Inovasi Tepat Guna Mendukung Pertanian Daerah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Inovasi Tepat Guna Mendukung Pertanian Daerah"

Transkripsi

1 Agro inovasi Inovasi Tepat Guna Mendukung Pertanian Daerah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jl. Ragunan No.29 Pasar Minggu Jakarta Selatan

2 2 AgroinovasI Pengering Gabah Berbahan Bakar Sekam Antisipasi Panen Pada Musim Hujan Gangguan cuaca ekstrem pada tahun 2010 dan juga masih berlangsung pada tahun 2011 yang diperlihatkan dengan turunnya hujan di atas pola normal menyebabkan gangguan di bidang pertanian pangan. Terjadinya kebanjiran di beberapa wilayah yang juga menggenangi areal persawahan menjelang panen bukan hanya menimbulkan kerusakan namun juga kehilangan hasil tanaman padi. Jika sudah demikian bukan keuntungan yang diperoleh, bahkan mungkin modalpun tidak kembali. Curah hujan yang tinggi juga menyebabkan terganggunya penjemuran gabah petani. Kondisi jelek ini sering juga disebabkan petani tidak memiliki lantai jemur. Bahkan penggilingan beraspun belum tentu memiliki lantai jemur. Menjemur gabah hanya menggunakan tikar, plastik, terpal yang digelar di halaman rumah, di tanggul saluran atau di jalan. Tanah dalam kondisi tergenang air tentunya memerlukan waktu lebih lama untuk kembali kering, dibanding lantai jemur yang lebih cepat untuk dikeringkan. Hasil panen padi pada periode Maret di Kabupaten OKI menghadapi kendala dalam pemasarannya. Hal ini disebabkan adanya penolakan Bulog membeli beras petani dengan alasan kualitas beras yang dijual sangat rendah. Aksi ini membuat sejumlah pihak meradang, bahkan kalangan wakil rakyat OKI mendesak Pemerintah Kabupaten turun tangan untuk mengatasi persoalan ratusan petani di Kecamatan Lempuing dan Lempuing Jaya secepatnya. Sebab kondisi ini tentunya akan memicu keresahan petani karena harga berasnya anjlok. Hasil identifikasi kualitas beras yang dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera pada bulan Juni 2010 di Kecamatan Lempuing Jaya menunjukkan bahwa memang kualitas beras petani tersebut rendah. Hal ini ditunjukkan oleh kadar air yang mencapai 15,57%, butir patah 55,2%, menir 15%, butir merah mencapai 22,4%, butir kuning 65% dan butir putih 13,6%. Sedangkan bila kita mengacu pada Standard Nasional Indonesia (SNI ) yang terdiri dari 5 kelas mutu yang dimulai dari mutu terbaik sebagai kelas 1, maka beberapa standard pada kelas mutu 4 disyaratkan kadar air maksimum 14%, beras utuh minimum 35 %, beras patah maksimum 25%, butir menir maksimum 2%, butir merah maksimum 3%. Rendahnya kualitas beras tersebut ternyata disebabkan beberapa hal seperti: (1). Gabah terlambat dipanen karena terbatasnya tenaga kerja, (2). Adanya penumpukan gabah berlangsung 7-15 hari sebelum dijemur. Hal ini karena keterbatasan lantai jemur dan turunnya hujan (3). Ketebalan gabah dipenjemuran mencapai 10 cm, padahal sebaiknya tidak melebihi 7 cm. Alasan tersebut menunjukkan bahwa kegiatan pasca panen gabah atau tepatnya pengeringan muncul sebagai permasalahan yang menyebabkan kualitas beras rendah. Di beberapa lokasi menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil rumah tangga petani yang memiliki fasilitas lantai jemur. Di Kabupaten MURA sebanyak 85% petani tidak memiliki fasilitas lantai jemur, dan di Kabupaten OKI sebanyak 80%. Karena itu diperlukan alat pengering, karena sinar matahari tidak mampu mengeringkan gabah secara cepat. Terlebih lagi jika gabah tersebut akan dijadikan benih, maka gabah calon benih yang terkena hujan atau pengeringannya terganggu akan menyebabkan kualitas benih tersebut rendah. Tingginya curah hujan yang mengakibatkan terhambatnya penjemuran gabah sebenarnya dapat diantisipasi dengan pengeringan gabah. PENGERING GABAH Di wilayah pasang surut Sumatera Selatan, saat ini petani mulai menjual padi dalam bentuk gabah kering panen. Hal ini disebabkan (1) mereka memerlukan uang untuk mengembalikan pinjaman sebelumnya yang digunakan untuk biaya usahatani dan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (2) tidak memiliki fasilitas pengeringan atau lantai jemur (3) penjemuran padi terkendala juga dengan cuaca yang tidak mendukung, karena musim hujan. Tidak mengherankan jika nilai tambah dari proses pengeringan ini diraih oleh penggilingan yang memiliki lantai jemur atau pabrik-pabrik besar yang dimiliki pengusaha-pengusaha beras di tepian Daerah Aliran Sungai Musi.

3 AgroinovasI Salah satu kendala yang dihadapi petani yang menjual hasil panen dalam bentuk beras di lahan pasang surut adalah tingginya beras batik (50%), yaitu beras yang mutu dan harganya rendah. Pemerintah Daerah Propinsi Sumatera Selatan melalui Dinas Pertanian Tanaman Pangan sudah mengantisipasi hal tersebut, melalui bantuan mesin pengering padi box dryer bahan bakar minyak (BBM) yang telah disebarkan ke berbagai wilayah, melalui Integrated Irrigation Sector Project (IISP) tahun Namun mesin-mesin pengering tersebut baru efektif dimanfaatkan oleh petani setelah tahun 2000, melalui Proyek Pengembangan Sistem Usaha Pertanian Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan telah melakukan pelatihan-pelatihan, demonstrasi penggunaan mesin pengering untuk pengeringan gabah bersama-sama dengan petani dan operator lokal melalui perbaikan mesin pengering gabah berbahan bakar minyak kapasitas 3 ton. Pada tahun 2004 penggunaan box dryer BBM oleh para petani/pemilik RMU telah berkembang, terutama di Delta Telang dan Delta Saleh. Dalam pengoperasiannya ternyata terdapat kendala karena: (1) Ada bau dari residu minyak tanah karena menggunakan sistem pemanasan langsung (2) Sulit mengontrol besar laju pembakaran pada kompor (burner) dan (3) kenaikan harga BBM. Mesin pengering padi BBS merupakan teknologi baru dengan tujuan untuk mendapatkan hasil beras yang bermutu tinggi dan biaya operasionalnya murah, sehingga beras di petani mempunyai daya saing yang tinggi di pasaran. Dengan cara ini diharapkan akan meningkatkan nilai tambah bagi petani secara optimal. Untuk mendapatkan kondisi seperti diatas diperlukan teknis pengeringan yang benar sesuai dengan anjuran, kondisi kerja yang aman (kejerian kerja yang rendah) dan efisien secara ekonomis. Perkembangan penggunaan teknologi pengering padi BBS yang relatif pesat, akan membuka peluang perubahan-perubahan aspek teknis salah satunya adalah kapasitas kerja. Kapasitas kerja yang tinggi, akan dapat menekan biaya operasional dan akan mengurangi antrian gabah kering panen. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumsel dalam beberapa aktivitasnya berupaya untuk mendiseminasi kan pengering ini diantaranya melalui kegiatan gelar teknologi pengembangan mesin pengering bahan bakar sekam di lahan pasang surut dalam bentuk; (1) Paparan tentang rancang bangun mesin pengering padi bahan bakar sekam oleh nara sumber, (2) Praktek pabrikasi mesin pengering BBS di bengkel Alsintan dan demontrasi pengoperasian mesin pengering padi BBS. Peserta gelar teknologi terdiri dari; (1) Kelompok tani, (2) Pengurus Gapoktan, (3) Pemilik/ pengusaha RMU, (4) Pemilik bengkel alsintan, (5) Petugas penyuluh lapangan (PPL),(6) Dinas/ instansi lingkup Pemerintah Daerah Prov Sumsel, Kota Palembang dan Kabupaten Banyuasin, dan (7) Peneliti/penyuluh/teknisi di BPTP Sumatera Selatan. Praktek pabrikasi mesin pengering BBS di laksanakan di bengkel Alsintan Santoso yang berlokasi di Plaju, Palembang. Pada kegiatan ini, peserta gelar dijelaskan proses pembuatan mesin pengering padi BBS oleh nara sumber yaitu Bapak Joko Santoso. Mesin pengering BBS pada dasarnya terdiri dari beberapa komponen utama yaitu: (1) Bak pengering, (2) Tungku sekam, (3) Blower, dan (4) Engine penggerak blower. Pelaksanaan demo pengeringan gabah dilaksanakan di lokasi kelompok tani penangkar benih dan lumbung pangan Suka Ratu Desa Sungai Dua Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin. Kelompok tani ini telah mengoperasikan mesin pengering BBS sejak tahun Mesin pengering digunakan untuk mengeringkan gabah dan benih hasil panen petani anggota. Untuk kepentingan penangkaran benih dan lumbung pangan digunakan mesin Gambar 1. Prototype mesin pengering bahan bakar sekam dengan tungku ABC kapasitas 3t pertama kali dikenalkan di Desa Upang, Banyuasin. 3 pengering dengan kapasitas 5 ton/operasi. Tidak ada perbedaan teknis pengeringan gabah dan benih, kecuali suhu pengeringan yang digunakan. Untuk pengeringan gabah suhu

4 4 AgroinovasI maksimal dapat mencapai 45 0 C, sedangkan untuk produksi benih suhu maksimal adalah 40 0 C. Rancang Bangun Box Dryer Bahan Bakar Sekam (Bbs) Rancang Bangun tungku Sekan Model ABC (Nama ini berasal dari APESSI, Bimasakti, dan Cilamaya) kapasitas 3 ton dilakukan di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) pada tahun Pada prinsipnya box dryer BBS terdiri dari 5 komponen, yaitu (1) bak pengering, (2) tungku sekam, (3) blower, dan (4) engine penggerak blower. Sketsa rangkaian dari ke-4 komponen tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. Bak Pengering Bak pengering berbentuk kotak mempunyai panjang (p), lebar (l), dan tinggi (t) tergantung kepada kapasitas yang diinginkan. Bak pengering dari box dryer umumnya sudah ditetapkan setinggi 110 cm, dengan pembagian 50 cm untuk ruang plenum, 50 cm untuk tebal gabah, dan 10 cm untuk pengamanan agar gabah tidak tumpah gambar 3) Ruang pengering berfungsi untuk menempatkan gabah basah yang akan dikeringkan, permukaan diratakan, tebal maksimum 50 cm, dan tidak diperlukan pembalikan. Antara ruang pengering (bagian atas dan ruang plenum (bagian bawah) dibatasi oleh besi pelat porus (pelat lubang) dengan garis tengah lubang 2 mm. Ini dimaksudkan agar udara panas dengan mudah masuk ke dalam gabah basah, tetapi butir gabah tidak dapat jatuh ke ruang plenum. Pada dinding ruang plenum dipasang sebuah termometer jarum dengan kapasitas ukur 100 ºC untuk mengontrol suhu pengeringan sesuai dengan yang diinginkan (tergantung kepada komoditas dan tujuan dari pengeringan). Ruang plenum berfungsi menampung udara panas dengan suhu dan tekanan tertentu. Tekanan Gambar 1. Sketsa box dryer BBS udara panas di dalam ruang plenum merupakan tekanan statis, sehingga memungkinkan tekanan terhadap semua titik pada luas permukaan gabah di dalam ruang pengering sama. Hal ini sangat penting sehingga kecepatan aliran udara pengering menembus tumpukan gabah di semua titik sama dan seluruh gabah qakan kering secara bersamaan. Metoda Pengeringan Biji-Bijian Lapisan Tipis Kelemahan utama pengeringan gabah menggunakan box dryer yaitu kadar gabah pada akhir pengeringan tidak seragam. Proses Gambar 3. Bak Pengering pengeringan gabah dengan box dryer BBS menggunakan metoda Pengeringan biji-bijian lapisan tipis, ketebalan gabah di dalam bak pengering dibagi menjadi 3 lapisan yaitu lapisan bawah (B), lapisan tengah (T), dan lapisan atas (A). Parameter pengeringan yang diukur antara lain : suhu udara lingkungan meliputi suhu bola kering (Tbk) dan suhu bola basah (Tbb); suhu plenum (Tpl), suhu gabah per lapis meliputi lapis bawah (TB), lapis tengah (TT), lapis atas (TA); suhu udara exhaust (Te); kadar air gabah per lapis meliputi lapis bawah (MB), lapis tengah (MT), lapis atas (MA); kecepatan aliran udara

5 AgroinovasI pengering menembus tumpukan gabah (Vu). Proses pengeringan gabah baik dengan mesin maupun penjemuran dapat dihentikan, apabila kadar air gabah rata-rata telah mencapai 14 %. Penggilingan sebaiknya dilakukan setelah gabah kering diistirahatkan selama minimal 12 jam terhitung sejak dihentikannya proses pengeringan. Kadar air gabah lapisan bawah (MB) lebih rendah dibandingkan dengan gabah lapisan tengah (MT), dan kadar air gabah lapisan tengah lebih rendah dibandingkan dengan kadar air gabah lapisan atas (MA), atau MB<MT<MA, sebaliknya suhu gabah lapis bawah (TB) lebih tinggi dibandingkan dengan suhu gabah lapisaqn tengah (TT), dan suhu gabah lapisan tengah (TT) lebih tinggi dibandingkan dengan suhu gabah lapisan atas (TA) atau TB>TT>TA (Gambar 4). Dari Gambar 4, maka tugas udara pengering ada 2 macam : (1) Membawa panas masuk ke gabah basah sehingga terjadi proses pengeringan, dan (2) Mengangkut uap air keluar dari tumpukan gabah. Panas yang masuk ke komoditas yang dikeringkan (gabah) dikontrol oleh termometer jarum yang dipasang pada dinding plenum, hal ini tergantung kepada macam komoditas dan tujuan dari pengeringan itu sendiri. Sedangkan aliran udara pengering harus dapat menembus tumpukan gabah, hal ini dapat dikontrol dengan flow meter atau selembar kertas yang ditempatkan pada permukaan gabah. Dengan flow meter aliran udara menembus tumpukan gabah sebesar 6,5 m/menit; sedangkan dengan selembar kertas harus bergerak-gerak yang menunjukkan bahwa aliran udara pengering menmbus tumpukan gabah. Teknik Pengeringan Biji-Bijian Menggunakan Box Dryer Pengeringan gabah menggunakan box dryer akan dihasilkan gabah kering yang kadar airnya tidak seragam. Kadar air gabah lapisan bawah lebih rendah dibandingkan dengan lapisan atas, sehingga kadar air gabah pada akhir pengeringan merupakan kadar air rata-rata dari lapisan bawah dan lapisan atas. Kadar air rata-rata ini harus didapatkan dari kadar air gabah lapis bawah dan atas yang saling berdekatan. Misal mengeringkan gabah untuk tujuan digiling dengan kadar air 14 %, maka teknik pengeringan harus dapat menghasilkan MB= 13 % dan MA=15% sehingga kadar air rata-rata 14 %. Dalam prakteknya hal tersebut tidaklan sulit dicapai karena gabah dengan bkadar air 13 % dan 15 % apabila diaduk sewaktu memasukkan ke dalam karung akan mudah menjadi 14 % mengingat sifat dari gabah yang higroscopis. Kondisi seperti ini akan memungkinkan apabila gabah kering disimpan di gudang dengan label kadar air 14% akan aman. Hal ini akan berbeda dengan kondisi lain akibat teknik pengeringan yang tidak baik, yaitu angka kadar air gabah kering rata-rata 14 % berasal dari MB=10 % dan MA=18 % yang apabila diaduk sewaktu memasukkan ke dalam karung akan sulit menjadi 14 %. Apabila dismpan di gudang dengan label kadar air 14 %, maka akan terjadi masalah demikian pula apabila digiling. Untuk mendekatkan kadar air gabah antar lapis bawah dan atas, dapat ditempuh dengan meningkatkan kecepatan aliran udara pengering. Namun demikian perlu diingat bahwa semakin cepat aliran udara pengering menembus tumpukan gabah maka suhu udara exhaust (Te) semakin tinggi, yang hal ini dapat 5

6 6 AgroinovasI Gambar 6. Pembakaran sekam pada tungku ABC yang memiliki 3 tungku majemuk kapasitas 10 t. dipandang sebagai pemborosan bahan bakar. Oleh karena itu berdasarkan praktek pengeringan gabah menggunakan box dryer yang sudah dilakukan kecepatan aliran udara pengering menembus tiumpukan gabah yang dikontrol dengan flow meter sebesar 6,5 m/menit. 2. Tungku Sekam Tungku sekam berfungsi sebagai sumber panas pengeringan. Oleh karena itu agar proses pengeringan gabah dapat berlangsung seperti yang diharapkan, maka sumber panas harus mampu menyediakan panas yang cukup (lebih mudah mengaturnya) dan berjalan secara kontinyu. Tungku sekam model ABC ini terdiri dari 5 komponen utama yaitu : (1) Dinding tungku (head exchanger), (2) Cerobong asap, (3) Hopper, (4) Nako, dan (5) Rumah tungku (Gambar 5). Tungku model ABC bekerja secara alami dengan mengandalkan pengaruh cerobong (Chimney effect) (Gambar 7). Api hasil pembakaran sekam memanaskan dinding tungku terbuat dari bahan besi pelat tebal 3 mm berbentuk lengkung setengah lingkaran. Suhu dinding tungku ini tinggi dapat mencapai C. Oleh karena itu pengoperasian tungku dilakukan pada saat blower berjalan. Panas dari dinding tungku diambil oleh massa udara luar yang dialirkan oleh blower sehingga menghasilkan udara pengering yang selanjutnya dikirim ke komoditas yang dikeringkan. Dengan demikian pemanasan udara pengering berlangsung secara tidak langsung (indirect heating) sehingga dihasilkan udara pengering yang bersih, bebas dari segala bentuk polusi dan dapat digunakan untuk mengeringkan berbacai macam komoditas seperti jagung, kopi, cengkeh, dan sebagainya dengan tanpa mengganggu aromanya (multi komoditas). Cara Mengoperasikan Box Dryer BBS Tungku Model ABC 1. Buka nako (4) dan tebarkan sekam kering tipistipis pada alas pembakaran sekam di dalam dinding tungku, 2. Tutup dan kunci nako kembali, Gambar 8. Sistem pengering gabah bahan bakar sekam 3. Hamparkan sekam dari lubang hopper sehingga (BBS) kapasitas 10 t dengan tungku majemuk. menutup lubang nako, 4. Mulai dengan pembakaran awal, dengan bantuan segumpal sekam yang telah dibasahi dengan minyak tanah, yang diletakkan pada dasar hopper atau ujung atas dari nako (Gambar 5) 5. Kontrol suhu pengeringan di dalam ruang plenum melalui termometer jarum, 45ºC untuk tujuan digiling, 40ºC untuk tujuan produksi benih, 6. Kontrol aliran udara pengering dengan menggunakan flow meter (6,5 m/menit) atau selembar kertas (melayang,atau bergerak-gerak) diletakkan di permukaan gabah, Proses pengeringan dapat dihentikan apabila kadar air gabah rata-rata 14 % untuk tujuan

7 digiling atau 11 % (?) tujuan produksi benih AgroinovasI 7 Cara Menghentikan Proses Pengeringan 1. Matikan api dalam tungku dengan jalan mengeluarkan bara dalam ruang pembakaran, dan matikan bara dengan air, 2. Blower tetap dijalankan untuk mengeluarkan panas didalam tumpukan gabah dan mendinginkan komponen-komponen besi dari tungku (± 1 jam), 3. Matikan blower. 4. Penggilingan beras dapat dilakukan setelah 15 jam terhitung saat dihentikannya proses pengeringan. Spesifikasi Teknis Alat Pengering Gabah BBS Kapasitas 3 ton adalah sebagai berikut: Kinerja pengeringan Kapasitas pengeringan : 3 ton Ketebalan gabah : 0,5 m Suhu pengeringan : C Laju pengeringan : 0,63 %/jam Kecepatan udara pengering : 6,65 m/menit Bak Pengering Ukuran/dimensi (PxLxT) : 400 x 300 x110 cm Bahan: pasangan batu bata Lantai gabah: plat baja porus diameter 2 mm Blower Tipe blower: tipe axial Diameter : 60 cm Engine penggerak: mesin solar 8,5 HP Konsumsi bahan bakar Solar : 6 liter/10 jam Sekam dengan kadar air < 12% : 300 kg/10 jam Tabel 2. Mutu beras giling pada RMU yang menggunakan mesin pengering BBS di Kabupaten Banyuasin. Uraian Kecamatan Muara Telang Air Saleh Beras kepala (%) 73, Beras patah (%) 20, Butir kuning (%) 1,83 1,9 Butir menir (%) 3,4 4,2 Rendemen beras (%) 64, Harga beras (Rp/kg) 4267, Pengembangan Penggunaan Pengeringan BBS Mesin pengering padi bahan bakar sekam (BBS) sejak pertama kali di introduksi di lahan pasang surut Sumatera Selatan pada tahun 2004 terus berkembang pesat pemanfaatannya oleh pemilik RMU dan kelompok tani. Pada tahun 2004 baru 1 (satu) unit box dryer BBS yang beroperasi di Desa Upang Kecamatan Makarti Jaya, yang merupakan prototype dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi). Pada tahun 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 jumlahnya menjadi 7, 17, 38, 70, 100 unit. Bahkan pada akhir tahun 2010 sudah ada 200 unit box dryer BBS yang tersebar di beberapa kawasan sentra padi di Kabupaten Banyuasin, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ilir dan Ogan Komering Ulu Timur, serta ada yang dikirim ke luar propinsi (Gambar 6). Gambar. 6. Perkembangan mesin pengering BBS di Sumatera Selatan. Penggunaan teknologi pengeringan padi dengan menggunakan BBS telah berkembang dengan pesat di lahan pasang surut Sumatera Selatan. Sejak mesin pengering BBS dengan kapasitas 3 ton diperkenalkan untuk pertama kalinya di Desa Upang Kecamatan Makarti Jaya pada tahun 2004, sampai dengan akhir tahun 2008 (dalam jangka waktu 5 tahun) tidak kurang dari 70 unit mesin pengering BBS telah dibangun oleh petani/pemilik RMU secara swadaya (BPTP Sumatera Selatan, 2007). Hal ini antara lain disebabkan tingginya harga minyak tanah di lapangan, disamping keberadaannya begitu langka. Mesin pengering padi dengan menggunakan BBM (bahan bakar minyak) praktis tidak lagi dioperasikan. Di lain fihak pengeringan padi dengan penjemuran seringkali menemui hambatan karena waktu panen jatuh pada musim hujan. Namun dalam perkembangannya mesin pengering BBS kapasitas 3 ton tersebut dirasakan terlalu kecil, sehingga petani dalam mengeringkan gabah basahnya seringkali over load atau pembebanan yang berlebihan. Hal ini terpaksa dilakukan, karena terjadi antrian gabah basah yang

8 8 AgroinovasI jumlah cukup besar. Pengeringan dengan over load ini dapat berakibat terhadap menurunnya mutu beras yang dihasilkan, yang dampaknya dapat menurunkan harga jual. Pengeringan gabah BBS juga dilakukan di lokasi kelompok tani penangkar benih dan lumbung pangan Suka Ratu Desa Sungai Dua Kecamatan Rambutan Kabupaten Banyuasin. Kelompok tani ini telah mengoperasikan mesin pengering BBS sejak tahun Mesin pengering digunakan untuk mengeringkan gabah dan benih hasil panen petani anggota. Untuk kepentingan penangkaran benih dan lumbung pangan digunakan mesin pengering dengan kapasitas 5 t/operasi. Tidak ada perbedaan teknis pengeringan gabah dan benih, kecuali suhu pengeringan yang digunakan. Untuk pengeringan gabah suhu maksimal dapat mencapai 45 o C, sedangkan untuk produksi benih suhu maksimal adalah 40 o C. Profil Mesin Pengering Di Pasang Surut Sumatera Selatan. Kapasitas mesin pengering yang ada di lapangan bervariasi mulai 3 ton, 5 ton sampai 10 ton untuk sekali operasi pengeringan. Di Kecamatan Muara Telang Kabupaten Banyuasin, kapasitas pengering berbahan bakar sekam berkisar 7-10 ton dengan rata-rata 7,85 ton, sedangkan di kecamatan Air Saleh bervarisi dari 3 6,5 ton dengan rata-rata 4,87 ton. Rata-rata waktu yang diperlukan untuk mengoperasikan alat tersebut untuk mengeringkan gabah di Kecamatan Muara telang dan Air Saleh selama 14,85 jam/ operasi dan 11,75 jam/operasi. Bahan bakar sekam yang digunakan untuk mengeringkan gabah tersedia melimpah dan bahkan menjadi limbah jika tidak dimanfaatkan. Sehingga penggunaan sekam itu bermanfaat dan dapat diperoleh secara cuma-cuma. Ketersediaan sekam itu terjamin karena pengering tersebut terintegrasi dengan penggilingan padi pemiliknya. Disamping itu abu sekam dapat digunakan sebagai amelioran untuk mengurangi keasaman tanah di wilayah pasang surut. Ongkos pengeringan dibayar konsumen bervariasi Rp /operasi ada juga Rp /karung gabah. Dimana 1 karung berisi 67,5 kg. Upah seorang operator untuk alat pengering berkapasitas 10 ton senilai Rp untuk tiap kali operasi, sedangkan untuk yang berkapasitas 7 ton besar upahnya Rp , sedangkan yang berkapasitas 3 ton besar upahnya Rp ,- untuk tiap kali operasi. Bunga pinjaman yang berlaku sebesar 12%/th. Perhitungan bunga atas biaya variable dinilai selama 3 bulan saja mengikuti masa kerja alat tersebut yang berkisar 2,5 3 bulan. Penyusutan dihitung dengan asumsi penggunaan alat ekonomis selama 10 tahun dengan mempertimbangkan nilai sisa 10% dari nilai investasi awal. Untuk pengering yang berkapasitas 3 ton operasional mesin berjalan selama 8-10 jam, dengan kebutuhan solar 10 ltr, dan pengering Tabel 1. Analisis finansial usaha pengeringan menggunakan mesin pengering gabah bahan bakar sekam di Kecamatan Muara Telang dan Air Saleh tahun Uraian Kecamatan Muara Telang Air Saleh Nilai investasi pengeringan (Rp) Kapasitas alat (ton/operasi) 7,85 4,87 Waktu pengeringan (jam/ operasi) 14,85 11,75 Konsumsi sekam (kg/ operasi) 510,71 442,5 Konsumsi solar (ltr/operasi) 17,28 12,5 Konsumsi olie (ltr/operasi) 0,29 0,235 Harga solar (Rp/ltr) Harga olie (Rp/ltr) Operator (orang) 2 2 Upah operator (Rp/orang/operasi) , Ongkos pengeringan dibayar konsumen (Rp/kg) 102,91 88,46 Jumlah operasi per tahun (kali) 37,14 46,75 Penerimaan (ongkos dibayar konsumen) (Rp/th) Biaya perbaikan (Rp/th) Biaya variabel (Rp/th) Bunga atas biaya variabel (Rp/th) Bunga investasi(rp/th) Penyusutan pengeringan (Rp/th) Biaya tetap (Rp/th) Biaya total (Rp/th) Pendapatan pengeringan (Rp/th) Biaya pokok (Rp/kg) 54,22 65,60 Titik impas (kg/th)

9 AgroinovasI berkapasitas 7 ton selama jam, dengan kebutuhan solar 15 ltr, sedangkan yang berkapasitas 10 ton pengering beroperasi selama jam, dengan kebutuhan solar 25 ltr. Kebutuhan olie mesin berkapasitas 10 ton tiap 250 jam sebanyak 5 ltr, sedangkan yang berkapasitas 7 ton dan 3 ton tiap 100 jam dilakukan penggantian olie sebanyak 2 ltr. Selama masa pengeringan 2,5 bulan dalam 1 tahun, untuk pengering yang berkapasitas 3 ton, 7 ton dan 10 ton masing-masing beroperasi 50 kali, 40 kali dan 30 kali. Rata-rata biaya perbaikan yang dikeluarkan untuk pengeringan di kecamatan Muara Telang dan Air Saleh sebesar Rp /th dan Rp /th. Biaya variabel terdiri dari biaya perbaikan, upah operator dan biaya bahan bakar dan pelumas. Sedangkan biaya tetap terdiri dari penyusutan dan nilai bunga. Biaya total yang dikeluarkan untuk mengoperasikan pengering selama masa operasi 2,5 bulan dalam satu tahun di Kecamatan Muara Telang dan Air Saleh, masing-masing sebesar Rp /th dan Rp /th. Penerimaan yang diperoleh pemilik pengering dari ongkos pengeringan yang dibayar pelanggan di Kecamatan Muara Telang dengan jumlah gabah yang dikeringkan sebanyak 291,83 ton/th sebesar Rp /th, sedangkan di Kecamatan Air Saleh dengan volume gabah yang dikeringkan sebanyak 227,9 ton/th diperoleh penerimaan sebesar Rp /th. Pendapatan pemilik pengeringan di kecamatan Muara Telang dan Air Saleh masing-masing senilai Rp /th dan Rp /th. Hasil analisis menunjukkan bahwa untuk mengeringkan 1 kg gabah di Kecamatan Muara Telang dan Air Saleh maka biaya yang dikeluarkan pemilik pengering atau biaya pokok pengeringan sebesar Rp 54,22/kg dan Rp 65,60/kg. Sedangkan ongkos yang harus dikeluarkan oleh pelanggan untuk mengeringkan 1 kg gabah di kecamatan Muara Telang dan Air saleh sebesar Rp 102,91 dan Rp 88,46. Dengan demikian untuk 1 kg gabah yang dikeringkan, maka pemilik mesin pengering di Kecamatan Muara Telang dan Air Saleh mendapatkan keuntungan sebesar Rp 48,69/kg dan Rp 22,86/kg. Pemilik pengering tersebut berada dalam keadaan impas (tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak mengalami kerugian) mengoperasikan alatnya jika dalam satu tahun di Kecamatan Muara Telang dikeringkan gabah sebanyak 153,7 ton dan di Kecamatan Air Saleh sebanyak 169 ton. Uji coba Box Dryer BBS yang direkayasa menjadi kapasitas 10 ton di Desa Telang Rejo Jalur 8 jembatan 5 Delta Telang I Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan tahun 2008 menunjukkan bahwa rendemen pengeringan box dryer BBS sebesar 87,5% sedangkan penjemuran 85%. Rendemen giling beras yang dikeringkan dengan box dryer BBS sebesar 65%, sedangkan dengan penjemuran 62% (Sutrisno, et al., 2008). Hasil ujicoba pengeringan gabah dengan menggunakan box dryer BBS kapasitas 3 t pada tahun menunjukkan bahwa: (1) Waktu pengeringan berkisar 8-12 jam atau rata-rata 10 jam, lebih cepat dibandingkan dengan penjemuran yang lamanya 1-2 hari, (2) Rendemen pengeringan rata-rata meningkat 2,5%, (3) Rendemen beras giling rata-rata meningkat 2,5 %, (4) persentase beras kepala rata-rata meningkat 17%, (5) Biaya pengeringan rata-rata sebesar Rp. 25/kg GKP berarti lebih rendah dibandingkan dengan biaya penjemuran (Rp. 50/kg GKP), dan (6) Harga jual beras rata-rata meningkat sebesar Rp. 300/kg (Sutrisno, et al., 2007a). Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, akibat terjadinya peningkatan rendemen dan mutu beras giling serta penurunan biaya pengeringan, pendapatan petani dapat ditingkatkan sebesar ± Rp ,-/ ha (1 ha 6 t GKP). Mutu beras yang dihasilkan oleh RMU yang mengeringkan gabah menggunakan mesin pengering BBS pada 2 (dua) kecamatan sentra produksi beras di Kabupaten Banyuasin adalah sebagai berikut: Apabila mengacu pada Standard Nasional Indonesia (SNI ), maka kualitas beras tersebut memenuhi beberapa standard pada kelas mutu 5 yang disyaratkan (beras kepala minimum 60%, beras utuh minimum 35 %, beras patah maksimum 35%, butir menir maksimum 5%, butir merah maksimum 5%). Dengan demikian mutu beras giling pada RMU yang menggunakan mesin pengering BBS di Kecamatan Air Saleh mendekati standard kelas mutu 5 untuk beras kepala dan memenuhi syarat kelas mutu 4 untuk beras utuh. Di Kecamatan Muara 9

10 10 AgroinovasI Telang bahkan memenuhi syarat kelas mutu 4 untuk beras kepala dan butir patahnya. Untuk mewujudkan satu unit pengering tersebut nilai investasi alat pengering yang bisa mencapai Rp , dirasakan sebagai kendala bagi pelaku usaha yang memiliki keterbatasan modal. Namun secara kelompok, maka petani dapat saja melakukan usaha itu yang dikelola secara bersama, dengan menghimpun dana dari kelompok tani bahkan gapoktan. Respon positif terhadap penggunaan mesin pengering gabah bahan bakar sekam dapat dilihat dari masing-masing pelaku usaha seperti pemilik RMU, petani dan pedagang beras. Pemilik RMU memiliki persepsi positif terhadap penggunaan mesin pengering BBS antara lain; (1) Menjadi daya tarik bagi petani untuk menggilingkan padi, (2) Kualitas beras yang dihasilkan lebih baik, sehingga meningkatkan pendapatan dari peningkatan harga dan rendemen beras, dan (3) Dapat mengatasi problem pengeringan pada saat panen raya di pasang surut yang bertepatan dengan musim hujan. Bagi petani, penggunaan mesin pengering BBS mempunyai kelebihan; (1) Meningkatkan mutu beras dengan berkurangnya beras batik, (2) Gabah dan beras dapat disimpan lebih lama dirumah, sehingga ketersediaan untuk konsumsi lebih terjamin akibat adanya stok (3) Membantu mengatasi problem pengeringan pada saat panen raya yang bertepatan dengan musim hujan, (3) Mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja pada saat panen raya, dan (4) Meningkatkan pendapatan akibat peningkatan mutu dan harga beras. Sedangkan bagi pedagang, dengan meningkatnya kualitas beras yang dihasilkan oleh petani di lahan pasang surut dapat: (1) memudahkan penanganan dan pengolahan jika membeli gabah, (2) dapat disimpan lebih lama serta (3) mempermudah pemasaran beras di Sumatera Selatan. Budi Raharjo, Yanter Hutapea dan Rudy Soehendi, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan BPTP Sumatera Selatan Jl. Kolonel H. Berlian km 6 Palembang Telp Fax bptp-sumsel@litbang.deptan.go.id Web:

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan

I. PENDAHULUAN. Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beras adalah buah padi, berasal dari tumbuh-tumbuhan golongan rumputrumputan (gramineae) yang sudah banyak dibudidayakan di Indonesia sejak lama. Beras merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok

PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok PENGERINGAN PADI Oleh : M Mundir BP3K Nglegok I. LATAR BELAKANG Kegiatan pengeringan merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam usaha mempertahankan mutu gabah. Kadar air gabah yang baru dipanen

Lebih terperinci

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA

IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA NO. 2, TAHUN 9, OKTOBER 2011 140 IBM KELOMPOK USAHA (UKM) JAGUNG DI KABUPATEN GOWA Muh. Anshar 1) Abstrak: Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas jagung yang dihasilkan agar sesuai

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

GAMBARAN UMUM. dan berpenduduk jiwa dengan luas wilayah 90,58 km 2. Kecamatan Raman. Utara memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut : 44 IV. GAMBARAN UMUM A. Keadaan Umum Wilayah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Raman Utara Kecamatan Raman Utara merupakan bagian wilayah Kabupaten Lampung Timur dan berpenduduk 35.420 jiwa dengan luas

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon) ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon) Engkos Koswara Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Majalengka Email : ekoswara.ek@gmail.com

Lebih terperinci

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani

Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Teknologi Pengolahan Kopi Cara Basah Untuk Meningkatkan Mutu Kopi Ditingkat Petani Oleh: Ir. Nur Asni, MS PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

Permasalahan bila padi tidak segera dikeringkan ialah : 1. Secara teknis apabila gabah tidak segera dikeringkan akan terjadi kerusakan pada butir

Permasalahan bila padi tidak segera dikeringkan ialah : 1. Secara teknis apabila gabah tidak segera dikeringkan akan terjadi kerusakan pada butir 1.1 latar Belakang Gabah dikenal dengan nama latin ORYZA SATIVA adalah famili dari rumput rumputan (GRAMINEAE) merupakan salah satu bahan makanan dari biji bijian tertua didunia yang dikonsumsi sebagian

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR

KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR KARAKTERISTIK PENGERINGAN GABAH PADA ALAT PENGERING KABINET (TRAY DRYER) MENGGUNAKAN SEKAM PADI SEBAGAI BAHAN BAKAR Ahmad MH Winata (L2C605113) dan Rachmat Prasetiyo (L2C605167) Jurusan Teknik Kimia, Fak.

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG Oleh : Sugeng Prayogo BP3KK Srengat Penen dan Pasca Panen merupakan kegiatan yang menentukan terhadap kualitas dan kuantitas produksi, kesalahan dalam penanganan panen dan pasca

Lebih terperinci

Sisvaberti Afriyatna Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang ABSTRAK

Sisvaberti Afriyatna Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang ABSTRAK ANALISIS PENDAPATAN PADA USAHATANI PADI SAWAH LEBAK DENGAN SISTEM YARNEN DAN TUNAI DI KECAMATAN RAMBUTAN KABUPATEN BANYUASIN Sisvaberti Afriyatna Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional Dewasa ini, Pemerintah Daerah Sumatera Selatan (Sumsel) ingin mewujudkan Sumsel Lumbung Pangan sesuai dengan tersedianya potensi sumber

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG

PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG PETUNJUK LAPANGAN 3. PANEN DAN PASCAPANEN JAGUNG 1. DEFINISI Panen merupakan pemetikan atau pemungutan hasil setelah tanam dan penanganan pascapanen merupakan Tahapan penanganan hasil pertanian setelah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah,

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tanaman pangan yang antara lain terdiri atas padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, ubi jalar merupakan komoditas pertanian yang paling

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinjauan Umum Lokasi Penggilingan Padi Kelurahan Situ Gede adalah suatu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan data monografi Kelurahan Situ Gede pada

Lebih terperinci

Kata kunci: Mesin pengering padi, pengeringan, bahan bakar sekam, RMU, lahan pasang surut.

Kata kunci: Mesin pengering padi, pengeringan, bahan bakar sekam, RMU, lahan pasang surut. REKAYASA MESIN PENGERING PADI BAHAN BAKAR SEKAM (BBS) KAPASITAS 10 T TERINTEGRASI UNTUK MENINGKATKAN NILAI EKONOMI PENGGILINGAN PADI DI LAHAN PASANG SURUT SUMATERA SELATAN Sutrisno 1 dan Budi Raharjo 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang semakin berkembang tidak seiring dengan kesejahteraan para petani beras di Indonesia khususnya.ketidaksejahteraan petani ini disebabkan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan penting sebagai bahan pangan pokok. Revitalisasi di bidang pertanian yang telah dicanangkan Presiden

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengangkutan Pengangkutan adalah kegiatan memindahkan padi setelah panen dari sawah atau rumah ke Pabrik Penggilingan Padi (PPP). Tingkat kehilangan hasil dalam tahapan pengangkutan

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN BRIKET ARANG SEKAM SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH PERTANIAN

PROSES PEMBUATAN BRIKET ARANG SEKAM SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH PERTANIAN PROSES PEMBUATAN BRIKET ARANG SEKAM SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH PERTANIAN Oleh : Rudy Tjahjohutomo, Koes Sulistiadji **) A. GAMBAR SKEMATIS KOMPOR PEMBUAT ARANG SEKAM SEDERHANA

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Kilang Padi Bersama merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pengolahan padi menjadi beras atau penggilingan padi (Rice Milling

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan penting pada perekonomian nasional. Untuk mengimbangi semakin pesatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan dalam pembangunan Indonesia, namun tidak selamanya sektor pertanian akan mampu menjadi

Lebih terperinci

EVALUASI KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN 1OOO UNIT MESIN PENGERING UNTUK MENGURANGI SUSUT PASCA PANEN PADI

EVALUASI KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN 1OOO UNIT MESIN PENGERING UNTUK MENGURANGI SUSUT PASCA PANEN PADI EVALUASI KEBIJAKAN RENCANA PENGEMBANGAN 1OOO UNIT MESIN PENGERING UNTUK MENGURANGI SUSUT PASCA PANEN PADI BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGANGAN PERTANIAN 2011

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ALAT PENGERING UNTUK MENSUPLAY BAHAN BAKU PRODUKSI KRIPIK JAGUNG DI GROBOGAN

PENGGUNAAN ALAT PENGERING UNTUK MENSUPLAY BAHAN BAKU PRODUKSI KRIPIK JAGUNG DI GROBOGAN PENGGUNAAN ALAT PENGERING UNTUK MENSUPLAY BAHAN BAKU PRODUKSI KRIPIK JAGUNG DI GROBOGAN Muh Amin dan Muhammad Subri Prodi S1 Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Semarang Email: amin@unimus.ac.id Abstrak.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air.

BAB I PENDAHULUAN. penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada proses pengeringan pada umumnya dilakukan dengan cara penjemuran. Tujuan dari penjemuran adalah untuk mengurangi kadar air. Pengeringan dengan cara penjemuran

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan utama dalam pascapanen komoditi biji-bijian adalah susut panen dan turunnya kualitas, sehingga perlu diupayakan metode pengeringan dan penyimpanan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa dari 13 (tiga belas) desa yang terdapat di kecamatan Ciampea, dan wilayahnya masuk dalam Kabupaten

Lebih terperinci

STUDI PERLAKUAN PANAS PADA ALAT PENGUPAS KULIT GELONDONG UNTUK BIJI KOPI (Coffea sp.) Renny Eka Putri, Mislaini dan Andri Syaputra 1 1) ABSTRAK

STUDI PERLAKUAN PANAS PADA ALAT PENGUPAS KULIT GELONDONG UNTUK BIJI KOPI (Coffea sp.) Renny Eka Putri, Mislaini dan Andri Syaputra 1 1) ABSTRAK STUDI PERLAKUAN PANAS PADA ALAT PENGUPAS KULIT GELONDONG UNTUK BIJI KOPI (Coffea sp.) 1 1) Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Andalas Limau Manis, Pauh, Sumatera Barat

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MENYANGGA ANJLOKNYA HARGA GABAH PADA PANEN RAYA BULAN FEBRUARI S/D APRIL 2007

KEBIJAKAN MENYANGGA ANJLOKNYA HARGA GABAH PADA PANEN RAYA BULAN FEBRUARI S/D APRIL 2007 KEBIJAKAN MENYANGGA ANJLOKNYA HARGA GABAH PADA PANEN RAYA BULAN FEBRUARI S/D APRIL 2007 Pendahuluan 1. Produksi padi di Indonesia mengikuti siklus musim, dimana panen raya dimulai pada bulan Februari sampai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013, di Laboratorium Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung B. Alat dan Bahan Alat yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan di Indonesia merupakan salah satu sektor yang telah berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk

Lebih terperinci

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian

METODOLOGI. Waktu dan Tempat. Alat dan Bahan. Metode Penelitian 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama ±3 bulan dimulai dari Februari sampai April 2013 yang berlokasikan di Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang memiliki arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari penggunaannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman jagung ( Zea mays L) sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan. Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi. Berdasarkan urutan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo,

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo, III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung/tanah liat dari YosoMulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro. Pengambilan sampel dilakukan pada awal musim penghujan namun

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang

BAHAN DAN METODE. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga April 2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Bahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu 26 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - April 2014 di Kabupaten Pringsewu dan Laboratorium Rekayasa dan Bioproses Pascapanen, Jurusan

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP

Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP dan GWP Ir. Linda Yanti M.Si BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAMBI 2 0 1 7 1 Teknologi Penanganan Beras Berkualitas Melalui Penerapan GMP

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditas padi memiliki arti strategis yang mendapat prioritas dalam pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat Indonesia, baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang

TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa akan terdistribusi dengan jumlah, waktu, serta lokasi yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Rantai Pasok Rantai pasok adalah sekumpulan aktivitas dan keputusan yang saling terkait untuk mengintegrasi pemasok, manufaktur, gudang, jasa transportasi, pengecer,

Lebih terperinci

MITRA BALAI INDUSTRI PUSAT TEKNOLOGI SARANA PERTANIAN mitrabalaiindustri.wordpress.com / mitrabalaiindustri.webs.com

MITRA BALAI INDUSTRI PUSAT TEKNOLOGI SARANA PERTANIAN mitrabalaiindustri.wordpress.com / mitrabalaiindustri.webs.com KATALOG PASCA PANEN KEDELAI MBI/YANMAR SOLUSI MENINGKATKAN HASIL PRODUKSI MITRA BALAI INDUSTRI PUSAT TEKNOLOGI SARANA PERTANIAN mitrabalaiindustri.wordpress.com / mitrabalaiindustri.webs.com POWER THRESHER

Lebih terperinci

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan.

Jl. Ciptayasa KM. 01 Ciruas Serang-Banten 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan. Pengukuran Rendemen Beras dengan Penjemuran Sistem Oven Dryer pada Usaha Penggilingan Padi di Kabupaten Serang (Studi Kasus pada Gapoktan Harapan Makmur Desa Singarajan Kecamatan Pontang Kabupaten Serang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

JENIS-JENIS PENGERINGAN

JENIS-JENIS PENGERINGAN JENIS-JENIS PENGERINGAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat membedakan jenis-jenis pengeringan Sub Pokok Bahasan pengeringan mengunakan sinar matahari pengeringan

Lebih terperinci

REKAYASA ALAT PENGERING UNTUK MENINGKATAN PRODUKTIVITAS UKM EMPING MLINJO

REKAYASA ALAT PENGERING UNTUK MENINGKATAN PRODUKTIVITAS UKM EMPING MLINJO REKAYASA ALAT PENGERING UNTUK MENINGKATAN PRODUKTIVITAS UKM EMPING MLINJO Wijoyo, Achmad Nurhidayat, Sugiyanto Teknik Mesin Universitas Surakarta, Jl. Raya Palur Km.5, Surakarta E-mail : joyowi@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN Rosita Galib dan Sumanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Abstrak.

Lebih terperinci

PASCA PANEN BAWANG MERAH

PASCA PANEN BAWANG MERAH PASCA PANEN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali pelayuan dan pengeringan bawang merah

Lebih terperinci

Cara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong)

Cara Membuat Alat Untuk Membakar Sekam Padi (Cerobong) Arang sekam padi memiliki banyak kegunaan baik di dunia pertanian maupun untuk kebutuhan industri. Para petani memanfaatkan arang sekam sebagai penggembur tanah. Arang sekam dibuat dari pembakaran tak

Lebih terperinci

KATALOG PASCA PANEN JAGUNG MBI/YANMAR 2014 SOLUSI MENINGKATKAN HASIL PRODUKSI

KATALOG PASCA PANEN JAGUNG MBI/YANMAR 2014 SOLUSI MENINGKATKAN HASIL PRODUKSI KATALOG PASCA PANEN JAGUNG MBI/YANMAR 2014 SOLUSI MENINGKATKAN HASIL PRODUKSI BOX DRYER DAN TUNGKU SEMUANYA BAHAN STAINLESS STEEL JAGUNG TIDAK TERKONTIMINASI BAHAN BAKAR TUNGKUBIOMASA : BISA SEKAM,BONGGOL,BATUABARA,LPG,

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 28 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari 2010 yang bertempat di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca

Lebih terperinci

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani

Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani 84 Laporan Tahunan 2015: Inovasi Pertanian Bioindustri Menuju Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani Pascapanen Upaya pemerintah untuk mencapai swasembada beras ditempuh melalui berbagai cara, salah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PROSES PENGOLAHAN BERAS PRATANAK Gabah yang diperoleh dari petani masih bercampur dengan jerami kering, gabah hampa dan kotoran lainnya sehingga perlu dilakukan pembersihan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pokok di Indonesia karena sebagian besar penduduk Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Tidak hanya di Indonesia,

Lebih terperinci

karbohidrat asal beras. Bahan sumber karbohidrat lain belum secara umum digunakan.

karbohidrat asal beras. Bahan sumber karbohidrat lain belum secara umum digunakan. I. PENDAHULUAN. Bagian terbesar dari penduduk Indonesia menggantungkan kebutuhan kalori pada karbohidrat asal beras. Bahan sumber karbohidrat lain belum secara umum digunakan. Tiap orang rata-rata memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi udara oleh exhaust dan blower serta sistem pengadukan yang benar

BAB I PENDAHULUAN. sirkulasi udara oleh exhaust dan blower serta sistem pengadukan yang benar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini masih banyak petani di Indonesia terutama petani padi masih menggunakan cara konvensional dalam memanfaatkan hasil paska panen. Hal ini dapat

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS

TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI. Oleh: Ir. Nur Asni, MS TEKNOLOGI PENANGANAN PANEN DAN PASCAPANEN UNTUK MENINGKATKAN MUTU JAGUNG DITINGKAT PETANI Oleh: Ir. Nur Asni, MS Jagung adalah komoditi penting bagi perekonomian masyarakat Indonesia, termasuk Provinsi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling

III. METODOLOGI. menguji kadar air nilam dengan metode Bindwell-Sterling III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Nilam kering yang berasal dari Kabupaten Kuningan. Nilam segar yang terdiri dari bagian daun dan batang tanaman

Lebih terperinci

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN

LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN LAMPIRAN: Surat No.: 0030/M.PPN/02/2011 tanggal 2 Februari 2011 B. PENJELASAN TENTANG KETAHANAN PANGAN ahanan pangan nasional harus dipahami dari tiga aspek, yaitu ketersediaan, distribusi dan akses, serta

Lebih terperinci

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang

Persyaratan Lahan. Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang PRODUKSI BENIH PADI Persyaratan Lahan Lahan hendaknya merupakan bekas tanaman lain atau lahan yang diberakan. Lahan dapat bekas tanaman padi tetapi varietas yang ditanam sama, jika lahan bekas varietas

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER Endri Yani* & Suryadi Fajrin Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Andalas Kampus Limau Manis

Lebih terperinci

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN

C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN C.3. AGROINDUSTRI TEPUNG CABE I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabe berasal dari Amerika Tengah dan saat ini merupakan komoditas penting dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Hampir semua rumah tangga

Lebih terperinci

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO Oleh M. Yahya Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Padang Abstrak Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang perekonomian nasional dan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya. konsumsi untuk seluruh penduduk di Indonesia (Adiratma, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai Negara agraris maka sebagian besar penduduknya hidup dari pertanian. Bahan makanan seperti padi atau beras dan jagung hanya diproduksi oleh pertanian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN LAPORAN PRAKTIKUM MEKANISASI PERTANIAN ACARA V PENGENALAN RICE MILL UNIT Disusun Oleh: Nama : Arif Ardiawan NIM : A1L008062 Rombongan : B Kelompok : 4 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam dalam bidang pertanian merupakan keunggulan yang dimiliki Indonesia dan perlu dioptimalkan untuk kesejahteraan rakyat. Pertanian merupakan aset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang potensial sebagai sumber bahan baku minyak atsiri. Indonesia menghasilkan 40 jenis dari 80 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan

Lebih terperinci

1 PENGGUNAAN SISTEM PEMANAS DALAM PENGEMBANGAN ALAT PENGUPAS KULIT ARI KACANG TANAH Renny Eka Putri *), Andasuryani, Santosa, dan Riki Ricardo Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi 1.2. Penggilingan Padi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alat Pengolahan Padi Umumnya alat pengolahan padi terdiri dari berbagai macam mesin, yaitu mesin perontok padi, mesin penggiling padi, mesin pembersih gabah, mesin penyosoh beras,

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BERAS

ANALISIS TATANIAGA BERAS VI ANALISIS TATANIAGA BERAS Tataniaga beras yang ada di Indonesia melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil pengamatan, lembagalembaga tataniaga yang ditemui di lokasi

Lebih terperinci

Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Diany Faila Sophia Hartatri 1)

Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Diany Faila Sophia Hartatri 1) Penanganan Pascapanen dan Pemasaran Kakao di Kabupaten Blitar, Jawa Timur Diany Faila Sophia Hartatri 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Penanganan pascapanen

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

PENGARUH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) MARET 2005 TERHADAP PROFITABILITAS USAHA JASA ALSINTAN DAN USAHATANI PADI

PENGARUH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) MARET 2005 TERHADAP PROFITABILITAS USAHA JASA ALSINTAN DAN USAHATANI PADI PENGARUH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) MARET 2005 TERHADAP PROFITABILITAS USAHA JASA ALSINTAN DAN USAHATANI PADI (Kasus Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan dan Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur) Pantjar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor pertanian masih menjadi mata pencaharian umum dari masyarakat Indonesia. Baik di sektor hulu seperti

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Incinerator

Gambar 3.1. Incinerator BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat dan Bahan Pengujian Incinerator a. Alat Penelitian Gambar 3.1. Incinerator Spesifikasi incinerator limbah padat rumah sakit sebagai berikut

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS CATUR HERMANTO dan Tim Disampaikan pada seminar proposal kegiatan BPTP Sumatera Utara TA. 2014 Kamis, 9 Januari 2014 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) 74 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 74-81 Erizal Jamal et al. ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) Erizal Jamal, Hendiarto, dan Ening Ariningsih Pusat Analisis Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan digunakan selama melakukan penelitian ini adalah di Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

Lebih terperinci

VII. SISTEM AGRIBISNIS GANDUM LOKAL

VII. SISTEM AGRIBISNIS GANDUM LOKAL VII. SISTEM AGRIBISNIS GANDUM LOKAL 7.1. Subsistem Usahatani Gandum Lokal Informan usahatani ditetapkan berdasarkan Kelompok Tani (Poktan) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) pada desa-desa target observasi.

Lebih terperinci

Teknologi Penyimpanan Jagung Oleh : Sri Sudarwati PENDAHULUAN

Teknologi Penyimpanan Jagung Oleh : Sri Sudarwati PENDAHULUAN Teknologi Penyimpanan Jagung Oleh : Sri Sudarwati PENDAHULUAN Sampai saat ini mutu jagung di tingkat petani pada umumnya kurang memenuhi persyaratan kriteria mutu jagung yang baik, karena tingginya kadar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah berbutir halus yang. diambil dari Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro.

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah berbutir halus yang. diambil dari Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro. 24 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah berbutir halus yang diambil dari Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro. 2. Abu ampas tebu (baggase ash)

Lebih terperinci

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan pertanian dan ketahanan pangan adalah meningkatkan produksi untuk memenuhi penyediaan pangan penduduk, mencukupi kebutuhan bahan baku industri dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar Lampung Selatan

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar Lampung Selatan 29 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar Lampung Selatan 2. Semen portland yaitu semen baturaja dalam kemasan

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH.

PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH. PENGARUH PERENDAMAN AIR PANTAI DAN LIMBAH DETERGEN TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR DINDING PASANGAN BATA MERAH Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pascapanen adalah serangkaian kegiatan yang meliputi pemanenan, pengolahan, sampai dengan hasil siap konsumsi (Hasbi, 2012:187). Sedangkan penanganan pascapanen adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tanah merupakan komoditas pertanian yang penting karena banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kacang tanah merupakan komoditas pertanian yang penting karena banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah merupakan komoditas pertanian yang penting karena banyak digunakan pada industri pangan dan proses pembudidayaannya yang relatif mudah. Hampir sebagian

Lebih terperinci

STATISTIK HARGA PRODUSEN GABAH

STATISTIK HARGA PRODUSEN GABAH ht tp :// yo gy ak ar ta.b ps.g o.id Katalog BPS : 7103005.34 STATISTIK HARGA PRODUSEN GABAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA .id ps.g o ta.b ar

Lebih terperinci

PENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION

PENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION PENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION IGNB. Catrawedarma Program Studi Teknik Mesin, Politeknik Negeri Banyuwangi Email: ngurahcatra@yahoo.com Jefri A Program Studi Teknik

Lebih terperinci

KajianKehilangan Hasil Pada Pengeringan dan Penggilingan Padi di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan

KajianKehilangan Hasil Pada Pengeringan dan Penggilingan Padi di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Jurnal Lahan Suboptimal. ISSN2252-6188 Vol. 1, No.1: 72-82, April 2012 KajianKehilangan Hasil Pada Pengeringan dan Penggilingan Padi di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan Study of Yield Losses during

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1

UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 UNJUK KERJA MESIN PENGGILING PADI TIPE SINGLE PASS 1 Hanim Zuhrotul A 2, Nursigit Bintoro 2 dan Devi Yuni Susanti 2 ABSTRAK Salah satu faktor yang mengakibatkan kehilangan hasil pada produk pertanian tanaman

Lebih terperinci