BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi bali merupakan sapi murni asal Indonesia yang tersebar luas

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi bali merupakan sapi murni asal Indonesia yang tersebar luas"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali merupakan sapi murni asal Indonesia yang tersebar luas diseluruh wilayah Indonesia. Sapi bali merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos Banteng) (Batan, 2006). Sapi bali memiliki banyak keunggulan dibandingkan sapi lainnya yaitu memiliki daya adaptasi terhadap lingkungan yang sangat tinggi, misalnya dapat bertahan hidup dalam cuaca yang kurang baik, dapat memanfaatkan pakan dengan kualitas yang rendah dan tahan terhadap parasit eksternal maupun internal (Handiwirawan and Subandriyo, 2004). Sapi bali tersebar luas diberbagai daerah Indonesia antara lain di NTT, NTB, Kalimantan, Sulawesi dan Jawa Timur bahkan penyebarannya sampai ke Malaysia dan Australia. Hingga kini sapi bali masih hidup liar di Taman Nasional Bali Barat, dan Taman nasional Ujung Kulon (Batan, 2006). Sapi bali memiliki ukuran tubuh sedang, dada dalam, tidak berpunuk dan memiliki kaki yang ramping. Ciri spesifik pada sapi bali berwarna merah bata, khusus pada sapi jantan jika sudah dewasa tubuh berubah menjadi lebih gelap (hitam), memiliki cermin hidung, rambut pada ujung ekor (switch) berwarna hitam. Kaki dibawah persendian karpal dan metatarsal berwarna putih yang disebut white stocking, memiliki kulit berwarna putih yang berbentuk oval pada pantat dan pada punggungnya selalu ditemukan rambut yang membentuk garis hitam (Bata n, 2006). 5

2 6 Sapi bali dapat beradaptasi pada lingkungan dengan pakan yang kurang baik. Hal ini menyebabkan sapi bali diminati oleh peternak yang memiliki lahan dengan kualitas pakan yang rendah dan pada lahan yang subur. Pada daerah dengan intensitas air yang rendah atau daerah kering yang hanya mengandalkan air hujan sebagai sumber air sapi bali masih dapat berkembang dengan cukup baik. Pemberian pakan yang cukup, memenuhi syarat gizi yang baik dan mineral tercukupi pada sapi bali dapat memaksimalkan pertumbuhan sapi (Batan, 2006). Maka perlu perlakuan khusus pada pakan maupun tata cara pemberian pakan agar tercapainya pertumbuhan bobot badan secara maksimal. Misalnya dengan penyedian pakan yang berkesinambungan dan pemberian tambahan mineral pada pakan agar tidak terjadi defisiensi mineral. Hijauan yang rendah kandungan mineralnya terutama disebabkan oleh hijauan tumbuh pada tanah yang rendah akan mineral dan hijauan di panen terlalu muda. Pada hijauan yang rendah kadar mineralnya dapat menyebabkan defisiensi mineral pada sapi (McDonald et al., 2010 ). Sapi bali di Bali dipelihara dengan memberikan hijauan/rumput dan leguminosa, dimana kandungan mineral dalam rumput dan hijauan tersebut belum dapat memenuhi standar mineral yang dibutuhkan oleh sapi bali untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Unsur mineral baik makro maupun mikro sangat dibutuhkan dalam proses fisiologis tubuh. Sepanjang hidupnya sapi bali bergantung pada hijauan, sehingga sapi bali yang ada di daerah tersebut

3 mengalami defisiensi mineral walaupun masih dalam tingkatan yang belum serius (Suwiti et al., 2012) Pertumbuhan dan Perkembangan Perumbuhan merupakan suatu proses yang terjadi pada setiap mahluk hidup yang dapat dihitung dari ukuran dimensi tubuh, volume tubuh, dan ukuran tubuh (Sampurna, 2013). Dengan pola peternakan yang umumnya masih bersifat tradisional, yaitu mengandalkan pakan yang ada disekitar peternakan, sehingga pakan yang diberikan belum mencukupi kebutuhan ternak untuk mencapai pertumbuhan yang maksimal. Setiap organ, jaringan ataupun bagian tubuh pada setiap fase pertumbuhan mempunyai kecepatan atau laju pertumbuhan yang berbeda. Perbedaan kecepatan ini disebabkan oleh perbedaan fungsi dan komponen penyusunnya. Organ, jaringan ataupun bagian tubuh yang tumbuh dan berfungsi lebih awal akan mempengaruhi pertumbuhan organ yang tumbuh selanjutnya. Komponennya sebagian besar tulang akan tumbuh lebih dini dan mempengaruhi pertumbuhan komponen yang tumbuh lebih belakang yaitu otot maupun lemak (Sampurna, 2013). Pemberian suplementasi pakan tambahan selain hijauan sangat mempengaruhi pertumbuhan sapi bali, karena suplementasi pakan tambahan dapat meningkatkan kualitas nutrisi pada pakan ( Damry, 2008). Mineral memiliki fungsi yang sangat penting dalam proses fisiologis dan metabolisme pada sapi, karena jika terjadi defisiensi mineral dapat menurunkan tingkat pertumbuhan pada

4 8 sapi (Darmono, 2007). Menurut Hafid et al. (2010), rataan pertambaan bobot badan sapi bali dengan suplementasi pakan tambahan yaitu 0,5 kg perhari. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada sapi sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal yaitu, genetik, spesies, umur, hormon, jenis kelamin, pakan dan lingkungan. Hormon androgen pada sapi jantan akan merangsang pertumbuhan sehingga sapi jantan memiliki tubuh yang lebih besar dari pada sapi betina. Tahapan pertumbuhan sapi bali terdiri dari tahap cepat dan tahap lambat. Tahap cepat terjadi sebelum sapi bali mengalami dewasa kelamin atau disebut dengan kurva eksponensial, sedangkan tahap lambat terjadi pada sapi bali setelah mengalami dewasa kelamin atau disebut kurva logistik, gabungan dari dua kurva ini disebut kurva sigmoid (Sampurna, 2013) Mineral Unsur mineral memiliki peranan penting dalam proses fisiologis ternak. Mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dapat dibagi menjadi dua yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral esensial makro antara lain Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Natrium (Na), Kalium (K) dan Fospor (P) yang diperlukan oleh tubuh untuk menyusun struktur tubuh seperti tulang dan gigi dalam jumlah yang besar. Mikro mineral esensial antara lain Besi (Fe), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Iodium (I), Cobalt (Co), Mangan (Mn), Selenum (Se) dan Molibdenum (Mo). Mikro mineral berfungsi untuk aktivasi sistem enzim dan hormon dalam tubuh (Arifin, 2008 ; Darmono, 2007).

5 Kandungan mineral pada hijauan pakan ternak di daerah yang ketersediaan airnya tergantung pada curah hujan sangat bergantung pada iklim dan keadaan 9 tanah di daerah tersebut. hijauan menjadi berkurang. Pada musim kemarau mineral yang terdapat dalam Pada keadaan tanah berpasir dengan kondisi asam dapat menyebabkan mineral dan unsur hara turun kebawah tanah, sehingga rumput yang tumbuh memiliki kandungan mineral yang rendah. Kondisi seperti ini menyebabkan ternak yang memakan hijauan di daerah tersebut mengalami defisiensi mineral. Defisiensi mineral sulit untuk di diagnosis karena defisiensi yang bersifat kronis, gejala klinisnya tidak patognomonis/khas dan hewan sudah mengalami penurunan produksi dan reproduksi. Gejala-gejala klinis yang terlihat dapat lebih membingungkan jika terjadi defisiensi lebih dari satu mineral, dan disertai dengan defisiensi protein, infeksi parasit dan penyakit menular (Aminuddin, 1999) Makro Mineral Esensial A. Kalsium (Ca) Kalsium merupakan unsur mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh hewan. Kalsium merupakan unsur yang penting dalam penyusunan tulang dan gigi, merupakan unsur penting dalam sejumlah sistem enzim, inpuls saraf dan kontraksi otot. Kalsium dalam tubuh 90% berada dalam tulang dan gigi, ditemukan dalam plasma darah dalam jumlah yang kecil (McDonald et al., 2010). Penyerapan kalsium dipengaruhi oleh jumlah dan bentuk mineral kalsium itu sendiri serta interaksi dengan mineral lainnya. Konsumsi mineral Al, Mg dan

6 10 asam oksalat dalam jumlah yang tinggi dapat mengganggu penyerapan kalsium (Aminuddin, 1999). Gejala defisiensi kalsium pada sapi biasanya terjadi pada sapi tua dan muda jika terjadi kekurangan unsur kalsium dalam pakan yang diberikan. Pada hewan muda defisiensi kalsium dapat menyebabkan rakhitis yaitu penyakit yang menyebabkan kecacatan pada tulang berupa pembesaran sendi, kepincangan dan kekakuan pada tulang. Pada sapi dewasa yang kekurangan kalsium dalam pakan dapat menyebabkan osteomalasia yaitu kerapuhan pada tulang yang disebabkan oleh kalsium dalam tulang yang terus diambil untuk memenuhi kebutuhan proses fisiologis dalam tubuh tanpa ada penyerapan kalsium ke tulang (McDonald et al., 2010). Defisiensi kalsium yang bersifat subklinis pada sapi sulit untuk didiagnosa secara langsung, tetapi dapat didiagnosa berdasarkan pada nilai normal kalsium dalam darah. Pada diagnosa hipokalsemia subklinis didiagnosa berdasarkan kadar kalsium dalam serum darah. Sapi dengan hipokalsemia subklinis dapat menyebabkan gangguan fungsi rumen, konsumsi pakan terganggu, mengganggu sistem kekebalan tubuh dan kontraksi otot (Aminuddin, 1999). B. Magnesium (Mg) Magnesium merupakan unsur yang berkaitan dengan kalsium dan posfor. Sekitar 70% magnesium berada dalam tulang sedangkan sisanya didistribusikan dalam jaringan lunak dan cairan tubuh (McDonald at al., 2010 ). Magnesium intraselular penting untuk enzim yang mengatur metabolisme meskipun hanya dalam konsentrasi kecil yaitu hanya 1% dari total magnesium dalam tubuh.

7 11 Magnesium berperan penting sebagai ion extraselular untuk transmisi saraf (Aminuddin, 1999). Magnesium berperan dalam mobilisasi kalsium, dengan reseptor pada tulang dan sel-sel ginjal. Pada ruminansia tempat penyerapan magnesium yang utama adalah pada rumen. Magnesium diserap melalui dua mekanisme yaitu melalui epitel rumen dan mekanisme transport utama pada konsentrasi magnesium rendah dalam tubuh. Magnesium juga dapat diangkut melalui independen epitel dari perbedaan potensial, transport mineral ini terjadi bersamasama dengan ion hidrogen dan terutama oleh konsentrasi magnesium dalam cairan rumen (Aminuddin, 1999). Suplementasi magnesium dalam bentuk mineral organik dapat meningkan penyerapan magnesium (Muhtarudin dan Liman, 2006). Pakan hijauan yang pertumbuhannya cepat dan dipanen dalam usia muda memiliki kandungan magnesium yang rendah. Rendahnya kadar magnesium dalam hijauan tersebut dapat menyebabkan defisiensi magnesium pada hewan. Defisiensi magnesium yang serius dapat menyebabkan tetani hypomagnesemia yaitu rendahnya kandungan magnesium dalam darah (hypomagnesimia) (McDonald et al., 2010 ). Pakan yang rendah magnesium dapat menyebabkan grass tetani, gejala klinis dari penyakit ini berupa inkoordinasi saraf, tremor dan akhirnya berujung pada kematian jika tidak segera ditangani. Pemberian magnesium perlu diperhatikan agar kadar Mg dalam tubuh tidak terlalu tinggi. Tingginya kadar magnesium dalam tubuh dapat menyebabkan susunan saraf pusat terdeplesi, sehingga terjadi gangguan pernapasan dan jantung (McDonald et al., 2010 ).

8 12 C. Natrium (Na) Natrium adalah unsur esensial yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan asam basa, regulasi osmotik cairan tubuh dan berperan dalam penyerapan gula dan asam amino dari saluran cerna (Mc Donald et al., 2010). Penyerapan natrium terutama tejadi dibagian proksimal dari usus kecil, dan usus besar (Aminuddin, 1999). Defisiensi natrium sangat jarang terjadi. Namun jika terjadi defisiensi natrium dapat menyebabkan pertumbuhan yang kurang baik dan mengurangi pemanfaatan protein dan energi yang dicerna (McDonald et al., 2010 ). D. Kalium (K) Kalium adalah salah satu unsur yang terlibat dalam iritabilitas saraf. Bersama dengan Na terlibat secara langsung dalam perkembangan potensi listrik dalam infuls saraf (A minuddin, 1999). Kalium memiliki peranan yang sangat penting bersama dengan natrium, klorin dan ion karbonat dalam pengaturan osmotik cairan tubuh, keseimbangan asam basa dan kation dalam sel (McDonald et al., 2010). Kandungan Kalium dalam pakan ternak erat kaitannya dengan kualitas hijauan, semakin rendah kualitas pakan maka semakin rendah pula kandungan kaliumnya (Aminuddin, 1999). Penyerapan unsur kalium terjadi melalui dinding usus, sedangkan ekskresi kalium sebagian besar melalui urin dan hanya sebagian kecil dieksresikan via feses. Kebutuhan kalium sangat dipengaruhi oleh kadar protein, P, Ca, dan Na yang dikonsumsi. Kebutuhan kalium akan meningkat pada kejadian stress, karena

9 13 setiap terjadi stres akan meningkatkan pengeluaran kalium dan dianjurkan untuk memberikan tambahan kalium pada sapi yang baru dipindahkan (Aminuddin 1999). Kejadian defisiensi kalium pada ternak jarang terjadi jika ternak diberikan asupan hijauan yang cukup, karena pada hijauan mengandung K>1 persen. Defisiensi kalium pada ruminansia tidak menunjukkan gejala klinis yang spesifik, penurunan nafsu makan merupakan gejala awal dari defisiensi kalium. Keadaan defisiensi terjadi pada kondisi hijauan yang kualitasnya rendah, konsentrat tinggi, penggunaan urea sebagai substansi protein nabati (Aminuddin, 1999 ). E. Fospor (P) Fosfor memiliki peranan yang sangat penting dalam fisiologis dan biokimia tubuh dan dideposit dalam tulang. Fosfor merupakan komponen dari fosfolipid yang mempengaruhi permiabilitas sel, juga dapat menjadi myelin pengbungkus saraf, dan transper energi dalam sel yang melibatkan ikatan fosfat yang kaya energi dalam ATP (Aminuddin, 1999). Fosfor dalam tubuh hewan jumlahnya lebih sedikit dibandingkan kalsium. Proporsi fosfor dalam tubuh persen berada pada tulang dan gigi, sedangkan sisanya berada dalam jaringan lunak dan cairan tubuh. Fosfor diserap dengan baik dalam sistem pencernaan. Ketika terjadi kelebihan didalam tubuh fosfor dieksresikan melalui ginjal dan feses (McDonald et al., 2010). Kandungan fosfor dalam pakan sangat beragam. Pada pakan hijauan tua dan pakan dari sisa pertanian kandungannya sangat kecil. Pada pakan biji-bijian

10 14 dan bungkil-bungkilan kandungan fosfornya sedang sampai tinggi. Kondisi pakan ini sangat berpengaruh terhadap sapi yang sedang tumbuh dan dalam masa laktasi. Defisiensi fosfor merupakan kejadian yang paling luas dan secara ekonomi paling merugikan dibandingkan kejadian defisiensi mineral lainnya. Jika terjadi defisiensi dapat menyebabkan rachitis dan osteomalacia. Selain itu dapat menyebabkan gejala nafsu makan yang abnormal, yaitu biasanya mengunyah kayu, tulang, plastik dan bahan asing lainnya. Pada kondisi defisiensi kronis, hewan biasanya mengalami kekakuan sendi dan kelemahan pada otot. Keadaan ini dapat menurunkan fertilitas pada sapi betina. Defisiensi fosfor juga dapat menyebabkan pertumbuhan yang abnormal pada sapi muda dan peningkatan bobot badan yang kurang baik pada sapi dewasa (McDonald et al., 2010) Mikro Mineral Esensial A. Besi (Fe) Besi merupakan mineral yang dibutuhkan dalam pembentukan hemoglobin, myoglobin dan sel-sel lainnya. Jika terjadi kelebihan dalam tubuh mineral ini akan disimpan dalam bentuk nonhame yaitu fertilin dan hemosiderin paling banyak disimpan dalam hati, limpa dan sumsum tulang (Aminuddin,1999). Zat besi ada pada serum darah berupa protein yang disebut transferin, yang berkaitan dengan transportasi zat besi dari satu bagian tubuh ke bagian lain. Dalam reaksi biokimia, zat besi memiliki fungsi yang berhubungan dengan enzim dari rantai transport elektron. Enzim yang mengadung zat besi yaitu katalase, perokdase, fenilalanin hidroksilase, dll (McDonald et al., 2010).

11 Sebagian besar besi dalam tubuh dimanfaatkan sebagai hemoglobin. 15 Hemoglobin dalam sel darah merah terus menerus diproduksi dalam sumsum tulang untuk mengantikan sel darah merah yang sudah rusak dan jika terjadi defisiensi besi akan berpengaruh terhadap hemoglobin (McDonald et al., 2010). Kejadian defisiensi ini biasanya terjadi pada anak sapi menyusui yang membutuhkan zat besi dalam jumlah yang tinggi, sedangkan kadar zat besi dalam susu rendah. B. Tembaga (Cu) Tembaga memiliki fungsi dalam proses metabolisme energi dalam sel, sistem metabolisme tubuh, sistem transmisi inpuls saraf, kardiovaskular, dan sistem kekebalan tubuh (Darmono, 2007). Dalam tubuh tembaga memiliki fungsi untuk pembentukan hemoglobin, penyerapan Fe dalam usus dan mobilisasi Fe kejaringan penyimpanannya (Aminuddin, 1999 ). Penambahan unsur tembaga dalam pakan dapat mempercepat pertumbuhan dan efisiensi pakan dengan mempercepat pertumbuhan mikroba dalam saluran pencernaan (McDonald et al., 2010). Defisiensi tembaga dapat menyebabkan anemia, pertumbuhan yang buruk, gangguan tulang, infertilitas, depigmentasi rambut dan wol, gangguan pencernaan, lesi di batang otak dan lesi yang berhubungan dengan inkoordinasi otot. Sebuah kondisi defisiensi tembaga yang dikenal sebagai ataksia enzootik telah dikenal untuk beberapa waktu di Australia. Gangguan ini sering dikaitkan dengan rumput rendah kadar tembaga (2-4 mg/kg DM) dan dapat dicegah dengan pakan yang dicampur dengan garam tembaga (McDonald et al., 2010 ).

12 16 C. Seng (Zn) Dalam pakan hijauan rata-rata mengandung µg/g. Seng diperlukan dalam sistem enzim sebagai metaloenzim (Darmono, 2007) dan fungsi biokimia sebagai pengaktif serta komponen dari hidroginase, peptidase dan fosfatase. Enzim tersebut terlibat dalam metabolisme asam nukleat, sintesis protein dan metabolisme karbohidrat (Aminuddin, 1999). Defisiensi seng pada tahap ringan akan sulit untuk diketahui. Defisiensi seng banyak dilaporkan pada pakan dengan hijauan yang sedikit mengandung mineral ini. Jika terjadi defisiensi yang cukup parah terlihat tanda-tanda sebagai berikut : penurunan penampilan fisik, diikuti oleh pembengkakan pada kaki dermatitis (leher, kaki dan kepala), dapat pula terjadi gangguan penglihatan, hyper salivasi, dan penurunan fungsi rumen. D. Iodium ( I ) Konsentrasi iodium yang dibutuhkan oleh ternak sangat kecil. Iodium berperan dalam sintesis hormon triiodothyronine (T3) dan tetraiodothyronine (T4) yang dihasilkan dari kelenjar tiroid. Hormon tiroid bekerja mempercepat reaksi disebagian besar organ dan jaringan tubuh, untuk meningkatkan metabolisme basal dan mempercepat pertumbuhan (McDonald et al., 2010 ). Defisiensi iodium diindikasikan dengan pembesaran kelenjar tiroid (gondok), yang disebabkan oleh hypertrofi kompensasi dari kelenjar tiroid (McDonald et al., 2010). Defisiensi iodium dapat menyebabkan kelemahan pada

13 17 hewan, metabolisme basal menurun, pertumbuhan terhambat dan lahir mati dengan gejala goiter (gondok). Iodium dapat menyebabkan periode estrus yang tertekan dan pada pejantan dapat menurunkan libido (Aminuddin, 1999). E. Kobalt (Co) Di dalam tubuh Co paling banyak ditemukan dalan ginjal, kelenjar adrenal, limpa dan pancreas dan pada tanaman kandungan Co berpariasi antara 1 dengan yang lainnya, namum pada umumnya leguminosa memiliki kandungan Co lebih tinggi dari pada rumput (Aminuddin, 1999). Pada tahun 1948, Co terbukti sebagai komponen penting dalam vitamin B 12 (Pe terson dan Engle, 2005), Fungsi fisiologis untuk sintesis vitamin B 12 dalam rumen, jika terjadi defisiensi kobalt dapat menyebabkan terganggunya sintesis vitamin B12 dalam rumen (McDonald et al., 2010). Defisiensi cobalt dapat terjadi jika kadar Co dalam hati kurang dari 0,07 ppm, atau kadar dalam hijauan kurang dari 0,1 ppm. Defisiensi memiliki gejala yang tidak spesifik dan sulit dibedakan dengan defisiensi mineral lainnya (Aminuddin, 1999). Jika terjadi defisiensi dapat menyebabkan penurunan nafsu makan secara bertahap, berat badan menurun dan diikuti oleh kelelahan pada otot, pica, Anemia berat dan akhirnya mati (McDonald et al., 2010 ). F. Mangan (Mn) Mangan memiliki kandungan yang bervariasi antara ug/g di tanaman. Variasi tersebut dipengaruhi oleh spesies tanaman, tipe lahan, ph tanah dan pemupukan pada lahan tersebut (Aminuddin, 1999). Mangan telah diidentifikasi sebagai komponen penting dalam pembentukan tulang dan tulang

14 18 rawan dalam pertumbuhan. Mangan sangat penting dalam aktivitas glycotransferase dalam sintesis mukopolisakarida untuk pembentukan matriks dan berperan dalam metabolisme karbohidrat dan lemak (Peterson dan Engle, 2005). Defisiensi mangan akut dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, kelainan pada tulang, ataksia pada anak yang baru lahir dan gangguan reproduksi. Namun defisiensi mangan tergolong langka (Mc Donald et al., 2010). Defisiensi mangan juga dapat menyebabkan bentuk dan postur tulang yang abnormal. Pada sistem reproduksi dapat menyebabkan abortus (Aminuddin, 1999). G. Selenium (Se) Selenium sebelumnya lebih dikenal sebagai mineral beracun namun menjadi jelas fungsinya setelah tahun 1950, ketika dapat dibuktikan bahwa selenium dapat mencegahnya miopati pada sapi dan domba dengan suplementasi selenium (McDonald et al., 2010). Pada tanaman selenium didapat dalam bentuk seleno amino acid bersama dengan protein, dan kandungan selenium dalam tanaman bervariasi tergantung kandungan selenium dalam tanah (Aminuddin, 1999). Selenium memiliki hubungan yang erat dengan vitamin E yaitu bersamasama dalam melindungi membran biologis dari degenerasi (Peterson dan Engle, 2005). Defsiensi selenium dapat menyebabkan penyakit white muscle disease yang ditandai dengan bercak putih pada otot. Hewan dengan keadaan ini menyebabkan kelemahan pada hewan, kekakuan dan kerusakan pada otot dan hewan sulit untuk berdiri (Peterson dan Engle, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani menyebabkan semakin meningkatnya konsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu peternakan. Pakan merupakan salah satu komponen dalam budidaya ternak yang berperan penting untuk mencapai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dinucleotide dehydrogenase (NADH), RNA dan DNA polymerase, begitu pula

I PENDAHULUAN. dinucleotide dehydrogenase (NADH), RNA dan DNA polymerase, begitu pula I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian mineral Zn pada ternak penting karena defisiensi Zn pada ternak dapat mengakibatkan gangguan fungsi tubuh pada ternak. Mineral esensial seperti Zn berperan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang panjang sudah lama dikenal di Indonesia, tetapi bukan tanaman asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini tumbuh dan menyebar

Lebih terperinci

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN

KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN 1 KOMPOSISI PAKAN DAN TUBUH HEWAN M.K. Pengantar Ilmu Nutrisi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB Zat makanan adalah unsur atau senyawa kimia dalam pangan / pakan yang dapat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineral Mikro Organik Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makluk hidup. Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu sebagai senyawa

Lebih terperinci

menyebabkan air dari cairan ekstraseluler masuk ke dalam sel, sehingga tekanan osmotik dari cairan ekstraseluler meningkat. Volume cairan, termasuk

menyebabkan air dari cairan ekstraseluler masuk ke dalam sel, sehingga tekanan osmotik dari cairan ekstraseluler meningkat. Volume cairan, termasuk MINERAL Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan organik dan air. Sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral. Unsur mineral dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Dalam proses

Lebih terperinci

Kompartemen cairan di dalam tubuh

Kompartemen cairan di dalam tubuh MINERAL definisi Mineral merupakan bagian dari tubuh yang memegang peranan penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh secara keseluruhan. fungsi

Lebih terperinci

Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup

Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup DASAR-DASAR KEHIDUPAN Ciri-Ciri Organisme/ Mahkluk Hidup 1.Reproduksi/Keturunan 2.Pertumbuhan dan perkembangan 3.Pemanfaatan energi 4.Respon terhadap lingkungan 5.Beradaptasi dengan lingkungan 6.Mampu

Lebih terperinci

PERTEMUAN/KULIAH KE: 13

PERTEMUAN/KULIAH KE: 13 PERTEMUAN/KULIAH KE: 13 TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS: Setelah mengikuti pertemuan ini Anda akan dapat: 1. Memahami dan menjelaskan fungsi dan kebutuhan mineral pada ternak babi 2. Memilih sumber mineral

Lebih terperinci

Mineral. Pandangan Nutrisi : bahan inorganik yang dibutuhkan. untuk proses kehidupan baik dalam bentuk ion atau

Mineral. Pandangan Nutrisi : bahan inorganik yang dibutuhkan. untuk proses kehidupan baik dalam bentuk ion atau Mineral Mineral Pandangan Nutrisi : bahan inorganik yang dibutuhkan untuk proses kehidupan baik dalam bentuk ion atau elemen bebas. Diperoleh dari makanan (tubuh tidak dpt memproduksi) Fungsi Sebagai katalisator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran segar adalah bahan pangan yang banyak mengandung vitamin dan mineral yang penting untuk tubuh (Ayu, 2002). Di samping sebagai sumber gizi, vitamin dan mineral,

Lebih terperinci

MAKALAH MATA KULIAH PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK. Oleh : Titian Rahmad S. H

MAKALAH MATA KULIAH PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK. Oleh : Titian Rahmad S. H MAKALAH MATA KULIAH PANGAN DAN GIZI HASIL TERNAK Oleh : Titian Rahmad S. H0506010 JURUSAN/PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009 MINERAL Mineral merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa wanita masa menstruasi merupakan masa-masa yang sangat menyiksa. Itu terjadi akibat adanya gangguan-gangguan pada siklus menstruasi. Gangguan menstruasi

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi bali merupakan sapi murni asal Indonesia yang tersebar luas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi bali merupakan sapi murni asal Indonesia yang tersebar luas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali merupakan sapi murni asal Indonesia yang tersebar luas diseluruh wilayah Indonesia. Sapi bali merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos Banteng).

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilakukan sejak tahun 1995, meliputi pengolahan dan tingkat penggunaan dalam

I. PENDAHULUAN. dilakukan sejak tahun 1995, meliputi pengolahan dan tingkat penggunaan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian pemanfaatan limbah agroindustri yang ada di Lampung sudah banyak dilakukan sejak tahun 1995, meliputi pengolahan dan tingkat penggunaan dalam ransum ruminansia

Lebih terperinci

Gambar 1. Cara penggunaan alat pemeras madu. Gambar 2. Alat Pemeras madu. Gambar 3. Alat Penyaring madu Gambar 4. Ruang pengolahan madu 70 %

Gambar 1. Cara penggunaan alat pemeras madu. Gambar 2. Alat Pemeras madu. Gambar 3. Alat Penyaring madu Gambar 4. Ruang pengolahan madu 70 % BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian yang telah dilakukan yaitu pembuatan alat pemeras madu (Gambar 1 & 2) dan penyaring madu (Gambar 3). Pelaksanaan pembuatan ruang khusus pengolahan madu (Gambar

Lebih terperinci

BAHAN PAKAN SUPLEMEN DAN ADITIF

BAHAN PAKAN SUPLEMEN DAN ADITIF BAHAN PAKAN SUPLEMEN DAN ADITIF Suplemen Mineral Pertemuan ke-5 ALI AGUS LAB. TEKNOLOGI MAKANAN TERNAK Klasifikasi Bahan Pakan 1) Hijauan kering dan jerami 2) Hijauan pakan 3) Silage 4) Bahan pakan sumber

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan dan gizi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembangunan. Komponen ini merupakan kontribusi dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura termasuk dalam sapi lokal Indonesia, yang berasal dari hasil persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang memiliki tingkat kesehatan, kecerdasan, dan produktivitas kerja yang tinggi. Ketiga hal ini dipengaruhi oleh keadaan gizi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PUPUK DAN PEMUPUKAN PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA UNSUR HARA MAKRO UTAMA N P K NITROGEN Phosfat Kalium UNSUR HARA MAKRO SEKUNDER Ca Mg S Kalsium Magnesium Sulfur UNSUR

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Data hasil perhitungan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin, nilai hematokrit, MCV, MCH, dan MCHC pada kerbau lumpur betina yang diperoleh dari rata-rata empat kerbau setiap

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pakan Sapi Perah Faktor utama dalam keberhasilan usaha peternakan yaitu ketersediaan pakan. Biaya untuk memenuhi pakan mencapai 60-70% dari total biaya produksi (Firman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi asli

BAB I PENDAHULUAN. Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi asli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi Bali (Bos sondaicus) merupakan salah satu bangsa sapi asli Indonesia. Sapi bali merupakan keturunan asli banteng (Bibos banteng) yang telah mengalami proses domestikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan.

I. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan peternakan dimasa mendatang bertujuan untuk mewujudkan peternakan yang modern, efisien, mandiri mampu bersaing dan berkelanjutan sekaligus dapat memberdayakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang memiliki banyak manfaat yaitu selain dapat dimanfaatkan sebagai sayur, lalapan, salad

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia yang banyak dipelihara masyarakat dan dimanfaatkan produksinya sebagai ternak penghasil daging dan sebagai tabungan. Domba memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Pemberian Pakan Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Fries Holland (Holstein Friesian) Sapi Fries Holland (FH) berasal dari Propinsi Belanda Utara dan Propinsi Friesland Barat. Bulu sapi FH murni umumnya berwarna hitam dan putih, namun

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan pakan

I. PENDAHULUAN. hasilkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan pakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penting dalam peningkatan usaha peternakan adalah pakan. Kekurangan pakan, dapat menyebabkan rendahnya produksi ternak yang di hasilkan. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tubuh manusia, mineral berperan dalam proses fisiologis. Dalam sistem fisiologis manusia, mineral tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu makroelemen antara lain

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Rataan konsumsi rumput, konsentrat

Lebih terperinci

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman PUPUK Out line 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman 4. Jenis pupuk 5. Proses pembuatan pupuk 6. Efek penggunaan pupuk dan lingkungan Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah zat yang bisa dihasilkan oleh tubuh melainkan kita harus

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah zat yang bisa dihasilkan oleh tubuh melainkan kita harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mineral merupakan unsur kimia yang diperlukan untuk tubuh kita. Mineral bukanlah zat yang bisa dihasilkan oleh tubuh melainkan kita harus mendapatkannya dari luar tubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Zat besi Besi (Fe) adalah salah satu mineral zat gizi mikro esensial dalam kehidupan manusia. Tubuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai prospek cerah untuk dapat dikembangkan. Cabai dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kehidupan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Masalah pangan: ketersediaan pangan; kerawanan konsumsi pangan oleh pengaruh kemiskinan, pendidikan rendah & pantangan terhadap makanan

PENDAHULUAN. Masalah pangan: ketersediaan pangan; kerawanan konsumsi pangan oleh pengaruh kemiskinan, pendidikan rendah & pantangan terhadap makanan GIZI & PANGAN PENDAHULUAN Gizi seseorang tergantung pada kondisi pangan yang dikonsumsinya Masalah pangan: ketersediaan pangan; kerawanan konsumsi pangan oleh pengaruh kemiskinan, pendidikan rendah & pantangan

Lebih terperinci

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan GIZI Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan Lanjutan Gizi : Arab gizzah : zat makanan sehat Makanan : segala sesuatu yang

Lebih terperinci

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI

AD1. FAKTOR IKLIM 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3. FAKTOR SPESIES 4. FAKTOR MANAJEMEN/PENGELOLAAN 1. RADIASI SINAR MATAHARI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HMT FAKTOR UTAMA YANG BERPENGARUH TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN KUALITAS HMT ADALAH : 1. FAKTOR IKLIM 2. FAKTOR KESUBURAN TANAH 3.

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan menggunakan bahan pakan sumber kalsium (ISA, 2009). kerabang maka kalsium dapat diserap sampai 72% (Oderkirk, 2001).

KAJIAN KEPUSTAKAAN. dengan menggunakan bahan pakan sumber kalsium (ISA, 2009). kerabang maka kalsium dapat diserap sampai 72% (Oderkirk, 2001). II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Mineral 2.1.1. Kalsium Kalsium merupakan golongan mineral yang dibutuhkan oleh ayam petelur untuk pembentukan kerabang telur dan pemenuhan akan zat ini tidak cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anemia merupakan dampak masalah gizi pada remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin, dapat karena kekurangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal baik oleh masyarakat Indonesia, tetapi belum meluas pembudidayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. dikenal baik oleh masyarakat Indonesia, tetapi belum meluas pembudidayaannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan selada (Lactuca sativa L.) merupakan sayuran yang sudah lama dikenal baik oleh masyarakat Indonesia, tetapi belum meluas pembudidayaannya. Salah satu alasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sapi Bali termasuk familia Bovidae, Genus Bos dan Sub-Genus Bovine,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sapi Bali termasuk familia Bovidae, Genus Bos dan Sub-Genus Bovine, 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Sapi Bali Sapi Bali termasuk familia Bovidae, Genus Bos dan Sub-Genus Bovine, yang termasuk dalam sub-genus tersebut adalah; Bibos gaurus, Bibos frontalis dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan

I. PENDAHULUAN. sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan subsektor peternakan provinsi Lampung memiliki peranan yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan daging di tingkat nasional. Kenyataan ini sejalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai penghasil daging. Ciri-ciri sapi tipe pedaging adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai penghasil daging. Ciri-ciri sapi tipe pedaging adalah sebagai berikut: 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong merupakan jenis sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai penghasil daging. Ciri-ciri sapi tipe pedaging adalah sebagai berikut: tubuh besar,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di zaman modern sekarang ini banyak hal yang memang dibuat untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitasnya, termasuk makanan instan yang siap saji. Kemudahan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: REISYA NURAINI J

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: REISYA NURAINI J HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI ZAT BESI DAN VITAMIN C DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI KARTASURA 1 KECAMATAN KARTASURA KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rusa Timor (Rusa timorensis) Rusa Timor (Rusa timorensis) merupakan salah satu contoh rusa yang ada di Indonesia yang memiliki potensi cukup baik untuk dikembangkan. Hampir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menghasilkan daging dengan cara penggemukan (Abidin, 2006). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk menghasilkan daging dengan cara penggemukan (Abidin, 2006). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong adalah sapi yang secara khusus dipelihara dan diproyeksikan untuk menghasilkan daging dengan cara penggemukan (Abidin, 2006). Sapi potong memiliki bentuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Selada Selada merupakan tanaman semusim polimorf (memiliki banyak bentuk), khususnya dalam hal bentuk daunnya. Tanaman selada cepat menghasilkan akar tunggang diikuti

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan 4 TINJAUAN PUSTAKA Pupuk dan Pemupukan Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hadisuwito, 2008). Tindakan mempertahankan dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman sayuran buah termasuk Famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman sayuran buah termasuk Famili 13 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Melon Melon (Cucumis melo L.) merupakan tanaman sayuran buah termasuk Famili Cucurbitaceae. Melon tersebar ke seluruh penjuru dunia terutama di daerah tropis dan subtropis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) (Siregar, 1993). Sapi FH memiliki ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman dahulu jus buah dijadikan minuman raja-raja untuk menjaga kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. zaman dahulu jus buah dijadikan minuman raja-raja untuk menjaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan telah lama dikenal sebagai sumber vitamin dan mineral. Pada zaman dahulu jus buah dijadikan minuman raja-raja untuk menjaga kesehatan tubuh. Demikian pula

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pokok, produksi, dan reproduksi. Pemberian pakan yang mencukupi baik

I. PENDAHULUAN. pokok, produksi, dan reproduksi. Pemberian pakan yang mencukupi baik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan salah satu komponen yang berperan penting dalam budidaya ternak untuk mencapai hasil yang diinginkan. Pakan berguna untuk kebutuhan pokok, produksi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) (Hardjosubroto, 1994). Menurut Williamson dan Payne (1993),

Lebih terperinci

MINERAL. Rizqie Auliana, M.Kes

MINERAL. Rizqie Auliana, M.Kes MINERAL Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id PENGERTIAN Merpk bagian tubuh yg memegang peranan penting dlm pemeliharaan fungsi tubuh, terdiri dari : Mineral Makro : > 100 mg/hari Mineral Mikro

Lebih terperinci

MODUL 2-1 NUTRISI MINERAL TUMBUHAN

MODUL 2-1 NUTRISI MINERAL TUMBUHAN MODUL 2-1 NUTRISI MINERAL TUMBUHAN Elemen esensial: Fungsi, absorbsi dari tanah oleh akar, mobilitas, dan defisiensi Oleh : Retno Mastuti 1 N u t r i s i M i n e r a l Jurusan Biologi, FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) merupakan hasil domestikasi banteng liar (Bibos banteng) yang mempunyai kekhasan tertentu bila dibandingkan dengan sapi-sapi lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat, menyebabkan kebutuhan akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani berkualitas yang

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Udang Mantis ( Harpiosquilla raphidea

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Udang Mantis ( Harpiosquilla raphidea 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Deskripsi Udang Mantis (Harpiosquilla raphidea) Udang mantis (Harpiosquilla raphidea) merupakan jenis udang yang bersifat sebagai predator. Pemberian nama udang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)

BIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati) BIOKIMIA NUTRISI Minggu I : PENDAHULUAN (Haryati) - Informasi kontrak dan rencana pembelajaran - Pengertian ilmu biokimia dan biokimia nutrisi -Tujuan mempelajari ilmu biokimia - Keterkaitan tentang mata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover Crop) merupakan jenis tanaman kacang-kacangan yang biasanya digunakan untuk memperbaiki sifat fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar mata

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar mata BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar mata pencaharian warga berada di bidang pertanian. Melihat kenyataan tersebut, kebutuhan akan pupuk untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor peternakan merupakan sektor yang strategis, mengingat dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dan mencerdaskan bangsa, sektor peternakan berperan penting melalui penyediaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat masyarakat yang tinggi terhadap produk hewani, terutama daging kambing, menyebabkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki iklim tropis. Daerah tropis dibagi dalam dua kelompok iklim utama yaitu tropis basah dan tropis kering yang masing-masing sangatlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ternak unggas petelur yang banyak dikembangkan di Indonesia. Strain ayam petelur ras yang dikembangkan di Indonesia antara lain Isa Brown,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman

I. PENDAHULUAN. untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anggrek merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang mempunyai potensi untuk dikembangkan di Indonesia, baik sebagai bunga potong maupun tanaman dalam pot. Dari ribuan

Lebih terperinci

LOGO VITAMIN DAN MINERAL

LOGO VITAMIN DAN MINERAL LOGO VITAMIN DAN MINERAL Widelia Ika Putri, S.T.P., M.Sc Vitamin - Zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil - Pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh - Zat pengatur pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) yang ada saat ini diduga berasal dari hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) yang ada saat ini diduga berasal dari hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Bali Sapi bali (Bibos sondaicus) yang ada saat ini diduga berasal dari hasil domestikasi banteng liar (Bibos banteng). Menurut Rollinson (1984) proses domestikasi sapi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ternak Domba Garut merupakan ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh masyarakat, karena pemeliharaannya yang tidak begitu sulit, dan sudah turun temurun dipelihara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung manis atau lebih dikenal dengan nama sweet corn (Zea mays saccharata Sturt) merupakan tanaman pangan yang memiliki masa produksi yang relatif lebih cepat, bernilai ekonomis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut: Divisi Sub divisi Kelas Keluarga Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Monotyledonae : Gramineae (Poaceae)

Lebih terperinci

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya

Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).

Lebih terperinci

NUTRISI UNGGAS 11/8/2016. Catootjie L. Nalle, Ph.D. Jurusan Peternakan Program Study Teknologi Pakan Ternak Politeknik Pertanian Negeri Kupang

NUTRISI UNGGAS 11/8/2016. Catootjie L. Nalle, Ph.D. Jurusan Peternakan Program Study Teknologi Pakan Ternak Politeknik Pertanian Negeri Kupang 1 NUTRISI UNGGAS 11/8/2016 Catootjie L. Nalle, Ph.D. Jurusan Peternakan Program Study Teknologi Pakan Ternak Politeknik Pertanian Negeri Kupang 11/8/2016 POKOK-POKOK BAHASAN 1. JENIS-JENIS NUTRISI UNGGAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Bahan Pakan Bahan pakan sapi perah terdiri atas hijauan dan konsentrat. Hijauan adalah bahan pakan yang sangat disukai oleh sapi. Hijauan merupakan pakan yang memiliki serat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam TINJAUAN PUSTAKA Ayam Kampung Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam hutan merah yang berhasil dijinakkan. Akibat dari proses evolusi dan domestikasi maka terciptalah ayam kampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang akan ditanam, termasuk pada tanaman yakon yang. merupakan jenis tanaman perdu yang hidup secara liar.

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang akan ditanam, termasuk pada tanaman yakon yang. merupakan jenis tanaman perdu yang hidup secara liar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media tanam merupakan komponen utama yang diperlukan dalam budidaya suatu tanaman. Ada berbagai macam media tanam, akan tetapi tidak semua jenis media tanam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, terdapat beberapa jenis beras yang dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, terdapat beberapa jenis beras yang dikembangkan oleh 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Di Indonesia, terdapat beberapa jenis beras yang dikembangkan oleh petani, diantaranya; beras putih, beras merah, dan beras hitam. Akan tetapi, beras hitam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi PT. Purwakarta Agrotechnopreneur Centre (PAC), terletak di desa Pasir Jambu, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor. Berdasarkan data statistik desa setempat, daerah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah) Profil parameter eritrosit yang meliputi jumlah eritrosit, konsentrasi hemoglobin, dan nilai hematokrit kucing kampung (Felis domestica) ditampilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gathot Gathot merupakan hasil fermentasi secara alami pada ketela pohon. Ketela pohon tersebut memerlukan suasana lembab untuk ditumbuhi jamur secara alami. Secara umum,

Lebih terperinci