BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 2. Matriks SWOT Kearns

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. Tabel 2. Matriks SWOT Kearns"

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN 4.1. GAMBARAN OBJEK PENELITIAN Penelitian ini menggunakan studi kasus dari beberapa negara pengguna nuklir. Dimana negara-negara tersebut selain menggunakan energi nuklir sebagai pembangkit listrik, beberapa negara juga menggunakan alternatif sumber energi lain untuk mencukupi kebutuhan pasokan listriknya. Energi nuklir di berbagai negara pengguna ini merupakan penyumbang utama energi listrik. Hal ini dikarenakan perbandingan volume yang dihasilkan oleh energi nuklir dengan energi lain selain energi nuklir jauh lebih besar PEMBAHASAN HASIL ANALISIS ANALISIS SWOT Tabel 2. Matriks SWOT Kearns EKSTERNAL OPORTUNITY THREATH INTERNAL STRENGTH Comparative Advantage Mobilization WEAKNESS Divestment/Investment Damage Control Sumber : Hisyam, 1998 Dari Matriks SWOT di atas, dapat diketahui adanya kolom internal yang terdiri dari strength (kekuatan) dan weakness (kelemahan). Kekuatan dan kelemahan yang dimaksud adalah kekuatan dan kelemahan yang ada dalam energi nuklir sendiri. Sedangkan untuk baris eksternal, terdiri dari oportunity (peluang) dan threath (ancaman). Peluang dan ancaman ini berasal dari luar energi nuklir. Berikut merupakan kekuatan, kelemahan, peluang (kesempatan) dan ancaman. Keterangan: Sel A: Comparative Advantages Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga memberikan kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat. 21

2 Dalam penerapannya pada energi nuklir, pertemuan antara kekuatan energi nuklir seperti rendah emisi dan biaya listrik yang murah memberikan peluang bagi masyarakat untuk berkembang lebih cepat. Misalnya dengan biaya listrik yang murah, mendorong masyarakat untuk memanfaatkan tenaga listrik dengan lebih baik, sehingga perkembangan ekonomi dalam masyarakat semakin berkembang. Sel B: Mobilization Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi untuk Comparative Advantage Divestment/Investment Damage Control Mobilization memperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman itu menjadi sebuah peluang. Pembuatan PLTN memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Berbagai bahan dasar yang dibutuhkan dan alat pendukung yang lain memiliki nilai yang tidak sedikit. Pengembangannya juga membutuhkan dana yang besar. Dari kesemuanya tersebut dapat diminimalisirkan. Usaha yang dapat dilakukan salah satunya adalah pengembangan konsep reaktor nuklir yang disusun dengan struktur yang tepat oleh para tenaga ahli dan profesional dibidangnya. Ketepatan akan pembuatan reaktor ini akan membuat kenyamanan dari penduduk sekitar, sehingga mereka pun tidak perlu terbebani lagi dengan masalah lain yang berhubungan dengan keselamatan mereka. Hal ini tentunya akan membuat kemudahan akses bagi lingkungan sekitar terhadap dunia luar. Meski biaya pembuatan reaktor ini tidak sedikit, namun dengan bantuan dari para investor akan membantu meringankan beban keuangan. Bantuan yang diberikan oleh para investor dapat digunakan untuk meminimalisir biaya pembuatan PLTN dan pengembangannya. Selain itu hubungan yang baik dengan negara pengguna nuklir dapat menjadi salah satu faktor penrik untuk investor masuk dalam bidang ini. Sel C: Divestment/Investment Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah 22

3 (melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan menggarap peluang itu (investasi). Daur ulang limbah dengan cara yang tepat dapat dilakukan dengan cermat dan hati-hati. Usaha ini dapat dilakukan untuk mencegah adanya kebocoran limbah yang dampaknya berakibat buruk bagi kesehatan. Selain itu, pembuatan pengungkungan hasil sisa produksi atau limbah akan menghilangkan kekhawatiran akan resiko limbah yang tinggi. Karena pengungkungan ini dilakukan akan limbah hanya berada pada satu kawasan dan tidak keluar kekawasan lain. Seperti sifat dari energi ini sendiri bahwa limbah yang di hasilkan dapat dikumpulkan dan diproses. Sedangkan sisa biaya dari pengurangan biaya listrik dapat dialihkan untuk hal lain. Listrik yang murah dapat membantu masyarakat secara ekonomi. Selain itu, energi ini juga rendah emisi. Hal ini juga sudah melalui pengujian oleh beberapa ahli. Pengujian rendah emisi ini terbukti sebagai energi yang efektif. Selain dapat mengurangi biaya listrik, kesehatan kita juga terbantu dengan rendahnya emisi dari energi ini. Skala dalam jumlah besar akan terus diproduksi dengan pengolahan yang modern. Tentunya dengan pengolahan limbah yang modern pula. Dengan memperhatikan pencegahan pencemaran yang dihasilkan oleh limbah tersebut, industri akan mengalami perkembangan. Sel D: Damage Control Sel ini merupakan kondisi yang paling lemah dari semua sel karena merupakan pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi lebih parah dari yang diperkirakan. Biaya yang mahal tentunya menjadi kelemahan terhadap pembuatan energi ini. Namun, hal tersebut hanya berlaku untuk proses pembuatan. Sedangkan untuk setelahnya, energi ini akan menghasilkan banyak keuntungan bagi suatu negara, dilihat dari berbagai perkembangan tekhnologi yang nantinya muncul akan membuat industri semakin berkembang. Dilihat dari keuntungan yang lain, para industriawan pun tidak akan mengalami keluhan terhadap biaya listrik, karena listrik yang mereka pakai biayanya jauh lebih murah dengan daya pemakaian yang sama besarnya. Dari sisi masyaarakat menengah ke bawah, akan bisa merasakan adanya listrik yang murah yang awalnya belum bisa mereka konsumsi, akan semakin mudah diperoleh, sehingga 23

4 kesenjangan akan listrikpun tidak akan terlalu mengalami lonjakan yang drastis. Biaya yang diperoleh dari para investor dapat digunakan untuk meminimalisir biaya pembuatan dan pengembangan PLTN, selain itu dapat digunakan untuk membuat alat pengolahan limbah yang aman, sehingga diharapkan dengan adanya pembuatan PLTN ini tidak merugikan banyak pihak dan pencemaran yang dihasilkan dari limbah dapat diminimalisir. Di bawah ini merupakan berbagai hal rinci yang memuat tentang kekuatan dan kelemahan, peluang dan ancaman yang berasal dari energi nuklir. Tabel 3 Kriteria SWOT Berdasarkan Sumber Data Kekuatan Biaya bahan bakar rendah Rendah emisi Tidak mencemari udara Tidak menghasilkan gas-gas berbahaya Volume limbah kecil Biaya listrik murah Supply energi memungkinkan untuk beban pemakaian menengah hingga puncak Keselamatan penggunaan energi sudah ditanggung oleh Dewan Energi Atom Keamanan perubahan iklim Kelemahan Biaya pembuatan yang mahal Resiko limbah yang tinggi Limbah radioaktif yang dihasilkan dapat bertahan ribuan tahun 24

5 Kesempatan Peningkatan GDP Hubungan kerjasama dengan negara pengguna nuklir Adanya kemudahan akses Berkurangnya hutang pemerintah Menjadi prospek yang menarik ketika harga minyak dan gas mengalami ketidakpastian Terjadinya perdagangan energi karena permintaan investasi yang tinggi Penelitian di bidang pendidikan semakin maju, terutama pada pertanian dan kedokteran Pengembangan teknologi Sumber: diolah oleh penulis Ancaman Belum ada solusi untuk limbah Kebijakan yang dibuat belum bisa menjaga keselamatan publik Terjadinya korupsi dalam pengadaan proyek PLTN Biaya listrik menjadi mahal ketika pembiayaan berasal dari pemerintah dan tidak ada bantuan investor Terorisme Tabel di atas mengindikasikan berbagai hal yang dialami oleh 17 negara pengguna energi nuklir. Kenyataan-kenyataan tersebut dialami oleh ke-17 negara ini ketika mereka sudah menggunakan energi nuklir dan menerapkannya baik sebagai energi utama maupun energi alternatif pembangkit tenaga listrik. Sebagian besar dari negaranegara ini mendapatkan keuntungan lebih setelah menerapkan energi nuklir. Kekuatan dan kesempatan yang didapat oleh sebagian besar negara membuat mereka tidak beralih pada energi lain baik sebagai energi utama maupun energi alternatif pembangkit tenaga listrik. Kekuatan diatas juga dimiliki oleh Indonesia. Karena seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa ke -17 negara pengguna energi nuklir ini ada yang masih berupa negara berkembang, Indonesia juga memiliki kekuatan yang mendorong adanya penggunaan energi ini menjadi energi alternatif pembangkit listrik. Tenaga profesional yang dimiliki oleh Indonesia untuk pengadaan energi ini juga tidak perlu diragukan meski jumlahnya jika dibandingkan dengan negara maju tidak begitu banyak. Namun, hal ini sudah dibuktikan dengan adanya 3 reaktor nuklir yang sudah ada di negara Indonesia yaitu di Bandung (Jawa Barat), Serpong (Banten) dan Batan (Yogyakarta). Kesempatan yang ada dalam tabel juga sudah dialami oleh negara Indonesia. Seperti penggunaan dalam ilmu kedokteran. Meski masih dalam skala yang kecil, namun kesempatan yang diperoleh dengan 25

6 adanya penggunaan energi nuklir dalam ilmu kedokteran dalam skala kecil ini sudah bisa dirasakan secara langsung. Untuk ancaman dan kelemahan dengan adanya penggunaan energi ini belum terlalu dirasakan oleh Indonesia, karena penggunaannya masih dalam skala yang kecil. Gambar 1 Diagram Analisis SWOT Berbagai Peluang III. Mendukung Strategi Turnaround I. Mendukung Strategi Agresif Kelemahan Internal Kekuatan Internal IV. Mendukung Strategi Defensif II. Mendukung Strategi Diversifikasi Berbagai Ancaman Sumber : Freddy Rangkuti, 2005 KUADRAN I Kuadran ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Energi nuklir memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang ada dengan maksimal. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan yang agresif. Dengan adanya energi nuklir, kekuatan-kekuatan seperti rendahnya emisi, biaya listrik yang murah, keamanan perubahan iklim, dan rendahnya biaya bahan bakar membuat peluang seperti peningkatan GDP, berkurangnya hutang pemerintah, kemudahan akses dan semakin majunya teknologi semakin cepat dirasakan. Hal ini dikarenakan semakin cepatnya atau semakin cepat strategi agresif ini diterapkan akan membuat peluang yang ada semakin cepat diperoleh 26

7 KUADRAN II Meskipun menghadapi berbagai ancaman, energi nuklir ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi. Di dalam kuadran ini, ketika dapat memanfaatkan kekuatan dengan baik, ancaman yang terjadi dapat ditanggulangi. Dalam energi nuklir, ancaman yang diperoleh seperti terorisme, belum ada solusi untuk limbah dan biaya listrik yang mahal karena pendanaan ditanggung oleh pemerintah dapat dimininalisir dengan kekuatan semakin majunya teknologi, semakin didapat solusi untuk limbah. Seperti dibangunnya dinding permanen, hingga pengolahan limbah kembali, sehingga biaya listrik yang mahal juga mampu dikendalikan dengan proses daur ulang limbah energi nuklir ini. KUADARAN III Energi nuklir menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal. Fokus dalam proyek energi nuklir ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Teknologi yang semakin modern, hubungan yang baik dengan negara pengguna nuklir dapat meminimalkan resiko limbah yang tinggi dan biaya proyek PLTN yang mahal. Hal ini dikarenakan hubungan yang baik akan membuat kemudahan berbagai akses, sehingga dapat menarik investor masuk dalam bidang ini. Masuknya investor dapat menyumbang berbagai teknologi pula untuk meminimalkan resiko limbah. Merupakan peluang yang bagus ketika strategi turnaround ini digunakan. KUADRAN IV Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, energi nuklir tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Pada kuadran ini, energi nuklir menjadi energi yang riskan untuk digunakan sebagai pembangkit listrik. Karena kelemahan-kelemahan dari energi ini seperti resiko limbah, bahayanya radiasi energi nuklir dan mahalnya proyek PLTN membuat ancaman terorisme dan tindakan korupsi akan semakin terasa. Berdasarkan data yang diperoleh dari studi literatur, energi nuklir berpeluang masuk dalam kuadran pertama. Artinya energi nuklir ini memiliki prospek yang bagus karena 27

8 pada kondisi yang menguntungkan. Kebijakan yang cocok dipakai untuk penggunaan energi ini adalah kebijakan yang agresif. Semakin cepat kebijakan ini diterapkan semakin cepat pula masyarakat merasakan keuntungan dari energi ini. Negara para pengguna energi nuklir ini menggunakan berbagai kondisi dan situasi untuk membuat energi nuklir menjadi lebih berarti dalam penggunaannya sebagai pembangkit tenaga listrik ANALISIS MANFAAT BIAYA Tabel. 4 Manfaat biaya dengan nuklir Peneliti Biaya Yang Dikeluarkan Manfaat Yang Diperoleh Bruce Doern, Pendanaan yang 1. Biaya listrik yang murah *** Andrew C mahal *** 2. Energi yang dihasilkan Dr. S. K. Jain, Pembuatan memungkinkan beban Wettmann, 2011 kebijakan ** pemakaian listrik dari skala Leonid Andreev, Biaya pembuatan pemakaian menengah hingga WEC, 2007 Tomas Kaberger, 2007 daur ulang limbah nuklir * pemakaian puncak energi listrik. * Rolf Ribi, Resiko kesehatan 3. Utang pemerintah berkurang * Daniel Flemes, 2006 bila terjadi 4. Rendah emisi ** EIA, 2012 Sudarno, 2009 kebocoran *** 5. Biaya listrik mahal * 6. Ketergantungan pada pajak * 7. Internasional Embargo ** 5. Prospek yang menguntungkan dari segi permintaan investasi yang tinggi ** 6. Terjalinnya hubungan yang baik antar negara pengguna energi nuklir. * 7. Pengembangan teknologi ** 8. Menyediakan keberlanjutan listrik * 9. Menghemat biaya bahan bakar * Keterangan : *satu negara, ** 2-5 negara, *** 6 negara dari 17 negara pengguna nuklir 28

9 Berdasar pada tabel diatas, hampir semua dari 17 negara pengguna energi nuklir menerima manfaat yang positif dengan penggunaan energi nuklir ini sebagai energi alternatif. Negaranegara yang memperoleh manfaat ini melihat nuklir sebagai energi yang positif. Positif disini diartikan dengan rendahnya emisi yang dihasilkann dan yang secara langsung dapat dirasakan oleh konsumen energi nuklir adalah murahnya harga penggunaan energi ini. Sehingga jumlah manfaat yang dapat dirasakan oleh para pengguna energi nuklir semakin bertambah dengan tetapnya jumlah biaya yang harus dikeluarkan. Tabel. 5 Manfaat biaya tanpa energi nuklir Pengarang Resiko Yang Diambil Manfaat Yang Diperoleh Bruce Doern, 2009 Andrew C 1. Terjadinya GRK (Gas Rumah Kaca)* 1. Bahan baku tidak perlu impor *** Dr. S. K. Jain, Biaya listrik relatif mahal * 2. Pendanaan tidak Wettmann, Supply energi tidak terlalu besar * Leonid Andreev, 2011 memungkinkan untuk beban 3. Tidak adanya WEC, 2007 pemakaian menengah hingga internasional Tomas Kaberger, 2007 puncak ** embargo * Rolf Ribi, Dihasilkannya gas-gas yang Daniel Flemes, 2006 EIA, 2012 Sudarno, 2009 berbahaya bagi kesehatan *** 5. Energi terbarukan sudah tidak relevan lagi * 6. Adanya eksploitasi sumber daya * Keterangan : *satu negara, ** 2 negara, *** negara dari 17 negara pengguna nuklir Untuk tabel kedua, manfaat dan biaya tanpa menggunakan energi nuklir tidak sedikit negara dari 17 negara pengguna energi nuklir ketika mereka tidak menerapkan energi ini sebagai energi alternatif maupun energi utama membuat biaya yang dikeluarkan semakin besar. Jadi, biaya yang dikeluarkan untuk pemakaian energi lain selain energi nuklir sebagai energi alternatif dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan manfaat yang bisa diperoleh. Karena dampak yang terjadi secara langsung dirasakan oleh konsumen dan lingkungan. Seperti harga listrik yang mahal dan adanya eksploitasi sumber daya alam. 29

10 4.3. IMPLEMENTASI KEBIJAKAN Uranium merupakan barang bagus untuk digunakan sebagai bahan baku pembangkit listrik tenaga nuklir karena uranium selain di Indonesia memiliki tambang bahan baku ini, nuklir juga bisa menyediakan pasokan listrik yang cukup mumpuni dan murah untuk bisa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia (tabel kebutuhan listrik di Indonesia). Berikut merupakan grafik kebutuhan masyarakat Indonesia akan konsumsi listrik dengan memanfaatkan berbagai sumber daya alam energi yang ada Minyak Bumi Batubara Gas CBM Tenaga Air PanasBumi Nuklir EBT Lainnya Biofuel BBBC Gambar 1 Gambar Grafik Proyeksi Primer Penggunaan Energi (Sumber : Handbook EE 2006) Dengan berdasar pada grafik di atas, Indonesia memiliki berbagai sumber daya alam yang melimpah untuk digunakan sebagai sumber energi. Namun, berdasarkan survei yang ada, lebih dari 50% konsumsi energi diduduki oleh batubara dan gas alam. Sisanya dipasok dari energi minyak sebesar 13 persen dan energi terbarukan 15 persen (Himpunan Mahasiswa Universitas Serambi Mekah, 2009). Energi nuklir berpotensi menekan pemakaian listrik hingga 18 persen dan bahan bakar sampai 8 persen. Selain itu, ketergantungan terhadap bahan bakar fosil memberikan dampak pada polusi gas rumah kaca (terutama CO2) akibat pembakaran bahan bakar fosil. Pemakaian energi nuklir sebagai sumber bahan bakar juga mampu mengurangi polutan CO2 sampai 8 persen yang berarti PLTN dipersepsi sebagai sumber energi yang ramah lingkungan 30

11 Dengan adanya sumber daya alam yang melimpah dan disandingkan dengan hasil analasis di atas. Energi nuklir masih merupakan energi yang ramah lingkungan dibandingkan dengan energi lain. Dan hanya energi nuklir yang tidak menghasilkan gas-gas yang berbahaya bagi kesehatan. Sementara itu, tentunya penggunaan energi ini diperlukan regulasi yang mengatur tentang keamanan dan keselamatan pengguna energi nuklir. Tanpa adanya regulasi yang mendukung tentang kebijakan penggunaan energi nuklir, energi ini akan sulit untuk diterapkan pada suatu negara Internasional Beberapa negara seperti Slovenia, Afrika Selatan, Amerika Serikat dan Pakistan menggunakan beberapa regulasi yang dibuat oleh pemerintah untuk mendukung terselenggaranya penggunaan energi nuklir sebagai pembangkit tenaga listrik di negara mereka. Regulasi yang dibuat oleh dewan atom dan energi di negara mereka masing-masing. Selain itu, regulasi yang dibuat digunakan untuk mendukung kesejahteraan dan keselamatan pengguna energi nuklir dengan tujuan untuk keselamatan dan keberlanjutan lingkungan. Regulasi yang dibuat bersifat peluang. Sehingga, berbagai pihak yang terkait dengan energi ini seperti pengguna dan pelaksana proyek pembangunan PLTN akan merasa terjaga keselamatannya Nasional Di Indonesia sendiri, beberapa regulasi juga dibuat untuk mendukung terselenggaranya energi nuklir sebagai pembangkit tenaga listrik. Regulasi ini mengatur tentang ketenaganukliran, ketentuan tentang instalasi nuklir dan keselamatan pengangkutan zat radioaktif. Selain itu, Pengelolaan Limbah Radioaktif, Keselamatan Radiasi dan Baku Tingkat Radioaktivitas di Lingkungan juga menjadi beberapa regulasi yang dibuat. Kebijakan ini sudah mencakup sebagian besar elemen yang terdapat dalam penggunaan energi nuklir. Seperti keselamatan pengguna energi nuklir, tenaga kerja pembangun proyek energi nuklir, hingga keselamatan terhadap lingkungan menjadi bahan pertimbangan pembuatan regulasi ini. Indonesia, setelah memiliki beberapa regulasi ini, harusnya mampu untuk menerapkan energi ini sebagai energi alternatif pembangkit tenaga listrik, karena regulasi yang dibuat bersifat sebagai peluang yang bila secara cepat diterapkan akan semakin cepat manfaat dan keuntungan yang dapat dirasakan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, 31

12 karakter dari 17 negara pengguna energi nuklir tidak hanya berasal dari negara maju tetapi juga negara berkembang, membuat Indonesia memiliki kesempatan yang sama dengan negara lain untuk bisa menggunakan energi nuklir sebagai energi alternatif pembangkit tenaga listrik. Teknologi yang digunakan oleh negara berkembang yang termasuk dalam 17 negara pengguna energi nuklir memang belum bisa dibandingkan dengan teknologi yang digunakan oleh negara maju. Namun, negara berkembang ini memiliki perkembangan teknologi tersendiri dengan belajar dari negara maju, sehingga alat-alat teknologi yang digunakan meski berada pada kualitas kedua tapi teknologi yang digunakan tidak kalah bagus dengan teknologi negara maju. Hubungan yang terbentuk karena adanya proses adopsi teknologi memiliki keuntungan tersendiri dalam proses pengembangan energi nuklir. Dengan adanya hal tersebut, tentunya Indonesia juga mampu untuk dapat meraih kesempatan ini dengan memilih energi nuklir menjadi energi alternatif pembangkit tenaga listrik. 32

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 SUMBER DATA a. KANADA (Bruce Doern, 2009) Kanada merupakan salah satu negara pengguna energi nuklir sebagai salah satu pasokan listrik di negara ini selain energi fosil. Kanada

Lebih terperinci

ANALISIS SWOT. Matriks SWOT Kearns EKSTERNAL INTERNAL. Comparative Advantage. Mobilization STRENGTH WEAKNESS. Sumber: Hisyam, 1998

ANALISIS SWOT. Matriks SWOT Kearns EKSTERNAL INTERNAL. Comparative Advantage. Mobilization STRENGTH WEAKNESS. Sumber: Hisyam, 1998 ANALISIS SWOT Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja. Analisis internal

Lebih terperinci

Analisis Strategi Bisnis (SWOT) Kelompok 4: Opissen Yudisius Murdiono Muhammad Syamsul Wa Ode Mellyawanty Kurniawan Yuda

Analisis Strategi Bisnis (SWOT) Kelompok 4: Opissen Yudisius Murdiono Muhammad Syamsul Wa Ode Mellyawanty Kurniawan Yuda Analisis Strategi Bisnis (SWOT) Kelompok 4: Opissen Yudisius Murdiono Muhammad Syamsul Wa Ode Mellyawanty Kurniawan Yuda Apa yang dimaksud dengan Analisis SWOT? Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 DEFINISI KONSEP 2.1.1 Definisi Teoritis Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari, kita sangat membutuhkan energi listrik, seperti saat kita berangkat dari rumah untuk bekerja, kuliah, rekreasi, acara keluarga ataupun

Lebih terperinci

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar - Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan stasiun pembangkit listrik thermal di mana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik. - PLTN dikelompokkan

Lebih terperinci

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR RINGKASAN Penggunaan uranium sebagai bahan bakar pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) selain menghasilkan tenaga listrik dapat juga menghasilkan bahan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

FAKTOR SUPPLY-DEMAND DALAM PILIHAN NUKLIR TIDAK NUKLIR. Oleh: Prof. Dr. Ir. Prayoto, M.Sc. (Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada)

FAKTOR SUPPLY-DEMAND DALAM PILIHAN NUKLIR TIDAK NUKLIR. Oleh: Prof. Dr. Ir. Prayoto, M.Sc. (Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada) 1 Formatted: Font: 10 pt, Italic, FAKTOR SUPPLY-DEMAND DALAM PILIHAN NUKLIR TIDAK NUKLIR Formatted: Not Different first page Oleh: Prof. Dr. Ir. Prayoto, M.Sc. (Guru Besar Fakultas MIPA Universitas Gadjah

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan salah satu solusi terbaik untuk mengatasi krisis energi yang dihadapi Indonesia. Energi nuklir yang seringkali dicap jelek sebagai

Lebih terperinci

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT RINGKASAN Reaktor pembiak cepat (Fast Breeder Reactor/FBR) adalah reaktor yang memiliki kemampuan untuk melakukan "pembiakan", yaitu suatu proses di mana selama reaktor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah energi merupakan salah satu hal yang sedang hangat dibicarakan saat ini. Di Indonesia, ketergantungan kepada energi fosil masih cukup tinggi hampir 50 persen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kampung Baru, Kota Tua, Jakarta Barat. Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kampung Baru, Kota Tua, Jakarta Barat. Kota 17 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Kampung Baru, Kota Tua, Jakarta Barat. Kota Tua Jakarta, daerahnya berbatasan sebelah utara dengan Pasar Ikan, Pelabuhan

Lebih terperinci

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014 Badan Tenaga Nuklir Nasional J A K A R T A Hari, tanggal Minggu, 10 Mei 2015 Yth.: Bp. Kepala BadanTenaga Nuklir Nasional GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/05/2014 Sumber Berita Selasar.com Hal. -

Lebih terperinci

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia Soal-soal Open Ended Bidang Kimia 1. Fuel cell Permintaan energi di dunia terus meningkat sepanjang tahun, dan menurut Proyek International Energy Outlook 2013 (IEO-2013) konsumsi energi dari 2010 sampai

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011, bertempat di pesisir pantai utara Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa

Lebih terperinci

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena hampir semua aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA SEMINAR NASIONAL: THORIUM SEBAGAI SUMBER DAYA REVOLUSI INDUSTRI JAKARTA, 24 MEI 2016

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA SEMINAR NASIONAL: THORIUM SEBAGAI SUMBER DAYA REVOLUSI INDUSTRI JAKARTA, 24 MEI 2016 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA SEMINAR NASIONAL: THORIUM SEBAGAI SUMBER DAYA REVOLUSI INDUSTRI JAKARTA, 24 MEI 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; 2. Menteri

Lebih terperinci

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH NAMA : PUTRI MERIYEN BUDI S NIM : 12013048 JURUSAN : TEKNIK GEOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA

Lebih terperinci

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan Energi ramah lingkungan atau energi hijau (Inggris: green energy) adalah suatu istilah yang menjelaskan apa yang dianggap sebagai sumber energi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis data

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008 RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2008 disusun untuk menggambarkan kecenderungan situasi permintaan dan penyediaan energi Indonesia hingga 2030 dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya cadangan minyak bumi, gas dan batubara di Indonesia,membuat kita harus segera memikirkan

Lebih terperinci

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global Benyamin Lakitan Kementerian Negara Riset dan Teknologi Rakorda MUI Lampung & Jawa Jakarta, 22 Juli 2008 Isu Global [dan Nasional] Krisis Pangan Krisis Energi

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2000 TENTANG PERIZINAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR U M U M Pemanfaatan tenaga nuklir telah berkembang pesat dan secara luas di berbagai

Lebih terperinci

Nuklir sebagai Energi Pedang Bermata Dua. Sarah Amalia Nursani. Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya

Nuklir sebagai Energi Pedang Bermata Dua. Sarah Amalia Nursani. Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya Nuklir sebagai Energi Pedang Bermata Dua Sarah Amalia Nursani Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya PAPER Nuklir sebagai Energi Pedang Bermata Dua Sarah Amalia Nursani Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL Dasar Hukum RUEN UU No. 30/2007 Energi UU No.22/2001 Minyak dan Gas Bumi UU No.30/2009 Ketenagalistrikan PP No. 79/2014 Kebijakan Energi Nasional Perbaikan bauran

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu penelitian dimulai pada bulan April 2013 sampai bulan Juni 2013. B.

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) Di Susun Oleh: 1. Nur imam (2014110005) 2. Satria Diguna (2014110006) 3. Boni Marianto (2014110011) 4. Ulia Rahman (2014110014) 5. Wahyu Hidayatul

Lebih terperinci

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menilai kelayakan penggunaan PVC di Indonesia ditinjau dari segi lingkungan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN 2.1. Sejarah Singkat Organisasi Tahun 1954 1957 : Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktif: Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktif dilatarbelakangi oleh adanya

Lebih terperinci

EKOLOGI ENERGI. MENGENALI DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER-SUMBER ENERGI

EKOLOGI ENERGI. MENGENALI DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER-SUMBER ENERGI EKOLOGI ENERGI. MENGENALI DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER-SUMBER ENERGI EKOLOGI ENERGI Mengenali Dampak Lingkungan dalam Pemanfaatan Sumber-sumber Energi EKOLOGI ENERGI Mengenali Dampak Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi yang pesat di Indonesia dapat dilihat dari peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2012 yang tumbuh sebesar 6,23 persen dibandingkan

Lebih terperinci

Untuk mengatasi masalah pasokan listrik, ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan, yaitu :

Untuk mengatasi masalah pasokan listrik, ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan, yaitu : Untuk mengatasi masalah pasokan listrik, ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan, yaitu : Pertama, mengatasi masalah listrik dengan menggunakan bahan bakar minyak. Minyak bumi merupakan bahan bakar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat terbatas, oleh karenanya Jepang melakukan terobosan inovasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. sangat terbatas, oleh karenanya Jepang melakukan terobosan inovasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan industri pada suatu negara tidak terlepas dari ketersediaan sumber daya energi yang memadai, Jepang misalnya memiliki sumber daya alam yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan pesisir merupakan daerah peralihan antara daratan dan laut. Dalam suatu wilayah pesisir terdapat bermacam ekosistem dan sumber daya pesisir. Ekosistem pesisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT 32 Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kerangka yang digunakan untuk mengukur efektivitas pengelolaan penerimaan daerah dari sumber-sumber kapasitas fiskal. Kapasitas fiskal dalam kajian ini dibatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai pola pengelolaan energi diperlukan perubahan manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini telah diketahui bahwa permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya BAB V KESIMPULAN Keamanan energi erat hubungannya dengan kelangkaan energi yang saat ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya industrialisasi dan kepentingan militer. Kelangsungan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1964 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK TENAGA ATOM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1964 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK TENAGA ATOM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1964 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK TENAGA ATOM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penggunaan dan perkembangan tenaga atom di lapangan ilmu

Lebih terperinci

BAB I 1 PENDAHULUAN. listrik menjadi hal utama yang perlu diperhatikan. Sumber energi yang digunakan untuk pembangkitan listrik perlu diperhatikan

BAB I 1 PENDAHULUAN. listrik menjadi hal utama yang perlu diperhatikan. Sumber energi yang digunakan untuk pembangkitan listrik perlu diperhatikan BAB I 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga listrik merupakan salah satu kebutuhan masyarakat dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Banyak sekali masyarakat yang bergantung pada tenaga listrik dalam

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis deskriptif yang telah diuraikan dalam pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan penelitian. Pertama, hadirnya

Lebih terperinci

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) Oleh Ir. EDDY SAPUTRA SALIM, M.Si Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara PADA ACARA SOSIALISASI RENCANA UMUM

Lebih terperinci

Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012

Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012 Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012 Kebutuhan energi dunia terus mengalami peningkatan. Menurut proyeksi Badan Energi Dunia (International Energy Agency-IEA), hingga tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Kampung Wisata Ekologis (KWE) Puspa Jagad yang berada di Desa Semen, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Natalitas (kelahiran) yang terjadi setiap hari tentu menambah jumlah populasi manusia di muka bumi ini. Tahun 2008 ini populasi penduduk Indonesia menduduki peringkat 4 setelah

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, penggunaan sumber energi fosil tak pelak lagi merupakan sumber energi utama yang digunakan oleh umat manusia. Dalam penggunaan energi nasional di tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau

BAB I PENDAHULUAN. manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau BAB I PENDAHULUAN 1. Pengantar 1.1 Latar Belakang Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara High Income

BAB IV GAMBARAN UMUM Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara High Income BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Laju Pertumbuhan GDP per Kapita Negara High Income -28 Kelompok negara high income merupakan kelompok negara yang telah melewati tahapan pertumbuhan ekonomi hingga pada akhirnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 subsidi ini meningkat menjadi 61 trilyun 1. Masalah ini sebenarnya bisa

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 subsidi ini meningkat menjadi 61 trilyun 1. Masalah ini sebenarnya bisa BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pemanfaatan listrik telah demikian luas. Mulai dari aktifitas rumah tangga hingga aktifitas perindustrian, semuanya membutuhkan listrik. Kebutuhan ini, dalam kenyataannya,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 05-P/Ka-BAPETEN/I-03 TENTANG PEDOMAN RENCANA PENANGGULANGAN KEADAAN DARURAT KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang kaya akan potensi sumber daya alam yang melimpah, baik matahari,

BAB I PENDAHULUAN. negara yang kaya akan potensi sumber daya alam yang melimpah, baik matahari, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterbatasan energi listrik dan tingginya ketergantungan terhadap bahan bakar fosil membuat pemerintah harus tanggap untuk mecari solusi dari permasalahan tersebut dengan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semen adalah komoditas yang strategis bagi Indonesia. Sebagai negara yang terus melakukan pembangunan, semen menjadi produk yang sangat penting. Terlebih lagi, beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pemilihan lokasi usaha oleh suatu organisasi (perusahaan) akan mempengaruhi risiko (risk) dan keuntungan (profit) perusahaan tersebut secara keseluruhan. Kondisi ini

Lebih terperinci

Peran Pendidikan Tinggi dalam Program Pengembangan SDM Ketenaganukliran. Oleh. Prayoto. Universitas Gadjah Mada. Energi Sebagai Penunjang Peradaban

Peran Pendidikan Tinggi dalam Program Pengembangan SDM Ketenaganukliran. Oleh. Prayoto. Universitas Gadjah Mada. Energi Sebagai Penunjang Peradaban 1 Peran Pendidikan Tinggi dalam Program Pengembangan SDM Ketenaganukliran Oleh Prayoto Universitas Gadjah Mada Energi Sebagai Penunjang Peradaban Peradaban manusia sejak awal perkembangannya telah bertumpu

Lebih terperinci

RESIKO PEMBANGKITAN ENERGI

RESIKO PEMBANGKITAN ENERGI Proceedings Seminar Reaktor Nllklir dalam PenelitiaJt Sains dan TeklWlogi Menlljll Era Tinggal Landas BOJtdung, 8-10 Oktober 1991 PPTN - BATAN RESIKO PEMBANGKITAN ENERGI Iyos R. Subki Badan Tenaga Atom

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah limbah dan penyempitan lahan yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah limbah dan penyempitan lahan yang digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah limbah dan penyempitan lahan yang digunakan sebagai tempat pembuangan sampah telah menciptakan kebutuhan untuk menerapkan manajemen limbah yang

Lebih terperinci

Penerapan Energi Efisiensi di IKM

Penerapan Energi Efisiensi di IKM Penerapan Energi di IKM Oleh: Dra Rismawarni Marshal Direktur Eksekutif PPBN Disampaikan pada Acara Workshop Energi di Sektor Industri Kecil dan Menengah Hotel Lamire, 27 Maret 2012 Outline Fakta Di tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketersediaan akan energi listrik dalam jumlah yang cukup dan pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Ketersediaan akan energi listrik dalam jumlah yang cukup dan pada saat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ketersediaan akan energi listrik dalam jumlah yang cukup dan pada saat yang tepat merupakan kunci pembangunan yang saat ini sedang berlangsung. Dalam era dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, permasalahan yang sering sekali menjadi pusat perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi. Di Indonesia, hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan bagian yang sangat bernilai dan diperlukan saat ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun pada sisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012), 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin meningkatnya jumlah penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012), maka peningkatan kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi sangat tinggi. Sementara itu, ketersediaan sumber energi tak terbaharui (bahan bakar fosil) semakin menipis

Lebih terperinci

Untuk mewujudkan kesejahteraan

Untuk mewujudkan kesejahteraan Pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) guna Penghematan Bahan Baku Fosil dalam Rangka Ketahanan Energi Nasional LATAR BELAKANG Untuk mewujudkan kesejahteraan yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mamuju, mengambil fokus peningkatan kualitas SDM. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

BAB III METODE PENELITIAN. Mamuju, mengambil fokus peningkatan kualitas SDM. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mamuju, mengambil fokus peningkatan kualitas SDM. 2. Waktu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemanfaatan energi terbarukan menjadi meningkat. Hal ini juga di dukung oleh

I. PENDAHULUAN. pemanfaatan energi terbarukan menjadi meningkat. Hal ini juga di dukung oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menanggapi isu penggunaan clean energy yang sangat santer saat ini, pemanfaatan energi terbarukan menjadi meningkat. Hal ini juga di dukung oleh kebijakan dunia dan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Posisi Energi Fosil Utama di Indonesia ( Dept ESDM, 2005 )

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Posisi Energi Fosil Utama di Indonesia ( Dept ESDM, 2005 ) BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sektor energi memiliki peranan penting dalam mendukung pembangunan berkelanjutan karena segala aktivitas manusia membutuhkan pasokan energi, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

POTENSI EKONOMI DAERAH DALAM PENGEMBANGAN UMKM UNGGULAN DI KOTA TANGERANG

POTENSI EKONOMI DAERAH DALAM PENGEMBANGAN UMKM UNGGULAN DI KOTA TANGERANG POTENSI EKONOMI DAERAH DALAM PENGEMBANGAN UMKM UNGGULAN DI KOTA TANGERANG Arief Rahman Susila Fakultas Ekonomi Universitas Terbuka Jalan Cabe Raya, Tangerang Selatan Telp. 021-7490941 ext. 2105 Fax. 021-7434491

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG NILAI BATAS RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA

Lebih terperinci

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA 2015-2019 DAN PELUANG MEMANFAATKAN FORUM G20 Siwi Nugraheni Abstrak Sektor energi Indonesia mengahadapi beberapa tantangan utama, yaitu kebutuhan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

PERAN INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK BUMI MELALUI PEMBANGUNAN KILANG MINI DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN

PERAN INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK BUMI MELALUI PEMBANGUNAN KILANG MINI DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN PERAN INDUSTRI PENGOLAHAN MINYAK BUMI MELALUI PEMBANGUNAN KILANG MINI DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN Eny Sulistyaningrum Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Latar Belakang Kondisi produksi

Lebih terperinci

2017, No Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5445); 3. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun

2017, No Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5445); 3. Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun No.573, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BATAN. Zat Radioaktif Terbungkus yang tidak digunakan. Reuse. Recycle. PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGGUNAAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau BAB V PEMBAHASAN 5.1 Analisis Sektor Ekonomi Unggulan Kabupaten Malinau Dalam mencari sektor ekonomi unggulan di Kabupaten Malinau akan digunakan indeks komposit dari nilai indeks hasil analisis-analisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan, yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah energi yang dimiliki Indonesia pada umumnya dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan energi di sektor industri (47,9%), transportasi (40,6%), dan rumah tangga (11,4%)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan. dalam pengembangan industri dodol durian.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan. dalam pengembangan industri dodol durian. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan dalam pengembangan industri dodol durian. 3. Sebagai bahan referensi dan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. BAB II LANDASAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Penelitian Industri kayu lapis menghasilkan limbah berupa limbah cair, padat, gas, dan B3, jika limbah tersebut dibuang secara terus-menerus akan terjadi akumulasi limbah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sumber energi masa depan kita sulit diprediksi termasuk kebutuhan akan sumber energi listrik. Energi listrik tidak dapat diciptakan begitu saja, diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. udara yang diakibatkan oleh pembakaran bahan bakar tersebut, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tingkat pemakaian bahan bakar terutama bahan bakar fosil di dunia semakin meningkat seiring dengan semakin bertambahnya populasi manusia dan meningkatnya laju

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS SWOT MENARA SUCI TOUR AND TRAVEL DAN SHAFIRA TOUR AND TRAVEL. Pendapatan Jumlah jamaah Pendapatan Jumlah

BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS SWOT MENARA SUCI TOUR AND TRAVEL DAN SHAFIRA TOUR AND TRAVEL. Pendapatan Jumlah jamaah Pendapatan Jumlah BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS SWOT MENARA SUCI TOUR AND TRAVEL DAN SHAFIRA TOUR AND TRAVEL A. Data Temuan Menara suci Tabel 4.1 Data Temuan Travel Shafira Tahun Pendapatan Jumlah jamaah Pendapatan Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama dipenuhi dengan mengembangkan suplai batu bara, minyak dan gas alam.

BAB I PENDAHULUAN. terutama dipenuhi dengan mengembangkan suplai batu bara, minyak dan gas alam. BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsumsi energi dunia tumbuh dua puluh kali lipat sejak tahun 850 sementara populasi dunia tumbuh hanya empat kali lipat. Pada pertumbuhan awal terutama dipenuhi dengan

Lebih terperinci

BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG

BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG 5.1 Analisis SWOT Analisis strengths, weakness, oppurtunities dan threats (SWOT) adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan

Lebih terperinci

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan Direktorat

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah konsumsi minyak bumi Indonesia sekitar 1,4 juta BOPD (Barrel Oil Per Day), sedangkan produksinya hanya sekitar 810 ribu BOPD (Barrel Oil Per Day). Kesenjangan konsumsi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia sedang dilanda krisis Energi terutama energi fosil seperti minyak, batubara dan lainnya yang sudah semakin habis tidak terkecuali Indonesia pun kena

Lebih terperinci

BAB 3 SWOT DAN STRATEGI BERSAING

BAB 3 SWOT DAN STRATEGI BERSAING BAB 3 SWOT DAN STRATEGI BERSAING 3.1 SWOT UNTUK FORMULASI STRATEGI Analisis SWOT didasarkan pada logika, yaitu memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil survei, perhitungan dan pembahasan dapat diperoleh beberapa kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kemacetan lalu lintas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai potensi biomassa yang sangat besar. Estimasi potensi biomassa Indonesia sekitar 46,7 juta ton per tahun (Kamaruddin,

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan penting pada saat ini. Energi listrik dikonsumsi oleh semua kalangan, yaitu kalangan rumah tangga, industri, komersial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan kebutuhan utama pada semua sektor kehidupan. Seiring bertambahnya kebutuhan manusia, maka meningkat pula permintaan energi listrik. Suplai

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 : ITEM ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN

LAMPIRAN 2 : ITEM ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN LAMPIRAN 2 : ITEM ITEM PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PERUSAHAAN No Aspek Indikator Indikator Ekonomi 1 Kinerja Ekonomi Perolehan dan distribusi nilai ekonomi langsung, meliputi pendapatan,

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI ROTI (STUDI KASUS DI CV MANDIRI)

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI ROTI (STUDI KASUS DI CV MANDIRI) STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI ROTI (STUDI KASUS DI CV MANDIRI) Hafidh Munawir 1*, Etika Muslimah 2, Alfin Surya Pratama 3 1,2,3 Jurusan Teknik Industri, Universitas Muhammadiyah Surakarta 1,2 PUSLOGIN

Lebih terperinci