Usulan Pengendalian Persediaan Produk Kursi Lipat (Folding Chair) dengan Menggunakan Metode Joint Economic Lot Size di PT Chitose Indonesia
|
|
- Yuliana Tan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Usulan Pengendalian Persediaan Produk Kursi Lipat (Folding Chair) dengan Menggunakan Metode Joint Economic Lot Size di PT Chitose Indonesia The Propose of Inventory Control for Folding Chair Product Using Joint Economic Lot Size Method in PT Chitose Indonesia Santoso, Sugiyono Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Abstrak PT Chitose Indonesia adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang furniture dengan produk meja dan kursi. Perusahaan ini memiliki pabrik di kota Bandung, dan setiap kota terdapat 1 distributor center dimana setiap pemintaan dari masing-masing distributor center tersebut akan langsung diproduksi oleh PT Chitose tanpa harus menunggu permintaan dari distributor center kota lain. Saat ini perusahaan sedang menghadapi permasalahan mengenai manajemen rantai pasok dalam hubungannya dengan distributor dan retailernya. Permasalahan yang dimaksud adalah tidak adanya integrasi yang baik antara para pelaku bisnis dalam manajemen rantai pasok (supplier, distributor center, dan retailer). Hal ini mengakibatkan peningkatan biaya persediaan pada tiap eselon dalam manajemen rantai pasok tersebut. Hal ini berarti bahwa keputusan yang optimal berkaitan dengan pengendalian persediaan pada salah satu pihak belum tentu merupakan keputusan yang juga akan menguntungkan bagi pihak yang lain. Melihat permasalahan yang sedang dihadapi PT Chitose Indonesia tersebut, maka penulis terdorong untuk menyelesaikannya dengan bantuan perhitungan metode Joint Economic Lot Size untuk kasus multi eselon. Hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan total biaya pengendalian persediaan saat ini sebesar Rp ,45/tahun, sedangkan dengan menggunakan metode Joint Economic Lot Size, didapatkan biaya pengendalian persediaan sebesar Rp ,39/tahun. Penerapan metode Joint Economic Lot Size ini menghasilkan keterkaitan antar eselon yang membentuk suatu supply chain, hal ini menyebabkan menurunnya biaya pengendalian persediaan yang timbul, yaitu sebesar Rp ,06/tahun atau menghemat total 6,17% per tahun. Kata kunci: multi eselon, joint economic lot size, integrasi, supply chain Abstract PT Chitose Indonesia is a furniture company which moving in table and chair product. This company has the main company in Bandung and every city in Indonesia has 1 distributor center which the company will produce every single demand of them without waiting the other one. Today, this company is facing the problem about supply chain management. This problem is about lack of good integration for every player intern (supplier, distributor center, and retailer). This problem means the increasing of inventory total cost for every single player in supply chain management. This means that the optimal decision of one side is not surely optimal for the other. Facing about this the problem, so writer wants to solve with Joint Economic Lot Size method for multy echelon case. The result of calculation show that present inventory total cost is Rp ,45/year, then with Joint Economic Lot Size, the inventory total cost is Rp ,39/year. Joint Economic Lot Size application makes an integration for every single player that make inventory total cost decreasing as Rp ,06/year or about 6,17% per year. Keywords: abstract, multi echelon, inventory control 126
2 USULAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK KURSI LIPAT (Santoso, et al.) 1. Pendahuluan PT Chitose merupakan suatu perusahaan manufaktur yang memproduksi furniture. Perusahaan ini beralamat di jalan industri III no. 5 Cimahi, Bandung. PT Chitose memiliki permasalahan mengenai pengelolaan persediaan dalam hubungannya dengan distributor center maupun retailernya. PT Chitose menggunakan pendekatan sistem Economic Production Quantity untuk mengelola persediaannya saat ini, sedangkan pada distributor center dan retailer menggunakan pendekatan metode periodik untuk mengelola persediaannya. Hal ini tentunya akan menimbulkan permasalahan pada jaringan rantai pasok karena setiap pelaku bisnis tersebut hanya memikirkan sistem pengelolaan persediaan yang paling menguntungkan bagi unit usahanya sendiri. Sistem pengelolaan persediaan yang baik tidak melihat keuntungan hanya dari salah satu pihak dalam jaringan rantai pasok. Hal ini sangat penting karena dalam suatu jaringan rantai pasok keoptimalan pasokan produk pada salah satu pihak belum tentu merupakan pasokan produk yang optimal bagi pihak yang lain. Hal ini tentunya dapat menimbulkan masalah pada biaya produksi, penentuan jumlah cadangan produk (stock), dan waktu pasokan produk dari jaringan rantai pasok tersebut sehingga solusi terbaik demi keuntungan bersama tidak elak akan sulit tercapai. Oleh sebab itu, penulis tergerak untuk memperbaiki sistem pengelolaan persediaan yang sudah ada tersebut sehingga menjadi lebih efektif bagi para pelaku bisnis dalam jaringan rantai pasok tersebut. Metode pengelolaan persediaan usulan ini mengutamakan konsep yang mengintegrasikan para pelaku bisnis dalam jaringan rantai pasok tersebut agar menjadi satu mata rantai yang saling menguntungkan demi kesuksesan bersama. Terintegrasi disini adalah dengan membuat suatu kebijakan yang dapat meminimasi biaya persediaan untuk semua eselon yang terlibat (supplier, distribution center, dan retailer). 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Model Optimasi Integral Sistem Joint Economic Lot Size Kegiatan produksi dan distribusi yang biasa dijumpai dalam suatu sistem usaha, pada umumnya dilakukan secara terpisah dan independen bahkan sering dijumpai kedua kegiatan ini sistem manajemennya ditangani oleh dua unit usaha yang berbeda, hal ini disebabkan karena alasan kepemilikan, peraturan, perundangan, efisiensi pengelolaan, kemudahan, dan sebagainya. Walaupun demikian bila dikaji secara seksama kedua kegiatan ini saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk dari suatu sistem rantai nilai (Value Chain System). Bentuk keterkaitan yang paling mendasar adalah karena adanya aliran produk dari produsen ke tangan konsumen di satu pihak dan adanya aliran informasi dari konsumen ke produsen pada arah yang berbalikan. Salah satu permasalahan yang muncul dalam sistem rantai nilai seperti diuraikan diatas adalah bagaimana mengatur aliran produk yang diminta dari konsumen agar tingkat pelayanan memadai dan ongkos operasi yang dikeluarkan minimal, dengan tetap memperhitungkan keterkaitan antara subsistem produksi dan subsistem distribusi. Secara lebih spesifik permasalahan yang akan dikaji meliputi: 1. Bagaimana melakukan integrasi hubungan antara subsistem produksi, subsistem distribusi, dan konsumen? 2. Bagaimana mengatur aliran produk dari produsen ke konsumen, khususnya yang terkait dengan penentuan lot produksi pada subsistem produksi dan penentuan kebijakan persedian produk yang ada pada subsistem distribusi? Secara skematis Sistem Rantai Nilai yang dikaji dapat digambarkan pada gambar 1 berikut ini: 127
3 JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2011: N Gambar 1. Representasi Sistem Kajian Fungsi distributor center (depot) adalah menampung produk yang berasal dari unit produksi dan memasok produk kepada retailer. Retailer merupakan unit pelayanan pada subsistem distribusi yang berfungsi melayani konsumen dan mengelola pasokan produk yang berasal dari distributor center. Retailer yang diamati hanya mendapat pasokan produk dari satu sumber yang sama yaitu distributor center dan produk yang ada pada suatu retailer tidak dapat dipindahkan kepada retailer yang lain. Permintaan produk dari konsumen pada retailer berdistribusi normal, sedangkan lead time dianggap tidak bervariasi, namun dapat berbeda antara retailer yang satu dengan retailer yang lain. 2.2 Pendekatan dan Metodologi (Bahagia, 1999) 1. Menerapkan konsep Eselon Stock Konsep eselon stock pada prinsipnya menyatakan bahwa persediaan (stock) pada suatu eselon adalah semua persediaan yang ada pada unit fasilitas yang bersangkutan dan semua persediaan yang ada pada semua fasilitas yang mengikutinya (predesesornya). Selain itu juga didefinisikan satuan ongkos simpan pada eselon (echelon holding cost) yang merupakan pertambahan satuan ongkos simpan yang terjadi pada suatu unit fasilitas. Hubungan antara satuan ongkos simpan biasa dengan satuan ongkos simpan eselon dapat dinyatakan sebagai berikut: (1) Dimana: : satuan ongkos simpan pada eselon i : satuan ongkos simpan biasa pada fasilitas i : kumpulan predesesor dari fasilitas i 2. Menerapkan kebijakan Waktu Siklus Tunggal Yang dimaksud dengan Waktu Siklus Tunggal ( T ) adalah waktu siklus dimana ada suatu saat tertentu (yaitu diawal atau pada akhir waktu siklus tersebut) semua unit fasilitas yang ada dalam suatu sistem rantai nilai akan melakukan pemesanan atau mulai berproduksi secara serentak. Dalam sistem yang dikaji waktu siklus tunggal dapat dinyatakan sebagai berikut: 128
4 USULAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK KURSI LIPAT (Santoso, et al.) Dimana: : Ukuran lot produksi pada unit produksi : Ukuran lot pemesanan pada depot : Ukuran lot pemesanan pada retailer j : Permintaan barang rata-rata pada unit produksi per tahun : Permintaan barang rata-rata pada depot per tahun : Permintaan barang rata-rata pada retailer j per tahun : Frekuensi pemesanan dari depot ke unit produksi selama T : Frekuensi pemesanan dari retailer j ke depot selama [Q d /D d ] Dalam mengembangkan model ini digunakan beberapa asumsi sebagai berikut: a. Permintaan barang pada retailer j berdistribusi normal, dan permintaan barang hanya akan dilayani melalui retailer. b. Pasar bersifat kompetitif, oleh sebab itu permintaan barang yang tidak dapat dilayani pada suatu retailer akan hilang (lost sales) c. Barang yang ada pada retailer tidak dapat dipindahkan dari satu retailer kepada retailer yang lain (non transferable) d. Lead time tidak bervariasi, walaupun lead time dapat berbeda beda antara depot dan retailer. e. Tingkat pelayanan pada setiap retailer j telah ditetapkan oleh pihak manajemen f. Ongkos pemesanan barang konstan untuk setiap kali pemesanan, ongkos kekurangan sebanding dengan jumlah barang yang tak terlayani, dan ongkos simpan sebanding dengan jumlah barang yang disimpan dan waktu penyimpanan. 2.3 Formulasi dan Solusi Model Berdasarkan atas pendekatan yang telah diuraikan maka kebijakan produksi dan distribusi terkoordinasi dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kebijakan pada retailer a. Ukuran kuantitas (lot) pemesanan pada retailer j (Q j ) konstan untuk setiap kali melakukan pemesanan. b. Pemesanan pada retailer akan dilakukan bila tingkat persediaan barang mencapai tingkat R j, dimana : Dimana: : safety stock pada retailer j : permintaan rata-rata tahunan pada retailer j : lead time retailer j ke depot 2. Kebijakan pada distributor center a. Ukuran kuantitas (lot) pemesanan pada depot konstan sebesar Q d untuk setiap kali melakukan pemesanan b. Pemesanan pada depot ke unit produksi dilakukan bila tingkat persediaaan barang pada eselon depot mencapai R d, dimana : Dimana : : lead time depot ke unit produksi 3. Kebijakan pada unit produksi a. Ukuran lot produksi selalu konstan sebesar Q o untuk setiap kali berproduksi 129
5 JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2011: b. Produksi mulai dilakukan bila tingkat persediaan pada eselon unit produksi mencapai tingkat Ro, dimana : Dimana : : Kapasitas produksi per tahun unit produksi Aj : Ongkos pemesanan dari retailer j ke depot (Rp/pesan) Hj : Ongkos simpan per unit persatuan waktu pada retailer j (Rp./unit/tahun) Selanjutnya tiap komponen ongkos akan diuraikan dan dihitung dengan cara sebagai berikut: a. Ongkos tahunan pada retailer (C ret ) Ongkos yang terjadi pada retailer terdiri atas ongkos pesan, ongkos simpan dan ongkos kekurangan persediaan. Dengan menggunakan kebijakan pengadaan barang seperti diuraikan diatas maka dapat dinyatakan sebagai berikut: = S Cj = S {Ongkos pesan +Ongkos simpan + Ongkos kekurangan} pada retailer j Dimana, : Ongkos pemesanan dari retailer j ke depot ( Rp/pesan ) : Ongkos simpan per unit persatuan waktu pada retailer j (Rp./unit/tahun) : Ongkos kekurangan barang perunit pada retailer j (Rp/unit) : Banyaknya kekurangan barang pada setiap siklus (Qj/Dj) pada retailer j : : Permintaan selama lead time pada retailer j : Fungsi distribusi permintaan selama lead time pada retailer j b. Ongkos tahunan pada depot (C dep ) Ekspektasi ongkos tahunan pada eselon depot terdiri atas ongkos pesan, dan ongkos simpan. Dengan menggunakan konsep eselon stock maka ekspektasi ongkos tahunan pada eselon depot dapat diformulasikan sbb: Dimana, : Permintaan tahunan pada depot ( D o = D j ) : Ongkos simpan per unit pertahun pada eselon depot ( Rp/unit /tahun ) c. Ongkos tahunan pada unit produksi (C pro ) Ekspektasi ongkos tahunan pada unit produksi terdiri atas ongkos set-up dan ongkos simpan pada eselon produksi, yang dapat dinyatakan sbb: Dimana, : Permintaan tahunan pada unit produksi (D o = D j ) : Ongkos simpan tiap unit barang per tahun pada eselon unit produksi (Rp/unit/tahun ) : Kapasitas produksi per tahun (unit/tahun) 130
6 USULAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK KURSI LIPAT (Santoso, et al.) d. Ongkos transportasi tahunan (C tran ) Elemen ongkos ini meliputi ongkos transportasi dari unit produksi ke depot dan ongkos transportasi dari depot ke retailer, yang dapat dirumuskan sbb: Dimana: : Ongkos satuan transportasi barang dari unit produksi ke depot (Rp./unit) : Ongkos satuan transportasi barang dari depot ke retailer j (Rp/unit) Dengan demikian formulasi matematik dari model dapat dinyatakan sbb: Min C = {(Aj Dj/Qj + Hj ( Qj/2 + SSj ) + Bj.Mj.Dj/Qj } (10) + Ad.Dd/Qd + Hd{ Qd/2 + (Ldj.Dj + SSj)} + Ao.Do/Qo + Ho{ S (Qo/K + Lpd +Ldj)Dj + ( 1-Do/K)Qo/2 + SSj } + ( Cod + Cdj )Dj Pembatas : 1). D o = D d = D j 2). Q o /D o = N od Q d /D d = N od N dj Q j /D j = N oj Q j /D j ; V j 3). Q o, Q d 0 4). Q j 0 ; V j 5). N od, N dj 1 integer ; V j Jika pembatas (1) dan (2) disubstitusikan kedalam fungsi obyektif maka formulasi di atas dapat dinyatakan sebagai berikut: Min C = {(Aj + Bj.Mj ) Nod Ndj Do/Qo + Hj ( QoDj/( 2Nod Ndj Do) + SSj )} (11) + Nod Ad.Do/Qo + Hd { QoDd/2 NodDo + ( Ldj.Dj + SSj)} + Ao.Do/Qo + Ho[ {(Qo/NodK + Lod +Ldj)Dj + SSj }+ 2( 1-Do/K)Qo] + ( Cod + Cdj )Dj Pembatas : 1). Q o, Q d 0 2). Q j 0 ;V j 3). N od, N dj 1 integer ;V j Variabel keputusan dalam model ini adalah Q o, N od, dan N dj. Karena C merupakan fungsi konvex terhadap Q o, maka untuk harga N od, dan N dj tertentu harga optimal Q o * dicapai apabila C/ Q o = 0, sehingga akan dapat diperoleh harga Q o * sebagai berikut: *= Untuk menentukan nilai optimal N od dan N dj tidak dipergunakan dengan metoda branch and bound ataupun metoda hybrid, tetapi disini akan dilakukan dengan pendekatan euristic yaitu melalui pendekatan dengan menganggap N od dan N dj sebagai bilangan kontinu. Dengan demikian syarat optimalitas akan dicapai apabila C/ N od = 0 dan C/ N dj = 0 untuk setiap j, sehingga dapat diperoleh hasil sebagai berikut:. Frekuensi pemesanan dari depot ke unit produksi (N od ) dalam satu siklus T adalah bilangan integer minimum yang memenuhi ketidaksamaan berikut: 131
7 JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2011: Frekuensi pemesanan dari retailer j ke depot (N dj ) dalam waktu [Q d /D d ] adalah bilangan integer minimum yang memenuhi ketidaksamaan berikut: 3. Pembahasan 3.1 Data untuk Perhitungan Metode Joint Economic Lot Size Data pada retailer ditunjukkan Tabel 1. Tabel 1. Data Retailer untuk Metode Joint Economic Lot Size Biaya Pesan Biaya Simpan Biaya Kekurangan Annual Demand Safety stock Lead time Biaya No RETAILER (Rp/pesan) (Rp/unit/tahun) (Rp/unit) (unit/tahun) (unit/tahun) (tahun) Transportasi Mj Aj Hj Bj Dj SSj Ldj (Rp/unit) 1 Batununggal 3,939 16,875 59, , Buah Batu 3,939 16,875 59, , Cimahi 3,939 16,875 59, , Kopo 3,939 16,875 59, , Margasari 3,939 16,875 59, , Otista 3,939 16,875 59, , Sukajadi 3,939 16,875 59, , Do 23, Data pada Distribution Center (DC) ditunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2. Data Distribution Center untuk Metode Joint Economic Lot Size Jenis Notasi Jumlah Pemesanan DC ke supplier A d Rp 5.610,00 Biaya Simpan DC H d Rp ,00 Lead time DC ke unit supplier L od 0,0033 Data pada Supplier ditunjukkan pada Tabel 3. Tabel 3. Data Supplier untuk Metode Joint Economic Lot Size Jenis Notasi Jumlah Kapasitas Produksi K unit Biaya Simpan unit supplier H o Rp ,00 Biaya setup A o Rp ,71 Biaya Transportasi dari supplier C od Rp 1.868, Perhitungan Menggunakan Metode Saat Ini a. Pengendalian Persediaan Saat Ini Pada Eselon Supplier Pengendalian persediaan pada supplier saat ini menyerupai metode Economic Production Quantity (EPQ). Di mana, produksi dilakukan saat persediaan telah mencapai reorder point. Jumlah produk yang diproduksi oleh supplier adalah sebanyak jumlah produksi optimum, yaitu sebesar Q. Metode pendekatan EPQ ini digunakan karena jumlah persentase produk yang diproduksi supplier khusus untuk Yomart tidak diketahui. Tabel 4 memperlihatkan data pada supplier yang dibutuhkan untuk perhitungan jumlah produksi optimum. 132
8 USULAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK KURSI LIPAT (Santoso, et al.) Tabel 4. Data Supplier Notasi Keterangan Jumlah R Permintaan / tahun unit/tahun K Kapasitas Produksi / tahun unit N Hari kerja 300 hari/tahun H Biaya simpan Rp ,00/unit/tahun L Lead time 1 hari = 0,0033 tahun C Biaya Set up Rp ,71/set up Langkah pertama adalah menghitung rata-rata produksi dan permintaan per hari. unit/hari 78,432 unit/hari Di mana: R = Jumlah permintaan produk ramalan 7 Retailer PT Chitose dari periode Januari Desember p = Rata-rata produksi per hari r = Rata-rata permintaan per hari Langkah berikutnya, menghitung reorder point dan kuantitas produksi optimum unit/hari. B = R. L = 23529,6 * 0,0033 = 77,648 Di mana: B = reorder point Q* = jumlah produksi optimal 78 unit. Langkah terakhir adalah menghitung biaya pengendalian persediaan pada supplier yang meliputi biaya simpan dan biaya set up. Dengan demikian total biaya pengendalian persediaan pada supplier adalah: Biaya total = Biaya simpan + Biaya setup n b. Pengendalian Persediaan Saat Ini Pada Eselon Distribution Center Pengendalian persediaan pada DC adalah dengan menggunakan metode P(t,E) atau yang biasa disebut dengan metode eriodic. Pemesanan dilakukan di saat waktu review yang ditetapkan oleh perusahaan, yaitu setiap 1 hari sekali (t = 0,0033 tahun). Lead time pengiriman adalah 1 hari. Jumlah produk yang dipesan setiap waktu review yaitu sebesar batas persediaan maksimum (E) dikurangi dengan jumlah persediaan yang tersisa saat itu. Tabel 5 memperlihatkan data pada DC yang didapatkan dari perusahaan. 133
9 JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2011: Tabel 5. Data Distribution Center Keterangan Notasi Jumlah Permintaan / tahun R unit/tahun Standar deviasi unit/tahun Biaya pesan C pesan Rp 5.610,00/pesan Biaya transportasi C trans Rp 1.647,44/unit/pesan Biaya simpan H Rp ,00/unit/tahun Lead time L 1 hari = 0,0033 tahun Periode t 1 hari = 0,0033 tahun Biaya stockout Rp ,00/unit Safety stock SS 94,208 unit Batas maksimum E 178,725 unit Langkah pertama sebelum menghitung biaya pengendalian persediaan pada DC adalah menghitung probabilitas terjadinya stockout untuk kasus lost sales. 0,0007 Di mana: F(k) = probabilitas terjadinya stockout (lost sales case) Kemudian dari probabilitas F(k) tentukan safety factor (k) dan partial expectation (E(k)) dari erio normal. Dari erio normal pada Lampiran F didapatkan k = 3 dan E(k) = 0,0004. Langkah selanjutnya adalah menentukan permintaan selama lead time, permintaan selama periode lead time dan periode pemesanan, standar deviasi selama periode lead time dan periode pemesanan, juga jumlah lost sales selama lead time dan periode pemesanan. 155,295 unit. = 96,099 * = 5,52 unit. unit. Perhitungan manual : SS = + K* = 77,648 + (3*5,52) = 94,208 unit. E = + K* = 155,295 + (3*7,81) = 178,725 unit. *E(k) 7,81*0,0004 0,0031 unit/siklus. Di mana: μ L = permintaan saat lead time μ L+t = permintaan saat lead time dan periode pemesanan σ L+t = standar deviasi permintaan selama lead time dan periode pemesanan Nk = Jumlah lost sales selama lead time dan periode pemesanan c. Pengendalian Persediaan Saat Ini Pada Eselon Retailer Pada Retailer, pengendalian persediaan sama seperti DC yaitu mirip dengan metode eriodic. Pemesanan dilakukan sebesar batas maksimum persediaan dikurangi dengan persediaan saat 134
10 USULAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK KURSI LIPAT (Santoso, et al.) itu. Pemesanan dan waktu review dilakukan setiap 2 hari sekali (t = 0,0133 semester). Lead time sebesar 1 hari (L = 0,0067 semester), sedangkan data lainnya yang ditentukan oleh perusahaan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Data Distribution Center Retailer R C pesan C trans H L t SS E (unit/tahun) (unit/tahun) (Rp/pesan) (Rp/unit/kirim) (Rp/unit/tahun) (tahun) (tahun) (Rp/unit) (unit) (unit) Batununggal ,939 1,647 16, , Buah Batu ,939 1,647 16, , Cimahi ,939 1,587 16, , Kopo ,939 1,526 16, , Margasari ,939 1,587 16, , Otista ,939 1,526 16, , Sukajadi ,939 1,526 16, , Total 23, Dengan perhitungan yang sama dengan perhitungan pengendalian persediaan pada DC, didapatkan biaya pengendalian persediaan pada retailer, yang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Total Biaya pada Retailer Retailer Biaya Simpan Biaya Stock out Biaya Pesan Biaya Transportasi (Rp/tahun) (Rp/tahun) (Rp/tahun) (Rp/tahun) Batununggal 523,777 21,789 1,193,533 5,646,092 Buah Batu 529,333 22,192 1,193,533 5,685,631 Cimahi 520,308 22,592 1,193,533 5,304,115 Kopo 522,979 21,752 1,193,533 5,221,354 Margasari 489,775 18,702 1,193,533 5,269,846 Otista 497,046 20,181 1,193,533 5,019,969 Sukajadi 496,896 20,417 1,193,533 4,994,338 Total 3,580, ,625 8,354,733 37,141,346 Dari perhitungan diperoleh biaya pengendalian persediaan pada seluruh eselon ditunjukkan pada Tabel 8. Tabel 8. Biaya Pengendalian Persediaan Saat Ini Eselon Pola Jenis Biaya (Rp/tahun) Total Biaya Simpan Stockout Pesan/Setup Transportasi (Rp/tahun) Supplier EPQ 48,391, ,182, ,574, Distributor Center Periodic 3,489, ,292, ,700, ,974, ,456, Retailer Periodic 3,580, , ,354, ,141, ,223, Total 55,461, ,440, ,237, ,115, ,255, Perhitungan Menggunakan Multi Eselon a. Perhitungan Frekuensi Pemesanan dari DC ke Supplier (N od ) Perhitungan frekuensi pemesanan dari DC ke supplier adalah sebagai berikut: 135
11 JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2011: Penggunaan Rumus ABC: N od 22,37 24 kali/tahun -24,38 (tidak memenuhi) b. Perhitungan Frekuensi Pemesanan dari Retailer j ke DC (N dj ) Perhitungan frekuensi pemesanan pada masing-masing retailer ke DC adalah sebagai berikut: 0,187 Penggunaan Rumus ABC: N dj1 0,161 1 kali/tahun -1,16 (tidak memenuhi) Berikut ini rangkuman frekuensi pemesanan kesepuluh retailer, dapat diliihat pada Tabel 9. Tabel 9. Frekuensi Pemesanan Retailer ke DC Retailer Jumlah (pesan/tahun) N d1 1 N d2 1 N d3 1 N d4 1 N d5 1 N d6 1 N d7 1 c. Perhitungan Ukuran lot Produksi pada Supplier Perhitungan ukuran lot produksi dilakukan untuk mengetahui jumlah produksi yang optimal guna memenuhi permintaan DC. Berikut ini diperoleh perhitungan Qo sebagai berikut: 136
12 USULAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK KURSI LIPAT (Santoso, et al.) Qo* = 6.738, unit. d. Perhitungan Waktu Siklus Tunggal Waktu siklus merupakan siklus dimana ada suatu saat tertentu semua unit fasilitas melakukan pemesanan atau mulai berproduksi secara serentak, berikut perhitungannya: = Nod = Nod Ndj T = 0,286 tahun. e. Perhitungan Ukuran lot Pemesanan pada DC Perhitungan ukuran lot pemesanan pada DC dilakukan untuk mengetahui jumlah pemesanan yang akan dilakukan DC kepada supplier, berikut ini adalah perhitungannya: = 280, unit. f. Perhitungan Ukuran lot Pemesanan pada Retailer Perhitungan ukuran lot pemesanan pada retailer dilakukan untuk mengetahui jumlah pemesanan retailer per pesan kepada unit DC, rangkuman perhitungannya dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini: Tabel 10. Rangkuman Perhitungan Ukuran lot Pemesanan pada Retailer Retailer Dj T N od N d1 Qj Pembulatan Qj (unit) Contoh Perhitungan Q 1 : 40, unit. 137
13 JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2011: g. Perhitungan Ongkos Tahunan pada Supplier Untuk perhitungan ongkos tahunan pada unit produksi dapat dilihat pada Lampiran D, berikut ini ringkasan hasil perhitungannya: = Rp ,09 + Rp ,51 = Rp ,6/tahun h. Perhitungan Ongkos Tahunan pada DC Perhitungan ongkos tahunan pada DC dapat dilihat sebagai berikut: = Rp ,68/tahun + Rp Rp 199,033 i. Perhitungan Ongkos Tahunan pada Retailer Perhitungan ongkos tahunan pada masing-masing retailer, ongkos tahunan tersebut terdiri dari ongkos pesan ditambah dengan ongkos simpan dan ongkos kekurangan. Pada Tabel 11 terdapat rangkuman perhitungan ongkos tahunan pada masing-masing Retailer. Tabel 11. Rangkuman Ongkos Tahunan pada Retailer Cretiler Ongkos Pesan Ongkos Simpan Ongkos Kekurangan Total (Rp/pesan) (Rp/tahun) (Rp) (Rp) Cret1 329, ,729 5, , Cret2 323, ,513 5, , Cret3 329, ,624 8, , Cret4 328, ,276 5, , Cret5 327, ,976 4, , Cret6 324, ,634 4, , Cret7 322, ,874 4, , Total 2,284,442 4,444,626 39,239 6,768,307 Contoh perhitungan pada Retailer 1: = Rp ,21/tahun. j. Perhitungan Ongkos Transportasi Perhitungan ongkos transportasi melitputi ongkos transportasi dari supplier ke DC dan ongkos transportasi dari DC ke retailer, sebagai berikut: 138
14 USULAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK KURSI LIPAT (Santoso, et al.) = {(C od +C d1 ) D 1 } + {(C od +C d2 ) D 2 } + {(C od +C d3 ) D 3 } + {(C od +C d4 ) D 4 } + {(C od +C d5 ) D 5 } + {(C od +C d6 ) D 6 } + {(C od +C d7 ) D 7 } = Rp , Rp ,50 = Rp ,59/tahun. k. Perhitungan Ongkos Operasi Tahunan Perhitungan ongkos operasi tahunan meliputi ongkos tahunan retailer, ongkos tahunan DC, ongkos tahunan produksi dan ongkos transportasi yang dikeluarkan tiap tahun. Perhitungannya adalah sebagai berikut: = Rp ,00 + Rp ,68 + Rp ,65 + Rp ,59 = Rp ,9/tahun l. Perhitungan Reoder Point pada Supplier Hasil perhitungan Reorder Point Supplier adalah 295 unit agregat (dalam satuan Cal). Supplier melakukan produksi bila produk Daishogun Plus mencapai 11 unit yaitu sebanyak 238,6 unit, produk Cal mencapai 17 unit yaitu sebanyak 367,71 unit, produk Daishogun mencapai 23 unit yaitu sebanyak 515,21, produk Yasuka Sliding mencapai 19 unit yaitu sebanyak 424,38 unit, produk Cosmo-941/942 mencapai 13 unit yaitu sebanyak 282,6, produk Cosmo-541/542 mencapai 35 unit yaitu sebanyak 792,31 unit, produk Yamato-HAA/HNN mencapai 88 unit yaitu sebanyak 2007,5 unit, dan Yamato-AA/NN mencapai 93 unit yaitu sebanyak 2110,7 unit. m. Perhitungan Reoder Point pada DC Hasil perhitungan Reorder Point DC adalah 279 unit agregat (dalam unit Cal). DC melakukan reorder point bila produk Daishogun Plus mencapai 10 unit yaitu sebanyak 9,95 unit, produk Cal mencapai 16 unit yaitu sebanyak 15,33 unit, produk Daishogun mencapai 22 unit yaitu sebanyak 21,48 unit, produk Yasuka Sliding mencapai 18 unit yaitu sebanyak 17,7 unit, produk Cosmo-941/942 mencapai 12 unit yaitu sebanyak 11,78 unit, produk Cosmo-541/542 mencapai 33 unit yaitu sebanyak 33,04, produk Yamato-HAA/HNN mencapai 84 unit yaitu sebanyak 83,71 unit, dan Yamato-AA/NN mencapai 88 unit yaitu sebanyak 88,01 unit. n. Perhitungan Reoder Point pada Retailer Perhitungan Reorder Point Retailer dapat dilihat Tabel 12 berikut ini: Contoh perhitungan retailer 1 : Tabel 12. Rangkuman Reorder Point Retailer Retailer Ldj Dj (unit) SSj (unit) Total Rj (unit agregat) Batununggal Buah Batu Cimahi Kopo Margasari Otista Sukajadi unit. 139
15 JURNAL INTEGRA VOL. 1, NO. 2, DESEMBER 2011: Dari perhitungan diperoleh biaya pengendalian persediaan seperti ditunjukkan pada Tabel 13. Tabel 13. Biaya Pengendalian Persediaan Metode Joint Economic Lot Size Eselon Pola Jenis Biaya (Rp/tahun) Total Biaya Simpan Stockout Pesan/Setup Transportasi (Rp/tahun) Supplier Rp 70,573, Rp 9,814, Rp 80,387, Distributor Center JELS Rp 2,260, Rp 469, Rp 43,974, Rp 46,704, Retailer Rp 4,444, Rp 39, Rp 2,284, Rp 37,141, Rp 43,909, Total Rp 77,278, Rp 39, Rp 12,568, Rp 81,115, Rp 171,002, Kesimpulan dan Saran 4.1 Kesimpulan Dari hasil pengolahan data dan analisis, maka didapatkan kesimpulan bahwa metode perusahaan pada saat ini terdapat kelemahan yaitu tidak adanya koordinasi yang baik antar jaringan rantai pasok sehingga menimbulkan total biaya yang tinggi. Metode yang tepat untuk memecahkan permasalahan pada perusahaan adalah metode Joint Economic Lot Size dengan besar penghematan yang didapatkan dari hasil perhitungan metode usulan adalah sebesar Rp ,06 (6,17%) per tahun.metode pengendalian pengelolaan persediaan usulan memberikan win-win solution bagi seluruh pihak yang terlibat dalam jaringan Supply Chain. 4.2 Saran Untuk Perusahaan: 1. Perlu meyakinkan kepada semua pihak yang terkait mengenai pentingnya membangun informasi yang terbuka, cepat, dan akurat mengenai hal-hal yang menyangkut penyediaan produk, supaya dapat tercipta win-win solution pada setiap eselon. 2. Perlu memberikan pelatihan kepada bagian logistik supaya metode Joint Economic Lot Size ini dapat berjalan dengan baik. Untuk Penelitian Selanjutnya: 1. Pengembangan metode Joint Economic Lot Size untuk rantai pasok utuh (dari supplier awal sampai ke konsumen). 2. Metode Joint Economic Lot Size akan lebih efektif bila diterapkan pada setiap eselon yang merupakan satu organisasi usaha yang sama. 5. Daftar Pustaka Bedworth, Bailey. (1998), Intergrated Production Control System, John Wiley and Sons, Inc. Cachon, Terwiesch (2006), Matching Supply with Demand, McGraw-Hill International Edition, New York. Indrajit, Djokopranoto (2002), Konsep Manajemen Supply Chain, Grasindo, Jakarta. Nur, Bahagia (1999), Model Optimasi Integral Sistem Rantai Nilai 3 Eselon, Laboratorium Perencanaan dan Optimasi Sistem Industri ITB, Bandung. Smith, Spencer B. (1989), Computer-Based Production and Inventory Control, Prentice-Hall International, Inc., USA. Tersine, Richard J. (1994), Principles of Inventory and Material Management, Prentice-Hall International, Inc., USA. 140
16 USULAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN PRODUK KURSI LIPAT (Santoso, et al.) Yamit, Zulian (1999), Manajemen Persediaan, Ekonisia Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta. 141
PENGENDALIAN PERSEDIAAN DUA ESELON DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOINT ECONOMIC LOT SIZE (JELS)
PENGENDALIAN PERSEDIAAN DUA ESELON DENGAN MENGGUNAKAN METODE JOINT ECONOMIC LOT SIZE (JELS) Santoso 1*, David Try Liputra 2, Yoanes Elias 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Kristen
Lebih terperinciPENENTUAN JOINT ECONOMIC LOT SIZE PADA PEMASOK KURSI LIPAT DAN PEMBELINYA DENGAN PERMINTAAN PROBABILISTIK DAN LEAD TIME VARIABEL
PENENTUAN JOINT ECONOMIC LOT SIZE PADA PEMASOK KURSI LIPAT DAN PEMBELINYA DENGAN PERMINTAAN PROBABILISTIK DAN LEAD TIME VARIABEL Santoso 1, Yoanes Elias 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan pada sektor ekonomi dewasa ini sudah berkembang sangat pesat. Saat ini banyak industri-industri baik manufaktur maupun jasa yang dibangun demi memenuhi
Lebih terperinciData untuk Perhitungan Biaya Kirim Data untuk Perhitungan Biaya Simpan Pembeli Data untuk Perhitungan Biaya
ABSTRAK Perkembangan zaman yang semakin maju menyebabkan persaingan semakin meningkat. Namun, persaingan yang terjadi saat ini adalah bukan lagi persaingan antar perusahaan, tetapi persaingan antar rantai
Lebih terperinciABSTRAK. iv Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK PT Coca Cola Amatil Indonesia merupakan salah satu produsen minuman ringan berkarbonasi terbesar di Indonesia. Saat ini, PT Coca Cola Amatil Indonesia telah memiliki 10 pabrik yang tersebar hampir
Lebih terperinciPERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113
PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 Exponential Smoothing w/ Trend and Seasonality Pemulusan level/keseluruhan Pemulusan Trend Pemulusan Seasonal Peramalan periode t : Contoh: Data kuartal untuk
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,
Lebih terperinciModel Sistem Persediaan Probabilistik Multi Item pada Pendistribusian Multi Eselon Dengan Potongan Harga
Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2012 ISBN No. 978-979-96964-3-9 Model Sistem Persediaan Probabilistik Multi Item pada Pendistribusian Multi Eselon Dengan Potongan Harga Hendro Prassetiyo, Fifi Herni
Lebih terperinciRANCANGAN SISTEM PERSEDIAAN BAHAN BAKU KERTAS MENGGUNAKAN MODEL PERSEDIAAN STOKASTIK JOINT REPLENISHMENT DI PT KARYA KITA *
RANCANGAN SISTEM PERSEDIAAN BAHAN BAKU KERTAS MENGGUNAKAN MODEL PERSEDIAAN STOKASTIK JOINT REPLENISHMENT DI PT KARYA KITA * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Jurusan
Lebih terperinciModel Sistem Persediaan Dua Eselon Dengan Mempertimbangkan Interaksi Antar Fasilitas
Model Sistem Persediaan Dua Eselon Dengan Mempertimbangkan Interaksi Antar Fasilitas Fifi Herni Mustofa, ST., MT. Arie Desrianty, ST., MT. 2) Alif Ulfa Afifah Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK PT X adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi cat, berdiri sejak tanggal 21 Agustus 1973 dan berlokasi di Lewigajah, Cimahi-Bandung. Perusahaan ini memproduksi berbagai macam cat,
Lebih terperinciManajemen Operasi Aulia Ishak, ST, MT
PENGENDALIAN PERSEDIAAN Oleh : 1 Introduction Definisi Persediaan Aliran dan Stock dari Persediaan 2 Proses Aliran Material Proses Produksi Work in process Work in process Work in process Work in process
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kurun waktu terakhir, persaingan dalam bidang ekonomi semakin kuat. Dipengaruhi dengan adanya perdagangan bebas, tingkat kompetisi menjadi semakin ketat. Hal
Lebih terperinciModel Sistem Pengendalian Persediaan Dua Eselon Pada Sub Dolog Wilayah VIII Bandung
Model Sistem Pengendalian Persediaan Dua Eselon Pada Sub Dolog Wilayah VIII Bandung Fifi Herni Mustofa Teknik Industri Institut Teknologi Nasional Bandung, Indonesia fifi.mustofa@gmail.com R. Saskia Maya
Lebih terperinciMODEL PERSEDIAAN DETERMINISTIK STATIS WAKHID AHMAD JAUHARI TEKNIK INDUSTRI UNS 2015
MODEL PERSEDIAAN DETERMINISTIK STATIS WAKHID AHMAD JAUHARI TEKNIK INDUSTRI UNS 2015 Pendahuluan Model ini terjadi apabila seluruh variabel dan faktornya bersifat pasti dimana secara statistik ditandai
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK PT Sinar Effendi Murni merupakan perusahaan swasta yang bergerak dalam industri jamu dengan produk berupa obat herbal yang terkenal dengan merek Aladina. Dalam proses pendistribusiannya, perusahaan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Berbagai rumusan tentang definisi inventori telah banyak dikemukakan oleh para pakar, di antaranya Hadley dan Within, Buchman dan Koenigsberg, Buffa dan
Lebih terperinciKoordinasi Persediaan Rantai Pasok Desentralisasi dengan Lead Time yang Terkontrol dan Mekanisme Revenue Sharing
Koordinasi Persediaan Rantai Pasok Desentralisasi dengan Lead Time yang Terkontrol dan Mekanisme Revenue Sharing Disusun Oleh: Rainisa Maini Heryanto Winda Halim Koordinasi Persediaan Rantai Pasok Desentralisasi
Lebih terperinciMODEL PERSEDIAAN PEMASOK-PEMBELI DENGAN PRODUK CACAT DAN KECEPATAN PRODUKSI TERKONTROL
MODEL PERSEDIAAN PEMASOK-PEMBELI DENGAN PRODUK CACAT DAN KECEPATAN PRODUKSI TERKONTROL Nelita Putri Sejati, Wakhid Ahmad Jauhari, dan Cucuk Nur Rosyidi Jurusan Teknik Industri - Universitas Sebelas Maret
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN PUSTAKA
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa
Lebih terperinciPENGARUH PENENTUAN JUMLAH PEMESANAN PADA BULLWHIP EFFECT
PENGARUH PENENTUAN JUMLAH PEMESANAN PADA BULLWHIP EFFECT Puji Lestari, Liong Irena, I Gede Agus Widyadana Program Studi Teknik Industri, Universitas Kristen Petra Siwalankerto, Surabaya, Indonesia (Received:
Lebih terperinciBAB 4 FORMULASI MODEL
BAB 4 FORMULASI MODEL Formulasi model pada Bab 4 ini berisi penjelasan mengenai karakteristik sistem yang diteliti, penjabaran pemodelan matematis dari sistem, model dasar penelitian yang digunakan, beserta
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Toko Bangunan SJ (TB. SJ) adalah distributor material bangunan yang terletak di Jl. SKU Tridaya 2 No. 9, Tambun-Bekasi. Toko ini menjual berbagai macam material, diantaranya: cat, keramik, paku,
Lebih terperinciUKURAN LOT PRODUKSI DAN BUFFER STOCK PEMASOK UNTUK MERESPON PERMINTAAN PROBABILISTIK
UKURAN LOT PRODUKSI DAN BUFFER STOCK PEMASOK UNTUK MERESPON PERMINTAAN PROBABILISTIK Hari Prasetyo Staf Pengajar Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta harpras2@yahoo.com ABSTRAK Dalam sebuah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sistem usaha produktif. Banyak alasan yang menyebabkan hal tersebut terjadi, baik
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya terdapat pemisahaan antara kegiatan produksi dan distribusi pada sistem usaha produktif. Banyak alasan yang menyebabkan hal tersebut terjadi, baik alasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan yang diinginkan perusahaan tidak akan dapat tercapai.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara agraris, pengendalian persediaan merupakan fungsi-fungsi yang sangat penting, karena dalam persediaan melibatkan Investasi rupiah terbesarnya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan
Lebih terperincikegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi
BABTI KAJIAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Persediaaan adalah sumber daya menganggur (idle resource) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan
Lebih terperinciMANAJEMEN PERSEDIAAN
Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi terdapat perubahan kebutuhan harga Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen MENENTUKAN
Lebih terperinciMANAJEMEN PERSEDIAAN
MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: 04Fakultas Ekonomi dan Bisnis Penentuan Jumlah Persediaan: - Pengenalan Model Deterministik - Aplikasi Model Deterministik dalam Pemesanan Dr. Sawarni Hasibuan, M.T. Program
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Persediaan Ristono (28) menyatakan bahwa persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI Bab 2 berisi tinjauan pustaka untuk menjelaskan penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya dan menunjukkan celah kosong (gap) dari penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PROBABILISTIK P
BAB III METODE PROBABILISTIK P A. Metode Probabilistik P Metode probabilistik P adalah suatu sistem pengendalian persediaan yang jarak waktu antar pemesanan adalah tetap, namun jumlah pesanan berubah-ubah.
Lebih terperinciPENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE CONTINOUS REVIEW SYSTEM DI MOGA TOYS HOME INDUSTRY
PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN METODE CONTINOUS REVIEW SYSTEM DI MOGA TOYS HOME INDUSTRY Sukanta Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Singaperbangsa Karawang Email
Lebih terperinciModel Sistem Pengendalian Persediaan Dua Eselon Pada Sub Dolog Wilayah VIII Bandung *
Reka Integra ISSN : 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.01 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014 Model Sistem Pengendalian Persediaan Dua Eselon Pada Sub Dolog Wilayah VIII
Lebih terperinciMANAJEMEN PERSEDIAAN
MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis Persediaan Pengaman (Safety Stock) Dr. Sawarni Hasibuan, M.T. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Akomodasi Ketidakpastian Asumsi Model
Lebih terperinciMODEL PERSEDIAAN SINGLE-ITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN TINGKAT KADALUWARSA DAN PENGEMBALIAN PRODUK
MODEL PERSEDIAAN SINGLE-ITEM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN TINGKAT KADALUWARSA DAN PENGEMBALIAN PRODUK Laila Nafisah,, Puryani, F.X. Ketut Bayu Lukito Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri UPN
Lebih terperinciPENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA
Oktavianus: PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME... PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA Ferry Oktavianus ),
Lebih terperinciJAZILATUR RIZQIYAH DEVIABAHARI Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Suparno, MSIE., Ph.D PROPOSAL TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK INDUSTRI ITS SURABAYA
JAZILATUR RIZQIYAH DEVIABAHARI 2509100112 Dosen Pembimbing : Prof. Ir. Suparno, MSIE., Ph.D PROPOSAL TUGAS AKHIR JURUSAN TEKNIK INDUSTRI ITS SURABAYA Gambaran PT. X 5% bentuk pakan 30% tepung/kon sentrat
Lebih terperinciMENENTUKAN PERSEDIAAN OPTIMAL DENGAN METODE EOQ DAN STOCHASTIC DI PT. SUKA SUKSES SEJATI
Menentukan Persediaan Optimal dengan Metode EO dan Stochastic di PT. Suka Sukses Sejati MENENTUKAN PERSEIAAN OPTIMAL ENGAN METOE EO AN STOCASTIC I PT. SUKA SUKSES SEJATI Nofi Erni, Rubiyono Jurusan Teknik
Lebih terperinciSistem Persediaan Komponen Multi Eselon Dengan Permintaan Berdasarkan Laju Kerusakan (Studi Kasus Di Perusahaan Tepung Ikan) *
Reka Integra ISSN: 2338-5081 Teknik Industri Itenas No.1 Vol.1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2013 Sistem Persediaan Komponen Multi Eselon Dengan Permintaan Berdasarkan Laju Kerusakan (Studi
Lebih terperinciJurnal Integrasi Sistem Industri (JISI) UMJ Volume 5, No. 1, Februari Rio Avicenna Syamil 1, Ari Yanuar Ridwan 2, Budi Santosa 3
PENENTUAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN PRODUK KATEGORI FOOD DAN NON-FOOD DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONTINUOUS REVIEW (s,s) SYSTEM DAN (s,q) SYSTEM DI PT.XYZ UNTUK OPTIMASI BIAYA PERSEDIAAN Rio Avicenna Syamil
Lebih terperinciPERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC MODEL
PERBAIKAN SISTE PERSEDIAAN GUDANG ENGGUNAKAN ECONOIC ORDER QUANTITY PROBABILISTIC ODEL Indri Hapsari, Yenny Sari, Lianny P. Rajimin Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, 60293, Surabaya
Lebih terperinciRANCANGAN SISTEM PERSEDIAAN BAHAN BAKU TALANG MENGGUNAKAN MODEL PERSEDIAAN STOKASTIK JOINT REPLENISHMENT DI PT SANLON
Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.01 Vol.4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2016 RANCANGAN SISTEM PERSEDIAAN BAHAN BAKU TALANG MENGGUNAKAN MODEL PERSEDIAAN
Lebih terperinciJl. Veteran 2 Malang
PENGEMBANGAN MODEL DASAR EOQ DENGAN INTEGRASI PRODUKSI DISTRIBUSI UNTUK PRODUK DETERIORASI DENGAN KEBIJAKAN BACKORDER (Studi Kasus Pada UD. Bagus Agrista Mandiri, Batu) Siti Aisyah 1, Sobri Abusini 2,
Lebih terperinciMANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN. By: Rini Halila Nasution, ST, MT
MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 7: MENGELOLA PERSEDIAAN PADA SUPPLY CHAIN By: Rini Halila Nasution, ST, MT PENDAHULUAN Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar
Lebih terperinciMANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI
INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga
Lebih terperinciStudi Perbandingan Ekpektasi Biaya Total Antara Kasus Bakcorder dan Lost Sales pada Model Persediaan Probabilistik
J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-65X Vol. 3, No. 2, Nov 26, 19 117 Studi Perbandingan Ekpektasi iaya Total Antara Kasus akcorder dan Lost Sales pada Model Persediaan Probabilistik Valeriana Lukitosari
Lebih terperincioleh MIKIYANA RAMADANI M
MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PRODUSEN DISTRIBUTOR - PENGECER DENGAN MULTI - PRODUK DAN KENDALA TINGKAT LAYANAN oleh MIKIYANA RAMADANI M0111056 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi
Lebih terperinciPERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL
PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN GUDANG KARPET MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER INTERVAL PROBABILISTIC MODEL Indri Hapsari, Dermanto Ang Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut, 60293, Surabaya
Lebih terperinciManajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis
Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si Program Studi Manajemen Menghindari Kerusakan Menghindari Keterlambatan
Lebih terperinciPERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) ABSTRAK
PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) Oleh : Henny Wunas, I Nyoman Pujawan Wunas_henny@yahoo.com, pujawan@ie.its.ac.id ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menghadapi ketatnya persaingan industri retail yang menjual produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG), pengelola dituntut untuk mengoperasikan retail secara efektif
Lebih terperinciMODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PRODUSEN DAN PENGECER DENGAN KESALAHAN INSPEKSI, KENDALI WAKTU TUNGGU, DAN LEARNING IN PRODUCTION
MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI PRODUSEN DAN PENGECER DENGAN KESALAHAN INSPEKSI, KENDALI WAKTU TUNGGU, DAN LEARNING IN PRODUCTION Bagus Naufal Fauzi, Sutanto, dan Vika Yugi Kurniawan Program Studi Matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Having inventory is cost company money and not having inventory is cost company money (
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persediaan (inventory) dapat diartikan sebagai sumber daya mengganggur (idle resource) yang keberadaanya menunggu proses yang lebih lanjut (Nur Bahagia, 2006),
Lebih terperinciUSULAN PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN UNTUK MEMINIMASI BIAYA TOTAL PERSEDIAAN MENGGUNAKAN METODE OPTIONAL REPLENISHMENT PADA PT SANTOMIC MITRA BERSAMA
USULAN PERBAIKAN SISTEM PERSEDIAAN UNTUK MEMINIMASI BIAYA TOTAL PERSEDIAAN MENGGUNAKAN METODE OPTIONAL REPLENISHMENT PADA PT SANTOMIC MITRA BERSAMA Farah Azaria Kirana *), Muhammad Mujiya Ulkhaq Jurusan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Bahan baku merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam memperlancar proses produksi. Banyaknya yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan
Lebih terperincii
PERENCANAAN KEBUTUHAN DISTRIBUSI KULIT DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (STUDI KASUS: UD. ROHMAT) PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program
Lebih terperinciPeningkatan Efisiensi Kinerja Permasalahan Supplier Wismilak Group
Peningkatan Efisiensi Kinerja Permasalahan Wismilak Group Yan Pujianto Sanjaya 1, Kriswanto Widiawan 2 Abstract: Wismilak Group is one of the companies that produce consumer good in Surabaya. Cleaning
Lebih terperinciManajemen Persediaan (Inventory Management)
Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau
Lebih terperinciRancangan Sistem Persediaan Bahan Baku Kertas Menggunakan Model Persediaan Stokastik Joint Replenishment di PT KARYA KITA *
Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.01 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2015 Rancangan Sistem Persediaan Bahan Baku Kertas Menggunakan Model Persediaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II Tinjauan Pustaka ini berisi tentang konsep aktivitas supply chain, Inventory Raw material, Inventory Cost, dan formulasi Basnet dan Leung. 2.1 Supply Chain Semua perusahaan
Lebih terperinciPENDEKATAN SEDERHANA UNTUK FORMULASI MODEL UKURAN LOT GABUNGAN SINGLE-VENDOR MULTI-BUYER
PENDEKATAN SEDERHANA UNTUK FORMULASI MODEL UKURAN LOT GABUNGAN SINGLE-VENDOR MULTI-BUYER Hari Prasetyo Pusat Studi Logistik dan Optimisasi Industri (PUSLOGIN) Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Logistik Menurut Bowersox (2000: 13), manajemen logistik dapat didefinisikan sebagai proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Dalam perusahaan manufaktur, persediaan bahan baku memiliki peranan yang penting dalam mendukung proses produksi. Tanpa adanya persediaan, perusahaan akan dihadapkan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan
Lebih terperinciPERENCANAAN PERSEDIAAN KOMPONEN PEMBENTUK MCB DI PT XYZ DENGAN METODE CONTINUOUS REVIEW
PERENCANAAN PERSEDIAAN KOMPONEN PEMBENTUK MCB DI PT XYZ DENGAN METODE CONTINUOUS REVIEW Nadya 1, Dida Diah Damayanti 2, Budi Santosa 3 1 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK PT. Sinar Continental adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang garmen. Produk yang dihasilkan yaitu kain interior, seperti kain untuk sofa, karpet, gorden, kain printing fashion (sprei,
Lebih terperinciManajemen Persediaan
Manajemen Persediaan 10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 A B C 20 40 60 80 100 100 80 60 40 20 Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI Persediaan Pengertian
Lebih terperinciUJI KENORMALAN DATA. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N 12. Most Extreme Differences Absolute.152. Kolmogorov-Smirnov Z.525
LAMPIRAN UJI KENORMALAN DATA Produk Cup 240 ml One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test demand N 12 Normal Parameters a Mean 49062.5000 Std. Deviation 2132.34026 Most Extreme Differences Absolute.152 Positive.108
Lebih terperinciBAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA
BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data yang didapat dari bulan Mei 2007 sampai bulan Juli 2007 yaitu berupa data-data yang berkaitan dengan perencanaan
Lebih terperinciPENENTUAN UKURAN LOT GABUNGAN UNTUK PEMBELI DAN PEMASOK TUNGGAL DAN USULAN SISTEM VENDOR MANAGED INVENTORY (VMI) PADA PT.PUTRA ALAM TEKNOLOGI
PENENTUAN UKURAN LOT GABUNGAN UNTUK PEMBELI DAN PEMASOK TUNGGAL DAN USULAN SISTEM VENDOR MANAGED INVENTORY (VMI) PADA PT.PUTRA ALAM TEKNOLOGI ERLANGGA ABSTRAK Pengelolaan persediaan secara konvensional
Lebih terperinciSriyanto, Heru Prastawa dan Prudensy F. Opit Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
B-13-1 EVALUASI KEBIJAKAN PEMESANAN DAN PENGEMBANGAN ALTERNATIF MODEL PEMESANAN SUKU CADANG BERDASARKAN KRITERIA BIAYA (Studi Kasus di PT. Japfa Comfeed Indonesia, Tbk Sidoarjo) Sriyanto, Heru Prastawa
Lebih terperinciPERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP)
PERANCANGAN KONFIGURASI JARINGAN DISTRIBUSI PRODUK BISKUIT MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA (Studi Kasus: PT. EP) Rezki Susan Ardyati dan Dida D. Damayanti Program Studi Teknik Industri Institut Teknologi
Lebih terperinciRatna Wulan Sari, 2 Dida Diah Damayanti, 3 Budi Santosa 1, 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University
PERENCANAAN PERSEDIAAN SELURUH PRODUK KATEGORI DRY FOOD DENGAN PENDEKATAN METODE PROBABILISTIK CONTINUOUS REVIEW (S,S) SYSTEM DI GUDANG RETAIL PT XYZ BANDUNG 1 Ratna Wulan Sari, 2 Dida Diah Damayanti,
Lebih terperinciSistem Pengendalian Persediaan Dengan Permintaan Dan Pasokan Tidak Pasti (Studi Kasus Pada PT.XYZ)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Sistem Pengendalian Persediaan Dengan Permintaan Dan Pasokan Tidak Pasti (Studi Kasus Pada PT.XYZ) Ayu Tri Septadianti, Drs. I Gusti Ngurah Rai Usadha,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan di dunia industri saat ini menuntut setiap perusahaan untuk terus berusaha mencari cara terbaik agar memiliki daya saing yang lebih tinggi daripada
Lebih terperinciProsiding Manajemen ISSN:
Prosiding Manajemen ISSN: 2460-6545 Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Kain Tas 600D dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Guna Meminimumkan Biaya di CV. Kane 197 The Controlling Analysis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah persediaan merupakan permasalahan yang selalu dihadapi para pengambil keputusan dalam bidang persediaan. Persediaan dibutuhkan karena pada dasarnya pola permintaan
Lebih terperinciUSULAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN DI PET SHOP PET & CO
USULAN PENGENDALIAN PERSEDIAAN DI PET SHOP PET & CO 1 Levina Arlene adalah mahasiswi jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung. E-mail : levina_arlene@yahoo.com 2 Santoso adalah dosen
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: Pengendalian persediaan, bahan baku, Model pengendalian persediaan probabilistik. vii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK PT. Matoa Indonesia Digdaya bergerak di bidang manufaktur dengan produk yang dihasilkan berupa jam tangan kayu. Bahan baku utama yang digunakan merupakan kayu sisa yang sudah tidak terpakai. Guna
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan untuk memenuhi tujuan tertentu. Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan penolong, barang dalam proses, dan bisa
Lebih terperinciMODEL PROGRAM DINAMIS DALAM PENENTUAN LOT PEMESANAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN BATASAN MODAL
MODEL PROGRAM DINAMIS DALAM PENENTUAN LOT PEMESANAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN BATASAN MODAL Dana Marsetiya Utama Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik / Universitas Muhammadiyah Malang Kontak person:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi mengenai hal pokok yang mendasari dilakukannya penelitian serta identifikasi masalah penelitian meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
Lebih terperinciPENGENDALIAN PERSEDIAAN UNTUK MENGOPTIMALKAN PEMAKAIAN VOLUME GUDANG DI PT. SIM BEKASI. Basuki. Abstrak
PENGENDALIAN PERSEDIAAN UNTUK MENGOPTIMALKAN PEMAKAIAN VOLUME GUDANG DI PT. SIM BEKASI Basuki Abstrak PT. SIM merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi kendaraan dengan cara merakit berbagai macam
Lebih terperinciKERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Inventory (Persediaan) Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Pengendalian Persediaan Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya
Lebih terperinciMANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)
MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan
Lebih terperinciUSULAN PERENCANAAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN KATEGORI OBAT KERAS DAN OBAT BEBAS MENGGUNAKAN METODE CONTINUOUS REVIEW
USULAN PERENCANAAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN KATEGORI OBAT KERAS DAN OBAT BEBAS MENGGUNAKAN METODE CONTINUOUS REVIEW (s,s) DAN CONTINUOUS REVIEW (s,q) UNTUK MENGURANGI TOTAL BIAYA PERSEDIAAN DI BM PT XYZ BANDUNG
Lebih terperinciPERENCANAAN SISTEM PERSEDIAAN SUKU CADANG SEPEDA MOTOR UNTUK MENGURANGI BIAYA PERSEDIAAN PADA PT. UTOMO MOTOR DI SURABAYA
PERENCANAAN SISTEM PERSEDIAAN SUKU CADANG SEPEDA MOTOR UNTUK MENGURANGI BIAYA PERSEDIAAN PADA PT. UTOMO MOTOR DI SURABAYA Angela Utami Dewi Kristiana, Katjuk Astrowulan, Nurhadi Siswanto Program Studi
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK PD. WK adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha distribusi produk makanan dan minuman yang berasal dari 15 supplier yang merupakan distributor cabang perusahaan-perusahaan makanan dan
Lebih terperinciMODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI SATU-PRODUSEN MULTI-PENGECER DENGAN KENDALI BIAYA PERSIAPAN PRODUKSI DAN PENGOPTIMALAN JALUR TRANSPORTASI
MODEL PERSEDIAAN TERINTEGRASI SATU-PRODUSEN MULTI-PENGECER DENGAN KENDALI BIAYA PERSIAPAN PRODUKSI DAN PENGOPTIMALAN JALUR TRANSPORTASI oleh SITI ZULFA CHOIRUN NISAK M0111077 SKRIPSI ditulis dan diajukan
Lebih terperinciAbstrak. Universitas Kristen Maranatha
Abstrak CV Belief Shoes merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur sepatu. Sepatu yang diproduksi terdiri dari 2 jenis, yaitu sepatu sandal dan sepatu pantofel. Dalam penelitian ini penulis
Lebih terperinciUSULAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN KATEGORI OBAT KERAS DAN OBAT BEBAS PADA APOTEK 12 PT
USULAN KEBIJAKAN PERSEDIAAN KATEGORI OBAT KERAS DAN OBAT BEBAS PADA APOTEK 12 PT.XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERSEDIAAN PROBABILISTIK CONTINUOUS REVIEW (s,s) Amanda Inke Mahardika 1, Budi Sulistyo 2,
Lebih terperinciMANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander
MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu
Lebih terperinciPENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CRUDE COCONUT OIL (CCO) PADA PT PALKO SARI EKA
PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU CRUDE COCONUT OIL (CCO) PADA PT PALKO SARI EKA Siti Nur Fadlillah A. 1 ABSTRACT Inventory system is one of the essential managerial functions because most of companies
Lebih terperinci