cross sectional Case control Kohort

Cross sectional Case control Kohort Definisi Cross sectional Case control Kohort Rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan dengan cara mengamati status penyakit dan paparan secara bersamaan pada individu

Lebih terperinci

1. Relatif cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa.

1. Relatif cepat dan murah untuk mendeteksi adanya kejadian luar biasa. JENIS DESAIN PENELITIAN 1. Cross-Sectional Survey cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktorfaktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau

Lebih terperinci

DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI

DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI Suatu penelitian ingin mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit Thypoidpada anak-anak. Beberapa faktor yang diduga sebagai faktor risiko terjadinya penyakit

Lebih terperinci

JENIS RISET. Saptawati Bardosono

JENIS RISET. Saptawati Bardosono JENIS RISET Saptawati Bardosono PENDAHULUAN Penelitian adalah proses pendekatan dengan pembuktian ilmiah untuk mendapatkan tambahan dan memperdalam ilmu di bidang tertentu Proses pembuktian dapat terjadi

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI GIZI. Saptawati Bardosono

EPIDEMIOLOGI GIZI. Saptawati Bardosono EPIDEMIOLOGI GIZI Saptawati Bardosono Pendahuluan Epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari frekuensi penyakit pada manusia Epidemiologi mempelajari distribusi penyakit

Lebih terperinci

STUDI EPIDEMIOLOGI ANALITIK (OBSERVASIONAL DAN EKSPERIMENTAL) Putri Handayani, M. KKK

STUDI EPIDEMIOLOGI ANALITIK (OBSERVASIONAL DAN EKSPERIMENTAL) Putri Handayani, M. KKK STUDI EPIDEMIOLOGI ANALITIK (OBSERVASIONAL DAN EKSPERIMENTAL) Putri Handayani, M. KKK Epidemiologi Studi yg mempelajari distribusi dan determinant status atau kejadian yg berhubungan dengan kesehatan pada

Lebih terperinci

Studi Eksperimental membandingkan data dari sekelompok manusia/obyek yang dengan

Studi Eksperimental membandingkan data dari sekelompok manusia/obyek yang dengan STUDI EKSPRIMENTAL/STUDI INTERVENSI Studi Eksperimental membandingkan data dari sekelompok manusia/obyek yang dengan sengaja diberikan tindakan/intervensi tertentu dengan kelompok lain yang sama tetapi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Penyusun. Kelompok 1

KATA PENGANTAR. Penyusun. Kelompok 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan izin dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah farmakoepidemiologi tentang Studi Cohort. Dalam makalah

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA EPIDEMIOLOGI dr. Maftuhah Nurbeti A. Pendahuluan Knowledge is not enough, we must apply. Willingness is not enough, we must do (Goethe dalam Killoran et al, 2006) Kutipan dari ilmuwan terkenal abad 18

Lebih terperinci

Pada sebuah penelitian potong lintang berbasis populasi peneliti ingin mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi.

Pada sebuah penelitian potong lintang berbasis populasi peneliti ingin mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi. Pada sebuah penelitian potong lintang berbasis populasi peneliti ingin mengetahui faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi. Ternyata didapatkan hubungan dengan obesitas, merokok, dan aktifitas

Lebih terperinci

Strategi Disain Penelitian

Strategi Disain Penelitian Strategi Disain Penelitian Deskripsi sesi: Setelah menyusun hipotesis dan/atau pertanyaan penelitian yang akan dijawab, maka langkah berikutnya adalah menetapkan strategi penelitian. Terdapat beberapa

Lebih terperinci

STUDI EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF. Putri Handayani, SKM., M.KKK

STUDI EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF. Putri Handayani, SKM., M.KKK STUDI EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF Putri Handayani, SKM., M.KKK Epidemiologi Definisi: Studi tentang sebaran (distribusi) dan faktor yang berpengaruh (determinan) dari frekuensi penyakit pada populasi (manusia).

Lebih terperinci

ETIKA PENELITIAN EPIDEMIOLOGI ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

ETIKA PENELITIAN EPIDEMIOLOGI ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS ETIKA PENELITIAN EPIDEMIOLOGI ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PENDAHULUAN Penelitian epidemiologi - merupakan studi distribusi dan determinan (penentu) status atau kejadian yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 15 Agustus 20 Oktober 2015 di RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta. B. Jenis Penelitian Jenis penelitian

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) menyebutkan bila stroke merupakan penyebab kematian nomer satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jantung merupakan sebuah organ yang memompa darah ke seluruh tubuh, hal ini menjadikan fungsi jantung sangat vital bagi kehidupan, sehingga jika terjadi sedikit saja

Lebih terperinci

PERANCANGAN KAJIAN EPIDEMIOLOGIK

PERANCANGAN KAJIAN EPIDEMIOLOGIK PERANCANGAN KAJIAN EPIDEMIOLOGIK Nama Mata Kuliah: Perancangan Kajian Epidemiologik Kode Mata Kuliah: IPH 616 Bobot SKS: 3 (2-1) Semester Genap T.A. 2010/2011 Pengajar: Koordinator: Dr. Ir. Etih Sudarnika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit jantung saat ini telah menjadi masalah serius di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan pembuluh darah

Lebih terperinci

06/03/2018 TUJUAN. Diakhir kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang konsep dasar epidemiologi deskriptif. Pertemuan 4 - Epidemiologi

06/03/2018 TUJUAN. Diakhir kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang konsep dasar epidemiologi deskriptif. Pertemuan 4 - Epidemiologi TUJUAN Diakhir kuliah mahasiswa memiliki pengetahuan tentang konsep dasar epidemiologi deskriptif Pertemuan 4 - Epidemiologi Adalah studi yang menggambarkan karakteristik & sebaran masalah kesehatan/ penyakit;

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Bagian Rekam Medik RSUP Dr. Kariadi

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di dunia. Diperkirakan 17,5 juta orang meninggal dunia karena penyakit ini. Dan 7,4 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit tertua yang menginfeksi manusia. Penyakit ini menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia dan menyebabkan angka kematian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini bersifat non-eksperimental dengan rancangan penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. B. Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) adalah istilah untuk penyakit yang muncul ketika dinding arteri koronaria menyempit oleh pembentukan material lemak secara gradual yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular (Non-Communicable diseases) terdiri dari beberapa penyakit seperti jantung, kanker, diabetes, dan penyakit paru-paru kronis. Pada tahun 2008,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya penyempitan pembuluh darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit tidak menular yang prevalensinya tiap tahun semakin meningkat. Di Asia Pasifik, Indonesia menempati peringkat kedua dengan jumlah

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 1. Masalah penyakit menular masih merupakan

Lebih terperinci

UKURAN FREKUENSI PENYAKIT

UKURAN FREKUENSI PENYAKIT UKURAN FREKUENSI PENYAKIT ade.heryana24@gmail.com 6 Desember 2015 Universitas Esa Unggul - Jakarta Jenis Ukuran dalam Epidemiologi Tipe Matematik Dengan denominator Tanpa denominator Tipe Epidemiologik

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit tidak menular (non-communicable disease) yang perlu mendapatkan perhatian karena telah

Lebih terperinci

BIAS DALAM STUDI EPIDEMIOLOGI. Oleh: Hartini Sri Utami

BIAS DALAM STUDI EPIDEMIOLOGI. Oleh: Hartini Sri Utami BIAS DALAM STUDI EPIDEMIOLOGI Oleh: Hartini Sri Utami Definisi Bias adalah kesalahan sistematis dalam memilih subjek penelitian atau mengumpulkan data yang menyebabkan taksiran yang salah (incorrect estimates)

Lebih terperinci

Studi Epidemiologi Analitik. DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 Adelia Adi setya Rizky Maisar Putra Romayana Simanungkalit Rozika Amalia Siti Susanti Yusfika

Studi Epidemiologi Analitik. DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 Adelia Adi setya Rizky Maisar Putra Romayana Simanungkalit Rozika Amalia Siti Susanti Yusfika Studi Epidemiologi Analitik DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 Adelia Adi setya Rizky Maisar Putra Romayana Simanungkalit Rozika Amalia Siti Susanti Yusfika STUDI EPIDEMIOLOGI ANALITIK 1.1 PENGERTIAN STUDI EPIDEMIOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variabel Bebas Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan VariabelTerikat Status Perkawinan Kejadian Malnutrisi Riwayat Penyakit Aktifitas Fisik Perilaku Merokok

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS Program Studi : Kode : 25 : KEDOKTERAN KOMUNITAS Semester : 7 (tujuh) Standar Kompetensi : mahasiswa mampu menjelaskan dan menerapkan aspek promotif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa peningkatan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini BAB V PEMBAHASAN Penelitian mengenai hubungan derajat berat merokok dengan kejadian infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari 2015. Penelitian ini dilakukan di Poliklinik dan Ruang Rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola hidup masyarakat selalu mengalami perkembangan, baik tingkat ekonomi, sosial maupun teknologi. Perubahan penyakit menular ke penyakit tidak menular menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang menghadapi beban ganda di bidang kesehatan, yaitu penyakit menular yang masih tinggi diikuti dengan mulai meningkatnya

Lebih terperinci

DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF

DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF DESAIN STUDI EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF Putri Winda Lestari, S.KM., M.Kes (Epid) STIKes Binawan Classification of Epidemiology Study Classification of Community Epidemiology Prevention Treatment Trials Study

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas), edema dan tanda objektif adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler adalah penyebab utama kematian di negara maju. Di negara yang sedang berkembang diprediksikan penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan suatu obat dapat berpengaruh terhadap kualitas pengobatan, pelayanan dan biaya pengobatan. Penggunaan obat merupakan tahap akhir manajemen obat. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, seiring dengan perkembangan zaman, Indonesia sebagai negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang teknologi dan industri. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah

BAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah terinfeksi oleh kuman Mycobacterium tuberculosis pada tahun 2007 dan ada 9,2 juta penderita

Lebih terperinci

PENELITIAN PERILAKU KESEHATAN 2

PENELITIAN PERILAKU KESEHATAN 2 PENELITIAN PERILAKU KESEHATAN 2 1 PERILAKU Batasan konsep (Skinner): Respons organisme terhadap stimulus (rangsangan). Respons organisme terwujud dalam bentuk: Tertutup: apabila respons tersebut terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembentukan manusia yang berkualitas dimulai sejak masih di dalam kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat proses

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke yang utama 1.Masalah kesehatan yang timbul akibat stoke sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan global yang membutuhkan perhatian karena dapat menyebabkan kematian utama di Negara-negara maju maupun Negara berkembang. Menurut

Lebih terperinci

Etih Sudarnika Laboratorium Epidemiologi, FKH IPB

Etih Sudarnika Laboratorium Epidemiologi, FKH IPB Etih Sudarnika Laboratorium Epidemiologi, FKH IPB Merupakan satu di antara studi observasional analitik yang dirancang untuk melihat hubungan asosiasi. Desain ini dimulai dengan menetukan/menyeleksi populasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan pendekatan cross sectional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif deskriptif yaitu penelitian yang tidak. memberikan intervensi kepada objek dan hanya mewawancarai.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif deskriptif yaitu penelitian yang tidak. memberikan intervensi kepada objek dan hanya mewawancarai. 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif yaitu penelitian yang tidak memberikan intervensi kepada objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia sebanyak 7,4 juta dan terus mengalami peningkatan (WHO, 2012). Hingga

BAB I PENDAHULUAN. dunia sebanyak 7,4 juta dan terus mengalami peningkatan (WHO, 2012). Hingga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang paling umum terjadi (43% dari total penyakit kardiovaskuler) dan menyebabkan kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak

BAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak maupun dewasa di negara berkembang maupun negara maju. Sejak dua dekade terakhir, dilaporkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner (PJK) telah menjadi penyebab kematian utama di Indonesia. Dewasa ini perilaku pengendalian PJK belum dapat dilakukan secara optimal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesian saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing BAB VI HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini disajikan dengan penyajian hasil analisis univariat. Hasil analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing variabel yang diteliti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan waktu penelitian 3.1.1 Lokasi Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman Kecamatan Kota Tengah. 3.1.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Tipe desain penelitian Desain penelitian survey analitik Desain penelitian eksperimental Penelitian kualitatif. Desain Penelitian - 2

Tipe desain penelitian Desain penelitian survey analitik Desain penelitian eksperimental Penelitian kualitatif. Desain Penelitian - 2 Tipe desain penelitian Desain penelitian survey analitik Desain penelitian eksperimental Penelitian kualitatif Desain Penelitian - 2 Suatu rencana, dan strategi penelitian untuk menjawab permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner atau PJK adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh adanya penyempitan dan hambatan arteri koroner yang mengalirkan darah ke otot jantung.

Lebih terperinci

Observasional study. Nani Kartinah, S.Farm, M.Sc, Apt. Department of Pharmacy Faculty of Mathematics and Science Lambung Mangkurat University

Observasional study. Nani Kartinah, S.Farm, M.Sc, Apt. Department of Pharmacy Faculty of Mathematics and Science Lambung Mangkurat University Observasional study Nani Kartinah, S.Farm, M.Sc, Apt Department of Pharmacy Faculty of Mathematics and Science Lambung Mangkurat University Cross-sectional Rancangan penelitian ini merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi epidemiologi yang dikenal dengan istilah double burden diseases, yaitu penyakit menular belum dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memberikan pelayanan keperawatan (Ballard, 2003). Kesalahan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memberikan pelayanan keperawatan (Ballard, 2003). Kesalahan dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Patient safety merupakan isu global yang menjadi perhatian di seluruh dunia. Petient safety adalah salah satu komponen yang utama dan vital dalam memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi masih tetap menjadi masalah hingga saat ini karena beberapa hal seperti meningkatnya prevalensi hipertensi, masih banyaknya pasien hipertensi yang belum

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 Indra Pramana Widya., 2011 Pembimbing I : Freddy T. Andries, dr., M.S

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan masyarakat perlu disediakan dan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Annissa Rizkianti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Annissa Rizkianti, FKM UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di tengah munculnya new-emerging disease, penyakit infeksi tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di seluruh belahan dunia. Penyakit infeksi masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. baru atau berulang. Kira-kira merupakan serangan pertama dan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. baru atau berulang. Kira-kira merupakan serangan pertama dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Stroke adalah penyebab kematian terbanyak ketiga di seluruh dunia setelah penyakit jantung dan kanker dan setiap tahunnya 700.000 orang mengalami stroke baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hipertensi atau yang dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang mencapai lebih dari 140/90 mmhg. Penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan masalah global, dimana angka morbiditas dan mortalititasnya tinggi. Prevalensi di Amerika diperkirakan 82.6 juta orang mengalami

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25

BAB 5 PEMBAHASAN. IMT arteri karotis interna adalah 0,86 +0,27 mm. IMT abnormal terdapat pada 25 57 BAB 5 PEMBAHASAN Subjek penelitian adalah 62 pasien pasca stroke iskemik. Variabel independen adalah asupan lemak, yang terdiri dari asupan lemak total, SFA, MUFA, PUFA dan kolesterol. Variabel dependen

Lebih terperinci

2-RP. Penguasaan Pengetahuan. Kemampuan. kerja. Kemampuan. Manajerial. Sikap dan Tata Nilai 5-PBS 1-CP 2-RP 3-RE

2-RP. Penguasaan Pengetahuan. Kemampuan. kerja. Kemampuan. Manajerial. Sikap dan Tata Nilai 5-PBS 1-CP 2-RP 3-RE RP-S1-SLK-02 Kurikulum 2014, Edisi : September-2014.Revisi : 00 Hal: 1 dari 7 A. CAPAIAN PEMBELAJARAN (Learning outcome) : CP 5.1 : Menganalisis data di bidang kedokteran/kesehatan, pertanian/perikanan/kelautan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit kardiovaskuler menempati ranking pertama sebagai penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti Indonesia (Setianto, 2004). Penyakit kardiovaskuler

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan derajat kesehatan. Kegiatan ini hanya diselenggarakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan derajat kesehatan. Kegiatan ini hanya diselenggarakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Transfusi darah merupakan salah satu bagian penting pelayanan kesehatan modern. Bila digunakan dengan benar, transfusi dapat menyelamatkan jiwa pasien dan meningkatkan

Lebih terperinci

Dietary iron intake and blood donations in relation to risk of type 2diabetes in men: a prospective cohort study Cohort Study ( Prospectively )

Dietary iron intake and blood donations in relation to risk of type 2diabetes in men: a prospective cohort study Cohort Study ( Prospectively ) Dietary iron intake and blood donations in relation to risk of type 2diabetes in men: a prospective cohort study Cohort Study ( Prospectively ) NAMA ANGGOTA KELOMPOK 2 A.2: 1. NUR AFIFAH DWI P ( 105070300111026

Lebih terperinci

Tutorial Epidemiologi : 1. Frekuensi Masalah Kesehatan dan Pengukuran

Tutorial Epidemiologi : 1. Frekuensi Masalah Kesehatan dan Pengukuran Tutorial Epidemiologi : 1 Frekuensi Masalah Kesehatan dan Pengukuran Tujuan Pembelajaran Definisi istilah rate, ratio, proportion Membedakan : incidence rate vs prevalence Point prevalence vs period prevalence

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang. terjadi akibat penyakit kardiovaskular. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan suatu sindroma neurologis yang terjadi akibat penyakit kardiovaskular. Kelainan terjadi pada pembuluh darah di otak dan bersifat fokal. Stroke merupakan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung. BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah ke otot jantung. Angina seringkali digambarkan sebagai remasan, tekanan, rasa berat, rasa

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO Oleh: dr. Budi T. Ratag, MPH, dkk. Dipresentasikan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian gagal jantung di Amerika Serikat mempunyai insidensi yang besar dan tetap stabil selama beberapa dekade terakhir, yaitu >650.000 kasus baru didiagnosis setiap

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN

ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN HASSIILL PPEENEELLIITTIIAN ANALISIS FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PENDERITA RAWAT JALAN RUMAH SAKIT DOKTER PIRNGADI MEDAN Fazidah A. Siregar, Achsan Harahap, dan Rasmaliah Departemen Epidemiologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global Penyakit Tidak Menular (PTM) membunuh 38 juta orang setiap tahun. (1) Negara Amerika menyatakan 7 dari 10 kematian berasal dari PTM dengan perbandingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi yang mengubah gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah menyebabkan transisi epidemiologi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan penyebab utama kematian secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization (WHO) melaporkan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN POLA KONSUMSI ENERGI, LEMAK JENUH DAN SERAT DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Usdeka Muliani* *Dosen Jurusan Gizi Indonesia saat ini menghadapi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap penyakit memiliki pengaruh terhadap individu dan lingkungan. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh penyakit pada sistem otot

Lebih terperinci

UKURAN FREKUENSI PENYAKIT. Bentuk Dasar ukuran frekuensi Penyakit Jenis Ukuran frekuensi Penyakit

UKURAN FREKUENSI PENYAKIT. Bentuk Dasar ukuran frekuensi Penyakit Jenis Ukuran frekuensi Penyakit UKURAN FREKUENSI PENYAKIT Bentuk Dasar ukuran frekuensi Penyakit Jenis Ukuran frekuensi Penyakit Seberapa besar masalah flu burung di Indonesia? Tidak terlalu banyak Mulai banyak? Tentu Tidak Paling sederhana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran energi mengakibatkan pertambahan berat badan. Kelebihan berat badan pada anak apabila telah menjadi obesitas akan berlanjut

Lebih terperinci

4. HASIL 4.1 Karakteristik pasien gagal jantung akut Universitas Indonesia

4. HASIL 4.1 Karakteristik pasien gagal jantung akut Universitas Indonesia 4. HASIL Sampel penelitian diambil dari data sekunder berdasarkan studi Acute Decompensated Heart Failure Registry (ADHERE) pada bulan Desember 2005 Desember 2006. Jumlah rekam medis yang didapat adalah

Lebih terperinci

Vitamin D and diabetes

Vitamin D and diabetes Vitamin D and diabetes a b s t r a t c Atas dasar bukti dari studi hewan dan manusia, vitamin D telah muncul sebagai risiko potensial pengubah untuk tipe 1 dan tipe 2 diabetes (diabetes tipe 1 dan tipe

Lebih terperinci

PENGANTAR EPIDEMIOLOGI KLINIK

PENGANTAR EPIDEMIOLOGI KLINIK PENGANTAR EPIDEMIOLOGI KLINIK Oleh : Dr. Edison, MPH Bagian Ilmu Kesehatan Masysarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Andalas EPIDEMIOLOGI : Ilmu yang mempelajari frekuensi

Lebih terperinci