NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BATANG HARI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BATANG HARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BATANG HARI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BATANG HARI"

Transkripsi

1

2 NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BATANG HARI DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BATANG HARI Nomor : 910/ Nomor : 170/ /BHK/2015 /DPRD/2015 Tanggal Oktober 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 Yang bertanda tangan di bawah ini : 1. N a m a Jabatan Alamat Kantor : : : S I N W A N, SH Bupati Batang Hari Jalan Jenderal Sudirman Nomor 1 Ma. Bulian. dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten Batang Hari, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA 2. a. Nama : M. MAHDAN, S.Kom Jabatan : Ketua DPRD Kabupaten Batang Hari Alamat : Jln. Jenderal Sudirman Muara Bulian b. Nama : Hj. YUNNINTA ASMARA Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kabupaten Batang Hari Alamat : Jln. Jenderal Sudirman Muara Bulian c. Nama : ELPISINA, S.Sos, M.Si. Jabatan : Wakil Ketua DPRD Kabupaten Batang Hari Alamat : Jln. Jenderal Sudirman Muara Bulian Sebagai Pimpinan DPRD bertindak selaku dan atas nama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Batang Hari, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. Dengan ini menyatakan bahwa dalam rangka penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2016 diperlukan Kebijakan Umum APBD yang disepakati bersama antara DPRD dengan Pemerintah Daerah, untuk Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun 2016 i

3 selanjutnya dijadikan sebagai dasar penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara APBD Tahun Anggaran Berdasarkan hal tersebut di atas, para pihak sepakat terhadap Kebijakan Umum APBD yang meliputi asumsi-asumsi dasar dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Tahun Anggaran 2016, terhadap kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah, yang menjadi dasar dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara APBD Tahun Anggaran Secara lengkap Kebijakan Umum APBD Tahun Anggaran 2016 disusun dalam Lampiran yang menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Nota Kesepakatan ini. Apabila setelah Nota Kesepakatan ini ditandatangani terjadi perubahan pendapatan dan perubahan jumlah belanja yang disebabkan Peraturan Perundang-Undangan, maka dapat dimasukkan ke dalam belanja tidak langsung dan belanja langsung (program dan kegiatan) serta rencana pengeluaran daerah, tanpa merubah Nota kesepakatan ini. Demikianlah Nota Kesepakatan ini dibuat untuk dijadikan dasar dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun Anggaran Muara Bulian, Oktober 2015 BUPATI BATANG HARI selaku, PIHAK PERTAMA PIMPINAN DPRD KABUPATEN BATANG HARI Selaku, PIHAK KEDUA S I N W A N, SH M. MAHDAN, S.Kom KETUA Hj. YUNNINTA ASMARA WAKIL KETUA ELPISINA, S.Sos, M.Si WAKIL KETUA Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun 2016 ii

4 DAFTAR ISI Halaman NOTA KESEPAKATAN... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL. iv DAFTAR GAMBAR. v BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG T U J U A N DASAR PENYUSUNAN... 5 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH PERKEMBANGAN INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH RENCANA DAN TARGET EKONOMI MAKRO PADA TAHUN RENCANA TARGET EKONOMI MAKRO BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) DASAR ASUMSI YANG DIGUNAKAN DALAM APBN LAJU INFLASI DAN DEFLASI LAIN LAIN ASUMSI BAB IV KEBIJAKAN PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN DAERAH PENDAPATAN DAERAH BELANJA DAERAH PEMBIAYAAN DAERAH.. 51 BAB V PENUTUP Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun 2016 iii

5 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Perbedaan Klasifikasi PDB/PDRB Menurut Pengeluaran 9 Tabel 2.2. Perbedaan Klasifikasi PDB/PDRB Menurut Lapangan Usaha 9 Tabel 2.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Batang 13 Hari Tahun (Milyar Rupiah) Tabel 2.4. Struktur Perekonomian Kabupaten Batang Hari Atas Dasar 16 Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun Tabel 2.5. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Batang Hari Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha 18 Tabel 2.6 Tingkat Inflasi Kota Jambi Tahun Tabel 2.7 Gini Rasio Kabupaten Batang Hari Tahun Tabel 2.8 Proyeksi PDRB Kabupaten Batang Hari Tahun Tabel 2.9 Proyeksi Pembagian Struktur Ekonomi Kabupaten Batang Hari 24 Tahun Tabel 2.10 Proyeksi Pembagian Struktur Ekonomi Kabupaten Batang Hari Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun dan Proyeksi Tahun 2015 dan Tabel 4.1 Rencana Pendapatan Kabupaten Batang Hari Tahun Anggaran 2016 Tabel 4.2 Rencana Belanja Tidak Langsung Kabupaten Batang Hari Tahun Anggaran 2016 Tabel 4.3 Plafon Anggaran Sementara Belanja Langsung (BL) Masingmasing Urusan dan SKPD Kabupaten Batang Hari Tahun Anggaran Tabel 4.4 Rincian Plafon Anggaran Pembiayaan Daerah Kabupaten Batang Hari Tahun Anggaran Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun 2016 iv

6 DAFTAR GAMBAR Halaman Grafik 2.1 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Batang Hari Menurut Lapangan Usaha (Persen) 10 Grafik 2.2 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Batang Hari Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah) Grafik 2.3 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Batang Hari Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah) Grafik 2.4 Kontribusi Sektor Primer, Sekunder dan Tersier terhadap PDRB Kabupaten Batang Hari Tahun Grafik 2.5 Struktur Perekonomian Kabupaten Batang Hari Tahun Grafik 2.6 Pertumbuhan Ekonomi Tahun Grafik 2.7 Proyeksi PDRB Kabupaten Batang Hari Tahun Grafik 2.9 Proyeksi Struktur Ekonomi Kabupaten Batang Hari Tahun Grafik 2.10 Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Batang Hari Tahun Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun 2016 v

7 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kewenangan Pemerintah Daerah untuk melaksanakan bidang kewenangan urusan wajib dan urusan pilihan diatur oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang ini juga memberi kewenangan kepada setiap daerah untuk mengatur, memanfaatkan dan mengelola daerah sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki. Secara spesifik pembagian urusan tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota. Penyelenggaraan urusan tersebut diimplementasikan dalam bentuk program dan kegiatan. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sementara penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat didanai melalui beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Salah satu tahapan dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA). Berdasarkan Pasal 310 ayat 1 Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan bahwa kepala daerah menyusun KUA dan PPAS berdasarkan RKPD. Hal ini sejalan dengan Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah mengamanatkan bahwa Kepala Daerah menyusun rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS). Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah juga mengamanatkan bahwa dalam penyusunan KUA dan PPAS Kepala Daerah

8 berpedoman pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Hal ini berarti bahwa proses penyusunan KUA harus mengikuti program dan kegiatan yang telah tercantum pada RKPD. Dengan kata lain, dokumen KUA harus searah dengan RKPD. Dengan demikian Penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) Kabupaten Batang Hari Tahun Anggaran 2016 mengacu pada Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Batang Hari Tahun RKPD Kabupaten Batang Hari Tahun 2016 telah ditetapkan dengan Peraturan Bupati Batang Hari Nomor 24 Tahun Pada dasarnya Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Kabupaten Batang Hari Tahun Anggaran 2016 disusun sebagai implementasi RKPD Tahun Anggaran Secara umum, program kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2016 tetap mengacu kepada Visi dan Misi dalam rangka mewujudkan Batang Hari Berlian Berdasarkan RPJMD Batang Hari , maka pada prinsipnya program dan kegiatan pembangunan Kabupaten Batang Hari Tahun Anggaram 2016 tetap berorientasi dan fokus kepada empat agenda utama Pembangunan, yang meliputi; bidang ekonomi kerakyatan, pendidikan, kesehatan dan bidang infrastruktur pelayanan umum. Keempat agenda tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari agenda pembangunan nasional dan provinsi serta merupakan pilar pokok untuk mencapai tujuan pembangunan daerah. Oleh karenanya, sinergitas dan konsistensi kebijakan pembangunan menjadi hal yang mendasar untuk dapat dilaksanakan dalam setiap tahapan proses kebijakan pembangunan di daerah. Atas dasar empat agenda utama ini, maka disusunlah Kebijakan Umum Anggaran (KUA) yang selanjutnya menjadi dasar dalam penyusunan Rancangan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun Anggaran 2016 untuk dibahas oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah dan Badan Anggaran DPRD, selanjutnya menjadi Prioritas dan Plafon Anggaran (PPA) yang dituangkan dalam Nota Kesepakatan antara Pemerintah Daerah dengan DPRD. Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

9 Kebijakan Umum APBD Kabupaten Batang Hari Tahun Anggaran 2016 memuat program-program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk setiap urusan pemerintahan daerah yang disertai dengan proyeksi perencanaan pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan yang disertai dengan asumsi yang mendasarinya. Penetapan prioritas pembangunan tahun 2016 didasarkan atas pertimbangan: 1) Memiliki dampak yang besar terhadap pencapaian sasaran sehingga langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat; 2) Mendesak dan penting untuk segera dilaksanakan; 3) Merupakan tugas pemerintah sebagai pelaku utama; 4) Realistis untuk dilaksanakan. Dalam rangka memberdayakan masyarakat Kabupaten Batang Hari, telah ditetapkan strategi pelaksanaan pembangunan tahun 2016 yang meliputi berbagai program prioritas Kebijakan Pembangunan Kabupaten Batang Hari sebagaimana yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Batang Hari Tahun Tahun 2016 merupakan tahun kelima dan tahun terakhir dari rangkaian lima tahunan RPJMD Pada tahun 2016 terdapat beberapa program dan kegiatan penting yang akan memberi warna bagi kualitas proses pembangunan dalam upaya mensejahterakan masyarakat. Terutama yang berkaitan dengan penyiapan infrastruktur pelayanan umum, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat, serta berbagai kegiatan yang berkaitan dengan upaya peningkatan ekonomi kerakyatan. Rancangan Kebijakan Umum APBD Tahun 2016 yang juga merupakan kebijakan politik pemerintah daerah dirumuskan dengan maksud agar proses penyusunan APBD dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

10 serta mampu secara komprehensif mengakomodir dinamika pembangunan Pemerintah Pusat dan Daerah. Sinergitas pencapaian tujuan pembangunan pemerintah pusat dan daerah harus dipertahankan, sekaligus menjadi indikator kinerja yang akan digunakan dalam menilai efektivitas pelaksanaannya selama kurun waktu satu tahun ke depan. Berdasarkan hal tersebut di atas, Kebijakan Umum APBD Tahun 2016 memuat tentang target pencapaian kinerja dari program-program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah yang disertai dengan proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dana pembiayaan serta asumsi yang mendasarinya. Selain itu juga memuat tingkat keberhasilankeberhasilan pembangunan yang telah dicapai sampai dengan tahun 2014 disertai perkiraan pencapaian pembangunan yang diharapkan pada tahun 2016 termasuk permasalahan/hambatan dan tantangan yang terjadi dan yang akan dihadapi T U J U A N Kebijakan Umum APBD tahun 2016 ini disusun dengan tujuan : a. Menyediakan dokumen perencanaan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang merupakan penjabaran kebijakan pembangunan pada RKPD tahun 2016, untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Tahun b. Untuk menyusun target dan capaian kinerja yang terukur dari program/kegiatan, urusan yang disertai dengan proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah, sumber dan penggunaan pembiayaan. Dengan asumsi bahwa tetap mempertimbangkan perkembangan ekonomi makro dan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah Provinsi. Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

11 c. Untuk menyusun program/kegiatan berdasarkan prinsip-prinsip Anggaran Berbasis Kinerja, terarah, efektif, efisien dan akuntabel DASAR PENYUSUNAN Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Kabupaten Batang Hari Tahun Anggaran 2016 ini disusun atas dasar sebagai berikut: 1) Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 2) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3) Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); 4) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 5) Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 7) Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 8) Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

12 9) Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerinahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kebupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 10) Peraturan Pemerintah Nomor 55 tahun 2005 tentang Dana Perimbangan; 11) Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah; 12) Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 13) Peraturan Pemerintah Nomor 43tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5539); 14) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 4); 15) Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 16) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 65 tahun 2007 tentang Pedoman Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD dan Rancangan Peraturan Kepala Daerah Tentang Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD; 17) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 tahun 2015 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2016; 18) Peraturan Daerah Kabupaten Batang HariNomor 3 tahun 2006 tentangtatacara Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah; 19) Peraturan Daerah Nomor 4 tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Dearah Kabupaten Batang Hari Tahun ; Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

13 20) Peraturan Daerah Kabupaten Batang Hari Nomor 5 tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; 21) Peraturan Daerah Kabupaten Batang Hari Nomor 17 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Batang Hari Tahun ; 22) Peraturan Bupati Batang Hari Nomor 24 Tahun 2015 tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Batang Hari Tahun Anggaran Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

14 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1. PERKEMBANGAN INDIKATOR EKONOMI MAKRO DAERAH Sejak Triwulan IV 2014, Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan penyesuaian perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB)/Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menggunakan tahun dasar yang baru yaitu 2010=100, menggantikan tahun dasar yang lama 2000=100, dalam jangka waktu sepuluh tahun ke belakang, banyak perubahan yang terjadi pada tatanan ekonomi global dan lokal yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia maupun Provinsi Jambi. Krisis finansial global yang terjadi pada tahun , penerapan perdagangan bebas antara China-ASEAN, perubahan sistem pencatatan perdagangan nasional dan internasional serta meluasnya jasa keuangan merupakan contoh perubahan yang perlu diadaptasi dalam mekanisme pencatatan statistik nasional dan daerah. Selain itu, Perubahan tahun dasar PDB/PDRB dilakukan untuk mengadopsi rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang tertuang dalam 2008 System of National Accounts (SNA 2008) yang disajikan melalui Supply and Use Tables (SUT). Klasifikasi PDB/PDRB menurut lapangan usaha tahun dasar 2000 menggunakan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia 1990 (KLUI 1990) sedangkan pada PDB / PDRB tahun dasar 2010 menggunakan KBLI Sementara klasifikasi PDB/PDRB menurut pengeluaran tahun dasar 2010 secara garis besar tidak banyak mengalami perubahan. Perbandingan keduanya pada tingkat paling agregat dapat dilihat pada tabel berikut: Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

15 Tabel 2.1: Perbedaan Klasifikasi PDB / PDRB Menurut Pengeluaran PDB / PDRB 2000 PDB / PDRB Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 3. Pembentukan Modal Tetap Bruto 4. Prubahan Inventory 5. Ekspor 6. Impor 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 5. Perubahan Inventory 6. Ekspor 7. Impor Tabel 2.2: Perbedaan Klasifikasi PDB / PDRB Menurut Lapangan Usaha PDB/PDRB seri 2000 PDB/PDRB seri Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan A. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian B. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan C. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih D. Pengadaan Listrik dan Gas E. Pengadaan Air 5. Konstruksi F. Konstruksi 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran G.Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor 7. Pengangkutan dan Komunikasi H. Transportasi dan Pergudangan I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J. Informasi dan Komunikasi 8. Keuangan, Real estate, dan Jasa Perusahaan K. Jasa Keuangan L. Real Estate M,N. Jasa Perusahaan 9. Jasa jasa O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P. Jasa Pendidikan Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U. Jasa Lainnya Penambahan jumlah sektor ekonomi dari 9 (sembilan) menjadi 17 (tujuh belas) memberikan kondisi ekonomi yang lebih jelas dan detail akan perkembangan yang ada. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator penting dalam pembangunan ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi yang mantap dan berkualitas akan berpengaruh terhadap pembangunan suatu daerah. Oleh karena itu, historis pertumbuhan ekonomi diperlukan untuk dijadikan dasar perencanaan pembangunan daerah. Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

16 30,00 25,00 20,00 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kab. Batang Hari Menurut Lapangan Usaha (persen) 15,39 Grafik ,20 13,48 17,31 15,00 10,00 5,00 9,54 8,35 6,43 8,02 0, * 2014** Atas Harga Berlaku Tahun 2010 Atas Harga Konstan Tahun 2010 Perekonomian dan kinerja daerah tidak terlepas dari kondisi perekonomian kabupaten/kota dan provinsi lain, nasional bahkan dunia internasional. Pada tahun 2014, kondisi perekonomian Kabupaten Batang Hari mengalami percepatan dibandingkan tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2014 penghitungan laju perkembangan ekonomi menggunakan tahun dasar 2010, sebagai pengimplementasian System of National Accounts (SNA) 2008 melalui penggunaan Supply and Use Tables (SUT) sebagai kerangka kerja. Nilai tambah bruto sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Batang Hari dapat diukur melalui PDRB menurut lapangan usaha yang mengukur kondisi ekonomi dari sisi penyediaan (supply side). Pada tahun 2014, nilai tambah bruto yang dihasilkan Kabupaten Batang Hari atas dasar harga berlaku tahun 2010 mencapai 11,685.4 milyar rupiah, meningkat dari tahun 2013 yang mencapai 9,961,3 milyar rupiah. Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

17 Grafik 2.2 Produk Domestik Regional Bruto Kab. Batang Hari Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah) , , , , , * Bila dilihat menurut harga konstan tahun 2010, nilai tambah bruto yang dihasilkan mencapai ,68 juta rupiah (1,5 trilyun rupiah), meningkat dibandingkan tahun 2012 yang mencapai ,51 (1,4 trilyun rupiah). Perkembangan ekonomi Kabupaten Batang Hari dapat dilihat dari indeks perkembangan PDRB yang diuraikan menurut sektor setiap tahun. Indeks ini menunjukkan seberapa besar perkembangan ekonomi suatu daerah pada tahun berjalan dibandingkan dengan keadaan pada tahun dasar (dalam hal ini tahun 2010). Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

18 Grafik 2.3 Produk Domestik Regional Bruto Kab. Batang Hari Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha (miliar rupiah) 6.840, , , , , * 2014** PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar dalam hal ini tahun dasar 2010, PDRB atas dasar harga konstan pada tahun 2014 sebesar 9,334.2 milyar meningkat sebesar 0,08 persen bila dibandingkan PDRB dasar harga konstan pada tahun 2013, meningkat sebesar 0,36 persen dibandingkan dengan tahun dasar PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) selama 5 tahun terakhir mengalami kenaikan rata-rata sebesar 8085,41 milyar dari Rp 6,840.5 milyar pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp 6,049 milyar pada tahun PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 (ADHK 2000) mengalami kenaikan rata-rata 1,4% pertahun yaitu dari Rp 1,286 milyar pada tahun 2011 menjadi sebesar Rp 1,472 milyar pada tahun 2013, selengkapnya seperti pada tabel berikut. Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

19 Tabel 2.3 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Batang Hari Tahun (Milyar Rupiah) No. PDRB * 1 2 ADHB 6, , , , ,685.4 ADHK 6, , , , ,334.2 Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Batang Hari (PDRB menurut lapangan usaha tahun ). Keterangan: *) = angka sementara Struktur Perekonomian Daerah Struktur perekonomian suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan masing-masing sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur yang terbentuk dari nilai tambah bruto masing-masing sektor tersebut menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari tiap sektor. Struktur perekonomian daerah ada kecenderungan perubahan dari sektor primer beralih ke sektor sekunder dan tersier. Berdasarkan atas output maupun input menurut asal terjadinya proses produksi, sektor pada PDRB dapat dikelompokkan menjadi sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer merupakan sektor ekonomi yang melakukan proses produksi dengan menggali atau memperoleh hasil langsung dari alam. Sektor primer juga mencakup produksi berupa barang mentah dan bahan baku makanan. Sektor yang masuk dalam kategori ini adalah sektor pertanian; dan sektor pertambangan dan penggalian. Sektor sekunder adalah unit-unit kegiatan ekonomi yang biaya produksinya (inputnya) sebagian besar berasal dari sektor primer. Sektor sekunder meliputi sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air minum serta sektor bangunan. Sektor tersier merupakan sektor yang menyediakan jasa-jasa kepada masyarakat umum dan unit usaha, yang mencakup sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

20 transportasi dan komunikasi; sektor keuangan dan sektor jasa-jasa. Antara tahun , perekonomian Kabupaten Batang Hari didominasi oleh sektor tersier, diiikuti oleh sektor primer di tempat kedua dan sektor sekunder di tempat ketiga. Ini berarti, selama tiga tahun terakhir, secara umum pola perekonomian tidak mengalami perubahan berarti. Jika dilihat perkembangan kontribusi tiap sektornya selama periode , terlihat bahwa sektor tersier terus mengalami peningkatan kontribusi, sedangkan sektor primer mengalami fluktuasi yang tidak terlalu signifikan. Hal yang sama terjadi pada sektor sekunder. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2010, pada tahun 2010, kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang Hari dari sektor primer sebesar 66,85 %, sekunder 15,65%, dan Tersier 17,50%. Pada tahun 2014 sektor primer memberikan kontribusi sebesar 65,55%, sektor sekunder 15,60 % dan sektor tersier sebesar 18,86. Grafik 2.4 Kontribusi Sektor Primer, Sekunder dan Tersier terhadap PDRB Kabupaten Batang Hari Tahun * * Tersier 17,50 17,49 18,31 18,26 18,86 Sekunder 15,65 15,44 15,79 15,82 15,60 Primer 66,85 67,07 65,90 65,92 65,55 Sumber: BPS Kab. Batang Hari (PDRB menurut lapangan usaha tahun ), diolah Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

21 Pada tahun 2014, struktur perekonomian Kabupaten Batang Hari masih tetap berbasis pada sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang memberikan kontribusi sebesar 41,26% dengan sub sektor Tanaman Perkebunan yang memberikan kontribusi sebesar 30,78% diikuti sub sektor Peternakan sebesar 3,20%. Urutan kedua pembentuk struktur perekonomian Kabupaten Batang Hari yaitu sektor industri Pengolahan sebesar 12,78%, dengan sub sektor Industri Makanan dan Minuman yang memberikan kontribusi sebesar 6,44 persen, diikuti sub sektor Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik. Sektor Pertambangan dan Penggalian di urutan ketiga yang membentuk struktur perekonomian sebesar 11,50%, dimana laju pertumbuhannya mengalami perlambatan bila dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 13,44%, sub sektor Pertambangan Batubara dan Lignit sebesar 5,77% diikuti sub sektor Pertambangan Minyak, Gas dan Panas Bumi sebesar 3,80. Jika dilihat berdasarkan ada tidaknya pergeseran kontribusi masingmasing sektor terhadap PDRB Kabupaten Batang Hari secara keseluruhan, pada tahun 2014 tidak terjadi pergeseran kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB. Tidak terdapat perbedaan berarti dalam kontribusi tiap-tiap sektor terhadap PDRB keseluruhan antara tahun 2014 dengan tahun Grafik 2.5 Struktur Perekonomian Kabupaten Batang Hari Tahun 2014 Tersier; 18,86 Sekunder; 15,60 Primer; 65,55 Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

22 Tabel 2.4 Struktur Perekonomian Kabupaten Batang Hari Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun PRIMER Uraian Tahun * A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B Pertambangan dan Penggalian C Industri Pengolahan SEKUNDER D Pengadaan Listrik dan Gas E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan Pergudangan I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum TERSIER J Informasi dan Komunikasi K Jasa Keuangan dan Asuransi L Real Estat M,N Jasa Perusahaan O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U Jasa lainnya PDRB Sumber: Badan Pusat Statistik Kab. Batang Hari (PDRB menurut lapangan usaha tahun ), diolah Keterangan: *) = angka sementara Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

23 2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Pada tahun 2014, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang Hari sebesar 8,02 persen (y-o-y), meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 6,43 persen (y-o-y). Laju pertumbuhan beberapa sektor/subsektor mengalami perlambatan, seperti sektor Pertambangan dan Penggalian khususnya sub sektor Pertambangan Batubara dan Lignit yang mengalami penurunan harga di pasar internasional, yang tentu saja berpengaruh terhadap penurunan produksinya, begitu pula dengan sektor lainnya. Grafik 2.6 Pertumbuhan Ekonomi Tahun ,54 8,35 6,43 8,02 7,86 7,03 7,07 7,76 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Batang Hari Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi * Peningkatan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang Hari pada tahun 2014 mengalami kenaikan yang signifikan, hal ini disebabkan beberapa infrastruktur yang terbangun ikut menunjang kenaikan, penyelenggaraan PORPROV XXI di Kabupaten Batang Hari juga mempunyai andil terhadap kenaikan sub sektor Industri Makanan dan Minuman, sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, dengan kontribusi terbesar dari sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, pada tahun 2013 sebesar 2,31% naik menjadi 16,82%. Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

24 Tabel 2.5 Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kab. Batang Hari Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Lapangan Usaha * 2014** (1) (2) (3) (4) (5) (6) A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B Pertambangan dan Penggalian C Industri Pengolahan D Pengadaan Listrik dan Gas E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi/Construction G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan Pergudangan I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J Informasi dan Komunikasi K Jasa Keuangan dan Asuransi L Real Estat M,N Jasa Perusahaan O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan/Education Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U Jasa lainnya Produk Domestik Regional Bruto Dari tabel diatas dapat dapat dijelaskan bahwa sektor-sektor yang mengalami perkembangan yang sangat signifikan adalah sektor Jasa Keuangan dan Asuransi yang mengalami perkembangan sebesar 152 %, diikuti sektor konstruksi sebesar 144 %, sedangkan sektor Pertambangan walaupun member kontribusi sebesar 182,76 %, namun ini mengalami laju perlambatan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan terbesar dari tahun sebelumnya di kontribusi dari sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum sebesar 18,82 persen, ikuti Jasa Kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 16,88 persen, sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

25 Wajib meningkat sebesar 16,81 persen. Sedangkan sektor pertambangan dan Penggalian mengalami laju perlambatan sebesar 1,85 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya Inflasi Inflasi, adalah suatu proses meningkatnya harga secara umum dan berkelanjutan yang berkaitan dengan mekanisme pasar antara lain supply barang yang terbatas dan peningkatan permintaan yang tinggi sehingga menimbulkan kenaikan harga. Di lain sisi, deflasi adalah suatu keadaan dimana harga-harga mengalami penurunan, dan merupakan kebalikan dari inflasi, dapat juga diartikan sebagai proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggirendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Penghitungan tingkat Inflasi Kabupaten Batang Hari mengikuti tingkat Inflasi yang terjadi di Kota Jambi. Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

26 Tabel 2.6 Tingkat Inflasi Kota Jambi Tahun No. Tahun Tingkat Inflasi (%) (yoy) , , , ,72 Sumber : Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Prov. Jambi Bank Indonesia Indeks Gini Pemerataan hasil pembangunan biasanya dikaitkan dengan masalah kemiskinan. Secara logika, jurang pemisah (gap) yang semakin lebar antara penduduk kaya dan miskin berarti kemiskinan semakin meluas dan sebaliknya. Dengan demikian orientasi pemerataan merupakan usaha untuk memerangi kemiskinan. Tolok ukur untuk menghitung tingkat pemerataan pendapatan antara lain dengan Indeks Gini atau Gini Ratio. Adapun kriteria kesenjangan/ketimpangan adalah G<0,30 berarti ketimpangan rendah, 0,30 G 0,50 berarti ketimpangan sedang, dan G>0,50 berarti ketimpangan tinggi. Indeks Gini di Kabupaten Batang Hari selama tahun menunjukkan bahwa ketimpangan pendapatan penduduk di Kabupaten Batang Hari adalah sedang, atau distribusi pendapatan di Kabupaten Batang Hari semakin merata. Apabila dikaitkan dengan angka pendapatan per kapita yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dengan angka indeks Gini yang semakin menurun mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk Kabupaten Batang Hari semakin meningkat dan semakin banyak penduduk yang dapat menikmatinya. Kondisi tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

27 Tabel 2.7 Gini Rasio Kabupaten Batang Hari Tahun Tahun Gini Rasio * * Rerata Sumber : Hasil penelitian Lemlit Unja, 2014 Catatan : * adalah Angka prediksi Berdasarkan tabel tersebut dapat diungkapkan bahwa selama periode angka indeks gini Kabupaten Batang Hari selalu mengalami perbaikan artinya ketimpangan pendapatan cenderung membaik. Jika tahun 2008 indeks gini rasionya sebesar , tahun 2014 menurun menjadi dengan nilai rata-rata sebesar (berada pada ketimpangan rendah), karena nilainya berada pada kisaran Hal ini bearti bahwa tingkat ketimpangan berada pada kategori rendah karena nilainya berada pada kisaran Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

28 2.2 RENCANA DAN TARGET EKONOMI MAKRO PADA TAHUN Melihat perkembangan pertumbuhan ekonomi dan inflasi pada tahun 2014 serta memperhatikan perkembangan perekonomian Provinsi, Nasional dan Global, kondisi perekonomian Kabupaten Batang Hari pada tahun 2015 diprediksi akan lebih relatif stabil dan prospektif. Proyeksi PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) tahun 2015 dan tahun 2016 sebesar Rp.13,359.3 milyar pada tahun 2015 dan Rp. 15,033.2 milyar pada tahun Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) tahun 2015 sebesar Rp.10,088.5 milyar pada tahun 2015 dan pada tahun 2016 di proyeksikan meningkat menjadi Rp.11,718,9 milyar. Grafik 2.7 Proyeksi PDRB Kabupaten Batang Hari Tahun , , , , , , , , , , , , , , * 2016** Atas Harga Berlaku 2010 Atas Harga Konstan 2010 Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

29 Tabel 2.8 Proyeksi PDRB Kabupaten Batang Hari Tahun No. PDRB * Proyeksi 2015** 2016** 1 2 ADHB 6, , , , , , ,033.2 ADHK 6, , , , , , ,718.9 * : Angka sementara ** : Proyeksi Proyeksi PDRB Kabupaten Batang Hari pada tahun diprediksi meningkat rata-rata sebesar 11,83 % pertahun didasarkan Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2010, serta Proyeksi PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 diprediksikan meningkat sebesar 10,69 % pertahun Struktur Perekonomian Daerah Grafik 2.9. Prediksi Struktur Ekonomi Kabupaten Batang Hari Tahun ,50 17,49 18,31 18,26 18,86 17,07 17,09 15,65 15,44 15,79 15,82 15,60 16,66 16,29 66,85 67,07 65,90 65,92 65,55 67,01 66, * 2015** 2016** * : Angka sementara ** : Prediksi Primer Sekunder Tersier Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

30 Prediksi Struktur Perekonomian Daerah antara tahun , perekonomian Kabupaten Batang Hari Atas Dasar Harga Berlaku 2010, masih didominasi oleh sektor Primer, diikuti oleh sektor Tersier di tempat kedua dan sektor sekunder di tempat ketiga. Ini berarti, secara umum pola perekonomian tidak mengalami perubahan berarti. Jika dilihat perkembangan kontribusi tiap sektornya selama periode proyeksi , terlihat bahwa sektor tersier terus mengalami peningkatan kontribusi. Sektor primer mengalami hal yang sebaliknya, dimana pada periode tersebut konsisten mengalami penurunan kontribusi. Hal yang sama terjadi pada sektor sekunder dimana kontribusinya menurun selama tahun proyeksi Tabel 2.9. Proyeksi Pembagian Struktur Ekonomi Kabupaten Batang Hari Tahun Uraian Tahun * 2015** 2016** PRIMER A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B Pertambangan dan Penggalian C Industri Pengolahan SEKUNDER D Pengadaan Listrik dan Gas E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang F Konstruksi G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan Pergudangan I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum TERSIER J Informasi dan Komunikasi K Jasa Keuangan dan Asuransi L Real Estat M,N Jasa Perusahaan O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U Jasa lainnya * : Angka sementara ** : Prediksi Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

31 2.2.2 Pertumbuhan Ekonomi Grafik Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Batang Hari Tahun ,54 8,35 8,02 7,99 7,96 6, ** 2016** * : Angka sementara ** : Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Kab. Batang Hari proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015 dan 2016, menggunakan laju rata-rata pertumbuhan ekonomi dari tahun , di prediksi sebesar 7,99 persen pada tahun 2015 dan 7,96 persen pada tahun 2016, penghitungan ini didasarkan pada Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kab. Batang Hari Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha. Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

32 2.3 RENCANA TARGET EKONOMI MAKRO Tantangan dan Peluang Ketersediaan energi merupakan salah satu tantangan bagi masyarakat Kabupaten Batang Hari,baik yang tidak terbarukan maupun yang terbarukan. Pada umumnya kesediaan energi di Kabupaten Batang Hari masih berorientasi pada energi yang tidak terbarukan, yang tentunya dalam jangka panjang sumberenergi tersebut akan habis. Sementara untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pelaksanaan pembangunan pada umumnya membutuhkan sumber energi yang sangat besar, yang sampai sekarang energi yang terbarukan masih belum terkelola secara optimal. Selain itu, kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang masih belum optimal menjadi persoalan yang essensial di tengah masyarakat Batang Hari. Hal ini terlihat dari indikasi rendahnya SDM Kabupaten Batang Hari yang bekerja pada sektor-sektor yang memerlukan teknologi tinggi, yang sampai saat ini lebih banyak terisi oleh SDM yangberasal dari luar Kabupaten Batang Hari. Pada sisi lain untuk memacu pertumbuhan ekonomi secara nyata diperlukan kemampuan SDM lokal dalam mengelola sektor skunder bahkan tersier, terutama yang berkaitan dengan penggunaan teknologi. Fenomena ini tentu akan menjadi perhatian dalam pembangunan di bidang pendidikan, ketenagkerjaan dan pemberdayaan masyarakat desa melalui program dan kegiatan di masing-masing SKPD yang terkait. Tantangan yang lain yang juga penting untuk disikapi adalah belum optimalnya pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang produksi, pengolahan, informasi, transportasi, serta penguatan keterkaitan mata rantai industri hulu-hilir dalam satu kesatuan struktur ekonomi yang mapan serta pemanfaatan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif yang menghasilkan produksi bersih dan berkelanjutan.tantangan ini sekaligus Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

33 menjadi peluang bagi masyarakat Batang Hari sesuai dengan perkembangan teknologi, industri pengolahan produk primer (kelapa sawit, karet, ternak dan ikan), teknologi transportasi dan informasi. Aktifitas dalam eksploitasi dan eksplorasi sumber daya alamoleh masyarakat dan dunia usaha telah pula menjadi tantangan yang krusial dan mengancam keseimbanganlingkungan. Hal ini terjadi karena dorongan kebutuhan ekonomi, semakin tingginya nilai ekonomi berbagai potensi sumberdaya alam dan kurangnya pemahaman terhadap lingkungan. Akumulasi dari hal di atas, telah menjadikan Kabupaten Batang Hari sebagai wilayah yang tingkat kerusakan lingkungannya yang mempunyai dampak bukan hanya darisisi ekonomi saja tapi juga lingkungan hidup dan sosial. Tentunya persoalan lingkungan ini akan menjadi perhatian Pemerintah Daerah Batang Hari melalui serangkaian program dan kegiatan. Ke depan aspek kelestarian lingkungan akan semakin intensif ditangani seiring dengan meningkatnya status Kantor Lingkungan Hidup menjadi Badan Lingkungan Hidup Daerah serta SKPD terkait lainnya. Perkembangan lingkungan eksternal perekonomian (dunia, nasional dan regional) baik langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap perekonomian Kabupaten Batang Hari. Gejolak dan kebijakan tentang harga BBM, nilai tukar rupiah dan faktor makro ekonomi lainnya akan mempengaruhi perekonomian masyarakat Batang Hari, termasuk mempengaruhi kebijakan anggaran pemerintah daerah. Berbagai kondisi faktor eksternal yang mempengaruhi perekonomian Batang Hari pada Tahun 2015, diperkirakan sebagai berikut : 1) Ketergantungan pangan terhadap produk impor; fenomena ini akan mengakibatkan ketersediaan produk pangan terganggu, sehingga terjadi ketidakstabilan harga di pasaran; Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

34 2) Kenaikan harga BBM akibat pengurangan subsidi pemerintah; 3) Mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, kecenderungan investasi dan ekspor yang melambat; dan pertumbuhan sektor industri pengolahan non-migas yang terus melemah; 4) Adanya potensi gelojak moneter international yang terkait dengan keseimbangan global, tingginya harga minyak dunia; 5) Makin tingginya desakan implementasi pembangunan yang berkelanjutan serta food safety (ketahanan pangan). 6) Perubahan parlemen dan kabinet hasil Pemilu dan Pilpres 2014, serta perubahan kebijakan fiskal Sedangkan faktor internal yang akan mempengaruhi perekonomian Batang Hari untuk tahun 2015 diperkirakan adalah ; 1) Jumlah penduduk; kondisi ini di satu sisi merupakan potensi pasar barang dan jasa, namun di sisi lain merupakan beban pembangunan ekonomi. 2) Ketersediaan infrastruktur wilayah melalui penyediaan sarana dan prasarana yang relatif baik, akan mempengaruhi tingkat efisiensi perekonomian dan peningkatan daya tarik bagi para investor serta Nilai Tukar Petani (NTP). 3) Penurunan kontribusi sektor primer ke sektor tersier dan sekunder yang salah satunya mengakibatkan terjadinya pengangguran kentara (disguise employment); sementara pertumbuhan sektor tersier dan primer tidak secara otomatis berakses terhadap transformasi tenaga kerja. 4) Iklim ketentraman dan ketertiban yang kondusif dalam menghadapi Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Provinsi Jambi dan Kabupaten Batang Hari tahun 2015 kondisi ini sangat mempengaruhi aspek sosial masyarakat dan aktivitas ekonomi. Tantangan-tantangan tersebut di atas sangat menentukan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Batang Hari. Oleh karena itu, tantangan ini harus dapat diatasi secara proporsional melalui penetapan prioritas pembangunan daerah, penetapan rencana kerja dan pendanaannya, serta penataan Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

35 hubungan tata kerja dalam pelaksanaannya, sehingga terjadinya sinergitas dan kebersamaan dari semua stakeholders pembangunan di Batang Hari. Kebijakan dan program pembangunan yang lebih menitik beratkan kepada revitalisasi pertanian, peningkatan sumber daya manusia dibidang pendidikan dan kesehatan sebagai program prioritas, diperkirakan akan terus memperkuat perekonomian daerah dalam upaya menurunkan jumlah pengangguran dan kemiskinan. Disamping itu, kebijakan ekonomi makro pada tahun 2015 diarahkan untuk mewujudkan percepatan pertumbuhan ekonomi dalam rangka mengatasi permasalahan pengangguran dan kemiskinan. Hal ini dilakukan melalui langkah-langkah percepatan penyediaan infrastruktur dasar, peningkatan kualitas pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing daerah. Prospek perekonomian Batang Hari pada tahun 2015 diperkirakan tetap optimis, prospek pengembangan ekonomi yang sangat baik terutama di sektor pertambangan, pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, industri pengolahan dan jasa sebagai sektor unggulan yang mengandalkan kemampuan sumber dayaalam dan sumber daya manusia. Seperti permintaan pasar lokal terhadap produk-produk unggulan dari Batang Hari cukup besar, yang memberikan prospektif bagi pengembangan sektor industridan perdagangan, trendnya menunjukkan peningkatan yang sangat baik, disamping disektor perdagangan, jasa dan industri. Perkembangan ekonomi daerah dapat dilihat dari indeks perkembangan PDRB menurut sektor setiap tahunnya. Indeks ini menunjukkan seberapa besar perkembangan ekonomi suatu daerah pada tahun berjalan dibandingkan dengan keadaan pada tahun dasar (dalam hal ini tahun 2010). Pada tahun 2014 nilai tambah bruto Kabupaten Batang Hari Atas Dasar Harga Konstan Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

36 mencapai 9,344.2 milyar rupiah, meningkat sebesar 8,02 % tahun 2013 yang mencapai 8,640.8 milyar rupiah. dibandingkan Berdasarkan RPJMD, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang hari ditargetkan tumbuh sebesar rata-rata 6,61 % pertahun (didasarkan pada tahun dasar 2000). Mengacu pada target ini, maka pada tahun 2014 yang akan datang diproyeksikan PDRB Kabupaten Batang Hari Atas Harga Berlaku sebesar 6,448, juta Rupiah dan Atas Harga konstan sebesar ,68 juta Rupiah. Sementara pada tahun 2015 diproyeksikan atas Harga berlaku sebesar ,19 juta Rupiah dan PDRB Atas Harga Konstan sebesar ,05 juta Rupiah Tabel 2.10 Perkembangan PDRB Kabupaten Batang Hari Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun dan Proyeksi Tahun 2015 dan 2016 Tahun Atas Dasar Harga Konstan 2010 Atas Dasar Harga Berlaku 2010 PDRB (milyar) Indeks Perkembangan PDRB (Juta Rupiah) Indeks Perkembangan , , , , , , , , * 9, , * 10, , * 11, , Sumber : BPS Kabupaten Batang Hari, diolah * Angka Proyeksi Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

37 BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) Sejalan dengan arah pembangunan Nasional, pada dasarnya Pembangunan Kabupaten Batang Hari merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat daerah yang dilaksanakan secara terus menerus berdasarkan kemampuan daerah serta kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan keadaan daerah, nasional, dan global. Substansi dari pengertian tersebut menunjukkan bahwa berbagai kebijakan yang akan dan telah dirumuskan, ditetapkan dan diimplementasikan merupakan langkahlangkah untuk menangani berbagai permasalahan yang berkembang dalam rangka meningkatkan kualitas dan perikehidupan masyarakat Kabupaten Batang Hari. Pada tahun 2016, pembangunan di Kabupaten Batang Hari tetap berorientasi kepada RPJMN , RPJMD Provinsi Jambi dan RPJMD Batang Hari dengan tetap mempertimbangkan dinamika dan ekonomi global, nasional dan di daerah Batang Hari sendiri. Oleh karena itu untuk ketajaman sebuah perencanaan anggaran perlu mempertimbangkan berbagai asumsi dari berbagai aspek. 3.1 ASUMSI DASAR YANG DIGUNAKAN DALAM APBN Asumsi-asumsi dalam penetapan APBN memiliki pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap kondisi penganggaran di daerah. Kuatnya pengaruh langsung dari kebijakan APBN akan lebih dirasakan oleh Kebijakan Umum APBD Kab. Batang Hari Tahun

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017

hal- ii Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) Tahun Anggaran 2017 DAFTAR ISI Hal. Nota Kesepakatan Daftar Isi i BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tujuan... 2 1.3. Dasar Hukum... 3 BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 8 2.1. Perkembangan Indikator Ekonomi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016 PEMERINTAH KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2015 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Nota Kesepakatan...

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2014 No. 11/02/15/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 7,9 PERSEN KINERJA POSITIF YANG TERUS TERJAGA DALAM KURUN LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017

Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI GORONTALO Pertumbuhan Ekonomi Gorontalo Triwulan III-217 Ekonomi Gorontalo Triwulan III- 217 tumbuh 5,29 persen Perekonomian Gorontalo berdasarkan besaran Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2016 No. 1/0/33/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN TUMBUH 5,8 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN PERTUMBUHAN TAHUN SEBELUMNYA 17 1 A. PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 BPS KABUPATEN SERDANG BEDAGAI No. 01/10/1218/Th.VII, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI SERDANG BEDAGAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Serdang Bedagai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2017 No. 26/05/15/Th.XI, 5 Mei PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I- EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I- TUMBUH 4,27 PERSEN DIBANDING TRIWULAN I- Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen No. 11/02/75/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen Perekonomian Gorontalo tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014 Persen (%) No. 29/05/75/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I- 2015 Ekonomi Gorontalo Triwulan I-2015 Tumbuh 4,69 Persen Melambat Dibanding Triwulan I-2014 Perekonomian Gorontalo yang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 01/08/1205/Th. VIII, 16 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB Lapangan Usaha TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2015 No. 11/02/15/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH 4,21 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017 No. 40/08/Th.XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN II-2017 MENGALAMI PERTUMBUHAN SEBESAR 2,01 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Bali

Pemerintah Provinsi Bali BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah yang memiliki fungsi sebagai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 65/11/32/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN III-2015 TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat pada Triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 40/05/21/Th.X, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 TUMBUH 7,14 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2014

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 No. 010/0/15/Th.XI, 6 Februari 017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN TUMBUH,37 PERSEN Perekonomian Provinsi Jambi tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), 2010-2016 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4 848 847.7 5 422 596.4 6 137 535.9 6 879 709.2 7 610 994.1 8 399 150.1

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017 No. 26/05/75/Th.XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017 EKONOMI GORONTALO TRIWULAN I-2017 TUMBUH 7,27 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian Gorontalo yang diukur

Lebih terperinci

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan

Bila dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 EKONOMI RIAU TRIWULAN II-2017 TUMBUH 2,41 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 No. 37/08/14/Th. XVIII, 7 Agustus 2017 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016 No. 027/05/16/Th.X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016 EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2016 TUMBUH 0,56 PERSEN DIBANDING TRIWULAN IV-2015 Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 TUMBUH 5,4 PERSEN MENGUAT SETELAH MENGALAMI PERLAMBATAN SEJAK EMPAT TAHUN SEBELUMNYA No. 13/02/33/Th.IX, 5 Februari 2015 Release

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016 No. 62/11/75/Th.X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2016 Tumbuh 6,98 Persen Meningkat Dibanding dengan Triwulan II-2016 Perekonomian Gorontalo

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 64/11/16/Th.XVII, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 4,89 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2016 No. 26/05/Th.X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2016 EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2016 MENGALAMI PERTUMBUHAN SEBESAR 5,52 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2016 No. 09/02/14/Th. XVIII, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 2,23 PERSEN MEMBAIK DIBANDINGKAN TAHUN SEBELUMNYA (0,22 PERSEN) Perekonomian Riau tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN

BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN BAB II TINJAUAN EKONOMI MURUNG RAYA TAHUN 2010-2014 2.1 STRUKTUR EKONOMI Penetapan SDG s Sustainable Development Goals) sebagai kelanjutan dari MDG s Millenium Development Goals) dalam rangka menata arah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

PDRB Harga Berlaku Kepulauan Bangka Belitung triwulan II-2015) Rp miliar dan PDRB Harga Konstan atas dasar Rp miliar.

PDRB Harga Berlaku Kepulauan Bangka Belitung triwulan II-2015) Rp miliar dan PDRB Harga Konstan atas dasar Rp miliar. PDRB Harga Berlaku Kepulauan Bangka Belitung triwulan II-2015) Rp15.184 miliar dan PDRB Harga Konstan atas dasar Rp 11.451 miliar. Perekonomian triwulan II-2015 tumbuh sebesar 3,93 persen, namun mengalami

Lebih terperinci

Lainnya. Infokom. konstruksi. Perdagangan. Industri PDRB. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2016 Terhadap Triwulan IV-2015 (q-to-q) Pertanian

Lainnya. Infokom. konstruksi. Perdagangan. Industri PDRB. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I-2016 Terhadap Triwulan IV-2015 (q-to-q) Pertanian No. 33/05/33/Th.X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2016 EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2016 TUMBUH 5,1 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- Perekonomian Jawa Tengah yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 10/02/32/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT 2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2016 TUMBUH 5,45 PERSEN EKONOMI JAWA BARAT 2016 TUMBUH 5,67 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2016 BADAN PUSAT STATISTIK No. 7/5/Th.XVIII, Mei 16 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-16 TUMBUH,9 PERSEN Perekonomian Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK No. 65/08/21/Th.X, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,35 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian

Lebih terperinci

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 90/11/21/Th.X, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,37 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT 10/02/32/Th. XVIII, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN EKONOMI JAWA BARAT TAHUN TUMBUH 5,03 PERSEN Perekonomian Jawa Barat tahun yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 No. 06/2/62/Th. IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 TUMBUH 6,21 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kalimantan Tengah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 34/05/35/Th.XIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2015 TUMBUH 5,18 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 No. 35/05/33/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-2015 TUMBUH 5,5 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 No. 13/02/19/Th.IX, 5 Februari 2015 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2014 TUMBUH 4,68 PERSEN MELAMBAT SEJAK TIGA TAHUN TERAKHIR Release PDRB

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN II-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan II-2016 Tumbuh 5,40 Persen Melambat Dibanding Triwulan II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN II-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan II-2016 Tumbuh 5,40 Persen Melambat Dibanding Triwulan II-2015 No. 47/08/75/Th.X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN II-2016 Ekonomi Gorontalo Triwulan II-2016 Tumbuh 5,40 Persen Melambat Dibanding Triwulan II-2015 Perekonomian Gorontalo yang diukur

Lebih terperinci

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 38/05/21/Th.XI, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN 2014 No. /2/1/Th.XVI, 5 Februari 215 PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TAHUN Release PDRB tahun dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2 berbasis SNA 28 EKONOMI RIAU TAHUN TUMBUH 2,62 PERSEN Perekonomian Riau tahun

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 No. 06/02/62/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016 TUMBUH 6,36 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah Tahun 2016 berdasarkan Produk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 12/02/61/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN TUMBUH 5,02 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2013 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2016 Pertanian, Kehutanan, dan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Konstruksi Perdagangan Besar dan Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 31/05/35/Th.XV, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I 2017 TUMBUH 5,37 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017 KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN 2016 Rancangan Kebijakan Umum Anggaran Tahun 2017 DAFTAR ISI iii DAFTAR ISI DAFTAR ISI iv DAFTAR

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan III 2017

Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan III 2017 Berita Resmi Statistik Bulan November Provinsi Bali No. 73/11/51/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BALI Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan III Ekonomi Bali Triwulan III Tumbuh 6,22 Persen

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN III/2016 TUMBUH 1,11 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III/2015 No. 054/11/14/Th.XVII, 7 November 2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-2017 No. 45/8/15/Th.XI, 7 Agustus 17 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-17 EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-17 TUMBUH 1,8 PERSEN DIBANDING TRIWULAN I-17 Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/02/53/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2015 EKONOMI NTT TAHUN 2015 TUMBUH 5,02 PERSEN Perekonomian NTT tahun 2015 yang diukur berdasarkan Produk Domestik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 26/05/32/Th.XVIII, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2016 TUMBUH 5,08 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2016 No. 062/11/16/Th.X, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2016 EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN III-2016 TUMBUH 1,27 PERSEN DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian Provinsi Jambi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-2015 No. 29/5/15/Th.IX, 5 Mei 215 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-215 EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN I-215 TUMBUH 5,9 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- Perekonomian Provinsi Jambi yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2015 No. 13/0/33/Th.X, 5 Februari 016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 015 EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 015 TUMBUH 5, PERSEN MENCAPAI PERTUMBUHAN TERTINGGI SELAMA LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Jawa Tengah

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 No. 17/05/31/Th.IX, 15 MEI 2010 No. 7/10/3171/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA SELATAN TAHUN 2014 Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya menggunakan tahun dasar 2010 berbasis SNA 2008

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 26/05/Th.XIX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 EKONOMI PROVINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I-2017 TUMBUH 5,11

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III-2016 No. 77/11/33/Th.X, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III- EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III- TUMBUH 5,6 PERSEN LEBIH BAIK DIBANDING TRIWULAN III-15 Perekonomian Jawa Tengah yang diukur

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN No. 09/02/31/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN Perekonomian Jakarta tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 No. 12/02/82/Th.XVI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 EKONOMI MALUKU UTARA TAHUN 2016 TUMBUH 5,77 PERSEN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN IV- 2016 (Y-ON-Y) TUMBUH 6,54 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 No. 32/05/51/Th. X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2016 TUMBUH SEBESAR 6,04% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,46% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/08/53/Th.XVIII, 5 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN EKONOMI NTT SEMESTER I TAHUN TUMBUH 4,84 PERSEN Perekonomian NTT semester I tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017

Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017 Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara N o. 61/11/Th.IX, 6 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Tenggara Triwulan III-2017 Provinsi Sulawesi Tenggara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK No. 07/02/53/Th.XVIII, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TAHUN EKONOMI NTT TAHUN TUMBUH 5,04 PERSEN Perekonomian NTT tahun yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

PERUBAHAN TAHUN DASAR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) BERBASIS SNA2008. H. Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015

PERUBAHAN TAHUN DASAR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) BERBASIS SNA2008. H. Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 PERUBAHAN TAHUN DASAR PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) BERBASIS SNA2008 H. Nevi Hendri, S.Si Soreang, 1 Oktober 2015 I. PENTINGNYA PERUBAHAN TAHUN DASAR PDRB 1. Latar Belakang 2. Manfaat 3. Implikasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I 2015 TUMBUH 0,16 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 27/05/32/Th.XIX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2017 TUMBUH 5,24 PERSEN Perekonomian Jawa Barat pada triwulan I-2017

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 TUMBUH 2,34 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TRIWULAN I/2015 No. 24/05/14/Th. XVII, 4 Mei 2016 Perekonomian Riau

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTT No. 07/05/53/Th.XVIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 EKONOMI NTT TRIWULAN I-2015 TUMBUH 4,60 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 No. 06/05/62/Th.XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2017 TUMBUH 9,49 PERSEN Perekonomian Kalimantan Tengah triwulan I-2017

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DKI Jakarta A. PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN 1-2017 Perekonomian Jakarta triwulan I-2017 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 No. 29/5/13/Th.XVIII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN I-2015 TUMBUH 5,46 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 2015 BADAN PUSAT STATISTIK No. 16/2/Th.XIX, 5 Februari 216 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN IV- TUMBUH 5,4 PERSEN TERTINGGI SELAMA TAHUN EKONOMI INDONESIA TAHUN TUMBUH 4,79 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2016 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 10/02/61/Th.XX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN IV- TUMBUH 3,77 PERSEN TERENDAH SELAMA TAHUN EKONOMI KALIMANTAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 10/02/73/Th. IX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 EKONOMI SULAWESI SELATAN TAHUN 2016 TUMBUH 7,41 PERSEN PDRB MENURUT

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2015 No. 63/11/Th.IX, 5 November 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2015 EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN III-2015 MENGALAMI PERTUMBUHAN SEBESAR 6,43 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2014

Lebih terperinci

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR

BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR BPS KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR No. 01/10/3172/Th.VII, 1 Oktober 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 EKONOMI JAKARTA TIMUR TAHUN 2014 TUMBUH 5,98 PERSEN Release PDRB tahun 2014 dan selanjutnya

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-2015 No. 047/08/15/Th.IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-2015 EKONOMI PROVINSI JAMBI TRIWULAN II-2015 TUMBUH 1,5 PERSEN DIBANDING TRIWULAN I-2015 Perekonomian Provinsi Jambi yang

Lebih terperinci

https://binjaikota.bps.go.id

https://binjaikota.bps.go.id BPS KOTA BINJAI No. 1/10/1276/Th. XVI, 10 Oktober 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KOTA BINJAI TAHUN 2015 Pertumbuhan Ekonomi Kota Binjai tahun 2015 yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 55/08/35/Th.XIII, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2015 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II 2015 TUMBUH 5,25 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 45/08/Th.XIX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,29 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2015 No. 24/05/91 Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2015 EKONOMI PAPUA BARAT TRIWULAN I-2015 MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,50 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

No. 25/05/31/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 TUMBUH 5,08 PERSEN MENGALAMI KONTRAKSI 0,12 PERSEN DIBANDINGKAN TRIWULAN IV/2014

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA No. 28/05/Th. IX, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGGARA EKONOMI SULAWESI TENGGARA TRIW. I-2017 TUMBUH 8,39 PERSEN (YEAR ON YEAR) Perekonomian Sulawesi Tenggara triwulan I-2017 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT No. 11/02/61/Th.XIX, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 EKONOMI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2015 TUMBUH 4,81 PERSEN MELAMBAT DIBANDINGKAN TAHUN 2014

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 No. 44/08/13/Th XX, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,32 PERSEN Perekonomian Sumatera Barat yang diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2015 No. 06/8/62/Th.IX, 5 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN II TAHUN TUMBUH 6,98 PERSEN Ekonomi Kalimantan Tengah Semester 1 tahun tumbuh sebesar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2015 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 12/02/35/Th.XIV, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2015 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2015 TUMBUH 5,44 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TAHUN 2014 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II-2016 BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur No. 07/08/53/Th.XIX, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NTT TRIWULAN II-2016 EKONOMI NTT TRIWULAN II-2016 TUMBUH PERSEN 5,29 PERSEN Perekonomian NTT yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2015 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2015 Tumbuh 5,74 Persen Lebih Cepat Dibanding Triwulan II-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-2015 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-2015 Tumbuh 5,74 Persen Lebih Cepat Dibanding Triwulan II-2015 Persen (%) No. /11/75/Th.IX, 5 November 15 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TRIWULAN III-15 Ekonomi Gorontalo Triwulan III-15 Tumbuh 5,7 Persen Lebih Cepat Dibanding Triwulan II-15 Release PDRB tahun 1 dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2017 No 28/05/82/Th XVI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I-2017 EKONOMI MALUKU UTARA TRIWULAN I- 2017 TUMBUH 7,54 PERSEN Perekonomian Maluku Utara berdasarkan besaran Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI JAWA BARAT No. 29/05/32/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2015 EKONOMI JAWA BARAT TRIWULAN I-2015 TUMBUH 4,93 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2014 Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAHTRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAHTRIWULAN I-2017 No. 33/5/33/Th.XI, 5Mei217 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAHTRIWULAN I-217 EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I-217 TUMBUH 5,2PERSEN (Y ON Y) Perekonomian Jawa Tengah Triwulan I-217 yang diukur berdasarkan Produk

Lebih terperinci

usaha perdagangan besar dan eceran (0,71%); pertanian, kehutanan dan perikanan (0,52%); serta konstruksi (0,54%).

usaha perdagangan besar dan eceran (0,71%); pertanian, kehutanan dan perikanan (0,52%); serta konstruksi (0,54%). No. 29/5/63/Th.XIX, 5 Mei 215 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I -215 EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I TAHUN 215 TUMBUH -4,78 PERSEN Perekonomian Kalimantan selatan pada triwulan I-215

Lebih terperinci