Oleh : Victor S Purba* Kata kunci : Skenario Optimistis, skenario pesimistis, total cadangan, puncak Hubbert.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh : Victor S Purba* Kata kunci : Skenario Optimistis, skenario pesimistis, total cadangan, puncak Hubbert."

Transkripsi

1 Penentuan Total Cadangan Minyak Nasional Indonesia dengan Metoda Perhitungan Kurva Puncak Hubbert dan Pendekatan Numerikal terhadap Grafik Produksi Minyak Nasional Indonesia Oleh : Victor S Purba* Sari Dalam tulisan ini diusulkan dua buah skenario terhadap jumlah produksi minyak nasional Indonesia dimasa yang akan datang. Skenario ini meliputi skenario yang optimistis yang memperkirakan akan terdapat peningkatan dalam produksi minyak nasional dan tidak menutup kemungkinan terjadinya Peak Production dimasa yang akan datang. Sedangkan skenario yang pesimistis memperkirakan akan terjadi penurunan secara kontinu jumlah produksi minyak nasional dimasa yang akan datang. Perhitungan total cadangan minyak Indonesia akan dilakukan dengan cara menghitung luas keseluruhan daerah di bawah grafik produksi minyak nasional dengan memakai cara trapezium. Yakni dengan cara membentuk sebuah trapaezium diantara 2 titik yang saling berdekatan dan menghitung luas daerah trapezium tersebut. Kemudian menjumlahkannya untuk mendapatkan luas total daerah di bawah kurva. Puncak Hubbert (Hubbert Peak) adalah sebuah model yang dapat digunakan untuk mengestimasi puncak dari produksi minyak bumi. Dengan metode ini dapat ditentukan waktu dimana produksi mulai menurun, jumlah cadangan total yang tersisa, waktu dimana produksi dari cadangan terbukti akan habis, dan waktu dimana produksi dari cadangan potensial akan habis. Kata kunci : Skenario Optimistis, skenario pesimistis, total cadangan, puncak Hubbert. Abstract In this paper, two scenario of future Indonesian oil production are proposed. This scenario include an optimistic scenario which predicting there will be addition (increasing number) in national oil production, and mention there will be a chance for future Peak Production. Other way the pessimistic scenario predict there will be continuing decline in future national oil production. Calculation of total Indonesian oil reseve will be done by calculate area under the national oil production curve with trapezium method. The explanation is by form a trapezium between two nearby dot dan calculate the area of trapezium. After that we summary to get the total area under the curve. Hubbert Peak is a model which can use to estimate the peak of oil production. With this method we may find out the time that production will start declining, the number of ultimate remaining reserve, the time when production from proven reserve will be over, and the time when production from potential reserve will be over. Keywords : Optimistic scenario, pessimistic scenario, ultimate reserve, Hubbert peak. * Mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan ITB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini dunia sangat bergantung kepada minyak bumi sebagai sumber energi. Namun, minyak bumi adalah salah satu sumber energi fosil yang tak dapat diperbaharui (UnRenewable Resource). Pada kenyataannya minyak bumi suatu saat akan habis dan kita harus beralih ke jenis energi lainnya. Yang menjadi masalah kini bukanlah apakah minyak akan habis, tetapi kapan minyak akan habis. Hal inilah yang disebut sebagai krisis minyak dunia. Indonesia bukanlah kawasan kaya minyak setara Timur Tengah. Kenyataan ini diperkuat oleh fakta bahwa meskipun kegiatan eksplorasi migas yang dilakukan cukup gencar dalam era sebelum krisis ekonomi, minyak yang ditemukan hanya mampu menggantikan minyak yang terkuras, yang membuat cadangan minyak Indonesia dari waktu ke waktu boleh dikatakan tetap konstan. Sedangkan dalam beberapa tahun terakhir malah terjadi penurunan cadangan dan produksi yang lebih cepat atau sekitar 5 persen, karena sudah mulai menemukan lapanganlapangan besar selain menurunnya investasi sebagai dampak krisis ekonomi dan krisis politik. Sebetulnya minyak yang yang terkuras dari ladang-ladang minyak Indonesia baru 40 persen dari jumlah asalnya. Dengan cara Victor S Purba, , Sem1 2007/2008 1

2 menerapkan teknologi terbaru diperkirakan akan dapat dikuras minimal sampai 50 persen dan akan dapat memberikan tambahan cadangan terbukti menjadi dua kali dari yang sekarang ini. Teknologi eksplorasi dan produksi migas telah sangat berkembang dalam kurun waktu 1980-an dan pertengahan an. Berdasarkan informasi dari BP Migas, 90 persen lapangan di Indonesia sudah melewati puncak produksi. Sebanyak 69 persen dari 520 lapangan yang ada berstatus terdeplesi dan lebih dari 50 persen cadangan berada pada lapangan berukuran kecil. Lapangan-lapangan tua diperkirakan hanya mempunyai umur 7-8 tahun. Lapangan-lapangan marjinal yang jumlahnya cukup banyak menunggu untuk dieksploitasi. Produksi yang pernah mencapai lebih dari 1,5 juta barel per hari sepuluh tahun yang lalu sekarang di bawah 1 juta barel per hari. Dengan tingginya harga minyak maka dorongan investasi dan pengusahaan migas di hulu kelihatannya cukup besar. Penemuan cadangan besar di lapisan lebih dalam dari lapangan Cepu (Exxon Mobil), yang notabene adalah lapangan tua, menebar harapan baru bagi investor lain untuk mendapat keuntungan yang serupa. Meski saat ini tingkat produksi minyak Indonesia di bawah 1 juta barel per hari (bph), namun pemerintah akan tetap mengupayakan agar produksi bisa mencapai 1,4 juta bph pada tahun Salah satu upaya untuk mendongkrak produksi minyak itu adalah dengan mengoptimalkan lapangan atau sumur-sumur minyak yang sudah tua. Menurut publikasi BP yang berjudul Statistical Review of World Energy 2005, produksi minyak tertinggi Indonesia terjadi pada tahun 1977, dengan rata-rata sebesar 1,68 juta barrel/hari. Setelah itu, produksi minyak Indonesia tidak pernah lagi mencapai angka tersebut. Pada tahun 2004, produksi minyak Indonesia hanyalah sebesar 1,12 juta barrel/hari. Angka ini sudah berada di bawah konsumsi BBM Indonesia yang jumlahnya sebesar 1,15 juta barrel/hari. Menurut BP, cadangan minyak Indonesia yang dapat dibuktikan keberadaannya hanyalah sekitar 4.7 miliar barrel. Pemerintah Indonesia menyimpulkan bahwa minyak Indonesia akan habis dalam 15 tahun, gas alam dalam 60 tahun dan batubara dalam 150 tahun. Bahan bakar minyak masih akan terus mendominasi keperluan energi Indonesia, yaitu sebesar 50% jenis energi final, 37% untuk jenis energi primer, yang jumlahnya sekarang ini sudah lebih dari 1,2 juta barrel per hari. Masih dirasakan sulit untuk mengganti peran minyak terutama untuk menghasilkan BBM bagi sektor transportasi. 1.2 Maksud dan Tujuan 1. Mengetahui besarnya total cadangan (ultimate reserve) minyak Indonesia 2. Melakukan prediksi terhadap produksi minyak nasional dimasa depan 3. Mengetahui puncak dari produksi minyak bumi Indonesia 4. Menentukan waktu dimana produksi mulai menurun, jumlah cadangan total yang tersisa, waktu dimana produksi dari cadangan terbukti akan habis, dan waktu dimana produksi dari cadangan potensial akan habis. 1.3 Metodologi Penulisan Penulisan ini dilakukan berdasarkan pada pengembangan metode kurva puncak Hubbert (Hubbert Peak) untuk produksi minyak nasional Indonesia. Aplikasi daripada metode kurva puncak Hubbert diharapkan dapat menghasilkan prediksi mengenai masa depan minyak Indonesia. Prediksi terhadap kelakuan produksi minyak Indonesia akan memberikan gambaran mengenai jumlah daripada total cadangan minyak Indonesia. Metode trapezium dianggap sebagai metoda yang paling ideal untuk perhitungan luas daerah di bawah kurva. II. Metode Kurva Puncak Hubbert 2.1 Teori Dasar Kurva Puncak Hubbert Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah cadangan minyak dari suatu lapangan, yaitu sebagai berikut 1 : 1. Metode Analogi, digunakan apabila data yang tersedia sangat sedikit 2. Metode Volumetrik, digunakan dengan data geologi, log dan data core. 3. Metode Analisa Kemampuan, digunakan dengan data geologi, log, core dan data produksi. Terdiri dari Material Balance, Decline Curve, dan metode Simulasi Reservoir. 4. Metode Statistik, digunakan apabila tidak terdapat data geologi, log maupun data core. Terdiri dari simulasi Monte Carlo dan metode Kurva Puncak Hubbert. Metode yang paling banyak digunakan saat ini untuk memperkirakan awal terjadinya krisis minyak adalah Puncak Hubbert(Hubbert peak) 2 TM-FTTM-ITB Sem

3 yang diperkenalkan oleh seorang ahli geofisika yang bernama M. King Hubbert. Puncak Hubbert(Hubbert peak) adalah sebuah model yang dapat digunakan untuk mengestimasi puncak dari produksi minyak bumi. Dengan metode ini dapat ditentukan waktu dimana produksi mulai menurun, jumlah cadangan total yang tersisa, waktu dimana produksi dari cadangan terbukti akan habis, dan waktu dimana produksi dari cadangan potensial akan habis. Pada tahun 1956, Hubbert memprediksikan bahwa produksi minyak di Amerika Serikat akan mencapai puncaknya pada tahun Dan ternyata puncak tersebut terjadi pada tahun Menurut Hubbert, cadangan minyak Amerika Serikat akan habis pada akhir abad ke-21. Pada tahun 1971, Hubbert kembali mencoba untuk memprediksi puncak produksi minyak, kali ini untuk produksi minyak dunia. Menurut beliau, puncak produksi minyak dunia akan terjadi pada tahun Prediksi ini meleset karena sampai saat ini produksi minyak dunia masih menunjukkan peningkatan. Tetapi ada kemungkinan ini disebabkan oleh faktor-faktor lain yang dapat menunda peak ini, yaitu: krisis energi 1973, perang teluk, dan resesi ekonomi yang terjadi pada tahun 1980 dan 1990-an. Faktor-faktor ini secara tidak langsung sangat mempengaruhi produksi minyak dunia terutama yang berhubungan dengan wilayah Timur Tengah yang merupakan produsen terbesar minyak dunia. Gambar 1 adalah contoh dari Kurva Puncak Hubbert terhadap Amerika Serikat, Norwegia dan Dunia secara keseluruhan 3. Indonesia mencapai puncak produksi pada tahun1977 dengan produksi harian mencapai 1,68 juta barrel. Gambar 2 menunjukkan sejarah minyak Indonesia dan produksi total minyak Indonesia sampai tahun Produksi total minyak Indonesia sampai tahun 2005 mencapai 20,74 milyar barrel 5, sementara menurut data dari Statistical Review of World Energy 2005 yang dikeluarkan oleh BP, cadangan minyak Indonesia yang dapat dibuktikan keberadaannya sekitar 4.7 miliar barrel. Data-data ini akan digunakan dalam perhitungan selanjutnya Persamaan Umum Kurva Puncak Hubbert Produksi minyak tahunan diperoleh dari produksi minyak harian dikali 365, yang disimbolkan dengan P; sementara total produksi minyak disimbolkan dengan Q. Setelah itu dilakukan perhitungan P/Q; perbandingan antara produksi minyak tahunan dengan total produksi minyak per tahun 4. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1. Grafik yang menghubungkan antara P/Q terhadap Q ditunjukkan pada Gambar 3 (tiga). Persamaan garis lurus pada Gambar 3 dapat ditulis dengan menggunakan persamaan y = mx + a...(1) atau dalam hal ini dapat ditulis menjadi y = x (2) dimana y sama dengan nilai P/Q dan x sama dengan nilai Q Dari persamaan ini dapat diperoleh nilai Q untuk P/Q sama dengan nol yang disebut dengan Q t yakni sebesar 28,972 (dibulatkan menjadi 28). Nilai ini merupakan total produksi maksimum yang akan pernah dicapai. Persamaan diatas dapat juga ditulis menjadi bentuk: P/Q = mq + a...(3) Dimana persamaan ini dapat diubah menjadi bentuk: P = mq 2 + aq...(4) untuk mendapatkan nilai P. Selanjutnya P diubah menjadi 1/P untuk mengubah satuannya menjadi tahun/milyar barrel. Berikutnya perlu dilakukan penyesuaian data waktu dengan data yang dimiliki. Dari data yang ada diketahui bahwa pada akhir tahun 1992 telah dihasilkan produksi minyak sebesar 15 milyar barrel (dari Tabel 1). Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 2. Langkah terakhir adalah menggambarkan kurva bentuk- Bell (bell-shaped graph) dengan waktu sebagai sumbu x dan P sebagai sumbu y bersamaan dengan data aslinya seperti yang terlihat pada Gambar 4. III. Metode Trapezium 3.1 Pendahuluan Untuk metode pendekatan numerikal harus dilihat kembali grafik produksi nasional minyak Indonesia seperti pada Gambar 1. Dari data di atas dapat dilihat bahwa dalam 1 dekade terakhir ini ada kecenderungan menurun dari produksi minyak nasional Indonesia. Namun decline rate produksi minyak nasional tidak sama untuk setiap dekade. Hal ini sangat dipengaruhi oleh adanya penemuan-penemuan cadangan baru yang apabila dalam jumlah sangat besar bahkan dapat menyebabkan terjadinya puncak-puncak dalam grafik produksi. Victor S Purba, , Sem1 2007/2008 3

4 3.2 Skenario Pesimistik Dalam skenario pesimistik diperkirakan akan terjadi penurunan produksi minyak nasional Indonesia. Asumsi ini didukung apabila tidak terdapat penemuan-penemuan lapangan baru yang cukup potensial dan dalam jumlah yang signifikan. Sehingga hanya mengacu hanya pada jumlah cadangan yang dimiliki dan diproduksikan pada saat ini. Dengan mempertimbangkan tingkat penurunan (decline rate) pada kondisi konstan, maka diperoleh grafik produksi minyak nasional seperti pada Gambar 5. Untuk menghitung luas di bawah grafik yang dalam hal ini merupakan jumlah total cadangan minyak Indonesia (Ultimate Reserve), dilakukan cara pendekatan trapezium. Yakni dengan cara membentuk sebuah trapaezium diantara 2 titik yang saling berdekatan dan menghitung luas daerah trapezium tersebut. Cara ini dipandang sebagai cara terbaik untuk mendapatkan luas yang paling ideal mengingat data yang tersedia memiliki selang yang tetap. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel Skenario Optimistik Selanjutnya untuk skenario optimistik diperkirakan akan terjadi peningkatan produksi minyak nasional Indonesia di masa yang akan datang. Asumsi ini didukung dengan adanya penemuan-penemuan lapangan baru yang cukup potensial dan dalam jumlah yang signifikan. Data-data yang mendukung dalam skenario optimistik akan ditampilkan dalam Tabel 4. Dari data-data pada Tabel 4 dapat diperkirakan adanya peningkatan produksi dimasa yang akan datang. Namun hal ini hanya akan berlangsung selama perioda tertentu. Hal ini wajar mengingat diantara lapanganlapangan baru ini tidak terdapat lapangan besar yang dapat mempengaruhi produksi nasional secara signifikan untuk perioda waktu yang panjang. Pada Tabel 5 ditampilkan data peningkatan jumlah produksi yang merupakan akumulasi dari data yang terdapat pada Tabel 4. Setelah memperhitungkan adanya peningkatan produksi nasional yang kemudian akan diikuti dengan penurunan produksi nasional (dengan decline rate tertentu) maka diperoleh data seperti pada Tabel 6. Kemudian digambarkan dalam bentuk grafik seperti yang terdapat pada Gambar 6. Untuk menghitung luas di bawah grafik yang dalam hal ini merupakan jumlah total cadangan minyak Indonesia (Ultimate Reserve), dilakukan cara pendekatan trapezium. Yakni dengan cara membentuk sebuah trapaezium diantara 2 titik yang saling berdekatan dan menghitung luas daerah trapezium tersebut. Cara ini dipandang sebagai cara terbaik untuk mendapatkan luas yang paling ideal mengingat data yang tersedia memiliki selang yang tetap. Data selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6. IV. KESIMPULAN Untuk skenario Pesimistik diperoleh jumlah total cadangan (Ultimate Reserve) yang dimiliki Indonesia sebesar 24,4 milyar barrel minyak Untuk skenario Optimistik diperoleh jumlah total cadangan (Ultimate Reserve) yang dimiliki Indonesia sebesar 26 milyar barrel minyak Berdasarkan kurva Puncak Hubbert pada gambar 4, Indonesia telah melewati puncak produksinya pada tahun Berdasarkan kurva Puncak Hubbert pada gambar 4, Ultimate Reserve Indonesia sebesar 28 milyar barrel minyak Berdasarkan kurva Puncak Hubbert pada gambar 4, cadangan terbukti Indonesia akan habis pada tahun 2019 Berdasarkan kurva Puncak Hubbert pada gambar 4, cadangan potensial Indonesia akan habis pada tahun 2052 V. DAFTAR PUSTAKA 1. Permadi, Asep K.: Diktat Kuliah Teknik Reservoir I, Departemen Teknik Perminyakan ITB, Bandung (2004). 2. Arsegianto., Faisal, Ahmad.: Estimation Of Indonesia Ultimate Oil Reserve With Statistical Approach 3. peak curve 4. peak mathematics 5. statistical bulletin review full report workbook TM-FTTM-ITB Sem

5 LAMPIRAN Gambar 1. Contoh Kurva Puncak Hubbert 3 Indonesian Oil Production History 1,8 21 Daily Prod (million bpd) 1,6 1,4 1,2 1,0 0,8 0,6 0,4 0, Cummulative Prod (billion bbl) 0, Year Daily Prod Cummulative Prod Gambar 2. Sejarah Produksi Minyak Indonesia Victor S Purba, , Sem1 2007/2008 5

6 Gambar 3. Produksi Maksimum Total Minyak Indonesia 2 Production Peak: 1991 Cumulative Production: billion bbls Ultimate Reserve: 8.25 billion bbls Proven Reserve Ends: 2019 Potential Reserve Ends: 2052 Gambar 4. Kurva Puncak Hubbert untuk Indonesia 2 6 TM-FTTM-ITB Sem

7 Indonesia Oil Production (Pessimistic) Daily Prod. (Thousand BPD) Year Annual Prod. (Million BPD) Daily Oil Production Annual Oil Production Gambar 5. Produksi Minyak Indonesia untuk Kasus Pesimistik Indonesia Oil Production (Optimistic) Daily Prod. (Thousand BPD) Year Annual Prod. (Million BPD) Daily Oil Production Annual Oil Production Gambar 6. Produksi Minyak Indonesia untuk Kasus Optimistik Victor S Purba, , Sem1 2007/2008 7

8 Indonesia Oil Production Daily Prod. (Thousand BPD) Year Daily Oil Prod (pes) Daily Oil Prod (opt) Gambar 7. Produksi Minyak Indonesia (Opt+Pes) 8 TM-FTTM-ITB Sem

9 Tabel 1 year Daily Prod Cum Prod (Q) Annual Prod (P) P (billion bbl/year) Q (billion bbl) ,0417 0,4770 0, ,0356 0,5126 0, ,0389 0,5516 0, ,0427 0,5943 0, ,0465 0,6408 0, ,0472 0,6880 0, ,0499 0,7380 0, ,0567 0,7947 0, ,0573 0,8520 0, ,0621 0,9141 0, ,0618 0,9761 0, ,0537 1,0298 0, ,0240 1,0538 0, ,0483 1,1021 0, ,0222 1,1243 0, ,0076 1,1319 0, ,0021 1,1340 0, ,0080 1,1420 0, ,0317 1,1737 0, ,0432 1,2169 0, ,0484 1,2653 0, ,0554 1,3207 0, ,0623 1,3830 0, ,0752 1,4582 0, ,0794 1,5376 0, ,0858 1,6234 0, ,0930 1,7164 0, ,1139 1,8303 0, ,1187 1,9489 0, ,1362 2,0851 0, ,1495 2,2346 0, ,1549 2,3895 0, ,1655 2,5550 0, ,1621 2,7171 0, ,1667 2,8837 0, ,1754 3,0591 0, ,1696 3,2287 0, ,1845 3,4132 0, ,2193 3,6324 0, ,2709 3,9034 0, ,3116 4,2149 0, ,3256 4,5406 0, ,3945 4,9350 0, ,4886 5,4236 0, ,5017 5,9253 0, ,4769 6,4022 0, ,5488 6,9510 0, ,6155 7,5664 0, ,5968 8,1633 0, ,5806 8,7439 0, ,5751 9,3191 0, ,5855 9,9046 0,0591 P/Q Victor S Purba, , Sem1 2007/2008 9

10 , ,3881 0, , ,8427 0, , ,3099 0, , ,7412 0, , ,1999 0, , ,6226 0, , ,0466 0, , ,4959 0, , ,9702 0, , ,4994 0, , ,9913 0, , ,4758 0, , ,9590 0, , ,4438 0, , ,9281 0, , ,4137 0, , ,8938 0, , ,3885 0, , ,8530 0, , ,2962 0, , ,7070 0, , ,1229 0, , ,5224 0, , ,9090 0, TM-FTTM-ITB Sem

11 Tabel 2 Q P 1/P Tempo Victor S Purba, , Sem1 2007/

12 Tabel 3 Tahun BPD Annual Prod (bbl) Luas Daerah (bbl) TM-FTTM-ITB Sem

13 Luas Total Victor S Purba, , Sem1 2007/

14 Tabel 4 No. FIELD PSC DAFTAR LAPANGAN DAN RENCANA PRODUKSI ON STREAM RESERVES (MMSTB) PEAK PROD. (BOPD) REMARK A. ON GOING POD 1 Mengoepeh PearlOil Oil 2 Air Hitam Golden Spike ,4 Oil & Gas 3 Oseil Fase-2 KUFPEC Oil 4 Sukowati PetroChina East J Oil & Gas 5 Pungut WF PT. CPI ,8 Oil 6 Oyong Santos ,7 Oil & Gas 7 Ke-30 Kodeco ,4 Oil & Gas 8 Ripah (Full Field) PetroChina Jabung ,2 Oil 9 Risma CNOOC Oil 10 TBA & TBC PetroChina Jabung Oil 11 Klari & Payo PetroChina SLWT ,8 Oil & Gas 12 Intan, Vita, Aryani & Widuri East CNOOC ,3 Oil 13 Piano & West Piano PetroChina ,6 Oil 14 Tilan PT. CPI ,5 Oil 15 Yani CNOOC ,1 Oil 16 Nusa PT. CPI Oil 17 Duri Area 11 (Rev) PT. CPI ,9 Oil 18 Integrated SNSB ConocoPhillips Oil & Gas 19 Tanggulangin Lapindo Brantas Oil 20 Tambora TOTAL ,4 Condensat 21 Sisi-Nubi TOTAL Condensat 22 Sapi Unocal Condensat 23 Ujung Pangkah AMERADA Condensat 24 North East "O" PetroChina SLWT Condensat 25 Seturian Unocal Condensat 26 Tangguh BP Indonesia Condensat 27 Senoro MEDCO ENERGI ,8 Condensat B. EXPECTED POD 1 Merah Besar UNOCAL Oil 2 Block Cepu EXXON MOBIL Oil 3 Jeruk Santos Oil 4 Bukit Tua ConocoPhillips Oil 5 Ranggas UNOCAL Oil & Gas 6 Ujung Pangkah Amerada Hess Oil 7 North Duri CPI Oil 8 Gendalo UNOCAL Condensat 9 Gandang UNOCAL ,2 Condensat C. MARGINAL FIELD D. BROWN FIELD E. FUTURE POD (PROB.+POSS. RESERVE) TM-FTTM-ITB Sem

15 Tabel 5 POD disetujui Expected POD Total OIL Condensate OIL Condensate year bbl year bbl year bbl year bbl year bbl Victor S Purba, , Sem1 2007/

16 Tabel 6 Tahun BPD Additional Prod (bbl) Annual Prod (bbl) Luas Daerah (bbl) TM-FTTM-ITB Sem

17 Luas Total Victor S Purba, , Sem1 2007/

INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER

INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER IATMI 520 PROSIDING, Simposium Nasional Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) 5 Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, 1618 November 5. INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER Ir. Oetomo Tri Winarno,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2

INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2 INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI Andriani Rahayu 1 dan Maria Sri Pangestuti 2 1 Sekretariat Badan Litbang ESDM 2 Indonesian Institute for

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi (migas) di tanah air memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari struktur perekonomian fiskal

Lebih terperinci

APLIKASI REGRESI LINIER DALAM METODA DECLINE CURVE UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI MINYAK LAPANGAN SRIWIJAYA LAPISAN X PT.PERTAMINA ASET 1 FIELD JAMBI

APLIKASI REGRESI LINIER DALAM METODA DECLINE CURVE UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI MINYAK LAPANGAN SRIWIJAYA LAPISAN X PT.PERTAMINA ASET 1 FIELD JAMBI APLIKASI REGRESI LINIER DALAM METODA DECLINE CURVE UNTUK MEMPREDIKSI POTENSI MINYAK LAPANGAN SRIWIJAYA LAPISAN X PT.PERTAMINA ASET 1 FIELD JAMBI APPLICATION OF LINIER REGRESSION IN DECLINE CURVE METHOD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan penggunaannya dalam kehidupan manusia, termasuk di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan penggunaannya dalam kehidupan manusia, termasuk di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pencarian akan sumber daya energi berupa minyak dan gas bumi (migas) terus dilakukan. Sehubungan dengan semakin melambungnya harga minyak dunia

Lebih terperinci

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR RI 1 Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH Lifting minyak tahun 2016 diprediksi sebesar 811 ribu barel per hari (bph). Perhitungan ini menggunakan model

Lebih terperinci

Eoremila Ninetu Hartantyo, Lestari Said ABSTRAK

Eoremila Ninetu Hartantyo, Lestari Said ABSTRAK PENENTUAN ISI AWAL MINYAK DI TEMPAT DENGAN METODE VOLUMETRIK DAN MATERIAL BALANCE GARIS LURUS HAVLENA-ODEH DAN PERKIRAAN PRODUKSI ZONA ENH PADA LAPANGAN X Eoremila Ninetu Hartantyo, Lestari Said 1 Program

Lebih terperinci

KINERJA SEKTOR HULU MIGAS YTD SEPTEMBER 2017 (Q3) Jakarta, 27 Oktober 2017

KINERJA SEKTOR HULU MIGAS YTD SEPTEMBER 2017 (Q3) Jakarta, 27 Oktober 2017 KINERJA SEKTOR HULU MIGAS YTD SEPTEMBER 2017 (Q3) Jakarta, 27 Oktober 2017 1 I. KINERJA UTAMA HULU MIGAS (Q3 2017) 2 2017 SKK Migas All rights reserved Wilayah Kerja Migas Konvensional & NonKonvensional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi stabilitas dari bisnis tersebut. Menurut Spermo dan Prodanovic

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi stabilitas dari bisnis tersebut. Menurut Spermo dan Prodanovic BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bisnis berada dalam suatu lingkungan yang dapat mengalami perubahan setiap waktu. Lingkungan bisnis yang senantiasa mengalami perubahan tersebut mempengaruhi

Lebih terperinci

Panduan Pengguna Untuk Sektor Produksi Energi Fosil Minyak, Gas dan Batubara. Indonesia 2050 Pathway Calculator

Panduan Pengguna Untuk Sektor Produksi Energi Fosil Minyak, Gas dan Batubara. Indonesia 2050 Pathway Calculator Panduan Pengguna Untuk Sektor Produksi Energi Fosil Minyak, Gas dan Batubara Indonesia 2050 Pathway Calculator Daftar Isi 1. Ikhtisar Sektor Produksi Energi Fosil... 3 2. Asumsi... 4 3. Metodologi... 13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total

BAB I PENDAHULUAN. Cadangan potensial/ Potential Reserve. Cadangan Terbukti/ Proven Reserve. Tahun/ Year. Total BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan komponen yang selalu dibutuhkan manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya karena hampir semua kegiatan manusia bergantung pada ketersediaan energi.

Lebih terperinci

Sektor Pasokan Energi. Produksi Minyak, Gas dan Batubara. Indonesia 2050 Pathway Calculator

Sektor Pasokan Energi. Produksi Minyak, Gas dan Batubara. Indonesia 2050 Pathway Calculator Sektor Pasokan Energi Produksi Minyak, Gas dan Batubara Indonesia 2050 Pathway Calculator Daftar Isi I. Gambaran Umum Produksi Energi Fosil... 3 II. Asumsi Tetap/Fixed Assumption... 4 2.1. Penemuan Cadangan...

Lebih terperinci

Ditulis oleh David Dwiarto Senin, 05 November :53 - Terakhir Diperbaharui Senin, 05 November :13

Ditulis oleh David Dwiarto Senin, 05 November :53 - Terakhir Diperbaharui Senin, 05 November :13 Meskipun berabad-abad menjajah Indonesia, penguasaan terhadap sumber-sumber minyak bumi, gas alam, dan mineral, tak bisa dilakukan pemerintah kolonial Belanda. Para investor asal Belanda baru benar-benar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN

BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN BAB IV ANALISIS DAN PENILAIAN IV.1 Prinsip Perhitungan Keekonomian Migas Pada prinsipnya perhitungan keekonomian eksplorasi serta produksi sumber daya minyak dan gas (migas) tergantung pada: - Profil produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobil merupakan suatu hal penting yang dianggap mampu membantu mempermudah hidup manusia. Untuk dapat dipergunakan sebagai mana fungsinya mobil menggunakan tenaga mesin

Lebih terperinci

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH NAMA : PUTRI MERIYEN BUDI S NIM : 12013048 JURUSAN : TEKNIK GEOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA

Lebih terperinci

BIAYA PRODUKSI MINYAK BUMI NKRI COST RECOVERY (2007)

BIAYA PRODUKSI MINYAK BUMI NKRI COST RECOVERY (2007) BIAYA PRODUKSI MINYAK BUMI NKRI COST RECOVERY (2007) Johand Dimalouw Berapa besar biaya produksi minyak bumi (alias minyak mentah alias crude oil)? Apakah benar Cost Recovery (CR) dalam kontrak PSC (Production

Lebih terperinci

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 23 DESEMBER 2014 METODOLOGI 1 ASUMSI DASAR Periode proyeksi 2013 2050 dimana tahun 2013 digunakan sebagai tahun dasar. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar

Lebih terperinci

ANALISIS TANTANGAN MIGAS INDONESIA ; PENGUATAN BUMN MIGAS

ANALISIS TANTANGAN MIGAS INDONESIA ; PENGUATAN BUMN MIGAS ANALISIS TANTANGAN MIGAS INDONESIA ; PENGUATAN BUMN MIGAS Biro Riset BUMN Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LM FEB UI) Tantangan pengelolaan migas di Indonesia dihadapkan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Oleh: LUSY MARYANTI PASARIBU NIM :

TUGAS AKHIR. Oleh: LUSY MARYANTI PASARIBU NIM : PENGEMBANGAN KORELASI KUMULATIF PRODUKSI MINYAK SUMURAN BERDASARKAN DATA PRODUKSI DAN SIFAT FISIK BATUAN LAPANGAN DALAM KONDISI WATER CONING DENGAN BANTUAN SIMULASI RESERVOIR TUGAS AKHIR Oleh: LUSY MARYANTI

Lebih terperinci

REKONSTRUKSI DATA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE DECLINE CURVE ANALYSIS PADA LAPANGAN AA

REKONSTRUKSI DATA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE DECLINE CURVE ANALYSIS PADA LAPANGAN AA REKONSTRUKSI DATA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE DECLINE CURVE ANALYSIS PADA LAPANGAN AA Oleh : Aryo Rahardianto* Pembimbing : Dr. Ir. Sudjati Rachmat, DEA Abstrak Terdapat banyak sekali lapangan tua

Lebih terperinci

Indonesia s Oil and Gas situation and Struggle against Transnational Companies. by : Jatam, Indonesia September 2003

Indonesia s Oil and Gas situation and Struggle against Transnational Companies. by : Jatam, Indonesia September 2003 Indonesia s Oil and Gas situation and Struggle against Transnational Companies by : Jatam, Indonesia September 2003 Fakta-fakta Situasi Migas Indonesia Ekonomi bergantung pada migas. Setelah 32 tahun sejak

Lebih terperinci

Bagaimana Kebijakan dan Ketahanan Energi dalam Islam? Oleh: Deby Mardiansah

Bagaimana Kebijakan dan Ketahanan Energi dalam Islam? Oleh: Deby Mardiansah Bagaimana Kebijakan dan Ketahanan Energi dalam Islam? Oleh: Deby Mardiansah Pandangan Tentang Energi Fakta Kebutuhan Energi di Dunia Sumber Daya Energi di Indonesia Kebijakan Energi dalam Islam Pandangan

Lebih terperinci

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember 2009 Makalah Profesional IATMI 09 010 Depletion Premium : Tinjauan Teori, Hukum, dan Penerapan Pada Kontrak

Lebih terperinci

aintis Volume 12 Nomor 1, April 2011, 22-28

aintis Volume 12 Nomor 1, April 2011, 22-28 Jurnal aintis Volume 1 Nomor 1, April 011, -8 ISSN: 1410-7783 Perhitungan Laju Alir Minyak Setiap Lapisan pada Sumur Commingle Distribution Of Calculated Rate Oil Flow To Commingle Well Ali Musnal Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui. Sumber daya alam tersebut merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH EKSPLORASI GAS BUMI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TIMUR MELALUI PENDEKATAN INPUT OUTPUT

ANALISA PENGARUH EKSPLORASI GAS BUMI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TIMUR MELALUI PENDEKATAN INPUT OUTPUT ANALISA PENGARUH EKSPLORASI GAS BUMI TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TIMUR MELALUI PENDEKATAN INPUT OUTPUT Moses L. Singgih Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 60111, Indonesia,

Lebih terperinci

Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km.32 Inderalaya Sumatera Selatan, Indonesia Telp/fax. (0711) ;

Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km.32 Inderalaya Sumatera Selatan, Indonesia Telp/fax. (0711) ; EVALUASI CADANGAN MINYAK SISA BERDASARKAN DECLINE CURVE DENGAN METODE LOSS RATIO DAN TRIAL ERROR & X 2 - CHISQUARE TEST PADA LAPISAN B PT PERTAMINA EP ASSET 1 FIELD JAMBI EVALUATION OF REMAINING OIL RESERVE

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Presentase produksi minyak dunia (BP statistical review of global energy).

Gambar 1.1 Presentase produksi minyak dunia (BP statistical review of global energy). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri perminyakan di Indonesia dimulai sejak jaman penjajahan Belanda dengan laporan penemuan minyak bumi oleh Corps of the Mining Engineers, institusi milik Belanda

Lebih terperinci

ANALISIS ASUMSI HARGA MINYAK DAN LIFTING MINYAK APBN 2012

ANALISIS ASUMSI HARGA MINYAK DAN LIFTING MINYAK APBN 2012 ANALISIS ASUMSI HARGA MINYAK DAN LIFTING MINYAK APBN 2012 I. Harga Minyak Asumsi Harga minyak Indonesia dalam APBN dirujuk dalam harga rata-rata minyak mentah Indonesia berdasarkan perhitungan Formula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Objek Studi Profil PT. Chevron Pacific Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tinjauan Objek Studi Profil PT. Chevron Pacific Indonesia BAB I 1.1 Tinjauan Objek Studi PENDAHULUAN 1.1.1 Profil PT. Chevron Pacific Indonesia PT. Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi dan eksploitasi

Lebih terperinci

Kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia 1

Kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia 1 Kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia 1 Perkembangan Pasar Minyak Dunia Harga minyak mentah dunia terus mengalami kenaikan. Pada akhir bulan Oktober harga minyak mentah dunia menembus angka 90 dolar AS per

Lebih terperinci

ERA BARU MIGAS INDONESIA:

ERA BARU MIGAS INDONESIA: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Temu Netizen ke-8 ERA BARU MIGAS INDONESIA: Investasi dan Kontrak Gross Split Migas Selasa, 20 Februari 2018 1 Realisasi dan Rencana Investasi Sektor Energi dan

Lebih terperinci

Hutang Pajak Perusahaan Migas Menunggu Keberanian DJP dan KPK. Indonesia Corruption Watch ICW Jakarta, 18 Juli 2011

Hutang Pajak Perusahaan Migas Menunggu Keberanian DJP dan KPK. Indonesia Corruption Watch ICW  Jakarta, 18 Juli 2011 Hutang Pajak Perusahaan Migas Menunggu Keberanian DJP dan KPK Indonesia Corruption Watch ICW www.antikorupsi.org Jakarta, 18 Juli 2011 Pajak Migas - Pengantar Pernyataan KPK, Kamis 14 Juli 2011 (sumber

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama.

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama. 45 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Sejarah Perminyakan Indonesia Minyak bumi merupakan salah satu jenis sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Minyak

Lebih terperinci

PENGHITUNGAN PENERIMAAN NEGARA DARI SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI. Oleh: Bambang Rusamseno

PENGHITUNGAN PENERIMAAN NEGARA DARI SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI. Oleh: Bambang Rusamseno Journal of Applied Business and Economics Volume 1 Nomor 2 Januari 2015 PENGHITUNGAN PENERIMAAN NEGARA DARI SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI ABSTRAK Oleh: Bambang Rusamseno Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas

Lebih terperinci

BAB I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya perhitungan keekonomian eksplorasi serta produksi sumber daya minyak dan gas (migas) tergantung pada profil produksi migas yang akan dihasilkan, biaya

Lebih terperinci

Tabel III-2 Perusahaan-perusahaan sektor hulu perminyakan di Indonesia

Tabel III-2 Perusahaan-perusahaan sektor hulu perminyakan di Indonesia LAMPIRAN 1 Tabel III-2 Perusahaan-perusahaan sektor hulu perminyakan di Indonesia No. NAMA PERUSAHAAN LOKASI PERUSAHAAN 1 Amerada Hess 2 Anadarko 3 Asia Petroleum 4 PT BOB Bumi Siak Pusako-Pertamina EP

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki cadangan gas yang cukup besar dan diperkirakan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi hingga 59 tahun mendatang (ESDM, 2014). Menurut Kompas

Lebih terperinci

Optimasi Laju Injeksi Pada Sumur Kandidat Convert to Injection (CTI) di Area X Lapangan Y. Universitas Islam Riau

Optimasi Laju Injeksi Pada Sumur Kandidat Convert to Injection (CTI) di Area X Lapangan Y. Universitas Islam Riau ISSN 2540-9352 JEEE Vol. 6 No. 2 Tomi Erfando, Novia Rita, Toety Marliaty Optimasi Laju Injeksi Pada Sumur Kandidat Convert to Injection (CTI) di Area X Lapangan Y Tomi Erfando 1, Novia Rita 2, Toety Marliaty

Lebih terperinci

ALUMNI TEKNIK PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG (ATM-ITB) PENGELOLAAN BLOK MAHAKAM SETELAH KONTRAK 50 TAHUN BERAKHIR

ALUMNI TEKNIK PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG (ATM-ITB) PENGELOLAAN BLOK MAHAKAM SETELAH KONTRAK 50 TAHUN BERAKHIR PENGELOLAAN BLOK MAHAKAM SETELAH KONTRAK 50 TAHUN BERAKHIR Presented by: Hadi Ismoyo (Ketua ATM-ITB) Diskusi Kamis-an IA-ITB, Hang Lekiu, Jakarta 14 March 2013 Contents I. Pendahuluan II. General Information

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Minyak dan gasbumi hingga saat ini masih memiliki peranan sangat penting dalam pemenuhan kebutuhan energi umat manusia, meskipun sumber energy alternatif lainnya sudah

Lebih terperinci

Pembangunan Infrastruktur peranan sektor swasta

Pembangunan Infrastruktur peranan sektor swasta Pembangunan Infrastruktur peranan sektor swasta Jalan Trisakti Trisakti 1: Berdaulat dalam politik Mengedepankan identitas Indonesia sebagai negara kepulauan dalam pelaksanaan diplomasi dan membangun kerjasama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian Indonesia mengalami peningkatan dalam berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2012 sebesar

Lebih terperinci

Sertifikasi Cadangan Migas Wahyu Djatmiko PPPTMGB LEMIGAS

Sertifikasi Cadangan Migas Wahyu Djatmiko PPPTMGB LEMIGAS Sertifikasi Cadangan Migas Wahyu Djatmiko PPPTMGB LEMIGAS Pentingnya Sertifikasi Cadangan Di industri perminyakan baik di dunia maupun di Indonesia, jumlah cadangan migas merupakan salah satu parameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri yang berhubungan dengan sistem distribusi fluida tentunya memerlukan instrumen untuk mengalirkannya. Untuk fluida termampatkan maka diperlukan kompresor,

Lebih terperinci

HARGA MINYAK DUNIA ( CRUDE OIL EXCHANGE)

HARGA MINYAK DUNIA ( CRUDE OIL EXCHANGE) KEBIJAKAN ENERGI HARGA MINYAK DUNIA ( CRUDE OIL EXCHANGE) Kelompok I : 1. Raghunala Kusuma (28106) 2. Aulia Ullah (28120) 3. Puji Astuti ( 28154) 4. Ilmiyatul Fitriati (28316) 5. Ardi Rahman (28200) 6.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas memiliki jasa yang besar bagi pendapatan negara. Kerja

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas memiliki jasa yang besar bagi pendapatan negara. Kerja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri minyak dan gas memiliki jasa yang besar bagi pendapatan negara. Kerja keras eksplorasi dan eksploitasinya menghasilkan pendapatan negara yang sangat besar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... xi

Lebih terperinci

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi Menteri Negara PPN/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Jakarta, 27 April 2006 Permasalahan Konsumsi BBM Sektor Transportasi Dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia saat ini. Namun dengan kondisi sumur minyak dan gas

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia saat ini. Namun dengan kondisi sumur minyak dan gas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dunia minyak dan gas bumi masih menjadi salah satu kegiatan penopang perekonomian Indonesia saat ini. Namun dengan kondisi sumur minyak dan gas bumi yang secara umum

Lebih terperinci

KONDISI ENERGI PRIMER (MINYAK DAN GAS) INDONESIA

KONDISI ENERGI PRIMER (MINYAK DAN GAS) INDONESIA KONDISI ENERGI PRIMER (MINYAK DAN GAS) INDONESIA Oleh: Eko Widianto VP EP Technology Center PT PERTAMINA (Persero) Disampaikan pada: Pertemuan Nasional Forum Komunikasi Pendidikan Tinggi Teknik Elektro

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember Makalah Profesional IATMI

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember Makalah Profesional IATMI Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember 2009 Makalah Profesional IATMI 08-036 Upaya Peningkatan Produksi Pada Struktur Rantau Zona 600 Yang Sudah Dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN KEEKONOMIAN GAS METANA-B

BAB IV KAJIAN KEEKONOMIAN GAS METANA-B BAB IV KAJIAN KEEKONOMIAN GAS METANA-B Sebelum dilakukan perhitungan keekonomian dari pengusahaan Gas Metana- B sesuai dengan prosedur penelitian yang telah diuraikan pada Bab III, kita harus melakukan

Lebih terperinci

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 1 Pendahuluan Energi Primer Kelistrikan 3 Energy Resources Proven Reserve Coal 21,131.84 million tons Oil Natural Gas (as of 2010) 3,70

Lebih terperinci

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik) HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik) Pendahuluan Dalam delapan tahun terakhir (2005-2012) rata-rata proporsi subsidi listrik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hidrokarbon merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat meningkatkan kemajuan Bangsa Indonesia khususnya pada eksplorasi minyak dan gas bumi. Kegiatan ekplorasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah 9 BAB I 10 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak lokasi pengolahan minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah maupun

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang sangat vital. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM mengambil peran di hampir semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000,

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia sudah meliwati US$ 2.000, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama tiga tahun dari 2005, 2006, dan 2007 perekonomian Indonesia tumbuh cukup signifikan (rata-rata di atas 6%), menjadikan Indonesia saat ini secara ekonomi cukup

Lebih terperinci

Energi di Indonesia. Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. 3 Mei 2014

Energi di Indonesia. Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. 3 Mei 2014 Energi di Indonesia Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi 3 Mei 2014 SUMBER ENERGI TERBARUKAN HULU HULU TRANS- FORMASI TRANSMISI / BULK TRANSPORTING TRANS- FORMASI DISTRIBUSI SUMBER

Lebih terperinci

STUDI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI ZONA A LAPANGAN X DENGAN METODE INJEKSI AIR

STUDI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI ZONA A LAPANGAN X DENGAN METODE INJEKSI AIR STUDI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI ZONA A LAPANGAN X DENGAN METODE INJEKSI AIR TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh : RADEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) telah memainkan peran utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) telah memainkan peran utama bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) telah memainkan peran utama bagi pertumbuhan ekonomi di berbagai negara baik dari sisi negara penghasil (produsen) maupun

Lebih terperinci

KEGIATAN OPERASI DAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI DI PT. MEDCO E&P INDONESIA ( S&C SUMATERA ) FIELD SOKA

KEGIATAN OPERASI DAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI DI PT. MEDCO E&P INDONESIA ( S&C SUMATERA ) FIELD SOKA KEGIATAN OPERASI DAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI DI PT. MEDCO E&P INDONESIA ( S&C SUMATERA ) FIELD SOKA Diajukan untuk Memenuhi Syarat Permohonan Kuliah Kerja Lapangan O l e h Veto Octavianus ( 03111002051

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Estimasi Produksi Komoditas Indonesia Tahun Produksi / Cadangan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Estimasi Produksi Komoditas Indonesia Tahun Produksi / Cadangan Indonesia BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penelitian, posisi penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan-batasan serta sistematika penulisan laporan yang digunakan dalam penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang dan Pembatasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang dan Pembatasan Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Pembatasan Masalah Pada tahun 1997, PT CPI mengaplikasikan teknik perolehan dengan metode peripheral waterflood di lapangan Bekasap untuk mengimbangi penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang dengan kebutuhan energi yang sangat besar. Data dari British Petroleum (BP) dalam Statistical Review of World Energy pada Juni

Lebih terperinci

PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DUNIA

PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DUNIA PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DUNIA PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DUNIA Tahun Sejarah Perkembangan Migas Dunia Akhir 1800 Rockeffeler memulai bisnisnya di Cleveland, Ohio. Yaitu dengan

Lebih terperinci

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA 2015-2019 DAN PELUANG MEMANFAATKAN FORUM G20 Siwi Nugraheni Abstrak Sektor energi Indonesia mengahadapi beberapa tantangan utama, yaitu kebutuhan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu industri yang berkontribusi besar terhadap devisa negara. Hal ini menyebabkan minyak dan gas bumi menjadi salah satu

Lebih terperinci

MODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK DALAM PERENCANAAN KAPASITAS SUPPLY

MODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK DALAM PERENCANAAN KAPASITAS SUPPLY MODEL SIMULASI SISTEM DINAMIK DALAM PERENCANAAN KAPASITAS SUPPLY GAS DI SEKTOR INDUSTRI DAN RUMAH TANGGA UNTUK MEMENUHI PASOKAN GAS DI MASA MENDATANG (STUDI KASUS: JAWA TIMUR) IDENTITAS PENULIS NAMA :

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. I.1 Maksud dan Tujuan

Bab I Pendahuluan. I.1 Maksud dan Tujuan Bab I Pendahuluan I.1 Maksud dan Tujuan Pemboran pertama kali di lapangan RantauBais di lakukan pada tahun 1940, akan tetapi tidak ditemukan potensi hidrokarbon pada sumur RantauBais#1 ini. Pada perkembangan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau

IV. GAMBARAN UMUM. Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar di berbagai pulau IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Produksi Liquefied Natural Gas (LNG) LNG Indonesia diproduksi dari tiga kilang utama, yaitu kilang Arun, kilang Badak, dan kilang Tangguh. Ketiga kilang tersebut tersebar

Lebih terperinci

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA I. PENDAHULUAN Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan salah satu input di dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dan pada gilirannya akan mempengaruhi

Lebih terperinci

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG ENERGI TAHUN ANGGARAN 2012

TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG ENERGI TAHUN ANGGARAN 2012 1 TERM OF REFERENCE (TOR) PENUNJUKAN LANGSUNG TENAGA PENDUKUNG PERENCANAAN PENGEMBANGAN PENANAMAN MODAL DI BIDANG ENERGI TAHUN ANGGARAN 2012 I. PENDAHULUAN Energi merupakan sarana/komponen vital pendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri perminyakan adalah salah satu industri strategis yang memegang peranan sangat penting saat ini, karena merupakan penyuplai terbesar bagi kebutuhan

Lebih terperinci

SEMINAR KETAHANAN ENERGI PENINGKATAN NILAI TAMBAH BISNIS HULU MIGAS

SEMINAR KETAHANAN ENERGI PENINGKATAN NILAI TAMBAH BISNIS HULU MIGAS SEMINAR KETAHANAN ENERGI PENINGKATAN NILAI TAMBAH BISNIS HULU MIGAS DR. Ir. Taslim Yunus MM Bogor, 13 Desember 2016 1 2016 SKK Migas All rights reserved Jumlah Wilayah Kerja Migas Konvensional & Non-Konvensional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pesatnya kemajuan teknologi dan bertambahnya populasi penduduk dunia, kebutuhan energi dunia semakin meningkat. Sementara persediaan energi dari bahan bakar fosil yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. dinilai cukup berhasil dari segi administrasi publik, namun dari sisi keuangan

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. dinilai cukup berhasil dari segi administrasi publik, namun dari sisi keuangan BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1. Sejarah Objek Penelitian Keberhasilan proses otonomi daerah dapat dinilai dari tata kelola administrasi dan keuangan di masing-masing pemerintah daerah. Meskipun

Lebih terperinci

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI Oleh : A. Edy Hermantoro Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas disampaikan pada : DISKUSI EVALUASI BLUE PRINT ENERGI NASIONAL PETROGAS DAYS 2010 Jakarta, 11

Lebih terperinci

Ringkasan ; Media Briefing Penyimpangan Penerimaan Migas, ICW; Kamis, 19 Juni 2008

Ringkasan ; Media Briefing Penyimpangan Penerimaan Migas, ICW; Kamis, 19 Juni 2008 Ringkasan ; Media Briefing Penyimpangan Penerimaan Migas, ICW; Kamis, 19 Juni 2008 Latar Belakang : 1. Defisit Neraca APBN tiap tahun serta kenaikan harga BBM. Disisi lain indonesia masih menghasilan minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi utama yang sangat penting dan berpengaruh pada kehidupan manusia. Dengan meningkatnya kebutuhan akan minyak dan

Lebih terperinci

PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DI INDONESIA

PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DI INDONESIA PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DI INDONESIA PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DI INDONESIA Tahun 1893 Sumur minyak pertama di bor di Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda di Telaga Said

Lebih terperinci

ISSN JEEE Vol. 6 No. 1 Fitrianti, Novrianti

ISSN JEEE Vol. 6 No. 1 Fitrianti, Novrianti JEEE Vol. 6 No. 1 Fitrianti, Novrianti Analisis Peningkatan Produksi Pada Sumur Minyak Dengan Metode Partial Water Shut Off Dalam Meningkatkan Rasio Keberhasilan Partial Water Shut Off Pada Lapangan Hawa

Lebih terperinci

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR

PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR VERSI PUBLIK PENDAPAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 10612 TENTANG PENGAMBILALIHAN SAHAM PERUSAHAAN CNOOC ONWJ LTD OLEH EMP INTERNATIONAL (BVI) LTD I. LATAR BELAKANG 1.1 Berdasarkan Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

KEASLIAN KARYA ILMIAH...

KEASLIAN KARYA ILMIAH... HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERUNTUKAN... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi RINGKASAN... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN Agus Sugiyono Bidang Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gedung BPPT II, Lantai 20, Jl. M.H. Thamrin

Lebih terperinci

... Hubungi Kami : Studi Prospek dan Peluang Pasar MINYAK DAN GAS BUMI di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms)

... Hubungi Kami : Studi Prospek dan Peluang Pasar MINYAK DAN GAS BUMI di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms) Hubungi Kami 021 31930 108 021 31930 109 021 31930 070 marketing@cdmione.com T ahun 1977-1992 adalah masa kejayaan industri minyak Indonesia dengan produksi rata rata 1,5 juta barrel per hari. Kondisi

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN SUMBER DAYA ENERGI UNTUK PENGEMBANGAN KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN

KETERSEDIAAN SUMBER DAYA ENERGI UNTUK PENGEMBANGAN KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN KETERSEDIAAN SUMBER DAYA ENERGI UNTUK PENGEMBANGAN KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN Adjat Sudradjat Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Konversi dan Konservasi Energi (P3TKKE) Deputi Bidang Teknologi

Lebih terperinci

BAB II KRISIS ENERGI MINYAK BUMI DI INDONESIA. agenda politik luar negeri negara-negara dalam dunia internasional. Isu keamanan

BAB II KRISIS ENERGI MINYAK BUMI DI INDONESIA. agenda politik luar negeri negara-negara dalam dunia internasional. Isu keamanan BAB II KRISIS ENERGI MINYAK BUMI DI INDONESIA Keberadaan energi bagi sebuah negara merupakan hal yang sangat esensial, mengingat dengan keberadaan energi ini, sebuah negara dapat menjalankan roda pemerintahannya.

Lebih terperinci

POTENSI MIGAS WILAYAH KERJA PROVINSI KEPRI

POTENSI MIGAS WILAYAH KERJA PROVINSI KEPRI POTENSI MIGAS WILAYAH KERJA PROVINSI KEPRI Kegiatan Evaluasi Perkembangan Lifting dan Optimalisasi Dana Bagi Hasi (DBH) Minyak dan Gas bumi merupakan kegiatan yang berkelanjutan dibidang Minyak dan Gas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah penelitian, yaitu Cekungan Sunda merupakan salah satu cekungan dari rangkaian cekungan sedimen busur belakang berumur Tersier yang terletak di Sumatra dan Laut

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: PENENTUAN PARAMETER DAN PERHITUNGAN CADANGAN PANAS BUMI LAPANGAN AST DENGAN METODE SIMULASI MONTE CARLO Ayu Astri Utami Jurusan Teknik Perminayakan Fakultas Teknonolgi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti

Lebih terperinci