BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman dalam pembelajaran Kimia di SMK VIP AL-HUDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman dalam pembelajaran Kimia di SMK VIP AL-HUDA"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengalaman dalam pembelajaran Kimia di SMK VIP AL-HUDA KEBUMEN, penulis menemukan masalah tentang rendahnya ketrampilan siswa dalam praktikum kimia analisa pada materi stoikiometri larutan dan titrasi asam basa. Materi stoikiometri larutan dan titrasi asam basa dalam silabus mengisyaratkan pengalaman belajar melalui percobaan. Set peralatan yang ada, menuntut siswa dibagi dalam kelompok yang besar, sehingga tidak semua siswa benar-benar melakukan percobaan titrasi mengingat keterbatasan alat dan waktu. Berdasarkan identifikasi masalah, rendahnya ketrampilan siswa dalam praktikum kimia dikarenakan ketersediaan set peralatan yang terbatas. Pembagian siswa dalam kelompok besar dengan 5 siswa dalam 1 kelompok tidak bisa membuat semua siswa aktif. Botol infus dan infusion set merupakan limbah dari rumah sakit ataupun balai pengobatan. Pemanfaatannya selama ini baru sebatas didaur ulang atau digunakan sebagai pot tanaman hias. Padahal, prinsip kerja infus ketika digunakan untuk memindahkan cairan ke tubuh pasien sama dengan prinsip kerja buret sebagai alat titrasi. Penulis berharap dengan pemanfaatan limbah botol infus dan infusion set sebagai alat titrasi dapat meningkatkan ketrampilan siswa dalam praktikum kimia analisa pada materi stoikiometri larutan dan titrasi asam basa. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka perlu diadakan penelitian tindakan kelas tentang Pemanfaatan Limbah Botol Infus dan Infusion Set sebagai Alat Titrasi pada Praktikum Kimia Analisa Kelas XI F Program Keahlian Kimia Industri SMK VIP Al-Huda Kebumen Tahun Pelajaran 2013/2014. d a n i o n S e t P a g e 1

2 B. Identifikasi Masalah 1. Adakah alat pengganti buret sebagai alat titrasi dalam praktikum kimia analisa pada materi stoikiometri larutan dan titrasi asam basa? 2. Mengapa ketrampilan siswa rendah dalam praktikum kimia analisa pada materi stoikiometri larutan dan titrasi asam basa? C. Rumusan Masalah 1. Apakah limbah botol infus dan infusion set dapat dimanfaatkan sebagai alat titrasi pada praktikum kimia analisa di kelas XI F program keahlian Kimia Industri SMK VIP Al-Huda Kebumen tahun pelajaran 2013/2014? 2. Apakah melalui pemanfaatan limbah botol infus dan infusion set sebagai alat titrasi dapat meningkatkan ketrampilan siswa pada praktikum kimia analisa di kelas XI F program keahlian Kimia Industri SMK VIP Al-Huda Kebumen tahun pelajaran 2013/2014? D. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang diteliti yaitu: 1. Pemanfaatan limbah botol infus dan infusion set sebagai alat titrasi berupa pembuatan alat titrasi dari botol infus dan infusion set, sehingga dapat digunakan sebagai pengganti buret pada proses titrasi. 2. Ketrampilan siswa pada praktikum kimia analisa dinilai dari aktivitas belajar siswa yang memberikan dampak terhadap hasil pembelajaran ranah kognitif, afektif dan psikomotorik melalui lembar penilaian dan observasi ketrampilan. E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu: 1. Memanfaatkan limbah botol infus dan infusion set sebagai alat titrasi pengganti buret. d a n i o n S e t P a g e 2

3 2. Meningkatkan ketrampilan siswa pada praktikum kimia analisa di kelas XI F program keahlian Kimia Industri SMK VIP Al-Huda Kebumen tahun pelajaran 2013/2014. F. Manfaat Penelitian Pemanfaatan limbah botol infus dan infusion set sebagai alat titrasi pengganti buret diharapkan meningkatkan kualitas pembelajaran antara lain: 1. Memberikan contoh pembuatan alat praktikum dari limbah. 2. Sebagai media alat peraga bagi guru mata pelajaran Kimia Analisa pada materi stoikiometri larutan dan titrasi asam basa. 3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengalami pengalaman belajar melalui praktikum yang didesain dalam kelompok kecil. 4. Mengurangi rasa takut siswa dalam proses titrasi karena alat yang digunakan bukan menggunakan buret yang berharga mahal. d a n i o n S e t P a g e 3

4 BAB II KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kerangka Teoritis 1. Botol Infus dan Infusion set Botol infus berbahan dasar plastik Low Density Polyethylene (LDPE). Plastik LDPE termasuk jenis plastik yang dapat didaur ulang. LDPE memiliki percabangan yang lebih banyak daripada plastik yang berbahan dasar HDPE (High Density Polyethylene) sehingga gaya antar molekulnya rendah. Salah satu ketahanan LDPE terhadap bahan kimia adalah tidak mengalami kerusakan dari asam, basa, alkohol dan ester. Sifat mekanis jenis LDPE ini kuat, tembus pandang, fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu 60 o C sangat resisten terhadap reaksi kimia dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas kuat. Infusion set terdiri atas alat pengatur tetesan (regulator) dan jarum pada ujung selang infus. Regulator berfungsi mengatur kecepatan tetesan cairan dari botol infus. Regulator menghasilkan tetesan dengan volume yang sama sebesar 0,05 ml. Jarum pada ujung selang infus digunakan sebagai jalan agar cairan infus masuk ke tubuh pasien. Botol infus dan infusion set bekas dapat menjadi sumber penyakit dan menular pada individu lain. Selama penggunaan infus, selang infus menjadi jalur naiknya kuman penyebab penyakit sampai ke dalam botol infus. Oleh karena itu, sebelum penggunaan kembali botol infus dan infusion set harus dilakukan dekontaminasi. Dekontaminasi adalah menghilangkan mikroorganisme patogen dan kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan selanjutnya dan dilakukan sebagai langkah pertama bagi pengelolaan alat kesehatan bekas. d a n i o n S e t P a g e 4

5 2. Ketrampilan Siswa Ketrampilan siswa berupa aktivitas belajar siswa yang memberikan dampak terhadap hasil pembelajaran ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Aktivitas belajar diperlukan dalam pembelajaran karena pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku, sehingga di dalam proses pembelajaran terjadi suatu kegiatan. Dimyati (2002:50) menyatakan, tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas; itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Rousseau dalam Sardiman (1988: 95) menyatakan, bahwa segala pengetahuan itu harus diperoleh dengan observasi sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri, dengan fasilitas yang diciptakan sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Hal ini menunjukkan setiap orang yang belajar harus aktif sendiri. Tanpa ada aktivitas, maka proses pembelajaran tidak mungkin terjadi dan tidak ada hasil belajar yang dicapai. Aqib (2006: 132) menyatakan, hasil belajar adalah perwujudan hasil usaha penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas kolaboratif dan refleksi, serta interpretasi, sedangkan menurut Djamarah (2002: 86), hasil belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menyangkut cipta, rasa, dan karsa. Hasil belajar memiliki peran penting terhadap proses belajar mengajar. Penilaian hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan belajar melalui berbagai pembelajaran. Dalam sistem Pendidikan Nasional, rumusan tujuan pendidikan menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan d a n i o n S e t P a g e 5

6 ranah psikomotorik. Hasil belajar Kimia dikelompokkan menjadi dua aspek yaitu aspek pemahaman dan penerapan konsep serta aspek kinerja ilmiah. Aspek pemahaman dan penerapan konsep mencakup semua sub ranah dalam ranah kognitif. Aspek kinerja ilmiah mencerminkan semua aktivitas sains yang melatih dan mengembangkan baik keterampilan sains dan sikap ilmiah, aspek ini mencakup ranah psikomotor dan afektif. B. Kerangka Berpikir Keterbatasan alat praktikum kimia analisa pada materi stoikiometri larutan dan titrasi asam basa menuntut siswa dibagi dalam kelompok yang besar. Ketrampilan siswa dalam praktikum kimia analisa rendah karena tidak semua siswa benar-benar melakukan percobaan titrasi mengingat keterbatasan alat dan waktu. Pemanfaatan limbah botol infus dan infusion set sebagai alat titrasi pengganti buret diharapkan meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan bekerja dalam kelompok kecil. Aktivitas belajar yang meningkat diharapkan meningkatkan ketrampilan siswa dalam praktikum kimia analisa pada materi stoikiometri larutan dan titrasi asam basa. Keterbatasan alat praktikum stoikiometri larutan dan titrasi asam basa Siswa dibagi dalam kelompok besar Pemanfaatan botol infus dan infusion set sebagai alat titrasi pengganti buret Ketrampilan siswa rendah Siswa dibagi dalam kelompok kecil Diharapkan ketrampilan siswa meningkat Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir d a n i o n S e t P a g e 6

7 C. Hipotesis Berdasarkan kerangka teoritis dan kerangka berpikir tersebut, hipotesis penelitian tindakan kelas ini adalah: 1. Limbah botol infus dan infusion set dapat dimanfaatkan sebagai alat titrasi pada praktikum kimia analisa di kelas XI F program keahlian Kimia Industri SMK VIP Al-Huda Kebumen tahun pelajaran 2013/ Pemanfaatan limbah botol infus dan infusion set sebagai alat titrasi dapat meningkatkan ketrampilan siswa pada praktikum kimia analisa di kelas XI F program keahlian Kimia Industri SMK VIP Al-Huda Kebumen tahun pelajaran 2013/2014. d a n i o n S e t P a g e 7

8 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMK VIP Al-Huda Kebumen Gg. Pemali No. 60 Jetis Kutosari Kebumen dalam kurun waktu antara bulan Agustus dan September tahun Kegiatan yang dilakukan meliputi: 1. Menyusun rencana kegiatan; 2. Menyusun instrumen penelitian; 3. Pengumpulan data dengan melakukan tindakan siklus I dan II; 4. Analisis data; 5. Pembahasan/diskusi dengan kolaborator; 6. Menyusun laporan hasil penelitian. B. Subjek dan Objek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah 22 siswa kelas XI F program keahlian Kimia Industri SMK VIP Al-Huda Kebumen semester gasal tahun pelajaran 2013/2014. Objek dalam penelitian ini yaitu pemanfaatan limbah botol infus dan infusion set sebagai alat titrasi serta ketrampilan siswa. C. Sumber Data Sumber data primer diperoleh dari nilai pretest dan postest berbentuk data kuantitatif, sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari hasil observasi ketrampilan siswa yang dilakukan kolaborator berbentuk data kualitatif. D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data. a. Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data ketrampilan siswa pada kondisi awal, siklus I dan II. b. Teknik tes (pretest dan posttest) digunakan untuk memperoleh data hasil belajar pada siklus I dan II. d a n i o n S e t P a g e 8

9 2. Alat pengumpulan data a. Lembar observasi ketrampilan siswa. b. Soal tes terdiri atas soal pretest dan postest. E. Validasi Data Data ketrampilan siswa hasil penilaian dan observasi divalidasi dengan triangulasi sumber secara kolaboratif dengan guru kolaborator, sedangkan validasi terhadap instrumen penilaian tes tertulis berupa penyusunan kisi-kisi, sehingga terpenuhi validitas teoretik, khususnya content validity. F. Analisis Data Analisis data menggunakan deskriptif komparatif yang dilanjutkan refleksi. Deskriptif komparatif dilakukan dengan membandingkan data kondisi awal, siklus I dan siklus II. Refleksi berupa membuat simpulan berdasarkan deskriptif komparatif kemudian dilanjutkan memberikan ulasan dan langkah tindak lanjut. G. Indikator Kinerja Indikator kinerja dalam penelitian ini berupa 18 dari 22 siswa mencapai skor ketrampilan lebih besar dari atau sama dengan 75. Skor ketampilan maksimum 100 yang merupakan jumlah dari ketrampilan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. H. Prosedur Tindakan Penelitian ini dilakukan dengan metode Penelitian Tindakan Kelas terdiri atas 2 siklus. Siklus I adalah pemanfaatan limbah botol infus dan infusion set sebagai alat titrasi, dilanjutkan dengan siklus II pemanfaatan limbah botol infus dan infusion set sebagai alat titrasi disertai video tutorial penggunaan alat titrasi tersebut. Siklus I dan II berlangsung pada 8 pertemuan (16 jam pelajaran). d a n i o n S e t P a g e 9

10 Variabel yang diteliti adalah ketrampilan siswa dan pemanfaatan limbah botol infus dan infusion set sebagai alat titrasi. 1. Siklus I a. Perencanaan (planning) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilengkapi dengan instrumen penilaian dan observasi ketrampilan siswa, 11 set alat titrasi dengan pemanfaatan limbah botol infus dan infusion set. b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) 1) Apersepsi a) Guru memberikan pertanyaan awal mengenai stoikiometri larutan dan titrasi asam basa. b) Menjelaskan cakupan materi. 2) Kegiatan Inti a) Eksplorasi (1) Guru menjelaskan materi tentang stoikiometri larutan dan titrasi asam basa. (2) Guru membagi siswa ke dalam 11 kelompok masing-masing 2 siswa. (3) Guru menjelaskan mengenai tujuan pemanfaatan limbah botol infus dan infusion set sebagai alat titrasi. (4) Guru memberikan contoh soal untuk dianalisa, menjelaskan penulisan data dan pengolahan data percobaan serta penulisan laporan praktikum. (5) Guru menjelaskan dan memperagakan penggunaan alat titrasi. (6) Guru memberikan soal pretest untuk dikerjakan siswa secara mandiri. (7) Guru membagi 11 set alat titrasi dan kelengkapannya serta soal tugas untuk dianalisa. d a n i o n S e t P a g e 10

11 b) Elaborasi (1) Siswa mengerjakan soal pretest secara mandiri. (2) Guru memberi kesempatan siswa untuk berpikir, menganalisis, dan mendiskusikan penggunaan alat titrasi. (3) Guru memfasilitasi siswa dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif dengan mengarahkan jalannya proses titrasi dan menyajikan hasil kerja kelompok. (4) Guru mengkondisikan siswa mengerjakan soal posttest dan verifikasi hasil praktikum. c) Konfirmasi (1) Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan dan tertulis terhadap keberhasilan siswa. (2) Guru memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi. (3) Guru memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman belajar yang bermakna dengan memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh. 3) Penutup a) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang hasilnya bagus. b) Guru bersama dengan siswa membuat rangkuman dan simpulan pembelajaran. c. Observasi (Observing) Observasi dilakukan oleh observer yaitu guru kolaborator dan guru pengampu bersamaan dengan tindakan untuk mengamati proses pembelajaran. Penilaian dan observasi menghasilkan skor ketrampilan untuk tiap siswa meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik pada siklus I. d a n i o n S e t P a g e 11

12 d. Refleksi (Reflecting) Hasil penilaian dan observasi ketrampilan siswa berupa skor ketrampilan menjadi bahan refleksi melalui deskriptif komparatif untuk menyiapkan langkah tindak lanjut dengan membuat video tutorial penggunaan alat titrasi. 2. Siklus II a. Perencanaan (planning) Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilengkapi dengan instrumen penilaian dan observasi ketrampilan siswa, 11 set alat titrasi dengan pemanfaatan limbah botol infus dan infusion set serta video tutorial penggunaan alat titrasi. b. Pelaksanaan Tindakan (Acting) 1) Apersepsi a) Guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran. b) Guru memberikan pertanyaan awal mengenai materi titrasi asam basa. 2) Kegiatan Inti a) Eksplorasi (1) Guru menjelaskan materi tentang titrasi asam basa. (2) Guru memberikan pengarahan dan menjelaskan pemanfaatan video tutorial penggunaan alat titrasi. (3) Guru memberikan soal pretest untuk dikerjakan siswa secara mandiri. b) Elaborasi (1) Siswa mengerjakan soal pretest secara mandiri. (2) Guru memberi kesempatan siswa untuk berpikir, menganalisis, dan mendiskusikan pemanfaatan video tutorial penggunaan alat titrasi. d a n i o n S e t P a g e 12

13 (3) Guru mengawasi, mengamati dan mengarahkan jalannya proses titrasi dan menyajikan hasil kerja kelompok setelah memanfaatkan video tutorial penggunaan alat titrasi. (4) Guru mengkondisikan siswa mengerjakan soal posttest dan verifikasi hasil praktikum. c) Konfirmasi (1) Guru memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan terhadap keberhasilan siswa. (2) Guru memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi. (3) Guru memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman belajar dengan memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh. 3) Penutup a) Guru memberikan penghargaan kepada siswa dan kelompok yang hasilnya bagus. b) Guru bersama siswa membuat rangkuman dan simpulan pembelajaran. c. Observasi (Observing) Observasi dilakukan oleh observer yaitu guru kolaborator dan guru pengampu bersamaan dengan tindakan untuk mengamati proses pembelajaran. Penilaian dan observasi menghasilkan skor ketrampilan untuk tiap siswa meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik pada siklus II. d. Refleksi (Reflecting) Hasil penilaian dan observasi ketrampilan siswa berupa skor ketrampilan menjadi bahan refleksi melalui deskriptif komparatif untuk mengetahui apakah indikator kinerja yang ditetapkan telah tercapai. d a n i o n S e t P a g e 13

14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Desain Alat Titrasi Pemanfaatan limbah botol infus dan infusion set sebagai alat titrasi didesain menyerupai alat titrasi menggunakan buret. Sebelum digunakan, botol infus dan infusion set dilakukan dekontaminasi untuk membersihkan bahan berbahaya yang menyebabkan infeksi mengingat sangat mungkin terjadi infeksi dari organisme penyebab penyakit yang diderita pasien pengguna infus tersebut. Dekontaminasi dilakukan dengan perendaman botol infus dan infusion set dalam larutan asam kromat encer dan kemudian dilakukan pencucian dengan larutan pembersih. Ada beberapa bagian penting pada alat titrasi yang harus dikonversi penggunaannya dengan tetap mempertahankan kegunaannya. Profil alat titrasi yang didesain dari pemanfaatan limbah botol infus dan infusion set sebagai alat titrasi sebagai berikut: d a n i o n S e t P a g e 14

15 Gambar 2. Alat Titrasi Infusion set tidak seluruhnya digunakan. Jarum infusion set tidak digunakan, jadi hanya regulator dan selang infusion set yang digunakan. Perbandingan bagian dan fungsi bagian-bagian buret dengan alat titrasi dengan pemanfaatan limbah botol infus dan infusion set sebagai berikut: Tabung Buret Botol Infus Kran Buret Regulator Infus Gambar 3. Perbandingan Bagian Alat Titrasi Perbedaan yang paling mendasar adalah dalam penentuan volume larutan yang digunakan. Buret menggunakan skala yang tertera pada tabung buret sebagai penanda volume yang digunakan, sedangkan alat titrasi dari limbah botol infus dan infusion set menghitung jumlah tetesan. Tetesan yang terbentuk d a n i o n S e t P a g e 15

16 bervolume 0,05 ml per tetes, jadi volume yang digunakan dihitung dari banyaknya jumlah tetesan dikalikan 0,05 ml. 2. Video Tutorial Penggunaan Alat Titrasi Video tutorial penggunaan alat titrasi yang memanfaatkan limbah botol infus dan infusion set dibuat oleh guru dibantu guru kolaborator. Video berisi tayangan penggunaan alat titrasi yang dapat digunakan siswa untuk memperhatikan dan menyimak kembali penjelasan yang mungkin terlewatkan ketika penjelasan awal penggunaan alat titrasi. Penggunaan video pada siklus II merupakan tindak lanjut hasil refleksi pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. 3. Kondisi Awal Ketrampilan Siswa Keterbatasan alat praktikum kimia analisa pada materi stoikiometri larutan dan titrasi asam basa menuntut siswa dibagi dalam kelompok yang besar. Ketrampilan siswa dalam praktikum kimia analisa rendah karena tidak semua siswa benar-benar melakukan percobaan titrasi mengingat keterbatasan alat dan waktu. Observasi ketrampilan siswa dilakukan dengan menggunakan lembar penialain dan observasi ketrampilan siswa dengan ketentuan kriteria untuk tiap aspek yang diobservasi skor 5 = sangat baik, skor 4 = baik, skor 3 = cukup, skor 2 = kurang, dan skor 1 = sangat kurang. Skor maksimum ketrampilan siswa sebesar 100 yang merupakan jumlah dari ketrampilan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil penilaian dan observasi ketrampilan pada kondisi awal sebagai berikut : Tabel 1. Ketrampilan Siswa pada Kondisi Awal No Skor Ketrampilan Jumlah siswa < d a n i o n S e t P a g e 16

17 4. Deskripsi Hasil Siklus I a. Tahap Perencanaan Hal penting dalam perencanaan pada siklus I berupa penyusunan rencana pembelajaran yang memanfaatkan alat titrasi dari limbah botol infus dan infusion set, pendesainan 11 alat titrasi dan penyusunan lembar penilaian dan observasi ketrampilan siswa. b. Tahap Tindakan Tindakan pada siklus I terlaksana dalam 4 pertemuan atau 8 jam pembelajaran. Tindakan yang dilakukan meliputi penjelasan materi stoikiometri larutan dan titrasi asam basa, demonstrasi titrasi asam basa menggunakan buret dan menggunakan alat titrasi dari limbah botol infus dan infusion set, pembagian kelompok dan pelaksanaan pretest serta posttest pada tiap pertemuan pembelajaran. c. Tahap Observasi Observasi dilakukan oleh observer yaitu guru kolaborator dan guru pengampu bersamaan dengan tindakan untuk mengamati proses pembelajaran. Observasi pada siklus I didapatkan bahwa penggunaan alat titrasi dari limbang botol infus dan infusion set berjalan kurang lancar karena siswa belum sepenuhnya memahami cara penggunaannya. Siswa melakukan kesalahan pembacaan dan perhitungan hasil praktikum. Penyusunan laporan masih kurang sistematis dan hasil perhitungan masih terdapat beberapa kesalahan. Tabel 2. Ketrampilan Siswa pada Siklus I No Skor Ketrampilan Jumlah siswa < 75 9 d a n i o n S e t P a g e 17

18 Hasil observasi siklus I didapatkan 13 dari 22 siswa mendapatkan skor ketrampilan 75 belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan. d. Tahap Refleksi Hasil observasi ketrampilan siswa dianalisa secara deskriptif komparatif kemudian direfleksi. Hasil refleksi terhadap tindakan pada siklus I, yaitu: 1) Perlu penjelasan tentang cara penggunaan alat titrasi agar tidak terjadi kesalahan dalam penggunaan maupun pembacaan hasil praktikum. 2) Perlu penjelasan ulang perhitungan hasil praktikum. 3) Penjelasan ulang sistematika laporan praktikum dan penyajian data hasil praktikum. 4) Pembuatan video tutorial penggunaan alat titrasi. 5. Deskripsi Hasil Siklus II a. Tahap Perencanaan Perencanaan dilakukan seperti halnya pada siklus I dengan menambahkan video tutorial penggunaan alat titrasi sebagai media pembelajaran pada siklus II selain alat titrasi dari limbah botol infus dan infusion set. Pembuatan alat titrasi merupakan tindak lanjut hasil refleksi pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. b. Tahap Tindakan Tindakan pada siklus II terlaksana dalam 4 pertemuan atau 8 jam pembelajaran. Tindakan yang dilakukan meliputi penjelasan ulang materi stoikiometri larutan dan titrasi asam basa yang masih sulit diterima siswa berdasar hasil pretest dan posttest pada siklus I, penjelasan ulang sistematika penyusunan laporan praktikum dan penyajian data hasil praktikum, penyampaian video tutorial penggunaan alat titrasi dari limbah botol infus dan infusion set, dan pelaksanaan pretest serta postest pada tiap pertemuan pembelajaran. d a n i o n S e t P a g e 18

19 c. Tahap Observasi Observasi pada siklus II didapatkan bahwa penggunaan alat titrasi dari limbah botol infus dan infusion set berjalan lebih lancar dan hanya 3 siswa yang masih melakukan kesalahan pembacaan hasil praktikum. Tabel 3. Ketrampilan Siswa pada Siklus II No Skor Ketrampilan Jumlah siswa < 75 3 Hasil observasi siklus II didapatkan 19 dari 22 siswa mendapatkan skor ketrampilan 75 telah menunjukkan pencapaian indikator kinerja yang ditetapkan. d. Tahap Refleksi Hasil observasi ketrampilan siswa dianalisa secara deskriptif komparatif kemudian direfleksi. Hasil refleksi terhadap tindakan pada siklus II menunjukkan, bahwa indikator kinerja yang ditetapkan telah tercapai dengan siswa sebanyak 19 dari 22 telah memiliki skor ketrampilan 75 yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. B. Pembahasan Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah keterbatasan alat praktikum kimia analisa pada materi stoikiometri larutan dan titrasi asam basa. Keterbatasan tersebut menuntut siswa dibagi dalam kelompok yang besar. Ketrampilan siswa dalam praktikum kimia analisa rendah karena tidak semua siswa benar-benar melakukan percobaan titrasi mengingat keterbatasan alat dan waktu. Oleh karena itu, perlu media atau alat yang bisa mengatasi keterbatasan tersebut. Akan tetapi, alat yang didesain harus tetap memberikan fungsi yang sama dengan alat yang digantikannya. d a n i o n S e t P a g e 19

20 Pemilihan media pembelajaran yang tepat dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa. Media pembelajaran membuat pembelajaran bakal menjadi lebih menarik dan mengesankan bagi siswa (Prastowo, 2011). Sejalan dengan pemikiran Prastowo inilah pemanfaatan limbah botol infus dan infusion set didesain guna lebih meningkatkan ketrampilan siswa dengan meningkatnya aktivitas belajar yang siswa lakukan dalam kelompok kecil. Dimyati (2002:50) menyatakan, tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas; itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Aktivitas belajar memberikan dampak terhadap ketrampilan siswa dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Penskoran ketrampilan siswa menggunakan lembar penilaian dan observasi yang disusun meliputi tiap ranah pembelajaran. Penggunaan limbah botol infus dan infusion set dikarenakan bahan dasar berupa plastik LDPE. Plastik LDPE tahan terhadap bahan kimia berupa asam, basa, alkohol, dan ester serta tidak reaktif pada temperatur kamar, sehingga bisa digunakan sebagai penampung larutan asam basa pada proses titrasi ( Fungsi bagian buret dan infusion set memiliki banyak kesamaan, hal ini juga menjadi pertimbangan agar tidak terlalu banyak mengubah cara penggunaan alat titrasi. Dalam segi ekonomi, botol infus lebih murah dan mudah didapatkan karena berupa limbah, sedangkan buret jika ingin mendapatkannya harus bisa membeli dengan harga yang yang mahal, berkisar antara Rp ,- sampai Rp ,-. Hal ini menyebabkan siswa yang akan melakukan titrasi menjadi takut menggunakan buret. Dalam segi keamanan, botol infus lebih aman digunakan karena botol infus tidak akan pecah ketika jatuh, sedangkan buret sangat rentan pecah. d a n i o n S e t P a g e 20

21 Perhitungan volume larutan yang digunakan dilakukan dengan menghitung jumlah tetesan yang digunakan. Satu tetesan yang terbentuk bervolume 0,05 ml, sehingga jumlah volume yang digunakan dihitung dengan mengalikan jumlah tetesan dengan 0,05 ml. Oleh karena harus ada siswa yang menghitung jumlah tetesan, maka proses titrasi harus dilakukan berpasangan dengan 1 siswa melakukan titrasi dan siswa yang lain menghitung jumlah tetesan yang digunakan. Video tutorial dibuat oleh guru dibantu kolaborator berisi tayangan penggunaan alat titrasi. Video tutorial dibuat sebagai tindak lanjut refleksi pelaksanaan pembelajaran siklus I. Video tutorial memberikan penjelasan secara menyeluruh dari penggunaan alat titrasi mulai dari pengesetan alat, pengisian larutan, penggunaannya dalam proses titrasi, pembacaan hasil titrasi dan pembersihan alat titrasi. Video ini bisa digunakan sebagai standar operasional prosedur penggunaan alat titrasi dan dapat dilihat berulang-ulang guna lebih meyakinkan siswa dalam penggunaan alat titrasi. Ketrampilan siswa pada kondisi awal merupakan masalah yang dialami dengan keterbatasan alat praktikum. Pembagian kelompok besar beranggotakan 5 sampai dengan 6 anak jelas menyebabkan ketidakmerataan kesempatan siswa untuk mencoba melakukan titrasi. Aktivitas siswa sangat terbatas dan terjadi ketergantungan terhadap anggota kelompok yang dinilai aktif. Sementara siswa lain lebih berperan sebagai pengamat tanpa melakukan kinerja. Kondisi seperti ini diusahakan untuk diubah dengan melakukan tindakan berupa pemanfaatan limbah botol infus dan infusion set sebagai alat titrasi, sehingga memungkinkan siswa bekerja dalam kelompok kecil. Kelompok kecil yang beranggotakan 2 siswa perkelompok lebih menuntut siswa aktif. Ketrampilan siswa juga akan lebih d a n i o n S e t P a g e 21

22 meningkat seiring penigkatan aktivitas belajarnya baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik. Aplikasi alat titrasi dari pemanfaatan limbah botol infus dan infusion set dilakukan pada siklus I setelah siswa mendapatkan penjelasan tentang materi yang bersangkutan. Petunjuk penggunaan dan demonstrasi penggunaan alat dilakukan guru sebagai gambaran kepada siswa bagaiman prosedur operasional standar penggunaan alat meliputi pengesetan alat, pengisian larutan, penggunaannya dalam proses titrasi, pembacaan hasil titrasi dan pembersihan alat titrasi. Pembagian kelompok dilakukan mengingat dalam proses penggunaan alat ini perlu kerja sama dalam pembacaan jumlah tetesan yang digunakan. Akan tetapi, bukan dalam kelompok besar melainkan kelompok kecil sehingga siswa tertuntut aktif guna menyelesaikan tugasnya. Rasa takut terlihat berkurang karena alat titrasi yang dibuat tidak rentan pecah dibanding penggunaan buret. Penggunaan bagian alat yang hampir serupa dengan buret juga membuat adaptasi terhadap alat titrasi menjadi lebih cepat. Hanya saja, masih terdapat 9 dari 22 siswa yang masih mengalami kesulitan dalam penggunaan alat dan melakukan kesalahan dalam pembacaan dan perhitungan hasil praktikum. Hal ini dikarenakan kurang jelasnya penjelasan tentang penggunaan alat titrasi dan pembacaan serta perhitungan hasil praktikum yang diterimanya ketika penjelasan awal. Refleksi dengan kolaborator menghasilkan masukan terhadap kendala pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan digunakan sebagai dasar penyusunan perencanaan pada siklus II. Penjelasan ulang mengenai materi dan penyusunan laporan praktikum diberikan pada awal siklus II. Guna memperjelas penggunaan alat titrasi dibuat video tutorial penggunaan alat titrasi. Hasil d a n i o n S e t P a g e 22

23 penggunaan alat titrasi dengan video tutorial ternyata memberi pemahaman lebih tentang pemanfaatan alat titrasi dari limbah botol infus dan infusion set yang dibuat. Pemahaman siswa terhadap proses titrasi, pembacaan hasil, perhitungan hasil dan sikap serta kinerja selama praktikum menjadi lebih baik dibanding kondisi awal ataupun siklus I. Hasil penilaian dan observasi terhadap ketrampilan siswa didapatakan kenaikan dengan 19 dari 22 siswa memperoleh skor ketrampilan 75. Hasil ini mengindikasikan ketercapaian indikator kinerja yang ditetapkan sekaligus menjadi dasar hipotesis tindakan tentang limbah botol infus dan infusion set dapat dimanfaatkan sebagai alat titrasi dan dapat meningkatkan ketrampilan siswa pada praktikum kimia analisa di kelas XI F program keahlian Kimia Industri SMK VIP Al- Huda Kebumen tahun pelajaran 2013/2014 terbukti atau dapat diterima secara empiris. d a n i o n S e t P a g e 23

24 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa: 1. Limbah botol infus dan infusion set dapat dimanfaatkan sebagai alat titrasi pada praktikum kimia analisa di kelas XI F program keahlian Kimia Industri SMK VIP Al-Huda Kebumen tahun pelajaran 2013/ Pemanfaatan limbah botol infus dan infusion set sebagai alat titrasi dapat meningkatkan ketrampilan siswa pada praktikum kimia analisa di kelas XI F program keahlian Kimia Industri SMK VIP Al-Huda Kebumen tahun pelajaran 2013/2014. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Penanganan awal limbah botol infus dan infusion set sebelum digunakan harus melalui proses dekontaminasi mengingat botol infus dan infusion set beresiko menyebabkan infeksi penyakit dari pasien pengguna infus jika proses dekontaminasi tidak dilakukan secara benar. 2. Penggunaan botol infus dan infusion set sebagai alat titrasi akan bertahan lebih lama penggunaannya untuk titrasi asidemetri dengan larutan asam sebagai zat penitrasi. 3. Penggunaan basa sebagai zat penitrasi pada titrasi alkalimetri hendaknya tidak dalam konsentrasi tinggi agar alat titrasi bertahan lebih lama. d a n i o n S e t P a g e 24

25 DAFTAR PUSTAKA Aqib, Z Penelitian Tindakan Kelas, Untuk : Guru. Bandung: Yrama Media Dimyati Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Djamarah, S.B Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Prastowo, Andi Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif (Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan). Yogyakarta: Diva Press Sardiman Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: CV. Rajawali d a n i o n S e t P a g e 25

Kata Kunci: botol infus, infusion set, ketrampilan, dan video tutorial

Kata Kunci: botol infus, infusion set, ketrampilan, dan video tutorial PEMANFAATAN LIMBAH BOTOL INFUS DAN INFUSION SET SEBAGAI ALAT TITRASI UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN SISWA PADA PRAKTIKUM KIMIA ANALISA KELAS XI F PROGRAM KEAHLIAN KIMIA INDUSTRI SMK VIP AL-HUDA KEBUMEN

Lebih terperinci

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PEMANFAATAN KARTU KWARTET HACE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATERI HIDROKARBON DI KELAS XI A PROGRAM KEAHLIAN FARMASI SMK VIP AL-HUDA KEBUMEN SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Karya Tulis Disusun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian Setting dalam penelitian ini menggunakan setting kelas, di mana data yang diperoleh berasal dari pengamatan saat proses pembelajaran berlangsung di dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas 5 SDN Karanggondang 01, Kecamatan Pabelan, Kabupaten Semarang pada semester 2 Tahun Pelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Bawang 03 Kecamatan Bawang Kabupaten Batang pada semester I tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN...

BAB I. PENDAHULUAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii HAK CIPTA... iii PERNYATAAN... iv ABSTRAK... v KATA PENGANTAR... vi UCAPAN TERIMA KASIH... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

Peningkatan Kedisiplinan dan Hasil Belajar IPA pada Materi Klasifikasi Benda Melalui Discovery Learning Siswa Kelas VII C SMP Negeri 2 Tolitoli

Peningkatan Kedisiplinan dan Hasil Belajar IPA pada Materi Klasifikasi Benda Melalui Discovery Learning Siswa Kelas VII C SMP Negeri 2 Tolitoli Peningkatan Kedisiplinan dan Hasil Belajar IPA pada Materi Klasifikasi Benda Melalui Discovery Learning Siswa Kelas VII C SMP Negeri 2 Tolitoli Yulian Manasa SMP Negeri 2 Tolitoli, Sulawesi Tengah ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian Setting dalam penelitian ini menggunakan setting kelas di mana data yang diperoleh berasal dari pengamatan saat proses pembelajaran berlangsung di dalam

Lebih terperinci

PROSEDUR/METODOLOGI PENELITIAN ( BAB III )

PROSEDUR/METODOLOGI PENELITIAN ( BAB III ) PROSEDUR/METODOLOGI PENELITIAN ( BAB III ) Oleh: TIM PENGAJAR PTK DEPARTEMEN ELEKTRO PPPPTK BOE / VEDC MALANG 19 30 OKTOBER 2009 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting Penelitian B. Subjek Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Negeri 7 Surakarta, yang terdiri dari 30 kelas, yakni kelas X MIPA berjumlah 5 dan X IPS berjumlah 5 kelas, kelas XI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini telah dilaksanakan di SMP Negeri 14 Surakarta, Jl. Prof. Wz. Yohanes No. 54 Surakarta.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Classroom Action Research. Wardhani, dkk. (2008: 1.4) mengungkapkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Classroom Action Research. Wardhani, dkk. (2008: 1.4) mengungkapkan 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis deskriptif kualitatif melalui penelitian tindakan kelas yang di fokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Classroom Action Research (CAR). Menurut Tarigan (2011: 103), penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Classroom Action Research (CAR). Menurut Tarigan (2011: 103), penelitian 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat kaji tindak lanjut dengan menggunakan pedoman yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau yang lazim dikenal dengan Classroom

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian mengenai pembelajaran matematika di kelas IV A SDN 2 Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan media grafis. Melalui penelitian tindakan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Satuan Pendidikan : Mata Pelajaran : KIMIA Kelas/ Semester : XI / 2 Pertemuan : 1-3 Alokasi Waktu : 2 x 45 menit Pertemuan : 1 Standar Kompetensi :Memahami sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan di kelas XI IS 2 SMA Negeri 3 Boyolali Tahun Pelajaran 2015/2016, yang beralamat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dipaparkan pelaksanaan penelitian, hasil penelitian dan pembahasannya yang meliputi peningkatan hasil belajar aspek kognitif, profil afektif, profil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar

BAB III METODE PENELITIAN. umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang umumnya disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2011: 46) PTK adalah suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas telah dilaksanakan di SD Negeri Mangkuyudan No 2 Laweyan Surakarta. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini telah dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang lebih

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang lebih BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang lebih familiar disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Muslikah (2010: 32) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang 37 III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau yang lebih familiar disebut Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Agung (2012: 63) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting Penelitian Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan yaitu bulan September s/d bulan Nopember 2011.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Mangunsari 02 di Jalan Cakra Gang III Banjaran Sidomukti, Kota Salatiga. 3.2. Subjek penelitian Subyek penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research. Wardani (2007: 1.4)

BAB III METODE PENELITIAN. kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research. Wardani (2007: 1.4) 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research. Wardani

Lebih terperinci

BAB III MODEL PEMBELAJARAN PENELITIAN

BAB III MODEL PEMBELAJARAN PENELITIAN BAB III MODEL PEMBELAJARAN PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 Sawit Jalan Raya Jogja Solo pada semester genap tahun 2015/2016. 2.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Rancangan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 3 Boyolali,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 18 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Jrakahpayung 01 Kecamatan Tulis, Kabupaten Batang sebanyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan, yang fokusnya pada kegiatan di kelas sehingga penelitiannya berupa penelitian tindakan kelas. Aqib,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bersifat reflektif

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bersifat reflektif 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian pada upaya pemecahan masalah atau perbaikan yang dirancang menggunakan metode penelitian tindakan

Lebih terperinci

Kusmaini Kata kunci : alat peraga, tumbuhan, keaktifan belajar, dan hasil belajar.

Kusmaini   Kata kunci : alat peraga, tumbuhan, keaktifan belajar, dan hasil belajar. PEMANFAATAN ALAT PERAGA TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR TENTANG HUBUNGAN ANTARA STUKTUR BAGIAN TUMBUHAN DENGAN FUNGSINYA BAGI PESERTA DIDIK KELAS IV SD NEGERI 1 MENDURAN SEMESTER

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran melalui model cooperative learning tipe

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai pembelajaran melalui model cooperative learning tipe BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian mengenai pembelajaran melalui model cooperative learning tipe snowball throwing merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang difokuskan pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan kepada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan kepada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang difokuskan kepada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. kolaboratif. Menurut Wardhani (2009: 1.4) penelitian tindakan kelas adalah. aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

METODE PENELITIAN. kolaboratif. Menurut Wardhani (2009: 1.4) penelitian tindakan kelas adalah. aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat. 48 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan kelas merupakan jenis penelitian yang pada umumnya digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi

BAB III METODELOGI PENELITIAN. memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi BAB III METODELOGI PENELITIAN Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Secara harfiah, penelitian tindakan kelas berasal dari inggris, yaitu Classroom Action Research, yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 2 Surakarta yang berlokasi di Jl. Monginsidi No. 40, Banjarsari, Surakarta, pada kelas XI IPA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN 3 Panjang Utara Bandar Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan September

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom

BAB III METODE PENELITIAN. (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan kelas merupakan terjemahan dari Classroom Action Research,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang 34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Konsep pokok penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan istilah PTK (dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research, disingkat CAR),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karekteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas I SD Negeri 10 Purwodadi Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Mata Pelajaran yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. diungkapkan pada latar belakang, yaitu peneliti melakukan penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. diungkapkan pada latar belakang, yaitu peneliti melakukan penelitian dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Upaya yang dilakukan untuk memecahkan masalah seperti yang telah diungkapkan pada latar belakang, yaitu peneliti melakukan penelitian dengan metode Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Rejondani Prambanan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas merupakan langkah-langkah sistematis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas merupakan langkah-langkah sistematis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Pendekatan penelitian merupakan cara penelitian yang akan digunakan dalam rangka proses pemecahan masalah. Penelitian disini menggunakan Penelitian Tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. situasi kelas, atau lazim dikenal classroom action research (Wardhani&

BAB III METODE PENELITIAN. situasi kelas, atau lazim dikenal classroom action research (Wardhani& 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan yang difokuskan pada situasi kelas, atau lazim dikenal classroom action research (Wardhani& Wihardit, 2007:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perbaikan dalam berbagai aspek. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. perbaikan dalam berbagai aspek. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian tindakan adalah penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menemukan alternatif dari pemecahan masalah dan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai proses belajar mengajar bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri siswa secara optimal. Pendidikan merupakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas XI MIA 6 (Imersi) SMA Negeri 1 Karanganyar tahun pelajaran 2015/2016. SMA Negeri 1 Karanganyar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian Tempat pelaksanaan adalah SD Negeri Margorejo di desa Margorejo Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati yang merupakan wilayah yang jauh dari kota. Sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki kualitas pendidikan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) : SMP N 2 Yogyakarta. : Hidup sehat dengan air bersih. : 4 x pertemuan (6 x 40 menit)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) : SMP N 2 Yogyakarta. : Hidup sehat dengan air bersih. : 4 x pertemuan (6 x 40 menit) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah Mata Pelajaran Tema Kelas / Semester Alokasi Waktu : SMP N 2 Yogyakarta : IPA Terpadu : Hidup sehat dengan air bersih : VII (Tujuh) / II : 4 x pertemuan

Lebih terperinci

Bab III Metode Penelitian

Bab III Metode Penelitian 24 Bab III Metode Penelitian 3.1 Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Arikunto (2008) penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan pada bulan Januari - April semester II tahun pelajaran 2011 / 2012. Waktu No Kegiatan Jan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada tanggal 06 November sampai 28 November 2009. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Pendidikan 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN Tegaron 02 Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. SD ini terletak di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research.

BAB III METODE PENELITIAN. pada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan classroom action research. Wardani (2007:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penlitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas dengan 2 siklus 3.1.2 Lokasi Penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Oleh: Wahyuning Triyadi, Aminuddin P. Putra, Sri Amintarti

ABSTRAK. Oleh: Wahyuning Triyadi, Aminuddin P. Putra, Sri Amintarti ABSTRAK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 6 RSBI BANJARMASIN PADA KONSEP SISTEM GERAK MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN WORKSHEET BERBASIS WEB Oleh: Wahyuning Triyadi, Aminuddin

Lebih terperinci

Novi Arrum Mustika SMP Negeri 2 Bungkal. Erika Eka Santi M.Si Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Novi Arrum Mustika SMP Negeri 2 Bungkal. Erika Eka Santi M.Si Universitas Muhammadiyah Ponorogo PENERAPAN MODEL ASSURANCE, RELEVANCE, INTEREST, ASSESSMENT, SATISFACTION (ARIAS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 BUNGKAL Novi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitan PTK kolaborasi, dimana peneliti melakukan penelitian melalui kerja sama antara peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Metode adalah cara yang teratur dan terorganisir dengan baik yang hendak ditempuh untuk mencapai suatu tujuan. Metode penelitian merupakan cara yang ditempuh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau disebut juga Classroom Action Research. Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian 3.1.1 Desain Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang pelaksanaannya direncanakan dalam dua siklus.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SD Negeri 7 Kutosari, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen yang beralamat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan pembelajaran secara aktif profesional dan merupakan penelitian yang

III. METODE PENELITIAN. dan pembelajaran secara aktif profesional dan merupakan penelitian yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu bentuk penelitian yang bersifat relaktif dengan melakukan kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Tlogowero Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung pada kelas 4

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58) 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58) mengemukakan penelitian

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE KONTEKSTUAL INVESTIGASI BISNIS DAN GAME ULAR TANGGA KOMBI DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KOMUNIKASI BISNIS

PENERAPAN METODE KONTEKSTUAL INVESTIGASI BISNIS DAN GAME ULAR TANGGA KOMBI DALAM UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR KOMUNIKASI BISNIS Nining Mariyaningsih 1 JURNAL PENDIDIKAN EKONOMI DINAMIKA PENDIDIKAN Vol. VII, No. 2, Desember 2012 Hal. 154-167 PENERAPAN METODE KONTEKSTUAL INVESTIGASI BISNIS DAN GAME ULAR TANGGA KOMBI DALAM UPAYA MENINGKATKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 4 Rencana Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Tabel 4 Rencana Penelitian BAB III METODE PENELITIAN No 1 2 3 4 5 6 7 3.1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD Negeri Mangunsari 07 yang terletak di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. classroom action research Wardhani, dkk.( 2007: 1.3). Dalam setiap siklus

BAB III METODE PENELITIAN. classroom action research Wardhani, dkk.( 2007: 1.3). Dalam setiap siklus BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) atau classroom action research Wardhani, dkk.( 2007: 1.3). Dalam setiap siklus terdiri dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas peserta didik dalam proses dan

BAB III METODE PENELITIAN. meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas peserta didik dalam proses dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk memberikan informasi terhadap tindakan yang tepat untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau lebih dikenal

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau lebih dikenal 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau lebih dikenal dengan PTK. Penelitian yang difokuskan pada situasi kelas atau yang lazim dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pada penelitin ini metode yang akan digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research yaitu penelitian yang bersifat refleksi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Arikunto, S (2006: 58) berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris Classroom Action Research,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan model pembelajaran AIR ( Auditory Intellectually

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan model pembelajaran AIR ( Auditory Intellectually 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran AIR ( Auditory Intellectually Repetition) pada

Lebih terperinci

INSTRUMEN PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTOR PRAKTIKUM KIMIA MATERI POKOK TITRASI ASAM BASA

INSTRUMEN PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTOR PRAKTIKUM KIMIA MATERI POKOK TITRASI ASAM BASA . Kinerja Proses No INSTRUMEN PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTOR PRAKTIKUM KIMIA MATERI POKOK TITRASI ASAM BASA Aspek yang dinilai. Mengecek kelengkapan alat dan bahan sesuai dengan yang ada di panduan praktikum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Pakuran Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MAN 1 Blora yang beralamat di jalan Gatot Subruto Km.04 Telp. (0296) 533453 Blora, Jawa Tengah. Dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Va SD Negeri 06 Metro Barat semester II tahun pelajaran 2009/2010. Jumlah

BAB III METODE PENELITIAN. Va SD Negeri 06 Metro Barat semester II tahun pelajaran 2009/2010. Jumlah BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif antara peneliti dengan guru SD Negeri 06 Metro Barat. Dalam penelitian tindakan

Lebih terperinci

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISTEM PENCERNAAN MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISTEM PENCERNAAN MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISTEM PENCERNAAN MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT BAGI SISWA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 1 ROWOSARI SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Muh Mastur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Hamdani (2011: 326) Penelitian Tindakan Kelas pada

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Hamdani (2011: 326) Penelitian Tindakan Kelas pada 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas dengan istilah PTK. Menurut Hamdani (2011: 326) Penelitian Tindakan Kelas pada hakikatnya merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian 1.1.1 Seting Penelitian Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus pada saat proses pembelajaran berlangsung dan setiap siklus dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan dari Classroom Action Research yaitu suatu action research

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN ` BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 8 Salatiga, karena letaknya yang cukup strategis sehingga memudahkannya untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau Penelitian 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research atau Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam penelitian ini peneliti berupaya meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian Lokasi yang digunakan peneliti adalah SD Karangduren 01 Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Adapun kelas yang digunakan peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan (action research) merupakan penelitian pada upaya pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 02 Papahan, pada kelas IV. Lokasi penelitian tersebut berada di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Lokasi Penelitian 3.1.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis Penelitian Tindakan Kelas. Menurut Arikunto (2008) penelitian tindakan kelas adalah

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK ERIKA NADAPDAP Guru SMP Negeri 1 Patumbak Email : seriussembiring@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang dipilih untuk penelitian adalah SMA Muhammadiyah 1

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang dipilih untuk penelitian adalah SMA Muhammadiyah 1 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Tempat yang dipilih untuk penelitian adalah SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. Sekolah ini terletak di jalan Slamet Riyadi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.1 Setting Penelitian Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan yaitu bulan Oktober s/d bulan Desember 2011.

Lebih terperinci

3.1.2 Subyek Penelitian

3.1.2 Subyek Penelitian 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subyek Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas V SD Negeri Kambangan 01 Kecamatan Blado Kabupaten Batang. Adapun dipilihnya

Lebih terperinci

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 7 (2), 2015,

Tersedia online di EDUSAINS Website:  EDUSAINS, 7 (2), 2015, Tersedia online di EDUSAINS Website: http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/edusains EDUSAINS, 7 (2), 2015, 202-208 Research Artikel PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DIPADU METODE

Lebih terperinci