IMPLEMENTASI PRINSIP KERJA 5S PADA BAGIAN PABRIKASI I UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI WAKTU PRODUKSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI PRINSIP KERJA 5S PADA BAGIAN PABRIKASI I UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI WAKTU PRODUKSI"

Transkripsi

1 IMPLEMENTASI PRINSIP KERJA 5S PADA BAGIAN PABRIKASI I UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI WAKTU PRODUKSI Gunawarman Hartono 1 ; Fanni Abdilah Sutantyo 2 1 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara, Jln. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat Guna@binus.edu 2 Staf Produksi, Steel Industry, Jakarta ABSTRACT The bridge construction industry has a unique characteristics compared to other industrial companies, namely its production system should be able to meet increasing demands and very high fluctuations. Limited space in the production line and increasing operational costs have made the management of PT BMI obtaining a more appropriate management strategy for its production system. In this research, the author attempts to implement the 5S principle in production management. This study aims to implement and reveal the effectiveness of production time from the implementation of 5S principle in the Fabrication 1 division. The study is also conducted by formulating the actual problem, followed by literature review and direct observation in the field for calculation of requirements to achieve full implementation of the 5S principle. This study recommends the company to implement the 5S principle to other divisions, due to proven increase in efficiency. Kata kunci: production system, 5S work principle, labor time calculation, efficiency ABSTRAK Industri konstruksi jembatan memiliki karakteristik yang unik bila dibandingkan dengan perusahaan industri lainnya, yaitu sistem produksinya pun haruslah bisa memenuhi permintaan yang semakin banyak dan juga fluktuasi yang sangat tinggi. Selain itu, space yang terbatas pada lini produksi dan biaya operasional yang bertambah membuat manajemen PT BMI memikirkan manajemen strategis yang tepat untuk sistem produksinya. Dalam penelitian ini, penulis mencoba menerapkan prinsip 5S dalam manajemen produksi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengimplementasikan dan mengetahui efisiensi waktu produksi dari implementasi prinsip 5S pada bagian Pabrikasi I. Metode penyelesaian masalah dilakukan dengan cara merumuskan masalah yang terjadi, kemudian studi literatur dan juga gemba, yaitu pengecekan secara langsung ke lapangan, juga menghitung kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan agar Prinsip 5S terimplementasi. Penelitian ini memberikan rekomendasi kepada perusahaan agar bisa mengimplementasikan Prinsip 5S ini terhadap bagian lainnya karena terbukti efisiensi perusahaan naik dengan adanya penerapan sistem ini. Kata kunci: sistem produksi, prinsip kerja 5S, perhitungan waktu kerja, efisiensi 104 INASEA, Vol. 9 No.2, Oktober 2008:

2 PENDAHULUAN Setiap perusahaan tentunya menginginkan setiap kegiatan produksinya berjalan dengan baik, efektif, dan efisien. Tetapi, hal tersebut akan terwujud apabila setiap elemen pada perusahaan dapat bekerjasama dan saling melengkapi antara yang satu dengan yang lainnya, untuk tercapainya tujuan yang diinginkan perusahaan. Salah satu usaha dalam peningkatan efektifitas dan efisiensi kerja adalah dengan menciptakan suatu sistem kerja yang baik di dalam perusahaan. Dengan sistem kerja dan kondisi kerja yang baik, tentunya akan berdampak pada produktivitas dari karyawan. Hal tersebut juga akan berdampak pada profit atau pemasukan perusahaan. Industri Jepang merupakan salah satu industri yang berkembang. Salah satu faktor pendukung atau pendorong perindustrian Jepang adalah adanya program-program yang selalu mereka taati bersama. Salah satunya adalah Just in Time, inovasi-inovasi yang dilakukan secara terus menerus. Tetapi, hal tersebut dapat mereka lakukan karena langkah pertama yang selalu mereka kedepankan yaitu proses kerja 5S. 5S adalah singkatan dari Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, dan Shitsuke, di mana bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Pemilahan, Penataan, Pembersihan, Pemantapan, dan Pembiasaan. Sepertinya hal-hal tersebut sangat mudah dilakukan. Tetapi, itulah salah satu kunci sukses kenapa industri Jepang bisa maju seperti sekarang ini. Akan terlihat sekali bedanya antara perusahaan-perusahaan yang menerapkan 5S dalam kegiatan atau proses kerjanya dengan perusahaan yang tidak menerapkan 5S. Mungkin sekilas tidak terlalu jauh bedanya. Tetapi, apabila dilihat dengan seksama akan terlihat sekali perbedaannya. Begitupun dampak yang bisa terjadi apabila kita tidak menerapkan 5S. Mungkin dari hal-hal yang terlihat mudah seperti itu apabila dianggap tidak penting akan berakibat besar. Perusahaan akan mengeluarkan biaya-biaya tambahan untuk mesin-mesin yang rusak akibat tidak dilakukannya pembersihan dengan mesin produksinya. Dengan tidak adanya pemilahan antara barang-barang yang masih terpakai dan yang tidak terpakai, juga akan mengurangi produktivitas kerja para karyawan karena mereka harus memilah kembali barang-barang yang seharusnya tidak terpakai lagi. Masalah penataan ruang dan alat produksi juga menjadi hal penting karena bila penataan tidak dilakukan dengan mengikuti pedoman-pedoman ataupun aturan-aturan penataan akan berpengaruh pada kegiatan kerja para karyawan, yang akhirnya akan berujung pada hasil produksi perusahaan. Karena pentingnya penerapan 5S pada kegiatan perusahaan, maka sudah seharusnya perusahaan menerapkan proses kerja 5S tersebut. Pada hasil pengamatan PT Bakrie Metal Industries, didapatkan bahwa perusahaan belum menerapkan prinsip kerja 5S; terlihat dengan tidak adanya pemisahan antara mesin-mesin produksi dengan bahan-bahan sisa hasil produksi yang bisa menyebabkan terhambatnya proses produksi dan adanya potensi kecelakaan kerja. Begitu juga dengan penataan mesin-mesin produksi yang apabila dicermati masih kurang maksimal penataannya, yang akan berdampak pada waktu proses produksi. Begitu juga masalah kebersihan, baik itu kebersihan mesin, peralatan kerja maupun keadaan lingkungan kerja yang berantakan dan kotor yang tentunya juga akan berdampak pada hasil kerja. Agar pembahasan terpusat pada tema, dilakukan pembatasan masalah yang bertujuan untuk memperjelas lingkup permasalahan dan mengurangi kompleksitas dari permasalahan yang dibahas. Ruang lingkupnya meliputi (1) Penelitian dan pengambilan waktu dilakukan pada area Pabrikasi I di PT Bakrie Metal Industries, (2) Pembatasan masalah hanya menyangkut penerapan prinsip 5S di perusahaan, (3) Part yang digunakan dalam penghitungan waktu kerja adalah C30-SGD 3 pada jembatan Girder kelas C bentang 30m, dan (4) Semua perhitungan diasumsikan dalam kondisi yang ideal. Tujuan dari penelitian ini adalah intuk menerapkan prinsip-prinsip 5S pada perusahaan dan meningkatkan efisiensi waktu produksi. Sedangkan manfaatnya adalah untuk menghasilkan sistem kerja yang lebih baik dari sebelumnya dan waktu produksi bisa dipersingkat. Implementasi Prinsip Kerja... (Gunawarman Hartono; Fanni Abdilah Sutantyo) 105

3 PEMBAHASAN Analisis Kelompok Pertanyaan I Berdasarkan pengumpulan data yang didapat, ada beberapa hal yang dapat diperhatikan berkaitan dengan tingkat kebutuhan karyawan akan 5S. Pertama, apakah perlu dilakukan pemisahan antara mesin produksi dan bahan sisa hasil produksi (Seiri). Jumlah koresponden yang menjawab sangat perlu adalah 34 orang dan menjawab perlu 19 orang, sedangkan menjawab kurang perlu 2 orang. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa para karyawan sudah menyadari bahwa untuk mencapai tingkat efisiensi dan efektifitas yang lebih tinggi, maka seharusnya lantai produksi lebih memperhatikan pemisahan antara mesin produksi dengan bahan sisa hasil produksi yang sudah tidak terpakai lagi. Hasil perhitungan rata-rata bobot nilai untuk jawaban ini adalah {(34 x 2 ) + (19 x 1) + (2 x 1) } / 55 = Kedua, apakah penataan mesin-mesin produksi perlu dilakukan agar proses produksi berjalan dengan lancar (Seiton). Jumlah koresponden yang menjawab sangat perlu adalah 23 orang, menjawab perlu 28 orang, dan menjawab kurang perlu 3 orang serta yang menjawab tidak perlu 1 orang. Ini menunjukkan para karyawan sudah menyadari bahwa untuk meningkatkan produktivitas dan mempunyai tempat kerja yang tertata rapi, maka seharusnya letak mesin produksi harus ditata ulang. Hasil perhitungan rata-rata bobot nilai untuk jawaban ini adalah {(23 x 2)+(26 x1)+(3x-1)+ (3x-2)} / 55 = Ketiga, apakah kebersihan (mesin, peralatan dan lingkungan) perlu dijaga dan diperhatikan (Seiso). Jumlah koresponden yang menjawab sangat perlu 31 adalah orang, menjawab perlu 20 orang, dan menjawab kurang perlu 4 orang. Dari jumlah tersebut, dapat diketahui bahwa kebersihan juga sangat penting dalam beraktivitas. Jika tempat kerja kotor, maka mereka menyadari akan merasa kurang nyaman berada di area kerja tersebut. Hasil perhitungan rata-rata bobot nilai untuk jawaban ini adalah {(31x2) + (22x1) + (2 x -1)} / 55 = Keempat, apakah perlu dilakukan pemeliharaan (mesin, peralatan dan lingkungan) agar teratur, rapi dan bersih (Seiketsu). Jumlah koresponden yang menjawab sangat perlu adalah 32 orang dan menjawab perlu 23 orang. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa para karyawan sudah mengerti akan pentingnya memelihara peralatan dan lingkungan karena akan berdampak terhadap produktivitas mereka. Apabila mesin rusak akibat tidak adanya perawatan, maka hal tersebut akan mengakibatkan produktivitas akan turun karena mesin yang rusak. Hasil perhitungan rata-rata bobot nilai untuk jawaban ini adalah {(32 x 2)+(23x1)}/55 = Kelima, apakah kebiasaan berdisiplin perlu dilakukan dalam lingkungan kerja (Shitsuke). Jumlah koresponden yang menjawab sangat perlu adalah 37 orang dan menjawab perlu 18 orang. Ini menunjukkan bahwa karyawan sudah menyadari bahwa untuk melakukan kebiasaan yang baik dan menaati peraturan, maka para karyawan seharusnya melakukan sesuatu yang benar sebagai suatu kebiasaan. Hasil perhitungan rata-rata bobot nilai untuk jawaban ini adalah {(37x2) + (18 x1)}/55 = Tabel 1 Kelompok Pertanyaan I No Pertanyaan 1 Seiri Apakah perlu dilakukan pemisahan antara mesin produksi dan bahan sisa hasil produksi? 2 Seiton Apakah penataan mesin-mesin produksi perlu dilakukan agar proses produksi berjalan dengan lancar? Jawaban SP P KP TP 34 (62%) 23 (42%) 19 (34%) 26 (47%) 2 (4%) 3 (5%) 3 (6%) 106 INASEA, Vol. 9 No.2, Oktober 2008:

4 3 Seiso Apakah kebersihan (mesin, peralatan dan lingkungan) perlu dijaga dan diperhatikan? 4 Seiketsu Apakah perlu dilakukan pemeliharaan (mesin, peralatan dan lingkungan) agar teratur, rapi dan bersih? 5 Shitsuke Apakah kebiasaan berdisiplin perlu dilakukan dalam lingkungan kerja? Total Perhitungan 31 (56%) 32 (58%) 37 (67%) 157 (57%) 22 (40%) 23 (42%) 18 (33%) 108 (39%) 2 (4%) 7 (3%) 3 (1%) Analisis Kelompok Pertanyaan II Dari pengumpulan data yang didapat, ada beberapa hal yang harus diperhatikan sesuai dengan keadaan perusahaan saat ini. Pertama, bagaimana pemisahan antara mesin produksi dan bahan-bahsan sisa hasil produksi saat ini (Seiri). Jumlah koresponden yang menjawab baik adalah 16 orang dan menjawab kurang baik 39 orang. Hal ini menunjukkan bahwa keadaan lantai produksi saat ini belum melakukan pemisahan antara mesin produksi dengan bahan-bahan sisa hasil produksi sehingga menghambat pekerjaan mereka. Hasil perhitungan rata-rata bobot nilai untuk jawaban ini adalah { ( 16 x 1 ) + ( 39 x -1 ) } / 55 = Kedua, bagaimana penataan mesin produksi saat ini (Seiton). Jumlah koresponden yang menjawab sangat baik adalah 4 orang, menjawab baik 10 orang, menjawab kurang baik 33 orang, dan menjawab tidak baik 8 orang. Ini menunjukkan bahwa keadaan lantai produksi saat ini belum tertata dengan baik sehingga perlu dilakukan penataan ulang guna meningkatkan produktivitas kerja. Hasil perhitungan rata-rata bobot nilai untuk jawaban ini adalah { ( 4 x 2 ) + ( 10 x 1 ) + ( 33 x -1 ) + ( 8 x -2 ) } / 55 = Ketiga, bagaimana tingkat kebersihan (mesin, peralatan dan lingkungan) saat ini (Seiso). Jumlah koresponden yang menjawab baik adalah 8 orang, menjawab kurang baik 34 orang, dan menjawab tidak baik 13 orang. Dari data tersebut, dapat dilihat bahwa tingkat kebersihan saat ini, naik pada peralatan, mesin ataupun lingkungan masih kurang baik sehingga perlu diperhatikan lagi untuk masalah kebersihan. Hasil perhitungan rata-rata bobot nilai untuk jawaban ini adalah { ( 8 x 1 ) + ( 34 x -1 ) + ( 13 x -2 ) } / 55 = Keempat, bagaimana kondisi dan pemeliharaan (mesin, peralatan dan lingkungan) saat ini (Seiketsu). Jumlah koresponden yang menjawab baik adalah 16 orang, menjawab kurang baik 31 orang, dan menjawab tidak baik 8 orang. Dari jumlah jawaban tersebut, terlihat bahwa kondisi pemeliharaan saat ini kurang maksimal atau belum maksimal sehingga perlu dimaksimalkan lagi, di mana langkah ini dipengaruhi oleh Seiri, Seiton, dan Seiso tersebut. Hasil perhitungan rata-rata bobot nilai untuk jawaban ini adalah { ( 16 x 1 ) + ( 31 x -1 ) + ( 8 x -2 ) } / 55 = Kelima, bagaimana tingkat kedisiplinan karyawan saat ini (Shitsuke). Jumlah koresponden yang menjawab sangat baik adalah 2 orang, menjawab baik 14 orang, menjawab kurang baik 29 orang, dan menjawab tidak baik 10 orang. Ini menunjukkan bahwa para karyawan di lantai produksi belum melakukan pembiasaan untuk berdisiplin dalam melakukan aktivitas produksi. Hasil perhitungan rata-rata bobot nilai untuk jawaban ini adalah { ( 2 x 2 ) + ( 14 x 1 ) + ( 29 x -1 ) + ( 10 x -2 ) } / 55 = Implementasi Prinsip Kerja... (Gunawarman Hartono; Fanni Abdilah Sutantyo) 107

5 Tabel 2 Kelompok Pertanyaan II No Pertanyaan 1 Seiri Bagaimana pemisahan antara mesin produksi dan bahan sisa hasil produksi saat ini? 2 Seiton Bagaimana penataan mesin produksi saat ini? 3 Seiso Bagaimana tingkat kebersihan (mesin, peralatan dan lingkungan) saat ini? 4 Seiketsu Bagaimana kondisi dan pemeliharaan (mesin, Peralatan dan Lingkungan ) saat ini? 5 Shitsuke Bagaimana tingkat kedisiplinan karyawan saat ini? Total Perhitungan Jawaban SB B KB TB 4 (7%) 2 (4%) 6 (2%) 16 (29%) 10 (18%) 8 (15%) 16 (29%) 14 (25%) 64 (23%) 39 (71%) 33 (60%) 34 (62%) 31 (56%) 29 (53%) 166 (61%) 8 (15%) 13 (23%) 8 (15%) 10 (18%) 39 (14%) Setelah didapat hasil perhitungan rata-rata dari bobot nilai (Tabel 3), maka selanjutnya pembuatan scatter diagram yang bertujuan untuk mengetahui bagian mana yang membutuhkan penerapan prinsip 5S (Gambar 1). Tabel 3 Hasil Perhitungan Rata-rata dari Bobot Nilai 5S Kebutuhan Keadaan Seiri Seiton Seiso Seiketsu Shitsuke Scatter Diagram 2 Kebutuhan Keadaan Seiri Seiton Seiso Seiketsu Shitsuke Gambar 1 Scatter Diagram Dari diagram (Gambar 1) bisa dilihat bahwa semua prinsip 5S yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke berada pada kuadran I, yaitu nilai kebutuhan ( + ), tetapi keadaan ( - ). Hal ini menunjukkan bahwa kelima hal ini memerlukan perbaikan. Oleh karena itu, bagian Pabrikasi I 108 INASEA, Vol. 9 No.2, Oktober 2008:

6 memerlukan kelima perancangan dalam 5S tersebut dan memerlukan perubahan agar lebih teratur dengan baik. Hasil Perancangan Setelah melakukan analisis, tahapan selanjutnya adalah pembuatan rencana atau konsep penerapan 5S yang akan diterapkan pada bagian Pabrikasi I. Pertama, Seiri. Proses Seiri di sini adalah proses pemilahan atau pemisahan antara mesin produksi dengan bahan-bahan sisa hasil produksi. Dari hasil pengamatan, terlihat banyak bahan-bahan sisa hasil produksi yang tidak terpakai lagi berserakan di area cutting proses dan drilling proses. Terlihat di sana kalau bahan-bahan tersebut tidak dikondisikan dengan baik, melainkan dibiarkan berserakan sampai sore (selesai jam kerja). Di sana tidak disediakan tempat untuk menaruh bahan-bahan sisa tersebut sehingga menyatu dengan mesin produksi, dan hal tersebut tentunya sangat mengganggu kegiatan produksi. Pada proses Seiri, akan dilakukan proses pemisahan atau pemetaan antara mesin produksi dengan sisa hasil produksi sehingga tidak terlihat berantakan dan lebih rapi serta jelas batas pemisah antara mesin produksi, area kerja dengan bahan sisa hasil produksi tadi. Proses pemisahan dilakukan agar proses atau kegiatan produksi dapat berjalan lebih efektif dan mengurangi gangguan atau hambatan yang diakibatkan oleh bahan sisa hasil produksi yang berserakan di mana-mana. Dengan dibuatkan pembatas, akan terlihat lebih rapi dan para karyawan bisa melakukan pemisahan tersebut saat selesai proses pengerjaan pemotongan bahan. Dengan demikian, produktivitas akan meningkat dan resiko kecelakaan kerja akibat tersandung sisa bahan produksi tadi bisa diminimalisir. Gambar 2 Sebelum Penerapan 5S Gambar 3 Setelah Penerapan 5S Kedua, Seiton. Proses Seiton adalah bagaimana dan di mana mesin dan barang akan diletakkan. Penataan di sini bertujuan agar proses produksi berjalan dengan lancar dan meningkatkan efisiensi dari waktu proses pengerjaan sebuah panel dari sebuah jembatan. Pemaksimalan ruangan juga sangat diperlukan agar penempatan mesin-mesin ataupun alat produksi lainnya pas dan tepat agar tidak ada ruang ataupun area yang tersisa. Tetapi, jarak antara mesin yang satu dengan yang lainnya juga harus diperhatikan, begitu pula dengan ruang gerak para karyawan agar para karyawan dapat bekerja dengan leluasa dan resiko kecelakaan dapat dihindarkan. Dari hasil pengamatan, terlihat bahwa proses pengerjaan tidak selalu sesuai alur kerja karena memang ada beberapa kegiatan produksi yang tidak dilakukan untuk beberapa item. Begitu juga dengan pengerjaan panel-panel lainnya, juga pada jenis jembatan lainnya. Proses pengerjaannya tidak selalu melalui tahapan proses yang sama. Ada juga yang hanya melewati pospos pengerjaan beberapa saja tidak semua proses dilalui. Terlihat bahwa tidak semua proses dilalui Implementasi Prinsip Kerja... (Gunawarman Hartono; Fanni Abdilah Sutantyo) 109

7 oleh setiap bagian yang akan dikerjakan sehingga alur prosesnya sedikit berantakan. Untuk itu, perlu dilakukan relay-out atau perubahan layout guna mendapatkan waktu yang efektif dalam setiap pengerjaan (Gambar 4 dan 5). Dengan penyusunan mesin dilihat dari banyaknya jumlah part yang akan melalui proses yang sama, maka akan didapat hasil yang lebih baik dari sebelumnya dan akan berdampak pada produktivitas para karyawan. Proses 1 adalah proses pada bagian/part yang melewati semua proses produksi (Marking Plate, Cutting, Pithing, Welded beam, Stratening, Marking Hole, Drilling, Finishing); Proses 2 adalah proses pada bagian/part yang hanya melewati beberapa alur proses saja (Marking Plate, Cutting, Marking Hole, Drilling dan Finishing); Proses 3 adalah proses pada bagian/part yang hanya melewati beberapa alur proses saja (Marking Plate, Cutting, Pithing, Welded Beam, Stratening dan Finishing). Karena menurut hasil survey, proses yang paling banyak adalah proses 2 dan 3 dibandingkan dengan proses 1, maka perlu adanya relay-out/penataan ulang pada bagian Pabrikasi I sehingga proses produksi dapat berjalan lebih cepat serta tidak mengganggu proses yang lain yang sedang berlangsung. Gambar 4 Sebelum Relay-out 110 INASEA, Vol. 9 No.2, Oktober 2008:

8 Gambar 5 Setelah Relay-out Ketiga, Seiso. Seiso memiliki pengertian membersihkan lingkungan kerja, termasuk di dalamnya mesin, peralatan kerja, lantai kerja, dan berbagai daerah di area tempat kerja. Membersihkan sama dengan memeriksa; dengan kita melakukan pembersihan secara otomatis, kita juga turut aktif dalam melakukan pengontrolan dan pengecekan. Hal ini tentunya akan sama dengan melakukan perawatan pada setiap mesin dan peralatan kerja lainnya agar umur dari mesin atau peralatan tersebut dapat bertahan lebih lama, dan keuangan perusahaan tidak diberatkan pada keadaan mesin yang rusak yang membutuhkan perbaikan. Untuk itu, perlu dibuat sistem atau peraturan-peraturan yang berkenaan dengan masalah kebersihan, di antaranya adalah (1) Menugaskan atau pembuatan jadwal piket atau membersihan pada area kerjanya masing-masing setelah melakukan pekerjaan; (2) Pembuatan SOP dalam melakukan pembersihan pada mesin ataupun peralatan yang akan dibersihkan, yang ditempelkan pada mesin tersebut atau di area mesin tersebut; (3) Menyiapkan atau menyediakan peralatan yang menunjang pada masalah kebersihan, yang diletakkan dekat dengan area produksi pada lokasi tertentu yang memudahkan para karyawan mudah untuk menjangkaunya; (4) Membuat aturan-aturan yang berkenaan dengan masalah kebersihan. Ketiga, Seiketsu. Seiketsu merupakan tahap yang bisa dilakukan setelah kita menerapkan Seiri, Seiton, dan Seiso. Jadi, tahap ini merupakan tahap kelanjutan setelah ketiga tahap tersebut. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus dilakukan agar proses atau tahap ini dapat dilaksanakan, yaitu (1) Selalu memeriksa semua peralatan dan mesin yang ada untuk menjaga kenormalan kondisi karena bila tidak diperiksa dapat menyebabkan produk yang dikerjakan keluar dari spesifikasi; (2) Memberi tanda pada setiap benda agar tiap karyawan tidak lupa nama mesin atau peralatan dan barang-barang tersebut sehingga membantu para karyawan dalam pencarian peralatan tersebut apabila dibutuhkan; (3) Untuk pengunaan mesin- mesin produksi, harus dibuat simbol penggunaan dan simbol bahaya yang ditempelkan pada bagian yang memerlukannya; (4) Pembuatan form evaluasi 5S untuk memastikan penerapan 5S sudah dilakukan dengan benar atau belum. Perusahaan dapat menunjuk seseorang yang bertanggung jawab untuk pengisian form tersebut. Implementasi Prinsip Kerja... (Gunawarman Hartono; Fanni Abdilah Sutantyo) 111

9 Ketiga, Shitsuke. Shitsuke bisa diartikan mendisiplinkan atau mengajak para karywan untuk membiasakan para karyawan untuk melakukan perilaku atau kebiasaan yang baik, meskipun akan sulit untuk merubah kebiasaan seseorang. Tetapi, hal tersebut tetap harus dilakukan perusahaan guna mendapatkan hasil atau tujuan perusahaan. Setiap orang mungkin tahu arti dari disiplin itu sendiri, tetapi mereka terkadang sulit melakukannya karena sudah terbiasa. Untuk itu, pihak manajemen bisa memberikan contoh-contoh yang baik kepada para karyawannya agar para karyawan dapat termotivasi untuk berdisiplin. Apabila dari atasan saja sudah tidak disiplin, maka karyawannya pun akan mengikuti kebiasaan tersebut. Selain tahap pemantapan berdisiplin ini bisa dilakukan dengan penerapan reward and punishment jadi memberi penghargaan kepada para karyawan yang menaati peraturan-peraturan yang ada dan akan ada konsekuensinya bila mereka melanggar aturan tersebut. Hal ini juga bisa membuat para karyawan untuk berpikir ulang apabila akan melakukan tindakan. Tabel 4 Perhitungan Waktu Kerja Sebelum Sesudah Harga Rata-rata Subgrup Standar Deviasi Sebebarnya Standar Deviasi Distribusi Batas Kontrol Atas Batas Kontrol Bawah Uji Kecukupan Data N Waktu Siklus Waktu Normal Waktu Baku PENUTUP Dari hasil penelitian, dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Pertama, setelah mengamati keadaan pabrik, khususnya area Pabrikasi I dan diketahui bahwa bagian bagian tersebut memerlukan prinsip-prinsip 5S, kemudian dilakukan pengumpulan data melalui kuesioner, dilanjutkan dengan pembuatan scatter diagram untuk menentukan prinsip S mana dari 5S yang diperlukan bagian tersebut. Perancangan dibuat dengan langkah-langkah yang teratur sesuai dengan kebutuhan sikap kerja 5S pada bagian tersebut. Selain itu, mempermudah bagian tersebut dalam mengimplementasikan prinsip 5S. Kedua, penerapan metode 5S pada bagian Pabrikasi I pada proses pembuatan item C30-SGD 3 dapat mengurangi waktu kerja. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan waktu baku sebelum dan sesudah penerapan prinsip 5S. Tabel 5 Perbandingan Waktu Baku Sebelum dan Sesudah Penerapan Prinsip 5S Proses Sebelum Penerapan 5S Setelah Penerapan 5S Selisih Pembuatan Item C30-SGD (s) (s) (s) Adanya penghematan waktu dalam proses pembuatan item C30-SGD3, yaitu sebesar (50 menit) atau sekitar 16.87%. 112 INASEA, Vol. 9 No.2, Oktober 2008:

10 DAFTAR PUSTAKA Gaspers, V. (1998). Statistical process control, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Imai, M. (1997). Gemba kaizen, Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo. Kolarik. J.W. (1999). Creating quality, Singapore: Mc Graw Hill. Osada, T. (2000). Sikap kerja 5S. Diterjemahkan oleh Mariani Gandamiharja, Jakarta: PPM. Sugiyono. (2003). Metode penelitian bisnis, edisi ketiga, Bandung: CV Alfabeta. Wignjosoebroto, S. (1995). Ergonomi: Studi gerak dan waktu, Jakarta: Guna Widya. Implementasi Prinsip Kerja... (Gunawarman Hartono; Fanni Abdilah Sutantyo) 113

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH Dalam pembuatan skripsi ini, diperlukan serangkaian langkah-langkah yang sistematis dan logis untuk memberikan pedoman dan kemudahan dalam melakukan analisis terhadap implementasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang merupakan rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. Jepang yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke yang merupakan rangkaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman yang sudah maju ini, persaingan bisnis yang semakin ketat akan membuat para pelaku bisnis berpikir lebih keras bagaimana caranya memenangkan sebuah persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hampir semua industri manufaktur dan jasa semakin meningkat pesat dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hampir semua industri manufaktur dan jasa semakin meningkat pesat dari 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir semua industri manufaktur dan jasa semakin meningkat pesat dari waktu ke waktu sehingga setiap pelaku industri harus siap berkompetisi. Hal ini tidak terjadi

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT LAYANAN RUMAH SAKIT DENGAN MODEL KANO UNTUK PENENTUAN SKALA PRIORITAS PERBAIKAN LAYANAN

ANALISIS ATRIBUT LAYANAN RUMAH SAKIT DENGAN MODEL KANO UNTUK PENENTUAN SKALA PRIORITAS PERBAIKAN LAYANAN ANALISIS ATRIBUT LAYANAN RUMAH SAKIT DENGAN MODEL KANO UNTUK PENENTUAN SKALA PRIORITAS PERBAIKAN LAYANAN Indah Pratiwi Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi industri telah memberikan pengaruh terhadap budaya lingkungan pekerjanya. Banyak perusahaan-perusahaan di Eropa dan Amerika telah mengadopsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerapan 5S atau 5R 1. Defini 5S atau 5R 5R atau 5S merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pada perusahaan UKM Dian Rubber Semarang adalah sebagai berikut: a. Pemilahan sesuai dengan frekuensi (rendah, sedang, tinggi)

BAB V PENUTUP. pada perusahaan UKM Dian Rubber Semarang adalah sebagai berikut: a. Pemilahan sesuai dengan frekuensi (rendah, sedang, tinggi) BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Setelah melihat pembahasan pada bab 4 mengenai kondisi awal perusahaan dan rancangan 5S yang telah dibuat untuk memperbaiki keadaan perusahaan UKM Dian Rubber, maka peneliti

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S Merry Siska 1 dan Henriadi 2 Abstrak: UD. Dhika Putra merupakan perusahaan yang bergerak dalam pembuatan tahu. Saat ini kondisi

Lebih terperinci

Perbaikan Workshop dengan Menerapkan Budaya Kerja 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) di Workshop PT. Semen Padang

Perbaikan Workshop dengan Menerapkan Budaya Kerja 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) di Workshop PT. Semen Padang Petunjuk Sitasi: Z., M. M., & Lenggogeni, P. (2017). Perbaikan Workshop dengan Menerapkan Budaya Kerja 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) di Workshop PT. Semen Padang. Prosiding SNTI dan SATELIT

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN SEBELUM PELATIHAN 5S PADA PEKERJA PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT PTPN IV DOLOK ILIR TAHUN 2016-2017 Nama : Jenis Kelamin : Departemen/ Bagian : Usia : Masa Kerja

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga dapat diletakan barang sesuai posisi yang benar. Data yang digunakan dalam penelitian meliputi :

BAB III METODE PENELITIAN. sehingga dapat diletakan barang sesuai posisi yang benar. Data yang digunakan dalam penelitian meliputi : BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek dan Lokasi Penelitian Obyek penelitian adalah perusahaan percetakan CV. Sumber Bahagia.Lokasi penelitian di jalan Moch Suyudi no 34 Semarang. Alasan memilih lokasi di

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian dan Lokasi Penelitian BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan obyek perusahaan Teh 999 yang terletak di jalan Kartini nomor 61-63 Pekalongan, Jawa Tengah, Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Latar Belakang Masalah. Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini secara sistematis mengenai tahapan yang dilakukan dalam membuat penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dapat digambarkan dengan sebuah flowchart pada gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era globalisasi seperti sekarang, alat transportasi kendaraan bermotor semakin dibutuhkan baik untuk kendaraan operasional perusahaan maupun kendaraan pribadi.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah melihat kondisi awal perusahaan, menganalisis masalahnya, dan membuat rancangan untuk memperbaikinya maka alat analisi yang digunakan yaitu metode 5S (Seiri,

Lebih terperinci

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #14 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #14 Ganjil 2014/2015 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Materi #14 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI 5S Orisinal 2 6623 - Taufiqur Rachman 1 Aktivitas 5S 3 Metode untuk pengaturan tempat kerja dan pengendalian secara visual. Dipopulerkan oleh Hiroyuki Hirano

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini : 1. Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan

Lebih terperinci

Bacaan Harian BUDAYA KERJAKU

Bacaan Harian BUDAYA KERJAKU Bacaan Harian BUDAYA KERJAKU DI BALAI BESAR PENGEMBANGAN LATIHAN KERJA DALAM NEGERI BANDUNG Diunduh: Djoko Sujono dari: https://eriskusnadi.wordpress.com/2011/08/06/5s-seiri-seitonseiso-seiketsu-shitsuke/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan sehingga dapat melindungi

Lebih terperinci

UPAYA PENGHEMATAN WAKTU BAKU MELALUI PENERAPAN PROGRAM 5S PADA BAGIAN LINI PRODUKSI (Studi Kasus Di Mujahid Meubel Kadipiro Solo)

UPAYA PENGHEMATAN WAKTU BAKU MELALUI PENERAPAN PROGRAM 5S PADA BAGIAN LINI PRODUKSI (Studi Kasus Di Mujahid Meubel Kadipiro Solo) UPAYA PENGHEMATAN WAKTU BAKU MELALUI PENERAPAN PROGRAM 5S PADA BAGIAN LINI PRODUKSI (Studi Kasus Di Mujahid Meubel Kadipiro Solo) Disusun untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Pernahkah anda merasakan suasana seperti ini? Apa yang anda rasakan jika suasana ruangan seperti ini?

Pernahkah anda merasakan suasana seperti ini? Apa yang anda rasakan jika suasana ruangan seperti ini? Pernahkah anda merasakan suasana seperti ini? Apa yang anda rasakan jika suasana ruangan seperti ini? Apa itu 5S? Koni-Chi-Wa Let s start 5S. 5S memberi jawaban untuk kita, karena 5S merupakan teknik penanganan

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7. Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab 4 dan 5, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut

Lebih terperinci

PERANCANGAN FASILITAS PABRIK TAHU UNTUK MEMINIMALISASI MATERIAL HANDLING

PERANCANGAN FASILITAS PABRIK TAHU UNTUK MEMINIMALISASI MATERIAL HANDLING PERANCANGAN FASILITAS PABRIK TAHU UNTUK MEMINIMALISASI MATERIAL HANDLING MERRY SISKA DAN HENRIADI Teknik Industri, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Pekanbaru Laman: merrysiska@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya dunia industri dan teknologi yang terjadi sekarang ini, menyebabkan semakin meningkatnya persaingan. Untuk dapat memenangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu usaha besar maupun kecil yang menjadi tolak ukur keberhasilan dari usaha tersebut salah satunya adalah tercapainya keuntungan yang maksimal selama beroperasinya

Lebih terperinci

Silabus Program Online Training With Expert Personal Coach

Silabus Program Online Training With Expert Personal Coach Silabus Program Online Training With Expert Personal Coach 2018 General Management Gemba Kaizen + Sikap Kerja 5S Gemba Kaizen Menjawab Masalah Apa Gemba berarti tempat dimana pekerjaan itu dilaksanakan

Lebih terperinci

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance Program perawatan yang melibatkan semua pihak yang terdapat dalam suatu perusahaan untuk dapat

Lebih terperinci

WHAT IS LEAN MANAGEMENT?

WHAT IS LEAN MANAGEMENT? WHAT IS LEAN MANAGEMENT? Lean thinking is lean, because it provides a way to do more and more with less and less Less human resources, less equipment, less time, less space More efficient, more product,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING

IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice PROCEEDINGS IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING Farahdhina Leoni 1, Oktri Mohammad Firdaus 2,

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Setelah dilakukannya pengolahan data dan analisis data dalam penelitian Tugas Akhir ini, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal berikut ini : 1. Gerakan kerja

Lebih terperinci

OPTIMALISASI BEBAN KERJA DAN STANDARISASI ELEMEN KERJA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PROSES FINISHING PART OUTER DOOR DI PT TMMIN

OPTIMALISASI BEBAN KERJA DAN STANDARISASI ELEMEN KERJA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PROSES FINISHING PART OUTER DOOR DI PT TMMIN OPTIMALISASI BEBAN KERJA DAN STANDARISASI ELEMEN KERJA UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PROSES FINISHING PART OUTER DOOR DI PT TMMIN Iswahyudi Dwi Nurcahyo; Gunawarman Hartono Industrial Engineering Department,

Lebih terperinci

Sosialisasi PROGRAM 5R RINGKAS - RAPI - RESIK - RAWAT - RAJIN

Sosialisasi PROGRAM 5R RINGKAS - RAPI - RESIK - RAWAT - RAJIN Sosialisasi PROGRAM 5R Setiap perusahaan pasti mengharapkan suatu lingkungan kerja yang - Bersih - Rapih - Terawat - Disiplin kenyataannya kondisi ini sulit terjadi di setiap perusahaan. (Benarkah?) Kantor

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Berikut dijelaskan langkah langkah yang dilakukan dalam penelitian di gudang toko Petruk. 3.1. Studi Lapangan Tahap persiapan penelitian ini merupakan tahap penentuan objek

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu : BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi maintenance Maintenance (perawatan) menurut Wati (2009) adalah semua tindakan teknik dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN METODE 5S TERHADAP EFISIENSI WAKTU KERJA PADA PROSES TUNE-UP MOBIL DI BENGKEL AUTO TECHNO

SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN METODE 5S TERHADAP EFISIENSI WAKTU KERJA PADA PROSES TUNE-UP MOBIL DI BENGKEL AUTO TECHNO SKRIPSI ANALISIS PENERAPAN METODE 5S TERHADAP EFISIENSI WAKTU KERJA PADA PROSES TUNE-UP MOBIL DI BENGKEL AUTO TECHNO Diajukan oleh : DAVID SATRIO PAMDUDI 2012.10.215.187 PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis data Data yang diperlukan dalam penelitian ini ada 2 jenis yaitu data primer dan data sekunder, dan data yang diperlukan diantaranya: 1. Data Primer, yaitu: data

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM 5S SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KERJA

IMPLEMENTASI PROGRAM 5S SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KERJA TUGAS AKHIR IMPLEMENTASI PROGRAM 5S SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KERJA (Studi Kasus di: CV. Permata Tujuh Wonogiri) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan ketat pada dunia industri saat ini membuat perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan ketat pada dunia industri saat ini membuat perusahaan harus 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan ketat pada dunia industri saat ini membuat perusahaan harus memiliki kinerja yang optimal, sehingga perusahaan tersebut dapat tetap unggul dalam persaingan.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 METODE PERANCANGAN SISTEM 47 BAB 3 METODE PERANCANGAN SISTEM Flow Diagram Perancangan Sistem dan Penjelasannya Di bawah ini adalah urutan untuk melakukan perancangan sistem yang dibuat dalam bentuk flow diagram. MULAI Survei dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok setiap orang. Hal ini yang mendorong banyak berdirinya perusahaan garment, baik yang berskala industri pabrik maupun

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data yang telah dilakukan pada bab 5, maka penulis dapat menyimpulkan hal-hal berikut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di CV.Mabar Karya Utama Medan yang berada di Jl. Mabar. Penelitian ini dimulai dari tanggal 08 Agustus 013 sampai tanggal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Perusahaan Percetakan Karet UKM Dian Rubber adalah sebuah perusahaan yang mencetak lembaran karet menjadi sebuah bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi nasional saat ini tak terlepas dari adanya peningkatan teknologi dan globalisasi yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan perindustrian

Lebih terperinci

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi

Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance (TPM) Sistem Perawatan TIP FTP UB Mas ud Effendi Total Productive Maintenance Program perawatan yang melibatkan semua pihak yang terdapat dalam suatu perusahaan untuk dapat

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAHU DAN PENERAPAN METODE 5S Jurnal Ilmiah Teknik Industri, Vol. 11, No., Des 01 ISSN 11-669 PERANCANGAN LANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK TAH DAN PENERAPAN METDE S Merry Siska 1 dan Henriadi Abstrak: D. Dhika Putra merupakan perusahaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perkembangan ekonomi nasional saat ini tak terlepas dari adanya peningkatan teknologi dan globalisasi yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan perindustrian dalam negeri, baik itu industri

Lebih terperinci

HOUSEKEEPING & PRODUKTIVITAS KERJA PERTEMUAN KE-7

HOUSEKEEPING & PRODUKTIVITAS KERJA PERTEMUAN KE-7 HOUSEKEEPING & PRODUKTIVITAS KERJA PERTEMUAN KE-7 Apa yang anda rasakan jika suasana kerja seperti ini? Good Housekeeping A messy shop can hide hazards! Keep it clean Bad Housekeeping Poor housekeeping

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkenalan Kaizen Dalam bahasa Jepang, kaizen berarti perbaikan berkesinambungan (Imai, 1999). Istilah ini mencakup pengertian perbaikan yang melibatkan semua orang baik manajer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu ilmu pengetahuan yang memuat berbagai cara kerja didalam melaksanakan penelitian dari awal hingga akhir. Metode penelitian juga merupakan suatu

Lebih terperinci

Bab 3. Analisis Data

Bab 3. Analisis Data Bab 3 Analisis Data PT. Nippon Ceramics Indonesia terletak di Cikarang, produk yang dihasilkan adalah berupa filter untuk menyaring emisi gas pembuangan kendaraaan bermotor ( 車両 ). Pada pertengahan 2007

Lebih terperinci

5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan

5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan 5R merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, dan tertib, maka kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan, dan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Penelitian Terdahulu Kurniawan, H (2013) melalui penelitiannya yang berjudul Studi Deskriptif Manajemen Kualitas dengan Metode 5S di

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM KANBAN SEBAGAI PENDUKUNG SISTEM JUST IN TIME DI PT WONOJATI WIJOYO KEDIRI

PENERAPAN SISTEM KANBAN SEBAGAI PENDUKUNG SISTEM JUST IN TIME DI PT WONOJATI WIJOYO KEDIRI PENERAPAN SISTEM KANBAN SEBAGAI PENDUKUNG SISTEM JUST IN TIME DI PT WONOJATI WIJOYO KEDIRI Nurfa Anisa Abstract : Nowdays, the increase of furniture industry caused competition between furniture company.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 28 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk membuat perancangan 5S diperlukan panduan untuk menunjang penulisan skripsi ini yang diperoleh dari berbagai sumber seperti buku-buku mengenai 5S. 2.2

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Tata Letak Ruang Terhadap Produktivitas Di Rumah Batik Rolla Jember

Evaluasi Pelaksanaan Tata Letak Ruang Terhadap Produktivitas Di Rumah Batik Rolla Jember Evaluasi Pelaksanaan Tata Letak Ruang Terhadap Produktivitas Di Rumah Batik Rolla Jember (Evaluating The Implementation Plant Layout On Productivity In Rumah Batik Rolla Jember) Beny Fatkhur Rozaq Alam

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian yang telah dikumpulkan dan telah diolah pada bab sebelumnya. Analisis dan interpretasi

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berikut ini adalah kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, diantaranya: 1. Berdasarkan analisis konsep 5S yang telah dilakukan, untuk masingmasing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1. Pendahuluan Bab 1. Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini persaingan di dunia usaha semakin meningkat seiring dengan semakin pesatnya perkembangan industri. Setiap perusahaan sudah pasti

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berikut ini adalah kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, diantaranya: 1. Berdasarkan analisis konsep 5S yang telah dilakukan, untuk masingmasing

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisa perbandingan setelah menggunakan 5S Penerapan 5S pada PT. TJM Internasional divisi warehouse terutama packing dilakukan dengan melibatkan pihak terkait

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian sebuah tugas akhir, metodologi penelitian mempunyai peranan penting sekali, karena pada metodologi penelitian ini menggambarkan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tempe yang didirikan oleh Pak sapto Home Industry ini sudah ada lebih dari. bungkus tempe dengan berat perbungkus 6 ons.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tempe yang didirikan oleh Pak sapto Home Industry ini sudah ada lebih dari. bungkus tempe dengan berat perbungkus 6 ons. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Home industry pembuatan tempe sebuah usaha yang memproduksi tempe yang didirikan oleh Pak sapto Home Industry ini sudah ada lebih dari satu tahun

Lebih terperinci

ANALISIS PENDEKATAN 5S UNTUK MENGHILANGKAN PEMBOROSAN (KASUS: PT. DIAN SEMANGAT INSANI)

ANALISIS PENDEKATAN 5S UNTUK MENGHILANGKAN PEMBOROSAN (KASUS: PT. DIAN SEMANGAT INSANI) ANALISIS PENDEKATAN 5S UNTUK MENGHILANGKAN PEMBOROSAN (KASUS: PT. DIAN SEMANGAT INSANI) Christine Leowardy, Dyah Budiastuti Binus University, Jakarta leowardy.christine@yahoo.com, dyanto23@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Bengkel Pioneer Motor merupakan bengkel umum di Bandung yang menawarkan jasa cuci mobil, body repair, dan perbaikan mesin mobil. Berdasarkan pengamatan, penulis menemukan bagian perbaikan mesin

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah suatu analisis yang mencoba melakukan suatu perhitungan keseimbangan hasil produksi dengan membagi beban antar proses secara berimbang

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN LAYOUT PRODUKSI OBLONG PADA DIVISI GARMEN LOKAL DI PT MKF, LTD.

USULAN PERBAIKAN LAYOUT PRODUKSI OBLONG PADA DIVISI GARMEN LOKAL DI PT MKF, LTD. USULAN PERBAIKAN LAYOUT PRODUKSI OBLONG PADA DIVISI GARMEN LOKAL DI PT MKF, LTD. Fendi Staf Produksi, Industri Manufaktur, PT ASTRA DAIHATSU MOTOR HEAD OFFICE, Jln. Gaya Motor III No. 5, Sunter II, Jakarta

Lebih terperinci

Maya Anestasia, 2 Pratya Poeri, 3 Mira Rahayu 1, 2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University

Maya Anestasia, 2 Pratya Poeri, 3 Mira Rahayu 1, 2,3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University RANCANGAN PERBAIKAN PADA PROSES PRODUKSI RUBBER STEP ASPIRA BELAKANG MENGGUNAKAN 5-S SYSTEM DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING UNTUK MEMINIMASI WASTE MOTION (STUDI KASUS: DIVISI INDUSTRI TEKNIK KARET

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Jenis Produk Pada Tabung Dengan Volume 47 M³ Jenis produk yang dihasilkan adalah gas dengan volume 47 m³ 4.2 Spesifikasi Gas Pada tabung bervolume 47 m³ ada bermacam-macam

Lebih terperinci

Bab 7 Kesimpulan dan Saran

Bab 7 Kesimpulan dan Saran Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7.1 Kesimpulan 1. Fasilitas Fisik Aktual o Meja Kerja Dimensi meja kerja aktual, yaitu panjang meja sebesar 1400 mm, lebar meja 700 mm, dan tinggi meja 750 mm. Panjang meja aktual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembahasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembahasan Pesatnya tingkat kemajuan zaman menyebabkan teknologi dibidang industri semakin meningkat pula. Mulai dari peningkatan teknologi mesin-mesin ataupun alat-alat

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perusahaan Agape Craft merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi Quilt yang diberi merk AGAPE CRAFT. Perusahaan ingin mengetahui apakah metode kerja terutama pada stasiun potong dan setrika

Lebih terperinci

Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017

Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017 Pengenalan 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo 6 Maret 2017 Apa itu 5R? 5R merupakan kegiatan menata tempat kerja sehingga diperoleh lingkungan kerja yang nyaman dan

Lebih terperinci

Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja

Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengertian, T u j uan dan Manfaat Penerapan 5 R ( 5S) di Tempat Kerja Langka h- Langka h P enerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengendalian (Manajemen) Vis ual Dalam Penerapan 5R ( 5S) di Tempat Kerja Pengertian,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK Panel listrik semakin banyak dibutuhkan, sejalan dengan bertumbuhnya industri alat-alat elektronik. Panel listrik berfungsi untuk menstabilkan arus, memutus arus jika terjadi arus pendek dan beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis Penelitian bersifat deskriptif yang artinya mengumpulkan data yang dibutuhkan yang dikumpulkan yang diteliti dan diolah untuk mudah dimengerti. Metode

Lebih terperinci

PERANAN ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENGENDALIAN BIAYA

PERANAN ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENGENDALIAN BIAYA PERANAN ANALISIS SELISIH BIAYA OVERHEAD PABRIK SEBAGAI SALAH SATU ALAT PENGENDALIAN BIAYA Amin Setio Lestiningsih Universitas BSI Bandung Jl. Sekolah Internasional No 1 6, Terusan Jalan Jakarta Antapani

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING

PERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING PERBAIKAN SISTEM KERJA DAN ALIRAN MATERIAL PADA PT. M MOTORS AND MANUFACTURING Niken Parwati¹, Ibnu Sugandi². Program Studi Teknik Industri, Universitas Al Azhar Indonesia, Jakarta 12110 niken.parwati@uai.ac.id

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI. Drh. Isnardono MM LEMBAGA PELATIHAN KERJA MANAJEMEN WIRAUSAHA DAN PRODUKTIVITAS PBM TAHUN 2015

MANAJEMEN PRODUKSI. Drh. Isnardono MM LEMBAGA PELATIHAN KERJA MANAJEMEN WIRAUSAHA DAN PRODUKTIVITAS PBM TAHUN 2015 MANAJEMEN PRODUKSI Drh. Isnardono MM LEMBAGA PELATIHAN KERJA MANAJEMEN WIRAUSAHA DAN PRODUKTIVITAS PBM TAHUN 2015 Produksi adalah kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan barang/jasa lain yang mempunyai

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS Pada CV ARCON S INDONESIA

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS Pada CV ARCON S INDONESIA SLAN PERBAKAN TATA LETAK FASLTAS Pada CV ARCON S NDONESA Nama : rda Aprianti NPM : 334777 Jurusan : Teknik ndustri Pembimbing: Rossi Septy Wahyuni, ST., MT. PENDAHLAN Peningkatan Kinerja Perusahaan Tata

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 1. Kondisi fasilitas fisik saat ini masih kurang baik karena kursi kerja yang digunakan tidak memiliki sandaran, beberapa stasiun kerja tidak memiliki meja dan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW Bahtiar S. Abbas 1 ; Edi Steven 2 ; Harry Christian 3 ; Tedy Sumanto 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

PERANCANGAN 5S PADA HOME INDUSTRY PEMBUATAN TEMPE PAK SAPTO SKRIPSI. Katolik Soegijapranata Semarang.

PERANCANGAN 5S PADA HOME INDUSTRY PEMBUATAN TEMPE PAK SAPTO SKRIPSI. Katolik Soegijapranata Semarang. PERANCANGAN 5S PADA HOME INDUSTRY PEMBUATAN TEMPE PAK SAPTO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Kesarjanaan Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar : Tiga Hal Penting Yang Diharapkan Dari Para Peserta Pelatihan Praktek Kerja Teknis 2

Daftar Isi. Kata Pengantar : Tiga Hal Penting Yang Diharapkan Dari Para Peserta Pelatihan Praktek Kerja Teknis 2 Daftar Isi Kata Pengantar : Tiga Hal Penting Yang Diharapkan Dari Para Peserta Pelatihan Praktek Kerja Teknis 2 1. Tiga Jenis Kecelakaan Yang Sering Terjadi di Tempat Kerja 3 2. Mengapa Kecelakaan Bisa

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Kaizen 1 Konsep 5S pada dasarnya merupakan proses perubahan sikap dengan menerapkan penataan, kebersihan dan kedisiplinan di temapat kerja. Dengan menerapkan prinsip A place

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 USULAN PERBAIKAN CARA KERJA DENGAN TANGAN KIRI DAN TANGAN KANAN DAN SISTEM KERJA 5 S PADA PERAKITAN

Lebih terperinci

ANALISIS PEMELIHARAAN PRODUKTIF TOTAL PADA PT. WAHANA EKA PARAMITRA GKD GROUP

ANALISIS PEMELIHARAAN PRODUKTIF TOTAL PADA PT. WAHANA EKA PARAMITRA GKD GROUP ANALISIS PEMELIHARAAN PRODUKTIF TOTAL PADA PT. WAHANA EKA PARAMITRA GKD GROUP Hotniar Siringoringo Sudiyantoro Jurusan Teknik, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dewasa ini persaingan di dunia usaha semakin meningkat seiring dengan semakin pesatnya perkembangan industri. Setiap perusahaan sudah pasti ingin mempertahankan keberadaannya di dunia usaha dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Abadi Genteng, Jatiwangi, merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam pembuatan genteng dan aksesorisnya. Perusahaan ini termasuk jenis

Lebih terperinci

RANCANGAN PERBAIKAN METODE KERJA BERDASARKAN STUDI GERAKAN DAN 5S PADA STASIUN KERJA PENGESOLAN

RANCANGAN PERBAIKAN METODE KERJA BERDASARKAN STUDI GERAKAN DAN 5S PADA STASIUN KERJA PENGESOLAN RANCANGAN PERBAIKAN METODE KERJA BERDASARKAN STUDI GERAKAN DAN 5S PADA STASIUN KERJA PENGESOLAN Anindya Puspaningrum *1), Ir. Eri Achiraeniwati, ST.MM 2), dan Ir. Yanti Sri Rejeki, ST.MT 3) 1, 2, 3) Prodi

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI Citra Palada Staf Produksi Industri Manufaktur, PT ASTRA DAIHATSU MOTOR HEAD OFFICE Jln. Gaya Motor III No. 5, Sunter II, Jakarta 14350 citra.palada@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama dari suatu perusahaan pada dasarnya adalah untuk memperoleh laba yang optimal sesuai dengan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang. Namun disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah istilah dalam bahasa Jepang berarti perbaikan terus-menerus (continuous

BAB I PENDAHULUAN. adalah istilah dalam bahasa Jepang berarti perbaikan terus-menerus (continuous BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis percetakan semakin maju dan tumbuh semakin cepat dengan menggunakan teknologi mesin cetak yang modern. Persaingan percetakan semakin banyak dikarenakan

Lebih terperinci

Peningkatan Produktivitas Kerja pada Proses Packaging di PT. Samando

Peningkatan Produktivitas Kerja pada Proses Packaging di PT. Samando Peningkatan Produktivitas Kerja pada Proses Packaging di PT. Samando Kevin 1, Prayonne Adi 2 Abstract: PT. Samando is a company engaged in the distribution of machinery and machinery parts as well as the

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah tata cara yang lebih terperinci mengenai tahaptahap melakukan penelitian. Penelitian yang dilakukan pada Marlan Collection adalah untuk mengurangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci