PL Grinding I Semester 2 TWIST DRILL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PL Grinding I Semester 2 TWIST DRILL"

Transkripsi

1 TWIST DRILL I. Pengertian Twist drill adalah suatu alat potong yang bekerja dengan cara berputar pada sumbunya, menghasilkan lubang silindris dan ukuran lubang yang dihasilkan sama dengan ukuran alat tersebut. Drilling Boring - menggunakan twist drill - menggunakan boring tool (ISO 8 / 9) - hasil lubang = ukuran tool - hasil lubang > ukuran tool - jenis putaran rotasi - jenis putaran revolusi - ukuran tetap / fix - ukuran bisa bervariasi - BK bisa pejal / sudah berlubang - harus ada lubang awalan Dari segi material alat potong yang digunakan tidak hanya High Speed Steel, tetapi juga sudah ada yang terbuat dari hard metal / carbide. Bahkan jenis inserted tip untuk twist drill juga sudah ada. Sebagai contoh adalah solid drill yang mampu membuat lubang tanpa awalan.hal terpenting dalam perawatan twist drill adalah pengasahan, apa bila ada kriteria dalam pengasahan yang tidak terpenuhi akan mengakibatkan : ketidakakuratan lubang yang dihasilkan, kerusakan pada twist drill. II. Bagian-bagian Twist Drill

2 III. Fungsi 1. Body Bagian dari twist drill yang mempunyai sisi potong primer maupun sekunder yang ditandai dengan adanya alur sepiral ( flute ). 2. Neck Bagian twist drill yang membatasi antara shank dan body, dan berfungsi juga sebagai pembebas diameter bor, karena diameternya lebih kecil dari ukuran twist drill tersebut. 3. Shank Tangkai atau pemegang pada twist drill, ada dua jenis yaitu silindris dan konus. Jenis silindris dipakai pada twist drill dengan diameter lebih kecil dari 13.5 sedangkan untuk yang lebih besar menggunakan pemegang konus. Pada pemegang jenis konus ada bagian yang disebut tang, bentuknya persegi pada ujung belakang berfungsi sebagai penahan torsi dan digunakan untuk mengeluarkan bor dari sarungnya. 4. Heel Salah satu tepi sisi dari alur spiral ( flute ) yang tidak berfungsi sebagai mata potong. 5. Land Sisi potong sepanjang body posisinya mengikuti alur spiral, land merupakan sisi bebas dengan sudut 0 pada mata potong sekunder berfungsi untuk mempertahankan ukuran nominal diameter lubang yang dihasilkan. 6. Flute Alur spiral pada body yang mempunyai fungsi : - membentuk sudut gama pada mata potong primer dan sekunder. - Jalan keluar bagi chip saat proses pengeboran. - Jalan masuk cutting fluid agar sampai ke mata potong. 7. Lip Sisi potong pada mata potong primer yang dibentuk oleh pepotongan antara face dan flank.

3 8. Face Permukaan flute yang mendekati lip, dimana chip diarahkan saat proses pemotongan. 9. Flank Sisi bebas pada mata potong primer, bentukanya seperti mantel atau selimut kerucut. Sisi inilah yang setiapkali digerinda saat pengasahan twist drill. 10. Point Mata potong primer pada twist drill, yang terdiri atas : lip, flank, face, dan chisel edges. 11. Chisel Edge Garis yang dibentuk oleh pertemuan flank dari dua buah mata potong. Bagian ini merupakan bagian dari mata potong utama yang membelok.. Karena geometri potongnya kurang baik maka sering dibuat berbagai modifikasi agar proses dan hasilnya bisa lebih baik. 12. Web Bagian inti dari twist drill yang tidak terkena alur spiral / flute. Ukuran web ini membatasi chisel edge. IV. Type Twist Drill Alur spiral pada twist drill mempunyai fungsi utama semagai pembentuk sudut garuk ( ) pada mata potong primer maupun sekunder. Sehingga besar kecilnya spiral ( kemiringan sisi spiral ) sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya sudut garuk ( ). Maka dibuat twist drill dengan kemiringan berbeda yang nantinya akan disesuaikan dengan pengerjaan di mesin, terutama kaitannya dengan material benda kerja. Secara prinsip masih sama dengan pahat bubut, semakin keras material maka sudut garuknya semakin kecil, begitu juga sebaliknya. Pemilihan type ini didasarkan pada material benda kerja dan masih disesuaikan dengan pengasahan sudut puncak twist drill. Ada tiga type twist drill menurut sudut spiralnya, yaitu 1. Type N = 25-30

4 Twist drill jenis ini digunakan untuk pengerjaan pada material normal, dilihat dari segi kekerasan dan keuletannya. 2. Type H = Twist drill jenis ini digunakan untuk pengerjaan pada material yang keras dan getas. 3. Type W = V. Macam-macam Twist Drill 1. Center Drill ( CD ) Center drill merupakan alat pelubang awal, fungsinya secara khusus adalah membuat lubang center untuk pengerjaan chuck-center, between center atau pengerjaan lain. Ciri khasnya adalah : ada 2 step diameter, antara diameter kecil dan besar dihubungkan dengan konus 60,. Lubang konus tersebut yang akan dipakai sebagai tumpuan live center ataupun death center. Kedalaman pengeboran hanya sampai pada akhir konusnya, karena pada diameter besarnya tidak terdapat body clearence sehingga ada kemungkinan akan terjepit oleh benda kerja.

5 Ada beberapa jenis yang lain selain tambahan radius yaitu, tambahan chamfer pada ujung d2 atau ada drill untuk diameter minor ulir di depan d1. Ukuran untuk d1, d2, sudah distandarisasikan dalam bentuk d1 x d2 contoh : 1.5 x 5, 2.5 x 8, 2 x 6, 3 x 8, 4 x 10, 5 x 12 dst. Untuk material pembentuknya mayoritas dari HSS, ada yang dilapisi titanium, dan juga yang terbuat dari hard metal / carbide. 2. Non Center Drill ( NC Drill) Alat ini difungsikan untuk membuat takikan awal untuk mengarahkan pengeboran selanjutnya. NC drill ini terbuat dari material yang lebih kaku dibandingkan dengan twist drill, agar takikan awal yang dibuat sesuai dengan posisi yang diharapkan ( tidak bergeser ). Bentuknya mirip dengan twist drill hanya saja tidak ada body clearence pada sisi potong sekundernya karena bagian yang difungsikan hanya bagian depan / matel kerucutnya, jadi tidak sampai membentuk diameter. Andaikan dipaksakan NC drill akan terjepit pada lubang dan bisa mengakibatkan kepatahan pada alat itu. Dalam pengasahannya NC dibuat lancip dengan sudut puncak 90 O agar penyayatan awalnya lebih mudah tanpa mengalami pergeseran center. Secara fungsi alat ini dapat digantikan dengan jig yang terdapat selongsong yang sesuai dengan ukuran twist drill yang dipakai. Untuk ukuran D tersedia dari diameter 4, 6, 8, 10, 12, 16, 20, 25. Untuk material pembentuknya mayoritas dari HSS, ada yang dilapisi titanium, dan juga yang terbuat dari hard metal / carbide. 3. Straight Fluted Drill Drill jenis ini dipakai untuk pengerjaan material brass atau bronze, atau material lain yang liat. Ciri utamanya adalah spiralnya berupa alur lurus yang geometri menyebabkan sudut garuknya ( ) 0, sehigga alat ini juga cocok untuk pengerjaan plat-plat tipis karena material beda kerja tidak akan tertarik keatas ataupun bengkok. Gaya pengeboran yang diperlukan cukup besar karena sudut gamanya relatif kecil, selian itu juga chip yang dihasilkan tidak dapat keluar dengan sendirinya.

6 4. Flat Drill Drill ini agak mirip dengan stright fluted drill yaitu sudut garuknya ( ) 0. Secara fisik hanya seperti material pipih yang dibuat mata potong pada ujungnya, dan sbidang bebas pada sisi samping. Jenis ini termasuk pada die drill yang digunakan untuk pengerjaan baja yang keras. Beberapa jenis flat drill yang terbuat dari carbide / hard metal. 5. Aircraft Drill. Air craft drill didesain untuk pengerjaan material yang lunak dengan kekuatan tarik yang tinggi, seperti material pembuat pesawat dan peluru. Drill jenis ini dibuat tegar untuk pengerjaan yang berat. Alur flutenya pendek tetapi mempunyai tangkai silindris yang panjang. 6. Shell Drill Shell drill merupakan jenis drill yang mempunyai lebih dari dua mata potong dan mempunyai inti ditengahnya, sehingga bersifat kaku dan kuat, sehingga mampu menghasilkan lubang yang lurus. Shell drill hanya digunakan untuk memperbesar lubang dan tidak mampu untuk membuat lubang dari material pejal, karena pada bagian intinya

7 tidak terdapat mata potong. Biasanya terdiri dari tiga atau empat sisi potong, secara bentuk mirip dengan reamer. 7. Deep Drill Deep drill merupakan jenis drill dengan mata potong tunggal, tetapi pada mata potong tunggal tersebutmempunyai dua sisi potong yang bersudut 120. Panjang dan sudut masing-masing harus tepat sama agar lubang yang dihasilkan bisa sentris. Terdapat tiga buah land yang akan menjaga driil tersebut tepat pada centernya. Dapat digunakan untuk pengeboran dari material pejal atau berlubang. Ukuran deep drill yang tesedia hanya diatas diameter 80, karena dibawah ukuran ( 80 ) terlalu lentur dan tidak mampu mempertahankan kesentrisannya dengan mata potong tunggal. 8. Hollow Drill Hollow drill merupakan alat pelubang yang tidak mempunyai sisi potong pada bagian intinya. Alat ini dirancang untuk menghasilkan lubang yang besar dalam waktu yang singkat. Material sisanya masih bisa digunakan untuk ukuran yang lebih kecil karena berupa material pejal bukan berupa tatal, sehingga lebih menghemat material benda kerja. Proses pengerjaan menggunakan hollow drill hanya bisa dilakukan untuk membuat lubang tembus, kalau tidak tembus makan akan ada sisa material pada intinya yang sulit untuk dibuang. Jumlah mata potong hollow drill berkisar antara 2 sampai 16, tergantung pada diameternya. Gaya pemakanan yang dibutuhkan cukup besar, untuk menguranginya posisi tiap mata potong dibuat berstep sehingga setiap mata potong hanya menyayat sebagian dari luasan yang akan dikerjakan.

8 9. Counter Bor Jenis drill untuk membuat lubang berstep dengan dasar yang rata, seperti untuk tempat inbus screw. Bentukannya mirip dengan cutter milling hanya saja pada ujung intinya terdapat pilot pin. Pilot pin tersebut memandu jalannya agar tidak bergeser dari sumbu awal, karena pemakanan dengan bidang rata cukup berat dan memungkinkan munculnya gaya radial. Pilot pin yang dibuat secara terpisah ( dapat diganti-ganti ) dan ada yang dibuat jadi satu dengan sisi potongnya. Sebelum diproses dengan counter bor maka perlu dibuatkan lubang awal yang sesuai dengan diameter pilot pin tersebut. Jumlah sisi potongnya ada yang berjumlah 3 dan Solid Drill Solid drill merupakan jenis drill yang menggunakan inserted tip carbide dan mempunyai permukaan yang rata. Drill ini tidak mempunyai sisi potong sekunder, alur spiral pada body hanya merupakan jalan keluar bagi chips. Solid drill mampu membuat lubang dari material pejal tanpa lubang awalan pada bidang rata atau bidang miring. 11. Twist drill dengan bentukan khusus. Untuk memenuhi permintaan pengerjaan lubang pada benda kerja dan juga untuk mempercepat proses pengerjaan maka sering dibuatkan twist drill yang sesuai dengan kontur yang diharapkan. Misalkan ada lubang berstep yang dihubungkan dengan konus atau seperti bentukan pada counter bor, maka twist drill dibentuk

9 sesuai dengan gambar benda kerja yang akan dibuat. VI. Pengasahan Twist Drill Pada Twist drill yang diasah hanya bidang sudut bebas ( Flank ) pada kedua mata potong primernya. Meskipun hanya satu bidang yang dikerjakan namun banyak tuntutan yang harus terpenuhi, agar twist drill berfungsi dan menghasilkan lubang sesuai keinginan. A. Kriteria Pengasahan Twist Drill Ada beberapa kriteria yang harus terpenuhi dalam mengasah twist drill yaitu: 1. Sudut Puncak ( ϕ ) Sudut puncak adalah sudut yang dibentuk oleh kedua sisi potong pada mata potong primer. Besarnya sudut puncak dipengaruhi oleh material yang akan dikerjakan. Rumusan standar untuk menentukan besarnya sudut puncak ini tidak ada. Data tersebut diperoleh melalui cara eksperimen dimana ditemukan geometri yang paling cocok untuk pengerjaan material tersebut, kemudian dibakukan dalam standar DIN Pemilihan sudut puncak ini erat kaitannya dengan type twist drill yang dipakai. Adapun datanya sebagai berikut: a. Type N Baja dan baja tuang dengan kekuatan tarik sampai 700 N/mm 2, ϕ = 118. Paduan CuZn, nickel, stainless steel, ϕ = 140. b. Type H Paduan CuZn 40, ϕ = 118. Baja kekuatan tinggi > St 70, ϕ = 140. Plastik cetakan, batu, ϕ = 80.

10 c. Type W Aluminium, copper ϕ = 140. Zinc alloys, ϕ = Sisi Potong Sama Panjang Tuntutan kedua dalam pengasahan twist drill adalah sisi potong yang sama panjang. Ukuran ini diambil dari ujung pembentuk diameter sampai pada chisel edge. Perbedaan panjang pada sisi potong akan mengakibatkan munculnya gaya radial pada saat pengeboran sehingga memungkinkan adanya perubahan center lubang dan ukuran yang dihasilkan. Paduan material pada twist drill memungkinkan adanya kelenturan hal ini dimaksudkan untuk menghindari kepatahan pada twist drill. Posisi sisi potong terhadap center memang miring maka memungkinkan sekali munculnya gaya radial tersebut. Gaya radial yang muncul pada masing-masing sisi potong akan beresultan menjadi gaya aksial apabila besar dan arahnya tidak sama. 3. Sudut Bebas ( α ) Bidang bebas pada twist drill berupa bidang lengkung, sehingga pengukurannya cukup menyulitkan sehingga ada toleransi yang agak besar untuk itu. Sudut bebas twist drill diukur dengan cara mencari titik singgung pertama pada punggung dari ujung mata potongnya. Besarnya clearence yang diminta adalah Besar kecilnya sudut bebas ini dipengaruhi oleh laju pemakanan ( feed ), semakin cepat maka dibutuhkan sudut yang besar pula, dan sebaliknya. Jika kita membesarkan sudut bebasnya perlu diperhitungkan ketegaran pada twist drill dan kecenderungan twist drill untuk tertancap pada benda kerja dan akhirnya patah, karena sudut bebas juga berfungsi untuk membatasi laju pemakanan ( secara manual ). 4. Chisel Edge Angle Chisel edge juga merupakan mata potong, Pada pengeboran awal ( predrill ) bagian ini menghabiskan kira-kira 2/3 gaya potong yang

11 diberikan saat proses pengerjaan, untuk mengurangi kerugian tersebut maka ditemukan efisiensi maksimal pengeboran dengan chisel edge angle 55. Bagian chisel edge juga bekerja seperti mata potong utamanya saat pengeboran awal ( predrill ), agar tidak terlalu berat dan mempengaruhi kesentrisannya maka dibentuklah chisel edge angle ( bekerja dalam arah gaya yang berbeda ). Pada bagian ini mempunyai geometri sudut potong yang buruk dimana sudut garuknya terlalu kecil dan sudut bebas terlalu besar. Pada beberapa modifikasi untuk mengatasi kondisi tersebut, yang akan dibahas pada bagian berikutnya. 5. Kesebidangan Kesebidangan bukan hanya merupakan syarat secara penampilan saja, tetapi akan menyangkut mengenai ketepatan akan sudut potongnya juga umur pakai mata potongnya. Mengasah secara manual dengan tuntutan sebanyak ini tidaklah gampang, perlu banyak latihan agar kemampuan yang kita miliki dapat mencapainya. Sebetulnya daerah yang harus sebidang adalah daerah yang dekat dengan sisi potong karena hanya daerah itu yang efektif bekerja. B. Cara Pengasahan. Pengasahan twist drill ada 3 cara: 1. Manual Pada cara manual, hanya dibutuhkan mesin gerinda jenis bangku misalnya Vitax. Kriteria pengasahan dicapai dengan kemampuan operator tanpa alat bantu, sehingga memang dituntut ketrampilan pengerjaan manual yang baik. Pengerjaan ini memakai batu gerinda type I atau form A, dengan cara memanfaatkan kelengkungan diameter luarnya. 2. Dengan mesin khusus pengasah twist drill Pada pengasahan dengan mesin khusus pengasah twist drill dibantu dengan skala pembentuk sudut puncak dan sudut bebasnya yang jelas bahwa kesebidangannya mudah dicapai dengan mesin ini. Pengasahan jenis ini dengan memanfaatkan kelengkungan dari diameter dalam batu gerinda (

12 type V / form E ), yang berakibat adanya keterbatasnya ukuran twist drill yang dapat dikerjakan. Perlu diingat bahwa posisi pengasahan untuk tiap diameter akan berbeda beda, karena memakai refrensi sisi keliling twist drill bukan center twist drill. Kecenderungan untuk hangus lebih tinggi karena bidang geseknya agak lebar. Sebagai contoh adalah mesin Demanders. 3. Dengan perlengkapan khusus Jenis mesin yang digunakan sama dengan cara manual, hanya saja ada perlengkapan tambahan untuk memudahkan pengerjaan. Dengan perlengkapan tersebut gerakan bisa lebih kontinyu, sudut puncak dan sudut bebasnya bisa diatur. Kelemahannya adalah twist drill selalu menempel pada batu gerinda, sehingga kemungkinan untuk hangus lebih besar. Alat ini masih terkesan kurang praktis dan efisien sehingga jarang digunakan untuk proses pengasahan twist drill. C. Pengukuran hasil pengasahan 1. Pengukuran sudut puncak dan panjang sisi potong. Sudut puncak dan panjang sisi potong dapat dichek menggunakan gauge khusus sesuai dengan sudut puncak yang diinginkan dan skala vernier pada sisi tepinya. Cara ini hanya mengandalkan pengamatan secara visual, sehingga sangat tergantung pada ketelitian atau kecermatan dari operatornya. Untuk pengerjaan dengan tuntutan kepresisian tinggi dapat dicheck ketinggian ujung masing-masing sisi potong menggunakan outside dial. 2. Pengukuran sudut bebas Sudut bebas pada mata bor merupakan bidang lengkung, maka dalam mengukur kita harus mencari garis yang ditarik dari ujung mata potong dan menyinggung bidang bebasnya. Gauge yang akan dipakai disesuaikan dengan kemiringan alur spiral /

13 sudut garuknya ( sesuai dengan type twist drill ) dan sudut bebas ( α ) yang akan kita buat Sebetulnya yang kita ukur saat ini adalah besarnya sudut badji ( β ). Keakuratannya tidaklah begitu dibutuhkan maka sering juga hanya dicheck secara visual. 3. Pengukuran chisel edge angle Kita mengukur besarnya kemiringan chiesel edge terhadap salah satu mata potong. Besarnya sudut yang di minta adalah 55. Ada juga gauge yang dibuat untuk mengechek besarnya sudut ini. Karena ketepatan sudutnya secara presisi tidaklah penting maka pengujian ini juga hanya dilakukan secara visual. D. Kesalahan di dalam pengasahan twist drill dan akibatnya: 1. Sisi potong tidak sama panjang Pada pengasahan ini sudut puncak pada kedua sisi potongnya sama tetapi panjangnya tidak sama. Meskipun kedua mata potong dapat menyayat, tetapi luas bidang sayatnya tidak sama. Akibat: 1. Tegangan / gaya pemakanan pada masing-masing sisi potong tidak sama. 2. Ada pergeseran sumbu antara twist drill dan lubang. 3. Lubang yang dihasilkan akan oversize. 2. Sisi potong tidak sama sudutnya. Pada pengasahan ini sisi potongnya sama panjang, tetapi sudutnya berbeda. Hanya ada satu sisi potong yang menyayat. Akibat: 1. Tegangan / gaya pemakanan ditumpu oleh satu sisi potong saja. 2. Sisi sayatnya menjadi tidak sama panjang. 3. Arah pengeboran dapat membelok.

14 4. Lubang yang dihasilkan akan oversize. 3. Panjang dan sudut sisi potong tidak sama Kesalahan ini merupakan penggabungan antara nomor 1 dan 2, dimana panjang sisinya tidak sama dan sudut puncaknya juga berbeda. Akibat: 1. Tegangan / gaya pemakanan ditumpu oleh satu sisi potong saja. 2. Ada pergeseran sumbu antara twist drill dan lubang. 3. Arah pengeboran dapat membelok.

15 4. Lubang yang dihasilkan akan oversize. Semua kesalahan dalam pengasahan yang berkaitan dengan panjang sisi potong dan sudut puncaknya dapat mengakibatkan kerusakan pada benda kerja dan kepatahan pada twist drill. 5. Clearence yang tidak sesuai Sudut bebas yang dibentuk secara manual dengan sisi keliling batu gerinda mungkin terlalu besar atau terlalu kecil bahkan minus, hal ini dipengaruhi oleh gerakan pengasahan. Semakin panjang / tinggi gerakan naik kita akan memungkinkan pembentukan sudut bebas yang besar, apa bila gerakan kebawah melebihi titik awalnya maka akan menghasilkan clearence yang minus. Clearence yang terlalu kecil akan menyebabkan twist drill tidak mampu menyayat, dan jika terlalu besar akan melemahkan sudut baji ( β ) sehingga mudah patah. 6. Chisel edge angle membesar Kecenderungan kesalahan dalam mengasah chisel edge angel akan membesar bahkan akan tegak lurus / 90 terhadap sisi potong utamanya. Sebetulnya pembentukan sudut ini berkaitan erat dengan pembentukan sudut bebas, kalau sudut bebasnya benar maka chisel edge akan tampak lurus dan chisel edge angel ± 55. Andaikan ada kesalahan pada chisel edge pasti disebabkan oleh pembentukan bidang bebas yang salah, berarti yang harus dibetulkan adalah sudut bebasnya. Semakin besar chiesel edge yang dibentuk maka gaya pemakanan yang dibutuhkan akan semakin besar karena sisi potong utama dan chisel edge bekerja pada garis yang saling tegak lurus.

16 VII. Modifikasi Pengasahan Sudut Puncak Twist Drill 1. Standar Untuk pengasahan jenis ini kita hanya membuat variasi pada sudut puncak ( ϕ ). Besarnya sudut puncak disesuaikan dengan jenis / type dari twist drill dan material benda kerja. Adapun variasinya sebagai berikut: Type W, ϕ = 90 Type N, ϕ = 118 Type H, ϕ = 135 Kaitannya dengan jenis material secara prinsip adalah: semakin keras material benda kerja maka sudut puncaknya dibuat semakin tumpul dan sebaliknya. Besarnya sudut puncak bukanlah harga mutlak yang harus terpenuhi secara tepat. Dalam pengasahan ini yang terpenting adalah tercapainya seluruh kriteria pengasahan twist drill. Tenaga yang diperlukan untuk pengeboran dengan twist drill jenis ini cukup besar, karena bagian inti / webnya cukup lebar. Hal ini disebabkan karena geometri sudut potong terutama sudut garuknya ( γ ) cukup besar. 2. Point Thinned Chisel Edge Drill Untuk memperkecil tenaga pengeboran, kita perlu mengurangi Chisel Edges atau bagian inti ( Web ) pada twist drill. Kesalahan dalam pengurangan web ini dapat menyebabkan kesentrisan dari mata bor ini akan berkurang. Sehingga perlu diusahakan pengurangan web yang seimbang. Pengasahan semacam ini hanya perlu dilakukan untuk proses pengeboran tanpa awalan, atau sebagai predrill. Panjang web yang tersisa berkisar antara D. Hanya twist drill yang mempunyai inti yang kuat yang diperbolehkan untuk di modifikasi semacam ini, karena gaya yang diterima oleh inti cukup besar. Modifikasi jenis ini kesentrisannya lebih baik dibandingkan dengan pengasahan secara standard. 3. Point Thinned Chisel Edge With Modified Lip Drill Selain penggerindaan web, dapat juga di lakukan penggerindaan pada sudut potong utamanya yaitu sudut

17 gamma ( γ ). Kedua hal ini dapat di lakukan bersamaan atau secara terpisah tergantung dengan permintaan. Penggerindaan ini bertujuan untuk mengecilkan sudut gamma dari kondisi normalnya untuk pengerjaan yang lebih berat akibat dari jenis material benda kerja yang dikerjakan yang bersifat keras atau ulet ( seperti spring steel, Mn Steel, atau kuningan ).Biasanya sudut gamma ini diubah dari kondisi normal menjadi bersudut 0-5.Dengan modifikasi ini twist drill menjadi lebih mampu untuk melakukan pengeboran yang berat, tidak tertarik oleh material yang liat atau yang tipis. Adapun konsekwensi yang muncul adalah gaya pengeboran yang diperlukan menjadi lebih besar, juga kesentrisannya akan berkurang karena gaya lebih tersebut. 4. Spiral Point Drill Modifikasi jenis ini adalah membuat mata potong sekunder pada chiesel edges yang akan memotong bersamaan, atau secara singkat dapat diartikan sebagai pembuatan sudut garuk ( γ ) pada chiesel edges, juga ada efek yang lain yaitu terbentuknya 2 bidang bebas ( clearence ). Keuntungan dari sistem ini adalah gaya pengeboran yang lebih kecil dan kesentrisannya baik. Selain itu kemungkinan terjadi gesekan antara bidang bebas dan benda kerja menjadi kecil karena ada pembesaran sudut bebas pada punggungnya. Perlu juga diperhatikan dalam pengasahannya karena akan berpengaruh sangat besar terhadap kesentrisannya. Tipe ini cocok untuk proses drilling dari material pejal ( tanpa predrill ) dan juga untuk material keras seperti St Double Mantle Drill Twist drill jenis ini sudut puncaknya dibentuk dalam dua sudut yaitu 90, dan 118. Manfaat dari cara ini adalah gaya potongnya menjadi lebih kecil karena ditumpu oleh 2 bidang ( arah gayanya lain ), panas yang muncul dapat keluar dengan mudah, tool lifenya juga menjadi semakin panjang. Model ini sangat cocok untuk material besi tuang karena strukturnya berupa butiran yang cenderung menggesek twist drill.

18 6. Spotting Drill Spotting Drill adalah modifikasi twist drill dengan membentuk center pada sumbunya dan selebihnya dibuat rata. Tool ini bisa menghasilkan ujung lobang pengeboran yang rata dengan kedalaman tertentu tanpa harus menggunakan guide seperti pada counterbor. Twist drill ini dipakai tanpa pre drill. Kelebihannya adalah kesentrisannya sangat baik, tidak menghasilkan chip pada lubang tembus, cocok untuk material logam non ferrus seperti: aluminium, kuningan, seng. Bor ini tidak akan berfungsi dengan baik apabila sudah terdapat lubang awalnya atau melewati lubang yang melintang, karena penyenterannya tidak akan berfungsi. Perlu diingat juga bahwa gaya pemakananya cukup berat karena bidang sayatnya rata dan mengarah ke satu arah secara sejajar. Gambar Detail Spiral Point Drill Gambar Detail Point Thinned Chisel Edge Drill

DRIL I LIN I G N SEMESTER 2

DRIL I LIN I G N SEMESTER 2 Semester 2 DRILLING SEMESTER 2 PRINSIP DASAR PDefinisi Pengeboran adalah suatu proses pengerjaan pemotongan menggunakan mata bor (twist drill) untuk menghasilkan lubang yang bulat pada material logam maupun

Lebih terperinci

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta BAKU 4 PROSES GURDI (DRILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 1 Proses gurdi adalah proses pemesinan yang paling sederhana diantara

Lebih terperinci

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING)

BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING) BAB 4 PROSES GURDI (DRILLING) 101 Proses gurdi adalah proses pemesinan yang paling sederhana diantara proses pemesinan yang lain. Biasanya di bengkel atau workshop proses ini dinamakan proses bor, walaupun

Lebih terperinci

BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING

BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING BAB V MESIN MILLING DAN DRILLING 5.1 Definisi Mesin Milling dan Drilling Mesin bor (drilling) merupakan sebuah alat atau perkakas yang digunakan untuk melubangi suatu benda. Cara kerja mesin bor adalah

Lebih terperinci

MATERI PEMBEKALAN/DRILLING LKS SMK SE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2007

MATERI PEMBEKALAN/DRILLING LKS SMK SE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2007 MATERI PEMBEKALAN/DRILLING LKS SMK SE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2007 Oleh: SUTOPO, M.T. Dalam bidang pemesinan, geometri alat potong biasanya didefinisikan sesuai dengan standar DIN 6580 dan 6581.

Lebih terperinci

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd. PROSES PEMBUBUTAN LOGAM PARYANTO, M.Pd. Jur.. PT. Mesin FT UNY Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin (komponen) berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan

Lebih terperinci

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A Jl. Rajawali No. 32, Telp./Faks. : (0351) 746081 Ngawi. Homepage: 1. www.smkpgri1ngawi.sch.id 2. www.grisamesin.wordpress.com Facebook: A. Kecepatan potong

Lebih terperinci

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu :

POROS BERTINGKAT. Pahat bubut rata, pahat bubut facing, pahat alur. A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : POROS BERTINGKAT A. Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan poros bertingkat ini yaitu : Mampu mengoprasikan mesin bubut secara benar. Mampu mebubut luar sampai halus dan rata. Mampu membubut lurus dan bertingkat.

Lebih terperinci

Mesin Perkakas Konvensional

Mesin Perkakas Konvensional Proses manufaktur khusus digunakan untuk memotong benda kerja yang keras yang tidak mudah dipotong dengan metode tradisional atau konvensional. Dengan demikian, bahwa dalam melakukan memotong bahan ada

Lebih terperinci

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor

3. Mesin Bor. Gambar 3.1 Mesin bor 3. Mesin Bor 3.1 Definisi Dan Fungsi Mesin Bor Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan).

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. pemesinan. Berikut merupakan gambar kerja dari komponen yang dibuat: Gambar 1. Ukuran Poros Pencacah BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Gambar kerja merupakan alat komunikasi bagi orang manufaktur. Dengan melihat gambar kerja, operator dapat memahami apa yang diinginkan perancang

Lebih terperinci

PROSES GURDI (DRILLING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY

PROSES GURDI (DRILLING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY PROSES GURDI (DRILLING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT. Mesin FT UNY Proses gurdi dimaksudkan sebagai proses pembuatan lubang bulat dengan menggunakan mata bor (twist drill). Sedangkan proses bor (boring) adalah

Lebih terperinci

c. besar c. besar Figure 1

c. besar c. besar Figure 1 1. Yang termasuk jenis pahat tangan adalah. a. pahat tirus. d. pahat perak b. pahat alur e. pahat intan c. pahat chamfer 2. Faktor-faktor berikut harus diperhatikan agar pemasangan kepala palu agar kuat

Lebih terperinci

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING)

TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING) TEORI MEMESIN LOGAM (METAL MACHINING) Proses permesinan (machining) : Proses pembuatan ( manufacture) dimana perkakas potong ( cutting tool) digunakan untuk membentuk material dari bentuk dasar menjadi

Lebih terperinci

MAKALAH MESIN BUBUT DAN MESIN GURDI

MAKALAH MESIN BUBUT DAN MESIN GURDI MAKALAH MESIN BUBUT DAN MESIN GURDI Oleh : Fajar Herlambang 11320006.p UNIVERSITAS IBA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN 2013 BAB I MESIN BUBUT Gambar 1. Mesin bubut Mesin Bubut adalah suatu Mesin perkakas

Lebih terperinci

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd.

PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd. PROSES FREIS ( (MILLING) Paryanto, M.Pd. Jur.. PT. Mesin FT UNY Proses pemesinan freis (milling) adalah penyayatan benda kerja menggunakan alat dengan mata potong jamak yang berputar. proses potong Mesin

Lebih terperinci

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT 1 BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT PENGERTIAN Membubut adalah proses pembentukan benda kerja dengan mennggunakan mesin bubut. Mesin bubut adalah perkakas untuk membentuk benda kerja dengan gerak utama berputar.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Ada proses produksi membutuhkan waktu yang lama, misalnya

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

PROSES SEKRAP ( (SHAPING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT Mesin FT UNY

PROSES SEKRAP ( (SHAPING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT Mesin FT UNY PROSES SEKRAP ( (SHAPING) Paryanto, M.Pd. Jur. PT Mesin FT UNY Mesin sekrap (shap machine) disebut pula mesin ketam atau serut. Mesin ini digunakan untuk mengerjakan bidang-bidang yang rata, cembung, cekung,

Lebih terperinci

Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan

Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan Materi 1 Parameter Pemotongan pada Proses Pembubutan Yang dimaksud dengan parameter pemotongan pada proses pembubutan adalah, informasi berupa dasar-dasar perhitungan, rumus dan tabel-tabel yang mendasari

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I MODUL PM-03 PROSES GURDI

LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I MODUL PM-03 PROSES GURDI LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR I MODUL PM-03 PROSES GURDI Oleh: Kelompok 13 Anggota: Moch. Yusuf Bachtiar (13111073) Dini Adilah Prabowo (13111075) Yosafat Try Fajar (13111078) Tanggal Praktikum:

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi. 2.2 Pengelasan BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Produksi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori yang akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya.

BAB II LANDASAN TEORI Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin. dan kecepatannya sayatnya setinggi-tingginya. BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Alat-alat Pembantu Untuk Meningkatkan Produksi Pada Mesin 2.1.1. Bubut Senter Untuk meningkatkan produksi, pada tahap pertama kita akan berusaha memperpendek waktu utama. Hal

Lebih terperinci

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT

BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT BEKERJA DENGAN MESIN BUBUT STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA (SKKNI) BIDANG KOMPETENSI 1. KELOMPOK DASAR / FOUNDATION 2. KELOMPOK INTI 3. PERAKITAN (ASSEMBLY) 4. PENGECORAN DAN PEMBUATAN CETAKAN

Lebih terperinci

BAB II Mesin Bubut I II. 1. Proses Manufaktur II

BAB II Mesin Bubut I II. 1. Proses Manufaktur II BAB II Mesin Bubut I Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mahasiswa mengetahui tentang fungsi fungsi mesin bubut. 2.Mahasiswa mengetahui tentang alat alat potong di mesin bubut. 3. Mahasiswa mengetahui tentang

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 2 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 CERDAS, KREATIF, INTELEK, WIRAUSAHAWAN 1 Pilihlah salah satu jawaban soal berikut

Lebih terperinci

MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR

MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR Presentasi Proses Produksi 2 MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR MESIN PENGGURDIAN Mesin Penggurdian adalah membuat lobang dalam sebuah obyek dengan menekankan sebuah gurdi berputar kepadanya. Hal yang sama dapat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1)

BAB II DASAR TEORI P =...(2.1) 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Motor adalah suatu komponen utama dari sebuah kontruksi permesinan yang berfungsi sebagai penggerak. Gerakan yang dihasilkan oleh motor adalah sebuah putaran poros. Komponen

Lebih terperinci

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut

BAB II MESIN BUBUT. Gambar 2.1 Mesin bubut BAB II MESIN BUBUT A. Prinsip Kerja Mesin Bubut Mesin bubut merupakan salah satu mesin konvensional yang umum dijumpai di industri pemesinan. Mesin bubut (gambar 2.1) mempunyai gerak utama benda kerja

Lebih terperinci

Penjepit Pisau Dan Benda Kerja

Penjepit Pisau Dan Benda Kerja MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES FRAIS Penjepit Pisau Dan Benda Kerja Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta A. Alat Penjepi Pisau Frais: 1. Drill Chuck Arbor Alat ini

Lebih terperinci

PROSES PERMESINAN. (Part 2) Learning Outcomes. Outline Materi. Prosman Pengebor horisontal JENIS MESIN GURDI

PROSES PERMESINAN. (Part 2) Learning Outcomes. Outline Materi. Prosman Pengebor horisontal JENIS MESIN GURDI Prosman - 04 Learning Outcomes PROSES PERMESINAN Mahasiswa dapat menerangkan prinsip kerja mesin bor dan gurdi PROSES PERMESINAN (Part 2) Outline Materi Proses Pemesinan dengan Mesin Bor dan Gurdi Proses

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 1 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.Pd. 085736430673 1. Gambar berikut yang menunjukkan proyeksi orthogonal. A. D. B. E. C. 2. Gambar

Lebih terperinci

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A

SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A TEKNIK PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI TERAKREDITASI: A Jl. Rajawali No. 32, Telp./Faks. : (0351) 746081 Ngawi. Homepage: 1. www.smkpgri1ngawi.sch.id 2. www.grisamesin.wordpress.com Facebook: MESIN BUBUT KONVENSIONAL

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Secara garis besar, pada proses perancangan kepala pembagi sederhana ini berdasar pada beberapa teori. Teori-teori ini yang akan mendasari pembuatan komponen-komponen pada kepala

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. hasil yang baik sesuai ukuran dan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ukuran poros : Ø 60 mm x 700 mm BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Gambar kerja yang baik akan memudahkan pemahaman saat melakukan pengerjaan suatu produk, dalam hal ini membahas tentang pengerjaan poros

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Jig and Fixtures Jig adalah peralatan yang digunakan untu mengarahkan satu atau lebih alat potong pada posisi yang sama dari komponen yang serupa dalam suatu operasi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Proses manufaktur merupakan satu mata kuliah yang harus di kuasai oleh mahasiswa teknik. Oleh karenanya melakukan praktikum proses manufaktur harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH Proses pembuatan rangka pada mesin pemipih dan pemotong adonan mie harus mempunyai sebuah perencanaan yang matang. Perencanaan tersebut meliputi gambar kerja, bahan,

Lebih terperinci

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais

Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES FRAIS Menentukan Peralatan Bantu Kerja Dengan Mesin Frais Kegiatan Belajar Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Menentukan Peralatan

Lebih terperinci

MODUL 9 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGEBOR DAN MELUASKAN) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH :

MODUL 9 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N (MENGEBOR DAN MELUASKAN) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : MODUL 9 ALAT KERJA TANGAN DAN MESI N () TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 9 Macam-macam bor Dibuat dari baja karbon tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang

BAB III METODOLOGI. Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan. Selain itu juga kita dapat menentukan komponen komponen mana yang BAB III METODOLOGI 3.1 Pembongkaran Mesin Pembongkaran mesin dilakukan untuk melakukan pengukuran dan mengganti atau memperbaiki komponen yang mengalami kerusakan. Adapun tahapannya adalah membongkar mesin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Proses pengeboran merupakan proses permesinan yang paling sering digunakan setelah proses bubut karena hampir semua komponen dan produk permesinan mempunyai lubang.

Lebih terperinci

MESIN BOR. Gambar Chamfer

MESIN BOR. Gambar Chamfer MESIN BOR Mesin bor adalah suatu jenis mesin gerakanya memutarkan alat pemotong yang arah pemakanan mata bor hanya pada sumbu mesin tersebut (pengerjaan pelubangan). Sedangkan Pengeboran adalah operasi

Lebih terperinci

BAB VI MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS

BAB VI MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS BAB VI MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS Mesin fris melepaskan logam ketika benda kerja dihantarkan terhadap suatu pemotong berputar seperti terlihat pada gambar 2. Gambar 2. Operasi fris sederhana. Pemotong

Lebih terperinci

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C 1 Azwinur, 2 Taufiq 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan Km.280 Buketrata Lhokseumawe.

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 3 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 SOAL NAS: F018-PAKET A-08/09 1. Sebuah poros kendaraan terbuat dari bahan St

Lebih terperinci

PUNTIRAN. A. pengertian

PUNTIRAN. A. pengertian PUNTIRAN A. pengertian Puntiran adalah suatu pembebanan yang penting. Sebagai contoh, kekuatan puntir menjadi permasalahan pada poros-poros, karena elemen deformasi plastik secara teori adalah slip (geseran)

Lebih terperinci

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian

LAMPIARN 1.4 TEST UJI COBA INSTRUMEN. Mata Pelajaran Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu. : 60 menit Sifat Ujian 135 LAMPIARN 1.4 SOAL TEST UJI COBA INSTRUMEN Mata Pelajaran : Teknik Pemesinan Tingkat/Semester : XI/ Hari / Tanggal :... Waktu : 60 menit Sifat Ujian : Tutup Buku PETUNJUK UMUM 1. Tulis nama, dan kelas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah tahap-tahap yang harus dilewati dalam memproduksi barang atau jasa. Sedangkan pengertian produksi adalah suatu kegiatan untuk

Lebih terperinci

BAB VIII MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR

BAB VIII MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR BAB VIII MESIN PENGGURDI DAN PENGEBOR Penggurdian adalah membuat lobang dalam sebuah obyek dengan menekankan sebuah gurdi berputar kepadanya. Hal yang sama dapat dicapai dengan memegang penggurdi stasioner

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 6 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 6 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 6 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.Pd. 085749055673 2010 UN Paket: B 2010 1. Gambar pandangan dengan metode proyeksi sudut ketiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Ruang Lingkup Penggunaan mesin sekrap Penggunaan alat-alat perkakas tangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Ruang Lingkup Penggunaan mesin sekrap Penggunaan alat-alat perkakas tangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Praktek kerja bangku merupakan usaha sadar membekali individu dengan pengetahuan dan kemampuan untuk menghasilkan skill yang sesuai standar untuk bekerja di industri

Lebih terperinci

PENGARUH PEMAKANAN (FEED) TERHADAP GEOMETRI DAN KEKERASAN GERAM PADA HIGH SPEED MACHINING PROCESSES

PENGARUH PEMAKANAN (FEED) TERHADAP GEOMETRI DAN KEKERASAN GERAM PADA HIGH SPEED MACHINING PROCESSES PENGARUH PEMAKANAN (FEED) TERHADAP GEOMETRI DAN KEKERASAN GERAM PADA HIGH SPEED MACHINING PROCESSES Rusnaldy 1), Budi Setiyana 2) Abstrak Meningkatnya permintaan untuk memperbesar produktivitas dengan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Semester 3 INSTRUKSI KERJA RODA GIGI LURUS 300 Menit No. LST/MES/STM320/ 01 Revisi : 01 Tgl : 04 September 2007 Hal 1 dari 3 TUJUAN Agar mahasiswa : Dapat menyiapkan bahan dasar (blank) roda gigi lurus

Lebih terperinci

BAB III Mesin Milling I

BAB III Mesin Milling I BAB III Mesin Milling I Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mahasiswa mengetahui tentang fungsi fungsi mesin milling. 2.Mahasiswa mengetahui tentang alat alat potong di mesin milling 3. Mahasiswa mengetahui

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 1.1 PENDAHULUAN Tempat tidur terapi 2 section adalah tempat tidur yang di dirancang untuk mendukung pemeriksaan dan perawatan sendi mayor dan terapi otot manual.terutama digunakan

Lebih terperinci

Materi Kuliah PROSES GERINDA. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY

Materi Kuliah PROSES GERINDA. Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY Materi Kuliah PROSES GERINDA Oleh: Dwi Rahdiyanta FT-UNY KEGIATAN BELAJAR 1. Kegiatan Belajar 1 : Menentukan Persyaratan Kerja a. Tujuan Pembelajaran 1 1). Peserta diklat dapat menentukan langkah kerja

Lebih terperinci

TAHAP AWAL PEMBUATAN PEMBUBUTAN HOUSE BEARING RODA ROLI

TAHAP AWAL PEMBUATAN PEMBUBUTAN HOUSE BEARING RODA ROLI ISSN 1412-5609 (Print) Jurnal INTEKNA, Volume 15, No. 2, November 2015, 100-210 TAHAP AWAL PEMBUATAN PEMBUBUTAN HOUSE BEARING RODA ROLI Anhar Khalid (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 TEKNIK PEMESINAN BAB II PEMESINAN BUBUT B. SENTOT WIJANARKA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2016 BAB 2 PROSES BUBUT(TURNING)

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PEMBUATAN BUSHING

BAB III DESKRIPSI PEMBUATAN BUSHING BAB III DESKRIPSI PEMBUATAN BUSHING 3. Deskripsi Pembuatan Bushing Pada proses pembuatan bushing yaitu menggunakan bubut. Gambar 3.1 Bushing Universitas Mercubuana 18 3.1 Deskripsi Mesin Bubut Proses bubut

Lebih terperinci

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM Sifat mekanik bahan adalah : hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja. Sifat mekanik : berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan, dan kekakuan.

Lebih terperinci

B. Sentot Wijanarka, Teknik Pemesinan Dasar, BAB 2

B. Sentot Wijanarka, Teknik Pemesinan Dasar, BAB 2 BAB 2 PROSES BUBUT(TURNING) Tujuan : Setelah mempelajari materi ajar ini mahasiswa memilikim kompetensi: 1. Dapat merencanakan proses pemesinan pembuatan poros lurus dengan menggunakan mesin bubut 2. Dapat

Lebih terperinci

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur. Bab II Teori Dasar Proses freis adalah proses penghasilan geram yang menggunakan pahat bermata potong jamak (multipoint cutter) yang berotasi. Pada proses freis terdapat kombinasi gerak potong (cutting

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. kerja. Identifikasi ini berupa gambar kerja dari perancang yang ditujukan kepada

BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH. kerja. Identifikasi ini berupa gambar kerja dari perancang yang ditujukan kepada BAB II PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH A. Identifikasi Gambar Kerja Identifikasi gambar kerja merupakan suatu langkah awal pengerjaan benda kerja. Identifikasi ini berupa gambar kerja dari perancang yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Proses Pengelasan.

BAB II DASAR TEORI 2.1 Proses Pengelasan. digilib.uns.ac.id 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Proses Pengelasan. 2.1.1 Pengertian pengelasan Pengelasan adalah suatu sambungan yang permanen yang mana berasal dari peleburan dan dua bagian yang digabungkan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014)

Gambar 2.1 Baja tulangan beton polos (Lit 2 diunduh 21 Maret 2014) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Baja Tulangan Beton Baja tulangan beton adalah baja yang berbentuk batang berpenampang lingkaran yang digunakan untuk penulangan beton,yang diproduksi dari bahan baku billet

Lebih terperinci

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur)

PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur) MATERI PPM MATERI BIMBINGAN TEKNIS SERTIFIKASI KEAHLIAN KEJURUAN BAGI GURU SMK PROSES BUBUT (Membubut Tirus, Ulir dan Alur) Oleh: Dr. Dwi Rahdiyanta, M.Pd. Dosen Jurusan PT. Mesin FT-UNY 1. Proses membubut

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN

SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN SOAL LATIHAN 4 TEORI KEJURUAN PEMESINAN OLEH: TIM PEMESINAN SMK PGRI 1 NGAWI CONTACT PERSON: HOIRI EFENDI, S.PD 085736430673 PSOAL: F018-PAKET B-08/09 1. Sebuah batang bulat dengan diameter 20 mm harus

Lebih terperinci

2.6. Mesin Router Atas

2.6. Mesin Router Atas 2.6. Mesin Router Atas g f e d c b a Wolfgang Nutsch Dipl.-Ing, Verlag Gb.5.2.89: Over Head Router Bagian-bagian Mesin Router Atas: a. Pedal untuk menaikturunkan mata pisau b. Pedal rem untuk menghentikan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR

BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR BAB III PROSES PEMBUATAN STEAM JOINT STAND FOR BENDED TR Untuk membuat spare parts yang utuh, diperlukan komponen-komponen steam joint stand for bende tr yang mempunyai fungsi yang berbeda yang kemudian

Lebih terperinci

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING)

BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING) BAB 3 PROSES FRAIS (MILLING) 66 Proses pemesinan frais adalah proses penyayatan benda kerja dengan alat potong dengan mata potong jamak yang berputar. Proses penyayatan dengan gigi potong yang banyak yang

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT. Dwi Rahdiyanta FT-UNY MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN KERJA BUBUT Pengoperasian Mesin Bubut Dwi Rahdiyanta FT-UNY Kegiatan Belajar Pengoperasian Mesin Bubut a. Tujuan Pembelajaran. 1.) Siswa dapat memahami pengoperasian mesin

Lebih terperinci

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta

BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta BUKU 3 PROSES FRAIS (MILLING) Dr. Dwi Rahdiyanta JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2010 1 Proses pemesinan frais adalah proses penyayatan benda kerja dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMBUATAN

BAB III METODE PEMBUATAN BAB III METODE PEMBUATAN 3.1. Metode Pembuatan Metodologi yang digunakan dalam pembuatan paratrike ini, yaitu : a. Studi Literatur Sebagai landasan dalam pembuatan paratrike diperlukan teori yang mendukung

Lebih terperinci

Gambarr 3.3 Downcut. Gambar 3.2 Upcut

Gambarr 3.3 Downcut. Gambar 3.2 Upcut BAB III MESIN FRAIS A. Prinsip Kerja Mesin Frais Mesin frais adalah salah satu mesin konvensional yang mampu mengerjakan penyayatan permukaan datar, sisi tegak, miring bahkan pembuatan alur dan roda gigi.

Lebih terperinci

Prog. Studi Keahlian Teknik Pemesinan SMK Neger 2 Wonogiri BAB I PENDAHULUAN

Prog. Studi Keahlian Teknik Pemesinan SMK Neger 2 Wonogiri BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Prog. Studi Keahlian Teknik Pemesinan SMK Neger 2 Wonogiri A. Keselamatan Kerja 1. Pemeriksaaan dan pemeliharaan minyak pendingin Minyak pendingin berfungsi untuk : a) Mendinginkan benda

Lebih terperinci

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari

9 perawatan terlebih dahulu. Ini bertujuan agar proses perawatan berjalan sesuai rencana. 3.2 Pengertian Proses Produksi Proses produksi terdiri dari 8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pendahuluan Pada saat sekarang ini, perkambangan ilmu pengetahuan dan teknologi sudah sangat pesat. Sehingga membutuhkan tenaga ahli untuk dapat menggunakan alat-alat teknologi

Lebih terperinci

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU

1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU 1. PENGENALAN ALAT KERJA BANGKU A. Tujuan 1. Menyebutkan macam-macam jenis alat tangan dan fungsinya. 2. Menyebutkan bagian-bagian dari alat-alat tangan pada kerja bangku. 3. Mengetahui bagaimana cara

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES GERINDA Menggerinda Alat Potong

MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES GERINDA Menggerinda Alat Potong MATERI KULIAH PROSES PEMESINAN PROSES GERINDA Menggerinda Alat Potong Oleh: Dwi Rahdiyanta Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Kegiatan Belajar Menggerinda Alat Potong a. Tujuan Pemelajaran 1).

Lebih terperinci

DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM

DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM 3 DASAR PROSES PEMOTONGAN LOGAM 1. PENGANTAR Pelat-pelat hasil produksi pabrik umumnya masih dalam bentuk lembaran yang ukuran dan bentuknya bervariasi. Pelat-pelat dalam bentuk lembaran ini tidak dapat

Lebih terperinci

FM-UII-AA-FKU-01/R0 MESIN BUBUT 2.1. TUJAN PRAKTIKUM

FM-UII-AA-FKU-01/R0 MESIN BUBUT 2.1. TUJAN PRAKTIKUM MODUL II 2.1. TUJAN PRAKTIKUM MESIN BUBUT 1. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja pada mesin bubut. 2. Mahasiswa dapat memahami fungsi dari mesin bubut. 3. Mahasiswa dapat memahami jenis-jenis mesin

Lebih terperinci

Budi Setiyana 1), Rusnaldy 2), Nuryanto 3)

Budi Setiyana 1), Rusnaldy 2), Nuryanto 3) PENGARUH KECEPATAN POTONG PADA PROSES PEMESINAN KECEPATAN TINGGI TERHADAP GEOMETRI DAN KEKERASAN GERAM UNTUK BEBERAPA LOGAM DENGAN VARIASI NILAI KEKUATAN TARIK Budi Setiyana 1), Rusnaldy 2), Nuryanto 3)

Lebih terperinci

Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed

Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed ISBN 978-979-3541-50-1 IRWNS 2015 Optimasi Cutting Tool Carbide pada Turning Machine dengan Geometry Single Point Tool pada High Speed Badruzzaman a, Dedi Suwandi b a Jurusan Teknik Mesin,Politeknik Negeri

Lebih terperinci

MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS. Yefri Chan,ST.MT (Universitas Darma Persada

MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS. Yefri Chan,ST.MT (Universitas Darma Persada MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS BAB 20 MESIN FRIS DAN PEMOTONG FRIS Gambar 20. 2. Operasi fris sederhana. Pemotong fris memiliki satu deretan mata potong pada kelilingnya yang masing-masing berlaku sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kaca banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk peralatan optik dan biochips akan tetapi proses fabrikasi kaca sangat terbatas, terutama untuk proses-proses

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi 2.2 Pengertian Mesin Pengaduk Adonan

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi 2.2 Pengertian Mesin Pengaduk Adonan BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Proses Produksi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dikatakan bahwa : Produksi adalah proses mengeluarkan hasil. Dapat penulis uraikan, bahwa definisi produksi adalah

Lebih terperinci

BAB IV MESIN BUBUT. Gambar 2. Pembubut mesin tugas berat.

BAB IV MESIN BUBUT. Gambar 2. Pembubut mesin tugas berat. BAB IV MESIN BUBUT Penggolongan Mesin Bubut A. Pembubut Kecepatan F. Pembubut Turet 1. Pengerjaan Kayu 1. Horisontal 2. Pemusingan Logam a. Jenis ram 3. Pemolesan b. Jenis sadel B. Pembubut Mesin 2. Vertikal

Lebih terperinci

MODUL PROSES PEMESINAN I SEKSI MESIN BUBUT. Oleh : Purgiyanto

MODUL PROSES PEMESINAN I SEKSI MESIN BUBUT. Oleh : Purgiyanto MODUL PROSES PEMESINAN I SEKSI MESIN BUBUT Oleh : Purgiyanto JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2012 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Proses Pemesinan Milling dengan Menggunakan Mesin Milling 3-axis BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan penemuan-penemuan proses serta teknik pemotongan logam (metal cutting) terus mendorong industri manufaktur semakin maju. Ini terlihat

Lebih terperinci

commit to user BAB II DASAR TEORI

commit to user BAB II DASAR TEORI 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Kerja Bangku Kerja Bangku adalah teknik dasar yang harus dikuasai oleh seseorang dalam mengerjakan benda kerja. Pekerjaan kerja bangku menekankan pada pembuatan benda kerja dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Press Tool Press tool adalah salah satu alat gabungan Jig dan Fixture yang dapat digunakan untuk membentuk dan memotong logam dengan cara penekanan. Bagian atas dari

Lebih terperinci

STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT, PENGARUH RAKE ANGLE DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP TENAGA YANG DIPERLUKAN UNTUK PEMOTONGAN

STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT, PENGARUH RAKE ANGLE DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP TENAGA YANG DIPERLUKAN UNTUK PEMOTONGAN LAPORAN TUGAS AKHIR STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT, PENGARUH RAKE ANGLE DAN KEDALAMAN PEMOTONGAN TERHADAP TENAGA YANG DIPERLUKAN UNTUK PEMOTONGAN Laporan Tugas Akhir ini Disusun Sebagai Syarat

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT PEMEGANG MATA BOR DALAM RANGKA REKONDISI PERALATAN MESIN BOR KOORDINAT ACIERA 22 TA LABORATORIUM PEMESINAN JURUSAN TEKNIK MESIN

PEMBUATAN ALAT PEMEGANG MATA BOR DALAM RANGKA REKONDISI PERALATAN MESIN BOR KOORDINAT ACIERA 22 TA LABORATORIUM PEMESINAN JURUSAN TEKNIK MESIN PEMBUATAN ALAT PEMEGANG MATA BOR DALAM RANGKA REKONDISI PERALATAN MESIN BOR KOORDINAT ACIERA TA LABORATORIUM PEMESINAN JURUSAN TEKNIK MESIN Abstrak Sunarto, Hartono, Suyadi Jurusan Teknik Mesin Politeknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Press Tool Press Tool adalah peralatan yang mempunyai prinsip kerja penekanan dengan melakukan pemotongan atau pembentukkan atau gabungan dari keduanya. Peralatan ini

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT (DESAIN DYNAMOMETER SEDERHANA)

LAPORAN TUGAS AKHIR STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT (DESAIN DYNAMOMETER SEDERHANA) LAPORAN TUGAS AKHIR STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT (DESAIN DYNAMOMETER SEDERHANA) Laporan Tugas Akhir ini Disusun Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM

BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM BAB IV SIFAT MEKANIK LOGAM Sifat mekanik bahan adalah : hubungan antara respons atau deformasi bahan terhadap beban yang bekerja. Sifat mekanik : berkaitan dengan kekuatan, kekerasan, keuletan, dan kekakuan.

Lebih terperinci

MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT

MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT MAKALAH PROSES PRODUKSI PEMBUATAN MEJA LIPAT Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Kelulusan Mata Kuliah Proses Produksi Oleh : Akmal Akhimuloh 1503005 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI SEKOLAH TINNGI TEKNOLOGI GARUT

Lebih terperinci

M O D U L T UT O R I A L

M O D U L T UT O R I A L M O D U L T UT O R I A L MESIN BUBUT LABORATORIUM SISTEM MANUFAKTUR TERINTEGRASI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 2017/2018 DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flow Chart Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Mulai Studi Literatur Perencanaan dan Desain Perhitungan Penentuan dan Pembelian Komponen Proses Pengerjaan Proses Perakitan

Lebih terperinci