PRALARAS (PRECOORDINATION) VS PASCALARAS (POSTCOORDINATION) DALAM TAJUK SUBJEK DAN KATALOG SEBAGAI TITIK AKSES. Vivit Wardah Rufaidah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRALARAS (PRECOORDINATION) VS PASCALARAS (POSTCOORDINATION) DALAM TAJUK SUBJEK DAN KATALOG SEBAGAI TITIK AKSES. Vivit Wardah Rufaidah"

Transkripsi

1 PRALARAS (PRECOORDINATION) VS PASCALARAS (POSTCOORDINATION) DALAM TAJUK SUBJEK DAN KATALOG SEBAGAI TITIK AKSES Vivit Wardah Rufaidah Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor Telp. (0251) , Faks. (0251) , ABSTRAK Pengindeksan adalah proses pembentukan representasi suatu dokumen dengan menggunakan istilah-istilah yang mencerminkan isi dokumen tersebut. Skema klasifikasi dan daftar tajuk subjek merupakan indeks konvensional yang biasa digunakan dalam sistem pralaras (precoordination system), sedangkan tesaurus terutama digunakan dalam sistem pascalaras (postcoordination system). Pengkajian bertujuan untuk membandingkan sistem pengindeksan dan katalog sebagai metode temu kembali informasi dengan berbagai sistem yang diterapkan oleh pengindeks, serta mengetahui manfaat masing-masing sistem pengindeksan dan katalog pada era teknologi informasi. Pengorganisasian materi informasi mencakup proses katalogisasi/klasifikasi dan pengindeksan subjek, seperti halnya pada sistem konvensional yang menggunakan sistem pralaras. Sistem pascalaras adalah sistem penggabungan istilah indeks pada tahap penelusuran dengan menggunakan istilah-istilah tunggal. Hasil pengkajian terhadap kedua sistem pengindeksan tersebut pada suatu perpustakaan yang belum sepenuhnya digital (hybrid e-lib) memperlihatkan bahwa sistem pralaras belum dapat ditanggalkan. Untuk sistem pascalaras, untuk mengoptimalkan fungsinya diperlukan infrastruktur yang memadai seperti komputer dan perangkat lunak. Katalog merupakan sarana temu kembali informasi, yang secara tradisional informasi di dalamnya dapat didekati melalui tiga titik akses (access point), yaitu pengarang, judul, dan subjek. Dalam sistem temu kembali yang terotomasi atau terkomputerisasi seperti Online Public Access Catalogue (OPAC), cantuman data bibliografi yang menjadi titik temu tidak terbatas pada pengarang, judul, dan subjek, karena kemampuan komputer yang dapat mengolah data dengan cepat. ABSTRACT Precoordination vs Postcoordination in Subject Heading and Catalogue as an Access Point Indexing is the process of describing a representation of a document with terms that summarize its content. Classification schemes and subject heading lists are the conventional indices used in precoordination system, while the thesaurus is mainly used in postcoordination system. The study aimed at comparing the indexing and catalogue systems as an information retrieval method which had already been implemented by indexers and finding out the importance of each indexing and catalogue systems in information technology era. Information material organization concerned with cataloguing/classification and subject indexing in conventional systems which use precoordination system, while postcoordination system is a system of coordination or merging of index terms performed on search stage using the single terms. The results showed that a library that is not fully digital (hybrid e-lib) must apply the precoordination system. While in postcoordination, the application of computer and software are required to make the system functioned optimally. Catalogue is an information retrieval tool which information traditionally can be approached through three access points such as author, title, and subject. In a computerized or automated retrieval system such as Online Public Access Catalogue (OPAC), bibliographic data record as an access point is not restricted to author, title, and subject, due to computer ability to process data quickly. Keywords: Indexing, precoordination, postcoordination, subject heading, catalogue, access point PENDAHULUAN Setiap perpustakaan atau pusat dokumentasi dan informasi dilengkapi dengan seperangkat alat bantu untuk memudahkan pengguna dalam mencari dokumen atau koleksi pustaka yang dibutuhkan. Sarana temu kembali informasi atau retrieval tools sangat menentukan keberhasilan dalam menjawab pertanyaan dan memenuhi kebutuhan informasi pengguna. Unsur utama pada sarana temu kembali, apapun bentuk dan susunannya, adalah bahasa. Permintaan pengguna, koleksi yang tersedia hingga pencocokan permintaan dengan koleksi perpustakaan berkaitan dengan bahasa. Bahasa yang digunakan dalam sarana temu kembali bukan bahasa yang digunakan secara umum, tetapi yang dimodifikasi, baik kosakata maupun sintaksisnya, sehingga tercipta bahasa yang terkendali yaitu bahasa indeks. Pengindeksan merupakan proses pembentukan representasi suatu dokumen dengan menggunakan istilah yang mencerminkan dokumen tersebut. Terdapat tiga jenis bahasa indeks, yaitu skema klasifikasi notasi kelas, daftar tajuk subjek, dan tesaurus 50 Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 18, Nomor 2, 2009

2 yang berupa daftar istilah atau deskriptor. Skema klasifikasi dan daftar tajuk subjek merupakan indeks konvensional yang biasa digunakan dalam sistem pralaras (precoordination system), sedangkan tesaurus terutama digunakan dalam sistem pascalaras (postcoordination system). Kosakata pada skema klasifikasi terdiri atas seperangkat notasi yang mewakili istilahistilah yang terkelompok dalam masing-masing kelas. Pada daftar tajuk subjek dan tesaurus, kosakata terdiri atas seperangkat istilah yang tersusun menurut abjad. Pengindeksan memerlukan bahasa yang terkendali karena subjek informasi yang berupa numerikal tidak hanya terdiri atas kata-kata, tetapi juga mewakili konsep-konsep yang mengaitkan bahasa dan makna. Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat, diikuti ilmu informasi memunculkan konsep baru dalam pengelolaan perpustakaan, yaitu perpustakaan digital. Perpustakaan berdasarkan konsep baru ini sangat mengandalkan berbagai alat, sumber informasi, fasilitas komunikasi, dan kompetensi yang bersifat digital. Internet dan informasi elektronis menawarkan berbagai informasi baru dan sekaligus melengkapi sumber informasi tradisional yang ada. Pencarian informasi (information retrieval) dapat dilakukan lebih cepat dengan memanfaatkan fasilitas mesin pencari (search engine) yang tersedia di internet. Pengkajian bertujuan untuk membandingkan sistem pengindeksan dan katalog sebagai metode temu kembali informasi di perpustakaan dengan sistem yang pernah diterapkan oleh para pengindeks, serta mengetahui manfaat sistem pengindeksan dan katalog dalam era teknologi informasi. PRALARAS VS PASCALARAS Sejalan dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi, materi pustaka harus dikelola sesuai perkembangan teknologi tersebut agar dapat diidentifikasi dengan cepat dan tepat untuk memenuhi permintaan pengguna. Pengorganisasian materi informasi meliputi katalogisasi/ klasifikasi dan pengindeksan subjek. Pada sistem konvensional, pengindeksan menggunakan sistem pralaras (precoordination). Pada sistem ini, istilah untuk deskripsi indeks merupakan gabungan dari beberapa istilah/konsep dan penggabungan dilakukan pada tahap pengindeksan ketika membuat masukan atau input sebelum penelusuran dilakukan. Umumnya sistem pralaras digunakan untuk indeks tercetak, seperti dalam majalah indeks dan abstrak, bibliografi, indeks majalah, dan juga katalog subjek (Rowley dan Farrow 1992). Karakteristik atau ciri sistem pralaras adalah: (1) menggunakan bahasa indeks atau kosakata yang terkendali (controlled vocabulary); (2) subjek majemuk diperlakukan sebagai satu kesatuan; (3) pembentukan dan penggabungan konsep untuk menyatakan subjek majemuk dilakukan pada tahap pengindeksan (input); (4) perlu urutan sitiran (citation order) agar pengindeksan taat azas; (5) gangguan atau noise akibat adanya sinonim dan homonim teratasi; (6) hubungan antarkonsep terlihat melalui acuan: lihat (see) atau lihat juga (see also); (7) subjek yang berkaitan ditempatkan berdekatan dalam urutan yang sistematis; (8) penelusuran dapat diperluas/dipersempit; (9) pemilihan sitasi tidak dapat dilakukan secara mekanis oleh komputer; dan (10) memerlukan kemampuan intelektual, yaitu pengindeks harus terlatih dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang subjek informasi agar dapat memberikan indeks yang akurat (Dousa 2007). Keuntungan sistem pralaras yaitu: 1. Meningkatkan ketepatan hasil dan meringankan pekerjaan penelusuran karena menggunakan bahasa yang terkendali (controlled vocabulary), kendali sinonim, kendali homograf, tersedianya catatan ruang lingkup BT (Broader Term), NT (Narrow Term), RT (Related Term), dan dapat mengatasi buangan (false drops) pada istilah majemuk. 2. Makna dalam tajuk subjek bergantung pada susunan istilah. Istilah yang tidak dapat ditangkap dengan sempurna pada operasi Boolean (AND; OR; NOT) akan berbeda antara plant anatomy >< plant AND anatomy atau disease control >< disease AND control. 3. Pencarian bersifat tradisional sehingga dapat menuntun pengguna secara manual. 4. Memudahkan untuk mengenali istilah yang relevan. 5. Dapat menggunakan rujukan (cross reference). 6. Ekonomis karena pendekatan subjek tiap dokumen dalam indeks, bibliografi atau katalog hanya diwakili satu entri. 7. Praktis karena dokumen ditempatkan hanya pada satu tempat, meskipun isinya multidimensi. Di samping keuntungan tersebut, sistem pralaras memiliki kekurangan, yaitu: 1. Kurang spesifik karena menggunakan bahasa terkendali, kurang dalam, biaya pengindeksan mahal, memungkinkan istilah hilang karena kesalahan pengindeks, istilah-istilah mutakhir tidak tersedia Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 18, Nomor 2,

3 dengan cepat, pengindeks dapat salah dalam mengartikan kata-kata dalam judul, dokumen atau artikel, dan sulit ditukarkan ke pangkalan data lain. 2. Urutan sitiran (citation order) tidak dapat memuaskan semua pihak karena urutan harus didasari prinsip prioritas, yaitu istilah kunci ditempatkan pada posisi dalam urutan sitasi. Ranganathan menetapkan lima kategori fundamental dan menyusunnya dalam urutan prioritas PMEST, yaitu P untuk personal atau wujud, M untuk materi, E untuk energi/aktivitas atau masalah, S untuk ruang/tempat, dan T untuk waktu. Judul artikel "Pemupukan dengan NPK pada tanaman padi di lahan sawah irigasi musim tanam 2006", misalnya, diurut sebagai berikut: (P) Padi - (M) pupuk NPK - (E) pemupukan - (S) lahan sawah irigasi - (T) musim tanam Pada urutan katalog subjek verbal juga timbul masalah urutan yang digunakan atau susunan menurut kelas. MATEMATIKA EKONOMI, misalnya, dikelompokkan pada kelas MATEMATIKA atau kelas EKONOMI. Masalahnya bukan makna istilahnya, tetapi penempatan koleksi secara tepat dalam satu kelompok sehingga mudah ditemukan kembali. 3. Dokumen berisi informasi multidimensi sehingga bila disajikan secara linier hanya dapat didekati dari salah satu unsurnya, karena sistem pralaras merupakan sistem satu tempat atau one-place system. Konsep primer atau faset yang disebut pertama menjadi titik temu, sedangkan konsep lainnya pada urutan berikutnya. Konsep yang terdapat pada urutan berikutnya seolah tersembunyi dan akan menyulitkan penelusur karena istilah atau konsep tersebut tidak menjadi titik temu. Prinsip-prinsip tertentu diperlukan untuk menentukan urutan sitasi, khususnya untuk tajuk subjek. Cutter Charles Ammi Cutter dan Cutter s Rules for a Dictionary Catalogue (1876) dalam Mann (2000) merekomendasikan penggunaan urutan kata bahasa alami. Namun, cara ini kadang-kadang menyebabkan kata pertama dari tajuk bukanlah kata yang signifikan. Untuk mengatasinya, Cutter membolehkan inversi atau pembalikan kata. Untuk beberapa kasus, Cutter memberikan petunjuk urutan sitasi. Untuk subjek dan tempat, Cutter berpendapat subjek harus mendahului tempat jika topiknya bidang sains, tetapi untuk sejarah, ilmu pemerintahan dan perdagangan, berlaku sebaliknya. Kaiser dalam Systematic Indexing (Dousa 2007) menggunakan pendekatan yang konsisten terhadap urutan sitasi. Titik tolak Kaiser ialah banyaknya subjek komposit yang bila dianalisis dapat dijadikan kombinasi dari suatu benda konkret dan suatu proses. Urutan sitasi yang dianjurkan adalah Concrete - Process. Dokumen yang berjudul Servicing of ships diindeks sebagai Ships; Servicing. Jika konsep tempat ditemukan dalam dokumen maka Kaiser membuat entri ganda, sekali pada Concrete dan sekali pada Tempat. Dokumen Shipbuilding in Japan akan diindeks Shipbuilding-Japan, dan Japan-Shipbuilding. Coates memberikan pemikiran yang sangat besar artinya bagi perkembangan prinsip-prinsip perumusan tajuk subjek. Selama tahun , Coates menjadi editor British Technology Index, yang sekarang menjadi Current Technology Index, dan ide-idenya diterapkan dalam indeks tersebut. Coates juga mempelajari teori Kaiser dan menyetujui urutan sitasi Concrete-Process, tetapi menyebutnya Thing - Action. Prinsip ini dikembangkan lebih lanjut menjadi Thing - Part - Material - Action (Dousa 2007). Untuk mengatasi kelemahan sistem pralaras, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan acuan silang untuk entri tunggal, misalnya: Subjek dokumen : Effect of NPK fertilizer application on rice Entri indeks Acuan : Rice: NPK fertilizer : NPK fertilizers see also Rice: NPK fertilizers atau NPK fertilizer: Rice see also Rice: NPK fertilizers Untuk subjek dokumen yang terdiri atas banyak konsep, permutasi istilah dalam tajuk dimaksudkan agar tiap istilah mendapat giliran sebagai istilah pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya sehingga semua variasi dalam mengombinasikan istilah tercakup. Namun, cara ini akan menghasilkan acuan silang yang sangat banyak. Oleh karena itu, perlu dicari metode yang hemat untuk memilih suatu acuan, seperti metode Ranganathan yang acuannya berjumlah kecil tetapi setiap istilah dapat menjadi istilah pertama atau titik temu. Misalnya: Tajuk A : B : C : D Acuan: (1) D : C : B : A lihat A : B : C : D (2) C : B : A lihat A : B : C (3) B : A lihat A : B Sistem pascalaras adalah sistem koordinasi atau penggabungan istilah indeks pada tahap penelusuran dengan menggunakan istilah tunggal, sehingga dalam tahap pengindeksan atau pemasukan, istilah-istilah indeks dibiarkan berdiri sendiri. Selanjutnya, penelusur menggabungkan istilah indeks sesuai dengan kebu- 52 Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 18, Nomor 2, 2009

4 tuhan dengan memperluas atau mempersempit strategi penelusuran menggunakan operator logika Boole (Boolean Logic) seperti AND, OR, dan NOT yang dimungkinkan penggunaannya dengan bantuan komputer (Online Public Access Catalogue, OPAC). Keuntungan sistem pascalaras adalah: (1) tidak menggunakan urutan sitasi, cepat, dan murah; (2) pencarian tidak memperhatikan istilah dan subjek suatu dokumen, sehingga tiap istilah bisa menjadi titik temu; dan (3) jumlah tajuk lebih sedikit karena hanya menggunakan istilah indeks yang menyatakan konsep tunggal (foci). Kekurangan pascalaras adalah: (1) entri tidak spesifik, banyak dokumen yang dapat terakses lewat istilah tertentu, padahal isi dokumen yang dikehendaki lebih khusus daripada makna atau cakupan istilah indeks; dan (2) tidak dapat digunakan untuk mengatur penyimpanan bahan informasi dalam koleksi perpustakaan. Dokumen dengan judul Pengaruh media pengencer semen dalam meningkatkan kualitas sperma sapi pada sistem pralaras dibuatkan satu tajuk yang mencakup semua konsep, diurut menurut urutan sitasi tertentu, yaitu: SAPI: semen: sperma: media pengencer. Pada sistem pascalaras, tiap konsep penting dijadikan istilah indeks (indexing term) yang menjadi titik temu, yaitu: SAPI, SEMEN, SPERMA, MEDIA, PENGENCER, KUALITAS. Dokumen ini dapat diakses melalui istilah indeks SATU ISTILAH = SATU TITIK TEMU. Uraian tersebut memperlihatkan bahwa sistem pascalaras memiliki kelemahan, yaitu: - Entri tidak bersifat spesifik. Contoh, dokumen A akan ditemukan apabila penelusur mencarinya pada istilah SAPI, padahal isi dokumen lebih khusus yaitu membahas media pengencer semen (dalam kaitan) untuk meningkatkan kualitas sperma sapi, bukan hanya mengenai sapi. - Jumlah entri (perolehan) sangat banyak. Pada sistem pralaras, satu bidang subjek dengan 7 faset masingmasing ± 45 foci, dapat muncul ratusan tajuk, karena tiap kombinasi foci dari berbagai faset tersebut harus memiliki tajuk majemuk. Pada sistem pascalaras, istilah indeks maksimal hanya 45. Dengan demikian, dalam sistem pascalaras: (1) tajuk (istilah indeks) relatif sedikit, tetapi di bawah satu istilah mungkin diindeks sejumlah besar dokumen; (2) di bawah istilah indeks tidak ditemukan entri, tetapi ditemukan nomor identifikasi dokumen tersebut; dan (3) untuk mendapatkan wakil dokumen yang berisi data bibliografi lengkap, penelusur harus mencarinya dalam jajaran lain, yaitu jajaran entri yang disusun menurut nomor identifikasi atau nomor induk dokumen. Untuk mendapatkan dokumen bersubjek majemuk, penelusur menggabungkan konsep tunggal (foci yang relevan) pada saat penelusuran. Sebelum era komputer, sistem pascalaras menggunakan beberapa metode seperti Uniterm Cards (Mortimer Taube), Peek-a-boo (H.W. Batten), dan Edge Notched Cards. Sistem pengindeksan pascalaras berkembang dengan baik dengan adanya komputer. Komputer dengan cepat dapat membandingkan sejumlah besar istilah indeks dan nomor dokumen untuk memilih istilah yang memenuhi kriteria penelusuran. Sistem berbantuan komputer yang baik harus memungkinkan pengembangan strategi penelusuran dengan operasi Boolean AND, OR, dan NOT. Sistem pengindeksan pascalaras dengan menggunakan istilah indeks dari deskriptor dalam tesaurus lebih menguntungkan dalam sistem temu kembali terkomputerisasi daripada sistem pralaras dalam sistem manual. Dalam tesaurus, dimungkinkan mendefinisikan deskriptor yang tepat dan tidak tepat: BT broader term NT narrower term USE use UF used for RT related term SN scope note Misalnya: POLLUTANT LOAD uf biochemical oxygen demand uf biological oxygen demand uf bod uf chemical oxygen demand uf cod uf total oxygen demand pollen elongation USE growth AND pollen Dengan memahami kedua sistem pengindeksan tersebut, perpustakaan yang belum sepenuhnya digital (hybrid e-lib) belum dapat menanggalkan sistem pralaras. Untuk mengatasi kelemahannya sehingga dapat dimanfaatkan oleh pengguna secara optimal dan memuaskan, perlu upaya memahami dan menguasainya. Dengan cara demikian, beberapa subjek penting dari suatu informasi dapat ditemukan sehingga koleksi sumber informasi menjadi aktif/terpakai. Sistem pengindeksan pralaras membuat tugas pustakawan lebih Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 18, Nomor 2,

5 kompleks dan memakan waktu daripada sistem faset pascalaras dengan kombinasi Boolean. Walaupun demikian, kompleksitas itu tetap diperlukan untuk memberikan layanan terbaik kepada pengguna. Pada sistem pascalaras, untuk mengoptimalkan fungsinya diperlukan infrastruktur yang memadai, seperti komputer dan perangkat lunak. Dengan adanya fasilitas internet, penelusuran tingkat lanjut (advance search) dioptimalkan antara lain dengan operasi Boolean (AND, OR, NOT) dan String. Untuk memperluas displai indeks pralaras perlu dimasukkan pula unsurunsur indeks web seperti.com;.edu;.gov; dan.org, sehingga indeks dapat diakses dari mana saja dan kapan saja. Satu hal terpenting yang perlu disadari dan dipahami adalah informasi yang tersedia di internet bukan merupakan pengganti yang lengkap bagi koleksi perpustakaan konvensional dan sumber informasi elektronis lainnya. Internet sebaiknya dianggap sebagai sumber informasi baru yang luas untuk melengkapi sumber informasi konvensional yang ada. KATALOG SEBAGAI TITIK AKSES Katalog merupakan sarana temu kembali informasi. Secara tradisional, informasi yang terdapat di dalamnya dapat didekati melalui tiga titik akses, yaitu pengarang, judul, dan subjek. Pada katalog yang masih menggunakan laci dan dokumen yang diwakilinya menggunakan entri, setiap kartu, masing-masing dokumen paling tidak diwakili oleh tiga entri utama yang tercantum dalam tiga kartu judul, tajuk pengarang, dan subjek. Tujuan pembuatan katalog adalah untuk mengidentifikasi dan sebagai wakil dokumen primer; menentukan lokasi dokumen serta membantu proses temu kembali informasi; untuk memenuhi permintaan pemustaka berdasarkan rancangan judul entri, pengarang, subjek, dan sebagainya; dan untuk administrasi kumpulan dokumen. Katalog berfungsi untuk: (1) menemukan sumber informasi dalam basis data; (2) mengidentifikasi dan membedakan sumber informasi; (3) memilih dan mengumpulkan sumber (item) informasi sesuai dengan kebutuhan pemustaka; (4) mengakses sumber informasi yang teridentifikasi; dan (5) sebagai navigasi data bibliografi. Dalam sistem temu kembali yang terotomasi atau terkomputerisasi seperti OPAC, cantuman data bibliografi yang menjadi titik temu bervariasi, tidak terbatas pada pengarang, judul, dan subjek karena komputer mampu mengolah data dengan cepat sehingga tidak perlu membuat kartu lebih banyak untuk satu dokumen. Katalog semacam ini dirancang mampu mengatasi kebutuhan informasi global dengan titik akses seoptimal mungkin. Mann (2000) mengusulkan dua pilihan yang memungkinkan untuk memperoleh titik akses/titik temu yang lebih banyak dan optimal, yaitu: 1. From the outside in, dengan memasukkan katalog ke dalam web sehingga dapat membuka seluruh tampilan katalog dan memungkinkan dapat diakses (full contents). Pemustaka dapat mengeksplorasi subjek yang ingin dicari dan tidak harus persis seperti yang ada dalam katalog, tetapi dapat menambahkan kata lain yang sama, sinonim atau rujukan (cross-reference) selengkap mungkin. Juga memungkinkan pemustaka membuka dokumen penuh dalam OPAC. 2. From the inside out, dengan mengubah secara radikal katalog perpustakaan dengan menambahkan faset-faset dalam tajuk subjek. Perubahan yang paling mendasar adalah menambahkan isi ke dalam bahasa yang umum dipakai (bahasa Inggris) pada katalog lokal kemudian dimasukkan ke dalam indeks web. Untuk keseragaman dan kelancaran dalam berkomunikasi harus tetap digunakan bagan yang diakui secara global, antara lain untuk tajuk subjek Subject Heading List, Sears List maupun tesaurus. Agar sumber informasi di perpustakaan dapat diketahui dan diakses seluas-luasnya, katalog spesifik (OPAC) harus berkontribusi terhadap kebutuhan global. Supaya dapat diakses secara luas tetapi tidak keluar dari peraturan internasional maka pengendalian istilah (authority control) berperan penting dalam pengawasan isi. Fungsinya sebagai pengawasan terhadap istilah yang menjadi titik akses dalam penelusuran (Saur 2001). Titik akses dapat berupa nama (authors, creator, compilers, editor, illustrators, translators, arrangers), tajuk subjek, judul, atau nomor standar. Otoritas kontrol (authority control) berupa cross-reference seperti see (lihat), see also (lihat juga) dapat menjadi petunjuk bagi pemustaka dalam mencari informasi yang diinginkan (Olson dan Boll 2001). Sampai saat ini, authority control masih dinilai mahal, namun penting dalam mempertahankan pangkalan data sehingga mutakhir dan konsisten. Dalam menyikapi perspektif global, authority control untuk katalog diharapkan dapat menjaga titik akses agar dikenali dan digunakan dengan mudah. Misalnya muatan lokal dalam katalog tetap diperta- 54 Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 18, Nomor 2, 2009

6 hankan, tetapi agar dapat menjadi titik akses ditambahkan bahasa internasional, atau untuk tumbuhan dan hewan ditambahkan nama latin. Juga dicantumkan nama penulis, baik nama asli, nama samaran, tambahan, akronim, alias maupun nama lain. Untuk memfungsikan authority control diperlukan panduan otoritas (guidelines for authority) dan referensi entri (reference entries). Panduan ini harus dapat menjawab perspektif global karena didesain untuk memfasilitasi pertukaran informasi secara internasional. Pedoman yang baik perlu memenuhi persyaratan berikut: (1) untuk memperkaya khasanah ilmiah global, ekspresi bahasa daerah atau lokal tetap dicantumkan dalam katalog, misalnya tanaman nimba see mimba dengan disertai nama latinnya, sehingga selain nama lokal/ daerah, nama asing yang dikenal di seluruh dunia juga dapat dirujuk; (2) untuk mempermudah titik akses, di samping dalam bahasa lokal, subjek dan lain-lain perlu dituliskan pula dalam bahasa Inggris sebagai bahasa internasional; dan (3) pedoman harus memenuhi aturan dan standar internasional atau lokal, tetapi diakui secara internasional, misalnya mengacu pada Anglo-American Cataloguing Rules, Second Edition (AACR2). Agar keberadaan katalog diakui dan efektif sebagai sarana temu kembali informasi diperlukan protokol jaringan dan komunikasi yang ideal untuk meminimalkan perbedaan kebutuhan lokal dan global. Protokol merupakan pintu masuk yang memungkinkan data dalam katalog diterima di portal dalam bentuk aplikasi apapun. Selanjutnya perpustakaan dan juga pustakawan secara konsekuen menjaga kemutakhiran dan konsistensi katalog dengan memantau dan memastikan subjek katalog baru yang masuk pada pangkalan data yang telah diotorisasi, termasuk pula: (1) melakukan pengawasan katalog sebelum dimuat dalam bibliografi baru, (2) memasukkan subjek baru walaupun tidak setiap saat, tidak seperti penambahan cantuman bibliografi yang dilakukan secara periodik; (3) menggunakan File Transfer Protocol (FTP) untuk memasukkan data atau mengirim cantuman secara rutin. Subjek juga selalu diawasi dan jika perlu direvisi setelah cantuman diproses. Pembuat katalog hendaknya juga secara konsisten mengikuti perkembangan dengan melakukan penambahan atau perubahan yang mungkin terjadi pada authority control. KESIMPULAN Pengorganisasian materi informasi meliputi proses seperti halnya katalogisasi/klasifikasi dan pengindeksan subjek, pada sistem konvensional yang menggunakan sistem pralaras atau precoordination. Sistem pascalaras atau postcoordination adalah sistem penggabungan istilah indeks yang dilakukan pada tahap penelusuran dengan menggunakan istilah-istilah tunggal. Pada perpustakaan yang belum sepenuhnya digital (hybrid e-lib), sistem pralaras belum dapat ditanggalkan. Untuk sistem pascalaras, untuk mengoptimalkan fungsinya diperlukan infrastruktur yang memadai seperti komputer dan perangkat lunak. Katalog merupakan sarana temu kembali informasi. Secara tradisional, informasi di dalamnya dapat didekati melalui tiga titik akses, yaitu pengarang, judul, dan subjek. Dalam sistem temu kembali yang sudah terotomasi atau terkomputerisasi seperti Online Public Access Catalogue (OPAC), cantuman data bibliografi yang menjadi titik temu tidak terbatas pada pengarang, judul, dan subjek, karena kemampuan komputer yang mampu mengolah data dengan cepat. DAFTAR PUSTAKA Dousa, T Everything Old is New Again: Perspectivism and Polyhierarchy in Julius O. Kaiser s Theory of Systematic Indexing. In J. Lussky (Ed.). Proc. 18 th Workshop of the American Society for Information Science and Technology Special Interest Group in Classification Research, Milwaukee, Wisconsin. Mann, T Is precoordination unnecessarry in LCSH?Are websites more important to catalog than books A reference Librarians thought on the future of bibliografic control. In Bicentennial Conference on Bibliographic Control for the New Millenium: Confronting the Challenges of Networked Resources and the Web, November, pp. Olson, H.A. and J.J. Boll Subject Analysis in Online Catalogs, 2 nd ed. Englewood. USA: Libraries Unlimited. Rowley, J. and Farrow Organizing Knowledge: An introduction to managing access to information, 3 rd ed. England: Gower. Saur, K.G Guidelines for autority records and references, 2 nd ed. IFLA Working Group on GARE Revision. UBCIM Publ. New Series Vol. 23. Munchen. Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 18, Nomor 2,

PERKEMBANGAN PENGINDEKSAN SUBYEK. Pengindeksan kata Derivative indexing. 1. Pengindeksan konsep Assignment indexing

PERKEMBANGAN PENGINDEKSAN SUBYEK. Pengindeksan kata Derivative indexing. 1. Pengindeksan konsep Assignment indexing PERKEMBANGAN PENGINDEKSAN SUBYEK 1. Pengindeksan konsep Assignment indexing Bahasa indeks Indexing language (Controlled vocabulary atau kosakata terkendali Pengindeksan kata Derivative indexing Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perpustakaan sebagai lembaga penyedia informasi, sudah sejak lama memiliki sarana penelusuran informasi yaitu dengan menggunakan katalog sebagai sarana temu balik

Lebih terperinci

3. Pengindeksan Dokumen

3. Pengindeksan Dokumen 3. Pengindeksan Dokumen Dasar-Dasar Dokumentasi (Modul 3) by Yuni Nurjanah Page 1 Bahasa Indeks (bhs sehari-hari dunia pusdokifo), adalah: Bahasa sehari yang digunakan oleh unit informasi untuk memeri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Perpustakaan sangat memerlukan katalog guna untuk menunjukkan

BAB II KAJIAN TEORI. Perpustakaan sangat memerlukan katalog guna untuk menunjukkan 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Katalog Perpustakaan sangat memerlukan katalog guna untuk menunjukkan ketersediaan koleksi yang dimiliki oleh perpustakaan. Untuk itu, perpustakaan memerlukan suatu

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI BAHASA INDEKS

IMPLEMENTASI BAHASA INDEKS IMPLEMENTASI BAHASA INDEKS PADA SENAYAN LIBRARY MANAGEMENT SYSTEM (SLiMS) Oleh : Danang Dwijo Kangko LATAR BELAKANG Hampir 50% Petugas perpustakaan tidak menggunakan tajuk subjek dalam katalog dan pangkalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin berharganya nilai sebuah informasi dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan semakin berharganya nilai sebuah informasi dan semakin 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin berharganya nilai sebuah informasi dan semakin banyaknya sumber-sumber informasi, maka semakin meningkat pula kebutuhan manusia untuk dapat

Lebih terperinci

KATALOGISASI : bagian dari kegiatan pengolahan bahan perpustakaan Sri Mulyani

KATALOGISASI : bagian dari kegiatan pengolahan bahan perpustakaan Sri Mulyani KATALOGISASI : bagian dari kegiatan pengolahan bahan perpustakaan Sri Mulyani A. PENDAHULUAN Pengolahan bahan pustaka merupakan salah satu kegiatan pokok dalam rangkaian kegiatan perpustakaan. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perpustakaan jika si pencari informasi di perpustakaan belum mengetahui

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perpustakaan jika si pencari informasi di perpustakaan belum mengetahui BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tajuk Subjek Ada beberapa alat temu balik informasi yang diketahui termasuk salahsatunya katalog subjek. Katalog subjek merupakan alat temu kembali informasi di perpustakaan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KATALOG PERPUSTAKAAN SEBAGAI SARANA TEMU KEMBALI INFORASI. Nanik Arkiyah

PERKEMBANGAN KATALOG PERPUSTAKAAN SEBAGAI SARANA TEMU KEMBALI INFORASI. Nanik Arkiyah PERKEMBANGAN KATALOG PERPUSTAKAAN SEBAGAI SARANA TEMU KEMBALI INFORASI Nanik Arkiyah A. PENGANTAR Sistem temu kembali informasi di perpustakaan merupakan unsur yang sangat penting. Tanpa sistem temu kembali,

Lebih terperinci

Modul VIII PERPUSTAKAAN

Modul VIII PERPUSTAKAAN Modul VIII KATALOG ONLINE BAHAN PERPUSTAKAAN Setelah mempelajari materi ini, mendiskusikan, dan latihan mahasiswa dapat menjelaskan pengertian, fungsi, manfaat, kelebihan, kekurangan serta prosedur pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perpustakaan sebagai salah satu pusat sumber informasi bagi masyarakat luas. Siap menampung serta mengelola sumber-sumber informasi tersebut sehingga dapat

Lebih terperinci

JASA PENELUSURAN INFORMASI

JASA PENELUSURAN INFORMASI Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 14 JASA PENELUSURAN INFORMASI Pusat Perpustakaan Pertanian dan Komunikasi Penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian BOGOR 2000 1 Seri Pengembangan

Lebih terperinci

MENENTUKAN SKALA PRIORITAS SISTEM INFORMASI LAYANAN OPAC STUDI KASUS DI BADAN PERPUSTAKAAN UMUM DAN ARSIP DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG

MENENTUKAN SKALA PRIORITAS SISTEM INFORMASI LAYANAN OPAC STUDI KASUS DI BADAN PERPUSTAKAAN UMUM DAN ARSIP DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG BIBLIOTIKA Jurnal Kajian Perpustakaan dan Informasi Vol 1 No 1 - April 2017 (81-90) MENENTUKAN SKALA PRIORITAS SISTEM INFORMASI LAYANAN OPAC STUDI KASUS DI BADAN PERPUSTAKAAN UMUM DAN ARSIP DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

2.2 Tujuan dan Fungsi Katalog Tujuan Katalog Semua perpustakaan mempunyai tujuan agar koleksi yang dimiliki

2.2 Tujuan dan Fungsi Katalog Tujuan Katalog Semua perpustakaan mempunyai tujuan agar koleksi yang dimiliki BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Katalog Pengatalogan ( cataloging ) berasal dari kata katalog yang berarti suatu daftar bahan pustaka yang dimiliki oleh sebuah perpustakaan yang disusun secara sistematis,

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN WEBPAC DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PEMUSTAKA DI UPT PERPUSTAKAAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG (ITB)

2015 HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN WEBPAC DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI PEMUSTAKA DI UPT PERPUSTAKAAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG (ITB) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, segala aspek kehidupan manusia pun kini ikut mengalami perubahan agar dapat menyesuaikan dengan

Lebih terperinci

SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI DENGAN MENDAYAGUNAKAN MEDIA KATALOG PERPUSTAKAAN Oleh : Misdar Piliang Pustakawan IAIN-SU

SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI DENGAN MENDAYAGUNAKAN MEDIA KATALOG PERPUSTAKAAN Oleh : Misdar Piliang Pustakawan IAIN-SU SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI DENGAN MENDAYAGUNAKAN MEDIA KATALOG PERPUSTAKAAN Oleh : Misdar Piliang Pustakawan IAIN-SU Abstract Catalog is a list of books owned by the librariy and arranged according

Lebih terperinci

Modul II PERPUSTAKAAN

Modul II PERPUSTAKAAN Modul II RIWAYAT PENGATALOGAN BAHAN PERPUSTAKAAN Setelah mempelajari materi, mendiskusikan, dan latihan mahasiswa dapat menjelaskan perkembangan pengatalogan bahan perpustakaan, fungsi, manfaat serta jenis-

Lebih terperinci

STRATEGI PENELUSURAN LITERATUR BAGI SIVITAS AKADEMIKA UNS Oleh : Bambang Hermanto ( Pustakawan Madya UNS ) 1

STRATEGI PENELUSURAN LITERATUR BAGI SIVITAS AKADEMIKA UNS Oleh : Bambang Hermanto ( Pustakawan Madya UNS ) 1 STRATEGI PENELUSURAN LITERATUR BAGI SIVITAS AKADEMIKA UNS Oleh : Bambang Hermanto ( Pustakawan Madya UNS ) 1 Perpustakaan perguruan tinggi sebagai unit pelaksana teknis yang membantu perguruan tinggi dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan teknologi informasi saat ini menyebar hampir di semua bidang termasuk di

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan teknologi informasi saat ini menyebar hampir di semua bidang termasuk di BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Penerapan teknologi informasi saat ini menyebar hampir di semua bidang termasuk di perpustakaan. Perpustakaan sebagai institusi pengelola informasi merupakan

Lebih terperinci

Sumber Informasi. Sugeng Priyanto LOGO

Sumber Informasi. Sugeng Priyanto LOGO Sumber Informasi Sugeng Priyanto LOGO Materi Kuliah Temu Balik Informasi D3 Perpustakaan dan Informasi Undip 2012 Fakta dan Data Fakta adalah kenyataan yang ada, baik yang material (material thing) maupun

Lebih terperinci

KATALOGISASI. M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Katalogisasi Desember 2017

KATALOGISASI. M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Katalogisasi Desember 2017 KATALOGISASI M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Katalogisasi Desember 2017 Pengertian KATALOG??? Pengertian KATALOGISASI??? Pengertian Katalog perpustakaan : Suatu daftar yang berisi keteranganketerangan lengkap

Lebih terperinci

TES. Pustakawan Dalam Pengelolaan Database. Atas bantuan Bapak/Ibu/Sdr saya. 2. Nama BapakIbu/Sdr tidak perlu dicantumkan.

TES. Pustakawan Dalam Pengelolaan Database. Atas bantuan Bapak/Ibu/Sdr saya. 2. Nama BapakIbu/Sdr tidak perlu dicantumkan. LAMPIRAN 1 TES Dengan hormat, Dengan segala kerendahan hati, saya mohon bantuan Bapak/Ibu/Sdr untuk mengisi tes ini yang berkaitan dengan judul penelitian saya Analisis Kemampuan Pustakawan Dalam Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat luar biasa bagi kehidupan masyarakat banyak. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat luar biasa bagi kehidupan masyarakat banyak. Perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan sekarang ini menimbulkan berbagai dampak yang sangat luar biasa bagi kehidupan masyarakat banyak. Perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGUNAAN APLIKASI INDARJI (INDEKS ARTIKEL JURNAL ILMIAH) UPT PERPUSTAKAAN POLINES

PETUNJUK TEKNIS PENGUNAAN APLIKASI INDARJI (INDEKS ARTIKEL JURNAL ILMIAH) UPT PERPUSTAKAAN POLINES PETUNJUK TEKNIS PENGUNAAN APLIKASI INDARJI (INDEKS ARTIKEL JURNAL ILMIAH) UPT PERPUSTAKAAN POLINES Oleh M. Syam Suryanto, S.Sos UPT PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI SEMARANG 2015 Daftar Isi Halaman Judul

Lebih terperinci

PENYIANGAN (WEEDING) KOLEKSI REFERENSI PADA UNIT LAYANAN REFERENSI, TERBITAN BERKALA, DAN NBC PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GADJAH MADA

PENYIANGAN (WEEDING) KOLEKSI REFERENSI PADA UNIT LAYANAN REFERENSI, TERBITAN BERKALA, DAN NBC PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GADJAH MADA PENYIANGAN (WEEDING) KOLEKSI REFERENSI PADA UNIT LAYANAN REFERENSI, TERBITAN BERKALA, DAN NBC PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GADJAH MADA Tulisan ini disusun sebagai tugas pengkajian penyusunan kebijakan penyiangan

Lebih terperinci

Indexing dan Bahasa Penelusuran

Indexing dan Bahasa Penelusuran LOGO Indexing dan Bahasa Penelusuran Sugeng Priyanto Indexing Definisi : sebuah proses untuk melakukan pengindeksan terhadap kumpulan dokumen yang akan disediakan sebagai informasi kepada pemakai. Proses

Lebih terperinci

DATABASE PERPUSTAKAAN

DATABASE PERPUSTAKAAN DATABASE PERPUSTAKAAN Oleh : Ubudiyah Setiawati PENDAHULUAN Perpustakaan perguruan tinggi bagian dari fasilitas yang sifatnya terbuka bagi civitas akademik, bahkan perpustakaan yang berstatus sebagai perpustakaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Automasi Perpustakaan Bilal (2002) menyatakan bahwa automasi perpustakaan adalah sebuah proses pengelolaan perpustakaan dengan menggunakan bantuan teknologi informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika tidak ada layanan. Layanan perpustakaan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. jika tidak ada layanan. Layanan perpustakaan merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan merupakan sebuah pelayanan, tidak ada perpustakaan jika tidak ada layanan. Layanan perpustakaan merupakan salah satu kegiatan utama yang ada di perpustakaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nia Hastari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nia Hastari, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perpustakaan perguruan tinggi merupakan salah satu unsur pendukung akademik penting yang tidak dapat terlepas dari kegiatan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan pendidikan,

Lebih terperinci

OTOMASI PERPUSTAKAAN: Alasan Otomasi dan Kontribusi Bagi Perpustakaan Oleh : Sri Wahyuni Pustakawan STMIK AKAKOM Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

OTOMASI PERPUSTAKAAN: Alasan Otomasi dan Kontribusi Bagi Perpustakaan Oleh : Sri Wahyuni Pustakawan STMIK AKAKOM Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN Publish 2016 OTOMASI PERPUSTAKAAN: Alasan Otomasi dan Kontribusi Bagi Perpustakaan Oleh : Sri Wahyuni Pustakawan STMIK AKAKOM Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Teknologi Informasi telah berkembang

Lebih terperinci

PEMBUATAN INDEKS BERANOTASI JURNAL ILMIAH BIDANG HUMANIORA DI PERPUSTAKAAN KOPERTIS WILAYAH X

PEMBUATAN INDEKS BERANOTASI JURNAL ILMIAH BIDANG HUMANIORA DI PERPUSTAKAAN KOPERTIS WILAYAH X PEMBUATAN INDEKS BERANOTASI JURNAL ILMIAH BIDANG HUMANIORA DI PERPUSTAKAAN KOPERTIS WILAYAH X Iin Fridayani Veronika Purba 1, Malta Nelisa 2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS

Lebih terperinci

ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE

ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE ANALISIS BIBLIOGRAFI NASIONAL INDONESIA PERIODE 2009-2010 Rochani Nani Rahayu 1 dan Tupan 2 1 Pustakawan Madya PDII-LIPI 2 Pustakawan Madya PDII-LIPI *Korespondensi: nanipdii@yahoo.com ABSTRACT This study

Lebih terperinci

Sistem Informasi di Perpustakaan

Sistem Informasi di Perpustakaan Modul 1 Sistem Informasi di Perpustakaan PENDAHULUAN Ir. Yuyu Yulia, S.IP., M.Si. M odul ini disajikan sebagai pengantar materi pokok Pengolahan Materi Pustaka. Dalam modul ini, akan dipelajari terlebih

Lebih terperinci

EVALUASI TAMPILAN OPAC DI PERPUSTAKAN PUSAT UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

EVALUASI TAMPILAN OPAC DI PERPUSTAKAN PUSAT UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG EVALUASI TAMPILAN OPAC DI PERPUSTAKAN PUSAT UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Mufid 1 Abstract: The presence of OS (open sources) software causes Indonesia s higher education libraries strove to produce

Lebih terperinci

SISTEM PELAYANAN PERPUSTAKAAN

SISTEM PELAYANAN PERPUSTAKAAN Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 22 SISTEM PELAYANAN PERPUSTAKAAN Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian DEPARTEMEN PERTANIAN BOGOR 2001 1 Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian

Lebih terperinci

KERAGAAN PENGETAHUAN PENGELOLA PERPUSTAKAAN LINGKUP BADAN LITBANG PERTANIAN DALAM APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI

KERAGAAN PENGETAHUAN PENGELOLA PERPUSTAKAAN LINGKUP BADAN LITBANG PERTANIAN DALAM APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI KERAGAAN PENGETAHUAN PENGELOLA PERPUSTAKAAN LINGKUP BADAN LITBANG PERTANIAN DALAM APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI Retno Sri Hartati Mulyandari dan Etty Andriaty Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA NON BUKU

PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA NON BUKU Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian No. 46 PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA NON BUKU Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kembali dan dimanfaatkan oleh penggunanya. mengikuti setiap perkembangan informasi yang mutakhir serta relevan dengan

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kembali dan dimanfaatkan oleh penggunanya. mengikuti setiap perkembangan informasi yang mutakhir serta relevan dengan digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan berkembangnya kebutuhan akan informasi, oleh karena itu dibutuhkan suatu lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi ini kebutuhan akan teknologi informasi terutama pada sebuah sistem aplikasi sangatlah penting bagi suatu lembaga pengelola informasi. Salah satu

Lebih terperinci

BUTIR KEGIATAN PUSTAKAWAN DAN UNSUR YANG DINILAI BERDASARKAN PERMENPAN NOMOR 9 TAHUN Oleh : Sri Mulyani

BUTIR KEGIATAN PUSTAKAWAN DAN UNSUR YANG DINILAI BERDASARKAN PERMENPAN NOMOR 9 TAHUN Oleh : Sri Mulyani BUTIR KEGIATAN PUSTAKAWAN DAN UNSUR YANG DINILAI BERDASARKAN PERMENPAN NOMOR 9 TAHUN 2014 Oleh : Sri Mulyani Butir kegiatan pustakawan Adalah kegiatan kepustakawanan yang dilakukan pustakawan dan dihargai

Lebih terperinci

Disyaratkan menggunakan teknologi telekomunikasi dan computer

Disyaratkan menggunakan teknologi telekomunikasi dan computer KERJA SAMA DAN JARINGAN PERPUSTAKAAN Perpustakaan merupakan Gedung dan Sistem. Peprustakaan adalah suatu unit kerja yang memiliki sumber daya manusia, ruang khusus, dan kumpulan koleksi sesuai dengan jenis

Lebih terperinci

Matakuliah Otomasi Perpustakaan. Miyarso Dwi Ajie

Matakuliah Otomasi Perpustakaan. Miyarso Dwi Ajie Matakuliah Otomasi Perpustakaan Miyarso Dwi Ajie Kerjasama antar perpustakaan secara elektronik telah berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan adanya kebutuhan untuk menggunakan sumber daya

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan digital merupakan aplikasi praktis yang mengelola koleksi berbagai macam dokumen dalam bentuk digital dan dapat diakses melalui komputer. Melalui aplikasi

Lebih terperinci

Katalog dan Minat Baca

Katalog dan Minat Baca Katalog dan Minat Baca Oleh Ika Laksmiwati Sejarah peradaban manusia di mulai dengan kehidupan yang sangat sederhana. Pada awalnya manusia hanya membutuhkan makanan dan tempat untuk bertahan hidup. Dengan

Lebih terperinci

TEMU KEMBALI BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN STKIP PGRI SUMBAR

TEMU KEMBALI BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN STKIP PGRI SUMBAR TEMU KEMBALI BAHAN PUSTAKA DI PERPUSTAKAAN STKIP PGRI SUMBAR Fandi Ahmad 1, Ardoni 2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang email: fandiahmad882@yahoo.com.

Lebih terperinci

Pokok-pokok Pikiran Mengenai Perpustakaan Tahun 2000an 1

Pokok-pokok Pikiran Mengenai Perpustakaan Tahun 2000an 1 Pokok-pokok Pikiran Mengenai Perpustakaan Tahun 2000an 1 Oleh: Ir. Abdul R. Saleh, M.Sc dan Drs. B. Mustafa, M.Lib. 2 PENDAHULUAN Perguruan tinggi merupakan salah satu subsistem dari sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. merupakan layanan yang sangat penting dengan layanan-layanan yang ada di

BAB IV PEMBAHASAN. merupakan layanan yang sangat penting dengan layanan-layanan yang ada di BAB IV PEMBAHASAN Layanan penelusuran informasi koleksi di Perpustakaan Nasional RI merupakan layanan yang sangat penting dengan layanan-layanan yang ada di perpustakaan. Karena layanan penelusuran merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi, tantangan yang dihadapi perguruan tinggi di Indonesia semakin besar dan kompleks, baik yang ditimbulkan oleh dinamika internal maupun

Lebih terperinci

KATALOGISASI. M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Perpustakaan Sekolah 18 April 2018

KATALOGISASI. M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Perpustakaan Sekolah 18 April 2018 KATALOGISASI M Hadi Pranoto, SIP. BIMTEK Perpustakaan Sekolah 18 April 2018 Pengertian Katalog perpustakaan : Suatu daftar yang berisi keteranganketerangan lengkap atau komprehensif dari suatu bahan pustaka

Lebih terperinci

Pengolahan Data Buku Perpustakaan dengan Sistem Otomasi

Pengolahan Data Buku Perpustakaan dengan Sistem Otomasi Yunus Abdul Halim Pengolahan Data Buku Perpustakaan dengan Sistem Otomasi Prepare - kebutuhan konsumen - sifat pelayanan - SDM - Standarisasi Pelaksanaan - Pemilahan - tulis diskripsi, katalogisasi, klasifikasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM AUTHORITY CONTROL TERINTEGRASI DALAM PROSES BISNIS PERPUSTAKAAN

PENGEMBANGAN SISTEM AUTHORITY CONTROL TERINTEGRASI DALAM PROSES BISNIS PERPUSTAKAAN PENGEMBANGAN SISTEM AUTHORITY CONTROL TERINTEGRASI DALAM PROSES BISNIS PERPUSTAKAAN Triani Rahmawati 1, Kudang Boro Seminar 2, Janti G. Sudjana 3 1 Mahasiswa Pascasarjana IPB Program Studi Magister Teknologi

Lebih terperinci

PENGINDEKSAN TUNTAS BERBASIS KURIKULUM. Mochammad Asrukin

PENGINDEKSAN TUNTAS BERBASIS KURIKULUM. Mochammad Asrukin PENGINDEKSAN TUNTAS BERBASIS KURIKULUM Mochammad Asrukin Pustakawan Universitas Negeri Malang. Alamat instansi Jl. Surabaya No. 6 Malang. Telp. 0341-571035 Abstrak: Kurikulum merupakan perangkat pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang disimpan di perpustakaan, dimulai dari perpustakaan tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN. yang disimpan di perpustakaan, dimulai dari perpustakaan tradisional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan dunia perpustakaan dari segi data dan dokumen yang disimpan di perpustakaan, dimulai dari perpustakaan tradisional yang hanya terdiri

Lebih terperinci

Mengoptimalkan Pengembangan Koleksi

Mengoptimalkan Pengembangan Koleksi Mengoptimalkan Pengembangan Koleksi Oleh : Aa Kosasih, S.Sos. / Pustakawan Pertama aakosasih_library@yahoo.com/handarukosasih@gmail.com Abstrak. Setiap perpustakaan tentunya mempunyai visi yang berbeda,

Lebih terperinci

KERJASAMA DAN JARINGAN PERPUSTAKAAN TERKAIT DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI

KERJASAMA DAN JARINGAN PERPUSTAKAAN TERKAIT DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI KERJASAMA DAN JARINGAN PERPUSTAKAAN TERKAIT DENGAN PENERAPAN TEKNOLOGI INFORMASI Kerjasama perpustakaan adalah kerjasama antara dua perpustakaan atau sistem perpustakaan atau lebih dengan tujuan menyediakan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIBLIOGRAFI BERANOTASI TERBITAN BANK INDONESIA KHUSUS KAJIAN EKONOMI REGIONAL TAHUN DI PERPUSTAKAAN KPW BI WILAYAH VIII

PEMBUATAN BIBLIOGRAFI BERANOTASI TERBITAN BANK INDONESIA KHUSUS KAJIAN EKONOMI REGIONAL TAHUN DI PERPUSTAKAAN KPW BI WILAYAH VIII PEMBUATAN BIBLIOGRAFI BERANOTASI TERBITAN BANK INDONESIA KHUSUS KAJIAN EKONOMI REGIONAL TAHUN 2010-2012 DI PERPUSTAKAAN KPW BI WILAYAH VIII Julia Pratiwi 1, Ardoni 2 Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perpustakaan Sekolah. Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada di sekolah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perpustakaan Sekolah. Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada di sekolah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perpustakaan Sekolah Peranan perpustakaan sekolah sangatlah penting untuk membantu warga sekolah memperoleh sumber informasi yang mereka butuhkan untuk bahan mengajar

Lebih terperinci

Perpustakaan perguruan tinggi

Perpustakaan perguruan tinggi Standar Nasional Indonesia Perpustakaan perguruan tinggi ICS 01.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Misi... 3

Lebih terperinci

ANALISIS SUBJEK VERBAL

ANALISIS SUBJEK VERBAL ANALISIS SUBJEK VERBAL B. Mustafa mus@ipb.ac.id atau mustafa_smada@yahoo.com P endekatan subjek dalam era elektronik menjadi cara yang utama dalam mencari informasi. Mesin-mesin pencari informasi di internet

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Masalah Mengenai Alasan Pemilihan Aplikasi Open Source

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Masalah Mengenai Alasan Pemilihan Aplikasi Open Source digilib.uns.ac.id BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Analisis Masalah Mengenai Alasan Pemilihan Aplikasi Open Source Digilib Versi Rumah Cerdas Intikom Perpustakaan POLTEKKES Surakarta lebih memilih menggunakan Aplikasi

Lebih terperinci

BIBLIOGRAFI BERANOTASI SKRIPSI BERTAJUK ISLAM DI MINANGKABAU TAHUN KOLEKSI PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB IAIN IMAM BONJOL PADANG

BIBLIOGRAFI BERANOTASI SKRIPSI BERTAJUK ISLAM DI MINANGKABAU TAHUN KOLEKSI PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB IAIN IMAM BONJOL PADANG BIBLIOGRAFI BERANOTASI SKRIPSI BERTAJUK ISLAM DI MINANGKABAU TAHUN 1982-2012 KOLEKSI PERPUSTAKAAN FAKULTAS ADAB IAIN IMAM BONJOL PADANG Evi Novita Sari 1, Malta Nelisa 2 Ilmu Informasi Perpustakaan dan

Lebih terperinci

AUTOMASI PERPUSTAKAAN

AUTOMASI PERPUSTAKAAN A. Pendahuluan AUTOMASI PERPUSTAKAAN Oleh: Gatot Subrata, S.Kom Abstrak. Sistem Automasi Perpustakaan adalah penerapan teknologi informasi pada pekerjaan administratif di perpustakaan agar lebih efektif

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS INVENTARISASI KOLEKSI PERPUSTAKAAN

PETUNJUK TEKNIS INVENTARISASI KOLEKSI PERPUSTAKAAN Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 34 PETUNJUK TEKNIS INVENTARISASI KOLEKSI PERPUSTAKAAN Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian DEPARTEMEN PERTANIAN BOGOR 2005 Seri Pengembangan

Lebih terperinci

MAKALAH PUBLIC LIBRARY Google Scholar vs.traditional Commercial Library Databases

MAKALAH PUBLIC LIBRARY Google Scholar vs.traditional Commercial Library Databases MAKALAH PUBLIC LIBRARY Google Scholar vs.traditional Commercial Library Databases D I S U S U N Oleh : NIKI ARSY SIREGAR (110709039) PROGRAM STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Penggunaan Bahasa Alamiah dan Kosa Kata Terkendali dalam Sistem Temu Balik Informasi Berbasis Teks

Penggunaan Bahasa Alamiah dan Kosa Kata Terkendali dalam Sistem Temu Balik Informasi Berbasis Teks Penggunaan Bahasa Alamiah dan Kosa Kata Terkendali dalam Sistem Temu Balik Informasi Berbasis Teks Jonner Hasugian Departemen Studi Perpustakaan dan Informasi Abstract Language or vocabularies play important

Lebih terperinci

PEMBUATAN INDEKS ARTIKEL SURAT KABAR BERANOTASI MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCES 2010 DI KANTOR ARSIP, PERPUSTAKAAN, DAN DOKUMENTASI KOTA PADANG

PEMBUATAN INDEKS ARTIKEL SURAT KABAR BERANOTASI MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCES 2010 DI KANTOR ARSIP, PERPUSTAKAAN, DAN DOKUMENTASI KOTA PADANG PEMBUATAN INDEKS ARTIKEL SURAT KABAR BERANOTASI MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCES 2010 DI KANTOR ARSIP, PERPUSTAKAAN, DAN DOKUMENTASI KOTA PADANG Uci Oktaviani 1, Marlini 2 Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan adalah suatu hal yang penting dalam kemajuan sebuah bangsa, karena pendidikan pada saat ini sudah dapat di sebut sebagai kebutuhan pokok bagi bangsa

Lebih terperinci

Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 38 PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA MONOGRAF

Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 38 PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA MONOGRAF Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 38 PETUNJUK TEKNIS KATALOGISASI BAHAN PUSTAKA MONOGRAF Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen

Lebih terperinci

Bernadus Very Christioko Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi, Universitas Semarang. Abstract

Bernadus Very Christioko Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi, Universitas Semarang. Abstract IMPLEMENTASI SISTEM TEMU KEMBALI INFORMASI Studi Kasus: Dokumen Teks Berbahasa Indonesia (IMPLEMENTATION OF INFORMATION RETRIEVAL SYSTEM Case Study: Text Document in Indonesian Language) Bernadus Very

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN Seri Pengembangan Perpustakaan Pertanian no. 32 PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KOLEKSI PERPUSTAKAAN Oleh Surya Mansjur Sulastuti Sophia Akhmad Syaikhu Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini perkembangan informasi yang semakin cepat, menjadikan informasi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kebutuhan masyarakat indonesia. Informasi

Lebih terperinci

PENELUSURAN PUSTAKA. The known is finite, the unknown infinite; intelectually we stand upon an islet in the

PENELUSURAN PUSTAKA. The known is finite, the unknown infinite; intelectually we stand upon an islet in the PENELUSURAN PUSTAKA The known is finite, the unknown infinite; intelectually we stand upon an islet in the midst of an illimitable ocean of inexplicability. Our business is to reclaim a little more land.

Lebih terperinci

BAB III TINGKAT KESESUAIAN DESKRIPSI BIBLIOGRAFI BAHAN MONOGRAF DENGAN AACR2 PADA PERPUSTAKAAN INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI TD PARDEDE MEDAN

BAB III TINGKAT KESESUAIAN DESKRIPSI BIBLIOGRAFI BAHAN MONOGRAF DENGAN AACR2 PADA PERPUSTAKAAN INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI TD PARDEDE MEDAN BAB III TINGKAT KESESUAIAN DESKRIPSI BIBLIOGRAFI BAHAN MONOGRAF DENGAN AACR2 PADA PERPUSTAKAAN INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI TD PARDEDE MEDAN 3.1 Sejarah Singkat Perpustakaan Institut Sains dan Teknologi

Lebih terperinci

Jaringan Online Kesehatan

Jaringan Online Kesehatan Jaringan Online Kesehatan Zainul Bakri, Indra Kurniawan 1 Pendahuluan. Saat ini, tidak begitu mudah untuk segera mendapatkan informasi kesehatan yang akurat. Hasil penelitian, baik yang sudah dipublikasikan

Lebih terperinci

Kompetensi Pustakawan Pengolahan. Qudussisara Perpustakaan UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Kompetensi Pustakawan Pengolahan. Qudussisara Perpustakaan UIN Ar-Raniry Banda Aceh Qudussisara Perpustakaan UIN Ar-Raniry Banda Aceh Abstrak Perpustakaan adalah tempat menyimpan informasi baik tercetak maupun non-cetak. Perpustakaan juga sebagai sarana pembelajaran menemukan sumber daya

Lebih terperinci

DR.LULUK FAUZIAH, M.SI FISIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO 27 AGUSTUS 2016

DR.LULUK FAUZIAH, M.SI FISIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO 27 AGUSTUS 2016 DR.LULUK FAUZIAH, M.SI FISIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO 27 AGUSTUS 2016 Teks/full-text Indeks/abstrak Suara/lagu Gambar/foto/imej Perangkat lunak Video, film Game Animasi Data statistik Formula/paten

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN METODE FUNCTIONAL REQUIREMENTS FOR BIBLIOGRAPHICS RECORDS (FRBR) PADA SISTEM KATALOG PERPUSTAKAAN DIGITAL

ANALISIS PENERAPAN METODE FUNCTIONAL REQUIREMENTS FOR BIBLIOGRAPHICS RECORDS (FRBR) PADA SISTEM KATALOG PERPUSTAKAAN DIGITAL Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2009 ANALISIS PENERAPAN METODE FUNCTIONAL REQUIREMENTS FOR BIBLIOGRAPHICS RECORDS (FRBR) PADA SISTEM KATALOG PERPUSTAKAAN DIGITAL Yoga Septiansa¹, Yanuar

Lebih terperinci

SISTEM TEMU KEMBALI KOLEKSI DI PERPUSTAKAAN PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA BARAT

SISTEM TEMU KEMBALI KOLEKSI DI PERPUSTAKAAN PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA BARAT SISTEM TEMU KEMBALI KOLEKSI DI PERPUSTAKAAN PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA BARAT Jumaidi Akhri 1, Elva Rahmah 2 Program Studi Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang

Lebih terperinci

Teknologi Informasi Perpustakaan

Teknologi Informasi Perpustakaan REFORMASI BIROKRASI Teknologi Informasi Perpustakaan (e library) Berbicara mengenai teknologi informasi tidak terlepas dari pandangan seseorang akan seperangkat alat-alat komputer yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

Temu Kembali Informasi dengan keyword (Studi deskriptif tentang sistem temu kembali informasi dengan controlled vocabulary

Temu Kembali Informasi dengan keyword (Studi deskriptif tentang sistem temu kembali informasi dengan controlled vocabulary Temu Kembali Informasi dengan keyword (Studi deskriptif tentang sistem temu kembali informasi dengan controlled vocabulary pada field judul, subyek, dan pengarang di Perpustakaan Universitas Airlangga)

Lebih terperinci

Seleksi Koleksi : Langkah Pengembangan Menuju Kualitas Layanan Perpustakaan Akademik. Abstrak. Kata Kunci : Seleksi, Pengembangan Koleksi

Seleksi Koleksi : Langkah Pengembangan Menuju Kualitas Layanan Perpustakaan Akademik. Abstrak. Kata Kunci : Seleksi, Pengembangan Koleksi Seleksi Koleksi : Langkah Pengembangan Menuju Kualitas Layanan Perpustakaan Akademik Syukrinur Prodi Ilmu Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh Abstrak Tulisan ini berjudul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengolahan Bahan Pustaka Perpustakaan merupakan salah satu sarana pembelajaran yang dapat menjadi sebuah kekuatan untuk mencerdaskan bangsa. Perpustakaan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi

BAB I PENDAHULUAN. informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Zaman globalisasi ditandai dengan suatu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat. Ilmu pengetahuan dapat mengalami penyempurnaan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu cepat dalam era globalisasi pada saat ini telah memasuki berbagai aspek semua bidang kehidupan,

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG PENGGUNAAN OPAC DI PERPUSTAKAAN POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

TINJAUAN TENTANG PENGGUNAAN OPAC DI PERPUSTAKAAN POLTEKKES KEMENKES RI PADANG TINJAUAN TENTANG PENGGUNAAN OPAC DI PERPUSTAKAAN POLTEKKES KEMENKES RI PADANG Rahmat Ramadhanu 1, Ardoni 2 Ilmu Informasi Perpustakaan dan Kearsipan FBS Universitas Negeri Padang Email: rahmat.ramadhanu@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAGAN KLASIFIKASI DAFTAR TAJUK SUBYEK TESAURUS

BAGAN KLASIFIKASI DAFTAR TAJUK SUBYEK TESAURUS PENGKATALOGAN / PENGINDEKSAN PENGKATALOGAN DESKRIPTIF PENGINDEKSAN SUBYEK FISIK BAHAN PUSTAKA ISI BAHAN PUSTAKA DESKRIPSI BIBLIOGRAFI ANALISIS SUBYEK TAJUK ENTRI UTAMA PENERJEMAHAN: MENJADI TAJUK SUBYEK

Lebih terperinci

DATA & INFORMASI. Defri Kurniawan

DATA & INFORMASI. Defri Kurniawan DATA & INFORMASI Defri Kurniawan defri.kurniawan@dsn.dinus.ac.id RENCANA KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER W Pokok Bahasan 1 Pengenalan Teknologi Informasi 2 Konsep Sistem Komputer & Pengenalan Perangkat Keras

Lebih terperinci

Penerapan Sistem Otomasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kinerja Pustakawan di Perpustakaan Pusat Universitas Warmadewa

Penerapan Sistem Otomasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kinerja Pustakawan di Perpustakaan Pusat Universitas Warmadewa Penerapan Sistem Otomasi Perpustakaan Untuk Meningkatkan Kinerja Pustakawan di Perpustakaan Pusat Universitas Warmadewa Ni Putu Ratih Adnyana Putri 1, I Putu Suhartika 2, Richard Togaranta Ginting 3 Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Informasi berperan penting dalam memperbaiki kualitas suatu Instansi.

BAB I PENDAHULUAN. Informasi berperan penting dalam memperbaiki kualitas suatu Instansi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem komputerisasi telah merambah di dunia pendidikan. Teknologi Informasi berperan penting dalam memperbaiki kualitas suatu Instansi. Penggunaannya tidak hanya sebagai

Lebih terperinci

PERILAKU PEMUSTAKA DALAM TEMU KEMBALI KOLEKSI DENGAN MENGGUNAKAN OPAC BERBASIS SliMS (Studi Kasus di Perpustakaan STAIN Ponorogo)

PERILAKU PEMUSTAKA DALAM TEMU KEMBALI KOLEKSI DENGAN MENGGUNAKAN OPAC BERBASIS SliMS (Studi Kasus di Perpustakaan STAIN Ponorogo) PERILAKU PEMUSTAKA DALAM TEMU KEMBALI KOLEKSI DENGAN MENGGUNAKAN OPAC BERBASIS SliMS (Studi Kasus di Perpustakaan STAIN Ponorogo) Mujiati 1 Abstract: An increase of library collection and information explosion

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SARANA BIBLIOGRAFIS OLEH PUSTAKAWAN

PEMANFAATAN SARANA BIBLIOGRAFIS OLEH PUSTAKAWAN PEMANFAATAN SARANA BIBLIOGRAFIS OLEH PUSTAKAWAN Suni Triani Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122 ABSTRAK Berbagai sarana pencarian kembali informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perpustakaan adalah adanya proses temu kembali informasi, yang secara spesifik

BAB 1 PENDAHULUAN. perpustakaan adalah adanya proses temu kembali informasi, yang secara spesifik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu hal penting yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari sebuah perpustakaan adalah adanya proses temu kembali informasi, yang secara spesifik juga

Lebih terperinci

Oleh Nia Hastari Doddy Rusmono Dini Suhardini

Oleh Nia Hastari Doddy Rusmono Dini Suhardini HUBUNGAN PERSEPSI PEMUSTAKA TENTANG SISTEM KLASIFIKASI DEWEY DECIMAL CLASSIFICATION (DDC) DENGAN PEMANFAATAN SISTEM TELUSUR ELEKTRONIK DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG Oleh Nia Hastari

Lebih terperinci

1. Perkembangan Perpustakaan dan Teknologi Informasi

1. Perkembangan Perpustakaan dan Teknologi Informasi Teknologi Informasi untuk Perpustakaan: Abstrak: Perpustakaan Digital dan Sistem Otomasi Perpustakaan Perkembangan dunia perpustakaan, dari segi data dan dokumen yang disimpan, dimulai dari perpustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andi Wijaya, 2014 Pemanfaatan Internet Pada Perpustakaan Daerah Kabupaten Karawang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan pada era globalisasi, kini informasi bisa semakin mudah untuk diakses. Salah satu cara aksesnya adalah dengan menggunakan media

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE BALANCED SCORE CARD (BSC) UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PADA BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PENGEMBANGAN METODE BALANCED SCORE CARD (BSC) UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PADA BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PENGEMBANGAN METODE BALANCED SCORE CARD (BSC) UNTUK MENINGKATKAN KINERJA PADA BADAN PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT I. GAMBARAN UMUM ORGANISASI Keberadaan Badan Perpustakaan dan Arsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat pesat di era informasi. Hal ini timbul karena kebutuhan manusia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

ONLINE PUBLIC ACCESS CATALOG Panduan Singkat Penggunaan Web OPAC

ONLINE PUBLIC ACCESS CATALOG Panduan Singkat Penggunaan Web OPAC 2013 ONLINE PUBLIC ACCESS CATALOG Panduan Singkat Penggunaan Web OPAC PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS i UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA TABLE OF CONTENTS Pengantar Online Public Access Catalog (OPAC)... 1 Library

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan teknologi komputer, informasi dan komunikasi yang lebih dikenal dengan sebutan teknologi informasi (TI) sudah berlangsung lama dan berkembang sangat pesat

Lebih terperinci