Bab 2. Landasan Teori
|
|
- Susanti Hartono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) didefinisikan oleh McCafferty dkk. dalam Yamamoto (2011 : 143) sebagai pembelajaran berdasarkan kelompok-kelompok kecil dengan tujuan agar pembelajar dapat bekerja sama untuk memaksimalkan proses pembelajaran mereka dan sesama pembelajar lainnya. Sedangkan menurut Richards & Rodgers (2003 : 192), pembelajaran kooperatif adalah suatu pendekatan dalam proses pengajaran yang memaksimalkan fungsi dari aktivitas kooperatif yang menyertakan penggunaan pasangan dan kelompokkelompok kecil di dalam kelas. Pembelajaran kooperatif juga dikenal sebagai salah satu cara untuk memunculkan interaksi komunikasi di dalam kelas sehingga pembelajar menjadi lebih aktif dan membuat proses pembelajaran menjadi terfokus pada pembelajar (student-centered learning). Menurut Johnson & Johnson dalam MacKenzie (2013 : 136) terdapat lima elemen penting yang menandakan bahwa sebuah metode pengajaran dapat dikategorikan sebagai pembelajaran kooperatif. Kelima unsur atau elemen tersebut dijabarkan sebagai berikut. 1. Saling ketergantungan yang positif Adanya rasa saling ketergantungan antar anggota kelompok bahwa kesuksesan yang dicapai kelompok tersebut bergantung pada peran masing-masing anggota. Oleh karena itu, peran masing-masing anggota sangat diutamakan demi kesuksesan kelompok. 2. Tanggung jawab perorangan Setiap anggota kelompok secara aktif harus mengkontribusikan bagian pekerjaannya dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas kelompok. Setiap anggota kelompok diharapkan bisa sadar akan tanggung jawabnya masing-masing dan berkontribusi untuk kelompok. 7
2 8 3. Interaksi tatap muka yang promotif Anggota kelompok harus saling membantu secara efektif untuk memecahkan persoalan dan dapat memahami konsep pembelajaran. Setiap anggota juga diharapkan untuk berbagi materi atau sumber agar dapat mencapai tujuan pembelajaran. 4. Kemampuan interpersonal dan bekerja sama dalam kelompok Anggota kelompok diharapkan dapat bekerja sama, berinteraksi, dan saling percaya satu sama lain di dalam kelompok. Dibutuhkan adanya dinamika kelompok yang positif untuk mewujudkan unsur ini. 5. Proses berkelompok Anggota kelompok mengevaluasi hasil kerja kelompok dan mengidentifikasi seberapa sukses upaya kelompok mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran. Diharapkan melalui proses berkelompok tersebut, masing-masing individu dapat berkembang dan belajar dari anggota kelompok lain. Metode Dictogloss yang dibahas dalam penelitian ini termasuk dalam cara belajar dengan konsep pembelajaran kooperatif tersebut. Grabe & Stoller dalam MacKenzie (2013 : 137) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif mengharuskan pembelajar untuk bekerja sama dalam kelompok beranggotakan 4-6 orang dengan tujuan untuk mempelajari informasi dan mengerjakan tugas secara berkelompok. Metode Dictogloss dalam hubungannya dengan konsep pembelajaran kooperatif, mengharuskan pembelajar untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil, kemudian mereka diminta untuk merekonstruksi sebuah wacana yang sudah disimak sebelumnya, serta menganalisis dan mengevaluasi hasil pembelajaran mereka. Dengan begitu, diharapkan proses pembelajaran dapat lebih terfokus kepada pembelajar. 2.2 Strategi Pembelajaran Dalam proses pembelajaran, tentunya diperlukan sebuah strategi tertentu agar proses tersebut dapat berjalan dengan lancar. Menurut Brown (2008 : 127), strategi merupakan metode khusus untuk mendekati masalah atau tugas dan rancangan
3 9 tersusun untuk mengendalikan dan memanipulasi informasi tertentu. Chamot dalam Brown (2008 : 141) mendefinisikan strategi pembelajaran sebagai prosedur-prosedur yang memudahkan sebuah tugas pembelajaran dan digerakkan oleh tujuan tertentu. Berdasarkan penjelasan di atas, strategi pembelajaran adalah metode atau teknik khusus yang digunakan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran berdasarkan tujuan tertentu. Dalam bidang pemerolehan bahasa kedua, Brown (2008 : 143) membagi strategi pembelajaran menjadi tiga, yaitu Strategi Metakognitif, Strategi Kognitif, dan Strategi Sosioafektif. Strategi Metakognitif berkaitan dengan proses perencanaan pembelajaran, pemantauan pemahaman, dan evaluasi belajar. Strategi Kognitif berkaitan dengan pembelajaran spesifik dan melibatkan pemanfaatan secara langsung terhadap proses pembelajaran. Strategi Sosioafektif berkaitan dengan aktivitas dan interaksi sosial dengan orang lain. Sedangkan menurut Oxford (1990 : 16), strategi pembelajaran terbagi menjadi dua, yaitu strategi langsung dan strategi tidak langsung. Berikut bagan yang menyatakan pembagiannya.
4 10 Gambar Bagan Strategi Pembelajaran menurut Oxford Strategi Memori Strategi Langsung Strategi Kognitif Strategi Kompensasi Strategi Pembelajaran Strategi Metakognitif Strategi Tidak Langsung Strategi Afektif Strategi Sosial Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori strategi kognitif yang merupakan cabang dari strategi pembelajaran langsung, berdasarkan kesesuaian antara definisi metode dictogloss dengan definisi strategi pembelajaran langsung dan strategi kognitif. Selanjutnya penulis akan membahas lebih lanjut tentang strategi tersebut.
5 11 Menurut Oxford (1990 : 37), strategi langsung adalah strategi pembelajaran bahasa yang langsung berkaitan dengan bahasa target. Tujuan strategi ini adalah agar pembelajar dapat menerima informasi baru, serta dapat memahami dan memproduksi sesuatu dalam bahasa target. Strategi langsung dan tidak langsung tentu saling berkaitan, dan setiap cabang dari strategi pembelajaran dapat membantu strategi pembelajaran yang lain. Berikut ini merupakan bagan pembagian strategi pembelajaran langsung menurut Oxford (1990 : 17). Gambar Bagan Pembagian Strategi Pembelajaran Langsung menurut Oxford Menciptakan pertalian mental Strategi Memori Menggunakan gambar dan bunyi Mengkaji dengan baik Bertindak Berlatih Strategi Kognitif Menerima dan mengirim pesan Menganalisis dan menarik kesimpulan Membuat struktur bagi input dan output
6 12 Menebak secara cerdas Strategi Kompensasi Mengatasi keterbatasan dalam berbicara dan menulis Selanjutnya Oxford (1990 : 43) mendefinisikan strategi kognitif sebagai berikut. Strategi kognitif adalah strategi dimana kita Berlatih (Practicing), Menerima dan Mengirim Pesan (Receiving and Sending Messages), Menganalisa dan Menarik Kesimpulan (Analyzing and Reasoning), serta Membuat Struktur Input dan Output (Creating Structure for Input and Output). Apabila keempat hal tersebut sudah dipenuhi, maka strategi kognitif dapat terlaksana dengan baik. Apabila diperhatikan, huruf pertama dari keempat strategi ini dapat membentuk akronim P-R-A-C, dimana strategi kognitif dapat dipelajari secara praktikal oleh pembelajar bahasa asing. Berdasarkan definisi dan bagan di atas, Oxford (1990 : 44) menjelaskan pembagian strategi kognitif sebagai berikut. A. Berlatih 1. Repetisi (mengulang) Berbicara atau melakukan sesuatu secara berulang-ulang. 2. Berlatih secara formal dengan sistem bunyi dan tulisan Berlatih menggunakan intonasi, pengucapan, serta berlatih menulis menggunakan bahasa target. 3. Mengenali dan menggunakan formula dan pola Berlatih menggunakan formula yang rutin dan pola yang belum teranalisa, misalnya mengisi paragraf yang rumpang.
7 13 4. Rekombinasi Mengkombinasi elemen-elemen yang sudah diketahui untuk membentuk satu kesatuan yang utuh. 5. Berlatih secara wajar Berlatih dalam keadaan yang wajar dan realistis, misalnya membaca buku, mendengarkan audio, berpartisipasi dalam diskusi di kelas, dan lain-lain. B. Menerima dan mengirim pesan 1. Menangkap gagasan dengan cepat Menggunakan cara skimming untuk memahami gagasan pokok dan cara scanning untuk menemukan informasi yang lebih detail di dalam bacaan atau audio rekaman. 2. Menggunakan sumber-sumber data untuk menerima dan mengirim pesan Menggunakan media cetak atau non-cetak untuk memahami pesan yang masuk dan memproduksi pesan keluar. C. Menganalisis dan menarik kesimpulan 1. Menarik kesimpulan dengan cara pemotongan atau peringkasan (deduktif) Memahami materi dengan cara menghubungkan pengetahuan umum mereka mengenai topik dan menarik kesimpulan secara deduktif. 2. Menganalisis ekspresi Menentukan arti dari suatu ekspresi dengan membaginya menjadi beberapa bagian. 3. Membuat analisis perbandingan (lintas bahasa) Membandingkan elemen (suara, tata bahasa, dan kosa kata) yang ada dalam bahasa target dengan elemen yang ada dalam bahasa ibu untuk menemukan persamaan dan perbedaan. 4. Menerjemahkan Menerjemahkan ekspresi dalam bahasa target ke dalam bahasa ibu, atau sebaliknya.
8 14 5. Mentransfer Mengaplikasikan pengetahuan mengenai kosa kata, konsep, atau struktur dari suatu bahasa ke bahasa lainnya untuk memahami atau membuat ekspresi baru dalam bahasa target. D. Membuat struktur bagi input dan output 1. Mencatat Mencatat ide-ide pokok atau poin-poin spesifik berdasarkan materi yang dibaca atau disimak. 2. Merangkum Membuat rangkuman atau abstrak dari sebuah wacana. 3. Membuat penegasan (highlight) Menggunakan berbagai macam teknik penegasan untuk menemukan informasi-informasi penting dalam wacana. Menurut Oxford, strategi Berlatih adalah strategi yang paling penting di dalam strategi pembelajaran kognitif (1990 : 43). Kadangkala pembelajar tidak menyadari betapa pentingnya proses berlatih. Apabila semakin banyak berlatih, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan lebih mudah. 2.3 Metode Dictogloss Sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, pada subbab ini penulis akan memaparkan tentang metode Dictogloss itu sendiri. Menurut Brown (2007 : 8), pengajaran adalah proses menunjukkan atau membantu seseorang mempelajari cara melakukan sesuatu, memberi instruksi, memandu dalam pengkajian sesuatu, serta menjadikan tahu atau paham. Perlu diketahui bahwa terdapat perbedaan antara bahasa asing dan bahasa kedua (second language). Perbedaannya adalah lokasi di mana bahasa tersebut dipelajari serta fungsi sosial dan komunikatif apakah yang terkait di dalamnya. Menurut Oxford (1990 : 6), bahasa asing tidak memiliki fungsi sosial dan komunikatif terhadap komunitas tempat bahasa itu dipelajari, bahasa ini kebanyakan digunakan di negara lain. Misalnya, bahasa asing yang kita pelajari saat kita ingin bepergian ke luar negeri. Sehingga dapat diketahui bahwa pengajaran bahasa asing
9 15 adalah proses untuk membantu dan menjadikan seseorang paham dalam mempelajari bahasa yang bukan merupakan bahasa sendiri. Dalam proses pembelajaran bahasa, tentunya dibutuhkan strategi atau metode tertentu demi mewujudkan proses pembelajaran yang lebih efektif. Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis tentang penggunaan metode dictogloss dalam pembelajaran menyimak (choukai), oleh karena itu selanjutnya penulis akan membahas mengenai metode Dictogloss. Dictogloss terdiri dari dua kata, yaitu dicto yang berarti dikte, dan gloss yang berarti tafsir. Secara garis besar, dictogloss merupakan gabungan antara teknik dikte dan pentafsiran (pemahaman). Metode dictogloss agak mirip dengan teknik dikte tradisional karena terdapat proses dikte di dalamnya, namun cukup berbeda dalam hal prosedur dan tujuan pembelajarannya. Metode Dictogloss diperkenalkan pertama kali pada tahun 1990 oleh Ruth Wajnryb sebagai metode pembelajaran untuk memahami grammar atau tata bahasa. Dictogloss telah sering digunakan dalam pembelajaran menyimak dan ternyata dapat membantu pembelajar dalam meningkatkan motivasi belajar bahasa, meningkatkan kemampuan gramatikal serta meningkatkan keaktifan pembelajar di dalam kelas. Wajnryb (1990 : 7) menjabarkan bahwa terdapat empat tahap dalam metode dictogloss, antara lain: 1. Preparation (Persiapan) Pada tahap persiapan, pengajar harus melakukan beberapa hal sebagai berikut : a. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan topik rekaman sebagai warm-up pada awal pelajaran. Pertanyaanpertanyaan ini bertujuan untuk mempersiapkan pembelajar terhadap rekaman yang akan didengarnya. b. Membahas kosa kata baru dan sulit yang muncul di dalam rekaman. c. Meyakinkan pembelajar bahwa mereka tahu apa yang harus dilakukan pada setiap tahap metode dictogloss. d. Membagi pembelajar ke dalam kelompok sebelum tahap dikte dimulai
10 16 2. Dictation (Dikte) Biasanya pembelajar menyimak rekaman sebanyak dua kali. Pertama, mereka hanya mendengarkan untuk mendapatkan garis besar dari rekaman tersebut. Kedua kalinya, mereka menulis kata kunci yang akan membantu mereka dalam tahap rekonstruksi. Namun bila pembelajar belum terbiasa dengan penggunaan metode Dictogloss, kegiatan dikte dapat dilakukan sebanyak tiga kali. 3. Reconstruction (Rekonstruksi) Secara berkelompok, pembelajar diminta untuk mengumpulkan kata kunci yang telah dicatat dan merekonstruksi wacana yang telah disimak dengan kata-katanya sendiri. Tahap ini memiliki dua tujuan, yakni untuk mempertahankan sebanyak mungkin informasi penting dari teks asli dan dapat menghasilkan rekonstruksi teks yang padu. Peran pengajar pada tahap ini hanya mengawasi jalannya kegiatan dan sama sekali tidak membantu pembelajar dalam hal masukan bahasa. 4. Analysis and Correction (Analisis dan Koreksi) Terdapat berbagai cara untuk melakukan tahap analisis dan koreksi ini. Pertama, setiap teks versi pembelajar dituliskan pada papan tulis atau ditampilkan pada proyektor untuk dibahas bersama. Kedua, teks versi pembelajar dapat diperbanyak dan dibagikan kepada seluruh pembelajar. Ketiga, pembelajar dapat membandingkan rekonstruksi teks mereka dengan teks asli, kalimat demi kalimat. Dalam hal pemilihan materi untuk metode dictogloss, Vasiljevic (2010 : 42) mengatakan bahwa teks wacana lebih sesuai untuk digunakan daripada dialog atau instruksi. Teks yang digunakan sebaiknya adalah teks transaksional, dimana teks tersebut bertujuan untuk memberikan informasi baru, sehingga lebih mudah untuk direkonstruksi. Kunci utama dalam metode dictogloss adalah interaksi antar pembelajar dalam kelompok-kelompok kecil di dalam kelas. Menurut Iwanaka (2013 : 38), metode dictogloss dapat mendorong pembelajar untuk terlibat dalam proses sintaksis,
11 17 tidak hanya sekedar fokus kepada artinya saja. Dalam metode ini, pembelajar dilatih untuk aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran bahasa. Melalui proses tersebut, pembelajar dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan mereka dalam proses pembelajaran bahasa. 2.4 Teori Menyimak (Choukai) Dalam proses pembelajaran bahasa, terdapat empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh pembelajar. Menurut Toukai Daigaku Ryuugakusei Kyouiku Sentaa ( 東海大学留学生教育センター ) atau Pusat Pelatihan Mahasiswa Asing Universitas Tokai (2005 : 175), keterampilan berbahasa dibagi menjadi empat, yaitu Menulis, Berbicara, Membaca, dan Menyimak. Keempat keterampilan tersebut merupakan elemen yang penting dalam proses pembelajaran bahasa. Keterampilan menulis dan berbicara disebut sebagai keterampilan produktif, karena pembelajar menghasilkan suatu ujaran atau tulisan, sedangkan keterampilan menyimak dan membaca disebut sebagai keterampilan reseptif karena pembelajar hanya menerima informasi saja dan tidak menghasilkan sesuatu yang dapat dilihat secara fisik. Berhubungan dengan hal tersebut, Sukyadi (2012 : 1) mengungkapkan bahwa saat menyimak atau membaca, kita secara aktif menggunakan pengetahuan umum kita mengenai dunia, menggunakan skema yang ada dalam benak kita, menggunakan informasi yang ada pada teks, menebak, atau menggunakan kamus untuk memaknai tulisan yang ada di hadapan kita. Sukyadi juga mengatakan bahwa dalam memaknai ujaran lisan, kita juga menggunakan pengetahuan kita mengenai tata bahasa dan intonasi, serta mengabaikan ujaran yang dianggap tidak penting. Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa dalam keterampilan menyimak dan membaca, pembelajar tidak hanya menyerap informasi saja, melainkan juga mengolahnya secara aktif agar bisa memaknai ujaran atau wacana yang mereka simak atau baca. Dalam penelitian ini penulis akan meneliti lebih lanjut tentang metode Dictogloss pada pembelajaran menyimak, maka akan dibahas lebih lanjut tentang keterampilan menyimak itu sendiri. Menyimak dan mendengar merupakan dua kegiatan yang sangat berbeda. Tarigan (2008 : 27) menyatakan, dalam bahasa Inggris, padanan kata mendengar adalah to hear, sedangkan padanan kata menyimak
12 18 adalah to listen, atau dalam bentuk gerund-nya masing-masing menjadi hearing dan listening. Dapat dilihat bahwa menyimak lebih tinggi tingkatannya dibandingkan mendengar. Toukai Daigaku Ryuugakusei Kyouiku Sentaa (2005 : 175) mendefinisikan choukai sebagai berikut. 東海大学留学生教育センター (2005 : 175) : 聴解 という言葉は文字通りに言い換えると 聞いて理解すること であり 言語活動の基礎になる 音声言語の知識や運用能力を身につけるために聞く という指導的視点が見落とされがちです Kata menyimak bila diartikan secara harafiah berarti mendengar dan memahami. Namun arti dalam perspektif lain yang sering diabaikan adalah mendengar untuk mempelajari kemampuan berbahasa dan kemampuan menyerap informasi dari bahasa lisan yang menjadi dasar dari kegiatan berbahasa. Sedangkan Tarigan (2008 : 28) mendefinisikan keterampilan menyimak sebagai suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh sang pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Berdasarkan definisi tersebut dapat dipahami bahwa menyimak adalah proses mendengarkan dan memahami makna yang terkandung dalam ujaran atau bahasa lisan. Terdapat beberapa keterampilan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan menyimak yang efektif. Keterampilan-keterampilan tersebut menurut Sudjianto (2010 : 120) adalah sebagai berikut: 1. Kemampuan mengidentifikasi bunyi suara. 2. Kemampuan mengidentifikasi komponen-komponen kebahasaan seperti kata dan sebagainya. 3. Kemampuan memahami maknanya dengan cara menghubungkan bunyi yang didengar dengan kata-kata yang sudah diketahui. Terutama kemampuan memperkirakan arti kata yang belum diketahui dari konteks sebelum dan sesudahnya. 4. Kemampuan memahami arti secara gramatikal.
13 19 5. Kemampuan menangkap intisari - Menangkap intisari peralinea. - Kemampuan memperkirakan alur alinea berikutnya. 6. Kemampuan membuat catatan-catatan sambil mendengar. Berdasarkan hal-hal diatas, maka diperlukan adanya pengetahuan mengenai tata bahasa, kosa kata, bunyi suara, serta struktur wacana untuk melaksanakan kegiatan menyimak yang efektif. Selain itu, kegiatan menyimak juga memiliki beberapa unsur penting untuk mendukung terjadinya proses menyimak yang efektif. Unsur-unsur menyimak tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pembicara 2. Penyimak 3. Bahan simakan (pesan berupa informasi, gagasan, atau konsep yang disampaikan pembicara kepada penyimak) 4. Bahasa lisan yang digunakan Setiap unsur menyimak di atas merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Semuanya bersatu padu untuk mewujudkan proses menyimak yang efektif Jenis-jenis Menyimak Tarigan (2008 : 35) membagi menyimak menjadi dua jenis, yaitu menyimak ekstensif dan menyimak intensif. Menyimak esktensif adalah proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat secara umum. Sedangkan menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan memerlukan tingkat konsentrasi yang tinggi untuk menangkap makna yang dikehendaki. Berikut ini merupakan hal-hal yang berkaitan dengan menyimak intensif menurut Tarigan (2008 : 38): 1. Menyimak intensif ialah menyimak pemahaman. 2. Menyimak intensif membutuhkan konsentrasi tinggi. 3. Menyimak intensif ialah memahami bahasa formal. 4. Menyimak intensif diakhiri dengan reproduksi bahan simakan.
14 20 Reproduksi adalah kegiatan mengungkapkan kembali sesuatu yang telah dipahami. Reproduksi dapat dilakukan secara lisan (berbicara) dan tertulis (mengarang). Dalam proses pembelajaran di sekolah maupun di universitas, terjadi proses menyimak intensif, karena pembelajar dituntut untuk memahami bahan simakan dengan tingkat konsentrasi yang tinggi. Oleh karena itu, hanya menyimak intensif yang akan dibahas lebih lanjut dalam penelitian ini.
BAB I PENDAHULUAN. Angkasa, 1989), hlm.22. Universitas Indonesia. Analisis kesalahan..., Elyan Nadian Zahara, FIB UI, 2009
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu pemelajaran bahasa memiliki empat aspek yang menunjang tercapainya kemahiran bahasa tersebut, yaitu membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Masing-masing
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PRONOMINA DEMONSTRATIVA SISWA KELAS XII BAHASA TAHUN AJARAN 2013/2014 DI SMA NEGERI 1 BATU SKRIPSI OLEH FIRA JEDI INSANI NIM : 105110201111050 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, mempelajari bahasa bertujuan untuk memperoleh empat keterampilan berbahasa (language competence) yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Lebih terperinci3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~ つもりです. 4. Sekarang, pertandingan baseball dapat ditonton di televisi.
Lampiran 1 Soal Pre Test Terjemahkan kedalam bahasa jepang! 1. Anda boleh mengambil foto. ~てもいいです 2. Mandi ofuro Sambil bernyanyi. ~ ながら 3. Dimasa mendatang, saya bermaksud menjadi pelukis terkenal. ~
Lebih terperinciJEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI
PENGGUNAAN TSUMORI ( つもり ) DAN TO OMOIMASU ( と思います ) PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2013 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH : PUTRI EKA SARI NIM: 115110601111022 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciPENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015
PENGGUNAAN FUKUSHI DALAM SURAT KABAR ONLINE ASAHI SHIMBUN EDISI 9 DAN 10 FEBRUARI 2015 SKRIPSI OLEH : IKA KURNIAWATI ANDIANA 115110607111008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA
Lebih terperinciABSTRAK. lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu
ABSTRAK Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran.sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan disini yaitu suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa asing yang dalam proses pembelajarannya dianggap tidak mudah,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa asing adalah salah satu upaya untuk mempelajari bangsa asing yang dalam proses pembelajarannya dianggap tidak mudah, namun cukup menarik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perbedaan budaya antara suatu negara tentu saja menghasilkan suatu cara komunikasi yang berbeda antara Negara yang satu dengan Negara yang lain. Salah satu
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan (Sutedi, 2003:2). Selain bahasa tentunya dalam, berkomunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, kegiatan penerjemahan merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Seiring dengan perkembangan zaman, kegiatan penerjemahan merupakan kegiatan yang sangat penting. Karena dengan kegiatan penerjemahan kita bisa menggali informasi
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Tanda Baca Dalam KBBI, definisi dari tanda baca adalah tan da n 1 yang menjadi alamat atau yang menyatakan sesuatu: dari kejauhan terdengar sirene -- bahaya; 2 gejala: sudah
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah identitas diri dari suatu negara. Suatu negara dapat kita identifikasikan melalui bahasanya. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:88), yang selanjutnya
Lebih terperinciUJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008
UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan
Lebih terperinciUJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007
UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2006/2007 PANDUAN MATERI SMA DAN MA BAHASA JEPANG PROGRAM STUDI BAHASA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 話すということは人と人の間で意思を伝えるあう いわゆるコミュニケーションであり その形には 1 人たい 1 人 1 人対多数 多数対 1 人などがある (Ogawa, 1984, hlm. 636)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan
Lebih terperinciBAB 1. Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, di mana bahasa merupakan alat pengantar untuk berhubungan ataupun berkomunikasi antara satu dengan yang lainnya. Bahasa adalah sistem
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA. Oleh: Juju Juangsih, M.Pd
ANALISIS KESALAHAN BAHASA JEPANG DILIHAT DARI LATAR BELAKANG CARA PEMEROLEHAN BAHASANYA Oleh: Juju Juangsih, M.Pd Abstraksi Penelitian ini menganalisis tentang kesalahan pembelajar bahasa Jepang dilihat
Lebih terperinciMETODE PENGAJARAN MEMBACA Sudjianto (Universitas Pendidikan Indonesia)
METODE PENGAJARAN MEMBACA Sudjianto (Universitas Pendidikan Indonesia) A. Pengantar Sudah banyak konsep yang telah dikemukakan para ahli sehubungan dengan istilah membaca. Secara umum dan terkesan sangat
Lebih terperinciMETODE PENGAJARAN MENYIMAK (Suatu Pengantar)
METODE PENGAJARAN MENYIMAK (Suatu Pengantar) Oleh Sudjianto A. Pengantar Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menyimak diartikan sebagai mendengarkan (memperhatikan) baik-baik apa yang diucapkan atau
Lebih terperinciPROGRAM TAHUNAN. Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi Waktu. Salam. Mengucapkan salam : おはようございます こんにちは こんばんは. Mengucapkan salam ketika berpisah :
LAMPIRAN PROGRAM TAHUNAN Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Program : X Tahun Pelajaran : 2008 / 2009 Semester : 1 dan 2 Kompetensi Dasar Materi Pokok Alokasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengetahui budaya di berbagai negara, dan lain sebagainya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia. Dengan adanya bahasa, kita bisa bertukar pikiran, berbagi informasi, bisa mengetahui budaya
Lebih terperinciHALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Risanti Baiduri NIM :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan informasi yang ingin disampaikan kepada orang. salah satunya adalah mempelajari bahasa Asing.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan manusia, bahasa mempunyai fungsi sebagai alat untuk berkomunikasi (Chaer, 2003: 31). Dengan adanya bahasa kita dapat menyampaikan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem informasi dan sistem komunikasi. Dengan seiringnya waktu, bahasa terus mengalami perkembangan dan perubahan. Bahasa disampaikan oleh
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. tertentu untuk memperoleh kemampuan bahasa kedua atau second language, maka
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Second Language Sesuai dengan tema penelitian yang penulis ambil, yaitu penggunaan metode tertentu untuk memperoleh kemampuan bahasa kedua atau second language, maka penulis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meirina Andreany, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketika membicarakan objek, baik berupa benda maupun orang lain, kita mengenal kata tunjuk. Kata tunjuk dalam Bahasa Indonesia adalah kata ini dan itu. Dalam bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti yang diketahui komunikasi adalah sesuatu yang telah dilakukan manusia dari jaman primitif hingga masa modern. Komunikasi berperan sangat penting dalam menjalin
Lebih terperinciKESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOREDE DAN DAKARA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2012 SKRIPSI
KESALAHAN PENGGUNAAN SETSUZOKUSHI SOREDE DAN DAKARA PADA MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA JEPANG ANGKATAN 2012 SKRIPSI OLEH DWI YULI HERAWATI NIM 115110600111002 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS
Lebih terperinciKEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI
KEMAMPUAN DALAM MENGGUNAKAN VERBA MEMAKAI PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 3 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI OLEH: RISKA FEBRIYANTI 105110207111008 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : tindak tutur tidak langsung literal, perubahan fungsi kalimat, deklaratif, imperatif, interogatif
ABSTRAK Skripsi ini berjudul Tindak Tutur Tidak Langsung Literal dalam Drama Ichi Rittoru no Namida karya Masanori Murakami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tindak tutur tidak langsung literalyang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemikirannya, maka manusia menciptakan bahasa. Bahasa adalah sistem lambang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia memerlukan alat atau media untuk menyampaikan gagasan atau pemikirannya, maka manusia menciptakan bahasa. Bahasa adalah sistem lambang bunyi berartikulasi
Lebih terperinciRencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran NAMA SEKOLAH : SMA NEGERI 1 KRIAN MATA PELAJARAN : BAHASA JEPANG MATERI POKOK : SALAM, UNGKAPAN dan HURUF KELAS / SEMESTER : X / I ALOKASI WAKTU : 6 Jam Pelajaran ( 6 x
Lebih terperinciビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析
ビナ ヌサンタラ大学日本語科三年生にみられる ~ てある と ~ ておく という動詞の使用能力の分析 エマラマアジザ 1000878012 ビナヌサンタラ大学 文学部日本語科 2011 Angket Kemampuan Penggunaan Hyougen ~te aru ~ てある dan ~te oku ~ ておく Sumber soal adalah Kiso Hyougen 50 to Sono
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan
BAB IV KESIMPULAN Penulis berkesimpulan bahwa di dalam penerjemahan kata tanya doko dan dochira terdapat dua makna, yaitu; arti terjemahan atau padanan terjemahan yang berupa padanan dinamis dan arti leksikal
Lebih terperinciANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA
ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI /-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/ BAHASA INDONESIA Bahasa adalah milik manusia yang merupakan pembeda utama antara manusia dengan makhluk lainnya didunia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dipelajari sebagai ilmu dasar bagi ilmu-ilmu lain seperti kesusastraan, filologi,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Linguistik dipelajari dengan pelbagai maksud dan tujuan. Untuk sebagian orang, ilmu itu dipelajari demi ilmu itu sendiri; untuk sebagian yang lain, linguistik
Lebih terperinciBab 5. Ringkasan. Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan
Bab 5 Ringkasan Karya sastra, baik puisi, drama, maupun prosa, selalu mengalami perkembangan dan menunjukkan keterkaitan dengan karya sastra yang terbit sebelumnya. Hal ini bukanlah sesuatu yang baru dalam
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi
Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Sejak zaman dahulu kala, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi kepada sesamanya, baik itu lisan maupun tulisan. Menurut Parera (1997:27), bahasa ialah
Lebih terperinciBab 3. Analisis Data. Bab ini berisikan tentang hasil analisis yang telah penulis lakukan pada bulan Maret
Bab 3 Analisis Data Bab ini berisikan tentang hasil analisis yang telah penulis lakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011. Peserta responden merupakan mahasiswa-mahasiswi Universitas Bina Nusantara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa bahasa, manusia sulit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa bahasa, manusia sulit menyampaikan maksud
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut penelitian dari Setiadi (2012: 9) menyatakan bahwa budaya merupakan perkembangan dari kata majemuk budi dan daya yang membedakan makna antara budaya dan kebudayaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Belajar bahasa lain mungkin menjadi penting dalam aktivitas intelektual manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mempelajari bahasa kedua terjadi di seluruh dunia karena berbagai sebab seperti imigrasi, kebutuhan perdagangan dan ilmu pengetahuan serta pendidikan. Belajar bahasa
Lebih terperinciPENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI
PENGGUNAAN KANJOU HYOUGEN KATA TANOSHII, URESHII, DAN YOROKOBU DALAM SERIAL DRAMA ITAZURA NA KISS LOVE IN TOKYO KARYA TADA KAORU SKRIPSI OLEH HELDA DEWI ARINDAH NIM 105110200111005 PROGRAM STUDI S1 SASTRA
Lebih terperinciSILABUS MATA PELAJARAN:BAHASA DAN SASTRA JEPANG (PEMINATAN)
SILABUS MATA PELAJARAN:BAHASA DAN SASTRA JEPANG (PEMINATAN) Satuan Pendidikan : SMA Kelas : XI Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan
Lebih terperinciBAB 4. Analisis Data
BAB 4 Analisis Data Pada bab 4 ini, penulis akan menganalisis data berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mulai dari bulan Mei Juni 2014. Responden di dalam penelitian ini adalah 24 orang mahasiswa
Lebih terperinciPENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM
PENGGUNAAN SHUUJOSHI RAGAM BAHASA WANITA DALAM DRAMA SHOKOJO SEIRA EPISODE 1,2,3 SKRIPSI OLEH: ANINDYA PURI PRIMASWARI NIM 0911120068 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB III KETERAMPILAN BERBAHASA INDONESIA Dra.Hj.Rosdiah Salam, M.Pd. Dra.Andi Nurfaizah, M.Pd. Drs. Latri S, S.Pd., M.Pd.
Lebih terperinciDikerjakan O L E H SUNITA BR
PEMAKAIAN KATA (KABURU, KAKERU, HAKU, H KIRU, SURU) DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG NIHONGO NO BUNSHOU U NO (KABURU, KAKERU, HAKU, KIRU, SURU) NO KOTOBA NO SHIYOU KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H SUNITA BR
Lebih terperinciSILABUS PERKULIAHAN CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II
SILABUS PERKULIAHAN SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2011/2012 CHUKYU BUNPO I (JP 201) SEMESTER 3 /TINGKAT II TEAM PENYUSUN Dra. MELIA DEWI JUDIASRI, M.Hum., M.Pd. Drs. DEDI SUTEDI, M.A., M.Ed. DIANNI RISDA,
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN PENULISAN GAIRAIGO (KATA SERAPAN) PADA SISWA KELAS BAHASA DI MAN REJOSO JOMBANG SKRIPSI. Oleh : RIA MA RIFATUN NISA
ANALISIS KESALAHAN PENULISAN GAIRAIGO (KATA SERAPAN) PADA SISWA KELAS BAHASA DI MAN REJOSO JOMBANG SKRIPSI Oleh : RIA MA RIFATUN NISA 105110201111023 PROGAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap bahasa terdiri dari unsur kalimat, klausa, frase dan kata. Salah satu unsur yang menarik adalah mengenai kalimat, karena kalimat merupakan bentuk penyampaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gagasan, maupun pertanyaan kepada orang lain dengan bahasa yang baik dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengajaran bahasa merupakan suatu bidang pengajaran yang mempunyai masalah kompleks dan belum terjawab.salah satu contoh permasalahannya adalah bagaimana mengembangkan
Lebih terperinciSILABUS. Kegiatan Pembelajaran
SILABUS Seklah : SMPN 2 CIAMIS Kelas : IX (Sembilan) Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Semester : 1 ( Satu ) Standar : Mendengarkan 1. Memahami lisan berbentuk paparan atau dialg hbi dan wisata 1.1 Mengidentifikasi
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Sintaksis Sintaksis merupakan salah satu bidang kajian dalam linguistik yang berkembang di Indonesia. Sintaksis berasal dari bahasa Yunani sun yang memiliki makna dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai alat komunikasi. Dengan adanya bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan baik untuk menyampaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu)
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Persoalan kebahasaan yang sering dihadapi dalam pengajaran bahasa asing khususnya bahasa Jepang ialah adanya pengaruh Bl (bahasa ibu) terhadap B2 (bahasa yang dipelajari).
Lebih terperinciPERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK
PERLUASAN MAKNA PARTIKEL DE UNTUK MENYATAKAN BAHAN DASAR PRODUKSI DALAM MAJALAH KYOU NO RYOURI ABSTRAK Secara umum, bahasa merupakan alat komunikasi yang hanya dimiliki oleh manusia. Ilmu yang mempelajari
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN PENGUCAPAN INTONASI JODOUSHI でしょう PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS BRAWIJAYA KARYA ILMIAH
ANALISIS KESALAHAN PENGUCAPAN INTONASI JODOUSHI でしょう PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS BRAWIJAYA KARYA ILMIAH OLEH YEKTI SULISTIYO NIM 105110207111004 PROGRAM STUDI S1
Lebih terperinciBab 3. Analisis Data. pengetahuan yang berkaitan, pengaplikasiannya dan lain-lain
Bab 3 Analisis Data Untuk menganalisa suatu proses pembelajaran, diperlukan suatu konsep yang dapat mendukung suatu analisa. Penulis menggunakan strategi Kognitif dalam menganalisis proses pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang. 日常の言語生活で 実際に話される言葉 (Kindaichi, 1989:1045)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai media untuk menyampaikan suatu gagasan, pikiran dan keinginan kepada seseorang. Secara garis besar bahasa yang digunakan manusia dapat
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Linguistik merupakan ilmu bahasa yang diperlukan sebagai dasar untuk meneliti suatu bahasa. Ilmu linguistik terdapat dalam semua bahasa. Bahasa merupakan media komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Baik dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Jepang, jenis kalimat berdasarkan pada jumlah klausanya, terdiri dari dua macam. Sesuai dengan yang disebutkan dalam
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PERCAKAPAN BAGI PENGAJAR BAHASA JEPANG Sugihartono, Drs. M.A. Work Shop Pendidikan Bahasa Jepang FPS UPI 2009 FAKTOR KEMAMPUAN BERCAKAP-CAKAP Faktor kemampuan memahami melalui
Lebih terperinciPEMBENTUKAN IDENTITAS ANAK MUDA PADA TOKOH KOYUKI DALAM FILM BECK KARYA SHIORI KUTSUNA SKRIPSI. Oleh ALFA RODHY E.S NIM
PEMBENTUKAN IDENTITAS ANAK MUDA PADA TOKOH KOYUKI DALAM FILM BECK KARYA SHIORI KUTSUNA SKRIPSI Oleh ALFA RODHY E.S NIM 0911120061 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA
Lebih terperinciGAIRAIGO DALAM KOMIK GALS! VOLUME 1 DAN 2 KARYA MIHONA FUJII SKRIPSI OLEH : FIRDA NUR AMALINA NIM
GAIRAIGO DALAM KOMIK GALS! VOLUME 1 DAN 2 KARYA MIHONA FUJII SKRIPSI OLEH : FIRDA NUR AMALINA NIM 115110201111004 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan tidak terlepas dari kehidupan manusia. Tidak hanya bagi pemelajar asing, tapi juga masyarakat umum. Namun, mereka terkadang tidak menyadari bahwa cerita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dedi Sutedi, bahasa adalah alat pengungkap pikiran maupun perasaan. Melalui
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1.1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari bahasa karena bahasa merupakan alat penghubung atau alat untuk berkomunikasi
Lebih terperinciBab 3. Analisis Data. Analisis tersebut akan penulis jabarkan menjadi dua sub bab, yakni analisis
Bab 3 Analisis Data 3.1 Analisis Pre Test dan Post Test Pada bab ini, penulis akan menganalisis data data penelitian kelas yang telah penulis kumpulkan selama kurang lebih sebulan, guna mengetahui hasil
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau
Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Hinshi 品詞 Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut dengan togoron 続語論 atau シンタクス. Sutedi (2003, hal.61) berpendapat bahwa sintaksis adalah cabang linguistik yang mengkaji
Lebih terperinciTINDAK TUTUR ILOKUSI KOMISIF DALAM ANIME SENGOKU BASARA: JUDGE END EPISODE 1-12 SKRIPSI OLEH: FAUZIAH AINI NIM
TINDAK TUTUR ILOKUSI KOMISIF DALAM ANIME SENGOKU BASARA: JUDGE END EPISODE 1-12 SKRIPSI OLEH: FAUZIAH AINI NIM 115110600111011 PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBab 2. Landasan Teori. Dalam metode pengajaran, perlu diketahui konsep yang melatarbelakangi
Bab 2 Landasan Teori 2.1. Konsep Pengajaran Bahasa Asing Dalam metode pengajaran, perlu diketahui konsep yang melatarbelakangi pembentukan metode tersebut khususnya dalam pengajaran bahasa asing. Maeda.,
Lebih terperinciTEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり
TEMA 5 JADWAL PELAJARAN じかんわり Standar Kompetensi Mengungkapkan informasi secara lisan dalam bentuk paparan atau dialog sederhana tentang Kehidupan Sekolah. Kompetensi Dasar - Mengidentifikasikan waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pratamawati, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah yang berkenaan dengan aspek dalam Bahasa Jepang telah banyak dibahas dalam berbagai artikel dan jurnal Bahasa Jepang, dimana didalamnya diterangkan
Lebih terperinciDIALEK OKAYAMA YANG TERDAPAT DALAM NOVEL BOKKE, KYOUTE KARYA SHIMAKO IWAI SKRIPSI OLEH ELFI RAHMA
DIALEK OKAYAMA YANG TERDAPAT DALAM NOVEL BOKKE, KYOUTE KARYA SHIMAKO IWAI SKRIPSI OLEH ELFI RAHMA 0911120097 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperinciPENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang.
PENERAPAN STUDENT CENTERED LEARNING PADA MATA KULIAH DOKKAI SEMESTER 5 Riri Hendriati Fakultas Sastra / Jurusan Sastra Jepang Abstrak Fokus penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran yang berpusat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method =
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. (method = tatacara). Eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu eksperimen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kurang lebih 30 mahasiswa dan mahasiswi masuk program studi Jepang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurang lebih 30 mahasiswa dan mahasiswi masuk program studi Jepang Universitas Indonesia tiap tahunnya. Hal ini membuktikan bahwa tidak sedikit orang yang ingin mempelajari
Lebih terperinciCARA EFEKTIF DALAM PEMEROLEHAN DAN PENGUASAAN GOI DALAM MATA KULIAH KAIWA ABSTRAK
CARA EFEKTIF DALAM PEMEROLEHAN DAN PENGUASAAN GOI DALAM MATA KULIAH KAIWA Aji Setyanto Universitas Brawijaya adjie_brawijaya@yahoo.co.jp ABSTRAK Dalam pembelajaran bahasa asing, goi (kosa kata), adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara lisan maupun tertulis. Dalam komunikasi secara lisan, makna yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi makhluk hidup di seluruh dunia. Fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu pesan kepada seseorang baik secara lisan
Lebih terperinciPELESAPAN SUBJEK DAN OBJEK TINJAUAN MAKNA PREDIKAT DALAM DRAMA HUNGRY! KARYA MOTOHASHI KEITA SKRIPSI OLEH: PUTRI NUZULAILI
PELESAPAN SUBJEK DAN OBJEK TINJAUAN MAKNA PREDIKAT DALAM DRAMA HUNGRY! KARYA MOTOHASHI KEITA SKRIPSI OLEH: PUTRI NUZULAILI 0911123035 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU
Lebih terperinciGISEIGO PADA KOMIK YU-GI-OH! Vol. 38 KARYA KAZUKI TAKAHASHI SKRIPSI. OLEH : Chandra Maulanna NIM
GISEIGO PADA KOMIK YU-GI-OH! Vol. 38 KARYA KAZUKI TAKAHASHI SKRIPSI OLEH : Chandra Maulanna NIM 115110200111042 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA 2015 ABSTRAK Maulanna,
Lebih terperinciBAB 5 RINGKASAN. kegiatan, manusia memerlukan bantuan bahasa. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan
BAB 5 RINGKASAN Peranan bahasa dalam kehidupan manusia besar sekali. Hampir dalam semua kegiatan, manusia memerlukan bantuan bahasa. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila banyak perhatian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan unsur terpenting dalam komunikasi. Bahasa digunakan oleh suatu masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasikan diri. Sehingga bahasa menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tak lepas dari interaksi berupa komunikasi antara manusia satu dan manusia lainnya. Pembelajar bahasa Jepang sebagai pelaku komunikasi
Lebih terperinciBAB 2. Tinjauan Pustaka
BAB 2 Tinjauan Pustaka Untuk mendukung penulis dalam menganalisa data, penulis akan menjelaskan teoriteori yang akan digunakan dalam penulisan ini. Teori yang akan digunakan mencakup konsep kanji dan teori
Lebih terperinci映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析
映画 野ブタをプロデュース における社会的 現象 苛め の分析 ノフィセチアワチ 0142012 マラナターキリスト教大学文学部日本語学科バンドン 2007 序論 苛めとは 弱い者を痛めつけることである 痛めつける方法は肉体的にも非肉体的つまり精神的によって為すことが出来る それにより 苛めを受ける人間は苦悩を味わうのである よく言われるように 日本の社会では集団が大きな役割を果しているのである 中根
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap bahasa di dunia memiliki kekhasan tersendiri yang membedakannya dengan bahasa lain. Sehingga tidaklah mengherankan jika kita banyak menemukan
Lebih terperinciBAB II SOFTWERE JLOOK UP. Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup
BAB II SOFTWERE JLOOK UP 2.1 SOFTWERE KAMUS JLOOK UP Softwere kamus Jlook up adalah softwere kamus Jepang yang cukup handal, karena di samping dapat mengartikan bahasa Jepang ke Inggris dan begitu juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi, membantu manusia menyampaikan atau mengungkapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan objek penelitian linguistik. Dilihat dari fungsinya bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia, sebab bahasa sebagai alat komunikasi,
Lebih terperinciBab 3. Analisis Data. telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juni Ada pun responden dari penelitian ini
Bab 3 Analisis Data Pada bab 3 ini, penulis akan menganalisis data berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2013. Ada pun responden dari penelitian ini merupakan mahasiswa-mahasiswa
Lebih terperinciPENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI
PENGGUNAAN SHUUJOSHI JOSEIGO DAN DANSEIGO DALAM KOMIK NIHONJIN NO SHIRANAI NIHONGO VOLUME 1 DAN 2 KARYA HEBIZOU DAN UMINO NAGIKO SKRIPSI OLEH DESY NITA SANJAYA 0911120088 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG DAN PERMASALAHAN 1.1.1 LATAR BELAKANG Kelas kata dalam bahasa Jepang (hinshi bunrui) diklasifikasikan ke dalam 10 bagian yaitu doushi (verba), i-keiyoushi (adjektiva),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer (tidak tetap) yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer (tidak tetap) yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan
Lebih terperinciPENGGUNAAN SUFIKS KA, SHA, IN DAN SHI YANG BERMAKNA PROFESI DALAM YOMIURI SHINBUN SKRIPSI. Oleh David Setyawan
PENGGUNAAN SUFIKS KA, SHA, IN DAN SHI YANG BERMAKNA PROFESI DALAM YOMIURI SHINBUN SKRIPSI Oleh David Setyawan 0911121003 PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG JURUSAN BAHASA DAN SASTRA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS
Lebih terperinciKESALAHAN PENGGUNAAN KEIGO PADA MAHASISWA SASTRA JEPANG ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH: AULIA ALFARABI ANESTYA NIM
KESALAHAN PENGGUNAAN KEIGO PADA MAHASISWA SASTRA JEPANG ANGKATAN 2010 UNIVERSITAS BRAWIJAYA SKRIPSI OLEH: AULIA ALFARABI ANESTYA NIM 105110200111036 PROGRAM STUDI S1 SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA
Lebih terperinciJURUSAN BAHASA DAN SASTRA ASING FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011
KORELASI ANTARA PENGUASAAN TATABAHASA DENGAN KEMAMPUAN MENYIMAK WACANA BERBAHASA JEPANG MAHASISWA SEMESTER III ANGKATAN 00 PRODI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG Skripsi Di susun sebagai salah satu syarat untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerjemahan merupakan upaya untuk mengganti teks bahasa sumber ke dalam teks yang sepadan dengan bahasa sasaran. Munday (2001) mendefinisikan penerjemahan as changing
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengertian bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989) adalah sistem lambang bunyi berartikulasi (yang dihasilkan alat-alat ucap) yang bersifat sewenangwenang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Yanagita Kunio (via Danandjaja, 1997: 35-36) salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat mengerti kepribadian bangsa Jepang, yakni dengan cara mempelajari
Lebih terperinci