ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ILMU KESEHATAN MASYARAKAT"

Transkripsi

1 Ind i ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Jilid II ( untuk kelas II ) Cetakan Kedua Disusun Berdasarkan Kurikulum SMF 2001 KHUSUS DIPERGUNAKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH FARMASI Departemen Kesehatan RI Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan Pusdiknakes 2004

2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT Jilid II ( untuk kelas II) Cetakan Kedua Disusun Berdasarkan Kurikulum SMF 2001 KHUSUS DIPERGUNAKAN UNTUK SEKOLAH MENENGAH FARMASI Tim Penyusun : Tim Pembahas / Editor : 1. Didik Sarudji, M.Sc. 2. Syaiful Anwar, S.KM 3. Drs. Imam Suparni, B.Sc. 4. Drs. Sri Marhaendra Datta 1. H.M. Mustamir Ibnu Hajar 2. Drs. Seno Soetopo, Apt. 3. Drs. Moh. Hikmat, Apt. 4. Susanti Sofas, S.Si., Apt. i

3 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan petunjuknya, buku pegangan untuk siswa Sekolah Menengah Farmasi telah dapat disusun kembali. Penyusunan kembali ini disesuaikan dengan kurikulum baru yakni Kurikulum Sekolah Menengah Farmasi Kami sangat menghargai usaha Tim Penyusun buku pegangan ini yang dikoordinir oleh Sekretariat Bersama Sekolah Menengah Farmasi Se Indonesia dan telah melibatkan seluruh unsur SMF Se Indonesia. Kami harapkan buku ini sangat bermanfaat bagi siswa / peserta didik, guru / tenaga pendidik di sekolah dalam upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilannya, selanjutnya dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat di bidang farmasi khususnya dan dibidang kesehatan umumnya. Akhirnya untuk penyempurnaan cetakan selanjutnya kami harapkan adanya saran perbaikan dan kritik dari semua pembaca. Jakarta, Mei 2002 ii

4 PENGANTAR DARI SEKBER Cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang farmasi telah diikuti dengan perombakan kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 1987 dengan kurikulum Sekolah Menengah Farmasi Dalam kurikulum baru ini telah diperjelas kompetensi seorang Asisten Apoteker berdampingan dengan peran tenaga farmasi lainnya. Buku Ilmu Kesehatan Masyarakat II ini disusun kembali untuk disesuaikan dengan Garis Garis Besar Program Pengajaran Kurikulum Sekolah Menengah Farmasi 2001 disertai dengan harapan akan menjadi buku pegangan yang sangat bermanfaat bagi siswa Sekolah Menengah Farmasi.. Perlu kita sadari bahwa buku ini adalah buku pegangan bagi murid dalam menerima pelajaran, dan tentu saja buku pegangan untuk guru adalah juga beberapa referensi lainnya sehingga diharapkan para guru dapat memperbaiki kesalahan kesalahan seperti kesalahan redaksional atau kesalahan cetak. Untuk itu kami sangat mengharapkan masukan masukan untuk penyempurnaan buku ini. Kami sangat berterima kasih kepada Tim Penyusun, Tim Pembahas dan Editor yang telah bekerja keras sehingga buku ini dapat terbit pada waktunya. Jakarta, Mei 2004 iii

5 DAFTAR ISI Kata Pengantar Pengantar Dari Sekber Daftar Isi BAB I : EPIDEMIOLOGI A. Pengertian B. Manfaat Epidemiologi C. Riwayat Perjalanan Penyakit D. Rantai Penularan Penyakit Hal. ii iii iv BAB II : PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR A. Pendahuluan B. Pembagian Penyakit Menular C. Pengertian Wabah Menurut UU No.4/1984 D. Beberapa Istilah Yang Berkaitan Dengan Penyakit menular E. Penyakit Menular yang Dilaporkan F. Kegiatan Kegiatan Dalam Pemberantasan Penyakit Menular G. Penyebab Penyakit dan Penanggulangannya H. Beberapa Jenis Parasit dan penyakit Yang Ditimbulkannya BAB III : PENGAWASAN OBAT, MAKANAN DAN ALKES A. Tujuan dan Sasaran B. Masalah Yang Dihadapi C. Upaya / Kebijakan Yang Dilakukan iv

6 BAB IV : HYGIENE PERUSAHAAN DAN KESEHATAN KERJA (HYPERKES) A. Pengertian 43 B. Tujuan dan Usaha Yang Dilakukan 43 C. Penyakit Akibat Kerja dan Faktor Penyebabnya 43 BAB V : KEPENDUDUKAN, KIA DAN KB A. Kependudukan B. Permasalahan Kependudukan di Indonesia C. Kesehatan Ibu dan Anak D. Keluarga Berencana BAB VI : STATISTIKA KESEHATAN A. Pendahuluan B. Kegunaan Statistik C. Jenis Statistik D. Langkah Langkah Penyusunan Statistik E. Vital Statistik BAB VII : MASYARAKAT A. Pendahuluan B. Strata Kemasyarakatan dan Mobilitas Sosial C. Tata Nilai Masyarakat / Pranata Sosial D. Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan BAB VIII : KEBUTUHAN KELOMPOK A. Kelompok Kelompok Sosial B. Ciri Ciri Kelompok Sosial C. Bentuk Bentuk Kelompok Sosial D. Dinamika Kelompok Sosial E. Pengaruh Kelompok Sosial Terhadap Individu F. Interaksi Sosial v

7 BAB I EPIDEMIOLOGI A. Pengertian Epidemiologi berasal dari bahasa latin, epos atau epi yang berarti pada, demos atau demi yang berarti banyak orang dan logos atau logi yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah epidemilogi adalah ilmu yang mempelajari hal yang menimpa orang atau masyarakat. Dalam hubungan dengan penyakit, khususnya penyakit menular, epidemiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari frekuensi dan penyebaran penyakit menular pada sekelompok manusia serta faktor faktor yang mempengaruhinya. Dengan adanya pengertian bahwa penyakit menular itu bukan merupakan satu satunya masalah kesehatan yang mungkin dialami oleh sekelompok manusia atau masyarakat, dalam pengertian modern epidemiologi saat ini diartikan sebagai ilmu yang mempelajari frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor faktor yang mempengaruhinya. Dengan pengertian modern ini maka ruang lingkup epidemiologi menjadi semakin luas, tidak hanya terbatas pada masalah penyakit menular saja melainkan meliputi juga penyakit tidak menular serta masalah masalah kesehatan lainnya. Akan tetapi meskipun demikian, titik berat perhatian epidemiologi tetap ditujukan pada masalah masalah penyakit, karena berbagai masalah kesehatan diluar penyakit itu hanya mempunyai arti bila ada hubungannya dengan penyakit. 1

8 B. Manfaat Epidemiologi Dalam rangka penanggulangan masalah kesehatan khususnya penyakit menular, secara umum manfaat epidemiologi adalah : 1. Dapat menerangkan sebab sebab timbulnya peristiwa penyakit serta perkembangan alamiahnya. Sebagai contoh, dari penyelidikan epidemiologis yang dilaksanakan diperoleh kesimpulan bahwa ledakan penyakit DHF terjadi akibat meningkatnya populasi nyamuk Aides aegypti sebagai vektornya, yang terjadi pada setiap permulaan musim hujan. 2. Dapat memberikan data yang diperlukan untuk menyusun rencana rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Contoh, dengan diketahuinya pola penyebaran penyakit DHF seperti tersebut di atas, maka dapat disusun program yang sebaik baiknya untuk melaksanakan pencegahan dan pemberantasannya. 3. Dapat memberikan data untuk menilai / mengevaluasi kegiatan kegiatan yang sedang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari penyelidikan epidemiologi dapat dimanfaatkan untuk mengadakan evaluasi apakah kegiatan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit itu sudah benar dan tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. C. Riwayat Perjalanan Penyakit Ada tiga faktor yang berperan pada setiap kejadian penyakit, yaitu : 1. Manusia sebagai tuan rumah ( host ) 2. Penyebab / hama penyakit ( agent ) 3. Lingkungan yang mempengaruhi ( enviroment ) Ketiga faktor itu mempunyai hubungan yang bersifat majemuk dan kompleks, karena ketiga tiganya mempunyai sifat yang sewaktu 2

9 waktu dapat berubah dan juga karena hubungan ini bersifat timbal balik. Dalam gambaran yang sederhana, hubungan antara ketiga faktor tersebut di atas adalah sebagai berikut : 1. Orang berada dalam keadaan sehat, berarti ketiga faktor itu dalam keadaan seimbang. 2. Orang menderita sakit apabila daya tahannya sebagai host menurun. 3. Orang menderita sakit apabila kemampuan hama penyakit meningkat. 4. Orang menderita sakit karena lingkungan berubah ke arah yang merugikan host (negatif). 1 TT LL HH Sehat : ketiga faktor dalam keadaan seimbang 2 T LL HH Sakit : daya tahan host menurun 3 TT LL HHH Sakit : kemampuan hama penyakit meningkat 4 TT HH Sakit : lingkungan berubah menjadi negatif L 3

10 Serangan penyakit akan menimbulkan sejumlah gejala pada tubuh host. Dengan mengikuti proses timbul dan naik-turunnya gejala gejala itu dapat kita peroleh gambaran dari riwayat alamiah perjalan penyakit (natural history of disease), dari penyakit yang bersangkutan. Riwayat alamiah perjalan penyakit dapat dibedakan atas 4 tahap, yaitu : 1. Tahap infeksi, adalah suatu tahapan dimana hama penyakit (agent) sudah masuk ke dalam tubuh tuan rumah (host) tetapi gejala gejala penyakit ini belum tampak. Tahap inkubasi yang disebut juga masa tunas, untuk beberapa jenis penyakit, lamanya berbeda beda. Sebagai contoh, penyakit kolera mempunyai masa tunas beberapa jam sampai lima hari. 2. Tahap penyakit dini, yaitu tahap dimana gejala gejala penyakit mulai tampak. Disini tuan rumah sudah sakit tetapi sifatnya masih ringan sehingga masih dapat menjalankan aktifitas sehari hari dan apabila berobat juga cukup dengan berobat jalan. 3. Tahap penyakit lanjut, pada tahap ini penyakit bertambah hebat, sehingga tuan rumah tidak dapat lagi beraktifitas secara normal, dan jika berobat juga sudah memerlukan perawatan. 4. Tahap akhir penyakit, yaitu tahapan dimana perjalanan penyakit ini dapat berupa 5 macam keadaan, yaitu : a. Sembuh sempurna, artinya penyakit berakhir dan bentuk maupun fungsi tubuh tuan rumah kembali seperti keadaan sebelum sakit. b. Sembuh dengan cacat, disini penyakit berakhir tetapi tuan rumah mengalami cacat. Cacat ini dapat berbentuk cacat mikroskopik, cacat fisik, cacat fungsional, cacat mental ataupun cacat sosial. c. Karier / carrier, berati perjalanan penyakit berhenti, tetapi tubuh tuan rumah tetap mengandung hama penyakit yang 4

11 bersangkutan, yang sewaktu waktu dapat menimbulkan sakit lagi serta dapat menulari orang orang yang ada disekitarnya. d. Kronis, disini perjalanan penyakit tampaknya berhenti tetapi sebetulnya tuan rumah tersebut belum sembuh. Gejala gejala penyakitnya tidak bertambah berat juga tidak bertambah ringan, disebut juga menahun. e. Meninggal dunia, perjalanan penyakit terhenti, tetapi keadaan ini merupakan hal yang tidak dikehendaki oleh setiap tindakan kedokteran. D. Rantai Penularan Penyakit Bagian terbesar penyakit adalah penyakit infeksi, yaitu penyakit yang disebabkan masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh manusia. Secara garis besar penyakit infeksi dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu : 1. Penyakit infeksi yang menular 2. Penyakit infeksi yang tidak menular Penyakit menular adalah penyakit yang secara alamiah dapat berpindah dari seeorang kepada orang lain. Penularan terjadi akibat pindahnya hama penyakit dari satu penderita kepada calon penderita, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa penyakit juga dapat menular dari hewan kepada manusia, seperti misalnya rabies (dari anjing), anthrax (dari ternak), dan pes (dari tikus). Penyakit yang mempunyai sifat demikian disebut zoonosa. Penularan suatu penyakit tidak terjadi begitu saja melainkan memerlukan adanya hal hal atau syarat syarat tertentu yang biasa disebut sebagai rantai penularan penyakit. Rantai penularan penyakit adalah rangkaian sejumlah faktor yang memungkinkan proses penularan suatu penyakit dapat berlangsung. 5

12 Faktor yang merupakan mata rantai itu ada 6, yaitu : 1. Adanya sumber penularan 2. Adanya hama penyakit 3. Adanya pintu keluar 4. Adanya cara penularan 5. Adanya pintu masuk 6. Adanya kerentanan 1. Sumber Penularan Sumber penularan atau sumber infeksi adalah tempat dimana hama penyakit hidup dan berkembang biak secara alamiah. Dari sumber infeksi inilah kemudian penyakit itu menular kepada orang lain. Sumber penularan penyakit dapat dibedakan atas 3 macam, yaitu : a. Manusia ( Human Reservoir ) Human reservoir dapat berupa : 1. Orang sakit dengan gejala gejala yang jelas (kasus klinis) 2. Orang sakit dengan gejala gejala yang tidak jelas (kasus sub klinis) 3. Karier, yaitu orang yang tidak sakit tetapi tubuhnya mengandung dan mengeluarkan hama penyakit. Sumber penularan itu mengandung hama penyakit pada berbagai bagian tubuhnya, misalnya dalam darah, paru paru, hati dan sebagainya. Juga dalam berbagai produk yang dikeluarkannya, misalnya ingus, ludah, dahak (sputum), urine, faeces, nanah, cairan luka dan lain lain, yang sewaktu waktu dengan cara tertentu dapat menular kepada orang lain. 6

13 b. Hewan ( Animal Reservoir ) Beberapa jenis hewan dapat menjadi sumber penularan beberapa macam penyakit, seperti misalnya lembu dan biribiri (penyakit anthrax), anjing (penyakit rabies), tikus (penyakit pes) dan babi (cacing pita). c. Lain Lain Sumber Penularan Sumber penularan lain misalnya tanah dan udara. Di tanah terdapat berbagai bibit penyakit seperti misalnya spora dari basil tetanus (Clostridium tetani), telur dari cacing cacing (cacing ankylostoma, ascaris dan lain lain), yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Di uadar bebas berterbangan bermacam macam mikro organisme yang juga dapat menimbulkan penyakit penyakit seperti streptococcus, staphylococcus dan lain lain. 2. Hama Penyakit Yang dimaksud dengan hama penyakit adalah mikro organisme yang merupakan penyebab penyakit pada tuan rumah. Hama penyakit dapat dibedakan atas 4 golongan sebagai berikut, yaitu a. Golongan hewan 1. Protozoa, contohnya Amoeba dysentri, Trypanosoma gambiense, Plasmodium malariae 2. Cacing cacing, misalnya Filaria bancrofti, Ancylostoma duodenale, Taenia solium. 3. Serangga, contohnya Saarcoptes scabii penyebab penyakit scabies. b. Golongan tumbuh tumbuhan. 1. Bakteri, misalnya bermacam macam coccus, basil dan spirillium. 2. Jamur, contohnya Ptyriasis versicolor penyebab penyakit panu. c. Golongan virus, misalnya virus DHF, AIDS dan Campak. 7

14 d. Golongan Rickettsia, misalnya Rickettsia rickettsi penyebab penyakit thypus bercak wabahi. Hama penyakit ini hidup dalam tubuh tuan rumahnya sebagai parasit. Mereka menimbulkan kerusakan pada sel sel jaringan tubuh yang ditempatinya, baik secara langsung maupun melalui toksin (racun) yang dihasilkannya. Disamping yang berisfat patogen sejati (obligat parasit), terdapat juga hama penyakit yang bersifat patogen fakultatif (fakultatif parasit oportunis) seperti misalnya Clostridium tetani dan Staphylococcus aureus. Clostridium tetani yang sporanya banyak terdapat di tanah, debu dan benda benda yang kotor hanya akan menimbulkan penyakit tetanus apabila secara kebetulan masuk ke dalam luka pada kulit. Staphylococcus aure s yang banyak terdapat di udara bebas, baru akan menimbulkan penyakit (radang) apa bila secara kebetulan sampai pada luka kulit. 3. Pintu Keluar Pintu keluar adalah jalan yang dilalui oleh hama penyakit sewaktu keluar / dikeluarkan dari tubuh tuan rumah. Beberapa jenis penyakit infeksi memiliki pintu keluar yang berbeda beda. Pintu keluar dapat berupa : a. Alat Pernafasan Yaitu hidung dan mulut, pada waktu penderita bernafas, berbicara, batuk, bersin, mengesang dan atau mendahak. Ini terjadi misalnya pada penyakit TBC paru, influensa dan difteria. 8

15 b. Alat Pencernaan Makanan Dalam hal ini adalah mulut dan anus pada waktu penderita muntah dan atau berak, misalnya pada penyakit kolera. Pada penyakit dysentri dan thypus perut yang tidak memiliki gejala khas muntah, hama penyakit dikeluarkan hanya melalui anus bersama faeces. Pada penyakit kolera hama penyakit dikeluarkan juga melalui urine penderita. c. Alat Kencing dan Kelamin Ini terjadi pada beberapa jenis penyakit kelamin, misalnya gonorhoea, syphilis, AIDS dan lain lainnya. d. Luka pada Kulit Luka pada kulit dapat dibedakan atas 3 macam, yaitu: 1. Luka akibat terjadinya infeksi dan radang pada kulit (misalnya luka pada penyakit syphylis). 2. Luka akibat gigitan binatang (misalnya gigitan nyamuk, kutu atau pinjal). 3. Luka yang dibuat dengan sengaja (misalnya luka bekas suntikan). Pada luka (ulcus) akibat penyakit syphilis atau penyakit framboesia hama penyakit dikeluarkan bersama cairan luka (exudat). Melalui gigitan nyamuk, kutu dan pinjal dapat terisap keluar hama penyakit yang ada dalam darah penderita, misalnya pada penyakit malaria, typhus bercak pes. Melalui jarum suntik hama beberapa jenis penyakit dapat juga terbawa keluar, seperti misalnya pada penyakit hepatitis infectiosa dan AIDS. 4. Cara Cara Penularan Yang dimaksud dengan cara penularan penyakit adalah proses proses yang dialami oleh hama penyakit tersebut sehingga dapat masuk ke dalam tubuh calon penderita. Masing masing 9

16 penyakit menular mempunyai cara penularan yang khas, yang satu berbeda dengan yang lain. Cara cara penularan tersebut adalah sebagai berikut : a. Melalui hubungan orang dengan orang (personal contact) Personal contact dapat dibedakan atas 5 cara, yaitu : (1) Kontak fisik, contohnya penularan penyakit syphilis melalui hubungan seksual. (2) Melalui tangan yang terkontaminasi, ini dapat terjadi misalnya pada penyakit kolera, seseorang yang tangannya terkontaminasi dengan produk si penderita, kemudian makan tanpa terlebih dahulu membersihkan tangannya. (3) Melalui benda benda yang terkontaminasi. Benda benda bekas dipergunakan oleh penderita dapat menjadi sarana penularan, seperti misalnya saputangan, handuk, piring, sendok, gelas dan sebagainya, karena benda benda tersebut telah terkontaminasi dengan produk dari penderita yang sudah barang tentu penuh dengan hama penyakit. (4) Melalui titik ludah (Droplet Infection) Ini dapat terjadi misalnya pada penyakit TBC paru dan Influensa. Pada saat penderita bersin, batuk atau berbicara, secara tidak disadari akan disemprotkan butir butir yang amat halus dariludah dan ingusnya ke udara. Penularan akan terjadi apabila butir butir ludah atau ingus yang mengandung hama penyakit itu terisap oleh orang lain pada saat bernafas. (5) Melalui udara (Air Borne Infection) Butir butir ludah dan ingus seperti tersebut di atas mempunyai ukuran / diameter bermacam macama. 10

17 Butir butir yang sangat halus akan terus melayang layang di udara, sedangkan butir butir yang cukup besar akan turun dan mengendap di tanah. Butir butir yang melayang di udara apabila mengering akan meninggalkan inti yang berisi hama penyakit, yang disebut droplet nuclei, sedangkan butir butir yang jatuh di tanah apabila mengering akan membentuk debu yang penuh dengan hama penyakit juga. Dengan perantaraan udara / angin baik itu droplet nuclei maupun debu yang terkontaminasi itu akan dapat tersebar sampai jauh, dan akan dapat menimbulkan penularan pada orang banyak melalui pernafasan. b. Melaui Air ( Water Borne Infection ) Air dapat menjadi sarana penularan beberapa macam penyakit, misalnya kolera, typhus, parathyphus, dysentri, radang hati menular,lumpuh kanak kanak dan penyabit karena cacing. Penularan umumnya terjadi akibat orang mengkonsumsi air yang telah tercemar oleh faeces manusia, tanpa direbus atau diproses terlebih dahulu (faecal-oral infection). c. Melalui Makanan (Food Borne Infection) Penyakit penyakit seperti yang telah disebutkan di atas juga dapat menular dengan perantara makanan. Penularan dapat terjadi karena : Makanan telah tercemar dengan hama penyakit akibat diproses oleh orang yang sedang menderita sakit atupun carrier dari penyakit tersebut. Makanan tercemar oleh hama penyakit tersebut dengan perantaraan lalat. Bahan makanan yang dimakan mentah tidak dicuci terlebih dahulu dengan sempurna sebelum dikonsumsi, padahal sebelumnya telah disiram air sungai / kali dan sebagainya. 11

18 Susu sapi dapat juga menjadi sasaran penularan penyakit penyakit tersebut, misalnya karena diproses oleh karyawan yang sedang sakit ataupun carrier. Disamping penyakit penyakit yang telah disebutkan di atas, melalui susu sapi dapat juga ditularkan penyakit dari sapi yang bersangkutan, yaitu penyakit Tuberculosis bovinum dan Brucellosis. Itulah sebabnya maka susu sapi harus terlebih dahulu di pasteurisasi sebelum dikonsumsi. d. Melalui Serangga (Insect Borne Infection = Arthropod Borne Infection) Beberapa jenis serangga dapat menjadi vektor beberapa macam penyakit seperti di bawah ini : Jenis Serangga Nama Penyakit Penyebab Penyakit Lalat rumah Kolera Vibrio cholerae Typhus perut Salmonella typhosa Dysentri basili Shigella dysentriae Dysentri amoeba Entamoeba hystolytica Hepatitis infectiosa Virus Hepatitis Infectio Poliomyelitis ant. acuta Virus Poliomyelitis ant. act. Nyamuk Malaria Plasmodium malariae sp. Nyamuk Aides Dengue Haemorrhagic Virus DHF aegypti Fever Demam kuning Virus demam kuning Nyamuk Culex Elephantiasis Cacing Filaria sp. fatigan Kutu manusia Relapsing fever Spirochaeta Pinjal tikus Pes Pasterella pestis 12

19 e. Melalui Alat Alat Kedokteran Yang Tidak Steril Beberapa jenis alat kedokteran misalnya jarum suntik, jarum tranfusi, jarum vaksinasi dan sebagainya dapat juga menjadi perantara penularan beberapa jenis penyakit. Penularan terjadi misalnya karena jarum bekas menyuntik orang lain, tanpa terlenih dahulu disterilkan. Penyakit penyakit yang dapat menular dengan cara demikian misalnya penyakit hepatitis infectiosa dan AIDS. Untuk menghindarkan terjadinya penularan penyakit dengan cara demikian, dewasa ini telah banyak digunakan disposable syringe atau disposable needela, yaitu jarum suntik dan pengisapnya yang sekali pakai harus dibuang. 5. Pintu Masuk Yang dimaksud dengan pintu masuk adalah bagian bagian badan yang dilalui oleh hama penyakit sewaktu masuk ke dalam tubuh calon penderita. Disebut juga pintu infeksi. Pintu masuk itu umumnya sama dengan pintu keluar, yaitu ; a. Alat Pernafasan Yaitu hidung dan mulut, misalnya pada penyakit TBC paru, influensa dan difteria. b. Alat Pencernaan Makanan Yaitu mulut, misalnya pada penyakit kolera, dysentri dan thypus perut c. Alat Kencing dan Kelamin Misalnya pada penularan penyakit gonorhoea, syphilis dan AIDS d. Luka pada Kulit Dapat berupa luka pada gigitan hewan / serangga, misalnya pada penularan penyakit malaria, DHF dan pes. 13

20 Atau luka buatan misalnya bekas suntikan, pada penularan penyakit Hepatitis infectiosa dan AIDS. 6. Kerentanan Kerentana adalah kesediaan dari tubuh calon tuan rumah untuk menjadi sakit. Tanpa adanya kerentanan maka calon tuan rumah tersebut akanb tetap sehat meskipun mendapat penularan hama penyakit. Dalam kenyataan hidup sehari hari meskipun kita dikelilingi dan diserang oleh hama penyakit yang tidak terhitung jumlahnya, kita tidak selalu jatuh sakit. Hal ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan tubuh yang dapat dibedakan atas 2 macam, yaitu : pertahanan tubuh umum dan pertahanan tubuh khusus yang pembagian selengkapnya adalah sebagai berikut : Pertahanan Tubuh Umum : 1. Pertahanan tingkat pertama : - kulit yang utuh - mukosa yang utuh - kuku - rambut - bulu hidung - ekskresi tubuh 2. Pertahanan tingkat kedua : - tonsil - hati - limpa - kelenjar lymphe Pertahanan Tubuh Khusus : 1. Yang bersifat seluler : - antibodi - leukositosis - pagositosis 14

21 2. Yang berifat hormonal : (a) Bawaan yaitu konstitusi tubuh dan genetik tubuh (b) Didapat : 1. Bersifat aktif Buatan : immunisasi Alamiah : sembuh dari sakit 2. Bersifat pasif : Buatan : pemberian serum Alamiah : diperoleh dari ibu Seseorang yang memiliki sistem pertahanan tubuh sempurna, baik yang umum maupun yang khusus, akan sehat karena tubuhnya mampu mengalahkan semua hama penyakit yang menyerangnya. 15

22 BAB II PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR A. Pendahuluan Wabah atau kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi di Indonesia. Kejadian in mempunyai makna sosial atau politik tersendiri, karena peristiwanya sering sangat mendadak, mengenai banyak orang, dan dapat menimbulkan kematian yang tinggi. Pengambilan keputusan yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan dalam menanggulangi wabah atau KLB. Karena itu dibutuhkan satu cara tersendiri dalam catatan dan laporan sehingga keputusan dan tindakan dapat segera diambil. Wabah penyakit menular adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Kejadian luar biasa dalah kejadian kesakitan / kematian dan atau meningkatnya suatu kejadian, kesakitan / kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu. Kriteria KLB : Suatu kejadian penyakit atau keracunan dapat dikatakan KLB apabila memenuhi criteria sebagai berikut : 1. Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada / tidak dikenal. 2. Peningkatan kejadian penyakit / kematian terus menerus selama tiga kurun waktu berturut turut menurut jenis penyakitnya. 3. Peningkatan kejadian penyakit / kematian dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya. 16

23 4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata rata perbulan dalam tahun sebelumnya. 5. Angka rata rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata rata perbulan dari tahun sebelumnya. 6. Beberapa penyakit khu sus, yaitu Cholera, DHF / DSS : - Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis) - Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan. 7. Beberapa penyakit yang dialami satu atau lebih penderita, seperti keracunan makanan d+an keracunan pestisida. B. Pembagian Penyakit Menular Dilihat dari sifat gejala serta sifat penyebarannya, penyakit menular dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu : 1. Penyakit yang bersifat kronis endemis 2. Penyakit yang bersifat akut epidemis 1. Penyakit kronis endemis Adalah penyakit menular yang gejala gejalanya datang secara pelan pelan, demikian frekwensinya dalam masyarakat relatif tetap dalam waktu yang lama. Yang termasuk kedalam golongan ini adalah malaria, TBC, kusta, trachoma, dysentri, gonorrhoe, syphilis. Penyakit penyakit tersebut masih banyak terdapat di kalangan masyarakat Indonesia. 17

24 2. Penyakit akut epidemis Adalah penyakit menular yang gejala gejalanya datang secara mendadak dan keras, juga penyebarannya berlangsung dengan cepat, seringkali berupa wabah (epidemi). Beberapa penyakit dari golongan ini termasuk yang disebut penyakit wabah. C. Pengertian Wabah Menurut UU No.4/1984 Menurut UU No. 6 / 1962 yang diperbaharui dengan UU No.4 / 1984 tentang wabah penyakit menular, yang termasuk penyakit wabah adalah : 1. Penyakit Karantina, yang terdiri dari : a. Pes (Plague) b. Kolera (Cholera) c. cacar (Smallpox) d. Demam Kuning (Yellow Fever) e. Demam Balik Balik (Relapsing Fever) f. Typhus Bercak Wabahi (Typhus Exanthematicus Epidemika) 2. Penyakit Non Karantina : a. Typhus Perut (Typhus Abdominalis) b. Para Typhus A, B dan C c. Dysentri Basili (Dysenteria Bacillaris) d. Radang Hati Menular (Hepatitis Infectiosa) e. Para Cholera Eltor f. Diphteria g. Kejang Tengkuk (Meningitis Cerebrospinalis Epidemica) h. Lumpuh Kanak Kanak (Poliomyelitis Anterior Acuta) 18

25 3. Penyakit Penyakit Lain Yang Ditetapkan Oleh Menteri Kesehatan, seperti Morbili, Varicella, Rabies dan Anthrax. Penyakit Karantina adalah penyakit menular yang sesuai dengan International sanitary Regulation (ISR) dari WHO, yang pencegahan dan pemberantasannya dilaksanakan secara internasional. Karantina artinya pembatasan kebebasan / penahanan seseorang yang diduga telah mendapat penularan suatu penyakit Karantina selama masa inkubasi dari penyakit karantina yang diduga. Bila selama dalam penahanan itu ia benar benar menderita penyakit karantina yang diduga, ia akan diisolasakan, dan bila setelah masa inkubasi tersebut ia tetap sehat, ia akan dibebaskan. Panjangnya masa inkubasi bagi masing masing penyakit karantina sesuai ketentuan dari ISR adalah : Pes : 6 hari Kolera : 5 hari Cacar : 14 hari Demam Kuning : 6 hari Demam Balik Balik : 8 hari Typhus Bercak Wabahi : 14 hari Dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit karantina, ISR juga memuat kententuan ketentuan yang diwajibkan semua negara yang menjadi anggota WHO untuk : 1. Melaksanakan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit karantina di negara masing masing. 2. Melaksanakan tindakan karantina, yaitu tindakan tindakan yang dilakukan untuk menolak masuknya dan mencegah keluarnya penyakit penyakit karantina melalui segala alat perhubungan lalu lintas, misalnya kapal laut, pesawat udara, kereta api, bus dan lain lain. 19

26 Untuk melaksanakan ketentuan tersebut, di Indonesia telah dikeluarkan 2 undang undang yaitu : 1. Undang Undang RI No. 1 / 1962, tentang karantina laut. 2. Undang Undang RI. No. 2 / 1962, tentang karantina udara. Dalam kedua UU tersebut terdapat pasal yang mewajibkan baik nahkoda maupun pilot, untuk melaporkan kepada Kepala Unit Kesehatan yang terdekat dalam waktu secepatnya,apabila mereka mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit karantina di kapal / pesawatnya. UU wabah (UU NO. 4 / 1984) juga memuat ketentuan yang menyatakan, bahwa barang siapa yang mengetahui adanya penderita atau tersangka penderita penyakit wabah, wajib melaporkan kepada Kepala Desa atau Lurah dan atau Kepala Unit Kesehatan terdekat dalam waktu secepatnya. Dari ketentuan yang tercantum dalam undang undang inilah maka penyakit penyakit yang termasuk dalam Kelompok Penyakit Wabah itu disebut juga Notifiable Disease ( penyakit yang wajib dilaporkan ). D. Beberapa Istilah Yang Berkaitan Dengan Penyakit Menular 1. Sporadik, adalah suatu keadaan dimana suatu penyakit menular yang ada disuatu wilayah tertentu frekuensinya relatif berubah ubah menurut perubahan waktu. 2. Endemi, adalah suatu keadaan dimana suatu penyakit menular yang ada disuatu wilayah tertentu frekuensinya relatif tetap dalam waktu yang lama. 3. Epidemi (Wabah), adalah kejadian dimana suatu penyakit menular frekuensinya sangat meningkat sehingga dalam 20

27 waktu yang singkat meliputi suatu wilayah tertentu dan dapat menimbulkan malapetaka. 4. Pandemi, adalah keadaan dimana suatu penyakit menular frekuensinya menunjukkan peningkatan yang amat tinggi, sehingga dalam waktu singkat meliputi banyak negara. E. Penyakit Menular Yang Dilaporkan Penyakit penyakit menular yang dilaporkan adalah penyakit penyakit yang memerlukan kewaspadaan ketat, yaitu penyakit penyakit wabah atau yang berpotensi wabah atau yang dapat menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Penyakit penyakit menular dikelompokkan sebagai berikut : 1. Penyakit karantina atau penyakit wabah penting, antara lain Pes, Cholera dan Tetanus 2. Penyakit potensi wabah / KLB yang menjalar dalam waktu cepat atau mempunyai mortalitas tinggi, dan penyakit yang telah masuk program eradikasi / eliminasi dan memerlukan tindakan segera. Contohnya DHF, diare, campak, pertusis, rabies dan poliomyelitis. 3. Penyakit penyakit potensial wabah / KLB lainnya dan beberapa penyakit penting seperti malaria, frambusia, influenza, anthrax, hepatits, typhus abdominalis, meningitis, keracunan, encephalitis dan tetanus. 4. Penyakit penyakit menular yang tidak berpotensi menimbulkan wabah dan atau KLB, tetapi diprogramkan ditingkat kecamatan dilaporkan secara bulanan melalui puskesmas,, kabupaten dan seterusnya secara berjenjang sampai ke tingkat pusat. Penyakit penyakit tersebut 21

28 meliputi cacing, lepra, tuberculosa, syphilis, gonorhoe, filariasis dan AIDS. F. Kegiatan Kegiatan Dalam Pemberantasan Penyakit Menular Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pemberantasan penmyakit menular baik yang termasuk golongan penyakit wabah maupun tidak dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu : 1. Kegiatan yang ditujukan untuk pencegahan : a. Upaya menemukan kasus ( case finding ), baik secara aktif maupun pasif. b. Melaksanakan imbunisasi untuk penyakit penyakit menular tertentu. c. Upaya pemberantasan vector termasuk tikus, d. Upaya perbaikan kesehatan lingkungan : pembuangan faeces, sampah danlimbah serta penyediaan air bersih. e. Pemberian penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. 2. Kegiatan yang ditujukan untuk penderita ( case holding ) : a. Isolasi penderita : diangkut dan dirawat ditempat perawatan khusus ( di puskesmas atau rumah sakit ) b. Upaya pengobatan penderita semenjak dini. c. Desinfeksi atau pemusnahan produk penderita dan barang barang yang dapat menjadi sarana penularan. d. Mengambil dan mengirim bahan / sample untuk diperiksa di laboratorium. e. Penangan khusus terhadap jenazah akibat wabah ( perawatan, pengangkutan dan pemakamannya ) f. Melaksanakan penyelidikan epidemiologis ( asal / sumber infeksi, cara dan luasnya penularan dan sebagainya ) 22

29 g. Upaya surveillance, yaitu pengamatan dalam rangka nemenukan mengobati penderita baru, kontak person dan carrier. h. Upaya karantina jika kasusnya termasuk penyakit karantina. 3. Kegiatan Pencatatan dan Pelaporan a. Mencatat semua kasus penyakit menular yang terjadi. b. Menyusun dan mengirimkan laporan kepada instansi atasannya. Dalam kasus penyakit wabah, laporan berbentuk : (1) Laporan berkala mingguan (2) Laporan berkala bulanan (3) Laporan khusus apabila ada kejadian luar biasa atau wabah (4) Laporan khusus apabila ada kematian akibat penyakit wabah c. Menyajikan hasil kerja yang telah dicapa dalam bentuk grafik untuk memudahkan pemantauan. G. Penyebab Penyakit dan Penanggulangannya 1. Kolera ( Cholera ) Kolera termasuk kedalam penyakit karantina. Penyebab : Cholera asiatica oleh Vibrio cholera (= Vibrio comma) sedangkan Paracholera eltor oleh Vibrio eltor Masa inkubasi : Beberapa jam sampai 5 hari. Menurut undang undang karantina ditetapkan 5 hari. Cara penularan : Melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi oleh bibit penyakit (faecal 23

30 oral infection ) Gejala gejalanya : Gejala kolera datang secara mendadak, berupa muntah muntah dan berak berak (diare) yang sangat sering. Biasanya gejala muntah muntah datangnya lebih belakangan darai pada diare. Faecesnya cair keputihan dengan sedikit lendir yang mengambang (seperti air cucian beras). Karena muntah dan diare yang amat sering, penderita akan banyak kehilangan cairan dan elektrolit, yang dapat menyebabkan kematian dalam waktu 12 jam dari penularan penyakitnya. Besarnya angka kematian 5 % - 75 %. Bekas penderita akan kebal terhadap kolera untuk beberapa tahun. Dari vaksinasi akan diperoleh kekebalan selama kurang lebih 6 bulan. Faeces penderita masih mengandung bibit penyakit kolera selama 7 14 hari setelah sembuh dari sakit. Bekas penderita dapat menjadi carrier yangs angat berbahay bagi orang lain. Kolrea terdapat endemis di India Kolrea di Indonesia Penyakit kolera timbul akibat kesehatan lingkungan yang buruk seperti pembuangan faeces, sampah dan limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Karena penyakit ini akan hilang dengan sendirinya apabila hygiene dan sanitasi lingkungan diperbaiki, seperti ayng terjadi di negara negara yang sudah maju. Usaha pencegahan dengan vaksinasi saja dianggap kurang memenuhi sasaran. Pencegahan dan pemberantasan : (a) Menemukan penderita secara dini dan melaporkan secepat cepatnya. (b) Isolasi penderita serta desinfeksi dan atau pemusnahan benda benda yang dapat menjadi sarana penularan. 24

31 (c) Mengobati penderita secara dini sampai sembuh benar. (d) Penyelidikan epidemiologi dilapangan. (e) Surveillance untuk menemukan penderita baru dan carrier, untuk diobati sampai sembuh. (f) Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan yang meliputi : - Penyediaan air bersih yang baik - Perbaikan system pembuangan faeces, sampah dan limbah. - Pengawasan pembuatan dan peredaran makanan dan minuman,pasar, rumah makan, rumah potong ternak,perusahaan susu dan lain lain. - Upaya pemberantasan lalat. (g) Upaya penyuluhan kesehatan kepada masyarakat. (h) Pemberian vaksin kolera jika dipandang perlu. 2. Malaria Penyebab : Plasmodium sp. Dikenal ada 4 spesies, yaitu 1. Plasmodium falciparum, penyebab malaria tropika 2. Plsamodium vivax, penyebab malaria tertiana 3. Plasmodium malariae, penyebab malaria quartana 4. Plasmodium ovale, penyebab malaria ovale Masa inkubasi : Antara 12 hari sampai dengan 30 hari Cara penularan : Dengan perantaraan gigitan nyamuk anopheles sp. Betina, dan di Indonesia dikenal ada lebih kurang 93 spesies Anopheles yang merupakan vektor malaria 25

32 dan yang terpenting diantaranya adalah : 1. Di pantai / laut : Anopheles sundaicus 2. Di sawah : Anopheles aconicus 3. Di pegunungan : Anopheles maculates 4. Di hutan : Anopheles leucosphyrus 5. Di rawa rawa : Anopheles hyrcanus Gejala gejalanya : Penderita merasa sakit kepala, lesu diikuti demam tinggi, seringkali disertai mengigau dan menggigil diakhiri dengan berkeringat banyak. Plasmodium dapat pula menyerang otak, yang menyebabkan malaria cerebralis dengan gejala gejala radang otak yang lainnya. Malaria di Indonesia : Masih merupakan penyakit rakyat nomor satu di Indonesia dan tersebar luas diseluruh kepulauan Indonesia. Malaria ini akan menyebabkan : Daya tahan tubuh rendah dan mudah diserang penyakit lain Daya kerja menurun sehingga produktivitas menurun Negara banyak kehilangan jam kerja dan dapat menghambat kepariwisataan. Usaha pencegahan dan pemberantasan : (a) Manusia sebagai tuan rumah (host), maka pencapaian dan pemberantasannya dengan jalan pendidikan kesehatan dan pengobatan sampai sembuh. (b) Plasmodium sebagai penyebab penyakit, maka pencegahan dan pemberantasannya dengan menggunakan obat anti malaria seperti Quinine, Nivaquine, Primaquine dan sebagainya. (c) Anopheles sebagai vector, maka perlu diusahakan pembasmian terhadap bentuk larvanya dengan 26

33 memelihara ikan pemakan jentik dan terhadap nyamuk sebagai bentuk imagonya dengan menggunakan insektisida. 3. Tuberculosis Penyebab : BasilMycobacterium tuberculosis (yang ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882). Masa inkubasi : Antara 4 6 minggu Cara penularan : 1. Melalui pernapasan dengan ludah penderota yang dibuang sembarang tempat dan debu yang mengandung basil TBC. 2. Melalui susu sapi yang diminum tanpa dipasteurisasi terlebih dahulu ( untuk TBC bovinum ) Gejala gejalanya : TBC adalah penyakit kronis. Sering kali dimulai dengan gejala yang ringan seperti badab lesu, suhu badan naik sedikit bahkan ada yang tidak menunjukkan gejala sama sekali. Bila penyakit semakin berat maka penderita akan semakin kurus, pucat, tubuh sangat lemah dan batuk darah. Kecuali paru paru, TBC dapat pula menyerang organ organ badan yang lain seperti otak, usus, tulang, limpa dan alat kandungan. Jika menyerang otak, TBC menimbulkan gejala seperti pada penyakit radang otak lainnya. Pada bayi dan anak anak dapat menyebabkan infeksi milier (military tuberculosis) 27

34 Pemberantasan penyakit : Di Indonesia penyakit TBC tersebar tidak hanya di kota kota saja tetapi juga sudah menyebar hingga ke pedesaan. Umumnya menyerang masyarakat golongan sosial - ekonomi rendah seperti lingkungan perumahan yang berdesakan (over crowded ), lembab, status gizi yang rendah, hidu tidak teratur dan sebagainya. Basil Mycobacterium tuberculosis yang berjuta juta banyaknya yang berasal dari ludah dan dahak penbderita mengering, akan bercampur debu dan tersebar kemana mana seperti di kendaraan umu, bioskop, pasar dan lain - lain, apabila terhirup oleh orang yang sehat akan menambah jumlah penderita penyakit TBC. Di Indonesia penderita TBC masih cukup banyak. Pencegahannya : (a) Pemberian vaksin BCG bagi bayi dan anak anak. (b) Pasteurisasi susu sapi sebelum diminum (c) Memperkuat daya tahan tubuh dengan gizi yang baik, istirahat cukup, olah raga cukup dan sebagainya. (d) Meningkatkan keadaan sosial ekonomi masyarakat sehingga rumah dan lingkungan memenuhi syarat kesehatan. (e) Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, khususnya agar tidak biasa meludah disembarang tempat. 4. Framboesia (patek = puru = jaws) Penyebab : Troponema partenue (golongan Spirochaeta) Masa inkubasi : Antara 3 minggu sampai 6 bulan Cara penularan : Melalui kontak langsung dengan penderita atau secara tidak langsung melalui pakaian atau dengan perantaraan lalat. 28

35 Gejala gejalanya : Pada masa inkubasi penderita merasa lesu, tidak enak badan, demam. Dalam stadium erupsi (masa awal gejala) timbul rasa nyeri tulang dan sendi terutama di malam hari,resa tak enak dan nyeri di tempat timbulnya erupsi Bibit penyakit yang telah masuk akan menyebabkan timbulnya luka yang sukar sembuh di tempat masuknya bibit penyakit pada kulit. Kemudian luka akan membentuk ulcus (tukak), bentuk papiloma (tonjolan) atau kombinasi menyerupai buah framboesia. Luka permukaan disebut induk paru ( babon patek = Yaws = initial lesion ). Setelah 2 bulan kemudian akan timbul tonjolan yang banyak tersebar diseluruh permukaan tubuh terutama di sekitar lubang - lubang badan seperti mulut, hidung, anus, lipatan paha. Suatu ketika tonjolan akan menghilang, tetapi penyakit yang sebenarnya akan tetap berlangsung beberapa bulan sampai beberapa tahun. Kemudian dilanjutkan dengan timbulnya tonjolan dan gejala lainnya selama 2 atau 3 bulan dan akan menghilang lagi. Masa silih berganti antara latent dan kumat dapat berlangsung selama 5 tahun yang disebut stadium early ( awal ) dan kemudian setelah itu masuk ke stadium late ( lanjut ) dengan gejala - gejala cuma ( jaringan meradang ) dikulit dan tulang, luka - luka besar yang telah sembuh meninggalkan jaringan pacut yang nyata dan luas, radang sendi dan tulang yang terasa nyeri. Pada stadium late bila mengenai tulang hidung akan menyebabkan hilangnya sekat rongga hidung sehingga hidung akan nampak pesek. Bila kerusakkan parah akan menyebabkan langit - langit hilang dan hidung tinggal satu lubang yang besar dan disebut Himopharingitis Mutilans. 29

36 Cara pencegahan dan pemberantasannya : a. Menghindari kontak langsung dengan penderita dan menjaga kebersihan. b. Pemberantasan dengan jalan penyembuhan semua penderita, pencarian penderita framboesia yang ada di masyarakat. 5. Penyakit Kelamin (veneral diseases) Pendahuluan Penyakit kelamin terdapat banyak di negara manapun juga, baik di negara yang sedang berkembang maupun di negara yang sudah maju disegala pelosok dan lapisan masyarakat. Penyakit ini harus diberantas menurut garis - garis epidemiologis dan karena berhubungan dengan masalah sosial maka pencegahan dan pemberantasannya harus ada kerja sama antara berbagai instansi seperti pendidikan, kesehatan, sosial, agama dan kepolisian. Jumlah penderita penyakit kelamin akhir - akhir ini menunjukkan jumlah yang meningkat dan hal ini disebabkan oleh : a. Kurang pengertian / kesadaran masyarakat akan bahaya penyakit kelamin ini baik bagi dirinya sendiri maupun bagi keluarga dan masyarakat lainnya. b. Meningkatkan pergaulan bebas antara pria dan wanita dikalangan muda - mudi khususnya dan masyarakat umumnya yang meninggalkan norma agama dan susila. Penyakit - penyakit kelamin yang perlu diketahui adalah : (a) Gonorrhoe yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoe (b) Syphillis ( lues ) disebabkan oleh Treponema palidum (c) Ulcus mole disebabkan oleh Hemophilus ducreyl (d) Lymphogranuloma venerum disebabkan oleh virus Lymphogranuloma venerum (e) Granula inguinalis disebabkan oleh Donovania granulomatis 30

37 Cara penularan Penularan melalui kontak langsung dengan penderita ( Hubungan kelamin ) ataupun hubungan tak langsung melalui benda - benda terkontaminasi Usaha pencegahan dan pemberantasannya (a) Usaha yang ditujukan pada penderita dengan pengobatan sampai sembuh dan untuk ini perlu mencari adanya panderita dalam masyarakat dan dengan siapa saja ia telah berhubungan intim dan telah menularkannya. (b) Pengawasan sumber penularan terutama dikalangan WTS,maka perlu dilokalisasi atau kalau dapat penghapusan sama sekali WTS. (c) Pendidikan dan penerangan kepada masyarakat mengenai bahaya penyakit kelamin ini bagi dirinya, keluarganya, dan masyarakat. H. Beberapa Jenis parasit dan Penyakit Yang Ditimbulkannya 1. Cacing Gelang ( Ascaris Lumbricoides ) Penderita cacing ascaris banyak ditemukan pada anak - anak yang mempunyai kuku panjang dan kotor.penularan penyakit ini terjadi melalui mulut.telur yang seringkali meempel pada jari - jari tangan atau yang sudah menempel pada makanan, terbawa ke dalam perut melalui mulut.sampai di usus dua belas jari, telur ascaris menetap menjadi larva, yang dapat menembus dindingnya kemudian terbawa aliran darah dan akhirnya sampai ke jaringan paru - paru. Bila hal ini sampai terjadi, maka akan timbul kelainan yang disebut Pneumenitis atau Sindroma Loefler.Kelainan ini ditandai 31

38 oleh batuk - batuk kadang kadang disertai darah, gatal pada kulit yang disebut Eosinofilia artinya,bertambah butir darah eosinofil. Larva yang ada dalam jaringan paru - paru akan dikeluarkan melalui rongga mulut, dan dari sini larva kembali lagi ke dalam saluran pencernaan makanan. Di dalam saluran pencernaan, Ascaris akan mengalami pendewasaan dan hidup hingga jangka waktu yang cukup panjang selama itu pula ascaris mencuri makanan yang disediakan untuk tuan rumahnya. Penderita yang hanya dihuni oleh beberapa ekor ascaris biasanya tidak memperlihatkan keluhan apa - apa. Tetapi jika jumlahnya cukup banyak, penderita akan mengalami berbagai kaluhan antara lain rasa mual, rasa tidak enak pada perut, kadang - kadang timbul rasa mulas Seekor atau dua ekor ascaris sering keluar dari mulut si penderita bersama - sama dengan muntah, kadang - kadang ascaris juga keluar melalui dubur karena mati disebabkan umurnya sudah lanjut. Anak yang terlampau banyak dihuni cacing ascaris di dalam perutnya nampak kurus, pucat dan buncit pad perutnya.kalau jumlahnya cukup banyak, sumbatan pada usus bisa terjadi pada saluran empedu saluran pankreasatau usus buntu. Petunjuk bahwa seseorang kejangkitan cacing ascaris,kepastiannya harus ditentukan dengan pemeriksaan tinja. Bila telur cacing ascaris ditemukan di dalam tinja penderita, maka dapatlah dipastikan bahwa dia sedang menderita cacingan dan pengobatan harus diberikan secepatnya. Pengobatan cacing ascaris cukup sederhana.obat cacing yang dapat dipergunakan antara lain Pyrantel Pamoat atau Combantrin.Penderita cukup diberi satu kali pengobatan. Jumlah obat disesuaikan dengan berat badan penderita, tap kilogram berat badan dapat diberikan 10mg Combantrin. Pemberian dapat diberikan sebelum anak tidur. 32

39 2. Cacing Kremi ( Enterobius Vermicularis ) Cacing Kremi atau Enterobius Vermicularis biasanya berwarna putih mengkilap,berukuran pendek. Cacing betina mempunyai ukuran yang lebih panjang dibandingkan dengan cacing jantan. Ukuran cacing betina 8-13mm,sedangkan yang jantan ukurannya sekitar 2-3mm. Cacing Kremi tidak hanya terdapat di negara - negara yang sedang berkembang, tetapi juga banyak terdapat di negara - negara maju.penderitanya adalah anak - anak. Penularan biasanya berlangsung dari jari - jari tangan, masuk ke dalam mulut, lalu turun ke saluran pencernaan \. Sesampainya di usus halus telur menetas menjadi cacing. Sebagian cacing dewasa menetap di usus besar, dan sebagian lagi menetap di usus lain. Pada waktu cacing betina hendak bertelur, maka pindah ke dubur.gerakan - gerakan cacing di tempat tersebut mengakibatkan rasa geli dan gatal, terutama dirasakan pada malam hari. Rasa gatal ini menyebabkan dorongan si anak untuk menggaruk - garuk duburnya. Sewaktu jari menyentuh kawasan dubur banyak telur yang menempel pada jari tangan tersebut. Jari tangan yang mengandung telur cacing kremi, tanpa di cuci terlebih dahulu di pakai untuk memegang atau memasukkan makanan ke dalam mulut, sehingga terjadilah penularan oleh diri sendiri. Telur juga dapat bersembunyi di belakang kuku jari tangan yang tidak di potong. Bila ada makanan yang tersentuh olah kuku jari tersebut, maka terjadilah penularan dari seseorang penderita ke anak yang sehat melalui makanan itu. Pencegahan dapat di lakukan dengan tindak kebersihan, kuku yang panjang harus dipotong sependek mungkin, tangan harus di cuci dengan sabun jika hendak makan atau memegang makanan. Dubur dan daerah sekitarnya harus dijaga kebersihannya. Rasa gatal atau geli pada cacing kremi dapat diatasi dengan vaselin putih atau mungkin juga dengan minyak kelapa. Obat yang dapat digunakan untuk memberantas cacing kremi pada saluran pencernaan sama dengan yang digunakan untuk cacing ascaris yaitu Pyrantel Pamoat atau Combantrin. 33

40 3. Cacing Cambuk ( Trichuris Trichina ) Cacing ini kurang di kenal, namun sebenarnya banyak juga terdapat pada orang - orang yang tidak mengikuti kaidah - kaidah kebersihan. Cacing ini mempunyai ukuran panjang sekitar 2-3 cm dengan warna merah muda atau kelabu. Penularan dapat berlangsung karena telurnya terbawa dari tanah oleh tangan atau makanan yang sudah dipenuhi oleh telur tersebut. Telur cacing ini keluar dari perut manusia bersama tinja, kemudian masuk ke dalam tanah yang lembab. Bagian saluran pencernaan yang dihuni oleh cacing cambuk adalah usus halus bagian terakhir yang disebut Ileum Terminalis, usus buntu dan usus besar. Tanda gejala yang ditimbulkan, seringkali tidak jelas kecuali kalau memang penderita peka terhadap cacing tersebut. Gejala dan tanda - tandanya dapat muncul kalau jumlah cacing cambuk cukup banyak. Penderita dapat mengalami diare. Pada anak - anak dapat timbul benjolan usus keluar melalui dubur. Keadaan ini disebut Prolaps Rekti. Obat yang dapat diberikan adalah Mebendazol atao Vermox sebanyak 100mg. Selama 3 hari penderita harus menelan dua 100mg. 4. Cacing Tambang ( Ankylostoma Duodenale ) Cacing tambang sering masuk ke dalam tubuh para petani atau karyawan perkebunan yang mempunyai kebiasaan bekerja tanpa alas kaki. Cacing ini berukuran lebih kurang 1 cm, dengan warna merah darah. Bagian cacing tambang ( mulut ) dilengkapi dengan alat cengkeram, sehingga cacing dapat melekat pada selaput lendir saluran pencernaan. Telur - telur ankylos keluar melalui dubur bersama tinja, kemudian masuk ke dalam tanah. Kalau tanahnya kebetulan 34

41 lembab, telur akan menetas menjadi larva yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia, setelah menembus kulit kaki. Melalui aliran darah, larva melakukan perjalanan ke seluruh tubuh hingga paru - paru. Pada saat larva masuk paru - paru, penderita bisa mangalami batuk kering, tetapi jarang sekali disertai darah dalam dahaknya. Dari paru - paru larva yang akan naik ke dalam rongga mulut lalu di telan kembali. Jadi cara penularan cacing ini berbeda dari cacing ascaris. Cacing tambang dapat berpindah dari seseorang kepada orang lain melalui pori - pori kaki, tidak mulut. Dalam rongga usus cacing tambang pada dinding usus dan menghisap darah penderita. Bila junlah cacing cukup banyak, si penderita dapat mengalami anemia ( kurang darah ). Kekurangan darah dapat mengakibatkan berbagai macam kerugian, antara lain pertumbuhan badan terhalang, kepandaian tidak bisa berkembang kerana penderita sering menderita sakit kepala. Penyakit cacing tambang dapat diatasi dengan Combantrin. Pada pengobatan cacing ini, penderita di beri 10mg Combantrin per Kg berat badan. Seseorang yang berat bedannya kurang dari 13Kg, dapat diberi tablet 120mg atau 2,5cc Combantrin cair. Jumlah ini diberikan kepada si penderita sebelum tidur. Pada umumnya infeksi cacing tambang akan menyebabkan penyakit kekurangan darah sehingga penderita sangat dianjurkan untuk menelan tablet atau cairan yang mengandung zat besi. 5. Cacing Pita ( Taenia Solium dan Taenia Saginata ) Jenis cacing pita cukup banyak, ada yang berasal dari babi, ikan air tawar, ternak lainnya. Taenia solium banyak terdapat pada binatang ternak, sedangkan Diphilobotrium latum adalah cacing pita yang berasal dari ikan. Tubuh cacing pita ada yang panjang ada yang pendek. Bagian depannya disebut skolek, sedang selbihnya terdiri dari ruas 35

Menerapkan ilmu kesehatan Masyarakat HILMA HENDRAYANTI S.Si., Apt

Menerapkan ilmu kesehatan Masyarakat HILMA HENDRAYANTI S.Si., Apt STANDAR KOMPETENSI : Menerapkan ilmu kesehatan Masyarakat HILMA HENDRAYANTI S.Si., Apt Menjelaskan ilmu kesehatan masyarakat Pengertian Kesehatan Masyarakat Menurut Winslow yang dimaksud dengan ilmu kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Imunisasi 1. Definisi Imunisasi Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan

Lebih terperinci

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR dr. I NYOMAN PUTRA Kepala Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok DEMAM BERDARAH DENGUE (DHF) Definisi Merupakan penyakit

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1962 TENTANG KARANTINA LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1962 TENTANG KARANTINA LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1962 TENTANG KARANTINA LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang tentang Pokok-pokok Kesehatan perlu ditetapkan

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR A. Pengantar Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang kedokteran mendorong para tenaga ahli selalu mengadakan riset terhadap berbagai penyakit termasuk salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Makanan 1. Pengertian Hygiene dan Sanitasi Makanan Makanan adalah salah satu kebutuhan pokok menusia untuk kelangsungan hidup, selain kebutuhan sandang dan perumahan.

Lebih terperinci

DEFINISI KASUS MALARIA

DEFINISI KASUS MALARIA DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

Lebih terperinci

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil

Lebih terperinci

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa, PLEASE READ!!!! Sumber: http://bhell.multiply.com/reviews/item/13 Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Albopictus yang mengandung virus dengue dapat menyebabkan demam berdarah dengue (DBD) yang ditandai dengan

Lebih terperinci

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR. Hafni Bachtiar FK UNAND

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR. Hafni Bachtiar FK UNAND EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR Hafni Bachtiar FK UNAND 1 EPIDEMIOLOGI Epi = Di antara / di atas / tentang Demos = Masyarakat Logos = Ilmu / Doktrin Kegunaannya : Dulu hanya untuk penyakit menular Gizi Kekurangan

Lebih terperinci

Proses Penularan Penyakit

Proses Penularan Penyakit Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan

Lebih terperinci

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan cita-cita UUD 1945. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai

Lebih terperinci

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C)

MACAM-MACAM PENYAKIT. Nama : Ardian Nugraheni ( C) Nifariani ( C) Nama : Ardian Nugraheni (23111307C) Nifariani (23111311C) MACAM-MACAM PENYAKIT A. Penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) 1) Pengertian Terjadinya penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue

Lebih terperinci

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru 1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1962 TENTANG KARANTINA LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1962 TENTANG KARANTINA LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1962 TENTANG KARANTINA LAUT PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang tentang Pokokpokok Kesehatan perlu ditetapkan Undang-undang tentang Karantina

Lebih terperinci

MEMBANGUN KEKEBALAN TUBUH, MENGHAPUS SERATUS PENYAKIT

MEMBANGUN KEKEBALAN TUBUH, MENGHAPUS SERATUS PENYAKIT MEMBANGUN KEKEBALAN TUBUH, MENGHAPUS SERATUS PENYAKIT Oleh : dr. Euis Heryati, M.Kes Makalah Disampaikan pada Kegiatan Gebyar Healthy Life, Happy Life 2009 BUMI SILIWANGI HEALTH CARE CENTER UNIVERSITAS

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER PENGAMATAN EPIDEMIOLOGI HASIL PEMERIKSAAN KECACINGAN di SD MUH. KEDUNGGONG, SD DUKUH NGESTIHARJO,SDN I BENDUNGAN dan SD CONEGARAN TRIHARJO KEC. WATES 20 JANUARI 2011 (HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM DESEMBER

Lebih terperinci

NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR

NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa terwujudnya tingkat kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian kecacingan di Indonesia yang dilaporkan di Kepulauan Seribu ( Agustus 1999 ), jumlah prevalensi total untuk kelompok murid Sekolah Dasar (SD) (95,1 %),

Lebih terperinci

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh

BAB I. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, disebabkan oleh mikroorganisme Leptospira interogans yang mempengaruhi baik manusia maupun hewan. Manusia terinfeksi melalui

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1962 TENTANG WABAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1962 TENTANG WABAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1962 TENTANG WABAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang tentang Pokokpokok Kesehatan dianggap perlu ditetapkan Undang-undang tentang Wabah; Mengingat

Lebih terperinci

S T O P T U B E R K U L O S I S

S T O P T U B E R K U L O S I S PERKUMPULAN PELITA INDONESIA helping people to help themselves * D I V I S I K E S E H A T A N * S T O P T U B E R K U L O S I S INGAT 4M : 1. MENGETAHUI 2. MENCEGAH 3. MENGOBATI 4. MEMBERANTAS PROGRAM

Lebih terperinci

PB 9 LINGKUNGAN DAN KESEHATAN TEAM

PB 9 LINGKUNGAN DAN KESEHATAN TEAM PB 9 LINGKUNGAN DAN KESEHATAN TEAM BEBERAPA PENGERTIAN SEHAT Keadaan fisik, mental dan sosial yang baik dari seseorang, dan bukan hanya tidak berpenyakit atau cacat (WHO) KESEHATAN LINGKUNGAN Salah satu

Lebih terperinci

Kampanye EN WALHI 2003

Kampanye EN WALHI 2003 1 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 1 TAHUN 1962 (1/1962) Tanggal: 18 JANUARI 1962 (JAKARTA) Sumber: LN 1962/2; TLN NO. 2373 Tentang: KARANTINA LAUT Indeks: KARANTINA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes Sp Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya relatif optimum, yakni senantiasa lembab sehingga sangat memungkinkan pertumbuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1962 TENTANG KARANTINA UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1962 TENTANG KARANTINA UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1962 TENTANG KARANTINA UDARA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang tentang Pokokpokok Kesehatan perlu ditetapkan Undang-undang mengenai Karantina

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Soil Transmitted Helminth (STH) atau penyakit kecacingan yang penyebarannya melalui media tanah masih menjadi masalah di dalam dunia kesehatan masyarakat khususnya

Lebih terperinci

Kampanye EN WALHI 2003

Kampanye EN WALHI 2003 1 Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 6 TAHUN 1962 (6/1962) Tanggal: 5 MARET 1962 (JAKARTA) Sumber: LN 1962/12; TLN NO. 2390 Tentang: WABAH Indeks: WABAH. Presiden Republik

Lebih terperinci

KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN

KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN KUESIONER PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PERILAKU PENCEGAHAN TUBERKULOSIS PARU DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KELAS 1 DAN RUMAH TAHANAN KELAS 1 MEDAN NOMOR RESPONDEN PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER Berikut

Lebih terperinci

APA ITU TB(TUBERCULOSIS)

APA ITU TB(TUBERCULOSIS) APA ITU TB(TUBERCULOSIS) TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tubercolusis. Penyakit Tuberkolusis bukanlah hal baru, secara umum kita sudah mengenal penyakit ini. TB bukanlah

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

Sumber penularan penyakit. Penerima. Diagram Penularan Penyakit

Sumber penularan penyakit. Penerima. Diagram Penularan Penyakit BAB 2 PENYAKIT BAWAAN MAKANAN (FOOD BORNE DISEASE) Sumber penularan penyakit orang sakit binatang / insekta tanaman beracun parasit Penerima manusia hewan Penyebaran penyakit tergantung pada kontak langsung

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) Topik : Imunisasi Pentavalen Hari / Tanggal : Selasa/ 08 Desember 2014 Tempat : Posyandu Katelia Waktu Pelaksanaan : 08.00 sampai selesai Peserta / Sasaran : Ibu dan Anak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

BIOSFIR. Lingkungan Biosfir. Niche Ekologis. Suksesi Ekologis. Terdiri dari: Fauna. Flora Organisme Populasi Komunitas Ekosistem

BIOSFIR. Lingkungan Biosfir. Niche Ekologis. Suksesi Ekologis. Terdiri dari: Fauna. Flora Organisme Populasi Komunitas Ekosistem BIOSFIR Terdiri dari: Lingkungan Biosfir Fauna Flora Organisme Populasi Komunitas Ekosistem Suksesi Ekologis Niche Ekologis Pergantian satu komunitas oleh komunitas lain Hukum Thermodinamika Rantai makanan

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENYAKIT CACINGAN Oleh : Kelompok 7 Program Profesi PSIK Reguler A Prilly Priskylia 115070200111004 Youshian Elmy 115070200111032 Defi Destyaweny 115070200111042 Fenti Diah

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Tempat Sasaran Waktu : Imunisasi Campak : Pentingnya Imunisasi Campak bagi bayi : Puskesmas : Masyarakat : 09.00-09.35 WIB Hari dan Tanggal

Lebih terperinci

KEDARURATAN LINGKUNGAN

KEDARURATAN LINGKUNGAN Materi 14 KEDARURATAN LINGKUNGAN Oleh : Agus Triyono, M.Kes a. Paparan Panas Panas dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh. Umumnya ada 3 macam gangguan yang terjadi td&penc. kebakaran/agust.doc 2 a. 1.

Lebih terperinci

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016 Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016 TEMA 1 : Tuberkulosis (TB) A. Apa itu TB? TB atau Tuberkulosis adalah Penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman

Lebih terperinci

Mengapa disebut sebagai flu babi?

Mengapa disebut sebagai flu babi? Flu H1N1 Apa itu flu H1N1 (Flu babi)? Flu H1N1 (seringkali disebut dengan flu babi) merupakan virus influenza baru yang menyebabkan sakit pada manusia. Virus ini menyebar dari orang ke orang, diperkirakan

Lebih terperinci

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 21 Kedokteran Keluarga Tahun Ajaran 2011 / 2012 Program Studi Pendidikan Dokter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan

Lebih terperinci

PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN Penyakit yang berbasis lingkungan masih mendominasi 10 besar penyakit di Puskesmas akibat masih buruknya kondisi lingkungan. Penyakit-penyakit tersebut antara lain: a. Diare

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena

BAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak pra sekolah merupakan kelompok yang mempunyai resiko besar terkena gizi kurang. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut tumbuh kembang anak dalam masa yang

Lebih terperinci

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare.

Gejala Penyakit CAMPAK Hari 1-3 : Demam tinggi. Mata merah dan sakit bila kena cahaya. Anak batuk pilek Mungkin dengan muntah atau diare. PENYAKIT CAMPAK Apakah setiap bintik-bintik merah yang muncul di seluruh tubuh pada anak balita merupakan campak? Banyak para orangtua salah mengira gejala campak. Salah perkiraan ini tak jarang menimbulkan

Lebih terperinci

Budaya Hidup Sehat. Pola hidup sehat harus ditekankan sejak dini. Tentu kamu pernah mendengar peribahasa Kebersihan Pangkal

Budaya Hidup Sehat. Pola hidup sehat harus ditekankan sejak dini. Tentu kamu pernah mendengar peribahasa Kebersihan Pangkal Budaya Hidup Sehat Pola hidup sehat harus ditekankan sejak dini. Tentu kamu pernah mendengar peribahasa Kebersihan Pangkal Kesehatan. Apakah artinya peribahasa itu? Peribahasa itu mengandung arti dengan

Lebih terperinci

Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik

Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik 1 Hidup Sehat untuk Jadi Anak Hebat Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik itu anak-anak maupun orang dewasa. Kesehatan juga merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada makhluknya. Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare Penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Selain penyakit ini masih endemis di hampir semua daerah, juga sering muncul

Lebih terperinci

SELAYANG PANDANG PENYAKIT-PENYAKIT YANG DITULARKAN OLEH NYAMUK DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2004 Oleh : Akhmad Hasan Huda, SKM. MSi.

SELAYANG PANDANG PENYAKIT-PENYAKIT YANG DITULARKAN OLEH NYAMUK DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2004 Oleh : Akhmad Hasan Huda, SKM. MSi. SELAYANG PANDANG PENYAKIT-PENYAKIT YANG DITULARKAN OLEH NYAMUK DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 24 Oleh : Akhmad Hasan Huda, SKM. MSi. PENDAHULUAN Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk di Provinsi Jawa Timur

Lebih terperinci

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. 1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik

Lebih terperinci

KEJADIAN LUAR BIASA. Sri Handayani

KEJADIAN LUAR BIASA. Sri Handayani KEJADIAN LUAR BIASA Sri Handayani Timbulnya atau meningkatnya kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu dan daerah tertentu Timbulnya suatu penyakit/kesakitan yang sebelumnya

Lebih terperinci

KONSEP HOST-AGENT-ENVIRONMENT

KONSEP HOST-AGENT-ENVIRONMENT KONSEP HOST-AGENT-ENVIRONMENT Biologis laws ( John Gardon ) Penyakit Timbul Karena Ketidak Seimbangan Antara Agent & Host ( manusia ) Keadaan Keseimbangan Tsb Tergantung Dari Sifat Alami & Karakteristik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sangat dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup memiliki cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat sangat dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup memiliki cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi 2.1.1 Pengertian Infeksi Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan bersifat sangat dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup memiliki cara bertahan

Lebih terperinci

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan

Pada siklus tidak langsung larva rabditiform di tanah berubah menjadi cacing jantan dan sehingga parasit tertelan, kemudian sampai di usus halus bagian atas dan menjadi dewasa. Cacing betina yang dapat bertelur kira-kira 28 hari sesudah infeksi. 2. Siklus Tidak Langsung Pada siklus tidak

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya. No.503, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Wabah. Penyakit. Penanggulangannya. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1501/MENKES/PER/X/2010 TENTANG JENIS PENYAKIT

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN VEKTOR NYAMUK PENYEBAB PENYAKIT MENULAR PADA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR 2015 Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 BAB VI PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN Lampiran 5 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH LINGKUNGAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH, PERSONAL HYGIENE DAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PADA PEMULUNG DI KELURAHAN TERJUN KECAMATAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyakit

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap individu masyarakat yang harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk memproteksi masyarakatnya

Lebih terperinci

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date

Project Status Report. Presenter Name Presentation Date Project Status Report Presenter Name Presentation Date EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MALARIA Oleh : Nurul Wandasari S Program Studi Kesehatan Masyarakat Univ Esa Unggul 2012/2013 Epidemiologi Malaria Pengertian:

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1984 TENTANG WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa terwujudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kecacingan merupakan penyakit infeksi yang prevalensinya sangat tinggi di Indonesia, terutama cacing usus yang ditularkan melalui tanah atau Soil Transmitted Helminth

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana dalam UU No. 24 tahun 2007 didefinisikan sebagai peristiwa atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana dalam UU No. 24 tahun 2007 didefinisikan sebagai peristiwa atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana dalam UU No. 24 tahun 2007 didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2. Sifilis. Epididimitis. Kanker prostat. Keputihan SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLatihan Soal 2.2 1. Kelainan pada sistem reproduksi yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum adalah... Sifilis Epididimitis Kanker prostat Keputihan

Lebih terperinci

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria di Indonesia tersebar di seluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda. Spesies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium

Lebih terperinci

12/12/2010. Organisme. Komunitas Ekosistem

12/12/2010. Organisme. Komunitas Ekosistem BIOSFIR Terdiri dari: Organisme Populasi Komunitas Ekosistem Lingkungan Biosfir Fauna Flora 1 Suksesi Ekologis Pergantian satu komunitas oleh komunitas lain Niche Ekologis 2 Hukum Thermodinamika 3 Rantai

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH Lampiran 1 50 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH Nama Alamat Umur Status dalam keluarga Pekerjaan Pendidikan terakhir :.. :..

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran umum penyakit ISPA 1. Definisi ISPA Istilah ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut mengandung tiga unsur yaitu infeksi, Saluran Pernafasan dan Akut. Pengertian atau

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Trichuris trichiura Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak terdapat pada manusia. Diperkirakan sekitar 900 juta orang pernah terinfeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis bersifat tahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi

BAB 1 PENDAHULUAN. Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mewujudkan misi Indonesia sehat 2010 maka ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan, yaitu memelihara kesehatan yang bermutu (promotif), menjaga kesehatan (preventif),

Lebih terperinci

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Menimbang PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN RABIES DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, : a. bahwa rabies merupakan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a.

Lebih terperinci

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI

MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI MAKALAH MASALAH KECACINGAN DAN INTERVENSI Oleh: Muhammad Fawwaz (101211132016) FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA 1 DAFTAR ISI COVER... 1 DAFTAR ISI... 2 BAB I... 3 A. LATAR BELAKANG...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan saat ini diarahkan untuk menekan angka kematian yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang jumlahnya semakin meningkat. Masalah umum yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan merupakan masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah lain diluar kesehatan itu sendiri. Demikian pula untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hygiene Perorangan Hygiene perorangan disebut juga kebersihan diri, kesehatan perorangan atau personal hygiene. Hygiene berasal dari kata hygea. Hygea dikenal dalam sejarah Yunani

Lebih terperinci

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis)

BAB II TIJAUAN PUSTAKA. A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) BAB II TIJAUAN PUSTAKA A. Infeksi cacing Enterobius vermicularis (Enterobiasis) Enterobiasis/penyakit cacing kremi adalah infeksi usus pada manusia yang disebabkan oleh cacing E. vermicularis. Enterobiasis

Lebih terperinci

Rekayasa Lingkungan???

Rekayasa Lingkungan??? Rekayasa Lingkungan Semester V Norma Puspita, ST. MT. Rekayasa Lingkungan??? Lingkungan Hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia atau makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya yang berkaitan dengan makanan dan minuman masih menjadi masalah yang paling sering ditemukan di

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5543 LINGKUNGAN HIDUP. Penyakit Hewan. Peternakan. Pengendalian. Penanggulangan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 130) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id MENGENAL PEI\IYAKIT DEMAM BERDARAH PENDAHULUAN penderita dan keluarganya, karena kurangnya pengertian dan pemahaman tentang

bio.unsoed.ac.id MENGENAL PEI\IYAKIT DEMAM BERDARAH PENDAHULUAN penderita dan keluarganya, karena kurangnya pengertian dan pemahaman tentang MENGENAL PEI\IYAKIT DEMAM BERDARAH Oleh. DTa. HEXA APRILIANA HIDAYAH' MS. PENDAHULUAN Dalam masa peralihan menuju kemajuan, masyarakat akan berhadapan juga dengan timbulnya penyakit-penyakit, baik itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis merupakan salah satu penyakit tertua dan paling melemahkan yang dikenal dunia. Filariasis limfatik diidentifikasikan sebagai penyebab kecacatan menetap dan

Lebih terperinci

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh bakteri Leptospira interrogans sensu lato. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan terhadap beberapa penyakit yang terjadi di Kota Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan terhadap beberapa penyakit yang terjadi di Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi. Kondisi tersebut menjadikan Kota Yogyakarta semakin padat penduduknya, sehingga

Lebih terperinci

PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS

PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS PENINGKATAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT PEMERINTAH PEMILIK USAHA SEHAT, merupakan suatu keadaan sejahtera (badan, jiwa,dan sosial). Hidup Produktif - Sosial - Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalat merupakan salah satu serangga ordo Diptera yang berperan dalam masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan sebagai vektor

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT HEWAN I. UMUM Pengaturan pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan menjadi

Lebih terperinci

~ Kepada Para Lembaga Penerima Trainee & Trainee Praktek Kerja dari Luar Negeri ~

~ Kepada Para Lembaga Penerima Trainee & Trainee Praktek Kerja dari Luar Negeri ~ Penanggulangan Influenza Tipe Baru ~ Kepada Para Lembaga Penerima Trainee & Trainee Praktek Kerja dari Luar Negeri ~ 11 Mei 2009 JITCO Influenza tipe baru (Influenza tipe A = H1N1), yang menjadi wabah

Lebih terperinci

Penyakit Endemis di Kalbar

Penyakit Endemis di Kalbar Penyakit Endemis di Kalbar 1. Malaria Penyakit Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2009 (tabel 11) terdapat

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 2.1 Helminthiasis Cacing merupakan parasit yang bisa terdapat pada manusia dan hewan yang sifatnya merugikan dimana manusia merupakan hospes dari beberapa Nematoda usus. Sebagian besar daripada Nematoda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Penyakit ISPA 1. Definisi ISPA Istilah ISPA atau Infeksi Saluran Pernafasan Akut mengandung tiga unsur yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut. Pengertian atau

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1991 TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKIT MENULAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penanggulangan

Lebih terperinci