ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK APARTEMEN HIGH POINT SURABAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK APARTEMEN HIGH POINT SURABAYA"

Transkripsi

1 MAKALAH TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK APARTEMEN HIGH POINT SURABAYA FREDY YULIANSYAH NRP Dosen Pembimbing : Ir. RETNO INDRYANI, MS JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 S 13 1

2 PERENCANAAN PERSEDIAAN MATERIAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN TRILLIUM OFFICE & RESIDENCE SURABAYA Nama Mahasiswa : Fredy Yuliansyah NRP : Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS Dosen Pembimbing : Ir. Retno Indryani, MS Abstrak Perencanaan persediaan material merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu proyek konstruksi. Hal ini dikarenakan kebutuhan material menyerap hampir sebagian besar total biaya proyek. Keterlambatan dan kehabisan persediaan material karena perencanaan yang kurang baik mengakibatkan pekerjaan akan tertunda sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi waktu pelaksanaan dan biaya proyek. Dalam tugas akhir ini, persediaan material pada proyek Apartemen High Point dianalisa menggunaan metode Material Requirement Planning (MRP). Data berupa kebutuhan material, biaya pesan, biaya simpan dan lead time dianalisa melalui beberapa tahapan antara lain perhitungan kebutuhan bersih (netting), perhitungan jumlah pemesanan (lotting) serta penentuan waktu pemesanan (offsetting) guna mendapatkan total pesanan yang paling optimum dan biaya persediaan yang paling minimum.. Teknik lot size yang digunakan dalam tahapan lotting adalah Lot for Lot, Economic Order Quantity, Period Order Quantity, Fixed period Requirement dan Part Period Balancing. Hasil proses analisa dengan metode Material Requirement Planning menunjukkan bahwa pada material multyplek 12 mm, teknik lot sizing Period Order Quantity dan Fixed period Requirement menghasilkan biaya persediaan minimum, sedangkan untuk besi beton D19 dapat menggunakan teknik Period Order Quantity dan Part Period Balancing. Untuk material kayu meranti 5/7 dan besi beton Ø13, teknik Period Order Quantity menghasilkan total biaya persediaan minimum. Teknik lot sizing dengan biaya minimum untuk material besi beton Ø8, Ø10 dan Ø12 adalah teknik Part Period Balancing. Sedangkan untuk material besi beton D22 dan besi beton D25, biaya persediaan minimum diperoleh dengan menggunakan teknik Lot for Lot. Apabila dibandingkan total biaya persediaan material sebesar Rp ,00 dan total biaya persediaan material dengan menggunakan teknik Lot for Lot yang biasa dipakai dalam memenuhi kebutuhan material pada kebanyakan proyek konstruksi termasuk dalam proyek ini yaitu Rp ,00, maka biaya persediaan material memiliki selisih Rp ,00. Kata kunci : Apartemen, Material Requirement Planing, Persediaan, lot sizing BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persedaiaan menjadi salah satu faktor produksi yang harus dikelola dengan benar, karena merupakan asset yang sangat berpengaruh terhadap suatu proses produksi. Selain itu perencanaan persediaan material merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu proyek konstruksi. Hal ini dikarenakan kebutuhan material menyerap hampir sebagian besar total biaya proyek, sehingga jika persediaan material tidak diatur dengan sistem yang baik akan mengakibatkan kehabisan persediaan material yang berdampak pada tertundanya pekerjaan. Secara tidak langsung sistim persediaan material akan berpengaruh terhadap waktu pelaksanaan proyek dan biaya total proyek. Oleh karena itu, dengan perencanaan pengendalian persediaan yang baik dapat mengurangi biaya dan memperlancar pelaksanaan proyek. Proyek Pembangunan Apartemen High Point merupakan investasi hunian oleh PT. Sambadha Wahana Development untuk memenuhi kebutuhan hunian yang moderen dan nyaman untuk warga kota Surabaya. Proyek ini terdiri dari 13 lantai dan dibangun di atas lahan yang sempit dengan luas 3.758,52 m², sehingga material tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama dan jumlah yang besar. Waktu pelaksanaan proyek ini dimulai pada bulan Maret 2009 dan dijadwalkan selesai pada bulan Maret 2010 untuk tahap konstruksi. Maka dengan keterbatasan waktu, dan area proyek serta kebutuhan sumber daya material yang tidak sedikit, maka perlu adanya perencanaan persediaan material yang tepat agar proyek dapat berjalan dengan lancar dan selesai sesuai waktu yang dijadwalkan. Pada proyek pembangunan Apartemen High Point ini materialnya bersifat saling bergantung (dependent deman) yang memiliki hubungan langsung antara suatu item dengan item-item yang lain. Kebutuhan ini terjadi karena item-item tersebut digunakan dalam memproduksi item yang lain. Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan analisa persediaan material untuk menjamin kelancaran mekanisme pemenuhan material. Secara kronologis metode pengendalian persediaan dapat diklasifikasikan menjadi metode persediaan tradisional, metode perencanaan kebutuhan material (MRP), dan metode Just in time (JIT /Kanban). Metode pengendalian tradisional digunakan pada persediaan yang bersifat tidak bergantung (independent), kontinu dan perubahan ukuran pemesanan tidak terlampau drastis. Jumlah pesanan dihitung atas dasar peramalan kebutuhan dengan pendekatan matematis selama waktu ancang, dan dilakukan jika waktu pemesanan telah tiba. Namun salah satu kesulitan dari metode persediaan ini adalah menentukan tingkat persediaan optimal untuk item yang mempunyai sifat bergantung (dependent). Jika metode ini diterapkan, maka akan terjadi penumpukan material yang berlebih. Metode MRP digunakan pada kebutuhan yang bergantung (dependent), serta dapat digunakan pada kebutuhan yang bersifat deterministik. Metode ini dipakai untuk mengetahui ukuran pemesanan dan waktu kapan kebutuhan harus terpenuhi. Perhitungan jumlah pesanan dengan cara mengalokasikan harga-harga persediaan terhadap kebutuhan bersih yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan pada satu atau beberapa perioda berdasarkan jadwal induk produksi, struktur produk dan status persediaan. Kekurangan dari metode ini adalah pemrosesan data yang terlalu sering sehingga biayanya akan lebih mahal, namun cocok untuk situasi yang tidak menentu. Konsep dasar sistem JIT sangat mirip dengan ide dasar dari MRP yaitu item-item akan diproduksi pertamakali hanya ketika dibutuhkan. Namun pada metode ini jumlah pemesanan hanya dalam ukuran kecil dan mereduksi lead time, sehingga membuat perencanaan menjadi lebih mudah dan meminimasi jumlah perubahan dalam sistem persediaan. Karena jumlah pemesanan yang kecil maka pengiriman bahan menjadi lebih sering, bahkan pengiriman bisa terjadi lebih dari sekali dalam sehari. Oleh karena itu lokasi dengan akses yang sulit menjadi masalah utama dalam metode JIT. Dari ketiga metode persediaan diatas, metode Material Requirement Planning (MRP) merupakan metode yang paling tepat diterapkan dalam proyek Apartement High Point yang memiliki akses proyek yang sulit, area proyek yang sempit, waktu yang terbatas serta kebutuhan material dependent yang tidak sedikit Perumusan Masalah Dalam menganalisa persedian material dengan metode Material Requirement Planning (MRP) yang perlu diperhatikan adalah bagaimana menentukan jumlah pesanan 2

3 yang optimum pada material yang bersifat saling bergantung (Dependent) dengan biaya total persediaan yang paling minimum Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan analisa persediaan material ini adalah untuk mendapatkan jumlah pemesanan yang paling optimum dengan biaya total persediaan yang paling minimum Ruang lingkup dan Batasan Masalah Untuk menghindari meluasnya topik pembahasan, maka permasalahn dibatasi sebagai berikut: 1. Teknik lot sizing yang digunakan dalam penentuan jumlah pesanan optimum adalah Lot for Lot, Economic Order Quantity, Period Order Quantity, Fixed period Requirement dan Part Period Balancing. 2. Jadwal proyek dianggap tidak mengalami perubahan 3. Material yang dihitung meliputi material pada pekerjaan struktur saja. 4. Harga material berdasarkan pada harga tahun 2009 dan hanya dilakukan pada material utama antara lain multipleks, kayu, besi tulangan dan beton 5. Proyek dianggap tidak memiliki persedian awal. 6. Lingkup perencanaan persediaan material adalah perencanaan jumlah dan waktu pemesanan yang dilakukan untuk item pekerjaan struktur atas pada lantai dasar yang meliputi pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran. 7. Perencanaan persediaan pada item pekerjaan struktur lantai dasar tidak berkaitan dengan item pekerjaan struktur lain. 8. Diasumsikan supplier dapat memenuhi setiap jumlah pesanan material dengan waktu ancang untuk setiap item telah diketahui Manfaat Prasetyawan, 2008) Permasalahan Persediaan Dua masalah yang umum yang dihadapi suatu sistem di dalam mengolah porsedian adalah sebagai berikut 1. Masalah Kuantitatif yaitu berbagai hal yang berkaitan dengan penentuan kebijakan persediaan. 2. Masalah Kualitatif yaitu semua hal yang berkaitan dengan sistem pengoperasian persediaan yang akan menjamin kelancaran, pengelolaan sistem persediaan. Permasalahan utama dari persediaan material adalah menentukan jumlah pemesanan ekonomis (Economic Order Quantity) yang akan menjawab persoalan berapa jumlah material dan kapan material tersebut dipesan sehingga dapat meminimasi biaya pemesanan (ordering cost) dan biaya penyimpanan (holding cost) (Nasution & Prasetyawan, 2008: 118) Jenis Persediaan Assauri (1993) membedakan jenis-jenis persediaan menurut fungsinya menjadi 3 (tiga) yang terdiri atas : 1. Batch Stock atau Lot Size inventory adalah persediaan yang diadakan karena membeli atau membuat bahanbahan/barang-barang dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan pada saat itu 2. Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. 3. Anticipation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun untuk menghadapi penggunaan atau permintaan yang meningkat. Dilihat dari jenisnya fungsinya, ada 4 macam persediaan secara umum yaitu : 1. Bahan baku (raw materials) adalah barang-barang yang Dengan melakukan analisa persediaan material ini diharapkan dapat merencanakan persediaan material yang baik dengan metode perencanaan material (MRP), sehingga aliran persediaan material dapat berjalan lancar, dan proyek bisa selesai tepat pada waktu yang telah dijadwalkan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Persediaan merupakan bahan yang disimpan untuk tujuan tertentu, antara lain untuk proses produksi, jika berupa bahan mentah maka akan diproses lebih lanjut, jika berupa komponen (spare part) maka akan dijual kembali menjadi barang dagangan (Siagian, 2005 : 161) Sedangkan menurut Nasution & Prasetyawan (2008), persediaan adalah : Sumber daya menganggur (idle resources ) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga Fungsi Persediaan Fungsi dasar persediaaan sebenarnya sangat sederhana, yaitu meningkatkan profitability perusahaan. Selain fungsi dasar persediaan, ada beberapa fungsi persediaan yang lainnya, yakni fungsi wilayah, fungsi decoupling, fungsi penyeimbang dengan permintaan dan funsi penyangga (buffer stock) (Siagian, 2005). Fungsi utama persediaan adalah menjamin kelancaran mekanisme pemenuhan permintaan barang sesuai dengan kebutuhan konsumen sehingga sistem yang dikelola dapat mencapai kinerja (performance) yang optimal (Nasution & dibeli dari pemasok (supplier) dan akan digunakan atau diolah menjadi produk jadi yang akan dihasilkan oleh perusahaan. 2. Bahan setengah jadi (work in-process) adalah bahan baku yang sudah diolah atau dirakit menjadi komponen namun masih membutuhkan langkah-langkah lanjutan agar menjadi produk jadi. 3. Barang jadi (finished goods) adalah barang jadi yang telah selesai diproses, siap untuk disimpan di gudang barang jadi, dijual, atau didistribusikm ke lokasi-lokasi pemasaran. 4. Bahan pembantu atau penolong (supplies) adalah barang-barang yang dibutuhkan untuk menunjang produksi, namum tidak akan menjadi bagian pada produk akhir yang dihasilkan perusahaan. (Nasution & Prasetyawan, 2008 : 114) Biaya Persediaan Menurut Imam (2007) ada beberapa biaya biaya yang sering digunakan dalam manajemen persediaan yaitu : 1. Ordering cost adalah biaya yang ditimbulkan oleh adanya kegiatan pemesanan persediaan, misalnya : formulir supplies, proses pemesanan, administrasi dan lain-lain selama bahan/barang belum tersedia untuk diproses lebih lanjut. 2. Setup cost adalah biaya yang timbul dalam mempersiapkan proses produksi untuk membuat suatu barang, atau biaya-biaya yang dibutuhkan untuk melalukan penyesuian pada saat bahan/barang diproses. Secara prinsip, setup cost adalah order cost pada saat bahan telah/sedang diproses 3. Holding cost adalah biaya yang ditimbulkan oleh penyimpanan persediaan dalam gudang termasuk di dalamnya biaya asuransi, kerusakan, penyusutan, administrasi dan lain- lainnya. 3

4 4. Biaya pembelian adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk pembelian barang berdasarkan harga per unit Model Persediaan Tujuan dari setiap model persediaan adalah keputusan mengenai berapa banyak produk yang harus dipesan dan kapan sebaiknya pesanan dilakukan. Bila ditinjau dari sifat kejadiannya, permintaan diklasifikasikan menjadi deterministik dan probabilistik. 1. Permintaan Deterministik Permintaan yang bersifat statis, dalam arti bahwa laju pemakaian tetap sepanjang waktu atau dinamis. 2. Permintaan probabilistik Permintaan ini memiliki dua klasifikasi serupa : kasus stasioner, dimana fungsi kepadatan probabilitas permintaan tetap tidak berubah sepanjang waktu, dan kasus nonstasioner dimana fungsi kepadatan bervariasi dari waktu ke waktu Permintaan Independent Kebutuhan Independent yaitu kebutuhan untuk suatu item yang tidak ada hubungannya dengan item yang lain (Nasution & Prasetyawan, 2008). Metode ini berusaha mencari jawaban optimal dalam menentukan : 1. Jumlah ukuran pemesanan ekonomis (EOQ) 2. Titik pemesanan kembali (Reorder point) 3. Jumlah cadangan pengaman (Safety stock) Meskipun item-item yang bersifat independent dibutuhkan secara kontinyu, itemitem tersebut akan lebih ekonomis bila diproduksi secara lot Permintaan Dependent Kebutuhan dependent yaitu kebutuhan yang memiliki hubungan langsung antara suatu item dengan item-item yang lain pada level yang lebih tinggi. Kebutuhan item-item yang bersifat dependent merupakan hasil dari kebutuhan yang disebabkan oleh penggunaan item-item tersebut dalam memproduksi item yang lain. Kebutuhan dependent tidak terjadi secara acak, tetapi terjadi secara lumpy yang berasal dari penerapan jadwal produksi yang berdasarkan lot-lot. (Nasution & Prasetyawan, 2008). Misalnya saja pada besi tulangan kolom K5 berikut : Dari gambar di atas menunjukkan struktur produk yang artinya bahwa setiap besi tulangan kolom type K5 terbentuk dari 9 besi beton D22 dan 5 besi beton Ø Metode Pengendalian Persediaan Dalam mencari jawaban atas permasalahan dalam pengendalian persediaan seperti yang telah diuraikan diatas, secara kronologis metode pengendalian persediaan yang ada dapat diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Metode pengendalian tradisional. 2. Metode perencanaan kebutuhan material (MRP) 3. Metode JIT/kanban Metode Pengendalian Persediaan Tradisional Metode ini menggunakan matematika dan statistik sebagai alat bantu utama dalam memecahakan masalah kuantitatif dalam sistem persediaan. Menurut Siagian (2005) dalam pengendalian tradisional (Basic Economic Order) memiliki beberapa syarat yaitu: 1. Permintaan (demand) diketahui, konstan, dan bersifat bebas (independent). 2. Waktu tunggu (lead time) diketahui dan konstan. 3. Penerimaan barang (seketika dan lengkap) pada satu waktu tertentu. 4. Tidak berlaku potongan harga artinya berapapun jumlah barang yang dibeli, harga beli sama. 5. Biaya variable terdiri dari biaya pesan (ordering cost), atau biaya penyiapan (setup cost) dan biaya simpan (holding cost). 6. Kehabisan barang (stockouts/shortages) dapat dihindari jika pemesanan dilakukan pada waktu yang tepat Metoda Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) Ide dasar dari Metode MRP adalah membuat item-item tersedia ketika sejumlah item-item tersebut dibutuhkan (Nasution & Prasetyawan, 2008: 309). Metode ini bersifat komputer oriented, yang terdiri dari sekumpulan prosedur, aturan-aturan keputusan dan seperangkat mekanisme pencatatan yang dirancang untuk menjabarkan Jadual Induk Produksi (MPS). Gambar 2.1. Tulangan Kolom Permintaan untuk besi beton ulir D25 dan besi polos Ø12 adalah tergantung pada permintaan untuk besi tulangan kolom type K5. Hubungan ini dapat digambarkan seperti pada gambar 2.2. Besi Beton D22 (9) Besi Tulangan Kolom K5 Besi Beton Ø12 (5) Gambar 2.2. Struktur Produk Tulangan Kolom K5 Gambar 2.3. Components of MRP (Pheng & Dung, 2007 : 21) Metode JIT JIT merupakan suatu filosofi yang tujuannya adalah mengeliminasi segala sumber-sumber yang tidak produktif seperti persediaan yang tidak perlu dan skrap dalam proses produksi (Nasution & Prasetyawan, 2009: 307) Tujuan metode ini adalah memberi suatu tanda terhadap kebutuhan komponen yang lebih banyak dan menjamin bahwa komponen-komponen tersebut diproduksi tepat pada waktunya sehingga 4

5 mendukung kegiatan perakitan pada tahap berikutnya Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning dapat didefinisikan sebagai suatu teknik atau set prosedur yang sistematis dalam penentuan kuantitas serta waktu dalam proses pengendalian kebutuhan bahan terhadap komponen-komponen permintaan yang saling bergantung (Dependent demand item). Menurut Nasutio & Prasetyawan (2008) MRP adalah prosedur logis, aturan keputusan dengan teknik pencatatan terkomputerisasi yang dirancang untuk menterjemahkan "Jadwal Induk Produksi" atau MPS (Master Production Schedulling) menjadi "kebutuhan bersih" atau NR (Net Requirement) untuk semua item. Sistem MRP juga dikenal sebagai perencanan kebutuhan berdasarkan tahapan waktu (time-phases requirements planning). Dasar-dasar penyusunan MRP yaitu : 1. MRP menurunkan permintaan terikat untuk bahan-bahan baku, bahan-bahan pembantu, dan barang-barang setengah jadi berdasarkan jadwal pengolahan barang jadi. 2. MRP menetapkan jadwal pengadaan (seperti jadwal pengolahan atau pembelian) tidak jauh menyimpang dari jadwal penggunaannya. Tujuan dari MRP dari sudut pandang logistik adalah untuk menghindari sebanyak mungkin membawa barangbarang dalam persediaan (Siagian, 2005: 194) Manfaat Sistem MRP Manfaat penggunaan sistem MRP antara lain adalah : 1. Penurunan jumlah persediaan yang dibutuhkan. MRP menentukan jumlah bahan atau bagian barang yang benar-benar dibutuhkan untuk setiap satuan waktu sesuai dengan rencana produksi induk (MPS), sehingga tingkat persediaan yang berlebihan dapat dihindari. 2. Pengurangan masa tunggu pembuatan dan pemesanan. MRP menunjukkaan jumlah, dan ketersediaan bahan atau bagian barang, serta tindakan pengadaan yang dibutuhkan untuk memenuhi waktu penyerahan sehingga dapat menghindari penundaan kegiatan pengolahan. 3. Penentuan jadwal yang lebih tepat. Dengan MRP, pesanan-pesanan yang baru diterima dapat langsung ditambahkan ke dalam perencanaan, dan jadwal pengolahan baru, setelah masuknya pesanan baru, dapat ditangani dengan mempertimbangkan daya hasil yang dimilki. 4. Peningkatan kehematan. MRP mensyaratkan kerjasama dan penyelarasan antar berbagai pusat kerja pada saat bahan-bahan mengalir diantara pusat-pusat kerja tersebut (Pardede, 2005: 477) Kemampuan Sistem MRP MRP memiliki 4 kemampuan yang menjadi ciri utamanya (Nasution & Prasetyawan, 2008: 248), yaitu: 1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat, maksudnya adalah menentukan secara, tepat kapan suatu pekerjaan harus diselesaikan atau kapan material harus tersedia untuk memenuhi suatu pekerjaan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. 2. Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item, dengan diketahuinya bahan baku dalam suatu pekerjaan, MRP dapat menentukan secara tepat sistem penjadwalan (berdasarkan prioritas) untuk memenuhi semua kebutuhan minimal setiap item komponen. 3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan, maksudnya adalah memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan terhadap pesanan harus dilakukan. 4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan Input Sistem MRP Berbagai data dan keterangan yang diperlukan sebagai Input di dalam MRP adalah: 1. Master Product Schedule (MPS) yaitu jadwal induk produksi yang dibuat dengan tujuan mengetahui jenis produksi yang akan dibuat / digunakan dan waktu pembuatan / pemakaian produk (Zulfikarijah, 2005: 166). Gambar 2.4. Jadwal Produksi (Siagian, 2005 : 198) 2. Bill of Material (BOM) yaitu daftar material dan komponen secara lengkap, baik jenis dan jumlah setiap item untuk membuat satu unit produk. BOM merupakan daftar komponen, deskripsi komponen dan jumlah setiap yang diperlukan untuk membuat satu unit produk. Salah satu cara untuk menentukan BOM produk adalah dengan menyusun struktur produk. Struktur Produk ini dibutuhkan dalam menentukan kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih suatu komponen. Selain itu, Stuktur Produk juga berisi informasi tentang jumlah kebutuhan komponen" dan jumlah produk akhir" yang harus dibuat (Nasution & Prasetyawan, 2008: 252). Gambar 2.5. Struktur Produk (Siagian, 2005 : 197) 3. Inventory availability yaitu Catatan Keadaan Persediaan yang menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan. Catatan Keadaan Persediaan terdiri dari data-data setiap jenis barang persediaan, dimana setiap jenis barang persediaan tersebut nantinya dibutuhkan untuk menentukan jumlah kebutuhan bersih. Catatan Keadaan Persediaan ini juga berisikan tentang faktor perencanaan yang digunakan untuk menetapkan jumlah waktu untuk merencanakan pemesanan, diantaranya adalah lead time (waktu pengadaan). Lead time yaitu waktu yang 5

6 dibutuhkan dari saat pemesanan sampai dengan barang diterima (Siagian, 2005 : 195) Tahapan Proses Pengelolaan MRP Menurut Nasution & Prasetyawan (2008), proses pengolahan MRP dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut 1. Netting Proses netting adalah proses perhitungan untuk menetapkan jumlah kebutuhan bersih. Data yang diperlukan dalam perhitungan kebutuhan bersih ini adalah : a. Kebutuhan kotor untuk setiap periode. b. Persediaan yang dipunyai pada awal perencanaan. c. Rencana penerimaan untuk setiap periode perencanaan. 2. Lotting Proses lotting adalah suatu proses untuk menentukan besarnya pesanan yang optimal untuk masing-masing item produk berdasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih 3. Offsetting Proses ini bertujuan untuk menentukan saat yang tepat untuk melakukan pemesanan dalam rangka memenuhi kebutuhan bersih. Rencana pemesanan diperioleh dengan mengurangkan saat awal tersedianya ukuran lot yang diinginkan dengan basarnya "lead time. 4. Eksplosion Proses eksplosion adalah proses perhitungan kebutuhan kotor item yang berada di tingkat komponen yang lebih bawah, didasarkan atas rencana pemesanan yang telah disusun pada proses offsetting. Dalam proses eksplosion ini data struktur produk (bill of material) memegang peranan penting, karena atas dasar struktur produk. Agar dapat memahami proses pengolahan MRP dengan lebih jelas, maka dibawah ini akan dijelaskan langkah-langkah dasar mengenai sistem MRP. Tabel 2.1 Kebutuhan dan Rencana Penerimaan Material Tabel 2.2 Contoh Proses Perhitungan MRP Output Sistem MRP Menurut Nasution & Prasetyawan (2008) secara umum output dari sistem Material Requirement Planning (MRP) terdiri dari laporan mengenai : 1. Memberikan catatan tentang jadwal pemesanan material yang harus dilakukan atau harus direncanakan baik dari pabrik maupun dari supplier. 2. Memberikan indikasi bila perlu penjadwalan ulang. 3. Memberikan indikasi untuk pembatalan atas pesanan. 4. Memberikan indikasi untuk keadaan parsediaan Asumsi-asumsi Sistem MRP Asumsi-asumsi dari sistem MRP yang standard menurut Nasution & Prasetyawan (2008) adalah sebagai berikut : 1. Adanya data file yang terintegrasi. 2. Waktu ancang untuk samua item diketahui. 3. Setiap item persediaan selalu ada dalam pengendalian. 4. Semua komponen untuk suatu perakitan dapat disediakan pada saat perakitan akan dilakukan. 5. Pengadaan dan pemakaian komponen bersifat diskrit. 6. Proses pembuatan sesuatu item tidak bergantung terhadap proses pembuatan item lainnya Teknik Penentuan Ukuran Lot Ukuran lot (lot size) adalah menyatakan jumlah bahan baku yang harus dipesan untuk suatu periode. Teknik penentuan ukuran lot sangat tergantung pada beberapa hal, antara lain: a. Variasi dari kebutuhan, baik dari segi jumlah maupun periodenya. b. Rentang waktu perencanaan. c. Ukuran periodenya (hari, minggu, bulan dan sebagainya). d. Perbandingan biaya pesan dan biaya simpan. Adapun untuk menentukan salah satu yang terbaik adalah cara menggunakan perbandingan total biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Biaya-biaya yang digunakan adalah biaya pemesanan, biaya pembelian, dan biaya penyimpanan (Nasution, 2008). Berikut metode yang akan digunakan dalam penentuan ukuran pemesanan diantaranya sebagai berikut : 6

7 a) Lot for Lot (L4L) Teknik penetapan ukuran lot dengan ini dilakukan atas dasar pesanan diskrit. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk meminimumkan ongkos simpanan, sehingga dengan teknik ini ongkos simpan menjadi nol (Nasution,2008: 271). b) Economic Order Quantity (EOQ) Dalam teknik ini besarnya ukuran lot adalah tetap. Namun perhitungannya sudah mencakup biaya pesan serta biaya simpan.. 2Dk EOQ = h Dimana : D = Demand/ kebutuhan rata-rata k = Order cost/ biaya pesan per pemesanan h = Holding cost/ biaya simpan per periode c) Period Order Quantity (POQ) Satu aturan penentuan jumlah pesanan secara dinamis adalah jumlah pesanan berkala (Periodic Order Quantity = POQ). POQ adalah jumlah yang sama dengan jumlah yang dibutuhkan selama beberapa minggu sejak bahan yang dipesan diterima, ditambah dangan jumlah persediaan pengaman dan dikurangi dengan jumlah persediaan awal atau persediaan ditangan (Pardede, 2005 : 496). Interval pesanan ekonomi (EOI) diperoleh dari persamaan berikut: EOQ 2RC EOI = EOI = = R RPh Dimana : C = Biaya pemesanan pada tiap pemesanan. P = Harga pembelian per Unit h = Holding cost/ biaya simpan per periode R = Rata-rata permintaan pada tiap periode d) Fixed Period Requirement (FPR) Dalam metoda ini penentuan ukuran lot berdasarkan pada periode tertentu saja. Besarnya jumlah kebutuhan tidak berdasarkan ramalan, tetapi dengan cara menjumlahkan kebutuhan bersih pada periode yang akan datang. Pada metode ini selang waktu antar pemesanan dibuat tetap dengan ukuran lot sesuai pada kebutuhan bersih. e) Part Period Balancing (PPB) Part Period Balancing (PPB) merupakan pendekatatan yang cukup dinamis dengan menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Dalam PPB ini terdapat EPP (Economic Part Period) yang berisi resiko biaya pemesanan dan biaya penyimpanan (Zulfikarijah, 2005 : 191) Program POM-QM for windows Program POM-QM for Windows adalah versi baru dari perangkat lunak windows yang merupakan gabungan dari POM for Windows dan QM for Windows. Perangkat lunak ini merupakan produk yang fleksibel dan paling banyak digunakan dibidang manajemen operasi. Program POM-QM merupakan sebuah program bantu komputer yang memiliki beberapa metode untuk memecahkan permasalahan permasalahan yang berkaitan dengan manajemen operasi dan riset operasi. Dalam penelitian ini, program POM-QM digunakan dalam proses lotting yaitu menentukan ukuran pemesanan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini membahas mengenai analisa persediaan material struktur atas pada proyek pembangunan apartemen High Point Surabaya. Analisa persediaan material yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan pada jumlah pemesanan (lot size) dan waktu pemesanan material dengan menggunakan Material Requirement Planning (MRP) sebagai metode dalam pengendalain material. Penentuan lot size pada penelitian ini menggunakan lima macam teknik, yaitu Lot for Lot, Economic Order Quantity, Period Order Quantity, Fixed Period Requirement dan Part Period Balancing. Dengan membandingkan hasil analisa dengan teknik-teknik tersebut dibandingkan untuk dipilih teknik mana yang menimbulkan biaya persediaan yang ekonomis. 3.2 Metode Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data-data yang yang digunakan dalam menentukan tingkat persediaan material yang optimal dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari hasil tanya jawab dari pihak yang bersangkutan dalam proyek tersebut dan data-data yang bersumber dari dokumen proyek, antara lain : 1. Data umum proyek Data yang menggambarkan kondisi umum proyek meliputi nama proyek, spesifikasi proyek, owner, perencana, kontraktor, waktu pelaksanaan dan biaya proyek. 2. Data material a. Analisa bahan Berisikan informasi jenis-jenis material yang digunakan dalam suatu item pekerjaan b. Lokasi Pengambilan Material Berisikan informasi lead time yang dibutuhkan dalam pemesanan material. c. Harga material Memberikan informasi biaya pembelian material. 3. Data teknis proyek Data teknis adalah data-data yang digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, yaitu : a. Gambar perencanaan Digunakan untuk menghitung volume material dari pekerjaan yang ditinjau sehingga dapat diketahui volume kebutuhan material yang harus dipesan. b. Schedule proyek Berisikan waktu rencana penyelesaian item pekerjaan yang nantinya digunakan untuk menentukan waktu pemesanaan material yang dibutuhkan. 3.3 Identifikasi Objek Penelitian Pelaksanaan pembangunan apartemen High Point Surabaya secara umum dilaksanakan secara bertahap per lantai dengan beberapa item pekerjaan utama seperti pekerjaan persiapan, pekerjaan semi basement, pekerjaan sub struktur dan pekerjaan struktur atas. Berdasarkan time schedule proyek, brake down pekerjaan struktur apartemen dapat dilihat pada gambar 3.1. Dari Gambar tersebut memberikan gambaran bahwa pekerjaan struktur atas pada apartement High Point terdiri dari pekerjaan struktur pada lantai Lt. Dasar, Lt. 1, Lt. 1A (Mezzanine), Lt. 2, dan seterusnya sampai lantai 15 (penamaan Lt.4, Lt. 13 & Lt 14 tidak digunakan). Untuk pelaksanaanya pada setiap lantai terdiri dari pekerjaan plat lantai, balok, kolom, tangga & ramp. Sedangkan pada pekerjaan semi basement terdiri dari Galian tanah, potong kepala pancang, pile cap, tie beam, plat lantai, kolom & shear wall, basement wall, tangga & ramp. Salah satu struktur produk dalam pekerjaan struktur plat lantai terlihat pada gambar

8 STRUCTURE OF HIGH POINT APARTMENT Pek. Persiapan Pek. Semi Basement Pek. Struktur Atas Pek. Non Struktur Pembuatan Keet, Bedeng, Pagar proyek dll Galian Tanah LANTAI DASAR Lt. 1 LANTAI 1A (MEZZANINE) Lt. 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, & 15 Pek. Atap Gedung Pasang Tower Crane Pek. Pagar Pek. Pembersihan Pek. Pengukuran Potong Kepala Pancang Beam & Slab Beam & Slab Beam & Slab Beam & Slab Beam & Slab (+45,00) Pengiriman Retaining Wall Pile Cap Column Column Column Column Column Instal Tower Crane Tie Beam Stair Lt Dasar - Lt 1 & Ramp Stair Lt. 1 - Lt. 1A & Ramp Stair Lt. 1A - Lt. 2 & Ramp Stair & Ramp Roof Floor (+48,50) Slab Column & Shear Wall Basement Wall Stair Basement - Lt. Dasar & Ramp Gambar 3.1. Break Down Apartement High Point Struktur Balok Bekisting Beton Ready Mix K. 300 Besi tulangan 3.4 Metode Analisa Multiplek 12 mm Kayu Meranti 6/12 Kayu Meranti 5/7 Kayu Glugu 5/ Penentuan Jumlah Pesanan Kebutuhan Material Proses ini merupakan perhitungan jumlah total Lotting (penentuan jumlah pemesanan) Proses ini bertujuan untuk menentukan besarnya pemesanan (lot size) yang optimum berdasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih. Dalam proses ini data yang diperlukan antara lain kebutuhan bersih, besarnya biaya pesan dan biaya simpan material. Teknik penentuan lot size yang digunakan yaitu Lot for Lot (L4L), Economic Order Quantity (EOQ), Period Order Quantity (POQ), Fixed period Requirement (FPR), Part Period Balancing (PPB). Dalam penentuan jumlah pemesanan ini dipertimbangkan pengaruh frekuensi pemesanan dengan biaya pemesanan serta besarnya biaya simpan yang dikeluarkan. Dalam proses ini dilakukan dengan bantuan program komputer POM-QM Penentuan Biaya Total Persediaan Biaya total persediaan diperoleh dari seluruh biaya yang dikeluarkan akibat adanya proses persediaan. Dari kelima teknik penentuan jumlah pemesanan dipilih biaya yang dihasilkan yang paling minimal 3.5. Langkah-langkah Penelitian Langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menentukan latar belakang penelitian dari wacana mengenai proyek konstruksi serta permasalahanpermasalahan yang sering dihadapi. 2. Menentukan permasalahan pengadaan persediaan material dalam proyek pembangunan apartemen High Besi Beton Ø12 Besi Beton D22 Gambar 3.2. Struktur Produk Material Struktur Balok Besi Beton Ø 13 Besi Beton Ø 10 Besi Beton Ø 8 Point sesuai latar belakang dalam penelitian. 3. Studi literatur mengenai perencanaan persediaan material yang dapat dipergunakan dalam menunjang penyusunan penelitian. 4. Pengumpulan data-data yang berkaitan dengan tugas akhir, yaitu : a. Gambar- gambar perencanaan proyek b. Schedule proyek c. Data kebutuhan material (BOQ) d. Data analisa material e. Melakukan tannya jawab dengan pihak yang bersangkutan 5. Membuat break down pekerjaan sebagai hasil identifikasi pada obyek penelitian. Dalam hal ini obyek penelitian adalah pekerjaan struktur atas proyek pembangunan apartemen High Point. 6. Membuat struktur produk (Bill of Material) tiap item induk produksi dari hasil break down pelaksanaan pekerjaan struktur bangunan atas dan menentukan material penyusun yang akan dianalisa kebutuhannya. 7. Menyusun jadwal induk produksi. 8. Menghitung kebutuhan bersih material (netting) dari material-material penyusun yang telah ditentukan pada struktur produk. 9. Menentukan ukuran pemesanan (lotting) pada material yang telah dihitung kebutuhan bersihnya menggunakan teknik lot size yang telah ditentukan menggunakan bantuan shoftware POM-QM. 10. Mengitung biaya total pengadaan tiap material dari semua teknik lot size yang dilakukan. 11. Menentukan waktu pemesanan (offsetting) berdasar lead time yang dibutuhkan material. 12. Menghitung biaya total yang diakibatkan dari pengadaan material. 13. Menarik kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan. 8

9

10 Langkah-langkah pengerjaan penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar 3.3. Latar Belakang Perumusan Permasalahan Studi Literatur Pengumpulan data-data : Data umum, material, teknis Pembuatan Break Down Input MRP Membuat Struktur Produk (BOM) Menyusun Jadwal Induk Produksi Menghitung Kebutuhan Bersih ( Netting ) LOTTING pada level material (Penentuan Jumlah Pesanan) dengan teknik : a. Lot for Lot d. Part Period Balancing b. Economic Order Quantity e. Fixed period Requirement c. Periodic Order Quantity Lead Time Menentukan Waktu Pemesanan ( Offsetting ) Menghitung Kebutuhan level di bawahnya ( Explosion ) Biaya Pesan dan simpan Biaya Total Persediaan Kesimpulan Gambar 3.3. Bagan Alur Penelitian BAB IV ANALISA DATA 4.1. Gambaran Umum Proyek Proyek Apartement High Point yang berlokasi berdekatan dengan salah satu Universitas Swasta terkemuka di Surabaya, merupakan sebuah hunian yang memiliki konsep Luxury Student Apartment yang dirancang dengan sistem hemat energi. Dilengkapi dengan fasilitas bintang lima, area parkir pribadi serta menggunakan spesifikasi bahan yang berkualitas menjadikan apartement ini sebagai student apartment yang menyediakan privasi dan kenyamanan bagi para penghuninya. Selain sebagai sebuah investasi hunian, apartemen High Point juga membuka kesempatan bagi para pengusaha yang ingin membuka tempat usaha di apartement ini. Proyek ini terdiri dari 13 lantai yang dibangun diatas lahan seluas 3.758,52 m². Pelaksanaan pembangunan struktur atas proyek ini dibagi menjadi 3 zona pekerjaan tiap lantainya. Pada pekerjaan struktur balok lt. 5 - lt. 15 merupakan pekerjaan typical, sedangkan pekerjaan struktur kolom yang typical pada lt. 5 lt. 9 dan lt. 10 lt. 15. Gambaran umum mengenai proyek Apartement High Point dilihat sebagai berikut : Data Proyek Nama Proyek Jenis Proyek : High Point. : Student Apartement. Lokasi Proyek : Jl. Siwalankerto No.185 Wonocolo, Surabaya. Nilai Kontrak : Rp ,- (Untuk Pekerjaan Struktur Atas) Tipe Kontrak Pemilik Proyek : Lump Sump Fix Price. : PT. Sambadha Wahana Development. Konsultan Arsitektur : PT. Archi Metric. Kontraktor Pelaksana : PT. Nusa Raya Cipta. Luas Area : 3.758,52 m². Luas Bangunan : Basement = 2695,96 m². Lt. Dasar lt. 3 = 1.659,41 m². Lt. 5 lt. 15 = m². Jumlah 15 lantai : Basement = 1 lantai. Retail Shop = 2 lantai. Unit apartement = 12 lantai. Struktur Bangunan : Pondasi = Tiang Pancang Str. Atas = Beton Bertulang Atap = Plat Beton Data Item Pekerjaan Pelaksanaan pembangunan apartemen High Point Surabaya secara umum dilaksanakan secara bertahap per lantai dengan beberapa item pekerjaan utama seperti pekerjaan persiapan, pekerjaan semi basement, pekerjaan sub struktur dan pekerjaan struktur atas. Pembangunan struktur atas proyek ini dibagi menjadi 3 zona 8

11 No. pekerjaan tiap lantainya pada pekerjaan balok dan plat. Dari masing-masing item pekerjaan tersebut terdiri dari beberapa sub item pekerjaan dan memiliki rangkaian aktivitas. Sedangkan item pekerjaan yang akan direncanakan persediaan materialnya adalah item pekerjaan pada struktur lantai dasar yang dijelaskan pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Data Item Pekerjaan Struktur Lantai Dasar Durasi Item Pekerjaan Uraian Pekerjaan Hari 4 LANTAI DASAR 56 BALOK & PLAT 14 KOLOM & DINDING GESER 7 TANGGA Lt. DASAR - Lt Pekerjaan beton bertulang pada balok & plat, pekerjaan kolom, pekerjaan tangga lantai dasar - lantai 1 dinding geser untuk lift. Pekerjaan struktur lantai dasar yang akan analisa merupakan pekerjaan struktur beton bertulang yaitu balok, plat, kolom dan dinding geser dimana pada masing-masing komponen struktur tersebut meliputi pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran. Pekerjaan tangga tidak dianlisa karena bukan merupakan struktur utama yang pelaksanaannya tidak bergantung pada pekerjaan struktur yang lain Jadwal Pelaksanaan Proyek Pelaksanaan pembangunan Proyek Apartement High Point dimulai pada Agustus 2008 dan direncanakan selesai pada Nopember 2010, sehingga pada awal tahun 2011 bangunan apartement high point dapat diserah terimakan kepada investor. Pelaksanaan pekerjaan struktur atas proyek apartement ini dimulai pada tanggal 10 Maret 2009 sampai dengan tanggal 9 Maret 2010, sehingga lama waktu penyelesaian pekerjaan struktur atas adalah 12 bulan. Sedangkan pada pekerjaan struktur lantai dasar dimulai pada tanggal 4 Mei 2009 sampai tanggal 25 Mei Struktur Produk Struktur Produk berisi tentang informasi yang mengidentifikasikan semua kebutuhan komponen dan sub komponen yang akan dipergunakan untuk menghasilkan produk akhir dari suatu pekerjaan. Untuk menyusun struktur produk ini berdasar pada break down struktur pekerjaan yang Struktur Lt. Dasar dapat dilihat pada time schedule proyek dan BOQ proyek. Material yang akan dianalisa persediaannya adalah material utama yang diperlukan pada pekerjaan bekisting, pembesian dan pengecoran pada struktur bangunan atas diantaranya adalah multipleks, balok kayu, besi tulangan dan beton readymix. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada struktur produk lantai dasar pada gambar 4.1 Pada gambar struktur produk lantai dasar tersebut terdiri dari 4 level, antara lain level 0 yang paling atas merupakan produk akhir dari analisa yang dilakukan yaitu Struktur Lantai Dasar. Sedangkan pada level dibawahnya yaitu 1, 2, dan 3 secara berurutan merupakan komponen, sub komponen penyusun dan material-material yang dibutuhkan. Pada Struktur produk tersebut juga menunjukkan adanya hubungan antara setiap item pekerjaan dengan material yang dibutuhkan. Hubungan tersebut merupakan kebutuhan antara material pada level paling bawah terhadap item pekerjaan pada level diatasnya. Misalnya kebutuhan akan material multipleks dan balok kayu tergantung pada kebutuhan akan bekisting. Sedangkan kebutuhan akan bekisting tergantung akan komponen-komponen yang akan dikerjakan, dalam hal ini adalah kolom, balok, plat, dan dinding geser. Dari struktur produk yang dibuat diperoleh Bill of Material untuk pekerjaan struktur lantai dasar yang akan dihitung yang dijelaskan pada tabel 4.2. Level 0 Balok Plat Kolom Dinding Geser Level 1 Besi Tul Bekisting Beton K.300 Besi Tul Bekisting Beton K.300 Besi Tul Bekisting Beton K.300 Besi Tul Bekisting Beton K.300 Level 2 D22 Ø13 Ø12 Ø10 Ø8 Mltp 12 K Gl 5/7 K Mr 5/7 K Mr 6/12 Gambar 4.1. Struktur Produk Struktur Lantai Dasar Keterangan : Mltp. 12 = Multipleks 12 mm Ø = Diameter besi beton polos K.Mr = Kayu Meranti D = Diameter besi beton ulir K.Gl = Kayu Glugu PP = Pipa HB = Horry Beam Tabel 4.2. Bill of Material Lantai Dasar N0. Pekerjaan Material Volume Sat 1 Balok Multypleks 1220x2440 mm2 (12mm) Bekisting Besi Tulangan Kayu Glugu 5/7 per-4 meter Kayu Meranti 5/7 per-4 meter Kayu Meranti 6/12 per-4 meter Besi tulangan D-22 Besi tulangan Ø-13 Besi tulangan Ø-12 Besi tulangan Ø-8 Besi tulangan Ø m 2 Kg Beton Beton K m 3 Ø10 Ø8 Mltp 12 K Gl 5/7 K Mr 6/12 PP HB Ø1,5" D25 Ø19 Ø13 Ø12 Ø10 Mltp 12 K Gl 5/7 N0. Pekerjaan Material Volume Sat 2 Plat Multypleks 1220x2440 mm2 (12mm) Kayu Glugu 5/7 per-4 meter Bekisting Kayu Meranti 6/12 per-4 meter m 2 Besi Tulangan Pipa Ø 1,5" Hory beam Besi tulangan Ø-10 Besi tulangan Ø Kg Beton Beton K m 3 3 Kolom Bekisting Besi Tulangan Multypleks 1220x2440 mm2 (12mm) Kayu Glugu 5/7 per-4 meter Besi tulangan D-25 Besi tulangan D-19 Besi tulangan Ø m2 Kg Besi tulangan Ø-12 Besi tulangan Ø-10 Beton Beton K m 3 4 Dinding Geser Bekisting Multypleks 1220x2440 mm2 (12mm) Kayu Meranti 5/7 per-4 meter Kayu Meranti 6/12 per-4 meter m 2 Besi Tulangan Besi tulangan Ø Kg Beton Beton K m 3 Ø13 Mltp 12 K Mr 6/12 K Mr 5/7 Level 3 9

12 4.3. Jadwal Induk Produksi Jadwal induk produksi merupakan proses alokasi untuk membuat sejumlah produk dalam suatu periode waktu dengan memperhatikan kapasitas yang dimiliki. Untuk menyusun jadwal induk produksi diperlukan data jadwal pelaksanaan pekerjaan yang menunjukkan hubungan antar aktivitas pekerjaan. Jadwal pelaksanaan pekerjaan dapat dilihat pada gambar Zona Pekerjaan Dalam pelaksanaan pekerjaan pada proyek dengan denah tidak simetris serta memiliki keterbatasan waktu pelaksanaan dan bobot pekerjaan yang cukup besar, maka untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan di lapangan perlu dilakukan pembagian zona pekerjaan. Dengan membagi kedalam beberapa zona pekerjaan diharapkan pelaksanaan pekerjaan dapat tersusun dan termonitoring dengan baik. Pembagian zona pekerjaan tersebut dibagi menjadi 3 zona antara lain zona 1 (as 1-5 dengan as A - F ), zona 2 (as 5-10 dengan as A - F ), dan zona 3 (as 5 +0, dengan as F M), selengkapnya dapat dilihat seperti yang terlihat pada gambar 4.3. berikut ini. Gambar 4.3. Pembagian Zona Pekerjaan Hubungan antar aktivitas pada pekerjaan struktur lantai dasar Langkah awal dalam menyusun Jadwal induk Produksi adalah perlu diketahuinya hubungan antar aktivitas guna mengetahui urutan pelaksanaan pekerjaan di lapangan. Berdasarkan ketergantungan antar aktivitas maka dapat disusun secara tepat kapan pekerjaan harus selesai atau material harus tersedia di lapangan. Untuk jadwal pekerjaan struktur lantai dasar lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.4. berikut ini. Pada jadwal perencanaan pekerjaan di atas dapat dilihat bahwa untuk menyelesaikan pekerjaan struktur Lantai dasar diperlukan waktu selama 3,2 minggu dengan rincian 2 minggu untuk pekerjaan balok dan plat, 1 minggu untuk pekerjaan kolom dan dinding geser lift. Secara Gambar 4.2. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan rinci hubungan aktivitas pekerjaan lantai dasar dijelaskan sebagai berikut: a. Pekerjaan pembesian balok dikerjakan setelah bekisting balok terpasang dilapangan. b. Pekerjaan bekisting plat dikerjakan bersamaan dengan pekerjaan bekisting balok. c. Pekerjaan bekisting balok dan plat harus telah selesai sehari sebelum pekerjaan pembesian balok dan plat selesai. d. Pekerjaan pengecoran pada balok dan plat dimulai setelah seluruh pekerjaan bekisting dan pekerjaan pembesian telah selesai dikerjakan. e. Pekerjaan struktur kolom dimulai 1 hari setelah pekerjaan balok dan plat selesai dikerjakan (adanya proses curring pada beton). f. Pekerjaan bekisting kolom dan dimulai setelah pekerjaan pembesian kolom terpasang di lapangan. g. Pekerjaan dinding geser dilakukan bersamaan dengan pekerjaan kolom Durasi pekerjaan Sebelum melakukan penyusunan jadwal induk produksi, perlu diketahui durasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu item pekerjaan. Secara teori durasi pekerjaan untuk tiap item pekerjaan diperoleh dengan membagi volume pekerjaan dengan kuantitas yang dapat diselesaikan dalam sehari. Durasi pekerjaan balok dan plat Lt. dasar adalah 11 hari dengan rincian 1 hari untuk pekerjaan pengecoran, pekerjaan bekisting harus selesai 1 hari sebelum pekerjaan pembesian selesai dikerjakan dan pekerjaan pembesian dimulai 1 hari setelah pekerjaan bekisting mulai dikerjakan. Sehingga, durasi untuk pekerjaan bekisting dan pembesian adalah 9 hari. Berdasarkan volume pekerjaan seperti tabel 4.2, dapat diketahui kuantitas pekerjaan per hari pekerjaan bekisting dan pembesian balok dan plat yang dijelaskan pada tabel 4.3. Data kuantitas tersebut digunakan untuk menghitung durasi per zona seperti tabel 4.4. Tabel 4.3. Kuantitas Bekisting dan Pembesian Per Hari No Pekerjaan Sat Volume Durasi Kuantitas Total Per hari a b c d e f = d/e 1 Bekisting Balok m Bekisting Plat m Pembesian Balok Kg Pembesian Plat Kg

13 No Pekerjaan Volume Sat 1 2 Selengkapnya durasi pekerjaan dapat dijelaskan pada tabel 4.4. berikut: Tabel 4.4. Durasi Pekerjaan Balok dan Plat per Zona Bekisting Kuantitas per hari Balok Durasi hr Zona m dipakai 3 Zona m dipakai 3 Zona m dipakai 3 Plat Zona m dipakai 3 Zona m dipakai 3 Zona m dipakai 3 Pembesian Balok Zona Kg dipakai 3 Zona Kg dipakai 3 Zona Kg dipakai 3 Plat Zona Kg dipakai 3 Zona Kg dipakai 3 Zona Kg dipakai Jadwal Induk Produksi Tiap Zona Dengan mengetahui durasi dari masingmasing item pekerjaan dan hubungan antar aktivitasnya, maka jadwal induk produksi tiap zona dapat disusun dengan memasukkan data kuantitas pekerjaan tiap durasinya ke dalam jadwal pekerjaan. Perhitungan kuantitas pada tiap satuan waktu pekerjaan diperoleh dari hasil pembagian volume dengan durasi yang telah direncanakan pada jadwal pekerjaan. Kuantitas tiap periode selengkapnya dijelaskan pada tabel 4.5. Balok Zona 1 Durasi Kuantitas No Pekerjaan Volume Sat Minggu ke- 18 Minggu ke- 19 hr Bekisting Balok Zona m Zona m Zona m Pembesian Balok Zona Kg Zona Kg Zona Kg Bekisting Plat 3 Zona m Zona m Zona m Pembesian Plat Zona Kg Zona Kg Zona Kg Pengecoran Balok dan Plat 5 Zona 1, 2 dan m Jumlah Kuantitas Bekisting Jumlah Kuantitas Pembesian Jumlah Kuantitas Pengecoran Durasi Hari Bekisting m Pembesian Kg Pengecoran K m Zona 2 Bekisting m Pembesian Kg Pengecoran K m Zona 3 Bekisting m Pembesian Kg Pengecoran K m Plat Zona 1 Bekisting m Pembesian Kg Pengecoran K m Zona 2 Bekisting m Pembesian Kg Pengecoran K m Zona 3 Bekisting m Pembesian Kg Pengecoran K m Kolom Bekisting m Pembesian Kg Pengecoran m Dinding Geser Pekerjaan Volume Sat Tabel 4.5. Kuantitas Balok dan Plat Tiap Durasi Pekerjaan Jadwal Induk Produksi tiap zona pekerjaan untuk selengkapnya disajikan dalam bentuk tabel seperti yang ditunjukkan pada tabel 4.6. Tabel 4.6. Jadwal Induk Produksi Tiap Zona Pekerjaan Minggu ke-18 Minggu ke-19 Minggu ke-20 Bekisting m Pembesian Kg Pengecoran m

14 4.4. Biaya Persediaan Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat dari adanya persediaan. Biaya persediaan yang dihitung dalam tugas akhir ini meliputi biaya pembelian, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan pada pekerjaan struktur lantai dasar. Adapun asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Harga material tidak terpengaruh oleh ukuran pembelian, sehingga berapapun jumlah pembelian harga material tetap. b. Lead time tetap setiap kali pemesanan material. c. Biaya Pesan konstan untuk setiap kali pemesanan Biaya Pembelian Material Biaya pembelian material adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli material. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah material yang dibeli dan harga satuan material. Data umum mengenai harga material ditunjukkan pada tabel 4.7. dibawah ini : Tabel 4.7. Daftar Harga Material No. Jenis Material Satuan Harga Material Alamat Pembelian Per Satuan Pembelian Supplier 1 Multypleks 12mm Lembar Rp 137,000 2 Kayu Glugu 5/7 Rp 23,000 3 Kayu Meranti 5/7 Rp 33,500 SURABAYA 4 Kayu Meranti 6/12 Rp 55,000 5 Besi tulangan Ø-8 Rp 39,875 6 Besi tulangan Ø-10 Rp 68,200 7 Besi tulangan Ø-12 Rp 82,500 8 Besi tulangan Ø-13 Rp 105,295 Besi tulangan D-16 Rp 159,500 SIDOARJO 9 Besi tulangan D-19 Rp 224, Besi tulangan D-22 Rp 289, Besi tulangan D-25 Rp 374, Beton K. 300 m 3 Rp 465,000 SURABAYA Sumber data : Jurnal Harga Material Biaya Pemesanan Material Biaya pemesanan adalah semua biaya pengeluaran yang timbul dari usaha mendatangkan material dari luar. Biaya pemesanan ini tergantung pada frekuensi pemesanan yang meliputi biaya telekomunikasi, pengiriman purchase order dan biaya administrasi dalam melakukan pemesanan terhadap supplier. a. Biaya telekomunikasi yang dikeluarkan merupakan biaya untuk melakukan pemesanan material pada supplier dengan menggunakan media telepon. Biaya telekomunikasi ini dipengaruhi oleh faktor durasi percakapan serta lokasi supplier material dimana diasumsikan terjadi percakapan selama 10 menit setiap kali pemesanan material. Karena lokasi supplier berada di Surabaya dan Sidoaarjo, maka untuk biaya telepon menggunakan tarif lokal. Tarif telepon tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8. Dari data tersebut, tarif telepon lokal yang digunakan sebesar Rp 122,-. Tabel 4.8. Biaya Telepon Jarak (Km) Time Band Tari Telpon (Rp.) > Sumber data: PT. Telkom b. Biaya pengiriman dokumen pesanan tergantung pada jumlah dan lokasi supplier. Lembar purchase order dikirim melalui fax dan setiap kali pemesanan diperkirakan sebanyak 2 lembar. Biaya fax dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.9. Biaya Fax Biaya Fax / No. Lokasi Pengiriman Jml Lembar Dokumen Teks Total Biaya a c d e f=d*e 1 Sidoarjo 2 Rp. 2, Rp. 4, Surabaya 2 Rp. 1, Rp. 2, Sumber data: PT. Telkom c. Biaya Administrasi adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan purchase order yang akan dikirim ke supplier dan digunakan dalam back up tagihan, serta data arsip pendataan saat kedatangan material (2 lembar rangkap 3). Biaya Administrasi yang dihitung pada proyek ini meliputi biaya pencetakan sebesar Rp 250,-/lembar. Sehingga biaya administrasi setiap kali pemesanan adalah 6 x Rp 250,- Total biaya pemesanan material untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel Tabel Biaya Pesan No. Jenis Material Biaya Telepon Biaya Fax Biaya Cetak Total 10 mnt 2 lembar 6 lembar Biaya a b c d e f = c+d+e 1 Multypleks 12mm Rp 1, Rp 2, Rp 1, Rp 5, Kayu Glugu 5/7 Rp 1, Rp 2, Rp 1, Rp 5, Kayu Meranti 5/7 Rp 1, Rp 2, Rp 1, Rp 5, Kayu Meranti 6/12 Rp 1, Rp 2, Rp 1, Rp 5, Besi tulangan Ø-8 Rp 1, Rp 4, Rp 1, Rp 7, Besi tulangan Ø-10 Rp 1, Rp 4, Rp 1, Rp 7, Besi tulangan Ø-12 Rp 1, Rp 4, Rp 1, Rp 7, Besi tulangan Ø-13 Rp 1, Rp 4, Rp 1, Rp 7, Besi tulangan D-16 Rp 1, Rp 4, Rp 1, Rp 7, Besi tulangan D-19 Rp 1, Rp 4, Rp 1, Rp 7, Besi tulangan D-22 Rp 1, Rp 4, Rp 1, Rp 7, Besi tulangan D-25 Rp 1, Rp 4, Rp 1, Rp 7, Biaya Penyimpanan Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang. Dalam tugas akhir ini biaya penyimpanan yang diperhitungkan adalah biaya modal dan biaya kerusakan atau penyusutan. a. Biaya modal merupakan biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan yang harus diperhitungkan dalam system persediaan. Biaya ini diukur sebagai persentase nilai persediaan pada periode waktu tertentu, yang dapat diukur dengan suku bunga bank. Besarnya suku bunga adalah 6,5% per hari berdasarkan suku bunga Bank Indonesia tahun 2010, sehingga biaya modal adalah 6,5% x harga material per unit. b. Biaya penyusutan atau kerusakan merupakan biaya yang ditimbulkan karena barang yang disimpan mengalami kerusakan dan penyusutan karena jumlahnya berkurang atau hilang. Biaya penyusutan atau kerusakan selama penyimpanan yang diasumsikan sebesar 2% per hari untuk jenis material kayu dan 0,5% per hari untuk jenis material besi tulangan. 12

TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN. Oleh : Arinda Yudhit Bandripta

TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN. Oleh : Arinda Yudhit Bandripta TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN Oleh : Arinda Yudhit Bandripta 3107.100.551 Dosen Pembimbing : Ir. Retno Indryani, Ms LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN DEPAPILIO TAMANSARI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN DEPAPILIO TAMANSARI JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN DEPAPILIO TAMANSARI Feby Kartika Sari dan Retno Indryani Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PADA PEMBANGUNAN PROYEK APARTEMEN. Oleh : ANGGER WIJAYANTO

TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PADA PEMBANGUNAN PROYEK APARTEMEN. Oleh : ANGGER WIJAYANTO TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PADA PEMBANGUNAN PROYEK APARTEMEN GUNAWANGSA SURABAYA Oleh : ANGGER WIJAYANTO 3109.106.018 Dosen Pembimbing : Ir. RETNO INDRYANI, MS LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERSEDIAAN MATERIAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN TRILLIUM OFFICE & RESIDENCE SURABAYA

PERENCANAAN PERSEDIAAN MATERIAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN TRILLIUM OFFICE & RESIDENCE SURABAYA PERENCANAAN PERSEDIAAN MATERIAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN TRILLIUM OFFICE & RESIDENCE SURABAYA Nama Mahasiswa : Elis Pancawati NRP : 3107 100 612 Jurusan : Teknik Sipil FTSP-ITS Dosen Pembimbing : Ir. Retno

Lebih terperinci

Analisa Persediaan Material Pada Proyek Pembangunan Jembatan Sungai Brantas di Ruas Tol Kertosono-Mojokerto

Analisa Persediaan Material Pada Proyek Pembangunan Jembatan Sungai Brantas di Ruas Tol Kertosono-Mojokerto JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3,., (0) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) C-7 Analisa Persediaan Material Pada Proyek Pembangunan Jembatan Sungai Brantas di Ruas Tol Kertoso-Mojokerto Titis Wahyu Pratiwi, Yusronia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN

ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN MAKALAH TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN ARINDA YUDHIT BANDRIPTA NRP. 3107 100 551 Dosen Pembimbing : Ir. RETNO INDRYANI, MS Jurusan

Lebih terperinci

ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN DE PAPILIO TAMANSARI

ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN DE PAPILIO TAMANSARI TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN DE PAPILIO TAMANSARI DISUSUN OLEH: FEBY KARTIKA SARI 3110100006 I. PENDAHULUAN Latar Belakang Sebuah proyek konstruksi tentunya

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 1 3.1 PERSEDIAAN BAB III TINJAUAN PUSTAKA Maryani, dkk (2012) yang dikutip oleh Yudhistira (2015), menyatakan bahwa persediaan barang merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Persediaan

Lebih terperinci

ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PADA PEMBANGUNAN PROYEK APARTEMEN GUNA WANGSA SURABAYA

ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PADA PEMBANGUNAN PROYEK APARTEMEN GUNA WANGSA SURABAYA ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PADA PEMBANGUNAN PROYEK APARTEMEN GUNA WANGSA SURABAYA Nama Mahasiswa : Angger Wijayanto NRP : 3109.106.018 Jurusan : Teknik Sipil Lintas Jalur FTSP - ITS Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

Yayah Sopiyah 1 Didiek Pramono 2. Abstrak. Kata kunci : Material, Persediaan, Teknik Lot Sizing, Biaya Persediaan Minimum.

Yayah Sopiyah 1 Didiek Pramono 2. Abstrak. Kata kunci : Material, Persediaan, Teknik Lot Sizing, Biaya Persediaan Minimum. ANALISIS PERBANDINGAN PENYEDIAAN BAHAN MATERIAL STRUKTUR LANTAI 2 DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) (STUDI KASUS: PROYEK GEDUNG GUEST HOUSE V HOTEL) Yayah Sopiyah 1 Didiek Pramono 2 1,2

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku. BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian yang dilakukan. Referensi yang digunakan merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 ( ) ISSN: MANAJEMEN PENGADAAN MATERIAL BANGUNAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MRP (MATERIAL REQUIREMENT PLANNING) STUDI KASUS: REVITALISASI GEDUNG KANTOR BPS PROPINSI SULAWESI UTARA Inggried Limbong H. Tarore, J. Tjakra,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka A.1. Teori A.1.1 Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Haming (2011:24) Manajemen Operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi MRP didasarkan pada permintaan dependen.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1. Persediaan Persediaan merupakan salah satu pos modal dalam perusahaan yang melibatkan investasi yang besar. Kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien,

Lebih terperinci

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Perencanaan Persediaan Input data yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan jumlah dan periode siklus waktu antar pemesanan/ pembuatan adalah: Total

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENGADAAN BAHAN BANGUNAN DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (Studi Kasus: Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Tahap I)

MANAJEMEN PENGADAAN BAHAN BANGUNAN DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (Studi Kasus: Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Tahap I) MANAJEMEN PENGADAAN BAHAN BANGUNAN DENGAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (Studi Kasus: Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Tahap I) Ester Oktavia Mumu Alumni Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Pengertian mengenai Production Planning and Inventory control (PPIC) akan dikemukakan berdasarkan konsep sistem. Produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG

ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG ANALISIS PERENCANAAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU MENGGUNAKAN TEKNIK LOTTING DI PT AGRONESIA INKABA BANDUNG I Made Aryantha dan Nita Anggraeni Program Studi Teknik Industri, Universitas Komputer Indonesia,

Lebih terperinci

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PENENTUAN TEKNIK PEMESANAN MATERIAL PADA PROYEK STEEL STRUCTURE MENGGUNAKAN WINQSB

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PENENTUAN TEKNIK PEMESANAN MATERIAL PADA PROYEK STEEL STRUCTURE MENGGUNAKAN WINQSB PENENTUAN TEKNIK PEMESANAN MATERIAL PADA PROYEK STEEL STRUCTURE MENGGUNAKAN WINQSB Juliana Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email : kallya_des @yahoo.com Abstrak Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen.

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen. BAB III Metode Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pt. Anugraha Wening Caranadwaya, diperusahaan Manufacturing yang bergerak di bidang Garment (pakaian, celana, rompi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Merencanakan Kebutuhan Barang Persediaan dengan Economic Order Quantity Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen PERSEDIAAN Pengertian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Menara Cemerlang, suatu perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan karung plastik. Pada saat ini perusahaan sedang mengalami penjualan yang pesat dan mengalami

Lebih terperinci

PENERAPAN SOFTWARE POM-QM DALAM PENGADAAN MATERIAL PROYEK DENGAN TEKNIK PPB

PENERAPAN SOFTWARE POM-QM DALAM PENGADAAN MATERIAL PROYEK DENGAN TEKNIK PPB PENERAPAN SOFTWARE POM-QM DALAM PENGADAAN MATERIAL PROYEK DENGAN TEKNIK PPB Neneng Winarsih 1 Yogi Oktopianto 2 Yurista Vipriyanti 3 Dewi Agushinta R 4 Remi Senjaya 5 1 2 3 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci : Perencanaan, Material Requirement Planning, Period Order Quantity, Economy Order Quantity, Lot for lot.

Abstrak. Kata Kunci : Perencanaan, Material Requirement Planning, Period Order Quantity, Economy Order Quantity, Lot for lot. PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI PRODUKSI DENGAN METODE MATERIAL REQUIREMENT PLANNING DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT. XYZ Muhamad Adi Sungkono, Wiwik Sulistiyowati

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Matrikstama Andalan Mitra, sebuah perusahaan perdagangan, yang beralamatkan di Jl. Daan Mogot KM.12 No.9 Jakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah: 10 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian Persediaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam perusahaan setiap manajer operasional dituntut untuk dapat mengelola dan mengadakan persediaan agar terciptanya efektifitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Oleh: Mega Inayati Rif ah, S.T., M.Sc. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28, Komplek Balapan, Yogyakarta PART 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi

kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi BABTI KAJIAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Persediaaan adalah sumber daya menganggur (idle resource) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi 1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi roti dan bermacam jenis kue basah. Bahan baku utama yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal,

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal, tetapi mencakup kawasan regional dan global. Oleh karena itu, setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Produksi 2.1.1 Pengertian Manajemen Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan (Inventory Management)

Manajemen Persediaan (Inventory Management) Manajemen Persediaan (Inventory Management) 1 A. PERSEDIAAN (INVENTORY) Persediaan adalah bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu misalnya untuk proses produksi atau

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1 Landasan Teori Perencanaan kebutuhan material (material requirements planning) merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventori untuk item-item

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk merencanakan pembuatan/pembelian komponen/bahan baku yang diperlukan untuk melaksanakan MPS. MRP ini merupakan hal

Lebih terperinci

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY

BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY BAB III METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY DAN PERIOD ORDER QUANTITY A. Penentuan Ukuran Pemesanan (Lot Sizing) Lot sizing merupakan teknik dalam meminimalkan jumlah barang yang akan dipesan, sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Uji Kenormalan Lilliefors Perumusan ilmu statistik juga berguna dalam pengendalian persediaan untuk menentukan pola distribusi.pola distribusi tersebut dapat diketahui dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan material di lapangan perlu dijaga pasokannya.

BAB I PENDAHULUAN. ketersediaan material di lapangan perlu dijaga pasokannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada proyek perumahan pekerjaan beton seperti pada pondasi, sloof, kolom, balok dan plat lantai memiliki nilai bobot yang paling besar dari seluruh item pekerjaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi Seluruh Data Tetap Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen SEKILAS MENGENAI PERSEDIAAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengendalaian persediaan merupakan salah satu aspek penting dari beberapa aspek yang diuraikan diatas. Kebutuhan akan sistem pengendalian persediaan, pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih baik, karena dalam era perdagangan tanpa batas tersebut mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih baik, karena dalam era perdagangan tanpa batas tersebut mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi saat ini setiap perusahaan harus mampu mempersiapkan diri secara lebih baik, karena dalam era perdagangan tanpa batas tersebut mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Semakin meningkatnya permintaan pelanggan akan suatu barang membuat perusahaan berusaha untuk memenuhi permintaan tersebut. Untuk memperlancar pemenuhan permintaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Permintaan mengalami penurunan pada periode tertentu dan kenaikan pada periode setelahnya sehingga pola yang dimiliki selalu berubah-ubah (lumpy)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis

BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis . Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Manajemen Operasional Agribisnis : IV Pertemuan Ke : 13 Pokok Bahasan Dosen : Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Manajemen pengadaan tersebut merupakan fungsi manajerial yang sangat

BAB II DASAR TEORI. Manajemen pengadaan tersebut merupakan fungsi manajerial yang sangat BAB II DASAR TEORI II.1 Manajemen Pengadaan Material Manajemen persedian material merupakan salah satu bagian dari sistem logistik yang ditujukan untuk pelaksanaan proyek pada pengadaan material sesuai

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan.

Bab 1. Pendahuluan. Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Sampai saat ini perekonomian Indonesia belum bisa pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

Ekonomi & Bisnis Manajemen

Ekonomi & Bisnis Manajemen Manajemen Persediaan Modul ke: 12Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) PPB Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement

Lebih terperinci

APLIKASI SISTEM MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KETIDAKPASTIAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DI PT. LISA CONCRETE INDONESIA

APLIKASI SISTEM MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KETIDAKPASTIAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DI PT. LISA CONCRETE INDONESIA APLIKASI SISTEM MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KETIDAKPASTIAN KEBUTUHAN BAHAN BAKU DI PT. LISA CONCRETE INDONESIA Seno Hananto, Nyoman Pudjawan Magister Manajemen Teknologi (MMT)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Material Requirement Planning (MRP) Menurut Heryanto (1997, p193), persediaan adalah bahan baku atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan)

BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) BAB 5 ANALISIS 5.1. Analisis Forecasting (Peramalan) Peramalan merupakan upaya untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Peramalan digunakan untuk melihat atau memperkirakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Persediaan Menurut Pardede (2005), persediaan (inventory) adalah sejumlah barang atau bahan yang tersedia untuk digunakan sewaktu-waktu di masa yang akan datang. Sediaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah

BAB II LANDASAN TEORI. berhubungan dengan suatu sistem. Menurut Jogiyanto (1991:1), Sistem adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Dalam perancangan sistem terlebih dahulu harus mengerti sub sistem. Sub sistem yaitu serangkaian kegiatan yang dapat ditentukan identitasnya, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk dapat berakibat terhentinya proses produksi dan suatu ketika bisa

BAB I PENDAHULUAN. produk dapat berakibat terhentinya proses produksi dan suatu ketika bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tersedianya produk yang cukup merupakan faktor penting guna menjamin kelancaran proses produksi. Persediaan yang terlalu banyak atau persediaan yang terlalu sedikit

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori

BAB 2 Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1. Manajemen Operasional Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010:4), manajemen operasi adalah serangkaian aktifitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan atau digunakan untuk dijual pada periode mendatang, yang dapat berbentuk bahan baku

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ir. Rini Anggraini

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Proyek Defenisi dari manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) sampai selesainya proyek

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEOI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PENGERTIAN Persediaan : - Segala sesuatu/sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan - Sekumpulan produk phisikal pada berbagai tahap proses

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ Fakultas FEB Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Proses dalam MRP Bill of material (BOM)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kertas yang besar. Sampai tahun 2011 terdapat 84 pabrik pulp dan kertas. Pabrik-pabrik tersebut

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN

PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN PENGENDALIAN PERSEDIAN : INDEPENDEN & DEPENDEN M A N A J E M E N O P E R A S I O N A L M I N G G U K E S E P U L U H B Y. M U H A M M A D W A D U D, S E., M. S I. F A K U L T A S E K O N O M I U N I V.

Lebih terperinci

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT)

Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Pertemuan 7 MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY MANAGEMENT) Objektif: 12. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan jenis-jenis persediaan. 13. Mahasiswa dapat menghitung biaya-biaya dalam persediaan. 14.

Lebih terperinci

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI

MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada

ABSTRAK. Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada ABSTRAK Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada sangat menentukan keberhasilan suatu perusahaan. Pada saat perusahaan semakin besar dan berkembang, kemampuan manajemen untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia tidak luput

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia tidak luput BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia tidak luput dari persaingan perekonomian global yang sedang terjadi di dunia saat ini. Persaingan perekonomian

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Merencanakan Kebutuhan Barang Persediaan dengan Teknik Part Period Balancing Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen Perencanaan

Lebih terperinci