POKOK BAHASAN IV V PENAMPILAN EKSTERIOR TERNAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POKOK BAHASAN IV V PENAMPILAN EKSTERIOR TERNAK"

Transkripsi

1 1 POKOK BAHASAN IV V PENAMPILAN EKSTERIOR TERNAK Penampilan eksterior ternak sering dikenal dengan istilah performan ternak atau keadaan luar ternak yang dapat teramati oleh mata kita. Bentuk tubuh dan bagian-bagian seekor ternak berkorelasi terhadap kualitas, umur, tipe dan kemampuan produksinya. Bentuk tubuh dan bagian-bagian tubuh sapi potong jelas berbeda dengan tipe sapi perah. Secara umum sapi potong struktur perdagingannya kompak, tubuh tampak pendek, kepala pendek, sedangkan tipe sapi perah memiliki tubuh ramping, kepala panjang, kaki panjang, struktur perdagingannya tidak kompak tapi tidak kurus. Kemampuan produksi sapi potong adalah efisien dalam menghasilkan daging, sedangkan sapi perah sangat efisien dalam menghasilkan susu. Meskipun berdasarkan bentuk tubuh dan bagian-bagiannnya dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan produksi namun pada prakteknya susah dilakukan karena produktivitas ternak dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu pakan, manajemen, kualitas bibit, penanggulangan penyakit, kapasitas pemeliharaan, pengalaman beternak, iklim/cuaca dan sistem sanitasi. Bentuk tubuh maupun bagian-bagian tubuh juga dapat membedakan antara ternak muda dan dewasa. Ternak muda bentuk tubuhnya nampak lebih pendek dan relatif lebih tinggi dari pada ternak dewasa, kaki belakang pada ternak muda lebih tinggi daripada kaki depan, dada sempit dan tidak dalam. PENILAIAN TERNAK Penilaian seekor tenak dibutuhkan jika kita hendak membeli ternak baik untuk tujuan bakalan, pembibitan, kontes ternak dan sebagainya. Penilaian ternak ini berdasarkan atas penampilan eksteriornya yaitu bentuk tubuh, bagian-bagian tubuh, cara berjalan, bentuk muka dan sebagainya. Oleh karena penilaian ternak ini merupakan faktor yang ikut menentukan keberhasilan usaha peternakan, maka kita

2 2 diharapkan mampu melakukan tindakan pemilihan ternak yang baik dan berkualitas atas dasar penampilan luarnya. Sebelum melakukan penilaian, terlebih dahulu dibuat signalement yaitu catatan yang memuat sifat-sifat ternak yang akan dinilai, termasuk didalamnya adalah catatan ras/bangsa, jenis kelamin, umur, tinggi gumba, tinggi badan, warna bulu, tanda spesifik lainnya seperti cap bakar, patah tanduk dll. JUDGING Judging berasal dari kata judge yang berarti menilai atau mempertimbangkan. Judging pada ternak dalam arti luas adalah usaha yang dilakukan untuk menilai tingkatan ternak yang memiliki karakteristik penting untuk tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan dalam arti sempit adalah referensi untuk pemberian penghargaan tertentu dalam suatu kontes. Kadang-kadang judging dilakukan untuk melakukan penggolongan-penggolongan ternak berdasarkan kelasnya masing-masing. Judging pada ruminansia memiliki prosedur yang berlainan dibandingkan judging yang dilakukan pada bangsa ternak yang lain. Secara garis besar judging pada ruminansia dilakukan melalui dua prosedur yang telah baku, yaitu: Inspeksi (pengamatan secara visual) Palpasi (perabaan) Inspeksi Inspeksi yaitu observasi yang dilakukan terhadap ternak yang sedang diamati, pada kisaran jarak pandang 2-5 meter dari ternak yang diamati. Inspeksi dilakukan melalui tiga arah, antara lain: Arah Depan, dari arah depan diperhatikan lebar dan kepadatan tubuh, kedalaman dan kepadatan dada, lebar dan kepadatan brisket, kelebaran jarak antara kedua belah kaki depan, posisi ketegakan kepala, besar dan kepadatan lingkar dada, serta tingkat kelandaian dasar dada.

3 3 Arah Belakang, dari arah belakang perlu diperhatikan lebar dan kepadatan tubuh, lebar daerah sakral, bentuk tulang rusuk yang menyerupai tong, perkembangan perdagingan pada bagian kaki belakang, kekuatan, kekokohan, dan keringanan kaki, bentuk kaki, serta kekuatan pinggang. Arah Samping, dari arah samping perlu diperhatikan kedalaman tubuh, kepadatan perdagingan, kekuatan dan kelurusan punggung, kondisi dan posisi kaki, bentuk leher dan kepala. Untuk ruminansia yang diarahkan pada tipe pedaging dan bakalan, lebih diperhatikan kepadatan perdagingan, sehingga tidak banyak mengandung perlemakan, sedangkan yang memenuhi persyaratan permintaan internasional, antara lain kaki yang pendek dengan pertulangan yang kecil berbentuk huruf U (U shape), tulang rusuk cembung dan berkembang dengan baik, perdagingan padat dengan kandungan lemak di bawah kulit yang rendah. Palpasi (Perabaan) Judging pada domba dengan perabaan mutlak diperlukan, karena bila hanya mengandalkan inspeksi tidak akan dicapai hasil yang optimum. Seperti diketahui bahwa seluruh permukaan tubuh domba ditutupi secara rapat oleh bulu, sehingga bila hanya mengandalkan inspeksi, penilaian sering terkecoh oleh ketebalan bulu yang menutupi tubuh domba. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil judging secara maksimum, palpasi harus dilakukan secara cermat. Palpasi biasanya dilakukan dengan menggunakan kedua permukaan tangan sepanjang punggung domba, mulai dari punggung bagian belakang dekat pangkal ekor sampai ke daerah bahu. Jarak kedua tangan sebaiknya antara 3 7 cm, jempol digunakan untuk menekan sambil merasakan ketebalan urat daging di daerah punggung (eye muscles) dan jari-jari yang lain untuk merasakan ketebalan perdagingan di sekitar pangkal rusuk sekaligus merasakan kelengkungan tulang rusuk. Palpasi hendaknya dilakukan dengan penekanan yang menggunakan jari-jari tangan dengan gerakan maju-mundur ke arah muka dan belakang, sehingga kekuatan dan kelurusan garis punggung dapat dirasakan secermat mungkin.

4 4 Gambar 1. Prosedur Palpasi untuk merasakan perdagingan dan perlemakan pada domba Daerah utama untuk merasakan perdagingan dan perlemakan dengan palpasi adalah : 1. Daerah seputar pangkal ekor (A) 2. Daerah seputar spinous processes sepanjang tulang punggung dan seputar eye muscles, serta ujung-ujung tranverse processes di daerah lumbar (B) 3. Seputar spinous processes di daerah bahu (C) 4. Seputar breast bone atau daerah sternum (D) Ke empat daerah tersebut di atas, biasanya dipakai sebagai patokan dalam menentukan kualitas karkas pada domba-domba muda (easter lambs) yang sesuai dengan standar dari MLC (Meat and Livestock Commision). PENENTUAN UMUR 1. PERGIGIAN (MOUTHING) Penentuan umur berdasarkan perkembangan gigi pada ruminansia sampai saat ini masih tetap diperlukan, walaupun hasil estimasi tersebut tidak seakurat penentuan

5 5 umur yang didasarkan pada catatan produksi. Namun demikian, karena peternakan yang menerapkan recording secara cermat dan teratur masih jarang, maka untuk memperoleh informasi mengenai perkiraan umur, tetap masih harus mengandalkan perkembangan gigi pada ternak yang diamatinya. Konsekuensi dari hal tersebut di atas, bila kita ingin mengetahui perkiraan umur ruminansia untuk keperluan tertentu, misalnya : keperluan penelitian, pemilihan bibit, seleksi, aqiqah, kurban dan lain-lain, keakhlian dalam menaksir umur ternak mutlak untuk dikuasai, agar tidak salah pilih atau terkecoh oleh ulah pedagang. Hal ini dapat diatasi dengan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan gigi ternak. Sepanjang hidupnya ruminansia memiliki dua set gigi seri, yaitu: 1. Gigi temporer (gigi susu). 2. Gigi permanen (gigi tetap). Gambar 2. Bentuk gigi seri temporer dan permanen ternak Ruminansia Gigi temporer biasanya telah ada pada awal kehidupan ruminansia (saat lahir), kadang-kadang ditemui satu atau dua buah gigi seri saat lahir atau tidak terdapat gigi sama sekali. Sedangkan gigi permanen baru akan ditemukan setelah umur tertentu. Gigi permanen baru akan tumbuh beberapa saat setelah gigi temporer tanggal. Secara alami bila gigi temporer tanggal, akan segera diganti oleh gigi permanen, namun tanggalnya gigi permanen tidak akan diganti oleh gigi baru, kecuali untuk hal-hal khusus dan keadaan demikian sangat jarang terjadi. Sehingga setiap tanggalnya gigi

6 6 senantiasa akan selalu membawa suatu informasi yang dapat dijadikan patokan untuk mengetahui perkembangan umur dari setiap individu ternak yang bersangkutan. Walaupun bukan merupakan suatu tolok ukur yang akurat, hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggalnya gigi tersebut memiliki korelasi yang positif dengan umur ternak, sehingga dengan mengamati pertumbuhan dan perkembangan gigi seekor ternak, akan dapat diperkirakan beberapa tahun atau beberapa bulan umur ternak tersebut. Gigi seri permanen dapat dibedakan dengan melihat bentuk, ukuran, serta warnanya. Gigi seri temporer ukurannya lebih kecil, lebih sempit, dan berbentuk tirus atau merujung (conical), sedangkan gigi seri permanen memiliki ukuran yang lebih besar, lebih luas, dan agak datar. Dari segi warna, gigi permanen berwarna lebih tua dan terkesan lebih kompak. Kedua set gigi seri tersebut (gigi seri permanen dan temporer) terletak hanya pada rahang bawah, sedangkan pada bagian rahang atas merupakan suatu bantalan keras tulang rawan gigi (cartilagenuos dental pad ). Salah satu fungsi cartilagenuos dental pad adalah untuk membantu ternak pada saat prehensi (merenggut rumput atau dedaunan), rumput atau dedauanan yang direnggut akan terjepit dengan kuat diantara gigi seri dengan cartilagenuos dental pad, sehingga ternak akan sangat efektif dalam merumput, artinya rumput di padang penggembalaan akan dapat direnggut sampai ke bagian bawah. Kemampuan ruminansia khususnya domba dalam merenggut rumput sampai ke bagian bawah tidak dimiliki oleh ruminansia yang lainnya. Tidak heran bila di beberapa negara di benua Eropa bisa ditemui rental domba, yaitu tempat penyewaan domba yang dimanfaatkan untuk membersihkan gulma yang terdapat di halaman rumah atau untuk difungsikan sebagai pembabat rumput. Satu set gigi seri temporer atau permanen dibangun oleh delapan buah gigi seri (incicors). Gigi seri pada ruminansia dibagi menjadi empat bagian, yaitu : 1. Gigi seri sentral (utama)

7 7 2. Gigi seri intermediate 3. Gigi seri lateral 4. Gigi seri corner (pojok). Urutan pembagian gigi seri tersebut sejalan pula dengan ukuran gigi. Biasanya secara berurutan ukuran gigi seri dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah berturut-turut: gigi seri sentral, gigi seri intermediate, gigi seri lateral, dan gigi seri corner. Perkembangan umur ternak ruminansia yang didasarkan pada pertumbuhan dan perkembangan gigi serinya, dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Perkembangan Umur Ruminansia Berdasarkan Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Seri. No. Gigi seri Kondisi Umur Domba/kambing Sapi 1 Sentral Telah ada 0 1 minggu - 2 Intermediate Telah ada 1 2 minggu - 3 Lateral Telah ada 2 3 minggu - 4 Corner Telah ada 3 4 minggu - 5 S,I, L, dan C Lengkap 1 tahun 1 tahun 6 Sentral Permanen 1 1,5 tahun 1 2 tahun 7 Intermediate Permanen 1,5 2 tahun 2 2,5 tahun 8 Lateral Permanen 2,5 3 tahun 3 3,5 tahun 9 Corner Permanen 3 4 tahun > 4 tahun Kenyataan di lapangan, pada nomor 1 s.d. 4 sering tidak mengikuti pola tersebut. Sering ditemukan bahwa pada domba dan kambing yang baru dilahirkan, telah terdapat gigi seri sentral dan intermediate, bahkan secara insidental ditemukan gigi seri lateral, sehingga bila akan menentukan umur domba atau kambing di bawah umur satu bulan, estimator harus memiliki kecakapan yang tinggi dengan membedakan warna gigi seri

8 8 yang tumbuh. Hal ini dapat dikerjakan oleh orang-orang yang sangat berpengalaman dalam memperhatikan perkembangan umur pada domba atau kambing muda. Perkiraan rentang (range) umur yang cukup besar terdapat pada domba muda di bawah satu tahun. Disini pun peran pengalaman sangat menentukan untuk memperkecil rentang umur. Dengan seringnya mengamati pertumbuhan gigi akan dapat dibedakan warna dan posisi gigi. Warna yang masih putih bening biasanya menunjukkan umur di bawah tiga bulan, warna putih-kompak menunjukkan umur 4 7 bulan, di atas tujuh bulan warna putih mulai memudar dan mengarah pada warna kekuning-kuningan. Sedangkan umur bulan lebih ditunjukkan oleh kerenggangan jarak antar gigi seri. Namun demikian, jenis ransum turut mempengaruhi hal-hal tersebut di atas. Selain gigi seri ruminansia memiliki pula gigi geraham yang terdiri atas : 1. Gigi geraham muka (premolar) 2. Gigi geraham belakang (molar) Berbeda dengan gigi geraham pada manusia, gigi geraham pada ruminansia memiliki permukaan yang tajam-tajam berbentuk kerucut, sedangkan pada geraham manusia permukaannya relatif datar, hal ini berhubungan dengan fungsi gigi geraham pada ruminansia, yaitu untuk mencabik-cabik hijauan yang telah direnggut, khususnya pada proses mastikasi (gerakan untuk memperkecil ukuran partikel pakan). Bila diperhatikan pada saat ternak mengunyah dapat terlihat bahwa pergerakan rahang terjadi secara horizontal dari kiri ke kanan atau sebaliknya, sedangkan pada manusia gerakan rahang bawah akan menekan rahang atas. Ukuran gigi geraham belakang (molar) hampir dua kali lipat ukuran gigi geraham muka (premolar). Kedua set gigi geraham ini dapat pula dijadikan petunjuk dalam menentukan umur (Tabel 2).

9 9 Tabel 2. Perkiraan Umur Ruminansia Berdasarkan Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Geraham No Gigi Kondisi Umur, bulan 1 Geraham dan gigi seri Lengkap Premolar Baru tumbuh 6 3 Premolar 3 (P3) Tumbuh sempurna 6 4 Molar 1 (M1) Baru tumbuh Molar 2 (M2) Tumbuh sempurna Molar 3 (M3) Baru tumbuh Molar 3 (M3) Tumbuh sempurna Tabel 2 tersebut secara teoritis dapat dijadikan indikasi untuk menentukan ruminansia di bawah umur satu tahun, atau dapat digunakan pula untuk mengestimasi di atas umur 4 tahun, yaitu berdasarkan gesekan atau tingkat keausan gigi. Namun pada kenyataannya di lapangan akan sulit menentukan umur berdasarkan perkembangan gigi geraham, selain itu sering dipandang tidak praktis, apalagi bila dikaitkan dengan tingkat kesulitannya. Penguasaan pengetahuan mengenai perkembangan gigi tersebut, akan membantu kita untuk tidak terkecoh dalam memilih ternak sesuai dengan umur yang diinginkan. Beberapa hal yang perlu diketahui dan diperhatikan dalam memilih bibit sehubungan dengan bentuk dan keadaan gigi, sehingga tidak baik dipilih sebagai bibit, yaitu : Ternak yang kehilangan satu atau lebih gigi permanen. Ternak yang kehilangan satu atau lebih gigi geraham, karena akan menyulitkan saat mengunyah pakan. Terdapat satu atau lebih gigi permanen yang patah. Salah letak dari rahang (Jaw malformation) yaitu terdapat penonjolan salah satu rahang, bila rahang bawah yang menonjol disebut overshot jaw dan bila rahang

10 10 atas yang menonjol disebut undershot jaw. Jumlah Gigi pada Ruminansia Gigi yang sudah lengkap pada domba berjumlah 32 buah, terdiri atas: Gigi seri (incicors) pada rahang bawah 8 buah Gigi geraham: - Premolar 12 buah - Molar 12 buah, Jumlah 32 buah Atau biasa ditulis dengan rumus : M3 P3 C0 I0 M3 P3 C0 I4 I4 C0 P3 M3 I4 C0 P3 M3 Keterangan : I = Incicors (Gigi seri) C = Canini (Gigi taring) P = Premolar (Gigi geraham muka) M = Molar (Gigi geraham belakang) Rumus gigi tersebut menunjukkan jumlah gigi pada sisi kiri dan kanan, sedangkan bagian pembilang dari rumus menunjukkan jumlah gigi pada rahang atas dan penyebut menunjukkan jumlah gigi pada rahang bawah. Untuk ternak kuda rumus gigi sebagai berikut : M3 P3 C1 I3 M3 P3 C1 I3 I3 C1 P3 M3 I3 C1 P3 M3

11 11 Ternak Babi : M3 P4 C1 I3 M3 P4 C1 I3 I3 C1 P4 M3 I3 C1 P4 M3 Pada pendugaan umur ternak, gigi yang digunakan adalah gigi seri (dentis incisivi) pada rahang bawah. Dalam hal ini pemberian nomor untuk tiap macam gigi sangat penting artinya, pemberian nomor dimulai dari bagian tengah, sehingga untuk gigi seri adalah sebagai berikut : Kuda / Babi I3 I2 I1 I3 I2 I1 I1 I2 I3 I1 I2 I3 Sapi, kerbau, kambing dan domba : Kosong I4 I3 I2 I1 Kosong I1 I2 I3 I4 Keterangan : Kuda / Babi : I 1 I2 I3 : gigi seri dalam : gigi seri tengah : gigi seri luar Sapi, kerbau, kambing dan domba : I 1 I2 I3 I4 : gigi seri dalam : gigi seri tengah dalam : gigi seri tengah luar : gigi seri luar

12 12 Penentuan umur berdasarkan perubahan dan pertumbuhan gigi seri untuk berbagai jenis ternak adalah sebagai berikut : Kuda Umur (th) Kondisi perubahan gigi 1 Gigi seri sulung lengkap (6 buah tiap rahang) 2,5 Gigi seri sulung dalam (I1) ganti gigi seri tetap 3,5 Gigi seri sulung tengah (I2) ganti gigi seri tetap 4,5 Gigi seri sulung tengah luar (I3) ganti gigi seri tetap, gigi taring mulai tumbuh 5 5,5 Semua gigi seri tetap sudah terasah 6 Lubang mahkota I2 penuh/rata 7 Lubang mahkota I3 penuh/rata 8 Lubang mahkota I4 penuh/rata 9 Bidang pergesekan I1 agak bundar 10 Bidang pergesekan I1 bundar, bidang pergesekan I2 agak bundar 11 Bidang pergesekan I2 bundar, bidang pergesekan I3 agak bundar 15 Bidang pergesekan semua gigi seri tetap bulat mendekati segitiga Sapi Umur Kondisi perubahan gigi 1 bulan Semua gigi seri sulung sudah tumbuh 3 bulan Gigi seri sulung mulai terasah 1 tahun Semua gigi seri sulung sudah terasah 1,5 2 th I1 berganti dengan gigi seri tetap 2 2,5 th I2 berganti dengan gigi seri tetap 3 3,5 th I3 berganti dengan gigi seri tetap 4 th I4 berganti dengan gigi seri tetap 5 th Semua gigi seri tetap sudah terasah 7 8 th Tepi bagian dalam gigi seri (bidang lidah) tetap sudah terasah hampir mendekati gusi bagian dalam

13 13 Kerbau Umur (th) Kondisi perubahan gigi 1 Gigi seri sulung mulai terasah 2 Semua Gigi seri sulung terasah 2,5 I1 berganti dengan gigi seri tetap 3,5 I2 berganti dengan gigi seri tetap 4,5 I3 berganti dengan gigi seri tetap 5 6 I4 berganti dengan gigi seri tetap 8 Bidang pergesekan semua gigi seri tetap berbentuk hampir segi empat Kambing dan Domba Umur (th) Kondisi perubahan gigi 0,5 I1 dan I2 sudah terasah 1 Semua gigi seri sulung sudah terasah 1 1,5 I1 berganti dengan gigi seri tetap 1,5 2 I2 berganti dengan gigi seri tetap 2 ¼ 2,5 I3 berganti dengan gigi seri tetap 3 4 I4 berganti dengan gigi seri tetap 5 Semua gigi seri tetap sudah terasah Selain dengan melihat pergantian gigi, pendugaan umur ternak juga dapat dilihat dari cincin tanduk., khusus untuk ternak betina yang sudah pernah beranak. Untuk ternak jantan maupun dara/belum pernah beranak cara ini tidak dapat dilakukan. Menaksir umur domba Menaksir usia domba merupakan salah satu pengetahuan yang harus dikuasai oleh petani-peternak. Besar kecilnya tubuh domba tidak dapat dijadikan patokan. Karena bisa saja domba yang sudah tua tetap kecil badannya karena pemeliharaan yang buruk atau karena penyakit sehingga kelihatan domba muda (Murtidjo, 1993).

14 14 Menurut Mathius, dkk. (1989) pada ternak domba ada beberapa cara untuk memperkirakan umur antara lain : 1. Dengan mencatat tanggal lahir. Dengan mencatat tanggal lahir maka umur ternak yang bersangkutan dapat diketahui oleh karena itu sebaiknya peternak mencatat tanggal lahir ternaknya pada buku cerpen atau pada dinding kandang untuk mengetahui ternak yang mana yang dicatat tanggal lahirnya ternak yang bersangkutan diberi tanda. 2. Dengan melihat keadaan gigi seri. Ternak ruminansia termasuk domba tidak mempunyai gigi taring. Gigi seripun hanya terdapat pada rahang bawah. Sedangkan rahang atas hanyalah berupa bantalan tenunan pengikat yang kuat. Gigi geraham terdapat pada kedua rahang. Jumlah gigi seri ada 4 pasang (8 buah) geraham depan 12 buah dan geraham belakang ada 12 buah. Jadi jumlah gigi domba yang lengkap ada 32 buah. Gigi seri yang tumbuh pada umur muda disebut gigi seri susu. Gigi susu ini kecil dan agak tajam serta tumbuhnya agak renggang satu sama lain. Gigi seri susu ini sifatnya hanya sementara. Karena pada suatu saat akan tanggal (rontok) dan digantikan dengan gigi seri tetap. Pergantian gigi seri susu dan gigi seri tetap ini yang digunakan untuk menaksir umur ternak. Sedangkan pada ternak tua ditaksir berdasarkan keausan gigi seri ini, berhubungan dengan kondisi pakan. Ternak yang dilepas/diangon, gigi serinya relatif lebih cepat tanggal atau aus dari pada tenrak yang dikandangkan. Menentukan umur ternak domba kurang dari 1 tahun jumlah gigi seri tetap belum ada. Namun memiliki gigi susu. Sepasang gigi tetap (sebanyak 2 buah) umur ternak domba kurang lebih 1 sampai dengan 2 tahun. Dua pasang gigi tetap (4 buah gigi tetap) menandakan umur tersebut 2-3 tahun. Juga pasang gigi tetap (6 buah) berumur 3-4 tahun. Jika ternak memiliki empat pasan ggigi tetap (8 buah)

15 15 harus berumur 4-5 tahun. Tetapi jika gigi tetap aus dan mulai lepas maka ternak tersebut berumur diatas 5 tahun. MENAFSIR BERAT BADAN TERNAK Penafsiran berat badan sangat penting dilakukan oleh para pemilik ternak untuk mengetahui bobot tubuh ternak. Cara ini merupakan cara lain untuk mengetahui berat badan ternak selain penimbangan berat badan. Apabila setiap kali harus selalu dilakukan penimbangan, hal ini dirasa kurang praktis di samping timbangan itu jumlahnya terbatas. Rumus penentuan berat badan sapi berdasar ukuran tubuh bertolak dari anggapan bahwa tubuh ternak sapi berupa tong. Oleh karena itu, ukuran tubuh yang digunakan untuk menduga bobot tubuh biasanya adalah panjang badan dan lingkar dada. Rumus yang telah dikenal adalah rumus Schoorl yang mengemukakan pendugaan bobot ternak sapi berdasarkan lingkar dada sebagai berikut : Bobot badan (kg) = (lingkar dada (cm) + 22) Rumus lain diturunkan oleh Scheiffer yang telah menggunakan lingkar dada dan panjang badan dalam pendugaannya. Rumus itu sebagai berikut : Bobot badan (lbs) = Lingkar dada (inchi) 2 x Panjang badan (inchi) 300 Rumus lain yang dapat digunakan adalah rumus modifikasi : Bobot badan (kg) = Panjang badan (cm) x {Lingkar dada (cm)} Selain itu penafsiran berat badan dapat pula dilakukan dengan pengamatan visual yaitu memperkirakan berat badan ternak yang diamati. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan DWT (Daily Cow Weighting Tape) yaitu dengan melingkarkan DWT pada sternum 3 4 dan angka yang ditunjuk pada pita ukur itu menunjukkan berat badan ternak. Cara penafsiran yang merupakan cara

16 16 untuk mengetahui berat badan ternak adalah penimbangan. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan ternak / neraca. Besar atau kecil, stationer atau portabel, timbangan merupakan bagian yang sangat diperlukan dalam tehnik-tehnik pengukuran, (Blakely and Bade, 1998). Metode visual adalah suatu metode yang digunakan untuk menafsir berat badan dengan melihat, mengamati keadaan sapi dengan baik, kemudian kita menafsir berat sapi tersebut. Metode ini perlu kejelian dan latihan yang banyak supaya taksirannya hampir mendekati benar. Dan juga metode ini banyak dipakai oleh para pedagang hewan (Buffran,1986). Ukuran-Ukuran Untuk Hewan Ternak I. Ukuran-Ukuran Tinggi a. Tinggi pundak : yaitu jarak titik tertinggi pundak sampai ketanah b. Tinggi punggung : yaitu jarak dari tajuk ruas punggung terakhir sampai tanah atau garis tegak lurus di belakang rusuk terakhir. c. Tinggi kelakang : yaitu jarak titik tertinggi kelakang sampai ke tanah, titik ini terletak sedikit kebelakang permulaan tulang kelakang dan agak jauh di belakng garis yang menghubungkan sudut tulang pangkal paha. d. Tinggi pangkal ekor : yaitu jarak dari titik di mana ekor meninggalkan badan sampai ke tanah. II. Ukuran-Ukuran Panjang a. Panjang badan : Jarak lurus dari garis tegak lurus diadakan teoritis dari sikum (boeng) sampai benjol;an tulang tapis. b. Panjang kelakang : Jarak antara muka pangkal paha sampai benjolan tulang tapis III. Ukuran-Ukuran Lebar a. Lebar dada :

17 17 i. Lebar dada muka ialah jarak antara kedua benjolan siku luar. ii. Lebar dada rusuk ialah jarak antara rusuk kiri-kanan diukur di belakang tulang belikat. b. Lebar pangkal paha : Jarak antara sisi luar sudut pangkal paha. c. Lebar tulang tapis : Jarak antara sisi luar benjolan tulang tapis. IV. Ukuran-Ukuran Dalam Dalam dada : Jarak antara titik tertingi pundak dan tulang dada, diukur di belakang siku. V. Ukuran-Ukuran Lingkar a. Lingkar dada : diukur melingkar dada dibelakang siku. b. Lingkar pipa : yakni diukur dengan pita ukur di tengah-tengah tulang pipa dari kaki kiri. VI. Ukuran-Ukuran Kepala a. Panjang kepala : Jarak dari puncak kepala sampai ke daging gigi seri. b. Lebar dahi Lebar dahi atas adalah jarak panggkal tanduk atas. Lebar dahi bawah adalah jarak antara kedua lingkungan tulang mata. PENGUKURAN DATA VITAL TERNAK Ternak dibuat dalam posisi paralelogram yaitu posisi ternak berdiri tegak lurus pada suatu bidang datar dengan keempat kaki membentuk empat persegi panjang. Kemudian diukur lingkar dada, lebar dada, dalam dada, lebar pinggul, tinggi pinggul, tinggi gumba, panjang badan 1. Lingkar dada. Diukur dengan cara melingkarkan pita ukur pada sternum 3-4 letaknya di belakang kaki depan.

18 18 2. Dalam dada. Dalam dada diukur dengan mistar ukur pada titik tertinggi gumba sampai titik terendah gumba. 3. Lebar dada. Lebar dada diukur dengan mistar ukur antara iga kanan dan kiri tepat pada tulang sternum Tinggi gumba. Tinggi gumba diukur dengan mistar ukur secara vertikal dari bidang datar sampai titik tertinggi dari gumba. 5. Tinggi pinggul. Tinggi pinggul diukur dengan mistar ukur secara vertikal dari bidang datar sampai titik tertinggi pinggul (titik pertengahan tuber coxae). 6. Panjang badan. Panjang badan absolut diukur dengan mistar ukur dari sendi bahu (scapula humeralis) sampai tonjolan tulang duduk (tuber os ischii). Penafsiran Umur Penafsiran umur dilakukan dengan melihat pertumbuhan, pergantian, dan perkembangan serta keterasahan gigi seri permanen. Pada sapi betina dengan melihat jumlah cincin tanduk yang terbentuk, kemudian dengan memasukkan tangan melalui diastema, lalu dipegang lidahnya dan ditarik keluar, gigi perlu diraba untuk mengetahui keterasahannya. Hal ini dilakukan secepat mungkin dan jangan sampai melukai lidah sapi. Cara melihat gigi seri pada sapi, moncong dipegang kedua tangan, kemudian rahang bawah ditarik sehingga kelihatan giginya. Sumber :

19 19 Tips Cepat Menghitung Berat Ternak ( sapi Limousin Pada ternak besar untuk menghitung bobot kerbau atau sapi tentu sulit bukan? Kalau unggas cukup diikat kakinya lalu ditimbang beres, bukan? Kalau di perusahaan besar, bobot sapi dan kerbau biasa ditimbang dengan timbangan ternak. Timbangan ternak cukup berat dan harganya pun mahal. Di pasar hewan, timbangan ternak ini tak dijumpai. Jual beli sapi, kerbau dan domba lebih banyak dengan cara beuli bogoh sehingga berat ternak acapkali diabaikan. Namun ternyata cukup dengan seutas tali, bobot ternak, berikut karkas (potongan daging tulang) dan bahkan dagingnya bisa ditentukan. Bila dicermati, penampang tubuh kerbau, sapi dan domba menyerupai bentuk geometris berupa tabung. Untuk mencari volume tabung harus diketahui luas alas dan tinggi. Dalam hal ini, lingkar dada hewan dapat diasumsikan sebagai luas alas bangun lingkaran dan panjang badan sebagai tinggi.

20 20 Lingkar dada diperoleh dengan melingkarkan seutas tali di belakang gumba melalui belakang belikat. Sementara panjang badan diukur dari bahu hingga penonjolan tulang duduk. Dengan memperhatikan volume organ kepala, kaki, ekor, dan massa jenis daging atau jeroan bakal diperoleh pendekatan untuk memperoleh berat hewan sebenarnya. Melalui berbagai percobaan, para ahli akhirnya menemukan rumus untuk menghitung bobot ternak. Sebut saja, Schoorl menemukan rumus untuk mengetahui berat badan dengan cukup mengetahui satu komponen, yakni lingkar dada. Rumus itu dinamai namanya sendiri rumus Schoorl yaitu Bobot Badan (kg) = {lingkar dada (cm) + 22} dikuadratkan dibagi 100. Sementara Scheiffer mengadopsi rumus tabung dengan menampilkan formula, yakni Bobot Badan (lubels) = {lingkar dada (inchi) kuadrat x panjang badan} (inchi) dibagi 300. Rumus ini disesuaikan oleh Lambourne dengan mengonversi ke dalam satuan yang cocok dengan kehidupan masyarakat kita, yakni Bobot Badan (kg) = {lingkar dada (cm) kuadrat x panjang badan (cm)} dibagi Sejumlah peneliti mencoba membuktikan keakuratan rumus-rumus itu diuji-cobakan terhadap beberapa kelompok sapi antara bobot taksir dan bobot timbangan. Hasilnya rumus Scheiffer dan Lambourne lebih mendekati berat real sapi sebenarnya dengan tingkat kesalahan di bawah 10 persen. Sedangkan rumus Schoorl tingkat kesalahannya mencapai 22,3 persen. Perbedaan perhitungan berat pada mahluk hidup adalah wajar, karena bobot hewan sangat dipengaruhi situasi dan kondisi lingkungan, yakni gelisah (stress), habis makan, banyak minum atau baru buang feses. Hewan yang ditimbang sekalipun, akibat buruk perlakuan dan pengangkutan dapat menyebabkan susut tubuh 5-10%.

21 21 Dengan memperoleh angka taksiran bobot hidup, maka persentase karkas dan daging dapat segera diketahui. Karkas sapi berkisar persen dari bobot hidupnya dan daging 75 persen dari karkas. Karkas adalah potongan daging tulang tanpa kepala, kaki, kulit dan jeroan. Untuk domba persentase karkasnya sekitar 45 persen dan dagingnya 75 persen dari karkas. Kalkulasi ini sangat penting, bagi hewan kurban dapat memperkirakan jumlah daging dibandingkan jumlah mustahik (penerima daging kurban). Atau bagi pedagang juga dapat dijadikan perbandingan harga apakah hewan yang dibeli terlalu mahal atau tidak dibanding harga pasaran. Umur ternak dapat diketahui berdasarkan susunan gigi geliginya dengan melihat susunan gigi seri (berada di rahang bawah). Bila gigi seri dewasa telah tumbuh (tampak besar dan kuat seperti kapak, gigi susu kecil-kecil seperti sisir jagung muda), maka hewan dipandang dewasa/cukup umur (musinnah). Pada domba dan kambing perubahan ini terjadi pada umur 1-1,5 tahun dan sapi 2-2,5 tahun. Hewan tua ditandai pergesekan gigi dan keausan gigi dewasa akibat pemakaian yang terlampau lama.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA) LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PRODUKSI DOMBA DAN KAMBING IDENTIFIKASI UMUR DAN PERFORMANS TUBUH (DOMBA) Disusun Oleh : Kelompok 9 Dita Swafitriani 200110140030 Hartiwi Andayani 200110140176 Fathi Hadad 200110140242

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS. Petunjuk Praktis Pengukuran Ternak Sapi

PETUNJUK PRAKTIS. Petunjuk Praktis Pengukuran Ternak Sapi PETUNJUK PRAKTIS i PENGUKURAN TERNAK SAPI POTONG Penyusun : Awaluddin Tanda Panjaitan Penyunting : Tanda Panjaitan Ahmad Muzani KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan kambing tipe dwiguna yaitu sebagai penghasil daging dan susu (tipe 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing Etawah (asal India) dengan lokal, yang penampilannya mirip Etawah tetapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Wonosobo merupakan domba hasil persilangan antara domba Texel yang didatangkan pada tahun 1957 dengan Domba Ekor Tipis dan atau Domba Ekor Gemuk yang secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Simmental Peranakan Ongole (SIMPO) B. Pertumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Simmental Peranakan Ongole (SIMPO) B. Pertumbuhan 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Simmental Peranakan Ongole (SIMPO) Sapi Simmental Peranakan Ongole (SIMPO) merupakan sapi hasil persilangan induk sapi PO dengan menggunakan straw pejantan sapi Simmental

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) I. PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) dalam bidang peternakan, maka pengembangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing 1. Kambing Boer Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan bangsa kambing hasil persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan pejantan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau

KAJIAN KEPUSTAKAAN. terdiri atas dua sub spesies yaitu kerbau liar dan kerbau domestik. Kerbau II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Tinjauan Umum Kerbau Kerbau adalah hewan ruminansia dari sub famili Bovidae yang berkembang di banyak bagian dunia dan diduga berasal dari daerah India. Kerbau domestikasi atau

Lebih terperinci

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP

EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG. Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP EKTERIOR, PENENTUAN UMUR, PENANDAAN, PENDUGAAN BOBOT BADAN DAN EVALUASI TERNAK POTONG Oleh: Suhardi, S.Pt.,MP Silabus: Membahas tentang metode penilaian ternak potong dan evaluasinya baik secara teori

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal betina dewasa tidak bunting sebanyak 50 ekor di Kecamatan Cibalong,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Bobot Badan Bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh dapat menjadi acuan untuk mengevaluasi performa dan produktivitas ternak. Ukuran-ukuran tubuh mempunyai kegunaan untuk menaksir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong merupakan bangsa-bangsa kambing yang terdapat di wilayah Jawa Tengah (Dinas Peternakan Brebes

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) mulai bulan Juli hingga November 2009.

METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) mulai bulan Juli hingga November 2009. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) mulai bulan Juli hingga November 2009. Materi Ternak Ternak yang digunakan adalah 50 ekor domba

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan setiap pukul WIB,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan setiap pukul WIB, 19 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan setiap pukul 01.00-06.00 WIB, mulai dari tanggal 29Juli sampai dengan 23 Agustus 2016 di rumah potong hewan (RPH) Kampung Bustaman,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. tubuh yang akhirnya dapat dijadikan variable untuk menduga bobot badan. Bobot

PENDAHULUAN. tubuh yang akhirnya dapat dijadikan variable untuk menduga bobot badan. Bobot I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan seekor ternak dapat diketahui melalui perkembangan ukuran tubuh yang akhirnya dapat dijadikan variable untuk menduga bobot badan. Bobot badan merupakan salah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas

TINJAUAN PUSTAKA. Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas 13 TINJAUAN PUSTAKA Bangsa Sapi Penggolongan sapi ke dalam suatu bangsa (breed) sapi, didasarkan atas sekumpulan persamaan karakteristik tertentu. Atas dasar karakteristik tersebut, mereka dapat dibedakan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1).

III. MATERI DAN METODE. Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan. Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1). III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilakukan pada bulan Mei sampai Juni 2013 di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Sumatera Barat (Lampiran 1). 1.2. Materi Materi penelitian ini

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Asal-Usul dan Klasifikasi Domba Domba yang dijumpai saat ini merupakan hasil domestikasi yang dilakukan manusia. Pada awalnya domba diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Pendataan dan Identifikasi Domba Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol Institut Pertanian Bogor (UP3J-IPB) Desa Singasari Kecamatan Jonggol Kabupaten Bogor

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi

BAB III MATERI DAN METODE sampai 5 Januari Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi 9 BAB III MATERI DAN METODE aaaaaapenelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Wonogiri dari tanggal 19 September 2013 sampai 5 Januari 2014. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei, meliputi pengamatan

Lebih terperinci

BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA

BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VIII PEMBIBITAN TERNAK RIMINANSIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK

LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK LAPORAN SEMENTARA ILMU PRODUKSI TERNAK POTONG PENGENALAN BANGSA-BANGSA TERNAK 1. Lokasi :... 2. Bangsa Sapi 1 :... 3. Identitas : (Kalung/No. Sapi/Nama Pemilik...) *) 4. Jenis Kelamin : ( / ) *) 5. Pengenalan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 I. BENIH PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL BENIH DAN BIBIT TERNAK YANG AKAN DIKELUARKAN A. Semen Beku Sapi

Lebih terperinci

PENAKSIRAN BOBOT BADAN BERDASARKAN LINGKAR DADA DAN PANJANG BADAN DOMBA DONGGALA

PENAKSIRAN BOBOT BADAN BERDASARKAN LINGKAR DADA DAN PANJANG BADAN DOMBA DONGGALA J. Agroland 16 (1) : 91 97, Maret 9 ISSN : 854 641X PENAKSIRAN BOBOT BADAN BERDASARKAN LINGKAR DADA DAN PANJANG BADAN DOMBA DONGGALA Estimation of Donggala Sheep Body Weight Based on Their Chest Diameter

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana

TINJAUAN PUSTAKA. Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar ekor (Unit Pelaksana II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum tentang Sapi Bali Populasi sapi bali di Kecamatan Benai sekitar 1.519 ekor (Unit Pelaksana Teknis Daerah, 2012). Sistem pemeliharaan sapi bali di Kecamatan Benai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. atau kuda Sandelwood Pony, hasil perkawinan silang kuda poni lokal (grading

PENDAHULUAN. atau kuda Sandelwood Pony, hasil perkawinan silang kuda poni lokal (grading 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda Sumba merupakan kuda poni yang kemudian diberi nama kuda Sandel atau kuda Sandelwood Pony, hasil perkawinan silang kuda poni lokal (grading up) dengan kuda Arab

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai hubungan antara ukuran-ukuran tubuh dengan bobot badan kambing Jawarandu jantan dilaksanakan pada bulan Februari Mei 2014. Penelitian ini dilaksanakan dikabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban TINJAUAN PUSTAKA Kurban Menurut istilah, kurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang lainnya (Anis, 1972). Kurban hukumnya sunnah,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan

BAB III MATERI DAN METODE. Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan 22 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Maret 2016 di peternakan Kambing PE CV. Indonesia Multi Indah Farm Desa Sukoharjo Kecamatan Margorejo Kabupaten Pati Jawa Tengah.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo ruminansia, famili Bovidae, dan genus Capra atau Hemitragus (Devendra dan Burn, 1994). Kambing

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah Agribisnis Ternak Potong (Peralatan Untuk Perawatan Ternak Potong, Pemotongan Kuku, Memilih Sapi Bibit Peranakan Ongole) Oleh

Tugas Mata Kuliah Agribisnis Ternak Potong (Peralatan Untuk Perawatan Ternak Potong, Pemotongan Kuku, Memilih Sapi Bibit Peranakan Ongole) Oleh Kuku, Memilih Sapi Bibit Peranakan Ongole) Oleh Junaidi Pangeran Saputra. 0 I. PERALATAN UNTUK PERAWATAN TERNAK POTONG (SAPI, KAMBING DAN DOMBA) 1. Timbangan - Elektrik, Kubus ternak. A. Macam-Macam Peralatan

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Indonesia masih sangat jarang. Secara umum, ada beberapa rumpun domba yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Rumpun Domba Rumpun adalah segolongan hewan dari suatu jenis yang mempunyai bentuk dan sifat keturunan yang sama. Jenis domba di Indonesia biasanya diarahkan sebagai domba pedaging

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penetapan Lokasi Penentuan Umur Domba MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) Fakultas Peternakan IPB yang berlokasi di desa Singasari, Kecamatan Jonggol; peternakan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh

I PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat Indonesia pada daging sapi segar dan berkualitas beberapa tahun terakhir ini mengalami peningkatan. Keadaan ini disebabkan oleh berbagai aspek diantaranya,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 2. Jumlah Kambing Peranakan Etawah yang Diamati Kondisi Gigi. Jantan Betina Jantan Betina

MATERI DAN METODE. Tabel 2. Jumlah Kambing Peranakan Etawah yang Diamati Kondisi Gigi. Jantan Betina Jantan Betina MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di dua lokasi yang berbeda yaitu peternakan kambing PE Doa Anak Yatim Farm (DAYF) di Desa Tegal Waru, Kecamatan Ciampea dan peternakan kambing

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Bali Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi lokal asli yang dikembangkan di Indonesia. Ternak ini berasal dari keturunan asli banteng liar yang telah

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Tinjauan Umum Kerbau Kerbau rawa memberikan kontribusi positif sebagai penghasil daging, terutama untuk daerah pedalaman pada agroekosistem rawa dengan kedalaman air 3 5 m

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Domba yang digunakan untuk penelitian adalah Domba Garut jantan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Domba yang digunakan untuk penelitian adalah Domba Garut jantan III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Perlengkapan Domba yang digunakan untuk penelitian adalah Domba Garut jantan yearling (1-2 tahun). Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1)

Lebih terperinci

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE)

SNI 7325:2008. Standar Nasional Indonesia. Bibit kambing peranakan Ettawa (PE) SNI 7325:2008 Standar Nasional Indonesia Bibit kambing peranakan Ettawa (PE) ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali adalah sapi lokal Indonesia keturunan banteng yang telah didomestikasi. Sapi bali banyak berkembang di Indonesia khususnya di pulau bali dan kemudian menyebar

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Mitra Tani Farm, Ciampea, Bogor, Jawa Barat dan di Tawakkal Farm, Cimande, Bogor, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan

Lebih terperinci

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak

Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton. Abstrak Identifikasi Bobot Potong dan Persentase Karkas Domba Priangan Jantan Yearling dan Mutton Umaris Santoso, Siti Nurachma dan Andiana Sarwestri Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran umarissantoso@gmail.com

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba lokal dapat didefinisikan sebagai domba hasil perkawinan murni atau silangan yang mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim tropis dan diketahui sangat produktif

Lebih terperinci

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia

Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia Standar Nasional Indonesia Bibit sapi potong Bagian 1: Brahman Indonesia ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Copyright notice Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Pebruari 2011. Penelitian dilakukan di dua peternakan domba yaitu CV. Mitra Tani Farm yang berlokasi di Jalan Baru No. 39 RT

Lebih terperinci

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di III.METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, pada bulan Mei-Juli 2013 di Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. 3.2 Materi Materi penelitian adalah ternak domba

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. ) diukur dari lateral tuber humerus (tonjolan depan) sampai tuber ischii dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm.

MATERI DAN METODE. ) diukur dari lateral tuber humerus (tonjolan depan) sampai tuber ischii dengan menggunakan tongkat ukur dalam satuan cm. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat; UPTD RPH Pancoran Mas, Kota Depok dan Mitra Tani Farm kabupaten Ciampea, Bogor,

Lebih terperinci

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang

Pada kondisi padang penggembalaan yang baik, kenaikan berat badan domba bisa mencapai antara 0,9-1,3 kg seminggu per ekor. Padang penggembalaan yang TINJAUAN PUSTAKA Domba Domba sejak dahulu sudah mulai diternakkan orang. Ternak domba yang ada saat ini merupakan hasil domestikasi dan seleksi berpuluh-puluh tahun. Pusat domestikasinya diperkirakan berada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan Keadaan hewan pada awal penelitian dalam keadaan sehat. Sapi yang dimiliki oleh rumah potong hewan berasal dari feedlot milik sendiri yang sistem pemeriksaan kesehatannya

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh,

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh, II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Domba Garut Asal usul domba Garut diyakini berasal dari Kabupaten Garut sebagai Sumber Daya Genetik Ternak dari Jawa Barat, yaitu dari daerah Cibuluh, Cikandang, dan Cikeris,

Lebih terperinci

MENGUKUR PRODUKSI TERNAK

MENGUKUR PRODUKSI TERNAK MENGUKUR PRODUKSI TERNAK PERTUMBUHAN Kata pertumbuhan dapat diterapkan pada suatu sel, organ, jaringan, seekor ternak maupun populasi ternak. Pertumbuhan menurut Williams (1982) adalah perubahan bentuk

Lebih terperinci

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa Standar Nasional Indonesia Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

3. Pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan gizi ternak. 4. Prakiraan bobot awal dan akhir penggemukan sebaiknya diketahui untuk memudahkan penent

3. Pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan gizi ternak. 4. Prakiraan bobot awal dan akhir penggemukan sebaiknya diketahui untuk memudahkan penent PROFIL USAHA PENGGEMUKAN TERNAK DOMBA BAMBANG KUSHARTONO, MAULANA SYARIF HIDAYAT DAN NANI IRIANI Balai Penelitian Ternak Po Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Usaha penggemukan domba dewasa ini cenderung meningkat,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Sapi. Sapi Bali TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Sapi Sapi menurut Blakely dan Bade (1992), diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (hewan bertulang belakang), kelas Mamalia (menyusui), ordo Artiodactile (berkuku atau berteracak

Lebih terperinci

Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir

Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir Standar Nasional Indonesia Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2011 sampai dengan Maret 2011. Penelitian dilakukan di lima lokasi peternakan rakyat yang memelihara kambing PE di wilayah

Lebih terperinci

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal

dan sapi-sapi setempat (sapi Jawa), sapi Ongole masuk ke Indonesia pada awal II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Zoologis Sapi Menurut blakely dan bade, (1998) Secara umum klasifikasi Zoologis ternak sapi adalah sebagai berikut Kingdom Phylum Sub Pylum Class Sub Class Ordo Sub

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba mempunyai arti penting bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia karena dapat menghasilkan daging, wool, dan lain sebagainya. Prospek domba sangat menjanjikan untuk

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di usaha peternakan rakyat yang terletak di Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Assolihin Aqiqah bertempat di Jl. Gedebage Selatan, Kampung Rancabolang, Bandung. Tempat pemotongan milik Bapak Saepudin ini lokasinya mudah ditemukan

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Mitra Tani Farm, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor untuk sapi PO jantan dan Rumah Potong Hewan (RPH) Pancoran Mas untuk sapi Bali jantan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

TEKNIK PEMILIHAN BIBIT KAMBING DAN DOMBA

TEKNIK PEMILIHAN BIBIT KAMBING DAN DOMBA Temu Teknis Fungsional Non Peneliti 2001 TEKNIK PEMILIHAN BIBIT KAMBING DAN DOMBA SUHARTO Balai Penelitian Ternak P.O. Box. 221 Bogor 16002 RINGKASAN Apabila kita memelihara Tmak dengan bibit yang baik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Sapi Bali Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan sapi Bali asli Indonesia yang diduga sebagai hasil domestikasi (penjinakan) dari banteng liar. Sebagian ahli yakin bahwa

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE PENELITIAN 1 III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 01 Desember 015 sampai 31 Januari 016 di Rumah Pemotongan Hewan Sapi Jagalan, Surakarta, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Domba merupakan ternak yang keberadaannya cukup penting dalam dunia peternakan, karena kemampuannya untuk menghasilkan daging sebagai protein hewani bagi masyarakat. Populasi

Lebih terperinci

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK

PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH. Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin ABSTRAK PERFORMA TURUNAN DOMBA EKOR GEMUK PALU PRASAPIH DALAM UPAYA KONSERVASI PLASMA NUTFAH SULAWESI TENGAH Yohan Rusiyantono, Awaludin dan Rusdin Program Studi Peterenakan Fakultas Peternakan Dan Perikanan Universitas

Lebih terperinci

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008

PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Tabel.1 Data Populasi Kerbau Nasional dan Provinsi Jawa Barat Sumber : Direktorat Jendral Peternakan 2008 I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kerbau merupakan salah satu jenis ternak kerja yang masih digunakan di Indonesia, walaupun saat ini telah muncul alat teknologi pembajak sawah yang modern yaitu traktor,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KambingKacang Kambing Kacang merupakan salah satu kambing lokal di Indonesia dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh yang relatif kecil,

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4-7 tahun sebanyak 33 ekor yang mengikuti perlombaan pacuan kuda

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berumur 4-7 tahun sebanyak 33 ekor yang mengikuti perlombaan pacuan kuda 16 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian adalah kuda Sumba jantan yang berumur 4-7 tahun sebanyak 33 ekor yang mengikuti perlombaan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut :

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (Integrated Taxonomic Information System) adalah sebagai berikut : II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Domba merupakan salah satu sumber pangan hewani bagi manusia. Domba merupakan salah satu ruminansia kecil yang dapat mengkonnsumsi pakan kualitas rendah dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di

I PENDAHULUAN. Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda merupakan mamalia ungulata yang berukuran paling besar di kelasnya. Kuda dari spesies Equus caballus yang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda liar, kini sudah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos)

HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN. (Correlation of Body Measurements and Body Weight of Male Dombos) Animal Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, p 653 668 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN ANTARA UKURAN-UKURAN TUBUH DENGAN BOBOT BADAN DOMBOS JANTAN (Correlation of

Lebih terperinci

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VIII VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui peranan ternak babi dalam usaha penyediaan daging. Mengetahui sifat-sifat karakteristik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa kambing merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Chen et al., 2005). Bukti arkeologi menemukan bahwa kambing merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Perkembangan Ternak Kambing Kambing (Capra hircus) merupakan salah satu jenis ternak yang pertama dibudidayakan oleh manusia untuk keperluan sumber daging, susu, kulit

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis pada Kelompok Umur I 0. HASIL DAN PEMBAHASAN Ukuran-ukuran Tubuh pada Domba Ekor Gemuk dan Domba Ekor Tipis Penggunaan ukuran-ukuran tubuh dilakukan berdasarkan ukuran yang umum pada ternak, yaitu sifat kuantitatif untuk dapat

Lebih terperinci

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole Standar Nasional Indonesia Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2016 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Perkembangan Sapi Perah Menurut Sudono et al. (2003), sapi Fries Holland (FH) berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sejarah dan Perkembangan Sapi Perah Menurut Sudono et al. (2003), sapi Fries Holland (FH) berasal dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah dan Perkembangan Sapi Perah Menurut Sudono et al. (2003), sapi Fries Holland (FH) berasal dari Provinsi Belanda bagian Utara dan Provinsi Friesland Barat. Sapi FH di

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 I. BENIH PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL PEMASUKAN BENIH, BIBIT TERNAK DAN TERNAK POTONG A. Semen Beku Sapi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2011. Pemeliharaan domba dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil sedangkan

Lebih terperinci

PENDUGAAN UMUR BERDASARKAN KONDISI GIGI SERI PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH DI UNIT PELAKSANA TEKNIS TERNAK SINGOSARI, MALANG, JAWA TIMUR

PENDUGAAN UMUR BERDASARKAN KONDISI GIGI SERI PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH DI UNIT PELAKSANA TEKNIS TERNAK SINGOSARI, MALANG, JAWA TIMUR PENDUGAAN UMUR BERDASARKAN KONDISI GIGI SERI PADA KAMBING PERANAKAN ETAWAH DI UNIT PELAKSANA TEKNIS TERNAK SINGOSARI, MALANG, JAWA TIMUR SULASTRI dan SUMADI Dosen Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil serta Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 1. Jumlah Kuda Delman Lokal Berdasarkan Lokasi Pengamatan. Kuda Jantan Lokal (ekor) Minahasa

MATERI DAN METODE. Tabel 1. Jumlah Kuda Delman Lokal Berdasarkan Lokasi Pengamatan. Kuda Jantan Lokal (ekor) Minahasa MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengolahan data dan penulisan dilakukan di Laboratorium Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: mengukur diameter lingkar dada domba

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: mengukur diameter lingkar dada domba 14 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Domba Lokal betina dewasa sebanyak 26 ekor dengan ketentuan domba

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Kambing 2.1.1. Kambing Kacang Menurut Mileski dan Myers (2004), kambing diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Upafamili Genus Spesies Upaspesies

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kambing Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah dikenal secara luas di Indonesia. Ternak kambing memiliki potensi produktivitas yang cukup

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan.

PENDAHULUAN. sapi Jebres, sapi pesisir, sapi peranakan ongole, dan sapi Pasundan. 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan sapi lokal merupakan alternatif kebijakan yang sangat memungkinkan untuk dapat meningkatkan produksi dan ketersediaan daging nasional. Ketidak cukupan daging

Lebih terperinci

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah kelinci Menurut Kartadisatra (2011) kelinci merupakan hewan mamalia dari family Leporidae yang dapat ditemukan di banyak bagian permukaan bumi. Dulunya, hewan ini adalah

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur 25 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kabupaten Sumba Timur terletak di antara 119 45 120 52 Bujur

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Mitra Tani (MT) Farm Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Pancoran Mas Depok dan Balai Penyuluhan dan Peternakan

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk kedalam

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2011 hingga Februari 2012. Pemeliharaan dan penyembelihan ternak dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B, Unit Unggas,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 33 pertalian genetik yang relatif dekat akan kurang memberikan laju pertumbuhan anaknya dengan baik. Sifat morfolgis ternak seperti ukuran tubuh dan pola warna dapat digunakan untuk menganalisis estimasi

Lebih terperinci

BANGSA-BANGSA KERBAU PERAH

BANGSA-BANGSA KERBAU PERAH BANGSA-BANGSA KERBAU PERAH TIK : Dengan mengikuti kuliah ke-5 ini mahasiswa dapat menjelaskan tipe bangsa kerbau perah Sub Pokok Bahasan : 1. Asal usul bangsa kerbau perah 2. Sifat masing-masing bangsa

Lebih terperinci