PENERAPAN MODEL SMITH DAN DEKKER PADA MESIN ROTARY KILN (STUDI KASUS: PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK) JEPRI SIRAIT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN MODEL SMITH DAN DEKKER PADA MESIN ROTARY KILN (STUDI KASUS: PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK) JEPRI SIRAIT"

Transkripsi

1 PENERAPAN MODEL SMITH DAN DEKKER PADA MESIN ROTARY KILN (STUDI KASUS: PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK) JEPRI SIRAIT DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penerapan Model Smith dan Dekker pada Mesin Rotary Kiln (Studi Kasus: PT Semen Indonesia (Persero) Tbk) adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014 Jepri Sirait NIM G

4 ABSTRAK JEPRI SIRAIT. Penerapan Model Smith dan Dekker pada Mesin Rotary Kiln (Studi Kasus: PT Semen Indonesia (Persero) Tbk). Dibimbing oleh I WAYAN MANGKU dan MUHAMMAD ILYAS. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur yang memproduksi semen. Salah satu mesin yang sangat penting dalam menentukan kualitas produksi semen yaitu mesin rotary kiln. Mesin rotary kiln adalah salah satu mesin dalam unit pembakaran yang berfungsi menghasilkan terak yang merupakan bahan dasar semen. Kerusakan yang muncul pada mesin ini dapat menimbulkan gangguan terhadap proses produksi dan akan menghambat kelangsungan produksi mesin yang lain. Model Smith dan Dekker menggabungkan model ketersediaan dan model perawatan preventif dengan memperhatikan uptime dan downtime dari sistem. Model ini disebut sebagai model out of system, yaitu sebuah model yang terdiri atas satu mesin yang beroperasi dan didukung oleh buah mesin cadangan. Model out of system juga dapat diterapkan pada komponen-komponen yang dapat diganti. Dengan mengetahui perkiraan uptime dan downtime sistem, dapat diperoleh perkiraan yang baik untuk rata-rata biaya perawatan dalam jangka waktu panjang. Berdasarkan analisis perhitungan uptime, downtime, dan biaya serta peluang sukses mesin dengan pertimbangan ketersediaan jumlah komponen mesin cadangan, diperoleh waktu penggantian yang optimal untuk defuser, kiln drive, cooler, dan alarm yaitu jam. Selain itu, banyaknya komponen mesin cadangan yang optimal untuk defuser, kiln drive, cooler, dan alarm sebesar unit. Kata kunci: biaya perawatan, model out of system, rotary kiln, waktu penggantian ABSTRACT JEPRI SIRAIT. Implementation of Smith and Dekker s Model on Rotary Kiln Machine (Case Study: PT Semen Indonesia (Persero) Tbk). Supervised by I WAYAN MANGKU and MUHAMMAD ILYAS. PT Semen Indonesia (Persero) Tbk is a company which engages in infrastructure that produces cement. One of machines that is so important to determine the quality of cement production is rotary kiln machine. Rotary kiln machine is one of machines in the combustion unit which produces slag that is used in the main substance of cement. The damage of this machine can disrupt the production process and stop the activities of other machines. Model by Smith and Dekker combines machines availability and preventive maintenance models by considering the expected uptime and downtime of the system. This model is called as out of system model, which has one operating machine and supported by units of the reserve machines. A out of system is also applicable to replaceable components. By knowing approximation of the expected uptime and downtime of the system, a good approximation for the long term average maintenance costs can be obtained. Based on the calculation analysis of the uptime, downtime, and cost with

5 the chances of a successful machine with consider the number of the reserve machine components, the optimal replacement times of defuser, kiln drive, cooler, and alarm are hours. Moreover, the optimal number of the reserve machine components of defuser, kiln drive, cooler, and alarm are units. Key words: maintenance cost, out of system model, replacement time, rotary kiln

6

7 PENERAPAN MODEL SMITH DAN DEKKER PADA MESIN ROTARY KILN (STUDI KASUS: PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) TBK) JEPRI SIRAIT Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Matematika DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8

9 Judul Skripsi: Penerapan Model Smith dan Dekker pada Mesin Rotary Kiln (Studi Kasus: PT Semen Indonesia (Persero) Tbk) Nama : Jepri Sirait NIM : G Disetujui oleh Prof Dr Ir I Wayan Mangku, MSc Pembimbing I Muhammad Ilyas, MSi, MSc Pembimbing II Diketahui oleh Dr Toni Bakhtiar, MSc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 sampai Juni 2014 ini ialah perawatan mesin, dengan judul Penerapan Model Smith dan Dekker pada Mesin Rotary Kiln (Studi Kasus: PT Semen Indonesia (Persero) Tbk). Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir I Wayan Mangku, M Sc dan Bapak Muhammad Ilyas, MSi, MSc selaku pembimbing, serta Bapak Dr Ir Hadi Sumarno, MSc yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Fredy Agung Prabowo, ST dan Bapak Heru Setiawan dari PT Semen Indonesia (Persero) Tbk yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Yono, Bapak Asep, Ibu Ade, dan staf Departemen Matematika lainnya atas keramahan dan kebaikannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah (alm), ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Agustus 2014 Jepri Sirait

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR LAMPIRAN ix PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 2 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 Batasan Penelitian 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 Definisi Perawatan 3 Fungsi Sebaran Kerusakan 3 Notasi-Notasi dalam Model Smith dan Dekker (1997) 5 Penentuan Waktu Penggantian dan Jumlah Mesin Cadangan yang Optimal 6 METODE PENELITIAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Penetapan Komponen Kritis 7 Peluang Sukses Mesin dalam Beroperasi 16 SIMPULAN DAN SARAN 18 Simpulan 18 Saran 19 DAFTAR PUSTAKA 19 LAMPIRAN 20 RIWAYAT HIDUP 34

12 DAFTAR TABEL 1 Total waktu kerusakan komponen mesin rotary kiln 7 2 Pola sebaran kerusakan komponen mesin rotary kiln 10 3 Nilai F Tpm dan R Tpm pada defuser, kiln drive, cooler, dan alarm 11 4 Nilai uptime, downtime, dan biaya pada defuser (441 FN2) 13 5 Nilai uptime, downtime, dan biaya pada kiln drive (441 KL1) 13 6 Nilai uptime, downtime, dan biaya pada cooler (441 CC1) 14 7 Nilai uptime, downtime, dan biaya pada alarm (441 AN1) 14 8 Hasil nilai laju kerusakan dan peluang sukses mesin dalam beroperasi untuk defuser 17 9 Hasil nilai laju kerusakan dan peluang sukses mesin dalam beroperasi untuk kiln drive Hasil nilai laju kerusakan dan peluang sukses mesin dalam beroperasi untuk cooler Hasil nilai laju kerusakan dan peluang sukses mesin dalam beroperasi untuk alarm Hasil nilai laju kerusakan dan peluang sukses mesin rotary kiln dalam beroperasi 18 DAFTAR GAMBAR 1 Fungsi kepekatan peluang sebaran normal (μ = 1.5; σ = 0.5) 4 2 Fungsi kepekatan peluang sebaran eksponensial (λ = 1.6) 4 3 Fungsi kepekatan peluang sebaran Weibull dengan beberapa nilai β yang berbeda (α = 1) 5 4 Mesin rotary kiln dan beberapa nama komponennya 8 5 Sebaran laju kerusakan komponen defuser (441 FN2) 8 6 Sebaran laju kerusakan komponen kiln drive (441 KL1) 9 7 Sebaran laju kerusakan komponen cooler (441 CC1) 9 8 Sebaran laju kerusakan komponen alarm (441 AN1) 9 9 Plot uptime, downtime, dan biaya pada defuser (441 FN2) 16

13 DAFTAR LAMPIRAN 1 Perhitungan nilai fungsi sebaran kumulatif tiap komponen di setiap waktu t (t = T pm ) 20 2 Perhitungan uptime, downtime, dan biaya pada defuser 23 3 Perhitungan uptime, downtime, dan biaya pada kiln drive 24 4 Perhitungan uptime, downtime, dan biaya pada cooler 25 5 Perhitungan uptime, downtime, dan biaya pada alarm 26 6 Plot uptime, downtime, dan biaya pada kiln drive, cooler, dan alarm 27 7 Perhitungan laju kerusakan defuser dan peluang sukses mesin secara keseluruhan 30 8 Perhitungan laju kerusakan kiln drive dan peluang sukses mesin secara keseluruhan 31 9 Perhitungan laju kerusakan cooler dan peluang sukses mesin secara keseluruhan Perhitungan laju kerusakan alarm dan peluang sukses mesin secara keseluruhan 33

14

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia industri saat ini telah mengalami kemajuan pesat, yang juga diikuti dengan kemajuan teknologi yang semakin canggih. Hal ini mengakibatkan persaingan antar industri juga semakin ketat. Pada dasarnya, setiap perusahaaan menginginkan keuntungan yang maksimal dari hasil produksinya, dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan. Untuk mencapai keuntungan yang maksimal, setiap perusahaan memiliki strategi yang berbeda-beda dalam pencapaiannya. Salah satu elemen yang sangat penting dalam suatu proses produksi adalah mesin yang digunakan. Oleh karena itu, suatu keharusan bagi perusahaan untuk menjaga mesin agar tetap dalam kondisi prima. Suatu langkah yang bisa diterapkan adalah dengan melakukan perawatan terhadap mesin tersebut. Jika perusahaan melakukan perawatan sebelum terjadinya kerusakan (preventive maintenance), maka biaya yang dikeluarkan akan lebih kecil daripada biaya perawatan setelah kerusakan (corrective maintenance). Hal ini dikarenakan waktu yang dibutuhkan untuk perawatan pencegahan lebih kecil daripada waktu perawatan perbaikan sehingga uptime yang diharapkan dari sistem juga akan meningkat dan biaya-biaya operasi yang mungkin terjadi dapat dikendalikan (Sodikin 2011). PT Semen Indonesia (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur yang memproduksi semen. Salah satu mesin yang sangat penting dalam menentukan kualitas produksi semen yaitu mesin rotary kiln. Mesin rotary kiln adalah salah satu mesin dalam suatu unit pembakaran yang terdapat pada pabrik semen. Mesin ini berfungsi menghasilkan terak yang merupakan bahan dasar semen. Kerusakan yang muncul pada mesin ini akan berpotensi menimbulkan gangguan terhadap proses produksi dan akan menghambat kelangsungan produksi mesin yang lain, serta dapat menimbulkan ancaman keselamatan di lingkungan kerja sehingga mengurangi efektivitas dan efisiensi kinerja proses produksi. Mesin rotary kiln terdiri atas beberapa komponen, namun ada 4 komponen mesin yang menjadi fokus penelitian ini, yaitu defuser (441 FN2), kiln drive (441 KL1), cooler (441 CC1), dan alarm (441 AN1). Berdasarkan pengamatan sebelumnya, keempat komponen inilah yang paling sering mengalami kerusakan. Model yang sesuai untuk menggambarkan perawatan preventif adalah model Smith dan Dekker (1997). Model tersebut menggabungkan model ketersediaan dan model perawatan preventif dengan memperhatikan uptime dan downtime dari sistem. Model ini disebut sebagai model out of system, yaitu sebuah model yang terdiri atas satu mesin yang beroperasi dan didukung oleh buah mesin cadangan. Model out of system juga dapat diterapkan pada komponen-komponen yang dapat diganti. Selain itu, model ini menggunakan sebaran kerusakan yang meningkat terhadap waktu. Asumsi yang digunakan yaitu waktu yang dibutuhkan untuk perawatan preventif sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk perawatan perbaikan. Dengan mengetahui perkiraan uptime dan downtime sistem, dapat diperoleh perkiraan yang baik untuk rata-rata biaya perawatan dalam jangka waktu panjang.

16 2 Perumusan Masalah Perawatan terhadap mesin adalah suatu kegiatan wajib bagi perusahaan untuk menghindari kerugian yang akan terjadi akibat kerusakan mesin tersebut. Waktu terjadinya kerusakan pada mesin tidak bisa ditentukan dengan pasti, sehingga diperlukan perawatan yang optimal pada mesin untuk mencapai produktivitas yang diharapkan perusahaan. Permasalahan yang dibahas dalam karya ilmiah ini adalah bagaimana model sebaran kerusakan komponen mesin rotary kiln yang diteliti di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, kapan waktu penggantian yang optimal guna meminimumkan biaya perawatan dalam jangka waktu panjang, dan berapa banyaknya komponen mesin cadangan yang optimal untuk mendapatkan perawatan preventif dengan menggunakan model Smith dan Dekker (1997). Tujuan Penelitian Penulisan karya ilmiah ini bertujuan 1 meneliti model sebaran kerusakan komponen mesin rotary kiln di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, 2 menentukan waktu penggantian komponen mesin yang optimal guna meminimumkan biaya perawatan dalam jangka waktu panjang, 3 menentukan jumlah komponen mesin cadangan yang optimal untuk mendapatkan perawatan preventif dengan menggunakan model Smith dan Dekker. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat membantu PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dalam penentuan waktu penggantian komponen mesin yang optimal, serta penetapan jumlah komponen mesin cadangan untuk meminimumkan biaya perawatan dalam jangka waktu panjang. Batasan Penelitian Penelitian ini memiliki batasan-batasan agar fokus dalam menjawab permasalahan penelitian. Batasan-batasan tersebut adalah 1 mesin yang menjadi objek penelitian difokuskan pada unit pembakaran (rotary kiln), 2 data kerusakan mesin yang diteliti adalah pada bulan Januari November 2013.

17 3 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Perawatan Kegiatan perawatan memiliki peranan yang sangat penting untuk kelangsungan sistem dapat bekerja secara lancar dan optimal guna mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Assauri (1999), perawatan adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas, mesin dan peralatan pabrik, mengadakan perbaikan, penyesuaian atau penggantian yang memuaskan sesuai dengan apa yang diharapkan. Kegiatan perawatan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu perawatan preventif (preventive maintenance), perawatan perbaikan (corrective maintenance), dan perawatan sekaligus perbaikan secara keseluruhan (overhaul). Karya ilmiah ini hanya membahas perawatan dengan 2 cara, yaitu perawatan preventif (preventive maintenance) dan perawatan perbaikan (corrective maintenance). Perawatan preventif (preventive maintenance) memiliki banyak manfaat (Suharto 1991) yaitu 1 memperkecil waktu-waktu turun dan kerusakan mesin, 2 mengurangi kemungkinan pengeluaran karena rusaknya peralatan, 3 mengurangi pinjaman-pinjaman modal, 4 mengurangi biaya perawatan, 5 meminimalkan persediaan suku cadang, 6 memperkecil hilangnya gaji-gaji tambahan dari adanya turun mesin. Tidak bisa dipungkiri bahwa perawatan perbaikan (corrective maintenance) pasti akan terjadi terhadap sistem, namun dalam karya ilmiah ini dibahas bagaimana memaksimalkan perawatan preventif (preventive maintenance) mengingat banyaknya manfaat dari perawatan preventif (preventive maintenance) seperti yang sudah disebutkan di atas. Fungsi Sebaran Kerusakan Beberapa fungsi berikut dapat menguraikan sebaran kerusakan, seperti fungsi kepekatan peluang, fungsi sebaran, fungsi keandalan, dan fungsi laju kerusakan. Hubungan dari keempat fungsi tersebut (Sodikin 2011) yaitu 1 F(t) 1 ). Waktu terjadinya kerusakan pada mesin tidak bisa ditentukan dengan pasti. Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi perawatan mesin yang optimal. Kerusakan mesin dapat dianalisis dengan beberapa fungsi matematika. Fungsi matematika beserta bentuk fungsi kepekatan peluang, fungsi sebaran, fungsi keandalan, dan fungsi laju kerusakan yang biasa digunakan (Walpole dan Myers 1989) adalah sebagai berikut.

18 4 1 Sebaran normal: Sebaran ini dikenal dengan kurva fungsi kepekatannya yang berbentuk lonceng, serta simetris terhadap nilai rata-rata dan simpangan baku. fungsi kepekatan peluang = ( ) ], < < fungsi sebaran = [ ( ) ] fungsi keandalan = [ ] fungsi laju kerusakan = ( ). Gambar 1 Fungsi kepekatan peluang sebaran normal 2 Sebaran eksponensial: Sebaran ini dapat digunakan untuk menggambarkan laju kerusakan konstan terhadap waktu, artinya probabilitas kerusakan tidak bergantung pada lama pemakaian mesin. fungsi kepekatan peluang, untuk fungsi sebaran fungsi keandalan fungsi laju kerusakan. Gambar 2 Fungsi kepekatan peluang sebaran eksponensial

19 5 3 Sebaran Weibull: Sebaran ini paling banyak digunakan untuk menganalisis masalah kerusakan mesin. Sebaran ini dapat memodelkan laju kerusakan yang meningkat, menurun, atau tetap, bergantung pada besarnya nilai parameter bentuk. Saat, maka sebaran ini menyerupai sebaran eksponensial, dan, menyerupai sebaran normal (Gambar 3). fungsi kepekatan peluang, untuk (1) fungsi sebaran (2) fungsi keandalan (3) fungsi laju kerusakan. (4) Gambar 3 Fungsi kepekatan peluang sebaran Weibull dengan beberapa nilai yang berbeda Notasi-Notasi dalam Model Smith dan Dekker (1997) τ up τ down pm cm S a : waktu uptime pada sistem dalam suatu waktu tertentu, : waktu downtime pada sistem dalam suatu waktu tertentu, : perawatan preventif (preventive maintenance), : perawatan perbaikan (corrective maintenance), : rata-rata waktu sistem untuk mendapatkan perawatan preventif/ penggantian sistem ( = dikalikan dengan 1 satuan waktu), : nilai fungsi kumulatif kerusakan sistem, : waktu perawatan preventif : waktu perawatan perbaikan : waktu perawatan saat waktu perawatan preventif sama dengan waktu perawatan perbaikan ( ), : banyaknya satuan waktu perawatan preventif atau penggantian sistem ( satuan waktu), : biaya tetap untuk suatu perawatan perbaikan, : biaya tetap untuk suatu perawatan preventif,

20 6 c d : biaya downtime sistem tiap satuan waktu, c r (t) : biaya kumulatif tiap satuan waktu, : banyaknya penggantian preventif atau perbaikan sistem maksimal yang diharapkan ( 1 kali), B1 : biaya minimum yang diharapkan. Penentuan Waktu Penggantian dan Jumlah Mesin Cadangan yang Optimal Model penentuan waktu perawatan preventif dengan memperhitungkan nilai uptime dan downtime yang diharapkan serta biaya per satuan waktu dengan memberikan beberapa nilai T pm yang berbeda adalah model Smith dan Dekker (1997). Uptime merupakan pertambahan lama waktu aktif pakai mesin/komponen, sedangkan downtime adalah penurunan lama waktu aktif pakai mesin/komponen. Nilai uptime, downtime, dan biaya per satuan waktu dihitung dengan asumsi yang digunakan yaitu waktu yang dibutuhkan untuk perawatan preventif sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk perawatan perbaikan. Smith dan Dekker (1997) menyatakan bahwa persamaan yang dipakai untuk menentukan uptime, downtime, dan biaya per satuan waktu adalah sebagai berikut E[τ up ] μ ( - ) (5) E[τ down ] ( - ) - / ( - ) (6) B1 ( ( ) ( - ( ))) E τ - E[τ ] E τ, (7) dengan E melambangkan nilai harapan. METODE PENELITIAN Pada karya ilmiah ini, data yang digunakan untuk menganalisis masalah yang dihadapi bersumber dari studi literatur dan data sekunder. Studi literatur dilakukan dengan mempelajari literatur untuk menambah referensi yang mendukung penelitian, sedangkan data sekunder didapatkan dari PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Adapun data mesin yang menjadi fokus penelitian adalah mesin rotary kiln yang digunakan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dalam proses produksi pada bulan Januari November Analisis data dilakukan untuk menguji pola sebaran dan menentukan parameter sebaran waktu antar kerusakan dengan menggunakan software. Selanjutnya menghitung uptime, downtime sistem, dan biaya per satuan waktu dengan menggunakan model Smith dan Dekker (1997) untuk menentukan banyaknya komponen mesin cadangan dan waktu penggantian optimal.

21 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Komponen Kritis Mesin rotary kiln adalah salah satu mesin dalam suatu unit pembakaran yang terdapat pada pabrik semen. Unit pembakaran merupakan bagian yang sangat penting keberadaannya karena akan menentukan kualitas semen yang dihasilkan. Secara umum, mesin rotary kiln berfungsi sebagai penghasil terak. Terak adalah material dari mesin suspension preheater berupa kristal yang memiliki bentuk tidak beraturan (amorf), yang selanjutnya dilakukan penggilingan pada mesin finish mill untuk mendapatkan hasil akhir berupa semen. Oleh karena itu, perlu penanganan intensif untuk menghasilkan semen yang sesuai dengan keinginan perusahaan dan menghindari kerugian akibat kerusakan yang terjadi. Mesin rotary kiln dibagi menjadi 4 zona sesuai dengan reaksi yang terjadi pada suhu di mana reaksi tersebut berlangsung. Zona-zona tersebut yaitu 1 zona kalsinasi, pada kondisi suhu C sampai C, 2 zona transisi, pada kondisi suhu C sampai C, 3 zona klinkerisasi, pada kondisi suhu C sampai C, 4 zona pendinginan, terjadi penurunan suhu dari C menjadi C. Berdasarkan perhitungan matematis terhadap data selama bulan Januari November 2013 untuk mesin rotary kiln, diperoleh total waktu kerusakan untuk tiaptiap komponennya seperti pada Tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 Total waktu kerusakan komponen mesin rotary kiln No. Nama komponen Total waktu kerusakan selama Januari mesin rotary kiln November 2013 (menit) 1 defuser (441 FN2) kiln drive (441 KL1) cooler (441 CC1) alarm (441 AN1) tyre ring (441 TR1) magenta (441 ER4) motor kiln (441 KL2) 1.37 Sumber: PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, Gresik. Pada karya ilmiah ini dibahas empat komponen mesin rotary kiln, yaitu defuser (441 FN2), kiln drive (441 KL1), cooler (441 CC1), dan alarm (441 AN1) karena dianggap rentan terhadap kerusakan (Tabel 1). Defuser (441 FN2) berfungsi menyeleksi bahan-bahan yang akan dibakar, kiln drive (441 KL1) berfungsi mengatur laju pembakaran material, cooler (441 CC1) berfungsi mendinginkan klinker dan memproduksi udara pembakar sekunder, dan alarm (441 AN1) berfungsi mengatur waktu penggantian material yang akan dibakar dalam rotary kiln. Kerusakan yang terjadi pada keempat komponen tersebut dapat mengakibatkan mesin rotary kiln tidak berfungsi dengan baik. Kerusakan komponen mesin juga dapat mengurangi efektivitas dan efisiensi kinerja proses produksi, sehingga diperlukan jadwal perawatan yang optimal pada mesin tersebut.

22 8 Mesin rotary kiln terdiri atas beberapa komponen. Selain komponen mesin yang sudah disebutkan pada Tabel 1, berikut nama-nama komponen lain penyusun mesin rotary kiln: kiln shell, tyre, supporting roll tyre, main gear, reduser kiln, inlet kiln, secondary iching drive, discharge kiln, hydrolic thrust device, dan fire brick. defuser alarm secondary iching drive kiln drive roll tyre cooler Gambar 4 Mesin rotary kiln dan beberapa nama komponennya Penentuan Sebaran Tingkat Kerusakan Komponen Mesin Rotary Kiln Sebelum membuat jadwal perawatan yang optimal pada mesin, terlebih dahulu harus diketahui sebaran waktu antar kerusakan tiap komponennya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan software. Hasil pengujian pola sebaran waktu antar kerusakan komponen dapat dilihat pada Gambar 5 8 di bawah ini. 1 Untuk komponen defuser (441 FN2), hasil gambar dari software: Gambar 5 Sebaran laju kerusakan komponen defuser (441 FN2)

23 9 2 Untuk komponen kiln drive (441 KL1), hasil gambar dari software: Gambar 6 Sebaran laju kerusakan komponen kiln drive (441 KL1) 3 Untuk komponen cooler (441 CC1), hasil gambar dari software: Gambar 7 Sebaran laju kerusakan komponen cooler (441 CC1) 4 Untuk komponen alarm (441 AN1), hasil gambar dari software: Gambar 8 Sebaran laju kerusakan komponen alarm (441 AN1)

24 10 Secara ringkas, hasil dari pengujian pola sebaran waktu antar kerusakan komponen dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2 Pola sebaran kerusakan komponen mesin rotary kiln No. Nama komponen Pola sebaran Nilai parameter 1 defuser (441 FN2) Weibull α = 0.157; β = kiln drive (441 KL1) Weibull α = 0.159; β = cooler (441 CC1) Weibull α = 0.172; β = alarm (441 AN1) Weibull α = 0.204; β = Pola sebaran yang dipilih adalah pola sebaran dengan nilai square error terkecil. Pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa sebaran Weibull memiliki nilai square error pada defuser, kiln drive, cooler, dan alarm berturut-turut adalah , , , dan Sebaran eksponensial memiliki nilai square error berturut-turut adalah , , , dan , sedangkan sebaran normal memiliki nilai square error berturut-turut adalah , , , dan Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebaran yang paling cocok untuk menggambarkan kondisi kerusakan tiap komponen yang diuji adalah sebaran Weibull yang memiliki nilai square error terkecil. Keempat komponen tersebut menyebar Weibull, artinya waktu terjadinya kerusakan di tiap komponen tidak bisa dipastikan di awal, pertengahan, atau akhir pemakaiannya. Nilai α menyatakan parameter umur karakteristik (parameter skala/scalling parameter), sedangkan β menyatakan parameter bentuk (shaping parameter), yakni nilai kemiringan kurva sebaran Weibull. Dengan mengetahui pola sebaran serta nilai parameter tiap komponen, nilai fungsi sebaran kumulatif kerusakan tiap komponen dapat ditentukan dengan menggunakan rumus fungsi sebaran Weibull berikut F Tpm = 1 exp[ ( β ], (8) nilai T pm (T pm = t) yang diberikan yaitu rentang waktu perawatan preventif (Mean Time Between Maintenance (MTBM)). Selain itu juga dihitung nilai R Tpm, yakni nilai keandalan tiap komponen dengan menggunakan rumus R Tpm = 1 F Tpm. (9) Berikut contoh perhitungan F Tpm dan R Tpm pada defuser (441 FN2) untuk T pm = jam: F Tpm = 1 exp[ ( ] = R Tpm = 1 F Tpm = = Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk T pm = , , , , dan jam pada kiln drive (441 KL1), cooler (441 CC1), dan alarm (441 AN1) disajikan di Lampiran 1. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini.

25 11 Tabel 3 Nilai F Tpm dan R Tpm pada defuser, kiln drive, cooler, dan alarm T pm defuser kiln drive cooler alarm (jam) F Tpm R Tpm F Tpm R Tpm F Tpm R Tpm F Tpm R Tpm Berdasarkan Tabel 3 di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu penggantian T pm pada keempat komponen mesin mengakibatkan peluang terjadinya kerusakan F Tpm akan semakin besar. Peluang kerusakan mesin berdasarkan nilai kumulatif kerusakan maksimum secara berturut-turut mulai dari yang terbesar adalah kiln drive (99.1%), defuser (78.2%), cooler (73.8%), dan alarm (69.3%). Semakin besar nilai F Tpm pada komponen mesin mengakibatkan nilai keandalan mesin R Tpm semakin rendah, karena R Tpm = 1 F Tpm. Nilai F Tpm sebesar dan T pm sebesar jam pada defuser menunjukkan bahwa nilai persentase kumulatif kerusakan defuser pada waktu jam adalah sebesar 75.2%. Sebaliknya, persentase keandalan defuser setelah waktu jam adalah 24.8%. Perhitungan Uptime, Downtime, dan Biaya per Satuan Waktu dengan R pm = S Tahap selanjutnya adalah perhitungan uptime, downtime, serta biaya per satuan waktu yang diharapkan (biaya minimum). Perhitungan dilakukan dengan memberikan nilai T pm yang berbeda, yaitu waktu penggantian suatu komponen untuk tindakan preventif (T pm = 74.66, , , , , dan jam), banyaknya komponen cadangan n (n = 2, 3, dan 4 unit), dan waktu perawatan S (S = 6.3 jam). Tujuannya adalah menentukan waktu penggantian dan banyaknya komponen cadangan yang optimal. Model Smith dan Dekker (1997) dapat digunakan untuk menghitung uptime, downtime, dan biaya yang diharapkan dengan menggunakan persamaan (5) (7) dengan asumsi waktu yang dibutuhkan untuk perawatan preventif sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk perawatan perbaikan (R pm = S). Berikut diberikan contoh dan hasil perhitungan untuk tiap komponen mesin: 1 Contoh perhitungan uptime, downtime, dan biaya pada defuser (441 FN2) untuk T pm = jam dan n = 2 unit: E[τ up ] =15.76 E[τ down ] dt/ = 5.30 B1 ( ( )) = Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk T pm = , , , , dan jam disajikan di Lampiran 2. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

26 12 2 Contoh perhitungan uptime, downtime, dan biaya pada kiln drive (441 KL1) untuk T pm = jam dan n = 2 unit: E[τ up ] = = E[τ down ] = dt/ = 5.30 B ( ( )) = Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk T pm = , , , , dan jam disajikan di Lampiran 3. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. 3 Contoh perhitungan uptime, downtime, dan biaya pada cooler (441 CC1) untuk T pm = jam dan n = 2 unit: E[τ up ] =16.55 E[τ down ] dt/ = 5.30 B1 ( ( )) = Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk T pm = , , , , dan jam disajikan di Lampiran 4. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 6. 4 Contoh perhitungan uptime, downtime, dan biaya pada alarm (441 AN1) untuk T pm = jam dan n = 2 unit: E[τ up ] =17.43 E[τ down ] dt/ = 5.30 B1 ( ( )) = Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk T pm = , , , , dan jam disajikan di Lampiran 5. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.

27 13 14 Tabel 4 Nilai uptime, downtime, dan biaya pada defuser (441 FN2) n = 2 unit n = 3 unit n = 4 unit T pm Uptime Downtime Uptime Downtime Uptime Downtime Biaya (jam) Biaya (rupiah) Biaya (rupiah) (jam) (jam) (jam) (jam) (jam) (jam) (rupiah) Tabel 5 Nilai uptime, downtime, dan biaya pada kiln drive (441 KL1) n = 2 unit n = 3 unit n = 4 unit T pm Uptime Downtime Uptime Downtime Uptime Downtime Biaya (jam) Biaya (rupiah) Biaya (rupiah) (jam) (jam) (jam) (jam) (jam) (jam) (rupiah)

28 14 Tabel 6 Nilai uptime, downtime, dan biaya pada cooler (441 CC1) n = 2 unit n = 3 unit n = 4 unit T pm (jam) Uptime Downtime Uptime Downtime Uptime Downtime Biaya Biaya (rupiah) Biaya (rupiah) (jam) (jam) (jam) (jam) (jam) (jam) (rupiah) Tabel 7 Nilai uptime, downtime, dan biaya pada alarm (441 AN1) n = 2 unit n = 3 unit n = 4 unit T pm (jam) Uptime Downtime Uptime Downtime Uptime Downtime Biaya Biaya (rupiah) Biaya (rupiah) (jam) (jam) (jam) (jam) (jam) (jam) (rupiah)

29 Downtime (jam) Uptime (jam) 15 Berdasarkan Tabel 4 7 di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu penggantian (T pm ) pada komponen, maka nilai uptime akan meningkat. Semakin banyak jumlah persediaan komponen cadangan (n) juga menunjukkan peningkatan yang signifikan pada uptime. Hal ini menunjukkan bahwa umur hidup dari suatu mesin dapat ditentukan dari waktu penggantian komponen dan banyaknya persediaan komponen mesin cadangannya. Berbeda halnya pada uptime yang selalu meningkat ketika n dan T pm dinaikkan, downtime memiliki nilai konstan terhadap n dan T pm, artinya n dan T pm tidak memengaruhi downtime mesin tersebut. Dari keempat komponen, terlihat bahwa waktu downtime perusahaan saat ini konstan. Biaya perawatan defuser (441 FN2), cooler (441 CC1), dan alarm (441 AN1) akan semakin meningkat saat nilai T pm diperbesar, sedangkan biaya perawatan kiln drive (441 KL1) akan semakin menurun saat nilai T pm diperbesar. Komponen cadangan yang semakin banyak akan menurunkan total biaya per unit waktu yang diharapkan. Hal ini berlaku untuk keempat komponen tersebut. Berikut diberikan plot grafik uptime, downtime, dan biaya pada defuser (441 FN2) (plot grafik komponen lainnya dapat dilihat di Lampiran 6). 150 Grafik uptime pada defuser Tpm (jam) UP n=2 UP n=3 UP n= Grafik downtime pada defuser DT n=2 DT n= Tpm (jam) DT n=4

30 Biaya (rupiah) 16 Grafik biaya pada defuser , , , ,00 0, Tpm (jam) B n=2 B n=3 B n=4 Gambar 9 Plot uptime, downtime, dan biaya pada defuser (441 FN2) Peluang Sukses Mesin dalam Beroperasi Kesuksesan suatu mesin dalam beroperasi merupakan suatu faktor yang sangat penting untuk menghasilkan produk berkualitas tinggi. Suatu mesin dapat bekerja dengan baik apabila didukung kondisi komponen-komponennya yang baik pula. Analisis selanjutnya adalah menghitung peluang sukses mesin secara keseluruhan dalam beroperasi. Analisis perhitungan peluang sukses dengan pertimbangan ketersediaan suku/komponen cadangan bertujuan mengetahui seberapa besar pengaruh kerusakan pada komponen-komponen yang diteliti terhadap kesiapan mesin secara keseluruhan dalam beroperasi. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung peluang kesuksesan suatu mesin dalam beroperasi dengan pertimbangan ketersediaan suku/komponen cadangan (Mustafa 1998) yaitu (10) dengan n menyatakan banyaknya komponen cadangan, t menyatakan waktu penggantian komponen, dan λ menyatakan laju kerusakan komponen pada waktu tertentu. Berdasarkan hasil pada Tabel 2, yang menyatakan bahwa sebaran kerusakan keempat komponen yang diteliti adalah Weibull, maka laju kerusakan komponen mesin dihitung dengan menggunakan persamaan (4). Contoh perhitungan laju kerusakan komponen mesin defuser (441 FN2) serta peluang kesuksesan mesin secara keseluruhan dalam beroperasi, jika persediaan komponen cadangannya sebesar 2 unit dengan t = jam (α = 0.157; β = 0.054) yaitu: λ = ) = , P = exp( (74.66)) (74.66)exp( (74.66)) + = 0, Perhitungan yang sama juga dilakukan untuk kiln drive (441 KL1), cooler (441 CC1), dan alarm (441 AN1) dengan t = 104.7, , , , dan jam, n = 2, 3, dan 4 unit, serta nilai α dan β dari masing-masing komponen (Tabel 2) disajikan di Lampiran Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8 11 di bawah ini.

31 17 Tabel 8 Hasil nilai laju kerusakan dan peluang sukses mesin dalam beroperasi untuk defuser T pm defuser λ(t) (jam) n = 2 unit n = 3 unit n = 4 unit Tabel 9 Hasil nilai laju kerusakan dan peluang sukses mesin dalam beroperasi untuk kiln drive T pm kiln drive λ(t) (jam) n = 2 unit n = 3 unit n = 4 unit Tabel 10 Hasil nilai laju kerusakan dan peluang sukses mesin dalam beroperasi untuk cooler T pm cooler λ(t) (jam) n = 2 unit n = 3 unit n = 4 unit Tabel 11 Hasil nilai laju kerusakan dan peluang sukses mesin dalam beroperasi untuk alarm T pm alarm λ(t) (jam) n = 2 unit n = 3 unit n = 4 unit Berdasarkan hasil perhitungan peluang kesuksesan mesin rotary kiln dalam beroperasi pada Tabel 8 11 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa semakin kecil waktu penggantian komponen, peluang sukses mesin semakin besar. Hal ini sesuai

32 18 untuk keempat komponen tersebut. Selain itu, peluang sukses mesin juga akan semakin besar saat banyaknya komponen mesin cadangan bertambah. Komponen defuser, cooler, dan alarm memiliki nilai peluang sukses mesin yang sangat besar, yakni mencapai 99.9%. Hasil tersebut berlaku saat persediaan komponen cadangan sebesar 2, 3, dan 4 unit, sedangkan peluang sukses mesin saat persediaan komponen pada kiln drive sebesar 2, 3, dan 4 unit berturut-turut adalah 96.9%, 99.5%, dan 99.9%. Hal ini sesuai dengan nilai tingkat keandalan R(t) pada kiln drive, yang memiliki persentase keandalan paling kecil dari ketiga komponen lainnya (Tabel 3). Laju kerusakan dari keempat komponen tersebut relatif kecil, yaitu tidak lebih dari 1%. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh kerusakan keempat komponen tersebut sangat kecil untuk kesuksesan mesin secara keseluruhan dalam beroperasi. Dengan asumsi bahwa masing-masing komponen memiliki pengaruh sebesar 25% terhadap mesin rotary kiln dibuat Tabel 12 berikut. Tabel 12 Hasil nilai laju kerusakan dan peluang sukses mesin rotary kiln dalam beroperasi Komponen mesin rotary kiln: defuser, kiln drive, T pm λ(t) cooler, dan alarm (jam) n = 2 unit n = 3 unit n = 4 unit Dari Tabel 12 di atas, terlihat bahwa mesin rotary kiln cukup sukses dalam beroperasi, bahkan dengan persediaan masing-masing komponen cadangan sebanyak 2 unit saja dan waktu penggantiannya sebesar jam, peluang sukses masih besar, yakni mencapai 98.35%. Selain itu, peluang sukses mesin paling besar, yakni mencapai 99.98% terjadi saat persediaan masing-masing komponen cadangan sebanyak 4 unit dan waktu penggantiannya yaitu jam. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa model kerusakan keempat komponen mesin rotary kiln (defuser (441 FN2), kiln drive (441 KL1), cooler (441 CC1), dan alarm (441 AN1)) di PT Semen Indonesia (Persero) Tbk pada bulan Januari November 2013 menyebar Weibull dengan masing-masing nilai parameter yang berbeda. Berdasarkan analisis perhitungan uptime, downtime, dan biaya serta peluang sukses mesin dengan pertimbangan ketersediaan jumlah suku/komponen mesin cadangan, diperoleh waktu penggantian yang optimal untuk defuser, kiln drive,

33 19 cooler, dan alarm yaitu jam. Selain itu, banyaknya komponen mesin cadangan yang optimal untuk defuser, kiln drive, cooler, dan alarm sebesar 4 unit. Saran Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, penelitian masih bisa dikembangkan dengan asumsi lain, misalnya waktu yang dibutuhkan untuk perawatan preventif tidak sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk perawatan perbaikan. Selain itu, dapat juga dilakukan penelitian mengenai seberapa besar pengaruh kerusakan komponen berbeda terhadap kesuksesan mesin rotary kiln dalam beroperasi. DAFTAR PUSTAKA Assauri, S Manajemen Produksi dan Operasi. Ed ke-4. Jakarta (ID): Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Mustafa, A Manajemen Perawatan. Bandung (ID): ITB Pr. Semen Indonesia Data Produksi Gresik (ID): Semen Indonesia. Smith MAJ, Dekker R Preventive maintenance in a 1 out of n system: The uptime, downtime, and costs. European Journal of Operational Research 99. p Sodikin, I Penentuan Kombinasi Waktu Perawatan Preventif dan Jumlah Persediaan Komponen Guna Meningkatkan Peluang Sukses Mesin dalam Memenuhi Target Produksi [skripsi]. Yogyakarta (ID): Institut Sains dan Teknologi AKPRIND. Suharto Manajemen Perawatan Mesin. Jakarta (ID): PT. Rineka Cipta Anggota IKAPI. Walpole RE, Myers RH Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuwan. Ed ke-4. Bandung (ID): ITB Pr.

34 20 Lampiran 1 Perhitungan nilai fungsi sebaran kumulatif dan keandalan tiap komponen di setiap waktu t (t = T pm ) defuser Untuk T pm = F Tpm = 1 exp[ ( ] = R Tpm = 1 F Tpm = = Untuk T pm = F Tpm = 1 exp[ ( ] = R Tpm = 1 F Tpm = = Untuk T pm = F Tpm = 1 exp[ ( ] = R Tpm = 1 F Tpm = = Untuk T pm = F Tpm = 1 exp[ ( ] = R Tpm = 1 F Tpm = = Untuk T pm = kiln drive Untuk T pm = F Tpm = 1 exp[ ( ] = R Tpm = 1 F Tpm = = F Tpm = 1 exp[ ( ] = R Tpm = 1 F Tpm = = Untuk T pm = F Tpm = 1 exp[ ( ] = R Tpm = 1 F Tpm = = Untuk T pm = F Tpm = 1 exp[ ( ] = R Tpm = 1 F Tpm = = Untuk T pm = F Tpm = 1 exp[ ( ] = R Tpm = 1 F Tpm = = Untuk T pm =

35 21 F Tpm = 1 exp[ ( ] = R Tpm = 1 F Tpm = = cooler Untuk T pm = F Tpm = 1 exp[ ( ] = R Tpm = 1 F Tpm = = Untuk T pm = F Tpm = 1 exp[ ( ] = R Tpm = 1 F Tpm = = Untuk T pm = F Tpm = 1 exp[ ( ] = R Tpm = 1 F Tpm = = Untuk T pm = F Tpm = 1 exp[ ( ] = R Tpm = 1 F Tpm = = Untuk T pm = F Tpm = 1 exp[ ( ] = R Tpm = 1 F Tpm = = alarm Untuk T pm = F Tpm = 1 exp[ ( ] = R Tpm = 1 F Tpm = = Untuk T pm = F Tpm = 1 exp[ ( ] = R Tpm = 1 F Tpm = = Untuk T pm = F Tpm = 1 exp[ ( ] = R Tpm = 1 F Tpm = = Untuk T pm = F Tpm = 1 exp[ ( ] = R Tpm = 1 F Tpm = = 0.311

36 22 Untuk T pm = F Tpm = 1 exp[ ( ] = R Tpm = 1 F Tpm = = 0.307

37 23 Lampiran 2 Perhitungan uptime, downtime, dan biaya pada defuser defuser (n 2) Untuk T pm E[τ up ] E[τ down ] dt/ 5.30 B1 ( ( )) Untuk T pm E[τ up ] E[τ down ] dt/ 5.30 B1 ( ( )) Untuk T pm E[τ up ] E[τ down ] dt/ 5.30 B1 ( ( )) Untuk T pm E[τ up ] E[τ down ] dt/ 5.30 B1 ( ( )) Untuk T pm E[τ up ] E[τ down ] dt/ 5.30 B1 ( ( )) defuser (n 3, 4) dapat dihitung dengan cara yang sama seperti pada defuser (n = 2) di atas.

38 24 Lampiran 3 Perhitungan uptime, downtime, dan biaya pada kiln drive kiln drive (n 2) Untuk T pm E[τ up ] E[τ down ] dt/ 5.30 B1 ( ( )) Untuk T pm E[τ up ] E[τ down ] dt/ 5.30 B1 ( ( )) Untuk T pm E[τ up ] E[τ down ] dt/ 5.30 B1 ( ( )) Untuk T pm E[τ up ] E[τ down ] dt/ 5.30 B1 ( ( )) Untuk T pm E[τ up ] E[τ down ] dt/ 5.30 B1 ( ( )) kiln drive (n 3, 4) dapat dihitung dengan cara yang sama seperti pada kiln drive (n = 2) di atas.

39 25 Lampiran 4 Perhitungan uptime, downtime, dan biaya pada cooler cooler (n 2) Untuk T pm E[τ up ] E[τ down ] dt/ 5.30 B1 ( ( )) Untuk T pm E[τ up ] = E[τ down ] dt/ 5.30 B1 ( ( )) Untuk T pm E[τ up ] E[τ down ] dt/ 5.30 B1 ( ( )) Untuk T pm E[τ up ] E[τ down ] dt/ 5.30 B1 ( ( )) Untuk T pm E[τ up ] E[τ down ] dt/ 5.30 B1 ( ( )) cooler (n atas. 3, 4) dapat dihitung dengan cara yang sama seperti pada cooler (n = 2) di

40 26 Lampiran 5 Perhitungan uptime, downtime, dan biaya pada alarm alarm (n 2) Untuk T pm E[τ up ] E[τ down ] dt/ 5.30 B1 ( ( )) Untuk T pm E[τ up ] E[τ down ] dt/ 5.30 B1 ( ( )) Untuk T pm E[τ up ] E[τ down ] dt/ 5.30 B1 ( ( )) Untuk T pm E[τ up ] E[τ down ] dt/ 5.30 B1 ( ( )) Untuk T pm E[τ up ] E[τ down ] dt/ 5.30 B1 ( ( )) alarm (n atas. 3, 4) dapat dihitung dengan cara yang sama seperti pada alarm (n = 2) di

41 Biaya (rupiah) Downtime (jam) Uptime (jam) 27 Lampiran 6 Plot uptime, downtime, dan biaya pada kiln drive, cooler, dan alarm Grafik uptime pada kiln drive Tpm (jam) UP n=2 UP n=3 UP n=4 6 5 Grafik downtime pada kiln drive, cooler, dan alarm Tpm (jam) DT n=2 DT n=3 DT n=4 Grafik biaya pada kiln drive , , , ,00 0, Tpm (jam) B n=2 B n=3 B n=4

42 Uptime (jam) Biaya (rupiah) Uptime (jam) 28 Grafik uptime pada cooler Tpm (jam) UP n=2 UP n=3 UP n=4 Grafik biaya pada cooler , , , , , , , ,00 0, Tpm (jam) B n=2 B n=3 B n= Grafik uptime pada alarm Tpm (jam) UP n=2 Up n=3 Up n=4

43 Biaya (rupiah) , , , , , , , ,00 0,00 Grafik biaya pada alarm Tpm (jam) B n=2 B n=3 B n=4

44 30 Lampiran 7 Perhitungan laju kerusakan defuser dan peluang sukses mesin secara keseluruhan Untuk defuser dengan t = , n = 2, dan (α = 0.157; β = 0.054) yaitu: λ = ) = P = exp( (104.70)) (104.70)exp( (104.70)) + = Untuk defuser dengan t = , n = 2, dan (α = 0.157; β = 0.054) yaitu: λ = ) = P = exp( (116.65)) (116.65)exp( ( )) + = Untuk defuser dengan t = , n = 2, dan (α = 0.157; β = 0.054) yaitu: λ = ) = P = exp( (167.25)) (167.25)exp( (167.25)) + = Untuk defuser dengan t = , n = 2, dan (α = 0.157; β = 0.054) yaitu: λ = ) = P = exp( (236.62)) (236.62)exp( (236.62)) + = Untuk defuser dengan t = , n = 2, dan (α = 0.157; β = 0.054) yaitu: λ = ) = P = exp( (364.56)) (364.56)exp( (364.56)) + = Untuk defuser (n = 3, 4) dapat dihitung dengan cara yang sama seperti pada defuser (n = 2) di atas.

45 31 Lampiran 8 Perhitungan laju kerusakan kiln drive dan peluang sukses mesin secara keseluruhan Untuk kiln drive dengan t = 74.66, n = 2, dan (α = 0.159; β = 0.198) yaitu: λ = ) = P = exp( (74.66)) (74.66)exp( (74.66)) + = Untuk kiln drive dengan t = , n = 2, dan (α = 0.159; β = 0.198) yaitu: λ = ) = P = exp( (104.70)) (104.70)exp( (104.70)) + = Untuk kiln drive dengan t = , n = 2, dan (α = 0.159; β = 0.198) yaitu: λ = ) = P = exp( (116.65)) (116.65)exp( (116.65)) + = Untuk kiln drive dengan t = , n = 2, dan (α = 0.159; β = 0.198) yaitu: λ = ) = P = exp( (167.25)) (167.25)exp( (167.25)) + = Untuk kiln drive dengan t = , n = 2, dan (α = 0.159; β = 0.198) yaitu: λ = ) = P = exp( (236.62)) (236.62)exp( (236.62)) + = Untuk kiln drive dengan t = , n = 2, dan (α = 0.159; β = 0.198) yaitu: λ = ) = P = exp( (364.56)) (364.56)exp( (364.56)) + = Untuk kiln drive (n = 3, 4) dapat dihitung dengan cara yang sama seperti pada kiln drive (n = 2) di atas.

46 32 Lampiran 9 Perhitungan laju kerusakan cooler dan peluang sukses mesin secara keseluruhan Untuk cooler dengan t = 74.66, n = 2, dan (α = 0.172; β = 0.038) yaitu: λ = ) = P = exp( (74.66)) (74.66)exp( (74.66)) + = Untuk cooler dengan t = , n = 2, dan (α = 0.172; β = 0.038) yaitu: λ = ) = P = exp( (104.70)) (104.70)exp( (104.70)) + = Untuk cooler dengan t = , n = 2, dan (α = 0.172; β = 0.038) yaitu: λ = ) = P = exp( (116.65)) (116.65)exp( (116.65)) + = Untuk cooler dengan t = , n = 2, dan (α = 0.172; β = 0.038) yaitu: λ = ) = P = exp( (167.25)) (167.25)exp( (167.25)) + = Untuk cooler dengan t = , n = 2, dan (α = 0.172; β = 0.038) yaitu: λ = ) = P = exp( (236.62)) (236.62)exp( (236.62)) + = Untuk cooler dengan t = , n = 2, dan (α = 0.172; β = 0.038) yaitu: λ = ) = P = exp( (364.56)) (364.56)exp( (364.56)) + = Untuk cooler (n = 3, 4) dapat dihitung dengan cara yang sama seperti pada cooler (n = 2) di atas.

Usulan Selang Waktu Perawatan dan Jumlah Komponen Cadangan Optimal dengan Biaya Minimum Menggunakan Metode Smith dan Dekker (Studi Kasus di PT.

Usulan Selang Waktu Perawatan dan Jumlah Komponen Cadangan Optimal dengan Biaya Minimum Menggunakan Metode Smith dan Dekker (Studi Kasus di PT. Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014 Usulan Selang Waktu Perawatan dan Jumlah Komponen Cadangan Optimal dengan Biaya

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode III ISSN: X Yogyakarta, 3 November 2012 PENENTUAN RELIABILITAS SISTEM DAN PELUANG SUKSES MESIN PADA JENIS SISTEM PRODUKSI FLOW SHOP Imam Sodikin 1 1 Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl.

Lebih terperinci

Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga. ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X

Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga. ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X = 0. Perlu diketahui bahwa luas kurva normal adalah satu (sebagaimana

Lebih terperinci

ANALISA KEANDALAN PADA PERALATAN UNIT PENGGILINGAN AKHIR SEMEN UNTUK MENENTUKAN JADWAL PERAWATAN MESIN (STUDI KASUS PT. SEMEN INDONESIA PERSERO TBK.

ANALISA KEANDALAN PADA PERALATAN UNIT PENGGILINGAN AKHIR SEMEN UNTUK MENENTUKAN JADWAL PERAWATAN MESIN (STUDI KASUS PT. SEMEN INDONESIA PERSERO TBK. ANALISA KEANDALAN PADA PERALATAN UNIT PENGGILINGAN AKHIR SEMEN UNTUK MENENTUKAN JADWAL PERAWATAN MESIN (STUDI KASUS PT. SEMEN INDONESIA PERSERO TBK.) I Gusti Ngr. Rai Usadha 1), Valeriana Lukitosari 2),

Lebih terperinci

USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME

USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME Much. Djunaidi dan Mila Faila Sufa Laboratorium Sistem Produksi, Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis/Disain Penelitian Dari sifat masalah penelitian dari uraian latar belakang masalah dapat dikategorikan kedalam penelitian kasus dan penelitian lapangan. Menurut Usman

Lebih terperinci

JADWAL PERAWATAN OVERHEAD CRANE DENGAN MENGGUNAKAN PROPORTIONAL HAZARDS MODEL DAN TOTAL TIME ON TEST PLOTTING DI PT. BUKAKA TEKNIK UTAMA *

JADWAL PERAWATAN OVERHEAD CRANE DENGAN MENGGUNAKAN PROPORTIONAL HAZARDS MODEL DAN TOTAL TIME ON TEST PLOTTING DI PT. BUKAKA TEKNIK UTAMA * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No. 01 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014 JADWAL PERAWATAN OVERHEAD CRANE DENGAN MENGGUNAKAN PROPORTIONAL HAZARDS MODEL

Lebih terperinci

Optimasi Preventive Maintenance pada Mesin Tuber. JurusanStatistika ITS

Optimasi Preventive Maintenance pada Mesin Tuber. JurusanStatistika ITS Optimasi Preventive Maintenance pada Mesin Tuber dan Bottomer dengan Metode Analisis Reliabilitas di PT Industri Kemasan Semen Gresik Oleh : Dosen Pembimbing : Drs. Haryono, MSIE Satria Hikmawan M.H (1309100070)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diharapkan, membutuhkan informasi serta pemilihan metode yang tepat. Oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diharapkan, membutuhkan informasi serta pemilihan metode yang tepat. Oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Pemecahan masalah untuk mencapai tujuan dan hasil penelitian yang diharapkan, membutuhkan informasi serta pemilihan metode yang tepat. Oleh karena itu, dalam Bab

Lebih terperinci

Analisis Pemeliharaan Mesin Raw Mill Pabrik Indarung IV PT Semen Padang

Analisis Pemeliharaan Mesin Raw Mill Pabrik Indarung IV PT Semen Padang Petunjuk Sitasi: Taufik, Fithri, P., & Arsita, R. (2017). Analisis Pemeliharaan Mesin Raw Mill Pabrik Indarung IV PT Semen Padang. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. C75-84). Malang: Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

PENENTUAN JADWAL PERAWATAN MESIN POMPA MELALUI ANALISIS KEANDALAN PADA PDAM GUNUNG LIPAN, SAMARINDA SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR

PENENTUAN JADWAL PERAWATAN MESIN POMPA MELALUI ANALISIS KEANDALAN PADA PDAM GUNUNG LIPAN, SAMARINDA SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR PENENTUAN JADWAL PERAWATAN MESIN POMPA MELALUI ANALISIS KEANDALAN PADA PDAM GUNUNG LIPAN, SAMARINDA SEBERANG, KALIMANTAN TIMUR Fathiruddin Ilwan, Fatkhul Hani Rumawan, Lina Dianati Fathimahhayati Program

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pemeliharaan (Maintenance) 3.1.1 Pengertian Pemeliharaan Pemeliharaan (maintenance) adalah suatu kombinasi dari setiap tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam,

Lebih terperinci

T U G A S A K H I R. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat. Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) DISUSUN OLEH : : Puguh Mursito adi

T U G A S A K H I R. Diajukan guna melengkapi sebagai syarat. Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) DISUSUN OLEH : : Puguh Mursito adi T U G A S A K H I R P e n e n t u a n I n t e r v a l P e r a w a t a n G u n a M e n u r u n k a n D o w n t i m e M e s i n P e n g e r i n g O v e n B o t o l D i PT. P h a r o s I n d o n e s i a Diajukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 MANAJEMEN PERAWATAN Manajemen perawatan adalah salah satu elemen penting dalam suatu perusahaan terutama dalam perusahaan manufaktur. Sehingga sangat dibutuhkan perawatan dalam

Lebih terperinci

Jurnal Telematika, vol. 10 no. 2, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN:

Jurnal Telematika, vol. 10 no. 2, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: Jurnal Telematika, vol. 10 no. 2, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-2516 Penentuan Jadwal Pemeliharaan Pencegahan dan Perhitungan Kebutuhan Komponen Kritis pada Mesin Tuber 645M dan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol No ISSN Jurnal Ilmiah Widya Teknik Vol. 13 --- No. 1 --- 2014 ISSN 1412-7350 PERANCANGAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CORRUGATING dan MESIN FLEXO di PT. SURINDO TEGUH GEMILANG Sandy Dwiseputra Pandi, Hadi

Lebih terperinci

PENJADWALAN PERAWATAN PREVENTIF PADA MESIN BUBUT (Studi Kasus Pada PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper, Klaten, Jawa Tengah) SKRIPSI

PENJADWALAN PERAWATAN PREVENTIF PADA MESIN BUBUT (Studi Kasus Pada PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper, Klaten, Jawa Tengah) SKRIPSI No. Skripsi : 122 66 2/1148/2013 PENJADWALAN PERAWATAN PREVENTIF PADA MESIN BUBUT (Studi Kasus Pada PT. Aneka Adhilogam Karya Ceper, Klaten, Jawa Tengah) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan

Lebih terperinci

Nelson Manurung 1* 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan *

Nelson Manurung 1* 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Medan * OPTIMASI JADWAL PEMELIHARAAN SCREW PRESS PEMERAS DAGING BUAH KELAPA SAWIT DENGAN METODE TIME BASED MAINTENANCE (Studi Kasus di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Aek Nabara Selatan) Nelson Manurung 1* 1 Jurusan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL TA. SURAT PENGAKUAN...ii. SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN...iii HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL TA. SURAT PENGAKUAN...ii. SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN...iii HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL TA i SURAT PENGAKUAN...ii SURAT KETERANGAN PERUSAHAAN...iii HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PERSAMAAN

Lebih terperinci

OPTIMASI PREVENTIVE MAINTENANCE DENGAN PSO (PARTICLE SWARM OPTIMIZATION) PADA SEMI LEAN SOLUTION PUMP 107-JC DI PABRIK I PT.

OPTIMASI PREVENTIVE MAINTENANCE DENGAN PSO (PARTICLE SWARM OPTIMIZATION) PADA SEMI LEAN SOLUTION PUMP 107-JC DI PABRIK I PT. OPTIMASI PREVENTIVE MAINTENANCE DENGAN PSO (PARTICLE SWARM OPTIMIZATION) PADA SEMI LEAN SOLUTION PUMP 107-JC DI PABRIK I PT. PETROKIMIA GRESIK Oleh : Widdhi Purwo Pudyastuti 2410 100 040 Pembimbing : Ir.

Lebih terperinci

INTERVAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN SUKU CADANG BAGIAN DIESEL PADA LOKOMOTIF KERETA API PARAHYANGAN * (STUDI KASUS DI PT. KERETA API INDONESIA)

INTERVAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN SUKU CADANG BAGIAN DIESEL PADA LOKOMOTIF KERETA API PARAHYANGAN * (STUDI KASUS DI PT. KERETA API INDONESIA) Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol.4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional April 2016 INTERVAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN SUKU CADANG BAGIAN DIESEL PADA LOKOMOTIF KERETA

Lebih terperinci

PREVENTIVE MAINTENANCE SYSTEM DENGAN CONSEQUENCE DRIVEN MAINTENANCE TERHADAP KEANDALAN MESIN SEBAGAI SOLUSI PENURUNAN BIAYA MAINTENANCE

PREVENTIVE MAINTENANCE SYSTEM DENGAN CONSEQUENCE DRIVEN MAINTENANCE TERHADAP KEANDALAN MESIN SEBAGAI SOLUSI PENURUNAN BIAYA MAINTENANCE PREVENTIVE MAINTENANCE SYSTEM DENGAN CONSEQUENCE DRIVEN MAINTENANCE TERHADAP KEANDALAN MESIN SEBAGAI SOLUSI PENURUNAN BIAYA MAINTENANCE Imam Sodikin, Endang Widuri Asih, dan Heru Setiawan Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI Didalam sebuah industri dan perdagangan terdapat beberapa faktor yang sangat penting untuk diperhatikan guna meningkatkan kinerja didalam sebuah industri yaitu: 1. Kelancaran dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Pada metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk dapat membantu menyelesaikan masalah dengan mudah, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memacu industri-industri

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memacu industri-industri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan teknologi yang semakin pesat, memacu industri-industri terus berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkannya. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: produksi pada departemen plastik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkah perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: produksi pada departemen plastik BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah Perancangan Langkah perancangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: a. Melakukan studi literatur sejumlah buku yang berkaitan dengan preventive maintenance.

Lebih terperinci

Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara Universitas Bina Nusantara Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 ANALISA PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MENINGKATKAN RELIABILITY DAN AVAILABILITY PADA MESIN PRESS DI PT INTIRUB

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 68 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Flowchart Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut ini flowchart diagaram alir metodologi penelitian untuk menganalisa terjadinya breakdown dan cara meminimasinya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi Pemecahan masalah adalah suatu proses berpikir yang mencakup tahapan-tahapan yang dimulai dari menentukan masalah, melakukan pengumpulan data melalui studi

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN WAKTU PERAWATAN DAN JUMLAH PERSEDIAAN SUKU CADANG RANTAI GARU YANG OPTIMAL

ANALISIS PENENTUAN WAKTU PERAWATAN DAN JUMLAH PERSEDIAAN SUKU CADANG RANTAI GARU YANG OPTIMAL ANALISIS PENENTUAN WAKTU PERAWATAN DAN JUMLAH PERSEDIAAN SUKU CADANG RANTAI GARU YANG OPTIMAL Imam Sodikin Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, IST AKPRIND Yogyakarta, dikiam12@yahoo.com

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI DEPARTEMEN NON JAHIT PT. KERTA RAJASA RAYA

IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI DEPARTEMEN NON JAHIT PT. KERTA RAJASA RAYA JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 3, NO. 1, JUNI 001: 18-5 IMPLEMENTASI TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI DEPARTEMEN NON JAHIT PT. KERTA RAJASA RAYA Tanti Octavia Ronald E. Stok Dosen Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Data Perbaikan Mesin Salah satu data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah data penggantian komponen mesin. Data kerusakan ini diambil

Lebih terperinci

ANALISIS INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS UNIT MESIN STITCHING UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN DAN MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS

ANALISIS INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS UNIT MESIN STITCHING UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN DAN MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS INFO TEKNIK Volume 17 No. 2 Desember 2016 (253-262) ANALISIS INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS UNIT MESIN STITCHING UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA PERAWATAN DAN MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS Fina Andika Frida

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 28 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemeliharaan (Maintenance) 2.1.1 Pengertian Pemeliharaan (Maintenance) Beberapa definisi pemeliharaan (maintenance) menurut para ahli: Menurut Patrick (2001, p407), maintenance

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KENDALAN DAN PENENTUAN INTERVAL WAKTU PERAWATAN MESIN POMPA DISTRIBUSI PADA PDAM TIRTA MUARE ULAKAN SAMBAS

ANALISIS TINGKAT KENDALAN DAN PENENTUAN INTERVAL WAKTU PERAWATAN MESIN POMPA DISTRIBUSI PADA PDAM TIRTA MUARE ULAKAN SAMBAS ANALISIS TINGKAT KENDALAN DAN PENENTUAN INTERVAL WAKTU PERAWATAN MESIN POMPA DISTRIBUSI PADA PDAM TIRTA MUARE ULAKAN SAMBAS Eddy Kurniawan 1* dan Muhammad Taufiqurrahman 2 Prodi Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH

ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH ANALISIS MODEL PELUANG BERTAHAN HIDUP DAN APLIKASINYA SUNARTI FAJARIYAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan

Lebih terperinci

KAJIAN RELIABILITAS DAN AVAILABILITAS PADA SISTEM KOMPONEN PARALEL

KAJIAN RELIABILITAS DAN AVAILABILITAS PADA SISTEM KOMPONEN PARALEL KAJIAN RELIABILITAS DAN AVAILABILITAS PADA SISTEM KOMPONEN PARALEL SKRIPSI Oleh : RIANA AYU ANDAM PRADEWI J2E 009 012 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2014

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2003:

JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2003: JURNAL TEKNIK INDUSTRI VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2003: 120-128 PERUMUSAN STRATEGI PENGGUNAAN MODUL PCM 4 EXCHANGE UNIT BERDASARKAN MEREK DAGANG DENGAN PENDEKATAN RELIABILITY (Studi Kasus : PT. TELKOM Tbk.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTREPETASI

BAB V ANALISA DAN INTREPETASI 73 BAB V ANALISA DAN INTREPETASI 5.1 Analisa Proses Produksi Semen Proses produksi dari semen ini dibagi menjadi 6 proses bagian yang besar. Keenam proses ini adalah sebagai berikut : 7. Proses Penambangan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERSEDIAAN KNIFE TC 63 mm BERDASARKAN ANALISIS RELIABILITAS (Studi Kasus di PT. FILTRONA INDONESIA)

PERENCANAAN PERSEDIAAN KNIFE TC 63 mm BERDASARKAN ANALISIS RELIABILITAS (Studi Kasus di PT. FILTRONA INDONESIA) TUGAS AKHIR - ST 1325 PERENCANAAN PERSEDIAAN KNIFE TC 63 mm BERDASARKAN ANALISIS RELIABILITAS (Studi Kasus di PT. FILTRONA INDONESIA) RENI FANDANSARI NRP 1307100521 Dosen Pembimbing Dra. Sri Mumpuni R.,

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN JADWAL PENGGANTIAN PENCEGAHAN GABUNGAN SUB KOMPONEN WATER COOLING PANEL DENGAN KRITERIA MINIMISASI EKSPEKTASI TOTAL BIAYA PERAWATAN DI PT. INTER WORLD STEEL MILLS INDONESIA Fifi Herni Mustofa 1*, Kusmaningrum

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan tempat Waktu pada penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus, September dan Oktober 2016 yang bertempat di Pabrik Kelapa Sawit 3.2 Rancangan penelitian Adapun

Lebih terperinci

Imam Sodikin Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, IST AKPRIND Yogyakarta amdiki@yahoo.com

Imam Sodikin Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, IST AKPRIND Yogyakarta amdiki@yahoo.com PENENTUAN INTERVAL PERAWATAN PREVENTIF KOMPONEN ELEKTRIK DAN KOMPONEN MEKANIK YANG OPTIMAL PADA MESIN EXCAVATOR SERI PC 200-6 DENGAN PENDEKATAN MODEL JARDINE Imam Sodikin Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERAWATAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) PADA MESIN DEKOMPOSER DI PETROGANIK PT. PETROKIMIA GRESIK SKRIPSI

MANAJEMEN PERAWATAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) PADA MESIN DEKOMPOSER DI PETROGANIK PT. PETROKIMIA GRESIK SKRIPSI MANAJEMEN PERAWATAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) PADA MESIN DEKOMPOSER DI PETROGANIK PT. PETROKIMIA GRESIK SKRIPSI Oleh : PRIMA PANGLIPUR J NPM. 0532010014 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasi pada suatu perusahaan adalah kesiapan mesin mesin produksi dalam. diperlukan adanya suatu sistem perawatan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. operasi pada suatu perusahaan adalah kesiapan mesin mesin produksi dalam. diperlukan adanya suatu sistem perawatan yang baik. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketidakstabilan perekonomian dan semakin tajamnya persaingan di dunia industri mengharuskan suatu perusahaan untuk lebih meningkatkan kelancaran kegiatan

Lebih terperinci

OPTIMISASI WAKTU PENGGANTIAN KOMPONEN PADA LOKOMOTIF DE CC 201 SERI 99 MENGGUNAKAN METODA AGE REPLACEMENT DI PT. KERETA API INDONESIA *

OPTIMISASI WAKTU PENGGANTIAN KOMPONEN PADA LOKOMOTIF DE CC 201 SERI 99 MENGGUNAKAN METODA AGE REPLACEMENT DI PT. KERETA API INDONESIA * ]Reka Integra ISSN: 2338-5081 [ Teknik Industri Itenas No.04 Vol. 01] Jurnal Online Institut Teknologi Nasional [April 2014] OPTIMISASI WAKTU PENGGANTIAN KOMPONEN PADA LOKOMOTIF DE CC 201 SERI 99 MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang semakin pesat memacu industri-industri terus berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkannya. Dalam bidang

Lebih terperinci

PENJADWALAN PERAWATAN PREVENTIVE PADA MESIN SLOTTING DI CV. CAHAYA ABADI TEKNIK *

PENJADWALAN PERAWATAN PREVENTIVE PADA MESIN SLOTTING DI CV. CAHAYA ABADI TEKNIK * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.04 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Oktober 2015 PENJADWALAN PERAWATAN PREVENTIVE PADA MESIN SLOTTING DI CV. CAHAYA ABADI

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Manajemen 3.1.1 Definisi Manajemen Definisi manajemen sangat luas, sehingga pada faktanya tidak ada defenisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Adapun bebrapa

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SKRIPSI. Kukuh Prabowo

TUGAS AKHIR SKRIPSI. Kukuh Prabowo TUGAS AKHIR SKRIPSI PENENTUAN INTERVAL PERAWATAN MESIN BUCKET ELEVATOR PADA KOMPONEN CHAIN DENGAN METODE ANALISA KEANDALAN DI PT. SEMEN INDONESIA TBK. DisusunOleh : Kukuh Prabowo 09540069 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN (BREAKDOWN) UNTUK PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA SEMI GANTRY CRANE 32 TON DI PT.

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN (BREAKDOWN) UNTUK PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA SEMI GANTRY CRANE 32 TON DI PT. ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN (BREAKDOWN) UNTUK PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE (RCM) PADA SEMI GANTRY CRANE 32 TON DI PT. RST TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kerusakan dan Pemeliharaan Suatu barang atau produk dikatakan rusak ketika produk tersebut tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik lagi (Stephens, 2004). Hal yang

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU PERAWATAN UNTUK PENCEGAHANPADA KOMPONEN KRITIS CYCLONE FEED PUMP BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWN TIME

PENENTUAN WAKTU PERAWATAN UNTUK PENCEGAHANPADA KOMPONEN KRITIS CYCLONE FEED PUMP BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWN TIME PENENTUAN WAKTU PERAWATAN UNTUK PENCEGAHANPADA KOMPONEN KRITIS CYCLONE FEED PUMP BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWN TIME Siti Nandiroh Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... INTISARI..... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... i ii iii iv vi xi DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Sejarah

Lebih terperinci

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW

PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE MESIN B.FLUTE PADA PT AMW Bahtiar S. Abbas 1 ; Edi Steven 2 ; Harry Christian 3 ; Tedy Sumanto 4 1,2,3,4 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan manufaktur menjadi semakin ketat. Setiap perusahaan berusaha

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan manufaktur menjadi semakin ketat. Setiap perusahaan berusaha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Industri manufaktur dewasa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat, hal ini disebabkan adanya perubahan yang dinamis sehingga kompetisi antara perusahaan

Lebih terperinci

ANALISA PERAWATAN DAN USULAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CONSTANT SPEED MIXER DI PT KEBAYORAN WARNA PRIMA

ANALISA PERAWATAN DAN USULAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CONSTANT SPEED MIXER DI PT KEBAYORAN WARNA PRIMA ANALISA PERAWATAN DAN USULAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN CONSTANT SPEED MIXER DI PT KEBAYORAN WARNA PRIMA TUGAS AKHIR Oleh Aryo Suyudi 1000876833 Ericknes 1000877911 Yosua Christhoper Alexander Rumawas

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

PENETAPAN JADWAL PERAWATAN MESIN SPEED MASTER CD DI PT. DHARMA ANUGERAH INDAH (DAI)

PENETAPAN JADWAL PERAWATAN MESIN SPEED MASTER CD DI PT. DHARMA ANUGERAH INDAH (DAI) Mulyono: PENETAPAN JADWAL PERAWATAN MESIN SPEED MASTER D DI PT. DHARMA... 9 PENETAPAN JADWAL PERAWATAN MESIN SPEED MASTER D DI PT. DHARMA ANUGERAH INDAH (DAI) Julius Mulyono ), Dini Endah Setyo Rahaju

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN 2337-4349

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN 2337-4349 ANALISIS PERAWATAN KOMPONEN KERETA API DI DIPO RANGKASBITUNG Mutmainah Mattjik, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat Abstrak

Lebih terperinci

PERANCANGAN PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. ARTHA PRIMA SUKSES MAKMUR

PERANCANGAN PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. ARTHA PRIMA SUKSES MAKMUR PERANCANGAN PENJADWALAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA PT. ARTHA PRIMA SUKSES MAKMUR Yugowati Praharsi 1, Iphov Kumala Sriwana 2, Dewi Maya Sari 3 Abstract: PT. Artha Prima Sukses Makmur memiliki lima mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era ini, industri menggunakan mesin-mesin untuk melakukan proses produksi. Namun, setiap mesin memiliki umur masing-masing. Mesin-mesin tersebut tidak selamanya

Lebih terperinci

PENDUGAAN FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN PELUANG WAKTU TUNGGU PROSES POISSON PERIODIK NADIROH

PENDUGAAN FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN PELUANG WAKTU TUNGGU PROSES POISSON PERIODIK NADIROH PENDUGAAN FUNGSI SEBARAN DAN FUNGSI KEPEKATAN PELUANG WAKTU TUNGGU PROSES POISSON PERIODIK NADIROH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Lebih terperinci

Analisa Penjadwalan dan Biaya Perawatan Mesin Press untuk Pembentukan Kampas Rem

Analisa Penjadwalan dan Biaya Perawatan Mesin Press untuk Pembentukan Kampas Rem JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No. 1, April 2000 : 50 61 Analisa Penjadwalan dan Biaya Perawatan Mesin Press untuk Pembentukan Kampas Rem Didik Wahjudi Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH

PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA 2 CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH PENDUGAAN PARAMETER WAKTU PERUBAHAN PROSES PADA CONTROL CHART MENGGUNAKAN PENDUGA KEMUNGKINAN MAKSIMUM SITI MASLIHAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN KERUSAKAN KOMPONEN OIL SEAL PADA MESIN BALL MILL DENGAN KRITERIA MINIMISASI TOTAL ONGKOS *

JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN KERUSAKAN KOMPONEN OIL SEAL PADA MESIN BALL MILL DENGAN KRITERIA MINIMISASI TOTAL ONGKOS * Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.01 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2015 JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN KERUSAKAN KOMPONEN OIL SEAL PADA MESIN BALL MILL

Lebih terperinci

PENERAPAN PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MENINGKATKAN RELIABILITY PADA BOILER FEED PUMP PLTU TARAHAN UNIT 3 & 4 TUGAS SARJANA

PENERAPAN PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MENINGKATKAN RELIABILITY PADA BOILER FEED PUMP PLTU TARAHAN UNIT 3 & 4 TUGAS SARJANA PENERAPAN PREVENTIVE MAINTENANCE UNTUK MENINGKATKAN RELIABILITY PADA BOILER FEED PUMP PLTU TARAHAN UNIT 3 & 4 TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO

ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO ANALISIS KETAHANAN DAN APLIKASINYA UNTUK PEMODELAN INTERVAL KELAHIRAN ANAK PERTAMA HARNANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI INTERVAL WAKTU PENGGANTIAN KOMPONEN MESIN PACKER TEPUNG TERIGU KEMASAN 25 KG DI PT X

OPTIMALISASI INTERVAL WAKTU PENGGANTIAN KOMPONEN MESIN PACKER TEPUNG TERIGU KEMASAN 25 KG DI PT X OPTIMALISASI INTERVAL WAKTU PENGGANTIAN KOMPONEN MESIN PACKER TEPUNG TERIGU KEMASAN 25 KG DI PT X Sutanto 1) dan Abdullah Shahab 2) 1,2) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

PERENCANAAN PREVENTIVE MAINTENANCE KOMPONEN CANE CUTTER I DENGAN PENDEKATAN AGE REPLACEMENT (Studi Kasus di PG Kebon Agung Malang)

PERENCANAAN PREVENTIVE MAINTENANCE KOMPONEN CANE CUTTER I DENGAN PENDEKATAN AGE REPLACEMENT (Studi Kasus di PG Kebon Agung Malang) PERENCANAAN PREVENTIVE MAINTENANCE KOMPONEN CANE CUTTER I DENGAN PENDEKATAN AGE REPLACEMENT (Studi Kasus di PG Kebon Agung Malang) PREVENTIVE MAINTENANCE IMPLEMENTATION OF CANE CUTTER I COMPONENT USING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT Semen Padang merupakan salah satu produsen semen terkemuka di Indonesia. PT Semen Padang menjadi industri semen pertama di Indonesia yang dibangun pada

Lebih terperinci

KAJIAN AVAILABILITAS PADA SISTEM KOMPONEN SERI

KAJIAN AVAILABILITAS PADA SISTEM KOMPONEN SERI KAJIAN AVAILABILITAS PADA SISTEM KOMPONEN SERI SKRIPSI Disusun oleh: AVIDA ANUGRAHENI CITAPRASETYA J2E 009 027 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2013 KAJIAN

Lebih terperinci

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI

ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI ANALISIS POLA KELAHIRAN MENURUT UMUR STUDI KASUS DI INDONESIA TAHUN 1987 DAN TAHUN 1997 SUMIHAR MEINARTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

(Studi Kasus :PT.Suri Tani Pemuka Banyuwangi)

(Studi Kasus :PT.Suri Tani Pemuka Banyuwangi) PENENTUAN INTERVAL WAKTU PENGGANTIAN KOMPONEN MESIN PELLETING MENGGUNAKAN METODE AGE REPLACEMENT (Studi Kasus :PT.Suri Tani Pemuka Banyuwangi) Skripsi Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan dengan perusahaan manufaktur lainnya, maka diperlukan kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan dengan perusahaan manufaktur lainnya, maka diperlukan kebijakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Di era globalisasi saat ini perusahaan manufaktur akan menghadapi persaingan dengan perusahaan manufaktur lainnya, maka diperlukan kebijakan untuk bersaing

Lebih terperinci

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PENGGANTIAN OPTIMUM KOMPONEN KRITIS MESIN HAMMER MILL DENGAN MODEL AGE REPLACEMENT DI PT. SEJATI COCONUT INDUSTRI

PENENTUAN INTERVAL WAKTU PENGGANTIAN OPTIMUM KOMPONEN KRITIS MESIN HAMMER MILL DENGAN MODEL AGE REPLACEMENT DI PT. SEJATI COCONUT INDUSTRI PENENTUAN INTERVAL WAKTU PENGGANTIAN OPTIMUM KOMPONEN KRITIS MESIN HAMMER MILL DENGAN MODEL AGE REPLACEMENT DI PT. SEJATI COCONUT INDUSTRI TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan menjelaskan latar belakang dilakukannya penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian yang ingin dicapai, batasan masalah dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2015

Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2015 Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2015 USULAN PENJADWALAN PERAWATAN MESIN GEAR HOBBING Y3150E MENGGUNAKAN PROPORTIONAL

Lebih terperinci

OPTIMASI JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN PADA MESIN TENUN UNIT SATU DI PT KSM, YOGYAKARTA

OPTIMASI JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN PADA MESIN TENUN UNIT SATU DI PT KSM, YOGYAKARTA OPTIMASI JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN PADA MESIN TENUN UNIT SATU DI PT KSM, YOGYAKARTA Fransiskus Tatas Dwi Atmaji Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University franstatas@telkomuniversity.ac.id

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu meliputi data dan metode analisis data yang digunakan untuk menentukan interval

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu meliputi data dan metode analisis data yang digunakan untuk menentukan interval BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Pada bab sebelumnya telah dijelasakan mengenai pemecahan masalah penelitian, yaitu meliputi data dan metode analisis data yang digunakan untuk menentukan interval

Lebih terperinci

ROI ADENAN H / FTI / TI

ROI ADENAN H / FTI / TI PERENCANAAN PERAWATAN DENGAN METODE RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) DI P.T VARIA USAHA BETON WARU-SIDOARJO SKRIPSI Oleh: ROI ADENAN H 0632010175 / FTI / TI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS

Lebih terperinci

OPTIMASI PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN TUBER DAN BOTTOMER DENGAN METODE ANALISIS RELIABILITAS DI PT X

OPTIMASI PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN TUBER DAN BOTTOMER DENGAN METODE ANALISIS RELIABILITAS DI PT X OPTIMASI PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN TUBER DAN BOTTOMER DENGAN METODE ANALISIS RELIABILITAS DI PT X Satria Hikmawan Masdarul Huda dan Drs Haryono, MSIE dan M. Sjahid Akbar, M.Si Jurusan a, Fakultas

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISA PERHITUNGAN PEMANFAATAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR TAMBAHAN DI CALCINER PT. SEMEN BATURAJA (PERSERO) TBK

KAJIAN ANALISA PERHITUNGAN PEMANFAATAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR TAMBAHAN DI CALCINER PT. SEMEN BATURAJA (PERSERO) TBK KAJIAN ANALISA PERHITUNGAN PEMANFAATAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR TAMBAHAN DI CALCINER PT. SEMEN BATURAJA (PERSERO) TBK Disusun sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan S1 Terapan Jurusan

Lebih terperinci

PENENTUAN KEBIJAKAN WAKTU OPTIMUM PERBAIKAN KOMPONEN MESIN FINISH MILL DI PT. SEMEN INDONESIA, Tbk PLANT TUBAN

PENENTUAN KEBIJAKAN WAKTU OPTIMUM PERBAIKAN KOMPONEN MESIN FINISH MILL DI PT. SEMEN INDONESIA, Tbk PLANT TUBAN TUGAS AKHIR SS 141501 PENENTUAN KEBIJAKAN WAKTU OPTIMUM PERBAIKAN KOMPONEN MESIN FINISH MILL DI PT. SEMEN INDONESIA, Tbk PLANT TUBAN AYUB SAMUEL YOSEPHA NRP 1315 105 015 Dosen Pembimbing Dr. Muhammad Mashuri,

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH

MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH MODEL MATEMATIKA UNTUK PERUBAHAN SUHU DAN KONSENTRASI DOPANT PADA PEMBENTUKAN SERAT OPTIK MIFTAHUL JANNAH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

SKRIPSI USULAN PERENCANAAN PERAWATAN PADA MESIN CURING MENGGUNAKAN METODE RCM II (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II)

SKRIPSI USULAN PERENCANAAN PERAWATAN PADA MESIN CURING MENGGUNAKAN METODE RCM II (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II) SKRIPSI USULAN PERENCANAAN PERAWATAN PADA MESIN CURING MENGGUNAKAN METODE RCM II (RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II) (STUDI KASUS PADA PT. BRIDGESTONE TIRE INDONESIA) Disusun oleh : RIAN JANUARSYAH 2012.10.215.130

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Manajemen operasi merupakan salah satu bidang yang berpengaruh sangat besar terhadap produktivitas pada bidang manufaktur maupun jasa. Dalam menjalankan operasionalnya,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. merupakan mesin paling kritis dalam industri pengolahan minyak sawit. Pabrik

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. merupakan mesin paling kritis dalam industri pengolahan minyak sawit. Pabrik BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Pengumpulan Data Kerusakan Mesin Dalam penelitian ini, penulis meneliti kerusakan pada mesin kempa yang merupakan mesin paling kritis dalam industri pengolahan minyak sawit.

Lebih terperinci

4.1.7 Data Biaya Data Harga Jual Produk Pengolahan Data Penentuan Komponen Kritis Penjadualan Perawatan

4.1.7 Data Biaya Data Harga Jual Produk Pengolahan Data Penentuan Komponen Kritis Penjadualan Perawatan DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT KETERANGAN DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN MOTTO...

Lebih terperinci

ANALISIS OPTIMALISASI PEMELIHARAAN MESIN PRODUKSI UNTUK MENCAPAI EFISIENSI BIAYA PEMELIHARAAN PADA PT. WANGSA JATRA LESTARI SURAKARTA SKRIPSI

ANALISIS OPTIMALISASI PEMELIHARAAN MESIN PRODUKSI UNTUK MENCAPAI EFISIENSI BIAYA PEMELIHARAAN PADA PT. WANGSA JATRA LESTARI SURAKARTA SKRIPSI ANALISIS OPTIMALISASI PEMELIHARAAN MESIN PRODUKSI UNTUK MENCAPAI EFISIENSI BIAYA PEMELIHARAAN PADA PT. WANGSA JATRA LESTARI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Tugas dan Memenuhi Syarat Syarat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR METODOLOGI PENELITIAN Dalam proses penyusunan laporan tugas akhir mengenai penerapan sistem Preventive Maintenance di departemen 440/441 men summer shoes pada

Lebih terperinci

PENGHAMBATAN DEGRADASI SUKROSA DALAM NIRA TEBU MENGGUNAKAN GELEMBUNG GAS NITROGEN DALAM REAKTOR VENTURI BERSIRKULASI TEUKU IKHSAN AZMI

PENGHAMBATAN DEGRADASI SUKROSA DALAM NIRA TEBU MENGGUNAKAN GELEMBUNG GAS NITROGEN DALAM REAKTOR VENTURI BERSIRKULASI TEUKU IKHSAN AZMI PENGHAMBATAN DEGRADASI SUKROSA DALAM NIRA TEBU MENGGUNAKAN GELEMBUNG GAS NITROGEN DALAM REAKTOR VENTURI BERSIRKULASI TEUKU IKHSAN AZMI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN

Lebih terperinci

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA

ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA ANALISIS BIPLOT UNTUK MEMETAKAN MUTU SEKOLAH YANG SESUAI DENGAN NILAI UJIAN NASIONAL SUJITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT. Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT Machine is a facility that is absolutely needed by manufacturing company in production. By using machines, production can be done efficiently and meets the plans. Machines that continuously used

Lebih terperinci

Konsumsi Baja per Kapita Tahun 2014

Konsumsi Baja per Kapita Tahun 2014 Kg/Kapita BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri baja merupakan salah satu industri pendukung pembangunan nasional yang sesuai dengan rencana strategis yang sedang direncanakan oleh Pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA

MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA MODIFIKASI METODE RELE UNTUK MODEL PENDUDUK QUASI-STABIL CECEP A.H.F. SANTOSA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak Cipta dilindungi

Lebih terperinci

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI

SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEBARAN ASIMTOTIK PENDUGA KOMPONEN PERIODIK FUNGSI INTENSITAS PROSES POISSON PERIODIK DENGAN TREN FUNGSI PANGKAT RO FAH NUR RACHMAWATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN

Lebih terperinci

Analisa Preventive Maintenance System Dengan Modularity Design Pada PT. Surya Pamenang

Analisa Preventive Maintenance System Dengan Modularity Design Pada PT. Surya Pamenang JATI UNIK, 07, Vol., No., Hal. 4-9 ISSN : 597-657 (Print) ISSN : 597-7946 (Online) Analisa Preventive Maintenance System Dengan Modularity Design Pada PT. Surya Pamenang Hariyanto *, Sri Rahayuningsih,

Lebih terperinci

ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSION) UNTUK MEKANISME PEMODELAN HARGA DAGING AYAM EFI RESPATI

ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSION) UNTUK MEKANISME PEMODELAN HARGA DAGING AYAM EFI RESPATI ANALISIS VAR (VECTOR AUTOREGRESSION) UNTUK MEKANISME PEMODELAN HARGA DAGING AYAM EFI RESPATI SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2005 ABSTRAK EFI RESPATI. Analisis VAR (Vector Autoregression)

Lebih terperinci