BAB IV INDUSTRI RAJUTAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT BINONG JATI KOTA BANDUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV INDUSTRI RAJUTAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT BINONG JATI KOTA BANDUNG"

Transkripsi

1 53 BAB IV INDUSTRI RAJUTAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT BINONG JATI KOTA BANDUNG Pembahasan dalam bab ini terbagi menjadi beberapa sub judul, yaitu: (1) Gambaran wilayah Binong Jati Kota Bandung dari tahun , yang dapat dilihat dari keadaan geografis, jumlah penduduk, mata pencaharian, tingkat pendidikan dan awal berdirinya industri rajutan Binong Jati. (2) Kondisi Industri rajutan Binong Jati Kota Bandung tahun (3) Peran masyarakat dalam mengembangkan industri rajutan Binong Jati yang diwakili oleh upaya pengusaha dan keterlibatan tenaga kerja dalam mengembangkan dan meningkatkan industri rajutan (4) Konstribusi keberadaan industri rajutan Binong Jati terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi masyarakat Binong Jati Kota Bandung. Sub sub judul tersebut kemudian akan dijabarkan lagi menjadi beberapa bagian sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh Gambaran Umum Wilayah Binong Jati Kota Bandung Kondisi Geografis dan Administratif Pemaparan mengenai letak geografis dan administratif suatu wilayah diperlukan untuk lebih memperjelas keadaan wilayah tersebut. Pemaparan kondisi geografis dan administratif wilayah Binong Jati Kota Bandung diperlukan untuk memahami kajian penelitian penulis mengenai perkembangan industri rajutan Binong Jati di Kota Bandung tahun Melalui kajian ini

2 54 dapat diketahui bagaimana keadaan geografis wilayah Binong Jati dapat berpengaruh terhadap keberadaan industri rajutan tersebut. Sebagai pengantar, penulis akan mengemukakan terlebih dahulu mengenai kondisi administratif Kota Bandung. Kota Bandung secara geografis terletak di tengah-tengah wilayah Jawa Barat dan merupakan ibukota Provinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak di koordinat 107 BT dan 6 55 LS. Luas Kota Bandung adalah hektare. Dengan demikian, Bandung mempunyai nilai strategis dalam perekonomian dan perdagangan. Secara Geografis Kota Bandung sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Cimenyan, Cilengkrang dan Kabupaten Bandung. Sebelah Selatan Kota Bandung berbatasan dengan Kecamatan Dayeuh Kolot, Bojong Soang, Kabupaten Bandung. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung. Dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cimahi Selatan, Kabupaten Bandung. (BPS Kota Bandung: 2008, xvii) Untuk lebih memperjelas kembali gambaran mengenai Kota Bandung dapat di lihat melalui peta Kota Bandung berikut ini :

3 55 Gambar 4.1 Keterangan : Warna pink pada peta menunjukan letak wilayah Kecamatan Batununggal dimana industri rajutan Binong Jati berada. Peta Wilayah Kota Bandung Sumber: Secara geografis Kecamatan Batununggal berbatasan dengan : Bagian Utara : Kecamatan Cibeunying Kidul Bagian Selatan : Kec. Bandung Kidul dan Kec. Buah Batu Bagian Timur : Kecamatan Kiaracondong Bagian Barat : Kecamatan Lengkong Menurut administrasi pembangunan, wilayah Kecamatan Batununggal termasuk ke dalam wilayah Cibeunying. Kecamatan Batununggal ini terbagi atas 8 (delapan) kelurahan yaitu terdiri dari Kelurahan Gumuruh, Kelurahan Binong, Kelurahan Kebon Gedang, Kelurahan Maleer, Kelurahan Cibangkong, Kelurahan Samoja, Kelurahan Kacapiring, Kelurahan Kebonwaru. Jumlah Rukun Warga

4 56 (RW) dan Rukun Tetangga (RT) dari 8 (delapan) Kelurahan tersebut adalah 83 RW dan 549 RT (Profil dan Tipologi Kecamatan Batununggal Kota Bandung, hlm.4: 2008). Untuk lebih jelas dapat dilihat melalui tabel berikut. Tabel 4.1 Kelurahan dan Jumlah RT / RW No Kelurahan Jumlah RT Jumlah RW 1 Gumuruh Binong Maleer Kebon Gedang Kebon Waru Kacapiring Cibangkong Samoja JUMLAH Sumber: Kantor Kecamatan Batununggal Kota Bandung (2008). Hlm,4 Usaha industri rajutan Binong jati tepatnya berada di wilayah Kelurahan Binong. Kelurahan Binong sendiri memiliki 10 RW yang terbagi atas 72 RT. Masyarakat yang berada di Kelurahan Binong tidak semuanya memiliki mata pencaharian pada sektor usaha rajutan namun mayoritas masyarakatnya memiliki pekerjaan pada usaha rajutan yaitu tepatnya berada di wilayah RW 04, RW 05 dan RW 06. Dari ketiga RW yang mengembangkan usaha rajutan tersebut, di RW 04 yang paling banyak yakni sekitar 90 % warganya mengembangkan usaha rajutan.

5 57 Untuk RW 05 dan RW 06 masyarakatnya juga bekerja pada sektor usaha rajutan, namun jumlahnya tidak terlalu banyak. Dan untuk RW yang lainnya yang berada di Kelurahan Binong jumlah masyarakat yang bekerja pada usaha rajutan jumlahnya lebih sedikit, rata rata mereka hanya bekerja sebagai buruh di industri rajutan yang berada di RW 04, RW 05 dan RW 06. Tetapi tidak menutup kemungkinan jika suatu hari akan ada usaha rajutan di RW tersebut. Selain di Kelurahan Binong ada beberapa Usaha Kecil Menengah (UKM) lain yang menjadi sumber potensi dan pendapatan bagi masyarakat Kecamatan Batununggal, seperti usaha makanan (rangginang) di Kelurahan Kacapiring, di Kelurahan Cibangkong (Telur Gabus, Paru Goreng, dan Sale Pisang Tunggal Mekar ) serta usaha miniatur alat musik di Kelurahan Kebon Gedang. Semua UKM yang terdapat di Kecamatan Batununggal menjadi potensi yang terus dikembangkan sehingga menjadi ciri khas dari Kecamatan Batununggal (Diperoleh dari Kantor Kecamatan Batununggal: Produk Usaha Menengah Kecil dan Mikro Kecamatan Batununggal Bandung). Untuk lebih jelasnya mengenai wilayah Kelurahan Binong dapat dilihat dari peta wilayah Kelurahan Binong berikut.

6 58 Gambar 4.2 Keterangan Sumber Peta Wilayah Kelurahan Binong : Lokasi Industri Rajutan Binong Jati RW.04, RW.05 dan RW.06 : diolah dari Kantor Kelurahan Binong: tanpa halaman

7 59 Melihat letak Kelurahan Binong yang dilalui oleh jalan raya, tentunya memberikan kemudahan kepada masyarakat setempat terutama bagi perkembangan sektor industri. Kondisi ini didukung pula oleh sarana transportasi yang cukup memadai karena daerahnya yang mudah dijangkau dari berbagai arah. Industri Rajutan Binong Jati Bandung berjarak 3 Km dari pusat Kota Bandung. Untuk mencapai kawasan ini bisa menggunakan Jalan Tol Padalarang Cileunyi dengan menggunakan Pintu Keluar Tol Buah Batu berjarak sekitar 2 Km. Gapura selamat datang menjadi penunjuk arah di depan Jalan Binong Jati. Secara tidak langsung, tersedianya sarana transportasi dan mudahnya akses jalan menuju kawasan industri rajutan Binong jati berpengaruh terhadap perkembangan usaha rajutan Binong Jati. Disamping itu, karena daerah ini dapat dilalui oleh angkutan umum maka banyak orang mulai mengenal hasil rajutan Binong Jati dan dengan mudah dapat memperolehnya. Potensi lain yang ada di wilayah Binong Jati yang menyebabkan industri rajutan ini semakin berkembang yaitu karena adanya faktor yang berasal dari lingkungan sekitar atau faktor geografis sosialnya yang mendukung seperti keberadaan pabrik garmen dan pabrik rajutan yang berada di wilayah Kiaracondong dan Cicadas. Para buruh pabrik biasanya bekerja dengan sistem kontrak, apabila kontrak kerja mereka telah habis dan tidak diperpanjang lagi maka mereka akan mencari pekerjaan lain, biasanya para buruh ini kemudian bekerja di industri rajutan Binong Jati sehingga industri rajutan ini semakin berkembang dari tahun ke tahun.

8 60 Keterampilan yang dimiliki para buruh ini menjadi salah satu faktor berkembangnya industri rajutan Binong Jati. Selain itu terdapat potensi lain yang tidak kalah pentingnya yakni potensi dari masyarakatnya sendiri yang memiliki jiwa kewirausahaan dan memiliki kreatifitas tinggi dalam mengembangkan usaha rajutan. Mereka yang berhasil mengembangkan usaha rajutan ini akhirnya menjadi pengusaha rajut yang sukses dan menjadikan wilayah Binong Jati menjadi salah satu potensi usaha yang dapat mendatangkan keuntungan serta di akui pula oleh pemerintah Kota Bandung sehingga menjadikan wilayah Binong Jati menjadi sentra industri rajut yang ada di Kota Bandung Kondisi Demografis Wilayah Binong jati Keadaan Penduduk Binong jati Keadaan demografis merupakan salah satu faktor yang cukup penting dalam perkembangan suatu wilayah. Keberadaan penduduk dalam jumlah yang besar atau memiliki sumber daya manusia yang potensial di satu sisi dapat menjadi sumber penggerak perekonomian dan pembangunan di suatu daerah. Penduduk dapat dikatakan sebagai modal pembangunan apabila memiliki kualitas yang unggul. Pada dasarnya penduduk yang terdapat di setiap daerah akan berusaha untuk memajukan daerahnya sendiri. Namun di sisi lain hal ini dapat menjadi beban apabila jumlah penduduk yang ada tidak sesuai dengan jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia. Akan tetapi banyaknya penduduk di wilayah Binong Jati menjadi salah satu pendukung berkembangnya industri rajut karena banyak dari mereka yang terlibat sebagai pekerja di industri rajut tersebut.

9 61 Berdasarkan data yang di peroleh dari BPS Kota Bandung dapat diketahui perkembangan jumlah penduduk di Kelurahan Binong yang dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kelurahan Binong tahun Tahun Laki-laki Penduduk Perempuan Jumlah Jiwa Sumber: Diolah dari Data BPS Kota Bandung. (Kota Bandung dalam Angka Tahun ). Bandung: Kantor Statistik Kota Bandung. Dikarenakan keterbatasan sumber yang diperoleh penulis maka data yang disajikan tidak berurutan berdasarkan tahun kajian, akan tetapi melihat data penduduk pada tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Kelurahan Binong setiap tahunnya mengalami peningkatan serta penurunan. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya Fertilitas (kelahiran),

10 62 Mortalitas (kematian) ataupun faktor perpindahan yaitu pindah ke luar wilayah Kelurahan Binong ataupun adanya pendatang yang baru menetap di Kelurahan Binong. Jumlah penduduk setiap tahunnya sebagian besar termasuk ke dalam angkatan kerja produktif sehingga dapat dijadikan sebagai modal sumber daya manusia dalam proses pengembangan kelurahan Binong. Berdasarkan tabel di atas, jumlah penduduk di Kelurahan Binong pada tahun 1975 lebih banyak jumlah penduduk perempuan daripada laki laki (jumlah penduduk perempuan dan jumlah penduduk laki laki 3.389). Hal tersebut dikarenakan penduduk laki laki usia produktif di Kelurahan Binong tahun 1975 banyak yang mencari pekerjaan di tempat yang lain karena tahun 1975 usaha rajutan Binong jati baru mulai dirintas oleh beberapa orang penduduknya. Walaupun awalnya jumlah laki laki lebih sedikit namun setiap tahunnya jumlah penduduk laki laki terus bertambah. Mulai tahun 2000 jumlah penduduk laki laki lebih banyak daripada jumlah penduduk perempuan (jumlah penduduk laki laki dan jumlah penduduk perempuan 6.472), hal tersebut dikarenakan industri rajut Binong Jati semakin berkembang dan yang menjadi pekerja rajut mayoritas adalah laki laki. Jumlah penduduk di Kelurahan Binong setiap tahunnya hampir selalu mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu dampak semakin berkembangnya industri rajutan Binong Jati yang secara tidak langsung mengakibatkan peningkatan kebutuhan jumlah tenaga kerja yang tidak hanya berasal dari masyarakat Binong sendiri tapi pekerja dari tempat lain yang kemudian menetap di wilayah Binong jati. Kota pada umumnya menjadi daya

11 63 tarik tersendiri bagi penduduk daerah untuk datang dan menetap di kota kota salah satunya datang ke wilayah Binong Jati Kota Bandung. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah masih banyaknya masyarakat daerah yang menganggap bahwa kota banyak menyediakan lapangan pekerjaan. Ketersediaan lapangan pekerjaan merupakan hal yang utama yang menjadi salah satu faktor munculnya industri rajutan Binong jati. Sebagian masyarakat Binong jati menggeluti usaha rajutan ini sebagai mata pencaharian yang utama. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat di wilayah Binong Jati berkembang menjadi masyarakat industri. Menurut Soemardjan (Sajogjo, Sosiologi Pembangunan 1985: 112) masyarakat industri merupakan salah satu bagian dari masyarakat modern yang memiliki ciri dimana hubungan antara manusia didasarkan atas kepentingan-kepentingan pribadi atau dengan kata lain dikemukakan bahwa masyarakat industri memiliki tingkat individualitas yang tinggi. Selain itu, dikatakan pula bahwa hubungan yang terjalin dengan masyarakat lain dilakukan secara terbuka dalam suasana saling mempengaruhi. Ciri-ciri masyarakat industri tersebut tidak begitu nampak pada kondisi masyarakat Binong Jati. Karena hubungan yang terjalin antar masyarakat Binong jati merupakan hubungan yang harmonis. Hal tersebut dikarenakan industri yang berkembang disana bukan merupakan industri besar yang mengutamakan persaingan, tetapi industri kecil yang satu sama lainnya tetap saling mendukung. Industri rajutan Binong jati ini masih menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari hari.

12 64 Kebutuhan akan penyediaan lapangan pekerjaan merupakan hal yang harus lebih diperhatikan oleh Pemerintah. Hal ini pula yang menjadi salah satu faktor munculnya industri rajut Binong Jati. Selain bekerja pada sektor industri, masyarakat Binong Jati juga memiliki mata pencaharian di bidang lainnya, diantaranya petani, pedagang, PNS, POLRI, ABRI dan lainnya. Untuk lebih jelasnya, presentase mata pencaharian penduduk Binong Jati dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 4.3 Presentase Mata Pencaharian Masyarakat Binong Jati Tahun Tahun Mata Pencaharian Jumlah Penduduk Pertanian Industri & Pegawai Lainnya Produktif Perdagangan Negeri Keseluruhan (100%) ,25% 27,16% 10,05% 4,54% ,80% 38,54% 13,12% 5,54% ,41% 40,11% 13,07% 8,41% ,20% 50,71% 13,43% 3,66% ,14% 64,26% 10,79% 4,81% ,33% 71,20% 10,05% 6,42% ,14% 73,23% 11,21% 7,42% Sumber: Diolah dari Data BPS Kota Bandung. Kota Bandung dalam Angka. Bandung: Kantor Statistik Kota Bandung. Berdasarkan data tabel di atas, mata pencaharian masyarakat Binong Jati tahun 1975 sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian pada sektor pertanian yakni sekitar 58,25%. Sedangkan masyarakat yang bermata pencaharian

13 65 pada sektor industri dan perdagangan maupun pegawai negeri dan lainnya lebih rendah daripada sektor pertanian. Namun terjadi penurunan yang signifikan dari presentase mata pencaharian antara sektor pertanian dengan industri dan perdagangan di tahun yakni menurun sampai 12,45%. Hal tersebut dikarenakan saat itu industri rajutan Binong Jati mulai berkembang sehingga banyak masyarakat Binong Jati yang beralih profesi dari sektor pertanian ke sektor industri dan perdagangan serta ke sektor pekerjaan yang lainnya. Penurunan presentase mata pencaharian kembali terjadi secara signifikan antara tahun yakni sebesar 7,81%. Hal tersebut juga dikarenakan industri rajutan Binong Jati semakin berkembang pesat sehingga sektor pertanian tidak lagi diminati oleh masyarakat Binong Jati. Faktor lainnya karena banyaknya pabrik pabrik yang tumbuh di sekitar wilayah Binong, ada yang menjadi buruh pabrik, buruh pada usaha rajut ataupun berdagang produk produk rajutan. Di tahun 2004 presentase pekerjaan pada sektor industri dan perdagangan mencapai 73,23%. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar mata pencaharian masyarakat Binong Jati bekerja pada sektor tersebut. Dengan adanya industri rajut Binong Jati telah banyak memberikan konstribusi dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan sekaligus perdagangan bagi masyarakat sekitar Perkembangan Tingkat Pendidikan Di Kelurahan Binong Perkembangan suatu daerah tidak hanya ditentukan oleh jumlah penduduk saja, tetapi juga oleh berbagai bidang yang lain, salah satunya adalah bidang pendidikan. Tingkat pendidikan di suatu daerah sangat berpengaruh terhadap

14 66 perkembangan daerah tersebut, yang artinya kualitas sumber daya manusia dapat berperan penting dalam menciptakan kemajuan dari daerah tersebut. Pengertian pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Dengan pendidikan manusia mendapatkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sangat bermanfaat bagi manusia agar lebih mengetahui dan memahami segala aspek kehidupan. Kota Bandung merupakan kota yang memiliki perhatian dalam hal peningkatan mutu pendidikan, usaha tersebut dapat dilihat dari adanya peningkatan dalam hal pembangunan sarana dan prasarana pendidikan maupun program program yang dicanangkan oleh Pemerintah dalam hal peningkatan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, Pemerintah kota Bandung berupaya meningkatkan pendidikan masyarakatnya dengan pembangunan sekolah secara bertahap. Tersedianya sarana pendidikan tersebut secara langsung berpengaruh terhadap tingkat pendidikan masyarakat. Berikut ini adalah jumlah siswa yang berada di Kelurahan Binong lulusan SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi.

15 67 Tahun Tabel 4.4 Jumlah Anak Anak Kelurahan Binong Lulusan SD, SLTP, SLTA Dan Perguruan Tinggi Jumlah SD SLTP SLTA Perguruan Tinggi Ket: Data Jumlah Lulusan Perguruan Tinggi Tahun ,1996 dan 1999 tidak ada. - Data tidak tersedia Sumber : Diolah dari Data BPS Kota Bandung. (Kota Bandung Dalam Angka Tahun). Bandung: Kantor Statistik Kota Bandung dan data dari Kantor Kelurahan Binong.

16 68 Dikarenakan keterbatasan sumber yang diperoleh peneliti maka data yang tersedia hanya dari tahun Akan tetapi melihat data yang diperoleh dalam tabel 4.4 menunjukan bahwa dari tahun 1990 sampai dengan tahun 2004 jumlah anak anak kelurahan Binong lulusan SD, SLTP, SLTA mengalami kenaikan setiap tahunnya. Walaupun data mengenai lulusan perguruan tinggi hanya tersedia dari tahun 1995, 1997, 1998, 2000 sampai 2004 namun mengalami kenaikan juga (tahun 1995 sebesar 327 lulusan dan tahun 2004 menjadi 438 lulusan). Hal tersebut menunjukan bahwa minat masyarakat Binong Jati terhadap pendidikan bisa dikatakan cukup. Hal ini disebabkan karena berbagai faktor salah satunya adalah kesadaran akan pentingnya pendidikan. Sebagian kecil masyarakat Binong Jati yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri, Pedagang, Polisi dan Pengusaha besar dan sedang saja yang mampu menyekolahkan anak anaknya sampai jenjang perguruan tinggi. Namun anak anak dari pengusaha rajutan yang telah menyelesaikan sekolahnya sampai perguruan tinggi biasanya jarang yang bekerja pada industri rajutan, mereka bekerja sebagai pegawai negeri atau pegawai swasta, pedagang bahkan membuka wirausaha baru. Kondisi tersebut menyebabkan generasi muda sebagai penerus bagi kelangsungan industri rajutan yang mampu mengenyam pendidikan tinggi jarang memiliki keinginan untuk mengembangkan usaha rajutan milik orang tua mereka. Memang tidak semua pemilik usaha rajutan yang menyekolahkan anaknya sampai perguruan tinggi, mereka ini yang termasuk pengusaha rajutan kelompok kecil. Mereka merasa cukup untuk menyekolahkan anaknya sampai

17 69 jenjang SLTA, mereka juga berfikir lebih baik anak anaknya bekerja membantu mngembangkan usaha rajutan daripada meneruskan sekolah. Tingkat pendidikan yang mampu dilaksanakan oleh para pengusaha tersebut berbeda dengan sebagian besar masyarakat Binong Jati yang hanya menjadi pekerja pada industri rajutan. Anak anak mereka rata rata mengenyam pendidikan lebih rendah karena faktor ekonomi. Sebenarnya para orang tua memiliki keinginan agar anak anaknya dapat menempuh pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi, hanya sayangnya secara ekonomi mereka menyadari bahwa posisinya hanya sebagai pekerja rajut yang pendapatannya tidak cukup untuk membiayai sekolah anaknya sampai perguruan tinggi. Namun ada sebagian kecil masyarakat yang hanya bekerja sebagai buruh rajut tapi berusaha agar anaknya dapat menyelesaikan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi dan berharap jika anaknya telah menjadi seorang sarjana maka akan mendapatkan pekerjaan yang lebih baik sehingga dapat merubah tingkat ekonomi dan status sosialnya. Contohnya Jamjam adalah anak seorang buruh rajut namun orangtuanya ingin agar ia dapat meneruskan sekolahnya sampai perguruan tinggi dengan harapan dapat meningkatkan status sosial keluarganya, dan dengan kerja kerasnya akhirnya sekarang Jamjam telah menjadi salah satu pengusaha rajut Binong Jati yang sukses karena dengan ilmu yang ia dapat di perguruan tinggi maka ia dapat mengembangkan dan mengelola usaha rajutan milik orangtuanya (wawancara dengan Jamjam Hendarsah Tanggal 23 Oktober 2009).

18 70 Dalam aspek keagamaan dari Masyarakat Kelurahan Binong Kecamatan Batununggal Bandung sebagian besar masyarakatnya beragama islam. Dari data yang diperoleh peneliti di Kantor Kelurahan Binong Bandung, bahwa penganut agama islam mencapai 89,99 %, sedangkan Kristen Katholik 2,24 %, Kristen Protestan 4,40%, Hindu 0,14 %, Buddha 0,8 %, Kong Hu Chu 2,10 % dan sisanya merupakan penganut kepercayaan (Bandung dalam Angka Tahun 2004) Perkembangan Awal Industri Rajutan Binong Jati Bandung Pada awalnya, industri rajutan Binong Jati adalah usaha yang dilakukan secara turun temurun dan dimulai sejak tahun 1960-an oleh beberapa orang warga setempat yang pernah bekerja di perusahaan pabrik rajutan milik pengusaha Tionghoa di Kota Bandung. Berbekal keterampilan yang dimilikinya, mereka mulai membuka usaha rajut kecil kecilan sebagai industri Rumah Tangga. Yang dikenal sebagai salah satu perintis usaha rajutan Binong Jati adalah Haji Memet. Berdasarkan hasil wawancara, awalnya Haji Memet bekerja di pabrik rajutan milik orang Tionghoa, namun seiring dengan ilmu serta pengalaman yang diperoleh selama beliau bekerja disana, maka beliau berinisiatif untuk membuka usaha rajutan sendiri. Tujuan utamanya adalah untuk membuka usaha yang mandiri sekaligus untuk membuka lapangan kerja bagi masyarakat disekitarnya. Pada awal perkembangannya sekitar tahun 1960-an, industri rajut ini dikelola secara kekeluargaan oleh semua anggota keluarga Haji Memet dan perkembangannya belum terlalu luas. Namun usaha yang dikembangkan oleh Haji Memet telah membawa perubahan bagi keluarganya dan masyarakat yang berada

19 71 di sekitar Binong Jati. Kemunculan industri ini menjadi alternative baru sebagai sumber pekerjaan bagi masyarakat setempat, karena pada umumnya pada saat itu perekonomian masyarakat Binong Jati sangat tergantung pada sektor pertanian. Dalam mengembangkan usahanya, Haji Memet mempekerjakan saudara, tetangga dan masyarakat sekitar yang memiliki minat untuk bergelut dalam usaha rajutan. Tidak adanya kualifikasi dalam tingkat pendidikan dan hanya mengandalkan keterampilan dalam membuat rajutan yang dapat diperoleh secara otodidak atau secara turun temurun, menjadikan usaha rajutan ini semakin diminati masyarakat setempat. Bahkan tak sedikit dari pekerja Haji Memet yang pada akhirnya mampu untuk membuka usaha rajutan sendiri, dan mulai membuka peluang pekerjaan bagi masyarakatnya. Hal tersebut tidak dipermasalahkan oleh Haji Memet, karena beliau berpikir dengan semakin terbukanya kesempatan kerja bagi warga sekitar, maka akan terbantu pula sektor perekonomian masyarakat sekitarnya yang pada saat itu bekerja sebagai petani yang hanya mengandalkan pendapatan pada musim panen. Pemaparan di atas memperlihatkan bahwa industri rajut Binong Jati ini tidak lepas dari adanya keinginan Haji Memet untuk memperbaiki kehidupan keluarga dan masyarakat sekitarnya (Hasil wawancara dengan Haji Memet tanggal 23 Oktober 2009). Pada perkembangan selanjutnya, usaha rajutan yang didirikan oleh Haji Memet mengalami kemunduran. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan modal yang dimiliki dan jumlah pesanan yang semakin sedikit sehingga usaha tersebut lama kelamaan tidak dapat bertahan. Pada tahun 1960-an Penjualan produk rajutan memang dikerjakan jika mendapatkan pesanan dan di jual secara eceran.

20 72 Setelah usaha rajut ini tidak mendapat pesanan lagi maka mereka kembali bekerja sebagai petani, pedagang ataupun sebagai buruh pabrik. Baru sekitar tahun 1975 usaha rajut di wilayah Binong Jati ini mulai ramai kembali. Uju, Usman, Atang, Endang, Hendar yang memunculkan kembali usaha rajutan tersebut. Awal mulainya, permintaan produksi rajutan milik pengusaha Tionghoa tersebut terus meningkat, menjadikan pedagang Tionghoa meminta mereka mengerjakan rajutan di rumah. Kebetulan mereka berlima sama sama bertempat tinggal di wilayah Binong Jati. Mereka dititipkan mesin rajut oleh pengusaha Tionghoa yang makloon produk-produk rajut pada mereka. Setelah mereka dibekali mesin rajut maka mereka wajib menyetorkan produksinya sesuai dengan permintaan majikan. Tingginya permintaan produk rajut tersebut membuat mereka mendapatkan upah yang lebih banyak sehingga akhirnya bisa menabung dan mampu membeli mesin sendiri. Sambil mengerjakan pesanan majikan, mereka juga mengajak beberapa orang di Binong Jati untuk membuat baju rajutan setelah sebelumnya di tahun 1960-an usaha rajut ini pernah ada di wilayah Binong Jati. Sehingga di tahun 1975 semakin banyak lagi masyarakat setempat yang bekerja membuat rajutan serta akhirnya dapat mengembangkan sendiri usaha ini secara kecil kecilan, hal tersebut ditunjang dengan ramainya aktivitas perdagangan di Pasar Baru dan Pasar Tanah Abang Jakarta, sehingga permintaan produksi rajutan semakin meningkat (wawancara dengan Uju 24 Juli 2009). Perkembangan industri rajut Binong Jati telah berdampak pada penyerapan tenaga kerja pada masyarakat di sekitar wilayah Binong sehingga jumlah

21 73 pengangguran di wilayah Binong menjadi berkurang. Namun perkembangan industri kecil tidak terlepas dari adanya hambatan yang mengakibatkan industri rajutan sempat mengalami penurunan. Dalam hal pemasaran, pada awalnya hasil produksi yang dipasarkan hanya ke Pasar Baru Bandung dan pasar Tanah Abang Jakarta saja karena permintaan pesanan tidak terlalu banyak. Dalam hal permodalan, modal yang diperlukan untuk mengembangkan usaha rajutan lebih banyak menggunakan tabungan sendiri. Pada awal pendirian usaha tersebut tidak mendapat bantuan pinjaman dari bank karena dibutuhkan prosedur peminjaman yang sulit dan bantuan dari pemerintah dirasakan kurang sehingga usaha ini pada awal kemunculannya sulit berkembang. Dengan adanya keinginan dan sikap optimis yang dimiliki oleh masyarakatnya menjadikan industri rajutan ini lama kelamaan dapat terus berkembang. Hal ini tidak terlepas dari jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh masyarakat Binong Jati. Barang rajutan yang dihasilkan juga semakin beragam, yang awalnya hanya memproduksi baju hangat dan pakaian rajut saja menjadi bermacam macam model pakaian. Hal tersebut yang menjadikan industri rajut Binong Jati menjadi salah satu sentra industri yang cukup potensial dan mampu bersaing dengan industri kecil lainnya. 4.2 Kondisi Industri Rajutan Binong Jati Tahun Keberadaan suatu industri sangat besar pengaruhnya terhadap perekonomian di suatu daerah, dalam hal ini bahwa keberadaan industri di suatu wilayah dapat membantu pemerintah dalam hal pendapatan dan penyediaan

22 74 lapangan pekerjaan. Apalagi saat ini tingkat pengangguran di kota kota besar cukup tinggi. Tidak dapat dipungkiri berkembangnya suatu industri tidak terlepas dari campur tangan dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam kegiatan industri. Sub bab ini merupakan hasil analisis mengenai kondisi industri rajutan Binong Jati pada kurun waktu Pada kurun waktu tersebut industri rajutan Binong jati mengalami peningkatan dalam hal jumlah unit usaha serta jumlah pekerjanya. Peningkatan tersebut dikarenakan diterapkannya teknologi yang bersifat padat karya yang dapat menghemat modal, banyak menyerap tenaga kerja serta mampu meningkatkan kualitas produksi sehingga permintaan jumlah produksi semakin meningkat. Hal tersebut mengakibatkan industri rajutan dianggap mampu untuk dijadikan sumber mata pencaharian yang berguna untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari hari (wawancara dengan Jamjam Hendarsyah Tanggal 25 Juli 2009). Adapun jumlah unit usaha pada industri rajutan Binong Jati Bandung dapat di lihat dalam tabel di bawah ini.

23 75 Tabel 4.5 Jumlah Industri Rajutan dan Tenaga Kerja di Industri Rajut Binong Jati Tahun Klasifikasi Usaha Tahun Jumlah Jumlah Industri Kecil Industri Kecil Industri Kecil Unit Tenaga Besar Menengah Kecil Industri Kerja Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah (UI) (TK) UI TK UI TK UI TK * * * * * Sumber : *Diolah dari hasil wawancara dengan Bapak Uju, Bapak Usman Tanggal 23 Oktober 2009 dan data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan perdagangan Kota Bandung. Ket : UI (Unit Industri) TK (Tenaga Kerja) Berdasarkan tabel di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Industri Rajutan Binong Jati diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok industri kecil yaitu industri kecil besar, industri kecil menengah, dan industri kecil kecil. Klasifikasi tersebut berdasarkan kriteria jumlah pekerja dan modal usaha. Menurut BPS jumlah pekerja pada Industri Kecil antara 5 19 pekerja. Sedangkan menurut Undang Undang Nomor 9 Tahun 1995, kriteria usaha kecil dapat dilihat dari

24 76 segi keuangan dan modal yang dimiliki adalah Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha), atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.1 milliar pertahun. Mengacu pada pemaparan menurut BPS dan Undang Undang Nomor 9 Tahun 1995 tersebut, penulis mengklasifikasikan industri kecil dengan jumlah pekerja antara 4 7, industri menengah dengan jumlah pekerja antara 7 12 dan industri besar dengan jumlah pekerja antara orang. Berdasarkan data dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari tahun ke tahun jumlah industri rajutan di Binong Jati mengalami peningkatan dan penurunan. Terkait dengan peningkatan terjadi pada tahun jumlah tenaga kerja mengalami peningkatan yakni 841 menjadi pekerja. Hal tersebut dipengaruhi oleh perkembangn industri rajut Binong Jati yang mengalami kemajuan yang dapat dilihat dari jumlah produksi yang dihasilkan dan pemasaran yang semakin luas. Peningkatan unit usaha rajutan pun mengalami kemajuan pada tahun yaitu dari 218 menjadi 250 unit usaha. Peningkatan tersebut tidak terlepas dari berbagai faktor baik dari kondisi perekonomian Indonesia maupun kreatifitas dan inovasi dari para pengusaha rajutan untuk tetap mempertahankan usahanya seperti membuat desain baru yang mengikuti selera konsumen. Penurunan pada industri rajut Binong Jati sempat terjadi pada tahun , yaitu dari 225 unit industri rajutan menjadi 178 unit industri. Hal ini dikarenakan pada tahun 1999 terjadi kenaikan harga bahan baku yakni benang rajut menjadi mahal sedangkan daya beli konsumen menurun. Ditambah lagi

25 77 masih ada beberapa pengusaha yang kesulitan dalam memperoleh modal. Selain itu juga tingginya persaingan dengan produk rajut yang berasal dari pabrik dengan penjualan ekspor. Hal - hal tersebut mengakibatkan sebagian pengusaha terpaksa gulung tikar. Namun di tahun unit usaha meningkat kembali yang di ikuti oleh jumlah pekerja yang semakin bertambah yakni dari menjadi Hal tersebut mengindikasikan bahwa perkembangan industri rajutan semakin baik. Untuk lebih mengetahui secara jelas mengenai kondisi industri rajutan Binong Jati, maka peneliti akan menjabarkan dalam sub bab berikut yang akan dibagi berdasarkan faktor faktor yang berperan dalam perkembangan industri rajutan Binong Jati ini yakni permodalan, tenaga kerja, produksi dan pemasaran Permodalan Masalah permodalan merupakan faktor yang penting dalam terbentuknya suatu industri, sama halnya dengan industri rajutan Binong Jati. Tinggi rendahnya kapasitas produksi yang dihasilkan tergantung pada jumlah modal yang dimiliki pengusaha serta dipengaruhi oleh pesanan yang datang dari konsumen. Kapasitas produksi yang tinggi berarti memerlukan bahan baku dan ongkos produksi yang lebih banyak. Menjadikan jumlah modal yang diperlukan juga lebih banyak lagi. Modal yang diperlukan dalam kegiatan produksi di usaha rajutan Binong Jati dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu (1) Modal lancar, yaitu modal yang diperlukan dalam kegiatan usaha sehari-hari. Modal ini diantaranya dipergunakan untuk pembelian bahan baku benang rajut dan untuk gaji para pekerja. (2) Modal tetap,

26 78 yaitu modal yang dipakai dalam bentuk peralatan atau perlengkapan yang akan dipergunakan dalam usaha rajutan. Alat alat tersebut antara lain: (1) mesin rajut datar/flatknitting (2) mesin linking (3) mesin obras (4) setrika steam uap (wawancara dengan Suhaya Wondo Tanggal 23 Oktober 2009). Peralatan mesin rajut datar/flatknitting dan mesin linking merupakan peralatan utama yang diperlukan dalam proses produksi rajutan. Barang barang tersebut merupakan modal yang penting dalam industri rajutan. Pada dasarnya semua peralatan tersebut dimiliki oleh setiap pengusaha industri rajutan. Selain modal berupa peralatan produksi, modal yang diperlukan dalam usaha rajutan ini adalah modal dalam bentuk uang yang dipergunakan untuk membeli bahan baku serta dipergunakan untuk gaji para pegawai. Modal dalam bentuk uang dipergunakan untuk menjalankan usaha seperti membeli peralatan produksi, membeli bahan baku, membayar upah para pekerja. Para pengrajin yang baru mulai merintis usaha rajutan menggunakan modal hasil tabungan sendiri atau pinjaman dari keluarga. Penggunaan modal pinjaman dari bank jarang dilakukan karena pada umumnya ketika pertama kali mendirikan usaha rajutan, mereka tidak mampu untuk memenuhi persyaratan yang diajukan oleh pihak bank (wawancara dengan Uju, 23 Oktober 2009). Sedangkan para pengusaha yang ingin lebih meningkatkan usahanya dan memerlukan tambahan modal maka biasanya modal tersebut didapatkan dari tabungannya sendiri yang diperoleh dari keuntungan usaha ataupun hasil pinjaman dari kelompok pengusaha rajut yang telah berhasil memajukan usahanya. Bantuan dari pihak Pemerintah bukan berupa modal dalam bentuk uang namun sebatas mengadakan

27 79 penyuluhan dan pelatihan bagi para pekerja. Kelangsungan produksi di Binong Jati sangat dipengaruhi oleh jiwa kewirausahaan para pengusahanya sehingga mereka dapat mencari alternatif tambahan modal tanpa tergantung dari pihak Pemerintah ataupun pihak Bank. Pengklasifikasian jumlah modal para pemilik usaha rajutan Binong Jati dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu kelompok besar dengan jumlah modal awal sekitar Rp Rp kelompok menengah dengan jumlah modal awalnya sekitar Rp Rp dan kelompok kecil dengan modal awalnya sekitar Rp Rp (wawancara dengan Jamjam Hendarsah tanggal 14 November Di bawah ini penulis akan menyajikan perhitungan biaya produksi pada industri rajut Binong Jati yang akan dipaparkan berdasarkan klasifikasi modal usaha. Untuk lebih jelasnya terdapat dalam tabel berikut ini. Tabel 4.6 Perhitungan Biaya Produksi Industri Rajutan Binong Jati Bandung Tahun Nama Biaya Pemilik Klasifikasi Biaya Total Usaha Usaha Bahan Baku Upah Pekerja + Produksi Rajutan (Rp) Uang Makan (Rp) (Rp) Suhaya Kelompok Wondo Besar Jamjam Kelompok Hendarsah Menengah Endang Kelompok Suhandar Kecil Sumber : Diolah berdasarkan hasil wawancara dengan Suhaya Wondo, jamjam Hendarsah, dan Endang Suhandar Tanggal 14 November 2009.

28 80 Berdasarkan data tabel di atas diketahui bahwa modal uang yang harus dimiliki oleh para pemilik usaha rajutan adalah untuk membeli bahan baku, pengeluaran upah dan uang makan pekerja. Modal untuk membeli bahan baku tidak dikeluarkan dalam setiap proses produksi, tapi setiap satu bulan sekali. Jumlah pekerja pada setiap kelompok besar biasanya berjumlah orang, kelompok menengah 7 12 orang dan kelompok kecil 4 7 orang. Para pekerja setiap harinya bekerja dengan jenis pekerjaan masing masing. Jika dilihat berdasarkan biaya untuk bahan baku, upah pekerja dan makan maka usaha besar akan mengeluarkan biaya yang lebih banyak dibandingkan dengan usaha menengah dan usaha kecil. Hal tersebut dikarenakan modal awal yang dikeluarkan oleh kelompok besar menggunakan modal yang besar pula sehingga dapat memproduksi barang rajutan dalam jumlah yang lebih banyak. Jumlah modal yang dikeluarkan oleh kelompok besar jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kecil menengah dan kelompok kecil menjadikan keuntungan yang diperoleh juga akan lebih banyak. Dalam hal ini keuntungan yang diperoleh pengusaha rajutan setiap produksi berdasarkan kapasitas jumlah produksi yang dibuat. Perhitungan keuntungan pada industri rajutan Binong jati di tahun akan dijabarkan dalam tabel di bawah ini.

29 81 Tabel 4.7 Perhitungan Keuntungan Yang Diperoleh Pemilik Usaha Rajutan Binong Jati Per Bulan Tahun Nama Klasifikasi Produksi Total Keuntungan / Pemilik Usaha Pendapatan Pendapatan Usaha Biaya Jumlah (Rp) Bersih Rajutan Produksi Produksi (Rp) (Rp) Suhaya Kelompok Wondo Besar lusin Jamjam Kelompok Hendarsah Menengah lusin Endang Kelompok Suhandar Kecil lusin Sumber : Diolah berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Suhaya wondo, jamjam Hendarasah dan Endang Suhandar 14 November Berdasarkan perhitungan pada tabel di atas, usaha rajutan Suhaya Wondo selama 1 bulan menghasilkan omset antara Rp sampai Rp dengan jumlah antara produksi lusin. Kapasitas produksi yang dihasilkan sesuai dengan permintaan dan penghasilan bersih yang diperolehnya antara Rp sampai Rp per bulannya. Keuntungan yang diperoleh Wondo jauh lebih besar dibandingkan dengan jamjam maupun Endang. Hal tersebut dikarenakan kapasitas jumlah produksi, jumlah modal untuk pembelian bahan baku dan upah serta barang produksi yang dihasilkan juga jauh lebih besar. Keuntungan yang di peroleh Bapak Wondo termasuk besar karena wilayah pemasaran produk rajut Binong jati juga luas hampir di seluruh pasar tradisional yang ada di Indonesia. Gambaran perhitungan di atas termasuk ke dalam kelompok usaha besar (Bapak Wondo).

30 82 Usaha rajutan milik Jamjam Hendarsah termasuk kedalam kelompok usaha rajutan menengah. Selama 1 bulan menghasilkan omset antara Rp Rp dengan jumlah produksi antara 88 lusin lusin. Kapasitas produksi yang dihasilkan sesuai dengan permintaan dan penghasilan bersih yang diperolehnya sejumlah Rp Rp per bulannya. Penghasilan bersih yang didapatkan oleh Jamjam akan digunakan lagi untuk modal usaha agar usaha yang dimilikinya bisa lebih berkembang. Yang terakhir adalah usaha rajutan yang dimiliki oleh Endang Suhandar yang termasuk pada usaha kelompok rajutan kecil karena modal yang ia gunakan juga relatif lebih kecil. Omset yang diperoleh Endang Suhandar setiap bulannya rata rata antara Rp Rp dengan jumlah produksi yang dihasilkan antara lusin. Keuntungan bersih yang dimiliki oleh Endang antara Rp Rp perbulan. Keuntungan tersebut oleh Endang di gunakan untuk keperluan menambah modal serta digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya sehari hari. Berdasarkan data dalam tabel 4.7 biaya produksi ketiga usaha rajutan tersebut akan berbeda karena sesuai dengan kapasitas jumlah produksi dan modal bahan baku yang diperlukan yang mengakibatkan perbedaan dalam keuntungan yang didapatkan. Keuntungan yang di peroleh para pengusaha rajutan termasuk besar karena wilayah pemasaran produk rajut Binong jati juga luas hampir di seluruh pasar tradisional yang ada di Indonesia. Pada umumnya keuntungan yang diperoleh pengusaha rajutan akan langsung diterima karena sistem penjualan yang dilakukan menggunakan sistem penjualan terputus. Maksudnya barang rajutan

31 83 yang dipesan akan langsung di bayarkan sesuai jumlah pesanan. Resiko barang yang dipesan tidak habis terjual tidak ditanggung oleh pemilik usaha rajut. Hal tersebut mendatangkan keuntungan bagi pengusaha rajut Binong Jati (wawancara dengan Jamjam Hendarsah Tanggal 14 November 2009) Tenaga Kerja Adanya industri rajutan Binong jati telah membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Kemunculan industri rajutan Binong Jati memerlukan juga tenaga kerja yang banyak serta terampil dalam membuat rajutan. Tenaga kerja merupakan sumber daya utama dalam sebuah produksi. Industri rajutan Binong Jati merupakan industri yang bersifat padat karya karena industri ini mampu menyerap banyak tenaga kerja. Tenaga kerja yang bekerja pada industri rajut Binong Jati pada mulanya berasal dari wilayah Binong Jati sendiri. Namun, sejalan dengan berkembangnya industri rajutan tersebut maka semakin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan dan akibatnya banyak tenaga kerja yang datang tidak hanya dari wilayah Binong Jati saja, tetapi juga dari kelurahan sekitar serta daerah luar seperti Cileunyi, Padalarang bahkan dari luar Kota Bandung seperti Tasikmalaya, Garut dan Sumedang (wawancara dengan Endang Tanggal 23 Oktober 2009). Pembagian kerja pada industri rajutan Binong Jati disesuaikan dengan jenis pekerjaan yang dilakukan saat produksi seperti merajut menjadi kain menggunakan mesin rajut flatknitting, menyambung kain dengan mesin linking, menjahit kancing,

32 84 membersihkan benang benang dari baju yang telah selesai dijahit, mengobras, menyetrika dengan setrika steam uap sampai packing hasil produksi. Secara umum proses produksi seperti merajut dengan menggunakan mesin flatknitting, menyambung kain dengan mesin linking dan menyetrika baju rajut dengan setrika steam uap, dilakukan oleh tenaga kerja laki laki karena lebih membutuhkan tenaga yang lebih besar dan keahlian yang dimiliki sedangkan pekerjaan menjahit kancing, membersihkan benang benang dari baju yang telah selesai dijahit, mengobras, Quality Control (QC) dan packing dilakukan oleh pekerja perempuan karena tidak terlalu membutuhkan banyak tenaga. Jadi setiap jenis pekerjaan dari setiap proses produksi rajutan dilakukan oleh tenaga kerja yang berbeda yang sesuai dengan keahliannya masing masing. Para pekerja pada industri rajutan Binong Jati mayoritas adalah laki-laki dengan kisaran usia antara 16 sampai 40 tahun, sedangkan pekerja perempuan usia antara 15 sampai 40 tahun dan mayoritas pekerjanya adalah lulusan SLTP dan SLTA. Bekerja di industri rajut Binong jati tidak memerlukan kualifikasi pendidikan tertentu, tetapi cukup dengan memiliki keterampilan membuat rajutan, biasanya keterampilan tersebut sudah diperoleh dari orang tua mereka yang bekerja sebagai pekerja rajut ataupun dari pengalaman mereka selama bekerja. Jumlah jam kerja sekitar 8 jam setiap harinya, bekerja dari hari senin sampai sabtu mulai dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Waktu istirahat sekitar 1 jam yaitu dari jam WIB sampai WIB. Namun bila banyak pesanan maka jam kerja akan ditambah (lembur), Waktu lembur tidak ditentukan sampai jam berapa yang pasti sampai mencukupi jumlah pesanan. Biasanya pekerja laki laki yang sering

33 85 lembur untuk mengerjakan jumlah pesanan (wawancara dengan Suhaya Wondo, Tanggal 23 Oktober 2009). Sistem kerja yang diterapkan di industri rajut Binong Jati adalah sistem kerja borongan dengan sistem upah sesuai dengan jumlah barang yang dapat dihasilkan oleh pekerja (sistem upah kesatuan hasil), yang dimaksud dengan sistem upah ini adalah jumlah upah yang akan diterima pekerja tergantung berapa banyak pekerja tersebut menghasilkan produksi rajutan (wawancara dengan Suhaya Wondo Tanggal 23 Oktober 2009). Dengan kata lain sistem kerja dan sistem pembayaran pada industri rajutan Binong jati Bandung tidak terikat karena pekerja dapat menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan kemampuannya. Mengenai sistem pembayaran upah seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa upah yang diterima pekerja erat kaitannya dengan kemampuan pekerja tersebut dalam menyelesaikan jenis pekerjaannya. Sistem pembayaran upah pada industri rajutan Binong Jati adalah per minggu. Upah biasanya dibayarkan pada pekerja setiap hari sabtu. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai upah tenaga kerja dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 4.8 Upah Per Minggu Tenaga Kerja Industri Rajutan Binong jati Kota Bandung Tahun Pekerjaan *1975 *1980 *1985 *1990 *1995 *2000 *2002 *2004 Merajut Linking Menjahit Obras Setrika QC Packing Sumber : diolah dari hasil wawancara dengan Bapak Suhaya Wondo tanggal 23 Oktober 2009 Ket : dalam jumlah Rp.

34 86 Berdasarkan data dari tabel 4.8 di atas diketahui bahwa pada tahun 1975 jenis pekerjaan pada usaha rajutan Binong Jati hanya ada pekerja rajut dan linking saja sehingga upahnya pun pada tahun 1975 hanya untuk pekerjaan merajut dan linking. Hal tersebut dikarenakan tahun 1975 usaha rajut Binong Jati mulai merintis dan ada sekitar 5 unit usaha dengan jumlah pekerja 23 orang yang menjadikan satu orang pekerja akan mengerjakan pekerjaan yang lain seperti contohnya Endang pada tahun 1975 ia bekerja sebagai buruh rajut tapi ia juga sekaligus mengerjakan pekerjaan jahit atau obras (wawancara dengan Endang tanggal 24 Oktober 2009). Tahun 1980 jenis pekerjaan mulai beragam sehingga terdapat upah merajut, linking, jahit, setrika dan QC. Mulai tahun 1985 pekerjaan lebih beragam hal tersebut dikarenakan barang rajut yang dihasilkan pun mulai bertambah banyak macamnya sehingga setiap pekerja akan mengerjakan pekerjaan sesuai bagiannya. Di tahun 1990 usaha rajut Binong Jati mulai berkembang lebih luas sehingga setiap jenis pekerjaan dikerjakan oleh pekerja yang berbeda jenis pekerjaannya. Namun hal tersebut hanya terjadi pada usaha rajut yang telah berkembang pesat, pada usaha rajut yang baru dirintis dan hanya memiliki pekerja kurang dari 5 orang menjadikan setiap pekerja akan mengerjakan jenis pekerjaan yang lainnya secara bersamaan. Mengambil contoh pada tahun 2004 upah yang di terima setiap pekerja di lihat dari hasil pekerjaannya,. Untuk pekerjaan rajut dan linking masing masing memperoleh upah Rp selama 1 minggu. Untuk setiap lusinnya dihargai Rp , berarti pekerja tersebut telah mengerjakan pekerjaannya sebanyak 5

35 87 lusin. Begitu pula pekerjaan lainnya seperti menjahit, obras, setrika, QC dan Packing, upah yang di terima masing masing pekerja merupakan hasil pekerjaannya sebanyak 5 lusin dalam 1 minggu. Namun jika pekerja tersebut mampu mengerjakan lebih dari 5 lusin perminggunya maka upah yang di terimanya lebih besar lagi. Upah perminggu yang diterima para pekerja di industri rajutan Binong Jati rata rata mengalami kenaikan setiap tahunnya. Untuk pekerjaan merajut dan linking, obras dan jahit serta QC dan packing, upah yang diterima sama perminggunya, hal tersebut dikarenakan tingkat kesulitan dalam bekerja hampir sama. Pekerja rajut dan linking memperoleh upah yang lebih tinggi dibandingkan pekerjaan yang lainnya karena kedua jenis pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan yang utama dalam proses produksi rajutan serta pekerja rajut dan linking biasanya adalah pekerja yang telah memiliki banyak pengalaman serta telah bekerja dalam waktu yang lama di industri rajutan tersebut. Sedangkan pekerjaan QC dan packing memperoleh upah yang paling sedikit karena pekerjaan tersebut tidak membutuhkan keahlian khusus dan jenis pekerjaannya dapat dikatakan mudah dilakukan. Jumlah upah yang diterima oleh pekerja akan berbeda sesuai dengan jenis pekerjaannya. Pembagian jenis pekerjaan pada setiap tenaga kerja berkaitan dengan keahlian yang dimiliki karena hal tersebut akan menentukan jumlah pendapatan yang diperolehnya. Pendapatannya tersebut berkaitan juga dengan tingkat keterampilan yang dimiliki oleh pekerja seperti pekerjaan merajut, linking, setrika steam uap pada umumnya akan memperoleh upah yang lebih besar karena

36 88 dalam proses ini membutuhkan keterampilan agar barang yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Berbeda dengan pekerjaan mengobras, menjahit kancing, membersihkan benang, packing serta menjadi seorang Quality Control (QC) upah yang diterima akan lebih kecil karena pekerjaan terebut tidak memerlukan keterampilan khusus. Pada umumnya bagian finishing yang meliputi Quality Control (QC) serta packing dilakukan oleh pekerja perempuan, banyaknya adalah ibu ibu rumah tangga yang mengisi waktu luangnya dengan bekerja di industri rajutan Binong Jati. Misalnya saja Sona, yang diwawancarai oleh peneliti mengatakan bahwa pekerjaan di bagian finishing tidak memerlukan keahlian khusus, serta upah yang diterima dapat dipergunakan untuk membantu suami mencukupi kebutuhan rumah tangga sehari hari (wawancara dengan Sona Tanggal 23 Oktober 2009) Proses Produksi Faktor yang mendukung kemajuan suatu usaha selain fakor modal dan tenaga kerja adalah proses produksi. Proses produksi pada industri rajutan Binong Jati terbagi dalam beberapa tahapan yakni sebagai berikut : 1. Merajut dari bahan baku benang (benang Arcrylic, Nylon, Spandex, Wol) hingga menjadi kain menggunakan mesin rajut datar/mesin rajut flattknitting. Pada proses ini bahan baku benang yang berbentuk gulungan akan dipasangkan pada mesin rajut flattknitting selanjutnya pegangan pada mesin ditarik sehingga nantinya akan menghasilkan kain rajutan. Jenis kain yang dihasilkan tergantung dari bahan baku benang. Kombinasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah Perusahaan Sentra industri rajutan Binong Jati merupakan sentra rajut terbesar di Kota Bandung yang terletak di Jl.Binong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan upaya pemerintah untuk mengatasi pengangguran, memperluas kesempatan kerja, memerangi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden

BAB I PENDAHULUAN. tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM merupakan sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak

Lebih terperinci

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UMKM memiliki peranan penting dalam laju perekonomian masyarakat yaitu membantu pemerintah dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan. Dari UMKM banyak tercipta lapangan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas

BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH. RT dengan batas sebelah utara berbatasan dengan Desa Sokaraja Kulon, batas BAB II KONDISI WILAYAH DESA SOKARAJA TENGAH A. Keadaan Geografis Desa Sokaraja Tengah terletak di wilayah kerja Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Desa Sokaraja Tengah terdiri dari 2 Dusun, 7 RW,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini perkembangan dunia usaha sedang meningkat pesat, terlihat bahwa usaha kecil dan menengah (UKM) memiliki peranan yang sangat besar untuk pembangunan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan industri.pengembangan Industri kecil merupakan salah satu jalur

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan industri.pengembangan Industri kecil merupakan salah satu jalur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sektor perekonomian yang telah mendapat perhatian dari pemerintah pada saat ini adalah sektor perindustrian yang menitik beratkan pada pengembangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1) Usahatani Karet Usahatani karet yang ada di Desa Retok merupakan usaha keluarga yang dikelola oleh orang-orang dalam keluarga tersebut. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU

BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU BAB IV PROFIL DESA BANJARWARU 4.1. Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Banjarwaru merupakan salah satu desa yang secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA

BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA BAB II DESKRIPSI KOTA SURAKARTA A. Kondisi Geografi Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang menunjang kota-kota besar seperti Semarang maupun Yogyakarta. Letaknya yang strategis dan berpotensi

Lebih terperinci

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada

Keseluruhan lingkungan X merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk. Pada BAB II GAMBARAN UMUM PENGRAJIN ROTAN DI LINGKUNGAN X KELURAHAN SEI SIKAMBING D MEDAN 2.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian 2.1.1 Letak Geografis Kelurahan Sei Sikambing D merupakan salah satu kelurahan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu penyumbang terbesar perekonomian Indonesia. UMKM di negara berkembang seperti di Indonesia, sering dikaitkan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Kelurahan Kelurahan Kebomas terletak di Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik. Penduduk Kelurahan Kebomas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kusumaningrat (2009:4), bahwa pada awal tahun 2003 pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kusumaningrat (2009:4), bahwa pada awal tahun 2003 pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kusumaningrat (2009:4), bahwa pada awal tahun 2003 pemerintah Indonesia mulai menggagas sebuah gagasan ekonomi rakyat sebagai salah satu upaya pemberdayaan

Lebih terperinci

perlu emberikan perhatian yang besar untuk mendorong pengembangannya. Pengembangan UKM melalui pendekatan pemberdayaan usaha, perlu

perlu emberikan perhatian yang besar untuk mendorong pengembangannya. Pengembangan UKM melalui pendekatan pemberdayaan usaha, perlu 2 Dengan batasan tersebut diharapkan peranan pemerintah maupun masyarakat perlu emberikan perhatian yang besar untuk mendorong pengembangannya. Pengembangan UKM melalui pendekatan pemberdayaan usaha, perlu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan

BAB IV PEMBAHASAN. a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian. geografis berada di koordinat 07 o LS-7 o LS dan BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisik a. Letak, Luas, dan Batas Daerah Penelitian Desa Banjarharjo adalah salah satu desa di Kecamatan Kalibawang Kabupaten Kulon Progo, Daerah

Lebih terperinci

BAB IV PETA SOSIAL KELURAHAN BINONG

BAB IV PETA SOSIAL KELURAHAN BINONG BAB IV PETA SOSIAL KELURAHAN BINONG 4.1 Gambaran Umum Kelurahan Binong Kelurahan Binong merupakan salah satu kelurahan dari 151 kelurahan yang terdapat di Kota Bandung, termasuk ke dalam Kecamatan Batununggal.

Lebih terperinci

BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB 1V GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Sumber : Google Map Gambar 4.1 Denah lokasi pasar tradisional Wates Pada gambar diatas terdapat lingkaran merah yang merupakan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari perekonomian negara yang sedang berkembang, meskipun UKM sering

BAB I PENDAHULUAN. dari perekonomian negara yang sedang berkembang, meskipun UKM sering BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian negara yang sedang berkembang, meskipun UKM sering dianggap berkonotasi

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN JAM KERJA KARYAWAN DI TB. SEDERHANA DI DESA GUNTUR KECAMATAN GUNTUR KABUPATEN DEMAK

BAB III PELAKSANAAN JAM KERJA KARYAWAN DI TB. SEDERHANA DI DESA GUNTUR KECAMATAN GUNTUR KABUPATEN DEMAK BAB III PELAKSANAAN JAM KERJA KARYAWAN DI TB. SEDERHANA DI DESA GUNTUR KECAMATAN GUNTUR KABUPATEN DEMAK A. Gambaran Umum Tentang Desa Guntur Kecamatan Guntur Kabupaten Demak 1. Letak Geografis 1 Desa Guntur

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK

BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK 25 BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA KLAMPOK A. Kondisi Geografis Desa Klampok Secara geografis letak wilayah Desa Klampok khususnya sangatlah strategis dan menguntungkan karena berada pada perbatasan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Bab ini mendeskripsikan keadaan umum wilayah penelitian dan deskripsi dan analisis tayangan iklan layanan masyarakat. Dalam penelitian ini kondisi potensi sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development, diartikan sebagai pembangunan yang tidak ada henti-hentinya dengan tingkat hidup generasi yang akan datang tidak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan CV. Raya Sport merupakan usaha kecil dan menengah yang bergerak di bidang konveksi, khususnya pakaian olahraga. CV. Raya Sport didirikan pada tahun

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan CV. Raya Sport merupakan usaha kecil dan menengah yang bergerak di bidang konveksi, khususnya satu set pakaian olahraga. CV. Raya Sport didirikan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN

GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN CV TKB merupakan perusahaan yang bergerak dibidang garmen. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 3 Maret 2008.Perusahaan ini terletak di Jl. Gardu Raya Km. 6 No. 27 Dramaga,

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK PERSEWAAN ALAT-ALAT PESTA MAHKOTA INDAH DI KELURAHAN BIBIS KARAH KECAMATAN JAMBANGAN SURABAYA

BAB III PRAKTIK PERSEWAAN ALAT-ALAT PESTA MAHKOTA INDAH DI KELURAHAN BIBIS KARAH KECAMATAN JAMBANGAN SURABAYA BAB III PRAKTIK PERSEWAAN ALAT-ALAT PESTA MAHKOTA INDAH DI KELURAHAN BIBIS KARAH KECAMATAN JAMBANGAN SURABAYA A. Gmbaran Umum Obyek Penelitian 1. Keadaan Geografis Kelurahan Bibis Karah Kecamatan Jambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada kelompok usaha kecil dan menengah semakin meningkat karena berbagai studi

BAB I PENDAHULUAN. kepada kelompok usaha kecil dan menengah semakin meningkat karena berbagai studi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997, perhatian kepada kelompok usaha kecil dan menengah semakin meningkat karena berbagai studi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ini terletak di sebelah Desa Panaragan, berjarak ±15 km dari ibu kota kecamatan,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. ini terletak di sebelah Desa Panaragan, berjarak ±15 km dari ibu kota kecamatan, IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis Desa Tirta Makmur merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang Barat. Desa Tirta Makmur ini

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis 1. Luas dan batas wilayah administrasi Kecamatan Tampan merupakan salah satu kecamatan di wilayah Kota Pekanbaru, terdiri atas 71 RW dan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL WILAYAH. acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN

BAB II PROFIL WILAYAH. acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN BAB II PROFIL WILAYAH A. Kondisi Wilayah Survei sangat perlu dilakukan sebelum penerjunan ke lokasi KKN sebagai acuan untuk menentukan program kerja yang akan dilaksanakan selama KKN belangsung, sehingga

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo.

BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR. Tulis yang sekarang menjadi Desa Surayudan Kabupaten Wonosobo. 23 BAB II PROFIL DESA GUMINGSIR A. Sejarah Singkat Desa Gumingsir Berdasarkan catatan yang disusun oleh penilik kebudayaan kecamatan Pagentan kabupaten Banjarnegara (Karno, 1992:39) asal mula desa Gumingsir

Lebih terperinci

BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG

BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG BAB II KONDISI OBYEKTIF LOKASI DESA BITUNG JAYA KEC. CIKUPA KAB. TANGERANG A. Gambaran Umum Wilayah 1. Letak Geografis Desa Bitung jaya merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Cikupa kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran dari Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu daerah yang didiami masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu pendorong yang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu pendorong yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu pendorong yang signifikan pada pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di dunia terutama di Asia Timur dan

Lebih terperinci

METODE KAJIAN Tipe dan Aras Kajian Strategi Kajian

METODE KAJIAN Tipe dan Aras Kajian Strategi Kajian METODE KAJIAN Tipe dan Aras Kajian Tipe kajian dalam rancangan kajian ini adalah tipe evaluasi sumatif, yaitu menentukan efektivitas tindakan dan intervensi manusia (program, kebijakan, dan lain-lain),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau Badan Usaha disemua sektor ekonomi (Tambunan,

Lebih terperinci

2015 PENGARUH MOD AL KERJA D AN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHAD AP PEND APATAN

2015 PENGARUH MOD AL KERJA D AN PERILAKU KEWIRAUSAHAAN TERHAD AP PEND APATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Mikro kecil dan Menengah adalah salah satu sektor yang memiliki kontribusi penting dalam pertumbuhan ekonomi maupun pembangunan disuatu Negara. Dari perspektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan sektor yang mendapat perhatian dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan sektor yang mendapat perhatian dalam setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan sektor yang mendapat perhatian dalam setiap pelaksanaan pembangunan di negara-negara berkembang. Demikian juga di Indonesia. Pembangunan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK INDUSTRI KECIL KERUPUK 4.1. Letak Geografis, Kependudukan dan Kondisi Perekonomian Kabupaten Demak Kabupaten Demak merupakan salah satu kabupaten di

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 3.1. Gambaran Umum Desa Sriwulan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak 3.1.1. Aspek Geografis Desa Sriwulan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak merupakan sebuah desa dimana

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Rimbo Panjang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Rimbo Panjang BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Geografis dan Demografis Desa Rimbo Panjang 1. Geografis Desa Rimbo Panjang adalah sebuah Desa di Kecamatan Tambang yang sekarang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini di Indonesia, Pelaku usaha semakin banyak jumlahnya dan produk yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling berlomba

Lebih terperinci

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN

PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN 35 PETA SOSIAL KELURAHAN CIPAGERAN Lokasi Kelurahan Cipageran merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi. Adapun orbitasi, jarak dan waktu tempuh dengan pusat-pusat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

IDE PERENCANAAN USAHA. mengamati Wira mengamati sekelilingnya untuk mendapatkan. memikirkan Wira Memunculkan ide-ide yang menjawab kebutuhan

IDE PERENCANAAN USAHA. mengamati Wira mengamati sekelilingnya untuk mendapatkan. memikirkan Wira Memunculkan ide-ide yang menjawab kebutuhan PERENCANAAN USAHA IDE mengamati Wira mengamati sekelilingnya untuk mendapatkan ide memikirkan Wira Memunculkan ide-ide yang menjawab kebutuhan merencanakan Wira Membangun perencanaan usahanya melakukan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas wilayah 1060 Ha. Dahulu desa ini bernama desa Prambanan, dan kemudian

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. luas wilayah 1060 Ha. Dahulu desa ini bernama desa Prambanan, dan kemudian BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Bukit Intan Makmur Bukit intan makmur adalah salah satu Desa di Kecamatan Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu adalah Exs Trans Pir Sungai Intan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 33 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 4.1 Lokasi dan Keadaan Wilayah Kelurahan Beji adalah sebuah kelurahan diantara enam kelurahan yang terdapat di Kecamatan Beji Kota Depok. Kelurahan Beji terbentuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis data primer dan

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis data primer dan 39 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah jenis data primer dan sekunder. 1.1.Data primer pengumpulan data dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan pertumbuhan suatu kota pada umumnya disertai dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Pesatnya pertumbuhan penduduk ini pada akhirnya akan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM. berstatus Pegawai Negeri Sipil. Kelurahan ialah unit pemerintahan terkecil

BAB II GAMBARAN UMUM. berstatus Pegawai Negeri Sipil. Kelurahan ialah unit pemerintahan terkecil BAB II GAMBARAN UMUM A. Sejarah Singkat Berdirinya Kelurahan Kulim Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di bawah kecamatan, yang mana wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. PD. Sandang Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. PD. Sandang Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PD. Sandang Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur, yaitu perusahaan garmen yang membuat lembaran kain menjadi sebuah baju yang

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR A. Letak Geografis Kecamatan Banjar adalah salah satu bagian dari wilayah Kota Banjar selain Kecamatan Purwaharja, Kecamatan Pataruman, dan Kecamatan Langensari yang berdiri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah 181 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Terdapat beberapa kesimpulan yang diperoleh peneliti sebagai jawaban dari setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal sesuai potensinya menjadi sangat penting.

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. yang ada di kota Pekanbaru, yang pada mulanya merupakan wilayah dari

BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU. yang ada di kota Pekanbaru, yang pada mulanya merupakan wilayah dari 15 BAB II GAMBARAN UMUM KELURAHAN TUAH KARYA KECAMATAN TAMPAN PEKANBARU A. Letak Geografis dan Demografis Kecamatan Tampan kota Pekanbaru adalah salah satu dari 12 kecamatan yang ada di kota Pekanbaru,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Trimurti merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Desa Trimurti merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Trimurti merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Srandakan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Trimurti memiliki luas

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA Katalog BPS : 1101002.6271012 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2014 ISSN : 2089-1725 No. Publikasi : 62710.1415 Katalog BPS : 1101002.6271012 Ukuran Buku

Lebih terperinci

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok

BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING. Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok BAB II KELURAHAN TUGU SEBAGAI SENTRA BELIMBING 2.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian 2.1.1 Keadaan Umum Kelurahan Tugu Letak geografis Kelurahan Tugu, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok berada pada koordinat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Lebuh Dalem merupakan Desa yang terdapat di Kecamatan Menggala

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Lebuh Dalem merupakan Desa yang terdapat di Kecamatan Menggala BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Desa Lebuh Dalem Desa Lebuh Dalem merupakan Desa yang terdapat di Kecamatan Menggala Timur yang merupakan kecamatan pemekaran dari sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang industri merupakan suatu program pemerintah untuk mencapai pembangunan nasiaonal. Oleh karena

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) BONEKA KAIN DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

2015 PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) BONEKA KAIN DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki luas wilayah dan penduduk yang besar serta dianugerahi sumberdaya alam melimpah. Seiring perkembangannya,

Lebih terperinci

POTENSI USAHA KERAJINAN TUMANG BOYOLALI SEBAGAI PENDEKATAN PEMBANGUNAN PEDESAAN YANG BERTUMPU PADA KEGIATAN USAHA KECIL

POTENSI USAHA KERAJINAN TUMANG BOYOLALI SEBAGAI PENDEKATAN PEMBANGUNAN PEDESAAN YANG BERTUMPU PADA KEGIATAN USAHA KECIL POTENSI USAHA KERAJINAN TUMANG BOYOLALI SEBAGAI PENDEKATAN PEMBANGUNAN PEDESAAN YANG BERTUMPU PADA KEGIATAN USAHA KECIL TUGAS AKHIR O l e h : E k o P r a s e t y o L2D 000 415 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kelurahan Sumur Putri Kelurahan Sumur Putri merupakan salah satu kelurahan yang masuk dalam wilayah Kecamatan Telukbetung Selatan Kota Bandar Lampung.

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya memenuhi kebutuhan hidup manusia merupakan tahap paling menentukan bagi perkembangan ekonomi suatu masyarakat. Dengan perkataan lain dapat diterangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada prinsipnya merupakan usaha pertumbuhan dan perubahan yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada prinsipnya merupakan usaha pertumbuhan dan perubahan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada prinsipnya merupakan usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Semua data yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti selama melakukan penelitian akan disajikan pada bab ini. Data tersebut merupakan data tentang partisipasi

Lebih terperinci

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA MERAK KECAMATAN SUKAMULYA KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN

BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA MERAK KECAMATAN SUKAMULYA KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN BAB II KONDISI OBJEKTIF DESA MERAK KECAMATAN SUKAMULYA KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN A. Kondisi Geografis Desa Merak Kecamatan Sukamulya Kabupaten Tangerang Provinisi Banten Tertulis atau terdengar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI Desa Kembang Kuning terbagi atas tiga dusun atau kampung, yakni Dusun I atau Kampung Narogong, Dusun II atau Kampung Kembang Kuning, dan Dusun III atau Kampung Tegal Baru. Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga miskin dan kemiskinan pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga miskin dan kemiskinan pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga miskin dan kemiskinan pada umumnya masih menjadi masalah sosial yang harus dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi 4.1.1 Keadaan Geografis Desa Oluhuta Utara merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Luas

Lebih terperinci

BAB II TARGET DAN LUARAN

BAB II TARGET DAN LUARAN BAB II TARGET DAN LUARAN 2.1 Definisi umum Usaha Kecil Menengah (UKM) Usaha Kecil didefinisikan sebagai kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan bertujuan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4.

V. GAMBARAN UMUM. Cisaat berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 4. V. GAMBARAN UMUM 5.1. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Desa Cisaat terletak di Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dengan luas wilayah 125.625 Ha. Desa Cisaat berbatasan dengan Jalan Raya Cisaat di sebelah

Lebih terperinci

KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN

KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN BAB III PELAKSANAAN AKAD UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN KABUPATEN GRESIK A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Tanjung merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 9 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Umum Kecamatan Megamendung Kondisi Geografis Kecamatan Megamendung Kecamatan Megamendung adalah salah satu organisasi perangkat daerah Kabupaten Bogor yang terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tasikmalaya merupakan kota yang terletak di selatan Jawa Barat. Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Tasikmalaya merupakan kota yang terletak di selatan Jawa Barat. Sejarah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tasikmalaya merupakan kota yang terletak di selatan Jawa Barat. Sejarah berdirinya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonomi tidak terlepas dari sejarah berdirinya

Lebih terperinci

PETA SOSIAL DESA CURUG

PETA SOSIAL DESA CURUG PETA SOSIAL DESA CURUG Lokasi Desa Curug merupakan salah satu dari 10 desa yang berada dibawah wilayah administratif Kecamatan Gunungsindur Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Letak fisik desa sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam suatu negara karena memberikan kontribusi yang cukup besar dalam bidang ekonomi. Menurut

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 Katalog BPS : 1101002.6271012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan semakin modernnya teknologi yang berkembang di sektor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjalanan pembangunan di Indonesia membawa banyak kemajuan disegala sektor kehidupan, baik itu bidang sosial, ekonomi, pendidikan, pertanian, teknologi dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Berdirinya Kelurahan Sail Kelurahan adalah pembagian wilayah administratif di bawah kecamatan, dalam konteks merupakan wilayah kerja lurah sebagai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data

METODE PENELITIAN. satu daerah yang memiliki jumlah kelompok nelayan terbanyak. Dari data METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Daerah penelitian secara purposive di kecamatan Medan Labuhan dengan pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder daerah tersebut merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.I Identifikasi Wilayah 2.1.1 Lokasi Desa Sukanalu Desa Sukanalu termasuk dalam wilayah kecamatan Barus Jahe, kabupaten Karo, propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Sukanalu adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sentra Industri yaitu kelompok industri yang dari segi satuan usaha mempunyai skala kecil tetapi membentuk suatu pengelompokan atau kawasan produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme. Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent,

BAB I PENDAHULUAN. Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme. Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent, yaitu Tuhan yang digambarkan dalam

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UKM yang didirikan oleh Bapak H. Tarwa Hadi. Usaha ini bermula saat dia

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UKM yang didirikan oleh Bapak H. Tarwa Hadi. Usaha ini bermula saat dia IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Perusahaan Usaha sale pisang Suka Senang yang menjadi fokus penelitian merupakan UKM yang didirikan oleh Bapak H. Tarwa Hadi. Usaha ini bermula saat dia mengundurkan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH Kecamatan Batununggal Tahun ISSN / ISBN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 2

STATISTIK DAERAH Kecamatan Batununggal Tahun ISSN / ISBN : - No. Publikasi : Katalog BPS : Ukuran Buku : 17,6 cm x 2 Katalog BPS : 9213.3273.160 S T A T I S T I K D A E R A H 2016 KECAMATAN BATUNUNGGAL TRANS STUDIO BANDUNG - CIBANGKONG STATISTIK DAERAH Kecamatan Batununggal Tahun 2016 2016 ISSN / ISBN : - No. Publikasi

Lebih terperinci