Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Gebang (Corypha utan)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Gebang (Corypha utan)"

Transkripsi

1 Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Ujicoba Pembibitan Gebang (Corypha utan) BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005

2 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Nasional Baluran merupakan salah satu kawasan konservasi di Pulau Jawa. Kawasan ini berbentuk segi empat dengan topografi bervariasi dari dataran rendah sampai pegunungan dengan daerah tertinggi terletak di tengah kawasan yaitu Gunung Baluran yang sudah tidak aktif lagi dengan ketinggian m dpl. Secara geografis terletak pada LS dan BT dengan luas ± Ha Taman Nasional Baluran terletak di ujung timur Pulau Jawa dan secara administrasi pemerintahan masuk ke dalam wilayah Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo. Kawasan Taman Nasional Baluran dibatasi oleh Selat Madura di sebelah utara dan Selat Bali di sebelah timur. Dari selatan sampai ke barat berturutturut dibatasi oleh Dusun Pandean, Desa Wonorejo, Sungai Bajulmati, Sungai Klokoran, Dusun Karangtekok, dan Desa Sumberanyar. Taman Nasional Baluran memiliki keindahan alam yang masih asli dengan tipe-tipe vegetasi yang cukup lengkap seperti hutan pantai, mangrove, hutan payau, savana, hutan musim, hutan pegunungan dan curah, serta potensi perairan dengan habitat terumbu karang dan padang lamun. Di dalam kawasan konservasi ini terdapat 444 jenis flora yang tergolong dalam 87 familia. Jenis jenis tersebut terdiri dari 24 jenis tumbuhan eksotik, 265 jenis tumbuhan penghasil obat dan 37 jenis merupakan tumbuhan yang hidup pada ekosistem mangrove. Salah satu jenis tumbuhan yang terdapat di kawasan Taman Nasional Baluran dan kondisinya kini cukup banyak mengalami tekanan yaitu Gebang (Corypha utan). Intensitas pengambilan daun muda (pupus/kobel) dan biji (klanting) sebagai bahan kerajinan tangan berkualitas eksport cukup tinggi. Apabila kondisi ini dibiarkan terus berlangsung, dikhawatirkan akan terjadi musnahnya jenis tumbuhan ini karena berkurangnya umur optimal pertumbuhan dan terputus siklus regenerasi. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pembibitan dan dilanjutkan dengan kegiatan penanaman dalam rangka melestarikan Gebang (Corypha utan) di Taman Nasinal Baluran. B. Tujuan Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan ujicoba pembibitan Gebang (Corypha utan) untuk kemudian ditanam di dalam kawasan untuk mempercepat proses regenerasi. 2

3 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gebang (Corhypa utan) Asal usul tanaman ini belum diketahui secara pasti. Sedangkan penyebarannya meliputi Afrika tropis, India, Birma, Thailand, Malaysia, Indonesia, Filipina (Lembaga Biologi Nasional LIPI, 1980). Klasifikasi tanaman gebang (Corypha utan) mulai dari Sub kelas yaitu : Sub kelas : Arecidae Ordo : Arecales Famili : Palmae (Aracaceae) Jenis : Corypha utan Lamk. atau C. elata Roxb. Nama daerah lain dari gebang antara lainnya yaitu : Gebang Pucuk (Jawa), Pocok (Madura), Ibus (Aceh), Lontar Utan (Jakarta), Silar (Manado), Gabang (Dayak). Gebang termasuk tumbuhan monokotil, menurut Corner (1966) dalam Heyne (1987) merupakan famili tertua diantara tumbuhan berbunga serta termasuk tumbuhan yang mempunyai bunga majemuk terbesar. Merupakan jenis Palem yang kokoh dan kuat, ber-batang satu, bentuk tiang, tinggi hingga 30 meter. Daun berjejal-jejal menjadi tajuk yang lebar, tangkai panjang antara 2 7 meter, dari atas lebar dan beralur dalam, pada tepi ada duri tempel yang hitam, helaian daun bulat-bulat telur, tebal seperti kulit dengan tulang daun tengah yang kuat, sampai lebih kurang separo bercangap menjari, diameter 2 3,5 meter. Karangan bunga tegak dengan panjang hingga 3 meter. Cabang langsing dan berujung langsing, menggantung, tertutup oleh bunga yang kecil dan rapat. Berbunga harum, berwarna kuning kehijauan yang mengumpul dalam kelompok. Kelompok berbentuk piala atau cawan dengan taju yang tumpul. Daun mahkota elips bulat telur, berdaging. Mempunyai benang sari 6, bakal buah 3 taju, beruang 3. Tangkai putik bersatu menjadi keseluruhannya berbentuk uncek yang tumpul. Buah bertangkai pendek, bentuk bola, hijau dan dari dalam kuning, garis tengah 2 3 cm. Biji berbentuk bola, keras hampir sekeras gading. Secara sudut pandang ekologi, tumbuhan gebang banyak dijumpai di daerah atau kawasan pantai, tumbuh menyendiri hingga mengelompok, pertumbuhan lambat, kurang lebih 30 tahun hingga berbungai malai bercabang membebar pada puncaknya kemudian mati. Tanaman ini merupakan salah satu ciri daerah yang sering mengalami kebakaran berulang-ulang, bersama jenis palma berdaun kipas besar lain, yaitu lontar (Borrassus flabellifer). Jenis tanaman ini mempunyai banyak kegunaan, dari mulai akar hingga daun dan bijinya. Akar muda dengan direbus dapat menyembuhkan murus (diare ringan), 3

4 mengunyah akan dapat mengobati batuk. Batang bagian luar keras dan gumbarnya lunak sehingga sering digunakan sebagai bedug. Sagu dari gumbarnya berwarna merah dan dapat dimakan. Nira dapat dibuat gula tapi tidak begitu enak bila diminum. Dari pucuk pohon ada getah yang disebut blendok gebang yang harganya mahal dan dapat digunakan sebagai obat batuk dengan dicampur air, bila dilarutkan dalam air tajin dapat sebagai obat disentri, dan blendok segar sebagai obat luka karena parang/pisau. Umbutnya dapat dimakan dan daun muda/janur digunakan sebagai bahan anyaman. Bijinya yang keras dapat digunakan sebagai tasbeh dan kancing (di Eropa). Dan di India produksi biji tanaman ini merupakan komoditi ekspor yang cukup penting. B. Kondisi dan Permasalahan Kerusakan Gebang (Corypha utan) Keanekaragaman potensi flora di Taman Nasional (TN) Baluran cukup melimpah dan hingga saat ini masih banyak sekali potensi yang belum tergali. Salah satunya yaitu gebang (Corypha utan Lamk). Merupakan tumbuhan yang banyak ditemukan di dalam kawasan TN Baluran. Tumbuhan ini nampak khas di Baluran, dapat ditemukan hampir merata di hutan pantai dan hutan dataran rendah. Seperti jenis palem yang lainnya, banyak bagian dari gebang yang diambil dan dimanfaatkan oleh masyarakat, terutama daun muda (jw; kobel) dan bijinya (jw; klanting). Kedua jenis bagian dari gebang ini digunakan dalam industri kerajinan yang bernilai tinggi dan kualitas ekspor. Pemanfaatan hasil hutan tersebut dilarang, karena pengambilan daun gebang tersebut dilakukan di dalam kawasan dilindungi. Ancaman serius terhadap kelestarian gebang menuntut penanganan serius. Apabila masalah tersebut tidak segera tertangani, mungkin kita hanya akan menunggu punahnya spesies ini dari dalam kawasan, sehingga kita akan kehilangan potensi flora yang sangat penting bagi kelestarian ekosistem kawasan TN Baluran. Potensi gebang di TN Baluran dapat ditemukan mulai dari Wilayah Pandean, yaitu blok Perengan. Lokasi ini berada berbatasan dengan PT. Baluran Indah Kapuk. Lokasi ini merupakan perbatasan sebelah timur dari kawasan taman nasional. Ketika memasuki kawasan dari arah ini, langsung terdapat luasan areal yang didominasi oleh tegakan gebang. Akan tetapi kondisi gebang di lokasi tersebut sangat meprihatinkan, karena kerusakan tegakan gebang di lokasi tersebut sangat parah. Hal ini dapat terlihat dari fisik gebang yang masih ada, serta kondisi habitatnya. Kondisi fisik tanaman yang rusak, baik pada gebang pada pertumbuhan awal (anakan) atau pada gebang dewasa, ditandai dengan tinggi tanaman yang tidak merata dengan tinggi ratarata hanya 6 meter karena pertumbuhan yang terganggu. Kondisi tegakan gebang di 4

5 lokasi tersebut, tanaman dewasa rata-rata (ditandai dengan mulai munculnya tandan bunga/biji (malai)). Juga kondisi daun yang tidak normal, yaitu banyak tangkai daun yang patah atau akibat pemotongan dan pengambilan daun muda/pupus. Banyak diantaranya yang nampak mati sebelum keluar malai karena pengambilan daun muda yang tanpa perhitungan. Dan sejak anakan, dimana dianggap oleh masyarakat pencari tenaman gebang telah menghasilkan daun muda/kobel yang secara kriteria telah memenuhi standart untuk diambil, maka tanpa perduli mereka mengambilnya juga. Hal tersebut disimpulkan dari ditemukannya bekas pemotongan pada anakan gebang (dengan tinggi kurang dari 3 meter). Sedangkan dari kondisi habitatnya, di lokasi tersebut nampak areal-areal terbuka yang merupakan akibat dari matinya tegakan gebang pada pertumbuhan awal. Hal ini juga mengurangi kerapatan dari tegakan gebang di lokasi tersebut, Gebang sering ditemukan tumbuh mengelompok, hal ini diperkirakan karena sifat biji yang keras sebesar kelereng yang sulit untuk diterbangkan angin hingga jauh dari pohon induk. Kondisi tegakan gebang di lokasi lain, yaitu lokasi Bama dijumpai kondisi tegakan gebang yang masih cukup bagus. Akan tetapi juga tidak lepas dari pengaruh perlakuan perusakan oleh masyarakat sekitar. Hal tersebut nampak dari beberapa titik lokasi bekas pemisahan daun muda dari tulang daunnya. Lokasi lain yang ditemukan tegakan gebang antara lain di Blok Popongan, Dadap hingga ke Blok Semiang dan Candibang. Walaupun tanpa pengamatan secara kuantitatif, kondisi pertumbuhan tegakan gebang bervariasi dari kondisi rusak hingga cukup bagus, karena tegakan gebang yang ada lebih menyebar. Pada Blok Siruntuh sebelah dalam hingga ke Popongan dijumpai tegakan gebang dengan kondisi yang lebih menyebar. Banyak diantaranya juga telah terkena perusakan dan pengambilan daun muda/pupus. Kegiatan manusia yang mengakibatkan rusaknya tanaman gebang dengan pengambilan daun muda/pupus dan biji gebang/klanting, masing-masing kegiatan ini juga mengakibatkan kerusakan fisik vegetasi. Pengambilan daun muda dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pengambilan dengan bantuan galah bambu dengan pisau kait di ujungnya. Apabila panjang galah tidak mencapai sasaran maka dilakukan pengambilan secara langsung dengan menaiki/memanjat gebang yang dimaksud. Bahkan, tanpa memperhatikan keselamatan diri, mereka dapat berjalan di tangkai daun gebang yang saling bersinggungan untuk menuju gebang lain yang besebelahan. Selain mengambil daun muda dengan galah, biasanya para pencari juga akan memotong tangkai-daun yang menghalangi pengambilan daun muda, sehingga memperparah kondisi kerusakan gebang tersebut. 5

6 Pengambilan daun muda/kobel di dalam kawasan TN Baluran sebenarnya telah dilakukan masyarakat sekitar sejak lama, akan tetapi secara kuantitas (baik pencari maupun volume yang diambil) masih relatif sedikit. Seiring dengan perjalanan waktu dan semakin terbukanya informasi tentang kegunaan dan pemanfaatan kobel sebagai bahan baku kualitas ekspor, maka semakin banyak masyarakat pencari dengan didukung oleh orang yang siap menampung hasilnya (juragan pengepul). Apabila gebang mencapai titik pertumbuhan dengan keluarnya tandan bunga berbentuk malai membebar, dan kemudian menjadi biji, juga dimanfaatkan oleh masyarakat. Biji gebang/klanting tersebut biasanya digunakan dalam kerajinan tasbeh dan sandaran jok mobil. Pengambilan biji tersebut dilakukan dengan menaiki batang gebang yang telah dipasang anak tangga. Kegiatan pengambilan klanting mengakibatkan berkurangnya prosentasi regenerasi alami gebang. Apabila kegiatan ini terus berlangsung maka kondisi tegakan gebang yang telah rusak akibat dari pengambilan daun muda diperparah dengan berkurangnya potensi regenerasi gebang muda. Gambar 1. Kondisi Pertumbuhan Gebang yang Normal / Tanpa Gangguan Penanganan yang dilakukan untuk mengendalikan kegiatan masyarakat tersebut diantaranya yaitu dengan memberikan penyuluhan dan menanamkan pemahaman kepada masyarakat akan akibat/dampak negatif dari perusakan tersebut. Disamping itu perlu juga patroli secara rutin/terpadu untuk mencegah masyarakat melakukan pengambilan bagian-bagian gebang tersebut. Upaya lainnya, yaitu dengan memberikan alternatif lapangan kerja, tanpa masuk ke kawasan taman nasional. Langkah lainnya dengan pendekatan kepada para pengepul/juragan, sebagai pemilik modal, agar jangan mengarahkan anak buahnya untuk mengambil daun dan biji gebang dari dalam kawasan taman nasional, juga berupaya membatasi volume pencarian sehingga tegakan gebang mempunyai tenggang waktu untuk regenerasi secara optimal. 6

7 III. METODOLOGI A. Waktu dan Tempat Kegiatan uji coba pembibitan gebang dimulai tanggal 14 November 2005 dan dilaksanakan di Desa Bajulmati. B. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan pad kegiatan ini adalah : 1. Bedengan sementara 5. Naungan 2. Hand Sprayer 6. Meteran 3. Cangkul 7. Media (tanah dan pupuk kandang) 4. Ember 8. Polybag (ukuran 9 x 20) C. Cara Kerja 1. Perlakuan benih sebelum dikecambahkan Biji direndam selama kurang lebih 27 hari. Biji diseleksi, dipilih 20 biji yang kondisinya sehat, besar dan berat. 2. Mempersiapkan media Media terdiri dari tanah, sekam padi dan kotoran kambing. Masing masing bahan ⅓ bagian. Misalnya tanah 1 ember, sekam 1 ember dan kotoran kambing 1 ember. Kemudian bahan dicampur hingga merata lalu dimasukkan ke dalam polybag dan disiram. 3. Penanaman Biji Biji dimasukkan ke dalam polybag dengan kedalaman 3 cm sebanyak 15 biji dan 5 biji selebihnya ditanam dengan kedalaman 8 cm. 4. Penyiraman Penyiraman dilakukan 1 hari sekali. 7

8 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Percobaan pembibitan gebang (corypha utan), diawali dengan penyiapan media tanam dan benih gebang. Media tanam yang digunakan yaitu campuran tanah, pupuk kandang (kotoran kambing) dan sekam padi. Kemudian benih yang telah diseleksi, ditanam di media tanam yang telah disediakan. Sebelum ditanam benih mendapat perlakuan dengan perendaman selama 27 hari. Kegiatan pembibitan gebang dimulai tangga 2 april 2005, akan tetapi benih benih yang ditanam mulai tumbuh pada saat yang berbeda-beda. Di bawah ini dijelaskan hasil pengamatan yang dilakukan pada benih pertama yang telah tumbuh. Tanggal pengamatan : 6 November 2 Desember 2005 Bibit No. 1 6 Nov. 3,4 Kuncup terbuka 7 4,2 Kuncup terbuka 8 4,7 Kuncup terbuka dengan lebar dan garis tengahnya 1 cm. 9 6 Kuncup terbuka dengan lebar dan garis tengahnya 1,3 cm. 10 6,1 Kuncup pasangannya muncul 11 6,2 12 6,7 Daun terbuka dengan lebar 1,5 cm 13 7 Lebar daun 1,7 cm, garis sisi dan garis tengah 4 : ,3 Lebar daun 2,1, melebar ke pucuk 15 7,5 Lebar daun 2,1, melebar ke pucuk 16 8 Lebar daun 2,1, melebar ke pucuk 17 8, , , Daun terbuka semua dengan lebar 2,5 cm 29 13,5 Pasangan daun kuncup 3 cm tingginya 2 Des. 13,8 Tunas pasangannya tinggi 5 cm Bibit No. 2 7 Nov. 1,8 Kuncup masih tertutup 8 2,3 Kuncup masih tertutup 9 2,9 Kuncup masih tertutup 10 3,4 Kuncup masih tertutup 11 4,4 Kuncup pasangannya tumbuh 1,1 cm dan mulai terbuka 12 4,5 Kuncup mulai terbuka dan lebar 0,3 cm 13 5,3 Daun mulai terbuka 0,3 cm 14 5, Daun mulai terbuka, 0,4 cm dan kelihatan garis-garis vertikal 16 6,5 17 7,2 18 8, ,2 8

9 22 11,3 Daun terbuka semua dengan lebar 1,3 cm , , Muncul tunas pasangannya (2 cm) 26 13, ,3 2 Des. 17 Bibit No. 3 7 Nov. 0,2 Kuncup masih tertutup 8 0,5 Kuncup masih tertutup 9 0,6 Kuncup masih tertutup 10 0,9 Kuncup masih tertutup 11 1,4 Kuncup pasangannya mulai muncul dengan tinggi 1 cm , ,2 17 4,8 18 5,3 Pertumbuhan kuncup pasangannya cepat, tingga 1,9 cm 19 6,1 21 6, , , , ,5 2 Des. 13,2 Bibit No. 4 8 Nov. 0,3 Kuncup muncul tajam, spt jarum warna kuning kehijauan 9 1,2 Kuncup masih tertutup 10 1,5 Kuncup masih tertutup 11 2,2 Kuncup mulai muncul 0,3 cm 12 2, Kuncup mulai terbuka, 0,8 cm 14 3,8 15 4,2 16 4,9 17 5,2 18 5,9 19 6,4 21 7,3 22 8,3 23 7,8 Ada gangguan ayam, pucuk dimakan. 24 8,1 25 8,8 26 9,3 27 9, ,6 2 Des. 11,6 Pucuk ada gangguan dari ayam, daun mulai terbuka 9

10 Bibit No.5 9 Nov. 1,7 Terdapat perlakuan pemindahan bibit ke polibag dan penanaman kembali di polibag dengan posisi biji sedikit diangkat dan nanpak di permukaan tanah. 10 4,7 Diukur dari pangkal biji yang telah muncul di permukaan tanah (hasil pengangkatan). Sedangkan tinggi dari permukaan tanah 7 cm. 11 4,7 12 4,7 13 4,8 Kuncup menjadi layu. 14 4,8 Kuncup menjadi layu 15 4,8 16 4,8 Mulai ada pertumbuhan, hijau lagi ,5 Ada gangguan ayam, pucuk dimakan. 26 4, Daun/ kuncup mulai menghijau. 2 Des. 5,5 Bibit No Nov. 1 Mulai muncul kuncup seperti jarum, warna kuning kehijauan. 12 1,4 13 1,8 Kuncup mulai terbuka, 0,3 cm. 14 1,8 15 2,2 16 2,7 Kuncup mulai terbuka lagi ,8 19 4, , ,4 26 6, ,4 Daun agak kering dan bentuk melintir 2 Des. 5,5 Daun melintir, muncul tunas pasangannya, 1 cm. Bibit No.7 14 Nov. 1,5 Kuncup mulai keluar 15 2,2 16 2,5 Kuncup mulai terbuka 17 3,7 18 3,8 19 4,4 21 5,2 22 6,4 10

11 23 6,5 24 7,1 25 Pengamatan terlewat 26 8,8 27 9,6 29 9,8 2 Des. 10,8 Muncul tunas pasangannya, 1 cm. Bibit No.8 15 Nov. 0,1 Kuncup mulai keluar 16 0,3 17 1,2 Kuncup mulai terbuka 18 1,7 19 2,7 21 3, ,4 24 5,2 25 5,9 Muncul tunas pasangannya, 0,8 cm 26 6,7 27 6,9 29 8,1 2 Des. 9 Bibit No.9 21 Nov. 3 Tertutup plastik 22 3,2 23 3,7 24 3,8 25 4,3 Terlalu dalam 26 4, ,3 2 Des. 5 Pucuk mendapat gangguan ayam, tunas pasangan 2 cm. Bibit No Nov. 1,2 Kuncup mulai keluar 22 1, ,5 25 3,2 Tunas pasangan mulai tumbuh ,9 29 5,3 2 Des. 7,2 Bibit No ,2 27 5, Des. 8,8 11

12 Bibit No.12 2 Des. 5,2 Kuncup mulai keluar Bibit No.13 2 Des. 1 Bibit No.14 2 Des. 1 Kuncup mulai keluar, kondisi melingkar Bibit No.15 2 Des. 1 Kuncup mulai keluar, kondisi melingkar Bibit No.16 2 Des. 1 Kuncup mulai keluar, kondisi melingkar Bibit No.17 2 Des. 1 Kuncup mulai keluar, kondisi melingkar Bibit No.18 2 Des. 1 Kuncup mulai keluar, kondisi melingkar B. Pembahasan Berdasarkan hasil pengamatan terhadap 20 benih yang ditanam, hingga tanggal 2 Desember 2005, berhasil tumbuh sejumlah 18 bibit. Dari mulai tanggal 6 November 2005 benih gebang mulai tumbuh dan hampir setiap hari terdapat penambahan pertumbuhan. Dari 5 benih dengan pertumbuhan awal dan tanpa gangguan yaitu pada benih ke-1, 2, 3, 4 dan 6. Rata-rata pertumbuhan per hari (selama 19 hari) yaitu 0,537 cm. Tahap perkembangan selama pengamatan, secara keseluruhan dari 18 benih yang tumbuh, yaitu sebagai berikut : Diawali dengan penanaman biji di media tanam yang merupakan campuran tanah, sekam dan pupuk kandang. Setelah kurang lebih 8 bulan ditanam, mulai terlihat perkembangan dari benih yang ditanam. 12

13 Dimulai dengan munculnya kuncup yang mirip jarum dengan ujung yang cukup tajam, berwarna kuning kehijauan. Kemudian kuncup bertambah besar dan mulai membuka (+ 4 hari, dengan tinggi kuncup antara 2 4 cm) Setelah lebih dari 7 hari, kuncup sudah membuka sempurna (sepasang daun) dan tinggi rata-rata lebih dari 5 cm. Gambar 2. Bibit gebang pada usia lebih dari 10 hari Beberapa kendala yang dihadapi selama pelaksanaan kegiatan pengamatan pembibitan gebang, yaitu : Gangguan dari hewan ternak (ayam) yang memakan/merusak pucuk dari bibit gebang yang baru tumbuh. Perlakuan terhadap bibit yang baru tumbuh dengan adanya pemindahan bibit yang kurang sempurna, sehingga bibit memerlukan adaptasi kembali terhadap media tanam yang baru. Pertumbuhan sebagian benih yang kurang sempurna, yaitu daun yang melintir. Akan tetapi penyebabnya belum diketahui. Kekurangtelitian pengamat dalam pengukuran, sehingga terdapat benih yang terlewat dalam pengamatan. Catt. Benih : calon tanaman (terutama dari biji) yang berpotensi tumbuh akan tetapi belum berkecambah. Bibit : perkembangan dari benih, ditandai dengan telah munculnya kecambah dan pucuk. 13

14 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Prosentase tumbuh dari percobaan pembibitan gebang mencapai 90 %, yaitu dari 20 biji, tumbuh 18 bibit. 2. Dari 5 bibit pertama yang tumbuh, dapat diketahui tingga rata-rata pertumbuhan bibit yaitu 0,5 cm per hari. (dalam kurun waktu pengamatan selama 19 hari) 3. Terdapat beberapa kendala selama kegiatan pengamatan, diantaranya karena faktor gangguan ternak, pertumbuan bibit yang kurang sempurna, adanya perlakuan dan akibat kekurangtelitan pengamat. B. Saran 1. Jumlah biji yang disemai sebaiknya ditambah, sehingga akan lebih nampak tingkat pertumbuhannya. 2. Memperhatikan konsdisi kulit biji gebang yang cukup tebal dan keras, diperlukan perlakuan yang lebih ekstrim. Perlakuan terhadap biji sebelum ditanam perlu ditambah, yaitu : dengan perendaman air panas dan air dingin secara bergantian hingga beberapa kali. dengan pemberian asam sulfat (H2SO4) untuk perlakuan kulit biji yang keras. dengan peng-amplasan, untuk mengurangi ketebalan kulit biji. 3. Pembuatan bedengan dan persiapan media tanam dilakukan lebih sempurna, (tingkat porositas dan unsur hara perlu ditambah) sehingga pertumbuhan bibit gebang dapat lebih optimal. Daftar Pustaka Heyne, K Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan. Jakarta. Riswan, Soedarsono Potensi Keanekaragaman Tumbuhan Daerah Iklim Kering. Proseding. UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun raya Purwodadi. Pasuruan. 14

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Menentukan Kriteria Kerusakan Gebang (Corypha Utan) BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman potensi flora di

Lebih terperinci

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran merupakan salah satu kawasan konservasi

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian

Lokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian Pinus merkusii strain Kerinci: Satu-satunya jenis pinus yang menyebar melewati khatulistiwa ke bagian bumi lintang selatan hingga sekitar o L.S. Belum dikembangkan atau dibudidayakan secara luas di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata mangrove dipakai sebagai pengganti istilah kata bakau untuk menghindari salah pengertian dengan hutan yang melulu terdiri atas Rhizophora spp., (Soeroyo.1992:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamplung Nyamplung memiliki sebaran yang luas di dunia, dari Afrika, India, Asia Tenggara, Australia Utara, dan lain-lain. Karakteristik pohon nyamplung bertajuk rimbun-menghijau

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cengkeh adalah tumbuhan asli Maluku, Indonesia. Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

POTENSI EDUWISATA KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BALURAN. Ambar Kristiyanto NIM

POTENSI EDUWISATA KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BALURAN. Ambar Kristiyanto NIM POTENSI EDUWISATA KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BALURAN Ambar Kristiyanto NIM. 10615010011005 http://www.ppt-to-video.com Latar Belakang Taman Nasional Baluran merupakan salah satu taman nasional tertua

Lebih terperinci

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam

Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam iptek hortikultura Teknologi Praktis : Agar Populasi Tanaman Pepaya Bisa 100 Persen Berkelamin Sempurna (Hermaprodit) dan Seragam Buah pepaya telah menjadi buah trend setter sejak beredarnya beberapa varietas

Lebih terperinci

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Hasil Monitoring Pergerakan Dan Penyebaran Banteng Di Resort Bitakol Taman Nasional Baluran Nama Oleh : : Tim Pengendali Ekosistem Hutan BALAI TAMAN NASIONAL

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara. Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya. Penyiangan Penyiangan terhadap gulma dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS

TUGAS LINGKUNGAN BISNIS TUGAS LINGKUNGAN BISNIS Budiaya Cabai Rawit Disususn Oleh: Nama : Fitri Umayasari NIM : 11.12.6231 Prodi dan Jurusan : S1 SISTEM INFORMASI 11-S1SI-12 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG ASPEK : SILVIKULTUR Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Dr. Tati Rostiwati Judul

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini berlangsung sejak bulan September 2013 sampai dengan Juli 2014 di Desa Sotol Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan. 3.2. Bahan dan Alat Bahan

Lebih terperinci

SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Haryanto dan Siswoyo'"

SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Haryanto dan Siswoyo' Media Konservasi Edisi Khusus, 1997 : Hal. 10 5-109 105 SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Oleh : Haryanto dan Siswoyo'" PENDAHULUAN Menurut Muntasib dan Haryanto

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 Asal : Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Silsilah : Gondok x

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae

Lebih terperinci

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tebu dan Morfologi Tebu Tebu adalah salah satu jenis tanaman monokotil yang termasuk dalam famili Poaceae, yang masuk dalam kelompok Andropogoneae, dan masuk dalam genus Saccharum.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT Mono Rahardjo dan Otih Rostiana PENDAHULUAN Kunyit (Curcuma domestica Val.) merupakan salah satu tanaman obat potensial, selain sebagai bahan baku obat juga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani

TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani 3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dephut, 1998): Kingdom : Plantae Divisio : Spematophyta

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

BAB 1 KAYU PUTIH. (Melaleuca leucadendra syn. M. leucadendron) Sumber foto:

BAB 1 KAYU PUTIH. (Melaleuca leucadendra syn. M. leucadendron) Sumber foto: BAB 1 KAYU PUTIH (Melaleuca leucadendra syn. M. leucadendron) Gambar 1.1. Tanaman Kayu Putih (Melaleuca leucadendra syn. M. leucadendron) Sumber foto: http://www.google.com/search?q=foto+tanaman+kayu+putih

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR. Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Nursid Sumaatmadja, 1997:11).

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR. Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Nursid Sumaatmadja, 1997:11). II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau

Lebih terperinci

Prima atau tidaknya tanaman kelak bergantung penuh pada bibit awal.

Prima atau tidaknya tanaman kelak bergantung penuh pada bibit awal. 1 SELEKSI DAN RAWAT AGLAONEMA Seleksi dan Rawat Aglaonema Sungkup plastik diikat dan digantung Prima atau tidaknya tanaman kelak bergantung penuh pada bibit awal. Karena itu, seleksi bibit yang unggul

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis

TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS.

BAB I PENDAHULUAN. terletak di sekitar garis khatulistiwa antara 23 ½ 0 LU sampai dengan 23 ½ 0 LS. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan hujan tropis merupakan salah satu tipe ekosistem hutan yang sangat produktif dan memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi. Kawasan ini terletak di

Lebih terperinci

PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH

PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH LAMPIRAN 7 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.1/Menhut-II/2009 Tanggal : 6 Januari 2009 PROSEDUR SERTIFIKASI SUMBER BENIH A. Identifikasi dan Deskripsi Calon Sumber Benih 1. Pemilik sumber benih mengajukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

SURVEY POTENSI SUMBER BIBIT / BENIH JENIS RUMPUT PAKAN SATWA DI SEKSI KONSERVASI WILAYAH III KARANGTEKOK

SURVEY POTENSI SUMBER BIBIT / BENIH JENIS RUMPUT PAKAN SATWA DI SEKSI KONSERVASI WILAYAH III KARANGTEKOK Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan SURVEY POTENSI SUMBER BIBIT / BENIH JENIS RUMPUT PAKAN SATWA DI SEKSI KONSERVASI WILAYAH III KARANGTEKOK Oleh : Nama : Arif Pratiwi, ST NIP : 710034820 TAMAN

Lebih terperinci

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr

PERSEMAIAN CABAI. Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai. Djoko Sumianto, SP, M.Agr PERSEMAIAN CABAI Disampaikan Pada Diklat Teknis Budidaya Tanaman Cabai Djoko Sumianto, SP, M.Agr BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN (BBPP) KETINDAN 2017 Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)/ Kompetensi Dasar :

Lebih terperinci

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 10 MODULE PELATIHAN PENANAMAN DURIAN Oleh : Ulfah J. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev. 3 (F)

Lebih terperinci

TEKNIK PENGADAAN BIBIT ULIN DENGAN PEMOTONGAN BIJI BERULANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KEDIKLATAN

TEKNIK PENGADAAN BIBIT ULIN DENGAN PEMOTONGAN BIJI BERULANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KEDIKLATAN TEKNIK PENGADAAN BIBIT ULIN DENGAN PEMOTONGAN BIJI BERULANG SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN KEDIKLATAN Oleh : Ir. Suwignyo Widyaiswara Balai Diklat Kehutanan Samarinda Abstrak Ulin adalah salah satu jenis pohon

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari 2012 di Jalan Palapa VI, Bandar Lampung. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya pengertian Taman Nasional adalah kawasan pelestarian

BAB I PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya pengertian Taman Nasional adalah kawasan pelestarian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya pengertian Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5

MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5 MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5 Nama Kelompok Rizky Ratna Sari Rika Dhietya Putri Ahmad Marzuki Fiki Rahmah Fadlilah Eka Novi Octavianti Bidayatul Afifah Yasir Arafat . Swietenia macrophylla

Lebih terperinci

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG)

(STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) PERBANYAKAN TANAMAN ANGGUR DENGAN STEKBUNG (STEK-SAMBUNG) SAMBUNG) Perbanyakan anggur yang banyak dilakukan adalah dengan stek batang/cabang Cabang/ranting yang digunakan adalah hasil dari pangkasan lanjutan/produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.

BAB III METODE PENELITIAN. Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2012 - Januari 2013 di Green house Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

Evaluasi Rehabilitasi Merak Hijau (Pavo muticus) Dari Hasil Sitaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Seksi Karangtekok

Evaluasi Rehabilitasi Merak Hijau (Pavo muticus) Dari Hasil Sitaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Seksi Karangtekok Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Evaluasi Rehabilitasi Merak Hijau (Pavo muticus) Dari Hasil Sitaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Seksi Karangtekok BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004

Lebih terperinci

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH (Camellia sinensis L.) Disusun Oleh: Danni Ramadhan H0712052 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak

Asrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak Pola Penyebaran dan Struktur Populasi Eboni (Diospyros celebica Bakh.) di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin, Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan Asrianny, Arghatama Djuan Laboratorium Konservasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar

TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar xii TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar Jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) yang sering disebut pamelo berasal dari Asia Tenggara, yaitu Indonesia, India, Cina Selatan dan beberapa jenis berasal dari Florida,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah Tanaman Sawi (Brassica rapa var. Parachinensis L.) merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura dari jenis sayur sayuran yang di menfaatkan daun-daun yang masih muda.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Pakcoy Pakcoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah dibudidayakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli

I. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli ` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan sistem zonasi. Kawasan ini dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN ANAKAN ALAM EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DARI TIGA POPULASI DI PERSEMAIAN. C. Andriyani Prasetyawati *

PERTUMBUHAN ANAKAN ALAM EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DARI TIGA POPULASI DI PERSEMAIAN. C. Andriyani Prasetyawati * Pertumbuhan Anakan Alam Eboni (Diospyros celebica Bakh) C. Andriyani Prasetyawati PERTUMBUHAN ANAKAN ALAM EBONI (Diospyros celebica Bakh.) DARI TIGA POPULASI DI PERSEMAIAN C. Andriyani Prasetyawati * Balai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang 2 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jahe (Zingiber officinale Rosc.) merupakan salah satu tanaman yang mempunyai banyak kegunaan antara lain sebagai ramuan, rempah - rempah, bahan minyak

Lebih terperinci

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST

Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 HST Lampiran 4. Deskripsi Varietas TM 999 F1 Golongan : hibrida Bentuk tanaman : tegak Tinggi tanaman : 110-140 cm Umur tanaman : mulai berbunga 65 HST mulai panen 90 HST Bentuk kanopi : bulat Warna batang

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV N A M A : JHONI N I M : 111134267 ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV I Ayo Belajar IPA A. StandarKompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya B. KompetensiDasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

Karena hal-hal diatas tersebut, kita harus mencari cara agar hewan dan tumbuhan tetap lestari. Caranya antara lain sebagai berikut.

Karena hal-hal diatas tersebut, kita harus mencari cara agar hewan dan tumbuhan tetap lestari. Caranya antara lain sebagai berikut. JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SD VI (ENAM) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) PELESTARIAN MAKHLUK HIDUP Kehadiran hewan dan tumbuhan itu sesungguhnya dapat menjaga keseimbangan alam. Satu makhluk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

Kata kunci : Umur pertumbuhan, Dipterocarpaceae, mersawa, Anisoptera costata Korth

Kata kunci : Umur pertumbuhan, Dipterocarpaceae, mersawa, Anisoptera costata Korth PERTUMBUHAN BIBIT MERSAWA PADA BERBAGAI TINGKAT UMUR SEMAI 1) Oleh : Agus Sofyan 2) dan Syaiful Islam 2) ABSTRAK Degradasi hutan Indonesia meningkat dari tahun ke tahun dalam dekade terakhir. Degradasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 210/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK GAYO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 210/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK GAYO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 210/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK GAYO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) Standar Nasional Indonesia Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica) ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati yang tinggi, baik flora maupun fauna yang penyebarannya sangat luas. Hutan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) termasuk dalam kelas Monokotiledon, ordo Glumaccae, famili Graminae, genus Saccharum. Beberapa spesies tebu yang lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi Jagung Menurut Purwono dan Hartono (2005), jagung termasuk dalam keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang merah termasuk dalam faimili Liliaceae yang termasuk tanaman herba, tanaman semusim yang tidak berbatang, hanya mempunyai batang semu yang merupakan kumpulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

Amomum cardamomum Willd

Amomum cardamomum Willd Amomum cardamomum Willd Kapulaga Sinonim Amomum kapulaga Sprague Amomum compactum Solad ex Maton Alpinia striata Horst. Cardamomum minum Rumph Elettaria cardamomum Maton Elettaria major Smith Familia Zingiberaceae

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kondisi tanah di Indonesia yang merupakan negara tropis basah. tahunnya diperlukan penambahan unsur hara yaitu untuk lahan kering sekitar

PENDAHULUAN. Kondisi tanah di Indonesia yang merupakan negara tropis basah. tahunnya diperlukan penambahan unsur hara yaitu untuk lahan kering sekitar PENDAHULUAN Latar Belakang Kondisi tanah di Indonesia yang merupakan negara tropis basah menyebabkan terjadinya pengikisan unsur hara yang berada pada lapisan top soil. Setiap tahunnya terjadi pengikisan

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Kompos Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Anakan Salam (Syzygium Polyanthum) Di Persemaian

Pengaruh Pemberian Kompos Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan Anakan Salam (Syzygium Polyanthum) Di Persemaian Kamaludin Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang e-mail : kamaludinkamal27@yahoo.co.id Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi kompos kotoran sapi yang terbaik dalam

Lebih terperinci