BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Salah satu plasma nuftah negara Indonesia adalah sapi bali (Bibos

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Salah satu plasma nuftah negara Indonesia adalah sapi bali (Bibos"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Salah satu plasma nuftah negara Indonesia adalah sapi bali (Bibos sondaicus). Sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang merupakan domestikasi dari banteng liar (Bibos banteng). Banteng merupakan nenek moyang sapi bali yang hidup bebas saat ini hanya ada di hutan lindung Baluran, Jawa Timur dan Ujung Kulon, Jawa Barat (Handiwirawan dan Subandriyo, 2004). Sapi bali memiliki ukuran tubuh yang sedang, dada dalam, tidak berpunuk dan kaki yang ramping. Sapi betina berwarna merah bata, sapi jantan berwarna hitam ketika dewasa. Cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekor berwarna hitam. Ciri khas fisik sapi bali adalah di bawah persendian tarsal dan carpal berwarna putih (white stocking), kulit pada pantat dan paha dalam berwarna putih (white mirror) serta bulu pada punggung membentuk garis berwarna hitam (garis belut) dari gumba sampai pangkal ekor (Batan, 2006). Sapi bali di Bali memiliki fungsi sebagai tenaga kerja pertanian, sumber pendapatan, sarana upacara keagamaan dan sebagai hiburan atau obyek pariwisata (Batan, 2006). Karena sistem pemeliharaan sapi bali di Bali yang masih tradisional menyebabkan masyarakat menganggap pekerjaan beternak sapi hanya sebagai sampingan. Hal ini berpengaruh terhadap pemberian pakan yang cenderung seadanya. Padahal pemberian konsentrat sangat penting untuk sapi bali baik untuk peningkatan bobot badan dan sistem kekebalan tubuh. Menurut Batan (2006) bahan pakan sapi bali di Bali umumnya terdiri dari pakan hijauan, konsentrat (penguat) dan tambahan. Pada kenyataannya petani 5

2 6 tradisional yang memelihara sapi bali memberikan pakan hijauan saja. Pakan yang diberikanpun seadanya sesuai dengan potensi yang ada di daerah tersebut. Menurut Berata et al (2012) pemberian konsentrat pada sapi bali berpengaruh terhadap respon kekebalan seluler. Semakin lama diberikan pakan campuran konsentrat, mengakibatkan terjadi peningkatan respon kekebalan seluler. Selain itu konsentrat berpengaruh terhadap pertumbuhan bobot badan sapi. Sapi bali membutuhkan mineral. Sistem pemberian pakan yang seadanya menyebabkan sapi bali kekurangan mineral tertentu tergantung tipe lahan dari pemeliharaan. Pemberian mineral pada sapi terbukti dapat meningkatkan bobot badan sampai 370 g/hari dibandingkan dengan tanpa diberikan mineral yang meningkat 203 g/hari (Darmono, 2007) Tipe Lahan Pemeliharaan Sapi Bali Pemeliharaan sapi bali di Bali dilakukan pada empat tipe lahan yakni lahan sawah, kebun, tegalan dan hutan. Kandungan mineral pada empat tipe lahan tersebut sangat bervariasi. Sawah merupakan lahan yang umum digunakan untuk penyediaan pakan sapi bali. Secara turun temurun masyarakat Bali menggunakan sawah sebagai sumber pencaharian. Sapi bali digunakan untuk membajak sawah pertanian, sehingga tidak heran di persawahan ada peternak yang memelihara sapi bali. Di lahan sawah rumput yang umum yang diberikan ke sapi adalah rumput gajah dan rumput raja. Unsur mineral yang banyak dijumpai di tanah yaitu Mg, Ca, Fe, K dan Na. Lahan tegalan memiliki ph cenderung asam sehingga akan berpengaruh terhadap penyerapan mineral. Tegalan adalah daerah yang bergantung pada air

3 7 hujan, daerah ini belum memiliki sistem irigasi ataupun tidak memungkinkan adanya irigasi. Pada lahan ini tanah dapat kering ataupun basah tergantung curah hujan yang turun. Sumber pakan dapat tumbuh pada lahan tegalan yaitu ketela pohon dan ketela rambat. Perkebunan memiliki ph tanah dari alkalis hingga asam. Penyerapan mineral tergantung jenis tumbuhan dan keadaan tanah. Tanaman perkebunan ada dua jenis yaitu tanaman semusim contohnya tebu dan tembakau serta tanaman tahunan yaitu kelapa sawit, cengkeh dan kopi. Lahan hutan merupakan ekosistem alam hayati yang didominasi oleh pepohonan, misalnya pohon pinus. Hutan jenis monsum (hutan musim) merupakan kategori hutan yang ada di Bali 2.3. Mineral Mineral merupakan unsur anorganik yang dibutuhkan oleh tubuh untuk proses metabolisme. Mineral yang terdapat dalam tubuh hewan atau tumbuhan tidak lebih dari 50 mg/kg dalam bentuk kompartemen (McDonald et al., 2010). Fungsi mineral bagi ruminansia adalah sebagai katalitik dalam sel, baik makro maupun mikro mineral. Mineral Fe, Cu, Zn, Mn, Mo dan Se terikat pada protein suatu enzim dan memiliki fungsi tertentu pada enzim tersebut. Beberapa mineral dapat berbentuk chelate, yaitu senyawa yang dibentuk oleh unsur organik dan ion logam. Contoh chelate adalah hemoglobin dan vitamin B12 (McDonald et al., 2010). Unsur besi (Fe) berfungsi sebagai pembentuk hemoglobin dan mioglobulin, tembaga (Cu) sangat penting dalam proses metabolisme energi dalam sel dan sangat berperan pada sistem saraf, kardiovaskuler serta imun (Darmono, 2007). Untuk menjalankan fungsi dengan baik sistem kekebalan tubuh

4 8 memerlukan mineral, baik imunitas spesifik maupun nonspesifik. Mineral yang berfungsi dalam sistem imun adalah Cu, Se dan Zn (Arthington, 2006; Ahola et al., 2010). Penyakit defisiensi mineral merupakan keadaan dimana ternak kekurangan asupan mineral, sehingga dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Menurut Darmono (2007) penyakit ini dapat menyebabkan penurunan bobot badan, kekurusan, penurunan daya tahan tubuh, serta daya produksi dan reproduksi. Defisiensi mineral pada sapi dikarenakan faktor kondisi tanah (dipupuk atau tidak), jenis tanah dan jenis tanaman yang tumbuh di kondisi tanah tertentu. Mineral dibagi menjadi dua jenis berdasarkan kebutuhan tubuh, yaitu mineral esensial dan nonesensial. Mineral esensial merupakan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan kerja enzim dan perbaikan organ. Mineral esensial dibagi menjadi mineral makro dan mikro. Mineral makro merupakan mineral yang banyak dibutuhkan dan terdapat dalam tubuh, digunakan untuk membentuk komponen organ. Jumlah mineral mikro di dalam tubuh sedikit, karena diperlukan sedikit pula, memiliki fungsi sebagai pembantu kerja enzim. Unsur makro mineral yang diperlukan oleh hewan yaitu : kalsium (Ca), fosfor (P), natrium (Na), kalium (K), klorin (Cl), sulfur (S), dan magnesium (Mg). Sedangkan unsur mikro mineral esensial yaitu : besi (Fe), seng (Zn), tembaga (Cu), molibdenum (Mo), selenium (Se), iodin (I), mangan (Mn) dan kobalt (Co) (McDonald et al., 2010; Darmono, 2007).

5 Makro Mineral Esensial Tahun 1950 unsur Ca, P, Na, K, Cl, S dan Mg telah ditetapkan sebagai makro mineral esensial. Unsur makro mineral yang esensial memiliki berbagai fungsi fisiologis dan jika defisiensi dapat mengakibatkan penyakit. Mineral natrium (Na), kalium (K) dan klorin (Cl) memiliki fungsi sebagai pemelihara keseimbangan asam dan basa, permeabilitas membran sel dan sebagai kontrol osmotik air. Untuk membentuk struktur tubuh diperlukan mineral kalsium (Ca) dan fosfor (P). Unsur sulfur (S) memilki peranan dalam sintesis struktur protein, sedangkan magnesium (Mg) memiliki fungsi sebagai katalis dan elektrokimia. Kalsium (Ca) merupakan unsur mineral yang melimpah dalam tubuh ternak, ditemukan pada tulang dan gigi. Sebanyak 99% kalsium yang ada dalam tubuh digunakan untuk menyusun tulang dan gigi. Setiap satu kilogram tulang mengandung 360 g kalsium, 170 g fosfor dan 10 g magnesium. Plasma mamalia mengandung kalsium sebanyak mg/l yang terlibat dalam pembekuan darah. Kalsium diperoleh secara alami dari susu, rumput, kacang kacangan dan leguminosa (McDonald et al., 2010 ). Menurut Arifin et al (1999) defisiensi kalsium dapat menyebabkan milk fever pada sapi yang baru saja melahirkan. Pada sapi usia muda dapat terkena penyakit rachitis karena kekurangan asupan kalsium saat fetus, sedangkan sapi usia tua dapat terserang penyakit osteomalacia. Gejala defisiensi kalsium dapat berupa kecacatan tulang, kepincangan, pembesaran sendi, kelumpuhan dan kerapuhan tulang. Fosfor (P) terdapat di setiap sel yang berperan dalam proses metabolisme, buffer cairan tubuh serta sebagai komponen tulang, gigi, adenosine triphosphate (ATP) dan asam nukleat. Penyerapan fosfor dibantu oleh vitamin D. (Soetan et

6 10 al., 2010). Fosfor yang ada dalam tubuh sebanyak 80 85% terdapat pada tulang dari total fosfor yang ada di tubuh. Ternak ruminansia menggunakan fosfor sebagai komponen air liur untuk membantu dalam mengunyah makanan. Penyakit defisiensi fosfor terjadi di daerah tropis dan subtropis. Sama halnya dengan kalsium, kekurangan asupan fosfor menyebabkan rakhitis dan osteomalacia. Dalam sistem reproduksi, defisiensi fosfor dapat menyebabkan fertilitas yang buruk, ketidakteraturan estrus, ovarium mengalami penyumbatan dan penurunan produksi susu. Telah terbukti defisiensi fosfor menyebabkan pica, yaitu sapi akan memakan benda yang tidak seharusnya dimakan yaitu kayu, kain dan benda lainnnya (McDonald et al., 2010 ). Kalium (K) merupakan mineral yang berperan dalam pengatur osmotik cairan dalam tubuh dan keseimbangan asam basa. Kalium berfungsi sebagai kation sel. Kalium berperan pada saraf, otot, terlibat dalam metabolisme karbohidrat dan kofaktor pada sintesis protein. Defisiensi kalium jarang terjadi karena rumput hijau telah banyak mengandung mineral ini. Gejala defisiensi mineral ini pada sapi berupa kelumpuhan yang parah (McDonald et al., 2010 ; Soetan et al., 2010). Natrium (Na) banyak terdapat pada jaringan lunak dan cairan tubuh. Sama halnya dengan kalium, natrium berperan sebagai pengatur osmotik cairan dalam tubuh dan keseimbangan asam basa. Selain itu, natrium berperan sebagai kation plasma darah, berperan pada transmisi impuls saraf dan penyerapan asam amino (McDonald et al., 2010 ; Soetan et al., 2010). Gejala kekurangan natrium berupa

7 11 penurunan tekanan osmotik sehingga terjadi dehidrasi dan penurunan daya cerna asam amino yang menyebabkan pertumbuhan sapi menjadi buruk. Klorin (Cl) adalah anion utama dalam cairan ekstraseluler. Berperan dalam regulasi osmotik, keseimbangan cairan dan berperan dalam keseimbangan asam basa. Klorin memiliki fungsi penting dalam sekresi lambung. Klorin yang berlebih akan dikeluarkan melalui urin dan keringat. Gejala defisiensi klorin adalah alkalosis (peningkatan alkali darah) dikarenakan kekurangan klorin dikompensasi dengan bikarbonat sehingga suasana dalam darah menjadi alkali (McDonald et al., 2010). Menurut Soetan et al (2010) gejala lain dari defisiensi klorin pada hewan adalah muntah, diuretik, gangguan dan penyakit ginjal. Sulfur (S) dalam tubuh sebagian besar merupakan bagian dari asam amino cystine, cysteine dan methionine. Tulang rawan, tulang, tendon dan dinding pembuluh darah salah satu pembentuknya yaitu kondroitin sulfat. Vitamin biotin dan thiamin, hormon insulin serta coenzim-a salah satu komponennya adalah sulfur (McDonald et al., 2010). Defisiensi sulfur dapat mengakibatkan kekurangan protein. Ruminansia yang tergantung dengan sumber nitrogen nonprotein seperti urea, biuret atau amonium fosfat sangat memerlukan pasokan sulfur anorganik tambahan yang digunakan sebagai sintesis protein oleh mikroba rumen. Dalam air liur mengandung sulfur berupa senyawa cyanate (SCN) (Soetan et al., 2010). Sekitar 70% dari total magnesium (Mg) ditemukan di tubuh merupakan komponen tulang dan gigi. Mineral ini berkaitan dengan kalsium dan fosfor dalam pembentuk tulang. Magnesium memiliki fungsi sebagai aktivator enzim

8 12 misalnya enzim fosfat transferase, piruvat karboksilase dan piruvat oksidase. Dalam respirasi seluler dan pembentukan AMP siklik memerlukan magnesium. Penyerapan magnesium pada ruminansia sangat rendah, salah satu penyebabnya karena dihambat oleh kalium. Defiseinsi kalsium pada anak sapi dapat menyebabkan magnesium dalam darah rendah, tulang kekurangan magnesium, tetani dan kematian. Sedangkan pada sapi dewasa dapat menyebabkan grass tetani yang ditandai dengan penurunan kadar magnesium yang sangat cepat. Kehilangan magnesium dari dalam tubuh dapat disebabkan oleh muntah yang berlebihan dan diare (McDonald et al., 2010; Soetan et al., 2010) Mikro Mineral Esensial Mikro mineral merupakan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah sedikit yaitu 100 mg/hari. Jika berlebihan dapat mengakibatkan keracunan. Sebagian besar mineral ini sudah terdapat pada pakan hijauan sapi bali, namun beberapa kandungan mineral rendah dalam tanah dikarenakan faktor geologis dan jenis tanah. Suwiti et al (2010) menyatakan bahwa lahan di Bali dan Nusa Tenggara Barat kandungan mineral Fe, Cu, Zn dan Co sangat rendah. Darmono (2007) menyatakan bahwa rumput di lima provinsi di Indonesia kadar Cu dan Na rendah. Makanan yang cukup Zn, Mn dan Cu telah meningkatkan kinerja sapi perah melalui peningkatan kesuburan dan kejadian penyakit. Peningkatan kesuburan dikarenakan kebutuhan untuk metabolisme tercukupi (Gentile, 2008). Zat besi (Fe) merupakan salah satu mineral yang berperan dalam pembentukan eritrosit. Senyawa yang dibentuk oleh mineral Fe adalah senyawa

9 13 heme (hemoglobin dan mioglobin) dan poliporfirin (tranferin, ferritin dan hemosiderin). Lebih dari 90% Fe berikatan dengan protein. Kandungan Fe dalam hemoglobin sebesar 3,4 g/kg. Fe memiliki sifat yang kurang stabil dapat berubah menjadi bentuk ferro (Fe 2+) dan ferri (Fe 3+ ). Zat besi disimpan di dalam hati, limpa dan sumsum tulang (Arifin, 2008; McDonald et al., 2010). Penyakit defisiensi besi dicirikan dengan gejala anemia, kelemahan, nafsu makan menurun dan diare. Anemia akibat defisiensi Fe pada sapi tidak umum terjadi. Kebanyakan anemia ini terjadi pada anak babi, sehingga perlu penyuntikan Fe dari luar tubuh untuk penanggulangan (Darmono, 2007). Sejak tahun 1927 diketahui bahwa tembaga (Cu) diperlukan oleh hewan. Tembaga diperlukan dalam sintesis besi untuk membantu pembentukan hemoglobin. Gejala penyakit defisiensi tembaga adalah anemia, pertumbuhan yang buruk, gangguan tulang, infertilitas, depigmentasi rambut, gangguan pencernaan dan lesi pada otak serta spinal cord (McDonald et al., 2010). Ahola et al (2010) menyatakan, tembaga juga berperan dalam sistem imun yang dibuktikan dengan metabolisme tembaga mempengaruhi pembentukan antibodi dan berperan dalam sistem enzimatis untuk mengeliminasi racun radikal bebas. Menurut Arthington (2006), enzim yang dibentuk dari tembaga yaitu tembaga/seng superoxide dismutase dan ceruplasmin. Enzim tersebut memiliki peranan dalam sistem imun. Asupan tembaga yang rendah dapat mengurangi kapasitas neutrofil dalam proses fagositosis. Pada sapi defisiensi Cu dapat menyebabkan neutropenia serta mempengaruhi sistem inflamasi. Menurut Gentile (2008) bahwa defisiensi tembaga dapat menekan cell-mediated dan respon imun humoral. Dalam

10 14 penelitian kepekaan terhadap resistensi Staphylococcus aureus, pengurangan mineral Cu mengurangi kapasitasi neutrofi, sehingga meningkatkan kerentanan terhadap bakteri. Defisiensi tembaga mengakibatkan penurunan limfosit perifer. Selenium (Se) pada tahun 1930-an dianggap sebagai unsur yang beracun. Pada tahun 1950 selenium dilaporkan bermanfaat bagi ternak yang terbukti dapat mencegah kejadian nekrosis hati dan distrofi otot pada babi. Selenium berkaitan erat dengan vitamin E yang berfungsi melindungi membran dari proses degenerasi. Kekurangan selenium pada ruminansia dapat menyebabkan penyakit otot putih yang merupakan degenerasi otot lurik. Penyakit ini ditandai dengan kelemahan, kekakuan dan kerusakan otot yang mengakibatkan hewan sulit berdiri. Dalam sistem reproduksi, kekurangan selenium menyebabkan retensi plasenta (Peterson dan Engle, 2005). Arthington (2006) menyatakan fungsi neutrofil meningkat karena tercukupinya kebutuhan selenium dan vitamin E. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya peningkatan respon eliminasi agen asing oleh sel inflamasi. Selenium dan vitamin E berperan pada fungsi neutrofil secara nonspesifik. Kandungan vitamin E pada kolostrum cenderung rendah, dengan penambahan suplemen vitamin E pada susu telah terbukti dapat membantu fungsi neutrofil dan menurunkan infeksi kuman pada susu. Fungsi lainya dari selenium adalah berperan dalam pembentukan antibodi, proliferasi limfosit B dan T dalam respon terhadap mitogen dan penghancuran sel oleh sel limfosit dan sel natural killer. Seng (Zn) merupakan mineral yang berfungsi dalam sintesis hormon insulin dan glukagon, berfungsi dalam metabolisme karbohidrat, berperan dalam

11 15 keseimbangan asam basa serta metabolisme vitamin A. Kebutuhan Zn pada sapi potong untuk pertumbuhan dan finishing berkisar ppm. Pakan yang diberi Zn mg/kg masih mengalami defisiensi. Rendahnya Zn diakibatkan karena tanah yang alkalis dengan ph 8. Peran Zn pada sistem kekebalan tubuh sebagai mediator potensial pertahanan tubuh terhadap infeksi. Perkembangan sel imun juga dipengaruhi oleh Zn, sel sel tersebut seperti neutrofil, makrofag, sel limfosit B dan T serta sel natural killer (NK) (Widhyari, 2012). Ensim DNA dan RNA polimerase salah satu kofaktor dan konstituenya adalah mineral Zn. Peran utama Zn dalam sel adalah pada proses replikasi sel, ekspresi gen, metabolisme asam nukleat dan asam amino (Soetan et al., 2010). Ahola et al (2010) menyatakan mineral Zn berfungsi dalam pembentukan antibodi dan berfungsi pada jaringan limfoid untuk memproduksi sel. Peningkatan respon imun termediasi sel terjadi dikarenakan penambahan suplemen mineral Zn. Menurut Gentile (2008), efek defisiensi terhadap sistem imun dapat mengurangi respon imun dan ketahanan terhadap penyakit. Dampak negatif kekurangan Zn pada ruminansia yaitu penurunan proliferasi limfosit dan neutrofil, atrofi jaringan limfoid (timus) dan penurunan kemampuan fagositosis. McDonald et al (2010) menyatakan gejala defisiensi Zn pada ruminansia terjadi sangat cepat dan dramatis. Gejala tersebut berupa pertumbuhan abnormal, nafsu makan tertekan, konversi makanan buruk, parakeratosis dan pada sapi perah banyak ditemukan sel somatik pada sekresi susu. Mangan (Mn) lebih difungsikan ke dalam sistem enzim. Mangan berfungsi sebagai kofaktor dari enzim hidrolase, dekarboksilase, phosphohydrolase,

12 16 phosphotransferase dan transferase (Soetan et al., 2010). Organ yang memiliki konsentrasi mangan tinggi yaitu tulang, hati, ginjal, pankreas dan glandula pitutuary. Pada ruminansia dilaporkan bahwa kekurangan asupan mangan dapat menyebabkan kelainan bentuk tulang, pertumbuhan terhambat, ataksia pada anak baru lahir dan kegagalan reproduksi. Gentile (2008) menyatakan defisiensi mangan berakibat pada sistem reproduksi. Kerugian yang diakibatkan berupa penekanan estrus, penurunan conception rates, peningkatan kejadian aborsi dan berat lahir yang rendah. Hewan percobaan yang diberi diet kekurangan mangan terbukti sekresi dan sintesis antibodi yang dihasilkan sangat rendah. Mineral iodin (I) penting dalam proses pembentukan hormon tiroksin pada kelenjar tiroid. Setiap molekul tiroksin terbentuk oleh empat atom iodin. Penyerapan iodin dilakukan di usus halus kemudian diedarkan ke kelenjar tiroid, sebagian kecil berada di darah (Arifin, 2008). McDonald et al (2010) menyatakan penyakit defisiensi iodin dapat menyebabkan pembengkakan kelenjar tiroid (gondok) dan gangguan sistem reproduksi. Anak yang dilahirkan dengan kekurangan iodin akan lemah, perkembangan otak terganggu dan mati muda. Selain itu estrus terganggu dan menurunnya kesuburan pejantan. Kobalt (Co) berfungsi sebagai bagian dari vitami B12. Kobalt yang masuk ke dalam tubuh ruminansia akan dikonversi oleh bakteri rumen menjadi vitamin B12. Vitamin yang telah dihasilkan akan diedarkan ke seluruh jaringan di tubuh (Arifin, 2008). Vitamin B12 diperlukan untuk pembentukan methylating kolin dan thamine, sintesis DNA, serta mengatur pembelahan sel dan pertumbuhan. Defisiensi kobalt pada ruminansia dimanifestasikan oleh gejala anoreksia,

13 17 gangguan otot, hati berlemak, haemosiderosis limpa dan anemia (Soetan et al., 2010). Molybdenum (Mo) merupakan komponen dari beberapa metaloenzim seperti xantin oksidase, aldehida oksidase, nitrat reduktase dan hydrogenase. Ensim ini berperan dalam pengikatan mineral besi (Fe) untuk metabolisme sel dalam transport elektron. Molybdenum merupakan kofaktor untuk enzim yang diperlukan dalam metabolisme asam amino yang mengandung sulfur dan senyawa yang mengandung nitrogen seperti DNA dan RNA, produksi asam urat, serta oksidasi dan detoksifikasi berbagai senyawa. Pada sapi dan domba, asupan Mo yang tinggi dapat menghambat penyerapan mineral tembaga (Cu), sedangkan bila hewan mengalami defisiensi Mo dapat menyebabkan gout dan merupakan predisposisi batu ginjal xanthine (Soetan et al., 2010) Sel Darah Putih (Leukosit) Sel darah putih (leukosit) berasal dari bahasa Yunani dari kata leuco yang berarti putih dan cyte yang berarti sel. Untuk menjalankan fungsi, leukosit mampu bergerak keluar dari pembuluh darah. Pembuluh darah merupakan tempat transportasi bagi leukosit. Jumlah leukosit pada setiap spesies bervariasi dan dipengaruhi oleh keadaan tubuh individu tersebut (Gartner and Hiatt, 2014; Dharmawan, 2002). Jumlah leukosit pada sapi berkisar 8000/µL. Neutrofil dan limfosit merupakan leukosit dominan pada hewan dalam keadaan normal. Jumlah monosit, eosinofil dan basofil yang rendah merupakan normal pada mamalia. Pada sapi yang baru lahir rasio neutrofil dengan limfosit jauh diatas 1,0, seminggu

14 kemudian neutrofil menurun dan limfosit akan meningkat, sehingga jumlahnya menjadi sama. Namun setelah sapi berumur tiga minggu, jumlah limfosit telah melebihi jumlah neutrofil (Harvey, 2012). Total dan sebaran diferensial leukosit pada sapi disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Nilai Normal Hematologi Leukosit pada Sapi Kisaran Rata - rata Total Leukosit/µL Neutrofil (band) Neutrofil (dewasa) Limfosit Monosit Eosinofil Basofil Persentase distribusi Neutrofil (band) 0-2 0,5 Neutrofil (dewasa) Limfosit Monosit Eosinofil Basofil 0-2 0,5 Sumber : Dharmawan (2002). Sel darah putih diklasifikasikan berdasarkan inti yaitu inti bersegmen (polimorfonuklear) dan tidak bersegmen (mononuklear). Dilihat dari sitoplasma, leukosit diklasifikasikan menjadi granulosit (neutrofil, eosinofil dan basofil) dan agranulosit (limfosit dan monosit) (Harvey, 2012) Leukosit Granulosit Granulosit digolongkan menjadi tiga tipe sel berdasarkan sifatnya terhadap zat warna tertentu. Granul basofil bersifat basofil (ungu), eosinofil bersifat asidofil, sedangkan neutrofil tidak bersifat asidofil ataupun basofil.

15 19 Gambar 2.1. Neutrofil, Eosinofil dan Basofil Berturut Turut dari Kiri Ke Kanan (Harvey, 2012) Neutrofil dalam peredaran darah memiliki waktu 5 10 jam dan pada jaringan hingga beberapa hari kemudian akan diapoptosis oleh makrofag dalam limpa dan hati (Harvey, 2012). Neutrofil dewasa berdiameter µm. Neutrofil memiliki granul halus pada sitoplasma dan inti yang bergelambir. Inti kromatin terlihat pekat dan bergerombol. Pada ruminansia memiliki benang kromatin antar gelambir. Neutrofil tua memiliki gelambir lebih banyak dan lebih jelas dari pada neutrofil muda. Bentuk dari neutrofil muda (band cell) berbentuk seperti huruf U, V atau S (Dharmawan, 2002). Permukaan sel neutrofil memiliki pseudopodia kecil yang dapat dilihat dengan mikroskop elektron. Pseudopodia berguna untuk meningkatkan luas permukaan neutrofil dalam rangka proses fagositosis (Weiss dan Wardrop, 2010). Ada tiga jenis granul (butir) yang dimiliki oleh neutrofil dan memiliki fungsi tertentu yaitu granul spesifik, granul azurofilik dan granul tersier. Granul spesifik mengandung agen fagositosis. Granul azurofilik merupakan lisosom. Granul tersier mengandung glikoprotein yang terdapat di membran sel (Gartner dan Hiatt, 2014; Weiss dan Wardrop, 2010).

16 20 Fungsi neutrofil adalah sebagai garis pertahanan pertama (first line of defense) terhadap serangan mikroorganisme, trauma jaringan atau pemicu sinyal inflamasi lainnya. Peningkatan neutrofil muda mencerminkan infeksi yang terjadi masih baru (akut), disebut dengan istilah shift to the left (bergeser kekiri). Peningkatan neutrofil tua yang abnormal dan hiperpigementasi mencerminkan adanya infeksi kronis atau stress, disebut dengan istilah shift to the right (bergeser ke kanan) (Dharmawan, 2002). Eosinofil memiliki diameter µm. Inti eosinofil bergelambir dua dikelilingi oleh granul asidofil yang berukuran 0,5 1,0 µm. Eosinofil dapat hidup tiga samapai lima hari (Dharmawan, 2002). Eosinofil diberi nama demikian karena terkait dengan eosin (pewarna merah pada pemeriksaan darah rutin). Ukuran bentuk dan jumlah granul eosinofil berbeda tiap spesies. Pada sapi dan babi eosinofil lebih kecil dibandingkan spesies lainnya. Inti eosinofil mirip dengan inti neutrofil, perbedaanya inti eosinofil memiliki dua lobus. Lobus tersebut biasanya tertutup oleh granul (Harvey, 2012). Eosinofil memiliki tiga jenis granul yaitu granul spesifik, granul primer dan granul padat kecil (dense). Granul spesifik mengandung protein sitotoksik kuat yang merupakan granul mayoritas. Granul eosinofil pada ruminansia berwarna orange cerah (Weiss dan Wardrop, 2010). Eosinofil berperan dalam pertahanan terhadap cacing dan bertanggung jawab terhadap proses alergi hipersensitivitas tipe I (Harvey, 2012). Enzim histaminase dihasilkan oleh eosinofil untuk mengaktifkan histamin dan

17 21 melepaskan serotonin. Eosinofil melepasakan mineral Zn yang menghasilkan agregasi trombosit dan migrasi makrofag (Dharmawan, 2002). Basofil adalah leukosit yang jumlahnya paling sedikit yaitu 0,5 1,5%, dengan diameter 10 12µm. Inti terdiri atas dua gelambir dengan bentuk tidak beraturan. Granul pada sitoplasma berwarna biru tua atau ungu agak cerah dan menutupi inti (Dharmawan, 2002). Granul basofil bersifat asam mengakibatkan ketertarikan terhadap warna biru pada pewarnaan darah rutin. Pada ruminansia granul basofil banyak terlihat. Sitoplasma basofil berwarna biru pucat, segmentasi inti lebih sedikit dari neutrofil (Harvey, 2012). Basofil memiliki fungsi utama pada akhir fase dari respon hipersensitivitas tipe I serta pada fase awal dari respon hipersensitivitas delayed (tertunda). Basofil berperan sebagai stimulus dalam menghasilkan respon sel T helper 2 (Weiss dan Wardrop, 2010) Leukosit Agranulosit Sel darah putih yang digolongkan ke dalam agranulosit tidak memiliki granul sitoplasma spesifik, namun kadang mengandung granul azurofil yang tidak begitu spesifik. Ciri dari leukosit agranulosit memiliki inti lonjong, bulat dengan lekukan pada inti yang khas (Dharmawan, 2002). Limfosit besar berdiameter µm, sedangkan yang kecil 6-9µm. Limfosit besar merupakan bentuk yang belum dewasa (prolymphocytes). Sapi memiliki limfosit besar dan kecil. Limfosit kecil sapi mirip dengan limfosit hewan lainnya, tetapi limfosit besar inti ditengah dan lekuk inti mirip kacang. Sitoplasma pucat memiliki vakuola, butir azurofil besar dan berbentuk batang (Dharmawan, 2002). Limfosit memiliki proporsi inti yang lebih banyak daripada

18 sitoplasma. Inti berbentuk bulat, oval, atau sedikit menjorok. Kromatin pada inti 22 bervariasi mulai dari agak kental dengan warna cerah dan gelap. Limfosit ruminansia memiliki pola kromatin seperti mengelompok seperti inti yang dibingungkan dengan inti. Pada ruminansia sulit membedakan limfosit dengan monosit, namun dari segi persentase limfosit lebih banyak dari pada monosit (Harvey, 2012). Gambar 2.2. Limfosit Kecil, Limfosit Besar dan Monosit Berturut Turut dari Kiri ke Kanan (Harvey, 2012) Sifat limfosit cenderung lentur dan mampu mengubah bentuk dan ukuran sehingga dengan mudah dapat menerobos jaringan. Limfosit di aliran darah ada tiga tipe, yaitu sel T, sel B dan sel null. Pada ketiga jenis sel tersebut ada perbedaan (surface marker) yang dapat dibedakan dengan teknik sitokimia. Sel T berperan dalam imunitas seluler dengan proporsi 70 75%. Sel B berperan dalam imunitas humoral dengan proporsi 10 20%, sedangkan limfosit null 10-15% (Dharmawan, 2002). Ada beberapa jenis sel T dan memiliki fungsi tertentu yaitu sel T memori, sel T helper, sel T regulator dan sel T natural killer. Sel B akan bermanifestasi

19 menjadi sel plasma dan sel B memori. Sel plasma akan membentuk antibodi 23 untuk respon imun humoral. Sel limfosit null diklasifikasikan menjadi pluripotential hemopoietic sterm cells (PHSCs) dan sel natural killer (NK). PHSCs berperan dalam pembentukan elemen yang terbentuk dari darah. Sel NK bertanggung jawab terhadap sitotoksisitas nonspesifik terhadap sel yang terinfeksi oleh virus dan tumor serta sebagai antibody-dependent cell-mediated cytotoxicity. (Gartner dan Hiatt, 2014). Monosit merupakan limfosit terbesar dengan diameter µm. Pada ulas darah sapi sangat sulit membedakan monosit dengan bentuk transisi dari limfosit kecil dan besar karena terdapat kemiripan satu sama lain. Butir azurofil monosit sering ditemukan pada sapi (Dharmawan, 2002). Monosit dapat dibedakan dari limfosit dari segi bentuk inti yang bervariasi, selain itu jumlah sitoplasma monosit lebih sedikit dari limfosit serta sitoplasma limfosit lebih basofilik daripada monosit. Inti monosit dapat berbentuk bundar, berbentuk ginjal, band-shape atau berbelit belit (ameboid) dengan kromatin yang longgar atau sedikit mengelompok. Monosit memiliki satu sampai tiga inti, tetapi tidak tampak pada sediaan ulas darah. Sitoplasma berwarna biru abu abu dan sering berisi vakuola dengan variasi ukuran (Harvey, 2010). Monosit berkembang menjadi makrofag setelah mencapai jaringan. Dalam peredaran darah, monosit tidak akan pernah menjadi dewasa. Jaringan yang ditempati oleh makrofag adalah sinusoid hati, sumsum tulang, alveoli paru paru dan jaringan limfoid (Dharmawan, 2002). Fungsi utama dari monosit adalah untuk mengeliminasi mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh. Peran lainnya

20 24 sebagai pengatur respon imun melalui presentasi antigen pada sistem kekebalan tubuh, inisiasi peradangan, produksi sitokin dan kemokin, menghilangkan jaringan rusak dan mati, serta interaksi dengan sel sel tumor (Weiss dan Wardrop, 2010) Faktor yang Berpengaruh Terhadap Leukosit Faktor yang berpengaruh terhadap leukosit meliputi faktor internal (fisiologis) dan faktor eksternal. Faktor fisiologis yang mempengaruhi meliputi umur, spesies, bangsa, kebuntingan, estrus dan digesti. Pada anak sapi jumlah leukosit lebih tinggi daripada umur sapi dewasa. Jumlah limfosit sapi umur tua lebih banyak daripada umur muda. Pada sapi, jumlah limfosit lebih dominan daripada neutrofil, sedangkan anjing sebaliknya. Sapi yang bunting dan estrus jumlah leukosit cenderung mengalami peningkatan. Jumlah leukosit pada ruminansia cenderung tidak berubah setelah ataupun sebelum diberikan pakan (Dharmawan, 2002). Faktor eksternal yang mempengaruhi sering dikaitkan dengan kelainan atau patologis. Leukositosis yaitu gambaran darah berupa peningkatan absolut dari leukosit yang disebabkan oleh infeksi (umum atau lokal), keracunan, tumor, pendarahan, leukemia dan trauma. Leukopenia merupakan gamabaran darah berupa penurunan absolut leukosit yang disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang, infeksi virus, bakteri, kaheksia karena kekurangan nutrisi, agen fisik (zat radioaktif), agen kimiawi (antibiotika dan analgesik), gangguan hematopoietik, shock anaphylaxis dan stres (Dharmawan, 2002).

21 25 Defisiensi mineral dapat menyebabkan leukopenia. Contohnya defisiensi mineral Cu dapat menyebabkan neutropenia, mengurang kapasitasi neutrofil dan mengurangi jumlah limfosit perifer. Menurut Widhyari (2012) defisiensi mineral Zn dapat menyebabkan limfopenia dan menurunkan kemampuan sel T berdiferensiasi dan berproliferasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah salah satu sapi unggul Indonesia, diketahui bahwa sapi bali memiliki kemampuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah salah satu sapi unggul Indonesia, diketahui bahwa sapi bali memiliki kemampuan untuk 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah salah satu sapi unggul Indonesia, diketahui bahwa sapi bali memiliki kemampuan untuk beradaptasi tinggi terhadap lingkungan setempat yakni dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi bali merupakan sapi murni asal Indonesia yang tersebar luas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi bali merupakan sapi murni asal Indonesia yang tersebar luas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali merupakan sapi murni asal Indonesia yang tersebar luas diseluruh wilayah Indonesia. Sapi bali merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos Banteng) (Batan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di zaman modern sekarang ini banyak hal yang memang dibuat untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitasnya, termasuk makanan instan yang siap saji. Kemudahan

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dinucleotide dehydrogenase (NADH), RNA dan DNA polymerase, begitu pula

I PENDAHULUAN. dinucleotide dehydrogenase (NADH), RNA dan DNA polymerase, begitu pula I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian mineral Zn pada ternak penting karena defisiensi Zn pada ternak dapat mengakibatkan gangguan fungsi tubuh pada ternak. Mineral esensial seperti Zn berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi bukan tanaman asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini tumbuh dan menyebar

Lebih terperinci

Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup

Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup DASAR-DASAR KEHIDUPAN Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup 1.Reproduksi/Keturunan 2.Pertumbuhan dan perkembangan 3.Pemanfaatan energi 4.Respon terhadap lingkungan 5.Beradaptasi dengan lingkungan 6.Mampu

Lebih terperinci

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tubuh manusia, sistem imun sangat memegang peranan penting dalam pertahanan tubuh terhadap berbagai antigen (benda asing) dengan memberantas benda asing tersebut

Lebih terperinci

Mineral. Pandangan Nutrisi : bahan inorganik yang dibutuhkan. untuk proses kehidupan baik dalam bentuk ion atau

Mineral. Pandangan Nutrisi : bahan inorganik yang dibutuhkan. untuk proses kehidupan baik dalam bentuk ion atau Mineral Mineral Pandangan Nutrisi : bahan inorganik yang dibutuhkan untuk proses kehidupan baik dalam bentuk ion atau elemen bebas. Diperoleh dari makanan (tubuh tidak dpt memproduksi) Fungsi Sebagai katalisator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Makanan adalah sumber kehidupan. Di era modern ini, sangat banyak berkembang berbagai macam bentuk makanan untuk menunjang kelangsungan hidup setiap individu. Kebanyakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total

HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh (Guyton 2008). Kondisi tubuh dan lingkungan yang berubah setiap saat akan mengakibatkan perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan merupakan salah satu komponen dalam budidaya ternak yang berperan penting untuk mencapai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineral Mikro Organik Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makluk hidup. Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu sebagai senyawa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pakan Sapi Perah Faktor utama dalam keberhasilan usaha peternakan yaitu ketersediaan pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi (Firman,

Lebih terperinci

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH) FUNGSI SISTEM IMUN: Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Sapi Fries Holland (FH) berasal dari Propinsi Belanda Utara dan Propinsi Friesland Barat. Bulu sapi FH murni umumnya berwarna hitam dan putih, namun

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

menyebabkan air dari cairan ekstraseluler masuk ke dalam sel, sehingga tekanan osmotik dari cairan ekstraseluler meningkat. Volume cairan, termasuk

menyebabkan air dari cairan ekstraseluler masuk ke dalam sel, sehingga tekanan osmotik dari cairan ekstraseluler meningkat. Volume cairan, termasuk MINERAL Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan organik dan air. Sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral. Unsur mineral dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Dalam proses

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH

SISTEM PEREDARAN DARAH SISTEM PEREDARAN DARAH Tujuan Pembelajaran Menjelaskan komponen-komponen darah manusia Menjelaskan fungsi darah pada manusia Menjelaskan prinsip dasar-dasar penggolongan darah Menjelaskan golongan darah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rusa Timor (Rusa timorensis) Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan salah satu contoh rusa yang ada di Indonesia yang memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan. Hampir

Lebih terperinci

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009 BAB IV Darah Darah berfungsi sebagai : 1. Alat transport O 2 dari paruparu diangkut keseluruh tubuh. CO 2 diangkut dari seluruh tubuh ke paruparu. Sari makanan diangkut dari jonjot usus ke seluruh jaringan

Lebih terperinci

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN 1 KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN M.K. Pengantar Ilmu Nutrisi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB Zat makanan adalah unsur atau senyawa kimia dalam pangan / pakan yang dapat

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur

Lebih terperinci

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI rina_susilowati@ugm.ac.id Apakah imunologi itu? Imunologi adalah ilmu yang mempelajari sistem imun. Sistem imun dipunyai oleh berbagai organisme, namun pada tulisan ini sistem

Lebih terperinci

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang

Mekanisme Pertahanan Tubuh. Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Mekanisme Pertahanan Tubuh Kelompok 7 Rismauzy Marwan Imas Ajeung P Andreas P Girsang Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar

Lebih terperinci

Bila Darah Disentifus

Bila Darah Disentifus Judul Fungsi Darah Bila Darah Disentifus Terdiri dari 3 lapisan yaitu : Darah di sentrifuse q Lapis paling bawah (merah) 45% adalah Eritrosit atau hematokrit q Lapis tengah (abu-abu putih) 1 % adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah LeukositTotal Leukosit merupakan unit darah yang aktif dari sistem pertahanan tubuh dalam menghadapi serangan agen-agen patogen, zat racun, dan menyingkirkan sel-sel rusak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani menyebabkan semakin meningkatnya konsumsi

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kerbau lumpur betina, diperoleh jumlah rataan dan simpangan baku dari total leukosit, masing-masing jenis leukosit, serta rasio neutrofil/limfosit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepadatan Ayam Petelur Fase Grower Ayam petelur adalah ayam yang efisien sebagai penghasil telur (Wiharto, 2002). Keberhasilan pengelolaan usaha ayam ras petelur sangat ditentukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

Makalah Sistem Hematologi

Makalah Sistem Hematologi Makalah Sistem Hematologi TUGAS I untuk menyelesaikan tugas browsing informasi ilmiah Disusun Oleh: IBNU NAJIB NIM. G1C015004 PROGRAM DIPLOMA IV ANALISI KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

Lebih terperinci

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman PUPUK Out line 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman 4. Jenis pupuk 5. Proses pembuatan pupuk 6. Efek penggunaan pupuk dan lingkungan Definisi

Lebih terperinci

Kompartemen cairan di dalam tubuh

Kompartemen cairan di dalam tubuh MINERAL definisi Mineral merupakan bagian dari tubuh yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. fungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi bali merupakan sapi murni asal Indonesia yang tersebar luas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi bali merupakan sapi murni asal Indonesia yang tersebar luas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali merupakan sapi murni asal Indonesia yang tersebar luas diseluruh wilayah Indonesia. Sapi bali merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos Banteng).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki

Lebih terperinci

MODUL 2-1 NUTRISI MINERAL TUMBUHAN

MODUL 2-1 NUTRISI MINERAL TUMBUHAN MODUL 2-1 NUTRISI MINERAL TUMBUHAN Elemen esensial: Fungsi, absorbsi dari tanah oleh akar, mobilitas, dan defisiensi Oleh : Retno Mastuti 1 N u t r i s i M i n e r a l Jurusan Biologi, FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah zat yang bisa dihasilkan oleh tubuh melainkan kita harus

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah zat yang bisa dihasilkan oleh tubuh melainkan kita harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mineral merupakan unsur kimia yang diperlukan untuk tubuh kita. Mineral bukanlah zat yang bisa dihasilkan oleh tubuh melainkan kita harus mendapatkannya dari luar tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi Babi adalah ternak monogastric dan bersifat prolific (banyak anak tiap kelahiran), pertumbuhannya cepat dan dalam umur enam bulan sudah dapat dipasarkan. Selain itu ternak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Total Leukosit Pada Tikus Putih Leukosit atau disebut dengan sel darah putih merupakan sel darah yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan merespon kekebalan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran segar adalah bahan pangan yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang penting untuk tubuh (Ayu, 2002). Di samping sebagai sumber gizi, vitamin dan mineral,

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PERTEMUAN/KULIAH KE: 13

PERTEMUAN/KULIAH KE: 13 PERTEMUAN/KULIAH KE: 13 TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Setelah mengikuti pertemuan ini Anda akan dapat: 1. Memahami dan menjelaskan fungsi dan kebutuhan mineral pada ternak babi 2. Memilih sumber mineral

Lebih terperinci

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed

FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH. TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed FISIOLOGI SISTEM PERTAHANAN TUBUH TUTI NURAINI, SKp., M.Biomed 1 PENDAHULUAN Sistem imun melindungi tubuh dari sel asing & abnormal dan membersihkan debris sel. Bakteri dan virus patogenik adalah sasaran

Lebih terperinci

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE ANFIS HEMATOLOGI Darah Tempat produksi darah (sumsum tulang dan nodus limpa) DARAH Merupakan medium transport tubuh 7-10% BB normal Pada orang dewasa + 5 liter Keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin baik secara relatif maupun secara absolut. Jika hal ini dibiarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit menahun yang ditandai dengan adanya kadar glukosa darah yang melebihi nilai normal dan gangguan metabolisme karbohidrat,

Lebih terperinci

MAKALAH MATA KULIAH PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK. Oleh : Titian Rahmad S. H

MAKALAH MATA KULIAH PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK. Oleh : Titian Rahmad S. H MAKALAH MATA KULIAH PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK Oleh : Titian Rahmad S. H0506010 JURUSAN/PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 MINERAL Mineral merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi asli

BAB I PENDAHULUAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi asli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia. Sapi bali merupakan keturunan asli banteng (Bibos banteng) yang telah mengalami proses domestikasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tikus Putih Tikus putih termasuk dalam kingdom Animalia, Filum Chordata, Klas Mamalia, Ordo Rodentina, Famili Muridae, Subfamily Muroidae, Genus Rattus, Species Rattus

Lebih terperinci

Gambar 1. Cara penggunaan alat pemeras madu. Gambar 2. Alat Pemeras madu. Gambar 3. Alat Penyaring madu Gambar 4. Ruang pengolahan madu 70 %

Gambar 1. Cara penggunaan alat pemeras madu. Gambar 2. Alat Pemeras madu. Gambar 3. Alat Penyaring madu Gambar 4. Ruang pengolahan madu 70 % BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian yang telah dilakukan yaitu pembuatan alat pemeras madu (Gambar 1 & 2) dan penyaring madu (Gambar 3). Pelaksanaan pembuatan ruang khusus pengolahan madu (Gambar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ayam petelur adalah ayam yang mempunyai sifat unggul dalam produksi telur atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur yaitu

Lebih terperinci

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini studi tentang hubungan antara makanan dan kesehatan memerlukan metode yang mampu memperkirakan asupan makanan biasa. Pada penelitian terdahulu, berbagai upaya

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan

Lebih terperinci

Fungsi Hara bagi Tanaman AGH 322

Fungsi Hara bagi Tanaman AGH 322 Fungsi Hara bagi Tanaman AGH 322 Esensialitas Hara bagi Tanaman Hara Esensial: Tanpa kehadiran hara tersebut maka tanaman tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya. Fungsi hara tersebut tidak dapat digantikan

Lebih terperinci

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI. Kompetensi Dasar 1. Mengetahui penyusun jaringan ikat 2. Memahami klasifikasi jaringan ikat 3. Mengetahui komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Menurut Williamson dan Payne (1993),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman dahulu jus buah dijadikan minuman raja-raja untuk menjaga kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. zaman dahulu jus buah dijadikan minuman raja-raja untuk menjaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan telah lama dikenal sebagai sumber vitamin dan mineral. Pada zaman dahulu jus buah dijadikan minuman raja-raja untuk menjaga kesehatan tubuh. Demikian pula

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus

HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan histopatologi pada timus Jaringan limfoid sangat berperan penting untuk pertahanan terhadap mikroorganisme. Ayam broiler memiliki jaringan limfoid primer (timus dan bursa

Lebih terperinci

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN

BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN BAB II KOMPONEN YANG TERLIBAT DALAM SISTEM STEM IMUN Sel yang terlibat dalam sistem imun normalnya berupa sel yang bersirkulasi dalam darah juga pada cairan lymph. Sel-sel tersebut dapat dijumpai dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati) BIOKIMIA NUTRISI Minggu I : PENDAHULUAN (Haryati) - Informasi kontrak dan rencana pembelajaran - Pengertian ilmu biokimia dan biokimia nutrisi -Tujuan mempelajari ilmu biokimia - Keterkaitan tentang mata

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman sayuran buah termasuk Famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman sayuran buah termasuk Famili 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Melon Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman sayuran buah termasuk Famili Cucurbitaceae. Melon tersebar ke seluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis dan subtropis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai penghasil daging. Ciri-ciri sapi tipe pedaging adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai penghasil daging. Ciri-ciri sapi tipe pedaging adalah sebagai berikut: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong merupakan jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai penghasil daging. Ciri-ciri sapi tipe pedaging adalah sebagai berikut: tubuh besar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

VITAMIN LARUT DALAM AIR. Oleh dr. Sri Utami B.R. MS

VITAMIN LARUT DALAM AIR. Oleh dr. Sri Utami B.R. MS VITAMIN LARUT DALAM AIR Oleh dr. Sri Utami B.R. MS Vitamin B (vitamin B kompleks) Larut dalam air Terdapat pada, ragi, biji-bijian, nasi, sayuran, ikan, daging Diperlukan sebagai ko-enzym dalam metabolisme

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Leukosit Total Data hasil penghitungan jumlah leukosit total, diferensial leukosit, dan rasio neutrofil/limfosit (N/L) pada empat ekor kerbau lumpur betina yang dihitung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kolitis Ulserativa (ulcerative colitis / KU) merupakan suatu penyakit menahun, dimana kolon mengalami peradangan dan luka, yang menyebabkan diare berdarah, kram perut

Lebih terperinci

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA

JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA JARINGAN PADA HEWAN & MANUSIA TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menjelaskan pengertian dan fungsi jaringan embrional 2. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringan epitelium 3. Menjelaskan ciri dan fungsi jaringanjaringan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan pakan

I. PENDAHULUAN. hasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan pakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam peningkatan usaha peternakan adalah pakan. Kekurangan pakan, dapat menyebabkan rendahnya produksi ternak yang di hasilkan. Oleh karena

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM HISTOLOGI II MODUL 2.3 KARDIOVASKULER DAN HEMATOLOGI DARAH

PANDUAN PRAKTIKUM HISTOLOGI II MODUL 2.3 KARDIOVASKULER DAN HEMATOLOGI DARAH PANDUAN PRAKTIKUM HISTOLOGI II MODUL 2.3 KARDIOVASKULER DAN HEMATOLOGI DARAH Tujuan pembelajaran: 1. Mahasiswa mampu memahami istilah plasma, serum, hematokrit 2. Mahasiswa mampu memahami komposisi plasma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi dari banteng (Bibos banteng) dan merupakan sapi asli sapi Pulau Bali. Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. domestikasi dari banteng (Bibos banteng) dan merupakan sapi asli sapi Pulau Bali. Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali merupakan sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) dan merupakan sapi asli sapi Pulau Bali. Sapi bali merupakan

Lebih terperinci

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN Sistem Imun merupakan semua mekanisme pertahanan yang dapat dimobilisasi oleh tubuh untuk memerangi berbagai ancaman invasi asing. Kulit merupakan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol 30 PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol Sel somatik merupakan kumpulan sel yang terdiri atas kelompok sel leukosit dan runtuhan sel epitel. Sel somatik dapat ditemukan dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pencemaran Udara Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrak fisik atau bahan kimia ke dalam lingkungan udara normal yang mencapai jumlah tertentu.( Fardiaz S, 1992

Lebih terperinci

MATERI-10 Evaluasi Kesuburan Tanah

MATERI-10 Evaluasi Kesuburan Tanah MATERI-10 Evaluasi Kesuburan Tanah Kondisi Tanah Mengalami Masalah Unsur Hara Kondisi Tanah Mengalami Masalah Unsur Hara Nitrogen: Dijumpai pada semua jenis tanah, terutama bertekstur kasar dan berkadar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tubuh manusia secara fisiologis memiliki sistim pertahanan utama untuk melawan radikal bebas, yaitu antioksidan yang berupa enzim dan nonenzim. Antioksidan enzimatik bekerja

Lebih terperinci

Unsur Hara Mikro yang dibutuhkan oleh Tanaman

Unsur Hara Mikro yang dibutuhkan oleh Tanaman Unsur Hara Mikro yang dibutuhkan oleh Tanaman Oleh : Mamik Tanaman, seperti halnya makhluk hidup lainnya memerlukan nutrisi yang cukup memadai dan seimbang agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.

Lebih terperinci

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII

SISTEM IMUN. Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM IMUN Pengantar Biopsikologi KUL VII SISTEM KEKEBALAN TUBUH Imunologi : Ilmu yang mempelajari cara tubuh melindungi diri dari gangguan fisik, kimiawi, dan biologis. . SISTEM IMUN INNATE : Respon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta mengobati dan mencegah penyakit pada manusia maupun hewan (Koga, 2010). Pada saat ini banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking

Lebih terperinci

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tingkat tinggi merupakan organisme autotrof dapat mensintesa komponen molekular organik yang dibutuhkannya, selain juga membutuhkan hara dalam bentuk anorganik

Lebih terperinci

BAHAN PAKAN SUPLEMEN DAN ADITIF

BAHAN PAKAN SUPLEMEN DAN ADITIF BAHAN PAKAN SUPLEMEN DAN ADITIF Suplemen Mineral Pertemuan ke-5 ALI AGUS LAB. TEKNOLOGI MAKANAN TERNAK Klasifikasi Bahan Pakan 1) Hijauan kering dan jerami 2) Hijauan pakan 3) Silage 4) Bahan pakan sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) yang ada saat ini diduga berasal dari hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) yang ada saat ini diduga berasal dari hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) yang ada saat ini diduga berasal dari hasil domestikasi banteng liar (Bibos banteng). Menurut Rollinson (1984) proses domestikasi sapi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hematologi Hasil pemeriksaan hematologi disajikan dalam bentuk rataan±simpangan baku (Tabel 1). Hasil pemeriksaan hematologi individual (Tabel 5) dapat dilihat pada lampiran dan dibandingkan

Lebih terperinci

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan

Lebih terperinci

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu.

Jaringan adalah kumpulan dari selsel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu. Kelompok 2 : INDRIANA ARIYANTI (141810401016) MITA YUNI ADITIYA (161810401011) AYU DIAH ANGGRAINI (161810401014) NURIL NUZULIA (161810401021) FITRI AZHARI (161810401024) ANDINI KURNIA DEWI (161810401063)

Lebih terperinci

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya

Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT BAHAN BAKU DAN PRODUK BIOINDUSTRI Nimas Mayang Sabrina S, STP, MP Lab. Bioindustri, Jur Teknologi Industri Pertanian Universitas Brawijaya Email :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Vitamin. Dibawah ini merupakan penjelasan jenis jenis vitamin, dan sumber makanan yang mengandung vitamin

Vitamin. Dibawah ini merupakan penjelasan jenis jenis vitamin, dan sumber makanan yang mengandung vitamin Vitamin Pengertian Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh tubuh, karena vitamin berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh (vitamin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan. Komponen ini merupakan kontribusi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat IX-xi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat dari bahan utama yaitu tumbuhan umbi yang digunakan oleh semut sebagai sarang sehingga

Lebih terperinci