semua pembawa mutasi dengan QT intervalnya lebih dari 500 ms mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya sinkop, henti jantung atau bahkan mati

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "semua pembawa mutasi dengan QT intervalnya lebih dari 500 ms mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya sinkop, henti jantung atau bahkan mati"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Long QT Sindrom (LQTS) merupakan kelainan yang diturunkan dan didapat yang ditandai dengan interval QT memanjang pada EKG yang cenderung mengakibatkan takiaritmia, sehingga dapat mencetuskan sinkop, henti jantung atau bahkan mati mendadak. (1,11) Long QT Sindrom merupakan kasus yang jarang, yang disebabkan oleh kelainan sistim elektrik jantung. Kelainan ini diperkirakan mengenai 1 dari 5000 individu. Di Amerika diperkirakan 3000 orang meninggal setiap tahunnya. Jantung sebagai pompa darah sistim konduksinya memerlukan recharge setiap denyut. Individu dengan Long QT Sindrom, sistim konduksi jantungnya memanjang untuk recharge ini yang mengakibatkan gangguan irama dimana terjadi aritmia yang menyebabkan pompa jantung berhenti memompakan darah keseluruh tubuh, Jika jantung mengalami masalah irama, ini bisa menyebabkan seseorang mengalami sakit kepala ringan atau pingsan, sehingga apabila jantung tidak kembali lagi ke irama normal dapat terjadi kematian. (2,11) Kasus pertama Long QT Sindrom dicatat oleh Meissner tahun 1856 di Leipziq. Pada tahun 1957 pencatatan melalui EKG dibuat oleh Anton Jerwell dan Freud Lange Nielsen. (3) Sebahagian besar kasus pada Long QT Sindrom selalu berhubungan dengan aktivitas fisik atau stress emosional, namun demikian kematian juga bias terjadi diwaktu tidur. Kematian dalam keadaan sedang tidur cenderung terjadi dalam satu kelompok keluarga. Pada sebahagian individu melambatnya denyut jantung sering menyebabkan perpanjangan QT interval. Sehingga kematian pada waktu sedang tidur pada SADS (sudden arithmya death syndrome) dapat diterangkan. (4) Penelitian struktur dan molekuler menemukan adanya mutasi gen yang menyebabkan terjadinya peningkatan fungsi kanal ion jantung dimana manifestasi awal ini dapat berakibat fatal, sehingga sangat penting identifikasi tanda klinis terhadap anggota keluarga yang asimptomatik. Saat ini tes diagnostik genetik mengalami kesulitan akibat keberagaman genetik yang luas. (5) Diagnosis Long QT berdasarkan pada adanya interval QT 12 lead EKG standar, morfologi gelombang T dan juga gambaran klinis. Dengan dasar tersebut akan membantu penatalaksaan klinis serta memperkirakan resiko berdasarkan genotipe. Priori dkk melaporkan

2 semua pembawa mutasi dengan QT intervalnya lebih dari 500 ms mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya sinkop, henti jantung atau bahkan mati mendadak. (5) Pada awal tahun 1960 Romano dkk dan Ward secara terpisah menggambarkan penyakit yang mirip namun tidak disertai dengan ketulian. Dengan demikian Romano-Ward sindrom merupakan penyakit autosomal dominant sedangkan Jervell-Lange-Nielsen sindrom adalah penyakit autosomal resesif dengan tuli kongenital. (6) Yanowits dkk menemukan bahwa perpanjangan interval QT dapat disebabkan oleh eksisi ganglion stelata kanan ataupun perangsangan ganglion stelata kiri. Demikian juga Schwartz dkk yang mampu merubah gelombang T dengan merangsang ganglion stelata kiri serta berhasil mengobati pasein usia muda dengan melakukan eksisi ganglion stelata kiri. (6) Pada awalnya Long QT Sindrom diklasifikasikan salah satu penyakit familial atau didapat, akan tetapi beberapa pasien yang diduga Long QT Sindrom mempunyai mutasi salah satu gen yang menyebabkan Long QT Sindrom. Bukti terhadap hipotesis ini muncul beberapa tahun terakhir ini. Kurang lebih 30% Long QT kongenital memiliki fenotipe yang normal serta interval QT normal sehingga tidak terdiagnosis sampai timbul serangan. Aritmia yang menimbulkan kematian dihubungkan terutama dengan penyakit kondusi jantung seperti Brugada dan Long QT sindrom,, dimana sekitar 19 % merupakan penyebab kematian mendadak pada anak yang berumur 1 sampai 13 tahun, sekitar 30 % pada anak umur 14 sampai 21 tahun. Dengan demikian didapat hubungan yang sangat kuat antara perpanjangan interval QT dengan risiko sindrom kematian bayi mendadak pada minggu pertama kehidupan. (7) EKG sebaiknya dilakukan terhadap seluruh pasien Long QT tingkat pertama. Identifikasi interval QT yang memanjang dan gelombang T abnormal pada anggota keluarga yang mengalami kematian jantung mendadak dimana diduga akibat Long QT sindrom. Skrining genetik berkala tidak mudah untuk dilakukan, oleh sebab itu dengan semua alasan diatas diperlukan analisa yang cermat sebelum dilakukan skrining. (7) Obat anti aritmia merupakan penyebab paling sering Sindrom Long QT acquired dan torsade de pointes. Berdasarkan klasifikasi obat anti aritmia menurut Vaughan-Williams, hanya obat penghambat kanal kalium klas III yang mengakibatkan pemanjangan masa potensial aksi dan interval QT, namun pada kenyataannya beberapa obat klas IA (terutama penghambat Na + ) juga secara signifikan menghambat kanal K +. oleh sebab itu baik quinidin (klas IA) dan sotalol

3 (klas III) mengakibatkan pemanjangan QT dan torsade de pointes, karena kedua-duanya menghambat kanal kalium. (8) Tabel.1.Klasifikasi obat antiaritmia modifikasi Vaughan-William. (kutip.13)

4 BAB II SINDROM LONG-QT KONGENITAL DAN SINDROM LONG-QT DIDAPAT 2.1.Sindroma Long-QT Kongenital Sindrom long interval QT familial, takikardi ventrikel polimorfik dan kematian mendadak berhubungan dengan defek pada membran kanal ion atau pengaturan sub unitnya. Sindrom long QT congenital dapat berupa suatu dominan autosomal (Sindrom Romano-Ward) ataupun resesif autosomal (Sindrom Jervell dan Lange-Nielsen). Tujuh gen kanal ion dengan 300 ratus mutasi telah diketahui sebagai penyebab Sindrom long QT. Mutasi gen pengkode protein kanal ion dapat menyebabkan disfungsi protein kanal melalui beberapa mekanisme. Satu pergantian asam amino sering mengakibatkan disfungsi, penutupan abnormal kanal yang menjadi percepatan degenerasi, mengurangi jumlah fungsional kanal bahkan sampai 50%. Kadangkala pertukaran asam amino bias berakibat pada penutupan kanal ion yang total. (7) Perbedaan bentuk Sindrom long QT umum berhubungan dengan tempat asal mutasi. Oleh sebab itu mutasi pada KCNQ1, HERG, SCN5A, KCNE1 dan KCNJ2 merupakan penyebab LQT1,LQT2, LQT3, LQT5, LQT6 dan LQT7. lebih dari 90% orang dengan fenotipe Romano- Ward berupa fenotipe heterezigot pada salah satu gen, sedangkan orang dengan resesif autosomal Jervell dan Lange-nielsen berupa fenotipe homozigot pada KCNQ1( JLN1) atau KCNE1 (JLN2). Kerumitan fenotipe dan genotype Sindrom long QT kongenital bertambah dengan ditemukannya mutasi yang menimbulkan disfungsi protein ringan. (7) (kutip 7) Tabel.2.Gen penyebab Sindrom long QT kongenital.

5 2.2.Sindroma Long-QT didapat (3,7) Sindrom long QT didapat berbeda dari Sindrom kongenital, beberepa obat dan penyakit menyebabkan perpanjangan interval QT. Duncan dan Ramsey 1985 melaporkan kasus takakardi ventrikel yang dicetuskan oleh pemberian sodium iothalamate pada pasien yang telah mendapatkan phenilamine, kedua obat tersebut menyebabkan interval QT memanjang. Obat antiaritmia, beta bloker, anti depresan trisiklik dan penotiazin yang mana semuanya dapat menyebabkan interval QT memanjang. ( 3,7,10,11) Obat Antiaritmia merupakan penyebab paling banyak pada Sindrom long QT dan Torsade de pointes. Menurut Vaughan-Williams hanya obat antiaritmia klas III penghambat kanal K + yang menyebabkan pemanjangan masa aksi potensial dan interval QT, namun demikian beberapa obat klas I (terutama penghambat kanal Na + ) juga menunjukan sifat penghambat kanal K +. oleh sebab itu baik kuinidin (klas I) dan Sotalol (klas III) dapat mencetuskan pemanjangan interval QT dan Torsade de pointes sebab kedua-duanya menunjukkan sifat penghambat kanal K +. (10,13) Risiko terjadinya Sindrom Long QT didapat akibat obat-obatan ini sangat beragam dari 1% sampai 10%. Namun demikian secara rerata risiko yang ditimbulkan sangat kecil, beberapa dari obat dimaksud telah diberikan pada jutaan orang setiap tahun. Obat-obat pencetus Sindrom Long QT dahulu dianggap suatu respon yang aneh, akan tetapi penemuan molekuler telah memberikan titik terang akan hal tersebut. Sebagaimana diketahui baik obat-obat pencetus maupun Sindrom Long QT congenital mempengaruhi kanal ion seperti yang dijumpai pada beberapa pasien yang mengalami Sindrom Long QT akibat obat-obatan dimana kemungkinan faktor predisposisinya merupakan suatu Sindrom Long QT congenital, berdasarkan hipotesis kelainan yang mendasarinya menyebabkannya mudah terjadi Torsade de Pointes apabila repolarisasi dipengaruhi oleh pemberian obat-obat yang menurunkan fungsi kanal ion. (10)

6 (kutip 10) Tabel.3. Obat-obat yang menyebabkan pemanjangan interval QT dantdp.

7

8 BAB III ELEKTROFISIOLOGI JANTUNG DAN PATOFISIOLOGI 3.1.Elektrofisiologi Jantung (7,8,9,10,12,14) Jantung dibentuk oleh tiga jenis sel eksitasi, yaitu ; a. sel-sel pacemaker sebagai sumber bioelektrik jantung. Pada keadaan normal sel pacemaker berada dominan berada di nodus SA (Sino-Atrial node). b. Sel-sel konduksi ( jaringan neuromuscular yang membentuk traktus internodal Atrium, berkas His atau serat Purkinye) sebagai kawat penghantar arus bioelektrik. c. Sel-sel otot jantung yang berfungsi untuk kontraksi. Sebagaimana sel-sel eksitasi lainnya, maka pada membran sel-sel otot jantung terdapat beribu- ribu kanal ion yang merupakan jalan utama bagi ion-ion untuk berdifusi. Kanal-kanal tersebut bersifat relative spesifik terhadap ion-ion tertentu, misalnya kanal kalsium terutama dilalui oleh Ca ++, kanal Kalium dilalui oleh K +, kanal Natrium terutama dilalui oleh Na +, dan seterusnya. Selain itu kanal-kanal ion tersebut dikontrol oleh suatu mekanisme pintu gerbang sehingga dapat membuka dan menutup tergantung pada kondisi transmembran. Terbukanya kanal tersebut akan mengakibatkan ion mengalir melewati membran menurut konsentrasi gradiennya (concentration gradiens), yaitu dari sisi konsentrasi tinggi ke sisi konsentrasi rendah. Pada waktu sel tidak aktif (resting potensial) tingkat permeabilitas membrane sel jantung terhadap berbagai elektrolit juga berbeda. (7,8,9,10) Membran sel jantung sangat permeabel terhadap K + dan Cl -, sedikit permeable terhadap Na + dan tidak permeable terhadap anion organic. Untuk mempertahankan gradient tertentu agar ion-ion dapat kontinyu berdifusi melalui kanal ion, pada membran sel terdapat suatu carier transport system (Na +, K +, ATP-ase) yang dikenal sebagai pompa sodium (sodium pump), yang berfungsi memompa Na + keluar dan K + masuk ke dalam sel. Maka apabila sel dalam keadaan tidak aktif terjadilah distribusi yang tidak seimbang dari ion-ion dimana Na + dan Cl - lebih banyak berkumpul diluar sedangkan K + dan anion organik lebih banyak berkumpul didalam membran sel. (78,9,10)

9 Karena ion-ion yang sejenis cenderung membentuk persamaan elektron didalam dan diluar sel, maka distribusi yang tidak seimbang ini menimbulkan suatu gaya tarik- menarik antara ion-ion dimana ion negative (terutama ion organik) berkumpul dipermukaan dalam sedangkan ion positif (terutama Na + ) berkumpul dipermukaan luar membrane. Keadaan ini dikatakan sel berada dalam stadium polarisasi. Karena ion-ion memiliki muatan listrik, maka pada waktu sel tidak aktif, terdapat perbedaan potensial (resting membrane potential) antara permukaan dalam dan luar membrane sel sebesar kurang lebih 95 mv, dimana muatan intraselular lebih negative dibanding muatan ekstraselular sehingga ditulis -95 mv. Gambar.1. Skema potensial aksi yang menggambarkan arah, kekuatan serta periode Aliran ion yang mendasri potensial aksi, arah panah dan besarnya Menunjukkan arah arus masuk dan keluarnya ion serta kekuatan arus ion pada panah dibawah. Letak panah dibawah berhubungan dengan potensial aksi. Lima fase potensial aksi diperlihatkan dengan angka pada (kutip,9) gelombang diatas.

10 Apabila sel-sel otot jantung dirangsang oleh listrik, tekanan, suhu panas, K + atau obatobat yang menghambat aktivitas pompa sodium, muatan negativ dipermukaan dalam membran sel-sel jantung dapat berkurang (menuju kenilai yang positif). Perubahan potensial membran dari nilai negatif kearah yang lebih positif disebut proses depolarisasi. Apabila membran mengalami depolarisasi dari -95 mv mencapai nilai ambang potensial (threshold) untuk sel otot jantung yaitu -70 Mv, maka perubahan voltase ini akan menjadi pencetus untuk membuka kanal ion Na + secara mendadak, sehingga terjadilah pengaliran Na + yang masuk kedalam sel. Perpindahan muatan positif yang tiba-tiba masuk dari luar kedalam sel mengakibatkan potensial membran secara mendadak pula berubah dari nilai negative menjadi positif. Bagian dari proses depolarisasi ini dinamakan potensial aksi. Setelah fase depolarisasi berlalu, membran sel akan mengalami proses repolarisasi yaitu redistribusi ion-ion kembali kestadium istirahat. Fase 0 adalah penanjakan pertama dari potensial istirahat (resting potensial) sebagai akibat masuknya Na + secara mendadak kedalam sel. Fase 1 fase repolarisasi singkat yang terjadi sesaat setelah fase 0. fase ini disebabkan oleh tertutupnya kanal natrium secara mendadak dan keluarnya kalium dari dalam sel Fase 2 fase plateu dari aksi potensial. Fase ini terjadi secara perlahan-lahan sebagai akibat masuknya Ca ++ melalui kanal kalsium kedalam sel. Fase ini merupakan fase penting untuk mengatur kontraksi jantung karena dua hal : a. Ca ++ ekstraseluler yang masuk kedalam sel akan merangsang pelepasan Ca ++ dari reticulum sarkoplasmik, yang kedua-duanya dibutuhkan dalam proses kontraksi. b. fase ini memperpanjang stadium depolarisasi. Jadi secara tidak langsung mempertahankan masa refrakter agar sel dapat berkontraksi secara sempurna, sebelum datangnya rangsangan baru. Fase 3 merupakan repolarisasi lebih lanjut setelah fase 2. Fase ini terjadi akibat tertutupnya kanal kalsium dan keluarnya kalium dari dalam sel. Pada fase ini, pompa sodium akan berfungsi secara maksimal untuk mengembalikan

11 muatan negatif didalam sel. Jika sel berpolarisasi sampai -30 mv sebagian kanal kalsium telah siap menerima rangsangan baru, dan pada -79 mv sebagian kanal natrium untuk menerima rangsangan baru. Fase 4 fase diantara kedua potensial aksi. Pada fase ini terjadi retribusi ion-ion kembali ke keadaan sel tidak aktif (istirahat). Gambaran potensial aksi sel-sel otot jantung berbeda tergantung jenis sel. Untuk pacemaker, setelah fase 4 membran sel akan mengadakan depolarisasi secara spontan (slow diastolic depolarization) sebagai akibat masuknya Na + kedalam sel, proses ini selanjutnya mencetuskan potensial aksi yang baru setelah mencapai ambang potensial, siklus ini berlangsung terusmenerus. Setiap sel otot jantung yang mengadakan depolarisasi akan memproduksi sebuah potensial aksi yang monofasik, gabungan semua monofasik potensial aksi dari sel-sel otot jantung inilah yang membentuk komplek EKG yang juga mewakili sebuah denyut jantung PATOFISIOLOGI Patogenesis Long QT congenital belum jelas, namun hipotesis yang banyak dianut ialah pada ketidakseimbangan system saraf adrenergic dan aktivitas saraf simpatis jantung, dimana aktivitas yang berlebihan dibagian kiri sedangkan aktivitas pada bagian kanan berkurang. Ketidakseimbangan perangsangan simpatis mengakibatkan pemanjangan repolarisasi ventrikel otot jantung dimana meningkatkan kemungkinan terjadinya fibrilasi. (11) Bukti menyangkut keterlibatan sistem saraf simpatis yaitu;(a) sinkop yang kemungkinan dicetuskan oleh serangan atau peningkatan aktivitas perangsangan simpatis, seperti emosi atau aktivitas fisik;(b) pemanjangan interval QT serta peningkatan gelombang T yang disebabkan meningkatnya saraf simpatis yang asimetris;(c) hasil terapi yang memuaskan melalui efek antagonis aktivitas simpatis pada jantung dengan antagonis reseptor beta adrenergik. (11) Hasil penelitian pada binatang percobaan juga mendukung bahwa ketidakseimbangan perangsangan simpatis berperan penting terhadap timbulnya sindrom long QT congenital. (11)

12 BAB IV ETIOLOGI, GAMBARAN KLINIS, DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN 4.1. Etiologi. Sindrom Long QT disebabkan oleh mutasi gen kanal kalium, natrium dan kalsium, dimana telah dikenali 10 gen, 6 gen merupakan Sindrom Romano-Ward, 1 gen dari Sindrom Andersen, 1 dari Sindrom Timothy serta 2 gen merupakan Sindrom Jervell dan Lang-Nielsen. Tabel.4. Beberapa bentuk Gen Sindrom Long QT Kongenital.(LQT1-6 Sindrom Romano-Ward, LQT7 Sindrom Anderson, LQT8 Sindrom Timothy, JLN1-2 Sindrom Jervell dan Lang-Nielsen). (kutip.1) LQT1, LQT2 dan LQT3 merupakan jumlah kasus terbanyak, dimana prevalesinya sekitar 45%, 45% dan 7%. Pemanjangan QT terjadi karena terlalu banyaknya ion positiv sel jantung selama repolarisasi ventrikel. Pada LQT1, LQT2, LQT5, LQT6 dan LQT7 kanal ion kaliumnya

13 dihambat, terlambat pembukaannya atau pembukaannya sangat singkat dibandingkan dengan fungsi kanal yang normal. Perubahan ini menyebabkan penurunan aliran keluar ion kalium serta pemanjangan repolarisasi. (1,7) Sindrom Long QT didapat diakibatkan oleh obat-obatan seperti adrenalin, beberapa jenis antihistamin dan antibiotic, obat diuretic dan lainnya. Individu yang pernah mengalami Sindrom Long QT setelah mengkomsumsi salah satu obat-obat tersebut sesungguhnya mempunayi defek genetic yang menyebabkan kecendrungan terjadinya arritmia jantung. Kehilngan berat badan yang berat seperti pada penderita anoreksia nervosa juga dapat mengganggu keseimbangan ion di jantung sehingga mengakibatkan interval QT memanjang. (13) Tiga jenis dari Sindrom Long QT congenital yang digambarkan saat ini, Jervell dan Lange-Nielsen Syndrome dinamai sesuai dengan orang yang menemukan kondisi ini pada tahun1957, yang disertai dengan tuli congenital dan mewarisi sifat autosomal resesif. Sindrom Romano-Ward merupakan bentuk yang paling banyak ditemukan, pertama dikenali pada tahun bentuk ini merupakan suatu autosomal dominant yang tidak disertai dengan kelainan fisik seperti tuli. Pada tahun 1995 telah dilaporkan bentuk ketiga Sindrom Long QT congenital yang disertai dengan sindaktili bilateral, akan tetapi sangat sedikit yang diketahui mengenai bentuk kelainan ini kecuali hanya laporan kasus sporadis saja tampa adanya riwayat keluarga yang menderita Sindrom Long QT. (13) Pada awal tahun 2001 enam gen yang berbeda telah ditemukan kaitannya dengan bentuk Sindrom Long QT congenital ini, dan mutasi paling kurang empat gen pada sejumlah orang serta keluarga yang menderita. Gen-gen ini memegang peranan penting terhadap susunan kanal ion pada membran sel. oleh sebab itu mutasi gen-gen ini mengganggu irama jantung normal. (13) Diare ataupun muntah yang terlalu banyak yang menyebabkan kehilangan ion kalium dan natrium dari dalam darah dapat juga menyebabkan Sindrom Long QT. Sindrom akan berakhir sampai kadar ion-ion ini dalam darah kembali normal. Ganguan makan seperti anoreksia nervosa dan penyakit kelenjar tiroid yang menyebabkan penurunan kadar ion kalium dalam darah juga dapat menyebabkan kelainan ini. (14) 4.2. Gambaran Klinis Gejala-gejala sindrom long QT congenital dapat terjadi pada bulan pertama kelahiran ataupun juga pada usia pertengahan. Umumnya gejala-gejala Long QT ini dialami pada saat usia

14 40 tahun. Kematian sebahagian besar terjadi pada penderita berumur 11 tahun sampai 30 tahun. (15) Pingsan merupakan gejala utama, penderita bisa jadi mengalami serangan satu sampai ratusan kali serangan. Yang menjadi menarik ialah beberapa pasien yang mengalami beberapa kali serangan namun tidak mengalami kematian, pada pasien lain kematian dapat terjadi hanya pada serangan pertama kali terjadi. (11,) Pada penderita Sindrom Long QT pingsan disebabkan oleh karena irama jantung yang tidak teratur yang terjadi pada saat timbul nya amarah, terkejut ataupun aktivitas fisik. Pingsan pada penderita dapat terjadi secara tiba-tiba tanpa ada tanda-tanda sebelumnya, misalnya hilang kesadaran setelah terkejut mendengar dering telepon. Gejala-gajala yang dapat timbul sebelum pingsan ialah berkunang-kunang, berdebar-debar atau irama jantung yang tidak teratur, kelemahan dan pandangan kabur. (15) Kejang dapat terjadi jika irama jantung yang tidak teratur terus terjadi sehingga otak mengalami kekurangan oksigen yang kemudian dapat berlanjut menjadi kejang umum. Oleh karena itu beberapa orang yang mengalami Sindrom long QT ini bisa jadi mengalami salah diagnosis sehingga mendapat terapi obat anti-epilepsi. Kematian mendadak akan terjadi apabila irama jantung yang tidak normal ini segera diatasi dengan external defibrillator. (15) The International Long QT Syndrome Registry melakukan peneltian epidemiologi karakter genetic dimulai tahun 1979 mendapatkan hasil 50% pasien mengalami serangan pertama pada umur 12 tahun dan meningkat hampir 90% pada umur 40 tahun. Lamanya masa interval QT terkoreksi tidak berhubungan dengan resiko terjadinya pingsan ataupun kematian tiba-tiba selama pengamatan. Kematian jantung tiba-tiba diwaktu tidur harus dicurigai Sindrom Long QT congenital, terutama fenotipe LQT3. Gambaran klinis Sindrom Long QT congenital bervariasi tergantung pada jenis gen. pada umur 15 tahun hampir 60% penderita LQT1 mengalami serangan (pingsan, henti jantung, atau mati mendadak) dibandingkan dengan LQT3 yang lebih sedikit sekitar 10%. (16) 4.3. Diagnosis Diagnosis terutama didasarkan adanya pemanjangan QT pada EKG. Gejala, riwayat keluarga serta system scoring banyak digunakan, walaupun sensitivitas dan spesifisitasnya keabsahannya belum diakui. Dari data terbaru yang dapat dipercaya diagnosis Sindrom Long

15 QT dapat ditegakkan dengan ditemui interval QT lebih dari 470 msec pada pria dan lebih dari 480 msec pada wanita yang tidak sedang menggunakan obat-obatan, penyakit jantung ataupun penyakit lainnya ataupun juga factor-faktor lainnya yang menyebabkan pemanjangan interval QT. EKG ulangan, EKG saat aktivitas serta EKG serial sangat membantu dalam menegakkan diagnosis. Dari kepustakaan yang ada saat ini menunjukkan nilai normal interval QT sampai 500 msec dari nilai normal yang ada umumnya, oleh sebab itu nilai QT > 500 msec dapat dipakai sebagai dasar menegakkan diagnosis. Diagnosis ditegakkan apabila ditemukan adanya pemanjangan QT interval saat istirahat atau aktifitas ataupun EKG serial. Pingsan yang disertai gambaran khas morfologi gelombang T sangat mendukung untuk menegakkan diagnosis, serta aritmia dari TdP merupakan tanda patognomonis yang penting untuk menegakkan Sindrom QT memanjang. (11) Riwayat pingsan yang tidak diketahui penyebabnya atau kematian mendadak pada masa anak-anak atau dewasa muda terutama saat aktifitas fisik atau emosi atau tenggelam atau hampir tenggelam harus diduga kemungkinan suatu Sindrom Long QT. (6) Schwartz dkk pertama kali mengemukakan kriteria diagnosis pada tahun 1985, akan tetapi dengan ditemukannya perbedaan pemanjangan interval QT antara wanita dan pria, adanya tumpang tindih nilai QT antara pembawa gen ataupun bukan pembawa serta ditemukannya beberapa perbedaan parameter klinis antara pasien LQTS dengan pasien yang bukan LQTS sehingga Scwartz dkk mengemukakan criteria baru pada tahun kriteria ini berdasarkan pada EKG, riwayat klinis serta riwayat keluarga. Nilai total berkisar antara 0 sampai 9 yang terdiri dari tiga kelompok. Nilai <1= kemungkinan rendah, nilai 2 sampai 3= kemungkinan sedang, nilai >4= kemungkinan tinggi. Penderita dengan nilai 2 sampai 3 EKG serial harus dilakukan selama nilai interval QT masih bervariasi dari waktu ke waktu, disamping itu skrining terhadap anggota keluarga perlu dilakukan. Pemeriksaan elektrofisiologi invasive dengan atau tanpa infuse katekolamin tidak bermanfaat. Pada kasus-kasus yang meragukan pemeriksaan genetik guna mengenali mutasi baru akhir-akhir ini sangat berguna namun belum menjadi pemeriksaan yang rutin. Saat ini pemeriksaan molekuler digunakan untuk menganalisa genom DNA ( mis;dari limfosit perifer) serta LQTS karena mutasi. Pemeriksaan ini bermanfaat pada anggota keluarga yang penyebabnya oleh mutasi gen serta mutasi pada penderita. Namun skinning sampai saat ini belum digunakan secara luas, ini disebabkan karena mahalnya biaya dan

16 klinis. (19) Uji genetik sangat berguna terutama, pertama untuk mengetahui kelainan genetiknya lamanya waktu pemeriksaan serta beberapa gen yang tidak diketahui masih perlu penelitian lagi. (6,11) (kutip 6,16,17,18) Tabel.5. Kriteria diagnosis Sindrom Long QT Kongenital. Sindrom Long QT merupakan diagnosis klinis namun pemeriksaan genetik bisa menjadi informasi tambahan untuk diagnosis. Pada penderita yang gambaran klinisnya antara lain pingsan serta morfologi gelombang QT yang khas yang telah didiagnosis diduga 70%-90% diakibatkan oleh kelainan gen. uji genetik terhadap subtype terbanyak dijumpai saat tersedia secara komersial, yang mana dapat mengenali 50-70% penderita yang telah tediagnosis secara guna menentukan prognosis serta pemilihan pedoman terapi. Kedua pada anggota keluarga penderita yang telah diketahui kelainan genetiknya, pemetaan genotype akan membantu untuk

17 menegakkan diagnosis pada yang lainnya. Uji genetic tidak dilakukan pada penderita yang interval QT borderline dengan gejala yang meragukan serta tidak ada riwayat keluarga. (19) Gambar.2. contoh elektrokardiogram tiga bentuk Sindrom Long QT yang paling banyak dijumpai.bentuk LQT1 berkaitan dengan melebarnya gelombang T tanpa pemendekan interval QT yang diakibatkan oleh aktifitas. LQT2 berkaitan dengan amplitudo gelombang T yang rendah sering bifida. LQT3 berkaitan dengan segmen isoelektrik yang memanjang dan landai, gelombang T yang tinggi. (kutip19) 4.4. Penatalaksanaan Seluruh penderita Sindrom Long QT harus menghindari obat-obat yang menyebabkan pemanjangan interval QT atau mengurangi kadar serum kalium dan magnesium. Walaupun pemberian terapi pada penderita yang asimptomatik masih kontroversi, pilihan yang terbaik ialah memberikan terapi kepada seluruh penderita Sindrom Long QT congenital, sebab kematian jantung tiba-tiba dapat saja terjadi pada serangan pertama dari penyakit ini. (1,11)

18 Beta-bloker merupakan obat pilihan terhadap Sindrom Long QT. Efek proteksi betabloker berkaitan dengan penghambatan adrenergic sehingga mengurangi risiko aritmia jantung juga memperkecil interval QT. Walaupun telah bertahun-tahun dianjurkan pemberian dosis betabloker relative besar (mis; 3 mg/kg/hari,atau210 mg/hari pada berat badan 70 kg) data terbaru menunjukkan dosis yang lebi rendah memberikan efek proteksi yang sama dengan dosis besar. Beta-bloker efektif mencegah serangan jantung sampai 70%. Sedangkan serangan ulangan berkurang 30% dengan terapi beta-bloker. (1,11) Propanolo dan nadolol merupakan beta-bloker yang paling sering digunakan, namun atenolol dan metoprolol juga dapat diberikan pada Sindrom Long QT. Semua penderita. (,1) Implantable cardioverter-defibrillator (ICD) paling efektif mencegah kematian jantung mendadak pada penderita yang mempunyai risiko tinggi. Pada suatu penelitian terhadap 125 penderita Sindrom Long QT dengan ICD, didapatkan kematian 1,3 % pada penderita dengan ICD dibandingkan dengan 16 % kematian pada penderita dengan non-icd selama 8 tahun pengamatan. Dikatakan risiko tinggi apabila penderita pernah mengalami henti jantung ataupun serngan jantung berulang ( mis; pingsan atau torsade de pointes), mendapat terapi konvensinal serta interval QT yang sangat memanjang (>500msec). (1,11) Penggunaan ICD harus dipertimbangkan sebagai terapi pertama apabila penderita mempunyai riwayat keluarga dengan kematian mendadak. Walaupun demikian sejak sejumlah penelitian menunjukkan bahwasanya riwayat keluarga dengan kematian mendadak bukan merupakan factor risiko independent. Sejumlah ahli tidak menganjurkan terapi ICD hanya berdasakan pada riwayat keluarga. Terapi ICD dini sebaiknya dipertimbangkan terhadap penderita Sindrom Jervell dan Lange-Nielsen, hal ini disebabkan karena manfaat beta-bloker pada penderita ini ter1qbatas. Penggunaan pacu jantung berdasarkan pada peningkatan irama jantung secara perlahan-lahan, mengurangi irami irregular dan repolarisasi heterogen serta memperkecil risiko Torsade de Pointes takikardi ventrikel. Pacu jantung terutama bermanfaat pada penderita yang pernah mengalami bradikardi dengan torsede de pointes dan LQT3. (1) Stelektomi servicotorak kiri merupakan terapi antiadrenergik yang digunakan pada penderita risiko tinggi terutama yang mengalami serangan berulang yang mendapat terapi betabloker. Stellektomi menurunkan risiko serangan yang bermanfaat pada LQT1 dibandingkan dengan jenis lainnya. Walaupun tindakan ini mengurangi risiko serangan namun tidak sama

19 sekali menghilangkan risiko tersebut, oleh sebab itu ICD lebih baik dibandingkan stellektomi cervicotorak. (1) Aktifitas fisik dan takikardi pencetus timbulnya serangan LQT1, dengan demikian penderita LQT1 harus berusaha menghindari aktifitas fisik dimana beta-bloker dirapkan dapat mencegah serangan. Pingsan dan mati mendadak saat berenang dan menyelam berkaitan sangat dengan LQT1, oleh sebab itu hindari berenang tanpa pengawasan. LQT2 juga dicetuskan oleh aktifitas fisik, namun relative kurang dibandingkan dengan LQT1. aktifitas fisik dan takikardi tidak mencetuskan LQT3 namun biasanya terjadi pada waktu tidur. Disebabkan oleh karena takikardi tidak mencetuskan serangan maka pemakaian beta-bloker guna mencegah serangan masihdiperdebatkan. Mexiletine, suatu penghambat kanal kalium meningkatkan proteksi pada subkelompok ini. Sejumlah ahli menganjurkan kombinasi beta-bloker dan mexiletine pada penderita LQT3 ini.. (1) -

20 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.KESIMPULAN 1. Sindrom Long QT merupakan gangguan aktifitas listrik jantung. 2. Gejala dan tanda aritmia pada penderita SindromLong QT ialah pingsan atau kejang yang tidak diketahui sebabnya, tenggelam atau hampir tenggelam (oleh karena pingsan saat berenang), henti jantung tiba-tiba serta kematian mendadak. 3. Sindrom Long QT suatu keadaan yang jarang dimana biasanya bersifat diturunkan, sering pertama kali dijumpai pada usia kanak-kanak dan dewaa muda. 4. Dalam menegakkan diagnosis harus mempertimbangkan hasil Elektrokardiogram, Riwayat penyakit keluarga serta hasil uji genetik. 5. Cacat genetik mengahasilkan jenis kanal ion yang khas pada sel jantung yang merupakan penyebab Sindrom long QT Kongenital. Kanal ion yang cacat mengganggu aliran normal natrium dan kalium masuk dan keluar sel saat denyut jantung terjadi. Aliran abnormal mengacaukan aktifitas listrik jantung yang menyebabkan kelainan irama yang berbahaya. 6. Perubahan gaya hidup dan terapi dengan obat-obatan dapat membantu mencegah komplikasi yang berbahaya. 7. Terapi pada Sindrom Long QT meliputi perubahan gaya hidup, obat-obatan, alat medis yang ditanamkan serta terapi guna memperbaiki irama jantung SARAN 1. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan Elektrokardiogram pada individu yang mengalami pingsan mendadak setelah melakukan aktifitas fisik atau stress emosional dan adanya riwayat keluarga yang mati mendadak tanpa diketahui sebabnya. 2. Tidak merekomendasikan untuk berolahraga pada penderita Sindrom Long QT tipe LQT1 atau LQT2, oleh karena aktifitas fisik, berenang dan stress emosional sering mencetuskan serangan jantung.

21 3. Beta-bloker sebaiknya diberikan pada penderita dengan interval QT memanjang ( >460 msec pada wanita, dan >440 msec pada laki-laki.) 4. ICD (implantable cardioverter-defibrillator) pada penderita yang selamat setelah mengalami henti jantung dan penderita yang pingsan walaupun telah mendapat beta- bloker

22 DAFTAR PUSTAKA 1. Sovari.A. et al in Long QT Syndrome, emedicine Cardiology Liptak.S.Gregory ; in Long QT Syndrome, From Wikipedia;in Long QT Syndrome, http;//en.wikipedia.org Meyer.S.Jhon,et al; in Sudden Arrhythmia Death Syndrme; Importance of Long QT Syndrome, American Family Physician.2003; 68; Monnig Gerold, et al; in Electrocardiographic risk stratification in families with congenital long QT syndrome. Euro He J.2006;,27; Chiang Chern-en.and Roden,M; The Long QT Syndrome: Genetic Basis and Clinical Implication. J. Am. Coll. Cardiol, 2000; 36; Booker.P.D, Whyte.S.D and Ladusans.E.J; Long QT Syndrome and anaesthesia.bri.j.an,2003;90; Karim S dan Kabo P; Prinsip-prinsip EKG. EKG dan penanggulangan beberapa penyakit Jantung; Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;1996; Josephson.Mark.E and Zimetbaum.P; The Bradyarrhytmias: Disorders of sinus fungtion and AV conduction disturbances.in Ed Principles of Internal Medicine. 16 th.. ed.mcgraw-hill Med Pub Div.2005; Tan Hanno L, et al;elektrophysiologic Mechanisms of Long QT interval Syndrom and Torsade de Pointes; Annals of Internal Medicine. 1995;122; Vincent G M; The Long QT Syndrome; Ind P Ele J.2002; Kenny R A and Sutton R; The Prolonged QT Interval-afrequently unrecognized abnormality. P Gra Med J.1985; 61; Prolonged QT Syndrome.; http//medica dictionary.thefreedictionary.com Levine Ethan and Moss j Arthur, et al; Congenital Long QT Syndrome: Consideration for primary care physician. C Cli J of Med.2008; 75;

23 15. Mayo Clinic staff; Long QT Syndrome, Wehren Xander H.T. and Vos Marc A, et al; Novel Insight in the Congenital Long QT Syndrome.An of Int Med J.2002; 137; Hofman Nynke and Wilde Arthur A.M.; Diagnostic criteria for Long QT Syndrome in the era molecular genetics: do we need a scoring system?. Eur Hea J.2007;28; Semsarian C, Fatkin D and Skinner J; Guidelines for the Diagnosis and management of familial long QT Syndrome. The Cardiac Society of Australia and New Zealand Roden Dan,M; Long QT Syndrome.

SOP ECHOCARDIOGRAPHY TINDAKAN

SOP ECHOCARDIOGRAPHY TINDAKAN SOP ECHOCARDIOGRAPHY N O A B C FASE PRA INTERAKSI TINDAKAN 1. Membaca dokumentasi keperawatan. 2. Menyiapkan alat-alat : alat echocardiography, gel, tissu. 3. Mencuci tangan. FASE ORIENTASI 1. Memberikan

Lebih terperinci

INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA

INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA INTERPRETASI ELEKTROKARDIOGRAFI STRIP NORMAL HIMPUNAN PERAWAT GAWAT DARURAT DAN BENCANA INDONESIA SULAWESI UTARA PENDAHULUAN Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari rekaman aktivitas listrik jantung

Lebih terperinci

Peranan Kanal Ion Miokardium pada Kelistrikan Jantung. William. Dosen bagian Fisiologi FK UKRIDA

Peranan Kanal Ion Miokardium pada Kelistrikan Jantung. William. Dosen bagian Fisiologi FK UKRIDA Peranan Kanal Ion Miokardium pada Kelistrikan Jantung William Dosen bagian Fisiologi FK UKRIDA Alamat Korespondensi: Jl Terusan Arjuna no 6 Jakarta 11510 Email: william_dr83@yahoo.com Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF. Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain

BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF. Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF 2.1 Ganglia basalis dan subthalamik nukleus Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain dalam menghasilkan gerakan motorik terutama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jantung Elektrofisiologi jantung Aktivitas listrik jantung merupakan perubahan permeabilitas membran sel,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Jantung Elektrofisiologi jantung Aktivitas listrik jantung merupakan perubahan permeabilitas membran sel, 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jantung 2.1.1. Elektrofisiologi jantung Aktivitas listrik jantung merupakan perubahan permeabilitas membran sel, yang menyebabkan terjadinya pergerakan ion yang keluar-masuk

Lebih terperinci

Normal EKG untuk Paramedis. dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani

Normal EKG untuk Paramedis. dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani Normal EKG untuk Paramedis dr. Ahmad Handayani dr. Hasbi Murdhani Anatomi Jantung & THE HEART Konsep dasar elektrokardiografi Sistem Konduksi Jantung Nodus Sino-Atrial (SA) - pada pertemuan SVC dg atrium

Lebih terperinci

AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG. Potensial Aksi Pada Jantung

AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG. Potensial Aksi Pada Jantung AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG Potensial Aksi Pada Jantung Pendahuluan Jantung : Merupakan organ vital Fungsi Jantung : Memompakan darah ke seluruh tubuh. Jantung terletak pada rongga dada sebelah kiri. Batas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 32 HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Fisik Keseluruhan anjing yang dipergunakan pada penelitian diperiksa secara klinis dan dinyatakan sehat sesuai dengan klasifikasi status klas I yang telah ditetapkan

Lebih terperinci

Intro. - alifis.wordpress.com

Intro. - alifis.wordpress.com Intro. Manusia tidak bisa melihat, merasa, mencium atau menyadari keberadaan listrik dengan inderanya, baik untuk muatan maupun untuk medan listriknya. Baru pada akhir abad 18 hal-hal mengenai listrik

Lebih terperinci

KONSEP DASAR EKG. Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV)

KONSEP DASAR EKG. Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV) KONSEP DASAR EKG Rachmat Susanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB (KV) TIU Setelah mengikuti materi ini peserta mampu memahami konsep dasar EKG dan gambaran EKG normal. TIK Setelah mengikuti materi ini peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segmen ST yang persisten dan peningkatan biomarker nekrosis miokardium.

BAB I PENDAHULUAN. segmen ST yang persisten dan peningkatan biomarker nekrosis miokardium. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMAEST) adalah sindrom klinis yang ditandai dengan gejala khas iskemia miokardium disertai elevasi segmen ST yang persisten

Lebih terperinci

0.1% kasus di rumah sakit di Amerika Serikat dengan usia rata-rata 67 tahun dan lakilaki

0.1% kasus di rumah sakit di Amerika Serikat dengan usia rata-rata 67 tahun dan lakilaki 1. Definisi Atrial flutter merupakan bentuk aritmia berupa denyut atrium yang terlalu cepat akibat aktivitas listrik atrium yang berlebihan ditandai dengan denyut atrial rata-rata 250 hingga 350 kali per

Lebih terperinci

Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa

Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa Potensial membran adalah tegangan yang melintasi suatu membran sel yang berkisar dari sekitar -50 hingga -200 milivolt (tanda minus menunjukkan bahwa di dalam sel bersifat negatif dibandingkan dengan di

Lebih terperinci

BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF A. Hasil

BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF A. Hasil BIOLISTRIK PADA SISTEM SARAF A. Hasil normal alkohol Saraf 3.50 menit 2.30 menit Otot 3.40 menit 1.20 menit B. Pembahasan Pada praktikum kali ini, praktikan mengamati kontraksi otot gastrocnemius pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup. Gagal jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kafein banyak terkandung dalam kopi, teh, minuman cola, minuman berenergi, coklat, dan bahkan digunakan juga untuk terapi, misalnya pada obatobat stimulan, pereda nyeri,

Lebih terperinci

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG

TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG TUGAS KEPERAWATAN GAWAT DARURAT INTERPRETASI DASAR EKG Disusun untuk memenuhi tugas mandiri keperawatan gawat darurat Dosen Setiyawan S.Kep.,Ns.,M.Kep. Disusun oleh : NUGKY SETYO ARINI (P15037) PRODI D3

Lebih terperinci

Neuromuskulator. Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015

Neuromuskulator. Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015 Neuromuskulator Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015 STRUKTUR SARAF 3/12/2015 2 SIFAT DASAR SARAF 1. Iritabilitas/eksisitaas : kemampuan memberikan respon bila mendapat rangsangan. Umumnya berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kasus keracunan pestisida organofosfat.1 Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kasus keracunan pestisida organofosfat.1 Menurut World Health BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan pestisida secara luas berdampak pada meningkatnya kasus, yakni sebanyak 80% kasus pestisida merupakan kasus pestisida.1 Menurut World Health Organization

Lebih terperinci

BIOFISIKA SEL KULIAH SMT IVA FAKULTAS KEDOKTERAN UWKS Paul S. Poli/Biofisika/2006 1

BIOFISIKA SEL KULIAH SMT IVA FAKULTAS KEDOKTERAN UWKS Paul S. Poli/Biofisika/2006 1 BIOFISIKA SEL KULIAH SMT IVA FAKULTAS KEDOKTERAN UWKS 2006 Paul S. Poli/Biofisika/2006 1 Selamat pagi!!! Paul S. Poli/Biofisika/2006 2 SEL PEKA RANGSANGAN Sel-sel yg dapat dirangsang utk membentuk aliran

Lebih terperinci

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap

A. Pemeriksaan penunjang. - Darah lengkap A. Pemeriksaan penunjang - Darah lengkap Darah lengkap dengan diferensiasi digunakan untuk mengetahui anemia sebagai penyebab depresi. Penatalaksanaan, terutama dengan antikonvulsan, dapat mensupresi sumsum

Lebih terperinci

Cara Kerja Sistem Saraf Simpatik dan Parasimpatik loading...

Cara Kerja Sistem Saraf Simpatik dan Parasimpatik loading... Cara Kerja Sistem Saraf Simpatik dan Parasimpatik loading... Saraf simpatik dan parasimpatik termasuk ke dalam sistem saraf tak sadar. Saraf simpatik berpangkal pada sumsum tulang belakang (medula spinalis)

Lebih terperinci

BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL. OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep

BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL. OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala

Lebih terperinci

DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF

DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF Sistem syaraf bertanggung jawab dalam mempertahankan homeostasis tubuh (kesetimbangan tubuh, lingkungan internal tubuh stabil) Fungsi utamanya adalah untuk:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada masa kanak- kan

PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada masa kanak- kan BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala

Lebih terperinci

Introduction to Cardiology and Vascular Medicine. Cardiology and Vascular Medicine

Introduction to Cardiology and Vascular Medicine. Cardiology and Vascular Medicine Introduction to Cardiology and Vascular Medicine Wulan Anggrahini Department of Cardiology and Vascular Medicine Gadjah Mada University disampaikan pada 4th Biomedical Engineering Forum Teknik Elektro

Lebih terperinci

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko Apakah kanker rahim itu? Kanker ini dimulai di rahim, organ-organ kembar yang memproduksi telur wanita dan sumber utama dari hormon estrogen dan progesteron

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, jaringan arteri, vena, dan kapiler yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dimana pada saat memompa jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Untuk fungsi tersebut, otot

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah sindroma klinis yang ditandai dengan gejala khas iskemia miokard disertai elevasi segmen ST yang persisten

Lebih terperinci

KANAL ION SEBAGAI TARGET AKSI OBAT YENI FARIDA S.FARM., M.SC.,APT

KANAL ION SEBAGAI TARGET AKSI OBAT YENI FARIDA S.FARM., M.SC.,APT KANAL ION SEBAGAI TARGET AKSI OBAT YENI FARIDA S.FARM., M.SC.,APT Kanal ion Peran penting kanal ion dalam sel adalah : 1. transport ion 2. pengaturan potensi listrik di membrane sel 3. signaling sel (kanal

Lebih terperinci

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

Lebih terperinci

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA)

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA) Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA) Penyakit flu umumnya dapat sembuh dengan sendirinya jika kita cukup istirahat, makan teratur, dan banyak mengkonsumsi sayur serta buah-buahan. Namun demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. absolute atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang mengalami peningkatan kadar gula darah akibat kekurangan hormon insulin secara absolute atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah. 1.3 Tujuan MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT MAKALAH INFARK MIOKARD AKUT BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infark miokard akut mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibart suplai darah yang tidak adekuat, sehingga aliran darah koroner

Lebih terperinci

Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari

Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari Laporan Pendahuluan Elektrokardiogram (EKG) Oleh Puji Mentari 1106053344 A. Pengertian Tindakan Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu pencatatan grafis aktivitas listrik jantung (Price, 2006). Sewaktu impuls

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK. Kuntarti, SKp

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK. Kuntarti, SKp PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK Kuntarti, SKp FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari fungsi biologis tubuh yang bekerja dalam rentang normal Tubuh individu pengorganisasian biologis sel yang

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya peningkatan tekanan pengisian (backward failure), atau kombinasi

BAB I PENDAHULUAN. adanya peningkatan tekanan pengisian (backward failure), atau kombinasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung terjadi ketika jantung tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh dengan jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan metabolik tubuh (forward failure), atau

Lebih terperinci

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan MORFOLOGI Organisasi Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan neuron yang merupakan unit penyusun sistem saraf.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masyarakat telah mengetahui bahwa kebiasaan. berolah raga adalah cara yang efektif untuk menjaga

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masyarakat telah mengetahui bahwa kebiasaan. berolah raga adalah cara yang efektif untuk menjaga BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masyarakat telah mengetahui bahwa kebiasaan berolah raga adalah cara yang efektif untuk menjaga kesehatan. Gerak tubuh yang pasif dapat meningkatkan faktor risiko

Lebih terperinci

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Leukemia Leukemia merupakan kanker yang terjadi pada sumsum tulang dan sel-sel darah putih. Leukemia merupakan salah satu dari sepuluh kanker pembunuh teratas di Hong Kong, dengan sekitar 400 kasus baru

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Jantung merupakan organ otot

Lebih terperinci

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh

YUANITA ARDI SKRIPSI SARJANA FARMASI. Oleh MONITORING EFEKTIVITAS TERAPI DAN EFEK-EFEK TIDAK DIINGINKAN DARI PENGGUNAAN DIURETIK DAN KOMBINASINYA PADA PASIEN HIPERTENSI POLIKLINIK KHUSUS RSUP DR. M. DJAMIL PADANG SKRIPSI SARJANA FARMASI Oleh YUANITA

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

Sinyal ECG. ECG Signal 1

Sinyal ECG. ECG Signal 1 Sinyal ECG ECG Signal 1 Gambar 1. Struktur Jantung. RA = right atrium, RV = right ventricle; LA = left atrium, dan LV = left ventricle. ECG Signal 2 Deoxygenated blood Upper body Oxygenated blood Right

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan penyulit medis yang sering ditemukan pada kehamilan yang dapat meningkatkan morbiditas dan mortalitas baik ibu maupun perinatal. Hipertensi dalam

Lebih terperinci

TERAPI CAIRAN MAINTENANCE. RSUD ABDUL AZIS 21 April Partner in Health and Hope

TERAPI CAIRAN MAINTENANCE. RSUD ABDUL AZIS 21 April Partner in Health and Hope TERAPI CAIRAN MAINTENANCE RSUD ABDUL AZIS 21 April 2015 TERAPI CAIRAN TERAPI CAIRAN RESUSITASI RUMATAN Kristaloid Koloid Elektrolit Nutrisi Mengganti Kehilangan Akut Koreksi 1. Kebutuhan normal 2. Dukungan

Lebih terperinci

sebagai denyut jantung yang bermula dari lokasi normal yakni bukan bermula dari SA node 2. Atrial flutter merupakan salah satu jenis aritmia yang

sebagai denyut jantung yang bermula dari lokasi normal yakni bukan bermula dari SA node 2. Atrial flutter merupakan salah satu jenis aritmia yang BAB I PENDAHULUAN Jantung merupakan organ muskular berongga yang berfungsi memompa darah keseluruh tubuh. Jantung terdiri atas dua pompa yang terpisah, yakni jantung kanan yang memompakan darah ke paru-paru

Lebih terperinci

JANTUNG 4 RUANG POMPA ATRIUM KA/KI, VENTRIKEL KA/KI SISTEM HANTAR KHUSUS YANG MENGHANTARKAN IMPULS LISTRIK DARI ATRIUM KE VENTRIKEL : 1.

JANTUNG 4 RUANG POMPA ATRIUM KA/KI, VENTRIKEL KA/KI SISTEM HANTAR KHUSUS YANG MENGHANTARKAN IMPULS LISTRIK DARI ATRIUM KE VENTRIKEL : 1. ELEKTROKARDIOGRAFI ILMU YANG MEMPELAJARI AKTIFITAS LISTRIK JANTUNG ELEKTROKARDIOGRAM (EKG) SUATU GRAFIK YANG MENGGAMBARKAN REKAMAN LISTRIK JANTUNG NILAI DIAGNOSTIK EKG PADA KEADAAN KLINIS : ARITMIA JANTUNG

Lebih terperinci

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK Kuntarti, SKp, M.Biomed PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial :: http://www.docudesk.com FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari fungsi biologis tubuh

Lebih terperinci

Diabetes Mellitus Type II

Diabetes Mellitus Type II Diabetes Mellitus Type II Etiologi Diabetes tipe 2 terjadi ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau ketika pankreas berhenti memproduksi insulin yang cukup. Persis mengapa hal ini terjadi tidak

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung

BAB II TEORI DASAR. Gambar 2.1 Anatomi Jantung 4 BAB II TEORI DASAR 2.1. Jantung Jantung merupakan otot tubuh yang bersifat unik karena mempunyai sifat membentuk impuls secara automatis dan berkontraksi ritmis [4], yang berupa dua pompa yang dihubungkan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY Disusun oleh : IKA YUSSI HERNAWATI NIM : J100 060 059 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan

Lebih terperinci

Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang

Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang MENIERE S DISEASE Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang dari vertigo yang berlangsung dari

Lebih terperinci

Penemuan klinis penting yang boleh dikaitkan dengan kejadian palpitasi :

Penemuan klinis penting yang boleh dikaitkan dengan kejadian palpitasi : PENDAHULUAN ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK Ventrikel takikardia umumnya mencerminkan tingkat ketidakstabilan hemodinamik. Tandatanda gagal jantung kongestif ialah hipotensi, hipoksemia, distensi vena jugularis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38 C) akibat suatu proses ekstrakranium tanpa adanya infeksi

Lebih terperinci

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk: HIPONATREMIA 1. PENGERTIAN Hiponatremia adalah suatu kondisi yang terjadi ketika kadar natrium dalam darah adalah rendah abnormal. Natrium merupakan elektrolit yang membantu mengatur jumlah air di dalam

Lebih terperinci

Cardiac Arrest 1. Pengertian 2. Sistem Konduksi Jantung

Cardiac Arrest 1. Pengertian 2. Sistem Konduksi Jantung Cardiac Arrest 1. Pengertian Cardiac arrest adalah hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba dan mendadak, bisa terjadi pada seseorang yang memang didiagnosa dengan penyakit jantung ataupun tidak. Waktu

Lebih terperinci

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK. Kuntarti, SKp

PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK. Kuntarti, SKp PENGANTAR FISIOLOGI, HOMEOSTASIS, & DASAR BIOLISTRIK Kuntarti, SKp tanggal upload : 23 April 2009 FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari fungsi biologis tubuh yang bekerja dalam rentang normal Tubuh individu

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER Tujuan Pembelajaran Menjelaskan anatomi dan fungsi struktur jantung : Lapisan jantung, atrium, ventrikel, katup semilunar, dan katup atrioventrikular Menjelaskan

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation

BAB I PENDAHULUAN. lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Kation ekstraseluler utama adalah natrium (Na + ), sedangkan kation BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cairan tubuh adalah cairan suspense sel di dalam tubuh yang memiliki fungsi fisiologis tertentu.cairan tubuh merupakan komponen penting bagi cairan ekstraseluler,

Lebih terperinci

Vitamin D and diabetes

Vitamin D and diabetes Vitamin D and diabetes a b s t r a t c Atas dasar bukti dari studi hewan dan manusia, vitamin D telah muncul sebagai risiko potensial pengubah untuk tipe 1 dan tipe 2 diabetes (diabetes tipe 1 dan tipe

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Hasil Rendemen Ekstrak akar Acalypha indica Linn. dari tiga sediaan menunjukkan hasil rendemen yaitu, 1,85 %, 2,4 %, dan 1,9 %. 4.2. Uji Fitokimia Hasil uji fitokimia ekstrak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Asia saat ini terjadi perkembangan ekonomi secara cepat, kemajuan industri, urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti peningkatan konsumsi kalori, lemak, garam;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam waktu mendatang jumlah golongan usia lanjut akan semakin bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang, termasuk Indonesia. Bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tubuh manusia, mineral berperan dalam proses fisiologis. Dalam sistem fisiologis manusia, mineral tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu makroelemen antara lain

Lebih terperinci

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun fungsional dari pengisian atau pompa ventrikel (Yancy et al., 2013).

BAB I PENDAHULUAN. maupun fungsional dari pengisian atau pompa ventrikel (Yancy et al., 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gagal jantung merupakan suatu sindrom klinis akibat kelainan struktural maupun fungsional dari pengisian atau pompa ventrikel (Yancy et al., 2013). Prevalensi gagal

Lebih terperinci

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM DIAGNOSIS DM DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya

Lebih terperinci

Sistem Konduksi Jantung. Heart Conduction System

Sistem Konduksi Jantung. Heart Conduction System TINJAUAN PUSTAKA Sistem Konduksi Jantung Ahmad Handayani Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Email: ahmadhandayani@yahoo.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi seorang anestesiologis, mahir dalam penatalaksanaan jalan nafas merupakan kemampuan yang sangat penting. Salah satu tindakan manajemen jalan nafas adalah tindakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mmhg jika pemeriksaan menggunakan manometer air raksa, artinya gaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mmhg jika pemeriksaan menggunakan manometer air raksa, artinya gaya yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah sejumlah gaya yang bekerja setiap satuan luas dinding luas pembuluh darah. Tekanan darah biasanya dinyatakan dalam satuan mmhg jika pemeriksaan

Lebih terperinci

KELISTRIKAN DALAM TUBUH. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Mekanika dan Keelektromagnetan yang dibina oleh Bapak Sutarman dan Ibu Erni Yulianti

KELISTRIKAN DALAM TUBUH. MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Mekanika dan Keelektromagnetan yang dibina oleh Bapak Sutarman dan Ibu Erni Yulianti KELISTRIKAN DALAM TUBUH MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Mekanika dan Keelektromagnetan yang dibina oleh Bapak Sutarman dan Ibu Erni Yulianti Oleh Off A Ghufron Nurpatriya Krisna () Rifka Amilia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Definisi Kecemasan adalah sinyal peringatan; memperingatkan akan adanya bahaya yang akan terjadi dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi

Lebih terperinci

Ditulis pada Rabu, 20 September :47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan, elektromedis

Ditulis pada Rabu, 20 September :47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan, elektromedis - V1 di garis parasternal kanan sejajar dengan ICS 4 berwarna merah Elektrokardiografi (EKG) Ditulis pada Rabu, 20 September 2017 08:47 WIB oleh damian dalam katergori Pemeriksaan tag EKG, ECG, pemeriksaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah adalah gaya yang diberikan oleh darah kepada dinding pembuluh darah yang dipengaruhi oleh volume darah, kelenturan dinding, dan diameter pembuluh darah

Lebih terperinci

HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN

HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN HIPERTIROID DALAM KEHAMILAN Dr.Eva Decroli,SpPD-KEMD,FINASIM SUB BAGIAN ENDOKRIN DAN METABOLIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND/ RS DR. M. DJAMIL PADANG 1 HIPERTIROID sindroma hipermetabolisme

Lebih terperinci

BAB 5 PEMBAHASAN. Pada penelitian ini yang bermakna sebagai faktor risiko bangkitan kejang

BAB 5 PEMBAHASAN. Pada penelitian ini yang bermakna sebagai faktor risiko bangkitan kejang BAB 5 PEMBAHASAN Pada penelitian ini yang bermakna sebagai faktor risiko bangkitan kejang demam pada anak adalah faktor tinggi demam dan faktor usia kurang dari 2 tahun. Dari karakteristik orang tua anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular yang terdiri dari penyakit jantung dan stroke merupakan pembunuh nomor satu di seluruh dunia. Lebih dari 80% kematian terjadi di negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lanjut usia (lansia) adalah perkembangan terakhir dari siklus kehidupan. Terdapat beberapa siklus kehidupan menurut Erik Erikson, salah satunya adalah siklus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Trauma kepala (cedera kepala) adalah suatu trauma mekanik yang secara langsung atau tidak langsung mengenai kepala yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi neurologis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih menjadi masalah karena merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir. Masalah

Lebih terperinci

BIOLISTRIK. DR. ZAIRUL ARIFIN, SpA, DAFK. Dalam DEPARTEMEN FISIKA KEDOKTERAN FK-USU MEDAN

BIOLISTRIK. DR. ZAIRUL ARIFIN, SpA, DAFK. Dalam DEPARTEMEN FISIKA KEDOKTERAN FK-USU MEDAN BIOLISTRIK Dalam BMS DR. ZAIRUL ARIFIN, SpA, DAFK DEPARTEMEN FISIKA KEDOKTERAN FK-USU MEDAN NERVOUS SYSTEM SISTEM SARAF DAN NEURON Bioelektrisitas dan biomagnetisme : sinyal listrik dan magnet yang dihasilkan

Lebih terperinci

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A PENYAKIT JANTUNG BAWAAN Penyakit jantung yang dibawa dari lahir kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir akibat gangguan atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bergerak dari tempat yang berpotensial tinggi ke tempat berpotensial rendah,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bergerak dari tempat yang berpotensial tinggi ke tempat berpotensial rendah, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Listrik 2.1.1 Pengertian Listrik adalah suatu energi, bahkan energi listrik begitu memegang peranan penting bagi kehidupan kita. Listrik adalah suatu muatan yang terdiri dari

Lebih terperinci

KELAINAN METABOLISME KARBOHIDRAT (PENYAKIT ANDERSEN / GLIKOGEN STORAGE DISEASE TYPE IV) Ma rufah

KELAINAN METABOLISME KARBOHIDRAT (PENYAKIT ANDERSEN / GLIKOGEN STORAGE DISEASE TYPE IV) Ma rufah KELAINAN METABOLISME KARBOHIDRAT (PENYAKIT ANDERSEN / GLIKOGEN STORAGE DISEASE TYPE IV) Ma rufah 126070100111044 Latar Belakang: Metabolisme merupakan suatu proses (pembentukan dan penguraian) zat-zat

Lebih terperinci

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung

A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung Materi 3 Kardiovaskular III A. Pengukuran tekanan darah secara tidak langsung Tujuan a. Mengukur tekanan darah arteri dengan cara palpasi b. Mengukur tekanan darah arteri dengan cara auskultasi Dasar Teori

Lebih terperinci

DIAGNOSIS ARITMIA DEFINISI

DIAGNOSIS ARITMIA DEFINISI DIAGNOSIS DEFINISI ARITMIA Deviasi abnormal dari irama sinus yaitu suatu gangguan pembentukan impuls dan atau gangguan sistem konduksi listrik jantung. Gangguan Pembentukan Impuls. 1. Gangguan Pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu akibat terjadinya penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh koroner. Penyumbatan atau penyempitan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prevalensi hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, akibat yang ditimbulkannya menjadi masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi merupakan

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi Nama : Herda Septa D NPM : 0926010138 Keperawatan IV D Curah jantung Definisi Kontraksi miokardium yang berirama dan sinkron menyebabkan darah dipompa masuk ke dalam sirkulasi paru dan sistemik. Volume

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan.

BAB I PENDAHULUAN. sama lain. Elektrolit terdiri dari kation dan anion. Muatan positif merupakan hasil pembentukan dari kation dalam larutan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air adalah kebutuhan utama pada makhluk hidup, terutama manusia.tidak ada makhluk hidup bisa hidup tanpa adanya air yang di konsumsi. Karena pada proses metabolisme,

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Thalassemia adalah penyakit kelainan darah yang diturunkan secara herediter. Centre of Disease Control (CDC) melaporkan bahwa thalassemia sering dijumpai pada populasi

Lebih terperinci

GLYCOGEN STORAGE DISEASE TIPE 1a

GLYCOGEN STORAGE DISEASE TIPE 1a CARBOHIDRATE METABOLIC DISORDER GLYCOGEN STORAGE DISEASE TIPE 1a Oleh: Esti Purwaningrum, dr Dosen: Prof. drh. Aulani,am, DESS PROGRAM STUDI BIOMEDIK (S2) PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN KELAS

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pemodelan Kecerdasan Buatan Untuk Pengenalan Citra Elektrokardiografi (EKG) Oleh: Imam Tazi, M.Si

ABSTRAK. Pemodelan Kecerdasan Buatan Untuk Pengenalan Citra Elektrokardiografi (EKG) Oleh: Imam Tazi, M.Si 1 ABSTRAK Pemodelan Kecerdasan Buatan Untuk Pengenalan Citra Elektrokardiografi (EKG) Oleh: Imam Tazi, M.Si Penelitian kecerdasan buatan untuk mengenali pola semakin banyak dilakukan dan dibutuhkan. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa wanita biasanya mengalami rasa tidak nyaman sebelum menstruasi. Mereka sering merasakan satu bahkan lebih gejala yang disebut dengan kumpulan gejala sebelum

Lebih terperinci