Panduan Praktis Penghematan Energi di Hotel

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Panduan Praktis Penghematan Energi di Hotel"

Transkripsi

1 Panduan Praktis Penghematan Energi di Hotel

2 T I M P E N Y U S U N Tim Pengarah Hanny Berchmans Raymond Bona Retno Soebagio Tim Penulis Bayuaji Kencana Imas Agustina Richard Panjaitan Totok Sulistiyanto Kontributor Basri Buang Sakti Glenn Sianturi Hariyanto Katimin Desain Grafis Winne Cover: Interior Hotel Gran Mahakam

3 Panduan Praktis Penghematan Energi di Hotel Indonesia Clean Energy Development (ICED) Maret 2011 sampai dengan Februari 2015 Dilaksanakan oleh Tetra Tech Website: Untuk keperluan nirlaba, diijinkan mengutip publikasi ini dengan menyebutkan sumbernya Gambar dipakai dengan seijin Hotel Gran Mahakam Jakarta - Indonesia Disclaimer: Pandangan yang diungkapkan dalam publikasi ini tidak mencerminkan pandangan dari United States Agency for International Development atau Pemerintah Amerika Serikat

4 Ucapan Terima Kasih Buku Panduan Praktis Efisiensi Energi di Hotel ini merupakan kumpulan materi pelatihan untuk chief engineer hotel dalam rangka Program Hotel Energy Benchmarking and Strategic Energy Management yang dilaksanakan oleh Indonesia Clean Energy Development (ICED). Project ICED merupakan program bantuan teknis dari Pemerintah Amerika Serikat untuk Pemerintah Indonesia di bidang Energi Bersih, meliputi energi terbarukan dan efisiensi energi. Dengan adanya perkembangan pengetahuan dan teknologi terkait penggunaan energi dalam gedung, buku ini disusun untuk menjadi salah satu referensi bagi pelaksanaan manajemen energi di gedung perhotelan. Selain itu, buku ini diharapkan dapat menjadi salah satu media untuk mendorong pelaksanaan efisiensi energi yang lebih luas, guna mendukung komitmen Pemerintah Indonesia untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26% pada tahun Selain materi pelatihan dari para trainer, buku ini juga mencakup kontribusi dari beberapa hotel yang memberikan catatan best practice implementasi penghematan energi yang telah dan pernah dilakukan dan berhasil menurunkan tingkat konsumsi energinya. Pola konsumsi energi di hotel secara umum, serta nilai benchmark energi hotel yang berpartisipasi juga ditampilkan dalam buku ini, yang merupakan hasil dari kegiatan audit energi serta benchmark energi, sebagai bagian dari program ini. Buku Panduan ini tersusun berkat kerjasama berbagai pihak, yang secara langsung maupun tidak langsung berpartisipasi dalam Program ini. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral; Direktorat Industri Pariwisata, Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata, Kementerian Pariwisata; Dinas Pariwisata DKI Jakarta dan DI Yogyakarta; serta asosiasi terkait, meliputi Bali Hotel Association; Jakarta International Hotel Association; PHRI DKI Jakarta; PHRI DI Yogyakarta; dan Asosiasi Chief Engineer Bali. Semoga upaya kita akan memberikan manfaat utamanya dalam mengurangi penggunaan energi di sektor perhotelan. Jakarta, 16 Februari 2015 Senior Communication Advisor ICED Project

5 Daftar Isi Ucapan Terima Kasih 4 Daftar Isi 5 Tentang Penghematan Energi di Hotel 8 Mengapa Perlu Buku Pedoman ini? 10 Siapa dan Bagaimana cara menggunakan Buku ini? 11 Konsumsi Energi di Bangunan Hotel 13 Pola Konsumsi Energi Bangunan Hotel 15 Biaya Energi di Bangunan Hotel 17 Benchmark dan Standar Konsumsi Energi di Bangunan Hotel 18 Penghematan Energi Melalui Penerapan Sistem Managemen Energi 21 Apa Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Energi (SME)? 22 Bagaimana Langkah-Langkah untuk Menerapkan Sistem Manajemen Energi? Membangun Komitmen Manajemen Menyusun Kebijakan (Pemakaian dan Pengelolan) Energi Membentuk Tim Manajemen Energi Perencanaan Penghematan Energi Implementasi Penghematan Energi Monitoring dan Penghitungan Hasil Penghematan Energi Tahapan Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan 36 Peluang Penghematan Energi di Bangunan Hotel 37 Sistem Selubung Bangunan 39 Kaitan Sistem Selubung Bangunan Dengan Pemakaian Energi 39

6 Apakah Kinerja Sistem Selubung Bangunan Hotel Anda Sudah Efisien? 41 Alternatif Penghematan energi pada Sistem Selubung Bangunan 42 Investasi Program Penghematan Energi Sistem Selubung Bangunan 50 Sistem Tata Udara 51 Kaitan Sistem Tata Udara Dengan Pemakaian Energi 51 Apakah Kinerja Sistem Tata Udara Pada Hotel Anda Sudah Efisien? 56 Investasi Program Penghematan Energi Sistem Tata Udara 70 Sistem Tata Cahaya 71 Kaitan Sistem Tata Cahaya Dengan Pemakaian Energi 71 Apakah Kinerja Sistem Tata Cahaya di Hotel Anda Sudah Efisien? 73 Alternatif Penghematan Energi pada Sistem Tata Cahaya 74 Investasi Program Penghematan Energi Sistem Tata Cahaya 77 Sistem Air Panas 78 Kaitan Sistem Air Panas Dengan Pemakaian Energi 79 Apakah Kinerja Sistem Air Panas di Hotel Anda Sudah Efisien? 80 Alternatif Penghematan Energi pada Sistem Air Panas 81 Investasi Program Penghematan Energi Sistem Air Panas 84

7 Sistem Kelistrikan dan Transportasi Gedung 85 Kaitan Sistem Kelistrikan dan Transportasi Gedung Dengan Pemakaian Energi 85 Investasi Program Penghematan Energi Sistem Air Panas 90 Building Automation System, Online Monitoring, dan Sub-metering 91 Kaitan Sistem Otomatisasi Bangunan Gedung Dengan Pemakaian Energi 91 Alternatif Penghematan Energi dengan Aplikasi Sistem BAS/BEMS 95 Investasi Program Penghematan Energi dengan Sistem BAS/BEMS 96 LAMPIRAN 100 LAMPIRAN A: Contoh Alat Pengukuran dalam Audit Energi 101 LAMPIRAN B: Contoh Alat yang Diperlukan dalam Sistem Otomatisasi 102 LAMPIRAN C: Format Tabel Menghitung IKE 103 LAMPIRAN D: Format Tabel Menghitung Penghematan Energi 105 LAMPIRAN E: Unit Konversi Dan Standar 107 LAMPIRAN F: Format Tabel Monitoring Penggunaan Energi 108 LAMPIRAN G: Jenis-Jenis Audit Energi 109 LAMPIRAN H: Frequently Asked Questions 110

8 Tentang Penghematan Energi di Hotel

9 Bangunan, termasuk didalamnya bangunan hotel, menggunakan 50% energi secara umum atau 70% listrik dari total konsumsi di Indonesia, menjadikannya sebagai pengguna energi terbesar bahkan melebihi sektor industri dan transportasi. Besarnya konsumsi energi pada bangunan ini berkontribusi terhadap tingginya biaya operasional bangunan (sebesar 25-30%), selain kontribusi yang cukup besar terhadap emisi gas rumah kaca dan pemanasan global. Penghematan energi menjadi salah satu solusi cerdas untuk diaplikasikan pada bangunan, terutama bangunan hotel.

10 Mengapa Perlu Buku Pedoman ini? Di sektor perhotelan saat ini, keberhasilan menurunkan biaya energi dapat secara langsung meningkatkan pendapatan, tanpa perlu menaikkan tarif kamar ataupun menambah penjualan kamar hotel. Ditambah dengan potensi peningkatan harga listrik PLN secara bertahap, penghematan listrik di hotel menjadi salah satu daya tarik tersendiri, yang menguntungkan tidak hanya bagi pengelola hotel melainkan juga bagi karyawan dan tamu hotel dengan kenyamanan termal yang diperoleh. Disamping keuntungan finansial dan pelayanan, penghematan energi juga merupakan bentuk kepedulian terhadap keberlangsungan lingkungan hidup yang berdampak pada kehidupan sosial kemasyarakatan. Di tengah isu perubahan iklim dan pemanasan global saat ini, bentuk kepedulian terhadap lingkungan dapat meningkatkan citra hotel dimata para pelaku wisata ataupun pebisnis. Penghematan energi di hotel secara nyata berkontribusi terhadap penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan bentuk mitigasi perubahan iklim. Penggunaan hotel dengan kepedulian lingkungan yang tinggi menjadi salah satu bentuk kontribusi tidak langsung dari para wisatawan ataupun perusahaan terhadap keberlanjutan lingkungan, yang juga akan meningkatkan citra bisnisnya. Banyak kegiatan-kegiatan dalam rangka penurunan konsumsi energi yang telah dilaksanakan, seiring meningkatnya kesadaran pemilik atau pengelola hotel mengenai manfaat dari penghematan energi di propertinya. Namun tak jarang, masih ada pertanyaan mengenai bagaimana memulai program penghematan energi yang efektif. Tahun 2013, peningkatan Tarif Dasar Listrik (TDL) sebanyak 3 kali untuk golongan bisnis sebesar 5% tiap tahapnya menyebabkan peningkatan biaya energi di sektor perhotelan. Peningkatan TDL lanjutan pada tahun 2014, terutama pada golongan B2 dan B3 terbukti telah mempengaruhi biaya rutin/operasional hotel yang pada akhirnya mempengaruhi daya saing hotel. Beberapa bentuk penghargaan terkait upaya penghematan energi di hotel ditawarkan baik oleh Pemerintah maupun Asosiasi Swasta, antara lain: 1. PEEN (Penghargaan Efisiensi Energi Nasional) oleh Kementerian ESDM, 2. Green Hotel Awards oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. 3. Greenship (rating certification for building) oleh GBCI- Green Building Council Indonesia, 4. Sertifikasi Eco-hotel melalui EarthCheck Certification

11 Siapa dan Bagaimana cara menggunakan Buku ini? Mulai dari jajaran manajemen hotel, chief dan staf engineering, sampai pada karyawan hotel yang berhadapan langsung dengan para tamu dapat menerima manfaat dari buku ini. Namun utamanya, muatan buku ini ditujukan untuk chief engineer dan para stafnya, yang secara langsung bertanggung jawab terhadap operasional sistem energi di hotel. Buku ini merupakan salah satu output Program Hotel Energy Benchmarking and Strategic Energy Management di bawah kerjasama Pemerintah Indonesia dengan USAID (US Agency for International Development) yang dilaksanakan selama September 2013 hingga Desember Interaksi intensif dengan chief engineer hotel-hotel di Jakarta, Yogyakarta dan Bali terkait dengan upaya-upaya penghematan energi di hotel, ditambah dengan penjabaran singkat prinsip dasar sistem manajemen energi dari ahli-ahli energi nasional memberikan perspektif yang saling melengkapi untuk melihat suatu permasalahan sistem energi dan cara implementasi konsep penghematan energi. Hotel, dalam beberapa kasus, biaya energi mengambil alih biaya para pegawai. - Pieter de Vries, Contained Energy dalam Seminar Penghematan Energi untuk Hotel, 13 Juni Sesuai dengan lingkup program, buku ini mengacu pada pemanfaatan energi di hotel berbintang 3, 4, atau 5 yang telah beroperasi (tidak fokus kepada hotel yang sedang dibangun). Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa buku ini dapat juga dimanfaatkan oleh hotel atau penginapan diluar kategori tersebut dengan beberapa penyesuaian

12 Beberapa pendekatan ditawarkan dalam buku ini: 1. Penelusuran melalui konsep penghematan energi, bersifat komprehensif untuk memahami prinsip penghematan energi di hotel, atau 2. Penelusuran melalui index, bersifat responsif terhadap masalah yang dihadapi oleh hotel Anda saat ini. (Lihat lampiran H) Perlu diingat bahwa bangunan hotel merupakan salah satu pengguna energi yang cukup unik dibandingkan jenis bangunan perkantoran pada umumnya, mengingat banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi pola penggunaannya, misalnya lokasi bangunan hotel (kota, pantai, pegunungan), jenis bangunan (gedung bertingkat, villa), tipe tamu/ pengguna (untuk bisnis, untuk wisata), dll. Panduan yang khusus disusun untuk membantu pengelolaan penggunaan energi di bangunan hotel ini diharapkan dapat memberikan opsi-opsi terbaik untuk hotel dengan karakteristik yang berbeda-beda

13 Konsumsi Energi di Bangunan Hotel

14 Sektor perhotelan termasuk dalam sektor komersial, yang berkontribusi terhadap penggunaan energi nasional sebesar 3% dengan laju pertumbuhan sebesar 8,6% per tahun. Sektor perhotelan sendiri berkembang sangat pesat di Indonesia, dengan laju pertumbuhan 12,5% dari 2007 sampai 2011, sebagai respon terhadap peningkatan jumlah wisatawan antara 9-13% pada kurun waktu tersebut Rata-rata, 3 dari setiap 100 hotel di Indonesia adalah hotel baru 2011 Sumber: BPS 2012 Pertumbuhan Industri Perhotelan di Indonesia Penggunaan energi yang efisien di bangunan hotel, berarti bahwa energi digunakan untuk seoptimal mungkin memenuhi kebutuhan tamu, tanpa adanya energi yang terbuang atau berlebihan. Sebaliknya, fokus penghematan energi tanpa memperhatikan kepuasan tamu bukan merupakan bentuk efisiensi energi. Dalam prakteknya, penghematan energi di bangunan hotel tetap mengedepankan prinsip 4K, yaitu: 1. kenyamanan 2. keselamatan 3. keindahan/estetika 4. kelancaran staf bekerja Hotel-hotel di Indonesia banyak ditemui memiliki default setting system energi dengan kapasitas yang jauh melebihi energi yang sebenarnya diperlukan untuk mengoperasikan hotel. Misalnya setting temperature AC/chiller diset pada suhu yang sangat rendah untuk mengejar tercapainya suhu yang diinginkan tanpa melakukan audit terhadap peralatan sistemnya secara detail terlebih dahulu. 1. Data BPS,

15 Pola Konsumsi Energi Bangunan Hotel Di bawah program USAID-ICED, sebanyak 30 hotel di wilayah Jakarta, Yogyakarta, dan Bali berpartisipasi dalam audit energi (energy assessment) sebagai bagian dari Program Percontohan Hotel Energy Benchmarking and Strategic Energy Management. Berdasarkan hasil audit tersebut, ditemukan bahwa hotel-hotel tersebut memiliki karakteristik yang serupa terkait dengan sumber energi yang digunakan, yang terdiri dari energi listrik jaringan PLN, LPG, dan diesel/solar. Selain itu, gas alam juga digunakan oleh beberapa hotel di Jakarta sebagai sumber energinya. Konsumsi energi listrik mendominasi penggunaan energi sebesar 70% pada hotel-hotel di tiga kota, dengan proporsi beban biaya energi di tiap wilayah seperti ditunjukkan pada grafik di bawah, termasuk didalamnya biaya penggunaan air. Dari sisi pengguna energi, sistem tata udara mengkonsumsi kurang lebih 65% dari total energi yang digunakan oleh hotel 2. Fokus penghematan energi dapat diberikan pada peralatan yang menggunakan sumber energi listrik dari PLN untuk hasil yang signifikan, kemudian LPG dan diesel/solar. Selain itu, dapat juga dimulai dari sistem tata udara, sebagai pengguna energi terbesar di bangunan hotel. Pertimbangan dalam menentukan fokus penghematan energi lebih rinci dibahas pada bab selanjutnya yaitu Penghematan Energi Melalui Penerapan Sistem Manajemen Energi. 2 Penelitian JICA, dengan BPPT & Kementerian ESDM,

16 Kecenderungan Pola Penggunaan Energi di Bangunan Hotel Per Wilayah di Indonesia Tahun 2013 Bali Jakarta Yogyakarta

17 Biaya Energi di Bangunan Hotel Komponen biaya energi di hotel biasanya dinyatakan dalam satuan biaya per kamar yang terjual, atau jumlah total kamar hotel. Idealnya, perhitungan biaya energi tersebut dilakukan setiap hari dan dilaporkan kepada manajemen serta divisi lainnya dalam mendukung program penghematan energi. Selain itu, perhitungan dan pelaporan secara berkala merupakan bagian dari proses review dan evaluasi dalam program manajemen energi yang baik, sehingga dapat dianalisa dan diketahui trend penggunaan energi di hotel. Hal ini dapat dipergunakan juga untuk membantu perencanaan penurunan konsumsi energi di kamar hotel secara bertahap, atau sebagai bagian dari program kepedulian lingkungan hidup secara keseluruhan. Dalam program Hotel Energy Benchmarking and Strategic Energy Management, USAID-ICED juga melakukan analisa biaya energi per kamar hotel yang terjual untuk memberikan gambaran rata-rata biaya energi tersebut, terutama untuk hotel Bintang 4 dan 5. Biaya Energi = (total biaya listrik (kwh)) (jumlah kamar terjual) Atau Biaya Energi = (total biaya energi (listrik,diesel,gas dalam kwh)) (jumlah kamar terjual) (dalam unit harian/bulanan/ tahunan) Rata-rata biaya energi dan air per kamar per hari di tiap kota di Indonesia memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Bali dengan biaya tertinggi mencapai Rp. 145,283 terjadi karena mayoritas wisatawan asing yang datang terbiasa dengan temperatur udara rendah. Jakarta di posisi kedua dengan biaya Rp. 93,656 per kamar per hari, sedangkan Yogyakarta dengan biaya terendah sebesar Rp. 55,111 yang meliputi hotel Bintang 3 di dalamnya

18 Benchmark dan Standar Konsumsi Energi di Bangunan Hotel Konsumsi energi pada bangunan hotel dapat dinyatakan dalam: 1. IKE (Intensitas Konsumsi Energi) atau EUI (Energy Use Intensity) Angka yang menunjukkan jumlah energi yang dikonsumsi (dalam kwh) untuk setiap m2 luas bangunan yang terkondisikan dengan system pendingin udara per tahun. (konsumsi energi (kwh) dalam 1 tahun) IKE= (luas bangunan yang terkondisikan (m2) Rata-rata IKE untuk 30 hotel dalam pilot program ICED adalah 393 kwh/ m2/tahun 2. REI (Room Energy Intensity) Angka yang menunjukkan jumlah energi yang dikonsumsi (dalam kwh) untuk setiap kamar yang terjual per tahun. IKE= (konsumsi energi (kwh) dalam 1 tahun) (jumlah kamar x tingkat okupansi) Rata-rata REI untuk 30 hotel dalam pilot program ICED adalah 137 kwh/ kamar/tahun

19 3. Benchmark Score, menggunakan benchmarking tool 3 Suatu nilai, dalam rentang 1-100, yang menunjukkan tingkat efisiensi konsumsi energi sebuah hotel, relatif terhadap hotel lain yang sejenis di Indonesia. 1 berarti kurang efisien, 100 berarti paling efisien dibandingkan hotel lainnya. Rata-rata Benchmark Score untuk Program Percontohan Hemat Energi Hotel oleh ICED: 48, artinya bahwa tingkat efisiensi konsumsi energi ratarata ke-30 hotel masih berada di bawah rata-rata,dibandingkan hotel serupa di Indonesia. 4. IKA (Intensitas Konsumsi Air) - optional Angka yang menunjukkan volume air yang dikonsumsi (dalam m3) untuk setiap kamar yang terjual per tahun. IKE= (konsumsi air (m3) dalam 1 tahun) (jumlah kamar x tingkat okupansi ) Rata-rata IKA untuk 30 hotel dalam pilot program ICED adalah 2,09 m3/ kamar/tahun 3 Benchmarking tool ini dikembangkan oleh USAID ICED bekerjasama dengan EECDP dengan mengacu kepada Energy Star yang telah umum digunakan di Amerika Serikat

20 Penghematan Energi Melalui Penerapan Sistem Manajemen Energi

21 Bisnis perhotelan merupakan sektor yang berkembang sangat cepat terutama di Indonesia yang merupakan salah satu tujuan wisata dan bisnis terkemuka dunia. Dengan demikian, konsumsi energi di sektor ini dapat meningkat secara dramatis tanpa peran aktif pelaku usaha dalam meningkatkan efisiensi penggunaan energinya. Perlu diingat bahwa penghematan energi di hotel adalah program yang mendukung tujuan utama bisnis perhotelan yaitu tujuan finansial dengan fokus terhadap kepuasan dan kenyamanan para tamu hotel. Inisiatif untuk mengembangkan program penghematan energi di hotel merupakan langkah awal terciptanya suatu Sistem Manajemen Energi (SME) yang memungkinkan pihak manajemen hotel mengelola penggunaan energi secara rasional dan meningkatkan kinerjanya (efisiensi penggunaan energi) tanpa mempengaruhi kualitas dan kuantitas pelayanan. Inisiatif tersebut dapat muncul dari level Top Manajemen atau maupun dari Chief Engineer yang bertanggung jawab langsung terhadap penggunaan dan pengelolaan energi. Banyak ditemui hotel yang telah memiliki tim pengelola energi serta telah melaksanakan program penghematan energi, tetapi: 1. cenderung bersifat sporadis, 2. sangat bergantung kepada staf tertentu sehingga tidak berkelanjutan, dan 3. sering ditemui masih terkendala karena tanpa dukungan dari Top manajemen

22 Apa Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Energi (SME)? Tanpa implementasi SME, pelaksanaan program penghematan energi dapat mengalami siklus seperti ditunjukkan pada Gambar A, sedangkan tujuan penghematan energi justru dapat lebih tercapai dengan sistem yang lebih terarah, seperti ditunjukkan pada Gambar B. Penjelasan Gambar A: Pada penerapan penghematan energi secara konvensional, biasanya akan terjadi kondisi fluktuatif terhadap biaya energi seiring dengan kegiatan penghematan secara sporadic, tidak terarah dan tidak berkelanjutan. Penjelasan Gambar B: Dengan penerapan SME maka kegiatan penghematan energi akan terarah, terukur, menurut skala prioritas dan dapat berkelanjutan. Manfaat utama melalui implementasi SME, akan memudahkan hotel dalam: 1. Melakukan usaha penghematan energi secara aktif dengan Tim Manajemen Energi (atau Tim Energi) yang terbentuk 2. Mengelola secara aktif usaha penghematan pengunaan energi dan penurunan biaya energi secara komprehensif, terarah, menurut prioritas, dan berkelanjutan 3. Mendokumentasikan segala hal yang terkait dengan penerapan sistem dan usaha penghematan energi 4. Mengikuti peraturan-peraturan terkait yang berhubungan dengan upaya penghematan energi yang sifatnya mengikat ataupun sukarela

23 Bagaimana Langkah-Langkah untuk Menerapkan Sistem Manajemen Energi? Langkah-langkah dan persiapan utama untuk menerapkan program penghematan energi dengan membangun SME adalah sebagai berikut: 1. Membangun Komitmen Manajemen Langkah awal yang sangat penting bagi pimpinan manajemen sebuah hotel adalah dengan berkomitmen dalam upaya penghematan energi jangka panjang dan berkelanjutan, yang diwujudkan melalui: Komitmen dari Pimpinan Organisasi merupakan kunci penyusunan kebijakan energi, pengalokasian sumber utama akan keberhasilan daya (tim manajemen energi dan pendanaan), serta dan didukung oleh Tim pro aktif mengkomunikasikan dan mensosialisasikan Manajemen Energi dan pentingnya upaya penghematan energi ke semua semua tingkatan dan fungsi jajaran di organisasi. organisasi yang ada. Jika inisiatif pelaksanaan program penghematan energi tidak datang dari pimpinan manajemen, perlu dilakukan pendekatan oleh peng-inisiasi kepada pihak manajemen dengan menyampaikan manfaat penghematan yang dapat dicapai beserta perhitungan payback period, jika program yang diusulkan memerlukan investasi peralatan

24 2. Menyusun Kebijakan (Pemakaian dan Pengelolan) Energi Kebijakan dalam pemakaian dan pengelolaan energi merupakan dokumen singkat yang disusun oleh pimpinan hotel yang berisikan paling tidak tentang: Komitmen akan perbaikan kinerja energi yang berkelanjutan Komitmen untuk mengikuti segala peraturan yang berlaku sehubungan dengan penggunaan dan penghematan energi Berupaya untuk melakukan pemilihan atau pembelian terhadap produk, desain atau layanan yang hemat energi. Kebijakan energi juga dapat berisikan target penghematan energi yang ingin dicapai apabila sudah dapat mengetahui potensi penghematannya 3. Membentuk Tim Manajemen Energi Kebijakan energi merupakan salah satu bukti komitmen dari pihak manajemen yang harus disosialisasikan dan diimplementasikan seluruh lapisan karyawan hotel. Tim manajemen Energi dapat terdiri dari perwakilan pihak manajemen, diketuai oleh seorang manajer energi dan dibantu dengan anggota tim sejumlah 2-5 orang staf. Jumlah Tim Manajemen Energi sangat tergantung dari kompleksitas sistem yang ada di hotel itu sendiri. Pada praktek umumnya, peran seorang Manager Energi dipegang oleh seorang Chief Engineer. Tim Energi perlu mengikuti pelatihan/workshop secara berkala guna meningkatkan kapasitas dan keahliannnya, serta dapat mengikuti perkembangan teknologi hemat energi yang berkembang dengan cepat. Anggota Tim Manajemen Energi dapat disesuaikan dengan kapasitas/ kompleksitas Bangunan Hotel dan berasal dari beberapa perwakilan divisi/ departemen yang ada, misalnya: dari Bagian Teknis/Engineering, R & D, Bagian Finansial/Accounting, Bagian Umum/komunikasi, front-line staff, dll. Hal ini menjadi upaya memberikan ruang kontribusi bagi staf di semua bagian untuk memastikan penghematan yang lebih besar dapat dicapai. Tugas utama dari tim manajemen energi adalah sebagai penanggung jawab penggunaan dan pengelolaan energi yang efisien di hotel. Keberadaan tim ini dapat membantu mendorong dan meningkatkan motivasi pelaksanaan penghematan energi di semua departemen yang terlibat

25 Dukungan Manajemen Membuka Pintu Kreativitas dan Inovasi dalam Penerapan Penghematan Energi di Hotel Bintang 5 di Jakarta. Gran Mahakam, Menyadari pentingnya pertimbangan lingkungan dalam pengembangan pelayanan hotelnya, jajaran manajemen Hotel Gran Mahakam menyusun Strategi Bisnis, dimana salah satu pilar yang direncanakan adalah rencana sertifikasi Eco Hotels and Resort untuk manajemen energi yang lebih baik. Program dituangkan secara detail, menyebutkan beberapa poin dan target penghematan energi, diantaranya: 1. Target penurunan konsumsi listrik sebesar 15% 2. Membentuk energy saving committee, untuk mendukung pelaksanaan penghematan energi melalui: a. Pertemuan staf untuk raising awareness mengenai pentingnya menghemat energi b. Pertemuan anggota untuk brainstorming, usulan dari tiap departemen dalam praktek penghematan energi i. Misalnya perlunya informasi mengenai LWBP dan WBP, sehingga staf dapat menghindari pengoperasian sistem pengguna listrik pada jam2 WBP. c. Penyusunan proposal penghematan energi untuk disampaikan kepada jajaran manajemen: i. Kegiatan dibagi 2: tanpa biaya dan dengan biaya. ii. Untuk praktek yang mungkin memberikan dampak, perlu dilakukan uji/tes terlebih dahulu, atau perhitungan investasi dan penghematan The Gran Mahakam Live Care Team (GMLCT) d. Melakukan audit internal dan survey pelaksanaan program e. Menyusun program insentif/reward untuk mendorong pelaksanaan hemat energi oleh staf dan tamu Dalam pelaksanaannya, Komitmen manajemen juga dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan jajaran manajemen terhadap energy saving committee, serta keterbatasan finansial. Hotel Gran Mahakam merupakan hotel berbintang 5 yang dibangun pada tahun 1996 dengan total luas bangunan sebesar m2. Pada tahun pelaksanaan program, Hotel tersebut memiliki total 158 kamar tamu dengan tingkat okupansi rata-rata sebesar 70%

26 4. Perencanaan Penghematan Energi Dalam melakukan perencanaan usaha penghematan energi dapat dilakukan dengan beberapa tahapan kegiatan sebagai berikut: 1. Review Penggunaan Energi 2. Audit Energi 3. Pemilihan Prioritas dan Rencana Aksi Alur diagram tahapan perencanaan penghematan energi: 4.1. Review Penggunaan Energi (Energy Review) Review penggunaan energi biasanya merupakan bagian awal dari pelaksanaan Audit Energi. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengetahui status penggunaan energi dan memahami pola konsumsi energi yang terjadi di hotel Anda, sehingga dapat membantu Tim Manajemen Energi dalam menyusun program penghematan energi setiap tahunnya (atau pada kurun waktu yang ditentukan). Review penggunaan energi idealnya dilakukan dan disusun oleh Tim Manajemen Energi sendiri, dengan tingkat kedetailan analisa disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan sumber daya dan data. Laporan review penggunaan energi dapat

27 dilakukan setiap tahun sekali di awal tahun untuk mengetahui status pengunaan energinya, misalnya dengan menetapkan benchmarking Intensitas Konsumsi Energi (IKE). Berbagai informasi berikut dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan review penggunaan energi: 1. Menghitung total penggunaan atau konsumsi energi bulanan dalam setahun. Biasanya suatu hotel menggunakan jenis-jenis sumber energi berupa listrik, gas, dan BBM diesel. Untuk mengetahui fluktuasi konsumsi energi bulanan dapat dilihat dengan membandingkan dengan data minimal 2-3 tahun berturut turut. 2. Mengetahui fluktuasi konsumsi energi harian, mingguan dan bulanan untuk mengetahui waktu-waktu beban puncak (peakload) dan waktu beban dasar penggunaan energi (baseload). Analisa ini diperlukan untuk mengetahui beban puncak yang biasanya terjadi pada waktu tingkat okupansi tertinggi, dan beban dasar yang akan terjadi pada saat okupansi terendah, atau juga dimungkinkan adanya faktor lainnya yang mempengaruhi fluktuasi penggunaan energi seperti faktor suhu udara luar yang dipengaruhi oleh musim. Pemahaman terhadap kondisi beban dasar dan beban puncak dapat membantu memberikan acuan dalam mengoperasikan peralatan utama mengikuti fluktuasi okupansi atau faktor pendorong lainnya yang berpengaruh siknifikan. Namun prosesnya perlu menggunakan data yang akurat dan historical, terkadang eksperimental. 3. Melakukan pemetaan konsumsi energi untuk mengetahui proporsi penggunaan energi di masing-masing fasilitas atau peralatan pengguna energi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengguna energi terbesar di suatu hotel. Peralatan-peralatan pengguna energi terbesar (misalnya kumulatif hingga 80% dari total konsumsi energi) biasa disebut dengan Significant Energy Uses (SEUs). Analisa ini dapat digunakan untuk memprioritaskan program penghematan energi. Di hotel biasanya peralatan pengguna energi terbesar adalah untuk fungsi pendinginan ruangan, atau untuk fungsi penyediaan air hangat. 4. Mengidentifikasi faktor pendorong utama (drivers) dari penggunaan energi di hotel dan menghitung besaran siknifikansi. Analisa ini merupakan opsi analisa lanjutan jika tim energi Anda tertarik untuk

28 mengetahui faktor-faktor utama pendorong penggunaan energi, sehingga dapat menentukan Energy Performance Indikators (EnPIs) khusus bagi setiap SEUs. Pada prakteknya beberapa hotel menemukan bahwa faktor pendorong berupa suhu udara luar ruangan lebih mempengaruhi konsumsi penggunaan energi mereka dibandingkan dengan jumlah tamu atau tingkat okupansi, dan sebaliknya. Analisa ini dapat dilakukan secara manual menggunakan penghitungan program Ms. Excel (analisa regresi) maupun dengan program khusus analisa penggunaan energi seperti program RETScreen Plus Menghitung Intensitas Konsumsi Energi (IKE) dari hotel. IKE merupakan indek yang dapat menjadi indikator status penggunaan energi suatu bangunan hotel. IKE ini dihitung dalam unit kwh/m2 per tahun. Formula penghitungan IKE sebagai berikut: IKE= (konsumsi energi (kwh) dalam 1 tahun) luas bangunan yang terkondisikan (m2) Konsumsi energi dalam satuan konversi kwh merupakan total penggunaan seluruh energi dalam satu tahun berupa penggunaan listrik, gas, minyak diesel, dll. Cara penghitungan konversi gas dan minyak diesel ke kwh terdapat dalam lampiran buku ini. Luas bangunan yang terkondisikan merupakan luasan area yang mendapatkan fasilitas pendinginan ruangan termasuk kamar, koridor, lobby, restoran, dapur, dll. Hitungan IKE yang didapatkan kemudian dapat dibandingkan dengan benchmark standar yang dikeluarkan oleh Pemerintah (Kementerian ESDM atau GBCI-green building council Indonesia), untuk mengetahui apakah penggunaan dan kinerja energi hotel Anda lebih efisien atau lebih boros dibandingkan dengan benchmark tersebut. 6. Menetapkan acuan-dasar atau baseline dari penggunaan energi selama setahun yang akan digunakan sebagai pembanding dalam pelaksanaan penghematan energi yang akan dilakukan. Baseline penggunaan energi biasanya menggunakan data tahun sebelumnya sebelum implementasi penghematan energi dilakukan. 4 RETScreen Plus merupakan program manajemen energi berbasis windows yang dapat mem bantu melakukan pengawasan, verifikasi, analisa dan pelaporan projek efisiensi energi di berbagai sektor, termasuk di sektor bangunan

29 TIPS: Data apa saja yang perlu dikumpulkan dalam proses Review Penggunaan Energi? Empat jenis data dasar perlu dikumpulkan oleh tim energi hotel untuk dapat mengetahui penggunaan dan kinerja energinya, yaitu data konsumsi energi, data biaya energi, data karakteristik hotel, dan data peralatan dengan konsumsi energi tinggi. Data Konsumsi Energi Upayakan untuk mencatat konsumsi energi dari semua jenis energi yang digunakan, misalnya listrik, LPG, Diesel, dan sebagainya. Untuk listrik dari PLN, detail pencatatan dengan membagi Waktu Beban Puncak (WBP) dan Luar Waktu Beban Puncak (LWBP) dapat memberikan gambaran penggunaan energi yang lebih baik. Selain itu, pencatatan konsumsi listrik dapat dilakukan melalui cross-check data yang ditunjukkan pada panel peralatan listrik di hotel Anda dengan data tagihan listrik dari PLN, guna konsistensi data energi dan biaya yang dikeluarkan. Lebih lanjut, pencatatan konsumsi energi untuk tiap ruangan di hotel Anda akan memberikan informasi dasar yang lebih akurat sebagai pertimbangan penyusunan program penghematan energi bertahap. Jika perlu memperbandingkan konsumsi antara jenis energi yang satu dengan yang lain, sedapat mungkin menyamakan satuan masing-masing, misalnya ke dalam kwh (kilo Watt hour). Lihat halaman unit dan konversi untuk detail faktor konversinya. Data Biaya Energi Data biaya energi perlu dicatat mengikuti detail jenis energi dan unit yang digunakan dalam pencatatan. Misalnya, setiap jenis energi dicatat pemakaiannya setiap bulan, maka pengeluaran tiap bulan untuk jenis energi tertentu dicatat mengikuti format yang ada. Dengan pencatatan ini, Anda dapat melihat profil beban energi hotel Anda, serta dapat menentukan prioritas penghematan yang akan dilaksanakan

30 Data Karakteristik Hotel Untuk analisa lebih detail mengenai pola penggunaan energi di hotel Anda, pencatatan mengenai karakteristik hotel tidak hanya terbatas pada data luas bangunan hotel yang dikondisikan dengan pendingin udara-ac (untuk menghitung IKE), tetapi juga dapat dilengkapi dengan data-data lainnya seperti suhu udara luar, tingkat okupansi (kamar dan ruang pertemuan), coverage harian atau bulanan, dan sebagainya. Data-data tersebut dapat berkembang berdasarkan hasil analisa faktor apa yang mempengaruhi penggunaan energi di hotel Anda secara signifikan (lihat #4 dalam review energi). Data Peralatan dengan Konsumsi Energi Tinggi Salah satu kunci utama keberhasilan program penghematan energi adalah mentargetkan penurunan konsumsi energi untuk setiap peralatan yang mengkonsumsi energi tinggi secara tepat. Untuk itu, pencatatan daya dan spesifikasi peralatan di hotel, seperti boiler, chiller, cooling tower, chilled water pump, lift, pompa air, AHU, kitchen hood exhaust fan, dll sangatlah penting dalam proses audit energi. Hal ini juga akan membantu proses monitoring berkala. Lihat Lampiran F sebagai acuan pencatatan monitoring. Silahkan dimodifikasi sesuai dengan situasi dan keadaan hotel Anda Audit Energi Hasil dari review penggunaan energi dapat ditindaklanjuti dengan melakukan tahapan Audit Energi yang merupakan langkah teknis untuk identifikasi dan penghitungan opsi-opsi program penghematan energi. Audit energi dapat dilakukan internal oleh Tim Energi hotel, atau menggunakan jasa konsultan audit energi 5. 5 Direktorat Jendral Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) - Kementrian ESDM di bawah Program Kemitraan Konservasi Energi memberikan fasilitas audit energi secara cuma-cuma. Telp : (021) (ext. 824) atau subdit_dka@yahoo.id

31 Audit energi dapat mencakup tiga tingkatan kedalaman analisa, dimana tahap audit energi singkat meliputi kegiatan pengumpulan data historis konsumsi energi, observasi lapangan, penghitungan IKE dan potensi penghematan energi. Dalam audit energi awal, tingkatan selanjutnya, pengukuran sesaat dilakukan untuk menghasilkan penghitungan IKE dan potensi penghematan yang lebih akurat. Lebih rinci lagi, dalam audit energi rinci, pengukuran dilakukan dengan lebih lengkap untuk menunjang keperluan analisa teknis dan finansial peralatan pengguna energi tertentu (lihat lampiran G untuk detail jenis-jenis audit energi). Hotel Anda tidak harus melalui ketiga tahapan audit tersebut. Audit energi singkat dapat dipilih jika hotel Anda belum pernah melakukan audit energi, sehingga dapat memberikan gambaran peralatan mana yang perlu ditinjau ulang dalam audit yang lebih rinci. Audit energi rinci dapat langsung dipilih jika tim Energi hotel Anda telah memiliki prioritas peralatan yang perlu diretrofit atau ditingkatkan efisiensinya. TIPS: Pengukuran dan Observasi apa saja yang perlu dilakukan dalam proses Audit Energi? Mengetahui dan memahami pola konsumsi energi di hotel Anda merupakan langkah awal dalam penghematan energi, namun tanpa pengukuran dan observasi lebih lanjut terhadap peralatan-peralatan yang mengkonsumsi energi di hotel Anda, program penghematan energi tidak dapat berjalan secara optimal. Pengukuran dapat dilakukan sendiri atau menggunakan konsultan dari luar. Beberapa alat ukur yang dapat digunakan ditunjukkan dalam lampiran A. Sebagai kegiatan rutin dalam manajemen energi di hotel Anda, pelaksanaan observasi dapat ditambahkan beberapa checklist observasi, sekaligus untuk mengetahui apakah sistem yang terpasang dan dioperasikan di hotel Anda tergolong sudah efisien atau dapat lebih ditingkatkan lagi. Lihat bab Peluang penghematan energi untuk checklist observasi di masing-masing sistem

32 Tahapan dalam perencanaan kegiatan penghematan energi dalam proses audit energi adalah: 1. Identifikasi opsi-opsi penghematan berdasarkan proses review energi serta pengukuran dan observasi (daftar kegiatan secara komprehensif) 2. Penentuan batasan kegiatan, dalam hal batasan fisik maupun batasan kebijakan finansial. Batasan fisik atau organisasi, misalnya: fasilitas chiller, komponen lighting, hot water, ruang kamar hotel, ruang meeting, ruang masak, basement/parkir, melibatkan personel departemen engineering atau seluruh komponen organisasi Batasan kebijakan finansial, misalnya: bersifat No/Low Cost, Medium Cost, dan High Cost. 3. Penggolongan opsi-opsi penghematan energi melalui pemilahan opsi-opsi No/Low Cost, Medium Cost, dan High Cost, atau dapat juga dengan melihat tingkat kesulitan teknis dan resiko-resiko yang dapat dihadapi. Pengertian penggolongan biaya penghematan energi adalah sebagai berikut: Opsi No-Cost merupakan opsi penghematan energi yang memerlukan biaya yang sangat kecil dan biasanya banyak dalam bentuk in-kind. Opsi Low-Cost merupakan opsi penghematan energi yang memerlukan biaya yang tergolong rendah dan dapat dianggarkan sendiri oleh pihak Hotel tanpa memerlukan pendanaan dari luar (pinjaman Bank, dll) Opsi Medium/High-Cost merupakan opsi penghematan energi yang memerlukan biaya besar yang dapat didanai sendiri atau memerlukan pendanaan dari pihak luar untuk implementasinya, atau memerlukan kerjasama dengan pihak ketiga (ESCO) Batasan penggolongan biaya dapat disesuaikan dengan kebijakan dan kondisi keuangan di masing-masing Hotel, misalnya: Opsi Low-Cost < 50 juta, opsi medium cost < 1 milyar, dan high cost > 1 milyar. 4. Penentuan prioritas kegiatan, tujuan dan target penghematan yang rasional dapat dicapai dengan mengacu kepada trend atau kecenderungan penggunaan energi pada tahun-tahun sebelumnya

33 4.3. Penentuan Prioritas Kegiatan dan Rencana Aksi Dalam penentuan prioritas kegiatan dan tahapan kerja rencana aksi, pertimbangan berikut dapat dijadikan acuan dalam menentukan pelaksanaan kegiatan: a. Tingkat kesulitan teknis terhadap opsi yang akan diambil b. Best practice dan sudah umum dilakukan di tempat lain c. Tingkat resiko kegagalan yang dapat terjadi d. Besaran biaya investasi upaya penghematan energi e. Kriteria finansial tingkat pengembalian modal investasi (payback, IRR, NPV) Perlu diingat bahwa tidak hanya tim energi yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan penghematan energi, tetapi melibatkan seluruh lapisan pegawai yang terkait dengan hal-hal teknis, seperti pegawai dapur untuk efisiensi penggunaan kitchen hood exhaust fan, dan pegawai di bagian housekeeping untuk efisiensi pemanfaatan sinar matahari dan lampu kamar tamu. Kerjasama yang baik dari seluruh staf karyawan dapat ditingkatkan secara efektif melalui sosialisasi dan capacity building yang dilakukan secara berkala. Penyusunan prioritas kegiatan penghematan energi dan rencana aksi dilakukan oleh Tim Manajemen Energi dan dikonsultasikan dengan pihak Manajemen untuk mendapatkan persetujuan

34 Matrik prioritas penghematan energi dapat digunakan untuk membantu memetakan opsi-opsi penghematan energi yang akan dilakukan. Lihat gambar dibawah ini sebagai contoh. Di dalam matrik dibawah menggunakan parameter tingkat investasi (sumbu y), tingkat resiko kesulitan teknis (sumbu x), dan tingkat pengembalian investasi (dipresentasikan dengan bulatan semakin besar artinya paling menarik dilihat dari sisi waktu dan besaran pengembalian modal investasi). Jika hanya melihat sisi besaran investasi dan tingkat kesulitan teknis, maka yang dapat dipilih adalah kotak matrik mulai dari nomor kotak 1, kotak 2, kotak 3 dan kotak 4. Jika pilihan ditambah dengan parameter finansial yaitu tingkat pengembalian modal maka yang dapat dipilih berdasarkan nomor urutan di tiap lingkaran yang dimulai dari opsi penghematan energi no 1 hingga terakhir nomor 17. Kriteria seleksi dapat juga mempertimbangkan hal-hal lainnya tergantung dari kapasitas dan kebijakan yang diambil di setiap hotel

35 5. Implementasi Kegiatan Penghematan Energi Setelah pemilihan prioritas kegiatan penghematan energi dilakukan dan mendapat persetujuan dari pihak Manajemen Hotel, maka Tim Manajemen Energi menyusun rencana aksi yang berisikan detail rencana pelaksanaan kegiatan, waktu konstruksi atau instalasi, pembagian tanggung jawab pelaksana kerja, pemilihan vendor peralatan penghematan energi, rincian termin pengeluaran budget, dan lain sebagainya. 6. Monitoring dan Penghitungan Hasil Penghematan Energi Tim energi, sebagai penanggung jawab pelaksanaan penghematan energi di hotel, dapat melakukan kegiatan-kegiatan monitoring, misalnya: 1. Pengawasan pelaksanaan oleh pegawai housekeeping dengan melakukan inspeksi ke kamar yang telah dibersihkan 2. Pengawasan pelaksanaan oleh pegawai teknik dengan memeriksa logsheet, atau pengaturan temperatur di AHU 3. Pengumpulan data penggunaan energi melalui panel metering, atau berdasarkan tagihan PLN 4. Sedapat mungkin melakukan pengukuran jika diperlukan, terutama jika terdapat penyimpangan konsumsi yang jauh lebih besar dari penggunaan rata-rata. Pengukuran ini dapat memakai peralatan manual, dimana pada kasus tertentu mungkin diperlukan penambahan alat ukur jika telah terdapat alat ukur otomatis 5. Penghitungan penghematan energi yang didapat, dan verifikasi hasil penghematan energi dari skenario baseline dan target yang ingin dicapai

36 7. Tahapan Evaluasi dan Perbaikan Berkelanjutan Pada tahapan evaluasi, Anda dapat memilih untuk melaksanakan internal audit, yaitu evaluasi terhadap proses dan hasil implementasi penghematan energi dibandingkan terhadap tujuan dan target awal kegiatan. Proses ini dilakukan oleh tim internal hotel yang berbeda fungsi dan tugasnya untuk menjaga obyektifitas penilaian. Proses evaluasi juga dapat dilakukan oleh pihak ketiga atau lembaga sertifikasi tertentu untuk melakukan verifikasi terhadap pelaksanaan SME dan hasil penghematan energi yang didapatkan. Di akhir tahun atau secara berkala tiap setengah tahun, hotel dapat melakukan Manajemen Review, yaitu sistem evaluasi yang melibatkan Pimpinan Organisasi bersama dengan Tim Manajemen Energi yang dilakukan secara rutin dan berkala untuk mengevaluasi pelaksanaan penghematan energi, serta melakukan upaya perbaikan apabila ditemukan kekurangan selama kurun waktu implementasi. Perbaikan berkelanjutan merupakan proses berulang yang merupakan koreksi hasil dari Manajemen Review yang tujuannya menghasilkan peningkatan kinerja energi dan pelaksanaan sistem manajemen energi yang baik, yang meliputi: 1. Perbaikan dalam proses menetapkan tujuan, target dan identifikasi peluang perbaikan dan penghematan energi 2. Perbaikan dalam usaha perbaikan terus-menerus atas peningkatan kinerja energi secara keseluruhan, dan konsisten dengan kebijakan energi yang telah ditetapkan

37 Peluang Penghematan Energi di Bangunan Hotel

38 Peluang penghematan energi dapat diperoleh dari peningkatan efisiensi tiap-tiap sistem pengguna energi terbesar pada bangunan seperti disarikan dalam table berikut. Sistem Pengguna Energi Sistem Selubung Bangunan % Biaya Energi Hotel *pengaruh tidak langsung terhadap sistem tata udara dan tata cahaya Tipikal Potensi Penghematan Energi tiap sistem Sistem selubung bangunan yang baik dapat mengurangi beban pendinginan hingga 54% Sistem Tata Udara 65% Sistem Tata Cahaya 15% hingga 50% (dari kondisi umum yang ditemui di mayoritas hotel di Indonesia saat ini) Sistem Air Panas 17% (dan lainnya) Sistem Kelistrikan dan Transportasi Gedung 3% Sistem Otomatisasi Gedung (Building Automation System) *pengaruh tidak langsung terhadap sistem yang di otomatisasi (tata udara, tata cahaya, dll) Sumber: Kajian oleh JICA, ESDM dan BPPT, 2008; dan berbagai sumber Opsi Cara Penghematan No Cost Low Cost: Penghematan < 10% Payback period < 2 tahun Medium Cost: Penghematan 10% - 20% Payback period: 1-4 tahun High Cost : Penghematan > 20% Payback period: 1-4 tahun

39 Sistem Selubung Bangunan Selubung bangunan adalah pemisah fisik antara ruang yang terkondisikan oleh pendingin udara dengan ruang yang tidak terkondisikan; yaitu berupa dinding, jendela, dan atap tembus atau yang tidak tembus cahaya. Sebagai elemen yang menyelubungi bangunan gedung, selubung bangunan dirancang dengan 3 fungsi dasar: 1) pelindung terhadap pengaruh cuaca, 2) mencegah inflitrasi udara, dan 3) menghambat aliran perpindahan panas. Selubung bangunan yang baik dapat membatasi perpindahan udara, air, panas (termal), cahaya, dan kebisingan dari luar ke dalam ruangan. Selubung Bangunan memberikan perlindungan termal interior untuk meminimalkan beban pendinginan AC Kaitan Sistem Selubung Bangunan Dengan Pemakaian Energi Desain selubung bangunan yang kurang baik pada suatu bangunan dapat menyebabkan panas dari luar bangunan dengan mudahnya masuk melalui dinding, jendela, pintu, dan ventilasi sehingga meningkatkan beban pendinginan gedung (HVAC Heating, Ventilation and Air Conditioning), seperti pada skema berikut. Sistem selubung bangunan yang baik dapat mengurangi beban pendinginan hingga 54%

40 Beban pendinginan dari suatu bangunan gedung terdiri dari: 1. Beban internal, yaitu beban yang ditimbulkan oleh lampu, penghuni serta peralatan lain yang menimbulkan panas; 2. Beban eksternal, yaitu panas yang masuk dalam bangunan diakibatkan oleh radiasi matahari melalui jendela atau bukaan lainnya, perpindahan panas dengan cara konduksi pada dinding bangunan, dan panas yang terbawa oleh udara karena adanya ventilasi/infiltrasi pada dinding dan selubung bangunan. Beban pendinginan eksternal melalui selubung bangunan, misalnya untuk gedung satu Iantai di Indonesia dapat mencapai 40% sampai 50% dari beban pendingin seluruhnya pada waktu terjadi beban puncak. Dalam desain selubung bangunan, karakteristik utama yang menunjukkan kemampuan selubung bangunan menahan panas masuk melewati selubung bangunan dan mengurangi beban eksternal ditunjukkan dengan nilai koefisien Perpindahan Panas Menyeluruh atau Overall Thermal Transfer Value (OTTV). Menurut Standar SNI, desain nilai OTTV selubung bangunan harus lebih kecil atau sama dengan 45 Watt/m². Namun, nilai tersebut mungkin dapat dicapai pada bangunan gedung yang baru yang didesain dengan memenuhi kaidah-kaidah gedung dengan selubung bangunan yang baik. Standar SNI tentang Konservasi energi selubung bangunan pada bangunan gedung menguraikan detail teknis perencanaan dan manajemen selubung bangunan. Untuk bangunan gedung yang lama dan yang telah dibangun tanpa memperhatikan batas maksimum nilai OTTV, maka perlu dilakukan beberapa hal untuk menurunkan nilai OTTV atau mengurangi masuknya panas melalui selubung bangunan. Semakin tinggi nilai OTTV selubung bangunan semakin besar beban pendinginan eksternal yang ditanggung oleh sistem tata udara gedung tersebut. Hal ini juga dapat berarti bahwa semakin tinggi nilai OTTV gedung semakin boros pemakaian energi digedung tersebut

41 Oleh karena itu perlu dilakukan upaya penghematan energi dengan cara memperbaiki kinerja selubung gedung atau mengurangi masuknya panas melalui selubung bangunan. Apakah Kinerja Sistem Selubung Bangunan Hotel Anda Sudah Efisien? Selain mengukur nilai OTTV seperti dijelaskan sebelumnya, pengujian terhadap sistem selubung bangunan dapat dilakukan untuk mengindentifikasi terjadinya infiltrasi dan kebocoran udara, difusi kelembaban, kondensasi permukaan dan masuknya air hujan, yang dapat berdampak negatif terhadap kinerja energi dan kualitas udara dalam ruangan suatu bangunan. Pada prinsipnya, energi panas mengalir dari area udara panas ke area dengan temperatur udara lebih rendah. Aliran ini selalu akan terjadi jika terdapat perubahan atau perbedaan temperatur dalam ruangan, termasuk jika terdapat kebocoran dalam ruangan yang tertutup. Kebocoran ini dapat diidentifikasi melalui observasi. Penjelasan Gambar: 1. Menggunakan kamera/pemindai infra merah dapat memberikan informasi area yang mengalami kebocoran (dalam gambar berwarna putih) 2. Contoh insulasi yang kurang baik dapat menyebabkan kebocoran udara

42 Selain kebocoran/infiltrasi, jenis kaca (teknologi) yang digunakan untuk selubung bangunan juga mempengaruhi beban pendinginan ruangan yang ditimbulkan. Produk SHGC U Value LT (%) Clear Glass % Body Tinted % Hard Coated: Solar Co ntrol % Glass Soft Coated: Solar Control Glass % Low-E (low Emissivity Coating) % Solar Control + Low-E % Catatan: 1. Data Spesifikasi kinerja beberapa produk ditunjukkan hanya sebagai indikasi 2. Semua kombinasi untuk unit kaca double glazed menggunakan clear glass dengan ruang kedap udara selebar 12 mm 3. U value musim panas berdasarkan ASHRAE, untuk semua kasus, menggunakan kaca 6 mm dengan posisi pelapis Face 2 Tips parameter spesifikasi kaca untuk selubung bangunan: 1. SHGC (Solar Heat Gain Coefficient): Semakin tinggi angka SHGC (Solar Heat Gain Coefficient) semakin baik 2. U Value: Semakin kecil nilai U Value semakin baik 3. LT: Semakin besar nilai LT (Light Transmisions) semakin baik Alternatif Penghematan energi pada Sistem Selubung Bangunan Upaya penghematan energi dengan cara pengelolaan selubung bangunan gedung adalah upaya yang melibatkan semua pihak yang terkait dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengelolaan bangunan gedung. Memasang alat peneduh (shading) pada jendela luar untuk meminimalkan radiasi matahari Contoh penggunaan alat peneduh

43 Penggunaan kaca gelas berlapis ganda untuk kaca jendela, atau melapisi dengan kaca film Kaca gelas umumnya bukanlah material penahan panas yang baik, sehingga perpindahan panas cukup siginfikan terjadi melalui kaca gelas jendela. Meminimalkan perpindahan panas melalui kaca gelas jendela dapat dilakukan dengan menggunakan kaca gelas berlapis ganda (multiple layer glass). Kaca gelas berlapis ganda umumnya mempunyai 3 (tiga) lapis kaca gelas yang terpisah oleh udara atau gas inert/mulia. Nilai koefisien perpindahan panas kaca gelas jendela (U) umumnya antara 2.8 sampai dengan 3.0 W/m2K. Dengan menggunakan kaca gelas berlapis ganda nilai U dapat mencapai 0.6 hingga 1.4 W/m2K. Artinya dengan menggunakan kaca gelas berlapis ganda kemampuan kaca jendela menahan masuknya panas radiasi sinar matahari dapat ditingkatkan hingga menjadi 2 sampai dengan 5 kali lipat. Atau pemborosan energi dapat diturunkan hingga menjadi 50% sampai dengan 80%. Penggunaan kaca gelas ganda untuk kaca gelas jendela

Sistem Manajemen Energi (SME) Energy Management System (EnMS)

Sistem Manajemen Energi (SME) Energy Management System (EnMS) Sistem Manajemen Energi (SME) Energy Management System (EnMS) HOTEL BENCHMARKING TOOLS AND STRATEGIC ENERGY MANAGEMENT PILOT PROGRAM USAID ICED-Jakarta, 26 November 2013 Outline Presentasi: 1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik itu dari sisi produksi maupun sisi konsumsi, yang berbanding terbalik dengan

BAB I PENDAHULUAN. baik itu dari sisi produksi maupun sisi konsumsi, yang berbanding terbalik dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis manajemen energi adalah keadaan dimana sumber energi yang ada tidak mampu dikelola untuk memenuhi kebutuhan energi di wilayah tertentu. Indonesia adalah salah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Audit Industri Usaha-usaha untuk menghemat industri di segala bidang makin dirasakan perlu karena semakin terbatasnya sumber-sumber industri yang tersedia dan semakin mahalnya

Lebih terperinci

SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING

SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING Disusun Oleh : M. ROFIQI ATHOILLAH (2409 105 033) Pembimbing

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu

II. TINJAUAN PUSTAKA. apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Tata Udara Hampir semua aktifitas dalam gedung seperti kantor, hotel, rumah sakit, apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu penerangan,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.327, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Menajer Energi Bidang Bangunan Gedung.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.327, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Menajer Energi Bidang Bangunan Gedung. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.327, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Menajer Energi Bidang Bangunan Gedung. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING

OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING Muhammad Rofiqi Athoillah, Totok Ruki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi

Lebih terperinci

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING I Wayan Swi Putra 1, I Nyoman Satya Kumara 2, I Gede Dyana Arjana 3 1.3 Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 METODE PENGUMPULAN DATA Agar tujuan penelitian ini tercapai, perlu diketahui penggunaan konsumsi daya yang ada di hotel Permai ini, data-data yang akan dicari adalah data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Saat ini energi merupakan kebutuhan utama setiap manusia. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi suatu negara menjadi salah satu faktor penyebab meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini, permasalahan yang sering sekali menjadi pusat perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi. Di Indonesia, hal

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG)

Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG) Special Submission: PENGHEMATAN ENERGI MELALUI PEMANFAATAN GAS BUANG DENGAN TEKNOLOGI WASTE HEAT RECOVERY POWER GENERATION (WHRPG) PT. SEMEN PADANG 2013 0 KATEGORI: Gedung Industri Special Submission NAMA

Lebih terperinci

Untuk mengatasi permasalahan di atas, pada tahun 2003 pemerintah meluncurkan program kemitraan konservasi energi. Program kemitraan ini merupakan kese

Untuk mengatasi permasalahan di atas, pada tahun 2003 pemerintah meluncurkan program kemitraan konservasi energi. Program kemitraan ini merupakan kese BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan meningkatnya pembangunan yang diikuti dengan pertumbuhan dan perekembangan perekonomian Indonesia, kebutuhan energi nasional juga semakin meningkat.

Lebih terperinci

ABSTRAK STUDI PENGELOLAAN ENERGI LISTRIK DI PERUSAHAAN PENGOLAHAN DAGING PT. SOEJASCH BALI

ABSTRAK STUDI PENGELOLAAN ENERGI LISTRIK DI PERUSAHAAN PENGOLAHAN DAGING PT. SOEJASCH BALI ABSTRAK STUDI PENGELOLAAN ENERGI LISTRIK DI PERUSAHAAN PENGOLAHAN DAGING PT. SOEJASCH BALI PT. Soejasch Bali adalah perusahaan pengolahan daging yang berdiri sejak 1983. Dalam paper ini dilakukan audit

Lebih terperinci

Perencanaan Manajemen Energi (Energy Management Planning)

Perencanaan Manajemen Energi (Energy Management Planning) Perencanaan Manajemen Energi (Energy Management Planning) Dr. Giri W.iyono, M.T. Jurusan Pendidikan. Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta HP: 0812 274 5354 giriwiyono @ uny.ac.id

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, konsumsi energi listrik pada masyarakat sangat meningkat yang diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan bertambahnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konservasi energi listrik untuk perencanaan dan pengendalian pada gedung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konservasi energi listrik untuk perencanaan dan pengendalian pada gedung BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian sebelumnya yang sebelumnya tentang kajian managemen konservasi energi listrik untuk perencanaan dan pengendalian pada gedung perkantoran PT. PHE

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG Ketahanan energi merupakan faktor pendukung utama dalam pelaksanaan pembangunan

LATAR BELAKANG Ketahanan energi merupakan faktor pendukung utama dalam pelaksanaan pembangunan LATAR BELAKANG Ketahanan energi merupakan faktor pendukung utama dalam pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Namun disisi lain, tingginya pertumbuhan energi semakin memperlebar kesenjangan antara

Lebih terperinci

Penghargaan Efisiensi Energi Nasional

Penghargaan Efisiensi Energi Nasional Penghargaan Efisiensi Energi Nasional 2013 1 2 Penghargaan Efisiensi Energi Nasional 2013 Menara BCA LATAR BELAKANG Ketahanan energi merupakan faktor pendukung utama dalam pelaksanaan pembangunan yang

Lebih terperinci

PROGRAM KONSERVASI ENERGI

PROGRAM KONSERVASI ENERGI PROGRAM KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada: Lokakarya Konservasi Energi DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Bandung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena global warming (pemanasan global) dan isu-isu kerusakan lingkungan yang beraneka ragam semakin marak dikaji dan dipelajari. Salah satu efek dari global warming

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.557,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI DAN ALALISIS PELUANG PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK GEDUNG MAHKAMAH KONSTITUSI JAKARTA

AUDIT ENERGI DAN ALALISIS PELUANG PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK GEDUNG MAHKAMAH KONSTITUSI JAKARTA AUDIT ENERGI DAN ALALISIS PELUANG PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK GEDUNG MAHKAMAH KONSTITUSI JAKARTA Joko Prihartono 1, Mulyadi 2, Purwo Subekti 3 1,2 Teknik Mesin Universitas Tama Jagakarsa Jakarta, 3 Teknik

Lebih terperinci

KONSENTRASI TEKNIK ENERGI ELEKTRIK

KONSENTRASI TEKNIK ENERGI ELEKTRIK ANALISIS PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PADA SISTEM PENCAHAYAAN DAN AIR CONDITIONING (AC) DI GEDUNG PERPUSTAKAAN UMUM DAN ARSIP DAERAH KOTA MALANG JURNAL SKRIPSI KONSENTRASI TEKNIK ENERGI

Lebih terperinci

ANALISIS KONSUMSI ENERGI PADA PENGGUNAAN PENDINGIN UDARA KAMAR DI PATRA JASA CONVENTION HOTEL SEMARANG

ANALISIS KONSUMSI ENERGI PADA PENGGUNAAN PENDINGIN UDARA KAMAR DI PATRA JASA CONVENTION HOTEL SEMARANG ANALISIS KONSUMSI ENERGI PADA PENGGUNAAN PENDINGIN UDARA KAMAR DI PATRA JASA CONVENTION HOTEL SEMARANG Arga Praditya Yunanto 1), Kukup Adiutomo 1) Supriyo 2), Nugroho Hartono 2) 1) Mahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara cara untuk

BAB II DASAR TEORI. konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara cara untuk 6 BAB II DASAR TEORI 2.1. AUDIT ENERGI Audit energi adalah teknik yang dipakai untuk menghitung besarnya konsumsi energi pada bangunan gedung dan mengenali cara cara untuk penghematan. Tujuan suatu audit

Lebih terperinci

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA:

DAMPAK PENGGUNAAN DOUBLE SKIN FACADE TERHADAP PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN DI RUANG KULIAH FPTK BARU UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA: BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung dalam suatu lingkungan yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya,

Lebih terperinci

Inpres No.10 Tahun 2005 tentang penghematan energi. Pelaksanaan audit energi untuk mengetahui penggunaan energi di Rumah sakit

Inpres No.10 Tahun 2005 tentang penghematan energi. Pelaksanaan audit energi untuk mengetahui penggunaan energi di Rumah sakit Pengunaan energi yang semakin meningkat Persediaan energi yang semakin menipis Inpres No.10 Tahun 2005 tentang penghematan energi Pelaksanaan audit energi untuk mengetahui penggunaan energi di Rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan terhadap energi listrik terus meningkat seiring dengan perkembangan teknologi yang saat ini sedang berada dalam tren positif. Listrik merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi lingkungan kerja menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kenyamanan pekerja (Choi dkk, 2012). Pada saat pekerja merasa nyaman dalam bekerja maka

Lebih terperinci

Perbandingan Perhitungan OTTV dan RETV Gedung Residensial Apartement.

Perbandingan Perhitungan OTTV dan RETV Gedung Residensial Apartement. Perbandingan Perhitungan OTTV dan RETV Gedung Residensial Apartement. Dian Fitria, Thesa Junus D. Green Building Engineers, Divisi Sustainability, PT Asdi Swasatya Abstrak Besar panas yang masuk ke dalam

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi dan pertumbuhan penduduk dunia yang pesat mengakibatkan bertambahnya kebutuhan energi seiring berjalannya waktu. Energi digunakan untuk membangkitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang pada gilirannnya akan berdampak pada terhambatnya roda

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang pada gilirannnya akan berdampak pada terhambatnya roda 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang paling mudah dan paling banyak digunakan masyarakat luas. Dari tahun ketahun permintaan akan energi listrik

Lebih terperinci

EVALUASI NILAI IKE MELALUI AUDIT ENERGI AWAL KAMPUS 3 UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

EVALUASI NILAI IKE MELALUI AUDIT ENERGI AWAL KAMPUS 3 UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN EVALUASI NILAI IKE MELALUI AUDIT ENERGI AWAL KAMPUS 3 UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN Riky Dwi Puriyanto 1), Sunardi 2), Ahmad Azhari 3) 1 Fakultas Teknologi Industri, Universitas Ahmad Dahlan Email: rikydp@ee.uad.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 menurut Bank Dunia akan mengalami perlambatan peningkatan sekitar 5,2% dari prediksi sebelumnya yang diprediksi tumbuh

Lebih terperinci

PERANGKAT LUNAK AUDIT SEBAGAI ALAT BANTU SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK UPAYA KONSERVASI ENERGI

PERANGKAT LUNAK AUDIT SEBAGAI ALAT BANTU SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK UPAYA KONSERVASI ENERGI PERANGKAT LUNAK AUDIT SEBAGAI ALAT BANTU SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK UPAYA KONSERVASI ENERGI JURNAL PUBLIKASI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Disusun Oleh : INDAH

Lebih terperinci

ANALISA KONSERVASI ENERGI SELUBUNG BANGUNAN BERDASARKAN SNI STUDI KASUS: GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

ANALISA KONSERVASI ENERGI SELUBUNG BANGUNAN BERDASARKAN SNI STUDI KASUS: GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA ANALISA KONSERVASI ENERGI SELUBUNG BANGUNAN BERDASARKAN SNI 03-6389-2011. STUDI KASUS: GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA Ricky Gendo 1, Jimmy Priatman 2, Sandra Loekito 3 ABSTRAK: Dewasa

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Perkiraan kebutuhan energi final nasional (Outlook Energi Indonesia, BPPT 2012)

Gambar 1.1 Perkiraan kebutuhan energi final nasional (Outlook Energi Indonesia, BPPT 2012) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia. Krisis energi dan perubahan iklim global merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh hampir seluruh

Lebih terperinci

Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS

Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-186 Penilaian Kriteria Green building pada Gedung Rektorat ITS Dedy Darmanto dan I Putu Artama Wiguna, Jurusan Teknik Sipil,

Lebih terperinci

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN HOTEL CIPUTRA SEMARANG

ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN HOTEL CIPUTRA SEMARANG ANALISA DAN PERANCANGAN AUDIT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN HOTEL CIPUTRA SEMARANG Mario Abednego ( L2F008060) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto,SH, Tembalang,,

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN

ANALISIS EKONOMI PENGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN ANALISIS EKONOMI PENGUNAAN ENERGI LISTRIK UNTUK PENERANGAN Endah Asmawati 1, Marlina 2, Junanik Idayani 3 1 Teknik Informatika dan Pusat Studi Energi Terbarukan, 2 Hukum dan Pusat Studi Energi Terbarukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep bangunan hijau merupakan sebuah isu penting dalam desain arsitektur. Menurut Konsil Bangunan Hijau Indonesia, bangunan hijau adalah bangunan yang dalam tahap

Lebih terperinci

Pemilihan Material Fasad pada Malang Convention and Exhibition Centre Sesuai Standar GBCI dengan Perhitungan OTTV

Pemilihan Material Fasad pada Malang Convention and Exhibition Centre Sesuai Standar GBCI dengan Perhitungan OTTV Pemilihan Material Fasad pada Malang Convention and Exhibition Centre Sesuai Standar GBCI dengan Perhitungan OTTV Nugraha Putra Hutama 1, Heru Sufianto 2, Ary Dedy Putranto 1 Mahasiswa Jurusan Arsitektur,

Lebih terperinci

Manajemen Pengelolaan Pembangkit Energi Listrik. Toha Ardi Nugraha

Manajemen Pengelolaan Pembangkit Energi Listrik. Toha Ardi Nugraha Manajemen Pengelolaan Pembangkit Energi Listrik Toha Ardi Nugraha Program/Tahapan Manajemen Energi (Craig B. Smith,1981) Tahap inisiasi : Komitmen manajemen; Koordinator manajemen energi; Komite manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bagian ini memaparkan pendahuluan dari penelitian yang dilakukan. Pendahuluan ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah dan sistematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi proses produksinya sebagai syarat untuk bisa terus bertahan di tengah

BAB I PENDAHULUAN. efisiensi proses produksinya sebagai syarat untuk bisa terus bertahan di tengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuntutan pasar terhadap berbagai inovasi, kualitas dan kuantitas hasil produksi terus meningkat, sehingga perusahaan juga dituntut untuk meningkatkan efisiensi proses

Lebih terperinci

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU

Abstrak. 2. Studi Pustaka. 54 DTE FT USU ANALISIS AUDIT ENERGI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK (APLIKASI PADA GEDUNG J16 DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS SUMATERA UTARA) Dewi Riska S. Barus (1), Surya Tarmizi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Sosialisasi Program ICCTF 2010-2011 Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

Perbandingan Perhitungan OTTV dan ETTV Gedung Komersial - Kantor

Perbandingan Perhitungan OTTV dan ETTV Gedung Komersial - Kantor Perbandingan Perhitungan OTTV dan ETTV Gedung Komersial - Kantor Tubagus A. Dimas, Dian Fitria, Thesa Junus D. Green Building Engineers, Divisi Sustainability, PT Asdi Swasatya Abstrak Besar panas yang

Lebih terperinci

STUDI ANALISA OPTIMASI PENGHEMATAN ENERGI PADA SISTEM TATA UDARA DI TERMINAL KARGO BANDARA SOEKARNO HATTA. Budi Yanto Husodo 1,Novitri Br Sianturi 2

STUDI ANALISA OPTIMASI PENGHEMATAN ENERGI PADA SISTEM TATA UDARA DI TERMINAL KARGO BANDARA SOEKARNO HATTA. Budi Yanto Husodo 1,Novitri Br Sianturi 2 STUDI ANALISA OPTIMASI PENGHEMATAN ENERGI PADA SISTEM TATA UDARA DI TERMINAL KARGO BANDARA SOEKARNO HATTA Budi Yanto Husodo 1,Novitri Br Sianturi 2 1,2 Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

INTENSITAS KONSUMSI ENERGI DI UNIVERSITAS IBA. Bahrul Ilmi 1*, Reny Afriany 2. Corresponding author:

INTENSITAS KONSUMSI ENERGI DI UNIVERSITAS IBA. Bahrul Ilmi 1*, Reny Afriany 2. Corresponding author: INTENSITAS KONSUMSI ENERGI DI UNIVERSITAS IBA Bahrul Ilmi 1*, Reny Afriany 2 1, 2 Teknik Mesin, Universitas IBA, Palembang Corresponding author: bahrul.ilmii@yahoo.com ABSTRACT: The need for energy in

Lebih terperinci

Bab IV Analisis Kelayakan Investasi

Bab IV Analisis Kelayakan Investasi Bab IV Analisis Kelayakan Investasi 4.1 Analisis Biaya 4.1.1 Biaya Investasi Biaya investasi mencakup modal awal yang diperlukan untuk mengaplikasikan sistem tata udara dan penyediaan kebutuhan air panas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi sangat tinggi. Sementara itu, ketersediaan sumber energi tak terbaharui (bahan bakar fosil) semakin menipis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. fungsi dan luas ruangan serta intensitas penerangannya.

I. PENDAHULUAN. fungsi dan luas ruangan serta intensitas penerangannya. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem pencahayaan digunakan ketika penerangan alami tidak dapat memenuhi persyaratan penerangan ruang dalam bangunan. Dilihat dari penggunaan energi listrik suatu bangunan,

Lebih terperinci

Mahasiswa : Dian Pramita Eka Laksmiyanti / Dosen Pembimbing : Ir. IGN Antaryama, Ph.D Dr. Ir. V. Totok Noerwasito, MT

Mahasiswa : Dian Pramita Eka Laksmiyanti / Dosen Pembimbing : Ir. IGN Antaryama, Ph.D Dr. Ir. V. Totok Noerwasito, MT Mahasiswa : Dian Pramita Eka Laksmiyanti / 3210204003 Dosen Pembimbing : Ir. IGN Antaryama, Ph.D Dr. Ir. V. Totok Noerwasito, MT Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya (2013) LATAR BELAKANG 1 Permasalahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Pada dasarnya penggunaan energi listrik di industri dibagi menjadi dua pemakaian yaitu pemakaian langsung untuk proses produksi dan pemakaian untuk penunjang proses produksi.

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemanfaatan energi terbarukan menjadi meningkat. Hal ini juga di dukung oleh

I. PENDAHULUAN. pemanfaatan energi terbarukan menjadi meningkat. Hal ini juga di dukung oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menanggapi isu penggunaan clean energy yang sangat santer saat ini, pemanfaatan energi terbarukan menjadi meningkat. Hal ini juga di dukung oleh kebijakan dunia dan negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. udaranya. Sistem tata udara pada Gedung Rektorat Universitas Lampung masih

I. PENDAHULUAN. udaranya. Sistem tata udara pada Gedung Rektorat Universitas Lampung masih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem tata udara merupakan sistem pengkondisian udara yang berfungsi untuk mengatur tingkat kenyamanan baik dari keadaan suhu maupun kelembaban udaranya. Sistem tata udara

Lebih terperinci

MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI LISTRIK MELALUI PENDEKATAN FINANCIAL ASSESSMENT PADA PT XYZ

MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI LISTRIK MELALUI PENDEKATAN FINANCIAL ASSESSMENT PADA PT XYZ MANAJEMEN KONSERVASI ENERGI LISTRIK MELALUI PENDEKATAN FINANCIAL ASSESSMENT PADA PT XYZ ELECTRICAL ENERGY CONVERSATION MANAGEMENT THROUGH FINANCIAL ASSESSMENT APPROACH AT PT XYZ Ajen Mukarom 1, Abdul Kohar

Lebih terperinci

Prosedur Energi Listrik

Prosedur Energi Listrik Prosedur Energi Listrik Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta giriwiyono@uny.ac.id Prosedur Audit Energi Listrik Pada Bangunan Gedung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability)

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability) dan menerapkan praktik-praktik ramah lingkungan. Konsep ini sudah tidak asing

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI UNTUK MENDAPATKAN PELUANG PENGHEMATAN ENERGI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DI SALAH SATU HOTEL DI SEMARANG

AUDIT ENERGI UNTUK MENDAPATKAN PELUANG PENGHEMATAN ENERGI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DI SALAH SATU HOTEL DI SEMARANG AUDIT ENERGI UNTUK MENDAPATKAN PELUANG PENGHEMATAN ENERGI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DI SALAH SATU HOTEL DI SEMARANG Abstrak M Denny Surindra Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H.

Lebih terperinci

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS Dedy Darmanto, I Putu Artama Wiguna, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian berlangsung ada beberapa tahapan yang dilakukan untuk mencari data untuk penelitian ini. dimulai dari kajian studi pustaka, dimana penulis mencari

Lebih terperinci

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS TUGAS AKHIR-RC-09-1380 PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS Oleh : Dedy Darmanto ( 3108100027 ) Lokasi Studi Latar Belakang Krisis Energi Penghematan Energi Green Building Program

Lebih terperinci

Catatan : *) BPO : Bahan Perusak Ozon GRK : Gas Rumah Kaca

Catatan : *) BPO : Bahan Perusak Ozon GRK : Gas Rumah Kaca Catatan : *) BPO : Bahan Perusak Ozon GRK : Gas Rumah Kaca Jakarta, 8 Nopember 2011 ACUAN KEBIJAKAN PEMERINTAH 1. Penghapusan BPO & GRK - Keppres RI No. 23 / 1992 (perlindungan lapisan ozon) - UU No. 17

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY

BAB V KESIMPULAN ARSITEKTUR BINUS UNIVERSITY 81 BAB V KESIMPULAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan V.1.1 Keterkaitan Konsep dengan Tema dan Topik Konsep dasar pada perancangan ini yaitu penggunaan isu tentang Sustainable architecture atau Environmental

Lebih terperinci

Pengembangan RS Harum

Pengembangan RS Harum BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. ARSITEKTUR HIJAU (GREEN ARCHITECTURE) Arsitektur hijau merupakan langkah untuk mempertahankan eksistensinya di muka bumi dengan cara meminimalkan perusakan alam dan lingkungan

Lebih terperinci

Ria Kurniawati 1, Syafi i 2, dan Mamok Suprapto 3 1 Mahasiswa Magister Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Ria Kurniawati 1, Syafi i 2, dan Mamok Suprapto 3 1 Mahasiswa Magister Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta EFISIENSI ENERGI RUANG RAWAT INAP Ria Kurniawati 1, Syafi i 2, dan Mamok Suprapto 3 1 Mahasiswa Magister Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sebelas Maret Surakarta ria_180290@yahoo.com 2 Dosen Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dimusnahkan, dapat dikonversikan atau berubah dari bentuk

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dimusnahkan, dapat dikonversikan atau berubah dari bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Energi bersifat abstrak dan sukar dibuktikan, tetapi dapat dirasakan adanya. Menurut hukum kekekalan energi, energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan,

Lebih terperinci

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi Lia Laila Prodi Teknologi Pengolahan Sawit, Institut Teknologi dan Sains Bandung Abstrak. Sistem pengondisian udara dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

Pada tahun-tahun terakhir ini dengan semakin meningkatnya. harga energi telah menyadarkan para pelaku industri dan

Pada tahun-tahun terakhir ini dengan semakin meningkatnya. harga energi telah menyadarkan para pelaku industri dan - 1 - Latar Belakang Pada tahun-tahun terakhir ini dengan semakin meningkatnya harga energi telah menyadarkan para pelaku industri dan pengelola bangunan bahwa konservasi energi mutlak dilakukan. Dengan

Lebih terperinci

BAB IV: KONSEP Pendekatan Konsep Bangunan Hemat Energi

BAB IV: KONSEP Pendekatan Konsep Bangunan Hemat Energi BAB IV: KONSEP 4.1. Konsep Dasar Perancangan Konsep dasar yang akan di gunakan dalam perancangan ini adalah Arsitektur hemat energi yang menerapkan Pemanfaatan maupun efisiensi Energi dalam rancangan bangunan.

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN ENERGI BERKELANJUTAN

SISTEM MANAJEMEN ENERGI BERKELANJUTAN SISTEM MANAJEMEN ENERGI BERKELANJUTAN titovianto widyantoro Permasalahan energi Sumber daya energi yang ada saat ini berada di bawah tekanan yang sangat luar biasa Akan tetapi dalam rangka mempertahankan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan

1.1 Latar Belakang Penelitian. menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, energi menjadi bagian yang tak terpisahkan dari arsitektur. Ketergantungan bangunan terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hotel Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa hampir di tiap-tiap kota terdapat hotel yang memberikan jasa penginapan berikut service lainnya. Bagi orang-orang yang

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X

AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X Audit Energi Dan Analisa Peluang Hemat Energi AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X Derry Septian1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemanasan global menjadi topik perbincangan dunia dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai peristiwa alam yang dianggap sebagai anomali melanda seluruh dunia dengan

Lebih terperinci

Penilaian Kriteria Green Building Pada Jurusan Teknik Sipil ITS?

Penilaian Kriteria Green Building Pada Jurusan Teknik Sipil ITS? Penilaian Kriteria Green Building Pada Jurusan Teknik Sipil ITS? KRISIS ENERGI Kebutuhan Persediaan PENGHEMATAN ENERGI GREEN BUILDING ECO CAMPUS PENERAPAN GEDUNG T.SIPIL TIDAK DI DESAIN DENGAN KONSEP GB

Lebih terperinci

AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X

AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X Audit Energi Dan Analisa Peluang Hemat Energi AUDIT ENERGI DAN ANALISA PELUANG HEMAT ENERGI PADA BANGUNAN GEDUNG PT. X Derry Septian 1, Joko Prihartono 2, Purwo Subekti 3 ABSTRAK Dari penelitian yang telah

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan

Lebih terperinci

Direktorat Konservasi Energi

Direktorat Konservasi Energi DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Direktorat Konservasi Energi 1 Latar Belakang Target Konservasi Energi : Mengurangi intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Energi listrik merupakan salah satu kebutuhan hidup yang paling penting bagi kita.tanpa adanya energi listrik, berbagai aktivitas manusia tidak dapat berjalan baik

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR No. 38 tahun 2012 tentang BANGUNAN GEDUNG HIJAU

PERATURAN GUBERNUR No. 38 tahun 2012 tentang BANGUNAN GEDUNG HIJAU PERATURAN GUBERNUR No. 38 tahun 2012 tentang BANGUNAN GEDUNG HIJAU DINAS PENGAWASAN DAN PENERTIBAN BANGUNAN PROV.DKI JAKARTA Peraturan Gubernur No 38 tahun 2012 telah ditetapkan pada April 2012 dan akan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. pengelola real estat terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. pengelola real estat terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS A. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN) adalah pemilik, pengembang dan pengelola real estat terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Belakangan ini, tingkat kesadaran global terhadap lingkungan hidup semakin besar. Salah satu yang menjadi perhatian, termasuk di Indonesia, adalah isu pemanasan global.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada metode penelitian akan menjelaskan proses bagaimana dilakukannya penelitian (analis) pemakaian enenrgi listrik pada gedung PT. Westindo.awalnya kan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kondisi Wisma Atlet di Senayan saat ini dapat dikatakan cukup memrihatinkan. Wisma yang awalnya bernama Wisma Fajar ini didirikan tahun 1974 oleh perusahaan Singapura

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. PEMAKAIAN LISTRIK GEDUNG PGC Konsumsi energi listrik harian di gedung Pusat Grosir Cililitan dicatat oleh PT. PLN (Persero) dalam 2 jenis waktu pemakaian yaitu Luar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi 2.1.1 Pengertian Proyek Konstruksi Proyek konstruksi adalah usaha yang kompleks dan tidak memiliki kesamaan persis dengan proyek manapun sebelumnya sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jakarta, ibukota negara Indonesia, merupakan kota yang terus berkembang di berbagai aspek, baik itu dari aspek sosial, budaya, ekonomi maupun teknologi. Banyak sekali

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL Frans Soehartono 1, Anik Juniwati 2, Agus Dwi Hariyanto 3 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang berwawasan lingkungan (green building).

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang berwawasan lingkungan (green building). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam website http://zulkieflimansyah.com/in/green-building.html, Januari 2009, pemanasan global (global warming) menjadi salah satu isu penting yang disuarakan di

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAN METODE KONSTRUKSI SISTEM PENDINGINAN TERHADAP AUDITORIUM

PERHITUNGAN DAN METODE KONSTRUKSI SISTEM PENDINGINAN TERHADAP AUDITORIUM PERHITUNGAN DAN METODE KONSTRUKSI SISTEM PENDINGINAN TERHADAP AUDITORIUM Krisanto Elim 1, Anthony Carissa Surja 2, Prasetio Sudjarwo 3, dan Nugroho Susilo 4 ABSTRAK : Tujuan penelitian sistem tata udara

Lebih terperinci

Beban Pendinginan dan Penghematannya

Beban Pendinginan dan Penghematannya Beban Pendinginan dan Penghematannya Oleh : Yasmin Auditor Energi, BPPT Pelatihan Dasar Audit Energi dan Komisioning Gedung B2TE-BPPT, 27 Juli 2011 Beban Pendinginan Beban eksternal Selubung bangunan Partisi

Lebih terperinci

Teknologi Kogenerasi Untuk Penghematan Energi

Teknologi Kogenerasi Untuk Penghematan Energi Teknologi Kogenerasi Untuk Penghematan Energi Nama Inovasi Teknologi Kogenerasi Untuk Penghematan Energi Produk Inovasi Advokasi Kebijakan Pengembangan dan Aplikasi Teknologi Kogenerasi di Sektor Industri

Lebih terperinci