BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004
|
|
- Siska Sumadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Menentukan Kriteria Kerusakan Gebang (Corypha Utan) BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN
2 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman potensi flora di Taman Nasional (TN) Baluran cukup melimpah dan hingga saat ini masih banyak sekali potensi yang belum tergali. Salah satu jenisnya yaitu gebang (Corypha utan Lamk). Merupakan tumbuhan yang banyak ditemukan di dalam kawasan TN Baluran. Tumbuhan ini nampak khas di Baluran, dapat ditemukan hampir merata di hutan pantai dan hutan dataran rendah. Seperti jenis palem yang lainnya, banyak bagian dari gebang yang diambil dan dimanfaatkan oleh masyarakat, terutama daun muda (kobel) dan bijinya (klanting). Kedua jenis bagian dari gebang ini digunakan dalam industri kerajinan yang bernilai tinggi dan kualitas ekspor. Pemanfaatan hasil hutan tersebut dilarang, karena pengambilan daun gebang tersebut dilakukan di dalam kawasan dilindungi. Ancaman serius terhadap kelestarian gebang menuntut penanganan serius. Apabila masalah tersebut tidak segera tertangani, mungkin kita hanya akan menunggu punahnya spesies ini dari dalam kawasan, sehingga kita akan kehilangan potensi flora yang sangat penting bagi kelestarian ekosistem kawasan TN Baluran. Dalam penilaian kondisi kerusakan gebang di kawasan TN Baluran diperlukan suatu kriteria untuk mengklasifikasikan tingkat kerusakan yang terjadi. Sehingga kondisi tegakan gebang di suatu lokasi dapat dikatakan termasuk dalam katagori rusak parah, sedang atau ringan. Oleh karena itu perlu dilakukan pengamatan dalam rangka mengumpulkan berbagai informasi berkenaan kondisi gebang guna menentukan kriteria-kriteria tersebut. B. Tujuan Pengamatan penentuan kriteria kerusakan gebang (Corypha utan) ini bertujuan : 1. Menentukan parameter-parameter kerusakan gebang yang terjadi di TN Baluran. 2. Mengetahui tingkat kerusakan gebang di kawasan Taman Nasional Baluran berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. 2
3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA Asal usul tanaman ini belum diketahui secara pasti. Sedangkan penyebarannya meliputi Afrika tropis, India, Birma, Thailand, Malaysia, Indonesia, Filipina (Lembaga Biologi Nasional LIPI, 1980). Klasifikasi tanaman gebang (Corypha utan) mulai dari Sub kelas yaitu : Sub kelas : Arecidae Ordo : Arecales Famili : Palmae (Aracaceae) Jenis : Corypha utan Lamk. atau C. elata Roxb. Nama daerah lain dari gebang antara lainnya yaitu : Gebang Pucuk (Jawa), Pocok (Madura), Ibus (Aceh), Lontar Utan (Jakarta), Silar (Manado), Gabang (Dayak). Gebang termasuk tumbuhan monokotil, menurut Corner (1966) merupakan famili tertua diantara tumbuhan berbunga serta termasuk tumbuhan yang mempunyai bunga majemuk terbesar. Merupakan jenis Palem yang kokoh dan kuat, ber-batang satu, bentuk tiang, tinggi hingga 30 meter. Daun berjejal-jejal menjadi tajuk yang lebar, tangkai panjang antara 2 7 meter, dari atas lebar dan beralur dalam, pada tepi ada duri tempel yang hitam, helaian daun bulat-bulat telur, tebal seperti kulit dengan tulang daun tengah yang kuat, sampai lebih kurang separo bercangap menjari, diameter 2 3,5 meter. Karangan bunga tegak dengan panjang hingga 3 meter. Cabang langsing dan berujung langsing, menggantung, tertutup oleh bunga yang kecil dan rapat. Berbunga harum, berwarna kuning kehijauan yang mengumpul dalam kelompok. Kelompok berbentuk piala atau cawan dengan taju yang tumpul. Daun mahkota elips bulat telur, berdaging. Mempunyai benang sari 6, bakal buah 3 taju, beruang 3. Tangkai putik bersatu menjadi keseluruhannya berbentuk uncek yang tumpul. Buah bertangkai pendek, bentuk bola, hijau dan dari dalam kuning, garis tengah 2 3 cm. Biji berbentuk bola, keras hampir sekeras gading. Secara sudut pandang ekologi, tumbuhan gebang banyak dijumpai di daerah atau kawasan pantai, tumbuh menyendiri hingga mengelompok, pertumbuhan lambat, kurang lebih 30 tahun hingga berbungai malai bercabang membebar pada puncaknya kemudian mati. Tanaman ini merupakan salah satu ciri daerah yang sering mengalami kebakaran berulang-ulang, bersama jenis palma berdaun kipas besar lain, yaitu lontar (Borrassus flabellifer). 3
4 Jenis tanaman ini mempunyai banyak kegunaan, dari mulai akar hingga daun dan bijinya. Akar muda dengan direbus dapat menyembuhkan murus (diare ringan), mengunyah akan dapat mengobati batuk. Batang bagian luar keras dan gumbarnya lunak sehingga sering digunakan sebagai bedug. Sagu dari gumbarnya berwarna merah dan dapat dimakan. Nira dapat dibuat gula tapi tidak begitu enak bila diminum. Dari pucuk pohon ada getah yang disebut blendok gebang yang harganya mahal dan dapat digunakan sebagai obat batuk dengan dicampur air, bila dilarutkan dalam air tajin dapat sebagai obat disentri, dan blendok segar sebagai obat luka karena parang/pisau. Umbutnya dapat dimakan dan daun muda/janur digunakan sebagai bahan anyaman. Bijinya yang keras dapat digunakan sebagai tasbeh dan kancing (di Eropa). Dan di India produksi biji tanaman ini merupakan komoditi ekspor yang cukup penting. 4
5 BAB III. METODE KEGIATAN A. Waktu dan Lokasi Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 2004 dan berlokasi di wilayah Resort Perengan dan Bama. B. Bahan dan Alat Perlengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah : 1. Rol meter (50 meter) 2. Patok tanda batas plot 3. Alat tulis 4. Kompas 5. Parang C. Metode 1. Penentuan plot pengamatan dengan melihat kondisi tegakan gebang yang ada. 2. Membuat plot dengan luas 6 x 50 meter (seorang pengamat). Pengamat berada di tengah jalur dengan mencatat kondisi 3 meter kanan-kiri sepanjang jalur (50 m). 3. Menghitung jumlah gebang yang ada dalam plot, baik yang masih hidup (dewasa dan anakan) maupun yang mati (alami maupun karena gangguan). 4. Mencatat tinggi tegakan, kondisi tajuk beserta jumlah pelepah/daunnya, kondisi batang dan kondisi spesifik lainnya. 5. Mengidentifikasi tanda-tanda bekas gangguan terhadap tegakan gebang yang diantaranya yaitu : Kondisi pupus/daun muda gebang. Sisa-sisa tulang pupus/daun muda yang ditinggalkan pelanggar disekitar tegakan. Tangga yang menempel di batang gebang sebagai tanda pengambilan klanting. 6. Menghitung prosentase penutupan lahan oleh tegakan gebang. 7. Pertumbuhan tegakan jenis lain yang ada terdapat di plot pengamatan tersebut. 5
6 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Hasil pengamatan di dua lokasi dengan kondisi tegakan gebang yang berbeda, diperoleh informasi sebagai berikut : Tabel 1. Pengamatan gebang di Resort Pandean No Tinggi Kondisi Tajuk Jumlah Pelepah Kondisi Batang (m) 1 5 Rusak - Bawah terbakar 2 6 Rusak - Bawah terbakar 3 5 Rusak - Bawah terbakar 4 7 Rusak 4 Normal/biasa 5 3 Rusak 2 Normal/biasa 6 2,5 Rusak 3 Mengelupas/rusak 7 7 Rusak 3 Normal/biasa 8 9 Rusak 4 Mengecil di tengah 9 9 Rusak 3 Kecil dan melengkung 10 9 Rusak 4 Normal/biasa 11 5 Cukup bagus 7 Normal/biasa 12 7 Rusak 4 Batang kecil 13 8 Rusak 5 Bawah terbakar 14 2 Rusak 2 Mengelupas/rusak Tabel 2. Pengamatan gebang di Resort Bama No Tinggi Kondisi Tajuk Jumlah Pelepah Kondisi Batang (m) (Hijau/kering) 1 16 Bagus/normal 35 / 16 Normal/biasa 2 24 Bagus/normal 33 / 13 Normal/biasa 3 19 Bagus/normal 38 / 9 Normal/biasa 4 16 Bagus/normal 22 / 14 Normal/biasa 5 27 Bagus/normal 32 / 10 Normal/biasa 6 23 Bagus/normal 24 / 12 Normal/biasa 7 23 Bagus/normal 28 / 11 Normal/biasa 6
7 B. Pembahasan Pada lokasi pengamatan di Resort Pandean selain tegakan dewasa hidup ditemukan 22 anakan gebang dan 7 gebang yang mati. Kondisi anakan yang diamati sebagian besar dalam kondisi rusak. Rata-rata tinggi tegakan di lokasi ini kurang lebih 6 m, sedangkan kondisi tajuk : 96 % rusak dengan jumlah reta-rata pelepah : 3,5 pelepah/tegakan. Kondisi batang : 57 % tidak normal, yaitu dengan kondisi bekas terbakar, batang kecil melengkung dan kulit batang mengelupas. Sedangkan pengamatan pembanding di lokasi Resort Bama diperoleh kondisi tegakan gebang yang rata-rata dalam kondisi normal dengan pertumbuhan optimal dan belum terkena gangguan. Tinggi rata-rata : 21 meter, kondisi tajuk bagus/normal dengan rata-rata jumlah pelepah (hijau / kering) : 33 / 12 per tegakan gebang. Begitu juga dengan kondisi batang yang lurus dan tumbuh normal. Potensi gebang di TN Baluran dapat ditemukan mulai dari Wilayah Pandean, yaitu blok Perengan. Lokasi ini berada berbatasan dengan PT. Baluran Indah Kapuk. Lokasi ini merupakan perbatasan sebelah timur dari kawasan taman nasional. Ketika memasuki kawasan dari arah ini, langsung terdapat luasan areal yang didominasi oleh tegakan gebang. Akan tetapi kondisi gebang di lokasi tersebut sangat meprihatinkan, karena kerusakan tegakan gebang di lokasi tersebut sangat parah. Hal ini dapat terlihat dari fisik gebang yang masih ada, serta kondisi habitatnya. Kondisi fisik tanaman yang rusak, baik pada gebang dalam pertumbuhan awal (anakan) atau pada gebang dewasa, ditandai dengan tinggi tanaman yang tidak merata dengan tinggi ratarata hanya 6 meter karena pertumbuhan yang terganggu. Kondisi tegakan gebang di lokasi tersebut, tanaman dewasa rata-rata (ditandai dengan mulai munculnya tandan bunga/biji (malai)). Juga kondisi daun yang tidak normal, yaitu banyak tangkai daun yang patah atau akibat pemotongan dan pengambilan daun muda/pupus. Banyak diantaranya yang nampak mati sebelum keluar malai karena pengambilan daun muda yang tanpa perhitungan. Dan sejak anakan, dimana dianggap oleh masyarakat pencari tenaman gebang telah menghasilkan daun muda/kobel yang secara kriteria telah memenuhi standart untuk diambil, maka tanpa perduli mereka mengambilnya juga. Hal tersebut disimpulkan dari ditemukannya bekas pemotongan pada anakan gebang (dengan tinggi kurang dari 3 meter). Sedangkan dari kondisi habitatnya, di lokasi tersebut nampak areal-areal terbuka yang merupakan akibat dari matinya tegakan gebang pada pertumbuhan awal. Hal ini juga mengurangi kerapatan dari tegakan gebang di lokasi tersebut, Gebang sering ditemukan tumbuh mengelompok, hal ini 7
8 diperkirakan karena sifat biji yang keras sebesar kelereng yang sulit untuk diterbangkan angin hingga jauh dari pohon induk. Kondisi tegakan gebang di lokasi lain, yaitu lokasi Bama dijumpai kondisi tegakan gebang yang masih cukup bagus. Akan tetapi juga tidak lepas dari pengaruh perlakuan perusakan oleh masyarakat sekitar. Hal tersebut nampak dari beberapa titik lokasi bekas pemisahan daun muda dari tulang daunnya. Lokasi lain yang ditemukan tegakan gebang antara lain di BlokPopongan, Dadap hingga ke Blok Semiang dan Candibang. Walaupun tanpa pengamatan secara kuantitatif, kondisi pertumbuhan tegakan gebang bervariasi dari kondisi rusak hingga cukup bagus, karena tegakan gebang yang ada lebih menyebar. Pada Blok Siruntuh sebelah dalam hingga ke Popongan dijumpai tegakan gebang dengan kondisi yang lebih menyebar. Banyak diantaranya juga telah terkena perusakan dan pengambilan daun muda/pupus. Kegiatan manusia yang mengakibatkan rusaknya tanaman gebang yaitu karena pengambilan daun muda/pupus dan biji gebang/klanting. Dari masing-masing kegiatan ini juga mengakibatkan efek pengaruh negatif. Pengambilan daun muda dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pengambilan dengan bantuan galah bambu dengan pisau kait di ujungnya. Apabila panjang galah tidak mencapai sasaran maka dilakukan pengambilan secara langsung dengan menaiki/memanjat gebang yang dimaksud. Bahkan, tanpa memperhatikan keselamatan diri, mereka dapat berjalan di tangkai daun gebang yang saling bersinggungan untuk menuju gebang lain yang besebelahan. Selain mengambil daun muda dengan galah, biasanya para pencari juga akan memotong tangkai-daun yang menghalangi pengambilan daun muda, sehingga memperparah kondisi kerusakan gebang tersebut. Pengambilan daun muda/kobel di dalam kawasan TN Baluran sebenarnya telah dilakukan masyarakat sekitar sejak lama, akan tetapi secara kuantitas (baik pencari maupun volume kobel yang diambil) masih relatif sedikit. Seiring dengan perjalanan waktu dan semakin terbukanya informasi tentang kegunaan dan pemanfaatan kobel sebagai bahan baku kualitas ekspor, maka masyarakat pencari dengan dukungan dari orang yang siap menampung hasil (juragan pengepul). Apabila gebang mencapai titik pertumbuhan dengan keluarnya tandan bunga berbentuk malai membebar, dan kemudian menjadi biji, juga dimanfaatkan oleh masyarakat. Biji gebang/klanting tersebut biasanya digunakan dalam kerajinan tasbeh dan sandaran jok mobil. Pengambilan biji tersebut dilakukan dengan menaiki batang gebang yang telah dipasang anak tangga. Kegiatan pengambilan klanting berakibat 8
9 berkurangnya prosentasi regenerasi alami gebang. Apabila kegiatan ini terus berlangsung maka kondisi tegakan gebang yang telah rusak akibat dari pengambilan daun muda menjadi diperparah dengan berkurangnya potensi regenerasi gebang muda. Bisa dibayangkan bahwa dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama tegakan gebang akan habis. Dari kondisi tersebut diatas, merupakan ancaman terhadap kelestarian gebang di TN Baluran. Banyaknya volume pengambilan daun gebang maupun bijinya, serta banyaknya jumlah masyarakat pengambil mengakibatkan percepatan rusaknya tegakan gebang tersebut. Apabila kegiatan masyarakat tersebut semakin tidak terkendali, maka dalam hitungan tahun keberadaan gebang di TN Baluran semakin parah dan tidak menutup kemungkinan akan habis. Penanganan yang dilakukan untuk mengendalikan kegiatan masyarakat tersebut diantaranya yaitu dengan memberikan penyuluhan dan menanamkan pemahaman kepada masyarakat akan akibat/dampak negatif dari perusakan tersebut. Disamping itu perlu juga patroli lapangan secara rutin/terpadu untuk mencegah masyarakat melakukan pengambilan bagian-bagian gebang tersebut. Upaya lainnya, yaitu dengan berupaya memberikan alternatif lapangan kerja lain tanpa masuk ke kawasan taman nasional. Langkah lainnya dengan pendekatan kepada para pengepul/juragan, sebagai pemilik modal, agar jangan mengarahkan anak buahnya untuk mengambil daun dan biji gebang dari dalam kawasan taman nasional, juga berupaya membatasi volume pencarian sehingga tegakan gebang mempunyai tenggang waktu untuk regenerasi secara optimal. 9
10 Gambar 1. Kondisi Pertumbuhan Gebang yang Normal / Tanpa Gangguan Gambar 2. Kondisi Tegakan Gebang Tidak Normal Akibat Gangguan Manusia 10
11 Berdasarkan hasil pengamatan, ditetapkan kriteria kerusakan gebang sebagai berikut : 1. Ringan Tegakan gebang yang berada di lokasi tersebut kondisi masih utuh. (> 80 %) Tajuk gebang hanya mengalami kerusakan ringan/sedikit (ada bekas pemotongan akan tetapi telah tumbuh pupus yang baru). Jumlah pelepah yang > 30 buah per tegakan (pelepah hijau : kering ; 70 % : 30 % ) Disekitar lokasi hanya ditemukan sedikit sisa daun muda dengan kondisi lama. Tinggi rata-rata tegakan hampir sama dan lebih dari 20 meter. Tidak ada bekas pengambilan klanting/biji gebang. Tidak ditemukan gebang yang mati sebelum muncul malai atau karena rusaknya tajuk. 2. Sedang Tegakan gebang yang berada di lokasi tersebut sebagian rusak. ( %) Tajuk gebang mengalami kerusakan cukup parah (ada bekas pemotongan dan belum nampak pertumbuhan pupus baru) Disekitar lokasi hanya ditemukan cukum banyak dan menyebar sisa daun muda dengan kondisi baru dan lama. Tinggi rata-rata tegakan hampir sama, yaitu antara meter. Ada bekas pengambilan klanting/biji gebang. 3. Berat Tegakan gebang yang berada di lokasi tersebut kondisi rusak. ( < 50 %) Tajuk gebang mengalami kerusakan parah (ada bekas pemotongan dan tidak ada pertumbuhan pupus yang baru, karena daun yang tersisa juga telah rusak), jumlah pelepah < 20 % dari kondisi normal. Disekitar lokasi tidak ditemukan lagi sisa daun muda karena pertumbuhan daun muda hampir tidak ada. Kalupun ada dalam kondisi tidak normal sehingga tidak diminati) Tinggi tegakan tidak merata dan rata-rata kurang dari 10 meter. Terdapat banyak bekas pengambilan klanting/biji gebang. Ditemukan banyak gebang mati sebelum masa pertumbuhan optimal. 11
12 Kriteria diatas masih perlu penyempurnaan karena pengamatan masih terbatas pada 2 (dua) lokasi. Untuk menentukan kriteria yang lebih tepat perlu pengamatan pada lokasi-lokasi yang mewakili dari penyebaran tegakan gebang yang ada di kawasan TN Baluran. 12
13 BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Pengamatan penentuan kriteria kerusakan tegakan gebang dilakukan di Resort Perengan dan Bama. 2. Beberapa parameter yang diamati dari tegakan gebang tersebut antara lain kondisi tajuk, jumlah pelepah, kondisi batang, tanda-tanda gangguan oleh manusia dan kondisi spesifik lainnya. 3. Pada lokasi pengamatan di Resort Pandean. Rata-rata tinggi tegakan : 6 m, kondisi tajuk : 96 % rusak, jumlah rata-rata pelepah : 3,5 pelepah/tegakan. Kondisi batang : 57 % tidak normal, yaitu dengan kondisi bekas terbakar, batang kecil melengkung dan kulit batang mengelupas. 4. Pengamatan di Resort Bama, kondisi tegakan gebang rata-rata dalam kondisi normal dengan pertumbuhan optimal dan minimal akan gangguan. Tinggi rata-rata : 21 meter, kondisi tajuk bagus/normal dengan rata-rata jumlah pelepah (hijau / kering) : 33 / 12 per tegakan gebang. Kondisi batang lurus dan tumbuh normal. 5. Disusun penentuan kriteria kerusakan gebang di TN Baluran yaitu tingkat ringan, sedang dan berat. B. Saran 1. Pengamatan dalam rangka penentuan kriteria kerusakan tegakan gebang perlu dilakukan meliputi beberapa lokasi lain yang diharapkan mewakili luasan dan penyebaran gebang di kawasan TN Baluran. 2. Penyempurnaan pengamatan terhadap parameter parameter yang diamati, sehingga data yang diperoleh lebih lengkap. 3. Diperlukan penanganan terhadap kerusakan gebang secara lebih serius sebagai antisipasi kerusakan yang lebih parah. 13
Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Gebang (Corypha utan)
Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Ujicoba Pembibitan Gebang (Corypha utan) BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Nasional Baluran merupakan salah satu kawasan
Lebih terperinciASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.
ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamplung Nyamplung memiliki sebaran yang luas di dunia, dari Afrika, India, Asia Tenggara, Australia Utara, dan lain-lain. Karakteristik pohon nyamplung bertajuk rimbun-menghijau
Lebih terperinciBALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004
Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Hasil Monitoring Pergerakan Dan Penyebaran Banteng Di Resort Bitakol Taman Nasional Baluran Nama Oleh : : Tim Pengendali Ekosistem Hutan BALAI TAMAN NASIONAL
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.
Lebih terperinciKEKAYAAN NYAMPLUNG DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Oleh : Aris Budi Pamungkas & Amila Nugraheni
KEKAYAAN NYAMPLUNG DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Oleh : Aris Budi Pamungkas & Amila Nugraheni Nyamplung tentu tanaman itu kini tak asing lagi di telinga para rimbawan kehutanan. Buah yang berbentuk bulat
Lebih terperinciSIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Haryanto dan Siswoyo'"
Media Konservasi Edisi Khusus, 1997 : Hal. 10 5-109 105 SIFAT-SWAT MORFOLOGIS DAN ANATOMIS LANGKAP (Arenga obtusifolia Blumme Ex. Mart) Oleh : Haryanto dan Siswoyo'" PENDAHULUAN Menurut Muntasib dan Haryanto
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli
` I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan sistem zonasi. Kawasan ini dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cengkeh adalah tumbuhan asli Maluku, Indonesia. Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil
Lebih terperinciLAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 Asal : Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Silsilah : Gondok x
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang ( Musa spp.) 2.2. Tanaman Pisang ( Musa spp.)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Tanaman Pisang (Musa spp.) Indonesia pisang merupakan tanaman yang sangat penting karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Pisang adalah tanaman herba yang berasal
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR. Ikatan Geografi Indonesia (IGI) dalam Nursid Sumaatmadja, 1997:11).
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA FIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau
Lebih terperinciMIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5
MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5 Nama Kelompok Rizky Ratna Sari Rika Dhietya Putri Ahmad Marzuki Fiki Rahmah Fadlilah Eka Novi Octavianti Bidayatul Afifah Yasir Arafat . Swietenia macrophylla
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Rakyat 1. Pengertian Hutan Rakyat Hutan menurut Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini berlangsung sejak bulan September 2013 sampai dengan Juli 2014 di Desa Sotol Kecamatan Langgam Kabupaten Pelalawan. 3.2. Bahan dan Alat Bahan
Lebih terperinciA. Struktur Akar dan Fungsinya
A. Struktur Akar dan Fungsinya Inti Akar. Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil fotosintesis
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
10 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di pekarangan warga di Kecamatan Jumantono, Kecamatan Karanganyar dengan dua jenis tanah yang berbeda yaitu tanah Latosol (Desa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Anggrek 2.1.1 Deskripsi Anggrek Anggrek merupakan famili terbesar dalam tumbuhan biji, seluruhnya meliputi 20.000 jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo,
Lebih terperinciLokasi Kajian Metode Penelitian Lanjutan Metode Penelitian
Pinus merkusii strain Kerinci: Satu-satunya jenis pinus yang menyebar melewati khatulistiwa ke bagian bumi lintang selatan hingga sekitar o L.S. Belum dikembangkan atau dibudidayakan secara luas di Indonesia.
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya
Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu pengambilan data di lapangan dilakukan di sempadan muara Kali Lamong dan Pulau Galang, serta pengolahan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan
Lebih terperinciHASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.
6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan
Lebih terperinci3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan?
3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan? 3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan? Mengukur jumlah C tersimpan di hutan dan lahan pertanian cukup mudah dan dapat dilakukan oleh masyarakat sendiri
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Lebih terperinci4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tebu dan Morfologi Tebu Tebu adalah salah satu jenis tanaman monokotil yang termasuk dalam famili Poaceae, yang masuk dalam kelompok Andropogoneae, dan masuk dalam genus Saccharum.
Lebih terperinciA : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV
N A M A : JHONI N I M : 111134267 ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV I Ayo Belajar IPA A. StandarKompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya B. KompetensiDasar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Taman Nasional Baluran, Jawa Timur dan dilakasanakan pada 28 September
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, dengan objek penelitian tumbuhan mangrove di Pantai Bama hingga Dermaga Lama, Taman Nasional Baluran, Jawa
Lebih terperinciAmomum cardamomum Willd
Amomum cardamomum Willd Kapulaga Sinonim Amomum kapulaga Sprague Amomum compactum Solad ex Maton Alpinia striata Horst. Cardamomum minum Rumph Elettaria cardamomum Maton Elettaria major Smith Familia Zingiberaceae
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi pohon jati menurut Sumarna (2011) sebagai berikut.
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Jati (Tectona grandis) Klasifikasi pohon jati menurut Sumarna (2011) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Sub Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Verbenaceae
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae,
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Tanaman bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monocotyledonae, ordo liliales,
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan hujan tropika yang berlokasi di areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan
Lebih terperinciPENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015
PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 DESKRIPSI VARIETAS LADA LADA VAR. NATAR 1 SK Menteri Pertanian nomor : 274/Kpts/KB.230/4/1988 Bentuk Tangkai
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 304/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN PISANG BERANGA KELIMUTU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.
Lebih terperinciSpermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb.
AGATHIS DAMMARA WARB. Botani Agathis alba Foxw. Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb. Damar Pohon, tahunan, tinggi 30-40 m. Tegak, berkayu,
Lebih terperinciAsrianny, Arghatama Djuan. Laboratorium Konservasi Biologi dan Ekowisata Unhas. Abstrak
Pola Penyebaran dan Struktur Populasi Eboni (Diospyros celebica Bakh.) di Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin, Kabupaten Maros Propinsi Sulawesi Selatan Asrianny, Arghatama Djuan Laboratorium Konservasi
Lebih terperinciIV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota
IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Singkat Merbau Menurut Merbau (Instia spp) merupakan salah satu jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan dan mempunyai nilai yang ekonomi yang tinggi karena sudah
Lebih terperinciBAB I BENGKUANG (Pachyrhizus erosus)
BAB I BENGKUANG (Pachyrhizus erosus) Gambar 1. Bengkuang Sumber: http://www.google.com/search?gs_rn=21&gs_ri=tanaman+bengkuang A. Sekilas Tanaman Bengkuang atau bengkoang (Pachyrhizus erosus) dikenal dari
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Rotan adalah salah satu jenis tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) yang memiliki peranan ekonomi yang sangat penting (FAO 1997). Sampai saat ini rotan telah dimanfaatkan sebagai
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Mahkota Dewa 1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., dengan nama sinonim Phaleria papuana. Nama umum dalam
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani tanaman karet Menurut Sianturi (2002), sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2014 di Kecamatan Kepenuhan, Kepenuhan Hulu Dan Kecamatan Rambah Hilir di Kabupaten Rokan Hulu.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Karet Dalam ilmu tumbuhan, tanaman karet di klasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Family Genus 2.1.2 Morfologi Spesies : Plantae
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN. Asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) berasal dari kawasan Asia yaitu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Asam gelugur (Garcinia atroviridis Griff) berasal dari kawasan Asia yaitu semenanjung Malaysia, Thailand, Myanmar dan
Lebih terperinci6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun
LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM I KUNCI DETERMINASI KELAS DICOTYLEDONAE
LAPORAN PRAKTIKUM I KUNCI DETERMINASI KELAS DICOTYLEDONAE Mata Kuliah : Botani Tumbuhan Tinggi Dosen Pengampu : Rabiatul Adawiyah, M.Pd KELOMPOK 6 Aulia Mahfuzah : 306.14.24.018 Megawati : 306.14.24.003
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis
16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata mangrove dipakai sebagai pengganti istilah kata bakau untuk menghindari salah pengertian dengan hutan yang melulu terdiri atas Rhizophora spp., (Soeroyo.1992:
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi ,
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi Degradasi lahan adalah proses menurunnya kapasitas dan kualitas lahan untuk mendukung suatu kehidupan (FAO 1993). Degradasi lahan mengakibatkan hilang atau
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Sifat Botani
3 TINJAUAN PUSTAKA Asal-usul dan Penyebaran Geografis Pepaya (Carica papaya) merupakan tanaman buah-buahan tropika. Pepaya merupakan tanaman asli Amerika Tengah, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian tentang karakteristik habitat Macaca nigra dilakukan di CA Tangkoko yang terletak di Kecamatan Bitung Utara, Kotamadya Bitung, Sulawesi
Lebih terperinciPENGEMBANGAN TANAMAN NYAMPLUNG (CALOPHYLLUM INOPHYLLUM L) Oleh H. Marthias Dawi
PENGEMBANGAN TANAMAN NYAMPLUNG (CALOPHYLLUM INOPHYLLUM L) Oleh H. Marthias Dawi Sekilas Tanaman Nyamplung Nyamplung (Calophyllum inophyllum) Merupakan jenis pohon dari famili Guttiferae. Tinggi mencapai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau
Lebih terperinciSubdivisio : Angiospemae. : Monocotyledoneae. Spesies : Allium ascalonicum L.
B. Pembahasan Pencandraan adalah teknik penggambaran sifat-sifat tanaman dalam tulisan verbal yang dapat dilengkapi dengan gambar, data penyebaran, habitat, asal-usul, dan manfaat dari golongan tanaman
Lebih terperinciSTRUKTUR VEGETASI. Boy Andreas Marpaung / DKK-002
STRUKTUR VEGETASI Boy Andreas Marpaung / DKK-002 andre.marp@yahoo.com Pemahaman tentang struktur vegetasi penting dalam kegiatan penelitian ekologi hutan. Kesalahan identifikasi struktur akan menyebabkan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
7 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Ketileng, Kecamatan Malo, Kabupaten Bojonegoro pada bulan April Oktober 2015. B. Bahan dan Alat Penelitian Bahan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Nasional Way Kambas Pada tahun 1924 kawasan hutan Way Kambas ditetapkan sebagai daerah hutan lindung. Pendirian kawasan pelestarian alam Way Kambas dimulai sejak tahun 1936
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 210/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK GAYO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 210/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK GAYO SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Bawang merah telah dikenal dan digunakan orang sejak beberapa ribu tahun yang lalu. Dalam peninggalan
Lebih terperinciLampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi
I. Keanekaragaman hayati UU No. 5, 1990 Pasal 21 PP No. 68, 1998 UU No. 41, 1999 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pengawetan keanekaragaman hayati serta ekosistemnya melalui Cagar Alam
Lebih terperinciI. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa
I. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulanjuni sampai Juli 2012 di Desa Air Tiris Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau. 3.2.Bahan dan Alat Bahan yang
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang merah termasuk dalam faimili Liliaceae yang termasuk tanaman herba, tanaman semusim yang tidak berbatang, hanya mempunyai batang semu yang merupakan kumpulan
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae
Lebih terperinciLili paris ( Chlorophytum comosum Landep (Barleria prionitis L.) Soka(
Lili paris (Chlorophytum comosum) Kingdom : plantae divisi : magnoliophyta kelas : liliopsida ordo :liliaceae family : anthericaceae genus :chlorophytum spesies : chlorophytum comusum var. vittatum Batang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum
TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit
3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemanenan Hutan Pemanenan merupakan kegiatan mengeluarkan hasil hutan berupa kayu maupun non kayu dari dalam hutan. Menurut Suparto (1979) pemanenan hasil hutan adalah serangkaian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data
16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 s/d Januari 2016. Lokasi penelitian berada di Desa Giriharjo, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian kerusakan tegakan tinggal akibat penebangan pohon dilakukan di PT. MAM, Kabupaten Mamberamo Raya, Provinsi Papua. Penelitian ini dilaksanakan pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Padi Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai saat ini terus dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan merupakan tanaman pangan yang dapat
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 512/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR MERAH DELIMA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 512/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR MERAH DELIMA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciLampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian Jenis Kegiatan Minggu ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Persiapan Lahan X Penanaman X Penjarangan X Pemupukan X X Aplikasi Pupuk Hayati X X X X Pembubunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya pengertian Taman Nasional adalah kawasan pelestarian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya pengertian Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi dan Klasifikasi Ilmiah Daun Sang (Johannestijsmania altifrons)
TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Klasifikasi Ilmiah Daun Sang (Johannestijsmania altifrons) Daun Sang yang merupakan genus tanaman unik, pertama kali ditemukan di pedalaman Sumatera, Indonesia pada awal
Lebih terperinciSetelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran 9 diharapkan peserta didik mampu; melaksanakan pengajiran tanaman sayuran.
Kegiatan Pembelajaran 9. Pengajiran Tanaman Sayuran. A. Deskripsi Kegiatan pembelajaran pengajiran tanaman sayuran berisikan uraian pokok materi; Jenis & bahan ajir, pengertian, faktor-faktor yang mempengaruhi
Lebih terperinciPERAKITAN VARIETAS SALAK :
PERAKITAN VARIETAS SALAK : SARI INTAN 48 : SK Mentan No.3510/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 541 : SK Mentan No.3511/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 295 : SK Mentan No.2082/Kpts/SR.120/5/2010 KERJASAMA ANTARA
Lebih terperinciINVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO
1 INVENTARISASI DAN ANALISIS HABITAT TUMBUHAN LANGKA SALO (Johannes teijsmania altifrons) DI DUSUN METAH, RESORT LAHAI, TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH PROVINSI RIAU- JAMBI Yusi Indriani, Cory Wulan, Panji
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis
4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis Tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) termasuk famili Clusiaceae yang diperkirakan berasal dari Asia Tenggara khususnya di semenanjung Malaya, Myanmar, Thailand, Kamboja,
Lebih terperinciLampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1. mulai panen 90 hari
Lampiran 1. Deskripsi Varietas TM 999 F1 Golongan Bentuk tanaman Tinggi tanaman Umur tanaman : hibrida : tegak : 110-140 cm : mulai berbunga 65 hari mulai panen 90 hari Bentuk kanopi : bulat Warna batang
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 305/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGA CENGKIR INDRAMAYU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 305/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGA CENGKIR INDRAMAYU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciIDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) Oleh Nur Azizah NIM
IDENTIFIKASI TUMBUHAN BAKUNGAN (Hymenocallis litthoralis) LAPORAN PENGAMATAN Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Botani Tumbuhan Berpembuluh yang diampu oleh Dra. Eko Sri Sulasmi, M.S. Oleh Nur Azizah
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 573/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN SALAK KRAMAT BANGKALAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 573/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN SALAK KRAMAT BANGKALAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 339/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DEGUS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 339/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DEGUS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar
xii TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Besar Jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) yang sering disebut pamelo berasal dari Asia Tenggara, yaitu Indonesia, India, Cina Selatan dan beberapa jenis berasal dari Florida,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Kelapa Sawit Pohon kelapa sawit terdiri dari pada dua spesies Arecaceae atau famili palma yang digunakan untuk pertanian komersial dalam pengeluaran minyak kelapa sawit.
Lebih terperinci