BAB II TINJAUAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Terminal Peti Kemas Terminal peti kemas berfungsi sebagai transfer interface antara kapal pengangkut peti kemas dengan moda transportasi lainnya. Selain itu terminal peti kemas juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara peti kemas dan menangani semua data yang terkait dengan status peti kemas yang diperlukan oleh semua pihak yang terkait dengannya. Peti kemas (containerization) telah menjadi salah satu pilihan utama dalam pengiriman kargo dalam perdagangan dunia. Data statistik yang menunjukkan bahwa lebih dari 90% kargo internasional diangkut melalui moda laut dengan pelabuhan sebagai transfer interfacenya (Winklemans, 2002). Selain itu kargo dan pelayaran dari seluruh dunia juga mengalami kecenderungan peningkatan secara eksponensial (Henesey et al., 2003). Dalam rangka ini terminal peti kemas berusaha mangatasi berbagai hambatan agar produktivitas operasional meningkat dan akhirnya kapasitas terminal menjadi lebih tinggi. Mempercepat vessel turn-around time dan pertukaran informasi merupakan usaha riil untuk meningkatkan kapasitas terminal tersebut. Sebuah terminal peti kemas memerlukan seperangkat peralatan dimana pelabuhan laut tradisional tidak memerlukannya. Peralatan tersebut terdiri atas:

2 1. Shore (quay) crane yang diperlukan untuk membongkar atau memuat peti kemas dari atau ke dalam kapal. 2. Spreader, yaitu peralatan yang merupakan bagian dari quay crane yang berfungsi untuk mengangkat peti kemas dalam berbagai ukuran. 3. Truk untuk mengangkut peti kemas dari kapal yang ada di dermaga yang dipindahkan melalui quay crane ke lapangan penumpukan (container yard; CY) atau sebaliknya. 4. Transtainer atau Rubber Tyre Gantry Crane (RTG) yang memindahkan peti kemas dari truk dan menumpuknya (stack) di lapangan penumpukan atau sebaliknya. 5. Sistem informasi untuk mencatat dan merekam lokasi dan semua proses transaksi yang telah dilakukan terhadap semua peti kemas. Proses ini dilakukan melalui Hand Held Terminal (HHT) dan Vehicle Mounted Terminal (VMT) yang terhubung dengan Sistem LAN melalui gelombang RF. Lap. Penumpukan / CY Truk Transtainer Quay Crane Dermaga / Berth Gambar 2.1. Tata Letak Terminal Peti Kemas.

3 Dalam melaksanakan jasa pelayanan bongkar muat, terminal peti kemas memiliki berbagai fungsi pelayanan seperti ditunjukkan pada Gambar 2.2. Penyusunan / Pembongkaran muatan Parkir Penahanan Fungsi antarterminal Angkutan Fungsi intern terminal Transfer Pemeliharaan Perbaikan Penimbangan Pemeriksaan Sumber: Dirgahayu, 1999, Petunjuk Penanganan Kapal dan Barang di Pelabuhan ) ( Gambar 2.2. Diagram Antar Fungsi Terminal Peti Kemas Pelayanan Terminal Peti Kemas Proses Kontrak Persiapan Bongkar muat Operasional Bongkar Muat Penagihan Ga mba 2.3. Alur Proses Bisnis Terminal Peti Kemas. r Sumber : TPK Koja Proses bisnis bongkar muat di terminal peti kemas secara umum digambarkan seperti ditunjukkan pada Gambar 2.3. Proses bisnis dimulai dengan proses kontrak, lalu

4 dilanjutkan dengan persiapan bongkar muat, operasional bongkar muat, dan terakhir penagihan. Untuk melaksanakan proses bisnis tersebut, maka terminal peti kemas memiliki berbagai jenis pelayanan, yaitu : 1. Penyandaran kapal (berthing service) 2. Pengeluaran peti kemas (container delivery) 3. Pemasukan peti kemas (container entry) 4. Over brengen (OB) 5. Pemeriksaan Bea dan Cukai (behandle) 6. Ubah status peti kemas (status changing) 7. Alih kapal (transhipment) 8. Penumpukan awal (entry stacking) Untuk melaksanakan berbagai pelayanan tersebut, terminal peti kemas memerlukan pengelolaan terminal yang dilaksanakan oleh bagian pelayanan yang terdiri atas: 1. Account service 2. Front office 3. Rencana dan pengendalian (planning & controlling) 4. Pintu (gate) 5. Pelayanan fiat bea cukai (custom approval) 6. Pelayanan di lapangan (yard service) 7. Pelayanan klaim (claim service) 8. Ketersediaan peralatan (readiness equipment) 9. Keamanan

5 Sebagai penghubung antara terminal peti kemas dengan pihak yang berkepentingan dengan peti kemas, khususnya perusahaan pelayaran atau cargo owner, maka terminal peti kemas menyediakan berbagai informasi yang meliputi: 1. Permintaan open stack 2. Permintaan closing time 3. Informasi kapal 4. Hasil rapat kapal 5. Pengaduan Dimensi Pelayanan Peti Kemas Pelayanan peti kemas memiliki 5 dimensi pelayanan yang harus dipenuhi, yaitu: 1. Tangible, yaitu dimensi terminal peti kemas yang meliputi keberadaan fasilitas fisik, sumber daya manusia, dan material komunikasi. 2. Reliability, yaitu dimensi yang menggambarkan kemampuan terminal peti kemas dalam melakukan pelayanan secara cepat, akurat, dan bertanggung jawab. 3. Responsiveness, yaitu respon yang cepat terhadap permintaan atau keluhan pelanggan. 4. Assurance, yaitu dimensi yang menunjukkan pengetahuan dan kemampuan staf dalam melaksanakan pelayanan secara meyakinkan. 5. Empathy, yaitu dimensi yang menggambarkan tentang kepedulian dan perhatian terminal peti kemas terhadap masalah yang dihadapi oleh pengguna jasa atau pihak yang berkepentingan.

6 Operasional Bongkar Muat Proses bongkar muat peti kemas di terminal menurut Henesey et al. (2003) secara umum terdiri dari 4 sub sistem yaitu : 1. Kapal sandar ke dermaga (Ship to shore system) 2. Sistem Pemindahan Peti Kemas (Transfer Cycle System) 3. Sistem Penyimpanan Peti Kemas (Storage System) 4. Sistem Penerimaan dan Penyerahan Peti Kemas (Delivery/Receipt System) Aliran masing-masing sistem pada realisasinya tidak seimbang bahkan terjadi proses penyempitan (bottle neck) seperti tampak pada Gambar 2.4. Peti Kemas Ship to Shore Transfer Cycle Storage Delivery/ Receipt Peti Kemas Sumber : Henesey et al. (2003) Gambar 2.4. Subsistem Proses Operasional Bongkar Muat Peti Kemas. Kinerja masing-masing subsistem sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang perlu dibahas secara terpisah, sehingga dapat diketahui faktor apa saja yang hanya berpengaruh pada masing-masing subsistem atau yang mempengaruhi subsistem lainnya. Proses bongkar muat peti kemas pada subsistem Transfer Cycle pada dasarnya dibedakan menjadi kegiatan bongkar dan kegiatan muat. Secara umum kegiatan tersebut melibatkan 3 unit kerja terminal yaitu Pengendalian, Operasional Terminal, dan Billing.

7 Bagian Operasional terminal terdiri dari dua unit yaitu unit kerja Dermaga (Berth) dan unit kerja Penumpukan Peti Kemas (Container Yard). Alur kerja kegiatan bongkar dan kegiatan muat ditunjukkan seperti pada Gambar 2.5 dan 2.6. Operasional Terminal Dokumen Bay plan Dermaga 1 Proses 2 Bongkar Dermaga Problem? 3 T Lap. Penumpukan Penyimpanan 4 Y Lapor sesuai prosedur Pengendalian Pengendalian Laporan Kegiatan 5 Penagihan 6 Sumber : TPK Koja Billing Gambar 2.5. Kegiatan Bongkar Peti Kemas. Alur kerja kegiatan bongkar dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Supervisor / KOL menerima dan mempelajari dokumen yang meliputi bayplan, rencana crane, dan profil bongkar serta menyiapkan personil dan peralatan. 2. Operator crane melaksanakan tugas bongkar peti kemas sesuai dengan rencana crane dan bayplan serta bekerja sama dengan operator Solo dan Whiskey khususnya dalam pengecekan peti kemas (segel dan kondisi) yang datanya diperbarui (update) melalui Hand Held Terminal (HHT) 3. Apabila ada masalah mengenai peti kemas, segera lapor ke Pengendalian menggunakan prosedur yang sudah ada.

8 4. Kalau tidak ada masalah, peti kemas selajutnya disimpan di lapangan penumpukan menggunakan transtainer (RTG) sekaligus memperbarui datanya melalui VMT sehingga dapat dimonitor oleh bagian Pengendalian. 5. Laporan yang dibuat meliputi: a. Operasi per shift dan time sheet yang diverifikasi oleh KOL. b. Laporan Realisasi Bongkar Muat yang disesuaikan dengan Rekapitulasi Bongkar Muat. Laporan tersebut harus diparaf oleh Supervisor Operasional terminal dan selanjutnya ditandatangani oleh pihak pelayaran dan Manajer Operasi. 6. Laporan diserahkan ke Billing untuk dapat dilaksanakan penagihan jasa. Operasional Terminal Dokumen Bay plan 1 Lap. Penumpukan Pengiriman ke Dermaga 2 Lap. Penumpukan Problem? Dermaga 3 T Pemuatan 4 Peti Kemas Y Lapor sesuai prosedur Pengendalian Pengendalian Laporan Kegiatan Penagihan 5 6 Sumber : TPK Koja Billing Gambar 2.6. Kegiatan Muat Peti Kemas. Alur kerja kegiatan muat dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Supervisor/Kolonel menerima dan mempelajari dokumen yang meliputi bayplan, rencana crane, dan profil muat serta menyiapkan personil dan peralatan.

9 2. Operator RTG (Tango) menerima job list dan mengirimkan peti kemas ke dermaga secara berurutan dan sekaligus melakukan proses update. 3. Apabila ada masalah mengenai peti kemas, segera lapor ke Pengendalian menggunakan prosedur yang sudah ada. 4. Kalau tidak ada masalah, operator crane melaksanakan pemuatan peti kemas sesuai dengan bayplan muat dengan berkoordinasi dengan Solo dan Whiskey, dimana posisi peti kemas secara aktual akan diperbarui oleh Solo menggunakan HHT. 5. Laporan yang dibuat meliputi: a. Operasi per shift dan time sheet yang diverifikasi oleh Kolonel b. Laporan Realisasi Bongkar Muat yang disesuaikan dengan Rekapitulasi Bongkar Muat. Laporan tersebut harus diparaf oleh Supervisor Operasional terminal dan selanjutnya ditandatangani oleh pihak pelayaran dan Manajer Operasi. 6. Laporan diserahkan ke Billing untuk dapat dilaksanakan penagihan jasa Produktivitas Proses bongkar muat peti kemas memiliki indikator yang berfungsi untuk mengukur produktivitas sekaligus menjadi indikator kualitas pelayanan peti kemas. Secara umum kualitas pelayanan peti kemas diukur sampai seberapa lama proses bongkar muat peti kemas tersebut dilaksanakan. Semakin cepat pelaksanaan bongkar dan muat, maka akan membuat pihak pelayaran akan puas. Menurut Rebollo et al. (2000), biaya yang harus

10 dikeluarkan oleh pihak pelayaran selama bersandar di dermaga adalah sebesar $1.000 atau lebih per jam. Selain itu kualitas peti kemas juga sangat dipengaruhi oleh ketepatan dan akurasi bongkar muat. Hal-hal yang menurunkan kualitas bongkar muat adalah: 1. Penandatanganan realisasi bongkar muat. Masalah yang dihadapi antara lain: a. Kesesuaian jumlah box peti kemas. b. Penanganan terhadap peti kemas yang meliputi proses bongkar, muat, shifting, dan lain-lain. c. Penanganan terhadap jenis peti kemas, yang meliputi peti kemas 20, 40, 45, OD, MI, Reefer, dan lain-lain. 2. Masalah di gate, yang antara lain: a. Dokumen peti kemas tidak lengkap b. Closing time terlampaui c. Kelebihan berat d. Peti kemas rusak e. Segel rusak f. Antrian panjang 3. Kejadian terhadap peti kemas, yang meliputi: a. Kehilangan isi peti kemas b. Kerusakan atau perubahan segel pengaman peti kemas c. Kehilangan peti kemas d. Kecelakaan

11 Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat produktivitas terminal dalam melakukan proses bongkar muat adalah: 1. Box Crane per Hour (BCH) yaitu banyaknya box peti kemas yang dilaksanakan oleh satu buah crane dalam waktu 1 (satu) jam. Indikator ini lebih ditujukan untuk kepentingan pihak internal terminal. 2. Box Ship per Hour (BSH) yaitu banyaknya box peti kemas yang mampu dibongkar dan/atau dimuat oleh pihak terminal terhadap satu buah kapal dalam waktu satu jam. Indikator ini lebih ditujukan untuk kepentingan pihak pelayaran, karena semakin tinggi BSH berarti waktu pelayanan menjadi semakin pendek yang tentu saja akan mempengaruhi turn-around time dan mengurangi ongkos sandar kapal. 3. Turn Round Time (TRT) merupakan waktu yang diperlukan oleh sebuah kapal dalam melakukan proses bongkar muat peti kemas, mulai dari saat datang ke terminal hingga keluar dari terminal. 4. Berth Ocupancy Ratio (BOR) adalah indikator pemanfaatan dermaga (berth); yang dihitung dengan membagi jumlah berthing time (selang waktu yang diperlukan untuk bongkar muat) dengan dua kali jumlah jam dalam satu tahun. Semakin tinggi nilai BOR (dalam satuan presentase), semakin tinggi pemanfaatan dermaga. Kaitan antara BCH, BSH, dan TRT adalah: Dengan meningkatnya BCH, maka peluang untuk meningkatkan BSH menjadi semakin besar.

12 Dengan nilai BSH yang makin besar akan menyebabkan TRT menjadi lebih rendah. TRT yang lebih rendah menyebabkan berthing window menjadi semakin terbuka. Dengan adanya tambahan berthing window maka terbuka peluang berthing contract baru untuk shipping line yang secara reguler sandar di terminal. Tambahan berthing contract berarti tambahan pendapatan. Gambar 2.7. Kaitan antara Indikator Operasional BCH, BSH, dan TRT. Indikator BCH dan BSH sangat dipengaruhi oleh banyak faktor baik yang dapat dikendalikan oleh pihak terminal maupun yang tidak. Faktor-faktor yang mempengaruhi indikator tersebut adalah: 1. Faktor Kapal, yang meliputi jenis kapal dan jenis pelayaran. 2. Faktor Muatan, yang meliputi susunan peti kemas, variasi jenis peti kemas, dan jumlah palka yang digunakan. 3. Faktor Dermaga, berapa panjang dermaga yang digunakan oleh kapal (kade meter) dan jumlah dermaga yang digunakan pada saat yang bersamaan.

13 4. Faktor Personil, yaitu jumlah personil yang tersedia dan terlibat dan kemampuan personil. 5. Faktor Administrasi, yang terdiri dari closing time penerimaan peti kemas dan pemeriksaan kepabeanan. 6. Faktor Crane, yang terdiri dari jenis crane, ketersediaan crane, kondisi crane, kondisi spreader, dan jumlah crane yang digunakan. 7. Faktor Truk, yang terdiri dari ketersediaan dan jumlah truk, baik untuk bongkar maupun muat, serta kondisi truk. 8. Faktor Teknologi Informasi, yang terdiri atas kesesuaian rencana bongkar dan/atau muat, ketersediaan sistem, ketersediaan dan kondisi HHT. 9. Faktor Metoda Penanganan Peti Kemas, yang terdiri atas ketersediaan metoda atau SOP baik untuk penanganan kapal, penanganan crane, penanganan truk, maupun penanganan jenis peti kemas. 10. Faktor Alam, yang terdiri dari hujan, gelombang laut, dan angin Peralatan Bongkar Muat Peti Kemas Terdapat tiga peralatan utama yang digunakan (terlibat) pada proses bongkar muat, yaitu quay crane, transtainer, headtruck dan chassis. - Quay Crane atau Container Crane (CC) Quay crane merupakan alat untuk memindahkan peti kemas dari/ke kapal. Terdapat tiga jenis crane yang umum dan masih sama-sama dipakai, yaitu Panamax, Post Panamax, dan Super Post Panamax. Masing-masing jenis crane ini

14 dibedakan dari kemampuan atau kinerjanya. Pada Tabel 2.1 ditunjukkan kinerja dan spesifikasi ketiga jenis quay crane. Saat ini TPK Koja memiliki enam buah quay crane, yang terdiri atas tiga crane dari jenis Panamax, dua crane Post Panamax, dan satu crane Super Post Panamax. Pada crane terdapat spreader, yaitu bagian yang mengaitkan peti kemas pada crane. Jenis spreader dapat diganti untuk disesuaikan dengan jenis peti kemas. Peti kemas khusus, seperti OD, akan menggunakan spreader yang berbeda dengan yang digunakan untuk peti kemas standar. Tabel 2.1. Perbandingan Data Kinerja Quay Crane Panamax, Post Panamax, dan Super Post Panamax. Deskripsi Panamax Post Panamax Super Post Panamax Rows on ship deck Max 13 Max Lifted load 40 ton ton ton Outreach 36; 38,5; 41 m 51; 53,5; 56 m 61; 63.5; 66 m Hoisting speed 60/120 75/150 m/min 75/150 90/180 m/min 75/150 m/min 90/180 m/min Trolley travel speeds m/min m/min 180; 210; 240 m/min

15 Gantry travel speeds m/min m /min m/min Boom hoist 5 min 5 min 5 min Trim/List/Skew ±5 /±5 / ±5 ±3 /±3 /±3 ±3 /±3 /±3 Sumber: Bagian Teknik TPK Koja. - Transtainer atau Rubber Tyre Gantry Crane (RTG) Transtainer merupakan crane yang terdapat di lapangan penumpukan peti kemas. Crane ini memindahkan peti kemas dari penumpukan ke truk dan sebaliknya. TPK Koja memiliki 21 transtainer. - Head Truck dan Chassis Truk pengangkut peti kemas mengantarkan peti kemas dari quay crane ke lapangan penumpukan pada proses bongkar. Sebaliknya, truk ini juga mengangkut peti kemas dari lapangan penumpukan ke quay crane pada proses muat. Truk terdiri atas dua bagian, yaitu head truck dan chassis. Head truck merupakan bagian depan (penarik) truk dan chassis merupakan bagian belakang yang memuat peti kemas. Terdapat dua jenis chassis, yaitu yang memuat peti kemas 20 kaki dan 40 kaki Kualitas Bongkar Muat

16 Kualitas pelayanan terminal peti kemas perlu ditingkatkan, bahkan secara terus-menerus, agar memenuhi kebutuhan pelanggan. Peningkatan kualitas pelayanan pada akhirnya akan meningkatkan nilai kompetitif perusahaan di industri terminal peti kemas. Agar peningkatan kualitas dapat dilaksanakan, maka perlu dibuat definisi kualitas termasuk pengukurannya. Secara lebih lengkap, pengukuran kualitas dapat digunakan untuk: 1. Memahami kondisi terminal secara umum. 2. Menetapkan sasaran yang ingin dicapai oleh terminal, terutama di bidang operasional bongkar muat. 3. Meningkatkan kinerja (performance) terminal, terutama kinerja bongkar muat. 4. Merencanakan dan mengembangkan terminal Indikator Kualitas Pengukuran kualitas dapat dilaksanakan melalui indikator kualitas. Terdapat dua indikator kualitas untuk operasi bongkar muat (transfer cycle), yaitu BCH (Box Crane per Hour) dan BSH (Box Ship per Hour) BCH (Box Crane per Hour) BCH menunjukkan kinerja sebuah quay crane melakukan bongkar muat. Satuannya adalah box crane per hour, yaitu jumlah petikemas yang dapat dibongkar/muat dalam satu jam oleh sebuah crane. Semakin tinggi angka BCH, semakin tinggi kualitas kinerja crane melaksanakan bongkar muat.

17 BSH (Box Ship per Hour) BSH menunjukkan kinerja operasi bongkar muat. Satuannya adalah box ship per hour, yaitu jumlah peti kemas yang dapat dibongkar/muat oleh satu crane atau lebih pada sebuah kapal. Semakin tinggi angka BSH, semakin tinggi kualitas operasi bongkar muat, dan semakin cepat kapal dapat dilayani Process Quality Model (PQM) Peningkatan kualitas layanan kepada pelanggan secara terus-menerus pada terminal peti kemas perlu dilaksanakan mengingat persaingan yang semakin ketat. Pelanggan menuntut kualitas pelayanan yang tinggi. Dalam hal ini, kecepatan pelayanan bongkar muat sangat berarti bagi perusahaan shipping line yang menjadi pelanggan langsung terminal peti kemas Peningkatan Pelayanan Terus-menerus Peningkatan kualitas pelayanan secara terus-menerus dapat diterjemahkan menjadi peningkatan proses. DeToro dan Tenner (1977) mengajukan pendekatan peningkatan proses tahap demi tahap. Tahapan peningkatan proses secara terus-menerus meliputi: 1. Memahami pelanggan. Memahami kebutuhan (persyaratan) pelanggan dan mencari tahu kemampuan perusahaan untuk memenuhi persyaratan tersebut.

18 2. Menganalisa proses. Menentukan efisiensi dan efektivitas dari proses. Pada tahap ini, metode peningkatan yang tepat perlu diidentifikasi. 3. Meningkatkan proses. Plan-Do-Study-Act (Merencanakan-Mengerjakan- Mempelajari-Bertindak) digunakan sebagai pendekatan untuk meningkatkan proses. 4. Menenerapkan perubahan. Membuat penyesuaian-penyesesuaian yang diperlukan. 5. Menstandarkan dan memonitor. Melacak kinerja, mengawasi proses dan peningkatan secara terus-menerus Tahapan PQM Beamon (1998) menerapkan teori peningkatan proses DeToro dan Tenner tersebut di atas untuk mendukung risetnya mengenai penjembatanan kesenjangan antara analisa sistem supply chain dan kontrol kualitas dengan mengembangkan Process Quality Model (PQM). PQM digunakan Beamon untuk assesment, peningkatan dan kontrol kualitas pada sistem dan subsistem supply chain, membantu mengidentifikasi masalah, dan menyajikan kerangka kerja untuk peningkatan secara terus-menerus sistem suply chain. Khususnya, PQM pada supply chain untuk menjawab pertanyaan berikut: a) Aspek kualitas mana yang harus diukur? b) Bagaimana aspek kualitas ini diukur? c) Bagaimana hasil pengukuran ini digunakan untuk mengevaluasi, meningkatkan dan mengontrol kualitas sistem supply chain secara keseluruhan? Beamon mengembangkan PQM yang terdiri atas tujuh modul yang terintegrasi. Kerangka dasar PQM dapat dilihat pada Gambar 2.8.

19 Modul 1: Identifikasi proses, teknologi dan tugas yang dilaksanakan Modul 7: Kontrol dan monitor proses Modul 2: Identifikasi pelanggan & persyaratan, ekspektasi, dan persepsi mereka Modul 6: Meningkatkan proses Modul 3: Mendefinisikan kualitas Modul 5: Evaluasi proses saat ini dan mengeset standar kualitas Modul 4: Identifikasi pengukuran kinerja kualitas saat ini Gambar 2.8. Kerangka Dasar Process Quality Model. Pentahapan kerangka PQM adalah sebagai berikut: Modul 1: Mendefinisikan proses dan aktivitas yang sedang dilaksanakan. Terdapat sejumlah tool grafis yang dapat digunakan untuk mendefinisikan atau menggambarkan pekerjaan-pekerjaan yang sedang dilaksanakan, seperti flowchart, flow process charts, Gantt charts, dan relation diagram. Setelah mengidentifikasi aktivitas ini, maka selanjutnya aktivitas diterapkan pada tahapan-tahapan proses. Modul 2: Mengetahui kebutuhan, harapan (eskpektasi), dan persepsi pelanggan. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk secara terus-menerus meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan. Yang dimaksud dengan pelanggan di sini adalah

20 pelanggan eksternal dan internal. Pelanggan eksternal adalah konsumen dari produk akhir. Sedangkan pelanggan internal adalah bagian (departemen) yang membutuhkan barang atau pelayanan dari departemen lain di dalam organisasi (perusahaan). Modul 3: Mendefinisikan kualitas. Terdapat berbagai macam definisi tentang kualitas. Oleh sebab itu setiap perusahaan/organisasi perlu menciptakan definisi kualitas berdasarkan kebutuhan pelanggannya. Definisi seharusnya merupakan refleksi dari jenis pekerjaan (tugas) yang berkaitan dan juga merupakan cerminan dari kebutuhan serta ekspektasi pelanggan. Modul 4: Mengidentifikasi pengukuran kinerja kualitas yang ada. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi biaya sekarang, produktivitas, dan pengukuran layanan, serta mengidentifikasi kesenjangan (gap) pengukuran yang ada sekarang. Modul 5: Mengevaluasi proses yang ada sekarang dan mengeset standar kualitas. Pada modul ini dikembangkan standar kualitas secara kuantitatif. Sebelum standar dibangun, proses harus terkendalikan. Sebuah proses terkendalikan bila tidak ada fluktuasi yang besar akibat dari hal-hal khusus. Dengan kata lain, variasi atau fluktuasi ekstrim harus diatasi (dihilangkan) sebelum standar kualitas dibangun. Modul 6: Meningkatkan proses. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menerapkan perubahan untuk meningkatkan kinerja secara keseluruhan. Tahap pertama adalah mengidentifikasi dan memprioritaskan peningkatan pada bidang tertentu. Setelah bidang ini diprioritaskan, bidang yang harus menerima perhatian diidentifikasi, dengan mempertimbangkan kendala waktu dan biaya. Maksud dari peningkatan terus-menerus adalah mengurangi tingkat variasi dari penyebab yang

21 biasa (bukan penyebab khusus) yang ada di dalam proses. Pada perencanaan peningkatan, hipotesa harus dibuat yang berkaitan dengan penyebab variasi. Setelah penyebab ditemukan, maka perencanaan harus diterapkan untuk mengurangi penyebabnya. Kemudian penyebab ini harus diuji untuk mengetahui apakan solusi tersebut dapat mengurangi variasi. Setelah pengujian dilaksanakan, peningkatan harus diterapkan ke seluruh proses. Proses ini harus diuji lagi untuk mengetahui apakah masih terkendali; setelah proses terkendali, kemudian standar kualitas diset kembali untuk proses yang ditingkatkan. Modul 7: Mengendalikan dan mengawasi proses. Tujuannya adalah untuk mengendalikan dan mengawasi produktivitas dan kinerja pelayanan untuk memastikan bahwa proses telah memenuhi standar. Terdapat sejumlah tool yang dapat digunakan pada tahapan ini, yaitu control chart (untuk analisa variabilitas proses), diagram cause and efect (analisa troubleshooting proses), histogram (analisa frekuensi variabel proses), diagram scatter (analisa hubungan variabel proses), dan run chart (analisa kecendrungan proses) Analisa Statistik Seperti dikemukakan pada pengendalian kualitas proses pada metode PQM, menurunkan tingkat variabilitas sangatlah penting. Seperti dikemukakan oleh Montgomery (2001), peningkatan kualitas adalah penurunan variabilitas di dalam proses atau produk. Sebagai contoh, untuk meningkatkan kualitas bongkar muat yang diukur melalui indikator BSH, maka variabilitas nilai BSH harus dikurangi.

22 Pada konsep variabilitas dikenal istilah upper specification limit (USL) dan lower specification limit (LSL). USL adalah nilai paling tinggi yang diijinkan untuk sebuah karakteristik kualitas. Sedangkan LSL adalah nilai terendah yang diijinkan. Jadi nilai karakateristik kualitas di antara USL dan LSL adalah yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. Karena variabilitas hanya dapat dijelaskan secara statistik, maka metode statistiklah yang berperan dalam usaha peningkatan kualitas. Secara keseluruhan dalam penelitian ini, analisa statistik yang digunakan untuk keperluan analisa dan peningkatan kualitas pelayanan dimaksudkan untuk: 1. Melakukan analisa pemecahan masalah suatu proses kegiatan. Perangkat yang digunakan antara lain diagram cause and effect (diagram Ishikawa). 2. Melakukan analisa frekuensi variabel proses. Perangkat yang digunakan antara lain Histrogram.

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan jasa pelayanan bongkar dan muat peti kemas yang terletak di wilayah Pelabuhan Tanjung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari pembahasan bab sebelumnya dapat diambil kesimpulan:! Hasil survei pelanggan menyatakan bahwa sebagian besar responden menginginkan perbaikan pada sisi operasi,

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PERAWATAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROSES BONGKAR MUAT PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA TANJUNG PRIOK

MEMPELAJARI PERAWATAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROSES BONGKAR MUAT PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA TANJUNG PRIOK MEMPELAJARI PERAWATAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN DALAM PROSES BONGKAR MUAT PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA TANJUNG PRIOK Disusun Oleh: Nama : Farida Vichyntia NPM : 32411706 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PERENCANAAN BANYAKNYA BONGKAR MUAT PETIKEMAS BERJENIS DRY (FULL DAN HIGH CUBE) DAN OVER DIMENTION PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA

MEMPELAJARI PERENCANAAN BANYAKNYA BONGKAR MUAT PETIKEMAS BERJENIS DRY (FULL DAN HIGH CUBE) DAN OVER DIMENTION PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA MEMPELAJARI PERENCANAAN BANYAKNYA BONGKAR MUAT PETIKEMAS BERJENIS DRY (FULL DAN HIGH CUBE) DAN OVER DIMENTION PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA Disusun oleh: Femila Gita Ferninda 32411806 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT. TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA. 2.1 Sejarah Singkat PT. Terminal Petikemas Surabaya

BAB II GAMBARAN UMUM PT. TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA. 2.1 Sejarah Singkat PT. Terminal Petikemas Surabaya BAB II GAMBARAN UMUM PT. TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA 2.1 Sejarah Singkat PT. Terminal Petikemas Surabaya PT Terminal Petikemas Surabaya (TPS) adalah perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja (manusia) yang diatur dalam urutan fungsi-fungsinya, agar efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja (manusia) yang diatur dalam urutan fungsi-fungsinya, agar efektif dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fokus kajian Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) adalah masalah tenaga kerja (manusia) yang diatur dalam urutan fungsi-fungsinya, agar efektif dan efisien dalam mewujudkan

Lebih terperinci

OPTIMASI KINERJA TERMINAL PETI KEMAS KOJA MELALUI PENGADAAN TRANSFER POINT DAN PENGATURAN ALUR HEADTRUCK CHASSIS

OPTIMASI KINERJA TERMINAL PETI KEMAS KOJA MELALUI PENGADAAN TRANSFER POINT DAN PENGATURAN ALUR HEADTRUCK CHASSIS OPTIMASI KINERJA TERMINAL PETI KEMAS KOJA MELALUI PENGADAAN TRANSFER POINT DAN PENGATURAN ALUR HEADTRUCK CHASSIS Oleh: Adhitya Muakbar dan Sunaryo Abstrak Pelayanan jasa kontenerisasi semakin menjanjikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan, yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar maupun kecil. Kondisi tersebut menyebabkan sektor transportasi memiliki peranan yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tahap-tahap pembahasan pada bab ini akan mengikuti metode Process Quality Model

BAB IV PEMBAHASAN. Tahap-tahap pembahasan pada bab ini akan mengikuti metode Process Quality Model BAB IV PEMBAHASAN Tahap-tahap pembahasan pada bab ini akan mengikuti metode Process Quality Model (PQM). Tahap pertama dimulai dengan identifikasi proses bongkar muat (transfer cycle), teknologi dan peralatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 CABANG TERMINAL PETIKEMAS DOMESTIK BELAWAN

RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 CABANG TERMINAL PETIKEMAS DOMESTIK BELAWAN RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 CABANG TERMINAL PETIKEMAS DOMESTIK BELAWAN Medan, September 1 1. Overview Cabang 2 2 2. Pertumbuhan selama 3 Tahun dan Usulan RKAP 2017 A. TRAFIK KAPAL 3 3 2.

Lebih terperinci

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA 62 6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA Pendahuluan Bila dilihat dari segi lingkup pelayaran yang dilayani, Pelabuhan Tanjung Priok dan Pelabuhan Singapura merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan transportasi laut menjadi sektor utama yang berpengaruh dalam laju distribusi perdagangan dunia. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan volume lalu lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tumbuh pesatnya persaingan pada industri jasa kepelabuhanan.

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan tumbuh pesatnya persaingan pada industri jasa kepelabuhanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan diberlakukannya UU No. 17/2008 tentang Pelayaran yang mengatur tentang penghapusan monopoli dalam penyelenggaraan pelabuhan mengakibatkan tumbuh pesatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intermoda, dan berbagai jasa bongkar muat penunjang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. intermoda, dan berbagai jasa bongkar muat penunjang lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT Berlian Jasa Terminal Indonesia (PT BJTI) merupakan anak perusahaan dari PT Pelabuhan Indonesia III (Persero). PT BJTI Sejak tahun 2002 dipercaya mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik jumlahnya maupun macamnya. Usaha-usaha dalam pembangunan sarana angkutan laut yang dilakukan sampai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002

KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002 KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002 TENTANG TARIF PELAYANAN JASA PETIKEMAS PADA TERMINAL PETIKEMAS DI LINGKUNGAN PT (PERSERO) PELABUHAN INDONESIA

Lebih terperinci

ANALISA KEGIATAN BONGKAR MUAT PADA PT. TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA UNTUK MEMPERCEPAT PROSES BONGKAR MUAT

ANALISA KEGIATAN BONGKAR MUAT PADA PT. TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA UNTUK MEMPERCEPAT PROSES BONGKAR MUAT ANALISA KEGIATAN BONGKAR MUAT PADA PT. TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA UNTUK MEMPERCEPAT PROSES BONGKAR MUAT Moses Laksono Singgih Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar.

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN...ii KATA PENGANTAR... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR ISTILAH... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

Rapat Kerja Penyusunan RKAP 2018 TERMINAL PETIKEMAS DOMESTIK BELAWAN

Rapat Kerja Penyusunan RKAP 2018 TERMINAL PETIKEMAS DOMESTIK BELAWAN Rapat Kerja Penyusunan RKAP 2018 TERMINAL PETIKEMAS DOMESTIK BELAWAN Oktober 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pemisahan dari BICT 01 Juli 2014 Terletak di Pelabuhan Belawan pada Posisi : 03-47 -43 LU & 98-43 -20 BT

Lebih terperinci

STUDI PENANGANAN PETIKEMAS IMPOR DAN DAMPAKNYA BAGI ANTREAN TRUK (STUDI KASUS : TERMINAL PETI KEMAS SURABAYA)

STUDI PENANGANAN PETIKEMAS IMPOR DAN DAMPAKNYA BAGI ANTREAN TRUK (STUDI KASUS : TERMINAL PETI KEMAS SURABAYA) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271) 1 STUDI PENANGANAN PETIKEMAS IMPOR DAN DAMPAKNYA BAGI ANTREAN TRUK (STUDI KASUS : TERMINAL PETI KEMAS SURABAYA) Wenny Ananda Larasati,

Lebih terperinci

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Sistem transportasi merupakan salah satu bagian penting bagi suatu pembangunan negara. Transportasi menjadi salah satu sektor pendukung kemajuan sistem logistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Troughput. Gambar 1.1. Troughput di TPKS (TPKS,2013)

BAB I PENDAHULUAN. Troughput. Gambar 1.1. Troughput di TPKS (TPKS,2013) Troughput BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terminal Peti Kemas Semarang (TPKS) merupakan tempat berlabuhnya kapal yang akan melakukan kegiatan bongkar muat peti kemas. Aktivitas bongkar muat yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja. Pengemudi Angkutan Mikrolet (Studi Kasus di JL. Urip Sumohardjo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja. Pengemudi Angkutan Mikrolet (Studi Kasus di JL. Urip Sumohardjo 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Nasrah Jusmin (2003), Analisa Tingkat Kepuasan Penumpang Terhadap Kinerja. Pengemudi Angkutan Mikrolet (Studi Kasus di JL. Urip Sumohardjo Makasar). Studi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENGAMATAN A. Prosedur Pelaksanaan Administrasi Bongkar dan Muat Petikemas dengan Sistem Alih Kapal (Transshipment) PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1.1 Pengertian Pelabuhan Pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindungi terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal

Lebih terperinci

ANALISA PENENTUAN WAKTU BAKU UNTUK MEMPERSINGKAT PROSES PELAYANAN BONGKAR MUAT DI PELABUHAN TRISAKTI BANJARMASIN

ANALISA PENENTUAN WAKTU BAKU UNTUK MEMPERSINGKAT PROSES PELAYANAN BONGKAR MUAT DI PELABUHAN TRISAKTI BANJARMASIN ANALISA PENENTUAN WAKTU BAKU UNTUK MEMPERSINGKAT PROSES PELAYANAN BONGKAR MUAT DI PELABUHAN TRISAKTI BANJARMASIN Imansyah Noor (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Banjarmasin

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR TINJAUAN TURN ROUND TIME STUDI KASUS : UNIT TERMINAL PETIKEMAS I PELABUHAN TANJUNG PRIOK

TUGAS AKHIR TINJAUAN TURN ROUND TIME STUDI KASUS : UNIT TERMINAL PETIKEMAS I PELABUHAN TANJUNG PRIOK TUGAS AKHIR TINJAUAN TURN ROUND TIME STUDI KASUS : UNIT TERMINAL PETIKEMAS I PELABUHAN TANJUNG PRIOK Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Kelautan Universitas Darma Persada Untuk Memenuhi Persyaratan dalam

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara kepulauan, peranan pelayaran sangat penting bagi kehidupan ekonomi, sosial, pemerintahan, pertahanan/keamanan. Bidang kegiatan pelayaran

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI

BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI BAB IV RENCANA IMPLEMENTASI 4.1 Rencana Implementasi Rencana implementasi ditetapkan dari solusi bisnis yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Rencana implementasi yang akan dilakukan dibagi menjadi

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Terminal Peti Kemas (Steenken, 2004)

Gambar 1.1 Terminal Peti Kemas (Steenken, 2004) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan transportasi laut dengan peti kemas dalam dua dekade belakangan ini mencapai sekitar 7-9% per tahun dengan perbandingan jenis angkutan laut lain hanya mengalami

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PRODUKTIVITAS KEGIATAN BONGKAR MUAT PETI KEMAS (Studi Kasus Pelabuhan Peti Kemas Balikpapan)

PENGEMBANGAN MODEL PRODUKTIVITAS KEGIATAN BONGKAR MUAT PETI KEMAS (Studi Kasus Pelabuhan Peti Kemas Balikpapan) PENGEMBANGAN MODEL PRODUKTIVITAS KEGIATAN BONGKAR MUAT PETI KEMAS (Studi Kasus Pelabuhan Peti Kemas Balikpapan) Anisyah Kumala Devi 1, Bambang Endro Yuwono 2 ABSTRAK Produktivitas bongkar muat sebuah Terminal

Lebih terperinci

EASE OF DOING BUSINESS Indikator Perdagangan Lintas Negara (Trading Across Border) From serving to driving Indonesia's growth

EASE OF DOING BUSINESS Indikator Perdagangan Lintas Negara (Trading Across Border) From serving to driving Indonesia's growth EASE OF DOING BUSINESS Indikator Perdagangan Lintas Negara (Trading Across Border) From serving to driving Indonesia's growth Latar belakang project Ease of Doing Business (EODB) Ease of Doing Busines

Lebih terperinci

Arif Mulyasyah NRP Dosen Pembimbing Ir. Sudiyono Kromodihardjo Msc. PhD

Arif Mulyasyah NRP Dosen Pembimbing Ir. Sudiyono Kromodihardjo Msc. PhD MENINGKATKAN KINERJA PELAYANAN BONGKAR MUAT DENGAN PENAMBAHAN UNIT HARBOUR MOBILE CRANE (HMC) MELALUI METODE SIMULASI (STUDY KASUS PT. BERLIAN JASA TERMINAL INDONESIA) Arif Mulyasyah NRP. 2107.100.097

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan dua pertiga wilayahnya adalah perairan dan terletak pada lokasi

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011

SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011 SEMINAR NASIONAL-1 BMPTTSSI - KoNTekS 5 Universitas Sumatera Utara, Medan - 14 Oktober 2011 ANALISIS KAPASITAS PELAYANAN TERMINAL PETI KEMAS SEMARANG Bambang Triatmodjo 1 1 Dosen Jurusan Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

suatu obyek, sehingga diharapkan dapat berfungsi secara maksimal sesuai dengan

suatu obyek, sehingga diharapkan dapat berfungsi secara maksimal sesuai dengan BAB III PEMELIHARAAN BERKALA PADA Quay Crane Container (QCC) 3.1. Teori singkat Perawatan Perawatan adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk mencegah kerusakan terhadap suatu obyek, sehingga diharapkan

Lebih terperinci

Memprediksi Kebutuhan Alat Bongkar Muat dan Truk Melalui Metode Simulasi (Studi Kasus : Terminal Peti Kemas Semarang)

Memprediksi Kebutuhan Alat Bongkar Muat dan Truk Melalui Metode Simulasi (Studi Kasus : Terminal Peti Kemas Semarang) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (212) ISSN: 231-9271 1 Memprediksi Kebutuhan Alat Bongkar Muat dan Truk Melalui Metode Simulasi (Studi Kasus : Terminal Peti Kemas Semarang) Alby Diantono dan Sudiyono

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran untuk bongkar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran-kran untuk bongkar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelabuhan Pelabuhan (Port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga di mana kapal dapat bertambat

Lebih terperinci

Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di

Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di Deskipsi (S. Imam Wahyudi & Gata Dian A.) Menjelaskan tentang fasilitas Pelabuhan di darat meliputi : fasilitas-fasilitas darat yang berada di terminal barang potongan, terminal peti kemas, terminal barang

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGATURAN SANDAR KAPAL PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA

OPTIMASI PENGATURAN SANDAR KAPAL PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA 1 OPTIMASI PENGATURAN SANDAR KAPAL PADA TERMINAL PETIKEMAS KOJA Richson Lamron P Dosen Pembimbing : Sunaryo dan Riko Butarbutar Program Sarjana Teknik Perkapalan Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG

ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG ANALISIS KINERJA PELAYANAN OPERASIONAL PETI KEMAS DI PELABUHAN PANGKALBALAM KOTA PANGKALPINANG Abu Khusyairi Email : abu_khusyairi@yahoo.co.id Endang Setyawati Hisyam Email : hisyam.endang@gmail.com Jurusan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETI KEMAS PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG

ANALISIS KINERJA OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETI KEMAS PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG ANALISIS KINERJA OPERASIONAL BONGKAR MUAT PETI KEMAS PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG Mudjiastuti Handajani Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Semarang Jalan Soekarno-Hatta, Tlogosari,

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN LAMPIRAN 1 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Kriteria dan Variabel Penilaian Pelabuhan 4.2. Pengelompokan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA TERMINAL PETIKEMAS

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA TERMINAL PETIKEMAS ANALISIS PENGUKURAN KINERJA TERMINAL PETIKEMAS Andri Maulana N. (1), I.G.N. Sumanta Buana (2) Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya e-mail : andri_bonek@yahoo.com 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA TERMINAL PETIKEMAS

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA TERMINAL PETIKEMAS ANALISIS PENGUKURAN KINERJA TERMINAL PETIKEMAS ANALISIS PENGUKURAN KINERJA TERMINAL PETIKEMAS Andri Maulana N.(1), I.G.N. Sumanta Buana(2) Jurusan Teknik Perkapalan Fakultas Teknologi Kelautan ITS Surabaya

Lebih terperinci

PERENCANAAN LAYOUT TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU

PERENCANAAN LAYOUT TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU PERENCANAAN LAYOUT TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU Octareza Siahaan dan Prof. Hang Tuah Salim Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10

Lebih terperinci

BENCHMARKING PORT COMMUNITY SYSTEM

BENCHMARKING PORT COMMUNITY SYSTEM BENCHMARKING PORT COMMUNITY SYSTEM KLNET KL NET 1.1 Profil Perusahaan KL NET didirikan pada 1994 dengan tujuan untuk mencapai target Ministry of Maritime Affairs and Fisheries (MOMAF) yaitu mengkomputerisasi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA Noor Mahmudah 1, David Rusadi 1 1 Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta E-mail: noor.mahmudah@umy.ac.id Abstrak. Pelabuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam arti ini

BAB III METODE PENELITIAN. (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam arti ini BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud untuk membuat pencadaran (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Dalam arti ini

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Natasya Christy Mukuan 1701344251 LD21 Statistical Process Control Sejarah Statistical Process Control (SPC) Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil

Lebih terperinci

Analisis Dampak Pengerukan Alur Pelayaran pada Daya Saing Pelabuhan. Studi Kasus : Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya

Analisis Dampak Pengerukan Alur Pelayaran pada Daya Saing Pelabuhan. Studi Kasus : Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Judul Tugas Akhir Analisis Dampak Pengerukan Alur Pelayaran pada Daya Saing Pelabuhan. Studi Kasus : Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Dosen Pembimbing Ir. Tri Achmadi Ph.D Ni Luh Putu Pratidinatri, S.T.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya. Hal ini berarti akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi kekayaan alam maupun

Lebih terperinci

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buku Laporan ini disusun oleh Konsultan PT. Kreasi Pola Utama untuk pekerjaan Studi Penyusunan Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan ini adalah

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa transportasi dan penyimpanan peti

BAB III OBJEK PENELITIAN. perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa transportasi dan penyimpanan peti BAB III OBJEK PENELITIAN III. 1 Objek Penelitian III. 1. 1. Sejarah Singkat PT Global Terminal Marunda yang selanjutnya disebut PT GTM merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa transportasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. 1 1.1 Latar Belakang Penelitian. BAB 1 PENDAHULUAN Pelabuhan merupakan tempat berlabuh dan atau tempat bertambatnya kapal laut serta kendaraan air lainnya, menaikkan dan menurunkan penumpang, bongkar muat

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN FASILITAS DAN PERALATAN PELABUHAN DENGAN DAYA LALU (THROUGHPUT), STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK, SURABAYA.

ANALISIS HUBUNGAN FASILITAS DAN PERALATAN PELABUHAN DENGAN DAYA LALU (THROUGHPUT), STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK, SURABAYA. ANALISIS HUBUNGAN FASILITAS DAN PERALATAN PELABUHAN DENGAN DAYA LALU (THROUGHPUT), STUDI KASUS: PELABUHAN TANJUNG PERAK, SURABAYA. PRESENTASI UJIAN TUGAS AKHIR Kamis, 10 Juli 2014 Nina Oktaviani 4110100005

Lebih terperinci

PENGARUH PRODUKTIVITAS QUAY CRANE TWINLIFT TERHADAP WAKTU SANDAR KAPAL DI DERMAGA UTARA ABSTRACT

PENGARUH PRODUKTIVITAS QUAY CRANE TWINLIFT TERHADAP WAKTU SANDAR KAPAL DI DERMAGA UTARA ABSTRACT Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi dan logistik, Vol.1.No1 September 2014 PENGARUH PRODUKTIVITAS QUAY CRANE TWINLIFT TERHADAP WAKTU SANDAR KAPAL DI DERMAGA UTARA Muhammad Rifni STMT Trisakti stmt@indosat.net.id

Lebih terperinci

MEMPELAJARI SISTEM ANTRIAN PELAYANAN PEMBAYARAN SECARA TUNAI DI TPK KOJA TANJUNG PRIUK. Disusun oleh: Primadia Hapsari

MEMPELAJARI SISTEM ANTRIAN PELAYANAN PEMBAYARAN SECARA TUNAI DI TPK KOJA TANJUNG PRIUK. Disusun oleh: Primadia Hapsari MEMPELAJARI SISTEM ANTRIAN PELAYANAN PEMBAYARAN SECARA TUNAI DI TPK KOJA TANJUNG PRIUK Disusun oleh: Primadia Hapsari 35411581 LATAR BELAKANG Antrian Kemampuan Pelayanan Akibat Ketidakmapuan dalam Pelayanan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

Waktu yang dihabiskan kapal selama berada di pelabuhan akan sangat berpengaruh terhadap pengoperasian kapal tersebut. Semakin lama kapal berada di

Waktu yang dihabiskan kapal selama berada di pelabuhan akan sangat berpengaruh terhadap pengoperasian kapal tersebut. Semakin lama kapal berada di BAB I PENDAHULUAN Perdagangan internasional merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai peranan dalam menunjang pembangunan Indonesia. Transaksi antar negara-negara di dunia akan menciptakan kerjasama

Lebih terperinci

RANCANGAN OPERASIONAL TERMINAL PETI KEMAS IA KALIBARU. Operational Design of New Priok Port s Container Terminal IA

RANCANGAN OPERASIONAL TERMINAL PETI KEMAS IA KALIBARU. Operational Design of New Priok Port s Container Terminal IA RANCANGAN OPERASIONAL TERMINAL PETI KEMAS IA KALIBARU Operational Design of New Priok Port s Container Terminal IA Aulia Tiara 1 Pembimbing: Andojo Wurjanto, Ph.D 2 Program Studi Teknik Kelautan, Fakultas

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM OPERASI DRY PORT GEDEBAGE

EVALUASI SISTEM OPERASI DRY PORT GEDEBAGE EVALUASI SISTEM OPERASI DRY PORT GEDEBAGE TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL oleh ANDY FERDIAN NIM : 15098105 PEMBIMBING Dr.Ir.Ade

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan Industri di Jawa Tengah telah meningkatkan nilai ekspor pada

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan Industri di Jawa Tengah telah meningkatkan nilai ekspor pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pertumbuhan Industri di Jawa Tengah telah meningkatkan nilai ekspor pada tahun 2001 hingga $ 1,97 milyar Amerika, terdiri dari ekspor migas sebesar $

Lebih terperinci

STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA)

STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA) STUDI PENGURANGAN DWELLING TIME PETIKEMAS IMPOR DENGAN PENDEKATAN SIMULASI (STUDI KASUS : TERMINAL PETIKEMAS SURABAYA) Fajar Prasetya Rizkikurniadi, Murdjito Program Studi Transportasi Laut Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISA TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP PELAYANAN TERMINAL PETI KEMAS PT BERLIAN JASA TERMINAL INDONESIA (BJTI)

ANALISA TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP PELAYANAN TERMINAL PETI KEMAS PT BERLIAN JASA TERMINAL INDONESIA (BJTI) ANALISA TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP PELAYANAN TERMINAL PETI KEMAS PT BERLIAN JASA TERMINAL INDONESIA (BJTI) Topo Sapto Nugroho 1) dan Indung Sudarso 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi,

Lebih terperinci

PENILAIAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN TELUK BAYUR CAPACITY ASSESMENT OF CONTAINER TERMINAL AT TELUK BAYUR PORT

PENILAIAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN TELUK BAYUR CAPACITY ASSESMENT OF CONTAINER TERMINAL AT TELUK BAYUR PORT ISSN 2355-4721 Penilaian Kapasitas Terminal Peti Kemas Pelabuhan Teluk Bayur PENILAIAN KAPASITAS TERMINAL PETI KEMAS PELABUHAN TELUK BAYUR CAPACITY ASSESMENT OF CONTAINER TERMINAL AT TELUK BAYUR PORT Ratna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar dan satu-satunya yang dua per tiga atau 63 persen wilayah tutorialnya berupa parairan. Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

Sinergi pengembangan kawasan industri dan pergudangan dengan pelabuhan peti kemas di kawasan khusus Madura

Sinergi pengembangan kawasan industri dan pergudangan dengan pelabuhan peti kemas di kawasan khusus Madura Sinergi pengembangan kawasan industri dan pergudangan dengan pelabuhan peti kemas di kawasan khusus Madura Dr. Saut Gurning Fakultas Teknologi Kelautan ITS Jalan Arif Rahman Hakim, Keputih-Sukolilo, Surabaya,

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: EKSPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PT. CIKARANG INLAND PORT Jl. Dry Port Raya, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi 17530, Jawa Barat, Indonesia Telp (62-21) 2908 2908, Fax (62-21) 2908

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. A. Kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil pengamatan yang dilakukan penulis tentang prosedur pelaksanaan administrasi bongkar dan muat petikemas dengan sistem alih kapal (transshipment)

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DISKRIPSI PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 2.1.1.Sejarah Singkat Perusahaan PT. DMR adalah salah satu dari anak perusahaan PT. SSU. PT. SSU adalah perusahaan yang bergerak dibidang

Lebih terperinci

INFORMASI ANDA AKAN DIJAGA KERAHASIAANNYA KUESIONER SURVEI KEPUASAN PELANGGAN KELOMPOK PERUSAHAAN PELAYARAN PT INDONESIA KENDARAAN TERMINAL

INFORMASI ANDA AKAN DIJAGA KERAHASIAANNYA KUESIONER SURVEI KEPUASAN PELANGGAN KELOMPOK PERUSAHAAN PELAYARAN PT INDONESIA KENDARAAN TERMINAL KUESIONER SURVEI KEPUASAN PELANGGAN KELOMPOK PERUSAHAAN PELAYARAN PT INDONESIA KENDARAAN TERMINAL PT Indonesia Kendaraan Terminal (PT IKT) bekerjasama dengan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP),

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Sejarah Perusahaan PT GHINA ANUGERAH LESTARI merupakan salah satu perusahaan jasa transportasi (Freight Forwarder) di Jakarta yang melayani jasa pengiriman barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111).

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang rendah dalam melakukan muat-bongkar barang dan upah. terciptanya peti kemas (container) (Amir MS, 2004:111). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional sangat memerlukan adanya transportasi khususnya dibidang ekspor karena dapat memperlancar pengiriman barang sampai negara tujuan, barang-barang

Lebih terperinci

Pesawat Polonia

Pesawat Polonia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia, tidak bisa dibantah bahwa pelabuhan menjadi cukup penting dalam membantu peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi persepsi..., Ayiful Ramadhan Asit, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Identifikasi persepsi..., Ayiful Ramadhan Asit, FE UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan menjadi simpul penting dalam arus perdagangan dan distribusi barang di Indonesia maupun di dunia. Delapan puluh lima persen (85%) perdagangan dunia melalui

Lebih terperinci

ABSTRAK. Dengan semakin ketatnya persaingan antar bank, maka setiap bank. dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada

ABSTRAK. Dengan semakin ketatnya persaingan antar bank, maka setiap bank. dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada ABSTRAK ABSTRAK Dengan semakin ketatnya persaingan antar bank, maka setiap bank dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada nasabahnya. Pada situasi yang sulit seperti sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan peningkatan yang significan tiap tahunnya, hal ini nyata dilihat sejak digulirnya konsep otonomi

Lebih terperinci

RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 CABANG SIBOLGA

RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 CABANG SIBOLGA RAPAT KERJA PENYUSUNAN RKAP TAHUN BUKU 2017 CABANG SIBOLGA Medan, 29 September 2016 1 PELABUHAN SIBOLGA 1. Dermaga Umum : 03,5 x 15,5 m 2. Dermaga Ferry : 35 x 10,2 m & 35,7 x 6 m 3. Trestel : 127,2 x

Lebih terperinci

~ 1 ~ PT. PELABUHAN INDONESIA II (PERSERO) CABANG PANJANG NOMOR. TENTANG STANDAR PELAYANAN JASA PETIKEMAS DI TERMINAL PETIKEMAS CABANG PANJANG

~ 1 ~ PT. PELABUHAN INDONESIA II (PERSERO) CABANG PANJANG NOMOR. TENTANG STANDAR PELAYANAN JASA PETIKEMAS DI TERMINAL PETIKEMAS CABANG PANJANG ~ 1 ~ LAMPIRAN I : SURAT KEPUTUSAN GENERAL MANAGER Nomor : Tanggal : PT. PELABUHAN INDONESIA II (PERSERO) CABANG PANJANG NOMOR. TENTANG STANDAR PELAYANAN JASA PETIKEMAS DI TERMINAL PETIKEMAS CABANG PANJANG

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado

Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado Evaluasi Kinerja Operasional Pelabuhan Manado Clinton Yan Uguy T. K. Sendouw, A. L. E. Rumayar Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Email: clinton.uguy@gmail.com ABSTRAK Pelabuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi, yaitu (Salim, A. A., 1993) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi, yaitu (Salim, A. A., 1993) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Transportasi Sistem transportasi adalah suatu interaksi yang terjadi antara tiga komponen sistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi, yaitu (Salim, A. A., 1993) : 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelayaran memiliki peran penting dalam perdagangan antar negara saat ini. Kemampuan kapal-kapal besar yang mampu mengangkut barang dalam jumlah besar dengan biaya

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI DWELLING TIME 2016

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI DWELLING TIME 2016 RAHASIA SDT16 - PELABUHAN Triwulan - 2016 REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI DWELLING TIME 2016 Tujuan Survei : Memperoleh informasi tentang perkembangan waktu lamanya petikemas / barang berada

Lebih terperinci

2 METODOLOGI PENELITIAN

2 METODOLOGI PENELITIAN 11 2 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Desember 2013 di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Pelabuhan Singapura (Port of Singapore Authority).

Lebih terperinci

ANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN

ANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN Jurnal Riset dan Teknologi Kelautan (JRTK) Volume 11, Nomor 1, Januari - Juni 2013 ANALISA KAPASITAS OPTIMAL LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETIKEMAS MAKASSAR BERDASAR OPERATOR DAN PENGGUNA PELABUHAN Misliah

Lebih terperinci

PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung

PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung A. PENDAHULUAN Setelah dibukanya Terusan Suez pada tahun 1869, arus kunjungan kapal ke Indonesia meningkat dengan drastis sehingga dibutuhkan

Lebih terperinci

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA)

MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA) MODEL PENGAMBILAN KEPUTUSAN PERENCANAAN SANDARAN KAPAL INTEGRASI DENGAN LAYANAN KERETA API BARANG. (STUDI KASUS: PT.TERMINAL TELUK LAMONG SURABAYA) Ivan Akhmad 1) dan Ahmad Rusdiansyah 2) 1) Program Studi

Lebih terperinci

Terminal T300 E-Billing Online System User Manual

Terminal T300 E-Billing Online System User Manual Terminal T300 E-Billing Online System User Manual Contents 1. Menu User Login... 3 2. Menu Aplikasi E-Booking Online... 4 3. Menu E-Job Order... 5 3.1. Job Order Import - Delivery... 5 3.2. Job Order Import

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT

PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PANDUAN TEKNIS PELANGGAN: IMPOR MELALUI CIKARANG DRY PORT PT. CIKARANG INLAND PORT Jl. Dry Port Raya, Kota Jababeka, Cikarang, Bekasi 17530, Jawa Barat, Indonesia Telp (62-21) 2908 2908, Fax (62-21) 2908

Lebih terperinci

OPTIMASI JUMLAH KEBUTUHAN FASILITAS DAN AREA LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU (NEW TANJUNG PRIOK)

OPTIMASI JUMLAH KEBUTUHAN FASILITAS DAN AREA LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU (NEW TANJUNG PRIOK) OPTIMASI JUMLAH KEBUTUHAN FASILITAS DAN AREA LAPANGAN PENUMPUKAN TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU (NEW TANJUNG PRIOK) Amar Rachman 1, Dwi Laras Pristiwati 2 Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci