Energi Nuklir : Pemasok Energi Panas Alternatif untuk Perumahan dan Kawasan Industri

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Energi Nuklir : Pemasok Energi Panas Alternatif untuk Perumahan dan Kawasan Industri"

Transkripsi

1 ELEKTRO INDONESIA Edisi ke Tiga Belas, Juni 1998 Energi Nuklir : Pemasok Energi Panas Alternatif untuk Perumahan dan Kawasan Industri Terlepas dari pro dan kontra terhadap energi nuklir, sumber energi ini telah mampu menyumbang sekitar 17% listrik dunia. Kecenderungan semakin menipisnya bahan bakar fosil, serta tidak meratanya kontribusi sumber daya energi fosil, akan mengakibatkan energi nuklir masih tetap memiliki peran yang penting. Untuk lebih meningkatkan peran energi nuklir, banyak negara maju mengembangkan suatu sistem yang memungkinkan energi nuklir tidak saja sebagai sumber listrik, tetapi juga sebagai sumber energi panas. Meskipun kontribusinya dalam menyumbang aplikasi energi panas masih relatif kecil, tetapi pada perkembangannya diharapkan peran energi nuklir sebagai pemasok energi panas bisa lebih ditingkatkan. Untuk memenuhi ambisi ini, sejumlah konsep reaktor nuklir maju, seperti 'small dan medium reactor', reaktor temperatur tinggi, dan reaktor-reaktor maju lainnya akan terus dikembangkan. Reaktor-reaktor maju ini memilih karakteristik yang unggul seperti sistem keselamatan pasif yang andal, modular, dan berpotensi untuk suatu sistem kogenerasi panas/kukus dan listrik. Dalam tulisan ini ditinjau berbagai aspek berkaitan dengan aplikasi nuklir sebagai pemasok energi panas, serta prospeknya dimasa depan. Ketika reaktor Calder Hall, yang merupakan reaktor nuklir pertama di Inggris beroperasi secara komersial pada bulan Oktober 1956, reaktor ini menghasilkan listrik untuk disambungkan ke jaringan listrik, sekaligus menghasilkan energi panas yang dibutuhkan oleh pabrik proses olah ulang bahan bakar di wilayah itu. Setelah lebih dari 40 tahun, empat unit reaktor Calder Hall dengan kapasitas masing-masing 50 MWe masih beroperasi sampai sekarang. Di Swedia, Reaktor Agesta menyediakan air panas untuk 'district heating' daerah pinggiran kota Stockhlom selama 1 dasawarsa, yang dimulai pada tahun Gambar 1. Skema teknologi kunci dalam produksi gas sintesis, hidrogen, metanol, dan bahan-bahan kimia C 1 Gasifikasi batubara dan atau steam reforming LNG merupakan kunci untuk memproduksi gas sistesis yang merupakan bahan dasar industri petrokimia. Kedua proses tersebut beroperasi pada suhu tinggi (900C), dan endotermik sehingga membutuhkan energi panas suhu tinggi dalam jumlah besar. HTGR (high teperatur gascooled) yang merupakan salah satu jenis reaktor maju suhu tinggi sangat potensial sebaagi alternatif pemasok kebutuhan energi panas tersebut. Studi sangat intensif pemanfaatan bahan bakar fosil dan nuklir secara bersamaan seperti proses pada gambar di atas, dilakukan di negara-negara maju seperti Jerman, Jepang, Amerika dan Rusia. Contoh-contoh di atas memperlihatkan manfaat lain dari energi nuklir yang tidak begitu dikenal secara umum oleh masyarakat, yaitu kemampuannya untuk menghasilkan energi panas untuk proses-proses industri dan

2 bagi kebutuhan perumahan penduduk. Belakangan ini beberapa aplikasi telah dimulai, khususnya pada saat yang bersamaan ketika pertama kali reaktor nuklir dioperasikan sebagai pembangkit tenaga listrik. Sejak saat itu pengembangan reaktor nuklir lebih diperluas, dimana energi panas yang dihasilkan dalam reaktor langsung dimanfaatkan. Negara-negara seperti Bulgaria, Canada, China, Republik Czech, Jerman, Hungaria, India, Jepang, Kazakstan, Russia, Slovakia, Swedia, Switzerland, dan Ukraina menyimpulkan bahwa adalah lebih praktis menggunakan panas nuklir untuk 'district heating' atau untuk proses-proses industri, atau keduanya, disamping sebagai pembangkit listrik. Walaupun pemanfaatan energi panas panas yang dihasilkan reaktor nuklir untuk 'district heating' dan proses industri masih kurang dari 1%, tetapi hal ini menandakan adanya peningkatan perhatian pada aplikasi penggunaan reaktor nuklir. Penggunaan langsung dari panas nuklir sebetulnya bukanlah hal yang baru, seperti telah diketahui, hasil proses fisi nuklir adalah panas yang dihasilkan dalam reaktor. Panas dipindahkan dengan cara pensirkulasian pendingin melalui teras reaktor (core), yang lalu digunakan sebagai pembangkit listrik atau digunakan untuk menyediakan air panas atau kukus (steam) untuk industri atau untuk tujuan-tujuan yang berhubungan dengan pemanfaatan energi panas. Bagaimanapun juga, ada perbedaan utama antara sifat-sifat aplikasi pada listrik dan panas, demikian juga perbedaan antara pasar untuk bentuk-bentuk energi yang berbeda. Perbedaanperbedaan sifat intrinsik pada reaktor nuklir adalah penyebab utama mengapa energi nuklir yang mempunyai daya tembus yang baik pada pasar listrik, tapi kurang mampu menembus pangsa pasar energi panas. Pasar Energi Sekarang ini sekitar 33% total konsumsi sumber energi dunia digunakan untuk pembangkit listrik. Konsumsi ini akan terus meningkat dan diperkirakan pada tahun 2015 akan mencapai sekitar 40 %. Sedang sisanya yang sekitar 65 ~ 75 %, digunakan sebagai sumber energi untuk konsumsi perumahan, perindustrian dan transportasi. Pemanfaatan disektor transportasi merupakan komponen yang utama, meskipun sektor perumahan dan perindustrian juga mempunyai porsi pemakaian yang besar. Sampai saat ini hampir seluruh pasar energi panas dipasok dengan cara membakar bahan bakar fosil seperti batubara, minyak, gas, atau kayu. Penggunaan energi terus meningkat dan peningkatan ini diperkirakan terus berlanjut sampai abad mendatang. Secara umum konservasi dan peningkatan efisiensi akan mampu mengurangi rata-rata kenaikan pemakaian energi, tetapi pengaruhnya tidak cukup besar untuk menstabilkan tingkat pemakaian saat ini. Diharapkan dalam 2 dasawarsa mendatang, ada peningkatan pada pembangkitan listrik tenaga nuklir. Diperkirakan hampir tidak ada aplikasi energi nuklir untuk sektor transportasi, kecuali melalui peningkatan penggunaan listrik secara tidak langsung. Pasar energi panas adalah tantangan yang masih terbuka lebar. Walaupun energi nuklir telah digunakan untuk memasok permintaan energi panas, tetapi jumlahnya masih belum berarti jika dibandingkan sumber energi bahan bakar fosil. Seberapa jauh dan seberapa cepat energi nuklir dapat memasuki sebagian pasar energi panas, ini tergantung dari bagaimana karakteristik reaktor nuklir dapat dipadukan dengan karakteristik pasar energi panas, agar dapat berkompetisi dengan sumber-sumber energi alternatif yang lain. Karakteristik Pasar Energi Panas Pengangkutan energi panas adalah hal yang sulit dan mahal. Kebutuhan untuk pipa, isolasi termal, pompa, dan berbagai investasi terkait, kehilangan panas, perawatan, dan pemompaan membuatnya tidak praktis untuk pengangkutan energi panas ini pada jarak beberapa kilometer saja atau katakanlah untuk jarak beberapa puluh kilometer. Juga ada pengaruh yang kuat terhadap volume. Biaya spesifik pengangkutan energi panas akan meningkat secara tajam sebanding dengan pengurangan jumlah energi panas yang diangkut. Dibandingkan dengan pengangkutan panas, pengangkutan listrik dari pembangkit listrik ke pemakai terakhir jauh lebih mudah dan murah, bahkan untuk jarak ratusan kilometer. Sektor perumahan dan industri merupakan dua komponen utama pasar energi panas. Dalam sektor perumahan, panas untuk memasak segera dihasilkan di tempat di mana panas tersebut digunakan, permintaan untuk panas dapat di pasok atau sering dipasok dari jarak yang memungkinkan dengan sistem sentralisasi panas melalui transmisi 'district heating' dan distribusi jaringan yang melayani pelangganpelanggan yang jumlahnya relatif besar. 'District heating' Secara umum jaringan 'district heating' dalam kota besar kapasitasnya di rancang dengan range antara megawatt-thermal (MWth), sedang untuk wilayah pedesaan atau yang jumlah penduduknya sedikit kapasitasnya kira-kira MWth. Terdapat juga kapasitas yang sangat besar, yaitu antara MWth. Kelihatannya pasar panas untuk 'district heating' hanya potensial untuk daerah yang iklim dinginnya relatif panjang dan lebih dingin. Sebagai contoh Eropa Barat, yaitu : Finlandia, Swedia, Denmark adalah

3 negara-negara pengguna 'district heating' terbesar. 'District heating' juga digunakan di Austria, Belgia, Jerman, Prancis, Itali, Switzerland, Norwagia, dan Netherland, walaupun tingkat penggunaannya lebih rendah. Faktor beban tahunan pada sistem 'district heating' tergantung pada panjangnya musim dingin, dan kira-kira sampai 50% pemakaian ini masih dibawah kebutuhan untuk pembangkit dengan pengoperasian beban dasar. Untuk menjamin pasokan panas ke perumahan yang dilayani oleh jaringan 'district heating', harus didukung dengan tersedianya pembangkit panas yang kapasitasnya besar. Range suhu yang dibutuhkan oleh sistem 'district heating' berkisar antara 100 sampai 150 o C. Secara umum, pasar 'district heating' diharapkan akan lebih meluas lagi. Secara ekonomi tidak hanya karena dapat berkompetisi di daerah yang populasinya padat dan mempunyai jaringan pemanas sendiri, tetapi juga karena memberikan kemungkinan berkurangnya polusi udara daerah perkotaan. Walaupun emisi yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar di dalam pusat pembangkit jumlahnya relatif besar dan dapat dikontrol serta dikurangi, masalah ini akan tidak praktis untuk instalasi pemanas perorangan (individu) dengan bahan bakar gas, minyak, batubara atau kayu. Proses Industri Dalam sektor industri, panas proses digunakan untuk banyak aplikasi yang bervariasi dan kebutuhan panasnya berbeda serta suhunya mempunyai range spektrum yang lebih besar. Walaupun di dalam industri biaya komponen energi menggambarkan fraksi yang cukup besar mempengaruhi biaya produk akhir, tetapi sebagian proses-proses lain kontribusinya hanya beberapa persen saja. Meskipun demikian, pasokan energi mempunyai sifat yang khusus. Tanpa energi, produksi akan terhenti. Ini berarti bahwa ciri-ciri dasar pada seluruh pemakai industri membutuhkan jaminan dengan tingkat sangat tinggi akan ketersedian pasokan energi, jaminan ini tingkatnya mendekati 100% khususnya untuk instalasi industri-industri besar dan prosesproses dengan kebutuhan energi panas yang besar. Gambar 2. Skema pemanfaatan panas nuklir untuk proses steam reforming LNG Gambar ini merupakan salah satu konsep pemanfaatan reaktor nuklir untuk proses non nuklir. Di sini peran reaktor nuklir adalah sebagai pemasok energi panas untuk menjalankan proses kimia. Skema di atas merupakan salah satu kandidat proses aplikasi panas nuklir suhu tinggi yang akan diujicobakan di Jepang. Berkaitan dengan range daya pada sumber-sumber panas yang digunakan, secara umum ditemukan pola yang sama di sebagian besar negara-negara industri. Pada umumnya, sekitar separuh pemakai daya membutuhkan daya kurang dari 10 MWth, dan sekitar 40% pemakai adalah yang kebutuhannya berkisar antara 10 sampai 50 MWth. Jumlah pemakai daya terus menurun ketika persyaratannya menjadi lebih tinggi. Sekitar 99% pemakai daya, kebutuhannya berkisar antara 1 sampai 300 MWt, dimana angka ini merupakan 80% dari total energi yang dikonsumsi. Pemakai skala besar adalah proses-proses industri besar yang kebutuhannya bisa mencapai 1000 MWth, atau bahkan lebih. Pengenalan sistem distribusi energi panas skala besar yang dipasok dari sumber pembangkit energi panas terpusat, yang melayani kebutuhan energi panas untuk beberapa pemakai yang terkonsentrasi pada suatu kawasan industri, boleh jadi masih menjadi angan-angan untuk saat ini, tetapi untuk jangka panjang sistem ini dapat dilakukan. Kebalikan dengan 'district heating', faktor beban pada pemakai industri tidak tergantung pada keadaan iklim. Kebutuhan energi panas bagi pemakai industri skala besar biasanya mempunyai karakteristik

4 beban dasar. Persyaratan suhu tergantung pada jenis industri meliputi, suhu tinggi sampai sekitar 1500 o C. Suhu di atas 1000 o C didominasi oleh industri besi/baja. Beberapa industri seperti desalinasi air laut, pulp dan kertas, atau tekstil suhunya antara o C. Industri kimia, pengilangan minyak dan gasifikasi batubara adalah beberapa contoh industri dengan suhu antara o C. Industri logam non besi, pemurnian batubara dan lignite, serta produksi hidrogen dengan 'water spliting' adalah aplikasi-aplikasi yang menggunakan suhu antara o C. Seluruh pemakai industri yang menggunakan energi panas juga mengkonsumsi listrik. Variasi pemakaiannya tergantung pada jenis prosesnya, dimana panas atau listrik merupakan komponen yang utama. Permintaan akan listrik dapat disuplai dari jaringan listrik, atau dengan pembangkit tenaga listrik yang resmi. Sistem kogenerasi listrik dan panas merupakan sebuah pilihan alternatif yang menarik. Hal itu akan meningkatkan seluruh efisiensi listrik dan memberikan keuntungan ekonomis. Sistem kogenerasi yang dibangun di lingkungan kawasan industri yang besar, dapat segera diintegrasikan ke dalam sistem jaringan listrik, sehingga listrik yang berlebih bisa dipasok ke jaringan. Dengan begitu sistem pembangkit kogenerasi akan dapat melayani sebagai pendukung untuk menjamin pasokan listrik. Karakteristik Sumber Panas Nuklir Dari sudut pandang teknik, pada dasarnya reaktor nuklir adalah alat untuk menghasilkan panas. Cukup banyak pengalaman pada penggunaan panas nuklir untuk 'district heating' dan untuk proses-proses indutri sehingga aspek-aspek tekniknya dapat terjamin dengan baik. Secara teknis tidak ada halangan untuk mengaplikasikan reaktor nuklir sebagai sumber energi panas untuk district heating atau proses panas. Secara prinsip, setiap jenis dan ukuran reaktor nuklir dapat digunakan untuk tujuan-tujuan ini. Kontaminasi radioaktif yang besar pada jaringan 'district heating' atau pada proses-proses industri dapat dihindari dengan langkah-langkah yang sesuai, seperti pemakaian rangkaian sistem penukar panas intermediate dengan tekanan tinggi yang bertindak sebagai penghalang yang efektif. Sampai saat ini, tidak pernah dilaporkan adanya kejadian yang menyangkut kontaminasi radioaktif dari setiap reaktor yang digunakan untuk tujuan-tujuan ini Berkaitan dengan range suhu yang digunakan, suhu sampai 300 o C ada pada reaktor air ringan dan air berat, suhu sampai 540 o C ada dalam reaktor cepat berpendingin logam, suhu sampai 650 o C pada reaktor berpendingin gas, dan sampai suhu 1000 o C pada reaktor temperatur tinggi berpendingin gas (High Temperature Gas-Cooled Reactor, HTGR). Ada 2 pilihan mendasar untuk aplikasi 'district heating' atau proses panas, yaitu kogenerasi listrik dan panas, serta reaktor yang hanya digunakan untuk menghasilkan panas ('heat-only reactor'). Kogenerasi telah digunakan secara luas, sementara untuk 'heat-only reactor' tidak banyak pengalaman yang ada. Pada prinsipnya, ada sejumlah panas yang dapat diambil dari reaktor kogenerasi, ini merupakan bahasan yang utama dalam mendisain reaktor. Panas apapun yang tidak dibutuhkan untuk mensuplai permintaan panas dapat digunakan untuk menghasilkan listrik, artinya tingkat fleksibilitasnya tinggi. Dengan kata lain 'heat-only reactors', hanya mempunyai satu tujuan, yaitu reaktor ini tidak diharapkan untuk menghasilkan listrik. Secara umum, keberadaan reaktor nuklir, sama dengan pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Dari pengalaman yang ada dapat ditunjukan bahwa faktor keberadaannya adalah 70% - 80% atau bahkan dapat mencapai 90%. Frekuensi dan lamanya waktu pasokan listrik yang tidak direncanakan tetap sangat rendah dengan pencegahan yang baik dan perawatan yang direncanakan. Meskipun begitu tingkat keberadaan dan keandalan reaktor, yang dibutuhkan oleh sebagian besar pemakai tidak pernah sampai 100%. Sebagai akibatnya, sumber energi panas berbahan bakar fosil, lebih dibutuhkan. Pembangkit listrik kogenerasi dengan unit ganda, didisain secara modular, atau yang dapat mendukung sumber-sumber energi panas merupakan alternatif penyelesaian yang sesuai. Reaktor nuklir membutuhkan modal yang sangat besar. Hal utama yang berpengaruh pada biaya akhir energi adalah komponen biaya tetap. Oleh karena itu, pengoperasian beban dasar dengan pencapaian faktor beban setinggi-tingginya dibutuhkan sehingga dapat berkompetisi dengan sumber-sumber energi alternatif lain. Ini hanya dimungkinkan ketika permintaan pasar energi panas yang dipasok mempunyai karakteristik beban dasar, atau kemungkinan lainnya adalah ketika listrik dan pasar energi panas dikombinasikan dengan sistem pembangkit kogenerasi yang seluruhnya dioperasikan dengan beban dasar. Secara teknis reaktor nuklir dapat dijamin, aman, dapat diandalkan dan merupakan sumber energi yang bersih lingkungan, tetapi untuk pemanfaatan komersial reaktor nuklir harus dapat berkompetisi secara ekonomi dengan sumber-sumber energi alternatif lainnya. Dibanding sumber-sumber energi berbahan bakar fosil, reaktor nuklir dikarakterisasikan dengan biaya investasi yang lebih tinggi tetapi diimbangi dengan biaya bahan bakar yang jauh lebih rendah. Daya tembus tenaga nuklir kedalam pasar listrik tidak dapat dimungkinkan tanpa

5 memenuhi daya saing secara ekonomi tersebut. Bahkan dengan tingkat harga bahan bakar fosil yang umumnya rendah, kedudukan tenaga nuklir masih dapat berkompetisi di dunia. Harga bahan bakar fosil diharapkan naik, sehingga posisi tenaga nuklir yang akan dimanfaatkan baik untuk pembangkit listrik maupun untuk suplai panas secara ekonomi dapat bersaing. Secara umum reaktor nuklir akan lebih ekonomis untuk unit dengan ukuran yang besar. Ini menyebabkan reaktor ukuran besar di negara-negara industri dengan sistem jaringan listrik yang sangat besar dapat berkembang dan meluas. Walaupun begitu, ada reaktor dengan ukuran kecil dan sedang (small and medium sized reactors, SMRs) yang terus dipasarkan. Disain SMR sekarang ini bukan versi 'scaled down' dari reaktor komersial yang besar, tetapi merupakan penerapan teknologi maju berkaitan dengan sistem keselamatan pasif melekat, serta penyederhanaan beberapa sistem sehingga secara ekonomi diharapkan dapat bersaing. Penempatan pembangkit listrik tenaga nuklir menjadi masalah yang utama, bahkan dinegara-negara dimana program nuklirnya masih melanjutkan proyek-proyek barunya. Pembangunan unit-unit tambahan pada lokasi pembangkit listrik tenaga nuklir yang sudah ada merupakan hal yang praktis sampai saat ini. Pembukaan tempat baru untuk pembangkit listrik tenaga nuklir merupakan peristiwa yang jarang terjadi. Untuk meningkatkan faktor-faktor ekonomi, penempatan pembangkit harus sedekat mungkin dengan pusat beban bahkan untuk pembangkit daya yang menghasilkan listrik. Keadaan ini penting dipenuhi untuk reaktor kogenerasi atau 'heat-only reactor'. Bagaimanpun juga sindrome NIMBY (not in my back yard : silakan bangun tetapi jangan diwilayah saya), adalah sebuah faktor penting yang mempengaruhi pemilihan lokasi. Kecenderungan itu meningkatkan untuk pemilihan lokasi dengan jarak yang jauh tetapi tetap dapat dijangkau, agar dapat menghindari konflik besar dari para penentang. Penempatan pada jarak yang jauh dari daerah berpenduduk padat membuatnya juga mudah disesuaikan dengan syarat-syarat peraturan yang ada, karena banyak peraturan yang kian lama kian banyak persyaratannya. Disain reaktor maju, khususnya dengan range SMR, faktor keselamatannya lebih diutamakan, karena pembangkit dengan range SMR ini akan lebih sesuai jika dibangun dekat dengan perumahan penduduk. SMR dapat lebih mudah didekati dengan syarat-syarat peraturan dan dapat membiayai ongkos transmisi panas untuk tingkat yang pantas. Tidak seperti dalam kebanyakkan usaha-usaha perindustrian, sudut pandang jangka panjang dalam pembangkit tenaga nuklir adalah hal yang utama. Perencanaan, disain, aktivitas persiapan proyek, dan tahun perolehan perizinan harus dilengkapi untuk setiap reaktor nuklir. Reaktor didisain dan dibangun untuk jangka waktu operasi 40 tahun atau lebih, dan untuk mencapai keuntungan ekonomi yang diharapkan, pembangkit dioperasikan dengan faktor beban yang tinggi selama waktu hidup pembangkit ekonomis. Ada juga syaratsyarat data dukung, yang memerlukan waktu dan usaha-usaha perkembangan yang sungguh-sungguh. Usaha-usaha ini hanya dapat dibenarkan untuk program nuklir jangka panjang. Prospek untuk Aplikasi Panas Nuklir Secara teknis pemahaman pada kelangsungan hidup sumber-sumber panas nuklir untuk 'district heating' atau untuk proses-proses industri telah ada sejak dimulainya perkembangan nuklir. Bagaimanapun juga daya tembus yang kuat kedalam pasar energi panas komersial, belum terjadi. Prospek yang utama tergantung pada dimana dan bagaimana karakteristik permintaan pasar energi panas dapat disesuaikan dengan apa yang dapat ditawarkan oleh reaktor nuklir. Pasar 'district heating' Salah satu pilihan untuk memasok pasar 'district heating', adalah pembangkit tenaga nuklir kogenerasi. Untuk reaktor nuklir ukuran sedang sampai reaktor nuklir dengan ukuran besar, listrik merupakan produk utamanya karena pasar panas dibatasi oleh persyaratan listrik dan faktor beban yang relatif rendah. Dengan perhitungan dari seluruh energi yang dihasilkan, 'district heating' merupakan fraksi yang kecil saja. Reaktor-reaktor ini, termasuk juga penempatannya, keadaannya akan dioptimalkan untuk pasar listrik, sehingga secara praktis 'district heating' hanya merupakan hasil sampingan saja. Seharusnya beberapa pembangkit listrik ditempatkan cukup dekat dengan pusat pemukiman penduduk di daerah beriklim dingin, karena pembangkit tersebut juga dapat menyediakan kebutuhan 'district heating'. Sistem Ini telah dilakukan di Russia, Ukraina, Republik Cheko, Slovakia, Hungaria, Bulgaria, dan Switzerland, yang pemanfaatan energi panasnya per PLTN kira-kira 100 MWth. Untuk masa depan dan dengan syarat-syarat batas yang sama diharapkan adanya aplikasi dari pembangkit listrik tersebut. Untuk reaktor kogenerasi yang kecil dengan daya antara MWe, pembagian energi panas untuk 'district heating' akan lebih besar. Tetapi diharapkan listrik tetap sebagai produk utamanya, karena alasan ekonomi dengan asumsi pengoperasian pada beban dasar. Bidang aplikasi reaktor-reaktor ini kasusnya akan sama dengan kasus reaktor kogenerasi ukuran sedang atau besar. Sebagai tambahan, reaktor-reaktor juga dapat ditempatkan untuk tujuan yang khusus, misalnya untuk memasok energi dengan beban yang dipusatkan untuk daerah-daerah terpensil dan musim dinginnya panjang.

6 Pilihan lain untuk 'district heating' adalah 'heat-only reactor'. Untuk skala yang sangat kecil (beberapa MWth) beberapa aplikasi telah dilaksanakan pada proyek percobaan atau proyek peragaan. Pada tahun Russia telah memprakarsai pembangunan dua unit reaktor dengan daya 500 MWth, tetapi kemudian dihentikan. Ada beberapa disain yang dapat diikuti, China merencanakan segera membangun reaktor dengan daya 200 MWth. Jadi jelaslah banyak aplikasi pada 'heat-only reactor' yang untuk 'district heating' dibatasi pada reaktor dengan ukuran yang sangat kecil. Reaktor-reaktor ini di disain untuk ditempatkan di pusat atau di daerah yang sangat dekat dengan pemukiman penduduk sehingga biaya transmisi dapat diminimalkan. Meskipun demikian, daya saingnya secara ekonomi sangat sulit dicapai karena faktor beban yang dibutuhkan relatif rendah, kecuali di lokasi yang jaraknya jauh dimana biaya bahan bakar fosilnya sangat tinggi dan musim dinginnya sangat dingin dan panjang. Sebagai ringkasan, prospek tenaga nuklir untuk 'district heating' adalah hal yang nyata, tetapi terbatas untuk aplikasi yang khusus dimana dapat dipadukannya keadaan pasar 'district heating' dan reaktor nuklir secara efektif. Kelihatannya prospek untuk reaktor kogenerasi, khususnya dengan range SMR (small-medium reactor) lebih baik dari pada untuk reaktor yang hanya digunakan untuk panas, terutama karena faktor ekonomis. Energi Panas untuk Industri Karakteristik-karakteristik pasar energi panas proses agak berbeda dengan 'district heating', walaupun ada beberapa kesamaannya, khususnya yang berhubungan dengan kebutuhan untuk meminimalkan jarak pengangkutan panas. Bagaimanapun juga, pemakai panas proses untuk industri, jangan menempatkannya di dalam daerah berpopulasi padat, yang menurut definisi merupakan pasar 'district heating'. Banyak pemakai panas proses, khususnya untuk pemakai dalam jumlah yang besar, biasanya ditempatkan di daerah luar kota (kawasan-kawasan industri besar), sering pada jarak-jarak yang sudah dipertimbangkan. Ini membuat penempatan reaktor nuklir dan pemakai panas proses untuk industri secara bersamaan tidak hanya dapat terus berlangsung, tetapi secara drastis juga diinginkan dapat mengurangi atau bahkan mengeliminasi biaya pengangkutan panas. Untuk reaktor ukuran besar, biasanya pendekatannya adalah dengan membangun stasiun dengan unit ganda. Ketika digunakan dalam model kogenerasi, biasanya listrik merupakan produk utama. Oleh karena itu, beberapa pembangkit, telah diintegrasikan kedalam sistem jaringan listrik dan dioptimalkan untuk produksi listrik. Untuk reaktor dengan ukuran kecil dan menengah, dan khususnya untuk reaktor kecil dan sangat kecil, pembagian panas proses yang dihasilkan oleh pembangkit akan lebih besar, dan bahkan panas dapat menjadi produk yang utama. Hal ini dapat mempengaruhi pengoptimalan kriteria pembangkit, tetapi sekarang keadaannya dapat lebih menarik bagi pemakai panas proses yang besar. Sebagai akibatnya, prospek SMR sebagai pembangkit kogenerasi pensuplai listrik dan panas proses akan lebih dipertimbangkan dari pada reaktor-reaktor dengan ukuran besar. Dalam pengoperasian beberapa pembangkit tenaga nuklir kogenerasi, panas proses segera disediakan untuk digunakan dalam industri. Proyek-proyek yang lebih besar dilaksanakan di Kanada (Bruce, produksi air berat dan pemakai industri/pertanian) dan di Kazakstan (Aktau, desalinasi). Saat ini reaktor daya lainnya yang hanya memproduksi listrik, dapat dikonversikan untuk kogenerasi. Seharusnya ada pamakai panas proses dalam jumlah besar dan dekat dengan pembangkit, tertarik untuk menerima produk ini, karena secara teknis konversi yang sesuai untuk kogenerasi akan layak. Bagaimanapun juga, konversi ini akan berkaitan dengan penambahan biaya, yang harus dieliminasi dengan analisis keuntungannya. Secara umum beberapa proyek konversi dapat dilaksanakan, meskipun prospeknya agak sedikit rendah. Instalasi pembangkit nuklir kogenerasi baru mempunyai prospek yang lebih baik karena pemakai industri ada dan tertarik. Bahkan akan lebih baik lagi bagi proyek-proyek yang digabungkan, yaitu pembangkit nuklir kogenerasi dan kawasan industri skala besar yang membutuhkan panas proses direncanakan, di disain, di bangun, dan akhirnya dioperasikan bersama-sama sebagai sebuah kawasan industri terintegrasi Reaktor air ringan dan reaktor air berat yang sudah ada dan yang jenis maju (advanced) menawarkan panas dengan suhu yang rangenya rendah, pada saat ini kelihatannya sesuai dengan persyaratan beberapa proses yang berhubungan dengan industri. Pada saat ini, diantara proses-proses tersebut kelihatannya desalinasi air laut adalah aplikasi yang menarik. Reaktor jenis lainnya, seperti reaktor cepat berpendingin logam cair (liquid metal-cooled fast reactors) dan reaktor temperatur tinggi berpendingin gas (high temperature gas-cooled reactors) juga dapat menawarkan panas proses dengan suhu yang rendah, tetapi sebagai tambahannya, reaktor-reaktor ini juga dapat mencakup suhu dengan range yang lebih tinggi. Secara potensial, bidang aplikasinya dapat diperluas. Reaktor-reaktor ini masih membutuhkan pengembangan yang lebih baik lagi agar supaya daya saing secara ekonomis seperti yang diharapkan dapat dicapai. Kelihatannya untuk jangka menengah sampai jangka panjang aplikasi dalam industri akan memberikan harapan, khususnya aplikasi dalam industri untuk suhu tinggi. Reaktor yang hanya memproduksi panas yang digunakan untuk menyediakan panas proses belum digunakan pada skala industri/skala komersial. Beberapa disain telah dikembangkan dan telah dibangun beberapa reaktor peragaan. Kelihatannya daya saing secara ekonomi sasarannya dapat dicapai, hal ini sesuai dengan

7 pengkajian-pengkajian yang telah dilakukan, tetapi dalam prakteknya beberapa hal masih belum dibuktikan. Pasar yang besar untuk beberapa 'heat-only reactor' dapat dibatasi untuk reaktor yang ukurannya sangat kecil, yaitu dibawah 500 MWth. Prospek penggunaan energi nuklir untuk 'district heating' dan 'process heating' adalah masih terbatas, tujuannya adalah untuk penyebar luasan pemakaian SMR. Baru-baru ini diperoleh pengkajian bahwa pasar untuk SMR sampai dengan tahun 2015 direncanakan di 30 negara dengan jumlah 70 sampai 80 unit. Diharapkan sepertiga dari unit ini khusus digunakan untuk desalinasi dengan reaktor nuklir. Penutup Indonesia adalah negara tropis yang tidak memiliki musim dingin, tetapi negara ini terdiri dari beribu-ribu pulau yang banyak diantaranya merupakan pulau-pulau kecil terpencil yang relatif belum dikembangkan karena keterbatasan infrastruktur dan sumber energinya. Pasokan energi konvensional terkendala oleh keterbatasan infrastruktur pendukung yang berakibat akan mahalnya harga energi konvensional. Modul nuklir berdaya mini boleh jadi bisa menjadi alternatif guna mengembangkan kawasan-kawasan terpencil Indonesia. Disini nuklir bisa sebagai sumber energi listrik sekaligus pemasok energi panas untuk mengembangkan potensi industri kawasan terpencil tersebut. Disamping itu Indonesia negara yang cukup kaya akan batubara, dan selama ini pemanfaatannya terbesar hanya dengan pembakaran langsung untuk dikonversi menjadi listrik maupun sebagai sumber energi panas bagi industri. Sistem pembakaran langsung seperti ini kurang menguntungkan ditinjau dari aspek lingkungan global. Suatu sistem sinergi nuklir-batubara mungkin bisa menjadi alternatif dimasa depan. Proses gasifikasi batubara yang beroperasi pada suhu tinggi, energi panasnya bisa dipasok oleh nuklir (reaktor suhu tinggi). Dari sini bisa diperoleh penghematan sumber daya batubara karena dengan sumber energi nuklir, cadangan batubara bisa dihemat sampai 40%. Gasifikasi batubara sendiri akan menghasilkan produk gas sintesis yang merupakan basis untuk pengembangan industri petrokimia berbasis batubara. Disamping itu gas sintesis juga bisa dikonversi dengan teknologi yang telah proven, menjadi berbagai bahan bakar minyak sintetis. Daftar Pustaka 1. BELA J. CSIK AND JUERGEN KUPITZ, 'Nuclear Power Applications : Suppliying Heat For Homes and Industries', IAEA Bulletin, Vol 39, February, K. HADA, et.al, 'JAERI design for HTTR-steam reforming system', The 3 rd JAERI Symposium on HTGR Technologies, Japan February NUCLEAR HEAT APPLICATION, Proceeding of a Technical Committee Meeting and Workshop on Nuclear Heat Application, IAEA, VIENNA, Oleh : Veronika Tuka, Djati H.S. SUMBER : ELEKTRO INDONESIA.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa mendatang penggunaan bahan bakar berbasis minyak bumi harus dikurangi karena semakin menipisnya cadangan minyak bumi dan dampak

Lebih terperinci

ASPEK KESELAMATAN PADA APLIKASI REAKTOR NUKLIR SUHU TINGGI UNTUK PROSES STEAM REFORMING GAS ALAM

ASPEK KESELAMATAN PADA APLIKASI REAKTOR NUKLIR SUHU TINGGI UNTUK PROSES STEAM REFORMING GAS ALAM ASPEK KESELAMATAN PADA APLIKASI REAKTOR NUKLIR SUHU TINGGI UNTUK PROSES STEAM REFORMING GAS ALAM Djati H. Salimy Pusat Pengembangan Energi nuklir (PPEN-BATAN) ABSTRACT SAFETY ASPECT OF HIGH TEMPERATURE

Lebih terperinci

10 Negara yang Punya Reaktor Nuklir Terbesar Di Dunia Minggu, Oktober 21, 2012 Azmi Cole Jr.

10 Negara yang Punya Reaktor Nuklir Terbesar Di Dunia Minggu, Oktober 21, 2012 Azmi Cole Jr. Hari, Tanggal: Minggu, 21 Oktober 2012 Hal/Kol : http://zonapencarian.blogspot.com/2012/10/10- negara-yang-punya-reaktor-nuklir.html Sumber: WWW.ZONAPENCARIAN.BLOGSPOT.COM 10 Negara yang Punya Reaktor

Lebih terperinci

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Reaktor pembiak cepat (Fast Breeder Reactor/FBR) adalah reaktor yang memiliki kemampuan untuk melakukan "pembiakan", yaitu suatu proses di mana selama reaktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya cadangan minyak bumi, gas dan batubara di Indonesia,membuat kita harus segera memikirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat di dunia. Saat ini Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar ke 16 di dunia dan dalam

Lebih terperinci

Peran Pendidikan Tinggi dalam Program Pengembangan SDM Ketenaganukliran. Oleh. Prayoto. Universitas Gadjah Mada. Energi Sebagai Penunjang Peradaban

Peran Pendidikan Tinggi dalam Program Pengembangan SDM Ketenaganukliran. Oleh. Prayoto. Universitas Gadjah Mada. Energi Sebagai Penunjang Peradaban 1 Peran Pendidikan Tinggi dalam Program Pengembangan SDM Ketenaganukliran Oleh Prayoto Universitas Gadjah Mada Energi Sebagai Penunjang Peradaban Peradaban manusia sejak awal perkembangannya telah bertumpu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah energi merupakan salah satu hal yang sedang hangat dibicarakan saat ini. Di Indonesia, ketergantungan kepada energi fosil masih cukup tinggi hampir 50 persen

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PRODUKSI HIDROGEN DENGAN ENERGI NUKLIR PROSES ELEKTROLISIS DAN STEAM REFORMING

PERBANDINGAN PRODUKSI HIDROGEN DENGAN ENERGI NUKLIR PROSES ELEKTROLISIS DAN STEAM REFORMING PERBANDINGAN PRODUKSI HIDROGEN DENGAN ENERGI NUKLIR PROSES ELEKTROLISIS DAN STEAM REFORMING DJATI H. SALIMY, IDA N. FINAHARI Pusat Pengembangan Energi Nuklir - BATAN Jl. Abdul Rohim Kuningan Barat, Mampang

Lebih terperinci

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU) RINGKASAN Setelah perang dunia kedua berakhir, Kanada mulai mengembangkan PLTN tipe reaktor air berat (air berat: D 2 O, D: deuterium) berbahan bakar uranium alam. Reaktor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi sangat tinggi. Sementara itu, ketersediaan sumber energi tak terbaharui (bahan bakar fosil) semakin menipis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan iklim global akibat efek rumah kaca merupakan permasalahan lingkungan serius yang saat ini sedang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan iklim global akibat efek rumah kaca merupakan permasalahan lingkungan serius yang saat ini sedang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Perubahan iklim global akibat efek rumah kaca merupakan permasalahan lingkungan serius yang saat ini sedang dihadapi oleh manusia. Dampak yang ditimbulkan oleh pembakaran

Lebih terperinci

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR) RINGKASAN Reaktor Grafit Berpendingin Gas (Gas Cooled Reactor, GCR) adalah reaktor berbahan bakar uranium alam dengan moderator grafit dan berpendingin

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi dan pertumbuhan penduduk dunia yang pesat mengakibatkan bertambahnya kebutuhan energi seiring berjalannya waktu. Energi digunakan untuk membangkitkan

Lebih terperinci

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU RINGKASAN Reaktor Pendingin Gas Maju (Advanced Gas-cooled Reactor, AGR) adalah reaktor berbahan bakar uranium dengan pengkayaan rendah, moderator grafit dan pendingin gas yang

Lebih terperinci

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR RINGKASAN Beberapa tipe Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah Reaktor Air Tekan (Pressurized Water Reactor, PWR), Reaktor Air Tekan Rusia (VVER),

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA Pada bagian ini dibahas efisiensi energi dalam perekonomian Indonesia, yang rinci menjadi efisiensi energi menurut sektor. Disamping itu,

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI HIDROGEN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI NUKLIR

SISTEM PRODUKSI HIDROGEN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI NUKLIR YOGY AKARTA, 21-22 DESEMBER 2006 SISTEM PRODUKSI HIDROGEN DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI NUKLIR DJA TI H. SALIMY, IDA N.FINAHARI, Em SARTONO Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) BATAN Gedung Batan Pusat

Lebih terperinci

ENERGI NUKLIR SEBAGAI SUMBER ENERGI PANAS ALTERNATIF PADA KILANG MINYAK

ENERGI NUKLIR SEBAGAI SUMBER ENERGI PANAS ALTERNATIF PADA KILANG MINYAK Energi Nuklir sebagai Sumber Energi Panas Alternatif pada Kilang Minyak (Sunardi, Djati H Salimy, Edwaren Liun, Sahala M Lumbanraja) ENERGI NUKLIR SEBAGAI SUMBER ENERGI PANAS ALTERNATIF PADA KILANG MINYAK

Lebih terperinci

NATURAL GAS TO LIQUIFIED NATURAL GAS

NATURAL GAS TO LIQUIFIED NATURAL GAS NATURAL GAS TO LIQUIFIED NATURAL GAS Gas alam merupakan sumber energi yang andal dan efisien, mampu terbakar lebih bersih dibandingkan dengan sumber energi fosil lainnya. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI Indikator yang lazim digunakan untuk mendapatkan gambaran kondisi pemakaian energi suatu negara adalah intensitas energi terhadap penduduk (intensitas energi per kapita)

Lebih terperinci

ARTIKEL TUGAS INDUSTRI KIMIA ENERGI TERBARUKAN. Disusun Oleh: GRACE ELIZABETH ID 02

ARTIKEL TUGAS INDUSTRI KIMIA ENERGI TERBARUKAN. Disusun Oleh: GRACE ELIZABETH ID 02 ARTIKEL TUGAS INDUSTRI KIMIA ENERGI TERBARUKAN Disusun Oleh: GRACE ELIZABETH 30408397 3 ID 02 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA 2011 ENERGI TERBARUKAN Konsep energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari, kita sangat membutuhkan energi listrik, seperti saat kita berangkat dari rumah untuk bekerja, kuliah, rekreasi, acara keluarga ataupun

Lebih terperinci

Nomor 36, Tahun VII, April 2001

Nomor 36, Tahun VII, April 2001 Nomor 36, Tahun VII, April 2001 Mengenal Proses Kerja dan Jenis-Jenis PLTN Di dalam inti atom tersimpan tenaga inti (nuklir) yang luar biasa besarnya. Tenaga nuklir itu hanya dapat dikeluarkan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kebutuhan Energi Domestik (5) Sumatera 22,6% Jawa 56,9% Kalimantan 9% Sulawesi Bali & NT.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Kebutuhan Energi Domestik (5) Sumatera 22,6% Jawa 56,9% Kalimantan 9% Sulawesi Bali & NT. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan pusat kegiatan ekonomi dan industri di Indonesia karena di pulau selain terdapat ibu kota pusat pemerintahan, DKI Jakarta juga sarat dengan perniagaan.

Lebih terperinci

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar - Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. - PLTN dikelompokkan

Lebih terperinci

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 Ana Rossika (15413034) Nayaka Angger (15413085) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Biomas Kayu Pellet. Oleh FX Tanos

Biomas Kayu Pellet. Oleh FX Tanos Biomas Kayu Pellet Energi Pemanas Rumah Tangga (winter) Energi Dapur Masak Energi Pembangkit Tenaga Listrik Ramah Lingkungan Karbon Neutral Menurunkan Emisi Karbon Oleh FX Tanos Pendahuluan Beberapa tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Energi memiliki peranan penting dalam menunjang kehidupan manusia. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan energi terus meningkat. Untuk dapat

Lebih terperinci

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI Dosen : Hasbullah, S.Pd., MT. Di susun oleh : Umar Wijaksono 1101563 PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

FAKTOR SUPPLY-DEMAND DALAM PILIHAN NUKLIR TIDAK NUKLIR. Oleh: Prof. Dr. Ir. Prayoto, M.Sc. (Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada)

FAKTOR SUPPLY-DEMAND DALAM PILIHAN NUKLIR TIDAK NUKLIR. Oleh: Prof. Dr. Ir. Prayoto, M.Sc. (Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada) 1 Formatted: Font: 10 pt, Italic, FAKTOR SUPPLY-DEMAND DALAM PILIHAN NUKLIR TIDAK NUKLIR Formatted: Not Different first page Oleh: Prof. Dr. Ir. Prayoto, M.Sc. (Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, penggunaan sumber energi fosil tak pelak lagi merupakan sumber energi utama yang digunakan oleh umat manusia. Dalam penggunaan energi nasional di tahun

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIRIAN LABORATORIUM ENERGI BARU DAN TERBARUKAN. Djarot S. Wisnubroto

PROGRAM PENDIRIAN LABORATORIUM ENERGI BARU DAN TERBARUKAN. Djarot S. Wisnubroto PROGRAM PENDIRIAN LABORATORIUM ENERGI BARU DAN TERBARUKAN Djarot S. Wisnubroto 1 Komplek Nuklir BATAN (Eksisting) Rencana RDE dan Iradiator KAJIAN PEMBANGUNAN REAKTOR DAYA NON KOMERSIAL (RDNK)/ REAKTOR

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Di Susun Oleh: 1. Nur imam (2014110005) 2. Satria Diguna (2014110006) 3. Boni Marianto (2014110011) 4. Ulia Rahman (2014110014) 5. Wahyu Hidayatul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi telah mencakup pada prinsip pengembangan usaha kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi telah mencakup pada prinsip pengembangan usaha kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah yang dimanfaatkan untuk perkembangan perekonomian. Salah satu sumber daya alam terpenting ialah sumber daya

Lebih terperinci

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR PENGENALAN (PLTN) PEMBANGKIT L STR KTENAGANUKLTR I _ Sampai saat ini nuklir khususnya zat radioaktif telah dipergunakan secara luas dalam berbagai bidang seperti industri, kesehatan, pertanian, peternakan,

Lebih terperinci

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global Benyamin Lakitan Kementerian Negara Riset dan Teknologi Rakorda MUI Lampung & Jawa Jakarta, 22 Juli 2008 Isu Global [dan Nasional] Krisis Pangan Krisis Energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bising energi listrik juga memiliki efisiensi yang tinggi, yaitu 98%, Namun

BAB I PENDAHULUAN. bising energi listrik juga memiliki efisiensi yang tinggi, yaitu 98%, Namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan energi paling cocok dan nyaman bagi rumah tangga dan berbagai bidang industri karena selain energi llistrik itu tidak menimmbulkan bising energi listrik

Lebih terperinci

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR)

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR) REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR) RINGKASAN Reaktor Air Didih adalah salah satu tipe reaktor nuklir yang digunakan dalam Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Reaktor tipe ini menggunakan

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI

KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI KODE KEAHLIAN DESKRIPSI KEAHLIAN 03 BIDANG ENERGI 03.01 PERENCANAAN ENERGI 03.01.01 PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI Keahlian

Lebih terperinci

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) RINGKASAN RBMK berasal dari bahasa Rusia "Reaktory Bolshoi Moshchnosti Kanalynye" (hi-power pressure-tube reactors: Reaktor pipa tekan berdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di suatu negara. Fluktuasi harga minyak mentah dunia mempengaruhi suatu negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012), 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012), maka peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) didesain berdasarkan 3 (tiga) prinsip yaitu mampu dipadamkan dengan aman (safe shutdown), didinginkan serta mengungkung produk

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008

Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008 Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : 131 803 987 Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008 1 KEBIJAKSANAAN ENERGI 1. Menjamin penyediaan di dalam negeri secara terus-menerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan suatu energi, khususnya energi listrik di Indonesia semakin berkembang menjadi kebutuhan yang tak terpisahkan dari kebutuhan masyarakat sehari-hari seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis industri didirikan guna memenuhi

Lebih terperinci

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK) RINGKASAN RBMK berasal dari bahasa Rusia "Reaktory Bolshoi Moshchnosti Kanalynye" (hi-power pressure-tube reactors: Reaktor pipa tekan berdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini, ketersediaan sumber energi fosil dunia semakin menipis, sumber energi ini semakin langka dan harganya pun semakin melambung tinggi. Hal ini tidak dapat dihindarkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 SUMBER DATA a. KANADA (Bruce Doern, 2009) Kanada merupakan salah satu negara pengguna energi nuklir sebagai salah satu pasokan listrik di negara ini selain energi fosil. Kanada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu energi penting yang dibutuhkan dalam

I. PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu energi penting yang dibutuhkan dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu energi penting yang dibutuhkan dalam pembangunan suatu negara. Hal ini terlihat dari besarnya jumlah konsumsi listrik yang diperlukan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ENERGY MIX DAN POTENSI ENERGI TERBARUKAN DI INDONESIA

KEBIJAKAN ENERGY MIX DAN POTENSI ENERGI TERBARUKAN DI INDONESIA KEBIJAKAN ENERGY MIX DAN POTENSI ENERGI TERBARUKAN DI INDONESIA Rohana (1), Rimbawati (2) Jurusan Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah sumatera Utara JL. Kapt Mukhtar Basri, BA No.3 Medan, 20238 E-mail

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Pengembangan pemanfaatan energi nuklir dalam berbagai sektor saat ini kian pesat. Hal ini dikarenakan energi nuklir dapat menghasilkan daya dalam jumlah besar secara

Lebih terperinci

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Daur bahan bakar nuklir merupakan rangkaian proses yang terdiri dari penambangan bijih uranium, pemurnian, konversi, pengayaan uranium dan konversi ulang menjadi

Lebih terperinci

ENERGI NUKLIR SEBAGAI SUMBER ENERGI PANAS ALTERNATIF PADA INDUSTRI PETROKIMIA

ENERGI NUKLIR SEBAGAI SUMBER ENERGI PANAS ALTERNATIF PADA INDUSTRI PETROKIMIA ENERGI NUKLIR SEBAGAI SUMBER ENERGI PANAS ALTERNATIF PADA INDUSTRI PETROKIMIA Djati H. Salimy, Sunardi Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) BATAN Jl. Kuningan Barat, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan,

Lebih terperinci

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI

PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI. Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI PRINSIP KONSERVASI ENERGI PADA PROSES PRODUKSI Ir. Parlindungan Marpaung HIMPUNAN AHLI KONSERVASI ENERGI Elemen Kompetensi III Elemen Kompetensi 1. Menjelaskan prinsip-prinsip konservasi energi 2. Menjelaskan

Lebih terperinci

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Energi ramah lingkungan atau energi hijau (Inggris: green energy) adalah suatu istilah yang menjelaskan apa yang dianggap sebagai sumber energi

Lebih terperinci

Untuk mengatasi permasalahan di atas, pada tahun 2003 pemerintah meluncurkan program kemitraan konservasi energi. Program kemitraan ini merupakan kese

Untuk mengatasi permasalahan di atas, pada tahun 2003 pemerintah meluncurkan program kemitraan konservasi energi. Program kemitraan ini merupakan kese BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan meningkatnya pembangunan yang diikuti dengan pertumbuhan dan perekembangan perekonomian Indonesia, kebutuhan energi nasional juga semakin meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Listrik merupakan salah satu energi yang sangat dibutuhkan oleh manusia pada era modern ini. Tak terkecuali di Indonesia, negara ini sedang gencargencarnya melakukan

Lebih terperinci

Versi 27 Februari 2017

Versi 27 Februari 2017 TARGET INDIKATOR KETERANGAN 7.1 Pada tahun 2030, menjamin akses universal 7.1.1* Rasio elektrifikasi Indikator nasional yang sesuai dengan indikator layanan energi yang global (Ada di dalam terjangkau,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sepanjang sejarah manusia kemajuan-kemajuan besar dalam kebudayaan selalu diikuti oleh meningkatnya konsumsi energi. Salah satu sumber energi yang banyak digunakan

Lebih terperinci

MASA DEPAN ENERGI NUKLIR

MASA DEPAN ENERGI NUKLIR MASA DEPAN ENERGI NUKLIR Dua puluh dua dari 31 PLTN baru yang siap disambungkan ke jala-jala listrik Dunia telah dibangun di Asia, yang digerakkan oleh pertumbuhan ekonomi, kelangkaan sumber daya alam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 2. Matriks SWOT Kearns

BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 2. Matriks SWOT Kearns BAB IV PEMBAHASAN 4.1. GAMBARAN OBJEK PENELITIAN Penelitian ini menggunakan studi kasus dari beberapa negara pengguna nuklir. Dimana negara-negara tersebut selain menggunakan energi nuklir sebagai pembangkit

Lebih terperinci

GEOTHERMAL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF

GEOTHERMAL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF GEOTHERMAL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas MID AMISCA 2008 Disusun oleh: Kelompok 1 Kelompok 2 Fazri Azhar (10507001) Dinda Husna (10507057) Mila Vanesa (10507013) Sukmawati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maju dengan pesat. Disisi lain, ketidak tersediaan akan energi listrik

BAB I PENDAHULUAN. maju dengan pesat. Disisi lain, ketidak tersediaan akan energi listrik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat akan energi listrik semakin hari semakin meningkat, baik untuk konsumsi beban skala kecil seperti rumah tangga maupun untuk skala besar seperti

Lebih terperinci

REAKTOR AIR TEKAN TIPE RUSIA (VVER)

REAKTOR AIR TEKAN TIPE RUSIA (VVER) REAKTOR AIR TEKAN TIPE RUSIA (VVER) RINGKASAN Kepanjangan VVER dalam bahasa Rusia adalah VODO-VODYANOI ENERGETICHESKY REAKTOR VVER, Jika diartikan dalam bahasa Inggris adalah WATER-WATER POWER REACTOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan kepada setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biomassa adalah bahan biologis yang berasal dari organisme atau makhluk hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah keseluruhan organisme

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang turut menerapkan teknologi yang hingga saat ini terus berkembang. Penerapan teknologi untuk menunjang kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA TURBIN KOMPRESOR UNTUK DESAIN KONSEPTUAL UNIT KONVERSI DAYA RGTT200K

ANALISIS KINERJA TURBIN KOMPRESOR UNTUK DESAIN KONSEPTUAL UNIT KONVERSI DAYA RGTT200K ANALISIS KINERJA TURBIN KOMPRESOR UNTUK DESAIN KONSEPTUAL UNIT KONVERSI DAYA RGTT200K Oleh Ign. Djoko Irianto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir ABSTRAK ANALISIS KINERJA TURBIN KOMPRESOR UNTUK

Lebih terperinci

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) PENGENALAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam bentuk bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945. Sedemikian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

PRODUKSI HIDROGEN PROSES STEAM REFORMING DIMETHYL ETHER (DME) DENGAN REAKTOR NUKLIR TEMPERATUR RENDAH

PRODUKSI HIDROGEN PROSES STEAM REFORMING DIMETHYL ETHER (DME) DENGAN REAKTOR NUKLIR TEMPERATUR RENDAH Produksi Hidrogen Proses Steam Reforming Dimethyl Ether (DME) dengan Reaktor Nuklir Temperatur Rendah (Djati H. Salimy) PRODUKSI HIDROGEN PROSES STEAM REFORMING DIMETHYL ETHER (DME) DENGAN REAKTOR NUKLIR

Lebih terperinci

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia Soal-soal Open Ended Bidang Kimia 1. Fuel cell Permintaan energi di dunia terus meningkat sepanjang tahun, dan menurut Proyek International Energy Outlook 2013 (IEO-2013) konsumsi energi dari 2010 sampai

Lebih terperinci

Analisis netronik 3-D tentang Skenario SUPEL pada BWR

Analisis netronik 3-D tentang Skenario SUPEL pada BWR 1 DESKRIPSI RISET I (Daur Ulang Secara Langsung Limbah Nuklir dengan Metode SUPEL Menuju Zero Release Waste) 1.1 Deskripsi singkat Kebutuhan energi global yang terus meningkat menjadi salah satu pendorong

Lebih terperinci

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA

OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA OPTIMASI NILAI GAS ALAM INDONESIA Prof. Indra Bastian, MBA, Ph.D, CA, CMA, Mediator PSE-UGM Yogyakarta,25 Agustus 2014 PRODUK GAS 1. Gas alam kondensat 2. Sulfur 3. Etana 4. Gas alam cair (NGL): propana,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI INTISARI Oleh: Ir. Agus Sugiyono *) PLN sebagai penyedia tenaga listrik yang terbesar mempunyai kapasitas terpasang sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia karena hampir semua aktivitas kehidupan manusia sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia karena hampir semua aktivitas kehidupan manusia sangat tergantung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan kebutuhan energy di Indonesia merupakan masalah yang serius dalam kehidupan manusia.energy merupakan komponen penting bagi kelangsungan hidup manusia karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Benda ini biasanya berwarna hitam, dan kadang berwarna coklat tua.

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Benda ini biasanya berwarna hitam, dan kadang berwarna coklat tua. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batubara adalah batu sedimen organik yang terbentuk oleh tekanan di perut bumi. Benda ini biasanya berwarna hitam, dan kadang berwarna coklat tua. Batubara umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencukupi kebutuhan hidup. Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencukupi kebutuhan hidup. Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan manusia yang cepat mendorong manusia memanfaatkan alam secara berlebihan. Pemanfaatan tersebut baik sebagai pemukiman maupun usaha untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tchobanoglous dkk. ( 1993) sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan,

Lebih terperinci

Otonomi Energi. Tantangan Indonesia

Otonomi Energi. Tantangan Indonesia Otonomi Energi Salah satu masalah yang paling besar di dunia saat ini adalah energi atau lebih tepatnya krisis energi. Seluruh bagian dunia ini tidak dapat mengingkari bahwa berbagai persediaan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sampai saat ini, Indonesia masih menghadapi persoalan dalam mencapai target pembangunan bidang energi. Ketergantungan terhadap energi fosil terutama minyak bumi dalam

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang di

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang di LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.300, 2014 SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5609) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Penggunaan uranium sebagai bahan bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) selain menghasilkan tenaga listrik dapat juga menghasilkan bahan

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK

PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM ABSTRAK PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI RGTT200K UNTUK MEMPEROLEH KINERJA YANG OPTIMUM Ign. Djoko Irianto Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) BATAN ABSTRAK PEMODELAN SISTEM KONVERSI ENERGI

Lebih terperinci

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN 2339-028X STUDI LITERATUR PENGEMBANGAN NANOFLUIDA UNTUK APLIKASI PADA BIDANG TEKNIK DI INDONESIA Anwar Ilmar Ramadhan 1*, Ery Diniardi 1, Cahyo Sutowo 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, (PGN) merupakan perusahaan salah satu perusahaan dibawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang transportasi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. diproses lagi menjadi produk-produk baru yang lebih menguntungkan. industri yang dikaitkan dengan sektor ekonomi lain.

1. PENDAHULUAN. diproses lagi menjadi produk-produk baru yang lebih menguntungkan. industri yang dikaitkan dengan sektor ekonomi lain. 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendirian Pabrik Indonesia merupakan salah satu negara yang berpotensi di sektor minyak dan gas bumi, sehingga minyak dan gas bumi dapat dijadikan komoditi penting untuk

Lebih terperinci

SISTEM mpower DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA DI INDONESIA

SISTEM mpower DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA DI INDONESIA Sistem mpower dan Prospek Pemanfaatannya di Indonesia (Sudi Ariyanto) SISTEM mpower DAN PROSPEK PEMANFAATANNYA DI INDONESIA Sudi Ariyanto Pusat Pengembangan Energi Nuklir (PPEN) BATAN Jalan Kuningan Barat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian pabrik metanol merupakan hal yang sangat menjanjikan dengan alasan:

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian pabrik metanol merupakan hal yang sangat menjanjikan dengan alasan: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Metil alkohol atau yang lebih dikenal dengan sebutan metanol merupakan produk industri hulu petrokimia yang mempunyai rumus molekul CH3OH. Metanol mempunyai berat

Lebih terperinci

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

REAKTOR PEMBIAK CEPAT REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Elemen bakar yang telah digunakan pada reaktor termal masih dapat digunakan lagi di reaktor pembiak cepat, dan oleh karenanya reaktor ini dikembangkan untuk menaikkan rasio

Lebih terperinci

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 23 DESEMBER 2014 METODOLOGI 1 ASUMSI DASAR Periode proyeksi 2013 2050 dimana tahun 2013 digunakan sebagai tahun dasar. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar

Lebih terperinci