ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN TARIF DAN NON TARIF UNI EROPA TERHADAP EKSPOR TUNA INDONESIA HIKMAH RASTIKARANY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN TARIF DAN NON TARIF UNI EROPA TERHADAP EKSPOR TUNA INDONESIA HIKMAH RASTIKARANY"

Transkripsi

1 ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN TARIF DAN NON TARIF UNI EROPA TERHADAP EKSPOR TUNA INDONESIA HIKMAH RASTIKARANY PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN TARIF DAN NON TARIF UNI EROPA TERHADAP EKSPOR TUNA INDONESIA Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, September 2008 Hikmah Rastikarany C

3 ABSTRAK HIKMAH RASTIKARANY. Analisis Pengaruh Kebijakan Tarif dan Non Tarif Uni Eropa Terhadap Ekspor Tuna Indonesia. Dibimbing oleh TARYONO dan WAWAN OKTARIZA Perdagangan hasil perikanan memberikan sumbangan besar kepada negara. Tuna merupakan komoditas utama ekspor Indonesia yang memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi di pasar dunia. Uni Eropa (UE) merupakan salah satu pasar potensial bagi Indonesia. Rata-rata kenaikan ekspor tuna ke UE pada periode sebesar 3,82 %. Proteksi yang dilakukan UE diatur dalam kebijakan perdagangan berupa kebijakan tarif dan non tarif yang menjadi hambatan bagi Indonesia. Tujuan penelitian ini yaitu mengidentifikasi dan melihat pengaruh kebijakan perdagangan UE terhadap volume ekspor tuna Indonesia. Kebijakan mengenai tarif bea masuk UE antara lain EC No. 2886/96, EC No. 980/2005 yang berlaku tahun , dan EC No. 975/2003 mengatur pengurangan tarif khusus tuna kaleng asal Indonesia, Thailand dan Filiphina. Kebijakan non-tarif terangkum dalam EC No. 178/2002, kemudian diperjelas dalam aplikasinya oleh EC No. 466/2001, EC No. 852/2004, EC 853/2004, EC No. 854/2004, EC No. 882/2004 dan EC No. 2073/2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tarif, kebijakan non tarif UE dan volume ekspor dua tahun sebelumnya mempunyai pengaruh terhadap volume ekspor tuna Indonesia pada tahun ke-t. Model semi-log merupakan model terbaik untuk menggambarkan kondisi tersebut. Nilai Adj R 2 yang didapat sebesar 0,454 atau 45,4 % yang berarti bahwa 45,4 % volume ekspor tuna ke UE dipengaruhi oleh besarnya tarif masuk UE untuk tuna, kebijakan non tarif dan volume ekspor tuna dua tahun sebelumnya. Nilai elastisitas tarif yang didapat sebesar -0,64 atau bersifat inelastis. Evaluasi statistik menunjukkan kebijakan non tarif tidak berpengaruh nyata mengurangi volume ekspor tuna Indonesia. Hal ini sesuai fakta bahwa UE tetap memberikan kesempatan kepada Indonesia untuk terus meningkatkan ekspor dengan mutu yang ada namun tetap harus dilakukan usaha penyetaraan mutu. Metode trend merupakan metode terbaik dalam peramalan volume ekspor tuna ke UE pada lima tahun kedepan karena memiliki nilai MSE yang paling rendah. Hasil peramalan yang didapatkan memperlihatkan bahwa volume ekspor tuna ke UE pada lima tahun kedepan terus mengalami peningkatan. Kata kunci: kebijakan, tarif, non tarif, Uni Eropa, ekspor, tuna

4 Hak cipta milik Hikmah Rastikarany, Tahun 2008 Hak Cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya.

5 ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN TARIF DAN NON TARIF UNI EROPA TERHADAP EKSPOR TUNA INDONESIA SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor Oleh : HIKMAH RASTIKARANY C PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

6 SKRIPSI Judul Penelitian Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi : Analisis Pengaruh Kebijakan Tarif dan Non Tarif Uni Eropa Terhadap Ekspor Tuna Indonesia : Hikmah Rastikarany : C : Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan Disetujui, Komisi Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Taryono, S.Pi, M.Si Ir. Wawan Oktariza, M.Si NIP NIP Diketahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Prof. Dr. Ir. Indra Jaya M.Sc NIP Tanggal Lulus :

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Hikmah Rastikarany. Penulis dilahirkan di Jakarta tanggal 18 Desember 1986 sebagai putri kedua dari tiga bersaudara dari pasangan H. Hasbullah dan Hj. Iyus Rustiyah. Pendidikan menengah atas ditempuh penulis di SMU Negeri 47 Jakarta pada tahun Penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2004 dan diterima pada Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama kuliah penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan, yaitu sebagai pengurus FKM-C (Forum Keluarga Muslim FPIK) periode 2004/2005, 2006/2007 dan , HIMASEPA 2007/2008, DKM Al-Hurriyyah Penulis juga aktif sebagai asisten mata kuliah Metode Kuantitatif Untuk Bisnis 2006/2007 dan asisten Pendidikan Agama Islam 2005/2006 dan 2006/2007. Penulis melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Kebijakan Tarif dan Non Tarif Uni Eropa Terhadap Ekspor Tuna Indonesia sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Departemen Sosial Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan di bawah bimbingan Taryono, S.Pi, M.Si dan Ir. Wawan Oktariza, M.Si. Penulis dinyatakan lulus pada tanggal 16 September 2008 dalam sidang skripsi yang diselenggarakan oleh Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan-Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Rabbil alamin., puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb semesta alam, atas segara rahmat dan karunia-nya lah penulis dapat menyelesaikan sktipsi yang berjudul Analisis Pengaruh Kebijakan Tarif dan Non-Tarif Uni Eropa Terhadap Ekspor Tuna Indonesia ini dengan baik. Shalawat serta salam tak luput tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Skripsi ini merupakan hasil penelitian penulis untuk mendapatkan gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya dorongan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak, karena itu sewajarnya bagi penulis untuk menyatakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu, baik langsung maupun tidak langsung, yaitu kepada : 1). Taryono, S.Pi, M.Si dan Ir. Wawan Oktariza, M.Si selaku komisi pembimbing, yang telah memberikan bimbingan, waktu, dan arahan dalam penyusunan skripsi. 2). Dirjen P2HP, DKP RI (Bapak, Winarto, Bapak Taidz, Bapak Heru dan Ibu Hanief) yang telah membantu penulis dalam pengumpulan data dan infomasi. 3) Dr. Ir. Suharno, M.Adev dan Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen penguji, yang telah menguji penulis dan memberikan saran yang membangun kepada penulis. 4). Keluarga tercinta, Papahku Hasbullah, Mamahku Iyus, Abangku Rizky, Kakak Iparku Rohilah dan Adekku Rafi yang telah memberikan kasih sayang yang tak terbatas, doa dan dukungannya. 5) Teman-teman SEI41, sahabat-sahabat penulis (Pipit, Iswi, Awi, Firda, Ratna Meli, Ida), Crew ANDALAS Corporation, teman-teman AH (Tim 8), EURO06, CDMA07 dan adik-adik MoCI08 yang senantiasa membantu, memotivasi dan mendoakan. 6). Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-satu atas semua bantuan kepada penulis.

9 Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk melengkapi skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini yang jauh dari kesempurnaan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Bogor, September 2008 Hikmah Rastikarany

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN...viii I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitan Tujuan Manfaat Ruang Lingkup...7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuna Ragam Spesies Tuna dan Daerah Penyebarannya Bentuk Produk Perdagangan Tuna Gambaran Umum Pasar Tuna Indonesia Perkembangan Produksi Tuna Indonesia Perkembangan Ekspor Tuna Indonesia Teori Perdagangan Internasional Kebijakan Perdagangan Kebijakan Tariff Barrier Kebijakan Non-Tariff Barrier Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization) Technical Barrier to Trade (TBT) Sanitary and Phyto Sanitary (SPS) Analisis Kebijakan Analisis Regresi Analisis Regresi dengan Variabel Boneka (Dummy) Elastisitas Peramalan Metode Naive Forecasting Metode Trend Metode Perataan Metode Rata-rata Sederhana (Simple Average) Metode Rata-rata Bergerak Tunggal (Simple Moving Average) Metode Rata-rata Bergerak Ganda (Double Moving Average)... 33

11 Halaman Metode Pemulusan Eksponential (Exponential Smoothing) Metode Pemulusan Eksponential Tunggal (Single Exponential Smoothing) Metode Pemulusan Eksponential Ganda (Double Exponential Smoothing) Brown Metode Pemulusan Eksponential Ganda (Double Exponential Smoothing) Holt Pemilihan Metode Peramalan...35 III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI...36 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Metode Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengolahan dan Analisis Data Analisis Data Kualitatif Analisis Data Kuantitatif Analisis Regresi Evaluasi Model Persamaan Penduga Kriteria Ekonomi Kriteria Statistik Kriteria Ekonometrika Pendugaan Elastisitas Peramalan Metode Trend Metode Rata-rata Bergerak Ganda (Double Moving Average) Metode Pemulusan Eksponential Ganda (Double Exponential Smoothing) Brown Metode Pemulusan Eksponential Ganda (Double Exponential Smoothing) Holt Ketepatan Model Peramalan Batasan Operasional V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Gambaran Umum Pasar Uni Eropa Perdagangan Barang dan Jasa Uni Eropa Perdagangan Produk Pertanian Uni Eropa Perdagangan Produk Perikanan Uni Eropa Perdagangan Produk Tuna Uni Eropa Kebijakan Perdagangan Tarif (Hambatan Tariff) Perdagangan Tuna di Pasar Uni Eropa Kebijakan Perdagngan Non-Tarif (Hambatan non Tarif) Perdagangan Tuna di Pasar Uni Eropa... 63

12 Halaman 5.4 Perkembangan Perdagangan Bilateral Antara Indonesia dan Uni Eropa Ekspor Hasil Perikanan Indonesia ke Uni Eropa Ekspor Tuna Indonesia ke Uni Eropa Hasil Analisis Regresi Pengaruh Hambatan Tarif dan Non Tarif Uni Eropa Terhadap Volume ekspor Tuna Indonesia Evaluasi Model Persamaan Ekspor Tuna ke Uni Eropa Kriteria Ekonomi Kriteria Statistik Kriteria Ekonometrika Asumsi Normalitas Asumsi Homoskedasitas Asumsi Multikolinieritas Asumsi Autokolerasi Analisis Elastisitas Analisis Pengaruh Hambatan Tarif dan Non Tarif Perdagangan Tuna Indonesia di Uni Eropa Peramalan Identifikasi Pola Data Times Series Ekspor Tuna Indonesia Model Peramalan Ekspor Tuna Indonesia VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran...89 DAFTAR PUSTAKA...90 LAMPIRAN...94

13 DAFTAR TABEL Halaman 1. Perkembangan Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Menurut Komoditas Utama, Perkembangan Ekspor Tuna Menurut Negara Tujuan, Jenis Tuna di Perairan Indonesia Persentase Rata-rata Kenaikan Ekspor Komoditi Utama Indonesia Rumus untuk Mencari Nilai Elastisitas dari Beberapa Bentuk Fungsi Perkembangan Barang dan Jasa Uni Eropa Persentase Kontribusi (share) komoditi Utama Barang dan Jasa Uni Eropa dalam Ekspor dan Impor Uni Eropa Tahun Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Produk Pertanian Uni Eropa Tahun Perkembangan Ekspor dan Impor Produk Perikanan Uni Eropa Besar Ekspor, Impor dan Neraca Perdagangan Tuna Uni Eropa Tahun Perkembangan Impor Tuna Kaleng Jerman Menurut Negara Asal Besarnya Tarif Bea Masuk Produk Tuna Negara Dunia Ketiga yang Masuk ke Uni Eropa Sampai Tahun Daftar Tarif Bea Masuk Produk Tuna Asal Negara Kelompok SGPL di Pasar Tuna Uni Eropa Berdasarkan EC 0980/ Inventarisasi Kebijakan Tarif Uni Eropa yang Berpengaruh Terhadap di Pasar Tuna Uni Eropa Batas Maksimum Bahan Kontaminan dalam Bahan Pangan yang Diatur dalam EC No. 466/2001 dan EC 2073/ Inventarisasi Kebijakan Non-tarif Uni Eropa yang Berpengaruh Terhadap Produk Tuna Ekspor Pangsa Pasar Produk Impor di Uni Eropa Menurut Negara Asal Perkembangan Ekspor Hasil Perikanan Indonesia ke Uni Eropa pada Tahun Perkembangan Ekspor Tuna Menurut Pasar Potensial Indonesia Tahun

14 Halaman 20. Besar Volume, Nilai Ekspor Tuna Indonesia ke Uni Eropa Tahun Pangsa Pasar Tuna Indonesia di Uni Eropa periode tahun Hasil Pendugaan Parameter Hambatan Tarif dan Non-Tarif Ekspor Tuna Indonesia ke Uni Eropa Nilai VIF Hasil Pendugaan Elastisitas Variabel Bebas Besar Tarif Bea Masuk yang Dikenakan pada Produk Tuna Indonesia Kasus RASFF terhadap Tuna Indonesia di Pasar Uni Eropa Tahun Nilai Peramalan Volume Ekspor Tuna Indonesia ke Uni Eropa Tahun

15 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Tuna Albakora Tuna Abu-abu (Southern bluefin tuna) Tuna Madidihang Grafik Perkembangan produksi tuna Indonesia tahun Grafik Volume dan Nilai Ekspor Tuna Indonesia tahun Mekanisme Perdagangan Intrernasional Pengaruh Tarif Terhadap Kuota Ekspor Kerangka Pendekatann Studi Diagram share Uni Eropa dalam Perdagangan Dunia pada Tahun Grafik share Uni Eropa dalam Perdagangan Dunia untuk Barang periode Perkembangan Ekspor dan Impor Produk Pertanian per Negara Uni Eropa Tahun Grafik Perkembangan Kegiatan Perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa Grafik Persentase Ekspor Indonesia ke Uni Eropa Menurut Kelompok Produk Grafik Persentase Impor Indonesia dari Uni Eropa Menurut Kelompok Produk Grafik Perkembangan Ekspor Tuna Indonesi ke Uni Eropa Tahun Grafik Perkembangan Ekspor Tuna Indonesia ke Uni Eropa Menurut Bentuk Grafik Normal Probability Histogram Scatterplot untuk uji Heteroskedastisitas Hasil Peramalan Volume Ekspor Tuna ke Uni Eropa... 88

16 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Daftar Nilai Tukar Rupiah Terhadap US $ Daftar Negara Anggota Uni Eropa Hingga Tahun Perkembangan Ekspor dan Impor Produk Pertanian per Negara Uni Eropa pada Tahun Besar Nilai Impor Produk Pertanian Uni Eropa pada Tahun 2005 Berdasarkan Asal Negara Ekspor Mekanisme Kerja RASFF yang Dilakukan Uni Eropa Mekanisme Impor Uni Eropa Nama Perusahaan Eksportir Indonesia yang Mengekspor Tuna Ke Uni Eropa dan mendapatkan Approval Number Cara Perhitungan Peramalan Metode Trend Cara Perhitungan Peramalan Metode Rata-rata Bergerak Ganda (Double Moving Average) Cara Perhitungan Peramalan Metode Eksponential Ganda Brown Cara Perhitungan Peramalan Metode Eksponential Ganda Holt Hasil Regresi Berupa Printout Komputer dengan SPSS Versi Perkembangan Volume Ekspor Tuna Indonesia ke Uni Eropa dan Tarif Uni Eropa

17 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas wilayah perairan yang mencapai 5,8 juta km 2 dengan garis pantai km dan menjadikan Indonesia memiliki potensi perikanan dan kelautan yang luar biasa baik kualitas maupun diversitas. Namun potensi ini belum dapat dikembangkan secara optimal karena industri yang berbasiskan perikanan dan kelautan saat ini belum berkembang pesat. Pengembangan usaha perikanan dan kelautan Indonesia masih memiliki peluang yang sangat besar. Potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong pemulihan ekonomi dan diperkirakan sebesar US$ 82 miliar per tahun, dengan rincian potensi perikanan tangkap sebesar US$ 15,1 miliar per tahun, potensi budidaya laut sebesar US$ 46,7 miliar per tahun, potensi perairan umum sebesar US$ 1,1 miliar per tahun, potensi budidaya tambak sebesar US$ 10 miliar per tahun, potensi budidaya air tawar sebesar US$ 5,2 miliar per tahun, dan potensi bioteknologi kelautan sebesar US$ 4 miliar per tahun (Dahuri 2004). Sektor perikanan merupakan sektor yang penting dalam pembangunan nasional. Kegiatan perdagangan hasil perikanan dapat memberikan sumbangan besar berupa devisa kepada negara. Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan oleh BPS (2006), perdagangan ekspor non-migas Indonesia terus mengalami peningkatan dari US$ ,5 juta pada tahun 1991 menjadi sebesar US$ ,1 juta pada tahun Ekspor non migas Indonesia terdiri dari beberapa sektor yaitu sektor pertanian, sektor industri, sektor pertambangan, dan komoditi sektor lainnya. Berdasarkan data statistik yang dimiliki Departemen Kelautan Perikanan, perdagangan hasil perikanan Indonesia yang terjadi di pasar dunia terus mengalami peningkatan yang cukup berarti. Selama periode , ekspor hasil perikanan Indonesia mengalami kenaikan yang cukup tinggi dari ton pada 1997 menjadi ton pada tahun 2006 dengan besar persentase rata-rata kenaikan sebesar 7,29 % dengan komoditas ekspor utama seperti udang,

18 tuna/cakalang/tongkol, ikan lainnya (laut dan darat), kepiting, dan lainnya. Perkembangan ekspor hasil perikanan Indonesia menurut komoditas utama dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan Ekspor Hasil Perikanan Indonesia Menurut Komoditas Utama, Volume (Ton) Komoditi udang Tuna,Caka- Ikan Lainnya Kepiting Lainnya Jumlah lang, tongkol (laut&darat) rata-rata % Kenaikan 9,07 0,23 6, ,92 7, rata-rata % Kenaikan 9,15-0,24 25,63 15,61 17,74 15, Sumber : Statistik Ekspor Hasil Perikanan, 2006 a Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan oleh Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) tahun 2003, potensi sumberdaya ikan pelagis besar (termasuk tuna) di perairan Indonesia mencapai 1,165 juta ton. Dengan menggunakan data produksi tuna, cakalang dan tongkol yang dicapai pada tahun 2003, yakni sebesar ton maka tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan tersebut diperkirakan baru mencapai sekitar 54 %. Dengan demikian masih terdapat peluang untuk meningkatkan produksi, kecuali di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Selat Malaka dan WPP Laut Jawa dimana telah terjadi overfishing (DKP 2006 b ). Untuk mendayagunakan potensi sumberdaya perikanan serta menggerakkan seluruh potensi bangsa, diperlukan upaya percepatan dan terobosan melalui suatu program nasional revitalisasi perikanan. Hal ini dimaksudkan untuk menjadikan sektor perikanan sebagai salah satu prime mover pembangunan ekonomi nasional serta merupakan upaya untuk memacu pemanfaatan potensi

19 sumberdaya perikanan yang berwawasan lingkungan guna peningkatan kesejahteraan rakyat serta memacu meningkatnya sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Sasaran program revitalisasi perikanan difokuskan pada pengembangan tiga komoditas penting, yakni udang, tuna dan rumput laut (DKP 2007 a ). Tuna merupakan komoditas perikanan yang digemari oleh hampir semua bangsa di dunia, sehingga komoditas tersebut memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi. Oleh karena itu, produksi dan pemasaran tuna di dunia (termasuk Indonesia) sangat berpengaruh terhadap perkembangan bisnis perikanan secara keseluruhan. Ekspor tuna yang dilakukan Indonesia pada tahun 1997 sebanyak ton dan meningkat menjadi sebesar ton pada tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 1. Penurunan ekspor tuna Indonesia mulai terjadi pada tahun 2004 sekitar 20 % atau sebesar ton menjadi sebesar ton dan pada tahun 2006 ekspor tuna Indonesia hanya sebesar ton atau menurun 2,5% dari tahun sebelumnya. Penurunan ini diduga karena adanya pembatasan yang dilakukan negara tujuan ekspor. Tujuan utama pemasaran ikan tuna Indonesia ke luar negeri terdiri dari Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa dimana ketiga negara tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja ekspor tuna Indonesia. Pada tahun 2004, urutan pertama tujuan ekspor tuna Indonesia adalah Jepang sebesar 36,84 % dari volume ekspor tuna Indonesia, disusul Amerika Serikat sebesar 20,45 % dari volume ekspor tuna Indonesia dan Uni Eropa sebesar 12,69 % dari volume ekspor tuna Indonesia. Berikut perkembangan ekspor tuna Indonesia menurut negara tujuan pada tahun 2004 yang disajikan pada Tabel 2.

20 Tabel 2. Perkembangan Ekspor Tuna Menurut Negara Tujuan, 2004 No Negara Tujuan Volume Nilai (Ton) (%) (US $ 1000) (%) 1 Jepang , ,38 2 Amerika Serikat , ,43 3 Uni Eropa , ,67 4 Taiwan , ,81 5 Singapura , ,65 6 Philipina , ,36 7 Jordan , ,44 8 Mesir , ,08 9 Lainnya , ,18 Jumlah Sumber : Statistik Ekspor Hasil Perikanan, 2004 Perkembangan perekonomian yang terjadi pada saat ini mendorong berkembangnya pasar dan mengubah orientasi dunia usaha tidak terbatas pada lingkup nasional tetapi telah bersifat internasional atau global. Dalam The Wealth of Nations, Adam Smith berpendapat bahwa suatu negara akan mengekspor barang ke negara lain jika negara itu lebih efisien dalam memproduksi barang dan itu disebut keunggulan absolut. Terjadinya kegiatan perdagangan internasional akan dapat meningkatkan keuntungan dan output dunia yang terlibat didalamnya (Sukwiaty 2005). Semakin berkembangnya kegiatan perdagangan antar negara, menjadikan banyak negara yang melakukan kegiatan proteksi guna melindungi produsen dan konsumen negara yang bersangkutan. Hampir setiap negara menerapkan pembatasan perdagangan atau pembebanan dalam bentuk biaya untuk menaungi negaranya dalam bentuk kebijakan perdagangan atau regulasi. Pembatasanpembatasan yang dilakukan ini merupakan hambatan dalam kegiatan perdagangan sehingga sangat berpengaruh kepada negara-negara berkembang yang melakukan kerjasama dengan negara tesebut. Uni Eropa merupakan pasar potensial bagi Indonesia. Jika dibandingkan dengan Jepang dan Amerika Serikat, Uni Eropa berada pada urutan ketiga negara tujuan ekspor tuna Indonesia namun Uni Eropa sebagai organisasi antar pemerintahan negara-negara Eropa merupakan pasar yang terus berkembang dan memberikan peluang yang besar bagi Indonesia untuk dapat meningkatkan

21 volume ekspor tunanya. Uni Eropa sangat melindungi produsen dan konsumen dalam negerinya. Proteksi yang dilakukan Uni Eropa berupa penetapan kebijakan perdagangan yang menjadi hambatan bagi Indonesia yang selama ini mengekspor tuna ke Uni Eropa. Hambatan yang diterapkan berbentuk hambatan tarif dan nontarif terhadap produk yang masuk ke negara-negara anggotanya dimana dinilai cukup ketat dibandingkan negara-negara pengimpor lainnya. Oleh karena itu, guna memajukan ekspor tuna Indonesia perlu dilakukan analisis sejauh mana pengaruh kebijakan perdagangan Uni Eropa terhadap perkembangan ekspor tuna Indonesia ke Uni Eropa. 1.2 Perumusan Masalah Banyak negara di dunia memberikan pembatasan atas jenis dan jumlah barang yang boleh diimpor negaranya. Pembatasan ini dapat berbentuk umum dalam arti pembatasan kuantum tanpa melihat negara asal barang. Tetapi juga dalam bentuk pembatasan khusus, misalnya dibatasi untuk negara tertentu. Hambatan masuk ke pasar Uni Eropa yang dihadapi produk perikanan Indonesia belakangan ini dikarenakan produk perikanan seperti ikan tuna, udang dan lainnya, diduga memiliki kandungan residu, tidak sesuai dengan isu lingkungan dan aturan-aturan yang diberlakukan oleh Uni Eropa. Meskipun negara-negara Eropa merupakan pasar yang sudah lama dikenal oleh pengusaha Indonesia, pangsa pasar ekspor produk RI ke negara-negara Uni Eropa terus mengalami penurunan. Hal ini diakibatkan oleh pemberlakuan hambatan yang masih belum dapat diatasi Indonesia. Hambatan berupa pengenaan tarif bea masuk yang diterapkan oleh Uni Eropa merupakan salah satu usaha yang dilakukan Uni Eropa untuk melindungi produksi dalam negeri dari serbuan produk impor. Pengenaan tarif bea masuk dilakukan secara deskriminatif ini tergantung dari skema generalized system of preferences (GSP) Uni Eropa terhadap negara-negara berkembang dan Indonesia merupakan salah satu negara penerima GSP. Ketidakmampuan pengusaha ekspor tuna Indonesia dalam memenuhi aturan non-tarif merupakan hambatan lain dalam mengembangkan pasar di Uni Eropa. Hambatan non-tarif yang dialami Indonesia ini berkaitan dengan masalah

22 mutu produk, spesifikasi, satandar serta isu lingkungan. Masalah mutu dan keamanan pangan menjadi sangat penting dengan meningkatnya teknologi, proses pengolahan pangan, pemakaian bahan tambahan makanan, pemakaian bahan pengawet serta terbukanya perdagangan makanan dari luar negeri. Pemberian notifikasi terhadap ikan tuna Indonesia sudah sering dilakukan Uni Eropa. Sebagai contoh Belgia memberikan nota notifikasi terhadap produk tuna Indonesia karena disinyalir terdapat kandungan histamine dan mercury. Pemeriksaan dan pemberian notifikasi juga dilakukan untuk produk perikanan lainnya, akibatnya produk perikanan Indonesia mulai 21 Maret 2006 dikenai Systemic Border Control yang dituangkan pada Council Derective (CD) atau sejenis automatic detention. Dengan demikian, produk-produk perikanan Indonesia yang masuk ke Uni Eropa terpaksa harus dilakukan uji laboratorium yang biayanya cukup tinggi, antara hingga euro. Guna memajukan ekspor Indonesia perlu didukung dengan upaya peningkatan mutu komoditi ekspor tuna yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Melihat uraian dan kenyataan diatas dan juga merujuk pada latar belakang yang telah dibuat, maka perumusan masalah dari penelitian ini, yaitu : 1. kebijakan tarif dan non tarif apa saja yang dikeluarkan oleh Uni Eropa untuk produk tuna yang berasal dari Indonesia? 2. bagaimana pengaruh penerapan kebijakan tarif Uni Eropa terhadap ekspor tuna Indonesia? 3. bagaimana pengaruh penerapan kebijakan non tarif Uni Eropa terhadap ekspor tuna Indonesia? 4. bagaimana peramalan volume ekspor tuna Indonesia di Uni Eropa pada masa yang akan datang? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1. Mengidentifikasi kebijakan tarif dan non tarif yang dikeluarkan Uni Eropa untuk impor tuna yang berasal dari Indonesia.

23 2. Mengetahui pengaruh penerapan kebijakan tarif Uni Eropa terhadap ekspor tuna Indonesia. 3. Mengetahui pengaruh penerapan kebijakan non tarif Uni Eropa terhadap ekspor tuna Indonesia. 4. Meramalkan volume ekspor tuna Indonesia di Uni Eropa pada masa yang akan datang Manfaat Manfaat penelitian ini adalah: 1. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan dan Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. 2. Sebagai masukan dan pedoman bagi pembuat kebijakan dan pelaku usaha ekspor tuna. 3. Sebagai bahan acuan bagi peneliti lebih lanjut bagi pihak akademisi maupun pemerintah. 1.4 Ruang lingkup Ruang lingkup penelitian berfokus pada komoditi tuna yang diekspor ke Uni Eropa yang merupakan kawasan negara-negara yang tergabung dalam UE-25. Banyak faktor yang mempengaruhi penelitian ini, namun pada penelitian kali ini dibatasi pada pengaruh kebijakan tarif dan non tarif terhadap volume ekspor tuna Indonesia di pasar Uni Eropa.

24 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tuna Tuna adalah ikan laut yang terdiri dari beberapa spesies dari famili Scombridae, terutama genus Thunnus. Dalam statistik perikanan tangkap Indonesia, tuna merupakan nama grup dari beberapa jenis ikan yang terdiri dari : (1) jenis tuna besar (Thunnus spp.) yakni bluefin tuna (Thunnus thynnus), yellowfin tuna (Thunnus albacares), bigeye tuna (Thunnus obesus), southern bluefin tuna (Thunnus maccoyii), dan albacore (Thunnus alalunga) serta jenis ikan mirip tuna (tuna-like species) seperti marlin, sailfish dan swordfish; (2) jenis cakalang (skipjack tuna); dan (3) jenis tongkol, meliputi eastern little tuna (Euthynus spp.), frigate and bullet tuna (Auxus spp.) dan longtail tuna (Thunnus tonggol) Ragam Spesies Tuna dan Daerah Penyebarannya Ikan tuna tidak seperti kebanyakan ikan yang memiliki daging berwarna putih, daging ikan tuna berwarna merah muda sampai merah tua. Hal ini karena otot tuna lebih banyak mengandung myoglobin dari pada ikan lainnya. Beberapa spesies tuna yang lebih besar, seperti tuna sirip biru (bluefin tuna), dapat menaikkan suhu darahnya di atas suhu air dengan aktivitas ototnya. Hal ini menyebabkan mereka dapat hidup di air yang lebih dingin dan dapat bertahan dalam kondisi yang beragam (Anonim 2008). Dalam Burhanudin (1984) dikatakan suku Scombridae mencakup banyak jenis di dunia dan tercatat sebanyak 46 jenis. Dari 46 jenis suku Scombridae, perairan Indonesia hanya memiliki sebanyak 20 jenis dan untuk jenis tuna yang terdapat di perairan Indonesia hanya sebanyak 9 jenis. Jenis tuna di perairan Indonesia diterangkan pada Tabel 3.

25 Tabel 3. Jenis Tuna di Perairan Indonesia Nama Indonesia Jenis Ikan Nama Perdagangan - Auxis rochei Bullet Tuna Tongkol Pisang Auxis thazard Frigated mackeral Tongkol Eutynnus affinis Little tuna Cakalang Katsuwonus pelamis Skipjack Tuna - Thunnus tonggol Longtail Tuna Madidihang Thunnus albacares Yellowfin Tuna Albakora Thunnus alalunga Albacore Mata besar Thunnus obesus Bigeye Tuna Abu-abu Selatan Thunnus maccoyii Southern bluefin tuna Pergerakan (migrasi) kelompok ikan tuna di wilayah perairan Indonesia mencakup wilayah perairan pantai, teritorial dan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia. Keberadaan tuna di suatu perairan sangat bergantung pada beberapa hal yang terkait dengan spesies tuna, kondisi hidro-oseanografi perairan. Pada wilayah perairan ZEE Indonesia, migrasi jenis ikan tuna di perairan Indonesia merupakan bagian dari jalur migrasi tuna dunia karena wilayah Indonesia terletak pada lintasan perbatasan perairan antara samudera Hindia dan Samudera Pasifik. (DKP 2006 b ). Jenis tuna yang banyak diekspor Indonesia antara lain albakora, madidihang (yello fin), cakalang, dan abu-abu (southern bluefin). Penyebaran dan ciri-ciri dari jenis tuna tersebut, sebagai berikut: a) Albakora (Thunnus alalunga) Albakora terdapat menyebar secara luas di bagian utara Samudra Pasifik, bagian Barat Daya Samudera Hindia samapai Selatan Nusa Tengga, daerah Mediteranean dan sekitar teluk Meksiko di Samudera Atlantik. Ikan ini hidup pada kisaran suhu 10-31ºC dan lebih menyukai suhu sedang daripada suhu tinggi. Albakora memiliki badan relatif pendek dibandingkan dengan tuna besar lainnya. Permulaan sirip dada terletak di belakang lubang insang, panjang dan

26 melengkung ke arah ekor hingga di belakang ujung sirip punggung kedua. Sirip dada yang panjangnya mencapai sepertiga dari seluruh panjang badannya, merupakan ciri khas dalam pengenalannya (Gambar 1) (Tampubolon 1983). Gambar 1. Tuna Albakora Siripnya berwarna hitam dan pada bagian punggung badannya berwarna biru tua dan berwarna perak yang senmakin memudar kearah perut. Albakora yang biasa ditangkap berukuran rata-rata 20 kg per ekor dengan kisaran antara 4-34 kg per ekor (Tampubolon 1983). b) Tuna Abu-abu (Thunnus maccoyii dan Thunnus thynnus) Berdasarkan tempat penyebarannya, tuna abu-abu dibagi dua yaitu tuna abu-abu Utara dan tuna abu-abu Selatan. Tuna abu-abu Utara ditemukan dan hidup pada perairan Pasifik Selatan dan Tengah sekitar perairan Jepang. Selain itu juga ditangkap di Samudera Atlantik pada sebelah Timur dari California serta bagian Barat Daya benua Afrika. Tuna abu-abu Selatan ditemukan pada daerah Indo Pasifik Ocean menyebar antara Australia dan Selat Sunda. Tuna abu-abu selatan ditemukan dekat New Zealand di Samudera Pasifik dan pantai Barat Australia di Samudera Hindia. Tempat berpijahnya diperkirakan di pantai Selatan Jawa sekitar bulan September sampai dengan Maret. Tangkapan tertinggi tuna abu-abu yang pernah terjadi adalah ton untuk abu-abu Utara dan ton untuk tuna abu-abu selatan. Nama perdagangan ikan tuna abu-abu adalah southern bluefin tuna. Tuna abu-abu sering disebut ikan yang mempunyai kekuatan dan kecepatan melebihi

27 banteng. Badanya berbentuk oval, tinggi, tebal dan padat berisi sekitar dada dan lonjong ke arah ekor yang kuat. Letak siripnya yang amat tepat sangat berguna dalam kesempurnaan peluncuran dan pergerakannya. Sirip punggung kedua, sirip dada dan sirip duburnya pendek (Gambar 2) (Tampubolon 1983). Gambar 2. Tuna Abu-abu c) Cakalang (Katsuwonus pelamis) Ikan cakalang adalah jenis tuna yang paling banyak dan tersebar luas diketiga Samudera dan laut-laut diantaranya. Badan ikan ini hampir bundar dan gemuk padat. Ekornya pendek dan tegak. Tangkai ekor sampai ke pinggir kelihatan sangat sempit. Sirip punggung pertamanya kelihatan tinggi ketika muncul dari celah-celah araus pada waktu ikan ini berenang. Sirip dada dan sirip punggung kedua pendek dan berwarna hitam. Ikan cakalang berenang cepat melawan arus dan rakus terkhadap makanan. Biasanya cakalang muncul di permukaan bersamaan dengan madidihang ukuran kecil, tetapi mudah dibedakan dari jarak jauh karena perbedaan loncatannya. Cakalang merupakan jenis yang termasuk dalam kelompok tuna dengan nama dagangnya skipjack tuna. d) Madidihang (Thunnus albacares) atau Yellowfin Tuna Lokasi penyebarannya hampir serupa dengan ikan cakalang. Di ketiga Samudera dan mendekati daerah tropis, Madidihang ditangkap sepanjang tahun pada perairan dengan suhu 10-31ºC. Madidihang memiliki badan yang besar gemuk dan kuat dengan sumber kekuatannya pada pertemuan ekor dan badan. Madidihang dianggap sebagai proyaktil laut yang terbaik dari semua jenis tuna. Sirip punggung kedua dan sirip duburnya melengkung panjang ke arah ekor

28 yang ramping dan runcing berbentuk sabit. Hal inilah yang merupakan ciri khass dari madidihang (Gambar 3) (Tampubolon 1983). Gambar 3. Madidihang (Tuna yellowfin)$ Bentuk Produk Perdagangan Tuna Di dunia ini tersebar tuna dan sejenisnya yang mempunyai nilai ekonomis tinggi bila dibandingkan dengan produk lainnya. Potensi perairan Indonesia dengan kepemilikan banyak jenis ikan, memiliki peluang besar dalam usaha pengembangan produk tuna. Secara umum, jenis utama dari produk ikan tuna yang digemari oleh pasar internasional dan diperdagangkan dalam bentuk segar (fresh/chilled), beku (frozen), dan olahan (dalam bentuk olahan (preserved)), maupun wadah vakum (airtight container). Dalam perdagangan dunia setiap komoditi yang diperjualbelikan di pasar dunia memiliki nomor kode HS sebagai identitas dari komoditi tersebut. kode HS 6 digit untuk ikan tuna segar (fresh), ikan tuna beku (frozen), dan ikan tuna dalam kemasan secara berurutan adalah HS , HS , dan HS Gambaran Umum Pasar Tuna Indonesia Perkembangan Produksi Tuna Indonesia Selama periode , produksi tuna Indonesia mengalami stagnasi. Persentase rata rata kenaikan produksi pada tahun untuk masingmasing jenis sebesar -12,96 % untuk tuna, 9,97 % untuk cakalang, dan 6,25 % untuk tongkol. Berikut grafik perkembangan produksi tuna Indonesia tahun disajikan dan Gambar 4.

29 Volume (Ton) Perkembangan Produksi Tuna Indonesia Tuna Cakalang Tongkol Tahun Gambar 4. Grafik Perkembangan produksi tuna Indonesia tahun Sumber : Statistik Perikanan Tangkap, 2006 c Dari grafik diatas dapat dilihat pada tahun 1999, volume produksi tuna mencapai ton dan meningkat menjadi ton pada tahun 2003 dengan kenaikan rata-rata sebesar 3,18 %. Perkembangan produksi tersebut menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara produsen utama tuna di dunia. Berdasarkan catatan Globefish (FAO) pada tahun 2000, Indonesia merupakan penangkap tuna kedua di dunia setelah Jepang. Posisi tersebut berbalik pada tahun 2002, karena Jepang secara bertahap mengurangi armada tunanya sebesar 20 % (321 unit kapal longline). Setelah tahun 2002 posisi Indonesia digantikan oleh Taiwan, karena perikanan tuna di Indonesia menghadapi berbagai permasalahan seperti kenaikan harga BBM Perkembangan Ekspor Tuna Indonesia Pada tahun , ekspor hasil perikanan Indonesia mengalami fluktuasi dengan persentase kenaikan rata-rata sebesar 7,29 %. Pada periode tahun yang sama, komoditas tuna memberikan sumbangan yang tidak terlalu besar dalam kegiatan ekspor dan hanya mengalami rata-rata kenaikan volume sebesar 0,23 % dan rata-rata kenaikan nilai sebesar 5,58%. Persentase rata-rata kenaikan ekspor komoditi utama Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.

30 Tabel 4. Persentase Rata-rata Kenaikan Ekspor Komoditi Utama Indonesia rata-rata % Rata-rata % Komoditi Kenaikan Volume Kenaikan Nilai Udang 9,07 4,26 Tuna, Cakalang, Tongkol 0,23 5,38 Ikan Lainnya (termasuk darat) 6,54 6,19 Kepiting 12 24,64 Lainnya 15,61 0,88 Total Hasil Perikanan 7,29 5,17 Sumber : Statistik Ekspor Hasil Perikanan, 2006 a Pada tahun 2001, volume ekspor tuna Indonesia sebesar ton dan mengalami peningkatan menjadi sebesar ton pada tahun Kenaikan volume tuna tidak diikuti kenaikan nilainya di pasar dunia, hal ini dikarenakan nilai tukar rupiah sedang mengalami penurunan dari Rp per US$ pada tahun 2001 menjadi hanya Rp per US$ pada tahun Daftar nilai tukar rupiah terhadap US$ dapat dilihat pada Lampiran 1. Persentasi rata-rata kenaikan ekspor tuna Indonesaia ke pasar dunia dari tahun masih relatif kecil yaitu 0,23 %. Namun jika dilihat dari nilai produksi tuna Indonesia, keadaan ini dapat ditingkatkan dengan usaha pengembangan industri tuna yang komprehensif. Secara lebih jelas mengenai perkembangan volume dan nilai ekspor tuna Indonesia ke dunia dapat dilihat pada grafik yang disajikan Gambar 5. Grafik Volume dan Nilai Ekspor Tuna Indonesia Periode Tahun volume tuna, cakalang, tongkol Nilai tuna, cakalang, tongkol Gambar 5. Grafik volume dan nilai ekspor tuna Indonesia Sumber : Statistik Ekspor Hasil Perikanan, 2006 a

31 2.3 Teori Perdagangan Internasional Setiap negara memiliki perbedaan satu sama lainnya yang dapat ditinjau dari sudut sumberdaya alamnya, letak geografisnya, iklimnya, karakteristik penduduknya, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga, serta keadaan struktur ekonomi dan sosialnya. Perbedaan-perbedaan itu menimbulkan pula perbedaan produk yang dihasilkan baik dari biaya yang diperlukan, serta mutu dan kuantumnya, sehingga dapat dipahami akan ada negara yang lebih unggul dan lebih istimewa dalam menghasilkan produk tertentu. Keunggulan yang diperoleh suatu negara dimungkinkan karena produk yang dihasilkan hanya dapat dikembangan di daerah dan pada iklim tertentu atau karena suatu negara memiliki faktor-faktor produksi yang lebih baik dari yang lain, sehingga negara itu dapat menghasilkan produk yang dapat bersaing. Bilamana keunggulan suatu negara dalam memproduksi suatu jenis barang disebabkan faktor alam, maka negara itu disebut mempunyai keunggulan mutlak (absolute advantage). Selanjutnya bilamana suatu negara dapat memproduksi suatu jenis barang lebih baik dan lebih murah disebabkan lebih baiknya kombinasi faktor-faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal dan pengurusannya) maka negara tersebut dapat pula memperoleh keunggulan ini disebabkan karena produktifitasnya yang tinggi. Hal ini disebut sebagai keunggulan dalam perbandingan biaya (comparative advantage/cost).(amir, 1996) Adakalanya suatu negara belum dapat melakukan produksi untuk seluruh konsumen di dalam negeri, keadaaan ini mendorong negara itu melakukan perdagangan hasil produksi dari negara lain untuk dapat menutupi permintaan yang belum dapat dipenuhi. Keadaan sebaliknya juga dapat terjadi apabila produksi dari suatu negara belum dapat dikonsumir seluruhnya di dalam negeri sehingga harur melakukan penjualan ke negara lain. Perdagangan internasional dapat diartikan perdagangan antar atau lintas negara yang mencakup ekspor dan impor. Ada beberapa faktor yang mendorong timbulnya perdagangan internasional (ekspor-impor) suatu negara dengan negara lain, yakni keinginan untuk memperluas pemasaran komoditi ekspor, memperbesar penerimaan bagi kegiatan pembangunan, adanya perbedaan

32 penawaran permintaan antar negara, tidak semua negara menyediakan kebutuhan masyarakatnya serta akibat adanya perbedaan biaya relative dalam menghasilkan komoditi tertentu (Gonarsyah 1987). Perdagangan internasional juga seringkali disebut sebagai mesin pertumbuhan ekonomi (trade is an engine of growth) artinya tanpa perdagangan internasional, maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi sangat lamban, karena barang dan jasa akan menjadi sangat mahal bila dihasilkan sendiri oleh masingmasing negara. Oleh karena itu perdagangan antarbangsa itu hendaknya didorong agar dapat berlangsung dengan lancar dan semakin meningkat. Dalam kegiatan ekspor suatu komoditi, Kindleberger (1995) dalam Hamdani, 2006 menyatakan bahwa secara teoritis, volume ekspor suatu komoditi tertentu dari suatu negara ke negara lain merupakan selisih antara penawaran domestik dan permintaan domestik yang disebut sebagai kelebihan penawaran (excess supply). Di lain pihak kelebihan penawaran dari negara tersebut merupakan permintaan impor bagi negara lain atau merupakan kelebihan permintaan (excess demand). Selain dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran domestik, ekspor juga dipengaruhi oleh faktor-faktor pasar dunia seperti harga komoditas itu sendiri dan komoditas substitusinya di pasar Internasional serta halhal yang dapat mempengaruhi harga baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara teoritis, suatu negara (misalkan negara A) akan mengekspor komoditi tuna ke negara lain (misalkan negara B) apabila harga domestik di negara A relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan harga domestik negara B sebelum terjadinya perdagangan internasional. Struktur harga yang terjadi di negara A lebih rendah karena produksi domestiknya lebih besar dari pada konsumsi domestiknya sehingga di negara A telah terjadi excess supply (memiliki kelebihan produksi). Dengan demikian negara A mempunyai kesempatan menjual kelebihan produksinya ke negara lain. Sementara itu, di negara B terjadi kekurangan suplay karena konsumsi domestiknya lebih besar dari produksinya atau terjadi excess demand sehingga harga yang terjadi di negara B lebih tinggi. Oleh karena itu, negara B berkeinginan untuk membeli komoditi tuna di negara lain yang harganya relatif lebih murah. Jika kemudian terjadi komunikasi antara negara A dan negara B, maka akan terjadi perdagangan antar keduanya dengan

33 harga yang diterima oleh kedua negara adalah sama. Untuk lebih jelasnya ilustrasi terjadinya mekanisme perdagangan internasional dapat dilihat pada Gambar 6. A ES D A S A P B X P A P * M B ED S B D B O Q A O Q A O Q A Negara A (Eksporter) Perdagangan Internasional Negara B (Importer) Keterangan: PA : harga domestik di negara A tanpa perdagangan international OQA : jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara A tanpa perdagangan internasional A : kelebihan penawaran (excess supply) di negara A tanpa perdagangan internasional x : jumlah komoditi yang diekspor oleh negara A PB : harga domestik di negara B tanpa perdagangan internasional OQB : jumlah produk domestik yang diperdagangkan di negara B tanpa perdagangan internasional B : kelebihan permintaan (excess demand) di negara B tanpa perdagangan internasional M : jumlah komoditi yang diimpor oleh negara B P* : harga keseimbangan di kedua negara setelah perdagangan internasional OQ* : keseimbangan penawaran dan permintaan antar kedua negara dimana jumlaj yang diekspor (x) sama dengan jumlah yang di impor (M) Gambar 6. Mekanisme Perdagangan Internasional Sumber : Gonasyah (1987) 2.4 Kebijakan Perdagangan Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang harus dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk bagi setiap usaha dan kegiatan aparatur pemerintah sehingga tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam upaya mencapai tujuan (Lembaga Administrasi Negara,1996). Dalam kamus Webster memberi pengertian kebijakan sebagai prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan.

34 Sedangkan Titmuss mendefinisikan kebijakan sebagai prinsip-prinsip yang mengatur tindakan yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu. Kebijakan, menurut Titmuss, senantiasa berorientasi kepada masalah (problem-oriented) dan berorientasi kepada tindakan (action-oriented). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu. Jones dalam Julianingsih, 2003 mengatakan bahwa kebijakan terdiri dari komponen-komponen 1) Goal atau tujuan yang diinginkan, 2) Plans atau proposal yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan, 3) Program yaitu usaha yang berwenang untuk mencapai tujuan, 4) Decision atau keputusan yaitu tindakan-tindakan untuk menentukan tujuan membuat rencana melaksanakan dan mengevaluasi program dan efek yaitu akibat-akibat dari program (baik disengaja atau tidak, primer atau sekunder). Teori dan kebijakan perdagangan internasional merupakan aspek mikro ekonomi ilmu ekonomi sebab berhubungan dengan masing-masing negara sebagai individu yang diperlakukan sebagai unit tunggal, serta berhubungan dengan harga relatif suatu komoditi. Dalam arti luas kebijaksanaan ekonomi internasional adalah tindakan atau kebijaksanaan ekonomi pemerintah, yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi konposisi, arah serta bentuk daripada perdagangan dan pembayaran internasional. Kebijakan ini tidak hanya berupa tarif, quota, dan sebagainya, tetapi juga meliputi kebijaksanaan pemerintah di dalam negeri yang secara tidak langsung mempunyai pengaruh terhadap perdagangan serta pembayaran internasional seperti misalnya kebijaksanaan moneter dan fiskal. Sedangkan definisi yang lebih sempit kebijaksanaan ekonomi internasional adalah tindakan atau kebijaksanaan ekonomi pemerintah yang secara langsung mempengaruhi perdagangan dan pembayaran internasional (Nopirin, 1999). Kebijakan perdagangan dikatakan pula sebagai bentuk regulasi atau peraturan pemerintah yang membatasi perdagangan bebas. Bentuk-bentuk kebijakan perdangangan antara lain adalah tarif, kuota, subsidi, muatan lokal, peraturan administrasi, dan peraturan anti dumping. Kebijakan perdagangan yang

35 dilakukan sebagai proses proteksi terhadap produk dianggap sebagai penghambat dalam proses perdagangan bebas. Hambatan perdagangan dinilai mengurangi efisiensi ekonomi, karena masyarakat tidak dapat mengambil keuntungan dari produktivitas negara lain. Pihak yang diuntungkan dari adanya hambatan perdagangan adalah produsen dan pemerintah. Produsen mendapatkan proteksi dari hambatan perdagangan, sementara pemerintah mendapatkan penghasilan dari bea-bea ( Hambatan dalam arus perdagangan ada dua macam, yaitu hambatan yang bersifat tarif (tariff barrier) dan hambatan yang bersifat non tarif (non tariff barriers). Hambatan yang bersifat tarif (tariff barrier) merupakan hambatan terhadap terhadap arus barang ke dalam suatu negara yang disebabkan oleh diberlakukannya tarif bea masuk dan tarif lainnya, sedangkan yang dimaksud dengan hambatan yang bersifat non tarif (non tariff barriers) merupakan hambatan terhadap arus barang ke dalam suatu negara yang disebabkan oleh tindakan-tindakan selain penerapan pengenaan tarif atas suatu barang Kebijakan Tarif (Hambatan Tarif) Hambatan perdagangan yang paling nyata secara historis adalah tarif. Tarif adalah pajak yang dikenakan atas barang yang diperdagangkan lintas batas teritorial. Ditinjau dari aspek asal komoditi ada 2 macam tarif yakni tarif ekspor (export tariff) dan tarif impor (import tariff). Tarif impor adalah pungutan bea masuk yang dikenakan atas barang impor yang masuk untuk dipakai atau dikonsumsi habis di dalam negeri. Tarif impor berdampak pada penurunan konsumsi domestik dan kenaikan produksi domestik. Berkurangnya volume impor akibat tarif impor tercipta pendapatan tambahan bagi pemerintah dalam bentuk pajak, serta terjadinya retribusi pendapatan dari konsumen domestik. Sebaliknya ekspor merupakan pajak untuk suatu komoditi yang di ekspor (Salvatore 1997). Tarif yang diberlakukan pada barang-barang impor bertujuan untuk dapat meningkatkan harga domestik produksi impor yang membuat produk domestik bisa berkompetisi. Tarif impor akan dibebankan pada harga jual barang atau jasa yang akan dibeli konsumen, sehingga menyebabkan harga barang atau jasa bertambah tinggi. Di pasar domestik harga yang berada di pasar adalah harga

ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE

ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE ANALISIS PENGARUH HAMBATAN TARIF DAN NON TARIF DI PASAR UNI EROPA TERHADAP EKSPOR KOMODITAS UDANG INDONESIA RIRI ESTHER PAINTE PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ikan Tuna

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ikan Tuna II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Ikan Tuna Tuna adalah ikan laut yang terdiri atas beberapa spesies dari famili Scombridae, terutama genus Thunnus. Ikan tuna mempunyai beberapa jenis dan spesies dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , , ,4 10,13

I. PENDAHULUAN , , , , ,4 10,13 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan yang mencapai 5,8 juta km 2 dan garis pantai sepanjang 81.000 km. Hal ini membuat Indonesia memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang memiliki peran penting bagi suatu negara. Perdagangan internasional memberikan manfaat berkaitan dengan

Lebih terperinci

ANALISIS SOSIAL EKONOMI USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA PALEMBANG, PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS SOSIAL EKONOMI USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA PALEMBANG, PROVINSI SUMATERA SELATAN ANALISIS SOSIAL EKONOMI USAHA WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA PALEMBANG, PROVINSI SUMATERA SELATAN SRI DIAH NOVITA SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di udara, darat, maupun laut. Keanekaragaman hayati juga merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. di udara, darat, maupun laut. Keanekaragaman hayati juga merujuk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati adalah seluruh keragaman bentuk kehidupan di bumi. Keanekaragaman hayati terjadi pada semua lingkungan mahluk hidup, baik di udara, darat, maupun

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Kenaikan Rata-rata *) Produksi

1 PENDAHULUAN. Kenaikan Rata-rata *) Produksi 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan dan industri yang bergerak dibidang perikanan memiliki potensi yang tinggi untuk menghasilkan devisa bagi negara. Hal tersebut didukung dengan luas laut Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk perikanan Indonesia. Nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke Amerika Serikat lebih besar daripada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan keunggulan komparatif bangsa Indonesia yang semestinya menjadi

I. PENDAHULUAN. merupakan keunggulan komparatif bangsa Indonesia yang semestinya menjadi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi sumberdaya kelautan Indonesia yang sangat tinggi sesungguhnya merupakan keunggulan komparatif bangsa Indonesia yang semestinya menjadi modal utama bangsa untuk

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

MODEL PERMINTAAN UDANG BEKU INDONESIA DI PASAR JEPANG REZA AHMAD SYAIFUL

MODEL PERMINTAAN UDANG BEKU INDONESIA DI PASAR JEPANG REZA AHMAD SYAIFUL MODEL PERMINTAAN UDANG BEKU INDONESIA DI PASAR JEPANG REZA AHMAD SYAIFUL PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Globalisasi yang terjadi beberapa dasawarsa terakhir, mendorong perekonomian berbagai negara di dunia semakin menyatu. Keterbukaan perdagangan luar negeri dan keterbukaan

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN DESAIN PEKERJAAN DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI CV DINAR KABUPATEN TANGERANG, PROPINSI BANTEN FENNY FARIANTI

ANALISIS HUBUNGAN DESAIN PEKERJAAN DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI CV DINAR KABUPATEN TANGERANG, PROPINSI BANTEN FENNY FARIANTI ANALISIS HUBUNGAN DESAIN PEKERJAAN DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN PRODUKSI CV DINAR KABUPATEN TANGERANG, PROPINSI BANTEN FENNY FARIANTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pembentukan kerangka pemikiran dalam penelitian ini didukung oleh teori-teori yang terkait dengan tujuan penelitian. Teori-teori tersebut meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di sektor perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA. Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RAMBUTAN INDONESIA Oleh : OTIK IRWAN MARGONO A07400606 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

lkan tuna merupakan komoditi yang mempunyai prospek cerah di dalam perdagangan internasional. Permintaan terhadap komoditi tuna setiap tahunnya

lkan tuna merupakan komoditi yang mempunyai prospek cerah di dalam perdagangan internasional. Permintaan terhadap komoditi tuna setiap tahunnya 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang lkan tuna merupakan komoditi yang mempunyai prospek cerah di dalam perdagangan internasional. Permintaan terhadap komoditi tuna setiap tahunnya mengalami peningkatan, baik

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PRODUKSI CARRAGEENAN POWDER PADA PT PHONIX MAS PERSADA, KOTA MATARAM, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABDUL FALAH

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PRODUKSI CARRAGEENAN POWDER PADA PT PHONIX MAS PERSADA, KOTA MATARAM, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABDUL FALAH PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PRODUKSI CARRAGEENAN POWDER PADA PT PHONIX MAS PERSADA, KOTA MATARAM, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABDUL FALAH PROGRAM STUDI MANAJEMEM BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H i ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN EKSPOR BATUBARA INDONESIA DI PASAR JEPANG OLEH ROCHMA SUCIATI H14053157 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA

V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA V GAMBARAN UMUM EKSPOR UDANG INDONESIA 5.1. Perdagangan Internasional Hasil Perikanan Selama lebih dari beberapa dekade ini, sektor perikanan dunia telah banyak mengalami perkembangan dan perubahan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN IKAN HIAS AIR TAWAR PADA HERU FISH FARM DESA KOTA BATU, KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN IKAN HIAS AIR TAWAR PADA HERU FISH FARM DESA KOTA BATU, KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT OPTIMALISASI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN IKAN HIAS AIR TAWAR PADA HERU FISH FARM DESA KOTA BATU, KECAMATAN CIOMAS, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT SUSI PUZI ASTUTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah

BAB I PENDAHULUAN. angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki luas daerah perairan seluas 5.800.000 km2, dimana angka tersebut adalah empat kali dari luas daratannya. Dengan luas daerah perairan tersebut wajar

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MASSA AIR ARLINDO DI PINTASAN TIMOR PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR

KARAKTERISTIK MASSA AIR ARLINDO DI PINTASAN TIMOR PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR KARAKTERISTIK MASSA AIR ARLINDO DI PINTASAN TIMOR PADA MUSIM BARAT DAN MUSIM TIMUR Oleh : Agus Dwi Jayanti Diah Cahyaningrum C64104051 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan merupakan faktor penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR MEISWITA PERMATA HARDY SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Poduksi perikanan Indonesia (ribu ton) tahun

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Poduksi perikanan Indonesia (ribu ton) tahun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara maritim, dua pertiga wilayahnya merupakan lautan dan luas perairan lautnya mencapai 5.8 juta km 2 termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km (Bakosurtanal,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI A. Definisi Pengertian perdagangan internasional merupakan hubungan kegiatan ekonomi antarnegara yang diwujudkan dengan adanya proses pertukaran barang atau jasa atas dasar

Lebih terperinci

Tuna loin segar Bagian 2: Persyaratan bahan baku

Tuna loin segar Bagian 2: Persyaratan bahan baku Standar Nasional Indonesia Tuna loin segar Bagian 2: Persyaratan bahan baku ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN dan luas perairannya Indonesia adalah Negara

BAB 1 PENDAHULUAN dan luas perairannya Indonesia adalah Negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara maritim yang mempunyai belasan ribu pulau dengan teritori laut yang sangat luas. Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil diantara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis I. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia sebagai negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia, memiliki 17.508 buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis pantai sepanjang 81.000

Lebih terperinci

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PRODUK IKAN SEGAR PADA HIPERMARKET (KASUS DI GIANT HYPERMARKET, MEGA BEKASI HYPERMALL, KOTA BEKASI)

ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PRODUK IKAN SEGAR PADA HIPERMARKET (KASUS DI GIANT HYPERMARKET, MEGA BEKASI HYPERMALL, KOTA BEKASI) ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PRODUK IKAN SEGAR PADA HIPERMARKET (KASUS DI GIANT HYPERMARKET, MEGA BEKASI HYPERMALL, KOTA BEKASI) A N N I S A SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER Oleh : ERWIN FAHRI A 14105542 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdapat dalam sektor perikanan dan kelautan yang meliputi beberapa elemen sebagai subsistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi

Lebih terperinci

ANALISIS BAURAN PEMASARAN PRODUK IKAN SEGAR DI GIANT HYPERMARKET CABANG BARANANGSIANG BOGOR

ANALISIS BAURAN PEMASARAN PRODUK IKAN SEGAR DI GIANT HYPERMARKET CABANG BARANANGSIANG BOGOR 1 ANALISIS BAURAN PEMASARAN PRODUK IKAN SEGAR DI GIANT HYPERMARKET CABANG BARANANGSIANG BOGOR IKA SULISTIYA PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA PADA PT TRIDAYA ERAMINA BAHARI MUARA BARU JAKARTA

ANALISIS PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA PADA PT TRIDAYA ERAMINA BAHARI MUARA BARU JAKARTA ANALISIS PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA PADA PT TRIDAYA ERAMINA BAHARI MUARA BARU JAKARTA SKRIPSI ELA ELAWATI H34050118 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 29 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Produksi tuna Indonesia di Samudera Hindia IOTC memfokuskan pengelolaan perikanan tuna di Samudera Hindia. Jenis tuna yang dikelola adalah tuna albakora (albacore),

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA. Oleh: JUMINI A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BAWANG PUTIH IMPOR DI INDONESIA Oleh: A 14105565 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN.

Lebih terperinci

SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO

SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG MADURA ARIYANTO DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SIMULASI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK IKAN TUNA KALENG DI GIANT HYPERMARKET BOTANI SQUARE BOGOR

PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK IKAN TUNA KALENG DI GIANT HYPERMARKET BOTANI SQUARE BOGOR PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK IKAN TUNA KALENG DI GIANT HYPERMARKET BOTANI SQUARE BOGOR TITA ANGGRAHENI SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c.

I PENDAHULUAN. Luas Lautan Indonesia Total Indonesia s Waters a. Luas Laut Teritorial b. Luas Zona Ekonomi Eksklusif c. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai sekitar 104.000 km serta memiliki 17.504 pulau. Wilayah laut Indonesia membentang luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu sektor yang penting bagi hajat hidup masyarakat dan merupakan salah satu core competence Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi di dalam memasok total kebutuhan konsumsi protein di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi di dalam memasok total kebutuhan konsumsi protein di Indonesia, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan dan dua pertiga wilayahnya merupakan lautan, karenanya potensi ikan di Indonesia sangat berlimpah. Sumber daya perikanan

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional memiliki peranan penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu negara terhadap arus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A

PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK. Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A PERAMALAN PRODUKSI DAN KONSUMSI UBI JALAR NASIONAL DALAM RANGKA RENCANA PROGRAM DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK Oleh: NOVIE KRISHNA AJI A14104024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Neraca perdagangan komoditi perikanan menunjukkan surplus. pada tahun Sedangkan, nilai komoditi ekspor hasil perikanan

BAB I PENDAHULUAN. Neraca perdagangan komoditi perikanan menunjukkan surplus. pada tahun Sedangkan, nilai komoditi ekspor hasil perikanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan menjadi salah satu sektor yang menjadi perhatian utama bagi pemerintah. Hal ini dapat dilihat dari adanya dukungan kebijakan fiskal maupun non-fiskal.

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITI TANAMAN HIAS DAN ALIRAN PERDAGANGAN ANGGREK INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL Oleh : MAYA ANDINI KARTIKASARI NRP. A14105684 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian

1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian I. PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang lkan tuna sebagai salah satu sumber bahan baku bagi perekonomian lndonesia memegang peran yang cukup penting, mengingat potensi sumberdaya ikan tuna di perairan lndonesia

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING RUMPUT LAUT INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING RUMPUT LAUT INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING RUMPUT LAUT INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL SKRIPSI MARK MAJUS RAJAGUKGUK H34066078 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 ANALISIS

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI JENIS-JENIS IKAN TUNA DI LAPANGAN. Jenis-jenis ikan tuna. dan. Jenis-jenis yang serupa tuna ( tuna-like species )

MENGIDENTIFIKASI JENIS-JENIS IKAN TUNA DI LAPANGAN. Jenis-jenis ikan tuna. dan. Jenis-jenis yang serupa tuna ( tuna-like species ) MENGIDENTIFIKASI JENIS-JENIS IKAN TUNA DI LAPANGAN Jenis-jenis ikan tuna dan Jenis-jenis yang serupa tuna ( tuna-like species ) Presentasi oleh Prof. Dr Gede Sedana Merta, Balai Riset Perikanan Laut, Muara

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumber daya perikanan dapat dipandang sebagai suatu komponen dari ekosistem perikanan dan memiliki peranan ganda sebagai faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komoditas Udang di Pasaran Internasional

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komoditas Udang di Pasaran Internasional II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komoditas Udang di Pasaran Internasional Komoditas udang dalam dunia perdagangan biasa disebut dengan istilah shrimp. Spesies udang sendiri di seluruh dunia tercatat tidak kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi perekonomian nasional, termasuk di dalamnya agribisnis. Kesepakatan-kesepakatan pada organisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT

TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT TINGKAT KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PRODUK IKAN SEGAR DI PASAR IKAN HIGIENIS EVERFRESH FISH MARKET PEJOMPONGAN, JAKARTA PUSAT NURUL YUNIYANTI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H14084011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM : ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI Oleh : DEVI KUNTARI NPM : 0824010021 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JATIM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 ekonomi K e l a s XI PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami tentang teori perdagangan

Lebih terperinci

PERNYATAAN ORISINALITAS...

PERNYATAAN ORISINALITAS... Judul : PENGARUH KURS DOLLAR AMERIKA SERIKAT, LUAS AREA BUDIDAYA, INDEKS HARGA PERDAGANGAN BESAR, JUMLAH PRODUKSI TERHADAP EKSPOR UDANG INDONESIA TAHUN 2000-2015 Nama : I Kadek Widnyana Mayogantara NIM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN P R O S I D I N G 113 DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT Erlangga Esa Buana 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya E-mail: erlanggaesa@gmail.com PENDAHULUAN Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 0 tahun terakhir terus menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris karena memiliki kekayaan alam yang berlimpah, terutama di bidang sumber daya pertanian seperti lahan, varietas serta iklim yang

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING IKAN TUNA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING IKAN TUNA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING IKAN TUNA INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL SKRIPSI INDRY NILAM CAHYA H34051584 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN INDRY NILAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi PT. Agung Sumatera Samudera Abadi secara legalitas berdiri pada tanggal 25 Januari 1997 sesuai dengan akta pendirian perseroan

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL INDONESIA DI PASAR AMERIKA SERIKAT OLEH : AHMAD HERI FIRDAUS H14103079 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB VII Perdagangan Internasional

BAB VII Perdagangan Internasional SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN EKONOMI BAB VII Perdagangan Internasional Dr. KARDOYO, M.Pd. AHMAD NURKHIN, S.Pd. M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HARY RACHMAT RIYADI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu ingin menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui usahausahanya dalam membangun perekonomian.

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG Oleh : Harry Priyaza C54103007 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK SINGGIH PRIHADI AJI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuna mata besar (Thunnus obesus) atau lebih dikenal dengan bigeye tuna adalah salah satu anggota Famili Scombridae dan merupakan salah satu komoditi ekspor perikanan tuna

Lebih terperinci

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT JEANNY FRANSISCA SIMBOLON SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

DAYA PERAIRAN. Fisheries Department UMM

DAYA PERAIRAN. Fisheries Department UMM EKSPLORASI SUMBER DAYA PERAIRAN RizaRahman Hakim, S.Pi Fisheries Department UMM Pendahuluan Kontribusi produksi perikanan nasional sampai saat ini masih didominasi usaha perikanan tangkap, khususnya perikanan

Lebih terperinci

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL Proses tukar menukar atau jual beli barang atau jasa antar satu negara dengan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan bersama dengan tujuan

Lebih terperinci

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan,

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan, 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan, yang terbentang di katulistiwa di antara dua benua : Asia dan Australia, dan dua samudera : Hindia dan Pasifik,

Lebih terperinci

TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR

TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR TEKNIK PEMBIUSAN MENGGUNAKAN SUHU RENDAH PADA SISTEM TRANSPORTASI UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) TANPA MEDIA AIR Oleh : Wida Handini C34103009 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI SEPTEMBER 2015 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-September 2015, neraca perdagangan Thailand

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor)

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PEMASARAN KAYU SENGON GERGAJIAN (Studi Kasus di Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor) Skripsi AHMAD MUNAWAR H 34066007 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci