BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Yulia Darmadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENDAHULUAN Nutrisi yang cukup sangat penting untuk pertumbuhan dan menjaga homeostatis tubuh. Gangguan terhadap asupan nutrisi dapat menyebabkan seseorang terkena malabsorbsi dan berakibat fatal. Penyebabnya dapat berupa gangguan absorbsi makanan pada saluran cerna ataupun penderita luka bakar yang tidak mampu mengkonsumsi makanan secara langsung. Salah satu terapi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan memberikan sumber nutrisi langsung ke dalam pembuluh darah dalam bentuk sediaan Total Parenteral Nutrition (TPN) (Dipiro, 1997). TPN umumnya tersusun dari beberapa komponen utama dan komponen tambahan. Mikroemulsi parenteral (Intravenous Lipid Emulsion, IVLE) merupakan salah satu komponen utama dalam TPN yang berfungsi sebagai sumber energi. Sumber energi TPN yang lain dapat diperoleh dari karbohidarat (dekstrosa) maupun dari protein (Dipiro, 1997). Masalah yang sekarang banyak menjadi perhatian dalam formulasi TPN adalah stabilitas dari IVLE yang dapat mempengaruhi keamanan penggunaan TPN. Penelitian membuktikan tipe trigliserida dalam komponen minyak merupakan faktor yang penting yang dapat mempengaruhi kestabilan dari IVLE (Balogh et al., 2005). Minyak yang mengandung kombinasi trigleserida rantai menengah (Medium chain triglycerides/ MCT) dan trigiserida rantai panjang (Long chain triglycerides/ LCT) lebih stabil dibandingkan minyak yang hanya mengandung trigliserida rantai panjang, seperti minyak kedelai dan minyak bunga matahari yang banyak digunakan sebagai sumber nutrisi dalam TPN (Driscoll et al., 2000). Keuntungan lain dari kombinasi MCT dan LCT dalam minyak adalah proses klirens oleh hati akan lebih cepat sehingga tidak akan terjadi penumpukan kolesterol dalam pembuluh darah (Eastwood, 2003). Selain itu kombinasi MCT dan LCT dapat menghasilkan mikroemulsi yang lebih jernih dibandingkan minyak murni mengandung hanya LCT saja. 1
2 2 Di pasaran, minyak yang digunakan dalam sediaan TPN masih banyak yang berasal dari minyak kedelai dan minyak bunga matahari (contohnya : Liposyn III). Walaupun ada juga produk yang memasukkan tambahan trigliserida rantai menengah ke dalam minyak-minyak tersebut untuk meningkatkan kestabilan emulsi serta menurunkan ukuran partikel minyak tetapi belum ada TPN yang menggunakan minyak murni yang mengandung kombinasi MCT dan LCT. Sebagai alternatif untuk mengganti minyak kedelai dan bunga matahari dalam emulsi IVLE dapat digunakan VCO. Kelebihan dari VCO adalah mengandung trigliserida rantai menengah sekitar 57% dan sisanya (43%) berupa trigliserida rantai pendek dan panjang. Kombinasi trigliserida dalam VCO secara teoritis dapat menghasilkan sediaan TPN yang lebih stabil dibandingkan sediaan TPN yang berasal dari minyak kedelai dan minyak bunga matahari. Kombinasi trigliserida itu juga akan mempermudah proses metabolisme lemak. Dalam penelitian ini dikembangkan formulasi mikroemulsi VCO untuk sediaan TPN.
3 BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Sediaan Parenteral Sediaan parenteral, secara luas, adalah bentuk sediaan dimana rute pemberiannya tidak melalui saluran cerna. Parenteral berasal dari kata para enteron (yunani) yang berarti menghindari usus. Tetapi para praktisi farmasi dan kedokteran membatasi pemberian obat secara parenteral hanya meliputi cara pemberian yang langsung ke dalam jaringan, rongga jaringan atau komparten-kompartemen tubuh secara suntikan atau infus. Sediaan parenteral digunakan pertama kali oleh manusia sejak tahun Meskipun demikian, perkembangan injeksi baru berlangsung tahun 1852, khususnya saat diperkenalkannya ampul gelas oleh Limousin (Perancis) dan Friedleader (Jerman). Perkembangan teknikteknik untuk pemberian obat secara parenteral, demikian juga penggunaannya telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir (Lukas, 2006). Rute pemberian secara parenteral diindikasikan untuk mendapatkan efek obat yang tidak mungkin dicapai melalui rute lain yang mungkin disebabkan obat tidak dapat diabsorsi atau rusak jika diberikan secara oral atau rute lainnya (Lukas, 2006). Selain itu sediaan parenteral digunakan untuk pemberian obat bagi penderita yang tidak sadarkan diri serta untuk mendapatkan efek lokal yang diinginkan. 1.2 Nutrisi Lengkap Parenteral Nutrisi lengkap Parenteral (Total Parenteral Nutrition, TPN) adalah sediaan yang mengandung nutrien lengkap diberikan secara intravena untuk mengembalikan berat badan dan keadaan anabolik, jika rute oral dan enteral tidak memungkinkan karena saluran cerna tidak berfungsi (Wesly, 1990). 3
4 Indikasi dan Kontra Indikasi TPN diberikan untuk penderita yang mengalami gangguan absorbsi, penyakit kanker, ankreatis sedang sampai berat, malnutrisi berat, penyakit kritis, luka bakar dan sepsis (Wesly, 1990). TPN kontra indikasi pada pasien dengan syok hemodinamik, seperti syok atau dehidrasi yang belum diatasi. Dalam kondisi tersebut kadar hormon dalam tubuh masih tinggi, sel resisten terhadap insulin, dan kadar gula meningkat sehingga pemberiaan TPN dapat mengakibatkan hipermetabolisme (Wesly, 1990) Komponen Secara umum komponen dalam Total parenteral nutrition terdiri dari : a. Makronutrient Karbohidrat, sebagai sumber energi. Protein, sebagai sintesis jaringan dan fungsi sel, serta bias juga sebagai sumber energi. Mikroemulsi Parenteral, sebagai sumber energi dan asam lemak esensial seperti asam linoleat. b. Mikronutrient Vitamin, elektrolit-elektrolit, dan unsur-unsur mineral yang mendukung aktivitas metabolisme untuk metabolisme selular, reaksi enzimatik, kesetimbangan asam basa, serta cairan elektrolit Formulasi Sediaan TPN Formulasi dalam pembuatan TPN berbeda komposisinya tergantung pada usia dari target pasien. Untuk dewasa, formula standar untuk TPN mengandung asam amino 4,25%, karbohidrat 15% dan emulsi lemak 20% ditambah dengan elektrolit dan vitamin. Sumber kalori berasal dari protein 20%, karbohidrat 60% dan lemak 20% (Wesly, 1990). Komposisi TPN pada anak-anak berusia dibawah 10 tahun mengandung asam amino 3% dan emulsi lemak 20%, sedangkan penggunaan karbohidrat dihitung dari berat badan pasien. Apabila berat badan pasien kurang dari 10 kg, karbohidrat yang digunakan sebanyak 7,5% (Wesly, 1990).
5 Rute Pemberiaan a. Rute pemberian periferal Pemberian TPN melalui pembuluh darah peripheral memiliki keterbatasan karena sifat dari pembuluh peripheral itu sendiri. Sediaan yang diberikan melalui rute ini biasanya berupa larutan asam amino, dekstrosa dan mikronutrient. Sedangkan pemberian emulsi lemak melalui rute ini dihindari karena dapat menyebabkan embolik pembuluh darah (Dipiro, 1997). Keuntungan penggunaan rute periferal mencakup rendahnya resiko infeksi dari luar, dan kesulitan-kesulitan metabolisme bila dibandingkan pemberian lewat sentral. Kesulitan dalam penggunaan rute ini terjadi pada pasien malnutrisi, pengobatan kemoterapi dan pada pasien usia lanjut di mana pemberian nutrisi melalui pembuluh darah peripheral terbatas. Selain itu pada pemberian melalui rute ini harus diperhatikan tonisitas dari sediaan yang dibuat, yaitu harus isotonis, sediaan yang hipertonis dapat menyebabkan thrombophlebitis (Dipiro, 1997). Penggunaan rute ini relatif aman dan mudah dibandingkan rute sentral pada pasien yang sesuai. Pasien yang dipilih haruslah pasien yang tidak memiliki keterbatasan pada cairan tubuh, tidak memerlukan nutrisi dalam jumlah besar dan fungsi saluran pencernaan diperkirakan akan membaik setelah 7-10 hari (Dipiro, 1997). b. Rute pemberian sentral Pemberian nutrisi melalui rute sentral biasanya berupa larutan berkonsentrasi tinggi yang hipertonis sehingga harus diberikan melalui pembuluh darah vena sentral. Pembuluh vena sentral memiliki kecepatan aliran darah (blood flow rate) lebih tinggi dibandingkan pembuluh darah peripheral sehinga dapat mengencerkan larutan yang hipertonis dengan cepat. Pemberian rute sentral biasanya mengguanakan kateter yang diinjeksikan pada pembuluh darah vena cava superior (Dipiro, 1997). Rute sentral diberikan pada pasien yang menggunakan TPN lebih dari 10 hari, kebutuhan nutrisi yang besar, akses nutrisi melalui pembuluh peripheral yang buruk, dan kebutuhan cairan tubuh yang bervariasi seperti pada pasien sehabis operasi, trauma, luka bakar parah, kegagalan multi organ dan penderita tumor (Dipiro, 1997).
6 Pencampuran Komponen Secara umum ada dua jenis pencampuran komponen TPN yang digunakan : a. All-in-one admixture All-in-one admixture merupakan sediaan TPN yang dibuat dengan mencampurkan larutan dekstrosa-asam amino dengan emulsi lemak secara bersamaan. Keuntungan dari sediaan seperti ini adalah penggunaan peralatan seperti pompa infus, tube dan lain-lainnya lebih sedikit dibandingkan pencampuran TPN terpisah, waktu pembuatan dan pemberian yang lebih singkat dan penyimpanan all-in-one admixture lebih mudah karena hanya membutuhkan satu kantong plastik steril (Dipiro, 1997). Sedangkan kerugian yang diberikan dengan metode pembuatan seperti ini adalah peningkatan resiko infeksi bakteri dan stabilitas serta ketidaktercampuran komponen dalam sediaan TPN (Dipiro, 1997). b. TPN terpisah TPN terpisah merupakan sediaan yang nutrisi di mana larutan dekstrosa-asam amino terpisah wadahnya dari emulsi lemak. Keuntungan dari sediaan bentuk ini adalah stabilitas dari masing-masing komponen akan lebih lama dibandingkan all-in-one admixture (mencapai 24 bulan setelah pembuatan). Sedangkan kerugian dari pembuatan metode ini adalah penggunaan peralatan seperti pompa infus, tube dan lain-lainnya lebih banyak dibandingkan all-in-one admixture (Dipiro, 1997) Wadah dan Penyimpanan Sediaan TPN dikemas dalam botol kaca steril atau botol plastik steril infus intravena dengan ukuran yang sesuai. Botol plastik unutk sediaan TPN terbuat dari etil vinil asetat (EVA) yang tidak mengandung pemlastis atau pengenyal dan sesuai dengan sediaan yang mengandung lemak (Dipiro, 1997). Cairan TPN harus segera digunakan begitu selesai dibuat. Jika tidak, harus disimpan pada suhu 4 C. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kecepatan degradasi kimia komponen nutrisi dan meminimalkan kesempatan terjadinya kontaminasi mikroorganisme (Dipiro, 1997).
7 7 1.3 Mikroemulsi Mikroemulsi adalah dispersi dari fase minyak dan fase air yang secara termodinamik stabil, transparant (atau translusent) yang distabilkan oleh adanya interfasial film atau molekul surfaktan. Surfaktan yang digunakan dapat merupakan surfaktan murni, campuran atau kombinasi dengan zat tambahan lain. Sistem yang homogen ini menghasilkan larutan dengan viskositas yang rendah, dibuat dengan mencampur perbandingan tertentu antara komposisi surfaktan, minyak dan air. Mikroemulsi dapat dibedakan dari makroemulsi karena bersifat transparan, viskositasnya rendah dan secara termodinamik lebih stabil dibandingkan dengan makroemulsi. Dengan menggunakan elektron mikrograf, dapat teramati bahwa sistem ini merupakan dispersi transparan yang terdiri dari globul berukuran mikro yang sferis dari minyak dalam air (M/A) atau air dalam minyak (A/M). Globul tersebut dilapisi oleh film pada batas antarmuka yang berasal dari surfaktan dan etanol (sebagai kosurfaktan). Ukuran dari globul yang dihasilkan lebih kecil dari ukuran globul pada emulsi yaitu nm (Swarbrick, 1995) Sifat Fisika Mikroemulsi Mikroemulsi dapat dibedakan karena globul fase terdispersi mempunyai ukuran yang sangat kecil. Sifat optis dan sifat mikroglobul dalam medan gravitasi merupakan sifat fisika yang membedakannya dengan makroglobul (Lissant, 1984). Berdasarkan sifat optis, diketahui bahwa mikroemulsi menghasilkan larutan yang transparan atau transluesen. Selain itu juga memberikan efek Tyndall. Makroemulsi menghasilkan sediaan berwarna putih susu, sementara mikroemulsi yang tidak transparan namun bersifat transluscent akan menghasilkan efek Tyndall yang dapat dilihat secara kasat mata. Metode pengukuran untuk sediaan mikroemulsi tidak dapat menggunakan mikroskop cahaya, namun dibutuhkan ultramikroskop atau mikroskop elektron. Mikroskop cahaya hanya dapat digunakan untuk melihat partikel dengan ukuran lebih besar dari 0,2 µm sehingga tidak dapat digunakan untuk mengamati mikroemulsi. Ultramikroskop dapat digunakan untuk mendeteksi partikel dengan ukuran Å. Ukuran globul mikroemulsi dapat dilihat dengan jelas menggunakan mikroskop elektron (Lissant, 1984).
8 8 Untuk melihat stabilitas dari mikroemulsi dapat dilakukan pengamatan sedimentasi dan pengamatan koalesen. Ada tiga cara untuk mengukur kecepatan sedimentasi yaitu dengan mengukur kecepatan sedimentasi akibat pengaruh gravitasi, cara sentrifugasi atau dengan ultrasentrifugasi. Jika sampel emulsi tidak menunjukkan pemisahan setelah disentrifugasi beberapa menit dengan kecepatan sentrifugasi 100 g, dapat dikatakan bahwa telah terbentuk mikroemulsi. Mikroemulsi tidak akan mengalami koalesen, karena adanya gerakan Brown dalam sistem yang mencegah globul-globul dari mikroemulsi bersatu menghasilkan creaming. Efektifitas dari gerakan Brown dapat diuji dengan cara: terhadap mikroemulsi dilakukan ultrasentrifugasi pada 130,000 g. Walaupun dihasilkan globulglobul yang mengendap, namun globul-globul ini tidak berkoalesen dan akan kembali ke kondisi awalnya jika didiamkan (Lissant, 1984) Formulasi Mikroemulsi Suatu mikroemulsi umumnya dibentuk dari kombinasi oleh tiga sampai lima komponen, terdiri dari fase eksternal, fase internal dan fase interfasial (Swarbrick, 1995). a. Fase eksternal Fase eksternal/luar/kontinu atau fase pendispersi mumnya merupakan bagian cairan dengan jumlah lebih banyak, dimana cairan yang kedua terdispersi dalam bentuk partikel-partikel halus. Dalam hal-hal tertentu mungkin dapat menjadi fase dalam atau sebaliknya. Misalnya sistem mikroemulsi tersebut adalah M/A, akan dapat diubah menjadi A/M atau sebaliknya mikroemulsi A/M menjadi M/A, tergantung jumlah fase terdispersi dan pendispersi. b. Fase internal Fase internal/dalam/diskontinu atau fase terdispersi terdiri dari partikel-partikel cairan yang terdispersi dalam bentuk tetesan kecil (globul) dalam fase luar. Ukuran partikel untuk mikroemulsi sekitar 100 nm. c. Fase interfasial Fase interfasial terdiri dari surfaktan primer, terkadang dibantu dengan surfaktan sekunder (kosurfaktan) dan penambahan elektrolit. Peranan utama komponen ini adalah sebagai penstabil mikroemulsi. Sistem mikroemulsi umumnya lebih sulit untuk diformulasi dibandingkan dengan emulsi biasa, karena pembentukan sistem ini merupakan proses yang sangat spesifik yang
9 9 melibatkan interaksi spontan diantara molekul-molekul penyusun. Struktur asosiasi yang dihasilkan dari komponen-komponen ini pada suhu tertentu tergantung tidak hanya dari struktur kimia komponen penyusun namun juga dari konsentrasi yang digunakan. Tahap yang paling menentukan dalam pembuatan mikroemulsi adalah pemilihan surfaktan dan kosurfaktan (jika dibutuhkan) untuk fase minyak. Surfaktan yang dipilih harus menurunkan tegangan antarmuka antara kedua fase sampai nilai yang sangat rendah, sehingga memudahkan proses dispersi pada mikroemulsi dan pembuatan lapisan tipis film yang akan melapisi globul kecil yang terbentuk. Lapisan tipis emulgator yang digunakan harus memiliki nilai hidrofilik-lipofilik yang sesuai pada daerah antarmuka supaya dihasilkan mikroemulsi tipe A/M ataupun M/A (Swarbrick, 1995). Surfaktan rantai tunggal tidak dapat menurunkan nilai tegangan antarmuka antara fase minyak-air sampai nilai yang mencukupi untuk dihasilkan mikroemulsi. Penambahan kosurfaktan yang dapat menurunkan nilai tegangan antarmuka antara fase minyak dan fase air lebih rendah Teori Pembentukan Mikroemulsi Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui mekanisme pembentukan mikroemulsi dan stabilitas yang dimiliki oleh sistem tersebut. Salah satu teori yang menjelaskan mekanisme pembentukan mikroemulsi adalah teori mixed-film, yang menyatakan bahwa mikroemulsi dapat terbentuk karena adanya pembentukan lapisan film pada daerah antar muka dan tegangan antar permukaan yang sangat rendah. Namun ada juga teori yang menyatakan bahwa sistem mikroemulsi adalah sistem yang secara alami merupakan sistem fase tunggal (teori solubilisasi). Namun tidak semua teori tersebut dapat menjelaskan secara keseluruhan aspek struktur dan stabilitas mikroemulsi yang terbentuk (Swarbrick, 1995). Teori mixed-film menekankan pentingnya pembentukan film pada bagian antarmuka dan tegangan antar permukaan yang sangat rendah. Pembentukan spontan dari globul mikroemulsi dapat dihasilkan karena adanya pembentukan lapisan film kompleks pada antar permukaan air-minyak oleh surfaktan dan kosurfaktan. Hal ini akan menyebabkan reduksi tegangan antar permukaan antara minyak-air ke nilai yang sangat rendah (dari nilai nol sampai negatif).
10 Keuntungan Mikroemulsi Stabilitas termodinamik dari mikroemulsi lebih baik dibandingkan dengan makroemulsi dan suspensi, karena mikroemulsi dapat dibuat dengan menggunakan input energi yang lebih kecil (seperti pemanasan atau pengadukan) namun memiliki shelf life yang panjang. Selain itu, umumnya sediaan bentuk mikroemulsi lebih disukai karena stabilitasnya lebih baik atau karena sifatnya yang transparan yang lebih menarik minat dari konsumen (Swarbrick, 1995). Produk yang ada di pasaran saat ini sudah banyak yang berupa mikroemulsi atau mengandung komponen dalam bentuk mikroemulsi. Beberapa sediaan mikroemulsi yang sudah dihasilkan, yaitu emulsi Carnauba-Wax, minyak pelumas, parfum, cairan pembersih, formula antiseptik, kosmetik dan toiletries, dan sediaan farmasi (Swarbrick, 1995). 1.4 Mikroemulsi Parenteral Emulsi adalah suatu sistem dispersi heterogen atara dua cairan atau lebih yang tidak saling bercampur. Sistem emulsi mempunyai sifat yang tidak stabil, dan diperlukan suatu zat penstabil yang dinamakan pengemulsi (emulsifiying agent). Emulsifiying agent digunakan untuk mencegah koalesen dari partikel-partikel minyak atau air yang teremulsi (Lachman et al., 1976). Dalam pembuatan mikroemulsi parenteral sangat penting untuk mencapai kestabilan globul-globul yang berukuran kurang dari 1µm agar tidak terjadi emboli pada pembuluh darah (Lachman et al., 1976). Mikroemulsi parenteral diberikan melalui pembuluh darah dalam bentuk globul-globul yang sangat kecil yang dinamakan chylomicra. Chylomicra memiliki ukuran diameter 0,5-1,0 µm dan terdiri dari inti trigliseraldehid dan bagian luarnya berupa fosfolipid. Mikroemulsi parenteral yang diberikan secara intravena biasanya mengandung lemak 10% sekalipun dapat dibuat sampai 20% (Martins, 1993).
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Orientasi formula mikroemulsi dilakukan untuk mendapatkan formula yang dapat membentuk mikroemulsi dan juga baik dilihat dari stabilitasnya. Pemilihan emulgator utama
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan
Lebih terperinciSediaan Parenteral Volume Besar Sediaan Parenteral Volume Kecil. 07/10/2013 follow
Sediaan Parenteral Volume Besar Sediaan Parenteral Volume Kecil 1 Pendahuluan Pemberian cairan dalam volume besar langsung ke sirkulasi tubuh memiliki faktor risiko penyerta yang jauh lebih tinggi. Karenanya,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk
I. PENDAHULUAN Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji tumbuhan canola, yaitu tumbuhan asli Kanada Barat dengan bunga berwarna kuning. Popularitas dari
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketoprofen atau asam 2-(3-benzoilfenil) propionat merupakan obat antiinflamasi non steroid yang digunakan secara luas untuk pengobatan rheumatoid arthritis,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lipid 1. Definisi Lipid Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik (Widman, 1989) Lemak disebut juga lipid,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vitamin C telah digunakan dalam kosmesetika berupa produk dermatologis karena telah terbukti memiliki efek yang menguntungkan pada kulit, antara lain sebagai pemutih
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Obat suntik didefinisikan secara luas sebagai sediaan steril bebas pirogen yang dimaksudkan untuk diberikan secara parenteral. Istilah parenteral seperti yang umum
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
digilib.uns.ac.id xvi DAFTAR SINGKATAN A/M ANOVA BHA BHT CMC CoCl 2 HIV HLB M/A O/W ph SPSS t-lsd UV W/O : Air dalam Minyak : Analysis of Variance : Butylated Hydroxyanisole : Butylated Hydroxytoluen)
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi mikroemulsi ini dimaksudkan untuk standardisasi agar diperoleh
Lebih terperinciDONNY RAHMAN KHALIK FORMULASI MIKROEMULSI MINYAK KELAPA MURNI UNTUK SEDIAAN NUTRISI LENGKAP PARENTERAL
DONNY RAHMAN KHALIK 10703026 FORMULASI MIKROEMULSI MINYAK KELAPA MURNI UNTUK SEDIAAN NUTRISI LENGKAP PARENTERAL PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007 Pada kutipan atau
Lebih terperinciSUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.
SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Sediaan cair banyak dipilih untuk pasien pediatrik dan geriatric karena mudah untuk ditelan, dan fleksibilitas
Lebih terperinciFORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK
FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK Faridha Yenny Nonci, Nurshalati Tahar, Qoriatul Aini 1 1 Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
Lebih terperinciEMULSI FARMASI. PHARM.DR. JOSHITA DJAJADISASTRA, MS, PhD
EMULSI FARMASI PHARM.DR. JOSHITA DJAJADISASTRA, MS, PhD KEUNTUNGAN Meningkatkan bioavailibilitas obat Controlled rate drug release Memberikan perlindungan terhadap obat yang rentan terhadap oksidasi dan
Lebih terperinciMemiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.
Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan
Lebih terperinciDalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.
Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga
Lebih terperinciPEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS :
LARUTAN OBAT TETES PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS : LARUTAN Adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, terdispersi secara molekuler
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apabila kita lihat pengertian aslinya, sebenarnya apotek berasal dari bahasa Yunani apotheca, yang secara harfiah berarti penyimpanan. Dalam bahasa Belanda, apotek disebut
Lebih terperinciFORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA
FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA @Dhadhang_WK Laboratorium Farmasetika Unsoed 1 Pendahuluan Sediaan farmasi semisolid merupakan produk topikal yang dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan kristal merupakan persoalan. dalam sediaan suspensi parenteral terutama dalam melewati
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan kristal merupakan persoalan serius dalam sediaan suspensi parenteral terutama dalam melewati lubang jarum suntik dan rasa sakit yang ditimbulkan pada saat disuntikkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. proses-proses kehidupan (Soenarjo, 2000). Menurut Soenarjo (2000), Nutrisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nutrisi adalah ikatan kimia yang yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya yaitu energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses
Lebih terperinciLAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4%
LAPORAN PRATIKUM FARMASETIKA II SEDIAAN INJEKSI AMINOPHYLLIN 2,4% Di susun oleh: Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Tgl. Pratikum : 28 Oktober-4 November 2010 LABORATORIUM TEKNOLOGI
Lebih terperinciSEDIAAN INJEKSI (PARENTERAL)
BAB II SEDIAAN INJEKSI (PARENTERAL) PENDAHULUAN Setelah mahasiswa mengikuti kuliah bab II yang diberikan pada pertemuan kedua dan ketiga, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan komponen, prinsip pembuatan,
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I EMULSI FINLAX Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Hari : Jumat Tanggal Praktikum : 5 Maret 2010 Dosen Pengampu : Anasthasia Pujiastuti,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelarutan Ibuprofen dalam Minyak, Surfaktan, dan Kosurfaktan Formulasi Self-nanoemulsifying Drug Delivery System (SNEDDS) terdiri dari minyak, surfaktan, kosurfaktan, dan
Lebih terperinciLemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9
LEMAK DAN MINYAK Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan protein
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Suplemen berfungsi sebagai pelengkap bila kebutuhan gizi yang disuplai dari makanan pokok tidak terpenuhi. Suplemen di pasaran dapat dibedakan berdasarkan kategori penggunaannya,
Lebih terperinciKOLOID. 26 April 2013 Linda Windia Sundarti
KOLOID 26 April 2013 Koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi, yang dilihat secara makroskopis tampak bersifat homogen namun secara mikroskopis tampak
Lebih terperinciBatasan Partikel partikulat Kelebihan pengisian
Batasan Partikel partikulat Kelebihan pengisian BATASAN Menurut USP, larutan parenteral volume kecil (SVP) adalah injeksi yang menurut label pada kemasan, bervolume 100 ml atau kurang Termasuk ke dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berupa sediaan injeksi dalam bentuk iv-admixture. Pemberian obat tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mayoritas pemberian obat pada pasien ICU diberikan secara parenteral yang berupa sediaan injeksi dalam bentuk iv-admixture. Pemberian obat tersebut umumnya dilakukan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB 4 ASIL PERBAA DA PEMBAASA Faktor yang berpengaruh terhadap karakteristik mikrokapsul yang diteliti adalah kecepatan pengadukan, perbandingan konsentrasi ibuprofen dan gelatin, serta waktu pengerasan
Lebih terperinciGambar 4.1 Hasil Formulasi Nanopartikel Polimer PLGA Sebagai Pembawa Deksametason Natrium Fosfat.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Organoleptis Nanopartikel Polimer PLGA Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan bentuk nanopartikel PLGA pembawa deksametason natrium fosfat. Uji organoleptis
Lebih terperinciCRITICAL ILLNESS. Dr. Syafri Guricci, M.Sc
CRITICAL ILLNESS Dr. Syafri Guricci, M.Sc Respon Metabolik pada Penyakit Infeksi dan Luka Tiga komponen utama, Yaitu : Hipermetabolisme Proteolisis dengan kehilangan nitrogen Percepatan Utilisasi Glukosa
Lebih terperinciKode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets
I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam
Lebih terperinciUji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak
Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak Bahan makanan yang kita konsumsi sehari-hari harus mengandung nutrient yang diperlukan tubuh. Karbohidrat, lemak dan protein merupakan nutrient
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kolesterol 1. Definisi kolesterol Kolesterol ditinjau dari sudut kimiawi dapat diklasifikasikan dalam golongan lipida. Orang menganggap kolesterol merupakan satu-satunya lemak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) sering disebut tanaman kehidupan karena bermanfaat bagi kehidupan manusia diseluruh dunia. Hampir semua bagian tanaman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasta merupakan produk emulsi minyak dalam air yang tergolong kedalam low fat spreads, yang kandungan airnya lebih besar dibandingkan minyaknya. Kandungan minyak dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketoprofen menjadi pilihan dalam terapi inflamasi sendi, seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketoprofen menjadi pilihan dalam terapi inflamasi sendi, seperti rheumatoid arthritis dan osteoarthritis karena lebih efektif dibandingkan dengan aspirin, indometasin,
Lebih terperinciApa itu Darah? Plasma Vs. serum
Anda pasti sudah sering mendengar istilah plasma dan serum, ketika sedang melakukan tes darah. Kedua cairan mungkin tampak membingungkan, karena mereka sangat mirip dan memiliki penampilan yang sama, yaitu,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lipid 2.1.1 Pengertian lipid Lipid adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa organik
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Struktur Liposom
BAB 2 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Liposom 2.1.1 Struktur Liposom Liposom sebagai pembawa obat telah dipatenkan pada tahun 1943 dalam bentuk campuran air antara lesitin dan kolesterol, walaupun struktur liposom
Lebih terperinciMilik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia
umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Satu Penentuan Formula Pembuatan Sabun Transparan Penelitian tahap satu merupakan tahap pemilihan formula pembuatan sabun trasnparan. Hasil penelitian tahap satu ini
Lebih terperinciBAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.
BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Air suling, cangkang telur ayam broiler, minyak VCO, lanolin, cera flava, vitamin E asetat, natrium lauril sulfat, seto stearil alkohol, trietanolamin (TEA), asam stearat, propilenglikol,
Lebih terperinciPembersih Kaca PEMBERSIH KACA
Pembersih Kaca PEMBERSIH KACA I. PENDAHULUAN Penggunaan cairan pembersih kaca semakin menjadi kebutuhan masyarakat. Oleh karena itu, kebutuhan akan cairan pembersih kaca dari waktu ke waktu semakin meningkat.
Lebih terperinciGIZI DAN KANKER. Triawanti Bag. Biokimia/Gizi FK UNLAM
GIZI DAN KANKER Triawanti Bag. Biokimia/Gizi FK UNLAM Pendahuluan Kanker : penyakit menakutkan, blm ada terapi baku Ciri khas sel kanker : pengendalian pertumbuhan yg menurun / tidak terbatas Invasi pada
Lebih terperincikimia KTSP & K-13 KOLOID K e l a s A. Sistem Dispersi dan Koloid Tujuan Pembelajaran
KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KOLOID Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi koloid serta perbedaannya dengan larutan dan suspensi.
Lebih terperinciFaktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat
Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat Al Syahril Samsi, S.Farm., M.Si., Apt 1 Faktor yang Mempengaruhi Liberation (Pelepasan), disolution (Pelarutan) dan absorbtion(absorbsi/difusi)lda
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan
Lebih terperinciLAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid)
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA (Uji Pembentukan Emulsi Lipid) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : IV (Empat) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masih ditemukan berbagai masalah ganda di bidang kesehatan. Disatu sisi masih ditemukan penyakit akibat infeksi dan sisi yang lain banyak ditemukan masalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manusia lanjut usia adalah seorang yang karena usianya mengalami perubahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Lansia Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti dialami oleh semua orang yang dikarunia usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Manusia lanjut
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. tidak mengandung laktosa, sari kedelai juga tidak mengandung kasein
BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sari kedelai adalah cairan berwarna putih yang berasal dari ekstrak kedelai dengan penampakan dan komposisinya mirip produk susu sap! (Mudjajanto dan Kusuma, 2005).
Lebih terperinciBIOKIMIA NUTRISI. : PENDAHULUAN (Haryati)
BIOKIMIA NUTRISI Minggu I : PENDAHULUAN (Haryati) - Informasi kontrak dan rencana pembelajaran - Pengertian ilmu biokimia dan biokimia nutrisi -Tujuan mempelajari ilmu biokimia - Keterkaitan tentang mata
Lebih terperinciD. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam
JURNAL KELARUTAN D. Tinjauan Pustaka 1. Kelarutan Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam bagian tertentu pelarut, kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa 1 bagian
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
4 HSIL PERCON DN HSN Parameter dalam proses emulsifikasi penguapan pelarut yang mempengaruhi ukuran partikel, potensial zeta, sifat hidrofil dan pengisian obat meliputi: (i) Intensitas dan durasi homogenisasi;
Lebih terperinciMedication Errors - 2
Medication error Masalah dalam pemberian obat Pencegahan injury (error) pengobatan Tujuan, manfaat pemberian obat Standar obat Reaksi obat, faktor yang mempengaruhi reaksi obat Medication Errors - 2 Medication
Lebih terperinciSIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN
SIFAT PERMUKAAN SISTEM KOLOID PANGAN AKTIVITAS PERMUKAAN SIFAT PERMUKAAN Terdapat pada sistem pangan yang merupakan sistem 2 fase (campuran dari cairan yang tidak saling melarutkan immiscible) Antara 2
Lebih terperinciPot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel. Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel
Pot III : Pot plastik tertutup tanpa diberi silika gel Pot IV : Pot plastik tertutup dengan diberi silika gel Uji dilakukan selama enam hari dalam tempat dengan kelembaban 70% dan suhu 27ºC, setiap hari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Albumin Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh manusia, yaitu sekitar 55-60% dan total kadar protein serumnormal adalah 3,85,0 g/dl. Albumin terdiri
Lebih terperinciPENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Mingguke-5
PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Mingguke-5 Teknologi Pengawetan dan Produk Susu Cair (Lanjutan). Pengaruh Pasteurisasi (pemanasan) terhadap sifat fisik dan kimia susu Pemanasan dapat
Lebih terperinciBAB PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1-100 nanometer),
Lebih terperinciFORMULASI DAN EVALUASI MIKROEMULSI KETOKONAZOL DENGAN BASIS MINYAK ZAITUN SKRIPSI
FORMULASI DAN EVALUASI MIKROEMULSI KETOKONAZOL DENGAN BASIS MINYAK ZAITUN SKRIPSI Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL Nama : Winda Amelia NIM : 90516008 Kelompok : 02 Tanggal Praktikum : 11 Oktober 2017 Tanggal Pengumpulan : 18 Oktober 2017 Asisten : LABORATORIUM
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Itik Peking Itik Peking merupakan itik tipe pedaging yang termasuk dalam kategori unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem pemeliharaan itik Peking
Lebih terperinciHASIL PRAKTIKUM METABOLISME II Perbedaan Kadar Trigliserida Pada Pria Dan Wanita Setelah Mengkonsumsi Kuning Telur
HASIL PRAKTIKUM METABOLISME II Perbedaan Kadar Trigliserida Pada Pria Dan Wanita Setelah Mengkonsumsi Kuning Telur Praktikan : 1. Yeni Vera 2. Leo Pardon Sipayung 3. Taya Elsa Savista Waktu Pelaksanaan
Lebih terperinciENZIM PADA METABOLISME LEMAK DI SISTEM PENCERNAAN DAN MEKANISME KERJANYA
ENZIM PADA METABOLISME LEMAK DI SISTEM PENCERNAAN DAN MEKANISME KERJANYA Pada umumnya lipid merupakan konduktor panas yang jelek, sehingga lipid dalam tubuh mempunyai fungsi untuk mencegah terjadinya kehilangan
Lebih terperinciOLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI
OLEH : KELOMPOK 5 HAPPY SAHARA BETTY MANURUNG WASLIFOUR GLORYA DAELI DEWI RAHMADANI LUBIS SRI DEWI SIREGAR 061101090 071101025 071101026 071101027 071101028 Nutrisi adalah apa yang manusia makan dan bagaimana
Lebih terperinciObat Diabetes Farmakologi. Hipoglikemik Oral
Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral Obat Diabetes Farmakologi Terapi Insulin dan Hipoglikemik Oral. Pengertian farmakologi sendiri adalah ilmu mengenai pengaruh senyawa terhadap
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi
I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dantujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis dan (7)
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon
I PENDAHULUAN Tanaman kelapa merupakan tanaman serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi sehingga pohon ini sering disebut pohon kehidupan (tree of life) karena hampir seluruh bagian dari
Lebih terperinciPEMBAHASAN. I. Definisi
PEMBAHASAN I. Definisi Gel menurut Farmakope Indonesia Edisi IV (1995), merupakan sistem semi padat, terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. (Chaudhari & Kadam, 2006). Cara ini umumnya digunakan pada kondisi dimana
BAB I. PENDAHULUAN Nutrisi parenteral total dapat didefenisikan sebagai cara pemberian nutrisi melalui rute parenteral guna memenuhi kebutuhan metabolisme dan pertumbuhan (Chaudhari & Kadam, 2006). Cara
Lebih terperinciBAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Mikroorganisme Uji Propionibacterium acnes (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FKUI Jakarta)
BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Propolis Gold (Science&Nature ), minyak lavender (diperoleh dari PT. Martina Berto), aquadest, Crillet 4 (Trimax), Crill 4 (diperoleh dari PT. Pusaka Tradisi Ibu), setostearil
Lebih terperinciPengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya
Pengertian Bahan Pangan Hewani Dan Nabati Dan Pengolahannya Secara garis besar, bahan pangan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu bahan pangan asal tumbuhan (nabati) dan bahan pangan asal hewan (hewani).
Lebih terperinciProses Menua Intrinsik Proses Menua Ekstrinsik
Perbedaan gel dan emulgel? Emulgel merupakan terdiri dari 2 fase yang dimana gabungan antara fase emulsi dan fase gel.sedangkan gel merupakan terdiri dari satu fase saja yaitu terdiri dari basis gel dan
Lebih terperinciSub Pokok Bahasan. - Batasan sediaan steril -Macam2 sediaan steril -Persyaratan steril. membuat sediaan steril - Formula sediaan
RUANG LINGKUP STERIL Oleh : Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. Sub Pokok Bahasan - Batasan sediaan steril -Macam2 sediaan steril -Persyaratan steril -Kemampuan yang dituntut untuk membuat sediaan steril - Formula
Lebih terperinciPENGENALAN PERBEKALAN STERIL
BAB I PENGENALAN PERBEKALAN STERIL PENDAHULUAN Setelah mahasiswa mengikuti kuliah bab I yang diberikan pada pertemuan pertama, diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan jenis, syarat dan evaluasi dasar perbekalan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Es krim merupakan makanan padat dalam bentuk beku yang banyak disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga manula. Banyaknya masyarakat yang
Lebih terperinci1. Ketelitian dan kebersihan dalam penyiapan larutan.
I. Tujuan Praktikum 1. Untuk mengetahui pembuatan sediaan steril 2. Untuk menghitung isotonis suatu sediaan steril 3. Untuk mengevaluasi sediaan steril II. Dasar Teori Larutan mata steril adalah steril
Lebih terperinciKOMPETENSI DASAR PETA KONSEP
SISTEM KOLOID KOMPETENSI DASAR 3.15. Menganalisis peran koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya. 4.15.Mengajukan ide/gagasan untuk memodifikasi pembuatan koloid berdasarkan pengalaman membuat
Lebih terperinciBAB IV PROSEDUR KERJA
BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Pengumpulan Bahan Bahan berupa minyak kemiri (Aleurites moluccana L.) diperoleh dari rumah industri minyak kemiri dengan nama dagang Minyak kemiri alami 100%, VCO diperoleh di
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
BAB HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal formulasi, dilakukan orientasi untuk mendapatkan formula krim yang baik. Orientasi diawali dengan mencari emulgator yang sesuai untuk membentuk krim air
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lemak Lemak adalah salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia, lemaktidak larut dalam
Lebih terperinci1. Asetat dimetabolisme di otot, dan masih dapat ditolelir pada pasien yang mengalami gangguan hai
ASERING JENIS-JENIS CAIRAN INFUS Dehidrasi (syok hipovolemik dan asidosis) pada kondisi: gastroenteriis akut, demam berdarah dengue (DHF), luka bakar, syok hemoragik, dehidrasi berat, trauma. Komposisi:
Lebih terperinciI. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS DALAM JUMLAH YANG DISUN
Pembawa, Syarat dan Evaluasi Obat Suntik Oleh : Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt. I. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya memeluk agama Islam. Salah satu ibadah dalam agama Islam adalah shoum atau berpuasa, menahan lapar
Lebih terperinciRute Pemberian Obat. Indah Solihah
Rute Pemberian Obat Indah Solihah Rute Pemberian Jalur Enteral Jalur Parenteral Enteral Oral Sublingual Bukal Rektal Oral Merupakan rute pemberian obat yg paling umum. Obat melalui rute yg paling kompleks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sediaan injeksi merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan sebelum digunakan secara parenteral,
Lebih terperinci